Diagnosis Dan Penatalaksanaan Neurodermatitis

19
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN NEURODERMATITIS A. PENDAHULUAN Neurodermatitis dikenal juga dengan liken simpleks kronis. Istilah ini yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut liken Vidal. Liken simplek kronis merupakan kelainan kulit kronis, disertai pruritus berat yang ditandai dengan adanya satu atau lebih plak likenifikasi, dimana kulit mengalami penebalan. 1,2 Neurodermatitis sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun, tetapi dapat tampak dari usia remaja. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Tidak ada predilaksi ras yang tercatat.Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata- 1

description

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Neurodermatitis

Transcript of Diagnosis Dan Penatalaksanaan Neurodermatitis

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAANNEURODERMATITIS

A. PENDAHULUANNeurodermatitis dikenal juga dengan liken simpleks kronis. Istilah ini yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut liken Vidal. Liken simplek kronis merupakan kelainan kulit kronis, disertai pruritus berat yang ditandai dengan adanya satu atau lebih plak likenifikasi, dimana kulit mengalami penebalan.1,2Neurodermatitis sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun, tetapi dapat tampak dari usia remaja. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Tidak ada predilaksi ras yang tercatat.Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).1,2Neurodermatitis merupakan penyakit kronik, pruritus berat yang ditandai oleh satu atau lebih plak likenifikasi, dimana kulit menebal dan terdapat tanda kulit yang menonjol, tidak terkait eksema atopik menurut beberapa ahli, tetapi menurut beberapa lainnya bahwa neurodermatitis merupakan bentuk dewasa dari eksema. Penyakit ini merupakan kelainan kulit umum yang ditandai oleh likenifikasi kulit sebagai akibat garukan yang berlebihan. Liken simpleks terdistribusi di seluruh dunia. Gatal merupakan gejala paling utama dari kondisi ini dan memicu keinginan untuk menggaruk. Garukan berulang mengakibatkan lesi kulit yang berkembang menjadi plak liken tebal yang selanjutnya memicu gatal. Daerah yang biasanya terjadi seperti kulit kepala, tengkuk, bagian ekstensor ekstrimitas, mata kaki dan area genital. Secara klinis, penyakit ini harus dibedakan dari penyakit kulit lainnya dan kelainan kulit yang mendasari seperti infeksi jamur kulit dan psoriasis harus disingkirkan. Kadang-kadang, biopsi kulit dibutuhkan untuk mendiagnosis penyakit ini.1Etiologi pasti neurodermatitis masih belum diketahui, tapi dermatitis atopik kemungkinan lebih tinggi berkembang menjadi liken simplek kronik. Faktor pemicu lain terhadap perkembangan liken simplek kronik termasuk gigitan serangga, bekas luka trauma atau postherpetik, acne keloidalis nuchae, xerosis, insufisiensi vena. Faktor lingkungan yang memiliki pengaruh dalam menginduksi gatal seperti panas, keringat, dan iritasi yang terkait dengan liken simplek kronik anogenital.1,4Faktor-faktor lain yang diduga memiliki keterkaitan dengan neurodermatitis adalah faktor emosi dan psikologi. Pasien dengan neurodermatitis memperlihatkan tingkat depresi yang tinggi. Diduga, neurotransmitter yang berhubugan dengan emosi seperti dopamin, serotonin, dan opioid peptida memodulasi persepsi gatal melalui jalur medulla spinalis descendens.1 Stres emosi negatif diketahui menjadi komponen aspek personal utama dalam pasien dengan neurodermatitis. Mereka juga diketahui kurang beradaptasi dengan lingkungan, tidak menikmati hidup, dan kurang mampu bersosialisasi yang dapat mengarah kepada arah kecemasan dan depresi.4Neurodermatitis diinduksi oleh gosokan atau garukan sekunder terhadap gatal. Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidea, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi.1,2Diketahui bahwa ada beberapa keterkaitan antara liken simpleks kronis dengan penyakit atopi, dengan jumlah kasus berkisar 26% hingga 75%.1 Beberapa letak predileksi yang tersering dalam neurodermatitis sama dengan letak predileksi pruritus akibat penyakit neuropati. Studi yang dilakukan ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan penyakit neuropati menyebabkan neurodermatitis.3Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mast.Jumlah sel Langerhans juga bertambah banyak.Saraf yang berisi CGRP (calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P), bahan imunoreaktif, jumlahnya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast yang selanjutnya akan memicu pruritus. Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineurum meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural.2

B. DIAGNOSISAnamnesisPenderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur.Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk.Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).Gatal bertambah berat pada saat berkeringat, panas, atau iritasi dari pakaian. Gatal juga bertambah dalam keadaan distress psikologis.1,2Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak erimatosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.Pada kasus sedang, papul eksematous follikular dapat tampak, terutama pada lengan bawah dan area siku anak.2Pemeriksaan Fisis Letak lesi dapat timbul di mana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah tengkuk, tungkai bawah dan pergelangan kaki, samping leher, kulit kepala, bagian atas paha, vulva, pubis dan labia mayora pada wanita, perineum dan skrotum pada laki-laki, pergelangan tangan dan ekstensor lengan bawah. Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke kulit kepala. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoariasis.1,2,5,6

(a) (b) (c)Gambar 1.Liken simpleks kronis pada daerah perut (a); Area likenifikasi karena garukan pada bagian atas paha (b); Liken simpleks kronis pada vulva (c).7,8

(a) (b) (c)Gambar 2.Liken simpleks kronik pada kulit kepala (a), bagian medial pergelangan kaki (b).Papul folikular pada siku (c).5

HistopatologiGambaran histopatologik liken simpleks kronis berupa hiperplasia epidermal, hipereratosis dengan para- dan ortokeratosis, akantosis ,dan hipergranulosis dengan elongasi regular rete ridges. Dermis papiler menunjukkan penebalan kolagen dengan berkas kolagen kasar dan garis vertikal. Terdapat infiltrat perivaskular limfosit dan adakalanya makrofag.1,5,7Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.1

Gambar 3.Gambar A-Gambaranhistologi Liken sklerosus.Gambar B-Gambaran histologi Liken simpleks kronik. 9

Diagnosis BandingDiagnosis banding liken simpleks kronis, diantaranya:1. Psoriasis, lesinya berbentuk makula eritema dengan skuama. Predileksi umumnya di regio extremitas terutama pada region cubiti dan genu, scalp, lumbosacral, gluteus, dan genital.11

Gambar 4.Plak psoariasis.6

2. Liken planus, lesi berbentuk likenifikasi eritematous dengan papul polygonal dengan skuama yng dapat berada di atasnya. Predileksi umumnya simetris bilateral pada ekstremitas superior dan inferior. Biasanya ada pruritus. 11

Gambar 5. Papul dan plak dengan sisik putih 113. Dermatitis atopi, terdapatpruritus yang intens, yang jika digaruk terus dapat menyebabkan likenifikasi. Ini umum pada DA kronik, dengan disertai gambaran prurigo nodularis dan penebalan plak pada kulit. Predileksi pada dewasa biasanya pada lipatan flexural di ekstremitas.12

Gambar 6.Likenifikasi dan ekskorisi pada tangan anak dengan .dermatitis atopik124. Mycosis fungoides, lesi fase awal berbentuk macula eritematous dengan skuama. Pada stage plaque, lesi akan meninggi membentuk plak. Predileksi pada daerah yang jarang terkena sinar matahari. Dapat muncul pruritus atau asimptomatik 13

Gambar 8 Plak dan makula dengan nodul pada mycosis fungoides13

C. PENATALAKSANAAN Terapi bertujuan untuk memutuskan siklus gatal-garukan. Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal atau intralesi, produk ter.1,2Pertama, langkah-langkah untuk mengontrol gatal mencakup steroid topikal kuat serta persiapan antipruritik nonsteroid seperti mentol, fenol, atau pramoxine.Emolien adalah tambahan penting.Steroid intralesi seperti triamcinolone acetonide, yang diberikan dalam berbagai konsentrasi sesuai dengan ketebalan plak atau nodul, bermanfaat.Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Antihistamin penenang seperti hidroksizin, atau antidepresan trisiklik seperti doxepin, dapat digunakan untuk menghilangkan gatal pada malam hari di kedua kondisi.Selective serotonin reuptake inhibitor telah direkomendasikan untuk menghilangkan pruritus siang hari atau pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum 8 hari).Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu ditutup dengan penutupimpermeable; kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara suntikan intralesi.Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan ter yang mempunyai efek anti-inflamasi.Ada pula yang mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang ada harus juga diobati.1,2,14

D. PROGNOSISPrognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari), dan status psikologik penderita. Jika pengobatan dapat diberikan sesuai penyakit mendasari maka memiliki prognosis yang baik.1,2Dapat menjadi kronik dengan lesi persisten atau rekuren. Eksaserbasi dapat terjadi dalam respon terhadap stress emosional. 1,2

DAFTAR PUSTAKA

1. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo nodularis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p. 184-87.2. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53, 190.3. Cohen AD, Andrews ID, Medvedovsky E, Peleg R and Vardy DA. Similarities between Neuropahtic Pruritus Sites and Neurodermatitis Sites. IMAJ. 2014; 16: 88-904. Martin-Brufau R, Corbalan-Berna J, Ramirez Andreo A, Brufau-Redondo C, and Liminana-Gras R. Personality differences between patientswith neurodermatitis and normalpopulation: A study of pruritus. Eur J Dermatol. 2010; 20(3): 359-635. Jones JB. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds. Rooks Textbook of Dermatology.8th edition. UK: Wiley-Blackwell; 2010. p.23.39-40. 6. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology. 2nd edition. US: Mosby Elsevier; 2008. p.16-7.7. Lotti T, Prignano F. Prurigo Nodularis dan Lichen Simpleks Kronis. Dermatologic Therapy. 2008; 21: 42-6.8. Habif TP. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 5th edition. Philadelphia: Mosby; 2010. p.115-9.9. Rubakovic, Steffen. Dermatopathology in Historical Perspective: The Montgomery Giant Cell of Lichen Simplex Chronicus. Skin Med. 2010 January; 8(1): 54-5.10. Gudjonsson JE and Elder JT. Psoriasis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p. 208-16.11. Daoud MS and Pittelkow MR. Lichen Planus.In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p. 296-31212. Leung DYM, Eichenfield LF and Boguniewicz. Atopic Dermatitis (Atopic Eczema). In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p. 165-8213. Beyer M and Sterry W Cutaneous Lymphoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012. p. 1748-5214. Kim, Lockey. Dermatology for the Allergist: Lichen Simplex Chronicus. USA: World Allergy Organization; 2010. p. 212-213.

8