Post on 24-Jul-2015
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Diabetes Melitus
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
angka insidensi dan prevalensi diabetes melitus di berbagai penjuru dunia. World Health
Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes yang
cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang
diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009,
memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus dari 7,0 juta pada tahun 2009
menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan
keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes melitus sebanyak
2-3 kali lipat pada tahun 2030.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 oleh departemen
kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di daerah urban Indonesia untuk
usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkesil terdapat di provinsi Papua sebesar
1,7%, dan terbesar di provinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%.
Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% di provinsi
Jambi sampai 21,8% di dprovinsi Papua Barat.
Data-data di atas menunjukan bahwa jumlah penyandang Diabetes di Indonesia sangat
besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter
spesialis atau dokter subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang ada.
Mengingat bahwa diabetes melitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber
daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan
diabetes melitus, khususnya dalam upaya pencegahan.
Pada strategi pelayanan kesehatan bagi penyandang Diabetes, peran dokter umum
menjadi sangat penting sebagai ujung tombak di pelayanan kesehatan primer. Kasus diabetes
melitus sederhana tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di
pelayanan kesehatan primer. Penyandang diabetes yang berpotensi mengalami penyulit
diabetes melitus perlu secara periodik dikonsultasikan kepada dokter spesialis penyakit dalam
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
1
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
atau dokter spesialis dalam konsultan endokrin, metabolisme, dan diabetes di tingkat
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi di rumah sakit rujukan. Demikian pula penyandang
diabetes dengan glukosa darah yang sukar dikendalikan dan penyandang diabetes dengan
penyulit, pasien dapat dikirim kembali kepada dokter pelayanan primer setelah penangan di
rumah sakit rujukan selesai.
Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.
Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan
lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan
keluarganya bertujuan dengan cara memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit,
pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan diabetes melitus akan sangat membantu
meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan.
Untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat guna dan berhasil guna, serta untuk
menekan angka kejadian penyulit diabetes melitus, diperlukan suatu standar pelayanan
minimal bagi penyandang diabetes. Penyempurnaan dan revisi secara berkala dari standar
pelayan, harus selalu dilakukan dan disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan ilmu mutakhir,
sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyandang diabetes.
II. Definisi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
2
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
III. Klasifikasi Diabetes Melitus
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolute
Autoimun
Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
Tipe Lain Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus
Diabetes Gestasional Diabetes yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
3
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
BAB II
PEMBAHASAN
I. Definisi Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang
wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes gestasional terjadi
karena perubahan pada metabolisme glukosa yang dipicu oleh kehamilan.
Teori lain mengatakan bahwa diabetes tipe ini disebut sebagai “unmasked” atau
baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk,
riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan
riwayat abortus berulang.
Penilaian risiko untuk diabetes melitus gestasional harus dilakukan pada
kunjungan prenatal pertama. Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan
risiko tinggi diabetes melitus gestasional (ditandai obesitas, sejarah pribadi diabetes
melitus gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga yang kuat diabetes) harus
menjalani pengujian glukosa sesegera mungkin.
II. Skrining Diabetes Melitus Gestasional
Fourth International Workshop-Conference on Gestasional Diabetes Melitus,
merekomendasikan skrining untuk mendeteksi diabetes melitus gestasional dengan
faktor resiko sebagai berikut :
Risiko Rendah :
Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :
o Angka kejadian diabetes gestasional pada daerah tersebut rendah
o Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat
o Usia < 25 tahun
o Berat badan normal sebelum hamil
o Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu
o Tidak ada riwayat obstetrik terganggu sebelumnya
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
4
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
Risiko Sedang :
o Wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan
perlu dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28
Risiko Tinggi :
o Wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami
glukosuria (air seni mengandung glukosa) perlu dilakukan tes gula darah
secepatnya.
Bila diabetes melitus gestasional tidak terdiagnosis, maka pemeriksaan gula darah
diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat gejala
yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam darah berlebihan).
Menurut American Diabetes Association (2005), teknik skrining dianjurkan bagi
semua wanita hamil dengan cara :
Pasien diberikan 50 gr beban glukosa oral, lalu kadar gula darahnya diperiksa
1 jam kemudian. Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu
dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa 3 jam.
Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan diabetes gestasional.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik
menggunakan tes beban glukosa oral 75 gr. Diabetes melitus gestasional didiagnosis
bila:
Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)
Puasa
Jam 2
> 126
> 140
Tes Beban Glukosa Oral (WHO)
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
5
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
Tujuan skrining diabetes melitus gestasional adalah untuk meningkatkan
kewaspadaan ibu hamil dan meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan
skrining setelah melahirkan.
III. Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional pada Ibu dan Bayi
A. Komplikasi diabetes gestasional terhadap bayi.
Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes melitus gestasional dapat
melahirkan bayi yang sehat. Akan tetapi, diabetes gestasional yang tidak dimonitor
dengan baik dapat mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada sang ibu dan bayi, termasuk kemungkinan
untuk melahirkan dengan cara operasi caesar. Berikut adalah beberapa resiko yang
dapat terjadi akibat diabetes gestasional :
1. Bayi lahir dengan berat berlebih.
Kadar glukosa yang berlebih dalam darah dapat menembus plasenta, yang
mengakibatkan pankreas bayi akan memproduksi insulin berlebih. Hal ini dapat
menyebabkan bayi tumbuh terlalu besar (macrosomia). Bayi yang terlalu besar
dapat mengakibatkan bayi terjepit ketika melewati jalan lahir, dan beresiko untuk
terjadinya luka saat lahir yang membutuhkan operasi caesar untuk
melahirkannya.
2. Lahir terlalu awal dan sindrom sulit untuk bernafas.
Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko untuk
melahirkan sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter yang menyarankan
demikian, karena bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang dilahirkan sebelum
waktunya dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas. Bayi yang mengalami
sindrom tersebut memerlukan bantuan pernafasan hingga paru-parunya
sempurna. Bayi yang ibunya mengalami diabetes gestasional juga dapat
mengalami sindrom sulit untuk bernafas meskipun dilahirkan tepat waktu.
3. Kadar gula darah rendah (hipoglikemia).
Terkadang, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai
kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) setelah dilahirkan, karena kadar
insulin dalam tubuhnya yang tinggi. Hipoglikemia berat yang dialami oleh bayi,
dapat mengakibatkan kejang pada bayi. Pemberian nutrisi secara cepat &
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
6
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
terkadang juga dengan pemberian cairan glukosa secara intra vena dapat
mengembalikan kadar gula darah bayi kembali ke normal.
4. Bayi kuning (jaundice).
Warna kekuningan pada kulit dan mata dapat terjadi bila hati bayi belum
berfungsi dengan sempurna untuk memecah zat yang bernama bilirubin, yang
secara normal terbentuk ketika tubuh mendaur ulang sel darah merah yang tua
ataupun rusak. Meskipun jaundice tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi
pengawasan secara menyeluruh tetap diperlukan.
5. Diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai resiko lebih
besar untuk menderita obesitas dan diabetes tipe 2 di kemudian hari.
6. Kematian pada bayi, baik sebelum ataupun setelah lahir
B. Komplikasi diabetes melitus gestasional terhadap sang ibu
1. Tekanan darah tinggi, preeklampsia dan eklampsia.
Diabetes melitus gestasional akan meningkatkan resiko ibu untuk
mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan
meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeklampsia dan eklampsia, yaitu 2 buah
komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah &
gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.
2. Diabetes di kemudian hari.
Jika mengalami diabetes melitus gestasional, maka kemungkinan besar
akan mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga
beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan
mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang bernutrisi & berolahraga
dapat mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2 nantinya.
IV. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus Gestasional
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah serta
ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
7
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
V. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional
Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :
a. Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan
utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin,
mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton
meningkat dalam darah). Menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968), wanita diabetes
gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita
dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari. Pola
makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dalam sehari sangat
dianjurkan. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari
dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).
Gambar 2. Diet Sehat untuk Penderita DM
b. Olahraga
Bersepeda dan olah raga tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita
dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika
berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga
berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
8
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
Gambar 3. Olahraga untuk Wanita dengan Diabetes Gestasional
c. Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan
dosis yang sama seperti sebelum kehamilan, sampai didapatkan tanda-tanda perlu
ditambah atau dikurangi. Menurut The American Diabetes Association (1999), terapi
insulin direkomendasikan ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula
darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl.
Gambar 4. Lokasi Penyuntikan Insulin pada Wanita Hamil
Gambar 5. Contoh Pen untuk Menyuntikkan Insulin
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
9
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
Terapi obat oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA
karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pankreas janin, dan
menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.
d. Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestasional yang ringan, gula darah dapat dikendalikan
melalui diet, dan tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat
melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada
komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan
insulin, maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu
terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia,
preeklampsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan
induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami
diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu
setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
10
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
BAB III
KESIMPULAN
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yang sangat memepengaruhi kualitas hidup penyandangnya sehingga perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sampai saat ini memang belum ditemukan
cara atau pengobatan yang dapat menyembuhkan diabetes secara menyeluruh. Namun harus
diingat bahwa diabetes dapat dikembalikan, dengan cara diet, olahraga, dan dengan
menggunakan obat anti diabetik. Pada setiap penanganan penyandang diabetes melitus, harus
selalu ditetapkan target yang akan dicapai sebelum memulai pengobatan. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan program pengobatan dan penyesuaian regimen terapi sesuai
kebutuhan. Pengobatan diabetes ini sangat spesifik dan individual untuk masing-masing
pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol
kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum diharapkan dapat menurunkan
prevalensi diabetes melitus baik di Indonesia maupun di dunia di masa yang akan datang.
Diabetes yang terjadi dan baru diketahui saat hamil, dinamakan dengan diabetes melitus
gestasional. Sedangkan bila diabetes telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan
diabetes melitus pregestasi. Diabetes melitus yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat
hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan diabetes
melitus gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan diabetes belum juga sembuh,
maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi diabetes melitus. Diabetes melitus gestasional
perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat
mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
11
Referat Diabetes Melitus Gestasional 2011
secara professional terhadap ibu hamil dengan diabetes melitus, supaya tidak lagi terjadi
berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 24 Oktober 2011 – 31 Desember 2011
12