askep hipertensi terbaruuuuu 2010

56
Laporan Pendahuluan Hipertensi BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. ( Smeltzer, 2001) Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Menurut WHO ( dalam Tom,1995) Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. B. Epidemiologi Kelompok III – B3 Denpasar 1

description

hipertensi terbaru

Transcript of askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Page 1: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas

140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90

mmHg. ( Smeltzer, 2001)

Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis

di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).

Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang

melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Menurut WHO ( dalam Tom,1995) Penyakit hipertensi merupakan peningkatan

tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic

sama atau lebih besar 95 mmHg

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan

diastoliknya di atas 90 mmHg.

B. Epidemiologi

Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan. Diperkirakan sekitar

80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang pada tahun 2025 dari

sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun

2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan

penduduk saat ini. Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM)

dimana diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat

penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama

untuk mobilitas dan mortalitas  Kardiovaskuler.

Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang

tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang Kelompok III – B3 Denpasar 1

Page 2: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga

mereka  cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan

tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.

Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit

kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993

diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.

C. Etiologi

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara

mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab

medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu

(hipertensi sekunder).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui

penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2.  Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya

penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti ; beberapa

perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan

meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-

10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor

pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin

(noradrenalin).

Kelompok III – B3 Denpasar 2

Page 3: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal

a. Stenosis arteri renalis

b. Pielonefritis

c. Glomerulonefritis

d. Tumor-tumor ginjal

e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal

a. Hiperaldosteronism

b. Sindroma Cushing

c. Feokromositoma

3. Obat-obatan

a. Pil KB

b. Kortikosteroid

c. Siklosporin

d. Eritropoietin

e. Kokain

f. Penyalahgunaan alkohol

g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4. Penyebab Lainnya

a. Koartasio aorta

b. Preeklamsi pada kehamilan

c. Porfiria intermiten akut

d. Keracunan timbal akut

Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :

a. Peningkatan kecepatan denyut jantung

b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama

c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama

D. Faktor predisposisi

Kelompok III – B3 Denpasar 3

Page 4: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal

seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada

penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.

Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya

Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang

olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga

berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan

Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang

bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada

saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan

tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka

kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini

dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang

tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan

terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan

antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

E. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis

ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

Kelompok III – B3 Denpasar 4

Page 5: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Web Of Caution ( WOC )

Kelompok III – B3 Denpasar 5

Page 6: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

F. Manefestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan

Kelompok III – B3 Denpasar 6

Page 7: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;

yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan

tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

1. sakit kepala

2. kelelahan

3. mual

4. muntah

5. sesak nafas

6. gelisah

7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan

koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,

yang memerlukan penanganan segera.

G. Klasifikasi

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)

Normal < 130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi †

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik

dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori

Kelompok III – B3 Denpasar 7

Page 8: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang

dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih

tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah

diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80

mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi

kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah

140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa

minggu.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam

kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan

bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan

sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat

sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun

drastis.

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced

hypertension (PIH) ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya

reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan

curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara

drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan

responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal

ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah.

Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-

vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung

meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari

gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya

bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.

8. Komplikasi

Kelompok III – B3 Denpasar 8

Page 9: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah

diantaranya :

1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic

attack (TIA).

2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).

3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas

kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :

1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab

hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah

(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL

2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat

mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain,

seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.

3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)

kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum

(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi

pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa

protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)

4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

10. Penatalaksanaan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah

raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar

peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat

digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke

dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).

Kelompok III – B3 Denpasar 9

Page 10: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah

sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-

kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan,

pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan

efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.

Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara

pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih

baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

c. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol

sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali seminggu.

e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang

beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi

dokter.

a. Diuretik

Kelompok III – B3 Denpasar 10

Page 11: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat

kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya

pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

b. Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf

yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,

Klonidin dan Reserpin.

c. Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa

jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :

Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-

hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula

dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi

penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan

saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

d. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot

polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :

Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari

pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

e. Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II

(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang

termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul

adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

f. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :

Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :

sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

g. Penghambat Reseptor Angiotensin II

Kelompok III – B3 Denpasar 11

Page 12: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II

pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-

obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek

samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya

hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

WOC

Kelompok III – B3 Denpasar 12

Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olah raga, genetic, alcohol,konsumsi garam, obesitas

Page 13: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Kelompok III – B3 Denpasar 13

Ginjal

HIPERTENSI

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

VasokontriksiGangguan sirkulasi

Otak

Penurunan suplai O2 ke Jar. Perifer

Sistemik

Vasokontriksi

Pembuluh darah

Afterload ↑

Resistensi pembuluh darah otak ↑

Suplai O2 otak ↓

Vasokontriksi pemb.darah ginjal

Metabolisma di otak

Ggn.perfusi serebral

Blood flow darah ↓

Respon Renin angiotensin I & II

Merangsang aldosteron

Retensi Na

Edema Kelebihan vol. cairan

Koroner

Iskemia miokard

Intoleransi aktivitas

Penurunan curah

jantung

Spasme arterial

Retina

Diplopia

Perubahan situasi

Misinterpretasi informasi

Kurang pengetahuan

Informasi yg minim Krisis situasional

Metode koping tidak efektif

Koping individu tidak efektif

Tek.sistemik darah ↑

Beban kerja jantung ↑

Kontraksi ventrikel kiri

Pola Nafas tidak efektif

Cemas

TIK me

Nyeri kepala

Rangsangan ujung saraf

Impuls serabut C

Lamina II & III Cornu Dorsalis

Tract spinothalamus anterior lateralis

Cortex cerebri

Persepsi nyeri

Nyeri DadaNyeri

Cardiac output

Oedem otak

Energi

Fatique

Gg. Persepsi Sensori

Pengelihatan

Aktifitas neuronal

Penurunan Kesadaran

Resiko Cidera

Kelainan kontraktilitas miokardium kiri

Pe sirkulasi paru

Pe tekanan onkotik

Penurunan ekspansi paru

sesak

PK : gagal

jantung

hipertropi

Norefineprin

gelisah

Sering bertanya

Page 14: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

A. Pengkajian

1. Aktifitas dan Istirahat

Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit

serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.

Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk

menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan

regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ;

perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi

denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis

tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi

jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel

kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ;

perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler

mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)

3. Integritas ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik

(dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress

multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)

Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang

meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),

gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Kelompok III – B3 Denpasar 14

Page 15: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat

penyakit ginjal dimasa lalu)

5. Makanan dan Cairan

Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi

lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);

kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini

(meningkat/menurun).

Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau

tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah

diabetik)

6. Neurosensori

Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat

bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode

kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,

penglihatan kabur). Episode epistaksis.

Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses

pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari

sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik

dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada

berat/lamanya hipertensi.

7. Nyeri dan ketidaknyamanan

Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada

tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit

kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri

abdomen/massa (feokromositoma)

f. Pernafasan

Kelompok III – B3 Denpasar 15

Page 16: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea

nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat

merokok.

Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan

(krekles/mengi). Sianosis.

g. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.

Hipotensi posturnal.

h. Pembelajaran dan Penyuluhan

Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,

penyakit serebrovaskular/ginjal.

Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil

KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.

B . Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan

afterload, vasokontriksi pembuluh darah

2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat oedem

paru

4. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan

iskemia miokard

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan

intravaskular

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen

Kelompok III – B3 Denpasar 16

Page 17: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

7. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf

optikus

8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional

9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan

dengan Misinterpretasi informasi

10. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran / penglihatan ganda

( diplopia )

11. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan

12. PK : Gagal jantung

Kelompok III – B3 Denpasar 17

Page 18: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru akibat oedem

paru

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas pasien kembali efektif, dengan kriteria hasil :

a. RR 16-20 x/mnt

b.Tidak ada pernafasan cuping hidung, dan retraksi dada

c. Bunyi nafas normal ( vesikuler) tidak ada bunyi nafas tambahan spt : krakels, ronchi

d.Ekspansi dada simetris

e. Secara verbal tidak ada keluhan sesak

1.1. Kaji frekwensi kedalamam pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot-otot bantu

2. Askultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius, spt :krekels,mengi, gesekan pleural

3. Berikan posisi semi fowler bila tidak ada kontra indikasi

4. Kolaborasi pemberian oksigen

1.Kedalaman dan kecepatan

pernafasan bervariasi tergantung

derajat gagal nafas. Ekspansi dada

yang terbatas berhubungan dengan

atelektasis / nyeri dada pleuritik.

2.Penurunan bunyi nafas akibat

obstruksi sekunder terhadap

perdarahan, kolaps jalan nafas serta

kegagalan jalan nafas

3.Memperbaiki jalan dan saturasi

pernafasan

4.Memaksimalkan pernafasan dan

menurunkan kerja otot pernafasan

Kelompok III – B3 Denpasar 18

Page 19: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

2 Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan serebral pasien kembali efektif, dengan kriteria hasil :

1. GCS normal ( 15 )

2. Nilai TIK dalam batas normal ( 0-15 mmHg )

3. TTV normal ( RR 16-20 )

1. Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat.

2. Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk Disritmia lainnya.

3. Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.

4. Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya

5. Berikan obat anti hipertensi

1.Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.

2.Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan jantung sebelumnya.

3.Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut.

4.Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral.

5. Efektif dalam menurunkan tekanan

Kelompok III – B3 Denpasar 19

Page 20: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

3 Risiko tinggi penurunan curah

jantung berhubungan dengan

Peningkatan afterload,

vasokontriksi pembuluh darah.

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan curah

jantung pasien mulai normal

dengan criteria hasil :

1. tidak adanya sianosis

2. CRT < 2 dtk

3. Akral hangat

4. RR Normal ( 16-20 x/mnt)

5. Tidak ada bunyi jantung

tambahan

6. GCS normal (E,V,M = 15)

7. Haluaran urine dalam batas

normal (400 ml / 24 jam)

warna kuning jernih.

1. Pantau TD. Ukur pada kedua

tangan untuk evaluasi awal.

Gunakan ukuran manset yang

tepat dan teknik yang akurat.

2. Catat keberadaan, kualitas

denyutan sentral dan perifer

3. Auskultasi tonus jantung dan

bunyi nafas

4. Amati warna

kulit, kelembaban, suhu dan

Perbandingan dari tekanan

memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang keterlibatan/ bidang

masalah vaskular.

Denyutan karotis ,jugularis,radialis

dan femoralis mungkin terpalpasi.

Denyut pada tungkai mungkin

menurun, mencerminkan efek dari

vasokontriksi ( peningkatan SVR )

dan kongesti vena

S4 umum terdengar pada pasien

hipertensi berat karena adanya

hipertrofi atrium. Adanya krakel,

mengi dapat mengindikasikan

kongesti paru sekunder terhadap

terjadinya atau gagal jantung

kronik

Adanya pucat, dingin, kulit

lembab dan masa pengisian kapiler

lambat mungkin berkaitan dengan Kelompok III – B3 Denpasar 20

Page 21: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

masa pengisian kapiler

5. Pertahankan pembatasan

aktivitas seperti istirahat di

tempat tidur/ kursi, jadwal

periode istirahat tanpa

gangguan, bantu pasien

melakukan aktivitas

perawatan diri sesuai

kebutuhan

6. Berikan lingkungan tenang,

nyaman, kurangi aktivitas /

keributan lingkungan. Batasi

jumlah pengunjung dan

lamanya tinggal.

7. Kolaborasi :

Berikan obat-obat sesuai

indikasi seperti Diuretik dan

vasokontriksi atau mencerminkan

dekompensasi/penurunan curah

jantung.

Menurunkan stres dan ketegangan

yang mempengaruhi tekanan darah

dan perjalanan penyakit hipertensi

Membantu untuk menurunkan

rangsang simpatis; meningkatkan

relaksasi.

Tiazid mungkin digunakan sendiri

atau dicampur dengan obat lain

untuk menurunkan TD pada pasien

dengan fungsi ginjal yang relatif

Kelompok III – B3 Denpasar 21

Page 22: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

tiazid normal. Diuretik ini memperkuat

agen-agen antihipertensi lain

dengan membatasi retensi cairan.

Vasodilator menurunkan aktivitas

kontriksi arteri dan vena pada

ujung saraf simpatik.

4 Nyeri akut / kronis

berhubungan dengan

peningkatan tekanan vascular

serebral dan iskemia miokard

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan Nyeri

pasien terkontrol / berkurang

dengan kriteria hasil :

Mengungkapkan metode yang

memberikan pengurangan

Mengikuti regimen farmakologi

yang diresepkan

Skala nyeri 0-1

. Wajah tidak meringis / wajah

nampak rileks

Menyatakan nyeri berkurang

1. Kaji derajat nyeri

2. Pertahankan tirah baring

selama fase akut

3. Berikan tindakan

nonfarmakologi untuk

menghilangkan sakit kepala

atau nyeri dada misal,

kompres dingin pada dahi,

pijat punggung dan leher,

teknik relaksasi ( panduan

imajinasi, distraksi ) dan

aktivitas waktu senggang.

4. Minimalkan aktivitas

1.Mengetahui derajat nyeri yang

dirasakan pasien dan mempermudah

intervensi

2.Meminimalkan

stimulasi/meningkatkan relaksasi

3.Tindakan yang menurunkan tekanan

vaskular serebral dan yang

memperlambat/ memblok respon

simpatis efektif dalam

menghilangkan sakit kepala dan

komplikasinya.

4.Aktivitas yang meningkatkan

Kelompok III – B3 Denpasar 22

Page 23: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

vasokontriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala

misalnya, mengejan saat

BAB, batuk panjang,

membungkuk.

5. Kaji tanda-tanda vital

6. Kolaborasi :

- Analgesik,Antiansietas mis, lorazepam, diazepam

vasokontriksi menyebabkan sakit

kepala pada adanya penigkatan

tekanan vaskular serebral.

5.Mengetahui keadaan umum pasien.

Peningkatan tanda-tanda vital

mengindikasikan nyeri belum dapat

terkontrol.

Menurunkan/mengontrol nyeri dan

menurunkan rangsang sistem saraf

simpatis.

5 Kelebihan volume cairan

berhubungan dengan edema

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan pasien

menunjukkan keseimbangan

volume cairan dengan kriteria :

1.Masukan dan haluaran

seimbang

2.BB stabil

3.Tanda vital dalam rentang

1. Awasi denyut jantung,

TD, CVP

1. Tacikardi dan hipertensi terjadi

karena 1. Kegagalan ginjal untuk

mengeluarkan urine, 2.

Pembatasan cairan berlebih selama

mengobati hipovolemia/hipotensi

atau perubahan fase oliguri gagal

ginjal dan 3. Perubahan pada renin-

angiotensin.

2.Perlu untuk menentukan fungsi

Kelompok III – B3 Denpasar 23

Page 24: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

normal ( N : 70 – 80 x mnt, R :

16 – 20 x /mnt, S : 36 – 37,2,

T : 120 / 80 mmHg )

4.Oedema tidak ada

2. Catat pemasukan dan

pengeluaran secara akurat.

3. Awasi berat jenis urine

4. Timbang tiap hari dengan

alat dan pakaian yang sama

5. Kaji kulit, wajah area

tergantung untuk edema

6. Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)

gnjal, kebutuhan penggantian cairan

3.Mengukur kemampuan ginjal untuk

mengkonsentrasikan urine

4.Penimbangan berat badan harian

adalah pengawasan status cairan

terbaru. Peningkatan berat badan

lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada

retensi cairan.

5.Edema terjadi terutama pada

jaringan yang tergantung pada

tubuh contoh : tangan, kaki, area

lumbosakral

6.Membantu dalam pengeluaran

cairan

6 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

Kelemahan umum dan

ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan pasien

dapat berpartisipasi dalam aktivitas

yang diinginkan/diperukan dengan

kriteria hasil :

1. Melaporkan peningkatan dalam

1. Kaji respon pasien terhadap

aktivitas, perhatikan

frekuensi nadi lebih dari 20

kali per menit di atas

frekuensi istirahat,

peningkatan tekanan darah

1. Menyebutkan parameter

membantu dalam mengkaji respons

fisiologi terhadap stres aktivitas dan

bila ada, merupakan indikator dari

kelebihan kerja yang berkaitan

dengan tingkat aktivitas

Kelompok III – B3 Denpasar 24

Page 25: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

toleransi aktivitas yang dapat

diukur

2. Menunjukkan penurunan dalam

tanda-tanda intoleransi fisiologi

yang nyata selama /sesudah

aktivitas, dpsnea atau nyeri

dada, keletihan dan

kelemahan yang berlebihan,

diaforesis, pusing atau

pingsan

2. Instruksikan pasien tentang

teknik penghematan energi ,

misalnya menggunakan kursi

saat mandi, duduk saat

menyisir rambut atau

menggosok gigi, melakukan

aktivitas dengan perlahan

3. Kaji sejauh mana aktivitas

yang dapat ditoleransi

4. Berikan dorongan untuk

melakukan

aktivitas/perawatan diri

bertahap jika dapat

2.Teknik menghemat energi

mengurangi pengguanan energi,

juga membantu keseimbangan

antara suplai dan kebutuhan

oksigen

3. Mengidentifikasi sejauh mana

kemampuan pasien dalam

melakukan aktivitas dan prwt diri.

4. Kemajuan aktivitas bertahap

mencegah peningkatan kerja jantung

tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya

sebatas kebutuhan hanya akan

mendorong kemandirian dalam

Kelompok III – B3 Denpasar 25

Page 26: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

ditoleransi melakukan aktivitas.

7 Gangguan persepsi sensori :

penglihatan berhubungan

dengan penekanan saraf optikus

Setelah diberikan tindakan

keperawatan, diharapkan

pengelihatan pasien semakin

membaik, dengan criteria :

a. Menyatakan pengelihatan

semakin membaik

b. Visus normal ( 6/6 )

c. Refraksi mata baik

d. Tidak ada disorientasi waktu,

orang dan tempat

1. Kaji kemampuan melihat pasien

2. berikan kompres hangat pada mata

3. Bantu kebutuhan pasien dalam rentang pasien mengalami penurunan pengelihatan

4. Kolaborasi dalam pemeriksaan mata dan penggunaan alat bantu pengelihatan

1. untuk mengidentifikasi kemampuan

melihat dan menyusun rencana

tindakan.

2. meningkatkan vaskularisasi pada

area mata

3. menghindari resiko cidera dan

kesalahan intepretasi yang dapat

mengancam jiwa pasien

4. menghindari disorientasi waktu,

orang dan tempat

8 Cemas berhubungan dengan

perubahan kondisi kesehatan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan pasien

tidak cemas

Kriteria hasil:

Melaporkan cemas berkurang

sampai hilang

Mampu mengidentifikasi cara

hidup yang sehat untuk

1. Observasi tingkah laku yang

menunjukkan tingkat ansietas

2. Tinggal bersama pasien,

1. Ansietas ringan dapat ditunjukkan

dengan peka rangsang dan

insomnia. Ansietas berat yang

berkembang kedalam keadaan panik

dapat menimbulkan perasaan

terancam, ketidakmampuan untuk

Kelompok III – B3 Denpasar 26

Page 27: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

membagikan perasaannya mempertahankan sikap yang

tenang. Mengakui atau

menjawab kekhawatirannya

dan mengizinkan perilaku

pasien yang umum.

3.Jelaskan prosedur, lingkungan

sekeliling atau suara yang

mungkin didengar oleh pasien

4. Bicara singkat dengan kata

sederhana.

5. simulasi dari luar : tempatkan

pada ruangan yang tenang,

kurangi lampu yang terlalu

terang, kurangi orang jumlah

orang yang berhubungan

dengan pasien

berbicara dan bergerak.

2. Menegaskan pada pasien atau

orang terdekat bahwa walaupun

perasaan pasien diluar kontrol

lingkungannya tetap aman

3. Memberikan informasi yang akurat

yang dapat menurunkan kesalahan

interpretasi yang dapat berperan

pada reaksi ansietas

4. Rentang perhatian mungkin menjadi

pendek, konsentrasi berkurang yang

membatasi kemampuan untuk

menerima informasi.

5. Menciptakan

lingkungan yang terapiutik

Kelompok III – B3 Denpasar 27

Page 28: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

9 Koping individu tidak efektif

berhubungan dengan Krisis

situasional

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan pasien

mampu mempergunakan

mekanisme koping yang efektif,

dengan kriteria hasil :

Menyatakan kesadaran

kemampuan koping/kekuatan

pribadi

Mengidentifikasi potensial

situasi stres dan mengambil

langkah untuk menghindari atau

mengubahnya.

Mendemonstrasikan

pengguanaan keterampilan

atau metode koping efektif

1. kaji keefektifan strategi

koping dengan

mengobservasi perilaku

misal, kemampuan

menyatakan perasaan dan

perhatian, keinginan dalam

partisipasi dalam rencana

pengobatan

2. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi stresor

spesifik dan kemungkinan

strategi untuk mengatasinya

3. Libatkan pasien dalam

perencanaan perawatan dan

beri dorongan partisipasi

maksimum dalam rencana

pengobatan

4. Dorong pasien untuk

mengevaluasi

prioritas/tujuan hidup.

1. Mekanisme adaptif perlu untuk

mengubah pola hidup seseorang,

mengatasi hipertensi kronik dan

mengintegrasikan terapi yang

diharuskan ke dalam kehidupan

sehari-hari

2. Manifestasi mekanisme koping

maladaptif mungkin merupakan

indikator marah yang ditekan dan

diketahui telah menjadi penentu

utama TD diastolik

3.Keterlibatan memberikan pasien

perasan kontrol diri yang

berkelanjutan, memperbaiki

keterampilan koping, dan dapat

meningkatkan kerja sama dalam

regimen terapeutik

4.Fokus perhatian pasien terhadap

realitas situasi yang ada relatif

Kelompok III – B3 Denpasar 28

Page 29: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Tanyakan ” apakah yang

anda lakukan merupakan apa

yang anda inginkan?”

5. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi dan mulai

merencanakan perubahan

hidup yang perlu. Bantu

untuk menyesuaikan daripada

membatalkan tujuan

diri/keluarga

terhadap pandangan pasien tentang

apa yang diinginkan.

5. meningkatkan dan memotivasi klien

untuk merencanakan dan mencapai

tujuan hidup dengan riil.

10 Risiko cedera berhubungan

dengan penurunan kesadaran ,

penglihatan ganda

( diplopia )

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan pasien

tidak mengalami cidera dengan

kriteria hasil :

- Pasien tidak mengalami

cedera.

- Tidak

1.Jauhkan dari benda-benda tajam

2. Berikan penerangan yg cukup

3. Usahakan lantai tidak licin dan basah

4. Pasang side rail

5. Anjurkan pada keluarga klien

untuk selalu menemani klien

1. Meminimalkan risiko cedera

2. Meminimalkan terjadinya

benturan

3. Meminimalkan klien jatuh

4. Menghindari klien terjatuh

Kelompok III – B3 Denpasar 29

Page 30: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

dalam beraktivitas pada saat istirahat

5.Untuk meningkatkan menjaga

keamanan

11 Kurang pengetahuan mengenai

kondisi dan rencana pengobatan

berhubungan dengan

Misinterpretasi informasi

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan pasien

menyatakan pemahaman tentang

proses penyakit dan regimen

pengobatan dengan kriteria hasil :

Menyatakan dapat memahami

tentang penjelasan yg diberikan

Mengidentifikasi efek samping

obat dan kemungkinan

komplikasi yang perlu

diperhatikan

Mempertahankan TD dalam

parameter normal

1. Kaji kesiapan dan hambatan

dalam belajar. Termasuk

orang terdekat

2. Tetapkan dan nyatakan batas

TD normal. Jelaskan tentang

hipertensi efeknya pada

jantung, pembuluh darah,

ginjal dan otak.

3. Hindari mengatakan TD ”

normal ” dan gunakan istilah

” terkontrol dengan baik ”

saat menggambarkan TD

1. Pemahaman

bahwa tekanan darah tinggi dapat

terjadi tanpa gejala adalah untuk

memungkinkan pasien melanjutkan

pengobatan meskipun ketika

merasa sehat.

2. Karena pengobatan untuk

hipertensi adalah sepanjang

kehidupan, maka dengan

penyampaian ide ”terkotrol” akan

membantu pasien untuk memahami

kebutuhan untuk melanjutkan

pengobatan/medikasi.

3.Faktor-faktor risiko ini telah

menunjukkan hubungan dalam

menunjang hipertensi dan penyakit

Kelompok III – B3 Denpasar 30

Page 31: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

pasien dalam batas yang

diinginkan.

4. Bantu pasien dalam

mengidentifikasi faktor-

faktor risiko kardiovaskuler

yang dapa diubah misal,

obesitas, diet tinggi lemak

jenuh dan kolesterol, pola

hidup monoton,merokok,

minum alkohol, pola hidup

penuh stres.

5. Atasi masalah dengan pasien

untuk mengidentifikasi cara

dimana perubahan gaya

hidup yang tepat dapat

dibuat untuk mengurangi

faktor-faktor penyebab

Hipertensi

6. Bahas pentingnya

menghentikan merokok dan

bantu pasien dalam membuat

kardiovaskular serta ginjal.

4.Dengan mengubah pola perilaku

yang ”biasa/memberikan rasa

aman”akan sangat menyusahkan.

Dukungan, petunjuk dan empati

dapat meningkatkan keberhasilan

pasien dalam menyelesaikan tugas

5.Nikotin meningkatkan pelepasan

ketokolamin, mengakibatkan

peningkatan frekuensi jantung, TD,

dan vasokontriksi, mengurangi

oksigenasi jaringan, dan

meningkatkan beban kerja

miokardium

6. Gaya hidup

merupakan faktor yang dapat

dirubah untuk mencegah hipertensi.

Kelompok III – B3 Denpasar 31

Page 32: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

rencana untuk berhenti

merokok.

Rokok dapat meningkatkan resiko

dan memperburuk keadaan serta

menimbulkan kerusakan pada

vaskularisasi.

12 PK : Gagal Jantung Setelah diberikan tindakan

keperawatan, diharapkan pasien

tidak mengalami gagal jantung

a. Nadi 70 – 80 x/mnt

b. nyeri tidak ada

c. Sianosis tidak ada

1. Pantau adanya tanda – tanda

gagal jantung

2. Kolaborasi dengan dokter

bagian dalam ( jantung)

1. Pemantauan, penanganan sedini

mungkin dan mencegah kerusakan

lebih lanjut

2. Pemberian therapi sedini mungkin

dengan pertimbangan therapi yang

tepat akan mampu menyelamatkan

jiwa pasien

Kelompok III – B3 Denpasar 32

Page 33: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

D. Implementasi

Implementasi / tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan

( intervensi ) yang sudah disusun.

E. Evaluasi

1. Dx 1: Pola nafas kembali efektif

a. RR 16-20 x/mnt

b. Tidak ada pernafasan cuping hidung, dan retraksi dada

c. Bunyi nafas normal ( vesikuler) tidak ada bunyi nafas tambahan spt : krakels, ronchi

d. Ekspansi dada simetris

e. Secara verbal tidak ada keluhan sesak

2. Dx 2: Perfusi jaringan serebral kembali efektif

a. GCS normal ( 15 )

b. Nilai TIK dalam batas normal ( 0-15 mmHg )

c. TTV normal ( RR 16-20 )

3. Dx 3 : Curah jantung kembali normal

a. Tidak adanya sianosis

b. CRT < 2 dtk

c. Akral hangat

d. RR Normal ( 16-20 x/mnt)

e. Tidak ada bunyi jantung tambahan

f. GCS normal (E,V,M = 15)

g. Haluaran urine dalam batas normal (400 ml / 24 jam) warna kuning

jernih.Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan

Kelompok III – B3 Denpasar 33

Page 34: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

4. Dx.4 : Nyeri berkurang / terkontrol

a. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

b. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

c. Skala nyeri 0-1

d. Wajah tidak meringis / wajah nampak rileks

e. Menyatakan nyeri berkurang.

f. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

5. Dx 5 : Menunjukkan keseimbangan cairan

a. Masukan dan haluaran lancar

b. BB stabil

c. Tanda vital dalam rentang normal ( N : 70 – 80 x mnt, R : 16 – 20 x /mnt, S :

36 – 37,2, T : 120 / 80 mmHg )

d. Oedema tidak ada

6. Dx 6 : Berpartisipasi dalam aktifitas

a. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

b. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

7. Dx 7 : Pengelihatan semakin baik

a. Menyatakan pengelihatan semakin membaik

b. Visus normal ( 6/6 )

c. Refraksi mata baik

d. Tidak ada disorientasi waktu, orang dan tempat

8. Dx 8 : Cemas berkurang / hilang

a. Melaporkan cemas berkurang sampai hilang

Kelompok III – B3 Denpasar 34

Page 35: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

b. Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan

perasaannya

9. Dx 9 : mekanisme koping efektif

c. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi

d. Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk

menghindari atau mengubahnya.

c. Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif

10. Dx 10 : tidak terjadi cidera

a. Mengenal benda disekitar

b. Tidak terjadi trauma

11. Dx 11 : memahami proses penyakit dan pengobatan

a. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu

diperhatikan

b. Mempertahankan TD dalam parameter normal

12. Dx 12 : Tidak terjadi gagal jantung

a. Nadi 70 – 80 x/mnt

b. nyeri tidak ada

c. Sianosis tidak ada

Kelompok III – B3 Denpasar 35

Page 36: askep hipertensi terbaruuuuu 2010

Laporan Pendahuluan Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC

Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta : EGC

Doenges,M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius

Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta : Penerbit Arcan

NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

NANDA, 2007-2008. Diagnosa Nanda (Nic & Noc), Disertai Dengan Discharge Planning.

Price, S, A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 volume 1. Jakarta ; EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC

Sobel, Barry J, et all.1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta : Penerbit Hipokrates

Tom, S. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta : Arcan

Peter.S. 1996. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta : Arcan.

Tucker, S.M, et all . 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta : EGC

Kelompok III – B3 Denpasar 36