Post on 12-Aug-2015
Tugas Ortodonsia II
DIAGNOSA ORTODONTIK
Disusun oleh :
Connie Erlin A 7606 Carla Maria D H 8602Windra Rante M 8274 Diera Kususmawardhany 8606Annisa Rosalia S 8316 Nova Noerdiany L 8608Debi Christian I 8326 Anugerah Pekerti A 8610Dimas S Novianto 8358 Fahri Reza R 8612Rini Siska Sari 8572 Edwita Ramadhani 8616Novi Atmania D 8574 Galuida Winarta T I 8620Irma Damayanti S 8578 Mahadna Aulia R 8622Annis Syarifah 8576 Ahmed Febri N.H 8624Fitri Rahmawati 8580 Luqman Alfarizi P 8626Astrodita Adya Seta 8582 Sadiyah 8628Noviani Dwi R 8584 Nur Rahmawati S 8630Conita Nugrahety 8586 Luthfianisa P K 8632Anggy Natya L 8588 Rama Insan K W 8634Anteng Laras Palupi 8590 Reiza Prambandana 8636Intan Kumaladewi 8592 Achmad Fikri A 8638Rista Putri S 8594 Dhyas Trisna P 8640Kiki Saputri 8596 Anggraeni Puspasari 8642Inten Pratiwi 8598 Monica Dwi Anggraini 8644Raden Revita Y I 8600 Tantia Cita D F 8646
Dhinintya Hyta Narissi L 8650
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Makalah ini pada dasarnya disusun sebagai syarat dalam memenuhi tugas
Ortodonsia II dan untuk menjelaskan mengenai diagnosa ortodontik.
Suatu kasus ortodontik dalam pemenuhan tujuan akhirnya dalam hal
tindakan estetis maupun kasus maloklusi gigi geligi, terlebih dahulu haruslah
terlibat dalam penegakan diagnosa, sebelum akhirnya sampai dalam penanganan
dan perawatan ortodontik. Diagnosa ortodontik bukanlah hal mudah yang dapat
diambil konklusinya dengan cepat dan tepat. Langkah-langkah awal dalam hal
pengambilan diagnosa merupakan kegiatan wajib yang patut diketahui dan
dilakukan oleh praktikan akademika calon maupun dokter gigi terkait.
Langkah tepat dalam penegakan diagnosa pasien akan menolong pasien
tersebut dalam melengkapi tujuan ortodontik yang diinginkan. Analisa kasus
pasien dengan seksama dan menyeluruh selanjutnya akan membantu dalam
rencana perawatan yang akan diberikan dokter gigi terhadap pasiennya. Dalam
makalah ini, akan dijelaskan bagaimana peranan penting diagnosa tersebut
terhadap kelangsungan prognosis pasien terkait anomali maupun maloklusi yang
diderita pasien tersebut.
Diagnosa ortodontik yang benar dan sesuai akan menuntun dokter gigi
menuju ke arah tujuan ortodontik pasien yang diharapkan.
I.2 Perumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan diagnosa ortodontik?
2. Bagaimana peran diagnosa ortodontik terhadap tujuan ortodontik dokter
gigi?
3. Bagaimana pelaksanaan praktik kedokteran gigi dalam menegakkan
diagnosa ortodontik?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diagnosa Ortodontik
Menurut Rakosi dkk (1993), diagnosa didefinisikan sebagai sebuah alur
sistematis dalam menentukan kelainan; menemukan kelainan, perencanaan
terapi dan penjabaran indikasi, yang mengarahkan dokter untuk dapat
melakukan tindakan. Pengertian diagnosa adalah mempelajari dan
menyimpulkan data mengenai problem klinis dengan tujuan menentukan ada
atau tidaknya keadaan abnormal. (Eka, 2012)
Menurut Salzmann (1950), diagnosa dibedakan atas Diagnosa Medis
(Medical diagnosa) yaitu suatu diagnosa yang menetapkan penyimpangan dari
keadaan normal yang disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan
tindakan medis atau pengobatan, dan Diagnosa Ortodontik yaitu diagnosa yang
menetapkan suatu kelainan atau anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit) yang
membutuhkan tindakan rehabilitasi.
Diagnosa ortodonti berbeda dengan diagnosa medis lainnya. Diagnosa
medis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat patologis/penyakit, sedangkan
diagnosa ortodontik berhubungan dengan kelainan yang berhubungan dengan
hal-hal menyangkut gigi, rahang dan wajah (dentofasial), terutama kelainan
dalam hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah (maloklusi). (Eka,
2012)
Dalam diagnosa ortodontik, biasanya digunakan analisa individual untuk
mendapatkan diagnosa yang benar. Informasi yang didapatkan harus objektif,
relevan, dan akurat. Kriteria diagnostik ortodontik, harus mencakup keseluruhan
sistem orofasial, dan juga harus selektif. Analisa individual akan menunjukkan
perkembangan sistem mastikasi tiap individu, yang oleh Andersen (1931)
disebut ‘individual optimum’. Analisa data individual secara sistematis dapat
menentukan tipe dalam kelompok kasus pada diagnosa. Pengelompokan kasus-
kasus yang sama ke dalam kelompok yang lebih besar, selanjutnya akan dibagi
ke dalam klasifikasi berdasarkan tipe-tipe kelainan yang ditemukan. (Rakosi
dkk, 1993) Menurut Schwarz (Iman, 2008), diagnosa ortodontik dapat dibagi
menjadi:
3
1. Diagnosa Biogenetik (Biogenetic diagnosa)
2. Diagnosa Sefalometrik (Cephalometric diagnosa)
3. Diagnosa Gigi geligi (Dental diagnosa)
Diagnosa ortodontik terdiri atas daftar semua aspek menyimpang yang
berhubungan dengan oklusi. Hal ini mendahului rencana perawatan yang
dilakukan karena hubungannya dengan berbagai macam faktor dan dampak
pada perawatan dari diagnosa yang perlu dipertimbangkan. (Heasman, 2003)
Dalam menangani setiap kasus ortodonti, para praktisi harus menyusun
rencana perawatan yang didasarkan pada diagnosa. Menurut Eka (2012),
keberhasilan perawatan ortodonti sangat ditentukan oleh diagnosa, rencana
perawatan, dan mekanoterapi yang tepat. Untuk menetapkan diagnosa, ada
prosedur standar yang mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut
menurut Rakosi dkk (1993) meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis intra dan
ekstra oral, analisa fungsional, analisa ronsenologis, analisa fotografi,
pemeriksaan radiologis, dan analisa model studi, yang dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung pada pasien. Setiap komponen data tersebut
memiliki peran yang sama pentingnya dalam menentukan diagnosa ortodontik
(Eka, 2012). Diagnosa dilakukan berdasarkan pengumpulan informasi secara
akurat tentang pasien dari pemeriksaan kasus secara logis. (Heasman, 2003)
1. Anamnesis
A. Waktu
Pada saat usia 7 sampai 8 tahun, pemeriksaan terhadap perkembangan
oklusi sangat perlu untuk dicatat, seperti bentuk, posisi dan adanya
incisivus permanen dan untuk merencanakan intervensi yang sesuai
terhadap abnormalitas yang ditemukan yang akan mempengaruhi
urutan erupsi normal. Prognosis dari gigi molar pertama permanen
harus diperiksakan secara rutin sejak umur 8 tahun, dan palpasi dari
kaninus maksila yang akan erupsi ke lengkung gigi sekitar umur 10
tahun. Deteksi awal dari diskrepansi skeletal juga akan menunjukan
waktu yang optimal untuk perawatan agar dapat memaksimalkan
potensi pertumbuhan, tapi pada kebanyakan anak-anak
pemeriksaannya tertunda sampai gigi permanen telah erupsi.
Semua dokter gigi harus dapat melakukan pemeriksaan ortodontik
dasar untuk pasienya dan merujuk ke spesialis apabila diperlukan.
4
Ketika pertumbuhan gigi dan/atau oklusal menyimpang dari normal,
atau ketika diskrepansi secara signifikan pada pembentukan dentofasial
atau hubungan oklusal pada pasien yang menyangkut pasien dan
berpengaruh terhadap kesehatan gigi dalam jangka waktu yang lama,
hal tersebut diindikasikan untuk dirujuk. Selain dari data personal,
surat rujukan harus mengandung referensi secara spesifik terhadap:
Persepsi pasien terhadap masalah
Catatan kehadiran mereka
Tingkat kepekaan mereka terhadap kesehatan gigi
termasuk orang tuanya (jika perlu)
Status kebersihan oral
Perkiraan prognosis dari gigi terestorasi maupun trauma
Gambaran radiografi terbaru serta cetakan model rahang pasien juga
penting disertakan saat memberikan rujukan.
Pemeriksaan ortodontik meliputi 3 tahap yaitu :
a. Riwayat yang lengkap
b. Pemeriksaan klinis yang sistematik dan mendalam
c. Pengumpulan informasi yang relevan dari evaluasi khusus yang
diperlukan
B. Kepentingan perawatan
Kebutuhan perawatan ortodontik pada dasarnya dipengaruhi oleh dua
faktor utama:
Faktor pasien/orang tua, dimana termasuk jenis kelamin, umur,
tingkat kepercayaan diri, persepsi diri dan lingkungan terhadap
masalah oklusi dan gangguan perkembangan rahang, kelas
sosial, dan keinginan orang tua
Kesadaran dari dokter gigi
2. Riwayat
Pada dasarnya dokter gigi harus dapat mengidentifikasi:
Alasan pasien datang ke dokter gigi
Siapa yang mengajukan tentang perawatan
Perilaku perawatan
A. Riwayat Kesehatan
5
Kuesioner tentang kesehatan harus dilengkapi oleh setiap pasien atau
orang tuanya, dan hasil temuannya dikonfirmasi lebih lanjut lewat
wawancara di klinik. Beberapa kondisi kesehatan kemungkinan dapat
memberikan pengaruh terhadap perawatan ortodontik.
B. Riwayat Kesehatan Gigi
Kebiasaan, perluasan, dan frekuensi dari perawatan gigi sebelumnya
dengan tingkat kerjasama pasien harus dicatat, bersamaan dengan
perilaku kesehatan gigi pasien sehari-hari. Riwayat kehilangan gigi
awal pada gigi susu serta trauma incisor juga perlu dicatat. Jika
sebelumnya sudah pernah dilakukan perawatan ortodontik, detail
yang berhubungan dengan pencabutan gigi dan tipe alatnya harus
diperhatikan. Apabila perawatannya ditinggalkan, pasien harus
ditanya secara hati-hati untuk alasannya. Untuk pasien anak,
pertanyaan tentang perawatan ortodonsia pada saudara mereka dan
kerjasamanya, mugkin dapat membantu menilai tingkat kesadaran
keluarga tentang kesehatan gigi dan akan sangat mendukung apabila
ditawarkan dilakukan perawatan. Disarankan juga untuk menanyakan
riwayat tentang sendi TMJ termasuk nyeri, kelemahan otot maupun
kesulitan membuka mulut dan riwayat apabila pasien menyadari
memiliki kebiasaan bruxism.
C. Riwayat Sosial
Jarak dari tempat keluarga tinggal dan estimasi waktu perjalanan pada
saat melakukan perjanjian harus diperhatikan. Akses terhadap
transportasi, akan mempermudah kesadaran orang dewasa untuk
menemani pasien anak, bersamaan dengan informasi yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat
memengaruhi kehadiran juga penting.
3. Pemeriksaan Klinis
Sebelum pasien anak duduk dikursi gigi sangat penting untuk menentukan
umur pasien dilihat dari tingginya dan tingkat kedewasaannya secara
umum. Hal ini juga dapat memberikan indikasi terhadap potensi tumbuh
dimasa mendatang. Apabila pasien ditemani oleh orang tua, genetik oklusi
keluarga juga penting untuk diperhatikan (misalnya diastema medial).
Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk mencatat dan mengengevaluasi
6
aspek facial, oklusal dan fungsional dari pasien untuk melengkapi
diagnosa. Pemeriksaan ekstraoral yang diikuti pemeriksaan intraoral harus
dilakukan.
A. PEMERIKSAAN DALAM MULUT (INTRA ORAL)
Pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi aspek-aspek yang sangat
penting dan mempengaruhi hasil perawatan. Aspek-aspek tersebut adalah:
Keadaan gigi-geligi
Kelainan posisi gigi
Kebersihan mulut;
Gusi
Frenulum labial
Lidah;
Jaringan Lunak langit-langit (mukosa palatal)
Tonsil (amandel)
Garis tengah (median)
Jarak gigit vertikal
Jarak gigit horisontal
Gigitan silang
Celah antar gigi (diastema)
Kurva Spee
B. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI (FOTO RONSEN)
Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah
pemeriksaan menggunakan foto ronsen panoramik. Kegunaan
pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:
7
1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan
gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah
2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung.
Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan informasi
mengenai perkembangan oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk
perawatan.
3. Melihat ada tidaknya kelainan patologis
Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu
prosedur dental diperlukan sebagai langkah awal sebelum melakukan
perawatan ortodontik. Berbagai struktur abnormal dapat ditemukan dalam
pemeriksaan ini.
C. ANALISA SEFALOMETRI
Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan
frontal. Adapun kegunaan pemeriksaan sefalometri adalah untuk:
- Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial
- Mendiagnosa kelainan kraniofasial;
- Mempelajari profil wajah;
- Merencanakan perawatan ortodonti;
- Evaluasi hasil perawatan ortodonti;
- Merencanakan dan mengevaluasi hasil perawatan bedah ortognati;
- Analisa fungsi sendi rahang; dan
- Untuk tujuan penelitian.
D. ANALISA FOTOGRAFI
Fotografi profil (pandangan samping) dan frontal (pandangan depan)
dilakukan untuk menganalisa hubungan antara jaringan keras di sekitar
wajah dengan kontur jaringan lunak. Analisa profil dapat menjadi
bahanpertimbangan apakah pasien akan dilakukan prosedur pencabutan
gigi atau tidak. Analisa frontal memberikan informasi wajah yang simetris
atau tidak. Pada keadaan wajah yang tidak simetris, akan menjadi bahan
pertimbangan apakah akan dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu
kombinasi dengan pembedahan. (Eka, 2012)
8
E. ANALISA MODEL STUDI
Analisa model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi
pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap
hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun
hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah
sagital, transversal, dan vertikal. (Rakosi dkk, 1993)
Menurut White (1996) model studi sebagai salah satu komponen
penting dalam perawatan ortodonti dibuat dengan beberapa tujuan
dan kegunaan, yaitu sebagai titik awal dimulainya perawatan, untuk
kepentingan presentasi, dan sebagai data tambahan untuk mendukung
hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan model studi
bukan hanya untuk merekam keadaan geligi dan mulut pasien
sebelum perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya perbedaan
ukuran, bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada masing-masing
rahang serta hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang
bawah. Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut lebih
memungkinkan jika dilakukan analisa pada model studi.
F. PERSIAPAN ANALISA MODEL STUDI
Untuk keperluan diagnosa ortodonti, model studi harus dipersiapkan
dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak
hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di
vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat diperoleh
dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat
mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin,
sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak
cukup tinggi, maka hasil analisa tidak akurat. Model studi dengan
basis 4 segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam
9
keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat, akan
memudahkan pada saat analisa dan menyenangkan untuk dilihat pada
saat menjelaskan kasus kepada pasien. (Proffit, 2000)
- Macam-macam Analisa Model Studi
Analisa model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu
dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah
sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan
insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle;
ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula,
dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain
meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah, asimetri
lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal
antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior
maupun posterior, dan ketinggian palatum. (Rakosi dkk, 1993)
2.2 Pelaksanaan Diagnosa Ortodontik
Dalam diagnosa dan rencana perawatan, ortodontis harus:
1. Mengenali berbagai karakteristik maloklusi dan deformitas dentofasial
2. Mendefinisikan sumber masalah, termasuk etiologinya jika
memungkinkan
3. Merancang strategi perawatan berdasarkan kebutuhan yang spesifik
dan keinginan dari individu
Pada pelaksanaan diagnosa, tidak hanya berpusat pada area tertentu saja.
Pendekatan problem-oriented untuk diagnosa dan rencana perawatan telah
secara luas dianjurkan pada bidang kedokteran maupun kedokteran gigi dalam
hal menilai kondisi pasien. Esensi dari pendekatan problem-oriented adalah
perkembangan data yang komprehensif mengenai informasi yang didapat dari
pasien. Untuk tujuan perawatan ortodontik, data tersebut dapat diperoleh dari
tiga sumber utama:
1. Menanyakan pasien (anamnesis)
2. Pemeriksaan klinis terhadap pasien
3. Evaluasi dari rekam medis, termasuk gigi, radiograf, gambaran fasial
dan intraoral
10
Data ortodontik
a. Data interview
a. Chief complaint / Keluhan Utama
Setelah pasien membuat kunjungan pertama, kemudian keluhan
utama muncul, baik dengan tujuan pasien mengenai mencari solusi
masalah fungsional maupun estetika. Proses ini biasanya terdiri dari
oral interview, walaupun kuisioner mungkin digunakan untuk
memeriksa apa yang pasien rasakan tetapi pasien tidak dapat
mengungkapkan dengan baik. Kuisioner ini dapat membantu pasien
untuk mengevaluasi dengan teliti mengenai pilihan estetika dan dapat
menunjukkan dengan spesifik pada bagian yang dirasakan nyeri atau
tidak nyaman.
b. Medical history (termasuk dental history)
Untuk mendapat riwayat medis, ortodontis atau asisten harus selalu
menanyakan beberapa pertanyaan penting, karena kebanyakan pasien
tidak menyadari hubungan antara kesehatan secara umum dengan
perkembangan terhadap dental. Hal penting yang harus diketahui
meliputi saat terakhir berobat, pernah dirawat inap di rumah sakit atau
tidak, dan obat-obatan apa saja yang pernah digunakan. Hal-hal lain
yang lebih luas meliputi riwayat alergi, riwayat transfuse darah, dan
masalah terhadap jantung atau demam reumatik.
Kesehatan dan kondisi dental pasien merupakan indikator yang baik
dari kecurigaan terhadap penyakit periodontal maupun karies.
Pertanyaan penting lain untuk ditanyakan adalah apakah pasien
pernah memiliki trauma terhadap gigi. Perawatan ortodontik dapat
memperburuk gejala periapikal yang telah ada (walaupun pada bagian
tepi/marginal) yang dikarenakan trauma. Biasanya pergerakan gigi
dikeluhkan jika masalah semakin buruk.
c. Family history
Riwayat keluarga dapat dimulai dengan menanyakan apakah saudara
pasien mengalami perawatan ortodontik dan diskusi mengenai
sumber masalah mereka. Pertanyaan yang juga ditanyakan apakah
orang tua pasien juga pernah mengalami perawatan ortodontik. Jika
11
jawabannya ya, ortodontis perlu tahu alasan perawatan dari orang tua
pasien tersebut.
d. Social and behavioral history
Informasi mengenai riwayat ini lebih sulit untuk dicapai karena
pasien sering enggan untuk bicara mengenai masalah emosional anak.
Pertanyaan mengenai perkembangan semasa sekolah dapat
membantu. Jika ortodontis mencurigai adanya masalah emosional
karena menemukan perilaku seperti kebiasaan menghisap jempol
yang lama, perkembangan yang buruk saat sekolah, berjalan saat tidur
pada anak, ortodondontis harus menanyakan apakah keluarganya
menerima konseling. Jika terdapat masalah utama, orang tua pasien
kemudian biasanya akan bercerita mengenai perceraian, pasangannya
yang sakit atau meninggal, atau masalah serius lainnya dalam rumah.
Pertanyaan mengenai perkembangan pada masa sekolah dapat
mengungkapkan anak memiliki ketidakmampuan dalam belajar. Pada
kasus seperti ini, ortodontis harus memodifikasi pendekatan terhadap
anak karena pasien seperti ini mungkin memiliki pengurangan jangka
waktu pemusatan perhatian dan oleh karena itu tidak seharusnya
menerima informasi yang terlalu detil pada saat konsultasi.
e. Status pertumbuhan fisik
Selama evaluasi pasien, ortodontis harus memperhatikan
perkembangan fisik secara umum dalam hubungannya terhadap
pertumbuhan yang terjadi dan potensi pertumbuhan yang tersisa.
Ortodontis yang berpengalaman tahu bahwa hasil klinis terbaik
tercapai pada orang yang pertumbuhannya baik dan hasil yang
terburuk tercapai pada orang yang pertumbuhannya buruk.
Pertumbuhan dinilai dari jumlah, kecepatan, arah, dan pola
pertumbuhan yang memfasilitasi perawatan.
b. Pemeriksaan klinis dan rekaman diagnostic
Pemeriksaan klinis memiliki dua tujuan:
1. Untuk mengevaluasi estetika, patologi jaringan keras dan lunak,
fungsi rahang
2. Menentukan apakah rekaman diagnostik diperlukan
12
Tujuan rekaman diagnostik adalah mendokumentasikan kondisi awal
pasien dan untuk menambah informasi diagnostik yang didapat dari
interview dan pemeriksaan klinis. Rekaman dapat dibagi menjadi:
i. Dental cast dan occlusal record
Dental cast untuk tujuan ortodontik dibedakan dari cara diambil
untuk tujuan dental yang lain, dengan 2 cara:
- Cetakan dilebihkan untuk membiarkan sebanyak mungkin
prosesus alveolar dan gigi yang terlihat
- Dental cast ditrim dengan dasar yang simetris untuk visualisasi
yang lebih baik dari asimetri pada bentuk arkus atau posisi gigi
ii. Facial photograph
a. Frontal
Pasien berada pada posisi kepala natural dan terlihat
menghadap lurus terhadap kamera.
Tipe posisi yang dapat diambil:
- Posisi istirahat
- Gigi pada interkuspal maksimal, dengan bibir tertutup
b. Frontal dinamis (tersenyum)
c. Close up dengan pose tersenyum
d. Three quarter view (450)
e. Profil
f. An optional submental view
iii. Fotografi Intraoral: kanan dan kiri lateral, anterior, upper occlusal,
lower occlusal.
iv. Radiografi
- Radiografi intraoral
- Radiografi panoramik
- Radiografi sefalometri
(Graber et al, 2000)
Pada saat identifikasi dan prioritas masalah ortodonti pasien, dapat
ditentukan 4 hal yang harus dihadapi dalam menentukan rencana perawatan yang
optimal, yaitu :
1) Waktu perawatan
13
2) Tingkat kerumitan perawatan
3) Perkiraankeberhasilan perawatan yang diperoleh, dan
4) Memperhatikan tujuan dan keinginan pasien (orang tua pasien) yang
dirawat ortodonti.
(Eka, 2012)
Brook dan Shaw (1989) memperkenalkan garis besar dari indeks
prioritas perawatan ortodonti yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama
menilai dan memberikan skor bagi faktor2 oklusi dang gangguan kesehatan
rongga mulut, bagian kedua memberikan skor untuk derajat gangguan estetik
yang disebabkan karena malposisi gigi2 anterior
Tahap penilaian dan perencanaan perawatan ortodonti:
a) Informasi latar belakang
b) Penilaian variasi oklusal
c) Penilaian faktor2 etiologi dan keterbatasan dari perawatan
korektif
d) Garis besar tujuan perawatan
e) Rencana perawatan yang terprinci
Kriteria yang merupakan dasar realistik untuk menilai perlunya
perawatan ortodonsi:
1. Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural
adaptasi dari mandibula
2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat
atau dari posisi postural adaptasi ke posisi interkuspal
3. Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme
refleksyang merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula
4. Jika gigi-gigi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lunak
5. Jika gigi susunannya berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan
faktor predisposisi dari penyaki periodontal atau penyakit gigi
6. Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi jika posisi gigi
menghalangi posisi bicara normal
(Foster, 1997)
Untuk menetapkan diagnosa diperlukan pengumpulan data yang cermat
mengenai pasien tersebut serta dilakukan seleksi kasus secara menyeluruh
sehingga diperoleh daftar masalah ortodonti.
14
Dalam penetapan diagnosa dan rencana perawatan akan melalui proses
yang sama, namun prosedur dan tujuannya berbeda. Pengumpulan data dan
penyusunan daftar masalah untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat ilmiah.
Pada tahap ini hendaknya tidak boleh memasukan pendapat atau keputusan
pribadi, sebaliknya pada situasi tersebut diperlukan penilaian berdasarkan fakta.
Di lain pihak rencana perawatan tujuannya tidak memiliki kebenaran secara
ilmiah, tetapi merupakan kebijakan ortodontis. Rencana perawatan yang bijak yang
dilakukan oleh ortodontis akan sangat menguntungkan pasien. Pemilihan perawatan
yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa
rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam
proses membuat keputusan.
Perawatan yang terbaik bagi pasien tidak lagi berdasarkan keputusan
ortodontis sendiri, tetapi melibatkan pasien dan orang tuanya. Secara etika
pasien berhak untuk mengontrol apa yang terjadi pada perawatan mereka.
Keberhasilan dan kemungkinan kegagalan perawatan juga perlu dibicarakan
dengan pasien, oleh karena itu perlu penandatanganan informed consent atau
persetujuan perawatan. (Eka, 2012)
15
BAB III
KESIMPULAN
Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosa dibutuhkan sebagai dasar bagi dokter untuk melakukan tindakan.
Dalam ortodonsia, diagnosa dibutuhkan untuk menentukan perawatan yang
akan dilakukan terhadap pasien.
2. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan
jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana
pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan
16
DAFTAR PUSTAKA
Eka, E. 2012. Sekilas Ilmu Ortodonti (Keahlian merapikan gigi dan menserasikan
bentuk wajah ). Spesialis Ortodonti Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanudin. http://www.orthodontic-eka.com/2012/02/sekilas-ilmu-
ortodonti-keahlian.html diakses pada 7 Oktober 2012 pukul 20:00
Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsia. Jakarta: EGC.
Graber, Thomas M. and Robert L. Vanarsdall. 2000. Orthodontics: Current
Principles and Technique, 3rd edition. St. Louis: Mosby Inc.
Heasman, P. 2003. Master in Dentinstry volume 2 : Restorative Dentistry, Paediatric
Dentistry and Orthodontics. London : Churcill Livingstone.
Iman, Pinandi. 2008. Buku Ajar Ortodonsia II. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia Fak.
Kedokteran Gigi UGM.
Proffit, W.R., dkk. 2000. Contemporary Orthodontic, Edisi III. St. Louis: Mosby Inc.
Rakosi, Thomas et al.1993. Orthodontic – Diagnosa. New York : George Theme
Verlag. Page : 3-5
White, L.W. 1996. Modern Orthodontic Treatment Planning and Therapy, Edisi I.
California: Ormco Corporation.
17