Revitalisasi Transportasi Massal untuk Mengurangi Kemacetan Lalu Lintas di Jakarta
Transcript of Revitalisasi Transportasi Massal untuk Mengurangi Kemacetan Lalu Lintas di Jakarta
TUGAS MAKALAH
SISTEM TRANSPORTASI-01
Revitalisasi Transportasi Massaluntuk Mengurangi Kemacetan Lalu
Lintas Kota Jakarta
Disusun oleh :
Desvira Natasya / 1106011360
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS INDONESIADEPOK2013
DAFTAR ISI
Pendahuluan...........................................1
Dasar Pemikiran ....................................1
Latar Belakang Masalah..............................2
Kondisi Terkini.....................................3
Pengertian Komponen Transportasi....................9
Solusi Terdahulu...................................10
Solusi alternatif....................................12
Kesimpulan....................................................
.........................................................14
Sumber Pustaka.......................................15
DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) memiliki fungsi dan peran penting sebagai tempat
kedudukan lembaga pusat baik eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif, tempat kedudukan perwakilan negara asing, dan
tempat kedudukan kantor perwakilan lembaga internasional. DKI
Jakarta juga ditetapkan sebagai daerah otonom yang memiliki
tugas, hak, wewenang, dan tanggung jawab tertentu dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu tugas, wewenang, dan
tanggung jawab tersebut dalam bidang transportasi.
Penyelenggaraan bidang transportasi tersebut diharapkan dapat
mewujudkan tujuan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
jalan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
bahwa lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan
tujuan:
1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa;
2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.
Bercermin terhadap norma di atas, pada kenyataannya
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan di DKI Jakarta
belum mampu mewujudkan tujuan tersebut. Beragam masalah
transportasi di kota Jakarta, antara lain:
1. Kemacetan lalu lintas,
5
2. Pelayanan dan kondisi angkutan umum yang masih belum
memenuhi harapan masyarakat,
3. Masalah tarif angkutan umum yang seringkali kontradiktif,
4. Tingkat pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang relatif
masih tinggi,
5. Perilaku sebagian besar pengguna jalan yang belum
tertib/tidak disiplin,
6. Masalah parkir kendaraan yang belum memadai dan tidak
tertib,
7. Penyalahgunaan badan jalan untuk parkir dan pedagang kaki
lima,
8. Masalah aksesibilitas bagi penyandang cacat pada sarana
prasarana transportasi, dll.
Dari berbagai masalah transportasi tersebut, yang paling
ekstrim kerugiannya hingga saat ini adalah masalah kemacetan
lalu lintas. Dengan terjadinya kemacetan setiap hari, total
kerugian materilnya dapat mencapai Rp. 12,8 triliun per tahun
(sumber: Direktur Utama PT MRT Jakarta, Dono Boestami).
Perbaikan sistem transportasi merupakan sebuah keharusan yang
harus segera disikapi. Karena jika tidak, kemacetan ini dapat
terus berlangsung dan kerugiannya pun akaan semakin melambung
tinggi.
Kemacetan Lalu Lintas di DKI Jakarta
Gambar 2. Kemacetan Lalu Lintas DKI Jakarta
Jakarta merupakan kota metropolitan dengan mobilitas yang
sangat tinggi. Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian
negara, Jakarta menjadi daya tarik masyarakat untuk melakukan
urbanisasi. Tingginya jumlah penduduk berimplikasi terhadap
pemanfaatan sumber daya kota Jakarta yang terbatas sehingga
pelayanan kota di sektor transportasi pun menurun. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi juga dapat menyebabkan mobilitas seseorang
meningkat sehingga kebutuhan untuk bergerak pun meningkat
melebihi kapasitas prasarana transportasi yang ada.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dalam pengendalian kemacetan lalu lintas, seperti antara
lain :
1. Pemberlakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu di
ruas jalan tertentu,
2. Pembangunan simpang susun (fly over) dan under pass di
persimpangan jalan,
7
3. Penyelenggaraan angkutan massal dengan sistem jalur
khusus bus (bus way),
4. Penyesuaian jam masuk kerja dan jam masuk sekolah, dll.
Namun, upaya-upaya diatas belum mampu mengendalikan
kemacetan lalu lintas kota Jakarta bahkan yang terjadi
sebaliknya, tingkat kemacetan lalu lintas tampaknya
semakin parah.
Secara eksplisit, penyebab utama kemacetan lalu lintas adalah
jumlah kendaraan bermotor pribadi yang semakin banyak dan
mobilitasnya yang semakin tinggi dari segi ruang dan waktu.
Sementara, secara faktual instrument penunjang lalu lintas,
terutama kondisi dan pertumbuhan jaringan jalan tidak seimbang
dengan pertambahan jumlah dan mobilitas kendaraan yang ada.
Selain itu, kurang baiknya pelayanan angkutan umum dan tidak
disiplinnya pengguna jalan raya di Jakarta dapat menjadi
penyebab kemacetan.
Gambar 3 Ilustrasi Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Kendaraan
terhadap Luas Jalan DKI Jakarta
sumber : Direktorat lalu lintas Polda Metro Jaya, Februari 2008
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun 2007,
panjang jalan hanya bertambah sekitar 1% per tahun sedangkan
penambahan jumlah kendaraan rata-rata 11% per tahun
Tabel 1. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta
Dengan rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor 9% per
tahun di wilayah DKI Jakarta, beberapa pengamat memperkirakan
pada tahun 2014 akan terjadi stagnasi lalu lintas di DKI
Jakarta akibat kemacetan yang sangat akut jika tidak ada
perubahan keseimbangan pertumbuhan antara jumlah kendaraan dan
jaringan jalan. Kerugian yang ditimbulkan kemacetan lalu
lintas tidak hanya material namun juga non material yakni
dampak sosial karena dapat menurunkan kualitas sosial (social
quality) masyarakat perkotaan.
Faktor-faktor Penyebab Kemacetan Lalu Lintas di DKI Jakarta
Masalah transportasi kota Jakarta bersifat multidimensi dan
lintas sektoral yang berarti bahwa akar masalah kemacetan lalu
lintas tidak hanya dipengaruhi faktor fisik namun juga
dipengaruhi faktor non fisik, yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Kebijakan Tata Ruang DKI Jakarta
Ditinjau dari karakteristik fungsi kota, telah terjadi
pergeseran (pembauran) fungsi Kota Jakarta dari fungsi
sebagai Ibukota Negara (Capital City) menjadi sebuah Kota
Jasa (Service City) dengan fungsi yang jamak (multi function city)
9
berbaur antara kegiatan (penggunaan lahan) politik,
sosial, budaya, ekonomi (perdagangan dan jasa) yang terus
meningkat. Peluang kerja senantiasa terbuka sehingga
pendatang terus bertambah.Pengguna jalan semakin padat
dan mobilitasnya semakin tinggi secara ruang dan waktu.
Di sisi lain kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
angkutan umum belum memadai atau belum sesuai harapan
masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian
masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.
2. Kondisi Angkutan Umum DKI Jakarta
Ekspetasi masyarakat terhadap pelayanan dan kondisi
angkutan umum sebagai bagian dari pelayanan dasar (public
service) tentu sangat maksimal, yaitu : aman (safety and
secure), nyaman (bersih, tidak pengap, dan tidak
berdesakan), tarif terjangkau (tarif yang pantas), tepat
waktu (on schedule), bahkan door to door (sedikit mungkin
pergantian moda angkutan). Namun, secara faktual kondisi
angkutan umum di Jakarta masih belum memenuhi harapan
masyarakat tersebut.
3. Karakter Sosial Budaya Masyarakat
Masalah transportasi tidak terlepas dari karakter
masyarakat perkotaan yang heterogen dan kompleks dimana
demand masyarakat sangat beragam sedangkan sumberdaya di
perkotaan cenderung terbatas sehingga terjadi perebutan
pemanfaatan. Kemacetan lalulintas merupakan contoh nyata
perebutan pemanfaatan infrastruktur transportasi
perkotaan dan berdampak buruk terhadap perilaku
masyarakat kota. Dengan kondisi sarana angkutan umum yang
belum memadai, mendorong masyarakat lebih memilih
menggunakan kendaraan pribadi. Sementara dari sisi sosial
budaya, keinginan seseorang untuk memiliki kendaraan
pribadi sedikit banyak dipengaruhi adanya pandangan bahwa
memiliki kendaraan bermotor mencerminkan status sosial di
masyarakat. Memiliki mobil pribadi menjadi tolok ukur
kesuksesan dalam bekerja. Akibatnya, ruas-ruas jalan
lebih banyak dipenuhi oleh kendaraan pribadi yang hanya
mengangkut penumpang jauh lebih sedikit dibandingkan daya
angkut saranan angkutan umum.
4. Kurangnya Penerapan Prinsip Insentif dan Disinsentif Lalu
Lintas (Masalah Penegakan Hukum)
Masalah penegakan hukum tata tertib lalu lintas sulit
untuk diatasi, hal ini juga terkait dengan pola prilaku
masyarakat kota. Pemberian insentif bagi masyarakat
pengguna bus Trans Jakarta dengan adanya jalur khusus bus
(bus way) tidak tepat sasaran yang ditandai dengan
terjadinya antrian penumpang yang panjang pada saat peak
hours dan bahkan tingkat pelanggaran terhadap jalur bus
way relatif tinggi. Selain itu, disentif berupa
pemberlakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu di
ruas jalan tertentu dalam praktiknya masih terjadi
manipulasi dengan kehadiraan joki three in one.
Moda Tranportasi Massal yang ada di Jakarta
Untuk memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman dan murah
pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat,
pemerintah menyediakan angkutan massal sebagai sarana angkutan
perkotaan. Keberadaan angkutan umum diharapkan dapat membantu
manajemen lalu lintas dan angkutan jalan.
1. Angkutan Kota (Angkot)
11
Gambar 4 Angkutan Kota
Angkutan kota adalah moda transportasi perkotaan yang
merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah
ditentukan. Moda ini tidak memiliki halte sebagai tempat
pemberhentian sehingga angkutan kota dapat berhenti
dimana saja untuk menaikkan atau menurunkan penumpang.
Selain itu, tidak ada pula sistem yang mengikat angkutan
kota untuk berhenti di suatu tempat.
Pemberhentian angkutan kota yang sesuka hati sering
menjadi salah satu penyebab antrian panjang di jalan
terutama jika moda ini berhenti di jalan yang tidak
terlalu lebar. Angkutan kota biasanya mulai beranjak
pergi jika semua tempat duduk telah terisi dengan
penumpang, hal ini menjadi salah satu penyebab
ketidaknyamanan penumpang angkutan kota karena harus
menunggu.
2. Bus Kota
Gambar 5 Bus Kota Kopaja
Bus kota adalah sarana transportasi massal yang
mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain
dalam wilayah perkotaan yang terikat dalam trayek
angkutan tetap dan teratur. Kondisi bus kota yang beredar
saat ini sangat memprihatinkan dan sebagian besar tidak
mengutamakan kenyamanan penumpang. Oleh karena tarifnya
yang murah, peminat bus kota masih tinggi bahkan tidak
sedikit penumpang yang rela berdiri sepanjang perjalanan
karena tidak ada tempat duduk yang tersisa. Bus kota ini
juga dapat berhenti dimana saja di sepanjang rutenya.
3. Kereta Api
13
Gambar 6 Kereta Api
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan
dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun
sedang bergerak di rel. Oleh karena kereta api hanya
dapat bergerak pada lintasan/jaringan rel yang sesuai
dengan peruntukanya, kereta api dijadikan alternatif
solusi pengurangan kemacetan di Jakarta karena dapat
memuat penumpang maupun barang dalam skala besar dan
tidak terganggu dengan lalu lintas lainnya. Selain itu,
dengan menggunakan kereta, waktu tempuh perjalanan
menjadi lebih cepat. Akan tetapi dilain pihak, kereta api
jaringannya terbatas sehingga tidak fleksibel dan
kurangnya maintenance dari badan pengawas yang kurang
menjamin kenyamanan dan keamanan penumpang. Meskipun
kereta api dapat memuat jumlah penumpang yang besar,
masih terdapat penumpang yang duduk di atas kereta,
berdesak-desakan di dalam kereta dan berdiri di tepian
pintu kereta. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan kereta
api sangat tinggi.
4. Trans Jakarta
Gambar 7 Busway Trans Jakarta
Transjakarta/Busway adalah sebuah sistem transportasi Bus
Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan yang
beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta. Transjakarta
dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung
aktivitas ibukota yang padat. Transjakarta dioperasikan
oleh Unit Pengelola Transjakarta Busway (UPTB) dibawah
DInas Perhubungan DKI Jakarta yang bertanggungjawab penuh
kepada Gubernur DKI Jakarta.
Komponen utama tranportasi yang ada di Jakarta
Ada 2 jenis kategori untuk komponen utama dalam transportasi.
Komponen yang dimaksud adalah seperti yang akan dijelaskan di
bawah ini.
Komponen utama dalam transportasi menurut Morlok (1991)
adalah:
1. Manusia dan barang, sebagai objeknya atan komponen yang
diangkut.
2. Kendaraan, sebagai alat dalam mengangkut objek.
3. Jalan, sebagai sarana bagi kendaraan yang terdiri dari
jaringan-jaringan untuk mencapai suatu tempat
15
4. Terminal, bertindak sebagai titik simpul dalam suatu
jaringan transportasi
5. Sistem pengoperasian, adalah sebagai suatu kontrol yang
mengatur 4 sistem supaya dapat bekerja dengan baik
Sedangkan komponen utama dalam transportasi menurut Menheim
(1979) lebih membatasinya sehingga hanya dalam dalam
transportasi, yaitu :
1. Jalan dan terminal
2. Kendaraan
3. Sistem pengelolaan/pengoperasian
Dari pendapat ahli diatas, sistem transportasi dalam suatu kota
dapat diartikan sebagai sebuah sistem jaringan yang terdiri dari
dari jalan dan terminal, kendaraan, dan sistem pengoperasian yang
bertujuan untuk mengangkut manusia dan barangdimana masing-masing
saling terkait dan harus berada dalam keadaan seimbang.
Solusi yang telah diterapkan oleh DKI Jakarta yang belum optimal
Pemerintah DKI Jakarta telah menerapkan beberapa solusi dalammengatasi berbagai masalah mengenai transportasi kota. Namunsebagian besar dari upaya ini belum mampu memberikan hasilyang diinginkan. Berikut ini adalah solusi yang diberikan olehpemerintah DKI Jakarta terhadap permasalahan transportasi dikota Jakarta.
1. Area Traffic Control System (ATCS)
Gambar 8 Skematik dari sistem ATCS
Merupakan sistem yang bertujuan untuk mengoptimalkan lalulintas dengan cara memberikan gelombang hijau (green wave)untuk setiap persimpangan. Dengan metode ini apabilaseorang penumpang mendapatkan lampu hijau di satupersimpangan, maka ia pun akan mendapatkan lampu hijauuntuk persimpangan berikutnya selama kecepatankendaraannya memenuhi.
Metode ini merupakan metode yang baik selama jumlahkendaraan masih dalam batas wajar pada suatu jalan. namunmenjadi gagal bila volume lalu lintasnya tinggi, adanyahambatan pada samping ruas jalan dan persimpangan (misal:penjual), dan kondisi teknis infrastruktur ATCS yangkurang memadai.
2. Aturan 3 in 1
Gambar 9 Area berpenumpang 3 atau lebih
Dengan mewajibkan semua kendaraan pribadi yang melewatijalan Sudirman dan Thamrin harus berpenumpang minimal 3
17
orang termasuk pengemudi yang diterapkan pada jam sibukpagi dan sore, maka diharapkan dapat menekan penggunaankendaraan pribadi pada koridor utama tersebut.
Kelemahan dari metode ini adalah tidak ada manajemen danaturan yang melarang penggunan jalan-jalan lokal (gang,jalan tikus) mengakibatkan pengguna jalan yang adamenghindari daerah 3 in 1 ini memindahkan kemacetan kedaerah lain. Selain itu muncul juga penyedia jasa ilegalyang dapat berperan sebagai penumpang (jockey) biladibayar dengan sejumlah uang, sehingga menjadikan mobilberpenumpang 3. Kelemahan lainnya adalah terbatasnyaaturan ini pada satu koridor dimana skema manajemenpermintaan lain serta sistem angkutan umum tidakmendukung dengan baik.
3. Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT)Pengembangan BRT atau yang biasa disebut Busway telahdibuat di beberapa lokasi penting di Jakarta. Diharapkandengan adanya Busway ini, pengguna kendaraan pribadi akanlebih tertarik dalam menggunakan sarana transportasi umumketimbang menggunakan kendaraan sendiri. Dengan begitu,kemacetan bisa berkurang.
Adanya busway terbukti telah memberikan hasil yang lebihbaik, meskipun tidak optimal. Keberadaan busway memangtelah memberikan kesadaran akan transportasi umum bagibeberapa pengguna kendaraan pribadi, namun belum cukupuntuk menarik minat banyak orang. Hal ini terjadi karenaopportunity cost serta standar kebutuhan dan kenyamananbusway tidak memenuhi kriteria yang diinginkan bagipengguna kendaraan pribadi. Kelemahan lainnya adalah areapelayanan busway di Jakarta masih terbatas, belum dapatmenjangkau area pinggiran Jakarta.
4. Penertiban Parkir dan Pedagang Kaki Lima
Gambar 10 penertiban pedagang kaki lima oleh pemerintah
Langkah yang diambil pemerintah dalam menertibkan parkerdan pedagang kaki lima adalah dengan melakukan pelarangandan merazia pedagang kaki lima, sertamelakukan penggembokan terhadap kendaraan-kendaraan yangparkir pada ruas jalan yang tidak diperuntukkan sebagaiwilayah parkir.
Dampak dari upaya ini tidak begitu efektif dan tidakterlalu terlihat hasilnya terhadap perbaikan lalu lintas.Hal ini terjadi karena tidak adanya konsistensikebijakan, penegakan aturan, serta masih banyak area on-street parking yang diijinkan.
5. Pembangunan Ruas Jalan Toll Dalam Kota
Gambar 11 Pembangunan salah satu ruas jalan tol
Salah satu cara dalam mengatasi kemacetan adalah denganmembangun beberapa ruas tol baru di Jakarta sekaligus
19
sebagai upaya dalam menambah kapasitas jaringan jalan diJakarta.
Ironisnya dengan menambah ruas jalan tol baru di Jakartajustru turut menambah minat pengguna kendaraan pribadiuntuk memakai kendaraannya sendiri.
Revitalisasi Tranportasi Massal sebagai Solusi Mengurangi Kemacetan
Lalu Lintas
1. Penegakkan Hukum
Minimnya penegakkan hukum memicu tidak disiplinnya para
pengemudi angkutan umum. Para pengemudi menjadi biasa dan
bebas melakukan pelanggaran aturan lalu lintas. Kebebasan
itu dapat diketahui pada saat angkutan kota/bus kota
(metromini/kopaja) menaikkan dan menurunkan penumpang di
sembarang tempat tanpa mempertimbangkan kemanan
penumpangnya. Begitu pula sulitnya mencari penumpang dan
mengejar target setoran harian, membuat para pengemudi
angkutan umum berhenti dan menjadikan setiap jalan sebagai
terminal liar. Akibatnya adalah penumpukan kendaraan lain di
belakang yang menimbulkan kemacetan serius karena
berkurangnya kapasitas jalan dikarenakan adanya terminal
liar.
2. Mengadakan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bagi angkutan
umum di Jakarta
Keberadaan SPM ini akan melindungi hak pengguna angkutan
umum untuk mendapatkan jaminan pelayanan yang baik, nyaman
serta aman. Kerap kali kecelakaan lalu lintas disebabkan
oleh pengemudi angkutan umum yang ugal-ugalan dan
membahayakan penumpangnya, kondisi bus yang sudah sangat
rusak tak terawat dan maraknya kriminalitas serta pelecehan
di angkutan umum. Dalam UU No. 22 tahun 2009 tertulis bahwa
perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan
minimal, memenuhi bagi penggunanya berupa: keamanan,
keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan,
keteraturan dan mengakomodir kebutuhan penyandang cacat.
3. Evaluasi trayek angkutan umum eksisting
Evaluasi atau restrukturisasi trayek dengan berorientasi
sebagai feeder untuk kereta api dan Transjakarta perlu
dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan tidak
sehat. Evaluasi trayek (semacam re-routing) harus dilakukan
secara menyeluruh terhadap operasional angkutan umum
existing di Jakarta mengingat kondisi nyata sekarang sudah
banyak trayek angkutan umum terutama bus besar yang mati.
Tujuan evaluasi trayek adalah untuk mengetahui kebutuhan
armada dalam trayek, membatasi pemberian izin trayek baru
secara selektif, melakukan pengalihan kendaraan dari rute
“kecil” ke rute “besar” dan memulai system pemberian ijin
trayek berdasarkan “Quality Licencing” atau Lelang.
4. Memperbaiki layanan kereta api komuter Jabodetabek
Angkutan kereta api menjadi sarana angkutan umum massal
utama di Jakarta dan sekitarnya. Revitalisasi ini merupakan
wujud satu kesatuan dari revitalisasi angkutan umum berbasis
jalan raya serta berbasis rel yakni kereta api sehingga
operasional kereta api tetap terkontrol.
5. Memberhentikan operasi angkutan umum yang kondisinya sudah
tidak layak pakai
21
“Suansa di dalam Metromini jurusan
Roxy-Cileduk, tampak sudah sangat tua
dan tidak layak pakai. Kondisi kaca pecah,
bangku penumpang beberapa yang
sudah tidak ada, atap kendaraan sudah
memburuk, Metromini yang sangat tidak
layak pakai masih beroperasi?”
Kesimpulan
Dalam memperbaiki sistem tranportasi di kota Jakarta bukanlah
hal yang mudah. Telah banyak sistem yang tidak berjalan dengan baik
akibat dari pertambahan penduduk di kota Jakarta, munculnya
ketidaktertiban yang telah mengakar menjadi kebiasaan, dan masih
banyak lagi. Solusi telah diterapkan namun hanya berhasil dalam
jangka waktu pendek saja.
Untuk mengatasi hal ini memang diperlukan tinjauan baik langsung
maupun tak langsung. Tinjauan ini harus dengan benar-benar matang,
dan diperlukan komitmen baik dari pemerintah maupun dari pihak
masyarakat itu sendiri. Bila hal ini berjalan dengan baik, maka
permasalahan transportasi di Jakarta dapat berjalan dengan lebih
baik meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama.
Dengan kondisi transportasi saat ini, diperlukan penyelesaian yang
benar-benar dibuat secara matang dan kreatif serta dimodelkan
terlebih dahulu. Sebaiknya pemerintah pun mulai melihat solusi yang
ditawarkan oleh pihak-pihak di luar pemerintah yang selama ini tidak
terlalu diperhatikan. Bila hal ini dilakukan, maka penyelesaian akan
masalah transportasi ini akan berjalan dengan lebih cepat.
Sumber Pustaka
http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=130
http://adityakusuma27.blogspot.com/2010/11/transportasi-
berkelanjutan_23.html
http://id.wikibooks.org/wiki/Pembenahan_Transportasi_Jakarta/
Transportasi_Kota_Jakarta
http://id.wikibooks.org/wiki/Pembenahan_Transportasi_Jakarta/
Restrukturisasi_Organisasi
23