Laporan Kasus Non Psikotik Rizal faisal Print

download Laporan Kasus Non Psikotik Rizal faisal Print

of 21

Transcript of Laporan Kasus Non Psikotik Rizal faisal Print

DEMENSIAI. Pendahuluan Gangguan kesehatan pada golongan lansia terkait erat dengan proses degenerasi yang tidak dapat dihindari. Seluruh sistem, cepat atau lambat akan mengalami degenerasi. Manifestasi klinik, laboratorik dan radiologik bergantung pada organ dan/atau sistem yang terkena. Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus dibedakan dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal mengintensifkan sejumlah proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah timbulnya demensia. Penyakit semacam ini sering dicirikan sebagai pelemahan fungsi kognitif atau sebagai demensia. Memang, demensia dapat terjadi pada umur berapa saja, bergantung pada faktor penyebabnya, namun demikian demensia lebih sering terjadi pada lansia. 1 Demensia merupakan suatu sindroma akibat gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif yang ditandai dengan penurunan fungsi mental-intelektual (kognitif). Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial.2,3 Dari aspek medik, demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis lainnya, Seseorang yang mengalami demensia pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup, sehingga menganggu fungsi social dan pekerjaan individu. Demensia adalah suatu kondisi klinis yang perlu ditelusuri penyebabnya, penyebab demensia sangat banyak namun tampilan gejala klinis umumnya hampir sama, 60% demensia adalah irreversible (tidak dapat pulih ke kondisi semula), 25% dapat dikontrol, dan 15% reversible (dapat pulih kembali).3 II. Definisi Demensia adalah hilangnya fungsi intelektual seperti daya ingat, pembelajaran, penalaran, pemecahan masalah, dan pemikiran abstrak, umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi perilaku social atau motivasi hidup.2,41

Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai gangguan kesadaran. 5,6

III. EpidemiologiPrevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi demensia

pada populasi lanjut usia (>65 tahun) berkisar 3-30%. Demensia tipe Alzheimer dilaporkan bertumbuh 2 kali lipat setiap penambahan usia 5 tahun, yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65 tahun 3% maka menjadi 6% pada usia 70 tahun. Di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan ada sekitar 1 juta orang dengan demensia untuk jumlah lanjut usia 20 juta orang.3Prevalensi demensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia. Pada kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat mencapai 5 persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun prevalensinya mencapai 20 hingga 40 persen. Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen diantaranya menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe Alzheimer (Alzheimers diseases). Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat seiring bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah 0,6 persen pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan lebih dari 50 persen perawatan rumah (nursing home bed). 5,7 Jenis demensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah demensia vaskuler, yang secara kausatif dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler. Hipertensi merupakan factor predisposisi bagi seseorang untuk menderita demensia. Demensia vaskuler meliputi 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering ditemui pada seseorang yang berusia antara 60 hingga 70 tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Penyebab demensia paling sering lainnya, masing-masing mencerminkan 1 hingga 5 persen kasus adalah trauma kepala, demensia yang berhubungan dengan alkohol, dan berbagai jenis demensia yang berhubungan dengan gangguan pergerakan, misalnya penyakit Huntington dan penyakit Parkinson. Karena demensia adalah suatu sindrom yang umum, dan mempunyai banyak penyebab, dokter harus melakukan pemeriksaan klinis dengan cermat pada seorang pasien dengan demensia untuk menegakkan penyebab demensia pada pasien tertentu.5 IV. Etiologi Etiologi demensia adalah semua penyakit yang menyebabkan disfungsi otak, antara lain penyakit Alzheimer, penyakit cerebrovaskular (stroke), hidrochepalus, Parkinson, AIDS,2

Huntington, dan gangguan metabolic termasuk defisiensi vitamin. Gangguan mental seperti gangguan depresi, gangguan konversi dan skizofrenia dapat memberikan gambaran seperti demensia, gangguan depresi dengan hendaya daya ingat dan gangguan konsentrasi saangat mirip dengan demensia sehingga disebut pseudodemensia.3 V. Klasifikasi Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat klinisnya.7 Menurut Umur:o o

Demensia senilis (>65th) Demensia prasenilis (