Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan humanistik

34
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, KOGNITIF, HUMANISTIK DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah: Pengembangan Psikologi Pendidikan Islam Dosen Pengampu: Dr. Budi Astuti, M.Pd. Disusun Oleh : I-PAI B Mandiri 1. Chichi ‘Aisyatud Da’watiz Zahroh NIM. 1420411088 2. Hartanti Sulihandari NIM. 1420411004 KONSENTERASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1

Transcript of Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan humanistik

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, KOGNITIF, HUMANISTIK

DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Pengembangan Psikologi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. Budi Astuti, M.Pd.

Disusun Oleh : I-PAI B Mandiri

1. Chichi ‘Aisyatud Da’watiz Zahroh NIM.

1420411088

2. Hartanti Sulihandari NIM. 1420411004

KONSENTERASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

TAHUN 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan, pada kegiatan belajar

mengajar di sekolah, penyampaian materi pelajaran

kepada siswa tidak terlepas dari teori belajar.

Hal ini penting untuk memberikan pondasi pemahaman

siswa dalam mempelajari materi selanjutnya yang

lebih mendalam. Belajar adalah suatu perubahan

dalam diri siswa yang disebabkan oleh pengalaman.

Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog

pendidikan setelah mereka mengalami kesulitan

untuk menjelaskan proses belajar secara

menyeluruh.1

Belajar terjadi dengan banyak cara. Masalah

yang terjadi sekarang ini adalah kesulitan

mengatasi siswa yang tidak mau belajar. Padahal

tanggung jawab guru adalah membantu siswa belajar.

Tujuan pendidikan yang dipilih guru, prosedur

pelajaran, pengorganisasian kelas, merupakan

1 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),hlm. 73.

2

proses belajar-mengajar. Pandangan guru tentang

peranan pengajaran mereka dapat berdampak positif

terhadap pengajaran. Melalui sejarah pendidikan,

pengajaran telah berubah. Banyak teori belajar

yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Teori tersebut mempunyai pengaruh dan implikasi

yang berbeda-beda dalam penerapannya. Oleh karena

itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang teori

belajar behavioristik, kognitif, humanistik, dan

aplikasinya dalam pendidikan agama Islam.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan

masalah adalah:

1. Bagaimana deskripsi teori belajar tingkah laku,

kognitif, dan humanistik?

2. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik,

kognitif, dan humanistik dalam pembelajaran?

3. Bagaimana aplikasi teori belajar behavioristik,

kognitif, dan humanistik dalam Pendidikan Agama

Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Pendekatan Behavioristik, Kognitif,

dan Humanistik

3

Teori belajar adalah seperangkat pernyataan

umum yang digunakan untuk menjelaskan kenyataan

mengenai belajar. Aplikasi teori belajar dalam

situasi pembelajaran membutuhkan kejelian dan

kecermatan guru untuk menangkap pesan-pesan yang

terkandung dalam teori belajar.2 Ada tiga teori

belajar yaitu teori belajar behavioristik,

kognitif, dan humanistik.

1. Teori Belajar Pendekatan Behavioristik (Tingkah

laku)

Pandangan tentang belajar adalah perubahan

dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi

antara stimulus dan respons. Belajar yaitu

perubahan yang dialami siswa dalam hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara

yang baru sebagai hasil interaksi antara

stimulus dan respons. Tokohnya antara lain:

a. Edward Lee Thorndike (The Law of Effect)

Belajar adalah hubungan antara stimulus

(pikiran, perasaaan, gerakan) dan respons

(pikiran, perasaan, gerakan). Apabila respons

menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan

antara stimulus dan respons semakin kuat dan

2 Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press,2007.), hlm. 89-90.

4

sebaliknya. 3 Perubahan tingkah laku boleh

berwujud sesuatu yang dapat dan tidak bisa

diamati.4

Faktor penting yang mempengaruhi semua

belajar adalah pernyataan kepuasan dari suatu

kejadian. Ia menghapuskan bagian negatif yang

mengganggu dari hukum pengaruh (law of effect)

karena dia menemukan bahwa hukuman tidak

penting. Hukuman akan memperlemah ikatan dan

tidak mempunyai effect apa-apa berbeda dengan

hadiah (reward).

Teori belajarnya mengarah pada sejumlah

praktik pendidikan. Saran umum bagi guru

adalah tahu apa yang hendak diajarkan, respons

apa yang diharapkan, dan kapan harus

memberikan hadiah atau penguat. Ia menunjukan

satu ikatan antara stimulus dan respons yang

terjadi dalam matematika. Ulangan yang tetap

dari tabel perkalian dengan memberikan hadiah

dari guru akan membentuk ikatan antara

stimulus (berapa 7x7) dan respons (49) dalam

membaca ulangan juga ditekankan dengan

3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Rosda, 1995), hlm. 105-106.4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm., 7.

5

menyuruh siswa belajar menggunakan kata

sesering mungkin pada berbagai tingkat kelas.

Hukum pengaruh mengarah pada pemberian

hadiah yang konkret, seperti gambar bintang

yang ditempelkan pada papan kelas (untuk siswa

siswa TK dan SD) pada kertas hasil ulangan

siswa, pujian verbal. Hukum latihan mengarah

pada banyaknya ulangan, praktik dan dril untuk

semua mata pelajaran.

b. Ivan Pavlow (classic conditioning: pengkondisian

klasik)

Teori ini adalah sebuah prosedur

penciptaan refleks baru dengan cara

mendatangkan stimulus sebelum terjadinya

refleks tersebut. Belajar adalah perubahan

yang ditandai dengan adanya hubungan antara

stimulus dan respons. Stimulus yang diadakan

selalu disertai dengan stimulus penguat.

Stimulus tadi, cepat atau lambat akan

menimbulkan respons atau perubahan yang

dikendaki.5

c. Watson

Menurutnya, stimulus dan respons harus

berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Ia

5 Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,...,hlm. 107-108.

6

mengabaikan perubahan mental yang terjadi

dalam belajar dan menganggapnya sebagai

faktor yang tidak perlu diketahui. Perubahan

mental juga penting bagi siswa tetapi

perubahan itu tidak bisa menjelaskan apakah

proses belajar sudah terjadi atau belum. Ia

tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa

diukur, tetapi mereka tetap mengakui bahwa

semua hal itu penting.6

Belajar adalah suatu proses dari respons

melalui pergantian dari suatu stimulus kepada

yang lain. Menurutnya, manusia dilahirkan

dengan beberapa refleks dan reaksi emosi,

ketakutan, cinta, dan marah.7 Semua tingkah

laku dikembangkan oleh pembentukan hubungan

stimulus dan respons baru melalui

pengkondisian.

d. Clark Hull

Ia menganggap bahwa tingkah laku

berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidupnya

sehingga kebutuhan biologis dan pemuasan

menempati posisi sentral. Kebutuhan ini

dikonsepkan sebagai dorongan (lapar, haus,

6 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,...,hlm., 7-8.7 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Grasindo, 2006), hlm. 129.

7

tidur, hilang rasa nyeri dll). Stimulus

dikaitkan dengan kebutuhan biologis yang

dikaitkan dengan respon yang bermacam-macam

bentuknya.8

e. Edwin Guthrie

Belajar merupakan kaitan asosiatif antara

stimulus tertentu dan respons tertentu.

Hubungan antara stimulus dengan respons

merupakan faktor kritis dalam belajar, oleh

karena iu diperlukan pemberian stimulus yang

sering agar hubungan menjadi lebih langgeng.

Suatu respons akan lebih kuat dan menjadi

kebiasaan apabila respons tersebut berhubungan

dengan berbagai macam stimulus. Ia menganggap

bahwa hukuman pada saat yang tepat memiliki

peran penting dalam proses belajar karena akan

mampu mengubah kebiasaan seseorang.9

f. Burrhus Frederic Skinner 1904 (Pembiasaan

Perilaku Respons)

Tingkah laku terbentuk dari konsekuensi

yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu

sendiri. Sejumlah perilaku atau respons yang

8 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,...,hlm., 8.9 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,...,hlm.,8-9.

8

membawa efek yang sama terhadap lingkungan

yang dekat.10 Teori ini menyatakan bahwa anak

manusia lahir tanpa warisan (kecerdasan,

bakat, perasaan dll). Semua kecakapan,

kecerdasan, dan bahkan perasaan baru timbul

setelah manusia melakukan kontak dengan alam

sekitar terutama alam pendidikan. individu

bisa pintar, terampil, dan berperasaan hanya

bergantung pada bagaimana individu itu

dididik.11

Skinner memandang hadiah atau penguatan

sebagai unsur yang paling penting dalam proses

belajar.12 Manusia cenderung untuk belajar

suatu respons jika segara diikuti penguatan.

Ia memilih istilah penguatan daripada hadiah

karena hadiah diinterpretasikan sebagai

tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan

kesenangan, sedangkan penguatan adalah istilah

yang netral.13

Ia memusatkan hubungan antar tingkah laku

dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku

individu diikuti oleh konsekuensi10 Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,...,hlm. 109.11 Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,...,hlm. 111-112.12 Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),hlm. 32.13 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 131.

9

menyenangkan, individu akan menggunakan

tingkah laku itu sesering mungkin. Menggunakan

konsekuen yang menyenangkan dan tidak

menyenangkan dalam mengubah tingkah laku

sering disebut operant conditioning.14

Ia tidak menggunakan perubahan mental

sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku

yang akan membuat masalah menjadi rumit karena

alat itu harus dijelaskan lagi. Sebagai contoh

siswa berprestasi buruk karena mengalami

frustasi. Hal itu akan menimbulkan pertanyaan

apa itu frustasi yang akan memerlukan

penjelasan lain.15

Kelemahan dan kekuatan teori behavioristik ini

adalah proses belajar:

a. “dapat diamati secara langsung padahalbelajar adalah proses kegiatan mental yangtidak dapat disaksikan dari luar kecualisebagian gejalanya.

b. bersifat otomatis-mekanis, sehinggaterkesan seperti gerakan mesin dan robot,padahal setiap siswa memiliki kemampuanmengarahkan diri dan pengendalian diriyang bersifat kognitif, dan karenanya iabisa menolak merespons jika ia tidakmengendaki, misal ia lelah dengan katahati.

14 Ibid.,15 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm., 9.

10

c. manusia yang dianalogikan dengan perilakuhewan itu sangat sulit diterima, mengingatmencoloknya perbedaan karakter fisik danpsikis antara manusia dan hewan”.16

d. “usaha-usaha mengubah perilaku mengabaikanfaktor-faktor kognitif yang potensialmengganggu proses belajar. Untuk siswayang pengetahuan atau kemampuankognitifnya lemah, harus menggunakanstrategi belajar mengajar pada teorikognitif.

e. penguatan yang diberikan karenamenyelesaikan tugas-tugas akademis yangbisa mendorong siswa untuk melakukannyalebih cepat dan bagus.

f. penguatan ekstrinsik terhadap sebuahaktivitas yang dianggap siswa sudahmenguatkan secara intrinsik akanmengurangi kesenangan siswa terhadapkegiatan tersebut. Ketika siswamengerjakan tugas yang sulit, gurumemberikan dorongan agar siswa mengerjakandengan baik tetapi siswa akan merasakankebosanan”.17

2. Teori Belajar Pendekatan Kognitif

Teori ini lebih mementingkan proses belajar

daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar

melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Hal ini terpusat pada proses bagaimana suatu

ilmu yang berasimilasi dengan ilmu yang

sebelumnya telah dikuasai siswa. Ilmu16 Ibid., Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,...,hlm., 110.17 Jeanne Ellis Ormrod. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuhdan Berkembang

Edisi keenam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 466.

11

pengetahuan dibangun dalam diri seorang siswa

melalui proses interaksi yang berkesinambungan

dengan lingkungan. Proses ini mengalir, sambung-

menyambung dan menyeluruh. Para ahli teori ini

adalah:

a. Piaget (1975)

Ia menganggap bahwa proses belajar terdiri

dari tiga tahapan yaitu:

1) Asimilasi, proses penyatuan dan

pengintegrasian informasi baru ke struktur

kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.

2) Akomodasi, penyesuaian struktur kognitif

dalam situasi yang baru.

3) Equilibrasi (penyeimbangan), penyesuaian

berkesinambungan antara asimilasi dan

akomodasi.

Proses belajar harus disesuaikan dengan

tahap perkembangan kognitif yang dilalui

siswa. Ia membaginya menjadi empat tahap yaitu

tahap sensori-motor (1,5 sampai 2 tahun),

Tahap pra-operasional (2,3 dampai 7,8 tahun),

tahap operasional konkret (7,8 sampai 12,13,14

tahun), tahap operasional formal (14 tahun

atau lebih). Semakin tinggi tingkat kognitif

sesorang, semakin teratur dan semakin abstrak

12

cara berpikirnya. Guru harus memahami tahap

perkembangan siswa serta memberikan materi

belajar dalam jumlah dan jenis yang sesuai

dengan tahapan itu sehingga tidak menyulitkan

siswa.18

b. Ausubel (1968)

Menurutnya siswa akan belajar dengan baik

apabila pengatur kemajuan belajar didefiniskan

dan dipresentasikan dengan baik dan tepat

kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar

adalah konsep atau informasi umum yang

mencakup semua isi pelajaran yang akan

diajarkan oleh siswa.

Pengetahuan guru terhadap isi mata

pelajaran harus sangat baik sehingga guru

akan mampu menemukan informasi yang sangat

abstrak, umum dan inkusif, untuk diajarkan

pada siswa. Logika berpikir guru juga

dituntut sebaik mungkin agar tidak kesulitan

memilah materi pelajaran serta mengurutkan

materi demi materi kedalam struktur urutan

yang logis dan mudah dipahami.19

18 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm., 10-11.19 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm., 12.

13

c.Bruner (Teori free discovery learning)

Teori ini adalah proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suau aturan (konsep, teori

definisi dll) melalui contoh yang

menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya.

Siswa dibimbing secara induktif untuk

memahami suatu kebenaran umum.

Ia memandang bahwa teori belajar

bersifat deskriptif, sedangkan teori

pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya,

teori belajar memprediksikan berapa usia

maksimal anak untuk belajar penjumlahan,

sedangkan teori pembelajaran menguraikan

bagaiman cara mengajarkan penjumlahan.20

Tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan

pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan situasi di mana tingkah laku itu

terjadi.21 Pandangan kognitif melihat belajar

sebagai suatu yang aktif. Mereka berinisiatif

mencari pengalaman untuk belajar, mencari

informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur

20 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm., 12-13.21 Dalyono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 35.

14

kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka

ketahui untuk mencapai belajaran baru.22

3. Teori Belajar Pendekatan Humanistik

Psikologi humanistik berusaha memahami

tingkah laku individu dari sudut pandang pelaku,

bukan dari pengamat. Menurut aliran ini tingkah

laku individu ditentukan oleh individu itu

sendiri.23 Proses belajar harus berhulu dan

bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini

menekankan pada isi dan proses belajar dan pada

kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara

tentang pendidikan dan proses belajar dalam

bentuk yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik

pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal

daripada belajar apa adanya yang biasa kita amati

dalam dunia keseharian.

Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika

siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya

sendiri. Siswa harus berusaha agar lambat laun

mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-

baiknya. Teori ini berusaha memahami perilaku

22 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 149.23 Mustaqin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), hlm., 61

15

belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari

sudut pandang pengamatnya.24

Pendidik harus memperhatikan pendidikan lebih

responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective)

siswa. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang

berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap,

predisposisi, dan moral.25 Pendekatan humanistik

pada umumnya mempunyai pandangan yang ideal yang

lebih manusiawi, pribadi, dan berpusat pada siswa

yang menolak terhadap pendidikan tradisional yang

lebih berpusat pada guru. Para ahli teori belajar

pendekatan ini yaitu:

a. Arthur Combs

Tokoh ini menjelaskan bagaimana persepsi

ahli-ahli psikologi dalam memandang tingkah

laku. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang

penting adalah mengerti bagaimana dunia ini

dilihat dari sudut pandangnya. Untuk mengerti

orang lain, yang penting adalah melihat dunia

sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan

bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia

atau tentang dunianya.26

b. Maslow

24 Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan...,hlm. 116.25 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 181.26 Ibid., hlm. 183.

16

Tokoh ini berpendapat bahwa ada hierarki

kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang

paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive

atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan

ini adalah kebutuhan yang paling penting. Jika

manusia secara fisik terpernuhi kebutuhannya

dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk

memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu

kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan

kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka

sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang

akan kembali mencari kebutuhan yang lebih

tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan

estetis, dan akhirnya self-actualization.27

c. Rogers

Melalui bukunya Freedom to Learn and Freedom to

Learn for the 80’s, menganjurkan pendekatan

pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar

dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal,

dan berarti. Prinsip-prinsip penting belajar

humanistik menurut Rogers28 yaitu keinginan

untuk belajar (The Desire to Learn), belajar secara

signifikan (Significant Learning), belajar tanpa

ancaman (Learning Without Threat), belajar atas

27 Ibid.28 Ibid., hlm. 184-186.

17

inisiatif sendiri (Self-initiated Learning), belajar

dan berubah (Learning and Change).

d. Bloom dan Krathwohl

Mereka membagi penguasaan siswa dalam belajar

menjadi tiga:

1) Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan,

yaitu: pengetahuan (mengingat dan menghafal),

pemahaman (menginterpretasikan), aplikasi

(penggunaan konsep untuk memecahkan masalah),

analisis (menjabarkan suatu konsep), sintesis

(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi

suatu kesatuan yang utuh), evaluasi

(membandingkan nilai, ide, metode dan lain-

lain).

2) Afektif yang terdiri dari lima tingkatan,

yaitu pengenalan (ingin menerima dan sadar

akan adanya sesuatu), merespons (aktif

berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai-

nilai dan setia kepada nilai-nilai tertentu),

mengorganisasian yaitu menghubungkan nilai

yang dipercaya), pengamalan (menjadikan nilai

sebagai bagian pola hidupnya).

3) Psikomotor yaitu peniruan (menirukan gerak),

penggunaan (menggunakan konsep untuk

melakukan gerak), ketepatan (melakukan gerak

18

dengan benar), perangkaian (melakukan

beberapa gerakan sekaligus), naturalisasi

(melakukan gerak secara wajar).

Taksonomi Bloom ini berhasil memberi

inspirasi kepada banyak pakar untuk

mengembangkan teori belajar dan pembelajaran.

Taksonomi ini banyak membantu praktisi

pendidikan untuk memformulasikan tujuan belajar

dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional,

serta dapat diukur. Teori ini dijadikan pedoman

untuk membuat butir soal ujian.29

e. Kolb

Ia membagi tahapan belajar menjadi empat

tahapan yaitu:

1) Pengalaman konkret. Pada tahap pertama dan

paling dini ini, siswa hanya mampu mengalami

suatu kejadian.

2) Pengamatan aktif dan reflektif. Pada tahap

kedua ini, siswa mampu mengadakan observasi

aktif dan memahami terhadap kejadian itu.

3) Konseptualisasi. Tahap ketiga ini, siswa

mulai belajar membuat abstraksi atau teori

tentang suatu hal yang pernah diamatinya.

29 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm., 13-15.

19

4) Eksperimentasi aktif. Pada tahap akhir ini,

siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu

aturan umum ke situasi yang baru.

Siklus belajar semacam ini terjadi

secara berkesinambungan dan berlangsung di

luar kesadaran siswa sehingga sulit

ditentukan kapan beralihnya, tetapi ada garis

tegas antara tahap satu dengan tahap lain.30

f. Honey dan Mumford

Mereka membagi tipe siswa menjadi empat

macam:

1) Siswa tipe aktivis adalah yang suka melibatkan

diri pada pengalaman baru dan cenderung

berpikiran terbuka serta mudah diajak

berdialog.

2) Siswa dengan tipe reflektor sangat berhati-

hati mengambil langkah.

3) Siswa dengan tipe teoris sangat kritis, senang

menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau

penilaian yang sifatnya subjektif.

4) Siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar

pada aspek praktis. Siswa tipe ini tidak suka

30 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm., 15-16.

20

berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis

filosofis karena lebih baik praktiknya.31

g. Habermas (tokoh yang dipengaruhi oleh interaksi,

baik dengan lingkungan maupun dengan sesama

manusia)

Tipe belajar dibagi menjadi:

1) Tipe belajar teknis, belajar berinteraksi

dengan alam sekelilingnya.

2) Tipe belajar praktis,belajar berinteraksi

dengan orang disekelilingnya.

3) Tipe belajar emansipatoris berusaha mencapai

pemahaman dan kesadaran tentang perubahan

kultural suatu lingkungan. Pemahaman kesadaran

terhadap perubahan kultural menjadi tahapan

terpenting karena dianggap sebagai tujuan

pendidikan yang paling tinggi.32

B. Penerapan Teori Belajar Behavioristik, Kognitif,

dan Humanistik dalam Pembelajaran

1. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam

Pembelajaran

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru

yang menggunakan paradigma behaviorisme akan

menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah

31 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm., 16. 32 Ibid., Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran,..., hlm.,16-17.

21

siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus

dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh

guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah,

tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-

contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui

simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki

dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian

kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu

keterampilan tertentu.

Pembelajaran berorientasi pada hasil yang

dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera

diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan

supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi

kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan

teori ini adalah terbentuknya suatu perilaku

yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan

mendapat penguatan positif, sedangkan perilaku

yang kurang sesuai mendapatkan penghargaan

negatif. Evaluasi atau penilaian didasarkan pada

perilaku yang tampak.33

2. Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam

Pembelajaran

Ada sejumlah cara untuk menggunakan model

belajar kognitif dalam kelas. Pertama kita akan

33 Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan...,hlm. 103.

22

melihat strategi mengajar pada umumnya, terutama

yang menyangkut rencana pembelajaran, kemudian

yang kedua kita akan memusatkan perhatian untuk

membantu siswa dalam mengingat informasi baru.

Strategi belajar sangatlah penting dalam

mencapai suatu keberhasilan pengajaran, dalam

hal ini ada beberapa faktor yang mendasari

strategi mengajar yaitu; memusatkan perhatian,

banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa.

Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat

kontak mata atau berbuat sesuatu yang

mengejutkan siswa dengan maksud untuk menarik

perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang

penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat

dipertinggi jika guru membantu siswa merasa

betapa pentingnya informasi baru,

Suatu strategi untuk melakukan ini adalah

membuat tujuan pembelajaran sejelas mungkin.

membantu siswa mengingat kembali informasi yang

telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa

memahami dan menggabungkan informasi. Mungkin

satu-satunya metode terbaik untuk membantu siswa

memahami pelajaran dan mengombinasikan informasi

yang telah ada dengan informasi baru adalah

membuat setiap pelajaran sedapat mungkin

bermakna.

23

Strategi selanjutnya yaitu, strategi untuk

membantu siswa dalam mengingat informasi baru.

Lindsy dan Norman menyampaikan tiga aturan umum

untuk memperbaiki ingatan, pertama, menghafal

memerlukan usaha. kedua; materi yang harus

dihafal atau diingat seharusnya berhubungan

dengan hal-hal lain. Ketiga; materi dapat dibagi

dalam kelompok atau bagian-bagian kecil dan

kemudian diletakkan kembali bersama-sama pola

yang berarti.34

3. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam

Pembelajaran

Implikasi pengajaran dari sudut pandang

Rogers yaitu tidak begitu memperhatikan metodologi

pengajaran. Nilai dari perencanaan kurikulum,

keahlian ilmiah guru, atau penggunaan teknologi

tidak sepenting dalam memudahkan belajar, seperti

respons perasaan siswa atau mutu dari interaksi

antara siswa dan guru. Satu strategi yang

disarankan Rogers adalah memberi siswa dengan

berbagai macam sumber yang dapat mendukung dan

membimbing pengalaman mereka. Strategi lain yang

disarankan Rogers adalah peer-tutoring (siswa

mengajar siswa yang lain). Rogers adalah penganjur

yang kuat pada penemuannya, di mana siswa mencari

34 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm. 163.

24

jawaban terhadap pertanyaan yang riil, membuat

penemuan autonomus (bebas), dan menjadi pencetus

dalam belajar atas inisiatifnya sendiri.

Pengajaran dalam Psikologi Humanistik meliputi:

a. Pendidikan Setara (Confluent Education)

George Brown mengembangkan Pusat

Pendidikan Humanistik di Universitas

California, Sania Barbara, dimana guru belajar

mengintegrasikan pengalaman afektif dengan

belajar kognitif di kelas.35 Contohnya adalah

pengajaran Bahasa Inggris pada siswa umur 12

tahun tentang buku yang berjudul Red Badge of

Courage. Guru yang ingin mengembangkan latihan

ini, ingin siswanya tidak hanya mendapatkan

pengertian yang lebih dalam tentang novel itu,

tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi

yang lebih besar dengan mendiskusikan konsep

tentang keberanian, keteguhan hati, dan

kekuatan mereka sendiri.

b. Pendidikan Terbuka (Open Education)

1) Syarat-syarat belajar (Provisions for Learning).

Memanipulasi persediaan bahan pelajaran untuk

memenuhi keanekaragaman dan luasnya mata

pelajaran. Anak-anak bergerak bebas di kelas,

mendorong untuk bercakap-cakap dan tidak35 Ibid., Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan..., hlm187.

25

dipisahkan ke dalam kelompok dengan

menggunakan skor tes.

2) Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat

(Humannes, Respect, Opennes, and Warmth). Menggunakan

bahan pelajaran yang dibuat siswa. Guru

berhadapan dengan tingkah laku siswa yang

bermasalah dengan berkomunikasi dengan anak

tanpa melibatkan kelompok.

3) Mendiagnosis kejadian selama pelajaran

(Diagnosis of Learning Events). Siswa mengoreksi

pekerjaan mereka sendiri. Guru mengobservasi

dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan.

4) Pengajaran (Instruction). Secara individual tidak

ada tes/ buku tugas.

5) Penilaian (evaluation). Guru mengambil catatan

beberapa tes formal.

6) Mencari kesempatan untuk menumbuhkan

profesionaliisme (Search for Opportunities for

Professional Growth). Guru menggunakan bantuan

orang lain. Guru bekerja dengan teman

sejawat.

7) Persepsi guru tentang dirinya (Self-Perception of

Teacher). Guru mencoba untuk menyimpan semua

persepsi tentang anak-anak di dalam

pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.

26

8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar

(Assumption about Children and the Learning Process).

Suasana kelas hangat dan diterima. Anak-anak

terlibat dengan apa yang mereka kerjakan.36

Slavin menyimpulkan bahwa hasil penelitian

kelas terbuka mengatakan, pengalaman-pengalaman

dari gerakan kelas terbuka menyarankan bahwa ada

keterbatasan terhadap belajar yang diarahkan pada

diri sendiri oleh siswa, terutama ketika mereka

belajar keterampilan dasar di mana begitu banyak

kegiatan belajar yang tergantung dari guru.37

C. Aplikasi Teori Behavioristik, Kognitif, dan

Humanistik dalam Pendidikan Agama Islam

1. Aplikasi Teori Behavioristik dalam PAI

Teori behavioristik ini sangat sesuai apabila

diterapkan dalam pembelajaran PAI, karena PAI

adalah mata pelajaran yang orientasinya untuk

pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam

mengamalkan agama yang telah dipelajari oleh

siswa. Maka dengan teori ini diharapkan siswa

dapat menerapkan tingkah laku sesuai amalan agama

dalam kehidupan sehari-harinya. Bagi seorang guru

PAI, mempergunakan teori tingkah laku ini akan

mempermudah guru untuk mencapai indikator yang

diinginkan oleh guru karena siswa secara tidak36 Ibid., hlm.188-190.

37 Ibid., hlm. 191.

27

langsung telah melakukan apa yang diharapkan guru

tanpa mereka merasa dipaksa. Prinsip behaviorisme

dan implikasinya dalam pendidikan:

Asumsi ImplikasinyadalamPendidikan

Contoh

Pengaruhlingkungan

Kembangkanlingkungankelas yangmendukungperilaku siswayangdiinginkan

Memuji siswayangmengerjakantugas secaramandiri saattidak ada yangmemperhatikan

Fokus padaperistiwa yangdapat diamati(stimulus danrespons)

Identifikasistimuluskhusustermasuktindakan andasebagai guruyang dapatmempengaruhisiswa

Memberikanperhatiankepada siswayangberperilakutidak pantas

Belajar sebagaiperubahanperilaku

Simpulkanbahwa belajarterjadi hanyaketika siswamenampilkanperubahandalam performa

Memasukkankegiatan yangmenyenangkandan mendidiksebagai caramembantu siswamengasosiasikan setiapmateripelajarandenganperasaanmenyenangkan

Kontiguitaskejadian

Menghubungkandua kejadian

28

antarastimulus danrespons dalamwaktu yangberdekatan

Kesamaan prinsippembelajaran disemua spesies

Penelitiandengan spesiesmemilikirelevansi bagipraktik didalam kelas

Memberikanpenguatan padasiswahiperaktifapabila iaduduk dengantenang dalamwaktu yanglama denganpenelitiantikus danmerpati.38

2. Aplikasi Teori Kognitif dalam PAI

Teori kognitif merupakan suatu teori yang

diman bertumpu pada perkembangan daya serap

otak atas inforasi yang telah diterimanya. Oleh

karena itu teori ini lebih sesuai digunakan

dalam mata pelajaran Fiqih, Al-Quran dan Al-

Hadis, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa

teori ini dapat digunakan disetiap bidang

pengetahuan apapun. Dalam kaitannya dengan

materi Fiqih dan Al-Quran dan Al-Hadis

penerapan teori kognitif ini menurut penulis

sangat cocok digunakan dalam proses

38 Jeanne Ellis Ormrod. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa...hlm., 423.

29

pembelajaran teori ini, memusatkan perhatian,

banyak faktor yang mempengaruhi perhatian

siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat

membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang

mengejutkan sisiwa dengan maksud untuk menarik

perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang

penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat

dipertinggi jika guru membantu siswa merasa

betapa pentingnya informasi baru.

Suatu strategi untuk melakukan ini adalah

membuat tujuan pembelajaran sejelas mungkin.

membantu siswa mengingat kembali informasi yang

telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa

memahami dan menggabungkan informasi. Mungkin

satu-satunya metode terbaik untuk membantu

siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan

informasi yang telah ada dengan informasi baru

adalah membuat setiap pelajaran sedapat mungkin

bermakna.

Dengan adanya langkah tersebut diharapkan

materi tentang Fiqih dan Al-Quran dan Al-Hadis

dapat mudah dipahami sisiwa dan titik akhir

siswa mampu mempraktekkan dalam kehidupan

sehari-hari. Dan strategi yang dipake atau

digunakan dalam pembelajaran ini dengan Discovery

Learning. Dengan hal itu diharapkan para siswa

30

mudah dalam mengkap suatu informasi baru dan

selalu diingat jangka panjangnya.

3. Aplikasi Teori Humanistik dalam PAI

Pengalaman emosional dan karateristik

khusus individu dalam belajar perlu

diperhatikan oleh guru dalam merencanakan

pembelajaran. Seseorang akan dapat belajar

dengan baik apabila mempunyai pengertian

tentang dirinya sendiri dan dapat membuat

pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia

akan berkembang. Dengan demikian teori belajar

humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan

ideal tersebut dapat dicapai.

Teori belajar humanistik dapat diterapkan

dalam pembelajaran tauhid, akhlak, akan sangat

membantu para pendidik dalam memahani arah

belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga

upaya pembelajaran apapun dan pada konteks

manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan

untuk mencapai tujuannya. Contoh pembelajaran

kooperatif dari teori humanistik ini ialah

mengemas materi pembelajaran akhlak, fiqh atau

tauhid dengan strategi pemebelajaran jigsaw.

Murid dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang

bersifat heterogen, kemudian tim diberi bahan

pelajaran.

31

Murid mempelajari bagian masing-masing

bersama-sama dengan anggota tim lain yang

mendapat bahan serupa. Setelah itu mereka

kembali ke kelompoknya masing-masing untuk

mengajarkan bagian yang telah dipelajarinya

bersama dengan anggota tim lain tersebut,

kepada teman-teman dalam timnya sendiri.

Akhirnya semua anggota tim dites mengenai

seluruh bahan pelajaran. Adapun skor yang

diperoleh murid dapat ditentukan melalui dua

cara, yakni skor untuk masing-masing murid dan

skor yang digunakan untuk membuat skor tim.

Meskipun teori ini masih sulit diterapkan

ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang

praktis dan operasional, namun sumbangannya

begitu besar. Ide-ide, konsep-konsep,

taksonomi-taksonomi tujuan yang telah

dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan

guru dalam memahami hakekat manusia. Hal ini

akan dapat membantu mereka dalam menentukan

komponen-komponen pembelajaran seperti

perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan

strategi pembelajaran, serta pengembangan alat

evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang

dicita-citakan tersebut.

32

BAB IIIPENUTUP

Teori belajar behavioristik memandang belajar

sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

adanya interaksi antara stimulus dengan respon

dengan penekanan pada hasil proses belajar. Belajar

menurut teori belajar kognitif selalu didasarkan

pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi

dengan penekanan pada hasil belajar. Sedangkan,

menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah

untuk memanusiakan manusia dengan penekanan pada isi

atau apa yang dipelajari.

Teori-teori tersebut mempunyai pengaruh dan

implikasi yang berbeda-beda dalam penerapannya. PAI

adalah mata pelajaran yang orientasinya untuk

pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam

mengamalkan agama yang telah dipelajari oleh siswa.

Dengan menyesuaikan teori belajar kepada kondisi

peserta didik, diharapkan siswa dapat menerapkan hal

yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-

harinya. Bagi seorang guru PAI, mempergunakan

berbagai teori belajar ini akan mempermudah guru

untuk mencapai indikator yang diinginkan oleh guru,

karena siswa secara tidak langsung telah melakukan

apa yang diharapkan guru tanpa mereka merasa

dipaksa.

33

DAFTAR PUSTAKA

Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PustakaPelajar.

B.Uno, Hamzah. 2005. Orientasi Baru dalam PsikologiPembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Atmaja Prawira, Purwa. 2011. Psikologi Pendidikan dalamPerspektif Baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan Membantu SiswaTumbuh dan Berkembang Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Dalyono. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2007.

Esti Wuryani Djiwandono, Sri. 2006. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Grasindo

Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PustakaSetia.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:UNY Press.

34