Kon Trak kerja

23
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Apabila kita mengamati hasil pembangunan fisik di negeri kita dalam rupa gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, pusat listrik, bendungan, jalan raya dan jembatan, lapangan terbang, dan lain – lain, pertama – tama yang kita kagumi adalah keindahan / kecanggihan bangunan – bangunan tersebut. Lalu dalam benak kita akan muncul pertanyaan siapa perencana / pemilik bangunan tersebut dan siapa pula kontraktor pelaksananya. Kemudian, kita mungkin akan bertanya pula berapa besar dana yang diperlukan untuk membangun dan dari mana asal sumber dananya ( loan, APBN/D, atau swasta ). Yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah tentang sebuah kontrak kontruksi. Kontrak kontruksi adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat persetujuan bersama secara sukarela antara pihak kesatu dan pihak kedua. Pihak kesatu berjanji untuk memberikan jasa dan menyediakan material untuk membangun proyek bagi pihak kedua. Pihak kedua berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa dan material yang telah digunakan. B, Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah bentuk sebuah kontrak kontruksi apabila dipandang dari beberapa aspek? 2. Apakah aspek – aspek yang terkandung dalam suatu kontrak kontruksi yang harus diperhatikan oleh para pelaku usaha jasa kontruksi? 3. Bagaimanakah tinjauan syarat – syarat atau sistem yang dianjurkan dalam kontrak kontruksi internasional agar para pelaku usaha jasa kontruksi di Indonesia tidak tertinggal dalam ‘pergaulan internasional’?

description

kontrak kerja dalam manajemen konstruksi

Transcript of Kon Trak kerja

Page 1: Kon Trak kerja

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Apabila kita mengamati hasil pembangunan fisik di negeri kita dalam rupa gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, pusat listrik, bendungan, jalan raya dan jembatan, lapangan terbang, dan lain – lain, pertama – tama yang kita kagumi adalah keindahan / kecanggihan bangunan – bangunan tersebut. Lalu dalam benak kita akan muncul pertanyaan siapa perencana / pemilik bangunan tersebut dan siapa pula kontraktor pelaksananya. Kemudian, kita mungkin akan bertanya pula berapa besar dana yang diperlukan untuk membangun dan dari mana asal sumber dananya ( loan, APBN/D, atau swasta ).

Yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah tentang sebuah kontrak kontruksi. Kontrak kontruksi adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat persetujuan bersama secara sukarela antara pihak kesatu dan pihak kedua. Pihak kesatu berjanji untuk memberikan jasa dan menyediakan material untuk membangun proyek bagi pihak kedua. Pihak kedua berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa dan material yang telah digunakan.

B, Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk sebuah kontrak kontruksi apabila dipandang dari beberapa aspek?2. Apakah aspek – aspek yang terkandung dalam suatu kontrak kontruksi yang harus

diperhatikan oleh para pelaku usaha jasa kontruksi?3. Bagaimanakah tinjauan syarat – syarat atau sistem yang dianjurkan dalam kontrak

kontruksi internasional agar para pelaku usaha jasa kontruksi di Indonesia tidak tertinggal dalam ‘pergaulan internasional’?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan tentang kontrak – kontrak kontruksi yang terjadi di Indonesia serta mengetahui bagaimana bentuk – bentuk kontrak di Indonesia yang dapat ditinjau dalam beberapa aspek.

Page 2: Kon Trak kerja

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Umum

Pada umumnya posisi penyedia jasa selalu lebih lemah daripada posisi pengguna jasa. Dengan kata lain pengguna jasa lebih dominan daripada posisi penyedia jasa. Hal ini dikarenakan penyedia jasa hampir selalu harus memenuhi konsep / draft kontrak yang dibuat pengguna jasa karena pengguna jasa selalu menempatkan dirinya lebih tinggi dari penyedia jasa. Mungkin hal ini diwarisi dari pengertian bahwa dahulu pengguna jasa disebut Bauwheer ( majikan bangunan ) sehingga sebagaimana ‘majikan’ lebih ‘kuasa’.

Ketidak seimbangan antara terbatasnya pekerjaan kontruksi / proyek dan banyaknya penyedia jasa mengakibatkan posisi tawar penyedia jasa sangat lemah. Dengan banyaknya jumlah penyedia jasa maka pengguna jasa leluasa melakukan pilihan.

Adanya kekhawatiran tidak mendapatkan pekerjaan yang ditenderkan pengguna jasa/ pemilik proyek menyebabkan penyedia jasa ‘rela’ menerima kontrak kontruksi yang dibuat pengguna jasa. Bahkan sewaktu proses tender biasanya penyedia jasa enggan bertanya hal – hal yang sensitive namun penting dalam seperti ketersediaan dana, isi kontrak, kelancaran pembayaran. Penyedia jasa takut pihaknya dimasukkan dalam daftar hitam.

1.2 Bentuk – bentuk Kontrak Kontruksi

Bab ini akan menguraikan bermacam – macam bentuk kontrak kontruksi dipandang dari aspek – aspek tertentu sebagaimana yang dikenal di Indonesia, termasuk segala permasalahan yang timbul akibat salah pengertian mengenai bentuk – bentuk kontrak tersebut, penggunaannya dalam industri jasa kontruksi. Selain itu bab ini juga akan membahas bentuk – bentuk kontrak kontruksi ditinjau dari 4 ( empat ) aspek, yaitu:

a. Aspek Perhitungan Biaya

Dari aspek ini bentuk kontrak kontruksi didasarkan pada cara menghitung biaya pekerjaan / harga borongan yang akan dicantumkan dalam kontrak. Ada dua macam bentuk kontrak kontruksi yang sering digunakan yaitu Fixed Lump Sum Price dan Unit Price.

1. Fixed Lump Sum PriceSecara umum, kontrak fixed lump sum price adalah suatu kontrak dimana volume

pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang. Peraturan

Page 3: Kon Trak kerja

Pemerintah ( PP ) no 29/2000 tentang penyelenggara jasa kontruksi memberikan batasan / definisi bentuk kontrak kerja kontruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum sebagaimana tersebut dalam pasal 21 ayat ( 6 ) sebagai berikut :

“Kontrak kerja kontruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat ( 3 ) huruf a angka 1 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pejerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah”.

Selain dalam pasal 21 ayat ( 6 ), penjelasan tentang kontrak lump sum juga tercantum dalam PP No. 29/2000 pada pasal 21 ayat ( 1 ).

2. Unit PriceKontrak unit price adalah kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum

dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar – benar dilaksanakan.

Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 29/2000 Pasal 21 ayat ( 2 ) mengatakan :“Kontrak kerja kontruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat ( 3 ) huruf a angka 2 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknik tertentu yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar – benar telah dilaksanakan penyedia jasa. Pada pekerjaan dengan bentuk imbalan harga satuan, dalam hal terjadi pembetulan perhitungan perincian harga penawaran dikarenakan adanya kesalahan aritmatik, harga penawaran total dapat berubah, akan tetapi harga satuan tidak boleh diubah. Koreksi aritmatik hanya boleh dilakukan pada perkalian antara volume dengan harga satuan. Semua resiko akibat perubahan karena adanya koreksi aritmatik menjadi tanggung jawab sepenuhnya penyedia jasa. Penetapan pemenang lelang berdasarkan harga penawaran terkoreksi. Selanjutnya harga penawaran terkoreksi menjadi harga satuan kontrak (nilai pekerjaan). Harga satuan juga menganut prinsip lump sum”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk kontrak harga satuan tidak mengandung resiko penggunaan jasa membayar lebih karena volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak lebih besar daripada kenyataan sesungguhnya sehinga penyedia jasa mendapat keuntungan tak terduga.

Page 4: Kon Trak kerja

b. Aspek Perhitungan Jasa

Dalam paragraf ini diuraikan bentuk – bentuk kontrak dari aspek perhitungan jasa yang akan dibayarkan oleh pengguna jasa kepada penyedia jasa.

1. Biaya Tanpa Jasa ( Cost Without Fee )

Kontrak Biaya Tanpa Jasa adalah bentuk kontrak dimana penyedia jasa hanya dibayar biaya pekerjaan yang dilaksanakan tanpa mendapatkan imbalan jasa. Mengingat tujuan penyedia jasa mengerjakan suatu pekerjaan/proyek adalah mendapatkan laba (profit oriented). Biasanya bentuk kontrak ini terutama untuk pekerjaan yang bersifat social, contonya pembangunan tempat ibadah, yayasan social, panti asuhan, dan sebagainya.

2. Biaya Ditambah Jasa ( Cost Plus Fee )

Dalam bentuk kontrak ini, penyedia jasa dibayar seluruh biaya untuk melaksanakan pekerjaan, ditambah jasa yang biasanya dalam bentuk presentase dari biaya ( misalnya 10%). Dalam hal ini tidak ada batasan mengenai biaya seperti batasan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai biaya selain yang sudah jelas seperti biaya bahan, peralatan, alat bantu, upah, sewa dan sebagainya seperti overhead penyedia jasa. Termasuk overhead kantor pusat penyedia jasa.

3. Biaya Ditambah Jasa Pasti ( Cost Plus Fixed Fee )

Bentuk kontrak seperti ini pada dasarnya sama dengan bentuk kontrak biaya ditambah jasa ( Cost Plus Fee ) sebagaimana diuraikan dalam penjelasan sebelumnya. Perbedaannya terletak pada jumlah imbalan ( fee ) untuk penyedia jasa.

Dalam bentuk kontrak Cost Plus Fee, besarnya imbalan / jasa penyedia jasa bervariasi tergantung besarnya biaya. Dengan demikian kontrak ini sejak awal sudah ditetapkan jumlah imbalan/jasa penyedia jasa yang pasti dan tetap ( Fixed Fee ) walaupun biaya berubah.

Terlihat disini bahwa bentuk kontrak ini lebih baik daripada bentuk kontrak Cost Plus Fee karena suatu hal yaitu kepastian jumlah imbalan/fee yang tetap. Namun bentuk kontrak ini juga memiliki resiko tinggi terhadap pengguna jasa yaitu tidak adanya tentang batas biaya yang diperlukan.

Page 5: Kon Trak kerja

c. Aspek Cara Pembayaran

Cara pembayaran prestasi pekerjaan penyedia jasa dibedakan ke dalam 3 macam, yaitu Pembayaran Bulanan, Pembayaran Aras Prestasi, dan Pembayaran atas seluruh hasil setelah pekerjaan selesai 100% atau yang sering disebut Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa. Di Indonesia yang lazim digunakan adalah cara pembayaran atas prestasi pekerjaan. Ketiga macam kontrak adalah sebagai berikut :

1. Cara Pembayaran Bulanan ( Monthly Payment )

Dalam sistem ini, presentasi Penyedia Jasa dihitung setiap akhir bulan. Setelah presentasi tersebut diakui pengguna jasa maka pengguna jasa dibayar sesuai prestasi tersebut.

Kelemahan cara ini adalah berapa pun kecilnya prestasi penyedia jasa pada suatu bulan tertentu dia harus tetap dibayar. Hal ini sangat mempengaruhi prestasi pekerjaan yang seharusnya dicapai sesuai jadwal pelaksanaan sehingga dapat membahayakan waktu penyelesaian.

Peraturan Pemerintah No. 29/2000 mengatur bentuk kontrak dengan sistem berkala ( bulanan ) sebagai tertera dalam Pasal 20 ayat ( 3 ) huruf c angka 2.

2. Cara Pembayaran atas Prestasi ( Stage Payment )

Dalam bentuk kontrak kerja dengan sistem seperti ini, pembayaran kepada penyedia jasa dilakukan atas dasar prestasi/kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Jadi tidak atas dasar prestasi yang dicapai dalam satuan waktu ( bulanan ). Pembayaran ini juga sering disebut sebagai pembayaran termin/angsuran.

Cara pembayaran atas prestasi ini juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Kontruksi pada Pasal 20 ayat ( 5 ) huruf c angka 1.

3. Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa ( Contractor’s Full Pre Financed )

Dalam bentuk kontrak kerja dengan cara pembayaran seperti ini, penyedia jasa harus mendanai dahulu seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan diterima baik oleh pengguna jasa barulah penyedia jasa mendapatkan pembayaran sekaligus.

Page 6: Kon Trak kerja

Pengguna jasa adalah sebesar 95% dari nilai kontrak karena yang 5% ditahan ( retention money ) dalam masa tanggung jawab atas cacat atau pembayaran penuh 100%, tetapi penyedia jasa harus memberikan jaminan untuk masa tanggung jawab atas cacat, dan hal lain sesuai kontrak.

d. Aspek Pembagian Tugas

Kontrak kontruksi dibedakan juga dari aspek pembagian tugas para pihak yang berkontrak atau yang kita kenal sebagai kontrak biasa/konvensional, kontrak spesialis rancang bangun, BOT/BLT dan swakelola. Uraiannya adalah sebagai berikut :

1. Bentuk Kontrak Konvensional

Pembagian tugas dalam bentuk konvensional ini yaitu pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut sudah dibuat rencananya oleh pihak lain, tinggal melaksanakannya sesuai kontrak. Beberapa bagian pekerjaan diborongkan kepada sub oenyedia jasa. Sebagai pengawas biasanya pengguna jasa menunjuk apa yang biasa disebut dengan direksi pekerjaan atau pimpinan proyek.

Dalam bentuk kontrak ini sedikitnya diperlukan 3 ( tiga ) kontrak terpisah yaitu :a. Kontrak antara pengguna jasa dan konsultan perencana sebagai penyedia jasa

untuk merencanakan proyek.b. Kontrak antara pengguna jasa dan konsultan pengawas sebagai penyedia jasa

untuk mengawasi jalannya proyek.c. Kontrak antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang mengerjakan proyek

tersebut.

2. Bentuk Kontrak Spesialis

Apabila dalam bentuk kontrak konvensional antara pengguna jasa dan penyedia jasa hanya ada 1 ( satu ) kontrak kerja kontruksi dimana si penyedia jasa disebut sebagai penyedia jasa utama. Para penyedia jasa lain yang mengerjakan bagian – bagian tertentu dari pekerjaan adalah para sub penyedia jasa yang dipekerjakan oleh penyedia jasa utama, maka dalam kontrak spesialis ini terdapat lebih dari 1 ( satu ) kontrak kontruksi.

Misalnya, untuk suatu proyek gedung bertingkat dengan teknologi yang cukup kompleks, pengguna jasa membagi – bagi kontrak beberapa buah berdasarkan bidang pekerjaan khusus/spesial seperti : pekerjaan pondasi ( structure ) dikontrakkan kepada

Page 7: Kon Trak kerja

penyedia jasa A, pekerjaan bangunan atas ( super structure ) diberikan kepada penyedia jasa B, pekerjaan mechanical dan elektronical diserahkan kepada penyedia jasa C, dan seterusnya.

Semua penyedia jasa masing – masing menandatangani kontrak langsung dengan pengguna jasa. Disitu tidak ada penyedia jasa utama, semua sama – sama sebagai penyedia jasa yang masing – masing memiliki keahlian khusus.

3. Bentuk Kontrak Rancang Bangun ( Design Contruct/Build, Turnkey )

Dalam suatu kontrak rancang bangun, penyedia jasa memiliki tugas membuat suatu perencanaan proyek yang lengkap dan sekaligus melaksanakannya dalam satu kontrak kontruksi. Jadi, penyedia jasa tersebut selain mendapat bayaran atas pekerjaan kontruksi, dia mendapatkan pula imbalan jasa atas pembuatan rencana/design proyek tersebut.

Dalam kontrak ini, konsultan perencana tidak mengikatkan diri/menerima tugas dari pengguna jasa tetapi menerima tugas dari penyedia jasa. Pengguna jasa biasanya tidak lagi menempatkan pengawas dilapangan tetapi cukup menunjuk wakil yang fungsi dan tugasnya mengamati jalannya pekerjaan apakah sesuai spesifikasii teknis dan jadwal.

4. Bentuk Kontrak Engineering, Procurement & Contruction ( EPC )

Kontrak EPC dimaksudkan untuk pembangunan pekerjaan – pekerjaan dalam industry minyak, gas bumi, dan petrokimia. Dalam kontrak EPC yang dinilai bukan hanya selesainya pekerjaan melainkan unjuk kerja dari pekerjaan tersebut.

Sebagai contoh : pembangunan sebuah pabrik pupuk urea. Penyedia jasa hanya mendapat pokok – pokok acuan tugas ( Term of Referencew – TOR ) dari pabrik yang diminta. Sehingga mulai dari perencanaan/design dilanjutkan dengan penentuan proses dan peralatannya sampai dengan pemasangan/pengerjaannya menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

Pekerjaan akan dinilai apakah unjuk kerjanya sesuai dengan TOR yang telah ditentukan. Bentuk kontrak ini telah disinggung dalam Undang – undang No. 18/1999 tentang Jasa Kontruksi pasal 16 ayat ( 3 ).

Page 8: Kon Trak kerja

5. Bentuk Kontrak BOT/BLT

Sebenarnya, kontrak ini merupakan pola kerja sama antara pemilik tanah/lahan dan investor yang akan menjadikan lahan tersebut menjadi satu fasilitas untuk perdagangan, hotel, resort atau jalan tol, dan lain – lain. Kegiatan yang dilakukan investor dimulai dengan membangun fasilitas sebagaimana yang dikehendaki pemilik lahan/tanah. Ini yang diartikan dengan Build ( B )

Setelah pembangunan selesai, investor diberi hak untuk mengelola dan memungut hasil dari fasilitas tersebut selama kurun waktu tertentu. Hal ini yang diartikan dengan Operate ( O ). Setelah masa pengoperasian selesai, fasilitas tadi dikembalikan kepada pengguna jasa. Dan ini adalah arti T ( transfer ) sehingga kontrak ini disebut dengan BOT.

Sedangkan bentuk kontrak Build, Lease, Transfer ( BLT ) sedikit berbeda dengan bentuk BOT. disini setelah selesai fasilitas dibangun ( Build ), pemilik fasilitas seolah menyewa fasilitas yang baru dibangun untuk suatu kurun waktu ( Lease ) kepada investoruntuk dipakai sebagai angsuran investasi yang ditanam; atau fasilitas tersebut bisa disewakan ke pihak lain. Hal ini diperlukan perjanjian sewa ( Lease Agreement ). Setelah masa sewa berakhir, fasilitas dikembalikan kepada pemilik fasilitas ( Transfer ).

6. Bentuk Swakelola ( Force Account )

Swakelola bukanlah suatu bentuk kontrak karena pekerjaan dilaksanakan sendiri tanpa memborongkannya kepada penyedia jasa. Misalnya, suatu instansi pemerintah melaksanakan suatu pekerjaan dengan mempekerjakan sekumpulan orang dalam instansi itu sendiri. Yang member perintah, yang mengawasi, dan yang mengerjakan adalah orang – orang dari satu instansi yang sama.

Page 9: Kon Trak kerja

1.3 Aspek yang Terkandung dalam Kontrak Kontruksi

Suatu kontrak kontruksi atau dokumen kontrak mengandung aspek – aspek seperti Aspek Teknis, Hukum, Administrasi, Keuangan/perbankan, Perpajakan, dan Sosial Ekonomi. Seluruh aspek ini perlu dicermati dengan baik karena semuanya saling mempengaruhi dan ikut menentukan baik buruknya suatu pelaksanaan kontrak.

1. Aspek Teknis

Pada umumnya, aspek – aspek teknis yang tercakup dalam dokumen kontrak adalah sebagai berikut :a. Syarat – syarat umum kontrakb. Lampiran – lampiranc. Syarat khusu kontrakd. Spesifikasi teknise. Gambar – gambar kontrak

2. Aspek Hukum

Sebenarnya, seluruh dokumen kontrak itu sendiri adalah hukum. Pasal 1338 KUHP menyatakan bahwa seluruh perjanjian yang dibuat secara sah merupakan undang – undang bagi mereka yang membuatnya.

Dalam hal ini, aspek hukum yang sering menimbulkan dampak hukum yang cukup serius yaitu :a. Penghentian Sementara Pekerjaan

Pasal mengenai ini sering lupa dicantumkan dalam kontrak. Padahal apabila tidak dicantumkan dalam kontrak dan kenyataannya penghentian sementara ini terjadi maka baik penyedia jasa maupun pengguna jasa dihadapkan kepada ketidakpastian secara hukum, antara lain dengan waktu pelaksanaan yang terganggu, ganti rugi akibat pekerjaan yang terhenti sementara, serta ketidakpastian berapa lama penghentian dapat diizinkan dan apa dampak hukum bagi pihak yang menghetikan/

b. Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan KontrakApa yang terjadi disisni adalah pelaksanaan pekerjaan yang dihentikan oleh salah satu pihak secara sepihak dengan membatalkan kontrak. Oleh karena itu, hak – hak dan kewajiban para pihak ( penyedia maupun pengguna jasa ) untuk memutuskan kontrak tersebut harus jelas disebutkan

Page 10: Kon Trak kerja

c. Ganti Rugi KeterlambatanKeterlambatan sering terjadi ketika penyedia jasa tidak menyelesaikan pekerjaan kontruksi tidak selesai tepat waktu. Terlepas dari kenyataan apakah pengguna jasa mengalami kerugian, denda tetap dikenakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika keterlambatan tersebut menimbulkan kerugian, maka pihak yang dirugikan mendapatkan ganti rugi.

d. Penyelesaian PerselisihanMeski pembuatan kontrak sudah dipikirkan dengan baik dan sudah diniati dengan itikad yang baik, antisipasi terhadap timbulnya penyelisihan/sengketa mengenai kontrak tersebut tetap harus dipikirkan dengan matang. Penyelesaian perselisihan bisa dilakukan dengan jalan salah satunya melalui musyawarah mufakat. Namun, musyawarah juga harus ditetapkan waktu batasnya, karena jika tidak masalah akan terus berlarut – larut tanpa menemukan penyelesaian. Lembaga yang menyelesaikan perselisihan harus ditetapkan dengan tegas sesuai ketentuan UU No.18/1999 Pasal 36 dan PP No. 29/2000 Pasal 49 ayat 1.

3. Aspek Keuangan/Perbankan

Aspek keuangan yang penting dalam suatu kontrak adalah antara lain :a. Nilai kontrakb. Cara pembayaranc. Jaminan – jaminan

Nilai kontrak dan cara pembayaran kiranya cukup jelas bahwa kedua hal ini sangat penting dicantumkan dalam kontrak karena jika dipandang dari sisi penyedia jasa, kedua aspek ini merupakan tujuan akhir dari suatu kontrak.

Pembayaran dan cara pembayarannya sangat erat hubungannya dengan jaminan yang harus disediakan, baik oleh penyedia jasa maupun pengguna jasa. Untuk menjamin pembayaran tersebut, hal yang biasanya dilakukan oleh penyedia jasa adalah membuat jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan dan jaminan perawatan atas cacat. Sedangkan jaminan yang digunakan oleh pengguna jasa adalah jaminan pembayaran.

4. Aspek Perpajakan

Aspek perpajakan berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan dari penyedia jasa, baik pajak pertambahan nilai ( PPN ) maupun pajak penghasilan ( PPh ). Sehubungan dengan PPN ini, seringkali timbul sengketa pajakk karena kadang – kadang penyedia jasa

Page 11: Kon Trak kerja

tidak menyetorkan PPN yang dipungut dari pengguna jasa ke kas Negara atau Bank persepsi. Hal ini menyebabkan pengguna jasa mengalami kesulitan saat mengajukan pemotongan restituisi pajak.

Dasar pengenaan pajak atas penyerahan jasa kontuksi adalah nilai penggantian yaitu nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa.

5. Aspek Perasuransian

Aspek perasuransian ini harus mencakup seluruh proyek termasuk jaminan kepada pihak ketiga dengan masa pertanggungan selama proyek berlangsung. Biasanya, penerima manfaat dari asuransi ini adalah pengguna jasa/pemilik tetapi yang membayar premi asuransi adalah penyedia jasa. Besarnya biaya premi dapat tercantum secara khusus dalam daftar uraian biaya dimana biasanya pengguna jasa menuntut agar premi asuransi disediakan untuk meyakinkan bahwa proyek tersebut dibawah tanggungan asuransi.

6. Aspek Sosial Ekonomi

Aspek social ekonomi biasanya berupa keharusan menggunakan tenaga kerja tertentu dan menggunakan bahan – bahan bangunan serta peralatan yang diperoleh di dalam negeri dan dampak lingkungan. Keharusan menggunakan tenaga kerja tertentu dapat berupa keharusan memakai tenaga kerja yang tersedia di tempat dimana proyek tersebut berlangsung agar tidak menimbulkan kecemburuan social di masyarakat sekitar.

Sedangkan mengenai keharusan menggunakan produk dalam negeri adalah bertujuan untuk menumbuhkan perekonomian dan menghemat devisa. Namun sayang, baik UU No. 18/1999 maupun peraturan pelaksanaannya tidak mengatur hal ini sehingga kurang melindungi produk dalam negeri.

Selain itu, dampak lingkungan juga diatur dalam sebuah kontrak kontruksi. Hal ini diatur dalam UU No. 18/1999 yaitu pasal 22 ayat 2 butir ( m ) serta dalam PP No. 29/2000 Pasal 23 ayat 1 butir ( m ).

Page 12: Kon Trak kerja

7. Aspek Administrasi

Aspek administrasi dalam sebuah kontrak kontruksi adalah mengenai para pihak yang merupakan sebuah keharusan yang telah dicantumkan dalam UU No. 18/1999 Pasal 22 ayat 2 butir ( a ) dan PP No. 29 Pasal 23 ayat ( 1 ) butir a. Aspek administrasi yang lain adalah tentang laporan keuangan yaitu laporan tentang kemajuan pekerjaan juga perlu diatur agar dapat memantau kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan rencana pelaksanaan. Kemudian aspek administrasi selanjutnya adalah korespondensi yaitu untuk tertib administrasi mengenai informasi antara pihak agar semuanya dapat didokumentasikan, alamat serta bentuk – bentuk korespondensi yang disepakati seperti teleks, faximile, e-mail, surat yang harus diatur agar informasi dapat diakui keabsahannya. Selanjutnya ada hubungan kerja antara para pihak yaitu hubungan kerja antara penyedia jasa dan pengguna jasa adalah penetapan nama orang/badan yang mewakili pengguna jasa di lapangan.

1.4 Tinjauan Standar / Sistem Kontrak Kontruksi Internasional ( AIA, FIDIC, JCT, SIA )

Dalam lingkup dunia Internasional, dikenal beberapa bentuk syarat – syarat kontrak kontruksi yang diterbitkan oleh beberapa Negara ataupun asosiasi profesi. Beberapa yang terkenal di kalangan industri kontruksi adalah FIDIC ( Federation Internationale des Ingenieurs Counsels ), JCT ( Joint Contract Tribunals ), AIA ( American Institute of Architects ) dan SIA ( Singapore Institute of Architects ).

1. Standar Kontrak Amerika Serikat ( AIA )AIA adalah sebuah intitusi profesi di Amerika yang menerbitkan dokumen kontrak yang digunakan secara luas di Amerika. Dalam kontrak ini istilah yang diberi definisi hanya yang penting – penting saja seperti Contract Documents ( article 1 ), architects ( article 2 ), owner ( arcticle 3 ), Contractor ( article 4 ), Subcontractor ( article 5 ), Time ( article 6 ). Sebagai pengguna jasa, dipakai istilah owner dan sebagai direksi pekerjaan disebut architect. Selain itu, pengguna jasa ( owner ) memiliki hak untuk menghentikan pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan serta membuat kontrak terpisah. Sedangkan untuk penyedia jasa harus menyampaikan jaminan pelaksanaan ( performance bond ). Dan jika ada perselisihan, maka diselesaikan melalui arbitrase.

Page 13: Kon Trak kerja

2. Standar Kontrak FIDIC FIDIC adalah singkatan dari Federation Internationale Des Ingenieurs Counsels yang didirikan di Eropa pada tahun 1913 oleh 3 ( tiga ) asosiasi nasional dari Konsultan Teknik Independen di Eropa. Tujuan dibentuknya federasi ini adalah untuk memajukan secara umum kepentingan – kepentingan professional dari anggota asosiasi dan menyebarkan informasi kepada anggota – anggota dari kumpulan asosiasi nasional. FIDIC telah menyusun 2 ( dua ) versi syarat – syarat kontrak yang tujuannya adalah yang pertama untuk pekerjaan – pekerjaan konstruksi teknik sipil dan yang kedua adalah khusus untuk pekerjaan rancang bangun.

3. Standar Kontrak JCTJCT adalah singkatan dari Joint Contract Tribunals yang merupakan susunan dari suatu instansi di Inggris untuk pemerintah setempat dan sector swasta. Unsur pokok badan – badan JCT adalah sebagai berikut :1. Royal Institutions of British Architect ( RIBA )2. National Federation of Building Trades Employers ( NFBTE )3. Royal Institutions of Chartered Surveyor ( RICS )4. Association of Country Councils ( ACC )5. Association of Metropolitan Authority ( AMA )6. Associations of District Councils ( ADC )7. Committee of Associations of Specialist Engineering Contractor ( ASEC )8. Greater London Council ( GLC )9. Federation of Associations of Specialist and Subcontractors Associations of

Colsulting Engineers ( FASSACE )10. Scotish Building Contract Committee ( SBCC )

Standar JCT dibuat oleh beberapa instansi di Inggris dan tidak melibatkan institusi dari Negara lain seperti keanggotaan FIDIC dan dibuat khusus untuk kontrak – kontrak bangunan. Standar JCT juga dipakai oleh Negara Inggris sendiri dan kebanyakan Negara – Negara persemakmuran seperti Malaysia dan Singapura. Di Indonesia sendiri, standar JCT dipakai untuk proyek – proyek swasta dimana yang menjadi konsultan perencana / pengawas adalah perusahaan Inggris atau berafiliasi dengan Inggris.

4. Standar Kontrak SIASIA adalah standar kontrak yang dibuat oleh institusi para arsitek Singapura. SIA juga dikenal dengan nama SIA 80 Contract yang terdiri dari dokumen – dokumen sebagai berikut :

Page 14: Kon Trak kerja

a. Perjanjian yang disebut Article of ContractYaitu standar kontrak yang berisi pasal – pasal tentang kewajiban – kewajiban penyedia jasa, jenis kontrak, arsitek, konsultan biaya, harga kontrak inklusif, dokumen kontrak, penafsiran dan catatan pedoman, serta penyerahan kontrak.

b. Syarat – syarat kontrak yang disebut Conditions of ContractSyarat kontrak dalam SIA terdiri dari 39 pasal yang berisi 150 ayat.

c. Lampiran ( Appendix )Lampiran dalam standar kontrak SIA berisi besaran ( nilai ), ketentuan mengenai jenis kontrak, tanggal mulai pekerjaan, masa kontrak, tanggal penyelesaian, nilai pertanggungan, ganti rugi keterlambatan, masa pemeliharaan dan sebagainya.

d. Tambahan yang disebut Addendum on Amandements to SIA 80

Page 15: Kon Trak kerja

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

1. Bentuk sebuah kontrak kontruksi apabila dipandang dari beberapa aspek adalah terdiri dari aspek perhitungan biaya, aspek perhitungan jasa, aspek cara pembayaran, dan aspek pembagian tugas sebagaimana telah diuraikan dalam bab pembahasan.

2. Aspek yang harus benar – benar diperhatikan adalah aspek hukum, aspek keuangan atau perbankan, serta aspek perpajakan. Karena kebanyakan pelaku usaha jasa kontruksi adalah orang – orang teknik yang lebih banyak memperhatikan aspek teknis dan kurang memperhatikan aspek – aspek lain yang dapat menimbulkan masalah dikemudian hari.

3. Peninjauan tentang syarat – syarat kontrak kontruksi internasioanal dalam bab diatas dibatasi hanya mengenai sistem FIDIC dan JCT serta sedikit uraian sistem AIA dan SIA karena di Indonesia pada umumnya lebih sering dijumpai kontrak - kontrak yang memakai standar FIDIC dan JCT terutama pada proyek pemerintah yang menggunakan dana pinjaman dari luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Kon Trak kerja

Yasin Naharkhan. Mengenal Kontrak Kontruksi di Indonesia. 2003. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/SITI_NURAISYIAH/Kontrak_Kerja_konstruksi.pdf ). diunduh pada tanggal 22 September 2013 pukul 18:34