Post on 18-Jul-2015
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 1/20
Di tulisan sebelumnya saya sudah bahas dasar pengakuan pendapatan dan biaya kontrak
konstruksi, cara mudah menginterpretasikan ―estimasi pendapatan yang andal‖ dalam PSAK
34 beserta contoh implementasinya. Di tulisan yang sama saya juga sudah bahas satu contoh
kasus penerapan Metode Persentase Penyelesaian kontrak bertahap sesuai dengan PSAK
34 — dimana pengakuan pendapatan dan biaya dilakukan setiap periode buku sepanjang syarat
―dapat diestimasi secara andal‖ terpenuhi— tanpa menunggu hasil penilaian perkembanganpekerjaan.
Seperti sudah saya sampaikan di tulisan tersebut, kecuali untuk perusahaan yang sudah Go-
Publik (harus lapor Bappepam) saya tidak menganjurkan untuk menjalankan apa yang
direkomendasikan oleh PSAK 34, karena pendekatan tersebut terlalu berbahaya. Itulah yang
akan saya bahas dalam tulisan ini — dengan melanjutkan contoh kasus yang sama (agar
pemahamannya utuh, bagi yang belum membaca tulisan sebelumnya saya sarankan agar
dibaca terlebih dahulu).
Saya katakan apa yang disarankan dalam PSAK 34 terlalu berbahaya karena menurut saya,
meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama hasil perkembangan pekerjaanbelum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang telah dibuat belum tentu sungguh-sungguh
terjadi.
Saya tampilkan kembali contoh kasusnya:
JAK adalah kontraktor. Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan
pembangunan Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut:
Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokumen internal PT. JAK berupa RAB menunjukan
angka Rp 7,500,000,000).
Lamanya waktu pengerjaan adalah 3 tahun, bangunan di serahkan paling lambat tanggal 28
Desember 2014 dengan rencana tahapan penyelesaian pekerjaan sebagai berikut:
Akhir Semester I 2012 : 10%
Akhir Semester II 2012: 30%
Akhir Semester I 2013: 50%
Akhir Semester II 2013: 70%
Akhir Semester I 2014: 90%
28 Desember 2014: 100%
Pencairan pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan penyelesaian
pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan, pihak PT. ABC
bersama-sama PT. JAK akan melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disahkan dalam
perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris.
Jika isi kontrak tersebut dituangkan ke dalam estimasi, maka hasilnya akan menjadi
sbb:
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 2/20
Tanggal 10 Januari 2012, PT. JAK membeli bahan bahan bangunan (besi, semen, pasir, kapur,
batu koral) sebesar Rp 25,000,000. Jurnalnya:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 25,000,000
[Kredit]. Utang – Toko Rejeki = Rp 25,000,000
Tanggal 25 Januari 2012, PT. JAK membayah upah mandor pengawas dan upah buruh
bangunan sebesar Rp 50,000,000. Jurnalnya:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 50,000,000
( Mengapa jurnalnya demikian? Silahkan baca penjelasannya di tulisan sebelumnya. Penting
untuk saya sampaikan bahwa: akun ‗Biaya Kontrak Konstruksi‗ adalah penyederhanaan,
pada penerapan yang sesungguhnya anda bisa memilah-milah transaksi berdasarkan bahan
yang dibeli —untuk tujuan pengendalian (sehingga akun ‗Biaya Kontrak Konstruksi‘—
sehingga akun ‗Biaya Kontrak Konstruksi‘ bisa anda beri nama ‗Biaya Kontrak – Besi‘,
‗Biaya Kontrak – Semen‘, dan seterusnya— apapun namanya sepanjang memenuhi logikaakuntansi dan dipergunakan secara konsisten. Saya akan bahas di tulisan yang akan datang).
Nah, jika mengikuti PSAK 34, di akhir Januari 2012 ‗Pekerjaan Dalam Proses‘ sudah bisa
dipindahkan ke akun biaya dengan jurnal. Dan pengakuan pendapatan dapat dilakukan
dengan membuat rasio antara biaya yang telah dikeluarkan dengan RAB, lalu rasio tersebut
diaplikasikan ke dalam total nilai kontrak. Sehingga diperoleh jurnal pengakuan pendapatan
sbb:
[Debit]. Piutang – PT. ABC = Rp 100,000,000
[Kredit]. Pendapatan = Rp 100,000,000
Dengan laba Rp 25,000,000
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 3/20
( Mengenai tehnis pembuatan rasio dan perhitungan pendapatan, silahkan baca tulisan
sebelumnya).
TETAPI, sekalilagi, SAYA TIDAK MENGANJURKAN ITU. Saya menganjurkan aga
pengakuan pendapatan baru dilakukan jika kepastian pembayaran mendekati 99%. Kapan
kepastian 99% itu tercapai?
Kepastian 99% itu terjadi pada saat perkembangan hasil pekerjaan telah dinilai dan disepakati
antara PT. JAK selaku kontraktor dan PT. ABC selaku pemberi kontrak. Selama inspeksi atau
penilaian hasil pekerjaan belum dilakukan, maka pengakuan pendapatan saya anggap terlalu
buru-buru.
Bayangkan, jika PT. JAK misalnya mengikuti anjuran dari PSAK 34 seperti di atas, lalu
setelah dialakukan penilaian ternyata PT. ABC menganggap perekembangan hasil pekerjaan
yang telah dicapai oleh PT. JAK baru mencapai 0.5% (bukan 1% seperti pengakuan
pendapatan yang telah di buat), padahal buku Januari 2012 sudah ditutup. Pastinya buku akan
jadi kocar-kacir. Bukan hanya pendapatan yang lebih diakui, tetapi juga laba!
Sehingga sekalilagi, pengakuan pendapatan sebaiknya dilakukan setelah penilaian (inspeksi)
lapangan dilakukan. Sebelum itu terjadi, sebaiknya pengeluaran-pengeluaran yang telah
terjadi tetap diakumulasikan kea kun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘. Tak masalah jika laporan
laba-rugi belum di buat. Lha wong faktanya belum ada pendapatan koq. Fakta juga bahwa
segala pengeluaran yang telah terjadi masih merupakan pemupukan asset (aktiva) —
samasekali tidak melanggar prinsip-prinsip akuntansi.
Oke. Sesuai isi kontrak — akhir Semester I 2012, PT. JAK dijadwalkan sudah akan
merampungkan minimal 10% dari seluruh pekerjaan. Katakanlah tanggal 25 Juni 2012, PT.JAK mengajukan meminta pembayaran pertama kepada PT. ABC.
Dalam kontrak telah disebutkan bahwa. ―pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti
perkembangan hasil pekerjan‖. Atas permintaan tersebut, PT. ABC dengan ditemani oleh
perwakilan dari PT. JAK melakukan inspeksi lapangan secara bersama-sama untuk
memeriksa tingkat penyelesaian pekerjaan konstruksi yang telah dicapai oleh PT. JAK.
Dari hasil pemeriksaan bersama ditemukan bahwa tingkat penyelesaian yang sudah dicapai
mencapai 9%. Untuk itu, disepakati bahwa PT. ABC akan segera mengirimkan pembayaran
sebesar 9% x nilai kontrak = 9% x Rp 10,000,000,000 = Rp 900,000,000. Nah, di titik ini PT.
JAK sudah bisa mengakui pendapatan.
Selanjutnya, keesokan harinya (26 Juni 2012) PT. JAK mengirimkan invoice tagihan sebesar
Rp 900,000,000. Sementara itu, per tanggal 26 Juni 2011 saldo akumulasi akun ‗Pekerjaan
Dalam Proses‘ PT. JAK menunjukan angka Rp 800,000,000.
Bagaimana mencatat invoice tagihan tersebut? Bagimana dengan pangakuan biayanya — saldo
akumulasi akun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘ PT. JAK menunjukan angka Rp 800,000,000,
apakah semuanya dipindahkan ke akun biaya?
Jangan buru-buru. Sebagai orang accounting, biasakan berpikir analitis — jangan mau jadi
kalkulator dan tukang jurnal saja — bandingkan estimasi dengan kenyataannya dahulu.
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 4/20
Tingkat pencapaian pekerjaan seharusnya sudah mencapai 10%, pada kenyataannya yang
bisa disepakati hanya 9% sehingga kenyataannya pendapatan hanya Rp 900,000,000 (Rp
100,000,000 lebih rendah dibandingkan estimasi). Sementara, kenyataan pengeluaran yang
telah terjadi mencapai Rp 800,000,000 (Rp 50,000,000 lebih tinggi dibandingkan estimasi
yang hanya Rp 750,000,000). Karena penyimpangan di pendapatan dan biaya tersebut, Laba-
pun menjadi menyimpang. Dari estimasi laba Rp 250,000,000 (=1,000,000,000 – 750,000,000), yang terealisasi hanya Rp 100,000,000. Terjadi penyimpangan laba sebesar Rp
150,000,000. Angka yang cukup besar tentunya.
Dari perspektif akuntansi, untuk pendapatan — mau tidak mau hanya bisa diakui sebesar
invoice tagihan. Sehingga jurnalnya menjadi:
[Debit]. Piutang PT. ABC – Akhir Semester I 2012 = Rp 900,000,000
[Debit]. Pendapatan = Rp 900,000,000
Yang masih jadi tanda tanya adalah pengakuan biayanya. Pertanyaannya: Sungguhkah biaya
yang telah keluar sebesar Rp 800,000,000? Periksa pencatatan dari awal hingga akhir — apakah sudah akurat? Jika belum akurat lakukan penyesuaian-penyesuaian. Jika sudah akurat?
Kemungkianannya tinggal 2 saja:
Kemungkinan-1. Ada beberapa bahan yang sudah dibeli, tetapi belum dipergunakansepenuhnya – Periksa: adakah material bangunan yang belum dipakai (semen, pasir, kapur,
kayu, dan lain-lain), adakah material yang setengah proses? Jika ada, hitung. Adakah upah
tukang/buruh yang dibayar di depan? Jika ada hitung. Mungkin tidak bisa dihitung secara
pasti, untuk itu lakukan estimasi — minta approval dari atasan (pimpinan) untuk menentukan
estimasi ini. Katakanlah total angkanya Rp 100,000,000, maka besarnya biaya yang diakuihanya Rp 700,000,000 (=800,000,000 – 100,000,000). Saldo akun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘
yang bisa dipindahkan ke akun biayapun jadinya hanya Rp 700,000,000. Sehingga jurnalnya:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 700,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 700,000,000
Oke pengakuan pendapatan dan biaya telah dilakukan. Hasilnya? Laba Rp 200,000,000 saja.
Masih ada penyimpangan Rp 50,000,000 jika dibandingkan dengan estimasinya yang Rp
250,000,000. Dimanakah selisihnya?
Kemungkinan-2. Pemborosan (inefisiensi) dan kehilangan – Jika estimasi materialbangunan yang belum terpakai sudah akurat dan disepakati, maka kemungkinan yang tersisa
hanya ini (boros atau hilang). Telah terjadi pemborosan atau kehilangan senilai Rp
50,000,000. Apa yang harus dilakukan terhadap selisih ini, apakah diakui sebagai biaya atau
langsung diakui sebagai rugi?
Catat biaya saja. Jurnalnya:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 50,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000
Kondisi timpang seperti ini besar kemungkinannya terjadi di awal-awal. Memang, pekiraantingkat penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati belum tentu akurat 100%, estimasi
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 5/20
material yang belum terpakai juga belum tentu akurat 100%. Bagaimanapun juga itu baru
satu dari total 5 fase yang direncanakan.
Perlakuan akuntansi, analisa dan pengendalian di fase-fase berikutnya akan tetap demikian.
Terus berulang sampai proyek selesai.
Nah, jika penyimpangan di fase pertama ini tidak tertutup di fase berikutnya, maka besar
kemungkinannya diakhir proyek nanti PT. JAK akan mengalami kerugian.
Kerugian itu tidak selalu karena pemborosan atau kehilangan, bisa saja karena RAB-nya yang
keliru. Oleh sebab itu, disamping perlu melakukan pengawasan lebih ketat, RAB juga perlu
dihitung/ditinjau ulang tingkat akurasinya — mungkinkah harga material naik? Atau upah
buruh/tukang naik? Dan lain sebagainya. Jika memang tidak akurat atau telah terjadi
kenaikan harga material maka PT. JAK perlu membuat revisi RAB. Jika negosiasi ulang bisa
dilakukan dengan pihak PT. ABC, tentu itu jalan terbaik.
Dalam contoh kasus tadi kebetulan saya buat hasil penilaian tingkat perkembangan pekerjaan
lebih kecil dari estimasi. Pada praktek sesungguhnya, bisa saja terjadi hal sebaliknya
(meskipun kemungkinannya kecil). Jika demikian keaadaanya, berarti akan timbul laba. Laba
itupun belum tentu akurat. Masih perlu dilihat di fase-fase berikutnya.
Secara keseluruhan bisa saya katakan bawa: penerapan ‗Metode Persentase Penyelesaian‘
pada kontrak konstruksi tidak mudah. Tantangannya ada pada akurasi estimasi-estimasi yang
telah dibuat — akurasinya yang mentukan apakah proyek menjadi sukses atau sebaliknya.
Diperlukan sistim administrasi dan pengendalian yang ketat — jauh lebih ketat dibandingkan
jenis aktivitas usaha lainnya.
Kesulitan itu akan menjadi semakin tinggi jika perusahaan menggarap multi-kontrak, multi-
proyek. Mengapa semakin seulit? Karena setiap biaya yang timbul harus bisa dihubungkan
dengan proyeknya. Pendapatan yang diterimapun harus bisa dihubungkan dengan proyeknya
dengan benar. Sehingga matching principle tetap bisa terjaga. Untuk itu diperlukan
perencanaan dan pengorganisasian khusus.
Nah bagaimana merencanakan dan mengorganisasikan administrasi agar perlakuan
akuntansinya tetap konsisten, benar dan akurat? Jika ada kesempatan saya akan bahas secara
khusus. Yang jelas bahasan tersebut akan lebih banyak di wilayah sistim informasi akuntansi
dan pengendalian interen (penyusunan sistem/prosedur, dan kebijakan/policy). Tentu yang
lekat dengan kenyataan praktek dilapangan (actionable) — bukan yang sifatnya teoritis belaka.Untuk sementara saya ucapkan selamat beraktivitas, semoga sukses selalu.
About the Author
Administrator
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 6/20
Seorang Akuntan yang prihatin akan mahalnya biaya pendidikan dan bahan ajar, khususnya
terkait dengan bidang Akuntansi, Keuangan dan perpajakan di Indonesia. Dengan segala
keterbatasannya dia ingin memberi manfaat bagi orang banyak di wilayah yang dikuasainya,
yaitu: Akuntansi, Keuangan dan Pajak.
More articles by Administrator »
9 comments »
Subscribe Via Email
Enter your email address
Popular
Recent
Comments
Tags
Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi
Memahami Logika Laporan Keuangan (Neraca dan Laba Rugi)
Akuntan Yang Tidak Bekerja di KAP adalah Pecundang? Siklus Pembukuan dan Akuntansi Selangkah-Demi-Selangkah
Bagaimana Mencatat Pengeluaran Sebelum Perusahaan Beroperasi?
Menjurnal Selisih Kelebihan Pembayaran Piutang Dagang
Bagimana Caranya Mengelola Modal Kerja Secara Efektif
More
JAK di Google Plus
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 7/20
JAK
on Google+
Related
More from Akuntansi
Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/10/penerapan-metode-persentase-
penyelesaian-kontrak-konstruksi/#ixzz1pIEJMaPa
Di tulisan sebelumnya saya sudah pernah bahas mengenai apa itu kontrak konstruksi juga
mengenai jenis-jenis pendapatan dan biaya pada kontrak konstruksi. Di tulisan ini saya
akan bahas khusus mengenai metode pangakuan pendapatan dan biaya kontrak
kontruksi. Masih menggunakan PSAK 34 sebagai bahan acuan dasar, namun untuk
mempermudah pemahaman, saya akan sajikan contoh penerapannya.
Konsep dan standar-nya lumayan rumit. Menjadi makin rumit karena dalam praktek yang
susungguhnya terjadi dilapangan, sangat berbeda. Sejauh yang saya tahu, kontrak konstruksi
adalah salah satu konsep dan standar yang paling sulit untuk bisa diterapkan di lapangan.
Bagaimanapun juga, perbedaan konsep dengan penerapan adalah hal yang lumrah. Justru
(bagi saya) di situlah letak menariknya. Ada unsur tantangannya — yang mudah-mudahan,
jika dihadapi dan dilakoni akan membuat kita makin matang dalam menjalankan profesi
sebagai orang akuntansi.
Jangan khawatir, melalui tulisan ini — meskipun tetap tidak mudah, saya akan pandu pembaca
untuk mensinkronkan konsep/standar dengan penerapan yang sesungguhnya, melalui contoh
kasus yang saya rancang semirip mungkin dengan kasus sesungguhnya. Kuncinya, saat
membaca, konsentrasi penuh, pahami logika-logika yang saya sajikan. Selamat mengikuti!
Dasar Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak Konstruksi
PSAK 34, Paragraf 22 menyebutkan:
―Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, mak a pendapatan kontrak dan
biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai
pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada
tanggal akhir periode pelaporan. Taksiran rugi pada kontrak konstruksi tersebut segera diakui
sebagai beban.‖
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 8/20
Ada 3 kunci utama yang perlu dipahami dari pernyataan standar ini, yaitu:
Pendapatan dan biaya kontrak konstruksi dapat diakui jika hasil kontrak dapat diestimasi
secara handal;
Pengakuan pendapatan dan biaya kontrak konstruksi memperhatikan tahap penyelesaian
aktivitas (sesuai kontrak tentunya); dan Jika diperkirakan biaya aktivitas konstruksi diperkirakan lebih tinggi dari hasilnya, maka
segera diakui sebagai biaya (atau beban).
Pertanyaannya: Bila mana (kapan) pendapatan dan biaya konstruksi dikatakan dapat
diestimasi secara handal?
Di tulisan saya sebelumnya mengenai apa itu kontrak konstruksi telah saya bahas bahwa,
dalam akuntansi, rumusan kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam yaitu: (a) kontrak
harga tetap; dan (b) kontrak biaya-plus. PSAK 34 memberikan panduan mengenai kriteria
yang harus dipenuhi oleh pendapatan dan biaya kontrsuksi agar bisa dikatakan ―dapat
diestimasi secara handal‖, yaitu:
(a) Kontrak Harga Tetap – Pada rumusan ini, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi
secara andal jika semua kondisi berikut ini dapat terpenuhi:
Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal;
Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan
mengalir ke entitas;
Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada
akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan
Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan
diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi
sebelumnya.
(b) Kontrak Biaya-Plus – Pada rumusan ini, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara
andal 2 kondisi berikut ini terpenuhi:
Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan
mengalir ke entitas; dan
Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke
pelanggan, dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal.
Cara Mudah Menentukan Estimasi Andal-atau-Tidak Andal
Saya tahu, memahami teori — terlebih-lebih bahasa PSAK, jika tidak terbiasa, bukannya
mengerti malah tambah pusing. Muter-muter nggak keruan. Bahasanya cenderung normatif
dan kaku. Ya harus dimaklumi, namanya juga standar kan. Itu sebabnya tulisan ini saya
buat. Bagaimanapun juga, PSAK memang tidak bisa diabaikan begitu saja, terlebih-lebih jika
perusahaannya sudah berstatus ‗Terbuka (Tbk.)‖.
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 9/20
Untuk mempermudah pemahaman, rasanya lebih baik jika saya menggunakan bahasa dan
pemahaman saya saja. Jangan khawatir, saya bukan hanya belajar dari PSAK saja.
Pemahaman saya ini sudah saya cross-check dengan IFRS, bahkan dengan GAAP
Codification (FASB). Tentunya saya akan tetap berpegang pada PSAK, tetapi setelah saya
bandingkan dengan IFRS dan GAAP Codification — hanya untuk memastikan bahwa
interpretasi saya tidak keliru. Bagaimanapun juga toh PSAK menggunakan IFRS dan GAAPsebagai acuan utama.
Ada 3 item yang menjadi persoalan utama dalam hal ini, yaitu:
(1) Pendapatan – kapan pendapatan diakui dan berapa besarnya?
(2) Biaya – kapan biaya diakui dan berapa besarnya?
(3) Laba/Rugi – kapan laba/rugi diakui dan berapa besarnya?
Untuk mejawab ketiga pertanyaan ini, yang perlu saya garisbawahi adalah PSAK 34 yang
bunyinya:
―Pendapatan dan biaya kontrak konstruksi dapat diakui jika hasil kontrak dapat diestimasi
secara andal‖
‗Andal‘ disini artinya PASTI. Bicara kata pasti untuk urusan bisnis patokannya cuma satu,
yaitu: LEGALITAS. Artinya: sepanjang dalam kontrak telah disebutkan berapa nilai
kontraknya, apa hak dan kewajiban beserta syarat-syarat pembayaran dengan jelas, dankontraknya dituangkan ke dalam perjanjian yang sifatnya mengikat secara hukum, MAKA itu
artinya SUDAH memenuhi syarat ―dapat diestimasi secara andal‖.
Misalnya: Kontraknya menyebutkan bahwa kontraktor akan menerima sebesar Rp
500,000,000 pada tanggal 15 November 2011. Itu artinya ‗Pendapatan‘ sudah pasti akan
diterima. Jika sampai tidak, ikatan legalitas kontrak (atas nama hukum) dapat memaksakan
agar agar kontraktor menerima haknya (pembayaran). Dengan demikian, maka menurut
PSAK 34, pendapatan sebesar Rp 500,000,000 BISA DIAKUI, dengan jurnal:
[Debit]. Piutang = Rp 500,000,000
[Kredit]. Pendapatan = Rp 500,000,000
Meskipun pembayarannya belum diterima. Nantinya jika pembayaran sudah benar-benar
diterima, maka dijurnal:
[Debit]. Kas = Rp 500,000,000
[Kredit]. Piutang = Rp 500,000,000
Bagaimana dengan „Biaya‟? Biaya diakui pada saat timbul sebesar apapun selama itu
berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak. Bagaimana dengan pengakuan
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 10/20
„Laba/Rugi‟-nya? Tentu besarnya laba/rugi adalah selisih antara pendapatan dengan biaya
sehubungan dengan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak.
Itu jika pembayaran dan penyelesaian pekerjaan dilakukan sekaligus dan dalam periode buku
yang sama.
BAGAIMANA JIKA kontraknya menyebutkan “Pembayaran akan dilakukan secara
bertahap sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan,” dan tenggang waktunya
melewati beberapa periode tahun buku?
Pada prakteknya, kondisi kontrak seperti inilah yang paling sering terjadi. Contoh yang saya
sajikan tadi hanya untuk menjelaskan interpretasi ―dapat diestimasi secara handal‖ dengan
lebih mudah — supaya pembaca tidak ada keraguan dan kebingungan yang tidak perlu
sehubungan dengan penafsiran ―dapat diestimasi secara andal‖.
Metode Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak Konstruksi
Seperti telah saya sebutkan di awal mengenai 3 hal penting yang perlu digarisbawahi dari
PSAK 34, salah satunya menyebutkan bahwa: ―Pengakuan pendapatan dan beban dengan
memperhatikan tahap penyelesaian‖. Metode pengakuan seperti ini disebut ‗Metode
Persentase Penyelesaian‖—dalam bahasa inggrisnya disebut ― Percentage-of-Completion Method ‖.
Menurut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi
dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban, dan laba yang
dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. STOP.
Cukup.
Untuk mempermudah pemahaman saya jelaskan pakai contoh kasus saja.
Contoh Penerapan Metode Persentase Penyelesaian Pada Kontrak Bertahap
JAK adalah kontraktor. Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan
pembangunan Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut:
Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokumen internal PT. JAK berupa RAB menunjukan
angka Rp 7,500,000,000).
Lamanya waktu pengerjaan adalah 3 tahun, bangunan di serahkan paling lambat tanggal 28
Desember 2014 dengan rencana tahapan penyelesaian pekerjaan sebagai berikut:
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 11/20
Akhir Semester I 2012 : 10%
Akhir Semester II 2012: 30%
Akhir Semester I 2013: 50%
Akhir Semester II 2013: 70%
Akhir Semester I 2014: 90%
28 Desember 2014: 100%
Pencairan pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan penyelesaian
pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan, pihak PT. ABC
bersama-sama PT. JAK akan melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disahkan dalam
perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris.
Oke. Menerapkan „Metode Persentase Penyelesaian‟ memang bukan sesuatu yang
mudah. Tapi saya akan pandu melalui contoh kasus ini.
Kita mulai dengan menganalisa isi kontraknya:
Apakah unsur legalitas sudah terpenuhi? Sudah. Itu artinya unsur kepastian sudah terpenuhi.
Apakah kontrak sudah memuat rincian rencana penyelesaian dan syarat ketentuan
pembayaran? Sudah. Itu artinya unsur ‘dapat diestimasi secara andal ’ sudah terpenuhi.
Jika diterjemahkan ke dalam ESTIMASI maka rencana biaya dan pendapatan JAK atas
kontrak dengan PT. ABC akan menjadi sbb:
* Untuk Estimasi Laba = Estimasi Pendapatan – Estimasi Biaya Kontrak .
Apakah perhitungan estimasi di atas sudah bisa dijurnal?
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 12/20
Meskipun PSAK menyatakan bahwa: ―Pendapatan dan Biaya diakui sepanjang dapat
diestimasi secara handal‖, sebagai orang yang tahu pelaksanaannya dilapangan, tetap saja
saya TIDAK MENGANJURKAN HAL ITU. Terlalu berbahaya. Bagaimanapun juga,
estimasi tetaplah estimasi — belum kejadian yang sesungguhnya.
Apalagi PSAK 34, Paragraf 38 juga menyebutkan:
―Metode persentase penyelesaian diterapkan secara kumulatif dalam setiap periode akuntansi
terhadap estimasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak.‖
Oleh sebab itu, saya tetap menganjurkan agar: pendapatan diakui hanya jika sudah 99%
pasti terjadi.
Pertanyaannya: Kapan ‘99% pasti terjadi’ itu?
Melihat isi kontrak PT. JAK dengan PT. ABC dalam contoh kasus ini, menurut saya, 99%
pasti itu terjadi apabila perkembangan hasil pekerjaan telah dinilai — persisnya ya setelah
inspeksi lapangan dilakukan.
Tentu. Prinsip kesesuaian (matching principle) akuntansi memandatkan agar setiap
pengakuan biaya harus bisa dihubungankan dengan pendapatan yang timbul. Itu artinya,
segala biaya (material yang dipergunakan, upah buruh yang dibayarkan, dan lain
sebagainya) yang terjadi sebelum penilaian perkembangan hasil pekerjaan dilakukan, untuk
sementara TIDAK DIAKUI SEBAGAI BIAYA, melainkan diakumukasikan ke dalam satu
akun khusus yang biasa diberi nama ‗Pekerjaan Dalam Proses (Work-In-Progress)‘ yang
nantinya akan masuk ke dalam kelompok Aktiva (aset) di Neraca.
Mengapa demikian? Karena jika dipaksakan masuk biaya, Laporan Laba Rugi akan terlihat
aneh — yang muncul hanya biaya-biaya, sementara tidak ada pendapatannya. Matching
principle jadi tidak terpenuhi!
Misalnya: Tanggal 10 Januari 2012, PT. JAK membeli bahan bahan bangunan (besi, semen,
pasir, kapur, batu koral) sebesar Rp 25,000,000. Atas pembelian ini tidak dicatat sebagai
biaya melainkan diakumulasikan ke dalam akun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘, dengan jurnal:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 25,000,000
[Kredit]. Utang – Toko Rejeki = Rp 25,000,000
Catatan: Selanjutnya, setiap pengeluaran terkait dengan proses konstruksi atas kontrak
tersebut dimasukan ke dalam akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’. Sekalilagi ini bukan biaya,
melainkan aset (aktiva).
Katakanlah tanggal 25 Januari 2012, PT. JAK membayah upah mandor pengawas dan upah buruh bangunan sebesar Rp 50,000,000. Inipun diakumulasikan ke dalam akun ‗Pekerjaan
Dalam Proses‘ dengan jurnal:
[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 50,000,000
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 13/20
Bagaimana laporan keuangan PT. JAK di akhir Januari 2012?
Jika mengikuti PSAK 34, maka estimasi pendapatan dan estimasi biaya PT. JAK sudah bisa
dijadikan dasar untuk melakukan pengakuan pendapatan dan biaya. Sehingga akun‗Pekerjaan Dalam Proses‘ sudah bisa dipindahkan ke akun biaya dengan jurnal:
[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 75,000,000
[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 75,000,000
(Catatan: Dengan jurnal ini, maka saldo akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’ akan menjadi nol
dan timbul saldo baru di akun ‘Biaya Kontrak Konstruksi’ ).
Bagaimana pengakuan pendapatannya? Diproporsionalkan. Dihitung dengan menggunakan
rasio perbandingan antara biaya yang sungguh-sungguh terjadi dengan estimasi biaya tahap
pertama. Dalam contoh kasus ini:
= Kenyataan Biaya/Estimasi Biaya sampai Akhir Semester I 2012
= Rp 75,000,000/750,000,000 = 1%
Pendapatan yang diakui = 1% x Estimasi Pendapatan sampai Akhir Semester I 2012
Pendapatan yang diakui = 1% x Rp 1,000,000,000 = Rp 100,000,000.
Jurnal pengakuan pendapatannya menjadi:
[Debit]. Piutang – PT. ABC = Rp 100,000,000
[Kredit]. Pendpatan = Rp 100,000,000
Sehingga besarnya laba yang diakui untuk januari 2012 adalah 100,000,000 – 75,000,000 =
Rp 25,000,000
TETAPI, sekalilagi, SAYA TIDAK MENGANJURKAN ITU. Bagi saya, pengakuan
pendapatan berdasarkan estimasi — meskipun legalitasnya sudah jelas, tetap terlalu berbahaya.
Untuk itu saya tetap menganjurkan agar tidak melakukan pengakuan pendapatan sampai 99%
pasti terjadi.
Jika demikian, bagaimana dengan laporan keuangan di akhir Januari 2012? Ya praktis
tidak ada biaya juga tidak ada pendapatan. Yang ada hanya perubahan posisi akun-akun di
Neraca. Selanjutnya, mungkin ada yang ingin bertanya:
“ Apakah itu boleh? ” Boleh, karena pada kenyataannya PT. JAK belum ada pendapatan
“Kenapa tidak buat Laporan Laba Rugi dengan membukukan rugi saja? ” Ya untuk apa?
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 14/20
“Bagaimana dengan pengeluaran-pengeluaran selama ini (pembelian bahan bangunan,
upah tukang, dll? ” Semua itu dianggap sebagai aktivitas untuk memupuk aset (aktiva),
oleh karenanya telah dicatat di akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’
Keadaan seperti itu akan terus berlangsung hingga pembayaran pertama diperoleh dari PT.
ABC. Bagaimana selanjutnya? Karena keterbatasan ruang, terpaksa saya tunda sampai di sini
dahulu. Lanjutannya bisa dibaca di tulisan saya ini [ Contoh Penerapan Metode Persentase
Penyelesaian Kontrak Kontruksi bagian ke-dua].
About the Author
Administrator
Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/10/metode-pengakuan-pendapatan-dan-biaya-
kontrak-konstruksi/#ixzz1pIEmHJZf
Sepintas lalu, jenis usaha ‗kontrak konstruksi‟ tidak jauh berbeda dengan aktivitas usaha
lainnya — sama-sama ada biaya, ada pendapatan lalu laba atau rugi. Namun jika sudah masuk
ke dalamnya, kebanyakan pegawai akuntansi baru akan bingung untuk menentukan‗perlakuan akuntansi„ yang paling pas untuk usaha kontrak konstruksi ini: bagaimana
mengalokasikan biaya dan pendapatannya? Berapa besar yang diakui? Kapan diakui?
Bagimana membuat laporannya?
Kebingungan itu muncul karena sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksimemang sangat berbeda dibandingkan jenis usaha lain. Terutama sekali, tanggal saat aktivitas
kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada
periode akuntansi yang berlainan.
Misalnya: Sebuah perusahaan kontraktor mulai membangun perumahan di tahun 2011,
selama proses pembangunan tentulah ada banyak biaya yang keluar: mulai dari perijinan,
biaya gambar (drafting) bahan bangunan, hingga upah tukang bangunan. Katakanlah total
biaya yang keluar Rp 15 Miliar, diakui sebagai biaya semua bukan? Oke.
Akhir Desember 2011 perusahaan tutup buku, maka Laporan Laba Rugi akan menujukan
biaya Rp 15 Miliar, sementara pendapatannya tidak ada, karena proyek masih berjalan.Sehingga perusahaan tersebut mengalami kerugian 15 miliar.
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 15/20
Apa yang akan terjadi dalam buku kontraktor tersebut di tahun 2012? Pendapatan masuk,
sementara biaya sudah tidak ada lagi (walaupun ada mungkin sangat kecil), sehingga
perusahaan akan membukukan laba yang super-tinggi. Sangat aneh, bukan?
Apa itu Kontrak Konstruksi?
Menurut PSAK 34 (Revisi 2010), ―Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang
dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi,
dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.‖
Kontrak pembangunan perumahan tadi hanyalah contoh sederhana, pada prakteknya, jenis
usaha kontrak konstruksi ini bentuknya bisa macam-macam, tetapi untuk penentuanperlakuan akuntansi kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam:
Kontrak Tunggal – Misalnya: hanya kontrak untuk membanguna rumah saja, atau jembatan,
bendungan, pipa, jalan, kapal, terowongan, dll)
Kontrak yang Sifatnya Rumit - Satu proyek terpecah-pecah menjadi beberapa kontrak
dimana aktivitasnya saling terkait. Misalnya: Proyek pembangunan kilang minyak, terdiri dari
kontrak pembangunan kilang, kontrak instalasi pipa, proyek pengadaan dan instalasi mesin,
kontrak pengeboran, dan seterusnya. Atau proyek pembangunan pabrik yang terdiri dari
kontrak perataan tanah di lokasi pabrik, kontrak pembangunan, kontrak instalasi listrik,
kontrak pengadaan dan instalasi mesin, kontrak pembuatan drainase (pembuangan limbah),
dan seterusnya.
Kontrak konstruksi dirumuskan dalam berbagai cara. Dalam akuntansi, rumusan kontrak
konstruksi dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Kontrak Harga Tetap - yaitu kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah
menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap yang telah ditentukan per
unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.
Kontrak Biaya-plus – yaitu kontrak konstruksi yang mana kontraktor mendapatkan
penggantian untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan
dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap.
Pertanyaan selanjutnya: dipisah-pisah atau disatukan?
Dalam PSAK 34 (Revisi 2010), diatur sebagai berikut:
Suatu kelompok kontrak, dengan satu pelanggan atau beberapa pelanggan, diperlakukan
sebagai satu kontrak konstruksi jika:
kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;
kontrak-kontrak tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya kontrak tersebut merupakan
bagian dari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba; dan
kontrak-kontrak tersebut dilaksanakan secara serentak atau secara berkesinambungan.
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 16/20
Jika suatu kontrak mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai
suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika:
proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah serta kontraktor dan pelanggan dapat
menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masing-masing asettersebut; dan
biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasi.
Bagaimana jika ada tambahan kontrak, apakah itu dipisah? Konstruksi aset tambahan
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika: (a) aset tambahan tersebut
berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi atau fungsi dengan aset yang tercakup
dalam kontrak semula; atau (b) harga aset tambahan tersebut dinegosiasikan tanpa
memerhatikan harga kontrak semula. Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi maka kontrak
tambahan dijadikan satu dengan kontrak utamanya.
Apa saja biaya yang ada dalam kontrak konstruksi, bagaimana perlakuann akuntansinya? Apa
saja jenis pendapatan yang mungkin diperoleh dari kontrak konstruksi, bagaimana perlakuan
akuntansinya? Di tulisan berikutnya saya akan bahas perlakuan biaya dan pendapatan
perusahaan kontrak konstruksi.
About the Author
Administrator
Seorang Akuntan yang prihatin akan mahalnya biaya pendidikan dan bahan ajar, khususnya terkait
dengan bidang Akuntansi, Keuangan dan perpajakan di Indonesia. Dengan segala keterbatasannya
dia ingin memberi manfaat bagi orang banyak di wilayah yang dikuasainya, yaitu: Akuntansi,Keuangan dan Pajak.
More articles by Administrator »
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 17/20
3 comments »
Subscribe Via Email
Enter your email address
Popular
Recent
Comments
Tags
Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi
Memahami Logika Laporan Keuangan (Neraca dan Laba Rugi)
Akuntan Yang Tidak Bekerja di KAP adalah Pecundang?
Siklus Pembukuan dan Akuntansi Selangkah-Demi-Selangkah Bagaimana Mencatat Pengeluaran Sebelum Perusahaan Beroperasi?
Menjurnal Selisih Kelebihan Pembayaran Piutang Dagang
Bagimana Caranya Mengelola Modal Kerja Secara Efektif
More
JAK di Google Plus
JAK
on Google+
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 18/20
Related
More from Akuntansi
Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/07/perlakuan-akuntansi-kontrak-
konstruksi/#ixzz1pIFCOegv
Jenis pendapatan pada biaya kontrak kontruksi sesungguhnya tidak jauh berbedadibandingkan dengan aktivitas usaha lain. Tetapi karena tanggal saat aktivitas dimulai (biaya
sudah timbul) dengan berakhirnya (pendapatan diterima) terjadi pada tahun buku berbeda,
maka identifikasi pendapatan dan biaya akuntansinya diatur secara khusus. Hal ini
dimaksudkan agar antara perusahaan kontraktor yang satu dengan lainnya menerapkan
perlakuan akuntansi yang sama.
Jenis Pendapatan Kontrak Konstruksi
Pendapatan pada aktivitas kontrak kontrak konstruksi bisa terdiri dari:
1. Nilai Pendapatan Semula Yang Disetujui Dalam Kontrak – Pendapatan kontrak diukurpada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Pengukuran pendapatan
kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidakpastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa
di masa depan. Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya
ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun
dari satu periode ke periode berikutnya. Misalnya:
Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang
meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah periode di mana
kontrak pertama kali disetujui;
Nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dengan nilai tetap dapat meningkat karena
ketentuan-ketentuan kenaikan biaya; Nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan
kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut; atau
Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit ouput, pendapatan kontrak
meningkat jika jumlah unit meningkat.
2. Penyimpangan Dalam Pekerjaan Kontrak, Klaim, Dan Pembayaran Insentif — dengan
syarat: (a) memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan; dan (b) dapat diukur secara andal:
Penyimpangan – Apa yang dimaksud dengan ‗penyimpangan‘ dalam hal ini? Tiada lain
adalah suatu instruksi yang diberikan pelanggan mengenai perubahan dalam lingkup
pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat menimbulkanpeningkatan atau penurunan dalam pendapatan kontrak. Contoh penyimpangan adalah
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 19/20
perubahan dalam spesifikasi atau rancangan aset atau perubahan lamanya kontrak.
Penyimpangan dimasukkan ke dalam pendapatan kontrak jika: (a) kemungkinan besar
pelanggan akan menyetujui penyimpangan dan jumlah pendapatan yang timbul dari
penyimpangan tersebut; dan (b) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Klaim – Yang dimaksud dengan ‗klaim‘ dalam hal ini adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pelanggan atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk
dalam nilai kontrak. Klaim dapat timbul, misalnya, dari keterlambatan yang disebabkan oleh
pelanggan, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan, dan perselisihan penyimpangan
dalam pengerjaan kontrak. Pengukuran jumlah pendapatan yang timbul dari klaim
mempunyai tingkat ketidakpastian yang tinggi dan sering kali bergantung pada hasil
negosiasi. Oleh karena itu, klaim hanya dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika: (a)
negosiasi telah mencapai tingkat akhir sehingga kemungkinan besar pelanggan akan
menerima klaim tersebut; dan (b) nilai klaim yang kemungkinan besar akan disetujui oleh
pelanggan, dapat diukur secara andal.
Insentif – Pembayaran insentif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktorapabila standar-standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah terpenuhi atau dilampaui.
Misalnya, suatu kontrak mungkin mengizinkan suatu pembayaran tambahan kepada
kontraktor untuk suatu penyelesaian yang lebih awal dari suatu kontrak. Pembayaran insentif
dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika: (a) kontrak tersebut cukup aman sehingga
kemungkinan besar pelanggan memenuhi atau melampaui standar pelaksanaan; dan (b)
jumlah pembayaran insentif dapat diukur secara andal.
Jenis Biaya Kontrak Konstruksi
Biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada suatu kontrak selamaperiode sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak. Akan
tetapi, biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk
memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagai bagian dari biaya kontrak jika biaya-biaya ini
dapat diidentifikasi secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan kemungkinan besar
kontrak tersebut dapat diperoleh.
Jika biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode
terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak ketika kontrak
tersebut diperoleh pada periode berikut.
Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri dari:
1. Biaya Yang Berhubungan Langsung Dengan Kontrak Tertentu – Biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan suatu kontrak termasuk:
biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia;
biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut;
biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan
kontrak;
biaya penyewaan sarana dan peralatan;
biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak;
5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 20/20
estimasi biaya pembetulan dan jaminan pekerjaan, termasuk yang mungkin timbul selama
masa jaminan;
klaim dari pihak ketiga.
Biaya-biaya ini dapat dikurangi dengan keuntungan yang bersifat insidental yaitu keuntungan
yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak, misalnya keuntungan dari penjualankelebihan bahan dan pelepasan sarana dan peralatan pada akhir kontrak.
2. Biaya Yang Dapat Diatribusikan Dan Dialokasikan Pada Aktivitas Kontrak – Biaya-
biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak umum dan dapat dialokasikan pada
kontrak tertentu, termasuk:
asuransi;
biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan
kontrak tertentu; dan
overhead konstruksi.
Biaya tersebut itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis dan rasionaldan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai karakteristik sama.
Alokasi tersebut didasarkan pada tingkat normal aktivitas konstruksi. Overhead konstruksi
meliputi biaya-biaya seperti penyiapan dan pemrosesan gaji karyawan konstruksi. Biaya-
biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan
pada kontrak tertentu juga termasuk biaya pinjaman.
3. Biaya Lain Yang Secara Khusus Dapat Ditagihkan Ke Pelanggan Sesuai Isi Kontrak – Biaya-biaya yang secara spesifik dibebankan kepada pelanggan sesuai dengan persyaratan
kontrak dapat mencakup beberapa biaya administrasi umum dan biaya pengembangan yang
penggantiannya ditentukan dalam persyaratan kontrak.
Biaya yang tidak dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak atau tidak dapat dialokasikan
pada suatu kontrak dikeluarkan dari biaya kontrak konstruksi. Biaya-biaya tersebut termasuk:
biaya administrasi umum yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak
biaya pemasaran umum
biaya riset dan pengembangan yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak
penyusutan sarana dan peralatan menganggur yang tidak digunakan pada kontrak tertentu
Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/07/jenis-pendapatan-dan-biaya-kontrak-
konstruksi/#ixzz1pIFQXbMr