Perlindungan konsumen

32
PERLINDUNGAN KONSUMEN HUKUM BISINIS KELOMPOK 3 Kelas U1 (Manajemen S1 2013) UNIVERISTAS WIDYATAMA

Transcript of Perlindungan konsumen

PERLINDUNGAN KONSUMENHUKUM BISINIS

KELOMPOK 3Kelas U1 (Manajemen S1 2013)UNIVERISTAS WIDYATAMA

Kelompok 3 (Kelas

U1)

Christopher Thomas (0213U013)

Nauval Akbar(0213U018)

Ichsan Farid(0213U021)

Haura Hannifah(0213U067)

Nadya Moeisdyawati(0213U106)

PERLINDUNGAN KONSUMEN

KASUS

PENGERTIAN DAN

PENGATURAN PERLINDUNGAN

KONSUMEN

PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN

HAK DAN KEWAJIBAN

KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

PRINSIP PERLINDUNGAN

KONSUMEN

PERBUATAN YANG

DILARANG BAGI PELAKU

USAHA

PENEGAKAN HUKUM

KONSUMEN

PENGERTIAN DAN PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PENGERTIAN PERLINDUNGAN KONSUMENPerlindungan konsumen adalah suatu perlindungan terhadap konsumen agar tercipta suatu keseimbangan antara produsen dan konsumen dalam pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak. PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMENPengaturan perlindungan konsumen di Indonesia yang memiliki instrument hukum integrative dan komprehensif terdapat dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah: Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.

Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota

Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

PENGERTIAN DAN PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PENGERTIAN DAN PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

UNDANG – UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIKUndang Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) merupakan undang-undang yang di berlakukan untuk setiap orang (tanpa memandang suku, ras, dan sosial ekonomi) yang bertujuan untuk menghormati hak-hak cipta milik orang lain, terutama bagi para pelaku dunia maya yang menggunakan jasa internet dalam kehidupan sehari-hari dan melindungi segala kegiatan dan usaha yang berkaitan dengan informasi dan transaksi elektronik.

PENGERTIAN DAN PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal sebagai berikut : Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan konvensional (tinta basah dan bermaterai). Sesuai dengan e-ASEAN Framework Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas batas).

Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur dalam KUHP.

UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki akibat hukum di Indonesia.

Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual. Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-37):

Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan). Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan Permusuhan).

Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti). Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking).

Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi).

Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi Rahasia).

Pasal 33 (Virus?, Membuat Sistem Tidak Bekerja (DOS?)). Pasal 35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik (phising?)).

UU perlindungan konsumen tersebut memiliki asas sebagai berikut :

Asas manfaat : penyelengaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada konsumen maupun pelaku usaha secara keseluruhan.

Asas keadilan : konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh hak dan kewajibannya secara adil.

Asas keseimbangan : memberikan keseimbangan antara kepentingan konusmen dan pelaku usaha beserta pemerintah

Asas keamanan dan keselamatan konsumen : Untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

Asas kepastian hukum : Negara menjamin kepastian hokum kepada pihak pelaku usaha maupun konsumen dalam memperoleh keadilan dalam penyelengaraan perlindungan konsumen

PENGERTIAN DAN PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN

PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIANDengan lahirnya UU No.8 Tahun 1999 menyatakan bahwa pencantuman klausula baku dalam dokumen atau perjanjian dibatasi guna menempatkan kedudukan konsumen setara denga pelaku usaha berdasarkan prinsip asas kebebasan berkontrak.

PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN

Pasal 18 UU No.8 Tahun 1999 tersebut menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditunjukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

4 hak dasar konsumen yang sudah berlaku secara universal, yaitu sebagai berikut : Hak atas keamanan dan kesehatan. Hak atas informasi yang jujur. Hak pilih. Hak untuk didengar.Kewajiban konsumen menurut perundag-undangan yang berlaku adalah sebagai berikut : Membaca atau mengikuti petunjuk, informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan.

Beritikad baik dalam bertransaksi. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati.

Mengikuti upaya penyelesaian hukum tentang sengketa konsumen secara patut.

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

Hak pelaku usaha adalah sebagai berikut : Menerima pembayaran sesuai kesepakatan. Mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan konsumen yang tidak beritikad baik.

Melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian sengketa konsumen.

Merehabilitasi nama baik. Hak-hak lain yang diatur dalam berbagai perundang-undangan.kewajiban pelaku usaha adalah : Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Memberikan informasi yang benar, jelas &j ujur tentang kondisi& penggunaan barang dan jasa.

Memberlakukan & melayani konsumen secara benar & jujur. Menjamin mutu barang /jasa sesuai standard mutu yang berlaku.

Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji/mencoba barang/jasa.

Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen dalam hubungan dengan penggunaan barang atau jasa.

Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen jika ternyata barang atau jasa tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.

Menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual oleh produsen.

Memberikan jaminan/garansi atas barang yang diproduksikannya.

PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

PRINSIP PERLINDUNGAN

KONSUMEN

Tanggung Jawab

Berdasarkan Kelalaian

Tanggung Jawab

Berdasarkan Wanprestasi

Tanggung Jawab Mutlak

PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

Tanggung jawab berdasarkan kelalaiansuatu prinsip tanggung jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawabysng ditentuksn oleh perilaku produsen. Kelalaian produsen merupakan faktor yang mengakibatkan adanya kerugian pada konsumen (hubungan sebab akibat antara kelalaian dan kerugian konsumen)

PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

Tanggung Jawab Berdasarkan WanprestasiTanggung jawab berdasarkan kontrak ketika suatu produk rusak dan mengakibatkan kerugian, konsumen biasanya melihat isi kontrak atau perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak, baik tertulis maupun lisan. Penerapan kewajiban yang sifatnya mutlak, yaitu suatu kewajiban yang tidak didasarkan pada upaya yang telah dilakukan penjual untuk memenuhi janjinya.

PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

Tanggung Jawab MutlakAsas tanggung jawab ini dikenal dengan nama product liability. Produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk yang beredar dipasaran.Penggugat (konsumen) hanya perlu membuktikan adanya hubungan klausalitas antara perbuatan produsen dan kerugian yang dideritanya dapat menuntut konpensasi tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidanya unsur kesalahan di pihak produsen.

PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU USAHA

Perundang-undangan memberikan larangan-larangan tertentu kepada pelaku usaha dalam kegiatannya sebagai berikut : Larangan yang berhubungan dengan barang dan/jasa yang diperdagangkan.

Larangan yang berhubungan dengan promosi atau iklan yang menyesatkan.

Larangan dalam hubungan penjualan barang secara obral atau lelang yang menyesatkan.

Larangan yang berhubungan dengan waktu dan jumlah yang tidak dinginkan.

Larangan terhadap tawaran dengan iming-iming hadiah.

Larangan terhadap tawaran dengan paksaan.

Larangan terhadadp tawaran dengan pembelian melalui pesanan.

Larangan yang berhubungan dengan pelaku usaha periklanan.

Larangan yang berhubungan dengan klausula baku.

Konsekuensi Yudiris terhadap pelanggaran perundang-undangan tentang Perlindungan KonsumenPelaku usaha yang melanggar ketentuan perundang-undangan tentang perlindungan konsumen berakibatkan terhadap konsekuensi-konsekuensi hukum sebagai berikut : Kewajiban pelaku usaha atau importer atau penjual untuk menghentikan kegiatannya atau menarik barangnya dari peredaran, dan atau

Memberikan ganti rugi kepada konsumen dalam waktu 7 hari setelah transakasi dengan beban pembuktian di pihak pelaku usaha atau importer atau penjual, dan atau

Tuntutan pidana terhadap pelaku usaha atau importer atau penjual, dengan beban pembuktian pada pelaku usaha atau importir atau penjual tersebut.

PENEGAKAN HUKUM KONSUMEN

PENEGAKAN HUKUM KONSUMEN

Badan Perlindungan Konsumen NasionalBadan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka menyusun kebijaksanaan di bidang perlindungan nasional.

Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap perundang-undangan.

Melakukan penelitian terhadap barang dan atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen.

Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

Memasyarakatkan prinsip perlindungan konsumen

Menerima perlindungan tentang perlindungan konsumen.

Melakukan survey yang menyangkut dengan kebutuhan konsumen.

Bekerja sama dengan organisasi konsumen nasional.

PENEGAKAN HUKUM KONSUMEN

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya MasyarakatLembaga ini mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : Menyebarluaskan informasi untuk meningkatkan kesadaran tentang perlindungan konsumen.

Memberi nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.

Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen.

Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan dari konsumen.

Melakukan pengawasan bersama dengan pemerintah dan masyarakat terhadap jalannya perlindungan konsumen ini.

PENEGAKAN HUKUM KONSUMEN

Badan Penyelesaian Sengketa KonsumenMenurut pasal 45 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1999 menyatakan bahwa :“Penyelesaian sengketa konsumen tidak menutup kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa yaitu tanpa melalui pengadilan atau Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.”

PENEGAKAN HUKUM KONSUMEN

Penerapan Sanksi-Sanksi Sanksi PidanaSanksi pidana dapat dijatuhkan oleh pengadilan (umum) setelah melalui proses pidana biasa, yaitu lewat proses penyidikan, penuntutan, pengadilan. Sanksi PerdataSanksi perdata kepada pihak pelaku usaha yang telah merugikan konsumen mungkin diberikan dalam bentuk kompensasi atau ganti rugi perdata, yang dijatuhkan oleh pengadilan perdata. Sanksi AdministrasiSanksi administrasi yang melanggar perundang-undangan yang berlaku.

PENEGAKAN HUKUM KONSUMEN

Pembinaan dan Pengawasan Perlindungan Konsumen Pasal 29 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta melaksanakan kewajibannya.

Pasal 17 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen tersebut dilimpahkan dan dilaksanakan oleh Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang perdagangan dan/atau bertanggung jawab secara teknis menurut bidang tugasnya.

Pasal 30 UU No.8 Tahun 1999, pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan diselenggarakan oleh Pemerintah, Masyarakat, dan Lembaga Perlindungan Konsumen Masyarakat

KASUS

Pada tanggal 26 Februari 2014, Jhonny (22 tahun belum menikah) belanja barang secara online melalui situs jual beli “Berniaga.com” kepada Paul (20 tahun sudah menikah) sebagai penjual di situs jual beli online tersebut yaitu sebuah laptop :Sony Vaio Duo 13 SVD13-217PGHarga : 23.900.000Spesifikasi : Core i7 4500U 1.8Ghz, 8GB DDR3, 256GB SSD, No Optical Drive, Intel HD, 13.3” WXGA Touch Screen, Wifi, 3G, Bluetooth, Camera, Win 8 Pro 64 Bit

Kedua belah pihak sepakat atas harga dan kondisi barang yang tertera di online shop tersebut. Dengan system pembayaran secara transfer melalui Bank BCA dengan nomer rekening : 002134224453 pada tanggal 26 Februari 2014 sesuai dengan harga yang telah di sepakati yang tertera pada online shop tersebut. Setelah barang diterima oleh Johnny dan uang telah diterima pula oleh Paul sesuai dengan yang diperjanjikan, ternyata informasi spesifikasi laptop yang tertera di online shop tersebut tidak sesuai dengan kondisi laptop ketika hendak digunakan.Laptop yang diterima oleh Johnny memiliki spesifikasi :Core i5 3317U 1.7Ghz, 4GB DDR3, 128GB SSD, No Optical Drive, Intel HD, 11.6” WXGA Touch Screen, Wifi, Bluetooth, Camera, Win 8 64 BitDengan melihat spesifikasi tersebut Johnny telah membeli laptop Sony Vaio Duo 11 SVD11-215CV dengan harga sebenarnya adalah 13.100.000Johnnya selaku konsumen merasa dirugikan atas transaksi jual beli tersebut.

KASUS

PERTANYAAN :Apakah kasus tersebut merupakan kasus pelanggaran hak konsumen ?Apa dasar hukumnya apabila kasus tersebut merupakan pelanggaran hak konsumen?Apabila kasus tersebut merupakan pelanggaran hak konsumen, apakah konsumen berhak mendapatkan ganti rugi? Jelaskan secara singkat dengan dasar hukumnya !Apa sanksi bagi Pelaku Usaha atas kasus pelanggaran hak konsumen tersebut? Jelaskan secara singkat dengan dasar hukumnya !Bagaimana bila identitas Pelaku Usaha ternyata Palsu sehingga mempersulit proses eksekusinya? Jelaskan secara singkat dan rinci atas kasus tersebut !

Dalam kasus ini yang menjadi pelanggaran hak konsumen adalah ketidaksesuaian informasi yang diberikan oleh Pelaku Usaha kepada Konsumen sehingga konsumen merasa dirugikan atas pembelian barang tersebut.Oleh karena itu, UU perlindungan konsumen tersebut memiliki asas sebagai berikut : Asas manfaat Asas keadilan Asas keseimbangan Asas keamanan dan keselamatan konsumen Asas kepastian hukum

PEMBAHASAN KASUS

menggunakan pendekatan utama pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU PK”) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (“PP PSTE”). PP PSTE sendiri merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik (“UU ITE”).Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 BAB V TRANSAKSI ELEKTRONIK Pasal 17, Pasal 19, Pasal 20

ANALISA KASUS

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 BAB V TRANSAKSI ELEKTRONIK Pasal 21 (1) Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi Elektronik sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui Agen Elektronik.

(2) Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:

a. jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab para

pihak yang bertransaksi;b. jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi

tanggung jawab pemberi kuasa; atauc. jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi

tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik. (3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen Elektronik

akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.

(4) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen Elektronik

akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab pengguna jasa layanan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna system elektronik.

ANALISA KASUS

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 BAB V TRANSAKSI ELEKTRONIK Pasal 22(1) Penyelenggara Agen Elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada Agen Elektronik yang dioperasikannya yang memungkinkan penggunanya melakukan perubahan informasi yang masih dalam proses transaksi.Pendekatan Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Jual Beli/Belanja secara Online Dengan pendekatan UU PK, kasus tersebut dapat disimpulkan sebagai salah satu pelanggaran terhadap hak konsumen. Pasal 4 UU PK menyebutkan salah satunya bahwa hak konsumen adalah :• hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

• hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya

kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjualonline), sesuai Pasal 7 UU PK menyebutkan salah satunya adalah: memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan

memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

ANALISA KASUS

Di tegaskan lagi oleh Pasal 8 UUPK melarang pelaku usaha untuk memperdagangkan barang/jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut merupakan bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan kewajibannya, pelaku usaha dapat dipidana berdasarkan Pasal 62 UUPK, yang berbunyi:“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah)”.Terkait dengan perlindungan konsumen, Pasal 49 ayat (1) PP PSTE menegaskan bahwa Pelaku Usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik wajib menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Pada ayat berikutnya lebih ditegaskan lagi bahwa Pelaku Usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran kontrak atau iklan.

ANALISA KASUS

Pasal 49 ayat (3) PP PSTE mengatur tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, yakni Pelaku Usaha wajib memberikan batas waktu kepada konsumen untuk mengembalikan barang yang dikirim apabila tidak sesuai dengan perjanjian atau terdapat cacat tersembunyi.Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu atau melakukan tipu muslihat dalam jual beli online tersebut, maka pelaku usaha dapat juga dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) tentang penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tentang menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.Perbuatan sebagaimana dijelaskan di dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar (Pasal 45 ayat [2] UU ITE).

ANALISA KASUS

Sesi pertanyaan dengan satu pertanyaan dari setiap kelompok. Diharapkan pertanyaan yang menggali isi dari kajian ini