Post on 15-Feb-2015
Dermatitis Dishidrotik
Kiki Amelia, S.Ked
Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mochammad Hoesin
Palembang
PENDAHULUAN
Dermatitis dishidrotik atau lebih dikenal dengan pomfoliks merupakan
dermatitis tipe vesikular pada jari, telapak tangan dan kaki. Penyakit ini
merupakan dermatosis yang dapat dalam keadaan akut, rekuren, dan kronik, yang
dikarakteristikan dengan adanya vesikel “tapioca-like” yang gatal dengan onset
tiba-tiba, dan pada keadaan lanjut dapat ditemukan fisura dan likenifikasi.
Penggunaan istilah dermatitis dishidrotik pada penyakit ini sebenarnya tidak tepat
karena dishidrotik mengindikasikan adanya gangguan pada kelenjar keringat yang
tidak dijumpai pada penyakit ini. Pengunaan istilah tersebut didasarkan oleh
gejala klinis berupa telapak tangan yang berkeringat.1,2
Prevalensi dermatitis dishidrotik di Amerika Serikat adalah 5% dari
seluruh penyakit eksema pada tangan. Insidensi puncak penyakit ini terjadi pada
pasien usia 20-40 tahun, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi pada usia remaja
ataupun pada usia lebih tua. Berdasarkan beberapa penelitian penyakit ini lebih
sering terkena pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2 : 1.
Mortalitas tidak pernah dilaporkan sehubungan dengan pomfoliks tetapi dalam
keadaan berat penyakit ini dapat menganggu aktivitas. Suatu penelitian di Turki
menunjukkan adanya prevalensi pomfoliks yang lebih tinggi pada musim panas.2,3
Tujuan penulisan referat ini untuk menguraikan lebih lanjut mengenai
patogenesis, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding,
penatalaksanaan, dan prognosis dermatitis dishidrotik untuk dapat membantu
dokter menentukan diagnosis, memberikan tatalaksana yang baik, dan mencegah
rekurensi liken planus.
PEMBAHASAN
Definisi
inonim
Penyakit ini memiliki beberapa nama yang berbeda, yaitu Dyshidrotic
eksema, m, Dermatitis Dyshidrotic, dan Pomfoliks.
Etiopatogenesis
Mekanisme mengenai terjadinya dermatitis dishidrotik sendiri masih
belum jelas. Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel
yang timbul pada dermatitis dishidrotik disebabkan oleh ekskresi keringat
yang berlebihan (excessive sweating). Namun sekarang hipotesis ini sudah
tidak digunakan lagi karena lesi-lesi vesikular yang timbul pada dermatitis
dishidrotik tidak berkaitan dengan saluran kelenjar keringat. Walaupun
demikian, hiperhidrosis (keringat berlebihan) merupakan salah satu tanda yang
terlihat secara khas pada 40% penderita dermatitis dishidrotik (istilah
dishidrotik datang dari gejala berkeringat banyak/salah berkeringat).Dermatitis
dishidrotik dikaitkan dengan riwayat atopi, dimana sekitar 50 % penderita
dermatitis dishidrotik juga menderita dermatitis atopik.3,5
Faktor- faktor eksogen seperti kontak terhadap nikel, balsam, kobalt,
sensitivitas terhadap besi yang teringesti, infeksi oleh dermatofita dan infeksi
bakteri juga dapat memicu dermatitis dishidrotik. Antigen-antigen ini dapat
bertidak sebagai hapten dengan afinitas spesifik terhadap protein di stratum
lusidum daerah palmar dan plantar. Ingesti ion metal seperti kobalt akan
menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta mengaktivasi limfosit T
melalui jalur independen antigen leukosit. Pengikatan hapten tersebut terhadap
reseptor jaringan dapat menginisiasi munculnya vesikel-vesikel di daerah
palmar/plantar.3,5
Vesicular palmantar ekzema dapat di kalsifikasikan menjadi empat
kategori yaitu pompholyx, chronic vesiculobullous hand dermatitis,
hyperkeratotic hand dermatitis, dan id reaction. Yang dapat dilihat pada gambar.1
Gambar.1 alogaritma pasien dengan vesicular palmantar eczema 3
Gambaran klinis
Diagnosis
Diagnosa dermatitis dishidrotik atau pomfoliks ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan gambaran ruam, dimana penyakit ini terjadi selama beberapa
minggu dengan gejala adanya rasa gatal pada vesikel baru dan rasa nyeri pada
fisura dan lesi sekunder akibat infeksi. Gambaran ruam pada onset awal adalah
vesikel berukuran kecil (1 mm), tampak seperti “tapioca-like” dengan susunan
clusters. Bulla kadang-kadang dapat dijumpai. Pada onset lanjut, dijumpai papul,
likenifikasi, fisura yang nyeri, dan erosi akibat pecahnya vesikel. Lesi sekunder
akibat infeksi dikarakteristikkan dengan pustul, krusta, selulitis, limfangitis, dan
limfadenopati yang sangat nyeri. Distribusi dari ruam adalah 80 % pada tangan
dan kaki, dimana tempat predileksi dimulai dari bagian lateral jari-jari, telapak
tangan, telapak kaki dan pada keadaan lanjut pada bagian dorsal jari-jari.3,5
Diagnosis Banding
Berdasarkan gambaran klinis, dermatitis dishidrotik dapat didiagnosis
banding dengan dermatitis kontak alergi yang biasanya mengenai permukaan
dorsal bukannya permukaan volar, dan dengan dermatofitosis yang dapat
dibedakan dengan pemeriksaan KOH akar vesikel dan pembiakan yang tepat.
Selain itu, pomfoliks juga dapat didiagnosis banding dengan tinea pedis bulosa
dan skabies.4
U
penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pomfoliks, pengobatan yang diberikan dimulai
dengan kompres dingin yang dapat membantu mengeringkan vesikel dan bula,
diikuti dengan pemberiaan kortikosteroid topikal potensi tinggi (contoh:
clobetasol propionate). Pada kasus yang sulit disembuhkan, penggunaan steroid
sistemik dapat menjadi lini selanjutnya (prednison). Berdasarkan dua penelitian
sebelumnya, dilaporkan bahwa penggunaan imunosupresan dapat membantu
keberhasilan pengobatan (metotreksat, mofetil mikofenolat). Pada bulan Maret
tahun 2005, FDA (Food and Drug administration) menyatakan penggunaan
pimecrolimus (calcineurin inhibitor) tidak dianjurkan karena dapat berpotensi
menyebabkan kanker. Penggunaan pimecrolimus hanya pada pasien dengan
kegagalan pengobatan dengan obat-obat lain. Pemberian antibiotik dapat
dipertimbangkan jika dicurigai adanya infeksi. 2,3,5
Selain pemberian obat-obatan, pasien harus diberitahu akan kemungkinan
kambuh dan harus melindungi tangan dan kakinya dari keringat yang berlebihan,
bahan kimia, sabun keras, dan perubahan cuaca.3
KESIMPULAN
Dermatitis dishidrosis merupakan dermatitis vesikular palmoplantar yang
bersifat rekuren atau kronik, di mana etiologinya belum diketahui secara pasti.
Dermatitis dishidrosis disebut juga pompholyx, yang diambil dari istilah Yunani
‘cheiropompholyx’ yang artinya ‘tangan dan gelembung’. Etiologi dermatitis
dishidrosis belum diketahui dan diduga bersifat multifaktorial melibatkan faktor
eksogen dan endogen.1
Pomfoliks menyumbang 5-20% dari semua kasus ekzem tangan. Dalam
80% kasus hanya melibatkan tangan saja, sedangkan 10% hanya menyerang di
kaki dan 10% lainnya menyerang kedua telapak tangan dan kaki.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Color atlas and
synopsis of Clinical Dermatology. New York. United States of America:
Mc Graw-Hill Medical Publishing Division; 2008.
2. Janniger, Camila K. Pediatric Dyshidrotic Eczema. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/910946-overview. Updated terakhir
tanggal 11 Agustus 2010
3. Pitelkow, MR., Mazen SD. Vesicular Palmoplantar eczema. In: Klaus W, Lowell
AG, Sephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 9th Ed. New york: McGraw Hill, 2008; p.
161-66.
4. James, WD., Berger, TG., Elston, DM. acute vesicobulous hand eczema
Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10th Ed. Philadelphia: W.B.
Saunders, 2006; p. 79
5. Breathnach, S.M., MM Black. Pompholyx . In: Tony B, Stephen B, Neil
C, Christopher G, editors. Rook’s Text Book Of Dermatology. 7th Ed.
USA : Blackwell: 2004; p. 17.22-17.24