ASKEP CA LAMBUNG.docx

51
ASKEP CA LAMBUNG MAKALAH INDIVIDU SISTEM PENCERNAAN KARSINOMA LAMBUNG Di susun oleh : Nama : Windayona Hadi Prasetya NIM : 1002108 Prodi : SI/ IIA STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

Transcript of ASKEP CA LAMBUNG.docx

Page 1: ASKEP CA LAMBUNG.docx

ASKEP CA LAMBUNG

MAKALAH INDIVIDU SISTEM PENCERNAAN

KARSINOMA LAMBUNG

       Di susun oleh :

Nama     : Windayona Hadi Prasetya

NIM       : 1002108

Prodi     : SI/ IIA

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012

1.            LATAR BELAKANG

Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang daripada tumor

ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisarantara 0,2 - 0,4 % dan jarang ditemukan di

Page 2: ASKEP CA LAMBUNG.docx

bawah umur 55 tahun. Tumor ganasdidapatkan 10 kali lebih banyak daripada tumor jinak.

Tumor ganas yangterbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini menempati urutan ketiga

tumorsaluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan Pankreas (Sudoyo,2007).Selama

beberapa dasawarsa terakhir angka kematian turun tajam sampai 30%,ini disebabkan kejadian

penyakit ini menurun di Amerika Serikat dan EropaBarat, tetapi tetap menjadi masalah di

Jepang. Eropa Timur, dan Amerika Latin.Di negara lain selain Jepang, kelangsungan hidup lebih

dari 5 tahun setelahpembedahan tumor gaster kurang dari 10%, sedangkan di Jepang

dapatmencapai 90% karena adanya peningkatan cara diagnostic (endoskopi danendoskopi

ultrasound) (Sudoyo, 2007).

2.             ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang daripermukaan bawah arcus costalis sinistra

sampai regio epigastrica an umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian

bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan

ostium pyloricum; dua curvatura, curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, paries

anterior dan paries posterior.

Secara umum lambung di bagi menjadi 3 bagian:

1. kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi mukus

2. fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini memiliki tiga tipe

utama sel, yaitu :

Page 3: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah menjadi pepsin dalam

suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang penting.

Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor intrinsic diperlukan untuk

absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.

Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini mensekresi

barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCL atau

autodigesti.

3. pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan mukus, suatu

hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.

Lapisan Lapisan Lambung

Lambung terdiri atas empat lapisan :

1. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari peritoneum viseralis.

Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum,

memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan peritoneum yang kelaur dari organ

satu menuju organ lain disebut ligamentum. Pada kurvatura mayor peritoneum terus kebawah

membentuk omentum mayus.

2. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis:

serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esofagus,

serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter; dan

berada di bawah lapisan pertama, dan

serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari orifisium kardiak,

kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil).

3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe.

Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan atau rugue,

yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan.

4. Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe. Semua sel-sel

itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi saluran-saluran kecil dari

kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar lambung tubuler yang bercabang-

Page 4: ASKEP CA LAMBUNG.docx

cabang dan lubang-lubang salurannya dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini

bersambung dengan permukaan mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang

mengeluarkan sekret berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung.

Persarafan dan Aliran Darah Pada Lambung:

Persarafan pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplay saraf parasimpatis untuk lambung di

hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mencabangkan ramus

gastric, pilorik, hepatic dan seliaka.

Persarafan simpatis melalui saraf splangnikus mayor dan ganglia seliakum. Serabut-serabut

afferent simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus auerbach dan

submukosa ( meissner ) membentuk persarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasi

aktivitas motorik dan sekresi mukosa lambung.

Suplai darah dilambung berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis

adalah arteri duodenalis dan pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang

bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu

menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas,

limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta.

Fisiologi Lambung

Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan & sekresi, berikut fungsi

Lambung:

1. Fungsi motorik

Fungsi reservoir

Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak ke

saluran pencernaan. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan

relaksasi reseptif otot polos yang diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oelh gastrin.

Fungsi mencampur

Page 5: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah

lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.

Fungsi pengosongan lambung

Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,

aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan kerja. Pengosongan lambung di atur

oleh saraf dan hormonal

2. Fungsi pencernaan dan sekresi

Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL

Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang di makan, peregangan antrum,

rangsangan vagus

Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.

Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas

sehingga makanan lebih mudah untuk diangkut.

Proses Pencernaan Makanan Di Lambung

1. MEKANIK

Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik yang lembut dan berriak

yang disebut gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut setiap 15-25 detik.

Gelombang ini merendam makanan dan mencampurnya dengan hasil sekresi kelenjar lambung

dan menguranginya menjadi cairan yang encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave

terjadi di fundus, yang merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di fundus

selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung,

pencernaan dengan air liur tetap berlanjut.

Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang hebat dimulai dari

tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter hampir selalu ada tetapi tidak

seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing wave menekan sejumlah

kecil kandungan lambung ke duodenum melalui pyloric spinchter. Hampir semua makanan

Page 6: ASKEP CA LAMBUNG.docx

ditekan kembali ke perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi

menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan lambung

bertanggung jawab pada hampir semua pencampuran yang terjadi di perut.

2. KIMIAWI

Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang dewasa,

pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah ikatan peptide antara

asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah

menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang

sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inaktif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan

menjadi bentuk inaktif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel

zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia

melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal. Kedua, sel-sel

lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi

mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus dengan getah lambung.

Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah trigliserida rantai

pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan baik

pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa. Orang dewasa sangat

bergantung pada enzim yang disekresikan oleh pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus

untuk mencerna lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu.

Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan mencegah terlalu

seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum (bagian pertama dari usus halus).

Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa.

Enzim dan Hormon yang Berperan dalam Pencernaan di Lambung

1. Hormon Gastrin

Kerja Makna fisiologis

Page 7: ASKEP CA LAMBUNG.docx

merangsang sekresi asam dan pepsin 1. mempermudah pencernaan

merangsang sekresi factor intrinsic 2. mempermudah absorpsi dalam usus

merangsang sekresi enzim pancreas 3. mempermudah pencernaan

merangsang peningkatan aliran empedu hati 4. mempermudah pencernaan

merangsang pengeluaran insulin 5. mempermudah metabolisme glukosa

merangsang pergerakan lambung & usus 6.mempermudah pencampuran

mempermudah relaksasi reseptif lambung 7.lambung dapat dengan mudah meningkatkan

volume, tanpa meningkatkan tekanan

meningkatkan tonus istirahat SEB 8. mencegah refluks lambung waktu pencampuran dan

pangadukan

menghambat pengosongan lambung 9. memungkinkan pencampuran seluruh isi lambung

sebelum diteruskan ke usus

2.Enzim pepsin: mengubah protein menjadi pepton

3.Enzim rennin: mengendapkan kasein dalam susu

4.Enzim lipase: memecah lemak menjadi asam lemak

5.HCl: mmbunuh kuman dan mengasamkan makanan

3.             DEFINISI

a. Karsinoma gaster merupakan tumor ganas lambung yang paling banyak tergolong

adenokarsinoma. (Soeparman & Sarwono Waspadji, 1990)

b. Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma gastrointestinal yang paling sering terjadi dan

menyebabkan sekitar 2,4 % kematian akibat kanker. (Price & Wilson, 1995)

c. Karsinoma gaster adalah gangguan sel gaster yang dalam waktu lama terjadi mutasi sel gaster.

(Sjamsuhidajat & Wim De Jong, 1997)

d. Karsinoma gaster merupakan mutasi sel gaster yang kebanyakan menyerang antrum gaster dan

merupakan kanker adenokarsinoma. (Baughmen & JoAnn, 2000)

Page 8: ASKEP CA LAMBUNG.docx

4.                  ETIOLOGI

Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1078) penyebab tumor gaster dimulai dari gastritis kronis

menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai

prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H. pylori

dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan

menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Underwood (2000 : 440) yang menjadi

penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat

meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden

kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung,

bakteri H. pylori, keturunan dan golongan darah A.

5.                  GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang ditemui antara lain (Davey, 2005):a.

         Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakandefisiensi Fe mungkin

merupakan keluhan utama karsinomagaster yang paling umum. 

         Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit metastasis lanjut.

         Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran keluar lambung.

         Disfagia atau sulit menelan

         Nausea atau rasa ingin muntah

Page 9: ASKEP CA LAMBUNG.docx

         Kelemahan

         Hematemesis atau muntah darah

         Regurgitasi

Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu/ cairan yang telah ditelan melalui mulut

dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu/air.

         Mudah kenyang 

         Asites perut membesar 

         Kram abdomen

         Darah yang nyata atau samar dalam tinja

         Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabismakan

6.                  FAKTOR RESIKO

a)      Diet. Kanker gaster telah dihubungkan dengan daging merah, cabai, merica, ikan, makanan yang

diasamkan, diasinkan, diasapkan, diet tinggi karbohidrat, rendahnya konsumsi lemak, protein

dan vitamin A, C, dan E. Makanan yang diasamkan, diasinkan, diasapkan merupakan faktor

resiko “probable” kanker gaster menurut panel ahli WHO/FAO,3,4,6,7 efek karsinogenik dari

makanan yang diasamkan, diasinkan, diasapkan dikarenakan tingginya kandungan garam dan

nitrat. Pada penelitian dengan menggunakan hewan, terlihat adanya efek karsinogenik dari N-

nitroso compounds (N=-nitro-N-nitrosoguanidine), Nitrat dirubah mejadi carcinogenic nitrite

compounds pada gaster.4Sedangkan diet selenium, zinc, cooper, besi, dan mangan dihubungkan

dengan rendahnya resiko kanker gaster.3,6,7Gastric bacteria (lebih sering terdapat pada gaster

yang achlorhydric pada pasien dengan atrophic gastritis) merubah nitrate menjadi nitrite, yaitu

sebuah karsinogen.3,7 Menurunnya konsumsi dari makanan tinggi nitrat terlihat sebagai

penyebab menurunnya kanker gaster pada utara US dan Eropa barat.4,7

b)      Infeksi. pada tahun 1982, Marshall dan Warren mengisolasi H.pylori untuk pertama kali dari

biopsi epitel gaster. Peranan H.pylori dalam menginisiasi cedera mukosa dan terjadinya gastritis

atropik kronis telah diketahui dengan baik. Pada pasien yang menjalani reseksi karena kanker

gaster tipe intestinal, teridentifikasi H.pylori pada jaringan nonkanker pada hampir 90% pasien,

bila dibandingkan dengan 32% kanker gaster tipe difuse.3,6 Beberapa penelitian juga

melaporkan hubungan yang signifikan antara infeksi H.pylori dan kanker gaster, terutama kanker

Page 10: ASKEP CA LAMBUNG.docx

gaster distal. Pembentukan kanker gaster berhubungan dengan meningkatnya level antibody

immunoglobulin G dan paling tinggi ketika interval antara infeksi H.pylori dan diagnosis kanker

gaster lebih dari 10 tahun. Peneliti lainnya juga menemukan tingginya infeksi H.pylori pada

pasien dengan kanker gaster tipe intestinal namun tidak pada kanker gaster tipe difuse. Meskipun

H.pylori di perhitungkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai carcinogen kelas 1,3,5

c)      Herediter dan Ras. African, Asian, dan Hispanic Americans mempunyai resiko yang tinggi

untuk menderita kanker gaster bila dibandingkan dengan orang kulit putih. Pola histologi difuse

terlihat predominan pada keluarga dengan beberapa anggota keluarga yang terkena

kanker.6 munculnya kanker gaster yang tersebar pada kerabat terdekat memperlihatkan bahwa

terdapat kemungkinan genetik untuk terjadinya kanker gaster, dengan insiden berkisar 1%-15%

dari semua kanker gaster. Contohnya adalah pada keluarga Bonaparte, napoleon, ayahnya dan

kakeknya meninggal dikarenakan kanker gaster. Kanker gaster juga muncul pada anggota

keluarga yang terdiagnosa denganhereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) dan Li-

Fraumeni syndrome.3 Berbagai varian dari abnormalitas genetik telah dideskripsikan, dimana

kebanyakan kanker gaster bersifat aneuploid. Abnormalitas genetik yang paling sering terlibat

pada kanker gaster adalah pada gen p53 dan COX-2. Lebih dari dua pertiga kanker gaster

mempunyaideletion atau suppression dari tumor supresor gen p53. Dan dengan proporsi yang

sama pada overexpression genCOX-2. Pada kolon, tumor dengan upregulation gen COX-2

mempunyai apoptosis yang tersupresi, lebih angiogenesis dan potensial metastase yang tinggi.

Kanker gaster yang overexpress terhadap gen COX-2 terlihat lebih agresif.7Familial gastric

cancer telah diidentifikasikan dan berhubungan dengan mutasi gen E-cadherin, seperti yang

terlihat pada keluarga Bonapartes. Adanya mutasi gen e-cadherin menyebabkan resiko untuk

menderita kanker gaster sebesar60–90%.5

d)     Anemia pernisiosa. Anemia pernisiosa membawa resiko relatif yang meningkat sebesar 3 sampai

18 kali untuk menderita kanker gaster pada populasi secara umum pada penelitian retrospektif.

Meskipun terdapat beberapa kontroversi pada penemuan ini, namun follow-up dengan

menggunakan endoscopy telah secara umum disarankan pada pasien yang memiliki penyakit

anemia pernisiosa.3,6

Page 11: ASKEP CA LAMBUNG.docx

e)      Reseksi gaster sebelumnya. Gastric stump adenocarcinomas, yang muncul dengan periode

latensi 15-20 tahun, seringkali muncul pada pasien setelah pembedahan untuk penyakit ulkus

peptikum, terutama mereka yang memiliki hypochlorhydria dan reflux dari alkaline bile. Kanker

ini berhubungan dengan dysplasia mukosa gaster, meningkatnya level gastrin, dan memiliki

prognosis yang buruk.6 pada tahun 1922 Balfour mengamati hubungan antara pembentukan

kanker gaster pada benign disease yang sebelumnya dilakukan gastrectomy partial. Kanker

gaster stump muncul pada kurang dari 5 tahun setelah gastrectomy partial untuk membedakan

kanker gaster stump de novo dari tumor yang rekuren secara lokal yang tak diketahui pada saat

pembedahan pertama kali. Dua metaanalisis juga membenarkan adanya peningkatan resiko

kanker gaster stump pada pasien yang telah menjalani partial gastrectomy. Peningkatan resiko ini

terlihat hanya setelah setidaknya periode latensi 15 tahun, dan sedikit lebih tinggi insidennya

pada wanita. Tipe dari rekonstruksi pembedahan tidak terlihat sebagai resiko relatif untuk

pembentukan kanker gaster stump. Baas et al membandingkan 26 kanker stump dengan 24

kanker konvensional dimana virus Epstein-Barr positif pada 9 kankerstump dan positif pada 2

kanker yang belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya, hal ini memperlihatkan

perbedaan etiologi pada kanker stump dan gaster yang intak sebelumnya.3

f)       Dysplasia mukosa gaster grade I sampai III, dimana grade III menunjukkan diferensiasi sel yang

luas dan meningkatnya mitosis. Penemuan dari dysplasia high-grade oleh patologis yang

berpengalaman pada dua biopsy yang berbeda telah dipertimbangkan sebagai marker untuk

terjadinya kanker gaster. Intestinal metaplasia, yaitu penggantian epitel glandular gaster dengan

mukosa intestinal telah dihubungkan dengan kanker gaster tipe intestinal. Resiko munculnya

kanker terlihat sebanding dengan luasnya metaplasia mukosa.3,6 kanker gaster seringkali muncul

pada area intestinal metaplasia. Lebih jauh lagi, resiko kanker gaster sebanding dengan luasnya

intestinal metaplasia dari mukosa gaster.7

g)      Polip gaster. Setidaknya setengah dari polip adenomatous menunjukkan perubahan

carcinomatous pada beberapa penelitian. Pasien dengan familial adenomatous polyposis (FAP)

memiliki insiden yang tinggi dari kanker gaster sekitar 50%, dan sepuluh kali lebih sering untuk

membenttuk adenocarcinoma.7 Pasien dengan polip adenomatous atau FAP hasrus menjalani

endoscopi surveillance.6 Terdapat lima tipe dari polip epithelial gaster: inflammatory,

Page 12: ASKEP CA LAMBUNG.docx

hamartomatous, heterotopic, hyperplastic, dan adenoma. Tiga jenis pertama mempunyai

kemungkinan kecil untuk terjadinya malignansi. Adenomas dapat membentuk karsinoma, dan

harus diangkat ketika terdiagnosa. Secara kebetulan,hyperplastic polyps (> 75% dari semua polip

gaster) tidak terlihat potensial malignansi,6 namun dapat manjadi karsinoma dengan insiden

<2%.7

h)      Gastritis kronik. Chronic atrophic gastritis merupakan precursor paling sering untuk kanker

gaster, terutama pada tipe intestinal. Pada penelitian di Jepang, 95% pasien dengan kanker gaster

dini mempunyai atrophic gastritis, dan pada penelitian lainnya resiko untuk membentuk kanker

gaster sebesar 20% ketika gastritis berat melibatkan antrum, dan 5% ketika gastritis

melibatkan body gaster. Prevalensi atrophic gastritis tinggi pada usia lanjut, tetapi pada daerah

dengan insiden yang tinggi dari kanker gaster, kondisi ini juga ditemui pada usia muda. Correa

mendeskripsikan tiga pola chronic atrophic gastritis, yaitu autoimmune (melibatkan gaster

bagian proksimal), hypersecretory (melibatkan distal gaster), dan environmental (melibatkan

area multiple

pada junction dari oxyntic dan antral mukosa).6,7 PadaMénétrier’s

disease (hipertropik gastritis) juga telah diobservasi adanya peningkatan insiden dari kanker

gaster.6

i)        Faktor resiko lainnya. Kanker gaster juga sering terjadi orang dengan golongan darah A, dan

juga dengan sosioekonomi rendah.6 Pemakaian tembakau terlihat meningkatkan resiko kanker

gaster,7 Pada tahun 1997, Tredaniel et al menelaah berbagai penelitian cohort dan case-control,

dan menemukan adanya hubungan antara kanker gaster dengan merokok, 11% dari semua

kanker gaster berhubungan dengan merokok. Gammon et al juga memperlihatkan adanya resiko

adenokarsinoma gaster pada perokok.4 dan penggunaan alkohol tidak mempunyai efek resiko

terhadap kanker gaster,7 pada penelitian case-control oleh Gammon et al tidak menunjukkan

adanya hubungan antara konsumsi alkohol dengan kanker gaster.4

7.                  KLASIFIKASI

Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :

1. Bormann I.

Page 13: ASKEP CA LAMBUNG.docx

 Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di

sekitar tumor atropik dan iregular.

2. Bormann II

 Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya

menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan

dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.

 3. Bormann III.

 Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus

pada seluruh mukosa.

4. Bormann IV.

Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus

pada seluruh mukosa

8.                  PATOFISIOLOGI

Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering ditemukan pada sepertiga

distal. Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-

bentuk polypoid, ulseratif atau infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering

terjadi dan mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang karenanya

sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati sendiri.

Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat menimbulkan tanda-tanda

obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun

tanda-tanda awal dari kanker lambung tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat

menyebar secara langsung melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke

pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung

menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan

metastasis (Barbara C. Long, 1996 : 217).

9.                  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Page 14: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Tumor marker

Level serum Carcinoembryonic antigen (CEA) dan CA 19-9 seringkali meningkat pada pasien

dengan kanker gaster stadium lanjut. Tetapi hanya sekitar sepertiga dari pasien yang memiliki

nilai abnormal dari CEA dan/atau CA19-9.4Manggabungkan CEA dengan marker lainnya,

seperti sialylated Lewis antigens CA19-9 atau CA50, dapat meningkatkan sensitifitas

CEA. 3 Sensitifitas dari CEA rendah dan ketika nilainya meningkat, levelnya tidak berhubungan

dengan stadium yang ada, dikarenakan rendahnya sensitifitas dan spesifitas, marker ini tidak

mempunyai peranan sebagaiscreening test pada pasien resiko tinggi.3,4 Tumor-associated

glycoprotein antigen, TAG-72 (CA 72-4 assay), dapat berguna sebagai tumor marker post

reseksi, pada sebuah penelitian CA 72-4 memperlihatkan spesifitas 40% – 50% dan sensitifitas

100%. Gen E-cadherin, yang didapatkan pada bentuk familial dari kanker gaster, mungkin sangat

berguna sebagai marker genetik pada penyakit yang rekuren, dengan sensitifitas 59% dan

spesifitas 75%. Vascular endothelial growth factor (VEGF) juga telah diajukan sebagai marker

post operatif. Nilai serum VEGF yang lebih besar dari 533 pg/mL ditemukan sebagai faktor

independen untuk cancer-specific survival. Tidak terdapat tes laboratorium tunggal yang dapat

mendeteksi adanya kanker gaster rekuren. Tehnik terbaru sedang diteliti untuk mendeteksi

individu dengan resiko tinggi kanker gaster berdasarkan komposisi genetik. Tehnologi ini

termasuk cDNA microarray, serial analysis of gene expression (SAGE), differential display,

dan subtractive hydridization.

Upper Gastrointestinal Barium Examination (UGI)

The upper gastrointestinal barium examination (UGI) merupakan modalitas primer untuk

mendeteksi kanker gaster. Meskipun endoscopy memiliki kelebihan dibandingkan UGI, namun

UGI tetap menjadi pemeriksaan diagnostik yang sering digunakan karena kurang invasif, tidak

membutuhkan sedasi, dan biaya yang rendah. Sebagai tambahan neoplasma gaster kadangkala

merupakan temuan yang tak disengaja ketika dilakukan pemeriksaan UGI untuk gejala yang

tidak spesifik atau untuk evaluasi dari esophagus atau usus halus. 4

Pemeriksaan double-contrast merupakan tehnik radiologis tunggal yang paling baik untuk

mendiagnosa kanker gaster dini (gambar 15). Pada penelitian 80 pasien dengan kanker gaster,

Page 15: ASKEP CA LAMBUNG.docx

pemeriksaan double-contrast dapat mendeteksi 99% pasien dengan kanker gaster. Pemeriksaan

tunggal single-contrast hanya mempunyai nilai sensitifitas sebesar 75% dalam mendiagnosa

kanker gaster. Tipe morfologi yang dideskripsikan oleh the Japan Research Society of Gastric

Cancer, kanker gaster dini dapat terdeteksi pada UGI sebagai polip kecil (type I), lesi superficial

dengan elevasi minimal (type IIa), atau flat (type IIb), depresi ringan (type IIc), atau shallow

ulcers (type III) (gambar 16).

Kanker gaster tingkat lanjut dapat berbentuk massa polypoid, ulserasi, atau proses infiltratif

(linitis plastica pattern) (gambar 17). Ulserasi merupakan penemuan yang sering terdapat pada

pemeriksaan UGI. Bagaimanapun juga hanya 3% sampai 5% dari kanker gaster yang berupa

kondisi malignant. Terdapat beberapa keterbatasan dari UGI, yaitu interpretasi dari UGI

bergantung pada kemampuan operator, keakuratan diagnostik untuk deteksi dini dari kanker

lebih besar pada Negara yang mempunyai program screening berskala besar seperti Jepang, bila

dibandingkan dengan Amerika Serikat. Sensitifitas juga tampaknya menurun jika digunakan

pada pasien postgastrectomy dikarenakan gangguan anatomis akibat rekonstruksi pembedahan. 

Computed Tomography

Computed tomography scanning (CT-scan) menyediakan informasi yang penting dalam rencana

pelaksanaan pasien dengan kanker gaster. CT-scan dapat memberikan informasi mengenai tumor

primer, mendeteksi lymphadenopathy, dan memprediksi invasi dari organ di sekitarnya, dengan

beberapa keterbatasan. CT-scan merupakan pemeriksaan tunggal non invasif yang dapat

mendeteksi adanya metastase. Evaluasi keterlibatan tumor intramural dan ekstensi pada dinding

gaster sangat penting untuk perencanaan terapi. Tehnik CT standar sangat lemah dalam

mengevaluasi gaster. Ketebalan dinding gaster sulit untuk dinilai tanpa adanya distensi dari

gaster dan bagian dari dinding gaster yang coplanar dengan sudut axial scan (terutama regio

cardiac gaster) dapat terlihat menipis. Penampakan pseudomass dari gastroesophageal (GE)

junction pada CT-scan standar berkisar 23% dari 100 pasien dengan GE junctions yang normal.

Pada penelitian yang membandingkan antara EUS dan CT-scan didapatkan keakuratan penetrasi

tumor berkisar 92% untuk EUS bila dibandingkan 42% untuk CT-scan. Berbagai tehnik telah

berkembang dalam 15 tahun terakhir dan perbedaan tersebut menjadi menipis. Pada penelitian

yang terbaru, keakuratan CT-scan sebesar 76% bila dibandingkan dengan EUS sebesar 86%.

Page 16: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Distensi gaster dapat dicapai dengan memasukkan air (300 sampai 800 mL) sangat penting untuk

penilaian yang akurat dari ketebalan dinding gaster.4

CT scan dari thorax, abdomen, dan pelvis berguna untuk menentukan penyebaran lateral dari

tumor dan adanya metastase secara sistemik. Bagaimanapun juga, lebih dari 50% pasien

menunjukkan penyebaran tumor yang lebih luas dari yang diperlihatkan oleh CT pada

saat laparotomy. Dengan menggunakan metode terbaru triphasic spiral CT scanning, dapat

memprediksi lebih tepat tumor dengan ukuran yang kecil dan memprediksikan stadium T. Takao

et al melaporkan keakuratan dari spiral CT sebesar 82% untuk menentukan stadium T pada

kanker gaster tingkat lanjut dan 15% pada kanker gaster dini. Beberapa pusat kesehatan di eropa

telah menggunakan metode ini, dan tanpa metode ini, keakuratan dari stadium T secara umum

sangat rendah.3

Keakuratan CT-scan untuk menilai keterlibatan kanker gaster mempunyai nilai yang terbatas.

Keterbatasan ini dikarenakan ukuran kelenjar limfe tetap menjadi kriteria diagnostik primer

untuk menentukan keterlibatan tumor. Nilai batas normal kelenjar limfe adalah 8 sampai 10 mm,

tetapi meastase dapat ditemukan pada kelenjar limfe yang berukuran lebih kecil dari 8 mm. pada

penelitian pada 58 pasien kanker gaster dan 1082 sampel kelenjar limfe, kanker ditemukan pada

82.6% kelenjar limfe yang berukuran lebih dari 14 mm, 23.0% berukuran 10 sampai 14 mm,

21.7% berukuran 5 sampai 9 mm, dan 5.1% berukuran kurang dari 5 mm. Pada penelitian oleh

Dux et al juga didapatkan bahwa mayoritas kelenjar limfe metastase berukuran antara 2 dan 10

mm. Halvorsen et al melaporkan sensitivitas sebesar 67% dan spesifitas sebesar 61% pada

penelitian kelenjar limfe metastase pada 75 pasien dengan kanker gaster. Metastase secara

hematogenous paling sering terjadi pada hepar, paru-paru, dan kelenjar adrenal, dapat juga pada

tulang, ginjal dan otak. CT-scan tetap menjadi modalitas untuk mendeteksi penyakit metastase. 

Positron Emission Tomography

Penggunaan Positron Emission Tomography (PET) pada pasien kanker gaster adalah dalam

menentukan stadium, mendetteksi rekurensi, menentukan prognosis, dan menentukan respon

terapi. Kelebihan PET dibandingkan CT adalah mengenai resolusi kontras yang lebih besar.

Contohnya PET dapat mendeteksi metastase kelenjar limfe sebelum adanya pembesaran kelenjar

Page 17: ASKEP CA LAMBUNG.docx

limfe pada CT-scan. Keterbatasan dari PET adalah rendahnya sensitivitas untuk lesi yang

berukuran kecil dan hasil false-positive dari proses infeksi dan inflamasi. Sebagai tambahan,

PET relatif lebih mahal bila dibandingkan pemeriksaan lainnya. PET telah dilaporkan memiliki

sensitivitas yang rendah dalam mendeteksi tumorsignet-ring cell dan mucinous. Meskipun PET

tidak mempunyai peranan dalam mendeteksi kanker gaster primer. Mayoritas (60% sampai 96%)

neoplasma gaster primer. PET mempunyai nilai potensial dalam menentukan stadium dari kanker

gaster. Yoshioka et al melaporkan sensitivitas sebesar 71% dan spesifitas sebesar 74% pada 42

pasien dengan kanker gaster stadium lanjut, dan sensitivitas untuk mendeteksi metastase kelenjar

limfe bervariasi dari 23 sampai 73%. Nilai utama PET dalam mendeteksi metastase kelenjar

limfe terutama karena spesifitasnya yang tinggi, sebesar 78% sampai 96%. 

Keakuratan dari PET dan CT untuk mendeteksi kelenjar limfe lokal dan distant tidak berbeda

jauh. Meskipun CT lebih sensitif daripada PET untuk mendeteksi metastase kelenjar limfe pada

N1 dan N2, PET lebih bersifat spesifik. PET lebih sensitif dalam mendeteksi metastase pada

organ seperti hepar dan paru-paru, tetapi tidak untuk metastase tulang, peritoneal dan pleural. De

Potter et al mengevaluasi 33 pasien untuk rekurensi setelah terapi pembedahan kuratif, PET

mempunyai sensitivitas sebesar 70% dan spesifitas sebesar 69%. PET scan yang bernilai negatif

berhubungan dengan survival yang lebih panjang secara signifikan bila dibandingkan dengan

PET scan positif. PET juga memiliki nilai dalam memprediksi respon dari kemoterapi

preoperatif pada kanker gaster. Ott et al melakukan penelitian prospektif pada 44 pasien dengan

kanker gaster stadium lanjut, didapatkan respon dari PET setelah 14 hari terapi memprediksikan

respon histopatologi 3 bulan setelah terapi dan berhubungan dengan tingkat survival. 

Fluorodeoxyglucose (FDG) positron emission tomography (PET) seluruh tubuh, penggunaannya

telah meningkat dalam evaluasi gastrointestinal malignancies. The positron-emitting 18F-labeled

analogue dari 2-deoxyglucose, 2-[18F]-fluoro-2-deoxyglucose dimasukkan kedalam sel dengan

menggunakan perantara hexose tipe I atau II. Ketika didalam sel, analog tersebut di fosforilasi

menjadi FDG-6-phosphate, dimana kebanyakan jaringan tumor tidak memetabolisasi lebih

jauh. 3 Uptake yang besar dari FDG berhubungan dengan dalamnya invasi, ukuran tumor, dan

metastase kelenjar limfe. Tingkat survival pasien dengan uptake FDG yang tinggi secara

signifikan lebih rendah dari pasien dengan uptake FDG yang rendah. Bagaimanapun juga derajat

uptake tumor primer berhubungan dengan histologi tumor dan tumor dengan prognosis yang

Page 18: ASKEP CA LAMBUNG.docx

buruk dapat mempunyai uptake FDG yang rendah. Secara umum, signet-ring cell danmucinous

carcinomas mempunyai uptake FDG yang rendah. 4 Beberapa penelitian telah

mendokumentasikan lokasi tumor kolorektal dan hepatic yang rekuren, dengan sensitivitas

bervariasi dari 92-100% dan akurasi sebesar 90-96%. Penelitian pada kanker esophageal

memperlihatkan bahwa PET dapat mendeteksi 20% dari metastase yang tidak dapat terlihat oleh

CT. Penelitian pada kanker gaster dengan menggunakan FDG-PET, terlihat memiliki sensitifitas

60%, spesifitas 100%, dan keakuratan sebesar 94% dalam mengidentifikasi kanker gaster. 

Laparoscopy

Pengenalan dari fiberoptic, video-assisted laparoscopy pada awal 1980 memberikan makna

untuk penilaian secara langsung dari abdominal cavity tanpa morbiditas dari laparotomy. Studi

komparatif yang membandingkan CT dan laparoscopy telah secara konsisten menunjukkan

bahwa laparoscopy memberikan informasi tambahan yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan

CT-scan. Pada sebuah penelitian mengenai kanker gaster, laparoscopy memiliki keakuratan

sebesar 94% ketika dibandingkan terhadap penemuan pada saat laparotomy. Kebanyakan yang

tidak terdeteksi dengan menggunakan CT-scan adalah metastase pada peritoneal. Tingkat

keakuratan metode ini untuk mendiagnosa stadium M1 berkisar 13% sampai 37%.3 Laparoscopy

memegang peranan penting sebagai panduan terapi pasien yang tepat untuk dapat dilakukan

reseksi. pada tahun 1995 Shandall dan Johnson melaporkan bahwa penggunaan rutin laparoskopi

menghasilkan deteksi dari metastase pada hepar atau peritoneum dan menghindari dilakukannya

laparotomi pada 29% pasien. Penelitian lainnya juga mengkonfirmasi hal ini, dimana 12%

sampai 52% pasien dirasakan tepat untuk dilakukan reseksi gaster terhindar dari laparotomi

dikarenakan ditemukannya metastase pada saat laparoskopi. Burke et al menyebutkan bahwa

laparoskopi memiliki sensitivitas sebesar 100% sensitivity dan 84% spesifitas. Dengan adanya

tehnik terbaru laparoscopic ultrasound, stadium N dapat ditentukan dengan laparoskopi, namun

sayangnya dibutuhkan operator yang ahli. Finch et al mengindikasikan laparoscopic

ultrasound mempunyai keakuratan sebesar 84%dalam menentukan stadum kanker esophageal.

Dikarenakan pentingnya dari laparoskopi dalam menentukan stadium, the National

Comprehensive Cancer Network (NCCN) merekomendasikan pasien dengan kanker gaster

dengan locoregional disease (M0) menjalani laparoskopi untuk manajemen lebih jauh.

Laparoskopi tidak hanya terbatas pada pasien yang resectable. Penentuan stadium yang akurat

Page 19: ASKEP CA LAMBUNG.docx

pada pasien yang unresectable dapat membantu menentukan keuntungan dari

terapi chemoradiation, dikarenakan radiasi mungkin tidak tepat pada pasien yang memiliki

metastase. Laparoskopi tidak diperlukan pada lesi T1 atau T2 dimana insiden metastsenya

rendah. Lebih jauh lagi, laparoskopi tidak diindikasikan sebagai evaluasi preoperatif pada pasien

dengan gastric remnant cancers, dikarenakan cenderung tidak terjadi metastase peritoneal.

Endoscopy

Endoscopy saluran cerna bagian atas telah digunakan secara rutin untuk mendiagnosa dan

menentukan stadium dari kanker gaster. Beberapa laporan telah menunjukkan keakuratan

diagnostik lebih dari 95%. Evaluasi termasuk ukuran, lokasi, dan morfologi dari tumor, termasuk

penyebaran proksimal dan distal, sebagaimana juga abnormalitas mukosa. Penurunan

distensibilitas dari gaster, aktifitas peristaltik yang abnormal, dan fungsi pylorus yang abnormal

dapat mengindikasikan adanya infiltrasi submukosal yang luas atau penyebaran extramural dari

tumor. Kemungkinan mendapatkan hasil yang positif pada biopsi lebih besar dari 95% ketika

sampel jaringan diambil sebanyak enam sampai sepuluh buah. Mengidentifikasi iregularitas dari

mukosa biasanya berhubungan dengan gastritis-like carcinomas dini yang bisa diperjelas dengan

menggunakan cairan vital dyes, seperti 0.1% indigocalmin. Tehnik ini telah digunakan secara

luas di jepang dengan tingkat keberhasilan yang baik. 

10.              PENATALAKSANAAN

Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan kuratif dilakukan

operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan mengangkat kelejar limf regional

dan organ lain yang terkena. Sedangkan untuk tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan

tumor yang perforasi atau berdarah atau mungkin hanya sekedar membuat jalan pintas lambung.

Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak radikal.

Kombinai sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan (5 FU, adriamisin dan

mitromisin).

11.              PROGNOSIS

5-year survival untuk adenocarcinoma gaster telah meningkat dari 15 sampai 22% di Amerika

Serikat pada 25 tahun terakhir. Survival bergantung pada stadium pathologis (stadium TNM) dan

Page 20: ASKEP CA LAMBUNG.docx

derajat dari diferensiasi tumor. 7 Indikator prognostik yang paling penting pada kanker gaster

secara histologis, yaitu keterlibatan kelenjar limfe dan dalamnya invasi tumor. Grading tumor,

yaitu well, moderately, atau poorly differentiated juga merupakan faktor prognostik yang

penting. 7 Sangat penting untuk menekankan bahwa terdapat hubungan antara kedalaman invasi

tumor (stadium T) dengan keterlibatan kelenjar limfe (stadium N). Stadium T tingkat lanjut

memprediksikan meningkatnya stadium N. pada penelitian di Jepang menganalisis bahwa hanya

7% dari pasien yang menderita obesitas. Obesitas terlihat berhubungan dengan tingginya infeksi,

meningkatnya kehilangan darah, dan lamanya rawat inap di rumah sakit, tetapi tidak ada

perbedaan dalam tingkat long-term survival. Faktor lainnya yang berhubungan

dengan survival termasuk usia, dimana pasien yang berusia dibawah 65 tahun memiliki

mortalitas 3.5% dan 5-year survival berkisar 62% dan pasien yang berusia lebih dari 80 tahun

memiliki mortalitas sebesar 15.2% dan tingkat 5-year survival sebesar 22%. Data penelitian

Zinner MJ5 didapatkan bahwa tingkat mortalitas pasien yang berusia kurang dari 65 tahun

sebesar 5%; usia 65–75 tahun sebesar 2%; dan usia lebih dari 75 tahun sebesar 8%.5

12.              EPIDEMIOLOGI

Insiden Kanker lambung di Indonesia berdasarkan penelitian denganmelakukan pemeriksaan

endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA ) dandiperkuat dengan pemeriksaan histopatologi,

sejak Januari 2000 ± Desember 2004 di Rumah Sakit Pendidikan Akademis Jaury Jusuf Putra

dan RumahSakit Pendidikan Wahidin Sudirohusodo Makassar dicatat 30 orang terkenakanker

lambung. Kejadian karsinoma lambung pada laki- laki lebih banyak dibandingkan perempuan.

Angka kejadian teringgi pada umur 50-59 tahun.Keluhan yang terbanyak adalah nyeri

epigastrium, pemeriksaan histopatologiumumnya jenis adenokarsinoma, gambaran endoskopi

sesuai klasifikasiBorrmann III dengan lokasi terbanyak pada daerah antrum ( Rasyid, 2005)

13.              KOMPLIKASI

a. Hepatomegali

Hepatomegali terjadi sebagai akibat dari metastase sel gaster ke hepar sehingga menyebabkan

terjadinya hepatomegali.

b. Limfonodi Virchow

Page 21: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Limfonodi Virchow atau kelenjar limfe supraklavikuler kiri yang membesar menunjukkan

penyakit yang lanjut dan sudah menyebar/metastase ke kelenjar limfe.

c. Ikterus Obstruktiva

Ikterus obstruktiva terjadi sebagai akibat dari metastase sel gaster ke porta hepatik.

14.              ASKEP

ASUHAN KEPERAWATAN CARSINOMA GASTER

A.    PENGKAJIAN

Pengkajian data dasar meliputi :

1.      Riwayat atau adanya faktor resiko : aklorhidria atau anemia pernisiosa, riwayat ulkus gastrik

2.      Pemeriksaan fisik berdasarkan pada survei dapat menunjukkan :

Keluhan awal dari perasaan tak enak karena rasa penuh dan ketidaknyamanan setelah makan.

Pasien sering menginterpretasikan gejala ini sebagai “kacau lambung” dan menggunakan obat di

rumah dan antasida, yang memberi penghilangan sementara.

3.      Pemeriksaan diagnostik

         Seri GI atas menunjukkan massa padat

         Scan CT abdomen menunjukkan massa padat

         Pemeriksaan endoskopi memberi visualisasi langsung terhadap lesi dan memungkinkan

pengambilan spesimen untuk biopsi dan pemeriksaan sitologi

         JDL menunjukkan anemia (hb, hmt, dan jumlah sel darah di bawah normal)

4.      Kaji perasaaan dan masalah pasien dan orang terdekat tentang penyakit.

5.  Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang penyakit, pemeriksaan diagnostik, dan

tindakan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

2.      Nyeri berhubungan dengan distensi gastrik dari tumor lambung.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan malnutrisi sekunder terhadap kanker

lambung.

Page 22: ASKEP CA LAMBUNG.docx

C.  RENCANA  KEPERAWATAN

Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat

mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesui dengan kebutuhannya

berdasarkan diagnosa keperawatan.

Diagnosa Keperawatan I : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

Tujuan : klien dapat mempertahankan masukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

dibuktikan dengan terpeliharanya berat badan normal

Intervensi :

1.     Dorong pemberian makan sedikit dan sering dengan makanan yang tidak mengiritasi untuk

menurunkan iritasi lambung

2.   Berikan diet saring tinggi kalori, protein, vitamin, dan mineral. Anjurkan penggunaan suplemen

makanan enteral (sustacal, ensure) bila masukan diet kurang dari 50%

Rasional : makanan pedas adalah iritan lambung. Sel-sel kanker dengan cepat membelah

mengakibatkan laju katabolisme (pengrusakan jaringan) lebih besar daripada laju anabolisme

(pembangunan jaringan). Diet karbohidrat tinggi menimbulkan efek penggunaan protein pada

adanya keseimbangan nitrogen (protein) negatif.

3.      Berikan vitamin B12 parenteral secara pasti bila gastrektomi total dilakukan.

4.      Pantau kecepatan dan frekuensi terapi intravena

5.      Catat masukan, haluaran dan berat badan setiap hari.

6.  Kaji tanda-tanda dehidrasi (haus, membran mukosa kering, turgor kulit buruk, dan takikardia)

7.   Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium harian untuk memperhatikan adanya abnormalitas

metabolik (Na, K, glukosa, nitrogen, dan urea darah)

8.      Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antiemetik sesuai dengan ketentuan.

Rasional : mual menambah anoreksia

9.      Berikan sedikitnya 2500 ml cairan setiap hari

Rasional : untuk melindungi dari dehidrasi.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri berhubungan dengan distensi gastrik dari tumor lambung

Tujuan : mendemonstrasikan nyeri hilang dari ketidaknyamanan.

Kriteria evaluasi :

Page 23: ASKEP CA LAMBUNG.docx

-          Melaporkan nyeri berkurang

-          Tak ada merintih

-          Ekspresi wajah relaks.

Intervensi :

1.      Anjurkan periode istirahat

Rasional : jaringan memerlukan oksigen lebih sedikit selama periode istirahat karena lebih

sedikit energi diperlukan. Juga sekresi gastrik lebih sedikit selama istirahat.

2.      Anjurkan masukan anam kali porsi kecil sehari sebagai ganti makan porsi besar tiga kali

Rasional : kelebihan masukan makanan menyebabkan distensi gsatrik, yang menimbulkan nyeri

lambung.

3.      Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian analgetik

Diagnosa Keperawatan 3 : intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan malnutrisi

sekunder terhadap kanker lambung

Tujuan : mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria evaluasi :

-          Keluhan kelelahan dan kelemahan berkurang bila melakukan aktivitas.

Intervensi :

1.      Pantau : warna dan konsistensi feses; tanda vital setiap 4 jam; respon terhadap aktivitas fisik

(frekuensi pernapasan).

Rasional : untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dari hasil yang diharapkan.

2.      Berikan bantuan pada aktivitas sesuai kebutuhan. Rencanakan periode istirahat selama siang

hari.

Rasional : istirahat mengurangi penggunaan energi.

3.      Berikan pengobatan yang diprogramkan terhadap anemia (suplemen besi atau transfusi darah).

Rasional : besi diperlukan untuk eritropoeisis normal. Darah lengkap dapat diberikan bila

hemoragi masif terjadi. SDM kemasan dapat diberikan untuk mengganti kehilangan sel darah bil

avolume cairan adekuat.

4.      Lakukan pemeriksaan dengan hematest pada semua feses bila gelap. Konsul dokter bila feses

menunjukkan guaiak positif.

Rasional : feses hitam, seperti ter menunjukkan perdarahan GI, menunjukkan tes guaiak positif.

Page 24: ASKEP CA LAMBUNG.docx

15.              ASPEK LEGAL ETIS

• Autonomy (penentu pilihan)

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan

sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara

holistik.

• Non Maleficence (do no harm)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya.

Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti

dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.

• Beneficence (do good) 

Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan

baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.

• Justice (perlakuan adil) 

Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan. 

• Fidelity (setia)

Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.

• Veracity (kebenaran)

Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu

berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.

16.              PENDKES

                                                                                       

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Page 25: ASKEP CA LAMBUNG.docx

                                               

Tema                                      : Penyakit carsinoma lambung

Sub Tema                               : Perawatan carsinoma lambung

Sasaran                                  : Ny. E

Tempat                                   : Bangsal Di rumah sakit

Hari/Tanggal                         : Rabu, 14 Oktober 2011

Waktu                                                : 20 Menit

A.    Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ny. E dapat menjelaskan carsinoma

lambung.

B.     Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Klien Dapat:

         Menjelaskan pengertian penyakit carsinoma lambung dengan benar

         Menjelaskan patofisiologi carsinoma lambung

         Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit carsinoma lambung

         Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit carsinoma lambung

         Menjelaskan penatalaksanaan carsinoma lambung

C.    Materi

1.      Pengertian carsinoma lambung

2.      Patofisiologi penyakit carsinoma lambung

3.      Faktor penyebab dari carsinoma lambung

4.      Tanda/gejala penyakit carsinoma lambung

5.      Penatalaksanaan penyakit carsinoma lambung

D.    Metode

1.      Ceramah

Page 26: ASKEP CA LAMBUNG.docx

2.      Tanya jawab

E.     Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1. Pembukaan        Salam pembuka

       Menyampaikan tujuan

penyuluhan

       Menjawab salam

       Menyimak,

Mendengarkan, menjawab

pertanyaan

5 Menit

2. Kerja/ isi        Penjelasan pengertian,

penyebab, gejala,

penatalaksanaan dan

patofisiologi penyakit

carsinoma lambung

Memberi kesempatan

peserta untuk bertanya

       Menjawab pertanyaan

       Evaluasi

       Mendengarkan dengan

penuh perhatian

       Menanyakan hal-hal yang

belum jelas

       Memperhatikan jawaban

dari penceramah

       Menjawab pertanyaan

 10 menit

3. Penutup       Menyimpulkan

       Salam penutup

      Mendengarkan

      Menjawab salam5 Menit

F.     Media

1.      Leaflet : Tentang penyakit carsinoma lambung

2.      Poster  tentang penyakit carsinoma lambung

G.    Sumber/Referensi

a.       Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.

b.      Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

c.       FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.

d.      Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

Page 27: ASKEP CA LAMBUNG.docx

H.    Evaluasi

Formatif    :

         Klien dapat menjelaskan pengertian carsinoma lambung

         Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit   carsinoma lambung

         Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit carsinoma lambung

         Klien  mampu menjelaskan penatalaksanaan carsinoma lambung

Sumatif      :

         Klien dapat memahami penyakit carsinoma lambung

Yogyakarta, Rabu 13 Oktober 2011

       `Pembimbing                                                                    Penyuluh

(Ignatia Yunita S, Kep.Ns)                                      (Windayona Hadi Prasetya)

17.              JURNAL

Title:Cancer markets in Asia

Author(s):Ames Gross

Source:Medical Product Outsourcing. 9.7 (Sept. 2011): p32. From Gale Art and Engineering Lite

Package.

Document Type:Article

Full Text: 

During the last decade, rates of cancer have increased dramatically in Asia. Asia accounts for

nearly half of all new cancercases in the world. Some cancers that are common in Western

countries--such as lung, breast, and colorectal cancers--also are common in Asia. Others, such

Page 28: ASKEP CA LAMBUNG.docx

as stomach and liver cancer, are not as widespread in the rest of the world, but frequently

diagnosed in Asia.

More than 6 million new cancer cases are diagnosed in Asia every year, according to the World

Health Organization (WHO). WHO also estimates that cancerous tumors now account for 2

million deaths each year in China. In Japan, Ministry of Health, Labor and Welfare (MHLW)

statistics show that one out of every three deaths can be attributed to the disease. In South Korea

and Taiwan, it has been the leading cause of death for at least two decades. Meanwhile, in

developing countries such as Malaysia, Indonesia, the Philippines, Thailand and

India, cancerincidence rates also are increasing annually.

Due to the large population of smokers, lung cancer is the most common type of cancer in Asia.

For instance, China has the world's largest population of smokers and lung cancer incidence rates

have increased almost 500 percent in the last 25 years. Similar trends are found throughout Asia.

Some cancers occur infrequently in Western countries but are more common in Asia. For

example, while stomach cancer is relatively rare in the rest of the world, it occurs at double the

incidence in Asia. According to WHO, more than half of all new cases of stomach cancers

worldwide are diagnosed in China and Korea. In Korea, the elevated rate of stomach cancer has

been attributed to the high consumption of salt and pickled food.

Nasopharyngeal cancer (NPC) is a nose cancer and another example of a cancer that is rare in

Western countries but is much more common in Asia. NPC particularly is common in Southeast

China and Southeast Asia. Recent research suggests genetic as well as dietary and environmental

factors may account for the elevated rates of NPC in Asia.

Breast, colorectal, ovarian, and head and neck cancers also have high incidence rates in Asian

countries. Researchers in Singapore found that the rate of new ovarian cancer cases in the

country has more than doubled in the last 30 years. Breast cancer incidence rates in Japan,

Taiwan, and urban Chinese cities such as Shanghai and Hong Kong also have been increasing

yearly.

Overview of Treatment Approaches

As cancer incidences have risen dramatically during the past two decades in Asia, governments

there have begun to invest heavily in initiatives to address this issue. Such initiatives are intended

to improve public awareness of risk, increase treatment availability and increase the number of

treatment options.

Page 29: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Many clinics, hospitals and research centers especially devoted tocancer therapy have opened

throughout Asia. These include the Shanghai Breast Health Resource Center, Korea's

National CancerCenter (NCC), and the National Cancer Centre Singapore (NCCS). The majority

combine both research and treatment programs. Some, such as NCCS and NCC, are the result of

governmental policy and funding. Increasingly, Asian organizations are partnering with Western

counterparts to further cancer research and treatment. For instance, the Shanghai Breast Health

Resource Center was established jointly by the Shanghai Center for Drug Control and the Fred

Hutchinson CancerResearch Center, a leading research center located in Seattle, Wash.

The cancer treatment strategies in Asia are similar to those used in the rest of the world, and

include surgery, chemotherapy, radiation therapy, or a combination of methods. Gradually,

oncologists also are experimenting with hormone and biological therapies as well. Chemotherapy

also is a common cancer treatment option in Asia. In China, at least one cancer center in each

province has the capability to deliver chemotherapy treatment. In the last decade, many clinical

trials testing chemotherapy drugs have been conducted in Japan, Korea and China. Combined

treatment methods such as chemotherapy with surgery or radiation therapy increasingly are used,

even in the developing poorer countries in Asia.

Radiation therapy is another treatment option in Asia that has become increasingly available.

China, for example, has progressed rapidly in the acquisition of advanced methods of

radiotherapy. A study on the growth of radiotherapy in China found that in a decade, the number

of radiation oncology centers in China has more than doubled to about 1,000 centers across the

country. The number of radiation therapy centers in Korea has climbed steadily in the last decade

too. Meanwhile, developing countries such as Thailand, which currently only have a few centers

with radiation therapy capabilities, are looking to expand their facilities in the near future.

Cancer centers in Asia increasingly are well-equipped and rival their Western counterparts in

technical sophistication. Treatments such as Gamma Knife, three-dimensional conformal

radiotherapy and intensity-modulated radiation therapy are routinely performed. For instance, in

2010, Korea's National Cancer Center began to offer proton therapy. While proton therapy is not

a new technology, its availability has expanded gradually. In 2011, Taiwan unveiled the

country's first positron emission tomography (PET) sys tem designed especially to detect

breastcancer. Clinical trials at Taiwan's National University Hospital found the device to be more

accurate than mammograms. Meanwhile, the emergence of domestic tomography manufacturing

Page 30: ASKEP CA LAMBUNG.docx

companies such as China's Shinva and Yuyue Medical Equipment and Supply Co. Ltd., signal

Asia's growing ability to make their own sophisticated medical technology.

Western Strategies in Asia

Due to the large increase in cancer in Asia, demand for quality cancertreatments also has risen

dramatically. Many Western firms are looking to expand their products into the Asian markets

and have seen tremendous growth in their Asian sales. The lower dollar also has helped fuel

medical device exports.

Large medical technology companies--GE Healthcare, for example--have taken dramatic steps to

enter the Chinese market. In 2011, GE began a partnership with Concord Medical Services

Holdings Ltd, a Beijing-based company with a network of radiation therapy and diagnostic

imaging centers throughout China. Last year, the company opened a research and development

facility for X-ray technology in Chengdu, the capital of Sichuan province. GE also plans to move

its X-ray unit headquarters from the United States to Beijing, to better serve the Chinese market.

However, the company still plans to keep its 120 employees in Wisconsin, where the division

currently is based. GE Healthcare wants to expand its X-ray business into rural and smaller

Chinese cities where the highest future growth is projected. For that purpose, GE has been

increasing its number of Chinese sales and service offices. The company also actively has been

releasing new, lower-cost products tailored to the Chinese market, such as a scaled-down

computed tomography (CT) scanner called Brivo CT in 2010, and an X-ray device called

Linglong in 2009.

Another example of a Western company succeeding in China is Elekta, which has been

expanding into the Korean radiation therapy market. At the end of 2010, Elekta reported that 16

of the company's Gamma Knife systems were installed across South Korea. To satisfy growing

demand for cancer treatment, Elekta opened its seventh Asia-Pacific office at the end of 2010

near Seoul, Korea. The company also is partnering with two of the top medical centers in the

country. One of the first radiotherapy treatments performed as a result of this partnership was for

a patient diagnosed with nasopharyngeal (nose) carcinoma.

A third example is Varian Medical Systems, which in 2011 received approval from the Chinese

State Food and Drug Administration to market its TrueBeam product--an image-guided radiation

therapy system. The first system in China was installed in July at Shantou University Medical

College's cancer treatment center. The system also was granted approval in Japan this year.

Page 31: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Paying for Cancer Treatment

Although access to cancer treatments is increasing across Asia, significant differences in the

structure of health insurance and reimbursement exist between countries.

Japanese government health insurance is the most generous in Asia and offers the highest rates

of reimbursement. The government offers coverage for approved treatments, including

treatments for cancer, to all citizens. Treatments are eligible for coverage as long as they have

been approved by Japan's MHLW.

Korea and Taiwan offer government health insurance at lower reimbursement rates than Japan.

Korean citizens pay for services on a fee-for-services basis and have the option of buying private

insurance to help cover out-of-pocket costs. For patients with chronic conditions such as cancer,

this option has grown in popularity. A recent study of the Korean health system found that about

half of all cancer patients in Korea have private insurance. In Taiwan, the National Health

Insurance Program provides coverage for inpatient care, as well as diagnostic imaging and

healthcare exams.

Singapore and Thailand, unlike the countries above, offer substantially less government

reimbursement. Many Singaporeans have private health insurance provided by their employers.

Some smaller amounts of reimbursement in Thailand help cover the costs for chemotherapy,

radiation therapy, and surgical procedures for cancer. However, Thai reimbursement is extremely

low compared to wealthier countries in Asia.

Doing Business in Asia

Individuals and companies accustomed to doing business in the United States and Europe may be

surprised to find that business deals in Asia are backed not by legal principles, but by the

strength of relationships. Business agreements in Asia usually are initiated and conducted

through personal networks and introductions between individuals, and more commonly sealed

through a handshake than through litigation.

Ames Gross is president and founder of Pacific Bridge Medical, a Bethesda, Md.-based

consulting firm that helps companies doing business in the Asia market. A recognized national

and international leader in the Asian medical markets, he founded Pacific Bridge Medical in

1988, which has helped hundreds of medical companies with business development and

regulatory issues in Asia.

Page 32: ASKEP CA LAMBUNG.docx

Gross, Ames

Source Citation

Gross, Ames. "Cancer markets in Asia." Medical Product Outsourcing 9.7 (2011): 32+. Gale Art

and Engineering Lite Package. Web. 28 Nov. 2011.

Document URL

http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE

%7CA268869206&v=2.1&u=kpt05106&it=r&p=GPS&sw=w

Gale Document Number: GALE|A268869206

DAFTAR PUSTAKA:

         NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology: Gastric Cancer. Ajani, AJ et al. s.l. : National

Comprehensive Cancer Network, 2009. V.2.

         Gastric cancer. Lochhead, P and El-Omar, M. s.l. : British Medical Bulletin, 2008, Vols. 85: 87–

100 .

         Devita, VT, Hellman, S, Rosenberg, SA. Cancer: Principles and Practice of Oncology 6th. 6th

edition. s.l. : Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2001.

         Current Problems in Surgery: Gastric Cancer. Clark, R et al. 8, s.l. : Curr Probl Surg, 2006, Vol.

43, pp. 566-670.

         Zinner MJ, Ashley SW. Maingot’s Abdominal Operations. 11th edition. USA : The McGraw-

Hill Companies, 2007.

         Casciato DA, Lowitz BW. Manual of Clinical Oncology. s.l. : Lippincott Williams & Wilkins,

2000.

         Schwartz, SI. 2005. Schwartz’s Principles of Surgery 8th Ed. United States of America: The

McGraw-Hills Company.

Page 33: ASKEP CA LAMBUNG.docx

         Trends in reported incidences of gastric cancer by tumour location, from 1975 to 1989 in

Japan. Liu, Y, Kaneko, S and T, Sobue. s.l. : Journal of Epidemiology, 2004, Vol. 33, pp. 808-

815.

         Trend in incidence of gastric adenocarcinoma by tumour location from 1969-2004. Abdi-Rad,

A, Ghaderi-sohi, R and Nadimi-barfroosh, H. s.l. : Diagnostic Pathology, 2006, Vol. 1:5.

         Gastric Cancer: New Therapeutic Options. Macdonald, JS. 2006, NEJM , p. 355;1 .

         National Cancer Institue. 2008 .Gastric Cancer Treatment.

nn