Makalah Diagnosis Kelas 2

39
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR KELAS 2 Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Diagnosis Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : Dr. Murtono, M.Pd Disusun Oleh: Kelompok 2 Diah Ayu Puspita Sari (201233149) Sri Pujiati (201233156) Ayuk Fitria (201233177) Rina Supriatin (201233184) Zulaekhah Amimah (201233186) Feby Andriani (201233188) Muntasiroh (201233189) Siti Kumaeni (201233190) Eka Fitriana Shofa (201233192) Kelas : 7D

Transcript of Makalah Diagnosis Kelas 2

Page 1: Makalah Diagnosis Kelas 2

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR KELAS 2

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Diagnosis Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Murtono, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 2

Diah Ayu Puspita Sari (201233149)

Sri Pujiati (201233156)

Ayuk Fitria (201233177)

Rina Supriatin (201233184)

Zulaekhah Amimah (201233186)

Feby Andriani (201233188)

Muntasiroh (201233189)

Siti Kumaeni (201233190)

Eka Fitriana Shofa (201233192)

Kelas : 7D

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2015

Page 2: Makalah Diagnosis Kelas 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakta menunjukkan SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia ternyata

sangat lemah. Padahal di era globalisasi dan abad informasi yang penuh

dengan ketidak pastian dan persaingan, hanya SDM berkualitas yang bisa

diandalkan untuk tetap survive (bertahan). Bahkan bangsa ini mengalami

krisis moral, kepercayaan dan identitas. Artinya dunia pendidikan, sebagai

tulang punggung pengelolaan dan pengembangan SDM harus dapat

memecahkan masalah tersebut. Sosok seorang gurulah yang memegang peran

penting untuk menciptakan SDN yang berkualitas unggul.

Guru merupakan sosok yang memiliki peran strategis dalam

pengembangan sumber daya manusia dimanapun dan sampai kapanpun. Guru

dalam proses pembelajaran di kelas juga berperan penting dalam membangun

peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan

rasa ingin tahu, memdorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual,

serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Oleh karena itu

guru dituntut untuk memiliki kompetensi.

Kompetensi guru merupakan kecakapan atau kemampuan yang harus

dikuasai oleh guru baik dalam bentuk pegetahuan (akademik), keterampilan

maupun sikap (non akademik) yang menunjukkan keprofesiannya sebagai

guru. Sehingga guru dapat menjalankan tugasnya untuk mendidik, melatih,

menilai dan mengevalusi yang kaitannya dengan profesinya sebagai seorang

guru agar dapat dilaksanakan dengan tepat dan efektif.

Seorang guru harus memiliki perhatian yang cukup, keahlian dan

wawasan yang luas untuk mengembangkan potensi pada siswa dalam bidang

akademik maupun non akademik. Guru juga harus memperhatikan bagaimana

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang mengalami kesulitan belajar

khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, akan mengalami kesulitan belajar

1

Page 3: Makalah Diagnosis Kelas 2

dalam membaca atau menulis untuk siswa kelas rendah. Guru juga harus

mencari solusi yang tepat untu mengatasi kesulitan siswa.

Pada dasarnya, seorang guru hanya terfokus untuk melakukan orientasi

pembelajaran secara akademik atau prestasi belajar. Seorang guru semestinya

tidak hanya terfokus dalam maslah akademik siswa, namun juga harus

mengembangkan dan menggali potensi pada diri siswa. Kesuksesan akademis

siswa belum tentu membawanya meraih masa depan yang gemilang.

Menurut penelitian yang dilakukan Universitas Harvard pada tahun

2000, kesuksesan hanya ditentukan 20% oleh pengetahuan dan 80% oleh

mengelola diri dan orang lain. Artinya, kemampuan non akademis lebih

banyak mempengaruhi.

Jadi seorang guru harus tahu bagamana harus mendidik dan

mengajarkan serta tahu bagaimana karakter dan kecerdasan siswa dalam

bidang apa. Siswa yang rendah dalam bidang akademik juga pasti memiliki

bakat dalam bidang non akademik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kompetensi akademik siswa dan guru?

2. Bagaimana kompetensi non akademik siswa dan guru?

3. Bagaimana cara mengatasi kurang percaya diri siswa dan guru?

4. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar siswa?

C. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan kompetensi akademik siswa dan guru.

2. Untuk mendeskripsikan kompetensi non akademik siswa dan guru.

3. Untuk mendeskripsikan cara mengatasi kurang percaya diri pada siswa dan

guru.

4. Untuk Mendeskripsikan cara mengatasi kesulitan belajar siswa.

2

Page 4: Makalah Diagnosis Kelas 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kompetensi Akademik Siswa dan Guru

Kompetensi akademik adalah nilai atau ukuran yang diperoleh

seseorang dalam kelembagaan pendidikan. Nilai tersebut didasarkan menurut

standar atau kriteria tertentu dan merupakan fungsi dari faktor-faktor sekolah

dan faktor-faktor lainnya (Indriyanto, 2005).

1. Kompetensi Akademik Siswa

Merupakan kompetensi dan kemahiran siswa dalam bidang

akademik. Bidang akademik ini meliputi segala ilmu pengetahuan yang

ada di dalam pendidikan formal, dalam kalimat mudahnya adalah berbagai

subjek mata pelajaran yang ada pada pendidikan formal. Kemampuan

akademis ini mengarah pada kemampuan IQ (Intelligence Quotient) yang

dimiliki masing-masing orang. Karakteristik kompetensi akademik siswa

diantaranya sebagai berikut:

a. Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:

1) Kemampuan Umum

a) Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan

numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata.

b) Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam

lingkungan eksternal.

c) Automatisasi pemrosesan informasi.

2) Kemampuan Khusus

a) Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap

bidang-bidang yang lebih spesifik (Misalnya; Matematika, Sain,

Seni, kepemimpinan)

b) Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat

sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam

menyelesaikan masalah-masalah tertentu.

3

Page 5: Makalah Diagnosis Kelas 2

c) Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak

relevan dengan problem atau bidang studi tertentu.

b. Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan

dengan:

1) Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan

keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu.

2) Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.

3) Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan

pekerjaan yang penting, bebas dari perasaan inferior, keinginan yang

kuat untuk berprestasi.

4) Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang

tertentu.

5) Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara

keterbukaan diri dan kritik eksternal; mengembangkan rasa estetis,

kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan pekerjaan

orang lain.

c. Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan:

1) Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.

2) Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru

dan berbeda dalam pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan

orang lain.

3) Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk

menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun tindakan.

4) Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik;

keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal,

ide-ide dan perasaannya sendiri.

5) Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang

awam berisiko tinggi.

2. Kompetensi Akademik Guru

Kemampuan dasar mengajar guru tidak terlepas dari kemampuan

Akademis dan Non Akademis. Kemampuan akademis guru terdiri dari:

4

Page 6: Makalah Diagnosis Kelas 2

a. Memiliki sertifikasi mengajar.

b. Menguasai materi pembelajaran.

c. Mengembangkan metodologi media dan sumber belajar.

d. Ahli menyusun program.

e. Menilai/ mengevaluasi pembelajaran.

f. Mampu memberdayakan siswa.

g. Kesesuaian disiplin ilmu yang dimiliki dengan tugas.

h. Memiliki pengalaman mengajar.

i. Mengikuti training, workshop, pelatihan, penataran,dll.

j. Inovatif dan proaktif.

k. Senang mencari informasi baru.

l. Senang membaca dan menambah pengetahuan.

Guru yang sukses harus memiliki kemampuan akademis dan

kemampuan non akademis. Ciri-ciri guru yang sukses menurut Thomas

1997:

a. Mampu menciptakan interpersonal, dalam bentuk empati, penghargaan

dan ketulusan kepada siswa.

b. Memiliki hubungan baik dengan siswa.

c. Menerima, mengakui dan memperhatikan siswa secara tulus.

d. Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar.

e. Menciptakan kerjasama yang harmonis dalam kelompok.

f. Melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan

kegiatan pembelajaran.

g. Mendengarkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara/

mengemukakan pendapat.

h. Meminimalkan friksi-friksi di kelas (perbedaan prinsip).

Menurut Bell (1993: 37) guru yang sukses mengajar adalah guru

yang memiliki:

a. POWER WITH :yaitu guru yang senantiasa dapat bekerjasama dengan

siswa (kolaboratif). Guru model ini senang memotivasi dan

membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tanpa pamrih.

5

Page 7: Makalah Diagnosis Kelas 2

b. Memiliki POWER FOR :yaitu guru yang selalu berpikir untuk

kepentingan proses belajar-mengajar (rela berkorban).

Sedangkan guru yang gagal menurut Bell (1993:37) adalah:

a. Guru yang POWER ON :yaitu guru yang selalu menganggap dirinya

lebih pandai dan tahu segala-galanya. Guru jenis ini tidak bersedia

disalahkan, melainkan ia selalu menganggap dirinya benar dan selalu

ingin berada di atas, kapan dan di mana saja.

b. Guru yang POWER OFF :yaitu guru yang tidak mau ambil peduli

dengan kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.

Sedangkan guru yang professional memiliki:

a. Kemampuan professional (professional capacity).

b. Upaya professional (professional effort).

c. Waktu yang disediakan untuk kegiatan professional (time devotion).

d. Imbalan atas hasil kerjanya (professional rent).

Syarat-syarat kemampuan guru antara lain:

a. Pengetahuaan (know ledge) di bidang tertentu terutama di bidang

keguruan dan pendidikan, baik yang bersifat umum maupun khusus.

b. Keterampilan (skill) di bidang keguruan sehingga mampu memimpin/

manguasai kelasnya secara efektif.

c. Kemampuan menilai/ mengevaluasi (evaluation) sehingga guru mampu

menilai/ mengevaluasi sejauh mana materi pelajaran telah disampaikan

dan sejauh mana siswa mampu menguasai materi pelajaran itu.

Syarat-syarat kemampuan dasar mengajar guru untuk mencapai

kriteria ukuran keberhasilan mengajar meliputi beberapa persyaratan

sebagai berikut:

a. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru

harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang

membahayakan.

b. Persyaratan psikis, (sehat rohani) yakni tidak mengalami gangguan

jiwa.

6

Page 8: Makalah Diagnosis Kelas 2

c. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap

profesi kependidikan.

d. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur serta

memiliki sikap susila yang tinggi.

e. Persyaratan intelektual, yaitu pengetahuan dan keterampilan yang tinggi

yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang

memberikan bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai

pendidik.

B. Kompetensi Non Akademik Siswa dan Guru

1. Kompetensi Non Akademik Siswa

Kemampuan non-akademik ini dapat mencakup sikap, perilaku,

psikologi siswa, potensi & bakat dan kecerdasan emosional. Untuk

meningkatkan kemampuan non akademik siswa dapat dilakukan saat

proses KBM berlangsung:

a. Kegiatan Pendahuluan (Awal)

1) Memberikan kesempatan, kepercayaan dan tanggungjawab

kepada siswa secara bergantian untuk memimpin doa dan salam

sebelum kegiatan pembelajaran dimulai setiap hari. Denganini

maka akan meningkatkan kemampuan non-akademis siswa yaitu

keberanian, rasa percaya diri, mental siswa, dan perilaku yang

religius. (Nilai karakter bangsa yang dibangun adalah religius,

mandiri dan tanggungjawab).

2) Memberikan wawasan kepada siswa secara sederhana untuk

menunjukkan prilaku tertib dan patuh kepada peraturan/tata tertib

sekolah serta membiasakan diri hadir tepat waktu. Dengan ini

maka akan meningkatkan kemampuan non-akademis siswa yaitu

sikap disiplin. (Nilai karakter bangsa yang dibangun adalah

disiplin)

b. Kegiatan Inti (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi)

1) Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bereksplorasi

dengan berpendapat dan atau mengungkapkan sebuah ide secara

7

Page 9: Makalah Diagnosis Kelas 2

mandiri. Dengan ini maka akan meningkatkan kemampuan non-

akademis siswa yaitu keberanian, rasa percaya diri, rasa ingin

tahu, kemandirian dan mental siswa. (Nilai karakter bangsa yang

dibangun adalah mandiri, rasa ingin tahu dan komunikatif).

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berorganisasi dalam

kelompok belajar/diskusi. Dengan model pembelajaran diskusi

dengan membentuk kelompok belajar, para siswa dapat melatih

kemampuannya untuk peduli sesama, menghargai pendapat, dan

berkomunikasi untuk membahas/mendiskusikan suatu

permasalahan dengan kreatif dan kerja keras. Dengan kiat ini

maka akan meningkatkan kemampuan non-akademis siswa yaitu

kemampuan berorganisasi (komunikatif), peduli sesama (sosial),

kreatifitas dan sikap kerja keras. (Nilai karakter bangsa yang

dibangun adalah peduli sosial, komunikatif, kreatif dan kerja

keras).

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk perform (maju) ke

depan kelas untuk mempresentasikan suatu materi, hasil diskusi

dan atau suatu pemecahan suatu masalah (problem solving).

Dengan kiat ini maka akan meningkatkan kemampuan non-

akademis siswa yaitu keberanian, rasa percaya diri, kemandirian

dan mental siswa.

c. Kegiatan Akhir

Memberikan kesempatan kepada siswa secara bergantian untuk

memimpin doa dan salam penutup sebelum berakhirnya kegiatan

pembelajaran setiap hari. Dengan ini maka akan meningkatkan

kemampuan non-akademis siswa yaitu keberanian, rasa percaya diri,

tanggung jawab dan mental siswa. (Nilai karakter bangsa yang

dibangun adalah religius, mandiri dan tanggungjawab)

Selain dalam proses KBM, kompetensi non akademik siswa

dapat terlihat pada pembelajaran diluar kelas antara lain: melalui

pendidikan ekstrakurikuler, untuk menggali potensi, mengasah

8

Page 10: Makalah Diagnosis Kelas 2

kreatifitas dan kepribadian siswa, seperti : upacara bendera, program

senam kesehatan jasmani, sepak bola, seni tari, paduan suara, rebana,

karawitan, pramuka, PMR dll.

2. Kompetensi Non Akademik Guru

Sesuai dengan UU nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 10

(Rochman, 2011: 26) menyatakan bahwa, Kompetensi guru adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional.

a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengolah pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan

dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang

dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil dan dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

siswa dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalam SNP.

d. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa,

dan masyarakat sekitar.

C. Cara Mengatasi Rasa Kurang Percaya Diri Siswa dan Guru

Guilford (Endang, 2000:10) mengemukakan karakteristik

kepercayaan diri yaitu, pertama bila seseorang merasa adekuat yaitu

bahwa ia dapat melakukan segala sesuatu.  Kedua bila seseorang merasa

9

Page 11: Makalah Diagnosis Kelas 2

dapat diterima oleh kelompoknya. Ketiga bila seseorang percaya sekali

pada dirinya sendiri serta memiliki ketenangan sikap, yaitu tidak gugup

bila ia melakukan atau mengatakan sesuatu secara tidak sengaja, dan

ternyata hal itu salah.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disebutkan

ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri yaitu orang-orang yang mandiri,

optimis, aktif, yakin akan kemampuan diri, tidak perlu membandingkan

dirinya dengan orang lain, mampu melaksanakan tugas dengan baik dan

bekerja secara efektif, berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan

yang dihadapi, mempunyai pegangan hidup yang kuat, punya rencana

terhadap masa depannya, mampu mengembangkan motivasinya,mudah

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru dan bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Seperti telah dikemukakan

diatas bahwa didalam uraian ini selain dikemukakan ciri-ciri orang yang

memiliki kepercayaan diri yang baik maka akan dikemukakan pula tentang

ciri-ciri orang yang kurang memiliki kepercayaan diri sebagai

perbandingan.

Lauster (2012:13) menyatakan bahwa rendahnya kepercayaan diri

pada seseorang menyebabkan orang menjadi ragu-ragu, pesimis dalam

menghadapi rintangan, kurang tanggung jawab, dan cemas dalam

mengungkapkan pendapat/gagasan.

Menurut Hakim (2002:8), ciri-ciri individu yang tidak memiliki

kepercayaan diri adalah: 

1. mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan

tertentu; 

2. memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik sosial,

atau ekonomi; 

3. sulit menetralisasi ketegangan di dalam suatu situasi;

4. gugup dan kadang-kadang berbicara gagap;

5. memiliki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik; 

6. memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil; 

10

Page 12: Makalah Diagnosis Kelas 2

7. kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu

bagaimana cara mengembangkan dirinya;

8. sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya;

9. mudah putus asa; 

10. cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah; 

11. pernah mengalami trauma; 

12. sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah.

Menurut Lauster (Ghufron, 2010:35) ada beberapa aspek dari

kepercayaan diri yaitu:

1. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang

dirinya bahwa dia bersungguh-sungguh akan apa yang dilakukanya. 

2. Optimis  yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik

dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemauan.

3. Obyektif  yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau

segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut

kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri

4. bertanggung jawab  yaitu seseorang yang bersedia untuk menanggung

segala sesuatu yang menjadi konsekuensinya.

5. Rasional dan realistis  yaitu analisa tehadap suatu masalah, suatu hal,

suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal

sesuai dengan kenyataan.

Menurut Thursan Hakim (2002:6) rasa percaya diri tidak muncul

begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya

sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa

percaya diri yang kuat terjadi melalui:

1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses

perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya

dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu

dengan memanfaatkan kelebihan kelebihannya.

11

Page 13: Makalah Diagnosis Kelas 2

3. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-

kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri

atau rasa sulit menyesuaikan diri.

4. Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan

menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aspek-aspek dari rasa

percaya diri yaitu kemampuan yang dimiliki individu untuk

mengembangkan diri, berpikir realistis , tidak mudah putus asa, bertindak

dengan tegas,selalu berpikiran positif.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang

menurut Hakim (2002:121) sebagai berikut:

1. Lingkungan keluarga

Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal

rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu

keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada

dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.

2. Pendidikan formal

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak,

dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi

anak setelah lingkungan keluarga dirumah. Sekolah memberikan

ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya

terhadap teman-teman sebayanya.

3. Pendidikan non formal

Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan

kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan

tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya

diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu

kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum.

Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa

didapatkan melalui pendidikan non formal.  Secara formal dapat

12

Page 14: Makalah Diagnosis Kelas 2

digambarkan bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari

pandangan positif diri sendiri dan rasa aman.

Menurut Loekmono (1983;46) rasa percaya diri tidak terbentuk

dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan seluruh kepribadian

seseorang secara keseluruhan. Kepercayaan diri juga membutuhkan

hubungan dengan orang lain di sekitar lingkunganya dan semuanya itu

mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri. Dalam hal ini dapat

dikatakan kepercayaan diri muncul dari individu sendiri karena adanya

rasa aman, penerimaan akan keadaan diri dan adanya hubungan dengan

orang lain serta lingkungan yang mampu memberikan penilaian dan

dukungan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri.

Dukungan yang ada serta penerimaan dari keluarga dapat pula

mempengaruhi rasa percaya diri dalam hal ini adalah remaja sebagai

anggota keluarga. Orangtua mampu memberikan nasehat, pengarahan,

informasi kepada remaja dalam kaitannya dengan rasa percaya diri.

b. Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Anak yang memiliki rasa percaya diri tinggi cenderung lebih

berhasil dalam melakukan apa yang ia inginkan. Rasa percaya diri anak

perlu dibangun sejak dini, karena membutuhkan proses bertahap.

Sebagian besar orangtua menginginkan anak-anak mereka untuk

menjadi bahagia, penuh empati, percaya diri, memiliki harga diri yang

tinggi dan unggul dalam bidang yang mereka geluti. Di antara sifat-sifat

yang diinginkan ini, rasa percaya diri anak menjadi salah satu fondasi

yang paling penting untuk mewujudkannya. Berikut cara mengatasi rasa

kurang percaya diri pada anak kelas II:

1. Guru memberikan pengertian untuk mengevaluasi pola asuh orang

tua

Idealnya setiap orangtua bersikap demokratis, memegang

kendali namun tetap memberikan kebebasan anak untuk

berpendapat. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang

memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

13

Page 15: Makalah Diagnosis Kelas 2

mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap

rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-

pemikiran.

Orang tua akan bersikap realistis terhadap kemampuan anak,

tidak berharap yang berlebihan atau melampaui kemampuan anak.

Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk

memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada

anak bersifat hangat. Hasil dari pola asuh demokratis akan

menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol

diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi

stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif

terhadap orang lain.

Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan

persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan kasih,

perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kedekatan

emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa

percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya

berharga dan bernilai di hadapan orangtuanya. Dan meskipun ia

melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak dapat melihat bahwa

dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai

bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun

karena ekstensinya.

Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu

yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang

realistik terhadap diri sendiri, seperti orangtuanya meletakan harapan

realistik terhadap dirinya.

Anak perlu diajarkan untuk memiliki rasa percaya diri, yaitu

mempunyai perasaan teguh pada pendiriannya, tabah apabila

menghadapi masalah, kreatif dalam mencari jalan keluar dan ambisi

dalam mencapai sesuatu. Ia juga diajarkan untuk mempunyai self

respect (hormat pada diri sendiri) yaitu mempunyai perasaan yang

14

Page 16: Makalah Diagnosis Kelas 2

konstruktif, hormat pada orang lain dan bersyukur pada apa yang

dimilikinya.

Hal ini dapat diupayakan untuk menumbuhkan rasa percaya

diri serta rasa hormat diri pada anak oleh orangtua. Diantaranya

adalah dengan mendorongnya untuk selalu berupaya, menerima

kelebihan dan kekurangannya, dan memberikan pujian dan hadiah

pada perilakunya yang mengarah pada rasa percaya diri dan rasa

hormat dirinya tersebut.

2. Memberikan pujian yang tepat

Pujian memang baik untuk anak, namun jangan berlebihan.

Jangan mengulang pujian pada anak yang sifatnya membangga-

banggakan talenta dirinya. Seperti “Kamu adalah anak terpintar di

sekolah”. Jangan memberikan pujian yang membuatnya terbebani

untuk selalu menjadi yang terhebat. Berikan pujian pada usahanya

dalam meraih sukses, bukan pada talenta yang dimiliknya. Menurut

penelitian di Columbia University, anak-anak merasa lebih senang

dan mampu menghadapi tantangan ketika mereka mendapatkan

pujian atas usahanya. Seperti dengan mengatakan,”kamu bekerja

keras” atau “hebat, kamu bisa menyelesaikan tugas dengan baik”.

3. Agenda sosialisasi

Sering mengajak anak bermain dan bertemu dengan kerabat,

sepupu, tetangga, bermain di taman bermain dan tempat keramaian

lain juga sangat membantu anak. Siapkan anak untuk menghadiri

acara sosial yang akan segera diselenggarakan dengan menjelaskan

latar belakang, ekspektasi, serta para hadirin yang kira-kira datang ke

acara itu. Kemudian, bantu anak berlatih bagaimana cara bertemu

orang lain, tata krama di meka makan, keterampilan dasar berbicara,

dan bagaimana cara mengucapkan salam perpisahan dengan anggun.

Ini akan sangat membantu anak untuk menjadi lebih percaya diri.

Belajar atau melatihnya untuk peduli dan berbagi terhadap

sesama merupakan cara yang baik untuk melatih kepercayaan diri

15

Page 17: Makalah Diagnosis Kelas 2

anak. Dengan demikian mereka akan mempunyai kepekaan dan

empati yang baik terhadap lingkungan sosialnya, sehingga merasa

akan merasakan betapa hidup ini begitu berarti apabila bisa berbuat

sesuatu yang positif.

4. Kenalkan beragam karakter melalui cerita

Hal ini dapat dilakukan dengan membacakan cerita fiksi,

mengenalkan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut, atau

bisa juga menceritakan pengalaman berteman guru atau orangtua,

kemudian membiarkan siswa mempelajari mempelajari tokoh-tokoh

yang diceritakan dan minta anak untuk menceritakan kembali apa

yang ia dengar dan pahami dari karakter tokoh-tokoh tersebut.

Selain itu, melalui penerapan kegiatan bercerita ini dapat

membiasakan anak untuk menjadi lebih terbuka dalam

mengekspresikan rasa senang dan rasa tidak senangnya terhadap

berbagai hal yang dialaminya, serta berani tampil di depan kelas. Hal

ini sesuai dengan hakikat belajar itu sendiri, yakni memperoleh

perubahan perilaku bersifat permanen yang dapat bermanfaat untuk

menjalani kehidupan selanjutnya. Dan tidak mungkin tercapai tanpa

disertai upaya, motivasi serta kemauan guru dan orangtua untuk

lebih memahami dan melaksanakan peranan, tugas, dan fungsinya

sebagai pengelola proses pembelajaran.

Melalui kegiatan bercerita, kepercayaan diri anak dapat

ditingkatkan. Setelah diberi contoh dan dibiasakan, anak akan lebih

percaya diri ketika bercerita di depan kelas dan mampu

mengungkapkan pendapatnya dengan baik. Anak tidak malu lagi saat

bergabung dengan anak lain, dan mau berkomunikasi dengan anak

lain, serta mengerjakan setiap kegiatan yang diberikan yang

diberikan tanpa mengeluh. Hal ini akan membuat anak menjadi

orang yang memiliki kepercayaan diri tingggi dan tidak mudah

menyerah serta putus asa sebelum mencoba suatu tantangan.

16

Page 18: Makalah Diagnosis Kelas 2

Agar penerapan kegiatan bercerita dapat dioptimalkan dengan

baik maka materi harus disesuaikan dengan karakteristik anak,

misalnya dalam pemilihan buku cerita yang akan digunakan, media

yang digunakan harus lebih menarik perhatian anak sehingga anak

tidak merasa bosan dengan kegiatan tersebut. Selain dua hal di atas,

penerapan kegiatan bercerita pun harus di dukung dengan suasana

hati anak (mood) dan tempat sekitar untuk bercerita (hindari ruang

berisik) yang mendukung proses kegiatan tersebut.

Variasi kegiatan bercerita yang dilakukan mampu menarik

perhatian anak untuk mengikuti kegiatan bercerita sampai akhir.

Dengan adanya penyajian dan pemberian kegiatan bercerita yang

dilakukan dengan menggunakan berbagai media yang bervariasi

(boneka peraga, sambil menggambar dan lain-lain) dapat melatih

kepercayaan diri anak untuk melakukan setiap kegiatan baru tanpa

adanya ketakutan dalam diri untuk mencoba.

5. Bermain peran

Hal ini untuk melatih anak berkomunikasi interpersonal.

Misalnya bermain telepon-teleponan, guru sebagai penelpon

sedangkan anak senagai penerima. Atau bermain dengan bertamu ke

rumah tangga, guru sebagai tuan rumah, anak sebagai tetangga yang

berkunjung.

Buat daftar berisi kalimat pembuka percakapan yang mudah

digunakan anak untuk bercakap-cakap dengan berbagai kelompok

orang, misalnya orang yang telah dikenalnya, orang dewasa yang

belum pernah ditemuinya, teman lama yang jarang dijumpainya,

anak baru di sekolah, atau anak yang sering bermain dengannya di

taman bermain. Setelah itu, ajaklah anak untuk berlatih

menggunakan kalimat-kalimat tersebut sampai merasa terbiasa dan

nyaman mengucapkannya.

17

Page 19: Makalah Diagnosis Kelas 2

6. Biarkan kesalahan terjadi dengan resiko teringan

Sebagai contoh ketika mendapati anak frustasi karena belum

berhasil memasangkan gambar puzzle, sehingga seringkali ditengah-

tengah bermain tiba-tiba mereka menjerit dan bahkan menangis

sendiri. Yang perlu dilakukan adalah dukunglah anak untuk mencoba

sesuatu yang baru, selama hal tersebut tidak membahayakan dirinya,

mengurangi campur tangan anda untuk menjadi problem solving

dalam tantangan baru yang sedang dihadapinya.

Biarkan anak melakukan uji coba selama hal tersebut tidak

membahayakan. Jangan terburu mengatakan “sini, biar bu guru yang

buatin” karena hal ini akan membuat abak tidak belajar untuk

mandiri dan percaya diri. Anak yang tidak percaya diri sangatlah

sensitif dengan hal ini, kesalahan dan kegagalan adalah hal yang

paling menghantui mereka dan bisa menjadi trauma bagi mereka,

bahkan memikirkan resiko saja sudah seperti mendengar cerita

horor.

Kita sebagai orang dewasa sangat paham jika kegagalan adalah

proses yang menjadi satu paket dengan sukses. Dan pahamilah,

setiap manusia punya jatah gagal. Habiskan jatah gagal tersebut

ketika masih muda. Persiapkan anak anda untuk menemuinya dan

belajar serta berespon positif dari setiap kegagalannya.

D. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Banyak alternatif yang dapat digunakan guru dalam mengatasi

kesulitan belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2014:173) ada beberapa

langkah penting sebelum menentukan solusi:

1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah

dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperolehpengertian yang

benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang

memerlukan perbaikan.

18

Page 20: Makalah Diagnosis Kelas 2

3) Menyusun program perbaikan, khususnya program remidial teaching

(pengajaran perbaikan).

Berbagai macam kesulitan belajar dialami siswa kelas 2 sekolah

dasar. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa kelas 2 SD mengalami

kesulitan dalam membaca dan menulis. Masih sering dijumpai siswa kelas

2 dengan kemampuan membaca yang rendah. Siswa kelas rendah dengan

kesulitan belajar memiliki tanda- tanda di antaranya (Jamaris, 2014: 141):

1. Sulit memahami kata- kata yang sederhana.

2. Sulit mengucapkan intonasi dengan benar.

3. Sulit mempelajari hubungan anatara bentuk huruf dan bunyi.

4. Membaca dan menulis kalimat yang tidak benar.

Mengatasi kesulitan membaca dan menulis siswa kelas rendah

misalnya kelas 2 bisa dengan memperhatikan perencanaan pembelajaran.

Guru hendaknya mengenalkan lambang-lambang bunyi dalam berbagai

variasi dalam pembelajaran. Zulela (2012: 9) menyebutkan berbagai

macam bentuk pembelajaran menulis yaitu; menulis huruf pisah, menulis

tegak bersambung dan menulis huruf cetak. Beberapa metode yang dapat

digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan adalah; SAS, abjad

dan bunyi, metode kupas rangkai suku kata, metode kata lembaga, metode

global dan eja (Akhadiah dalam Slamet, 2014: 37).

Asessment pada pembelajaran membaca dapat berupa asessment

formal dan informal. Hargrove dan Poteet (dalam Agustin: 59)

menyebutkan berbagai perilaku yang mengindikasikan bahwa anak

berkesulitan membaca di antaranya;

- Menunjuk tiap kata yang dibaca,

- Menelusuri tiap baris bacaan menggunakan jari,

- Membaca kata demi kata, dan

- Membaca tanpa ekspresi.

Contoh mengatasi kesulitan belajar Bahasa Indonesia kelas 2:

a) Membaca

Aplikasi metode- metode dalam pembelajaran membaca:

19

Page 21: Makalah Diagnosis Kelas 2

1) SAS (Stuktural Analitik Sintetik)

Tujuan penggunaan metode ini agar anak berusaha

menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Struktur bahasa terdiri

atas kalimat. Berbahasa berarti mengucapkan, menuliskan,

menyatakan, menggunakan struktur bahasa yang dimulai dari

struktur kalimat dan disambung dengan kalimat selanjutnya.

Analitik berarti memisahkan, menceraikan, membagi,

menguraikan, membongkar dan lain- lain. Sedangkan sintetik

berarti menyatukan, menggabungkan, merangkai dan menyusun.

Pada intinya, urutan metode SAS adalah dari kalimat yang ada,

kemudian diuraikan unsur- unsurnya kemudian dikembalikan lagi

menjadi kalimat yang utuh.

2) Metode Abjad dan Metode Bunyi

Perbedaan metode abjad dan bunyi terletak pada pengucapan

huruf. Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad,

sedangkan metode bunyi huruf diucapkan sesuai dengan bunyinya.

3) Metode kata lembaga

Kata diuraikan menjadi suku kata kemudian diuraikan menjadi

huruf. Diuraikan menjadi suku kata lagi, terakhir menjadi kata

kembali.

b) Menulis

Jika siswa sudah dapat membaca, kemungkinan besar siswa tersebut

juga dapat menulis. Mengatasi kesulitan menulis dapat dilakukan

dengan berbagai cara diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa mulai menulis kata-kata dalam kalimat sederhana

menggunakan huruf balok.

2. Menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan

guru.

3. Menuliskan kalimat sederhana dengan didektekan oleh guru.

20

Page 22: Makalah Diagnosis Kelas 2

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Karakteristik kompetensi akademik siswa adalah menunjukkan

kemampuan di atas rata-rata, menunjukkan komitmen yang terhadap tugas,

dan menunjukkan kreativitas yang tinggi. Guru yang professional memiliki

kemampuan professional (professional capacity), upaya professional

(professional effort), waktu yang disediakan untuk kegiatan professional

(time devotion), imbalan atas hasil kerjanya (professional rent).

Kemampuan non akademik siswa dapat mencakup sikap, perilaku,

psikologi siswa, potensi & bakat dan kecerdasan emosional. Kompetensi

non akademik guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

Cara mengatasi rasa kurang percaya diri pada anak dapat dilakukan

dengan guru memberikan pengertian untuk mengevaluasi pola asuh orang

tua, memberikan pujian yang tepat, agenda sosialisasi, kenalkan beragam

karakter melalui cerita, bermain peran, dan biarkan kesalahan terjadi

dengan resiko teringan.

B. Saran

Untuk mengatasi kesulitan belajar anak diperlukan peran dari guru

maupun orang tua. sebagai seorang guru yang professional, maka wajib

bagi guru untuk mendidik dan membina siswanya menjadi seseorang yang

lebih baik. Peran serta orang tua juga diperlukan dengan memberi pola

asuh yang sesuai.

21

Page 23: Makalah Diagnosis Kelas 2

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Eillen & Sue Ingham. (1998). Changing Places: Children Participation

in Environmental Planning. London: The Children Society.

Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran:

Panduan untuk Guru, Konselor, Psikologi, Orang Tua, dan Tenaga

Kependidikan. Bandung: PT Refika Aditama

Buku Panduan Kota Layak Anak di Kota Depok, BPPKB,2010

Christencen, Pia & Margaret O Brien (edit.). (2003). Children in the City Home,

Neighbourhood and Community. New York & London: Routledge Falmer.

Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hendricks, Barbara. (2002) Child Friendly Environments in the City. di Brescia:

Ordine degli Achitetti.

Indriyanto, B. 2005. Sumber Daya Pendidikan : Rektualisasi pasal 1 (ayat 10)

Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta (www.depdiknas.go.id)

Innocenti Digest. (No.2-Nov.2002). Poverty and Exclusion Among Urban

Children. Florence Italy: UNICEF Innocenti Research Centre.

IULA & UNICEF. (2001). Partnership to Create Child Friendly City:

Programming for Child Rights with Local Authorities. Italy: UNICEF

Innocenti Research Centre

Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asessment dan

Penanggulangannya bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia

Indonesia

Rochman, Chaerul dan Heri Gunawan. 2011. Pengembangan Kompotensi

Kepribadian Guru: Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Siswa.

Bandung: Nuansa Cendika.

Syah, Muhibbin.2014.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan

Baru.Bandung:PT Remaja Rosdakarya

22

Page 24: Makalah Diagnosis Kelas 2

Slamet, ST. Y. 2014. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press

Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/rochmat-wahab-mpd-ma-dr-

prof/mengenal-anak-berbakat-akademik-dan-mengidentifikasikannya.pdf

diunduh tgl 05/11/2015 pukul: 15:15.

http://guraru.org/guru-berbagi/meningkatkan-kemampuan-non-akademis-siswa-

secara-sederhana diunduh tgl 05/11/2015 pukul 13:10

23