Post on 06-Aug-2015
Referat
BREAST DISEASE
Oleh:
REZKI PERMATA SARI
0608114087
Pembimbing
dr. Effif Syofra.T , SpB. SpB(K) Onk
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patologi anatomi atau kelainan anatomi payudara yang paling sering terjadi disebabkan
oleh tumor. Tumor terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak memiliki karakter
sel yang sangat mirip dengan jaringan asalnya dan relatif tidak berbahaya karena umumnya
tumor jinak tetap dilokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain, dan mudah untuk
dilakukan pengangkatan tumor dengan pembedahan lokal. Tumor dikatakan ganas apabila
dapat menembus dan menghancurkan struktur yang berdekatan dan menyebar ke tempat
yang jauh (metastasis) dan umumnya dapat menyebabkan kematian.1
Namun demikian usaha-usaha untuk penemuan dini (early detection) dapat dilakukan
dengan baik dengan mengikut sertakan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan (health
education). Apabila ditemukan dalam stadium dini dan mendapat terapi yang tepat dan
adekuat maka bukan tidak mungkin kanker payudara itu dapat disembuhkan. Kemajuan-
kemajuan dalam penemuan dini yang dilengkapi dengan kemajuan terapi pada dekade-
dekade akhir, baik teknik operasi, radiasi, hormonal terapi dan kemoterapi serta imunoterapi
ataupun penatalaksanaan kombinasi terapi dari modalitas terapi diatas yang didasarkan pada
ketepatan penentuan staging dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker yang baik semakin
membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.2
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma
serviks uterus. Di Amerika Serikat karsinoma payudara merupakan 28% kanker pada wanita
kulit hitam. Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun.Insiden karsinoma mammae pada laki-laki hanya 1% dari
kejadian pada perempuan.2
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai anatomi payudara, macam-macam kelainan pada payudara,
diagnosis, stadium tumor, penatalaksanaan, prognosis dan pencegahan.
2
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Untuk memahami dan menambah wawasan mengenai kelainan pada payudara dan
penatalaksanaannya
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada
beberapa literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Payudara
Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit pada payudara dengan baik dan memahami
dasar-dasar tindakan operasi pada penyakit pada payudara maka sangat penting mengetahui
anatomi payudara itu sendiri.2
Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas-batas payudara yang tampak dari luar:2
Superior : iga II atau III
Inferior : iga VI atau VII
Medial : pinggir sternum
Lateral : garis aksilaris anterior.
Batas-batas payudara yang sesungguhnya:2
Superior : hampir sampai ke klavikula
Medial : garis tengah
Lateral : M.latissimus dorsi
Struktur Payudara
Payudara terdiri dari berbagai struktur :2
Parenkim epithelial
Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
Otot dan fascia
Gambar 1. Anatomi payudara.3
4
Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus,yang masing-masing
mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya,dan bermuara pada putting
susu.Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100
asini grup.Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mammae.
Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan
posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.2
2.2. Kelainan pada payudara
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada
perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3 siklus
kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan wanita
yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :4
1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma
payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil hipertrofi
(perkembangan payudara berlebihan).
2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi
kelenjar dan stroma payudara.
3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55 tahun.
Gambar 2.Kelainan pada payudara berdasarkan anatomi5
5
Struktur anatomi payudara secara garis besar tersusun dari jaringan lemak, lobus dan
lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25 lobus) yang memproduksi cairan susu. Duktus
berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus yang berfungsi mengalirkan cairan susu.
Disamping itu juga terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan kelenjar
getah bening. Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap hormon estrogen
karena sel epitel lobulus dan duktus mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang
menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi kelenjar payudara.6
Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar payudara merupakan suatu rangkaian peristiwa
yang melibatkan interaksi berbagai macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak
kelahiran dan terus berlangsung di bawah pengaruh siklus menstruasi. Rangkaian peristiwa
tersebut diatur oleh interaksi yang kompleks antara berbagai hormon steroid dan faktor
pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan dengannya maupun dari komponen dalam
lingkungan sel tersebut (faktor pertumbuhan). Stimulasi tersebut akan mempengaruhi
perubahan morfologi dan metabolisme. Kerentanan kelenjar payudara terhadap
tumorigenesis dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu sendiri yang
dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam proliferasi dan diferensiasi sel payudara.1,7
Penelitian menunjukkan bahwa sistem endokrin yang mengontrol perkembangan
payudara mempengaruhi risiko terjadinya kanker payudara. Keseimbangan antara proliferasi,
diferensiasi dan kematian sel-sel kelenjar payudara berperan penting dalam proses
perkembangan tersebut. Gangguan dalam keseimbangan ini akan dapat mengakibatkan
terjadinya kanker.1
2.2.1 Tumor jinak
Tumor jinak memiliki berbagai bentuk, antara lain :
a. Kelainan fibrokistik
Perubahan fibrokistik adalah ragam kelainan dimana terjadi akibat dari
peningkatan dan distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal selama
daur haid. Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan nonproliferatif dan
perubahan proliferatif. Perubahan nonproliferatif mencakup kista dan fibrosis tanpa
hiperplasia sel epitel (perubahan fibrokistik sderhana). Perubahan proliferatif
6
mencakup serangkaian hiperplasia sel epitel duktulus atau duktus banal atau atipikal
serta adenosis sklerotikans.8
Perubahan nonproliferatif ditandai dengan peningkatan stroma fibrosa disertai oleh
dilatasi duktus dan pembentukan kista dengan berbagai ukuran. Stroma mengelilingi
semua bentuk kista biasanya terdiri atas jaringan fibrosa yang kehilangan gambaran
miksomatosa. Infiltrat limfositik stroma sering ditemukan pada lesi ini dan varian lain
perubahan fibrokistik. Perubahan proliferatif meliputi hiperplasia epitel dan adenosis
sklerotikans. Istilah hiperplasia epitel dan perubahan fibrokistik proliferatif mencakup
serangkaian lesi proliferatif di dalam duktulus, duktus terminalis, dan kadang-kadang
lobulus payudara. Sebagian hiperplasia epitel ini bersifat ringan dan teratur serta tidak
membawa resiko karsinoma, tetapi di sisi lain hiperplasia atipikal mamiliki resiko
signifikan. Adenosis sklerotikans memiliki gambaran klinis dan morfologi mirip
dengan karsinoma. Di lesi ini rampak mencolok fibrosis intralobularis serta
proliferasi duktulus kecil dan asinus. Pertumbuhan berlebihan jaringan fibrosa ini
mungkin menekan lumen asinus dan duktus sehingga keduanya tampak sebagai
genjel-genjel sel. Adanya lapisan ganda epitel dan identifikasi elemen mioepitel
menandakan bahwa kelainannya bersifat jinak.8
Gejala-gejalanya berupa pembengkakan dan nyeri tekan pada payudara menjelang
periode menstruasi. Tanda-tandanya adalah teraba massa yang bergerak bebas pada
payudara, terasa granularitas pada jaringan payudara, dan kadang-kadang keluar
cairan yang tidak berdarah dari puting. Banyak perempuan tidak mengeluhkan gejala
dan baru mencari pemeriksaan kesehetan setelah meraba adanya massa.8
b. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang banyak terdapat pada wanita muda. Tumor
ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Benjolan ini
biasanya tidak nyeri, bisa tumbuh banyak (multipel). Tumor ini terdiri dari jaringan
fibrosa yang berbentuk bulat, licin, berkonsistensi padat kenyal, berbatas tegak, dan
mudah digerakkan. Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal,
dan bergaris tengah 1 hingga 10 cm. Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid
dan selama hamil. Pada pascamenopause, lesi mungkin mengecil dan mengalami
7
kalsifikasi. Walaupun jarang, tumor mungkin dapat multipel dan bergaris tengah lebih
dari 10 cm (fibroadenoma raksasa). Peningkatan mutlak atau nisbi aktivitas estrogen
diperkirakan berperan dalam proses pembentukannya, dan lesi serupa mungkin
muncul bersamaan dengan perubahan fibrokistik (fibroadenosis). Fibroadenoma
biasanya teradi pada perempuan muda dimana insidensi puncak pada usia 30-an.
Pertumbuhan tumor bisa cepat sekali selama kehamilan dan menyusui atau menjelang
menopause saat rangsangan estrogen tinggi tapi setelah menopause tumor jenis ini
tidak ditemukan lagi. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas. Pananganan
fibriadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Sistosarkoma filoides
merupakan salah satu tipe dari fibriadenoma yang dapat kambuh jika tidak diangkat
dengan sempurna.8
Gambar 3. Fibroadenoma mammae
c. Tumor filoides
Tumor phylloides adalah fibroadenoma besar di payudara, dengan stroma serupa-
sarkoma yang sangat selular. Tumor ini termasuk neoplasma jinak, namun
kadangkala dapat menjadi ganas. Tumor ini bersifat agresif lokal dan dapat
bermetastasis, dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Umumnya, tumor ini
berdiameter 3 hingga 4 cm, namun dapat tumbuh hingga berukuran besar, mungkin
masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi dan menjadi kistik.
Karena pada potongan memperlihatkan celah yang mirip daun, maka tumor ini
disebut tumor filoides. Perubahan yang paling merugikan adalah terjadinya
peningkatan selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi,
8
selain itu peningkatan ukuran secara pesat, biasanya dengan invasi jaringan payudara
di sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan
disembuhkan dengan eksisi. Lesi maligna mungkin kambuh, tetapi lesi ini juga
cenderung terlokalisasikan.8
d. Papiloma intraduktus
Papiloma intraduktus adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu saluran
air susu (duktus laktiferus) dan 75% tumbuh di bawah areola payudara. Sebagian
besar lesi bersifat soliter, ditemukan di dalam sinus atau duktus laktiferosa utama.
Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa : (1) keluarnya discharge serosa atau
berdarah dari puting payudara; (2) adanya tumor subareola kecil dengan garis tengah
beberapa milimeter sehingga terlalu kecil untuk dipalpasi; atau (3) retraksi puting
payudara (jarang terjadi). Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di
beberapa duktus atau papilometosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas,
sedangkan papiloma soliter hampir selalu tetap jinak.8
e. Adenosis sklerosis
Secara klinis, tumor ini teraba seperti kelainan fibrokistik tetapi secara
histopatologi tampak proliferasi jinak, sehingga ahli patologi sering terkecoh,
mengira suatu karsinoma.8
f. Mastitis sel plasma
Tumor ini merupakan radang subakut yang didapat pada sistem saluran di bawah
areola payudara. Gambarannya sulit dibedakan dengan tumor ganas yaitu
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu
akibat pembentukan jaringan ikat (fibrosis) sekitar saluran dan bisa terdapat
pembesaran kelenjar getah bening ketiak.8
g. Nekrosis lemak
Biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi
tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya biasanya tidak rata.
Secara klinis, sukar dibedakan dengan tumor ganas., secara histologik terdapat
nekrosis jaringan lemak yang kemudian jadi fibrosis.8
9
h. Kelainan lain
Tumor jinak lemak (Lipoma), tumor jinak otot polos (leimioma), dan kista sebasea
(kelenjar minyak) merupakan tumor yang mungkin terdapat di payudara tetapi tidak
bersangkutan dengan jaringan kelenjar payudara.8
2.2.2. Tumor ganas
Sebagian besar tumor payudara adalah adenokarsinoma. Terdapat dua jenis
utama histologis adenokarsinoma payudara, yang berasal dari duktus terminalis
dan unut-unit lobular. Karsinoma payudara in situ noninvasif (misal, karsinoma
duktus in situ [DCIS] atau karsinoma lobular in situ [LCIS]) adalah di dalam
lumen duktus atau asinus. Pemindaian radiologis dapat mengidentifikasikan
sebagian besar karsinoma payudara intraduktus atau intralobular. Arti pentingnya
karsinoma dini yang noninvasif adalah bahwa terdapat risiko tinggi untuk
berkembang menjadi kanker payudara invasif pada waktu yang akan datang.9
Karsinoma invasif atau infiltratif telah menyebar ke dalam stroma payudara
dan ada kemungkinan penyebaran metastasis. Karsinoma duktus invasif adalah
jenis kanker payudara yang paling sering, menyebabkan 80% hingga 85% dari
semua kanker payudara. Karsinoma duktus invasif sekeras batu, seperti yang
dibuktikan pada saat palpasi secara klinis dan ketika potongan spesimen dipotong.
Istilah kuno yang dipakai untuk kanker semacam itu adalah scirrhous, yaitu
bahasa yunani yang berarti keras. Tempat metastasis jauh adalah tulang, paru,
hati, atau otak.9
Karsinoma lobular invasif adalah jenis kanker payudara kedua yang paling
sering (sekitar 10%), yang penting adalah tumor ini sering kali multifocal dalam
payudara, dan jenis ini berkaitan dengan frekuensi tinggi terlibatnya kedua
payudara bila dibandingkan dengan jenis lain. Ciri khasnya sel-sel tumor tertekan
menjadi tali kuat yang dapat terlihat sebagai daerah yang teraba tebal dan nyeri
(bukan sebagai pembengkakan). Pada karsinoma lobular invasif, metastasis jauh
biasanya ke meningeal dan permukaan serosa, walaupun tidak sering (10%)
kanker payudara invasif dengan jenis histologis tertentu (missal, tubular, mukoid,
10
moduler ) berkaitan dengan prognosis yang lebih baik daripada jenis duktus dan
lobular.9
Penyakit paget pada papilla mammae adalah keganasan yang tumbuh keluar
sepanjang duktus pada papilla mammae, yang berasal dari duktus yang lebih
dalam atau kanker duktus invasif dengan gejala klinis berupa rasa gatal, panas,
perdarahan atau kombinasi di antaranya.9
Karsinoma inflamasi, tumor yang tumbuh dengan cepat dan menyebar melalui
invasi pada limfatik kulit. Gejala klinisnya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematosa, berindurasi dan nyeri. Kanker jenis ini
muncul pada sekitar 1% hingga 2% perempuan yang menderita kanker payudara.
Prognosis pasien dengan kanker payudara peradangan adalah buruk, walaupun
dengan diagnosis dini.9
2.3. Prosedur penegakan diagnosis
Tumor (benjolan) pada payudara, terutama jenis yang ganas pada umumnya tidak
memiliki gejala di awal dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik secara
teliti atau skrining menggunakan mammografi. Selama fase premenstruasi,
kebanyakan wanita mengalami pembesaran serta benjolan pada payudaranya serta
payudara menjadi mengeras. Hal ini dapat mengaburkan pemeriksaan payudara untuk
mencari benjolan yang dicurigai. Pemeriksaan sebaiknya diulangi lagi 1 bulan
kemudian atau setelah periode menstruasi berikutnya.4
Diagnosis kelainan payudara dengan cara :
a. Anamnesis yang lengkap:2
Mengenai keluhan-keluhan
Perjalanan penyakit
Keluhan tambahan
Faktor-faktor resiko tinggi
Tanda-tanda umum keganasan yang berhubungan dengan berat badan dan
nafsu makan.
Pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan perubahan ukuran
tumor dan perubahan ukuran tumor; kawin atau tidak; jumlah anak, disusukan
11
atau tidak; riwayat penyakit kanker dalam keluarga; obat-obatan yang pernah
dipakai terutama yang bersifat hormonal; apakah pernah operasi payudara dan
obstetri-ginekologi. Hal berikut ini tergolong dalam faktor resiko tinggi kanker
payudara yaitu keadaan-keadaan dimana kemungkinan seorang wanita mendapat
kanker payudara lebih tinggi dari yang tidak mempunyai faktor tersebut yaitu:2
Umur lebih dari 30 tahun
Anak pertama lahir pada usia ibu>35 tahun (2x)
Tidak kawin (2-4 x)
Menarche <12 tahun (1,7-4x)
Menopause terlambat >55 tahun (2,5-5x)
Pernah operasi tumor jinak payudara (3-5x)
Mendapat terapi hormonal yang lama (2,5x)
Adanya kanker payudara yang kontralateral (3-9x)
Operasi ginekologi (3-4x)
Radiasi dada (2-3x)
Riwayat keluarga (2-3x)
b. Pemeriksaan fisik yang sistematis/legeartis dan etis.
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa:4
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu
mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok
(ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam
sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan
mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
o Pendarahan pada puting susu.
12
o Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah
besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-
tulang.
o Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh
tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut:
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
adanya nodul satelit pada kulit payudara;
kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
terdapat model parasternal;
terdapat nodul supraklavikula;
adanya edema lengan;
adanya metastase jauh;
serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening
aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat
satu sama lain.
c. Pemeriksaan penunjang
Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada payudara
adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah
menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi.
Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba
namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker
payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk skrining
rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.
13
Gambar 4. Gambaran mamogram dan MRI.10
2.4 Stadium Klinis
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat
jauh Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk
menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila
memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim
TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against Cancer dari WHO atau
World Health Organization) / AJCC(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society danAmericanCollegeof Surgeons).11
Pada sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu Tumor size atau ukuran tumor , “N”
yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran
jauh. Ketiga faktor T,N,M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi , juga
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA) . Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut :11
T (Tumor size), ukuran tumor :
14
o T 0 : tidak ditemukan tumor primer
o T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
o T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
o T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
o T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
o N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
o N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
o N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
o N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb
di mammary interna di dekat tulang sternum
M (Metastasis) , penyebaran jauh :
o M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
o M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
o M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktot T,N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung
dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium III C : Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1.
15
Gambar 5. Gambaran payudara.
2.4. Diagnosis pasti
Dapat pula dilakukan pemeriksaan histopatologi. Bahan pemeriksaan diambil dengan
cara :2
1. Eksisional biopsi, kemudian diperiksa potong beku atau PA.
Ini untuk kasus-kasus yang diperkirakan masih operabel/stadium dini.
2. Insisional biopsi; cara ini untuk kasus-kasus ganas yang sudah inoperabel/lanjut.
Cara lain yaitu dengan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsi). Suatu pemeriksaan
sitopatologi. cara ini memerlukan keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan
didalam mengambil aspiratnya. Ketepatan hasil FNAB cukup tinggi di tangan yang ahli
(ahli sitopatologi) dan tepat cara pengambilannya.2
Gambar 6. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)3
16
2.5 . Terapi
Untuk tumor jinak payudara terapi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis tumor itu
sendiri.4
1. Papiloma Intraduktal
Eksisi lokal atau pengambilan benjolan dari payudara merupakan terapi utama. Hal ini
dapat dilakukan dengan bius lokal. Apabila biopsi pada benjolan menunjukkan hasil
atipikal hiperplasia pada papiloma ini, maka risiko kanker payudara meningkat
dibandingkan dengan hasil penyakit proliperatif dengan atipia.
2. Fibroadenoma
Pada saat FAM diketahui, diagnosis ini dikonfirmasi dengan biopsi atau analisis sitologi
(sel). Biopsi tersebut dapat mengkonfirmasi adanya sel keganasan.
3. Tumor Filodes Jinak
Tumor yang besar dan ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi
(pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila
memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas,
maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan
yang tersisa.
Gambar 7. Insisi tumor mammae beserta KGB regional.3
17
Untuk kanker payudara dapat dilakukan terapi :2
Pada stadium operable I, II, dan III (batasan stadium yang masih operabel/kurabel adalah
stadium IIIa), sifat pengobatannya adalah kuratif. Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan
IV tidak lagi mastektomi, melainkan paliatif.
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara.Ada3 jenis mastektomi (Hirshaut
& Pressman, 1992):2
Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar di ketiak.
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya
disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
Tindakan operatif tergantung stadium kanker, yaitu:2
1. Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi
radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi
regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan mastektomi simpleks yang
harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB regional. Pada T2N1 dilakukan
mastektomi radikal dan radiasi lokal didaerah tumor bed dan KGB regional. Untuk
setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral dan medial payudara harus dilakukan
radiasi pada rantai KGB regional.
18
Gambar 8. Modifikasi radikal mastektomi.3
Alternatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan teknik Breast Conserving
Therapy, berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja [tumorektomi],
ditambah diseksi aksila dan radiasi kuratif [ukuran tumor <3cm] dengan syarat tertentu.
Metode ini dilakukan dengan eksisi baji, reseksi segmental, reseksi parsial,
kwadranektomi, atau lumpektomi biasa, diikuti dengan diseksi KGB aksila secara total.3
Syarat teknik ini adalah :4
Tumor primer tidak lebih dari 2cm
N1b kurang dari 2cm
Belum ada metastasis jauh
Tidak ada tumor primer lainnya
Payudara kontralateral bebas kanker
Payudara bersangkutan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya (kecuali
lumpektomi)
Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak terlalu
menonjol
Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting susu
19
2. Pada stadium IIIa lakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi ajuvan, atau
mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed dan KGB regional.2
3. Pada stadium yang lebih lanjut, lakukan tindakan paliatif dengan tujuan:2
Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik/tinggi dan menganggap bahwa
kematian adalah proses yang normal.
Tidak mempercepat atau menunda kematian.
Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
Perawatan paliatif pun dilakukan berdasarkan stadium, yaitu:2
o Pada stadium IIIb atau dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah
radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika
o Pada stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu
hormonal dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi pada
daerah-daerah tulang weight bearing yang mengandung metastase atau pada
tumor bed yang berdarah difuse dan berbau yang mengganggu sekitarnya.2
2.6. Prognosis
Untuk kelainan payudara jinak, prognosis nya adalah baik. Sedangkan untuk
prognosis kanker payudara ditentukan oleh:2
1. Staging [TNM}
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I : 5-10 tahun 90-80%
Stadium II : 70-50%
Stadium III : 20-11%
Stadium IV : 0%
Untuk stadium 0 : 96,2%
2. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasif.
20
Suatu kanker payudara yang disertai gambaran peradangan dinamakan
mastitis karsinomatosa, ini mempunyai prognosis yang sangat buruk. Harapan
hidup 2 tahun hanya ± 5%. Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil
berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.2
2.7. Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar,
yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit
tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:2
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui upaya menghindarkan
diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat.4
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal
merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari
semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan antara lain:4
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
21
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai
usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih
sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara
Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi
kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka
sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.4
Dengan mengetahui adanya faktor resiko pada seseorang diharapkan agar ia lebih
dewasa terhadap kelainan-kelainan yang ada pada payudara, baik dengan rutin
melakukan SADARI maupun secara periodik memeriksakan kelainan payudara atau
tanpa kelainan kepada dokternya. Dan bagi dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik
yang baik dan legeartis dan melakukan mammografi pada penderita dengan faktor
high-risk tersebut.4
Sebaiknya pemeriksaan SADARI dilakukan sehabis mandi selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi payudara agak membengkak sehingga menyulitkan
pemeriksaan.4
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat
benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan
angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita
muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa
melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause)
sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus menstruasinya
selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :2
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap
cermin
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara,
dan puting yang masuk
22
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang
untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan
pada kulit payudara
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan
Gambar 9. Pemeriksaan sadari.3
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk
mencari pengobatan alternatif.4
BAB III
23
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Kelainan anatomi payudara yang paling sering terjadi disebabkan oleh tumor. Tumor
terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak memiliki karakter sel yang sangat mirip
dengan jaringan asalnya dan relatif tidak berbahaya karena umumnya tumor jinak tetap
dilokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain, dan mudah untuk dilakukan pengangkatan
tumor dengan pembedahan lokal. Tumor dikatakan ganas apabila dapat menembus dan
menghancurkan struktur yang berdekatan dan menyebar ke tempat yang jauh (metastasis) dan
umumnya dapat menyebabkan kematian.
Tumor (benjolan) pada payudara, terutama jenis yang ganas pada umumnya tidak
memiliki gejala di awal dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik secara teliti atau
skrining menggunakan mammografi. Selama fase premenstruasi, kebanyakan wanita mengalami
pembesaran serta benjolan pada payudaranya serta payudara menjadi mengeras. Hal ini dapat
mengaburkan pemeriksaan payudara untuk mencari benjolan yang dicurigai. Pemeriksaan
sebaiknya diulangi lagi 1 bulan kemudian atau setelah periode menstruasi berikutnya.
Penatalaksanaan untuk tumor jinak payudara terapi dapat dibedakan berdasarkan jenis-
jenis tumor itu sendiri. Penatalaksanaan ntuk kanker payudara dapat dilakukan terapi sesuai
stadium, dimana pada stadium operable I, II, dan III (batasan stadium yang masih
operabel/kurabel adalah stadium IIIa), sifat pengobatannya adalah kuratif, sedangkan terapi pada
stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan paliatif.
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiologi sepakat
bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi
kesehatan dan deteksi dini
3.2 Saran
1. Perlunya edukasi pada masyarakat terutama yang berisiko tinggi untuk melakukan
SADARI dalam rangka deteksi dini kelainan yang terjadi pada payudara.
2. Perlunya edukasi pada masyarakat agar tidak menyepelekan perubahan yang terjadi pada
payudara dan tidak merasa tabu untuk melakukan pemeriksaan payudara.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V. Cotran SR. Robbins LS. Neoplasma. Dalam: Asrorudin M. Hartanto H. Darmaniah
N. editor edisi bahasa Indonesia. Robbins Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.
2007;199-201.
2. Staf Pengajar FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 1995.
342-363.
3. Adam. Breast Cancer. http://health.allrefer.com.
4. Utama HY. Kelainan pada payudara/ breast disease/ disorder.
http://herrysetyayudha.wordpress.com/2011/11/06/kelainan-pada-payudara-breast-disease-
disorder/.
5. Cotran. Robbins. Pathologi Basic of Disease. Eighth edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.
2010.
6. Hondermarck H. Breast Cancer When Proteomics Challenges Biological Complexity. The
American Society for Biochemistry and Molecular Biology. 2003 May 29; 281-291.
7. Guyton Et Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 1997.
8. Syamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC. 2005. 388-402.
9. Hillegas BK. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam: Price AS. Wilson ML.
editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC. 2005;1303-1309.
10. Dongola N. Breast Cancer, Mammography. http://www.emedicine.com.
11. Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli M, Lukitto, Reksoprawiro S, Handojo D, Darwis I,Suardi
DR, Achmad D. Protokol PERABOI. Jakarta: PERABOI. 2003. 2-15.
25