Askep Hipertensi Recovered)

41
hiperte nsi 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung (Congestif Heart Failure – CHF), gagal ginjal (end stage renal disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Hipertensi sering disebut “a silent killer” sebab penderita hipertensi dapat saja tidak menunjukkan gejala hipertensi (asymptomatic) selama bertahun-tahun dan tiba-tiba mendapat serangan stroke atau jantung yang fatal. Meskipun tidak ada pengobatan untuk keadaan ini, tetapi tindakan prevensi dan manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan kekambuhan penyakit. Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler (Cardiovasculer Disease – CVD) pada 2 dekade terakhir menyebabkan deteksi dini dan kontrol hipertensi ditingkatkan. Penekanan pada perubahan gaya hidup (lifestyle) berperan penting baik untuk mencegah hipertensi primer maupun manajemen hipertensi. Dari seluruh penderita hipertensi, 90-95%-nya adalah penderita hipertensi esensial atau hipertensi primer, yang penyebabnya tidak diketahui. Hampir bisa dipastikan disebabkan oleh banyak faktor, termasuk disfungsi ginjal. 5% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder yang penyebabnya adalah penyakit lain, biasanya penyakit endokrin. Karena berkaitan dengan penyakti lainnya, hipertensi jenis ini dapat disembuhkan. Artikel ini akan membahas definisi hipertensi, patofisiologi hipertensi, hingga bagaimana cara mengatasi hipertensi.

Transcript of Askep Hipertensi Recovered)

Page 1: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung (Congestif Heart Failure – CHF), gagal ginjal (end stage renal disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Hipertensi sering disebut “a silent killer” sebab penderita hipertensi dapat saja tidak menunjukkan gejala hipertensi (asymptomatic) selama bertahun-tahun dan tiba-tiba mendapat serangan stroke atau jantung yang fatal.

Meskipun tidak ada pengobatan untuk keadaan ini, tetapi tindakan prevensi dan manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan kekambuhan penyakit. Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler (Cardiovasculer Disease – CVD) pada 2 dekade terakhir menyebabkan deteksi dini dan kontrol hipertensi ditingkatkan. Penekanan pada perubahan gaya hidup (lifestyle) berperan penting baik untuk mencegah hipertensi primer maupun manajemen hipertensi.

Dari seluruh penderita hipertensi, 90-95%-nya adalah penderita hipertensi esensial atau hipertensi primer, yang penyebabnya tidak diketahui. Hampir bisa dipastikan disebabkan oleh banyak faktor, termasuk disfungsi ginjal. 5% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder yang penyebabnya adalah penyakit lain, biasanya penyakit endokrin. Karena berkaitan dengan penyakti lainnya, hipertensi jenis ini dapat disembuhkan. Artikel ini akan membahas definisi hipertensi, patofisiologi hipertensi, hingga bagaimana cara mengatasi hipertensi.

B.Tujuan PenulisanAdapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Hipertensi 2. Untuk mengetahui penyebab Hipertensi3. Untuk mengetahui penanganan Hipertensi melalui Diet Hipertensi

C. metoda dan tehnik pengumpulan data;

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengunakan metoda deskriptif adapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakanyaitu dengan cara studi litelatur yaiu dengan mempelajari buku buku sumber yang tersdia yang behubungan

Page 2: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 2

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Hipertens i dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom,1995 )

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 )

B. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

Page 3: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 3

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

.Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002

Untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. berbagai macam klasifikasi hipertensi yang digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat, Klasifikasi menurut Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina, Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH) yang digunakan negara-negara di Eropa, Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk warga keturunan Afrika yang tinggal di Amerika. Badan kesehatan dunia, WHO juga membuat klasifikasi hipertensi.

Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang.

Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.

Page 4: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 4

C. KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)Optimal < 120 < 80Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Hipertensi sistol terisolasi

≥ 140 Dan < 90

Page 5: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 5

D. JENIS HIPERTENSI

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunanDari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseoranganCiri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

Usia yang semakin tua Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar.

Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya arteriosclerosis, tekanan darah menjadi semakin meningkat.

Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan diastole pada orang tua memiliki perbedaan yang besar.

Page 6: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 6

Stres dan tekanan mental Hal-hal yang membuat stres seperti : terjebak kemacetan, menemui permasalahan yang sulit dipecahkan, mental merasa tertekan, menghadapi ujian/tes, suasana keluarga yang sering ribut, suasana kerja/sekolah yang sering gaduh, suasana bising dan terburu-buru.

Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.

  Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami tekanan mental bekerja keras.  Bisa dimaklumi,  mengapa orang yang stres atau mengalami tekanan mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan tekanan darah.  Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran yang berlarut-larut.

c. Kebiasaan hidupKebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Makan Berlebihan Jumlah lemak total yang diperlukan tubuh maksimum 150 mg/dl, kandungan lemak baik (HDL) optimum 45 mg/dl dan kandungan lemak jahat (LDL) maksimum 130 mg/dl. Lemak baik masih diperlukan tubuh, sedang lemak jahat justru merusak organ tubuh

Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas). Kegemukan lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak jahat (seperti kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar.

Merokok Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,  seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida. 

Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormon adrenalin.

Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai 20 X per menit, dan

Page 7: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 7

meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat volume darah meningkat dan jantung menjadi cepat lelah.

Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat.

Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko perokok pasif bahayanya 2X dari perokok aktif.

3. Terlalu banyak minum alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada seorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi.

Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup

Pada orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat menyebabkan penyumbatan darah sehingga mengganggu suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh

Penyempitan dan sumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi, agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah hipertensi.   

Page 8: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 8

2. hipertensi sekunder

Seperti disebutkan sebelumnya, 5% - 10% dari orang-orang dengan hipertensi mempunyai apa yang disebut hipertensi sekunder. Ini berarti bahwa hipertensi pada individu-individu ini adalah sekunder pada (disebabkan oleh) suatu kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau pembuluh darah, seperti ginjal, kelenjar adrenal, atau arteri aorta.

Hipertensi Ginjal (Renal/kidney hypertension)

Penyakit-penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Tipe dari hipertensi sekunder ini disebut hipertensi ginjal/renal karena disebabkan oleh suatu persoalan didalam ginjal. Satu penyebab penting dari hipertensi ginjal adalah penyempitan (stenosis) arteri yang mensuplai darah ke ginjal-ginjal (arteri ginjal/renal artery). Pada individu-individu yang lebih muda, terutama wanita, penyempitan disebabkan oleh suatu penebalan otot dinding arteri-arteri yang menuju ke ginjal (fibromuscular hyperplasia). Pada individu-individu yang lebih tua, penyempitan umumnya disebabkan oleh plak-plak mengandung lemak (atherosclerotic) yang mengeras yang menghalangi arteri ginjal.

Bagaimana penyempitan arteri ginjal menyebabkan hipertensi ? Pertama, penyempitan arteri ginjal merusak/mengganggu sirkulasi darah ke ginjal yang dipengaruhinya. Kehilangan darah ini kemudian menstimulasi ginjal untuk memproduksi hormon-hormon, renin dan angiotensin. Hormon-hormon ini, bersama-sama dengan aldosterone dari kelenjar adrenal, menyebabkan suatu penyempitan dan meningkatkan kekakuan (resisten) pada arteri-arteri sekeliling (peripheral arteries) seluruh tubuh, yang berakibat pada hipertensi (tekanan darah tinggi).

Hipertensi renal umumnya pertama kali dicurigai ketika hipertensi ditemukan pada seorang individu muda atau suatu serangan hipertensi ditemukan pada seseorang yang lebih tua. Penyaringan (sreening) penyempitan arteri ginjal kemudian dapat termasuk renal isotope (radioactive) imaging, ultrasonographic (sound wave) imaging, atau magnetic resonance imaging (MRI) dari arteri-arteri ginjal.

Tujuan dari tes-tes ini adalah untuk menentukan apakah ada suatu aliran darah ke ginjal yang dibatasi dan apakah angioplasty (menghilangkan pembatasan/restriction pada arteri-arteri ginjal) kelihatannya menguntungkan. Bagaimanapun, jika penilaian ultrasonic mengindikasikan suatu indeks resistensi yang tinggi (high resistive index) didalam ginjal (resistensi tinggi pada aliran darah), angioplasty mungkin tidak akan memperbaiki tekanan darah karena kerusakan kronis ginjal dari hipertensi yang sudah berlangsung lama, telah ada. Jika apa saja dari tes-tes ini adalah tidak normal atau kecurigaan pada penyempitan arteri ginjal adalah cukup tinggi, renal angiography (suatu studi x-ray dimana suatu zat pewarna/dye disuntikkan kedalam arteri ginjal) dilaksanakan. Angiography adalah tes yang paling akhir untuk benar-benar menvisualisasikan penyempitan arteri ginjal.

Page 9: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 9

Suatu penyempitan arteri ginjal mungkin dapat dirawat dengan balloon angioplasty. Pada prosedur ini, dokter menyusupkan sebuah tabung kecil yang panjang (catheter) kedalam arteri ginjal. Segera sesudah kateter (catheter) ada didalam, arteri ginjal dilebarkan dengan meniup balon pada ujung kateter dan menempatkan suatu stent (suatu alat yang meregang penyempitan) yang menetap didalam arteri pada tempat penyempitan. Prosedur ini umumnya berakibat pada suatu perbaikan aliran darah ke ginjal dan menurunkan tekanan darah. Leih dari itu, prosedur ini juga memelihara fungsi ginjal yang sebagian suplai darahnya telah dirampas. Hanya jarang sekali operasi diperlukan diwaktu-waktu sekarang untuk membuka penyempitan arteri ginjal.

Apa saja dari tipe-tipe lain penyakit ginjal kronis yang mengurangi fungsi ginjal-ginjal dapat juga menyebabkan hipertensi disebabkan oleh gangguan-gangguan dan/atau penahanan garam.

Penting sekali untuk mengingat bahwa penyakit ginjal tidak hanya menyebabkan hipertensi, namun hipertensi dapat juga menyebabkan penyakit ginjal. Oleh karena itu, semua pasien-pasien dengan hipertensi harus dievaluasi kehadiran penyakit ginjalnya sehingga mereka dapat diobati dengan tepat.

Tumor-Tumor Kelenjar Adrenal (Adrenal gland tumors)

Dua tipe jarang dari tumor-tumor kelenjar adrenal adalah penyebab-penyebab hipertensi sekunder yang lebih tidak umum. Kelenjar-kelenjar adrenal terletak tepat diatas ginjal-ginjal. Kedua tumor-tumor ini menghasilkan jumlah hormon-hormon adrenal yang berlebihan yang menyebabkan tekanan darah tinggi. Tumor-tumor ini dapat didiagnose dari tes-tes darah, tes-tes air seni (urine tests), dan studi-studi gambar (imaging studies) dari kelenjar-kelenjar adrenal. Operasi seringkali diperlukan untuk menghilangkan tumor-tumor ini atau kelenjar adrenal (adrenalectomy), yang umumnya membebaskan hipertensi.

Salah satu dari tipe-tipe tumor-tumor adrenal menyebabkan suatu kondisi yang disebut hiperaldosteronisme utama (primary hyperaldosteronism) karena tumor itu menghasilkan jumlah hormon aldesteron yang berlebihan. Sebagai tambahan pada hipertensi, kondisi ini menyebabkan kehilangan jumlah berlebihan potassium dari tubuh kedalam air seni, yang berakibat pada suatu tingkat potassium yang rendah didalam darah.

Umumnya hiperaldosteronisme (hyperaldosteronism) pertama kali dicurigai pada seseorang dengan hipertensi ketika potassium yang rendah juga ditemukan didalam darah. Juga, kelainan-kelainan genetik tertentu yang jarang dan yang mempengaruhi hormon-hormn kelenjar adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder

Tipe lain tumor adrenal yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder disebut sebagai suatu pheochromocytoma. Tumor ini menghasilkan catecholamines yang berlebihan, yang mana termasuk beberapa hormon-hormon yang berhubungan dengan adrenalin (adrenaline-related hormones). Diagnose suatu pheochromocytoma dicurigai pada individu-individu yang

Page 10: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 10

mempunyai episode-episode hipertensi yang mendadak dan berulang yang berhubungan dengan pengelupasan kulit (flushing of the skin), denyut jantung yang cepat (palpitations), dan keringatan, sebagai tambahan pada gejala-gejala yang berhubungan dengan hipertensi.

Koarktasi Aorta (Coarctation of the aorta)

Koarktasi aorta (Coarctation of the aorta) adalah suatu kelainan warisan yang jarang yang adalah satu dari penyebab-penyebab paling umum dari hipertensi pada anak-anak. Kondisi ini dikarakteristikkan oleh suatu penyempitan pada suatu segmen dari aorta, arteri besar utama yang keluar dari jantung. Aorta memberikan darah kepada arteri-arteri yang mensuplai seluruh organ-organ tubuh, termasuk ginjal-ginjal.

Segmen yang sempit (coarctation) dari aorta umumnya terjadi diatas arteri-arteri ginjal, yang menyebabkan suatu aliran darah yang berkurang ke ginjal-ginjal. Kekurangan darah ke ginjal-ginjal ini mendorong sistim hormon renin-angiotensin-aldosterone meningkatkan tekanan darah. Perawatan koarktasi umumnya adalah pembetulan secara operasi terhadap segmen penyempitan aorta. Kadangkala, balloon angioplasty dapat digunakan untuk melebarkan koarktasi aorta (coarctation of the aorta).

Sindrom Metabolisme dan Obesitas (The metabolic syndrome and obesity)

Faktor-faktor genetik memainkan suatu peran dalam kumpulan dari penemuan-penemuan yang membuat "sindrom metabolisme" ("metabolic syndrome"). Individu-individu dengan sindrom metabolisme mempunyai resistensi insulin dan suatu tendensi untuk mendapat diabetes mellitus tipe 2 (diabetes-diabetes tidak tergantung insulin).

Kegemukkan, terutama yang berhubungan dengan suatu peningkatan ukuran lilitan perut (abdominal) yang nyata, menjurus pada gula darah tinggi (hyperglycemia), lemak darah yang meningkat , peradangan vaskuler, gangguan fungsi endothelial (kelainan kereaktifan pembuluh-pembuluh darah), dan hipertensi semuanya menjurus pada penyakit atherosclerotic vascular prematur. Epidemi (wabah) kegemukkan (obesitas) di Amerika menyokong (kontribusi) pada kelainan ini pada anak-anak , anak-anak remaja, dan orang-orang dewasa.

E. TANDA DAN GEJALATanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak Ada GejalaTidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

Page 11: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 11

2. Gejala Yang LazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.adapun gejala yang biasa dikeluhkan pasen;

Pasien dengan hipertensi terbagi dalam 3 kelompok1. Kelompok yang terkait dengan peningkatan tekanan darah itu sendiri

1. Sakit kepalaMerupakan karakteristik hipertensi berat (stage 3), kebanyakan terlokalisasi pada daerah occipital dan muncul ketika pasien bangun pada pagi hari tapi setelah itu hilang dengan sendirinya setelah bebrapa jam

2. Pusing3. Palpitasi

Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang tidak teratur yang sifatnya subjektif.4. Fatigability (mudah merasa letih)5. Impotensi

2. Kelompok dengan penyakit vascular

1. epistaxis (pendarahan dari hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil)2. hematuria3. gangguan penglihatan4. episode dari kelelahan atau pusing karena transient cerebral ischemia5. angina pectoris6. dispnea karena gagal jantung Dyspnea adalah pernafasan yang sukar atau sesak

3. Kelompok dengan penyakit penyerta

1. polyuria2. Polydipsia3. lemah otot sekunder karena hipokalemia pada pasien dengan aldosteronism4. emosi yang labil pada pasien cushing's syndrome

F. DIAGNOSIS HIPERTENSI (Tekanan Darah Tinggi)

Penetuan normal atau tingginya suatu tekanan darah ditentukan tidak hanya berdasarkan dari tekanan diastol tapi juga tekanan sistol, usia, jenis kelamin, dan penyakit penyerta. Tingkat tekanan sistol sangat penting untuk ditelaah karena memiliki keterkaitan dengan tekanan arterial yang dapat menyebabkan morbiditas pernyakit cardiovascular. Data menunjukan tekanan sistol lebih memiliki arti dibanding tekanan diastol khususnya pada orang berusia diatas 50 tahun. Ketika ada kecurigaan

Page 12: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 12

hipertensi, tekanan darah seharusnya dihitung minimal dua kali pada pemeriksaan yang berbeda sejak pemeriksaan pertama.

Tujuan dari diganosis hipertensi :

1. Menilai Pola hidup serta identifikasi fakto-faktor risiko kardiovaskular lainnya.2. Menilai kemungkinan adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan pengobatan3. Mencari penyebab hipertensi4. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular

1. ANAMNESIS

Wawancara medis pada pasien dengan hipertensi harus meliputi:1. Jangka waktu, derajat keparahan dan riwayat perjalanan penyakit hipertensi.2. Indikasi hipertensi sekunder :

a. Riwayat penyakit ginjal pada keluarga (ginjal polikistik)b. Ada/tidaknya penyakit ginjal, ISK, dan hematuriac. Pemakaian obat-obat analgesik dan atau obat-obatan lainnya atau supplemen diet yang

kemungkinan dapat meningkatkan tekanan darah atau mengganggu efektivitas obat antihipertensi.

d. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (pheochromocytoma)Pheocromocyte adalah sel kromafin. Pheocromocytoma adalah tumor sel kromafin pada medula adrenal atau para ganglion simpatis; gejalanya terutama hipertensi, mencerminkan bertambahnya sekresi epinefrin dan norepinefrin.

e. Episoda lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko

a. Riwayat hipertensi pada keluargab. Riwayat hiperlipidemia c. Riwayat DMd. Kebiasaan merokoke. Pola makan (konsumsi garam, lemak, serta kafein)f. Kegemukan g. Intensitas olah raga

Page 13: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 13

h. Kepribadian

4 Gejala kerusakan organ :

a. Otak dan mata : Sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks, defisit sensoris atau motoris

b. Jantung : Palipitasi, nyeri dada, sesak, bangkak kakic. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematurid. Arteri perifer : eksremitas dingin, klaudikasiointermiten

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya6. Faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi tekanan darah (tingkat stress)

2 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari penampilan secara general, apakah terdapat obesitas pada daerah wajah dan obesitas seperti pada Cushing's syndrome? apakah terdapat perkembangan dari eksremitas atas yang tidak proporsional dnegan eksremitas bawah yang menunjukan adanya coarctation dari aorta. Selanjutnya pemeriksaan tekanan darah pada posisi supine ke posisi berdiri, adanya peningkatan tekanan diastolik sering menunjukan hipertensi essensial.

Pemeriksaan fisik selain untuk memerikasa tekanan darah juga untuk mengidentifikasi ada/tidaknya tanda-tanda hipertensi sekunder atau komplikasi yang telah terjadi pada organ-organ tertentu. Minimal pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital yaitu berat badan, tinggi badan, denyut nadi, dan tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah:• Pengukuran rutin di kamar periksa• Pengukuran 24 Jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)• Pengukuran sendiri oleh pasien

Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dua kali dnegan sela 1-5 menit, pengukuran tambahan dilakukan jika terdpat perbedaan hasil yang signifikan. Untuk usia lanjut, diabetes, dan kondisi lain dimana diperkirakan ada kondisi ortostatik perlu dilakukan pengukuran tekanan darah pada posisi berdiri

Page 14: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 14

Beberapa indikasi pengunaan ABPM :

Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic Hipertensi office atau white coat

o White coat hypertension mendeskripsikan perbedaan tekanan darah yang signifikan pada suatu individu. Bila diukur di kantor akan menunjukan hasil yang lebih tinggi dibanding diukur di rumah atau dalam kegiatan biasa sehari-hari.

Adanya disfungsi saraf otonom Hipertensi sekunder Pedoman pemilihan obat antihipertensi Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan anti-hipertensi Gejala hipotensi yang berhubungan dnegan pengobatan anti-hipertensi

Fokus pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:1. Leher

a. Denyut dan bising arteri carotisPalpitasi dan auskultasi dari arteri karotid sebagai bukti dari adanya stenosis atau oklusi.

b. Bendungan vena jugularisc. Pembesaran kelenjar tiroid

2. Jantung

a. Denyut jantung dan iramanyab. Denyut jantung apicalc. Precordial heaved. Bising jantung (murmur, gallop, bunyi jantung ke 3-4)

Pada pemeriksaan jantung dan paru, pembuktian dari hipertropi ventrikel dan dekompensasi jantung harus dicari. apakah ada pembesaran ventrikel kiri? apakar muncul bunyi jantung ketiga dan keempat? Pemeriksaan dada, termasuk mencari extracardiac murmurs dan pembuluh darah kolateral yang teraba mungkin menyatakan hasil dari coarctation (penyempitan) dari aorta.

3. Paru-Paru

a. Cracklesb. Wheezing dan ronkhi

4Abdomen

a. Massa, aneurisma aorta, ginjal polikistik

Page 15: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 15

b. Bising abdomenPada pemeriksaan abdomen, hal yang terpenting adalah auskultasi untuk adanya bruit pada stenosis renal arteri. Abdomen juga harus dipalpasi untuk mencari adanya aneurysma dan untuk pembesaran ginjal dari penyakit ginjal polikistik. Pulsasi femoral harus dirasakan. jika terjadi penurunan atau keterlambatan pada perbandingan dengan pulsasi radial, tekanan darah pada eksremitas bawah harus diukur. walaupun pulsasi femoral normal, tekanan arterial pada eksremitas bawah harus diukur minimal 1 kali pada pasien hipertensi dibawah 30 tahun.

5. Alat gerak

a. Denyut arteri periferb. Denyut arteri femoralisc. Edema

6. Saraf sentral dan perifer Tanda/gejala dini dari penyakit saraf-pembuluh darah7. Fundoskopi

a. Penarikan atau penyempitan arteri-venab. Perdarahanc. Eksudatd. Papiledema

3 PEMERIKSAAN PENUNJANG :

1. Test darah rutin2. Glukosa darah

Glukosa darah dihitung karena DM berasosiasi dengan percepatan arterosklerosis, penyakit vaskular renal, dan diabetik nephropathy, dan karena aldosteronism, cushing syndrome, dan pheochromocytoma mungkin diasosiasikan dengan hiperglisemia.

3. Kolesterol total serum4. Kolesterol LDL dan HDL serum5. Trigilserida serum6. Asam urat serum

Asam urat adalah salah satu bagian dari BUN (blood urea nitrogen). Level yang meningkat dapat dilihat di penyakit ginjal, beberapa keganansan, penyakit hati, konsumsi alkohol dan kebanyakan pengobatan untuk melawan keganasan. Level yang menurun tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada spesimen dari pasien, baik yang berpuasa

Page 16: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 16

maupun tidak walaupun lebih dipilih spesimen dari pasien yang berpuasa. Referensi nilai normalnya adalah 2-7 mg/dl untuk wanita dan 2,1-8,5 mg/dl untuk pria.

7. Kreatinin serumSeperti juga urea clearance, tes ini menilai faal glomerulus. Tetapi lain dari ureum, kreatinin tidak berdifusi kembali ke dalam darah, karena itu nilai normal untuk creatinin clearance lebih besar dari urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rate.4 Nilai normalnya adalah 117 +- 20, biasanya disebut dengan satuan ml/menit, bukan dengan %. Panjang dan berat badan dipergunakan untuk mengadakan koreksi atas diuresis terhadap luas badan 1,73 m2, seperti juga pada urea clearance

8. Kalium serumSerum postasium harus diukur untuk melihat meralocorticoid-induce hypertension dan untuk memberi garis dasar sebelum terapi diuretik dimulai.

9. Hemoglobin dan hematokrit10. Urea Clearence

Urea clearance mengukur fungsi glomerulus karena ureum difiltrasi melalui glomerulus tersebut. Tetapi nilai urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular filtration rate, karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli berdifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum yang berdifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis.Nilai urea clearance disebut dengan ml/menit. Jika diuresis sama dengan atau melebihi 2 ml/menit, rumus yang digunakan akan berbeda dengan jika diuresis kurang dari 2 ml/menit. Selain menyebut urea clearance dengan ml/menit, ada juga cara lain yang lebih lazim dipakai, yaitu menyebutnya dengan %. Apabila didapat diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai clearance dibandingkan dengan 72 ml/menit yang dianggap 100%. Jika diuresis kurang dari 2 ml/menit, nilai clearance dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula. 4 Nilai normal berkisar antara 70-110%. Nilai normal tersebut sebenarnya diperhitungkan untuk orang yang memiliki luas badan sekitar 1,73 m2. Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai tersebut, maka harus diadakan koreksi atas berat badan dan panjang badan. 4 Percobaan ini sering dilakukan selama 2 jam, tetapi bisa juga dijadikan 4 jam atau lebih. Lamanya ini tidak mempengaruhi hasil, tetapi 2 jam itu dianggap jangka waktu minimal. Clearance yang diperhitungkan dengan diuresis 2 ml/menit atau lebih (maximal clearance) lebih dapat dipercaya dari clearance yang memakai diuresis kurang dari 2 menit (standard clearance). Apabila diuresis rendah sekali (<0,5 ml/menit), hasil percobaan tidak dapat dipercaya. 4 11.

11. EKG Beberapa pedoman penanganan menganjurkan test lain seperti : 1. Ekokardiogram Ekokardiogram lebih sensitif dalam menentukan apakah terdapat hipertropi jantung dan mungkin berguna untuk dasar evaluasi pasien dengan hipertensi, khususnya hipertropi ventrikel kiri adalah faktor penyakit kardovaskular independent dan kehadirannya mengindikasikan kebutuhan akan erapi antihipertensi.

12. USG karotis (dan femoral) 13. C-Reactive Protein CRP, marker inflamasi nonspesifik, diperhitungkan terlibat secara langsung

pada coronary plaque atherogenesis. Penelitian yang dimulai pada awal 1990an menunjukkan

Page 17: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 17

bahwa level CRP yang meningkat menunjukkan adverse cardiac events, baik pada prevensi primer maupun sekunder. Level CRP berguna untuk mengevaluasi profil risiko jantung pasien. Data baru mengindikasikan bahwa CRP berguna sebagai indikator prognostik pada pasien dengan ACS. Peningkatan level CRP memprediksi kematian jantung dan AMI.

14. Mikroalbuminuria 15. Protein kuantitatif 16. Funduskopi (hipertensi berat) Temuan funduskopi memberikan indikasi dari durasi hipertensi dan

prognosisnya. CARDIAC MARKER Peran cardiac marker pada diagnosis, penentu risiko, serta pengobatan pada pasien dengan sakit dada dan dicurigai mengidap Acute Coronary Syndrome (ACS) terus berkembang. Evaluasi klinik dari pasien dengan kemungkinan ACS biasanya terbatas karena gejala yang tidak spesifik.

ASKEP HIPERTENSI

( ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTENSI )

Page 18: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 18

A. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahatGejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monotonTanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

2. SirkulasiGejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskulerTanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

3. Integritas EgoGejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipelTanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

4. EliminasiGejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan / CairanGejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterolTanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

6. NeurosensoriGejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksisTanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic

7. Nyeri/ketidaknyamananGejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen

8. PernapasanGejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokokTanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis

Page 19: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 19

9. KeamananGejala : Gangguan koordinasi, cara jalanTanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural

10. Pembelajaran/PenyuluhanGejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjalFaktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

B. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

PRINSIP PENGELOLAAN PENYAKIT HIPERTENSI MELIPUTI :

1 Terapi tanpa ObatTerapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh Penurunan berat badan Penurunan asupan etanol

b. Menghentikan merokokc. Diet tinggi kaliumd. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :a. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lainb). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umurc). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihand). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggue. Edukasi Psikologis

Page 20: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 20

e. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :a). Tehnik BiofeedbackBiofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasigangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.b). Tehnik relaksasiRelaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileksd. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitorb. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan 1) Dosis obat pertama dinaikan 2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama 3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa

blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh 1) Obat ke-2 diganti

Page 21: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 21

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya 1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 2) Re-evaluasi dan konsultasi 3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnyab. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnyac. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa

dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitasd. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah

atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahuluf. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderitag. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapih. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat

mengukur tekanan darahnya di rumahi. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x

seharij. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan

masalah-masalah yang mungkin terjadik. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat

untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimall. Usahakan biaya terapi seminimal mungkinm. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih seringn. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

Page 22: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 22

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Do :

TD : 210 / 115 mmHg

N : 90x / menit

S : 3672C

RR : 26 x/menit

Ds : Pusing, mual , dan

muntah

Hipertrofi / rigiditas

ventrikuler

Penurunan curah jantung

2 Do : porsi makan tidak

habis, muntah 2 x selama

sehari, pucat, turgor kulit

jelek, tidak selera makan.

Ds : Pasien merasa mual.

Mual dan muntah Kekurangan volume cairan

3 Do : Pasien gelisah, tidak

nyaman tidur.

Ds : pasien mengeluh

pusing.

Peningkatan tekanan

vaskular serebral

Nyeri

4 Do : Aktivitas pasien

dibantu keluarga dan

perawat.

Ds : lemas, pusing bila

berjalan.

Kelemahan umum Intoleran aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Penurunan Curah jantung berhubugan dengan hipertrofi / rigiditas ventrikuler.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

3. Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Page 23: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 23

Intervensi Keperawatan

Dx Kriteria hasil Intervensi

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 2 x 24 jam

diharapkan

TD stabil 140/90 – 140/80 mmHg

Kaji TTV pasien

Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan

TD oleh dr.

Kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit

Pasien bisa istirahat tidur dengan cukup ± 6-8

jam/hari.

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 2 x 24 jam volume

cairan menjadi seimbang

intake / output stabil

turgor kulit baik

tidak lemas

Pertahankan input dan output, cairan / 24 jam

dalam jumlah yang cukup dan seimbang.

Porsi makan pasien dihabiskan

Mual, muntah hilang

Kolaborasi obat anti muntah dan cairan infus

3 Setelah dilakukan keperawatan 2 x

24 jam rasa nyeri / pusing hilang

atau berkurang

Pasien dapat beristirahat dengan

cukup

Pasien tidak terganggu

aktivitasnya.

Pasien tahu teknik relaksasi

Pasien merasa nyaman dan dapat beristirahat

dengan tenang.

Kolaborasi pemberian analgetik oleh dr.

4 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1 x 24 jam pasien

dapat melakukan sendiri

Pasien dapat beraktivitas secara mandiri

Pusing berkurang / hilang

Pasien tidak lemas bila beraktivitas

Implementasi

Tanggal /

Jam

Dx Implementasi

1 - Mengkaji TTV pasien

Page 24: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 24

- Memberi pengobatan penurun TD sesuai advis dr.

- Beri diit rendah garam sesuai progam

- Ciptakan lingkungan yang terang dan nyaman

dalam ruang perawatan pasien.

2 - Menghitung jumlah cairan masuk dan keluar / 24

jam

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian

porsi makan yang masih hangat, segar dan tidak

pedas / asam.

- Kolaborasi pemberian cairan infuse sesuai advis

dokter

- Memotivasi pasien untuk banyak makan dan

minum

- Melakukan oral hygiene

3 - Melatih tehnik relaksasi

- Hindari kondisi ruangan yang panas dan

bercahaya terlalu terang.

- Ciptakan suasana terang

- Beri obat analgetik sesuai advis dokter

4 - Membantu aktivitas pasien

- Memberi dorongan untuk melakukan aktivitas dan

perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi

Page 25: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 25

STUDI KASUS

Kasus hipertensi;

Tekanan darah saya yang tinggi ( 180/90 ) sudah lebih kurang tiga bulan (sejak mei s/d sekarang agustus 2010), dengan keluhan sering pusing dan mual. Usia saya saat ini 36 dan pekerjaan saya adalah pialang. Saya kurang melakukan olahraga,Adapun untuk hal lain,saya normal.Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, trend berat badan tetap, tidak ada gajala keluar keringat banyak, tidak ada preferensi udara dingin.

Diskusi dengan kelompok hal-hal di bawah ini

Melihat dari tanda dan gejala pasien kemungkinan pasien menderita hipertensi jenis hipertensi primer atau hipertensi yang belum jelas penyebabnya tapi dimungkinkan faktor Stres dan tekanan mental yang memicu peningkatan tekanan darah tersebut.Hal-hal yang membuat stres seperti : terjebak kemacetan, menemui permasalahan yang sulit dipecahkan, mental merasa tertekan, menghadapi ujian/tes, suasana keluarga yang sering ribut, suasana kerja/sekolah yang sering gaduh, suasana bising dan terburu-buru.

Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.

  Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami tekanan mental bekerja keras.  Bisa dimaklumi,  mengapa orang yang stres atau mengalami tekanan mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan tekanan darah.  Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran yang berlarut-larut.

dengan kategori (tingkatan) hipertensi tahap III pada tingkatan hipertesi berat seperti pada table dibawah

table 1.1

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)Optimal < 120 < 80Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Page 26: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 26

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Walaupun belim spesipik karena diastolnya tidak lebih atau samadengan 110

Tapi ada bebrapa literature sebagai perbandingan

Table 1.2

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Tabel 1.2

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Hipertensi sistol terisolasi

≥ 140 Dan < 90

Untuk menegakan diagnosis keperawatan yang mungkin timbul, sebaiknya perlu dikaji data objektif dan data subjektif untuk mendukung tegaknya diagnose keperawatan tersebut. Jelaskan data subjektif dan objektif apa saja yang perlu dikaji lebih lanjut

Data data yang perlu dikaji lebih lanjut untuk penegakan diagnose tesebut adalah ;

Page 27: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 27

Gejala Yang LazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.adapun gejala yang biasa dikeluhkan pasen;

Menurut( Edward K Chung, 1995 ) Pasien dengan hipertensi terbagi dalam 3 kelompok1. Kelompok yang terkait dengan peningkatan tekanan darah itu sendiri

6. Sakit kepalaMerupakan karakteristik hipertensi berat (stage 3), kebanyakan terlokalisasi pada daerah occipital dan muncul ketika pasien bangun pada pagi hari tapi setelah itu hilang dengan sendirinya setelah bebrapa jam

7. Pusing8. Palpitasi

Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang tidak teratur yang sifatnya subjektif.9. Fatigability (mudah merasa letih)10. Impotensi

2. Kelompok dengan penyakit vascular

7. epistaxis (pendarahan dari hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil)8. hematuria9. gangguan penglihatan10. episode dari kelelahan atau pusing karena transient cerebral ischemia11. angina pectoris12. dispnea karena gagal jantung Dyspnea adalah pernafasan yang sukar atau sesak

3. Kelompok dengan penyakit penyerta

5. polyuria6. Polydipsia7. lemah otot sekunder karena hipokalemia pada pasien dengan aldosteronism8. emosi yang labil pada pasien cushing's syndrome

Pemeriksaan diagnostic apa saja yang sesuai untuk kasus diatas!

Pemeriksaan penunjang untuk penegakan hipertensi memang banyak sekali namun disini kelompok akan sedikitmenguraikan beberapa pemeriksaan tersebut;

1. Test darah rutin

Page 28: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 28

2. Glukosa darahGlukosa darah dihitung karena DM berasosiasi dengan percepatan arterosklerosis, penyakit vaskular renal, dan diabetik nephropathy, dan karena aldosteronism, cushing syndrome, dan pheochromocytoma mungkin diasosiasikan dengan hiperglisemia.

3. Kolesterol total serum4. Kolesterol LDL dan HDL serum5. Trigilserida serum6. Asam urat serum

Asam urat adalah salah satu bagian dari BUN (blood urea nitrogen). Level yang meningkat dapat dilihat di penyakit ginjal, beberapa keganansan, penyakit hati, konsumsi alkohol dan kebanyakan pengobatan untuk melawan keganasan. Level yang menurun tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada spesimen dari pasien, baik yang berpuasa maupun tidak walaupun lebih dipilih spesimen dari pasien yang berpuasa. Referensi nilai normalnya adalah 2-7 mg/dl untuk wanita dan 2,1-8,5 mg/dl untuk pria.

7. Kreatinin serumSeperti juga urea clearance, tes ini menilai faal glomerulus. Tetapi lain dari ureum, kreatinin tidak berdifusi kembali ke dalam darah, karena itu nilai normal untuk creatinin clearance lebih besar dari urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rate.4 Nilai normalnya adalah 117 +- 20, biasanya disebut dengan satuan ml/menit, bukan dengan %. Panjang dan berat badan dipergunakan untuk mengadakan koreksi atas diuresis terhadap luas badan 1,73 m2, seperti juga pada urea clearance

8. Kalium serumSerum postasium harus diukur untuk melihat meralocorticoid-induce hypertension dan untuk memberi garis dasar sebelum terapi diuretik dimulai.

9. Hemoglobin dan hematokrit10. Urea Clearence

Urea clearance mengukur fungsi glomerulus karena ureum difiltrasi melalui glomerulus tersebut. Tetapi nilai urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular filtration rate, karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli berdifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya ureum yang berdifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis.Nilai urea clearance disebut dengan ml/menit. Jika diuresis sama dengan atau melebihi 2 ml/menit, rumus yang digunakan akan berbeda dengan jika diuresis kurang dari 2 ml/menit. Selain menyebut urea clearance dengan ml/menit, ada juga cara lain yang lebih lazim dipakai, yaitu menyebutnya dengan %. Apabila didapat diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai clearance dibandingkan dengan 72 ml/menit yang dianggap 100%. Jika diuresis kurang dari 2 ml/menit, nilai clearance dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula. 4 Nilai normal berkisar antara 70-110%. Nilai normal tersebut sebenarnya diperhitungkan untuk orang yang memiliki luas badan sekitar 1,73 m2. Jika luas badan seseorang tidak mendekati nilai tersebut, maka harus diadakan koreksi atas berat badan dan panjang badan. 4 Percobaan ini sering dilakukan selama 2 jam, tetapi bisa juga dijadikan 4 jam atau lebih. Lamanya ini tidak mempengaruhi hasil, tetapi 2 jam itu dianggap

Page 29: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 29

jangka waktu minimal. Clearance yang diperhitungkan dengan diuresis 2 ml/menit atau lebih (maximal clearance) lebih dapat dipercaya dari clearance yang memakai diuresis kurang dari 2 menit (standard clearance). Apabila diuresis rendah sekali (<0,5 ml/menit), hasil percobaan tidak dapat dipercaya. 4 11.

11. EKG Beberapa pedoman penanganan menganjurkan test lain seperti : 1. Ekokardiogram Ekokardiogram lebih sensitif dalam menentukan apakah terdapat hipertropi jantung dan mungkin berguna untuk dasar evaluasi pasien dengan hipertensi, khususnya hipertropi ventrikel kiri adalah faktor penyakit kardovaskular independent dan kehadirannya mengindikasikan kebutuhan akan erapi antihipertensi.

12. USG karotis (dan femoral) 13. C-Reactive Protein CRP, marker inflamasi nonspesifik, diperhitungkan terlibat secara langsung

pada coronary plaque atherogenesis. Penelitian yang dimulai pada awal 1990an menunjukkan bahwa level CRP yang meningkat menunjukkan adverse cardiac events, baik pada prevensi primer maupun sekunder. Level CRP berguna untuk mengevaluasi profil risiko jantung pasien. Data baru mengindikasikan bahwa CRP berguna sebagai indikator prognostik pada pasien dengan ACS. Peningkatan level CRP memprediksi kematian jantung dan AMI.

14. Mikroalbuminuria 15. Protein kuantitatif 16. Funduskopi (hipertensi berat) Temuan funduskopi memberikan indikasi dari durasi hipertensi dan

prognosisnya. CARDIAC MARKER Peran cardiac marker pada diagnosis, penentu risiko, serta pengobatan pada pasien dengan sakit dada dan dicurigai mengidap Acute Coronary Syndrome (ACS) terus berkembang. Evaluasi klinik dari pasien dengan kemungkinan ACS biasanya terbatas karena gejala yang tidak spesifik.

Sebutkan dan jelaskan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tersebut beserta intervensi keperawatannya!

Beberapa diagnose keperawatan yang mungkin muncul dari kasus diatas yaitu;

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Penurunan Curah jantung berhubugan dengan hipertrofi / rigiditas ventrikuler.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

3. Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Page 30: Askep Hipertensi Recovered)

hipertensi 30

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998