System Control Dalam Manajemen Gudang
Transcript of System Control Dalam Manajemen Gudang
SYSTEM CONTROLDALAM MANAJEMEN GUDANG
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ManajemenGudang pada semester tujuh tentang system control dalam
manajemen gudang
Disusun oleh kelompok 4:Amiril Bhasir Bilhaqq (1142620073)
Mochammad Sulton (1142620073)Sonia Ghina Izzati (1142620032)Yoga Mardhatama (1142620073)
Kelas 4B – D4Program Studi Manajemen Pemasaran
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGAPOLITEKNIK NEGERI MALANG
2014KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada
Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah
e-marketing yang mengerucut pada pokok pembahasan
Afiliasi Pemasaran
Laporan / makalah ini dibuat sebagai tugas
matakuliah e-marketing pada semester VII, Jurusan
Administrasi Niaga, Program Studi Manajemen Pemasaran
yang merupakan hasil dari rangkuman beberapa sumber
internet.
Diharapkan laporan ini dapat memberikan
informasi kepada mahasiswa Manajemen Pemasaran pada
khususnya dan Masyarakat luas pada umumnya.
Menyadari bahwa laporan / makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
disampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan senantiasa menuntun segala usaha kita.
Amin.
Malang, 15
Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................iiDAFTAR ISI .........................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................11.1 Latar Belakang .................................11.2 Rumusan Masaah .................................21.3 Tujuan dan Manfaat .............................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................32.1 Pengertian Afiliasi Pemasaran...................32.2 Cara Kerja AFILIASI Pemasaran...................32.3 Proses Pengawasan ..............................7
BAB III STUDI KASUS .................................10
BAB IV PENUTUP ......................................134.1 Kesimpulan ......................................134.2 Saran ...........................................13
DAFTAR PUSTAKA ......................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa
masing-masing fungsi manajemen berhubungan erat satu
dengan yang lainnya, dan fungsi yang paling utama
adalah perencanaan,kemudian pengorganisasian,
pergerakan dan terakhir adalah pengawasan.
Pengawasan berkaitan erat dengan fungsi perencanaan,
boleh dikatakan kedua fungsi ini saling mengisi
karena:
1. Fungsi pengawasan harus terlebih dahulu
direncanakan sedangkan pengawasan hanya dapat
dilakukan jika ada perencanaan.
2. Pelaksanaan suatu rencana akan baik jika
pengawasan dilaksanakan dengan baik pula.
3. Tercapai tidaknya suatu rencana akan dapat
diketahui setelah pengawasan atau pengukuran
dilakukan
Dengan pengawasan, diharapkan juga agar
pelaksanaan rencana memanfaatkan semua unsur
manajemen secara efektif (berhasil guna) dan efisien
(berdaya guna). Efektifitas adalah pengukuran dalam
arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Sedangkan efisien adalah
perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan
output (hasil), antara keuntungan dengan biaya
(antara hasil pelaksanaan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal
yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.
Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah
diselesaikan dengan apa yang harus diselesaikan.
Manajemen pergudangan memiliki arti luas dan
lebih dari sekedar tempat penyimpanan saja. Gudang
sendiri tidak menambah nilai barang secara langsung,
tidak ada perubahan citarasa, bentuk, kemasan, dan
lain sebagainya. Intinya tidak ada kegiatan proses
operasi pada barang, yang ada adalah aktifitas
penyimpanan barang serta perpindahan barang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Jelaskan system control dalam manajemen
pergudangan!
1.2.2 Untuk mengetahui kegiatan pengelolaan
pergudangan
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengelolaan dan pengawasan
yang dilakukan di divisi / fungsi pergudangan
1.3.2 Manfaat
a. Mendapat pengetahuan mengenai bagaimana sistem
pengawasan yang dilakukan saat mengelola gudang
b. Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab
mahasiswa dalam melaksanakan tugas
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
2.1 Pengertian Sistem dan Gudang
Pengertian sistem sendiri adalah serangkaian
kumpulan interaksi dari sub sistem yang ada dalam
sebuah manajemen. Sedangkan pengertian Gudang adalah
tempat penyimpanan barang dagangan sementara. Secara
ringkas sistem manajemen gudang merupakan sebuah
prosedur / cara pengelolaan dari aktifitas yang
saling berkaitan dalam operasional perusahaan untuk
penyimpanan barang sementara. Aktifitas penyimpanan
barang di gudang dimulai dari menerima barang dari
pemasok, handling barang, pengeluaran barang ke
tujuan, serta pencatatan stock barang yang up to date.
Beberapa aktifitas di dalam gudang dapat
dijelaskan secara sederhana:
a.Administrasi, merupakan proses pencatatan
penerimaan dan pengeluaran barang secara
akuntansi, pengendalian dokumen, authorisasi,
sampai dengan pelaporan stock barang.
b.Penerimaan barang, prosuder tata cara bagaimana
barang masuk kedalam gudang karena adanya proses
pembelian barang dagangan.
c.Penyimpanan barang, merupakan sistem pengelolaan
dan pengendalian agar barang bisa terus dalam
kondisi baik. Pengaturan dan sistem penyimpanan
mulai dari barang masuk hingga keluar memastikan
tetap dalam kondisi baik dan aman.
d.Pengeluaran barang, meliputi sistem tata cara
pengiriman dan prosedur keluarnya stock barang
dari gudang karena adanya penjualan, dalam hal ini
juga termasuk prosedur pengepakan barang yang
dikirim.
Seorang kepala bagian khususnya kepala gudang
diharuskan menguasai SOP pengendalian pada
bagiannya, pengendalian yang harus dilakukan umumnya
:
a.Pengendalian Operasional, mengenai sop barang
masuk, barang keluar, penyimpanan, dan pelaporan
ketersediaan stock dan pengadaan yang dibutuhkan.
b.Pengendalian Biaya, mengendalikan biaya-biaya yang
muncul dari aktivitas pergudangan serta menekan
kemungkinan kerugian yang timbul akibat aktivitas
operasional dan kerusakan barang dagangan.
c.Pengendalian Personalia, tentu saja dalam skala
besar ini sangat penting karena pengelolaan
terhadap SDM yang berkerja di lokasi penyimpanan
atau gudang.
Memang pada dasarnya aktivitas operasional
digudang itu sendiri nampak sangat monoton dan tidak
dinamis, namun pentingnya managemen gudang membuat
setiap perusahaan yang mengharuskan adanya stock
barang wajib mengelola operasional ini secara baik
dan tepat. Kesalahan dalam pengelolaan dan
pengendalian bisa berakibat fatal dan menjadi
kerugian yang sebenarnya tidak perlu terjadi,
khususnya pada stock barang dagangan yang memiliki
masa kadaluarsa yang singkat, atau rentan pada
kondisi cuaca dan ruangan penyimpanan.
2.2 Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Dalam dunia industri pasti mengenal pergudangan
atau penyimpann bahan baku sebelum diproses. Barang
yang disimpan di gudang ini gampangannya digunakan
sebagi jaga-jaga apabila permintaan tiba-tiba naik.
Perusahaan tidak bisa serta merta menyimpan bahan
baku dalam jumlah yang sangat besar di dalam gudang.
Selain diperlukan modal yang cukup besar, gudang
yang dimiliki suatu industri belum tentu cukup untuk
menyimpan bahan baku. Pihak supplier juga belum
tentu dapat memenuhi semua permintaan dalam jumlah
besar secara tiba-tiba.
Untuk itu, sebuah perusahan memerlukan divisi
Production Planning Inventory Control (PPIC) yang bertugas
untuk mengontrol pergudangan dan perencana produksi
dalam rangka memenuhi permintan. Salah satu manfaat
dengan adanya PPIC ini adalah dapat meminimalisir
jumlah modal yang dialokasikan karena bahan baku
yang dialokasikan sesuai dengan bahan baku yang
dibutuhkan. Untuk tugas PPIC lainnya akan saya bahas
pada postingan saya yang lain.
a.Pengertian PPIC
Merupakan suatu departement dalam suatu organisasi
perusahaan yang berfungsi merencanakan dan
mengendalikan rangkaian proses produksi
agar berjalan sesuai dengan rencana yang sudah
ditetapkan serta mengendalikan jumlah inventory
agar sesuai dengan kebutuhan yang ada. PPIC
merupakan bagian dari organisasi perusahaan yang
menjembatani 2 department yaitu: marketing &
produksi. PPIC menerjemahkan kebutuhan marketing
kedalam bentuk rencana produksi & ketersediaan
bahan baku yang akan dijalankan agar order yang
diterima marketing bisa dikirim tepat waktu dan
tepat quantity. Hal ini berbeda dengan PPC (Production
Planning and Control) dimana PPC hanya berfungsi
merencanakan dan mengendalikan rangkaian produksi
agar berjalan sesuai dengan rencana yang sudah
ditetapkan tanpa harus mengendalikan inventory
perusahaan. Inventory (persediaan) memiliki arti
yang sangat penting bagi operasi suatu perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan produksi dan memastikan
order yang diterima marketing bisa selesai tepat
waktu. Alasan inventory perlu dikendalikan yaitu:
a. Antisipasi adanya unsur ketidakpastian
permintaan (order dari marketing).
b. Adanya unsur ketidakpastian pasokan dari
supplier.
c. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu
(lead time) barang yang kita pesan.
Untuk mengendalikan inventory itulah mengapa
di PPIC ada bagian yang namanya MRP (Material
Requirement Planning) agar ketersediaan bisa benar-
benar seimbang dan tidak berlebihan, karena
inventory pada dasarnya adalah biaya. Inventory
yang berlebihan tentu akan membebani cash flow
perusahaan.
b.Tugas - tugas PPIC
1) Menerima order dari Marketing dan membuat
rencana produksi sesuai order yang diterima.
2) Memenuhi permintaan sample dari Marketing dan
memantau proses pembuatan sample sampai
terkirim ke pelanggan.
3) Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan
forecast dari marketing dengan memperhatikan
kondisi stock dengan menghitung kebutuhan
material produksi menurut standard stock yang
ideal.
4) Memonitor semua inventory baik untuk proses
produksi, stock yang ada di gudang maupun yang
akan didatangkan sehingga proses produksi dan
penerimaan order bisa berjalan lancar dan
seimbang.
5) Menyusun jadwal proses produksi pada waktu,
routing & quantity yang tepat sehingga barang
bisa dikirim tepat waktu dan sesuai dengan
permintaan pelanggan.
6) Menjaga keseimbangan lini kerja di produksi
agar tidak ada mesin yang overload sementara
mesin lain tunggu order.
7) Menginformasikan ke bagian marketing jika ada
masalah di proses produksi yang menyebabkan
delay delivery.
8) Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang
terkait sehinggga diperoleh informasi akurat
dan up to date.
c.Syarat agar kinerja PPIC berjalan optimal
1) Ada rencana penjualan yang jelas dari
marketing.
2) Ada keseimbangan jenis order sesuai dengan mesin
yang dimiliki perusahaan.
3) Ada standard kapasitas produksi tiap-tiap
mesin.
4) Ada pengaturan delivery time yang merata dari
marketing sesuai kapasitas produksi yang
dimiliki perusahaan.
5) Ada pedoman waktu kedatangan (time arrival) untuk
pengadaan bahan/material, baik lokal maupun
impor.
6) Ada batasan minimum dan maksimum stock
7) Ada koordinasi dan komunikasi yang baik dengan
bagian terkait yaitu marketing, produksi,
purchasing, logistic ware house, quality control dan F&A
(Finance & Accounting).
2.3 Proses Pengawasan (Controlling Process)
Tahap 1: Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan
standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai
suatu alasan engukuran yang dapat digunakan sebagai
“Patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan,
sasaran, quota, dan target pelaksanaan dapat
digunakan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih
khusus antara lain target penjualan, anggaran,
bagian pasar, margin keuntungan, keselamatan kerja
dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum adalah :
1. Standar-standar fisik, mungkin meliputi kuantitas
barang atau jasa, jumlah langganan, ataukualitas
produk.
2. Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam
rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya
penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan dan
sejenisnya.
3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan
produksi atau batas waktu pekerjaan yang harus
diselesaikan.
Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan
dalam bentuk-bentuk hasil yang dapat dihitung. Ini
memungkinkan manager untuk mengkomunikasikan
pelaksanaan kerja yang diharapkan kepada para
bawahan secara lebih jelas dan tahapan-tahapan lain
dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan
lebih efektif. Standar harus ditetapkan secara
akurat dan diterima mereka yang bersangkutan.
Standar-standar yang tidak dapat dihitung juga
memainkan peranan penting dalam proses pengawasan.
Walaupun pengawasan dengan standar kwalitatif lebih
sulit dicapai, tetapi hal ini tetap penting untuk
mencoba mengawasinya. Misal, standar kesehatan
personalia, promosi karyawan yang terbaik, sikap
kerja sama, berpakaian yang pantas dalam bekerja,
dan sebagianya.
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak
disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan
kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengawasan adalah : menentukan pengukuran
pelaksanaan kegiatan secara tepat misalnya berapa
kali pelaksanaan seharusnya diukur – setiap jam,
harian, mingguan, bulanan. Dalam bentuk apa
pengukuran akan dilakukan – laporan tertulis,
inspeksi visual melalui telepon, siapa yang akan
terlibat – manager, staff departemen. Pengukuran ini
sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta
dapat diterangkan kepada para karyawan.
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Seteleh frekuensi pengukuran dan sistem
monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan
dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Ada
berbagai cara untuk melaksanakan pengukuran yaitu:
1. Pengamatan (observasi)
2. Laporan-laporan baik lisan dan tertulis
3. Metoda-metoda otomatis
4. Inspeksi, pengujian (test) atau dengan
pengambilan sample.
Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa
intern (internal Auditor) sebagai pelaksana
pengukuran.
Tahap 4 : Perbandingan Pelaksanaan dengan Standar
dan Analisa Penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah
perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan
yang direncanakan atau standar yang telah
ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah
dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada
saat menginterprestasikan adanya penyimpangan
(deviasi).
Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk
menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai, dan
apabila penyebab-penyebab penyimpangan-penyimpangan
diketahui, maka harus diambil tindakan perbaikan.
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila
Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan
koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan
koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau
keduanya dilakukan bersamaan. Ada beberapa tindakan
koreksi :
1. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu
tinggi atau rendah).
2. Mengubah pengukuran pelaksanaan atau infeksi
terlalu sering frekwensinya atau kurang atau
bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.
3. Mengubah cara dalam menganalisa dan
menginterprestasikan penyimpangan-penyimpangan.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Analisis Sistem Pengendalian Internal Perputaran
Persediaan Barang yang Belaku Pada Departemen Gudang
Hotel Horison Bandung
Dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal
perputaran persediaan barang Departemen Gudang pada
Hotel Horison Bandung sudah sesuai dengan standar
mutu sebuah hotel. Sistem pengendalian internal
perputaran persediaan barang yang diterapkan oleh
pihak manajemen perusahaan telah dilaksanakan secara
tepat, cermat, dan terpadu. Metode yang digunakan
dalam pencatatan perputaran persediaan barang di
gudang ini adalah metode mutasi persediaan (perpetual
inventory method) dimana setiap mutasi persediaan
dicatat dalam kartu persediaan atau bincard (kartu
gudang) untuk mencatat kuantitas persediaan barang
yang disimpan di gudang. Biasanya kartu gudang tidak
berisi data harga pokok tiap jenis barang.
Manajemen perusahaan dalam pelaksanaan sistem
pengendalian internal perputaran persediaan,
diselenggarakan dua catatan akuntansi, pada fungsi
gudang dan fungsi akuntansi. Pada Departemen Gudang,
hanya melakukan pencatatan atas jenis barang yang
diterima dari Departemen Receiving dan penggunaan
persediaan barang oleh departemen-departemen yang
membutuhkan barang tersebut. Sedangkan pada
Departemen Accounting dilakukan pencatatan atas harga
setiap jenis persediaan dan tidak mempunyai
kewenangan untuk mencatat jumlah persediaan barang
di Departemen Gudang.
Dengan demikian pelaksanaan sistem pengendalian
internal perputaran persediaan barang Departemen
Gudang yang telah ditentukan oleh pihak manajemen
tersebut dapat meminimalisasi kecurangan yang dapat
dilakukan oleh para karyawan. Tidak hanya pihak
manajemen saja yang bertanggung jawab atas setiap
harta perusahaan, akan tetapi pimpinan dan seluruh
karyawan pun ikut andil dalam terlaksananya sistem
pengendalian internal yang telah digunakan oleh
perusahaan agar sistem pengendalian internal ini
dapat berjalan secara optimal.
3.2 Analisis Terhadap Kendala dan Upaya yang Ditemui
Oleh Departemen Gudang Di Dalam Pelaksanaan Sistem
Pengendalian Internal Perputaran Persediaan Barang
Pada Hotel Horison Bandung
Dalam sistem pengendalian internal perputaran
persediaan barang Departemen Gudang pada Hotel
Horison Bandung ini terdapat kendala yang terjadi
dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal
perputaran persediaan barang Departemen Gudang
tersebut, dimana adanya persediaan barang yang
jarang digunakan dan mengakibatkan perputaran
persediaan barang tersebut menjadi lambat (slow
moving). Misalnya, penggunaan terhadap bumbu-bumbu
masakan seperti oregano, rosemary dan basil yang hanya
digunakan pada acara-acara pernikahan yang diadakan
di Hotel Horison Bandung. Barang-barang tersebut
jarang digunakan, akan tetapi persediaan barangnya
di Departemen Gudang harus selalu tersedia, meskipun
tidak pada setiap menu di pesta pernikahan
membutuhkan bumbu-bumbu tersebut. Hal ini
mengakibatkan bumbu tersebut terus-menerus dipesan
tanpa penggunaan yang sering, sehingga tidak jarang
bumbu-bumbu tersebut kadaluarsa dan tidak dapat
digunakan lagi. Selain itu adanya departemen yang
meminta pendistribusian barang tetapi tidak disertai
dengan Store Requisition (SR) yang seharusnya
dilampirkan dalam proses permintaan barang. Hal ini
mengakibatkan adanya beberapa jenis barang yang
tidak tercatat pada bincard (kartu gudang).
Adanya permintaan pendistribusian persediaan
barang pada malam hari pun menjadi suatu kendala
dalam sistem pengendalian internal perputaran
persediaan barang Departemen Gudang pada Hotel
Horison Bandung yang seharusnya disertai Store
Requisition (SR) dan pengawasan dari security, hal ini
bertujuan agar pengambilan barang sesuai dengan yang
dibutuhkan. Akan tetapi masih banyak karyawan yang
mengambil persediaan barang tanpa didampingi oleh
security.
Kendala tersebut tidak dapat diselesaikan hanya
oleh Departemen Gudang saja, akan tetapi kerjasama
dari semua karyawanlah yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian antara
kebijakan perusahaan dengan pengaplikasian kebijakan
tersebut. Hal yang dapat dijadikan landasan oleh
Hotel Horison Bandung dalam pelaksanaan sistem
pengendalian internal perputaran persediaan barang
adalah dengan melaksanakan kebijakan perusahaan
tersebut agar sistem pengendalian internal dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.
Kesalahan dalam pengelolaan dan pengendalian
bisa berakibat fatal dan menjadi kerugian yang
sebenarnya tidak perlu terjadi, khususnya pada stock
barang dagangan yang memiliki masa kadaluarsa yang
singkat, atau rentan pada kondisi cuaca dan ruangan
penyimpanan.
Untuk menghindari kerugian tersebut dibutuhkan
analisa yang mendukung sebagai berikut :
1)Pastikan mengetahui dan mengenal jenis barang
dagangan yang disimpan serta cara
memperlakukannya.
2)Terapkan sistem administrasi dan dokumentasi yang
mampu memonitor arus keluar, masuk, dan stock
barang.
3)Tetapkan cara dan prosedur penyimpanan, saat
barang harus tertahan digudang sebelum pengiriman.
4)Walaupun beroperasi dengan sistem komputer stock,
tetap terapkan sistem manual atau kartu stock.
Sehingga saat tertentu bisa membantu jika
dibutuhkan.
5)Terapkan sistem random check baik harian atau
mingguan jika stock yang disimpan dalam beberapa
jenis barang.
4.2 Saran
Jika dilihat dari fakta yang terjadi di
perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa sebenarnya
masih banyak karyawan yang tidak melaksanakan
kebijakan perusahaan dengan baik. Apabila hal ini
terjadi terus-menerus tanpa adanya tindakan yang
nyata untuk memperbaiki ketidaktaatan karyawan dalam
melaksanakan kebijakan tersebut, maka akan
mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan. Adapun
saran untuk memperbaiki keadaan di pergudangan
adalah :
A. Pemesanan secara teratur yaitu, karyawan di
Departemen Gudang mempunyai jadwal pemesanan
persediaan setiap jenis barang yang berbeda-beda,
agar pemesanan terhadap barang-barang yang sering
digunakan dapat dipesan lebih sering daripada
barang-barang yang tidak terlalu sering
digunakan. Hal ini bertujuan agar terciptanya
keteraturan dalam melakukan pemesanan barang pada
pemasok dan dapat mengurangi tingkat kadaluarsa
persediaan barang di Departemen Gudang yang tidak
sering diminta oleh departemen pengguna.
B. Tindakan pencegahan yaitu, pihak hotel melakukan
penyuluhan kembali mengenai prosedur permintaan
persediaan barang yang berlaku di perusahaan,
agar tidak ada lagi karyawan yang tidak
melaksanakan prosedur tersebut. Penyuluhan ini
juga harus berisi mengenai hal-hal negatif yang
dapat timbul bagi kelangsungan perusahaan apabila
karyawan melanggarnya. Hal ini bertujuan untuk
membangun kesadaran karyawan dalam melakukan
prosedur yang berlaku.
C. Tindakan pemberian sanksi yaitu, upaya terakhir
yang dapat ditempuh oleh pihak hotel apabila
ternyata di masa yang akan datang masih ada
kaaryawan yang tidak menaati prosedur yang ada.
Sanksi dpat diberikan berupa teguran lisan dan
apbila hal tersebut masih belum efektif, maka
manajemen hotel dapat mengambil tindakan yang
lebih tegas seperti pemberian skorsing. Hal ini
bertujuan agar memberikan efek jera pada karyawan
yang masih belum taat.
DAFTAR PUSTAKA
http://breakscoffee.blogspot.com/2012/09/tips-
mengelola-sock-barang-dan.html