leg_1-20190926-101646-7404.pdf - DPR RI

116
J{ :t: 1\.T. AH PAN SUS l:"H 1-:tUBAHAN RAP s:.i'-.:MI!:.N•.r AHA 4 RUU .1_ .. EN •. 1.ANG A "1. AS U U I?' HP AJ AKAN * * * * * * l{AP l{ ... J .8. --- !.> *- * * * * * * * * S P: .K l{E •. I.. A HI A·.r ... J N .1.:>1•:: 1{.1\.J. I.) 1:-> .1{ :t. .A K A ·r .1.

Transcript of leg_1-20190926-101646-7404.pdf - DPR RI

J{ :t: ~:; 1\.T. AH

PAN SUS

l:"H 1-:tUBAHAN

RAP A·J~ s:.i'-.:MI!:.N•.r AHA

4 RUU .1_ .. EN •. 1.ANG

A "1. AS U U I?' I~ HP AJ AKAN

* * * * * *

l{AP A·I~ .K.l~ l{ ... J .8. ~K.T~ --- !.>

* * * * * * * *

S P: .K l{E •. I.. A HI A·.r ... J 1:~ N .1.:>1•:: 1{.1\.J. I.) 1:-> .1{ [~ :t.

~1 .A K A I~ ·r ~-

.1. ~J ~::14

RISALAH RAPAT SEMENTARA PANITIA KHUSUS 4 RUU TENTANG

PERUOAHAN ATAS UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

==========================================================·============ Masa Persidangan Tahun Sidang Rapat Kerja Jenis Rapat s i f a t Hari/tanggal p u k u 1 T e m p a t Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a

H a d i r

I. ANGGOTA PANSUS

PIMPINAN PANS'US

1. NOVYAN KAMAN, SH

I 1994-1995 5 Rapat Kerja dengan Menteri Keuangan Terbuka Selasa, 11 Oktober 1994 09.00 WIB Pustakaloka DPR RI Novyan Kaman, SH Drs. Mahmudi 1. Laporan Panja-panja; 2. Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi; 3. Pengambilan Keputusan/Pcngesahan; 4. Sambutan Pamerintah.

2. SOEKOTJO SAID, SE 3. ROESDI ROESLI 4. H.SYAIFUL ANWAR HUSEIN 5. DRS.H.YAHYA NASUTION

ANGGOTA TETAP F.ABRI

6. OEDIYANTO, HS 7. DRS. SOETIKNO 3. SOEWARNO 9. IR. SOEDJALMO

1 0. TJUTJU GANDANURHADI 1 1 • PUDJIARTO 1 2. KARSONO 1 3. SUTRISNO R. 14. DJOKO SANTOSO

15. LOEKMAN R. BOER 1 6. JUSMAN TAHAR 1 7 • HADI SUTI~ I FNO t n. MANIUn PASARIBU, Sl-1

19. LJAnYANTO ~~0. 1 ~;Mu AKSOPUTRA 21 • ,o~10H. HATTA USMAN

,.._ -

2

ANGGOTA TETAP F.KP

22. DRS. H. ASNAWI HUSIN 23. H. ADIMIR ADIN, MA 24. IR. USMAN HASAN 25. H.R. ALI MURSALAM 26. H. ALIMUDDIN OEMAR, SH 27. H. AGUS TAGOR 28. NY.SRI REJEKI SUMARYOTO, SH 29. IR. DRS. H. LILI ASJUDIREDJA 30. DRS. H. MASKA RIDWAN 31. DEWI PARAMATASARI YUNUS 32. IR. P.A. RANGKUTI 33. SOEWARNO DJOJO MARDOWO, SH 34. H. SUNDORO SYAMSURI 35. DRS. SARWOKO SURJOHOEDOJO 36. H. MOCHAMAD SUPARNI 37. H. ABDULLAH ZAENIE, SH 38. R. ATU NARANG, SE 39. DRS. H. AWANG FAROEK ISHAK 40. H. JUSUF TALIB, SH 41. H. HUSNI THAMRIN, SH 42. BEN MESSAKH, SE 43. DRS. THOMAS SUYATNO 44. DRS. SABAR KOEMBINO 45. DRS. H. MEKKA HAYADE 46. F. P. D. LENGKEY 47. DRS. LEONARD TOMASOA

,8_NG_G_0TA PENGGANTI F. K~

48. ORA. KARTINI MAYELLY 49. DRS. MANGISARA MARCOS LUBIS 50. dr. INRIA ASIKIN NATANEGRA 51. DJIMANTO 52. SOEGIJATNO SOESILO 53. IR. BUD! HARIYANTO 54. DR. IDA YUSI DAHLAN 55. I DEWA PUTU SUPARTHA NIDI\, SH 5G. ORA. NY. NANNY DADING KALBUADI 57. DRS. H. HASAN USMAN, SH 58. ANDI MATTALATTA, SH, MH 59. DRS. SIMON PATRICE MORIN

ANGGOTA TETAP F.PP

60. ALIMARWAN HANAN, SH 6 1 • DRS. H.M. MUKROM AS'AD G2. DHS. H.A. CHOZIN C ! IIJ r.t A I D Y

G3. DRS. JUSUF SYAKIR G4. H. SA'DI ZEN NOOR, BA 65. IR. H.M. SALEH KH/\LID, MM G6. H. URAl FA I SAL HAMID, SH Gl. on3. H.M. SYAFIE NONCKE

3

ANGGOTA PENGGANTI F.PP

68. H. BACHTIAR CHAMSYAH 69. DRS. H.A. NANA DJUHANA SUTARYA 70. H. IMAM CHURMEN 71. H.M. ANSHARY SJAMS

ANGGOTA TETAP F.PDI

72. DRS. IGN. SUWARDI 73. DRS. NOOR ACHARI 74. ABERSON MARLE SIHALOHO 75. SETYADJI LAWI, BA 76. DRS. S.G.B. TAMPUBOLON 71. Y.B. WIYANJONO, SH 78. DRS. MARKUS WAURAN

ANGGOTA PENGGANTI F.PDI

79. TIOP HARUN SITORUS 80. DJUPRI, SH 81. DRS. H. SUBAGYO

1. DRS. MAR'IE MUHHAMAD 2. FUAD BAWAZIER 3. MANSURY 4. ABRONI NASUTION 5. ROESDIJONO 6. M. PALAL SANTOSO -,. DJOKO SUGIONO 8. SERIRAMA BUTARBUTAR 9. SRI RAHAYU

10. SOENARDI 11 . M. HUS IN 12. GUNADI 13. MAYUN WINANGUN 14. J. ZAK/\RIA 15. nAHMANTO 1G. ARSLAN SOEKOEN 1 7 • I MAN SUMAHYO 18. SUNARIA TADJUDIN 1 9. 8/\MBANG HERU I.

20. NIJRYADI 21. MACHFUD SIDIK 22. ARI SOELENDRO 23. SAROYO

- 4-

KETUA RAPAT (NOVYAN KAMAN, SH) : Assalamualaikum warochmatullahi wabarokatuh,

Yang kami hormari Saudara Menteri Keuangan beserta Pejabat eselon satu dan staf Direktorat Jenderal Pajak, rekan-rekan Anggota Pansus dan rekan-rekan Pimpinan Pansus, sesuai dengan apa yang telah kita sepakati kemarin bahwa rapat kita skors tadi malam, maka dengan ini skors kami cabut dan rapat dinyatakan dibuka kembali dan terbuka untuk umum.

· (ketuk palu)

Sebagai kelanjutan dengan apa yang telah kita laksanakan tadi malam maka pada sa at in i k ita akan sampa i membacakan Ba tang Tubuh dari RUU nomor, tahun, tentang perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagai mana telah diubah dengan UU nornor 7 Tahun 1991. Karena unsur Pimpinan hanya ada tiga pada hari ini, maka nanti yang akan membacakan kami persilakan lebih dulu Saudara Roesdi Roesli dan bi1a ditengah jalan memerlukan bantuan, Pak Syaiful Anwar telah siap memberikan bala bantuannya. Maka oleh sebab itu untuk tidak memperpanjang waktu dipersilakan Saudara Roesdi Roesli membacakan dengan suatu catatan apabila Saudara Roesli membaca ayat itu berarti kurung buka, angka, kurung tutup, sebab kalau ini terus dibaca kurung buka, angka dua ini akan memakan wak tu sepert i te 1 ah d i prak tekkan tad i rna 1 am. Te tap i apab i 1 a ternyata nanti tidak ada kurung bukanya, maka akan dikomentari oleh Pak Roesdi Roesli. Jadi itu kira-kira yang penting karena kalau rnembaca kurung tutup, angka dua kurung tu tup, ada nan t i ada 500, in i sudah sek ian ka 1 i dde t i k akan memakan waktu, kami persilakan Pak Roesdi.

JURU BICARA F.ABRI (ROESDI ROESLI) : Assalant~alaikum warochmatullahi wabarokatuh, Saya akan membacakan RUU RI nomor, tahun, tentang perubahan atas UU Nomor

7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 tahun 1991.

Mcnimbang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

a. bahwa pelaksanaan pcmbangunan nasional telah mcnghasilkan perkcmbangan

yang pesat ualarn kchiuupan nasional, khususnya di biuang pcrckonomian,

termasuk berkembangn\Ja bentuk-l,ctltuk <.1·111 IJr·akt .... k p 1 J ' ' .... cnyc cnggaraan

kegiatan usaha yang belum tertampung dalam Undang-undang Nomur 7

Tahun 1983. ten tang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diu bah dengan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991· '

b. bahwa dalam upaya untuk sclalu menjaga agar perkcmbangan perckonomian

seperti tersebut di alas dapat tetap berjalan scsuai dengan kebijakan

pembangunan yang bcrtumpu pada Trilogi Pcmbangunan sebagaimana

diamanatkan dalam Garis-garis Bcsar Halt1a11 N •. · .1. · . · 1 · < < cgttt a, uan seutng <. cngan 1tu

dapa t ........ .

Mengingat

- 5 -

dapat diciptakan kepastian hukum yang berkaitan dengan aspek perpajakan

bagi bentuk-bentuk dan praktek penyelenggaraan kegiatan usaha yang terus

berketnbang, diperlukan langkah-langkah penyesuaian yang memadai

terhadap Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tcntang Pajak Penghasilan,

sebagaimana telah diu bah dengan Undang-undang Non1or 7 Talmn 1991 ~

c. bahwa untuk mewujudkan hal-hal tersebut, dipandang pcrlu tncngubah

beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

Pajak Penghasilan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

7Tahun 1991~

I. Pasal 5 ayat ( l ), Pasal 20 ayat ( l ), dan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang

Dasar 1945~

2. Undang-undang No1nor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3262), sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang Nomor Tahun (Lembaran Negara Tahun Nomor

Tambahan Lembaran Negara Nomor )~

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 ten tang Pajak Penghasilan (Lembaran

Negara Tahun 1983 Non1or 50, Tambahan Lembaran Negara Non1or 3263),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991

(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 93~ Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3459);

Dengan ...

- 6 -

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG­

UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK

PENGl-IASILAN SEBAGAlMANA TELAH DIUBAJ-1 DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991.

Pasal I

Mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan sebagaimana teJah diubah dcngan Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1991, sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 disernpurnakan, sehingga berbunyi sebagai berikut:

"Pasal I

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak."

2. Kctentuan ...

- 7 -

2. Ketentuan Pasal2 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

"Pasal2

( 1) Yang menjadi Subjek Pajak adalah:

a. I) orang pribadi~

2) warisan yang belurn terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan

yang berhak;

b. badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer,

perseroan lainnya, badan usaha milik negara dan badan usaha milik

daerah dengan nama dan dalatn bentuk apapun, persekutuan,

perkun1pulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi

yang sejenis, lembaga, dana pensiun, dan bentuk badan usaha

lainnya;

c. bentuk usaha tetap.

(2) Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak

luar negeri.

(3) Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah:

a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang

pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan

puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua bclas) bulan, atau

orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak. bcrada di Indonesia

dan mempunyai niat untuk bertempat Linggal di Indonesia;

b. badan yang didirikan a tau bertcmpat ·kcdudukan di Indonesia;

c. warisan yang belun1 terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan

yang berhak.

(4) Yang ...

. ...

'

- 8-

(4) Yang ditnaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah:

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh

tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua betas) bulan, dan badan

yang tidak didirikan dan liclak bertempat kedudukan di Indonesia

yang ntenjalankan usaha atau melakukan kegiatan mclalui bentuk

usaha tetap di Indonesia~

b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus dclapan puluh

tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan

yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia.

(5) Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di

Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua bel as) bulan, atau

badan yang tidak didirikan dan tidak bertetnpat kcdudukan di

Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di

Indonesia, yang dapat ben1pa:

a. tcmpat kedudukan rnanajemen~

b~· cabang perusahaan~

c. kantor pcrwakilan~

d. gedung kantor;

e. pabrik~

f. bengkel~

g. pertambangan ...

- 9 -

g. pertambangan dan pengga1ian sumber alam, wilayah kerja

pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertarnbangan~

h. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

i. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek pcralcitan~

j. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai a tau olch orang

lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 ( enam puluh) hari dalam

jangka waktu 12 (dua betas) bulan;

k. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya

tidak bebas~

1. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi ~,x;- .. 'l

asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.

(6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan

ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang

sebenarnya."

3. Menan1bah ketentuan baru dian tara Pasal 2 dan Pasal 3 yang dijauikan

Pasal 2A. yang berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 2A

( 1) Kewajiban pajak subjektif orang pribadi sebagaimana ditnaksud dalam

Pasal 2 ayat (3) huruf a dimulai pada saat orang pribadi tcrsebut

dilahirkan, berada, atau bcrniat untuk bcrtempat tinggal di Indonesia

dan berakhir pada saat tneninggal dunia atau mcninggalkan Indonesia

untuk selama-lamanya.

(2) Kewajiban pajak subjektif bad an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (3) huruf b dimulai pad a saat baditn tersebut didirikan a tau

bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan

atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.

(3) Kewajiban ...

. ..

- 10 -

(3) Kewajiban pajak subjektif orang pribadi atau badan sebagaimana

dimaksud dalan1 Pasal 2 ayat ( 4) huruf a din1ulai pad a saat orang

pribadi atau badan tersebut tnenjalankan usaha atau melakukan

kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) dan berakhir

pada saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap.

( 4) Kewajiban pajak subjektif orang pribadi atau badan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 4) huruf b dimulai pada saat orang

pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan

dari Indonesia dan berakhir pada saat tidak lagi menerima atau

memperoleh penghasilan tersebut.

(5) Kewajiban pajak subjektif warisan yang belutn terbagi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1) huruf a angka 2) dimulai pada saat

timbulnya warisan yang belum terbagi tcrsebut dan berakhir pada saat

warisan tersebut selesai dibagi.

(6) Apabila kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat

tinggal atau yang berada di Indonesia hanya mcliputi scbagian dari

tahun pajak, maka bagian tahun pajak tcrscbut rncnggantikan tahun

pajak."

4. Ketentuan Pasal 3 diubah, schingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 3

Tidak termasuk Subjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

adalah:

a. badan perwakilan negara asing;

b. pejabat ...

- 11 -

b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pcjabat­

pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan

kepada mereka yang bekerja pada dan bertcmpat tinggal bersama­

sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di

Indonesia tidak ntenerima atau memperoleh penghasilan lain di luar

jabatannya di Indonesia, serta negara yang bersangkutan memberikan

perlakuan timbal balik;

c. organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau tnelakukan

kegiatan lain untuk mempcroleh penghasilan di Indonesia~

d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditctapkan

oleh Mcnteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia

dan tidak n1cnjalankan usaha atau mcJakukan kegiatan atau pekerjaan

lain untuk rnemperoleh pcnghasilan di Indonesia."

5. Ketentuan Pasal4 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi scbagai bcrikut:

"Pasal 4

( 1) '( ang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan

kcmampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk mcnambah kekayaan \Vajib Pajak

yang bcrsangkutan? dengan nama dan dalam bentuk apapun, tcrmasuk:

a. penggantian ...

- 12 -

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,

honorariutn, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan

dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang­

undang ini;

b. hadiah dari undian atau peketjaan atau kegiatan, dan penghargaan~

c. laba usaha~

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

termasuk:

1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau

penyertaan modal~

2) keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan .

lainnya karena pcngalihan harta kepada pemegang saham,

sekutu, atau anggota:

3) keuntungan karen a likuidasi. pcnggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha~

4) keuntungan karena pengalihan harta bcrupa hibah, bantuan atau

sumbangan, kccuali yang diberikan kepada kcluarga scdarah

dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan kcagamaan

atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil

tennasuk koperasi yang ditetapkan olch .Tvlcnteri Kcuangan,

sepanjang tidak ada hubungannya dcngan usaha, pekerjaan,

kepetnilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan~

c. pencnmaan ...

. ..

- 13 -

e. penenmaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya~

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen

dari perusahaan asuransi kepada petncgang polis, dan pembagian

sisa hasil usaha koperasi~

h. royalti;

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta~

J. penerimaan a tau perolchan pembayaran her kala;

k. keuntungan karena pembebasan utang;

l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing~

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

. . n. premt asuranst;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya

yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankru1 usaha atau

pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan

volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotanya:

p. tambahan kekayaan neto yang bcrasal dari penghasilan yang bclum

dikenakan pajak.

(2) Atas ...

- 14 -

(2) Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan

lainnya, penghasilan dari transaksi sahant dan sekuritas lainnya di

bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya

diatur dengan peraturan pemerintah.

(3) Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah :

a. I) bantu an atau sumbangan~

2) harta hibahan yang diterima oleh kcluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau

badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil

termasuk koperasi yang ditctapkan olch Mentcri Keuangan~

sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,

kepetnilikan, atau pcnguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (I) huruf b sebagai

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal~ ·

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan peketjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau

kenikmatan dari Wajib Pajak atau pcmerintah~

e. pembayaran dari peru~ahaan asuransi kcpada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen ...

- 15 -

f dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau

organisasi yang sejenis, badan usaha milik negara, atau badan

usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia;

g. iuran yang diteritna atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pembcri

kerja maupun pegawai, dan pcnghasilan dana pensiun tersebut dari

modal yang ditanatnkan dalam bidang-bidang tertcntu yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

h. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak tcrbagi atas saharn-saham,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;

1. bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa

dana~

j. pcnghasilan yang diteritna atau diperoleh perusahaan modal

ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang

didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,

dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1) merupakan perusahaan kecil, mencngah, at au yang

menjalankan kegiatan dalam scktor-sektor usaha yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan~ dan

2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa cfek di Indonesia."

6. Ketentuan ...

,... .. ,.

- 16 -

6. Ketentuan Pasal5 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 5

(1) Yang menjadi Objek Pajak bentuk usaha tetap adalah:

a. penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut

dan dari harta yang dimilik.i atau dikuasai;

b. penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan

barang, atau petnberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang

dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di

Indonesia;

c. penghasilan sebagaitnana tersebut dalatn Pasal 26 yang diteritna

atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan cfektif

antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kcgiatan yang

memberikan penghasilan ditnaksud.

(2) Biaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan sebagaimana

dimaksud pada ayat (I) huruf b dan huruf c boleh dikurangkan dari

penghasilan bentuk usaha tetap.

(3) Dalant menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap:

a. biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk

dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau

kegiatan bentuk usaha tetap, yang besarnya ditetapkan · oleh

Direktur Jenderal Pajak;

b. pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan

dibebankan sebagai biaya adalah:

1) royalti ...

- 17 -

1) royalti a tau imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan

harta, paten, atau hak-hak lainnya;

2) imbalan sehubungan dengan ]asa manajemen dan jasa lainnya~

3) bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;

c. pernbayaran sebagaimana tersebut pada huruf b yang diterima a tau

diperoleh dari kantor pusat tidak dianggap sebagai Objek Pajak,

kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan."

7. Ketentuan Pasal6 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

"Pasal 6

( 1) .Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalan1 negeri dan

bentuk usaha tetap, ditcntukan berdasarkan penghasilan bruto

dikurangi:

a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,

termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkcnaan dengan

pckerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,

gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,

bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah,

piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, pren1i asuransi, biaya

administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud

dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas

biaya lain yang men1punyai masa manfaat Jebih dari I (satu) tahun

scbagaimana dirnaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11 A;

c. turan ...

- 18 -

2) Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lain nya;

3) Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha per -bangkan;

c. Pembayaran sebagaimana tersebut pada huruf b yang diterima atau diperoleh dari kantor pusat tidak dianggap sebagai ob yek pajak, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha per -bankkan."

7. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi seba -gai berikut

.. "Pasal 6 Ayat .{1) Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak da­

lam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berda­sarkan penghasilan brutto dikurangi :

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan roemelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, bia­ya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, grafisikasi, dan tunjangan yang dlberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak dapat dita gih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pa -jak kecuali pajak penghasilan;

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh har­ta berwujud dan amortidasi atas pengeluaran illltuk

rnemperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dar! 1 (satu) tahun sebagaima­ria dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11a;

c. luran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah· disahkan oleh 1'-lenteri Keuangan;

d. Keruglan karena penjualan atau pengalihan harta yang dimilikl dan digunakan dalam perusahaan atau yang dlmiliki untuk mendapatkan, menagih, dan me­melihara penghasilan;

e. Kerug!an karena sel!sih kurs mata uang asing;

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

Ayat (2) ......

.....

- 19 -

Ayat (2) Apabila penghasilan brutto setelah pengurangan seb~

gaimana dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian, m~ ka kerugian tersebut dikompensasikan dengan pengha­silan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan angka 5 (lima) tahun.

Ayat (3) Kepada orang pribadi sebagai wajib pajak dalam neg~ ri diberikan pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7."

B. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi seba­gai berikut

"Pasal 7 Ayat (1) Penghasilan tidak kena pajak diberikan sebesar :

a. Rp. 1.728.000,- (satu juta tujuh ratus dua puluh delapan ribu rupiah) untuk diri wajib pajak orang pribadi;

b. Rp. 864.000,- (delapan ratus enam ~uluh empat ri bu rupiah) tambahan untuk wajib pajak yang ka -win;

c. Rp. 1.728.000,- (satu juta tujuh ratus dua puluh delapan ribu rupiah) tambahan untuk seorang 1st~ ri yang penghasilannya digabung dengan penghasil an suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1) ;

d. Rp. 864.000,- (delapan ratus enam puluh empat ri bu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluar­ga sedarah dan keluorga semenda dalam garis ket~ runan lurus serta anak angkat, yang menjadi tan~ gungan sepehuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Ayat (2) Penerapan ayat (1) ditentukan oleh keadaan pada · a• · · wal· tahun pa.jak atau awal bagian tahun pajak.

A::/at (3) Besarnya penghasilan tidak kena pajak tersebut pada ayat (1) akan disesuaikan dengan suatu faktor peny~ suai yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Ke uangan."

9. Ketentuan Pasal 8 disempurnakan dan ditambah dengan beberapa

ketentuan ••••••

- 20 -ketentuan baru, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai beri -kut :

"Pasal 8 Ayat (1) Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang

telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum di­kompensasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 !!.. yat (2) dianggap sebagai penghasilan atau kerueian suaminya kecuali penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi ker­ja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubunga!!_ nya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami anggota keluarga lainnya.

a tau

Ayat:. (2) Penghasilan suami isteri dikenakan pajak secara ter pisah apabila :

a. Suami isteri telah hidup be~Jisah; b. Dikehendaki secara tertulis oleh suami isteri

berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan pena hasilan.

Ayat (3) Penghasilan netto suami isteri sebagaimana dimak -

sud pada ayat (2) huruf b dikenakan pajak berdasa[ kan penggabungru1 penghasilan netto suami isteri, dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masin~ masing suami isteri dihitung sesuai dengan perban­dingan penghasilan netto mereka.

Ayat (4) Penghasilan anak yang belum dewasa digabWlg dengan

penghasilan orang tuanya, kecuali penghasiluni dari pekerja yang tidak ada hubungannya dengan usaha o­rang yang mempunyai hubun~an istimewa sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1'8 aya t ( 4) huruf c."

10. Ketentuan Pasal 9 diu bah, sehin,.:;ga scluruhnya berbuny i seba gai berikut

"Pasal 9 Ayat ( 1) Untuk menentukan pesarnya penghasilan--ltena pajak

bagi wajib pajak dalam ~egeri dan bentuk usaha te­tap tidak boleh dipulangkan :

a. Pembagian •••

- 21 -a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa-

pun seperti deviden, termasuk deviden yang diba­yarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian .sisa basil usaha koperasi;

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk ke­pentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan usaha guna dan sewa guna usaha dengan hak o~ si, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, ~ suransi jiwa; asuransi dwiguna, dan asuransi be~ siswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang prib~ di, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan;

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan peke£_ jaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natu­ra dan kenikmatan, kecuali pengeantian atau im -balan dalam bentuk natura dan 1tenikmatan di dae­rah tertentu dan pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, yang ditetapkan dengan keputusan Men­teri Keuanc;an;

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang me~ punyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubu­nBan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. Barta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam P3sal 4

ayat (3) huruf a dan huruf d;

h. Pajak penghasilan;

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk ke­pentingan pribadi waji.b pajak atau orang yang

rnenjadi .......

- 22 -

menjadi tanggungannya;

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. Sanksi administrasi berupa btmga, denda, dan ke-naikan serta sankti pidana berupa denda yang ber -kenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Ayat (2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memeli­hara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebib dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibeban­kan sekaligus, melainkan dibebankan melalul penyu -sutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pa

sal 11 atau Pasal 11a."

11. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi seba gal berikut

"Pasal 10 Ayat (1) Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal ter­

jadi jual·beli harta yang tidak dipengaruhi hubung­an istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 a­

yat (4) adalah jumlah yang sesun;guhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yane seharusnya dikelu3rkan

atau diterima.

Ayat (2) Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal ter­jadi tukar menukar harta adalah jumlah yang seharu~

,nya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pa-

sar.

Ayat (3) Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialih -kan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha a­

dalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau dite­rima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapk9n 1~

in oleh Menteri Keuangan.

Ayat (4) Apabila terjadi pengalihan h::1rta :

a. Yang memenuhi syarat seba~almana dimoksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, maka dasar

penilaian •.••••••

- 23 -

penilaian bagi yang menerima pengalihan sama de -

ngan nilai sisa buku dari pihak yang melakukan p~ ngalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;

b. Yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar peni -laian bag! yang menerima pengalihan sama nilai pasar dari harta tersebut.

dengan

Ayat (5) Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimak -sud dalam Pasal 4 ayat {3) huruf c, maka dasar peni­

laian harta bagi badan yang menerima pengaliman sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.

Ayat (6) Persediaan dan pemakaian persediaan W1tuk penghitung_ an harga pokok nilai berdasarkan harga perolehan~g dilakukan secara rata-rata atau dengan cara mendahu­lukan persediaan yang diperoleh pertama."

12. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi seba­gai berikut

"Pasal 11

Ayat (1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendiri an, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta ber­

wujud, kecuali tanah, yang dimilil<i dan digunakan un

tuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) ta -hun dilakukan dalam bagian-bagian yanr; sama besar s~

lama masa-masa yang telah ditentukan bagi harta ter­

sebut.

Ayat (2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaim~ na dimaksud pada ayat ( 1) sebar;al sel8.in bangtman,

dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menu -rlm selama ro:3sa manfaat, yane; dihi tunc dengan mene -

rapkan tarif pe~yusutan atas nilai sisa buku, dan p~

da al<.hir masa manfaat nllai sisa. buku disusutkan se­kaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.

i\yat (3) Penyusutan dimulai pada tahun dilakul\annya pengeluar:. an, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pe -

ngerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesai -nya pengerjaan harta tersebut.

Aya t ( 4) •••••

- 24-

Ayat (4) Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, wajib p~ jak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada t~ hun harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, men~ gih, dan memelihara penghasilan atau pada tahun har­

ta yang •·•••••••••• mula! menghasilkan.

Ayat (5) Apabila wajib pajak melakukan penilaian kembali ak -tiva berdasarkan ketentuan sebagai mana dimaksud da­lam Pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta ada -lah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva terse but.

Ayat (6) Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut: (tambahan penjelasan : dalam matrik, judul di atas . matrik sini berbunyi) Kelompok harta berwujud masa manfaat tarif penyusut­an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

I. Bukan Bangunan Kelompok I ..4- tahun 25% 50% Kelompok II 8 tahun 12,5% 25% Kelompbk III 16 tahun 6,25% 12,5% Kelompok IV 20 tahun 5% 10%

II. Bangunan

Perman en 20 tahun 5% Tidak permanen 10 tahun 10%

Ayat (7) r·1enyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur pada a­yat (1), ketentuan tentang penyusutan atas harta ber wujud yang dimiliki dan digtmakan dalam usaha terten tu, di tetapkan denean keputusan t-~enteri Keuangan.

Ayat (8) Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta seb~ gaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1.) huruf d a tau penaril<an harta karena sebab lainnya, maka jumlah ni

lai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai ker~ gian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransL nya yang diterima atau diperoleh dlbukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta terse but.

Ayat (9) Apabila pasil penggantian asu.ransi yang akan diteri­ma jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti dima­sa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jende-

ral •.••••.••

- 25 -ral Pajak jumlah sebesar kerugian sebagaimana dimak~ sud pada ayat (8) dibukukan sebagai beban masa kemu dian tersebut.

Ayat (16) Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi sya­rat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) hu­ruf a dan huruf d, yang berupa harta berW4jud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagl pihak yang menga.·:.~·~

lihkan.

Ayat (11) Kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud pa.da_ayat (6) ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan."

13~ Menambah ketentuan ba~u diantara Pasal 11 dan Pasal 12 yang digantikan Pasal 11a, yang berbunyi sebagai berikut

"Pasal 11a Ayat (1) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta

tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai

masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang diguna­

kan untuk mendapatkan, menagih, dan memelih~ra pen~ hasilan, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama be sar atau dalam P~]';'.'"~.-~.~{\'y3ng menurun selama masa

manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas ni -lai sisa buku, dan pada akhir mnsa manfaat diamorti

· sasi sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat

asas.

Ayat (2),Untuk menghitung amortisasi, maka masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan sebagai berikut

(tambahan penjelasan : dalam matrik baGian atas) Kelompok harta berwujud masa manfaat tar if amortisa si berdasarkan metode gar is lurus saldo menurun •

Kelompok I. 4 tahun 25% 50% Kelompok II. 8 tahun 12,5% 25% Kelompok III. 16 tahurt 6,25% 12,5% Kelompok IV 20 tahun t:',('/

.,...· /U 1 o;-.;

Ayat (3) Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya pengelu aran perluasan modal suatu perusahaan dibebankan p~ da tahun terjadinya pengeluaran atau diamot·tisasi sesuai denean ayat (2).

Aya t ( 4) •••••

- 26 -Ayat (4) Arnortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan

pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi.

Ayat (5) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak p~ nambangan selain yang dimaksudkan pada ayat (4), hak pengusahaan hutan,dan hak penggunaan sumber alam ser ta hasil alam lainnya yang mempunyai masa

JURU BICARA FKP. (H.R. NURSALAM)

Interupsi Pak, Kita tidak tahu yang dibaca yang mana ini, itu mulai hala -

man 24 tadi. Disana ada angka 22, itu tadi di atas angka 22 ada

yang dibaca oleh Pak Roesdi, kita tidak tahu, karena di teks ka- . mi tidak ada. Keliru itu, mohon dibetulin dulu deh.

JURU BICARA FABRI (ROESDI ROESLI) :

Halaman 24 ini sesuneguhnya yang di print salah ini, print­nya salah, yang dibagikan itu print nya salah.

Jadi sampai halaman 23 Pasal 11a kemudian pada bawahnya memeliha

ra, i tu beriku tnya salah.

KETUA RAPAT :

Ibu-ibu Bapak-bapak, Untuk menghilangkan keragu-raguan karena ini ada salah

print barangkaJ.i, kami dlskors BGak 5 menit saja, setuju ?, dan

diharapkan kepada Panja PPh untuk dapat sebentar ke mPja karni Wl

tuk mengklopkan, terima kasih. Pak Menteri, kita skors 5 menit.

( Rapat diskors selama 5 menit )

Ibu-ibu dan Bapak-bapak, skors kami cabut karena telah da -pat kejelasan. Disinilah sek.ali lagi kekhilafan i tu akan tetap dipunyai oleh insan makhluk seperti kita ini. Terima kasih Pak Nursalam yc:,ng telah mengingatkan, rupanya ada perbedaan, yang ditangan anda, yang dibat,;ikan rup::1nya itu tere;a!!_ da yang lain yang tidak semestlnya. Nanti ukan dlbenarkan oleh

I='ak •••••••••

- 27 Pak Roesdi Roesli membacakan halaman 24 tersebut kembali. Jadi yang di tangan Bapak-bapak Ibu-ibu ada kesalahan ganda. Terima kasih.

JURU BICARA.-FABRI (ROESDI ROESLI) :

Kami akan memb~cakan kembali, jadi kami baca mulai dari ha

laman 23 yaitu mulai Pasal 11a.

Pasal 11a

Ayat (1) Amortisasi atas pengeluaran tmtuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yane digunA.kan untul< mendapatkan, menagih, dan memelihara penehasilan, dil~ kukan dalam bagian-bat,;ian yanc sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selarna masa manfaat, ye.nt;

dihi tung dengan cara menerapl~an tar if

(tambahan penjelasan : itu yang salah pak, ini yang dibac8. ada­

lah yang benar. Yang halarnan 24 itu tergandakan, akhi.rnya ha -

laman 22 kern bali, nanti akan disusull<an hnlaman 24 yang ben:~,.r.

Selanjutnya l<ami bacakan)

yang di:1i tung dengan cara rnener.3rkan tar if :1mo1'tisa[-;i

atas pengeluaran tersebut atau atas njlai slsa buku,

dan pad;l akhir masa manfaat dJarn0rtiso.si sek.qJ _i ~us, d·-:.

ngan sy~rat dilakukan secara taat asa~.

Ayat (2) Untuk ffi'?nehitung amort1casi, m:_t.::-2 manfaat d-).':": t·:r·if :1-

mortisasi di tetapkan ~:;(~bngai ber.j l{ut :

(Tarnbahan penjel::tsan : dal;1m matr:i.l< bat_;L?n ata:-; )

Kelompok harta tak b~rwujucl b· .. r i Lutnyu n. · .:..3 ::-.anfz:~at 1··

rip anortisasi bcrdas rkan m :tndE? r;c.~rJ.s 1 ur;J!~ l~-:·r.i ~; rn·_·.

nurw1 Kelompok I. h tabun ""l r~ ,,

L.. ,1_.-: ~-. C:;'.

l:elompok II. B tnl1un 1 2 , ~~. ..,:--. ,_ - . l:elompok III. 16 ·tahtnl ( "~ r.

'-.:,~--··,~ 1 ,..., '

'- , ... ~~e lompo k IV. ;'0 tahu:1 r, 1('

... -'I

Ay;_.J.l (3) Pene;clu3ran untuk biaya r'cncliri8.r: dan bi-- 1 )'::, _L'-(•r.1ua::;~1n

rpodol ~;uatu peru~:~1ha3n cUl::ebar:kJn patl::\ ~~-:1111:~1 b:~ j·~J.i­

nyo pPn::;eluaran <ltnu cU.amct~1;i~;:t::.j_ ~:;c~:>uai. d~·-::::._.:::-111 ayn!·

(2).

- 28-

Ayat (4) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan

pengeluaran lain yane memptmyai masa manfaat lebih da­

ri 1 (satu) tahun

- 29

FABRI {BAPAK ROESDI ROESLI):

( 4) Amortisasi alas pengcluaran untuk mcmpcrolch hak dan pcngcluaran

lain yang mcmpunyai 111asa manl;lallcbih diu i I (satu) tahtlll di hidang

pcnambangan minyak dan gas uumi dilakukan ucngan lllcllggunakan

mctodc satuan produksi.

(5) Amortisasi atas pengeluaran untuk mempcrolch hak pcnatubangan

sclain yang dimaksud pad a ayat ( 4), hak pengusahaan hut an. Jan hak

pengusahaan sumbcr alam scrta hasil alam lainnya yang mcmpunyai

masa manfaat lcbih dati (satu) tahun, dilakukan dengan

mcnggunakan mcludc satuan produksi sclinggi-tingginya 20'}'0 (dua

puluh pcrscn) sctahun.

(6) Pengcluaran yang dilakukan sebclum operasi komcrsial yang

mcmpunyai masa manfaat lcbih dari l (salu) lahun, dikapilalisasi dan

kcmudian diamortisasi scsuai dcngan ayat (2).

(7) Apabila terjadi pengalihan harta tak bcrwujud atau hak-hak scpcrti

lcrscbul pada ayat (J), ayat (4), uan ayat (5), maka nilai sisa buku

harta alau hak-hak tcrscbut dibcbankan sc.bagai kc1ugian dan jumlah

yang ditcrima scbagai pcngganlian mcrupakan pcnghasilan patla

lahun tc1jadinya pcngalihan tcrscbut.

(8) Apabila tetjadi pengalihan harta yang mcmenuhi syarat scbagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (J) huruf a dan huruf b, yang bcn1pa

harta tak bcawujud, maka jumlah nilai sisa huku harta tcrscuul tidak

l.mleh uibebunkan scbagai kerugian bagi pihak yang mellgalihkall."

14. Ketcutuan Pasal 12 dihapus.

15. Ketenluan Pasal 13 tlihapus.

1 6. Kclcnluan ...

. ..

, ,

- 30 -

( 4) Anwrlisasi alas pcngcluaran unluk mcmpcrolch hak dan pcngcluaran

lain yang ntcntpunyai masa tllflltHtal lchih dati I (:-;alu) laln111 di hida11g

pCillli11Uallgan 111inyak dan gas Ulll11i dilakuka11 UCI1gflfl IIICilggunakan

mcludc saluan produksi.

(5) Amortisasi alas pengcluaran unluk anetnpcroleh hak pcnambangan

sclain yang dimaksud pad a ayal ( 4), hak pcngusahaan hutan, dan hak

pcngusahaan sumbcr alam scrta hasil alam lainnya yang ntcmpunyai

masa manfaal lcbih dali (salu) lahun, dilakukan ucngan

mcnggunakan mct.odc satuan produksi sclinggi-tingginya 20'% (dua

puluh pcrscn) sclahun.

(6) Pengcluaran yang c.lilakukan sebclum opcrasi komcrsial yang

mcmpunyai mas a numnwt lcbih dari I (salu) tahun, c.likapilalisasi uan

kcmudian uiamorlisasi scsuai dcngan ayat. (2).

(7) Apabila tcrjadi pengalihan harla tak bcrwujud alau hak-hak scpcr-li

lcrscbu l pad a ayal (I)~ ayal ( 4 ), dan ayal ( 5 ), maka nil a i sis a buku

harta alau hak-hak terscbul dibebankan scbagai kcrugian dan jumlah

yang ditcrima scbagai pcngganlian rncrupakan pcnghasilan pada

lahun tctjndinya pcngalihan lcrschut.

(8) Apabila lcajadi pengalihan harta yang mcmcnuhi syaral scbngaimana

dit'naksud dalam Pas(! I '' ayal (J) hut uf a dan huruf b, yang bet up a

hart a tak bcnvujud, maka jumlah nilai si::.a huku hart a te1 scbut tidak

bolch dibebankan scbagai kerugian bagi pihak yang ntettgalihkan."

14. Kelcnluan Pasal 12 dihapus.

15. Kctcntuan Pasal 13 dihapus.

16. Kclcnluan ...

, ,

- 31 -

16. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga scluruhnya berbunyi sebagai

berikut:

"Pasal 14

(1) Norma Pcnghitungan Percdaran Druto untuk menentukan pcredaran

bruto uan Norma Penghitungan Penghasilan Ncto untuk mcncnlukcm

penghasilan ncto, dibual uan discmpurnakan terus-mcncrus scrla

ditcrbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak bcnlasarkan pegangan yang

ditctapkan olch Mentcri Kcuangan.

(2) Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun

kurang dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), bolch

mcnghitung pcnghasilan neto dcngan menggunakan Norma

Penghitungan Pcnghasilan Ncto scbagaimnna dimaksud pad a ayat ( 1 ),

dcngan syarat mcmbcrilahukan kcpada Dircklur Jcndcral Pajak dalam

jangka waktu J (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang

bcrsangkulan.

(3) Wajib Pajak scbagaimana dimaksud pada ayat (2) yang mcnghitung

penghasilan nctonya dcngan mcnggunakan Norma Pcnghitungan

Pcnghasilan Ncto, wajib menyclcnggarakan pcncatatan scbagaimana

dialur dalam Undang-undang ten tang Kct cnluan Umum dan Tala Cam

Pcrpajakan.

(4) Wajib Pajak scbagaimana dimaksud pada ayat (2) yang tidak

mcmbcritahukan kcpmla IJircktur Jcndcral Pajak untuk mcnghiLung

penghasilan ...

. ,

- 32 -

penghasilan nelo dengan mcnggunakan Norma Pcnghitungan

Penghasilan Neto, dianggap memilih menyclcnggarakan pcmbukuan.

(5) Wajib Pajak yang wajih menyelcnggarakan pen1bukuan, tcnnasuk

Wt~ib l'njnk acbnguimuam dimnksud pndn nyut (:1) dun nynl ( 4 ), ynng

tcrnynta tidak atau tiuak scpcnuhnya mcnyclcnggarakan pcmhukuan

atau pcncatatan pcredaran bruto atau tidak mcmpcrlihatkan

pcmbukuan atau pcncatalan pcrcdaran bruto atau hukli-bukti

pcndukungnya, sehingga tidak dikctahui bcsarnya pcrcdaran bruto

yang scbcnarnya, maka percdaran bruto dan pcnghasilan nctonya

dihilung bcrdasarkan norma penghitungan scbagaimana dimaksud

pad a ayat ( 1 ).

(6) Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, tennasuk

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4), yang tcrnyata tidak

atau tidak sepcnuhnya mcnyclcnggarakan pcmbukuan, alau tidak •

mcmpcrlihatkan pembukuan atau bukti-bukti pcndukungnya tetapi

dapat dikctahui pcrcdaran bruto yang scbcnarnya, maka pcnghasilan

nelonya dihitung bcrdasarkan Norma Pcnghitungan Pcnghasilan Nclu.

(7) Bcsarnya pcrcdaran bruto scbagaimana uimaksud paua ayat (2) uapal

diubah dcngan kcpulusan Mcnlcri Kcuaugan."

17. Kclcntuan ...

..

- 33 -

17. Ketentunn Pnsa1 15 discmpurnakan, schinggn hcrbunyi scbagai bcrikut:

"Pasal 15

Nornta Penghitungan Khusus unluk tncnghilung penghasilan ncto dari

Wajib Pajak tertcntu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketcntuan

l'asal I G ayat ( 1) at au aynt (3) ditclapkan Mcntcri Kcuangan."

18. Kelentuan Pasal 16 diubah, schingga sclunJimya bcrbunyi scbagai bcrikut:

''Pasal J G

(I) Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi \Vajib

Pajak dalam negcri dalam suatu tahun . pajak dihitung dengan car a

mengurangkan dari pcughasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat ( 1) dengan pengurangan scbagaimana dimaksud dalam Pas a I 6

ayat ( l) dan ayat (2), Pasal 7 ayal ( 1 ), dan Pasai 9 ayat ( 1) hurur c,

huruf d, dan huruf e.

(2) Pcnghasilan Kcnn Pajak bagi Wajih Pajak orang pribndi dan hadan

scbagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dihitung dcngan mcnggunakan

Qorma pcnghitungan sebagaimana dimaksud dalam pasal terscbut, dan

untuk Wajib Pajak orang pribadi dikurangi dcngan Pcnghasilan Tidak

Kcna Pajak scbagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( l ).

(3) Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak luar ncgcn yang

mcnjalankan usaha alau melakukan kcgialan mclalui sualu bentuk

usaha tctap di Indonesia dalam sualu Lahun pajak dihilung dcngan cara

mcngurangkan ...

• t

- 34 -

mcngurangkan dari pcnghasilan schag.aimana dintaksud dalam Pasal 5

ayal (l) dan mcmperhatikan kctcnluan dalam Pasal 4 ayat ( J) dengan

pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayal (2) dan ayal

(J), Pasal 6 ayat ( J) dan ayal (2), dan Pascll 9 ayat (I) huruf (;, lnuuf

d, dan huruf e.

( 4)Penghasilan Kena l'ajak bagi Wajib Pajak orang pribadi clalam ncgcri

yang tcrulang pajak dalam suatu bagian tahun pajak scbagaimana

dimaksuu dalam Pasal 2A ayal (6) dihitung berdasarkan pcnghasilan

nclo yang diterima atau diperolch dalam bagian tahun pajak yang

disctahunkan."

19. Kctentuan Pasal 17 diu bah, sehingga seluruhnya bcrbunyi scbagai

bcdkut:

"Pasal 17

(I) Tarif pajak yang diterapkan alas Pcnghasilan Kena Pajak bagi Wajib

Pajak da1am ncgcri dan bcnluk usaha lclap adalah scbagai bcrikut:

Lapisan Pcnghasilan Kcna Pajak

sampai dengan Rp 25.000.000,00

( dua puluh lima juta rupiah)

di alas Rp 25.000.000,00

( dua puluh lima juta rupiah) s/d

Rp 50.000.000,00 (Jima puluh­

juta rupiah)

TarifPajak

10%

(scpuluh pcrsc11)

15%

(lima bcJas pcrsc11)

di alas ...

..

di alas Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah)

J.•

- 35 -

30%

(tiga puluh pcrsen)

(2) Dengan peraluran pemerintah, tarif lertinggi scbagaimana diniaksud

pada ayal (I) dapat diturunkan menjadi sercndah-rendahnya 25°/o (dua

puluh lima perscn).

(3) Dcsarnya lapisan Pcnghasilan Kcna Pajak sebagaimana dimaksud pada

ayal ( t) dapat diu bah dcngan kcpulusan T'v1cntcri Keuangan.

( 4) Untuk kepcduan pencrapan tarif pajak sebagaintana dimaksud pad a

ayat ( 1 ), juntlah Penghasilan Ken a Pajak dibulatkan kc bawah dalam

ribuan rupiah penuh.

(5) Dcsarnya pajak yang terulang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam

·ncgcri yang tcrutang pajak da1am bagian tahun pajak ~ehagaimana

dimaksud dalam Pasal 16 ayat ( 4) dihitung scbanyak jumlah hari dalam

bagian lahun pajak tcrscbut dibagi 360 (liga ralus cnam puluh)

dikalikan dcngan pajak yang terulang untuk 1 (satu) tahun pajak.

(6) Untuk kcperluan pcnghitungan pajak scbagaimana dimaksud pada ayal

(5), liap bulan yang pcnuh dihilung 30 (Liga puluh) hari.

(7) Dcngan pcraturan pcmcrintah dapal dilclapkan larif pajak lcrscndiri

alas penghasilan scbagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2),

,scpar~ang tidak mclcbihi tarif pajak terlinggi scbagaimana lcrscbut

pad a ayat ( 1 ). "

20. Kctcnluan ...

. .

- 36 -

20. Ketcntuan Pasal 18 uiubnh, schingga sclur-uhnya bcrbunyi scbagai

berikut:

"Pasal 18

{ l) Menteri Keuangan berwcnang rnengeluarkan kcpulusan mengcna1

bcsarnya pcrbandingan antara utang dan mutlal perusahaan untuk

kcpcrluan penghitungan pajak benlasarkan Undang-unuang ini.

(2) Menter i Keuangan berwenang menetapkan saat dipcrolehnya dividen

olch Wajib Pajak dalam ncgcri alas penycrtaan modal pada badan

usaha di luar ncgcri sclain badan usaha yang mcnjual sahanmya di

bur"sa cfck, dcngan kctcntuan scuagai uerikul:

a. besarnya penyerlaan ntodal Wajib Pajak dalam ncgcri lcrsebut

sckurang-kurangnya SO%, (lima puluh perscn) dari jumlah saham

yang tlisctor; alau

b. sccara bcrsama-sama dcngan Wajib Pajak dalam ncgcri lainnya

lllCilliliki pcnycrtaan lllUUa( SCUCSal' 50°/o (lima puluh pcrscn) alaU

lcuih dari jumlah saham yang uisclur.

(3) Dircktur Jenderal Pajak bcrwcnang mcnentukan kcmuali bcsarnya

pcnghasilan dan pcngurangan scala mcncntukan ulang schagai modal

unluk mcnghilung besarnya Pcnghasilan Kcna Pajak bagi Wajib Pajak

yang mcmpunyai hubungan islimcwa dcngan Wajib Pajak lainnya

sesuai dengan kewajaran dan kclaziman usaha yang Lidak dipcngaruhi

olch hubungan istimewa.

( 4) Hubungan istimewa scbagaimana dimaksud pad a ayat (3 ), Pasal 8 ayat

( 4), Pasal 9 ayat (I). huruf f, dan Pasal I 0 ayat (I) uia11ggap ada

apabila:

a. \Vajib ...

. ..

..

- 37 -

a. W~jib Pajak 1ncmpunyai pcnycrlaan modal langsung atau tidak

langsung sebesar 25o/o (dua puluh lima persen) alau lebih pada

Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dcngan

pcnyerlaan 25% ( dua puluh lima per sen) a tau lcbih paoa dua Wajib

Pajak atau lebih, dcmikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak

alau lcbih ynng discbut terakhia ~ atau

b. Wajib Pajak ntenguasai Wajib Pajak Jainnya, atau oua alau Jebih

Wajib Pajak bcrada di lmwah pcnguasaan yang sama baik langsung

maupun tidak langsung; alma

c. Lcrdapal hubungan kcluarga baik scdarah maupun scmcnda dalam

garis kcturunan Jurus dan/atau kc samping salu ocrajal.

(5) Apabila Wajib Pajak badan dalam negcri mcmiliki pcnycrlaan modal

langsung alau tidak langsung sebcsar 25"/o (dua puluh lima pcrsen)

atau lcbih pada Wajib Pajak badan dalam negcri lainnya, 111aka lapisan

larif rcnoah scbagaimana dintaksud dalam Pasal 17 hanya ditcrapkan

pada 1 (salu) Wajib Pajak saja."

21. Kctenluan Pasal J 9 diubah, schingga scluruhnya bcrbunyi sebagai bcrikut:

"Pasal 19

(I) Mcntcri Keuangan berwenang mcnclapkan pcraturan ten tang

pcnilaian kembali aktiva dan faklor pcnycsuaian apahila tcrjadi

kctiuakscsuaian antara unsur-unsur hiaya c.Jcngan pcnghasilan karcna

pcrkemuangan harga.

(2) Alas sclisih pcnilaian kcmuali aktiva scbagaitnnna uimaksud pada ayat

( l) ditcrapkan tarif pajak terscndiri dcngan kcputusan f\lcnlcri

Keuangan ...

. . - 38 -

Keuangan sepanjang tidak mclcbihi tarif pajak lcrlinggi scbagaimann

dimaksud dalam Pasal 17 ayal (I)."

22. Ketentuan Pasal 20 diubah, sehingga scluruhnya bcrbunyi scbagai

berikut:

"Pasal 20

(I) Pajak yang dipcrkirakan akan tcrutang dalam sualu tahun pajak,

dilunasi olch Wajib Pajak dalam tahun pajak bcrjalan mclalui

pcmutongan dan pcmungutan pajak olch pihak lain, scrla pcmbayaran

pajak olch Wajib Pajak scndiri.

(2) Pclunasan pajak sebagaimana dimaksuu pad a ayal (I) dilakukan unluk

sctiap bulan atau masa lain yang ditctapkan olch Mcnlcri Kcuangan.

(3) Pclunasan pajak scbagaimana dimaksud pad a ayat ( J) mcn1pakan

angsuran pajak yang botch dikreditkan tcrhadap Pajak Pcnghasilan

yang lcrutang untuk tahun pajak yang bcrsangkutan, kccuali untuk

pcnghasilan yang pengcnaan pajaknya bcrsifat final."

23. Ketcnluan Pas a I 21 diu bah, sehingga seluruhnya bcrbunyi scbagai bcrikut:

"Pasal 21

(I) Pemotongau, penyetoran, dan pelaporan pajak alas pcnghasilan

schuuur.gan dcngan pckcrjaan, jasa, atau kcgiatan dcngan nama dan

dalam bcntuk apapun yang ditcrima atau dipcrolch \Vajib Pajak orang

pribadi ualam ncgcri, wajib uilakukan olch:

n. pcmbcri ...

..

- 39 -

a. pembcri kcrja yang membayar gaji, upah, honorariu111, tunjangan,

dan pernbayaran lain scbagai imbalan schubungan dengan

pekcrjaan yang dilakukan oleh pcgawai alau bukan pegawai~

, b. bendaharawan pemcrintah yang membayar gaji, upah, honorarium,

tunjnngan, dan pcrnbayaran Jain, sehubungan dcngan pckerjaan,

jasa, atau kegiatan;

c. dana pensiun atau badan lain yang mcmbayarkan uang pcnsiun dan

pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pcnsiun;

d. badan yang mcmbayar honorarium alau pembayaran lain scbagai

imbalan schubuugan dcngan jasa lcrmasuk jasa lcnaga ahli yang

mclakukan pekerjaan bebas;

e. perusahaan, badan, dan pcnyclcnggara kcgiatan yang melakukan

pcmbayaran schubungan dcngan pclaksanaan suatu kcgiat an.

(2) Tidak tcnnasuk sebagai pemberi kc1ja yang wajib mclakukan

pcmotongan, penyctoran, dan pelaporan pajak scbagaimana dimaksud

pada ayat (I) huruf a aualah:

a. badan pcrwakilan ncgara asing;

b. organisasi inlcrnasional yang ditetapkan olch Nlcnlcri Kcuangan.

(J) P~nghasilan pegawai tctap a tau pcnsiunan yang uipolong pajak · untuk

sctiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto sctclah uikurangi dcngan

biaya jabalan alau biaya pcnsiun yang bcsarnya dilclapkan olch

tvlenteri Kcuangan, iuran pensiun, dan Pcnghasilan Tiuak Kcna p,~jak.

( 4) Pcnghasilan pcgawai harian, mingguan, scrta pcgawai I idak t clap·

lainnya yang dipotong pajak adalah jumlah pcnghasilan brulo sctclah

dikut angi ...

-.. '.

. .

- 40 -

dikurangi bagian penghasilan yang tidak uikcnakan pcmotongan yang

besarnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(5) Tarif pcmotongan atas pcmbayaran scbagaimana uimaksud pada ayat

(I) mlalah sama dcngan tarir pajak scbagaimana lcrscbut dalam

Pasal 17.

(6) Pajak yang Lelah dipolong alas pcnghasilan yang ditcrima atau

dipcroleh schubungan dcngan pckerjaan uari I (salu) pcmucri ketja

scsuai dengan kctcnluan scbagaimana dimaksud pada ayat (.1) dan

ayat (4 ), merupakan pclunasan pajak yang tcrulang untuk tahun pajak

yang bcrsangkutan, kccuali pcgawai atau pensiunan tcrscbut mcncrima

alau mcmpcrolch penghasilan lain yang bukan penghasilan yang

pajaknya 1elah dibayar alau dipotong dan bcrsifat· final mcnurut

Unuang-undang ini.

(7) Menleri Kcuangan bcrwenang untuk menetapkan pemolongan pajak . ' '

yang bersifal final alas pcnghasilan yang ditcrima alau dipcrolch

sehubungan dcngan pckerjaan, jasa, alau kcgiatan lcrlcnlu.

(8) Pe\unjuk mengenai pelaksanaan pemolongan, pcnyctoran, dan

pelapvran pajak atas penghasilan schubungan dcngan pckc1jaan, jasa,

a tau kcg1atan ditclCtpkan ulch Dircklur .lend era! Pajak."

24. Kctcntuan Pasal 22 diubah, schingga scluauhnya bcrbunyi scbagai bcrikut:

(I) f'v1cntcri Kcuangan dapat 1t1cnctapkan bcndaharawan pcmcrintah untuk

mcn1ungut pajak schubungau dengan pcmbayaran alas pcnycrahafl

barang ...

, ,

- 41 -

barnng, dan bndnn-badan tcrtentu untuk mcmungut pajak t.Jari Wajib

Pajak yang melakukan kcgiatan di bidang impor atau kegialan usaha di

bidang lain.

(2) Kctcntuan mengenai dasar pcmungulan, sifal dan bcsarnya pungulan,

latn cnl'a pcnyeloa au, dan lnta cara pclupo1 nn pajak schagnirnana

dimaksud pada ayal (I) ditdapka11 olch Mcntcri Kcuangan."

25. Kctcntuan Pasal 23 diubah, schingga scluruhnya bcrbunyi scbagai bcrikut:

"Pasai2J

(I) Alas pcnghasilan tcrsebut di bawah ini dengan nama dan dalam bcntuk

apapun yang dibayarkan atau tenJtang olch badan pemcrintah, Subjck

Pajak badan dalam ncgcri, pcnyclcnggara kcgiatan, bcntuk usaha

tclap, atau pcrwakilan pcrusahaan luar ncgcri lainnya kcpada \Vnjib

Pajak dalam ncgcri atau bcntuk usaha tctnp, dipolong pajak olch pihak

yang wajib mcmbayarkan:

a. scbcsar 1 5% (lima betas pcrscn) uari jumlah bruto alas:

I) uividcn;

2) bunga, lennasuk premium, diskonto, dan imbalan schubungan

dcngan jaminan pcngcmbalian utang;

J) royalti;

4) hadiah dan penghargaan selain yang tclah dipotong Pajak

Pcnghasilan scbagaimana dimaksuu dalam Pasal 21 ayal ( J)

huruf e;

b. scbcsar ...

. ..

..

- 42 -

b. scbcsar 15% (lima bclas pcrscn) dad jumlah bruto dan bcrsifal

final alas bunga simpanan yang dibayarkan olch kopcrm;i;

c. sebesar 15% (lima belas perscn) dari pcrkiraan penghasilan nclo

alas:

1) scwa dan penghasilan lain schubungan ucngan pcnggunaan

hart a~

2) imbalan sehubungan dengan jasa lcknik, jasa manajcmcn, jasa

konslruksi, jasa konsullan, dan jasa lain sclain jasa yang Lelah

dipolong Pajak Penghasilan scbagaimana dimaksud dalam

Pasal21.

(2)13esarnya pcrkiraan penghasilan ncto dan jenis jasa lain sebagaimana

dimaksud paua ayat ( 1) hwuf c ditctapkan olch Dircktur Jcndcral

Pajak.

(3) Orang pribadi scbagai Wajib Pajak dalam ncgcri dapal ditunjuk oleh

Direktur Jenderal Pajak untuk mcmolong pajak scbagaimana

dimaksud pad a ayat ( 1 ).

(4)Pcmolungan pajak scbagaimana dimaksud pad a ayal (I) tidak

dilakukan ata~r

a. penghasilan yang dibayar atau terulang kcpada bank;

b. scwa yang dibayarkan atau tcrutang schubungan dcngan scwa

guna usaha dengan hak opsi;

c. uividen scbagaimana tlimaksud dalam Pasal 4 ayat (J) huruf f,

d. bunga obligasi sebagaimana uimaksud ualam Pasal 4 ayal (J)

hun1f i;

e. bagian ...

. ,

- 43 -

c. bagian Jaba sebagaimana dimaksud dalam Pasaf 4 ayat (3) huruf j;

r sisa hasil usaha koperasi yang clibayarkan olch kopcrasi kcpada

anggotanya;

g. bunga simpanan yang tidak melcbihi batas yang ditclapkan oleh

l\1cnlcri Kcuangan yang dibayarkan olch kopcrasi kcpada

anggotanya."

26. Kctcntunn Pasal 24 diubah, schingga scluruhnya bcrbunyi sebagai berikut:

"Pasal 24

(I) Pajak yang dibayar a tau tenJlang di luar ncgeri at as penghasilan dari

luar negcri yang diterima alau diperolch Wajib Pajak dalam ncgcri

botch dikrcditkan terhadap pajak yang terutang bcrdasarkan Undang­

undang ini dalam tahun pajak yang sama.

(2) 5~sarnya kredit pajak scbagaimana dimaksud pad a ayat ( l) aualah

scbct.~tr pajak pcnghasilan yang dibayar atau tcrutang di luar llL'gcli

lctapi •idak bolch mclcbihi pcnghitungan pajak yang lcrulang

bcrdasark1n Undang-untlang ini.

(J) Dalam mcngh;.tung batas jutnlah pajak yang bolch dikrcditkan,

pemmluan sumbcr pcnghasilan adalah ~"'h~,,wi bcrikut:

a. penghasilan dari saham dan sckurilas lainnya atlalah ncgara tcmpat

badan yang mcnerbitkan saham alau sckuritas lcrscbut bcrtcmpat

kcdudu kan;

b. pcnghasilan ...

- 44-

FRAKSI ABRI RUSDI ROESLI

Ayat (3) dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh di kreditkan, penentuan sumber penghasilan adalah sebegai berikut :

a. Penghasilan dar! aaham atau sakeritas lainya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sukeritas tersebut bertempat kedudukan;

b. Penghasilan berupa bunga, royaliti, dan sewa sehubungan de­ngan penggunaan harts gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royaliti, atau sewa bertempat kedudukan atau berada ;

ter:sebu.t

c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan pengurangan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak

d. Penghasilan berupa imbalan sehubunga· ... dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar ar~u

dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada ;

e. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat perusahaan tetap tersebut menjalankan usaha atau kegiatan.

bentuk J!.l!~lal.~u.lt.an

Ayat (4) penentuan sumber penghasilan selain pengh~:t.t:;l.lon

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan prinsip yang sama dengan prinsip yang dimaksud dalam ayat tersebut.

Ayat (5) apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikriditkan ternyata kemudian dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Urdang-Undang ini harus di tam -bah dengan j~lah tersebut pada tahun pengurangan atau pengemba­lian itu dilakukag.

Ayat (6) ketentuan mengenai pelaksanaan pengkriditan pajak a tas penghasilan dar! luar negeri di tetapkan dengan k·eputusan

Menter! Keuangan • "

27.Ketentua pasal 25 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut ; " pasal 25 ayat (1) besarnya angsuran pajak dalam ta­hun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pejak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terhu -tang menurtu surat pemberitahuan tahun pa.jak pengh:lsilan tl·1hun

pajak yang lalu dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotong

dan • • • • 8 • • • • • • • • • • •

1

..•

- 45 -dan garis miring atau dipungut serta pajak penghasilan yang

dibayar atau terhutang diluar negeri yang boleh dikreidit -kan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, pasal 22, pasal 23, dan pasal 24, dibagi angka dua belas (12) atau banyaknya b~ lan dalam bagian tahun pajak.

Ayat (2) besarnya angsuran pajak yang mrus dibayar

s endiri oleh wajib pajak untuk bulan-bulan sebelum ~ betas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahun pajak penghasi­lan, sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakh hir dari tahun pajak yang lalu, msil pajak tidak kurang d~ ri rata-rata angsuran bulanan tahun p3.jak yang lalu.

Ayat (3) apahila telah diterbitkan surat ketetapan pa­jak untuk angka dua (2) tahun pajak sebelum tahnn surat pe.!!!

beritahuan tahun pajak penghasilan sebagaimana dimaksud da­lam ayat ( 1), yang penghasilan angsuran pajak yang lebih b~ sar dari angsuran pajak yang berdasarkan surat pemberitahu­an tahun pajak penghasilan tersebut, maka besarnya angsuran pajak dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tahun pa­jak terakhir.

Ayat (4) apabila dalam tahun pajak berjalan diterbit -kan surat ketetapan pajak untuk angka dua (2) tahun pajak sebelumnya yang men~'asilkan angsuran pajak yang lebih be­sar daripada angsusan pajak bulan yang lalu, yang dihitWlg berdasarkan ketentuan pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), maka besarnya angsuran pajak di hitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tahun pajak terakhir dan berlaku mu -lai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat keteta­pan pajak.

Ayat (§) apabila pajak penghasilan yang terhutang men~ rut surat pemberitahuan tahun pajak penghasilan tahun pajak yang lalu lebih kecil dari jumlah pajak penghasilan yang t~. lah dibayar, dipotong dan garis miring atau dipungut selama tahun pajak yang bersangkutan, maka besarnya angsuran pajak

untuk setiap bulan sama dengan angsuran pajak untuk bul~n

terakhir dari tahun pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(2), ayat (3), dan ayat (4) sampai de keluarkan keputusan Direk­tur Jenderal Pajak, dan untuk bulan-bulan berikutnya angsu£ an pajak dihitung berdasarkan jumlah pajak yang terutang m~ nurut keputusan tersebut.

ayat (6) • • • • • • • • • • 2

- 46 -

ayat (6) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan perhitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, apabila :

a. Wajib Pajak berhak atas konpensasi kerugian ;

b. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teraturan

c. Surat Pemberitahuan tahun pajak penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas '-aktu yang di tentukan ;

d. Wajib Pajak diberikan pel)!>anjang~n jangka waktu peniyaropaian

surat pemberitahuan ;ahun pajak penghasilan ;

e. Wajib Pajak membetulkan sendiri surat pemberitahuan tah\man pajak penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih beear dari angsuran bulanan sebelum pembetulan ;

f. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak.

Ayat (7) penghitungan besarnya angsuran pajak bagi wajib p~ jak baru, bank, Badan Usaha Milik~ Negara,Bedan Usaha Milik DaeP rah, dan wajib pajak tertentu lainnya ditetapkan oleh Menter! K~ uangan.

Ayat (8) bagi wajib pajak orang pribadi yang bertolak ke 1~ ar negeri wajib membayar pajak yang ketemtuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. "

28. Ketentuan pasal 26 diubah, sehingga seluruhnya berbunEi seha.g~.i

berikut : " pasal 26 aya t ( 1) atas pengha silan terse but dibawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terutang oleh Badan Pemerintah, sebagai :rajak dalam milik, penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan p~ .

rusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak luar negeri se -lain bentuk ~saha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar an~ ka dua puluh persen ( 20 % ) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan;

a. Deviden ; b. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan d£

ngan jaminan pengembalian hutang; c. Royaliti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan den~n peng-

gunaan harta; d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiataan;

e. Hadiah dan penghargaan ; f. Pensiun dan pembayaran perkara lainnya.

ayat ( 2) ••••••••• 3

...

----~---

- 47 -ayat (2) atas penghasilan dari penjualan harta di Indonesia,

kecuali yang diatur dalam pasal 4 ayat (2), yang diterima atau di

peroleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indo­nesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asura~ si luar negeri, dipotong pajak sebesar angka dua puluh persen(2~~) dari perkiraan penghasilan netto.

Ayat (3) pelaksanaan ketentwn sebagaimna dimaksud pada a -yat (2) ditetapkan oleh Menter! Keuangan.

Ayat (4) pengbasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari

suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenakan pajak sebesar ang­ka dua puluh persen ( 20 % ) kecuali penghasilan tersebut ditanam­kan kembali di Indonesia yang ketentuannya ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan Menter! Keuangan.

Ayat (5) pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat (2) dan ayat (4) bersifat final, kecuali :

a. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat ( 1 ) huruf b dan huruf c ;

b. Pemotongan atas pengh&.silan yang diterina atau diperoleh ora­ng priba:di atau OO.dan luar negeri ~g berubah status mrojadi

wajib pajak dalam negeri atau benb.lk usaha tetap • "

29. Ketentuan pasal 127 dihapus. 30. Judul bab romawi VI diubah, sehingga menjadi sebagai berikut :

" bab romawi VI perhitungan pajak pada akhir tahtm " 31. Ketentuan pasal 28 disempurnakan dan ditarnbah dengan ketentuan ba­

ru, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut : " pasal 28 ayat ( 1) bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak yang terutang dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan, berupa :

a. Pemotongan paja.k atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan l<~

giatan sebaL~imana dimaksud dalam pasal 21 ;

b. Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan dibidang impor a tau kegiatan usaha dibidang lain seln gaimana di nn ksud. dalam pasal 22 ;

c. Pemotongan pajak atas penghasilan berupa deviden, bunga, roya­liti, sewa, hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa sebagaim~

na dimaksud dalam ~sal 23;

d. Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar ~ geri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal

24 ;

e • • • • • • • • • • • • • • • • •- • •

4

- 48 -

e. Pembayaran dilakukan oleh wajib pajak sendiri sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ;

f. Pemotongan pajak atas penghasilan setegaimana dimaksud d~ lam pasal 26 ayat (5).

Ayat (2) .. sanksi ad.ministrasi berupa bWlg;·_, .ienda, dan ke­

naikkan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaandengan pelaksaaaan peraturan perWldang-undangan dibidang pe.t'l•aj~.mn

yang berlaku tidak boleh dikreditkan dengan pajak yans teru~· ng sebagaimana dimaksud pada aya t ( 1). "

32. Menambah ketentuan ts.ru diantara pasal 28 dan pasal 29 · yang dijadikan pasal 28 a, yangb berbunyi sebagai berikut :" pasal 28 a apabila pajak yang terutang untuk satu tahun pajak ter -nyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak sebagaimana dimak­sud dalam pasal 28 ayat (1), maka setelah dilakukan pemeriks~. an, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhit~ ngkan dengan hutang pe.jak berikut sanksi-sanksinya • "

33. Ketentuan pasal 29 diubah, s_ehingga berbunyi sebagai berikut:

" pasal 29 apabila pajak yang terutang untuk satu tahun pajak

ternyata lebih besar daripada kredit pajak selagaimena dimak­sud dalam pasal 28 aya t ( 1), maka kekurangan IS jak yang teru­tang harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal dUAl puluh lima (25) bulan ke tiga setelah tahun pajak terakhir, sebelum su­rat pemberitahuan tahun na.nti disampaikan • "

34. Ketentauan pasal 30 dihapus •

35. Ketentuan pasal 31 dihapus. 36. Menambah ketentuan baru diantara pasal 31 dan pasal 32 yang

dijadikan pasal 31 a dalam Bab romawi VII tentang ketentuan -ketentuan lain-lain, yang berbunyi sebaeai berikut :

n pasal 31 a kepada wajib pajak yang melakukan penamaman mo­dal di bidang-bidang usaha tertentu dan garis mirine atau di­daerah tertentu dapat diberikan fasilitas perpajakan yang dim

atur dengan peraturan pemerintah. "

37. Ketentuan pasal 32 disempun1akan, sehingga berbunyi ~::;e-h2'g-~t 1 berikut : " pasal 32 tata cara pengerahan pajak dan sanksi-sa nksi berkenaan dengan pelaksanaan Undang-Undang ini dilakukan sesui dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang keteJhsuan umum dan tata cara perpajakan • "

38. Menambah ketentaan baru diantara ~sal 33 dan pasal 34 y~ng

dijadikan pasal 33 a dalam bab romawi VIII tentang ketentuan peralihan,yang berbunyi sebagai berikut :

" pasal 33 •••• 5

... . ..

- 49 -

" pasal 33 a ayat (1) wajib pajak yang tahun bukunya berakhir setelah tanggal 30 Juni 1995 wajib menghitung pajaknya berda­sarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1993 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang­Undang ini.

Ayat (2) Wajib pajak yang memperoleh fasilitas perpajakan dan telah mendapat keputusan tentang saat mula! · berproduksi sebelum tanggal, 1 Januari 1995, maka fasilitas perpajakan ~ maksud dapat dinikmati sesuai dengan jangka waktu yang diten­tukan •

Ayat (3) Fasilitas perpajakan yang telah diberikan, hera~ hir pada tanggal 31 Desember 199~, kecuali fasilitas sebagai­mana dimaksudkan pada ayat (2) •

Ayat ( 4 ) wajib pajak yang menjalankan usaha d1b1dang usaha pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan umum,dan pertambangan lainnya berdasarkan kontrak bag! basil, :kontralt

bagi basil, kontrak karya atau perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan yang masih berlaku pada saat berlakunya undang-· undang ini, pajaknya dihitung berdasarkan ketentuan dalam kon trak bagi hasil, kontrak karya, atau perganjian kerjasama pe­ngusahaan pertambangan tersebut sampai dengan berakhirnya ko~ trak atau perjanjian kerjasama dimaksud • "

39. Ketentuan pasal 34 disempurnal<an, sehingga berbunyi s.eb~gai

berikut : " pasal 34 peraturan pelaksanaan dibidang pajak p~ nghasilan yang masih berlaku pada saat berlakunya Undang-Un -dang ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentang­an dengan ketentuan dalam Undang-Undang Ini •"

40. Ketentuanpasal 35 disempurnakan, sehingga berbunyi sebagai berikut : " pasal 35 hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini diatur lebih lanjut dengan peraturan Feme· -r intah • "

Pasal romawi II Undang-Undang ini dapat disebut " Undang-Un -dang perubahan kedua Undang-Undang Pajak Pengha silan 1 ~184 • "

Pasal romawi III Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1995 • Agar setiap orang mengetahuinya, memberita -kan pengudangan Undang-Undang ini denean peneppatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal •••••••••• ?i<" ... "~iden Repub -lik Indonesia, Soeharto di Undangkan di Jakarta pada tanggal. •••••••• Menteri Negara Sekreta.tts Negara ll.epublik Indmnesia,

II

~ . ~ . . . . . . . . . . . . .

-50-

Moerdiono Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Nomor ••••••••• selesai. • • • • • • • • • • • • • • • •

KETUA PANSUS I'RAKSI ABRI : DRS, SOETIKNO

Terima kasih Pak, Rusdi Roesli yang telah membacakan perubah­an atas Undang-Undang Nomor 7 TahWl 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 se

. -belum kami melanjutkan karena tad! malam kita telah mengambil suatu persetujuan bersama bahwa pada .jam 11 • 00 WIS kita al<an· ekora dan memberikan kesempatan pada Bapak Menter! untuk ke Lapangan Banteng .· menerima tamu dar! Luar Negeri akan tetapi ada berita baik ini bagi ki ta bersama Bapak Menter! dapat hadir bersama-sama ki ta pada · .hari . ini sampai maksimum dam 15.00 WIB maka oleh sebab itu lmmi mohon

persetujuan dar! Bapak-Bapak, Ibu-Ibu Anggota Pansus yang mulia lni untuk l1'apat dapat kita teruskan membaca perubahan atas undang-unda­ng nomor 8 tahun 1983 karena hanya berjumlah 25 halaman $eleafl1 pembacaan !ni nanti maka kita akan mengambil persetujuan kita dan setelah itu kita istirahat, setealh istirahat nanti kita lanjutkan sa.putan atau pendapat.mini dar! masing-masing Fraksi serta samb~ tan Pemerintah, menurut dugaan kemi tidak akan sampa.i dengan jam

3. 00 WIB, apakah in! dapat disetujui Ibu-Ibu Bapak-Bapak •

sien.

Seluruh Anggota Pansus Setuju. Ketua Pansus mengetukan palu 1 X Terima kasi.

Untuk menghemat waktu kami persilakan Bapak Syaiful Anwar Hue

-·-·-·-·-----------·--·-·--·-··--------~------------------·--------_.---Terima ,.kasih. Pimpinan dan Sidang yang kami hormati.

Kami sudah menyimak dan meruu.hami Batang Tubuh namun dalam naskah kami tidak ada, belum ada naskah penjelasannya, kami menya: • rankan nanti dalam na skah ini akan dibagikan kepada seluruh Abggota

seyogyanya dilampiri dan dilengkapi densan naskah penjelasannya ini sebagai syarat.

Terima kasih.

KETUA PANSUS FRAKSI ABRI DBS, SOETRISNO

Terima kasih Pak Trisno. Saya rasa hal ini sedang dilakukan, sedang digandakan malahan

kepada seluruh Anggotapun akan kita bagikan pada keesokan harinya.

Terima kasih, atas syaratnya, kemudian kami persilakan Da1~ak

Syaiful.

Sayiful ••••••••••••••

-51 -

FRAKSI PERSATUA PEMBANGUNAN : SYIFUL AN'.IAR HUSIEN

. .

Dewan Perwakilan ~kyat Republik:.In~~nes~~ ... Ra~cangan Undcrg-Undang Republik Indonesia nomor tahun tentang Perubahan atas Undang-Undang nomor 8 Tabun 1983 tentang }'ajak Z,ertambahan Ni~ lai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan Ra,!! mat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonedia, menimbang :

a. Bahwa pelaksanaan Pembangunan Nasional telah menghasilkan perkem 1. -

bangan yang pesat dalam kehidupan nasional, khususnya dibidtntg perekonomian, termasuk perkemban~n bentuk-bentuk dan praktek pe -nyelenggaraan kegiatan usaha yang belum tertampung dalam Undang-

Undang nomor 8 Tahun 1983 tentang ?ajak rertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas: .&-.·z~ng Mewah ;

b. Bahwa dalam upaya untuk selalu menjaga agar perkembangan pereko­nomian dapat tetap berjalan sesuai dengan kebijakan pembangunan yang tertumpu pada trilogi pembangunan sel:egaimana dia.mumillt~n

dalam Liaris-Garis Besar Ha1uan Negara, dan agar lebih dapat c;li -

ciptakan kepastian kukum dan kemudahan administrasi berkaitan d~ ngan aspek perpajakan bagi bentuk-bentuk d~n praktek penyeleng~ raan kegiatan usaha yang terus berkembang, diperlukan langkah-1!,

ngkah penyesuaian terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1993 texa­tang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang i'lewah ;

c. Bahwa untuk mewujudl<an hal-hal tersebut, dipa.ndang perlu mengu -bah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertumbuhan Nilai ~rang dan Jasa dan Pajak PenjUP

alan atas Barang Mewah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 23 ayat (2) Undang

- Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang nomor 6 Tahun 1983 tentang l<etentuan umum dan tata

c~ra perpajakan ( Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, lfambahan Lembaran Negara nomor 3262 ) sebag.aimana telah diubah dengan Un­dang-Undang nomor. tahun. ( Lembaran Negara Tahun. nomor., Tambahan Lembaran Negara Nomor ••••• ) ;

3. Undang-Undang nomor 1 tahun 1983 tentang pajak penghasilan (Lem­baran Negara tahun 1983 nomor 50, ~bahan 1embaran Negpra nomor 3263 ) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang n~ mor • • • • • tahun •••••• ~ Lembaran Negara Tahun • • • • • ·• nom or •••• tambahan Lembaran Negara Nomor ••••• ) ;

4. Undanc; ••••••• 8

~ .. ~.;.' ....•.. : -~

-53-

V () pcnycrahnn Bnumg Kcua J'njuk dari l'u~ul kc Cubang alau scbaliknya

c..lan pcnyewhun Bnrung Kcnu Pnjnk anlnt Cabang;

g) pcnycrahan Barnng Kcna Pajak sccara kunsinyasi;

2) Yo~tg tidak lcnnusuk du1nm pcngcrtinn pcnycrnhun llnrung Kcna l'njnk

ndnlah:

n) flcnyc• alum Umang Kcna l'~~ak kcpm.la ntakclur scbagaiannna dituaksud

dalmn Kilnh Unc..lang-untlang llukmn Dagnng;

b) pcnycrahan Bnrung Kcna Pajak untuk jmninan ut~mg-piulang~ c) pcnycnthan Bmang Ken a l'ajak sebago i mana di maksud pad a angka 1 )

hurur f) dalam hal Pcngusahn Kcna Pajak mempcruleh ijin pemusalan

lempal pnjak tcrutang~ d) pcnyeralmn Barnng Kcna Pajak dnlum mngka pcrubahan bentuk usaha

ntnu pcnggnhungcm usnha utuu pcngali1mn scluruh aktiva perusahaun

yang tliikuti dcngan pcrubulum 1•ihak yang bc1·1tak utas Uarang Kena

l'l~ak~

e. Jnsa ...

- ~- ........ ·- .. --.

-54-

e. Jasa adalah sctiap kcgiatan pclnyanan bcrdnsatkan suntu perikatan atau

pcrbuatan hukum yang mcnyebabkan suatu barang alau fasilitas atau

kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk

menghasilkan barang karena pesanan atau pennintaan dengan bahan dan atas

petunjuk dari pemesan;

f. Jasu Kcna l'njak adalah jusa scbngaimana . ditnaksud pada huruf c yang

dikenakan pajak herdasarkan UndnngMundang- ini; ·

g. l'cnyerahan Jasa Kena Pajak adalah sctiap kcgiatan petnbcrian Jasa Kena Pajak ·

sebagaimana dimaksud pada hurur f~ tcnnasuk Jmm Kcna P~jak yang digunnkan

untuk kcpcntingan scndiri ntau Jmm Kcna l'njnk ynng dibcrikan secara c\ttna­

cutua olch l'cngusaha Kena P[~juk;

h. lmpor adalah sctiap kegiatan mcnwsukkan harang dari luar Daerah Pabean ke

dalrun Uacrah Pabcan;

i. Ekspor ndalah setiap kcgiatan ntcngcluarkan barang dari dalan1 Daerah

Pabcan ke lunr Dacrah Pabcan~

j. Perdagnngan udalah kcgiatan usuha mcmbcli dan tncnjual barung lanpa

tnengubah bcnluk alau sifatnya~

k. Pengusaha ada1ah orang prihadi utau hudan datum bcntuk upapun yang dulatn

lingkungan pcrusahaan alau pckcrjaannya mcnglmsitkan barang, ntcngitnpor

barang, ntcngekspor barang, melakukan usaha pcrdagangan~ mentanfaatkan \..

barang lidak berwujud dari luar Dacrah Pabean, 1nclakukan usaha jasa, atau

mcmanfaatkan jasa dari luar Dacrah Pabcan;

I. Pcngusaha ...

.,_ ~ ~-·-...........·-···-·--· ._ ................... ---·-··-· .. ··------·-·-·-·-------... ·------·-- ·-·-·--

- 55 -

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagailnana dianaksud pada huruf k

yang tnclakukan penyerahan Darang Kena Pajak danlatau penycraban Jasa Kena . '

Pajak yang dikenakan pajak bcrdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk

Pengusnha K~cil yang batasannya ditctapka~ olch Mcnteri Keuangan, kecuali

Pcngusaha Kecil yang mcmilih untuk dikukuhkan ancnjadi Pcngusaha Kena

Pajak;

Menghasilkan adalah kcgiatan mengolah tnelalui proses mengubah bentuk atau

sifat suatu barang dari bentuk aslinya mcnjadi barang baru atuu tuempunyai

daya guna buru, atau kcgiatan mengolah sumbcr daya alntn tennasuk ntenyuruh

orang pribadi utau badan lain melakukan kcgiat.an tcrsebut;

1. Dasar Pcngcnaan Pajak adalah jumlah llarga Jual atnu Pcnggantian atau Nilai

hnpor atau NiJai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan oleh Menteri

Kcuangan yang dipakai scbagai dasar untuk mcnghitung pajak yang terutang;

o. I larga Jual adalah nilai bcrupa uang, tcrntasuk sctnua biaya yang diminta atau

scharusnya diminta olch pcnjual kurcna pcnycrahan Darang Kcna l'ajak, tidak

tcnnasuk pqjak yang dipungut ancnurut tJndung-uaulaug ini dan potongan harga . yang dicantumkan dalam Faktur Pajak;

p. Pcnggantian adalah nilai bcrupa uang~ lcrmasuk sctnua biaya yang ditninla

alau scharusnya diminta olch pcmbcri .Jasa karcna penyerahan Jasa Kena

. Pajak, lidak tcnnasuk pajak yang dipungul mcnurut Undang-undang · ini dan

polongan harga yang dicanlumkan dalatn F aklur Pc~ak;

q. Nilai lmpor m.lalah nilai hcrupa uang yang 1ncnjadi dasar pcnghitungan bea

masuk ditamhah pungutan Jainnya yang dikcuakan bcnJasarkan kctcntuan dalrun

pcraluran pcrundang-undnngan Pabcun untuk impor Uarang Kcna Pajak, tidak

tennasuk pajak yang dipungulmcnurut Undang-undang ini;

r. Pcanbdi ...

...... · .. -··"\ ..... _

-56-

Pemb.eli adalah orang pribadi atau badan atau instansi Pemcrintah yang

tnenerima alau scharusnya mcncritna pcnycrahan Barang Kcna Pajak dan yang

mctnbayar alau scharusnya mcmbayar harga Uarang Kena Pajak tersebul;

l'enerinta Jasa adalah orang pl'ibadl alau bat.lan alau instansi l'emerintah yang

menerhna atau scharusnya mencrinta pcnycrnhan Jasa Kcna l,ajak dan yang

rnetnbayar atau schnrusnya tnctnbayar Pcnggnnlinn atas Jasa Kcna Pajak

lcrsebut;

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena

Pajak karena pcnyerahan Barang Kena Pajak atau pcnycraluut Jasa Kcna Pajak

atau olch Dircktorat Jcauleral Bea dan Cukai karena intpor 13arang Kena Pajak;

u. Pajak Masukan ndalah Pajak Pcrtatnbahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha

Kena Pajak karcna perolehnn Batang Kcna P£ljak dan/atau pcncrimaan Jasa

Kena Pajak dan/atau pctnanfaatan Uarang Kcna l';:~ak tidak berwujud dari luar

Dacrah Pabcan dan/atau pcmanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean

danlatau irnpor Barang Kena P~jak;

v. Pajak Keluaran adalah Pajak Pcrtambahan Nilai yang dipungut olch Pengusaha , Kena Pajak karcna pcnyerahan llamng Kena Pajak atau pcnyerahan Jasa Kcna

Pajak;

w. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, tcnnasuk scmua biaya yang di'tninta atau

yang schurwmya diminla olch cksportir~

x. Pctnungul Pajak Pcrtumbahan Nilai adalah orang pdbadi, hadan. atau instrutsi

Pemcrinlah yang ditm~uk olch Mcnteri Kcuangun untuk ntcmungut, tncnyclor,

dan melaporkan pajak yang tcrutang olch Pcngusaha Kena Pajak alas

pcnyerahan U_arnng Kcna Pajak dan/alma pcnycr·ahan Jasa Kcna Pajak kcpada

orang pribadi, badru1, a tau instansi Pcmcrinlah terse hut."

2. Ketentuan ...

-57-

~etentuan Pasal 2 ayat (2) diubah, schingga Pasal 2 scluruhnya ntet~adi berbunyi cbagai bcrikul :

"Pasal 2

I) IJaJan1 hut J largu. Juul utnu J'cngguutiun ~ipcngunahi oleh hubuugun istimewa,

muka Barga Jual alma Pcngganliun dihitung alas dnsar harga pasar wajar pada

saal pcnycrahan Barang Kcna Pajak alma Jasa Kcnu 1\~ak itu dilakukan.

2) Hubungan istimcwa dianggap atla apabila :

a) Pcngusaha tncmpunyai pcnycrtann langsung atuu tidak langsung scbesar

25% (dua puluh lima pcrsen) atau lcbih pada Pcngusaha lain, atau hubungan

an tara Pcngusaha dcngan pcnycrtaan 2So/i, ( dua puluh lima pcrsen) a tau lebih

pada dua Pcngusaha alau Jcbih, tlcmikian pula hubungan antara dua

Pcngusaha atau Jcbih yang discbut tcrakhir; alau

b) Pcngusaha mcnguasai Pcngusaha lainnya alau Jua atau lcbih Pcngusaha

berada di bawah penguasaan Pcngusahu yang smna baik langsung maupun

tiduk langsung; atau

c) teruapal hubungan kcluarga baik scdarah maupun scmc1H.Ja dalam garis

kct.urunan lurus salu de raj at tlan/atau kc sam ping satu derajat."

Kctcntuan Pasal J dihapus.

tvlcnambah B/\ B bnnt tli an tara UAB II len tang Pcngukuhan Pcngusaha Kcna Pajak

dan BAB Ill tenlang Objck Pajak dan Kcwajiban Pcncatalan yang dijadikan UAB

IIA tcntang Kcw<~jihan tv1cmpunyai Nomor Pcngukuhan Pcngusaha Kcna Pajak dan

Kcwajiban Mcmungut, Mcnyctor. dan tv1claporkun Pajak yang, Tcrutang, yang

bctbunyi scbagai berikut :

"B/\l3 IIA ...

. ..

- 58 -

"UAB IIA

KEWAJIBAN MEMPUNYAJ NOtvtOR PENGUKUIIAN PENGUSAHA KENA

PAJAK DAN KEWAJIBAN MECV1UNGUT. tviENYETOR~ DAN MELAPORKAN

PAJAK YANG TERUTANG"

. Mcnambah ketcntuan baru di antma Pasal 3 dan Pasal 4 yang dijadikan Pasal 3/\

dalam BAIJ IIA tcntang Kcwajiban Mcmpunyai Nomor Pcngukuhan Pcngusaha

Kcna Pl~jak dan Kewajiban Memungut. tv1enyctor, dan Mclaporkan Pc~ak yang

Tcrulang. yang bcrbunyt schagai bcri kut :

"Pasnf JA

(1) Pcngusaha yang mclakukan pcnycrahan scbagaimana uimaksud dalam Pasal

4 huruf a, huruf c, atau huruf L wt~jib mcmpunyai Nomor Pcngukuhan

Pcngusaha Kcna Pajak, mcmungut. mcnyctor, dan Jnclaporkan p,~ak

Pcrtambahan NiJai uan Pt~jak Pcnjualan Atas Barang Mcwah yang terulang.

(2) Pengusaha Kccil yang mcmilih untuk dikukuhkan tncnjaui l'cngusaha Kcna

Pl~ak wajih ltlclaksanakall kctcnluan schagaimana dinwksud pada ayat { 1 ).

(3) Orang prihadi a tau bad an yang mcmanl~talkan Barang Kcna p,~jak ti<.lak

bcrwt~jud tlari luar Daerah Pahcan scbagaimana uimaksud uahun Pasal 4 huruf <1

dan/atau yang mcmanf~talkan Jasa Kcna Pajak dari luar Dacrah Pabcan

scbagaimana dimaksud ualam Pasal 4 huruf c W<~ib mcmungul. mcnyctor. tlan

melapurkan Pajak Pcrlamhalli.tl\ Nilai yang tcrutang yang pcnghilungan dan tala

canmya tlitclapkan olch f\lcnlcri Kcuaugan."

6. Kctenluan ...

. ...

........... "';~~ ........

-59-

tcntuan Pasal 4 diubah, sehingga tncnjadi berbunyi sebagai berikul :

"Pasal 4

ljak Pertambahan Nilai dikenakan alas :

pcnyerahan Darang Kcna Pajak di dalam Dacrah Pabcan ymtg dilakukan ulch

Pengusaha~

J1 impor Barang Kcna Pajak;

-I c. penyerahan Jasa Kcna P~jak yang dilakukan di dalatn Daerah Pabcan olch

Pengusaha;

d. pcrnanfaatan Barang Kena P<~ak tidak bcrwujud dari luar IJaerah Pabean di

dalam lJacrah Pabcan;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Dacrah Pabean di dalam Dacrah

Pabcan;

f. ckspor Barang Kcna Pajak olch Pcngusaha Kcna P<~ak."

7. l\1cnambah kctenluan baru di antara Pasal 4 dan Pasal 5 yang dijadikan Pasal 4A

dalam UAU Ill lcntang Objck Pajak dan Kcwajiban Pcncatatan, yang bcrbunyi

sebagai bcrikul :

''Pasal4A

Jcnis Barang scbagaimana di1naksud dalam Pasal I huntf b dan jcnis Jasa

scbagaimana dimaksud dalam Pasal t lnu·uf c yang tidak dikcnakan pajak

bcrdasarkan Undang-untlang ini ditt~lapkan den gun Pcraturan l'emcrintah."

8. Kctt·nhmn ...

- 60 -

Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga mcnjadi berbunyi sebagai bcrikut :

"Pasal 5

(I) Di sa1nping pengcnaan pajak scbngaimana dimaksud dalatn Pasal 4, dikenakan

juga Pajak Penjualan Atas Barang tvlcwah tcrhatlap :

a. penyerahan Barang Kcna Pajak Yang Tergolong rvtcwah yang tlilakukan

oleh Pengusaha yang mcnghasilkan Uarang Kcna Pajak Yang Tergolong

Mewah tersebut di dalam Dacrah Pabcan dalam lingkungan perusahaan atau

pckcrjaannya;

b. impor Uarang Kcna Pajak Yang Tcrgolong Mcwah.

(2) Pajak l'cnjualan Atas Barang tvtcwah Jjkcnakan lumya satu kali pada waklu

penycrahan Uarang Kcna Pajak Yang Tcrgolong fvlewah olch Pengusaha yang

tnenghasi lkan a tau paua \Vaktu impor."

9. Mcmuubuh kctcntuan ban1 ui untnra Pusal 5 tlan Pasal 6 yang tlijadikan Pasal SA

dalatn l3AB IIJ tcntang Objck Pajak dan Kcwajiban Pcncalatan, yang bcrbunyi

scbagai bcrikul :

"Pasal SA

Pajak Pcrtmnbahan Nilai dan Pajak Pcnjualan Atas Barang rvtcwah alas penycrahan

Barang Kcna Pajak yang dikcmhalikan dapal dikurangkan dari Pajak Pcrtambahan

Nilai dan Pajak Pcnjualan Atas Barang .t\1cwah tcrulang Jalam Nlasa l'<~iak

terjadinya pcngcmbalian Uarang Kena Pajak tcrscbut yang tala caranya ditctapkan

olch tvtcntcri Kcuangan."

I 0. Kctcntuan ...

- 61 -

Ketentuan Pasal 6 diubah, schingga mcr~m.Ii bcrbunyi scbagai berikut :

/ /

"Pasal6

(I) Setiap Pcngusaha Kena Pajak diwajibkar1 Jncncalal semua jurnlah hargn

pcrolchan dan penycrahan Barang Kcna Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalant

pembukuan perusahaan.

(2) Oalatn pcmbukuan itu harus dicatal sccm·a tcrpisah dan jclas, juntlah harga

pcrolchan dan penycrahan barang dan/atau jasa yang terulang pajak, yang

tncndapal fasilitas bcrupa P'~ak yang tcrutang lidak dipungut, yang dikcnakan

tatif Oo/o (nol pcrscn), yang ntcndapat fasiJitas berupa pcmbcbasan dari

pengcnaan pajak, dan yang tidak dikcnakan pajak.

(3) Pengusaha yang bcn.lasatkan UnJang-um.Jang Pcrubahan Kcdua Untlang-undang

P~iak Penghasilan 1984 mctnilih dikenakan Pajak Pcnghasilan berdasarkan

norma penghitungan, Wt~ib mcmbual catatan nilai pcredaran bruto sccara tcratur

yang menjadi Dasar Pcngcnaan Pajak Pcrtambahan Nilai~ scpanjang terutang

Pajak Pcrtambahan Nilai Barang dan Jasa."

II. Ketentuan Pasal 7 ,Jlubah, schingga tncnjadi bcrbunyi scbagai bcrikut :

"Pasal 7

(I) Tarif Pf~ak l'crtrunbahan Nilai aJalah 1 or}o (scpuluh pcrscn).

(2) Tarif Pajak Pcrtambahrut Nilai alas ckspor Uarang Kcna Pajak adalah 0%, (nol

pcrscn).

(J) Dcngan Pcraluran Pctncrintah, latif pajak scbagainuma ditnaksuJ paJa ayal ( 1)

dapat diubah mcnjadi scrcndah-tcndahnya 5% (lima pcrsen) dan setinggi­

tingginya 15o/o (lima bel as pcrsen)."

12. Ketcntuan ...

••

- 62 -

12. Kelentuan Pasal 8 diubah, schingga mcnjadi bcrbunyi scbagai bcrikut :

"J>asal 8

( J) Tarif Pajak Pcnjualan Alas Uarang Me wah adaJah serendah-rendahnya 10%,

(scp~Juh perscn) dan sctinggi-tingginya 50% (lima puluh pcrscn).

(2) Atas ekspor Uarang Kena Pajak Yang Tcrgolm1g tv1ewah dikenakan pajak

dengan tar if 0% (no I pcrscn).

(3) Dcngan Peraturan Pcmcrintah ditetapkan kelompok Barang Kcna Pajak Yang

Tcrgolung lVlcwah yang dikcnakan Pajak Pcnjualan Alas Uarang Mewah

sebagaimana dimaksud pada ayat (I).

( 4) Macam dan jcnis Barang yang dikcnakan P~~jak Pct~jualan At as Barang lVtcwah

atas Uarang Kena Pajak Yang Tcrgolong tvlcwah scbagaimana dimakstH.l pmla

ayat (J) ditclapkan olch tvtcntcti Kcuangan."

13. Kctenluan Pasal 9 diu bah. dan ditambah dcngan ayat (9) sampai dcngan ayal ( J 4).

schingga Pasal 9 scluruhnya mcnjaJi bcrbunyi ~cbagai bcrikut :

"Pasal9

0) Pajak Pcrtarnbahan Nilai yang tcrutang llihitung dcngan mcngalikan tarif

scbagaimana dimaksud dalan1 Pasal 7 tlcngan IJa~ar l'cngcnaan p,~jak.

(2) Pajak Masukrut dalam suatu tv1asa Pajak dapal dikrctlilkan dcngan Pajak

Keluaran untuk N1asa Pc_~jak yang sanut

(3) Apabila ...

- 63 -

(3) Apabila dalmu suatu tv1asa p,~ak, Pajak Kcluaran lcbih bcsar uaripatla Pajak

Masukan, tnaka sclisihnya mcrupakan Pajak Pertatnbahan Nilai yang harus

dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.

(4) Apabila dalam suatu Masa Pajak, l'ajak lvlasukan yang dapat dikrcdilkan lebih

bcsar daripada Pajak Keluarun, maka sclisihnya mcrupakan kelebihan pajak

yang dapat dikompcnsasikan paua Masa Pajak bcrikutnya.

(5) Apabila dalam sualu Tvlasa Pajak, Pcngusaha Kcna Pajak di samping mclakukan

penycrahan yang lerulang pajak juga tnclakuk'm penycrahan yang tidak tcrutang

pajak, scpanjang bagian pcnycrahan yang lcrutang pajak dapal uikctahui dcngan

pasti dari pctnbukuannya. maka jtunlah Pajak tvlasukan yang dapat dikrcditkan

adalah p,~ak rvtasukan yang bcrkcnaan dcngan pcnyerahan yang lcrulang pajak.

(6) Apabila dalant sualu Masa p,~ak. Pcngusaha Kcna Pajak di samping tnelakukan

pcnycrahan yang tcrutang pajak juga mclakukan penycrahan yang lidak lcrutang

pajak, sedangkan P~jak l\1asukan unluk pcnycrahan yang lcrutang pajak tidak

dapat dikctahui dcngan pasti, maka jumlah Pajak rvtasukan yang dapat

dikrcditkan untuk pcnycrahan yang tcrutang pajak dihitung dengan

tnenggunakan pcdonwn yang ditctnpkan olch lvlcntcri Keuangan.

(7) Ucsarnya Pajak tvtasukan yang dapat dikrcdilkan olch Pcngusaha yang di­

kcnakan Pajak Pcnghasilan dengan mcnggunakan Norma Pcnghitungan Pcng­

hnsilan Ncto scbagaimana dimaksud dala111 Undang-undang Pcruhahan Kcdua

Undang-undang Pajak Pcnghasilan 1984. dapat dihilung dcngan ntcnggunakan

pctlom~n pcnghilungan pcngkrcdilan Pajak tvlasukan yang tHlclapkan olch

Mcntcri Kcuangan.

(8) Pc~ak ...

- 64 -

(8) Pajak Masukan tidak dapat dikrctlitkan mcnurut cara yang diatur pada ayat (2)

bagi pengeluaran untuk :

a. pcrolchan Bnrang Kcna Pajak atau Jasa Kcna Pajak scbclum Pengusaha

dikukuhkan scbagai Pcngusaha Kcna Pajak;

b. perolehan llarang Kena Pajak atau Jasa Kcna Pajak yang lidak tncmpunyai

hubungan langsung ucngan kegialan usaha;

c. perolchan dan petncliharaan kenuaraan bermotur sedan, jeep, station wagon,

van, dan kontbi;

d. petnanfaalan Barang Kcna Pajak tidak bcrwujud alau pemanfaatan Jasa

Kcna Pajak dari luar Daerah Pabean sebclunt Pengusaha dikukuhkan scbagai

Pengusaha Kena Pctiak;

e. perolehan IJarung Kcna Pajuk atnu Jasa Kcna Pajak yang bukti pungutan

pajaknya berupa Faktur P~uak Scdcrhana;

f. pcrolehan Bmang Kena Pajak alma Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya

tidak mcmcnuhi ketcnluc.1n sebagaimana dirnaksuJ tlalam Pasal l J ayat (5 );

g. pernanfaatan Darang Kcna Pajak tidak bcrwujud atau pemanfaatan Jasa

Kcna Pnjak dari Juar Daerah Pabcan yang Faklur Pajaknya tidak memcnuhi

ketentuan scbagaimana dimaksutl dalam Pas a I 13 ayat (6 ):

h. pcrolchan Barang Kcna p,~jak alma Jasa Kcna Pajak yang Pajak tvlasukannya

dilagih dcngan pcncrbitan kctclapan pajak;

pcrolchan Uarang Kcna p,tiak atau .lasa Kcna Pajak yang Pajak Masukannya

tidak diJaporkan dalam Sural Pcmhcritahuan Ivlasa Pajak Pcrtambahan Nilai,

yang tliketcmukan paJa waktu dilakukan pcmcriksaan.

(9) Pajak ...

- 65 -

(9) Pajak Masukan yang dapat dikrcuitkan tetapi bclum dikrcditkan dengan Pajak

Kcluaran pada Masa Pajak yang sruna, uapat dikrcditkru1 pada Masa Pajak

berikutnya sclmnbat-lambatnya pada bulan ketiga sctclah berakhirnya tahun

buku yang bersangkutan, sepanjang hclum uibebankan scbagai biaya dan belutn

dilakukan pctncriksaan.

( l 0) Apabila pad a akhir tahun buku tcrtlapat kclebihan Pajak Masukan sebagaimana

dimaksud pad a ayat ( 4 ), maka alas kclcbihan Pt~ak Masukan terse but dapat

diajukan pennohonan pcngcmbalian.

(l J) Bagi Pengusaha Kcna I'<Dak yang dalam suatu Masa Pajak mclakukan ckspor

llarang Kcna Pajak, alas kclebihan Pajak Masukan scbagaimana dimaksud pada

ayat (4) dapal diajukan permohonru1 pcngcmba)ian pada sctiap Masa Pajak,

sepanjang Pajak Masukan tcrscbut bcrasal dari pcrolchan Uarang Kcna Pajak

dan/atau Jasa Kcna Pajak dari 13arang Kcna Pajak yang dickspor.

( 12) Bagi Pcngusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak rnclakukan

penyerahan Uarang Kcna Pl~jak dan/atau pcnycrahan Jasa Kcna Pajak kcpatla

Pemungut Pajak Pcrtambahnn Nilai, atas kclcbihan Pajak lvJasukan sebagaimana

dimaksud pada ayal ( 4) dapat dittiukan pcnnohunan pcngcmbalian pad a sctiap

Masa Pajak, sepanjang Pajak l\1asukan tcrscbut bcrasal dari pcrolchan

Barang Kena Pajak tlan/atau Jasa Kcna Pajak dari Barang Kcna Pajak dan/atau

Jasa Kcna Pajak yang discrahkan kcpada Pcmungul Pajak Pcl"latnbahan Nilai.

( 13) Pcnghitungan dan tala t:am pcngcmhalian kclchihan P~~jak 1\ 1asukan

scbagaimana dimaksuJ paua ayat ( 1 0), ayal (II). dan ayat ( 12) ditctapkan olch

Direklur Jcm.lcral Pajak.

( 14) Apabila ...

- 66 -

( 14) t\pabila lc1jadi pcrubahan hcnluk usaha atau pcnggabungan usaha atnu

pcngalihan scluruh aktiva pcrusahaan yang uiikuti dcngan pcrubuhan pihak yang

hcrhak alas Barang Kcna Pajak. maka :

a. Pajak ~ 1asukan alas Barang Kcna Pajak ynng dialihkan dan yang telah

dikrcditkan olch l'cngusaha Kcna Pajak yang rnclnkukan pcruhahan bcntuk

usaha atau okh Pcngusaha Kcna Pajak yang mclakukan pcnggabungan

usaha atau oleh Pcngusaha Kcna Pajak yang mcngalihkan scluruh aktiva

pcrusahaan. tetap dapat dikrcditknn dan tidak harus dibayar kemhali olch

Pcngusaha Kcna Pajak tcrscbut~

h. Pajak rvtasukan alas Barang Kcna Pajak yang dialihkan dm1 yang belum

dikreditkan okh Pengusaha Kcn.a Pajak lama. dapal dikreditkan olch

Pcngusaha Kcna Pajak yang ban1, sepnnjang Fnktur Pajaknya diterima

setclah tnjadinya pcruhahan bcntuk usaha atm1 pcnggabungan usaha atau

pen gal ihan sL·Iuruh akt iva pcrusahaan."

14. Kctcntuan Pasal I 0 diuhah. schingga mcnjadi bcrbunyi scbagai berikul :

"Pasal I 0

(I) Pajak Penjualan 1\tas Uarang Mcwuh yang terutang dihitung dengan rnengalikan

tari f sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dengan IJasar Pcngenaan Pajak.

(2) Pajak Penjualan Alas Barang tvtewal1 yang sudah dibayar pada waktu perolehan

atau impor Uarang Kena Pajak Yang Tergolong tv1cwah. tidak dapat dikreditkan

uengan Pajak Pertambahan Nilai maupun Pajak Penjualan Alas Barang Mewah

yang dipungul hcn.lasarkan Undang·undang ini.

(3) Pengusaha ...

- 67 -.

(3) Pcngusaha Kena Pnjak yang mcngekspor Oarnng Kcnn Pajak Yang Tcrgolong

fvtewah dapnl meminta ke111hali Pajak Pcnjunlnn Atas Darang Mcwah yang

dihaynr pada waktu fH.'rolelmn Barang Kcna Pajak Yang Tcrgolong Mcwah yang

diekspor terse but."

15. Kl'lentmm Pasal II diuhah. dan ditambah dcngan ayat (3), ayal (4), dan ayal (5),

schingga Pasal I I sl'luruhnya mcnjadi berbunyi scbagai bcrikul :

"Pasal 11

(I) Terutangnya pajak tc1jadi paua saat pcnycrahan Barang Kena Pajak alau pada

saat pcnycrahan .lasa Kena Pc~ak atau pada saat impor Barang Kena Pajak atau

pada saat lain yang ~11tentukan plch ~'lenteri Keuangan.

(2) Dalarn hal pemhayaran ditcrima schelum pcnycrahan Barang Kcna Pajak atau

scbchnn pcnyerahan Jasa Kena Pajak. saal terutangnya pajak adalah pada saat

pembayaran.

(3) A t~s pemanr~mtnn Barang Ken a Pajak tidak bcrwujud dari luar Daerah Pabean

schav,aimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dan petnanfaatan Jasa Kena Pajak

Jari 1•1ar Daerah Ptabcan sl!hagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e,

tcrutangt.ya p~~ak tcrjadi pada saal Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

tersebul mulai dimanfaatkan di dalam Daerah Pabcan.

( 4) Saat dimulainyh pcmanfaatan Barang Kena Pajak tidak bcrwuiud atJlU Jasa Kena

Pajak dari luar Dh!rah Pabcan olch orang pribmli atau badan di dalam Daerah

Pabcan Jitctapkan ot'!h tvtcntcri Kcua~1gan.

(5) Dalam hal pembayaran dilakukan scbclutn dimulainya pemanfaatan Barang

Kena Pajak tidak bcrwujud atau Jas~ K.ena Pajak sebagaimana ditnaksud pada

ayat {3), saattcrutangnyn pajak ndalah pada sunt pembayaran."

16. Ketentuan ...

• .-• 0 ... ,~· ....... ,~,..,..····.····-=··· ... .. I

- 68 -

I(). Kekntuan I' a sal 1.~ ayat (I), aynt (2), dan ayal (J) diubah, dan ditambah dengan

ayat ( 4 ). sehingga Pasal 12 scluruhnya mcnjadi bcrbunyi scbagai bcrikut :

"Pasal 12

(I) Pl'ngusaha Kena Pajak tcruta11g pajak di lempal tinggal atau tcmpal kcdudukan

dan tcmpat kcgiatan usaha dilakukan atau tcmpat lain yang uitcntukan olch

Direklur Jcndcml Pajak.

('2) Alas pcrmohonan tcrtulis dari Pcngusaha Kcna Pajak, Direktur Jcndcral Pajak

dapat mcnetapkan satu tcmpal atau lcbih scbagai tcmpal pajak lcrulang.

(J) Dalam hal impnr. tcrutangnya pajak tcrjadi di tempat Barang Kena Pajak

uimasukkan dan dipungut mclalui Dircktorat Jcnderal Bca dan Cukai.

(4) Bagi orang ptihadi utau had an yang memanf~mtkan Oarang Kena Pajak tidak

bcnvujud Jnn/atau Jasa Kcnn Pajak dari luar Dacrah Pabean di dalatn Daerah

Pabcan sebagaimana Jimaksuu dalam Pasal 4 hurur d dan huruf e, terutangnya

pajak terjadi Ji tc:mpal orang pribadi atau badan tersebut terdaftar sebagai

\Vajib Pajak..''

17. Kctcntuan Pasal 1 J ayat (I) sampai dcngan ayat (7) diu bah, dan ayat (8) dihapus,

schinggaPasal 13 scluruhnya menjadi bcrbunyi scbagai berikut:

"Pasal 13

(1) Pengusaha Kena Pajak wajib mctnbuat Faktur Pajak untuk scliap penyerahan

Barang Kcna Pajak scbagai111ana dimaksud dalam l'asal 4 huruf a atau huruf f

dan untuk sctiap pcnycrahan Jasa Kena Pajak sebagaitnana ditnaksud dalam

Pasal 4 huruf c.

(2) Menyimpang ...

. • • •. ., ..................... ~ .... ~'t·~ . .,.. ............ .,.,

- 69 -

(2) 1\·lenyimpang dari ketcnluan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), Pcngusaha

Kena Pajak dapat memhuat satu Faktur Pajak mcliputi scluruh penycrahan yang

dilakukan kcpada pcmhcli Barang Kcna Pajak alau penerinm Jasa Kcna Pajak

yang sam a selama sebulan tak wim.

(.l) 1\pahila pemhityaran diteritlla schdum pcnycrahan Barang Kcna Pajak atau

schclum pcnycrahan Jasa Kcna Pajak, Faktur P•~ak dibuat pada saal

pcmhayaran.

( <1) Saal pcmbuatan, hentuk. ukuran, pengadaan, tala cara penyampaian, dan tala

cant pcmbetulan Faktur Pajak uitctapkan oleh Dircktur Jcndcral Pajak.

(5) Dalarn Faktur Pajak harus dicantumkan kcterangan tcntang penyerahan 13arang

Kena Pajak atau pcnyerahan Jasa Kcna Pajak yang meliputi :

a. Nama, alamal. Noll\or Pokok Wujib Pajak, scrtn nontor dan tanggal

pengukuhan Pengusaha Kcna Pajak yang mcnycrahkan Darang Kena Pajak

atau Jasa Kcna Pajak;

h. Nama. alamat. dan Nomor Pokok Wajib Pajak pcmbeli Uarang Kena Pajak

atau pcnerima .Jasa Kcna Pajak;

c. rvtacam. jL'IliS, kuantum, harga satuan, jUJnlah I Jarga Jual atau Penggantian,

dan potnngan harga~

u. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

c. Pajak Pcnjualnn 1\tas Barang fv1cwah yang dipungut;

f. Tanggal penyerahan atau tanggal pembayaran;

g. Nomor Jan tanggnl pcmbuatan Faktur Pajak;

h. Nama, jabatan. dan tanua tangan yang bcrhak mcnandatangani Faktur Pajak.

(6) Dircktur Jcndcral Pajak dapat menctapkan dokumen-dokmncn tertentu sebagai

Faktur Pajak.

( 7) Pengusaha Kena Pajak dapat tnetnbuat faktur Pajak Sederhana yang

pcrsynrntnnnyo dilctupknn olch Dircktur Jcndcral Pajak."

18. Ketentuan ...

. ·-· ., __,.,. . ..,._,.~ .... _,.,......,~,...............,. .... - ,,

- 70 -

1 X. Kclcntuan l'ao;al 1 ,, diubah, schingga mcnjadi bcrhunyi scbugui bcrikut :

"Pasal 14

( 1) (hang prihadi alau hadan ynng. tidak dikukuhkan scbagai Pcngusaha Kena Pajak

dilnrang mcmhual l"aktur Pajak.

, .

.... .,.•

I •

- 71 -

'18. Eetentuan F.:,sal 1 h diuboh, sehinega menjo.di berbuny i sbb:

"Pasal 1 L

ayat ( 1) ~)r::lr~e prib3.:i.L a t:J.u badan ;nng tj_dnk dil<ukuh­h.'i.n ~ •::Lo.cni pen gus aha kena pajal-: dilari:Jng -mc·mbuat f~.!l~tur pajak.

,ty<.·tt (2) i)c~l~lm ha.l fJ.ictur pajak .sc::>telah clibu..1t, m3ka oran;; pri.b:1.dlh a·tau badan seba~aimana dima~f>ud p2d~ nyat (1) harus menyetorkan jumlah pajak yang tercantum dalam faktur pajak ke kas ne­gara.".

19. Kc~ tEn tuan Po.sal 15 dil].::_r~.

;)o .. Ke t~~ntuan Pas::1l 16 .~-~~~~us.

21. I~Ienc:~rnbt:~h Dab bt::ru d iantara Bab V ten tang saat dan tem­

pnt pajak tcr:-~u-~c:~ng d:::tn l2.poran penghi tungan pajak dan

]?ab VI tentarlg ketcntuan lain-lain, yang . d!jadikan Bab Va, tentang ketentuan khusus, yang berbunyi sebagai

b.·rikut: 11 MB Va .K.S11:NI'UAN Kl-IUSUS 11

22. l\l·?nGmbah 4 ketentuan baru diantara Pasal 16 dan Pasal

17 yang dijc..diknn Pasal 16a, Pasal 16b, Pasal 16c, dan

F·.~1s~1l 16d dalam Bab Va Tentang Ketcntuan Khusus, yang m:·1sing-rn: sing berbunyi sbb:

"Pasal 16a

ayat (1) Pajak yang terhutang atas penyerahan barang

1\ena pojak dan/ a tau penyerahan jasa kena pa­jalc; kPpada ~emun3Ut pajalc pertambahan nilai,

dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh pemu­

ngut pajak pertambahan nilai.

ayat (2) Tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelapor an pajak oleh pemungut pajak pertambahan ni­lai sebagaimana dimnksud pada ayat (1), dite­

tapkan oleh I1enteri Keuangan. 11

"Pasal 16b

ayat (1) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan b[!J1Wa pajal< terhutang tidak dipungut sebagian atau oeluruhnya, baik untuk sementara waktu

ataupun untuk selamanya, atau dibebaskan dari

pengenaan pajak, untuk :

a. kegiatan dikawasan terteritu atau tempat

tertentu didalam daerah pabean;

b. • •••••••••

- 72 -

b. penyernhan bar~ng keno pajok tertentu otau peny~ rohan jasa keno pojak t ertentu;

c. import barang tena pojak t ertentu; d. pemanfaotan borong keno pajak tidok berwujud ter -

tentu~ri luar doerah pabean didalam doerah pabe an;

e. pemanfontan jasa keno pajok t ertentu dari luar daeroh pabean didalam d oerah pabean.

nyot (2) Pajak mosukon yang dibyyor untuk perolehon borong . kern pajak donfatau perolehon jasa keno pojok yang atas penyernhannyo tidwk dipungut pojok pertomb~.,hnn niloi, dopat dikreditkan.

oyot (3) Pajak masukan yang dibnyor untuk perolehan borong -keno pojok danfatou perolehon joso keno pajok yang otas penyerahan yang dibebaskan dori. ~engenaon po i

jnk ~rtaml:rthon niloi, tidak dapot dikreditkan."

"Pasol 16c

Pajak pertambahon nilai dikenakon otos kegiaton mem­bangun s endiri yang dilakukon tidak cblam lingkungan perusahoan otou pekerjoan oloh orang pribadi atau bodon yang hnsilnya digunokan sendiri atau digunokon pihok lain yang botasan don toto coranya ditetopkon oleh Menter! Keuongon.u

"Posol 16d

Pajak pertambahon nilai dikendkon otos penyerahan ak tiva oleh pengusaho keno pajak yang menurut . tujuon semulo :ll!tt.tva tersebut tidok untuk diperjualbelikan, seponjong pojak pertombohan niloi yong dibqrar pada sant perolehonnya dapot dikreditkon."

23. Ketentuan Pasal 17 diuboh, sehinggo menjodi berbunyi sbb:

"Pasal 17 Hal~hol yang menyongkut pengertian don toto cora pe-mungutan berkenoan dengon pelaksanaon Undong-Undang ini, yang s ecaro khusus belum diotur dalam Undang­Undang ini, berlaku ketentuon dalom Undong-undong ten tong Ketentuan Umum dan toto cora perpojakan serto per

aturan J:e rundang-undangon loinnya."

Posol II

,... .. •'

- 73 -

Dengan berlakuny3 Undang-undnng ini :

a. ;r~?nrlendo<ln pembayoran pajak penombdl an nil a! don pajak penjualan otas borang mewah yang t elah diberiknn sebe­lum berlnkunyn Undnng-und::tng ini, akan berakhir sesuai dengan jangka waktu penundaon yang telah diberiknn,pa­ling lombat tanggal 31 Desember 1969;

b. Pengenoon pajak pertombahan niloi dan pajok penjuolon otas barang mewoh atos usaho dibidang pertombangan mi­nyak dan gns bumi, pertambnngan umum, dan pertombnngon lainnya berdasorkon kontrak bagi hasil, kontrak karya, otou perjanjion kerjasoma pengusohoan pertarnbongon yang masih berlnku pada sant berlakunyo Undang-undang ini, tetop dihitung berdasorkan ketentuon dolam kontrak bagi hnsil, kontrak karyo atau perjanjion kerjasama penguso hoan pertambangan t ersebut sampai dengan kontrak bag! hasil, kontrak kayar, atau perjanjion kerjosama pengusa haan pertamtn ngon berkohir."

Pasal III

Undang-undong ini dapot disebut 11 Undang-undang Perubahan Undang-undang Pajak Pertombnhan- Nilai 1994"•

Pasal IV

Undang-undang in! mula! berloku poda tanggal 1 Januari 1995 agar setiap orang mengetohinya, memerintohkan pengun­dangon Undong-undong ini dengan penempatannya dalam Lem­

borang Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

Pado tonggol

presiden Republik Indonesia

Seehorto

I>! undongkon di J akorto pnda tanggal

Menter! Negara sekretariat Negora Republik Indonesia

Moerdiono.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nom or

KETUA :

- 74 -

KETUA P:\,NS US ( NOVY AN KJ\1\:AN, SH) :

Terimo kasih kitn ucapknn kepoda Bopok Syoiful Anwar yong teloh membacokon dnripado Rancangon Undang-Undong tentong PPN.

Dengon~lesoinyo npa y3ng teloh dibacnkan oleh Pak Soiful Anwar tad!, moka kita teloh dopot selesai membaco­kon keempat Rancangon Undang-Undo.ng yang kito bohas dolam 3 panjo oleh Pnnsus ini. Dan tadinyo kita telah menyepo -koti bahwasonya yang okan kita bocokan adaloh botong tu -buh d oripndn keempot Roncongan Undong-Undang tersebut.

Make oleh sebab itu, dengnn ini komi menanyokon ke­poda Pansus yang mulio in!, dnpatkon (sebelum komi melanju! knn rupanyo telah ado yang tunjuk tangon) tetopi baik komi l[tnjutkon kalimatnya lebih d.:ahulu, dapotkah sidong Ponsus yang mulin in! menyetujui dnn mengesahkon hasil dori pado Panja-panja tndi merupakan hasil karyo yang kito setujui bersama, sebago! hasil karya Pansus yong terhormot ini.

Maka sebelum komi mohon persetujuan, odokah cotaton­catatan otau ingatan-ingaton daripada anggota Ponsus yang terhormat. Komi persilahkan pertoma kepada Saudara Ali

Mursalam dari FKP.

FKP (ALI MURSALAM):

Bnpok Ketua Ponsus yang soya hormat, terima kasih otas kesempoton yong diberikan kepndn soya. Ada catatan yaitu pa do. .Rancangon Undang-Undang tentang Perubohan o tos Undong -Undong Nomor 8 tahun 1983 tentong Pajak pertombahan Nilai Borang don Jasa dan Pajak Penjunlan atas Barong mewah, mo­hon diperikso pado holamon 2 sebob mengingat butir 3, disona mosih ada nomor-nomor yang kosong yang menurut hemat komi

sudoh biso diisi, pada butir tigo itu. Kolau komi bncakan menjndi demikian "Undong-undang No-

mor 3. Undang-Undong Nomor 7 Tohun 1983 Tentnng Pajak Peng­hasilan (Lembarnn Negora Tohun 83 Nomor 50, Tombohan Lem -baron i-.egaro Nomor 3263) sebagaimono telah diubah terakhir dengon undong-w~dang, ini titik-titik sudoh biso di1s1 ang­konyo yaitu Nomor 7 Tohun 1991 (Lemboran Negoro Tohun 1991 Nomor 93, Tambahon Lembaran Negara Nomor 3495);"

Demikianlah •••••

'·111:

- 75 -

Demikianl:Jh ynng ingin lc~uni tambohknn dan terimn kasih.

KETUA PANSUS (NOVYAN KAfVJAN,SH) s

Terimn kasih, disinilnh jelns letnknyo bohwosanya ter­kndang kala didolam setiap perumuson itu walaupun tidak me­ngenai substansinya ada soja kekhilofnn don kenlfaan.

Mnko komi melihot disini memang ada kebenoran doripada opa yang diungknpkan oleh Bopak Ali Mursalah, maka oleh se­bob itu komi longsung soja menanyokan pertama-toma kepodo Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTER! KEUANGM):

Soya kira ini ado penjel~•son d ori Soudara Dirjen,kalau bisn Saudnra Dirjen menjelnskan tehnisnyo bagoimana di Panja.

DIRJEN PAJAK (DR. FUAD BA\YAZIR);

Terimo kasih. Memang Undong-undong PPh itu pertama sudah pernah di­

ubah nomor 7 tohun 1991, kemudian diubah lngi~ekorong ini, dan yang ·tq~rakhir, karena i tu disebutkan yang terakhir. Ini moksudnya up date, knreno memang secara nomor memong kan juga nanti PPh akon lebih dohulu, kalau itu mau ditulis ber art! horus tulisnya itu lebih lengkop logi. "Sebagaimona telnh diubah dengon Undong-Undang Nomor 7 Tohun 1991 don · diubnh logi dengon Undang-Undnng nomor sekian, tetop soja , kareno ado titik-titik.Jodi tidok bisa dihindori titik9ti tikny a i tu kareno supoyo mengokomodir yang t erokhir 1 tu. Korenaitu langsung soja disini sebagaimono diuboh terakhir

titik-titik. Jodi komi sebetulnya komi sudob menyodori, sehingga

tidok perlu logi menyebutkan yang nomor 7 tahun 1991 pun tidnk opo-apo, opal sudah dikotakan yang tenakhir dan nomor nonti diisi setelah dapot nomor undong-undong PPh.

KETUA PANSUS (NOVYAN KAMAN,sH)s Terimo knsih, seteloh dijelaskan ada kebenoranya,tapi

knlou todi punyn Pak Ali Mursolam tomboh lagi yang diko -

songkan logi. Jodi kito kemboli kepodo opa yang telah diatur didalam

Rancangan ini. Komi persilahkon dari FPDI.

FPDI (YH WIJANDJONO,SH): Kami hanya ingin koreksi kecil soja mosalah penulison

holomon 4 dori RUU PPM. Didolnm oyat podo huruf-huruf yang loin itu gondulnya tidok

ado, kolau kita buka halaman 5 pun tidok memakoi kurung

gandul, oleh kareno itu mohon diseragomkon.

'·IIJ .. ,.,

- 76 -

• KETUA PANSUS (NOVYAN K/~hAN 2 SH) Terimn knsih atns kejelinnnyn, rupanyo disini ado yang ber

gnndul detn tidak berg:~u1dul. J ndi di oyat ( 2) ini a, b, c, d, ber -gondul e,f,g,h,i,j,k,l,m,o,p,q dans eterusnyn tidnk bergondul.

,J,:Jd~ kembGl:l kepndn _FPDI karni dijelnskan bahwa yang tidak

bcrgnndul itu lanjutanooripndo pasol 1 a,b,c,d (tidak bergan -dul), dilanjutkon e,f,g,h,i,y,k dst juga tidok bergnndul. G:lni­dul-g[tndulan ini ada yang t C?rmasuk dolam pengertian penjabaran

ay a't' bag ian car i pad a d.

Silnhkoncbri FABRI.

t'".ii_Hh:I {JUSr.1~, 'rJiHAR2:

Tcrimn kasih. Podn PPN holornon 19, sesuai d alrun kesepakaton

Tim penyerasian bohwo Menter! Keuongan don Dirjen Pajak honya memaka! istilah ditetapkan.

Jadi Pasal 12 ayat (1) mosih tertulis atau tempat lain )Aang ditentukan, harusnya "ditetapkan"•

KETUA PAN SUS (NOVYAN KAl\lAN, SH);

,~r ~di iatiloh di tentukan disini memang t eloh diputus di­

dalam Tim penyernsi untuk diserosikan korena segola sesuatu yang menyangkut dengan penentuon-penentuan oleh Menter! Keuong on dan Direktur Jenderol Pajak dipokai istilah "ditetapkan"

Komi mohon kepoda Pemerintah barang koli olam hal ini. Di PPh memakoi istiloh ditetnpkon semua, in! untuk toot asas yang tid[•k meruboh arti.

DIRJEN PAJAK ( FUAD BAWAZIR); Karol mohon woktu s ebentnr untuk melihat di penjel oson.

KETUA PANSUS (NOVYAN K~~,SH)s

sementa.ra Pak Fuad mencari dan mencocokkan hosil dar! Tim

penyerasi ini, masih adakah cotaton-cotatan yang terlihat oleh

rekan-rekon anggota Ponsus. Silohkan Pak Trisno.

FABRI (SOETRISNO):

Pasol 11 ayat (1) disitu juga mosih ditentukan, opakah itu

memong begitu otau loin. Terima kosih.

KETUA PANSUS (NOVYAN KAMAN,SH): Yo di tentukan

DIRJEN PAJAK ( •••••

'·tt

- 77 -

• DIRJEN PAJAK (DR. FUAD BA\vAZIR):

Di penjelasnn memong tidak disebutkan menetopkan atou ditentukon secaro eksplisit begitu, untuk khusus itu. Jo­

di bnrongkali knlnu memang sudah di Tim Penyerasi itu di -tetnpknn knmimsn sebniknya disesunikon soja.

KETU A PAN SUS ( NOVY AN KAhA1\J, SH) :

Terima kasih. Jodi kita pakai apa yang telah dit~tapkan oleh Tim pe

nyernsi. Mosihkan ada beberapa catatan.

FABRI ( ••••••••••••••••••): Tentang 11 tad! bagaimana, kareno knitannya dengan nyot

(4)-nya juga itu ditetapkan.

KETUA PANS US (NOv Y AN KA1•1AN, SH):

Diserasikan. Makonya oleh s ebnb i tu supayn konsisten. Nampnknya masih ado yang terlupakan setelah ditetapkan oleh Tim Penyerosi mungkin kurang pas melihatnya dan inilah di­ingatkan oleh temon-teman seteloh kita_membaca bersoma tadi.

Mnsih adakah cntntan-catatan yang lain, dori ~emerin­tah tidak ada. Andaikata tidak ado moko kemboli komi menonyo kan~knligus, dopatkah Pansus yong~rhormot ini menerima 4 Rnncangon Perubahan tentong Undang-undang Perpajokon ini kit~ setujui d~n diterimo oleh Pansus in! yang~lonjutnya

nnnti aknn kitn serohkon kepoda sidong Plene pada tanggol 13

Oktober 1994.

FPP (DRS. H.M.MUKROM AS.• AID.'\):

Ini moksudnya :::s;U· dlsahkan oleh Pan sus, opakah tidok di

dahului knta akhir dari masing-masing froksi, ~teloh itu

boru disohkon.

KETUA PANSUS (NOVYAN KAMAN,SH); Soya rasa kito setujui dahulu, kemudian menurut tato

urutnya korena didolom itu nonti juga begitu. Atau sekorang terseroh kepoda kita, apakoh froksi-fraksi dahulu otau kito

setujui itu, terserah. FPP (DRS. H.M. MUKROM AS'AD):

soya kiro fraksi-froksi drthulu. KETUA PANSUS(NOVYAN K~~AN,SH)I Baik, moka oleh sebob itu kito skors ropat in1 dan nanti

setelah istirohot sampai pukul 13.00, kita lonjutkan sambutan

fraksi-frnksi L an setelah :1UMJ(..1:ta sahkan, setelah disohkan

sambutan Pemerintah.

Moko skors rapot ini srunpai pukul 1).00 WIB.

(RAP AT BISKORS)

,._

- 78 -

F',1 ... l"'·•:•n':::?~r .. i, k '· tt~ lr!t1jul:k,:Hi!!

lbu·-i bu dan Fap.::d:.-b.::,r:.ak !' B.:ipak Menteri ~ para anggota

k .. ==HtLi horm.~ti :1 den9an in:i. perk.enankan kami untuk

·3kor~5 dicabut

Pan sus

mencabut

f)>0::Fu~;a.i:nt:u'1a b?J;: .. h kit.a ji~njikan tadi~ pada saat ini kita

<C:\·:r:!iJ ~~-;,.:,., .. ,,::·::.uk.i, kit;::i n1asih memakai istilah pendapat akhit- mini!l

c::E·hetulqy.:' ini ~-a''"'L-:•ucc1n, tc.1.pi. karena sudah merupakan, baiklah

!:. :i. L'1 1 .. :1). ·::."ii>':krin ~-(:'·iJ ... :-;~1·=1i'''ana y.-Oing telah biasa ki ta lakukan, maka

'.t•·-!~id: i!iE;n,~;hErn.::·tf:- l-·~c:d~t:L, hc:w~i sel--;.arang mengurut saja dari sebelah

1-:·ir:; .. k.:1n;:i ini!l F.f-,~3R!.!I F.PP~ F .. PDI dan F .. J<P, makanya pada saat

i_n"i. ki.~•ni. p2r--:::iL:d:~:n kP.parla 1"-ekan F.ABRI untuk menyampaikan penda­

p,:.;\_ i:c:!.h-i.r-· :·ILininy.=.t at.=n.t s.::-,mbutannya, kami persilakan Pak ..

::; .. ~i:·t~·rd:c:u·-, ~ebelum cl i.ucapkc:-tn pada detih-detik terakhir- ini k.eliha­

~;:.;~;r,y.-:1 F'<:i= Sul'-y.:idi t.:1hu betul momen·tum yang paling penting, pada

·-:: . ..:1<-~t.--~~ .... :~C~-t k.i.ta akr::"n in£?nyarnpaikan pendapat akhir kita ini didalam

F-'£-;n~-:.u~;. ,=d:.hir- ket-ji::t panja-panja oleh fraksi, F'Ak Sur-yadi hadir

iJn \:uk i tu ter:~.m2, kas.ih atas v:.ehadirannya Pak, semoga hari ini

!-~.i i:r1 cL::q·r,::i t men·"y'elP~-aikan tugas berat yag dibebani oleh Pansus

1.n i. _; l:_r_:,,;Li. per-si .1 ak an kepacla r-ekan ABRI.

F.ARRI (PUDJIARTO) {1-=:.~.::d ?.mu 'a 1 a i kum f...Jr-.. Wb.

Sauri.:-u··a Pimpinan p~,nsus yang ter-horma-t, Wak i 1 Ketua DPR RI

vr.:,ng L.::u-.-,1_ hol'""mai:-.i Bapak SLt.r-yad i :• yang terhormat Menteri Keuangan

'/i'irliJ m,::.:..~·J.C!I:.i l i pr:·n,~?r:i.ntc:th, bersama jajarannya, yang terhor-mat

{~nq(Jota P.:-.nsus, bes~rta hadir-in yang ber-bahagia.

P,;::dr·1 f.· .. f?:'::-Pmpatan ini mar-i] ah kitn panja·tkan syukur kehadirat Tuhan

Y,in~J Mr:.i.h.:-.. Esa ~\tas rakhmat dan hidayahnya sehingga ki ta dapat

lnr:•J,:d-~~::,,'1)'ii"d<,3n Sidant] Pansus pada hari ini dsalam keadaan

\.-sal a. ·f j_.:.. t: .•

sehat

Sidang Pansus yang berbahagia, beberapa saat yang lalu kita

sE~i,IUa Lelah 'med•?ngat-kan laporan dari Panja-panja melalui juru

t::;.ic:arcc1 H121Sing-masing, d~1ri lapor-an ini dapat disimpulkan bahwa

~>".ialaupun terdapat beberapa per-bedaan pendapat pada beberapa

suasa l.-=1h crusia 1, sehinc;)ga pembahasan memakan wak tu yang cukup

lal'na dan tt~r-sendat-sendat., namun pada a~;hirnya semua msalah dapat

diselE·saikan secar-a musyi:iwarah unt~uk mendapatkan mufakat bersama.

Kesepakata11 ini dapat dicapai selain dilandasi dan dijiwai oleh

~.r::-n,~tngat keterbL1kaan dengan penuh kekeluargaan dan sikap akomoda­

tif, a~if dan bijaksana dari fr-aksi-fraksi dan pemerintah juga

tLi.sPb2bkitn oleh faktor- yang sangat dominan, yang selalu timbul

dan berkembang pada.diri setiap Anggota Panja, yaitu semangat

untuk merHJhasi l k an suatu pr-oduk perundangan di bidang perpaj akan

yang ••••••••

,\l'-.. \11

- 79 -t-~:··t-.:<..i !-: di·•.n .:.,,·,t:i·::,ipc:·t i.p d<"l.:un menghaddpi per-kembangan

\i,; :,.:Cil(_j. Dr.!lC.t'':<-1 r1l?lllc;~.uJ-:.i jJPII1hir::ar8an t.JngY.:.at 3:~ keeiT!pilt

yang

RUU

l:F,ntE~IP,} pt:·."·p.::-,jaLan i.ni baik diL .. ngkat Pansu•3 mc:iupun Par,ja F.ABRI

l•t'; i''i:-'(ii-\i <IJ , ti·1 il.:'l t:1Si1'"· k c~dd -:i J .~n d;~n i''Pn,er.:::i taan , k esederhana.~n, dc-1ya

/<.HI(}"~-<:;l'c·.J hr:•lji r:•t?l'! '.f'l~)!~i.ll.C<.I 1>-J.--:\_j -;.b p,:\jak, (')f'~nerimaan ne~qara dan

i-,ic.·~·ll:nhth,,r; IIL~nat ::n·/t~.:::_.ho:tf- <Jntuk p{::-n<-Hlaman mndal disamping faktor

\ '.:.".i~c-t..::.t 1 .:'\n dc-,n k e'-;.e J. at-.;,~ ar1 kPten ·i:uan perundang-undc:lngan yang

! ,,:.-: 1 ::-d-. 1 t, ~:;; .. L:1n_j u tr1yd :i. j :i.r;k ·.3ill cdl 1~. C!nLi. da lam kesempa tan yang berba-.

!·~.:-:"~!: "-~ i!;i .:-,t.::d.ikjt tn,?ngulc:;~. b.:;.br:-t·apa permasalahan yang berkembang

:-,,:.,·! i:u r-.: j:e::d··{·-d->ri~-i-:ii'l kt:lf?.mpat RUU .:::Jib:~.dang pet-paj akan ini !' an·tara

•, F'tHJr (':I;·,~FHi Unclang-·Unclanq PE~r-ubahan atas Undang-Undang Nomor- 6

Tr.ti--•l·.n .1.983 t£~nl:ec.ng Ketentuc:'ln Urrtum dan Tata Cara Per-pajakan.

v.~:il'rtj j>::?t tr:tllll=-> m •. ,~;c:,-1 ah Dt:-tl UcH'Sct !' F. A.BRI tetap kansisten bahvJa

mi~<::.<--,L:'Ih DaJ u<:u-~;a pe-r-lu di tE~tc:ipkan perubahannya dari 5 tahun

IH-"t ;j ad::.. lO tal iLW•:; ~-esur.t i r,enetapan Da l uarsa tersebut d iha­

r-· r::q-::d·: i:<n dc:ip.:,t m.c~nj a1nin kepa~;.tian hukum penerimaan negar-a dari

t::i t\i--;1'1\_: pPr-r:•c.d t.:::t~: <:In secar·a adi 1.

YiHHJ h:::·du<:• ~ [!li:-:\S-i:..l .:1h k ev~r~nangan penyidik paj £1k ~ as pi rasi

F. 1'\BH: tt?ntang >JHJ.:jtc:.n Pasr:d 44 ayat (2), mengenai kel-'Jenangan

ft?nyidik paja!·-~ yr1ng tflengandung substansi we"'Jenang penyidi-

1·-<-IIL. :,,dnq 111ert.q•.::-d~rln \'~P-vH-?niing Polri telc:th ter-akomodasi, yaitu

f~t~t-.c;_;an d isPpc:d<.i.\ t:inya r-unn.tsc:tn yang mengacu pad a KUHAP.

(.'::=~lt:i rt-1s.i F .. t"iBF:l lnPngE•na.i n•uatan Pasal 44B tentang penghen­

t :i .• :-,rt f.1t:~nyi.di.kan olE:h D:i.rjen Pajak, F.ABRI menghendaki agar

v.Fwt-·rs<HHJ ter·~~t·IH\1: dilal-:.~;anal-:.an oleh \..laksa. Agung, setelah

rcP.nj <=• tan i pt?mb•:~hc:,san 'lang cukup memakan wc:.k tu akhirnya dapat

tc·rr;k~.<~lte<da~-i. 1'1.::;si-tlc:h Badc\n Peradilan Pajak, untuk mengatasi

H:C:~~::-i:-:1 1 .::-h bar;d inrJ, sanggahan, gugatan dibidang perpaj akan yang

!:::-E-IIlr:tkin mt:·nin~Jkat diperluJ;an suatu Badan Peradilan Pajak,

dci.l'! S-t?belum ter·bentuk semt.\a masalah tet-sebut dapat diajukan

1-:.::n•y'i:t kepe.cla 1"1ajel is Pertimbangan Pajak dengan keputusan

bersifat final, setelah melalui pembahasan yang cukup pan­

jctiHJ maka at.as k.-?se-pakatt:\n ·traksi dan pemer-intah, aspirasi

F.ABRI tentang masalah Peradilan Pajak tersebut dapat tera­

k OfltDd r'\ s. i d a 1 c-un rumu san P a :;c-; 1 27. 2 ~ F:ancan-gc:,n Undang-Undang Pf~rubahan atas Undang-Undang Nomor 7

T.:.~hun 1983 tPntang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

diub.-:d-, dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991.

'{c-tng per-tc:;ma !' masa 1 ah Penghasi 1 an Tidak Ken a Pajak,. F. ABR I

berpendc:.tpat bahwa pe•,..soalc:,n PTKP tersebut berpengat-uh bagi

ff;t:-(~.yiH-.Hk at, ter·ut.ama yang berpf:!<nghasi 1 c:1n rendah dil 1 am menj a­

nd.n l:.emampuan e~konomis se~tiap keluarga, karena i tu perlu

diselaraskan dengan tingkat kehutuhan hidup minimal masyara­

~: at. yang waj ar.. Dengan semangat penuh kekeluargaan dan

~ehersamaan keempat fraksi bersama pemerintah dapat menyetu­

jui Pasal 7 RUU tersebut dengan catatan dasar penetapan

r•Pr·ubahan F'TKP harus. dicantumk«1n dalam penjelasan RUU.

Yang kedua, masalah penentuan lapisan penghasilan kena pajak

dan ••••••••

'·Ill:

·l

I I

- 80 -

t <=tr- .i -r, < l t: r' t. , . .::. r·, I · t d t l 1 J ,, :•e ·pegang pa a o at:. ukur- yanu telah

di~:..::;;;-·.,,kati cdEh ~'-f':IOJUd i"r·dksi dan pemerintah, F.1~BRI berusaha

m··-·r·.-1,:.~1ac,~i. du;:, ,:di:.t,:.rnat:i·f yanq t.::•a1u, ·;u:.'g dir-:dukan pF.·melintah

:c.:>•'-1"--i!J• 1 i_ pPn'JfJ<\n 1 ~i y~tnq tr·r-c: ·''ll't l:um da 1 am RUU ya.i tu :

f"ll t f:-- (,.. n Et t :i. f k t:? ~- t-!. t u t e r- (J i r i d a r i em pat 1 ;:.. pi s c:.n , a 1 tern a t i f

i·:_,?dua tPr--di.r:i dMr-:i. tigc:=t 121D:i.san ... F.ABRI akhirn··'l= t , = "Jet-sc::una r:---~!•f=·~ f-·.r)t=·, F,F'D'f rl.::\n F•:·,ner-.i.ntc.,h dapat menyetuJ·ui. •·e '-

t'- sepa,-:.a-t,:ii! .~,·llPt n,::tt.i·f 1-..Ptll\i:l:- y'i:lnP r·plati·f sedf?rhana dalr.."'.ln t ·t

c.1 " per- --, :L u n-<.J ·q•,, 11,'\i!t(\fi tpt,=-p fnPtnht=·r·J~--i.~n pPnerimaan te1hadap negara

I; ';lhi:' it· c::.d,".~liF\ cl;:-ncJC.il'; E1l tE?r·ni1 t.: i ·f yang per-tama .. yang

Y.:1.n:J ~:_,;:~l' i:.<JC:t ll,.:,~cd.:d, ~~ctpt-:-t-i:\S.i., Pasal 23 ayat ( 1) b, mengatur

l"''n:ntttr,g,:H, p,:tj,~d. y.:i!H;) ber..::,.i·fat ·final sebesar 15 1. ata=·

p--:-:r·qi·,,,,::;._i ~! i'tn IH-tttn bt.\t;D<' si:npiinr:\n dibaya1kan oleh koper·asi,

F .{'ir{l<'. ltt_•r·pp;,d,,q:c:d l.:c-dlv~C:t knper.:1si perlu dibantu dengan

1).-;,. l ).:t,l ,, i k ~'''u'-'•J h,<n /•: ''~Jl-, wc:d <H .. ~ demi per~tumbuhan l-~ope1asj

dfJi:H. ~=-en;.:-,kin ;:~~~"r,d:i r .i ~ r--itiiiiLHI rnengingat RUU yang sudah diberi

k-2irHJci<;l;c:'n '<-Ppi=tda koperasi yang menurut penilaian F. ,~,Hr.: T ~-t tdah c u 1-:. up v1.:d a r· ~ S!?per t i l·j~~:;a l:t', bc:dH··J<-i ban t:uc<.n, SUlnbangan dan hi bah diterima kul_q,.,-<,~::. i buvl· . .:tn nbj !:~.;~ pc:d ak.

l<·~d·J,':\, b<-.d-,vJ-3. pemharJian sisa u~,c:,ha kepad?' anggota tidak dipo

t1·•;•U )'rijt:-~k per,g.hasilan.

Vr=·l:jgr-t,~ bah~·1a bun!;:Ja s.i.mpanan sejumlah t2rtentu yang dibayar­

~-: .. :~n l-·:.ope~·asi kepada anggotanya tidak dipotong pajak penghas-

.i. 1 "'';, •

l<~f:-c-7urp.:; t, bahvJC:l k etentuan mPngenai fasi 1 i tas paj ak bagi

p1:-iH?nPiT!.O."<I"i modal d.i.b.i.dang at .. ~u didaerah tertentu berlaku juga bi·H:._t.i

ci d r-~ c:\ fi

l· ~·-p~:·rasi ~ Mc:d·~ a F .. ABR I bet-p;:~ndapat bahwa berbagai

b::-,rsf:?but ·telah cuhup dan memadai, oleh l~arena

L ~:, ~~ I: II:? ri j c3 d l _l () ~~ •

kemu­

itu

tarif

~:. F:.--~nc l'lr;~F-H·: UndarH]-Undang Perubahan atas Undang-Undang Nomor- 8

1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa, dan

F'idiik Penjualr;n ata=- Bar-ang 1"1ewah.

Yi.tng pt::-r-tam.:\, masalah pen1;Jkr-edi tan pajak masukan dan barang

lliPdi::d !' F.ABF\J sf?.jak Pemandangan Umum dan dalam pengantar

nillsyavJr-H,...:·,hnya berpendapat agar Pasal 9 ayat (8) bu·tir c

di,_ti,.:trl.:ikan, di:ln kP-fJJbr.d i kepada rumusan dalam UU No. 8 Tahun

1.983 dengan alas.an rTlmusan dalam RUU kut-ang mecnberikan iklim

yt-1ng kondusi. f bagi investor- untuk menanamkan modalnya di

InclonPs-ia. Berkat pengertian yang mendalam dari semua pihak

u~;u1 F.ABRI clapat: di.setujui ..

Yi:\ng kedua ma!:>alah pnr-lakuan khusus, dalam Bab V A ~~etentuan

~::husus, Pasal 16B ayat (1), (2), dan (3) memberikan wewenang

kHpada pemerintah untuk memberikan perlakuan khusus, F.ABRI

~~~~~I'IIJU!:--ulkan tiga kriteria :

Kesatu, adanya per-lakuan khusus dalam rangka mendorong

ekspor-- non mic;_tas • • • • • • • • • • • • • • ?

Ynng kedua, n.enampung kemungl~inan-kemungkinan per-janjian

in ternasional

- 81 -

inj:Pt-r·r.:;s.i.or .. al tldldlTI bidang perdagangan dan investor ..

pembanqunan di

l.·;.:d iit.tpurr t·:Cinyd h\.d it·- s.::d:t.~ dar1 du,:\ yc:1ng dise:-tujui F .ABRI

H:t'·r·ry<-1~''P.:• i.k.2,n t·-.~..::.a hc·nnat dc::1n nH?ngucapk.:1.n tet-ima kasih kepada

~:cc•ir;ui:, pi h.:~ik Y<"1l iiJ r:1:::-r,duk • .~~-,~, sar·t:,,n tersebut ..

'} .. F:.-:~nc <''i"!tJc'n Und.u-,t~i--Ur.,danrJ PF~rubahan atas Undang-Undang Nomor

1? T<i 1.rtus 198·:-i t:t-nL:tnu Pcdak Bumi rlctn Bangunr:tn!' masalah

c'".i'·.:g:.\al [)bj~:?L Pajak., F*nBF:I semula mengharapkan agar

i'.<!C:FT.:F cl:i SP~:iltic: i i·~.~n cler-,qc:n Rumah Sctngat Sederhana yang

hJ.-.t'-1. .~.1-:.tt., lilf~nun.~ t: peri·J.i. tung an F. ABRI hal,..•;} a Rumah Sang at

Fr~dF·Than<~ tanpa subsidi J ebih dari 7 juta rupiah,. setelah

IIH~rHJc·n;-JarkcH1 p•-!nj•-:.-l.::.s.an dar·i pemerintah F.ABF\I sepakat untuk

1U?I5t·"i':i.;·Hr.t kc-tnail-:.an t,J,~OPTKP clctr-i 7 juta r-upiah menjadi 8 juta

t up·i_.:;h:< St~da.nqka11 pt?ll'y't2SURian besarnya NJOPT~~p disepekati

c~itr"t"r:q·d~c:1rs olc•h Mt=-~ntPri ~~eui:UHJan dan perlu ditinjau pada ~Ac' Li c-•p tahun,.

C·Pt~r:th_idnldh hE-!h£:-r·dpcl pe.?rma~;alahan menonjol yang telah menda­

li,:tll r~l· l·_,, .. :=•"paka1:an bt-~r-santa dalam pembicaraan Tingkat III ll selan­

j,;t,,,_,~; F .l"'lBF~I !':.~tujo agi:ir Ja?empat RUU di bidang perpajakan ini

d j r~_i 11~ <Jn 1·-.L'pt?mbicar-ac:\11 Tingk.:d: IV pada Rapat Paripurna DPR RI

Ul!.tlll·:. tt-it::..i~hki1Jl OIE'f!j,,id) LJU

S:i.di~nt) Pc.tn~,us ·)-'ang herhahat;Jia, dengan berakhirnya Pansus ini

F. nnF:J ifiE•IHJLlcapkan t~:~l,.. ima kasih kepada Saudara Pimpinan Sidang,

:=-'.\.::n;fl..:ird t·h?lsh:~r-i ~:PudntJi:in SL~laku wak:i .. l Pemer:i.ntah, F.KP, F .. PDI dan

F .F'P ·'i,:~n(] hersama--=-ama clidalam Panja telah menghasilkan naskah UU

r•Pr·t,t•c::f·,,=-\11 ata~. UU Per-pajakan yc:,ng menampung aspirasi masyarakat

dan ar1tisipatif terhadap perkembangan pembangunan yang akan

dat~u1Q, llnCJkr:1pan r·a~:;a terima kH!:>ih :i.ni kami sampair~an pLtlc:, kepada

~::-egpr·,c:,r ja.j·ar-an Se~kr·etar-iat DPR-F:I, jajaran Departemen Kauangan,

,,,c:,~-lrsr::-c:!it:t dan spmua pihak yang ·te·lah memberil-~an sumbangan tenaga,

keberhasilan

_j <:11 c:-;nr('/i-1 }h~mbahasan RUU ini ..

P:+.hiT;Iyc:=t pada k.-?sempatan ini kami mohon maaf yang sebesar­

tH:::·~-.=H-r-~y',:?. i;..pabi.l a t:er·dapat bE?berapa hal yang kurang berkenan

:::.tc:-1 i·,n~<.~ IH D':-:-es pEmbaha~-iHl RUU in.i, sekali lagi kami ucapkc\n terima

ka.:::: ih ~-:_t.lp"da h2,di.1 ... in seka 1 ian yang dengan penuh perha.t~an telah

iiiE'IIQ:i kuti pPndai='at. C~l<.hir F .. ABRI padC:t Sidang Pansus ini.

relnikianl;_,h kata akhir F.f'BF:I pada Sid.:\ng Pansus ini, semoga

Tultar, Yc:1ng Metha Es.a ~;enant:i.asa melimpahkan Taufik dan HidayahNya

p.:\dr\ kit.:\ ~:ekalian, t:et-i.:na kasih. t.-Jd~>~rc:t l i~IIILt I a 1 a i k um t)J.r • t~Jh ..

VETUA RAPAT Tc-:>r-ima kasih ki t:a uc.:q)~_an kepada rekan dari F ... ABRI dan

~:-ebagai akhir katr.i.nya kita b:~lah dapat menyetujui bahwa hasil

I ..-· - ki tr.\ ini akan kita ter·u!:>kan ~epada Sidang Paripurna untuk ·; i"\, 'IM

d.i.s.:·J1k.:tn r~1(?njadi ULJ, untul~ ha..l itu sekali lagi kami ucapkan

terima ••••••••

! . I '

82 -

k .:;:;·::_ i. h , d a.n J. i=l !"! j U 1::. d n j .. i ~IT l. r· = v· c l. 1 -\I I d ! ·:. d if; i : ·~ :" I' : ; i l ~~ k i H ; •

}r.:, ·"' ~ r~an r~epa a r-ekan F.PP.

F • F P -~ D~: f) .. d ~ (:; • C H 0 Z I t ,J CHUM::) I D Y )

A·7:.£a 1 amu · £-<. l i':1.ikum lilt- D Wb ..

V.:tnq ·r~r:•r·t,orrnr:tt P.r.tpctk Vetua ::-lan p~;·a Wak.il Ketua Pansus.!' yang

I Pr !-~~:n--·na 1: F:t.:\p.~~:· l,.J,:·,L.i 1 ~:pt:ur::-. DF'~.; RJ, yang terhormat Bapak Mt-~nt.eri V-_:.;\t.-niiJclfl ~-Jt?rta dertg.::in ~P<Jt:-::·ne:,p j.~jarannya!' yar;g terhorn

1at Bapak

dan I 1:..•-t F\r; qgcd:.2 :=- an~::-u~;..

F·ic·-Lcii"!.=~i--l.am,:\ tnc.r:i.lc:th kita ffil:?lltanjatkan p;.Jji ~.yukur kehadirc-tt

Pd.l..,_ih /Bnq iilaha ktti.\Sa atc\'3- segal.~ nik . .-nat dan kar-unianya, sehingga

;:::-~=·h\r.tll-, r:·.:~nj<; yr:.1ng ditugr;,~;i oleh Pr:.nsus telah menyampaikan lapo­

t· i111 k•::bt.~i'-lir·!.':';:ild,.\ .r.E~~~inq .. -ff,a~;jng dalam menyf.?lesaikan tugasnya 1-..!-'i'cL·I .. i F·;-lc \~·.{;;;;;;,

,. :_\ i' F:O.-H 'j"' VI JF· h::.J, dl nt~::,nyt:-] •=·~,.a i k ~~n p2mbc:~ hasan F<UU tt?n tang per·uba­

_·,(:.:,~: !H.I Nc-:.. h Ti~hun 1.98::::. tentang Ke·tentuan UtrtLHTI dan Tata Car-C~. F·,;c,, i '''; j i d .. ;~p' cL~- n HUI.I L::·r·; tang per·;_tl:::<i.'than a tas UU No. 12 T a hun 1985 !.:·:·! i·.i.i'll) F'r.U.-:d: Flu11Ji. d.-cHi .BcHl~UncHI.

F'<t>Jjd spH \-p};:\ll n,t:~nyt:-les:.a.ik;c,n pembahasan F<UU tentang per-uba­

h,:;,, <)L •. \"~ !HI t.Jc,. 7 fah~...-, 1'783 tent.ang Pajak Penghi\Silan sebacJaima­

•s<: ~-;-·L:~;, ;l:i ;\bt:-;h d£?ftfJ'ii~: UU I'.Jc ... 7 Tahun 1991.

r· .:;.n j ,.., F'PN b?.l "d·, ilten·'/t':' 1 esa i kan pembahasan F:UU ten tang per·uba­

l"'i'' i'->·::,:,;::.. iJU t•h:-1. 8 Tc:;hun 1983 lt?ntang Pajak Pertambahan Nilai

R .. -H ... ::IIPJ d,:u, Jd~ .. a, dr.;n F',::dc.d·:. Penjualan atas Barang Mewah.

F .PF· .,,E~n:ili:Ji clr.tn mer·as8kan sekaligus bahwa mekanisme kerja

}"£-HVJ IH:!r·lc:·,ng<::.unq rfidalam Parda telah sesuai dengan pelaksanaan,

futJ~}'~i di::ln tugasnyct F'.-~nja. Proses pembahasan cukup mendalarn bab

denLi hab::t pa~.al demi pa~.c:d, ayat demi ayat~ sehinnggga. seluruh

batang tubuh d·fan pi?njelasannya telah dibahas dengan intansitas

yanu cuk.up tingqi d.i.d.:dam Panj a. Penyempurnaan oleh Tim Perumus

~-udr1h di L:-\J:.sanakan guna rnenemukan r-umusan yang tepat untuk meng­

h.i.ndar-.i. kela..inan inter-per .. tasi didalam pr-aktek, mekanisme pelaksa­

naan mUS}"ct\rE:\rah untuk mencape.i mufakat yang dipimpon oleh hikrnah

kebijaksan~an dalam upaya bersama untuk menemukan pandangan dan

pendapi~t yt.-1ng pi1linq optin1al nilainya telah berlangsung dengan

~-:ad<H- m\..lsyc:.H;'-iar-ah y.:H\Q paling cepa.t. sampai kepada yang paling a lot

d:irlr::d~~••i filPIJCapai mufakat. Tidak jar-ang pada awalnya adanya perbe­

daan ptlndangan ·yang sang.=,, t ber j au han, namun tetap ter-hindar dari

sU·: . .-1p c.IMn pc,1ndangan yang bersi fi:tt apriori, masing-masing fra~si

manq:)u meliha.t denCJcHl pandangan yang sama, substansi yang dibahas

dir1ali:iO RtJLI!I narnun dal,~m r~endekatkannyalah terletak perbedaannya.

Upaya untuk meningk~'ltkan p•:nerimaan negara dari perpaja.k.an

n.el alu:i. intensi·fike:\si dan eksentifikasi di PPh telah ditampung

dalam RUU tentanc.J per-ubahan PPH yang telah selesai pembahasannya

o1eh Panja .. Pen:i.ngkat.an ................ dan •••••••••• ratio PPH

b.:'!lah d.i.usahakan melalui perluasan Wajib Pajak, subjek pajak, dan

objek pajak sebagaimana diatur dalam Bab I tentang Ketentuan

Umum 1 Bah I I tE~n·tang Subj ek Pajak, dan Bab I I I ten tang Obj ek

Pajak. Upaya intanE~.ifikasi dan eksr-?ntifikasi melalui perluasan

Wajib

'·It ·,.

- 83

vJ d j .i t• P 2 J. (:j, k.. s 1 t -1 1 p · ' j c ~ · ~ .... L j_,F!·; a]at~;; ciir: i,JJek Pajak ini menyatu denqan

up2.ya untuk ter·jc:.\m:i.rlnva kep.:\::>tic.irl hukum dan keadilc;n, tet-utama

tnr-::·liilt<i. a~::.pek pr~ngnE .. naar; pedaL ter-thadap sE•mua t.alajib PajAk yang ll"!l;.:'nif1 C\Uh i. kt~Ftt.~i~ j_d ~-1·-~bi.\Pc\]. - ,1 .• I • I • •

;;I '=·'-,OJE~t-. pijJr:u::. yang menil.l~ki penghasilan rl,::;,--, r:d~i:=~t; pero] ehan tii.mbahan ~ kemampuan eknnDmis sebagai objek

;.·:~r::< . .t<-~k. tc·L:d··~ cliupay;::d<.an di.cantumLan didalam pengaturan UU .ini.

F't:c·r J~;r:;~,:_,-;;f; llJaj ib F'~:1j c'·tk /t:ing juga rnenr:akup oruan.isasi yang sejenis

ch::iHJ2r; ·/...::;·yasan dan dana pen-:::iun dan bentuk usaha lainnya, perlua­

<:..: • .:11' ~-ut<.JF~·:. p.~j;:d:. '/iifHJ juga mencakup warisan yang belum dibagi

c;J··b.!!Jill t::.=d-.1.! kPO::,(;,L;_\.:tn lflf~ngc]cH'lt:;_kan yang ber..-hcd:: dan bentuk usaha

lrJi.,q.t, J:.·c·."'lt:san !=:.;;hjP.k pr:_."jctk yc:n;g 1nencakup penghasilan '/t:tyasa1-1

di 'l\t,-'-1· -:fp•,. .ich::n i:>t.?.u t·«:<.gian laba yanq diperoleh dari hasil pen·)"er-

i:;;,:-tli~ !·.tC•t:ntun•JiW• k;.u·l?na penjualan pengalihdn harta!,l keuntungan k ,:u-·l~n i.\ · 1 - · t b l · · t 1 t se.1s1 l 0yar, se ~s1 l {a .rena penilaian kembali aktifa, pr P111·i .v:;_tlr dl·s•.,:i ~ i\.~r-.u, ~ tr·i:lnsc:d~!:;~: saham~ tambahan kekayaan neto.

~},:'\qd.;q·-a Kt:~tu<:'Y Sidang F'an;:;us yang terhormat, dengan dijadi­

;~,:lllll't'"' 'l'd'.r'd~''"'n Dr!J.::'''.i~.as~i.. ydng !-:.r::•jl::;onis serta ditetapkannya tamba­

hrHi l:ek.-:\)-'i'.\C:.in nt:? Lo ~-~-ebagai ob_j ek paj ak maka semua waj ib paj ak

)"<.!1 nJ '''r:':n.i l :i k.i kPki:!yr:.1an rn~to harus mengisi dan memasukkan SPT pada

i-•hd:Lu -,·ang ditet.apkan nleh UU, dan fiskus harus memeriksanya

v'ii'l1 iit\fHIII li!t~llt}i:tnld: ~;i.s.tim S-el·f .::H:;sesment. Tanpa dilakukan pemerik-

0:::-i\dl'l kir-.:dl'/.3. sulit urd:uk dapat di.nilai, Bpakah ada tambahan

i~r .. l:riy<-t.=-:ot f;f~to di:cn berapa besarnya tambahan kekayaan netonya, dan

lr:.Et..•h?niHi{jan fiskus melr:\~~ukan pemet-iksaan telah diatur pula sebagai

1.::t<i1J.-i.:1rl dr.-;r-.:i s:ist.im administ.r.:\si perpajakan dalam UU ini, akan

di.t.etapk.ann·)"C\ dalcHn LJU ini t.iga lapisan tarif masing-masing 10 r., 1:, a.·: d.::o, ?;(l ;;!' dengi:\n be~;e~rnya jun,lah P~~p masing-masing lapisan 0

sau1r,a~:. 2~, juta, 2~~ ~.a,npai 50 juta, dan 50 juta keatas, maka

.:.:till<-,n<:d: GBHN 1993 untuk m£:?n,bentuh lapisan usaha kecil dan menengah

·:lang bes.:u-- dan mc-,ntap dalaiT! upaya merubah struktur dunia usaha

nas~i c,r,.:il dengan nn?n!perbesar pt?ranan usaha kec i 1, koperasi dan

i.\saha lne.-)Pf1gc-,h dalam keg.i.c:-.tan pt?re,.:.onomian naional agar terwujud­

nyi:\ ~-1:ruk li..u- dunia usaha nasional yang seimbang, yang akan mempe­

rnleh dorungan dan kekuatan. Belum berhasilnya penmyesuaian PTKP dertgt=Ht n,t::-r,ingkatki~n jumli\hnya melebihi satu juta tujuh ratus dua

puluh delapan ribu bagi PPH perorangan dan pribadi dalam UU ini, hi':ii'Tts.Jr.th disertakan adanya pengakuan dari kita semua termas.uk

pnmet-:i.ntah bahwa kita masih berhutang kepada masyarakat yang

bet-per,ghasilan r-endah kur-ang lebih 5,50'Y. pada tahun fiskal 1995,

bi.la saja angkan inflasi tahunan 1995 ini besarnya berada diatas 9 % tetapi dibawah 10 X.

F .. PP bpr·keyakinan bi?.h\o';a dengan berkurangnya jumlah besarnya

penghasilan kena pajak bagi lapisan tarif tertinggi 30 I. dari 75

jtrta rupiah mr~nj adi ~,o juta r-upiah, maka perhi tungan jumlah

selur-uhnya peneJ,..imaan ne·gara sebagaimana yang diperkirakan semula

111r:;njadi berkurang dan selisih jumlah tersebut dapat memperkecil

penquJ-~antJan penerimaan negara. andaikata PTKP dinaikkan nantinya.

F.PP yal~in Saudara Menteri Keuangan akan segera setelah berlaku­

nya LJU ini akan memberi tahu Dewan untuk menyesuaikan PT~~p sesuai

dengan ••••••••

-84-

r! •!n ~;.::H-, fit? t · k t.!H11)2 nq an h;u-u a k.t:?l:.u t u han pok ok r·a k ya. t rl r;r' ~~ n ~~ L i:-1 i n f 1 cis i t ;.-, t 1 u 1 1 an •

tinp t.c:\hunnya.

S "·11 1 d i~ ;-- ·':\ !<t? tuc::. .. • S .i d ·~~(-•IJ Pan ~:.l.· .;:. '/ c·\n g ter horma t"'

D,=;],:;nt pf:·qi!).:.~h.=t-=-;<:1; f;lllt h=•iYL:·triP pf'r-ttbah-n d-1-- b'd •· - - · :1 - - . c:1 L-1 am 1. i:illl] pt:•r-J1c-d a-

1-.c:-•. n i.ni clitd:VJai ()lPh c;.(~;naki.n populE·r-nva keingin.:::.n f I . f t 'r ~ ~- ~ ; J·.. r -· ·-- ._ ... - _,_ · - · j ,

, ~· · ra.-:. s1- · rcd::si ;H~IIr...r-~ \ d:::-)1. ;: f>l."]cHi illt?lflcH::·r·i kan rambu-r-c-tmbu terhadap setiap

k P !-•.' e ,-, i.< n ~ F·'· n ·'/ i':'ill :J d i 1 .i tn r::cr 1. h k an k P p e cJ C:\ p em e r- in t c.-~ h a t a 5

k Ll . .:::. 5

.:::. ,_, ._, UU in i , ~·e;;:l ::it .=:~.:.r.~r1 -'c;:::-;·~·•==~b;t ~ bPr-viuj t;d bail-·:. berupa ketlarLtsan d · L

s.1 :•et- i tahu-k.:~w,r·!:,,.r.i ~-!u~.u kt-=:op.-::-tdd. De\.'li:H1 dalt.::Hn -:::,emc-,ngat untuk mendengar- dengan

c:..t lli{J'-~.1\ i.f ~--c.i llr{j(Ji 1f·1 SU;~r t:'l D£~Victi'J llldl.!pUn t:erbentuk pemuatan aspek -aspek

Yr'<IH] t~ru·l.t•:. diperhr--,tiLan ol-t?h r:efnpr·intah sebagai patokc.Hi dalam !I!PJ i:il-..\\1-:.r:n ( ~-~· JF~ }·-c..· . t J ]

,l-:' !',c.-:' t:-! ..• r.:-t."f rin d <:it! f i.i. am ifJf>ITJper-guni:ikan keio'lenangan terse-

!)pl· ·' F ~PP :,:.:d·: i.n h.::dn·ii'l pr:,ner-i:··J!: . .=d-. ri.kan memenuhinya dalam rnelaksa-'I i"\! i t -; ~

pt ,-.. •'·.:: n· .. ,:·,j i 11.H·: d.~ 1 ,.1:1' f1..::·n:;.::>lt=:•ngt]ar·c-:,an kehidupan

hf•r h.~li!J~--~: dZ-i;\ bt::·n•P•Jrlt·a. n.-:<Jaw uu PPH ini juga

itu sebagai ber-mas·">'·ar-ak at,

banyak memuat <:·.!:vr,:·1n hc:it-u yaiig ~-i·fat d2-n tt.Uuc<.nnyc, sebagai upaya untuk intensi­

;-; l·:i~;·'..:.:i IF::~ldk:::.,:tnaar. peffltlnquL:tn F'FH melalui p~ningkate1n dar1

penyem­

ptH n ac:<n !:: _; ·::.. t i.m ac!oiin 5. c:. tr-;:ls i pt::·r-pc:U ak an. Penyempurnaan sis tim

~:,rJ;n·; t·d.str t:~c:c.i. per-rraj akCin in.i fiiHnpc:d~_nya dalao1 pencantuman pemua-

1.:"' .=:d:ut··r-\n--aturc_:.n dal.:~\m Bab IV, Bc:,b V dan Ba.b VI, yang mengatur

d.:-11 riin per·t,·j b.d-i!Ji:Hl pi:'lj .:-~k. pad.=, ak hi r tahun, per 1 una san paj ak tahun bt:•t· j.::1lC.rn, {(.:,n C2Ta men(jhitung pajak.

(idrn.it·,:i!":.tr.:i'.:'>j per-pajar:.c:u-t da1am UU PPH ini djupayakan untuk dapat

l:zt~r·j(:~J..=::uin)/c.' built ir1 contr-ol h:~rhadc:(p fiskus dan Wajib Pajc:tk, dan

-'~ngkc::-( f :i ~,1\u~::. st::.>ndi (- i sE~hiniJ<].:t n•enghc:;r-uskan f isk.us untuk menel :i ti, rr•t~mt=~t··i.J: ~-;<'~ dan mEnyel.i.dik i.

F rF'P Otf?Yc{k ·ini bahwa sist:irn aclrninistrasi yang dibangun dlam uu ini

ht.:·r-landaskan sistim self ases.sment, namun akhirnya apa.kah dicl;~lr:'~" pP1a,·;sr.H1t:-:\annya tt?tap riE·mikiC~n, F .PP mengingatkan pemer.in­

t.-,..h .:HJ.=.n· senantiasc.i trtelfu?gang teguh kepada :-istim self asessment

~-r"'hM!Ji'1:i :i;·:dul·:. s.islin, c:fari ~>emua sis·tirn yang kita bangun dalam

hidt"1ng pet·p.=:d akan ..

DE"?I"!Q.::ti 1 tel ah berhas:i.lnya Panj a membahas. UU ten tang perubahan

PPH yang n1eliputi substansi dalam upaya pelaksanaan intensifikasi

dan ekser·::ti-fikasi 01£.:-lalui perluasan \.IJajib Pajak, Subjek Pajak,

dan Obj t:·~k Pajak ser ta penyt:?ts\plH'"·naan administ.rasi perpaj akan maka

1-:..:i ta ::.emua ter-masuk pers1Printah sudah melaksanakan dari sebagian

<:Hnanr.•.t GBHN da 1 am pembangunan sek tor keuangan yang an tara 1 a in

bf!t'"h\.lny:i "Sis-t:f?m dr:"n pr··osedur- perpajakan untuk meningkatkan

pendapatan negara terus diseolpurnakan dan disederhanakan dengan

,-,emper·~·,atik.:.n azaH keadilnn:~ pemer-ataan, manfaat, dan kemampuan

masyara~at melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat

yang ter·cr~r-min dalam peningka·tan kejujuran, tanggung jawab dan

dedikasi s.:=r·ta melalui penyempurnaan sistim administrasi."

Saudar-a Ketua dEtn Sidang Pansus yang ter-hormat,

UU per-ubahan tentang PPN yang dihasilkan oleh Panja telah· bl::.--r-has.i 1 fiH?n . .lml.\!5k<::n1 mengc~mbalik.:\n posisi PPN atas Barang Modal

Tetap sebat;Jai pungutan PPN yang dapat diriditkan dengan

pengecualian ••••••••

. ..

- 85 -

f)lc'l':f_~t-~CI\,o} ,;,\n 1.-.Et-lf~j,t_:_t ir1,i•J l:.t:>lr':\1\ ni!llUt:\t pl\}C:\ dalcOTI pi?t1jt?JC.\Sa!'l

i:ortr-;r-.=1 :1,-:;.i.rt bc.I~J.i f-'~"?.t;;h•:::·1 i.:H-, ~-:.endC:Ir-·d~-\rr dengan mf?f-ek !' tnodal te(·tentu

!1\\ 1 .:~ "

nf-'lll_~i-lll tir·•llri (( i rHI r-llf!·tt:!-'-.dll F'clc;,:-; l Cj~ ;:~·ya·t (8) C beo:::,erta pPnjl?] ;:~r..:.(-if)f"'yi=t

lx·l<-,!l l·:t··,H:: •;:.,-~t--,~·:_r.!n "';t~r:,:-o.t··a jela•.::, br.-u--·i.:r.ng-bar-anrJ mode;, I yang langsuntJ

lr ... rl·:~i <li·r•t_l·'"' pr·rlll!tk•-.i ddn ·,-c:;nq t.idak li..-1n~;!"::.uno ter-k<:i.'it dE·ng.:.Hi

!'ll.,-,~~~~i:•; ~- .. fh~IHJi'tP p{-~I•IJD.htr·d'i PPN .:.:~t:a~:- barang modal ter-sebut. t.elah

lHf-'ld··~Jr· :i 1-:_ '""' h::-pt:~cl2. r· .. F'P .::=~k :u-, h=.o•t:ap ·t er-angsctngnya investas.i yang

l'.lt~l- -:::.kc-·ld tH?..:::.,:·u--, d.i ~)il\ak lain ~;er:enderungan untuk memperbanyak

1•<-n i--:l>lJ !l•t.:l,-11 ;-'<:·H'H]. ·t :idr.d-~ pr·orlltkli f clan bahkc1n hasra·t kepemilikan

I ··~r dnq mncL\ l b:>t !:;.~::dJtd. d i.dot~onq c·let-. semangat. konsunti f akan mampu

1 l.i l·<.-i t i:1~"' i. t lj)clya urd.ul· .. llteHlpPt·be~;,,.-,r- cakupan pungutan PPN d.:~nc.Ja•--,

q'lf,.-?n•.JP.nc:d r:cn FF'N atc.os ke~Ji3tan membangun sendir·i yang tidak dilc:<.ku-­

L.illt r:lc:~d ell!; l :i.r~tJI·:.tnlgr.\fl pet--·us;:d-,dr:\n <..=..tau peker j c-.-an oleh ol~ang pribadi

'' ~- ..--.u h<.d.:!.!'! -ycHlQ ha-:: i l ny<-~ digunakc:<.n send ir- i '-=-ebagaimana yang

tlimu,:d: clc::tli.HH Pasal 1,.!} c sr::?nq:;at membuat F.PP menjadi kaget bila

r:! i.l<t~hunqkc:~·--• f•P.I"!{jPF. t-\ F.iCI

deng~n

-h::?l"ltarHJ

keten tu,:ui Ui!H.tm Pasa 1 ( 1 ) yang

yang

·:! i c1 c., J ·::\IIH -~-:/ i\ pi:~;ni\~·:. a i ar, •:: . ..-.-n'\d i ,- i d t:in pember- ian c uma-cuma.

metnber- i k an

termasuk

t !1; h d·:_ il•E~r,<J h~\. 1 ar1rJ k i"n J·:_ el~ ;.-HJetann·y a F. FP ber-upaya ••••••••••••

I i

'!

- 86 -

Untuk 111unul1j Junukun kekuur.~LutJflyu., Ft uksi Pf]l'sutuuu PetlllJUrJUUIIUII L>e,-upny£1 tHJtuk llleinuf,c!IJiinyu rJulotll run~1ku kuudiju;l

dolu/11 111l'llllkul uul.>tlrl pujuk dL'rt9Lifl t;UJ u perJu uuunyu pr..:lluLuun yu:J~.' SCJ!IIU tertlur.lup pcmukuion ~jerJtliri l1uru:1CJ ~,enu fJtJit 1 l~ u,... 1. ,J·u·rr 11J; 1-·1,l i L!'= - ' J ., • . . •• ..L ~ .. "-'

F r ok s i PL~ r sot unn P em1Junvunu11 l>u,. u :.i ul n; U! 1 l uk iiJ(.lillU1 !Liiil.t I'•:J r k i. r u:.ll; yurt~J d.iuluml t!u.tum pruktt;knyu, luru'Lull!u upuk~1:1 ukun ;w~njuc!i

musuloh., ~ellifi990 ukun muduJ1 tL'rjuu:i. "J.uoptJolu::.;". .Juuu i:ur;;:_ .. d i h i n cJ D ,- i u go r lJ u u i u n u 9 o t u 111 U5 v u r u k o t y an g be .it 1:1: ~) c iJ i..:~ r o p u mcnik111uli i:usil Pt:IIIUUil9UrlUil ju9u IJ.Jr·kenu. Olch kurerli.J .itu, Fruk:;i

Pt:r!.iutuun Pumbon~unun lH:rupuyo tllrl:uk /lll.:nuoptiJJJolkull 1 OfiJL·u-ru~;ilH:

)'UilU IIIUIIIUUI: lJUtU:..iUil dun tutu CCJJ"(J f.H~/IIUil~UlUIHIY~! y;_)ll~} 1JC'IIl!:!~~

rJi.utur ol•JtJ l'll:.;ntr~rj Keuul:!.)un, uo11 keinu:~nun Fruk~l Pcr~;ul:uon

Pe:ni.>UilOllli(ifJ b:Jrseout !.Juuol1 tcrtu;npun9 dulotll penj8lu!.icr' Pu~u.i J.!'..

c, nntoru Ju.in: !Ju~d ke9ioLun m•~JiJIJLlll9llll ~1i.:/H.Jir:i yu11u iuu:.:nyu i!dt.i )

m·- lc:IJill r.i tkenukun pujok pi.:r l:urni)U/Ju,, 11i iui.

f-ru~:~;i Pcrsutuun Pu111l.~unuunun _iu0u mum!_;eriktHI Jl(.!l' i>..Jtif.!ll Y'.u;·.: c u k u p t c: ' 1 KJ tl (.1 p Po ~ u 1 G R U U t c n t u II•J P (~ r- ulJ u i 1 u n u t u ~~ U 1 : t.l u iV.J -· U i H.!· .. :' : • •.

H o . B I. u! 'u n 19 B :,; 'J u n g 1 n c n 0 u lu r i-1 u :· 1 ~ u t u n p o j u k p L~ i lj u u l u n u ·.. ~.; ; .

L1urun~ mouul. Fr·or-.s\ Per~~utuc111 PemlJ.;H\S1UtH.H\ sejul: ~<;muL.t kui\:.;~:;t-~1\

ukun t.uj uul\ uur i pengenuun poj uk utus lJurur1s.1 modu .t d i S\.11\\)t i i\·~! untu~: penct·iiiiUUt\ nt!~uro, nu;nun yut\•J terpentinSJ u<Jo!.ui\ bcri~uju .. _li'.

t\\C!II\lJutus1 scmorVJ<Jt kon~u111erisme. <.iun pc111boroson :;.iCI"tU PUIIi·!\

Lckuyuut\. Tujuon t(!roklllr int SCH\<JUt ~entinu uc.t~ji upoyu ~:il.11 ut\lu\: tw~n·y~l imlnir ullul\yu k'.!~>er\ju;iqunt\ so:.;iul ~.IUt\U 1\ICtti\H:IL~.:i\t semon<Jut kelJurstHnuun., ~olilloritcts ~:osiol dun per~;ut.uun lJunlj~:.tJ.

- 87 -

!A~IIIf'J''~-' ~-·'.:lllllli~;tJI. J'r~rl~Jil•:rii...JI.'.IIr Vtll;'_l dip, .. :r·lukiJII I.H10i :;uk~;,.:::.;rJVtl ri j' •

fli.?flli.HJI'lYliiHll'l jl(J~j OfJU] 'J'Llfl(J IHJt'll:) t!i i:llflll.l'LlllklJJ') (J•'•JJ~~II.lt''t l . . . ....... _ lliL'fll )U Lt J~; i

OJ.el1 kuretHJ j lui Fr (l:·~~;j J.'•,.:.· :-.. uttHHl PtmriJurl~'LHJUil rnompurl:/t.ii.

pcrtunyuu11 JCiltii r l utu~; (ii ,-:.JI:uilllYU ptJIIyurullUfl 1Ju1·un~J il!l:l·.·c!i

lfl(.:nj od i 11r.: r 1 y ·~ r ulrun L>u r emu ~: ,_. nu puj u !( t t! r t c-:n t u !.; c i>ugu :i.u:unu Jn~n(:u!~ dlotur uulam Fusul .s uyui: (1). kt::kl'lUviUtirun Fruk!:il Pur!.iOlULl/1

P t:liJIJCII l0UiH 111 uc.lu lui 1 j on~u; 1 ~;u;npu .i t e r j od i ucJun y u po r u !JullGrl u t u~: I.H.: nue r ·t: i ur1 bu ,. u11~1 ;ne\·lurr. i J crm.11' Ll i ~; e t uj u i 11 y u bu l: uso\·Jn y un· .. · l!lt!llllHJr·.ikull rlui'ir:isi utus tHJ,-un~.J KL'!ICJ pujuk tertcntu yonu d.imuut

d u 1 m 11 p 1; 11 j ld u :-J u 11 p u sol 8 o y u t ~; y u i t u b u r u n g y u 11 u '.:' k ~ k 1 u ~d v :~· I

prr.Jstisiu~_;, !Juku11 l)oru:;~ prillll_:r, lliOh:u Fruk~;j Per~_;c;t:JUii

rcm!Jongunun r.lopu t JIIL:IIiU/lUIII iII>' (I I

Suuduro Kutuc; ~d duil~ Pelf 1 SU!.-5 y ung t ~.:: rl1o r lllU t;

SeiuJ.uh r;1en~Jikuti UUrl!.JUil :;ei~:.;urnu iKJSil-husil )'U;lU tlicupcJI dt~;epu!<uti dun diruliluskun ulcJt Pu11~.;u~;, kl1ususnyu lru:;;j 1 r·umu~;un Punju I, r-ruksi Pur~utuun Pcntoun~unun llll!ruso l.>erbul:u~Jiu... kur c·1:'-;

durl but.ir-!Jutir rumu~un buik. yunu lortuung dulum nutunv Tui.>ull

mnupun pc:nj u 1 u:;un R IJU pe rui)U~ 1un u 1.' us UndUI!SJ-UildUil~J Nu. G T lli HI; 1

J.9B3 tclli.Un~J r~r;tentuun Ulllllfll tiCJil Toto Curu Pt~rpLljUkllil_, lt}.!U!I

llli.J rH; U l"fll :iII k un dUll Jilt) llUU k U/IJOd i I' U ::;J.d r U :-1 i tlllll k •.: ~lL'Il i.iu!< i ·I' L! :~ :.: i p e r s u t u o 11 P em i.KH 1 u u nun . D i rn uno sec c r u !.i u lJ ~ L u n ~; i u J. n U u t t.:·! l t u 1 ':J

r~ctentuun UiiiUIII dun Tutu Curo Perpujukon (:~UP) tetup lJerpcclc.:·iilC:,l

dt_~n~Jan f u 1 ~u 'f ufl yclllU IIIL)rllliri,

i ) lJ k u lfl 1 k ~~ (_] rJ i j (_} fl

dun lonliO!.iUil SiJtClil duri r::ekuni~il~li; tlt~rl!J(Hl LH;rp(~gung tt:~..JUilll puciu prin:~_ip

du11 keset1urt1unuun.

pe rpuj u:< f_r 1

kl!j)LJ:.Jt}t".i:l

Sr.:i d: :uuu ku r enonyu pe rubuJHJil U11donu-UnrJon«J !~UP I tl' 1 ell

Jlli.:IIYr~nl:tlil pudu pel'lliOSUlUIHJfl )'Ori~J e~iCrl!j.lUl diJ.lUIIi l~l:ilJd~lp(lU IJ·~'rlllU~YLII ukut~ bur I.>UilY~C.I !.lull iJellr·.~uur u; dill!Uilll <.ll:ir~UII Uih.lll!l~.l·-· UndcHl'J r~UP uiuruhkun untuk 111encupui dululll l·lelluju KcrJIUiltJir.iun

'-·-

- 88 -

~) u il ~-i ~; o r i ' J 1 urn P ~~ n: 1J ! u \' ( i u; 1 /-! ; : ;_H J r ' 1 t. h 1r 1 I' t .~ r n i.> i u y u u 11 u ,_: r 11: i u 1 1 J u, 1 u 11 ~.:1.1/iJIJt;;· u >:rmu;yu llt;l u::IJ.i dr;r: pt:r:r.:; i!IIUUIJ pt.·rpu)ukurr.

D·~·rl .. ~cu;·u lcntun~J kt.:J-'u~;t.iu" lluktHII 1 Fruk:·i.i Pur~~ott;;i!t

PctubunSIIfliHI c.Juput rnciiHJ;Jurlli i:L'nt(Jfl~) 11lU!:iU Dulu\'/ursu IIJunjodi !;i(.'fJUil.ii•

tullLHl. Hul irli ui~;umpill~J untuk /i:l~11J'USUUiktlll c..lenvun pr in~;ip !:)1.~ i j'

ussessrr;r:~r: t I JC r L u IIIU~jLJ du J u1·:ur :::;u pcr1y irllpllrHHl cJoku:nenl j u~JU ser:uru n;ul i tos IJuln·lU penyc::iuulun tlt1rl PtHJCinuun pujuk rJJpc~rlukun

kecenflolu!'ll keteli tlun uuur· tluuk terjudi kekr.:11r~JClrl

;w;nuukil>utkun kcruuiun l>u~.li "":.J~)yurokut \•tuji!J pojok, muko o.lc~'

kureno tliperlukon tenguunu ~i·uktu yon~J cukup mr.::;r1aduJ. ~·/uluupurl

F r u k ! ; i P e r s u lu u' 1 1: e ·i~ up be ,. ~ c ~,, u k i non b o h \' 1 o f- .i s k u ~; u k u n

n;enyelcsuikun dun lllenun~;urJi sciiup pcrmusulohun /J(H'I.nljc:::un

tlrJilDUn cc1·mut dun cupot,. ~csuui clr:llU(HI tekud tlun Jcmungnt ~t:bll·:;ui

ubtl.i mu::;y,:Jrukot don oiJll J l)un~~su.

G (~ g .i t u p u 1 u i H.Jl n y u rJ en y u 11 Dud u n P e rod i 1 u n f' u j o k , r r u ::. s .i Pcrsutuun Peml.HH19LHIOfl lJ,~rp(;ndoput I.HJIII·iu lemiJ090 ini horu~ susurc: di~·.'ujud:<un. i~umun kurenu UlltLJ!( mu~·1ujuc.Jkc.1n dun IIICIIIIJc;ntuk ~uut!J Duuu11 p,_~l·r.Jt..li lun Pujuk Jlte:J;ur·lul~tHI prose!.i yunu cu!<UP ltJIIlU yui·i:u

cJt..~:Juun pullli.H~fl t u k un UntiunJ-l.'! 1dur lU t (~ r send i r i I li;ulcJ F r u!~ !.: .~ Pur:_; at LHJi 1 PerniJcu 1 s;unun f!IL:IliUfl d unu i,u} n·:o de 11 gu1 1 ,. umu ;j un I< iJ U K! i P r.iulu111 Pu:.-;ol 27 telull cu.'<up mc;nurJui.. tJirnunu St.:~l)elur/1 Budc:1

PerudilUII Pojuk tel'lJentukl IIIUko l··lnjtdi::; Purtirnbungun Pujuk du:.Jui:

rllelu~(~lHlukon ftHJ9Si dun \·IC:-JetH.Jnq Budull Pernuilon Puiu;~.

Fruk:;i Pursotuun PemtJUflUUnun IJerkeyokitlUII UUIIUUll n~IIIU~u.r: Po:;ul 27 ~UU t~UP .. Insyu 1\lluh.. k8fJtJiltinyon 'HidsyuroJ-:c.ri: ukun

ter 1 indur;Ji dun kepustlon tlu~~u"' juS,iu tJupot diperolel·l karunu wu_,i .U) poj uk dupu t 111enyoj ukun l>urHJ j ng k upor.iu BurJon Pe rud i 1 on fJ(I.h;~ 1/liJrJUtJrJUi kelHJrutun yunv ditetupkun olui1 DJrjen Pujuk. Buvitu pulu si~tem j.)eruuilun yuny sedr;rtJonul c'.:pot tlon muru:·1 sel.HJguir;::..liLJ

dicmonutkun o.lcl1 Undung-Undon9 i'Jo. lL~ To1·1un 1970 ckon du;.ltJt

I . J 1 1 t1ul 1r11 t•'r·t:•)r·liiJ._rl rJulom butir-butir "UfH1 i:t:rtl:!H1~..' ll .U.~SUfllJ,(Llil 1 v -~ ) _

Uulorn Pu!.iUl ?.7 r~uu KUrJ luf'~jC!Jut I

9

- 89 -

Akoll l·loln~/0 prinsip .l:f:.'Udi lun dt](l r.l(!rh'UjLJtiLJII kesuin;bunS}OTJ itc;!~ dun k UI'IUj i lJun un t u r u Huj l lJ Poj uk· dun F .i :i k us, r- ruk !; i Pur ~;u h.JUil

Pen:bunuu11un be rpo11Jupu t . iJul H'IU fJC· rmo~;u 1 uiJun l e r ::i !Jbu t t e .l u! 1

torukowoLiu~;ikon tl.idolum RUU t~UP, k;IU!.iU!.inyu uidulom Pu~;ul 41 u:nrt (1) dun (2). Kurcnu uiuulu/11 PO:JUl tersebut kepentingon uun Jlu.'~ \'/ujib Pujuk · terlinuungi, sec..Junykun PejuiJot lJuik kureno cll:n!}0/1

ke.sengojuun muupun keu.lpuun t idu:< IIIUIIIenulli kewoj iiH.Jnnyu, muku doput uiuncorn dun~ull llukurnun penjuru dun dencJu ~ecuru kumulutJf.

Suuuuru Ketuo; S.iduny Pon!:lus yun~ terhor111ut;

Fruk:.;i Per~utuun PemiJollgLHIUf) IIIC'nyumlJut dengun lupony r:ut -~ uinuikkun NJOPTKP yung semulu Sl:!besur Rp. 7 jutu 111enurut nuu Perubot1un PBB lllenjoui Rp. 8 jutu. Kenoikon NJOPTJ~r fiiCmung u.i IJu\·JUII l1orupun Fruksi Persutuun Pcml>ongunc.Hl yung IJerjuinlull Rp. .10 j u Lu. f'Jumun U8fl9Uil uuunyu turuiJullUTl penj e 1 U!:iUfl u tu~ Pu~ul ::. uyu l (l~), iJOll~·.JU foktor penyesuoion YUII~J fJOrus dijuuikun ciosur uulum pcnyesuuiun NJOPTKP olell lvlenteri Keuongun dopot rncmberi~~o::

jominon ukun terjudinyo penyesuoicn secoru IJerkolu toltun-tu;!il.'! fii(Jf JC.IU t Url~J. Pel' k C'III!JUil-:.JUll llU ruu UIIIWII t i Up l OllUI Hl Yli l>UU i bUill J i.h Ill tJonuunor1 yon~ mcnjudi Obyck Pujuk PBB juut! .lclJill CL'POt:

d i bund i ngkun de noon k enu i h:on in f 1 os i t ut1unun 111uupun tJoruu keiJututlon pokok. Sedongkun IJogi rukyut kccil 111e1Jjuu.l tonul1 utuu

IJunuunun udo 1 ul1 t j ndu kun ~/ 0119 s unuu t uu r u rut y u; l!J :;(J j llUIJ ll;un~.:i( .in UKUn diJJindor inyu, .SchirJUUU OrJUIIYU KrJilUikkun ilur SJU :.unui1 !I!UUiJI.i:l

bonyuncHl yunv ceput bugi rukyut kucil di puoesuu11 riiULIPL~n eli. perkotuon tiduklutl mernberikun kL'Iiik111uton upo--upu, yung ju.lu~;

IJunyulutl beiJun Pl313 yunu tcrus r11eninukot sujulull yu119 huru~>

tlitunyuungnyu ldlo tiuuk diJertui t12nuun penye~uuiun NJOPT~~P.

Sett..doh Fruksi Pcrsotu(Jn Pcml)r.;ngunun menywnpoikun pL:nuc:muturl dun p~..:'n1loiannyu tt..~rtlodop 111ekunisr::c pcmbulluscJJ1 :~ue111pot i~UU pcrubol!Ufi llulum lJ1litHl9 perpujCJkun olot1 Ponsus don Punjo liultl!.l

PerubuiHJ!.iUll T lngkot I I I olr.:t1 Dewun, !iertu bebcrupo perH.~l~unu:i Liu:~ puncgusun utos substonsi-·sul>ston~il turtuntu~ Fru~~i Per!jtltU(lfl

10

'·IIJ

- 90 -

Akun J1olnyo prinsip kr;udi lun rJCJn p(jr\·/ujudun keselmborHJUTl i1Gk

cJun ke1~uj ilion on turu Huj iiJ Pojok· dun F iskus, Fruk:;l Persotuun Pen:I)OflUUJIUfl herpcnuuput L>uiMu /Jc:rmo!julullurJ lor:~r.:!Jut te.lu!1 torokOIIIOdu~;ikun d.iuolufll RUU t~UP, ldlU!)LJ~irl)'(J uidulom Pu:;ol ill uyut {1) uon (2). Kurunu uiuuluffl pusul terSf.Jbut kepentiflS'Ofl c.Jun l!u~~

\·/ojib Pujok terlindungi, scl1ungk:.!n Pejuout ouik kureno denuun

kesengojuun tlluupun keu.lpuun l iduk IIH.!fJienutli kev;uj il.H.Jnnyu, rnuku c.Joput uilllll;UIII dullUUil IIUkUIIIU/1 penjuru Uc.Jtl JurHJU !..iUt;UI'IJ kuiiJUlutJr.

Sauuuru Kctuu; S.iucng Punsus yuny ·u~rtlormJt;

Fl"ukJi Per~;otuun PemiJOJI~tHiun menyum!Jut uenuun lupunu f)Ut -~

· u inu i k kull NJOPT).:p yung ~emul u st.:dJu~ur Rp. 7 jut o 111enuru t nUU Perubohun P13B menjoui f~p. 8 jutu. KenaiktHl NJOPTI~r· mcmc1119 ui tJO\'IC.Jh llurupun Fruksi Persutuun Pernl>ongurHJil yung oerjuii!lUI! Rp. J.D

jutCJ. f'Jurnun c.Jen!]Uil uuunyu turulJullU[) penjelU!:iUr1 utus Pusul 3 CYUL (4), iJoin·IU foktor penyesuoion YUflU fiOrUS cJijudikun dosor tlulum

penyesuoion NJOPTKP olel1 l'lt:nter i Keuonuun doput me11tberU~u:: jominon ukun terjocJinyo pcnye~;uoicn securu l>erkulu tol,un-tu;-!iJ:I

JII(JIJCJotun9. Pcrker11tJonuun IH.Jrgu umurn tiup tultunnyu l.>u~ji iJu;Hi du,; lJon9UIJUn yon~ mcnjudi OtJyck Pujuk PIJB juut! Jr;bill cepot:

ditJc.uHJingkun dr.~noon kenuiktHl inflosi tot1unun llluupun IKii'UU

keiJu t uhon pokok. Sedungkc.Hl lJo~li ruk y u t kec i 1 111enj uu 1 t unul 1 u 1: uu

IJungunun udoloiJ tjnrJukun ~,'ong ~;un~:Jt llururot yail!J ~L:jduh ,,;un~.:;~l:l okun dillindor inyu. .Sct1inus;u ouunyu kcnuikkun l1ur yu -~ unu/1 mD1.;;JUil

bCIII~UIJUrl yung ceput OU~1i rukyot )<L:Cil eli J.H.:lh.!SUU/1 fiJULIPL:fl tli. perkotuun tiduklotl JJI81111Jerikurl kctliklllutun upo--upu, yun~ juiu~; 11unyolull bebun Pl3B yung tcrus mt:ninykot sujuluiJ yu119 l1uru:s

u it unyuungnyu l> i l o t i duk lll::; ij r to i d2nvon pcny e !jlJU i un NJOPTKP.

Sutulull Fruksi Persututlil PerubUilUUnun lltenyc.Hnpo.U,un punvumulun uun p~~niluiannyu tertJouup rllekLHii~mc pcmbu1·1usu11 :~ewllput i{UU pcrubol·luli dolum bldtHlY perpujoktHl olctl Pun!.lus lion Ponju lluluJ.! Peutbullu~urt Tlngkot I I I oletl Dewun, ~crtu tJebcruprJ pcllu!~unwl llu:l r.,unc

9usull utos sul>sttHlsi-·suiJ~;tun~ii ter"i:I.Hltu, r-ruk~;i rcr:jol'LHlil

10

- 91 -

PcrflbDll0U/IUTJ f/ICfiiCllHIOntJ Pt:llil,\.!tlll:;(Jil ~-i,I~JkfJl 111 ul(~/1 Dc'ltr!ll :;~i:)d!.o fii811JI.~ flU Ill !IIC k On j Si/le f.J L!//I))U/"lUSUi I :·i C'::: 1J U i U :~ f 1\I(Jfl 1_,, CJ/ 11_1 £.1 1: (_J'L·.,. J ,.. ' ] :.; UU .Uiil Tutu Tert iiJ De1vun.

Oleh kurl?no itu, Fruk::il r~c,.Juluon PeHJt)un~;unon t.lr:}fi'JU:)

I !Jr.; n~ILICOIJ ~~ Ull 8 I Sri I L L/\1111~ f~/\ I !l·l/\I·J I u fU\1! i HI IIICIIII.n: r j k llll [I r~ ~~ s t T U,lll.'\t·! iJ y ··~ . lJf) t uk lilf~ .l Uflj 1.1 t kiii·l ~PUIIiiJUl !'(J:iUil ·-· .. r.:~l litidciT) :- ...

. l. r;uu lt-:lllU/19 ?c\ti:JU))(Jfl (ltrl~. U!ldClll0-UndullJ i!UlilOl" f) Lliaill

J.:JB3 t~Jillonu Ketc:11tuull UnnJ/n rJun Tutu Curu Pc; pujukun, :? . i~UU tent uno Pc/'LJI)(.Jltull CJti.l:; lJflclonu-·undun9 Nr.'lllOr 7 Tuiltl'l

.1983 tcntong Pojuk PeliSJliU:iilun :icbuguiHIUilU iclui1 r.!Jt .. hu!' dt}nuun Unc.Jung·-Undurl~l f.Jomor / TuiHHI l0~JJ I

5. I~UU tun tong Per uiJl'JhOI 1 u t, J!j Undung-Untlun~ Uo111o r ~;~ ; r .,,: :.: l

1983 tentung Pujuk Pertc.unboiJUfl iJilui,. L~uru11~1, dun .Ju.,;u_. uun Pujuk Penjuolon Atus Duron~ Hcwu/1,.

i~. nuu tcntOTJ0 PerubuiHJtl utU!) Undon~-urHiDrJU Ni..'·iiiUI' .l2 -i,•iJlii)

198::) · tentung Pojuk Bum.i dun Bungunon,

k e pod a Pcr11bol 1os on T i ngk at 1 V tlo 1 ow S i dong Pur 1 pu 1 I!U Dt~\·n.H 1 '_lUll~.' r.J i 01 n IJ i 1 k e p u t us u n p e r s c t u j u u ru 1 1 u u 1 c t 1 De 1 ., u n .

Demjkiun Penduput 1\~dlir Fro.~~si Per~otuun Pctubu11~U1;un t.i 1.!]~::::

Pun~us Del·tun, dun otos perflut inn iiJ/11/.dnon don puru /ul~J~Jotu f1 t11::.:d~.

~~ung ter~IOriJlllt, Soudoru 1"/enteri r~L·uunuun dun svr_1unup jujortHiil)';J_.

kurfli ucupkan ter i111u kosi tJ.

\'/utJ.iJlloi1it Tuufiq \1u.l Hiduyuil; Hu!:i :;u l u111u 'u lui kum \h·. h'IJ.

KETIJA PANSIJS (NOVYAN KAMANI SH): Terimo kasih kita ucopkan kepada rekon dari Froksi Persotoan

Pembangunan yang teloh pula m~nyampoikqn persetujuonnya untuk melanjutkan keempot RIJU yongah-l<i to bohos ini untul< disampaikon kepada Pembicoraon Tingkot IV yang okon l<ita lakukon Insyo Allah tonggal 13 Oktober yang akon dotong. Sekoli logi komi mengucopkon terima kosih moka untul< lanJutonnyo I<CJT1i persilok.an rek.an dori FPDI. Komi persilakan.

. JIJRU B I CARA FPD I (VB. WIJANDJONO~ SH): ....... .

..

- 92 -

JURU BICARA FPDI (YB. WIJANDJONO, SH):

Salam sejahtera,

Bapak Wakil KettJa Dewan, Bapak Soerjadi yang terhormat,

Dapak rimpinan beserta anggota Pansus yang terhormat,

Bapak Menteri Keuangan beserta staf yang terhormat, Sidang Pansus yang kami muliakan.

Mengawali pendapat akhir ini

Bapak Ibu~ Saudara sekalian untuk perkenankanlah kami mengaj ak

memanjatkan puji dan syukur

hanya atas rahmat dan ridho-Nya­

bersidanq di aini dalam rangka

kepnda Tuhan Yang Ruasa karena

lah kita dapat berkumpul dan

mengemuan tugas negara.

I . .rendahuluan

Keesaan Tuhan telah menyatukan kita, Kuasa-Nya telah menye­lamatkan dan menuntun kita menyelesaikan tugas bersama, kasih-Nya

mengikat erat kita sebagai Saudara. Perbedaan pendapat, pendeka­tan dan pemlkiran atas euatu rancangan yang kadano menjadi tajam

dan keras tak mampu memecah kesatuan dan membelah keakraban kita.

Cara dan qaya bicara yanq lembut dan cantik acap berubah menjadi

sengit meninggi dan menggelitik, membuat auasana rapat penuh

- 93 -

keseriusan. Semua pihak telah bekerja keras dengan sepenuh hati dan semampu diri, sehingga dapat menyelesaikan tugas penyempur­naan keempat RUU perubahan di Bidang Perpajakan ini.

Fraksi PDI merigucapakan banyak terima kasih kepada Pemerin­tab yang dalam hal ini diwakili Menter! Keuangan beserta segenap Staf yang telah aktif bersama-sama mensukseskan pembahasan 4 RUU ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Fraksi ABRI, Fraksi Persatuan Pembangunan, dan Fraksi Karya Pembangunan yang telah memberikan pengertian yang mendalam atas usul-usul Fraksi POI.

Kini tiba saatnya Fraksi POI menyampaikan Pendapat Akhir mini untuk mengantar per jalanan RUU ke Forum Rapat Par ipurna Tingkat IV yang akan menetapkan persetujuan Dewan.

II. Tinja~ atas 4 RUU Perubahan Didang Perp~~

Saudara Pimpinan dan Sidang yang kami muliakan,.

Sebelum mengutarakan Pendapat Akhir Mini, perkenankanlah Fraksi PDI menyampaikan tinjauan atas 4 RUU perubahan Bidang Perpajakan yang telah kita bahas bersama selama ini, meliputi ;

1. Penerapan hirarki peraturan perundangan. 2. Ketentuan yang tidak atau belum dapat tertampung dalam RUU

Perubahan Perpajakan. 3. Proses pembahsan,yang.telah dilaksanakan.

Barangi'tentu dalam Pendapat Akhir Mini ini Fraksi POI tidak akan menyoroti secara detail, terinci, namun hanya pokoknya saja

sebagai intisari.

l.f§Derapan_~irarki Peraturan Perundangan.

1.1. Fraksi PDI selama ini tetap dan akan selalu bertek~d untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsek­wen. Oalam kaitan ini maka segala peraturan yang membebani rakyat harua ditetapkan dengan undang-undang karena hal

••

- 94 -

itulah merupakan perwujudan dari kedaulatan rakyat yang tak hendak diserahkan untuk diatur dengan Peraturan Pemerintah atau Ketetapan yang lebih rendah tingkatnya yang mestinya hanya merupakan peraturan pelaksanaan undang-undang saja.

Tekad dan perjuangan Fraksi POI ternyata tidak sia-sia 1

semua fraksi dan pemerintah sepaham dan menyetujuinya. Namun karena mater! ketentuan antara lain ;

Perubahan penentuan besarnya sanksi administrasi Pasal 37. KUP. PP

Perubahan penentuan besarnya PTKP pasal 7. ayat (3)

PPh, Kepmen.

Perubahan penentuan besarnya peredaran bruto untuk waj ib pajak yang menggunakan norma - Pasal 14 . ayat (7) PPh 1 Kepmen. Perubahan tarif tertinggi penghasilan kena pajak Pasal 17 ayat (2) PPh 1 PP Perubahan lapisan penghasilan kena pajak - Pasal 17 ayat (3) PPh 1 Kepmen.

H~mbutuhkan kecepatan dan kepraktisan dalam penyesuaian dengan perkembangan keadaan serta keperluan rincian suatu hal yang tar lalu ban yak dan suli t dirumusakan dalam undang-undang 1

maka jalan keluarnya bunyi pasal dalam batang tubub tatap. Tetapi di dalam penjelasan diberikan rambu-rambu atau batasan yang jelas dan tegas terhadap apa yang dilimpahkan. Jika masalahnya berat menyangkut beban rakyat banyak dan berpen­garuh pada APBN 1 sebelum dikeluarkan PP atau Kepmen harus menda­pat persetujuan DPR, lewat mekanisme pembahasan APBN.

Dengan ditawarkannya jalan keluar tersebutl maka Fraksi· POI dapat

menerimanya. .·

1.2. Kewenangan yang diberikan kepada Direktur Jenderal Pajak yang di tuangkan dalam Batang Tubuh Undang-undang 1 Fraksi POI memandang sebagai hal yang kurang tepat. Karena Dirjen bukan Pejabat Politik dan posisi Dirjen dibawah Menter! 1

dengan fungsi memimpin tugas Tehnis suatu bidang di Kemen­

terian yang bersangkutan.

- 95 -

Namun pencantuman Dirjen Pajak dalam Batang Tubuh RUU, Fraksi PDI dapat memahami bahwa salah satu tujuan dibuatnya 4 RUU Perpajakan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi d~n efoktifitas pelaksanaan perpajakan.

- Disamping itu dalam Undang-undang Perpajakan terdahulu hal-hal semacam itu juga telah tercantum, maka untuk menguakomodir kapentingan struktur perundang-undangan dan kepentingan efisiensi, serta efektifitas pelaksanaan perpajakan, Fraksi POI dapat menerima karena kewenangan yang diberikan jelas dan tarinci, sehingga terpenuhi azas kepastian hukumnya.

2. K._~_t_e_f1!JHtJL .. Y~..Il9_t_~k ata_y_bej._')..m....9ft~t tertalllP..~Jtlam RUU

~X!l_Q_CiM_IJ .... ~-~-I.P.J~.i~JlilJl ·

Semula Fraksi PDI meyakini bahwa dengan prissip efektivitas dalam perubahan RUU Perpajakan ini, maka harta yang dipero-1 e h karen a hi bah dan war is an aka n d a pat dike n a i p.a j ak , karena alasannya begitu kuat antara lain ;

(a). Hemenuhi difinisi obyek pajak tersebut Pasal 4 ayat ( l) RUU perubahan PPh yang intinya "setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/diperoleh Wajib

Pajak, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan, dengan nama atau bentuk apapun".

(b). Akan memberikan pemasukan kepada negara dengan jumlah yang luar biasa, sehingga dapat semakin memper­

ingan beban pajak golongan bawah.

(c). Hemenuhi asas keadilan dan perwujudan kewajiban kene­garaan d~lam rangka kegotong royongan nasional sebagai peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara dan

pembangunan.

(d). Kelompok masyarakat menengah tidak perlu oelisah karena Fraksi POI mengusulkan Penohasilan Kena Pajak untuk perolehan harta hibah dan warisan ini dibatasi

- 96 -

Rp 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah).

(e). Dinegara-negara lain hal ini telah diterapkan.

Fraksi POI merasa cukup lega bahwa fraksi-fraksi . lain dan Pemerintah dapat mengerti dan memahami usul Fraksi POI, hanya

karena mas ih memer lukan ban yak kaj ian dar 1 berbagai aspek, serta uu rPh yang berlaku sampai kini belum juqa mengaturnya, maka usul ini akan diwadahi dalam UU tersendiri.

Fraksi P.DI dapat menerima pemecahan masalah tersebut dan .. sekaligus meminta agar Pemerintah selekas mungkin dapat mengkaji dan memperslapkan RUU dimaksud, atau mohon perkenan fraksi-fr~ksi lain, untuk bereama-sama membuat usul inisiatip,

aebagai perwujudan hak inisiatip Dewan.

Fraksi kami sang at perduli at as perkemban~an koperasi, karena itu mengusulkan agar pajak atas simpanan di koperasi yang dalam RUU ditentukan 15 persen - diturunkan menjadi 10 persen. Denoan alasan agar masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan uan~ di koperasi dengan demikian koperasi akan meningkat aktifitasnya yang pada gilirannya akan meningkat­kan penghasilan koperasi dan segenap anggotanya.

Namun satelah menden~ar dan meneliti fasilitas-fasilitas lain yang diber,ikan kepada koperasi, serta dijelaskan oleh

Pamer intah bahwa praktek se lama ini ban yak kemudahan yang disalah''gunakan sehingoa tidak dapat dinikmati oleh koperasi dan segenap anqgotanya, hal mana akan menumbuhkan OISTORSI. Di samping itu dijelaskan pula bahwa sampai denga jumlah tertentu, bunga simpanan ~i koperasi tidak dipungut pajak. Fraksi POI dapat menerima perlakuan pungutan pajak sebesar 15 pers'3n atas bunga simpanan di koperasi, sama seperti

deposito yang disimpan di bank-bank.

Pada kesempatan ini Fraksi POI menyarankan kepada

Pemerintah

- 97 -

a). agar lebih meningkatkan pembinaan menajemen koperasi, sehingga fasilitas yang diberikan kepadanya sepenuhnya dapat dinikmati oleh koperasi dan seQenap warganya.

b). agar koperasi simpan pinjam diberikan kemudahan­kemudahan khusus.

c). agar dilakukan penyerasi~n operasional koperasi simpan pinjam dengan BPR (Badan rerkreditan Rakyat), yang kin! muncul denoan cepat dan tersebar sampai dipelosok-pelo­sok meliputi puluhan ribu jumlahnya.

Dalam RUU Perubahan yang diajukan Pemerintah pajak masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang modal tidak dapat dikreditkan (Pasal 9 ayat (8) huruf a· RUU PPN Barang Mewah). Pengertian barang modal termasuk didalamnya Sedan, Jeep, Stationwagon, Van, dan Kombi.

- Fraksi PDI menyetujui ketentuan tersebut tetap dimuat dalam RUU, karena hal tersebut akan menambah penerimaan negara dalam

jumlah yang cukup besar, lag! pula dalam UU PPN tahun 1984

memang sudah tidak dapat dikreditkan.

Akan tetapi atas usul Fraksi lain, ketentuan tersebut dicabut,

dengan kata lain dapat dikreditkan.

Fraltsi PDI menyayangkan penacabutan tersebut, dan mengharap­kan kepada Pemerintah bahw~ dalam perkembangan nanti dampak dari pencabutan tcrsebut perlu dikaji dengan cermat dan seksa­ma sehingga pada saatnya nanti apabila kepentingan negara mendesak, pajak masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang

modal agar tidak .dapat .dikreditkan.

I I I. f.RQ...S_E~J.U_IBAHASAN.

1. Pentahapan pombicaraan 4 RUU telah sesuai denga TATIB DPR. Hanya sayang pembicaraan Tingkat III j~uh lobih banyak diforum

,, ... · -~-

- 98 -

PANJA yang bersifat tertutup dari pada di forum PANSUS yan~

berelfat terbuka untuk umum, sehingga masyarakat luaa tidak dapat mengikuti, alur pemikiran dan pendekatan konsepsi dari maeing-masing Fraksi maupun Pemerintah.

Dalam Rnngka Pembangunan Politik yang demokratis, bebas dan terbuka, sungguh tepat apabila lebih banyak frekuensi rapat di forum PANSUS.

Rami menghimbau, aqar untuk pembahasan RUU-RUU yang akan datang masalah ini mendapat perhatian.

2. Proses pembahasan 4 RUU sekaligus, betul-betul memerlukan ek­stra tenaga, ekstra waktu, dan pembagian kerja yang rapih apalagi dikejar waktu bahwa 4 RUU ini diharapkan dapat berlaku

mulai 1 Januari 1995.

- Dengan sendirinya, harus diperhitungkan waktu untuk pemasya­rakatannya, paling tidak 2 bulan sebelum 1 Januari 1995. Berarti 1 Nopember 1994 sudah harus dimasyarakatkan. Belum lagi masalah sarana kelenqkapan yang harus dipersiapkan oleh

aparat pajak.

- Dengan demikian mamang diperlukan tempat khusus yang mampu menyediakan tempat persidangan kelompok-kelompok PANJA yang mengadakan rapat-rapat dalam waktu yang bersamaan baik pagi,

siang maupun malam. Diperlukan pula penempatan peralatan perekaman, pencatatan,

penggandaan yang berfungsi optimal. '

- Materi RUU sendiri sungguh sangat pentinQ dan mendesak,. karena mengangkut langsung kepada pengembangan perekonomian

aerta penerimaan APBN.

- Apabila Peme~intah jauh-jauh hari menyampaikan RUU teraebut kepada Dewan, kiranya tidak perlu rnenyediakana tempat persi­

dangan yang sempat menjadi sorotan.

-·syukurlah bahwa sesuai waktu yang diaediakan PANSUS dapat menyelesaikan tugas pemantapan dan penyempurnaan 4 RUU ini.

'IIJ ...

- 99 -

IV. Penilaian atas 4 RUU Perubaban Undang-undana Perpa1akan

1. Hasil penyempurnaan selama ini kami akui sudah maksimal kendati belum optimal. Hasih ada hal yang biaa disempur­

na apabila Pemerintah dan Fraksi-fraksi lain menyetujui­

nya.

2. Prinsip meningkatkan penerimaan negara.dari sumber perpa­jakan dalam waktu dekat ini kiranya belum dapat diharap­

kan, justru untuk sementara akan mengalami penurunan, namun ibarat " ancang-ancang" target yang direncanak.an

akan tercapai, syukur tar lampaui dimas a-masa mendatang 1

karena gerakan ekstensifikasi dan intensifikasi.

3. Cita-cita menunbuhkan dan mengembangkan penanaman modal

khususnya bidang-bidang us aha tertentu 1 dan di daerah­

daerah terpencil semestinya dapat terwujud, karena per­

angkat perpajakan yang baru ini telah mendukung dengan

penurunan tarif pajak maksimal, yang semuala 35 persen

menjadi 30 persen belum lagi kemudahan lain yang masih

dimungkinkan, sesuai ketentuan dalam RUU ini.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dapat d ikembangkan,

penerimaan negara ditingkatkan, kesenjangan sosial diti­

piskan, pernertaan pembangunan antar daerah dapat diwujud-

kan.

4. RUU ini telah pula memuat dorongan untuk peningkatan

sumber daya manusia, karena biaya-biaya untuk penelitian

pengemba~gan perusahaan, pelatihan, magang dan pemberian baa siswa dari perusahaan dapat dikurangkan pada Penghas-

ilan Kena Pajak (PKP).

s. RUU ini juga telah memuat dorongan pelestarian ekosistem, dan sumber Daya Alam, karena biaya pengolahan limbah

dapat masuk biaya untuk mengurangi Penghasilan Kena Pajak

( PKP).

6. RUU ini menjamin pelaksanaan perpajakan yang lebih gam

pang dan sederhana.

·~ .

- 100 -

7. RUU ini akan mempunyui claya paksa yang lebih baik karcntt

sanksi telah diperber~t.

8. RUU ini akan menjaga para fiskus bertindak makin mampu

k a r e n C\ r i n c i s lHl e r It .:-t t , :.1 c.l.:Jrt j e 1 a s k e t e n t u ann y a , m a k i n

be r s i h 1< a r 8 n a rl 01 am P.li '! 1 n i f .i. s l< u::; yang sa 1 a h jug a c1 i be r i

s an k s i , m a k i n s i m p-:\ ·~. i k k a r r~ n n 1 e b i h r i n g an d a 1 am tug a s

pelayanan.

9. RUU ini secliki t h~\ny.lk t(;l.,h meningkatkan per1indtlngan

pad a r n k y a t k 8 c .1 1 , 11 •• ~, 1 "' n .:~ N ~. 1 a i J u a 1 0 b j e k P a j a k ( N ,J 0 f' )

cl i n a i k 1< ·l n 1 t:: b i h ,:1 ~ P. i. 1 0 0 v ':! '· :::. '=~ n , r l~ n g h a ::; i 1 a n T ida k K e n ·:l

P a j 11 k ( P T I< P ) c1 i n r.1 il\ k ('\ n s e ~~ .i L a r 8 0 p e r s e n , sed an g t C\ r i f

p a j a k m i n i m a 1 d i t u r un k ~~ n 5 p ,~ r s e n .

Ataa •••••••••••••

- 10 1 -

7. RUU ini akan mempunyai daya paksa yang lebih baik karena

sanksi telah cliperberat.

8. RUU ini akan menjaga para fiskus bertindak makin mampu karena rinci sederhana dan jelas ketentuannya, makin bersil1 karena dalam RUU ini fiskus yang salah juga diberi sanksi, makin simpatik karena lebih ringan dalam tugas · pelayanan.

9. RUU ini sedikit banyak telah meningkatkan perlindungan pada rakyat kecil, karena Nilai Jual Objek Pajak {NJOP) dinaikkan lebih dari 100 persen, Penghasilan Tidak Kana Pajak ( PTKP) dinaikkan selti tar 80 per sen, sedang tar if

pajak minimal diturunkan 5 persen. Atas dasar penilaian-penilaian tersebut diatas tidak berkelebihan bila Fraksi POI menilai secara umum bahwa RUU ini sudah maksimal namum belum optimal.

V. KESIMPULAfi

Berdasarkan pendapat dan harapan seperti telah kami kemuka­kan di atas, terhadap 4 RUU Perubahan di Bidang Perpajakan,

yaitu;

(1) RUU Perubahan Atas Undang-undang No.6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tala Cara Perpajakan.

' ( 2) RUU Perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1983

Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah Dengan

undang no.7 Tahun 1991.

Ten tang Undang-

{3) RUU Perubahan atas Undang-undang No.8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan

Atas Barang Mewah.

(4) RUU Perubahan Atas Undang-undang No.12 Tahun 1985 Tentang·

Pajak Bumi dan Bangunan.

- 10.2 -

Fraksi FDI dapat menyetujui untuk diteruskan pada Sidang

Paripurna Dewan untuk Pembicaraan Tingkat IV.

VI. ~NUT UP

Salama lebih kurang 2 minggu PANSUS bekerja secara ekstra keras mungkin terdapat kesalahan-kesalahan dalam sikap, ucapan,

tingkah-laku dan perbuatan Anggota PANSUS dari Fraksi POI, dengan rendah hati kami mohon maaf baik kepada Fraksi ABRI, Fraksi Persatuan Pembangunan, Fraksi Karya Pembangunan maupun kepada

Pemerintah.

Fraksi PDI mengucapkan terima kasih atas kerja bersama saling ·mengerti dan melengkapi yang taman-ternan Fraksi dan Peme

rintah telah tunjukan kepada Fraksi POI.

Jakarta, 10 Oktober 1994

Juru Bicara,

YB. Wijandjono, SH.

''4.

- 103 -

KETUA PANSUS

Terima kasih kami ucapkan kepada fraksi POI yang telah pula menyampaikan segala alsasn-alasannya yang akhirnya dapat

menyetujui keempat RUU Perubahan di bidang Perpajakan ini diteruskan pada tingkat IV.

B a i k 1 a h set e r usn y a k ami per s i 1 aka n k epa d a F r a k s; K a r y a Pembangunan.

JURU BICARA F.KP (DRS. SIMON PATRICE MORIN) Saud a r·a Pimp i nan Pan sus yang t e rhormat ,

Saudara Menteri Keungan beserta jajaran yang terhormat, Saudara Wakil Ketua DPR-RI yang terhormat,

Rejan-rekan anggota Pansus dan hadirin yang kami muliakan,

Salam sejahtera bagi kita sekalian pada siang hari ini.

Pertama-tama selaku umat yang taqwa kepada Tuhan YME, patutlah

kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

sesuai dengan agama dan keyakinan kita masing-masing karena atas berkat bimbingan dan perl indungan-Nya lah Pansus dapat melaksanakan tugas konstitusionalnya dengan sebaik-baiknya yaitu

merampungkan pembahasan 4 RUU tentang Perubahan Undang-undang I

pe rpa j akan sebaga i mana tel ah d i l aporkan o 1 eh ket i ga Pan j a pad a

Rapat Plena Pansus pada tanggal 10 Oktober 1994 tadi malam.

Fraksi KP mencatat bahwa dari isi laporan ketiga Panja maupun

dari suasana proses pembahasan tercermin adanya upaya yang

sungguh-sungguh dari seluruh Anggota Pansus untuk membahas secara

mendal am keempat rancangan undang-undang tersebut. Oleh karena

itu FKP dalam membahas keempat RUU tersebut tetap memperhatikan

berbagai aspirasi berupa tuntutan, dukungan dari masyarakat,

b an g s a. d an neg a r a t e r h ad a p 4 R U U d i m a k s u d . A s p i r a s i - as p i r a .s i tersebut pada intinya menghendaki agar 4 RUU dimaksud dalam

mereflesikan keadilan bagi wajib pajak, menjamin kepastian hukum, menyederhanakan sistim dan prosedur perpajakan, menjamin

peningkatan penerimaan negara serta mengantisipasi perubahan dan perkembangan dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan dan

day a sai ng terhadap negara-negara lain. Bertolak dari pemahanan

dan persepsi inilah maka setiap permasalahan yang dihadapi dapat

diselesaikan .•••.••• /

- 104 -

d i se 1 esa i kan da 1 am suasana dan semangat kebe rsamaan, semangat saling asuh, saling asah dan saling menghargai pandangan dan pendapat sesama anggota Pansus.

Saudara Pimpinan Pansus yang terhormat,

Saudara Menteri Keuangan dan hadirin sekalian,

Da 1 am suasana semangat sepe rt i it u lah maka pad a kesempat an yang

berbahagia ini perkenankanlah kami menyampaikan hal-hal yang

menjadi fokus perhatian dan perjuangan FKP selama pambahasan

keempat RUU Perpaj akan sebaga i upaya penge j awant a han dar;

berbagai aspirasi yang diserap oleh FKP maupun yang disalurkan lewat FKP.

Pertama; mengenai pembahasan Panja I yang mempunyai cakupan tugas

pembahasan RUU tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan,

masalah yang menjadi fokus perhatian dan yang bersifat strategis

diperjuangkan FKP dalam pembahasannya bersama angggota Panja

lainnya adalah :

Peratama mengenai daluarsa penetapan pajak, pendelegasian

wewenang badan peradilan pajak, kewenangan penghentian penyidikan

tindak pidana dibidang perpajakan. Dari permasalahan yang kami kemukakan tersebut ada tiga masalah yang memperoleh perhatian dan me mer 1 ukan wakt u pembahasan yang cukup 1 am a, pert am a pe rubahan jangka waktu daluarsa penagihan pajak dari lima tahun menjadi 10

tahun yang telah disepakati oleh keempat fraksi, oleh Fraksi Karya Pembangunan diyakini akan berdampak positif bagi upaya

peningkatan pendapatan negara dari sumber pajak.

Keedua mengenai pendelegasian atau pelimpahan wewenang, FKP

menilai bahwa materi muatan undang-undang dibidang perpajakan

memuat materi yang bersifat kebijakan, pemberian wewenang yang

kuat kepada Menteri Keuangan dan pendelegasian kewenangan Menteri

Keuangan atas kuasa undang-undang kepada Direktur Jenderal Pajak

terhadap pelaksanaan materi muatan yang besifat teknis

administratif yang secara tegas dan jelas dicantumkan dalam

bat ang t ubuh. Dengan pen de 1 egas ian dan pe 1 i mpahan kewenangan

berjenjang tersebut FKP berkeyakinan pelaksanaan undang-undang di

bidang perpajakan akan lebih efisien dan efektif. Ketiga; badan peradilan pajak. FKP merasa bahagia dengan

dicapainya kesepakatan oleh keempat fraksi dan Pemerintah untuk

secepatnya dapat dibentuk suatu Badan Peradi lan Pajak

dengan ••••••.••• /

, . ._

- 105 -

dengan undang-undang dan unt uk sement ara akan 1 eb i h d; t e rt; bkan

peranan dan wewenang majelis pertimbangan pajak yang sudah ada.

Dalam Pembahasan RUU Perubahan tentang Pajak Penghasilan o1eh

Panja II ada bebrapa masalah prinsipil dan strategis yang

d i per j uangkan FKP d ida 1 am pembahasannya dengan f raks i 1 a; n dan

Pemerintah. Adapun masalah-masalah tersebut adalah antara lain;

perluasan obyek pajak penghasilan kena pajak, penghasilan tidak

kena pajak, penyusutan dan amortisasi, lapisan penghasilan kena

pajak dan tarif pajak, pertumbuhan dan pemerataan pembangunan.

Dua masalah menonjo1 yang ingin kami sampaikan dalam kesempatan

ini ialah penghasi1an tidak kena pajak dan 1apisan penghasi1an

kena pajak dan tarif pajak. FKP da1am pengantar musyawarah yang

disampaikan menjelang pembahasan materi perubahan 4 RUU bidang

perpajakan berpendapat bahwa perlu diberikan pengurangan atas

beban PBB secara kolektif sebelum diterbitkan SPT yang

dilaksanakan melalui kelurahan ata desa maupun kecamatan baik yang menyangkut peningkatan besarnya NJOP tidak kena pajak dari

7 juta menjadi 8 juta rupiah maupun penetapan NJOP. Sehubungan

dengan itu sesuai dengan kesepakatan dan janji tertulis

Pemerintah terhadap pendapat dan saran FKP untuk memberikan

pengurangan ko1ektif bagi wajib pajak PBB dika1angan rakyat kecil

sebelum ditetapkannya NJOP bagi mereka berdasarkan permintaan

tertulis dari Pemerintah daerah Tingkat II maka hendaknya hal tersebut dapat segera ditetapkan oleh Menteri Keuangan

berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pasal 19 ayat (2)

Undang-undang PBB.

Pimpinan Pansus dan hadirin yang berbahagia, Mengenai Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas undang­

undang Nomor a Tahun 1983 tentang PPn Barang dan Jasa dan Pajak

Pajak atas barang mewah atau yang dikenal juga sebagai UU PPn

1984 FKP mencatat bahwa pembahasan Panja PPn terhadap RUU

tersebut yang dilakukan oleh keempat fraksi diwarnai oleh suasana

kekeluargaan dan semua perbedaan pendapat atau persepsi dapat diselesaikan lewat musyawarah untuk mufakat. FKP berpendapat

bahwa undang-undang yang mengatur tentang macam-macam pajak yang dipungut atas konsumsi dalam negeri tersebut setelah diberlakukan

selama ••••••••••• /

- 106 -

selama kurang lebih 10 tahun dianggap sudah waktunya untuk

disempurnakan melalui RUU perubahan, sehingga tetap relevan

dengan tuntutan perubahan dan perkembangan yang terjadi didalam

masyarakat. Oleh karena itu setelah mendalami dan membahas secara seksama dan bersungguh-sungguh FKP berkesimpulan bahwa RUU

tentang Perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPn barang

dan jasa dan Pajak penjualan atas barang mewah sudah memenuhi

berbagai tuntutan pembangunan dan aspirasi masyarakat sebagai tercermin dalam hal-hal sebagai berikut :

Tetap dipertahankannya prinsip peniadaan pajak ganda dan

dualisme, perluasan dan pendalaman cakupan PPn baik subyek maupun

obyek pajaknya, tetap memperhatikan aspek keadilan dalam

penetapan pengusaha kena pajak dimana pengusaha kecil dapat

memilih untuk menjadi pengusaha kena pajak. Pembebasan pengenaan

PPn atas barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang

masih lemah perekonomiannya. Pembebasan pengenaan PPn terghadap

masyarakat berpendapatan rendah dalam membangun sendiri,

konpensas i da 1 am set i ap mas a paj ak dan konpensas i pengemba 1 ian

PPn dalam setiap masa pajak yang berkaitan dengan kegiatan

ekspor. Pajak masukan atas barang modal yang dapat dikreditkan,

peningkatan tarif PPn barang mewah sebagai sarana peredam dampak

ketidakadilan PPn dan sarana pengenda1i konsumsi barang mewah sebagaimana yang diusulkan o1eh FKP dan didukung oleh fraksi­

fraksi lainnya. Tetap berlakunya pengenaan PPn dan PPnBM atas

Usaha pert ambangan mi nyak dan gas bumi, pert ambangan Umum dan

pert ambangan 1 a; nnya sesua i kont rak bag i has i 1 , kont rak karya atau persetujuan kerjasama sampai se1esai masa kontrak. Dari hal­hal tersebut diatas ada dua masalah yang mendapat perhatian lebih

dari FKP yaitu : Perluasan da~ pendalaman cakupan PPn sejalan dengan amanat

GBHN 1993 dan Repelita VI maka RUU Perubahan tersebut te1ah

memperluas dan memperdalam cakupan obyek maupun subyek pajak

da1am rangka ekstensifikasi, intensi'fikasi dan efisiensi dalam pe rpa j akan .. Per 1 uasan dan pend a 1 am an cakupan t e rsebut mi sa 1 nya dapat dipe1ajari dalam rumusan pasal 1 hurup b tentang apa yang

dimaksud dengan barang dimana menurut Pasal 1 UU PPn 1984 yang

dimaksud dengan barang hanya mencakup barang bergerak dengan barang tidak bergerak tetapi dalam rumusan RUU perubahan tercakup

pula barang tidak berwujud.

- 107 -

Menu rut FKP kebi j aksanaan Pembangunan perpaj akan yang mendorong investasi merupakan suatu keharusan karena dalam repelita VI

d i rencanakan pe ran an st ok mod a 1 da 1 am sumba r-sumbe r pert umbuhan

sebesar 53%. Atas dasar penalaran itulah FKP terdorong

mempertahankan adanya ketentuan yang memungkinkan pengkreditan

pajak masukan atas barang modal dan telah mengusulkan agar

ketentuan UU PPn 1984 Pasal 9 hurup c tetap dipertahankan. Dalam

Hubungan ini FKP sangat menghargai dan berteima kasih atas dukungan fraksi-fraksi lainnya dan kesediaan Pemerintah untuk menyetujui usul FKP tersebut.

Saudara Pimpinan pansus yang terhormat,

Saudara Menteri Keuangan beserta seluruh jajarannya,

Wakil Ketua DPR-RI,

Rekan-rekan Anggota Pansus dan hadirin yang kami muliakan.

Demikianlah pokok-pokok permasalahan yang menjadi fokus perhatian

dan perjuangan FKP selama pembahasan 4 RUU tentang Perubahan atas Undang-undang perpajakan yang dilakukan oleh Pansus Dewan.FKP

pada kesempatan ini tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan,

memberikan perhatian secara khusus menyampaikan ucapak terima

kasih kepada masyarakat yang telah mempercayakan aspirasinya

kepada FKP lewat berbagai kesempatan terutama yang berkaitan

dengan pembahasan 4 RUU perpajakan. Pada kesempatan ini pula FKP menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Pimpinan Pansus yang secara bi jaksana mengendal i kan

jalannya rapat-rapat sehingga Pansus ini dapat menyelesaikan

tugasnya dalam waktu yang telah di rencanakan. FKP juga

menyampaikan ucapan terima kas.ih kepada F.ABRI, F.PDI, F.PP atas

kerjasama yang senantiasa dilandasi semangat musyawarah untuk

meufakat. FKP menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah

dalam hal ini Departemen Keuangan beserta seluruh jajarannya yang

telah siap sedia selama 24 jam sebagai nara sumber dan ucapan

terima kasih kepada staf sekretari at DPR-Rl dan depart amen keuangan yang bekerja non stop 24 jam untuk mendukung seluruh

proses pembahasan Pansus sehingga seluruh hasi 1 dapat selesai

pad a wakt unya. Semoga semua jeri h payah kit a membawa rahkmat

bagi bangsa. Dengan demikian dengan uraian saran dan tanggapan serta ucapan terima kasih yang telah kami sampaikan maka pada

- 108 ·-

akhirnya FKP dalam Pansus 4 RUU bidang Perpajakan dengan ini

menyatakan dapat menerima RUU perubahan atas 4 uu bidang

perpaj~kan hasil pembahasan pansus untuk selanjutnya dibahas dalam pembicaraan ti-ngkat IV pada sidang paripurna DPR-RI untuk pengambilan keputusan.

Terimakasih'atas perhatian Saudara Pimpinan, Saudara Menteri Keuangan dan hadirih yangkami muliakan. Pada akhirnya atas frajsi kami, kami memohon maaf apabila dalam seluruh proses pembahasan terdapat hal-hal yang kurang berkenan dihati Saudara-saudara ~ekalian khu~usnya anggota~anggota Pansus.

Demikian pendapat akhir FKP,

Sekian, terima kasih.

KETUA PANSUS

Terima kasih kami ucapkan kepada rekan FKP atas sambutan atas .pendapat mini dari pada pembahasan AUU ini. Baiklah, walaupun keempar fraksi t.elah menyatakan persetujuaannya, akan tetapi itu tidak timbul segala sesuato kekhilapan maka kami akan megulangt sebagai berikut :

Panja telah melaporkan hasil karyanya,

1 . RUU pembahasan at as Undang-undang Nomor 6 Tahun1983 tent ang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.

2. RUU perubahan. atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang. Pajak Bumi dan Bangunan yang dilaksanakan oleh Panja I

3. RUU Pembahasan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1991 yang ditugaskan kepada Panja II.

4. RUU Pe rubahan at as Undang-Undang Nomor a Tahun 1983 tent ang

Pajak Pertambahan Ni lai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan atas barang mewah yang ditugaskan kepada Panja III.

Walaupun sebagaimana telah kami ungkapkan keempat fraksi tadi telah menyatakan maka pada saat ini dengan mengucapkan Bismilahirohmanirrohim dapatkah kita memutuskan dan· menyetujui keempat Rancangan Undang-Undang yang telah kami sebutkan diatas

k ; t a se r a h k an k epa d a D PA-R I u n t u k d i am b i 1 k e P u t u s an d a 1 am

pembicaraan Tingkat IV insya Alloh tanggal 13 Oktober 1994 yang

akan datang, setujukah saudara-saudara 7

(sidat:lg setuju)

"1111:

- 109 ...

Alhamdulillah (ketok palu)

Maka dalam hal ini Saudara menteri kita telah sama mendengarkan tadi pendapat akhir mini, kiranya pada saatnya sampai kami mempersilakan kepada Saudara Menteri untuk memberikan kata sambutannya, kami persilakan.

PEMERINTAH (MENTER! KEUANGAN MAR-' IE MUHAMMAD) Saudara-saudara Anggota Pansus yang kami muliakan,

Assalamu'alaikum Wr.wb.

Pada saat ini sudah selayaknya kita bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena setelah melalui serangkaian rapat-rapat Paripurna sidang-sidang Pleno Pansus, dan rapat-rapat Panja, Dewan bersama-sama Pemerintah akhirnya berhasil menyelesaikan keempat RUU tentang Perubahan atas Undang-undang Perpajakan

sesua i dengan j adwa 1 yang t e 1 ah d it et apkan unt uk pad a t i ngkat

Pan sus unt uk se l an j utnya d i bawa ke t i ngkat IV. Ket epat an wakt u

ini menunjukkan bahwa Dewan dan Pemerintah memiliki tekad dan

kehendak yang sama mengenai perlunya dengan segera dilakukan

perubahan atas undang-undang perpajakan guna menyesuaikan dengan

kebutuhan maupun perkembangan internal·dan eksternal. Pembahasan

keempat RUU ini berjalan sangat produktif dan efisien terutama

karena hal-hal sebagai berikut dan terutama penting dicatat

terutama oleh kalangan Pers yang akan nanti disebarluaskan.

Pertama

Kedua

Keempat RUU in i be rs if at penyempu rna an, j ad i be rbeda sama sekali sifatnya padat, dibandingkan dengan tax

reform t a hun 1 983, j ad i in i bukan ha 1 yang baru sama sekali. Karena itu sifatnya adalah penyempurnaan.

Perubahan i ni penyempurnaan. Mesk i pun mengandung

materi-materi perubahan yang prinsipil, mengenai tarif

itu prinsipil dan bahkan terdapat pula materi-materi

baru. Intensitas pembahasan yang sugguh sangat berkual it as

serta obyektif hal ini tidak terlepas dari pengetahuan

anggota pansus yang cukup mendalam dan ini juga tidak t e r 1 epas karen a kit a sudah prakt ekkan undang-undang

pajak ini selama 10 tahun lebih. jadi kita sudah

mempunyai tingkat pengetahuan yang sama.

. ...

Ketiga

Keempat

Kelima

~ 110 -

Materi-materi yang disuguhkan dalam keempat RUU ini

telah lama dikomunikasikan kepada Dewan yang terhormat

melalui berbagai fo~um baik yang formal maupun

informal, formal terutama komisi VII dan Komisi APBN

bahkan komunikasi ini telah berjalan sebelum terbentuknya kabinet pembangunan ·vi ini. Jadi ini

perlu kita catat.

Seman gat dan t ekad bahwa paj ak merupakan pi 1 ar ut ama

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Semangat musyawarah untuk mencapai mufakat benar-benar

telah menjiwai seluruh proses pembahasan keempat RUU dimaksud.

Jadi sekurang-kurangnya kami mencatat 1 ima hal mengapa

pembahasan keempat RUU ini berjalan produktif dan efisien. Pada

waktu memberikan penjelasan mengenai 4 RUU Pemerintah memberikan

kesempatan seluas~luasnya kepada Dewan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan materi RUU sesuai dengan aspirasi Dewan. Dan ini

telah kami laksanakan sepenuhnya secara konsisten. Bahkan karena t ad ;. ada F P D I men y i n g gun g men gena i k e t e r b u k a an me man g Pan j a sesuai Tata Tertib tertutup dan kami dari Pemerintah kalau sudah

menyerahkan un~ang-undang ini kepada Dewan silakan. Itulah tuga~

Pemerintah. Kami sifatnya hanya membantu secara aktif untuk

menyelesaikan. Nah untuk diketahui misalnya pada waktu situasi

terjadi beberapa krusial terjadi, hal-hal yang pending, dikup

meng~nai peradilan pajak dan lain-lain, kaitanriya dengan MPP

dirjen pajak sudah melaporkan kepada kami.

- 111 -

seoao saya pernan disindir ini kok Pak Menteri kena apa maunya

ke Panja II saja, tidak sungguh tidak saya minta maaf ini

bet.ul, betul tidak, sama itu sernua tapi sudah terlanjur keluar

tapi sempat ketemu saya sampaikan disitu tapi rupanya ada

beber-apa hal jugc-:\ yang mengga.njal. Lalu Saudara Oirjen Pajak

menyampaikan kepada kami; Pak Menteri kok masih ngganjel, kan

Pak Menteri sudah setuju ini. Saya bilang begini asal sesuai

cJensJan kesepakat.an yang saya kemukakan tadi, silakan Anggota

Dewan i tu rurnuskan sendi r-i te1Aus Saudara parat saja kepada

say a, say a se t.uj u \<.as i h tahu sarna say a dul u t i 1 pun apa sama

den~tan ap~~ yang say a sampai kan sama tel<.en sudah tidak rubah

.~pC\--;:'\p.~. - l ni supaya tahu te rutarna juga kalangan pe rs bahwa

b.?\ny'-=d<. perubaha.n yang betui-betul sangat

kual i t.a::. pembahasan dan penggunaan hak dari

yang ter·honnat t.idak semata-rnata tergantung

l.amanya.

substantit. Jadi

pada anggota Dewan

pada jangka waktu

I;"\ bi ::\ r se tahun dua tahun ti dak ada pe rubahan apa-apa, tidak

ada substansi yang terlalu prinsipil cuma titik kama ya tidak

· a<.ia apa-apanya. lerus terang saja tadi malam telah di laporkan

secat-a gamblang d::tn juga pada pagi hari ini bahwa begi tu banyak

perubahan-perubahan bahkan Ketua. Panja Ill pake prosentase­

prosentase pet-ubahan-perubahan. Tidak sedikit materi RUU yang

diajukan Pernerintah mengalami perubahan. Disamping itu berkem­

bang aspirasi-aspirasi Anggota Dewan yang memunculkan adanya

ketentuan baru yang sebelumnya tidak terakomodasikan dalam RUU

ini. Karena ini juga merupakan tekad kami bahwa tidak mungkin

~emerintah menyelesaikan semua soal, betul tidak mungkin masa­

lah bangsa dan nE!9at-a adalah demil<ian besar. Yang panting bahwa

kita tahu persis tanggung jawab dan kedudukan serta fungsi kita

masing-masing sesuai dengan konstitusi. Dewan juga telah meny­

empur-n<:-\Kan ketentuan mengenai pelimpahan wewenang maupun lapi­

san tarip pajak penghasilan. Ini kan prinsipil sebetulnya kalau

begini dianggap tidak prinsipil lagi saya tidak tahu mana yang

prinsipil lagi. aetul saya tidak tahu lagi sudah tetapi sekali

lagi tetap kita berbuat sesuai aturan permainan kita dan alham­

dulill~h kita telah jaga sebaik-baiknya. Keterbukaan, perubahan

dan macam-macam yang tegang-tegang tapi akhirnya kita kembali

kepada tekad kita yaitu musyawarah untuk mencapai mufakat.

. i

- 112 -

L)an alh .. ).mclulillat-' kita samp,::\i kesana, saya katakan kepada

D1rjen !Jajak, l<at·en.:t ini rnasalah pajak apapun juga kita harus

bulat bt~t.:ui.-bEit.LJl bu.lat tid.3k t.H)loh mit'inq-ml rinq sediki t tidak

boleh. Jad1 t.idak boleti yang agak mencong-mencong itu tidak

t,oleh. lni harus bulat betul-betul tentang pajak ini jadi tidak

boleh ada benjol--benjol karena ini pajak terus terang saja.

Dalam rapat-rapat Pansus maupun Panja Dewan dan Pemerintan

tidak selamanya memiliki pandangan yang sama mengenai berbagai

hal yang berkaitan dengan RUU baik mengenai latar· belakang

rumusan maupun penatsiran ketentuan yang tertuang dalam pasal­

pasal maupun Penjelasannya.

F'ernerintah dapat merna.t1.3mi tlaJ. i tu karena meskipun RUU Perubahan

uu Perpajal<.an teJah diusat1al<an untuk disusun sebaik mungkin ~

namun merupakan hal yang wajar apabila dalam pembahasannya

terdapat perbedaan, baik yang bersitat substansi maupun bersi­

t at. r·edd.ksi. Diskusi rnaupun pernbahasan yang kadangkala berlang­

sung cukup a lot. al.;.an tetapi tuj uannya adC\lah sema ta-ma ta untuk

perba1kan dan penyempurnaan RUU ini. Narnun demikian melalui

mekanisme demokrasi Pancasila yang dilandasi oleh semangat

ker·ja sama atas kekeluargaan dan keberhasilan dan kebesaran

jiwa Anggota Dewan yang terhormat, berbagai perbedaan pandangan

ter·sebut akhirnya mendapatkan ti tik temu serta mencapai kesepa­

katan dari semua Anggota Panja maupun Pansus yang kami hormati.

Keny3takan ini mernberikan petunjuk bahwa semangat rnusyawarah

untuk rnencapai rmrfakat dan keterbukaan dari kedua belah pihak

mernbet-ikan surnbangan yang cukup besar terhadap tercapainya

kesepakatan yang dimaksud.

Oengan seksama Pemerintah mengi·kuti sambutan atau Kata Akhir

Mini yang disampaikan Anggota Dewan yang terhormat mewakili

traksi masing-masing dalam Sidang Pansus yang kami hormati ini.

Dara kata akhir mini dari masing-masing traksi, Pemerintah

mancatat bahkan merasakan adanya kesatuan pandangan dan kesepa­

katan pengabdian yang mengacu kepada kepentingan yang sama

yaitu kepentingan bangsa dan. negara. Adanya kesatuan pandangan

dan kebulatan tekat merupakan taktor utama lancarnya pembahasan

dan pemberian persetujuan dari Pansus untuk di teruskan dalam

rapat Paripurna Dewan tanggal 13 Uktober 1994 yang akan datang.

oleh kar~ena i tu dalam kesempatan ini Pemerintah menyampaikan

terima kasih kepada Panja Pansus dan semua pihak yang terkai t

dengan pembahasan keempat RUU di bidang Perpajakan, akhirnya

marilah kita rnemohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kita

- 113 -

5enantlasa diber·1van b:i.mbingan dan per-lindungannya didalam

melaksanakan pengabdian kita kepada bangsa dan negara. Sehingga

Kita selalu memberikan yang terbaik yang apa kita miliki kepada

bangsa dan negara ini. Apabila selama berlangsungnya pembahasan

ter·dapat kata-kata atau tindakan yang kurang enak dari kami

senciri para llirjen par·a Eselon 1 yang rnemimpin para Panja dan

semua Stat yang ikut serta didalam pembahasan ini1

yang tidaK

be rkenan di 11a ti : Anggota Dewan yang te rhorma t kami a tas nama

Pemerintah memohon maat yang sebesar-besarnya. Dan dari kalan­

<;Jan (~ng~1ota Dewan yang t.erhormat tidak ada sedikitpun ynag

perlu k21.rni rnaafl<.an ter·us terang saja. Karena rnemang tidak ada

apa-apa d.:'\n krit1l<. itu memang l<.ewajiban Anggota Dewan. Jadi

Oewan adalah sper1ng partner dari pada Pemerintah. Demikian lah

sambutan yang karni sarnpai~·~an dan sekali lagi kami mengucapkan

t. E~ r i rn ,:'\ I'..:\ s 1. h clan pe n :.J t' a r g a a n ~; e t i. 11 g g i - t i n g g i n y a .

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA PANSUS (NOVYAN KAMAN, SH)

ler·ima kasih Pak Menteri atas sambutan pada sore

terhadap Pendapat Akhir Mini dari Fraksi-fraksi tadi.

hari ini

Kemudian

pet-l<enankanlah ~<arni sepatah dua patah kata dari meja pimpinan

Pansus ini untuk menyampaikan baik secara pribadi, maupun

secara kel.ima ~~nggota Pimpinan Pansus ini. Dari hasil yang

telah bicarakan kita melihat suatu naskah RUU yang akan uu yang

akan l<.ita sampaikan sudah boleh dikatakan rampung dan tentunya

sudah baik, dan sudah diuji didalam pemikiran-pemikiran dan

tinggal lagi· pengujian dalam praktek yang ternyata nanti diha­

rapkan bernilai positip. Tentu dalam hal ini kita akan sepakat

saudat~a Menteri, kita baru akan berbangga hati nanti serta lega

didalam hati ini, kalau apa yang kita rumuskan saat ini dapat

diterima baik, baik oleh Pemerintah maupun anggota Dewan lebih­

lebih masyarakat, karena betapun juga merekalah yang akan

menggunakan dan melaksanakan apa yang ki ta rancang pada saat

sekarang ini.

Maka untuk i tu tidak lain, tidak bukan harapan ki ta bersama

bahwa kita tentu sama-sama menyadari, perlunya peningkatan

kepekaan diri dalam suasana saat ini menanggapi keresahan dan

..•

- 114 -

harapan masya ral-\.3 t. suatu kepekaan yang hanya. bisa dikem-

bangtin<.:;.~katkan, l<alaulah ia disangga oleh kesadaran tugas,

de d i I<,:'\ ~d y .:.=u-1 g t i n g q 1 • d i s i p 1 i n k e ,- j a yang k u at , s i k a p k e t e r bu-

kaan. dan rasa keber·sarnaan yang tangguh.

kita lakukan selama 2 (dua) rninggu ini.

Inilah yang telah

Berbicara soal ketinggian dedikasi tugas adalah tak lain dari

pada memaharni, menghayati, dan mencintai tugas yang dibebankan

dan dipercayakan kepada diri kita masing-masing. Oisiplin yang

kuat al<.an membuahkan l<.etertiban kerja dan rasa tanggung jawab.

Dengan si kap kete r-bukaan dan rasa kebe rsamaan yang tangguh,

akan hapuslah Slkap-sikap masa bodoh terhadap apapun yang

terjadi pada sesama warga, sebaliknya akan tumbuh segar rasa,

berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Disanalan kita dapat

menyelesaiKan tugas kita dengan sebaik-baiknya.

Kemudian saudara Menteri, utama kepada Pak Fuad yang hari-hari

bersama kami, kami sungguh banyak mengucapkan terima kasih, di

pundah kami terletak, yang didu~<.ung oleh rekan-rekan traksi

berhasil tidaknya Pansus yang telah dijadwalkan oleh Badan

Musyawarah, tetapi kami merasa tidak ditekan oleh Badan Musya­

warah untuk menyelesaikan pada waktunya, akan tetapi kerjasama

suatu proses dan mekanisme yang tepat yang kita ciptakan menye­

babkan Pansus ini insya Allah dapat menyelesaikan tugasnya.

Maka oleh sebab itu , kami tidak akan berpanjang Saudara Men­

teri, cuma dalam hal ini dapat kita melihat ungkapan orang tua

kita Pak Menteri.

liadalah rumput cikarau yang tak berlumpur

riada lautan tanpa gelombang dan ombak

liada hujan tanpa petir

Simpulnya

r iadalah insan dan makhluk mempunyai kesi tatan khilat, maka

oleh sebab itu kami berlima dan atas kami pribadi juga mengu­

capkan maat yang setinggi-tingginya, mungkin ada kata tidak

pada tempatnya, tangan memukulkan meja yang tidak seng~ja, hal

i tu adalah semata-mata rasa kasih kami, utama kepada Saucjara

Aberson musuh t~rcinta dalam setiap pembentukan Undang-undang.

. ..

- 115

Mal'a aklli t~nya. 1 i.:i.c!a s1a.di nq var1g tak retak ~ maka untuk i tu

jadikanlah retaknya gading itu hiasan bagi gading itu yang akan

dapat j..:.i.ta gunal<.an bu.:-lt ~)el.anjutnya.

Akhirnya sesuai dengan tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat

~.1asa1 /6 ayat (4), setelatl tadi kita rnenurut ayat (5) akan

menyerahkan atau akan menentukan tindak lanjut dari pada hasil

Kerja Panitia Kerja ini Kepada Dewan Perwakilan Rakyat nanti,

maka didalarn ayat (_4:1 berbunyi sebagai berikut :

"~.:~anitia Ket-ja dibubat-Kan oleh alat kelengkapan Dewan Perwaki­

la.n Rak~·lat yang membentuknya"

P3ni tia Kerja dibentuk o1et1 Pansus, setelah jangka waktu penu­

gasannya berakhir atau Karena tugasnya dinyatakan selesai.

lugas kita bukan dinyatakan selesai oleh Pimpinan Pansus tetapi

kita t)ersama-sama telah menyelesaikan tugas kita, maka oleh

sebab itu marilah sesuai dengan Pasal 76 ayat (4), kita masing­

rnasinf.l P.:u1ja 1, Panja 11, dan f-lanja Ill membubarkan diri kita

dan menyerahkan l<e.rnbali kepada Pansus.

Jadi sekali lagi dalam hal ini tugas Panja telah selesai,

tinggal lagi tugas Pansus yang di tentukan nasibnya nanti pada

tanggal 13 Oktober, siapa-siapa tahun Pak Soerjadi kasihan,

tuga·3 P•::lnsus diperpanjang sebulan a tau dua bulan lagi, i tu

terserah kepada Uewan Perwakilan Rakyat. Jadi simpulnya berda­

sarkan Pasal 76 ayat (4), maka Panitia Kerja dinyatakan tugas­

nya telah dapat diselesaikan dengan baik.

1 X ketok palu

Tiada barangl<.ali l<.ata-kata yang dapat kami ungkapkan, selain

dari pada rnengajak, marilah kita berserah diri kehadirat Allah

·Juhan Y.:\ng Maha Esa, \<.arena tanpa perlindungan-Nya, tanpa

anugrah-Nya kita barangkali tidak akan dapat menyelesaikan

tugas kita ini.

Yang kedua saudara Menteri, seharusnya kita harus melaksanakan

penandatangan atau parat diatas keempat RUU tadi, alangkah

atdolnya kalau didepan tema-teman ini. Akan tetapi ini tak

mungkin dilaksanakan Pak Menteri, karena halamannya ada 335

halaman. 335 halaman kali dua master, karena nanti akan tetap

tinggap di DPR 1 (sa tu) dan diserahkan kepada Pemerintah 1

(satu), maka akan berjumlah 670 halaman.

..

.116 --

Uleh ~-.eb..::\b i tu denqan o::;eij 111 .. ~nggota Pansus yang terhorrnat.

·pet·kenanlah Vitnpinan Pan~:;u'::J yar1g ~ (lima) orang dengan saudara

Ment.ethi rnernberik.::~n waktu, untuk menandatangani ini pada tempat

yang d:i.t.entukan kemudian. rentu saja sebelum tanggal 13 Okto­

ber 1994 kedu.:\ naskah yang akan kami serahkan kepada Dewan

hanti telah dip::H-al oleh ~~irnpinan Pansus dan Pernerintah, yang

dalarn hal ini akan di paxat a tau di tandatangani oleh r1enteri.

Dan terakhir kali. memang kelihatannya tiada tugas yang berak­

h i r-. fTI<:\ ka dong.:ln in i <;:.eka. J. i l a£1 i k ita mengucapkan syuku ,~ keha­

dir..:d~ tuha.n Yanet f1ahtt Kua.~-:.a, rupanya tuga~. yang te.l..:Jh d.ibebar'l­

k.~n l<.ep.::\da k1 t.a sebagai .:\ng~Jota Pansus irn bersama-sama ~Jerner­

.t.nL::\h tcd.~d'l dapat. ~-:;elamat melal<.sanakan tuga.snya, dan tanggal L.5

O~<tober .:-\!.zan kit.:' pasrahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dua. tninqgu bersarna-sama kita eli Ancol, dua minggu !(,ita berde­

b.;~'\t, du~:\ rninggu l<i ta guyon!. sel<.ali lagi segala debat yang

hanq;lt:, quyon yan~;J J.ucu t.inggalkanlah di tepi Pantai nncol dan

k1 L\ 1-·_t)llll~:.'lJ i menun.::li kan t.ugas ki ta masing-masing denaan sebaik­

baiknya.

Dutni.l<ian pada jam 1~>.00 kurang I rnenit, maka dengan ini sekali

l<lgi den~Jan mE~n9ucapkan syuku r al hamduihah tugas ki ta telah -

dapai: kita selesaiKan, selamat masing-masing kembali menunaikan

tu~J<:tsnya ~ pada tanggal 13 Ok tober ki ta j umpa di Sidang Plena

OPR .•

wa.sa.J.anldmu' a.laikurn warahmatulahi wabarakatuh.

3 X ketok palu

Hapat. ditutup pukul 14.55 WIB.

Jakarta, 11 Oktober 1994

a.n. KETUA RAPAT

'ill ..