ca paru askep

27
8/7/2019 ca paru askep http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 1/27 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU Disusun Oleh: 1.  Iis Tri Rusmiati (1.08.033) 2.  Kasanah (1.08.036) 3.  Miftakhul K. (1.08.043) 4.  M. Mustaghfirin (1.08.047) 5.  Rizki Artika Putri (1.08.062) PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO SEMARANG 2011

Transcript of ca paru askep

Page 1: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 1/27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU

Disusun Oleh:

1.  Iis Tri Rusmiati (1.08.033)

2.  Kasanah (1.08.036)

3.  Miftakhul K. (1.08.043)

4.  M. Mustaghfirin (1.08.047)

5.  Rizki Artika Putri (1.08.062)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2011

Page 2: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 2/27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU

I.  Konsep Dasar

A.  Pengertian

1.  Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang

jaringan disekitarnya dan enyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh.

(Elizabeth J. Corwin. 2009: 66)

2.  Kanker paru adalah Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di

dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di

bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. (Radenbeletz,

http://medicastore.com/penyakit/6/Kanker_Paru.html)

3.  Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan

yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis

tumor di paru).( Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)

4.  kanker paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat

(abnormal) di dalam jaringan paru yang disebabkan oleh perubahan bentuk 

jaringan sel atau ekspansi dari sel itu sendiri. (artikel kesehatan dan info

penyakit ,http://www.spesialis.info/?waspadai-gejala-penyakit-kanker-paru-

paru,308)

Kesimpulan: Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak 

terkendali yang terjadi di jaringan paru dan menyerang jaringan biologis

didekatnya serta bermetastasis melalui sirkulasi darah dan limfatik.

B.  Etiologi

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, teteapi ada

beberapa factor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru:

1.  Merokok 

Tak diragukan lagi merupakan factor utama, suatu hubungan statistik yang

definitive telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari 20 batang perhari)

dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai

kecendrungan 10 kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang

perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan

kembali pada pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.

Page 3: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 3/27

Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tar dari tembakau rokok.

Yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2.  Radiasi

Efek radiasi pengion berkaitan dengan efek mutageniknya; radiasin ini

menyababkan pemutusan, translokasi, dan yang lebih jarang mutasi titik pada

kromosom. Secara biologis, pemutusan DNA untaiganda tampaknya

merupakan hal terpenting dalam karsinogenesis radiasi.

3.  Kanker paru akibat kerja

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel

(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite

(paru ± paru hematite) dan orang ± orang yang bekerja dengan asbestos dan

dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4.  Polusi udara

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih dari

pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya

karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer dikota.

5.  Genetik 

Terdapat perubahan / mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,

yakni:

a.

 Proton onkogen

b.  Tumor suppressor gen

c.  Gene encoding enzymem

Teori onkogenesis

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppressor tumor dalam

genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara

menghilangkan (delesi / del) atau penyisipan (insersi / ins) sebagai susunan

pasangan basanya, tampilannya gen erbB1 dan atau neu / erbB2 berperan dalam

anti apoptosis ( mekanisme sel untuk mati secara alamiah ± programmed cell

death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini

sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom.

Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pola permulaan

terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif, pada jaringan sekitarnya.

6.  Diet

Page 4: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 4/27

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A

menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.

C.  Anatomi dan Fisiologi

1.  Anatomi

Paru merupakan sebuah alat yang sebagian besar terdiri dari gelembung

(gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel ± sel epitel

dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90m2. Pada

lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan

CO2dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru ± paru ini kurang

lebih 700.000.000 buah (paru kanan dan kiri)

Paru dibagi 2 :

1)  Paru kanan, terdiri dari 3 lobus yaitu lobus pulmo dekstra superior,

lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus terdiri dari segmen, paru

kanan terdiri dari 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior,

2 buah segmen pada lobus medialis dan 3 buah segmen pada lobus

inferior.

2)  Paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.

Sedangkan paru kiri terdiri dari 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada

lobus superior dan 5 buah segmen pada lobus inferior 

Tiap ± tiap segmen tersebut masih terbagi lagi menjadi belahan yang bernamalobulus.

Diantar lobulus satu denga yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi

pembuluh darah, getah bening dan saraf, dalm tiap ± tiap lobulus terdapat

sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang ± cabang

Page 5: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 5/27

banyak sekali, cabang ± cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap ± tiap duktus

alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya natara 0,2 ± 0,3 mm.

2.  Fisiologi

a.  Pernapasan Paru

Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi dalam paru ± paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui

mulut dan hidung pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trachea

sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonary.

Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membrane,

diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung

dipompakan ke seluruh tubuh.

Di dalam paru ± paru karbondioksida merupakan haisl buangan yang

menembus membrane alveoli. Dari kepiler darah dikeluarkan melalui pipa

bronnkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Empat proses yang

berhubungan dengan pernapasan pulmoner :

1)  ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam

alveoli dengan udara luar  

2)  arus darah melalui paru ± paru, darah mengandung oksigen masuk 

ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru

± paru 

3)  distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah

yang tempat yang bias dicapai untuk semua bagian 

4)  difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler 

karbondioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen. 

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasi dalam

darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak 

untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi

pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah

(hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke

dalam jaringan yang akhirnya mencapai kapiler. Darah mengeluarkan oksigen

ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru ± paru.

Besarnya daya muat dalam paru ±paru 4500 ± 5000ml. udara yang diproses

dalam paru ± paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%,±500ml.

Page 6: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 6/27

Page 7: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 7/27

Karsinoma bronkoalveolar, meliputi permukaan alveolar tanpa menginvasi atau

merusak jaringan paru.

c.  Karsinoma sel besar 

Tidak ada gambaran deferensiasi skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik,

tak berdeferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel netrofil.

3.  Pola Kombinasi

E.  Tanda dan Gejala

Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah :

1.  Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat

2.  Dahak berdarah, berubah warna dan maikn banyak 

3.  Nafas sesak dan pendek ± pendek 

4.  Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas

5.  Kelelahan kronis

6.  Kehilangan selera makan atau turunnya berat badan

7.  Suara serak atau parau

8.  Pembengkakan di wajah atau leher 

F.

 Pemeriksaan Diagnostik 

1.  Foto Rontgen Dada secara Posterior-Anterior (PA) dan Lateral

Pola foto rontgen dada berdasarkan gambaran histology

Squamous

cell

carcinoma

Small

cell

Adeno-

carsinoma

largecell

Masa hilar atau prihilar 40 % 78% 17% 32%

Lesi parenkim

< 4,0 cm

> 4,0 cm

9%

19%

21%

8%

45%

26%

18%

41%

Obstruksi, pneumonitis,

kolaps/kontriksi daerah

peripleural

31% 32% 74% 65%

Mediastinal 2% 13% 3% 10%

Page 8: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 8/27

enlargement

Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk 

menilai doubling time-nya. Dilaporkan bahwa, kebanyakan kanker paru

mempunyai doubling time 37-65 hari. Bila doubling time >18 bulan berarti

tumornya benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalah lesi berbentuk 

bulat konsentris, solid dan adanya kalsifikasi yang tegas.

2.  Pemeriksaan Computed Tomography danMagnetic Resonance Imaging

Pemeriksaan CT Scan pada torak, lebih sensitive dari pada pemeriksaan foto

dada biasa, karena bisa mendeteksi kelainan nodul dengan diameter minimal

3mm, walaupun positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai 25-60%.

Pemeriksaan MRI torak tidak lebih superior dibandingkan CT Scan torak. Saat

ini sedang dikembangkan teknik imaging yang lebih akurat yakni, Positron

Emmision Tomography (PET) yang dapat membedakan tumor jinak dan ganas

berdasarkan perbedaan biokimia dalam metabolism zat-zat seperti glukosa,

oksigen, protein, asam nukleat. Contoh zat yang dipakai : methionine 11 C dan

F-18 flurodeoxyglucose (FD6).

Beberapa positif palsu untuk tanda malignan ditemukan juga pada lesi inflamasi

dan infeksi seperti aspergilosis dan tuberculosis.

3.  Pemeriksaan Bone Scanning

Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.

Insiden tumor NSCLC ke tulang dilaporkan sebesar 15%.

4.  Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan

seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena

tergentung dari :

a.  Letak tomor terhadap bronkus

b.  Jenis tumor 

c.  Teknik mengeluarkan sputum

d.  Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan 3-5 hari berturut-turut.

e.  Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus segar)

Pada kanker yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat

memberikan hasil positif sampi 67-85% pada karsinoma sel skuamosa.

Page 9: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 9/27

Pemeriksaan sitologi lain untuk mendiagnostik kanker paru dapat dilakukan

pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula,

bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.

5.  Pemeriksaan Hispatologi

Merupakan standard emas diagnosis kanker paru, untuk mendapatkan

spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :

a.  Bronkoskopi

b.  Transtorakal biopsy

c.  Torakoskopi

d. Mediastinoskopi

6.  Pemeriksaan Serologi

Sampai saat ini belum ada penanda tumor-tumor (tumor-marker) untuk 

diagnostic kanker paru yang spesifitasnya tinggi. Beberapa tes yang dipakai

adalah :

a.  CEA (Carcinoma Embryonic Antigen)

b.  NSE (Neuro-Spesific enolase)

c.  Cyfra 21-1 (Cytokeratin fragments 19)

NSE diketahui spesifik untuk Small Cell Carcinoma dan sensivitasnya

dilaporkan 52% sedangkan cyfra 21-1 mencapai 50% untuk kelompok LD

(limited disease)-SCLC.

Pada kelompok ED (extensive disease) SCLC, sensitivitas NSE 42% dan Cryfa

21-1 mencapai 50%.

Bila pemeriksaan ini digabung maka sensitivitas jadi 78% untuk kelompok LD

dan 82% kelompok ED. Uji serologis tumor marker tersebut di atas sampai saat

ini lebih banyak dipakai untuk evaluasi hasil pengobatan kanker paru.

G.  Penatalaksanaan

1.  Manajemen tanpa pembedahan

a.  Terapi oksigen

Diberikan jika pasien mengalami hipoksemia, perawat dapat

memnerikan oksigen via masker atau nasal sesuai dengan permintaan

Page 10: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 10/27

b.  Terapi obat

Jika pasien mengalami bronkospasme dapat diberikan bronkodilator dan

kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema.

Opiat diberikan terutama untuk membantu mengurangi nyeri dan

dyspnea.

c.  Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,

untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan

metastasis luas, dan untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Agen

kemoterapi yang biasa diberikan untuk menangani kanker, termasuk 

kombinasi dari :

1) Cyclophosphanide, deoxorubicin, methotrexate, dan procarbazine.

2) Etoposide dan cisplatin

3) Mitomycin, vinblastine, dan cisplatin

d.  Imunoterapi

Banyak pasien dengan kanker paru ± paru mengalami gangguan imun.

Agen imunoterapi ( cytokin ) biasa diberikan.

e.  Terapi radiasi

Indikasi :

1)

 Pasien dengan tumor paru ± paru yang operable, tetapi berisiko

jika dilakukan operasi pembedahan.

2) Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa

inoperable di mana terdapat pembesran kelenjar getah bening pada

hilus ipsilateral dan mediastinal.

3) Pasien kanker bronkus dengan oat cell

4) Pasien kambuahn sesudah lobektomi atau pneumonektomi.

Komplikasi :

1) Esofagitis, hilang satu minggu atau sepuluh hari sesudah

pengobatan

2) Penumonitis : pada rontgen terlihat bayangan eksudat sesudah

penyinaran

f.  Terapi laser 

g.  Torasentesis dan pleurodosis

Page 11: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 11/27

1) Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan kanker 

paru ± paru

2) Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan

parietalis dan obstruksi kelenjar limfe mediastinal

3)  Tujuan akhir : mencegah dan mengeluarkan cairan

2.  Manajemen pembedahan

Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengantumor 

setempat tanpa adanya penyebaranmetastatik dan mereka yang fungsi

jantung paru yang baik.

Tiga tipe reseksi paru mungkin dilakukan :

a.  Lobektomi ( satu lobus paru diangkat)

b.  Lobektomi sleeve (lobus yang mengalami kanker diangkat dan segmen

bronkus besar direseksi)

c.  Pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru)

  Pembedahan

a.  Dikerjakan pada tumor dengan stadium I serta stadium II jenis

karsinoma sel skuamosa , adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar 

tidak dapat dibedakan (undifferentiated)

b.  Dilakukan khusus pada stdium III secara individual yang mencakup

tiga criteria :

1)  Karakteristik biologis tumor 

a)  Hasil baik : tumor dari sel skuamosa dan epidermoid

b)  Hasil cukup baik : adenokarsinoma dan karsinoma sel besar tak 

terdifferensiasi

c)  Hail buruk : oat cell

2)  Letak tumor dan pembagian stadium klinik untuk menentukan letak 

pembedahan terbaik 

3)  Keadaan fungsional penderita

H.  Komplikasi

1.  Hemathorak 

Page 12: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 12/27

Page 13: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 13/27

Atelektasis resorpsi,terjadi jika suatu obstruksi menghambat udara mencapai jalan

napas sebelah distal. Udara yang sudah ada secara bertahap diserap sehingga

kemudian terjadi kolaps alveolus. Kelainan ini dapat mengenai seluruh paru, satu

lobus, atau satu atau lebih segmen, bergantung pada tingkat obstruksi saluran

napas. Penyebab tersering atelektasis resorpsi adalah obstruksi sebuah bronkus

oleh sumbat mukopurulen atau mucus. Hal tersebut sering terjadi pasca operasi

walaupun juga dapat menjadi penyulit pada asma bronkialis, bronkiektasis,

bronchitis kronis.

Atelektasis kompresi (kadang ± kadang disebut atelektasis pasif atau relaksasi)

biasanya berkaitan dengan penimbunan cairan, darah, atau udara di dalam rongga

pleura, yang secara mekanis menyebabkan paru di dekatnya kolaps. Hal ini sering

terjadi pada efusi pleura, yang umumnya disebabkan oleh gagal jantung kongestif.

Kebocoran udara ke dalam rongga pleura (pneumothoraks) juga menyebabkan

atelektasis kompresi.

Mikroatelektasis (atau atelektasis nonobstruktif) adalah berkurangnya ekspansi

paru secara generalisasi akibat serangkaian proses, dan yang terpenting adalah

hilangnya surfaktan.

Atelektasis kontraksi (atau sikatrisasi) terjadi jika fibrosis local atau generalisasi

di paru atau pleura menghambat ekspansi dan meningkatkan recoil elastic sewaktu

ekspirasi.

4.  Abses Paru

Abses paru adalah suatu daerah local nekrosis supuratifa di dalam parenkim paru,

yang menyebabkan terbentuknya 1 atau lebih kavitas besar. Istilah pneumonia

nekrotikans pernah digunakan untuk proses serupa yang menyebabkan

terbentuknya kavitas kecil, pneumonia nekrotikans sering terdapat bersama atau

berkembang menjadi abses paru sehingga pembedaan ini sedikit banyak dibuat-

buat. Organisme penyebab mungkin masuk ke dalam paru melalui salah satu dari

mekanisme tersebut:

a.  Aspirasi bahan yang terinfeksi

b.  Aspirasi isi lambung

c.  Sebagai penyulit pneumonia bakterialis nekrotikans, staphylococcus

aureus, strepthococcus pyogenes, k.pneumoniae, Sp.pseudomonas

d.  Obstruksi bronchus

e.  Embolus septic

Page 14: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 14/27

f.  Penyebaran hematogen bakteri

Perjalanan penyakit

Manifestasi abses paru banyak mirip dengan gambaran bronkiektasis dan

mencakup batuk mencolok yang biasanya disertai pengeluaran sputum dalam

jumlah besar dan berbau, purulen, atau berbecak darah ; kadang ± kadang terjadi

hemoptisis. Pasien sering mengalami demam tinggi dan malaise. Jari gada,

penurunan berat, dan anemia juga dapat terjadi, abses infeksi terjadi pada 10%

hingga 15% pasien dengan bronkogenik.

5.  Emfisema

Emfisema ditandai dengan pembesaran permanent rongga udara yang terletak 

distal dari bronkiolus terminal disertai desktruksi dinding rongga tersebut.

Terdapat beberapa penyakit dengan pembesaran rongga udara yang tidak disertai

desktruksi, hal ini lebih tepat disebut ³over in flation´. Sebagai contoh,

peregangan rongga udara di paru kontra lateral setelah pneumonektomi unilateral

adalah over in flation compensatoric bukan emfisema. Amfisema terbatas di

asinus, struktur yang terletak distal pada bronkiolus terminal.

Emfisema di definisikan tidak saja berdasarkan sifat anatomic lesi,tetapi juga oleh

distribusinya dilobulous dan asinus. Asinus adalah bagian paru yang terletak distal

dari bronkiolus terminal dan mencakup bronkiolus respiratorik,duktus

alveonaris,dan alveolus kelompokan yang terdiri atas tiga sampai lima asinus di

sebut satu lobulus. Terdapat tiga Janis emfisema :

a)  Emfisema sentriasinar atau sentry lobular 

Gambaran khas pada type ini adalah pola keterlibatan lobulus ;bagian

sentral atau proksima asinus,yang di bentuk oleh bronkiolus

respiratorik,terkena,sementara alveolus distal tidak terkena. Lesi lebih

sering dan lebih parah di lobus atas,terutama disegmen apeks. Pada

emfisema sentriasinar yang parah, asinus distal juga terkena sehingga

seperti telah disinggung, pembedaan dengan emfisema panasinar menjadi

sulit. Emfisema tipe ini paling sering terjadi pada perokok yang tidak 

menderita defisiensi congenital antitripsin-a1.

b)  Emfisema panasinar atau panlobular 

Pada tipe emfisema ini, asinus secara merata membesar dari tingkat

bronkiolus respiratorik hingga alveolus buntu di terminal. Beberapa

dengan emfisema setriasinar, emfisema panasinar cenderung lebih sering

Page 15: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 15/27

terjadi di zona paru bawah dan merupakan tipe emfisema yang terjadi pada

defisiensi antitripsin-a1.

c)  Emfisema asinardistar atau paraseptal

Pada bentuk ini, bagian proksimal asinus normal, tetapi bagian distal

lainnya terkena. Emfisema lebih nyata di dekat pleura, di sepanjang

septum jaringan ikat lobulus dan tepi lobulus. Emfisema ini terjadi di dekat

daerah fibrosis, jaringan parut atau atelektasis dan biasanya lebih parah di

separuh atas paru.

Temuan khas adalah adanya ruang udara yang multiple, saling

berhubungan, dan membesar dengan garis tengah berkisar dari kurang 0,5

mm hingga lebih dari 2,0 cm, kadang ± kadang membentuk struktur mirip

kista yang jika membesar progresif disebut bula.

I.  Pathofisiologi

ada tiga langkah perkembangan kanker, yaitu insiasi, promosi dan progresi. Insiasi

atau tahap awal yang dimulai dengan sel-sel yang normal mengadakan kontak 

dengan karsinogen. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen atau sub-

bronkus menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Tahap kedua yaitu promosi, dengan adanya pengendapan karsinogen

maka menyebabkan metaplasia, hiperplasia, dan displasia. Termasuk dalam

faktor-faktor promosi yaitu rokok, penyalahgunaan alkohol, dan komponen

makanan yang terus menerus mempengaruhi sel-sel yang sudah mengadakan

mutasi atau perubahan. Faktor-faktor promotor ini menambah perubahan struktur 

sel, sehingga kecepatan mutasi spontan juga bertambah. Selain itu jumlah sel-sel

yang tidak normal juga meningkat. Pada tahap akhir yaitu progresi: bila lesi

perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hiperplasia, dan displasia menembus

ruang pleura biasa timbul efusi pleura, dan bisa di ikuti invasi langsung pada kosta

dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang

bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus di

ikuti dengan supurasi dibagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa

batuk, hemoptisis, dipsnea, demam dan dingin. Wheezing unilateral dapat

terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya

menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat

bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,

perikaarrdium, otak, tulang rangka.

Page 16: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 16/27

Karsinoma bronkhogenik berawal sebagai lesi mukosa kecil yang biasanya padat

dan berwarna abu-abu putih. Lesi dapat membentuk massa intralumen, menginvasi

mukosa bronchus, atau membentuk massa besar yang mendorong parenkim paru di

dekatnya. Beberap tumor besar mengalami kavitasi akibat nekrosis sentral atau

terbentuknya focus perdarahan. Akhirnya, tumor ini dapat meluas ke strukutur 

intrathoraks di dekatnya. Penyebaran yang lebih jauh dapat terjadi melalui limfatik 

atau darah.

Karsinoma bronkhogenik biasanya dibedakan menjadi karsinoma paru ± paru sel

kecil (SCLC), yaitu karsinoma oat cell. Sedangkan karsinoma paru ± paru sel tidak 

kecil (NSCLC), yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma sel

besar.

Karsinoma sel oat (oat cell), biasanya terletak di tengah di sekitar percabangan

utama bronchi. Tumor ini timbul dari sel ± sel Kulchitsky, kompnen norma dari

epitel bronkus. Secara mikroskopis, tumor ini terbentuk dari sel ± sel kecil dengan

inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Karsinoma oat cell memiliki waktu

pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan semua

karsinoma bronkogenik. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus,

demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ ± organ distal, sering

dijumpai.

Karsinoma sel skuamosa berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel

termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas

mendahului timbulnya tumor. Tumor ini cenderung timbul di bagian tengah bronkus

utama dan akhirnya menyebar ke kelenjar hilus local, tetapi tumor ini lebih lambat

menyebar keluar thoraks dibandingkan dengan tipe histologik lain. Karsinoma sel

skuamosa seringkali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi,

pneumonia, dan pembentukan abses akibat abstruksi dan infeksi sekunder.

Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronchus dan

dapat mengandung mucus. Biasanya timbul di bagian perifer segmen bronkus dan

kadang ± kadang dapat dikaitkan denga jaringan parut local pada paru ± paru dan

fibrosis interstitial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe

pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukan gejala ± gejala sampai

terjadi metastasis yang jauh.

Karsinoma sel besar adalah sel ± sel ganas yang besar dan berdifferensiasi sangat

buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam ± macam. Sel ± sel

Page 17: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 17/27

ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan

penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat ± tempat yang jauh.

Secara keseluruhan, NSCLC memiliki prognosis lebih baik daripada SCLC. Jika

NSCLC ( karsinoma sel skuamosa atau adenokarsinoma) terdeteksi sebelum

metastasis atau penyebaran local dapat dicapai kesembuhan dengan lobektomi atau

pneumonektomi.

II.  Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a.  Pemeriksaan Fisik 

1)  Inspeksi

Page 18: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 18/27

Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk, dengan/ tanpa

peningkatan produksi secret. Pergerakan dada bias asimetris apabila terjadi

komplikasi efusi pleura dengan hemoragi. Gejala ± gejala umum seperti

anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejala lanjutan.

2)  Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.

3)  Perkusi

Pada perkusi, didaptkan suaranormal sampai hipersonor.

4)  Auskultasi

Didapatkan bunyi stridor local, wheezing unilateral didapatkan apabila

karsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas

pada tumor bronchus. Penyebaran local tumor ke struktur mediastinum dapat

menimbulkan suara serak akibat terserangnya saraf rekuren, terjadi disfagia

akibat keterlibatan esophagus, dan paralysis hemidiafragma akibat keterlibatan

saraf frenikus.

b.  Keluhan Utama

Keluhan utama bisanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk 

darah, dan sesak napas.

c.  Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit saat ini biasanya keluhan hamper sama dengan jenis penyakit

paru yang lain dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Batuk 

merupakan gejala umum yang seringkali diabaikan oleh klien atau dianggap

sebagai akibat merokok atau bronchitis. Bila karsinoma bronchus berkembang

pada klien dengan bronchitis kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume

sputum bertambah.

d.  Riwayat Penyakit Keluarga

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan Ca paru beresiko

lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belumdipastikan apakah

hal ini benar ± benar karena factor herediter atau karena factor familial.

Page 19: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 19/27

e.  Riwayat PenyakitMasa Lalu

Menyakan riwayat perokok pasien, pajanan asbestos. Pernahkah menjalani

radioterapi atau kemoterapi. Jika pasien bermaksud melakukan

pneumonektomi/lobektomi tanyakan fungsi paru dan penyakit

kardiorespiratorius lain.

f.  Pengkajian Pola Gordon

1)  Persepsi ± Manajemen Kesehatan

Tingkat pengetahuan pasien tentang Ca paru. Tindakan yang dilakukan pasien

untuk mengurangi rasa sakit atau rasa nyeri.

2)  Nutrisi

  Kebiasaan diet buruk ( misal : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan

pengawet )

  Anoreksia, mual/muntah

  Intoleransi makanan

  Perubahan pada berat badan

  Edema wajah/leher, dada, punggung (destruksi vena kava) ; edema

wajah/periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

  Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)

3)

 Eliminasi

  Diarea yang hilang timbul

  Peningkatan jumlah atau frekuensi urin

4)  Aktivitas dan Latihan

  Kelemahan

  Ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin

  Dispnea karena aktivitas

  Takikardia/disritmia

  JVP (obstruksi vena kava)

  Nyeri dada, nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/ sendi, dan nyeri abdomen

hilang timbul

5)  Reproduksi

  Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)

  Amenorrea/impoten

6)  Istirahat dan Tidur 

Page 20: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 20/27

  insomnia

7)  Kognitif Sensori

  Nyeri dada di mana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi

  Nyeri bahu/ tangan

  Nyeri tulang / sendi

  Nyeri abdomen hilang timbul

8)  Konsep Diri

  Menolak kondisi yang berat / potensial keganasan

9)  Mekanisme Koping

  Perasaan takut

  Kegelisahan

10) Hubungan Peran

  Kelemahan / ketidakadekuatan system pendukung

11) Nilai Kepercayaan

  Kegiatan beribadah saat pasien sakit

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN 

a. Preoperasi 

1.  Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi trachea

bronkial

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam mempertahankan bersihan

jalan napas.

Kriteria hasil :

y  Napas vesikuler 

y  Hilangna dispnea

y  Mengeluarkan secret tanpa kesulitan.

Intervensi :

a.  Catat perubahan upaya dan pola bernapas.

Rasional : Penggunaan otot interkostal atau abdominal dan pelebaran nasal

menunjukan peningkatan upaya bernapas.

b.  Catat karateristik batuk, produksi dan karateristik sputum.

Rasional : Karateristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab gagal

pernapasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, purulen.

Page 21: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 21/27

c.  Pertahankan posisi tubuh atau kepala tepat.

Rasional :Memudahkan jalan napas.

d.  Kolaborasi pemberian bronkodilator.

Rasional : Obat diberikan untuk menghilangan spasme bronkus, Menurunkan

viskositas secret.

e.  Bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.

Rasional :Memungkinkan ekspansi paru maksimal dan membuang secret.

2.  Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

(hipoventilasi)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam menunjukan perbaikan

suplai oksigen.

Kriteria hasil :

y  RR 20x/menit

y  Napas vesikuler 

y  Berkuranganya atau tidak adanya bunyi tambahan (krekels, mengi)

Intervensi :

a.  Kaji status pernapasan, catat peningkatan frekuensi pernapasan atau pola napas.

Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan

napas.

b.  Catat adanya bunyi tambahan, missal krakels, mengi.

Rasional : Bunyi napas dapat menurun, tidak sama pada area yang sakit. Krekals

adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebai akibat peningkatan

permiabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau

penyempitan jalan napas sehubungan dengan mukus atau edema serta tumor.

c.  Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga posisi

terlentang sampai posisi miring.

Rasional :Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret.

d.  Dorong atau bantu dengan latihan napas dalam

Rasional :Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi.

e.  Berikan oksigen tambahan melalui nasal atau masker sesuai indikasi.

Rasional :Memaksimalkan sediaan oksigen

f.  Awasi gambaran GDA dan kadar HB.

Page 22: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 22/27

Rasional : Penurunan PaO2 dapat menunjukan kebutuhan untuk dukungan

ventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat mengakibatkan penurunan kapasitas

pembawa oksigen, menurunkan PaO2.

3.  Nyeri berhubungan dengan tekanan tumor pada sekitar struktur dan erosi jaringan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat

diminimalisir 

Kriteria hasil :

y  menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternative untuk 

mengurangi nyeri

y  Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

y

 Mengenali faktor ± faktor yang meningkatkan dan melakukan tindakan

pencegahan nyeri

Intervensi :

a.  Tawarkan tindakan pengurang nyeri untuk membantu pengobatan nyeri (tehnik 

relaksasi, massage punggung)

Rasional : dengan tehnik relaksasi dan massage punggung diharapkan mampu

meminimalisir nyeri yang dirasakan pasien

b.  Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat dietrima

Rasional : mengikutsertakan tingkat nyeri dengan menanyakan seberapa nyeri yang

dirasakan pasien dalam memakai skala nyeri

c.  Tingkatkan istirahat / tidur yang adekuat untuk memfasilitasi pengurangan nyeri

Rasional : dengan istirahat dimampukan pasien mampu mengurangi nyeri yang

dirasakan pasien

d.  Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meminimalisir nyeri

Rasional : dengan pengobatan mampu meminimalisir nyeri yang tak tertahankan pada

pasien kanker. Obat yang digunakan adalah obat yang mengandung morfin.

4.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan dan

keletihan

tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dapat di optimalkan

Page 23: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 23/27

kriteria hasil :

y  memepertahankan berat badan atau penambahan berat badan

y  menyatakan keinginan untuk mengikuti diet

y  melaporkan keadekuatan tingkat energi

y  nilai laboratorium (misalnya transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas

normal

Intervensi :

a.  Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan,

lingkungan makan, kesukaan / ketidaksukaan pasien dan suhu makanan

Rasional : dengan mengikutsertakan pasien dalam perencanaan jadwal makanan

pasien, pasien dapat mau makan dengan selera yang diinginkan

b.  Bantu pasien untuk menulis tujuan mingguan yang realistis untuk aktivitas dan asupan

makanan

Rasional : dengan mengikusertakan pasien dalam tujuan mingguan yang relistis

mensupport pasien agar mampu bertahan hidup.

c.  Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi.

Rasional : agar kebutuhan asupan energi dalam tubuh optimal.

d.  Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

Rasional : dengan lingkungan yang nyaman di harapkan nafsu makan pasien tinggi.

e.  Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien

dengan ketidakadekuatan asupan protein

Rasional : dengan asupan protein yang tinggi dimampukan dapat memepertahankan

antibody dalam tubuh agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

5.  Ketakutan atau anxietas berhubungan dengan Ancaman untuk atau perubahan status

kesehatan, takut mati.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien tampak rileks

Kriteria hasil :

y  Wajah tampak rileks.

y  Mengakui dam mendiskusiksn takut.

y  Menyatakan rasa takut.

Intervensi :

a  Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.

Page 24: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 24/27

Rasional :Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.

b  Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsang.

Rasional :Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi.

c  Tunjukan atau bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi

Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan

merasa terkontrol.

d  Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.

Rasional : membantu pengenalan ansietas

e  Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.

Rasional :Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.

b. PASCA OPERASI

1.  Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah atau

viskositas cairan 

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam secret dapat dikeluarkan.

Kriteria Hasil :

y  Bunyi napas vesikuler.

y  Cairan secret berkurang.

Intervensi :

a.  Auskultasi dada untuk karateristik bunyi napas dan adanya secret

Rasional : Pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukan tertahannya secret.

b.  Bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.

Rasional : memungkinkan ekspansi paru dan membuang secret.

c.  Observasi jumlah dan karakter sputum atau aspirasi secret.

Rasional : Peningkatan jumlah secret awalnya normal dan harus menurun.

d.  Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hr) dalam toleransi jantung.

Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang.

e.  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspaktoran dan analgetik sesuai indikasi

Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara,

mengencerkan dan menurunkan viskositas secret

2.  Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru

Page 25: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 25/27

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam bebas gejala distress

pernapasan.

Kriteria Hasil :

y  RR 20x/menit

y  Napas vesikuler 

Intervensi

a.  Catat frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernapasan. Observasi penggunaan

obat bantu, napas bibir.

Rasional : Pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri.

b.  Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tak normal.

Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang di operasi

normal.

c.  Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan posisi,

penghisapan dan penggunaan alat.

Rasional : Obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi

d.  Ubah posisi dengan sering, letakan pada posisi terlentang sampai miring.

Rasional:Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret.

e.  Dorong atau bantu dengan latihan napas dalam

Rasional : meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi.

3.  Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan dan gangguan saraf 

internal

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri berkurang

Kriteria Hasil :

y  Nyeri terkontrol.

y  Pasien tampak rileks.

Intervensi :

a.  Tanyakan pasien tentang nyeri, karateristik nyeri, dan insensitas pada skala 0-

10.

Rasional :Membantu dalam evaluasi gejala nyeri.

b.  Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien

Rasional : Dapat member petunjuk derajat nyeri.

c.  Catat kemungkinan penyebab nyeri baik ptofisiologi dan psilkologi.

Page 26: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 26/27

Rasional : Insisi poskerolateral lebih tidak nyaman untuk pasien daripada

insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas, dan kehilangan dapat

menggangu kemampuan mengatasinya.

d.  Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.

Rasional : Takut atau masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan

menurunkan ambang persepsi nyeri.

e.  Berikan tindakan kenyamanan, dorong dan anjurkan penggunaan teknik 

relaksasi.

Rasional :Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

4.  Ketakutan atau anxietas berhubungan dengan faktor psikologi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien tampak rileks.

Kriteria Hasil :

y  Wajah tampak rileks.

y  Mengakui dan mendiskusikan takut.

y  Menyatakan rasa takut.

Intervensi :

a.  Evaluasi tingat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang diagnosa.

Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru

yang meliputi perubahan pada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi

ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi

yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.

b.  Akui rasa takut atau masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan.

Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima

kenyataan kanker dan pengobatanya.

c.  Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.

Rasional : Bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan

penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka car 

penyelesiannya.

d.  Beriakan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa

pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.

Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salah

interpretasi terhadap informasi.

Page 27: ca paru askep

8/7/2019 ca paru askep

http://slidepdf.com/reader/full/ca-paru-askep 27/27

e.  Libatkan pasien atau orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu

untuk menyiapkan peristiwa atau pengobatan.

Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan control atau

kemandirian pada pasien yang merasa tak berdaya dalam menerima pengobatan

dan diagnosa.