Post on 18-Jan-2016
description
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
PENDAHULUAN
Hernia nucleus Pulposus (HNP) mempunyai banyak sinonim antara lain : hernia diskus
intervertebralis, rupture disk, slipped disk, dan sebagainya. HNP merupakan salah satu
penyebab dari nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Pervalensinya berkisar antara 1-
2% darii populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1,
L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
DEFENISI
Rupturnya diskus intervertebralis, terjadi ketika seluruh atau sebagian nucleus
pulposus (bagian tengah diskus intervertebralis yang lunak mirip gelatin) terdorong melalui
cincin luar (annulus fibrosus) yang melemah atau robek ke kanalis spinalis.
Anatomi
1
2
Diskus interveterbralis menghubungkan kopus vetebre satu sama lainnya, dari servikal
sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut
(shock absorber).
Diskus intervetebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Annulus fibrosus. Terbagi menjadi tiga lapis :
a. Lapisan terluar terdiri dari lamena fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan
menyerupai gulungan per.
b. Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kargilagenus.
c. Daerah transisi.
Serat annulus di bagian anterior diperkuat oleh ligamentum longitudinal anterior yang
kuat sehingga diskus intervetebralis tidak mudak menerobos daerah ini. Pada bagian
posterior serat-serat annulus paling luar dan tengah sedikit dan ligamentum
longitudinal posterior kurang kuat sehingga mudah rusak. Mulai daerah lumbal I,
ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervetebra
L5-S1 tinggal separoh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi
kelainan pada daerah ini.
2. Nucleus pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglikan (hialuronic
long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat
higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan
tekanan/beban.
3
PATOFISIOLOGI
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang progresif seiring
bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai
dengan penurunan vaskularisasi ke dalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam
nucleus sehingga diskus mengkerut, sebagai akibatnya nucleus menjadi kurang elastis.
Pada siklus yang sehat bila mendapat tekanan maka nucleus pulposus menyalurkan
gaya tekan kesegala arah dengan sama besar. Kemampuan menahan air mempengaruhi sifat
fisik nucleus. Penurunan kadar air nucleus mengurangi fungsinya sebagai bantalan, sehingga
bila ada gaya tekan maka disalurkan ke annulus secara asimetris, akibatnya bias terjadi cedera
atau robekan pada annulus.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena :
1. Daerah lumbal, khususnya L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu menyangga berat
badan. Diperkirakan hamper 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi
diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling
sering adalah posterolateral.
Tahap-tahap herniasi:
1.Disc Degenerasi: perubahan kimia yang berhubungan dengan penuaan menyebabkan
cakram melemah, tapi tanpa herniasi.
2.Prolapse: bentuk atau posisi perubahan disc dengan beberapa sedikit pelampiasan ke kanal
tulang belakang. Juga disebut sebagai tonjolan atau tonjolan.
3.Extrusion: gel seperti nukleus pulposus menerobos ban seperti dinding (anulus fibrosus)
namun tetap dalam disk.
4.Sequestration Disc: yang nukleus pulposus menerobos anulus fibrosus dan terletak di luar
disk dalam kanal tulang belakang
4
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang
mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan
rata serta melebar di bawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus. Menjebolnya
nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks
yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila
penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang
terkena. Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus
itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu
menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi,
maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang
terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
5
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus
melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress
minor berulang seperti mengangkat kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun.
Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga
dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. Diskus Intervertebralis adalah
lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang
keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah
diskus disebut nukleus pulposus. Hernia Nukleus Pulposus merupakan rupturnya nukleus
pulposus.
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari
serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang
mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).
Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah
servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. Hernia Nukleus Pulposus sangat jarang
terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun.
Menjebolnya (hernia) nukleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa
juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nukleus pulposus ke
dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nukleus fibrosus diskus intervertebralis
6
berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back
pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang biasa
disebut iskialgia
ISKIALGIA
Nyeri sepanjang N. iskiadikus. Iskialgia timbul akibar perangsangan serabut-serabut sensorik
dan motorik yang berasal dari radiks posterior L4 –S3. Iskialgia sebagai wujud lesi iritatif
terhadap serabut radiks. Lesi dapat berupa HNP. Pola umum iskialgia seperti nyeri nod-nodan
atau linu nyeri hebat dirasakan bertolak dari tulang belakang sekitar lumbosacral dan menjalar
menurut perjalanan n.iskiadikus dab lanjutannya pada n.peroneus komunis dan tibialis. Makin
distal nyeri makin tidak begitu hebat, namun parastesia dirasakan. Oleh karena radikslah yang
terangsang. Maka nyeri dan paratesia sewajarnya dirasakan pada radiks yang bersangkutan.
FAKTOR RESIKO
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah.
Umur : makin bertambah umur, resiko makin tinggi.
Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita.
Riwayat cedera punggung/HNP sebelumnya.
2. Faktor resiko yang dapat diubah.
Pekerjaan dan aktivitas
Olah raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama
Merokok.
Berat badan berlebih.
Batuk lama dan berulang.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinik yang
paling sering adalah ischialgia. Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut,
menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala
kesemutan atau rasa tebal sesuai dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot
7
atau hilangnya reflek tendon patella (KPR) dan Achilles (APR). bila mengenai konus atau
kauda equine dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual. Keadaan ini
merupakan suatu kegawatan yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah
kerusakan miksi secara permanen.
Nyei pada HNP akan meningkat bila terjadi kenaikan tekanan intratekal atau
intradiskal seperti saat mengejan, batuk, bersin, mengangkat benda berat dan membungkuk.
1. Jenis – jenis hernia nukleus pulposus Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.
Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
8
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi(menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
2. Gambaran Klinik Henia Lumbosakralis
Manifestasi klinis yang timbul tergantung pada lokasi dimana HNP lumbal terjadi (Tabel 1). Secara teoritis HNP dapat terjadi kesegala arah, tetapi pada kenyataannya hanya ada 2 arah saja yaitu postero-lateral dan posterosentra1 yang memberikan manifestasi klinis yaitu :
a. Postero-lateral : disamping nyeri pinggang, juga akan memberikan gejala dan tandatanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
b. Postero-sentral : mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan ligamentum longitudinale yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa medula spinalis berakhir pada vertebra lumbal-1 atau tepi atas dan vertebra lumbal-2, maka HNP ke arah posterosentral di bawah vertebra lumbal-2 tidak akan melibatkan medula spinalis. Yang mungkin terkena adalah kauda equina, dengan gejala dan tanda berupa rasa nyeri yang dirasakan mulai dan pinggang, daerah perineum, tungkai sampai kaki, refleks lutut dan tumit menghilang yang sifatnya unitlateral atau asimetris.
Tabel 1. Manifestasi klinis iritasi radiks L3-S1
Radiks Diskus Nyeri Radikuler
Gangg Sensorik
Gangg. Miksi defekasi
SLRTKPR
APR Gangga Motorik
L3L2- L3
Pinggang- pantat-paha belakang-lutut depan
Hipalgesi daerah lutut
+ I - Biasanya
-
+ + Kuadrisep
L4 L3-L4
Pinggang- pantat- paha depan- lutut- tungkai bawah anteromedial
Hipalgesi tungkai bawah medial
+1-
Biasanya
- Mungkin
+
+ + Kuadrisep
L5 L4-L5 Panggul-paha posterolateral-betis lateral-imaleolus
Hipalgesi dorsum pedis, ibu jari kaki
+ / - ++ + + Gluteus media, tibialis anterior
9
lateral-punggung kaki - jiri 1,2,3
S 1 L5-S I
Tengah bokong- paha belakang-betis- tumit-telapak kaki lateral-jari 4,5
Hipalgesi tumit dan kaki lateral.
+/- +++ + - Gluteus maksimus, hamstring, gastroknemius
Hernia servicalisa. Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)b. Atrofi di daerah biceps dan tricepsc. Refleks biceps yang menurun atau menghilangd. Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
Hernia thorakalis
a. Nyeri radikalb. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesisc. Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
DIAGNOSIS
Diagnosi HNP didasarkan pada :
1. Anamnesa.
2. Pemeriksaan klinik umum.
3. Pemeriksaan neurologik.
4. Pemeriksaan penunjang.
Anamnesis.
LOW BACK PAIN
Kapan mulai timbul nyeri.
Bagaimana mulai timbul,
Kualitas nyeri.
Faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
Riwayat trauma sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang sakit serupa.
10
Pada anamnesis perlu dicermati adanya keluhan yang mengarah pada lesi saraf :
1. Adanya nyeri radikuler (ischialgia)
2. Nyeri sampai dibawah lutut dan bukan sekedar paha bagian belakang saja.
3. Riwayat nyeri atau rasa kesemutan yang lama.
4. Riwayat gangguan miksi/defekasi/fungsi seksual.
5. Adanya saddle anaestesi/hipestesi.
6. Adanya kelemahan tungkai.
Juga sangat penting ditelusuri kemungkinan adanya kelainan patologik pada spinal
yang serius (redflags) seperti keganasan tulang vetebre, radang spinal dan sindroma kauda
ekuina.
Pemeriksaan Klinik Umum.
Inspeksi.
Cara berjalan, cara berdiri, cara duduk. Penderita HNP seringkali berjalan
denga susah payah. Raut muka mencerminkan rasa nyeri. Mungkin pasien
berjalan dengan satu tungkai sedikit di fleksi dan kaki pada satu sisi itu dijinjit
karena cara ini dapat mengurangi rasa nyeri. Bila duduk, ia akan duduk pada
sisi yang sehat. Waktu akan berdiri satu tangan biasanya memegang pinggang
sedangkan tungkai yang sakit sedikit difleksikan pada sendi lutut, ini dikenal
sebagai tanda minor.
Palpasi.
Palpasi untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis, gibbus dan
deformitas lain.
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini untuk mematikan bahwa kasus NPB yang dihadapi termasu
suatu gangguan saraaf atau bukan.
1. Pemeriksaan sensorik.
Pada pemeriksaan ini dicari ada atau tidaknya gangguan sensorik, mengetahui dermatom
mana yang terkena sehingga akan diketahui radiks saraf mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan motorik.
11
Dicari apakah ada tanda tanda kelemahan (paresis, atrofi dan fasikulasi otot)
3. Pemeriksaan reflek.
Bila ada kelainan pada suatu reflek tendon berarti ada gangguan pada lengkung reflek.
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada pasien LBP, tes untuk meregangkan saraf
ischadikus.
Tes lasseque.
Iskialgia diskogenik (iskialgia iritasi radiks posterior) dapat di provokasi
dengan mengangkat tungkai yang terkena dalam posisi lurus. Test lasseque
positif. Kalau iskialgia bangkit sebelum tungka mencapai 70 derajat
Tes lasseque silang.
Bangkitnyaaa iskialgia diskogenik paddda tungkai yyyaaang terkena dapat di
profokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus
Tes bragard.
Tes Patrick
Dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi panggul yang terkena penyakit.
Dengan menempatkan tumit atau malleolus lateralis tungkai yang terkena pada
lutu tungkai yang sehat dapat dibangkitkan nyeri di sendi panggul kalau
diadakan penekanan pada lutut yang difleksikan itu
Tes kontra Patrick.
Test kebalikan Patrick. Tindakan pemeriksaan itu dilakukan untuk menentukan
lokasi patologi di sendi sakroiliaka jika terasa nyeri di daerah bokonh, baik
yang menjalar sepanjang tungkai maupun yang terbatas pada daerah gluteal
dan sacral saja. Testnya lipatkan tungkai yang sakit dengan endorotasikan serta
aduksikannya. Kemudian diadakan penekanan sejenak pada lutut tungkai itu.
Nyeri bangkit terasa di garis sendi sakroiliaka bila disitu terdapat patologi.
Tes untuk meningkatkan tekanan intratekal.
Tes naffziger.
Ddengan menekan pada kedua vena jugulare dan menyeluruh pasien mengejan,
tekanan intrakanial dan juga intratekal dinaikan. Karena itu iritasi radiks diperkuat,
sehingga iskialgia diskogenuk dengan demikian diprovokasi.
Tes valsava.
12
4. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan neurofisiologi.
i. EMG.
untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.
ii. Somato sensorik evoked potential (SSEP).
b. Pemeriksaan radiologi.
i. Foto polos
Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
Sebaiknya dilakukan dan 3 sudut pandang yaitu AP, lateral dan oblique. Informasi yang diperoleh dan pemeriksaan ini adalah: a. Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan adanya HNP.b. Pada FINP dapat juga dilihat skoliosis vertebra kesisi yang sehat dan berkurangnya
lordosis lumbalis.c. Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis Iainnya seperti proses
metastasis, fraktur kompresi.
ii. Kaudografi.
iii. Mielografi.
13
Gambaran yang khas pada HNP adalah terlihat adanya indentasi pada kolom zat kontras di diskus yang mengalami hernias HNP yang besar dapat menyebabkan blokade total kanalis spinalis sehingga sering dicurigai sebagai tumor. Kelainan yang ditemukan pada mielografi yaitu HNP, tumor ekstra dan intradural, kelainan kongenital serta araknoiditis.
iv. CT mielo
CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak
terlihat pada M R I
v. MRI.
untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk
penyakit spinal lumbal
Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus ( annulus intak) , herniasi diskus (annulus robek) dan dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-akar saraf atau medulla spinalis oleh fragmen diskus.
MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta glukosa darah perludiperiksa karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang metabolik, tumor metastasis pada vertebra dan mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala rnenyerupai gejalaHNP.
Pungsi lumbal.Manfaat tindakan mi tidak terlalu bermakna. Bila terjadi blokade total makadijumpai peningkatan kadar protein LCS
14
DIAGNOSIS BANDING
1. Strain lumbal.
2. Tumor.
3. Rematik.
TATALAKSANA
1. Konservatif.
a. Tirah baring.
Direkomendasikan selama 2-4 hari, dan pasien secara bertahap kembali ke
aktidfitas yang biasa.
b. Medikamentosa.
i. Analgetik dan NSAID. Contoh analgetik : paracetamo, aspirin,
tramadol. Contoh NSAID : ibuprofen, Natrium diklofenak, ethodolak,
selekoksib, perlu diperhatikan efek samping obat.
ii. Obat pelemas otot : tinazidin, esperidone, karisoprodol. Mengurangi
spasme otot yg menyertai
iii. Kortikosteroid oral.
iv. Penyuntikan simopapain (chymodiactin) pada diskus intervertebralis
yang mengalami herniasi akan menimbulkan kehilangan air dan
proteoglikan dari dalam diskus tersebut sehingga mengurangi ukuran
diskus dan tekanan dalam radiks saraf. Simopapain paling sering
digunakan untuk mengatasi herniasi di daerah lumbal.
c. Terapi fisik.
i. Traksi pelvis.
ii. Ultrasoundwave. Diatermi, kompres pana, kompres dingin.
iii. Transkutaneus elektrikal nerve stimulation.
iv. Korset lumbal atau penumpang lumbal yang lain.
v. Latihan dan modifikasi gaya hidup.
d. Penyuluhan pasien.
2. Terapi bedah.
15
Terapi bedah perlu dipertimbangkan bila : setelah satu bulan dirawat secara konservatif
tidak ada perbaikan, ischialgia yang berat, Ischia yang menetap atau bertambah berat, ada
gangguan miksi, defekasi dan seksual, ada bukti terganggunya radik saraf, adanya paresis
otot tungkai bawah.
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah
deficit neurologik.
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi
dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
Rehabilitasi medik pada pasien Hernia Nukleus Pulposus
Program rehabilitasi medik bagi penderita adalah:
Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksi lumbal, Terapi manipulasi, Exercise.
Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic.
Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan.
Advis
Terapi Fisik
Traksi lumbalTraksi lumbal dilakukan dengan memberikan beban tarikan tertentu, baik
secara intermiten maupun kontinyu sepanjang sumbu panjang kolumna vertebralis.
Traksi dapat menjamin penderita benar-benar melakukan tirah baring total serta bermanfaat
untuk relaksasi otot dan memperbaiki lordosis.
Jenis traksi yang diberikan pada Hernia Nukleus Pulposus umumnya secara manual atau
intermiten. Beban umumnya berkisar antara 25-30 kg atau 1/4 -1/3 berat badan total penderita
selama 20 menit, mula-mula 5 kali seminggu unutk 2 minggu, kemudian dievaluasi.
Perlu diperhatikan selama traksi tidak boleh ada penambahan lodorse lumbal. Untuk itu kedua
16
sendi paha dan sendi lutut harus dalam keadaan fleksi. Untuk mengurangi lordose ada yang
menganjurkan kedua tungkai dinaikkan, dapat dengan bantuan sling (gantungan) atau dengan
memberi meja kecil dengan permukaan lunak atau dengan tumpukan bantal.
Jika dilakukan dengan benar traksi pelvis dapat menghasilkan efek-efek sebagai berikut:
distraksi badan vertebra, kombinasi ditraksi dan meluncur dari faset sendi, menegangkan
struktur ligamentum segmen spinal, melebarkan foramen intervertebralis, meluruskan kurva
spinal dan mengulurkan otot-otot spinal.
Indikasi traksi pelvis : nyeri punggung bawah oleh karena strain/sprain/spasme otot dan
Hernia Nukleus Pulposus yang perlu perawatan konservatif.
Sedangkan kontra-indikasi dari traksi pelvis : infeksi spinal (tbc, osteomielitis), adanya
kompresi mielum, osteoporosis, hipertensi maligna dan penyakit jantung koroner, orang tua
yang sangat lemah, kehamilan, artritis rematoid.
Tipe traksi atau jenis traksi lumbal, yaitu : traksi kontinyu, traksi statik, traksi mekanik
terputus-putus, traksi posisional, traksi manual, traksi gravitasional.
DiatermiTerapi panas diindikasikan untuk efek analgesik, efek anti inflamasi setelah fase
akut, dan merupakan terapi fisik sebelum terapi latihan, peregangan atau stimulasi listrik.
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Cara ini dengan memakai alat yang
dijalankan dengan batere kecil, bertujuan memberikan rangsang listrik terus menerus lewat
elektrode yang dipasang pada kulit. Diharapkan terjadi aliran stimulasi yang melawan
(counter stimulation) terhadap susunan saraf pasien sehingga mengurangi persepsi nyeri.
Latihan/ Exercise Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan
penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot,
mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen
dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
Latihan kelenturan
17
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak
sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan “kencang”. Latihan
untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari posisi
terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-
chest, panggul diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap
punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan
ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali
gerakan, 2 kali sehari.
Latihan penguatan
o Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan
belakang dari posisi berbaring.
o Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan
kembali diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser
tumit).
o Latihan mengangkat panggul:
Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung fleksi, kaki
bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul
diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada
18
lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
Latihan peregangan otot hamstring:
Peregangan otot hamstring penting karena otot hamstring yang kencang menyebabkan
beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan
otot erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan
dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan
dengan berdiri.
Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini
dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan
selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
Terapi Okupasi
19
Proper body mechanics : Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang
baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi
punggung adalah sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal
ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat
tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi
duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi
berdiri.
Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi
panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc
duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur
maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40%
dibandingkan saat NPB akut.
Ortotik Prostetik
Korset lumbal
Pemakaian korset lumbal tidak mengurangi nyeri pada onset yang akut, tetapi mungkin
bermanfaat untuk mengurangi nyeri pada Hernia Nukleus Pulposus yang kronik.
20
Advis
Hindari banyak membungkukkan badan.
Hindari sering mengangkat barang-barang berat.
Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.
Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau menggunakan
kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang panjang,
sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk.
Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus, tapi tekuk
kedua lutut untuk menggapai barang tersebut.
Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung sehingga
mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal.
PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif,
sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun telah diterapi. Pada pasien yang
dioperasi, 90% akan membaik tertutama nyeri tungkai, tetapi kemungkinan terjadinya
kekambuhan adalah 5% dan bias pada diskus yang sama atau berbeda.
21