berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu ....

41
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANJA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 24/2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI KAMIS, 7 OKTOBER 2010 Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapat Rapat ke Hari/Tanggal Waktu Tempat Acara Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir : : : : : : : : : : : 2010 – 2011 I Rapat Panja 1 Kamis, 7 Oktober 2010 Pukul 19.30 WIB Ruang Ebony I Hotel Aryaduta Lippo Village Tangerang Membahas DIM RUU tentang Perubahan atas UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konsititusi H.A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si 11 orang dari 28 orang Anggota Panja. ANGGOTA DPR RI : Pimpinan 1. H.A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si 2. H. Sunardi Ayub, S.H. Fraksi Partai Demokrat: 2 dari 6 orang Anggota 1. Didi Irawadi Syamsuddin,S.H,LLM 2. Sutjipto,S.H,MKn Fraksi PDI Perjuangan: 1 dari 4 orang Anggota 1. Hendrawan Supratikno Fraksi Partai Golkar: 1 dari 5 orang Anggota 1. Ferdiansyah, SE,MM Fraksi PKS: 1 dari 3 orang Anggota 1. K.H. Buchori Yusuf, Lc, M.A .

Transcript of berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu ....

Page 1: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT PANJA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 24/2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

KAMIS, 7 OKTOBER 2010

Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapat Rapat ke Hari/Tanggal Waktu Tempat Acara Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir

: : : : : : : : : : :

2010 – 2011 I Rapat Panja 1 Kamis, 7 Oktober 2010 Pukul 19.30 WIB Ruang Ebony I Hotel Aryaduta Lippo Village Tangerang Membahas DIM RUU tentang Perubahan atas UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konsititusi

H.A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si 11 orang dari 28 orang Anggota Panja.

ANGGOTA DPR RI : Pimpinan 1. H.A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si 2. H. Sunardi Ayub, S.H. Fraksi Partai Demokrat: 2 dari 6 orang Anggota 1. Didi Irawadi Syamsuddin,S.H,LLM 2. Sutjipto,S.H,MKn Fraksi PDI Perjuangan: 1 dari 4 orang Anggota 1. Hendrawan Supratikno

Fraksi Partai Golkar: 1 dari 5 orang Anggota 1. Ferdiansyah, SE,MM Fraksi PKS: 1 dari 3 orang Anggota 1. K.H. Buchori Yusuf, Lc, M.A .

Page 2: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

Fraksi PPP 1 dari 1 orang Anggota 1. Ahmad Yani, S.H, MH Fraksi Partai Gerindra : 1 dari 1 orang Anggota 1. Rindoko Dahono Wingit, S.H., M.Hum Fraksi Partai Hanura : 1 dari 1 orang Anggota 1.H.Sarifuddin Sudding, S.H, MH

Fraksi PAN: 0 dari 2 orang anggota - Fraksi PKB: 1 dari 1 orang Anggota 1. Drs. Otong Abdurahman

KETUA RAPAT (H.A. DIMYATI NATAKUSUMAH, S.H., M.H., M.Si) : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat malam, Salam sejahtera bagi kita semua, Yang kami hormati Pak Nardi Wakil Ketua Baleg; serta Para Anggota Panja RUU tentang Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi; Yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM dalam hal ini diwakili oleh Pak Ramli selaku Kepala BPHN dan Dirjen serta jajarannya, Yang saya hormati Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi atau yang mewakili, Yang kami hormati Prof. Ghani dari Mahkamah Agung; serta dari Ahli bahasa dan rombongan pemerintah; Para Sekretariat, Tenaga Ahli, Forum Konstitusi, Hadirin hadirat yang berbahagia,

Puji dan syukur kita panjatkan Allah Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya kepada kita semua sehingga kita dapat menghadiri Rapat Panja pada malam hari ini di Karawaci Tangerang di Imperial Arya Duta.

Sesuai dengan laporan sekretariat, Rapat Panja ini telah dihadiri oleh 15 (lima belas) orang dari 28 (dua puluh delapan) anggota Panja, ini yang menandatangani. Oleh karena itu perkenankan kami membuka rapat ini dan rapat dinyatakan tertutup.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 20.25 WIB)

Pada Rapat Kerja yang lalu Badan Legislasi dan Pemerintah telah membentuk dan menugaskan Panja untuk melakukan pembahasan RUU tentang Pembahasan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Sebelum Panja memasuki pembahasan DIM, tentu saja kita perlu terlebih dahulu menyepakati jadwal acara rapat-rapat panja. Oleh karena itu kami menawarkan acara rapat panja pada hari ini adalah sebagai berikut:

1. Pengantar Ketua Rapat sebagaimana yang telah saya sampaikan; 2

Page 3: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

2. Pengesahan jadwal acara rapat panja; jadwal acara ada di bapak/ibu sekalian ya. Jadi ini tentative sifatnya, ikan cepat ikan gabus, lebih cepat lebih bagus.

3. Pembahasan DIM sebagaimana yang ditugaskan oleh Badan Legislasi kepada Tenaga Ahli;

4. Penutup.

Rapat ini akan berlangsung sampai pukul sesuai Tatib 22.30 WIB ya? Namun dapat dilanjutkan dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan rapat, dan kita mau berapa hari ini disini? 2 hari? Mau malam ini selesai? Kenapa ketawa? Ini bisa selesai, jangan salah ini, apapun tak ada yang tak bisa, tapi akan tentative ya? Apakah acara yang kami bacakan dapat disetujui?

(RAPAT : SETUJU) Acara pertama pengesahan jadwal acara rapat panja dibacakan perlu dibacakan, perlu kami

sampaikan bahwa jadwal acara yang tadi bersifat fleksibel dapat berubah sesuai kebutuhan yang tadi sudah kita sepakati.

Acara selanjutnya adalah pembahasan DIM. Sebelum memulai pembahasan DIM, perlu kami sampaikan hasil kesepakatan dengan pemerintah yaitu masalah yang bersifat tetap sebanyak 116 butir, mungkin sudah dicopy belum? Sudah dicopy ya yang angka-angka ini. Jadi ada yang bersifat tetap, ada yang redaksional, ada substansi dan lain-lain. Belum? Ini ada angka-angka, oh baru itu, tapi intinya nanti kita bahas, 116 butir itu dari nomor 1 sampai 288 itu masalah yang bersifat redaksional sebanyak 31 butir, 2 sampai 286, yang ketiga masalah yang dipertimbangkan dihapus bersifat substansi dan substansi baru sebanyak 141 butir ini yang dibahas oleh Panja, setuju tidak ini? Yang DIM Pemerintah itu yang harus dipertimbangkan ada 141 butir, yang 116 sudah tetap, ini pemerintah ada perbedaan tidak hasil DIM yang awal? Yang dari pemerintah kan sudah ada. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Ini apa yang ini pak, ini beda saya kira. Yang kami terima ini beda dengan yang ada ditayangkan. ………………: Pimpinan,

Saya pikir ini saya kira semua anggota harus mendapatkan bahannya, dibagi, minta kepada sekretariat supaya segera menyiapkannya. Saya kira itu. KETUA RAPAT:

Ini yang mana ini? oh analisa. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Tapi ini berbeda betul kata Pak Ramli tadi ya. Pimpinan,

Yang tetap itu 116 betul pak, yang telah diterimanya itu 75, redaksional 31, substansi 60, substansi baru 6. 3

Page 4: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT:

Ini yang tetap 116, ini dulu ya yang kita pakai, ini belum dibagi? Sudah ya? Kalau yang tetap tidak usah kita bahas ya? Setuju ya? Pemerintah mungkin ada perubahan tidak yang tetap ini, setuju ya?

(RAPAT : SETUJU)

Yang dipertimbangkan dihapus ada 75, yang redaksional 31, kalau yang redaksional kita serahkan ke Timus ya? Setuju tidak? F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn): Pimpinan,

Saya kira yang redaksional itu sebelum diserahkan ke Timus saya kira tenaga ahli dari DPR dan Pemerintah jadi bersama-sama baru nanti diserahkan ke Timus.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ya, setuju ya? Diserahkan kepada tenaga ahli baru ke Timus, bagaimana? Setuju? Pemerintah? Yang kita bahas berarti dipertimbangkan, substansi dan substansi baru, setuju ya? Pemerintah? Setuju ya?

(RAPAT : SETUJU)

Dengan demikian tentunya Panja hanya membahas 141 butir masalah yang selanjutnya harus kita ambil keputusan yaitu kita langsung saja DIM per DIM. Namun sebelum pembahasan DIM mungkin ada hal-hal sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemerintah terkait dengan pembahasan DIM. Kalau ada silakan. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Pimpinan dan Anggota Panja yang kami hormati,

Sebelum kami menyampaikan beberapa tanggapan ini kami akan memperkenalkan dulu siapa yang hadir dari pemerintah. Yang pertama dari sebelah kiri adalah Prof. Abdul Ghani, beliau mewakili sebagai Anggota IKI dan pengurus. Kemudian berikutnya adalah dari 3 (tiga) direktur Bapak … dan Pak Dr. Wahidin Adam di Irjen … kemudian yang hadir lainnya adalah dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, yang dari Setneg, BKN, Komisi Yudisial dan ahli bahasa. Tentang hal-hal yang terkait dengan yang akan dibahas malam ini kami menyetujui sepenuhnya seperti yang telah disepakati dalam rapat kerja kemarin dengan Menteri Hukum dan HAM bahwa yang tetap redaksional itu tidak dibahas di panja ini. Kita akan membahas hanya yang dipertimbangkan dihapus dan substansial.

Terima kasih. 4

Page 5: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT:

Kita lanjut ya? Kita mulai pembahasan DIM. Yang ya, kita lewat, yang tidak, kita bahas. Kita lanjut kepada DIM Nomor, mungkin dari Anggota ada yang mau menyampaikan sesuatu? Lanjut? Ya kita lanjut ke nomor 6, kita satu per satu biar cepat. 6 dulu ya kita mulai dari awal. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya usul, yang kita bahas kan sekarang ini berdasarkan kesepakatan 141 DIM. Oleh karena itu sambil berjalan ini, DIM ini kan dengan angka 2 yang dipertimbangkan dihapus dengan angka 5 substansi baru kan berbeda, kalau kita lihat angka 5 itu bermula dari DIM 6 sedangkan angka 2 di … jadi ini sekaligus saya kira coba dimulai lagi, dibuat lagi pembahasan disitu sambil kita bergegas, tenaga ahli mulailah dari angka DIM 6 ini terus berurutan. Terima kasih Ketua. KETUA RAPAT:

Kita mulai DIM 6 ya? Silakan. DIM 6 RUU DPR sebelumnya adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Tahun 1998 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 316. Jadi tanggapan pemerintah adalah pemerintah mengusulkan untuk menambah dasar hukum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial karena mengatur juga mengenai majelis kehormatan Mahkamah Konstitusi yang anggotanya Komisi Yudisial. Tidak usah dijelaskan kalau disetujui, disetujui tidak? tapi Undang-Undang ini dirubah apa nanti efek coba dari pemerintah? Pak Ramli? Ini kan sedang dalam perubahan Undang-Undang Nomor 22 ini.

Silakan pak. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Kita berbicara existing. Jadi saya kira kita tidak ada masalah kita sebelumnya, karena sampai dengan saat ini Undang-Undang Nomor 22 ini masih sebagai existing law yang menjadi positif.

KETUA RAPAT:

Setuju ya? Anggota?

(RAPAT : SETUJU)

Lanjut. 14 ayat (2) ya, Hakim Konstitusi adalah hakim pada Mahkamah Konstitusi. Pemerintah berpendapat bahwa penambahan ketentuan ini perlu dipertimbangkan kembali karena sudah jelas dinyatakan maupun tidak dinyatakan Hakin Konstitusi adalah Hakim pada Mahkamah Konstitusi. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Terima kasih Ketua. Saya kira apa yang diusulkan pemerintah bisa seperti itu, tapi sebenarnya adalah penegasan

dan disebutkan juga tidak kehilangan makna sesungguhnya. Hakim Konstitusi adalah hakim pada Mahkamah Konstitusi. Usulan pemerintah, pemerintah berpendapat bahwa penambahan ketentuan ini perlu dipertimbangkan kembali karena sudah jelas dinyatakan maupun tidak dinyatakan. Saya kira pencantumkan ini adalah penegasan, kalaupun dicantumkan kan tidak menjadi … supaya tidak salah. 5

Page 6: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT:

Selamat datang Bapak Zen Bajeber beserta rombongan dari forum konstitusi. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya lanjutkan ketua, juga tanggapan dari pemerintah pada halaman berikutnya jika hal ini dirumuskan maka secara teknis … penyebutan hak konstitusi dalam pasal-pasal yang tidak diubah harus dituliskan dengan huruf awal kapital. Saya kira dengan ada perubahan ini secara mutatis mutandis juga diberlakukan juga pak. Nanti biar tenaga ahli untuk merumuskan perubahan-perubahan itu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ya, itu bagaimana dengan Undang-Undang Nomor 10 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan kan harus diulang-ulang memang seperti itu. Dari pemerintah mungkin ada tanggapan? PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Terima kasih Bapak Pimpinan. Ini persoalan teknis sekali sebetulnya. Kita memang membedakan betul kapan kita membuat

Undang-Undang baru dan kapan membuat revisi Undang-Undang. Yang kita lakukan sekarang adalah membuat revisi Undang-Undang. Di Undang-Undang Mahkamah Konstitusi yang lama, tidak ada definisi tentang Hakim Konstitusi. Jadi tidak semata-mata bahwa ini ada atau tidak ada tidak berpengaruh tetapi persoalannya kepada teknis bahwa di Undang-Undang yang lama tidak disebut itu. penyebutan disini kita men-define sesuatu yang tidak ada di Undang-Undang lama, otomatis dia akan mempengaruhi seluruh definisi dan seluruh isitilah yang ada di Undang-Undang lama. Kalau di Undang-Undang yang baru ini kemudian kita sebutkan bahwa ada istilah hakim konstitusi, maka secara teknis penulisannya pun keduanya harus menggunakan huruf besar karena dia akan menggunakan definisi itu. Di hakim H nya besar, di Konstitusi K nya besar.

Dengan demikian maka seluruh kata-kata hakim konstitusi yang ada dalam Undang-Undang yang lama yang kita tidak ubah, itu harus kita ubah mengikuti norma-norma dengan huruf besar tadi. Padahal kita tidak mengubah pasal itu. Akibatnya seluruh pasal yang ada terkait dengan itu harus kita katakan diubah juga dan ini tidak mudah, artinya akan begitu banyak perubahan seolah-olah hanya mengganti cara penulisan itu. Kalau kami menyarankan dari sisi legal drafting maka karena istilah ini pun tidak terlalu penting disebutkan, ini adalah Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi dan bukan Undang-Undang tentang Mahkamah Agung yang mengenal adanya hakim diluar hakim agung, seperti hakim tinggi, hakim pengadilan tinggi negeri. Disini hanya akan kita mengenal satu hakim yaitu hakim konstitusi. Jadi tidak disebut itu juga tidak apa-apa. Oleh karena itu pemerintah mengusulkan jika berkenan bapak-bapak disini untuk kita tidak cukup tidak perlu kita men- define itu dalam satu ketentuan umum.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ya, dari Anggota bagaimana? Pak Tjipto silakan. 6

Page 7: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn):

Ya, saya kira setelah mendengarkan pemerintah karena ini sifatnya sangat teknis bagi kami saya setuju apa yang disampaikan oleh pemerintah meskipun alasan Pak Ahmad Yani saya kira cukup kuat tapi karena ini sangat teknis saya kita kita ikuti saja pemerintah.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Pak Ahmad Yani silakan.

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya kira karena usulan ini tidak substansi secara teknis karena ini atas kesepakatan kita pak kalau DIM seperti ini, maka sesungguhnya secara ini bisa kita berlakukan secara mutatis mutandis itu tadi setelah ada perubahan itu. maka pertanyaan saya tadi kan apakah secara substansi kalau kita sebut hakim konstitusi itu menyalahi atau tidak, itu persoalan pertanyaan saya, kan dijawab Pak Ramli ini adalah menyangkut masalah teknis. Kalau dia bicara masalah teknis menjadi tidak substansi menurut saya. Itulah nanti secara teknis yang berkaitan dengan ini kita perlakukan juga termasuk pasal-pasal yang kita tidak rubah kembali ada perubahan. Ini kan mempercepat sesungguhnya proses pembahasan kita karena substansinya bagaimana mempercepat ini.

Oleh karena itu karena ini kita sudah sepakat perubahannya seperti itu dengan sendiri tidak perlu kita bahas dengan mutatis mutandis itu tidak termasuk. Masalah huruf kapital itu masalah pengetikan di komputer. Kalau sudah buat itu kan sudah terprogram dengan sendirinya. Apalagi Pak Tjip sudah menggunakan teknologi yang baru Ipad itu kan, saya juga belum bisa menggunakan.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Pak Yani ini bicara ayat (2), ayat (2) ini akan di-delete, dihilangkan, setuju tidak? F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Tidak setuju. Alasannya yang dikemukakan … masalah teknis. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn):

Pak Yani boleh ya? Maaf pak ketua, kenapa? Ini kan tidak substantif sekali, bukan, kalau tidak ada ini pun sebenarnya tidak mengurangi makna kalau dari penjelasan pemerintah karena kalau ini dimasukkan akan merubah pasal-pasal yang tidak kita rubah hanya masalah huruf besar huruf kecil tadi masalah teknis dan ini memang dimasukkan tidak dimasukkan tidak mengganggu.

Oleh karena itu kita kan lebih baik mempertimbangkan teknis yang akan merubah banyak sekali kalau ini sampai dimasukkan. Oleh karena itu saya setuju dengan pemerintah karena akan merepotkan, teknis ini mendasar sekali juga. KETUA RAPAT:

Yang lain setuju tidak dengan usul pemerintah? Yang tidak setuju bicara, yang setuju tidak usah bicara. Jadi setuju dengan pemerintah? Pak Yani kita catatan saja ya? Setuju ya? 7

Page 8: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Bukan seperti itu, kalau kita lihat juga dalam DIM pemerintah juga, ada juga kan menyangkut pasal contohnya. Saya memberikan contoh DIM 22 tentang Majelis Kehormatan. Disitu menyebutkan juga ada hakim konstitusi. KETUA RAPAT:

Jadi Pak Yani, ini sebetulnya hanya menyimpulkan pemerintah itu. Jadi tidak mau menambah ketikan lah begitu. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Tidak pak, menurut saya akhirnya menjadi agak substansi juga. Di dalam usulan kalau di Pasal 22 itu disebutkan Hakim Konstitusi, kita lihat Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi yang dibentuk oleh Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, ini usulan pemerintah ya pada DIM 22, untuk memantau, memeriksa dan menjatuhkan sanksi terhadap hakim konstitusi, jadi ada kata-kata hakim konstitusi dan kita tidak menjelaskan apa itu hakim konstitusi pada awal disini di penjelasan di DIM 14 ayat (2) ini, di dalam muncul kata-kata hakim konstitusi ini, kenapa tidak kita munculkan dari awal? KETUA RAPAT:

Pemerintah silakan. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Pak Ramli, di DIM 26 kan ada Ketua dan Wakil Mahkamah Konstitusi dipilih dari anggota Hakim Konstitusi. Kita tahu juga itu kenapa harus disebutkan juga hakim konstitusi kalau logika yang kita ingin pakai adalah logika apa yang dikemukakan oleh Pak Ramli, sehingga akhirnya juga kita mereduksi adalah harus menghapus juga ada kata-kata hakim konstitusi itu.

Terima kasih. PEMERINTAH (PROF.DR. RAMLI):

Sebetulnya pemikiran kita tidak, berbeda dengan apa yang disampaikan Pak Ahmad Yani hanya artinya seandainya ini tidak mengubah cara penulisan secara keseluruhan termasuk yang tidak dirubah, buat kami sebetulnya memasukan isitlah hakim konstitusi fine-fine saja, hanya masalahnya ketika Undang-Undang ini harus mendefinisikan, ini sebetulnya teknis sekali dari legal drafting kita, ketika Undang-Undang ini harus mendefinisikan sesuatu didepan dan istilah itu misalnya hakim konstitusi atau otomatis ketika kita akan berbicara kata-kata hakim konstitusi kita harus menulisnya dengan huruf besar yang tadi karena dia menjadi subyek yang sudah jelas tujuannya. Oleh karena itu seperti misalnya di DIM yang 25 kemudian di DIM yang 22 itu kita menulis hakim konstitusinya itu dengan huruf kecil. Jadi saya kira ini tidak ada perbedaan secara substansial hanya soal tulisan saja. Oleh karena itu daripada kita nanti harus mengubah seluruhnya, karena dalam suatu Undang-Undang yang namanya membedakan huruf besar dan kecil saja bisa dipersoalkan di pengadilan sebetulnya. Oleh karena itu daripada ini secara legal drafting dipersoalkan barangkali akan lebih bagus kalau kita tidak men-define ini.

Terima kasih pak. 8

Page 9: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT:

Ya, sebelum saya putuskan, Forum Konstitusi ini ada Pak ZEN BAZUBER, Pak Mustafa dan Pak Sucipno. Ini saya minta pendapatnya ini terkait dengan ini karena ini sebetulnya ada oke tidak ada juga oke, tapi mana yang lebih baik.

Silakan pak. FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER):

Terima kasih. Yang saya tangkap masalah penulisan, sehingga di dalam pasal 24 c ayat 3 ada penulisan hakim konstitusi huruf kecil, 9 orang anggota hakim konstitusi, kalau di tulis huruf kecil itu jamak, tetapi kalau dia hakim konstitusi tunggal itu huruf kapital itu pengertiaannya di dalam kami menulis konstitusi, sehingga ketika berbicara 9 orang anggota hakim konstitusi ini dapat huruf kecil, itu perbedaannya. Kemudian yang tadi mengenai ada tidaknya pasal satu kebetulan Pak Gani pak, saya yang menangani undang-undang nomor 24 dan konsep dari baleg tidak mencantumkan hakim konstitusi kepada bakal satu, tetapi kalau pengertian yang sudah diketahui tidak perlu kecuali kalau kita mau menyingkat sesuatu yang berulang-ulang tetapi perlu di jelaskan, itu kita berikan pada pasal 1 pengertian, kita tidak menyebut definisi karena yang dimaksud dengan pengertian, jadi sesuatu yang "dengan" itu adalah sesuatu "yang" itu adalah berulang-ulang kan gak perlu, hakim konstitusi juga karena kita berbicara dengan makamah konstitusi otomatis lingkupnya hakim konstitusi yang tidak perlu kita jelaskan di dalam pasal satu ini. KETUA RAPAT: Jadi setuju dengan usul pemerintah pak Zen ya. Pak Yani dapat menerima. F-PKB (DRS. OTONG ABDURAHMAN): Assalammualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Saya menangkap ini kayaknya penting ini pak, yang satu institusi yang satu adalah orangnya, jadi pada saat berbicara institusi adalah, jadi hakimnya itu adalah juga itu. jadi ini pemahaman saya pada pasal 1 dan pasal 2 ini di bacanya satu kesatuan ini. Nah persoalan teknis itu tadi saya kira serahkanlah ini pada ahli teknisnya, tetapi ini substansinya ini adalah satu institusi yang satu adalah hakim itu sendiri. Saya tetap ini. TENAGA AHLI: Assalammualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh,

Terimakasih atas kesempatannya.

Kami mencoba untuk menjelaskan secara prinsip bahwa kenapa kita mendesign ini dan merevisi pasal 1 di ketentuan umum, karena kita (tidak jelas) 2004, karena di lampiran 8 – 9 itu di sebutkan pasal atau istilah yang dimuat pada ketentuan umum hanya istilah yang di gunakan berulang-ulang di dalam pasal-pasal selanjutnya, jadi disini tidak disebutkan di nomenklatur, dan kalau logikanya di 29 hakim agung juga didefinisikan disini makamah adalah lembaga dan hakim agung adalah (tidak jelas) pada makamah agung, demikian. Assalammualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh. 9

Page 10: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT: Mana ini kita ambil kesepakatan terkait pasal ini. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.): Sebenarnya ini pemerintah pak ketua, pemerintah tidak mempersalahkan ini, yang penting konsisten penggunaan huruf kapital, tetapi berdasarkan keterangan Pak Zen sesungguhnya kenapa memaknai kecil itu adalah memaknai jamak. KETUA RAPAT: Coba Prof. Gani berbicara pak terkait ini. Silahkan pak karena hakim agung disebut-sebut. PROF.DR.ABDUL GANI. Assalammualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh. Terima kasih. Pada DIM ini memang (tidak jelas) yang sama, ada politik hukum jadi pertama kalau kita merujuk pada undang-undang informasi, bagaimana seharusnya huruf kecil yang tadi (tidak jelas), kemudian yang kedua adalah hakim (tidak jelas) pada apakah hakim ini (tidak jelas) apa hakim ini (tidak jelas) dengan pasal 24 dengan pasal (tidak jelas) pembahasan KY di dalam undang-undang Dasar disana ditulis (tidak jelas) kehormatan (tidak jelas), kenapa hakim disini dipersoalkan waktu di MK, hakim konstitusi, saya juga bilang undang-undangnya.

Karena MK itu ada kepentingan dengan presiden maka dia putus sendiri persoalannya sendiri, sehingga itu (tidak jelas) padahal sebenarnya kata hakim disini ada kaitannya dengan undang-undang Dasar, dan tugas KY melakukan pengawasan kepada martabat dan perilaku hakim, hakim disini apakah melingkupi dengan definisi ini maka akan terlingkup (tidak jelas) di undang-undang dasar, tapi pendapat saya berbeda dengan pendapat rekan-rekan yang ada disini. Cuma disini beda pendapat adalah kawan berpikir (tidak jelas), mungkin di dalam forum in Pak Dirjen tidak memberatkan (tidak jelas). Sekarang mana yang mau dipilih, jadi adanya itu lebih baik daripada tidak ada, sebab kalau tidak ada mungkin (tidak jelas), adanya seperti tidak adanya, tapi kalau adanya akan lebih baik daripada tidak ada. KETUA RAPAT: Ya terimakasih pak waktunya abis, jadi begini teman-temanku sekalian, kita tidak usah debatable karena pemerintah juga tidak mempersalahkan ini, sebentar belum saya putuskan kalau teman-teman belum setuju. Jadi pemerintah tidak mempermasalahkan ini, tapi kalau ini hilang malah Pak Yani dan Pak Otong mempermasalahkan, teman-teman juga tidak mempermasalahkan kalau ini ada, berarti lebih baik bila tadi prof gani mengatakan ya sudah, kalau ini adapun tidak jadi masalah, hanya penulisannya saja disesuaikan berdasarkan tata bahasa hukum yang benar, gitu ya. Silahkan Pak Cipto. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn):

Yang saya mau tanyakan kepada pemerintah, sekiranya ada tapi tulisannya kecil bagaimana menurut pemerintah, apakah juga masih menggangu masalah teknis, itu yang kami mau tanyakan kepada pemerintah. jadi tidak huruf besar tetapi kecil.

10

Page 11: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Dirjen. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Terimakasih pak, ini memang sesuai kebiasaan dan kalau misalnya kita mendefinisikan itu dibuka maka kita tidak mungkin menulisnya dengan huruf kecil, artinya huruf depannya harus huruf besar. Tetapi saya memberikan beberapa contoh misalnya begini pak, ini ada contoh di undang-undang Nomor 10 ketika dia menyebutkan satu kata-kata satu definisi tertentu pak, peraturan perundang-undangan, maka setiap kali menyebut kata itu maka dia selalu harus menggunakan huruf besar, kalau itu di definisikan di depan sebagai satu ketentuan hukum, tetapi kalau tidak disebut maka ditulis kebelakang itu dengan huruf kecil, ini sebetulnya normat yang ada di undang-undang nomor 10 dan saya katakan tadi, pada prinsipnya ini ada tidak ada ini kalau secara substansi ini kan tidak masalah hanya terkait dengan penulisan saja, kalau misalnya nanti kita semua sepakat karena itu dihilangkan karena kita konsisten dengan undang-undang nomor 10 itu lebih baik lagi bagi kami, tapi kalau misalnya berpikiran lain bahwa ini harus ada tetapi kita memberikan keterangan bahwa yang dimaksud dengan ini adalah tidak huruf kecil misalnya, kita harus mencarikan bagaimana formula untuk mengatakan itu, ini saja. Secara substansi sebetulnya bagi kita tidak kok, seperti yang disampaikan Pak Gani tadi, ada lebih bagus tidak ada lebih bagus, barangkali itu ada pendapat yang bisa kita terima, yang jadi masalah adalah teknis penulisan yang sementara ini selalu kita gunakan di kementerian hukum dan ham. KETUA RAPAT: Ya itu bisa diserahkan kepada legal drafter ya. Jadi atau ada ahli bahasa di belakang itu yang bisa menerangkan, ya silahkan bu. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn):

Pimpinan sebentar, jadi maksud saya begini, kan tadi ini kan di ketentuan umum, di ketentuan umum kan tidak mungkin ada penjelasan kan, ya prof ya, di ketentuan umum tidak mungkin ada penjelasan kan, oleh karena itu cobalah kita renungkan kita mencari yang terbaik itu, ini ada dan tidak ada kan substansinya sama, jadi meskipun kita usulkan dari DPR udah dirumuskan oleh tenaga ahli kita, tetapi kalau di dalam urusan teknis ini sangat penting, karena teknis ini juga bisa lari ke substansi kalau salah-salah tulisnya, tolong dipikirkan betul masalah teknis pun sangat penting bisa mengarah ke substansi, karena masalah huruf besar dan huruf kecil itu nanti di pengadilan bisa banyak masalah. KETUA RAPAT: Silahkan bu ahli bahasa saya ingin mendengar dulu. AHLI BAHASA: Terimakasih bapak, pada dasarnya dari segi bahasa itu pengajuan untuk penulisan huruf kapital atau huruf kecil itu juga mengacu kepada undang-undang nomor 10, jadi tidak jauh berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh Pak Ramli. 11

Page 12: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT: Ya setuju ya, ini tidak di delete, bahwa ini tetap ada, hanya disesuaikan nanti cara penulisannya, setuju ya, biar cepet ini. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn):

Saya kira biar pemerintah menjawab bagaimana penulisannya, karena ini bermasalah, jadi kalau ditulis di ketentuan umum ini kan sudah jelas, kalau ditulis di ketentuan umum tadi kan sudah jelas ketentuan umum kan huruf besar, tetapi kalau ditulis huruf besar itu berpengaruh pada pasal-pasal yang tidak dirubah, ini kan dari maknanya nanti ganda, oleh karena itu harus kita pikirkan, jadi kita mana lagi yang terbaik, jadi meskipun kita usul kita, tapi kalau ada pemerintah yang lebih baik kita juga harus mengerti apa yang disampaikan oleh pemerintah. KETUA RAPAT: Ya ini kan kita mengacu kepada kesepakatan bersama, pada intinya adalah ini diserahkan cara penulisannya pada TA, nanti dirumuskan pada timus, ya setuju ya, ya silahkan Pak Ramli. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Bapak pimpinan, memang tadi dikatakan ini nanti akan sangat prinsipil, ketika ini mengubah, walaupun hanya mengubah cara penulisan, ini akan mengubah undang-undang yang tidak diubah pasal-pasalnya, daripada ini nanti akan menjadi ambigu, akan menjadi persoalan-persoalan dengan hanya merubah huruf, karena kalau kami disuruh untuk memilih, kami memilih untuk tidak ada disini, karena definisi ini pun sangat umum, kalau misalnya mengatakan hakim institusi adalah hakim pada makamah institusi yang berkualifikasi negarawan itu baru, tetapi hakim konstitusi adalah hakim pada makamah konstitusi ini semua kita tahu bahwa ini adalah hakim konstitusi karena undang-undang ini kan adalah undang-undang tentang makamah konstitusi, tidak ada hakim lain disitu kecuali hakim konstitusi, jadi dengan dengan demikian daripada kita berhadapan dengan persoalan-persoalan teknis yang nanti akan menjadi prinsip, pemerintah memilih untuk mendelete ini sebetulnya. KETUA RAPAT: Jadi ini yang tidak ada kata lain, ingin ini betul-betul di delete, kalau begitu ini kita pending dulu ya.

KETOK SATU KALI

Ini gak akan ketemu soalnya, ya pasal berapa, ini perlu studi perbandingan ke jerman ini. Pasal 26 DIM 22, pasal 22 hanya redaksional nanti kita ini ya, pasal 26 ya. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.): Sebentar dulu pak, ini 22 ini kalau kita lihat dengan seksama ini tidak hanya redaksional pak, Majelis kehormatan Makamah Konstitusi (dari usulan DPR) adalah perangkat yang dibentuk oleh makamah konstitusi untuk memantau memeriksa dan merekomendasi tindakan kepada hakim konstitusi yang diduga melanggar etika perilaku hakim konstitusi. Sebentar diusulan perubahan Majelis kehormatan Makamah Konstitusi adalah majelis yang dibentuk oleh makamah konstitusi dan komisi yudisial, ini sudah subtansi berbeda, ini bukan redaksi, disini di usulan kita, bahwa otoritas membentuk 12

Page 13: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

tentang majelis kehormatan ini ada di makamah konstitusi, di usulan pemerintah ada usulan itu bersama-sama dengan Komisi Yudisial, ini tidak redaksional ini substansi, oleh karena itu ini harus kita bahas, ini makanya juga ini tenaga ahli ini juga, ini kan juga saya sudah usulkan ini dari tadi ini, DIM ini sudah berurutan saja dari 6 sampai seterusnya begitu. KETUA RAPAT: Coba mohon tanggapan pemerintah di DIM 22. Ini ada usulan dari pemerintah. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Ya, kali ini memang bapak pimpinan, kami mengapresiasi yang disampaikan oleh Pak Ahmad Yani ini, pasal 22 ini usulannya substansial tidak hanya redaksional, karena kita berbicara bahwa ada dua subjek yang akan membentuk majelis kehormatan, kemudian malahan kita menambahkan dan menjatuhkan sanksi, malahan progresif kedepan, kemudian terhadap hakim konstitusi yang melanggar kode etik dan perilaku hakim konstitusi dalam rangka menjaga ada juga kata-kata menjaga, menegakkan kehormatan, menggugurkan martabat, serta perilaku hakim, yang pertama kita mendapat subjek variabelnya, yang kedua kita mendapatkan variabel menjatuhkan sanksi, dan yang ketika kita membatasi apa saja yang boleh dilakukan oleh majelis kehormatan itu hanya untuk soal-soal yang menjaga kehormatan, keguguran martabat dan perilaku tidak diluar itu, ini saya pikir lingkupnya lebih tegas pak. Terima kasih. KETUA RAPAT: Pemerintah membuat DIM seperti ini, sedangkan TA kita membuat DIM seperti ini, tetapi begitu kita liat kondisional yang ada, pasal 22 benar Pak Ahmad Yani ini terjadi perubahan substansi jadi bukan kalau disini 22 hanya redaksional, ini bukan redaksional, kebetulan saya ketua panja KY juga, yang jelas yang namanya KY itu disana ada sudah di judicial review oleh makamah konstitusi, nah maka pasal ini juga di review oleh makamah konstitusi, maka dengan sendirinya peran KY ini tidak terlalu melebar terhadap makamah konstitusi, jadi ini Pak Ramli, jadi memang apa yang diusulkan oleh DPR ini berbeda dengan usulan pemerintah, kalau pemerintah bahwa makamah konstitusi dan komisi yudisial itu betul-betul membuat majelis kehormatan, ini yang kita lihat sekarang ini, majelis kehormatan makamah konstitusi adalah majelis yang dibentuk oleh Makamah Konstitusi dan Makamah Yudisial, sedangkan di redaksi DPR adalah, Majelis Kehormatan adalah dibentuk oleh Makamah Konstitusi, inilah yang menjadikan perbedaan substansi sebenarnya, maka mana yang kita mau ambil ini, kalau menurut saya daripada ini kena yudisial review lagi ini kita sesuaikan saja bahwa majelis kehormatan ini di bentuk oleh MK tapi dengan unsur diantaranya unsur KY satu, dibawahnya ada dari unsur MK nya 2 jadi ada komisinya 2, itupun di split 2 itu, satu dari akademisi, yang satu lagi mantan hakim agung, atau mantan hakim konstitusi, nah ini yang mau kita benarkan yang dua-dua ini, silahkan teman-teman anggota. Silahkan. F-PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., M.A.): Pimpinan, ya terima kasih. Sesungguhnya DIM nomor 22 usulan pemerintah ini cukup progressif ya, kalau mengandung 3 hal mendasar, yang pertama berkenaan dengan aspek atau pihak yang akan membentuk majelis kehormatan, yang kedua menyangkut substansi aspek mendasar kedua, kewenangan pejatuhan sangsi yang dilakukan oleh majelis kehormatan itu sendiri dan yang ketiga membatasi sesui dengan amanat undang-undang dasar khususnya pada pasal 24 huruf c ayat 1. Ini sangat progresif tadi saya katakan, saya ingin menanyakan kira-kira apa listning pemerintah punya satu keahlian besar untuk memasukan 13

Page 14: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

disini, padahal pasal ini sebagian juga telah termuat di dalam undang-undang yang lama dan kemudian di judicial reviewkan yang kemudian di kabulkan, in saya mau mendengarkan listneng dari pemerintah, atau mungkin ada satu hasil kajian tertentu sepanjang keberadaan makamah konstitusi yang kemudian dipandang tidak sesuai dan tidak menjunjung tinggi terhadap amanat pasal 24 huruf c itu, saya mohon penjelasan dari pemerintah terimakasih. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Silahkan. Terimakasih bapak pimpinan ini ada 2 alasan prinsipil yang membuat pemerintah memasukkan komisi yudisial, yang pertama adalah bagi makamah konsitusi dan makamah yudisial adalah dua lembaga negara yang lahir dari konstitusi, jadi dia pada levfel satu sebagai suatu lembaga yang dilahirkan dari konstitusi jadi dua-duanya mempunyai drerajat yang sama sebagi lembaga negara pada level satu, yagn kedua sebetulnya contoh lain itu ada di undang-undang tentang makamah agung, sebenarnya disana dikatakan di pasal 11 a ayat ketujuh, majelis kehormatan hakim di bentuk oleh makamah agung dan komisi yudiasial jadi tidak oleh makamah agung, jadi ada kata-kata meng-combine antara makamah agung dan komisi yudisial, oleh karena itu berdasarkan analog dengan ini kita juga menganggap bahwa mengcombine ini adalah sesuatu yang lebih bagus dan lebih progresif. KETUA RAPAT: Ini pemerintah mungkin KY ini diciptakan mungkin untuk mengawasi hakim agung, jadi hakim konstitusi tidak diawasi oleh KY. Ya silahkan. F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.):

Pimpinan sebentar pimpinan, selama ini reformasi peradilan ini sesungguhnya setiap hakim ini harusnya ada yang mengawasi sampai hari kan seperti kita ketahui makamah konstitusi ini kan hakim-hakimnya tidak ada yang mengawasi, kekuasaan yang tidak terbatas ini yang tanpa pengawasan tentu sangat rawan sisi politis dan sebagainya, saya rasa ini usulan pemerintah ini sangat realistis dan progressif saya setuju tadi, rekan dari PKS mengatakan demikian, karena disini kita ingin juga peranan KY sebagaimana yang kita revisi sekarang ini menjadi kuat inilah salah satu implementasinya pengawasan hakim MK ini, saya pikir dari demokrat ini mendukung rumusan pemerintah. KETUA RAPAT: Ya bukan soal dukung mendukung, ini konstitusi maka forum konstitusi yang harus kita dengarkan sebentar ya. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.): Sebentar pak ya, saya rasa ini menjadi betul-betul substansi , kita tidak hanya melihat bahwa semaganta progressif revolusioner kalau mau dilihat seperti itu, tidak seperti itu juga, kalau kita lihat bahwa makamah konstitusi ini saya pikir agak berbeda dengan makamah agung, wilayahnya karatannya juga berbeda, kalau kita mengingat bahwa ini ada rumusan MK, ini kan ada rumusan MK juga, putusan MK ini kalau tidak salah ini kalau tidak salah memutuskan di dalam pertimbangannya bahwa MK bukan wilayah yang diawasi oleh komisi yudisial, yang mengajukan gugatan ini kan dari Makamah Agung dari Pak Abdul Kadir atau Pak Joko pada waktu itu, ini kan dalam konteks pada waktu itu bagaimana KY ingin melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap hakim agung seperti itu, dan ini juga berimplikasi DIM 22 ini juga berimplikasi kepada DIM berikutnya yaitu DIM 142 dan DIM 143, oleh karena itu sesungguhnya memang kita perlu bahwa perlu ada pengawasan, memang 14

Page 15: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

makamah konstitusi tidak bisa tidak diawasi, persoalan kita bukan perlu atau tidak perlu, maksud saya pembentukan dinstituti pengawasan ini di netral disana, pemerintah mengusulkan pembentukannya adalah join institusi, satu

Makamah konstitusi dan satu KY, dengan mengacu juga dengan undang-undang makamah agung ya bang hamdi ya. Ini yang menurut saya disepandankan dengan hakim undang-undang makamah agung ini dalam Ketutusan MK ini menjadi problrem juga, kecuali tidak ada keputusan MK, baik seperti ini, oleh karena itu usulan saya bahwa apa yang telah kita usulkan di DPR berdasarkan seperti ini menurut saya bisa kita pertahankan. Tapi ini tidak semata-mata Pak Chip bahwa kita juga mau mempertahankan tidak, kalau usulan kita masih bisa kita pertahankan kalo bisa, kalau gak kita delivery, saya tetap masih dalam pertimbagan sekarang ini dengan keputusan yang ada seperti itu, pasal 22 usulan kita masih tetap dipertahankan terimakasih. F-HANURA (H. SARIFUDDIN SUDDING, S.H., M.H.): Saya kira memang ini perlu pengkajian secara mendalam ya, betapa mendalamnya dengan frasa majelis kehormatan makamah konstitusi adalah majelis yang dibentuk oleh makamah konstitusi dan komisi yudisial, saya kira kerja kita mengacu seperti ketua tadi sampaikan, mengacu kepada rancangan undang-undang komisi yudisial memang makamah konstitusi tidak pas di dalam wilayah yudisial, tetapi disitu disebutkan hakim adalah hakim dan hakim adhoc yang ada id makamah agung, tidak masuk kedalam hakim di wilayah konstitusi, ketika kita dengan frasa apa dibentuk makamah konstitusi dan komisi yudisial nantinya akan bertentangan dengan rancangan undang-undang yang ada di komisi yudisial, makanya saya sepakat dengan Pak Yani, bahwa kita kembali ke dalam rancangan undang-undang DPR. KETUA RAPAT: Saya lebih seneng kalau mendengar prof gani dulu dh, karena Prof Gani kalau tidak salah ikut mengusulkan judicial review ini. Ya pak. Ya silahkan Pak Cipt. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn):

Mungkin sebelum kepada kawan-kawan dari forum konstitusi kebetulan waktu itu saya juga (tidak jelas), jadi dalam pembahasan-pembahasan yang sangat intensif memang sebenarnya pada waktu bicara pengawasan mengenai komisi yudisial itu memang tujuan utama ini adalah pengawasan kepada hakim agung, oleh karena itu di dalam susunan konstitusi kita pun juga kelihatan. Jadi memang pada waktu kita bicara Pasal 24 ini kekuasan kehakiman, lalu 24a bicara masalah Mahkamah Agung, lalu pada waktu 24b kita langsung bicara Komisi Yudisial. Mengenai Mahkamah Konstitusi di 24c. Jadi kalau memang pengawasan itu tujuannya adalah hakim agung dan hakim konstitusi mestinya Pasal 24c ini adalah yang Komisi Yudisialnya, sedangkan mengenai hakim agungnya mestinya naik ke 24b.

Jadi oleh karena itu memang pengawasan terutama hakim agung, kenapa? Karena hakim konstitusi ada persyaratan khusus yaitu sebagai negarawan. Jadi kalau negawaran itu sebetulnya tidak harus mendapatkan pengawasan yang seperti hakim agung, apalagi pada waktu kita merumuskan kan ini masih lembaga yang baru, sehingga memang kita terus terang saja tidak banyak bicara masalah pengawasan hakim konstitusi.

Oleh karena itu mungkin Pak Zen dan kawan-kawan yang Forum Konstitusi itu mungkin bisa lebih membahas di penjelasan ini. Terima kasih, bukan bertentangan tapi bahwa saya bicara adalah sesuai dengan ya jadi kita bukan karena fraksinya tapi kita sebenarnya begitu.

Terima kasih. 15

Page 16: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT:

Ya, berdasarkan Undang-Undang Dasar putusan Mahkamah Konstitusi itu bersifat final. Silakan Pak dari Lintas Forum Konstitusi.

FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER):

Pertama-tama kalau kami dari Forum Konstitusi datang ke tempat seperti ini kami rapat ... rapat tentang pengertian yang kami letakkan didalam konstitusi. Jadi apa yang saya kemukakan bukan pendapat pribadi saya walaupun perumusan terakhir susunan pasal-pasal itu saya ketua Timusnya di Komisi ... sehingga apa yang diterangkan oleh Pak Cipto tadi memang sebagian besar bahwa Komisi Yudisial itu tidak persoalkan pada waktu kita mempersoalkan hakim-hakim dengan putusan yang atas nama Ketuhanan Yang Maha Esa lalu terasa perlu ada pengawasan, karena kalau kita memakai istilah pengawasan waktu itu, ada yang keberatan, sistem hukum kita banyak dipengaruhi oleh Belanda dan lain-lain itu sangat sensitif terhadap campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman. Kalau yang kita maksudkan pengawasan seperti yang diartikan seperti itu umum tentu kita tidak memakai kata-kata yang terlalu berbelit-belit ini kan didalam konstitusi dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan dan seterusnya. Apa susahnya mengatakan diawasi kan tapi tidak memakai kata-kata seperti itu dan tentunya ada maksudnya, bukan yang dimaksud untuk pengawasan seperti yang berlaku didalam lembaga-lembaga lain, sehingga tidak mungkin pengawasan itu menyentuh sampai kepada masalah teknis, karena persyaratan menjadi Anggota Komisi Yudisial berbeda dengan persyaratan menjadi Anggota Mahkamah Agung maupun Mahkamah Konstitusi. Jadi tidak mungkin pengawasan itu termasuk kepada mengawasi melalui putusan, orang yang mengawasi keputusan kalau dia lebih berpengalaman dari yang diawasi, sehingga tujuannya menjaga perilaku, apakah hakim ini pemabuk, mabuk-mabukan di restoran dan sebagainya.

Jadi bukan semata-mata karena masalah permaintan uang dan tapi tingkah laku yang terhormat ini perlu dijaga. Kemudian diletakkan di Pasal 24b ini ada 2 (dua) masalah, pertama, dia terkait dengan 24a, walaupun Komisi Yudisial bukan kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial adalah badan-badan lain sehingga berkaitan dengan kekuasaan kehakiman ayat (3) dari Pasal 24 karena keterkaitan dalam pencalonan hakim agung.

Lalu berikutnya itu karena dia tidak mengikuti juga kepada hakim konstitusi. Ini negawaran seperti yang dikatakan bahwa ada yang dipilih dianggap bukan negarawan, salah yang memilih kan? Tapi yang dikehendaki oleh konstitusi barangkali negarawan sehingga masalah fungsi apa masalah itu sebenarnya kalau didalam benak saya pada waktu itu ya seperti Pak Ruslan Abdul Ghani, jadi dia mengerti konstitusi ketatanegaraan tidak harus ahli hukum, karena ahli hukum itu dari Mahkamah Agung, tiga yang dari Mahkamah Agung, mereka profesional itu tapi yang dari DPR, kita tidak berbicara tentang gambaran, terserah kepada pemerintah dan kepada DPR, jadi sekalian saya bicara tentang persyaratan menurut gambaran kami pada waktu membuat Mahkamah Konstitusi. Sehingga mengkaitkan Komisi Yudisial sebagai bagian daripada Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi sehingga akan menimbulkan persoalan konstitusi yang ya kalau saya 99% kalau ada yudisial review ke Mahkamah Konstitusi pasti juga akan dikatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Jadi kalau Komisi Yudisial itu suatu lembaga walapun sama dengan Mahkamah Konstitusi tapi dia punya kompetensi yang berbeda. Dia lembaga yang melaksanakan 2 (dua) kompetensi tadi yaitu dicalonkan hakim agung dan ini. Jadi tidak merangkap kesana kemari lagi. Jadi saya kira ini dari tanggapan dari hasil perdebatan kami pada waktu membuat urut-urutan pasal ini maupun sebatas mana sebenarnya Komisi Yudisial itu bertugas

KETUA RAPAT:

Bagaimana dari pemerintah masih tetap bertahan ini atau sudah lumer? 16

Page 17: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Terima kasih. Saya menikmati betul pelaku sejarah yang bicara tentang asbabun nuzul, memang luar biasa

sekali, tapi juga kami sebetulnya sebelum membahas ini sempat berkonsultasi beberapa dengan Mahkamah Konstitusi dengan Pak Mahfud dan mereka welcome dengan pengawasan ini. Barangkali ini pemikirannya berbeda dengan yang sebelumnya yang membatalkan itu tetapi ketika kita bicara dan ini mengatakan bahwa ya mungkin pada saat sekarang seperti dilihat bahwa hakim konstitusinya punya kredibilitas yang tinggi dan seterusnya tidak masalah tapi suatu saat alasan itu memang sangat diperlukan.

Oleh karena itu dengan pemilihan-pemilihan semacam itu maka kami berpikir bahwa majelis kehormatan seperti yang diusulkan DPR itu menjadi sangat penting. Persoalannya adalah apakah dalam pembentukan majelis kehormatan ini kan usulan DPR juga tetap melibatkan Komisi Yudisial nantinya hanya masalahnya tidak di-define di ketentuan umum, apakah nanti usulan itu akan melibatkan Komisi Yudisial pada saat pembentukannya atau Komisi Yudisial hanya direkrut pada saat majelis kehormatan itu dibentuk, buat kami ini diserahkan ke forum saja tapi intinya ujung-ujungnya bahwa kombinasi antara MK dengan KY dalam suatu majelis kehormatan itu menjadi sangat penting. Kami terbuka saja untuk ini pak apalagi setelah mendengar asbabunnuzul tadi. KETUA RAPAT:

Jadi setuju dengan usul DPR ya? Setuju? F-PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., M.A.):

Pimpinan, sebentar. Saya ada hal lain yang ingin saya sampaikan. Hal lain terkait masih tetap pada DIM 22. Jadi pertama pada dasarnya saya setuju bahwa Hakim Konstitusi juga harus diawasi dalam bahasa lisan kita meskipun bahasa tulisan perlu dilembutkan karena dia mengatasnamakan Ketuhanan Yang Maha Esa tadi itu.

Yang kedua, dalam usulan pemerintah ini, ini memang ada beberapa hal yang kalau kita cermati agak kesulitan dipraktekkan. Pertama misalnya, terkait dengan pembentukan, disitu dikatakan dibentuk oleh Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, kalimat dan ini kan kesetaraan ekualitas tidak ada yang lebih tidak ada yang kurang. Ketika ini nanti dipraktekkan itu akan mengalami problem besar yaitu hakim yang diduga melakukan suatu pelanggaran pada akhirnya tidak terawasi sama sekali hanya karena siapa yang lebih dahulu membentuk dan ini menjadi problem itu nanti. Praktek-praktek didalam gengsi kelembagaan di kita ini masih belum bisa ditutup mata didepan kita. Karena itu misalnya saya mengusulkan kalaulah demikian halnya dan saya setuju bahwa pembentukan majelis itu harus menyertakan keduanya tetapi tidak dengan kata-kata dan, mungkin dengan kata-kata Mahkamah Konstitusi bersama hakim atau Komisi Yudisial. Jadi kalimat bersama ini sebenarnya kalau kita menggunakan bahasa lain terjemahkan dengan bahasa arab misalnya pak, itu punya perbedaan yang detil, alma’iah dengan almu’azanah. Jadi ada suatu al jamwu, aljamwu disitu wawu biasanya dan itu biasanya sama. Sama, tidak ada perbedaan sama sekali sehingga ada equalitas dalam sisi hukum, dalam sisi kebersamaan, tapi ketika ma’arrojul bersama seorang laki-laki, dia bisa berjalan dulu baru ditarik, ini pengertian languistik, bahasa. Bangsa Indonesia juga banyak mengacu kepada bahasa Arab.

Jadi saya kira ini dengan demikian bersama Komisi Yudisial itu memiliki makna yang berinisiatif berarti adalah Mahkamah Konstitusi ketika dia bersama. Kalau tidak salah mungkin didalam Undang-Undang Mahkamah Agung itu berkenaan dengan masalah pembentukan majelis kehormatan juga katakan tidak ada, tetapi mungkin bersama atau kalimat yang lain, itu kalau tidak salah. Ini kaitan dengan masalah dengan equalitas. Jadi kalau begitu ini akan mengalami problem pak, karena itu kemudian saya pernah mendengarkan langsung dari Mahkamah Agung dan saya juga pernah 17

Page 18: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

mendengarkan langsung dari Komisi Yudisial, bahwa Komisi Yudisial sering ketinggalan kereta, artinya tidak diajak, karena kemudian sama sudah, tapi kalau kemudian ada salah satunya yang memiliki kewenangan sedikit lebih itu nanti dia akan bisa berinisiasi. Kasus beberapa hakim misalnya yang lalu bagaimana kemudian kewenangan antara hakim yang memeriksa Gayus, antara Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung menjadi problem. Ini kaitannya dengan masalah kalimat dan tadi itu. Oleh karena saya mengusulkan lebih lembut sedikit, bersama begitu. Ini yang pertama.

KETUA RAPAT:

Masih ada ini. F-PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., M.A.):

Masih ada, memang panjang KETUA RAPAT:

Ini pemerintah sudah setuju dengan kita. Apa kita mau tidak setuju dengan kita sendiri. Pemerintah sudah setuju dengan kita. Ini kan kita sudah punya rumusan sendiri. F-PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., M.A.):

Rumusan kita saya belum setuju semua ini pak, boleh saja kan? Itu satu. Kalau di rumusan kita kan tidak menyertakan jadi disini adalah oleh Mahkamah Konstitusi tidak

menyertakan Komisi Yudisial. Jadi Pak Dimyati sebagai Pimpinan mohon maaf ini berbeda, ini bukan hanya redaksional ini substansi. Jadi pada prinsipnya saya setuju bahwa pembentukan itu harus bersama kedua lembaga itu jika diberikan kewenangan.

Yang kedua, saya juga setuju bahwa memberikan kewenangan majelis tersebut bukan sekedar mengeluarkan rekomendasi tetapi kemudian memberikan menjatuhkan sanksi, ini tidak ada didalam DIM di DPR ini pula. Karena itu perlu diadop. Jadi dengan demikian apa yang kemudian diusulkan pemerintah dan diusulkan oleh DIM kita sendiri perlu ada jalan tengah. Hanya saja yang kalimat terakhir itu saya setuju dalam konteks di usulan pemerintah ini terlalu panjang, karena disitu misalnya memasukkan dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat saya kira itu setuju secara substansinya tapi tidak perlu dimasukkan, kenapa? Karena ini nanti akan menimbulkan tafsir lain, tafsir jalan lain nanti akan muncul ini, kalau tafsir jalalain bagus, tapi jalan lain pak, kenapa tafsir jalan lain? Karena bisa saja maksa menegakkan kehormatan itu berbeda dengan perilaku, kalau perilaku, apa yang tertuang dalam kode etik, tapi kalau kehormatan bisa saja kepada putusannya.

Jadi dengan demikian tadi apa yang disampaikan pelaku sejarah bahwa kita tidak membayangkan bagaimana Komisi Yudisial itu mengawasi terhadap hakim dalam hal putusannya, sebab kalau masuk pada putusannya itu nanti terlalu jauh, toh jumlahnya atau kualifikasi yang masuk didalam Komisi Yudisial juga beda.

Oleh karena itu tidak perlu memasukkan kata-kata ini, ini kata-kata yang diadop cukup melanggar kode etik dan perilaku hakim konstitusi. Saya kira itu.

Terima kasih pimpinan. 18

Page 19: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT: Ya Pak Bukhori ini dengan dalil-dalilnya cukup ini juga. Ini pemerintah sudah setuju dengan

usul inisiatif DPR. Pak Ramli sudah setuju dengan DIM 22?

(RAPAT : SETUJU) PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Bapak Pimpinan dan anggota yang kami hormati,

Pada prinsipnya majelis kehormatan itu kan ada 3 (tiga) unsur. Mahkamah Konstitusi, akademisi dan kemudian komisi. Jadi kalau dibelakangnya kita sudah pegang betul bahwa usul itu tidak mungkin lepas, maka kami tidak menganggap ini prinsipil sebetulnya pak. KETUA RAPAT:

Setuju ya?

(RAPAT : SETUJU) F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya kira kita membuat undang-undang ini juga kan harus berwujud juga dengan konstitusi atau diuji juga personalitasnya. KETUA RAPAT:

Pak Yani setuju tidak? F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Ini bukan masalah persetujuan, jadi ini juga untuk. KETUA RAPAT:

Nanti saya kira setujui dulu baru bicara, setuju ya? F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.):

Pasal belakangnya pasal berapa ini kaitannya. KETUA RAPAT:

Ada, pasal dibelakangnya ada. F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.):

Harus ada jaminan bahwa pasal di belakangnya. 19

Page 20: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Dibaca dulu pak DIM 143, kita bicara DIM bukan pasal. KETUA RAPAT:

Jadi otomatis undang-undang ini dengan batang tubuhnya merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan. Tidak bisa dipisahkan.

Pak Didi silakan. Mestinya kalau dari awal bersama-sama membahas sudah tahu.

F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.):

Saya bahwa DIM 142 ini benar-benar. KETUA RAPAT:

Tidak, kalau dari awal kita membahas undang-undang ini, ini kan kita sudah bahas sejak awal, kita harusnya sudah tahu.

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Sudah berkali-kali pak kita bahas pak. Ini kacau, ini tidak pernah datang, ikut bahas lagi. KETUA RAPAT:

Sudah baca Pak Didi? Sudah? F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.):

Saudara Ahmad Yani kok enak saja begitu ya. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Ini kan sudah kesepakatan seperti itu. KETUA RAPAT:

Sudah baca belum? Sudah ada ya? Setuju ya? F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.):

Ya, maksudnya pasal ini perlu penjelasan dari pemerintah juga kalau ini berkaitan dengan ini. KETUA RAPAT:

Setuju ya? 20

Page 21: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Ini adalah mempercepat ini, kalau tidak, kita tidak pernah cepat pembahasan ini kalau seperti ini terus. Makanya tadi saya mengatakan ini ada juga kesalahan staf, menyusun ini juga kan sudah kita bilang tadi, susunan DIM-DIM ini tidak lagi dengan klasifikasi ini, karena kita sudah sepakat 141 DIM, maka berurailah dari DIM 14 dan lain sebagainya. Jadi ini mekanisme mempercepat. F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.): Pimpinan,

Saya mohon ingatkan Saudara Ahmad Yani agar jaga perilaku terhadap hak konstitusi kita. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Tidak perlu diucapkan. KETUA RAPAT:

Sudah ya, disetujui ya?

(RAPAT : SETUJU)

Oke, tidak usah ini, kita tenang saja, tidak apa-apanya ini, lanjut DIM 25 ya. F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO): Pimpinan sidang,

Jadi tadi. KETUA RAPAT:

Setuju RUU kita?

F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO):

Kita setuju tetapi rumusannya kan ditambahkan menjatuhkan sanksi tetap ya? KETUA RAPAT:

Tidak ada penambahan, tetap ini.

F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO): Karena dalam hal ini saya ingin mengendors apa yang disampaikan oleh Pak Bukhori, karena

unsur yang positif di sini. 21

Page 22: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT:

Ini DIM kita, kalau kita balik lagi, kita perankan lagi. F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO):

Hanya menambahkan menjatuhkan sanksi saja. Ini kan kombinasi yang bagus supaya membuat majelis ini lebih berwibawa. Saya kira yang positif harus kita ambil base mixing positive side. KETUA RAPAT:

Coba tolong kita buka sanksi. Ini harus dibuka lagi, kita buka lagi sekarang DIM 148, coba dibuka sama-sama ada mengenai sanksi disitu. Jadi otomatis ada, mungkin undang-undang ini tidak ada sanksi. Jadi kita pasal per pasal dan DIM per DIM ini, ada disitu tidak? Huruf b memuat mekanisme penegakan kode etik dan jenis sanksi, otomatis ada sanksi disitu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa bla bla bla seperti itu. Ya, otomatis, apa ini perlu diterapkan juga didalam ketentuan umum. F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO):

Saya sedang berpikir kalau hanya memberikan rekomendasi, rekomendasi itu kan bisa dijalankan bisa tidak, ini bukan rekomendasi saja, pemberhentian juga. INTERUPSI F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya interupsi juga kalau begitu, makanya seperti tadi saya kemukakan majelis, apa yang dikemukakan oleh forum Mahkamah Konstitusi, berdasarkan ashhabulurut ini, itu yang sangat filosofis menurut saya. Kenapa ranah pasal ini disusun juga kalau kita lihat konstitusi ini kenapa harus ada Pasal 24a, 24b, 24c urutannya seperti itu ya, ini kan penulisan urutan ini kan punya makna sendiri. Apa yang diungkapkan kawan-kawan Forum Mahkamah Konstitusi itulah konstitusionalitas yang menurut saya. Jadi tidak hanya kita membahas ini seperti ini. Akhirnya muncul lagi apa yang dikemukakan oleh Prof. Hendrawan. Jadi bukan berarti kalau kita ... menghalangi berpendapat ini kan menunjukkan sebagaimana efektifitas kita bekerja. Jadi apa yang diusulkan, apa yang dikemukakan oleh kawan-kawan dari Forum Konstitusi itulah menurut saya ... pasal-pasal yang ada di undang-undang ini.

Jadi kenapa tidak disebutkan wilayah, kenapa harus dilakukan kehormatan tadi, kan itu, kalau kita lihat di Undang-Undang Dasar ini muncul, ya kan di Pasal 24d kan ini, kenapa berbelit-belit banyak mempunyai wewenang lain dalam rangka menyangga dan menegakkan kehormatan dan keluruhan martabat ... kata-kata ini kan muncul ada sebab akibatnya, persoalan menjadi, itu yang disebutkan memory votaliting mungkin kalau menjadi pembahasan pada waktu itu, ruhnya itu, kalau mau membahas ini kita harus semangatnya kembali kepada ruh pembuatan itu. Jadi tidak boleh lepas, semangat boleh kita semangat evosioner tapi konteksnya disini, kalau mau kita itu kita rubah dulu konstitusi ini juga menjadi acuan. KETUA RAPAT:

Jadi Majelis Kehormatan itu hanya kode etik perilaku hakim konstitusi, tapi bisa memberikan sanksi. Ini bisa disetujui tidak ini? 22

Page 23: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

F-PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., M.A.): Pimpinan,

Jadi apa yang diusulkan Pak Cipto tadi itu tidak melanggar terhadap ruh tadi yang disampaikan pelaku sejarah, jadi bahwa justru dalam rangka menegakkan kehormatan, martabat, keluhuran hakim yang didalamnya hakim konstitusi itu majelis tersebut tidak hanya memberikan rekomendasi tetapi berhak menjatuhkan sanksi, saya kira itu. KETUA RAPAT:

Ini perlu diterangkan lagi didepan, jadi otomatis kan sudah ada kita terangkan dalam batang tubuh dibawahnya. Di DIM 144 itu kan sudah jelas, kalau misalnya mau diterapkan lagi kita berulang-ulang tidak ada masalah kalau buat saya, undang-undang ya sah-sah saja begitu. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn): Pimpinan,

Saya kira begini, untuk DIM 22 ini saya kira saya usul dipending, nanti dibahas bersama-sama dengan DIM yang dibawah biar nanti. KETUA RAPAT:

Jadi usul Pak Cip dipending, dipending.

(RAPAT : SETUJU)

Lanjut, 25, susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota dan 7 (tujuh) orang anggota Hakim Konstitusi.

Pemerintah mengusulkan ... rumusan susunan Hakim Konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi, apa bedanya ini?

Pemerintah silakan. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Ya terima kasih Bapak Pimpinan. Ini memang ada beberapa yang harus diluruskan terkait dengan isitlah ini. Jadi yang kita

bicarakan disini adalah susunan dari person-person Hakim Konstitusi bukan pada institusi Mahkamah Konstitusi, sehingga kami mengatakan bahwa susunan hakim konstitusi mestinya terdiri dari ketua merangkap anggota dan lain-lain. Ini sebetulnya sama juga dengan yang tadi yang kita cerita lama di DIM 22 itu Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi, sebetulnya Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi, ini jadi saya kira sekalian koreksi saja.

Terima kasih pak. KETUA RAPAT:

Ini interprestasi antara lembaga dan manusia. Jadi yang mana. Silakan.

23

Page 24: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya agak setuju juga dengan usulnya pemerintah ini kalau kita sebut susunan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi itu kan terdiri juga dengan draft portingnya disitu nanti ada bicara masalah kepaniteraan, disitu juga ada bicara nanti masalah sekjen.

Jadi saya kira kalau disini konteksnya adalah seperti itu hakim konstitusi maka inkonstitusi sebetulnya. Susunan hakim konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota saya setuju dengan usulan pemerintah ini. KETUA RAPAT:

Ahli bahasa coba? Bagaimana bu? Ibu kalau berbeda dengan pemerintah tidak apa-apa bu, jangan takut, ini kita cari kebenaran. F-PKS (KH. BUKHORI YUSUF, Lc., M.A.):

Bagaimana kalau Majelis Hakim Konstitusi, ada tidak bedanya dengan hakim konstitusi. KETUA RAPAT:

Sebentar, kita tanya ahli bahasa terkait ini. Silakan bu.

PEMERINTAH (AHLI BAHASA):

Pak mohon diulangi pak tadi yang ditanyakan apa. KETUA RAPAT:

Oh tidak tahu, ya sudah kita kasih ke Forum Konstitusi. Belum tune in sepertinya. Pak BAJEBER. FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER):

Menunjuk Pasal 24c ayat (4), Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim institusi. Kalau ini dimaksudkan susunan tidak seperti yang dimaksud Pasal 24c ayat (4) bisa saja, tapi kalau yang dimaksud itu tentu kita tidak bisa keluar dari apa yang ditentukan dalam Pasal 24c ayat (4). Dan kalau ini termasuk ruang daripada legislator tadi kalau yang dimaksud itu sama dengan Pasal 24c ayat (4) tentunya kita bicara ketua dan wakil ketua Mahkamah Konstitusi, apakah itu susunan pimpinan daripada lembaga apa itu susunan orang, tapi karena Mahkamah Konstitusi itu … suara ketua, suara wakil ketua sama dengan anggota, berarti kalau kita bicara ketua dan wakil adalah karena lembaga bukan susunan daripada hakim. KETUA RAPAT:

Jadi Pak Zen, intinya adalah sesuai dengan usul pemerintah? Setuju ya? 24

Page 25: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER):

Saya tidak bicara dengan unsur pemerintah bahwa dari pandangan konstitusi Pasal 24c ayat (4) bicara tentang Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi. Jadi terkait dengan pimpinan, lembaga bahwa suatu saat Ketua Mahkamah Konstitusi bisa saja bukan ketua sidang didalam majelis karena mereka … jadi kalau kita katakan dia Ketua Hakim Konstitusi beda dengan Ketua Mahkamah Konstitusi. KETUA RAPAT:

Jadi itu, ini ada perbedaan. Kalau ini lembaganya pemerintah. Sepertinya ini waktu awal pun perancangan ini sudah mengambil narasumber dari mana-mana termasuk Mahkamah Agung, mungkin dari Forum Konstitusi dan juga narasumber-narasumber dari perguruan tinggi guru besar-guru besar lain.

Jadi terkait DIM 25 ini bagaimana pemerintah? PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Kami ingin mendengar dari Prof. Ghani saya kira. Silakan. KETUA RAPAT:

Silakan diperintah oleh Pak Dirjen, Prof. Ada hakim agung diperintah oleh Dirjen, boleh juga ya. PROF. DR. ABDUL GANI:

Terima kasih. Apa yang dikatakan oleh Pak Zen tadi kita ... Ketua Mahkamah Konstitusi ... ketua dari suatu

lembaga ... Apabila bicara soal izinnya maka bisa jadi ketuanya ... menurut pengalaman saya. Maka salah seorang yang menjadi ketua majelis itu ... mewakili ketua di pengadilan negeri.

Kalau di Mahkamah Konstitusi itu Ketua Mahkamah Konstitusi itu bisa menjadi Ketua Majelis ketika mengambil keputusan berarti pemisah awal, tapi hakim agung ... dibentuk tunduk kepada Ketua Mahkamah Agung untuk beberapa majelis, bisa ... Ketua majelisnya itu dipilih dan ditentukan oleh Ketua Mahkamah Agung tadi 3 (tiga) orang utama, sehingga ... juga anggota majelis. Dalam pengambilan keputusan itu bisa dalam rapat ... juga sepakat.

Jadi disini dari pendapat pemerintah kelihatannya itu bicara soal majelis hakim bukan bicara soal institusinya. Jadi apa yang dikatakan Pak Zen saya kira itu ... RUU DPR tadi.

Saya kira itu pak. KETUA RAPAT:

Jadi yang mana? Usul DPR yang masuk. PROF.DR. ABDUL GANI:

Itu referensi yang paling pas dan kelihatannya rumusan DPR itu. KETUA RAPAT:

Bagaimana pemeritah? Sudah diwakili oleh Prof. Gani, setuju? 25

Page 26: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Pemerintah sangat ilmiah soal ini, jadi kita menerima dengan sangat ... KETUA RAPAT:

Setuju teman-teman ya?

(RAPAT : SETUJU)

Jangan dipending lagi ini. DIM 26 ini memanga daya tarik juga ini. Ini sepertinya dipending juga. Usulan pemerintah ini tahunan, 2,5 tahun, Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Anggota Hakim Konstitusi untuk masa jabatan selama satu tahun, baru buat program sudah berhenti ini, adhock sepertinya ini, dan kalau kita lihat untuk masa jabatan Pimpinan MK, kalau satu tahun terkesan sebagai lembaga adhock, padahal lembaga MK sudah sangat melembaga. Kalau satu tahun malah politisasi ini terjadi. Independensi bisa terganggu dan stabilitasi institusi juga bisa terganggu.

Oleh sebab itu, ini kan lembaga negara, lembaga negara ada tidak yang separuh-separuh atau setahun-setahun di republik ini? Ini sepertinya, ini jangan lihat maksudnya ini yang ada kontroversil begitu, kan Mahfudz MD ini ada kontroversil, jadi yang dilihat lembaganya, besok lusa siapa pemimpinnya undang-undang ini tetap menerapkan itu, karena yang namanya ketua nanti atau pimpinannya itu kalau toh jadi anggota itu biasanya sudah minder, sudah drop. Jimly saja begitu jadi ketua begitu mau jadi anggota lagi tidak mau, dia berhenti, problematikanya seperti itu.

Silakan pemerintah. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Terima kasih pak. Memang pertimbangan-pertimbangan ini awalnya adalah karena kita ingin tidak ada politisasi

justru di Mahkamah Konstitusi, dengan demikian bahwa yang pertama seluruh Hakim Konstitusi itu mempunyai predikat yang sangat tinggi yaitu negarawan oleh karena itu siapapun yang memimpin kami pikir akan punya kemampuan yang cukup untuk menjadi ketua. Kemudian dengan dijadikannya ini menjadi tahunan maka dinamika mungkin bisa lebih terbentuk dan lain-lain. Saya kira ini adalah pemikiran-pemikiran kita dan itu kemudian yang mendasari sehingga kita berpikir satu tahun.

Namun demikian disini ada, ini kebetulan kan sesuatu yang sangat baik ada Forum Konstitusi yang melahirkan kelembagaan yang sangat prestisius ini, barangkali kita mendengar bagaimana pendapat Forum Konstitusi juga sangat baik pak.

Terima kashi. KETUA RAPAT:

Mungkin ada komperatif itu terhadap lembaga negara ini, ini yang sejenis kan, KY, MK, DPR, Presiden, Mahkamah Agung, ada tidak yang raterance bahwa separuh-separuh atau setahun-setahun? KPK? Ada KPK juga satu tahun? Malah saya melihat ini harus kembali ke khitah ya baiknya 5 (lima) tahun bukan malah separuh-separuh.

Silakan teman-teman anggota. 26

Page 27: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya sama dengan Pak Ramli, saya kira kita dengar dulu juga Forum Konstitusi ini, karena penting juga ini kan dimasukkan ketua dan dan wakil ketua dipilih dan dari hakim konstitusi, ini kan tidak hanya sebatas ini, pasti ini ada perdebatan juga ini apakah masalah term waktunya dan lain sebagainya, karena dalam pembahasan itu juga tidak lepas ini, karena pada pembahasan ini tidak lepas ini, sehingga kan juga tidak dicantumkan disini, karena mengacu pada apa yang dikemukakan oleh pak dimyati ini, jadi saya kira supaya cepat juga kita dengar saja forum konstitusi ya. Terimakasih pak. KETUA RAPAT:

Dari teman-teman anggota ada yang mau menanggapi. Sudah, silahkan Pak Zain. FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER): Tadi kan sudah dijelaskan bahwa ini menyangkut Ketua dan Wakil Ketua, sama dengan pasal 24 a ayat 4 ketua dan wakil ketua makamah agung ini dari dan oleh hakim agung, di makamah agung kalau ada pergantian pimpinan karena saya pensiun, jadi mengikuti institusi itu, kalau tadi sudah dikatakan prof gani untuk menjadi ketua majelis itu kalau ada ketua makamah konstitusi pasti ketua majelisnya ketua makamah konstitusi, tapi kan dimungkinkan 7 orang dari sembilan, dari 7 orang itu tidak dikatakan harus ada ketua makamah konstitusi yang hadir atau wakil ketua, bisa terjadi yang hadir ketua dan wakil ketua, yang pasti masih jalan dengan 7 orang, pasti ada ketua majelisnya, ketua majelis bisa berganti-ganti, tapi ketua daripada lembaga saya kira mengikuti masa jabatan lembaga itu kecuali misalnya sudah mencapai umur pensiun 70 misalnya, kalau 67 dulu itu dulu tidak dipertanyakan orang karena kebetulan pada saat saya membuat umur undang-undang ini umur saya 67 karena dicurigai saya sedang menyiapkan tempat, sehingga umur KY 67 dan MK 67, jadi saya kira masalahnya bahwa untuk memberikan masa jabatan tertentu supaya bisa diganti-ganti sehingga persoalan dengan perintah konstitusi pada pasal 28 j, ayat 6 tadi, dia minta diatur oleh undang-undang kan pengangkatan dan pembuatan hakim, jadi kalau dia diberhentikan karena usia dan kebetulan dia ketua otomatis karena dia baru satu tahun atau 3 tahun dia terganti, apakah dia baru satu 1 tahun atau 3 tahun dia entar diganti. Apakah kalau kita atur masa jabatan ini kita masih di dalam perintah konstitusi bahwa yang diperintahkan mengatur pengangkatan dan pemberhentian hakim, bukan pimpinan daripada institusi yang sudah disebutkan di dalam pasal 24 g ayat 4 tadi. Tapi kalau DPR dengan pemerintah mau mengambil tafsir lain ya silahkan saja. KETUA RAPAT: Tafsir orang tua saja lah takut kualat, jadi kita lihat ini bagusnya kita serahkan saja ke tim perumus ya, dan intinya adalah disesuaikan dengan lembaga negara lainnya jangan bermain sendiri ini menjadi problematika begitu bagi lembaga negara lainnya, karena merusak tantanan makamah agung, tananan komisi pemberatasan korupsi, tatanan kepresidenan, tananan DPR, DPR bisa setiap tahun diganti jadi problematika termasuk DPRD, Bupati dan Walikota ganti-gantian setiap tahun ini, ini juga problematika. Maka saya meliat maka sesuai dengan masa tugas dan jabatan, silahkan. Sebentar Pak Cipto. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn): Ya terimakasih pimpinan, mungkin saya ingin tanya saja sama kawan-kawan, DPR periode sebelumnya, atau mungkin Pak Zen waktu itu juga membahas pada waktu undang-undang MK ini, 27

Page 28: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

waktu itu ada masa jabatan yang tidak 5 tahun, 3 tahun, kenapa tidak 5 tahun, kenapa kok lain sendiri itu makamah, jadi itu historisnya bagaimana pak, bagaimana memori pantulnya, terimakasih. KETUA RAPAT: Ya silahkan Pak Zen. FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER): Kita sesama anggota DPR bukan di dengar sebagai forum konstitusi, kita adalah sebagai pembuat undang-undang. Saya tidak bisa paksakan tafsir saya kepada pemerintah ke anggota lain, tapi sekarang ditanyakan mau ditanyakan bukan soalnya dari konstitusi ya seperti ini, mau dilanggar tadi silahkan saja gak ada masalah, masalahnya kan kalau nanti ada judicial rivew, itu dari kemrin juga judicial rivew. ANGGOTA: Jadi maaf ketua, jadi maksudnya pertanyaan saya, arus yang kuat pada saat itu alasan apa yang mendasari bahwa kenapa itu harus 5 tahun tapi 3 tahun. KETUA RAPAT: Tadi yang lain konsensus politik tadi, jadi sebetulnya Pak Zain itu hati nuraninya 5 tahun, karena sebetulnya ini bisa di judicial review tapi tidak ada yang melakukan itu, karena yang melakukan judicial review ini ya hanya hakim konsitusi itu sendiri yang 9 orang, oleh karena itu berdasarkan tatanan kenegaraan kita, tata negara kita adalah 5 tahun, silahkan dari pemerintah. F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO):

Pimpinan sidang sebelum saya hanya ingin mengingatkan saat itu pernah kita perdebatkan secara seru dalam pertemuan di baleg, saya ingat pimpinannya Pak Ignatius Mulyono, angka 2,5 tahun ini sudah kompromi berbagai fraksi saat itu, pandangan poksi-poksi karena sekali lagi kita picu saat itu aspek yuridis, sosiologis dan filosofis, sehingga sampailah pada angka 2,5, kalau kita akan mengulangi lagi perdebatan panjang itu saya kira ini tidak akan selesai, pending lagi, saya kira 2,5 ini sudah kompromi politik yang optimal saat itu. KETUA RAPAT: Saya ingat waktu itu saya tanya kepada Ibu Ida, kenapa ibu ini 2,5 tahun, kata ibu ida itu sebetulnya konsitusi ini 5 tahun, Cuma karena kompromi politik orang politik ini tidak paham dengan konstitusi makanya ikut saja dengan arus yang ada. Nah ini problematikanya, saya sempat bertanya, loh kok ada lembaga negara yang berbeda satu ini diantara lembaga negara negara lainnya. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Terimakasih bapak pimpinan, ini bapak angka 3 atau 2,5 atau 1 atau 5 sering kali kita tidak bisa memaknainya dengan kesamaan-kesamaan pikiran yang sama, oleh karena itu kami mengusulkan ini dipending karena ini sangat prinsipil, menteri kami ini sebetulnya sangat konsern dengan angka 1 tahun awalnya, tetapi diskusi-diskusi pada level lobi atau apapun ini lebih. 28

Page 29: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETUA RAPAT: Oke, terimakasih langsung dipending, pemerintah sudah meminta dipending jangan lama-lama.

KETOK SATU KALI

Yang namanya undang-undang kalau tidak disetujui pemerintah tidak jadi juga. Sekarang DIM nomor 27, pending ya karena menyangkut sama ya.

KETOK SATU KALI Sampai pasal berapa ini, tadi berapa tadi, DIM 27 pending, DIM 30 bagaimana, silahkan pemerintah. PEMERINTAH (PROF.DR. RAMLI): Terimakasih pimpinan dan anggota yang kami hormati, DIM 30 untuk 4 b terlalu teknis untuk diatur dalam materi muatan undang-undang, apalagi disini hanya tidak terpenuhi rapat 2 jam dan seterusnya, kami mengusulkan bahwa pasal ini tidak perlu diatur karena makamah konstitusi sendiri sudah punya prosedur ya terimakasih. KETUA RAPAT: Oke pemerintah minta di drop ini semua.

KETOK SATU KALI

Sudah masuk kepada DIM 37, kalau kita baca ke dalam undang-undang dasar 1945 pasal 24 c ayat 6, pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara dan ketentuan lainnya mengenai makamah konstitusi diatur dengan undang-undang. Jadi bukan dengan peraturan Mahkamah Konstitusi, silahkan Pemerintah. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Bapak pimpinan, sebetulnya yang diatur dalam pasal-pasal ini bukan hukum formil atau hukum acara Mahkamah Konstitusi kami setuju kalau hukum acara Mahkamah Konstitusi memang harus diatur dalam satu undang-undang, seperti hukum acara yang ada di perdata, pidana, dan lain-lain, tapi kalau hanya tata cara pemilihan ketua dan seterusnya saya kira itu cukup dengan peraturan Mahkamah Konstitusi, terimakasih. KETUA RAPAT:

Ini kan di hukum acara serta ketentuan lainnya, coba kita pahami undang-undang dasar ini sebelum ke pak Zen lagi dan ketentuan lainnya disitu. Atau ke Pak Zen ini biar cepet karena yang membuat undang-undang dasar ini. FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER):

Terutama ada perbedaan dengan lembaga lain terhadap Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, pimpinan dipilih oleh mereka sendiri tidak dicampuri oleh pihak lain, kalau kita mau membuat 29

Page 30: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

acara untuk pemilihan itu artinya kita sudah ikut ngatur-ngatur bagaimana melahirkannya, apalagi tadi sudah dikatakan seperti pemerintah, bahwa pasal 24 ayat 6 itu hukum acara, dan lainnya disitu, itu menyangkut bukan yang utama bukan hukum materiil, jadi undang-undang ini tidak boleh unsurnya mengatur tentang hukum materiil, saya katakan tidak boleh karena itu undang-undang 24 ada, misalnya mau menjelaskan pengkhianatan terhadap negara, itu porsinya konstitusi bukan porsinya undang-undang, Cuma kan tidak pernah diujikan karena waktu itu ada ketakutan dari Pemerintah terlalu log-nya kata-kata itu, tapi itu kan DPR yang menterjemahkan pada waktu mau melaksankan melakukan impeach ini sehingga diuji oleh Mahkamah Konstitusi.

Jadi prinsip kami bahwa pasal 24 c ayat 6 ini hanya mengatur pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi dan hukum acara, dan lainnya ini yaitu yang menyangkut Mahkamah Konstitusi seperti kepaniteraan, keuangan dan sebagainya, yang tidak menyangkut hukum formil maupun hukum materiil daripada kewenangan Mahkamah Konstitusi ini, sebab dan lain disini kalau disini ini keranjang sampah untuk seluruhnya hingga seperti itu yang kami maksudkan, jadi urutan-urutannya dimulai dengan pengangkatan dan pemberhentian hakim, hukum acara, dan lain, artinya yang tidak termasuk hukum acara, tetapi tidak termasuk yang di depan hukum acara yaitu hukum materiil, sehingga waktu itu pun terjadi persoalan mengenai undang-undang yang boleh diuji dibatasi pada pasal 50 itu yang kemudian, karena itu sudah bukan lagi hukum acara itu porsinya konstitusi kalau mau membatasi itu, daripada Mahkamah Konstitusi. Jadi saya kembalikan disini, dan lain disini tidak berarti untuk mengatur pasal 24 c ayat 3 tadi mengenai tata cara pemilihan yang sudah diserahkan kepada para hakim itu sendiri, tidak lagi diarahkan secara politik oleh pembuat undang-undang, tapi betul-betul menjadi kewenangan daripada mereka, kebetulan mereka mengaturanya kedalam peraturan Mahkamah Konstitusi, kita tidak mengatur peraturan Mahkamah Konstitusi, tetapi yang namanya peraturan Mahkamah Konstitusi itu, yang kita pinjam dari pasal 79 undang-undang 18 tahun 1985 bahwa Mahkamah Agung boleh membuat hukum acara sepanjang tidak diatur, jadi hukum acara yang dibuat oleh Mahkamah Konstitusi ini juga sepanjang tidak diatur melengkapi undang-undang, jadi bukan untuk hukum acara pilihan yang berlaku internal, yang dibuat perma itu juga yang memikat pihak luar sebagai peraturan, demikian. KETUA RAPAT:

Silahkan Pak Cipto. F-PD (SOETJIPTO, S.H., M.Kn):

Saya kira memang apa yang disampaikan oleh Pak Zen tadi betul, jadi sebenarnya mengenai mekanisme penilaian itu melekat pada ayat 4 ini, jadi kan disini kan ketua dan wakil ketua Mahkamah (tidak jelas) dipilih dari dan oleh hakim konstitusi sehingga mereka sendiri yang merumuskan tata cara pemilihannya jadi tidak usah diatur di dalam undang-undang, oleh karena itu saya setuju dengan usulan Pemerintah, jadi di drop saja itu, terimakasih. KETUA RAPAT: Ini kalau kita drop, ini ada sedikit yang kita harus diskusikan terkait dengan DIM 34 sampai dengan 37 ini, pemerintah. Ini untuk pemilihan ketua dan wakil ketua, apakah ini mungkin dilakukan dalam satu paket, karena setiap hakim seringkali masa tugasnya berakhir secara berbeda ini yang terjadi ini haki Konstitusi ini misalnya waktu jabatan Pak Leica ya, berakhir sebelum berakhirnya masal jabatan Pak Jimly dan juga Jabatan Pak Mukti dan Pak Jam berarkhir sebelum jabatan Pak Mahfud sekarang, terakhir, suatu saat jabatan ketua bisa berakhir sebelum jabatan wakil ketua, sirkulasi yang semacam ini bagaimana ini. itu diserahkan ke internal Mahkamah Konstitusi saja ya, yang tadi ya yang peraturan, jadi di drop supaya diserahkan kepada peraturan Mahkamah Konstitusi setuju ya. itu saja. 30

Page 31: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

KETOK SATU KALI Ya ada kalanya setuju dengan pemerintah kalau tidak dipending. DIM berapa kita, DIM 39 ya.

kok 39, ini gak ada ya, ini langsung 43 ya, 43 kan redaksional saja, 43 berdasarkan TA redaksional, berdasarkan pemerintah redaksional, Pak Yani ada udah siap. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Usulan kita yang 43 d ini berdasarkan bukti permulaan yang cukup disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara atau usulan perubahan ini pemerintah berdasarkan bukti permulaan yang cukup disangka telah melakukan tindakan pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati tindak pidana kejahatan terhadap keamanan negara atau tindak pidana khusus. Saya substansinya lebih ke usulan kita. KETUA RAPAT:

Ini usulan kita 43, 44 itu satu dipisahkan, pemerintah disatukan, tapi bahasa atau ini apa tidak, mana yang kita mau ambil? Ini kecil, kita mesti setujui saja ini, pemerintah?

Silakan. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Ini soal penulisan saja sebetulnya dengan koma itu artinya juga atau. Jadi misalnya kalau kita mau simpel itu cukup mengatakan seperti yang ada disini, diancam dengan pidana mati, kejahatan terhadap keamanan negara, atau tindak pidana khusus. Jadi artinya kita mengalternatifkan. KETUA RAPAT:

Kita setuju pemerintah ya? Kita berikan pemerintah sekarang terus kita setujui.

(RAPAT : SETUJU)

Sekarang ke 44, drop ya berarti. Sekarang 46, oh tidak pak prinsip, 46 silakan. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Terima kasih. DIM 46 ini usulan kita Pasal 7, Pada Mahkamah Konstitusi dibentuk sekretariat jenderal dan

sebuah kepaniteraan untuk membantu pelaksanaan tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi. Usulan dari Pemerintah, untuk kelancaran tugas dan kewenangannya maka Mahkamah Konstitusi dibantu oleh sebuah sekretariat jenderal dan kepaniteraan. Ini menjadi cukup mendasar istilah kata-kata dan kepaniteraan menghilangkan kata sebuah. Kalau usulan kita itu adalah sebuah sekretariat jenderal dan sebuah kepaniteraan, bahkan sebenarnya ini karena sudah usulan kita, maka usul saya yang didahulukan itu adalah sebuah kepaniteraan dan sekretariat jenderal. Kenapa alasannya ini? Karena fungsi dalam pelaksanaannya Mahkamah Konstitusi ini kan dibantu oleh dua, satu yang namanya sekretaris jenderal, fungsi dan tugas dari sekretaris jenderal ini teknis administrasi umum. Sedangkan corenya Mahkamah Konstitusi ini ada di kepaniteraan, teknis yudisial. Kalau kita mengacu juga apa yang dikemukakan oleh Pak Bagir Manan bagaimana dia merespon tata letak tentang kepaniteraan dan kesekretarial jenderal di Mahkamah Agung, saya kira ini cukup jelas juga apa yang dikemukakan oleh 31

Page 32: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

Pak Bagir Manan, ini saya tanda kutip saja ini, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan menurut Bentuk dan Susunan baru oleh … Mahkamah Agung ada beberapa keadaan baru yang berbeda dengan pernah diatur dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 yaitu satu, pemisahan secara tegas antara organisasi kepaniteraan dan organisasi kesekretariatan. Dua, susunan satuan-satuan kerja organisasi di bidang kesekretariatan dikembangkan sehingga nampak sangat besar dan mungkin terlalu besar dan dibesar-besarkan. Organisasi disusun kurang orientasi pada pekerjaan, tetapi untuk dapatkan orang. Cara menyusun organisasi ini mengesankan kurangnya memahami mengenai sifat khas organisasi Pengadilan yang bertumpu pada Kepaniteraan. Nah oleh karena itu, ini menjadi titik sentral sesungguhnya core-nya peradilan ini, pengadilan ini ada di Kepaniteraan. Nah, oleh karena itu saya mengusulkan ini, walaupun kita sudah membuat tim kita ini, sebenarnya pada….dibentuk sebuah Kepaniteraan dan Kesektariatan Jenderal, jadi dibalik, tadi secara substansi itu. Nah faktanya hal ini kan di Mahkamah Konstitusi, kedudukan Kesekjenan ini seolah-olah menjadi lebih tinggi, ya kan daripada Kepaniteraan, padahal kalau kita bicara Kepaniteraan ini ada bicara masalah Sistem, makanya kata-kata sebuah Pak, beda antara Kepaniteraan dengan Sebuah, kalau Kepaniteraan menyangkut masalah fungsi pekerjaan, tapi kalau kita menyebut Sebuah Kepaniteraan ini menyangkut adalah sebuah Sistem. Di Sebuah Kepaniteraan ini ada Panitera, ada yang namanya Panitera Muda, nah ini Pengadilan…, terus ada lagi namanya Panitera Pengganti.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Kita perpanjang dulu ya waktunya? Sampai jam berapa? 11? 11 berapa menit lagi? 11? Ya, sudah.

(RAPAT:SETUJU) Jadi begini, ini yang namanya kalau Sebuah Kepaniteraan, maka ini kan Hakim Konstitusi

bersidang berbeda-beda, kalau enggak salah di Hakim Konstitusi itu ada 12 apa berapa Panitera begitu, maka kalau hanya sebuah apakah ini juga hanya seorang Panitera, kalau Sekjen kan seorang, nah maka oleh sebab itu ini usul Pemerintah ini benar begitu, usul Pemerintah ini, coba teman-teman bisa dipahami kira-kira?

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Begini Pak Dim. Kalau kita mengartikan Kepaniteraan itu menunjukkan adalah fungsi

pekerjaannya, bukan sebuah sistemnya , tapi istilah kata-kata sebuah kepaniteraan itu menunjukkan kelembagaan dan sistem secara keseluruhan. Pengangkatannya kan sama juga, ada fungsinya,ada Eselon I sesama Eselon I core businessnya. Di Paniteraan itu juga ada Panitera Muda, Panitera Pengganti, tapi kalau Manajerial Kepaniteraan ini adalah fungsi pada proses persidangan, maka harus ada yang dikatakan sebuah kepaniteraan ini. iIni usul kita itu sudah pas sebetulnya, cuma saya mengatakan usul kita ini seharusnya dibalik, pada Mahkamah Konstitusi dibentuk sebuah Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal, karena Sekretariat Jenderal ini menunjang dukungan secara administrasi umum ke,

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Pengertian Pak Yani itu sebuah kepaniteraan itu hanya satu Paniteranya, Kepala gitu?

32

Page 33: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Bukan, bukan Kepaniteraan , jadi sebuah sistem. Kalau Kepaniteraan itu adalah fungsi, tidak

sistemnya. KETUA RAPAT:

Ini kan pada Mahkamah Konstitusi? PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Ya, pada Mahkamah Konstitusi. KETUA RAPAT:

Coba Pemerintah. PEMERINTAH:

Ya, terima kasih Pak. Ini saya kira perdebatannya hanya pada soal dimana menempatkan lebih dulu, apakah

Kepaniteraan, Kesekretariatan Jenderal. Kita komparatif nanti dengan Mahkamah Agung saya kira, kemudian nanti dari Pemerintah, dari Kementerian PAN mungkin juga bisa menjelaskan bagaimana posisi struktur semacam ini.

Silakan Pak Gani.

PEMERINTAH (PROF.DR. ABDUL GANI): Terima kasih. Untuk memperjelas sebuah Kepaniteraan, itu intinya sudah benar penggunaannya, karena

sebuah Kepaniteraan ini …….yang lainnya……..sebuah kepaniteraan itu tidak bisa….dalam Sidang, harusnya …..Kepaniteraan tugasnya banyak, …………jadi …..Sebuah Kepaniteraan dipimpin oleh seorang Panitera dan Sekretariat Jenderal dipimpin oleh seorang Jenderal.

Pak Ahmad Yani yang terhormat tadi benar sekali mengatakan, ………….Sekretariat Jenderal…..

KETUA RAPAT:

Jadi menggunakan kata Sebuah, betul? PEMERINTAH (PROF.DR. ABDUL GANI):

Ya, kalau tidak kata Sebuah, nanti bisa lima Pak Paniteranya, Pak. KETUA RAPAT:

Sekarang bagaimana, Hakim Konstitusi ada berapa Paniteranya? 33

Page 34: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

PEMERINTAHN (PROF.DR. ABDUL GANI):

Hanya satu,harus satu. …………….banyak, Panitera Pengganti yang lainnya. Bukan Pengganti Panitera, Pak.

KETUA RAPAT: Ya, tadi mohon disampaikan dari PAN, Partai Amanat Nasional. PEMERINTAH (KEMENPAN): Baik, terima kasih Bapak Pimpinan. Saya kira apa yang disampaikan oleh Prof. Abdul Gani saya kira sudah tepat memang untuk masalah kepaniteraan memang itu berbicaranya adalah berbicara lembaganya, Pak, nanti yang intinya memang …Panitera. Kalau berbicara sebuah memang didalam setiap itu memang hanya ada satu lembaga kepaniteraan, kemudian yang namanya Sekretariat Jenderal itu memang fungsinya hanya supporting saja, Pak, supporting secara administratif, tetapi memang Kepaniteraan itu memang yang membantu secara teknis kegiatan-kegiatan persidangan di lingkungan Mahkamah Konstitusi, seperti itu. Kira-kira begitu, Bapak Pimpinan. KETUA RAPAT: Ya, mungkin semua sudah dipahami, cuma ada bahasa Sebuah saja. Sebuah Kepaniteraan, Seorang Kesekjenan, kan begitu. Apa bedanya? Ini Sekjen juga Sebuah juga? PEMERINTAH (KEMENPAN): Tidak Pak Ketua. Sebetulnya begini, Pak, kalau Sekjen kita mencantumkan itu semula kita berpikir bahwa namanya Sebuah, membacanya itu ada Sebuah Sekretariat Jenderal dan Sebuah Kepaniteraan sebetulnya, membacanya seperti itu, tapi mungkin dalam tata bahasa mungkin bisa nanti dari Pusat Bahasa, tapi kalau Sekretariat Jenderal itu kan nama Lembaga bukan Sekretaris Jenderal , sebuah itu harus nama lembaga kalau Sekretaris Jenderal itu seorang, begitu Pak. Nama orang. KETUA RAPAT: Jadi Seorang Sekretaris Jenderal, Sebuah Kepaniteraan? PEMERINTAH (KEMENPAN): Ya, mestinya seperti itu. Kita membacanya seperti itu, Pak. KETUA RAPAT: Coba Ahli Bahasa, silakan Ibu. PEMERINTAH (AHLI BAHASA): Terima kasih.

34

Page 35: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

Jadi, dari segi bahasa untuk menyatakan satu itu memang dengan se. Jadi sebuah kepaniteraan. Kalau memang itu hanya satu, itu memang jadi tidak ada yang lain, itu bisa saja digunakan kata Sebuah, sebagai sebuah penekanan. Jadi sebuah, jadi kalau kemudian tadi dikatakan dari MENPAN bahwa sebuah kesekretariatan, ini bisa dibaca sebuah sekretariat dan jenderal dari sebuah kepaniteraan. Nah apakah ada misalnya sebuah Kesekretariat Jenderal, kalau tidak ada, tentunya kata sebuah hanya melekat pada kata Panitera. Kalau sebuahnya disini didepan, itu akan bermakna bahwa Sekretariat Jenderalnya juga ada kata Sebuah, Kepaniteraannya juga Sebuah. KETUA RAPAT: Ya, mungkin bagaimana bentuk redaksinya? F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.): Saya sebelum, Pak, sebelum redaksional. Saya sebelum redaksional, karena fungsi ini, kita kan bicara masalah fungsinya, bahwa sebagaimana tadi dikemukakan, bahwa Kepaniteraan ini adalah menjadi fungsi utamanya didalam sebuah proses peradilan itu, sedangkan yang namanya Kesekretariatan Jenderal itu adalah administrasi pendukung dan oleh karena itu, secara tata letak pun, ini harus didahulukan itu adalah sebuah kepaniteran, jadi bukan kesekjenan. Ini lebih menonjol kesekjenannya, jadi pada Mahkamah Konstitusi dibentuk sebuah Kepaniteraan, ya kan, dan Sekretariat Jenderal untuk membantu pelaksanaan tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi. KETUA RAPAT: Ya, setuju tidak itu apa yang disampaikan Pak Ahmad Yani. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI): Kami berdiskusi dengan Pak Gani sebentar, barusan, bahwa di Mahkamah Agung itu juga dikenal Kepaniteraan, kemudian Sekretaris Mahkamah Agung, oleh karena itu, kalau meniru apa yang diposisikan di Mahkamah Agung, bunyinya menjadi :untuk kelancarana pasal dan tugas dan wewenang, Mahkamah Konstitusi dibantu oleh sebuah panitera….dan Sekretariat Jenderal. Itu saya pikir kan doa-doanya , kalau kita combine dengan Mahkamah Agung. KETUA RAPAT: Makasih. Ya, setuju ya? Betul Pak Zen

Betul ya seperti itu? Coba Pak Zen, kita mau dengar yang masalah Sebuah ini.

FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER): Saya kira tadi karena ini terserah kepada Pembuat Undang-undang, mengikuti yg sudah ada.

Undang-undang Mahkamah Agung, cuma perlu diketahui segera, Prof. Gan juga, mengapa di Mahkamah Agung disebut Sekretaris, bukan Sekjen, tentu ada sebabnya. Karena kedudukan Sekretaris 35

Page 36: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

Mahkamah Agung beda ddengan Sekjen dari Departemen maupun Mahkamah Konstitusi. Dia berada diatas Dirjen,dan dibawah Menteri , karena mengatur pengangkatan Hakim yang tadinya ditangani Menteri, dialihakn ke Mahkamah Agung, waktu itu kita tidak mendapatkan satu terminologi yang tepat, mau diberi nama Sekretaris Utama, sudah ada yang memakai itu. Memakai Sekjen, nanti disamakan dengan Sekjen Departemen, padahal kedudukannya itu berada satu tingkat diatas Sekjen, dibawah Menteri, karena dia berhak mengatur pengangkatan Hakim. Itu kelebihan Sekretaris Jenderal, sehingga kalau dia disebut lebih dulu, ya karena fungsinya itu, andaikata didalam Undang-undang dia disebut lebih dulu dari Panitera karena dia juga yang mengangkat Panitera, ya Pak, …… KETUA RAPAT:

Tidak mengangkat Panitera,….Hakim.

FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER): Dalam soal meminta kewenangan Departemen yang tadinya mengangkat dan memberhentikan

Hakim, atau memindahkan, itu sudah ditangani oleh Mahkamah Agung, oleh Sekretaris Mahkamah Agung.

KETUA RAPAT:

Yang mengangkat Panitera siapa tadi Pak? Baperjakatnya mungkin Sekretaris Mahkamah Agung, yang mengangkatnya mungkin Ketua

Mahkamah Agung, ya. itu yang saya ketahui.

FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER): Bukan, Panitera Pengadilan, Panitera Mahkamah Agung, itu ditentukan oleh Presiden, tapi

diangkatnya oleh Presiden.

KETUA RAPAT: Ya, diangkatnya oleh Mahkamah Agung, Pak. Ketua Mahkamah Agung yang melantiknya?

FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER):

Ya, Mahkamah Agung.

KETUA RAPAT: Ya, Pak Suhadi kan dilantik oleh Pak Tumpa? Setuju ya, ini substansi ini, pada Mahkamah Konstitusi ini dibentuk sebuah Kepaniteraan dan

Sekretaris Jenderal, untuk membantu pelaksanaan dan tugas wewenang Mahkamah Konstitusi. Setuju ya?

(RAPAT : SETUJU)

36

Page 37: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

Lanjut. Pas, DIM berapa? 47 ya? ini tadi Bab berapa? Sekarang 47 sudah? Ini ada umum 47. 47 tidak masalah ya? Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan dua pasal yakni Pasal 7a dan 7b yang berbunyi sebagai berikut: Gimana ini 47 Pak Ilham? Saya ingin tanya saja ini 47, apakah susunan tadi diatur oleh

Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah? Kan berbeda dengan ………..:

Kalau Presiden, enggak…..

KETUA RAPAT: Ya, darimana ini Perpres…ini?

Silakan Pemerintah mohon keterangan. PEMERINTAH( PROF. DR. RAMLI): Terima kasih Pak. Ini DIM 47 kita mulai saja disini dulu, bahwa perumusan DIM ini akan sangat tergantung dari pembahasan DIM No.48 dan 60, sementara Pemerintah mengusulkan agar penambahan Pasal 7a dan Pasal 7b itu dihapus karena tugas, fungsi dan susunan organisasi Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi itu sudah didelegasikan dalam Peraturan Presiden yang mengatur hal yang bersifat teknis.

Jadi seperti kita tahu bahwa Mahkamah Konstitusi adalah suatu lembaga independen tetapi didalamnya melekat fungsi-fungsi pemerintah dalam bentuk misalnya Sekretariat Jenderal tadi. Oleh karena itu peraturan-peraturan itu nanti diatur dengan Perpres saja.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ini kan yang satu adalah kita uraikan ujungnya tetap Keppres. Diuraikan dulu dalam undang-undang ini. Apakah ini perlu diatur dalam undang-undang ini baru dimintakan Perpres oleh Mahkamah Konstitusi. Usul Mahkamah Konstitusi kan Perpres tersebut? Mengenai susunan organisasi fungsi, tugas dan wewenang Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden atas usul Mahkamah Konstitusi. Jadi Pasal 8 nya.

Oleh sebab ini apakah ini perlu diuraikan dulu oleh kita seperti ini supaya jelas tugas pokok fungsi daripada Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan atau memang langsung diserahkan kepada Peraturan Presiden.

Silakan. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Pertama, agar kita taat azas karena kita sudah menyetujui DIM 46 itu adalah mendahulukan kata-kata adalah sebuah Kepaniteraan maka pada berikutnya juga harus konsisten dia, kira-kira seperti itu.

Terus yang kedua yang ingin saya tanyakan belum juga dijawab Pak Ramli, apakah memang harus diatur dalam bentuk Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah? Karena kalau tidak salah itu 37

Page 38: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

peraturan yang lama itu diatur bentuk PP bukan Perpres, yang sebelumnya RUU tentang Kepangkatan dan Struktur Kesekjenan dan Kepaniteraan itu diatur oleh Peraturan Pemerintah yang ada sekarang ini kalau tidak salah. KETUA RAPAT:

Ini untuk mengenjawantahkan sebuah undang-undang kan Peraturan Pemerintah, oh ini bisa Peraturan Presiden, ya Peraturan Pemerintah untuk kepanjangan dari undang-undang.

Pak Zen mungkin ada memberikan masukan pak terkait ini? FORUM KONSTITUSI (ZEN BAJEBER):

Jadi mengapa diserahkan kepada pemerintah, apakah bentuknya PP atau Perpres masalah lain, dan kalau pemerintah itu membuat selamanya itu pasti meminta masukan dari institusi itu. Jadi tidak langsung membuat, ada masukan dari institusi itu bagaimana organisasi yang dikehendaki didalam … sehingga Perpres ataupun PP itu lahir tidak semata-mata hasil daripada pemerintah. Pak Gani itu sebagai mantan pemerintah kan seperti itu bahwa saya pernah ikut sebagai tenaga ahli Jaksa Agung tentu waktu mau membuat organisasi Jaksa Agung pun sebelum keluar Peraturan Presiden itu meminta dari Jaksa Agung dalam rangka melaksanakan fungsinya itu organisasinya bagaimana yang dikehendaki. Jadi bukan undang-undang yang mengarahkan tapi institusi itu sendiri yang menganggap dalam rangka menyusun organisasi mencapai tugas yang dibebankan kepada institusi itu dilakukan oleh institusi itu rancangannya kemudian dikirim kepada Sekneg untuk dibicarakan bersama.

Saya kira kalau diserahkan kepada Presiden apakah dalam bentuk Peraturan Pemerintah atau Perpres pasti tidak dimonopoli dibuat sendiri oleh Presiden, tetap mengikutsertakan institusi yang berkepentingan karena akan terkait dengan lembaga-lembaga lain mengenai PNSnya dari PAN dari BAKN dan sebagainya sehingga semua itu terkoordinasi, tapi kalau untuk Mahkamah Konstitusi membuat undang-undang menganggap perlu ada pengarahan silakan saja. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Zen. Ini saya minta kebijakan pemerintah rasanya Pasal 7a tetap berdiri saja dan Pasal 7b tetap ada

tapi tetap di Pasal 8 ini kita terkait dengan susunan organisasi karena susunan organisasi itu menyangkut nanti penggajian sebetulnya, termasuk keuangan, tapi kalau tugas pokok fungsi daripada lembaga ini harus diatur dengan undang-undang, karena nanti Kesekjenan, Kepaniteraan itu diatur dalam undang-undang, tapi terkait dengan personil, penggajian dan lain sebagainya itu diatur diatur dengan Peraturan Pemerintah atau bisa saja dengan Peraturan Presiden.

Silakan pemerintah. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Terima kasih pak. Dari praktek yang berlaku selama ini yang kita lakukan bahwa untuk struktur-struktur organisasi

semacam ini diatur dalam Peraturan Presiden memang. Jadi yang akan kita atur adalah level eselon I sebetulnya keberadaan sekjen dan lain-lain, ini saya juga memegang Undang-Undang Mahkamah Agung, disana Pasal 7 mengatur tentang perlunya ada kepaniteraan dan sekretariat. Kemudian di Pasal 8 itu mengatakan bahwa ketentuan lebih lanjut dan seterusnya diatur dengan Keputusan Presiden. Itu istilahnya masih Keppres. Kemudian kita juga melihat ada Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2005 tentang Kepaniteraan Mahkamah Agung itu juga dengan perpres saja pak karena ini hal-hal yang sangat teknis. 38

Page 39: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

Jadi menurut kami hal-hal yang tadi tidak perlu distate undang-undang ini tapi cukup direfer didelegasikan sebagai peraturan delegasi dalam satu perpres pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ini 7a, 7b itu apakah. PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Tidak perlu lagi, tapi begitu kita mengatakan bahwa disini ada pasal yang mengatakan DIM 62, ketentuan lebih lanjut itu langsung ditunjuk prepres. Jadi undang-undang ini tidak perlu mengatur hal-hal yang sangat teknis yang pada level eselon I. KETUA RAPAT:

Ya paham pak. Oleh sebab itu lebih baik, ini secara pemikiran yang sudah diterapkan di rancangan undang-undang ini bahwa alangkah baiknya memang tugas pokok fungsi daripada sekretariat jenderal dan kepaniteraan itu tetap ada disini dalam undang-undang ini supaya pemerintah tidak terlalu intervensi tapi terkait tadi dengan eselon ring, penggajian, yang lainnya termasuk perangkat-perangkat lainnya itu diatur dengan perpres yang tidak tercantum dalam undang-undang ini. Bagaimana begitu pemerintah? Atau teman-teman ada pemikiran?

Silakan. F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya setuju dengan usulannya Pak Dim ini karena menyangkut harus dituangkan dalam undang-undang ini juga makanya harus masuk didalam Pasal 7a, 7b ini tetap pak, kecuali mekanismenya apakah dia diatur dalam bentuk Peraturan Presiden atau PP sebagaimana tadi dikemukakan oleh Pak Ramli karena ini menyangkut masalah teknis, sepanjang saya melihat nanti sepanjang juga nanti tidak bertentangan, tata urutan itu juga begini pak kalau kita membaca Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 itu kan ada undang-undang turunannya itu kan ini, belum lama kan undang-undang itu bentuk perpres, seperti itu. Kalau memang ini masih sesuai dengan tata urut perundang-undangan, dia bisa dibuat perpres, tapi Pasal 7a, 7b ini menurut saya masih tetap diperlukan tapi dibalik pak, ini kan masih logikanya adalah pertama itu kan sekretariat jenderal, ini juga harus dibalik karena kita harus mengacu kepada DIM 46 tadi. KETUA RAPAT:

Bagaimana pemerintah? Ini juga perlu pertimbangan. Silakan.

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Sebetulnya memang dalam hierarki kita mengenal adanya jenis-jenis regulasi itu, tetapi dalam prakteknya tidak selalu harus kita bergerak pada PP dulu kemudian baru PP menuju perpres. Jadi menunjuk salah satu itu sudah bisa langsung, malah ada yang langsung menunjuk Permen dan malah ada yang langsung menuju misalnya peraturan KPI kalau itu di penyiaran. Jadi dimana yang lebih simpel dan materi muatan mana yang lebih cocok dan lebih teknis itu akan kita langsung menuju kesitu.

39

Page 40: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

Jadi kami sebetulnya tidak juga terlalu bertahan bahwa ini materi yang ada di Pasal 7a ini harus dihapus kemudian langsung masuk perpres semuanya. Pada prinsipnya ini hanya koordinasi-koordinasi saja pak, sekjen melakukan koordinasi, kemudian disini ada pelaksana teknis administratif dan seterusnya. Jadi sebetulnya apa yang ada di 7a dan 7b itu adalah materi muatan setingkat perpres bukan materi muatan setingkat undang-undang yang kita tahu berbicara hal-hal yang sangat prinsipil.

Jadi kalau kami boleh menyarankan ini lebih bagus didelegasikan ke perpres tetapi kalau kita ingin membuat suatu budaya baru ini masuk di undang-undang, pemerintah juga sebetulnya tidak terlalu keberatan untuk soal ini hanya secara materi muatan perundang-undangan ada sedikit yang tidak terlalu bagus karena ini sebetulnya materi yang sangat teknis harus diatur di perpres bukan pada tingkat undang-undang kalau boleh kita menghormati posisi undang-undang.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Kita sekarang ini undang-undang harus spesifik Prof. Ramli, bukan lagi kita bicara tataran makro. Maka kalau sekarang Prof. Ramli yang bicara ditengah-tengah kita waktu menyusun prolegnas bahwa ini kalau bisa menohok undang-undang ini. Oleh sebab itu ini sudah masuk pada tataran itu, jangan dibalik lagi, jangan terlalu dipusingkan pemikiran Patrialis Akbar ini kadang-kadang berubah-ubah kita ini. Ini saya informasikan saja, ada tidak disini dari PAN? Nanti marah sama saya.

Oleh sebab itu saya berharap ini yang 7a, 7b tetap tapi ditukar 7b menjadi 7a, 7a menjadi 7b, oleh sebab itu tugas presiden tidak terlalu berat untuk membuat Peraturan Presiden silakan kalau amanah undang-undang suruh perda, perda, kalau amanah undang-undang suruh perpres ya perpres, kalau amanah undang-undang Permen ya Permen.

Oleh sebab itu ini menurut saya sudah pas begitu. Bagaimana? Bisa disetujui tidak? PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Pada prinsipnya untuk soal yang 7a, 7b ini saya kira tidak ada soal-soal dengan pemikiran-pemikirannya yang bapak sampaikan tadi, ini betul-betul ilmiah saja. Jadi saya kira menteri kami kasih kebebasan yang luar biasa soal begini. Jadi oleh karena itu saya kira harus mengatakan itu, oleh karena itu kalaupun ini akan tetap dimasukkan, kami tidak masalah dengan catatan bahwa nanti tetap di ketentuan Pasal 8 nya kan harus ada yang lebih teknis, itu tetap di perpres pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Disetujui ya?

(RAPAT : SETUJU)

Soalnya pemikiran-pemikiran jabatan satu tahun itu pemikiran Pak Patrialis Akbar soalnya ini yang mengganggu pemikiran Prof. Ramli.

Jam 23.00 WIB apakah kita mau sudahi atau mau lanjut? Sedikit lagi ya? lagi tune in soalnya ini atau sudah menyerah? Saya sepakat saja. Istirahat? Setuju ya? Kita skors pemerintah? Dilanjutkan besok jam, besok hari apa? Jam berapa kita mulai? Pemerintah jam berapa? Silakan mungkin. 40

Page 41: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · Rapat ke . Hari/Tanggal . Waktu . Tempat . Acara . Ketua Rapat . Sekretaris Rapat . Hadir : : : : : : : : : : : 2010

PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Kita ikut saja mau kita mulai jam 08.00 WIB atau setelah sholat Jum’at terserah saja. KETUA RAPAT:

Saya mengambil yang banyak, saya tidak bisa mengambil yang sedikit, coba kesepakatan mau pagi, kita sepakati saja. F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO):

Sebaliknya kami besok rapat fraksi justru setelah sholat Jum’at, itu yang menjadi masalah. KETUA RAPAT:

Coba ada pemikiran yang lain? Ini saya sulit mengambil keputusan. Jadwal tadi fleksibel. Oke ya pagi ya? Jam 08.30 WIB, pemerintah jam 08.30 WIB? Setuju? PEMERINTAH (PROF. DR. RAMLI):

Kita ikut saja. KETUA RAPAT:

Skors sampai jam 08.30 WIB besok ya. Demikian terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(RAPAT DISKORS PUKUL 23.05 WIB)

Jakarta, 7 Oktober 2010 Sekretaris Rapat, Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si

41