Definisi Kecelakaan Kerja

34
Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminil adalah di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. 2 Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian muncul dua permasalahan: 2 a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau; b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan. Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan- kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. 2 Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja.

Transcript of Definisi Kecelakaan Kerja

Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan

tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa

itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk

perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan

kriminil adalah di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya.

Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai

kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan

sampai kepada yang paling berat.2

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada

hubungannya dengan kerja, dalam kecelakaan terjadi karena

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hubungan kerja

di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan

demikian muncul dua permasalahan:2

a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;

b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup

kecelakaan ini diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan-

kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau

transport ke dan dari tempat kerja. 2

Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa

tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam

rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja.

Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2,

yakni:2

Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang

tidak aman atau unsafety condition misalnya lantai licin,

pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak

memenuhi keselamatan, misalnya karena kelengahan, ngantuk,

kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang

ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh

faktor manusia.

Teori Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi

dalam dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita

pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori

mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:2,3

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari

suatu rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait

dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan,

kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,

kecelakaan, dan cedera atau kerugian.

Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab

kecelakaan menjadi 2, yaitu:2,3

a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)

Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu

terjadinya suatu kecelakaan kerja. Contohya adalah

tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan

terjadi kebakaran, metode kerja salah, tidak mengikuti

prosedur keselamatan kerja, menggunakan alat yang

sudah rusak, dan lain-lain. Tindakan ini bisa

berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.

b. Unsafe Condition (kondisi tidak aman)

Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi

lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya

kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis.

Unsafe condition ini contohnya adalah kondisi

permukaan tempat bekerja (lantai yang licin) tangga

rusak, udara yang pengap, kondisi penerangan

(pencahayaan kurang), terlalu bising, dan lain-lain.

2. Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan

ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab

ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak

aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan

kerja tersebut perlu diteliti. 2,3

3. Teori Gordon

Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari

interaksi antara korban kecelakaan, perantara terjadinya

kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat

dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3

faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami

mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka

karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya

kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat

diketahui secara detail.2,3

4. Teori Reason

Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat

terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan

ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau

peraturan mengenai keselamatan kerja. 2,3

5. Teori Frank E. Bird Petersen

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird

mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan

menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:2,3

Manajemen kurang kontrol

Sumber penyebab utama

Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)

Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)

Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila

dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan

kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah

standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan

merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.3

Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena

suatu sebab. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus

diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan

korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya

preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan

serupa tidak berulang kembali.2

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori

tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :2

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan

bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga

tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya,

karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja

2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada

pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena

sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk

mengalami kecelakaan kerja.

3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa

penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor

manusia pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh

kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya

(unsafe action).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa

pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung

disebabkan karena kesalahan manusia.

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama

adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala

sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor

manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk

menentukan sebab dari suatu kecelakaan dilakukan analisis

kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai

berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan

oleh kejatuhan benda tepat mengenai kepalanya. Sesungguhnya

pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia

mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor

kepada segenap pekerja agar tidak berjalan di bawah katrol

pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah

faktor manusia.3

Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan

menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di

perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok

pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di

lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas

yang dipegang dengan tangan(manual), menginjak atau terbentur

barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira

sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan

terjatuh, baik dari tempat yang tinggi, maupun di tempat datar.3

Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan.

Sebaliknya gangguan kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab

kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa bekerja, ia perlu

pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk

bekerja, sangat besar kemungkinan orang sakit mengalami

kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja, gangguan kesehatan

ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau

sekedar merasa hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya

kecelakaan. Sekalipun ringan, gangguan kesehatan menurunkan

konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga kecelakaan

terjadi.3

Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi

dapat dibagi berdasarkan faktor dari tempat kerjanya dan faktor

individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi lagi

menjadi fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis (lebih

ke arah individu) dan industrial hygiene.4

a. Faktor Manusia4

Usia

Usia muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja

dibandingkan dengan usia lanjut yang mungkin dikarenakan

sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia dan

kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada

umumnya lebih rendah dengan bertambahnya usia, tetapi

tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.

Jenis Kelamin

Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan

lebih tinggi daripada pada laki-laki. Perbedaan kekuatan

fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki

adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-

rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-laki. Tugas yang

berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai

waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan.

Koordinasi Otot

Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan

pekerja. Diperkirakan kekakuan dan reaksi yang lambat

berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.

Kecenderungan Celaka

Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah

“accident prone theory”. Teori ini didasarkan pada pengamatan

bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan

dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena

ciri-ciri yanga ada dalam pribadi yang bersangkutan.

Pengalaman Kerja

Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka

semakin kecil kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat

kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan

kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau

lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan

mempengaruhi peningkatan pengetahuan pekerja dalam

menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job

requirements pada seorang pekerja adalah:

1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik

tentang pekerjaan).

2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam

mengerjakan suatu pekerjaan).

3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam

suatu pekerjaan).\

Kelelahan

Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu

industri. Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana

seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan

aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya

penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada

organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh

berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama

bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja

yang buruk serta adanya konflik.

b. Faktor lingkungan4

Lokasi / tempat kerja

Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi

suatu usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja,

dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu. Desain

di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan

kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baikapabila

lingkungan kerja aman dan sehat.

Peralatan dan perlengkapan

Proses produksi adalah bagian dari perencanaan

produksi. Langkah penting dalam perencanaan adalah

memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai

dengan apa yang diproduksinya. Pada dasarnya

peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis

yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu: bagian-

bagian fungsional dan bagian-bagian operasional. Bagian-

bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan denga jalan

mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan (APD).

Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan

kecelakaan kerja, antara lain:

‐ Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan

kebisingan.

‐ Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang

tidak efektif.

‐ Peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi

ataupun terlalu rendah.

‐ Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan

kimia berbahaya.

‐ Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang

tinggi.

‐ Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi

dengan pelindung, dll.

Shift kerja

Shift kerja adalah bekerja di luar jam kerja normal,

dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja

mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih.

Shift kerja malam biasanya lebih banyak menimbulkan

kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang,

tetapi shift kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan

dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

Sumber kecelakaan

Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya

kecelakaan, bisa berawal dari jenis

perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human

error, dimana sumber dari jenis kecelakaan merambat ke

tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan kecelakaan

kerja.4

c. Faktor Individu

Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah

psikologi seseorang pada saat melakukan pekerjaannya sehari-

hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur

ergonomik (anatomi, fisiologis, psikologi). Stress di

lingkungan kerja berkaitan dengan lingkungan fisik tempat

kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn,

bekerja monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya

peran kerja, konflik dengan teman kerja dan lain-lain.5

Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat

lainnya yaitu penyakit jantung adalah orang yang memiliki

kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe

kepribadian dengan ciri seperti dorongan kompetisi yang

tinggi, ketaatan yang tinggi akan waktu, ambisius, agresif,

bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan

relatif tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu dalam

keadaan stress dan tegang. Sehingga orang yang memiliki

kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.5

Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja,

2 hal diantaranya adalah : gaya managemen diri yang buruk

dan juga adanya faktor psikososial. Gaya management diri

yang buruk, diantaranya :6

Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambilan keputusan.

Komunikasi yang buruk di tempat kerja.

Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.

Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk.

Jenjang karir yang tidak jelas.

Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah

ergonomi.

Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.

Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja,

antara lain:6

Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional

(UPR) / Upah Minimum Provinsi (UMP).

Beban kerja yang tidak teratur.

Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.

Tidak prospek dalam jenjang karir.

Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.

Kurang penghargaan.

Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Undang-Undang Ketenagakerjaan mewajibkan setiap perusahaan

yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100

pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi (termasuk

proyek konstruksi), untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya

ditempat kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari

sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan. SMK3

mencakup hal-hal seperti struktur organisasi, perencanaan,

pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,

pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien,

dan produktif. Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

harus diperhatikan terlebih bagi pemrakarsa supaya proses

produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat terus

dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah di aspek kualitas, produksi,

kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat

kerja , yaitu :7

1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja.

2) Analisis risiko di tempat kerja.

3) Pencegahan dan pengendalian bahaya.

Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja

memahami dan melaksanakannya.

Aturan dan prosedur kerja dipatuhi.

Pemeliharaan sebagai usaha preventif.

Perencanaan untuk keadaan darurat.

Pencatatan dan pelaporan kecelakaan.

Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja.

Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.

4) Pelatihan untuk pekerja, penyelia dan manager.

SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja

dalam suatu perusahaan (pemrakarsa). Apabila SMK3 yang

diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya dapat dilihat dari

banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses

produksi mengalami kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah

mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakaan

dan PAK, mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan

hasil produksi, menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman,

sehat dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau antara

manusia dengan pekerjaan. Penerapan K3 yang baik dan dan terarah

dalam suatu wadah industri tentunya akan memberikan dampak lain,

salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

dan optimal.7

Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:7

1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja

yang setinggi-tingginya, baik buruh. petani. nelayan.

pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.

2. Sebagai upaya untuk mencegah dnn memberantas penyakit dan

kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, memelihara, dan

meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat

dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga

manusia, memberantas kekelahan kerja dan melipatgandakan

gairah serta semangat bekerja.

Langkah-langkah Penerapan SMK3

Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau

persyaratan tertentu yang harus dibangun dalam suatu organisasi.

Sistem Manajemen K3 tersebut harus dipraktekkan dalam semua

bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3 harus dijaga

dalam operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan

dan fungsi dalam manajemen perusahaan. Untuk lebih memudahkan

penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini dijelaskan

mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. Tahapan dan

langkah-langkah tersebut dibagi menjadi dua bagian besar:7

1. Tahap Persiapan

Merupakan tahapan atau langkah awal yang hams dilakukan

suatu organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan

manajemen dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen

sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan.

Adapun, tahap persiapan ini, antara lain:7

‐ Komitmen manajemen puncak.

‐ Menentukan ruang lingkup.

‐ Menetapkan cara penerapan.

‐ Membentuk kelompok penerapan.

‐ Menetapkan sumber daya yang diperlukan.

2. Tahap pengembangan dan penerapan

Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang hams

dilakukan oleh organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak

personal, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan

melaksanakan sendtri kegiatan audit internal serta tindakan

perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi.7

Berikut ini langkah-langkah spesifik dalam menerapkan Sistem

Manajemen K3 dalam suatu perusahaan:7

Menyatakan komitmen

Pernyataan koniitmen dan penetapan kebijakan untuk

menerapkan sebuah Sistem Manajemen K3 dalam

organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen puncak.

Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa

adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut.

Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang

paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau

kegagalan penerapan Sistem Manajemen K3.

Menetapkan cara penerapan

Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk

menerapkan Sistem Manajemen K3.Namun dapat juga tidak

menggunakan jasa konsultan jika organisasi yang bersangkutan

memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan

dan mengarahkan orang.

Membentuk kelompok kerja

Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya

anggota kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil

dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Hal ini

penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung

jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.

Menetapkan sumber daya yang diperlukan

Sumber daya di sini mencakup orang, perlengkapan, waktu

dan dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang

diangkat secara resmi di luar tugas-tugas pokoknya dan

terlibat penuh dalam proses penerapan.

Kegiatan penyuluhan

Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan

untuk kebutuhan personal perusahaan. Oleh karena itu perlu

dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan

dalam perusahaan melalui program penyuluhan.

Peninjauan sistem

Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian

mulai bekerja untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung

dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang ada da lam

Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melatui

dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau

pelaksanaannya.

Penyusunan Jadwal Kegiatan

Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja

dapat menyusun suatu jadwal kegiatan.

Pengembangan Sistem Manajemen K3

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap

pengembangan sistem manajemen K3 antara lain mencakup

dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan alir,

penulisan manual sistem manajemen K3, prosedur dan instruksi

kerja.

Penerapan sistem

Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota

kelompok kerja kembali ke masing-masing untuk menerapkan

sistem yang telah ditulis.

Proses sertifikasi

Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3.

Misalnya sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker

05/Men/1996. Namun untuk OHSAS 18001:1999 organisasi bebas

menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan.7

Occupational Safety and Health Administration (OSHAS)

OSHAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Yang terbaru adalah

OSHAS 18001:2007 menggantikan OSHAS 18001:1999 dan dimaksudkan

untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3). OSHAS

18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk

kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan

pada aktifitas anda dan mengenali adanya bahaya yang timbul.7

Secara umum, OSHAS 18001 dapat diterapkan kepada setiap

organisasi yang berkeinginan :7

Mengembangkan system manajemen K3 untuk menghilangkan

atau mengurangi resiko terhadap individu atau pihak

terkait lainnya yang kemungkinan bersentuhan langsung

dengan kecelakaan. Menerapkan, memelihara, atau meningkatkan sistem

manajemen K3. Memastikan bahwa kebijakan K3 telah terpenuhi. Menunjukkan kesesuaian organisasi dengan SMK3.

Organisasi yang mengimplementasikan OSHAS 18001 memiliki

struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung

jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas, hasil pencapaian

yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur untuk penilaian

resiko.7

Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut International Labour Organisation (ILO), kecelakaan akibat kerja

dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni :8

Klasifikasi menurut jenis kecelakaan: terjatuh, tertimpa

benda, tertumbuk atau terkena benda-benda, terjepit oleh

benda, gerakan-gerakan melebihi kemampuan, pengaruh suhu

tinggi, terkena arus listrik, kontak bahan-bahan berbahaya

atau radiasi.

Klasifikasi menurut penyebab: 8

‐ Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin

penggergajian kayu.

‐ Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut

air.

‐ Peralatan lain : dapur pembakar dan pemanas, instalasi

pendingin, alat-alat listrik dan sebagainya.

‐ Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi. Misalnya: bahan

peledak, gas, zat-zat kimia.

‐ Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan,

di ketinggian dan di bawah tanah).

Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan: patah tulang,

dislokasi, regang otot, memar dan luka dalam yang lain,

amputasi, luka di permukaan, gegar dan remuk, luka bakar,

keracunan-keracunan mendadak, pengaruh radiasi.

Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh:

kepala, leher, badan, anggota atas, anggota bawah, banyak

tempat, atau letak lain yang tidak termasuk dalam

klasifikasi tersebut.8

Klasifikasi- klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena

pada kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak hanya

satu faktor, tetapi banyak faktor. Berkaitan dengan faktor yang

mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, seperti disebutkan diatas,

dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau

cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan

disamping faktor manusianya.8

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu

yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit,

kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau

instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,

sering disebut resiko. Baik hazard maupun resiko tidak selamanya

menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan

baik.8

Investigasi

Menurut peraturan menteri tenaga kerja PER.03/MEN/1998 BAB II

tentang tata cara pelaporan kecelakaan, pasal 2 ayat 1 mnyebutkan

bahwa pengurus atau pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja

yang dimaksud terdiri dari kecelakaan kerja, kebakaran atau

peledakan atau bahaya pembuangan limbah san kejadian berbahaya

lainnya.9

Sasaran:

• Menentukan penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat

dicegah.

• Tidak untuk mencari kambing hitam.

• Mendapatkan informasi untuk laporan ke pihak yang berwenang.

• Mendapatkan informasi untuk pihak asuransi yang entah itu:

- membantu penyelesaian atau penolakan proses pengadilan

sehubungan dengan klaim yang diajukan korban

- untuk mengajukan klaim atas kerusakan pabrik, perlengkapan,

dan sebagainya.

• Mendapatkan informasi untuk badan-badan hukum lainnya, misalnya

manfaat jaminan sosial.

Penyebab kecelakaan9

Adalah kejadian atau keadaan sebelum insiden yang menyebabkan

cedera atau kerusakan.

• Penyebab langsung—bagian atau komponen yang secara aktual

menyebabkan cedera atau kerusakan.

• Akar penyebab—tindakan atau kegiatan yang menyebabkan kontak

dengan penyebab langsung. Analisis akar penyebab kecelakaan

melibatkan pemeriksaan urut-urutan kejadian dan pengambilan

keputusan yang mengarah ke kecelakaan dan pengidentifikasian

tindakan yang tak langsung yang memicu rangkaian kejadian

tersebut.

Penyebab cedera atau kerusakan adalah tindakan atau proses yang

menyebabkan cedera atau kerusakan aktual.

Penyelidikan

Oleh siapa?

- Diawali penyelia yang memberitahukan kepada penasehat

keselamatan kerja.

- Perwakilan keselamatan kerja - catat hak mereka.

- Penasehat keselamatan kerja.

- Surveyor/tenaga ahli dari pihak asuransi jika klaim terhadap

majikan mungkin atau sudah dibuat.

- Inspektur yang berwenang jika cedera atau kecelakaan harus

dilaporkan kepada pihak berwenang.

- Polisi jika terjadi korban jiwa.

Kapan?

- Segera setelah orang yang terluka kembaii dari klinik P3K

atau dipindahkan untuk menjalani perawatan medis.

- Sebelum lokasi kecelakaan dimasuki orang lain.

Prosedur

‐ Mendatangi lokasi dan mencatat detail-detail yang penting.

‐ Mengambil gambar/foto.

‐ Mengukur bagian dan area yang relevan.

- Memeriksa kondisi pabrik dan perlengkapan - menyiapkan

pengujian jika diperlukan

- Menanyai para saksi

* idealnya sendirian namun boleh disertai perwakilannya saja

jika diminta

* menekankan bahwa sasaran penyelidikan ialah pada

pengungkapan penyebab kecelakaan.

* bukti-bukti harus didapat langsung dan bukan menurut

penuturan.

- Memeriksa catatan pelatihan yang pernah diberikan kepada

pekerja yang menjadi korban.

- Menanyai korban sesegera mungkin tanpa menimbulkan tekanan.

- Menganalisis informasi dan menyiapkan laporan.

- Jika klaim sudah masuk, pihak asuransi akan menyelidiki dan

menanyai para saksi namun tidak menanyai pihak penuntut.

- Jika penyelidikan dilakukan oleh inspektur yang berwenang,

sural pernyataan bisa dimintakan dari para saksi, termasuk

korban.

- Dalam kasus korban jiwa, polisi melakukan penyelidikan untuk

menentukan penyebab kematian dan apakah telah terjadi

tindakan kriminal sebelumnya.

Meminta keterangan

‐ Jika diperlukan untuk meminta keterangan, arahnya harus

ditetapkan dengan jelas, misalnya untuk menentukan penyebab

kecelakaan.

‐ Laporan permintaan keterangan ini diberikan untuk majikan

maupun pekerja sehingga 'tidak ditutup-tutupi' pada saat

terjadi gugatan.

‐ Jika sasaran permintaan keterangan ini adalah untuk menolak

klaim, ini harus jelas dinyatakan dan dipahami oleh orang-

orang yang terlibat, tatkala catatan dan laporan menjadi

rahasia.

Informasi yang akan dikumpulkan:

‐ Rincian tapak—pemilik, alamat, departemen/seksi/bengkel.

‐ Proses atau operasi yang bersangkutan, termasuk rincian

setiap pabrik yang terlibat.

‐ Tanggal dan waktu kecelakaan.

‐ Data rinci pribadi korban (mungkin didapat dari data

personalia).

‐ Informasi pelatihan yang pernah diberikan kepada korban.

‐ Pekerjaan yang sedang dilaksanakan pada saat kecelakaan.

* Apakah sudah mendapat izin?

* Apakah prosedur yang benar sudah diikuti?

* Apakah alat Pelindung terpasang di tempat?, dll

‐ Rincian cedera yang dialami.

Laporan

‐ Menganalisis hasil penyelidikan dan informasi yang diperoleh.

‐ Mempersiapkan laporan yang menggambarkan keadaan kecelakaan

dan kemungkinan penyebab-penyebabnya.

‐ Membuat saran agar kejadian serupa tidak terulang.9

Tujuan Investigasi

Tujuan investigasi kecelakaan kerja menurut ICAM Investigation

Guidline adalah sebagai berikut:9

• Menentukan fakta di sekitar lokasi kejadian.

• Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dan penyebab

dasar kecelakaan.

• Melihat kecukupan prosedur dan program pengendalian yang sudah

ada

• Merekomendasikan tindakan pencegahan dan perbaikan.

• Melaporkan temuan dalam rangka untuk membagi pelajaran dari

kecelakaan.

• Tidak menyalahkan satu pihak.9

Evaluasi

Berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan

kuantitatif:8

Pengamatan semua bahan / material keadaan serta keadaan

lingkungan kerja yang mungkin sebagai penyebab penyakit

akibat kerja.

Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang di

pergunakan.

Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :

‐ Pemakaian alat pelindung/ pengaman (jenis, kualitas,

kuantitas, ukuran, dan komposisi bahan alat pelindung).

‐ Pembuangan sisa produksi (debu, asap, dan gas).

‐ Jenis, konsentrasi/ unsur-unsur bahan baku, pengolahan

dan penyimpanan bahan baku.

‐ Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan

pencahayaan, ventilasi, intensitas suara/bising,

getaran).

Cara-cara pengawasan:8

Mengganti / substitusi bahan baku yang berbahaya dengan

bahan lain yang kurang berbahaya bagi kesehatan.

Mengganti atau mengubah cara pengolahan untuk mengurangi

bahan-bahan sisa.

Menyediakan rambu-rambu atau tanda pengaman, serta alat

pengaman lain-lainnya.

Mengisolasi tenaga kerjanya dari keadaan-keadaan yang

membahayakan kesehatannya.

Menyerap bahan/keadaan yang membahayakan kesehatan tenaga

kerja.

Pengamatan dan pengawasan yang terus menerus perlengkapan

bangunan perusahaan, fasilitas situasi, penyediaan air minum

dan makanan tambahan, kamar mandi, tempat cuci tangan, serta

alat pengaman bangunan.

Evaluasi, pengamatan dan pengawasan:

‐ Proses pekerjaan, alat-alat.

‐ Posisi pada saat melakukan kerja (duduk, berdiri, dan

lain-lain).

‐ Lamanya bekerja dan penggunaan alat setiap hari bekerja

‐ Memperhatikan berbagai kemungkinan kontak antara kulit

dengan bahan baku atau bahan jadi.

Pengamatan pengaturan giliran kerja dari setiap tenaga

kerja.

Penyuluhan dan latihan bagi karyawan.

Pengawasan, pengamatan dan surveillance medis.

Pengamatan serta pengawasan higiene perorangan.

Pemantapan program kegiatan yang berkaitan dengan alat kerja

, bahan baku serta bahan jadi.

Pengamatan dan pengawasan terhadap sikap dan tingkah laku

tenaga kerja sewaktu melakukan,

Untuk mencapai hasil yang memadai dalam mencegah dan mengelola

kesehatan karyawan, maka pengamatan evaluasi serta pengawasan

kegiatan diatas harus dilakukan secara kelompok (team work) antara

unsur kesehatan (dokter, sanitarian, ahli keselamatan kerja),

unsur engieneering, mekanik, biologi, ahli kejiwaan, ahli hukum,

penanggung jawab, dan pimpinan perusahaan sendiri sebagai

pengambil keputusan atau kebijaksanaan. Kerja sama kelompok juga

meliputi kesehatan lingkungan masyarakat di sekitar perusahaan.8

Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tehnis

pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat

perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum

dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat

pelindung diri (personal protective devices). Alat-alat demikian harus

memenuhi persyaratan:8

1. Enak dipakai.

2. Tidak mengganggu kerja.

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan

terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang

bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak

longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada

lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita

sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan

tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya

baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya

pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh

aliran listrik statis.

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika

digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang

dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat

pada daftar dibawah ini:8

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi

dari berbagai bahan.

2. Mata : kaca-mata dari berbagai gelas (googles).

3. Muka : perisai muka.

4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan.

5. Kaki : sepatu.

6. Alat pernafasan : respirator/masker khusus.

7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga.

8. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan.

Pencegahan Kecelakaan

Sudah jelas bahwa kecelakaan menelan biaya yang sangat

banyak. Dari segi biaya saja dapat dipahami, bahwa kecelakaan

harus dicegah. Pernyataan ini berbeda dari pendapat jaman dahulu

yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Kecelakaan dapat

dicegah, asal ada kemauan untuk mencegahnya. Dan pencegahan

didasarkan atas pengetahuan tentang sebab-sebab kecelakaan itu

terjadi. Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang

sebab-sebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan di suatu

perusahaan diketahui dengan mengadakan analisa kecelakaan. Maka

dari itu sebab-sebab dan cara analisanya harus betul-betul

diketahui.

Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin alat-

alat kerja, dan manusia. Lingkungan harus memenuhi syarat-syarat

diantaranya:10

1. Lingkungan kerja yang baik. Syarat-syarat lingkungan kerja

meliputi:

a. Ventilasi.

b. Penerangan cahaya.

c. Sanitasi, dan

d. Suhu udara.

2. Pemeliharaan rumah tangga yang baik. Pemeliharaan rumah

tangga perusahaan meliputi:

a. Penimbunan.

b. Pengaturan mesin.

c. Bejana-bejana dan lain-lain.

3. Keadaan gedung yang selamat, harus memiliki:

a. Alat pemadam kebakaran.

b. Pintu keluar darurat.

c. Lubang ventilasi.

d. Lantai yang baik.

4. Perencanaan yang baik, meliputi:

a. Pengaturan operasi.

b. Pengaturan tempat mesin.

c. Proses yang selamat.

d. Cukup alat-alat.

e. Cukup pedoman-pedoman pelaksanaan dan aturan-aturan.

Menurut Permenaker No. 5/MEN/1996 pengendalian kecelakaan

kerja bisa dilakukan melalui 3 metode pengendalian kecelakaan

kerja, yaitu:11

1. Pengendalian teknis atau rekayasa (engineering control)

Adalah melakukan rekayasa pada bahan dengan cara;

‐Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya

secara total.

‐Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang

digunakan dengan material atau teknologi lain yang lebih aman

bagi pekerja dan lingkungan.

‐Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada

di tempat kerja.

‐Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja.

Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat

memberikan hasil atau efektifitas penurunan risiko sebesar 70%-

90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-70%

pemberian batas atau barier).

2. Pengendalian Administrasi (administrative control)

Yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat

administrasi seperti pemberian penghargaan, training dan

penerapan prosedur.

3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat

memproteksi dirinya sendiri. Pengendalian ini adalah alternatif

terakhir yang dapat dilakukan bila kedua pengendalian

sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang

mungkin timbul.11

1. McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta:

EGC;2007.h.615.

2. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta:

Gunung Agung;1996.h.207-17.

3. Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan

kerja. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;2007.h.113-20.

4. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM

Universitas Indonesia;2008

5. Harrington JM. Buku saku kesehatan kerja. Jakarta:

EGC;2003.h.9-10

6. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja.

Jakarta: EGC;2009.h.20.

7. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta:

Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34

8. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja

(hiperkes) dalam Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Widya Medika;1995.h.71-2, 75-8.

9. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas

Indonesia;2009

10. Chandra B. Imu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta:

EGC;2009.h.213-4.

11. Ridley J. Hukum-hukum kesehatan dan keselamatan kerja:

health and safety in brief. Jakarta: Erlangga;2008.h.22-36,

113-20.