Uji-sifat-fisik-dan-kimia-krim-ekstrak-rimpang-temulawak ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Uji-sifat-fisik-dan-kimia-krim-ekstrak-rimpang-temulawak ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Gambar 1. Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
a. Taksonomi Temulawak
Sistematika tanaman (taksonomi) temulawak diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Anonim, 2000)
b. Morfologi Temulawak
Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun.
Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian
2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun. Daun tanaman
temulawak bentuknya panjang agak lebar. Tiap helai daun melekat pada
tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur (Rukmana,
1995). Akar temulawak terdiri dari umbi akar berbentuk telur (silinder
pusat berwarna kuning-tua dan kulit berwarna kuning-muda), dengan
garis diameter sampai 6 cm. Sebagai tanaman monokotil, temulawak
tidak memiliki akar tunggang. Akar yang dipunyai adalah rimpang.
Rimpang temulawak berukuran paling besar di antara semua rimpang
genus Curcuma. Rimpang temulawak terdiri dari rimpang induk (empu)
dan rimpang anakan (cabang). Rimpang induknya berbentuk bulat seperti
telur dan berwarna kuning tua atau coklat kemerahan. Bagian dalam
berwarna jingga kecoklatan. Dari rimpang induk ini keluar rimpang
kedua yang lebih kecil. Rimpang ini memiliki bau harum dan rasanya
pahit agak pedas. Bunga temulawak pendek dan lebar, berkembang
secara teratur, berwarna putih kuning atau kuning muda bercampur
warna merah di puncaknya (Afifah dkk, 2005).
c. Kandungan dan Manfaat
Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak
atsiri, pati, protein, lemak, selulosa dan mineral. Di antara komponen
tersebut yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid dan
minyak atsiri. Kurkuminoid pada temulawak terdiri dari kurkumin dan
desmetoksikurkumin. Temulawak dapat dimanfaatkan sebagai obat,
sumber karbohidrat, bahan penyedap masakan dan minuman, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pewarna alami untuk makanan dan kosmetika. Temulawak dapat
digunakan untuk pengobatan gangguan fungsi hati, obat anti-inflamasi
atau antiradang. Temulawak juga mempunyai sifat fungistatik dan
bakteriostatik pada jenis Staphyllococcus dan Salmonella. Temulawak
juga dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan, menyembuhkan
sakit maag, batuk, asma, sariawan, malaria, ambeien, sembelit dan diare.
Sementara itu dalam bidang kosmetika, temulawak digunakan sebagai
antijerawat dan astrigen. Daya antiseptik ringan yang dimiliki temulawak
dapat membersihkan kulit dari bakteri-bakteri patogen, sehingga radang
jerawat berangsur-angsur membaik, mengering dan akhrinya sembuh
(Afifah dkk, 2005).
Dari analisis kimia menunjukkan komponen utama Curcuma
xanthorrhiza Roxb. adalah minyak atsiri dan kurkuminoid yang
digunakan sebagai antibakteri. Ekstrak etanol 70 % rimpang Curcuma
xanthorrhiza Roxb. dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans pada konsentrasi 1,0-
5,0 % (b/v) dengan KHM (Kadar Hambat Minimum) 0,1 % (b/v)
sedangkan Bacillus cereus dalam konsentrasi 2,0-5,0 % dengan KHM
(Kadar Hambat Minimum) 2.0% (b/v) (Mangunwardoyo dkk, 2012).
Krim antijerawat temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis yang merupakan bakteri penyebab jerawat dengan KHTM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(Kadar Hambat Tumbuh Minimun) masing-masing adalah 0,03 % b/v
dan 0,38% b/v (Soebagio dkk, 2006).
Kurkuminoid rimpang temulawak adalah suatu zat yang terdiri
dari campuran komponen senyawa yang bernama kurkumin dan
desmetoksi kurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga,
berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol,
asam asetat glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam
air dan dietileter. Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak bersifat
toksik (Kiswanto, 2005)
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (Bobot
molekul = 368).
Gambar 2. Struktur Kurkumin
Senyawa kurkumin ini, seperti juga senyawa kimia lain seperti
antibiotik, alkaloid, steroid, minyak atsiri, resin, fenol dan lain-lain
merupakan hasil metabolit sekunder suatu tanaman (Kristina dkk, 2006)
Sifat kimia kurkuminoid yang menarik adalah sifat perubahan
warna akibat perubahan pH lingkungan. Dalam susana asam,
kurkuminoid berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
suasana basa berwarna merah. Keunikan lain terjadi pada sifat kurkumin
dalam suasana basa, karena selain terjadi proses disosiasi, pada suasana
basa kurkumin dapat mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan
ferulloilmetan. Degradasi ini terjadi bila kurkumin berada dalam
lingkungan pH 8,5 – 10,0 dalam waktu yang relatif lama, walaupun hal
ini tidak berarti bahwa dalam waktu yang relatif singkat tidak terjadi
degradasi kurkumin, karena proses degradasi sangat dipengaruhi juga
oleh suhu lingkungan. Salah satu hasil degradasi, yaitu feruloilmetan
mempunyai warna kuning coklat yang akan mempengaruhi warna
merah yang seharusnya terjadi. Sifat kukuminoid lain yang penting
adalah aktivitasnya terhadap cahaya. Bila kurkumin terkena cahaya,
akan terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi kurkumin atau terjadi
degradasi struktur (Kiswanto, 2005).
2. Tinjauan tentang ekstrak
a. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus
menjadi serbuk (Anonim, 1979).
Ekstrak dibagi menjadi empat, yaitu :
1) Ekstrak encer (Extractum tenue), sediaan ini memiliki konsistensi
seperti madu dan mudah dituang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Ekstrak kental (Extractum spissum), sediaan ini liat dalam
keadaan dingin dan tidak dapat dituang kandungan airnya
berjumlah sampai 30%.
3) Ekstrak kering (Extractum siccum), sediaan ini memiliki
konsistensi kering dan mudah digosokan.
4) Ekstrak cair (Extractum fluidum), diartikan sebagai ekstrak cair,
yang dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai
dengan 2 atau 1 bagian ekstrak cair (Voigt, 1995).
b. Metode Ekstraksi
Ekstraksi yaitu penarikan zat yang diinginkan dari bahan obat
dengan menggunakan pelarut yang dipilih disesuaikan dengan zat yang
akan dilarutkan. Proses ekstraksi adalah dengan mengumpulkan zat aktif
dari bahan mentah obat dan mengeluarkannya dari bahan-bahan
sampingan yang tidak diperlukan (Ansel, 1989).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat
dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode
ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau
mendekati sempurna dari obat. Maserasi merupakan proses paling tepat
untuk obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam
menstrum sampai meresap ke dalam sel, sehingga zat – zat yang mudah
larut akan melarut. Dalam proses maserasi, obat yang akan diekstraksi
biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang mulut besar, bersama
cairan penyari yang telah ditentukan, bejana ditutup rapat dan isinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dikocok berulang-ulang lamanya biasanya 2-14 hari. Pengocokan
memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh
permukaan dari obat yang sudah halus. Ekstrak dipisahkan dari ampasnya
dan membilasnya dengan cairan penyari baru (Ansel, 1989).
Keuntungan maserasi adalah cara kerja dan peralatan yang
digunakan relatif sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian
maserasi adalah pengerjaan lama dan penyarian kurang sempurna
(Anonim, 1986).
3. Krim
a. Pengertian dan Fungsi Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
(Anonim,1979). Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi
yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari
60%. Krim ada dua tipe, yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe
air dalam minyak (A/M). Stabilitas krim akan rusak jika sistem
campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan komposisi, misalnya ada
penambahan salah satu fase secara berlebihan (Syamsuni, 2006).
Fungsi krim antara lain : sebagai bahan pembawa substansi obat untuk
pengobatan kulit, bahan pelumas bagi kulit, dan pelindung untuk kulit
seperti mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan
rangsang kulit (Anief, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Krim harus stabil selama pemakaian dan penyimpanan sehingga bebas
dari hal-hal yang mempengaruhi stabilitasnya yaitu, peristiwa
incompabilitas dari bahan dasar yang menyebabkan perubahan warna,
bentuk dan perubahan fisik lainnya. Temperatur kamar dan kelembaban
yang ada di kamar menyebabkan sediaan menjadi keras, encer atau
memisah (Anonim, 1979).
b. Sistem HLB
Umumnya masing-masing zat pengemulsi mempunyai suatu bagian
hidrofilik dan suatu bagian lipofilik dengan salah satu di antara lebih atau
kurang dominan. Dengan metode ini tiap zat mempunyai harga HLB atau
angka yang menunjukkan polaritas dari zat tersebut. Bahan-bahan yang
sangat polar atau hidrofilik angkanya lebih besar daripada bahan-bahan
yang kurang polar atau lebih lipofil. Umumnya zat aktif permukaan itu
mempunyai harga HLB yang ditetapkan antara 3 sampai 6 dan
menghasilkan emulsi air-dalam-minyak. Sedangkan zat-zat yang
mempunyai harga HLB antara 8 sampai 18 menghasilkan emulsi minyak-
dalam-air (Ansel, 1989).
Tabel 1. Aplikasi Penggunaan HLB
Nilai HLB Tipe Sistem
3-6 Emulgator A/M
7-9 Zat pembasah
8-10 Emulgator M/A
13-15 Zat pembersih
15-18 Pembantu kelarutan
(Anief, 1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 2. HLB Value
Commercial Name HLB Value
Glyceryl monostearate 3.8
PEG 400 Monoleate 11.4
PEG 400 Monostearate 11.6
PEG 400 Monolaurate 13.1
Potassium oleate 20.0
Sodium lauryl sulfate 40
Sodium oleate 18
Span® 20 8.6
Span® 40 6.7
Span® 60 4.7
Span® 65 2.1
Span® 80 4.3
Span® 85 1.8
Triethanolamine oleate 12
Tween® 20 16.7
Tween® 21 13.3
Tween® 40 15.6
Tween® 60 14.9
Tween® 61 9.6
Tween® 65 10.5
Tween® 80 15.0
Tween® 81 10.0
Tween® 85 11.0
(Anonim, 2014).
c. Tipe Krim
1) Tipe A/M
Dasar salep emulsi tipe A/M seperti Lanolin dan Cold Cream.
Sifat dasar salep terhadap air yaitu berair, hidrofil, tidak larut dalam
air, tak tercuci dalam air, tipe emulsi A/M.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Tipe M/A
Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan
Hydrophillic ointment. Vanishing Cream, sebagai dasar untuk
kosmetik dengan tujuan pengobatan kulit. Kandungan asam stearat
berlebihan dan merupakan lapisan film asam stearat yang tinggal
pada kulit bila krim digunakan dan airnya menguap. Sifat dasar salep
terhadap air yaitu berair, dapat menyerap air, tak larut dalam air,
tercuci dan tipe emulsi M/A (Anief, 2007).
Keuntungan tipe M/A antara lain :
(1) Daya sebar pada kulit baik
(2) Efek dingin yang ditimbulkan akibat lambannya penguapan air
pada kulit
(3) Mudah dicuci dengan air, memungkinkan pemakaiannay pada
bagian tubuh berambut.
(4) Pelepasan obatnya baik (Ansel, 2008).
d. Bahan Penyusun Krim
Bahan penyusun krim ada dua yaitu bahan penyusun utama dan
tambahan. Bahan penyusun utama terdiri dari :
1) Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat
menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat,
apakah tipe krim air dalam minyak atau minyak dalam air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Minyak
Merupakan salah satu fase cair bersifat nonpolar.
3) Air
Merupakan satu fase cair yang bersifat polar. Untuk pembuatan
digunakan air yang telah dididihkan dan segera digunakan setelah
dingin.
4) Pengemulsi
Umumnya berupa emulgator anion, kation atau noion.
Pemilihan emulgator didasarkan atas jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe M/A digunakan zat pengemulsi
seperti trietanolamin stearat, golongan sorbitan, polisorbat,
poliglikol, sabun. Untuk membuat krim tipe A/M digunakan zat
pengemulsi seperti lemak bulu domba, setil alkohol, stearil alkohol,
setaseum dan emulgida (Taufik, 2014).
Bahan penyusun pendukung digunakan untuk meningkatkan
penetrasi pada kulit dan menjaga kestabilan sediaan. Bahan penyusun
pendukung terdiri dari :
1) Zat untuk memperbaiki konsistensi
Konsistensi sediaan topikal diatur untuk mendapatkan
bioavabilitas yang maksimal, selain itu juga dimaksudkan untuk
mendapatkan formula yang estetis dan acceptable. Konsistensi
yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak
meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Zat pengawet
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan
dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan
mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Karena pada
sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan
ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu
penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan umumnya
metil paraben 0,12%-0,18% atau propil paraben 0.02%-0,05%.
3) Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan
untuk menjaga stabilitas sediaan. Pemilihan pendapar harus
diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang
terdapat dalam sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet.
4) Pelembab
Pelembab atau humektan ditambahkan dalam sediaan topikal
dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit
menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak
keriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat
tambahan ini adalah : gliserol, PEG, sorbitol (Taufik, 2014).
Humektan atau pelembab adalah bahan-bahan yang digunakan
untuk mencegah atau mengurangi kekeringan kulit disamping
bersifat protektif terhadap kulit. Kekeringan kulit ditinjau dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sudut biokimia tidak lain merupakan kandungan air dalam kulit dan
efek melembabkan merupakan fenomena yang berhubungan
dengan konsentrasi air tersebut. Bahan pelembab yang biasa
digunakan gliserin dan propilenglikol. Bahan-bahan ini termasuk
dalam golongan pelembab yang bersifat larut dalam air, menjaga
kulit tetap halus dan lembut dan akan memperlambat penguapan air
dari kulit (Ditjen POM, 1985).
Menurut Dwiastuti (2010), Humektan akan menjaga kestabilan
sediaan dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan
mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan
sediaan, secara tidak langsung humektan juga dapat
mempertahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering.
Humektan adalah suatu bahan higroskopis yang mempunyai
sifat dapat mengikat air dari udara yang lembab dan sekaligus
mempertahankan air yang ada pada sediaan. Sampai suhu dan
derajat kelembaban relatif tertentu, humektan dapat
mempertahankan kadar air pada sediaan yang dioleskan di
permukaan kulit dan mendistribusikan kelembaban tersebut ke
epidermis. Kemampuan tersebut tergantung pada jenis humektan
dan kelembaban lingkungan sekitarnya (Sipahutar, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5) Antioksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh
yang sifatnya autooksidasi. Contoh : tokoferol.
6) Penstabil
Penstabil dimaksudkan untuk menjaga kestabilan antara fase
dispers dan fase terdispers. Contoh : pilovinil alkohol (Taufik,
2014).
e. Teknologi Pembuatan Krim
Metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan dan
emulsifikasi komponen yang tidak campur air, misalnya minyak dan
lilin, fase minyak dilebur di atas waterbath, begitu juga dengan fase
air dengan temperatur 90o – 75o C. Sementara larutan berair yang
tahan pemanasan dan larut dalam air dipanaskan dalam temperatur
yang sama dengan komponen yang berlemak. Kemudian larutan berair
ditambah perlahan-lahan disertai pengadukan yang konstan, untuk
menjaga kristalisasi dari lilin dan minyak, campuran didinginkan
dengan pengadukan terus menerus sampai homogen dan mengental.
Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir kali. Penambahan
serbuk yang tidak larut biasanya digerus dengan sebagian basis
(Ansel, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Krim dibuat dengan dua metode umum : campuran dan
pelelehan. Metode untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada
sifat-sifat bahannya.
1) Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari dasar krim
dicampur dengan penumbukan dan pengadukan yang kuat
sampai sediaan yang rata tercapai.
2) Peleburan
Dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan
didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai
mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan
biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental
setelah didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan
terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak
menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen
(Ansel,1989).
f. Kerusakan Krim
Penyimpanan krim dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
kerusakan krim atau stabilitas krim berkurang. Ada 3 macam kerusakan
krim, yaitu :
1) Flokulasi dan Creaming
Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana
masing-masing lapisan mengandung fase dispers yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Creaming bersifar reversible artinya bila digojog perlahan-lahan
akan homogen kembali.
2) Koalesensi atau Cracking/Breaking
Cracking/breaking yaitu pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel sudah rusak dan butir-butir minyaknya akan
berkoalesen. Cracking bersifat irreversible yaitu penggojokan
sederhana tidak dapat terbentuk kembali emulsi yang stabil.
3) Inversi
Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe
emulsi M/A menjadi tipe A/M atau sebaliknya (Anief, 2000).
g. Evaluasi Sediaan Krim
1) Organoleptis
Uji organoleptis terdiri dari warna, bau dan homogenitas dari
krim dapat dilihat secara visual untuk melihat konsistensi dari
sediaan krim apakah merata (homogen) dan tetap stabil dalam
penyimpanan.
2) pH
Profil pH perlu untuk stabilitas dan kelarutan dari produk
akhir. pH kelarutan merupakan gambaran kelarutan obat pada
berbagai pH fisiologik. pH untuk sediaan topikal biasanya sama
dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7. Sedangkan pH stabilitas akan
membantu menghindari atau mencegah kerusakan produk selama
penyimpanan atau penggunaan (Warsitaatmaja, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3) Daya lekat
Daya lekatnya dengan tujuan untuk mengetahui berapa lama
suatu krim dapat melekat pada kulit. Semakin lama krim tersebut
melekat pada kulit semakin baik.
4) Daya sebar
Daya sebar krim diartikan sebagai kemampuan penyebaran
krim pada kulit. Sebuah sampel krim dengan volume tertentu
diletakkan di pusat antara dua lempeng gelas, dimana lempeng
sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani dengan
meletakkan anak timbang diatasnya. Permukaan penyebaran yang
dihasilkan dengan meningkatnya beban, merupakan karakteristik
daya sebarnya.
5) Daya Proteksi
Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan untuk melindungi tempat pengobatan dari pengaruh
luar, yaitu dengan jalan menempelkan dua potong kertas saring.
Kertas saring dibasahi dengan fenolftalein kemudian diolesi dengan
krim, selanjutnya ditempeli dengan kertas saring lainyang telah
diproteksi dengan paraffin cair kemudian ditetesi dengan larutan
kalium hidroksida. Jika tidak terdapat noda kemerahan, berarti krim
mampu memberikan proteksi (Voigt, 1984).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
6) Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya
tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas,
makin besar tahanannya (Martin, 1993).
4. Faktor penyebab ketidakstabilan sediaan
Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dapat
dikelompokan menjadi dua. Pertama adalah labilitas bahan obat dan bahan
pembantunya sendiri yang dihasilkan oleh bangun kimiawi dan
kimiafisikanya. Kedua adalah faktor luar seperti suhu, kelembaban udara
dan cahaya yang dapat menginduksi atau mempercepat jalannya reaksi
(Voigt, 1995). Selain itu, menurut Parrot (1978) faktor yang
mempengaruhi ketidakstabilan yaitu cara penyimpanan obat yang benar,
pemilihan wadah yang tepat, interaksi ketika pencampuran beberapa bahan
obat. Oleh karena itu, stabilitas dapat dibedakan antara perubahan fisika,
kimia dan mikrobiologis. Perubahan fisika dapat berupa perubahan
struktur, perubahan kondisi distribusi (pecahnya emulsi atau adanya
sedimentasi), perubahan konsistensi, perubahan perbandingan kelarutan,
perubahan perbandingan hidratasi (Voigt, 1995).
Dalam penyimpanan terkadang sediaan mengalami ketidakstabilan
fisik yang separah atau terkadang lebih parah daripada ketidakstabilan
kimia bahan berkhasiat. Contoh ketidakstabilan fisik seperti, bertambah
atau berkurangnya laju disolusi dan waktu disintegrasi, pecahnya emulsi,
penggumpalan susupensi, pudarnya warna, pembentukan warna. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
penting lainnya adalah kemasan, khususnya jika wadah yang digunakan
adalah wadah yang terbuat dari bahan sintesis. Kemasan yang dipilih harus
cukup melindungi kelengkapan suatu produk. Bahan-bahan yang terpilih
harus mempunyai sifat-sifat seperti :
a. Harus melindungi preparat dari keadaan lingkungan
b. Tidak boleh bereaksi dengan produk tersebut
c. Tidak boleh memberikan rasa atau bau kepada produk
d. Tidak toksik
e. Harus memenuhi tuntutan tahan banting yang sesuai (Lachman
dkk, 2008).
5. Tinjauan bahan
a. Gliserin
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95 % dan tidak lebih dari
C3H8O3. Pemeriannya adalah cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna,
rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak),
higroskopik, netral terhadap lakmus. Kelarutan dapat bercampur dengan
air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap (Anonim, 1995). Titik lebur
18⁰C dan titik didih 290⁰C, stabilitasnya higroskopik dengan adanya
udara dari luar (mudah teroksidasi), mudah terdekomposisi dengan
adanya pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal tidak mencair
sampai suhu 20⁰C akan timbul ledakan jika dicampur dengan bahan
teroksidasi. Digunakan sebagai bahan tambahan (Anonim, 1979).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gliserin merupakan tryhydric alcohol C2H5(OH)3 atau 1,2,3-propanetriol.
Struktur kimia dari gliserin adalah sebagai berikut :
CH2OH
CHOH
CH2OH (Anonim, 1979)
b. Propilen Glikol (1,2-propanediol)
Propilen glikol digunakan sebagai bahan pelembab yang akan
mempertahankan kandungan air dalam sediaan sehingga sifat fisik dan
stabilitas sediaan salama penyimpanan dapat dipertahankan. Propilen
glikol memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002). Pemerian
cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopik. Kelarutan dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P
dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak P. Stabilitasnya di
temperatur dingin dan dalam wadah tertutup baik propilen glikol stabil,
tapi dalam temperatur tinggi dan tempat terbuka mudah teroksidasi dan
menghasilkan produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat,
dan asam asetat. Propilen glikol stabil secara kimia ketika dicampur
dengan etanol 95%, gliserin , atau air. Propilen glikol adalah senyawa
higroskopik sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya di tempat dingin dan kering. Digunakan sebagai
bahan tambahan (Anonim, 1979). Struktuk kimia propolen glikol :
CH3 CH(OH) CH2OH (Anonim,1979)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Asam Stearat
Asam Stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh
dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat C18H36O2 dan
dan asam heksadekanoat C16H32O2. Pemerian zat padat keras mengkilat
menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
(95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. Sebagai
zat tambahan (Anonim, 1979).
d. Vaselin Album
Vaselin putih adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang
diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemerian massa lunak,
lengket, bening, putih : sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan
hingga dingin tanpa diaduk. Berfluoresensi lemah juga jika dicairkan,
tidak berbau, hampir tidak berasa. Kelarutan praktis tidak larut dalam air
dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.
Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
e. Alcoholum Cetylicum (Setil alkohol)
Setil alkohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O, selebihnya
terdiri dari alkohol lain yang sejenis. Pemerian serpihan putih licin,
granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, rasa lemah. Kelarutan tidak
larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah
dengan naiknya suhu (Anonim, 1979).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
f. Natrium Lauryl Sulfat
Pemerian kristal atau serbuk berwarna putih atau krem sampai
kuning pucat. Kelarutan : larut dengan mudah dalam air, praktis tidak
larut dalam kloroform dan eter. Kegunaannya sebagai surfaktan anionik,
emulsifying agent, penetrasi kulit, zat pembasah (Rowe dkk, 2009).
g. Aquades
Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa. Sebagai pelarut (Anonim, 1979).
h. Metil Paraben (Nipagin)
Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan
larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol
P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih. Sebagai zat tambahan, zat pengawet
(Anonim, 1979).
i. Propil Paraben (Nipasol)
Pemerian serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan
dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida. Sebagai zat pengawet (Anonim, 1979).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Ekstrak etanol 70 % rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 1,0-5,0 % (b/v) dengan KHM (Kadar Hambat Minimum) 0,1 % (b/v)
(Mangunwardoyo dkk, 2012). Penelitian terdahulu menyatakan bahwa krim
antijerawat temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis yang
merupakan bakteri penyebab jerawat dengan KHTM (Kadar Hambat Tumbuh
Minimun) masing-masing adalah 0,03 % b/v dan 0,38% b/v (Soebagio dkk,
2006).
Sediaan krim adalah merupakan emulsi setengah padat dengan tipe M/A
atau A/M. Pemilihan krim tipe M/A karena daya sebar pada kulit baik, efek dingin
yang ditimbulkan akibat lambatnya penguapan air, mudah dicuci dengan air
sehingga memungkinkan pemakaiannya pada bagian tubuh yang berambut dan
pelepasan obatnya baik. Humektan merupakan bahan tambahan dalam pembuatan
sediaan krim. Humektan bersifat mempertahankan air dalam sediaan dan
mengurangi penguapan air sehingga dapat mempertahankan stabilitas dan sifat
fisik krim selama penyimpanan. Gliserin dapat digunakan sebagai humektan
dengan konsentrasi 1-30 % sedangkan propilen glikol dapat digunakan sebagai
humektan dengan konsentrasi 1-15 %. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi ketidakstabilan krim yaitu karena perubahan suhu, kebanyakan
degradasi obat berlangsung lebih cepat pada teperatur yang lebih tinggi. Penelitian
ini dilakukan dengan membuat ekstrak temulawak menjadi sediaan krim dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
basis krim tipe M/A, dengan memformulasi 2 formula dengan humektan yang
berbeda. Penggunaan humektan gliserin dan propilen glikol ini dimaksudkan
untuk mengetahui humektan yang digunakan pada formula dapat
mempertahankan kestabilan sifat fisik dan kimia krim pada suhu penyimpanan
yang berbeda, mengetahui humektan yang lebih baik dalam mempertahankan
kestabilan sifat fisik dan kimia sediaan krim dan mengetahui suhu penyimpanan
yang paling baik dalam mempertahankan kestabilan krim ekstrak rimpang
temulawak. Dalam penelitian ini digunakan suhu oven (40⁰C), suhu kulkas (2-
8⁰C), dan suhu kamar (27-30⁰C) untuk penyimpanan selama empat minggu.
Dengan suhu yang berbeda tersebut dapat merubah sifat fisik dan kimia dari krim,
sehingga dapat diketahui krim yang memiliki sifat fisik paling stabil.
Masing-masing formula krim dilakukan uji sifat fisik meliputi
organoleptis, uji daya sebar, uji kemampuan proteksi, uji susut pengeringan, uji
kelengketan, uji viskositas, uji tipe emulsi serta uji sifat kimia yaitu uji pH.
Setelah dilakukan pengujian di atas dapat diketahui apakah humektan dapat
mempertahankan kestabilan sifat fisik dan kimia krim antijerawat ekstrak rimpang
temulawak dan dapat ditentukan humektan yang paling baik dalam
mempertahankan kestabilan sifat fisik dan kimia krim pada penyimpanan dalam
suhu yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
C. HIPOTESIS
1. Perbedaan humektan diduga dapat mempengaruhi kestabilan sifat fisik dan
kimia krim antijerawat ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) dengan suhu penyimpanan yang berbeda.
2. Diduga humektan gliserin yang memenuhi kestabilan sifat fisik dan kimia
krim antijerawat ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
3. Diduga suhu penyimpanan kulkas (2-8⁰C) dan kamar (27-30⁰C) dapat
menjaga kestabilan krim selama penyimpanan.