System Control Dalam Manajemen Gudang

26
SYSTEM CONTROL DALAM MANAJEMEN GUDANG Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Gudang pada semester tujuh tentang system control dalam manajemen gudang Disusun oleh kelompok 4: Amiril Bhasir Bilhaqq (1142620073) Mochammad Sulton (1142620073) Sonia Ghina Izzati (1142620032) Yoga Mardhatama (1142620073) Kelas 4B – D4 Program Studi Manajemen Pemasaran

Transcript of System Control Dalam Manajemen Gudang

SYSTEM CONTROLDALAM MANAJEMEN GUDANG

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ManajemenGudang pada semester tujuh tentang system control dalam

manajemen gudang

Disusun oleh kelompok 4:Amiril Bhasir Bilhaqq (1142620073)

Mochammad Sulton (1142620073)Sonia Ghina Izzati (1142620032)Yoga Mardhatama (1142620073)

Kelas 4B – D4Program Studi Manajemen Pemasaran

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGAPOLITEKNIK NEGERI MALANG

2014KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada

Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-

Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah

e-marketing yang mengerucut pada pokok pembahasan

Afiliasi Pemasaran

Laporan / makalah ini dibuat sebagai tugas

matakuliah e-marketing pada semester VII, Jurusan

Administrasi Niaga, Program Studi Manajemen Pemasaran

yang merupakan hasil dari rangkuman beberapa sumber

internet.

Diharapkan laporan ini dapat memberikan

informasi kepada mahasiswa Manajemen Pemasaran pada

khususnya dan Masyarakat luas pada umumnya.

Menyadari bahwa laporan / makalah ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran

dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,

disampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan dari awal sampai akhir.

Semoga Tuhan senantiasa menuntun segala usaha kita.

Amin.

Malang, 15

Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................iiDAFTAR ISI .........................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................11.1 Latar Belakang .................................11.2 Rumusan Masaah .................................21.3 Tujuan dan Manfaat .............................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................32.1 Pengertian Afiliasi Pemasaran...................32.2 Cara Kerja AFILIASI Pemasaran...................32.3 Proses Pengawasan ..............................7

BAB III STUDI KASUS .................................10

BAB IV PENUTUP ......................................134.1 Kesimpulan ......................................134.2 Saran ...........................................13

DAFTAR PUSTAKA ......................................15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa

masing-masing fungsi manajemen berhubungan erat satu

dengan yang lainnya, dan fungsi yang paling utama

adalah perencanaan,kemudian pengorganisasian,

pergerakan dan terakhir adalah pengawasan.

Pengawasan berkaitan erat dengan fungsi perencanaan,

boleh dikatakan kedua fungsi ini saling mengisi

karena:

1. Fungsi pengawasan harus terlebih dahulu

direncanakan sedangkan pengawasan hanya dapat

dilakukan jika ada perencanaan.

2. Pelaksanaan suatu rencana akan baik jika

pengawasan dilaksanakan dengan baik pula.

3. Tercapai tidaknya suatu rencana akan dapat

diketahui setelah pengawasan atau pengukuran

dilakukan

Dengan pengawasan, diharapkan juga agar

pelaksanaan rencana memanfaatkan semua unsur

manajemen secara efektif (berhasil guna) dan efisien

(berdaya guna). Efektifitas adalah pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Sedangkan efisien adalah

perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan

output (hasil), antara keuntungan dengan biaya

(antara hasil pelaksanaan dengan sumber-sumber yang

dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal

yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.

Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah

diselesaikan dengan apa yang harus diselesaikan.

Manajemen pergudangan memiliki arti luas dan

lebih dari sekedar tempat penyimpanan saja. Gudang

sendiri tidak menambah nilai barang secara langsung,

tidak ada perubahan citarasa, bentuk, kemasan, dan

lain sebagainya. Intinya tidak ada kegiatan proses

operasi pada barang, yang ada adalah aktifitas

penyimpanan barang serta perpindahan barang.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Jelaskan system control dalam manajemen

pergudangan!

1.2.2 Untuk mengetahui kegiatan pengelolaan

pergudangan

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengelolaan dan pengawasan

yang dilakukan di divisi / fungsi pergudangan

1.3.2 Manfaat

a. Mendapat pengetahuan mengenai bagaimana sistem

pengawasan yang dilakukan saat mengelola gudang

b. Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab

mahasiswa dalam melaksanakan tugas

BAB II

TINJAUAN PUSTKA

2.1 Pengertian Sistem dan Gudang

Pengertian sistem sendiri adalah serangkaian

kumpulan interaksi dari sub sistem yang ada dalam

sebuah manajemen. Sedangkan pengertian Gudang adalah

tempat penyimpanan barang dagangan sementara. Secara

ringkas sistem manajemen gudang merupakan sebuah

prosedur / cara pengelolaan dari aktifitas yang

saling berkaitan dalam operasional perusahaan untuk

penyimpanan barang sementara. Aktifitas penyimpanan

barang di gudang dimulai dari menerima barang dari

pemasok, handling barang, pengeluaran barang ke

tujuan, serta pencatatan stock barang yang up to date.

Beberapa aktifitas di dalam gudang dapat

dijelaskan secara sederhana:

a.Administrasi, merupakan proses pencatatan

penerimaan dan pengeluaran barang secara

akuntansi, pengendalian dokumen, authorisasi,

sampai dengan pelaporan stock barang.

b.Penerimaan barang, prosuder tata cara bagaimana

barang masuk kedalam gudang karena adanya proses

pembelian barang dagangan.

c.Penyimpanan barang, merupakan sistem pengelolaan

dan pengendalian agar barang bisa terus dalam

kondisi baik. Pengaturan dan sistem penyimpanan

mulai dari barang masuk hingga keluar memastikan

tetap dalam kondisi baik dan aman.

d.Pengeluaran barang, meliputi sistem tata cara

pengiriman dan prosedur keluarnya stock barang

dari gudang karena adanya penjualan, dalam hal ini

juga termasuk prosedur pengepakan barang yang

dikirim.

Seorang kepala bagian khususnya kepala gudang

diharuskan menguasai SOP pengendalian pada

bagiannya, pengendalian yang harus dilakukan umumnya

:

a.Pengendalian Operasional, mengenai sop barang

masuk, barang keluar, penyimpanan, dan pelaporan

ketersediaan stock dan pengadaan yang dibutuhkan.

b.Pengendalian Biaya, mengendalikan biaya-biaya yang

muncul dari aktivitas pergudangan serta menekan

kemungkinan kerugian yang timbul akibat aktivitas

operasional dan kerusakan barang dagangan.

c.Pengendalian Personalia, tentu saja dalam skala

besar ini sangat penting karena pengelolaan

terhadap SDM yang berkerja di lokasi penyimpanan

atau gudang.

Memang pada dasarnya aktivitas operasional

digudang itu sendiri nampak sangat monoton dan tidak

dinamis, namun pentingnya managemen gudang membuat

setiap perusahaan yang mengharuskan adanya stock

barang wajib mengelola operasional ini secara baik

dan tepat. Kesalahan dalam pengelolaan dan

pengendalian bisa berakibat fatal dan menjadi

kerugian yang sebenarnya tidak perlu terjadi,

khususnya pada stock barang dagangan yang memiliki

masa kadaluarsa yang singkat, atau rentan pada

kondisi cuaca dan ruangan penyimpanan.

2.2 Production Planning and Inventory Control (PPIC)

Dalam dunia industri pasti mengenal pergudangan

atau penyimpann bahan baku sebelum diproses. Barang

yang disimpan di gudang ini  gampangannya digunakan

sebagi jaga-jaga apabila permintaan tiba-tiba naik.

Perusahaan tidak bisa serta merta menyimpan bahan

baku dalam jumlah yang sangat besar di dalam gudang.

Selain diperlukan modal yang cukup besar, gudang

yang dimiliki suatu industri belum tentu cukup untuk

menyimpan bahan baku. Pihak supplier juga belum

tentu dapat memenuhi semua permintaan dalam jumlah

besar secara tiba-tiba.

Untuk itu, sebuah perusahan memerlukan divisi

Production Planning Inventory Control (PPIC) yang bertugas

untuk mengontrol pergudangan dan perencana produksi

dalam rangka memenuhi permintan. Salah satu manfaat

dengan adanya PPIC ini adalah dapat meminimalisir

jumlah modal yang dialokasikan karena bahan baku

yang dialokasikan sesuai dengan bahan baku yang

dibutuhkan. Untuk tugas PPIC lainnya akan saya bahas

pada postingan saya yang lain.

a.Pengertian PPIC

Merupakan suatu departement dalam suatu organisasi

perusahaan yang berfungsi merencanakan dan

mengendalikan rangkaian proses produksi

agar  berjalan sesuai dengan rencana yang sudah

ditetapkan serta mengendalikan jumlah inventory

agar sesuai dengan kebutuhan yang ada. PPIC

merupakan bagian dari organisasi perusahaan yang

menjembatani 2 department yaitu: marketing &

produksi. PPIC menerjemahkan kebutuhan marketing

kedalam bentuk rencana produksi & ketersediaan

bahan baku yang akan dijalankan agar order yang

diterima marketing bisa dikirim tepat waktu dan

tepat quantity. Hal ini berbeda dengan PPC (Production

Planning and Control) dimana PPC hanya berfungsi

merencanakan dan mengendalikan rangkaian produksi

agar  berjalan sesuai dengan rencana yang sudah

ditetapkan tanpa harus mengendalikan inventory

perusahaan. Inventory (persediaan) memiliki arti

yang sangat penting bagi operasi suatu perusahaan

untuk memenuhi kebutuhan produksi dan memastikan

order yang diterima marketing bisa selesai tepat

waktu. Alasan inventory perlu dikendalikan yaitu:

a. Antisipasi adanya unsur ketidakpastian

permintaan (order dari marketing).

b. Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari

supplier.

c. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu

(lead time) barang yang kita pesan.

Untuk mengendalikan inventory itulah mengapa

di PPIC ada bagian yang namanya MRP (Material

Requirement Planning) agar ketersediaan bisa benar-

benar seimbang dan tidak berlebihan, karena

inventory pada dasarnya adalah biaya. Inventory

yang berlebihan tentu akan membebani cash flow

perusahaan.

b.Tugas - tugas PPIC

1) Menerima order dari Marketing dan membuat

rencana produksi sesuai order yang diterima.

2) Memenuhi permintaan sample dari Marketing dan

memantau proses pembuatan sample sampai

terkirim ke pelanggan.

3) Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan

forecast dari marketing dengan memperhatikan

kondisi stock dengan menghitung kebutuhan

material produksi menurut standard stock yang

ideal.

4) Memonitor semua inventory baik untuk proses

produksi, stock yang ada di gudang maupun yang

akan didatangkan sehingga proses produksi  dan

penerimaan order bisa berjalan lancar dan

seimbang.

5) Menyusun jadwal proses produksi pada waktu,

routing & quantity yang tepat sehingga barang

bisa dikirim tepat waktu dan sesuai dengan

permintaan pelanggan.

6) Menjaga keseimbangan lini kerja di produksi

agar tidak ada mesin yang overload sementara

mesin lain tunggu order.

7) Menginformasikan ke bagian marketing jika ada

masalah di proses produksi yang menyebabkan

delay delivery.

8) Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang

terkait sehinggga diperoleh informasi akurat

dan up to date.

c.Syarat agar kinerja PPIC berjalan optimal

1) Ada rencana penjualan yang jelas dari

marketing.

2) Ada keseimbangan jenis order sesuai dengan mesin

yang dimiliki perusahaan.

3) Ada standard kapasitas produksi tiap-tiap

mesin.

4) Ada pengaturan delivery time yang merata dari

marketing sesuai kapasitas produksi yang

dimiliki perusahaan.

5) Ada pedoman waktu kedatangan (time arrival) untuk

pengadaan bahan/material, baik lokal maupun

impor.

6) Ada batasan minimum dan maksimum stock

7) Ada koordinasi dan komunikasi yang baik dengan

bagian terkait yaitu marketing,  produksi,

purchasing, logistic ware house, quality control dan F&A

(Finance & Accounting).

2.3 Proses Pengawasan (Controlling Process)

Tahap 1: Penetapan Standar

Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan

standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai

suatu alasan engukuran yang dapat digunakan sebagai

“Patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan,

sasaran, quota, dan target pelaksanaan dapat

digunakan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih

khusus antara lain target penjualan, anggaran,

bagian pasar, margin keuntungan, keselamatan kerja

dan sasaran produksi.

Tiga bentuk standar yang umum adalah :

1. Standar-standar fisik, mungkin meliputi kuantitas

barang atau jasa, jumlah langganan, ataukualitas

produk.

2. Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam

rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya

penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan dan

sejenisnya.

3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan

produksi atau batas waktu pekerjaan yang harus

diselesaikan.

Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan

dalam bentuk-bentuk hasil yang dapat dihitung. Ini

memungkinkan manager untuk mengkomunikasikan

pelaksanaan kerja yang diharapkan kepada para

bawahan secara lebih jelas dan tahapan-tahapan lain

dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan

lebih efektif. Standar harus ditetapkan secara

akurat dan diterima mereka yang bersangkutan.

Standar-standar yang tidak dapat dihitung juga

memainkan peranan penting dalam proses pengawasan.

Walaupun pengawasan dengan standar kwalitatif lebih

sulit dicapai, tetapi hal ini tetap penting untuk

mencoba mengawasinya. Misal, standar kesehatan

personalia, promosi karyawan yang terbaik, sikap

kerja sama, berpakaian yang pantas dalam bekerja,

dan sebagianya.

Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak

disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan

kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam

pengawasan adalah : menentukan pengukuran

pelaksanaan kegiatan secara tepat misalnya berapa

kali pelaksanaan seharusnya diukur – setiap jam,

harian, mingguan, bulanan. Dalam bentuk apa

pengukuran akan dilakukan – laporan tertulis,

inspeksi visual melalui telepon, siapa yang akan

terlibat – manager, staff departemen. Pengukuran ini

sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta

dapat diterangkan kepada para karyawan.

Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Seteleh frekuensi pengukuran dan sistem

monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan

dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Ada

berbagai cara untuk melaksanakan pengukuran yaitu:

1. Pengamatan (observasi)

2. Laporan-laporan baik lisan dan tertulis

3. Metoda-metoda otomatis

4. Inspeksi, pengujian (test) atau dengan

pengambilan sample.

Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa

intern (internal Auditor) sebagai pelaksana

pengukuran.

Tahap 4 : Perbandingan Pelaksanaan dengan Standar

dan Analisa Penyimpangan

Tahap kritis dari proses pengawasan adalah

perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan

yang direncanakan atau standar yang telah

ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah

dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada

saat menginterprestasikan adanya penyimpangan

(deviasi).

Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk

menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai, dan

apabila penyebab-penyebab penyimpangan-penyimpangan

diketahui, maka harus diambil tindakan perbaikan.

Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila

Diperlukan

Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan

koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan

koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar

mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau

keduanya dilakukan bersamaan. Ada beberapa tindakan

koreksi :

1. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu

tinggi atau rendah).

2. Mengubah pengukuran pelaksanaan atau infeksi

terlalu sering frekwensinya atau kurang atau

bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.

3. Mengubah cara dalam menganalisa dan

menginterprestasikan penyimpangan-penyimpangan.

BAB III

STUDI KASUS

3.1 Analisis Sistem Pengendalian Internal Perputaran

Persediaan Barang yang Belaku Pada Departemen Gudang

Hotel Horison Bandung

Dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal

perputaran persediaan barang Departemen Gudang pada

Hotel Horison Bandung sudah sesuai dengan standar

mutu sebuah hotel. Sistem pengendalian internal

perputaran persediaan barang yang diterapkan oleh

pihak manajemen perusahaan telah dilaksanakan secara

tepat, cermat, dan terpadu. Metode yang digunakan

dalam pencatatan perputaran persediaan barang di

gudang ini adalah metode mutasi persediaan (perpetual

inventory method) dimana setiap mutasi persediaan

dicatat dalam kartu persediaan atau bincard (kartu

gudang) untuk mencatat kuantitas persediaan barang

yang disimpan di gudang. Biasanya kartu gudang tidak

berisi data harga pokok tiap jenis barang.

Manajemen perusahaan dalam pelaksanaan sistem

pengendalian internal perputaran persediaan,

diselenggarakan dua catatan akuntansi, pada fungsi

gudang dan fungsi akuntansi. Pada Departemen Gudang,

hanya melakukan pencatatan atas jenis barang yang

diterima dari Departemen Receiving dan penggunaan

persediaan barang oleh departemen-departemen yang

membutuhkan barang tersebut. Sedangkan pada

Departemen Accounting dilakukan pencatatan atas harga

setiap jenis persediaan dan tidak mempunyai

kewenangan untuk mencatat jumlah persediaan barang

di Departemen Gudang.

Dengan demikian pelaksanaan sistem pengendalian

internal perputaran persediaan barang Departemen

Gudang yang telah ditentukan oleh pihak manajemen

tersebut dapat meminimalisasi kecurangan yang dapat

dilakukan oleh para karyawan. Tidak hanya pihak

manajemen saja yang bertanggung jawab atas setiap

harta perusahaan, akan tetapi pimpinan dan seluruh

karyawan pun ikut andil dalam terlaksananya sistem

pengendalian internal yang telah digunakan oleh

perusahaan agar sistem pengendalian internal ini

dapat berjalan secara optimal.

3.2 Analisis Terhadap Kendala dan Upaya yang Ditemui

Oleh Departemen Gudang Di Dalam Pelaksanaan Sistem

Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang

Pada Hotel Horison Bandung

Dalam sistem pengendalian internal perputaran

persediaan barang Departemen Gudang pada Hotel

Horison Bandung ini terdapat kendala yang terjadi

dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal

perputaran persediaan barang Departemen Gudang

tersebut, dimana adanya persediaan barang yang

jarang digunakan dan mengakibatkan perputaran

persediaan barang tersebut menjadi lambat (slow

moving). Misalnya, penggunaan terhadap bumbu-bumbu

masakan seperti oregano, rosemary dan basil yang hanya

digunakan pada acara-acara pernikahan yang diadakan

di Hotel Horison Bandung. Barang-barang tersebut

jarang digunakan, akan tetapi persediaan barangnya

di Departemen Gudang harus selalu tersedia, meskipun

tidak pada setiap menu di pesta pernikahan

membutuhkan bumbu-bumbu tersebut. Hal ini

mengakibatkan bumbu tersebut terus-menerus dipesan

tanpa penggunaan yang sering, sehingga tidak jarang

bumbu-bumbu tersebut kadaluarsa dan tidak dapat

digunakan lagi. Selain itu adanya departemen yang

meminta pendistribusian barang tetapi tidak disertai

dengan Store Requisition (SR) yang seharusnya

dilampirkan dalam proses permintaan barang. Hal ini

mengakibatkan adanya beberapa jenis barang yang

tidak tercatat pada bincard (kartu gudang).

Adanya permintaan pendistribusian persediaan

barang pada malam hari pun menjadi suatu kendala

dalam sistem pengendalian internal perputaran

persediaan barang Departemen Gudang pada Hotel

Horison Bandung yang seharusnya disertai Store

Requisition (SR) dan pengawasan dari security, hal ini

bertujuan agar pengambilan barang sesuai dengan yang

dibutuhkan. Akan tetapi masih banyak karyawan yang

mengambil persediaan barang tanpa didampingi oleh

security.

Kendala tersebut tidak dapat diselesaikan hanya

oleh Departemen Gudang saja, akan tetapi kerjasama

dari semua karyawanlah yang dapat memperkecil

kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian antara

kebijakan perusahaan dengan pengaplikasian kebijakan

tersebut. Hal yang dapat dijadikan landasan oleh

Hotel Horison Bandung dalam pelaksanaan sistem

pengendalian internal perputaran persediaan barang

adalah dengan melaksanakan kebijakan perusahaan

tersebut agar sistem pengendalian internal dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesalahan dalam pengelolaan dan pengendalian

bisa berakibat fatal dan menjadi kerugian yang

sebenarnya tidak perlu terjadi, khususnya pada stock

barang dagangan yang memiliki masa kadaluarsa yang

singkat, atau rentan pada kondisi cuaca dan ruangan

penyimpanan.

Untuk menghindari kerugian tersebut dibutuhkan

analisa yang mendukung sebagai berikut :

1)Pastikan mengetahui dan mengenal jenis barang

dagangan yang disimpan serta cara

memperlakukannya.

2)Terapkan sistem administrasi dan dokumentasi yang

mampu memonitor arus keluar, masuk, dan stock

barang.

3)Tetapkan cara dan prosedur penyimpanan, saat

barang harus tertahan digudang sebelum pengiriman.

4)Walaupun beroperasi dengan sistem komputer stock,

tetap terapkan sistem manual atau kartu stock.

Sehingga saat tertentu bisa membantu jika

dibutuhkan.

5)Terapkan sistem random check baik harian atau

mingguan jika stock yang disimpan dalam beberapa

jenis barang.

4.2 Saran

Jika dilihat dari fakta yang terjadi di

perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa sebenarnya

masih banyak karyawan yang tidak melaksanakan

kebijakan perusahaan dengan baik. Apabila hal ini

terjadi terus-menerus tanpa adanya tindakan yang

nyata untuk memperbaiki ketidaktaatan karyawan dalam

melaksanakan kebijakan tersebut, maka akan

mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan. Adapun

saran untuk memperbaiki keadaan di pergudangan

adalah :

A. Pemesanan secara teratur yaitu, karyawan di

Departemen Gudang mempunyai jadwal pemesanan

persediaan setiap jenis barang yang berbeda-beda,

agar pemesanan terhadap barang-barang yang sering

digunakan dapat dipesan lebih sering daripada

barang-barang yang tidak terlalu sering

digunakan. Hal ini bertujuan agar terciptanya

keteraturan dalam melakukan pemesanan barang pada

pemasok dan dapat mengurangi tingkat kadaluarsa

persediaan barang di Departemen Gudang yang tidak

sering diminta oleh departemen pengguna.

B. Tindakan pencegahan yaitu, pihak hotel melakukan

penyuluhan kembali mengenai prosedur permintaan

persediaan barang yang berlaku di perusahaan,

agar tidak ada lagi karyawan yang tidak

melaksanakan prosedur tersebut. Penyuluhan ini

juga harus berisi mengenai hal-hal negatif yang

dapat timbul bagi kelangsungan perusahaan apabila

karyawan melanggarnya. Hal ini bertujuan untuk

membangun kesadaran karyawan dalam melakukan

prosedur yang berlaku.

C. Tindakan pemberian sanksi yaitu, upaya terakhir

yang dapat ditempuh oleh pihak hotel apabila

ternyata di masa yang akan datang masih ada

kaaryawan yang tidak menaati prosedur yang ada.

Sanksi dpat diberikan berupa teguran lisan dan

apbila hal tersebut masih belum efektif, maka

manajemen hotel dapat mengambil tindakan yang

lebih tegas seperti pemberian skorsing. Hal ini

bertujuan agar memberikan efek jera pada karyawan

yang masih belum taat.

DAFTAR PUSTAKA

http://breakscoffee.blogspot.com/2012/09/tips-

mengelola-sock-barang-dan.html

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan. Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada.

Ernawan, Erni. Business Ethics, Alfabeta Bandung, 2011,

Bandung