Post on 03-Aug-2015
PRESENTASI KASUS
Neurodermatitis
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian SyaratKepaniteraan Klinik di Bagian Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Jogja
Diajukan Kepada:dr. H. Rikyanto, Sp.KK, M.Kes
Disusun oleh :
Asbone2007 031 0172
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012
STATUS PRESENTASI KASUS BAGIAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Nama Mahasiswa : AsboneNomor Induk : 20060310172 Tanggal Presentasi : 15/08/2012Gelombang/Periode : 43
Tanda tangan
Dosen Penguji : dr.H. Rikyanto . , Sp. KK ., M.Kes Tanda tangan
Total Nilai
( …………………………………………. )
Total Nilai(Huruf)
Nama Pasien : Bp.H No. RM : 579602Alamat : jogoragan bangun tapan bantulUmur :70 tahun Jenis Kelamin : laki-lakiPekerjaan : Buruh Tanggal Periksa : 11-08-12
A. ANAMNESA
Keluhan Utama: gatal-gatal.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Laki-laki usia 70 tahun datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan rasa gatal di
daerah sekitar kelamin. Keluhan sudah dirasakan selama 3 bulan. Gatal dirasakan sangat
hebat dan mengganggu. Selain gatal tidak ada keluhan lain. Pada lokasi yang dikeluhakan
gatal (+), nyeri (-), rasa panas (-), rasa kebal / kebas (-) pasien sering menggaruknya.Sudah
berobat ke dokter dan minum macam-macam obat, tapi keluhan dirasakan belum membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat penyakit kulit/gatelan lain disangkal
Riwayat alergi/ eksim/asma disangkal
Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat penyakit serupa disangkal
Penyakit alergi/atopi disangkal
Riwayat penyakit kulit/gatelan lain disangkal
Riwayat asma disangkal.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: kesadaran compos mentis, tidak terlihat kesakitan, status gizi baik.
Status Dermatologis
UKK: ditemukan Patch hipopigmentasi, bentuk ireguler, ukuran miliar sampai
lentikuler, plak hipopigmentasi likenifikasi pada regio skrotum
GAMBAR UKK
Regio skrotum
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tak dilakukan pemeriksaan laboratorium
Tak dilakukan pemeriksaan PA
D. DIAGNOSIS BANDING
Psoriasis
Tinea corporis
Prurigo nodularis
E. DIAGNOSIS KERJA
Neurodermatitis
F. TERAPI
Medikamentosa
- Antihistamin
cetirizine mg 10 s 1 dd 1
- Topikal
Betametason cream s 2 dd ue
dr. Asbone Rumah Sakit JogjaSIP: xxx/xxx Jalan Wirosaban no.1
Yogyakarta, 11 agustus 2012
R/ Cetirizine tab mg 10 no X
S 1 dd tab 1
R/ Betametason cream 0,1 % tube 1
S 2 dd ue
Pro : bp. H
Umur : 70 tahun
G. EDUKASI
Mencegah garukan dan gosokan, hindari gigitan serangga
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Neurodermatitis / Liken simplek kronik
Definisi
Penebalan kulit dengan garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu
(likenifikasi) yang timbul secara sekunder akibat garukan atau gosokan berulang dalam
waktu yang cukup lama.1,2 Liken simpleks kronis bukan merupakan proses primer melainkan
sekunder ketika seseorang mengalami sensasi gatal (pruritus) pada daerah kulit spesifik
dengan atau tanpa kelainan kulit yang mendasari sehingga mengakibatkan trauma mekanis
yang berakhir pada likenifikasi.2
Etiopatogenesis
Pruritus memainkan peranan sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi dan prurigo nodularis.1 Liken simpleks kronis ditemukan pada regio yang mudah
dijangkau tangan untuk menggaruk. Sensasi gatal memicu keinginan untuk menggaruk atau
menggosok yang dapat mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun patofisiologi yang
mendasarinya masih belum diketahui.2,3 Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena
adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu,
limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, gigitan serangga, dan
aspek psikologik dengan tekanan emosi.1
Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenefikasi, contohnya kulit yang
cenderung ekzematosa seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi. Terdapat hubungan antara
jaringan saraf perifer dan sentral dengan sel-sel inflamasi dan produknya dalam persepsi gatal
dan perubahan yang terjadi pada liken simpleks kronis. Hubungan ini terutama dalam hal lesi
primer, faktor fisik, dan intensitas gatal.2,3,4
Epidemiologi
Frekuensi pada populasi secara umum masih belum diketahui. Pada sebuah studi,
12% pasien geriatric dengan keluhan kulit yang gatal memiliki liken simpleks kronis. Tidak
ada perbedaan frekuensi dalam hal ras, namun beberapa ahli mengatakan bahwa liken
simpleks kronis lebih umum pada orang Asia dan Afrika-Amerika. Liken simpleks kronis
lebih sering mengenai perempuan daripada laki-laki. Liken nuchae adalah bentuk liken
simpleks kronis yang terdapat pada bagian leher belakang dan hampir secara eksklusif terjadi
pada wanita. Liken simpleks kronis terjadi sebagian besar pada usia 30-50 tahun.2
Tidak ada kematian yang disebabkan oleh liken simpleks kronis. Intensitas gatal pada
liken simplek kronis adalah ringan hingga sedang, namun gatal yang paroksismal dapat
terjadi dan hal ini hanya dapat diatasi oleh pasien dengan garukan atau gosokan dengan
intensitas sedang hingga berat. Gatal biasanya dikatakan lebih parah pada saat periode
dimana pasien tidak ada aktivitas, seperti pada waktu tidur dan pada saat malam.1 Sentuhan
dan stress emosional juga dapat memicu gatal. Gangguan secara langsung akibat lesi pada
liken simpleks kronis dirasa sedikit oleh pasien; pasien lebih mengeluhkan menurunnya
kualitas tidur yang mempengaruhi fungsi motorik dan mental. Lesi pada liken simpleks
kronis dapat terinfeksi secara sekunder akibat ekskoriasi yang terjadi akibat garukan.2
Gejala klinis
Penderita mengeluh gatal sekali yang bila timbul malam hari menyebabkan gangguan
tidur. Gatal biasanya terjadi pada waktu tidak sibuk dan bila muncul sulit ditahan, bahkan
harus digaruk sampai luka, baru hilang gatalnya untuk sementara.1,3
Lesi biasanya tunggal, tetapi dapat pula lebih dari satu. Lokasi biasanya di tengkuk,
sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, kulit kepala, paha bagian medial, lengan bagian
ekstensor, skrotum, dan vulva. Pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa,
lambat laun edema dan eritema menghilang. Selanjutnya karena garukan yang berulang,
bagian tengah menebal, kering, dan berskuama, serta pinggirnya hiperpigmentasi. Ukuran lesi
lentikular sampai plakat, bentuknya umumnya lonjong. Gambaran klinis dipengaruhi juga
oleh lokasi dan lamanya lesi.1 Garukan dan gosokan berperan penting dalam formasi lesi dan
dapat dilihat sebagai tanda garukan berupa garis putih, erosi, ekskoriasi, dan ulkus.2,4
Faktor Risiko
Pasien dengan dermatitis atopi memiliki kemungkinan lebih besar akan timbulnya
liken simpleks kronis. Gigitan serangga, jaringan parut (misalnya akibat trauma,
postherpetic/zoster), acne keloidalis nuchae, xerosis venous insufficiency, dan asteatotic
eczema merupakan factor resiko yang umum. Factor psikologis berperan penting dalam
pembentukan atau eksaserbasi liken simpleks kronis; ansietas telah dilaporkan lebih tinggi
prevalensinya pada pasien liken simpleks kronis sehingga dahulu liken simpleks kronis diberi
nama neurodermatitis. Pajanan jangka lama dengan asap kendaraan bermotor berhubungan
dengan meningkatnya frekuensi penyakit kulit pada anak termasuk liken simpleks kronis.2
Histopatologi
Gambaran histopatologik berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges
memanjang teratur. Pada pembuluh darah dermis bagian atas terdapat limfosit dan histiosit.
Fibroblas bertambah, kolagen menebal.1
Diagnosis
Diagnosis didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak sulit. Diagnosis bandingnya adalah
psoriasis.
Diagnosis Banding Liken Simpleks Kronik
1. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang
kasar, berlapis dan transparan. Pada psoriasis terdapat tanda khas fenomena tetesan lilin dan
Auspitz, serta tanda tak khas yaitu fenomena Kobner.1
Selain faktor genetik dan faktor imunologik, terdapat berbagai faktor pencetus
psoriasis, di antaranya adalah stress psikis, infeksi fokal, trauma, endokrin, dan juga alkohol
ataupun merokok.1
Pasien psoriasis umumnya mengeluh gatal ringan pada kulit kepala, perbatasan
rambut dengan muka, ekstremitas bagian ekstenosr terutama siku dan lutut, dan daerah
lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi dengan skuama di
atasnya. Eritema berbentuk sirkumskrip dan merata, tetapi kemerahan di tengahnya dapat
menghilang pada stadium penyembuhan. Skuama pada psoriasis sangat khas, yaitu berlapis-
lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.1
Dua fenomena khas pada psoriasis adalah fenomena tetesan lilin dan Auspitz.
Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada foresan,
seperti lilin yang digores. Pada fenomena Auspitz, setelah skuama habis dikerok dilakukan
pengerokan perlahan hingga tampak serum atau darah berbintik yang disebabkan oleh
papilomatosis.1
Untuk menegakkan diagnosis psoriasis, perlu dinilai gambaran klinisnya yang khas.
Jika gambaran klinis tersebut sudah sesuai dengan yang tersebut di atas, maka tidak sulit
membuat diagnosis psoriasis.1
Pengobatan
Pengobatannya adalah mengusahakan agar penderita tidak terus menggaruk karena
gatal. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian antipruritus, glukokortikoid topikal atau
intralesi, produk ter, atau konsultasi psikiatri.1
Steroid topikal merupakan terapi pilihan karena dapat mengurangi inflamasi dan gatal
sekaligus mengurangi hiperkeratosis. Karena lesinya kronis, pengobatan biasanya dilakukan
dalam jangka panjang. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid potensi sedang dapat dipakai
untuk mengobati inflamasi yang akut. Sesekali oklusi dapat dilakukan untuk meningkatkan
potensi dan penghantaran obat, selain itu oklusi dapat menjadi pelindung fisik dari garukan.
Steroid topical potensi sedang tidak direkomendasikan pada kulit yang tipis seperti vulva,
axilla, skrotum, dan wajah. Steroid topikal potensi tinggi dapat digunakan selama 3 minggu
pada kulit yang tebal.2
Jika tidak berhasil, dapat dicoba dengan suntikan steroid intralesi. Salep steroid dapat
pula dikombinasi dengan ter, yang memiliki efek antiinflamasi. Perlu dicari dan diperhatikan
kemungkinan adanya penyakit yang mendasarinya.1 Pada lesi yang terinfeksi, dapat diberikan
antibiotic topikal atau oral.2
Referensi:
1. Sularsito SA, Djuanda Suria. Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keempat. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2006.
2. Hogan D J, Mason S H. Lichen Simplex Chronicus. Diunduh dari
www.emedicine.com 21 Januari 2009 pukul 16.47
3. Irritant Contact Dermatitis. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7 th ed.
USA: McGraw-Hill. 2003. p395-401.
4. Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious immunodeficiency disorders. In : Odom
RB, James WD, Berger TG, editors. Andrew’s Diseases of The Skin: Clinical
Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2000. P. 69-94.