TUGAS KE IV Diplo

23
TUGAS KE-4 DIPLOMASI INDONESIA DI ERA GLOBALISASI MUHAMMAD YUSUF ABROR/ 1101136039 DIPLOMASI INDONESIA/ A JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 1

Transcript of TUGAS KE IV Diplo

TUGAS KE-4

DIPLOMASI INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

MUHAMMAD YUSUF ABROR/ 1101136039

DIPLOMASI INDONESIA/ A

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

1

UNIVERSITAS RIAU

2013

DAFTAR ISI

Cover......................................................i

Daftar Isi.................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................1

1.1 Latar Belakang.........................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................

2.1 Diplomasi Indonesia Dalam Rangka Regionalisme Ekonomi: ASEAN,APEC,

AFTA.......................................................2

2.1.1 Indonesia dan ASEAN................................2

2.1.2 Indonesia dan APEC.................................2

2.1.3 Indoensia dan AFTA.................................3

2.2 Diplomasi Indonesia di Era Reformasi (1997-2000): PengaruhKrisis Ekonomi

Terhadap Diplomasi Indonesia...............................3

2.3 Pengaruh Isu-Isu Global Terhadap Diplomasi Indonesia: Isu HAMdan Lingkungan.............................................6

2.3.1 Isu HAM............................................6

2.3.2 Isu Lingkungan.....................................8

2.4 Isu Keamanan Global: Diplomasi Indonesia Dalam MenghadapiTerorisme,

Drug and Human Traficking.........................................................................................9

2

2.4.1 Upaya Penanganan Secara Internal..................9

2.4.2 Upaya Penanganan Secara Eksternal.................10

2.4.3 Human Security....................................11

BAB III KESIMPULAN.........................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Munculnya regionalisme telah menghasilkan banyak perdebatanterkait perdagangan internasional. Banyak kalangan yang menilaibahwa regionalisme telah melanggar perinsip-perinsip pasar bebasyang tentunya akan menimbulkan ketimpangan ekonomi. Namun di sisilain bagi negara-negara yang tergabung dalam organisasi regional,regionalisme merupakan jalan keluar untuk dapat terhindar daripersaingan pasar dunia yang tidak seimbang.

Pada bulan Juli 1997, krisis ekonomi di Asia turutmenghantam Indonesia yang sebelumnya Dollar AS sekitar Rp.2.400,00 dengan signifikan Dollar naik sekitar Rp. 15.000,00.Pemerintah Indonesia di bawah Presiden  Soeharto secara resmimemintan bantuan dan campur tangan IMF di dalam mengatasi krisismoneter dan ekonomi. IMF dipercaya sebagai jalan keluar yangdapat menciptakan stabilitas financial. Pada tanggal 31 Oktober1997, IMF mengumumkan bantuan $40 milyar untuk perbaikan ekopnomiIndonesia, yang selanjutnya ditambah menjadi $45 milyar sebagaikompensasi atas reformasi ekonomi.

3

Keseimbangan hubungan antara negara-negara berkembang dengannegara-negara maju adalah akibat globalisasi. Hal ini diakibatkanoleh beberapa hal, antara lain adalah : perdagangan, keuangan,HAM, dan berbagai masalah kejahatan lintas batas, terorisme,pencucian uang, korupsi, penyeludupan orang, dan migrasiinternasional baik untuk tujuan ekonomi maupun politik yang padaakhirnya mengakibatkan ketidakseimbangan hubungan antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju.

Disamping itu, dinamika hubungan internasional yang makincepat telah memunculkan isu-isu baru yang saling berkaitan antarasatu dengan lainnya termasuk yang bersifat non konvensional.Belum optimalnya peran Indonesia pada tingkat sub-regional AsiaTenggara dan krisis yang dialami Indonesia sejak tahun 1997membawa implikasi pada menurunnya peran strategis dankepemimpinan Indonesia dikawasan Asia Tenggara dalam hubungankeseimbangan dan kesetaraan diantara negara-negara dikawasan AsiaTenggara. 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Diplomasi Indonesia Dalam Rangka Regionalisme Ekonomi: ASEAN,APEC, AFTA

2.1.1 Indonesia dan ASEAN

4

Analisis ASEAN sebagai satu aspek dari kebijakan luar negeriIndonesia sangat penting, mengingat fakta bahwa Indonesiamenempati posisi khusus dalam asosiasi tersebut. ASEAN merupakanprioritas utama dalam politik luar negeri Indonesia, karenanegara-negara ASEAN merupakan lingkaran terdalam dari lingkaran-lingkaran konsentris pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.Pendekatan lingkaran-lingkaran konsentris menegaskan besarnyapengaruh lingkungan eksternal terdekat terhadap situasidomestik Indonesia. Oleh karena itu, terciptanya kawasan AsiaTenggara yang stabil, aman, damai, dan kondusif, sertaterjalinnya hubungan harmonis dengan negara-negara di AsiaTenggara dirasakan sangat penting dan merupakan modal dasarpembangunan nasional Indonesia.

Salah satu bentuk keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesiadi ASEAN adalah Indonesia menjadi tempat pembuatan pupuk se-ASEAN, tepatnya di Aceh yg nntinya akan digunakan negara-negaraASEAN, otomatis Indonesia mendapatkan keuntungan dan juga bisamengurangi pengangguran di Indonesia. Peranan ASEAN untukIndonesia,sejak awal berdirinya ASEAN, Indonesia telahmempromosikan suatu bentuk kehidupan masyarakat regional di AsiaTenggara yang menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati,tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, penolakanpenggunaan kekerasan serta konsultasi dan mengutamakan konsensusdalam proses pengambilan keputusan.

2.1.2 Indonesia dan APEC

Indonesia memandang APEC sebagai salah satu dari empatjembatan di samping UN, WTO dan ASEAN, yang dapat dimanfaatkandalam menghadapi era globalisasi. Sebagai anggota ekonomi yangmasih berkembang melalui APEC, Indonesia berharap akan dapatmengejar ketinggalan dalam pembangunan ekonominya dan dapatmenjadi mitra kerja sama yang sejajar dengan anggota ekonomimaju. Pada gilirannya Indonesia juga akan dapat mengamankanposisi dan kepentingan nasionalnya di dalam sistem ekonomi duniayang bebas dan terbuka.

5

APEC dengan karakteristik kerja samanya yang dilakukanmelalui proses konsultasi, memberikan fleksibilitas yang jauhlebih besar kepada Indonesia dalam menyepakati komitmen yang akandilakukan, dibandingkan dengan proses dalam WTO, dimana proseskesepatakannya dilaksanakan melalui negosiasi. Denganfleksibilitas ini, Indonesia dapat memberikan komitmen untukmelaksanakan inisiatif-inisiatif bagi liberalisasi dan fasilitasiperdagangan dan investasi sesuai dengah tingkat pembangunan dansituasi ekonomi dalam negeri, tanpa harus mengikuti langkah-langkah yang dipaksakan oleh ekonomi maju. Salah satu pilar APEC,yaitu fasilitas perdagangan dan investasi secara langsung akanmemberikan dampak positif bagi dunia usaha di kawasan, khususnyabagi Indonesia, mengingat langkah-langkah yang diambil olehsetiap ekonomi dalam Rencana Aksi Individual masing-masingseperti pemotongan tarif bea masuk, secara umum akan memberikankemudahan bagi ekspor Indonesia kepasar anggota ekonomi lainnya.Kerja sama dalam APEC secara garis besar akan juga dapatmemperluas jaringan usaha dan kemitraan, khususnya bagi usahakecil dan menengah.

Salah satu kepentingan Indonesia yang utama dalam APECadalah untuk mengamankan posisi Indonesia dalam sistem ekonomiinternasional yang bebas dan terbuka. Untuk mengamankankepentingan Indonesia tersebut, ada hal yang perlu diperhatikan,diantaranya selalu berusaha agar ekonomi maju dan berkembangdalam APEC tetap sejajar dan saling mengisi, usaha-usaha untukmeningkatkan kerja sama ekonomi dan teknik guna mempersempitjurang perbedaan ekonomi di antara anggota-anggota APEC perluterus di lanjutkan, dan perlu diwaspadai usaha-usaha untukmemasukkan isu-isu baru yang tidak berhubungan dengan ekonomidalam kerja sama APEC, misalnya demokrasi, HAM dan sebagainya.

2.1.3 Indonesia dan AFTA

Kerjasama AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saingproduk ASEAN di pasar dunia dan menciptakan pasar seluas-luasnyauntuk menstimulus peningkatan FDI (Foreign Direct Investment) di kawasanAsia Tenggara. Kerjasama ini pada awalnya hanya beranggotakanenam negara yaitu Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam,

6

Thailand, Filipina, dan Malaysia. Tetapi pada perkembangannya,AFTA memperluas keanggotaanya dengan masuknya anggota baru yaituVietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), serta Kamboja (1999).Sehingga jumlah keseluruhan anggota AFTA menjadi 10 negara.

Dalam menghadapi AFTA, Indonesia sebagai salah satu Negaraanggota ASEAN masih memiliki beberapa kendala yang menunjukanketidaksiapan dalam menghadapi AFTA, diantaranya adalah dari segipenegakan hukum, sudah diketahui bahwa sektor itu termasuk burukdi Indonesia. Jika tak ada kepastian hukum, maka iklim usahatidak akan berkembang baik, yang mana hal tersebut akanmenyebabkana biaya ekonomi tinggi yang berpengaruh terhadap dayasaing produk dalam pasar internasional.  Selain menghadapiberbagai persoalan, AFTA jelas juga membawa sejumlah keuntungan.Pertama, barang-barang yang semula diproduksi dengan biaya tinggiakan bisa diperoleh konsumen dengan harga lebih murah. Kedua,sebagai kawasan yang terintegrasi secara bersama-sama, kawasanASEAN akan lebih menarik sebagai lahan investasi. Indonesiadengan sumber daya alam dan manusia yang berlimpah mempunyaikeunggulan komparatif. Namun, peningkatan SDM merupakankeharusan. Ternyata, kemampuan SDM Indonesia masih lebih rendahdibandingkan Filipina atau Thailand.

Adanya AFTA telah memberikan kemudahan kepada negara-negaraASEAN untuk memasarkan produk-produk mereka di pasar ASEANdibandingkan dengan negara-negara non-ASEAN. Untuk pasarIndonesia, kemampuan negara-negara ASEAN dalam melakukanpenetrasi pasar Indonesia bahkan masih lebih baik dari China. Halini terlihat dari kenaikan pangsa pasar ekspor negara ASEAN keIndonesia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikanpangsa pasar China di Indonesia.

2.2 Diplomasi Indonesia di Era Reformasi (1997-2000): PengaruhKrisis Ekonomi Terhadap Diplomasi Indonesia

Ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan1997, dampak yang langsung terasa membebani Indonesia adalahterjadinya perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolas AS secaratajam. Penurunan nilai tukar rupiah yang sangat drastis tersebut

7

mengakibatkan cadangan devisa pemerintah Indonesia nyaristerkuras habis untuk menyelamatkan arus impor agar tetap terjaga.nyaris terkurasnya cadangan devisa Negara, membuat pemerintahpada waktu itu untuk segera mengarah pada IMF agar dapat menjadipenyelamat ekonomi Indonesia. Harapan terbesar pemerintahIndonesia untuk meminta bantuan ke IMF pada waktu itu adalahdalam rangka untuk mendapatkan kucuran dana segar (hutang) darilembaga keuangan internasional tersebut.

Sejak saat itu, dapat dikatakan bahwa konsep semua itudiusulkan pemerintah sendiri, keputusan akhirnya diambil olehIMF. Dalam pelaksanaannya, IMF akan melakukan evaluasi, orang IMFjuga akan masuk ke banyak departemen dan intitusi terkait. darisini dapat dilihat bahwa IMF-lah yang mengendalikan sekaligusmendikte strategi dan kebijkan pemerintah. IMF telah menekan danmenuntut pemerintah Indonesia untuk mematuhi sayarat-syarat yangdibuat IMF dalam LOI atau Nota Kesanggupan.

IMF melalui LOI-nya telah mengharuskan Indonesia untukmengikuti tahap-tahap pemulihan ekonomi sebagaimana yang telahdigariskan dalam butir-butir yang telah dituangkan dalamperjanjian tersebut. Secara tidak langsung IMF dapat mendikteIndonesia melalui LOI-nya.

Direktur Eksekutif IMF, Camdesus datang ke Jakartamenyodorkan LOI yang berisi reformasi ekonomi yang ditandatanganioleh Presiden Soeharto pada tanggal 15 Januari 1997 makadimulailah era perekonomian Indonesia yang diarsiteki oleh IMF.Isi butir ke 9 menuntut agar pemerintah menghapuskan subsidi yangsebelumnya digunakan untuk membantu masyarakat membeli BBM danmengurangi defisit anggaran belanja negara.

 Dari berbagai butir yang telah diajukan oleh IMF kepadapemerintah Indonesia, ada tiga trik yang dikenal merupakanandalan IMF dalam mengatasi krisis ekonomi. Tiga trik itu adalah:(1) liberalisasi perdagangan, (2) privatisasi BUMN, (3) kebebasaninvestasi modal asing (Sunarsip, 2002).

8

Jika dilihat sepintas, trik pemulihan ekonomi yangditawarkan IMF pada Indonesia nampaknya sangat bagus. Akantetapi, jika ditelaah secara mendalam, banyak dijumpai berbagaikontradiksi antar beberapa jurus tersebut.

Sebagaimana diketahui, perhatian utama IMF pada negara-negara berkembang yang terkena dampak krisis adalah perbaikanneraca pembayaran, khususnya neraca berjalan. Dengan demikian,seharusnya IMF menyarankan negara-negara tersebut agar mendorongekspornya dan menekan impornya. Namun ironisnya, pada saat yangbersamaan IMF justru menganjurkan agar negara yang berkembangmeliberalisasi perdagangannya. Hal tersebut berarti, negaratersebut harus sangat terbuka terhadap arus impor. Konsekuensilogisnya adalah dengan masuknya arus impor tersebut berarti akanmembahayakan transasksi berjalan negara tersebut.

 Sementara itu terhadap trik 2 dan 3, kesimpulan penelitianempiris menunjukan bahwa derasnya aliran masuk investasi asingternyata tidak mampu memecahkan masalah neraca pembayaran diberbagai negara berkembang. Justru biaya untuk melayani investasiasing jauh lebih tinggi dibanding dengan utang luar negeri.Posisi neraca berjalan tidak mengalami perbaikan, bahkanbertambah parah karena negara-negara tersebut sudah beradadalam victous circle of import. Semakin besar aliran investasi asingsemakin tinggi intensitas import boom dalam negara-negaratersebut.

Pada awalnya krisis ekonomi Indonesia 1997-1998 dimulaidari kolapsnya ekonomi Thailand, menyebabkan kerentanan ekonomiregional, selanjutnya berdampak pada hilangnya kepercayaanterhadap prospek ASEAN sebagai macan Asia. Hal ini kemudianberimplikasi pada capital outflow yang massif dari kawasan AsiaTenggara, termasuk Indonesia. Hal inilah yang kemudian berakibatpada melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar (depresiasirupiah). Kondisi ini semakin diperparah ketika pemerintah,berdasarkan nasihat IMF, melikuidasi sejumlah bank bermasalah.Ketakutan publik bahwa uang mereka akan bisa hilang karenaketiadaan jaminan pemerintah terhadap dana yang mereka simpan diperbankan nasional dan rumor bahwa akan terjadi kelanjutan

9

likuidasi bank-bank nasional menyebabkan terjadi rush besar-besaran terhadap perbankan nasional. Inilah kemudian yangmenyebabkan Indonesia masuk dalam krisis ekonomi.

Politik luar negeri suatu negara yang sesungguhnyamerupakan hasil perpaduan dan refleksi dari politik dalam negeriyang dipengaruhi oleh perkembangan situasi regional maupuninternasionalnya. Dalam pelaksanaanya, kebijakan luar negeriIndonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yangberkembang sesuai dengan dinamika yang terjadi. Dinamika kondisiinternal di Indonesia yang berpengaruh besar terhadap arahpelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia antara lain ditandaidengan krisis moneter/ekonomi yang parah hingga mengharuskanadanya keterlibatan yang lebih intensif dari negara-negara donorguna membantu pemulihan ekonomi Indonesia. Krisis ini dengansegera menjadi pemicu berbagai aksi unjuk rasa masyarakat,kerusuhan sosial, krisis kepercayaan, serta maraknya gerakan-gerakan separatis di Indonesia. Dampak langsung dari berbagaikrisis tersebut adalah jatuhnya citra Indonesia di matainternasional yang kian mempersulit upaya pemulihan kondisipolitik, ekonomi dan sosial budaya.

Sejalan dengan krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, makadari segi ekonomi upaya-upaya diplomasi Indonesia diarahkan padausaha memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan yang timbuldari arus globalisasi untuk kepentingan pembangunan nasional;mengembangkan perluasan akses pasar untuk meningkatkan ekspornon-migas; mengupayakan meningkatnya arus investasi asing dankerjasama keuangan; serta mengembangkan kerjasama teknik dan jasaekonomi dalam mendukung upaya pembangunan dan pemulihan ekonominasional.Pelaksanaannya telah dilakukan secara sinergis melaluipendekatan global, regional, intra-regional, dan bilateral.

Dalam konteks regional, Indonesia sangat mendukungpemulihan perekonomian Asia Tenggara dan akan berpartisipasiaktif dalam berbagai langkah inovatif ASEAN dan tetap memainkanleadership role di ASEAN serta menjaga kekompakan (cohesion)sesama ASEAN.

10

Sesuai dengan perkembangan ekonomi dan politik di dalamnegeri, penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaanpolitik Iuar negeri akan memberikan penekanan pada kepentinganekonomi. Suatu negara bisa dikatakan siap take off  jika tidk lagitergantung lagi dengan utang luar negeri dalam Anggaran BelanjaNegara, investasi dan perkembangan ekonomi masyarakat secarakeseluruhan. Dalam mengintensifkan penyelenggaraan hubungan luarnegeri dan pelaksanaan politik luar negeri di bidang ekonomi,perwakilan-perwakilan RI di luar negeri diminta untuk menjalinhubungan baik dengan para investor yang potensial. Perwakilanjuga harus berfungsi sebagai public relations dalam upaya untukmemulihkan kepercayaan dunia kepada Indonesia. Sudah saatnyapolitik luar negeri Indonesia lebih mendorong keterlibatanlembaga-lembaga non-pemerintah (second track diplomacy) di bidangekonomi, lingkungan hidup, HAM dan demokratisasi serta perlunyapemberdayaan masyarakat asli di wilayah sedang bergejolak.

Dalam upaya untuk meningkatkan hubungan ekonomi luarnegeri, maka perlu dilakukan peningkatan diplomasi ekonomi denganmelakukan pendekatan politis bilateral dan multilateral.Pendekatan tersebut bertujuan untuk melakukan terobosan gunameningkatkan hubungan ekonomi pada umumnya dengan memberiperhatian khusus terhadap negara-negara yang memiliki potensibesar, khususnya seperti negara-negara ASEAN, Amerika Serikat,Jepang, dan RRC. Tekad ini akan diwujudkan dalam keikutsertaandalam berbagai forum kerjasama ekonomi, baik bilateral, regional,maupun multilateral.  Untuk memperkuat diplomasi ekonomiIndonesia, dibutuhkan White Papers yang visioner, prioritas daripemerintah dan dukungan dari segenap lapisan masyarakat.Diplomasi Indonesia dengan Bank Dunia, IMF dan WTO membutuhkanperhatian serius seiring dengan agenda pembangunan ekonomi. Perandiplomasi Indonesia harus diperluas dengan menggunakan politikluar negeri sebagai instrumen untuk mencapai pembangunan ekonomi.Untuk itu, dibutuhkan dukungan institusi yang memadai serta polakoordinasi yang efektif.

Keikutsertaan Indonesia dalam forum-forum seperti APEC danWTO dilandaskan pada politik luar negeri yang menitikberatkanpada solidaritas antarnegara berkembang, serta meningkatkan

11

kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraanrakyat. Diplomat Indonesia diarahkan untuk berperan aktif dalamproses perumusan kebijakan dan pembahasan isu-isu globaltermaksud di berbagai forum kerjasama. Partisipasi aktif jugaperlu dilakukan dalam upaya mewujudkan suatu instrumeninternasional yang mengatur perdagangan mata uang secara adil,terbuka, seimbang, dan 'based on rule system'.

2.3 Pengaruh Isu-Isu Global Terhadap Diplomasi Indonesia: Isu HAMdan Lingkungan

2.3.1 Isu HAM

Indonesia telah berhasil untuk terus meningkatkan profilnyadalam diplomasi multilateral di bidang Hak Asasi Manusia. Selamatahun 2011, Indonesia terus meningkatkan sumbangannya dalam upayaglobal bagi pemajuan dan perlindungan HAM, serta merefleksikansecara lebih memadai dan lebih bernuansa berbagai perkembanganHak Asasi Manusia di tanah air dalam posisi Indonesia mengenaiberbagai hal yang dibahas di forum multilateral. Pengakuanmasyarakat internasional atas peran Indonesia di forum globalmengenai hak asasi manusia tercermin sangat nyata pada saatpemungutan suara untuk keanggotaan Indonesia sebagai anggotaDewan HAM periode 2011-2014. Indonesia telah memperoleh suaradukungan tertinggi di antara calon-calon yang terpilihlainnya,yaitu 184 suara.1

Dengan posisinya yang progresif di bidang hak-hak sipil danpolitik, serta konsistensi dalam memperjuangkan kepentingannegara-negara berkembang, Indonesia memiliki posisi yang unikuntuk memainkan peran menjembatani dalam pembahasan isu-isu HAMyang sulit di forum multilateral. Peran sebagai bridge builder inisemakin menonjol antara lain untuk isu mengenai penistaan agamayang terkait dengan kebebasan berekspresi. Dalam hal ini,Indonesia telah memainkan peran penting dalam melahirkan suaturesolusi yang memiliki nilai praktis yang tinggi dalam upayamemerangi diskriminasi dan kekerasan atas dasar agama, yaitumelalui resolusi Combating Intolerance, Negative Stereotyping and

1 http://www.embassyofindonesia.org/features/pdf/Diplomasi_2011.pdf . hal. 221

12

Stigmatization of, and Discrimination, Incitement to Violence and Violence Againts,Persons Bases on Religion or Belief yang disahkan pada Sidang Sesi ke-16Dewan HAM, bulan Maret 2011.2

Indonesia terus memperjuangkan kepentingan nasional dalampembahasan hak asasi manusia diforum multilateral. Selama tahun2011, Indonesia menjadi sponsor berbagai resolusi di Dewan HAMdan Majelis Umum PBB yang memiliki dampak bagipeningkatanperlindungan terhadap pekerja migran. Secara khusus Indonesiabersama-sama Filipina memprakarsai resolusi di Majelis Umummengenai perlindungan tenaga kerja migran wanita.

Indonesia terus meninjau ulang dan melakukan penyesuaianposisi mengenai berbagai isu HAM yang menyangkut situasi dinegara-negara tertentu yang mendapat perhatian khusus dari tahunketahun baik di Dewan HAM maupun di Majelis Umum, berdasarkansemangat konstruktif untuk pemajuan dan perlindungan HAM.Pendekatan yang sama juga diterapkan oleh Indonesia dalammenyikapi perkembangan situasi HAM di Negara tertentu yangmendapat perhatian khusus baik di Dewan HAM maupun di Majelisumum PBB. Indonesia juga telah berhasil memainkan peran yangpenting dalam pembentukan suatu KomisiHAM yang permanen danindependen dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI) bulan Juni2011.

Komisi HAM ini diharapkan dapat menyumbang bagi upayapemajuan dan perlindungan HAM dikalangan umat Islam, terutama dinegara-negara anggota. Seorang ahli yang diusulkan olehPemerintah Indonesia telah terpilih menjadi salahsatu dari 18anggota Komisi HAM OKI tersebut. Indonesia juga telah membuatkemajuan berarti dalam memperkuat kerangka nasional untukpemajuan dan perlindungan HAM, terutama dengan mengintegrasikannorma dan standar internasional dalam sistem nasional. Indonesiatelah meratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities(Konvensi mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas) melaluiUndang-Undang No. 19 tahun 2011. Langkah ratifikasi ini telahmeletakkan dasar baru dalam pemajuan dan perlindungan hak-hakpenyandang disabilitas secara komprehensif, inklusif dan2 Ibid., hal. 222

13

didasarkan pada prinsip bahwa penyandang disabilitas merupakansubyek yang dapat secara penuh dan setara untuk berpartisipasidalam kehidupan bersosial dan bernegara.

Indonesia juga telah merampungkan prosespersiapanratifikasi untuk Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child onthe sale of Children, Child Prostitution and Child Pornography (Protokol Opsionalterhadap Konvensi Hak-hak Anak mengenai penjualan anak,prostitusi anak dan pornografi anak); Optional Protocol to the Conventionon the Rights of the Child on the Involvement of Children in Armed Conflict (ProtokolOpsional terhadap Konvensi Hak-hak Anak mengenai keterlibatananak dalam konflik bersenjata); Convention on the Protection of the HumanRights of Migrant Workers and Their Families (Konvensi Perlindungan Hak-hakAsasi Manusia Pekerja Migran dan Keluarganya); dan Convention for theProtection of All Persons from Enforced Disappearance (Konvensi untukPerlindungan Semua Orang dari Penghilangan Paksa).

Indonesia juga telah membuat kemajuan dalam melaksanakankewajiban internasional di bidang hak asasi manusia lainnya.Salah satu kewajiban sebagai negara pihak adalah penyampaianlaporan periodik terkait implementasi berbagai ketentuandariinstrumen-instrumen HAM tersebut. Pemerintah Indonesia telahmenyampaikan kepada badan traktat terkait laporan inisial danperiodik pertama Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik, dan laporaninisial dan Periodik pertama Kovenan Hak-Hak Ekonomi, Sosial danBudaya. Sementara itu, Pemri juga tengah mempersiapkan LaporanPeriodik ke 4, 5, dan 6 Konvensi Penghapusan Diskriminasi Rasial.Pelaksanaan diplomasi Indonesia di bidang HAM dan pelaksanaankewajiban internasional di bidang HAM di Indonesia selalumelibatkan kerja sama dan kemitraan dengan pemangku kepentinganlainya baik dengan kementerian dan lembaga pemerintah terkait,lembaga-lembaga negara, lembaga-lembaga independen yang bergerakdi bidang hak asasi manusia maupun masyarakat madani.

2.3.2 Isu Lingkungan

Dalam upaya memajukan proses perundingandi bidang perubahaniklim, Indonesia akan senantiasa mendorong berbagai pihak untukmensukseskan penyelenggaraan COP-17/CMP-7 United Nations Framework

14

Convention on ClimateChange (UNFCCC) di Durban, Afrika Selatan padatanggal 28 November – 9 Desember 2011 guna menghasilkan sesuatuyang bermakna (meaningfuloutcome) sesuai mandat Bali Action Plan danBali Roadmap yang mencakup isu mitigasi, adaptasi, transferteknologi, pendanaan dan shared vision. Delegasi RI telah mengikutiPertemuan para Pihak(COP) ke-17 United Nations Framework Convention onClimate Change (UNFCCC) serta Pertemuan para Pihak untuk ProtokolKyoto (CMP) ke-7 di Durban, Afrika Selatan, tanggal 28 November-9Desember 2011. 3

Agenda utama pertemuan dimaksud membahas kelanjutanProtokol Kyoto sebagai rejim hukum pengurangan emisi global,penyelesaian mandat Bali Action Plan, serta membahas operasionalisasimekanisme yang disetujui dalam Cancun Agreement. Konferensi telahmenghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain:4 (i)menyepakati Periode Komitmen Kedua Protokol Kyoto yang akandimulai1 Januari 2013 dan berakhir tahun 2017 atau tahun 2020(tergantung hasil pembahasan tahun depan); (ii) perpanjangan masakerja AWG-LCA selama satutahun hingga pertemuan Perubahan IklimPBB ke-18(COP-18 UNFCCC), tahun 2012 di Doha, Qatar, untukmenyelesaikan seluruh agreed outcome yang dimandatkan dalam BaliAction Plan, termasuk tindak lanjut keputusan-keputusan COP 16 danCOP17; (iii) memutuskan pembentukan Ad-hoc WorkingGroup on the DurbanPlatform for Enhanced Action (AWG-DPA), untuk membahas modalitas rejimperubahan iklim paska 2020 dalam bentuk protocol another legalinstrument, atau agreed outcome with legal force di bawah UNFCCC; (iv)Konferensi juga mensyahkan beberapa keputusan penting lainnyayaitu, operasionalisasi pendanaan iklim jangka panjang melaluiGreen Climate Fund, Adaptation Committee serta mekanisme transferteknologi melalui Technology Executive Committee dan Climate TechnologyCenter and Network (CTCN).

Selama tahun 2011, Indonesia ikut aktif menyumbangkanpemikiran untuk mengimplementasikan Bali Action Plan dan Bali Road Mapyang diputuskan pada waktu Konferensike-13 UNFCCC di Bali,Desember 2007.5 Dalam hal ini, Indonesia telah terlibat aktif

3 Ibid., hal. 2174 Ibid.,

5 Ibid., hal. 218

15

dalam pertemuan Adhoc Working Group on Further Commitments forAnnex I Partiesunder the Kyoto Protocol (AWG-KP)dan Adhoc Working Group on LongtermCooperativeAction (AWG-LCA) yang telah dilaksanakan di Bangkok, Bonn,Panama, dan Meksiko, guna membahas substansi berbagai isu yangdiangkat pada pertemuan COP-17/CMP-7. Pada tanggal 28 November -9 Desember 2011, delegasi RI telah mengikuti Pertemuan para Pihak(COP) ke-17 United Nations Framework Conventionon Climate Change (UNFCCC)serta Pertemuan para Pihak untuk Protokol Kyoto (CMP) ke-7 diDurban, Afrika Selatan. Pertemuan dimaksud merupakan kelanjutandari Pertemuan COP-16/CMP-6 UNFCCCCancun, Meksiko dengan agendautama membahas operasionalisasi mekanisme yang disetujui dalamCancun Agreement, penyelesaian mandat Bali Action Plan, sertakelanjutan Protokol Kyoto sebagai rejim hukum pengurangan emisiglobal.

Konferensi telah menghasilkan Paket Durban (DurbanPlatform) yang mengadopsi tiga dokumen dan memutuskan pembentukanrezim baru pasca-Protokol Kyoto. Para pihak UNFCCC sepakat untukmelanjutkan Periode Komitmen Protokol Kyoto ketahap kedua. Rejimselanjutnya untuk pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) globalakan dibahas mulai COP-18 di Qatar dan dimandatkan untuk dapatselesai pada tahun 2015. Selain itu, Durban telah menghasilkankeputusan tentang operasionalisasi pendanaan iklim jangka panjangmelalui Green Climate Fund, serta mekanisme transfer teknologimelalui Technology Executiv e-Committee dan Climate Technology CenterandNetwork (CTC&N).

Pertemuan Durban ini terfokus pada pembahasan rejimperubahan iklim pasca-2012, khususnya komitmen negara-negara majuuntuk penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai tindak lanjutperiode komitmen pertama Protokol Kyoto. Indonesia bersikapterbuka terhadap pembahasan legally binding instrument sebagai agreedoutcome dari proses AWG-LCA. Indonesia memandang perlu mandat baruyang membahas tidak hanya legalform tapi juga legal substance darihasil AWG-LCA,d engan catatan negara maju yang tergabung dalamAnnex 1 Protokol Kyoto bersedia mewujudkan komitmen kedua ProtokolKyoto. Didasari upaya global untuk mengatasi masalah perubahaniklim, Indonesia telah menandatangani Manila Declaration on Green

16

Industry yang dicetuskan oleh UNIDO untuk mendorong terwujudnyaindustri yang ramah lingkungan.

2.4 Isu Keamanan Global: Diplomasi Indonesia Dalam MenghadapiTerorisme, Drug and Human Traficking

2.4.1 Upaya Penanganan Secara Internali)     Diplomasi Publik

Direktorat Diplomasi Publik Indonesia didirikan pada tahun2002 dengan tugas pokok aksi: Melaksanakan tugas di bidang diplomasi public untukmendapatkan dukungan publik di dalam dan di luar negeri terhadappelaksanaan politik luar negeri RI di bidang politik, keamanan,ekonomi, pembangunan, social budaya serta isu-isu aktual danstrategis.

Diplomasi publik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesiaterkait dengan isu terorisme adalah mencetuskan deterrent effectterhadap isu terorisme sendiri. Deterrent effect dirasakan sebagaisalah satu cara yang efektif dalam menanggulangi ataumeminimalisir ruang gerak terorisme. Opini publik yang dibentukadalah terorisme merupakan suatu common enemy. Isu bahwaterorisme merupakan common enemy harus ditempuh melaluisosialisasi dan menyamakan persepsi publik bahwa terorisme sangatmerugikan dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.

ii)   Interfaith Dialogue

Upaya Interfaith Dialogue merupakan suatu upaya kerjasama daninteraksi positif antara orang-orang yang berbeda agama danspiritual. Tujuannya adalah untuk saling memahami nilai-nilai,persamaan yang ada dalam ajaran masing-masing agama danberkomitmen terhadap dunia untuk menciptakan perdamaian antarumat beragama. Interfaith dialogue ini merupakan salah satu kegiatanyang tergolong second track diplomacy.

2.4.2      Upaya Penanganan Secara Eksternali). Kerjasama Kontra Terorisme RI-Malaysia

17

Kedua Negara bersepakat untuk meningkatkan program-progrmakerjasama melalui pertukaran informasi intelijen dan melakukanoperasi intelijen yang dilakukan secara bersama oleh TNI danTentara Diraja Malaysia (TDM).

Antara TNI dan TDM pun melakukan latihan gabungan bersamaangkatan masing-masing Negara, melakukan patrol bersama danpengamanan perbatasan melalui pembangunan pos-pos pengamananbersama di sepanjang perbatasan darat RI-Malaysia.

ii). Kerjasama Tingkat ASEAN

Gagasan ASEAN Security Community disertai dengan adanyaproposal Asean Security Community Plan of Action merupakan satu upayadari Negara-negara anggota ASEAN untuk memperkuat pertahananmasing-masing Negara terlingkup di dalamnya mengenai isuterorisme.

iii). Kerjasama antara Indonesia dan UNOV (United NationsOffice at Vienna)

Antara Indonesia dan UNOV telah sepakat meningkatkankerjasama dalam counter terorisme. Komitmen tersebut dinyatakan padasaat penyerahan surat kepercayaan/Credentials Letter Dubes RI Winakepada Dirjen Kantor PBB di Wina pada tanggal 23 Maret 2010.

Tingkat ancaman kemanusiaan yang ditimbulkan oleh kejahatantransnasional seperti sudah sampai pada level yang sangatmengkhawatirkan. Dalam kaitan ini Indonesia sangat berkepentinganuntuk menanggulangi permasalahan tersebut secara menyeluruh,dengan melibatkan peran aktif seluruh lapisan masyarakat.

Secara global, mencuatnya persoalan kejahatan transnasionalseperti penyelundupan manusia (human trafficking), peredaran narkoba(drug - trafficking), penyelundupan kayu (illegal logging), aksi-aksipembajakan, kejahatan internet (cyber crime), terorisme, pencucianuang (money laundering), penyelundupan senjata, dan aneka kejahatanekonomi internasonal lainnya, hakikatnya merupakan rentetan darilaju globalisasi.

18

Globalisasi yang disertai dengan kemajuan teknologikomunikasi yang pesat menyebabkan hubungan antarbangsa,antarmasyarakat dan antarindividu semakin dekat, salingtergantung dan saling mempengaruhi sehingga tercipta suatu duniatanpa batas (borderless world) yang seolah-olah telah membentuksuatu global village bagi masyarakat dunia.

2.4.3 Human Security

Mencermati perkembangan kejahatan transnasional ini, dikalangan para ahli strategi dan hubungan internasional terjadiperubahan paradigma keamanan dari paradigma yang statecentric menjadi paradigma yang lebih memperhatikan manusia. Dalampandangan konvensional konsep keamanan selalu dikaitkan dengankeselamatan dan pertahanan negara.

Titik tekan dari pandangan ini terpusat pada bagaimanainstrumen pertahanan mampu melindungi wilayah negara dari suatuancaman dan gangguan. Sejalan dengan praktik hubunganinternasional kontemporer yang mengalami perkembangan signifikandengan berlangsungnya perluasan aktor dan isu, maka perhatianterhadap keamanan manusia (human security) semakin menguat. Konsephuman security memahami keamanan dalam keseluruhan dimensinya baiknegara maupun individu warga negara.

Terorisme, peredaran obat gelap, dan penyelundupan manusiamisalnya, merupakan praktik yang sangat mengabaikan dan mengancamkeamanan manusia yang pada gilirannya juga mengancam keamanannegara. Pada dasarnya tidak ada negara yang aman dari ancamankejahatan transnasional. Namun kejahatan transnasional akansemakin menemukan lahan subur untuk beroperasi di negara-negaradi mana state authority - nya berada dalam keadaan lemah.

Di bidang drug trafficking, Indonesia tidak lagi semata menjadidaerah transit tetapi telah menjadi daerah operasi. Keberhasilanpihak kepolisian menggerebek pabrik ekstasi di Bogor April 2005,pabrik ekstasi dan sabu-sabu terbesar ketiga di Asia November2005, serta pabrik lain di Batu Malang dan Banyuwangi yangmelibatkan aktor lokal dan internasional membuktikan bahwa bahayaperdagangan obat telah mencapai batas sangat memprihatinkan.

19

Terkait terorisme peledakan beruntun Bom Malam Natal, BomBali I (2002), Bom JW Marriot (2003), Bom Kuningan (2004), danBom Bali II (2005) maupun bom-bom skala kecil lainnya menunjukkanbahwa Indonesia menghadapi persoalan terorisme serius.Keberhasilan Polri membunuh Dr Azahari tahun 2005 tidak sertamerta melenyapkan ancaman terorisme, karena masih beroperasinyakelompok-kelompok teroris yang meliatkan aktor lokal daninternasional menjadikan terorisme sebagai agenda penting yangharus terus ditangani.

BAB III

KESIMPULAN

ASEAN merupakan prioritas utama dalam politik luar negeriIndonesia. Oleh karena itu, terciptanya kawasan Asia Tenggarayang stabil, aman, damai, dan kondusif, serta terjalinnyahubungan harmonis dengan negara-negara di Asia Tenggara dirasakansangat penting dan merupakan modal dasar pembangunan nasionalIndonesia. Sementara itu di dalam APEC, Indonesia memandang APECsebagai salah satu dari empat jembatan di samping UN, WTO danASEAN, yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi era globalisasi.Sebagai anggota ekonomi yang masih berkembang melalui APEC,Indonesia berharap akan dapat mengejar ketinggalan dalampembangunan ekonominya dan dapat menjadi mitra kerja sama yangsejajar dengan anggota ekonomi maju. Salah satu kepentinganIndonesia yang utama dalam APEC adalah untuk mengamankan posisiIndonesia dalam sistem ekonomi internasional yang bebas danterbuka. Di sisi lain ASEAN dan APEC, Indonesia juga harusmenghadapi AFTA.

Kerjasama AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saingproduk ASEAN di pasar dunia dan menciptakan pasar seluas-luasnyauntuk menstimulus peningkatan FDI (Foreign Direct Investment) dikawasan Asia Tenggara. Dalam menghadapi AFTA, Indonesia sebagaisalah satu Negara anggota ASEAN masih memiliki beberapa kendalayang menunjukan ketidaksiapan dalam menghadapi AFTA, diantaranya

20

adalah; dari segi penegakan hukum. Namun di sisi lain juga adakeuntungan yang diperoleh Indonesia.

Bantuan yang diberikan negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang, baik bantuan langsung secara bilateral ataupunbantuan melalui IMF dan WB, sebenarnya tidak lepas dari bentukpenjajahan ekonomi negara-negara maju terhadap negara berkembang.Beberapa negara yang mampu bertahan dari gelombang krismon tahun1997 seperti Hongkong, RRC, Singapore, dan Taiwan, terkesan“kurang disukai” IMF. Malaysia yang terang-terangan menolakbantuan IMF terkesan “sangat tidak disukai” IMF.

Indonesia dalam diplomasinya dibidang HAM sudah sangatdiakui dunia internasional, dengan terbuktinya Indonesia menjadianggota Dewan HAM PBB 2011-2014 setelah melalui jajak pendapatMajelis Umum. Ini adalah suatu bukti bagaiman Indonesia memainkandiplomasinya dengan baik. Indonesi juga telah memainkan peranpenting dalam melahirkan suatu resolusi yang memiliki nilaipraktis yang tinggi dalam upaya memerangi diskriminasi dankekerasan atas dasar agama, yaitu melalui resolusi CombatingIntolerance, Negative Stereotyping and Stigmatization of, and Discrimination,Incitement to Violence and Violence Againts, Persons Bases on Religion or Belief.Melalui resolusi ini maka semakin vital peran Indonesia di duniadan membuktikan bahwa Indonesia merupakan Negara yang menghormatiHAM.

Dalam hal lingkungan hidup juga Indonesia berperan aktif,yaitu ketika Indonesia menjadi tuan rumah dalam pembahasan globalwarming di Bali yang terbingkai didalam Bali Action Plan. Didalampertemuan di Bali ini, hamper semua Negara sepakat untukmeratifikasi Protokol Kyoto. Maka dengan demikian, Indonesia jugaberperan dalam menyumbangkan pemikirannya untuk lingkungan dunia.

Kecerdikan para pelaku kejahatan kejahatan transnasionaluntuk lebih memanfaatkan pintu-pintu masuk baik bandara maupunpelabuhan provinsi perlu diantisipasi oleh berbagai pihakterkait. Bbetapa cepat pergerakan mereka dan betapa ancamankejahatan transnasional sedemikian dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Seluruh komponen stakeholder dan lini kekuatandimanfaatkan dalam penanganan (total diplomacy). Membebankan

21

penanganan hanya pada negara dan instrumennya semata tidaklahmencukupi. Dibutuhkan juga diplomasi publik baik dengan aktivitastukar - menukar informasi, pembentukan opini untuk melakukankompromi, maupun membangun strategi bersama.

22

DAFTAR PUSTAKA

Wibisono, Makarim. 2006. Tantangan Diplomasi Multilateral. Jakarta:LP3ES.

Wanandi, Jusuf. 2006. Global, Regional And National: Strategic AndLinkages.Yogyakarta:CSIS

http://www.portal-hi.net/index.php/teori-teori-liberalisme/189-critical-review--regionalisme ekonomi (diakses pada 20 Mei2013)

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_3/artikel_4.htm (diaksespada 23 Mei 2013)

http://www.embassyofindonesia.org/features/pdf/Diplomasi_2011.pdf (diakses pada 31 Juni 2013)

23