TRANSMISI PADA SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

26
MAKALAH DASAR TELEKOMUNIKASI TRANSMISI PADA SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL Dosen Mata Kuliah Dasar Telekomunikasi: Elvan Yuniarti, M.Si Oleh Nizar Septian NIM: 1111097000034 KONSENTRASI INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of TRANSMISI PADA SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

MAKALAH DASAR TELEKOMUNIKASI

TRANSMISI PADA SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

Dosen Mata Kuliah Dasar Telekomunikasi:

Elvan Yuniarti, M.Si

Oleh

Nizar Septian

NIM: 1111097000034

KONSENTRASI INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 2

BAB 2 ISI ................................................................................................................................................ 3

2.1 Penyandian Biner ........................................................................................................................ 3

2.2 Modulasi Delta dan Pulsa (Delta and Pulse Modulation) ............................................................ 4

2.2.1 Modulasi Pulsa .................................................................................................................... 6

2.3 Sistem Telemetri ....................................................................................................................... 14

2.3.1 Penggunaan Gelombang Radio VHF .................................................................................. 17

2.4 Komunikasi Serial ...................................................................................................................... 18

2.4.1 Perangkat Keras ................................................................................................................ 19

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 24

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata kuliah Dasar Telekomunikasi ialah salah satu mata kuliah wajib pada Peminatan

Instrumentasi dan Elektronika Program Studi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mata kuliah Dasar

Telekomunikasi adalah mata kuliah yang membahas mengenai pengertian telekomunikasi, elemen-

elemen dasar dalam sistem telekomunikasi, pola komunikasi, spektrum elektromagnetik dan

bandwidth. Teknik modulasi, berisi tentang konsep modulasi dalam telekomunikasi, jenis modulasi analog

AM, FM, dan PM, dan jenis modulasi digital, ASK, FSK, dan PSK. Bagian terakhir membahas tentang Media

transmisi, baik media kawat seperti twisted pair, koaksial dan serat optik, maupun media non kawat

dengan jenis lintasan Gelombang Tanah, Gelombang Langit, dan Gelombang langsung.

Sebagaimana kita tahu, pada zaman modern ini informasi dapat diakses dengan mudah via media

internet. Untuk komunikasi jarak jauh pun tidak perlu sulit lagi, komunikasi jarak jauh dapat dengan

mudah diakses menggunakan telepon, internet, jaringan selular. Komunikasi jarak jauh tersebut

menggunakan gelombang sebagai media transmisi data nirkabel (tanpa kabel). Kemudian, untuk

komunikasi data yang cukup besar dan kecepatan akses yang tinggi ada pula metode komunikasi data

dengan kabel. Beberapa komunikasi jarak jauh tersebut menggunakan teknik komunikasi digital untuk

pengiriman atau transmisi data/informasi.

Pengiriman data/informasi secara digital memliki banyak peran yang sangat penting dalam

perkembangan komunikasi saat ini. Pentingnya peran komunikasi digital pada era modern ini menjadikan

suatu nilai lebih, apabila kami sebagai mahasiswa Fisika Instrumentasi memahami dasar teori dan

penerapan komunikasi digital ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah dasar

teori dan penerapan komunikasi digital yang meliputi:

Skema secara umum transmisi sistem komunikasi digital

Sistem penyandi

Modulasi delta dan pulsa

Sistem telemetri

2

Komunikasi serial standar RS-232

1.3 Tujuan Penulisan

Menjelaskan dasar teori dan penerapan transmisi sistem komunikasi digital.

3

BAB 2

ISI

2.1 Penyandian Biner

Pada era modern sekarang, kebanyakan komunikasi kelistrikkan menggunakan kode untuk

mengirim pesan dibandingkan mentransmisikan suara secara langsung. Hal ini disebabkan mengirimkan

pesan menggunakan kode memiliki banyak keuntungan:

1. Lebih tahan derau

2. Jarang berinterferensi

3. Tingkat distorsi yang lebih sedikit

4. Sinyal yang hilang lebih mudah untuk dibuat kembali

5. Transmisi yang lebih efisien.

Yang pertama dilakukan untuk mentransmisi sinyal digital adalah mengkonversi sinyal analog dalam

bentuk digital, dan ternyata hal ini memiliki keuntungan. Penyandian membuat sinyal suara dapat

dikompres ke konten yang paling essensial, karena sebab itu proses transmisi menjadi lebih efisien.

Penyandian dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan sinyal pesan (suara misalnya) menjadi bentuk

digital dengan beberapa aturan. Banyak teknik penyandian yang tersedia untuk digunakan, tetapi teknik

yang biasa digunakan secara universal adalah teknik yang menggunakan dua nilai atau tingkatan, teknik

ini disebut sistem biner. Pada sistem ini hanya menggunakan dua nilai yaitu low (rendah) dan high (tinggi),

maka bagian sinyal akan memiliki kemungkinan 50% dikodekan sebagai low atau high.

Gambar 2-1 Keadaan 1 dan 0, high dan low, atau mark dan space

4

Keadaan low dan high dapat direferensikan sebagai 0 dan 1 atau space dan mark. 0 untuk keadaan

low dan 1 untuk keadaan high. Pada gambar 2-1 ditunjukkan sinyal listrik yang direpresentasikan dalam

keadaan biner 7 bit. Informasi 7 bit ini berisi 1 0 1 1 0 0 1. Dengan keadaan 7 bit, sinyal dapat dikonfigurasi

128 informasi yang berbeda.

2.2 Modulasi Delta dan Pulsa (Delta and Pulse Modulation)

Delta modulation mentransmisikan informasi hanya dengan menkodekan sinyal “naik” atau

“turun”. Proses ini dapat dilihat pada gambar. Sebuah skematik delta modulator ditunjukkan pada

gambar. Sebuah demodulator terdiri dari sebuah integrator diikuti dengan sebuah rangkaian sharpa-cut-

off low-pass filter. Keluaran integrator akan terlihat seperti ragam gelombang B pada gambar. Rangkaian

filter menghaluskan keluaran integrator sebagai keluaran akhir sinyal analog.

Gambar 2-2 Modulasi delta

Delta modulator juga biasa disebut tracking ADC karena DM mengukuti kontur input. Salah satu

kesulitan yang dihadapi pada sistem ini adalah slope overload. Saat sinyal analog memiliki kecepatan

perubahan yang tinggi, DM mengalami error dan keluaran yang terdistorsi muncul. Pada sistem ini,

sebuah teknik yang disebut modulasi continuously variable slope delta (CVSD) digunakan.

5

Gambar 2-3 Delta Modulator

Sebuah skema CVSD secara umum digunakan untuk meningkatkan step-size ketika ada sinyal yang

berjalan lebih panjang tiga berturut-turut 1’s atau 0’s. Ketika modulator catches up, step-size kembali

normal. Modulasi CVSD diselesaikan menggunakan rangkaian pemutus untuk menghitung nomor 1’s dan

0’s dari keluaran D-flip-flop dan sebuah variable gain amplifier. Sistem CVSD biasanya diimplementasikan

menggunakan sebuah single LSI chip untuk transmitter (tx) maupun receiver (rx).

6

Gambar 2-4 Rangkaian demodulator untuk modulasi delta

2.2.1 Modulasi Pulsa

Dimungkinkan mentransmisikan sinyal listrik informasi dengan hanya mentransmisikan sampel

dan buat receiver merekonstruksi sinyal total dengan tingkat akurasi yang tinggi. Teknik ini disebut dengan

modulasi pulsa. Modulasi pulsa sendiri dapat didefinisikan sebagai proses menggunakan beberapa

karakteristik dari pulse (amplitudo, lebar (width), posisi) untuk membawa sinyal analog.

Gambar 2-5 Jenis-jenis modulasi pulsa

7

Pada modulasi pulsa, pembawa informasi berupa deretan pulsa-pulsa. Pembawa yang berupa

pulsa-pulsa ini kemudian dimodulasi oleh sinyal informasi, sehingga parameternya berubah sesuai

dengan besarnya amplitudo sinyal pemodulasi (sinyal informasi). Jenis-jenis modulasi pulsa antara lain:

1. PAM (Pulse Amplitude Modulation)

2. PCM (Pulse Code Modulation)

3. PWM (Pulse Width Modulation)

4. PPM (Pulse Position Modulation)

Teknik modulasi pulsa mulai menggantikan sistem analog, karena beberapa keuntungan antara

lain:

1. Kebal terhadap derau.

2. Sirkuit digital cenderung lebih murah.

3. Dapat dilakukan penjamakan dengan basis waktu (TDM) dengan sinyal lain.

4. Jarak transmisi yang dapat ditempuh lebih jauh (dengan penggunaan pengulang regeneratif).

5. Rentetan pulsa digital dapat disimpan.

6. Deteksi dan koreksi kesalahan dapat dengan mudah diimplementasikan.

Pada subbab berikut, akan dibahas satu per satu.

2.2.1.1 PAM (Pulse Amplitude Modulation)

Pada PAM, amplitudo pulsa-pulsa pembawa dimodulasi oleh sinyal pemodulasi. Amplitudo pulsa-

pulsa pembawa menjadi sebanding dengan amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal

pemodulasi maka semakin besar pula amplitudo pulsa pembawa. Pembentukan sinyal termodulasi PAM

dapat dilakukan dengan melakukan pencuplikan (sampling), yaitu mengalikan sinyal pencuplik dengan

sinyal informasi. Proses ini akan menghasilkan pulsa pada saat pencuplikan yang besarnya sesuai dengan

sinyal informasi (pemodulasi). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2-6.

8

Gambar 2-6 (a) Sinyal asli, (b) PAM polaritas ganda, (c) PAM polaritas tunggal

Pada proses pemodulasian ini perlu diperhatikan bahwa kandungan informasi pada sinyal

pemodulasi tidak boleh berkurang. Hal ini dapat dilakukan dengan persyaratan bahwa pencuplikan harus

dilakukan dengan frekuensi minimal dua kali frekuensi maksimum sinyal pemodulasi (2.fm), atau sering

disebut dengan syarat Nyquist. Jika frekuensi sinyal pencuplik dinotasikan dengan fs dan frekuensi

maksimum sinyal pemodulasi dinotasikan dengan fm, maka syarat Nyquist dapat ditulis sebagai:

fs ≥ 2.fm

Gambar 2-7 memperlihatkan sinyal yang dicuplik dengan beberapa macam frekuensi pencuplik. Sebagai

contoh, dalam komunikasi melalui telefon, sinyal informasi yang berupa suara manusia (atau yang lain)

dicuplik dengan frekuensi 8 kHz. Hal ini didasarkan pada persyaratan Nyquist, karena lebar bidang jalur

telefon dibatasi antara 300 Hz sampai dengan 3400 Hz. Ada selisih kira-kira 1200 Hz yang dapat

digunakan sebagai guard band.

2.2.1.2 PCM (Pulse Code Modulation)

Pada modulasi PCM, sinyal informasi dicuplik dan juga dikuantisasi. Proses ini akan membuat

sinyal menjadi lebih kebal terhadap derau. Setelah proses ini maka dilakukan proses penyandian

9

(coding) menggunakan kode biner, sehingga terbentuk sinyal PCM. Sinyal ini dapat direpresentasikan

dengan pulsa-pulsa yang menyatakan kode-kode biner untuk setiap hasil cuplikan.

2.2.1.2.1 Kuantisasi Sinyal

Kuantisasi merupakan proses pengelompokan pada selang-selang (interval) tertentu. Besarnya

selang kuantisasi ini disebut juga dengan istilah step size. Berdasarkankan besarnya step size dapat

dibedakan dua jenis kuantisasi, yaitu:

1. Kuantisasi seragam

2. Kuantisasi tak seragam

Gambar 2-7 Sinyal yang dimodulasi dengan beberapa macam frekuensi modulasi

Banyaknya selang (interval) bergantung pada banyaknya bit yang akan digunakan untuk proses

penyandian. Jika konverter A/D n bit maka jangkauan sinyal analog akan dikuantisasikan (dikelompokkan)

10

menjadi sejumlah 2n selang (interval). Pada gambar 2-8 diperlihatkan ilustrasi kuantisasi sinyal analog

menjadi 16 selang (n = 4).

Banyaknya jumlah bit yang akan digunakan untuk proses penyandian akan menentukan banyaknya

jumlah selang (interval) kuantisasi. Semakin besar n maka semakin besar pula jumlah selang (interval)

yang digunakan. Hal ini juga berarti besar selang (interval) semakin kecil. Semakin kecil selang interval,

maka proses pemodulasian akan semakin teliti, sehingga sinyal yang diperoleh semakin mendekati sinyal

aslinya. Pada gambar 2-9 memperlihatkan proses pembentukan sinyal PCM dengan penyandian 4 bit.

Gambar 2-8 Kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang (interval)

2.2.1.2.2 Distorsi Kuantisasi

Derau kuantisasi didefinisikan sebagai selisih antara hasil kuantisasi sinyal dengan sinyal aslinya.

Dilihat dari proses kuantisasi itu sendiri, maka dapat dipastikan bahwa derau kuantisasi maksimum

adalah sebesar S/2, dengan S adalah besarnya selang (interval) kuantisasi, atau dinyatakan sebagai:

Derau kuantisasi ≤ S/2

Derau kuantisasi dapat diperkecil dengan cara memperkecil besarnya selang kuantiasasi, yang

berarti memperbanyak jumlah selang kuantisasi, yang juga berarti memperbanyak jumlah bit untuk

11

proses penyandian (n). Semakin kecil derau kuantisasi berarti sinyal hasil kuantisasi semakin mirip

(mendekati) sinyal aslinya.

2.2.1.2.3 Pengembangan PCM

Modulasi PCM dikembangkan menjadi beberapa jenis lagi, yaitu:

1. DPCM (Differensial PCM)

2. DM (Delta Modulation)

3. Adaptive Delta modulation

Berikut akan dibahas satu per satu.

Pada PCM, sandi-sandi yang dikirimkan merupakan hasil penyandian (coding) dari hasil

pencuplikan. Salah satu pengembangan PCM adalah DPCM yaitu Differential Pulse Code Modulation.

Pada DPCM, sandi-sandi yang dikirimkan (ditransmisikan) adalah nilai selisih (beda) hasil pencuplikan

sekarang dengan hasil pencuplikan sebelumnya. Keuntungan yang diperoleh adalah bahwa jumlah bit

yang diperlukan untuk proses penyandian menjadi lebih sedikit.

Pengembangan lebih lanjut adalah DM atau Delta Modulation. Jenis modulasi ini mirip dengan

DPCM, namun selisih hasil pencuplikan sekarang dengan yang sebelumnya hanya disandikan dengan 1

bit saja. Jenis pengembangan lain adalah yang disebut Adaptive Delta Modulation. Pengembangan ini

menggunakan kuantisasi tidak seragam, sehingga sistem akan menyesuaikan besarnya step size menjadi

sebanding dengan besarnya sinyal informasi.

12

Gambar 2-9 Proses pembentukan sinyal PCM dengan penyandian 4 bit

13

2.2.1.3 PWM (Pulse Width Modulation)

Pada modulasi PWM, lebar pulsa pembawa diubah-ubah sesuai dengan besarnya tegangan

sinyal pemodulasi. Semakin besar tegangan sinyal pemodulasi (informasi) maka semakin lebar pula

pulsa yang dihasilkan. Modulasi PWM juga dikenal sebagai Pulse Duration Modulation (PDM).

Ilustrasi sinyal PWM dapat dilihat pada gambar 2-10 berikut.

Gambar 2-10 Sinyal PWM

2.2.1.4 PPM (Pulse Position Modulation)

Pulse Position Modulation merupakan bentuk modulasi pulsa yang mengubah-ubah posisi

pulsa (dari posisi tak termodulasinya) sesuai dengan besarnya tegangan sinyal pemodulasi. Semakin

besar tegangan sinyal pemodulasi (informasi) maka posisi pulsa PPM menjadi semakin jauh dari posisi

pulsa tak-termodulasinya. Ilustrasi sinyal PPM dapat dilihat pada gambar 2-11 berikut.

14

Gambar 2-11 Sinyal PPM

2.3 Sistem Telemetri

Sistem telemetri adalah cara pengukuran jarak jauh yang memanfaatkan sarana telekomunikasi

dan sistem komputer untuk pengaturan pengaksesan data dan beberapa zona penyelidikan. Pada

sistem telemetri, semua informasi data diubah ke dalam bentuk informasi listrik dan diolah secara

digital. Dengan demikian pada sistem te1emeti, semua transduser, sensor, detektor haruslah

mempunyai keluaran yang berbetuk besaran elektris (arus atau tegangan listrik) Sistem telemetri pada

umumnya tampak pada Gambar 2-12.

15

Gambar 2-12 Sistem Telemetri

Transduser, sensor atau detektor yang terpasang pada stasiun pemantau di lokasi

pemantauan dan hasil pengukuran tersebut yang berupa informasi elektris yang kemudian diperkuat

oleh sistem penguat awal (Pre-Amp) maupun sistem penguat (Amplifier). Setelah mendapat

penguatan yang cukup sesuai dengan sistem berikutnya, sinyal tersebut dikondisikan agar mempunyai

kualitas data yang baik oleh SC (Signal Conditioner). Dengan demikian setelah melewati Sc, sinyal

listrik tersebut telah bersih dan noise maupun sinyalsinyal palsu. Mengingat sistem komputer yang

dipakai adalah komputer digital, maka sinyal tersebut harus diubah ke bentuk digital oleh unit Analog

to Digital Converter (ADC).

Selanjutnya data tersebut dapatdikirimkan ke stasiun pengendali melalui sistem komunikasi

data yang terdiri atas modem (modulator - demodulator) dan sistem komunikasi biasa seperti

pemancar radio, telepon kabel, telepon selular, maupun dikirimkan melalui satelit.

Pemilihan sistem komunikasi yang dipakai disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan

pertimbangan biaya. Penggunaan satelit adalah pilihan paling mahal, sedangkan penggunaan

gelombang radio relatif paling murah. Dengan teknologi yang sudah ada, sistem komunikasi ini dapat

mengirimkan data dan dan ke stasiun pemantau secara transparan (cepat, tidak ada data yang hilang

atau berubah). Ada beberapa metode pengiriman data dalam sistem telemetri yaitu :

16

1. Dengan menggunakan piranti Voltage to frequency converter (VFC) dan frequency to voltage

converter (FVC). VFC (Voltage to Frequency Converter) merupakan peralatan yang berliingsi

untuk mengubah tegangan analog menjadi gelombang kotak dengan frekuensi tertentu,

perubahan tegangan masukan linier dengan perubahan frekuensi. Bila tegangan masukan 0 volt

maka frekuensi keluaran juga 0 hertz (Hz), jika tegangan masukan 5 volt maka frekuensi keluaran

adalah 5 KHz. Frequency to Voltage Converter (FVC) adalah alat yang digunakan untuk

mengubah gelombang kotak dengan frekuensi tertentu menjadi tegangan analog, besarnya

tegangan keluaran linier dengan besarnya frekuensi masukan.

2. Dengan memakai Dual Tone Multiple Frequency (DTMF). DTMF dapat dinyatakan langsung

dalam data biner. Pada dasarnya DTMF adalah piranti semikonduktor yang dirancang untuk

digunakan pada sistem dial pada pesawat telepon. Dengan memakai sandi morse yang terdiri dan

sandi - sandi yang mempunyai karakter yang berbeda. Sandi-sandi ini kemudian akan diubah

dalam bentuk data biner sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengiriman data dalam sistem

telemetri.

Mengingat daerah pemantauan; sangat luas, maka sistem pemantauan dibagi dalam

beberapa zona pemantauan remote area). Setiap zona merupakan daerah yang sempit dengan

beberapa transduser sejenis maupun transduser yang berbeda-beda sesuai dengan parameter yang

diakses pada zona tersebut.

Zona pemantauan yang tidak memungkinkan mendapat cath daya listrik (PLN), perlu

dilengkapi dengan sistem baterai yang tahan lama atau sistem baterai yang diisi ulang dengan solar-

cell, sehingga mengurangi beban perawatan. Perawatan hanya dilakukan apabila ada kerusakan atau

untuk pengecekan / kalibrasi sistem pengukuran.

Stasiun pengendali berada di daerah yang ditentukan. Pada kondisi khusus, tugas stasiun

pengendali bisa diambil alih dan tempat lain bila hal itu diperlukan. Tahap berikutnya padastasiun

pengendali adalah pengolahan data yang dilakukan oleh komputer sesuai dengan program

(software) yang dipasang di dalamnya. Dalam sistem telemetri ini, komputer mempunyai fungsi

ganda, yakni sebagai alat pengendali dan pengatur lalu-lintas data, juga berfungsi sebagai pengolah

data.

Stasiun Pengendali ini dapat juga dilengkapi dengan sebuah server yang bertugas melayani

setiap permintaan data dan daerah lain melalui sistem internet. Dengan demikian data yang telah

disimpan di server dapat diakses dan komputer lain baik berupa data mentah maupun hasil analisis

akhir yang dihasilkan sistem komputasinya. Pengambilan data ini hanya dapat dilakukan apabila telah

mendapat persetujuan dan pihak yang diberi wewenang untuk itu.

17

Dibanding dengan cara pengambilan data yang konvensional (manual), sistem telemetri mempunyai

beberapa keunggulan, yakni:

• Kecepatan akuisisi data sangat cepat dan nyaris bersamaan (selisih waktu cuplik kurang dan 1 µ

detik) untuk beberapa area yang berjauhan.

• Dapat melakukan pengukuran secara terus menerus dan real-time (tidak ada waktu tunda).

• Dapat mengatur dan mengendalikan pencuplikan data dan stasiun pengendali sesuai dengan

keperluan.

• Data yang diambil secara otomatis telah tersimpan di sistem computer dan dapat dianalisis sesuai

dengan metode yang diterapkan.

• Data dapat diakses dan dikirim ke segala penjuru dunia melalui sistem internet.

• Akurasi data lebih baik dan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan sistem manual.

• Mengurangi faktor kesalahan yang sering dilakukan oleh manusia.

2.3.1 Penggunaan Gelombang Radio VHF

Sejarah perhubungan radio mengingatkan kita kembali pada penemuan Marconi di bidang

radio telegraf. Sejak itu, perkembangan yang sangat cepat telah dieapai dalam bidang teknik radio

dengan ditemukannya tabung hampa.

Sistem perhubungan frekuensi tinggi mulai dikembangkan untuk memberikan jawaban atas

kekurangan yang dimiliki oleh sistem perhubungan dengan menggunakan modulasi amplitudo (AM)

maupun modulasi frekuensi (FM). Dengan melakukan pelebaran pita frekuensi dan menambahkan

kedalaman modulasi frekuensi untuk memperoleh perbandingan antara sinyal dan derau (S/N) yang

baik.

18

Ada berbagai cara untuk penyaluran informasi kepada pihak lain yang masing-masing

mempunyai karakteristiknya sendiri. Informasi yang dikirimkan terdiri dan berbagai jenis, misalnya :

suara manusia, sinyal telegraf, sinyal televisi, sinyal multipleks, telefoto, faksimili dan sebagainya.

Semua jenis materi informasi ini, misalnya suara manusia, sebuah foto atau televisi, pertama harus

diubah dalam bentuk listrik dengan menggunakan mikrofon, telekamera atau alat lainnya agar materi

im dapat dibawa oleh gelombang radio. Cara penumpangan informasi yang telah di ubah dalam

bentuk sinyal listrik ke dalam gelombang radio mi dinamakan modulasi.

Modulasi parametrik dibagi menjadi dua bagian yaitu Parametric Continous Modulation

(PCM) dan Parametric Pulse Modulation atau Analog Pulse Modulation (APM). Yang

termasuk dalam modulasi PCM adalah Amplitudo Modulastion (AM), Frequency Modulation

(FM) dan Phase Modulation (PM). Sedangkan yang termasuk dalam modulasi APM adalah

Pulse Amplitudo Modulation (PAM), Pulse Frequency Modulation (PFM), Pulse Position

Modulation (PPM) dan Pulse Width Modulation (PWM).

Proses propagasi gelombang VHF hampir tidak dapat dilakukan bagi perhubungan dengan

propagasi ionosfer dan propagasi utamanya ialah gelombang permukaan. Gelombang radio pada pita-

pita frekuensi VHF ini terutama sangat dipengaruhi oleh indeks bias lapisan troposfer sehingga

gelombang ini juga dinamakan gelombang tropo.

Propagasi gelombang permukaan memiliki dua pendekatan yaitu propagasi bumi datar dan

propagasi bumi bulat. Propagasi bumi datar dibagi lagi menjadi dua yaitu propagasi bumi datar dengan

penghantaran sempurna dan propagasi bumi dengan tidak mempunyai redaman sempuma.

Perhitungan propagasi bumi datar dangan penghantaran sempurna merumuskan kuat medan

pancaran listrik dan antena vertikal sebagai antena.

2.4 Komunikasi Serial

Komunikasi serial ialah pengiriman data secara serial (data dikirim satu persatu secara

berurutan). Port serial adalah salah satu fasilitas pada komputer untuk melakukan komunikasi dengan

peralatan atau komputer lain dengan pengiriman data secara serial (berderet secara berurutan)

89C51 mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara

Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman data

terjadi. Untuk menampung data yang diterima atau data yang akan dikirimkan, 89C51 mempunyai

sebuah register, yaitu SBUF yang terletak pada alamat 99H. Register Ini berfungsi sebagai buffer

sehingga pada saat mikrokontroler ini membaca data yang pertama dan data kedua belum diterima

secara penuh, data ini tidak akan hilang.

19

Pada proses penerimaan data dari Port Serial, data yang masuk ke dalam Port Serial akan

ditampung pada Receive register terlebih dahulu dan diteruskan ke jalur bus internal pada saat

pembacaan register SBUF sedangkan pada proses pengiriman data ke Port Serial, data yang dituliskan

dari bus internal akan ditampung pada transmit Register terlebih dahulu sebelum dikirim ke Port

Serial.

Gambar 2-13 Blok Diagram Port Serial

2.4.1 Perangkat Keras

2.4.1.1 RS 232

Istilah RS232 sudah begitu populer sehingga sering dianggap RS232 mengatur semua hal

tentang komunikasi data serial, meskipun sesungguhnya RS232 tidak mengatur sejauh itu.

Pemahaman spesifikasi RS232 bisa sangat membantu menghubungkan alat berbasis mikrokontroler

dengan Modem standar. RS232 lebih merupakan komunikasi data antara komputer DTE (Data

Terminal Equipment) dengan alat-alat pelengkap komputer DCE (Data Circuit-Terminating

Equipment) bisa meliputi macam-macam alat pelengkap komputer yang dihubungkan ke komputer

dengan standard RS232, misalnya printer, Optical Mark Reader, Cash Register, PABX dan sebagainya.

TXD RXD (P3.1) (P3.0)

Baud rate clock Baud rate clock (transmit (receive) )

SBUF Receive Buffer Register ( read only)

D SHIFT REGISTER Cik

SBUF Transmit Buffer Register (write only)

Bus Internal 89C51

20

Gambar 2-14 Hubungan antara DTE-DCE-DCE-DTE

Ada 3 hal pokok yang diatur standard RS232, antara lain adalah :

1. Bentuk sinyal dan level tegangan yang dipakai

2. Penentuan jenis sinyal dan konektor yang dipakai, serta susunan sinyal pada kaki-kaki di

konektor

3. Penentuan tata cara pertukaran informasi antara komputer dan alat-alat pelengkapnya.

Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut:

1) Logika ‘1’ disebut mark terletak antara -3 volt hingga -25 volt.

2) Logika ‘0’ disebut space terletak antara +3 volt hingga +25 volt.

3) Daerah tegangan antara -3 volt hingga + 3 volt adalah invaled level, yaitu daerah tegangan

yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus dihindari. Demikian juga, level

tegangan lebih negatif dari -25 volt. atau lebih positif dari + 25 volt juga menghindari

karena tegangan tersebut dapat merusak line pengendali pada saluran RS232.

2.4.1.1.1 Konektor dan Jenis Sinyal RS232

Standar RS232 menentukan pula jenis-jenis sinyal yang dipakai mengatur pertukaran

informasi antara DTE (Data Terminal Equipment) dan DCE (Data CircuitTerminating Equipment),

semuanya terdapat 24 jenis sinyal tapi yang umum dipakai hanyalah 9 jenis sinyal. Konektor yang

dipakai pun ditentukan dalam standar RS23, untuk sinyal yang lengkap dipakai konektor DB25,

sedangkan konektor DB9 hanya bisa dipakai untuk 9 sinyal yang umum dipakai.

Sinyal-sinyal tersebut ada yang menuju ke DCE ada pula yang berasal dari DCE. Bagi sinyal yang

menuju ke DCE artinya DTE berfungsi sebagai output dan DCE berfungsi sebagai input, misalnya sinyal

TD, pada sisi DTE kaki TD adalah output, dan kaki ini dihubungkan ke kaki TD pada DCE yang berfungsi

sebagai input. Kebalikan sinyal TD adalah RD, sinyal ini berasal dari DCE dan dihubungkan ke kaki RD

21

pada DTE yang berfungsi sebagai output. Susunan sinyal RS232 pada konektor DB9 dan konektor DB25

berlainan, susunan kaki ini dan bahasan di atas semuanya diringkas dalam Tabel 2-1.

Adapun konfigurasi DB-9 dapat dilihat pada gambar 2-15 dibawah ini :

(a) (b)

Pin Sinyal

1 Data Carrier Datect

2 Received Data

3 Transmitted Data

4 Data Terminal Ready

5 Sinyal Ground

6 Data Set Ready

7 Request to Send

8 Clear to Send

9 Ring Indikator

Tabel 2-2 pin-pin yang terdapat pada port DB-9

Tabel 2-1 Konektor RS232

Gambar 2-15 (a). Port DB-9 female (b). Port DB-9 male

22

Konektor port serial terdiri dari dua jenis, yaitu konektor 25 pin (DB25) dan 9 pin (DB9)

yang berpasangan (male dan female). Bentuk DB- 25 sama persis dengan port paralel.

23

BAB 3

PENUTUP

Demikian yang dapat penulis bahas mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam

makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan

dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang

membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di

kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga

para pembaca yang budiman pada umumnya.

24

DAFTAR PUSTAKA

USU Institutional Repository - Universitas Sumatera Utara. n.d.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22166/4/Chapter%20II.pdf (diakses Juni

29, 2014).

Carakata. n.d. http://carakata.blogspot.com/2012/07/contoh-kata-penutup-makalah-yang-baik.html

(diakses Juni 30, 2014).

Fomat Penulisan Makalah Standar untuk Tugas Kuliah - ANNEAHIRA.COM. n.d.

http://www.anneahira.com/format-penulisan-makalah.htm (diakses Juni 29, 2014).

Haritman, Erik, and Arjuni Budi P. Modul Dasar Telekomunikasi. n.d.

Miller, Gary M. Modern Electronic Communication. 5th edition. New York: Prentice-Hall, 1996.

Susilawati, Indah. indah’s | anything to share about knowledge, experiences, and stories. 2009.

http://meandmyheart.files.wordpress.com/2009/09/kuliah-5-modulasi-pulsa.pdf (diakses

Juni 29, 2014).

"Universitas Gadjah Mada 1 BAB IX SISTEM TELEMETRI." n.d.

http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50230/9a170dc5b3b898efd406f4bfd763f730

(diakses Juni 29, 2014).