Tugas #1 Krismin DEFINISI KRISTAL dan MINERAL Geovani Sandra Manibuy 410014283 SEKOLAH TINGGI...
Transcript of Tugas #1 Krismin DEFINISI KRISTAL dan MINERAL Geovani Sandra Manibuy 410014283 SEKOLAH TINGGI...
Tugas #1
Krismin
DEFINISI KRISTAL dan MINERAL
Geovani Sandra Manibuy
410014283
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONALJURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI S1
2014
Daftar Isi ………………………………………………………………….i
-Pembahasan………………………………………………………………1
1. Kristalografi …………………………………………………1
1.1 Definisi Kristal ….………………………………………..2
1.2 Gambar ……………………………………………………4
1.3 Proses Pembentukan Kristal ………………………………5
1.4 Sistem Kristal ……………………………………………..6
1.5 Penggolongan Kristal …………………………………….16
2. Mineralogi ……………………………………………………19
2.1 Definisi Mineral ………………………………………….19
2.2 Sifat Fisik Mineral…………………………………………
Daftar Pustaka ……………………………………………………………
1. Kristalografi
Kristalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari bentuk fisik kristal dan cara bagaimana
penggambarannya, istilah kristal berasal dari bahasa
Yunani dan beberapa ahli berpendapat bahwa baik berupa
asumsi atau pendapat maupun hasil dari penelitian serta
berbagai percobaan maupun analisa baik dari bentuk
ataupun struktur kristal tersebut.
Kristal didefinisikan sebagai benda padat
homogen dan memiliki batas bidang-bidang muka tertentu
dimana keteraturan dari bidang-bidang tersebut
merupakan ekspresi dari bentuk bangun dalam (internal
structure) suatu ion, atom, dan molekul.
1.1 Definisi Kristal
Menurut bahasanya Kristal berasal dari bahasa Yunani
yaitu krustallos yang berarti es atau sesuatu yang
menyerupai es. Kristal merupakan padatan homogeny yang
dibatasi oleh bidang-bidang datar(bidang muka) yang
teratur dan mempunyai susunan atom dan molekul dalam
keadaan teratur pula. Selain dari definisi ini terdapat
pula berbagai definisi Kristal dari beberapa ahli.
1. Wikipedia
Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang
atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas
secara teratur dan polanya berulang melebar secara
tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk
kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada
kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal
tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya
"terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang
sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal
terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam
yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.
2. Snechal
Kristal merupakan padatan yang secara
esensial mempunyai pola difraksi tertentu.
1.2 Gambar Kristal
Nama-
nama
Kristal
Gambar
Kristal
Bismut
Kristal
Insulin
Kristal
Galium
1.3 Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam
pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh suatu
kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar
serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut
terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang
umumnya terjadi pada pembentukan kristal :
Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan
atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah
kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan
atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku
atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk
langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk
kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang
berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini,
kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-
gas yang memadat karena perubahan lingkungan.
Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari
aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan
membeku karena perubahan temperature.
Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi
pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan
temperatur (deformasi). Yang berubah adalah
struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia
tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah
kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena
terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara
signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah
bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi
dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak
adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan
dan temperature
1.4 Sistem Kristal
Pembagian ini berdasarkan jumlah sumbu Kristal,
letak atau posisi sumbu krisatal terhadap sumbu lain,
besarnya parameter masing-masing sumbu dan simetri
sumbu “c” dari sumbu Kristal. Dibawah ini 7 sistem
Kristal yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal
regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal
kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya sehingga sumbu-sumbu
tersebut sering diberi nama a1, a2, a3 dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini menunjukkan bahwa system ini semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama
lain (90˚).
gambar sistem
isometriBeberapa contoh mineral dengan system kristal
Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, Fluorite
(Pellant, chris:1992).
2. Sistem Tetragonal
Sistem tetragonal sama dengan system
Isometrik, karena pada system kristal ini
mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing
saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama, sehingga penamaan sumbu-sumbu
tersebut sering menjadi sumbu a2 sebagai sumbu b
dan a1 sebagai sumbu a. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
Tapi pada umumnya lebih panjang. System tetragonal
juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
gambar sistem
tetragonalBeberapa contoh mineral dengan sistem kristal
Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite,
scapolite (Pellant, Chris: 1992)
3. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan
mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , sehingga panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
= γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Kesimetrisan dari sitem orthorombik memiliki 3
elemen simetri seperti :
3 bidang simetri : bidang-bidang sumbu
3 sumbu simetri diagonal : sumbu-sumbu
kristalografi pusat simetri
gambar sistem
orthorombik
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal
Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite
dan witherite (Pellant, chris. 1992)
4. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu
yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak
lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak
lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c
yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi
α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini,
sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan
γ tidak tegak lurus (miring).
gmabar sistem
monoklinBeberapa contoh mineral dengan ancer kristal
Monoklin ini adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum,
dan epidot (Pellant, chris. 1992)
5. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang
satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama. System kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang
atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki
sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
gambar sistem
triklin
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal
Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite,
microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).
6. Sistem Hexagonal
Sistem hexagonal ini mempunyai 4 sumbu
kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-
masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama
lain. Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). System
hexagonal memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚
; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk
sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
gambar sistem
hexagonalBeberapa contoh mineral dengan sistem kristal
Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite,
dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).
7. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar,
sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral,
selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini
kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula
cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila
pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang
dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.
System Trigonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
90˚ ; γ = 120˚.
gambar sistem
trigonalBeberapa contoh mineral dengan sistem kristal
Trigonal ini adalah tourmaline dan cinabar (Mondadori,
Arlondo. 1977)
1.5 Penggolongan
Suatu kristal dapat digolongkan berdasarkan susunan
partikelnya dan dapat pula berdasarkan jenis partikel
penyusunnya atau
interaksi yang
menggabungkan partikel
tersebut.
- Kristal logam
Kristal
dengan kisi
yang terdiri
atas atom
logam yang
terikat melalui ikatan logam. Atom logam
merupakan atom yang memiliki energi ionisasi
kecil sehingga elektron valensinya mudah
lepas dan menyebabkan atom membentuk kation.
Bila dua atom logam saling mendekat, maka
akan terjadi tumpah tindih antara orbital-
orbitalnya sehingga membentuk suatu orbital
molekul. Semakin banyak atom logam yang
saling berinteraksi, maka akan semakin banyak
terjadi tumpang tindih orbital sehingga
membentuk suatu orbital molekul baru.
Terjadinya tumpang tindih orbital yang
berulang-ulang menyebabkan elektron-elektron
pada kulit terluar setiap atom dipengaruhi
Jenis-jenis kristal
Logam IonikMolekul
ar
Kovale
n
Li NaCl Ar
C
(intan
)
Ca LiF Xe Si
Al AgCl Cl SiO2
Fe Zn CO2
oleh atom lain sehingga dapat bergerak bebas
di dalam kisi.
Salah satu sifat kristal logam adalah dapat
ditempa. Sifat ini diperoleh dari ikatan logam
yang membentuknya. Dalam ikatan logam, terjadi
interaksi antara atom/ion dengan elektron bebas di
sekitarnya sehingga dapat membuat logam
mempertahankan strukturnya bila diberikan suatu
gaya yang kuat.
- Kristal ionik
Kristal ionik terbentuk karena adanya gaya
tarik antara ion bermuatan positif dan
negatif. Umumnya, kristal ionik memiliki
titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang
rendah. Contoh dari kristal ionik adalah
NaCl. Kristal ionik tidak memiliki arah
khusus seperti kristal kovalen sehingga pada
kristal NaCl misalnya, ion natrium akan
berinteraksi dengan semua ion klorida dengan
intensitas interaksi yang beragam dan ion
klorida akan berinteraksi dengan seluruh ion
natriumnya.
- Kristal kovalen
Atom-atom penyusun kristal kovalen secara
berulang terikat melalui suatu ikatan kovalen
membentuk suatu kristal dengan struktur yang
mirip dengan polimer atau molekul raksasa.
Contoh kristal kovalen adalah intan dan
silikon dioksida (SiO2) atau kuarsa. Intan
memiliki sifat kekerasan yang berasal dari
terbentuknya ikatan kovalen orbital atom
karbon hibrida sp3.
- Kristal molekular
Pada umumnya, kristal terbentuk dari sutau
jenis ikatan kimia antara atom atau ion.
Namun, pada kasus kristal molekular, kristal
terbentuk tanpa bantuan ikatan, tetapi
melalui interaksi lemah antara molekulnya.
Salah satu contoh dari kristal molekular
adalah kristal iodin.
2. Mineralogi
Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk
individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat
kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaannya.
2.1 Definisi Mineral
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-
organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal)
dan terbentuk secara alami yang terdapat di alam).
Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi
kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk
dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai
silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk)
2.2 Sifat Fisik Mineral
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan
penyusun atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis
mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri.
Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis
mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui
susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987)
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
1. Kilap [Luster]
2. Warna [Colour]
3. Kekerasan Mineral [Hardness]
4. Cerat / Gores [Streak]
5. Belahan [Cleavage]
6. Pecahan [Fracture]
7. Bentuk Kristal [Crystal Shape]
8. Berat Jenis [Specific Gravity]
9. Sifat Dalam
10. Kemagnetan [Magnetism]
11. Kelistrikan
12. Daya Lebur Mineral
1. Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena
cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan
menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral
tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti
logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
- Gelena
- Pirit
- Magnetit
- Kalkopirit
- Grafit
- Hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster),
terbagi atas:
-Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang
seperti intan.
-Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada
kuarsa dan kalsit.
-Kilap Sutera (silky luster), kilat yang
menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat,
misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
-Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan
seperti damar misalnya pada spharelit.
-Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti
lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.
-Kilap tanah, kilat suram seperti tanah
lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui,
karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam
menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu
perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu
dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu
dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo
1994).
2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung
yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat
diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu
mineral dapat berwarna lebih dari satu warna,
tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa
dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian
ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas,
seperti:
Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O),
Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu)
(SiO2)
Kuning : Belerang (S)
Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit
(CuFeS2), Ema (Au)
Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5
Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2),
Beril (Be3Al2 (Si6O18))
Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
Abu-abu : Galena (PbS)
Hitam : Biotit
(K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
3. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu
goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
membandingkan suatu mineral terentu yang
dipakai sebagai kekerasan yang standard.
Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih
kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral
tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai
adalah skala kekerasan yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai
skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala,
dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak
sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala Kekerasan Mohs
Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka
di bawah ini diberikan kekerasan dari alat penguji
standar :
Alat Penguji Derajat
Kekerasan MohsKuku manusia 2,5Kawat Tembaga 3
Paku 5,5Pecahan Kaca 5,5 – 6Pisau Baja 5,5 – 6Kikir Baja 6,5 – 7Kuarsa 7
4. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk
hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada
bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna
dari bubukan tersebut.Cerat dapat sama dengan
warna asli mineral, dapat pula berbeda.Warna
cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap
walaupun warna mineralnya berubah-
ubah.Contohnya:
Pirit : Berwarna keemasan namun jika
digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.
Hematit : Berwarna merah namun bila
digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
Orthoklase : Ceratnya putih
5. Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk
membelah diri pada satu atau lebih arah
tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat
fisik mineral yang mampu membelah yang oleh
sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak
hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang
belahan yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai
istilah seperti mudah terbakar dan sukar
dibelah atau tidak dapat dibelah. Tenaga
pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal
tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu
bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui suatu bidang, maka mineral akan
cenderung membelah melalui bidang-bidang
tersebut. Karena keteraturan sifat dalam
mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan
teratur (Danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah
kalsit yang mempunyai tiga arah belahan sedang
kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh
mineralnya:
a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan
kalsit.
6. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk
terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur
apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan
dengan belahan dapat dilihat dari sifat
permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan
dapat memantulkan sinar seperti cermin datar,
sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke
segala arah dengan tidak teratur
(Danisworo,1994).
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang
melengkung di permukaan pecahan, seperti
kenampakan kulit kerang atau pecahan botol.
Contoh Kuarsa.
Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala
seperti serat, misalnya asbestos, augit,
hipersten
Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan
permukaan bidang pecahan halus, contoh pada
kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan
permukaan bidang pecahan yang kasar, contoh:
magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan
permukaan kasar tidak teratur dan runcing-
runcing. Contoh pada native elemen emas dan
perak.
7. Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai
bentuk teratur yang dikendalikan oleh system
kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral
yang membentuk kristal disebut mineral
kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai
bangun yang khas disebut amorf (Danisworo,
1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang
khas, misalnya:
a. Bangun kubus : galena, pirit.
b. Bangun pimatik : piroksen,
ampibole.
c. Bangun doecahedon : garnet
Mineral amorf misalnya : chert, flint.
8. Berat Jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral
dengan volume mineral. Cara yang umum untuk
menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya
beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang
lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya
beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan
di dalam air adalah berat miberal dikurangi
dengan berat air yang volumenya sama dengan
volume butir mineral tersebut.
9. Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha
untuk mematahkan, memotong, menghancurkan,
membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk
sifat ini adalah
Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias
dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,
kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa
menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.
Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan
pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat
dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok
tidak dapat kembali seperti semula. Contoh
mineral talk, selenit.
Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat
dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat kembali
seperti semula bila kita henikan tekanannya,
contoh: muskovit.
10. Kemagnetan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet.
Diatakan sebagai feromagnetic bila mineral dengan
mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik,
phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya
magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik
lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah
mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak
kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah
magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral
kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang
bergerak mendekati berarti mineral tersebut
magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari
besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang
tersebut dengan garis vertikal.
11. Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan
menjadi dua, yaitu pengantar arus atau
londuktor dan idak menghantarkan arus disebut
non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor
yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor
dalam batas-batas tertentu.
12. Daya Lebur
Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral
apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan
dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya
leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.
Daftar Pustaka
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kristal - http://furqanwera.blogspot.com/2012/12/tujuh-sistem-
kristal-beserta-gambar-dan.html- http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_mineral
- http://geografi-geografi.blogspot.com/2013/05/
sifat-sifat-fisik-mineral.html