survey lalu lintas
Transcript of survey lalu lintas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) adalah
serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan
pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka
mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.
MRLL (Manajemen Rekayasa Lalu Lintas) dilaksanakan
untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan,
keselamatan, ketertiban dan kelancaran LLAJ (Lalu
Lintas Angkutan Jalan).
Sasaran – sasaran dari Manajemen Rekayasa Lalu
Lintas yaitu Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas
dengan melakukan pemisahan terhadap tipe, kecepatan dan
pemakaian jalan yang berbeda untuk meminimumkan
gangguan lalu lintas, Mengurangi tingkat kemacetan lalu
lintas dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi
volume lalu lintas pada suatu jalan, Melakukan
optimalisasi ruas jalan dengan menentukan fungsi dari
1
jalan dan kontrol terhadap aktivitas – aktivitas yang
tidak cocok dengan fungsi jalan tersebut.
Sebagai pemenuhan kebutuhan transportasi,
diperlukan adanya pelayanan jasa transportasi yang
memadai. Sehingga tujuan transportasi yang aman,
selamat, lancar, tertib serta tepat waktu dapat
tercapai. Untuk itu, kami melakukan 4 jenis survei pada
tempat yang kami tentukan, yaitu survei inventarisasi
ruas jalan dan simpang, survey klasifikasi pergerakan
membelok (CTMC), survey kecepatan kendaraan (spot
speed), survey parkir.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan survey
ini yaitu :
1. Mencari permasalahan pada ruas jalan sultan agung
kota Tegal.
2. Mengetahui manajemen rekayasa lalu lintas yang
cocok untuk ruas jalan sultan agung
3. Memberikan pertimbangan rekomendasi manajemen
rekayasa lalu lintas yang dapat diterapkan dalam
kondisi existing.
2
4. Sebagai sarana pelatihan survey Taruna - Taruni
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Tegal
1.3 Ruang Lingkup
Survey berikut dibatasi variabel dan level
sebagai berikut :
a. Ruang lingkup dari survey yang kami lakukan
meliputi ruas jalan sultan agung kota tegal.
b. Survey ini bersumber dari survey langsung ke
lapangan.
c. Survey ini hanya membahas mengenai survey
inventarisasi ruas jalan dan simpang, survey
klasifikasi pergerakan membelok (CTMC), survey
kecepatan kendaraan (spot speed), dan survey parkir
pada ruasjalan sultan agung kota Tegal.
d. Mengenai waktu pelaksanaan survey kami
mengambil waktu pada hari Selasa (6/10/2014),
Kamis (9/10/2014), dan Senin (27/11/14).
1.4 Sistematika Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang teori – teori, peraturan - peraturan
3
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
metode penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang perencanaan, pengaturan,
perekayasaan, pemberdayaan, dan pengawasan
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengertian Menejemen Rekayasa Lalu Lintas
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) adlh
serangkaian usaha dan kegiatan yg meliputi perencanaan,
pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan
fasilitas perlengkapan jalan dlm rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.
Tujuan Manajemen Lalu lintas
Meningkatkan efisiensi (pemborosan uang dan
waktu)
Meningkatkan aksesibilitas (kemudahan mencapai
suatu tempat)
Meningkatkan keselamatan lalu lintas
Memperbaiki kondisi lingkungan
& meningkatkan kualitas hidup
Penggunaan energi secara efisien dan beralih
pada energi alternatif yang dapat diperbarui
Jenis Manajemen Rekayas Lalu Lintas.
Manajemen Ruas :Teknik-teknik pemecahan
permasalahan lalu lintas dalam upaya mempertahankan
tingat pelayanan dilakukan pada ruas jalan, mencakup
antara lain :
5
1) Jalan satu arah ;
2) Lajur pasang surut (tidal flow);
3) Pengaturan pembatasan kecepatan;
4) Kanalisasi, dan
5) Pelebaran jalan
Penyusunan rencana dan program pelaksanaan
perwujudan manajemen dan rekayasa lalu lintas :
a. Penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan
pada setiap ruas jalan dan simpang;
b. Usulan pemecahan permasalahan lalu lintas yang
ditetapkan pada setiap ruas dan jalan dan
persimpangan;
c. Usulan pengaturan lalu lintas yang ditetapkan
pada setiap ruas jalan dan persimpangan;
d. Usulan pengadaan dan permasalahan serta
pemeliharaan perlengkapan jalan;
e. Usulan penyuluhan kepada masyarakat.
1.2. Pengertian Lalu Lintas
Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009
didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di
Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan
Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang,
6
dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas
pendukung. Pengertian transportasi itu sendiri adalah
Suatu usaha pemindahan atau pergerakanbarang atau orang
dari lokasi asal ke lokasi tujuan dengan memiiki nilai
tertentu.
1.3. Tingkat Pelayanan jalan
Tingkat Pelayanan adalah Ukuran kualitatif yang
digunakan MKJI (Manual Kapasitas JAlan Indonesia) dan
menerangkan kondisi operasional dalam arus lalu lintas
dan penilainnya oleh pemakai jalan. Terdapat 6 buah
tingkat pelayanan yang ditunjukan oleh tabel di bawah
ini :
7
1.4. Pengertian Pejalan Kaki
Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang
digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di
lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan, trotoar,
lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang
jalan.Untuk melindungi pejalan kaki dalam ber lalu
lintas, pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan
dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah
disediakan bagi pejalan kaki.
8
1. Perjalanan pejalan kaki dilakukan di pinggir
jalan. Permasalahan utama ialah karena adanya
konflik antara pejalan kaki dan kendaraan,
sehubungan permasalahan tersebut perlu kiranya
jangan beranggapan, bahwa para pejalan kaki itu
diperlakukan sebagai penduduk kelas dua,
dibandingkan dengan para pemilik kendaraan.
Oleh sebab itu prioritas pertama adalah melihat
apakah tersedia fasilitas untuk para pejalan
kaki yang mencukupi, kedua bahwa fasilitas
fasilitas tersebut mendapat perawatan
sewajarnya.
2. Kewajiban pejalan kaki
Berjalan pada bagian jalan yang diperuntukkan
bagi pejalan kaki, ataupada bagian jalan yang
paling kiri apabila tidak terdapat bagian
jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki;
Menggunakan bagian jalan yang paling kiri
apabila membawa kereta dorong;
Menyeberang di tempat yang telah ditentukan,
dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan
yang ditentukan, pejalan kaki dapat
menyeberang ditempat yang dipilihnya dengan
memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu
lintas.Rombongan pejalan kaki di bawah
pimpinan seseorang harus mempergunakan lajur
9
paling kiri menurut arah lalu lintas.Pejalan
kaki yang merupakan penyandang cacat tuna
netra wajib mempergunakan tanda-tanda khusus
yang mudah dikenali oleh pemakai jalan lain.
1.5. Kecepatan Rencana, VR,Km/jam
Kecepatan rencana pada suatu ruas jalan adalah
kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan
geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan
bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca
yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh
samping jalan yang tidak berarti. Untuk kondisi medan
yang sulit, suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan
syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20
km/jam.
Fungsi Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 - 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 - 60 30 – 50
Lokal 40 – 70 30 - 50 20 – 30
1.6. Manajemen Rekayasa Lalu Lintas
1. UU No. 22 Th. 2009
UU No.22 Th. 2009 psl 1 angka 29
10
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL)
adalah serangkaian usaha dan kegiatan yg
meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,
pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan dlm rangka mewujudkan,
mendukung dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu
lintas.
Manajemen Lalu Lintas adalah rangkaian
kegiatan yang dimulai dari menggunakan metoda
pengaturan lalu lintas tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu bagi kelompok atau
pihak-pihak tertentu.
UU 22/2009 pasal 93
Tujuan MRLL dilaksanakan untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin
keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran LLAJ
UU No. 22/2009 pasal 93 ayat 3
Manajemen meliputi kegiatan
perencanaan, pengaturan
perekayasaan, pemberdayaan, dan pengawasan
lalu
lintas
2. KM No.14 Th. 2006
11
Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan
penggunaan seluruh jaringan jalan, guna peningkatan
keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan
untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan
gerakan Lalu Lintas dalam rangka menjamin Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
KLASIFIKASI JALAN
Klasifikasi menurut fungsi jalan
Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-cirinya perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
Menurut PP No.43 Tahun 1993
kelas jalan tidak hanya dibagi berdasarkan pertimbangan akses, tetapi juga dimensi kendaraan dan prasarana yang akandilewati.
Selain itu juga jalan dapat dikelompokkan berdasarkan administrasi pembinaan jalan/wewenang pembinaan jalan menurut wewenangnya jalan tersebut termasuk jalan
jalan kabupaten/kodya/kota
12
yaitu jalan yang karena tingkat kepentingan nya, maka kewenangan pembinaannya berada pada pemerintah daerah tingkat II
Menurut KM 14 tahun 2006 tingkat pelayanan dijaringan jalan Arteri Sekunder dan Kolektor Sekunder
Tingkat Pelayanan Karakteristik Operasi Terkait
A
Arus bebas Kecepatan perjalanan rata-rata > 80
Km/jam V/C ratio < 0,6 Load factor pada simpang = 0
B
Arus stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d
> 40 Km/jam V/C ratio < 0,7 Load factor < 0,1
C
Arus stabilKecepatan perjalanan rata-rata turun s/d >30 Km/jamV/C ratio < 0,8Load factor < 0,3
D
Mendekati arus tidak stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d
> 25 Km/jam V/C ratio < 0,9 Load factor < 0,7
E Arus tidak stabil, terhambat, dengan
13
tundaan yang tidak dapat ditolerir Kecepatan perjalanan rata-rata sekitar
25 Km/jam Volume pada kapasitas Load factor pada simpang < 1
F
Arus tertahan, macet Kecepatan perjalanan rata-rata < 15
Km/jam V/C ratio permintaan melebihi 1 simpang jenuh
LANDASAN HUKUM
Lalu lintas dan angkutan jalan, memiliki peran yangsangat penting dan strategis, dalam menghubungkan wilayahnegara satuan RI, sehingga pembinaannya diatur olehpemerintah. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sistemtransportasi yang lancar, aman, tertib, dan teratur sertaber wawasan lingkungan.
Untuk tujuan tersebut maka pemerintah mengeluarkanperaturan-peraturan yang mengikat semua pengguna jalan sertapembuat jalan. Peraturan mengenai prasarana dan lalu lintasseperi diatur dalam bagan berikut :
14
KEMENHUB yang berkaitan denganrekayasa dan manajemen LALU LINTAS
No. 60 Tahun 1993 No. 61 Tahun 1993 No. 65 Tahun 1993 No. 4 Tahun1993 N0. 3 Tahun 1994 No.5 Tahun 1995
UU NO. 22 Tahun 2009 Tentang :
KM. NO 14 Tahun 2006
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metodologi Survei
15
PersiapanSurvei
PelaksanaanSurvei
Pengumpulan Data
MetodePengumpulan Data Survei
Data primer
LembarLampiran
HasilSurvei
Analisis Data
LaporanSurvei
3.2 Persiapan Dan Pelaksanaan Survei
Untuk melakukan survei manajemen rekayasa lalu lintas diperlukan persiapan berupa penentuan titik-titik survei dan persiapan peralatan. Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan survei ini adalah:a. Alat tulis;
b. Formulir Survei.
c. Speed Gun
d. Walking Measure
e. Counter
Survei ini dilaksanakan pada hari Senin, Kamis tanggal 6 dan 9 Oktober 2014 dan hari Kamis 27 November, yang dilaksanakan pada pukul 06.00 s.d 14.00. Pada survei ini setiap kelompok dibagi menjadi tim kecil untuk mempermudah pelaksanaan survei dan mendapatkan data yang maksimal. Data yang digunakan pada survei ini adalah data primer.
3.3 Jenis Survei yang Dilaksanakan
1. Survei Traffic Counting
2. Survei Inventarisasi ruas jalan
16
3. Survei Gerakan Membelok Terklasifikasi (CTMC)
4. Survei Kecepatan Sesaat
5. Survei Parkir
6. Survei Pejalan Kaki
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1Perencanaan
a. Identifikasi masalah lalu lintas
Transportasi adalah perpindahan orang dan atau
barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
tujuan tertentu dengan menguunakan atau tanpa
menggunakan kendaraan. Transportasi memiliki 2
(dua) faktor penting yaitu aksesbilitas dan
mobilitas. Namun, kedua faktor tersebut saling
bertentangan satu sama lain.
17
Untuk ruas jalan Sultan Agung sendiri yang
memiliki kelas jalan kolektor seharusnya memiliki
keseimbangan antara kedua faktor tersebut. Namun
pada kenyataannya, keadaan dilapangan tidak
seperti apa yang ada di teori. Kecepatan di ruas
jalan Sultan Agung termasuk rendah dan cenderung
terjadi kesemrawutan karena banyaknya akses di
ruas jalan ini.
Gambar di atas adalah salah satu contoh
aksesbilitas yang mengganggu mobilitas di ruas
jalan sultan Agung. Hal ini menunjukan bahwa
aksesbilitas dan mobilitas di ruas jalan Sultan
Agung tidak seimbang. Oleh karena itu kami mencoba
mengindetifikasi penyebab terjadinya
ketidakseimbangan antara aksesbilitas dan
mobilitas di ruas jalan ini.
18
b. Inventarisasi dan analisis situasi arus lalu
lintas.
Arus lalu lintas sangat erat kaitannya dengan
volume lalu lintas baik di ruas jalan maupun di
persimpangan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 14 Tahun 2006 tentang Manajemen
Rekayasa Lalu Lintas yang disebut volume lalu
lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu
titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu,
dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil
penumpang (smp)/jam. Sedangkan smp didapatkan dari
hasil konversi emp atau ekivalensi mobil penumpang
yang berpedoman pada manual kapasitas jalan
indonesia (MKJI).
Untuk menentukan volume lalu lintas di suatu
ruas jalan perlu mengetahui terlebih dahulu jam
sibuk (peak hour) di ruas jalan yang akan diteliti.
Jam sibuk adalah waktu dimana lalu lintas di suatu
ruas jalan mencapai volume maksimal. Jam sibuk
ditentukan melalui survei pencacahan volume lalu
lintas (traffic counting).
19
Setelah mengetahui jam sibuk di ruas jalan
tersebut maka kita dapat mengetahui volume lalu
lintas maksimal, komposisi kendaraan serta
kecepatan kendaraan pada saat jam sibuk di suatu
ruas jalan. Berikut kami sajikan hasil survei
pencacahan volume lalu lintas :
Berdasarkan diagram di atas kita dapat
mengetahui bahwa jam sibuk (peak hour) di ruas jalan
Sultan Agung yaitu pukul 07.00 - 08.00 WIB yaitu
mempunyai volume lalu lintas sebesar 1657 smp/jam.
Komposisi kendaraan pada jam sibuk di ruas
jalan ini di dominasi oleh sepeda motor yaitu
sebesar 2700
kendaraan.
Sedangkan
20
06:00-07:00
07:00-08:00
08:00-09:00
09:00-10:00
10:00-11:00
11:00-12:00
12:00-13:00
13:00-14:00
0
500
1000
1500
2000
449 566 439 430 531911 970
664862
1090685 663 596 703
419748
13111657
1124 1093 1126
16141389 1411
Ruas Jalan Sultan Agung
Arah ke Kabupaten Arah ke KotaTotal dua arah
Waktu surveyVolu
me k
enda
raan
(sm
p/ja
m)
76%
24%
Komposisi Kendaraan
MC LV HV
untuk kendaraan ringan yaitu sebesar 852 kendaraan.
Sementara itu pada saat jam sibuk di ruas jalan ini
tidak terdapat kendaraan berat yang melintas.
Selain volume lalu lintas di ruas jalan kita
juga harus mengetahui volume pergerakan membelok di
simpang yang kita amati. Hal ini bertujuanh untuk
mengetahui asal dan arah pergerakan lalu lintas
dari ruas jalan yang kitaamati.
Ruas jalan Sultan Agung mempunyai 1 (satu)
persimpangan mayor. Simpang ini bernama Simpang
Kardinah. Simpang ini memiliki 4 (empat) kaki
simpang yang diatur oleh APILL (Alat Pengendalian
Lalu Lintas). Di bawah ini adalah diagram arus
pergerakan di Simpang Kardinah yang telah
dikonversikan ke dalam satuan mobil penumpang (smp)
per jam. Volume yang terdapat di diagram arus
tersebut merupakan arus lalu lintas terlawan. Hal
ini disebabkan karena Simpang Kardinah memiliki 2
(dua) fase APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas). Simpang ini mempunyai memiliki 4 (empat)
kaki simpang, berikut analisis arus lau lintas di
masing – masing kaki simpang.
21
Analisis dari kaki simpang dari arah utara
memiliki total 158 smp/jam. Untuk pergerakan yang
berbelok kiri mempunyai jumlah 70 smp/jam sedangkan
yang pergerakan belok kanan mempunyai total 56
smp/jam serta 474 smp/jam untuk kendaraan yang
memiliki pergerakan lurus. Dan sesuai dengan hasil
perhitungan yang dilakukan , jumlah kendaraan tidak
bermotor pada kaki simpang sebelah utara sebanyak
104 kendaraan.
Sementara itu untuk kaki simpang dari arah
barat memiliki total 786 smp/jam. Untuk
pergerakan yang berbelok kiri mempunyai jumlah 236
smp/jam pergerakan belok kanan mempunyai total 154
smp/jam sedangkan yang serta 386 smp/jam untuk
kendaraan yang memiliki pergerakan lurus. Dan
sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan,
22
jumlah kendaraan tidak bermotor pada kaki simpang
sebelah barat sebanyak 22 kendaraan .
Untuk kaki simpang dari arah timur mempunyai
total 620 smp/jam. Pergerakan kendaraan yang
melintas dari arah selatan tersebut mempunyai
volume lalu lintas paling sedikit dibanding dengan
kaki simpang lainya. Untuk pergerakan kendaraan
yang berbelok kanan mempunyai 108 smp jam.Dan
pergerakan belok kiri mempunyai total 200 smp/jam
Sedangkan pergerakan kendaraan yang begerak lurus
mempunyai total 408 smp/jam. Dan sesuai dengan
hasil perhitungan yang dilakukan, jumlah kendaraan
tidak bermotor pada kaki simpang sebelah timur
sebanyak 31 kendaraan.
Pergerakan paling besar berasal kaki simpang
dari arah selatan yang mempunyai total 1310
smp/jam. Pergerakan yang berbelok kiri jumlah total
162 smp/jam, sedangkan pergerakan kendaraan yang
bergerak lurus sejumlah 1082 smp/jam serta belok
kanan 156 smp/jam. Dan sesuai dengan hasil
perhitungan yang dilakukan , jumlah kendaraan tidak
bermotor pada kaki simpang sebelah selatan sebanyak
33 kendaraan.
Pada kaki simpang Timur yaitu dari arah pasar
sore hanya sepeda motor saja yang boleh melintas.
23
Hal inilah yang menyebabkan kendaraan ringan maupun
berat tidak ada yang menuju ke kaki simpang ini.
Sedangkan kaki simpang Utara terdapat larangan
melintas untuk kendaraan berat. Namun pada
kenyataannya masih terdapat beberapa kendaraan yang
melanggar rambu ini. Selain kurang disiplinnya para
pengguna kendaraan berat, kurang tegasnya para
penegak hukum adalah salah satu penyebab terjadinya
pelanggaran ini. Hal ini sangat memperhatinkan
melihat pelanggaran ini terjadi di kota yang
notabene bisa dikatakan kota megapolitan.
Dari keseluruhan data dapat diketahui bahwa
simpang yang berfungsi sebagai jalan kolektor
sekunder mempunyai pergerakan yang terbatas di bagi
kendaraan tertentu di beberapa kaki simpang. Dari
kendaraan yang diteliti yaitu jenis kendaraan
sepeda motor mimiliki jumlah total smp/jam . Untuk
jenis kendaraan mobil penumpang sebesar smp/jam dan
jenis mobil barang sejumlah smp/jam.
c. Inventarisasi dan analisis ketersediaan atau
daya tampung jalan dan persimpangan.
Untuk mengetahui daya tampung suatu ruas jalan,
maka terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas
ruas jalan yang akan diamati. Pengertian kapasitas
24
jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung
volume lalu lintas ideal per satuan waktu,
dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil
penumpang (smp)/jam.
Kapasitas ruas jalan terdiri dari beberapa hal
antara lain lebar lajur ruas jalan, tipe ruas
jalan, pembagian arah volume lalu lintas pada saat
jam sibuk, gangguan samping dan jumlah penduduk di
daerah yang diamati.
Ruas jalan Sultan Agung mempunyai tipe jalan 4
(empat) lajur 2 (dua) arah dengan lebar jalan
sebesar 10,8 meter dan panjang 545 meter, yang
terdiri dari 4 lajur jalan yang masing – masing
memiliki lebar sebesar 2,7 meter. Namun pada
keadaan dilapangan hanya 3 (3) lajur yang berfungsi
dikarenakan terdapat kendaraan yang parkir liar di
sepanjang jalan Sultan Agung. Ruas jalan ini tidak
memiliki bahu jalan itulah sebabnya para pengguna
jalan memarkirkan kendaraannya di badan jalan.
Ruas jalan ini memiliki trotoar di kanan dan
kiri badan jalannya, yaitu dengan lebar 2,1 meter
dan 1,8 meter. Ruas jalan ini adalah ruas jalan
kolektor sekunder yaitu yang menghubungkan Kota
Tegal dan Slawi. Di bawah ini gambar penampang
jalan ruas jalan Sultan Agung :
25Penampang Memanjang
Pada saat jam sibuk (peak hour) volume lalu
lintas di kedua arah masing – masing 65% dan 35%,
65% untuk arah dari Slawi menuju ke Kota Tegal
sedangkan 35% untuk arah dari Kota Tegal menuju
Slawi. Pada saat jam sibuk pula gangguan samping di
ruas jalan Sultan Agung dapat dikategorikan kedalam
kategori tinggi yang diakibatkan oleh tingginya
volume pengguna sepeda dan pejalan kaki yang
menyusuri maupun menyeberang ruas jalan ini.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tegal,
Penduduk Kota Tegal berjumlah 250.000 jiwa. Dengan
26
Penampang Melintang
memiliki jumlah peduduk sebanyak itu tidak heran
ruas jalan Sultan Agung memiliki gangguan samping
yang tinggi.
Berikut perhitungan kapasitas jalan yang
berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) tahun 1997. Di bawah ini merupakan rumus
umum untuk mencari kapasitas jalan :
Co (kapasitas dasar) = 1500 x 3
= 4500
FCw (faktor koreksi lebar jalan) = 0,91
FCsp (faktor koreksi akibat pembagian arah) =
0,955
FCsf (faktor koreksi kapasitas akibat gangguan
samping) = 0,90
FCcs (faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota)
= 0,90
27
Kapasitas = Co x FCw x FCsp xFCsf x FCcs
Kapasitas ruas jalan = Co x FCw x FCsp x FCsf
x FCcs
= 4500 x 0,91 x 0,955 x 0,90 x
0,90
= 3168 smp/jam
Selain menghitung kapasitas suatu ruas jalan
maka kita juga harus mengetahui kapasitas simpang
di ruas jalan tersebut baik yang berada di akses
masuk maupun akses keluar ruas jalan yang kita
amati. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ruang
gerak untuk kendaraan yang akan memasuki ataupun
keluar dari ruas jalan Sultan Agung.
Ruas jalan Sultan Agung terpotong oleh Simpang
Kardinah menjadi dua bagian yaitu dengan panjang
545 meter untuk ruas jalan Sultan Agung sebelah
utara dan untuk potongan sebelah utara sepanjang
143,5 meter.
Simpang Kardinah memiliki 4 (empat) kaki
simpang. Masing – masing kaki simpang di simpang
Kardinah memiliki lebar pendekat yang berbeda
antara satu sama lain. Lebar pendekat kaki simpang
jalan KS Tubun memiliki lebar sebesar 5,3 meter.
Sementara itu kaki simpang jalan werkudoro memiliki
lebar pendekat sebesar 2,7 meter. Kaki simpang ini
28
merupakan kaki simpang yang paling sempit jika
dibandingkan dengan ketiga kaki simpang lainya.
Untuk kaki simpang ruas jalan Sultan Agung sebelah
utara yaitu selebar 5,4 meter dan 6,75 meter untuk
lebar pendekat dari kaki simpang ruas jalan Sultan
Agung sebelah selatan.
Pada simpang ini hanya ruas jalan Sultan Agung
yang mempunyai trotoar baik ruas Sultan Agung
bagian Utara maupun Selatan. Sedangkan untuk ruas
jalan KS Tubun dan Werkudoro mempunyai bahu jalan.
Untuk bagian Utara, trotoar sebelah kanan
mempunyai lebar 1,8 meter dan 3 meter untuk sebelah
kiri. Sedangkan untuk bagian Selatan, trotoarnya
mempunyai lebar 2 meter untuk sebelah kiri dan 1,6
untuk sebalah kanan.
Untuk bahu jalan di ruas jalan KS Tubun
memiliki lebar 1,5 meter untuk sebalah kiri dan 1,8
meter untuk sebalah kanan.
29
Simpang Kardinah merupakan perimpangan yang
diatur oleh APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas). APILL di simpang ini memiliki 2 (fase).
Jumlah siklus kedua fase tersebut adalah 40 detik
untuk waktu hijau fase 1 (satu) lamanya 12 (dua
belas) detik dan untuk fase 2 (dua) 8 (delapan)
detik.
30
Perhitungan Kapasitas Simpang Kardinah
Kapasitas simpang (C) diperoleh dari
perbandingan antara arus jenuh simpang (S) dengan
rasio waktu hijau (g/c). Sedangkan arus jenuh
simpang (S) didapat dari hasil kali arus jenuh
dasar (So) dan lebar efektif rata - rata pendekat
simpang (We).
Kaki
Simpang
Arus Jenuh
Dasar
Lebar
Pendekat
(meter)
Arus Jenuh
Simpang
Utara 525 5,4 2.835
Barat 525 5,3 2.782
Selatan 525 6,75 1418
Timur 525 2,7 3544
Kaki
Simpang
Arus Jenuh
Simpang
Rasio
waktu
hijau
Kapasitas
Simpang
Utara 2.835 0,3 850
32
C = S x g/c S = So x We
Barat 2.782 0,2 556
Selatan 3.544 0,3 1.063
Timur 1.418 0,2 283
Dari tabel di atas dapat kita ketahui kapasitas
di masing – masing kaki simpang berbeda antara satu
sama lain. Simpang Utara yaitu dari arah ruas jalan
Sultan Agung memiliki kapasitas simpang yang paling
besar yaitu 1.063 smp/jam dan yang paling kecil
adalah kaki simpang timur yaitu arah dari ruas
jalan Werkudoro yaitu 283 smp/jam.
d. Penetapan tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan suatu ruas jalan berbanding
lurus dengan rasio ruas jalan tersebut jika rasio
pada ruas jalan baik maka tingkat pelayanan ruas
jalan tersebut juga baik dan sebaliknya. Menurut
Kepututsan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2006,
V/C rasio adalah perbandingan antara volume lalu
lintas dengan kapasitas jalan. Sedangkan tingkat
pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau
persimpangan untuk menampung lalu lintas pada
keadaan tertentu.
33
Tingkat pelayanan suatu ruas jalan erat
kaitanya dengan tujuan diselenggarakannya
transportasi yaitu aman, selamat, lancar, tertib
dan terpadu dengan moda angkutan lain. Namun ketika
kita ingin mengetahui tingkat pelayanan suatu ruas
jalan maka kita perlu mengetahui rasio jalan
tersebut. Rasio jalan di dapat dari perbandingan
kapasitas ruas jalan dan volume lau lintas yang
melintas di ruas jalan tersebut. Berikut
perhitungan rasio ruas jalan Sultan Agung dan
Simpang Kardinah.
Perhitungan rasio ruas jalan Sultan Agung
a) Volume lalu lintas = 1657 smp/jam
b) Kapasitas ruas jalan = 3168 smp/jam
c) Rasio = VolumelalulintasKapasitasruasjalan
= 1657 : 3168
= 0,52
Berdasarkan hasil penghitungan v/c ratio pada
ruas jalan Sultan Agung Kota Tegal, dapat
disimpulkan bahwa tingkat pelayanan pada ruas jalan
tersebut adalah Tipe A mengingat kelas jalan ruas
jalan ini adalah kolektor sekunder. Karakteristik
dari tingkat pelayanan Tipe A menurut Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2006 tentang
34
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas yaitu sebagai
berikut :
Arus bebas
Kecepatan perjalanan rata-rata > 80 Km/jam
V/C ratio < 0,6
Namun pada keadaan eksistingnya ruas jalan
Sultan Agung memiliki tingkat pelayanan tipe D. Hal
ini dibuktikan dengan kecepatan rata-rata kendaraan
di ruas jalan tersebut hanya 28 km/jam.
Di lapangan banyak hal yang ditemukan sehingga
tingkat kecepatan di ruas jalan ini tidak sama
dengan kecepatan rencananya. Salah satunya yaitu
kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap
35
fasilitas pejalan kaki yang ada di ruas jalan
Sultan Agung. Sehingga pejalan kaki yang seharusnya
menggunakan trotoar untuk menyusuri ruas jalan ini
menggunakan badan jalan dan berakibat kapasitas
jalan ruas jalan Sultan Agung berkuarang.
Selain akibat pejalan kaki yang berjalan pada
badan jalan, berkuarangnya kapasitas simpang juga
disebabkan oleh para pengguna sepeda menggunakan
lajur kanan atau lajur cepat sehingga kendaraan
ringan tidak bisa menggunakan kecepatan maksimal
pada saat melintas di ruas jalan ini. Kendaraan
yang melawan arus lalu lintas juga tidak sedikit
terjadi di ruas jalan ini.
36
Di ruas jalan ini juga banyak ditemukan
pengguna jalan yang melanggar rambu lalu lintas
baik rambu dilarang parkir maupun dilarang
melintas. Hal ini tentunya merupakan salah satu
tanggung jawab para penegak hukum untuk lebih
mentertibkan para pengguna jalan yang kurang
tertib.
Penetapan Tingkat Pelayanan Simpang Di Ruas Jalan
Sultan Agung
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 14
Tahun 2006 tingkat pelayanan simpang yang
menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
(APILL) ditentukan oleh lamanya waktu tundaan di
ruas jalan tersebut. Berikut perhitunganya :
Keterangan : c = Waktu siklus
A =
GR= Rasio hijau
DS= Derajat kejenuhan
NQ= Jumlah smp yang tersisa dari fase
hijau sebelumnya
C = Kapasitas jalan.
37
DT = c x A + ( NQ x
Kaki
Simpangc A NQ C DT
Utara 12 0,45 2 850 14
Barat 8 0,61 5 556 25
Selatan 12 0,64 10 1.063 35
Timur 8 0,40 2 283 17
Dari tabel di atas kita bisa mengetahui bahwa
di masing-masing kaki simpang Kardinah memiliki
lama tundaan yang berbeda-beda sehingga tingkat
pelayanannya pun berbeda-beda. Maka dari itu untuk
menentukan tingkat pelayanan di simpang tersebut
kami menarik rata-rata tingkat pelayanan di simpang
tersebut.
DTrata-rata = DTutara + DTbarat + DTselatan + DTtimur
= 14 + 35 +25 + 17
= 22,75 23 detik
Dari perhitungan tersebut kita dapat mengetahui
bahwa lama tundaan rata-rata di Simpang Kardinah
adalah 23 detik. Sehingga kita dapat mengetahui
tingkat pelayanan di simpang ini adalah C menurut
Keputusan Menteri Nomor 14 Tahun 2006 tetntang
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas.
38
e. Penetapan Rencana Kebijakan Pengaturan Penggunaan
Jaringan Jalan Dan Gerakan Lalu Lintas
Rencana kebijakan pengaturan yang mungkin
ditetapkan di ruas jalan ini adalah dengan
dibuatnya parkir offstreet mengingat kebutuhan parkir
yang cukup tinggi di ruas jalan Sultan Agung. Hal
ini diakibatkan oleh terdapatanya bangkitan lalu
lintas berupa pasar tradisional di Simpang Kardinah
ruas jalan Sultan Agung.
Parkir offstreet ini bisa saja dilaksanakan
mengingat bahwa lahan di belakang Pasar Sore masih
kosong dan belum digunakan dengan maksimal oleh
penduduk sekitar.
Selain itu membatasi aksesbilitas di ruas jalan
Sultan Agung juga bisa menjadi alternatif jika
parkir offstreet tidak bisa diwujudkan. Pembatasan
aksesbilitas ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
volume lalu lintas dari jalan – jalan lokal yang
ada di sepanjang ruas jalan ini. Sehingga mobilitas
di ruas jalan ini tidak begitu tergganggu oleh
aksesbilitas pengguna jalan lain.
4.2 Pengaturan
a. Penetapan Aturan Lalu Lintas pada Jaringan/Ruas
Tertentu
Pada setiap jaringan/ruas jalan memiliki aturan
yang mengatur lalu lintas pada setiap jaringan/ruas
39
jalan yang telah ditetapkan berdasarkan jenis
jaringan/ruas jalan tertentu. Perlunya penerapan
aturan di setiap jaringan/ruas jalan adalah demi
mencegah terjadinya masalah lalu lintas diantaranya
kemacetan, kecelakaan dan keselamatan pejalan kaki.
Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi kegiatan
penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan
atau ruas-ruas jalan tertentu termasuk dalam
pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam
ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu
lintas, penentuan kecepatan maksimum dan/atau
minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau
perintah bagi pemakai jalan.
Pengaturan dilakukan oleh menteri yang bertanggung
jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan, gubernur, bupati, atau walikota
sesuai dengan kewenangannya melalui penetapan
kebijakan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu
lintas pada jaringan jalan tertentu. (Pasal 22 PP No.
32 Tahun 2011)
Penetapan kebijakan lalu lintas merupakan
penetapan aturan perintah dan/atau larangan pada
setiap ruas jalan dan/atau persimpangan yang bersifat
mengikat yang ditetapkan dengan:
a. Peraturan Direktur Jenderal, untuk jalan nasional
dan jalan tol serta diumumkan dalam Berita Negara;
40
b. Peraturan Daerah Provinsi, untuk jalan provinsi
serta diumumkan dalam Berita Daerah Provinsi;
c. Peraturan Daerah Kabupaten untuk seluruh jalan
kabupaten dan jalan desa serta diumumkan dalam Berita
Daerah Kabupaten;
d. Peraturan Daerah Kota, untuk seluruh jalan kota
serta diumumkan dalam Berita Daerah Kota. (Pasal 14
ayat 2 Keputusan Menteri No. 14 Tahun 2006)
Aturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau
larangan dinyatakan dengan rambu-rambu lalu lintas,
marka jalan, atau alat pemberi isyarat lalu lintas
(APILL). (Pasal 15 ayat 1 Keputusan Menteri No. 14
Tahun 2006)
Lokasi rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, dan
atau alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana
dimaksud ayat (1), harus ditetapkan dengan:
a. Peraturan Direktur Jenderal untuk jalan nasional
dan jalan tol;
b. Peraturan Gubernur untuk jalan provinsi;
c. Peraturan Bupati untuk seluruh jalan kabupaten dan
jalan desa;
d. Peraturan Walikota untuk seluruh jalan kota.
(Pasal 15 ayat 2 Keputusan Menteri No. 14 Tahun 2006)
Pada suatu lokasi di jalan yang sama, dipasang
rambu lalu lintas, marka jalan dan alat pemberi
isyarat lalu lintas (APIL), maka urutan prioritas
41
yang berupa perintah atau larangan yang berlaku
pertama yaitu alat pemberi isyarat lalu lintas
(APILL), kedua rambu lalu lintas dan ketiga marka
jalan. (Pasal 16 ayat 1 Keputusan Menteri No. 14
Tahun 2006)
Apabila pada suatu lokasi di jalan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ada petugas yang berwenang
mengatur lalu lintas, maka perintah atau larangan
yang diberikan oleh petugas yang berwenang yang harus
didahulukan. (Pasal 16 ayat 2 Keputusan Menteri No.
14 Tahun 2006)
Pasal 17 Keputusan Menteri No. 14 Tahun 2006:
(1) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan,
dan alat pemberi isyarat lalu lintas harus
diselesaikan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal diumumkan dalam Berita Negara atau Berita
Daerah.
(2) Rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, dan/atau
alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) mempunyai kekuatan hukum setelah 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal pemasangan.
(3) Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari digunakan untuk
memberikan informasi kepada pemakai jalan.
(4) Pemberian informasi pemberlakuan rambu-rambu lalu
lintas, marka jalan, dan/atau alat pemberi isyarat
lalu lintas dilakukan melalui media cetak dan/atau
42
elektronika, dan/atau oleh petugas lalu lintas di
jalan.
Kebijakan transportasi di kembangkan dan diarahkan
dalam kerangka tertentu, yakni dengan mempertahankan
kualitas lingkungan serta dengan mengembangkan
manajemen lalu lintas yakni dengan cara mengotimalkan
fasilitas yang ada dengan perbaikan pengaturan lalu
lintas serta menghindari pembangunan fisik seperti
pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan.
Srategi-stategi manajemen lalu lintas dapat di
uraikan sebagai berikut:
1. Sistem pengontrolan lalu lintas
Sistem pengontrolan lalu lintas merupakan
pengaturan lalu lintas yang berupa perintah atau
larangan, perintah atau larangan tersebut dapat
berupa lalu lintas, rambu-rambu atau marka jalan.
Sistem pengontrolan lalu lintas meliputi:
a. Pada persimpangan jalan :
Optimalisasi lampu lalu lintas, berupa
pengaturan cyle time (waktu siklus), waktu
hijau /merah dari lampu lalu lintas serta
jumlah fase.
Pemasangan/pemindahan lampu lalu lintas,
dengan memasang lampu lalu lintas di
43
tempat-tempat dengan arus lalu lintas yang
tinggi.
Prioritas kepada bus kota pada
persimpangan dengan lampu lalu lintas,
yakni berupa pemasangan antena pemancar
pada bus kota, sehinggga jika bus kota
tersebut mendekati lampu lalu lintas,
lampu akan selalu hijau.
Koordinasi lampu lalu lintas, berupa
kooordinasi antara lampu lalu lintas,
sehinggga sebagian besar kendaraan akan
dapat melewati beberapa lampu lalu lintas
tanpa berhenti.
b. Pada jalan masuk atau jalan keluar dari
persimpangan :
Jalan satu arah: jalan hanya di
perbolehkan untuk arus lalu lintas satu
arah saja, arah yang sebaliknya
menggunakan jalan yang paralel di
dekatnya.
Ke kiri boleh terus pada lampu merah: pada
persimpangan, di buat jalur khusus untuk
44
ke kiri dapat berbelok tanpa menggunakan
arus lalu lintas yang meneruskan maupun
yang kekanan.
Larangan belok: untuk mengurangi konflik
yang mungkin terjadi dengan arus lalu
lintas dari arah lain, kendaraan tidak
boleh belok kiri, akan tetapi harus ada
jalan alternatif bagi kendaraan yang
menuju ke kanan atau ke kiri.
Jalan hanya khusus untuk penduduk di
daerah tersebut: ini biasanya di lakukan
di jalan-jalan pada daerah pemukiman yang
padat.
c. Pengguna jalur :
Larangan untuk mobil kurang dari 3
penumpangan: ini sudah dilakukan di
jakarta, yang di kenal dengan
kebijaksanaan 3 in 1 .maksud kebijakan
tersebut agar supaya orang-orang yang
tempat tinggalnya berdekatan serta
mempunyai tujuan yang berdekatan dapat
menggunakan satu kendaraan saja, sehingga
mengurangi kerapatan lalu lintas.
Jalur yang dapat di balik arah: ini
dilakukan pada jalur-jalur yang pada waktu
pagi hari mempunyai arus lalu lintas yang
45
tinggi pada salah satu arah, sedangkan di
saat sore/siang hari mempunyai arus lalu
lintas yang tinggi pada arah yang
berlawanan.
Jalur khusus untuk angkutan umum: jalur
ini di buat agar angkutan umum dapat lebih
cepat dari kendaraan pribadi, sehingga
dapat mempertinggi daya tarik angkutan
umum.
d. penggunaan jalur
Larangan parkir: di maksud untuk
mempertinggikan kapasitas jalan. Ini
misalnya dapat di lakukan di dekat pasar-
pasar yang terletak di tepi jalan yang
ramai.
Penempatan halte bus: halte bus di
tempatkan di tempat-tempat yang tidak
menganggu arus lalu lintas. Dapat pula di
buat jalur sendiri masuk ke tepi jalan
untuk halte bus
Penentuan daerah bongkar muat: daerah
bongkar muat kendaraan–kendaran berat
harus di pilih tempat yang tidak
mengganggu lalu lintas.
46
Pelebaran /penyempitan jalan kaki lima:
dalam penentuan lebar jalan kaki lima,
harus di perhitungkan secara teliti
dampaknya terhadapat lalu lintas maupun
terhadap pejalan kaki.
e. pengaturan kecepatan kendaraan, dengan cara
pembatasan kecepatan maksimum/minimum yang akan
berpengaruh terhadap kapasitas maupun keamanan
jalan.
f. Parkir:
Parkir khusus untuk angkutan umum: tempat-
tempat parkir angkutan umum, lebih-lebih
untuk angkutan umum semacam bus
parawisata, harus dipikirkan agar tidak
menggangu arus lalu lintas, tetapi cukup
dekat dengan daerah tujuan penumpang
angkutan umum.
Pembatasan waktu parkir: kebijakan ini
dimaksud untuk memberi kesempatan lebih
banyak kendaraan untuk parkir di tempat
tersebut.
Pengontrolan tempat parkir: petugas-
petugas parkir yang di tempatkan di
tempat-tempat parkir untuk referensi atau
efesiensi tempat parkir.
47
Pengaturan yang diterapkan khususnya di ruas jalan
Sultan Agung sendiri dapat disimpulkan menjadi 3
jenis pengaturan yang mengatur lalu lintas di jalan
tersebut. Tiga jenis pengaturan yang telah diterapkan
yaitu berupa APILL, marka jalan, dan rambu-rambu.
48
Dari beberapa pengaturan yang diterapkan di ruas
jalan Sultan Agung yang berupa marka maupun rambu-
rambu diantaranya banyak dilanggar oleh pengguna
jalan seperti pada gambar berikut:
4.3 Perekayasaan
Ruas jalan Sultan Agung memiliki kondisi
permukaan jalan yang bagus ini dibuktikan dengan
tidak ditemukannya permukaan jalan yang rusak
ataupun memiliki cacat. Namun untuk fasilitas
pejalan kakinya bisa dikatakan tidak terawat dengan
ditemukanya pengalihan fungsi trotoar menjadi
tempat berjualan para pedagang kaki lima (PKL)
serta kerusakan yang banyak ditemukan di sepanjang
trotoar ruas jalan ini.
Pemerintah daerah seharusnya jangan hanya
memperhatikan mobilitas para pengguna kendaraan
yaitu dengan merawat badan jalan tapi juga
memperhatikan fasilitas-fasilitas perlengkapan
jalan yang ada contohnya trotoar untuk mobilitas
para pejalan kaki. Melihat kejadian dilapangan
trotoar yang ada tidak dirawat dan diperhatikan
maka para pejalan kaki melakukan mobilitas di badan
jalan dan hal ini mempunyai resiko terjadinya
kecelakaan lalu lintas karena jumlah pejalan kaki
49
di ruas jalan Sultan Agung baik yang menyeberang
maupun menyusuri termasuk dalam kategori tinggi.
a) Pemasangan Perlengkapan Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
perlengkapan jalan meliputi meliputi marka, rambu,
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali
dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan
pengamanan jalan (APILL), serta fasilitas
pendukung.
Ruas jalan Sultan Agung memiliki rambu-rambu
yang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Namun pada
pelaksanaannya rambu-rambu tersebut tidak ditaati,
terbukti dengan banyaknya pelanggaran pengguna
jalan di ruas jalan ini. Selain itu juga
dibutuhkan rambu lalu lintas tambahan untuk
membatasi aksesbilitas ke ruas jalan ini khususnya
pada saat jam sibuk (peak hour) yaitu pada pukul
07:00 – 08:00 WIB. Beberapa rambu yang kami
rekomemdasikan untuk ditambahkan di akses masuk
ruas jalan Sultan Agung antara lain :
50
4.4 Pemberdayaan
Pembedayaan yaitu pemberian arahan atau petunjuk
kepada masyarakat agar mereka mengetahui tentang
peraturan yang baru. Hal ini bisa dilakukan dengan
informasi kepada pengguna jalan atau pemakai jalan
dapat berupa :
Pendidikan, yakni berupa pelajaran atau pengajaran
mengenai tertib lalu lintas, mengenai tata cara
menggunkan kendaraan (mengemudi, parkir ) parkir yang
baik, yang mematuhi semua pengaturan lalu lintas. Ini
dapat di lakukan dengan mengadakan kursus–kursus cara
mengemudi kendaraan umum serta brosur-brosur tentangg
cara mengemudi yang baik.
Informasi sebelum melakukan perjalanan, berupa
pemberian informasi mengenai informasi tentang kondisi
lalu lintas melalui radio tentang terjadinya kemacetan
jalan-jalan tertentu, terjadinya kecelakaan di tempat
tertentu. Ada pawai di jalur tertentu, informasi
tentang kemungkinan menumpang kendaraan orang lain,
informasi tentang jadwal dan jalur angkutan umum
melalui papan pengumuman /selebaran atau buku tentang
jadwal dan jalur angkutan umum.
Informasi pada saat melakukan perjalanan,berupa
pemberian informasi mengenai kondisi lalu lintas
melalui radio ,sehingga pengendara dapat memilih jalur
52
yang akan di lalui ,kecepatan yang di saran kan melalui
rambu-rambu elektronik yang di pasang di pinggir
jalan ,atau pun rute yang di saran kan melalui radio
atau alat-alat elektronik lain nya ,berdasarkan kondisi
lalu lintas saat tersebut.
4.5 Pengawasan
Pengawasan meliputi pemantauan terhadap pelaksanaan
penerapan kebijakan, tindakan korektif terhadap
penerapan kebijakan serta tindakan penegakan hukum.
Pemantauan awal dilaksanakan 3 (tiga bulan) setelah
ditetapkan kebijkan lalu lintas. Setelah dilaksankan
pemantauan maka dilakukan pengumpulan data setiap 6
(enam) bulan sekali yang bertujuan untuk melakukan
evaluasi atau koreksi terhadap pelaksanaan kebijakan
yang telah diterapkan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011
tindakan penegakan hukum sebagian besar adalah tanggung
jawab Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu
meliputi :
a) tingkat keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas;
b) tingkat pelanggaran lalu lintas dan
angkutan jalan; dan
c) efektivitas penegakan hukum terhadap
pelanggaran lalu lintas;
53
Untuk menjaga kelancaran, keselamatan dan keamanan
saat berlalu lintas khususnya di ruas jalan Sultan
Agung kunci utamanya adalah menjaga ketertiban saat
berlalu lintas. Hal ini dapat terlaksana jika para
pengguna jalan menaati peraturan lalu lintas baik itu
rambu – rambu lalu lintas maupun APILL (Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas). Namun pada keadaan eksisitingnya
para pengguna jalan yang melintas ruas jalan ini banyak
yang melakukan pelanggaran terhadap rambu larangan
parkir dan rambu larangan melintas.
Kedisiplinan para pengguna jalan tersebut dapat
diatasi dengan sikap tegas para penegak hukum. Sikap
tegas itu dapat berupa teguran secara lisan maupun
dengan pemberian sanksi yang dapat membuat jera para
pengguna jalan yang melanggar aturan.
Menurut penelitian yang kami lakukan para penegak
hukum di ruas jalan Sultan Agung hanya tegas kepada
para pengguna sepeda motor saja namun pada pengguna
kendaraan ringan dan kendaraan berat para penegak hukum
di ruas jalan ini kurang tegas bahkan terkesan acuh tak
acuh. Seharusnya hal ini tidak terjadi mengingat ruas
jalan Sultan Agung merupakan jalan utama yang
menghubungkan Kota Tegal dan Slawi.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang kami lakukan pada ruas jalan
Sultan Agung, kami mempunyai beberapa kesimpulan antara
lain :
a) Ruas jalan Sultan memiiki jam sibuk pada pukul
07:00 – 08:00 WIB.
b) Pada saat jam sibuk kendaraan yang mendominasi
adalah sepeda motor yaitu sebesar 76 %.
c) Tingkat pelayanan simpang Kardinah adalah C.
d) Tingkat pelayanan di ruas jalan ini adalah D dan
tingkat pelayanan tersebut tidak sesuai dengan
kelas jalan ruas jalan Sultan Agung yaitu
kolektor sekunder yang minimal memiliki tingkat
pelayanan B.
e) Penyimpangan tingkat pelyanan tersebut
diakibatkan oleh pengurangan kapasitas jalan
Pejalan kaki yang melakukan mobilitas
menggunakan badan jalan.
Banyaknya kendaraan yang keluar – masuk
melalui gang – gang di sepanjang ruas jalan
Sultan Agung yang mempengaruhi mobilitas
pengguna jalan lain.
56
Banyak kendaraan yang parkir di badan jalan
di sepanjang ruas jalan Sultan Agung sehingga
mengurangi kapasitas jalan.
5.2 Rekomendasi
Dari temuan – temuan yang kami temukan di lapangan
kami memiliki beberapa rekomendasi untuk memperbaiki
penyimpangan tersebut khususnya untuk meningkatkan
tingkat pelayanan di ruas jalan Sultan Agung dan di
simpang Kardinah, antara lain sebagai berikut :
a) Mengembalikan fungsi trotoar sebagai tempat
mobilitas pejalan kaki yaitu dengan cara :
Memperbaiki bagian – bagian trotoar yang
rusak agar pejalan kaki nyaman ketika
menggunakan trotoar.
Merelokasi para pedagang kaki lima yang ada
ke tempat yang strategis agar mereka mau
untuk direlokasi.
b) Membatasi akses masuk ke ruas jalan Sultan Agung
khususnya pada saat jam sibuk (peak hour).
c) Melakukan pendidikan tentang keselematan
transpotasi khsususnya bagi pengendara kendaraan
tidak motor agar mereka tahu tentang aturan yang
ada dan keselamatan saat berkendara.
d) Melakukan tindakan yang tegas bagi para pengguna
jalan yang melanggar aturan berlalu lintas yaitu
57
pengguna jalan yang melanggar rambu lalu lintas
khususnya bagi para pengguna jalan yang
melakukan parkir liar di ruas jalan Sultan
Agung.
e) Mermbuat median di kaki simpang Utara, Selatan
dan Barat agar pada saat waktu hijau volume
lalu lintas di simpang Kardinah lebih teratur.
58
REKAP TC
Sepeda M otor
Sedan/ jeep
Van M inibus
Bus W isata/ Karyawa
Bus Besar
Bus Sedang
M PU/ Bus Kecil
Truck Berat (3 As)
Truck Sedang (2
Pick Up/ M obil
Hantaran
Trailer/ Kontaine
r
Truk Gandeng Becak Sepeda Gerobak Pejalan
Kaki1 06:00-07:00 816 20 54 0 0 0 38 0 0 11 0 0 22 79 1 24 9392 07:00-08:00 1038 33 42 0 0 0 57 0 0 19 0 0 33 67 1 17 11893 08:00-09:00 649 54 36 2 4 3 63 0 0 15 0 0 52 93 0 17 8264 09:00-10:00 721 56 28 0 0 0 44 0 0 14 0 0 49 70 0 22 8635 10:00-11:00 877 41 70 0 0 0 46 0 0 23 0 0 45 63 4 38 10576 11:00-12:00 1305 130 160 0 0 0 63 1 7 26 0 0 66 88 0 56 16927 12:00-13:00 1553 115 155 0 0 0 53 0 9 14 0 0 48 52 2 21 18998 13:00-14:00 1028 55 138 1 0 0 44 0 0 14 0 0 37 40 0 25 1280
SM P perjam
Tidak Berm otor/Ham batanNo W aktu
Pribadi Um um Barang
0500
100015002000
939 1189826 863 1057
169218991280
SMP perjam
Axis Title
Axis
Tit
le
59
REKAP KECEPATAN ARAH KABUPATEN
Hari /tanggal
Kamis, 9 Oktober2014
Cuaca CerahWaktu
Pengukuran 06:30 - 08:30Nama Jalan Jl. Sultan Agung
No KecepatanMC LV HV
1 31,72 25 -2 28 27 -3 40 22 -4 26 23 -5 39 25 -6 40 21 -7 55 31 -8 35 31 -9 38 21 -10 41 28 -11 42 22 -12 35 23 -13 45 23 -14 40 31 -15 42 35 -16 45 32 -17 33 32 -18 32 36 -19 42 24 -20 34 23 -21 26 28 -22 47 23 -23 45 23 -
60
24 39 21 -25 36 23 -26 26 20 -27 34 - -28 31 - -29 24 - -30 28 - -31 20 - -32 41 - -33 37 - -34 28 - -35 36 - -36 28 - -37 25 - -38 28 - -39 36 - -40 25 - -41 42 - -42 28 - -43 27 - -44 37 - -45 38 - -46 32 - -47 29 - -48 29 - -49 42 - -50 24 - -51 22 - -52 29 - -53 32 - -54 34 - -55 30 - -56 25 - -57 26 - -58 25 - -59 24 - -60 36 - -61 31 - -62 41 - -63 32 - -64 28 - -
61
65 28 - -66 38 - -67 27 - -68 24 - -69 24 - -70 30 - -71 28 - -72 32 - -73 33 - -74 41 - -75 - - -
Rata-
Rata33 26 0
REKAP KECEPAN ARAH KOTA
Hari / tanggal Kamis, 9 Oktober 2014Cuaca CerahWaktu
Pengukuran 06:30 - 08:30Nama Jalan Jl. Sultan Agung
No KecepatanMC LV HV
1 36 26 -2 21 23 -3 32 21 -4 24 25 -5 27 20 -6 31 25 -7 23 22 -8 27 29 -9 38 26 -10 25 32 -11 25 21 -12 36 29 -13 21 24 -14 29 33 -
62
15 40 29 -16 34 31 -17 32 22 -18 23 22 -19 29 24 -20 28 29 -21 24 26 -22 31 29 -23 22 21 -24 42 23 -25 29 22 -26 47 24 -27 26 - -28 32 - -29 26 - -30 28 - -31 29 - -32 42 - -33 31 - -34 23 - -35 26 - -36 25 - -37 21 - -38 32 - -39 21 - -40 25 - -41 32 - -42 21 - -43 28 - -44 29 - -45 24 - -46 22 - -47 30 - -48 27 - -49 25 - -50 28 - -51 24 - -52 35 - -53 32 - -54 21 - -55 41 - -
63
56 21 - -57 24 - -58 41 - -59 30 - -60 24 - -61 42 - -62 58 - -63 42 - -64 25 - -65 26 - -66 31 - -67 23 - -68 31 - -69 25 - -70 37 - -71 29 - -72 21 - -73 20 - -74 25 - -75 - - -Rata-Rata
29 25 0
TOTAL DUA ARAH
JenisKendaraan
KecepatanTotal
MV 31LV 26HV 0
Rata-Rata 28
64
CTMRLL KARDINA
Hari / Tanggal :Jalan :
3.333,9 3.333,9
SMP MP MB TB P.Kaki SMP MP MB TB P.Kaki SMP MP MB TB P.Kaki1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 171 07.00-07.15 84 11 2 15 7 217 5 1 10 2 32 14 3 5 112 07.16-07.30 152 12 1 3 7 305 11 0 16 3 42 8 3 6 13 07.31-07.45 144 18 9 4 6 252 5 3 10 7 64 14 3 44 07.45-08.00 112 18 5 3 6 180 1 4 42 12 11 2
POLITEKNIK KESELAM ATAN TRANSPORTASI JALANPROGRAM D IV M ANAJEM EN KESELAM ATAN TRANSPORTASI JALAN
3.333,9NO W AKTU
65
MV LV HV Rata-Rata05
101520253035 31
26
0
28Kecepatan Rata-Rata
Kendaraan
Jenis Kendaraan
Kece
pata
n km
/jam
SMP MP MB TB
P.Ka
ki SMP MP MB TB
P.Ka
ki SMP MP MB TB
P.Ka
ki
3.333,9
0100200300400
07.00-07.1507.16-07.3007.31-07.4507.45-08.00
Tipe kendaraan dan Arah
Juml
ah K
enda
raan
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2006
tentang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang
analisis dampak lalu lintas.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
66