Post on 31-Jan-2021
)EWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI TNIIPOLRI
PENDAPAT AKHIR FRAKSl TNIIPOLRI TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
JURU BICARA:
MARSDA TtiJ SYXITNQ, S,If NO. ANGGOTA A-493
JAKARTA, SEPTEMBER 2004
I t
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
r--------------------- --------- -- --
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI TNI/POLRI
PENDAPAT AKHIR FRAKSI TNI/POLRI ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA . TENTANG
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
Assalamu'alalkum Wr. Wb.
Yth. Saudara Pimplnan siding. Yth. Menterl Kehaklman dan Hak Asasi Manusla. Yth. Anggota Dewan dan hadirin yang berbahagla.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada harllni kita dapat lkut menghadirl sidang Paripuma OPR-RI dalam rangka pengambifan keputusan terhadap Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Hadlrln yang terhormat.
Fraksl TNI/Polri mencermati latar belakang pembahasan RUU Kepailltan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang antara lain :
Pertama : Amanah konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik . Indonesia 1945 antara lain salah satunya diarahkan pada terwujudnya sistem hukum nasional yang dilakukan dengan pembentukan hukum baru, khususnya produk hukum untuk
1
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
,~--------------~------ --
1
mendukung pembangunan perekonomian nasional; salah satu sarana hukum yang diperlukan yaitu peraturan tentang Kepailitan termasuk peraturan tentang penundaan kewajiban pembayaran utang. (Faillissements-verordering staatsblad 1905:217 juncto staatsblad 1906: 348).
Kedua Pengalaman krisis moneter yang dialami oleh negara dan bangsa Indonesia sejak pertengahan Tahun 1997 menimbulkan kesulitan terhadap perekonomian dan perdagangan nasional. Pengembangan kemampuan dunla sangat terganggu bahkan banyak pengusaha jatuh pailit dan sullt untuk memenuhi kewajlban pembayaran utang.
Ketiga Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nornor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Kepailltan, kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998. Perubahan dilakukan oleh karena Undang-undang tentang Kepailitan merupakan peraturan perundang-undangan peninggalan Pemerintah Hindla belanda, sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum masyarakat untuk menyelesaikan utang-piutang.
Pimplnan Sidang dan hadirin yang terhormat.
Setelah mencermati dan mendalami substansi RUU tentang Kepalitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Fraksi TNI/Polri berpendapat bahwa RUU tersebut berisi cakupan yang lebih luas, balk dari segl norma, ruang lingkup · materi, maupun proses penyelesaian utang-piutang, sesuai kebutuhan hukum dalam masyarakat. Pokok-pokok materi baru dalam RUU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pernbayaran Utang ini memuat beberapa factor yang diperlukan dalam pengaturan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, yaitu:
Pertama : Agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran terhadap pengertlan tentang utang dan pengertian jatuh waktu yang telah diberikan batasan secara tegas.
2
. :~f:···~·~~·~. -~· ' .. ; ! ~ .
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Kedua Mengenal syarat-syarat dan prosedur permohonan pernyataan pailit dan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang serta · pemberian kerangka waktu yang pasti untuk pengambilan keputusan pernyataan pailit dan atau penundaan kewajiban pembayaran utang sudah terakomodasi didalamnya
Ketiga Perubahan terhadap undang-undang meniadakan, menambah, memperbaiki dipandang sudah tidak sesuai lagi perkembangan hukum dalam masyarakat.
Pimpfnan Sldang dan hadlrin yang torhormat.
Kepailitan tersebut telah ketentuan-ketentuan yang dengan kebutuhan dan
Setelah mempelajari Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan PKPU dengan seksama, maka Fraksi TNI/Polri dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim dengan ini menyatakan "Dapat menerima dan menyetu}ul Racangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Kepallitan dan PKPU untuk dlsyahkan menjadl undang-undang".
Selanjutnya pada kesempatan ini perkenankanlah Fraksl TNI/Polrl menyampaikan harapan sebagai berikut :
Pertama : Produk hukum ini agar dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban penegakan dan perlindungan hukum, kebenaran dan berkeadilan. ·
Kedua Masalah utang piutang agar dapat diselesaikan secara adil cepat,terbuka, dan efektif.
Ketiga Segera dilakukan sosialisasi undang-undang ini kepada seluruh masyarakat khusunya para penegak hukum agar diperoleh pemahaman yang sama.
Pimpinan siding dan hadirin yang kami hormati.
Fraksi TNI!Polri menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada Saudara Menteri Kehakiman dan HAM dan jajarannya, pihak Pemerintah lainnya yang tergabung dalam Panja Pembahasan RUU tentang Kepailltan dan PKPU dan rekan-rekan dari semua Fraksi atas kerjasamanya sehlngga proses pembahasan RUU ini dapat berjalan dengan lancar dan baik sesual harapan kita semua.
3
. t.' ...
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Demikian Pendapat Akhir Fraksi TNI/Polri terhadap Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya kepada kita semua.
Sekian dan terima kasih. Wasslamu'alaikum Wr. Wb.
4
Jakarta, September 2004 A.n. Fraksi TN olri DPR-RI
J
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Gedung DPR Rllt. 21 dl. Jend. Gatot Subroto ·Jakarta 10270
Telp.5755858,5755899,5755900 Fax.5755859 e-mail: fpbb@dpr.go.id
PENDAPATAKHIR FRAKSI PART AI BULAN BINTANG
ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KEPAILITAN
DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
-----------------------------------------------------------
Disampaikan oleh :
MAWARDI ABDULLAH. SE .. MM Anggota No.A-254
Pad a
RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 22 September 2004
~ I' ' .:· 't~ ,'' .. ·(·,,. :.:·· ~· '
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
I --- --1
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PART AI BULAN BINTANG
TERHADAP RANCANGAN UNDANG- UNDANG
TENTANG KEPAILITAN
DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
-----------------------------------------------Disampaikan oleh :
Mawardi Abdullah, SE., MM.- Anggota No. A-254
Bislllillallirraltmallirraltim Assalantu'alaikum Wr. Wb
Yth. Sdr. Phnpinan Sidang dan Para Anggota Dewan; Ytb. Sdr. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Man usia beserta Staf; Para hadirin yang kami bormati,
Segala pujian dan syukur bagi Allah SWT., salawat dan salam semoga
tercurah kepada Ra~ul Allah, para keluarga dan sahabat beliau, serta seluruh
ummat yang mengikuti petunjuk beliau. Semoga Allah SWT., senantiasa
melimpahkan ridho dan rakhmat dan barokah-Nya kepada bangsa Indonesia
maupun kita semua yang hadir dalam Sidang Dewan yang terhormat ini
dalam membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang lebih demokratis - berkeadilan - aman dan lebih sejahtera di
masa depan. Amin.
Yth. Sdr. Pimpinan Sid~ng dan Para Anggota Dewan; Yth. Sdr. Menteri Kchakiman dan Hak Asasi Man usia beserta Staf; Para Hadirin yang kami m~liakan.
Pada Sidang Paripurna ini, kita memasuki tahap pengesahan
Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
~.' !' f:. t~· . •. , •• .•• f .. ::
-~--------
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
------ --
Pembayaran Utang, yang lnsya Allah masing-masing Fraksi akan
menyatakan pendapat menge.nai disahkan atau tidaknya .Rancangan Undang-
undang ini menjadi Undang-Undang.
Fraksi Pat1ai Bulan Bintang memahami bahwa penyusunan
Rancangan Undang-Undang ini maupun tahapan proses dalam
pembahasannya merupakan manifestasi dari itikad rakyat Indonesia dalam
membangun sistem hukum untuk tegaknya supremasi hukum berkenaan
dengan penyelesaian sengketa utang piutang yang menjamin adanya
keadilan dan kepastian hukum dalam penegakan hukum di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Relara Hadirin yang kami mulial
---------- ------r--------I
Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rclmn- rekan Anggota Dewan; Para Hadirin yang lmmi muliakan
Memahami peran strategis keberadaan peraturan perundang-undangan
mengenai kepailitan, maka dengan mengucapkan
BisJt~il/alzirrallntollirralzim Fraksi kami menyetujui usul inisiatif
Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang ini · untuk disahk.an menjadi Undang-
Undang.
Billaltitaufiq wal hidayalt Wassalmttu'alaikum wr. wb.
Jakarta, 22 September 2004
PIMP IN AN FRAKSI PART AI BULAN BINTANG DPR-RI
Wakil Ketua,
4
I , • 1• ~~·f.;.': ' . ,·: .
. ,·, .1.: •.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
,----~---- --- -~
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA FRAKSf KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA
(FKKI)
PENDAPAT. AKHIR FRAKSI KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA
ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG
JAKARTA,22 SEPTEMBER 2004
ng MPR 1 DPR·RI Nusantarallantal 221
r------------------ - -
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI KKI
PENDAPAT AKHIR FRAKSI KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA
ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG
Disampaikan pada Rapat Paripurna DPR-RI Tanggal 22 September 2004 Juru Bicara Drs. H.A. Hamid Mappa Nomor Anggota : A- 279
Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang,
para Anggota Dewan,
Saudara Menteri Kehakiman dan HAM yang mewakili-
Pemerintah beserta jajarannya,
Hadirin sekalian yang kami hormati.
Assalammu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera bagi kita semua.
I
' ~ . . '
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga kita semua dapat berkumpul
kembali dalam Rapat Paripurna DPR-RI pada hari inl.
Sidang Dewan yang terhormat,
Setelah selesainya pembahasan melalui Pansus dan Panja
Rancangan Undang Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang bersama Pemerintah, perkenankan kami
menyampaikan pendapat akhir Fraksi Kesatuan Kebangsaan
Indonesia sebagai berikut.
Meskipun subtansi dan pokok-pokok pikiran telah dibahas secara
mendalam oleh anggota Pansus dan Panja bersama Pemer~ntah,
dan telah pula mendapat kesepakatan secara bulat atas pasal-
pasal Rancangan Undang Undang ini, namun Fraksi KKI masih
merasa perlu memberikan penekanan, sebagai berikut :
Pertama Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang sebagaimana telah
disetujui bersama adalah harus lebih baik, lebih
komprehensif, adil, dan jelas sehingga diharapkan
mampu memberikan jaminan kepastian hukum
2
.,. ~ ")·~·-~:~:- :. :t;.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
~--
Kedua
serta perlindungan hukum dalam menyelesaikan
sengketa utang piutang.
Undang-undang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang yang baru dan yang
telah memenuhi syarat, juga harus memiliki
pengaturan dan cakupan yang lebih luas dan lebih
baik, dilihat dari aspek norma, ruang lingkup,
mekanisme maupun proses penyelesalan utang
piutangnya sehingga mampu mengatasl
permasalahan perselisihan utang piutang yang
makin rumit dan kompleks selring dengan
perkembangan perekonomian dalam era
globallsasi.
. Sidang Dewan yang terhormat,
Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia berpendapat Rancangan
Undang Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang telah memuat materi-materi yang memadai
mengenai segi-segi penting yang perlu untuk mewujudkan
3
... ,:·.·
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
penyelesaian masalah utang piutang secara cepat, adil, terbuka
dan efektif.
Di dalam pembahasan t~lah pula ditampung asplrasi, saran dan
pendapat dari · berbagai pihak dan instans1 terkait dan kalangan
masyarakat luas sehingga telah memenuhl harapan Fraksl KKI
untuk diwujudkan sebagai Undang-undang sesuai dengan tujuan
pembuatannya.
Sidang Dewan yang terhormat,
Beberapa hal sebagai catatan pemlklran dan harapan Fraksl
Kesatuan Kebangsaan Indonesia terhadap Undang-undang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yaitu
sebagai berikut :
Kesatu Ketentuan permohonan paillt bagi Perusahan ·
Asuransi dan Perusahaan Reasuransl hanya dapat
diajukan melalui Menteri Keuangan, hendaknya tidak
mengakibatkan perusahaan asuransl dan reasuransi
menjadf arogan dan merasa kebal dari keharusan
membayar utan.g dengan ancaman dlpallitkan.
4
.:~ -~1~~·.:
:: :". .:· ·.!:·.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Mekanisme pengaturan pemailitan melalui Menteri
Keuangan harus seimbang dan jelas sehingga
masyarakat pemegang polis yang mempunyai
tagihan kepada perusahaan asuransi tidak dirugikan.
Kedua Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajlba·n
Pembayaran Utang selanjutnya dapat diikuti dan
diimplementasikar] .
Sidang Dewan yang terhormat,
Berdasarkan pikiran dan harapan di atas, Fraksi Kesatuan
Kebangsaan Indonesia menyatakan dapat menerima naskah akhir
Rancangan Undang Undang tentang Kepallitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang serta setuju untuk ditetapkan
menjadi Undang-undang.
Demikian pendapat akhir dari Fraksi Kesatuan Kebangsaan
Indonesia.
Semoga Tuhan Yang Maha Kasih senantiasa menyertal dan
memberkati kita dalam menjalankan tugas yang diamanatkan
kepada kita sekalian.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warrahmatul/ahi Wabarakatuh.
Salam Sejahtera untuk kita semua.
FRAKSI KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA
6
luru Blcara,
A-279
.: ·.\,,· .. ~ I ' ,
•' .· '
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
----------------- ---
PENDAPAT AKHIR
FRAKSI PERSERIKATAN DAULATUL UMMAH
TERHADAJ> RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEW AJIBAN PEMBA YARAN UTANG
Dibacakan oleh :Drs. Abdullah AI Wahdy
Nomor Anggota : A- 276
Saudara Pimpinan Sidang yang kanti hor1nati,
Saudara Menteri yang mcwakili pemerintah,
Para Anggota Dewan, dan hadirin yang dimuliakan oleh Allah,
Assalantu'alail{unt Warahmatullahi Wabarokatuh
Alhantdulillahi Rabbil 'Alamin. Pertama-tama perkenankanlah kami
mengajak kita semua untuk bersama-sama memanjatkan puja .dan puji . syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, inayah dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat
menghadiri dan mengikuti tugas konstitusional kita yaitu Rapat Paripurna
DPR RI dalam rangka mendengarkan Pendapat Akhir Fraksi-Fraksi
terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
.I
.I
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Sholuwat dan Salam scmoga selulu tercurah kcpada junjungan k.ita
Nabi Besar M·uhammad SAW berserta keluarganya, para sahabatnya dan
para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin Ya Rabbal 'Alantin.
Sidang Dewan yang Mulia,
Sebagaimana kita ketahui bersama, perkembangan perekonomian
dan perdagangan serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia usaha
dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh para pengusaha
pada umumnya mempakan pinjaman yang berasal dari berbagai sumber;
baik dari bank, penanaman modal, penerbitan obligasi maupun cara lain
yang diperbolehkan, Lelah mnimbulkan banyak permasalahan
penyelesaian utang piutang dalam masyarakat.
Salah satu sarana hukum yang menunjang dan mengatur masalah
utang piutang adalah Staatsblad 1905:217 dan Staatblad 1906:348. Hanya
saja karena ini adalah peraturan yang sudah lama sekali, maka materinya
sudah tidak sesuai Jagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum
masyarakat. Peraturan ini kemudian diganti dengan Perpu Nomor 1
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU tentang Kepailitap, yang . kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang berdasarkan UU Nomor 4
Tahun 1998. Lagi-Jagi materi Undang-Undang tersebut tidak sesuai lagi
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum bagi masyarakat, maka
lahirlah RUU yang kita bahas sekarang ini. Demi untuk perlindungan
hukum, maka sudah sepantasnya persoalan yang terkait dengan utang
piutang khususnya kepailitan diatur daJam sebuah peraturan setingkat
2
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
~-------------~---------
Undang-Undang. Hal ini merupakan alasan utama mengapa kita
membutuhkan· iJndang-U ndang tersebut.
Sidang Dewan yang Kami Horntati,
Secara umum, Fraksi PDU sangat menyetujui prinsip-prinsip
umum yang dianut dalam Rancangan Undang-Undang ini. Salah satu
diantaranya adalah bahwa putusan pernyataan pailit mengubah status
hukum seseorang menjadi tidak cakap untuk melakukan perbuatan
hukum, menguasai, dan mengurus harta kekayaannya sejak putusan
pernyataan pailit diucapkan. Dengan demikian, kepailitan dalam Undang-
Undang ini dianggap mengurangi hak keperdataan seseorang.
Fraksi PDU juga menyetujui bahwa syarat utama untuk dinyatakan
pailit adalah bahwa seorang debitor mempunyai paling sedikit 2 (dua)
kreditor dan tidak membayar lunas salah satu utangnya yang sudah jatuh
tempo. Menurut kami, syarat ini merupakan persyaratan yang wajib
dipenuhi agar tercipta kepastian hukum terutama bagi kreditor. Dengan
adanya jaminan terse but, maka hmta pailit debitor dapat digunakan untuk
membayar kembali seluruh utang debitor secara adil dan mer~ta serta
berimbang. Oleh karena itu, Undang-Undang ini berprinsip bahwa
kepailitan tidak membebaskan seorang yang dinyatakan pailit dari
kewajiban untuk membayar utang-utangnya.
3
•
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Sidang Dewan yang kami hormati,
Dengan mendasarkan diri terhadap diskusi yang berkembang
selama dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya, serta telah berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik buat bangsa dan
negara, maka dengan selalu memohon tautiq, hidayah dan inayah dari
Allah SWT, dengan mengucapkan Bismillahirraltntanirrahim, Fraksi
Perserikatan Daulatul Ummah menyatakan menerima dan menyetujui
Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, untuk segera disahkan menjadi Undang-
Undang.
J>impinan Sidang, Saudara Mertteri, Para Anggota Dewan, dan
Hadirin yang kanti ltormati,
Demikianlah Pendapat Akhir Fraksi PDU. Atas perhatian dan
kesabaran Sidang Dewan yang terhormat, kami ucapkan banyak terima
kasih.
Wallahul Muwafiq ila Aqwamit Thariq
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Ketua Fraksi,
1cc+- .
K. H. Akhmad S jatari
No: A-277
•
Juru Bicara,
~ Drs. Abdullah Al Wahdy
No :A- 276.
4
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PART AI DEMOKRASIINDONESIA PERJUANGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
RANCANGANUNDAN~UNDANG
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN HUTANG
JAKARTA, 22 SEPTEMBER 2004
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
FRAKSIPARW DEMOKRASIINDONESIAPERJUANGAN DEWAN PERWAKIIAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Sekrelarial : MPR I OPR · AI, Nusantara 1,lantai VI, Ruang 0608 · 10, Jl. Jend. Galol Subrolo, Jakarta 10270
• ({l11) 575 6187,575 6100, 575 61~. Fa'
Rancangan Undang-undang ini adalah untuk mengganti peraturan
pcrundang-undangan peninggaiJan kolonial Bclanda yang diatur dalam
Faillissement Verordening (staatsblad 1905 : 217 juncto staatb1ad 1906 : 348)
yang scbagian besar tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan. Dengan cara
mcmpcrbaiki, mennmbah dnn mcnimlakan kctcntuan-kctentuan yang tidak sesuai
lagi dengan kebutuhan dan perkcmbangan hukum dalam masyarakat yang dari
segi materi masih terdapat kekurangan-kekurangan dan kelemahan.
Pcnyelesaian RUU ini menJadi Undang-undang sangat penting untuk
mendukung perkembangan kehidupan perekonomian dan perdagangan yang makin
kompleks. Untuk itu diperlukan sarana hukum yang dapat digunakan landasan
bagi upaya penyelesaian utang piutang dan sekaligus dapat mengantisipasi dunia
usaha yang makin berkcmbang, makin luas dan beragam.
Untuk memenuhi kcbutuhan dan perkembangan kegiatan usaha yang
cepat, dan luas tersebut diperlukan penyempurnaan Undang-undang Kepailitan
dan Penundaan Kcwajiban Pembayaran Utang untuk terwujudnya penyelesaian
yang ccpat, adil, terbuka dan efektif antara lain; syarat-syarat dan prosedur,
liitdakan sementara, peneguhan fungsi kurator, penegasan upaya hukum,
mekanisme penangguhan pelaksanaaan hak diantara hak kreditur yang memegang
hak tanggungan, gadai, atau agunan lain dan penyempurnnan tentang penundaan
dan kewajiban pembayaran dari pencgasan dan pembentukan peradilan khusus
yang akan menyelesaikan masalah kepailitan secara umum. Dengan demikian
Rancangan Undang-undang ini diharapkan dapat menunjang Pembangunan
Perekonomian Nasional.
Untuk itu dalam pembahasau RUU ini Fraksi POI Perjuangan DPR · RI
dengan sungguh-sungguh, melibatkan diri dan mendukung sepenuhnya upaya
penyelesaian Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
Snudara Kctua ; Snudnrn Menteri Kebnkiman dan Hak Azasi Mnnusia, dan Sidang Dewan yang tcrhormat.
Fraksi POI Perjuangan DPR RI berpendapat bahwa yang menjadi
pcrtimbangan dibentuknya Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban 2
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Pcmbayaran Utang ini adalah di akibatkan perkembangan Perekonomian,
Pcrdagangan dan pcngaruh globalisasi yang mclamJu
Saudara Ketua ; Saudara 1\'Icntcri Kclmkiman Dan Hak Azasi Man usia, dan Sidang Dewan yang tcrhormat.
Dalam pembahasan matcri RUU ini Fraksi POI Perjuangan berpendapat
bahwa RUU ini tclah men·gatur hal-hal pokok yang berhubungan dengan
pelaksanaan Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang
mcliputi:
1. Kepailitan dan kewajiban penundaan pembayaran utang diharapkan dapat
mengatasi mnsalah yang titnbul pada transaksi yang dilakukan Debitor dan
Kreditor baik dnri badan usaha, perorangan yang menyangkut utang-piutang.
2. Pengaturan Kepailitan dan kewajiban penundaan pembayaran utang yang Jebih
Juas, baik dari segi norma, ruang Jingkup materi maupun proses penyeJesaian
utang-piutang, Dengan demikian diharapkan dengan Undang-undang ini dapat
menyelesaikan masalah utang-piutang secara adiJ, cepat, terbuka dan efektif.
3. Untuk tidak menimbulkan bcrbagai penafsiran telah diatur pengertian utang
dan jatuh waktu diberikan secara tegas.
4. Diatur dengan jelas dan tegas mengenai syarat-syarat dan prosedur
permohonan pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
jangka waktu pengambilan putusan Pailit dan atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang.
5. Kepailitan dan Penundaan Kcwajiban Pembayaran Utang yang diatur dalam
Undang-undang ini meliputi ;
a. Pengertian yang bcrhubungan dcngan Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang dibatasi dengan jelas.
b. Lingkup dan akibat, pcngurusan harta, tindakan pernyataan kepailitan,
tugas kurator, pencocokan piutang, perdamaian harta pailit, keadaan
hukum debitor, kepailitan harta peninggalan, ketentuan-ketentuan hukum
Internasional dan Rehabilitasi.
c. Pemberian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan akibatnya serta
perdamaian ..
d. Pennohonan Peninjauan Kembali (PK).
e. Ketentuan Lain-lain, Peralihan dan Penutup.
Agar semua unsur dan institusi mengetahui maksud dan tujuan pelaksanaan
Undang-undnng ini, dirninta kepada Pemerintah supaya mensosialisasikan dengan
baik, sehingga diharapkan akan dapat mempercepat penyelesaian masalah utang-4
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
piutang dan sckaligus dapal mcnccgah timbulnya Kepailitan dan Penundaan
Kcw~jiban Pcmbayaran Utang dan pada gilirannya akan mendorong perkembangan
dunia usaha dan memperccpnt pemulihan ekonomi sebagai akibat krisis moneter
dimasa lampau.
Berdasarkan Pendapat, saran dan harapan seperti dikemukakan diatas, dengan .
ini Fraksi PDI Perjuangan menyatakan dapat menyetujui RANCANGAN
UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBA Y ARAN UTANG. Untuk disahkan menjadi UNDANG-
UNDANG.
Alas scgala pcrhatian dan kc~ja scnum pihak, atas nama Fraksi PDI Pcrjuangan
mcngucapkan terima kasih.
Wasnlnmu'alnikum Warnlmlntullbl Wnbnraktuh.
M ERDEKA !!!
Jakarta, 22 September 2004
PIMPJNAN FRAKSJ PAHTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANG
K e t u a,
TJAHJO KUMOLO, SH
5
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
PENDAPAT AKHIR FRAI
PENDAPAT AKHIR FRI\.KSI PARTI\.1 GOLONGI\.N KI\RYA DPR·RI
TERHADAP RANCANGI\.N UNDI\.NG-UNDANG
TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIDAN ·PEMBAYARAN
UTANG
Dlsampaikan oleh Drs. f-1. Baharuddln Aritonang, MH Anggota OPR-RI No. : A-285
Assalamualaikurn Warohmatullohi Wabarokatuh Yth. Saudara Pimpfnan Sfdang.
/
Yth. Saudara Menteri Kehakhnan dan HAM yang mewaklll Pemerlntah.
Yth. Anggota Dewan yang kami muliakan, serta hadlrln yang berbahagla.
Pertama-tama marilah kita memanjatkan pujl dan syukur kehadlrat
Artah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah kita
tetap dalam keadaan sehat wal'afiat untuk dapat mengikuti Rapat
Paripurna ini serta tetap menjalankan tugas-tugas kenegaraan kita
ditengah-tengah kesibukan yang berlangsung terus menerus. Hari lni
kita mengikuti Sidang Paripurna DPR Rl, besok kita akan mengikutl
Sidang MPR, padahar dua hari Jalu kita mengikuti Pemilihan Presiden
clan Wakil Presiden secara Jangsung oleh rakyat, pertama kali dalam
sejarah kenegaraan kita. Melalui Perubahan UUD 1945 tiga tahun lalu
pada Sidang MPR Tahun 2001, kita sepakat untuk menyerahkan
pery1ilihan presiden itu sepenuhnya ke tangan rakyat. Dan insyaallah,
berkat kematangan rakyat kita hal itu telah terwujud deng$n baik.
Wajarlah jika melalui mimbar yang mulia ini kami, Fraksi Partai Golkar
mengucapkan selamat bagi rakyat kita. Selanjutnya terhadap topik l
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Yth. Saudara Pimpinan Sidang. Yth. Saudara Menteri Kehakiman dan HAM yang mewaklll
Pemerintah. Yth. Anggota Dewan yang kami muliakan, serta hadlrin yang
berbahagla.
Akhirnya perkenankanfah kami menyampaikan ucapan terlma
kasih kepada Pemerintah sebagai mitra kerja, rekan-rekan fraksl dt
DPR, teman-teman wartawan serta rekan-rekan di Sekretariat Jenderal
DPR Rl khususnya yan bertugas di Komisi IX DPR Rl serta elemen
masyarakat termasuk dari kalangan dunia usaha yang telah memberi
perhatian besar terhadap penyelesaian Rancangan Undang-undang
tni.
Semoga Allah SWf, Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan,
bimbingan dan petunjukNya kepada kita semua. Amin.
Blllahltauflk walhldayah.
Wassalamualalkum Wr. Wb.
Jakarta, 22 September 2004
Fraksi Partai Golongan Karya Perwakilan Rakyat epublik Indonesia
Drs. H. ha mad Hatta MB Ketua
"~·' ·,· ·:~{;~.> ' t •'.• '' ' ,.
3
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
--------------------
I·
&«~~- FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN ·~·-i) .. , DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ):JY( MPR I DPR - Rl, NUSANTARA I, JL. JEND. GATOT SUBROTO, JAKARTA 10270 \'·~~r-!3 Telp. (021) 575 5561- 575 5562- 575 5497-575 5498 • 575 5487 ·Fax. (021) 575 5488
e-mail : fppp@dpr.go.id
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN .
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAVARAN UTANG
Dlsampalkan Pada Rapat Parlpurna DPR-RI, 22 September 2004 Oleh Juru Blcara FPPP DPR-RI : HM. DANIAL TANDJUNG
Anggota DPR-RI No. A-08
Assalamua/lkum Wr Wb.
Yang terhormat Saudara Pimp/nan Rapat, Yang terhormat Saudara Menter/ Kehakiman dan Hak Asasl Manus/a beserta jajarannya, Yang terhormat rekan-rekan Anggota Dewan, Dan Hadlrin yang berbahagla.
Pertama-tama marllah klta panjatkan pujf dan syukur ke Hadfrat Allah
SWT yang telah memberlkan nikmat yang sangat banyak, hldayah dan
lnayah Nya kepada klta, sehlngga pada harl lnl, klta sekallan dapat
berkumpul untuk menunalkan tugas konstltusional dalam keadaan sehat wal
afiat. "Dan jlka kamu menghltung-hltung nikmat Allah, nlscaya kamu tldak
dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lag I Maha Penyayang" (An-Nahl: 18).
Selanjutnya, kita haturkan shalawat dan salam kepada junjungan klta,
Nabf Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya,. dan para
pengikutnya yang senantiasa selalu lstiqomah dalam menjalankan ajaran-
ajaran beliau.
Rapat Paripurna Dewan yang terhormat
Krlsls ekonomi yang melanda perekonomlan Indonesia sejak tahun
1997 telah berdampak besar terhadap perekonomlan secara umum dan
t.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
-------------------- -
2
sektor perdagangan nasional secara khusus, yaitu dengan sangat
menurunnya kemampuan perusahaan-perusahaan dalam mebayar
utangnya. Keadaan lnl juga telah membawa ramlflkasl yang luas dan
mendalam yakni hllangnya lapangan pekerjaan dan tlmbulnya berbagal
masalah social. Krlsls ekonomi tersebut juga telah menyebabkan tlmbulnya
permasalahan baru yaltu permasalahan utang plutang yang berhubungan
dengan kepaflftan. Sehfngga pada waktu ftu, peraturan kepallltan yang
dlbuat pada masa kolonfaf Belanda, yang datam praktek telah lama tldak
tengok, kemudtan menjadl dasar hukum yang hldup kemball dalam
penyelesalaan masalah kepailltan.
Menyadart bahwa peraturan kepailltan tersebut sudah tldak sesuat lagl
dengan perkembangan jaman dan kebutuhan hukum masyarakat, maka
Pemerlntah telah mengeluarkan Peraturan Pemerlntah Penggantl Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undang-undang
Kepallltan yang kemudlan ditetapkan menjadi undang-undang berdasarkan
Undang-undang nomor 4 Tahun 1998. Namun demlklan ternyata perubahan
tersebut belum juga · memenuhl perkembangan dan kebutuhan hukum
masyarakat. Oleh karena itu maka memang dlperlukan upaya penyusunan
peraturan perundangan tentang kepailltan dan sekaffgus juga mengenal
penundaan kewajlban pembayaran utang yang baru yang merupakan
produk hukum naslonal bukan penlnggalan kolonlal yang komprehenslf, adll.
dan berlmbang, serta terlntegrasl.
Pimp/nan Rapat yang terhormat
Secara umum, Fraksl Partai Persatuan Pembangunan mellhat ada
beberapa argumen mengenat mengapa dlperlukan adanya peraturan
mengenal kepallltan dan penundaan pembayaran utang, yaltu: ,
1. untuk menghlndarl perebutan harta debltor apablla dalam waktu yang
sama ada feblh darf satu kredltor yang menaglh utang kepada debltor '
tersebut.
2. untuk menghlndarl adanya Kreditor pemegang hak jamlnan kebendaan
yang menuntut haknya dengan cara menjual barang millk. Debltor tanpa
memperhatlkan kepentlngan Debltor dan para Kredltor lalnnya.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
3
3. untuk menghlndari kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah
seorang Kreditor ataupun Debitor itu sendlrl, sepertl Debltor berupaya
untuk menguntungkan seorang ataupun beberapa orang Kredltor
fertentu sehlngga Kredltor lainnya diruglkan.
Dalam Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajlban Pembayaran Utang lni terdapat empat asas yang mendasarlnya,
yaltu :
1. asas keseimbangan, dlmana diatur ketentuan mengenal pencegahan
terhadap penyafah gunaan pranata dan lembaga kepallltan balk oleh
Kredltor maupun oleh Debitor yang tldak jujur dan tldak berltlkad balk.
2. asas kelangsungan usaha. Dalam RUU lnl terdapat ketentuan yang
memungklnkan perusahaan Debltor yang prospektlf untuk tetap dapat
dllanjutkan usahanya.
3. asas keadllan bagl pihak yang berkepentlngan, yaltu mencegah
terjadlnya tlndakan sewenang-wenang plhak penaglh yang
mengusahakan pembayaran atas taglhan maslng-maslng Debltor,
dengan tldak mempedulikan kredltor lalnnya, dan
4. asas lntegrasl yang dalam RUU lnl mengandung pengertlan bahwa
system hukum formll dan hukum materlllnya merupakan satu kesatuan
yang utuh darl system hukum perdata dan hukum acara perdata ·
naslonal.
Keempat asas tersebut menurut hemat kaml telah dapat menjadl
landasan yang kuat bagl pengembangan cakupan yang dlatur dalam RUU
In I.
Rapat Parlpurna Dewan yang terhormat,
Pada masa lalu banyak masyarakat kita yang berhubungan dengan
masalah hukum kepaflltan lnl tidak mengetahul adanya lembaga PKPU
(Penundaan Kewajlban Pembayaran Utang). Lembaga lnl berfungsl untuk
mellndungl Debitor dan menjaga tetap adanya peluang perdamalan
sekallgus untuk memberikan rasa keadllan kepada Debltor. Dengan secara
jelas dlcantumkannya lembaga lni pada judul RUU dlharapkan masyarakat
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
4
dapat mengetahul dan mempergunakan lembaga lnl dalam permasalahan
kepallitan.
Saudara Menter/ yang terhormat,
Rancangan Undang-Undang tentang Kepailltan dan Penund~an
Kewajlban Pembayaran Utang lnl mempunyal cakupan yang leblh luas darl
segi norma, ruang llngkup mater!, maupun proses penyelesalan utang
piutang. Cakupan yang luas ini diperlukan guna mengikutl perkembangan
hukum dan juga sekallgus kebutuhan hukum dalam masyarakat. Oleh
karena ltu, dalam RUU lni telah dimasukkan beberapa pengaturan pokok
yang dlharapkan dapat menjawab tantangan terse but, antara lain:
1. Pengertlan tentang utang dan pengertian tentang jatuh waktu dlberlkan
batasan secara tegas, sehlngga dengan demlklan tldak akan
menlmbulkan berbagai macam penafsiran. Dengan adanya deflnlsl yang
jelas dalam ketentuan umum lni, balk ltu berupa lstllah kepallltan,
Kredltor, Debltor, Debitor Palllt, Kurator, Utang, Pengadllan, Hakim
Pengawas, Hari dan tenggang waktu maupun setlap orang, maka
dlharapkan perbedaan penafsiran antara praktlst hukum dengan haklm
tldak ada lagl.
2. Syarat-syarat dan prosedur pernyataan palllt dan permohonan ·
penundaan kewajlban pembayaran utang termasuk dl dalamnya
pemberlan jangka waktu secara pasti bagl pengambllan keputusan
pernyataan patllt dan atau penundaan kewajlban pembayaran utang.
Rapat Parlpurna Dewan yang Terhormat,
Setelah mencermatl dan mengkaji RUU lnl, maka dengan' mengucap
Blsmllahlrrahmanlrrahilm dan dengan bertaw~kal kepada Allah SWT,
Fraksl Partal Persatuan Pembangunan menyetujul Rancangan Undang-,
Undang tentang Kepatlltan dan Penundaari Kewajlban Pembayaran Utang
untuk ditetapkan menjadl Undang-Undang.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Saudara Pimp/nan Rapat, Saudara Menter! Kehaklman dan Hak Asasl Manus/a beserta jajarannya, Rekan-rekan Anggota Pansus, Dan Hadirln yang berbahagia
5
Bahwa keberhasllan menyelesalkan pembahasan Rancangan Undang-
undang tentang Kepallftan dan Penundaan Kewajlban Pembayaran Ut~ng
adalah berkat adanya kerja keras dan sallng pengertlan darl semua fraksl
dan pemertntah dan juga staf sekretarlat komlst IX serta lnsan pers darl
media cetak maupun elektronfk. Dan atas ltu semua, Fraksl PPP
mengucapkan terlmakasth.
Demlklanlah Pendapat Akhlr Fraksl Partal Persatuan Pembangunan.
Semoga dengan dltetapkannya RUU lnl menjadl undang-undang maka
kepastfan hukum dlbldang ekonoml, khususnya mengenal kepallltan
menjadl semakln balk. Semoga pula apa yang telah dtupayakan oleh klta
dicatat sebagal amal sholeh dl slsl Allah. Kepada saudara plmplnan rapat,
saudara menteriKeuangan beserta jajarannya, rekan-rekan anggota Dewan,
dan hadlrln sekalian dlucapkan terima kaslh atas perhatlan dan
kesabarannya dalam mendengarkan pendapat akhlr fraksl kaml.
Wabillahlttauflq wal hldayah Wassalamualalkum Wr Wb.
Jakarat, 22 September 2004 PIMPINAN
FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERW~KILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua · Sekretaris
~~ ~~ Barllanta Harahap Drs.H. Endln AJ. Soeflhara, MM
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT : GEDUNG MPR I DPR-RI. NUSANTARA I LANTAI XVII KAMAR 1 709 Jl. JEND. GATOT SUBROTO, JAKARTA 10270
lHP. 021- 575 5623-575 5625-575 5626.575 5627.575 5628 PKB FAX. 021-575 5614-575 5624 E-MAIL: fkb@dpr.go.ld
PENDAPAT AKHIR FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI
TERHADAP RANCANGAN UNDANG UNDANG
TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG
Dibacnknn olelrjun1 bicnra FKB DPR RI: H. Mokltfar Noerjaya, SE, M.Si Anggota Nomor: A-454
Assalamu' alaikum Wr Wb
Yang Kami Hormati Pimpinan Sidang Yang Kami Hormati Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, beserta jajaran Yang Kami Hormati Anggota Dewan Hadirln yang berbahagia
Syukur alhamdulillah kita ucapkan, karena pad a kesempatan ·yang berbahagia ini kita masih diberikan nikmat sehat wal' afiat oleh Allah SWT, sehingga dapat menghadiri sidang paripurna DPR RI guna melaksanakan pengambilan keputusan atas Rancangan Undang Undang tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utarig.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing ummat manusia, menemukan jalan yang benar dan diridloi oleh Allah SWT.
Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih kepada pimpinan sidang, atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada kami untuk membacakan dan
1
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
menyampaikan pendapat akhir ini. Ucapan terima kasih juga tidak Iupa kami sampaikan kepada saudara Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia, yang berkenan hadir dalam sidang Dewan yang mulia ini.
Pimpinan Sidang, dan Hadirin yang Kami Hormati;
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa munculnya Ranc:angan Undang Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini, merupakan refleksi dari kesadaran kita bersama, bahwa produk hukum dan/ a tau perundang-undangan tentang Kepailitan yang telah ada sebelumnya, belum mampu memberikan kepastian hukum atas penyelesaian sengketa antara pihak debitor dan kreditor, khususnya dalam· hal penyelesaian hutang piutangnya.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 1998, yang kemudian ditetapkan rnenjadi Undang Undang Nomor 4 Tahun 1998 yang mengatur tentang Kepailitan, oleh banyak kalangan dinilai memiliki kelemahan, terutama dalam hal begitu mudah dan sederhananya pihak debitor dapat di-pailitkan dengan keputusan pengadilan (niaga) atas gugatan pihak kreditor, tanpa melihat dan meneliti lebih dalam terhadap kemampuan dan/ atau kinerja yang dimiliki oleh pihak debitor.
Dalam sudut pandang ekonomi, sebuah perusahaan hanya dapat dinyatakan pailit (bankrupt) apabila nilai kewajibannya (debt) jauh melebihi nilai aset-asehlya. Namun, apabila nilai aset perusahaan Iebih besar dari kewajibannya, maka sebenarnya pihak pengadilan dapat menginstruksikan perusahaan untuk membayar kewajibannya, bukan langsung mempailitkannya. ·oalam kasus PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (PT AJMI) dan PT. Prudential Life Assurance (PT PLA), misalnya, seharusnya pihak pengadilan niaga dapat melakukan sebagaimana hal tersebut diatas.
Karena, ketika dinyatakan pailit keduanya da1am kondisi sehat. Pf AJMI saat itu memiliki total kekayaan Rp. 1,812 Triliyun, dengan jumlah kewajiban Rp. 1,596 Milyar, dengan tingkat Risk Based Capital (RBC) sebesar 167,26%. Sedangkan PT. PLA total kekayaannya Rp. 1,575 Triliyun, dengan jumlah kewajiban Rp. 1,373 Triliyun, dengan tingkat RBC sebesar 225%. Tingkat RBC keduanya jauh diatas ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan sebesar 100%.
2
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Pimpinan Sidang, Saudara Menteri dan Anggota Dewan yang Kami Hormati;
Apa yang menimpa dan/ a tau terjadi terhadap kedua perusahaan diatas, tentunya kita berharap dimasa yang akan datang tidak tejadi kembali. Karena hal tersebut selain dapat mengurangi tingkat kepercayaan publik terhadap perusahaan-perusahaan tersebut, juga dapat berakibat terhadap makin sedikitnya minat dari para investor untuk menanamkan dan/ a tau menjalankan usahanya di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam kaitan . ini Fraksi Kebangkitan Bangsa sangat menyepakati ketentuan yang dirumuskan di dalam Ayat (3); (4) dan (5) Pasal2 RUU ini, yakni bahwa permohonan pailit hanya dapat diajukan oleh lembaga atau institusi atau instansi yang bertindak sebagai pengawas dari lembaga dan/ a tau perusahaan tersebut.
Persetujuan kami atas rumusan sebagaimana dimaksud diatas, didasarkan pada alasan bahwa; sebagai lembaga pengawas yang sekaligus berfungsi sebagai regulator, tentunya bC~ik Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM); Menteri I
------ ----- --
merupakan pihak yang independen, yang tidak mempunyai benturan kepentingan (i11terest) apapun, baik dengan pihak debitor maupun kreditor; sebagaimana dirumuskan dalam Pasal15 Ayat (3) RUU ini. Karena, sebagai pih~k yang diberikan kewenangan untuk mengurus harta pailit sejak tanggal keputusan pailit diucapkan, kurator dituntut untuk mengambil tindakan yang tidak menguntungkan satu pihak dan/ a tau tidak merugikan pihak yang lain.
Menurut kami hal ini penting untuk ditegaskan kemba1i. Jangan sampai kejadian dalam kasus PT. Prudential Life Assurance (PT PLA), terulang kembali; dimana pihak pengacara PT. PLA melllinta kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk mengganti kurator Yuhelson SH, karena yang bersangkutan pernah bekerja sebagai pengacara pada kantor pengacara Lucas SH & Partners, yang dalam kasus ini, Lucas SH sendiri bertindak sebagai pengacara pihak penggugat (Lee Boon Sioug).
Pimpinan Sidang, dan Anggota Dewan yang Kami Hormati;
Terhadap ketentuan Pasal 93 sf d 95 RUU ini, yang mengatur bahwa atas usul Hakim Pengawas, permintaan kurator, atau atas permintaan seorang kreditor atau lebih dan setelah mendengar hakim pengawas, dapat memerintahkan debito!;' pailit di tahan (baik di Rutan ataupun rumahnya sendiri) dibawah pengawasan jaksa yang ditunjuk hakim pengawas, yang dapat dilaksanakan selama 2 x 30 hari, secara substansial Fraksi kami menyetujui rumusan ini. Namun, dalam pelaksanannya, tetap harus selektif. Artinya, tidak semua debitor dapat diperlakukan dan/ a tau dikenakan lembaga penyanderaan ini.
Menurut pendapat kami, lebih tepat kiranya, jika penggunaan "lembaga sandera" ini dikenakan kepada pihak debitor, yang secara nyata-nyata telah merugikan uang rakyat dan negara, yang berpotensi untuk mangkir dan/ atau melarikan diri keluar negeri, seperti yang dilakukan beberapa bankir-bankir yang sedang menjalani pemeriksaan oleh pihak penyidik dan penyelidik.
Terhadap yang terakhir ini, kiranya perlu dipertimbangkan untuk tidak memberlakukan ketentuan dalam Pasal 94 Ayat (1) RUU ini, dimaria pihak debitor dapat dilepaskan melalui uang jaminan dari pihak ketiga. Karena, ketentuan di dalam Pasal 94 Ayat (2)-nya, memungkinkan tindakan mangkir dan/ a tau melarikan diri terjadi, walaupun uang jaminannya menjadi keuntungan harta pailit.
4
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Pimpinan Sidang, Saudara Menteri, Anggota Dewan, dan Hadirin yang Kami Hom1ati;
Demikianlah pendapat akhir Frak:si Kebangkitan Bangsa DPR RI ini disampaikan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dan dengan menggarisbawahi ketentuan dalam Pasal 94 Ayat (1) dan (2) RUU ini, maka kami menyetujui Rancangan Undang Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini untuk ditetapkan dan disahkan menjadi Undang Undang. Semoga Allah SWT senantiasa meridloi apa yang menjadi keputusan bersama ini. Amien.
Wallaltul Muwaftq Ilaa Aqwamith Thorieq lVassalamil'alaiktmt WrWb
Drs. H. Amin Said Husni I
----------------- ---- -
PENDAPAT AKHIR FRAKSI REFORMASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
c ';)
Dlbacakan oleh : Drs. Herman L. Datuk Rangkayo Bandaro . Nomor Anggota : A-226
I •
.,
. ,·
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
FRAKSI REFORMASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Gedung Nusantara I Lantai 20 Ruang 2009, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan- Jakarta 10270 Telp. (021) 5755810,5755812 Faks. (021) 5755811,5755800 e-mail: freformasl@dpr.go.id
PENDAPAT AKHIR FRAKSI REFORMASI TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
Dibacakan oleh: Drs. Herman L. Datuk Rangkayo Bandaro Nomor Anggota: A-225
Assalsmu 'sls/kum warshmatu/lshl wsbsrakstuh
Alhamdulillah, pada kesempatan ini mari kita memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan sehingga
sampai hari inl kita masih bisa beke~a untuk suatu tugas mulia yakni
membangun sebuah iklim demokrasi dan menegakkan konstitusi.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW-
pemimpin umat yang telah membimbing dan memberikan keteladanan dalam
memimpin negara dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pimp/nan Sldang, Menteri Keuangan, Menter# Kehaklman dan· HAM beserta jajarannya serta anggota dewan yang kaml hormatl,
Dinamika perdagangan yang telah menjurus pada globalisasl ekonomi
menuntut para pengusaha untuk senantiasa antisipatif dan responsif atas arus
globallsasl. Kecepatan antisipatif tentu membutuhkan modal, yang justru modal
tersebut umumnya berasal dari pinjaman balk dari bank, penanaman modal,
penerbitan obligasi maupun cara lain yang dianggap sah. Dengan demikian,
perdagangan membutuhkan kegiatan utang-piutang, yang justru suatu waktu
kegiatan utang-piutang kerapkali menimbulkan banyak masalah dalam
penyelesaiannya di masyarakat.
Berkaitan dengan masalah penyelesaian utang-piutang, Indonesia
sebenarnya tefah memifiki fandasan hukum dafam hal kepaifitan bagi debitur
yang tidak sanggup membayar utangnya. Namun, Jandasan hukum yang
tertuang dalam UU No. 4 T a hun 1998 tentang Kepailitan masih menimbulkan
I
~ ~~ ·-< ~r ... . . . . }.·
-- ------------------
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
banyak masalah sehingga dengan RUU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang yang sudah dibahas ini diharapkan dapat disahkan.
Sejak diberlakukannya UU Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan,
telah tercatat sejumlah perkata yang diputuskan. Berkaitan dengan perkara
perusahaan asuransi misalnya, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah
memperkarakan antara fa.in China Trust Commercial Bank melawan PT
Asuransi Jasa Indonesia dan perkara Frederick Rachmat HS melawan PT
Asuransl Wataka. Setahun yang lalu, PT Dharmala Saktl Sejahtera Tbk
melawan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia {Manulife). Kemudian beberapa
bulan yang lalu, giliran PT Prudential Life Assurance yang dipailitkan oleh
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Dengan mengambil contoh perkara kepailitan yang terjadi pada
perusahaan asuransi, dapat ditunjukkan bahwa perusahaan asuransl tldak
kebal pailit dan perselisihan yang terjadi antara perusahaan asuransi dan
tertanggung, agen, atau dengan pihak-pihak lainnya dapat diajukan ke
pengadilan niaga. Kasus tersebut tentu akan dialami pula pada perkara utang-
piutang di kalangan dunia nasional yang lain.
Sebenarnya misi awal UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan adalah
agar dunfa usaha yang terkena pengaruh krisis ekonomi dapat survive dan·
beroperasi. Latar belakang lahirnya UU tersebut adalah guna memaksa orang
lain atau badan hukum lain yang tak (mau) membayar minimal dua utangnya
dengan ]alan dipailitkan {dibangkrutkan untuk dipaksa membayar utangnya)
melalui pengadilan, yang dilakukan dengan cars menjual aset-aset yang ·
dimilikl, tidak peduli berapa pun jumlahnya.
Akan tetapi daiam realisasinya terjadi pro-kontra yang sangat besar atas
penerapan UU Kepallitan lni. Ancaman paillt ftu telah menjadl momok bagi ' dunia usaha. lronisnya, ancaman ini juga berlaku bagi usaha yang masuk
dalam kategori sehat. Seharusnya jika suatu perusahaan akan dipallitkan,
perusahaan itu harus dibuktikan bahwa perusahaan tersebut sungguh-sungguh
tak mampu dan tak mau membayar lagl utang-utangnya sehlngga satu-satunya
jalan adalah menyatakan pailit untuk kemudian menjual aset-aset yang ada
untuk membayar utang-utangnya.
2
.. ,
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Peserta S/dang yang kaml hormatl,
Sebelum RUU tentang Kepailitan dan ' Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU). ini disahkan, Fraksi Reformasi mengajukan
beberapa catatan pokok, di antaranya:
Pertama, Kepastlan Hukum
Dalam beberapa tahun terakhir ini ancaman paillt ltu telah menjadi
momok bagi dunla usaha. lronisnya, ancaman ini juga berlaku bagi usaha yang
masuk dalam kategori sehat. Fraksl Reformasl melihat bahwa seharusnya jlka
suatu perusahaan akan dipailitkan, perusahaan itu harus dibuktikan bahwa
perusahaan tersebut sungguh~sungguh tak mampu dan tak mau membayar lagi
utang-utangnya. Dalam melaksanakan UU PKPU ini nanti, Fraksi kami
berharap hal ini menjadi titik perhatian bagi Pemerintah terutama bagl penegak
hukum sehingga dunia usaha mendapatkan kepastlan hukum dalam berusaha.
Jlka kepastian hukum ditegakkan investor juga akan tergiur datang ke
Indonesia.
Kedua, Ketenangan Dafam Usaha
Berkaitan dengan pelaksanaan pasal 2 UU lnf nanti, Fraksl Reformasi ·
lngin memberi catatan terutama berkaitan dengan debltor asuransi, bahwa
seluruh perusahaan asuransl dl Indonesia berada di bawah naungan Direktorat
Asuransi Departemen Keuangan. Namun timbul keraguan terhadap
independensi dan objektifitas Menteri Keuangan terutama berkaitan dengan
"hak eksklusif' yang hanya dimiriki Menkeu yang justru dapat menimbulkan
suatu "kolusi" baru antara perusahaan asuransi yang berusaha terhlndar darl
pailit dan Menkeu.
Di · sisi lain, terdapat kekhawatiran bahwa perusahaan asuransi akan
bertindak "sewenang-wenang" dalam pembayaran hak dan klaim masyarakat
dan investor pemegang polis asuransi, karena merasa "kebal hukum". Jika ltu
yang terjadi, ketidakpastlan hukum kembali tercipta dan usaha untuk
meningkatkan kepercayaan para investor dan masyarakat Indonesia akan
3
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
produk asuransi semakin sulit. Demikian juga pada keglatan usaha lain. Oleh
karena itu, Fraksi kami meminta agar ada kepastian dan ketenangan berusaha
sehlngga kepercayaan masyarakat segera pulih.
K~tlga, Slnkronlsasl Dengan UU Lain
Fraksi Reformasi mengingatkan agar dalam pelaksanaan RUU inl harus
senantiasa mengkonfirmasikan dengan UU lain. Misalnya tentang masalah
perasuransian, maka harus ditelaah dahulu makna dan semangat UU No. 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Sebab, dalam UU No. 2/1992
dijelaskan bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan asuransl
dalam pasal 20 ayat (1) UU No. 2/1992 mengatur secara khusus mengenal
permohonan pailit terhadap suatu perusahaan asuransl.
Keempat, Permohonan Pallit
Fraksi Reformasi mengusulkan bahwa setiap permohonan pallit yang
diajukan melalui Bank Indonesia, Bapepam, dan Departemen Keuangan akan
otomatls membuka langkah investigasi terhadap perusahaan yang diduga
wanprestasi dan mengupayakan penyelesaian sebelum permohonan pailit
diajukan. Permohonan pailit ini baru diajukan jika tahapan-tahapan hukuman
yang diberikan akibat darl kesalahan perusahaan tersebut tidak juga
memberikan solusl yang balk. Atau malahan dlanggap dapat merugikan
kepentingan umum, termasuk para kreditor.
Oleh karena itu, kaml berharap agar seluruh pihak yang terkalt blsa
secepatnya menyelesaikan tugas ini agar tidak tlmbul korban-korban
perusahaan pallit berikutnya yang akan bisa mengorbankan ratusan ribu
bahkan jutaan nasabah.
Pimp/nan Sldang, Menter/ Keuangan, Menter/ Kehaklman dan HAM beserta jajararinya serta anggota dewan yang kaml hormatl,
Berdasarkan pokok-pokok pemikiran di atas, dengan mengucapkan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, Fraksi Reformasi dapat MENYETUJUI
... 4
. ·~.·.·t_, .. •' I '
' . ~ ;
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) untuk dijadikan Undang-undang.
Demikianlah pendapat akhir Fraksi Reformasi DPR-RI, atas
perhatiannya kami ucapkan ~anyak terimakasih.
Wab/1/ahitaufiq walhidayah
Wassslamu 'ala/kum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 22 September 2004
FRAKSI REFORMASI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Ketua, Selqetarla,
Ahmad Farhan Hamid
s
·: . .. , .. ·.· '·
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM