TUGAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN MALL CIMANGGIS SQUARE
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of TUGAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN MALL CIMANGGIS SQUARE
TUGAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN MALL CIMANGGIS SQUARE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan
sumber daya alam untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
proses pembangunan, tentunya dibutuhkan sumber daya yang besar
sehingga akan memberikan dampak bagi lingkungan. Seperi halnya
pembangunan mall yang marak terjadi di kota-kota besar. Mall
adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur
berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki
jalur untuk berjalan – jalan yang teratur, sehingga berada
diantara toko – toko kecil yang saling berhadapan. Jika
dilihat, pembangunan mall terkesan di luar kendali dan tidak
memperhatikan faktor lalu lintas di sekitarnya, sehingga dapat
menimbulkan kemacetan lalu lintas. Ditambah lagi sebagian
besar mall dibangun di kawasan yang padat dan macet. Selain
menyebabkan kemacetan, keberadaan mall juga terkesan sering
tidak memperhatikan kondisi lingkungan disekitarnya.
Agar pembangunan mall tidak menyebabkan menurunya
kemampuan lingkungan yang disebabkan karena pemakaian sumber
daya yang tidak terkendali dan dapat menyebabkan dampak
negatif, maka diciptakan suatu perencanaan dengan
mempertimbangkan lingkungan. AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau
kegiatan di Indonesia. Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif
dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasan
dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Dengan AMDAL, suatu
rencana pembangunan diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan mengembangkan
dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,
maka yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana dampak
yang ditimbulkan dari pembangunan mall Cimanggis Square dan
bagaimana peranan AMDAL dalam mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari pembangunan mall Cimanggis Square.
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Lingkungan HidupSelama ini kita mengenal dan menyebut istilah “lingkungan
hidup” sebagai “lingkungan” saja yang maksudnya adalah lingkungan hidup bagi manusia. Pengertian lingkungan hidup antara lain sebagai berikut:
1. St. Munajat Danusaputra : Lingkungan adalah semua benda dankondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hiduplainnya.
2. Otto Soemarwoto : Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
3. Emil Salim : Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi,keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
4. Pasal 1 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan LingkunganHidup : Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dankesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain.
Komponen-komponen lingkungan hidup tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik adalah makhluk hidup yang meliputi hewan, tumbuhan dan manusia. Komponen abiotik adalah benda-benda tak hidup (mati) antara lain air, tanah, batu, udara dan cahaya matahari. Semua komponen yang berada di dalam lingkungan hidupmerupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk sistem kehidupan yang disebut ekosistem.
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Ekosistem merupakan suatu kesatuan fungsional antara komponen biotik dan komponen abiotik. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang komplek dan memiliki penyusunan yang beragam.
2.1.1 Jenis-Jenis Lingkungan HidupLingkungan hidup terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut
merupakan pengertian dari jenis-jenis lingkungan hidup tersebut:
1. Lingkungan Hidup AlamiLingkungan hidup alami merupakan lingkungan bentukan alam yangterdiri atas berbagai sumber alam dan ekosistem dengan komponen-komponennya, baik fisik, biologis. Lingkungan hidup alami bersifat dinamis karena memiliki tingkat heterogenitas organisme yang sangat tinggi.
2. Lingkungan Hidup Binaan/BuatanLingkungan hidup binaan/buatan mencakup lingkungan buatan manusia yang dibangun dengan bantuan atau masukan teknologi, baik teknologi sederhana maupun teknologi modern. Lingkungan
hidup binaan/buatan bersifat kurang beranka ragam karena keberadaannya selalu diselaraskan dengan kebutuhan manusia.
3. Lingkungan Hidup SosialLingkungan hidup sosial terbentuk karena adanya interaksi sosial dalam masyarakat. Lingkungan hidup sosial ini dapat membentuk lingkungan hidup binaan tertentu yang bercirikan perilaku manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara individu dan masyarakat sangat erat dan saling mempengaruhi serta saling bergantung.
2.1.2 Mutu Lingkungan HidupMutu lingkungan hidup dapat dianggap sebagai derajat baik
dan buruknya lingkungan hidup yang didalamnya terdapat sumber daya alam yang layak dimanfaatkan manusia. Namun secara sederhana mutu lingkungan hidup diartikan sebagai derajat kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang hidup di suatu wilayah secara optimal. Mutu lingkungan hidup dibedakan berdasarkan lingkungan biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya.
1. Lingkungan biofisik terdiri dari komponen-komponen lingkungan hidup alamiah, yaitu biotik dan abiotik yang salingmempengaruhi satu sama lain.
2. Lingkungan sosial ekonomi adalah lingkungan manusia dan hubungan antar sesamanya guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Lingkungan budaya adalah segala kondisi, baik berupa materi(benda) maupun non materi yang dihasilkan karena budi daya oleh manusia.
Pengertian baku mutu lingkungan hidup menurut UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2.1.3 Pengelolaan Lingkungan HidupPengertian pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UU
No. 23 Tahun 1997 adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan, penataan,pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
1. Pandangan Immanen dan TransendenDidalam ekologi, manusia dipandang sama dengan makhluk hidup yang lain. Manusia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi yang dipentingkan adalah keserasian hubungan antara manusia dan alam. Pandangan yang demikian dinamakan pandangan immanen.
Namun, saat ini manusia dipandang berada di luar alam. Pandangan yang demikian disebut pandangan yang transsenden.
2. Pengelolaan Lingkungan Tugas ManusiaHakikat pengelolaan lingkungan hidup bukan hanya mengatur lingkungannya, tetapi didalamnya termasuk mengatur dan mengendalikan berbagai kegiatan manusia agar berlangsung dan berdampak dalam batas kemampuan dan keterbatasan lingkungan untuk mendukungnya. Manusia perlu secara rutin mengelola lingkungan hidup agar dapat memanfaatkannya secara optimal
3. Pembangunan dan Pengelolaan Lingkungan HidupPengelolaan lingkungan perlu dilakukan sejah dini agar pembangunan yang makin pesat pelaksanaannya dapat memanfaatkanlingkungan hidup melalui penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan. Pembangunan tidak saja mendatangkan manfaat, tetapi juga menimbulkan resiko terjadinya kerusakan lingkungan. Pembangunan pada hakikatnya bertujuan untuk menimbulkan keragaman dan diversifikasi dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
4. Tujuan Pengelolaan Lingkungan HidupTujuan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UU No. 23 tahun 1997 adalah sebagai berikut :
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan kesimbangan antaramanusia dan lingkungan hidupnya.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidupyang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
2.2 Aturan Hukum Mengenai LingkunganIstilah “hukum lingkungan” merupakan konsepsi yang
relatif masih baru dalam dunia keilmuan pada umumya dan dalam lingkungan ilmu hukum pada khususnya, yang tumbuh sejalan bersamaan dengan tumbuhnya kesadaran akan lingkungan. Dengan tumbuhnya pengertian dan kesadaran melindungi dan memelihara lingkungan hidup tersebut, tumbuh pula perhatian hokum terhadap lingkungan. Pemikiran untuk mengkaji dan mengembangkan masalah lingkungan hidup di Indonesia untuk pertama kali dimulai pada tahun 1972, ketika Mochtar Kusuma-Atmadja menyampaikan beberapa pikiran dan sarannya tentang bagaimana pengaturan hukum mengenai masalah lingkungan hidup manusia dengan menunjukkan betapa pentingnya peranan hukum
untuk keperluan tersebut. Adapun pengaturan hukum mengenai masalah lingkungan hidup manusia yang perlu dipikirkan, menurut Mochtar Kusuma Atmadja adalah sebagai berikut:
1. Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan keseluruhan prosessehingga kepastian dan ketertiban terjamin. Adapun isi materi yang harus diatur ditentukan oleh ahli-ahli dari masing-masingsektor, di samping perencanaan ekonomi dan pembangunan yang akan memperhatikan dampak secara keseluruhan.
2. Cara pengaturan menurut hukum perundang-undangan dapat bersifat preventif dan represif, sedangkan mekanismenya ada beberapa macam yang antara lain dapat berupa perijinan, insentif, denda dan hukuman.
3. Cara pendekatan atau penanggulangannya dapat bersifat sektoral, misalnya perencanaan kota, pertambangan, pertanian, industri, pekerjaan umum, kesehatan dan lain-lain. Dapat juga dilakukan secara menyeluruh dengan mengadakan undang-undang pokok mengenai Lingkungan Hidup Manusia (Law on the Human Environment atau Environmental Act) yang merupakan dasar bagi pengaturan sektoral .
4. Pengaturan masalah ini dengan jalan hukum harus disertai oleh suatu usaha penerangan dan pendidikan masyarakat dalam soal-soal lingkungan hidup manusia. Hal ini karena pengaturan hukum hanya akan berhasil apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-undangan itu di pahami oleh masyarakat dandirasakan kegunaannya.
5. Efektifitas pengaturan hukum masalah lingkungan hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari keadaan aparat administrasi dan aparat penegak hukum sebagai prasarana efektivitas pelaksanaan hukum dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dan memberi manfaat kepada masyarakat. Dengan kata lain harus ada kepastian hukum didalamnya. Dalam pembangunan hukum lingkungan, diperlukan adanya kepastian hukum karena kepastian hukum menghendaki bagaimana hukumnya dilaksanakan, tanpa peduli bagaimana pahitnya (fiat justitia et pereat mundus : meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hal ini dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam masyarakat. Misalnya: “Barang siapa mencemarkan lingkungan maka ia harus dihukum”, ketentuan ini menghendaki agar siapapun (tidak peduli jabatannya) apabila melakukan pencemaran lingkungan maka ia harus dihukum.
A. Undang – Undang Lingkungan HidupPada tahun 1982, Indonesia menyusun undang-undang tersendiri
mengenai kebijakan lingkungan hidup. Undang-undang yang mengatur hal ini ialah undang-undang no.4 tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN 1982 Nomor 12, TLN 3215). Sejak diundangkannya UU No. 4 Tahun 1982, berbagai produk peraturan perundang-undangan resmi telah berhasil ditetapkan sebagai kebijakan yang diharapkan dapat dijadikan pegangan dalam setiap gerak dan langkah pembangunan yang di lakukan, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun badan-badan usaha. Seiring dengan perkembangan, maka UU No. 4 Tahun 1982 direvisidengan Undang-undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 No. 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699). ). Pada dasarnya, UU No 23 Tahun 1997 telah menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, dimana hal undang-undang ini merupakan penyempurnaan terhadap undang-undang sebelumnya. Kemudian pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan instrumen hukum yang baru guna menggantikan UU No23 tahun 1997 mengingat berbagai perubahan situasi dan kondisiterkait permasalahan Lingkungan Hidup yang terjadi di Indonesia. Karena itulah, perbedaan yang paling mendasar dari UU No 23 Tahun 1997 dengan UU No 32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan pada UU terbaru ini tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemarandan/atau kerusakan Lingkungan Hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi,partisipasi, akuntabilitas dan keadilan. Terdapatbeberapa istilah dalam UU ini antara lain:
Lingkungan hidupAdalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.
Pengelolaan Lingkungan hidupMerupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
Merupakan upaya sadar dan terencana yang memadu lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masakini dan generasi masa depan.
EkosistemAdalah tatanan unsur lingkungan hidup dan merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi membentuk suatu keseimbangan, stabilitas, dan produktifitas lingkungan hidup.
Pelestarian lingkungan hidupAdalah rangkaian upaya upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Daya lingkungan hidupKemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup.
Pelestarian daya dukung lingkungan hidupMerupakan rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap terhadap tekanan perubahan dan atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetapmampu mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain.
Daya tampung lingkungan hidupKemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang dibuang kedalamnya.
Pelestarian daya tampung lingkungan hidupRangkaian upaya untuk melindungi daya tampung lingkungan
hidup. Sumber daya
Adalah unsur lingkungan hidup yang teriri dari sumber daya alam baik hayati maupun non hayati, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Baku mutu lingkungan hidupUkuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada dan atau unsur pencemar yang keberadaanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidupMerupakan masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energidan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatanmanusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang ,menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
Merupakan ukuran batas perubahan sifat fisik dan atau hayati yang dapat diterima.
Perusakan lingkungan hidupMerupakan tindakan yang menimbulkan perubahan langsung dan atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagiuntuk menunjang pembangunan berkelanjutan.
Konservasi sumber daya alamAdalah pengelolaan sumber daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam terbarui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
LimbahSisa suatu usaha atau kegiatan.
Bahan berbahaya dan beracunMerupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah bahan berbahaya dan beracunSisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Sengketa lingkungan hidupMerupakan sengketa yang ditimbulkan karena adanya atau diduga adanya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.
Dampak lingkungan hidupPengaruh perubahan terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.
Organisasi lingkungan hidupOrganisasi yang tujuan kegiatannya di bidang lingkungan
hidup. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup
Kajian mengenai dampak besar dan dan penting suatu dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hoidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan suatu usaha atau kegiatan.
Audit lingkungan hidup
Proses evaluasi terhadap pertanggungjawaban terhadap ketaatan dalam menjaga lingkungan hidup
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup berisi:
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunanberkelanjutan serta dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat serta perkembangan lingkungan global.
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, mempunyai hak atas informasi yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup dan setiap orang berhak danberkewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup serta berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
B. Peraturan Menteri Lingkungan HidupBerdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, menteri Negara lingkungan hidup memutuskan untuk mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang keterlibatan masyarakat dalam proses analisis mengenaidampak lingkungan hidup dan izin lingkungan. Berikut merupakanisi yang terdapat dalam peraturan tersebut:
Pasal 1Pedoman keterlibatan masyarakat dalam proses analisis mengenaidampak lingkungan hidup dan izin lingkungan dimaksudkan sebagai acuan:
a. Pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam proses analisis mengenai dampak lingkungan hidup; dan
b. Pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam proses izin lingkungan
Pasal 2Pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan izin lingkungan dilakukanberdasarkan pronsip dasar:
a. Pemberian informasi yang transparan dan lengkap;b. Kesetaraan posisi diantara pihak-pihak yang terlibat;c. Penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana; dan
d. Koordinasi, komunikasi dan kerjasama dikalangan pihka-pihak yang terkait.
Pasal 3Pedoman keterlibatan masyarakat dalam proses analisis mengenaidampak lingkungan hidup dan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4Pedoman keterlibatan masyarakat dalam proses Analisis MengenaiDampak Lingkungan Hidup dan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 memuat:
a. Pendahuluan; b. Tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam proses analisis
mengenai dampak lingkungan hidup; dan c. Tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam proses izin
lingkungan.Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasidalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dicabutdan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
C. Peraturan PemerintahPemerintah telah mensahkan dan mengundangkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan pada tanggal 23 Pebruari tahun 2012. Sejak saat itu PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang amdal telah dicabut dan dinyatakan tidakberlaku lagi.
Peraturan ini merupakan PP pertama yang selesai dibuat dari 20 PP yang dimandatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPH) harus selesai satu tahun setelah UUPPH diundangkan. Artinya setelah hampir 3 Tahun usia UUPPH baru 1 peraturan pelaksananya berupa PP yang diselesaikan.
Peraturan Pemerintah tentang izin lingkungan ini telah menjawab pertanyaan para praktisi dan istitusi pengelola
lingkungan hidup di negeri ini seperti apakah wujud dari izin lingkungan tersebut, apa bedanya dengan persetujuan kelayakan lingkungan, rekomendasi UKL-UPL, dan izin-izin yang sudah ada selama ini seperti izin pengelolaan limbah B3, izin land aplikasi, dan lain-lain.
Izin lingkungan adalah izin yang wajib dimiliki setiap orangyang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa izin lingkungan dilakukan pada saat kegiatan belum dilaksanakan danuntuk mendapatkannya rencana usaha dan/atau kegiatan harus sudah memiliki dokumen amdal atau formulir UKL-UPL. Izin lingkungan ini akan menjadi persyaratan dalam memperoleh izin operasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Jadi izin usaha tidakakan diterbitkan jika izin lingkungan tidak ada dan izin lingkungan tidak akan diterbitkan jika tidak ada dokumen amdalatau formulir UKL-UPL.
PP ini mengatakan bahwa tata cara mendapatkan izin lingkungan seperti, harus menyampaikan:
a. Dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL; b. Dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan c. Profil Usaha dan/atau Kegiatan.
Kemudian izin lingkungan tersebut sebelum diterbitkan terlebih dahulu harus diumumkan kepada masyarakat di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan untuk mendapatkan saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat. Saran, pendapat dan tanggapan tersebut disampaikan oleh wakil masyarakat yang terkena dampak yang menjadi anggota komisi penilai amdal. Penerbitan izin lingkungan dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan atau rekomendasiUKL-UPL. Izin lingkungan ini paling tidak memuat beberapa hal yaitu:
a. Persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL;
b. Persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan
c. Berakhirnya Izin Lingkungan. Masa berlaku izin lingkungan ini sama dengan masa berlaku izin usaha dan/atau kegiatan.
Peraturan pemerintah ini juga mewajibkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Izin ini berbeda dari izin
lingkungan. Izin lingkungan diperoleh sebelum usaha dan/atau kegiatan beroperasi tetapi perizinan lingkungan dapat diperoleh setelah usaha dan/atau kegiatan beroperasi. Jenis perizinan lingkungan yang diatur dalam PP ini antara lain: izin pembuangan limbah cair, izin pemanfaatan air limbah untukaplikasi ke tanah, izin penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pengumpulan limbah bahan berbahayadan beracun, izin pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pembuanganair limbah ke laut, izin dumping, izin reinjeksi ke dalam formasi, dan/atau izin venting.
Kewenangan Pusat, Provinsi dan kab/kota dalam hal penerbitandan pengawasan izin lingkungan juga diatur dengan jelas dalam PP ini. Menteri menerbitkan izin lingkungan untuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL diterbitkan oleh Menteri; Gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh gubernur; dan Bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
Peraturan Pemerintah ini juga mengatur secara detail tentangamdal karena PP ini sekaligus juga merupakan pengganti terhadap PP nomor 27 tahun 1999 tentang amdal. Dalam PP 27 Tahun 2012 ini dikatakan bahwa dokumen amdal yang kita kenal selama ini terdiri dari 5 (lima) dokumen, sekarang menjadi 3 (tiga) dokumen yaitu dokumen KA-ANDAL, dokumen ANDAL dan dokumen RKl-RPL. Kewenangan komisi penilai amdal dan keanggotaan dalam komisi penilai amdal juga diatur secara rinci dalam PP ini.
Peraturan ini dengan tegas memberikan larangan kepada Pegawai Negeri Sipil Pegawai negeri sipil yang bekerja pada instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kotamenjadi penyusun amdal atau UKL-UPL kecuali dalam hal instansilingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota bertindak sebagai Pemrakarsa, pegawai negeri sipil dimaksud dapat menjadi penyusun amdal atau UKL-UPL.
Salah satu yang menarik dari PP ini adalah adanya kejelasan dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran amdal dan UKL-UPL. Dengan PP nomor 27 tahun 1999 sulit melakukan penegakan hukum
terhadap pelanggaran amdal dan UKL-UPL mengingat amdal dan UKL-UPL bukan keputusan tata usaha negara (TUN). Pada PP nomor 27 Tahun 2012 ini, dimana jelas izin lingkungan yang didalamnya termuat amdal atau UKL-UPL merupakan keputusan TUN yang mempunyai konsekuensi hukum atas pelanggarannya sebagaimana diatur dalam UUPPH. Jadi amdal dan UKL-UPL yang selama ini dianggap dan dalam prakteknya hanya dibuat untuk memenuhi persyaratan mendapatkan izin operasional, dengan PP ini maka hal itu dapat dipastikan tidak akan terulang lagi. Pengenaan sanksi tidak hanya terhadap pemrakarsa tetapi juga kepada pemerintah.
Satu hal yang menjadi pertanyaan dengan keluarnya PP ini adalah apakah PP merupakan juga PP tentang amdal sebagaiman yang diamanatkan UUPPLH pada Pasal 33 yang menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai amdal akan diatur dengan Peraturan Pemerintah atau hanya tentang Izin lingkungan sebagaimana diamanatkan dalam UUPPLH Pasal 41. Melihat substansi dari Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 2012 dan melihat Pasal 74 dalam PP ini yang telah mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi PP nomor 27 tahun 1999 tentang amdal, maka seharusnya judul dari PP ini adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Amdal dan Izin Lingkungan. Dengan demikian selain judulnya menggambarkan isinya, sekaligus juga sejalan dengan pemenuhan mandat UUPPLH bahwa akan ada PP yang mengatur tentang Amdal.
Dengan demikian sejak PP ini diberlakukan, maka seluruh aktifitas penysunan dan penilaian amdal dan pemeriksaan UKL-UPL sudah harus menyesuaikan dan terminologi izin lingkungan sudah dapat digunakan dalam proses pengurusan izin usaha dan/atau kegiatan. Dimana izin lingkungan akan diterbitkan bersamaan dengan penerbitan surat keputusan kelayakan lingkungan dan rekomandasi UKL-UPL. Dalam hal dokumen amdal, maka pemrakarsa hanya akan menyerahkan dokumen KA-ANDAL, ANDALdan RKL-RPL kepada Tim Teknis atau Komisi Penilai AMDAL dan tidak wajib membuat Ringkasan Eksekutif.
D. Keputusan GubernurPembangunan yang semakin meningkat akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan yang semakin besar dan memerlukan pengendalian sehingga pembangunan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Pengaduan masyarakat atas kasus pencemaran maupun kerusakan lingkungan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang pesat dan meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang hak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik. Diperlukan upaya penting dalam pengendalian dampak lingkungan adalah melakukan pengelolaan pengaduan kasus pencemaran maupun kerusakan lingkungan dan dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan lingkungan,perlu menetapkan Mekanisme Penanganan Pencemaran Lingkungan Hidup dengan keputusan Gubernur.
RUANG LINGKUPPasal 2
Ruang lingkup mekanisme penanganan pencemaran lingkungan hidupmeliputi:
a. penanganan pencemaran lingkungan hidup dengan cara biasa;b. penanganan pencemaran lingkungan hidup secara dini
(tindakan darurat);c. pelaksana utama/ujung tombak kegiatan ini berada pada
tingkat Kotamadya/Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu.Pasal 3
1. Penanganan pencemaran lingkungan hidup dengan cara biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a melalui koordinasi antara instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup wilayah kotamadya/kabupaten administrasi Kepulauan Seribu.
2. Penanganan pencemaran lingkungan hidup dengan cara dini (tindakan darurat) sebagaimana dimaksud dengan Pasal 2 huruf b, melakukan tindakan langsung bila terjadinya bahaya besar dan menelan korban jiwa.
LAPORAN MASYARAKATPasal 4
1. Laporan masyarakat di bidang lingkungan hidup sebagaimana dimaksud Pasal 2 dapat bersifat lokal dan lintas Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu;
2. Laporan masyarakat di bidang lingkungan hidup dikategorikanbersifat lokal apabila lokasi kegiatan dan/atau usaha serta dampak lingkungannya berada di dalam wilayah suatu wilayah Kotamadya/ Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu;
3. Laporan Masyarakat di bidang lingkungan hidup dikategorikanbersifat lintas Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu apabila lokasi kegiatan dan/atau usaha serta dampak lingkungannya meliputi dua atau Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu;
4. Laporan masyarakat di bidang lingkungan hidup dikategorikanbersifat lintas Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu atau tingkat Provinsi apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yang telah terjaditelah mengakibatkan korban jiwa;
b. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan dan dampaknya melintasi batas Provinsi;
c. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yang disebabkan oleh limbah bahan berbahaya dan beracun;
d. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan di luar wilayah laut 4 s.d. 12 mil.
INSTANSI PENERIMA PENGADUANPasal 5
1. Instansi penerima pengaduan adalah:a. Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
pengelolaan lingkungan hidup di tingkat Pemerintah Provinsi;b. Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
pengelolaan lingkungan hidup di tingkat Pemerintah Kotamadya/Kabupaten Administrasi kepulauan Seribu.
2. Pejabat penerima laporan yang bersifat lokal pada instansi penerima pengaduan sebagaimana dimaksud ayat (1) di tingkat wilayah adalah:
a. Lurah, di kelurahan yang diduga terjadi pencemaran lingkungan;
b. Camat, di Kecamatan yang diduga terjadi pencemaran lingkungan;
c. Kasudin Perindag Wilayah;d. Kasudin Pariwisata Wilayah;e. Kasudin Kesehatan Wilayah;f. Kasudin Pengairan PU Wilayah;g. Kasudin Jalan PU Wilayah;h. Kasudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Wilayah;i. Kasudin Pertambangan Wilayah;j. Kasudin Kebersihan Wilayah;k. Kasudin Perumahan Wilayah;l. Kasudin Tata Kota Wilayah;m. Kasudin P2B Wilayah;n. Kepala BPLHD Wilayah;o. Walikotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu atau
Kepala instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup di daerah Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
3. Pejabat penerima laporan di tingkat Provinsi adalah:
a. Gubernur Provinsi DKI Jakarta;b. Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta;c. Kepala Dinas Perindag Provinsi DKI Jakarta;d. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta;e. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta;f. Kepala Dinas Pengairan PU Provinsi DKI Jakarta;g. Kepala Dinas Jalan PU Provinsi DKI Jakarta;h. Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi
DKI Jakarta;i. Kepala Dinas Pertambangan Provinsi DKI Jakarta;j. Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta;k. Kepala Perumahan Provinsi DKI Jakarta;l. Kepala Dinas Tata Kota Provinsi DKI Jakarta;m. Kepala Dinas P2B Provinsi DKI Jakarta;n. Kepala Biro ASP Provinsi DKI Jakarta.4. Pejabat penerima laporan yang bersifat lintas
Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada instansi penerima pengaduan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Gubernur atau Kepala instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup di Daerah Provinsi untuk pengaduan masyarakat di bidang lingkungan hidup.
TATA LAKSANA PENGAJUAN LAPORANPasal 6
1. Apabila masyarakat yang mengetahui atau menduga telah terjadinya suatu pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dapat melaporkan kepada:
a. Pejabat pemerintahan terdekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 untuk laporan masyarakat di bidang lingkungan hidup bersifat lokal;
b. Pejabat pemerintah di tingkat provinsi sebagaimana dimaksudpasal 5 ayat 2 untuk laporan masyarakat yang bersifat lintas wilayah;
c. Pejabat pemerintah di tingkat provinsi sebagaimana dimaksuddalam pasal 5 ayat 3 untuk masyarakat yang bersifat lintas wilayah.
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Pasal 71. Dalam laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
pelapor harus memberikan informasi yang jelas tentang adanya pencemaran;
2. Apabila pelapor memiliki data-data pendukung seperti photo,peta, hasil analisa laboratorium, dan lain-lainnya dapat disertakan atau dilampirkan pada pengaduan.
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LAPORANPasal 8
1. Petugas pengelola laporan pada instansi penerima laporan pencemaran lingkungan selanjutnya mempelajari data-data pengaduan untuk menentukan klasifikasi pengaduan.
2. Hasil klasifikasi laporan pencemaran lingkungan hidup dan langkah penanganannya dikategorikan menjadi:
a. Bukan laporan pencemaran lingkungan hidup.b. Setelah melalui verifikasi ternyata laporan pencemaran
lingkungan oleh masyarakat benar.Pasal 9
Untuk menyelesaikan laporan masyarakat tentang pencemaran lingkungan hidup dibentuk Tim Penanganan Pencemaran LingkunganHidup Tingkat Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan Tim Penanganan Pencemaran Lingkungan Hidup Tingkat Provinsi yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Pasal 10Hasil temuan Tim Penanganan Pencemaran Lingkungan Hidup dapat berupa:
a. Tidak merupakan kasus lingkungan tetapi permasalahan sosiallainnya seperti sengketa tanah, kecemburuan sosial dan sebagainya;
b. Tidak terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, tetapi telah terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau perizinan di bidang lingkungan hidup;
c. Telah terjadi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diselesaikan dengan perdata atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan;
d. Telah terjadi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup maka penyelesaiannya diserahkan kepada Polisi dan PPNS untuk dilakukan penyidikan.
2.3 Pengertian AMDALAMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan
digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji
dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai
pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah
No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat
mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan
dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL
secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat
perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib
mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin
usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan
tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau
kegiatan.
2.3.1Dampak Industri Terhadap LingkunganPada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah
masukan (input) menjadi keluaran (output). Keluaran yang dihasilkan suatu industri adalah berupa produk yang diinginkanbeserta limbah. Limbah dapat yang bernilai ekonomis sehingga
dapat dijual atau dipergunakan kembali dan yang tidak bernilai ekonomis yang akan menjadi beban lingkungan. Limbah ini dikeluarkan melalui media udara, air dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam.
Lingkungan, yang merupakan wadah penerima akan menyerap bahan limbah tersebut sesuai dengan kemampuan asimilasinya. Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar, disebut daya tampung lingkungan. Daya tampung lingkungan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain berbeda.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan berinteraksi dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara fisika, kimia dan biologisebagai akibat dari adanya bahan pencemar akan mengakibatkan perubahan kualitas lingkungan. Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah kualitas bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu sangat perlu diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung dalam limbah tersebut.
Menurut Hukum Termodinamika II produksi dan konsumsi selalu diikutidengan kenaikan entropi. Terjadinya limbah dan pencemaran merupakanmanifestasi kenaikan entropi. Industri tidak dapat menghindari hukum ini. Limbahterbentuk dari proses produksi sampai barang selesai dikonsumsi. Secara umumdapat dikatakan semakin tinggi tingkat produksi dan konsumsi semakin tinggipula tingkat limbah yang terbentuk. Kota dengan tingkat hidup yang tinggimenghasilkan limbah yang lebih besar dibanding kota dengan tingkat hidup yangrendah.
Pertumbuhan industri pada negara-negara berkembang justru memberikankontribusi terhadap perusakan lingkungan. World Resource Institute menyebutkanpada tahun 1990-an pertumbuhan industri di negara-negara berkembang mencapai5,6% bila dibandingkan dengan pertumbuhan di negara-negara
yang sudah maju(1%) (Surna T. Djajadiningrat, 2004). Pada umumnya industri yang tumbuh dinegara berkembang adalah industri kimia, kertas, tekstil dan pertambangan, yangmerupakan industri dengan kadar pencemaran pada udara, air maupun terhadaplahan/tanah.
Permasalahan lain yang terjadi di negara berkembang adalah belumadanya struktur hukum dan kelembagaan yang efektif untuk mengahadapi isupengendalian pencemaran. Laporan terakhir menyebutkan dalam Laporan KomisiWHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan (2001) bahwa ”hanya sedikit standarkesehatan untuk membatasi pemaparan di tempat kerja; di sebagian besar negara,proses penetapan standar baru pada tahap mengatur praktek kerjaatau pemaparanterhadap bahan toksik tidak ada, standar-standar sering tidak diterapka oleh karenaalasan politik atau ekonomi atau oleh karena pengawasnya tidakcukup terlatih.Tambahan pula kebutuhan-kebutuhan ijin untuk industri yang baru jarangmencakup dampak lingkungan sehingga menjadi sulit bagi pemerintah untukmemperkirakan efek dari penggunaan bahan kimia dan proses dari industritersebut.
Perlu dilakukan penetapan kualitas lingkungan untuk mengendalikan pencemaran mengingat program industrialisasi sebagai salah satu sektor yang memberikan andil besar terhadapperekonomian dan kemakmuran suatu bangsa berbalik menjadi sumber bencana
2.3.2Konsep Industri Berwawasan LingkunganUsaha pengendalian pencemaran dapat dilakukan melalui
berbagai upaya. Pembangunan industri di Indonesia lebih menitik beratkan pada aspek pertumbuhan ekonomi telah menjadikan pertumbuhan di sektor lain tidak seimbang.
Aspek sosial-budaya dan aspek lingkungan seperti diabaikan. Setelah muncul berbagai masalah barulah disadari bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu keharusan. Menurut World Comission on Environment and Development (1987), Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasimendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Gagasan Pembangunan berkelanjutan atau dikenal juga denganpembangunan berwawasan lingkungan secara bertahap mulai dimasukkankedalam kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional. Hal ini terlihat daridiberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya direvisi denganUndang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan danPeraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 yang kemudian direvisi denganPeraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dan direvisi kembali denganPeraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai DampakLingkungan.
1. Peraturan Perundangan Mengenai AMDALPembangunan yang berlangsung saat ini baik langsung maupun tidak langsung akan memberikan tekanan terhadap lingkungan yang beresiko mencemari dan merusak lingkungan. Oleh karenanya pembangunan seharusnya mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan dilakukan tidak hanya secara fisik tetapi juga dengan mempertimbangkan kelestarian sumberdaya alam serta kesejahteraan manusia di sekitarnya. Gagasan Pembangunan Berkelanjutan secara bertahap mulai dimasukkan kedalam kebijakan dan perencanaan pembangunannasional. Hal ini terlihat dari diberlakukannya peraturan perundangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
2. Peraturan Perundangan AMDAL pada Sektor IndustriIndustri yang wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) tercantum dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan HidupNomor 17 tahun 2001, kegiatan bidang perindustrian pada umumnyamenimbulkan pencemaran air, udara, tanah, gangguan kebisingan, bau, dan getaran. Beberapa jenis industri menggunakan air dengan volume sangat besar, yang diperoleh baik dari sumber air tanah ataupun air permukaan. Penggunaan air ini berpengaruh terhadap sistem hidrologi sekitar. Berbagai potensi pencemaran, gangguan fisik dan gangguan pasokan air tersebut di atas menimbulkan dampak sosial. Beberapa jenis industri yang sudah memiliki teknologi memadai untuk mengatasi dampak negatif yang muncul, sehingga tidak termasuk dalam daftar berikut, tetapi menggunakan areal yang luas tetap wajib dilengkapi dengan AMDAL (nomor 15), terdiri dari:
a. Industri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker)b. Industri pulp atau industri kertas yang terintegrasi dengan
industri pulp (tidak termasuk pulp dari kertas bekas dan pulp dari industri kertas budaya)
c. Industri petrokimia hulud. Industri pembuatan besi dasar atau baja dasar (iron and
steel making) meliputi usaha pembuatan besi dan baja dalam bentuk dasar seperti pellet bijih besi, besi spons, besi kasar/pig iron, paduan besi/alloy, ingot baja, pellet baja, baja bloom, dan baja slab.
e. Industri pembuatan timah (Pb) dasar termasuk industri daur ulang.
f. Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar/katoda tembaga (bahanbaku dari Cu konsentrat).
g. Industri pembuatan alumunium dasar (bahan baku dari alumina)
h. Kawasan industri (termasuk komplek industri terintegrasi)i. Industri galangan kapal dengan sistem graving dockj. Industri pesawat terbangk. Industri senjata, amunisi dan bahan peledakl. Industri baterai kering (yang menggunakan merkuri/Hg).m. Industri baterai basah (akumulator listrik).
2.3.3 Kegunaan AMDAL1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang
ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
6. Memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif.
7. Digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin usaha dan/atau kegiatan.
2.3.4 Pihak-Pihak yang Menyusun AMDALDokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan.Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota.
Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri NegaraLingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalamproses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/ataukegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
2.3.5 Dampak Dari Lingkungan Yang BurukSalah satu dampak yang paling dirasakan oleh manusia
apabila dalam pelaksanaan amdal yang tidak memadai ( buruk ) adalah banjir. Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaantergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yangdisebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti.Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Diagram Alir Penulisan
Diagram alir dalam penulisan makalah ini merupakan
gambaran tahapan yang dilakukan dalam menulis makalah. Berikut
adalah diagram alir penulisan makalah.
3.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian
Langkah pertama pada penelitian tentang analisis dampak
lingkungan dari adalah inisialisasi. Inisialisasi merupakan
langkah awal dari penelitian yang dimulai dengan pemilihan
tempat yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria yaitu
sebuah bangunan yang akan membawa dampak lingkungan bagi
masyarakat yang tinggal disekitar bangunan tersebut. Tempat
yang terpilih adalah bangunan baru di sekitar Cimanggis yaitu
Mall Cimanggis Square. Langkah kedua adalah mencari materi-
materi tentang lingkungan hidup seperti aturan hukum menenai
lingkungan hidup, Undang-undang lingkungan hidup, peraturan
menteri tentang lingkungan hidup, peraturan pemerintah tentang
lingkungan hidup, teori dari buku atau sumber lain tentang
lingkungan hidup, peraturan gubernur tentang lingkungan hidup
dan peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup. Teori
tersebut merupakan landasan dari penelitian pendirian bangunan
Mall Cimanggis Square. Selain itu materi yang dicari adalah
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Setelah
melakukan itu semua langkah selanjutnya adalah membuat
pertanyaan untuk mewawancarai responden sekitar Mall Cimanggis
Square. Langkah selanjutnya setelah membuat pertanyaan yaitu
melakukan survey lapangan ke Mall Cimanggis Square Depok
dengan mencari 6 responden masyarakat sekitar dan mewawancari
keenam responden tersebut apabila belum sampai enam responden
maka harus mencari responden lagi sampai mendapatkan enam
responden. Bila sudah mendapatkan 6 responden langkah
selanjutnya adalah membahas hasil wawancara tersebut dan
menganalisa hasil dari teori aturan hukum menenai lingkungan
hidup, Undang-undang lingkungan hidup, peraturan menteri
tentang lingkungan hidup, peraturan pemerintah tentang
lingkungan hidup, teori dari buku atau sumber lain tentang
lingkungan hidup, peraturan gubernur tentang lingkungan hidup,
peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup dan hasil
wawancara dari keenam responden. Langkah selanjutnya adalah
memberikan solusi terbaik atau solusi pencegahan dari dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari pembangunan Mall Cimanggis
Square. Terakhir adalah membuat kesimpulan dari penelitian
tentang analisis dampak lingkungan dari pembangunan Mall
Cimanggis Square Depok.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
4.1 Survey Lapangan Mall Cimanggis Square
Pembangunan mall akhir – akhir ini semakin meningkat,
seiring dengan pertumbuhan pembangunan di kota – kota besar.
Salah satunya adalah pembangunan mall Cimanggis Square yang
terletak di Jl. Raya Bogor, Depok. Cimanggis Square diresmikan
oleh walikota Depok pada tanggal 30 Januari 2012. Beberapa
dampak ditimbulkan dari pembangunan Cimanggis Square ini, baik
dampak negatif maupun dampak positif. Untuk mengetahui dampak
negatif dan dampak positif yang diperoleh dari pembangunan
Cimanggis Square, maka dilakukan wawancara kepada masyarakat
yang tinggal di sekitar mall tersebut. Wawancara dilakukan
kepada tiga narasumber dan berikut merupakan pertanyaan
beserta jawaban yang diperoleh dari masing – masing
narasumber.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan:1. Siapa nama anda?2. Umur anda berapa?3. Anda warga Depok asli atau pindahan?
4. Pekerjaan anda sehari-hari apa?5. Berapa lama anda tinggal di daerah sekitar mall Cimanggis
Square?6. Sudah berapa lama mall Cimanggis Square dibangun?7. Anda setuju atau tidak bila dibangun mall Cimanggis Square?8. Menurut anda bagus atau tidak ada pembangunan mall disekitar
sini?9. Bagaimana perbedaan sebelum mall dibangun dan sesudah mall
dibangun?10. Apa yang anda harapkan dari pembangunan Cimanggis Square ini?
Narasumber pertama1. Rohadi.2. 45 tahun.3. Warga Depok asli.4. Tukang parkir.5. Saya dari lahir udah disini mbak, dari jaman daerah sini
masih sawah-sawah semuanya6. Ini bangunan baru mbak, ya kira-kira baru 1thn kurang lah.7. Ya setuju gak setuju sih mbak, soalnya kan kita warga kecil
nih jadi gak bisa berbuat banyak, tapi sebenernya gak setuju, ya berhubung kita warga kecil jadi gak bisa berbuat apa-apa deh.
8. Ya namanya ada gedung baru ya gak bagus lah mbak banyak banget dampak negatif yang terjadi di daerah Cimanggis sini.
9. Perbedaannya banyak mbak, ada positif sama negatifnya. Kaloampak positifnya pertama saya dapet pekerjaan baru walaupun jadi tukang parkir, tapi kan lumayan buat tambah-tambah uang jajan anak, selain itu ya buat tempat hiburan aja sih. Kalo dampak negatifnya banyak banget mbak, yaitu macet, polusi udara, kalau dirumah saya jadi susah air, karena udah kesedot sama mall nya mungkin ya, sampah berserakan dimana-mana. Waktu hujan deras kemarin, rumah saya kena banjir mbak, padahal sebelum ada pembangunan mall ini rumah saya jarang banget banjir, tapi sekarang hujan sedikit saja sudah banjir.
10. Ya saya sih berharap seharusnya dari dampak negatif yang masyarakat sini alami ya pihak perusahaan kasih kompensasilah ke masyarakat, terus kasih sosialisasi jangan main bangun-bangun aja, terus gak mikirin masyarakat kecil kaya kita.Narasumber 2
1. Siti Aminah.2. 52 tahun.3. Warga Depok asli.
4. Ibu rumah tangga.5. Saya dari lahir udah disini mbak. 6. Ini bangunan baru mbak ya kira-kira baru 1 tahun kuranglah.7. Saya tidak setuju mbak, karena banyak sekali dampak negatif
yang masyarakat sini dapatkan.8. Karena saya tidak setuju ya jadi menurut pendapat saya
pembangunan gedung ini tidak bagus9. Setelah mall ini dibangun, lapangan kerja jadi bertambah
mbak, jadi ngurangin pengangguran deh mbak. Tapi setelah ada mall ini air tanah jadi sedikit keluarnya mbak. Banjir juga menjadi dampak negatif dari pembangunan mall Cimanggis Square ini. Udah gitu macet mbak, polusi lagi, soalnya siang-siang semakin banyak kendaraan bermotor yang lewat sini. Padahal waktu mall ini belum dibangun, air disini banget mbak.
10. Ya kalo saya sih maunya peninggian jalan di perumahan sini aja biar gak banjir, terus sampahnya jangan dibuang ke kali lah, soalnya pasti menyebabkan banjir, itu aja sih yang saya harapkan.Narasumber 3
1. Anto Juliyansyah2. 27thn3. Warga Depok asli4. Pegawai Swasta5. Warga Depok asli, saya dari lahir sudah disini.6. Ini bangunan baru mbak, ya kira-kira baru 1thn kurang lah.7. Saya tidak setuju mbak, karena makin macet aja ini jalanan.8. Pembangunan gedung ini membawa banyak dampak yang negatif,
jadi ya tidak bagus.9. Ya setelah ada Cimanggis Square kota Depok semakin lebih
maju semakin banyaknya pembangunan, selain itu mempercantik kota Depok terutama di lingkungan sini. Selain itu juga menambah lapangan kerja bagi warga Depok dan sekitarnya. Tapi setelah ada mall, disini jadi sering banjir mbak. Soalnya sampah yang dihasilkan dari pengunjung mall yang dibuang sembarangan membuat kali semakin menumpuk sampah dan resapan air semakin kurang semenjak adanya pembangunan mall ini. Apabila banjir terjadi aktivitas warga sini menjadi terhambat,aktivitas saya juga menjadi terhambat. Padahal sebelum adanya mall ini, ngga kaya gitu mbak.
10. Saya sih gak berharap banyak, ya paling tidak, banjir disini bisa dikurangilah intensitasnya supaya aktivitas warga daerah sini tidak terganggu.
Narasumber 4
1. Susan 2. 45 tahun.3. Warga Depok asli.4. Pembantu. 5. Ya, sekitar 30 tahunan lah mbak.6. Kalo ngga salah sih udah 1 tahunan lah mbak.7. Hmm,, ya gitu deh mbak. Ada enaknya ada ngganya juga.8. Biasa aja deh mbak.9. Yang jelas setelah ada mall ini, jalanan jadi sering macet.
Udah gitu jadi rame dan berisik. Padahal dulu ngga gini mbak.10. Kalo saya sih berharapnya mall ini bisa nambah lapangan
pekerjaan.Narasumber 5
1. Retno.2. 25 tahun.3. Saya aslinya orang Bandung, disini saya ngekos aja.4. Karyawati. 5. Ya, sekitar 3 tahunan mbak.6. Kayanya belum nyampe 1 tahunan deh mbak.7. Kalo saya sih setuju banget mbak. Soalnya saya jadi gampang
beli keperluan sehari – hari mbak.8. Bagus banget mbak.9. Kalo menurut saya, paling cuma macet doang sih mbak yang
berasa. Kalo dulu sih macet ngga begitu parah banget kaya ginimbak.
10. Saya sih maunya mall ini lebih menyediakan barang – barang yang lebih bagus tapi murah.Narasumber 6
1. Agung.2. 20 tahun.3. Saya aslinya tinggal di Jakarta. Saya disini ngontrak sama
temen – temen satu kampus.4. Mahasiswa. 5. Ya, sekitar 3 tahunan mbak.6. Belum terlalu lama deh kayanya mbak. Kalo ngga salah belum
1 tahunan deh mbak.7. Setuju – setuju aja mbak.8. Tergantung sih mbak. Kalo dilihat dari segi ekonomi, ya
bagus mbak. Soalnya, meningkatkan pendapatan daerah. Tapi banyak juga sih dampak negatifnya.
9. Sesudah mall ini dibangun, angkot jadi makin banyak yang ngetem nunggu penumpang, apalagi kalo malam minggu. Kalo sebelum ada mall ini sih biasa – biasa aja mbak. Soalnya saya juga ngga terlalu tahu banget daerah sini.
10. Kalo bisa banyak menyedeakan kebutuhan – kebutuhan mahasiswa.Yaa kaya toko buku gitu mbak. Kalo bisa, toko bukunya diperlengkap lagi persediaan bukunya.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan mall
tersebut, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dampak
negatif yang ditimbulkan dari pembangunan mall Cimanggis Square
adalah meningkatnya tingkat kemacetan di lingkungan sekitar
Cimanggis Square. Berdasarkan letaknya, mall Cimanggis Square
berada di kawasan yang padat dan macet. Hal tersebut
disebabkan karena mall tersebut berdekatan dengan rumah sakit,
pabrik dan pasar tradisional. Selain itu, dampak negatif lain
yang ditimbulkan adalah menghambat gerakan angin, sehingga
sirkulasi angin tidak stabil dan selalu bergerak ke atas
membawa partikel – partikel polutan ke udara. Hal tersebut
wajar saja terjadi karena setelah adanya pembangunan mall,
otomatis wilayah tersebut akan lebih ramai karena masyarakat
akan berbondong-bondong datang ke tempat tersebut sehingga
jika hal itu terjadi pasti banyak kendaraan yang berlalu-
lalang didaerah tersebut, Akibatnya banyak asap yang
dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, karena hal itulah maka
menyebabkan terjadinya polusi udara. Berkurangnya drainase
resapan air disekitar lingkungan mall. Maka untuk menghindari
banjir, harus dilakukan pembangunan yang berwawasan lungkungan
dan kapasitas selokan dengan lintasan air harus seimbang.
Selain itu, perlu diadakan perencaan yang terkonsep agar
selokan yang dibuat dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jika
selokan beralih fungsi menjadi pembuangan sampah, maka
akibatnya akan terjadi penyumbatan sehingga saluran air tidak
lancar. Selokan juga perlu diadakan tinjauan, karena dalam
waktu yang cukup lama akan terjadi sedimentasi dalam selokan
tersebut sehingga untuk menyelesaikan masalah ini perlu
diadakan pengerukan agar saluran air lancar. Timbulnya efek
rumah kaca, yang dapat terjadi apabila polusi udara yang
terjadi berlebihan yang ditimbulkan oleh asap
kendaraan bermotor sehingga menyebabkan udara panas. Selain
itu, sinar matahari tidak bisa diserap secara langsung oleh
tanah karena adanya paving di mall tersebut. Terjadinya
perubahan karakteristik tanah di sekitar lingkungan mall
Cimanggis Square dan dampak negatif lainnya.
Selain dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan
mall Cimanggis Square, mall tersebut juga memberikan dampak yang
positif bagi lingkungan sekitar dan juga masyarakat. Dampak
positif yang diperoleh dari pembangunan mall Cimanggis Square
adalah menambah lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi
angka pengangguran, menambah pendapatan keuangan daerah,
menjadikan kota Depok lebih maju dan modern, mempercantik tata
letak kota Depok dan dampak positif lainnya.
4.2 Peranan AMDAL Terhadap Pembangunan Mall
Suatu mall tidak akan berjalan apabila tidak ada mempunyai
ijin AMDAL mendirikan bangunan tersebut. Hal ini dilakukan
untuk mengkaji mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup. Dan diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau
kegiatan tersebut. Untu mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dalam pembangunan sebuah mall, maka harus
diperhatikan syarat – syarat dalam mendirikan sebuah bangunan.
Menurut Penataan Pasar Modern Pasal 12 Bagian Kedua Nomor 20
Tahun 2009, syarat – syarat dalam mendirikan bangunan adalah:
1. Lokasi pendirian pasar modern wajib mengacu pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten, termasuk pengaturan zonasinya.
2. Penyelengaraan dan pendirian pasar modern wajib memenuhi
ketentuan,sebagai berikut:
a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
keberadaan pasar tradisional, usaha kecil, dan usaha menengah
yang ada di wilayah yang bersangkutan.
b. Memperhatikan jarak dengan pasar tradisional maupun pasar
modern lainnya.
c. Pasar modern dapat dibangun dengan jarak radius terdekat
dari pasar tradisional minimal 1000 meter.
d. Menyediakan fasilitas yang menjamin pasar modern yang
bersih sehat, hygienis, aman, tertib dan ruang publik yang
nyaman.
e. Menyediakan fasilitas tempat usaha bagi usaha kecil dan
menengah,pada posisi yang sama-sama menguntungkan.
f. Menyediakan fasilitas parkir kendaraan bermotor dan tidak
bermotor yang memadai di dalam area bangunan.
g. Menyediakan sarana pemadam kebakaran dan jalur
keselamatan bagi petugas maupun pengguna pasar modern dan toko
modern.
h. Pemberian ijin usaha pasar modern wajib memperhatikan
pertimbangan Kepala Desa/Lurah dan BPD/LPM.
i. Pendirian Pasar Modern khususnya Minimarket diutamakan
untuk diberikan kepada pelaku usaha yang domisilinya sesuai
dengan lokasi Minimarket tersebut.
3. Perkulakan hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan
jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder.
4. Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan:
a. Hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan
arteri atau kolektor.
b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau
lingkungan di dalam kota/perkotaan.
5. Supermarket dan Departemen Store:
a. Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan
lingkungan.
b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam
kota/perkotaan.
6. Minimarket
a. Dapat berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk
pada sistem jaringan lingkungan pada kawasan pelayanan
lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan.
b. Jumlah minimarket untuk setiap kawasan pelayanan lingkungan
(perumahan) di dalam kota/perkotaan maksimal hanya ada 2 (dua)
minimarket dalam jarak 2 km.
4.3 Analisis dan Solusi
Berdasarkan hasil survey lapangan yang telah dilakukan,
serta berdasarkan teori yang diperoleh mengenai peranan AMDAL
dalam pembangunan mall, maka diperoleh analisis dan solusi.
Dari berbagai dampak yang dapat diketahui diatas, dapat
diperoleh analisa dari segi kesehatan, lingkungan dan sosial,
bahwa pembangunan mall Cimanggis Square yang terletak di Jl.
Raya Bogor, Depok, banyak mengakibatkan gangguan dan resiko.
Mall Cimanggis Square terletak di daerah yang padat kendaraan,
ditambah lagi lokasi mall tersebut berdekatan dengan pabrik,
rumah sakit dan pasar tradisional.
Solusi yang dapat diberikan adalah pemerintah harus lebih
tegas lagi dalam menyikapi pembangunan mall dan berpotensi
memacetkan lalu lintas. Apalagi, banyak sekali keberadaan mall
yang memberikan peluang bagi pedagang kaki lima untuk membuka
lapaknya di trotoar di depan mall. Untuk pembangunan mall
selanjutnya, lebih baik lebih memperhatikan AMDAL dan syarat –
syarat dalam mendirikan sebuah bangunan, guna mengurangi
dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pembangunan
tersebut. Selain itu, dari pihak mall (Cimanggis Square) juga
harus mengambil tindakan guna mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari pembangunan mall tersebut. Tindakan yang harus
dilakukan misalnya adalah membenahi jalur pintu masuk atau
keluar kendaraan, begitu juga dengan pengelolaan parker dan
sistem penyeberangan yang tidak mengganggu arus lalu lintas di
tempat tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan,
maka didapatkan kesimpulan bahwa pembangunan mall Cimanggis
Square masih belum memperhatikan AMDAL dan aturan hukum
mengenai lingkungan hidup. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan mall
Cimanggis Square.