Post on 04-Jan-2016
description
LAPORAN STUDI KASUS
PRE DIETETIC INTERNSHIP KLINIK
PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN ABDOMINAL PAIN + S. TYPOID +
VOMITING
DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
Oleh
Trianggi Purnasari
145070309111038
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
JURUSAN GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 LATAR BELAKANG
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupanan sensasi subyektif
yang tidak menyenangkan yang terasa di setiap region abdomen (Pierce
et al, 2007). Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua
kunjungan gawat dan darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika
Serikat (Robinson, 2005). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien
yang datang ke instalasi gawat darurat mengeluh nyeri perut. Diagnosis
bervariasi sesuai kelompok usia, yaitu anak dan geriatric. Sebaga contoh
nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis,
sedangkan penyakit empedu, usus dverticulitis dan infark usus lebih
umum terjadi pada bayi (Cordel et al, 2005).
Akut abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan
dirongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri dan mual
muntah sebagai keluhan utama. Akut abdomen memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau pendarahan massif dirongga perut maupun
disaluran cerna. infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut
oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis (Sjamsuhidajat et al,
2010).
Vomiting (mual dan muntah) yang hebat karena abdominal pain
dapat menyebabkan seseorang menjadi malnutrisi atau gizi buruk
kekurangan energi protein. Kurang energi protein (KEP) pada anak masih
menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan Riset kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13%
berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang
sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6% anak sangat
kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini
berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi dan anak terkait
dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu
ditangani secara cepat dan tepat. Salah satu cara untuk menanggulangi
masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan
tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang
ditemukan.
BAB II
NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. KN
Sex : Laki-laki
Umur : 7 tahun 2 bulan
Alamat : Tenggong, Rejotangan
Agama : Islam
Pendidikan : Kelas I SD
Tgl MRS : 12 September 2015
No. Registrasi : 737059
Ruang : Wijaya Kusuma
Diagnosa Medis : Abdominal Pain + S. Thypoid + Vomiting
DPJP : dr. Aini, Sp.A
2.2 ASSESMENT
2.2.1 Antropometri
BB Aktual = 15 cm
TB = 113,5 cm
LILA = 14 cm
BBI = ((7 x 7 th) – 5) : 2 = 22 kg
Indeks Nilai Z-Score/ (%) Kategori Status GiziBB/U -3,47 SD Gizi burukTB/U -1,73 SD Normal IMT/U -3,70 SD Gizi burukLILA/U 74% Gizi kurang
(WHO, 2005; Kemenkes, 2010)
2.2.2 Biokimia
Tabel 2.1 Hasil Lab Pasien tanggal 12/09/2015
Data Laboratorium Nilai Nilai Normal InterpretasiJumlah eritrosit 5,8 106/ul 4,0 – 5,3 Rendah
RDW-SD 34,3 FL 11,5 – 14,5 TinggiNeutrofil 69% 32 – 52 TinggiLimfosit 22,4% 30 – 60 Rendah Monosit 8,2% 2 – 8 Tinggi
Jumlah neutrofil 7,26x103/ul 1,5 – 7 TinggiPLT 901x106/ul 150 – 450 TinggiPCT 0,840% 0,150 – 0,400 TinggiNa 134 mmol/L 135 – 145 Rendah
Clorida 73 mmol/L 96 – 106 Rendah Sumber : Rekam Medik Pasien,2015
2.2.3 Fisik/Klinis
Hasil pengamatan terhadap fisik pasien:
- Mata cekung dan besar
- Terlihat sangat kurus, iga gambang
- Kulit kering
- Rewel
Tabel 1.2 Interpretasi Data Fisik Klinis
Data Fisik/ Klinis
Hasil Nilai NormalInterpretasi
KU Lemah Baik LemahKesadaran Compos mentis Compos mentis (N)TD 100/70 mmHg 105/65 mmHg (N)Nadi 100 x/mnt 75-105 x/mnt (N)RR 20 x/mnt 18-26 x/mnt (N)Suhu 36°C 36-37,2oC (N)
Nafsu makan menurun
(+) (-) (+)
Mual (+) (-) (+)Muntah (+) (-) (+)Nyeri perut (+) (-) (+)BAB Selama 11 hari belum pernah BABBAK 2x sehari warna pekat
2.2.4 Dietary Assesment
1. Riwayat Makan Dahulu
Di Malaysia (2014) dengan BB > 20 kg
Pasien mempunyai pola makan dalam sehari sebanyak 3 kali
Setiap hari konsumsi junk food dan fast food seperti: burger,
spagetty, fried chicken, nugget dan mie instan.
Tidak suka konsumsi sayur dan buah
Di Indonesia (Januari - Agustus 2015) dengan BB 18 kg
Pasien mempunyai pola makan dalam sehari sebanyak 3 kali
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan
Adapun pola konsumsi pasien adalah sebagai berikut:
Konsumsi makanan pokok:
Nasi: 3 x 100 gr / hari
Kentang: 3 x 20 gr/ bulan
Singkong/ ubi jalar: 2 x 50 gr/ bulan
Mie instan: 2 x 68 gr/ bulan
Konsumsi lauk hewani jarang:
Daging sapi: 1 x 50 gr/bulan
Ayam: 2 x 50 gr/ bulan
Telur: 3 x 60 gr/minggu
Konsumsi lauk nabati sering:
Tahu/ tempe 3x25 gr/hari)
Konsumsi susu:
Susu milo: 3 kotak/ minggu
Konsumsi sayur dan buah tidak pernah
Konsumsi jajanan/camilan setiap hari seperti:
Kerupuk, pentol, sosis, chiki, snack nabati, wafer, mie
kering, oreo, gery salut, chocolatos, okky jelly, permen, es
marimas, ale-ale, capucino cincau.
Untuk lebih jelasnya,bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2 Pola Makan Pasien
BahanMakanan
Frekuensi BahanMakanan
FrekuensiTP J S TP J S
Nasi V Sayuran Buah vNasi jagung v Sayuran Daun vKentang v Pisang vRoti v Pepaya vMie instan V Santan Kental/encer vUmbi-umbian v Minyak vSagu v Susu vTempe V Teh manis/tawar v
Tahu V Kopi manis/tawar vDaging Sapi v Sirup vAyam v Soft drink vIkan Asin v Jamu vTelur Ayam Ras v Chiki v
Keterangan : TP : Tidak Pernah
J : Jarang (1-2x/bulan)S : Sering (>2x/minggu)
2.2.4.1 Riwayat Makan Sekarang
- Sejak jatuh dari sepeda (3 september 2015 sampai
sekarang) setiap kali makan dan minum selalu dimuntahkan
dan pasien sedang berpuasa untuk USG sehingga hasil
recall 0%.
2.2.5 Obat
Nama Obat Fungsi Interaksi Obat dan Makanan
Inj. Ondansetron 2 mg Mencegah mual dan muntah yang diinduksi dengan cytotoxic chemo dan anestesi
Mual jangka panjang dapat menyebabkan asupan oral yang rendah dan penurunan berat badan
Inj. Santagesik 200 mg
Memblokir enzim COX dan menurunkan prostaglandin sehingga menurunkan rasa sakit dan inflamasi
Menyebabkan mual. Retensi cairan dan natrium, gejala pada saluran cerna menyebabkan penurunan makan, defisiensi zat besi. Oleh karena itu, makan secara teratur untuk menurunkan resiko gangguan saluran cerna.
Inj. Anbacim 400 mg Profilaksis pada infeksi abdomen
-
Inj. Ranitidine 20 mg Ranitidin diunakan secara oral dalam terapi ulkus duodenum dan ulkus lambung yang aktif, gasthroesophageal reflux desease (GERD), esofagitis erosif dengan endoskopi, dan sebagai terapi pemeliharaan
Penggunaan ranitidin dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12 karena malabsorpsi vitamin B12.
pada ulkus duodenum dan ulkus lambung.
Oral Clobazam 2,5 mg untuk mengatasi gangguan kecemasan yang parah serta sebagai terapi tambahan untuk menangani epilepsi
-
Infus D 5% 1400 cc/jam
1400/500 x 100 = 280 kkal
2.2.6 Sosial Ekonomi
Pasien adalah siswa kelas 1 SDN Tenggong Rejotangan. Jatuh
dari sepeda pada tanggal 3 September 2015 menyebabkan sakit perut,
mual, muntah.
- Pekerjaan Ayah: wiraswasta
- Pekerjaan Ibu: IRT
- Jumlah saudara: 3
- Px mempunyai saudara tiri dari ayahnya. Px akrab dan sayang
dengan keluarga.
- Px sudah 9 bulan tinggal di Tulungagung, sebelumnya tinggal di
Malaysia bersama ayah dan ibunya.
Di Malaysia: px diasuh oleh pengasuh, jarang keluar rumah, tidak
pernah main bersama teman-temannya. Pernah masuk Tk namun
hanya sebentar (±3 minggu).
Di Tulungagung: px lebih banyak diluar rumah, main diluar rumah
bersama teman-temannya.
Pemahaman:
- Warna : mampu
- Angka : mampu
- Huruf : mampu tetapi masih dibantu belum lancar dalam
membaca dan menulis
- Benda : cukup
- Sosial : kadang masih dibantu, misalnya “ayam bisa bertelur”
px hanya mengetahui teori untuk penerapan belum cukup
mampu.
Di sekolah:
- Guru: px merasa takut dengan guru
Dimarahi (+)
Dimarahi (-)
Karena px setiap disuruh baca/ menulis sering menolak karena tidak
bisa.
- Pelajaran: px merasa malas-malasan dan kesulitan karena px tidak
mampu membaca dan tidak mau untuk menulis.
Teman:
- Px punya teman banyak.
- Px sering memukul saat digoda sama temannya.
- Px mempunyai teman perempuan bernama Mayla. Px dan Mayla
pernah memperlihatkan alat kelaminnya di kamar mandi sekolah,
dipergoki oleh guru kemudian orangtua mereka dipanggil untuk
menghadap kepala sekola (1 hari sebelum px jatuh dari sepeda).
- Px takut dengan Mayla karena:
Mayla suka memukul px
Mayla suka menjotos perut px
Mayla pernah mencakar px dileher
Mayla sering cium-cium px
- Px jatuh dari sepeda, perut ketatap stang px mengaku menabrak
batu hitam ditengah jalan muntah, perut sakit sampai
sekarang px takut dan cemas dengan Mayla
px merasa kesulitan dalam belajar (takut dengan guru
karena merasa guru jahat)
Pada saat ditanya px sambil tiduran, mata terpejam, sesekali
merengek pada ibunya minta diseka mukanya dengan air karena
merasa panas dan perut sakit. Ibu px paling banyak menjawab
dengan cukup tenang dan kooperatif.
- Dari hasil analisa psikologis px mengalami gejala Sindrom Rett
atau Chilhood Desintegrative Disosder.
2.3 DIAGNOSA
2.3.1 Daftar Masalah
Berdasarkan data dasar yang diambil dari pasien, maka diperoleh
daftar masalah sebagai berikut:
1.3.1.1 Masalah Gizi
1) Hasil pengukuran antropometri
Status gizi pasien berdasarkan LILA didapatkan hasil
persentase LILA 74% yang artinya gizi kurang. Namun
menurut WHO 2005 diperoleh hasil dengan indeks BB/U
nilai z-skore -3,47 yang artinya gizi buruk, TB/U nilai z-skore
-1,73 yang artinya tinggi badan normal dan IMT/U nilai z-
skore -3,70 SD yang artinya gizi buruk (WHO, 2005;
Kemenkes, 2010)
2) Hasil data 24 hour recall dapat diketahui bahwa asupan
energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien 0%. Hal ini
dikarenakan setiap kali pasien makan dan minum selalu
dimuntahkan sama dengan yang dikonsumsi.
1.3.1.2 Masalah Medis
1) Eritrosit tinggi
2) RDW-SD rendah
3) Neutrofil tinggi
4) Limfosit rendah
5) Monosit tinggi
6) PLT tinggi
7) PCT tinggi
8) Na rendah
9) Clorida rendah
1.3.1.3 Masalah Behavior
1) Pasien suka makanan junk food dan fast food.
2) Pasien sering mengkonsumsi jajanan tinggi natrium
3) Pasien dan keluarga belum pernah mendapat edukasi dan
konseling mengenai makanan yang sehat dan bergizi
seimbang
2.3.2 Analisa Masalah
1) Status gizi buruk terjadi akibat adanya perubahan metabolism
dalam tubuh yakni protein, lemak dan karbohidrat akibat gangguan
abdomen pain dan keadaan mual muntah dimana pasien tidak
dapat menerima makanan, sehingga tidak terdapat intake makanan
dalam tubuh pasien selama 11 hari. Hal inilah yang menyebabkan
berat badan pasien turun drastis dari 18 kg menjadi 15 kg, terjadi
penurunan berat badan sebanyak 3 kg selama 11 hari.
2) Terdapat trombositosis, merupakan suatu keadaan dimana kadar
trombosit melebihi batas normal yaitu 901x103 ul. Penyebab
terbanyak trombositosis pada anak adalah infeksi ditandai dengan
neutrofil 69% (tinggi), monosit 8,2% (tinggi), PCT 0,84% (tinggi) dan
limfosit 22,45% (rendah). Kurangnya cairan dan elektrolit yaitu
kadar Na darah 134 mmol/L (rendah) dan clorida darah 73 mmol/L
(rendah) dikarenakan adanya mual dan muntah pada pasien.
3) Pola makan dan behavior yang salah
Hal ini dapat diketahui dari pengkajian riwayat makan pasien dahulu
dimana pasien pada saat tinggal di Malaysia terbiasa makan junk
food dan fast food dimana dapat diketahui makanan tersebut tinggi
energi dan lemak namun rendah protein dan serat sehingga pada
saat kembali ke Indonesia tidak menyukai sayuran dan buah serta
kurangnya konsumsi protein dari sumber hewani dikarenakan
kondisi ekonomi keluarga pasien yang melemah.
4) Pengetahuan terkait makanan dan gizi yang kurang
Keluarga pasien belum pernah mendapat edukasi dan konseling
gizi yang mendalam mengenai makanan yang bergizi seimbang
terutama untuk tumbuh kembang anak
2.3.3 Diagnosa Gizi
1) NI 5.1
Peningkatan kebutuhan energi dan protein terkait dengan status gizi
buruk ditandai dengan BB/U nilai z-skore -3,47 (status gizi buruk),
dan IMT/U nilai z-skore -3,70 SD (status gizi buruk).
2) NI 2.1
Asupan makanan dan minuman lewat oral tidak adekuat terkait
dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi selalu
dimuntahkan ditandai dengan hasil recall 0%.
3) NC 3.2
Kehilangan berat badan yang tidak diinginkan terkait dengan
abdominal pain dan adanya mual dan muntah pada saat makan dan
minum selama 11 hari ditandai dengan penurunan berat badan
sebesar 3 kg dan status gizi buruk
4) NC 2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan adanya
trombositosis karena infeksi ditandai dengan PLT (),neutrofil (),
monosit (), PCT 0,84% () dan limfosit ().
5) NC 2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan adanya
mual dan muntah mengakibatkan kekurangan cairan dan elektrolit
ditandai dengan kadar Na () dan clorida ().
6) NB 1.5
Pola makan yang kurang tepat berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan mengenai gizi dan kebiasaan makan yang salah
ditandai dengan pasien tidak menyukai sayuran dan buah serta
sering mengkonsumsi makanan jajanan tinggi natrium.
2.4 RENCANA INTERVENSI
2.4.1 Terapi Diet
1) Prinsip Diet
TETP
2) Bentuk Makanan
Oral biasa
3) Tujuan Diet
(1) Membantu meningkatkan berat badan pasien secara bertahap
agar tercapai status gizi normal dan mencegah terjadinya
penurunan berat badan.
(2) Membantu meningkatkan kebutuhan energi dan protein guna
mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
(3) Membantu menjaga kebutuhan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang hilang karena vomiting dan mencegah terjadinya
dehidrasi.
4) Syarat Diet
(1) Energi diberikan tinggi secara bertahap yaitu BBI x AKG sesuai
usia-tinggi
(2) Protein diberikan tinggi secara bertahap yaitu 20% dari
kebutuhan energi total
(3) Lemak diberikan sedang yaitu 25% dari kebutuhan energi total
(4) Karbohidrat diberikan sedang yaitu 55% dari kebutuhan energi
total
(5) Cairan diperhatikan karena adanya vomiting untuk mencegah
dehidrasi yaitu (BB x 50) + 1000.
(6) Pemberian makanan porsi kecil namun sering.
(7) Menghindari makanan yang bergas seperti kubis, brokoli, lobak
dan makanan yang berbumbu tajam.
5) Kebutuhan Zat Gizi
BBA: 15 kg
Target: BB meningkat 1 kg selama 1 minggu 16 kg
Rumus mengacu AKG 2012
Energi = BB x AKG
= 16 x 68,5 kkal
= 1096 kkal
Protein = 20% x 1096 kkal
= 54,8 gr
Lemak = 25% x 1096 kkal
=30,4 gr
KH = 55% x 1096 kkal
= 150,7 gr
Rumus RDA
EER = (19,59 x BB) + (130,3 x 113,5) + 114,5
= 293,9 + 147,9 + 114,5
= 556,3 kkal
Energi = (EER x BBI) / BBA
= (556,3 x 22) / 15
= 816 kkal
Protein = ((2,5 x BBA) x BBI) / BBA
= ((2,5 x 15) x 22) / 15
= 55 gr
Lemak = 25% x 816 kkal
= 22,7 gr
KH = 816 - (220 + 204,3) kkal
=98 gr
Kebutuhan Cairan = (BB x 50) + 1000
= 15 x 50 + 1000
= 1750 ml
Distribusi zat gizi:
55% F100
Energi = 55% x 1096 kkal = 602,8 kkal
Protein = 55% x 54,8 gr = 30,1 gr
Cairan = 55% x 602,8 ml =602,8 ml @200 ml untuk 3x
pemberian
2.4.2 Terapi Edukasi
1) Tujuan
- Memberikan edukasi tentang diet tinggi energi tinggi protein pada
pasien dan keluarga.
- Memotivasi pasien untuk mau makan
- Mengupayakan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien dan keluarga pasien pada pola makan yang lebih sehat.
2) Sasaran
Pasien dan keluarga pasien
3) Waktu dan Tempat
± 30 menit / IRNA Wijaya Kusuma IIIB
4) Metode
- Konsultasi
- Diskusi
- Tanya jawab
5) Alat Bantu
- Leaflet Diet TETP
- Leaflet bahan penukar
6) Materi
Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
Pola makan yang bergizi seimbang
Manfaat konsumsi buah dan sayur
Tips mengatasi anak susah makan
2.5 RENCANA MONITORING EVALUASI
1) Antropometri (bila memungkinkan pasien untuk berdiri)
- LILA
- BB
Target: ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut.
2) Biokimia
PLT, neutrofil, monosit, PCT dan limfosit normal.
3) Fisik/ Klinis
KU, kesadaran, tekanan darah nadi, respiratory rate (RR), suhu, nafsu
makan, nyeri perut, BAB dan BAK RR, Tekanan darah, Nadi, Suhu,
Keadaan umum dan penurunan nafsu makan.
4) Dietary
Recall harian dan visual plate waste (Asupan energy total, protein, lemak,
dan karbohidrat). Asupan pasien diharapkan mengalami peningkatan
minimal 90% dari kebutuhan.
5) Edukasi
- Pengetahuan pasien dan keluarga tentang materi edukasi yang sudah
diberikan dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan
diet yang seharusnya dijalankan.
- Kepatuhan diet pasien dan perubahan sikap/perilaku pasien terhadap
pemilihan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
BAB IV
HASIL
4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Zat Gizi
Sebelum intervensi pasien mendapat diet TETP bubur, tetapi pasien tidak
mau makan dikarenakan tidak menyukai bubur, dan pasien dalam kondisi
dipuasakan karena akan menjalani pemeriksaan USG. Pada saat intervensi
diberikan diet TETP nasi (lunak). Intervensi dan pengamatan makan dilakukan
selama 4 hari sampai pasien diperbolehkan pulang yaitu pada tanggal 15 - 18
September 2015. Pada tanggal 19 September 2015 pasien diperbolehkan pulang
pada pukul 09.00 WIB.
Pada tanggal 15 – 16 September 2015 pemberian diet dengan menu
tinggi energi dan tinggi protein yang berasal dari lauk hewani dan nabati beserta
snack berupa pudding dan jus, namun pasien hanya mau memakan nasinya
saja, oleh karena itu mulai tanggal 17 September 2015snack diganti dengan
pemberian F-100 sebanyak 3 kali dengan 1 kali pemberian sebanyak 200 ml.
Jumlah asupan makanan pasien didaptkan dengan cara pengamatan
langsung dan recall 1 x 24 jam untuk menanyakan makanan apa saja yang
dimakan dari luar rumah sakit. Dari hasil pengamatan dan recall makan tersebut
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan nutrisurvey. Asupan makanan
tersebut kemudian dibandingkan dengan kebutuhan pasien sehari. Adapun zat
gizi yang dimonitor adalah karbohidrat, protein, dan lemak.
Tabel 4.1.Data Energi dan Zat Gizi Selama Pengamatan
Zat Gizi Keb.
Sebelum Intervensi 15/09/15 16/09/15 17/09/15 18/09/15Intak
e % Intake %Intak
e % Intake % Intake %
Energi (kkal)1096
0 0 519.2 47.4 675.5 61.61086.
1 99.11087.
5 99.2Protein (gr) 54.8 0 0 30.4 55.5 23.8 43.4 45.4 82.8 47.5 86.7Lemak (gr) 30.4 0 0 20.9 68.8 15.1 49.7 35 115.1 32 105.3KH (gr) 150.7 0 0 56.2 37.3 110.9 73.6 147.5 97.9 151 100.2
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nafsu pasien semakin
membaik.
4.1.1 Intake Energi
Pasien diberi diet TETP lunak dengan modifikasi snack F-100 untuk
mengatasi status gizi buruknya. Konsumsi energi dan zat gizi merupakan asupan
zat gizi selama dirawat di rumah sakit dan merupakan makanan yang sesuai
siklus menu rumah sakit dan sesuai kebutuhan pasien.
Kebutuhan energi pasien perhari yaitu sebesar 1096 kkal dengan
menggunakan berat badan aktual ditambahkan 1 kg dikalikan dengan AKG anak
usia 7 tahun. Asupan energi dan zat gizi pasien selama 4 hari disajikan pada
Gambar 4.1.
Sebelum In-tervensi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Energi 0 47.4 61.6 99.1 99.2244525547445
Protein 0 55.5 43.4 82.8 86.6788321167881
Lemak 0 68.8 49.8 115.1 105.263157894737
KH 0 37.3 73.6 97.9 100.199071001991
10
50
90
130
Inta
ke (%
)
Gambar 4.1. Intake Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat (%)
Selama pengamatan 4 hari (15-18 September 2015), nafsu makan pasien
semakin membaik, namun hal ini tidak didukung dengan kondisi mual
muntahnya. Pasien hanya mau mengkonsumsi nasi dengan kuah rawon atau
soto tanpa mengkonsumsi lauk nabati, hewani maupun sayuran. Jika menu dari
rumah sakit tidak terdapat rawon atau soto pasien mengkonsumsi makanan
tersebut diperolehnya dari luar rumah sakit. Makanan dari rumah sakit yang
dikonsumsi pasien hanya nasi dan snack saja. Oleh karena itu dilakukan
modifikasi pemberian snack berupa formula 100 sebanyak 3 kali pemberian.
Hingga hari ketiga asupan pasien mulai meningkat walaupun hal tersebut tidak
sepenuhnya berasal dari rumah sakit.
4.1.2 Intake Protein
Kebutuhan protein pasien perhari adalah sebesar 54.8 gram. Kebutuhan
protein ini sudah diperhitungkan sesuai dengan kondisi pasien, dimana
kebutuhan protein pasien untuk gizi buruk meningkat. Asupan protein pasien
selama 5 hari disajikan pada Gambar 4.2.
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Protein 30.4 23.8 45.4 47.5
Kebu-tuhan
54.8 54.8 54.8 54.8
5
25
45
Prot
ein
(gra
m)
Gambar 4.2. Intake Protein (gram)
Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama 4 hari (15-18
September 2015), diketahui bahwa asupan protein pasien mengalami
peningkatan. Pada hari ketiga, terjadi peningkatan intake protein dari 23.8 gr
menjadi 45.4 gr. Hal ini karena pada hari ketiga pasien mulai mendapatkan F-
100.
4.1.3 Intake Lemak
Kebutuhan lemak pasien per hari adalah sebesar 30,4 gram. Kebutuhan
lemak yaitu 25% dari total kebutuhan energi. Asupan lemak pasien selama 4 hari
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Lemak 20.9 15.1 35 32
Kebu-tuhan
30.4 30.4 30.4 30.4
2.512.522.532.5
Lem
ak (g
ram
)
Gambar 4.3. Intake Lemak (gram)
Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama 4 hari, pada hari kedua
diketahui asupan lemak menurun, hal tersebut karena pasien tidak
mengkonsumsi susu dan ikan seperti pada hari pertama. Pada hari ketiga
asupan lemak pasien meningkat dratis melebihi kebutuhan, hal ini dikarenakan
pada malam hari pasien mengkonsumsi nasi goreng dan minyak kelapa sawit
dari F-100.
4.1.4 Intake Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat pasien perhari adalah sebesar 150,7 gram yaitu
55% kebutuhan energi total. Asupan karbohidrat pasien selama 4 hari
menunjukkan adanya peningkatan, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.4.
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Karbo-hidrat
56.2 110.9 147.5 151
Kebu-tuhan
150.7 150.7 150.7 150.7
105090
130
Karb
ohid
rat (
gram
)
Gambar 4.4. Intake Karbohidrat (gram)
Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama 4 hari (15-18
September 2015), diketahui bahwa asupan karbohidrat pasien mengalami
peningkatan. Pada hari kedua, terjadi peningkatan intake karbohidrat dari 56,2 gr
menjadi 110,9 gr, hal ini dikarenakan pasien mulai hari kedua sudah mau
mengkonsumsi nasi. Intake karbohidrat pasien dari hasil pengamatan mengalami
peningkatan yang baik, dilihat pada hari ke empat asupan karbohidrat sesuai
dengan kebutuhan.
4.2 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik-klinis pasien meliputi KU, kesadaran, tekanan darah
nadi, respiratory rate (RR), suhu, nafsu makan, nyeri perut, BAB dan BAK. Hasil
pemeriksaan fisik/ klinis dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Fisik/ Klinis Pasien Selama Pengamatan
Data Fisik/Klinis
PengamatanSebelum Intervensi
Hari ke-1 (15/09/15)
Hari ke-2 (16/09/15)
Hari ke-3(17/09/15
)
Hari ke-4 (18/09/15)
Hari ke-5 (19/09/15)
Pasien PulangKU Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah LemahKesadaran CM CM CM CM CM CMTD (mmHg) 100/70 100/60 100/60 100/60 100/70 100/60Nadi (x/mnt) 100 88 88 x/mnt 80 90 80RR (x/mnt) 20 20 20 20 20 20Suhu (°C) 36 36 36,4 36 36,2 36
Nafsu makan menurun
(+) (+) (+) (+) (-) (-)
Mual (+++) (+++) (+++) (++) (+) (+)Muntah (+) 5x 3x 2x 2x (-)Nyeri perut (+) (+) (+) (+) (-) (-)BAB Tidak Tidak Sedikit,
kerasTidak Lembek Lembek
BAK 2x 2x 2x 2x 2x 2xBerdasarkan tabel 4.2 di atas, pemeriksaan fisik/ klinis pasien dari hari ke
hari relatif sama atau stabil. Terjadi penurunan frekuensi muntah pada hari ketiga
yaitu hanya 2x muntah dan hari kelima pada saat pasien akan pulang tidak
muntah. Pasien bisa BAB pada hari kedua dimana ibu pasien memberi mikrolak
karena khawatir anaknya tidak bisa BAB, namun hasil BABnya hanya sedikit dan
keras. Pada hari keempat dan kelima pasien baru bisa BAB normal tanpa obat
dengan konsistensi lembek.
4.3 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri
Selama pengamatan berlangsung, data antropometri yang dapat diambil
adalah LILA dan BB. Pengukuran LILA dilakukan pada saat awal mulai
pengambilan data yaitu tanggal 14 September 2014 dan akhir pengambilan data
yaitu tanggal 19 September 2015. Sedangkan pengukuran berat badan awal
diambil dari data rekam medis saat pasien MRS yaitu tanggal 12 September
2015 dan berat badan akhir dilakukan pengukuran pada tanggal 19 September
2015 pada saat pasien akan pulang.
Tabel 4.3.Data Pemeriksaan Antropometri Selama Pengamatan
PemeriksaanAntropometri
12/09/2015 19/09/2015 Keterangan
LILA (cm) 14 14 Tidak terjadi penambahan maupun penurunan LILA
BB (kg) 15 16 Terjadi penambahan berat badan px sebesar 1 kg dalam waktu 7 hari (1 minggu)
Tabel 4.3. diketahui bahwa hasil pengukuran LILA selama 7 hari
menunjukkan tidak adanya peningkatan LILA maupun penurunan LILA. Hal ini
dikarenakan LILA digunakan untuk mengetahui status gizi kronis (jangka waktu
lama) sehingga tidak bisa digunakan sebagai parameter dalam kasus ini. Hasil
pengukuran berat badan setelah 7 hari terdapat peningkatan berat badan pasien
sebesar 1 kg, hal ini menunjukkan bahwa terapi diet yang diberikan berhasil
sesuai dengan target.
4.4 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.4.Data Pemeriksaan Laboratorium Selama Pengamatan
Hasil Uji Lab Tanggal 12 - 14 September 2015Data Lab 12 Sept 2015 14 Sept 2015 Nilai Normal
Jumlah eritrosit 5,8 106/ul () 4,0 – 5,3RDW-SD 34,3 FL (↓) 11,5 – 14,5Neutrofil 69% () 32 – 52Limfosit 22,4% (↓) 30 – 60Monosit 8,2% () 2 – 8
Jumlah neutrofil 7,26x103/ul () 1,5 – 7PLT 901x106/ul () dbn150 – 450PCT 0,840% () 0,150 – 0,400Na 134 mmol/L (↓) 136 mmol/L (N) 135 – 145
Clorida 73 mmol/L (↓) 81 mmol/L (↓) 96 – 106Samonella typhi
IgM- 2/Neg ≤2
Sumber : Buku Rekam Medik September 2015
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium pada saat
pasien MRS mengalami adanya infeksi dan kekurangan cairan dan elektrolit.
Namun sampai pasien pulang hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa
Samonella typhi IgM yang hasilnya negative.
4.5 Monitoring dan Evaluasi Edukasi Pasien dan Keluarga
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pasien mau makan walaupun sedikit
demi sedikit. Keluarga pasien sudah mulai mengerti mengenai makanan yang
tinggi energi dan protein, makanan bergizi seimbang dan pengolahan makanan
yang bervariasi guna mengatasi anak susah makan. Walaupun pasien masih
tidak mau mengkonsumsi sayur dan buah, motivasi dan pemberian pengetahuan
mengenai manfaat konsumsi sayur dan buah untuk pasien tetap diberikan.
Demikian pula, ibu harus pintar dan kreatif dalam mengolah makanan sehingga
pasien mau makan sayur dan buah. Selain itu, asupan makan pasien ada
peningkatan dari hari ke hari, pasien mulai mau berusaha untuk makan 3 kali
sehari. Hal ini membuktikan bahwa motivasi yang diberikan telah memberikan
hasil.
BAB V
PEMBAHASAN
Pasien awal masuk rumah sakit yaitu di IGD pada tanggal 3 September
2015 dikarenakan jatuh dari sepeda terbentur batu hitam dijalan, perutnya
terkena setir sepeda. Pasien mengeluhkan nyeri perut dan muntah sebanyak 5
kali, pasien memiliki berat badan 18 kg dan tinggi 113,5 cm dengan status gizi
normal menurut IMT/U. Sejak saat itu nafsu makan pasien menurun, mual dan
muntah setiap kali mengkonsumsi makanan dan minuman. Pasien datang
kembali kerumah sakit atas rujukan dari puskesmas dengan dignosa
typoid+vomiting pada tanggal 12 September 2015. Setelah diobservasi lebih
lanjut pasien didiagnosis abdomen pain+vomiting. Berat badan pasien 15 kg,
berdasarkan indeks BB/U dan IMT/U pasien termasuk dalam kategori gizi buruk.
Asupan makan pasien mengalami peningkatan pada hari keempat dan
kelima pengamatan karena dibantu dengan pemberian formula 100. Nafsu
makan pasien sudah mulai membaik dikarenakan rasa nyeri perut dan lemas
pasien sudah berkurang. Edukasi dan motivasi pada pasien sudah diberikan,
namun pasien masih menolak memakan makanan rumah sakit selain nasi dan
sncak.
Intake pasien yang rendah selama di rumah sakit berkaitan dengan
adanya penurunan nafsu makan dan vomiting. Vomiting menyebabkan
penurunan nafsu makan dalam frekuensi yang cukup lama ditandai dengan
penurunan intake makanan terutama oral peroral. Vomiting yang lama dapat
menyebabkan terjadi penurunan > 80% jaringan adipose, jaringan otot yang
nantinya dapat menyebabkan hipoalbumin, asthenia, anemia (Laviano,2005).
Untuk mengatasi perasaan mual dan muntah ini pasien dapat diberi
makanan yang kering, dan menghindari makanan manis yang dapat memicu
muntah. Pemberian porsi makanan juga dapat diberikan sedikit, tetapi sering
diberikan dan hindari minum disaat makan. Ini dilakukan agar asupan makan
meningkat dan kebutuhan terpenuhi.
Untuk mencapai tujuan terapi diet yang diberikan, sangat penting
intervensi gizi yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien. Pada gizi buruk
kebutuhan diberikan tinggi namun bertahap sesuai dengan kondisi pasien.
Hasil monitoring dan evaluasi yang singkat belum bisa mencerminkan
perubahan lebih lanjut yang terjadi pada pasien, sehingga perlu adanya
monitoring dan evauasi lanjutan atau dengan bantuan keluarga pasien untuk
mengetahui keberhasilan dalam melakukan diet maupun perubahan pola makan
pasien untuk mencapai status gizi normal.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1) Diagnosa medis pasien adalah Abdomen Pain + Vomiting
2) Penilaian atau asessment daftar masalah :
- Antropometri : berdasarkan BB/U nilai z-skore -3,47 (status gizi buruk)
dan IMT/U nilai z-skore -3,70 SD (status gizi buruk).
- Biokimia : pasien memgalami infeksi dan trombositosis.
- Fisik / klinis : pasien mengalami penurunan nafsu makan dan vomiting.
- Dietary history : selama di rumah sakit asupan pasien kurang. Riwayat
gizi dahulu pasien suka junk food dan jajanan tinggi natrium.
3) Diagnosa gizi :
- (NI 5.1) Peningkatan kebutuhan energi dan protein
- (NI 2.1) Kekurangan intake oral peroral
- (NC 3.2) Kehilangan berat badan yang tidak diinginkan
- (NC 2.2) Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
- (NC 1.5) Pola makan yang kurang tepat
4) Intervensi yang diberikan adalah membuat perencanaan makan pasien
selama di rumah sakit dan pulang dari rumah sakit dengan memberikan
diet TETP.
5) Dari hasil monitoring dan evaluasi :
- Asupan makanan oral yang diberikan di hari pertama dan kedua
asupan makan pasien secara perlahan-lahan sudah mengalami
peningkatan walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan yang
diperhitungkan sesuai kondisi pasien, hari ketiga dan keempat
meningkat memenuhi kebutuhan.
- Perkembangan fisik/klinis dilihat dari kesadaran pasien tidak ada
masalah. Untuk tekanan darah, nadi , RR, dan suhu tubuh berada
dalam batas normal. Nafsu makan pasien pada hari keempat dan
kelima sudah mulai membaik karena nyeri pada perut mulai berkurang.
Ini menandakan kondisi pasien semakin membaik.
- Terapi diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi pasien, yaitu
diberikan diet TKTP bertahap sesuai dengan kondisi, naafsu makan
dan daya terima makanan pasien untuk mempercepat pemulihan
tubuh dan meningkatkan status gizi pasien mencapai normal dan
mencegah terjadinya penurunan berat badan.
- Tidak terjadi peningkatan maupun penurunan lingkar lengan atas
(LILA) pada pasien selama 4 hari pengamatan karena LILA tidak dapat
mendeteksi kondisi kekurangan atau kelebihan gizi yang bersifat akut
atau sementara. Namun terdapat peningkatan berat badan pasien
sebanyak 1 kg, hal ini sesuai dengan target dan berhasil.
- Selama 4 hari pengamatan, pemeriksaan laboratorium menunjukan
kadar natrium dalam darah menjadi normal, namun untuk clorida
masih rendah negative typoid.
6.2 Saran
1) Pendekatan pasien dan keluarga pasien penting untuk mengkaji
permasalahan dan membantu pemecahan maslah yang dihadapi
pasien yang dihadapi pasien terutama saat pasien kembali ke rumah.
Hal ini penting selain untuk mencapai tujuan tetapi juga
mengoptimalkan terapi gizi saat pasien berada di rumah.
2) Perlu dilakukannya konseling yang lebih mendalam mengenai diet
yang dijalani pasien serta diikuti perubahan gaya hidup, dan pola
makan yang baik dan sehat untuk menunjang penyembuhan dan
pemeliharaan kondisi pasien dirumah.
3) Kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter, perawat dan ahli
gizi ruangan lebih diintensifkan dalam merencanakan asuhan gizi
yang tujuan akhirnya mampu menunjang pelayanan medis pada
pasien.