Post on 06-Aug-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan tantangan besar bagi dunia, sehingga masalah
kesehatan termuat dalam 10 masalah yang dihadapi dunia di abad 21 ini. Lebih
spesifiknya mengenai ancaman pandemi dan penyakit menular. Di Indonesia sendiri
banyak factor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, diantaranya masalah
perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan.
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di
Amerika Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia justru factor perilaku
kesehatanlah yang diduga menjadi factor utama masalah kesehatan yang merupakan
akibat dari masih rendahnya pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi
tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat untuk berperilaku sehat. Karena terbentuknya perilaku diawali dengan
pengetahuan tentang objek yang kemudian menimbulkan respon terhadap objek
tersebut.
Perilaku kesehatan sangat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat
yang sedang menjadi prioritas utama pemerintah. Masih banyak masyarakat
Indonesia yang belum sadar bahkan belum peduli terhadap kondisi kesehatan
lingkungan dan diri sendiri. Akibatnya banyak masalah kesehatan yang bermunculan.
Apalagi di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh petugas kesehatan.
Lingkungan yang tidak teratur dan minimnya tenaga kesehatan dapat memicu
1 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
terjadinya penyebaran penyakit yang mewabah atau di sebut kejadian luar biasa.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No.
451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
• Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
• Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
• Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah
penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
2 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
BAB II
PERMASALAHAN
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi. Di Negara maju seperti Amerika dan Kanada dan Negara Negara
Eropa saja penyakit ini cukup meresahkan. Di Amerika Serikat tercatat dua juta
sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000
orang. Indonesia sendiri pada tahun 2011 tercatat sebagai Negara dengan
berdasarkan World Pneumonia Day (WPD).
Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Peneliti Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UI mengungkap, pneumonia saat ini menjadi penyebab utama
kematian pada balita. "Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian terbaru, sekitar 33
persen dari 1.200 anak sehat yang dilakukan pengambilan apusan, mengandung
kuman s pneumonia di nasofaringnya," kata Sri Rezeki Hadinegoro di Jakarta, Senin
(1/10).
Di dunia, setiap tahunnya terjadi 156 juta kasus pneumonia baru di seluruh
dunia, dan penyakit tersebut telah merenggut nyawa 1,5 juta anak usia di bawah lima
tahun. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak meyerang anak balita.
Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia taiap
tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia
sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-penyakit lain seperti
campak, malaria serta AIDS.
3 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 pneumonia menempati
peringkat 10 dalam daftar 10 besar penyakit rawat inap 2010 dengan jumlah kasus
9.340 untuk laki-laki dan 7.971 untuk perempuan. Dengan presentasi masing masing
53,59% dan 46,05%. Jumlah pasien keluar 17.311, dan pasien meninggal 1.315
orang.
Masih menurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 yang di
keluarkan Kementrian Kesehatan Indonesia, Jumlah kasus pneumonia pada balita
menurut kelompok umur tahun 2011 tercatat sebanyak 157.249 kasus yang
menyerang anak usia dibawah 1 tahun, 301.217 kasus menyerang anak usia 1-4
tahun untuk pneumonia biasa dan 10.770 kasus usia dibawah 1 tahun dan 10.797
kasus usia 1-4 tahun untuk pneumonia berat. Dengan jumlah keseluruhan kasus
168.019 untuk usia dibawah 1 tahun dan 312.014 kasus pada anak usia 1-4 tahun
yang tersebar di 33 provinsi. Tercatat 480.033 kasus pneumonia muncul di
Indonesia, dengan Case Fatality Rate sebanyak 0,21% untuk anak usia dibawah 1
tahun,dan 0,08% untuk anak usia 1-4 tahun yang tersebar di 33 provinsi. Jika di
urutakan menurut banyaknya kasus, Jawa Barat menempati posisi pertama dengan
168.146 kasus, disusul Jawa Timur sebanyak 73.786 kasus, DKI Jakarta sebanyak
40.296 di urutan ketiga, NTB sebanyak 32.669 kasus di urutan ke-empat, dank e-
lima di tempati Jawa Tengah sebanyak 18.477 kasus. Berdasarkan Case Fatality
Rate, Banten menduduki poisisi pertama dengan 115 orang meninggal, disusul NTB
dengan 78 orang, Jawa Barat 76 orang, Sumatera Selatan 64 orang, dan Sumatera
Utara 56 orang.
Dilihat dari data, pneumonia merupakan penyakit penyebab kematian yang
utama. Sayangnya, penyebab kematian utama pada balita ini termasuk dalam
kelompok pembunuh yang terlupakan karena kurangnya edukasi dan tingkat
4 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
kesadaran yang rendah dari masyarakat. Contoh kasus pneumonia yang isunya
termasuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa terjadi di Baduy, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten. Kasus ini terjadi sekitar bulan Januari – Maret 2011. Dalam rentang
1,5 bulan terakhir, ada empat anak meninggal di Kampung Cibeo karena radang
paru-paru (bronkopneumonia). Selain itu, 13 anak di Baduy Dalam yang menderita
bronkopneumonia dan 27 anak lainnya yang menderita batuk disertai demam dan
sesak nafas. Rentang umur anak-anak Baduy Dalam yang menderita radang paru-
paru adalah 1 sampai 11 tahun. Perut anak-anak itu buncit, tulang rusuknya tampak,
dan nafasnya tersenggal-senggal. Dalam masalah pneumonia ini, ada beberapa point
yang memerlukan penjabaran, yaitu:
1. Pneumonia
2. Masyarakat Baduy
3. Analisis Pneumonia di Suku Baduy
5 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pneumonia
3.1.1 Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh
gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit
ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun
bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI, 2002).
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan
napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk
balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu
menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per
menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit
(Depkes, 1991).
3.1.2 Penyebab Pneumonia
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri).
Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin,
atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam
saluran pernapasan (aspirasi).
6 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan
golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya
(komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus,
terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golongan
bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae type b (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian
terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan
(parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah
(Setiowulan, 2000).
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes
RI (2004) antara lain:
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck.
2000 : 1).
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Sehat
adalah:
1) Gizi Lebih
2) Gizi Baik
3) Gizi kurang
4) Gizi buruk
7 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah
ketuban pecah dini dan persalinan preterm (Setiowulan.2000).
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang
sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia.
Klasifikasi kesejahteraan keluarga adalah :
1) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras. dan seimbang antar anggota,
serta antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya
2) Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru
bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3) Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan
agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua
kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah,
dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari
tanah, dan belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern
(BKKBN, 2002).
d. Lingkungan tumbuh bayi
8 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di
sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat (www.infokes.com, 2006).
e. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi,
bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang
lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.
3.1.3 Klasifikasi Pneumonia
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi pneumonia sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
(Rasmailah, 2004).
3.1.4 Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia
Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur,
mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya
penyakit.
Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri
tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat
9 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
(takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi kebiruan
(sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan
muntah (pada anak di atas 5 tahun).
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak
selalu ditemukan demam dan batuk.
Selain tanda-tanda di atas, WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi
napas per menit berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk
memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar
(Setiowulan, 2000).
Tabel 2.1. Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO)
Umur Anak Napas Normal Takipnea (Napas cepat)
0 – 2 Bulan 30-50 per menit sama atau > 60 x per menit
2-12 Bulan 25-40 per menit sama atau > 50 x per menit
3.1.5 Cara Penularan Penyakit Pneumonia
Pada umumnya penyakit pneumonia ditularkan melalui percikan ludah,
kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang
terkontaminasi oleh discharge saluran pernafasan (Chin, 2000). Menurut Himawan
yang dikutip oleh Putri (2006), cara penyebaran infeksi penyakit pneumonia ada dua,
yaitu :
a. Melalui Aerosol (mikroorganisme yang melayang di udara) yang keluar pada
saat batuk dan bersin.
b. Melalui kontak langsung dari benda yang telah tercemar mikroorganisme
penyebab (hand to hand transmission).
10 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan,
diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan modus
terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerosol.
3.2 Masyarakat Baduy
Suku Baduy merupakan satu-satunya kelompok masyarakat yang hidup di
daerah dengan kondisi geografis yang sangat sulit, kondisi ini yang menyebabkan
orang menyebut dengan suku yang terisolir.
Letak masyarakat Baduy berada di Kecamatan Leuwidamar dan termasuk
dalam wilayah kerja Puskesmas Cisimeut. Suku Baduy terdiri atas Baduy-Luar dan
Baduy-Dalam, dengan pola kehidupan yang cukup berbeda. Untuk mencapai Baduy-
Dalam harus melewati masyarakatan Baduy-Luar yang ditempuh dengan berjalan
kaki dan kondisi jalan yang berbukit serta licin. Jarak tempuh untuk mencapai Baduy
Dalam sekitar 5 – 6 jam melalui pintu masuk dari Kampung Ciboleger wilayah
Puskesmas Cisimeut. Sedangkan jika pintu masuk melalui Kampung Cijahe wilayah
Puskesmas Cirinten dapat ditempuh kurang lebih 2-3 Jam.
Wilayah yang termasuk Baduy-Dalam terdiri atas 3 (tiga) Kampung yaitu
Kampung Cikatawarna, Kampung Cikeusik dan Kampung Cibeo. Letak ketiga
Kampung ini cukup jauh yang ditemuh melalui berjalan kaki sekitar 1 jam
perjalanan. Kehidupan sehari-hari Baduy-Dalam sebagai mata pencaharian adalah
dengan berhuma dengan lokasi paling jauh 10 Km dari tempat tinggal. sedangkan
pola waktu yang digunakan untuk ke Huma adalah jam 04.00 – 17.00 WIB, sehingga
waktu berkumpulnya masyarakat Baduy-Dalam adalah malah hari.
Keputusan adat yang ada di lingkungan masyarakat baduy terletak ditangan
PUUN (Pemimpin) yang keberadaannya tidak pernah keluar rumah dan sulit untuk
11 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
ditemui. Sedangkan kesehariannya masyarakat Baduy Dalam dipimpin oleh JARO
(Kepala Kampung). Salah satu gambaran kehidupan masyarakat Baduy-Dalam di
Kampung Cibeo adalah:
Jumlah Rumah yang ada sebanyak 96 rumah
Setiap rumah dihuni oleh 1 -3 Kepala Keluarga
Jumlah penduduk sebanyak 510 jiwa
Jenis ternak yang dipelihara adalah ayam, kucing dan anjing (digunakan
untuk menjaga huma.
3.3 Hasil Analisis Pneumonia di Suku Baduy
3.3.1 Hasil Penyelidiakn dan Penanganan Suspek KLB Pneumonia
Berdasarkan Laporan Verifikasi Rumor Suspek KLB Pneumonia di Suku
Baduy Dalam Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak tanggal 15-
16 Maret 2012, yang dilakukan atas kerjasama Kementrian Kesehatan Jakarta, Dinas
Kesehatan Provinsi Banten, Dinas Kesehetan Kabupaten Lebak dan Puskesmas
Cisimet maka diperoleh beberapa data, antara lain:
a. Distribusi Penyakit Hasil Penyelidikan KLB
Dalam penyelidikan dan penanganan KLB pneumonia di Baduy-Dalam dan
Baduy-Luar dilakukan pengobatan penderita secara total covered, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui jenis penyakit yang beredar di lingkungan
masyarakat Baduy.
Penggalian informasi untuk mencari factor-faktor esensial yang berpengaruh
pada perjalanan penyakit ini dilakukan melalui pendekatan tidak langsung.
Komunikasi dengan masyarakat Baduy-Dalam cukup baik dengan menggunakan
12 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
bahasa Indonesia. Pengamatan lingkungan tempat tinggal juga dilakukan untuk
mendukung analisis perjalanan penyakit yang menyerang masyarakat Baduy-Dalam.
Jumlah masyarakat Baduy yang mengalami keluhan penyakit sebanyak 99 penderita
dengan jenis penyakit yang bervariasi. Keluhan yang terbanyak adalah batuk bukan
pneumonia sebanyak 64 penderita sedangkan masyarakat yang mengalami
pneumonia sebanyak 21 penderita dengan rincian pneumonia ringan 14 dan
pneumonia berat 7 penderita.
Untuk melihat distribusi masyarakat Baduy yang mengalami keluhan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Batuk B
ukan
Pneu
monia
Pneu
monia
Pneu
monia
Berat
Batuk B
ukan
Pneu
monia,
Helm
inth
isasi
Pneu
monia,
Ton
siliti
s
Batuk B
ukan
Pneu
monia,
Diar
e
Mig
rain
Abses
Gig
i
Mya
lgia
OMA
Batuk B
ukan
Penu
monia,
Derm
atitis
Batuk,
Pilek
Pneu
monia,
Helm
intia
lis
Gastri
tis
Pusin
g
Hipert
ensi
Kelain
an Ja
ntun
g Baw
aan
0
10
20
30
40
50
60
70
64
11 7 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Distribusi Penyakit menurut Hasil Pemeriksaan pada Masyarakat Baduy - Kabupaten Lebak
Tanggal 15 - 16 Maret 2012
b. Proporsi Penderita Penyakit Pneumonia
Pengelompokan penderita pneumonia di masyarakat Baduy terbagi menjadi 4
(empat) macam, yaitu pneumonia dan Helminthialis (5%), Pneumona dan Tonsilitis
13 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
(10%), pneumonia (52%) dan pneumonia berat (33%). Gambaran tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
52%
33%
10% 5%
Proporsi Penderita Pneumonia pada Masyarakat Baduy - Kabupaten Lebak
Tanggal 15 - 16 Maret 2012
Pneumonia Pneumonia beratPneumonia, Tonsilitis Pneumonia, Helminthialis
c. Distribusi Penderita Pneumonia menurut Waktu
Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, waktu timbulnya gejala pertama
(onset time) setiap penderita sangat sulit ditentukan hal ini dikarenakan semua
penderita pneumonia yang ditemukan mempunyai riwayat pertama kali keluhan
sekitar 1 (satu) bulan sebelumnya. Sehingga variable waktu yan dapat digambarkan
adalah kisaran waktu berdasarkan penemuan kasus. Seperti terlihat pada gambar di
bawah ini.
14 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
28/02/2012 3/3/2012 13/03/2012 15/03/2012
Total 14 4 2 1
1
5
9
13
Distribusi Kasus Pneumonia menurut Waktu Pen-emuan
pada Masyarakat Baduy - Kabupaten Lebak Tanggal Peb - Maret 2012
Jum
lah
d. Distribusi Penderita Pneumonia menurut Tempat
Sebaran kasus pneumonia yang ditemukan pada saat penyelidikan di
lapangan, kasus lebih banyak ditemukan di Kampung Cibeo dengan jumlah kasus 19
penderita dan 4 penderita meninggal sedangkan di Kampung Cisadane hanya
menemukan 2 penderita dan 1 penderita meninggal.
15 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Sedangkan angka kematian kasus pneumonia paling tinggi terdapat di Kampung
Cisadane (50%) dibandingkan dengan Kampung Cibeo (21,1%)
e. Distribusi Penderita Pneumonia menurut Orang
Berdasarkan kelompok umur, penderita pneumonia paling banyak menyerang
kelompok Balita yaitu 38% dan juga ditemukan penderita pneumonia pada kelompok
bayi sebesar 19%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pola penularan penyakit
berada dilingkungan tempat tinggal dan kondisi rumah tinggal. Sebaran kasus
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
16 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Sedangkan angka kematian penderita pneumonia lebih besar pada kelompok usia
balita (CFR = 50%)
3.3.2 Hambatan / Kendala
a. Kendala Geografis, Secara geografis kawasan ini termasuk kawasan yang
susah dilewati oleh kendaraan roda 2 sekalipun, karena lokasi terletak di
perbukitan dan lembah yang tidak terawat dengan baik.
b. Kendala Adat Istiadat, Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap adat setempat
masih sangat kuat, beberapa solusi sulit di berikan karena ada anggapan
bertentangan dengan adat setempat. Pengaruh Jaro/ puun di wilayah ini
sangat besar
c. Sosial, Hubungan sosial ke masyarakat di sekitar kampung masih kurang,
karena masing-masing mempunyai kesibukan pada siang hari ke Huma
(ladang) dan baru pada malam hari ada di rumah
d. Pendidikan, Hampir keseluruhan masyarakat di badiuy dalam tidak
mengenyam pendidikan termasuk anak keturunan mereka
17 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
e. Sulitnya sarana komunikasi dan transformasi i alih teknologi seperti
telpon,radio, TV, koran dan lain-lain
3.3.3 Faktor Resiko
1. Lingkungan
a. Kondisi Rumah tidak memenuhi criteria Rumah Sehat seperti:
Penerangan dan ventilasi udara sangat kurang (tidak ada jendela,
pintu hanya satu, dapur di dalam rumah)
Penghuni Rumah yang padat, setiap rumah di huni oleh 1 – 3 KK
b. Lingkungan sekitar kurang bersih, hewan peliharaan (ayam) tidak
dikandangkan
2. Pelayanan Kesehatan
Kepercayaan terhadap petugas kesehatan masih kurang
Masyarakat lebih percaya kepada dukun
3. Perilaku dan Budaya
Budaya masyarakat masih belum menerima upaya pencegahan
terhadap penyakit seperti imunisasi khususnya yang menggunakan
jarum suntik, karena melanggar adat
Kesadaran masyarakat untuk berobat ke tempat pelayanan
kesehatan saat sakit masih rendah
Jika ada masyarakat yang sakit dan mendapatkan obat, maka
pemantauan obat diminum sesuai aturan sangat sulit
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangat buruk seperti
Mandi tidak pakai sabun, tidak sikat gigi, Baju tidak diganti dan
Kaki tidak pakai alas
18 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Tidak ada Fasilitas MCK dan sumber air yang dgunakan dari air
sungai.
4. Pola makan
Konsumsi makanan yang mengadung zat gizi sangat kurang
(konsumsi makanan keseharian hanya dengan nasi, garam, ikan
asin kadang sayur dari hasil bumi yang ada.
Keberadaan hewan peliharaan (ayam) bukan milik perorangan
tetapi milik bersama yang digunakan untuk acara adat seperti
acara KALAWU setiap tahun 2 kali
5. Sosio Ekonomi
Masyarakat tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap.
3.3.4 Pencegahan Pneumonia dan Potensinya di Suku Baduy
Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya
sangat mirip dengan Flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan
memperhatikan tips berikut :
a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek.
Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot
diantara rusuk (retraksi).
19 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan. Dan
segera ke RS jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus
influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive
pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi,
terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat dinikmati oleh
semua anak karena harganya yang cukup mahal.
g. Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
- Memiliki luas ventilasi sebesar 12 – 20% dari luas lantai.
- Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar
20%.
h. Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat
pembakaran dan tempat penampungan sampah sementara maupun akhir
(Menkes, 1999).
Potensi yang menjadi Peluang mayarakat baduy untuk terbebas dari
pneumonia dan meningkatkan derajat kesehatan.
a. Masyarakat Baduy Dalam sudah mempunyai persepsi positif terhadap
pengunjung khususnya kepada tenaga kesehatan
b. Adanya sedikit perubahan perilaku hidup bersih seperti :
c. Sudah adanya bak kayu untuk penanpungan air
d. Sudah adanya MCK darurat walaupun digunakan hanya untuk tamu
e. Baduy Dalam sudah dijadikan daerah wisata yang sering didatangi
pengunjung
f. Adanya peran PUUN dan JARO yang dapat memberikan pengaruh positif
pada masyarakat
20 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
g. Adanya masyarakat setempat yang peduli dengan kesehatan seperti :
Kader yang dipercaya untuk memberikan pengobatan seperti ayah
mursid
Adanya petugas kesehatan senior yang sangat dipercaya oleh
masyarakat Baduy Dalam seperti Mantri Rasidi dan Bidan Ros.
21 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
BAB IV
KESIMPULAN
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh
gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah
mikroorganisme (virus, bakteri). Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab
pneumonia antara lain: konsumsi ASI, lingkungan tumbuh bayi, kondisi sosial
ekonomi orang tua, riwayat persalinan, dan status gizi bayi
Pneumonia diklasifikasikan menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan bukan
pneumonia. Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.
Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam
saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat juga
cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita,
transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda
yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita.
Mengenai rumor KLB Pneumonia yang terjadi di Suku Baduy Dalam Desa
Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, berdasarkan hasil
verifikasi rumor yang telah dilakukan atas kerjasama Kementrian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi Banten, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dan Puskesmas
Cisimeut bahwa keadaan ini dinyatakan sebagai KLB pneumonia karena kasus
22 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
mengelompok secara kluster dan adanya kasus kematian yang signifikan di walayah
Baduy Dalam, khususnya kampong Cibeo dan Kampung Cisadane (Baduy Luar).
Jumlah total masyarakat Baduy yang mengalami keluhan sakit adalah sebanyak 99
penderita dengan diagnosis Batuk, pilek, pneumonia, gastritis, myalgia dll.
Sedangkan gambaran klinis penderita yang menunjukan gejala klinis penyakit
Pneumonia, adalah sebanyak 21 penderita dan 5 meninggal (CFR=23%) . Proporsi
kasus menurut kelompok umur paling tinggi menyerang kelompok usia Balita (1-4
tahun) yaitu 38% dengan angka kematian (CFR) sebesar 50%. Distribusi KLB
pneumonia ini lebih banyak menyerang pada Kampung Cibeo yaitu 19 kasus dan 4
meninggal (CFR=21,1%) sedangkan Kampung Cisadane kasusnya 2 dan 1
meninggal (CFR=50%) Peningkatan Kasus pneumonia di masyarakat Baduy
cenderung dipengaruhi oleh faktor resiko yang sangat signifikan, tetapi masih ada
potensi-potensi yang dijadikan peluang untuk peningkatan status kesehatan.
23 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
Beritasatu, 2012. http://www.beritasatu.com/features/75173-pneumonia-pembunuh-
balita-nomor-satu.html. Diakses 10 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB
BKKBN, 2002. Buku Saku Pelayanan Kontrasepsi IUD. Sumatera Utara
Depkes R.I., (2002) Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP.
Jakarta.
Depkes R.I., 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Indonesia, Kementrian Kesehatan, Sekretariat Jenderal, 2012. Profil Data Kesehatan
Tahun 2011. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Institutional Repository, USU. 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17591/4/Chapter%20II.pdf.
diakses 20 Oktober 2012 pukul 21.45 WIB
Mansjoer, Arif. Suprohaita. Wardhani, Wahyu Ika. Setiowulan, Wiwiek. 2000.
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Rasmailah. 2004. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya.
Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17591/4/Chapter%20II.pdf.
Yulianti, Iin, 2010. http://iyinrisa.blogspot.com/2010/12/kejadian-luar-biasa-
klb.html diakses 14 Oktober 2012 pukul 21.30 WIB
Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2012. Laporan Verifikasi Rumor Suspek Klb
Pneumonia Di Suku Baduy Dalam Desa Kanekes Kec. Leuwidamar Kab.
Lebak. http://www.dinkes.bantenprov.go.id/berita-147-verifikasi-rumor-
suspek-klb-pneumonia-di-suku-baduy-dalam--desa-kanekes-kec.-leuwidamar-
kab.-lebak--.html . Diakses 05 Oktober 2012 pukul 20.00 WIB
24 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m