Post on 11-Feb-2016
description
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
2.1.1 PENGERTIAN
Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut
WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan
mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip dari Toback C.)
mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu
untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker 1983, retardasi
mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang
disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul
pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman,
seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Fungsi intelektual umum dibawah normal
b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
c. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18
tahun.
Fungsi intelektualdapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan
dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ
(Intelegence Quotient).
IQ adalah MA / CA x 100%
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal
lahir
3
4
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila
IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah
biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap
dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa
dan berhitungnya sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif social adalah
kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri, dan
mempunyai tanggung jawab social yang sesuai dengan kelompok
umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan
perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan
diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya
kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu
dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah
umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain
sesuai dengan gejala klinisnya.
2.1.2 ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental.
Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental
sangat kompleks dan multifactorial. Walaupun begitu terdapat
beberapa factor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi
mental seperti dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992)
dibawah ini.
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
a. Non-organik
- Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
- Factor sosiokultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak
5
b. Organic
Faktor pra konsepsi
- Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,,
kelainan neurocutaneos, dll.)
- Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) –
Sindrom polygenic familial
Faktor prenatal
- Gangguan pertumbuhan otak trisemestet I
o Kelainan kromosom (trisomy, mosaic, dll)
o Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
(Human Imunodefficiency Virus)
o Zat-zat teratogen (alcohol, radiasi, dll)
o Disfungsi plasenta
o Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
- Gangguan pertumbuhan otak trisemester II dan III
o Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
o Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)
o Ibu; diabetes mellitus, PKU (Phenylketonuria)
o Toksemia gravidarum
o Disfungsi plasenta
o Ibu malnutrisi
Factor perinatal
- Sangat premature
- Asfiksia neonatorum
- Trauma lahir: perdarahan intrakarnial
- Meningitis
- Kelainan metabolic: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
Faktor postnatal
6
- Trauma berat pada kepala/ susunan syaraf pusat
- Neuro toksin, misalnya logam berat
- CVA (Cerebrovascular accident)
- Anoksia, misalnya tenggelam
- Metabolic
o Gizi buruk
o Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid,
pseudohipoparatiroid
o Aminoaciduria, misalnya FKU (Phenylketonuria)
o Kelainan metabolism karbohidrat, galaktosemia, dll.
o Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
o Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan
hepatomegaly (Gaucher)
o Penyakit degenerative/ metabolic lainnya.
- Infeksi
o Meningitis, ensefalitis, dll.
o Subakut sklerosing panesefalitis
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari
golongan social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari
lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang
bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula pada keadaan
social ekonomi rendah dapat sebagai penyebab organic dari retardasi
mental, misalnya keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka
waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata
lebih banyak pada anak-anak di kota dari golongan social ekonomi
rendah. Demikian pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil
maupun pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan
otak anak.
2.1.3 TANDA DAN GEJALA
7
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat
diperlukan, yaitu untuk mengetahui penyakit penyebab kelainan ini
organic atau non organic, apakah kelainannya dapat diobati/tidak, dan
apakah ada faktor genetic/tidak. Dengan melakukan skrining secara
rutin misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Develompment
Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera divuat. Demikian
pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya,
sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak umur 6
tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak
khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini,
apabila tidak ada kelainan pada system syaraf pusat, perlu anamnesis
yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah
lingkungan /faktor non organic lainnya dimana diperkirakan
mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai
beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang
kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom
penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang
disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):
a. Kelainan pada mata
i. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom lowe
- Galactosemia
- Sindrom down
- Kretin
- Rubella prenatal, dll.
ii. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
8
iii. Karioretinitis
- Lues kongenital
- Penyakit sitomegalovirus
- Rubella prenatal
iv. Kornea Keruh
- Lues kongenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe, dll.
b. Kejang
i. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthetase
- Hiperlisinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai
glycogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenylketonuria
- Sindrom malabsorpsi methionine, dll
ii. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll
c. Kelainan kulit
Bintik café-au-lait
- Ataksia-telengiektasia
- Sindrom Bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous sclerosis
d. Kelainan rambut
i. Rambut rontok
9
- Familial laktik asidosis dengan necrotizing
ensefalopati
ii. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiectasia
- Sindrom malabsorbsi methionine
iii. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
e. Kepala
- Mikrosefali
- Makrosefali
oHidrosefalus
oMucopolisakaridase
oEfusi subdural
f. Perawakan pendek
- Kretin
- Sindrom Prader-Willi
g. Distonia
- Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung tipenya, adalah
sebagai berikut:
a. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar retardasi mental.
Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe social
budaya, dan didiagnosis dibuat setelah anak beberapa kali
tidak naik kelas. Gologan ini termasuk mampu didik, artinya
selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD,
10
juga bisa dilatih ketrampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.
Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi
stress, sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.
b. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi
mental, mereka ini mampu latih tapi tidak mampu didik. Taraf
kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD
saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu ketrampilan tertentu,
misalnya pertukangan, pertanian, dll, dan apabila bekerja nanti
mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengiris diri sendiri. Kelompok ini juga kurang
mampu menghadapi stress dan kurang dapat mandiri, sehingga
memerlukan bimbingan dan pengawasan.
c. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk
kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena
selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orangtua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motoric dan bahasa. Kelompok
ini termasuk tipe klinik. Mereka tidak dapat dilatih ketrampilan
kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang
hidupnya.
d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan
fisik sangat jelas. Kemampua berbahasanya sangat minimal.
Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang sekitarnya.
11
2.1.4 PATOFISIOLOGI
2.1.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis:
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
Obat-obat psikotropika ( tioridazin, [Mellaril]) untuk remaja
dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda
gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
Antidepresan ( imipramin [Tofranil])
Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
12
Penatalaksanaan non-medis
Pencegahan :
Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan
pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman
kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal
ini ;
– perawatan prenatal
– pengawasan kesehatan reguler
– pelayanan dukungan keluarga
2.1.6 KOMPLIKASI
Serebral palcy
Gangguan kejang
Gangguan kejiwaan
Gangguan konsentrasi /hiperaktif
Defisit komunikasi
Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-
obatan antikonvulsi, kurang mengonsumsi makanan berserat
dan cairan).
2.1.7 PENCEGAHAN
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan
tidak ada, sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya
kembali normal, maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu
usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan
memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial
dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi.
Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi
yang baik selama kehamilan, dan bersalin pada tenaga kesehatan yang
berwenang, maka dapat membantu menurunkan angka kejadian
retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan
13
dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik,
memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga,, akan
meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program
BKB (Bina Keluarga dan Balita) yang merupakan stimulasi mental
dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini, maka dapat
mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini
mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan
intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini
hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi
dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu
memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep intervensi pada retardasi
mental dapat dilihat pada gambar 14.1, yang berdasarkan pemikiran
bahwa intervensi dapat merubah status perkembangan anak. Makin
dini dan makin sering intervensi dilakukan, maka makin baik hasilnya
(titik A pada kurva). Tetapi makin berat tingkat kecacatan (B pada
kurva), maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil akhir suatu
intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang
diberikan makin baik hasilnya, sehingga agak mengurangi
kecacatannya (gambar 14.2). namun pada anak yang penyebabnya
sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang
baik, dan intervensi yang tidak teratur, maka hasilnya juga tidak
memuaskan (dikutip dari Crocker, 1983).
14
Pencegahan Primer:
a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk hidup sehat gizi
dan kebersihan
b. Perbaikan keadaan sosio ekonomi
c. Konseling genetic
d. Tindakan medis yang baik pada prenatal, natal, pasca natal ibu
terhadap bayi
Pencegahan Sekunder:
a. Diagnose dan pengobatan dini
Pencegahan Tertier:
a. Rehabilitasi: pendidikan, latihan khusus (SLB)
b. Perkembangan hidup emosinya mempengaruhi hubungan
manusia dan ketidakmampuan untuk bersaing menyebabkan
trauma bayinya
c. Tuntutan dan harapan orangtuanya (orang tua yang tidak
mengerti/mengetahui)
d. Sikap umum masyarakat terhadap retardasi mental sangat
mempengaruhi reaksi orangtua terhadap adanya anak dengan
retardasi mental dalam keluarga mereka
15
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai
kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan
adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan
sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan
dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi
dan ketenangan dan bekerja.
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi
kognitif
• Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
• Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas
fisik
• Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi
sosial
• Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
• Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan
16
2.2.3 INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan
Sasaran Pasien
Intervensi Keperawatan /
Rasional
Hasil yang Diharapkan
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitif
1. Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayi untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak
Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval reguler. Buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi yang samar sehingga rencana perawatan adapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
Bantu keluarga menyusun tujuan yang realistis untuk anak untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan darga diri.
Berikan penguatan positif atas tugas – tugas khusus atau perilaku anak karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
Dorong untuk mempelajari ketrampilan perwatan diri segera setelaha anak mencapai kesiapan.
Kuatkan aktivitas
Anak dan keluarga aktif terlibat alam program stimulasi bayi.
Keluarga menerapkan konsep – konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah.
Anak melakukan aktivitas hidup sehari – hari pada kapasitas optimal.
Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.
Penyusunan batasan yang tepat, rekreasi, dan kesempatan sosial dapat diberikan.
Isu – isu remaja digali dengan tepat.
17
perawatan diri untuk memfasilitasi perkembangan yang optimal.
Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dari kelas - kelas pendidikan segera.
Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama adengan anak lain(mis, bermain, disiplin, interaksi sosial).
Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orangtua tenntang maturasi fisi, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
Dorong pelatihan vokasional optimal.
2: Pasien mencapai sosialisasi yang optimal.
Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan untuk bersosialisasi seperti anak – anak yang lain.
Dorong keluarga untuk mengajarkan anak perilaku yang dapat diterima secara sosial (mis., mengatakan “halo”, dan “terima kasih”, sopan, sentuhan yang tepat).
Anjurkan berdandan dan berpakaian sesuai usia untuk mendorong penerimaan oleh orang lain dari
Anak berperilaku denga cara yang dapat diterima secar sosial.
Anank mempunyai pengalaman dan hubungan dengan teman sebaya.
Anak tidak mengalami isolasi sosial.
18
harga diri. Anjurkan program
yang memberikan hubungan dengan teman sebaya dan pengalaman (mis., Pramuka, Olahraga) untuk meningkatkan sosialisasi optimal.
Berikan pada remaja informasi praktik seksual dan kode perilaku yang konkret dan terdefinisi dengan baik karena kemudahan persuasi anak dan kurangnya penilaiandapat membuat anak berada pada resiko yang berbahaya.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental
(KELUARGA) 1: Pasien (keluarga) mendapatkan dukungan yang adekuat
Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran, karena keluarga dapat mencurigai adanaya masalah dan mungkin memerlukan dukungan yang segera.
Ajak kedua orangtua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi agar orangtua yang satu tidak harus mengulangi informasi yang kompleks tersebut kepada orangtua yang lain dan untuk menghadapi emosi
Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya mengenai kelahiran anak dengan retardasi mental dan implikasinya.
Anggota keluarga membuat keputusan yang realistis berdasarkan kebutuhan kemampuan mereka.
Anggota keluarga menunjukkan penerimaan yang baik terhadap anak.
19
awal dari orangtua yang lain.
Bila mungkin, berika informasi tertulis pada keluarga tentang kondisi anak (mis., sindrom khusus atau penyakit) unutuk dijadikan bahan rujukan keluarga dikemudian hari.
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah; beri kesempatan pada mereka untuk menyelidiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan.
Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat mendapatkan dukungan tambahan.
Jangan memberikan jawaban definitif ttentang derajat retardasi anak, tekankan pad potensi keampuhan belajar anak, terutama dengan intervensi diri untuk mendorong harapan.
Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku sendiri karena orangtua pada iskap
20
afektif profesional. Tekankan
karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing – masing.
Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya karena hal ini merupakan bagian dari proses adaptasi.
(KELUARGA) 2: Pasien (keluarga) siap untuk perawatan anak jangka panjang
Setelah anak tumbuh besar, diskusikan dengan orangtua alternatif perawatan di rumah, terutama saat orangtua hampir pensiun dan menjadi lansia, sehingga dapat diberikan perawatan jangka panjang yang tepat.
Dorong keluarga untuk mempertimbangkan pemberhentian perawatan sesuai kebutuhan untuk memfasilitasi kemampuan keluarga menghadapi perawatan jangka panjang anak.
Bantu keluarga menyelidiki lingkungan residensial karena hal ini mungkin
Keluarga mengidentifikasi sasaran realistis untuk perwatan anak di masa yang akan datang.
Keluarga mendapatkan manfaat dan pelayanan pendukung.
21
diperlukan untuk perawatan optimal anak.
Dorong keluarga untuk memasukkan anggota keluarga yang menderita retardasi mental dalam perencanaan dan melanjutkan hubungan yang bermanfaat dalam penempatan.
Rujuk pada lembaga yang memberikan bantuan dan dukungan.