Post on 02-Jul-2015
BAB I
1.1 Pendahuluan
Pukat kantong (seine net) merupakan alat tangkap yang banyak kita temukan di
perairan Indonesia.Selain karena alat tangkap ini memberi hasil yang cukup besar bagi
nelayan, alat ini juga ramah lingkungan dan disetujui penggunaannya oleh Dinas Kelautan
dan Perikanan Indonesia.
Dalam perkembanganya pukat kantong terus mengalami kemajuan baik dalam hal
distribusinya maupun bentuknya. Walaupun di masing-masing daerah mungkin akan
mempunyai nama yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai dengan keinginan
penduduk setempat.
Sebagai alat tangkap yang banyak digunakan di Indonesia, tentunya kita perlu
mengetahui dan memahami seluk beluk alat ini. Oleh karena itu, di makalah ini kita akan
menemukan informasi-informasi berguna tentang pukat kantong, baik mengenai sejarah,
klasifikasi, metodologi penangkapan dll.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penangkapan Ikan Prodi Perikanan FPIK-UNPAD yang diberikan oleh para dosen
pembimbing mengenai alat tangkap pukat kantong (seine net) . Selain itu, adapun tujuan
utama dari pembuatan makalah ini agar para mahasiswa/mahasiswi perikanan di UNPAD
pada khususnya mengetahui dan memahami informasi tentang pukat kantong.
1.3 Manfaat
Kami selaku tim penyusun, berharap agar makalah ini dapat diterima dan digunakan
sebaik-baiknya oleh para pembaca. Dalam makalah ini kita akan disuguhkan berbagai
informasi menarik tentang “seine net” sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang
pukat kantong.
BAB II
2.1 Tinjauan pustaka
a) Definisi pukat kantong (seine net)
Pukat kantong (seine net) adalah jenis jaring menangkap ikan berbentuk kerucut
yang terdiri dari kantong atau bag, badan(body), dua lembar sayap (wing) yang
dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp). Alat ini tergolong
tradisional,tidak merusak lingkungan,dan ukurannya mesh sizenya relatif kecil.Pukat
kantong terdiri atas payang, dogol, dan pukat pantai.
b) Sejarah pukat kantong.
Pukat pertama kali dikembangkan di Denmark, yang disebut dengan “Danish seine”.
Seiring dengan perkembangan waktu munculah modifikasi-modifikasi dari “Danish
seine” ini, yaitu payang(lampara) dan pukat pantai. Awalnya pukat kantong
digunakan untuk menangkap salmon di Columbia river, Oregon, 1914.
Di Indonesia sendiri pukat kantong ini sudah digunakan untuk menangkap
ikan sejak jaman belanda atau sekitar tahun 1930-an. Pada masa itu harga bahannya
masih relatif mahal, oleh karena itu baru para pegawai pemerintah Hindia Belanda
saja yang memiliki. Sedangkan bahan untuk membuatnya pun masih sederhana, alat
ini pada masa itu terbuat dari benang kapas dicampur dengan getah bakau pada
bagian jaringnya, dan tali penarik terbuat dari penjalin dengan daya awet alat yang
hanya dapat mencapai kurang labih selama 2 tahun.
c) Klasifikasi dan penggolongan pukat kantong (seine net)
Berdasarkan stasistik perikanan Indonesia pukat kantong dikatagorikan menjadi 3
bagian :
- Payang (termasuk lampara)
- Dogol (Danish seine)
- Pukat pantai
Sedangkan menurut (Internasional Standar Statistical Clasification Fishing
Gear) pukat kantong masuk dalam kategori pukat. Jika ditinjau dari sifat alat ini,
pukat kantong termasuk dalam kategori alat tangkap aktif, karena pukat kantong
adalah alat tangkap yang digerakkan memburu ikan, sehingga ikan tertangkap.
d) Konstruksi alat tangkap
Pada prinsipnya pukat kantong terdiri dari bagian bagian seperti : kantong,
sayap atau kaki dan tali panjang (slambar, hauling line). Bagian kantong berbentuk
kerucut, bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis seperti waring
karuna, nilon, dan bahan dari plastik. Pada mulut di kantong kanan-kirinya
dihubungkan dengan kaki atau sayap, sedang pada bagian ujung belakang yang
disebut ekor diberi tali yang dapat dengan mudah dibuka dan diikatkan untuk
mengeluarkan hasil tangkapan. Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan benang
katun atau bahan sintetis lainnya. Besar mata bagian kaki bervariasi mulai dari 6,5
cm pada ujung depan dan mengecil pada bagian pangkalnya. Pada bagian ujung
depan kaki diberi atau dihubungkan dengan kayu cengkal (brail or preader). Pada
tiap ujung kaki, yaitu pada ris atas dan bawah diikatkan tali yang telah diikatkan pada
kayu cengkal kemudian disambungkan dengan tali hela (tali slambar, hauling line)
yang panjang dan dapat dibuat menurut kebutuhan. Pada bagian atas mulut dan kaki
diikatkan pelampung. Ada tiga macam pelampung yang sering digunakan yaitu:
pelampung raja, pelampung biasa dan pelampung. Sedangkan pada ris bawah
diikatkan dua macam pemberat yaitu dari timah dan pemberat dari rantai besi yang
jarak antara satu dengan yang lainnya saling berjauhan.
Detail Konstruksi Alat Tangkap Pukat Kantong
Pukat kantong terdiri dari tiga bagian penting yaitu kantong (bag), badan
(shoulder) dan sayap (wings). Masing-masing bagian masih terdiri atas beberapa sub
bagian lagi.
1. Sayap (Wings)
Sayap merupakan perpanjangan dari bahan jaring, berjumlah sepasang terletak pada
masing-masing sisi jarring. Masing-masing sayap terdiri atas:
1. Ajuk-ajuk, yang berada di ujung depan dan biasanya terbuat dari polyethyline
2. Gembungan, yang terdapat di tengah dan biasanya juga terbuat dari polyethyline.
3. Clangap, yang berada di dekat badan dan biasanya juga terbuat dari polyethyline
atau bahan sintetis lainnya.
2. Kantong (Bag)
Kantong berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan, berbentuk kerucut
pada ujungnya diikat sebuah tali sehingga ikan-ikan tidak lolos. Kantong terdiri atas
bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda. Kantong terdiri
dari dua bagian, pada umumnya bagian depan berukuran mata sekitar 14 mm,
berjumlah sekitar 290 dan panjang sekitar 2,20 m. Bagian belakang kira kira memiliki
ukuran mata 13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan panjang sekitar 4 m.
3. Badan (Shoulder)
Bagian badan jarring terletak di tengah-tengah antara kantong dan kedua
sayap. Berbentuk bulat panjang berfungsi untuk melingkupi ikan yang sudah
terperangkap agar masuk ke kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang
mempunyai ukuran mata yang lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan
panjang serta jumlah mata yang lebih banyak daripada bagian belakang.
Kedudukan pukat kantong di perairan sangat ditentukan oleh keberadaan
pelampung dan pemberat pukat kantong.
1. Pemberat (Sinker)
Pemasangan pemberat pada umumnya ditempatkan pada bagian bawah alat
tangkap. Fungsinya agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam
dan tetap pada posisinya meskipun mendapat pengaruh dari arus serta membantu
membuka mulut jaring kearah bawah.
2. Pelampung (Floats)
Sesuai dengan namanya fungsi pelampung digunakan untuk memberi daya
apung atau untuk mengapungkan dan merentangkan sayap serta membuka mulut
jaring ke atas pada alat tangkap pukat pantai.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat kantong juga menggunakan
tali temali. Tali tamali yang terdapat dalam pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:
1. Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles)
Terletak pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik jaring pukat kantong
pada setiap operasi penangkapan. Tali ini ditarik dari pantai oleh nelayan atau
dengan bantuan mesin atau tergantung dengan panjang dan besarnya pukat
kantong.
2. Tali Ris Atas (Lines)
Berfungsi sebagai tempat untuk melekatnya jaring pada bagian atas dan
pelampung. Tali ini terletak pada kedua sayap
3. Tali Ris Bawah (Ground Rope)
Tali ini berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring pada bagian bawah dan
pemberat. Tali ini terletak pada kedua sayap jaring.
3. Karakteristik Alat Tangkap Pukat Pantai
Alat tangkap pukat kantong termasuk jenis pukat yang berukuran besar.
Banyak dikenal di daerah pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran,
Labuhan,Pelabuhan Ratu, Maringge (Sumatra Selatan). Prinsip pengoperasianya
adalah menelusuri bagian tengah (pelagik) dan dasar perairan (demersal).Kantong
pada pukat kantong biasanya berbentuk kerucut dan terbuat dari katun maupun
bahan sintetis lain.
4. Bahan dan Spesifikasinya
Seperti yang telah disebutkan pada konstruksi maupun detail konstruksi,
pada prinsipnya pukat kantong terdiri dari bagian-bagian kantong yang berbentuk
kerucut yang bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis lain seperti
waring karuna, nilon bahan dari plastic maupun polyethylene (PE). Bagian kaki atau
sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya. Pada bagian atas
mulut dan kaki diikatkan pelampung. Pelampung ini kebanyakan terbuat dari bahan
sintetis yang bersifat mudah mengapung atau tidak tenggelam dan biasanya
berbentuk silinder. Sedangkan pada ris bawah diikatkat pemberat yang bisa terbuat
dari timah atau dapat pula digunakan rantai besi. Pada masa dahulu masih
digunakan pemberat yang terbuat dari bahan liat maupun batu. Namun sekarang
sudah jarang digunakan karena daya awetnya rendah.
HASIL TANGKAPAN
Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat kantong untuk
payang dan dogol adalah ikan-ikan yang berkelompok (skulling) seperti tuna,
cakalang, tongkol dll.
Sedangkan untuk pukat pantai adalah jenis-jenis ikan dasar atau jenis ikan
demersal dan udang antara lain yaitu; pari (rays), cucut (shark),teri (stolepharus spp),
bulu ayam (setipinna spp), beloso (saurida spp), manyung (arius spp), sembilang
(plotosus spp), krepa (epinephelus spp), kerong-kerong (therapon spp), gerot-gerot
(pristipoma spp), biji nangka (parupeneus spp), kapas-kapas (gerres spp), petek
(leiognathus spp), ikan lidah dan sebelah (psettodidae), dan jenis jenis udang
(shrimp).
Sedangkan untuk pembagian hasil tangkapan, hal ini sudah diatur sesuai
dengan undang-undang no 16 tahun 1964 tentang pembagian hasil usaha perikanan
tangkap untuk operasi penangkapan ikan di laut dengan menggunakan perahu layar,
nelayan penggarap minimal mendapat 75% dari hasil usaha bersih.
DAERAH PENANGKAPAN
Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan yang cocok untuk
penangkapan ikan dimana alat tangkap dapat kita operasikan secara maksimum.
Syarat-syarat suatu daerah dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan bila :
1. Terdapat ikan yang berlimpah jumlahnya
2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah
3. Secara ekonomis daerah sangat berharga atau kondisi dan posisi daerah perlu
diperhitungkan.
BAB III
3.1 Metodologi alat tangkap
a) Payang dan lampara
Payang termasuk grup pukat kantong yaitu jaring yang memiliki kantong dan
dua buah sayap. Metode penangkapan ikan dilakukan dengan cara menarik pukat
kantong tersebut ke arah kapal yang berhenti atau ke arah daratan melalui kedua
sayapnya. Dilihat dari alat konstruksi alat, alat ini sama dengan trawl, tetapi
mempunyai sayap lebih panjang dan berbeda dalam operasi penangkapan, dimana
trawl bergerak bersama-sama kapal, sedangkan pukat kantong hanya jaring yang
bergerak. Payang (termasuk lampara permukaan) merupakan pukat kantong yang
digunakan untuk menangkap ikan pelagis.
Alat tangkap payang merupakan alat tangkap modifikasi yang menyerupai trawl kecil
yang dioperasikan dipermukaan perairan. Dari segi konstruksi alat tangkap tersebut hampir
mirip dengan lampara, yang membedakan adalah tidak digunakannya otter board dalam
pengoperasiannya. Pengoperasian payang dilakukan pada lapisan permukaan perairan.
Payang mempunyai tingkat selektifitas yang rendah, disebabkan penggunaan mesh size yang
kecil, sehingga dapat menangkap ikan-ikan kecil, seperti teri sampai ikan yang berukuran lebih
besar, seperti tongkol dan sebagainya. Alat tangkap payang di lokasi kajian banyak
dioperasikan dengan kapal-kapal berukuran kecil (kurang dari 30 GT) dengan jumlah trip yang
terbatas (umumnya one day fishing).
Payang secara ekonomis termasuk alat tangkap yang menguntungkan karena
menghasilkan tangkapan ikan yang bernilai ekonomis tinggi (teri nasi) dan juga dapat juga
untuk menangkap ikan-ikan besar semacam tongkol, tengiri dan sebagainya.
Pengoperasiannya dimulai dengan penurunan atau penebaran jaring, kemudian dilanjutkan
dengan penarikan jaring, hingga akhirnya ikan terkumpul dan jaring kemudian diangkat.
Selanjutnya ikan akan diambil dan dimasukkan ke dalam palka.
Armada perikanan payang yang ada di lokasi kajian umumnya dioperasikan oleh
usaha perorangan, menggunakan kasko berbahan dasar kayu. Kapal payang yang
dioperasikan di Karawang merupakan kapal-kapal payang berukuran kecil (5-20 GT), dengan
kekuatan mesin sebesar 16 HP. Operasi penangkapan dilakukan selama satu hari
penangkapan atau one day fishing. Menggunakan mesin tempel dan berbahan bakar solar,
dengan panjang kapal 10 m.
Kapal payang yang dioperasikan di Karawang merupakan kapal-kapal payang
berukuran kecil (5-20 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 16 HP. Operasi penangkapan
dilakukan selama satu hari penangkapan atau one day fishing. Menggunakan mesin tempel
dan berbahan bakar solar, dengan panjang kapal 10 m.
Adapun armada perikanan payang yang dioperasikan di Muncar (Banyuwangi, Jawa
Timur) merupakan kapal-kapal payang berukuran kecil (5-20 GT), dengan kekuatan mesin
sebesar 16 HP. Operasi penangkapan dilakukan selama satu hari penangkapan atau one day
fishing. Menggunakan mesin tempel dan berbahan bakar solar, dengan panjang kapal 10 m.
Lampara net
b) Pukat Pantai
Definisi Alat Tangkap Pukat Pantai
Pukat pantai atau beach seine adalah salah satu jenis alat tangkap yang masih
tergolong kedalam jenis alat tangkap pukat tepi. Dalam arti sempit pukat pantai yang
dimaksudkan tidak lain adalah suatu alat tangkap yang bentuknya seperti payang,
yaitu berkantong dan bersayap atau kaki yang dalam operasi penangkapanya yaitu
setelah jaring dilingkarkan pada sasaran kemudian dengan tali panjang (tali hela)
ditarik menelusuri dasar perairan dan pada akhir penangkapan hasilnya didaratkan
ke pantai. Pukat pantai juga sering disebut dengan krakat. Di beberapa daerah di
jawa juga dikenal dengan nama “puket”, “krikit”, dan atau “kikis”.
Prospektif Alat Tangkap Pukat Pantai
Dalam perkembanganya pukat pantai terus mengalami kemajuan baik dalam
hal distribusinya maupun bentuknya. Walaupun di masing-masing daerah munkin
akan mempunyai nama yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai
dengan keinginan penduduk setempat. Penggunaan tenaga kerja yang cukup banyak
sekitar 36 orang merupakan ciri positif dari pukat pantai bila dikaitkan dengan
lapangan kerja dan perluasan kesempatan kerja. Mereka biasanya tidak dituntut
untuk memiliki ketrampilan tertentu kecuali tenaga yang cukup untukmenarik
jarring. Meskipun tergolong dalam alat tangkap tradisional namun pukat pantai
termasuk dalam alat tangkap tradisional penting yang dapat memberikan hasil
tangkap yang cukup baik. Menurut data statistik perikanan tahun 1986 jumlah pukat
tapi mencapai 9.740 unit dengan jumlah seluruh alat penangkap 452.845 unit dan
dengan jumlah produksi mencapai 75.363 ton. Daerah penyebaranya hampir
terdapat di seluruh daerah perikanan laut Indonesia. Hal tersebut dapat
menunjukkan perkembangan dari alat tangkap pukat pantai yang cukup baik.
TEKNIK OPERASI ALAT TANGKAP PUKAT PANTAI
Tahap Persiapan
Kira-kira sebanyak 6 orang nelayan naik ke perahu yang ditambat di dekat
pantai untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi operasional
penangkapan. Jaring dan tali disusun sedemikian rupa dengan dibantu para nelayan
penarik untuk mempermudah operasi penangkapan terutama pada waktu
penawuran (setting). Urut-urutan susunan alat dalam perahu mulai dari dasar
adalah sebagai berikut : gulungan tali penarik I, sayap I, badan, kantong, sayap II dan
teratas adalah gulungan tali penarik II. Diatur pula letak pelampung pada bagian sisi
kanan menghadap kea rah laut dan pemberat di sebelah kiri menghadap kea rah
pantai. Salah satu ujung tali hela (penarik) diikatkan pada patok kayu di pantai
kemudian perahu dikayuh menjauhi pantai.
Tahap Penawuran (Setting)
Perahu dikayuh menjauhi pantai sambil menurunkan tali hela II yang
ujungnya telah diikatkan pada patok di daratan pantai. Apabila syarat-syarat fishing
ground telah ditemukan dan jarak sudah mencapai sekitar 700 m (sepanjang tali
hela) dari pantai, perahu mulai bergerak ke kanan sambil menurunkan jaring.
Penurunan jaring diusahakan agar membentuk setengah lingkaran menghadap garis
pantai. Urutan penurunan dari perahu sebelah kiri berturut-turut sayap II, badan dan
kantong serta sayap I, kemudian tali hela diulur sambil mengayuh perahu mendekati
pantai dan pada saat mendekati pantai ujung tali penarik yang lain dilempar ke
pantai dan diterima oleh sekelompok nelayan yang lain. Setelah kedua ujung tali
penarik berada di pantai, masing-masing ujung ditarik oleh sekelompok nelayan yang
berjumlah sekitar 13 orang per kelompok. Pada saat itu perahu kembali kelaut untuk
mengambil tali kantong dan mengikuti jaring hingga ke pantai selama penarikan
jaring.
Kecapatan perahu dalam menebarkan jaring dapat dihitung dengan
mengetahui jarak yang telah ditempuh perahu dan lamanya waktu penebaran.
Sedangkan kecepatan penawuran dapat diperoleh dengan menghitung panjang
pukat pantai dibagi dengan lama penawuran.
Tahap Penarikan (Hauling)
Ketika ujung tali hela I telah sampai di pantai, penarikan jaring dimulai. Jarak
antara ujung tali penarik I dan II kurang lebih 500 m, masing-masing ditarik oleh
nelayan berjumlah sekitar 13 orang. Sambil secara bertahap saling mendekat
bersamaan dengan mendekatnya jaring ke pantai. Perpindahan dilakukan kira-
kira sebanyak 4 kali dengan perpindahan ke 4 pergeseran dilakukan terus menerus
hingga akhirnya bersatu. Ketika sayap mulai terangkat di bibir pantai, penarikan di
komando oleh seorang mandor untuk mengatur posisi jarring agar ikan tidak banyak
yang lepas. Bersamaan dengan itu perahu dikayuh menuju ujung kantong yang diberi
tanda dengan bendera yang terpasang pada pelampung. Salah satu dari crew
penebar mengikatkan kebo kaos pada bagian ujung kantong. Kebo kantong tersebut
dimaksudkan sebagai tempat ikan hasil tangkapan agar jaring tidak rusak akibat
terlalu banyak muatan. Sambil memegang kebo kaos tersebut nelayan berenang
mengikuti jaring sampai ke pinggir pantai. Kecepatan penarikan dapat dihitung
dengan cara membagi panjang keseluruhan dengan lamanya penarikan.
Tahap Pengambilan Hasil Tangkap
Sayap dan badan pukat pantai terus ditarik dan bila kedua bagian ini telah
berada di daratan pantai, kantong ditarik dan hasil tangkapan dikeluarkan dari
kantong. Selanjutnya ikan yang jenisnya bermacam-macam tersebut disortir dengan
memisahkan dan memasukkanya ke dalam keranjang tempat yang telah disediakan.
Selain itu sebagian nelayan ada yang menaikkan tali penarik dan jating ke daratan
untuk dirawat atau mempersiapkan pengoperasian tahap berikutnya.
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN
Hal-hal yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu operasi
penangkapan diantaranya adalah :
1. Penentuan fishing ground yang tepat
2. Pengaturan posisi pukat pantai yang digunakan
3. Kecepatan penebaran dan penaikkan jarring
4. perawatan, daya awet sertaefektifitas pukat pantai yang digunakan
5. Lamanya waktu pengoperasian
6. Kondisi perahu dan alat bantu lainnya.
Pukat pantai
c) Dogol (Danish seine)
Secara umum konstruksi dan penggunaan dogol sama dengan yang dilakukan
pada payang.Yang menjadi pembeda pada kedua alat tangkap ini adalah daerah
tangkapannya. Jika payang digunakan untuk ikan pelagic, dogol digunakan khusus
untuk ikan demersal. Inilah sebabnya dogol juga disebut “anchor seine”.
Gambar Dogol
BAB IV
4.1 Hasil dan pembahasan
Pada bab ini kita akan membahas ke-efektivitasan penggunaan pukat pantai di
perairan Indonesia.
Pukat pantai merupakan salah satu jenis dari pukat kantong. Pukat “tepi” ini banyak
digunakan oleh nelayan di Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa pukat panti
merupakan salah satu alat tangkap yang sering kita temukan di tepian pantai Indonesia.
Fungsi dari pukat pantai ini sendiri adalah untuk menarik ikan di tepian pantai ke daratan.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penangkapan dengan alat
ini, salah satunya adalah mementukan ukuran mesh yang tepat. Berbagai pertimbangan
perlu kita lakukan dalam menentukan mesh size, yang paling pertama ialah menentukan
target spesies dan memastikan ukuran ikan yang potensial di perairan tersebut. Jaring
dengan ukuran mesh yang kebesaran akan berakhir seperti gill net, tentunya ini hasil yang
tidak kita inginkan dan sangat buruk. Walaupun nelayan dapat mengatasi kondisi seperti ini
dengan mencabuti ikan satu-persatu tetap saja akan membuang waktu dan mengurangi
efisiensi dari operasi penangkapan. Sebaliknya, jika ukuran mesh terlalu kecil jaring akan
terisi banyak pasir maupun sampah yang menyebabkan kesulitan saat menarik jaring keluar
dari air. Ukuran mesh yang terlalu kecil akan menguras tenaga, karena nelayan akan
mengeluarkan banyak tenaga menarik jaring yang seolah-olah seperti batu saat di dalam air.
Permasalahan Mendasar
Permasalahan yang perlu diperhatikan oleh para nelayan adalah mengetahui jenis
substrat, karena substrat berpengaruh besar dalam penarikan jaring. Tak jarang jaring
menjadi rusak karena tergesek oleh karang, hal ini dapat menyebabkan kerugian besar bagi
nelayan sendiri. Untuk itu perlu mengetahui kondisi perairan terlebih dahulu baik substrat
maupun arus air. Dengan mengetahui “ladang ikan” terlebih dahulu, kita dapat menentukan
arah penebaran pukat pantai.
Reaksi Ikan
Setiap spesies ikan memiliki reaksi yang berbeda terhadap pukat pantai. Ada ikan
yang berkumpul di tengah dan mengikuti arah jaring sehingga tertangkap dengan mudah.
Ada ikan yang berontak dan menabrak mata jaring. Jika kita tepat menentukan target dan
jenis ikan dan juga kita sesuaikan dengan alat tangkapnya hal ini bukanlah masalah yang
cukup berarti. Kuncinya adalah “Know your own farm”.
Kelebihan dan kekurangan
Setiap alat tangkap pasti memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing-masing.
Kelebihan pukat kantong sendiri adalah biaya operasional yang lebih murah dibanding alat
tangkap lain seperti trawl. Kelebihan lainnya adalah kesegaran ikan lebih terjaga karena
dapat dijual langsung setelah ikan didaratkan ke pantai.
Kekurangan dari pukat pantai terletak di banyaknya jumlah tenaga yang dibutuhkan
sehingga hasil tangkapan harus dibagi merata. Jika tangkapan yang diperoleh sedikit, hasil
yang didapatpun akan semakin berkurang.
Secara umum pukat pantai merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan, karena
kita dapat memilih ikan yang akan ditangkap dengan cara menyesuaikan ukuran meshnya
sehingga ikan yang tidak potensial/masih kecil tidak tertangkap oleh jaring. Dalam
penggunaannya pukat pantai tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan sekitar.
Dalam perkembanganya pukat pantai terus mengalami kemajuan baik dalam hal
distribusinya maupun bentuknya. Walaupun di masing-masing daerah mungkin akan
mempunyai nama yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai dengan keinginan
penduduk setempat. Penggunaan tenaga kerja yang cukup banyak sekitar 36 orang
merupakan ciri positif dari pukat pantai bila dikaitkan dengan lapangan kerja dan perluasan
kesempatan kerja. Mereka biasanya tidak dituntut untuk memiliki ketrampilan tertentu
kecuali tenaga yang cukup untuk menarik jaring. Meskipun tergolong dalam alat tangkap
tradisional namun pukat pantai termasuk dalam alat tangkap tradisional penting yang dapat
memberikan hasil tangkap yang cukup baik. Menurut data statistik perikanan tahun 1986
jumlah pukat tapi mencapai 9.740 unit dengan jumlah seluruh alat penangkap 452.845 unit
dan dengan jumlah produksi mencapai 75.363 ton. Daerah penyebaranya hampir terdapat
di seluruh daerah perikanan laut Indonesia. Hal tersebut dapat menunjukkan perkembangan
dari alat tangkap pukat pantai yang cukup baik.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pukat kantong adalah jenis jaring menangkap ikan berbentuk kerucut yang terdiri
dari kantong atau bag, badan(body), dua lembar sayap (wing) yang dipasang pada kedua sisi
mulut jaring, dan tali penarik (warp). Alat ini tergolong tradisional, tidak merusak
lingkungan, dan ukurannya mesh sizenya relatif kecil. Pukat kantong terdiri atas payang,
dogol, dan pukat pantai.
Alat tangkap pukat kantong termasuk jenis pukat yang berukuran besar. Banyak
dikenal di daerah pantai utara Jawa, Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan , Pelabukan
Ratu, Maringge (Sumatra Selatan). Prinsip pengoperasianya adalah menelusuri bagian
tengah (pelagik) dan dasar perairan (demersal).Kantong pada pukat kantong biasanya
berbentuk kerucut dan terbuat dari katun maupun bahan sintetis lain.
Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat kantong untuk payang
dan dogol adalah ikan-ikan yang berkelompok (skulling) seperti tuna, cakalang, tongkol,
sardine dll. Sedangkan untuk pukat pantai adalah jenis-jenis ikan dasar atau jenis ikan
demersal dan udang antara lain yaitu; pari (rays), cucut (shark),teri (stolepharus spp), bulu
ayam (setipinna spp), beloso (saurida spp), manyung (arius spp), sembilang (plotosus spp),
krepa (epinephelus spp), kerong-kerong (therapon spp), gerot-gerot (pristipoma spp), biji
nangka (parupeneus spp), kapas-kapas (gerres spp), petek (leiognathus spp), ikan lidah dan
sebelah (psettodidae), dan jenis jenis udang (shrimp).
Secara umum pukat kantong merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan,
karena kita dapat memilih ikan yang akan ditangkap dengan cara menyesuaikan ukuran
meshnya sehingga ikan yang tidak potensial/masih kecil tidak tertangkap oleh jaring. Dalam
penggunaannya pukat pantai tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan sekitar.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.1976.FISHERMAN’S MANUAL.World Fishing. England.
Anonimous.1975.FAO CATALOGUE OF SMAIL SCALE FISHING GEAR.FAO of UN.
Ayodya.1975.FISHING METHODS DIKTAT KULIAH ILMU TEHNIK PENANGKAPAN IKAN. Bagian Penangkapan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Subani dan Barus.1989. ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN UDANG LAUT DI INDONESIA. Balai Perikanan Laut. Jakarta.
Directorate General of Fisheries. 1994. Fisheries Statistics of Indonesia 1993. Departemen Pertanian Jakarta.
Artikel mengenai Pukat kantong. WIKIPEDIA INDONESIA.