Diagnosis & Perawatan Ortodonsi Maloklusi Kelas I

48
PENDAHULUAN Dewasa ini, para ortodontis telah menerima paradigma baru yang menyatakan bahwa tujuan dan batasan-batasan perawatan ortodonsi lebih banyak berkaitan dengan pertimbangan jaringan lunak daripada hubungan dentoskeletal. Proffit dkk (2007) mengemukakan bahwa tujuan utama dari perawatan ortodonsi mengalami pergeseran, dari yang semula mengacu kepada oklusi ideal Angle menjadi lebih mengarah kepada hubungan dan adaptasi dari jaringan lunak. Hubungan jaringan lunak, baik proporsi dari jaringan lunak wajah maupun hubungan gigi geligi dengan bibir dan wajah, adalah faktor penentu dalam tampilan fasial. Adaptasi jaringan lunak dengan posisi gigi akan menentukan kestabilan dari hasil perawatan ortodontik. Oklusi fungsional menjadi tujuan kedua dari perawatan ortodonsi. Aspek jaringan lunak juga terkait dalam hal ini dengan disfungsi sendi temporomandibular yang seringkali menjadi efek dari perawatan ortodonsi. Oleh karena itu, menjadi suatu tujuan dari perawatan untuk menciptakan oklusi yang tidak menyebabkan terganggunya fungsi. TREATMENT MALOKLUSI KELAS I 1

description

Perawatan Maloklusi Angle Kelas I, dental, skeletal, dentoskeletal, ortodonsi, orthodontic

Transcript of Diagnosis & Perawatan Ortodonsi Maloklusi Kelas I

Page 1: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

PENDAHULUAN

Dewasa ini, para ortodontis telah menerima paradigma baru yang menyatakan

bahwa tujuan dan batasan-batasan perawatan ortodonsi lebih banyak berkaitan

dengan pertimbangan jaringan lunak daripada hubungan dentoskeletal. Proffit dkk

(2007) mengemukakan bahwa tujuan utama dari perawatan ortodonsi mengalami

pergeseran, dari yang semula mengacu kepada oklusi ideal Angle menjadi lebih

mengarah kepada hubungan dan adaptasi dari jaringan lunak. Hubungan jaringan

lunak, baik proporsi dari jaringan lunak wajah maupun hubungan gigi geligi dengan

bibir dan wajah, adalah faktor penentu dalam tampilan fasial. Adaptasi jaringan lunak

dengan posisi gigi akan menentukan kestabilan dari hasil perawatan ortodontik.

Oklusi fungsional menjadi tujuan kedua dari perawatan ortodonsi. Aspek jaringan

lunak juga terkait dalam hal ini dengan disfungsi sendi temporomandibular yang

seringkali menjadi efek dari perawatan ortodonsi. Oleh karena itu, menjadi suatu

tujuan dari perawatan untuk menciptakan oklusi yang tidak menyebabkan

terganggunya fungsi.

Perawatan ortodontik tidak hanya sekedar proses insersi kawat, melainkan

juga melibatkan aplikasi kontrol dari kekuatan mekanik terhadap gigi dan jaringan

periodonsium sehingga menghasilkan respon biologis yang akan menggerakkan gigi.

Kekuatan mekanik yang digunakan berasal dari aktivasi wire, spring dan elastic yang

dipilih oleh ortodontis dan memiliki sifat konsisten dengan arah pergerakan gigi

(Bishara, 2007).

Perencanaan perawatan (treatment planning) adalah langkah kedua dalam

suatu rangkaian perawatan ortodonsi setelah penentuan diagnosis. Treatment planning

dapat dilakukan segera setelah diagnosis ditetapkan dan menjabarkan mengenai daftar

masalah secara detail, menentukan tujuan perawatan dan menentukan perawatan

tersebut setelah mendiskusikan dengan pasien. Pada langkah treatment planning juga

1

Page 2: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

ditentukan kebutuhan ruang, pemilihan alat dan sistem penjangkaran untuk mencapai

tujuan perawatan ortodonsi yang optimal (Singh, 2008).

Menurut Singh (2008) dan Bhalaji (2004), dalam perencanaan perawatan

dilakukan hal berikut :

1. Merumuskan daftar masalah

Perumusan daftar masalah merupakan langkah yang penting dan harus

dikonsultasikan dengan pasien. Bhalaji (2004) menyatakan bahwa walaupun

keluhan utama dan keinginan pasien beserta orangtua merupakan

pertimbangan utama, akan tetapi apabila ortodontis menemukan masalah lain

yang lebih penting, baik untuk mencapai solusi masalah secara keseluruhan

ataupun untuk mencapai stabilitas jangka panjang, edukasi kepada pasien

perlu dilakukan.

2. Menentukan prioritas masalah ortodonsi

Tahap ini sangat penting karena adanya kebutuhan ruang yang terbatas

pada beberapa kasus, sehingga harus dilakukan pemilihan prioritas masalah

yang akan dikoreksi. Penting halnya untuk mengingat tujuan perawatan

ortodonsi menurut Jackson, yaitu efisiensi fungsional, keseimbangan struktur

dan harmoni estetik, yang menjadi landasan bagi seluruh perawatan yang

direncanakan. Bhalaji (2004) menambahkan bahwa`pada umumnya pasien

akan puas setelah gigi anterior terkoreksi, sehingga menjadi tugas seorang

ortodontis untuk memberikan edukasi pada pasien pentingnya koreksi untuk

mencapai posisi gigi yang stabil.

3. Perencanaan kebutuhan ruang

Pencarian dan pemanfaatan ruang penting diperlukan untuk melakukan

koreksi yang menentukan keberhasilan perawatan.

2

Page 3: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Retraksi gigi protusi : untuk setiap millimeter retraksi, diperlukan ruang

sebesar 2mm.

Koreksi gigi crowding : untuk setiap millimeter decrowding, diperlukan

ruang yang sama besar untuk meluruskan alignment gigi.

Meluruskan gigi anterior yang berotasi : untuk setiap millimeter derotasi,

diperlukan ruang yang sama besar untuk meluruskan alignment gigi

Meluruskan gigi posterior yang berotasi : ruang didapatkan ketika gigi

dikoreksi, dan bervariasi tergantung pada gigi dan rotasi yang ada

Koreksi relasi molar : Ruang yang dibutuhkan untuk pergerakan distal

atau mesial molar sesuai dengan besar gerak yang direncanakan.

Levelling kurva von spee : untuk setiap 1 mm leveling, kurang lebih 1 mm

ruang dibutuhkan.

Anchorage : anchorage loss pada gigi retensi diperkirakan kurang lebih

sebesar 30-40% ruang yang didapat dari ekstraksi.

4. Kemungkinan Perawatan

Koreksi maloklusi dapat dicapai dengan cara yang bervariasi dan masing-

masing memiliki kelebihan kekurangannya. Perawatan yang yang terbaik setelah

dipertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan umur, estetik dan fungsi dari

pasien dipilih.

5. Pemilihan mekanoterapi

Pemilihan alat dipilih berdasarkan kemungkinan pencapaian hasil

perawatan yang optimal dengan waktu yang paling singkat dan iritasi/kerusakan

jaringan yang minimal.

6. Perencanaan retensi

Retensi ditentukan dari jenis maloklusi yang dialami oleh pasien, misalnya

rotasi atau diastema yang rentan relaps . Hawley Retainer masih merupakan

3

Page 4: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

retainer yang paling sering digunakan, tetapi seiring dengan bertambah

banyaknya pasien dewasa yang menjalani perawatan ortodonsi, retainer cekat

juga semakin banyak digunakan.

7. Faktor yang mepengaruhi perencanaan perawatan

Perencanaan perawatan final merupakan hasil diskusi antara pasien

dengan ortodontis. Pemilihan perawatan yang spesifik dipengaruhi oleh beberapa

faktor berikut ini:

Tipe pergerakan gigi yang diperlukan

Gerakan tipping sederhana dapat dicapai dengan menggunakan alat

lepasan. Apabila diinginkan pergerakan gigi kompleks dan multiple,

sebaiknya digunakan alat ortodontik cekat.

Harapan Pasien

Pasien dengan ekspektasi yang tinggi akan mengharapkan hasil yang ideal

sehingga sulit dicapai dengan menggunakan alat ortodontik lepasan.

Sangat penting mengkomunikasikan harapan pasien dan disesuaikan

dengan pemilihan alat agar mendapatkan hasil yang diinginkan pasien.

Potensi pertumbuhan pada pasien

Hasil yang didapatkan pada masa pertumbuhan lebih stabil akan tetapi

terkadang pola pertumbuhan yang berlanjut akan menyebabkan relapsnya

hasil pertumbuhan.

Kemampuan pasien untuk menjaga oral hygiene

Biaya perawatan

Kemampuan dokter gigi

8. Diskusi dan persetujuan dengan pasien

Proffit dkk. (2007) menyatakan bahwa perawatan ortodontik dapat menjadi tidak

optimal apabila ortodontis tidak menjangkau semua kemungkinan ataupun apabila

ortodontis terlalu ambisius. Seringkali dokter gigi tergesa untuk menentukan

4

Page 5: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

kesimpulan dan menetapkan rencana perawatan tanpa mempertimbangkan faktor-

faktor yang ada. Rencana perawatan sebaiknya menghindari adanya kesalahan

terlewatnya kemungkinan perawatan (false negative ataupun undertreatment) dan

perawatan yang berlebihan (false positive atau overtreatment), oleh karena itu

keterlibatan pasien dalam menentukan rencana perawatan sangat diperlukan. Proffit

dkk. (2007) menggambarkan skema perencanaan perawatan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Penyusunan Rencana Perawatan

5

Page 6: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I

Pada umumnya, masalah yang terkait pada maloklusi Angle kelas I

merupakan masalah dental dan memiliki profil yang harmonis lurus atau cembung

normal, kecuali apabila maloklusi merupakan protusi bimaksiler skeletal. Gigi geligi

dapat menunjukkan beberapa variasi dari malposisi individual dan yang paling

banyak ditemukan adalah proklinasi bimaksiler dan crowding (Singh, 2008)

Perawatan pada maloklusi kelas I seringkali dilakukan pada usia remaja

ataupun usia dewasa. Maloklusi jenis ini seringkali perlu dilakukan perawatan dengan

menggunakan ortodontik cekat. Pemilihan dari alat ortodonsi dan kebutuhan

pencabutan didasarkan dari masing-masing kasus (Bishara, 2001).

Kasus maloklusi kelas I skeletal yang memiliki diskrepansi lengkung gigi akut

dapat dirawat pada masa anak disertai dengan serial ekstraksi. Pada pasien dengan

crowding ringan, pencarian ruang dapat dilakukan dengan ekspansi lengkung rahang,

proklinasi gigi anterior, stripping proksimal atau derotasi dari gigi posterior.

Sedangkan pada kasus proklinasi bimaksiler dan crowding parah, ekstraksi seluruh

gigi premolar pertama atau kedua kemungkinan besar diperlukan, tergantung pada

besar ruang serta tipe penjangkaran yang diperlukan. Koreksi bedah dapat diperlukan

oleh pasien dengan protrusi skeletal, osteotomi subapikal dengan tambahan

pencabutan premolar pertama merupakan prosedur yang sering dipilih (Singh, 2008).

Perawatan pada usia dewasa mirip dengan perawatan yang dilakukan pada

usia anak, kecuali meningkatnya kemungkinan dengan perawatan bedah ortognatik.

Kamuflase ortodontik dapat dilakukan pada batas-batas tertentu dan perawatan yang

berlebihan sebaiknya dicegah.

Berikut akan dibahas mengenai perawatan pada masalah2 yang sering

dijumpai pada maloklusi kelas I.

6

Page 7: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

PERAWATAN SPACING

Penampakan gigi renggang (spacing) umum ditemukan pada maloklusi kelas

I. Pada gigi desidui, spacing merupakan suatu prognosis yang baik akan tetapi pada

usia dewasa spacing merupakan suatu abnormalitas (Bhalaji, 2004).

Pada perawatan spacing, pertama dilakukan eliminasi faktor etiologi. Pada

kelainan yang disebabkan oleh kebiasaan buruk, edukasi dan alat untuk

menanggulangi kebiasaan tersebut dapat diaplikasikan sebelum perawatan.

Sedangkan pada pasien dengan kelainan patologi tulang atau kista, faktor tersebut

harus ditangani terlebih dahulu (Bhalaji, 2004).

Bhalaji (2004) juga mengemukakan bahwa penggunaan alat ortodontik

lepasan dengan busur labial efektif untuk perawatan gigi spacing disertai proklinasi

gigi anterior. Alat ortodonsi cekat digunakan bersama elastic chain/elastic thread

merupakan alat yang paling efektif untuk merawat kasus spacing secara umum.

PERAWATAN CROWDING

Crowding merupakan salah satu kelainan yang paling umum terjadi pada

maloklusi kelas I. Crowding terjadi karena perbandingan ukuran yang tidak sesuai

antara gigi dengan rahang. Perawatan crowding, menurut Bhalaji (2004), dilakukan

dengan mencari ruang terlebih dahulu dengan perhitungan untuk setiap milimeter

crowding akan memerlukan besar yang sama untuk koreksinya. Pencarian ruang

dapat dilakukan dengan proximal stripping, ekspansi, pencabutan, distalisasi molar,

derotasi, uprighting gigi posterior serta proklinasi gigi anterior.

Setelah terdapat ruang untuk merapikan gigi, penggunaan alat ortodontik

lepasan plat aktif dengan busur labial, coil spring, buccal retractor dapat digunakan.

7

Page 8: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Perawatan dengan menggunakan alat ortodontik cekat dengan menggunakan busur

multilooped atau busur Ni-Ti sangat efektif (Bhalaji, 2004)

PERAWATAN GIGI ROTASI

Rotasi gigi adalah pergerakan gigi yang terjadi masih di dalam aksis gigi

tersebut. Rotasi gigi dapat terjadi dalam 2 tipe, yaitu rotasi mesiolingual atau

distobukal dan rotasi mesiobukal atau distolingual. Pada gigi anterior yang berotasi

akan menyebabkan ruang untuk gigi tersebut berkurang sehingga diperlukan

pencarian ruang ketika gigi akan dikoreksi. Sebaliknya, pada gigi posterior yang

berotasi akan memiliki ruang yang lebih besar, sehingga setelah gigi tersebut

dikoreksi akan menghasilkan sisa ruang (Bhalaji, 2004).

Perawatan untuk gigi anterior yang berotasi dilakukan dengan pencarian ruang

terlebih dahulu. Setelah ruang didapatkan, rotasi ringan dapat dirawat dengan alat

ortodontik lepasan dilengkapi dengan Z spring serta busur labial. Apabila terdapat

beberapa gigi yang mengalami rotasi, sebaiknya digunakan alat ortodontik cekat

dengan beberapa pilihan langkah perawatan.

1. Rotation wedges dapat dipasang di antara gigi dan busur labial.

Gambar 2. Rotation wedges digunakan untuk mengkoreksi gigi rotasi

8

Page 9: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

2. Rotasi ringan dapat dirawat dengan kawat yang memiliki kelenturan tinggi,

seperti Ni-Ti. Kawat Ni-Ti dimasukkan kedalam slot bracket sehingga akan

menyebabkan alignment dan derotasi gigi.

Gambar 3. Penggunaan kawat lentur untuk koreksi gigi rotasi

3. Karet elastik dapat digunakan untu menderotasi gigi. Karet dipasang pada

lingual attachment dan melingkari gigi ke arah derotasi dan diikat pada busur

labial di bukal.

Gambar 4. Karet elastik dilekatkan pada lingual attachment untuk koreksi gigi rotasi

4. Tekanan multipel dapat digunakan untuk derotasi gigi, dengan menggunakan

karet elastik baik pada bukal maupun lingual/palatal gigi.

Gambar 5. Karet elastik bukal dan lingual untuk derotasi gigi

9

Page 10: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

PERAWATAN DIASTEMA SENTRAL

Perawatan diastema sentral dapat dilakukan apabila faktor etiologi

dieliminasi. Variasi dari etiologi diastema sentral memiliki perawatan serta waktu

perawatan yang berbeda-beda (Singh, 2008).

Gambar 6. Faktor etiologi, waktu perawatan dan perawatan untuk eliminasi faktor etiologi diastema sentral

Perawatan diastema sentral, setelah penghilangan faktor etiologi, dapat

dicapai dengan alat ortodontik lepasan maupun cekat. Alat ortodontik lepasan yang

dapat digunakan untuk mengkoreksi diastema sentral antara lain:

1. Alat Hawley sederhana bersama dengan dua finger spring pada sebelah distal

dari incicivus sentralis dapat menutup diastema dalam waktu 3-6 bulan. Finger

spring umumnya dibuat dari kawat berdiameter 0,5-0,6 mm.

Gambar 7. Finger Spring untuk menutup diastema sentral

10

Page 11: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

2. Alat split labial bow – alat lepasan dengan busur labial yang terpisah disertai

dengan komponen retentif (klamer Adam/ klamer C/ ball clasps) dapat

digunakan untuk menutup diastema sentral. Kawat diameter 0,7 mm

digunakan untuk membuat alat ini.

Gambar 8. Split Labial Bow

Alat ortodontik cekat juga sangat efektif untuk merawat diastema sentral.

Beberapa alat yang dapat digunakan untuk perawatan diastema sentral adalah:

1. M Spring

Alat sederhana dengan perlekatan cekat pada permukaan tengah labial atau

palatal dengan spring yang dibentuk ‘M’ atau ‘W’ dapat dengan mudah menutup

diastema sentral.

Gambar 9. Perawatan diastema sentral dengan menggunakan M spring

11

Page 12: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

2. Karet elastik dibentangkan dengan bentuk ‘figure 8’ sering digunakan

bersamaan dengan alat ortodonsi cekat.

Gambar 10. Elastic thread

3. Elastic chains juga dapat digunakan untuk menutup diastema sentral

Gambar 11. Diastema Sentral sebelum perawatan Gambar 12. Alat Ortodontik cekat digunakan

untuk koreksi diastema sentral. Frenektomi dlakukan setelah penutupan diastema.

Gambar 13. Setelah perawatan

12

Page 13: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

4. Closed coil spring

Gambar 14. Perawatan diastema sentral dengan menggunakan closed coil spring

Penggunaan retensi setelah perawatan ortodonsi sangat dianjurkan untuk

mempertahan posisi gigi agar stabil dan tidak relaps. Pada perawatan diastema

sentral, retensi biasanya memerlukan waktu yang lama untuk stabilisasi. Dengan

pertimbangan tersebut, retainer cekat menjadi pilihan utama untuk retensi (Singh,

2008).

Gambar 15. Retainer Cekat

13

Page 14: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

PERAWATAN OPEN BITE

Singh (2008) berpendapat bahwa open bite merupakan kurangnya overlap

vertikal anatara gigi geligi maksilla dan mandibula. Open bite dapat terjadi pada

daerah anterior dan posterior, serta bervariasi dari dental dan skeletal.

Gambar 16. Kasus Open Bite Anterior

1. Openbite Anterior

Openbite anterior merupakan bentuk openbite yang pada umumnya bersifat

dental. Openbite disebabkan oleh faktor lokal, yang harus dieliminasi untuk proses

koreksi dari maloklusi tersebut. Pada openbite dengan sifat skeletal, dapat disebabkan

oleh faktor herediter maupun kebiasaan buruk yang dilakukan terus menerus.

Gambar 17. Open bite anterior skeletal

14

Page 15: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Openbite anterior pada pasien muda biasanya dapat berkurang secara spontan

setelah dilakukan eliminasi faktor etiologi. Pada pasien dengan kelainan yang

menyebabkan skeletal dan tidak dapat terjadi koreksi spontan, alat ortodonsi cekat

harus digunakan dengan alat penghalang kebiasaan buruk, baik cekat maupun

lepasan. Pada koreksi open bite ringan hingga sedang, box elastic dengan kekuatan

medium sampai berat dapat digunakan.

Gambar 18. Koreksi open bite anterior secara spontan dan dengan bantuan alat

Gambar 19. Force box elastic sedang bersama dengan alat cekat untuk menutup openbite anterior

15

Page 16: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Chin cup dengan pull head cap vertikal dapat digunakan untuk koreksi open

bite anterior pada kelompok usia anak. Sedangkan open bite anterior pada dewasa

harus dirawat dengan prosedur bedah setelah eliminasi faktor kebiasaan buruk. Bedah

ortognatik yang dilakukan meliputi osteotomi LeFort I untuk mempengaruhi maksilla

di bagian posterior. Latihan otot dapat diperlukan setelah koreksi bedah.

Gambar 19. Pasien anak menggunakan chin cup dengan vertical pull head cap

2. Open bite posterior

Open bite posterior dicirikan dari kurangnya kontak antara gigi posterior

rahang bawah ketika gigi dalam posisi oklusi. Open bite posterior relatif lebih jarang

16

Page 17: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

ditemui dan pada umumnya disebabkan oleh kebiasaan tongue thrust sebelah lateral,

selain itu dapat disebabkan oleh gigi posterior yang mengalami intrusi atau ankilosis.

Gambar 20. Openbite posterior disebabkan oleh kebiasaan lateral tongue thrust

Kebiasaan buruk tongue thrust lateral merupakan faktor etiologi yang paling

sering dijumpai, sehingga alat yang sering digunakan adalah lateral tongue spikes,

baik cekat maupun digunakan bersama alat ortodontik lepasan. Elastik vertikal

digunakan bersama dengan alat ortodontik cekat dapat digunakan setelah kebiasaan

tongue thrust terkontrol (Singh, 2008). Bhalaji (2004) mengatakan bahwa openbite

posterior akan menutup dengan sendirinya seiring dengan hilangnya kebiasaan tongue

thrust. Penggunaan alat ortodontik cekat juga bertujuan untuk mengkoreksi gigi

posterior yang intrusi ataupun impaksi.

Gambar 21. Lateral Tongue Spicker dihubungkan dengan alat akrilik

17

Page 18: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

PERAWATAN CROSSBITE

Crossbite merupakan deviasi hubungan buko-lingual pada gigi dalam satu

rahang dengan rahang lainnya (Singh, 2008). Pada keadaan normal, lengkung maksila

akan overlap dengan lengkung mandibula, baik pada labial maupun bukal. Akan

tetapi ketika gigi mandibula, satu ataupun sekelompok gigi, overlap dengan gigi

maksilla, tergantung letak pada lengkung giginya, dikatakan mengalami kelainan

crossbite.

1. Crossbite anterior

Berdasarkan usia pasien, status erupsi pasien dan ketersediaan ruang, terdapat

berbagai macam alat yang didesain untuk koreksi crossbite anterior. Pemilihan alat

dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, serta harga juga dapat menjadi

faktor yang mempengaruhi.

Pada pasien dengan kelompok usia anak akan memiliki perawatan yang

berbeda dengan pasien remaja dan pasien dewasa. Menurut Singh (2008), perawatan

ortodonsi yang dapat diberikan pada pasien anak antara lain:

a. Tongue blade

Apabila crossbite tampak saat keberadaraan gigi permanen mulai

muncul di rongga mulut, alat sederhana seperti tongue blade dapat

digunakan untuk mengkoreksi perkembangan crossbite. Alat diletakkan di

dalam mulut, berkontak dengan gigi yang sedang erupsi pada aspek

palatalnya sehingga pada proses penutupan mulut sisi yang berlawanan

dari tongue blade akan berkontak dengan bagian labial gigi rahang

bawah. Titik ini akan menjadi fulcrum dan apabila tekanan ringan

diaplikasikan selama beberapa minggu, gigi yang tengah erupsi akan

bergerak ke posisi yang lebih baik. Tekanan bisa didapatkan dari merotasi

tongue blade secara perlahan ataupun dengan memegang alat dengan

kaku dan menutup mulut secara perlahan. Alat ini efektif sampai sebelum

18

Page 19: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

mahkota klinis erupsi secara sempurna dan dapat digunakan apabila

ketersediaan ruang mencukupi.

Gambar 22. Perawatan tongue blade untuk koreksi crossbite pasien anak

b. Catlan’s appliance atau lower anterior inclined plane

Catlan’s appliance pada dasarnya terdiri dari inclined plane yang

disementasi pada incicivus mandibula, dan sifatnya cekat. Lower inclined

plane dibangun dengan sudut 45o terhadap dataran oklusal maksilla. Alat

tersebut dapat digunakan untuk satu gigi ataupun sekelompok gigi dan

terbuat dari akrilik atau logam cor.

Syarat penggunaan mandibular anterior inclined plane adalah sebagai

berikut:

i. Rahang atas memiliki cukup ruang untuk meluruskan gigi

ii. Gigi rahang atas yang akan dikoreksi memiliki posisi

retroklinasi atau terletak lebih posterior daripada seharusnya

iii. Gigi incicivus mandibula dapat menoleransi tekanan yang

diberikan.

iv. Posisi gigi incicivus mandibula baik sehingga sesuai dengan

alat pabrikan yang dibutuhkan.

v. Pasien kooperatif.

19

Page 20: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Alat ini juga memiliki kerugian, antara lain kesulitan mengunyah dan

berbicara karena terhalangnya gigi posterior berkontak, alat tidak dapat

digunakan pada gigi incicivus mandibula yang memiliki masalah

periodontik, dan alat pabrikan tidak dapat digunakan pada gigi mandibula

yang malposisi. Selain itu, penggunaan alat dalam jangka waktu lama

dapat mempengaruhi status periodontal pada gigi retensi ataupun gigi

yang dikoreksi, serta apabila tidak diawasi dapat mengakibatkan openbite

anterior karena supraerupsi dari gigi posterior. Kekurangan lain adalah

pemasangan alat terkadang harus dilakukan berulang-ulang (resementasi).

Gambar 23. Inclined Plane akrilik pada incicivus mandibula

Gambar 24. Tampak samping dari Catlan’s Appliance

20

Page 21: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

c. Double Cantilever Spring/ Z Spring

Merupakan alat yang paling sering digunakan untuk koreksi crossbite

anterior. Alat terdiri dari double helix dua lengan yang paralel dan lengan

inferior yang memanjang ke plat akrilik untuk fungsi retensi.

Gambar 25. Double cantilever spring atau Z spring

Alat ini efektif apabila terdapat kesediaan ruang yang memadai untuk

merapikan alignment gigi geligi. Pemakaian dianjurkan bersamaan

dengan biteplane posterior ketika gigi dalam keadaan crossbite dan

memiliki overbite lebih dari 2 mm, atau apabila gigi antagonisnya

memiliki masalah periodontal. Penggunaan bite plane posterior akan

mengurangi bahkan mengeliminasi tekanan yang diterima oleh gigi

antagonisnya.

Gambar 26. Rotasi mesiopalatal 21, crossbite terkoreksi dengan menggunakan Z spring

d. Screw Appliance

21

Page 22: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Alat akrilik dikombinasikan dengan sekrup berbagai ukuran dapat

digunakan untuk mengkoreksi crossbite satu gigi ataupun segmental.

Micro-screws adalah alat yang paling nyaman digunakan dan dapat

digunakan untuk gigi individual. Micro-screw multipel dapat digunakan

untuk mengkoreksi gigi individual pada crossbite segmental.

Gambar 27. Micro-screw dikombinasi dengan alat Hawley

Mini-screws memiliki fungsi yang sama dengan micro-screws akan

tetapi mampu untuk menggerakkan 2 gigi. Sedangkan medium-screws

digunakan untuk mengkoreksi crossbite segmental dan mampu

menggerakkan 4-6 gigi. 3-D (three dimensional screws) dapat

mengkoreksi crossbite anterior dan posterior secara simultan dan ideal

untuk merawat crossbite anterior dengan maloklusi pseudo kelas III.

Gambar 28. Perawatan crossbite anterior dengan menggunakan mini-screw

22

Page 23: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Gambar 29. Perawatan dengan menggunakan medium screw

e. Face Mask atau Face Mask bersamaan dengan RME

Pada kasus crossbite anterior yang disebabkan oleh defisiensi skeletal

maksila, apabila tepat pada waktunya akan memungkinkan untu

memesialisasi maksila dengan menggunakan protraction facemask

(reverse head gear). Apabila maksila sempit, alat dapat dilengkapi

dengan menggunakan rapid maxillary expansion dan diaktifkan secara

simultan untk membantu ekspansi transversal dari lengkung gigi.

Gambar 30. Face mask

23

Page 24: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

f. Frankel appliance

Alat Frankel III dapat digunakan untuk mengkoreksi struktur rahang

kelas III yang sedang berkembang. Alat akan merentangkan jaringan

lunak di sekitar maksila sehingga memacu pertumbuhan maksila ke

anterior sekaligus mencegah mandibula untuk semakin maju.

Gambar 31. Frankel Appliance

g. Chin cup appliance

Chin cup dapat digunakan untuk mengarahkan pertumbuhan

mandibula sehingga mencegah mandibula maju dan menyebabkan

crossbite anterior. Chincup akan merotasi mandibula ke bawah dan ke

belakang.

Gambar 32. Chin cup appliance

24

Page 25: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Perawatan crossbite anterior pasien usia anak berbeda dengan pasien usia

remaja dan dewasa. Untuk pasien remaja dan dewasa dapat digunakan alat-alat

sebagai berikut

a. Screw Appliances

Sekrup mini dan medium dapat digunakan ubtuk mengkoreksi

crossbite anterior satu gigi maupun segmental pada pasien dewasa.

b. Alat ortodonsi cekat

Alat ortodonsi cekat dapat digunakan untuk mengkoreksi satu atau

multipel gigi pada pasien semua umur. Pada perawatan dapat juga

dilakukan ekstraksi untuk mendapatkan ruang apabila dibutuhkan.

Gambar 33. Perawatan cross bite anterior dengan alat ortodonsi cekat

2. Crossbite posterior

Malrelasi crossbite posterior dapat dikoreksi dengan menggunakan beberapa

alat berikut ini.

25

Page 26: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

a. Screw appliances

Berbagai macam sekrup dapat digunakan untuk merawat crossbite

posterior satu gigi maupun segmental pada seluruh kelompok usia. Pasien

harus kooperatif untuk aktivasi dari sekrup.

b. Coffin spring

Kawat berbentuk omega ini mampu untuk mengkoreksi crossbite pada

tahap perkembangan gigi geligi. Alat bersifat lepasan dan biasanya dapat

ditoleransi oleh pasien kelompok usia remaja. Ekspansi yang dihasilkan

sifatnya perlahan dan bilateral simetris. Coffin spring mampu

menghasilkan perubahan skeletal.

c. Quad helix appliance

Quad helix merupakan perkembangan dari coffin tetapi bersifat cekat,

tersolder dengan molar band yang disementasi biasanya di molar

pertama. Reaktivasi dilakukan dengan menggunakan 3 pong pliers tanpa

perlu melepas alat. Tekanan yang dihasilkan dapat ditingkatkan atau

diturunkan sesuai dengan besarnya aktivasi. Alat ini akan menghasilkan

ekspansi yang lambat pada pasien remaja dan dewasa, sedangkan pada

pasien anak akan menghasilkan efek skeletal.

Gambar 34. Quad Helix Appliances

26

Page 27: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

d. Rapid Maxillary Expansion (RME)

RME terdiri dari sekrup hyrax yang memproduksi tenaga yang besar

sehingga mampu untuk memisahkan sutura mid palatina dan

menghasilkan perubahan skeletal dalam hitungan hari (0,2-0,5 mm/hari).

Alat menghasilkan ekspansi secara cepat selama 3-4 minggu. Proffit dkk.

(2007) menambahkan bahwa ruang yang diciptakan pada sutura mid

palatina pada awalnya diisi oleh cairan jaringan dan pembuluh darah,

yang menyebabkan ekspansi yang dihasilkan sangat tidak stabil. Oleh

karena itu, RME tetap dipertahankan di dalam mulut selama 3-4 bulan

sampai tulang baru telah mengisi ruang tersebut sehingga ekspansi

skeletal stabil.

Pada pasien dewasa, ekspansi yang dibantu oleh prosedur bedah dapat

dilakukan. Pada umumnya, bedah yang dilakukan adalah kortikotomi

bukal atau osteotomi LeFort I, dan atau pembelahan mid palatal.

27

Page 28: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Gambar 35. Perawatan dengan menggunakan RME

e. NiTi expanders

Merupakan kawat Ni-ti yang dilekatkan pada lingual dan disoldir

dengan molar bands dan disementasi pada gigi molar pertama. Variasi

ukuran dapat dipilih berdasarkan kekuatan ekspansi yang diinginkan dan

lebar palatum sebelum perawatan. Alat ini menghasilkan ekspansi lambat

dan bersifat dental pada pasien remaja dan dewasa.

Gambar 36. NiTi Expander

f. Alat ortodontik cekat

Alat ortodontik cekat dapat digunakan untuk mengkoreksi crossbite

posterior. Lengkung dapat diekspansi atau dikonstriksi tergantung kepada

gerakan yang diinginkan.

Cross elastic dapat digunakan untuk merawat gigi yang cross bite di

area posterior. Alat ortodontik cekat sangat ideal untuk penempatan gigi

di lengkung gigi secara akurat karena dapat menentukan kontrol 3

dimensi terhadap gigi.

28

Page 29: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Gambar 37. Elastik digunakann untuk mengkoreksi crossbite posterior

29

Page 30: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

PERAWATAN PROTRUSIF BIMAKSILER

Protrusif bimaksiler adalah kelainan dentofasial yang banyak ditemukan pada

populasi orang Asia dan Afrika. Keadaan tulang yang prognatik disertai dengan

protrusi dentoalveolar menghasilkan profil fasial cembung, gigi geligi yang protusif,

bibir maju dan tidak kompeten, dan penampakan gingiva yang berlebihan. Pada

beberapa pasien, kondisi ini sangat mengganggu sehingga pasien mencari perawatan

dari ortodontis atau ahli bedah (Solem dkk., 2013).

Gambar 38. Profil pasien dengan protrusif bimaksiler

Gambar 39. Keadaan gigi geligi pasien protrusif bimaksiler

30

Page 31: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Perawatan ortodonti dapat mengkoreksi protrusif bimaksiler dengan cara

uprighting dan retraksi gigi anterior, pada umumnya setelah dilakukan ekstraksi 4

premolar. Perawatan bedah mengkoreksi protrusif bimaksiler dengan mereposisi

bagian rahang. Kedua perawatan tersebut dapat memperbaiki kecembungan profil dan

bibir pasien (Solem dkk.,2013).

Perawatan protrusif bimaksiler memiliki konsep untuk menyediakan ruang

dan meretraksi gigi anterior ke arah posterior sehingga mengkoreksi protrusif.

Berbagai cara yang dapat dilakukan antara lain:

1. Perawatan ortodontik cekat, setelah dilakukan ekstraksi untuk pencarian

ruang:

a. Alat ortodontik cekat dengan skeletal anchorage

Pada penelitian oleh Solem dkk.(2013), skeletal anchorage didapatkan

dari plat mini yang ditanam pada mesial molar pertama rahang atas,

Kemudian gigi anterior rahang atas diretraksi pada busur stainless steel

dengan menggunakan elastic chain yang diligasi dari C-tube ke lengan

retraksi caninus dekat dengan ketinggian pusat resistensi.

Gambar 40 . Perawatan protrusi bimaksiler dengan menggunakan alat ortodonti cekat dengan

skeletal anchorage

31

Page 32: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Pada penelitian Iino dkk. (2006), untuk koreksi protusif bimaksiler

dilakukan dengan alat edgewise dengan bantuan plat mini yang ditanam

pada tulang alveolar maksila bagian posterior. Plat tersebut berfungsi

untuk mendapatkan anchorage maksimum yang diperlukan untuk

mempertahankan oklusi kelas I.

Gambar 41. Plat mini titanium pada regio molar maksilla untuk anchorage maksimal

b. Alat ortodontik cekat dengan non-skeletal anchorage

Pada penelitian Solem dkk.(2013), caninus maksila diretraksi secara

segmental pada busur stainless steel yang dikombinasi dengan palatal

archbar atau busur yang menghubungkan 2 molar pertama rahang atas

sehingga digunakan sebagai anchorage.

32

Page 33: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

Gambar 42. Perawatan ortodontik cekat dengan nonskeletal anchorage untuk perawatan

protrusif bimaksiler

c. Alat ortodontik cekat dengan teknik MBT (McLaughin, Benett,

Travisi)

Menurut Prakash (2013), teknik MBT memberikan hasil yang lebih

maksimal daripada sistem edgewise karena MBT meberikan gaya dengan

lebih ringan dan kontinyu, serta memiliki sifat bendback dan laceback.

Dalam perkembangannya, perawatan protrusi bimaksiiler tanpa pencabutan

premolar semakin ditelaah. Celli dkk.(2007) mengemukakan bahwa terkadang

pencabutan justru akan mengganggu kecembungan natural profil wajah, terkecuali

pada kasus-kasus dengan protrusi parah. Sehingga perawatan tanpa pencabutan dapat

menjadi suatu alternatif dalam mengkoreksi protrusi bimaksiler ringan dan sedang.

Celli dkk.(2007) melakukan perawatan dengan pemasangan bracket pada

rahang atas dan memulai proses aligning dan levelling dengan menggunakan kawat

NiTi 0,016. Headgear digunakan pada molar pertama maksila dengan durasi 16

jam/hari. Tujuh bulan kemudian pemasangan bracket dilakukan pada rahang bawah

kecuali pada keempat incicivus. Kawat NiTi 0,016 dengan bendbacks dan lacebacks

digunakan beserta open coil spring yang diaktivasi ringan dari C ke C. Elastik kelas 3

33

Page 34: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

(I2 mandibula-M1 maksila) digunakan hanya ketika head gear dipakai. Setelah 11

bulan perawatan, kawat diganti dengan NiTi 0,019x0,025” dilanjutkan dengan

stainles steel ukuran yang sama dan kawat Australia 0.014” untuk finishing.

34

Page 35: Diagnosis & Perawatan Ortodonsi  Maloklusi Kelas I

DAFTAR PUSTAKA

Bhalajhi SI. 2004. Orthodontics: The Art and Science. New Delhi: Medi Publishing House

Bishara SE. 2001. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: W.B.Saunders Company

Lino S, Sakoda S, Miyawaki S. 2006. An Adult Bimaxillary Protrusion Treated with Corticotomy-Facilitated Orthodontics and Titanium Miniplates. Angle Orthodontist; 76(6): 1074-82.

Prakash A. 2013. Management of Bimaxillary Protrusion. Orthodontic Cyber Journal. http://www.orthocj.com.

Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. 2007. Contemporary Orthodontics. St Louis: Mosby Elsevier

Singh G. 2008. Textbook of Orthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers

Solem RC, Marasco C, Guiterrez-Pulido L, Nielsen I, Kim SH, Nelson G. 2013. Three dimensional soft tissue and hard tissue changes in the treatment of bimaxillary protrusion. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics; 144(2): 218-228

35