Print Kasus Wajib

34
LAPORAN STUDI KASUS PRE DIETETIC INTERNSHIP KLINIK PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN ABDOMINAL PAIN + S. TYPOID + VOMITING DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG Oleh Trianggi Purnasari 145070309111038 PROGRAM STUDI ILMU GIZI JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

description

Abdominal pain (nyeri abdomen) merupanan sensasi subyektif yang tidak menyenangkan yang terasa di setiap region abdomen (Pierce et al, 2007). Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat dan darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Robinson, 2005). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke instalasi gawat darurat mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai kelompok usia, yaitu anak dan geriatric. Sebaga contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus dverticulitis dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Cordel et al, 2005). Akut abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan dirongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri dan mual muntah sebagai keluhan utama. Akut abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi atau pendarahan massif dirongga perut maupun disaluran cerna. infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis (Sjamsuhidajat et al, 2010). Vomiting (mual dan muntah) yang hebat karena abdominal pain dapat menyebabkan seseorang menjadi malnutrisi atau gizi buruk kekurangan energi protein. Kurang energi protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Salah satu cara untuk menanggulangi Pasien awal masuk rumah sakit yaitu di IGD pada tanggal 3 September 2015 dikarenakan jatuh dari sepeda terbentur batu hitam dijalan, perutnya terkena setir sepeda. Pasien mengeluhkan nyeri perut dan muntah sebanyak 5 kali, pasien memiliki berat badan 18 kg dan tinggi 113,5 cm dengan status gizi normal menurut IMT/U. Sejak saat itu nafsu makan pasien menurun, mual dan muntah setiap kali mengkonsumsi makanan dan minuman. Pasien datang kembali kerumah sakit atas rujukan dari puskesmas dengan dignosa typoid+vomiting pada tanggal 12 September 2015. Setelah diobservasi lebih lanjut pasien didiagnosis abdomen pain+vomiting. Berat badan pasien 15 kg, berdasarkan indeks BB/U dan IMT/U pasien termasuk dalam kategori gizi buruk. Asupan makan pasien mengalami peningkatan pada hari keempat dan kelima pengamatan karena dibantu dengan pemberian formula 100. Nafsu makan pasien sudah mulai membaik dikarenakan rasa nyeri perut dan lemas pasien sudah berkurang. Edukasi dan motivasi pada pasien sudah diberikan, namun pasien masih menolak memakan makanan rumah sakit selain nasi dan sncak. Intake pasien yang rendah selama di rumah sakit berkaitan dengan adanya penurunan nafsu makan dan vomiting. Vomiting menyebabkan penurunan nafsu makan dalam frekuensi yang cukup lama ditandai dengan penurunan intake makanan terutama oral peroral. Vomiting yang lama dapat menyebabkan terjadi penurunan > 80% jaringan adipose, jaringan otot yang nantinya dapat menyebabkan hipoalbumin, asthenia, anemia (Laviano,2005).Untuk mengatasi perasaan mual dan muntah ini pasien dapat diberi makanan yang kering, dan menghindari makanan manis yang dapat memicu muntah. Pemberian porsi makanan juga dapat diberikan sedikit, tetapi sering diberikan dan hindari minum disaat makan. Ini dilakukan agar asupan makan meningkat dan kebutuhan terpenuhi.Untuk mencapai tujuan terapi diet yang diberikan, sangat penting intervensi gizi yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien. Pada gizi buruk kebutuhan diberikan tinggi namun bertahap sesuai dengan kondisi pasien. Hasil monitoring dan e

Transcript of Print Kasus Wajib

Page 1: Print Kasus Wajib

LAPORAN STUDI KASUS

PRE DIETETIC INTERNSHIP KLINIK

PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN ABDOMINAL PAIN + S. TYPOID +

VOMITING

DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Oleh

Trianggi Purnasari

145070309111038

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

JURUSAN GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

Page 2: Print Kasus Wajib

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 LATAR BELAKANG

Abdominal pain (nyeri abdomen) merupanan sensasi subyektif

yang tidak menyenangkan yang terasa di setiap region abdomen (Pierce

et al, 2007). Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua

kunjungan gawat dan darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika

Serikat (Robinson, 2005). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien

yang datang ke instalasi gawat darurat mengeluh nyeri perut. Diagnosis

bervariasi sesuai kelompok usia, yaitu anak dan geriatric. Sebaga contoh

nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis,

sedangkan penyakit empedu, usus dverticulitis dan infark usus lebih

umum terjadi pada bayi (Cordel et al, 2005).

Akut abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan

dirongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri dan mual

muntah sebagai keluhan utama. Akut abdomen memerlukan

penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah, misalnya pada

obstruksi, perforasi atau pendarahan massif dirongga perut maupun

disaluran cerna. infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat

menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut

oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis (Sjamsuhidajat et al,

2010).

Vomiting (mual dan muntah) yang hebat karena abdominal pain

dapat menyebabkan seseorang menjadi malnutrisi atau gizi buruk

kekurangan energi protein. Kurang energi protein (KEP) pada anak masih

menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Berdasarkan Riset kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13%

berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang

sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6% anak sangat

kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini

berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi dan anak terkait

dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu

ditangani secara cepat dan tepat. Salah satu cara untuk menanggulangi

masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan

Page 3: Print Kasus Wajib

tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang

ditemukan.

BAB II

NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. KN

Sex : Laki-laki

Umur : 7 tahun 2 bulan

Alamat : Tenggong, Rejotangan

Agama : Islam

Pendidikan : Kelas I SD

Tgl MRS : 12 September 2015

No. Registrasi : 737059

Ruang : Wijaya Kusuma

Diagnosa Medis : Abdominal Pain + S. Thypoid + Vomiting

DPJP : dr. Aini, Sp.A

2.2 ASSESMENT

2.2.1 Antropometri

BB Aktual = 15 cm

TB = 113,5 cm

LILA = 14 cm

BBI = ((7 x 7 th) – 5) : 2 = 22 kg

Indeks Nilai Z-Score/ (%) Kategori Status GiziBB/U -3,47 SD Gizi burukTB/U -1,73 SD Normal IMT/U -3,70 SD Gizi burukLILA/U 74% Gizi kurang

(WHO, 2005; Kemenkes, 2010)

Page 4: Print Kasus Wajib

2.2.2 Biokimia

Tabel 2.1 Hasil Lab Pasien tanggal 12/09/2015

Data Laboratorium Nilai Nilai Normal InterpretasiJumlah eritrosit 5,8 106/ul 4,0 – 5,3 Rendah

RDW-SD 34,3 FL 11,5 – 14,5 TinggiNeutrofil 69% 32 – 52 TinggiLimfosit 22,4% 30 – 60 Rendah Monosit 8,2% 2 – 8 Tinggi

Jumlah neutrofil 7,26x103/ul 1,5 – 7 TinggiPLT 901x106/ul 150 – 450 TinggiPCT 0,840% 0,150 – 0,400 TinggiNa 134 mmol/L 135 – 145 Rendah

Clorida 73 mmol/L 96 – 106 Rendah Sumber : Rekam Medik Pasien,2015

2.2.3 Fisik/Klinis

Hasil pengamatan terhadap fisik pasien:

- Mata cekung dan besar

- Terlihat sangat kurus, iga gambang

- Kulit kering

- Rewel

Tabel 1.2 Interpretasi Data Fisik Klinis

Data Fisik/ Klinis

Hasil Nilai NormalInterpretasi

KU Lemah Baik LemahKesadaran Compos mentis Compos mentis (N)TD 100/70 mmHg 105/65 mmHg (N)Nadi 100 x/mnt 75-105 x/mnt (N)RR 20 x/mnt 18-26 x/mnt (N)Suhu 36°C 36-37,2oC (N)

Nafsu makan menurun

(+) (-) (+)

Mual (+) (-) (+)Muntah (+) (-) (+)Nyeri perut (+) (-) (+)BAB Selama 11 hari belum pernah BABBAK 2x sehari warna pekat

2.2.4 Dietary Assesment

1. Riwayat Makan Dahulu

Di Malaysia (2014) dengan BB > 20 kg

Pasien mempunyai pola makan dalam sehari sebanyak 3 kali

Page 5: Print Kasus Wajib

Setiap hari konsumsi junk food dan fast food seperti: burger,

spagetty, fried chicken, nugget dan mie instan.

Tidak suka konsumsi sayur dan buah

Di Indonesia (Januari - Agustus 2015) dengan BB 18 kg

Pasien mempunyai pola makan dalam sehari sebanyak 3 kali

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan

Adapun pola konsumsi pasien adalah sebagai berikut:

Konsumsi makanan pokok:

Nasi: 3 x 100 gr / hari

Kentang: 3 x 20 gr/ bulan

Singkong/ ubi jalar: 2 x 50 gr/ bulan

Mie instan: 2 x 68 gr/ bulan

Konsumsi lauk hewani jarang:

Daging sapi: 1 x 50 gr/bulan

Ayam: 2 x 50 gr/ bulan

Telur: 3 x 60 gr/minggu

Konsumsi lauk nabati sering:

Tahu/ tempe 3x25 gr/hari)

Konsumsi susu:

Susu milo: 3 kotak/ minggu

Konsumsi sayur dan buah tidak pernah

Konsumsi jajanan/camilan setiap hari seperti:

Kerupuk, pentol, sosis, chiki, snack nabati, wafer, mie

kering, oreo, gery salut, chocolatos, okky jelly, permen, es

marimas, ale-ale, capucino cincau.

Untuk lebih jelasnya,bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Pola Makan Pasien

BahanMakanan

Frekuensi BahanMakanan

FrekuensiTP J S TP J S

Nasi V Sayuran Buah vNasi jagung v Sayuran Daun vKentang v Pisang vRoti v Pepaya vMie instan V Santan Kental/encer vUmbi-umbian v Minyak vSagu v Susu vTempe V Teh manis/tawar v

Page 6: Print Kasus Wajib

Tahu V Kopi manis/tawar vDaging Sapi v Sirup vAyam v Soft drink vIkan Asin v Jamu vTelur Ayam Ras v Chiki v

Keterangan : TP : Tidak Pernah

J : Jarang (1-2x/bulan)S : Sering (>2x/minggu)

2.2.4.1 Riwayat Makan Sekarang

- Sejak jatuh dari sepeda (3 september 2015 sampai

sekarang) setiap kali makan dan minum selalu dimuntahkan

dan pasien sedang berpuasa untuk USG sehingga hasil

recall 0%.

2.2.5 Obat

Nama Obat Fungsi Interaksi Obat dan Makanan

Inj. Ondansetron 2 mg Mencegah mual dan muntah yang diinduksi dengan cytotoxic chemo dan anestesi

Mual jangka panjang dapat menyebabkan asupan oral yang rendah dan penurunan berat badan

Inj. Santagesik 200 mg

Memblokir enzim COX dan menurunkan prostaglandin sehingga menurunkan rasa sakit dan inflamasi

Menyebabkan mual. Retensi cairan dan natrium, gejala pada saluran cerna menyebabkan penurunan makan, defisiensi zat besi. Oleh karena itu, makan secara teratur untuk menurunkan resiko gangguan saluran cerna.

Inj. Anbacim 400 mg Profilaksis pada infeksi abdomen

-

Inj. Ranitidine 20 mg Ranitidin diunakan secara oral dalam terapi ulkus duodenum dan ulkus lambung yang aktif, gasthroesophageal reflux desease (GERD), esofagitis erosif dengan endoskopi, dan sebagai terapi pemeliharaan

 Penggunaan ranitidin dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12 karena malabsorpsi vitamin B12.

Page 7: Print Kasus Wajib

pada ulkus duodenum dan ulkus lambung.

Oral Clobazam 2,5 mg untuk mengatasi gangguan kecemasan yang parah serta sebagai terapi tambahan untuk menangani epilepsi

-

Infus D 5% 1400 cc/jam

1400/500 x 100 = 280 kkal

2.2.6 Sosial Ekonomi

Pasien adalah siswa kelas 1 SDN Tenggong Rejotangan. Jatuh

dari sepeda pada tanggal 3 September 2015 menyebabkan sakit perut,

mual, muntah.

- Pekerjaan Ayah: wiraswasta

- Pekerjaan Ibu: IRT

- Jumlah saudara: 3

- Px mempunyai saudara tiri dari ayahnya. Px akrab dan sayang

dengan keluarga.

- Px sudah 9 bulan tinggal di Tulungagung, sebelumnya tinggal di

Malaysia bersama ayah dan ibunya.

Di Malaysia: px diasuh oleh pengasuh, jarang keluar rumah, tidak

pernah main bersama teman-temannya. Pernah masuk Tk namun

hanya sebentar (±3 minggu).

Di Tulungagung: px lebih banyak diluar rumah, main diluar rumah

bersama teman-temannya.

Pemahaman:

- Warna : mampu

- Angka : mampu

- Huruf : mampu tetapi masih dibantu belum lancar dalam

membaca dan menulis

- Benda : cukup

- Sosial : kadang masih dibantu, misalnya “ayam bisa bertelur”

px hanya mengetahui teori untuk penerapan belum cukup

mampu.

Di sekolah:

- Guru: px merasa takut dengan guru

Dimarahi (+)

Page 8: Print Kasus Wajib

Dimarahi (-)

Karena px setiap disuruh baca/ menulis sering menolak karena tidak

bisa.

- Pelajaran: px merasa malas-malasan dan kesulitan karena px tidak

mampu membaca dan tidak mau untuk menulis.

Teman:

- Px punya teman banyak.

- Px sering memukul saat digoda sama temannya.

- Px mempunyai teman perempuan bernama Mayla. Px dan Mayla

pernah memperlihatkan alat kelaminnya di kamar mandi sekolah,

dipergoki oleh guru kemudian orangtua mereka dipanggil untuk

menghadap kepala sekola (1 hari sebelum px jatuh dari sepeda).

- Px takut dengan Mayla karena:

Mayla suka memukul px

Mayla suka menjotos perut px

Mayla pernah mencakar px dileher

Mayla sering cium-cium px

- Px jatuh dari sepeda, perut ketatap stang px mengaku menabrak

batu hitam ditengah jalan muntah, perut sakit sampai

sekarang px takut dan cemas dengan Mayla

px merasa kesulitan dalam belajar (takut dengan guru

karena merasa guru jahat)

Pada saat ditanya px sambil tiduran, mata terpejam, sesekali

merengek pada ibunya minta diseka mukanya dengan air karena

merasa panas dan perut sakit. Ibu px paling banyak menjawab

dengan cukup tenang dan kooperatif.

- Dari hasil analisa psikologis px mengalami gejala Sindrom Rett

atau Chilhood Desintegrative Disosder.

2.3 DIAGNOSA

2.3.1 Daftar Masalah

Berdasarkan data dasar yang diambil dari pasien, maka diperoleh

daftar masalah sebagai berikut:

1.3.1.1 Masalah Gizi

Page 9: Print Kasus Wajib

1) Hasil pengukuran antropometri

Status gizi pasien berdasarkan LILA didapatkan hasil

persentase LILA 74% yang artinya gizi kurang. Namun

menurut WHO 2005 diperoleh hasil dengan indeks BB/U

nilai z-skore -3,47 yang artinya gizi buruk, TB/U nilai z-skore

-1,73 yang artinya tinggi badan normal dan IMT/U nilai z-

skore -3,70 SD yang artinya gizi buruk (WHO, 2005;

Kemenkes, 2010)

2) Hasil data 24 hour recall dapat diketahui bahwa asupan

energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien 0%. Hal ini

dikarenakan setiap kali pasien makan dan minum selalu

dimuntahkan sama dengan yang dikonsumsi.

1.3.1.2 Masalah Medis

1) Eritrosit tinggi

2) RDW-SD rendah

3) Neutrofil tinggi

4) Limfosit rendah

5) Monosit tinggi

6) PLT tinggi

7) PCT tinggi

8) Na rendah

9) Clorida rendah

1.3.1.3 Masalah Behavior

1) Pasien suka makanan junk food dan fast food.

2) Pasien sering mengkonsumsi jajanan tinggi natrium

3) Pasien dan keluarga belum pernah mendapat edukasi dan

konseling mengenai makanan yang sehat dan bergizi

seimbang

2.3.2 Analisa Masalah

1) Status gizi buruk terjadi akibat adanya perubahan metabolism

dalam tubuh yakni protein, lemak dan karbohidrat akibat gangguan

abdomen pain dan keadaan mual muntah dimana pasien tidak

dapat menerima makanan, sehingga tidak terdapat intake makanan

dalam tubuh pasien selama 11 hari. Hal inilah yang menyebabkan

Page 10: Print Kasus Wajib

berat badan pasien turun drastis dari 18 kg menjadi 15 kg, terjadi

penurunan berat badan sebanyak 3 kg selama 11 hari.

2) Terdapat trombositosis, merupakan suatu keadaan dimana kadar

trombosit melebihi batas normal yaitu 901x103 ul. Penyebab

terbanyak trombositosis pada anak adalah infeksi ditandai dengan

neutrofil 69% (tinggi), monosit 8,2% (tinggi), PCT 0,84% (tinggi) dan

limfosit 22,45% (rendah). Kurangnya cairan dan elektrolit yaitu

kadar Na darah 134 mmol/L (rendah) dan clorida darah 73 mmol/L

(rendah) dikarenakan adanya mual dan muntah pada pasien.

3) Pola makan dan behavior yang salah

Hal ini dapat diketahui dari pengkajian riwayat makan pasien dahulu

dimana pasien pada saat tinggal di Malaysia terbiasa makan junk

food dan fast food dimana dapat diketahui makanan tersebut tinggi

energi dan lemak namun rendah protein dan serat sehingga pada

saat kembali ke Indonesia tidak menyukai sayuran dan buah serta

kurangnya konsumsi protein dari sumber hewani dikarenakan

kondisi ekonomi keluarga pasien yang melemah.

4) Pengetahuan terkait makanan dan gizi yang kurang

Keluarga pasien belum pernah mendapat edukasi dan konseling

gizi yang mendalam mengenai makanan yang bergizi seimbang

terutama untuk tumbuh kembang anak

2.3.3 Diagnosa Gizi

1) NI 5.1

Peningkatan kebutuhan energi dan protein terkait dengan status gizi

buruk ditandai dengan BB/U nilai z-skore -3,47 (status gizi buruk),

dan IMT/U nilai z-skore -3,70 SD (status gizi buruk).

2) NI 2.1

Asupan makanan dan minuman lewat oral tidak adekuat terkait

dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi selalu

dimuntahkan ditandai dengan hasil recall 0%.

3) NC 3.2

Kehilangan berat badan yang tidak diinginkan terkait dengan

abdominal pain dan adanya mual dan muntah pada saat makan dan

Page 11: Print Kasus Wajib

minum selama 11 hari ditandai dengan penurunan berat badan

sebesar 3 kg dan status gizi buruk

4) NC 2.2

Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan adanya

trombositosis karena infeksi ditandai dengan PLT (),neutrofil (),

monosit (), PCT 0,84% () dan limfosit ().

5) NC 2.2

Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan adanya

mual dan muntah mengakibatkan kekurangan cairan dan elektrolit

ditandai dengan kadar Na () dan clorida ().

6) NB 1.5

Pola makan yang kurang tepat berkaitan dengan kurangnya

pengetahuan mengenai gizi dan kebiasaan makan yang salah

ditandai dengan pasien tidak menyukai sayuran dan buah serta

sering mengkonsumsi makanan jajanan tinggi natrium.

2.4 RENCANA INTERVENSI

2.4.1 Terapi Diet

1) Prinsip Diet

TETP

2) Bentuk Makanan

Oral biasa

3) Tujuan Diet

(1) Membantu meningkatkan berat badan pasien secara bertahap

agar tercapai status gizi normal dan mencegah terjadinya

penurunan berat badan.

(2) Membantu meningkatkan kebutuhan energi dan protein guna

mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses

penyembuhan.

(3) Membantu menjaga kebutuhan keseimbangan cairan dan

elektrolit yang hilang karena vomiting dan mencegah terjadinya

dehidrasi.

Page 12: Print Kasus Wajib

4) Syarat Diet

(1) Energi diberikan tinggi secara bertahap yaitu BBI x AKG sesuai

usia-tinggi

(2) Protein diberikan tinggi secara bertahap yaitu 20% dari

kebutuhan energi total

(3) Lemak diberikan sedang yaitu 25% dari kebutuhan energi total

(4) Karbohidrat diberikan sedang yaitu 55% dari kebutuhan energi

total

(5) Cairan diperhatikan karena adanya vomiting untuk mencegah

dehidrasi yaitu (BB x 50) + 1000.

(6) Pemberian makanan porsi kecil namun sering.

(7) Menghindari makanan yang bergas seperti kubis, brokoli, lobak

dan makanan yang berbumbu tajam.

5) Kebutuhan Zat Gizi

BBA: 15 kg

Target: BB meningkat 1 kg selama 1 minggu 16 kg

Rumus mengacu AKG 2012

Energi = BB x AKG

= 16 x 68,5 kkal

= 1096 kkal

Protein = 20% x 1096 kkal

= 54,8 gr

Lemak = 25% x 1096 kkal

=30,4 gr

KH = 55% x 1096 kkal

= 150,7 gr

Rumus RDA

EER = (19,59 x BB) + (130,3 x 113,5) + 114,5

= 293,9 + 147,9 + 114,5

= 556,3 kkal

Energi = (EER x BBI) / BBA

= (556,3 x 22) / 15

= 816 kkal

Protein = ((2,5 x BBA) x BBI) / BBA

Page 13: Print Kasus Wajib

= ((2,5 x 15) x 22) / 15

= 55 gr

Lemak = 25% x 816 kkal

= 22,7 gr

KH = 816 - (220 + 204,3) kkal

=98 gr

Kebutuhan Cairan = (BB x 50) + 1000

= 15 x 50 + 1000

= 1750 ml

Distribusi zat gizi:

55% F100

Energi = 55% x 1096 kkal = 602,8 kkal

Protein = 55% x 54,8 gr = 30,1 gr

Cairan = 55% x 602,8 ml =602,8 ml @200 ml untuk 3x

pemberian

2.4.2 Terapi Edukasi

1) Tujuan

- Memberikan edukasi tentang diet tinggi energi tinggi protein pada

pasien dan keluarga.

- Memotivasi pasien untuk mau makan

- Mengupayakan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku

pasien dan keluarga pasien pada pola makan yang lebih sehat.

2) Sasaran

Pasien dan keluarga pasien

3) Waktu dan Tempat

± 30 menit / IRNA Wijaya Kusuma IIIB

4) Metode

- Konsultasi

- Diskusi

- Tanya jawab

5) Alat Bantu

- Leaflet Diet TETP

- Leaflet bahan penukar

Page 14: Print Kasus Wajib

6) Materi

Diet Tinggi Energi Tinggi Protein

Pola makan yang bergizi seimbang

Manfaat konsumsi buah dan sayur

Tips mengatasi anak susah makan

2.5 RENCANA MONITORING EVALUASI

1) Antropometri (bila memungkinkan pasien untuk berdiri)

- LILA

- BB

Target: ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu

berturut-turut.

2) Biokimia

PLT, neutrofil, monosit, PCT dan limfosit normal.

3) Fisik/ Klinis

KU, kesadaran, tekanan darah nadi, respiratory rate (RR), suhu, nafsu

makan, nyeri perut, BAB dan BAK RR, Tekanan darah, Nadi, Suhu,

Keadaan umum dan penurunan nafsu makan.

4) Dietary

Recall harian dan visual plate waste (Asupan energy total, protein, lemak,

dan karbohidrat). Asupan pasien diharapkan mengalami peningkatan

minimal 90% dari kebutuhan.

5) Edukasi

- Pengetahuan pasien dan keluarga tentang materi edukasi yang sudah

diberikan dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan

diet yang seharusnya dijalankan.

- Kepatuhan diet pasien dan perubahan sikap/perilaku pasien terhadap

pemilihan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.

Page 15: Print Kasus Wajib

BAB IV

HASIL

4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Zat Gizi

Sebelum intervensi pasien mendapat diet TETP bubur, tetapi pasien tidak

mau makan dikarenakan tidak menyukai bubur, dan pasien dalam kondisi

dipuasakan karena akan menjalani pemeriksaan USG. Pada saat intervensi

diberikan diet TETP nasi (lunak). Intervensi dan pengamatan makan dilakukan

selama 4 hari sampai pasien diperbolehkan pulang yaitu pada tanggal 15 - 18

September 2015. Pada tanggal 19 September 2015 pasien diperbolehkan pulang

pada pukul 09.00 WIB.

Pada tanggal 15 – 16 September 2015 pemberian diet dengan menu

tinggi energi dan tinggi protein yang berasal dari lauk hewani dan nabati beserta

snack berupa pudding dan jus, namun pasien hanya mau memakan nasinya

saja, oleh karena itu mulai tanggal 17 September 2015snack diganti dengan

pemberian F-100 sebanyak 3 kali dengan 1 kali pemberian sebanyak 200 ml.

Jumlah asupan makanan pasien didaptkan dengan cara pengamatan

langsung dan recall 1 x 24 jam untuk menanyakan makanan apa saja yang

dimakan dari luar rumah sakit. Dari hasil pengamatan dan recall makan tersebut

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan nutrisurvey. Asupan makanan

tersebut kemudian dibandingkan dengan kebutuhan pasien sehari. Adapun zat

gizi yang dimonitor adalah karbohidrat, protein, dan lemak.

Tabel 4.1.Data Energi dan Zat Gizi Selama Pengamatan

Zat Gizi Keb.

Sebelum Intervensi 15/09/15 16/09/15 17/09/15 18/09/15Intak

e % Intake %Intak

e % Intake % Intake %

Energi (kkal)1096

0 0 519.2 47.4 675.5 61.61086.

1 99.11087.

5 99.2Protein (gr) 54.8 0 0 30.4 55.5 23.8 43.4 45.4 82.8 47.5 86.7Lemak (gr) 30.4 0 0 20.9 68.8 15.1 49.7 35 115.1 32 105.3KH (gr) 150.7 0 0 56.2 37.3 110.9 73.6 147.5 97.9 151 100.2

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nafsu pasien semakin

membaik.

Page 16: Print Kasus Wajib

4.1.1 Intake Energi

Pasien diberi diet TETP lunak dengan modifikasi snack F-100 untuk

mengatasi status gizi buruknya. Konsumsi energi dan zat gizi merupakan asupan

zat gizi selama dirawat di rumah sakit dan merupakan makanan yang sesuai

siklus menu rumah sakit dan sesuai kebutuhan pasien.

Kebutuhan energi pasien perhari yaitu sebesar 1096 kkal dengan

menggunakan berat badan aktual ditambahkan 1 kg dikalikan dengan AKG anak

usia 7 tahun. Asupan energi dan zat gizi pasien selama 4 hari disajikan pada

Gambar 4.1.

Sebelum In-tervensi

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4

Energi 0 47.4 61.6 99.1 99.2244525547445

Protein 0 55.5 43.4 82.8 86.6788321167881

Lemak 0 68.8 49.8 115.1 105.263157894737

KH 0 37.3 73.6 97.9 100.199071001991

10

50

90

130

Inta

ke (%

)

Gambar 4.1. Intake Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat (%)

Selama pengamatan 4 hari (15-18 September 2015), nafsu makan pasien

semakin membaik, namun hal ini tidak didukung dengan kondisi mual

muntahnya. Pasien hanya mau mengkonsumsi nasi dengan kuah rawon atau

soto tanpa mengkonsumsi lauk nabati, hewani maupun sayuran. Jika menu dari

rumah sakit tidak terdapat rawon atau soto pasien mengkonsumsi makanan

tersebut diperolehnya dari luar rumah sakit. Makanan dari rumah sakit yang

dikonsumsi pasien hanya nasi dan snack saja. Oleh karena itu dilakukan

modifikasi pemberian snack berupa formula 100 sebanyak 3 kali pemberian.

Hingga hari ketiga asupan pasien mulai meningkat walaupun hal tersebut tidak

sepenuhnya berasal dari rumah sakit.

4.1.2 Intake Protein

Page 17: Print Kasus Wajib

Kebutuhan protein pasien perhari adalah sebesar 54.8 gram. Kebutuhan

protein ini sudah diperhitungkan sesuai dengan kondisi pasien, dimana

kebutuhan protein pasien untuk gizi buruk meningkat. Asupan protein pasien

selama 5 hari disajikan pada Gambar 4.2.

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4

Protein 30.4 23.8 45.4 47.5

Kebu-tuhan

54.8 54.8 54.8 54.8

5

25

45

Prot

ein

(gra

m)

Gambar 4.2. Intake Protein (gram)

Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama 4 hari (15-18

September 2015), diketahui bahwa asupan protein pasien mengalami

peningkatan. Pada hari ketiga, terjadi peningkatan intake protein dari 23.8 gr

menjadi 45.4 gr. Hal ini karena pada hari ketiga pasien mulai mendapatkan F-

100.

4.1.3 Intake Lemak

Kebutuhan lemak pasien per hari adalah sebesar 30,4 gram. Kebutuhan

lemak yaitu 25% dari total kebutuhan energi. Asupan lemak pasien selama 4 hari

dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4

Lemak 20.9 15.1 35 32

Kebu-tuhan

30.4 30.4 30.4 30.4

2.512.522.532.5

Lem

ak (g

ram

)

Gambar 4.3. Intake Lemak (gram)

Page 18: Print Kasus Wajib

Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama 4 hari, pada hari kedua

diketahui asupan lemak menurun, hal tersebut karena pasien tidak

mengkonsumsi susu dan ikan seperti pada hari pertama. Pada hari ketiga

asupan lemak pasien meningkat dratis melebihi kebutuhan, hal ini dikarenakan

pada malam hari pasien mengkonsumsi nasi goreng dan minyak kelapa sawit

dari F-100.

4.1.4 Intake Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat pasien perhari adalah sebesar 150,7 gram yaitu

55% kebutuhan energi total. Asupan karbohidrat pasien selama 4 hari

menunjukkan adanya peningkatan, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.4.

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4

Karbo-hidrat

56.2 110.9 147.5 151

Kebu-tuhan

150.7 150.7 150.7 150.7

105090

130

Karb

ohid

rat (

gram

)

Gambar 4.4. Intake Karbohidrat (gram)

Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama 4 hari (15-18

September 2015), diketahui bahwa asupan karbohidrat pasien mengalami

peningkatan. Pada hari kedua, terjadi peningkatan intake karbohidrat dari 56,2 gr

menjadi 110,9 gr, hal ini dikarenakan pasien mulai hari kedua sudah mau

mengkonsumsi nasi. Intake karbohidrat pasien dari hasil pengamatan mengalami

peningkatan yang baik, dilihat pada hari ke empat asupan karbohidrat sesuai

dengan kebutuhan.

4.2 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Pemeriksaan Fisik/Klinis

Pemeriksaan fisik-klinis pasien meliputi KU, kesadaran, tekanan darah

nadi, respiratory rate (RR), suhu, nafsu makan, nyeri perut, BAB dan BAK. Hasil

pemeriksaan fisik/ klinis dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Page 19: Print Kasus Wajib

Tabel 4.2

Data Fisik/ Klinis Pasien Selama Pengamatan

Data Fisik/Klinis

PengamatanSebelum Intervensi

Hari ke-1 (15/09/15)

Hari ke-2 (16/09/15)

Hari ke-3(17/09/15

)

Hari ke-4 (18/09/15)

Hari ke-5 (19/09/15)

Pasien PulangKU Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah LemahKesadaran CM CM CM CM CM CMTD (mmHg) 100/70 100/60 100/60 100/60 100/70 100/60Nadi (x/mnt) 100 88 88 x/mnt 80 90 80RR (x/mnt) 20 20 20 20 20 20Suhu (°C) 36 36 36,4 36 36,2 36

Nafsu makan menurun

(+) (+) (+) (+) (-) (-)

Mual (+++) (+++) (+++) (++) (+) (+)Muntah (+) 5x 3x 2x 2x (-)Nyeri perut (+) (+) (+) (+) (-) (-)BAB Tidak Tidak Sedikit,

kerasTidak Lembek Lembek

BAK 2x 2x 2x 2x 2x 2xBerdasarkan tabel 4.2 di atas, pemeriksaan fisik/ klinis pasien dari hari ke

hari relatif sama atau stabil. Terjadi penurunan frekuensi muntah pada hari ketiga

yaitu hanya 2x muntah dan hari kelima pada saat pasien akan pulang tidak

muntah. Pasien bisa BAB pada hari kedua dimana ibu pasien memberi mikrolak

karena khawatir anaknya tidak bisa BAB, namun hasil BABnya hanya sedikit dan

keras. Pada hari keempat dan kelima pasien baru bisa BAB normal tanpa obat

dengan konsistensi lembek.

4.3 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri

Selama pengamatan berlangsung, data antropometri yang dapat diambil

adalah LILA dan BB. Pengukuran LILA dilakukan pada saat awal mulai

pengambilan data yaitu tanggal 14 September 2014 dan akhir pengambilan data

yaitu tanggal 19 September 2015. Sedangkan pengukuran berat badan awal

diambil dari data rekam medis saat pasien MRS yaitu tanggal 12 September

2015 dan berat badan akhir dilakukan pengukuran pada tanggal 19 September

2015 pada saat pasien akan pulang.

Page 20: Print Kasus Wajib

Tabel 4.3.Data Pemeriksaan Antropometri Selama Pengamatan

PemeriksaanAntropometri

12/09/2015 19/09/2015 Keterangan

LILA (cm) 14 14 Tidak terjadi penambahan maupun penurunan LILA

BB (kg) 15 16 Terjadi penambahan berat badan px sebesar 1 kg dalam waktu 7 hari (1 minggu)

Tabel 4.3. diketahui bahwa hasil pengukuran LILA selama 7 hari

menunjukkan tidak adanya peningkatan LILA maupun penurunan LILA. Hal ini

dikarenakan LILA digunakan untuk mengetahui status gizi kronis (jangka waktu

lama) sehingga tidak bisa digunakan sebagai parameter dalam kasus ini. Hasil

pengukuran berat badan setelah 7 hari terdapat peningkatan berat badan pasien

sebesar 1 kg, hal ini menunjukkan bahwa terapi diet yang diberikan berhasil

sesuai dengan target.

4.4 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 4.4.Data Pemeriksaan Laboratorium Selama Pengamatan

Hasil Uji Lab Tanggal 12 - 14 September 2015Data Lab 12 Sept 2015 14 Sept 2015 Nilai Normal

Jumlah eritrosit 5,8 106/ul () 4,0 – 5,3RDW-SD 34,3 FL (↓) 11,5 – 14,5Neutrofil 69% () 32 – 52Limfosit 22,4% (↓) 30 – 60Monosit 8,2% () 2 – 8

Jumlah neutrofil 7,26x103/ul () 1,5 – 7PLT 901x106/ul () dbn150 – 450PCT 0,840% () 0,150 – 0,400Na 134 mmol/L (↓) 136 mmol/L (N) 135 – 145

Clorida 73 mmol/L (↓) 81 mmol/L (↓) 96 – 106Samonella typhi

IgM- 2/Neg ≤2

Sumber : Buku Rekam Medik September 2015

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium pada saat

pasien MRS mengalami adanya infeksi dan kekurangan cairan dan elektrolit.

Namun sampai pasien pulang hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa

Samonella typhi IgM yang hasilnya negative.

Page 21: Print Kasus Wajib

4.5 Monitoring dan Evaluasi Edukasi Pasien dan Keluarga

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pasien mau makan walaupun sedikit

demi sedikit. Keluarga pasien sudah mulai mengerti mengenai makanan yang

tinggi energi dan protein, makanan bergizi seimbang dan pengolahan makanan

yang bervariasi guna mengatasi anak susah makan. Walaupun pasien masih

tidak mau mengkonsumsi sayur dan buah, motivasi dan pemberian pengetahuan

mengenai manfaat konsumsi sayur dan buah untuk pasien tetap diberikan.

Demikian pula, ibu harus pintar dan kreatif dalam mengolah makanan sehingga

pasien mau makan sayur dan buah. Selain itu, asupan makan pasien ada

peningkatan dari hari ke hari, pasien mulai mau berusaha untuk makan 3 kali

sehari. Hal ini membuktikan bahwa motivasi yang diberikan telah memberikan

hasil.

Page 22: Print Kasus Wajib

BAB V

PEMBAHASAN

Pasien awal masuk rumah sakit yaitu di IGD pada tanggal 3 September

2015 dikarenakan jatuh dari sepeda terbentur batu hitam dijalan, perutnya

terkena setir sepeda. Pasien mengeluhkan nyeri perut dan muntah sebanyak 5

kali, pasien memiliki berat badan 18 kg dan tinggi 113,5 cm dengan status gizi

normal menurut IMT/U. Sejak saat itu nafsu makan pasien menurun, mual dan

muntah setiap kali mengkonsumsi makanan dan minuman. Pasien datang

kembali kerumah sakit atas rujukan dari puskesmas dengan dignosa

typoid+vomiting pada tanggal 12 September 2015. Setelah diobservasi lebih

lanjut pasien didiagnosis abdomen pain+vomiting. Berat badan pasien 15 kg,

berdasarkan indeks BB/U dan IMT/U pasien termasuk dalam kategori gizi buruk.

Asupan makan pasien mengalami peningkatan pada hari keempat dan

kelima pengamatan karena dibantu dengan pemberian formula 100. Nafsu

makan pasien sudah mulai membaik dikarenakan rasa nyeri perut dan lemas

pasien sudah berkurang. Edukasi dan motivasi pada pasien sudah diberikan,

namun pasien masih menolak memakan makanan rumah sakit selain nasi dan

sncak.

Intake pasien yang rendah selama di rumah sakit berkaitan dengan

adanya penurunan nafsu makan dan vomiting. Vomiting menyebabkan

penurunan nafsu makan dalam frekuensi yang cukup lama ditandai dengan

penurunan intake makanan terutama oral peroral. Vomiting yang lama dapat

menyebabkan terjadi penurunan > 80% jaringan adipose, jaringan otot yang

nantinya dapat menyebabkan hipoalbumin, asthenia, anemia (Laviano,2005).

Untuk mengatasi perasaan mual dan muntah ini pasien dapat diberi

makanan yang kering, dan menghindari makanan manis yang dapat memicu

muntah. Pemberian porsi makanan juga dapat diberikan sedikit, tetapi sering

diberikan dan hindari minum disaat makan. Ini dilakukan agar asupan makan

meningkat dan kebutuhan terpenuhi.

Untuk mencapai tujuan terapi diet yang diberikan, sangat penting

intervensi gizi yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien. Pada gizi buruk

kebutuhan diberikan tinggi namun bertahap sesuai dengan kondisi pasien.

Hasil monitoring dan evaluasi yang singkat belum bisa mencerminkan

perubahan lebih lanjut yang terjadi pada pasien, sehingga perlu adanya

Page 23: Print Kasus Wajib

monitoring dan evauasi lanjutan atau dengan bantuan keluarga pasien untuk

mengetahui keberhasilan dalam melakukan diet maupun perubahan pola makan

pasien untuk mencapai status gizi normal.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1) Diagnosa medis pasien adalah Abdomen Pain + Vomiting

2) Penilaian atau asessment daftar masalah :

- Antropometri : berdasarkan BB/U nilai z-skore -3,47 (status gizi buruk)

dan IMT/U nilai z-skore -3,70 SD (status gizi buruk).

- Biokimia : pasien memgalami infeksi dan trombositosis.

- Fisik / klinis : pasien mengalami penurunan nafsu makan dan vomiting.

- Dietary history : selama di rumah sakit asupan pasien kurang. Riwayat

gizi dahulu pasien suka junk food dan jajanan tinggi natrium.

3) Diagnosa gizi :

- (NI 5.1) Peningkatan kebutuhan energi dan protein

- (NI 2.1) Kekurangan intake oral peroral

- (NC 3.2) Kehilangan berat badan yang tidak diinginkan

- (NC 2.2) Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi

- (NC 1.5) Pola makan yang kurang tepat

4) Intervensi yang diberikan adalah membuat perencanaan makan pasien

selama di rumah sakit dan pulang dari rumah sakit dengan memberikan

diet TETP.

5) Dari hasil monitoring dan evaluasi :

- Asupan makanan oral yang diberikan di hari pertama dan kedua

asupan makan pasien secara perlahan-lahan sudah mengalami

peningkatan walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan yang

diperhitungkan sesuai kondisi pasien, hari ketiga dan keempat

meningkat memenuhi kebutuhan.

- Perkembangan fisik/klinis dilihat dari kesadaran pasien tidak ada

masalah. Untuk tekanan darah, nadi , RR, dan suhu tubuh berada

dalam batas normal. Nafsu makan pasien pada hari keempat dan

Page 24: Print Kasus Wajib

kelima sudah mulai membaik karena nyeri pada perut mulai berkurang.

Ini menandakan kondisi pasien semakin membaik.

- Terapi diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi pasien, yaitu

diberikan diet TKTP bertahap sesuai dengan kondisi, naafsu makan

dan daya terima makanan pasien untuk mempercepat pemulihan

tubuh dan meningkatkan status gizi pasien mencapai normal dan

mencegah terjadinya penurunan berat badan.

- Tidak terjadi peningkatan maupun penurunan lingkar lengan atas

(LILA) pada pasien selama 4 hari pengamatan karena LILA tidak dapat

mendeteksi kondisi kekurangan atau kelebihan gizi yang bersifat akut

atau sementara. Namun terdapat peningkatan berat badan pasien

sebanyak 1 kg, hal ini sesuai dengan target dan berhasil.

- Selama 4 hari pengamatan, pemeriksaan laboratorium menunjukan

kadar natrium dalam darah menjadi normal, namun untuk clorida

masih rendah negative typoid.

6.2 Saran

1) Pendekatan pasien dan keluarga pasien penting untuk mengkaji

permasalahan dan membantu pemecahan maslah yang dihadapi

pasien yang dihadapi pasien terutama saat pasien kembali ke rumah.

Hal ini penting selain untuk mencapai tujuan tetapi juga

mengoptimalkan terapi gizi saat pasien berada di rumah.

2) Perlu dilakukannya konseling yang lebih mendalam mengenai diet

yang dijalani pasien serta diikuti perubahan gaya hidup, dan pola

makan yang baik dan sehat untuk menunjang penyembuhan dan

pemeliharaan kondisi pasien dirumah.

3) Kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter, perawat dan ahli

gizi ruangan lebih diintensifkan dalam merencanakan asuhan gizi

yang tujuan akhirnya mampu menunjang pelayanan medis pada

pasien.