Laporan Pendahuluan Hipertensi
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90
mmHg. ( Smeltzer, 2001)
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Menurut WHO ( dalam Tom,1995) Penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg.
B. Epidemiologi
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan. Diperkirakan sekitar
80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang pada tahun 2025 dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun
2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk saat ini. Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM)
dimana diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama
untuk mobilitas dan mortalitas Kardiovaskuler.
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang Kelompok III – B3 Denpasar 1
Laporan Pendahuluan Hipertensi
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.
Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit
kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993
diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.
C. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti ; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
Kelompok III – B3 Denpasar 2
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
D. Faktor predisposisi
Kelompok III – B3 Denpasar 3
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi
Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
Kelompok III – B3 Denpasar 4
Laporan Pendahuluan Hipertensi
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Web Of Caution ( WOC )
Kelompok III – B3 Denpasar 5
Laporan Pendahuluan Hipertensi
F. Manefestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
Kelompok III – B3 Denpasar 6
Laporan Pendahuluan Hipertensi
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. sakit kepala
2. kelelahan
3. mual
4. muntah
5. sesak nafas
6. gelisah
7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera.
G. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik
dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori
Kelompok III – B3 Denpasar 7
Laporan Pendahuluan Hipertensi
yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang
dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah
140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced
hypertension (PIH) ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya
reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan
curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara
drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan
responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal
ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah.
Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-
vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung
meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari
gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya
bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.
8. Komplikasi
Kelompok III – B3 Denpasar 8
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas
kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi
pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
10. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah
raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar
peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat
digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Kelompok III – B3 Denpasar 9
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-
kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan,
pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan
efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara
pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih
baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
c. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol
sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.
a. Diuretik
Kelompok III – B3 Denpasar 10
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-
hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula
dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan
saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Kelompok III – B3 Denpasar 11
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
WOC
Kelompok III – B3 Denpasar 12
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olah raga, genetic, alcohol,konsumsi garam, obesitas
Laporan Pendahuluan Hipertensi
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Kelompok III – B3 Denpasar 13
Ginjal
HIPERTENSI
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
VasokontriksiGangguan sirkulasi
Otak
Penurunan suplai O2 ke Jar. Perifer
Sistemik
Vasokontriksi
Pembuluh darah
Afterload ↑
Resistensi pembuluh darah otak ↑
Suplai O2 otak ↓
Vasokontriksi pemb.darah ginjal
Metabolisma di otak
Ggn.perfusi serebral
Blood flow darah ↓
Respon Renin angiotensin I & II
Merangsang aldosteron
Retensi Na
Edema Kelebihan vol. cairan
Koroner
Iskemia miokard
Intoleransi aktivitas
Penurunan curah
jantung
Spasme arterial
Retina
Diplopia
Perubahan situasi
Misinterpretasi informasi
Kurang pengetahuan
Informasi yg minim Krisis situasional
Metode koping tidak efektif
Koping individu tidak efektif
Tek.sistemik darah ↑
Beban kerja jantung ↑
Kontraksi ventrikel kiri
Pola Nafas tidak efektif
Cemas
TIK me
Nyeri kepala
Rangsangan ujung saraf
Impuls serabut C
Lamina II & III Cornu Dorsalis
Tract spinothalamus anterior lateralis
Cortex cerebri
Persepsi nyeri
Nyeri DadaNyeri
Cardiac output
Oedem otak
Energi
Fatique
Gg. Persepsi Sensori
Pengelihatan
Aktifitas neuronal
Penurunan Kesadaran
Resiko Cidera
Kelainan kontraktilitas miokardium kiri
Pe sirkulasi paru
Pe tekanan onkotik
Penurunan ekspansi paru
sesak
PK : gagal
jantung
hipertropi
Norefineprin
gelisah
Sering bertanya
Laporan Pendahuluan Hipertensi
A. Pengkajian
1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan
regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ;
perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi
denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis
tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi
jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel
kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ;
perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler
mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik
(dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Kelompok III – B3 Denpasar 14
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal dimasa lalu)
5. Makanan dan Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik)
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik
dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit
kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma)
f. Pernafasan
Kelompok III – B3 Denpasar 15
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan
(krekles/mengi). Sianosis.
g. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.
h. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil
KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.
B . Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan
afterload, vasokontriksi pembuluh darah
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat oedem
paru
4. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan
iskemia miokard
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan
intravaskular
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kelompok III – B3 Denpasar 16
Laporan Pendahuluan Hipertensi
7. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf
optikus
8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan Misinterpretasi informasi
10. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran / penglihatan ganda
( diplopia )
11. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
12. PK : Gagal jantung
Kelompok III – B3 Denpasar 17
Laporan Pendahuluan Hipertensi
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat oedem
paru
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas pasien kembali efektif, dengan kriteria hasil :
a. RR 16-20 x/mnt
b.Tidak ada pernafasan cuping hidung, dan retraksi dada
c. Bunyi nafas normal ( vesikuler) tidak ada bunyi nafas tambahan spt : krakels, ronchi
d.Ekspansi dada simetris
e. Secara verbal tidak ada keluhan sesak
1.1. Kaji frekwensi kedalamam pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot-otot bantu
2. Askultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius, spt :krekels,mengi, gesekan pleural
3. Berikan posisi semi fowler bila tidak ada kontra indikasi
4. Kolaborasi pemberian oksigen
1.Kedalaman dan kecepatan
pernafasan bervariasi tergantung
derajat gagal nafas. Ekspansi dada
yang terbatas berhubungan dengan
atelektasis / nyeri dada pleuritik.
2.Penurunan bunyi nafas akibat
obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, kolaps jalan nafas serta
kegagalan jalan nafas
3.Memperbaiki jalan dan saturasi
pernafasan
4.Memaksimalkan pernafasan dan
menurunkan kerja otot pernafasan
Kelompok III – B3 Denpasar 18
Laporan Pendahuluan Hipertensi
2 Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan serebral pasien kembali efektif, dengan kriteria hasil :
1. GCS normal ( 15 )
2. Nilai TIK dalam batas normal ( 0-15 mmHg )
3. TTV normal ( RR 16-20 )
1. Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat.
2. Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk Disritmia lainnya.
3. Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.
4. Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya
5. Berikan obat anti hipertensi
1.Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
2.Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan jantung sebelumnya.
3.Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut.
4.Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral.
5. Efektif dalam menurunkan tekanan
Kelompok III – B3 Denpasar 19
Laporan Pendahuluan Hipertensi
3 Risiko tinggi penurunan curah
jantung berhubungan dengan
Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh darah.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan curah
jantung pasien mulai normal
dengan criteria hasil :
1. tidak adanya sianosis
2. CRT < 2 dtk
3. Akral hangat
4. RR Normal ( 16-20 x/mnt)
5. Tidak ada bunyi jantung
tambahan
6. GCS normal (E,V,M = 15)
7. Haluaran urine dalam batas
normal (400 ml / 24 jam)
warna kuning jernih.
1. Pantau TD. Ukur pada kedua
tangan untuk evaluasi awal.
Gunakan ukuran manset yang
tepat dan teknik yang akurat.
2. Catat keberadaan, kualitas
denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan
bunyi nafas
4. Amati warna
kulit, kelembaban, suhu dan
Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/ bidang
masalah vaskular.
Denyutan karotis ,jugularis,radialis
dan femoralis mungkin terpalpasi.
Denyut pada tungkai mungkin
menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi ( peningkatan SVR )
dan kongesti vena
S4 umum terdengar pada pasien
hipertensi berat karena adanya
hipertrofi atrium. Adanya krakel,
mengi dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung
kronik
Adanya pucat, dingin, kulit
lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mungkin berkaitan dengan Kelompok III – B3 Denpasar 20
Laporan Pendahuluan Hipertensi
masa pengisian kapiler
5. Pertahankan pembatasan
aktivitas seperti istirahat di
tempat tidur/ kursi, jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan, bantu pasien
melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai
kebutuhan
6. Berikan lingkungan tenang,
nyaman, kurangi aktivitas /
keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.
7. Kolaborasi :
Berikan obat-obat sesuai
indikasi seperti Diuretik dan
vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah
jantung.
Menurunkan stres dan ketegangan
yang mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit hipertensi
Membantu untuk menurunkan
rangsang simpatis; meningkatkan
relaksasi.
Tiazid mungkin digunakan sendiri
atau dicampur dengan obat lain
untuk menurunkan TD pada pasien
dengan fungsi ginjal yang relatif
Kelompok III – B3 Denpasar 21
Laporan Pendahuluan Hipertensi
tiazid normal. Diuretik ini memperkuat
agen-agen antihipertensi lain
dengan membatasi retensi cairan.
Vasodilator menurunkan aktivitas
kontriksi arteri dan vena pada
ujung saraf simpatik.
4 Nyeri akut / kronis
berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan Nyeri
pasien terkontrol / berkurang
dengan kriteria hasil :
Mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan
Mengikuti regimen farmakologi
yang diresepkan
Skala nyeri 0-1
. Wajah tidak meringis / wajah
nampak rileks
Menyatakan nyeri berkurang
1. Kaji derajat nyeri
2. Pertahankan tirah baring
selama fase akut
3. Berikan tindakan
nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala
atau nyeri dada misal,
kompres dingin pada dahi,
pijat punggung dan leher,
teknik relaksasi ( panduan
imajinasi, distraksi ) dan
aktivitas waktu senggang.
4. Minimalkan aktivitas
1.Mengetahui derajat nyeri yang
dirasakan pasien dan mempermudah
intervensi
2.Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan relaksasi
3.Tindakan yang menurunkan tekanan
vaskular serebral dan yang
memperlambat/ memblok respon
simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.
4.Aktivitas yang meningkatkan
Kelompok III – B3 Denpasar 22
Laporan Pendahuluan Hipertensi
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala
misalnya, mengejan saat
BAB, batuk panjang,
membungkuk.
5. Kaji tanda-tanda vital
6. Kolaborasi :
- Analgesik,Antiansietas mis, lorazepam, diazepam
vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya penigkatan
tekanan vaskular serebral.
5.Mengetahui keadaan umum pasien.
Peningkatan tanda-tanda vital
mengindikasikan nyeri belum dapat
terkontrol.
Menurunkan/mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf
simpatis.
5 Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan edema
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
menunjukkan keseimbangan
volume cairan dengan kriteria :
1.Masukan dan haluaran
seimbang
2.BB stabil
3.Tanda vital dalam rentang
1. Awasi denyut jantung,
TD, CVP
1. Tacikardi dan hipertensi terjadi
karena 1. Kegagalan ginjal untuk
mengeluarkan urine, 2.
Pembatasan cairan berlebih selama
mengobati hipovolemia/hipotensi
atau perubahan fase oliguri gagal
ginjal dan 3. Perubahan pada renin-
angiotensin.
2.Perlu untuk menentukan fungsi
Kelompok III – B3 Denpasar 23
Laporan Pendahuluan Hipertensi
normal ( N : 70 – 80 x mnt, R :
16 – 20 x /mnt, S : 36 – 37,2,
T : 120 / 80 mmHg )
4.Oedema tidak ada
2. Catat pemasukan dan
pengeluaran secara akurat.
3. Awasi berat jenis urine
4. Timbang tiap hari dengan
alat dan pakaian yang sama
5. Kaji kulit, wajah area
tergantung untuk edema
6. Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)
gnjal, kebutuhan penggantian cairan
3.Mengukur kemampuan ginjal untuk
mengkonsentrasikan urine
4.Penimbangan berat badan harian
adalah pengawasan status cairan
terbaru. Peningkatan berat badan
lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada
retensi cairan.
5.Edema terjadi terutama pada
jaringan yang tergantung pada
tubuh contoh : tangan, kaki, area
lumbosakral
6.Membantu dalam pengeluaran
cairan
6 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
Kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
dapat berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan/diperukan dengan
kriteria hasil :
1. Melaporkan peningkatan dalam
1. Kaji respon pasien terhadap
aktivitas, perhatikan
frekuensi nadi lebih dari 20
kali per menit di atas
frekuensi istirahat,
peningkatan tekanan darah
1. Menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respons
fisiologi terhadap stres aktivitas dan
bila ada, merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas
Kelompok III – B3 Denpasar 24
Laporan Pendahuluan Hipertensi
toleransi aktivitas yang dapat
diukur
2. Menunjukkan penurunan dalam
tanda-tanda intoleransi fisiologi
yang nyata selama /sesudah
aktivitas, dpsnea atau nyeri
dada, keletihan dan
kelemahan yang berlebihan,
diaforesis, pusing atau
pingsan
2. Instruksikan pasien tentang
teknik penghematan energi ,
misalnya menggunakan kursi
saat mandi, duduk saat
menyisir rambut atau
menggosok gigi, melakukan
aktivitas dengan perlahan
3. Kaji sejauh mana aktivitas
yang dapat ditoleransi
4. Berikan dorongan untuk
melakukan
aktivitas/perawatan diri
bertahap jika dapat
2.Teknik menghemat energi
mengurangi pengguanan energi,
juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Mengidentifikasi sejauh mana
kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas dan prwt diri.
4. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
sebatas kebutuhan hanya akan
mendorong kemandirian dalam
Kelompok III – B3 Denpasar 25
Laporan Pendahuluan Hipertensi
ditoleransi melakukan aktivitas.
7 Gangguan persepsi sensori :
penglihatan berhubungan
dengan penekanan saraf optikus
Setelah diberikan tindakan
keperawatan, diharapkan
pengelihatan pasien semakin
membaik, dengan criteria :
a. Menyatakan pengelihatan
semakin membaik
b. Visus normal ( 6/6 )
c. Refraksi mata baik
d. Tidak ada disorientasi waktu,
orang dan tempat
1. Kaji kemampuan melihat pasien
2. berikan kompres hangat pada mata
3. Bantu kebutuhan pasien dalam rentang pasien mengalami penurunan pengelihatan
4. Kolaborasi dalam pemeriksaan mata dan penggunaan alat bantu pengelihatan
1. untuk mengidentifikasi kemampuan
melihat dan menyusun rencana
tindakan.
2. meningkatkan vaskularisasi pada
area mata
3. menghindari resiko cidera dan
kesalahan intepretasi yang dapat
mengancam jiwa pasien
4. menghindari disorientasi waktu,
orang dan tempat
8 Cemas berhubungan dengan
perubahan kondisi kesehatan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
tidak cemas
Kriteria hasil:
Melaporkan cemas berkurang
sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara
hidup yang sehat untuk
1. Observasi tingkah laku yang
menunjukkan tingkat ansietas
2. Tinggal bersama pasien,
1. Ansietas ringan dapat ditunjukkan
dengan peka rangsang dan
insomnia. Ansietas berat yang
berkembang kedalam keadaan panik
dapat menimbulkan perasaan
terancam, ketidakmampuan untuk
Kelompok III – B3 Denpasar 26
Laporan Pendahuluan Hipertensi
membagikan perasaannya mempertahankan sikap yang
tenang. Mengakui atau
menjawab kekhawatirannya
dan mengizinkan perilaku
pasien yang umum.
3.Jelaskan prosedur, lingkungan
sekeliling atau suara yang
mungkin didengar oleh pasien
4. Bicara singkat dengan kata
sederhana.
5. simulasi dari luar : tempatkan
pada ruangan yang tenang,
kurangi lampu yang terlalu
terang, kurangi orang jumlah
orang yang berhubungan
dengan pasien
berbicara dan bergerak.
2. Menegaskan pada pasien atau
orang terdekat bahwa walaupun
perasaan pasien diluar kontrol
lingkungannya tetap aman
3. Memberikan informasi yang akurat
yang dapat menurunkan kesalahan
interpretasi yang dapat berperan
pada reaksi ansietas
4. Rentang perhatian mungkin menjadi
pendek, konsentrasi berkurang yang
membatasi kemampuan untuk
menerima informasi.
5. Menciptakan
lingkungan yang terapiutik
Kelompok III – B3 Denpasar 27
Laporan Pendahuluan Hipertensi
9 Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan Krisis
situasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
mampu mempergunakan
mekanisme koping yang efektif,
dengan kriteria hasil :
Menyatakan kesadaran
kemampuan koping/kekuatan
pribadi
Mengidentifikasi potensial
situasi stres dan mengambil
langkah untuk menghindari atau
mengubahnya.
Mendemonstrasikan
pengguanaan keterampilan
atau metode koping efektif
1. kaji keefektifan strategi
koping dengan
mengobservasi perilaku
misal, kemampuan
menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan dalam
partisipasi dalam rencana
pengobatan
2. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi stresor
spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
3. Libatkan pasien dalam
perencanaan perawatan dan
beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana
pengobatan
4. Dorong pasien untuk
mengevaluasi
prioritas/tujuan hidup.
1. Mekanisme adaptif perlu untuk
mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terapi yang
diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
2. Manifestasi mekanisme koping
maladaptif mungkin merupakan
indikator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik
3.Keterlibatan memberikan pasien
perasan kontrol diri yang
berkelanjutan, memperbaiki
keterampilan koping, dan dapat
meningkatkan kerja sama dalam
regimen terapeutik
4.Fokus perhatian pasien terhadap
realitas situasi yang ada relatif
Kelompok III – B3 Denpasar 28
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Tanyakan ” apakah yang
anda lakukan merupakan apa
yang anda inginkan?”
5. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu
untuk menyesuaikan daripada
membatalkan tujuan
diri/keluarga
terhadap pandangan pasien tentang
apa yang diinginkan.
5. meningkatkan dan memotivasi klien
untuk merencanakan dan mencapai
tujuan hidup dengan riil.
10 Risiko cedera berhubungan
dengan penurunan kesadaran ,
penglihatan ganda
( diplopia )
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
tidak mengalami cidera dengan
kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami
cedera.
- Tidak
1.Jauhkan dari benda-benda tajam
2. Berikan penerangan yg cukup
3. Usahakan lantai tidak licin dan basah
4. Pasang side rail
5. Anjurkan pada keluarga klien
untuk selalu menemani klien
1. Meminimalkan risiko cedera
2. Meminimalkan terjadinya
benturan
3. Meminimalkan klien jatuh
4. Menghindari klien terjatuh
Kelompok III – B3 Denpasar 29
Laporan Pendahuluan Hipertensi
dalam beraktivitas pada saat istirahat
5.Untuk meningkatkan menjaga
keamanan
11 Kurang pengetahuan mengenai
kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan
Misinterpretasi informasi
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan pasien
menyatakan pemahaman tentang
proses penyakit dan regimen
pengobatan dengan kriteria hasil :
Menyatakan dapat memahami
tentang penjelasan yg diberikan
Mengidentifikasi efek samping
obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu
diperhatikan
Mempertahankan TD dalam
parameter normal
1. Kaji kesiapan dan hambatan
dalam belajar. Termasuk
orang terdekat
2. Tetapkan dan nyatakan batas
TD normal. Jelaskan tentang
hipertensi efeknya pada
jantung, pembuluh darah,
ginjal dan otak.
3. Hindari mengatakan TD ”
normal ” dan gunakan istilah
” terkontrol dengan baik ”
saat menggambarkan TD
1. Pemahaman
bahwa tekanan darah tinggi dapat
terjadi tanpa gejala adalah untuk
memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika
merasa sehat.
2. Karena pengobatan untuk
hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan
penyampaian ide ”terkotrol” akan
membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi.
3.Faktor-faktor risiko ini telah
menunjukkan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit
Kelompok III – B3 Denpasar 30
Laporan Pendahuluan Hipertensi
pasien dalam batas yang
diinginkan.
4. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi faktor-
faktor risiko kardiovaskuler
yang dapa diubah misal,
obesitas, diet tinggi lemak
jenuh dan kolesterol, pola
hidup monoton,merokok,
minum alkohol, pola hidup
penuh stres.
5. Atasi masalah dengan pasien
untuk mengidentifikasi cara
dimana perubahan gaya
hidup yang tepat dapat
dibuat untuk mengurangi
faktor-faktor penyebab
Hipertensi
6. Bahas pentingnya
menghentikan merokok dan
bantu pasien dalam membuat
kardiovaskular serta ginjal.
4.Dengan mengubah pola perilaku
yang ”biasa/memberikan rasa
aman”akan sangat menyusahkan.
Dukungan, petunjuk dan empati
dapat meningkatkan keberhasilan
pasien dalam menyelesaikan tugas
5.Nikotin meningkatkan pelepasan
ketokolamin, mengakibatkan
peningkatan frekuensi jantung, TD,
dan vasokontriksi, mengurangi
oksigenasi jaringan, dan
meningkatkan beban kerja
miokardium
6. Gaya hidup
merupakan faktor yang dapat
dirubah untuk mencegah hipertensi.
Kelompok III – B3 Denpasar 31
Laporan Pendahuluan Hipertensi
rencana untuk berhenti
merokok.
Rokok dapat meningkatkan resiko
dan memperburuk keadaan serta
menimbulkan kerusakan pada
vaskularisasi.
12 PK : Gagal Jantung Setelah diberikan tindakan
keperawatan, diharapkan pasien
tidak mengalami gagal jantung
a. Nadi 70 – 80 x/mnt
b. nyeri tidak ada
c. Sianosis tidak ada
1. Pantau adanya tanda – tanda
gagal jantung
2. Kolaborasi dengan dokter
bagian dalam ( jantung)
1. Pemantauan, penanganan sedini
mungkin dan mencegah kerusakan
lebih lanjut
2. Pemberian therapi sedini mungkin
dengan pertimbangan therapi yang
tepat akan mampu menyelamatkan
jiwa pasien
Kelompok III – B3 Denpasar 32
Laporan Pendahuluan Hipertensi
D. Implementasi
Implementasi / tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan
( intervensi ) yang sudah disusun.
E. Evaluasi
1. Dx 1: Pola nafas kembali efektif
a. RR 16-20 x/mnt
b. Tidak ada pernafasan cuping hidung, dan retraksi dada
c. Bunyi nafas normal ( vesikuler) tidak ada bunyi nafas tambahan spt : krakels, ronchi
d. Ekspansi dada simetris
e. Secara verbal tidak ada keluhan sesak
2. Dx 2: Perfusi jaringan serebral kembali efektif
a. GCS normal ( 15 )
b. Nilai TIK dalam batas normal ( 0-15 mmHg )
c. TTV normal ( RR 16-20 )
3. Dx 3 : Curah jantung kembali normal
a. Tidak adanya sianosis
b. CRT < 2 dtk
c. Akral hangat
d. RR Normal ( 16-20 x/mnt)
e. Tidak ada bunyi jantung tambahan
f. GCS normal (E,V,M = 15)
g. Haluaran urine dalam batas normal (400 ml / 24 jam) warna kuning
jernih.Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
Kelompok III – B3 Denpasar 33
Laporan Pendahuluan Hipertensi
4. Dx.4 : Nyeri berkurang / terkontrol
a. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
b. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
c. Skala nyeri 0-1
d. Wajah tidak meringis / wajah nampak rileks
e. Menyatakan nyeri berkurang.
f. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
5. Dx 5 : Menunjukkan keseimbangan cairan
a. Masukan dan haluaran lancar
b. BB stabil
c. Tanda vital dalam rentang normal ( N : 70 – 80 x mnt, R : 16 – 20 x /mnt, S :
36 – 37,2, T : 120 / 80 mmHg )
d. Oedema tidak ada
6. Dx 6 : Berpartisipasi dalam aktifitas
a. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
b. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
7. Dx 7 : Pengelihatan semakin baik
a. Menyatakan pengelihatan semakin membaik
b. Visus normal ( 6/6 )
c. Refraksi mata baik
d. Tidak ada disorientasi waktu, orang dan tempat
8. Dx 8 : Cemas berkurang / hilang
a. Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Kelompok III – B3 Denpasar 34
Laporan Pendahuluan Hipertensi
b. Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaannya
9. Dx 9 : mekanisme koping efektif
c. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
d. Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk
menghindari atau mengubahnya.
c. Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif
10. Dx 10 : tidak terjadi cidera
a. Mengenal benda disekitar
b. Tidak terjadi trauma
11. Dx 11 : memahami proses penyakit dan pengobatan
a. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan
b. Mempertahankan TD dalam parameter normal
12. Dx 12 : Tidak terjadi gagal jantung
a. Nadi 70 – 80 x/mnt
b. nyeri tidak ada
c. Sianosis tidak ada
Kelompok III – B3 Denpasar 35
Laporan Pendahuluan Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
Doenges,M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius
Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta : Penerbit Arcan
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
NANDA, 2007-2008. Diagnosa Nanda (Nic & Noc), Disertai Dengan Discharge Planning.
Price, S, A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 volume 1. Jakarta ; EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC
Sobel, Barry J, et all.1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta : Penerbit Hipokrates
Tom, S. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta : Arcan
Peter.S. 1996. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta : Arcan.
Tucker, S.M, et all . 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta : EGC
Kelompok III – B3 Denpasar 36