TENTANG KEPEMUDAAN - DPR RI

64
NASKAH AKADEMIK TENTANG KEPEMUDAAN KEMENTER,IAN NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 . 1 ARMUS

Transcript of TENTANG KEPEMUDAAN - DPR RI

NASKAH AKADEMIK RANCANGANUNDAN~UNDANG

TENTANG KEPEMUDAAN

KEMENTER,IAN NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA

REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2009 .

1

ARMUS

BABI

BAB 11

DAFTAR ISi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Permasalahan

C. Tujuan Dan Manfaat

D. Metode Penulisan

LANDASAN PEMIKIRAN PERLUNYA UNDANG­

UNDANG TENTANG KEPEMUDAAN

Ha la man

4

4

13

15

16

18

A. Filosofis 18

B. Yuridis 19

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000

tentang Program Pembangunan Nasional

(Propenas) 2000-2004 21

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional 21

3. Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang

Peradilan Anak 23

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 ··

tentang Kesejahteraan Anak 23

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan · 24

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia 24

7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985

tentang Organisasi Kemasyarakatan 24

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan 30

C. Sosiologis 30

2

ARMUS

BAB Ill

BABIV

BABV

1. Psikopolitik

2. Ekonomi

REALITAS PROBLEMATIKA KEPEMUDAAN DAN

KERANGKA KEBIJAKAN

A. Realitas Problematika Kepemudaan

1. Jumlah Pemuda

2. Distri.busi Pemuda

3. Tingkat Pendidikan

4. Ketenagakerjaan

5. Kesehatan

B. Kerangka Kebijakan

RUANG LINGKUP PENGATURAN DALAM RUU

TENTANG KEPEMUDAAN

A. Ketentuan Umum

B. Asas, Fungsi Dan Tujuan

C. Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab

D. Perlindungan, Pemberdayaan Dan

Pengembangan

E. Prasarana Pembangunan Kepemudaan

F. Organisasi Kepemudaan

G. Kemitraan

H. Penghargaan

I. Pendanaan

PENUTUP

LAMPI RAN-LAM.Pl RAN

REFERENSI

32

33

34

34

35

35

36

36

37

37

44

44

46

46

47

51

51

52

53

53

55

57

63

3

ARMUS

A. Latar Belakang

BABI

PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD

1945) memberikan dasar-dasar konstitusional bagi seluruh warga

negara Indonesia untuk menjalani kehidupan selaras dengan prinsip­

prinsip hak asasi manusia.

Pemuda, sebagai bagian terbesar masyarakat Indonesia dijamin

Konstitusi UUD 1945 atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

berkembang serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan

kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan. umat manusia, serta

jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara

utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Pemuda, sebagai kelompok masyarakat dijamin oleh UUD 1945

untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara

kolektif, berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. 1

Pemuda, sebagai subyek pembangunan ekonomi dijamin UUD

1945 untuk bekerja, memilih pekerjaan, serta mendapat imbalan

dan perlakuan yang adil dan layak dalam · hubungan kerja, hid up

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta . berhak memperoleh

pelayanan kesehatan2

Pemuda, dijamin oleh UUD 1945 untuk memperoleh kesempatan

yang sama dalam pemerintahan, mendapat kemudahan dan

1 UUD 1945 Pasal 28 2 UUD 1945 Pasal 27, 28C

4

ARMUS

perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang

sama guna mencapai persamaan dan keadilan, mendapat

. pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil

serta perlakuan yang sama di hadapan hukum serta perlakuan yang

bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan

perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu

termasuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan

negara.3

Berdasarkan uraian tersebut di atas, diperlukan adanya kebijakan

nasional yang khusus mengatur bidang kepemudaan · secara

komprehensif, konsisten, sistemik, dan mampu memberikan

kepastian hukum bagi upaya-upaya pemenuhan hak asasi pemuda.

Perlunya kebijakan khusus bidang kepemudaan di tingkat

nasioanal sejalan dengan konsensus internasional yang dituangkan di

dalam World Programme of Action for Youth to the Year 2000 and

Beyond, UN-General Assembly, Fiftieth session, A/RES/50/81-13

March 1996. Di dalamnya dinyatakan bahwa "young people in all

countries are both a major human resources for development and key

agents for social change,' economic development and technological

innovation. Their imagination, ideals, considerable energies, and

vision are essential for continuing development of the societies in

which they live. Thus, there is special need for new impetus to be

given to design and implementation of youth policies and programs at

all level. The ways in which the challenges and potentials of young

people are addressed by policy will influence current social and

economic conditions and the well- being and livelihood of future

generations".4

3 UUD 1945 Pasal 27 dan Pasal 280 4 http: //www.un.org/documents/ga/res/50/ares50-81.htm.

5

ARMUS

Dengan demikian urgensi pembentukan dan pelaksanaan

kebijakan (policy) di bidang kepemudaan di semua tingkat (nasional,

regional dan internasional) berangkat dari kesepakatan internasional

bahwa kondisi sosial dan ekonomi masa kini dan kehidupan serta

kesejahteraan generasi masa datang akan tergantung pada

bagaimana kita mengelola tantangan dan potensi pemuda di dalam

suatu kebijakan khusus bagi pemuda.

The World Programme of Action For Youth to the Year 2000 and

Beyond sendiri memposisikan pemuda ke dalam tiga dimensi yaitu

pemuda sebagai agen perubahan (agent of change), pemuda sebagai

pewaris masa depan dunia (beneficiaries) dan pemuda sebagai

korban utama (major victim) akibat perubahan sosial. Konsepsi dasar

Program Aksi adalah pemberdayaan kepotensian pemuda. sekaligus

memberikan perlindungan kepada pemuda dari dampak perubahan

sosial baik nasional maupun internasional. Program aksinya juga

memprioritaskan agenda yang mendorong kebijakan nasional harus

memberikan pengakuan tentang eksistensi organisasi-organisasi

pemuda sekaligus diberikan kepadanya hak untuk dapat berperan

aktif di dalam pengambilan keputusan. Negara-negara seperti

Australia, Afrika Selatan, lnggris dan Singapura telah menekankan

kebijakan nasionalnya untuk memberdayakan organisasi pemuda di

dalam proses pengambilan keputusan seiring dengan semakin

kuatnya penghormatan . terhadap nilai-nilai , hak asasi manusia,

supremasi hukum dan demokrasi.5

Arti penting dan nilai strategis pemuda sebagai agen perubahan

utama dalam pembangunan sosial, ekonomi dan inovasi teknologi

menjadi tidak bermakna jika menyaksikan kenyataan pemuda di

belahan dunia terutama di negara-negara miskin atau yang .. tengah

berkembang. Menurut organisasi perburuhan dunia (International

5 http: //www.un.org/documents/ga/res/50/ares50-81.htm

6

ARMUS

Labor Organization)6 terdapat 160 juta orang di dunia yang

menganggur dan 40 persen di antaranya adalah pemuda, dalam

bidang pendidikan terdapat 133 juta pemuda di dunia yang buta

huruf, dengan 1.738.000 di antaranya berada di Indonesia, 238 juta

pemuda hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan di

bawah 1 dollar/hari, dan 462 juta pemuda hidup dibawah 2

dollar/hari. Sementara permasalahan sosial serius yang menjadi

agenda dunia seperti narkoba, HIV/AIDS, dan kenakalan remaja

didominasi oleh kaum muda:

Dewasa ini, penyalaguna ketergantungan narkoba di Indonesia

telah menunjukkan titik yang mengkhawatirkan. Jumlah kasus

narkoba mengalami peningkatan kasus dari 3.478 kasus pada tahun

2004 menjadi 8.401 kasus pada tahun 2004, atau meningkat rata~

rata 28,9 persen per tahun. Peningkatan juga terjadi sebesar 28,6

persen per tahun pada jumlah tersangka tindak kejahatan narkoba

dari 4.955 orang pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun

20047 •

Sementara itu, berdasarkan laporan Direktorat Jendral

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Ungkungan,

Departemen Kesehatan RI (Ditjen PPM & PL, Depkes RI) Tahun 2006,

jumlah pengidap HIV dan kasus AIDS yang dilaporkan selama tahun

2006 sebesar 3.859 orang dengan kematian berjumlah 539 orang.

Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS 1 April 1987

sampai dengan 31 Desember 2006 berjumlah 13.424 orang dengan

kematian 1.871 orang. Yang mengkhawatirkan, dari total jumlah

tersebut, 10.803 orang pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS tersebut

termasuk dalam kategori pemuda.

6 http://www.ilo.org 7 Data Badan Narkotika Nasional (BNN), Juni 2005

7

ARMUS

lsu kepemudaan sebagai isu kritis yang dicermati oleh PBB

bersama dengan masalah lingkungan, kependudukan, kelaparan,

kemiskinan, dan hak asasi manusia. Millenium Development Goals

(MDGs) yang ditandatangani oleh 189 Kepala Negara termasuk

Indonesia pada bulan September 2000 di PBB New York - AS,

menetapkan 8 sasaran sangat ambisius yang harus dicapai pada

tahun 2015 (1990 sebagai tahun dasar) dengan 18 target yang

dimonitor melalui 48 indikator.s Dari ke-8 sasaran tersebut 6 di

antaranya terkait langsung dengan 15 bidang pembangunan

kepemudaan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada salah satu

sambutan pada pembukaan Asia-Pacific Regional Ministerial

Meeting of the Millenium Development Goal's menghimbau agar

kebijakan pembangunan Indonesia segera disesuaikan dengan

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan oleh MDGs' Base Policy.

Dalam tahun 2005 tercatat dua kegiatan internasional di

Indonesia telah menempatkan kepemudaan sebagai salah satu isu

kritis yaitu "The Asian-African workshop on Women and Youth" dalam

kerangka KTT Asia-Afrika, peringatan 50 tahun Konferensi Asia-Afrika

22-24 April 2005 yang berlangsung di Jakarta dan Bandung, serta

"Asia Pacific " tanggal 3-5 Agustus 2005 di Jakarta, yang keduanya

dibuka oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.9

Pada tingkat ASEAN, telah dicetuskan Deklarasi yang disebut

dengan "Kuala Lumpur Agenda on ASEAN Youth Development" pada

tanggal 17 Nopember 1997 oleh · para Menteri terkait di kawasan

ASEAN termasuk dari lndonesia.10 Mendahului Deklarasi ini adalah .

Bangkok Declaration of Principles to Strengthening ASEAN

Collaboration on Youth of 198311, Ttie ·Jakarta Declaration of the

8 http: //www.adb.org/poverty/mdgs.asp . 9 http:Ilwww.kbri-canberra.org.au/press/press050414e_deplu.htm 10 http://www.aseansec.org/8696.htm 11 http://www.aseansec.org/8695.htm

8

ARMUS

ASEAN Ministerial Meeting on Youth in 199212, Singapore Declaration

of 199213, and The Bangkok Summit Declaration of 199514.

Pemuda di kawasan ASEAN mewakili proporsi terbesar dari total

populasi ASEAN sehingga Deklarasi Kuala Lumpur memandang

pentingnya partisipasi pemuda dalam memformulasikan dan

melaksanakan kebijakan pembangunan nasional dengan

memberikan kesempatan dan sarana yang diperlukan bagi

pembangunan pemuda ASEAN.

Pada tingkat nasional, selain diatur di dalam Konstitusi Negara,

Thailand dan Philipina adalah contoh negara yang memiliki Undang­

Undang mengenai kepemudaan. Thailand memiliki Thailands

National Youth Promotion and Coordination Act, yang diberlakukan

sejak tahun 197815 sedangkan Philipina memiliki Youth and Nation

Buidling Act (Republic Act 8044)16.

Di Belanda, masalah pemuda merupakan tema panting dalam

persetujuan tentang bentuk administrasi negara baru (New Style

Administrative Agremeent) yang ditandatangani tahun 1994 antara

Pemerintah, Asociation of Provincial Authorites (pemerintah Provinsi),

dan The Association of Dutch Municipalities (pemerintah kota), dan

pada tahun 2005 Belanda mulai ·memberlakukan Undang-Undang di

bidang kepemudaan yang disebut Law on Youth Care11. UU ini

mengatur hak pemuda untuk meminta perlindungan kepada Youth

Care Offices.

Bagaimana dengan di Indonesia? Dewasa ini, menurut data

SUSENAS tahun 2006, jumlah pemuda Indonesia tahun 2006

mencapai 80,8 juta jiwa atau 36,4 persen dari total jumlah penduduk

12 http://www.aseansec.org/11735.htm 13 http://www.aseansec.org/5120.htm 14 http://www.aseansec.org/2081.htm 15 http: I lwww.unescap.org/ esid/ hds/youth/youth_thailand. pdf 16 http://www.youth.net.ph/about/ra80044.php 17 http: //www.data.unaids.org/pub

9

ARMUS

Indonesia, dengan perincian 40,ijuta jiwa pemuda laki-laki dan 40,7

juta pemuda perempuah. lni artinya pemuda adalah key assets atau

major human resources yang harus diberdayakan agar dapat

berpartisipasi dalam mengakselerasi pembangunan nasional.

Namun setelah 60 tahun Indonesia merdeka, pemuda sebagai

aset terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia belum optimal

berpartisipasi dalam pembangunan bangsanya. Hal ini dapat

dijelaskan melalui dua perspektif, yaitu: perspektif karakter pemuda

dan perspektif kualitas sumber daya manusia.

Menurunnya keimanan dan ketakwaan, pudarnya nasionalisme,

rendahnya kesadaran tentang prinsip-prinsip kewarganegaraan, serta

rendahnya imunitas para pemuda terhadap berbagai faktor-faktor

destruktif (seperti pergaulan bebas, ponografi, HIV/AIDS dan

penyalahgunaan narkoba) adalah fenomena yang harus ditangani

secara sungguh-sungguh karena terkait dengan masalah yang

fundamental bagi masa depan bangsa Indonesia, yaitu karakter

pemuda Indonesia (national caracter building).

Sedangkan dalam persfektif kualitas sumber daya manusia,

kondisi pemuda Indonesia tidaklah menggembirakan. Hal ini dapat

dilihat dari lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang

menempati peringkat ke 110 dari 177 negara (Human Development

Report 2005, UNDP)1S. lndeks ini mengukur tiga dimensi, yaitu

dimensi kesehatan (fife expectancy index), dimensi pendidikan

(education index) dan dimensi ekonomi (GDP index). Walaupun

indeks ini mengukur seluruh kelompok usia, namun indeks ini dapat

mencerminkan kualitas pemuda Indonesia yang berada pada

kelompok usia produktif karena berada pada rentang usia 18 sampai

35 tahun.

18 http://hdr.undp.org/reports/global/2005/pdf/HDR05_complete.pdf

10

ARMUS

Masalah yang saat ini dianggap cukup mendesak oleh pemerintah

Indonesia untuk segera diselesaikan adalah dimensi pendidikan

dalam kaitannya dengan dimensi ekonomi (income). Masalah

pendidikan dianggap sebagai faktor yang mampu meningkatkan

daya saing pemuda dan dapat meningkatkan pendapatan (income),

baik melalui bekerja maupun melalui berwirausaha.

Tingkat pendidikan nasional generasi muda Indonesia masih jauh

lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN sekalipun, di

samping jumlah lulusan sekolah tidak sebanding dengan

ketersediaan lapangan kerja. Tingkat pendidikan pemuda Indonesia

umumnya masih rendah, lebih banyak hanya sampai lulusan SMA.

Bahkan lebih dari itu persentase pemuda yang tingkat pendidikannya

hanya sampai SMP. Tingkat pendidikan ini akan mempengaruhi

kemampuan pemuda dalam menganalisa berbagai persoalan yang

dihadapinya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas

pemuda dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, dan meningkatkan kerentanan dalam menghadapi

permasalahan nasional.

Tingkat pendidikan mempengaruhi akses pemuda terhadap

peningkatan pendapatan. Berbagai lapangan usaha yang dapat

dilakukan oleh pemuda seperti perdagangan, industri, jasa memang

lebih banyak dilakukan di kota ketimbang di desa. Sedangkan khusus

untuk pertanian, memang lebih mungkin dilakukan di pedesaan. Hal

ini disebabkan ketersediaan lahan untuk pertanian, lebih banyak

dijumpai di pedesaan. Untuk wilayah perkotaan, pemuda yang

menganggur lebih banyak berlatar belakang pendidikan SMA,

sedangkan di pedesaan, pemuda yang menggangur lebih banyak

berlatarbelakang SD. lni merupakan realitas sosial yang memerlukan

keseriusan pemerintah untuk menangani masalah pengangguran

khususnya yang terjadi pada pemuda.

11

ARMUS

Pemuda dengan tingkat pendidikan yang rendah rentan menjadi

korban dampak permasalahan ekonomi nasional. Saat ini, meskipun

perkembangan ekonomi hingga dalam beberapa tahun ini secara

umum membaik masalah besar struktural masih menghantui

khususnya terkait dengan masih tingginya kemiskinan, tinggi dan

meningkatnya tingkat pengangguran dan kesejahteraan masyarakat

yang masih rendah. Tingkat penggangguran terbuka pada bulan

Februari 2005 mencapai 10,3% atau 10,9 juta orang mengganggur,

di man a sebagain besar ada pada usia produktif '15-45 tahun.

Kemiskinan dan pengangguran menimbulkan penyakit sosial di

kalangan anak-anak muda seperti penyalahgunaan narkoba dan

psikotropika, penyakit HIV/AIDS, tindak kriminal, penyakit menular

seksual, dan prostitusi. Kemiskinan juga telah lama menjadi faktor

utama sulitnya generasi muda untuk memperoleh akses pendidikan.

Rendahnya dimensi pendidikan di kalangan pemuda

menyebabkan rendahnya daya saing mereka yang pada akhirnya

berkontribusi pada daya saing bangsa secara keseluruhan. Memasuki

era globalisasi, liberalisasi dunia, di mana daya saing antar negara

semakin tajam, dari sisi lain kualitas dan kemampuan daya saing

nasional masih sangat rendah. Daya saing internasional yang

merupakan pilar penting perekonomian dalam era pasar bebas

belum dapat diandalkan lndoensia. Pasar bebas AFTA sudah dimulai

sejak tahun 2002 dan akan diimplementasikan secara penuh pada

tahun 2010. Daya saing internasional Indonesia rendah dibandingkan

dengan negara maju ataupun !;edang berkembang lainnya. World

Economic Forum menunjukkan bahwa indeks pertumbuhan daya

saing Indonesia hanya berada pada peringkat 69 dari 104 negara,

lebih rendah dari Singapura, Thailand dan Malaysia, dan sedikit lebih

12

ARMUS

"'-··-

baik dibanding Philipina dan Vietnam untuk kawasan ASEAN.:t.9

Akselerasi perubahan yang semakin kuat dibarengi dengan

percepatan jaringan informasi dan teknologi serta ilmu pengetahuan

yang sangat cepat belum dapat memberikan manfaat yang optimal

bagi pembangunan nasional melalui kemampuan menyerap oleh

generasi muda dalam arti posit if. Sebaliknya pemuda tel ah ban yak

menjadi korban moderinisasi yang menurunkan degradasi moral

pemuda, misalnya pola konsumtif yang merusak, pornografi dan

pornoaksi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, diperlukan adanya kebijakan

nasional yang khusus mengatur bidang kepemudaan secara

komprehensif, konsisten, sistemik, dan mampu memberikan

kepastian hukum bagi upaya-upaya pemenuhan hak asasi pemuda.

Undang-Undang tentang Kepemudaan akan mengatur semua aspek

kepemudaan dalam kategori sosial, yang tidak ditujukan untuk ·

membatasi ruang .gerak pemuda, tetapi memberikan fasilitasi dan

akses bagi pemuda untuk mengembangkan potensi dirinya,

melindungi pemuda dari dampak negatif pembangunan serta

memberikan kepastian hukum bagi aktivitas-aktivitas organisasi

kepemudaan di semua tingkat.

B. Permasalahan

. Berdasarkan uraian tersebut di atas, permasalahan yang perlu

didudukkan dalam kerangka mengatur bidang kepemudaan, adalah

sebagai berikut:

1. Bagian terbesar pemuda Indonesia hidup di . bawah garis

kemiskinan, tingkat pendidikan yang tidak memadai untuk

19 http://www.weforum.org/pdf/gitr/rankings2007.pdf

13

ARMUS

mendapatkan akses terhadap pekerjaan, yang menghambat

pengembangan potensi.nya.

2. Bagian terbesar pemuda Indonesia tengah dihadapkan pada

permasalahan sosial yang luas, kompleks dan pelik. Pemuda

telah menjadi korban bahkan pelaku dominan permasalahan

(penyakit) sosial dalam masyarakat. Nilai, moral, etika generasi

muda terus mengalami kemunduran akibat tidak adanya

pemberdayaan dan pengembangan yang terarah.

3. Arah kebijakan nasional dan peraturan perundang-undangan di

bidang kepemudaan masih sangat umum, abstrak, dan parsial

sehingga perlu diaktualisasikan ke dalam pengaturan yang lebih

jelas, rinci dan serasi.

4. Pembangunan bidang kepemudaan belum memiliki dasar yang

serasi, komprehensif, integrated dan koordinatif antar pusat dan

daerah dan lintas sektoral sehingga tidak menjamin kepastian

dan jaminan hukum dalam pelaksanaan pemberdayaan dan

pengembangan kepemudaan.

5. Memasuki era globalisasi, liberalisasi dunia, dengan daya saing

antar negara semakin tajam sebagian terbesar pemuda Indonesia

tidak memiliki kemampuan dan kualitas yang berdaya saing dan

berwirausaha.

6. Peran, fungsi, kedudukan, organisasi kepemudaan belum optimal

memberikan kontribusi nyata dalam mendukung upaya

Pemberintah menciptakan pemuda Indonesia sebagai elemen

strategis nation character building.

7. Pemuda Indonesia perlu memiliki landasan hukum yang memacu

motivasi untuk berprestasi lebih baik lagi.

14

ARMUS

8. Timbulnya demoralisasi di kalangan pemuda disebabkan oleh

krisis ekonomi, arus globalisasi seperti kehilangan identitas,

kehidupan hedonisme, materialisme, maraknya mistisisme,

kriminalitas, premanisme, narkotika, psiko~ropika, zat adiktif

(NAPZA), dan HIV/AIDS dan kejahatan prostitusi.

9. Minimnya sarana dan prasarana yang memadai dalam

pengembangan dan pemberdayaan pemuda Indonesia.

C. Tujuan dan Manfaat

Menyikapi perkembangan permasalahan pemuda sebagai

kategori sosial baik nasional, regional maupun internasional,

menindaklanjuti amanat Presiden R.I dan program legislasi nasional

2004-2009 tentang perlunya penyusunan RUU Kepemudaan,

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga R.I mengambil prakarsa

untuk menyusun RUU tentang Kepemudaan.

1. Tujuan

Naskah Akademik ini dibuat dalam rangka memetakan

konsep-konsep pemikiran tentang urgensi Undang-Undang

tentang Pembangunan Kepemudaan ditinjau dari aspek filosofis,

yuridis, dan sosiologis. lsi pokoknya adalah gagasan-gagasan

konkrit dan implementatif tentang pendekatan asas, ruang

lingkup, dan materi muatan yang akan dituahgkan di dalam RUU

tentang Kepemudaan dengan tolok ukur UU Nomor 10 Tahun

2004 tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-Undangan:

2. Manfaat

Naskah Akademik ini diharapkan dapat digunakan sebagai: 1)

bahan dasar yang akan mempercepat penyusunan RUU

Kepemudaan; dan 2) bahan pertimbangan yang dipergunakan

15

ARMUS

dalam permohonan izin prakarsa penyusunan RUU Kepemudaan

oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga R.I kepada

Presiden R.I.

Metode Penulisan

Proses penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Kepemudaan

dilakukan dengan mengumpulkan bahan penulisan berupa data

skunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum skunder,

dan bahan hukum tersier. Bahan hukum tersebut diperoleh dari

penelitian kepustakaan. Model atau tipe penelitian yang

dipergunakan dalam penulisan ini adalah penelitian normatif dengan

pendekatan yuridis kualitatif. Penelitian normatif ini juga dilakukan

dengan studi perbandingan hukum dengan mempelajari aturan

tentang kepemudaan pada negara lain seperti Malaysia, Filipina,

Belanda. Sifat penulisan dilakukan secara deskriptif-analitis yang

kemudian dilakukan dengan metode preskriptif untuk menemukan

asas dan r:nerumuskan norma hukum yang merupakan rekomendasi

terpenting dari Naskah Akademik ini dan menjadi tuntunan etis

materi muatan untuk dapat dipertimbangkan dalam menyusun RUU

tentang Kepemudaan.

Analisis bahan hukum primer dilakukan terhadap sekumpulan

Undang-Undang yang mengatur aspek-aspek kepemudaan. Analisis

bahan hukum sekunder dilakukan untuk mendukung analisis bahan

hukum primer dan dideskripsikan secara verbalisasi kualitatif.

Penemuan asas hukum dilakukan dengan proses abstraksi hukum

dengan metode induktif yang kemudian dapat dijadikan fundamen .

untuk melahirkan norma hukum. Stl..idi perbandingan hukum

dilakukan untuk memperoleh prinsip-prinsip yang bersifat universal

tentang kepemudaan dan sekaligus dapat memberikan ciri pembeda

16

ARMUS

atau identitas dari RUU tentang Kepemudaan yang akan dibentuk.

Selain metode perbandingan hukum juga dilakukan dengan telaah

sistem hukum dengan tujuan untuk menghindari adanya

pertentangan atau konflik hukum yang dilahirkan dari RUU tentang

Kepemudaan.

17

ARMUS

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN PERLUNYA UNDANG-UNDANG KEPEMUDAAN

A. Dasar Filosofis

Dasar filosofis adalah pandangan hidup bangsa Indonesia dalam

berbangsa dan. bernegara, yaitu Pancasila. Penjabaran nilai-nilai

Pancasila di dalam hukum mencerminkan suatu keadilan, ketertiban,

dan kesejahteraan yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia.

Rumusan Pancasila terdapat di dalam Pembukaan (preambule)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945), yang

terdiri dari empat alinea. Alinea IV memuat rumusan tujuan Negara

dan Dasar Negara. Dasar Negara adalah Pancasila, sedangkan ke­

empat pokok pikiran di dalam Pembukaan UUD 1945 pada dasarnya

untuk mewujudkan cita-cita hukum (rechtsides) yang menguasai

hukum dasar negara baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Batang tubuh UUD 1945 mengatur pokok-pokok pikiran tersebut

dalam pasal-pasalnya, dengan kata lain batang. tubuh atau pasal­

pasal di dalam UUD 1945 merupakan perwujudan cita-cita hukum.

Pancasila sebagai norma filosofis negara sebagai sumber cita-cita

hukum yang terumuskan lebih lanjut dalam tata hukum atau hierarki

peraturan perUndang-Undangan merupakan "kaidah dasar

fundamental negara". Tujuan negara adalah memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Generasi muda adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Cita­

cita perjuangan bangsa tersebut dapat dicapai dengan kualitas dan

kebersamaan peran pemuda. Sebuah bangsa akan besar dan

tangguh di masa depan jika kaum mudanya memiliki jiwa besar

18

ARMUS

kepemilikan terhadap bangsanya. Potensi tersebut dapat

mensejajarkan . pemuda Indonesia di kancah internasional. Harapan

besar inilah yang menjadikan pemuda layak sebagai penerus cita-cita

perjuangan bangsa di masa depan. Oleh karena itu negara wajib

memberdayakan pemuda dalam segala bidang pembangunan.

Hukum diharapkan mencerminkan sistem nilai baik sebagai

sarana yang melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana

mewujudkan nilai-nilai tertentu di dalam tingkah laku masyarakat.

Ke-empat cita-cita hukum di dalam Pembukaan UUD 1945 dicapai

melalui pembangunan nasional. Untuk mencapai itu semua, pemuda

sebagai major human resources harus mendapatkan perhatian yang

intensif dan sistematis melalui sebuah peraturan yang dapat

mengelola potensi yang dimilikinya menjadi kekuatan yang produktif

(agent of change) untuk mengakselerasi pembangunan di tingkat

daerah maupun di tingkat nasiona1.-

B. Dasar Yuridis

Pada awalnya strategi kebijakan nasional secara normatif

dituangkan di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004. Di dalam

Undang-Undang tentang Propenas tersebut ditegaskan perlunya

mengembangkan "Program Peningkatan Partisipasi Pemuda" yang '

bertujuan untuk memberi peluang yang lebih besar kepada pemuda

guna memperkuat jati diri dan potensinya dengan partisipasi aktif

dalam pembangunan termasuk upaya penanggulangan berbagai

masalah pemuda. Program Peningkatan Partisipasi Pemuda telah

menempatkan pemuda sebagai kategori yakni dengan mengarahkan

pemberdayaan pemuda untuk: ~

19

ARMUS

(1) meningkatkan partisipasi pemuda dalam lembaga sosial

kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan;

(2) terbentuknya peraturan kepemudaan yang menjamin kebebasan

pemuda untuk

bertanggungjawab;

mengorganisasikan

(3) meningkatkan jumlah wirausahawan muda;

dirinya secara

(4) meningkatkan jumlah karya, kreasi, karsa, dan apresiasi pemuda

di berbagai bidang pembangunan;

(5) menurunkan jumlah kasus penyalahgunaan narkoba oleh pemuda

serta meningkatkan peran dan partisipasi pemuda dalam

penanggulangan bahaya narkoba; dan

(6) menurunkan kriminalitas yang dilakukan pemuda.

Dengan berakhirnya program pembangunan nasional tahun 2000-

2004 berdasarkan Propenas, Pemerintah telah mengajukan

Rancangan Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 sebagaimana yang telah

disampaikan oleh Presiden R.I kepada Pimpinan DPR.R.I tertanggal

18 Maret 2005 dinyatakan arah pembangunan jangka panjang tahun

2005 - 2025 antara lain adal.ah terwujudnya daya saing bangsa

untuk mencapai masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera. Untuk

mewujudkan daya saing bangsa pembangunan nasional jangka

panjang diarahkan antara lain melalui pembangunan sumber daya

manusia Indonesia yang berkualitas. Pada butir 26 dikatakan bahwa

pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas dan

partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan terutama

dibidang ekonomi, sosial budaya, dan politik. Khusus untuk

pemberdayaan perempuan dan anak diarahkan pada peningkatan

kualitas hidup dan peran perempuan serta kesejahteraan dan

perlindungan anak di berbagai bidang pembangunan, penurunan

tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempuan

20

ARMUS

dan anak, serta penguatan kelembangaan dan jaringan

pengarustamaan gender di · tingkat nasional dan daerah termasuk

ketersediaan data dan statistik gender.

Dalam kerangka sinkronisasi dan harmonisasi pengaturan,

ditemukan sejumlah peraturan perUndang-Undangan berkenaan

dengan masalah pemberdayaan kepemudaan atau sebagai

ketentuan yang harus diperhatikan di dalam menyusun rancangan

Undang-Undang tentang kepemudaan.

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004

Dalam Undang-Undang ini Pasal 1 yang menyebutkan bahwa

Program pembangunan nasional (Propenas) tahun 2000-2004

merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah dan

penyelenggara lainnya dalam melaksanakan pembangunan

selama lima tahun. Program pembangunan nasional ini

mengamanahkan untuk adanya pembuatan peraturan atau

Undang-Undang tentang Kepemudaan. Pehluda diharapkan dapat

menjadi generasi penerus yang berkualitas bagi bangsa dan

negara.

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Dalam Undang-Undang Bab II Bagian Keempat 11 Pasal (Pasal

5 - Pasal 15) diatur tentang Pendidikan Kepemudaan. Dalam

Penjelasan Pasal 26 ayat (3) disebutkan bahwa: "Pendidikan

Kepemudaan ada/ah pendidikan yang diselenggarakan untuk

mempersiapkan kader pemimpin bangsa, seperti organisasi

pemuda, pendidikan kepanduan/ kepramukaan, keolahragaan,

21

ARMUS

palang merah, pe/atihan, kepemimpinan, pecinta a/am, serta

kewirausahaan"."

Di dalam Undang-Undang ini diatur ketentuan-ketentuan

antara lain sebagai berikut :

a. Pendidikan kepemudaan diselenggarakan agar pemuda

mampu mandiri, kreatif, dan berpartisipasi dalam

pembangunan masyarakat dan bangsa.

b. Pendidikan kepemudaan diselenggarakan melalui organisasi

kepemudaan, organisasi kemasyarakatan, lembaga kursus,

lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar

masyarakat, dan majelis keagamaan, serta satuan pendidikan

yang sejenis.

c. Pendidikan kepemudaan dilaksanakan oleh pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat.

d. Peserta didik pendidikan kepemudaan adalah warga

masyarakat berusia 15 sampai dengan 35 tahun.

e. Peserta didik pendidikan kepemudaan berhak mendapatkan

pelayanan pendidikan kepemudaan sesuai dengan minat dan

bakatnya.

f. Peserta didik pendidikan kepemudaan berkewajiban

mematuhi ketentuan-ketentuan program kepemudaan dan

membangun sikap patriotisme, nasionalisme, dan

kemandirian.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi

peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan

dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan

kepribadian profesional (Pasal 26 ayat (2)). Pendidikan nonformal

meliputi: (1) pendidikan kecakapan hidup, (2) pendidikan anak

22

ARMUS

usia dini, (3) pendidikan kepemudaan, (4) pendidikan

pemberdayaan perempuan, (5) pendidikan keaksaraan, (6)

pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, (7) pendidikan

kesetaraan, serta (8) pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik (Pasal 26 ayat (3)).

3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak

Dalam Pasal 1 (Ketentuan Umum) angka 1 Undang..Undang

No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, dinyatakan bahwa

anak adalah orang yang dalam perkara Nakai telah mencapai

umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan

belas) tahun dan belum pernah kawin. Lebih lanjut di dalam Pasal

4 ayat (1) dinyatakan bahwa batas umur Anak Nakai yang dapat

diajukan ke Sidang Anak adalah sekurang-kurangnya umur 8

(delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapanbelas)

tahun dan belum pernah kawin, dan pada ayat (2) dinyatakan

bahwa dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas

umur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke

sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampui

batas umur tesebut, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh

satu) tahun, tetap diajukan ke Sidang Anak.

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak

Pasal 1 Ketentuan Umum : angka 2 d menyatakan bahwa

anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 (dua puluh satu)

tahun dan belum pernah menikah. Dalam Undang-Undang ini usia

21 tahun yang dimaksud masih menjadi tanggungan orang tua.

23

ARMUS

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pasal 1 Ketentuan Umum ayat (26) menyatakan bahwa Anak

adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapanbelas)

tahun. Oleh karena itu, diatas usia 18 tahun sudah dianggap

bukan kategori anak. Pembatasan usia ini akan memberikan hak

dan kewajiban bagi anak-anak di Indonesia.

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia

Pasal 1 Ketentuan Umum angka 5 Undang-Undang ini

menyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di

bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk

anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah

demi. kepentingannya.

Dapat dilihat bahwa batasan usia anak menurut ketiga

Undang-Undang tersebut berbeda satu sama lain. Hal inilah yang

melahirkan kebingungan dan kesulitan-kesulitan di dalam

implementasinya.

7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan

Meskipun dinilai represif, Undang-Undang masih berlaku

dalam mengatur aktivitas-aktivitas organisasi kemasyarakatan

termasuk organisasi kepemudaan. Undang-Undang ini antara lain

memuat materi pengaturan sebagai berikut :

a. Organisasi Masyarakat adalah organisasi yang dibentuk oleh

anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara

sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi,

24

ARMUS

agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, untuk

berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai

tujuan nasional dalam wadah NKRI yang berdasarkan

Pancasila.

b. Tidak termasuk dalam pengertian organisasi masyarakat

(ormas) dalam Undang-Undang ini yaitu organisasi atau

perhimpunan yang dibentuk oleh pemerintah seperti pramuka,

korpri, dan lain-lain, serta organisasi atau perhimpunan yang

dibentuk oleh anggota masyarakat warganegara RI yang

bergerak dalam bidang perekonomian serta . koperasi,

perusahaan terbatas dan lain-lain.

c. Fungsi Organisasi Masyarakat adalah sebagai wadah penyalur

kegiatan sesuai kepentingan anggotanya, pembinaan dan

pengembangan anggotanya, peran serta dalam usaha

menyukseskan pembangunan nasional,. sarana penyalur

aspirasi anggota dan sarana komunikasi sosial diantara

anggotanya atau sesama ormas atau dengan organisasi

kekuatan sosial politik atau Pemerintah atau dengan yang

lainnya (Pasal 5).

d. Organisasi Masyarakat wajib (pasal 7) memiliki AD/ART,

menghayati dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945, dan

memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

e. Karakter represif dari UU ini ditemukan dalam pengaturan

tentang Pembekuan dan Pembubaran ormas (pasal 13).

Dinyatakan bahwa apabila ormas melakukan kegiatan yang

mengganggu keamanan dan ketertiban umum, menerima

~antuan dari pihak asing tanpa persetujuan pemerintah dan

memberi bantuan kepada pihak asing yang merugikan

kepentingan bangsa dan negara. UU ini membe.ri kewenangan

25

I.

ARMUS

pemerintah i.mtuk membubarkan ormas yang menganut,

mengembangkan, dan meyebarkan paham atau ajaran

komunisme/marxisme-leninisme serta ideologi, paham atau

ajaran lain yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD

1945 dalam segala bentuk dan perwujudannya (Pasal 14).

f. Di dalam Penjelasan Pasal 8 dikatakan bahwa yang dimaksud

satu wadah pembinaan dan pengembangan yang sejenis ialah

hanya ada satu wadah untuk setiap jenis.

Keberadaan UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan pengaruhnya cukup besar terhadap keberadaan

dan posisi KNPI serta organisasi kepemudaan dan

kemahasiswaan. Pemufakatan antara pemimpin organisasi

kemasyarakatan pemuda (OKP) pada akhirnya semakin

memantapkan posisi KNPI sebagai wadah tunggal organisasi

kepemudaan yang ada di tanah air. Namun demikian

pewadahtunggalan organisasi kepemudaan dalam KNPI dan

depolitasi kampus yang membedakan organisasi ekstra dan intra

kampus melalui kebijakan normalisasi kehidupan kampus dinilai

sebagai contoh kurang tepatnya pola pembinaan pemuda dan

mahasiswa dibawah rezim UU No.8 Tahun 1985 ini.

Selain peraturan perUndang-Undangan yang telah disebutkan

UU tentang Kepemudaan, atas dasar paradigma bahwa UU

tentang Kepemudaan akan mengatur masalah ·· kepemudaan

dalam perspektif social category yakni dengan meletakkan

masalah kepemudaan dalam dimensi pembangunan di semua

bidang yaitu di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,

pertahanan dan keamanan. Peraturan perUndang-Undangan

lainnnya yang perlu diperhatikan antara lain :

a. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasioal sebagai landasan hukum di bidang

26

ARMUS

perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat

maupun Pemerintah Daerah.

b. Paket peraturan perundang-undangan di bidang Politik dewasa

ini yang mencerminkan format politik baru bagi kelembagaan

demokratis, yang dirumuskan ke dalam UU No. 31 Tahun 2002

tentang Partai Politik, UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum, UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan

dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta UU No. 23

Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden. Perlunya peninjauan terhadap peraturan perUndang­

Undangan dimaksud antara lain untuk melihat sejauh mana

kebijakan politik nasional didalam memberikan peluang bagi

hak politik pemuda, bagaimana pengaturan tentang usia

untuk dapat memilih dan dipilih, dan secara umum

bagaimana dimensi kepemimpinan dan kaderisasi dalam

konteks politik Indonesia. Mengenai hak politik warga negara

termasuk pemuda perlu dijadikan catatan bahwa Indonesia 1

.sudah meratifikasi Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik.

c. Terkait dengan kewajiban beta negara bagi pemuda dan arah

kebijakan nasional di bidang pertahanan dan keamanan

negara, yang saat ini tengah diwacanakan peran aktif pemuda

dan organisasi pemuda dalam sistem keamanan masyarakat

sebagai upaya penangkalan dan pencegahan terorisme, perlu

perhatikan UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

yang saat ini RUU Perubahannya tengah dirumuskan oleh

Departemen Pertahanan, serta peraturan perUndang­

Undangan tentang pemberantasan . terorisme itu sendiri.

d. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang­

Undang Hukum Acara Pidana yang saat ini telah disusun RUU

Perubahannya di Direktorat Jenderal Peraturan PerUndang-

27

ARMUS

Undangan Departemen Hukum dan HAM. Tujuannya untuk

melihat sistem pemidanaan dalam konteks juvenil/e

deliquency (kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak muda},

apakah mengatur perlakuan khusus bagi pemuda serta

bagaimana sistem yang baru mengkonstruksikan batas-batas

usia sehubungan dengan sistem pertanggungjawaban pidana,

sistem pemidanaan serta

pemenjaraan.

sistem penghukuman dan

e. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Perdata (lihat juga RUU perubahannya).

Tujuannya untuk melihat "batas usia" sesorang yang

dipandang eligible untuk melakukan perbuatan/hubungan

hukum yang terhadapnya melekat hak untuk mewakili dirinya

sendiri dalam hubungan keperdataan, termasuk mengenai

hubungan kontraktual dan kewarisan. Konsep

KUHPerdata/BW kita masih menyebutkan yang dimaksud

"dewasa" adalah termasuk siapapun yang telah menikah

tanpa melihat usia yang bersangkutan.

f. Peraturan perundang-undangan di wilayah hukum keluarga

dan hukum perkawinan. Dalam hal ini perlu juga dilihat

Kompilasi Hukum Islam, Hukum Syariah Islam yang telah

berlaku di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, sebagai dasar

pemikiran dalam menentukan batas usia "pemuda" dari sisi

keagamaan.

g. Peraturan perundangan-undangan mengenai kesejahteraan

dan jaminan sosial termasuk peraturan dalam kerangka

penanggulangan bencana alam. Perlu dicatat Indonesia telah

meratifikasi Kovenan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

28

ARMUS

h. Peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Dalam hal ini termasuk. UU No.20 Tahun 1999 tentang

Ratifikasi Konvensi ILO 138 mengenai Batas Usia Minimum

Untuk Diperbolehkan Bekerja, UU No.1 Tahun 2000 tentang

Ratifikasi Konvensi ILO 182 mengenai Pelarangan dan Bentuk­

bentuk Terburuk Kerja Anak, UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

i. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika,

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,

dan · Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan. Peraturan ini akan positif dalam mengatasi

permasalahan narkotika, psikotropika dan kesehatan di

Indonesia.

j. Peraturan di bidang perpajakan dan kepabeanan. Tujuannya

untuk mencari kemungkinan aspek pajak dan pabean

memberikan iklim kondusif bagi wirausaha yang dilakukan

oleh pemuda dan/atau organisasi pemuda. Hal mana

termasuk peraturan PerUndang-Undangan Perbankan,

Perseroan Terbatas, dan UU tentang Bank Indonesia.

Tujuannya untuk melihat kemungkinan pemberian fasilitas

kredit yang menguntungkan wirausaha pemuda, UU tentang

Persaingan Usaha, UU tentang Badan Usaha/KoperasijUKM

dan peraturan perUndang-Undangan lainnya untuk mendukung

industri dan perdagangan nasional.

k. Peraturan perundang-undangan dalam kerangka pelaksanaan

otonomi daerah, terutama UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

29

ARMUS

I. Peraturan perUndang..Undangan di bidang hak asasi manusia

akibat ratifikasi yang dilakukan oleh Indonesia terhadap

konvensi internasional di bidang hukum kemanusiaan, antara

lain International Covenant on Economic, Social and Cultural

Rights 1966, International Covenant on Civil and Political

Rights 1966 (berikut Optional Protocol to the International

Covenant on Civil and Political Rights Second Optional Protocol

to the International Covenant on Civil and Political Rights),

International Convention on the Elimination of All Forms of

Racial Discrimination, Convention on the Elimination of All

Forms of Discrimination against Women, Convention against

Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or

Punishment and Convention on the Rights of the Child.20

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Dalam Undang-Undang ini Pasal 4 yang menyatakan bahwa

pembatasan usia anak adalah 18 tahun. Usia 18 tahun dan belum

menikah masih dianggap sebagai anak dan status

kewarganegaraan Indonesia dapat ditentukan sesuai peraturan

yang berlaku.

C. Dasar Sosiologis

Pemuda merupakan bagian yang sangat penting dalam interaksi

sosial kemasyarakatan sebuah bangsa, karena pemuda sebagai

entitas yang mendobrak kevakuman-kevakuman sosial. Pemuda

ditempatkan sebagai bagian yang sangat menentukan

perkembangan sebuah masyarakat, sebuah bangsa, sebuah negara.

Sehingga prestasi dan kepeloporan pemuda akan dapat ternoda oleh

zo http://www.ohrchr.org/english/law/ccpr-death.htm

30

ARMUS

perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok pemuda

lainnya. Fenomena ini diperburuk lagi dengan proses stigmatisasi

penyakit sosial yang melunturkan kepercayaan orangtua,

masyarakat, lingkungan pada kemampuan dan integritas pemuda

yang sesungguhnya telah menjauhkan pemuda dari lingkungan.

Kemunduran nilai, moral, dan perilaku bangsa salah satunya

dicerminkan oleh pemudanya. Persoalan-persoalan sosial yang

dihadapi manusia jauh lebih kompleks karena pemuda adalah entitas

yang tengah dalam pencarian jati diri. Penyalahgunaan obat

terlarang, ki'iminalitas, tawuran, adalah cerminan perilaku pemuda

yang terjadi secara universal yang diakibatkan oleh ketimpangan,

ketidakadilan, sistem yang tidak mendukung pemenuhan kebutuhan

pemuda, yang mengakibatkan disharmoni sosial. Pemuda dipandang

secara positif apabila pemuda hidup secara normal, tidak terjangkit

penyakit sosial, berpendidikan, memiliki pekerjaan, berprestasi, dan

mampu menunjukkan kepeloporan yang berdampak positif bagi

perkembangan dan dinamika suatu masyarakat. Namun sayangnya

dibandingkan dengan pemuda dalam cengkreman masalah sosial,

jumlah pemuda yang demikian masih sangat kecil.

Krisis ekonomi yang terus berlanjut belum menunjukkan tanda­

tanda pemulihan secara menyeluruh. Sementara dampak dari krisis

tersebut bagi bangsa Indonesia antara lain telah mengakibatkan

tingginya pengangguran pemuda termasuk pemuda berpendidikan

tinggi. Seiring dengan permasalahan tersebut, rendahnya

pertumbuhan 'ekonomi nasional, meningkatkan masalah sosial di

kalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme, narkotika,

psikotropika, zat adiktif (NAPZA), dan HIV/AIDS dan kejahatan

prostitusi. Dampak globalisasi yang mengusung ragam teknologi dan ·

informasi dengan akses mudah, cepat dan murah telah menjadi isu

31

ARMUS

sentral sebagai salah satu faktor meningkatnya kriminalitas dan

degradasi moral dikalangan anak-anak muda.

1. Psikopolitik

Yang dimaksud Psikopolitik Masyarakat adalah suatu kondisi

nyata di dalam masyarakat tentang tingkat penerimaan

(acceptance) atau tingkat penolakan ('resistance) terhadap suatu

peraturan perUndang-Undangan apabila telah memenuhi

kebutuhan hukum masyarakat yang dalam pembuatannya turut

mengikutsertakan masyarakat. Keikutsertaan masyarakat dalam

pembuatan produk hukum akan membangun akseptan dan

mereduksi serendah mungkin tingkat resistensinya adalah

menjadi Undang-Undang yang ideal, apabila keikutsertaan

masyarakat dalam proses pembentukannya menjadi faktor

penyeimbang dengan komponen pembuat hukum lainnya.

Resistensi terhadap penataan hukum mengenai kepemudaan

tidak diharapkan dari masyarkat. Namun demikian, upaya

mereduksi resistensi tersebut perlu dilakukan dengan melibatkan

semua elemen masyarakat, organisasi masyarakat, organisasi

pemuda dalam proses pembentukan Undang-Undang

Kepemudaan guna menghindari anggapan bahwa rezim hukum

kepemudaan akan memasung kebebasan pemuda untuk

mengembangkan potensinya. Hal tersebut perlu diakomodasi di

dalam Undang-Undang ini sebagai jaminan adanya kepastian

hukum bagi aktualisasi pemuda dalam ketegori sosial · dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan

demikian dalam konteks menghadapi kemungkinan resistensi

masyarakat terhadap RUU. tentang Kepemudaan perlu adanya

gerakan sosialisasi yang terus menerus di semua lapisan

32

ARMUS

masyarakat, agar masyarakat dapat memahami urgensi

pengaturan kepemudaan diatur oleh suatu Undang-Undang.

2. Ekonomi

Berlakunya sistem pasar bebas dalam kerangka ASEAN -

AFTA, NAFTA, Masyarakat Ekonomi Eropa, dan Organisasi

Perdagangan lnternasional (World Trade ()rganization) perlu

mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan kemampuan

daya saing dan produktifitas domestik untuk dapat mengambil

manfaat sebesar-besarnya dalam percaturan dunia.

Produktifitas negara sangat ditentukan oleh sumber daya

manusia negara bersangki.Jtan khususnya didalam mengelola

sumber daya alam yang dimilikinya sebagai sumber peningkatan

perekonomian negara. Generasi muda merupakan kelompok

masyarakat dengan tingkat produktifitas tinggi untuk berkarya,

berkreasi, berinovasi dalam pembangunan, termasuk mendorong

program dan kegiatan pembangunan perekonomian nasional.

Energi pemuda merupakan tenaga kerja potensial dengan

kapasitas fisik, psikis, dan mental sebagai pembaharu, kuat,

cerdas, energik dan dimanis, untuk menciptakan iklim ekonomi

nasional yang kompetitif.

Undang-Undang tentang Kepemudaan akan mendorong

lahirnya pemuda-pemuda dengan jiwa kewirausahaan yang kuat

dengan dukungan kebijakan ekonomi yang kondusif.

33

ARMUS

BAB Ill

REALITAS PROBLEMATIKA KEPEMUDAAN DAN KERANGKA KEBIJAKAN

A. Realitas Problematika Kepemudaan

Pembangunan bidang kepemudaan di tanah air memang

membutuhkan perhatian yang serius dalam proses pembangunan.

Hal ini didasari kenyataan bahwa pemuda memiliki peran positif bagi

bangsa dan negara. Peranannya itu sendiri diwujudkan dalam bentuk

pemikiran (ide/gagasan) .dan tindakan yang selalu tidak memihak

(independen) serta mengutamakan nilai-nilai ideal. Potensi yang

dimiliki oleh pemuda itu, semakin diperkuat dengan potensi kuantitas

pemuda yang ada di Indonesia. Karena, berdasarkan data SUSENAS

tahun 2006, jumlah pemuda Indonesia tahun 2006 mencapai 80,Sjuta jiwa

atau 36,4 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, derigan perincian

40,1 juta jiwa pemuda laki-laki dan 40,7 juta pemuda perempuan. Suatu

jumlah jumlah yang cukup besar dalam populasi masyarakat

Indonesia.

Untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional, pemuda

membutuhkan akses terhadap pendidikan dan kehidupan yang layak.

Kenyataan menunjukkan bahwa masih terdapat berbagai

permasalahan yang membatasi akses pemuda terhadap pendidikan.

Data SUSENAS tahun 2006 menunjukkan persentase akses pemuda

terhadap pendidikan (Lihat Tabel 1. Persentase. Pemuda Menurut

Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin,

Tahun 2006).

Berikut ini adalah gambaran permasalahan pemuda Indonesia

yang ditinjau dari tiga dimensi yang membentuk HDI (Human

Development Index), yaitu dimensi pendidikan, dimensi ekonomi

(ketenagakerjaan) dan dimensi kesehatan.

34

i. ARMUS

1. Jumlah Pemuda

Menurut data SUSENAS Talmn 2006, jumlah pemuda

Indonesia pada tahun 2006 mencapal 80JU7.316 juta jiwa atau

ya!tu 36,4 persen dar! jumlah penduduk Indonesia. Ha! lni

menandakan pemuda secam kuanmas merupak2m ke!ompok

masyarakat potens!a! untuk diberdayakan dalarn rangk:a

berpartislpasi d! pembang;unan nasiona!. Komposisi jum!ah

pemuda !tu dapat diklaslfikaslkan menurut jenis kelamin yaltu

40,1 juta jlwa pemuda !ak!-iak! dan 40,7 juta jiwa pemuda

pernmpuan (Lihat Tabel 2. Jumlah Pemuda Menurut Propinsi dan

Jenis Kelamin, 2006).

Besarnya jumlah pemuda adalah sebuah isu strategis,

maksudnya apabila isu ini dapat dikelola dengan baik ia akan

mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa dan

peningkatan daya saing nasional secara keseluruhan. Namun,

apabila isu ini tidak dapat dikelola dengan baik, maka jumlah

pemuda yang besar itu tidak akan mendatangkan manfaat apa­

apa bagi bangsa Indonesia, bahkan akan mengundang berbagai

permasalahan bangsa yang semakin kompleks.

2. Distribusi Pemuda

Memperhatikan stratifikasi usia pemuda dapat dikatakan

pemuda merupakan kelompok usia produktif (Lihat Tabel 3.

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal,

2006). Artinya, mereka adalah kelompok masyarakat yang

memiliki potensi, semangat, dan tenaga serta kemampuan (skill)

dalam bekerja. Distribusi pemuda sebagai kelompok usia

produktif hampir merata antara kota dengan desa. Dengan

demikian, menjadi tanggungjawab pemerintah, pemerintah

35

ARMUS

daerah, dan masyarakat untuk memberdayakan potensi yang

dimiliki pemuda baik di desa maupun di kota.

3. Tingkat Pendidikan

Dltlnjau darl daemh tempat t!nggaJ, tampak bal1w:a persentase

pemuda berpendldikan tlnggi di pedesaan !ebih keel! d:aripada

persentase pemuda yang di perkotaan (8,5 persen

berbandlng 1,8 persen). Sementar:a pemuda tidak berljazah,

persentasii:H1ya leb!h tinggi di pedesaan dibanding perkotazm (12,6

persen berbanding 4,8 persen), (Lihat Tabel 4. Persentase

Pemuda Menurut Tempat Tinggal dan ljazah yang Dimiliki, 2006)

· Tingkat pendidikan ini setidaknya akan mempengaruhi

kemampuan pemuda dalam menganalisa dan mengembangkan

kreativitas dalam menghadapi berbagai persoalan.

4. Ketenagakerjaan

Berdasarkan data diketahui distribusi pemuda yang ·bekerja

lebih banyak di perkotaan (Lihat Tabel 5. Perkembangan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda Menurut Tipe Daerah, Tahun

2004-2006). Berbagai lapangan usaha yang dapat dilakukan oleh

pemuda seperti perdagangan, industri, jasa memang lebih banyak

tersedia di kota ketimbang di desa. Sedangkan khusus untuk

pertanian, memang lebih mungkin dilakukan di pedesaan. Hal ini

disebabkan ketersediaan lahan untuk pertanian, lebih banyak

dijumpai di pedesaan.

T!ngkat pengangguran terbuka menunjukkan besaran

penduduk yang memeriukan pekerjaan tetapi tldak terserap

dalam lapangan pekerjaan yang tersedia. (Lihat Tabel 6. Tingkat

Pe.ngangguran Terbuka Pemuda Menurut Jenis Kelamin dan

Wilayah Perkotaan/Pedesaan per Propinsi, Tahun 2006). Angka

. 36

ARMUS

pengangguran terbuka d! perkotaan sebesar · 20,8 persen, !eb!h

besar daripada angka pengangguran terbuka di pedesaan sebesar

:l.5,2 persen. Sejalan dengan angka naslona!, angha

pengangguran terbuka per propinsi juga memmjukkan bahwa

angka penga11€;i;;uri:.w1 terbuka di perkotaan lebih besar ciaripada di

pedesaan. Rea!itas memer!uksm keseriusan Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyamkat 1.mtuk menangani masa!ah

pengangguran pemuda.

5. Kesehatan

Data status kesehatan pemuda memberikan gambarzm

mengenai kondis! kesehatan pemuda yang dapat dmhat me!alui

ind!kator angka kesak!tan. Angka lni menyatakzm pernentase

pemuda yang menga!ami gangguan kesehatan hingga terganggu

akfrv!tas sehar!~hari. Pada tahun 2006 pemuda yang mengalami

gangguan ke!uhan kesehatan sebesar 11,6 perseni dengan angka

kes~kitan perempuan sedikit !ebih tinggi 0,9 poin dari zmgka

kesakitan !akHakL (Lihat Tabel 7. Angka Kesakitan Pemuda per

Pulau, Tahun 2006).

·B. KERANGKA KEBIJAKAN

1. Usia Pemuda

Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mendefinisikan pemuda

sebagai periode transisi antara anak-anak dan dewasa (Youth

generally refers to transition period from childhood to adulthood).

Ketentuan rentang usia pemuda disesuaikan pada situasi dan

kondisi masing-masing negara (Lihat Tabel 8. Perbandingan

Definisi Rentang Usia Berbagai Negara di PBB). Namun, rentang

usia yang direkomendasikan PBB adalah 15 sampai 24 tahun.

37

ARMUS

Berbagai pertemuan di tingkat regional maupun internasional

yang membahas masalah kepemudaan, secara umum

memberikan arahan tentang batasan umur pemuda (Lihat Tabel

9. Batasan Usia Pemuda dalam Berbagai Kegiatan Regional dan

lnternasional).

Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang tentang Perlindungan

Anak yang mengatur batas usia anak yakni 0 sampai 18 tahun,

maka diperlukan penyesuaian tentang usia pemuda. Dalam

naskah akademik ini, batas usia pemuda ada!ah 18 sampai 35

tahun.

2. Perlindungan, Pemberdayaan, dan Pengembangan

Sebagian besar ahli ekonomi pembangunan termasuk Eric A.

Hanushek dalam paper prepared for the Education for All Global

Monitoring Report yang berjudul Econo~ic Analysis of School

Quality (April 2004) sependapat bahwa langkah, karakter dan

keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh

kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Manusia adalah

faktor produksi aktif yang mampu melaksanakan pembangunan,

mengumpulkan dan mengelola modal serta mengelola sumber

daya alam. Hanushek bahkan menyatakan bahwa negara yang

tidak mampu mengembangkan sumber daya manusia yang

dimilikinya tidak akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran negaranya.21

Seiring dengan berkembangnya globalisasi dan sistem

perdagangan bebas antar negara, isu mengenai kualitas sumber

daya manusia (SOM) kembali mencuat ke permukaan. Sistem

perdagangan bebas ini dikuatirkan oleh banyak negara, terutama

21 Makalah ini dipresentasikan dalam The Education for All Global Monitoring Report sebagai latar belakang informasi untuk laporan The EFA Global Monitoring Report atau pada UNESCO. Lebih lanjut dapat dikonfirmasi pada [email protected]

38

ARMUS

negara-negara berkembang, akan menimbulkan persaingan yang

tidak seimbang diantara setiap negara. Negara yang tidak mampu

memproduksi komoditi dengan kualitas yang lebih baik dan

harga yang lebih murah akan tersingkir dari persaingan global.

Pemuda, yaitu kelompok penduduk yang berusia 18 sampai

35 tahun, merupakan SOM yang paling potensial ditinjau dari

aspek produktivitas maupun aspek kuantitasnya. Partisipasi

pemuda dalam pembangunan nasional menjadi salah satu faktor

penting yang menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pembangunan nasional. Partisipasi yang rendah dari pemuda

akan berakibat pada tidak tercapainya tujuan pembangunan

nasional.

Sebaliknya jika pemuda berpartisipasi aktif dalam

pembangunan nasionc;il, maka upaya bangsa Indonesia untuk

bangkit dari krisis multidimensi dapat segera terlaksana.

Signifikannya peran serta pemuda dalam mempengaruhi

pencapaian tujuan pembangunan nasional sangat terkait erat

dengan besarnya populasi pemuda Indonesia yang mencapai 70

jutajiwa.

Diperlukan kebijakan yang sistematis dan berkelanjutan di

bidang pembangunan kepemudaan untuk meningkatkan kualitas

pemuda, sehingga segenap potensi yang dimiliki pemuda dapat

menopang partisipasi dan produktivitasnya dalam pembangunan

·nasional. Ada tiga kerangka kebijakan yang akan digutirkan untuk

menggerakkan pembangunan di bidang kepemudaan, yaitu:

Pertama, kebijakan perlindungan. Potensi setiap pemuda

Indonesia harus dilindungi dari berbagai faktor destruktif,

misalnya penyalahgunaan narkotika, pergaulan seks bebas, dan

39

ARMUS

berbagai tindakan destruktif akibat berbagai pengaruh

perubahan lingkungan domestik maupun global.

Upaya perlindungan ditempuh dengan menumbuhkan

imunitas pemuda terhadap berbagai pengaruh destruktif. Dal am

konteks ini, pendidikan berperan dominan dalam meningkatkan

imunitas pemuda. Namun ironisnya, Angka Partisipasi Sekolah

(APS) di kalangan pemuda masih rendah (Lihat Tabel 10.

Partisipasi Sekolah Pemuda Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2006).

Data inl menunjukkan, terdapat 1,8 persen pemuda yang

tidak/belum seko!ah, 16,2 persen pemuda mas!h duduk dl

bangku seko!ah, dan 82,0 persen t!dak bersekoiah lagi.

Dampak dari rendahnya APS mengakibatkan banyak pemuda

yang tidak memillkJ !munitas terhadap berbagai faktor destrnktif

dad giobal!sasL

Salah satu penyebab rendahnya APS adalah keterbatasan

daya jangkau pendidikan formal untuk menyelenggarakan

pendidikan sepanjang hayat. Guna mengatasi keterbatasan ini

peran dari pendidikan nonformal menjadi sangat penting.

Menurut UU SISDIKNAS (Pasal 26 ayat 1) bahwa fungsi dari

pendidikan nonformal adalah sebagai pengganti, penambah

dan/atau pelengkap pendidikan formal, sebagai solusi untuk

membangun imunitas di kalangan pemuda. Hal ini dilakukan

melalui pendidikan keagamaan dan budi pekerti serta pendidikan

kewarganegaraan dan bela negara yang mana satuan pendidikan

berupa lembaga kursus, lembaga pelatihan, majelis taklim, pusat

kegiatan belajar dan satuan pendidikan lain yang sejenis.

Kedua, kebijakan pemberdayaan. Pemberdayaan pemuda

adalah upaya transformatif untuk mengubah segenap potensi

positif (minat dan bakat) yang dimiliki pemuda menjadi wawasan,

40

ARMUS

keterampilan dan kompetensi agar mampu mandiri secara sosial

dan ekonomi, serta meningkatkan partisipasinya dalam

pembangunan nasional.

Menurut data SUSENAS tahun 2006, Partisipas1

Angkatan Kerja (TPAK) pemuda tlngkat naslona! 62,7

persen sedang pada tingkat propinsl berkisar antarn 55,2

sampai 75,1 persen. Jika membandlngkan antara TPAK !akl~!ak!

clan TPAK perempmm, maka TPAK lakHakl tampak lebih besar

daripada TPAK perempuan, Pada tingkat nasional, TP.~K laki-!aki

sebesar 79,1 persen dan perempuan 46,S persen. Ha! tersebut

menunjukkan bahwa aktivitas !akHaki daiam kegiatan ekonomi

iebih tinggi darlpada perempuan, Faktor sosia! budaya bahwa laki­

!akl mempunay! tanggung Jawab yang !ebih bes:ar daripada

perempuan terhadap kebutuhan ekonomi rnmah tangga masih

sangat melekat pada kehidupan pemuda Indonesia.

Selain upaya pemberdayaan pemuda dari aspek ekonomi,

pemberdayaan dari aspek sosial perlu mendapat perhatian serius.

Meskipun tingkat partisipasi pemuda daiam kegiatan sosia!

kemasyarakatan mencapai angka 69,1 persen, dengan perim::ian

tingkat partisipasi pemuda perk.otaan sebesar 2fM~ persen dzm

di pedesazm sebesar 35,3 persen (Lihat Tabel 11. Persentase

Pemuda yang Berperan Serta dalam Kegiatan Sosial

Kemasyarakatan Menurut Wilayah · dan Jenis Kelamin, Tahun

2006). Namun, mengingat banyaknya masalah sosial yang

mendesak di tengah bangsa Indonesia maka upaya peningkatan

partisipasi pemuda dalam penyelesaian masalah sosial perlu

terus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.

Realitas sosial dan ekonomi di kalangan pemuda ini menuntut

perlunya berbagai kebijakan pemberdayaan pemuda melalui

pengembangan sentra pemberdayaan pemuda, peningkatan

41

ARMUS

kegiatan ekonomi pemuda, pelatihan pemuda melalui pusat­

pusat pendidikan dan pelatihan pemuda dan melalui

pengembangan berbagai pelatihan yang memacu tingkat

kreativitas di kalangan pemuda.

Untuk meningkatkan upaya pemberdayaan pemuda secara

sistematis dan berkelanjutan maka Pemerintah dan Pemerintah

daerah harus membangun kerja sama yang sinergis untuk

mewujudkan koherensi antara kebijakan tingkat nasional dengan

kebijakan tingkat daerah, sehingga jumlah pemuda yang madiri

secara sosial dan ekonomi semakin meningkat.

Ketiga, kebijakan pengembangan. Jika arah dari kebijakan

pemberdayaan pemuda adalah melakukan upaya transformatif

menuju pemuda yang mandiri secara sosial dan ekonomi, maka

arah kebijakan pengembangan pemuda lebih menitikberatkan

pada munculnya peran kepeloporan pemuda dalam dimensi

kepemimpinan dan dimensi kewirausahaan.

Kompleksnya permasalahan kemasyarakatan yang dialami

bangsa Indonesia membutuhkan peran kepemimpinan pemuda

untuk berpartisipasi dalam menyelesaikannya. Banyak daerah

yang berpotensi terkena bencana, daerah-daerah yang

menyimpan potensi konflik horizontal dan persoalan daerah

perbatasan membutuhkan peningkatan kesejahteraan dan

keamanan. Semua persoalan tersebut membutuhkan peran

, kepemimpinan pemuda untuk mewujudkannya.

Untuk keluar dari krisis ekonomi yang dialami bangsa

Indonesia sejak tahun 1997, maka pemuda harus ditempatkan

sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalah

tersebut. Memunculkan wirausahawan baru merupakan kebijakan

yang harus ditempuh dengan mengeluarkan berbagai instrumen

42

ARMUS

kebijakan yang memudahkan tumbuhnya wirausahawan muda.

Saat ini jumlah pemuda yang menjadi wirausahawan amatlah

sedikit, jadi wajar saja jika tingkat pengangguran dikalangan

pemuda juga tinggi.

Untuk melahirkan jumlah wirausahawan muda dalam jumlah

dan kualitas yang memadai, maka harus dibangun sentra-sentra

kewirausahaan pemuda. Melalui sentra ini, maka para pengusaha

muda dapat bertemu dengan para pemangku kepentingan

(stakeholder) yang diharapkan dapat memberikan akselerasi bagi

kemandirian usahanya.

Para pemangku kepentingan itu adalah para wirausahawan

senior yang dapat menjadi mentor yang akan membimbingnya

selama melalui tahap-tahap awal perintisan usaha dan

bagaimana mengelola peluang usaha sebaik-baiknya (business

mentor), lembaga-lembaga keuangan (swasta dan pemerintah)

yang dapat memberikan bantuan modal, serta pemerintah yang

memberikan berbagai dukungan regulasi yang kondusif.

3. Sarana dan Prasarana Pembangunan Kepemudaan

Untuk menggerakkan pembangunan di bidang kepemudaan

diperlukan pengelolaan yang tepat serta perlindungan hukum

yang memadai terhadap sarana dan prasarana kepemudaan.

Kedua hal tersebut, efektfitas pengelolaan dan perlindungan

hukum adalah dua hal yang harus diatur sebaik-baiknya oleh

pemerintah.

43

ARMUS

BAB IV

RUANG LINGKUP PENGATURAN DALAM RUU TENTANG KEPEMUDAAN

Beragamnya interpretasi masyarakat mengenai kepemudaan,

membawa konsekuensi perlunya penetapan yang jelas dan tegas

tentang batasan atau defenisi tentang pemuda, kepemudaan, organisasi

kepemudaan, dan pembangunan kepemudaan. Pembatasan ini secara

substansial memang diperlukan agar mampu memberikan kepastian

hukum tentang siapa yang dimaksud dengan pemuda, hak dan

kewajibannya, aktivitas yang dilakukannya baik secara pribadi

(perseorangan) maupun interaksi sosial (kehidupan bermasyarakat)

termasuk dalam berorganisasi.

Ruang lingkup pengaturan dalam RUU tentang Kepemudaan

mencakup:

A. Ketentuan Umum

1. Kepemudaan adalah segala hal ihwal mengenai dan yang

berhubungan dengan eksistensi, aktivitas dan cita-cita pemuda.

2. Pembangunan kepemudaan adalah proses membangun potensi

kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan pemuda yang

meliputi penataan, perlindungan, pemberdayaan, pengembangan,

kemitraan, pemberian penghargaan, secara terencana, terpadu,

terarah, dan berkelanjutan.

3. Pemuda adalah orang yang berusia 18 (delapan belas) sampai

dengan 35 (tiga puluh lima) tahun.

4. Organisasi kepemudaan adalah organisasijlembaga sosial

kemasyarakatan pemuda yang dibentuk dengan tujuan untuk

melindungi, memberdayakan, dan mengembangkan pemuda.

44

ARMUS

5. Penghargaan adalah pengakuan atas prestasi dan/atau jasa

dalam menyelenggarakan perlindungan, pemberdayaan, dan

pengembangan kepemudaan yang diwujudkan dalam bentuk

material dan/atau nonmaterial.

6. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah.

8. Menteri adalah menteri yang bertanggungjawab dalam bidang

kepemudaan.

9. Setiap orang adalah seseorang, orang perseorangan, kelompok

orang, atau badan hukum.

10. Pemberdayaan pemuda adalah upaya yang dilakukan dalam

rangka mengubah kondisi pemuda kearah kondisi yang lebih baik.

11. Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah upaya yang

dilakukan untuk menumbuhkembangkan potensi kepemimpinan

pemuda.

12. Pengembangan kewirausahaan pemuda adalah upaya sistematis

yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan potensi

kewirausahaan pemuda.

13. Pengembangan kepeloporan pemuda adalah upaya yang

dilakukan untuk menumbuhkembangkan potensi kepeloporan

pemuda.

14. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non

pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam

bidang kepemudaan.

45

ARMUS

B. Asas, Fungsi, dan Tujuan

1. Asas

Pembangi.man kepemudaan diselenggarakan berasaskzm:

ketuhanan, kemam..isiaan, kebangsaan, kebhinekaan, demokratis,

keadilani partisipatif, clan kemandlrian.

2. Fungsi

Pembangunan kepemudaan berfungsi melindungi,

memberdayakan dan mengembangkan potensi pemuda dalam

segala aspek kehidupan untuk melanjutkan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

3. Tujuan

Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk membentuk

pemuda yang berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, mandiri,

demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing, berjiwa

kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan yang dilandasi

iman dan takwa.

C. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Pembangunan nasional kepemudaan mutlak memerlukan payung

hukum berupa Undang-Undang yang materinya mencakup ,perihal

tugas, wewenang, dan tanggung jawab, yang selanjutnya diatur

sebagai berikut:

46

ARMUS

1. Tugas

a. Pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan

melaksanakan kebijakan secara nasional mengenai

pembangunan kepemudaan.

b. Pemerintah daerah mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan nasional dan mengoordinasikan pembangunan

kepemudaan di daerah.

2. Wewenang

a. Pemerintah mempunyai kewenangan secara nasional

untuk menyelenggarakan pembangunan kepemudaan.

b. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan · untuk

menyelenggarakan pembangunan kepemudaan di daerah.

3. Tanggung Jawab

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung

jawab melindungi, memberdayakan, dan mengembangkan

pemuda dalam segala bidang pembangunan nasional.

Untuk menjalankan tugas~ wewenang clan tanggung jawab

sebagalmana d!maksud dalam Pasa! 9, Pasal 10, Pasa! 11, Pasal

12, Pasa! :13, dan Pasa! 14, Menter! dapat me!akukan koorcHnas!

dengan instans! terka!t.

D. Perlindungan, Pemberdayaan, dan Pengembangan

Sebagai aset (potensi) sosial terbesar bangsa, dan dari perspektif

social category, pemuda mutlak memerlukan perlindungan,

. pemberdayaan, dan pengembangan berkait dengan kiprah dan

eksistensinya.

47

ARMUS

1. Perlindungan

Sebagaimana perintah konstitusi (UUD 1945), setiap warga

negara memang berhak memperoleh perlindungan dari negara.

Dengan demikian, pemuda sebagai bagian inherent dari warga

negara berhak pula mendapatkan perlindungan dari negara. UU

tentang Kepemudaan sebagai payung hukum pembangunan

kepemudaan dengan demikian wajib memberikan ruang

perlindungan secara memadai demi terjaminnya eksistensi

pemuda. Lebih dari itu, potensi pemuda secara kuantitatif dan

kualitatif memang tidak dapat diabaikan. Pemerintah dan

pemerintah daerah wajib memberikan perlindungan kepada

keikutsertaan pemuda dalam pembangunan dan dari pengaruh

destruktif perubahan lingkungan domestik dan global, yang

diwujudkan antara lain melalui penumbuhan kesadaran mengenai

hak dan kewajiban pemuda, peningkatan wawasan ilmu

pengetahuan dan teknologi, penyelenggaraan rehabilitasi

pemuda, penyelenggaraan regenerasi di semua aspek kehidupan,

pendidikan agama dan bu di pekerti, pendidikan

kewarganegaraan, pendidikan kecakapan hidup, penumbuhan

kesadaran bela negara, dan kegiatan sejenis lainnya.

2. Pemberdayaan

Sebagai potensi sosial bangsa .yang strategis, keberadaan

pemuda mesti memperoleh atensi serius dari negara. Dalam

dimensi paradigmatik pemuda sebagai kategori sosial, sudah

semestinya pemuda memperoleh ruang apresiasi diri yang

memadai melalui program pemberdayaan secara sistemik. Oleh

karena itu, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

sudah semestinya memiliki tanggungjawab atas pemberdayaan

pemuda terkait dengan aspek wawasan, potensi, minat, bakat,

kreativitas, keterampilan, kompetensi, dan profesi pemuda.

48

ARMUS

Sehubungan dengan itu, Pemerintah dan pemerintah daerah

dalam menetapkan kebijakan pemberdayaan pemuda sekurang­

kurangnya meliputi: pengembangan sentra pemberdayaan

pemuda, pengembangan kewirausahaan pemuda, kegiatan usaha

ekonomi pemuda, pusat pendidikan dan pelatihan kepemimpinan

pemuda, dan media kreativitas pemuda lainnya, dilaksanakan

sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah yang sejalan

dengan arah pembangunan nasional.

3. Pengembangan

Guna menjaga koherensi konsepsi dan strategi pembangunan

kepemudaan, maka aspek perlindungan dan pemberdayaan

pemuda semestinya ditindaklanjuti dengan aspek

pengembangan. Dimensi pengembangan pemuda hendaknya

mencakup potensi individual dan potensi sosial yang dimiliki

pemuda, antara lain mencakup:

a. Pengembangan Kepemimpinan

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung

jawab atas pengembangan kepemimpinan pemuda, yang

dilakukan melalui seleksi, pelatihan, pemagangan,

pembimbingan, dan pendampingan, serta evaluasi, dengan

mengikutsertakan organisasi pemuda atau kelompok pemuda.

b. Pengembangan Kewirausahaan

a) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat

melaksanakan dan bertanggung jawab atas

pengembangan kewirausahaan pemuda., dengan

memperhatikan karakteristik dan kebutuhan daerah yang

sejalan dengan arah pembangunan nasional.

49

ARMUS

b) Pengembangan kewirausahaan pemuda dilakukan secara

individual atau kelompok melalui seleksi, pelatihan,

pemagangan, pembimbingan, dan pendampingan.

c) Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi

pengembangan kewirausahaan pemuda secara

berkelanjutan, dan dapat dilakukan bekerjasama dengan

masyarakat.

d) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat

membentuk dan mengembangkan sentra-sentra

kewirausahaan pemuda pada tingkat nasional dan daerah.

c. Pengembangan Kepeloporan

a) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

bertanggung jawab atas pengembangan kepeloporan

pemuda, dengan memperhatikan karakteristik dan

kebutuhan daerah yang sejalan dengan arah

pembangunan nasional.

. b) Pengembangan kepeloporan pemuda dapat dilaksanakan

oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

c) Pengembangan kepeloporan pemuda diarahkan kepada ·

pembentukan integritas kepribadian dan pengembangan

kapasitas diri.

d) Pemerintah dan

pengembangan

berkelanjutan.

pemerintah

kepeloporan

daerah memfasilitasi

pemuda secara

e) Pengembangan kepeloporan dapat dilakukan melalui

pelatihan, pemagangan, pembimbingan, dan

pendampingan.

50

ARMUS

E. Prasarana Pembangunan Kepemudaan

Pembangunan kepemudaan haruslah ditopang oleh ketersediaan

prasarana yang layak. Dalam konteks pengadaan prasarana yang

layak maka pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan

prasarana pembangunan kepemudaan. Prasarana pembangunan

kepemudaan dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perUndang­

Undangan yang mengatur mengenai tata ruang atau tata kota.

Di dalam wilayah yang telah terdapat tempat atau bangunan

prasarana pembangunan kepemudaan maka pemerintah dan

pemerintah daerah wajib mempertahankan keberadaan dan

eksistensi tempat atau bangunan tersebut. Prasarana pembangunan

kepemudaan yang telah menjadi aset;milik pemerintah atau

pemerintah daerah tidak boleh ditiadakan dan/atau dialihfungsikan

oleh setiap orang tanpa persetujuan/ijin Menteri dan atau

persetujuan/ijin dari yang berwenang sesuai dengan peraturan

perUndang-Undangan.

Namun bila terdapat pengembangan tata ruang atau tata kota

yang mengakibatkan tempat atau bangunan tersebut dianggap tidak

layak lagi, maka Pemerintah atau Pemerintah daerah dapat

.memindahkahkan ke tempat yang lebih strategis dengan terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan dari Menteri jika tempat tersebut

bersifat nasional dan berada di ibukota atau terlebih dahulu

mendapat persetujuan dari Gubernur jika tempat tersebut berada di

Provinsi atau Kabupaten/Kota.

F. Organisasi Kepemudaan

Organisasi kepemudaan dibentuk dengan prinsip-prinsip .

mendukung kepentingan nasional, memberdayakan potensi,

mengembangkan kepemimpinan, kemandirian, dan kepeloporan,

51

ARMUS

serta membangun jiwa kewirausahaan pemuda. Organisasi

kepemudaan dapat dibentuk berdasarkan kesamaan profesi, minat,

atau kepentingan yang tidak bertentangan dengan peraturan

perUndang-Undangan, agama dan susila serta ketertiban umum.

Untuk itu, standar nasional organisasi kepemudaan harus ditetapkan

demi mewujudkan tertib administrasi organisasi kepemudaan yang

akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Berkorelasi dengan hak-hak berserikat dan mengeluarkan

pendapat yang dijamin oleh konstitusi, setiap organisasi kepemudaan

dapat berhimpun dalam suatu komite nasional pemuda, yang dapat

mewakili pemuda Indonesia dalam pergaulan organisasi

kepemudaan internasional. Komite nasional · pemuda wajib

mempunyai kode etik kepemudaan yang ditetapkan secara bersama­

sama oleh semua jenis organisasi kepemudaan yang berhimpun di

dalamnya.

G. Kemitraan

Kemitraan secara prinsip akan menjamin lahirnya sinergitas

dalam pembangunan kepemudaan. Untuk itu, Pemerintah,

pemerintah daerah, dan organisasi kepemudaan dapat

melaksanakan kemitraan dengan memperhatikan prinsip kesetaraan

dan sating menguntungkan dalam pembangunan · kepemudaan.

Kemitraan pembangunan kepemudaan dapat dilakukan pada tingkat

daerah, nasional, dan. internasional. Pemerintah dan pemerintah

daerah dapat memtasilitasi terselenggaranya kemitraan secara

sinergis antara pemuda dan/atau organisasi kepemudaan dengan

pelaku usaha, baik sektor swasta maupun sektor publik.

Pemuda dan/atau organisasi kepemudaan secara sendiri-sendiri

atau bersama-sama melakukan upaya dalam rangka

52

ARMUS

mengembangkan semangat kebersamaan, gotong-royong,

kesetiakawanan sosial serta persatuan dan kesatuan bangsa.

H. Penghargaan

Setiap organisasi pemuda, organisasi kemasyarakatan, lembaga

swadaya masyarakat, lembaga pemerintahan, badan usaha, dan

perseorangan yang berjasa dan/atau berprestasi dalam memajukan

potensi kepemudaan, diberi penghargaan. Penghargaan dapat

diberikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, lembaga

kepemudaan, lembaga/ organisasi lain, dan/atau perseorangan.

Bentuk, jenis, dan tata cara pemberian penghargaan diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Menteri.

I. Pendanaan

Pembangunan kepemudaan memerlukan pendanaan yang

menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Sumber pendanaan diperoleh dari pemerintah,

pemerintah daerah, dan sumber-sumber lain yang sah berdasarkan

peratu ran perUndang-Undangan.

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan

an~aran untuk pembangunan kepemudaan melalui anggaran

pendapatan dan belanja negara, dan anggaran pendapatan dan

belanja daerah. Dana pembangunan kepemudaan yang dialokasikan

dari Pemerintah dan pemerintah daerah dapat diberikan dalam

bentuk hibah sesuai peraturan perUndang-Undangan.

Pengelolaan dana pembangunan kepemudaan dilakukan

berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan

akuntabilitas publik.

53

ARMUS

J. Ketentuan Penutup

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan

perUndang-Undangan yang berkaitan dengan bidang kepemudaan

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum

diganti berdasarkan Undang-Undang ini.

Semua peraturan yang diperlukan untuk melaksanakan Undang­

Undang ini harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung

sejak Undang-Undang ini diundangkan. Undang-Undang ini berlaku

pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

54

ARMUS

BABV

PENUTUP

Setelah melalui pengkajian yang mendalam secara komprehensif

integral baik yang dilakukan dengan kalangan akademisi, instansi

pemerintahan terkait, lembaga-lembaga kepemudaan, serta komponen

masyarakat lainnya, maka naskah akademik ini merekomendasikan ·

untuk disusun suatu Undang Undang tentang Kepemudaan.

Masukan, usulan, dan kritikan dari stakeholder (pemangku

kepentingan), digunakan sebagai bahan penyempurnaan terhadap

Naskah Akademik ini maupun Rancangan Undang-Undang tentang

Kepemudaan. Penelaahan secara komprehensif disesuaikan dengan

kebutuhan pemuda secara . nasional yang juga mengacu kepada

kebutuhan dan perkembangan bidang kepemudaan di dunia

lnternasional yang keseluruhannya mengarah kepada diperlukannya

payung hukum berupa Undang-Undang tentang Kepemudaan, dimana

Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Kepemudaan ini

menjadi dasar argumentatif rasional dalam penyusunan Undang-Undang

tentang Kepemudaan.

Naskah Akademik ini berisi landasan-landasan ilmiah dan. didukung

oleh peraturan perUndang-Undangan yang berlaku di Indonesia serta

kesepakatan internasional. Undang-Undang tentang Kepemudaan

sangat membantu untuk melindungi, memberdayakan, dan

mengembangkan potensi pemuda dalam berbagai bidang

pembangunan.

Pada saat ini pemuda berusla 18-35 tahun berjuml:ah sekitar 80,8

jut:a atau 36,4 persen d:ari total jumlah penduduk Indonesia (Susenas

2006), dan sebagian besar hidup digasris kemiskinan, dari jumlah

pemuda tersebut berada dalam kategori masalah sosial, diantaranya

55

ARMUS

pengangguran dalam usia produktif, kemiskinan, dan rentan terhadap

putus sekolah. Dalam dalam konteks persaingan internasional (global)

pemuda Indonesia belum cukup mampu menunjukkan pretasinya. Oleh

karena itu, Undang-Undang tentang Kepemudaan diharapkan mampu

memberikan legitimasi dan keleluasaan untuk mengeskplorasi potensi

pemuda dalam berbagai bidang pembangunan.

Pemuda juga diharapkan mampu menjadi generasi penerus yang

unggul dalam melanjutkan estafet kepemimpinan nasional dan

internasional. Pemuda yang berkualitas akan dapat menjalankan

perubahan bangsa Indonesia yang lebih baik. Pemuda merupakan

cerminan perubahan dari masa ke masa yang telah dicontohkan pada

perjuangan kemerdekaan Negara dan perjuangan setelah kemerdekaan

dengan mengisi program-program pembangunan Indonesia.

Atas dasar landasan yuridis dan ilmiah, sebagaimana yang telah

diuraikan di dalam Naskah Akademik, maka diperlukan penyusunan

Undang-Undang tentang Kepemudaan dalam rangka mempercepat

pembangunan kepemudaan di Indonesia.

56

ARMUS

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tabe/ 1. Persentase Pemuda Menurut Tingkat Pendidikan Tertingg; yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun 2006

Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

PT 4,6 5,2 4,9

SMA 28,9 25,3 27,1

SMP 28,9 28,3 28,5

SD 29,1 31,7 30,4

Tidak Berijazah 8,5 9,5 9,0

Sumber: SUSENAS 2006

Tabel 2. Jumlah Pemuda Menurut Propinsi dan Jenis Kelamin, Tahun 2006

Propinsi Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

Nanggroe Aceh Darussalam 771.418 823.192 1.549.610

Sumatera Utara 2.355.673 2.304.338 4.660.011

Sumatera Barat 776.453 816.233 1.592.686

Riau 931.775 950.477 1.882.252

Jambi 519.922 540.617 1.060.539

Sumatera Selatan 1.340.062 1.335.875 .2.675.937

Bengkulu 298.957 309.508 608.465

Lampung 1.404.712 1.291.692 2.696.404

Bangka Belitung 225.235 206.587 431.822

Kepulauan Riau 273.670 298.989 572.659

OKI Jakarta 1.923.030 2.027.044 3.950.074

Jawa Barat 7.233.991 7.193.231 14.427.222

Jawa Tengah 5.495.228 5.432.844 10.928.072

DI Yogyakarta 460.753 433.993 894.746

Jawa Timur 6.106.597 6.325.963 12.432.560

Banten 1.817.164 1.885.377 3.702.541

57

ARMUS

Bali 620.369 595.188 1.215.557

Nusa Tenggara Barat 728.281 874.001 1.602.282

Nusa Tenggara Timur 681.053 724.505 1.405.558

Kalimantan Barat 787.989 785.553 1.573.542

Kalimantan Tengah 378.346 375.994 754.340

Kalimantan Selatan 622.243 652.490 1.274.733

Kalimantan Timur 589.763 570.263 1.160.026

Sulawesi Utara 369.382 358.114 727.496

Sulawesi Tengah 435.941 438.457 874.398

Sulawesi Selatan 1.373.386 1.457.799 2.831.185

Sulawesi Tenggara 358.349 391.471 749.820

Gorontalo 168.952 177.685 346.637

Sulawesi Barat 175.709 186.460 362.169

Maluku 216.296 231.990 448.286

Maluku Utara 170.760 175.393 346.153

lrian Jaya Barat 122.937 132.002 254.939

Papua 384.672 394.968 779.640

JUMLAH 40.119.068 40.698.293 80.817.361

Sumber: SUSENAS 2006

Tabet 3. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2006

Kelompok Umur Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan

(Tahun)

(1) (2) (3) (4)

<15 11,71 16,55 28,26 (62.532.968)

15-35 16,90 19,62 36,52 (80.817.361)

>35 14,94 20,28 35,22 (77 .949.070)

Total 43,55 56,45 100,00 (221.299.399)

Sumber: SUSENAS, 2006 ..

58

ARMUS

Tabe/ 4. Persentase Perhuda Menurut Tempat Tingga/ dan ljazah yang Dimiliki, Tahun 2006

Tempat Tinggal Tidak Berijazah SD SMP SMA PT

(:I..) (2) (3) (4) (5) (6)

Perkotaan 4,8 19,5 28,2 39,0 8,5

Perdesaan 12,6 39,7 28,9 16,9 1,8

Perkotaan + Perdesaan 9,0 30,4 28,6 27,1 4,9

Sumber: SUSENAS 2006

Tabe/ 5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda Menurut Tipe Daerah, Tahun 2004-2006

Tipe Daerah 2004 2005 2006

(:I..) (2) (3) (4)

Perkotaan 60,85 62,31 64,45

Pedesaan 66,18 66,15 67,29

Perkotaan + Pedesaan 63,71 64,34 66,07

Sumber: SUSENAS, 2006

Tabel 6. Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda Menurut Jenis Kelamin dan Wi/ayah Perkotaan/Pedesaan per Propinsi, Tahun 2006

Jenis Kelamin Wilayah

Propinsi Laki-laki Perempuan Perkotaan Pedesaan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

NA Darussalam 12.63 26.16 30.24 14.05 18.12

Sumatera Utara 15.32 24.96 20.73 17.66 19.07

Sumatera Barat 16.06 28.92 31.25 15.78 21.08

Riau 10.22 27.88 17.95 14.29 15.44

Jambi 6.86 18.60 15.09 9.49 11.00

Sumatera Selatan 14.78 15.95 22.57 12.28 15.23

Bengkulu 7.98 14.16 12.49 9.83 10.52

Lampung 12.43 20.95 23.36 13.13 15.39

Bangka Belitung 11.48 21.35 20.48 10~27 14.35

Kepulauan Riau 11.89 22.95 13.76 28.34 16.33

DKI Jakarta 17.30 14.56 16.19 16.19

59

ARMUS

Jawa Barat 21.50 29.39 25.60 22.76 24.24

Jawa Tengah 15.38 16.99 17.80 14.73 16.01

DI Yogyakarta 12.84 14.48 16.64 8.88 13.55

JawaTimur 13.66 20.21 18.00 14.59 16.06

Banten 23.28 35.31 27.47 28.04 27.71

Bali 9.96 9.20 9.66 9.57 9.62

Nusa Tenggara Barat 13.84 14.48 18.97 11.29 14.14

Nusa Tenggara Timur 4.79 7.42 13.87 4.51 6.02

Kalimantan. Barat 11.53 15.97 19.46 11.48 13.39

Kalimantan Tengah 8.29 14.06 20.84 6.98 10.54

Kalimantan Selatan 12.88 15.19 19.42 10.74 13.79

Kalimantan Timur 14.93 26.51 20.48 17.34 19.02

Sulawesi Utara 15.39 48.94 33.95 19.56 25.48

Sulawesi Tengah 11.52 23.47 25.68 13.67 16.07

Sulawesi Selatan 13.25 33.29 27.00 16.12 20.34

Sulawesi Tenggara 11.37 25.08 28.34 13.10 16.46

Gorontalo 7.45 25.23 16.12 12.05 13.11

Sulawesi Barat 7.53 16.12 21.47 . 8.32 10.81

Maluku 16.93 34.29 30.49 20.58 23.42

Maluku Utara 4.16 21.50 21.01 7.62 11.47

lrian Jaya Barat 9.97 21.40 28.35 8.71 14.68

Papua 5.93 12.34 23.31 5.49 8.61

JUMLAH 15.20 21.67 20.83 15.16 17.65

Sumber: SAKERNAS 2006

60

ARMUS

Tabel 7. Angka Kesakitan Pemuda per Pu/au, Tahun 2006

Angka Kesakitan

Pulau Laki-Laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Sumatera 10,4 11,2 10,8

Jawa 10,3 11,1 10,7

Bali-Nusa Tenggara 17,0 18,9 18,0

Kalimantan 10,9 12,5 11,7

Sulawesi 13,6 14,1 13,9

Maluku 16,9 19,2 18,1

Papua 15,8 18,0 16,9

Total 11,1 12,0 11,6

Sumber: SUSENAS 2006

Tabel 8. Perbandingan definisi rentang usia berbagai negara di PBB

NO. NEGARA USIA PEMUDA

(1) (2) (3)

1. Australia 15-25 tahun

2. Bangladesh 15-30 tahun

3. Brunei Darussalam 15-25 tahun

4. China 14-28 tahun

5. India 13-35tahun

6. Malaysia 15-40 tahun

7. Maldives 16-35 tahun

R Mikronesia 6-35 tahun

9. New Zealand 15-24 tahun

10. Pakistan 15-29 tahun

11. Papua New Guinea 12-35tahun

12. Philipina 15-30 tahun

13. Republik Korea 9-24 tahun

14. Samoa 15-35 tahun

15. Singapura 15-29 tahun

16. Sri Langka 15-24tahun

.17. Thailand 12-25 tahun

61

ARMUS

18. Tonga 15-25tahun

19. Vanuatu 15-24 tahun

20. Vietnam 15-35tahun

21. Comonwealth Youth Pragramme 16-29 tahun

:22. Perserikatan Bangsa-Bangsa 15-24 tahun

Tabet 9. Batasan usia pemuda dalam berbagai kegiatan regional dan internasiona/

No. Kegiatan Rentang Usia Pemuda

1. Korean National Commission for UNESCO dalam 18 - 27 tahun kegiatan The 41th International Youth Camp.

2. Festival Pemuda dan Olah raga yang 18 - 25tahun diselenggarakan oleh The Municipality of Bayrampasa tanggal 19 Mei 2006 di lstambul.

3. ASEM Youth Dialogue yang diselenggarakan 18 - 30 tahun oleh ASEAN Europe Meeting (ASEM) tanggal 8 -13 Mei 2006 di Bandar Sri Begawan, Brunei.

Tabet 10. Partisipasi Sekolah Pemuda Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2006

Jenis Kelamin Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak Bersekolah

(1) (2) (3) (4)

Laki-Laki 1,4 17,1 81,5

Perempuan 2,2 15,4 82,4

Total 1,8 16,2 82,0

Sumber: SUSENAS 2006

Tabet 11. Persentase Pemuda yang Berperan Serta Dalam Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Menurut Wilayah dan Jenis Kelamin, Tahun 2006

Jenis Kelamin Wilayah Laki-Laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) Perkotaan {K) 29,7 29,9 29,8 Pedesaan {D) 39,5 39,1 35,3

K+D 69,2 69,0 69,1 Sumber: SUSENAS 2006

62

ARMUS

REFERENSI

Hanushek, Eric A., Makalah "Economic Analysis of School Quality", April,

2004.

Penyajian Data lnformasi Kemenegpora Tahun 2007

Badan Pusat Statistik (SUSENAS 2006)

PerUndang-Undangan Nasional

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

UU No.8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan

UU No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

UU No.20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO 138 mengenai

Batas Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja,

UU No.1 Tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO 182 mengenai

Pelarangan dan Bentuk-bentuk Terburuk Kerja Anak

UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

UU No. 4 Tahun 2002 tentang Kesejahteraan Anak

UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik,

UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR~, DPD

dan DPRD

UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden

UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasioal

63

ARMUS

UU No. 32 Tanun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Internet

http://www.un.org/documents/ga/res/50/ares50-81.htm.

http://www.un.org/documents/ga/res/50/ares50-81.htm

http://www.ilo.org

http://www.adb.org/poverty/mdgs.asp

http://www.kbri-canberra.org.au/press/press050414e_deplu.htm

http://www.aseansec.org/8696.htm

http://www.aseansec.org/8695.htm

http://www.aseansec.org/11735.htm

http://www.aseansec.org/5120.htm

http://www.aseansec.org/2081.htm

http://www.unescap.org/esid/hds/youth/youth_thailand.pdf

http://www.youth.net.ph/ about/ ra80044.php

http://www.data.unaids.org/p.ub

http:/ /hdr.undp.org/reports/global/2005/pdf/HDROS_complete.pdf

http://www.weforum.org/pdf/gitr/rankings2007.pdf

http://www;cifor.cgiar.org/publications/pdf_files/govbrief/GovBrief0402.

pdf

http://www.ohrchr.org/ engl ish/law/ ccpr-death .htm

64

ARMUS