Post on 29-Jun-2015
ASKEP CA LARING
A. Pengertian
Secara anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik, tumor pada
plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus piriformis (Glotis : tumor pada
korda vokalis , Subglotis : tumor dibawah korda vokalis).
B. Patofisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan
pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja
dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana
terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher
menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal
95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik)
menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak
terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik)
metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar,
sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara
yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
C. Gambaran klinik
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh
walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan subglotis.
Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik seperti
demam.Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu yang tersangkut. Pada fase
lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara.Sesak napas terjadi bila
rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul
mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat beradaptasi, sehingga
baru merasakan sesak bila tumor sudah besar (terlambat berobat). Stridor terjadi
akibat sumbatan jalan napas.Bila sudah dijumpai pembesaran kelenjar berarti tumor
sudah masuk dalam stadium lanjut.Bahkan kadang-kadang tumornya dapat teraba,
menyebabkan pembengkakan laring.
Bila tumor laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia,
rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga.Apabila dijumpai
kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara parau lebih dari dua
minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita orang dewasa atau tua,
sebaiknya penderita segera dirujuk.
D. Stadium
Tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis
jauh ( M ).
Stadium : I : T1 No Mo
II : T2 No Mo
III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
E. Diagnostic studies
Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat
menunjukkan tumor dengan jelas.Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat
pada gambar.Sinar X dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan
metastase. Darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum.
Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah
dan pembuluh limfe., Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan
dilakukan biopsi pada tumor.Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang
sama.
F. Medical Managament
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi).Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.Radiasi
diberikan pada stadium 1 dan 4.Alasannya mempunyai keuntungan dapat
mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor yang
sudah lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher.Oleh karena
itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja
tanpa pembesaran kelenjar leher.Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas
pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita
dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta
dapat dipertahankannya suara yang normal.Fiksasi pita suara menunjukkan
penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah
supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi
dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar
leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan
subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu
diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.Laringektomi diklasifikasikan
kedalam :
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita
suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan
napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara
satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan
setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien
akan parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau
pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara
pasien masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko
aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring,
memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin
trakea, dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan
sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada
bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan
dengan saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher
pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik,
kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf
spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar
parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara
atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan
pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun
kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ
laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang
binawicara.
G. Dasar data pengkajian keperawatan
Data pre dan posoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan
koplikasi yang ada.
INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan
keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.
MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala :Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang
menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk.
Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.
HIGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
NEUROSENSORI
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap
atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan
menelan. Kerusakan membran mukosa.
NYERI ATAU KENYAMANAN
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga,
nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar dengan
pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring.
Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri
yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum
pembedahan).
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.
PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk
kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk
dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.
KEAMANAN
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau
radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi
sosial.
Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan
menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.
H. Prioritas keperawatan pre dan post operasi
PREOPERASI
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan
pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu,
meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak
operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka,
melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre
dan posoprasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang
diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi,
termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status
puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang
pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri
tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.Rasional pengetahuan
tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kerjasama pasien.
2. Jika laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan
dokter untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub laringektomi.Atur
waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda
untuk rehabilitasi suara.Rasional mengetahui apa yang diharapkan dan
melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan
memungkinkan pasien berpikir realistik.
3. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari
akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula, mungkin ruangan
penyakit dalam atau ruangan bedah.Mungkin saja akan dipasang NGT.
Pemberian makan per sonde diperlukan sampai beberapa minggu setelah
pulang hingga insisi luka sembuh dan mampu untuk menelan (jika operasi
secara radikal di leher dilaksanakan).Alat bantu jalan napas buatan (seperti
trakeostomi atau selang laringektomi) mungkin akan terpasang hingga
pembengkakan dapat diatasi.Manset trakeostomi atau selang T akan
terpasang di jalan napas buatan, untuk pemberian oksigen yang telah
dilembabkan atau memberikan udara dengan tekanan tertentu. Rasional
pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu
menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan
tujuan yang realistik.
4. Jika akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik laringektomi,
ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai berikut:
Ketika makan duduk dan tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi, letakan
porsi kecil makanan di bagian belakang dekat tenggorok, tarik napas
panjang dan tahan (ini akan mendorong pita suara bersamaan dengan
menutupnya jalan masuk ke trakea), menelan dengan menggunakan gerakan
menelan,batukan dan menelan kembali untuk memastikan tidak ada
makanan yang tertinggal di tenggorok. Rasional karena epiglotis sudah
diangkat pada jenis laringektomi seperti ini, aspirasi karena makanan per
oral merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Belajar bagaimana
beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan frustrasi dan
menyebabkan ansietas.Berlatih secara terus – menerus dapat membantu
mempermudah belajar dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut
2. Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pre
dan paskaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman
kematian.
Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi,menanyakan
informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Goal : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka,
mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan,
klien dioperasi.
Rencana tindakan :
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3. Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.
POST OPERASI
1. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2. Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3. Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
4. Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komunikasi dengan efektif.
3. Komplikasi tercegah atau minimal.
4. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.
Diagnosa Keperawatan
I. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk
dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik : sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau
kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak
normal,sianosis.
Goal : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak
sianosis,frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1. Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki
kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada pernapasan,
adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2. Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase sekret, kerja
pernapasan dan ekspansi paru.
3. Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah pengumpulan sekret
oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis
diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4. Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret untuk
membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi
pernapasan.
5. Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat
jumlah, warna dan konsistensi sekret. Rasional mencegah sekresi
menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu
dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6. Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi
pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau
balutan posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi.
Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang
tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
7. Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi sekret
dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini
penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.
Kolaborasi
8. Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan
peningkatan masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung) berarti
menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban
menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau
penghisapan sekret melalui stoma.
9. Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional pengumpulan sekret
atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan
tindakan terapi lebih agresif.
II. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Karakteristik data :Ketidakmampuan berbicara, perubahan pada karakteristik
suara.
Goal : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara
yang tepat setelah sembuh.
Rencana tindakan :
Mandiri
1. Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas
terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu
penjelasan.Rasional untuk mengurangi rasa takut pada klien.
2. Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti
pendengaran dan penglihatan.Rasional adanya masalah lain mempengaruhi
rencana untuk pilihan komunikasi.
3. Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya
papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat.Rasional
memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah. Catatan
: posisi IV pada tangan atau pergelangan dapat membatasi kemampuan
untuk menulis atau membuat tanda.
4. Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi.Rasional kehilangan bicara dan
stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan
ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerja.
5. Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik. Rasional
mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan
orang lain.
6. Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio
dan kalender. Rasional mempertahankan kontak dengan pola hidup normal
dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.
7. Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau
tergantung pada tersedianya alat bantu suara. Rasional memberikan
dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti
komunikasi dan bicara tersedia dmungkin.
8. Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.Rasional
meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi
pita permanen.
9. Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini
dengan tepat. Rasional memberikan model peran, meningkatkan motivasi
untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara baru untuk berkomunikasi.
Kolaborasi
10. Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen
rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok
laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber
komunikasi (bila ada). Rasional Kemampuan untuk menggunakan pilihan
suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal) sangat bervariasi,
tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi
untuk kembali ke hidup aktif. Waktu rehabilitasi memerlukan waktu
panjang dan memerlukan sumber dukungan untuk proses belajar.
III. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau
suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret
terus-menerus.
Karakteristik data : kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan
lapisan kulit atau jaringan.
Goal : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana tindakan :
1. Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur
kulit.Rasional kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna
kulit sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti
vena, yang dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
2. Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah (biasanya
meningkat pada hari ketiga-kelima pascaoperasi).Rasional meminimalkan
kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi
saluran limfe.
3. Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berkan bantal
atau gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala atau leher
selama aktivitas. Rasional tekanan dari selang dan plester trakeostomi atau
tegangan pada jahitan dapat menggangu sirkulasi atau menyebabkan cedera
jaringan.
4. Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional drainase
berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama. Perdarahan terus-
menerus menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
5. Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase seperti
susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal (dapat menyebabkan
kekurangan cairan tubuh dan elektrolit).Kebocoran ini dapat sembuh
spontan atau memerlukan penutupan bedah.
6. Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah
meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan : balutan
tekan tidak digunakan diatas lembaran kulit karena suplai darah mudah
dipengaruhi.
7. Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida (campuran 1 :
1) setelah balutan diangkat. Rasional mencegah pembetukan kerak , yang
dapat menjebak drainase purulen, merusak tepi kulit, dan meningkatkan
ukuran luka. Peroksida tidak banyak digunakan karena dapat membakar
tepi dan menggangu penyembuhan.
8. Bersihka sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun dan
alkohol.Tunjukkan pada pasien bagaimana melakukan perawatan stoma atau
selang sendiri dalam membersihkan dengan air bersih dan peroksida,
menggunakan kain bukan tisu atau katun. Rasional mempertahankan area
bersih meningkatkan penyembuhan dan kenyamanan. Sabun dan agen
kering lainnya dapat menimbulkan iritasi stoma dan kemungkinan
inflamasi.Bahan lain selain kain dapat meninggalkan serat pada stoma yang
dapat mengiritasi atau terhisap ke paru.
Kolaborasi
9. Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional mencegah
atau mengontrol infeksi.
IV. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi,
kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva
sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik data : Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut,
saliva kental atau banyak, penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan
kotor,bibir inflamasi, tidak ada gigi.
Goal : menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran
mukosa baik.
Kriteria Hasil : mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah
normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana tindakan :
Mandiri
1. Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional
kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva,
mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva dapat
terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri tenggorok dan
mulut.
2. Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran
mukosa. Rasional pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum
lunak, dan faring. Pasien akan mengalami penurunan sensasi dan gerakan
lidah, dengan kesulitan menelan dan peningkatan resiko aspirasi sekresi,
serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat mengankat bagian bibir
mengakibatkan pengaliran saliva tidak terkontrol. Geligi mungkin tidak utuh
( pembedahan ) atau mungkin kondisinya buruk karena malnutrisi dan terapi
kimia. Gusi juga dapat terinflamasi karena higiene yang buruk, riwayat lama
dari merokok atau mengunyah tembakau atau terapi kimia. Membran
mukosa mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
3. Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan
pengisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan
sekresi. Rasional saliva mengandung enzim pencernaan yang mungkin
bersifat erosif pada jaringan yang terpajan. Karena pengalirannya konstan,
pasien dapat meningkatkan kenyamanan sendiri dan meningkatkan higiene
oral.
4. Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan
geligi dengan sering. Rasional menurunkan bakteri dan resiko infeksi,
meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan.
5. Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi. Rasional
mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat
erosif dari sekresi.
V. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan
jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena
menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Goal : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi
wajah ceria.
Rencana tindakan :
1. Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana
menyokong leher selama aktivitas.Rasional kelemahan otot diakibatkan oleh
reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau bahu. Kurang sokongan
meningkatkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera pada area
jahitan.
2. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-
hati bila tidak mampu menelan. Rasional menelan menyebabkan aktivitas
otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan.
3. Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk
trauma baru.Rasional dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang
memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.Jaringan terinflamasi dan
kongesti dapat dengan mudah mengalami trauma dengan penghisapan
kateter dan selang makanan.
4. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek
analgesik. Rasional alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5. Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan
kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6. Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon
sesuai indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak
psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat
menurunkan atau menghilangkan nyeri.
VI. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan
mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena
perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik data : tidak adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan
mencerna makanan, menolak makan, kurang tertarik pada makanan,laporan
gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan, kelemahan otot yang
diperlukan untuk menelan atau mengunyah.
Goal : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau
insisi sesuai waktunya.
Rencana tindakan :
1. Auskultasi bunyi usus. Rasional makan dimulai hanya setelah bunyi usus
membik setelah operasi.
2. Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan
mendorongkan air hangat sesuai indikasi. Rasional selang dimasukan pada
pembedahan dan biasanya dijahit.Awalnya selang digabungkan dengan
penghisap untuk menurunkan mual dan muntah. Dorongan air untuk
mempertahankan kepatenan selang.
3. Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung spuit,
kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien akan
pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan orang terdekat mampu
melakukan prosedur ini sebelum pulang dan bahwa makanan tepat dan alat
tersedia di rumah. Rasional membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi
dan mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa
tergantung pada orang lain untuk kebutuhan sangat mendasar pada
penyediaan makanan.
4. Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat
tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.Rasional kandungan makanan
dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada
kecepatan atau tipe formula.
5. Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus) atau
makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan yang dijual)
sesuai indikasi. Rasional macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk
tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau
memberikan makanan yang disediakan pasien.
VII. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan
anatomi wajah dan leher.
Karakteristik data :perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam
keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Goal : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif
pada diri sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai
bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan
orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang
telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana tindakan :
1. Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi
persepsi situasi atau harapan yang akan datang.Rasional alat dalam
mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian
dan intervensi secara konstruktif.
2. Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional dapat menunjukkan
depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau
intervensi lebih intensif.
3. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional pasien dapat
mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan
menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses
kehilangan membutuhkan waktu untuk membaik.
4. Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positip yang akan membaik. Rasional penolakan dapat
mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan
gambaran diri yang baru.
5. Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber
pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
Rasional pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien
menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan
dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam
emosi mereka. Tujuannya adalah memampukan mereka untuk melawan
kecendrungan untuk menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2
nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom FK Unair, Surabaya.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :
Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT.
FKUI : Jakarta.
http://hidayat2.wordpress.com/tag/sistem-pencernaan/page/4/