UNIVERSITAS UDAYANA KANDUNGAN FLUORIDA DAN ...

92
UNIVERSITAS UDAYANA KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA ADAT BUALU, KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016 NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI NIM. 1220025063 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016

Transcript of UNIVERSITAS UDAYANA KANDUNGAN FLUORIDA DAN ...

UNIVERSITAS UDAYANA

KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA

AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA

ADAT BUALU, KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI

NIM. 1220025063

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

UNIVERSITAS UDAYANA

KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR

SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA ADAT

BUALU, KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI

NIM. 1220025063

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 18 Juli 2016

Pembimbing

Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, SSI., M.Hsc

NIP. 19811010 200501 2 003

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 18 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi

Ketua ( Penguji 1 )

Sang Gede Purnama, S.Km., M.Sc.

NIP. 19810404 2006 04 1 005

Anggota ( Penguji 2 )

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D

NIP. 19760215 2000 03 1 004

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Kandungan

Fluorida dan Kualitas Bakteriologis pada air sumur yang dikonsumsi secara

langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2016” ini tepat

pada waktunya.

Ucapan terimakasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan proposal

penelitian ini kepada:

1. dr. I Md Ady Wirawan, MPH., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Udayana.

2. I Gede Herry Purnama, S.T., M.T., M.IDEA. selaku Kepala Bagian Peminatan

Kesehatan Lingkungan yang telah menyediakan waktu dalam memberikan

masukan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

3. Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, SSI., M.Hsc. selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

4. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf pegawai Program Studi Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam

penyusunan proposal ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran, Universitas Udayana angkatan 2012 yang telah bersama-sama

saling membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan proposal ini

vi

6. Bendesa Desa Adat Bualu dan Desa Adat Bualu yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk memperoleh data profil desa yang mendukung skripsi ini.

7. Orang tua dan adik yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Semua teman-teman Pabo yang selalu membantu dalam pengambilan data dan

selalu memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

9. Gede Adhi Arya Wiryanatha yang selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Semua teman-teman IKM 12 dan semua pihak yang telah membantu

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dalam penyusunan skripsi

ini. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini. Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan

manfaat bagi pembaca dan pihak lain yang menggunakan.

.

Denpasar, 18 Juli 2016

Penulis

vii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

JUNI 2016

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI

KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA ADAT

BUALU, KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016

ABSTRAK

Air minum dapat diperoleh salah satunya dari air sumur. Air yang layak konsumsi adalah air yang bebas bakteri dan fluoridanya sesuai standar yang berlaku. Coliform dan fecalcoli merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Fluorida merupakan kandungan yang dapat membantu kesehatan gigi namun dapat merusak apabila melebihi standar yang telah ditetapkan. Masyarakat Desa Adat Bualu masih memiliki kebiasaan untuk meminum air langsung dari sumur. Kebiasaan ini dapat mengganggu kesehatan jika dikonsumsi terus menerus seperti diare berdarah berinvasi ke usus besar dan kerapuhan tulang serta osteoporosis.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif / univariat dengan tujuan hanya sebatas melihat gambaran serta presentase hasil dari uji bakteriologi dan fluoride serta menyimpulkan apakah air sumur di Desa Adat Bualu layak dikonsumsi atau tidak. Sampel penelitian ini berjumlah 30 sampel air sumur gali dan 60 Responden yang mengkonsumsi air sumur tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Perposive Sampling. Pemeriksaan sampel air menggunakan metode Ragam 555 dan Spadns Reagent.

Penelitian ini menunjukan tingginya kandungan bakteriologi yang melebihi baku mutu sebanyak 26 sampel air (87%) dan fluoride sebanyak 26 sampel air sumur (87%). Dari hasil penelitian bakteriologi dapat disimpulkan bahwa dengan hasil bakteriologi pada umumnya air sumur pasti mengandung coliform. Adanya hasil nol pada sumur disebabkan penambahan kaporit dalam air. Sedangkan hasil fluoride tinggi dapat disebabkan karena dekatnya jarak laut dan air sumur yang selanjutkan menyebabkan intrusi air laut yang menyebabkan air sumur terasa asin. Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan Air Sumur di Desa Adat Bualu tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung. Oleh sebab itu masyarakat di Desa Adat Bualu diharapkan mengganti konsumsi air sumur secara langsung dengan menggunakan air kemasan atau merebus terlebih dahulu sebelum diminum.

Kata kunci : Fluorida, Bakteriologi, Air Sumur

viii

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

FACULTY OF MEDICAL UDAYANA UNIVERSITY

ENVIRONMENTAL HEALTH

JUNE 2016

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI

BACTERIOLOGICAL AND FLUORIDE CONTENT IN GROUND WATER THAT CONSUMED DIRECTLY IN ADAT BUALU VILLAGE, DISTRICT

OF SOUTH KUTA 2016

ABSTRACT

Drinking water can be obtained either by well water. Drinkable water is water that is free of bacteriological and fluoride according to prevailing standards. Bacteriology (coliform and fecalcoli) is a class of microorganisms commonly used as an indicator to determine the source of water that has been contaminated by pathogenic or not. Fluoride is the womb that can help dental health but can be damaging if it exceeds a predetermined standard. The society in Bualu Village still have habit to drink water directly from wells. This habit can be detrimental to health if consumed continuously such as bloody diarrhea and colon invention to bone fragility and osteoporosis.

This research using descriptive analysis techniques / univariate with the intention by only see the depiction and percentage results of bacteriological and fluoride testing, and deduce whether water wells in Bualu Village is consumable or not. The amount of the research sample are 30 samples of water wells and 60 Respondents whose consume water from the water wells. Sampling was done by Perposive Sampling techniques. The examination of water samples using methods Variety 555 and Spadns Reagent.

This study shows the high content of the bacteriological which is exceeding as much as 26 samples (87%) and fluoride as many as 26 well water samples (87%). The results of bacteriological research can be concluded that with the results of bacteriological generally well water must contain coliform. The existence of zero results in wells due to the addition of chlorine in water. While the results of the high fluoride can be caused due to the proximity of the sea and water wells furthermore causing seawater intrusion and make the well water tastes salty. From these events we can conclude Well Water in Bualu Village are not feasible for consumption directly. Therefore, people in Bualu Village are expect to substitute the consumption of well water directly to use bottle water or boil it before drink it.

Keywords : Fluoride, Bacteriology, Well Water

ix

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ......................................................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 5

1.4 Tujuan ............................................................................................................ 5

1.4.1 Tujuan umum ......................................................................................... 5

1.4.2 Tujuan khusus ........................................................................................ 5

1.5 Manfaat penelitian ......................................................................................... 6

1.5.1 Manfaat teoritis ...................................................................................... 6

1.5.2 Manfaat praktis....................................................................................... 6

1.6 Ruang lingkup penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7

2.1 Air .................................................................................................................. 7

x

2.2 Air Tanah ..................................................................................................... 11

2.3 Kualitas Air Bersih dan Air Minum ............................................................ 15

2.4 Fluorida ....................................................................................................... 18

2.5 Bakteriologi ................................................................................................. 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ..................... 26

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 26

3.2 Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 27

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................... 29

4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 29

4.2 Langkah-langkah kegiatan .......................................................................... 30

4.2.1 Lokasi dan waktu penelitian................................................................. 30

4.2.2 Subjek penelitian .................................................................................. 30

4.2.3 Pengumpulan data ................................................................................ 31

4.2.4 Teknik analisis data .............................................................................. 38

BAB V HASIL ........................................................................................................... 39

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 39

5.2 Karakteristik Responden ............................................................................. 40

5.3 Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali ......................................................... 42

5.4 Kualitas Fluorida Air Sumur Gali ............................................................... 45

5.4.1 Pengetahuan Masyarakat mengenai Air bersih dan Fluorida ............... 47

5.5 Sikap Perilaku Masyarakat dan Hasil Observasi ......................................... 48

5.5.1 Karakteristik Rumah Masyarakat ......................................................... 49

5.5.2 Hasil Observasi .................................................................................... 50

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 51

xi

6.1 Nilai MPN Bakteriologi pada Air Sumur ................................................... 51

6.2 Nilai Kadar Fluoride pada Air Sumur ........................................................ 54

6.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 56

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 57

7.1 Simpulan ...................................................................................................... 57

7.2 SARAN ....................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 59

LAMPIRAN ............................................................................................................... 62

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................... 26

Gambar 2. Desain Penelitian ...................................................................................... 29

Gambar 3. Wilayah Pengambilan Sampel…………………………………………...40

Gambar 4. Klasifikasi Temuan Bakteriologi Berdasarkan Jenisnya Pada Air Sumur

Gali……………………………………………………………………..43

Gambar 5. Klasifikasi Temuan Bakteriologi Secara Keseluruhan Pada Air Sumur

Gali……………………………………………………………...………44

Gambar 6. Klasifikasi Kandungan Fluorida Pada Air Sumur Gali berdasarkan

Peraturan Gubernur Bali……………………….......................................45

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Tingka Pendidikan dan Jenis

kelamin …………………………………………………………………….40

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Bakteriologi air sumur ………………………………..42

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fluoride air sumur ……………..……………………..45

Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Air Bersih ………………….47

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Fluoride ……………………48

Tabel 6. Karakteristik Jarak septic tank dengan air sumur ………………………..49

Tabel 7. Hasil Observasi …………………………………………………………..50

xiv

DAFTAR SINGKATAN

- PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

- WC : Water Closet

- TDS : Total Disolved Solid

- WHO : World Health Organization

- FDA : Food and Drug Administration

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Badung dengan luas wilayah 418,52 km2, memiliki penduduk

sebanyak 327.206 jiwa, merupakan wilayah di Bali yang memiliki penduduk

terpadat kedua setelah Denpasar, dengan kepadatan penduduk 781,82 jiwa/km2.

Sebelum terjadi pemekaran, Kabupaten Badung terdiri dari 4 wilayah kecamatan,

dan kini setelah terjadi pengembangan maka secara administrative Wilayah

Kabupaten Badung terdiri dari 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Petang,

Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Kuta dan Kuta Selatan. Dari keenam

kecamatan tersebut ternyata Kecamatan Kuta memiliki tingkat kepadatan

penduduk tertinggi yaitu 1846,86 jiwa/km2 dan kedua Kuta Utara yaitu 1273,12

jiwa/km2 (Sudra, 2006).

Dengan peningkatan jumlah penduduk serta kemajuan teknologi secara pesat

terutama dibidang industri dan pariwisata akan menuntut kebutuhan air yang

semakin meningkat pula. Adapun sumber air yang dipergunakan oleh penduduk

untuk keperluan sehari-hari (mandi, cuci, kakus) dan keperluan industri

bersumber dari air tanah, dengan rincian yaitu 38,0 % berasal dari air tanah dalam

(dari sumur bor dengan kedalaman > 20 m ) dan 33,31 % air tanah dangkal (sumur

gali, dengan kedalaman 5-20 m). Kebutuhan air untuk kawasan Nusa Dua dan

Kuta sebanyak 300 l/dt untuk tahun 1995 dan untuk tahun 2000 diesti-masi

meningkat menjadi 500 l/dt. Sedangkan ketersediaan air dari PDAM hanya

mampu mensuplai 272 l/dt (Untuk Wilayah Kuta). Dengan demikia kekurangan

2

lagi 228 l/dt akan dipenuhi dari air tanah dalam yang disedot melalui air tanah.

(Budiana dalam Sudra, 2006).

Air adalah zat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara

dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain

berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh makhluk lain misalnya hewan dan

tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain

dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI,

2006).

Menurut Slamet (2004) dalam buku Kesehatan Lingkungan, air dalam tubuh

manusia berkisar antara 50 – 70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi

kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari

darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70%

dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan

dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang

dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter sehari untuk keseimbangan

dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.

Kebutuhan air minum di banyak negara di dunia tidak sama satu sama lain.

Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum daripada di negara

berkembang. Di negara maju semua keperluan air dipenuhi dengan air minum,

sedangkan di negara berkembang air minum khusus hanya dipergunakan untuk

makan dan minum saja, karena untuk keperluan mencuci dan keperluan lainnya

cukup dipenuhi oleh air bersih biasa. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah

lebih kurang 500 liter seorang tiap hari (lt/or/hr) sedangkan di Indonesia (kota

besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah pedesaan hanya 60 lt/or/hr

(Departeman Kesehatan, 2006).

3

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah

permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air

sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting

terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk

kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.

Air tanah di suatu daerah tidak semuanya mempunyai potensi air tanah yang

baik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerah seperti curah hujan, jenis

batuan, sifat fisik dan kimia batuan penyusunnya, Kemiringan lereng, dan panjang

lereng, dan perubahan penggunaan lahan oleh manusia di daerah tersebut.

Pengambilan air tanah di pesisir pantai memicu adanya intrusi yang merupakan

masuknya air laut ke dalam air tawar. Ancaman kenaikan muka air laut yang

disebabkan oleh global warming dan juga pasang surut air laut yang berubah -

ubah, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya perubahan sistem hidrogeologi

akibat dari penggunaan air tanah yang berlebihan, hal itu akan mengakibatkan

berkurangnya sumber air bersih (Vineastra, 2010).

Fluorida adalah salah satu senyawa kimia yang terbukti dapat menyebabkan

efek terhadap kesehatan melalui air minum. Fluorida memiliki efek yang

bermanfaat terhadap pencegahan karies gigi pada konsentrasi tertentu,namun pada

keterpaparan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya efek yang tidak

diinginkan. Salah satu sumber asupan fluorida yaitu berasal dari air yang

dikonsumsi. Air merupakan salah satu sumber asupan fluorida yang cukup tinggi.

Dengan demikian, kadar fluorida dalam air yang digunakan untuk dikonsumsi

haruslah diperhatikan agar tidak berlebihan. Air minum dengan kadar fluorida +0,4

ppm pada daerah tropis sudah dapat menimbulkan fluorosis, terkait dengan

4

konsumsi air yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah beriklim dingin

(Munadziroh dalam Yodifta, 2010).

Desa Adat Bualu merupakan desa yang terletak di pesisir pantai selatan Pulau

Bali. Ketinggian daerah tersebut hampir 0 km dari permukaan air laut. Air yang

keluar dari mata air cukup jernih. Beberapa ada yang berasa asin, tetapi beberapa

ada yang tidak asin. Air tanah di daerah Kuta Selatan diperoleh dengan cara

membuat sumur. Pada saat direbus, air akan menghasilkan kerak di sekitar panci.

Hal tersebut ada kemungkinan disebabkan oleh kesadahan air cukup tinggi. Oleh

karena itu, air harus diendapkan dan disaring terlebih dahulu sebelum digunakan

untuk air minum atau memasak. Gejala kesadahan air yang tinggi juga dapat

diamati dari sabun yang sulit berbusa. Akibatnya, masyarakat menambahkan

detergent cukup banyak untuk keperluan mencuci (Sulistyani, 2012).

Air Tanah di daerah dekat pantai seperti di Desa Adat Bualu, memiliki potensi

tercemar, bila dilihat dari faktor-faktor seperti daerah yang dekat pantai, penduduk

yang mulai padat, memiliki tanah yang berkapur, dan tanah yang berbukit.

Masyarakat di daerah tersebut menggunakan air sumur gali dan sumur bor untuk

memenuhi kebutuhan akan air bersih sehari – hari. Dimana air tersebut digunakan

untuk Kebutuhan domestik maupun industri. Untuk daerah tinggal penduduk,

masyarakat menggunakan air sumur gali dan sumur bor untuk mandi, mencuci dan

kegiatan rumah tangga lainnya termasuk untuk dikonsumsi. Namun untuk

keperluan konsumsi masyarakat, air tersebut dikonsumsi secara langsung tanpa

dilakukan proses seperti memasak air.

Berdasarkan uraian diatas, maka sangat perlu diteliti tetang : “Kandungan

Fluorida dan Kualitas Bakteriologis pada air sumur yang dikonsumsi secara

langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2016”.

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan

permasalahan yaitu Bagaimana Kandungan Fluorida dan Kualitas Bakteriologis pada

air sumur yang dikonsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta

Selatan Tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah kualitas air sumur di Desa Adat Bualu yang dikonsumsi secara

langsung memenuhi syarat untuk air minum?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Kandungan Fluorida dan Bakteriologi dalam air sumur yang

dikonsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan.

1.4.2 Tujuan khusus

- Untuk mengetahui rata-rata Kandungan Fluorida dan Bakteriologi di

Desa Adat Bualu.

- Untuk mengetahui status Kandungan Fluorida dan Bakteriologi dalam

air di Desa Adat Bualu.

- Untuk Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang air minum di

Desa Adat Bualu.

6

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Untuk pengembangan ilmu :

Menambah informasi tentang senyawa fluorida dan bakteriologi dalam air

sumur di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kura Selatan.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan

pengetahuan mengenai kualitas air sumur yang digunakan sehari-hari oleh

masyarakat.

2. Sebagai bahan masukan kepada Kepala Puskesmas dan masyarakat terutama

memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam

penggunaan air sumur di wilayah Kecamatan Kuta Selatan.

1.6 Ruang lingkup penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Kesehatan Lingkungan

untuk mengetahui Kandungan Fluorida dan Kualitas Bakteriologis pada air sumur

yang dikonsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan Tahun

2016.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat

padat, cair, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya

30% berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair

(uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer. (Gabriel, 2001)

Sumber air secara garis besar dapat dibagi menjadi :

1. Laut : Air laut

Air yang dijumpai di dalam alamberupa air laut sebanyak 80%,

sedangkan sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air

laut turut menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Kadar garam dalam

air laut sangat bervariasi dari setiap tempat. Misalnya Laut hitam

memiliki kadar garam sagat tinggi dibandingkan degan kadar garam

pada samudra pasifik.

Laut memiliki banyak fungsi yaitu sebagai suatu keseimbangan

darat, laut, dan udara. Sebagai tempat hidup binatang dan tumbuh-

tumbuhan laut, sebagai sumber air hujan, sebagai ala transportasi,

sebagai sarana olahraga, sebagai sarana pariwisata, sebagai sumber

mata pencaharian nelayan, sebagai sumber devisa negara misalnya

melakukan budi daya mutiara dan lainya, dan sebagai bahan

desinfektan atau sebagai bahan pengobatan. Dilihat dari banyanya

fungsi yang mampu menunjang kelangsungan makhluk hidup di bumi,

8

penting untuk manusia memelihara dan menjaga laut. Namun seiring

berubahnya zaman, banyak bangunan yang dibangun dan industri-

industri yang membuang limbah ke laut.

Air laut mendapatkan pencemaran dari 3 tempat, yaitu dari darat,

udara, dan laut. Dari darat ; hampir 90% bahan pencemar berasal dari

darat, melalui sungai, air rembesan yang belum disaring dengan baik,

melalui pipa WC. Dari udara ; bahan pencemar yang dibuang dari

pesawat terbang. Dari laut ; bahan ppencemar dibuang dari kapal laut

dan perahu nelayan.

Bahan cemaran laut berupa sampah keluarga, bahan kimia dari

industri (organik maupun non organik), dan yang paling berbahaya

adalah bahan sisa radioaktif. Oleh karena suatu kecelakaan, misalnya

tenggelamnya kapal tanker pembawa minyak bumi sehingga laut

dicemari baha tambang berupa minyak bumi. Hal ini sangat tidak

diharapkan karena sulit mengatasi cemaran tersebut.

Pengolahan air laut sebagai air minum di negara- negara di timur

tengah memanfaatkan bongkahan es sebagai air minum, selain itu

mengolah air laut menjadi air minum melalui teknologi modern.

2. Darat : Air Tanah

Air tanah disebut pula air tawar karena tidak terasa asin.

Berdasarkan Lokasi air maka air tanah dapat dibagi dalam 2 bagian iatu

air permukaan tanah dan air jauh dari permukaan tanah. Yang termasuk

air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, waduk. Semua

itu sangat tergantung oleh curah hujan. Apabula hujan lebat, air sunga,

9

danau akan pasang. Dan untuk air jauh dari oermukaan atau disebut

pula air tertekan yaitu air yang tersimpan di dalam lapisan tanah. Yang

termasuk dalam air jauh dari permukaan adalah air sumur bor dan

sumur gali.

3. Udara : Air Hujan

Meurut Gabriel secara umum, terdapat 2 musim di indonesia, yaitu

musim panas dan musim penghujan. Tetapi sebenarnya tidaklah

demikian apabila dikaji lebih mendalam, misalnya:

a. Musim hujan terjadi seitar pertengahan Nopember sampai dengan

pertengahan Maret (4 bulan).

b. Musim panas terjadi mulai dengan pertengahan Maret sampai

dengan pertengahan Juli. Musim panas dibagi dalam 2 tahap yaitu

transisi (selama 2 bulan) ada hujan dan panas silih berganti dan

musim panas sebenarnya (selama 2 bulan).

c. Musim pancaroba terjadi mulai pertengahan bulan juli sampai

dengan pertengahan bulan September. Pada bulan-bulan ini udara

terasa panas dan terdapat angin kencang yang berubah – ubah

arah.

d. Musim dingin terjadi pertengahan bulan September sampai

denganpertengahan bulan Nopember. Pada musim ini siang hari

terasa sangat panas dan malam hari terasa dingin sekali.

Dengan mengetahui perubahan musim ini maka dapat ditelusuri

terjadinya hujan. Pada musim panas, matahari memanasi permukaan

bumi; seperti sungai, danau, air laut sehingga terjadi evaporasi

10

(penguapan), tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia terjadi

proses transpirasi/penguapan pula.Uap air ini akan melambung naik ke

atas sampai suatu titik dimana suhu udara sekitarnya sama dengan suhu

uap air yang menguap, selanjutnya terjadi titik kondensasi dan terbentu

awan. Pada saat ini akan terjadi proses presipitasi (Proses turunnya

hujan).

Air merupakan sumber daya alam yang melimpah, dapat ditemukan disetiap

tempat di permukaan bumi, air juga merupakan sumber daya alam yang sangat

penting dan dibutuhkan setiap mahluk hidup. Bagi manusia kebutuhan air amat

mutlak, hampir semua aktifitas manusia memerlukan air, kebutuhan air bagi

manusia tidak saja untuk keperluan hidup seharihari seperti makan dan minum

tetapi juga sebagai alat transportasi, pembangkit tenaga, pertanian, peternakan dan

banyak lagi kepentingan dari air.

Air yang dimanfaatkan manusia untuk keperluan hidup sehari-hari adalah air

yang berkualitas sesuai standar yang telah ditetapkan oleh instansi/lembaga

dimana standar tersebut merupakan hasil riset mutakhir sesuai dengan ilmu dan

teknologi kesehatan yang berkembang saat ini sehingga dapat memberikan

jaminan kesehatan, namun air yang melimpah itu kualitasnya banyak yang tidak

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan itu sehingga diperlukan usaha untuk

memperbaikinya. (Sapparudin, 2010)

Air adalah suatu senyawa kimia berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak

berbau dan tak ada rasanya. Air mempunyai titik beku 0°C pada tekanan 1 atm,

titik didih 100°C dan kerapatan 1,0 g/cm3 pada suhu 4°C. Ukuran satu molekul air

sangat kecil, umumnya bergaris tengah sekitar 3 A (0,3 nm atau 3x10-8 cm).

11

Wujud air dapat berupa cairan, gas (uap air) dan padatan (es). Air yang berwujud

cairan merupakan elektrolit lemah, karena di dalamnya terkandung ion-ion

dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut:

2H2O H3O

+ + OH

-

Secara keseluruhan tubuh manusia mengandung 60-85 % air. Untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia, air dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air

hujan (rain water), air permukaan (surface water), air tanah (ground water) dan air

laut (seawater). Air tersebut tidak dapat langsung dimanfaatkan, karena tercampur

dengan pengotor-pengotor tertentu yang berasal dari bermacam-macam sumber

pengotor (industri, rumah tangga, pertanian dan lain-lain).

2.2 Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah

permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air

sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting

terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk

kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.

Air tanah memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber yang

lainnya karena air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tinggi.

Zat-zat tersebut antara lain magnesium, kalsium, dan besi yang menyebabkan

kesadahan.

Berdasarkan Lokasi air tanah dibagi dalam 2 bagian yaitu:

12

1. Air Permukaan Tanah

Yang termasuk dalam air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa,

danau, waduk (buatan). Jumlah air permukaan tanah ditentukan oleh

intensitas hujan. Dimana apabila terjadi hujan lebat, air permukaan akan

pasang. Beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu

alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut :

(1) meminimalisasi dampak lingkungan ; Penggunaan instrumen yang

sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain) dapat

menghemat pengadaan instrumen baru dan meminimalisasi dampak

lingkungan.

(2) lebih bersih: air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan

kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih dengan

atau tanpa pengolahan lebih lanjut

(3) kondisi darurat: Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting

penggunaannya pada saat darurat atau terdapat gangguan sistem

penyediaan air bersih, terutama pada saat terjadi bencana alam. Selain

itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan sistem

penyaluran air

(4) sebagai cadangan air bersih: permanenan air hujan dapat mengurangi

ketergantungan pada sistem penyediaan air bersih.

(5) sebagai salah satu upaya konservasi.

Air permukaan tanah biasanya dicemari oleh sampah keluarga, kotoran

hewan, dan limbah industri sehingga daalam mengkonsumsi air ini perlu

ekkstra hati – hati.

13

2. Air Jauh dari Permukaan Tanah

Air jauh dari permukaan tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan

tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan

salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga

mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga

keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah

tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Yang termasuk

dalam air jauh dari permukaan tanah yaitu :

1. Sumur Gali

Diameter dari sumur gali adalah antara 0,8-1 meter dan kedalaman

sumur gali tergantung dari lapisan tanah, ketinggian dari permukaan

laut, ada tidaknya air bebas di bawah lapisan tanah. Umumnya :

a. Tanah Sawah : sumur gali kedalaman cukup 3-5 meter telah

memperoleh air bebas.

b. Tanah Berpasir : sumur gali kedalaman cukup 6-8 meter telah

memperoleh air bebas.

c. Tanah Liat/Berpadas : kedalaman sumur gali ≥12 meter baru

mmeperoleh air bebas.

d. Tanah Kapur/Berbukit : umumnya sumur gali harus ≥40 meter

baru diperoleh air bebas.

Keadaan/sifat air sumur gali :

a. Ketinggian air bebas umunya sekitar 1-3 meter dari dasar

sumur.

b. Ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang

diambil dan tergantung oleh musim.

14

c. Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada. Tanah

sawah airnya kekuning-kuningan, tanah berpasir airnya jernih

dan rasanya sejuk, tanah liat/padas airnya terasa sedikit sepat,

dan tanah kapur airnya terasa sedikit sepat serta warnanya

kehijau hijauan.

d. Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut

sumur.

e. Mengandung algae dalam jumlah sedikit.

f. Mengandung bakteri cukup banyak.

2. Sumur Bor

Sumur yang terbentuk melalui pengeboran disebut sumur bor. Menurut

Gabriel, 2001 Lubang sumur biasanya 4 dim atau 5 dim dan kedalaman

sumur tergantung lapisan tanah :

a. Tanah berpasir : kedalaman sumur bor antara 20-40 meter sudah

memperoleh air. Biasanya airnya naik 5-7 meter dari permukaan

tanah.

b. Tanah liat/padas : kedalaman sumur bor antara 40-60 meter

akan diperoleh air yang baik dan air akan naik mencapai 7 meter

dari permukaan tanah.

c. Tanah berkapur : biasanya sumur dibuat dengan kedalaman

diatas 60 meter kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada

air, airnya sukar/tidak bisa naik ke atas dengan sendirinya.

d. Tanah berbukit : biasanya sumur dibuat diatas 100 meter atau

200 meter, kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air

15

yang diperoleh sukar atau tidak bisa naik ke atas dengan

sendirinya.

Keadaan atau sifat air sumur bor :

a. Air jernih dan rasanya sejuk.

b. Percemara air kemungkinan tipis untuk terjadi.

c. Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali.

d. Jumlah algae di dalam sumur bor jauh lebih banyak

dibandingkan dengan air sumur gali.

Air sumur yang berada di Desa Adat bualu dimanfaatkan sebagai

keperluan domestik dan industri. Dimana salah satunya adalah untuk

dikonsumsi. Air sumur yang dikonsumsi oleh masyarakat desa adat bualu

adalah dengan cara diminum langsung. Perilaku masyarakat tersebut tentu

saja dapat dikatakan kurang baik untuk kesehatan. Secara umum air sumur

hanya digunakan untuk air bersih. Namun masyarakat Desa Adat Bualu

meyakini air tersebut sudah bersih maka dari itu air sumur tersebut

dikonsumsi tanpa adanya proses sebelum dikonsumsi.

2.3 Kualitas Air Bersih dan Air Minum

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air

menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Nilai kualitas air

ditunjukkan berdasarkan masing-masing golongan. Adapun penggolongan air

menurut peruntukannya adalah sebagai berikut.

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

16

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air yang dapat

digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

4. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

Syarat-Syarat Air Minum Menurut Sutrisno (2007), dari segi kualitas air

minum harus memenuhi:

1. Syarat Fisik

a. Air tidak boleh berbau

Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh

masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya,

bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya Algae.

b. Air tidak boleh berasa

Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar

dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan

kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya

tergantung pada penyebab timbulnya bau tersebut.

c. Air tidak boleh berwarna

Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme

yang berwarna.

d. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang

bersifat anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari

17

lapukan tanaman dan hewan. Buangan industri juga dapat menyebabkan

kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga

mendukung perkembang biakannya.

e. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 250C)

Suhu air hendaknya di bawah sela udara agar Tidak pelarutan kimia yang

ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan,

Menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa,

Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, Bila diminum

air dapat menghilangkan dahaga.

f. Jumlah zat padat terlarut (TDS)

TDS biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik dan gas terlarut.

Bila TDS bertambah maka kesadahan juga akan naik pula.

2. Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia

tertentu dalam jumlah melampui batas yang telah ditentukan.

3. Syarat Bakteriologi.

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) dan

tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas

yang telah ditentukan yaitu 0 Coli/100 ml air.

Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (feaces) dan tanah. Bakteri

patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:

a) Bakteri typshum

b) Vibrio colereae

c) Bakteri dysentriae

d) Entamoeba histolyhes

18

e) Bakteri enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (tercemar)

dengan kotoran manusia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dimana untuk

Bakteriologi atau Mikrobiologi kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0 per

100 ml sample. Dan untuk Fluoridenya 1,5 mg/l.

2.4 Fluorida

2.4.1 Definisi Fluorida

Fluor merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan

tulang. Fluor adalah mineral yang secara alamiah terdapat di semua

sumber air termasuk laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk

bebas di alam, ia bergabung dengan unsur lain membentuk

senyawa fluoride. Indikasi dari penggunaan fluor yaitu pasien anak di

bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies karies sedang sampai tinggi,

gigi dengan permukaan akar yang terbuka, gigi yang sensitif, anak-anak

dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi

(contoh : down syndrome), dan pasien yang sedang dalam perawatan

orthodontik. Sedangkan kontraindikasi dari penggunaan fluor yaitu

pasien anak dengan resiko karies rendah, pasien yang tinggal dikawasan

dengan air minum yang mengandung kadar fluor tinggi, dan ada kavitas

besar yang terbuka.

19

2.4.2 Sumber Fluorida

Beberapa sumber-sumber fluor antara lain :

a. Fluor di lithosphere

Fluorine merupakan elemen kimia yang bersifat paling elektronegatif

karena itu tidak pernah ditemukan di alam dalam bentuk elemen

bebas. Fluorine hanya terdapat dalam bentuk ikatan kimiawi,

mempunyai urutan elemen ke-17 yang paling sering ditemukan dan

merupakan 0,06 - 0,9% dari keseluruhan kulit bumi. Fluor dalam batu

dan tanah ditemukan dalam berbagai minum. Seperti : fluor spar,

kriolit, apatit, mika, minum hitam (horn black) dan sejumlah

“pegmatif” seperti topaz dan tourmalin.

b. Fluor dalam air

Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda-beda

sebagian besar tersedia untuk manusia berkaitan dengan siklus

hidrologis, yang berarti bahwa air berasal dari laut. Air laut

mempunyai kandungan fluor yang besar dengan konsentrasi 0,8 – 1,4

mg/liter. Kadar fluor air danau, sungai dan air sumur buatan umumnya

dibawah 0,5 mg/liter. Air yang tertahan dalam sedimen selama

pengendapannya serta air panas yang berasal dari gunung berapi dan

endapan minum epitermal biasanya mempunyai kadar fluor 3-6

mg/liter.

20

c. Fluor di udara

Fluor di udara berasal dari debu tanah yang mengandung fluor dari

limbah gas industri dari pembakaran batu bara domestik dan dari gas

yang dikeluarkan dari daerah gunung berapi.

d. Fluor dalam makanan dan minuman

Berbagai evaluasi terhadap makanan pembawa fluor memperlihatkan

bahwa fluor dalam makanan menunjukkan konsentrasi yang rendah

sebelum diproses (0,1 – 2,5 mg/kg). Tanaman teh mempunyai

konsentrasi fluor berkisar antara 3,2 – 4,00 mg/kg. Sementara

seduhannya mengandung fluor sampai dengan 8,6 mg/liter.

e. Fluor dalam garam

Sejumlah penelitian mengemukakan hasilnya bahwa garam berfluor

mempunyai pengaruh, yang besar dalam menghambat karies, sama

dengan fluor dalam air minum bilamana digunakan pada konsentrasi

dan pemakaian yang tepat.

2.4.3 Dampak Kekurangan Fluorida

Dampak Kekurangan Fluor dapat menyebabkan :

1. Kerusakan gigi yang berlebihan.

2. Kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh.

3. Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat

menyebabkan gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries

dentis).

4. Terjadi perubahan warna pada gigi anak.

5. Dapat terjadi penipisan tulang.

21

2.4.4 Dampak Kelebihan Fluorida

Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan

kerusakan pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau

berlebihan maka akan menyebabkan masalah atau berbahaya bagi

kesehatan. Konsumsi 2 ppm fluor dapat menyebabkan mottled enamel, 5

ppm dapat menyebabkan osteosklerosis, 50 ppm dapat menyebabkan

kelainan kalenjar tiroid, 120 ppm dapat menyebabkan retardasi mental,

125 ppm dapat menyebabkan penyakit ginjal, dan 2,5 gram sampai 5

gram dapat menyebabkan dosis akut dan kematian. Kelebihan flour dapat

mengakibatkan kelainan tulang dan gigi. Flour dalam tubuh separuhnya

akan disimpan dalam tulang dan terus bertambah sesuai umur, akibatnya

tulang menjadi mudah patah karena terjadi flourosis pada tulang.

Pemerintah telah menetapkan batasan kandungan fluoride dalam air minum

melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Dalam aturan

tersebut, air minum tidak boleh mengandung lebih dari 1,5 mg per liter. Batasan

yang sama juga ditetapkan oleh World Health Organization (WHO, 2011) sebesar

1,5 mg per liter. Batasan yang lebih ketat bahkan ditetapkan dalam SNI 01-3553-

2006 tentang Air Minum dalam Kemasan bahwa kandungan fluoride dalam air

mineral tidak boleh melebihi 1 mg per liter. Akan tetapi untuk hasil penelitian ini

peraturan yang akan dibandingkan adalah Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun

2007 tentang kadar fluoride berdasarkan kelas.

Gejala keracunan fluorida akut hampir sama dengan penyakit umum lainnya

(misalnya, sakit perut, mual, flu), 80 % insiden keracunan fluorida terjadi pada

anak usia 6 tahun dengan kadar fluorida 5mg/kgBB. Sebagaimana dicatat dalam

22

Journal of Public Health Dentistry : "Memperkirakan kejadian eksposur fluorida

beracun nasional juga diperumit oleh adanya bias. Orang tua atau pengasuh

mungkin tidak menyadari gejala yang terkait dengan toksisitas fluorida ringan

seperti kolik atau gastroenteritis, terutama jika mereka tidak melihat anak menelan

fluorida. Demikian pula, karena sifat spesifik dari gejala ringan sampai sedang,

dokter tidak mungkin untuk memasukkan toksisitas fluorida tanpa riwayat

konsumsi fluorida." Meskipun insiden kejadian tertelan nya pasta gigi pada anak

banyak yang tidak terdiagnosis, jumlah laporan ke Poison Control Center di AS

mengalami peningkatan sejak Food and Drugs Administration (FDA)

mengeluarkan peringatan bahaya racun Flourida. Memang, di awal 1990-an

(sebelum peringatan FDA), ada sekitar 1.000 laporan keracunan setiap tahun dari

pasta gigi fluoride. Saat ini, terdapat peningkatan 20 kali lipat sejak FDA

menambahkan peringatan. (Savirah, 2014)

2.5 Bakteriologi

Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air

yang merembes ke dalam tanah itu telah difiltrasi (disaring) oleh lapisan tanah

yang dilewatinya, namun kebersihan air secara kasat mata belum tentu

mengindikasikan terbebasnya air tersebut dari kontaminasi bakteri, kebersihan

dan kontaminasi bakteri pada air sumur sangat berkaitan erat dengan lingkungan

sekitar sumur (Nurdin, 2007).

Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim

digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk

menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.

Berdasarkan penelitian, bakteri Coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat

menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi

23

bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan

penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh (Pracoyo, 2006).

Pencemaran air yang disebabkan oleh kontaminasi limbah toilet (fecal

contamination) merupakan permasalahan yang cukup serius, dikarenakan adanya

potensi penularan penyakit oleh patogen (organisme penyebab penyakit).

Seringkali konsentrasi patogen yang berasal dari kontaminasi limbah toilet

terdapat dalam jumlah yang relatif kecil, namun demikian besar kemungkinan

adanya patogen lain yang terikut pada saat terjadi kontaminasi. Hal tersebut

menyebabkan pengujian patogen dalam setiap sampel air yang diambil menjadi

tidak praktis dan efisien. Pengamatan keberadaan patogen secara praktis dapat

dilakukan dengan melakukan pengujian keberadaan organisme indikator

pencemaran seperti bakteri Koliform. Bakteri tersebut berasal dari sumber yang

sama dengan organisme patogenik. Bakteri Koliform cukup mudah diidentifikasi

dan pada umumnya terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan

dengan patogen yang lebih berbahaya. Selain itu, karakteristik cara penanganan

bakteri coliform di lingkungan, instalasi pengolahan limbah serta instalasi

pengolahan air memiliki banyak kesamaan dengan banyak patogen. Oleh karena

itu, pengujian keberadaan bakteri coliform merupakan metode yang rasional

sebagai indikasi keberadaan bakteri patogen lain di lingkungan.

Adanya bakteri coliform di dalam makanan atau minuman menunjukan

kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau

toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat di bedakan

menjadi dua golongan yaitu ;

1. Bakteri coliform golongan fekal misalnya Escherichia coli

2. Bakteri coliform golongan non fekal.misalnya Enterobakter aerogenes

24

E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak

dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari

mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur

tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada

manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-

hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).

Indonesia sejak tahun 1968 E.coli lebih banyak diperhatikan sebagai

penyebab diare pada bayi atas dasar hasil yang diperoleh pada tahun tersebut di

Bandung oleh Soeprapti Thaib dkk.(1968) yaitu 41,9% (88 dari 210 tinja) pada

bayi yang berumur 0-6 bulan dan 35,3% (45 dari 136 tinja) pada bayi umur 6-12

bulan, Ono Dewanoto dkk.(1969) melaporkan 36,2% (163 dari 448 tinja) untuk

bayi berumur 0-24 bulan dan Gracey dkk.(1973) melaporkan angka 35,0% (7 dari

20 tinja bayi 0-24 bulan yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Anak

RSCK/FKUI Jakarta) pada tahun 1973. Sejak tahun 1975, perhatian terhadap

penyakit diare akut beralih dari E.Coli enteropatogenik (EPEC) ke E.coli

enterotoksigenik (ETEC) disamping Rotavirus dan Salmonella Oranienburg. E.

coli enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat

menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari

sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan

E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti

organisme lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh

dengan leukosit dan eritrosit (Suharyono, 2008).

Dampak kesehatan yang menurun juga dirasakan oleh orang Dewasa.

Dimana juga mengkonsumsi air yang mengandung banyak ecoli akan

menyebabkan diare. Meski orang Dewasa sudah memiliki kekebalan yang lebih

25

tinggi daripada bayi, namun e.coli juga dapat berakibat terganggunya aktifitas

sehari-hari bagi orang Dewasa.

Ciri ciri dari kelompok bakteri coliform adalah Semua bakteri yang

berbentuk batang, Gram negative, Tidak membentuk spora, mampu

memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu 37 derajat

dalam waktu kurang lebih 48 jam, dapat menghasilkan senyawa indole yang

terkandung di air pepton yang mengandung asam amino triptofan, tidak dapat

menggunakan natrium sitrat sebagai satu satunya sumber karbon, Fekal Coliform,

seperti bakteri lainnya, biasanya dapat dihambat pertumbuhannya dengan air

mendidih atau dengan memperlakukan dengan klorin. Mencuci bersih dengan

sabun setelah kontak dengan air yang tercemar juga dapat membantu mencegah

infeksi.

26

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan Masyarakat

Tidak Diteliti

Sikap & Perilaku

Kondisi Sumur (Jarak Septik Tank)

27

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

- Pengetahuan Masyarakat terhadap air adalah Tingkat pemahaman

masyarakat akan air dan perbedaan air bersih dan air minum.

- Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap air adalah bagaimana masyarakat

menggunakan air sebagai kebutuhan sehari-hari.

- Kondisi sumur adalah bagaimana tata letak sumur dan keadaan sumur saat

air digunakan.

- Air sumur adalah air yang diperoleh dengan melakukan penggalian atau

pengeboran untuk mendapatkan air di dalam tanah.

- Secara fisika hal yang diuji adalah Bau, Suhu dan Warna Air.

a. Suhu adalah temperatur menunjukkan derajat panas benda.

Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu air, semakin panas air

tersebut. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah

sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika

menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan

menggunakan termometer.

b. Bau adalah sebuah sifat yang menempel pasa sebuah benda yang

diakibatkan adanya zat organik ataupun anorganik yang tercampur

di dalam air, umumnya dengan konsentrasi yang sangat rendah,

yang manusia terima dengan indera penciuman. Pengukuran bau

bersifat subjektif dengan respon organoleptik. Bau dapat berupa bau

enak maupun tak enak.

c. Warna adalah sensasi yang diciptakan system visual kita karena

adanya eksitasi radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai

cahaya. Semakin keruh suatu air, semakin tercemar air tersebut.

28

- Secara kimia hal yang diuji kandungannya adalah Fluorida. Fluorida adalah

Senyawa Kimia yang terkandung dalam air dimana juka dikonsumsi secara

berlebihan akanberdampak pada kesehatan. Fluoride biasanya ditabahkan

pada pasta gigi untuk menjaga kesehatan gigi.

- pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan yang diukur dengan

menggunakan skala pH antara 0 sampai 14. Disebut ASAM bila PH 0

sampai 7, Disebut BASA bila PH 7 sampai 14, Air murni mempunyai nilai

PH 7-8 (NETRAL).

- Secara biologi hal yang diuji kandungannya adalah Bakteriologi.

Bakteriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bakteri dimana bakteri

yang diteliti di laboraturium adalah Coliform dan Fecalcoli. Kandungan

bakteriologis air adalah jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam sumur

gali yang menggunakan golongan coli (Coliform dan Fecalcoli) sebagai

indikator. Sesuai dengan nilai baku mutu dari Permenkes RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010 kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 0/100

ml sampel.

29

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Gambar 2. Desain Penelitian

Ide studi : Uji Kandungan Fluorida dan Bakteriologi dalam air

Studi literature/pustaka, kuesioner, wawancara dan observasi

Penentuan rumusan masalah dan tujuan

Studi pustaka dan parameter yang akan uji (Bakteriologi dan Fluorida)

Persiapan penelitian (pembuatan kesioner, pengumpulan sample, persiapan uji laboratorium)

Pelaksanaan penelitian (Pengambilan sample dan kuesioner, pengujian sample di laboratorium)

Analisis data dan pembahasan

Simpulan dan saran

30

4.2 Langkah-langkah kegiatan

4.2.1 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian adalah Desa Adat Bualu, Badung. Penelitian ini akan

berlangsung selama 3 bulan sejak Maret 2016 sampai Mei 2016. Pengambilan data

sampai dengan pengujian sample di Laboratorium Daerah.

4.2.2 Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah air tanah yang langsung dikonsumsi oleh

masyaraakat sebagai air minum. Sample ini akan diujikan di Laboratorium Daerah.

Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan rumus slovin. Secara matematika

rumus slovin ditulis :

Dimana :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : toleransi eror (%)

Dimana dengan populasi sumur 4698 dengan toleransi eror 5 % sehingga

hasilnya 39. Karena keterbatasan dari peneliti, sampel yang diambil menjadi 30

sampel. Dan melihat sample air sumur yang langsung dikonsumsi masyarakat tidak

terdapat data, peneliti memilih purposive sampling untuk pengambilan sampel.

31

4.2.3 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi, pengambilan

sampel, wawancara beserta kuesioner. Sampel yang dibutuhkan adalah air sumur yang

langsung dikonsumsi oleh masyarakat dengan sampel sebanyak 30. Jumlah sampel

tersebut adalah jumlah sampel minimum untuk penelitian crossectional dimana subjek

hanya diobservasi satu kali dan pengukuran dilakukan terhadap variabel pada saat

penelitian (Khomariatika dan Pawenang, 2011).

Dalam pengambilan sampel air, ada beberapa teknik atau langkah yang

dilakukan untuk menjaga keaslian sampel air tanpa adanya kontaminan diluar sampel

air.

1. Persiapkan Botol 1,5 liter baru.

2. Sebelum memasukkan air sampel ke dalam botol, bilas minimal 3 kali botol

dengan air sampel.

3. Penuangan ke dalam botol tidak boleh tersentuh tangan atau mulut keran.

4. Isi botol dengan penuh.

5. Angkat botol, buang sedikit air agar ada ruang udara.

6. Tutup botol

Dimana Prosedur dalam pengiriman sampel ke Laboraturium Daerah harus

memenuhi syarat :

1. Dimana Sample setelah diambil secepat mungkin dibawa ke laboraturium

paling lambat 12 jam.

2. Sampel harus berisi label (nama, kode, tanggal dan jam pengambilan, dan

alamat).

3. Menggunakan cool box untuk menjaga suhu sampel.

32

Prosedur Pemeriksaan Bakteriologi Air

A. Bahan / Spesimen

- Air Sumur Gali

B. Media / Reagensia

- Lactose Broth

- Brillian Green Lactose bile broth

- Mac Conkey

- TSI, SIM, Simon Sitrat

- Antisera E. Coli Pathogen

C. Alat

- Tabung-tabung reaksi beserta raknya

- Incubator

- Botol Steril

- Lampu bonsen

- Ose

D. Cara Kerja

Ada 2 ragam yang biasanya dipakai pada pemeriksaan MPN yaitu :

1. Ragam 511 (air bersih)

a. 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml

b. 1 tabung yang berisi LB single x 1 ml

c. 1 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml

Langkah-langkah :

1. Siapkan masing-masing lima tabung yang berisi lactose broth

double strength sebanyak 10 ml ( tabung 1a sampai 5a) juga

33

siapkan 2 tabung yang masing-masing berisi 10 ml lactose

broth single strength (tabung 1b dan 2b).

2. Dengan pipet steril diinokulasikan masing-masing 10 ml

sample air ke dalam tabung 1a sampai dengan 5a.

3. Di dalam tabung 1b diinokulasikan 1 ml sampel air,

4. Di dalam tabung 2b diinokulasikan 0,1 ml sampel air.

5. Tabung-tabung digoyang perlahan agar sampel air menyebar

rata ke seluruh bagian media kemudian diinkubasikan pada

suhu 35-37oC selama 24-48 jam.

6. Setelah diinkubasi amati masing-masing tabung untuk melihat

ada tidaknya gas dalam tabung Durham. Adanya gas

menunjukkan presumptive positif.

7. Dari tiap-tiap tabung yang presmptive positif dipindahkan 1-

2 ose ke dalam tabung konfirmative yang berisi 10 ml BGLBB.

8. Satu seri tabung BGLBB diinkubasikan pada suhu 35-35oC

selama 24-48 jam dan satu seri lagi diinkubasikan pada suhu

44oC unutk memastikan adanya coli tinja.

9. Pembacaan (dicocokan dengan table MPN 511) dilakukan

setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLBB yang

menunjukkan gas positif.

2. Ragam 555 (air minum)

a. 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml

b. 5 tabung yang berisi LB single x 1 ml

c. 5 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml

Langkah-langkah :

34

1. Siapkan masing-masing lima tabung yang berisi lactose broth

double strength sebanyak 10 ml ( tabung 1a sampai 5a) juga

siapkan 5 tabung yang masing-masing berisi lactose broth

single strength sebanyak 10 ml (tabung 1b dan 5b) dan siapkan

5 tabung yang masing-masing berisi lactose broth single

strength sebanyak 10 ml (tabung 1c dan 5c).

2. Ke dalam tabung 1a s/d 5a diinokulasikan 10 ml sampel air,

3. Ke dalam tabung 1b s/d 5b diinokulasikan 1 ml sampel air.

4. Ke dalam tabung 1c s/d 5c diinokulasikan 0,1 ml sampel air.

5. Tabung-tabung digoyang perlahan agar sampel air menyebar

rata ke seluruh bagian media kemudian diinkubasikan pada

suhu 35-37oC selama 24-48 jam.

6. Setelah diinkubasi amati masing-masing tabung untuk melihat

ada tidaknya gas dalam tabung Durham. Adanya gas

menunjukkan presumptive positif.

7. Dari tiap-tiap tabung yang presmptive positif dipindahkan 1-2

ose ke dalam 2 seri tabung BGLBB.

8. Satu seri tabung BGLBB diinkubasikan pada suhu 35-35oC

selama 24-48 jam dan satu seri lagi diinkubasikan pada suhu

44oC selama 18-24 jam.

9. Pembacaan (dicocokan dengan table MPN 555) dilakukan

setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLBB

yang menunjukkan gas positif.

35

E. Pembacaan Hasil dan Pelaporan

- Catat jumlah tabung konfirmatif (BGLBB) yang positif gas dan angka-

angka yang diperoleh dicocokkan dengan table MPN (table terlampir).

- Untuk ragam 2 bila penanaman dengan volume terkecil (dalam hal ini

0,1 ml) menunjukkan positif gas maka jumlah tabung harus ditambah

lagi, sehingga diperoleh jumlah tabung gas positif pada penanaman

terkecil kurang dari 5.

- Penentuan nilai MPN diambil dari 3 angka terakhir tergantung dari

berapa kali factor penurunan kelipatan 10 yang dipergunakan. Nilai

MPN yang didapat dikalikan factor tersebut.

- Untuk konfirmasi lebih lanjut dari hasil inkubasi pada suhu 44oC lagi

ditanam pada media Mec Conkey dan TSI, SIM, Simon Sitrat untuk

memastikan adanya fecal coli.

Prosedur Pemeriksaan Fluorida

A. Bahan / Spesimen

- Air Sumur Gali

B. Media / Reagensia

- Larutan induk fluoride :

Larutkan 221,0 mg natrium fluoride (NaF) anhidrat ke dalam 1 L air

suling. 1,00 mL = 100 µg F.

- Larutan baku fluoride :

Encerkan 100 ml larutan induk fluoride menjadi 1000 mL dengan air

suling. 1 mL = 10 µg F.

- Pereaksi fluoride :

36

1. Reagen Zirconil alizarin :

300 mg zirconil klorida oktahidrat (ZrOCl2.8H2O) dilarutkan

dalam 50 mL air suling yang dimasukkan dalam labu ukur

tertutup dan bervolume 1 L.

Di dalam 50 mL air suling dilarutkan 70 mg garam alizarin

sulfonat ( juga disebut alizarin merah S ) dan dituangkan

perlahan-lahan ke dalam larutan zirconil sambil diaduk.

Larutan yang dihasilkan didiamkan supaya menjadi jernih

selama beberapa menit.

2. Larutan asam campuran

101 mL HCl pekat diencerkan dengan air suling sampai hamper

400 mL, dengan hati-hati ke dalam air suling yang volumenya

hamper 400 mL ditambahkan 33,5 mL H2SO4 pekat. Setelah

didinginkan kedua asam dicampur.

3. Pereaksi asam zirconil alizarin/pereaksi fluoride :

Ke dalam pereaksi zirconil alizarin yang jernih yang ada di

dalam labu ukur yang bervolume 1 L, ditambahkan larutan

asam yang tela dicampur, tambah air suling sampai garis tanda

dan dicampur.

Di dalam 1 jam pereaksi berubah warnanya dari merah menjadi

kuning dan siap dipakai. Disiapkan di tempat yang terhindar

dari sinar matahari supaya masa stabil reagen dapat

diperpanjang sampai 6 bulan.

37

- Larutan natrium arsenit (NaAsO2) :

Larutkan 5 g natrium arsenit ke dalam 1000 mL air suling. Larutan ini

termasuk beracun, jangan sampai tertelan.

C. Alat

- Spectrofotometer

- Tabung Nessler

- Alat Gelas yang lain

D. Cara Kerja

a. Pembuatan kurva kalibrasi :

Buat satu seri larutan baku fluoride yang mengandung 0,0 : 0,25 : 0,50

: 1,0 : 2,0 mg/L F.

1) Pipet 0,0 : 0,25 : 0,50 : 1,0 : 2,0 dan 40,0 mL dari larutan baku

fluoride, masing-masing masukkan ke dalam labu ukur 200 mL.

encerkan dengan air suling sampai tanda.

2) Pipet larutan 4.a. masing-masing 100,0 mL. masing-masing

masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL.

3) Selanjutnya kerjakan sama dengan cara 4b.

4) Buat kurva kalibrasi.

b. Pemeriksaan pengujian :

1) Ambil 100 mL contoh, dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer

250 mL.

2) Tambahkan 2 tetes natrium arsenit, kocok.

3) Tambahkan 5 mL pereaksi fluoride, campur homogen, diamkan

1 jam.

38

4) Ukur warna dengan spectrophotometer panjang gelombang 535

nm. Sebagai blanko nol gunakan air suling.

5) Baca kadar fluoride pada kurva kalibrasi.

E. Pembacaan Hasil dan Pelaporan

Hitung kadar fluoride dengan menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan

garis lurus dan perhatikan hal-hal berikut :

a. Selisih kadar maksimum yang diperbolehkan Antara pengukuran duplo

adalah 2% rata-rata hasilnya.

b. Apabila hasil perhitungan kadar fluoride lebih besar dari 2,5 mg/L

ulangi pengujian dengan cara mengencerkan contoh.

4.2.4 Teknik analisis data

Dalam menentukan hasil penelitian, penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif / univariat dengan tujuan hanya sebatas melihat gambaran serta presentase

tanpa melihat factor yang mempengaruhi.

39

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang diambil adalah Desa Adat Bualu,

Kecamatan Kuta Selatan. Desa tersebut merupakan desa yang berada di

Kabupaten Badung. Adapun batas-batas wilayah Desa Adat Bualu adalah

disebelah utara adalah Desa Adat Tengkulung, disebelah timur adalah ITDC (

Indonesia Tourism Development Corporation ), disebelah selatan adalah Desa

Adat Peminggi, dan disebelah barat adalah Desa Adat Kamyal dan Jimbaran.

Jumlah penduduk Desa Adat Bualu adalah 10.440 orang dan jumlah kepala

keluarga sebanyak 3480 orang. Desa adat bualu memiliki 8 banjar yaitu Banjar

Terora, Banjar Mumbul, Banjar Celuk, Banjar Bualu, Banjar Peken, Banjar

Balekembar, Banjar Pande, dan Banjar Penyarikan.

Mata Pencarian Penduduk Desa Adat Bualu sebagian besar adalah

sebagai pegawai hotel, wiraswasta, PNS, dan tukang. Adapun sumber air

bersih yang dipergunakan oleh penduduk Desa Adat Bualu adalah PDAM dan

Air Sumur. Untuk lokasi penelitian difokuskan pada daerah pinggiran/dekat

dengan laut.

40

Gambar 3. Wilayah Pengambilan sampel

5.2 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang dipilih dari dua

wilayah di Desa Adat Bualu yang mendekati pantai atau laut, dengan rincian 2

responden persatu sampel air yang terkumpul. Adapun karakteristik responden

yang menjadi subjek dalam penelitian ini, ditunjukkan dalam tabel di bawah

ini.

Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Tingkat

Pendidikan dan Jenis kelamin

NO Klasifikasi Responden f %

1 Kelompok Umur

11-20

21-30

31-40

41-50

>50

1

10

20

21

8

1,7

16,7

33,3

35

13,3

41

NO Klasifikasi Rsesponden f %

2 Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

PT

1

8

6

35

10

1,7

13,3

10

58,3

16,7

3 Jenis Kelamin

Laki - Laki

Perempuan

33

27

55

45

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 60 responden,

kebanyakan responden berada pada klasifikasi umur sampai dengan 50 tahun,

dengan jumlah persentase sebesar 35 %. Karakteristik klasifikasi umur 11

sampai dengan 20 tahun merupakan penyumbang responden terkecil, dengan

persentase sebesar 1,7 %. Kemudian dilihat dari tingkat pendidikan

kebanyakan responden dalam penelitian ini berada pada klasifikasi

pendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan persentase

sebesar 58,3 %, dan persentase responden terkecil yaitu sebesar 1,7 % berasal

dari klasifikasi responden dengan pendidikan tidak bersekolah. Sedangkan

dilihat dari karakteristik jenis kelamin, sebagian besar responden berjenis

kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 55 %.

42

5.3 Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dimana untuk

Bakteriologi atau Mikrobiologi kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0

per 100 ml sampel. Untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme di dalam

air sumur gali di desa adat bualu, dilakukan pemeriksaan air secara bakteriologi

di Balai Laboraturium Kesehatan Provinsi Bali, dengan hasil pemeriksaan

yaitu dari 30 sampel air sumur gali seperti tabel dibawah ini.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Bakteriologi air sumur

NO NAMA SAMPEL Coli Form /

100ml

Fecal Coli /

100ml

1 AS01 >2400 >2400

2 AS02 >2400 50

3 AS03 2 2

4 AS04 8 8

5 AS05 9 7

6 AS06 0 0

7 AS07 920 17

8 AS08 33 23

9 AS09 14 7

10 AS10 15 5

11 AS11 8 8

12 AS12 540 350

13 AS13 >2400 >2400

14 AS14 350 170

15 AS15 22 22

16 AS16 >2400 130

17 AS17 110 17

18 AS18 14 5

43

NO NAMA SAMPEL Coli Form /

100ml

Fecal Coli /

100ml

19 AS19 2 2

20 AS20 0 0

21 AS21 5 0

22 AS22 9 6

23 AS23 17 4

24 AS24 11 8

25 AS25 0 0

26 AS26 22 2

27 AS27 0 0

28 AS28 8 8

29 AS29 110 23

30 AS30 4 0

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar 4. Klasifikasi Temuan Bakteriologi Berdasarkan Jenisnya Pada Air

Sumur Gali

13%

20%

87%

80%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

MPN coliform MPN fecalcoli

Per

sen

tase

Jenis Bakteriologi

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

44

Dari Tabel diatas diketahui bahwa hanya (13 %) sampel air sumur gali

mengandung MPN coliform sesuai standar yang ditetapkan yaitu 0/100 ml dan

20 % sampel air sumur gali yang mengandung MPN fecalcoli sesuai standar

yang ditetapkan yaitu 0/100 ml. Sedangkan apabila dilihat secara keseluruhkan

diperoleh hasil sebagai berikut.

Gambar 5. Klasifikasi Temuan Bakteriologi Secara

Keseluruhan Pada Air Sumur Gali

Dari Gambar diatas, dilihat dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang air minum yaitu untuk standar

MPN coliform dan MPN fecalcoli adalah masing-masing 0/100 ml, sesuai dengan

peraturan tersebut didapat hasil bahwa sampel air yang memenuhi standar adalah

sebanyak 4 sampel ( 13% ) sedangkan sampel air yang tidak memenuhi syarat

adalah sebanyak 26 sampel (87 %).

4%

26%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

Per

sen

tase

Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat

45

5.4 Kualitas Fluorida Air Sumur Gali

Dengan mengacu pada Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007

tentang kadar fluoride berdasarkan kelas yaitu untuk air minum, Dalam aturan

tersebut, air minum/kelas satu tidak boleh mengandung lebih dari 0,5 mg per

liter. Untuk mengetahui kualitas kandungan fluorida di dalam air sumur gali di

desa adat bualu, dilakukan pemeriksaan air secara kimia kesehatan masyarakat

di Balai Laboraturium Kesehatan Provinsi Bali.

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fluoride air sumur

NO NAMA SAMPEL Hasil Pemeriksaan (mg/l)

1 AS01 0,148

2 AS02 0,995

3 AS03 1,364

4 AS04 0,520

5 AS05 0,435

6 AS06 1,968

7 AS07 1,303

8 AS08 0,204

9 AS09 0,782

10 AS10 1,861

11 AS11 1,849

12 AS12 0,188

13 AS13 0,535

14 AS14 1,195

15 AS15 0,817

16 AS16 1,849

17 AS17 1,728

18 AS18 1,048

19 AS19 1,238

20 AS20 1,929

21 AS21 2,217

46

NO NAMA SAMPEL Hasil Pemeriksaan (mg/l)

22 AS22 1,561

23 AS23 1,903

24 AS24 1,765

25 AS25 1,776

26 AS26 1,048

27 AS27 1,191

28 AS28 1,950

29 AS29 1,672

30 AS30 1,278

Dilihat dari tabel diatas Menurut Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun

2007 tentang kadar fluoride berdasarkan kelas. Dalam aturan tersebut, air

minum/kelas satu tidak boleh mengandung lebih dari 0,5 mg per liter. Dilihat

dari perbandingan tersebut didapat hasil seperti gambar dibawah ini.

Gambar 6. Klasifikasi Kandungan Fluorida Pada Air Sumur

Gali berdasarkan Peraturan Gubernur Bali

0

5

10

15

20

25

30

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

Hasil Sampel Fluorida

47

Dari Gambar diatas, dapat dilihat bahwa sampel air yang memenuhi

standar Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007 yaitu tidak melebihi 0,5 mg/l

adalah sebanyak 4 sampel ( 13 % ) sedangkan sampel air yang tidak memenuhi

syarat adalah sebanyak 26 sampel ( 87 %).

5.4.1 Pengetahuan Masyarakat mengenai Air bersih dan Fluorida

Pengetahuan masyarakat mengenai air bersih dilihat dari kegunaan air

bersih, sumber air bersih, apa itu air bersih, bagaimana air yang bersih,

bagaimana air yang tercemar, dan penyakit apa yang berasal dari air.

Berdasarkan 60 Responden air sumur hasil yang didapat dapat dilihat di tabel

dibawah ini.

Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Air Bersih

NO Pengetahuan f %

1

2

Air Bersih

Baik

Kurang

Perbedaan Air Bersih

dan Air Minum

Baik

Kurang

60

0

22

38

100

0

36

63

Berdasarkan 60 Responden, 100% Responden menjawab benar untuk

pengetahuan air bersih. Akan tetapi mengenai perbedaan air bersih dan air

minum 38 responden (63%) menjawab air minum dan air bersih itu sama dan

22 responden (36%) mengatakan air minum dan air bersih tidak sama.

48

Pengetahuan masyarakat mengenai fluoride dilihat dari apa itu fluoride,

apakah fluoride terkandung di dalam air dan apakah fluoride itu baik untuk

kesehatan dari air. Dari 60 Responden air sumur hasil yang didapat dapat dilihat

di tabel dibawah ini.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Fluoride

Pengetahuan f %

Fluorida

Baik

Kurang

0

60

0

100

Dari 60 Responden, 8 reponden pernah mendengar kata fluoride dan 52

responden tidak pernah mendengar fluoride. Dan untuk kegunaan fluoride

dalam kesehatan 60 responden atau 100 % responden tidak tahu mengenai

dampak fluoride bagi kesehatan.

5.5 Sikap Perilaku Masyarakat dan Hasil Observasi

Dari 60 Responden (100%), masyarakat yang difokuskan adalah

masyarakat yang mengkonsumsi langsung air sumur. Jadi 100% responden

adalah masyarakat yang mengkonsumsi air sumur. Dilihat dari sikap dan

perilaku masyarakat terhadap penggunaan air bersih untuk sehari-hari,

masyarakat mengerti bagaimana menggunaka air bersih namun ada 8 responden

(13,3) tidak setuju menggunakan antiseptic serta 4 responden (6,7%) tidak

setuju menutup mulut sumur dengan rapat.

49

5.5.1 Karakteristik Rumah Masyarakat

Dari 30 sampel air sumur, dilihat dari jarak sumur dengan septic tank;

Tabel 6. Karakteristik Jarak septic tank dengan air sumur

NO Karateristik FREKUENSI Presentase %

1

2

3

2-3 meter

5-9 meter

>11 meter

1

17

12

3,3

56,7

40

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang

Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur

ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki

septic tank) lebih dari 11 meter,

Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang

Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur

ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki

septic tank) lebih dari 11 meter. Dilihat dari hasil diatas 18 sumur (60%) masih

tidak memenuhi peraturan pemerintah mengenai jarak sumur dengan septictank.

Dari 30 sampel air sumur, dilihat dari jarak sumur dengan laut didapat hasil

paling dekat adalah 100 meter dan jarak yang paling jauh adalah 3 km.

Dilihat dari penggunaan kaporit Dari 30 sampel (100%), 25 air sampel

(83,3%) pernah menggunakan kaporit. Penggunaankaporit ini difungsikan

untuk membersihkan dan menjernihkan air sumur. Untuk waktu

penggunaannya, masyarakat banyak yang lupa kapan terakhir mereka

menambahkan kaporit dalam sumur dan ada beberapa yang baru-baru ini

menggunakan kaporit. Dan 5 sampel (16,7%) yang tidak pernah menggunakan

kaporit.

50

5.5.2 Hasil Observasi

Dari 30 sampel air sumur, berikut hasil dari observasi langsung.

Tabel 7. Hasil Observasi

NO Karateristik FREKUENSI Presentase %

1

2

3

4

5

Bau

Suhu 26-29 oC

Warna

pH

Asin

14

30

9

30

9

46,7

100

30

100

30

Dari table diatas dapat dilihat bahwa 14 sampel air (46,7%) Berbau

yaitu bau apek dan bau kaporit. Untuk pengukuran suhu menggunakan

thermometer hasil yang didapat adalah 30 sampel (100%) menunjukkan suhu

26 sampai 29 oC. Untuk warna pada air sumur hasil yang didaat adalah 9 sampel

air (30%) berwarna keruh dan dapat dikatakan kotor. Untuk pengukuran pH air

sumur 30 sampel air (100%) masih berada di batas normal tidak cenderung ke

basa atau ke asam dimana berada dalam angka 7-8. Untuk tambahan data ketika

melakukan kuisioner dan wawancara ternyta kawasan Desa Adat Bualu dari 30

sampel, 9 sampel air (30%) terasa asin ini dapat disembabkan karena intrusi air

laut dimana Intrusi air laut di daerah pesisir pantai atau dekat pantai merupakan

suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam air tanah tawar di daratan.

Dan dilihat dari 60 responden, 12 orang (20%) merasa gatal-gatal saat

selesai menggunakan air sumur, 6 orang (10%) sering terkena radang sendi, 2

orang (3,3%) menderita osteoporosis, dan 2 orang (3,3%) menderita diare.

Namun untuk factor diare masyarakat masih ragu apakah karena air atau karena

makanan yang dikonsumsi sebelumnya.

51

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Nilai MPN Bakteriologi pada Air Sumur

Bakteri koliform adalah kelompok bakteri gram negatif yang tidak

dapat membentuk spora, yang berbentuk bacillus dan ditemukan di dalam usus

halus manusia Karsinah (1994). Menurut Prayitno, (1989) bakteri Coliform

dapat dibedakan atas 2 grup yaitu : (1) Coliform fecal misalnya Escherichia

coli, dan (2) Coliform non-fecal misalnya Enterobacter aerogenes. Coliform

fecal adalah bakteri Coliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan

berdarah panas lainnya. Sedangkan Coliform non-fecal adalah bakteri Coliform

yang ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati. Bakteri

yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah E. coli karena

bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus manusia dan umumnya bukan

patogen penyebab penyakit. Tetapi apabila di dalam air tersebut terdeteksi

adanya E. coli yang bersifat fecal, apabila dikonsumsi terus-menerus dalam

jangka panjang maka akan berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang

usus, diare, infeksi pada saluran kemih dan saluran empedu. Jadi, adanya E.

coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah

terkontaminasi kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung patogen

usus, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, standar air

minum mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dimana untuk

Bakteriologi atau Mikrobiologi kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0

52

per 100 ml sampel. Untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme di dalam

air sumur gali di desa adat bualu, dilakukan pemeriksaan air secara bakteriologi

di Balai Laboraturium Kesehatan Provinsi Bali, dengan hasil pemeriksaan

yaitu dari 30 sampel air sumur gali yaitu (13 %) sampel air sumur gali

mengandung MPN coliform sesuai standar yang ditetapkan dan 20 % sampel

air sumur gali yang mengandung MPN fecalcoli sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yang ditetapkan.

Sedangkan apabila dilihat secara keseluruhkan diperoleh hasil bahwa

sampel air yang memenuhi standar adalah sebanyak 4 sampel ( 13% )

sedangkan sampel air yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 26 sampel

(87 %). Hasil itu disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yakni kadar coliform yang dimana

termasuk fecalcoli adalah 0/100 ml. Jika di dalam 100 mL air minum terdapat

500 bakteri E. coli, memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang

segera diikuti oleh demam tifus Escherichia coli. (Suriawiria, 1996).

Pada hasil uji sumur didapatkan nilai NPM tertinggi yaitu ≥2400

sel/100 mL sedangkan nilai terendah adalah 0 sel/100 mL. Perbedaan nilai

MPN ini diperoleh karena perbedaan karakter sumber pencemar pada setiap

sumur. Adanya bakteri E. coli pada setiap air yang diuji menandakan bahwa

air sumur warga telah tercemar oleh feses. Pelczar (1986) menegaskan bahwa

Escherichia coli dijadikan sebagai indikator dalam analisis kualitas air.

Kehadiran mikroorganisme ini di dalam air membuktikan air tersebut

terpopulasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas. Artinya terdapat

peluang bagi berbagai macam mikroorganisme pathogenik yang secara berkala

terdapat dalam saluran pencernaan untuk masuk kedalam air tersebut. Pada

53

didapatkan jumlah E. coli ≥2400, hal ini sebabkan karena konstruksi sumur

tidak memenuhi standar kesehatan. Hasil penelitian Marsono (2009)

menyatakan pembangunan sumur harus mengikuti standar kesehatan,

bangunan fisik sumur yang tidak memenuhi standar akan mempermudah

bakteri meresap dan masuk ke dalam sumur. Dinding sumur tanpa beton, hal

ini bisa menyebabkan air sumur gali tercemar lewat rembesan yang masuk

lewat pori-pori tanah, sehingga berpengaruh terhadap kualitas air sumur. Bibir

sumur tidak dibangun, begitu juga dengan lantai sumur dan sarana

pembuangan limbah. Kebiasaan warga melakukan aktivitas untuk keperluan

domestik rumah tangga yang kurang dari jarak 11 meter dari bibir sumur, juga

memperparah keadaan sumur, karena menyebabkan air sumur gali

terkontaminasi dengan sisa air yang telah dipergunakan.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi

Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah

hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic

tank) lebih dari 11 meter. Banyaknya jumlah bakteri yang didapatkan karena

jarak sumur dari saptic tank dan dari lingkungan yang banyak sampah kurang

lebih 2 meter dan untuk sumur dari septictank paling dekat kurang lebih 2

sampai 3 meter. Dilihat di lapangan bahwa beberapa sumur menaruh kandnag

ternaknya didekat sumur. Kotoran hewan ternak bisa mencemari sumur gali,

lewat perembesan tanah, apalagi pengelolaan limbah kotoran hewan ternak

yang tidak dibuat saluran khusus penampungan kotoran ternak. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Yunita (2012) bahwa semakin dekat jarak sumur

gali dengan septic tank, tempat pembuangan limbah atau tempat pembuangan

sampah , maka akan semakin banyak bakteri yang terdapat pada sampel air

54

sumur. Hasil penelitian Marsono (2009) menyatakan porositas dan

permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri. mengingat air

merupakan alat transportasi bakteri dalam tanah.

6.2 Nilai Kadar Fluoride pada Air Sumur

Tingkat kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter, salah satu

parameter kimia yaitu yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi adalah fluor

dan pH atau derajat keasaman. Hampir semua sumber atau persediaan air dalam

tanah mengandung ion fluorida, meskipun dengan kadar yang berbeda-beda.

Hasil penelitian Effendi (2003) menunjukkan kadar fluor di air sumur lebih

tinggi dibandingkan kadar fluor di air sungai, dimana konsentrasi fluorida di air

tanah biasanya lebih tinggi dibanding air permukaan dikarenakan adanya

interaksi antara air dan batuan.

Mengacu pada Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007 tentang

kadar fluoride berdasarkan kelas, air minum/kelas satu tidak boleh

mengandung kadar fluoride lebih dari 0,5 mg per liter. Untuk mengetahui

kualitas kandungan fluorida di dalam air sumur gali di desa adat bualu,

dilakukan pemeriksaan air secara kimia kesehatan masyarakat di Balai

Laboraturium Kesehatan Provinsi Bali.

Dari hasil sampel air yang diambil di wilayah desa adat bualu

disesuaikan dengan Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007, dapat dilihat

bahwa sampel air yang memenuhi standar adalah sebanyak 4 sampel ( 13 % )

sedangkan sampel air yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 26 sampel

( 87 %). Hasil fluoride yang tinggi dapat disebabkan karena sumur yang terlalu

dekat dengan pantai dimana hasil ini menurut Weinstein dan Davuison (2004)

55

bahwa kadar fluorida dalam air laut lebih tinggi dibanding air permukaan

sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi ion fluorida pada air tanah, oleh

karena itu, sampel air sumur yang dipilih merupakan air sumur yang paling

dekat dengan laut. Hasil dari penelitian Umarani dan Ramu (2014) di India

juga menunjukkan orang yang tinggal di daerah-daerah pesisir pantai dengan

minum air tanah yang mengandung kadar fluoride yang tinggi menyebabkan

berbagai penyakit tulang. Penyebab fluoride yang tinggi dalam air tanah adalah

struktur tanah di pesisir atau dekat pantai memungkinkan terjadinya intrusi air

laut. Tanah yang terdiri dari mineral lempung, pengaruh litologi lokal, dibantu

oleh faktor-faktor lain seperti daerah dengan iklim semi-kering menyebabkan

konsentrasi fluoride menjadi lebih tinggi pada air tanah. Di Thailand

menetapkan kadar fluoride pada pasta gigi tidak boleh lebih dari 1,1 mg/l,

disebabkan karena kandungan fluoriida pada air minum Thailand sudah cukup

tinggi. Sedangkan untuk pasta gigi anak-anak kandungan fluoridanya harus

kurang dari 1 mg/l (BPOM, 2009).

Fluorida telah digunakan secara luas untuk mencegah karies.

Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan

obat kumur yang mengandung fluor. Tujuan penggunaan fluoride dalam

bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari karies (Angela,

2005). Fluoridasi termasuk pasta gigi yang mengandung fluor memang salah

satu cara efektif mengontrol kerusakan gigi seperti karies, namun

penggunaannya harus tepat dosis dan tidak berlebihan dalam pemakaiannya.

Gejala awal keracunan fluorida termasuk gangguan pencernaan, mual,

muntah, dan sakit kepala. Dosis minimal yang yang dapat menghasilkan gejala

ini diperkirakan 0,1 sampai 0,3 mg/kg fluorida (yaitu 0,1-0,3 miligram fluorida

56

untuk setiap kilogram berat badan). Efek fluoride yang berlebihan pada gigi

disebut fluorosis gigi. Fluorosis gigi merujuk kepada perubahan tampilan

enamel gigi yang disebabkan oleh pengambilan fluor dalam jangka masa

panjang ketika gigi sedang berkembang (Aoba T, Fejerskov O, 2002).

Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini, didapati bahwa fluor (F)

menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap dengan mekanisme

yang melibatkan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid

(Shivarajashankara et al., 2001). Penelitian oleh Lu et al (2000) di China yang

mengkaji mengenai efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap

IQ anak-anak telah menunjukkan hasil yang signifikan yaitu anak-anak yang

minum air yang kadar fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah

berbanding anak-anak yang minum air dengan kandungan fluor yang rendah.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, oleh karena itu penelitian ini

hanya dapat memberikan gambaran kandungan bakteriologi dan fluoride tanpa

diketahui hubungan sebab akibat dengan factor lainnya.

2. Penelitian ini hanya dapat mencakup satu desa di satu kecamatan Kuta Selatan

sehingga hasil penelitian kurang kuat digeneralisasikan di seluruh daerah dekat

dengan laut di Bali. Namun penelitian ini cukup untuk mencerminkan kadar

fluoride daerah dekat laut akan lebih tinggi dibandingkan daerah yang jauh dari

laut.

57

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kualitas air sumur yang dikonsumsi masyarakat dilihat dari kandungan

bakteriologinya 13% telah memenuhi syarat kesehatan dan 87% tidak

memenuhi syarat kesehatan. Dimana hasil ini dapat dikatakan bias karena

sampel air yang diambil beberapa masih menggunakan kaporit. Rata-rata

dari jumlah hasil coliform dari 30 sampel adalah 394,43/100ml dan rata-rata

dari jumlah hasil fecalcoli dari 30 sampel adalah 190,63/100ml, dimana

dilihat dari hasil tersebut dapat disimpulkan air sumur di Desa Adat Bualu

tidak layak dikonsumsi secara langsung. Jika air sumur tersebut dikonsumsi

dapat menyebabkan diare hingga radang pada usus.

2. Kualitas air sumur yang dikonsumsi masyarakat dilihat dari kandungan

fluoridanya 13% telah memenuhi syarat kesehatan dan 87% tidak memenuhi

syarat kesehatan. Rata-rata jumlah hasil fluoride dari 30 sampel adalah

1,277 mg/l dimana dilihat dari hasil tersebut dapat disimpulkan air sumur di

Desa Adat Bualu tidak layak dikonsumsi secara langsung. Jika air sumur

tersebut dikonsumsi dapat menyebabkan radang sendi, osteoporosis hingga

penurunan IQ.

3. Dari 100% Responden menjawab benar untuk pengetahuan air bersih. Akan

tetapi mengenai perbedaan air bersih dan air minum 38 responden (63%)

menjawab air minum dan air bersih itu sama. Masyarakat masih banyak

yang belum mengerti perbedaan tersebut, sedangkan untuk fluorida 100 %

58

responden tidak mengetahui mengenai fluoride. Dimana dapat disimpulkan

pengetahuan masyarakat masih kurang untuk kualitas air minum yang

memungkinkan mempengaruhi perilaku dan sikap dalam penggunaan air

bersih.

7.2 SARAN

1. Kepada pihak Puskesmas agar mengadakan penyuluhan kesmas tentang

perbedaan air minum air bersih, penyuluhan kesmas tentang kandungan

bakteriologi dan penyuluhan tentang fungsi dan dampak dari kandungan

fluoride.

2. Kepada masyarakat yang kondisi sumurnya masih belum memenuhi syarat

agar melakukan perbaikan.

3. Kepada masyarakat yang mengkonsumsi air sumur secara langsung,

sebaiknya diganti menggunakan air kemasan atau sebelum dikonsumsi

sebaiknya direbus terlebih dahulu.

4. Perlu dilakukan pendataan dan penyuluhan mengenai kondisi sumur yang

baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Arthana, I W. (2006). Studi Kualitas Air Beberapa Mata Air Di Sekitas Bedugul. Bali.

Arif, A. (1994). Pengantar Mikrobiologi Umum. Padang: Universitas Negeri Padang

Press.

BLH Provinsi Bali, (2009). Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali. Denpasar.

Departemen Kesehatan RI. (1990). tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas

Air, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI . (2010). Persyaratan Kualitas air minum. Juli, S. 2011.

Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Hippocrates. Jakarta.

Hadi, A. (2007). Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit PT.

Gramedia. Jakarta. Hal : 7-10.

Hapsari, D. (2015). Kajian Kualitas Air Sumur Gali dan Perilaku Masyarakat di

Sekitar Pabrik Semen Kelurahan Karangtalun Kecamatan Cilacap Utara

Kabupaten Cilacap. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. Universitas

Jendral Soedirman Purwokerto.

Hefni, E. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.

Mariati, N. W. (2010). Hubungan Dental Fluorosis dengan Kandungan Flour pada

Air Sumur Di Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal

Biomedik. Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran, Universitas

Sam Ratulangi Manado.

Melati J.P., Wenny S., Jimmy F. (2013). Analisis perbedaan pada uji kualitas air

sumur di kelurahan madidir ure kota bitung berdasarkan parameter fisika.

Jurnal e-biomedik. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Marsono. (2009). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Putra, B. (2010). Analisa kualitas fisik, bakteriologis dan kimia air sumur gali serta

gambaran keadaan konstruksi sumur gali di desa patumbak kampung

kecamatan patumbak kabupaten deli serdang. Universitas Sumatra Utara

Putra, K.G.D. (2009). Petunjuk Teknis Pemantauan Kualitas Air. Udayana University

Press. Denpasar.

Prayitno, Agus. (2009). Uji bakteriologi air baku dan air siap konsumsi dari pdam

surakarta ditinjau dari jumlah bakteri coliform. Fakultas Keguruan dan ilmu

Pendidikan Universitas Muhamadiah Surakarta.

Siti Munfiah, Nurjazuli & Onny Setiani. (2013). Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur

Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten

Demak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Universitas Diponogoro.

Slamet, J.S. (1996). Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Sudra, I.K. (2006). Kualitas Air Bawah Tanah Di Wilayah Pesisir Kabupaten Badung.

Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bali.

Sumantri, H.A. (2015). Kesehatan Lingkungan Edisi Ketiga. Kencana Prenada Media

Grup. Jakarta.

Sutrisno, Muhammad. (1996). Sumur Gali Sumber Air Bersih. Denpasar. Udayana

Press

Suriawiria, U. (1996). Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara

Bilogis. Bandung: Alumni ITB.

Umarani, Ramu. (2014). Fluoride Contamination Status of Groundwater in East

Coastal Area In Tamilnadu, India. International Journal of Innovative

Research in Science, Engineering and Technology. Vol. 3, Issue 3, March

2014

Wahyuningsih. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bakteriologi sumur

gali di rw i desa banjarsari kecamatan gombong kabupaten kebumen tahun

2012. Program Kesehatan Masyarakat Universitas Nuswantoro Semarang.

Wijaya, A.S.S. (2012). Gambaran Fluorosis Gigi dan Kadar Flour Air Sumur pada

Masyarakat di Kecamatan Asem Bagus Kabupaten Situbondo. Universitas

Jember.

Wirawati, Made. KUALITAS SUMU GALI DITINJAU DARI KONDISI FISIK DAN

PERILAKU MASYARAKAT DI WILAYAH PUSKESMAS I DENPASAR

SELATAN. Denpasar

Wisnu. (2008). Faktor - faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air

sumur gali di desa wanareja kecamatan rimbo ulu kabupaten tebo jambi.

Jambi

Zulfi, Rama.P, Muhammad D. Perbedaan Konsumsi Air Sumur dan Air Sungai

terhadap Karies Pada anak Usia 6-8Tahun. Medali Jurnal Volume 2 Edisi

Media Dental Internasional.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

JADWAL PENELITIAN

Berikut jadwal penelitian Uji Kandungan Fluorida dan Bakteriologi pada air sumur

yang dikonsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan Tahun

2016

Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Persiapan pembuatan

proposal

Seminar dan perbaikan

proposal

Pengumpulan data

Pelaksanaan penelitian

Penulisan hasil penelitian

Seminar hasil penelitian

LAMPIRAN 2

No :

Tanggal/Waktu :

KUESIONER PENELITIAN

A. Karakteristik Masyarakat Desa Adat Bualu

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT/tidak sekolah

Pekerjaan : PNS/Wiraswasta/Petani/ tidak bekerja

B. Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Air Bersih

1. Menurut anda apa kegunaan air bagi tubuh kita ?

a. Melarutkan dan membawa sari-sari makanan, oksigen, dan hormn ke

seluuruh tubuh yang membutuhkan

b. Untuk menghilangkan haus

c. Untuk menjaga kesegaran tubuh

d. Tidak tahu

2. Menurut anda darimanakah sumber air untuk keperluan sehari-hari ?

a. Air hujan dan air permukaan

b. Air sungai

c. Air sumur

d. Tidak tahu

3. Menurut anda apa yang dimaksud dengan air bersih ?

a. Air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan

b. Air yang kelihatan jernih

c. Air yang tidak berbau

d. Tidak tahu

4. Menurut anda apakah air bersih dan air minum itu sama ?

a. Tidak sama

b. Sama

c. Tidak tahu

5. Menurut anda bagaimana air sumur yang bersih ?

a. Air yang jernih tidak berwarna

b. Tidak keruh

c. Tidak berbau

d. Tidak tahu

6. Menurut anda bagaimana kondisi air yang tercemar ?

a. Airnya keruh

b. Airnya bau

c. Airnya menyebabkan gatal-gatal

d. Tidak tahu

7. Menurut anda penyakit apa saja yang bersumber dari air ?

a. Gatal-gatal, merah pada kulit

b. Diare

c. Karies gigi

d. Tidak tahu

8. Menurut anda apakah fluorida itu ?

a. Kandungan dalam pasta gigi

b. Senyawa kimia yang ada dalam air minum

c. Tidak tahu

9. Menurut anda apakah fluorida terkandung dalam air sumur ?

a. Iya

b. Tidak

c. Tidak tahu

10. Menurut anda apakah fluorida itu baik untuk kesehatan ?

a. Iya

b. Tidak tahu

C. Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Air Sumur

No Pernyataan S KS TS

1 Air sumur bisa digunakan langsung

sebagai air bersih

2 Air sumur dapat digunakan untuk mandi

3 Mandi 2x sehari dan menjaga kebersihan

diri salah satu cara menghindari penyakit

kulit

4 Setiap mandi harus menggunakan sabun

5 Air perlu ditambahkan antiseptic sebelum

digunakan

6 Permukaan sumur gali harus ditutup rapat

agar tidak ada sampah atau serangga yang

masuk

7 Air sumur bisa dikonsumsi langsung

sebagai air minum

8 Air sumur dimasak/direbus sebelum

diminum

9 Melakukan metode sodis sebelum

diminum

Keterangan :

- S : Setuju

- KS : Kurang Setuju

- TS : Tidak Setuju

D. Air Sumur di Rumah Masyarakat

1. Air apa yang anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ?

a. Air sumur bor

b. Air sumur gali

c. Air sumur gali dan sumur bor

2. Berapa Jarak sumber air dengan sumber pencemar (septic tank) ?

a. 2-3 meter

b. 5-7 meter

c. >11 meter

3. Berapa Jarak sumber air dengan laut ?

a. …………km

4. Untuk 1 sumber air digunakan untuk berapa orang ?

a. …………orang

5. Berapa lama sudah mengkonsumsi air tersebut ?

a. …………tahun

6. Menambahkan kaporit pada air sumur ?

a. Iya

b. Tidak

E. Gangguan yang Dirasakan oleh Masyarakat

Dalam satu keluarga apakah ada yang mengalami gangguan seperti di bawah ini ?

a. Diare

b. Gatal-gatal

c. Karies gigi

d. Muntah-muntah

e. Infeksi usus

f. Gangguan otot

g. Radang sendi

h. Kanker tulang / tulang yang rapuh

i. Osteoporosis

j. Demensia

k. …………….

F. Hasil Observasi

- Bau ( Iya / Tidak )

- Suhu ( ……..…oC )

- Warna Air ( Berwarna / Tidak )

- pH ( …………. )

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI

LAMPIRAN 4

TABEL

LAMPIRAN 5

HASIL LAB BAKTERIOLOGI DAN FLUORIDA