PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU ...

85
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI KASUS POLSEK TELANAIPURA KOTA JAMBI) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna MemperolehGelar Sarjana Hukum (SH) Dalam Hukum Pidana Islam Oleh : M Asis Saputra SHP 162174 Dosen Pembimbing Rasito, S.H.,M.Hum Edi Kurniawan, S.Sy.,M.Phil PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2020

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU ...

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK

PIDANA DALAM PROSES PENYIDIKAN

(STUDI KASUS POLSEK TELANAIPURA KOTA JAMBI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna

MemperolehGelar Sarjana Hukum (SH)

Dalam Hukum Pidana Islam

Oleh :

M Asis Saputra

SHP 162174

Dosen Pembimbing

Rasito, S.H.,M.Hum

Edi Kurniawan, S.Sy.,M.Phil

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI TAHUN 2020

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M AsisSaputra

NIM :SHP.162174

Jurusan : Hukum Pidana Islam

Fakultas :Syariah

Alamat : Teluk Majelis, Kec.Kuala Jambi, Kab.Tanjung JabungTimur

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul: “Perlindungan

Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Proses Penyidikan

(Studi Kasus Polsek Telanaipura Kota Jambi)” adalah hasil karya pribadi yang

tidak mengandung plagiarisme dan tidak berisi materi yang dipublikasikan atau

ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan

ketentuan yang dibenarkan secara ilmiah.

Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung

jawabkanya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.

Jambi, 13 Mei 2020

YangMenyatakan,

M Asis Saputra

NIM.SHP.162174

1

2

PembimbingI : Rasito, S.H., M.Hum

PembimbingII : Edi Kurniawan, S.Sy.,M.Phil

Alamat : Fakultas Syariah UIN STSJambi

Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren

Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

Jambi, 13 Mei 2020

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di-

Jambi

Assalamualaikum wr wb.

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi

saudara M Asis Saputra yang berjudul: “Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Pelaku Tindak Pidana Dalam Proses Penyidikan (Studi Kasus Polsek

Telanaipura Kota Jambi)”. Telah disetujui dan dapat diajukan untuk

dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata

satu (S1) dalam program studi Hukum Pidana Islam pada Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi

kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamualaikum wr wb.

PembimbingI Pembimbing II

RASITO,S.H.,M.Hum Edi Kurniawan, S.Sy.,M.Phil

NIP.196503211998031003 Nidn. 2018028801

3

PERSEMBAHAN

Segala Puji dan syukur kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Engkaulah sandaran dan tumpuan harapan ketika hati hampir jatuh

kepada titik rendah keputus asaan. Semoga dalam setiap langkahku imi Engkau

senantiasa menaungiku dengan ridho dan rahmat-Mu yang Maha Luas, sehingga

keberhasilan yang ku capai dapat bermanfaat bagi diriku sendiri dan bagi semua

orang yang membutuhkan. Aamiin......

Sholawat beriring salam atas Nabi Muhammad SAW, sang pencerah, sifat dan

kepribadian Beliaulah yang menjadi teladan yang baik bagiku dalam menjalani

segala problema kehidupan.

Allahumma Sholli’ala sayyidina Muhammad wa’ala alih sayyidina Muhammad.

Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ibundaku tercinta Indo Tang, dan

Ayahandaku Amir, dan Adikku Amelia Putri yang tiada pernah hentinya selama

ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta

pengorbanan yang tak terhingga. Doa dan nasehat Ibunda dan Ayahanda menjadi

lentera penunjuk ketika diriku berada dalam kebingungan dan kesulitan.

Kepada Sahabat-sahabati, khusus nya Keluarga ke Dua Yaitu Teman-teman

Hukum Pidana Islam Kelas B Angkatan 2016, yang selalu mensupport, memberi

motivasi, mengingatkan disaat sedang bermalas-malasan, dan seluruh pihak yang

terlibat dalam penyelesaian tugas akhir ini kuucapkan ribuan terima kasih atas

bantuan yang kalian berikan baik itu bantuan moril maupun materil, sehingga

akhirnya tercapailah tahap kesuksesan skripsi ini.

Semua ini tiada dapat ku balas hanya dengan selembar kertas bertuliskan kata

cinta.

Sekali lagi Terima Kasih Semuanya...

4

MOTTO

ند ثواب ارب ك وخير أمل ينةوٱلبنون خير ع ز ة تٱلدنياٱلحيو ٱلمال قي

“Harta Dan Anak-Anak Adalah Perhiasan Kehidupan Dunia Tetapi Amalan-

Amalan Yang Kekal Lagi Saleh Adalah Lebih Baik Pahalanya Di Sisi Tuhanmu

Serta Lebih Baik Untuk Menjadi Harapan.” (Q.S Al-Kahfi ayat 46)

5

ABSTRAK

Skripsi ini bertujun untuk mengungkap bentuk perlindungan hukum yang

diterima ole anak sebagai pelaku tindak pidana dalam proses penyidikan di Polsek

Telanaipura Kota Jambi. Permasalahan yang timbul dari penelitian ini adalah

bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadapa anak sebagai pelaku tindak

pidana dalam proses penyidikan di Polsek Telanaipura Kota Jambi serta kendala

yang dialami penyidik dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak

tersebut.Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bentuk perlindungan hukum

terhadap anak pelaku tindak pidana dalam proses penyidikan, dan ingin

mengetahui kendala apa yang ditemui penyidik dalam memberikan perlindungan

hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana.metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris. Penelitian ini

menggunakan cara pengumpulan data dengan meneliti data sekunder terlebih

dahulu kemudian meneliti data primer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa:

pertama, bentuk perlindungan hukum yang diterima anak adalah, terhadap

keluarga anak sebagai tersangka wajib diberitahukan terlebih dahulu baik melalui

surat maupun lisan sebelum proses penangkapan dilakukan, dalam proses

penangkapan terhadap anak tidak dibolehkan dengan menggunakan alat atau

senjata upaya paksa atau wewenang paksa, dalam hal penahanan anak berhak

mendapat perlidungan hukum berupa sel tahanan yang berbeda dengan orang

dewasa, pada saat pemeriksaan penyidik dilarang menggunakan seragam

kepolisian, identitas anak harus dirahasiakan, dan perlindungan hukum yang

paling mutlak adalah dilakukannya upaya diversi yang bertujuan mencapai

perdamaian, kedua, kendala yang dialami dalam memberikan perlinndungan

hukum adalah, , residivis menjadikan salah satu faktor pertimbangan untuk

pemberian pemberatan hukuman kepada pelaku anak, sarana dan prasarana yang

ada di Polsek Telanaipura Kota Jambi masih kurang khusus nya sel untuk tahanan

anak, pada proses penyidikan terkadang si anak hanya diam saja dan tak berbicara

dengan jelas, sehingga menyulitkan penyidik dalam tahap penyidikan, Pada saat

melakukan proses penyidikan, orang tua tersangka kadang memarahi tersangka,

sehingga membuat tersangka merasa terpojok dan tak mauberbicara.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Anak, Pelaku Tindak Pidana

6

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT

atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesehatan dan

kesabaran, serta tak lupa penulis haturkan shalawat serta salam kepada Nabi besar

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi ini dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Proses

Penyidikan (Studi Kasus Polsek Telanaipura Kota Jambi)”.

Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh gelar

sarjana strata satu di jurusan Hukum Pidana Islam pada Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat

selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu melalui

kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan perasaan terdalam kepada semua

orang yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dengan

segenap kerendahan hati, penulis ingin menghaturkan rasa bangga dan ribuan

terima kasih yang tak terhinggakepada:

1. Bapak Prof Dr. H. Suaidi Asyari MA, Ph.D selaku Rektor Universitas Islam

Negeri (UIN) Sulthan Thaha SaifuddinJambi.

2. Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri (UIN) Sulthan Thaha SaifuddinJambi.

3. Bapak Agus Salim, S.Th. I., MA., M. IR., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Dr. Ruslan Abdul Ghani, S.H., M.Hum selaku Wakil DekanBidang

7

Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Dr. H. Ishaq, S.H., M.Hum

selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, dan Kerja Sama Dilingkungan

Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibuk Dr. Robi’atul Adawiyah, M.HI selaku ketua Jurusan Hukum PidanaIslam

Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Rasito, S.H.,M.Hum selaku pembimbing I dan Bapak Edi Kurniawan

S.Sy.,M.Fil selaku pembimbing II yang dengan tulus telah meluangkan waktu

dalam membimbing, mengarahkan, dan memotivasi, sehingga penulisan skripsi

ini dapatterselesaikan.

6. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan karyawan Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menjadimahasiswa.

7. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan, mahasiswa-mahasiswi HPI

angkatan 2016 yang sudah banyak memberikan dukungan dan motivasi

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsiini.

8. Teman-teman KKN dusun muara panco, Kabupaten Merangin. Yang telah

banyak mengajarkan penulis arti kebersamaan dan kekeluargaan meski dalam

waktu yang singkat selama satu bulan penuh namun sangatbermanfaat.

9. Teman-teman PPL di Bapas Kelas II A Jambi yang telah mengajarkan penulis

arti disiplin, dan kesabaran, serta kerja samanya selama satu bulanpenuh.

10. Sahabat-sahabatku, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya, semoga kita selalu

menjadisahabatdansaudarauntukselamanya.Sertasemuapihakyang

8

terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat

berguna bagi semua pihak dalam proses menerapkan ilmu yang penulis dapatkan

di bangku kuliah, semoga skripsi ini mampu membantu kemajuan ilmu

pengetahuan. Untuk lebih menyempurnakan skripsi ini dimasa mendatang penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dengan harapan agar

dapat bermanfaat bagi yangberkepentingan.

Jambi,13 Mei 2020

Penulis,

M Asis Saputra

9

DAFTAR ISI SEMENTARA

HALAMANJUDUL.........................................................................................

LEMBARPERNYATAAN..............................................................................

LEMBAR PENGESAHAN PANITIAUJIAN...............................................

MOTTO..............................................................................................................

PERSEMBAHAN.............................................................................................

ABSTRAK.........................................................................................................

KATAPENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BABI PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah. .......................................................... 1

B. RumusanMasalah. ................................................................... 6

C. BatasanMasalah. ..................................................................... 6

D. Tujuan danKegunaanPenelitian .............................................. 6

E. Kerangka TeoridanKonseptual. .............................................. 7

F. TinjauanPustaka ..................................................................... 26

BABII METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian. ............................................... 29

B. Pendekatan Penelitian. ........................................................... 29

C. Jenis dan Sumber Data............................................................29

D. Teknik Pengumpulan Data. .................................................. .31

E. Teknik Analisis Data. ........................................................... ..32

F. Jadwal Penelitian.....................................................................33

BABIII GAMBRAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Polsek Telanaipura. ................................................... 35

B. Visi dan Misi. ........................................................................ 35

C. Tugas Pokok dan Struktur Oganisasi. ................................... 36

BABIV PEMBAHASAN HASILPENELITIAN

A. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Pelaku Tindak Pidana Dalam Proses

Penyidikan DiPolsek

TelanaipuraKotaJambi.

..............................................................................................

49

B. Kendala Penyidik dalam memberikan Perlindungan

Hukum terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana

Di Polsek TelanaipuraKotaJambi ........................................... 61

BABV PENUTUP

A. Kesimpulan. .......................................................................... 65

B. Saran. ..................................................................................... 65

DAFTAR

PUSTAKA

LAMPIRAN-

LAMPIRAN

CURRICULUM

VITAE

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu

anak juga memiliki hak asasi manusia yang diakui oleh bangsa-bangsa didunia

dan merupakan landasan bagi kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian diseluruh

dunia.1

Diakui dalam masa pertumbuhan secara fisik dan mental, anak

membutuhkan perawatan dan perlindungan yang khusus, serta perlindungan

hukum baik sebelum maupun sesudah lahir. Disamping itu, patut diakui bahwa

keluarga merupakan lingkungan bagi pertumbuhan dan kesejahteraan anak, serta

untuk perkembangan kepribadian anak secara utuh dan serasi membutuhkan

lingkungan keluarga yang bahagia, penuh kasih sayang dan pengertian. Pada

hakikatnya anak tidak dapat menjaga dan melindungi dirinya sendiri dari berbagai

tindakan kekerasan atau diskriminasi yang menimbulkan dampak kerugian

mental, fisik, sosial, dan kehidupan anak.

Kejahatan (crime) yang dilakukan oleh orang dewasa, tidak dapat

disamakan begitu saja dengan dengan perbuatan anak atau remaja yang biasa

dilakukan oleh anak, sebab harus dibedakan sifat dan bentuk perbuatan seorang

anak dengan perbuatan orang dewasa.

1 Nashrina, Perlindungan Hukum Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). hlm 7.

12

Perlindungan terhadap anak sangat penting, mengingat anak merupakan

generasi penerus bangsa. Untuk itu diperlukan Undang-undang yang melindungi

anak dari berbagai tindak pidana, yaitu Undang-undang No.35 Tahun 2014

Perubahan atas Undang-undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Tujuan dari undang-undang ini sendiri yaitu untuk melindungi hak-hak anak dari

segala macam tindak pidana.2

Tidak dapat dipungkiri bahwa berbicara mengenai anak adalah sangat

penting, bukan saja kaitannya secara khusus dengan konsep sistem peradilan anak,

tetapi lebih luas dari itu bahwa anak merupakan potensi nasib manusia dihari yang

akan datang karena anak memiliki peran dalam menentukan sejarah suatu bangsa

sekaligus cerminan sikap hidup bangsa dimasa yang akan datang.

Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah laku

anak nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifat

khasnya. Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatannya

berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya, tetapi keadaan sekitar dapat

mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu dalam menghadapi masalah anak

nakal, orang tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung

jawab terhadap pembinaan,pendidikan dan perkembangan prilaku anak tersebut.

Ketentuan seputar hukum acara bagi pengadilan anak bersifat lex specialis.

Demikian pula dengan penyidikannya yang dilakukan oleh penyidik anak, seperti

yang tertulis dalam Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

2Ibid., hlm.10.

13

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (selanjutnya disebut Undang-Undang

Sistem Peradilan Pidana Anak)3. Penyidikan tersebut dilakukan oleh penyidik

yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan kepala Kepolisian RI atau pejabat

lainnya yang ditunjuk oleh kepala Kepolisian RI seperti yang dimaksud dalam

Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan dalam pasal 26 ayat (3)4. Adapun syarat-syarat sebagai penyidik anak

adalah sebagai berikut:

1. Telah berpengalaman sebagai penyidik

2. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak.

3. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Sebelum dilakukan penyidikan, hal pertama yang harus dilakukan oleh

penyidik adalah harus memeriksa perkara tersebut dengan seksama. Jika pelaku

anak belum mencapai usia 12 tahun dan penyidik menyatakan bahwa anak

tersebut masih dapat dibina oleh orang tua/wali/orang tua asuhnya, maka polisi

hendaknya mengembalikan anak tersebut ke Departemen Sosial agar

ditampung untuk sementara dipanti sosial anak untuk seterusnya diputus oleh

pengadilan mengenai status terlantarnya yang diatur dalam Pasal 21 Undang-

Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Penyidikan terhadap perkara anak dilakukan oleh Kepolisian. Sesuai dengan

yang dinyatakan dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Sistem Peradilan

Pidana Anak yang menyatakan bahwa penyidikan terhadap anak, dilakukan oleh

3Penjelasan Pasal 1 Butir (8) UU No.11 Tahun 2012 4Penjelasan Pasal 26 Ayat (3) UU No.11 Tahun 2012

14

penyidik yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian

Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian

Republik Indonesia5. Hal ini berarti juga bahwa tidak semua penyidik dapat

menjadi penyidik dalam perkara anak, karena hanya yang mendapatkan

kewenangan dari Kapolri untuk menjadi penyidik anak.

Penyidikan yang dilakukan oleh penyidik anak tersebut harus dikemas

dalam suasana kekeluargaan. Yang dimaksud dengan “dalam suasana

kekeluargaan” antara lain pada waktu memeriksa tersangka, penyidik tidak

memakai pakaian dinas dan melakukan pendekatan secara efektif, afektif, dan

simpatik . Efektif dapat diartikan, bahwa pemeriksaannya tidak memakan waktu

lama dengan mengunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dapat mengajak

terdakwa untuk memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya. Sedang simpatik

dapat diartikan pada waktu pemeriksaan, penyidik bersikap sopan dan ramah serta

tidak menakut-nakuti terhadap tersangka.

Suasana kekeluargaan itu juga berarti tidak ada pemaksaan, intimidasi atau

sejenisnya selama dalam penyidikan . Sekali lagi ini menunjukkan perlindungan

hukum terhadap anak meskipun telah menjabat sebagai pelaku tindak pidana.

Disisi lain penyidik anak tersebut wajib untuk meminta pertimbangan atau saran

dari pembimbing kemasyarakatan atau jika perlu kepada ahli pendidikan, ahli

kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyrakatan lainnya, dasar hukumnya

tercantum dalam Pasal 27 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Proses

penyidikan ini juga harus dirahasiakan agar tidak dengan mudah dapat diketahui

5Penjelasan Pasal 26 Ayat (1) UU No.11 Tahun 2012

15

umum yang dapat menyebabkan depresi, malu atau minder dan lain sebagainya

yang nantinya berakibat secara psikis terhadap tumbuh kembangnya anak di

masyarakat.

Tempat tahanan ini pun harus dipisah dari tahanan orang dewasa serta harus

dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial tersangka anak tersebut.

Sekali lagi hal tersebut merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum

terhadap anak.

Polsek Telanaipura menjadi salah satu Polsek yang ada di kota jambi, dan

dilihat dari padat nya penduduk yang ada di kecamatan Telanaipura maka tidak

bisa di pungkiri bahwa tindak pidana yang ada di kecamatan telanaipura bukan

hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi juga bisa dilakukan oleh anak-anak

alasan lain yang juga membuat peneliti mengambil studi di polsek telanaipura

kota jambi karna dari beberapa polsek yang peneliti datangi polsek telanaipura

memiliki kasus yang hampir setiap tahun nya ada walau tidak banyak. Seperti data

berikut:

NO JENIS TINDAK PIDANA TAHUN

2017 2018 2019 JUMLAH

1 PENGANIAYAAN 6 5 8 32

2 PENCURIAN 6 9 7 33

JUMLAH 12 14 15 65

16

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Polsek Tealanipura Kota Jambi

untuk bisa mengetahui apakah anak yang menjadi pelaku dalam suatu tindak

pidana sudah mendapat perlindungan hukum yang sesuai dengan aturan

Perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak dalam Proses penyidikan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis termotivasi untuk

membuat suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi, dengan

judulPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK

PIDANA DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI KASUS POLSEK

TELANAIPURA KOTA JAMBI).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana

dalam proses penyidikan di Polsek Telanaipura Kota Jambi?

2. Kendalaapa saja yang ditemui penyidik dalam memberikan perlindungan

hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana di Polsek Telanaipura

Kota Jambi?

C. Batasan Masalah

Agar skripsi ini mengarah kepada pembahasan yang diinginkan dan terarah

kepada pokok-pokok permasalahan yang ditentukan dan tidak terjadinyakesalah

pahaman karena ruang lingkupnya terlalu luas, maka perlu pembatasan masalah

ini akan dibatasi pada perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana

dalam proses penyidikan(studi kasus Polsek Telanaipura Jambi) hanya sebatas

Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak.

17

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas,maka penulis ini bertujuan:

a. Ingin mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap anak pelaku

tindak pidana dalam proses penyidikan di Polsek Telanaipura Kota

Jambi.

b. Ingin mengetahui Kendala apa yang di temui Penyidik dalam

memberikan perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak

pidanadi Polsek Telanaipura Kota Jambi

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Secara akademis dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya

dan kepada pembaca umumnya, dalam hal ini yang berkaitan

denganperlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana dalam

proses penyidikan (studi kasus Polsek Telanaipura).

b. Bagi penulis, hasil penulisan ini dapat melengkapi salah satu syarat

guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Prodi Hukum

Pidana Islam Fakultas Syari’ah dan bagi mahasiswa yang mengkaji

permasalahan tentang perlindungan hukum terhadap anak pelaku

tindak pidana dalam proses penyidikan.Sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada jurusan Hukum Pidana

Islam (HPI) Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

18

1. Kerangka Teori

Kerangka teori sebagai pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian

guna untuk mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung dalam judul

proposal.

a) Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah segala daya upaya yang dilakukan secara sadar

oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan

mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup

sesuai dengan hakhak asasi yang ada sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Setiap anak Indonesia adalah aset

bangsa yang sangat berharga, generasi penerus dan sumber daya manusia

Indonesia yang bakal menjadi penentu masa depan bangsa dan negara. Negara

berkewajiban menciptakan rasa aman dan memberikan perlindungan hukum

kepada setiap anak Indonesia agar mereka tumbuh serta berkembang secara wajar

dan berperan serta dalam pembangunan.6

Menurut Barda Nawawi Arief, perlindungan hukum terhadap anak adalah

upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak serta

berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.7

Perlindungan anak adalah suatu kegiatan bersama yang bertujuan

mengusahakan pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah

dan jasmaniah anak yang sesuai dengan kepentingannya dan hak asasinya.

6Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum

Pidana. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998). hlm.156. 7Ibid., hlm.157.

19

Mengenai perlindungan hukum bagi korban terdapat dua teori yaitu terori

retributive justice dan teori restorative justice.8

1) Teori Keadilan Restoratif (restorative justice)

Teori Keadilan Restoratif adalah suatu penyelesaian secara adil yang

melibatkan pelaku, korban, keluarga mereka dan pihak lain yang terkait dalam

suatu tindak pidana secara bersama-sama mencari penyelesaian terhadap tindak

pidana tersebut dan implikasinya dengan menekankan pemulihan kembali pada

keadaan semula. Restorative justice adalah konsep pemidanaan, tetapi sebagai

konsep pemidanaan tidak hanya terbatas pada ketentuan hukum pidana (formal

dan materil). Teori keadilan restoratif harus juga diamati dari segi kriminologi dan

sistem pemasyarakatan. Dari kenyataan yang ada, sistem pemidanaan yang

berlaku belum sepenuhnya menjamin keadilan terpadu yaitu keadilan bagi pelaku,

keadilan bagi korban, dan keadilan bagi masyarakat.9

Bagir Manan mengatakan bahwa substansi restorative justice berisi

prinsipprinsip, antara lain: membangun partisipasi bersama antara pelaku, korban,

dan kelompok masyarakat menyelesaikan suatu peristiwa atau tindak pidana;

menempatkan pelaku, korban, dan masyarakat sebagai pemangku kepentingan

yang bekerja bersama dan langsung berusaha menemukan penyelesaian yang

dipandang adil bagi semua pihak.10

Menurut Agustinus Pohan, teori keadilan restoratif adalah sebuah

pendekatan untuk membuat pemindahan dan pelembagaan menjadi sesuai dengan

8Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan. (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Poluler, 2004). hlm.18.

9Ibid.,hlm.6. 10Ibid.,hlm.7

20

keadilan. Restorative justice dibangun atas dasar nilai-nilai tradisional komunitas

yang positif dan sanksi-sanksi yang dilaksanakan menghargai hak asasi manusia.

Prinsip-prinsip Restorative Justice adalah, membuat pelaku bertanggung jawab

untuk membuktikan kapasitas dan kualitasnya sebaik dia mengatasi rasa

bersalahnya dengan cara yang konstruktif, melibatkan korban, orang tua, keluarga,

sekolah atau teman bermainnya, membuat forum kerja sama, juga dalam masalah

yang berhubungan dengan kejahatan untuk mengatasinya.11

Hal ini berbeda dengan konsep keadilan dalam sistem hukum pidana

Indonesia yang bersifat retributive justice. Restorative justice merupakan konsep

yang didasarkan pada tujuan hukum sebagai upaya dalam menyelesaikan konflik

dan mendamaikan antara peelaku dan korban kejahatan. Pidana penjara bukanlah

satusatunya pidana yang dapat dijatuhkan pada pelaku kejahatan, tetapi pemulihan

kerugian dan penderitaan yang dialami korban akibat kejahatanlah yang harus

diutamakan. Kewajiban merestorasi akibat kejahatan dalam bentuk restitusi dan

kompensasi serta rekonsiliasi dan penyatuan sosial merupakan bentuk pidana

dalam konsep teori keadilan restoratif. Munculnya konsep keadilan restoratif pada

dasarnya diharapkan agar dapat memberikan dan memenuhi rasa tanggung jawab

sosial pada pelaku dan mencegah stigmatisasi pelaku dimasa yang akan datang.12

a. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menghubungkan antara konsep-

konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan

11Rena Yulia, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, (Jakarta: Rajawali

Press, 2007). hlm. 164-165.

12Ibid.,hlm.166.

21

istilah yang ingin ditelitiatau dikeatahui. Sumber konsep adalah undang-undang,

buku/karya tulis, laporan penelitian, ensiklopedia, kamus,dan fakta/peristiwa.

Konsep ini akan menjelaskan pengertian pokok dari judul penelitian, sehingga

mempunyai batasan yang tepat dalam penafsiran bebebrapa istilah, hal ini

dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman dalam melakukan penelitian.

Adapun pengertian dasar dari istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan

adalaha sebagai berikut:

1) Perlindungan Hukum

Menurut Satjipto Raharjo Perlindungan Hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati

semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.13

Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum

yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman,

baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak

manapun.14

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Perlindungan Hukum

adalah suatu perbuatan hal melindungi subjek-subjek hukum dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan pelakssanaanyadapat dipaksakan dengan

suatu sanksi.15

13Ali, Mahrus,Dasar -Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011). hlm.15. 14Ibid., hlm.16. 15Http://Tesishukum.com (akses tanggal 20 april 2020)

22

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan suatu hal yang

melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan

hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan yang diberikan oleh

pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran.

Hal ini terdapat dalam peraturan perundangundangan dengan maksud untuk

mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-

batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

2) Perlindungan hukum represif adalah perlindungan hukum represif merupakan

perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman

tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan

suatu pelanggaran.16

Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa sarana perlindungan hukum ada dua macam,

yaitu:

1) Sarana perlindungan hukum preventif pada perlindungan hukum preventif ini,

subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang

definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan

hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang

didasarkan pada kebebasan bertindak karena denganadanya perlindungan

16Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta: magister

Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003) hlm.14.

23

hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam

mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.

2) Sarana perlindungan hukum represif perlindungan hukum yang represif

bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum

oleh pengadilan umum dan pengadilan administrasi di Indonesia termasuk

kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap

tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan

dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari

barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap

hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasanpembatasan dan

peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang

mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip

negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-

hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari

negara hukum.17

2) Anak

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari

perkawinan anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak

17Pjillipus M. Hadjon,Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987)

hlm. 2.

24

menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan

apabila hal tersebut adalah demi kepentingan18.

Anak menurut aspek hukum pidana lebih diutamakan pada pemahaman

terahadap hak-hak anak yang harus dilindungi.Dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana memang tidak secara tegas mengatur tentang batasan seseorang

dikatakan dewasa atau masih kategori anak. Akan tetapi dapat kita lihat pada pasal

45, 46, dan pasal 47 tentang pengaturan seseorang yang melakukan tindak pidana

dan belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun mendapat pengurangan

ancaman hukuman dibanding orang dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa menurut KUHP batasan umur seseorang anak telah dikatakan dewasa

apabila telah mencapai umur 15 tahun atau 16 tahun.19

Sedangkan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak Pasal 1 angka (1) menyebutkan” Anak adalah seseorang yang belum berusia

18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang masih dalam

kandungan.Perlindungan anak yang disebutkan dalam undang-undang ini adalah

bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang dan perpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

18Wagiato Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama,2013), hlm.30. 19Ibid.,hlm.41.

25

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi

terwujudnya anak Indonesia yang berkulaitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Secara khusus dijelaskan bahwa perlindungan khusus (special protection),

diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan

hukum (children conflic with low), kondisi lain yang disebutkan dalam kategori

darurat bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus.20

3) Pengertian tindak pidana

Menurut para ahli menurut Pompe, pengertian tindak pidana adalah suatu

pelanggaran norma (gangguan terhadap tata tertib hukum) yang dengan sengaja

ataupun dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana

penjatuhan hukuman trhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya

tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum.21

Menurut Simons, pengertian tindak pidana merupakan tindakan melanggar

hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh

seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-

undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat

dihukum.22

20Penjelasan Undang-undang No 23.Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak 21Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafik,2006), hlm.10. 22Ibid.,hlm.12.

26

Sementara itu, Moeljatno meyatakan bahwa pengertian tindak pidana berarti

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, terhadap siapa saja yg

melanggar larangan tersebut. 23

Berdasarkan pendapat para sarjana mengenai pengertian tindak pidana dapat

diketahui unsur-unsur tindak pidana adalah harus ada sesuatu kelakuan

(gedraging), kelakuan itu harus sesuai dengan uraian undang-undang (wettelijke

omschrijving), kelakuan itu adalah kelakuan tanpa hak, kelakuan itu dapat

diberatkan kepada pelaku, dan kelakuan itu diancam dengan hukuman. Pelaku

adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang

yang dengan suatu kesengajaan atau suatu tidak sengajaan seperti yang

diisyaratkan oleh Undang-undang telah menimbulkan suatu akibat yang tidak

dikehendaki oleh Undang-undang, baik itu merupakan unsur-unsur subjektif

maupun unsur-unsur obyektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk

melakukan tindak pidana tersebut timbul dari dirinya sendiri atau tidak karena

gerakkan oleh pihak ketiga.24

Pelaku tindak pidana itu dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan:

a) Orang yang melakukan sendiri tindak pidana

b) Orang yang menyuruh orang lain untuk melakukan tindak pidana

c) Orang yang turut melakukan tindak pidana

4) Perlindungan Terhadap Anak yang Berhadapan Dengan hukum

23Ibid.,hlm.12. 24Barda Nawawi Arif , Sari Kuliah Hukum Pidana II, (Fakultas Hukum Undip, 1984), hlm.37.

27

Pada dasarnya terlihat tidak etis apabila tindak pidana yang dilakukan oleh

anak disebut dengan kejahatan, karena pada dasarnya anak-anak memiliki kondisi

kejiwaan yang sangat labil, proses kemantapan psikis menghasilkan sikap kritis,

agresif dan menunjukkan tingkah laku yang cenderung bertindak mengganggu

ketertiban umum. Hal ini belum dapat dikatakan sebagai kejahatan, melainkan

kenakalan yang ditimbulkan akibat kondisi psikologis yang tidak seimbang dan si

pelaku belum sadar dan mengerti atas tindakan yang telah dilakukan anak.25

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, pada dasarnya anak-anak yang bermasalah dikategorikan

dalam istilah kenakalan anak, yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Setelah diundangkannya Undang-Undang

Perlindungan Anak, maka istilah tersebut berubah menjadi anak yang berkonflik

dengan hukum (ABH), dan saat ini Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pun menggunakan istilah anak yang

berkonflik dengan hukum.26

Pada dasarnya yang dimaksud dengan tindak pidana anak adalah tindak

pidana yang dilakukan oleh anak-anak sebagaimana yang diatur dalam ketentuan

pasal 45 KUHP27. Menurut Pasal 1 ayat 3 Undang 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak (SPPA) menyatakan bahwa Anak yang berhadapan dengan

hukum adalah anak yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum

mencapai usia 18 (delapan belas) tahun.

25Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana, (Bandung: Bina Cipta, 1996), hlm.12. 26Ibid.,hlm.14. 27Pasal 45 KUHP

28

Apong Herlina berpandangan jika dilihat dari ruang lingkupnya anak yang

berhadapan dengan hukum dapat dibagi menjadi:

a. Pelaku atau tersangka tindak pidana;

b. Korban tindak pidana, dan

c. Saksi suatau tindak pidana28

Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak, yang dimaksud dengan anak nakal adalah:

a. Anak yang melakukan tindak pidana, atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak, baik

menurut perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup

dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.29

Dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang

Sistem Peradilan Anak mencantumkan dengan tegas bahwa:

1) Sistem Peradilan Pidana Anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan

Restoratif.

2) Sistem peradilan pidana anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Penyidikan dan penuntutan pidana Anak yang dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam

Undang-undang ini

b. Persidangan Anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan

peradilan umum

28Ibid.,hlm.15. 29Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

29

c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan,dan/atau pendampingan selama

proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani pidana

atau tindakan.30

3) Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi.31

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Anak, diversi bertujuan:

a. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak.

b. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan.

c. Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan.

d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi.

e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.32

5) Pengertian, Fungsi, dan Wewenang Penyidik

Sebagaimana yang disebutkan di dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka

1 KUHAP:

"Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang

untuk melakukan penyidikan"33.

Di samping itu penyidik juga mempunyai tugas:

1. Membuat berita acara tentang hasil pelaksanaan tindakannya; (Pasal 8 Ayat (1)

KUHAP)

30Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak 31Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak 32Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak 33Penjelasan pasal 1 angka 1 KUHAP

30

2. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum atau jaksa; (Pasal 8 Ayat

(2) KUHAP); penyidik yang dari pegawai negeri sipil menyerahkannya dengan

melalui penyidik yang dari pejabat kepolisian negara.

Penyerahan berkas perkara ini meliputi dua tahap, yaitu: (Pasal 8 Ayat (3)

KUHAP):

1. Penyidik harus menyerahkan berkas perkara;

2. Dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung

jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

Dalam melaksanakan tugas dan penyidikan untuk mengungkap suatu tindak

pidana. Penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang. Sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 7 ayat 1 KUHAP jo. Pasal 16 ayat 1 Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Yang

menegaskan bahwa wewenang penyidik adalah:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.

b. Melakukan tindak pertama pada saat ditempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksan surat dan penyitaan surat.

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara

31

i. Mengadakan penghentian penyidikan.

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.34

Di dalam rumusan Pasal 7 ayat 1 tersebut disampaikan bahwa penyidik

memiliki wewenang tersebut karena kewajibannya. Klausula demikian itu

menunjukkan bahwa lahirnya wewenang tersebut karena adanya kewajiban

sehingga wewenang tersebut diatas juga merupakan kewajiban. Di samping itu,

penyidik juga memiliki kewajiban-kewajiban antara lain35:

1) Wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku. Ini mengandung arti bukan

hanya hukum tertulis, tetapi juga harus mengindahkan norma agama

kesusilaan, kepatutan, kewajaran, kemanusiaan, dan adat istiadat yang

dijunjung tinggi bangsa Indonesia (Pasal 7 ayat (3) KUHAP).

2) Wajib membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan (Pasal 8 ayatjo.

Pasal 75 KUHAP).

3) Wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan (Pasal 106

KUHAP).

4) Wajib memberitahukan dimulainya penyidikan, wajib memberitahukan

penghentian penyidikan kepada Penuntut Umum. Bahkan penghentian

penyidikan tersebut diberitahukan pula kepada tersangka atau keluarganya

(Pasal 109 KUHAP).

5) Wajib segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan kepada Penuntut

Umum (vide Pasal 110 ayat (1) KUHAP).

34Pasal 7 ayat 1 KUHAP 35Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Sinar Grafika: Jakarta, 2008), hlm.50.

32

6) Wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai petunjuk Penuntut

Umum, apabila Penuntut Umum mengembalikan hasil penyidikan untuk

dilengkapi (Pasal 110 ayat (3).36

Selain penyidik, juga terdapat penyidik pembantu dalam proses penyidikan.

Pengertian penyidik pembantu sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1)

KUHAP yaitu pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan.

Dalam penjelasan pasal tersebut, penyidik pembantu juga termasuk pegawai

negeri sipil tertentu dalam lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.37

Berdasarkan Pasal 11 KUHAP, penyidik pembantu memiliki wewenang

yang sama dengan dengan penyidik, kecuali mengenai penahanan. Mengenai

penahanan, harus ada pelimpahan wewenang dari penyidik. Dari penjelasan Pasal

11 menyatakan bahwa pelimpahan wewenang penahanan kepada penyidik

pembantu hanya diberikan apabila perintah dari penyidik tidak dimungkinkan. Hal

itu dikarenakan dlam keadaan yang sangat diperlukan, atau karena terdapat

hambatan perhubungan di daerah terpencil, atau ditempat yang belum ada petugas

penyidik, dan/atau dalam hal lain yang dapat diterima menurut kewajiban.38

Dalam proses penyidikan, Penyidik setelah menerima laporan atau

pengaduan tentang telah terjadi suatu tindak pidana maka ia melakukan

36Pasal 106-110 KUHAP 37Penjelsan Pasal 10 Ayat 1 KUHAP 38Penjelasan pasal 11 KUHAP

33

pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP).39Berdasarkan Pasal 75 KUHAP,

hasil pemeriksaan di TKP dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan. Pada berita acara

dimuat segala sesuatu yang dilihat, dialami atau didengar. Berita Acara

Pemeriksaan di TKP merupakan alat bukti sah, yakni “surat”40.Setelah Berita

Acara Pemeriksaan di TKP dibuat, selanjutnya penyidik membuat Berita Acara

Pemeriksaan Saksi Pelapor atau Saksi Pengadu. Setelah itu penyidik atau penyidik

pembantu dapat membuat dapat membuat “rencana penyidikan” yang mencakup

“jadwal” dan “kegiatan”.

Dalam Proses Penyidikan, pada saat pemeriksaan saksi-saksi, pada

prinsipnya semua orang dapat menjadi saksi dan merupakan suatu kewajiban jika

dipanggil oleh Penyidik yang diberi kewenangan untuk itu hal ini berdasarkan

Pasal 112 KUHAP. Untuk itu penyidik menerbitkan surat panggilan dengan

mencantumkan alasan pemanggilan secara jelas dengan memperhatikan tenggang

waktu yang wajar.41Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 27 KUHAP disebutkan

bahwa keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana

yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa yang ia dengar

sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari

pengetahuannya itu.

Keterangan saksi tidak perlu harus mengenai semua kejadian. Sebagian dari

kejadian/peristiwa tersebut, asal dilihat sendiri atau didengar/ dialami sendiri,

39Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan), (Sinar

Grafika: Jakarta, 2009), hlm.80. 40Ibid.,hlm.81. 41Ibid.,hlm.82.

34

merupakan keterangan saksi. Keterangan saksi diberikan tanpa tekanan dari

siapapun dan dalam bentuk apapun42.Dalam pemeriksaan saksi, penyidik harus

memperhatikan asas cepat, sederhana, dan biaya ringan. Penyidik yang melakukan

pemeriksaan terhadap para saksi perlu menyadari bahwa keterangan saksi yang

akan diberikan kemungkinan dapat membantunya. Dengan kesadaran demikian,

harus dicegah perilaku penyidik yang menyudutkan saksi.

Dalam proses penyidikan di dalamnya juga termasuk penangkapan.

Berdasarkan Pasal 1 angka 20 KUHAP, yang dimaksud dengan penangkapan

adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan

tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan

penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini. Berdasarkan Pasal 17 KUHAP perintah

penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak

pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Penangkapan sebagaimana

diatur dalam Pasal 17 KUHAP, dapat dilakukan paling lama satu hari.43

Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) KUHAP diatur bahwa perintah penahanan

atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang

diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal

adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa

akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti, dan atau

42Ibid.,hlm.84. 43Penjelasan pasal 1 dan 20 KUHAP

35

mengulangi tindak pidana.44 Penahanan ini tidak hanya dilakukan pada proses

penyidikan saja tapi juga saat proses penuntutan dan pemeriksaan perkara di

pengadilan. Sehingga yang memiliki wewenang untuk melakukan penahanan

adalah penyidik, penuntut umum dan hakim.

Terkait penahanan terhadap anak (Pasal 32 UU Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak) adalah sebagai berikut:

1) Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal memperoleh

jaminan dari orang tua atau lembaga bahwa anak tidak melarikan diri,

menghilangkan barang bukti atau merusak barang bukti atau tidak akan

mengulangi tindak pidana.45

2) Penahananan dapat dilakukan dengan syarat:

a) Umur anak 14 (empat belas) tahun;

b) Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara selama 7

tahun atau lebih.

c) Penahanan terhadap anak tentunya berbeda pula dengan terdakwa

(dewasa) dan terhadap penahanan terhadap anak yang berkonflik hukum

tersebut yakni sebagai berikut46:

44Penjelasan pasal 21 KUHAP 45Penjelasan pasal 32 Undang -undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak 46Penjelasan pasal 32 Undang -undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

36

d) Penahanan oleh Penyidik paling lama 7 hari dan dapat diperpanjang oleh

Penuntut Umum, selama 8 hari; sedangkan terhadap terdakwa dewasa 20

hari dengan perpanjangan 40 hari;

e) Penahanan oleh Penuntut Umum, paling lama 5 hari kemudian dapat

diperpanjang oleh Hakim selama 5 hari sedangkan terhadap terdakwa

dewasa 20 Hari dan diperpanjang selama 30 hari;

f) Penahanan Hakim selama 10 hari kemudian diperpanjang selama 15 hari

oleh Ketua PN, sedangkan terdakwa dewasa adalah 30 hari dan dapat

diperpanjang selama 60 hari.47

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka atau dapat juga disebut landasan teori, atau kajian teori

merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mencari data tentang masalah

penelitian. Dengan kata lain telaah kepustakaan merupakan analisis teroritik

tentang masalah yang diteliti, yang dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian yang

telah ada dan atau hasil studi kepustakaan.

Skripsi oleh Erikson Sibrani yang membahas tentang “Perlindungan

Hukum Terhadap Anak yang Berkonflik Dengan Hukum Menurut Undang-

undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak”Skripsi ini

membahas tentang bentuk Perlindungan Hukum yang diberikan Undang-undang

No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan kelemaha dari

47Penjelasan pasal 32 Undang -undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

37

Undang-undang ini dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang

berkonflik dengan hukum. 48

Jurnal oleh Maskur,yang membahas tentang “Perlindungan Hukum

Terhadap Anak Nakal” Jurnal ini membahas tentang Proses jalannya perkara

pidana terhadap anak nakal sesuai hukum acara pidana.49

Jurnal Sinta Utami Firatria yang membahas tentang“Perlindungan Hukum

Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Yang Identitasnya di

Publikasikan”jurnal ini membahas tentang Bagaimana perlindungan hukum

terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana yang identitasnya di publikasikan. 50

Jurnal Priscillia Angelina Kopalit yang membahas tentang “Perlindungan

Hukum Terhadap Hak Tersangka Yang dilakukan Oleh Penyidik Berdasarkan

kuhap”Jurnal ini membahas bagaimana perlindungan hukum terhadap hak

tersangka pada perkara pidana dan bagaimana pelanggaran hukum hak tersangka

pada perkara penyidikan pidana.51

Dari ketiga jurnal diatas memang ada sedikit kemiripan pembahasan tetapi

sebenarnya berbeda sedikit,karna di sini penulis membahas bagaimana proses

perlindungan hukum yang didapat oleh anak yan menjadi pelaku tindak pidana

dalam proseses penyidikan khusus nya proses penyidikan ditingkat polsek

telanaipura, apakah anak yang tersebut sudah mendapat hak-hak nya sebagaimana

48Erikson Sibrani. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum

Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak” (2013). 49Maskur ,Muhammad azil.”Perlindungan Hukum Terhadap Anak Nakal“ 7.2(2012). 50Fitria, Sintha Utami. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Yang

Identitasnya Di Publikasikan”.(2018) 51Kopalit, Priscillia Angelina, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Tersangka Yang Dilakukan

Oleh Penyidik Berdasarkan KUHAP”. Lex Crimen,4.7(2015)

38

yang diatur dalam undang-undang, dan juga membahas tentang kendala yang

dialami pihak penyidik khususnya polsek telanaipura kota jambi untuk

memberikan perlindungn hukum terhadapa anak tersebut.

BAB II

METODE PENELITIAN

Agar dapat mengetahui dan membahas suatu permasalahan diperlukan

adanya pendekatan dengan menggunakan metode-metode tertentu yang bersifat

ilmiah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dan juga data pendukung

diambil dari lapangan sebagai bahan dasar penulisannya.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Polsek Telanaipura Kota Jambi

2. Waktu Penelitian

Mengingat, menimbang serta memperhatikan segala kekurangan dan

keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, moril, dan materil pada diri peneliti, mka

waktu penelitian ini dilakukan selama 1 bulan

B. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah

pendekatan yuridis empiris yaitu cara prosedur yang dipergunakan untuk

memecahkan masalahpenelitian dengan menilitidata sekunder terlebih dahulu

untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data

primer.52 Dalam penelitina ini penulis melakukan kajian terhadap undang-undang

yang relevan seperti Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

52Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung,: Alfabeta,2017),hlm .99.

40

Peradilan Pidana Anak dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2016, yang

kemudian di lanjutkan dengan observasi dan wawancara.

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam pembahasan ini, penulis menggunakan data primer dan data

sekunder.

1) Jenis Data

a) Data Primer

Data primer adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara

langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek peneltian, atau

keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan.

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari penelitian lapangan yaitu

penelitian yang dilakukan Di Polsek Telanaipura Kota Jambi dan juga di

bantu dari undang-undang.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau jumlah keterangan yang diperoleh secara

tidak langsung atau melalui sumber prantara. Data ini diperoleh dengan cara

mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat autentik, karena sudah

diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.53

Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa

literatur-literatur yang mendukung penelitian ini baik berupa buku seperti:

Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Hukum Pidana,dsb. Jurnal hukum

seperti: Sinta Utami Firatria yang membahas tentang “Perlindungan

53Ibid.,hlm.100.

41

Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Yang Identitasnya di

Publikasikan”54maupun tulisan-tulisan lain yang dianggap penting seperti

resume,makalah,koran dan lain-lain.

c) Data Tersier

Data tersier merupakan bahan-bahan yang memberikan penjelasan lebih

lanjut terhadap bahan-bahan primer dan sekunder yaitu kamus hukum,

kamus bahasa indonesia, kamus bahasa inggris,.55

2) Sumber Data

Sumber data adalah sebagai bahan baku informasi atau subjek tempat

asal data diperoleh, dapat berupa bahan pustaka atau orang yaitu informan

atau responden.penentuan sumber data yang berdasarkan dari sumber

dokumen, sumber kepustakaan dan sumber lapangan.

Sumber data dalampenelitian disesuaikan dengan fokusdan tujuan

penelitiaan. Seesuai dengan fokus penelitian, maka yang menjadisumber

data dalam penelitian ini adalah jawaban dari wawancara penulis dengan

informan di lapangan, isi dari dokumen-dokumen dan buku-buku.

3) Lokasi Penelitian

Untuk membatasi ruang limgkup penelitian maka peneliti mengambil

lokasi penelitian di Polsek Telanaipura Kota Jambi.

D. Teknik Pengumpulan Data

54Fitria Sintha Utami. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Yang

Identitasnya Di Publikasikan”.jurnal hukum (2018). 55Sayuti Uno, Pedoman Penulisan Skripsi (Jambi,: Syariah Prees, 2014), hlm.35.

42

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data terkait dengan penelitian

ini, dilakukan dengan berbagaicara. Tujuan nya adalah agar datayang diperoleh

valid, dan komprehensif berikut adalah tekhniknya:

1. Obeservasi

Adalah teknik penggalian data secara ilmiah merupakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dikaji. Dalam

studi ini digunakan jenis observasi non-partisipan, yang dimaksud non-partisipan

adalah observer tidak ikut di dalam kehidupan orang yang akan di observasi.

2. Wawancara

Yaitu wawancara dan tanya jawab yang digunakan untuk memperoleh data

penelitian ada dua yaitu:

a) Wawancara terstruktur,wawancara dengan berdasarkan pertanyaan yang

telah dirancang terlebih dahulu.

b) Wawancara tidak terstruktur, wawancara tanpa ada persiapan pertanyaan

sebelumnya. Tetapi berkembang atau muncul ketika berhadapan dengan

interviewer. Interviewer di sini adalah bapak Kapolsek telanaipura kota

jambi.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data dari berbagai bahan

yang merupakan catatan penting yang sudah tersedia dalam catatan dokumen.

43

Fungsinya sbagai pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh

melalui observasi dan wawancara mendalam.56

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data pada penulisan hukum dilakukan melalui pendekatan kualitatif, yaitu uraian

data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak

tumpang tindih sehingga memudahkan implementasi data dan pemahaman hasil

analisis. Dalam hal ini stelahan bahan dan data diperoleh, maka selanjutnya

diperiksa kembali bahan dan data yang telah diterima. Dari bahan dan data

tersebut selanjutnya dilakukan analisis perlindungan hukum terhadap anak sebagai

pelaku tindak pidana dalam proses penyidikan.

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan

pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar

skripsi, setelah pengesahan judul dan surat izin riset, maka penulis mengadakan

pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang

berurutan.Hasilnya penulis melakukan konsultasidengan pembimbing sebelum

diajukan kesidang munaqasah.

Adapun jadwal penelitian sebagai berikut.

Tabel Jadwal Penelitian

56Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Atau Skripsi ilmu Hukum, (Bandung: Mandar

Maju, 1995), hlm.75.

44

No Kegiatan

Tahun 2019-2020

Des Jan Feb Mar April Mei

1 Pengajuan Judul

2 Pembuatan Proposal

3 Perbaikan dan seminar

4 Surat Izin Riset

5 Pengumpulan Data

6 Pengolahan Data

7 Pembuatan Laporan

8 Bimbingan dan Perbaikan

9 Agenda dan Ujian Skripsi

10 Penjilidan

45

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Polsek Telanaipura Kota Jambi

Awal mula berdirinya Polsek Telanaipura Kota Jambi didirikan pada Tahun

1986 di Jl. Mayjen Sutoyo No.1, Telanaipura Kecamatan Telanaipura, Kota

Jambi, Jambi. Kapolsek pertama di jabat Oleh Bapak Ipda Bambang Sudarisman.

Ketika itu markas polsek masih menggunakan bangunan yang kondisinya masih

memprihatinkan karena bahan bangunannya sebagian sudah sangat buruk dan atap

seng juga sudah ada yang bocor. Meskipun dengan kondisi markas yang demikian

semangat tugas personil untuk memberikan perlindungan, pelayanan dan

pengayoman kepada masyarakat kecamatan Telanaipura tetap tinggi.57

Seiring waktu Polsek Telanaipura terus melakukan renovasi yang bertahap

dan pada tahun ini saat di pimpin oleh Bapak AKP Yumika Putra S.H,M.H Polsek

Telanaipura telah memiliki bangunan yang cukup bagus dan baik, serta pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat juga jauh lebih baik dari sebelum-belumnya.

Hal ini menjadi nilai plus tersendiri bagi Polsek Telanaipura Kota Jambi. Sarana

dan Prasarana juga sudah terbilang cukup.58

B. Visi dan Misi Polsek Telanaipura Kota Jambi

Visi:

”Menjadikan Polri yang Profesional dan dipercaya Masyarakat Khususnya

di Wilayah Hukum Polsek Telanaipura agar Terciptanya rasa aman, tentram dan

57Buku Umum Kepolisian Sektor Telanaipura Kota Jambi, hlm 2 58Ibid, hlm 4

46

Kondusif yang diwujudkan dalam peningkatan pelayanan, perlindungan,

pengayoman dan penegakan hukum dengan menunjung tinggi HAM melalui

pendekatan Keagamaan, Adat, Hukum, dan Norma yang berlaku di Masyarakat”.

Misi:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan mengikut sertakan

seluruh komponen masyarakat sebagai mitra polisi dan mewujudkan

perpolisian masyarakat dengan melibatkan forkompicam, tokoh adat, tokoh

agama dan tokoh pemuda.

b. Mewujudkan penegakan hukum yang bersih, adil, transparan, menjunjung

tinggi supremasi Hukum dan HAM.

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada warga

masyarakat dengan mengedepankan prilaku simpati dan terpuji.

d. Menyelenggarakan fungsi intelijen keamanan, peneelidikan dan penyidikan

tindak pidana, kesemaptaan kepolisian, lalu lintas, pembinaan kemasyarakatan

dan kemitraan.

e. Menjalin kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat

terkendali angka kriminalitas dan berbagai penyakit masyarakat melalui

program perpolisian masyarakat.

f. Menghilangkan pungutan liar terhadap seluruh lapisan masyarakat dalam

pelayanan kepolisian.

C. Tugas Pokok dan Struktur Pada Organisasi Polsek Telanaipura

47

Polsek Telanaipura melaksanakan tugas dengan mengupayakan tindak

preventif dan refresif dalam rangka Bin Kamtibmas untuk mewujudkan situasi

kambitmas dan kamtibcar lantas yang lancar dan terkendali.

a. Meniadakan kerawanan daerah dengan meningkatkan penyelesaian perkara dan

menekan perkara yang masuk.

b. Meningkatkan pelayanan masyarakat dan melaksanakan patroli secara rutin.59

1. Tugas Kapolsek.

Kapolsek sebagaimana dimaksud dalam pasal 81 huruf a merupakan

pemimpin polsek yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kapolres.

Kapolsek Bertugas :

a. Memimpin, membina, mengawasi, mengatur dan mengendalikan satuan

organisasi dilingkungan polsek dan unsur pelaksana kewilayahan dalam

jajaranya termasuk kegiatan pengamanan markas.

b. Memberikan saran pertimbangan kepada kapolres yang terkait dengan

pelaksanaan tugasnya.60

2. Tugas Wakapolsek

Merupakan unsur pemimpin polsek yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada kapolsek; dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Wakapolsek

bertugas:

59laporan bulanan. Kepolisian Sektor Telanaipura Periode : bulan desember 2019, Hlm 12 60Penjelasan Pasal 81 huruf (a) UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

48

a. Membantu kapolsek dalam melaksanakan tugasnya dengan mengawasi,

mengautr, mengendalikan dan mengkoordinir pelaksanan tugas seluruh satuan

organisasi polsek.

b. Dalam batas kewenagannya memimpin polsek dalam hal kapolsek

berhalangan.

c. Memberikan saran pertimbangan kepada kapolsek dalam hal pengambilan

keputusan berkaitan dengan tugas pokok polsek.

3. Kasi Umum

Kasi umum (Sium) sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 huruf a merupakan

unsur staf pembantu piminan dan pelayanan yang berada di bawah kapolsek. Sium

bertugas:

a. Menyelenggarakan perencanaan, pelayanan administrasi umum, ketatausahaan

dan urusan dalam, pelayanan markas, perawatan tahanan serta pengelolaan

barang bukti di lingkungan polsek.

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), sium

menyelenggarakan fungsi:

a) Menerima surat masuk dinas (Polres) dan instansi terkait

b) Membalas surat masuk

c) Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar

d) Pelayanan administrasi personel dan sarpras

e) Menyampaikan kepada pers bagi yang sudah waktunya naik pangkat

f) Pengecekan ranmor dinas, senpi dinas dan barang inventaris kantor yang

di pinjam pakai kepada personel

49

g) Pelayanan markas antara lain pelayanan fasilitas kantor, rapat, protokoler

upacara, dan urusan dalam di lingkungan polsek

h) Perawatan tahanan dan pengelolaan barang bukti

i) Menjaga kebersihan ruang tahanan

j) Menjaga kesehatan tahanan

k) Menjaga makan tahanan

l) Menjaga pakaian tahanan61

4. Bamin/ Banum

Bamin/ Banum bertanggung jawab tas tugas dan kewajibannya kepada

kasium;

a. Bertugas melakukan prencanaan kegiatan dan administrasi personel serta

sarpras

b. Melakukan pelyanaan administrasi umum, ketatausahaan dan urusan dalam,

kearsipan, dan pelyanan markas di lingkungan polsek

c. Melakukan perawatan tahanan dan pengelolaan barang bukti

d. Melaksanakan arahan/ perintah lainnya yang diperintahkan kapolsek/ kasium

5. Kanit Reskrim

Unit reskrim sebagaimana dimaksud pasal 84 huruf c merupakan unsur

pelaksanaan tugas pokok yang berada di bawah kapolsek.

a. Unit reksrim bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana, termasuk fungsi identifikasi.

61Penjelasan Pasal 83 huruf (a) UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

50

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), unit reskrim

melasanakan fungsi:

a) Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.

b) Menindak lanjuti laporan yang di terima, mendatangi tkp, membuat sket

TKP, memeriksa saksi-saksi dan korban, menyita barang bukti dan

melebel, memberikan SP2HP pemberikan, pengajuan ke JPU dan hingga

ke tahap II (penyerahan tersangka dan barang bukti)

c) Pelayanan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik

sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

d) Melakukan penyuluhan kepada remaja anak dan wanita.

e) Melindungi anak, wanita, remaja yang bermasalah dengan hukum.

f) Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan.62

9. Unit Sabhara

Unit sabhara sebagaimana di maksud pasal 84 huruf e merupakan unsur

pelaksana tugas pokok yang berada di bawah kapolsek, unit sabhara bertugas:

a. Melaksanakan turjawali dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi

pemerintah, objek vital, TPKTP, penanganan tipiring, dan pengendalian massa

dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta

pengamanan markas.

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), unit shabara

menyelenggarakan fungsi:

62Penjelasan Pasal 84 huruf (c) UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

51

a) Pelaksanaan tugas turjawali

b) Penyiapan personel dan peralatan untuk kepentingan tugas patroli,

pengamanan unjuk rasa, dan pengendalian massa

c) Pemeliharaan ketertiban umum berupa penegakan hukum tipiring dan

pengamanan TPTKP

d) Penjagaan dan pengamanan markas

10. Kanit SPKT

SPKT (Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu) sebagaimana dimaksud dalam

pasal 84 huruf a merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah

kapolsek. SPKT bertugas:

a. Memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu terhadap

laporan/pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan pertolongan, serta

memberikan pelayanan informasi.

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SPKT

menyelenggarakan fungsi:

1) Pelayanan kepolisian kepada masyarakat secara terpadu, antara lain dalam

bentuk laporan polisi (LP), surat tanda terima laporan polisi (STTLP),

surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan (SP2HP), surat

keterangan tanda lapor kehilangan (SKTLK), surat keterangan catatan

kepolisian (SKCK), surat tanda terima pemberitahuan (STTP), dan surat

izin keramian.

52

2) Pengkoordinasian dan pemberian bantuan serta pertolongan, antara lain

tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP), turjawali, dan

pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah.

3) Pelayanan masyarakat melalui surat dan komunikasi, antara lain telpon,

pesan singkat, faksimile, jejaring sosial (internet).

4) Pelayanan informasi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5) Penyiapan registrasi pelaporan, penyusunan dan penyampaian laporan

harian kepada kapolsek.

11. BASPKT

BASPKT bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya kepada KASPKT,

BASPKT dalam melaksanakan tugasnya dilaksanakan secara bergantian (sistem

piket/ plugh).

a. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari BASPKT bertugas memberikan

pelyanan kepolisian kepada warga masyarakat.

b. Masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk penerimaan dan penanganan

pertama laporan/pengaduan, pelayanan, permintaan bantuan/pertolonngan

kepolisian, penjagaan markas termasuk penjagaan tahanan dan pengamanan

barang bukti yang berada di mapolres dan penyelesaian perkara ringan/

perselisihan antar warga sesuai ketentuan hukum dan peraturan/ kebijakan

dalam organisasi polri

c. Melaksanakan arahan/ perintah lainnya yang diperintahkan oleh

KAPOLSEK/KASPKT.

53

12. Unit Intelkam

Unit Intelkam sebagaimana dimaksud pasal 84 huruf b merupakan unsur

pelaksana tugas pokok yang berada di bawah kapolsek.

a. Unit Intelkam bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen di bidang

keamanan meliputi pengumpulan bahan keterangan/ informasi untuk

keperluan deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warming),

dalam rangka pencegahan terjadinya gamgguan keamanan dan ketertiban

masyarakat serta pelayanan perizinan dalam melaksanakan tugas, unit

intelkam menyenggarakan fungsi:

1) Pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan dan produk intelijen

di lingkungan polsek.

2) Pelaksanaan kegiatan opersional intelijen keamanan guna terselenggaranya

deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warming),

pengembangan jaringan informasi melalui pemberdayaam personel

pengemban fungsi intelijen.

b. Pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau

informal organissi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintahan tingkat

kecematan/kelurahan.

c. Pendokumentasian dan penganalisian terhadap perkembangan lingkungan

serta penyusunan produk intelijen.

d. Penyusunan intel dasar, prakira intelijen keamanan, dan menyajikan hasil

analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.

54

e. Pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan

masyarakat lainnya, penerbitan SKCK kepada masyarakat yang memerlukan,

serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.

13. Kasi Humas

Kasi Humas sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 huruf c merupakan unsur

pelayanan dan pembantu pimpinan yang berada di bawah kapolsek, sihumas

bertugas:

a. Mengumpulkan, mengolah data dan menyajikan informasi serta dokmentasi

yang berkaitan dengan tugas polsek.

b. Dalam melaksanakn tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), sihumas

menyelenggarakan fungsi:

1) Pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan dokumentasi

kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas polsek.

2) Membangun kerja sama dengan media cetak dan elektronik

3) Menyusun press realease (siaran pers)

4) Pengelolaan dan penyajian informasi sebagai bahan publikasi kegiatan

polsek.

14. BAMIN

Bamin bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya kepada kasi humas

bertugas:

1) Mendokumentasikan dan meliput informasi yang berkaitan dengan tugas

polsek.

55

2) Melaksanakan penegelolaan informasi dan mempublikasikan informasi

kegiatan yang berkaitan dengan penyampaian berita di lingkungan polsek.

3) Melaksanakan arahan/ perintah yang diperintahkan oleh kapolsek/ kasihumas.

15. Unit Binmas

Unti binmas sebagaimana dimaksud dalam pasal 84 huruf d merupakan

pelaksana tugas pokok yang berada di bawah kapolsek.

a. Unit binmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat meliputi kegiatan

pemberdayaan polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi dengan

bentuk-benuk pengamanan swakarsa, serta kegiatan kerja sama dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

b. Dalam melaksanakan tugas sebgaimana di maksud pada ayat (2), unit binmas

menyelenggarakan fungsi:

1) Pelaksanaan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan: Bin Satpam, Bin Kamling.

2) Pembinaan dan penyuluhan di bidang ketertiban masyarakat terhadap

komponen masyarakat anatra lain remaja, pemuda, wanita, dank anak-

anak.

3) Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam kegiatan polmas yang

meliputi pengembangan kemitraan dan krja sama antara Polsek dengan

masyarakat dan pemerintahan tingkat kecamatan/kelurahan serta

organisasi non pemerintah.

16. Unit Provost

56

Unit Provost sebgaimana dimaksud dalam pasal 82 merupakan unsur

pengawas yang berada di bawah kapolsek. Unit provost bertugas:

a. Melaksanakan pembinaan disiplin, pemeliharaan ketertiban, termasuk

pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan kode etik profesi

polri dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku

dan tindakan personel polri.

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), unit provos

menyelenggarkan fungsi:

1) Pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan

tindakan personel polri

2) Penegakan disiplin dan ketertiban personel polsek

3) Pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan kode etik

profesi polri

4) Pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel polsek

5) Yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan kode etik

profesi

6) Pengusulan rehabilitasi personel polsek yang telah melaksanakan hukuman

berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan.

17. Banit

Banit bertanggung jawab atas tugas dan keajiban kepada kanit provos:

a. Melakukan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku

dan tindakan personel polri, penegakan disiplin dan ketertiban personel

polsek, serta pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel polsek

57

yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik

profesi polri.

b. Menyusun laporan administrasi hasil pelaksanaan Unit Provos dan

melaksanakan pelayanan kebersihan ruang perkantoran dan pelayanan baik

kepada pimpinan Unit Provos maupun kepada masyarakat.

c. Melaksanakan arahan/perintah lainnya yang diperinthkan oleh Kapolsek/

Kanit Provos.

58

Struktur Organisasi

C.

KAPOLSEK

AKP Yumika Putra

S.H,M.H

WAKAPOLSEK

AKP Budi Suwarto

UNIT PROVOS

AIPTU Haryadi

Hamid

UNIT

INTELKAM

IPDA Mukti

SIKUM SIHUMAS

AIPDA

Andika

SENTRA

PELAYANAN

KEPOLISIAN

TERPADU

AIPTU Asban

UNIT

RESKRIM

IPDA

Zulhadi

UNIT

BINMAS

IPDA Janter

Sinaga

UNIT

SABRAHA

IPDA Alex

Nefri

UNIT

LANTAS

IPDA

Yandri H

SIUM

AIPDA

Chandra

Bhakty

UNIT

POLAIR

IPDA

Saipul B

59

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam

Proses Penyidikan

Kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintah negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.63

Polsek Telanaipura merupakan struktur komando pelaksana tugas kepolisian

di daerah kecamatan telanaipura. Salah satu tugas/wewenang dari Polsek

Teanaipura yaitu melaksanakan penyelidikan, penahan, dan penyidikan dalam

bidang peradilan. Adapun perkara pidana yang ditangani Polsek Tealanipura salah

satunya yaitu Perkara Pidana yang pelakunya adalah Anak Berikut ini data

tentang perkara pidana yang ditangani Polsek Telanaipura.

Tabel 1

NO PERKARA TAHUN

2017 2018 2019 Jumlah

1 ANAK 13 15 17 65

2 DEWASA 161 159 155 792

Sumber: Polsek Telanaipura Kota Jambi (Tahun 2017 sampai tahun 2019)

63Pasal 2 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

60

Dari data tabel 1 diatas menjelaskan bahwa perkara pidana Tahun 2015

berjumlah 159 perkara, Tahun 2016 berjumlah 178 perkara, Tahun 2017

berjumlah 174 perkara, Tahun 2018 berjumlah 174 perkara, Tahun 2019

berjumlah 172 perkara. Ini menjelaskan dari 5 (lima) tahun terakhir perkara pidan

yang ditangani Polek Telanaipura jumlahnya cenderung berubah-ubah. Tapi tidak

dapat dpungkiri tidak hanya orang dewasa yang melakukn tindak pidana

melainkan juga anak-anak.

Selanjutnya dari data yang diperoleh diungkapkan juga tentang jenis tindak

pidana yang dilakukan oleh anak dari 5 (lima) tahun terakhir.

Tabel 2

NO JENIS TINDAK PIDANA TAHUN

2017 2018 2019 JUMLAH

1 PENGANIAYAAN 6 5 8 32

2 PENCURIAN 6 9 7 33

JUMLAH 12 14 15 65

Sumber: Polsek Telanaipura Kota Jambi (Tahun 2015 sampai Tahun 2019)

Pada Tabel 2 duatas menjelaskan jumlah tindak pidana menurut jenis tindak

pidana yang dilakukan oleh anak. Selama 5 tahun terakhir dari tahun 2015 sampai

dengan tahun 2019 yang ditangani Polisi sektor (Polsek) Telanaipura Kota Jambi,

jumlah tindak pidana yang paling banyak dilakukan oleh anak adalah pencurian.

Dari data diatas jumlah perkara pidana yang dilakukan oleh anak 5 tahun terakhir

berjumlah 65 perkara pidana. Jenis-jenis tindak pidana yang dilakukan oleh anak

61

ini dikarenakan dorongan faktor sosiologis, faktorpsikologis, faktor ekonomi dan

lain-lain.dan Hal tersebut bisa dikarenakan akibat salah pergalan, kurangnya

perhatian serta kondisi emosional.

Perlindungan hukum terhadap anak dalam proses peradilan dilakukan

dimulai semenjak tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di

sidang pengadilan sampai pada pelaksanaan putusan pengadilan tersebut64.

Selama proses peradilan tersebut, maka hak-hak anak wajib dilindungi oleh

hukum yang berlaku dan oleh sebab itu harus dilakukan secara konsekuen oleh

pihak-pihak terkait dengan penyelesaian masalah anak nakal tersebut.

Penyidikan itu sendiri, berarti serangkaian tindakan penyidik, dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam Undang–undang ini untuk mencari dan

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana

yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya, sedangkan bukti, dalam

ketentuan tersebut di atas adalah meliputi alat bukti yang sah dan benda

sitaan/barang bukti65. Kewenangan dan ketentuan mengenai penyidikan diatur di

dalam Undang–undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana yang menjadi dasar hukum pidana formil di Indonesia.

Penyidikan terhadap anak tersebut haruslah dalam suasana kekeluargaan

sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2012

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menetapkan bahwa : Dalam menangani

64Nashrina, Perlindungan Hukum Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 33 65Soedjono dirdjosisworo, Hukum Pidana , (Bandung: Alumni, 1986), hlm.45.

62

perkara Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi, Pembimbing Kemasyarakatan,

Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyidik, Penuntut

Umum, Hakim, dan Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya wajib

memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak dan mengusahakan suasana

kekeluargaan tetap terpelihara.66

Menurut Pak Zulhadi Selaku Kanit Reskrim, ketetapan ini menghendaki

bahwa pemeriksaan dilakukan dengan pendekatan secara efektif dan simpatik.67

Efektif dapat diartikan, bahwa pemeriksaannya tidak memakan waktu lama,

dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan dapat mengajak

tersangka memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya. Simpatik maksudnya

pada waktu pemeriksaan, penyidik bersikap sopan dan ramah serta tidak menakut-

nakuti tersangka. Tujuannya adalah agar pemeriksan berjalan dengan lancar,

dikarenakan seorang anak yang merasa takut sewaktu menghadapi penyidik, akan

mengalami kesulitan untuk mengungkapkan keterangan yang benar dan sejelas-

jelasnya. Beliau juga menambahkan, pada waktu pemeriksaan tersangka, penyidik

tidak memakai pakaian seragam dan hanya memakai pakaian yang sopan,

dikarenakan seorang anak juga dapat tertekan ketika melihat seragam Polisi.68

Bentuk perlindungan hukum terhadap pelaku anak pada tahap penyidikan

selanjutnya ialah, wajib dirahasiakan yang sesuai dengan aturan Pasal 19 ayat (1)

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

66Pasal 18 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 67Hasil Wawancara Terhadap Pak Zulhadi Selaku Kanit Reskrim Polsek Telanaipura( Tanggal 06

Maret 2020) 68Hasil Wawancara Terhadap Pak Zulhadi Selaku Kanit Reskrim Polsek Telanaipura( Tanggal 06

Maret 2020)

63

Tindakan penyidik berupa penangkapan, penahanan, dan tindakan lain yang

dilakukan mulai dari tahap penyelidikan hingga tahap penyidikan, wajib

dilakukan secara rahasia.69

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak, terdapat tugas-tugas penyidik yang berhubungan dengan

tugas yang meliputi :

1. Penangkapan

Mengenai tindakan penangkapan diatur dalam ketentuan-ketentuan

KUHAP. Berdasarkan Pasal 16 KUHAP dapat diketahui bahwa tujuan

penangkapan tersangka ialah untuk kepentingan penyelidikan dan kepentingan

penyidikan. Perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga

keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup (Pasal 17

KUHAP)70. Pelaksana tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian

Negara RI, dengan memperlihatkan surat tugas dan memberikan kepada tersangka

surat–surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka.

Menyatakan alasan penangkapan, dan uraian singkat perkara kejahatan yang

dipersangkakan,serta mengemukakan tempat tersangka diperiksa (Pasal 18

KUHAP).

Pengertian penangkapan berdasarkan KUHAP Pasal 1 butir (20)

menetapkan bahwa : “Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa

69Penjelasan pasal 9 ayat 1 undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana

anak 70Penjelasan pasal 16 KUHAP

64

pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila

terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau

peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang

ini”.71

Wewenang penangkapan dalam menangani anak yang berhadapan dengan

hukum harus pula memperhatikan asas hukum pidana yaitu Asas Praduga Tak

Bersalah. Dalam melakukan penangkapan diperhatikan hak - hak anak sebagai

tersangka, seperti hak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan

menurut tata cara yang ditentukan oleh undang-undang (Pasal 54 KUHAP).

KUHAP tidak mengatur secara tegas bukti cukup atau tidak. Hal ini tidak

mencerminkan perlindungan hukum terhadap anak, oleh karena itu, perlu diatur

secara tegas dalam KUHAP yang berlaku secara khusus untuk anak, dalam proses

penyidikan terdapat hak-hak anak yang meliputi :

1. Terhadap keluarga anak sebagai tersangka wajib diberitahukan terlebih

dahulu baik melalui surat maupun lisan sebelum proses penangkapan

dilakukan.

2. Penangkapan terhadap anak tidak dibolehkan dengan menggunakan alat atau

senjata upaya paksa atau wewenang paksa.

3. Tersangka anak haru segera mendapat bantuan hukum secara wajib dan

cuma-cuma.

4. Tersangka anak atau orang belum dewasa harus segera mendapatkan proses

pemeriksaan.

71Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 Butir (20)

65

5. Hak untuk mendapatkan ganti kerugian sebagai akibat dari kesalahan.

2. Penahanan

Setelah tindakan penangkapan, dapat dilakukan tindakan penahanan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 21 KUHAP menetapkan bahwa : “Penahanan adalah

penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau

penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini”.72

Berdasarkan wewenang tersebut maka setiap instansi penegak hukum

memiliki wewenang untuk melakukan penahanan. Penahanan oleh penyidik anak

atau penuntut umum anak atau hakim anak dengan penetapan, dalam hal serta

menurut cara yang diatur dalam undang-undang No.11 tahun 2012 dan KUHAP,

menentukan bahwa tersangka atau terdakwa dapat ditahan. Dikarenakan adanya

istilah “dapat” ditahan, berarti penahanan anak tidak selalu harus dilakukan,

sehingga dalam hal ini penyidik diharap betul-betul mempertimbangkan apabila

melakukan penahanan anak. Menurut Pasal 21 ayat (1) KUHAP, alasan

penahanan adalah dikarenakan ada kehawatiran melarikan diri, agar tidak merusak

atau menghilangkan barang bukti, agar tidak mengulangi tindak pidana. Menurut

hukum acara pidana, menghilangkan kemerdekaan seseorang tidak merupakan

keharusan, tetapi untuk mencari kebenaran bahwa seseorang melanggar hukum,

kemerdekaan seseorang itu dibatasi dengan melakukan penangkapan dan

penahanan.

72Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 Ayat 21

66

Tempat penahanan anak, harus dipisah dari tempat penahanan orang dewasa

dan selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus tetap

dipenuhi berdasarkan Pasal 33 ayat (4) dan ayat (5) Undang – Undang Nomor 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Hal ini dilatar belakangi oleh

pertimbangan psikologis, untuk menghindari akibat negatif sebab anak yang

ditahan belum tentu terbukti melakukan kenakalan, bergaul dengan narapidana

anak, dikhawatirkan dapat menularkan pengalaman-pengalamannya kepada anak

yang berstatus tahanan, dan mempengaruhi perkembangan mentalnya. Dalam

praktek nya di polsek telanaipura, diketahui bahwa tahanan anak digabung dengan

orang dewasa, dengan alasan bahwa tempat penahanan di lembaga

pemasyarakatan orang dewasa belum penuh. Hal ini sangat berbahaya dan tidak

mencerminkan perlindungan anak. Narapidana anak dan tahanan anak,

berpengaruh dengan sikap dan tindakan tahanan dewasa. Anak bisa saja

mengetahui pengalaman-pengalaman melakukan kejahatan yang belum pernah

didengar dan dilakukannya.

Alasan untuk penghentian penyidikan adalah :

1. Delik yang terjadi merupakan delik aduan yang dapat dilakukan pencabutan;

perbuatan yang terjadi bukan merupakan perbuatan pidana; atau hanya

melanggar norma – norma yang ada dalam masyarakat

2. Anak masih sekolah dan masih dapat dibina orang tuanya, sehingga anak

tersebut dikembalikan kembali kepada orang tuanya dan kasusnya tidak akan

dilimpahkan ke kejaksaan untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan.

3. Adanya perdamaian antara pihak anak nakal dengan korban.

67

Perlindungan dalam proses penyidikan kepada anak terhadap tindak pidana

yang dilakukan oleh anak adalah sebagai bentuk perhatian dan perlakuan khusus

untuk melindungi kepentingan anak. Perhatian dan perlakuan khusus tersebut

berupa perlindungan hukum agar anak tidak menjadi korban dari penerapan

hukum yang salah yang dapat menyebabkan penderitaan mental, fisik dan

sosialnya.73

Pada tahap penyidikan, penyidik wajib mengupayakan Diversi, yang

bertujuan mencapai perdamaian antara korban dengan anak, menyelesaikan

perkara anak di luar proses peradilan, menghindarkan anak dari perampasan

kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, menanamkan rasa

tanggung jawab kepada anak74. Dalam melakukan penyidikan anak, penyidik

wajib meminta pertimbangan atau saran dari pembimbing kemasyarakatan, dan

apabila perlu juga dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan,

ahli kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya.

Penegak hukum sangat berperan dalam proses perlindungan terhadap Anak

pada tahap penyidikan. Penegak hukum dalam hal ini Polsek wajib

menyelenggarakan perlindungan terhadap Anak.

4. Pelasakanaan Diversi

Substansi yang paling mendasar dalam Undang-undang nomor 11 tahun

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah pengaturan secara tegas

73Irma Setyowati ,Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Bumi Askara, 1990), hlm.25. 74Marlina, Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem

Peradilan Pidana Anak, Jurnal Equality (2008),

68

mengenai Keadilan Restoratif dan Diversi yang dimaksudkan untuk menghindari

dan menjauhkan Anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari

stigmatisasi terhadap Anak yang berhadapan dengan Hukum dan diharapkan

Anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar75. Oleh karena itu,

sangat diperlukan peran serta semua pihak dalam rangka mewujudkan hal

tersebut. Proses itu harus bertujuan pada terciptanya Keadilan Restoratif, baik

bagi Anak maupun bagi korban. Keadilan restorative merupakan suatu proses

Diversi, yaitu semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu

bersama-sama mengatasi masalah serta menciptakan suatu kewajiban untuk

membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban, Anak

dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan

menenteramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan.76

Dalam kaitan dengan prosedur dan tata cara diversi sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Perdilan Pidana

Anak, dalam Pasal 8 telah ditentukan bahwa proses diversi dilakukan melalui

musyawarah dengan melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau

orang tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional

berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.77

Menurut Pasal 29 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Perdilan Pidana Anak, Ayat (1) penyidik wajib mengupayakan diversi dalam

75Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative

Justice. (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm.5. 76Ibid.,hlm.7. 77Setya Wahyudi Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak Di

Indonesia. (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012), hlm. 20.

69

waktu paling lama tujuh hari setelah penyidikan dimulai. (2) Proses diversi

sebagaimana di maksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama tiga puluh hari

setelah dimulainya diversi. (3) dalam hal proses diversi berhasil mencapai

kesepakatan, Penyidik menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan

diversi kepada ketua pengadian negeri untuk dibuat penetapan. (4) dalam hal

diversi gagal, Penyidik wajib melanjutkan Penyidikan dan melimpahkan perkara

ke Penuntut Umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan

penelitian kemasyarakatan. Dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 29 Ayat (4) bahwa

agar pemeriksaan pada tahap selanjutnya mengetahui ada tindakan upaya diversi

dan sebab gagalnya diversi.

Pasal 96 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Perdilan

Pidana Anak menyatakan bahwa Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim yang

dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 Ayat (1) di pidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun78.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Perdilan Pidana Anak

menjelaskan bahwa orang tua dan wali korban dilibatkan dalam proses diversi

Pasal 8 Ayat (2) dikemukakan bahwa jika diperlukan, musyawarah sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1) dapat melibatkan tenaga kesejahteraan sosial, guru, dan

tokoh masyarakat. Sedangkan dalam Ayat (3) ditegaskan bahwa proses diversi

dapat memperhatikan kepentingan korban, kesejahteraan dan tanggng jawab anak,

78Pasal 96 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Perdilan Pidana Anak

70

penghindaran stigma negatif,penghindaran pembalasan,keharmonisan masyarakat,

dan keputusan, kesusilaan serta kepentingan umum.79

Pasal 11 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Perdilan

Pidana Anak dikemukakan bahwa hasil kesepakatan diversi dapat berbentuk,

antara lain:

a. Perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian;

b. Penyerahan kembali kepada orang tua/wali;

c. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan dilembaga pendidikan atau

LPKS paling lama tiga bulan.

d. Pelayanan masyarakat

5. Faktor Pendukung Dalam Proses Penyidikan Anak

Adapun faktor pendukung dalam proses penyidikan anak yaitu antara lain :

a. Infrastuktur (sarana dan prasarana). Pada saat pemeriksaan, Anak yang

berhadapan dengan hukum tidak berada di ruangan yang sama dengan orang

dewasa, walaupun Ruangan pemeriksaan menggunakan ruangan yang sama.

Apabila terdapat pemeriksaan terhadap Orang dewasa dan Anak di waktu

yang sama, Penyidik/Penyidik pembantu memindahkan pemeriksaan terhadap

Orang dewasa di ruangan yang berbeda. Tidak hanya perlakuan yang berbeda

dengan orang dewasa namun perbedaan tersebut juga terdapat dalam

registrasi administrasi penyidikan, dimana registrasi berkas perkara Anak

79Penjelasan pasal 8 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Perdilan Pidana Anak

71

baik penahanan, penangkapan, surat panggilan memiliki nomor register yang

berbeda dan memiliki pengarsipan tersendiri.80

b. Kualifikasi Penyidik/Penyidik Pembantu. Kualifikasi Tenaga Penyidik /

Penyidik Pembantu yang ada di Polsek Telanaipura Kota Jambi sebagai

berikut : Penyidik Penuh : 2 (dua) Orang, terdiri dari : Kapolsek & Kanit

Reskrim, Penyidik Pembantu : 3 (tiga) Orang, terdiri dari :Polwan . Penyidik /

Penyidik Pembantu yang ada berpengalaman sebagai penyidik, mempunyai

minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak serta telah mengikuti

pelatihan teknis Polwan tentang peradilan Anak melalui pelatihan – pelatihan

dan pendidikan pengembangan spesialis yang diadakan oleh Lembaga

Pendidikan POLRI.

B. Kendala Penyidik dalam memberikan Perlindungan Hukum terhadap Anak

sebagai Pelaku Tindak Pidana Di Polsek Telanaipura Kota Jambi.

Kendala timbul dari faktor keluarga dan lingkungan, dalam praktiknya

menurut Aiptu Pak Zulhadi, banyaknya anak yang telah menjadi residivis atau

anak tersebut pernah dihukum dan mengulangi lagi tindak kejahatan yang serupa

khususnya tindak kejahatan kekerasan anak merupakan kurangnya tindakan

pencegahan oleh orang tua anak tersebut. Artinya, apabila anak tersebut telah

digolongkan sebagai residivis akan ada pertimbangan untuk pemberian

pemberatan hukuman yang akan diberikan.81

80Irma Setyowati ,Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta:Bumi Askara, 1990), hlm.30. 81Hasil Wawancara Terhadap Pak Zulhadi Selaku Kanit Reskrim Polsek Telanaipura( Tanggal 06

Maret 2020)

72

Kendala lain dalam praktiknya di daerah hukum Kepolisian Sektor

Telanaipura Kota Jambi, sebagaimana faktor lingkungan yang tentunya sangat

berperan fundamental, para Anak-anak kebanyakan bergaul atau bersosialisasi

tidak pada lingkungan yang seharusnya, para Anak-anak ini bergaul atau

bersosialisasi dengan tidak sesama Anak-anak bahkan mereka cenderung bergaul

atau bersosialisasi dengan orang yang lebih dewasa, akibatnya banyak diantara

Ana-anak ini terpengaruh dengan kebiasaan orang yang lebih dewasa. Tentu peran

orang tua sangat diperlukan disini, akan tetapi kebanyakan dari Anak-anak ini

menyatakan bahwa ketika orang tua mereka bekerja ataupun tidak berada di

lingkungan rumah, hal inilah yang menjadi kesempatan untuk mereka bergaul dan

bersosialisasi dengan bebas bahkan melewati batas.82

Menurut penulis saat melakukan penelitian lapangan terhadap tindak pidana

yang tersangkanya adalah anak, ada beberapa kendala yang dialami pada saat

melakukan proses penyidikan di kantor Polsek Telanaipura Kota Jambi, dibagi

menjadi 2 faktor yaitu antara lain:

a) Kendala Faktor Intern

Faktor internal adalah kendalakendala yang datang dari dalam Polsek

Telanaipura itu sendiri. Antara lain didalam proses penyidikan tersangka

harus didampingi oleh orang tua kandungnya, penasehat hukum tersangka

anak, serta BAPAS (Balai Pemasyaraktan) agar menjamin pemenuhan

perlindungan hak anak dalam proses penyidikan. Pada proses ini tersangka

82Hasil Wawancara Terhadap Pak Zulhadi Selaku Kanit Reskrim Polsek Telanaipura( Tanggal 06

Maret 2020)

73

anak diperiksa didalam ruangan UnitPelayan Perempuan dan Anak (PPA),

pemeriksaan tersangka yang memungkinkan terselenggaranya proses

pemeriksaan, dalam rangka mengungkap perkara yang sedang disidik.

Adapun kendala-kendala yang terjadi pada faktor internal ini, antara lain

adalah:

1) Kendala pada penasehat hukum, penasehat hukum terhadap tersangka

anak sering tidak mendampingi kliennya, disaat polisi membuat Berita

Acara Pemeriksaan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak.

2) Pada saat penahanan dalam sel Polresta Pariaman, terkadang tersangka

anak ini disatukan dengan tahanan orang dewasa, sehingga tersangka

anak ini sering mendapatkan perlakuan yang kasar dari tahanan dewasa,

hal itu karena belum adanya dan untuk membangun ruang tahanan

tersendiri untuk anak83

b) Kendala Faktor Ekstren

Kendala Faktor Ekstren, kendala faktor ekstern adalah kendala-kendala

yang datang dari luar Polsek Telanaipura.Adapun kendala di dalam faktor

ekstern yang ditemui penulis dalam penelitian dilapangan adalah:

1) Pada proses penyidikan terkadang si anak hanya diam saja, dan tak

berbicara dengan jelas, sehingga menyulitkan penyidik dalam tahap

penyidikan.

83Hasil Wawancara Terhadap Pak Zulhadi Selaku Kanit Reskrim Polsek Telanaipura( Tanggal 06

Maret 2020)

74

2) Pada saat menyampaikan hak tersangka terkadang tersangka dan orang

tua tidak memahami apa itu perlindungan, karena ada beberapa tersangka

yang berasal dari keluarga yang tidak mengenyam bangku sekolah.

3) Pada saat melakukan proses penyidikan, orang tua tersangka kadang

memarahi tersangka, sehingga membuat tersangka merasa terpojok dan

tak mau berbicara

4) Pada saat penahanan ada beberapa tersangka di dalam sel tahanan

tersebut menangis terus menerus dan tidak mau makan, dan terkadang si

anak bertingkah aneh. Kemungkinan hal itu terjadi karena anak merasa

bersalah (pskiologis anak) dan takud terhadap ancaman hukuman yang

akan dikenakan padanya, pada saat hakim menjatuhkan putusan pidana

kepadanya di pengadilan negeri.84

84Hasil Wawancara Terhadap Pak Zulhadi Selaku Kanit Reskrim Polsek Telanaipura( Tanggal 06

Maret 2020)

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, maka

akhirnya sampailah enulis untuk mengemukakan beberapa kesimpulan yang

merupakan inti dari skripsi ini, sebagai berikut:

1. Anak berhak mendapat perlindungan hukum, dalam hal penahanan anak berhak

mendapat perlidungan hukum berupa sel tahanan yang berbeda dengan orang

dewasa, pada saat pemeriksaan penyidik dilarang menggunakan seragam

kepolisian , pada saat pemeriksaan anak berhak didampingi oleh orang

tua/wali, Identitas anak harus dirahasiakan, dan perlindungan hukum yang

paling mutlak adalah dilakukannya upaya diversi yang bertujuan mencapai

perdamaian, menyelesaikan perkara anak diluar pengadilan.

2. Ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam perlindungan hukum

terhadap anak pada tahap penyidikan. Pertama, residivis menjadikan salah satu

faktor pertimbangan untuk pemberian pemberatan hukuman kepada pelaku

anak. Kedua, para pelapor dan/atau korban merasa keadilan itu terpenuhi

apabila pelaku anak ini ditahan, diadili, dan dipenjara.

B. Saran

Untuk pemerintah agar lebih memperatikan kondisi Polsek Telanaipura

Kota Jambi karna ada beberapa infrastruktur yang kurang, untuk orang tua agar

lebih memperhatikan pergaulan anak-anak nya di lingkungan rumah maupun

lingkungan luar, agar anak-anak tidak melakukan perbuatan yang tidak di

76

inginkan atau melakukan perbuatan tindak pidana. Karna anak adalah generasi

penerus bangsa yang harus dijaga.

Penulis sadar banyak nya kekurangan dalam penulisan skripsi ini,maka dari

itu penulis meminta maaf apabila terdapat beberapa kesalahan dan kekurangan

dalam penulisan skripsi ini.

77

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Apong Herlina, dkk Perlindungan Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan

Hukum, Buku Saku Untuk Polisi. Jakarta: Unicef. 2014.

Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Poluler. 2004

Bagir Manan, Restoratif Justice (Suatu Perkenalan), dalam Refleksi Dinamika

Hukum Rangkaian Pemikiran Dalam Dekade Terakhir, Jakarta: Perum

Percetakan Negara RI. 2008.

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan

Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1998.

Hilman Hadikusuma, Metode pembuatan kertas atau skripsiilmu hukum Bandung:

Mandar Maju. 1995.

Ishaq. Metode penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta. 2017.

Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan dan

Penyidikan),Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi

dan Restorative Justice. Bandung: Refika Aditama. 2009.

Muladi dalam, Setya Wahyudi Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan

Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Yogyakarta: Genta Publishing.

2011.

78

Nashrina, Perlindungan Hukum Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers.

2011.

Rena Yulia, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,

Jakarta: Rajawali Press. 2007.

Romli Atmasasmita Sistem Peradilan Pidana. Bandung: Bina Cipta. 1996.

Sayuti Uno, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Prees. 2014.

Setya Wahyudi Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan

Pidana Anak Di Indonesia. Yogyakarta: Genta Publishing. 2012.

Soedjono dirdjosisworo, Hukum Pidana , Bandung: Alumni. 1986.

Wagiato soetedjo dan melani, Hukum Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama.

2013.

Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik. 2006.

B. Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

C. Jurnal dan Skripsi

Erikson Sibrani. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan

Hukum Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak” (2013).

79

Maskur ,Muhammad azil.”Perlindungan Hukum Terhadap Anak Nakal “

7.2(2012).

Fitria, Sintha Utami. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

Tindak Pidana Yang Identitasnya Di Publikasikan”.(2018)

Kopalit, Priscillia Angelina. “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Tersangka

Yang Dilakukan Oleh Penyidik Berdasarkan KUHAP”. Lex

Crimen,4.7(2015)

D. Website

http://www.beritasatu.com/hukum-kriminalitas akses tanggal 20 april 2020

http://www.wikipedia.com/kamus besar bahasa indonesia akses tanggal 20 april

2020

Daftar Informan

NO DAFTAR INFORMAN JABATAN

1 PAK ZULHADI KANIT

RESKRIM

2 PAK YUMIKA PUTRA WAKAPOLSEK

3 PAK ANDIKA SIHUMAS

80

LAMPIRAN

81

82

CURRICULUM VITAE

Nama : M.ASIS SAPUTRA

Tempat Tanggal Lahir : Teluk Majelis, 09 Juni 1997

Email : [email protected]

No. Kontak HP : 082268656698

Alamat :Jln.Sulawesi II Rt.03 Dusun 01 Desa Teluk Majelis

Kec.Kuala Jambi Kab.Tanjung Jabung Timur Provinsi

Jambi

Fendidikan Formal

1. SDN 58 Desa Teluk Majelis, Kec. Kuala Jambi, Kab. Tanjung Jabung

Timur, Provinsi Jambi

2. SMP Negeri 28 Desa Teluk Majelis, Kec. Kuala Jambi, Kab. Tanjung

Jabung Timur, Provinsi Jambi

3. Madrasah Aliyah Nurul Huda Desa Teluk Majelis, Kec. Kuala Jambi, Kab.

Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi

Pengalaman Organisasi

1. PMI Jambi

2. HMJ HPI (Ketua Devisi Olahraga 2017-2018)

3. DEMA SYARIAH (Devisi Olahraga 2018-2019)

Moto hidup : Syukuri yang ada, Sabar kan yang tidak ada,karna

walaupun sedikit asal bersyukur pasti cukup sedangkan

walaupun banyak tetapi tidak bersyukur pasti tidak

cukup.

Jambi, 27, juli 2020

M.ASIS SAPUTRA

SHP 162174

Photo

3x4

83