tanggung jawab rs terhadap perlindungan hukum tenaga ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of tanggung jawab rs terhadap perlindungan hukum tenaga ...
TANGGUNG JAWAB RS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KESEHATAN
dr. Mahesa Paranadipa M, M.H Ketua Umum DPP MHKI Disampaikan pada Seminar Hukum Kesehatan MEDIKA-MHKI D’ Hotel, 14 Desember 2019
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien
(Pasal 13 ayat (3) UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit)
5
6
“standar profesi” adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.
“standar pelayanan” adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran. Standar pelayanan dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan. Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi dibuat oleh organisasi profesi serta disahkan oleh Menteri Kesehatan.
“standar prosedur operasional” adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. Disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis, dapat dilengkapi dengan Clinical Pathway, algoritme, protokol, prosedur, atau standing order.
Penjelasankata“Standar”(Penjelasan dalam UU Praktik Kedokteran)
Standar Pelayanan Rumah Sakit adalah pedoman yang harus diikuti dalam menyelenggarakan Rumah
Sakit antara lain Standar Prosedur Operasional, standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan.
(Penjelasan Pasal 13 UU 44/2009 tentang Rumah Sakit)
7
Standar Tindakan
Kredensialing • Sertifikat Kompetensi • STR • Rekomendasi Ijin Praktik
dari OP • SIP
Kredensialing • Syarat tempat • Syarat alat kesehatan • Syarat obat-obat • Syarat unit penunjang
(farmasi, lab,dll)
• Rangkaian tindakan kedokteran (anamnesis, PF,PP,Dx,Tx), asuhan keperawatan
• Rekam Medik & Inform Consent
• Rujukan
Sarana Prasarana
Pemenuhan Standar Pelayanan
SDM
8
IZIN MENDIRIKAN & OPERASIONAL
• Didirikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau swasta
• memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, SDM, kefarmasian, dan peralatan
10
MEMBUAT & MEMENUHI STANDAR MUTU
• Standar Prosedur Operasional
• Standar Pelayanan Medis
• Standar Asuhan Keperawatan
• Standar Pelayanan Kefarmasian
• Standar penyelenggaran rekam medis yang diupayakan mencapai standar internasional
• Standar prasarana (keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja)
11
Staf Medis (Agent)
Pasien (Kontra-prestasi)
RS (Principal)
ius contractum ius delictum
ius contractum
ius contractum ius delictum
Kategori staf:
• dokter tetap
• organik
• paruh waktu
• tamu
• spesialis konsultan
• staf pengajar
• dokter umum di unit gawatarurat
• dokter umum di unit pelayanan intensif
• dan lain sebagainya.
KEPMENKES NO.631 TH 2005
TUJUAN MEDICAL STAFF BYLAWS
• Adanya kerjasama yang baik antara staf medis, pemilik atau yang mewakili dan pemimpin administratif rumah sakit
• Agar terjadi adaptasi kepentingan dokter dan kepentingan rumah sakit
• Agar staf medis bertanggungjawab atas mutu pelayanan medik rumah sakit
KEPMENKES NO.631 TH 2005
Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana
(Pasal 32 butir q UU 44/2009)
19
SANKSI KEPADA PIMPINAN & KORPORASI (1)
UU Praktik Kedokteran • Pasal 42
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.
• Pasal 80 (1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.
20
SANKSI KEPADA PIMPINAN & KORPORASI (2)
UU RUMAH SAKIT Pasal 62 Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00- (lima milyar rupiah).
Pasal 63 (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
• pencabutan izin usaha; dan/atau
• pencabutan status badan hukum.
21
UU Kesehatan • Pasal 190 : dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama dalam
keadaan gawat darurat
• Pasal 191 : tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional
• Pasal 192 : sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh
• Pasal 196 : sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan tidak memenuhi standar
• Pasal 197 : sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan tidak memiliki izin edar
• Pasal 198 : mempekerjakan orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan praktik kefarmasian
• Pasal 199 : produksi dan pelanggaran kawasan tanpa rokok
• Pasal 200 : sengaja menghalangi program pemberian ASI
22
SANKSI KEPADA PIMPINAN & KORPORASI (3)
KESALAHAN DAPAT DIKENAKAN KEPADA KORPORASI
(Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana Oleh Korporasi.)
1. Korporasi dapat memperoleh keuntungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut atau tindak pidana tersebut dilakukan untuk kepentingan korporasi
2. korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana
3. korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana.
23
UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Bagaimana bentuk dan mekanisme perlindungan hukum di dalam UU ini?
26
TRIPARTIT PERLINDUNGAN HUKUM
NAKES
OP/RS PENDAMPING HUKUM
BEBAN BIAYA SEPENUHNYA DITANGGUNG NAKES
TRIPARTIT PERLINDUNGAN HUKUM
JAMINAN PERLINDUNGAN HUKUM
NAKES
OP/RS PENDAMPING HUKUM
PENYEDIA PROGRAM JAMINAN
PERLINDUNGAN
Biaya yang ditanggung oleh
Nakes hanya biaya program.
Penyedia Program menanggung biaya
pendampingan hingga gugatan
perdata/mediasi*
UU Kesehatan Pasal 29
“Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi”
UU Rumah Sakit Pasal 60 BPRS bertugas menerima pengaduan dan melakukan upaya penyelesaian
sengketa dengan cara mediasi
Azas ultimum remedium adalah azas dalam hukum pidana, dimana pemidanaan atau sanksi pidana adalah alternatif atau upaya terakhir dalam penegakan hukum
34
Berdasarkan Pasal 17 Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1/2016, pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh Para Pihak, Hakim yang
memeriksa Perkara mewajibkan Para Pihak untuk menempuh Mediasi
35
MEDIASI PENAL
• Mediasi dalam sengketa pidana “mediation in criminal cases” atau ”mediation in penal matters” yang dalam istilah Belanda disebut strafbemiddeling, dalam istilah Jerman disebut ”Der Außergerichtliche Tataus-gleich”
• Dalam RUU KUHP disebutkan bahwa salah satu tujuan pemidanaan adalah untuk menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai di dalam masyarakat (Halaman 41 naskah RUU KUHP tahun 2015)
36
Penyebab Kegagalan Mediasi di Pengadilan
(1) belum semua hakim memperoleh pelatihan mediasi sehingga pemahaman mereka belum seragam, (2) jumlah hakim di beberapa daerah masih terbatas sehingga mereka lebih fokus untuk menyelesaikan perkara secara litigasi, (3) adanya peran pengacara yang menghambat proses mediasi karena akan berimbas pada financial fee yang mereka dapatkan dari para klien, (4) kurangnya pengetahuan para pihak yang berperkara tentang keuntungan penyelesaian perkara melalui mediasi, (5) sebagian hakim masih memandang mediasi sebagai penambahan beban pekerjaan mereka dalam memutus perkara, dan (6) adanya keengganan hakim untuk mengoptimalkan mediasi karena ketiadaan sistem rewards and punishment dalam pelaksanaan mediasi.
-Studi Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT)-37
KESIMPULAN• Rumah sakit wajib menyusun Hospital Bylaws termasuk di
dalamnya Medical Staf Bylaws. Medical Staf Bylaws bertujuan menjaga keseimbangan antara kepentingan staf medis dan kepentingan rumah sakit.
• RS sebagai korporasi bertanggungjawab terhadap segala akibat hukum yang timbul dalam proses pelayanan.
• UU mengamanahkan penyelesaian sengketa dengan mediasi, namun masih banyak kendala dalam penerapannya.
38