STRUKUR, SIFAT, KOMPOSISI DAN CARA PENANGANAN TELUR AYAM KONSUMSI
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of STRUKUR, SIFAT, KOMPOSISI DAN CARA PENANGANAN TELUR AYAM KONSUMSI
STRUKUR, SIFAT, KOMPOSISI DAN CARA PENANGANAN TELUR AYAM KONSUMSI
Tugas Makalah Mata Kuliah Penanganan Hasil Ternak
Dosen : DR. Ir. Lilik Eka Radiati, MS
Disusun oleh:
Ridho Prasojo (125050100111119)
Ariobimo Pryambudi (125050100111203)
Ria Marsella (125050101111050)
Catur Kartika S.Wijaya (125050101111103)
Anisa Dwi Nurmeita (125050101111113)
Surotul Khikma (125050107111012)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena
mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk
hidup baru. Protein telur mempunyai mutu yang tinggi, karena
memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap, sehingga
dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari bahan pangan
yang lain. Tetapi disamping adanya hal-hal yang menguntungkan
itu, telur memiliki sifat yang mudah rusak (Koswara,2009)
Telur sebagai produk pangan yang termasuk kategori
perishable food (mudah rusak), memerlukan penanganan yang tepat,
terutama dalam penyimpanannya. Produk pangan ini, bisa saja
berpotensi menjadi ancaman bagi kesehatan bila mengalami
kerusakan, kebusukan, atau berjamur. Salah satu faktor penyebab
penurunan mutu telur bisa terjadi akibat suhu penyimpanan dan
kelembaban ruang penyimpanan yang tidak tepat. Karenanya, sebagai
makanan yang dijual atau didistribusikan dalam bentuk yang mudah
mengalami kerusakan, telur perlu ditangani dengan benar.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur dan komposisi telur ?
2. Apa penyebab kerusakan pada telur ?
3. Bagaimana cara pengujian kualitas telur ?
4. Bagaimana cara penanganan telur ayam agar tidak cepat
mengalamai kerusakan ?
Manfaat Penulisan
1. Mengetahui struktur dan komposisi telur
2. Mengetahui penyebab kerusakan pada telur
3. Mengetahui cara pengujian kualitas telur
4. Mengetahui cara penanganan telur ayam agar tidak cepat
mengalamai kerusakan
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur dan Komposisi Fisik Telur
Struktur dan komposisi telur secara terperinci dapat dibagi
menjadi :
1. Kerabang Telur dengan permukaan agak berbintik-bintik dan
merupakan pembungkus tertebal, bersifat keras dan kaku serta
memiliki pori-pori yang berfungsi untuk pertukaran gas. Pada
permukaan luar kerabang dilapisi lapisan kutikula. Menurut
Nurwantoro & Mulyani (2003) kerabang/cangkang merupakan
lapisan kapur yang menyusun 9-12 % berat telur total
sedangkan menurut Setyawan dkk (2013) bahwa Kerabang telur
menyusun sekitar 10 % dari total berat telur. Kerabang telur
sebagian besar (98,4 %) terdiri dari bahan kering dan hanya
1,6% air. Kerabang telur mengandung 95,1 % mineral dan 3,3 %
protein
2. Membrane kulit telur terdiri dari dua lapisan, yaitu
membrane kulit telur dalam dan luar yang masing-masing
tersusun oleh 2 atau 3 lapis anyaman serabut protein. Tebal
keseluruhan 0,01-0,02 mm, pada ujung telur tumpul kedua
selaput terpisah dan membentuk rongga. Kedua membrane
digunakan sebagai bahan pertahanan terhadap mikroorganisme.
Membrane tampak berwarna putih kapur tetapi ada juga yang
berwarna agak pink. (Nurwantoro & Mulyani ,2003)
3. Albumen (putih telur) terdiri dari 4 lapisan, lapisan
terdalam paling encer disebut chalaziferous, lapisan kental
encer dalam, lapisan kental luar dan lapisan encer luar.
Albumen tersusun oleh sebagian besar air dan bahan organic
protein. Menurut Kosawara (2009) putih telur (albumen) 57 -
65 persen
4. Khalaza, struktur keruh berserat yang terdapat pada kedua
ujung kuning telur dan berfungsi untuk memantapkan posisi
kuning telur.
5. Yolk ( kuning telur) menyusun 30-33 % dari berat telur
total. Yolk berbentuk hamper bulat dan berwarna kuning
sampai jingga tua. Bahan perwarna yolk adalah xanhofil.
(Nurwantoro & Mulyani ,2003)
Komposisi Kimia Telur
Telur tersusun atas sebagian besar air (75% dari berat
telur) dan bahan organik yaitu protein 12 %,lipida 12%, vitamin
dan karbohidrat 1 % sedangkan bahan anorganik yakni mineral
Telur mempunyai kandungan protein, mineral , vitamin dan
lemak yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain bahan-bahan itu
telur juga mengandung kolesterol. Kandungan Kolesterol telur
lebih tinggi disbanding daging dan susu. Kolesterol dalam tubuh
berfungsi sebagai prekusor hormone testosterone,estrogen,
estron,estradiol, aldosterol dan endogen sebagai vitamin D dan
juga sebagai prekusor asam folat dan sangat penting dalam
perkembangan embrio (Mawadah, 2010)
Sifat Fisiokimia Telur ( Koswara,2009)
Telur memiliki sifat-sifat fisiko kimia yang sangat berguna
dalam pengolahan pangan. Sifat-sifat tersebut meliputi daya busa,
emulsi, koagulasi dan warna.
Busa merupakan dispersi koloid dari fase gas dalam fase
cair, yang dapat terbentuk pada saat telur dikocok. Mekanisme
terbentuknya busa telur adalah terbukanya ikatan-ikatan dalam
molekul protein sehingga rantai protein menjadi lebih panjang.
Kemudian udara masuk diantara molekul-molekul yang terbuka
rantainya dan tertahan sehingga terjadi pengembangan volume. Busa
dibentuk oleh beberapa protein dalam putih telur yang mempunyai
kemampuan dan fungsi yang berbeda-beda. Volume dan kestabilan
busa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, suhu,
kualitas telur, pH, lama pengocokan dan ada tidaknya bahan lain
yang ditambahkan. Pengocokan putih telur pada suhu 10o C sampai
25o C tidak mempengaruhi pembentukan busa. Menurut hasil
penelitian Kochevar (1975), volume dan kestabilan busa yang
terbaik dihasilkan dari pengocokan pada suhu 46,11o C.
Emulsi merupakan suatu dispersi partikel minyak atau lemak
dalam air, atau air dalam minyak. Kuning telur adalah suatu
contoh emulsi minyak/lemak dalam air. Emulsi dibentuk oleh tiga
komponen utama yaitu zat terdispersi, zat pendispersi dan zat
pengemulsi. Putih telur mempunyai daya emulsi yang sedang,
sedangkan kuning telur adalah emulsifier kuat.
Koagulasi atau penggumpalan adalah perubahan struktur
protein telur yang mengakibatkan peningkatan kekentalan dan
hilangnya kelarutan, atau dapat juga berarti perubahan bentuk
dari cairan (sol) menjadi bentuk padat atau semi padat (gel).
Koagulasi protein telur dapat terjadi karena panas, garam, asam,
basa atau pereaksi lain (misalnya urea). Putih telur ayam akan
terkoagulasi pada suhu 62 oC, sedangkan kuning telurnya
terkoagulasi pada 65 oC. Putih telur bebek terkoagulasi pada suhu
yang lebih rendah, yaitu 55 oC setelah 10 menit pemanasan.
Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya
termasuk dalam golongan karotenoid yaitu santrofil, lutein dan
zeasantin serta sedikit betakaroten dan kriptosantin. Perubahan
warna yang terjadi pada hasi olahan telur antara lain : hitam
kehijauan, coklat atau merah. Warna hitam kehijauan disebabkan
oleh pemanasan yang terlalu lama sehingga terbentuk ikatan Fe
dengan S. Warna coklat disebabkan terjadinya reaksi pencoklatan
(browning) sehingga terbentuk karbonilamin, sedangkan warna merah
disebabkan terbentuknya ikatan kompleks antara conalbumin dengan
ion besi.
Pengawasan dan Pengujian Kualitas Telur
Kualitas telur secara keseluruhan ditentukan oleh kualitas
isi dan kulit telur. Oleh karena itu, penentuan kualitas telur
dilakukan pada kedua bagian telur tersebut. Kualitas telur
sebelumnya keluar dari organ reproduksi ayam dipengaruhi beberapa
faktor, diantaranya: kelas, strain, family, dan individu; pakan,
penyakit, umur dan suhu lingkungan. Kualitas telur sesudah keluar
dari organ reproduksi dipengaruhi oleh penanganan telur dan
penyimpanan (lama, suhu, dan bau penyimpanan). Kualitas telur
ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh faktor keturunan,
kualitas makanan, sistem pemeliharaan, iklim, dan umur telur .
(Nugraha dkk, 2013)
Pengawasan mutu telur dapat dilakukan terhadap keadaan
fisik, kesegaran isi telur, pemeriksaan kerusakan dan pengukuran
komposisi fisik. Keadaan fisik dari telur mencakup hal ukuran
(berat, panjang, dan lebar), warna (putih, agak kecoklatan,
coklat), kondisi kulit telur (tipis dan tebal), rupa (bulat dan
lonjong) dan kebersihan kulit telur. (Koswara,2009)
Kesegaran isi telur merupakan kondisi dimana bagian kuning
telur dan putih telur yang kental berada dalam keadaan membukit
bila telur dipecahkan dan isinya diletakkan di atas permukaan
datar yang halus, misalnya kaca
Metode obyektif dilakukan dengan cara memecahkan telur dan
menumpahkan isinya pada bidang datar dan licin (biasanya kaca),
kemudian dilakukan pengukuran Indeks Kuning Telur (Yolk Index),
Indeks Putih Telur(Albumin Index) dan Haugh Unit.
Pada dasarnya ada dua cara penentuan kualitas telur yaitu
penentuan secara eksterior dan interior telur (Nurwantoro &
Mulyani ,2003)
A. Penentuan kualitas telur secara eksterior
Bentuk Telur, bentuk yelur ideal (ayam) adalah 74,
ditambahkan Haryono (2000) bahwa telur baik berbentuk oval
SI 72 -76, lonjong < 72 dan bulat >76
Indeks bentuk telur = lebar telur : panjang telur x 100 %
Berat Telur, menurut Haryono (2000) standar pemasaran
berat telur ayam 56,7 gram sedangkan menurut SNI 06-3926-
1995 bahwa untuk telur ayam ras diklasifikasikan > 60 gram
ekstra besar, telur besar 56-60 gram, telur sedang 51-55
gram, telur kecil 46-50 gram dan telur ekstra kecil < 46
gram dan telur ayam buras digolongkan telur ekstrakecil
pada telur ayam ras. Menurut Setyawan dkk (2013) Ukuran
telur juga dipengaruhi oleh kandungan lemak yang merupakan
salah satu bahan terbesar pembentuk telur
Keadaan kerabang
Item AA A B Ckerabang Bersih,tid
ak pecah
Bersih,ti
dak pecah
Kotoran
1/32 -
1/16,
tidak
pecah
Kotoran
lebih
dari
1/16,
tidak
pecah
B. Penentuan kualitas telur secara interior
Candling (peneropongan) untuk mengetahui besarnya kantong
udara dan mendeteksi retak-retak pada cangkang, meat spot,
blood spot, mobilitas yolk dan germinasi.
Indeks putih telur= tinggi putih telur kental : rerata
diameter putih telur kental. Nilai indeks bervariasi
antara 0,05 sampai 0,174 dan menurut Koswara (2009) telur
baru berkisar 0,09 -0,12. Indeks putih telur menurun
selama penyimpanan karena pemecahan ovomucin yang
dipercepat naiknya pH
Haugh Unit Telur dengan mutu yang baik mempunyai HU
minimal 72. Telur yang tidak layak dikonsumsi mempunyai HU
kurang dari 30.
HU= 100 log (H + 7,57 – 1,7.W0,37)
Indeks Kuning Telur (IKT) adalah perbandingan tinggi
kuning telur dengan garis tengah kuning telur. Telur segar
mempunyai Indeks Kuning Telur 0,33 - 0,50 dengan rata-rata
0,42. Semakin tua/lama umur telur (sejak ditelurkan
unggas) Indeks Kuning telur menurun karena penambahan
ukuran kuning telur akibat perpindahanair (dari putih ke
kuning telur). Standar untuk indeks kuning telur adalah
sebagai berikut : 0,22 = jelek; 0,39 = rata-rata, dan 0,45
= tinggi.
Selain pada telur utuh pengujian juga dilakukan pada produk
olahan telur Pengujian mutu terhadap telur selain telur utuh
antara lain
1. Kandungan padatan pada produk-produk cairan telur dan telur
beku (biasanya diukur dengan refraktometer). Derajat pemisahan
putih telurdan kuning telur akan mempengaruhi kandungan padatan
didalamnya.
2. Pengujian aktivitas a-amilase untuk menguji kecukupan
perlakuan panas (pasteurisasi). Jika pasteurisasi cukup, produk
telur tersebut tidak menunjukan adanya aktivitas alfa-amilase.
3. Pengujian kelarutan produk-produk telur kering.
4. Pengujian kandungan mikroba
Grade Telur Konsumsi
Penentuan mutu telur menurut U.S. Egg Grading Manual dan Standar
Nasional Indonesia
Kualitas AA (Mutu 1)
Kondisi telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan bentuknya
normal. Kedalaman kantung udara tidak boleh lebih dari 3,2 mm
(SNI : < 0,5 cm). Putih telur harus bersih, kental dan stabil,
dengan konsistensi seperti gelatin, Ketika diteropong, kuning
telur tidak bergerak-gerak, berbentuk bulat, terletak deitengah
telur, kuning telur dan bersih dari bercak darah atau noda
apapun. Bayangan batas-batas kuning dan putih telur ketika di
teropong tidak terlihat jelas.
Kualitas A (Mutu 2)
Cangkang telur bersih, halus, licin, tidak retak, dan bentuknya
normal. Kedalaman rongga udara tidak boleh lebih dari 4,8 mm (SNI
: 0,5-0,9 cm). Putih telur harus bersih, dan kental. Bayangan
batas-batas kuning dan putih telur ketika diteropong mulai
terlihat agak jelas. Kuning telur berbentuk bulat, posisinya di
tengah, harus bersih, dan tidak ada bercak atau noda.
Kualitas B (Mutu 3)
Cangkang bersih, tidak boleh retak, agak kasar, dan mungkin
bentuknya abnormal. Kantung udara lebih dari 1,6 mm
(SNI : > 1 cm). Putih telur encer, sehingga kuning telur bebas
bergerak saat diteropong. Ada noda sedikit, tetapi tidak boleh
ada benda asing lainnya dan bagian kuning belum tercampur dengan
putih. Kuning telur terlihat gepeng (pipih) bentuknya, agak
melebar, bintik atau noda darah mungkin ada, tetapi diameternya
tidak boleh lebih dari 3,2 mm.
Menurut Winarno (1993), Klasifikasi telur dibagi atas empat
kualitas, yaitu :
- Kualitas AA
Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak retak atau
berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam
telur sepanjang 0,32 cm. Rongga udara berada di bagian tumpul
dan tidak bergerak-gerak. Putih telur harus bersih dan encer.
Kuning telurnya dan tanpa kotoran.
- Kualitas A
Kulit telur juga harus bersih, tidak retak atau berkerut,
mulus dan normal. Rongga udara 0,48 cm dan terdapat bagian
tumpul dari telur. Putih telur bersih dan agak encer. Kuning
telur normal dan bersih.
- Kualitas B
Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan agak tidak normal,
misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih
telur bersih dan lebih encer. Kuning telur normal tetapi ada
bercak yang normal.
- Kualitas C
Kulit telur bersih dan sedikit kotor, kulit tidak normal.
Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur sudah encer, ada
telur yang berbentuk tidak normal. Kuning telur sudah
mengandung bercak-bercak, bentuk telur tidak normal atau
pipih.
Amerika dan Negara Eropa pelabelan mutu telur sudah
dilakukan. Telur-telur yang dijual di pasaran, dikemas dan diberi
label sesuai dengan grade dan ukurannya. Di Eropa peraturan
penjualan telur sangat ketat. Hanya telur grade AA/Ekstra Class
dan A yang boleh dijual untuk telur konsumsi, selebihnya
digunakan untuk industri telur yang memproduksi liquid egg, egg
powder, atau produk lain yang mengandung telur
Harga Telur Ayam Konsumsi
WILAYAH KOTA HARGA/
KGDKI Jakarta 15700JAWA
BARAT
Bogor 15500Sukabum
i
15600
Cianjur 15500JAWA
TENGAH
Purwoke
rto
14800
Sukorej
o
14600
Semaran
g
14800
Salatig
a
14800
Kudus 14800Magelan
g
14800
Jogja 14800JAWA
TIMUR Madiun 14500Megetan 14500Cepu 14600
Ponorog
o
14600
Jember 15000
Banyuwa
ngi
15000
Kerusakan Telur
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik
kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba. Mikroba dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori
yang terdapat pada kulit telur, baik melalui air, udara, maupun
kotoran ayam. Telur yang telah dipecah akan mengalami kontak
langsung dengan lingkungan, sehingga lebih mudah rusak
dibandingkan dengan telur yang masih utuh.
Tanda-tanda kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah
sebagai berikut:
Perubahan fisik, yaitu penurunan berat, pembesaran kantung
udara di dalam telur, pengenceran putih dan kuning telur.
Timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
Timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri
pembentuk warna, yaitu bintik-bintik hijau, hitam, dan
merah.
Bulukan, disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
Pencucian telur dengan air tidak menjamin telur menjadi
lebih awet, karena jika air pencuci yang digunakan tidak bersih
dan tercemar oleh bakteri, maka akan mempercepat terjadinya
kebusukan pada telur. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencuci
telur yang tercemar oleh kotoran ayam menggunakan air bersih yang
hangat
Kerusakan telur pun dapat diakibatkan oleh mikroba. Mikroba
yang seringkali menyebabkan kerusakan pada telur antara lain oleh
bakteri(busuk-putih, hitam, campuran dan telur basah), dan
cendawan (kulit jamuran dan bercak hitam). Kebusukan oleh bakteri
dapat dihindari dengan mencegah adanya air pada permukaan.
Macam-macam bakteri pembusuk pada telur :
Salmonella : bakteri pembusuk ini dapat menyebabkan penyakit
diare, kram perut, demam 8 sampai 72 jam setelah makan telur,
radang sensi, rematik sistemik.
Aeromonas sp. : bakteri pembusuk ini dapat menyebabkan
penyakit pada saluran pencernaan, infeksi bakteri, di dalam
aliran darah, tumor ganas, infeksi menyuluruh pada seluruh tubuh,
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Bacilus cereus. : Bakteri pembusuk jenis ini dapat menyebabkan
penyakit diare berair, kram perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6
sampai 15 jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi
bakteri.
Enterobacteria. : Bakteri pembusuk ini dapat menyebabkan
penyakit gastroenteritis akut (mual, muntah, demam, sakit perut),
diare berair kronis, dan disentri.
Listeria monocytogenesis. " dapat menyebabkan penyakit infeksi
pada aliran darah, radang selaput otak, infeksi kandungan pada
leher rahim.
Streptococcus sp. : dapat menyebabkan penyakit infeksi
tenggorokan, demam, infeksi dalam aliran darah, infeksi pada
tonsil. (anonym,2013)
Penanganan Telur
Secara umum, telur memiliki masa simpan 2 – 3 minggu apabila
tanpa penanganan pengawetan
Pengawetan Telur Segar (Koswara,2009)
Pengawetan telur utuh bertujuan untuk mempertahankan mutu
telur segar. Prinsip dalam pengawetan telur segar adalah
mencegah penguapan air dan terlepasnya gas-gas lain dari
dalam isi telur, serta mencegah masuk dan tumbuhnyamikroba di
dalam telur selama mungkin. Hal-hal di atas dapat dilakukan
dengan cara menutup pori-pori kulit telur atau mengatur
kelembaban dan kecepatan aliran udara dalam ruangan
penyimpanan. Penutupan pori-pori kulit telur dapat dilakukan
dengan menggunakan larutan kapur, parafin, minyak nabati
(minyak sayur), air kaca (water glass), dicelupkan dalam air
mendidih dan lain-lain. Sedangkan pengaturan kecepatan dan
kelembaban udaradapat dilakukan dengan penyimpanan di ruangan
khusus.
Sebelum dilakukan prosedur pengawetan, penting
diperhatikan kebersihan kulit telur. Hal ini karena meskipun
mutunya sangat baik, tetapi jika kulitnya kotor, telur
dianggap bermutu rendah atau tidak dipilih pembeli.
Pembersihan kulit telur dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Merendam telur dalam air bersih, dapat diberi sedikit
detergen atau Natrium hidroksida (soda api). Kemudian dicuci
bersih sehingga kotoran yang menempel hilang.
Mencuci telur dengan air hangat suam-suam kuku (sekitar 60
oC) yang mengalir. Untuk mempercepat hilangnya kotoran dapat
digunakan kain. Setelah kilit telur bersih, dapat dilakukan
pengawetan telur segar dengan metode antara lainpengemasan
kering, perendaman dalam berbagai janis cairan, penutupan
pori-porikulit telur dan penyimpanan dingin.
Pengemasan Kering
Pengemasan telur dapat dilakukan secara kering dengan
menggunakan bahan-bahan seperti sekam, pasir dan serbuk
gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan memperlambat
hilangnya air dan CO2. Kelemahan cara ini adalah manambah
berat dan volume, yang dapat menaikkan ongkos angkut dan
ruang penyimpanan. Disamping itu, pengemasan kering tidak
banyak memberikan perlindungan terhadap mikroba selama
penyimpanan.
Perendaman Basah
1. Perendaman telur dalam larutan kapur
Perendaman dilakukan selama 21 hari, selanjutnya diangkat
dan ditiriskan, dengan cara ini telur dapat bertahan
selama 3 – 4 bulan
2. Perendaman dalam minyak paraffin
3. Perendaman dalam air kaca
Pada saat perendaman telur, air kaca membentuk dan
mengendapkan silikat pada kulit telur, sehingga pori-
porinya tertutup. Air kaca juga mempunyai daya
antiseptik, sehingga mencegah pertumbuhan mikroba.
4. Pencelupan telur dalam air mendidih
Pencelupan telur dilakukan selama kurang lebih 5 detik
pada air mendidih. Hal ini menyebabkan permukaan dalam
kulit telur akan menggumpal dan menutupi pori-pori kulit
telur dari dalam
5. Pengawetan telur dengan bahan penyamak nabati
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
pengunaan pengawet nabati dapat
memperlambat penyusutan berat telur, penurunan Nilai
Haugh Unit dan mempertahankan kualitas telur hingga
minggu ketujuh (Silalahi,2009)
6. Penutupan pori-pori kulit telur
Teknik penyemprotan akan menghasilkan sekitar 50 mg
minyak yang menutupi pori-pori sebutir telur. Jika cara
ini dikombinasikan dengan penyimpanan pada suhu dingin
(sekitar 1 oC) dapat mengawetkan telur selama 6 bulan,
dengan hampir tidak ada perubahan dibandingkan keadaan
segarnya.
Penyimpanan dingin
Telur segar dapat dipertahankan mutunya dalam waktu yang
relatif lama bila disimpan dalam ruangan dingin dengan
kelembaban udara antara 80 - 90 % dan kecepatan aliran udara
1 - 1,5 m/detik. Dalam hal ini telur disimpan sedekat mungkin
di atas titik beku telur yaitu -2 oC. Suhu yang rendah ini
akan memperlambat hilangnya CO2 dan air dari dalam telur
serta penyebaran air dari putih ke kuning telur. Untuk lebih
menghambat hilangnya CO2 maka kadar CO2 di dalam ruang
penyimpanan dapat ditingkatkan sampai 3 persen.
Disimpan dalam Frezer dengan suhu 0-2 Derajat Celcius,
telur dapat bertahan selama 6 bulan, sedangkan pada suhu 5-
10 derajat celcius dapat bertahan hanya 1-2 bulan saja.
Pembersihan Telur dengan air dan penyimpanan pada suhu kamar
Lama penyimpanan menentukan kualitas telur. Semakin lama
disimpan, kualitas dan kesegaran telur semakin merosot. Pedagang
sebelum menjual telur biasanya mereka membersihkan kulitnya
supaya terlihat lebih menarik dan bersih padahal pencucian telur
malah mempercepat penurunan kualitas telur karena pada saat telur
dibersihkan pori-pori kulit telur terbuka dan terdapat selaput
kutikula yang melapisi kulit telur ikut hilang. Akibatnya karena
tidak adanya selaput kutikula maka mikroorganisme masuk dengan
mudahnya ke dalam telur. Media yang biasa dipakai oleh pedagang
untuk membersihkan telur ayam konsumsi adalah dengan air. Padahal
dalam kandungan air yang tidak bersih banyak terdapat
mikroorganisme yang dapat menyebabkan cemaran pada telur.
Penyimpanan telur dalam suhu kamar berpengaruh terhadap
nilai IPT, IKT, dan HU dimana semakin lama penyimpanan maka nilai
IPT, IKT dan HU semakin menurun dan selanjutnya akan terjadi
kerusakan. Telur ayam konsumsi tanpa dibersihkan nilai IPT, IKT
dan HU lebih baik daripada yang dibersihkan selama penyimpanan
dalam suhu kamar. Terdapat interaksi antara telur dibersihkan dan
tanpa dibersihkan dengan lama penyimpanan pada suhu kamar,
terhadap kualitas telur (IPT, IKT dan HU) dimana akan mengalami
penurunan. (Fibrianti dkk,2012)
Egg Tray
Alat yang berfungsi sebagai tempat menyimpan telur
konsumsi/bibit atau untuk transportasi/pada Mesin Tetas Telur
Telur merupakan produk yang mudah rusak, kerena memiliki
sifat mudah pecah dan kualitasnya cepat merubah baik dalam proses
transportasi maupun selama penyimpanan. Dalam proses pengangkutan
telur ayam ras ini, menggunakan wadah telur (egg tray) yang
berbahan plastik dan berbahan kertas daur ulang dimana pemakaian
egg tray ini dirasa perlu, terutama untuk kepentingan pengiriman
sehingga meminimkan kerusakan yang terjadi pada telur ayam ras
pada saat proses transportasi.
Kapasitas egg tray
kapasitas 48 butir
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Struktur dan komposisi telur secara terperinci dapat dibagi
menjadi : kerabang, membrane, albumen, khalaza dan yolk
Telur tersusun atas sebagian besar air (75% dari berat
telur) dan bahan organik yaitu protein 12 %,lipida 12%,
vitamin dan karbohidrat 1 % sedangkan bahan anorganik yakni
mineral
Telur memiliki sifat-sifat fisiko kimia yang sangat berguna
dalam pengolahan pangan. Sifat-sifat tersebut meliputi daya
busa, emulsi, koagulasi dan warna
Dua cara penentuan kualitas telur yaitu penentuan secara
eksterior dan interior telur
Telur dapat mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik maupun
kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Mikroba
dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang terdapat
pada kulit telur, baik melalui air, udara, maupun kotoran
ayam
Secara umum, telur memiliki masa simpan 2 – 3 minggu apabila
tanpa penanganan pengawetan
Penaganan telur : pencucian dengan soda kue atau air hangat,
pengemasan kering, perendaman dengan larutan kapur atau
bahan penyamak nabati atau penutupan pori-pori dengan
penyemprotan minyak
Saran
Telur mudah rusak sehingga perlu penanganan yang baik.
Jangan menempatkan telur ditempat yang kotor. Perlu adanya
penulisan dan penelitian lebih lanjut mengenai penanganan telur
guna didapatkannya metode terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2012.kerusakan pada telur.diakses pada tanggal 25 Mei 2014http://landemi.blogspot.com/2012/12/keruskan-pada-telur.html,
Fibrianti, S dkk.2012. Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan TanpaDibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar. Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(3) : 408 – 416
Haryono .2000. langkah- langkah teknis uji kualitas telur ayamkonsumsi. Temu teknis fungsional nonpeneliti
Hendratno, B dkk.2013. Pengaruh Penambahan Choline Chloride SebagaiAditif Pakan Terhadap Kualitas Eksternal Telur BurungPuyuh(Coturnix coturnix japonica). Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur (Teori dan Praktek).eBookPangan.com
Mawaddah, N.2010. Pengaruh Cara Pengolahan Kadar Protein danKolesterolpada berbagai Jenis Telur. Skripsi. UIN SunanKalijaga
Nugraha, FS dkk.2013. Kualitas Telur Itik yang Dipelihara Secara Terkurung Basah dan Kering Di Kabupaten Cirebon. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 726 - 734,
Nurwantoro dan Mulyani. 2003. Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil Ternak. Universitas Diponegoro
Silalahi,2009. Pengaruh Beberapa Bahan Pengawet Nabati TerhadapNilai Haugh Unit, Berat dan Kualitas Telur Konsumsi SelamaPenyimpanan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
Standar Nasional Indonesia 01-3926-1995. Telur ayam KonsumsiWinarno.1993U.S. Egg Grading Manual