REFERAT Ikterus Lusi Print

download REFERAT Ikterus Lusi Print

of 29

Transcript of REFERAT Ikterus Lusi Print

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    1/29

    REFERAT

    IKTERUS DAN SALURAN EMPEDU

    Pembimbing :

    Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp.B FINACS (K) TRAUMA, FIBC

    Disusun oleh :

    Lusiana Ayu Lestari (201210401011027)

    SMF BEDAH RSU HAJI SURABAYA

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG

    2013

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    2/29

    Referat dengan judul Ikterus dan Saluran Empedu telah diperiksa dan disetujui

    sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter

    Muda di Bagian Ilmu Bedah.

    KATA PENGANTAR

    LEMBAR PENGESAHAN

    REFERAT

    IKTERUS DAN SALURAN EMPEDU

    Surabaya, Juni 2013

    Pembimbing

    Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp.B FINACS (K) TRAUMA, FIBC

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    3/29

    Assalamualaikum Wr.Wb.

    Segenap puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

    melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka tugas referat yang

    berjudul Ikterus dan Saluran Empedu ini dapat diselesaikan dengan baik.

    Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis laksanakan selama

    mengikuti kepaniteraan di SMF Bedah di RSU Haji Surabaya.

    Saya mengucapkan terima kepada Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp.B

    FINACS (K) TRAUMA, FIBC sebagai dokter pembimbing dalam penyelesaian

    tugas referat ini, terima kasih atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya.

    Saya menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,

    oleh karena itu kritik dan saran selalu saya harapkan.

    Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Surabaya, Juni 2013

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    4/29

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Ikterus atau yang disebut juga sebagai jaundice yang berasal dari bahasa

    Perancis jaune yang juga berarti kuning. Dalam hal ini menunjukan peningkatan

    pigmen empedu pada jaringan dan serum. Ikterus merupakan suatu sindroma

    yang dikarakteristikkan oleh adanya hiperbilirubinemia dan deposit pigmen

    empedu pada jaringan termasuk kulit dan membran mukosa. Secara garis besar

    ikterus dapat digolongan menjadi ikterus fisiologis maupun patologis. Ikterus

    patologis sering didapatkan pada dewasa, dan terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu

    yaitu ikterus pre hepatika (hemolitik), ikterus hepatika (parenkimatosa) dan

    ikterus post hepatika (obstruksi). Terdapat dua bentuk ikterus obstruksi yaitu

    obstruksi intra hepatal dan ekstra hepatal. Ikterus obstruksi intra hepatal dimana

    terjadi kelainan di dalam parenkim hati, kanalikuli atau kolangiola yang

    menyebabkan tanda-tanda stasis empedu sedangkan ikterus obstruksi ekstra

    hepatal terjadi kelainan diluar parenkim hati (saluran empedu di luar hati) yang

    menyebabkan tanda-tanda stasis empedu. Yang merupakan kasus bedah adalah

    ikterus obstruksi ekstra hepatal sehingga sering juga disebut sebagai surgical

    jaundice, ikterus obstruksi ini terbanyaknya disebabkan oleh batu kandung

    empedu, dimana morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari diagnosis dini

    dan tepat.

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    5/29

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. IKTERUS

    I. DEFINISI

    Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan

    lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh

    bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah.

    Bilirubin dibentuk sebagai akibat pemecahan cincin hem, biasanya

    sebagai akibat metabolisme sel darah merah (Sulaiman, 2007).

    Ikterus adalah gejala kuning pada sklera, kulit, dan mata akibat

    bilirubin yang berlebihan di dalam darah dan jaringan. Normalnya

    bilirubin serum kurang dari 9 mol/L (0,5mg%). Ikterus nyata secara

    klinis jika kadar bilirubin meningkat di atas 35 mol/ L (2 mg) (de Jong,

    2005)

    II. FISIOLOGI METABOLISME BILIRUBIN

    Bilirubin berasal dari hasil pemecahan hemoglobin oleh sel

    retikuloendotelial, cincin heme setelah dibebaskan dari besi dan globin

    diubah menjadi biliverdin yang berwarna hijau. Biliverdin berubah

    menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin ini dikombinasikan

    dengan albumin membentuk kompleks protein-pigmen dan

    ditransportasikan ke dalam sel hati. Bentuk bilirubin ini sebagai bilirubin

    yang belum dikonjugasi atau bilirubin indirek berdasar reaksi diazo dari

    Van den Berg, tidak larut dalam air dan tidak dikeluarkan melalui urin. Di

    dalam sel inti hati albumin dipisahkan, bilirubin dikonjugasikan dengan

    asam glukoronik yang larut dalam air dan dikeluarkan ke saluran empedu.

    Pada reaksi diazo Van den Berg memberikan reaksi langsung sehingga

    disebut bilirubin direk (Guyton, 1999).

    Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahan sel darah

    merah yang terlalu banyak, kekurangmampuan sel hati untuk melakukan

    konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks bilirubin direk dari

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    6/29

    saluran empedu ke dalam darah karena adanya hambatan aliran empedu

    menyebabkan tingginya kadar bilirubin di dalam darah. Keadaan ini

    disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi klinis berupa ikterus

    (Ningrum, 2010).

    Metabolisme Bilirubin

    Usus

    Reabsorbsi

    Bakter i Usus

    GlucoronylTransferase

    Hemoglobin (RES)

    Heme Globin

    Bilirubin Unconjugated

    Bilirubin Conjugated

    Urobilinogen

    Hepar

    Stercobilin Urobilin Urin

    Ginjal

    Fase Prehepatik:- Pembentukan bilirubin (Bil Indirek)- Transport plasma

    Fase intrahepatik:- Liver uptake:Scr aktif ( peran protein pengikat(ligandin/protein Y dan non uptakealbumin)

    - Konjugasi:Bil. Terkonjungasi dngasamglukoronik diglukuronida (Bil.direk) Dikatalise oleh enzimemikrosomal glukoronik transferase(Bil.larut air)

    Fase pascahepatik- Ekskresi (Bil. Direk) flora usus

    bakteri (medekonjugasu&mereduksi) Sterkobilinogen (feceskecoklatan) Empedu / ginjal(urobilinogen).

    (Ningrum, 2010)

    III. KLASIFIKASI

    Berikut ini merupakan klasifikasi ikterus secara garis besar antara

    lain, sebagai berikut (de Jong, 2005) :

    1. Ikterus pre hepatika (hemolitik);

    Kelainan hemolitik, seperti sferositosis, malaria tropika berat, anemia

    pernisiosa, atau transfuse darah yang tidak kompatibel

    2. Ikterus hepatika (parenkimatosa)

    Hepatitis A, B, C, atau E, leptospirosis, mononucleosis

    Sirosis hepatis

    Kolestasis karena obat (klorpromazin)

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    7/29

    Zat yang meracuni hati seperti fosfor, kloroform, anestetik lain,

    karbontetraklorid

    Tumor hati multiple (kadang)

    3. Ikterus pascahepatik (obstruksi)

    Obstruksi saluran empedu di dalam hepar; sirosis hepatis, abses hati,

    hepatokolangitis, tumor maligna primer atau sekunder

    Obstruksi di dalam lumen saluran empedu; batu, askaris

    Kelainan di dinding saluran empedu; atresia bawaan, striktur traumatik,

    tumor saluran empedu

    Kempaan saluran empedu dari luar; tumor kaput pancreas, tumor ampula

    vater, pankreatitis, metastasis ke kelenjar limfe di ligamentum

    hepatoduadenale.

    (Sibernagl, 2011)

    IV. PATOFISIOLOGI IKTERUS

    Hiperbilirubinemia adalah tanda nyata dari ikterus. Bila

    kadar bilirubin sudah mencapai 2 2,5 mg/dl maka sudah telihat

    warna kuning pada sklera dan mukosa sedangkan bila sudah

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    8/29

    mencapai > 5 mg/dl maka kulit tampak berwarna kuning

    (Spencer, 2005).

    Ikterus obstruksi terjadi bila (Brunicardi, 2005):

    1. Terjadinya gangguan ekskresi bilirubin dari sel-sel parenkim

    hepar ke sinusoid. Hal ini disebut ikterus obstruksi intra hepatal.

    Biasanya tidak disertai dengan dilatasi saluran empedu. Obstruksi

    ini bukan merupakan kasus bedah.

    2. Terjadi sumbatan pada saluran empedu ekstra hepatal. Hal ini

    disebut sebagai ikterus obstruksi ekstra hepatal. Oleh karena

    adanya sumbatan maka akan terjadi dilatasi pada saluran empedu

    Karena adanya obstruksi pada saluran empedu maka terjadi

    refluks bilirubin direk (bilirubin terkonyugasi atau bilirubin II)

    dari saluran empedu ke dalam darah sehingga menyebabkan

    terjadinya peningkatan kadar bilirubin direk dalam darah.

    Bilirubin direk larut dalam air, tidak toksik dan hanya terikat

    lemah pada albumin. Oleh karena kelarutan dan ikatan yang

    lemah pada albumin maka bilirubin direk dapat diekskresikan

    melalui ginjal ke dalam urine yang menyebabkan warna urine

    gelap seperti teh pekat. Urobilin feses berkurang sehingga feses

    berwarna pucat seperti dempul (akholis) Karena terjadi

    peningkatan kadar garam-garam empedu maka kulit terasa gatal-

    gatal (pruritus).

    3. Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari

    kandung empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau

    peradangan kandung empedu (kolesistitis). Batu juga bisaberpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu,

    sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran

    empedu yang normal ke usus. Penyumbatan aliran empedu juga

    bisa terjadi karena adanya suatu tumor (Sjamsuhidajat, 2005).

    V. DIAGNOSIS

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    9/29

    Diagnosis ikterus obstruksi beserta penyebabnya dapat ditegakan

    berdasarkan Anamnesis (gambaran klinis), pemeriksaan fisis,

    laboratorium dan pemeriksaan penunjang diagnostik.

    VI. GEJALA KLINIS (Husadha, 1998)

    I. Anamnesa

    Riwayat ikterus yang terlihat dalam inspeksi bila kadar bilirubin serum >

    2,5 mg/dl.

    Perubahan warna urine, urine jadi gelap seperti warna teh.

    Perubahan warna feses, menjadi pucat seperti dempul dalam minimal 3x

    pemeriksaan berturut-turut.

    Riwayat anemia, terkadang kolelitiasis dapat disertai dengan anemia

    hemolitik.

    Nyeri perut terutama di regio perut kanan atas, lebih sering diakibatkan

    oleh obstruksi mekanis. Kolik bilier merupakan gejala yang umum terjadi

    berupa nyeri hilang timbul pada area epigastrium (subxyphoid) yang

    menjalar ke subcostal dextra, scapula dextra, dan leher. Waktu munculnya

    nyeri pada obstruksi bilier terutama dirasakan setelah makan makanan

    berlemak yang diikuti mual, muntah.

    Gejala anoreksia dan kaheksia lebih sering terjadi pada keganasan (Ca

    caput pankreas atau Ca hepar) daripada obstruksi batu bilier.

    Demam. Pada obstruksi mekanik muncul setelah nyeri timbul. Sedangkan

    pada inflamasi demam muncul bersamaan dengan nyeri

    Usia. Pada usia muda kebanyakan hepatitis, sedangkan usia tua lebih

    sering keganasan

    Riwayat tansfusi darah, penggunaan jarum suntik bergantian, tatoo,

    promiskuitas, pekerjaan beresiko tinggi terhadap hepatitis B, pembedahan

    sebelumnya.

    Makanan dan obat. Contohnya Clofibrate akan merangsang pembentukan

    batu empedu; alkohol, CCl4, makanan tinggi kolesterol juga akan

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    10/29

    merangsang pembentukan batu empedu. Disamping itu alkohol juga akan

    menyebabkan fatty liver disease.

    Gejala-gejala sepsis lebih sering menyertai ikterus akibat sumbatan batu

    empedu, jarang pada keganasan.

    Gatal-gatal. Karena penumpukan bilirubin direk pada kolestasis.

    Pemeriksaan Fisik

    Ikterus: sklera atau kulit

    Dicari stigmata sirosis (rontoknya rambut aksila dan pubis, spider naevi,

    gynekomastia, asites, caput medussae, palmar eritem, liver nail, pitting

    edema),scratch effect.

    Hepar teraba atau tidak. Hepar membesar pada hepatitis, Ca hepar,

    obstruksi bilier, bendungan hepar akibat kegagalan jantung. Hepar

    mengecil pada sirosis.

    Kandung empedu membesar atau tidak (Courvoisier sign(6)). Positif bila

    kantung empedu tampak membesar, biasanya pada keganasan karena

    dilatasi kandung empedu. Negatif bila kantung empedu tidak tampak

    membesar, biasanya pada obstruksi batu karena adanya proses inflamasi

    pada dinding kantung empedu.

    Murphys sign. Positif pada kolangitis, kolesistitis, koledokolelitiasis

    terinfeksi.

    VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Pemeriksaan darah lengkap, amilase, albumin, faktor

    pembekuan, serum transaminase (SGOT/SGPT), AFP,

    LDH, Alkali Fosfatase, -Glutamil Transpeptidase)

    Urinalisis terutama bilirubin direk (terkonjugasi) dan total.

    Marker serologis hepatitis untuk hepatitis.

    VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Brunicardi, 2005)

    1. Pemeriksaan USG

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    11/29

    Pemeriksaan USG perlu dilakukan untuk menentukan penyebab

    obstruksi. Yang perlu diperhatikan adalah :

    a. Besar, bentuk dan ketebalan dinding kandung empedu. Bentuk kandung

    empedu yang normal adalah lonjong dengan ukuran 2 3 X 6 cm, dengan

    ketebalan sekitar 3 mm.

    b. Saluran empedu yang normal mempunyai diameter 3 mm. Bila diameter

    saluran empedu lebih dari 5 mm berarti ada dilatasi. Bila ditemukan dilatasi

    duktus koledokus dan saluran empedu intra hepatal disertai pembesaran

    kandung empedu menunjukan ikterus obstrusi ekstra hepatal bagian distal.

    Sedangkan bila hanya ditemukan pelebaran saluran empedu intra hepatal saja

    tanpa disertai pembesaran kandung empedu menunjukan ikterus obstruksi

    ekstra hepatal bagian proksimal artinya kelainan tersebut di bagian proksimal

    duktus sistikus.

    c. Ada tidaknya massa padat di dalam lumen yang mempunyai densitas tinggi

    disertai bayangan akustik (acustic shadow), dan ikut bergerak pada perubahan

    posisi, hal ini menunjukan adanya batu empedu. Pada tumor akan terlihat

    massa padat pada ujung saluran empedu dengan densitas rendah dan

    heterogen.

    d. Bila tidak ditemukan tanda-tanda dilatasi saluran empedu berarti menunjukan

    adanya ikterus obstruksi intra hepatal.

    e. Bertujuan untuk mencari dan menentukan ukuran lumen saluran bilier serta

    mencari ada atau tidaknya massa dalam kandung empedu.

    2. Pemeriksaan CT scan

    Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya dilatasi duktus intra hepatik yang

    disebabkan oleh oklusi ekstra hepatik dan duktus koledokus akibat kolelitiasisatau tumor pankreas. Selain itu juga ditujukan untuk mencari dan menentukan

    ukuran lumen saluran bilier serta mencari ada atau tidaknya massa dalam kandung

    empedu.

    3.ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)

    Pemeriksaan ERCP dilakukan untuk menentukan penyebab dan letak sumbatan.

    ERCP memberi gambaran langsung tentang keadaan duktus biliaris dan sangat

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    12/29

    berguna mencari etiologi obstruksi ekstrahepatal dan mengekstraksi batu empedu.

    4. Biopsi Hepar biasanya untuk memastikan etiologi obstruksi intrahepatal.

    IX. PENATALAKSANAAN

    Pada dasarnya penatalaksanaan penderita ikterus obstruksi bertujuan untuk

    menghilangkan penyebab obstruksi atau mengalihkan aliran empedu. Bila

    penyebabnya adalah batu, dilakukan tindakan pembedahan. Bila penyebabnya

    adalah tumor dan tindakan bedah tidak dapat menghilangkan penyebab obstruksi

    karena tumor tersebut maka dilakukan tindakan drainase untuk mengalihkan aliran

    empedu tersebut. Pembedahan terhadap batu sebagai penyebab obstruksi, yangdapat dilakukan antara lain (Spencer, 2005) :

    Kolesistektomi terbuka

    Adalah mengangkat kandung empedu beserta seluruh batu. Indikasi paling

    umum untuk kolesistektomia adalah biliaris rekuren, diikuti oleh

    kolesistitis akut.

    Kolesistektomi laparaskopik; indikasi awal hanya pasien dengan batu

    empedu simptomatik tanpa adanya kolesistitis akut.

    Sfingterotomi/papilotomi; Bila letak batu sudah pasti hanya dalam duktus

    koledokus, dapat dilakukan sfingterotomi/papilotomi untuk mengeluarkan

    batunya. Cara ini dapat digunakan setelah ERCP kemudian dilanjutkan

    dengan papilotomi. Tindakan ini digolongkan sebagaisurgical Endoscopy

    Treatment (SET).

    Pembedahan terhadap striktur/ stenosis; striktur atau stenosis dapat terjadi

    dimana saja dalam sistem saluran empedu, apakah itu intra hepatik atauekstra hepatik. Tindakan yang dilakukan yaitu :

    Mengoreksi striktur atau stenosis dengan cara dilatasi atau sfingterotomi,

    Dapat juga dilakukan tindakan dilatasi secara endoskopi (Endoscopic

    Treatment) setelah dilakukan ERCP. Bila cara-cara di atas tidak dapat

    dilaksanakan maka dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki drainase

    misalnya dengan melakukan operasi rekonstruksi atau operasi bilio-

    digestif (by-pass).

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    13/29

    Pembedahan terhadap tumor; tumor sebagai penyebab obstruksi maka

    perlu dievaluasi lebih dahulu apakah tumor tersebut dapat atau tidak dapat

    direseksi. Bila tumor tersebut dapat direseksi perlu dilakukan reseksi

    kuratif. Hasil reseksi perlu dilakukan pemeriksaan PA.

    Bila tumor tersebut tidak dapat direseksi maka perlu dilakukan

    pembedahan paliatif saja yaitu terutama untuk memperbaiki drainase

    saluran empedu misalnya dengan anastomosis bilo-digestif atau operasi

    by-pass.

    B. KANDUNG EMPEDU

    I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

    Gambar 2. Anatomi kandung empedu (www. Google picture.com)

    Kandung empedu merupakan kantong kecil yang berfungsi untuk

    menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang

    dihasilkan oleh hati). Kandung empedu memiliki bentuk seperti buah pir dengan

    panjang 7-10 cm dan merupakan membran berotot. Terletak didalam fossa dari

    permukaan visceral hati.

    Bagian-bagian dari kandung empedu terdiri dari (Spencer, 2005):

    Fundus vesikafelea; bentuknya bulat, merupakan bagian kandung empedu

    yang paling akhir setelah korpus vesikafelea.

    http://www.jevuska.com/topic/kandung+empedu.htmlhttp://www.jevuska.com/topic/kandung+empedu.html
  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    14/29

    Korpus vesikafelea; merupakan bagian terbesar dari kandung empedu,

    didalamnya berisi getah empedu. Getah emepedu adalah suatu cairan yang

    disekresi setiap hari oleh sel hati yang dihasilkan setiap hari 500-1000 cc,

    sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi meningkat sewaktu

    mencerna lemak.

    Kolum; bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus

    dan daerah duktus sistika.

    Infundibulum, dikenal juga sebagai kantong Hartmann, merupakan bulbus

    divertikulum kecil yang terletak pada permukaan inferior dari kandung

    kemih.

    Duktus sistikus; yang menghubungkan kandung empedu ke duktus

    koledokus. Berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung dengan

    duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum.

    Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.

    Duktus koledokus, saluran yang membawa empedu ke duodenum.

    Pasokan darah ke kandung empedu adalah melalui arteri kistika, secara

    khas merupakan cabang dari arteri hepatika kanan. Drainase vena ini dari kandung

    empedu bervariasi, biasanya ke dalam cabang kanan dari vena porta. Aliran limfe

    masuk secara langsung kedalam hati dan juga masuk ke nodus-nodus di sepanjang

    permukaan vena porta. Sistem persarafan terletak disepanjang arteri hepatika.

    Sensasi nyeri diperantai oleh serat visceral, simpatis. Rangsangan motoris untuk

    kontraksi kandung empedu dibawa melalui cabang vagus dan ganglion seliaka.

    Kandung empedu ini terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen

    empedu (misalnya bilirubin), kolesterol, lemak. Kandung empedu memiliki

    beberapa fungsi, antara lain:

    1. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada

    didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini

    adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Untuk membuang limbah

    tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan

    kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

    2. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan

    vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    15/29

    Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi

    bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.

    Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga

    disekresi dalam empedu.

    Ikterus obstruktif, disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang

    sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus

    koledokus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis), kecepatan

    pembentukan bilirubin adalah normal, tapi bilirubin yang dibentuk tidak dapat

    lewat dari darah ke dalam usus (Lindseth, 2006)

    Ikterus obstruktif atau bisa juga disebut kolestasis dibagi menjadi 2

    yaitu kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik. Penyebab paling sering

    kolestatik intrahepatik adalah hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena

    alkohol dan penyakit hepatitis autoimun sedangkan penyebab paling sering

    pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus koledokus dan kanker

    pankreas. Penyebab lainnya yang relatif lebih jarang adalah striktur jinak

    (operasi terdahulu) pada duktus koledokus, karsinoma duktus koledokus,

    pankreatitis atau pseudocyst pankreas dan kolangitis sklerosing (Guyton,

    1999).

    Ikterus obstruktif itu sendiri adalah ikterus yang disebabkan oleh

    obstruksi sekresi bilirubin yang dalam keadaan normal seharusnya dialirkan

    ke traktus gastrointestinal. Akibat hambatan tersebut, terjadi regurgitasi

    bilirubin ke dalam aliran darah, sehingga terjadilah ikterus (Lindseth, 2006).

    Ikterus obstruktif adalah kegagalan aliran bilirubin ke duodenum,

    dimana kondisi ini akan menyebabkan perubahan patologi di hepatosit dan

    ampula vateri (Lindseth, 2006)A. Etiologi Ikterus Obstruktif

    1. Ikterus obstruktif intra hepatik

    Penyebab tersering ikterus obstruktif intrahepatik adalah penyakit

    hepatoseluler dengan kerusakan sel parenkim hati akibat hepatitis virus atau

    berbagai jenis sirosis. Pada penyakit ini, pembengkakan dan disorganisasi sel

    hati dapat menekan dan menghambat kanalikuli atau kolangiola. Penyakit

    hepatoseluler biasanya mengganggu semua fase metabolisme bilirubin ambilan,

    http://www.jevuska.com/topic/hemoglobin.htmlhttp://www.jevuska.com/topic/hemoglobin.html
  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    16/29

    konjugasi, dan ekskresi, tetapi ekskresi biasanya paling terganggu, sehingga

    yang paling menonjol adalah hiperbilirubinemia terkonjugasi. Penyebab ikterus

    obstruktif intrahepatik yang lebih jarang adalah pemakaian obat-obat tertentu,

    dan gangguan herediter Dubin Jhonson serta sindrom Rotor (jarang terjadi).

    Pada kedaan ini terjadi gangguan transfer bilirubin melalui membran hepatosit

    yang menyebabkan terjadinya retensi bilirubin dalam sel, obat yang sering

    mencetuskan gangguan ini adalah halotan (anestetik), kontrasepsi oral,

    estrogen, steroid anabolik, isoniazid, alopurinol, sulfonamid, dan klorpromazin

    (Lindseth, 2006)

    2. Ikterus obstruktif ektra hepatik

    Penyebab tersering ikterus obstruktif ekstrahepatik adalah sumbatan

    batu empedu, biasanya pada ujung bawah duktus koledokus; karsinoma kaput

    pankreas manyebabkan tekanan pada duktus koledokus dari luar; demikian

    juga dengan karsinoma ampula vateri. Penyebab yang lebih jarang adalah

    ikterus pasca perada ngan atau setelah operasi, dan pembesaran kelenjar limfe

    pada porta hepatis. Lesi intrahepatik seperti hepatoma kadang-kadang dapat

    menyumbat duktus hepatikus kanan atau kiri (Lindseth, 2006)

    Gambaran khas ikterus hemolilitik, hepatoselular, dan obstruktif

    (Ningrum, 2010)

    Gambaran Hemolitik Hepatoseluler Obstruktif

    Warna kulit Kuning pucat Orange-kuning

    muda atau tua

    Kuning-hijau

    muda atau tua

    Warna urine Normal (atau

    gelap dengan

    urobilin)

    Gelap (bilirubin

    terkonjugasi)

    Gelap (bilirubin

    terkonjugasi)

    Warna feces Normal atau gelap

    (lebih banyak

    sterkobilin)

    Pucat (lebih sedikit

    sterkobilin)

    Warna dempul

    (tidak ada

    sterkobilin)

    Pruritus Tidak ada Tidak menetap Biasanya

    menetap

    Bilirubin serum Meningkat Meningkat Meningkat

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    17/29

    indirek

    Bilirubin serum

    direk

    Normal Meningkat Meningkat

    Bilirubin urine Tidak ada Meningkat Meningkat

    Urobilinogen urin Meningkat Sedikit meningkat Menurun

    B. Patofisiologi Ikterus Obstruktif

    Empedu merupakan sekresi multi fungsi dengan susunan fungsi,

    termasuk pencernaan dan penyerapan lipid di usus, eliminasi toksin

    lingkungan, karsinogen, obat-obatan, dan metabolitnya, dan menyediakanjalur primer ekskresi beragam komponen endogen dan produk metabolit,

    seperti kolesterol, bilirubin, dan berbagai hormon (Ningrum, 2010)

    Pada obstruksi jaundice, efek patofisiologisnya mencerminkan

    ketiadaan komponen empedu (yang paling penting bilirubin, garam empedu,

    dan lipid) di usus halus, dan cadangannya, yang menyebabkan tumpahan pada

    sirkulasi sistemik. Feses biasanya menjadi pucat karena kurangnya bilirubin

    yang mencapai usus halus. Ketiadaan garam empedu dapat menyebabkan

    malabsorpsi, mengakibatkan steatorrhea dan defisiensi vitamin larut lemak (A,

    D, E, K); defisiensi vitamin K bisa mengurangi level protrombin. Pada

    kolestasis berkepanjangan, seiring malabsorpsi vitamin D dan Ca bisa

    menyebabkan osteoporosis atau osteomalasia (Ningrum, 2010)

    Retensi bilirubin menyebabkan hiperbilirubinemia campuran.

    Beberapa bilirubin terkonjugasi mencapai urin dan menggelapkan warnanya.

    Level tinggi sirkulasi garam empedu berhubungan dengan, namun tidak

    menyebabkan, pruritus. Kolesterol dan retensi fosfolipid menyebabkan

    hiperlipidemia karena malabsorpsi lemak (meskipun meningkatnya sintesis

    hati dan menurunnya esterifikasi kolesterol juga punya andil); level

    trigliserida sebagian besar tidak terpengaruh (Ningrum, 2010)

    Penyakit hati kolestatik ditandai dengan akumulasi substansi

    hepatotoksik, disfungsi mitokondria dan gangguan pertahanan antioksidan

    hati. Penyimpanan asam empedu hidrofobik mengindikasikan penyebab utama

    hepatotoksisitas dengan perubahan sejumlah fungsi sel penting, seperti

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    18/29

    produksi energi mitokondria. Gangguan metabolisme mitokondria dan

    akumulasi asam empedu hidrofobik berhubungan dengan meningkatnya

    produksi oksigen jenis radikal bebas dan berkembangnya kerusakan oksidatif

    (Ningrum, 2010)

    I. Kolelitiasis

    Definisi

    Kolelitiasis merupakan penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam

    kandung empedu atau di dalam duktus koledokus atau pada keduanya.(de Jong,

    2005)

    (Sibernagl, 2011)

    Insidens

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    19/29

    Penyakit kandung empedu lebih banyak dijumpai pada wanita dengan

    perbandingan 2:1 dengan pria, lebih sering ditemukan pada orang gemuk,

    bertambah dengan tambahnya usia, lebih banyak pada multipara, lebih banyak

    pada orang- orang dengan diet tinggi kalori dan obat- obatan tertentu (food),

    sering memberikan gejala-gejala saluran cerna (Flatulen) (Halimun, 1990).

    Insiden kolelitiasis yang pernah dilaporkan di negara Barat adalah 20%, dan

    banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia, dan banyak ditemukan pada

    perempuan. Di negara Barat, 80% batu empedu adalah batu kolesterol, tetapi

    angka kejadian batu empedu pigmen meningkat akhir-akhir ini. Perubahan ini

    diduga karena perubahan gaya hidup, pola makanan, berkurangnya infeksi parasit,

    dan menurunnya frekuensi infeksi empedu. Sedangkan di Asia timur, termasuk

    Indonesia angka kejadian batu pigmen lebih tinggi dibandingkan dengan angka

    yang terdapat di negara Barat, dan sesuai dengan angka di negara tetangga seperti

    Singapura, Malaysia, Muangthai, Filipina. Hal ini menunjukkan bahwa faktor

    infeksi empedu oleh kuman gram negatif E. coli ikut berperan penting dalam

    timbulnya batu pigmen(de Jong, 2005)

    Patogenesis

    80% batu empedu terdiri dari kolesterol. Kolesterol tidak larut dalam air.

    Kelarutan kolesterol di dalam cairan empedu dipengaruhi asam empedu dan

    fosfolipid. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan terjadi presipitasi dari

    kolesterol (empedu litogenik) dan terbentuk batu empedu (segitiga SMALL)

    (Halimun, 1990).Dalam perjalanannya batu kandung empedu dapat berpindah ke

    dalam duktus koledokus melalui duktus sistikus. Di dalam perjalannya melalui

    duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara

    parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejala kolik empedu. Pasase batuempedu berulang melalui duktus sistikus yang sempit dapat menimbulkan iritasi

    dan perlukaan sehingga dapat menimbulkan peradangan dinding duktus sistikus

    karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh striktur. Kalau batu terhenti di

    dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar dan tertahan oleh striktur,

    batu akan tetap berada di sana sebagai batu duktus sistikus (de Jong, 2005)

    Gambaran klinis

    Kurang lebih 10 % penderita batu empedu bersifat asimptomatik.

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    20/29

    Gejala yang timbul dapat berupa:

    Nyeri (60%), besifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium

    kanan dan menjalar ke bahu kanan. Nyeri sering timbul karena rangsangan

    makanan berlemak. Nyeri dapat terus, bila terjadi penyumbatan atau

    keradangan.

    Demam, timbul bila terjadi keradangan. Sering disertai menggigil.

    Ikterus. Ikterus obstruksi terjadi bila ada batu yang menyumbat saluran

    empedu utama (duktus hepatikus/koledokus).

    Pemeriksaan fisik

    Bila terjadi penyumbatan duktus sistikus atau kolesistitis dijumpai nyeri tekan

    hipokondrium kanan, terutama pada waktu penderita menarik nafas dalam

    (Murphys Sign).

    Pemeriksaan laboratorium

    Pada ikterus obstruksi terjadi:

    Peradangan akut leukositosis

    Adanya peningkatan kadar dalam darah dari bahan-bahan: bilirubin direk

    dan total, kolesterol, alkali fosfatase, gama glukuronil transferase

    Bilirubinuria

    Pemeriksaan penunjang

    USG: mempunyai derajat spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi untuk

    mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu

    intrahepatik maupun ekstrahepatik. Dengan USG juga dapat dilihat

    dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem karena

    peradangan maupun sebab lain.

    Kolesistografi oral; lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung

    empedu.

    Foto polos perut biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena

    hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu bersifat radioopak.

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    21/29

    Pemeriksaan khusus pada ikterus obstruksi: kolangiografi perkutan

    transhepatik (PTC), Endoscopic retrograde cholangio pancreatography

    (ERCP), computerized tomography scanning(CT Scan) (de Jong, 2005).

    Penatalaksanaan

    Tatalaksana kolelitiasis dapat ditangani baik secara non bedah maupun dengan

    pembedahan (kolesistektomi). Tatalaksana non bedah dapat terdiri atas lisis batu

    dan pengeluaran secara endoskopik. Selain itu, dapat dilakukan pencegahan

    kolelitiasis pada orang yang cenderung memiliki empedu litogenik dengan

    mencegah infeksi dan menurunkan kadar kolesterol serum dengan cara

    mengurangi asupan atau menghambat sintesis kolesterol. Obat golongan statin

    dikenal dapat menghambat sintesis kolesterol karena menghambat enzim HMG-

    CoA reduktase.

    II. Kolesistitis

    Definisi

    Kolesistitis adalah peradangan akut pada dinding kandung empedu yang terjadi

    akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu empedu. Terbagi 2 tipe, kolesistitis akut

    sebagian besar disebabkan adanya obstruksi di duktus sistikus oleh batu,

    sedangkan kurang lebih 10% tanpa disertai batu, sedangkan kolesistitis kronik

    hampir selalu disertai batu.

    Faktor pencetus

    1. Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang

    menimbulkan iskemia mukosa dan dinding kandung empedu

    2. Peradangan kimiawi akibat pelepasan lisolesitin (akibat kerja fosfolipase

    pada lesitin dalam kandung empedu) dan faktor jaringan lokal lainnya.

    3. Peradangan bakteri yang mungkin berperan pada 50-85% pasienkolesistitis akut.

    Penyebab paling sering adalahEscherichia coli. Klebsiela sp, Streptococcus grup

    D, Stapilococcus sp, dan Clostridium sp.

    Gambaran klinis

    Serangan kolik biliaris (awal)

    Nyeri abdomen kanan atas sesudah makan-makanan yang mengandung

    banyak lemak.

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    22/29

    Nyeri kolesistitis dapat menyebar ke antarscapula, scapula kanan, atau

    bahu.

    Ikterus (jarang), hanya akan tampak bila ada hambatan aliran empedu.

    Mual muntah

    Demam ringan

    Pemeriksaan fisik

    Triad nyeri kuadran kanan atas abdomen, demam, leukositosis berkisar antara

    10.000-15.000 sel/L, dengan pergeseran ke kiri.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pada hitung jenis, bilirubin serum sedikit meningkat (

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    23/29

    Kolestasis adalah berkurangnya atau terhentinya aliran empedu dari hati ke usus,

    yang dapat terjadi pada saluran intra hepatik dan/atau ekstra hepatik.

    Etiologi

    Penyebab kolestasis dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

    1. Berasal dari hati:

    a. Hepatitis

    b. Penyakit hati alkoholik

    c. Sirosis bilier primer

    d. Akibat obat- obatan

    e. Akibat perubahan hormon selama kehamilan (kolestasis pada

    kehamilan).

    2. Berasal dari luar hati:

    a. Batu di saluran empedu

    b. Penyempitan saluran empedu

    c. Kanker saluran empedu

    d. Kanker pancreas

    e. Peradangan pancreas

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    24/29

    (Sibernagl, 2011)

    Manifestasi klinis

    1. Jaundice dan urine yang berwarna gelap merupakan akibat dari bilirubin

    yang berlebihan di dalam kulit dan urine.

    2. Feses terkadang tampak pucat karena kurangnya bilirubin dalam usus.

    3. Feses juga bisa mengandung terlalu banyak lemak (steatore) karena dalam

    usus tidak terdapat empedu untuk membantu mencerna lemak dalam

    makanan.

    4. Berkurangnya empedu dalam usus juga menyebabkan berkurangnya

    penyerapan kalsium dan vitamin D.

    5. Jika kolestasis menetap, kekurangan kalisium dan vitamin D akan

    menyebabkan pengeroposan tulang dan dapat menyebabkan rasa nyeri di

    tulang serta patah tulang.

    6. Terjadi gangguan penyerapan dari bahan- bahan yang diperlukan untuk

    pembekuan darah sehingga pasien cenderung mudah mengalami

    perdarahan.

    7. Terdapatnya empedu dalam sirkulasi darah bisa menyebabkan gatal- gatal

    (disertai penggarukan dan kerusakan kulit).

    8. Jaundice yang menetap lama sebagai akibat dari kolestasis, menyebabkan

    kulit berwarna gelap dan di dalam kulit terdapat endapan kuning karena

    lemak.

    9. Gejala lainnya bergantung pada penyebab kolestasis, bisa berupa nyeriperut, hilangnya nafsu makan, muntah atau demam.

    Penegakkan diagnosis

    1. Jika penyebabnya adalah penyakit hati, maka pada pemeriksaan fisik akan

    ditemukan;

    a. Pembuluh darah yang memberikan gambaran seperti laba-laba

    b. Pembesaran limfa

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    25/29

    c. Pengumpulan cairan dalam perut (asites).

    2. Jika penyebabnya di luar hati, bisa ditemukan:

    a. Demam

    b. Nyeri yang berasal dari saluran empedu atau pancreas

    c. Pembesaran kandung empedu

    3. Kadar enzim alkalin fosfatase sangat tinggi

    4. Jika hasil pemeriksaan darah menunjukkan adanya kelainan, maka hampir

    selalu dilakukan pemeriksaan USG atau CT scan untuk membantu

    membedakan penyakit hati dengan penyumbatan pada saluran empedu.

    5. Jika penyebabnya adalah penyakit hati, maka dilakukan biopsi hati.

    6. Jika penyebabnya adalah penyumbatan saluran empedu, maka dilakukan

    pemeriksaan endoskopi.

    Penatalaksanaan

    1. Penyumbatan di luar hati biasanya dapat di obati dengan cara pembedahan

    atau endoskopi terapeutik

    2. Penyumbatan di dalam hati bisa diobati dengan berbagai cara, bergantung

    pada penyebabnya.

    a. Jika penyebabnya adalah obat, maka konsumsi obat harus dihentikan.

    b. Jika penyebabnya adalah hepatitis, maka biasanya kolestatis dan

    jaundice akan menghilang sejalan dengan membaiknya penyakit.

    3. Cholestyramine, diberikan per-oral (ditelan), bisa digunakan untuk mengobati

    gatal-gatal. Obat ini terkait dengan produk empedu tertentu dalam usus,

    sehingga tidak dapat diserap kembali dan menyebabkan iritasi kulit.

    4. Pemberian vitamin K bisa memperbaiki proses pembekuan darah.

    5. Kalsium dan vitamin D tambahan sering diberikan jika kolestasis menetap,tetapi tidak terlalu efektif dalam mencegah penyakit tulang.

    6. Jika terlalu banyak lemak yang dibuang ke dalam feses, maka diberikan

    tambahan trigliserida (Halimun, 1990)

    IV. Tumor ganas kandung empedu

    Karsinoma kandung empedu jarang ditemukan. Biasanya didapatkan pada

    usia lanjut. Kebanyakan berhubungan dengan batu kandung empedu. Resiko

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    26/29

    timbulnya keganasan sesuai dengan lamanya menderita batu kandung empedu.

    Tumor ganas primer kandung empedu adalah jenis adenokarsinoma dengan

    penyebaran invasi langsung ke dalam hati dan porta hati ( de Jong, 2005). Ini

    adalah jenis kanker yang paling umum melibatkan traktus biliaris ekstrahepatik.

    Kandung empedu yang berkalsifikasi atau seperti porselen berkaitan dengan

    insiden 20% dari kanker kandung empedu (Spencer, 2005)

    Metastasis terjadi ke kelenjar getah bening regional, hati, dan paru.

    Kadang karsinoma ditemukan secara tidak sengaja sewaktu melakukan

    kolesistektomi untuk kolelitiasis, dan sering terjadi penyebaran. Patogenesisnya

    masih belum jelas.

    Gambaran klinis

    Sering ditemukan nyeri menetap di perut kuadran kanan atas, mirip kolik bilier.

    Apabila terjadi obstruksi duktus sistikus, akan timbul kolesistitis akut. Gejala lain

    yang dapat terjadi adalah ikterus obstruksi dan kolangitis akibat invasi tumor ke

    duktus koledokus.

    Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik dapat diraba massa di daerah kandung empedu. Pada

    pemeriksaan penunjang USG dan CT scan dapat membantu menemukan tumor

    dan batu.

    Diagnosa banding

    Diagnosa bandingnya adalah kolesistolitiasis dan kolesistitis kronik, terutama

    apabila ada dinding yang fibrotik.

    Tatalaksana

    Pencegahan dengan melakukan kolesistektomi pada penderita kolelitiasis

    merupakan cara yang paling baik. Cara ini terbukti menurunkan angka kejadiankarsinoma kandung empedu. Apabila ditemukan karsinoma kandung empedu

    sewaktu laparatomi, harus dilakukan kolesistektomi dan reseksi baji hepar selebar

    3-5 cm disertai diseksi kelenjar limfe regional di daerah ligamentum

    hepatoduodenale (de Jong, 2005).

    Prognosis

    Prognosis jangka panjang dengan karsinoma kandung empedu adalah buruk,

    dengan angka kelangsungan hidup 5 tahun yang dilaporkan adalah kurang dari

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    27/29

    5%. Pasien dengan lesi kecil yang ditemukan secara kebetulan pada saat

    kolesistektomi, mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk kelangsungan

    hidup jangka lama (Spencer, 2005)

  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    28/29

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunicardi F, Charles, 2005 et al. Principles of Surgery. 8th ed.

    New York: McGawHill;.p.1187-1193

    Guyton, Arthur C dan John E hall. 1997 Fisiologi Gastrointestinal.

    Dalam : Irawati Setiawan (Editor Bahasa Indonesia) Buku Ajar Fisiologi

    Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC,. h. 1108-1109

    Husadha, Yast, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Fisiologi

    dan Pemeriksaan Biokimiawi Hati. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit

    FKU;.. Halaman 225-226

    Halimun EM, 1990, Ikterus. In: Sulaiman HA, dkk.

    Gastroenterology Hepatologi. Bagian IPD FKUI Jakarta: Sagung Seto;. hal

    90-117

    Lindseth Glenda N, 2006, Ikterus dan Metabolisme Bilirubin.

    Dalam : Hartanto Huriawati et al. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

    Proses Penyakit volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC,. h.481-485

    Ningrum. 2010, February 03. Ikterus Obstruktif (Obstructive

    Jaundice). [Online] [Cited 2013 June 20]; Available from URL:

    http://ningrumwahyuni.wordpress.com

    Sulaiman, Ali, 2007, Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam

    : Aru W Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.

    Jakarta : Penerbitan IPD FKUI,. h. 420-423

    Spencer SS, 2000, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta:

    EGC, McGrawHill;.h. 455-469

    Sjamsuhidajat R, 2005, de JW. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi dua.

    Jakarta: EGC; h.198-200

    http://ningrumwahyuni.wordpress.com/http://ningrumwahyuni.wordpress.com/http://ningrumwahyuni.wordpress.com/http://ningrumwahyuni.wordpress.com/
  • 7/29/2019 REFERAT Ikterus Lusi Print

    29/29