identifikasi potensi kecelakaan kerja saat pengoperasian alat ...
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi
di jalan yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan beberapa faktor mulai dari
pengguna jalannya, jalan itu sendiri, kendaraan, ataupun lingkungan sekitarnya.
Kecelakaan lalu lintas juga merupakan dampak negatif dari perkembangan
transportasi yang saat ini meningkat signifikan, tinginya tingkat korban
kecelakaan yang ditunjukan data statistik membuat masyarakat atau penguna jalan
menjadi khawatir. Jika perencanaan jalan dilaksanakan dengan baik akan
menghasilkan jalan yang baik yang akan berdampak pada keselamatan bagi
pengguna jalan. Kesalahan penilaian akan menjadi kecil jika tidak ada kosentrasi
dari kendaraan pada suatu saat atau tidak terjadi kesalahan persepsi di jalan, dan
dengan demikian menghindarkan terjadinya kecelakaan (Hobbs, 1995).
Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa
kecepatan kendaraan pada jalan antarkota adalah 80 kilometer per jam. Dari
pernyataan tersebut bahwa kecepataan berkendara juga faktor yang berpengaruh
pada kecelakan lalu lintas baik dari tingkat kecepatan (tinggi atau rendah) dalam
berkendara, karena kecelakaan yang terjadi tidak bisa diprediksi. Jalan Simpang
Tri Brata - Pekanbaru merupakan kolektor primer (Kelas III B) yang dilewati
berbagai jenis kendaraan seperti, truk, bus, mobil, sepeda motor dan lain
sebagainya. Sebagai jalan penghubung beberapa kabupaten atau kota, jalan ini
selalu padat arus lalu lintas sehingga permasalahan kecelakaan lalu lintas kerap
terjadi.
Beberapa kecelakaan yang terjadi di ruas jalan tersebut seperti: kecelakaan
yang terjadi di jalan Petapahan-Suram disebabkan kondisi jalan yang rusak dan
terdapat beberapa lubang yang cukup membahayakan di tengah jalan kurangnya
penerangan di malam hari, 28 Juni 2018 (SegmenNews.com), Kecelakaan yang
terjadi pada Senin, 12 Maret 2018 sore di jalan lintas Petapahan Km. 46 Desa
Pantai Cermin, Tapung, yang menyebabkan tiga korban kecelakaan meninggal
dunia (detiknews), dan kecelakan yang terjadi di Km. 67 - 68 Jalan Raya
Petapahan-Kusau Makmur wilayah desa Suka Ramai kecamatan Tapung Hulu
2
Kabupaten Kampar Sabtu (30 Januari 2016) sekira pukul 21.30
WIB. (riauterkini.com)
Kecelakaan yang berulang kali terjadi bisa disebabkan oleh kurangnya
pengawasan pada lokasi rawan kecelakaan lalu lintas. Pihak yang terkait ataupun
masyarakat biasa seharusnya lebih peduli dalam masalah kecelakaan lalu lintas
supaya angka kecelakaan lalu lintas menjadi berkurang setiap tahunnya, karena
keadaan ini menjadi ukuran tingkat keselamatan bagi pengguna jalan.
Disepanjang ruas jalan biasanya terdapat suatu daerah yang sering mengalami
kecelakaan lalu lintas yang disebut dengan Black Spot Hal seperti ini harus
ditindak lanjuti dengan penanggulangan yang tepat di daerah tersebut. Jika
sepanjang ruas tersebut mengalami tingkat kecelakaan yang tinggi maka harus
dilakukan identifikasi lebih lanjut dan intensif.
Oleh sebab itu peneliti ingin melakukan penelitian terhadap kecelakaan
yang sering terjadi sepanjang ruas jalan Simpang Tri Brata - Pekanbaru, peneliti
ingin mengetahui mengapa hal ini bisa terjadi sebab jalan ini merupakan salah
satu jalan masyarakat Rokan Hulu menuju kota Pekanbaru. Dalam penelitian akan
menggunakan beberapa cara yang mengacu pada Pd T 09 - 2004 - B, sebagai
standar dalam penanggulangan kecelakaan lalu lintas.
1.2 Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah:
1. Di mana sajakah titik rawan kecelakaan (Black Spot) yang terdapat di
ruas jalan Simpang Tri Brata - Pekanbaru?
2. Bagaimana cara penanggulangan terhadap lokasi yang rawan
kecelakaan tersebut?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi Black Spot di Ruas Jalan Simpang Tri Brata -
Pekanbaru.
2. Bagaimana cara penanggulangan kecelakaan tersebut dengan tepat.
3
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Semoga memberi pengetahuan atau informasi lokasi rawan kecelakaan,
dan rekomendasi penanggulangannya.
2. Menurunkan angka kecelakaan kepada semua manusia dan tentunya
lebih berhati-hati dalam berkendara.
3. Semoga bisa menjadi pedoman bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian mengenai kecelakaan lalu lintas yang akan datang, sehingga
informasi yang didapat bisa diterapkan dan menjadi perubahan ke arah
yang lebih baik.
1.4 Batasan Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Objek penelitian berlokasi di ruas jalan Simpang Tri Brata - Pekanbaru,
(Desa Talang Danto - Desa Karya Indah) di Kabupaten Kampar.
2. Data kecelakaan lalu lintas diperoleh dari Polres Kampar.
3. Sampel penelitian ini fokus pada segmen jalan (kilometer) yang
frekuensi kecelakaannya terjadi minimal 5 kali.
4. Tidak melakukan pengujian pada karakteristik kecelakaan dan persepsi.
5. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian dan penanggulangan
kecelakaan lalu lintas mengacu pada Pd T 09-2004-B.
6. Tidak menghitung kerugian materi pada kecelakaan yang terjadi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis akan mencantumkan lima buah penelitian
terdahulu yang relevan atau berhubungan dengan judul yang ingin diteliti
mengenai “Analisis Kecelakaan Lalu Lintas dan Penanggulangannya di Ruas
Jalan Simpang Tri Brata - Pekanbaru, Kabupaten Kampar” sebagai berikut:
1. Akbar Adhitya Muslim. (2018). Analisis Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu
Lintas Dan Penanganannya Di Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono, M.Sc
Jakarta. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi rawan
kecelakaan adalah metode frekuensi, metode angka ekivalen kecelakaan
dengan batas kontrol atas dan metode tingkat kecelakaan dengan statistik
kendali mutu (upper control limit). Penanganan yang direkomendasikan
pada lokasi rawan kecelakaan disesuaikan dengan karakteristik
kecelakaan dominan pada lokasi tersebut. Penentuan karakteristik
kecelakaan dominan menggunakan pendekatan analisa data dimana
analisis dilakukan dengan memilih karakteristik kecelakaan dominan pada
suatu lokasi yang mendapatkan presentase tertinggi kemudian
dibandingkan dengan karakteristik kecelakaan untuk semua ruas jalan lalu
dilakukan Uji–Z. Hasil penentuan lokasi rawan kecelakaan Jalan Tol Ir.
Wiyoto Wiyono, M.Sc tahun 2014-2016 didapatkan lokasi yang
teridentifikasi sebagai lokasi rawan kecelakaan pada ketiga metode
tersebut dengan penggabungan menggunakan diagram venn serta
penanganan yang dapat diberikan pada lokasi tersebut adalah km 21-22
jalur A perlu pemasangan rambu peringatan tikungan ganda, km 3-4 jalur
B perlu pengawasan lebih bagi pengemudi dengan kendaraan minibus, km
7-8 Jalur B perlu pengawasan lebih pada pukul 12.01-18.00 dan untuk km
0-1 jalur A, km 5-6 jalur B tidak ada usulan penanganan secara khusus
karena karakteristik kecelakaan tidak lulus uji hipotesis atau uji normal.
2. David Kristianto Eka Sinta, Desi Riani, dan Robby. (2018). Analisis
Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas Dan Alternatif
Penanggulangannya Studi Kasus Pada Jalan. M. Arsyad Km 3+000 S.D.
5
Km 13+000 Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur. Jalan H. M.
Arsyad Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan jalan
arteri primer yang menampung arus lalu lintas seperti, truk, bus, dan
kendaraan roda empat lainnya. Hal ini menyebabkan padatnya arus lalu
lintas di Jalan H. M. Arsyad Kota Sampit, sehingga dapat menimbulkan
permasalahan-permasalahan lalu lintas khususnya kecelakaan lalu
lintas.Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui tingkat kecelakaan
lalu lintas di Jalan H. M. Arsyad Km 3+000 s.d. Km 13+000 Kota Sampit,
serta titik mana saja yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas dan apa saja
upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kecelakaan lalu lintas. Hasil
penelitian dan analisis data 3 tahun terakhir diketahui titik-titik yang
sering terjadi kecelakaan yaitu pada area Km 11+000 s.d. Km 13+000
dengan total perhitungan angka kecelakaan sebesar 515. Pada area
tersebut merupakan black site berdasarkan perhitungan dan analisis data
kecelakaan yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis area
black site daerah yang sering terjadi kecelakaan yaitu pada Km 12+000
s.d. Km 13+000 dengan Nilai Cusum terbesar yaitu 3,33. Pada lokasi
tersebut merupakan black spot berdasarkan perhitungan dan analisis data
kecelakaan yang terjadi.
3. Heru Aditriansyah. (2018). Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Pada Ruas
Jalan Batu Ampar Kota Batam Dengan Metode Accident Rate (Analysis
Of Traffic Accidents At Batu Ampar, Batam With Accident Rate Method).
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan kondisi saat ini, dengan menggunakan metode Accident
Rate. Faktor yang ditinjau adalah jumlah total kecelakaan yang terjadi dan
panjang bagian jalan yang diteliti. Nilai Accident Rate yang > 1,0 akan
digolongkan kedalam Black Spot dan jika < 1,0 maka digolongkan
kedalam Black Site. Hasil analisis kecelakaan berdasarkan Accident Rate
dapat diidentifikasikan dalam tiga ruas jalan yaitu jalan Batu Ampar-
Simpang Baloi, Simpang Baloi-Sei Harapan, Sei Harapan-Sekupang
memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi, yakni lebih dari 1,0. Tingkat
kecelakaan tertinggi pada ruas jalan Batu Ampar-Simpang Baloi sebesar
6
4,86 kecelakaan/km.tahun. Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang
paling dominan adalah faktor manusia sebagai pengemudi yang sering
lalai dan tidak disiplin dalam berkendara sesuai dengan peraturan berlalu
lintas yang ada di Indonesia. Alternatif pencegahan tingkat kecelakaan
dengan menggunakan tiga metode yaitu Pre-emtif, Prepentif dan Represif.
4. Risna Rismiana Sari, Muhammad Amarullah, Novia Kristiyanti. (2017).
Penentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka
Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution Di
Kota Bandung. Ruas Jalan PH. H Mustofa-AH. Nasution merupakan ruas
jalan arteri primer di Kota Bandung yang memiliki tingkat kecelakaan
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang
penentuan titik lokasi rawan kecelakaan sebagai tindakan preventif
maupun saran penanggulangannya. Penentuan titik rawan kecelakaan
dilakukan dengan metode pembobotan dengan menggunakan 3 (tiga)
parameter yaitu parameter Angka Ekuivalen Kecelakaan (AEK), Batas
Kontrol Atas (BKA) dan Upper Control Limit (UCL). Identifikasi lokasi
kecelakaan yang digunakan berdasarkan data laka lantas tahun 2014
sampai dengan tahun 2016. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka
didapatkan bahwa titik-titik rawan kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H
Mustofa-AH. Nasution adalah pada daerah Cikadut-PT. Indosco, PT.
Indosco-BJB Sukamiskin, Mutiara Kitchen-Ujung Berung Indah, Ujung
Berung Indah-Bank BCA Ujung Berung dengan nilai AEK berturut-turut
sebsar 144, 128, 137 dan 177. Dengan ditentukannya titik-titik rawan
kecelakaan diharapkan dapat menjadikan informasi dalam peningkatan
kualitas jalan untuk menunjang keselamatan jalan dalam aspek prasarana
jalan.
5. Gito Sugiyanto dan Ari Fadli (2016). Identifikasi Lokasi Rawan
Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Metode Batas Kontrol Atas dan Upper
Control Limit. Keselamatan jalan merupakan salah satu penelitian bidang
transportasi yang rumit karena sifat dan akibat kecelakaan. Kecelakaan
lalu lintas menimbulkan masalah serius bagi masyarakat berupa biaya
medis, biaya ekonomi (kerugian produktivitas), biaya kerusakan properti,
7
serta biaya rasa sakit dan duka cita. Kecelakaan lalu lintas cenderung
meningkat dan masih menjadi permasalahan utama penyelenggaraan
transportasi jalan di Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan
keselamatan transportasi yaitu dengan penentuan dan penanganan lokasi
rawan kecelakaan lalu lintas. Metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan yaitu metode frekuensi
kecelakaan. Tujuan studi untuk mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan
dengan menggunakan metode Batas Kontrol Atas (BKA) dan Upper
Control Limit (UCL). Lokasi studi di Kabupaten Purbalingga, Jawa
Tengah, Indonesia. Data kecelakaan lalu lintas yang dianalisis bersumber
dari Kepolisian Resor Purbalingga dari 1 Januari 2010 sampai dengan 31
Desember 2015. Dengan menggunakan angka ekivalen kecelakaan 10
untuk korban meninggal dunia, 5 untuk korban luka berat, 1 untuk korban
luka ringan, dan 1 untuk property damaged only. Tujuh ruas jalan dengan
jumlah angka ekivalen kecelakaan lebih besar dibandingkan nilai BKA
dan nilai UCL sehingga diidentifikasi sebagai lokasi rawan kecelakaan
lalu lintas yaitu Jalan Raya Bayeman Desa Tlahab Lor, Jalan Raya turut
Desa Penolih, Jalan Raya turut Desa Bobotsari, Jalan Raya turut Desa
Bojongsari, Jalan Raya turut Desa Jetis, Jalan Raya turut Desa
Kembangan, dan Jalan Raya turut Desa Panican.
6. Khairul Fahmi. (2014). Solusi Penanggulangan Kecelakaan Lalu Lintas
Di Kabupaten Rokan Hulu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Rokan Hulu serta mencari solusi
guna mengantisipasi kecelakaan lalu lintas tersebut. Penelitian ini
menggunakan data primer yang didapat langsung dilapangan, data
sekunder yang didapat dari data kecelakaan lalu lintas di Kepolisian Resor
(POLRES) Kabupaten Rokan Hulu. Hasil penelitian menunjukkan black
spot area terdapat pada Kecamatan Ujungbatu pada STA 147, Kecamatan
Rambah 179 dan Kecamatan Tambusai STA 225 sampai STA 226.
Mayoritas penyebab kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh kesalahan
manusia dan kondisi geometri serta perkerasan jalan yang tidak ideal.
Penanggulangan yang bisa dilaksanakan untuk lokasi rawan kecelakaan
8
lalu lintas antara lain: Melakukan pengecatan ulang untuk marka jalan
yang sudah terkelupas. Lebar bahu jalan diupayakan memiliki lebar
minimal satu meter. Pemasangan rambu batas kecepatan atau tanda lokasi
rawan kecelakaan. Pembuatan dan Perbaikan saluran drainase yang ada
untuk mempertahankan kondisi tanah dasar perkerasan jalan. Melakukan
overlay pada lapisan perkerasan yang sudah tidak baik lagi.
7. Margareth Evelyn Bolla, Yunita A. Messah, Michal M. Bunga Koreh.
(2013). Analisis Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas(Studi Kasus Ruas
Jalan Timor Raya Kota Kupang). Jalan Timor Raya yang menghubungkan
Kota Kupang dengan Kabupaten Kupang memiliki tingkat kerawanan
kecelakaan yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui angka kecelakaan dan daerah rawan kecelakaan (black site)
pada ruas jalan Timor Raya KM 02-KM 11 Kota Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Data korban kecelakaan lalu lintas tahun 2009-2011
diperoleh dari Rumah Sakit Bhayangkara Kupang. Berdasarkan data
tersebut, dihitung angka kecelakaan dengan metode EAN (Equivalent
Accident Number) dan dianalisa untuk mendapatkan daerah rawan
kecelakaan dengan menggunakan metode BKA (Batas Kontrol Atas) dan
UCL (Upper Control Limit). Hasil analisis menunjukkan bahwa KM 07
(EAN = 288) dan KM 08 (EAN = 249) teridentifikasi black site karena
memiliki angka kecelakaaan EAN melebihi dari batas kontrol BKA dan
UCL, dimana pada KM 07, BKA = 142, UCL = 141 dan pada KM 08,
BKA = 142, UCL = 139.
2.2 Keaslian Penelitian
Penelitian ini meninjau tentang Analisis Kecelakaan Lalu Lintas dan
Penanggulangannya di Ruas Jalan Simpang Tri Brata - Pekanbaru, Kabupaten
Kampar yang mana belum pernah dilakukan penelitian tentang ini sebelumnya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada:
1. Penelitian berlokasi di Ruas Jalan Simpang Tri Brata - Pekanbaru (Desa
Talang Danto - Karya Indah), Kabupaten Kampar.
2. Data kecelakaan yang digunakan tahun 2014-2018.
3. Data geometri jalan, LHR dan kecepatan kendaraan pada tahun 2019.
9
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Jalan
Menurut PP Nomor 34 Tahun 2006, Jalan adalah prasarana transportasi
darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
3.1.1 Bagian-Bagian Jalan
Bagian-bagian jalan meliputi :
a. Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk
konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi serta ambang
pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa
jalur pemisah dengan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang
pengaman jalan terletak di bagian yang paling luar dari ruang manfaat
jalan dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.
b. Ruang milik jalan adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat
jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi
oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk
keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.
c. Ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar
ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara
jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi
bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak
mengganggu fungsi jalan.
3.1.2 Klasifikasi Jalan
Menurut sistem jaringan jalan, jalan terdiri atas :
a. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
10
b. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.
Menurut fungsinya, jalan dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yamg berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.
Menurut statusnya, jalan dikelompokkan menjadi lima yaitu :
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi,
dan jalan strategis nasional serta jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten atau kota, atau antar ibukota kabupaten atau kota, dan jalan
strategis provinsi.
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan primer
yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dan sistem jaringan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan
11
antarpersil, serta menghubungkan antarpusat pemukiman yang berada
di dalam kota.
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan
antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. Pengaturan
kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan
dikelompokkan atas :
a. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas
menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus
dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya
persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik
jalan, paling sedikit 2 lajur setiap arah dan dilengkapi dengan
median.
b. Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus
dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi
dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap arah.
c. Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu-lintas jarak
sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling
sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 7 meter.
d. Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas
setempat, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling
sedikit 5,5 meter.
3.2 Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis dan ditemukan,
agar tindakan korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan serta dengan upaya
preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah. Kecelakaan merupakan tindakan
tidak direncanakan dan tidak terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau
radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan cedera (Heinrich, 1980). Menurut
D.A. Colling (1990) yang dikutip oleh Bhaswata (2009) kecelakaan dapat
diartikan sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat
disebabkan oleh manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-
kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat
12
menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property
ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tenntang Lalu lintas
dan Angkutan Jalan. Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu
peristiwa di jalan yang tidak bisa diduga dan tidak disengaja yang melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada
lalu lintas yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera
atau kerusakan, kerugian pada pemiliknya (korban) (WHO, 1984). Menurut F.D.
Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009) mengungkapkan kecelakaan lalu lintas
merupakan kejadian yang sulit diprediksi kapan dan di mana terjadinya.
Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian.
Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring
pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.
Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak
diduga dan tidak dinginkan yang sulit diprediksi kapan dan di mana terjadinya,
sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian, dan kerugian harta benda pada
pemiliknya (korban).
3.3 Faktor Penyebab Kecelakaan
Menurut Warpani (2002) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil dari
penelitian dan pengamatan, khususnya di Indonesia penyebab utama besarnya
angka kecelakaan adalah faktor manusia, baik karena kelalaian, keteledoran,
ataupun kelengahan para pengemudi kendaraan maupun pengguna jalan lainnya
dalam berlalu lintas.
Menurut Wells (1993) faktor utama penyebab kecelakaan adalah faktor
kesalahan pengemudi. Penelitian terhadap aspek sosiologis pada teknik lalu lintas
di Amerika Serikat menemukan bahwa kecelakaan fatal karena kelelahan
pengemudi atau cacat tubuh tercatat hampir 6 persen. Begitu juga halnya dengan
alkohol yang merupakan faktor utama dalam kecelakaan fatal. Faktor usia juga
13
berperan penting dalam kecelakaan, pengemudi di bawah umur 25 tahun lebih
banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pengemudi yang lebih tua.
Menurut Indriastuti dkk., (2011) pengendara sepeda motor merupakan
pengendara yang terlibat kecelakaan paling banyak dibandingkan dengan
pengendara lainnya. Menurut Suraji dkk., (2010) pengaruh yang signifikan
terhadap kecelakaan sepeda motor adalah kurang disiplinnya pengendara dan juga
kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi.
Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 523 Tahun 2015
tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Bidang Angkutan Umum menyatakan bahwa 3 faktor utama penyebab
kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, faktor
jalan dan faktor lingkungan.
3.3.1 Faktor Manusia
Faktor ini menurut Direktorat Jenderal Perhubungan darat menduduki
tingkat pertama yaitu sebesar 93,52% dalam penyebab kecelakaan lalu lintas.
Faktor manusia mempunyai beberapa pengelompokkan seperti pengemudi dan
pejalan kaki, penjelasannya dengan uraian berikut ini:
1. Pengemudi
Sebagai pengemudi manusia mempunyai beberapa faktor seperti
faktor psikologis dan faktor fisiologis (Dwiyogo dan Prabowo, 2006).
Faktor psikologis antara lain seperti motivasi, intelegensia, pelajaran,
pengalaman, dan sebagainya. Faktor fisiologis antara lain seperti
sistem syaraf, pendengaran, penglihatan, stabilitas perasaan, dan
sebagainya. Kombinasi dari keduanya menghasilkan yang biasa
disebut waktu reaksi. Waktu reaksi terbagi menjadi 4 bagian waktu
atau biasa disebut waktu PIEV, yaitu :
a. Perception : yaitu waktu masuknya rangsangan melalui panca
indera sehingga dapat menciptakan respon.
b. Intellection : yaitu waktu untuk mengindentifikasi rangsangan.
c. Emotion : yaitu waktu untuk menanggapi rangsangan dan waktu
untuk menentukan respon.
d. Volition : yaitu waktu pengambilan tindakan.
14
Menurut AASHTO tahun 1984 (dalam Dwiyogo dan Prabowo,
2006), untuk waktu PIEV digunakan sebesar 2,5 detik. Tetapi ada
faktor lain yang menentukan besarnya faktor PIEV, yaitu :
a. Kelelahan
b. Kondisi jalan yang lurus
c. Menurunnya kondisi kesehatan
d. Pengaruh obat-obatan, minuman keras, dan sebagainya.
Khisty. J, dan Lall. Kent, (dalam Pamungkas, 2014) mengatakan
proses pemutusan yang dilakukan oleh seorang pengendara meliputi
proses mengindera, menerima, menganalisis, memutuskan, dan
menanggapi.
Menurut Marsaid dkk., (2013) faktor manusia seperti lelah,
mengantuk, lengah, mabuk, tidak terampil, tidak tertib dan kecepatan
tinggi menyebabkan potensi kecelakaan lalu lintas. Wicaksono dkk.,
(2014) mengatakan bahwa perilaku pengemudi yang kurang antisipasi
merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Karakteristik pengendara yang menyebabkan kecelakaan lalu
lintas antara lain :
a. Umur
Umur merupakan faktor terpenting, orang yang berusia lebih tua
(diatas 30 tahun) akan lebih berhati-hati dan memiliki
kedisiplinan yang tinggi dalam berkendara dibanding dengan
orang yang berusia lebih muda.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih berpotensi mengalami kecelakaan lalu lintas
dibandingkan perempuan, dikarenakan mobilitas laki-laki lebih
tinggi dibanding perempuan. Menurut Ambarwati dkk., (2010)
jenis kelamin termasuk ke dalam salah satu faktor yang
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
c. Perilaku
Perilaku merupakan faktor terpenting dalam berlalu lintas, orang
dengan perilaku buruk cenderung akan melanggar peraturan lalu
15
lintas dan menyebabkan terjadinya kecelakaan dibandingkan
orang dengan perilaku yang lebih baik.
2. Pejalan Kaki
Selain pengemudi, menurut Hermariza (2008) pejalan kaki juga
mempunyai perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan
faktor luar. Faktor tersebut adalah kecepatan pejalan kaki. Faktor ini
menyebabkan para pejalan kaki enggan untuk berjalan melewati
trotoar dan cenderung untuk berjalan di sekitar badan jalan. Hal ini
dapat membuat keadaan lalu lintas sekitar menjadi tidak terkontrol
dan dapat menimbulkan banyaknya kecelakaan lalu lintas.
3.3.2 Faktor Kendaraan
Faktor-faktor utama dalam kecelakaan lalu lintas menurut Hobbs (1995)
adalah keterbatasan perancangan atau cacat yang ditumbulkan akibat
kurangnya pemeliharaan pada kendaraan, penyesuaian yang tidak baik dan
rusaknya komponen penting pada kendaraan seperti ban, rem, dan lampu.
Kerusakan pada ban juga sangat berpengaruh, karena jika ban tidak dalam
kondisi baik maka ban tersebut dapat mengalami pecah ban atau selip yang
dapat menimbulkan kecelakaan.
Kerusakan pada rem juga berpengaruh dikarenakan jika rem tidak
dipelihara secara rutin atau tidak dicek secara rutin makan rem pada kendaraan
dapat mengalami kerusakan pada sistem rem atau biasa disebut blong.
3.3.3 Faktor Jalan dan Lingkungan
Faktor jalan dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Faktor-faktor pada jalan meliputi :
1. Kondisi jalan yang berlubang
2. Kondisi jalan yang rusak
3. Tidak ada marka jalan atau rambu jalan
4. Tikungan atau turunan tajam
5. Lokasi jalan dan volume lalu lintas
Sedangkan untuk faktor lingkungan berasal dari cuaca, seperti berkabut,
hujan, mendung. Faktor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan
lalu lintas.
16
3.4 Korban Kecelakaan Lalu Lintas
3.4.1 Luka Ringan
Luka ringan adalah keadaaan korban mengalami luka-luka yang tidak
membahayakan jiwa dan atau tidak memerlukan pertolongan atau perawatan
lebih lanjut dirumah sakit, terdiri dari:
1. Luka kecil dengan pendarahan sedikit dan penderita sadar.
2. Luka bakar dengan luas kurang dari 15 %.
3. Keseleo dari anggota badan yang ringan tanpa komplikasi.
4. Penderita-penderita diatas semuanya dalam keadaan sadar tidak pingsan
atau muntah-muntah.
3.4.2 Luka Berat
Luka berat adalah korban mengalami luka-luka yang dapat
membahayakan jiwanya dan memerlukan pertolongan atau perawatan lebih
lanjut dengan segera dirumah sakit, terdiri dari:
1. Luka yang menyebabkan keadaan penderita menurun, biasanya luka
yang mengenai kepala atau batang kepala.
2. Luka bakar yang luasnya meliputi 25 % dengan luka baru.
3. Patah tulang anggota badan dengan komplikasi disertai rasa nyeri yang
hebat dan pendarahan hebat.
4. Pendarahan hebat kurang lebih 500 cc.
5. Benturan atau luka yang mengenai badan penderita yang menyebabkan
kerusakan alat-alat dalam, misal; dada, perut, usus, kandung kemih,
ginjal, hati, tulang belakang, dan batang kepala.
3.4.3 Meninggal Dunia
Meninggal adalah keadaan dimana penderita terdapat tanda-tanda
kematian secara fisik. Korban meninggal adalah korban kecelakaan yang
meninggal di lokasi kejadian atau meninggal selama perjalanan ke rumah
sakit.
3.5 Lokasi Rawan Kecelakaan
Identifikasi daerah rawan kecelakaan lalulintas meliputi dua tahapan yaitu,
sejarah kecelakaan (accident history) dari seluruh wilayah studi dipelajari untuk
memilih beberapa lokasi yang rawan terhadap kecelakaan, dan lokasi terpilih
17
dipelajari secara detail untuk menemukan penanganan yang dilakukan.
Berdasarkan panjangnya lokasi rawan kecelakaan (hazardous sites) dapat
dikelompokkan menjadi dua (Pusdiklat Perhubungan Darat, 1998), yaitu:
a. Black Site/section merupakan ruas rawan kecelakaan lalu lintas.
b. Black Spot merupakan titik pada ruas rawan kecelakaan lalu lintas (0.03
kilometer sampai dengan 1.0 kilometer).
3.6 Kriteria Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas
Suatu lokasi dinyatakan sebagai lokasi rawan kecelakaan lalu lintas
apabila:
1. Memiliki angka kecelakaan yang tinggi.
2. Lokasi kejadian kecelakaan relatif menumpuk.
3. Lokasi kecelakaan berupa persimpangan atau segmen ruas jalan sepanjang
100-300 m untuk jalan perkotaan, ruas jalan sepanjang 1 km untuk jalan
antar kota.
4. Kecelakaan terjadi dalam ruang dan rentang waktu yang relatif sama.
5. Memiliki penyebab kecelakaan dengan faktor yang spesifik.
3.7 Geometri Jalan
Geometri merupakan membangun badan jalan raya di atas permukaan
tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan
tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan baik
dengan antara waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan yang bersangkutan,
menghasilkan bagian-bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan,
keamanan serta efisiensi yang optimal. Dalam lingkup perancangan geometri
tidak termasuk perancangan tebal perkerasan jalan, walaupun dimensi dari
perkerasan merupakan bagian dari perancangan jalan seutuhnya. Jadi, tujuan dari
perancangan geometri jalan adalah menghasilkan insfrastruktur yang aman dan
nyaman kepada pemakai jalan.
Parameter-parameter yang menjadi dasar perancangan geometri adalah
ukuran kendaraan, kecepatan rencana, volume dan kapasitas, dan tingkat
pelayanan yang diberi oleh jalan tersebut. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan
18
pertimbangan dalam perancangan sehingga menghasilkan geometri jalan
memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
3.8 Lalu Lintas Harian Rata-rata
Lalu lintas harian rata-rata disingkat LHR adalah volume lalu lintas yang dua
arah yang melalui suatu titik rata-rata dalam satu hari, biasanya dihitung
sepanjang tahun. LHR adalah istilah yang baku digunakan dalam menghitung beban
lalu lintas pada suatu ruas jalan dan merupakan dasar dalam proses perencanaan
transportasi ataupun dalam pengukuran polusi yang diakibatkan oleh arus lalu lintas
pada suatu ruas jalan.
Ada dua jenis lalu lintas harian rata-rata yaitu:
a. Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) = Average Daily Traffic (ADT).
Dihitung dengan cara menjumlahkan volume lalu lintas dalam suatu
periode tertentu, yang lebih dari 1 hari dan kurang dari 1 tahun
(misalnya: dalam satu bulan) dibagi dengan jumlah hari di dalam 3
LHR dan LHRT periode tersebut.
b. Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT) = Average Annual
Daily Traffic (AADT).
Dihitung dengan cara menjumlahkan volume lalu lintas dalam 1 tahun
kemudian dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun
Data LHR atau LHRT digunakan untuk:
1. Menentukan prioritas pengembangan jalan raya
2. Mengukur dan mengevaluasi kendaraan pada suatu ruas jalan untuk
mengetahui tingkat pelayanan jalan.
3.9 Kecepatan Kendaraan
Menurut Hobbs (1995), kecepatan adalah lajur perjalanan yang biasanya
dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam) dan umumnya dibagi menjadi tiga
jenis :
1. Kecepatan setempat (spot speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu
saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan,.
2. Kecepatan bergerak (running speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-
rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan
19
membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu kendaraan bergerak
menempuh jalur tersebut.
3. Kecepatan perjalanan (journey speed), kecepatan efektif kendaraan
yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan jarak
antara dua tempat yang dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk
menyeleaikan perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama
waktu ini mencangkup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh
hambatan (tundaan) lalu lintas.
3.10 Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan lokasi rawan kecelakaan maka digunakan metode
frekuensi kecelakaan dan pembobotan angka ekivalen kecelakaan yang melebihi
nilai batas atas dengan metode Batas Kontrol Atas (BKA) dan Upper Control
Limit (UCL). Metode yang digunakan sebagai berikut:
3.10.1 Nilai Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK)
Terdapat beberapa nilai pembobotan angka ekivalen kecelakaan di
Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. di bawah ini.
Tabel 3.1. Angka Ekivalen Kecelakaan
Tingkat
Kecelakaan
Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK)
Puslitbang
Jalan
Ditjen
Hubdat Polri
ABIU-
UPK
Sugianto
(2017)
Meninggal Dunia
(MD) 12 12 10 6 168
Luka Berat (LB) 3 6 5 3 8
Luka Ringan
(LR) 3 3 1 0.8 2
Kerugian
Materi(K) 1 1 1 0.2 1
Sumber: Jurnal Gito Sugiyanto dan Ari Fadli, 2016
Nilai pembobotan korban kecelakaan yang digunakan oleh Puslitbang yaitu
dengan perbandingan: Meninggal dunia (MD): Luka berat (LB): Luka ringan
20
(LR): Kerugian Materi (K) = 12: 3: 3: 1. Jumlah nilai AEK seperti
ditunjukkan pada Persamaan 3.1.
AEK = 12 x MD + 3 x LB + 3 x LR + 1 x K ............................................ (3.1)
Dimana:
MD = Meninggal Dunia
LB = Luka Berat
LR = Luka Ringan
K = Kerugian Materi
3.10.2 Batas Kontrol Atas (BKA)
Nilai batas kontrol atas dipengaruhi oleh nilai rata-rata dari angka
ekivalen kecelakaan yang terdapat pada suatu wilayah pada kurun waktu satu
tahun dan dirumuskan seperti Persamaan 3.2 berikut ini.
BKA = C + 3 √C ............................................................................. (3.3)
Dimana:
C = Rata-rata Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK).
3.10.3 Upper Control Limit (UCL)
Penentuan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas menggunakan statistik
kendali mutu sebagai Upper Control Limit (UCL), seperti ditunjukkan pada
Persamaan 3.3 berikut ini.
UCL = λ + Ψ x√λ
m+
0,829
m+ (
1
2x m) ....................................................... (3.2)
Dimana:
λ = Nilai rata-rata angka kecelakaan.
Ψ = Faktor probabilitas = 2,576.
m = Nilai kecelakaan di setiap segmen.
Jika suatu segmen ruas jalan memiliki nilai tingkat kecelakaan (jumlah
AEK) berada di atas garis UCL maka segmen ruas jalan tersebut
diidentifikasi sebagai lokasi rawan kecelakaan lalu lintas (Puslitbang
Prasarana Transportasi, 2005). Nilai faktor probabilitas (Ψ) ditentukan oleh
probabilitas bahwa tingkat kecelakaan cukup besar sehingga kecelakaan tidak
dapat dianggap sebagai kejadian acak (Khisty and Kent, 2003). Nilai faktor
probabilitas (Ψ) ditunjukkan pada Tabel 2. Nilai faktor probabilitas (Ψ) yang
sering digunakan yaitu 2,576 dengan probabilitas 0,005 (atau nilai
21
signifikansi 99,5%) dan 1,645 dengan probabilitas 0,05 (atau nilai
signifikansi 95%).
Tabel 3.2 Nilai Faktor Probabilitas
Probabilitas 0,005 0,0075 0,05 0,075 0,10
Ψ 2,576 1,96 1,645 1,44 1,282
Sumber: Jurnal Gito Sugiyanto dan Ari Fadli, 2016
Analisis lokasi rawan kecelakaan lalu lintas (Black Spot) dilakukan
berdasarkan data historis kecelakaan lalu lintas selama lima tahun yaitu tahun
2014-2018. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara
mengklasifikasikan data kecelakaan per segmen (ruas jalan), menghitung
jumlah korban meninggal dunia, luka berat, luka ringan, dan kerugian materi
untuk setiap segmen (ruas jalan) untuk setiap tahunnya. Metode Batas Kontrol
Atas (BKA) dan Upper Control Limit (UCL) akan digunakan untuk
menentukan lokasi titik rawan kecelakaan lalu lintas. Suatu ruas jalan atau
segmen akan diidentifikasi sebagai lokasi titik rawan kecelakaan lalu lintas
jika jumlah angka ekivalen kecelakan lebih besar dibandingkan dengan nilai
UCL atau nilai BKA.
Enam langkah dalam menentukan suatu lokasi sebagai titik rawan
kecelakaan lalu lintas (Black Spot) adalah sebagai berikut:
1. Membuat tabulasi data kecelakaan per segmen (kilometer) jalan
untuk setiap tahun kejadian berdasarkan tingkat keparahan korban
kecelakaan yaitu meninggal dunia, luka berat, luka ringan dan
kerugian material.
2. Menghitung nilai total angka ekivalen, nilai kecelakaan untuk setiap
segmen (m) jalan dan nilai total kecelakaan untuk 5 tahun.
3. Menghitung nilai rata-rata angka kecelakaan lalu lintas (λ).
4. Menghitung nilai Upper Control Limit (UCL) untuk setiap segmen
jalan dengan menggunakan persamaan 3.2 dengan nilai faktor
probabilitas (Ψ) sebesar 2,576.
5. Membuat grafik Upper Control Limit (UCL)
Grafik UCL merupakan grafik kombinasi antara grafik yang
menunjukkan tingkat kecelakaan di setiap segmen (m) dan nilai
22
UCL. Nilai UCL yang diperoleh selanjutnya diplot dalam grafik dan
menjadi batas dalam identifikasi lokasi rawan kecelakaan lalu lintas
(Black Spot).
6. Penentuan lokasi Black Spot
Dari grafik BKA dan UCL yang telah dibuat, selanjutnya dapat
ditentukan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas. Suatu segmen
diidentifikasi sebagai lokasi Black Spot apabila tingkat kecelakaan
di segmen tersebut bersinggungan atau melewati garis BKA dan
UCL.
3.11 Analisis Karakteristik Kecelakaan
Analisis data menitik-beratkan kepada kajian antara tipe kecelakaan yang
dikelompokkan atas tipe kecelakaan dominan. Analisis data dilakukan dengan
pendekatan “5W + 1H”, yaitu Why (penyebab kecelakaan), What (tipe tabrakan),
Where (lokasi kecelakaan), Who (pengguna jalan yang terlibat), When (waktu
kejadian) dan How (tipe pergerakan kendaraan).
3.11.1 Faktor Penyebab Kecelakaan (Why)
Analisis ini digunakan untuk menemukan faktor penyebab kecelakaan
yang dominan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Terbatasnya jarak pandang.
2. Pelanggaran rambu lalu lintas.
3. Kecepatan melebihi batas kecepatan yang ditentukan.
4. Kurang konsentrasi.
5. Kurangnya penerangan dan sebagainya.
3.11.2 Tipe Tabrakan Kecelakaan (What)
Analisis ini digunakan untuk menemukan tipe tabrakan yang dominan di
suatu lokasi kecelakaan. Tipe tabrakan yang ditemukan antara lain :
1. Menabrak orang atau pejalan kaki.
2. Tabrakan depan-depan.
3. Tabrakan depan-samping.
4. Tabrakan depan-belakang.
5. Tabrakan samping-samping dan sebagainya.
3.11.3 Keterlibatan Pengguna Jalan (Who)
23
Keterlibatan pengguna jalan dalam kecelakaan di kelompokkan sesuai
dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan, antara lain :
1. Pejalan kaki.
2. Mobil penumpang umum.
3. Mobil angkutan barang.
4. Bus.
5. Sepeda motor dan sebagainya.
3.11.4 Lokasi Kejadian Kecelakaan (Where)
Where untuk lokasi kecelakaan atau yang dikenal dengan tempat
kejadian perkara (TKP) seperti :
1. Lingkungan pemukiman.
2. Lingkungan perkantoran atau sekolah.
3. Lingkungan tempat pembelanjaan.
4. Lingkungan pedesaan.
5. Lingkungan pengembangan dan sebagainya.
3.11.5 Waktu Kejadian Kecelakaan (When)
Waktu kejadian kecelakaan dapat ditinjau dari jam kejadian kecelakaan.
3.11.6 Kejadian Kecelakaan (How)
Suatu kecelakaan lalu lintas terjadi pada dasarnya didahului oleh suatu
manuver pergerakan tertentu. Tipikal maneuver pergerakan kendaraan
mengacu kepada formulir data kecelakaan, antara lain:
1. Gerak lurus.
2. Memotong atau menyiap kendaraan lain.
3. Berbelok (kiri atau kanan).
4. Berputar arah.
5. Berhenti (mendadak, menaik-turunkan penumpang).
6. Keluar masuk tempat parkir.
7. Bergerak terlalu lambat dan sebagainya.
24
3.12 Penanggulangan Lokasi Rawan Kecelakaan
Penanggulangan lokasi rawan kecelakaan didasarkan kepada data
kecelakaan dan survei yang dilakukan di lapangan. Untuk tujuan identifikasi
rawan kecelakaan, analisis harus didukung oleh sistem pendataan yang sistematis
dan komprehensif. Prinsip dasar penanggulangan lokasi rawan kecelakaan antara
lain:
a. Penanggulangan lokasi rawan kecelakaan sangat bergantung pada
akurasi data kecelakaan, karenanya data yang digunakan untuk upaya
ini harus bersumber data instansi resmi.
b. Penanggulangan harus dapat mengurangi angka dan korban kecelakaan
semaksimal mungkin pada lokasi kecelakaan.
c. Solusi penanggulangan dipilih berdasarkan pertimbangan tingkat
pengurangan kecelakaan dan pertimbangan ekonomis.
d. Upaya penanggulangan yang ditujukan meningkatkan kondisi
keselamatan pada lokasi kecelakaan dilakukan melalui rekayasa jalan,
rekayasa lalu lintas, dan manajemen lalu lintas.
Menurut pedoman penanggulangan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Pd T-09-2004-B) situasi
kecelakaan dan usulan penanggulangan untuk ruas jalan dapat dilihat pada tabel
3.3 dan 3.4 berikut ini.
Tabel 3.3 Situasi kecelakaan secara umum dan usulan penanggulangan
No. Penyebab Kecelakaan Usulan Penanganan
1. Selip/Licin
Perbaikan tekstur permukaan
jalan
Delineasi yang lebih baik
2. Tabrakan dengan/rintangan pinggir
Jalan
Pagar (guadrail)
Pagar keselamatan (safety
fences)
Pos-pos prangible (?)
25
Sumber: Pedoman Teknis Kecelakaan Lalu Lintas 09 Tahun 2004
Tabel 3.4 Situasi kecelakaan untuk ruas jalan antar kota dan usulan
penanggulangan
No. Ruas Jalan Usulan Penanganan
1. Mendahului
Rambu larangan
Marka lajur
Zona tempat mendahului
Rintangan/median
No. Penyebab Kecelakaan Usulan Penanganan
3. Konflik pejalan kaki/kendaraan
Pemisahan pejalan kaki/ kendaraan
Fasilitas penyeberangan untuk
pejalan kaki
Fasilitas perlindungan pejalan
kaki
4. Kehilangan control
Marka jalan
Delineasi
Pengendalian kecepatan
Pagar (guadrail)
5. Malam hari (gelap)
Rambu-rambu yang memantulkan cahaya
Delineasi
Marka-marka jalan
Penerangan jalan
6. Jarak pandang buruk Perbaikan alinyemen jalan
Perbaikan garis pandang
7. Jarak pandang buruk pada tikungan
Perbaikan alinyemen jalan
Perbaikan ruang bebas samping (pembersihan tanaman, dan
sebagainya)
Perambuan
Kanalisasi/marka jalan
8. Tingkah laku mengemudi/disiplin
lajur buruk
Marka jalan
Median
Penegakan hukum
26
Sumber: Pedoman Teknis Kecelakaan Lalu Lintas 09 Tahun 2004
Tabel 3.5 Teknik penanggulangan dan tingkat pengurangan kecelakaan pada jalan
antar kota
No. Usualan Penanggulangan Tingkat
Pengurangan Ulasan
1. Pelebaran Jalan 2 % sampai 5 %
per meter
Pengurangan yang
lebih tinggi
berhubungan dengan
jalan sempit
2. Pelebaran, Perkerasan
Bahu Jalan Lihat usulan
½ sampai ¾ dari
pelebaran lajur untuk
perkerasan, dan 50
% untuk yang tidak
ada perkerasan
3. Lajur Pendakian 25 % sampai 30
%
Kemiringan yang
lebih terjal (>4 %)
40 %
4. Lajur Mendahului 15 % sampai 25
% -
No. Ruas Jalan Usulan Penanganan
2. Kios-kios pinggir jalan
Penegakan hokum
Pengaturan dan pengawasan kontrol
Penyediaan fasilitas di luar ROW jalan
Re-lokasi
3. Pembangunan sepanjang luar
badan jalan (ribbon
development)
By pass
Alat-alat pengurangan kecepatan
Jalur lambat (service roads),
Re-definisi pengembangan dan atau kontrol
Perencanaan
4. Pejalan kaki
Bahu jalan/jalur pejalan kaki
Penyeberangan pejalan kaki
Perambuan untuk pejalan kaki
27
No. Usualan Penanggulangan Tingkat
Pengurangan Ulasan
5. Tikungan yang diluruskan Bervariasi Mengurangi tingkat
kecelakaan seperti
selip dan sebagainya
6. Median 30 %
100 %
Dari total kecelakaan
Kecelakaan tabrak
depan-depan
7. Rintangan/Pagar/Median 10 % sampai
30% meninggal
0 sampai 20 %
luka berat
+ 15 % luka
ringan
-
8. Batas Kecepatan (V₁/V₀)4,
meninggal
(V₁/V₀)3, luka
berat
(V₁/V₀)2, semua
luka-luka
V₀ kecepatan
sebelum perubahan
V₁ kecepatan setelah
perubahan
Sumber: Pedoman Teknis Kecelakaan Lalu Lintas 09 Tahun 2004