Kon Trak Tor

20
 Di tulisan sebelumnya saya sudah bahas  dasar pengakuan pendapatan dan biaya kontrak konstruksi, cara mudah menginterpretasik an estimasi pendapatan yang andaldalam PSAK 34 beserta contoh implementasinya. Di tulisan yang sama saya juga sudah bahas satu contoh kasus penerapan Metode Persentase Penyelesaian kontrak bertahap sesuai dengan PSAK 34   dimana pengakuan pendapata n dan biaya dilakukan setiap periode buku sepanjang syarat dapat diestimasi secara andalterpenuhi— tanpa menunggu hasil penilaian perkembangan pekerjaan. Seperti sudah saya sampaikan di tulisan tersebut, kecuali untuk perusahaan yang sudah Go- Publik (harus lapor Bappepam) saya tidak menganjurkan untuk menjalankan apa yang direkomendas ikan oleh PSAK 34, karena pendekatan tersebut terlalu berbahaya. Itulah yang akan saya bahas dalam tulisan ini   dengan melanjutkan contoh kasus yang sama (agar pemahamannya utuh, bagi yang belum membaca tulisan sebelumnya saya sarankan agar dibaca terlebih dahulu). Saya katakan apa yang disarankan dalam PSAK 34 terlalu berbahaya karena menurut saya, meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama hasil perkembangan pekerjaan belum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang telah dibuat belum tentu sungguh-sungguh terjadi. Saya tampilkan kembali contoh kasusnya: JAK adalah kontraktor. Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan pembanguna n Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut: Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokume n internal PT. JAK berupa RAB menunjukan angka Rp 7,500,000,000). Lamanya waktu pengerjaan adalah 3 tahun, bangunan di serahkan paling lambat tanggal 28 Desember 2014 dengan rencana tahapan penyelesaian pekerjaan sebagai berikut:  Akhir Semester I 2012 : 10%  Akhir Semester II 2012: 30%  Akhir Semester I 2013: 50%  Akhir Semester II 2013: 70%  Akhir Semester I 2014: 90%  28 Desember 2014: 100% Pencairan pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan penyelesaian pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan, pihak PT. ABC bersama-sama PT. JAK akan melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disahkan dalam perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris. Jika isi kontrak tersebut dit uangkan ke dalam estimasi, maka hasilnya akan menjadi sbb:

Transcript of Kon Trak Tor

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 1/20

 

Di tulisan sebelumnya saya sudah bahas dasar pengakuan pendapatan dan biaya kontrak 

konstruksi, cara mudah menginterpretasikan ―estimasi pendapatan yang andal‖ dalam PSAK 

34 beserta contoh implementasinya. Di tulisan yang sama saya juga sudah bahas satu contoh

kasus penerapan Metode Persentase Penyelesaian kontrak bertahap sesuai dengan PSAK

34 — dimana pengakuan pendapatan dan biaya dilakukan setiap periode buku sepanjang syarat

―dapat diestimasi secara andal‖ terpenuhi— tanpa menunggu hasil penilaian perkembanganpekerjaan.

Seperti sudah saya sampaikan di tulisan tersebut, kecuali untuk perusahaan yang sudah Go-

Publik (harus lapor Bappepam) saya tidak menganjurkan untuk menjalankan apa yang

direkomendasikan oleh PSAK 34, karena pendekatan tersebut terlalu berbahaya. Itulah yang

akan saya bahas dalam tulisan ini — dengan melanjutkan contoh kasus yang sama (agar

pemahamannya utuh, bagi yang belum membaca tulisan sebelumnya saya sarankan agar

dibaca terlebih dahulu).

Saya katakan apa yang disarankan dalam PSAK 34 terlalu berbahaya karena menurut saya,

meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama hasil perkembangan pekerjaanbelum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang telah dibuat belum tentu sungguh-sungguh

terjadi.

Saya tampilkan kembali contoh kasusnya:

JAK adalah kontraktor. Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan

pembangunan Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut:

Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokumen internal PT. JAK berupa RAB menunjukan

angka Rp 7,500,000,000).

Lamanya waktu pengerjaan adalah 3 tahun, bangunan di serahkan paling lambat tanggal 28

Desember 2014 dengan rencana tahapan penyelesaian pekerjaan sebagai berikut:

  Akhir Semester I 2012 : 10%

  Akhir Semester II 2012: 30%

  Akhir Semester I 2013: 50%

  Akhir Semester II 2013: 70%

  Akhir Semester I 2014: 90%

  28 Desember 2014: 100%

Pencairan pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan penyelesaian

pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan, pihak PT. ABC

bersama-sama PT. JAK akan melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disahkan dalam

perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris.

Jika isi kontrak tersebut dituangkan ke dalam estimasi, maka hasilnya akan menjadi

sbb:

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 2/20

 

 

Tanggal 10 Januari 2012, PT. JAK membeli bahan bahan bangunan (besi, semen, pasir, kapur,

batu koral) sebesar Rp 25,000,000. Jurnalnya:

[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 25,000,000

[Kredit]. Utang – Toko Rejeki = Rp 25,000,000

Tanggal 25 Januari 2012, PT. JAK membayah upah mandor pengawas dan upah buruh

bangunan sebesar Rp 50,000,000. Jurnalnya:

[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000

[Kredit]. Kas = Rp 50,000,000

( Mengapa jurnalnya demikian? Silahkan baca penjelasannya di tulisan sebelumnya. Penting

untuk saya sampaikan bahwa: akun ‗Biaya Kontrak Konstruksi‗ adalah penyederhanaan,

pada penerapan yang sesungguhnya anda bisa memilah-milah transaksi berdasarkan bahan

yang dibeli —untuk tujuan pengendalian (sehingga akun ‗Biaya Kontrak Konstruksi‘— 

sehingga akun ‗Biaya Kontrak Konstruksi‘ bisa anda beri nama ‗Biaya Kontrak –  Besi‘,

‗Biaya Kontrak –  Semen‘, dan seterusnya— apapun namanya sepanjang memenuhi logikaakuntansi dan dipergunakan secara konsisten. Saya akan bahas di tulisan yang akan datang).

 Nah, jika mengikuti PSAK 34, di akhir Januari 2012 ‗Pekerjaan Dalam Proses‘ sudah bisa

dipindahkan ke akun biaya dengan jurnal. Dan pengakuan pendapatan dapat dilakukan

dengan membuat rasio antara biaya yang telah dikeluarkan dengan RAB, lalu rasio tersebut

diaplikasikan ke dalam total nilai kontrak. Sehingga diperoleh jurnal pengakuan pendapatan

sbb:

[Debit]. Piutang – PT. ABC = Rp 100,000,000

[Kredit]. Pendapatan = Rp 100,000,000

Dengan laba Rp 25,000,000

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 3/20

 

( Mengenai tehnis pembuatan rasio dan perhitungan pendapatan, silahkan baca tulisan

sebelumnya).

TETAPI, sekalilagi, SAYA TIDAK MENGANJURKAN ITU. Saya menganjurkan aga

pengakuan pendapatan baru dilakukan jika kepastian pembayaran mendekati 99%. Kapan

kepastian 99% itu tercapai?

Kepastian 99% itu terjadi pada saat perkembangan hasil pekerjaan telah dinilai dan disepakati

antara PT. JAK selaku kontraktor dan PT. ABC selaku pemberi kontrak. Selama inspeksi atau

penilaian hasil pekerjaan belum dilakukan, maka pengakuan pendapatan saya anggap terlalu

buru-buru.

Bayangkan, jika PT. JAK misalnya mengikuti anjuran dari PSAK 34 seperti di atas, lalu

setelah dialakukan penilaian ternyata PT. ABC menganggap perekembangan hasil pekerjaan

yang telah dicapai oleh PT. JAK baru mencapai 0.5% (bukan 1% seperti pengakuan

pendapatan yang telah di buat), padahal buku Januari 2012 sudah ditutup. Pastinya buku akan

 jadi kocar-kacir. Bukan hanya pendapatan yang lebih diakui, tetapi juga laba!

Sehingga sekalilagi, pengakuan pendapatan sebaiknya dilakukan setelah penilaian (inspeksi)

lapangan dilakukan. Sebelum itu terjadi, sebaiknya pengeluaran-pengeluaran yang telah

terjadi tetap diakumulasikan kea kun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘. Tak masalah jika laporan

laba-rugi belum di buat. Lha wong faktanya belum ada pendapatan koq. Fakta juga bahwa

segala pengeluaran yang telah terjadi masih merupakan pemupukan asset (aktiva) — 

samasekali tidak melanggar prinsip-prinsip akuntansi. 

Oke. Sesuai isi kontrak  — akhir Semester I 2012, PT. JAK dijadwalkan sudah akan

merampungkan minimal 10% dari seluruh pekerjaan. Katakanlah tanggal 25 Juni 2012, PT.JAK mengajukan meminta pembayaran pertama kepada PT. ABC.

Dalam kontrak telah disebutkan bahwa. ―pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti

 perkembangan hasil pekerjan‖. Atas permintaan tersebut, PT. ABC dengan ditemani oleh

perwakilan dari PT. JAK melakukan inspeksi lapangan secara bersama-sama untuk 

memeriksa tingkat penyelesaian pekerjaan konstruksi yang telah dicapai oleh PT. JAK.

Dari hasil pemeriksaan bersama ditemukan bahwa tingkat penyelesaian yang sudah dicapai

mencapai 9%. Untuk itu, disepakati bahwa PT. ABC akan segera mengirimkan pembayaran

sebesar 9% x nilai kontrak = 9% x Rp 10,000,000,000 = Rp 900,000,000. Nah, di titik ini PT.

JAK sudah bisa mengakui pendapatan.

Selanjutnya, keesokan harinya (26 Juni 2012) PT. JAK mengirimkan invoice tagihan sebesar

Rp 900,000,000. Sementara itu, per tanggal 26 Juni 2011 saldo akumulasi akun ‗Pekerjaan

Dalam Proses‘ PT. JAK menunjukan angka Rp 800,000,000. 

Bagaimana mencatat invoice tagihan tersebut? Bagimana dengan pangakuan biayanya — saldo

akumulasi akun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘ PT. JAK menunjukan angka Rp 800,000,000,

apakah semuanya dipindahkan ke akun biaya?

Jangan buru-buru. Sebagai orang accounting, biasakan berpikir analitis —  jangan mau jadi

kalkulator dan tukang jurnal saja — bandingkan estimasi dengan kenyataannya dahulu.

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 4/20

 

Tingkat pencapaian pekerjaan seharusnya sudah mencapai 10%, pada kenyataannya yang

bisa disepakati hanya 9% sehingga kenyataannya pendapatan hanya Rp 900,000,000 (Rp

100,000,000 lebih rendah dibandingkan estimasi). Sementara, kenyataan pengeluaran yang

telah terjadi mencapai Rp 800,000,000 (Rp 50,000,000 lebih tinggi dibandingkan estimasi

yang hanya Rp 750,000,000). Karena penyimpangan di pendapatan dan biaya tersebut, Laba-

pun menjadi menyimpang. Dari estimasi laba Rp 250,000,000 (=1,000,000,000 –  750,000,000), yang terealisasi hanya Rp 100,000,000. Terjadi penyimpangan laba sebesar Rp

150,000,000. Angka yang cukup besar tentunya.

Dari perspektif akuntansi, untuk pendapatan — mau tidak mau hanya bisa diakui sebesar

invoice tagihan. Sehingga jurnalnya menjadi:

[Debit]. Piutang PT. ABC – Akhir Semester I 2012 = Rp 900,000,000

[Debit]. Pendapatan = Rp 900,000,000

Yang masih jadi tanda tanya adalah pengakuan biayanya. Pertanyaannya: Sungguhkah biaya

yang telah keluar sebesar Rp 800,000,000? Periksa pencatatan dari awal hingga akhir — apakah sudah akurat? Jika belum akurat lakukan penyesuaian-penyesuaian. Jika sudah akurat?

Kemungkianannya tinggal 2 saja:

Kemungkinan-1. Ada beberapa bahan yang sudah dibeli, tetapi belum dipergunakansepenuhnya  – Periksa: adakah material bangunan yang belum dipakai (semen, pasir, kapur,

kayu, dan lain-lain), adakah material yang setengah proses? Jika ada, hitung. Adakah upah

tukang/buruh yang dibayar di depan? Jika ada hitung. Mungkin tidak bisa dihitung secara

pasti, untuk itu lakukan estimasi — minta approval dari atasan (pimpinan) untuk menentukan

estimasi ini. Katakanlah total angkanya Rp 100,000,000, maka besarnya biaya yang diakuihanya Rp 700,000,000 (=800,000,000 –  100,000,000). Saldo akun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘

yang bisa dipindahkan ke akun biayapun jadinya hanya Rp 700,000,000. Sehingga jurnalnya:

[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 700,000,000

[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 700,000,000

Oke pengakuan pendapatan dan biaya telah dilakukan. Hasilnya? Laba Rp 200,000,000 saja.

Masih ada penyimpangan Rp 50,000,000 jika dibandingkan dengan estimasinya yang Rp

250,000,000. Dimanakah selisihnya?

Kemungkinan-2. Pemborosan (inefisiensi) dan kehilangan  – Jika estimasi materialbangunan yang belum terpakai sudah akurat dan disepakati, maka kemungkinan yang tersisa

hanya ini (boros atau hilang). Telah terjadi pemborosan atau kehilangan senilai Rp

50,000,000. Apa yang harus dilakukan terhadap selisih ini, apakah diakui sebagai biaya atau

langsung diakui sebagai rugi?

Catat biaya saja. Jurnalnya:

[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 50,000,000

[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000

Kondisi timpang seperti ini besar kemungkinannya terjadi di awal-awal. Memang, pekiraantingkat penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati belum tentu akurat 100%, estimasi

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 5/20

 

material yang belum terpakai juga belum tentu akurat 100%. Bagaimanapun juga itu baru

satu dari total 5 fase yang direncanakan.

Perlakuan akuntansi, analisa dan pengendalian di fase-fase berikutnya akan tetap demikian.

Terus berulang sampai proyek selesai.

Nah, jika penyimpangan di fase pertama ini tidak tertutup di fase berikutnya, maka besar

kemungkinannya diakhir proyek nanti PT. JAK akan mengalami kerugian.

Kerugian itu tidak selalu karena pemborosan atau kehilangan, bisa saja karena RAB-nya yang

keliru. Oleh sebab itu, disamping perlu melakukan pengawasan lebih ketat, RAB juga perlu

dihitung/ditinjau ulang tingkat akurasinya — mungkinkah harga material naik? Atau upah

buruh/tukang naik? Dan lain sebagainya. Jika memang tidak akurat atau telah terjadi

kenaikan harga material maka PT. JAK perlu membuat revisi RAB. Jika negosiasi ulang bisa

dilakukan dengan pihak PT. ABC, tentu itu jalan terbaik.

Dalam contoh kasus tadi kebetulan saya buat hasil penilaian tingkat perkembangan pekerjaan

lebih kecil dari estimasi. Pada praktek sesungguhnya, bisa saja terjadi hal sebaliknya

(meskipun kemungkinannya kecil). Jika demikian keaadaanya, berarti akan timbul laba. Laba

itupun belum tentu akurat. Masih perlu dilihat di fase-fase berikutnya.

Secara keseluruhan bisa saya katakan bawa: penerapan ‗Metode Persentase Penyelesaian‘

pada kontrak konstruksi tidak mudah. Tantangannya ada pada akurasi estimasi-estimasi yang

telah dibuat — akurasinya yang mentukan apakah proyek menjadi sukses atau sebaliknya.

Diperlukan sistim administrasi dan pengendalian yang ketat —  jauh lebih ketat dibandingkan

 jenis aktivitas usaha lainnya.

Kesulitan itu akan menjadi semakin tinggi jika perusahaan menggarap multi-kontrak, multi-

proyek. Mengapa semakin seulit? Karena setiap biaya yang timbul harus bisa dihubungkan

dengan proyeknya. Pendapatan yang diterimapun harus bisa dihubungkan dengan proyeknya

dengan benar. Sehingga matching principle tetap bisa terjaga. Untuk itu diperlukan

perencanaan dan pengorganisasian khusus.

Nah bagaimana merencanakan dan mengorganisasikan administrasi agar perlakuan

akuntansinya tetap konsisten, benar dan akurat? Jika ada kesempatan saya akan bahas secara

khusus. Yang jelas bahasan tersebut akan lebih banyak di wilayah sistim informasi akuntansi

dan pengendalian interen (penyusunan sistem/prosedur, dan kebijakan/policy). Tentu yang

lekat dengan kenyataan praktek dilapangan (actionable) — bukan yang sifatnya teoritis belaka.Untuk sementara saya ucapkan selamat beraktivitas, semoga sukses selalu.

About the Author

Administrator

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 6/20

 

Seorang Akuntan yang prihatin akan mahalnya biaya pendidikan dan bahan ajar, khususnya

terkait dengan bidang Akuntansi, Keuangan dan perpajakan di Indonesia. Dengan segala

keterbatasannya dia ingin memberi manfaat bagi orang banyak di wilayah yang dikuasainya,

yaitu: Akuntansi, Keuangan dan Pajak.

  

 

 

 

More articles by Administrator »

9 comments » 

Subscribe Via Email

Enter your email address

  Popular 

  Recent 

  Comments 

  Tags 

  Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi 

  Memahami Logika Laporan Keuangan (Neraca dan Laba Rugi) 

  Akuntan Yang Tidak Bekerja di KAP adalah Pecundang?   Siklus Pembukuan dan Akuntansi Selangkah-Demi-Selangkah 

  Bagaimana Mencatat Pengeluaran Sebelum Perusahaan Beroperasi? 

  Menjurnal Selisih Kelebihan Pembayaran Piutang Dagang 

  Bagimana Caranya Mengelola Modal Kerja Secara Efektif  

  More 

JAK di Google Plus

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 7/20

 

 JAK 

on Google+ 

Related 

More from Akuntansi 

 

Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/10/penerapan-metode-persentase-

 

penyelesaian-kontrak-konstruksi/#ixzz1pIEJMaPa 

Di tulisan sebelumnya saya sudah pernah bahas mengenai apa itu kontrak konstruksi  juga

mengenai  jenis-jenis pendapatan dan biaya pada kontrak konstruksi. Di tulisan ini saya

akan bahas khusus mengenai metode pangakuan pendapatan dan biaya kontrak

kontruksi. Masih menggunakan PSAK 34 sebagai bahan acuan dasar, namun untuk 

mempermudah pemahaman, saya akan sajikan contoh penerapannya.

Konsep dan standar-nya lumayan rumit. Menjadi makin rumit karena dalam praktek yang

susungguhnya terjadi dilapangan, sangat berbeda. Sejauh yang saya tahu, kontrak konstruksi

adalah salah satu konsep dan standar yang paling sulit untuk bisa diterapkan di lapangan.

Bagaimanapun juga, perbedaan konsep dengan penerapan adalah hal yang lumrah. Justru

(bagi saya) di situlah letak menariknya. Ada unsur tantangannya — yang mudah-mudahan,

 jika dihadapi dan dilakoni akan membuat kita makin matang dalam menjalankan profesi

sebagai orang akuntansi. 

Jangan khawatir, melalui tulisan ini — meskipun tetap tidak mudah, saya akan pandu pembaca

untuk mensinkronkan konsep/standar dengan penerapan yang sesungguhnya, melalui contoh

kasus yang saya rancang semirip mungkin dengan kasus sesungguhnya. Kuncinya, saat

membaca, konsentrasi penuh, pahami logika-logika yang saya sajikan. Selamat mengikuti!

Dasar Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak Konstruksi

PSAK 34, Paragraf 22 menyebutkan:

―Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, mak a pendapatan kontrak dan

biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai

pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada

tanggal akhir periode pelaporan. Taksiran rugi pada kontrak konstruksi tersebut segera diakui

sebagai beban.‖ 

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 8/20

 

Ada 3 kunci utama yang perlu dipahami dari pernyataan standar ini, yaitu:

  Pendapatan dan biaya kontrak konstruksi dapat diakui jika hasil kontrak dapat diestimasi

secara handal;

  Pengakuan pendapatan dan biaya kontrak konstruksi memperhatikan tahap penyelesaian

aktivitas (sesuai kontrak tentunya); dan  Jika diperkirakan biaya aktivitas konstruksi diperkirakan lebih tinggi dari hasilnya, maka

segera diakui sebagai biaya (atau beban).

Pertanyaannya: Bila mana (kapan) pendapatan dan biaya konstruksi dikatakan dapat

 diestimasi secara handal? 

Di tulisan saya sebelumnya mengenai apa itu kontrak konstruksi telah saya bahas bahwa,

dalam akuntansi, rumusan kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam yaitu: (a) kontrak 

harga tetap; dan (b) kontrak biaya-plus. PSAK 34 memberikan panduan mengenai kriteria

yang harus dipenuhi oleh pendapatan dan biaya kontrsuksi agar bisa dikatakan ―dapat 

diestimasi secara handal‖, yaitu: 

(a) Kontrak Harga Tetap  – Pada rumusan ini, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi

secara andal jika semua kondisi berikut ini dapat terpenuhi:

  Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal;

  Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan

mengalir ke entitas;

  Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada

akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan

  Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan

diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi

sebelumnya.

(b) Kontrak Biaya-Plus  – Pada rumusan ini, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara

andal 2 kondisi berikut ini terpenuhi:

  Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan

mengalir ke entitas; dan

  Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke

pelanggan, dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal.

Cara Mudah Menentukan Estimasi Andal-atau-Tidak Andal

Saya tahu, memahami teori — terlebih-lebih bahasa PSAK, jika tidak terbiasa, bukannya

mengerti malah tambah pusing. Muter-muter nggak keruan. Bahasanya cenderung normatif 

dan kaku. Ya harus dimaklumi, namanya juga standar kan. Itu sebabnya tulisan ini saya

buat. Bagaimanapun juga, PSAK memang tidak bisa diabaikan begitu saja, terlebih-lebih jika

 perusahaannya sudah berstatus ‗Terbuka (Tbk.)‖. 

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 9/20

 

Untuk mempermudah pemahaman, rasanya lebih baik jika saya menggunakan bahasa dan

pemahaman saya saja. Jangan khawatir, saya bukan hanya belajar dari PSAK saja.

Pemahaman saya ini sudah saya cross-check dengan IFRS, bahkan dengan GAAP

Codification (FASB). Tentunya saya akan tetap berpegang pada PSAK, tetapi setelah saya

bandingkan dengan IFRS dan GAAP Codification — hanya untuk memastikan bahwa

interpretasi saya tidak keliru. Bagaimanapun juga toh PSAK menggunakan IFRS dan GAAPsebagai acuan utama.

Ada 3 item yang menjadi persoalan utama dalam hal ini, yaitu:

(1) Pendapatan  – kapan pendapatan diakui dan berapa besarnya?

(2) Biaya  – kapan biaya diakui dan berapa besarnya?

(3) Laba/Rugi  – kapan laba/rugi diakui dan berapa besarnya?

Untuk mejawab ketiga pertanyaan ini, yang perlu saya garisbawahi adalah PSAK 34 yang

bunyinya:

―Pendapatan dan biaya kontrak konstruksi dapat diakui jika hasil kontrak dapat diestimasi

secara andal‖ 

‗Andal‘ disini artinya PASTI. Bicara kata pasti untuk urusan bisnis patokannya cuma satu,

yaitu: LEGALITAS. Artinya: sepanjang dalam kontrak telah disebutkan berapa nilai

kontraknya, apa hak dan kewajiban beserta syarat-syarat pembayaran dengan jelas, dankontraknya dituangkan ke dalam perjanjian yang sifatnya mengikat secara hukum, MAKA itu

artinya SUDAH memenuhi syarat ―dapat diestimasi secara andal‖. 

Misalnya: Kontraknya menyebutkan bahwa kontraktor akan menerima sebesar Rp

500,000,000 pada tanggal 15 November 2011. Itu artinya ‗Pendapatan‘ sudah pasti akan

diterima. Jika sampai tidak, ikatan legalitas kontrak (atas nama hukum) dapat memaksakan

agar agar kontraktor menerima haknya (pembayaran). Dengan demikian, maka menurut

PSAK 34, pendapatan sebesar Rp 500,000,000 BISA DIAKUI, dengan jurnal:

[Debit]. Piutang = Rp 500,000,000

[Kredit]. Pendapatan = Rp 500,000,000

Meskipun pembayarannya belum diterima. Nantinya jika pembayaran sudah benar-benar

diterima, maka dijurnal:

[Debit]. Kas = Rp 500,000,000

[Kredit]. Piutang = Rp 500,000,000

Bagaimana dengan „Biaya‟? Biaya diakui pada saat timbul sebesar apapun selama itu

berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak. Bagaimana dengan pengakuan

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 10/20

 

„Laba/Rugi‟-nya? Tentu besarnya laba/rugi adalah selisih antara pendapatan dengan biaya

sehubungan dengan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak.

Itu jika pembayaran dan penyelesaian pekerjaan dilakukan sekaligus dan dalam periode buku

yang sama.

BAGAIMANA JIKA kontraknya menyebutkan “Pembayaran akan dilakukan secara

bertahap sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan,” dan tenggang waktunya

melewati beberapa periode tahun buku? 

Pada prakteknya, kondisi kontrak seperti inilah yang paling sering terjadi. Contoh yang saya

sajikan tadi hanya untuk menjelaskan interpretasi ―dapat diestimasi secara handal‖ dengan

lebih mudah — supaya pembaca tidak ada keraguan dan kebingungan yang tidak perlu

sehubungan dengan penafsiran ―dapat diestimasi secara andal‖. 

Metode Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak Konstruksi

Seperti telah saya sebutkan di awal mengenai 3 hal penting yang perlu digarisbawahi dari

PSAK 34, salah satunya menyebutkan bahwa: ―Pengakuan pendapatan dan beban dengan

memperhatikan tahap penyelesaian‖. Metode pengakuan seperti ini disebut ‗Metode

Persentase Penyelesaian‖—dalam bahasa inggrisnya disebut ― Percentage-of-Completion Method ‖. 

Menurut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi

dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban, dan laba yang

dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. STOP.

Cukup.

Untuk mempermudah pemahaman saya jelaskan pakai contoh kasus saja.

Contoh Penerapan Metode Persentase Penyelesaian Pada Kontrak Bertahap

JAK adalah kontraktor. Tanggal 2 Januari 2012 memperoleh kontrak mengerjakan

pembangunan Ruko dari PT. ABC. Kondisi kontrak disepakati sebagai berikut:

Nilai Kontrak = Rp 10,000,000,000 (Dokumen internal PT. JAK berupa RAB menunjukan

angka Rp 7,500,000,000).

Lamanya waktu pengerjaan adalah 3 tahun, bangunan di serahkan paling lambat tanggal 28

Desember 2014 dengan rencana tahapan penyelesaian pekerjaan sebagai berikut:

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 11/20

 

  Akhir Semester I 2012 : 10%

  Akhir Semester II 2012: 30%

  Akhir Semester I 2013: 50%

  Akhir Semester II 2013: 70%

  Akhir Semester I 2014: 90%

  28 Desember 2014: 100%

Pencairan pembayaran dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan penyelesaian

pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan, pihak PT. ABC

bersama-sama PT. JAK akan melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disahkan dalam

perjanjian yang dibuat di hadapan seorang notaris.

Oke. Menerapkan „Metode Persentase Penyelesaian‟ memang bukan sesuatu yang

mudah. Tapi saya akan pandu melalui contoh kasus ini.

Kita mulai dengan menganalisa isi kontraknya:

  Apakah unsur legalitas sudah terpenuhi? Sudah. Itu artinya unsur kepastian sudah terpenuhi.

  Apakah kontrak sudah memuat rincian rencana penyelesaian dan syarat ketentuan

pembayaran? Sudah. Itu artinya unsur ‘dapat diestimasi secara andal ’ sudah terpenuhi. 

Jika diterjemahkan ke dalam ESTIMASI maka rencana biaya dan pendapatan JAK atas

kontrak dengan PT. ABC akan menjadi sbb:

* Untuk  Estimasi Laba = Estimasi Pendapatan – Estimasi Biaya Kontrak .

Apakah perhitungan estimasi di atas sudah bisa dijurnal? 

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 12/20

 

Meskipun PSAK menyatakan bahwa: ―Pendapatan dan Biaya diakui sepanjang dapat 

diestimasi secara handal‖, sebagai orang yang tahu pelaksanaannya dilapangan, tetap saja

saya TIDAK MENGANJURKAN HAL ITU. Terlalu berbahaya. Bagaimanapun juga,

estimasi tetaplah estimasi — belum kejadian yang sesungguhnya.

Apalagi PSAK 34, Paragraf 38 juga menyebutkan:

―Metode persentase penyelesaian diterapkan secara kumulatif dalam setiap periode akuntansi

terhadap estimasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak.‖ 

Oleh sebab itu, saya tetap menganjurkan agar: pendapatan diakui hanya jika sudah 99%

pasti terjadi.

Pertanyaannya: Kapan ‘99% pasti terjadi’ itu? 

Melihat isi kontrak PT. JAK dengan PT. ABC dalam contoh kasus ini, menurut saya, 99%

pasti itu terjadi apabila perkembangan hasil pekerjaan telah dinilai — persisnya ya setelah

inspeksi lapangan dilakukan. 

Tentu. Prinsip kesesuaian (matching principle) akuntansi memandatkan agar setiap

pengakuan biaya harus bisa dihubungankan dengan pendapatan yang timbul. Itu artinya,

segala biaya (material yang dipergunakan, upah buruh yang dibayarkan, dan lain

sebagainya) yang terjadi sebelum penilaian perkembangan hasil pekerjaan dilakukan, untuk 

sementara TIDAK DIAKUI SEBAGAI BIAYA, melainkan diakumukasikan ke dalam satu

akun khusus yang biasa diberi nama ‗Pekerjaan Dalam Proses (Work-In-Progress)‘ yang

nantinya akan masuk ke dalam kelompok Aktiva (aset) di Neraca.

 Mengapa demikian? Karena jika dipaksakan masuk biaya, Laporan Laba Rugi akan terlihat

aneh — yang muncul hanya biaya-biaya, sementara tidak ada pendapatannya. Matching

principle jadi tidak terpenuhi!

Misalnya: Tanggal 10 Januari 2012, PT. JAK membeli bahan bahan bangunan (besi, semen,

pasir, kapur, batu koral) sebesar Rp 25,000,000. Atas pembelian ini tidak dicatat sebagai

 biaya melainkan diakumulasikan ke dalam akun ‗Pekerjaan Dalam Proses‘, dengan jurnal: 

[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 25,000,000

[Kredit]. Utang – Toko Rejeki = Rp 25,000,000

Catatan: Selanjutnya, setiap pengeluaran terkait dengan proses konstruksi atas kontrak 

tersebut dimasukan ke dalam akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’. Sekalilagi ini bukan biaya,

melainkan aset (aktiva).

Katakanlah tanggal 25 Januari 2012, PT. JAK membayah upah mandor pengawas dan upah buruh bangunan sebesar Rp 50,000,000. Inipun diakumulasikan ke dalam akun ‗Pekerjaan

Dalam Proses‘ dengan jurnal: 

[Debit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 50,000,000

[Kredit]. Kas = Rp 50,000,000

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 13/20

 

 

 Bagaimana laporan  keuangan  PT. JAK di akhir Januari 2012? 

Jika mengikuti PSAK 34, maka estimasi pendapatan dan estimasi biaya PT. JAK sudah bisa

dijadikan dasar untuk melakukan pengakuan pendapatan dan biaya. Sehingga akun‗Pekerjaan Dalam Proses‘ sudah bisa dipindahkan ke akun biaya dengan jurnal: 

[Debit]. Biaya Kontrak Konstruksi = Rp 75,000,000

[Kredit]. Pekerjaan Dalam Proses = Rp 75,000,000

(Catatan: Dengan jurnal ini, maka saldo akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’ akan menjadi nol 

dan timbul saldo baru di akun ‘Biaya Kontrak Konstruksi’ ).

Bagaimana pengakuan pendapatannya? Diproporsionalkan. Dihitung dengan menggunakan

rasio perbandingan antara biaya yang sungguh-sungguh terjadi dengan estimasi biaya tahap

pertama. Dalam contoh kasus ini:

= Kenyataan Biaya/Estimasi Biaya sampai Akhir Semester I 2012 

= Rp 75,000,000/750,000,000 = 1% 

Pendapatan yang diakui = 1% x Estimasi Pendapatan sampai Akhir Semester I 2012

Pendapatan yang diakui = 1% x Rp 1,000,000,000 = Rp 100,000,000.

Jurnal pengakuan pendapatannya menjadi:

[Debit]. Piutang – PT. ABC = Rp 100,000,000

[Kredit]. Pendpatan = Rp 100,000,000

Sehingga besarnya laba yang diakui untuk januari 2012 adalah 100,000,000 – 75,000,000 =

Rp 25,000,000

TETAPI, sekalilagi, SAYA TIDAK MENGANJURKAN ITU. Bagi saya, pengakuan

pendapatan berdasarkan estimasi — meskipun legalitasnya sudah jelas, tetap terlalu berbahaya.

Untuk itu saya tetap menganjurkan agar tidak melakukan pengakuan pendapatan sampai 99%

pasti terjadi.

 Jika demikian, bagaimana dengan laporan keuangan di akhir Januari 2012? Ya praktis

tidak ada biaya juga tidak ada pendapatan. Yang ada hanya perubahan posisi akun-akun di

Neraca. Selanjutnya, mungkin ada yang ingin bertanya:

  “ Apakah itu boleh? ” Boleh, karena pada kenyataannya PT. JAK belum ada pendapatan 

  “Kenapa tidak buat Laporan Laba Rugi dengan membukukan rugi saja? ” Ya untuk apa? 

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 14/20

 

  “Bagaimana dengan pengeluaran-pengeluaran selama ini (pembelian bahan bangunan,

upah tukang, dll? ” Semua itu dianggap sebagai aktivitas untuk memupuk aset (aktiva),

oleh karenanya telah dicatat di akun ‘Pekerjaan Dalam Proses’ 

Keadaan seperti itu akan terus berlangsung hingga pembayaran pertama diperoleh dari PT.

ABC. Bagaimana selanjutnya? Karena keterbatasan ruang, terpaksa saya tunda sampai di sini

dahulu. Lanjutannya bisa dibaca di tulisan saya ini [ Contoh Penerapan Metode Persentase

Penyelesaian Kontrak Kontruksi bagian ke-dua].

About the Author

Administrator

 

Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/10/metode-pengakuan-pendapatan-dan-biaya-

 

kontrak-konstruksi/#ixzz1pIEmHJZf  

Sepintas lalu, jenis usaha ‗kontrak konstruksi‟ tidak jauh berbeda dengan aktivitas usaha

lainnya — sama-sama ada biaya, ada pendapatan lalu laba atau rugi. Namun jika sudah masuk 

ke dalamnya, kebanyakan pegawai akuntansi baru akan bingung untuk menentukan‗perlakuan akuntansi„ yang paling pas untuk usaha kontrak konstruksi ini: bagaimana

mengalokasikan biaya dan pendapatannya? Berapa besar yang diakui? Kapan diakui?

Bagimana membuat laporannya?

Kebingungan itu muncul karena sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksimemang sangat berbeda dibandingkan jenis usaha lain. Terutama sekali, tanggal saat aktivitas

kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada

periode akuntansi yang berlainan.

Misalnya: Sebuah perusahaan kontraktor mulai membangun perumahan di tahun 2011,

selama proses pembangunan tentulah ada banyak biaya yang keluar: mulai dari perijinan,

biaya gambar (drafting) bahan bangunan, hingga upah tukang bangunan. Katakanlah total

biaya yang keluar Rp 15 Miliar, diakui sebagai biaya semua bukan? Oke.

Akhir Desember 2011 perusahaan tutup buku, maka Laporan Laba Rugi akan menujukan

biaya Rp 15 Miliar, sementara pendapatannya tidak ada, karena proyek masih berjalan.Sehingga perusahaan tersebut mengalami kerugian 15 miliar.

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 15/20

 

Apa yang akan terjadi dalam buku kontraktor tersebut di tahun 2012? Pendapatan masuk,

sementara biaya sudah tidak ada lagi (walaupun ada mungkin sangat kecil), sehingga

perusahaan akan membukukan laba yang super-tinggi. Sangat aneh, bukan?

 Apa itu Kontrak Konstruksi?

Menurut PSAK 34 (Revisi 2010), ―Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang

dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang

berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi,

dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.‖ 

Kontrak pembangunan perumahan tadi hanyalah contoh sederhana, pada prakteknya, jenis

usaha kontrak konstruksi ini bentuknya bisa macam-macam, tetapi untuk penentuanperlakuan akuntansi kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam:

  Kontrak Tunggal  – Misalnya: hanya kontrak untuk membanguna rumah saja, atau jembatan,

bendungan, pipa, jalan, kapal, terowongan, dll)

  Kontrak yang Sifatnya Rumit - Satu proyek terpecah-pecah menjadi beberapa kontrak

dimana aktivitasnya saling terkait. Misalnya: Proyek pembangunan kilang minyak, terdiri dari

kontrak pembangunan kilang, kontrak instalasi pipa, proyek pengadaan dan instalasi mesin,

kontrak pengeboran, dan seterusnya. Atau proyek pembangunan pabrik yang terdiri dari

kontrak perataan tanah di lokasi pabrik, kontrak pembangunan, kontrak instalasi listrik,

kontrak pengadaan dan instalasi mesin, kontrak pembuatan drainase (pembuangan limbah),

dan seterusnya.

Kontrak konstruksi dirumuskan dalam berbagai cara. Dalam akuntansi, rumusan kontrak 

konstruksi dibagi menjadi 2 macam yaitu:

  Kontrak Harga Tetap - yaitu kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah

menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap yang telah ditentukan per

unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.

  Kontrak Biaya-plus – yaitu kontrak konstruksi yang mana kontraktor mendapatkan

penggantian untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan

dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap.

Pertanyaan selanjutnya: dipisah-pisah atau disatukan? 

Dalam PSAK 34 (Revisi 2010), diatur sebagai berikut:

Suatu kelompok kontrak, dengan satu pelanggan atau beberapa pelanggan, diperlakukan

sebagai satu kontrak konstruksi jika:

  kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;

  kontrak-kontrak tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya kontrak tersebut merupakan

bagian dari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba; dan

  kontrak-kontrak tersebut dilaksanakan secara serentak atau secara berkesinambungan.

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 16/20

 

Jika suatu kontrak mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai

suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika:

  proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;

  setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah serta kontraktor dan pelanggan dapat

menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masing-masing asettersebut; dan

  biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasi.

 Bagaimana jika ada tambahan kontrak, apakah itu dipisah? Konstruksi aset tambahan

diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika: (a) aset tambahan tersebut

berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi atau fungsi dengan aset yang tercakup

dalam kontrak semula; atau (b) harga aset tambahan tersebut dinegosiasikan tanpa

memerhatikan harga kontrak semula. Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi maka kontrak 

tambahan dijadikan satu dengan kontrak utamanya.

Apa saja biaya yang ada dalam kontrak konstruksi, bagaimana perlakuann akuntansinya? Apa

saja jenis pendapatan yang mungkin diperoleh dari kontrak konstruksi, bagaimana perlakuan

akuntansinya? Di tulisan berikutnya saya akan bahas perlakuan biaya dan pendapatan

perusahaan kontrak konstruksi.

About the Author

Administrator

Seorang Akuntan yang prihatin akan mahalnya biaya pendidikan dan bahan ajar, khususnya terkait

dengan bidang Akuntansi, Keuangan dan perpajakan di Indonesia. Dengan segala keterbatasannya

dia ingin memberi manfaat bagi orang banyak di wilayah yang dikuasainya, yaitu: Akuntansi,Keuangan dan Pajak.

 

 

 

 

 

More articles by Administrator »

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 17/20

 

3 comments » 

Subscribe Via Email

Enter your email address

  Popular 

  Recent 

  Comments 

  Tags 

  Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi 

  Memahami Logika Laporan Keuangan (Neraca dan Laba Rugi) 

  Akuntan Yang Tidak Bekerja di KAP adalah Pecundang? 

  Siklus Pembukuan dan Akuntansi Selangkah-Demi-Selangkah   Bagaimana Mencatat Pengeluaran Sebelum Perusahaan Beroperasi? 

  Menjurnal Selisih Kelebihan Pembayaran Piutang Dagang 

  Bagimana Caranya Mengelola Modal Kerja Secara Efektif  

  More 

JAK di Google Plus

JAK 

on Google+ 

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 18/20

 

 

Related 

More from Akuntansi 

Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/07/perlakuan-akuntansi-kontrak-

 

konstruksi/#ixzz1pIFCOegv 

Jenis pendapatan pada biaya kontrak kontruksi sesungguhnya tidak jauh berbedadibandingkan dengan aktivitas usaha lain. Tetapi karena tanggal saat aktivitas dimulai (biaya

sudah timbul) dengan berakhirnya (pendapatan diterima) terjadi pada tahun buku berbeda,

maka identifikasi pendapatan dan biaya akuntansinya diatur secara khusus. Hal ini

dimaksudkan agar antara perusahaan kontraktor yang satu dengan lainnya menerapkan

perlakuan akuntansi yang sama.

Jenis Pendapatan Kontrak Konstruksi

Pendapatan pada aktivitas kontrak kontrak konstruksi bisa terdiri dari:

1. Nilai Pendapatan Semula Yang Disetujui Dalam Kontrak  – Pendapatan kontrak  diukurpada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Pengukuran pendapatan

kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidakpastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa

di masa depan. Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya

ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun

dari satu periode ke periode berikutnya. Misalnya:

  Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang

meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah periode di mana

kontrak pertama kali disetujui;

  Nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dengan nilai tetap dapat meningkat karena

ketentuan-ketentuan kenaikan biaya;  Nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan

kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut; atau

  Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit ouput, pendapatan kontrak

meningkat jika jumlah unit meningkat.

2. Penyimpangan Dalam Pekerjaan Kontrak, Klaim, Dan Pembayaran Insentif  — dengan

syarat: (a) memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan; dan (b) dapat diukur secara andal:

Penyimpangan  –  Apa yang dimaksud dengan ‗penyimpangan‘ dalam hal ini? Tiada lain

adalah suatu instruksi yang diberikan pelanggan mengenai perubahan dalam lingkup

pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat menimbulkanpeningkatan atau penurunan dalam pendapatan kontrak. Contoh penyimpangan adalah

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 19/20

 

perubahan dalam spesifikasi atau rancangan aset atau perubahan lamanya kontrak.

Penyimpangan dimasukkan ke dalam pendapatan kontrak jika: (a) kemungkinan besar

pelanggan akan menyetujui penyimpangan dan jumlah pendapatan yang timbul dari

penyimpangan tersebut; dan (b) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.

Klaim  –  Yang dimaksud dengan ‗klaim‘ dalam hal ini adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pelanggan atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk 

dalam nilai kontrak. Klaim dapat timbul, misalnya, dari keterlambatan yang disebabkan oleh

pelanggan, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan, dan perselisihan penyimpangan

dalam pengerjaan kontrak. Pengukuran jumlah pendapatan yang timbul dari klaim

mempunyai tingkat ketidakpastian yang tinggi dan sering kali bergantung pada hasil

negosiasi. Oleh karena itu, klaim hanya dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika: (a)

negosiasi telah mencapai tingkat akhir sehingga kemungkinan besar pelanggan akan

menerima klaim tersebut; dan (b) nilai klaim yang kemungkinan besar akan disetujui oleh

pelanggan, dapat diukur secara andal.

Insentif   – Pembayaran insentif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktorapabila standar-standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah terpenuhi atau dilampaui.

Misalnya, suatu kontrak mungkin mengizinkan suatu pembayaran tambahan kepada

kontraktor untuk suatu penyelesaian yang lebih awal dari suatu kontrak. Pembayaran insentif 

dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika: (a) kontrak tersebut cukup aman sehingga

kemungkinan besar pelanggan memenuhi atau melampaui standar pelaksanaan; dan (b)

 jumlah pembayaran insentif dapat diukur secara andal.

Jenis Biaya Kontrak Konstruksi

Biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada suatu kontrak selamaperiode sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak. Akan

tetapi, biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk 

memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagai bagian dari biaya kontrak jika biaya-biaya ini

dapat diidentifikasi secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan kemungkinan besar

kontrak tersebut dapat diperoleh.

Jika biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode

terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak ketika kontrak 

tersebut diperoleh pada periode berikut.

Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri dari:

1. Biaya Yang Berhubungan Langsung Dengan Kontrak Tertentu  – Biaya-biaya yang

berhubungan langsung dengan suatu kontrak termasuk:

  biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia;

  biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;

  penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut;

  biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan

kontrak;

  biaya penyewaan sarana dan peralatan;

  biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak;

5/16/2018 Kon Trak Tor - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kon-trak-tor 20/20

 

  estimasi biaya pembetulan dan jaminan pekerjaan, termasuk yang mungkin timbul selama

masa jaminan;

  klaim dari pihak ketiga.

Biaya-biaya ini dapat dikurangi dengan keuntungan yang bersifat insidental yaitu keuntungan

yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak, misalnya keuntungan dari penjualankelebihan bahan dan pelepasan sarana dan peralatan pada akhir kontrak.

2. Biaya Yang Dapat Diatribusikan Dan Dialokasikan Pada Aktivitas Kontrak  – Biaya-

biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak umum dan dapat dialokasikan pada

kontrak tertentu, termasuk:

  asuransi;

  biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan

kontrak tertentu; dan

  overhead konstruksi.

Biaya tersebut itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis dan rasionaldan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai karakteristik sama.

Alokasi tersebut didasarkan pada tingkat normal aktivitas konstruksi. Overhead konstruksi

meliputi biaya-biaya seperti penyiapan dan pemrosesan gaji karyawan konstruksi. Biaya-

biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan

pada kontrak tertentu juga termasuk biaya pinjaman.

3. Biaya Lain Yang Secara Khusus Dapat Ditagihkan Ke Pelanggan Sesuai Isi Kontrak  – Biaya-biaya yang secara spesifik dibebankan kepada pelanggan sesuai dengan persyaratan

kontrak dapat mencakup beberapa biaya administrasi umum dan biaya pengembangan yang

penggantiannya ditentukan dalam persyaratan kontrak.

Biaya yang tidak dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak atau tidak dapat dialokasikan

pada suatu kontrak dikeluarkan dari biaya kontrak konstruksi. Biaya-biaya tersebut termasuk:

  biaya administrasi umum yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak

  biaya pemasaran umum

  biaya riset dan pengembangan yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak

  penyusutan sarana dan peralatan menganggur yang tidak digunakan pada kontrak tertentu

 

Source: http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/07/jenis-pendapatan-dan-biaya-kontrak-

 

konstruksi/#ixzz1pIFQXbMr