Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan
tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa
itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan
kriminil adalah di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya.
Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat.2
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada
hubungannya dengan kerja, dalam kecelakaan terjadi karena
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hubungan kerja
di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan
demikian muncul dua permasalahan:2
a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;
b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup
kecelakaan ini diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan-
kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau
transport ke dan dari tempat kerja. 2
Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa
tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam
rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja.
Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2,
yakni:2
Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang
tidak aman atau unsafety condition misalnya lantai licin,
pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.
Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak
memenuhi keselamatan, misalnya karena kelengahan, ngantuk,
kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang
ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh
faktor manusia.
Teori Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi
dalam dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita
pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori
mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:2,3
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari
suatu rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait
dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan,
kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian.
Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab
kecelakaan menjadi 2, yaitu:2,3
a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu
terjadinya suatu kecelakaan kerja. Contohya adalah
tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan
terjadi kebakaran, metode kerja salah, tidak mengikuti
prosedur keselamatan kerja, menggunakan alat yang
sudah rusak, dan lain-lain. Tindakan ini bisa
berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
b. Unsafe Condition (kondisi tidak aman)
Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya
kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis.
Unsafe condition ini contohnya adalah kondisi
permukaan tempat bekerja (lantai yang licin) tangga
rusak, udara yang pengap, kondisi penerangan
(pencahayaan kurang), terlalu bising, dan lain-lain.
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan
ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab
ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak
aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan
kerja tersebut perlu diteliti. 2,3
3. Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari
interaksi antara korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat
dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3
faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami
mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka
karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat
diketahui secara detail.2,3
4. Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat
terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan
ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau
peraturan mengenai keselamatan kerja. 2,3
5. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird
mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan
menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:2,3
Manajemen kurang kontrol
Sumber penyebab utama
Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila
dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan
kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah
standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan
merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.3
Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena
suatu sebab. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus
diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan
korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya
preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan
serupa tidak berulang kembali.2
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori
tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :2
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan
bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga
tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya,
karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada
pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena
sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk
mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa
penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor
manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh
kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya
(unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa
pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung
disebabkan karena kesalahan manusia.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama
adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala
sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor
manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk
menentukan sebab dari suatu kecelakaan dilakukan analisis
kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan
oleh kejatuhan benda tepat mengenai kepalanya. Sesungguhnya
pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia
mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor
kepada segenap pekerja agar tidak berjalan di bawah katrol
pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah
faktor manusia.3
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan
menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di
perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok
pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di
lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas
yang dipegang dengan tangan(manual), menginjak atau terbentur
barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira
sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan
terjatuh, baik dari tempat yang tinggi, maupun di tempat datar.3
Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan.
Sebaliknya gangguan kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab
kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa bekerja, ia perlu
pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk
bekerja, sangat besar kemungkinan orang sakit mengalami
kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja, gangguan kesehatan
ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau
sekedar merasa hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya
kecelakaan. Sekalipun ringan, gangguan kesehatan menurunkan
konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga kecelakaan
terjadi.3
Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi
dapat dibagi berdasarkan faktor dari tempat kerjanya dan faktor
individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi lagi
menjadi fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis (lebih
ke arah individu) dan industrial hygiene.4
a. Faktor Manusia4
Usia
Usia muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja
dibandingkan dengan usia lanjut yang mungkin dikarenakan
sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia dan
kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada
umumnya lebih rendah dengan bertambahnya usia, tetapi
tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.
Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan
lebih tinggi daripada pada laki-laki. Perbedaan kekuatan
fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki
adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-
rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-laki. Tugas yang
berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai
waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan.
Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan
pekerja. Diperkirakan kekakuan dan reaksi yang lambat
berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.
Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah
“accident prone theory”. Teori ini didasarkan pada pengamatan
bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan
dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena
ciri-ciri yanga ada dalam pribadi yang bersangkutan.
Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka
semakin kecil kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat
kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan
kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau
lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan
mempengaruhi peningkatan pengetahuan pekerja dalam
menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job
requirements pada seorang pekerja adalah:
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik
tentang pekerjaan).
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam
mengerjakan suatu pekerjaan).
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam
suatu pekerjaan).\
Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu
industri. Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan
aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya
penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada
organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama
bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja
yang buruk serta adanya konflik.
b. Faktor lingkungan4
Lokasi / tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi
suatu usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja,
dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu. Desain
di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan
kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baikapabila
lingkungan kerja aman dan sehat.
Peralatan dan perlengkapan
Proses produksi adalah bagian dari perencanaan
produksi. Langkah penting dalam perencanaan adalah
memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai
dengan apa yang diproduksinya. Pada dasarnya
peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis
yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu: bagian-
bagian fungsional dan bagian-bagian operasional. Bagian-
bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan denga jalan
mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan (APD).
Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan
kecelakaan kerja, antara lain:
‐ Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan
kebisingan.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang
tidak efektif.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi
ataupun terlalu rendah.
‐ Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan
kimia berbahaya.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang
tinggi.
‐ Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi
dengan pelindung, dll.
Shift kerja
Shift kerja adalah bekerja di luar jam kerja normal,
dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja
mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih.
Shift kerja malam biasanya lebih banyak menimbulkan
kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang,
tetapi shift kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan
dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
Sumber kecelakaan
Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya
kecelakaan, bisa berawal dari jenis
perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human
error, dimana sumber dari jenis kecelakaan merambat ke
tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan kecelakaan
kerja.4
c. Faktor Individu
Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah
psikologi seseorang pada saat melakukan pekerjaannya sehari-
hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur
ergonomik (anatomi, fisiologis, psikologi). Stress di
lingkungan kerja berkaitan dengan lingkungan fisik tempat
kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn,
bekerja monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya
peran kerja, konflik dengan teman kerja dan lain-lain.5
Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat
lainnya yaitu penyakit jantung adalah orang yang memiliki
kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe
kepribadian dengan ciri seperti dorongan kompetisi yang
tinggi, ketaatan yang tinggi akan waktu, ambisius, agresif,
bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan
relatif tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu dalam
keadaan stress dan tegang. Sehingga orang yang memiliki
kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.5
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja,
2 hal diantaranya adalah : gaya managemen diri yang buruk
dan juga adanya faktor psikososial. Gaya management diri
yang buruk, diantaranya :6
Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambilan keputusan.
Komunikasi yang buruk di tempat kerja.
Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.
Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk.
Jenjang karir yang tidak jelas.
Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah
ergonomi.
Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.
Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja,
antara lain:6
Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional
(UPR) / Upah Minimum Provinsi (UMP).
Beban kerja yang tidak teratur.
Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
Tidak prospek dalam jenjang karir.
Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
Kurang penghargaan.
Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Undang-Undang Ketenagakerjaan mewajibkan setiap perusahaan
yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100
pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi (termasuk
proyek konstruksi), untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya
ditempat kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari
sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan. SMK3
mencakup hal-hal seperti struktur organisasi, perencanaan,
pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien,
dan produktif. Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
harus diperhatikan terlebih bagi pemrakarsa supaya proses
produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat terus
dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah di aspek kualitas, produksi,
kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat
kerja , yaitu :7
1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja.
2) Analisis risiko di tempat kerja.
3) Pencegahan dan pengendalian bahaya.
Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja
memahami dan melaksanakannya.
Aturan dan prosedur kerja dipatuhi.
Pemeliharaan sebagai usaha preventif.
Perencanaan untuk keadaan darurat.
Pencatatan dan pelaporan kecelakaan.
Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja.
Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.
4) Pelatihan untuk pekerja, penyelia dan manager.
SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja
dalam suatu perusahaan (pemrakarsa). Apabila SMK3 yang
diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya dapat dilihat dari
banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses
produksi mengalami kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah
mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakaan
dan PAK, mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan
hasil produksi, menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman,
sehat dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau antara
manusia dengan pekerjaan. Penerapan K3 yang baik dan dan terarah
dalam suatu wadah industri tentunya akan memberikan dampak lain,
salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
dan optimal.7
Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:7
1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja
yang setinggi-tingginya, baik buruh. petani. nelayan.
pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.
2. Sebagai upaya untuk mencegah dnn memberantas penyakit dan
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, memelihara, dan
meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat
dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia, memberantas kekelahan kerja dan melipatgandakan
gairah serta semangat bekerja.
Langkah-langkah Penerapan SMK3
Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau
persyaratan tertentu yang harus dibangun dalam suatu organisasi.
Sistem Manajemen K3 tersebut harus dipraktekkan dalam semua
bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3 harus dijaga
dalam operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan
dan fungsi dalam manajemen perusahaan. Untuk lebih memudahkan
penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini dijelaskan
mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. Tahapan dan
langkah-langkah tersebut dibagi menjadi dua bagian besar:7
1. Tahap Persiapan
Merupakan tahapan atau langkah awal yang hams dilakukan
suatu organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan
manajemen dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen
sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan.
Adapun, tahap persiapan ini, antara lain:7
‐ Komitmen manajemen puncak.
‐ Menentukan ruang lingkup.
‐ Menetapkan cara penerapan.
‐ Membentuk kelompok penerapan.
‐ Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
2. Tahap pengembangan dan penerapan
Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang hams
dilakukan oleh organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak
personal, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan
melaksanakan sendtri kegiatan audit internal serta tindakan
perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi.7
Berikut ini langkah-langkah spesifik dalam menerapkan Sistem
Manajemen K3 dalam suatu perusahaan:7
Menyatakan komitmen
Pernyataan koniitmen dan penetapan kebijakan untuk
menerapkan sebuah Sistem Manajemen K3 dalam
organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen puncak.
Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa
adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut.
Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang
paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau
kegagalan penerapan Sistem Manajemen K3.
Menetapkan cara penerapan
Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk
menerapkan Sistem Manajemen K3.Namun dapat juga tidak
menggunakan jasa konsultan jika organisasi yang bersangkutan
memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan
dan mengarahkan orang.
Membentuk kelompok kerja
Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya
anggota kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil
dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Hal ini
penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung
jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.
Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Sumber daya di sini mencakup orang, perlengkapan, waktu
dan dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang
diangkat secara resmi di luar tugas-tugas pokoknya dan
terlibat penuh dalam proses penerapan.
Kegiatan penyuluhan
Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan
untuk kebutuhan personal perusahaan. Oleh karena itu perlu
dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan
dalam perusahaan melalui program penyuluhan.
Peninjauan sistem
Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian
mulai bekerja untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung
dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang ada da lam
Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melatui
dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau
pelaksanaannya.
Penyusunan Jadwal Kegiatan
Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja
dapat menyusun suatu jadwal kegiatan.
Pengembangan Sistem Manajemen K3
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap
pengembangan sistem manajemen K3 antara lain mencakup
dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan alir,
penulisan manual sistem manajemen K3, prosedur dan instruksi
kerja.
Penerapan sistem
Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota
kelompok kerja kembali ke masing-masing untuk menerapkan
sistem yang telah ditulis.
Proses sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3.
Misalnya sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker
05/Men/1996. Namun untuk OHSAS 18001:1999 organisasi bebas
menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan.7
Occupational Safety and Health Administration (OSHAS)
OSHAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Yang terbaru adalah
OSHAS 18001:2007 menggantikan OSHAS 18001:1999 dan dimaksudkan
untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3). OSHAS
18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk
kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan
pada aktifitas anda dan mengenali adanya bahaya yang timbul.7
Secara umum, OSHAS 18001 dapat diterapkan kepada setiap
organisasi yang berkeinginan :7
Mengembangkan system manajemen K3 untuk menghilangkan
atau mengurangi resiko terhadap individu atau pihak
terkait lainnya yang kemungkinan bersentuhan langsung
dengan kecelakaan. Menerapkan, memelihara, atau meningkatkan sistem
manajemen K3. Memastikan bahwa kebijakan K3 telah terpenuhi. Menunjukkan kesesuaian organisasi dengan SMK3.
Organisasi yang mengimplementasikan OSHAS 18001 memiliki
struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung
jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas, hasil pencapaian
yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur untuk penilaian
resiko.7
Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut International Labour Organisation (ILO), kecelakaan akibat kerja
dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni :8
Klasifikasi menurut jenis kecelakaan: terjatuh, tertimpa
benda, tertumbuk atau terkena benda-benda, terjepit oleh
benda, gerakan-gerakan melebihi kemampuan, pengaruh suhu
tinggi, terkena arus listrik, kontak bahan-bahan berbahaya
atau radiasi.
Klasifikasi menurut penyebab: 8
‐ Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin
penggergajian kayu.
‐ Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut
air.
‐ Peralatan lain : dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, alat-alat listrik dan sebagainya.
‐ Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi. Misalnya: bahan
peledak, gas, zat-zat kimia.
‐ Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan,
di ketinggian dan di bawah tanah).
Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan: patah tulang,
dislokasi, regang otot, memar dan luka dalam yang lain,
amputasi, luka di permukaan, gegar dan remuk, luka bakar,
keracunan-keracunan mendadak, pengaruh radiasi.
Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh:
kepala, leher, badan, anggota atas, anggota bawah, banyak
tempat, atau letak lain yang tidak termasuk dalam
klasifikasi tersebut.8
Klasifikasi- klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena
pada kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak hanya
satu faktor, tetapi banyak faktor. Berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, seperti disebutkan diatas,
dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi
bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau
cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan
disamping faktor manusianya.8
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu
yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit,
kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau
instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,
sering disebut resiko. Baik hazard maupun resiko tidak selamanya
menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan
baik.8
Investigasi
Menurut peraturan menteri tenaga kerja PER.03/MEN/1998 BAB II
tentang tata cara pelaporan kecelakaan, pasal 2 ayat 1 mnyebutkan
bahwa pengurus atau pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja
yang dimaksud terdiri dari kecelakaan kerja, kebakaran atau
peledakan atau bahaya pembuangan limbah san kejadian berbahaya
lainnya.9
Sasaran:
• Menentukan penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat
dicegah.
• Tidak untuk mencari kambing hitam.
• Mendapatkan informasi untuk laporan ke pihak yang berwenang.
• Mendapatkan informasi untuk pihak asuransi yang entah itu:
- membantu penyelesaian atau penolakan proses pengadilan
sehubungan dengan klaim yang diajukan korban
- untuk mengajukan klaim atas kerusakan pabrik, perlengkapan,
dan sebagainya.
• Mendapatkan informasi untuk badan-badan hukum lainnya, misalnya
manfaat jaminan sosial.
Penyebab kecelakaan9
Adalah kejadian atau keadaan sebelum insiden yang menyebabkan
cedera atau kerusakan.
• Penyebab langsung—bagian atau komponen yang secara aktual
menyebabkan cedera atau kerusakan.
• Akar penyebab—tindakan atau kegiatan yang menyebabkan kontak
dengan penyebab langsung. Analisis akar penyebab kecelakaan
melibatkan pemeriksaan urut-urutan kejadian dan pengambilan
keputusan yang mengarah ke kecelakaan dan pengidentifikasian
tindakan yang tak langsung yang memicu rangkaian kejadian
tersebut.
Penyebab cedera atau kerusakan adalah tindakan atau proses yang
menyebabkan cedera atau kerusakan aktual.
Penyelidikan
Oleh siapa?
- Diawali penyelia yang memberitahukan kepada penasehat
keselamatan kerja.
- Perwakilan keselamatan kerja - catat hak mereka.
- Penasehat keselamatan kerja.
- Surveyor/tenaga ahli dari pihak asuransi jika klaim terhadap
majikan mungkin atau sudah dibuat.
- Inspektur yang berwenang jika cedera atau kecelakaan harus
dilaporkan kepada pihak berwenang.
- Polisi jika terjadi korban jiwa.
Kapan?
- Segera setelah orang yang terluka kembaii dari klinik P3K
atau dipindahkan untuk menjalani perawatan medis.
- Sebelum lokasi kecelakaan dimasuki orang lain.
Prosedur
‐ Mendatangi lokasi dan mencatat detail-detail yang penting.
‐ Mengambil gambar/foto.
‐ Mengukur bagian dan area yang relevan.
- Memeriksa kondisi pabrik dan perlengkapan - menyiapkan
pengujian jika diperlukan
- Menanyai para saksi
* idealnya sendirian namun boleh disertai perwakilannya saja
jika diminta
* menekankan bahwa sasaran penyelidikan ialah pada
pengungkapan penyebab kecelakaan.
* bukti-bukti harus didapat langsung dan bukan menurut
penuturan.
- Memeriksa catatan pelatihan yang pernah diberikan kepada
pekerja yang menjadi korban.
- Menanyai korban sesegera mungkin tanpa menimbulkan tekanan.
- Menganalisis informasi dan menyiapkan laporan.
- Jika klaim sudah masuk, pihak asuransi akan menyelidiki dan
menanyai para saksi namun tidak menanyai pihak penuntut.
- Jika penyelidikan dilakukan oleh inspektur yang berwenang,
sural pernyataan bisa dimintakan dari para saksi, termasuk
korban.
- Dalam kasus korban jiwa, polisi melakukan penyelidikan untuk
menentukan penyebab kematian dan apakah telah terjadi
tindakan kriminal sebelumnya.
Meminta keterangan
‐ Jika diperlukan untuk meminta keterangan, arahnya harus
ditetapkan dengan jelas, misalnya untuk menentukan penyebab
kecelakaan.
‐ Laporan permintaan keterangan ini diberikan untuk majikan
maupun pekerja sehingga 'tidak ditutup-tutupi' pada saat
terjadi gugatan.
‐ Jika sasaran permintaan keterangan ini adalah untuk menolak
klaim, ini harus jelas dinyatakan dan dipahami oleh orang-
orang yang terlibat, tatkala catatan dan laporan menjadi
rahasia.
Informasi yang akan dikumpulkan:
‐ Rincian tapak—pemilik, alamat, departemen/seksi/bengkel.
‐ Proses atau operasi yang bersangkutan, termasuk rincian
setiap pabrik yang terlibat.
‐ Tanggal dan waktu kecelakaan.
‐ Data rinci pribadi korban (mungkin didapat dari data
personalia).
‐ Informasi pelatihan yang pernah diberikan kepada korban.
‐ Pekerjaan yang sedang dilaksanakan pada saat kecelakaan.
* Apakah sudah mendapat izin?
* Apakah prosedur yang benar sudah diikuti?
* Apakah alat Pelindung terpasang di tempat?, dll
‐ Rincian cedera yang dialami.
Laporan
‐ Menganalisis hasil penyelidikan dan informasi yang diperoleh.
‐ Mempersiapkan laporan yang menggambarkan keadaan kecelakaan
dan kemungkinan penyebab-penyebabnya.
‐ Membuat saran agar kejadian serupa tidak terulang.9
Tujuan Investigasi
Tujuan investigasi kecelakaan kerja menurut ICAM Investigation
Guidline adalah sebagai berikut:9
• Menentukan fakta di sekitar lokasi kejadian.
• Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dan penyebab
dasar kecelakaan.
• Melihat kecukupan prosedur dan program pengendalian yang sudah
ada
• Merekomendasikan tindakan pencegahan dan perbaikan.
• Melaporkan temuan dalam rangka untuk membagi pelajaran dari
kecelakaan.
• Tidak menyalahkan satu pihak.9
Evaluasi
Berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan
kuantitatif:8
Pengamatan semua bahan / material keadaan serta keadaan
lingkungan kerja yang mungkin sebagai penyebab penyakit
akibat kerja.
Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang di
pergunakan.
Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :
‐ Pemakaian alat pelindung/ pengaman (jenis, kualitas,
kuantitas, ukuran, dan komposisi bahan alat pelindung).
‐ Pembuangan sisa produksi (debu, asap, dan gas).
‐ Jenis, konsentrasi/ unsur-unsur bahan baku, pengolahan
dan penyimpanan bahan baku.
‐ Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan
pencahayaan, ventilasi, intensitas suara/bising,
getaran).
Cara-cara pengawasan:8
Mengganti / substitusi bahan baku yang berbahaya dengan
bahan lain yang kurang berbahaya bagi kesehatan.
Mengganti atau mengubah cara pengolahan untuk mengurangi
bahan-bahan sisa.
Menyediakan rambu-rambu atau tanda pengaman, serta alat
pengaman lain-lainnya.
Mengisolasi tenaga kerjanya dari keadaan-keadaan yang
membahayakan kesehatannya.
Menyerap bahan/keadaan yang membahayakan kesehatan tenaga
kerja.
Pengamatan dan pengawasan yang terus menerus perlengkapan
bangunan perusahaan, fasilitas situasi, penyediaan air minum
dan makanan tambahan, kamar mandi, tempat cuci tangan, serta
alat pengaman bangunan.
Evaluasi, pengamatan dan pengawasan:
‐ Proses pekerjaan, alat-alat.
‐ Posisi pada saat melakukan kerja (duduk, berdiri, dan
lain-lain).
‐ Lamanya bekerja dan penggunaan alat setiap hari bekerja
‐ Memperhatikan berbagai kemungkinan kontak antara kulit
dengan bahan baku atau bahan jadi.
Pengamatan pengaturan giliran kerja dari setiap tenaga
kerja.
Penyuluhan dan latihan bagi karyawan.
Pengawasan, pengamatan dan surveillance medis.
Pengamatan serta pengawasan higiene perorangan.
Pemantapan program kegiatan yang berkaitan dengan alat kerja
, bahan baku serta bahan jadi.
Pengamatan dan pengawasan terhadap sikap dan tingkah laku
tenaga kerja sewaktu melakukan,
Untuk mencapai hasil yang memadai dalam mencegah dan mengelola
kesehatan karyawan, maka pengamatan evaluasi serta pengawasan
kegiatan diatas harus dilakukan secara kelompok (team work) antara
unsur kesehatan (dokter, sanitarian, ahli keselamatan kerja),
unsur engieneering, mekanik, biologi, ahli kejiwaan, ahli hukum,
penanggung jawab, dan pimpinan perusahaan sendiri sebagai
pengambil keputusan atau kebijaksanaan. Kerja sama kelompok juga
meliputi kesehatan lingkungan masyarakat di sekitar perusahaan.8
Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tehnis
pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat
perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum
dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat
pelindung diri (personal protective devices). Alat-alat demikian harus
memenuhi persyaratan:8
1. Enak dipakai.
2. Tidak mengganggu kerja.
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang
bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak
longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada
lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita
sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan
tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya
baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya
pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh
aliran listrik statis.
Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika
digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang
dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat
pada daftar dibawah ini:8
1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi
dari berbagai bahan.
2. Mata : kaca-mata dari berbagai gelas (googles).
3. Muka : perisai muka.
4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan.
5. Kaki : sepatu.
6. Alat pernafasan : respirator/masker khusus.
7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga.
8. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan.
Pencegahan Kecelakaan
Sudah jelas bahwa kecelakaan menelan biaya yang sangat
banyak. Dari segi biaya saja dapat dipahami, bahwa kecelakaan
harus dicegah. Pernyataan ini berbeda dari pendapat jaman dahulu
yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Kecelakaan dapat
dicegah, asal ada kemauan untuk mencegahnya. Dan pencegahan
didasarkan atas pengetahuan tentang sebab-sebab kecelakaan itu
terjadi. Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang
sebab-sebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan di suatu
perusahaan diketahui dengan mengadakan analisa kecelakaan. Maka
dari itu sebab-sebab dan cara analisanya harus betul-betul
diketahui.
Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin alat-
alat kerja, dan manusia. Lingkungan harus memenuhi syarat-syarat
diantaranya:10
1. Lingkungan kerja yang baik. Syarat-syarat lingkungan kerja
meliputi:
a. Ventilasi.
b. Penerangan cahaya.
c. Sanitasi, dan
d. Suhu udara.
2. Pemeliharaan rumah tangga yang baik. Pemeliharaan rumah
tangga perusahaan meliputi:
a. Penimbunan.
b. Pengaturan mesin.
c. Bejana-bejana dan lain-lain.
3. Keadaan gedung yang selamat, harus memiliki:
a. Alat pemadam kebakaran.
b. Pintu keluar darurat.
c. Lubang ventilasi.
d. Lantai yang baik.
4. Perencanaan yang baik, meliputi:
a. Pengaturan operasi.
b. Pengaturan tempat mesin.
c. Proses yang selamat.
d. Cukup alat-alat.
e. Cukup pedoman-pedoman pelaksanaan dan aturan-aturan.
Menurut Permenaker No. 5/MEN/1996 pengendalian kecelakaan
kerja bisa dilakukan melalui 3 metode pengendalian kecelakaan
kerja, yaitu:11
1. Pengendalian teknis atau rekayasa (engineering control)
Adalah melakukan rekayasa pada bahan dengan cara;
‐Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya
secara total.
‐Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang
digunakan dengan material atau teknologi lain yang lebih aman
bagi pekerja dan lingkungan.
‐Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada
di tempat kerja.
‐Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja.
Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat
memberikan hasil atau efektifitas penurunan risiko sebesar 70%-
90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-70%
pemberian batas atau barier).
2. Pengendalian Administrasi (administrative control)
Yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat
administrasi seperti pemberian penghargaan, training dan
penerapan prosedur.
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
Yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat
memproteksi dirinya sendiri. Pengendalian ini adalah alternatif
terakhir yang dapat dilakukan bila kedua pengendalian
sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang
mungkin timbul.11
1. McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta:
EGC;2007.h.615.
2. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta:
Gunung Agung;1996.h.207-17.
3. Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan
kerja. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;2007.h.113-20.
4. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM
Universitas Indonesia;2008
5. Harrington JM. Buku saku kesehatan kerja. Jakarta:
EGC;2003.h.9-10
6. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja.
Jakarta: EGC;2009.h.20.
7. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta:
Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34
8. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja
(hiperkes) dalam Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Widya Medika;1995.h.71-2, 75-8.
9. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas
Indonesia;2009
10. Chandra B. Imu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta:
EGC;2009.h.213-4.
Top Related