struktur kepribadian tokoh ratri - USD Repository

91
STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH RATRI DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SARDJONO: PERSPEKTIF SIGMUND FREUD Skripsi Diajukan untuk untuk menyusun tugas akhir pada Program Studi Sastra Indonesia Oleh Elia Silvi Hendriani Christiana 174114025 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of struktur kepribadian tokoh ratri - USD Repository

STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH RATRI

DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA

KARYA MARIA A. SARDJONO: PERSPEKTIF SIGMUND FREUD

Skripsi

Diajukan untuk untuk menyusun tugas akhir

pada Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Elia Silvi Hendriani Christiana

174114025

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHANSkripsi ini saya persembahkan untuk eyang, Ibu Hendro Kristanto (alm)

dan kedua orang tua saya, Bapak Iwing Endar Sukarmidjan, Ibu Siti RochiyatiIsrunsamsi. Bagi penulis mereka adalah orang-orang yang mendukung,mendoakan, memberi semangat kepada penulis sehingga penulis bisa kuliah diUniversitas Sanata Dhrma Yogyakarta dan menyelesaikan tugas akhir denganbaik. Selain itu penulis juga berterimakasih kepada Tuhan karena memberikankesempatan yang luar biasa, terumata kesehatan dan kesahabatan kepada penulis.Sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan lancar.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

Aku bersyukur kepada-Mu oleh

karena kejadianku dahsyat dan ajaib

(Mazmur 139:14)

Pernah ada sesuatu yang rasanya berat sekali,

ternyata bisa dilewati juga.

Pernah ada sesuatu yang rasanya sangat hancur

dan tak akan ada jalan lagi,

ternyata semuanya masih baik-baik saja.

Kita Cuma perlu bertahan dan terus melaluinya.

Bisa jadi yang buruk hanya di pikiran saja.

(Boy Candra)

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan berterimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan yang MahaEsa karena sudah melindungi serta menyertai penulis sehingga penulis bisamenyelesaikan tugas akhir dengan baik yang berjudul “STRUKTURKEPRIBADIAN TOKOH RATRI DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBULANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SARDJONO: PERSPEKTIFSIGMUND FREUD” dengan baik dan lancar.

Skripsi ini dapat selesai juga karena bantuan orang-orang yang sudahmendukung, memberi semangat, mendoakan, dengan sabar membimbing, danmemberi nasihat yang baik kepada penulis. Selain itu juga sudah mendengarkankeluh kesah penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

1. Penulis berterimakasih kepada kedua orang tua, dan eyang yang sudahdipanggil Tuhan. Bapak Iwing Endar Sukarmidjan, Ibu Siti RochiyatiIsrunsamsi, dan Ibu Sumirah Hendro Kristanto (alm). Adik tercinta JoshuaNimpuno Pangestu, yang sudah memberikan dukungan, doa, memberisemangat, dan membuat tawa sehingga penulis tidak bosan dan jenuh saatmembuat tugas akhir.

2. Penulis berterimakasih kepada keluarga besar Ibu Siti Rochiyati yangsudah membantu, mendukung, mendoakan, serta memberi nasihat penulisdalam menyusun tugas akhir sehingga bisa berjalan dengan baik danlancar tanpa hambatan apapun.

3. Penulis berterimakasih kepada Bapak Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum yangberkenan menjadi dosen pembimbing I penulis dalam menyelesaikan tugasakhir ini. Beliau dengan teliti, dengan sabar membimbing, memberi tahukesalahan penulis, dan memberi inspirasi penulis sehingga penulis bisamenyelesaikan tugas akhir dengan baik.

4. Penulis berterimakasih kepada Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum yangberkenan menjadi dosen pembimbing II penulis dalam menyelesaikantugas akhir ini. Beliau dengan teliti dan sabar memberi tahu kesalahanpenulis, serta memberi inspirasi penulis sehingga penulis bisamenyelesaikan tugas akhir dengan baik.

5. Penulis berterimakasih kepada dosen Program Studi Sastra Indonesia IbuS.E. Peni Adji, S.S., M.Hum, Bapak Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A,Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A, Bapak Dr. P. Ari Subagyo,M.Hum (alm), Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, Bapak Drs.B. Rahmanto, M.Hum, dan Bapak FX. Sinungharjo., S.S., M.A dan dosen-dosen yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, penulis mengucapkanterimakasih sudah memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga bisaberguna untuk penulis di hari mendatang, selama penulis kuliah diUniversitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Penulis berterimakasih kepada sahabat-sahabat penulis selama kuliahMonica Putri Perdana Kusuma, Bertha Tria Iriani yang selalu menjaditeman keluh kesah penulis, yang membantu penulis dalam menyelesaikan

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tugas akhir ini, mendoakan penulis, memberi masukan, memberi nasihat,dan berbagi canda tawa dengan penulis. Penulis juga berterimakasihkepada mas Anggara Budiawan dan mas Filsa Yuangga Jala Yudha yangsudah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, memberinasihat dan mendengarkan keluh kesah penulis, dan memberi semangatpenulis. Penulis berterimakasih kepada sahabat-sahabat penulis saatpenulis sekolah Paulina Dian Prahesti, Rosalia Onni Dwi Atmi, BenedictaAryningtyas Jiwantono, Melania Rosa Maryono yang sudah memberisemangat, mendoakan, memberi nasihat, dan menemani penulis sampaipenulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Penulis berterimakasih kepada teman angkatan 2017 yang sudahmembantu penulis dalam kerja kelompok, berdiskusi, berjuang bersamasampai lulus bersama. Semoga untuk kedepannya teman-teman suksesselalu dan mendapat berkat dari Tuhan.

8. Penulis mengucapkan terimakasih kepada karyawan Universitas SanataDharma yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan urusankampus, semoga karyawan Universitas Sanata Dharma sehat selalu, sekainmaju, sukses, dan mendapat berkat dari Tuhan.

Penulis sudah berjuang sebaik mungkin menerapkan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dhrma.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi yang sudah penulis susun bisa bermanfaat untukkedepan bagi pembaca atau penulis yang akan melakukan penelitian selanjutnya,terimakasih.

Yogyakarta, 9 Januari 2021

Penulis

Elia Silvi Hendriani Christiana

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAKChristiana, Elia Silvi Hendriani. 2021. “Struktur Kepribadian Tokoh

Ratri Dalam Novel Sepercik Noda Seribu Langkah TerbawaKarya Maria. A Sardjono: Prespektif Sigmund Freud.”Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia,Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, UniversitasSanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji struktur kepribadian tokoh Ratri dalam novel SepercikNoda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono. Tujuan penelitian iniadalah mengkaji dan mengidentifikasi tokoh dan alur dalam novel Sepercik NodaSeribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono, mengkaji danmengidentifikasi tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda Seribu LangkahTerbawa karya Maria A. Sardjono menggunakan prespektif Sigmund Freud.Penelitian ini menggunakan teori struktur kepribadian.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik analisis data,menggunakan pendekatan psikologi sastra teori dari Sigmund Freud sebagai alatuntuk menganalisa. Metode penyajian hasil analisis data, metode deskriptif inidigunakan untuk menggambarkan keadaan tokoh dan fakta-fakta yang tergambardalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono.

Hasil penelitian ini adalah Ratri terjebak dalam pergaulan bebas, mabukasrama dalam pelukan Budi laki-laki yang baru saja Ratri kenal, Ratri mudah dirayu karena pikiran Ratri hanya Budi laki-laki yang tampan. Ratri memilikikeinginan untuk melanjutkan kuliah. Ratri ingin memeriksakan ke dokterkandungan, Ratri merasakan trauma dan berbagai ketakutan. Ratri telah berjanjikepada Suster Emma kalau tidak akan menggugurkan kandungannya, Ratri inginmenjaga nama baik asrama yatim piatu. Ratri tidak ingin menggugurkankandungan. Ratri selalu merawat anaknya dengan baik dan tanggung jawab, Ratrimenyesal dengan perbuatannya dan erasa bersalah. Ratri bisa memeriksakan Ririke dokter spesialis anak meski tidak mempunyai uang. Ratri sering berceritamengenai hal pribadi dengan Suster Emma.

Kata kunci : novel, struktur, dinamika kepribadian, tokoh utama.

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACTChristiana, Elia Silvi Hendriani. 2021. “Ratri's Personality Structure in

the Novel Sepercik Noda Takes Steps by Maria's Work. ASardjono: Sigmund Freud's perspective. " Essay.Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program,Indonesian Literature Department, Faculty of Letters,Sanata Dharma University.

This research examines the personality structure of the character Ratri inthe novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa by Maria A. Sardjono. Thepurpose of this research is to study and identify the characters and plots in thenovel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa by Maria A. Sardjono, to study andidentify the character Ratri in the novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawaby Maria A. Sardjono using Sigmund Freud's perspective.

This research uses personality structure theory. The data collection methodused was data analysis techniques, using the theoretical literary psychologyapproach of Sigmund Freud as a tool for analysis. The method of presenting theresults of data analysis, this descriptive method is used to describe the state of thecharacters and the facts depicted in the novel Sepercik Noda Seribu LangkahTerbawa by Maria A. Sardjono.

The results of this study are that Ratri is trapped in promiscuity, dormantdrunk in the arms of Budi, a man who Ratri just met, Ratri is easy to seducebecause Ratri's mind is only a handsome boy. Ratri has the desire to continuestudying. Ratri wanted to go to a gynecologist, Ratri felt trauma and various fears.Ratri had promised Sister Emma that she would not abort her pregnancy. Ratriwanted to protect the good name of the orphanage. Ratri didn't want to have anabortion. Ratri always took good care of her child and was responsible, Ratri wassorry for her actions and felt guilty. Ratri can get Riri checked out by apediatrician even though she doesn't have money. Ratri often talked aboutpersonal matters with Sister Emma.

Keywords: novel, structure, personality dynamics, main character.

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi

MOTO....................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...........................................................................................viii

ABSTRAK...............................................................................................................x

ABSTRACT............................................................................................................xi

DAFTAR ISI..........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan masalah......................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6

1.5 Kajian Pustaka...........................................................................................8

1.6 Landasan Teori........................................................................................12

1.6.1 Alur..................................................................................................12

1.6.2 Tokoh utama.....................................................................................12

1.6.3 Tokoh Protagonis dan Antagonis.....................................................13

1.6.3.1 Struktur Kepribadian................................................................15

1.7 Metode Penelitian....................................................................................22

1.7.1 Paradigma dan Pendekatan..............................................................22

1.7.2 Metode Pengumpulan Data..............................................................24

1.7.3 Teknik Analisis Data........................................................................25

1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data.............................................25

1.8 Sistematika Penyajian..............................................................................25

BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SADJONO.......................................28

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.1 Sinopsis Novel.........................................................................................28

2.2 Analisis Alur Novel.................................................................................32

2.2.1 Tahap awal Atau Perkenalan............................................................33

2.2.2 Tahap Tengah, Peristiwa, dan klimaks.............................................34

2.2.3 Tahap Akhir atau Penyelesaian........................................................36

2.2.4 Rangkuman Alur..............................................................................38

2.3 Tokoh.......................................................................................................39

2.3.1 Tokoh Utama....................................................................................40

2.3.1.1 Ratri..........................................................................................41

2.3.1.2 Paman Ratri..............................................................................43

2.3.2 Tokoh Tambahan..............................................................................44

2.3.2.1 Dokter Rizal..............................................................................44

2.3.2.2 Diana.........................................................................................44

2.3.2.3 Budi...........................................................................................45

2.3.2.4 Suster Emma.............................................................................47

2.3.3 Rangkuman Tokoh...........................................................................49

BAB III STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SARDJONO...........................................................................................................50

3.1 Dinamika Kepribadian............................................................................50

3.1.1 Id......................................................................................................50

3.1.2 Ego...................................................................................................53

3.1.3 Superego...........................................................................................60

3.2 Rangkuman Struktur Kepribadian Tokoh................................................70

BAB IV PENUTUP..............................................................................................63

4.1 Kesimpulan..............................................................................................63

4.2 Saran........................................................................................................64

Daftar Pustaka........................................................................................................65

LAMPIRAN...........................................................................................................65

BIOGRAFI PENULIS...........................................................................................69

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Sastra berasal dari bahasa Latin Literatura (littera= huruf atau karya tulis).

Istilah itu dipakai untuk menyebut tatabahasa dan puisi. Dalam bahasa Inggris

Literature, istilah Jerman Literatur, dan istilah Prancis literature berarti segala

macam pemakaian bahasa bentuk tertulis. Kata ‘sastra’ dalam bahasa Indonesia

diturunkan dari bahasa Sansekerta (Sas-) artinya mengajar, memberi petunjuk

atau instruksi, mengarahkan; akhiran tra- menunjukkan alat atau sarana) artinya

alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Misalnya

silpasastra (buku petunjuk arsitektur), kamasastra (buku petunjuk mengenai

seni cinta). (Taum, 1997:11).

Novel adalah karya sastra, hanya alasan pembicaraan sajalah maka

perlu dibedakan antara sastra serius, yang lebih bermutu, dengan karya popular

yang biasanya terbit secara ramai-ramai dan menyebabkan jatuh mutunya,

meskipun tidak semuanya demikian (Sumardjo, 1982:13). Dalam novel

terdapat dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel Sepercik Noda

Seribu Langkah terbawa karya Maria A. Sardjono ini menggunakan unsur

intrinsik. Unsur intrinsik yang diambil penulis dalam penelitian, adalah alur

dan tokoh.

Plot memang mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya: peristiwa

demi peristiwa yang susul-menyusul namun ia lebih dari sekedar rangkaian

cerita (Nurgiyantoro, 1995,111), plot sebuah cerita tidaklah hanya sekedar

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

rangkaian peristiwa yang termuat dalam topik-topik tertentu, melainkan mencakup

beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa (Fananie, 2000:93).

Dalam sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah seperti tokoh, dan penokohan,

watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan

menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah tersebut, sebenarnya, tak menyaran

pada pengertian yang sama persis sama, atau paling tidak dalam tulisan ini akan

dipergunakan dalam pengertian yang berbeda, walau memang ada di antaranya yang

sinonim. Ada istilah yang pengertiannya menyaran pada tokoh cerita, dan pada

“teknik” pengembangannya dalam sebuah cerita. Istilah “tokoh” menunjuk pada

orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan

sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas

pribadi seseorang tokoh (Nurgiyantoro, 1995:164-165).

Maria A. Sardjono bernama asli Retno Ambarwati yang merupakan anak pertama

dari keluarga Kiswari Suryokusumo, seorang anggota ABRI, dan dilahirkan di

Semarang pada tanggal 22 April 1945 kemudian dibesarkan dan sampai kini menetap

di Jakarta. Retno Ambarwati mempunyai dua orang adik yang keduanya memakai

nama Retno, yaitu Retno Pujiastuti dan Retno Murti (Sunendar, 2016).

Maria menyelesaikan studinya pada program S2 Fakultas Filsafat, Driyarkara.

Bakatnya sebagai penulis sudah terlihat ketika masih berumur 9 tahun, ketika kelas IV

di SD Santa Ursula, Jakarta. Pada waktu itu, ia memenangi lomba puisi yang diadakan

oleh PGRI dengan judul “Melati dan Pahlawanku” . Di samping itu, ia juga sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

membuat komik kemudian disebarkan pada teman-temannya. Prestasinya bagus dalam

menulis, gurunya sering memberikan pujian. Inilah yang mendorongnya untuk bercita-

cita menjadi pengarang. Selain itu, Maria mempunyai bakat sebagai pengarang. Maria

juga pandai bercerita. Dalam usianya yang masih muda ia pernah mendalang di

hadapan para tetangga dan adik-adiknya dan mendapat sambutan yang baik (Sunendar,

2016)

Karya-karya Maria A. Sardjono, antara lain, adalah (1) “Sesejuk Belaian Angin

Gunung” (cerber), dimuat dalam majalah Sarinah, 4-17 Maret 1985, (2) “Menyemai

Harapan” (cerber) dimuat majalah Sarinah, 20 Juni-3Juli 1988 lalu diterbitkan oleh

penerbit Alam Budaya, (3) “Kuning Putih Bermata Hijau” 9cerpen) mendapat hadiah

pertama dalam sayembara majalah Femina tahun 1981, (4) Di Balik Dinding Kelabu

(novel) telah difilmkan dengan sutradara Sophan Sophian, (5) “Indahnya Cinta”

(cerpen), (6) “Tiada yang Seindah Cintaku” (cerpen), (7) “Tergoda” (cerpen), dan (8)

“Menjelang Pesta” (cerpen) dimuat dalam Mutiara (Sunendar, 2016).

Novel-novelnya yang difilmkan adalah Bukan Isteri Pilihan dibintangi Ita

Mustapa, Di Antara Dua Benua disutradarai Mochtar Singodimejo, Serapuh Kelopak

Mawar, dan Dalam Kabut dan Badai. Maria A. Sardjono mengabdikan dirinya di

organisasi sosial, antara lain di organisasi Wanita Katolik. Dia juga mengelola majalah

Suara Pondok Mawar. Dalam majalah ini ia secara rutin menulis cerpen atau cerbung.

Aktivitasnya di organisasi Wanita Katolik menjadikan Maria A. Sardjono sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

penceramah di berbagai organisasi kewanitaan tentang kehidupan keluarga (Sunendar,

2016).

Salah satu novel karya Maria A. Sardjono yang menarik untuk diteliti adalah

novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono (2017). Novel

ini menceritakan Ratri yang yatim piatu dan tinggal di panti asuhan, tetapi Ratri

seorang yang pintar dan rajin. Walaupun dia tidak mempunyai apa-apa dan hanya ada

suster panti, Ratri tidak mau merepotkan semua orang di panti tersebut. Saat Ratri

diperkosa, Ratri berusaha keluar dari panti, tidak mau merepotkan semua orang di

panti itu. Selain itu, Ratri tidak ingin jika nama baik panti itu menjadi kotor karena

dirinya. Kemudian Ratri menyewa rumah dan tinggal bersama pembantu dan anaknya.

Ratri mencari pekerjaan untuk bertahan hidup karena laki-laki yang sudah

memperkosanya tidak mau bertanggung jawab. Sampai akhirnya Riri, anak Ratri,

jatuh sakit. Ratri pun terpaksa pergi kerumah Budi, laki-laki yang sudah

memperkosanya untuk ikut membantu dan mengurus Riri yang sedang terbaring sakit

di rumah sakit. Laki-laki itu akhirnya mau dan merawat Riri. Riri pun meminta kepada

orang tuanya untuk tinggal satu rumah, karena Riri ingin memiliki keluarga yang

lengkap seperti teman-temannya, Akhirnya Ratri dan Budi pun menurutinya. Riri

senang karena mempunyai keluarga yang utuh, Riri bermain bersama kedua orang

tuanya, meminta untuk diceritakan sebelum tidur, dan harus tidur bersama kedua orang

tuanya setiap hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Sayangnya Ratri belum terbiasa tidur dengan Budi. Bayang-bayang kejadian yang

dulu terjadi menghantuinya dan membuatnya trauma. Budi mengerti benar perasaan

Ratri, ia memberi waktu kepada Ratri untuk menenangkan perasaannya sehingga Ratri

menerimanya dan siap mengabdikan diri sebagai istri dan ibu untuk anaknya.

Hal yang menarik dari novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa adalah Ratri

seseorang yang pintar, rajin, kuat, dan bisa menghadapi masalahnya sendirian. Ratri

berjuang untuk hidup di Jakarta yang keras dan membutuhkan banyak biaya. Ratri

yang dijelek-jelekkan dan mendapat perlakuan tidak baik, tetap berusaha bertahan

hidup mencari pekerjaan yang layak.

Dari paparan tersebut, telah ditunjukkan dinamika kepribadian tokoh Ratri yang

membawa akibat bagi dirinya dan lingkungannya (Panti asuhan, Riri, Budi, dan

lainnya). Di dalam interaksi antar tokoh dan dengan lingkungannya, terbangun

dinamika yang dapat memberi dampak buruk maupun baik. Dalam novel Sepercik

Noda Seribu Langkah Terbawa, dinamika kepribadian tokoh Ratri membawa dampak

positif bagi diri pembaca. Berdasarkan aspek psikoanalisis menurut Sigmund Freud,

dinamika kepribadian merupakan akibat interaksi aspek Id, Ego, dan Superego.

Keberhasilan tokoh Ratri mengendalikan trauma dan emosinya membuatnya mampu

menerima pemerkosanya, yaitu Budi menjadi suami Ratri dan ayah untuk Riri.

Persoalan ini menarik untuk diangkat sebagai topik skripsi penelitian, karena

banyak hal dapat dipelajari dari dinamika kepribadian tokoh ini. Itulah sebabnya studi

ini mengambil topik “Dinamika Kepribadi Tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Seribu Langkah Terbawa Karya Maria A Sardjono: Perspektif Sigmund Freud”. Selain

pentingnya topik dinamika kepribadian tokoh Ratri, penelitian ini penting untuk

dilakukan karena novel ini pun belum pernah diteliti oleh siapapun dengan prespektif

apapun. Penulis akan menelitinya dengan menggunakan teori kepribadian dalam

prespektif Sigmund Freud. Novel ini bagus untuk diteliti karena menceritakan kondisi

psikologis Ratri sebagai tokoh utama dan bagaimana cara menghadapi kehidupannya.

1.2 Rumusan masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian

sebagai berikut

1.2.1 Bagaimana tokoh dan alur dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah

Terbawa karya Maria A. Sardjono?

1.2.2 Bagaimana struktur kepribadian tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda

Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono dari perspektif Sigmund Freud?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengkaji dan mengidentifikasi tokoh dan alur dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono.

1.3.2 Mengkaji dan mengidentifikasi tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono menggunakan prespektif Sigmund Freud.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi tokoh dan penokohan serta kepribadian tokoh

dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

perspektif Sigmud Freud. Dengan demikian, manfaat teoretis dan praktis penelitian

ini, sebagai berikut.

4.1 Manfaat Teoretis

Banyak penelitian seperti ini yang bisa dijadikan contoh. Penerapan ini bermanfaat

sebagai salah satu contoh penerapan teori kepribadian Sigmund Freud.

4.2 Manfaat Praktis

Penelitian struktur kepribadian tokoh Ratri bermanfaat menambah khasanah

apresiasi dan kritik sastra terhadap novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa

karya Maria A. Sardjono. Penelitian struktur kepribadian tokoh Ratri sebagai bahan

ajar di sekolah. Bagi pembaca secara umum, penelitian ini diharapkan menambah

pengetahuan dan daya kritis kondisi psikologis manusia dalam kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

1.5 Kajian Pustaka Kajian-kajian sebelumnya yang relevan dengan studi ini antara lain dilakukan oleh

Anggoro (2018), Setiadi (2012), Rido (2017), dan Paskaria (2011). Berikut ini akan

ditinjau isi pustaka-pustaka terbut,

Anggoro (2018) dalam skripsi Antologi cerpen 9 dari Nadira karya Leila S.

Chudori: Kajian Dinamika Kepribadian dan Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh

Nadira. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan Psikoanalisis Sigmund Freud.

Sumber data penelitian ini adalah Antologi cerpen 9 dari Nadira karya Leila S.

Chidori. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka yaitu teknik

pengumpulan data dengan mengandakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literature-literature, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya

dengan masalah yang dipecahkan. Metode penyajiannya menggunakan metode

deskriptif kualitatif yaitu analisis data berupa pemaknaan karya sastra secara

deskriptif.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Nadira adalah seorang wartawan

yang kehidupannya sedang terpuruk akibat perlakuan kakaknya pada masa kecil,

ibunya meninggal dunia, dan akibat perceraiannya. (2) Akibat dari kondisi

kehidupannya itu, terjadilah dinamika kepribadian, yaitu upaya id terhindar dari

bahaya memunculkan ego akibat dari penyaluran energy psikis id. Agar ego tidak

bebas mengendalikan kepribadian Nadira muncullah superego yaitu suatu aspek

kepribadian yang bertugas mengontrol perilaku ego untuk menuju suatu tindakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

baik. (3) Mekanisme pertahanan diri adalah reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam

upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan. Mekanisme ini

bertindak pada ego tidak bisa lagi menahan kecemasan yang datang. Pada penelitian

ini penulis menemukan dua pertahanan diri yang terjadi (a) regresi atau kembali

kesifat kekanak-kanakan dengan menangis, (b) sublimasi atau mengalihkan

kecemasan ini ketindakan yang positif.

Setiadi (2012) dalam skripsi novel 3 Cinta Pria Karya Arswendo Atmowiloto :

Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini menggunakan metode

pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.

Sumber data penelitian ini berupa sumber data primer berupa novel 3 Cinta 1 pria

karya Arswendo Atmowiloto. Dinamika kepribadian dalam penelitian ini dianggap

sebagai salah satu bentuk dari upaya karya sastra merekam gejala kejiwaan yang

terungkap melalui perilaku tokoh-tokohnya. Oleh sebab itu, perilaku yang tercermin

dari ucapan dan perbuatan dianggap sebagai data atau fakta empiris yang menjadi

penunjuk kejiwaan sang tokoh (Siswantoro, 2005:31). Tokoh-tokoh dalam novel 3CIP

KARYA Arswendo dengan demikian dapat diasumsikan menampilkan dinamika

kepribadian sebagian dari latar belakang kejiwaan yang dipengaruhi oleh usaha tokoh-

tokoh tersebut dalam memuaskan kebutuhannya.

Rido (2017) dalam skripsinya novel Pria Terakhir karya Gusnaldi : Kajian

Psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini mengkaji kepribadian tokoh Bobi dan

Dydy, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis struktur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

penceritaan, kemudian mendeskripsikan dan menganalisis dinamika kepribadian tokoh

Bobi dan Dydy, dan mengklasifikasi perilaku homoseksual kedua tokoh tersebut

dalam novel Pria Terakhir karya Gusnaldi. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Psikoanalisis Sigmund Freud. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif dan analisis isi. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah

mendeskripsikan dan menganalisis struktur penceritaan yang terjadi dari tokoh dan

penokohan, latar (setting) dan alur dalam novel Pria Terakhir karya Gusnaldi.

Selanjutnya, peneliti menetapkan teori psikoanalisis- Sigmund Freud, yaitu

berorientasi pada naluri (insting) dan kecemasan (anxitas). Langkah ketiga

menganalisis klasifikasi perilaku homoseksual tokoh Bobi dan Dydy. Hasilnya adalah

sebagai berikut: (1) tokoh Bobi menggunakan jenis homoseksual yang pertama, yang

benar-benar terbalik (absolutely inverted), dan (2) tokoh Dydy menggunakan jenis

homoseksual yang kedua dan ketiga, yaitu terbalik dalam dua arah (amphigenously

inverted) dan kadang-kadang memperlihatkan inversi (occasionally inverted).

Paskaria (2011) dalam skripsinya Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam

novel Pintu karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis. Penelitian ini mengangkat topic

terhadap tiga tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Tujuan penelitian (1)

menganalisis struktur novel Pintu yang meliputi alur, latar/setting, serta tokoh dan

penokohan, (2) menganalisis unsur psikologi dengan pendekatan psikoanalisis

Sigmund Freud terhadap tiga tokoh. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural

dan pendekatan psikoanalisis dengan teori struktur kepribadian khususnya mekanisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

pertahanan diri Sigmund Freud. Pendekatan struktural digunakan untuk menganalisis

struktur novel dan untuk melihat gambaran atau petunjuk persoalan psikologi yang

berhubungan dengan Bowo, Erna, dan Paris. Pendekatan psikoanalisis digunakan

untuk menganalisis kepribadian Bowo, Erna dan Paris dengan kajian mekanisme

pertahanan diri yang meliputi represi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi,

formasi, regresi, agresi, serta fantasi dan stereotype. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode baca catat, analisis isi, dan penyajian deskriptif.

Hasil analisis psikologis dengan teori mekanisme pertahanan Sigmund Freud

terhadap tig tokoh yaitu, (1) Bowo menggunakan lima model mekanisme pertahanan

diri atas konfliknya sejak kecilhingga dewasa yang meliputi sikap agresi, mencari

rasionalisasi, represi, proyeksi, dan undoing. (2) Erna menggunakan dua model

mekanisme pertahanan diri ketika tidak bisa menikah dengan Bowo yang meliputi

regresi serta fantasi dan stereotype. (3) Paris menggunakan tiga model mekanisme

pertahanan diri saat bermasalah dengan orangtuanya, menjadi korban KDRT, dan

berselingkuh dengan Bowo, yang meliputi regresi, reaksi, agresi, dan undoing.

Dari tinjauan pustaka di atas, terlihat bahwa novel Sepercik Noda Seribu

Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono belum pernah dikaji dengan menggunakan

perspektif apapun. Akan tetapi kajian tentang dinamika kepribadian sudah banyak

dilakukan. Kajian-kajian tersebut dapat memperkaya penulis di dalam melakukan

penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

1.6 Landasan Teori Penelitian ini berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh Ratri Dalam Novel Sepercik

Noda Seribu Langkah Terbawa Karya Maria A. Sardjono prespektif Sigmund Freud

untuk membantu penelitian tersebut, peneliti akan menggunakan dari kerangka teori,

yakni Kajian Struktur dan Kajian Psikologis.

Kajian struktur (kepribadian) membahas tentang tokoh dan alur. Alur yang

digunakan peneliti adalah alur campuran. Jenis tokoh ada utama, tokoh protagonis,

tokoh antagonis, tokoh tritagonis (pembantu), tokoh deutragonis, tokoh raisoneur,

tokoh foil, tokoh utama, tokoh sentral, tokoh pembantu (tambahan), tokoh sederhana,

tokoh kompleks (bulat), tokoh tipikal, tokoh netral, tokoh statis (tidak berkembang),

tokoh berkembang.

1.6.1 Alur Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu

(pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan

kausal atau sebab-akibat (KBBI). Namun dalam pengertiannya yang lebih khusus, plot

sebuah cerita tidaklah hanya sekedar rangkaian peristiwa yang termuat dalam topik-

topik tertentu, melainkan mencakup beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa

(Fananie, 2000:93).

1.6.2 Tokoh utama Tokoh utama adalah tokoh yang yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai

pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap

halaman buku cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995:177)

1.6.3 Tokoh Protagonis dan Antagonis Menurut Altenbernd & Lewis (1996:59) tokoh protagonis adalah tokoh yang

kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero tokoh yang

merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh

protagonist menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-

harapan kita pembaca. Maka kita sering mengenalinya sebagai memiliki kesamaan

dengan kita, permasalahan yang dihadapinya seolah-olah juga sebagai permasalahan

kita demikian pula halnya dalam menyikapinya (Nurgiyantoro, 1995:178-179).

Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti

ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari

tingkah laku manusia (Atkinson, 1996:7). Pemahaman tentang psikologi perlu

ditanamkan kepada para pembaca karena banyak hal dapat dipelajari melalui

pemahaman ini. Banyak orang percaya bahwa masing-masing individu memiliki

karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang

mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik

seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan.

Itulah yang disebut kepribadian (Santrock, 1988:435; Minderop, 2010:3-4).

Kepribadian menurut psikologi bisa mengacu pada pola karakteristik perilaku dan

pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan

pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu. Pendekatan teoritis

untuk memahami kepribadian yang mencakup kualitas nalar, psikoanalisis, pendidikan

sosial, pendidikan sosial, dan teori-teori humanistik. (Minderop, 2010:4).

Tujuan Psikologi Sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung

dalam karya sastra. Meskipun demikian, bukan berati bahwa analisis psikologis sastra

sama sekali terlepas dari kebutuhan masyarakat sesuai dengan hakikat karya sastra

memberikan pemahaman kepada masyarakat secara tidak langsung melalui

pemahaman tokoh-tokohnya (Ratna, 2009: 342).

Freud mengemukakan bahwa tujuan psikoanalisis adalah memperkuat ego,

membuatnya lebih independen dari superego, memperlebar medan persepsinya,

memperluas organisasinya sehingga ia dapat memiliki bagian-bagian yang segar dari

id. Metode-metode utama yang digunakan Freud untuk mencapai tujuan

psikoloanalisis tersebut adalah (1) penggunaan asosiasi bebas secara sistematis dan

analisis mimpi, (2) analisis resistensi, (3) analisis transfereni, dan (4) interpretasi

dengan tujuan memecahkan masalah-masalah emosional yang utama pada masa

kanak-kanak (Semiun, 2010: 16-17).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah faktor historis masa lampau

dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam

pembentukan kepribadian individu. Selanjutnya Freud membahas pembagian psikisme

manusia : id (terletak di bagian taksadar) yang merupakan reservoir pulsi dan menjadi

sumber energy psikis. Ego (terletak di antara alam sadar dan taksadar) yang bertugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan superego. Superego

(terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas

mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan

hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua (Minderop, 2016:20-21).

Freud mengibaratkan id sebagai raja atau ratu, ego sebagai perdana menteri dan

superego sebagai pendeta tertinggi. Id berlaku seperti penguasa absolut, harus

dihormati, manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri sendiri; apa yang

diinginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana menteri yang diibaratkan

memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas

dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Superego, ibaratnya seseorang pendeta

yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus

menginginkan si id yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan

bijak (Minderop, 2016:21).

1.6.3.1 Struktur Kepribadian Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi

kebutuhan dasar seperti misalnya kebutuhan: makan, seks menolak rasa sakit atau

tidak nyaman. Menurut Freud id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan

realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari

kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan. Seorag anak yang ingin

memenuhi tuntutan dan keinginan yang kuat dari suatu realitas, akan membentuk

struktur kepribadian yang baru, yaitu ego (Minderop, 2010:21).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh

pada prinsip realitas sengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi

oleh realitas. Ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat

memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi dirinya sendiri.

Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugas ego memberi tempat

pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah dan

pengambilan keputusan. Dengan alas an ini, ego merupakan pemimpin utama dalam

kepribadian. Id dan ego tidak memiliki moralitas karena keduanya ini tidak mengenal

nilai baik dan buruk (Minderop, 2010:22).

Superego sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk

(conscience). Id, superego tidak mempertimbngkan realitas karena tidak bergumul

dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual dan agresivitas id dapat

terpuaskan dalam pertimbangan moral. Misalnya ego seseorang ingin melakukan

hubungan seks secara teratur agar karirnya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi

id orang tersebut menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena seks memang

nikmat. Kemudian superego timbul dan menengahi dengan anggapan merasa berdosa

dengan melakukan hubungan seks (Minderop, 2010:22-23).

Freud memang manusia sebagai suatu sistem energi yang rumit karena pengaruh

filsafat deterministik dan positivistik yang marak di abad ke-19. Menurut

pendapatnya, energi manusia dapat dibedakan dari penggunaannya, yaitu aktivitas

fisik disebut energi fisik dan aktivitas psikis disebut energi psikis. Berdasarkan teori

ini, Freud mengatakan, energi fisik dapat diubah menjadi energi psikis. Id dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

naluri-nalurinya merupakan media atau jembatan dari energi fisik dengan kepribadian

(Minderop 2010:23).

Menurut Freud, kekuasaan id mengungkapkan tujuan hakiki kehidupan organisme

individu. Hal ini tercakup dalam pemenuhan kepuasan. Id tidak mampu

mewujudnyatakan tujuan mempertahankan kehidupan atau melindungi kondisi dari

bahaya. Ini menjadi tugas ego, termasuk mencari cara memenuhi kebutuhan dan

kepuasan. Superego mengendalikan keinginan-keinginan tersebut. Menurut konsep

Freud, naluri atau instink merupakan representasi psikologis bawaan dari eksitasi

(keadaan tegang dan terangsang) akibat muncul suatu kebutuhan tubuh. Bentuk naluri

menurut Freud adalah pengurangan tegangan (tesion reduction), cirinya regresif dan

bersifat konservatif (berupaya memelihara keseimbangan) dengan memperbaiki

keadaan kekurangan. Proses naluri berulang-ulang (tenang, tegang, dan tenang)-

repetition compulsion (Minderop, 2010:24-25).

Menurut Freud, naluri yang terdapat dalam diri manusia bisa dibedakan dalam:

eros atau naluri kehidupan (life instinct) dan destructive instinct atau naluri kematian

(death instinct-Thanatos). Naluri kehidupan adalah naluribyang ditujukan pada

pemeliharaan ego. Kata instinct (naluri) bagi Freud, pengertiannya bukan semata

gambaran yang ditunjuk oleh kata itu. Instinct bagi orang Perancis memunculkan

pengertian kemahiran atau semacam penyesuaian biologis bawaan. Misalnya, pada

hewan yang memiliki naluri tertentu. Berhubung kata ini tidak mampu mencakup

dunia manusia, maka Freud menggunakan istilah lain yang disebutnya pulsi. Pulsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

seksual disebutnya libido; sedangkan pulsi non-seksual disebut alimentasi yang

berhubungan dengan hasrat makan dan minum misalnya (Minderop, 2010:26).

Menurut Hilgard et al (1975:335) naluri kematian (death instincts-Thanatos) yang

mendasari tindakan agresif dan destruktif. Walaupun berada di alam bawah sadar

menjadi kekuatan motivasi. Naluri kematian dapat menjurus pada tindakan bunuh diri

atau pengrusakan diri (self –destructive behavior) atau bersikap agresif terhadap orang

lain ( Minderop, 2010:27).

Menurut Hilgard et al (1975:499) keinginan mati (death wish) bisa ditimbulkan

oleh misalnya, kebebasan seseorang yang terhalang karena harus merawat orang cacat.

Dalam kondisi demikian, secara tidak sadar ia ingin lepas dari beban ini dengan

harapan agar si penderita ini segera meninggal dunia. Sebaliknya, ia tidak setuju

dengan keinginannya itu karena bertentangan dengan kesetiannya terhadap si sakit. Ia

sebetulnya menyangkal keinginan tersebut karena hakikat kehidupan itu sendiri,

namun tanpa disadarinya ia kerap melantunkan lagu-lagu pengiring kematian. Dalam

hal ini terjadi pertentangan antara keinginan untuk bebas dengan adanya kematian

dengan perasaan sebaliknya ia merasa khawatir bahwa keinginan tersebut dapat

mengancam dirinya (Minderop, 2010: 27-28).

Mekanisme pertahanan terjadi karena adanyya dorongan atau perasaan beralih

untuk mencari objek pengganti. Misalnya impuls agresif yang ditunjuk kepada pihak

lain yang dianggap aman untuk diserang. Menurut pandangan Freud, keinginan-

keinginan yang saling bertentangan dari struktur kepribadian menghasilkan anxitas.

Ketika ego menahan keinginan mencapai kenikmatan dari id, anxitas dari dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

terasa. Hal ini menyebar dan mengakibatkan kondisi tidak nyaman ketika ego

merasakan bahwa id dapat menyebabkan gangguan terhadap individu. Anxitas

mewaspadai ego untuk mengatasi konflik tersebut melalui mekanisme pertahanan ego,

melindungi ego seraya mengurangi anxitas yang diproduksi oleh konflik tersebut

(Santrock, 1988:438, Minderop, 2010:28,32).

Represi (Repression), mekanisme pertahanan ego yang paling kuat dan luas antara

lain, represi (repression). Tugas represi ialah mendorong keluar impuls-impuls id yang

tak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan

fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Tujuan dari semua mekanisme

ego adalah untuk menekan (repress) atau mendorong impuls-impuls yang mengancam

agar keluar dari alam sadar. Mekanisme represi pada awalnya diajukan oleh Sigmund

Freud yang kerap masuk ke ranah teori psikoanalisis. Represi sebagai upaya

menghindari perasaan anxitas (Minderop, 2010:32-33).

Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial

menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sesungguhnya suatu bentuk

pengalihan. Misalnya, seorang individu memiliki dorongan seksual yang tinggi, lalu ia

mengalihkan perasaan tidak nyaman ini ke tindakan-tindakan yang dapat diterima

secara sosial dengan menjadi seorang artis pelukis tubuh model tanpa busana

(Minderop, 2010:34).

Hilgard, et al memaparkan ketika semua kerap menghadapi situasi atau hal-hal

yang tidak diinginkan dan tidak dapat kita terima dengan melimpahkannya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

alasan lain. Misalnya, kita harus bersikap kritis atau bersikap kasar terhadap orang

lain, kita menyadari bahwa sikap ini tidak pantas kita lakukan, namun sikap yang

dilakukan tersebut diberi alasan bahwa orang tersebut memang layak menerimanya.

Sikap ini kita lakukan agar kita tampak lebih baik. Mekanisme yang tidak disadari

yang melindungi kita dari pengakuan terhadap kondisi tersebut dinamakan proyeksi.

Proyeksi terjadi bila individu menutupi kekurangannya dan masalah yang dihadapi

atau pun kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain (Minderop, 2010:34).

Pengalihan (displacement) adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu

objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. Misal, adanya impuls-impuls

agresif yang dapat digantikan, sebagai kambing hitam, terhadap orang (atau objek

lainnya) yang mana objek-objek tersebut bukan sebagai sumber frustasi namun lebih

aman dijadikan sebagai sasaran (Minderop, 2010:35).

Rasionalisasi (rationalization) memiliki dua tujuan: pertama, untuk mengurangi

kekecewaan ketika kita gagal mencapai suatu tujuan; dan kedua, memberikan kita

motif yang dapat diterima atas perilaku (Hilgard, et al., 1975:443-444). Rasionalisasi

terjadi bila motif nyata dari perilaku individu tidak dapat diterima oleh ego. Motif

nyata tersebut digantikan oleh semacam motif pengganti dengan tujuan pembenaran

(Minderop, 2010:35-36).

Reaksi formasi (reaction formation) akibat impuls anxitas kerap kali diikuti oleh

kecenderungan yang berlawanan yang bertolak belakang dengan tendensi yang

ditekan: reaksi formasi. Reaksi formasi mampu mencegah seorang individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

berperilaku yang menghasilkan anxitas dan kerap kali dapat mencegahnya bersikap

antisosial (Minderop, 2010:37).

Hilgard et al memaparkan regresi terdapat dua interpretasi mengenai regresi.

Pertama, regresi yang disebut retrogressive behavior yaitu, perilaku seseorang yang

mirip anak kecil, menangis dan sangat manja agar memperoleh rasa aman dan

perhatian orang lain. Kedua, regresi yang disebut primitivation ketika seorang dewasa

bersikap sebagai orang yang tidak berbudaya dan kehilangan kontrol sehingga tidak

sungkan-sungkan berkelahi (Minderop, 2010:38).

Agresi dan apatis perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan

yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan. Agresi dapat berbentuk

langsung dan pengalihan (direct, aggression dan displaced aggression). Agresi

langsung adalah agresi yang diungkapkan secara langsung kepada seseorang atau

objek yang merupakan sumber frustasi. Bagi orang dewasa, agresi semacam ini

biasanya dalam bentuk verbal ketimbang fisikal-si korban yang tersinggung biasanya

akan merespon. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang mengalami frustasi

namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada sumber frustasi tersebut

karena tidak jelas atau tak tersentuh. Menurut Hilgard et al (1975:436) si pelaku tidak

tahu tidak tahu ke mana ia harus menyerang; sedangkan ia sangat marah dan

membutuhkan sesuatu untuk pelampiasan. Penyerangan kadang-kadang tertuju kepada

orang yang tidak bersalah atau mencari ‘kambing hitam’. Apatis adalah bentuk lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

dari reaksi terhadap frustasi, yaitu sikap apatis (apathy) dengan cara menarik diri dan

bersikap seakan-akan pasrah (Minderop, 2010:38-39).

Menurut Hilgard et al(1975:438) fantasi dan stereotype, fantasi adalah ketika kita

menghadapi masalah yang demikian bertumpuk, kadang-kadang kita mencari ‘solusi’

dengan masuk ke dunia khayal, solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang realitas.

Stereotype adalah konsekuensi lain dari frustasi, yaitu perilaku seterotype-

memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus. Individu selalu mengulangi

perbuatan yang tidak bermanfaat dan tampak aneh (Minderop: 2010:39).

1.7 Metode Penelitian1.7.1 Paradigma dan Pendekatan Menurut Abraams (1953:6) sebuah penelitian harus berangkat dari paradigma

tertentu. Sebagai titik awalnya, penelitian ini menggunakan pendekatan seturut dengan

paradigma Abrams. Abrams menentukan empat unsur utama dalam kritik sastra, yaitu

karya (work), pengarang (artist), realitas (universe), dan pembaca (audience). Setiap

unsur tersebut dapat menjadi awal pendekatan kritik sastra, yang jika dirumuskan

menjadi (1) pendekatan objektif yang berfokus pada karya; (2) pendekatan ekspresif

yang berfokus pada pengarang; (3) pendekatan mimetik yang berfokus pada realitas;

dan (4) pendekatan pragmatik yang berfokus pada pembaca (Taum, 2017:3-4).

Penelitian ini secara khusus akan menggunakan pendekatan ekletik, gabungan dari

objektif, dan mimetik. Kedua bentuk pendekatan tersebut dipilih karena dekatnya latar

cerita Novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa dengan situasi nyata atau dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

dikatakan sebagai karya yang realis. Pendekatan diskursif akan mampu membantu

peneliti memahami kemungkinan teks sebagai bagian dari sebuah wacana.

Dalam reposisi yang dikemukakan Taum (2017:4-6) terdapat dua tambahan

pendekatan dalam pola paradigma Abrams, yaitu pendekatan ekletik dan pendekatan

diskursif. Pendekatan ekletik adalah pendekatan yang menggabungkan beberapa

pendekatan sekaligus. Pendekatan diskursif adalah pendekatan yang berfokus pada

teks serta berupaya menggali praktik diskursif melalui teks tersebut. Kedua

pendekatan ini ditambahkan dengan anggapan bahwa ada hal-hal di luar teks yang

menjadi konteks bagi kritik sastra dan pemahaman karya sastra pada umumnya.

1.7.1.1 Pendekatan Objektif

Memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. Memandang karya

sastra yang otonom dan bebas dari pengaruh pengarang maupun pembaca (Indria,

2014).

1.7.1.2 Pendekatan Mimetik

Mimesis berasal dari bahasa Yunanni yang berarti “tiruan”. Berupaya memahami

hubungan karya sastra dengan realitas. Karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau

kehidupan. Menurut Plato, mimetik artinya karya seni dan sastra hanya tiruan dari

kenyataan. Jadi nilainya lebih rendah daripada kenyataan. Sumber lebih tinggi

daripada tiruan (Indria, 2014).

1.7.1.3 Pendekatan Ekletik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Menurut Wilford A. pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik

dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau

keseluruhan yag bermakna, yang secara folisofis, teoritis, dan atau psikologis dinilai

benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku. Pendekatan ekletik

merupakan gabungan daripada dua pendekatan lain yaitu pendekatan deduktif dan

induktif. Pendekatan ekletik bermaksud pengajaran disampaikan dengan

menggabungkan semua atau sebagian daripada ciri-ciri sesuatu kaedah ke dalam

kaedah yang baru (Enya, 2014).

1.7.2 Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini diperoleh dengan metode studi pustaka. Metode studi pustaka

dilakukan dengan membaca banyak pustaka terkait dengan penelitian. Data yang

diperlukan untuk penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yakni : sumber data primer

dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung dari novel Sepercik Noda

Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono. Sumber data sekunder diperoleh

sumber data online (internet) dan sumber data offline (pustaka). Data penelitian

dikumpulkan menggunakan metode studi pustaka, secara lebih spesifik melalui teknik

baca dan catat. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan studi penelahaan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan,

dan laporan-laporan yang ada dengan hubungannya dengan masalah yang dipecahkan

(nazir, 1988: 111). Membaca keseluruhan kajian teoritis yang berhubungan dengan

topik kajian prespektif Sigmund Freud kemudian mencatat bentuk id, ego, dan

superego.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

1.7.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan menggunakan

pendekatan psikologi sastra teori dari Sigmund Freud sebagai alat untuk menganalisa

(Setyorini 2017: 14).

1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data dalam penelitian akan disajikan denggan metode deskripsi

kualitatif. Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan keadaan tokoh dan

fakta-fakta yang tergambar dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa

karya Maria A. Sardjono.

1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari empat bab. Pada bab I diuraikan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, dan metode penelitian. Bab II berisi deskripsi analisis data

menggunakan pendekatan objektif mengenai tokoh, penokohan, dan alur dalam novel

Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono. Bab III berisi

deskripsi analisis data struktur kepribadian (id, ego, dan superego) tokoh utama

mengenai dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A.

Sardjono. Bab IV merupakan bab penutup, berisi kesimpulan dan saran hasil

penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2 BAB IIANALISIS STRUKTUR CERITA

NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SARDJONO

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan struktur cerita, alur dan tokoh

karena sudah bisa menerangkan struktur kepribadian. Peneliti akan

menjelaskan tahap alur dan tokoh dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah

Terbawa Karya Maria A. Sardjono sebagai bahan penelitian. Berikut

dipaparkan pengertian alur dan tokoh sekaligus analisis kutipan.

2.1 Sinopsis Novel Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelola oleh para

biarawati. Ia diserahkan ke sana oleh seseorang yang mengakui sebagai

pamannya. Diceritakan, kedua orang tua Ratri telah meninggal dunia dalam

suatu kecelakaan dan Ratri yang saat itu berumur enam bulan, yang dikuatkan

dengan akta kelahirannya, terpaksa diserahkan ke panti asuhan sebab paman

yang bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling dunia dan tak bisa

merawatnya. Maka, sejak hari itu Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu

sampai ia dewasa. Dia tidak mempunyai saudara, sebab setelah dirinya

diserahkan ke panti asuhan, sang paman tidak pernah menjenguk Ratri. Bahkan

tidak pernah mengirim surat. Dan tidak mengirim uang. Bahwa Ratri dapat

berkuliah di ASMI, itu tidak dibiayai oleh siapa pun, melainkan oleh diri

sendiri sebagai keberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yang cerdas.

Sejak sekolah dasar nilainya selalu bagus dan hampir setiap tahun menjadi

juara kelas, sehingga begitu lulus SMA ia mendapat beasiswa atas dukungan

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

dan usaha para gurunya. Namun sayang seribu sayang, ketika duduk di

semester lima, musibah itu terjadi. Seorang pemuda tampan telah membutakan

mata hatinya. Dengan kebodohan dan kepolosannya, ia telah membiarkan

dirinya jatuh ke dalam rayuan Budi, nyaris tanpa ada penolakan (Sardjono,

2017:29-30).

Menjelang akhir liburan semester, pagi-pagi ketika Ratri bermaksud ke

kamar mandi, Suster Emma yang menjabat sebagai wakil asrama,

memergokinya sedang muntah-muntah di tempat itu. Kerut dahi biarawati itu

semakin dalam. Secara sepintas saja orang pasti bisa melihat Ratri tidak dalam

kondisi fisik yang baik. Ratri merasa kesusahannya tidak bisa lagi bisa

disimpannya sendiri. Suster Emma, wakil ketua asrama yang terkenal baik hati

serta penuh pengertian dan sering menjadi tempat Ratri mencurahkan isi hati,

menyediakan diri untuk menjadi tempatnya mengadu. Mengetahui betapa

kagetnya Suster Emma, tak mungkin bagi Ratri untuk lebih lama lagi

menyembunyikan segalanya dari perempuan yang penuh pengertian itu.

Bagaimanapun juga dia harus berani bertanggung jawab atas dosa-dosa yag

telah dilakukannya. Sekarang atau nanti menceritakannya, sama saja akibatnya.

Jadi semua hal yang dialaminya di rumah Diana diceritakannya tanpa

ditutupinya barang sedikit pun. Sambil berurai air mata ia menyatakan apa

yang telah direncanakannya demi nama baik asrama. Suster Kepala menyetujui

rencana Ratri, sebab menurutnya tidak ada cara lain yang lebih baik lagi untuk

mengatasi masalah gadis itu (Sardjono, 2017:41-46).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Singkat kata, Ratri telah melampaui hari-harinya yang berat dengan

selamat berkat para pengasuh asrama. Terutama Suster Emma yang sering

datang menjenguknya dengan membawakan kebutuhannya, termasuk baju-baju

bayi untuk anaknya, sampai akhirnya ia berhasil mengantongi ijazah akademik

dan berhak menjadi seorang sekretaris. Dengan gelar dan kecemerlangan

otaknya, ia berhasil pula mendapat pekerjaan di perusahaan swasta. Waktu itu

dengan gaji yang lumayan besar dan sisa uang dari Budi, ia bisa menggaji

perawat bayi sampai bayi perempuannya yang ia beri nama “Riri” berusia satu

tahun. Kalau ia mendapat bonus dari kantor atau mempunyai uang sisa berapa

pun, ia selalu mengirimkannya untuk asramanya dulu. Dia tahu persis apa yang

paling dibutuhkan. Beras, minyak goreng, gula pasir, sabun cuci, dan lain

sebagainya (Sardjono, 2017:50).

Namun kehidupan tidak selalu lancar seperti pada awalnya. Persoalan

muncul ketika atasannya di kantor banyak yang sudah tahu bahwa Ratri

seorang janda. Tentu saja itu bukan hal sebenarnya, sebab tidak mungkin ia

mengatakan bahwa Riri lahir dari diluar nikah. Memang serba sulit menjadi

perempuan muda berusia 21 tahun dengan status janda. Ada-ada saja masalah

yang muncul tanpa disangka-sangka. Padahal pengaruh hubungannya dengan

Budi telah menyebabkan Ratri bersikap dingin dan mengambil jarak terhadap

kaum pria. Meskipun tetap ramah, keramahan yang diberikan Ratri tidak

pernah istimewa. Apalagi khusus. Semua orang diperlakukan sama olehnya.

Sayangnya, tidak semua orang peka untuk menangkap keinginan Ratri.

Terutama Yudha, atasan Ratri. Sebagai bawahan tentu saja sikap Ratri lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

akrab karena memiliki keterkaitan dengan pekerjaan. Dan dia masih saja hijau

dalam hal hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sama sekali dia tidak

mengira sikap ramahnya mendapat respons yang keliru. Bukan hanya dari yang

bersangkutan saja, tetapi juga dari beberapa orang di sekitarnya (Sardjono,

2017:51-52).

Budi sudah beberapa kali mengantarkan Ratri pulang ke rumahnya untuk

mengambil beberapa keperluannya maupun keperluan Riri. Dari apa yang

dilihatnya, dia tahu hidup Ratri dan anaknya dalam kekurangan. Hatinya

tersentuh oleh rasa berdosa telah menyia-nyiakan hidup mereka. Jadi secara

spontan pertanyaan Riri dijawabnya tanpa berpikir panjang lebih dahulu.

Ketika mendengar jawaban Budi, ia terkejut. Kedua alis matanya langsung saja

tertaut. Dan kedua matanya membesar. Tetapi dia tidak ingin mengatakan apa

pun karena Riri ada di dekat mereka. Oleh sebab itu begitu Riri sakit kemudian

Riri tertidur. Ratri langsung mengajak Budi bicara. Saat ini yang jauh lebih

penting adalah memikirkan perasaan Riri. Anak itu sudah mendengar janji

Budi. Rasanya terlalu kejam kalau harapan yang mengembang di hati anak itu

akan meletus sebelum menjadi kenyataan. Sangat kejam kalau membiarkan

hasil itu terjadi. Sementara Ratri memikirkan lamaran Budi dengan sungguh-

sungguh, Budi membuka laci lemari pakaiannya di rumah untuk membaca lagi

surat yang dikirimkan perempuan itu, surat yang pernah dibacanya beberapa

tahun lalu, dan yang disimpannya baik-baik itu. Sekarang surat itu dibacanya

lagi dengan pelan-pelan, sepatah demi sepatah kata sampai pada kalimat: “Aku

tidak meminta pertanggungjawabanmu dalam bentuk apa pun, tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

setidaknya kita bisa berbagi pikiran karena aku tidak mempunyai orangtua

maupun keluarga lainnya. Sejak bayi aku sudah tinggal di asrama yatim

piatu….” Budi tidak merasa perlu membaca lanjutan surat itu lagi karena dari

kalimat tersebut saja pun ia sudah semakin yakin, mantap dan bulat hati, untuk

membawa Ratri dan anaknya masuk ke dalam kehidupan pribadinya, sebagai

istri dan anaknya. Mereka tak boleh lagi hidup hanya berdua saja di dunia ini.

Kehangatan keluarga yang tak pernah mereka rasakan, akan diselimutkannya

pada keduanya. Indah keinginannya sendiri. dan itu adalah sebuah janji yang

harus di penuhinya (Sardjono, 2017:76-88).

2.2 Analisis Alur Novel Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit

orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur

fiksi yang lain. Novel yang tergolong aluran akan sangat memperhatikan

struktur plot sebagai salah satu kekuatan novel itu untuk mencapai efek estetis.

Untuk menyebut plot, secara tradisional, orang juga sering mempergunakan

istilah alur atau jalan cerita, sedangkan dalam teori-teori yang berkembang

lebih kemudian dikenal adanya istilah struktur naratif, susunan, dan juga sujet

(Nurgiyantoro, 1995:110-111). Alur akan dibagi menjadi tiga, ada tahap awal

atau tahap perkenalan, tahap tengah atau tahap pertikaian, klimaks, dan tahap

penyelesaian.

Alur dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa Karya

Maria. A Sardjono adalah alur peristiwa, konflik, dan klimaks. Seperti pada

kutipan dibawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

2.2.1 Tahap awal Atau Perkenalan Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke

keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1992:150). Berdasarkan pengertian itu,

kita dapat akan dapat membedakan kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan

peristiwa dengan yang tidak (Nurgiyantoro, 1995:117). Berikut penulis akan

memaparkan alur peristiwa dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah

Terbawa.

1. Maka meskipun dengan perasaan malu setengah mati dan

tanpa memikirkan apa akibatnya, semalam suntuk itu Ratri

tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarut dalam pelukan

hangat dan mesra yang membuatnya seperti orang mabuk.

Otaknya tak bisa diajak berpikir, karena yang ada di dalam

pikirannya hanyalah Budi yang ganteng dan tengah membelai

dan memesrainya sampai akhirnya keperawanannya pun ia

serahkan kepada laki-laki itu. Tetapi kemudian sesudah

kejadian tersebut, mereka tidak pernah menghubunginya.

Apalagi mencari keberadaannya. Lelaki yang memesonanya

itu, hanya lewat begitu saja, bagaikan angin lalu yang bertiup

sesaat lamanya. (Sardjono, 2017:33).

Dari kutipan tersebut terbukti Budi hanya mengikuti nafsunya, sehingga

Ratri yang polos, masih perawan, lugu dan belum tahu dunia pacaran. Harus

mengalami kejadian yang berat dan takut yang luar biasa selama berminggu-

minggu sejak kejadian tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

2.2.2 Tahap Tengah, Peristiwa, dan klimaksKonflik menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh cerita, yang jika tokoh

itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia tidak akan memilih peristiwa itu

menimpa dirinya (Fitzgerald, 1972:27). Konflik (conflict), yang notabene

adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, ia akan berupa peristiwa

fungsional, utama, atau kernel), merupakan unsur yang esensial dalam

pengembangan plot (Nurgiyantoro, 1995:122). Berikut akan penulis paparkan

alur konflik dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa.

2. Berminggu-minggu sesudah itu Ratri masih saja merasa

terpesona oleh segala hal yang dialaminya di rumah Diana.

Namun berminggu-minggu berikutnya pesona itu berubah

total menjadi ketakutan yang luar biasa. Haidnya tidak datang

dan tubuhnya cepat sekali merasa lelah. Sepolos apa pun

dirinya, langsung saja ia bisa mengaitkan keadaan dirinya itu

dengan apa yang terjadi di rumah Diana malam itu. Dengan

uang yang dipinjamnya dari Diana malam itu. Dengan uang

yang dipinjamnya dari Diana, Ratri memeriksakan dirinya ke

dokter kandungan. Dan sebagaimana yang sudah diduganya,

dia memang positif sedang mengandung (Sardjono, 2017:33-

34).Dengan rasa takut luar biasa ia menceritakan keadaannya

kepada Diana, satu-satunya orang yang mengetahui kejadian

malam itu. Tetapi alangkah kagetnya Ratri ketika mendengar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

pandangan Diana yang sangat bertolak belakang dengan pola

pikirnya, meskipun dalam banyak hal dia merasa cocok

bergaul dengan gadis itu. Diana dan dirinya sama-sama

berotak cemerlang. Gadis itu hangat dalam pergaulan dan

tidak pernah membeda-bedakan latar belakang teman-

temannya. Tetapi tentang pergaulannya yang bebas, Ratri baru

mengetahuinya saat kehamilannya ia keluhkan pada

sahabatnya itu (Sardjono, 2017:34).

Ratri yang masih polos, lugu, tanpa pengalaman, dan belum mengetahui

banyak mengenai dunia cinta setelah kejadian di rumah Diana akhirnya Ratri

mengalami trauma. Ratri merasa ketakutan, bulan-bulan sebelumnya Ratri haid

datang dengan lancar, tetapi setelah kejadian yang menimpa Ratri, haid tidak

datang dan tubuhnya cepat lelah. Kemudian Ratri meminjam uang kepada

Diana untuk memeriksakan dirinya. Setelah memeriksakan ke dokter, Ratri

benar memang positif hamil dan sekarang sedang mengandung. Pola pikir

Diana dan Ratri berbeda jauh, Diana yang biasa saja menanggapi hal seperti itu

dan menyuruh Ratri menggunakan alat pengaman, tetapi Ratri yang pertama

kali dengan hal seperti itu kaget dan takut. Ratri merasa takut ingin

menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Diana. Ratri dan Diana

memiliki otak yang cerdas, selain itu mereka banyak kecocokan dengan Ratri.

Diana tidak membeda-bedakan latar belakang teman-temannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

2.2.3 Tahap Akhir atau PenyelesaianKonflik dan klimaks merupakan hal yang amat penting dalam struktur

plot, keduanya merupakan unsur utama plot pada karya fiksi. Konflik demi

konflik, baik internal maupun eksternal, inilah jika telah mencapai titik puncak

menyebabkan terjadinya klimaks. Klimaks menurut Stanton (1965:16), adalah

saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan

sesuatu yang tidak dapat dihindarkan kejadiannya (Nurgiyantoro, 1995:127).

Berikut penulis akan paparkan alur klimaks dalam novel Serpercik Noda

Seribu Langkah Terbawa.

3. “Itu bukan sekadar janji, Ratri. Itu suatu perkataan yang

mengandung kepastian. Ratri, karena kita sudah menyinggung

masalah itu, maka dalam kesempatan ini aku ingin

melamarmu. Berilah kesempatan padaku untuk memberi

kebahagiaan pada Riri dan menghapus semua hal yang

membuatmu menderita bersama Riri selama ini…” (Sardjono,

2017:80-81). Ratri memejamkan matanya lagi. Suara Budi begitu tegas dan

mengandung keyakinan sehingga akhirnya ia mau

mengangguk. “Baiklah… aku akan memikirkannya.”

Sementara Ratri memikirkan lamaran Budi dengan sungguh-

sungguh, Budi membuka laci lemari pakaiannya di rumah

untuk membaca lagi surat yang dikirimkan perempuan itu,

surat yang pernah dibacanya beberapa tahun yang lalu, dan

yang disimpannya baik-baik itu. Sekarang surat itu dibacanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

lagi dengan pelan-pelan, sepatah demi sepatah kata sampai

pada kalimat: “Aku tidak meminta pertanggungjawabanmu

dalam bentuk apa pun, tetapi setidaknya kita bisa berbagi

pikiran karena aku tidak mempunyai orangtua maupun

keluarga lainnya. Sejak bayi aku sudah tinggal di asrama

yatim piatu..” Budi tidak merasa perlu membaca lanjutan surat

itu lagi karena dari kalimat tersebut saja pun ia sudah semakin

yakin, mantapdan bulat hati, untuk membawa Ratri dan

anaknya masuk dalam kehidupan pribadinya, sebagai istri dan

anaknya. Mereka tak boleh lagi hidup hanya berdua saja di

dunia ini. Kehangatan keluarga yang tak pernah mereka

rasakan, akan diselimutkannya pada keduanya. Itulah

keinginannya sendiri. dan itu adalah sebuah janji yang harus

dipenuhinya (Sardjono, 2017:87:88).

Demi Riri anaknya, Budi menurutinya dan Budi melamar Ratri serta

mengajak Riri dan Ratri untuk tinggal satu rumah dengan Budi. Ratri awalnya

tidak mau menerima lamaran Budi, tetapi menggingat Riri sakit dan Ratri

merasa kasihan dengan Riri, akhirnya Ratri menerima lamaran Budi. Ratri dan

Riri belum pernah merasakan kehangatan keluarga yang utuh, terutama Ratri

yang dari kecil sudah ditinggal oleh kedua orang tua dan tinggal di asrama. Itu

juga termasuk janji Budi yang harus dipenuhi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

2.2.4 Rangkuman AlurDari hasil penelitian penulis terbukti bahwa alur yang digunakan dalam

novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa yaitu alur campuran. Ratri yang

masih gadis, polos, lugu, belum mengerti dunia cinta, dan belum pernah

merasakan pergaulan bebas. Harus mengakhiri keprawanannya akibat Budi

yang sedang mabuk pada saat pesta ulang tahun di rumah Diana. Ratri

tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarut dalam pelukan hangat dan mesra.

Setelah kejadian tersebut, mereka tidak pernah bertemu dan tidak pernah

menghubunginya. Budi juga tidak pernah menanyakan keadaan Ratri sama

sekali. Ratri kembali ke asrama, setelah berminggu-minggu dari kejadian

tersebut, Ratri tidak haid dan badannya merasa mudah lelah. Ratri merasa

ketakutan dan trauma. Ratri meminjam uang kepada Diana untuk

memeriksakan ke dokter spesialis kandungan, dan dugaan Ratri ternyata benar

bahwa Ratri hamil. Ratri yang awalnya takut menceritakan semua kejadian

tersebut kepada Diana, tetapi Ratri merasa ngeri dengan perkataan Diana,

seakan-akan Diana sudah terbiasa melakukan hal seperti itu dan

berpengalaman. Lihat tabel 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tabel 1

Alur Cerita novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawakarya Maria A. Sardjono

No Tahap Alur IsiTahap awal atauperkenalan

Budi hanya mengikuti nafsunya,sehingga Ratri yang polos, masihperawan, lugu, dan belum tahu duniapacaran. Harus mengalami kejadianyang berat dan takut yang luar biasaselama berminggu-minggu sejakkejadian tersebut.

2. Tahap tengah, pertikaian, dan klimaks

Setelah kejadiann di rumah Dianaakhirnya Ratri mengalami trauma.Ratri mengalami ketakutan, bulan-bulan sebelumnya Ratri haid datangdengan lancar, tetapi setelah kejadianyang menimpa Ratri, haid tidakdatang dan tubuhnya cepat lelah.Kemudian Ratri meminjam uangkepada Diana untuk memeriksakandirinya. Setelah memeriksakan kedokter, Ratri benar memang positifhamil dan sekarang sedangmengandung.

3. Tahap akhir, atau penyelesaian

Demi Riri anaknya, Budi menurutinyadan Budi melamar Ratri sertamengajak Riri dan Ratri untuk tinggalsatu rumah dengan Budi. Ratriawalnya tidak mau menerima lamaranBudi, tetapi menggingat Riri sakit danRatri merasa kasihan dengan Riri,akhirnya Ratri menerima lamaranBudi.

2.3 Tokoh Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka ia

haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

perwatakan yang disandangnya (Nurgiyantoro, 1995:167). Tokoh karya fiksi

hanyalah bagian yang terikat pada keseluruhannya, keseluruhan bentuk artistik

yang menjadi salah satu tujuan penulisan fiksi itu sendiri. hal inilah,

sebenarnya, yang merupakan perbedaan paling penting antara tokoh fiksi

dengan tokoh manusia nyata, dan hal ini pulalah yang menjadi dasar

perbedaan-perbedaan yang lain (Kenny, 1996:25).

Menurut Abrams (1981:20) tokoh cerita (character) adalah orang yang

ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsir

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan

dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro,

1995:165). Jenis tokoh yang penulis pilih untuk meneliti yaitu tokoh protagonis

dan antagonis seperti yang dipaparkan sebagai berikut.

2.3.1 Tokoh UtamaTokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-

novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat

ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro,

1995:176-177). Berikut akan di paparkan tokoh utama dalam novel Sepercik

Noda Sericu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

2.3.1.1 RatriRatri sebagai gadis yang dibesarkan dan tinggal di rumah yatim piatu,

benar-benar kurang memiliki pengalaman dalam bergaul di luar asrama. Ratri

juga kurang kasih sayang dari orang tua, dari kecil orang tua Ratri sudah

meninggal. Semasa sekolah saat SD, SMP, SMA pada jam pulang sekolah Ratri

langsung pulang ke asrama, sehingga saat Ratri mahasiswa ia sudah terbiasa

dengan kebiasaan itu. Ratri menginginkan bahwa ia harus disiplin, tanggung

jawab, mempunyai kehidupan teratur, serta hidup mapan. Hal-hal tersebut

diajarkan oleh asrama kepada semua penghuni asrama. Selain itu, asrama juga

menerapkan jadwal kegiatan termasuk jadwal belajar yang ketat, kalau sudah

belajar penghuni asrama diperbolehkan menonton televisi, bermain musik

bersama-sama, atau bernyanyi bersama-sama. Asrama mengharapkan jika

kelak meninggalkan asrama mereka bisa mandiri, salah satu anak asrama yang

mandiri adalah Ratri. Ratri tidak mempunyai siapa-siapa, orang tua sudah

meninggal sejak ia bayi, paman Ratri tidak memperdulikan Ratri. Ratri

dititipkan di asrama dan sekarang menjadi perempuan yang mandiri.

1. Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelola oleh para

biarawati. Ia diserahkan ke sana oleh seseorang yang mengaku

sebagai pamannya. Katanya, kedua orang tua Ratri telah

meninggal dunia dalam suatu kecelakaan dan bayi mereka yang

saat itu berumur enam bulan, yang dikuatkan dengan akta

kelahirannya, terpaksa diserahkan ke panti asuhan sebab sang

paman yang bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

dunia dan tak bisa merawatnya. Maka begitulah, sejak hari itu

Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu sampai ia dewasa

(Sardjono, 2017:29-30).2. Dia tidak mempunyai keluarga barang seorang pun, sebab setelah

dirinya diserahkan ke panti asuhan, sang paman tidak pernah

sekali pun muncul. Bahkan mengirim surat pun tidak. Apalagi

mengiriminya uang. Bahkan Ratri bisa kuliah di ASMI, itu tidak

dibiayai oleh siapa pun, melainkan oleh diri sendiri sebegai

keberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yang encer. Sejak

sekolah dasar nilainya selalu bagus dan hampir setiap tahun

menjadi juara kelas, sehingga begitu lulus SMA ia mendapat

beasiswa atas dukungan dan usaha para gurunya (Sardjono,

2017:30).

Ratri selama di asrama yatim piatu banyak berjuang untuk menjalani

hari-harinya bersama suster asrama dan menghuni asrama lainnya, walaupun

tidak memiliki orang tua, Ratri bisa mandiri dan ia tetap bisa merasakan kasih

sayang dari orang-orang disekitarnya. Ratri mendapat dukungan dari guru atas

usahanya mendapat nilai yang bagus dan mendapat juara kelas, sehingga selalu

mendapat beasiswa dari SD, SMP, dan SMA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

2.3.1.2 Paman RatriPaman Ratri bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling dunia dan

tidak bisa merawat Ratri. Paman ratri hanya merawat Ratri sebentar, karena

sibuk bekerja, maka Ratri dititipkan panti asuhan oleh pamannya, tetapi

semenjak paman Ratri menitipkan Ratri di panti asuhan, Ratri tidak

diperdulikan oleh pamannya.

3. Katanya, kedua orangtua Ratri telah meninggal dunia dalam suatu

kecelakaan dan bayi mereka yang saat itu berumur enam bulan,

yang dikuatkan dengan akta kelahirannya, terpaksa diserahkan ke

panti asuhan sebab sang paman yang bekerja sebagai anak buah

kapal, sering berkeliling dunia dan tak bisa merawatnya. Maka

begitulah, sejak hari itu Ratri menjadi penghuni rumah yatim

piatu sampai ia dewasa (Sardjono, 2017:29-30). 4. Dia tidak mempunyai keluarga barang seorang pun, sebab setelah

dirinya diserahkan ke panti asuhan, sang paman tidak pernah

sekali pun muncul. Bahkan mengirim surat pun tidak. Apalagi

mengirimnya uang (Sardjono, 2017:30).

Semenjak Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu, paman Ratri tidak

pernah menanyakan kabar Ratri sama sekali, mengirim surat juga tidak pernah.

Ratri juga tidak pernah mendapat kiriman uang dari pamannya. Untungnya

Ratri kuliah mendapat beasiswa, sehingga Ratri bisa menyelesaikan sekolah

dan kuliahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

2.3.2 Tokoh Tambahan2.3.2.1 Dokter Rizal

Dokter spesialis anak yang memeriksa Riri anak Ratri, yang terkena

demam berdarah. Dokter Rizal merasa kasihan dengan Ratri yang

memeriksakan Riri sendiri ke klinik. Dokter Rizal menangkap kecemasan di

wajah Ratri yang sebaya dengan anaknya, hati laki-laki itu meleleh.

5. “Saya hanya bisa membantu yang terkait dengan pekerjaan saya.

Anda tidak usah membayar tarif yang diperuntukkan buat saya”

katanya (Sardjono, 2017:8). 6. “Tidak usah dipikirkan” Dokter Rizal tersenyum, lega bisa

membantu ibu muda yang tidak bersuami itu. Dengan segera ia

mengulurkan surat pengantar rawat inap pada Ratri (Sardjono,

2017:9).

Dokter Rizal melihat Ratri yang tidak mempunyai cukup uang,

kemudian Dokter Rizal meminta Ratri untuk tidak perlu membayar. Dokter

Rizal merasa senang sudah membantu dan menolong Ratri yang memeriksakan

Riri kepada Dokter Rizal.

2.3.2.2 Diana Diana adalah sahabat Ratri saat kuliah, tetapi Diana dan Ratri berbeda

nasib. Diana anak orang kaya, sedangkan Ratri memiliki latar belakang yang

sederhana dan hidup di rumah yatim piatu. Orang tua Diana dua kali menjabat

sebagai duta besar di dua negara. Ratri bersahabat dengan Diana karena banyak

hal yang menurut Ratri cocok dari Diana, Ratri dan Diana mereka mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

otak yang cerdas. Diana hangat dalam pergaulan dan tidak pernah membeda-

bedakan latar belakang teman-temannya.

7. “Seharusnya ketika itu kau memakai alat pencegah kehamilan,”

kata Diana dengan perasaan prihatin. “Kau kurang berhati-hati

sih” (Sardjono, 2017:34).8. “Bagaimana kalau kandunganmu digugurkan?” usulnya

kemudian.

Setelah kejadian di rumah Diana pada saat malam pesta ulang tahun, Ratri

meminjam uang Diana untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan, dan

ternyata Ratri hamil. Kemudian Ratri menceritakan semua kepada Diana,

Diana menyalahkan Ratri karena Ratri tidak memakai pencegah kehamilan dan

Ratri tidak berhati-hati. Diana memberi saran keapada Ratri agar

menggugurkan kandungannya.

2.3.2.3 Budi Laki-laki yang memperkosa Ratri pada saat pesta ulang tahun di rumah

Diana. Menurut Budi, Ratri perempuan yang cantik, memiliki kulit yang

lembut, rambutnya harum. Budi memperlakukan Ratri seolah Ratri adalah

perempuan satu-satunya yang tercantik di dunia. Tetapi sejak kejadian di rumah

Diana, Budi tidak pernah menemui atau menghubungi Ratri. Kedua orang tua

Budi dari latar belakang berada, orang tua Budi pernah menduduki jabatan

yang tinggi di pemerintahan pada masa lalu. Budi mempunyai dua saudara.

Yang pertama, perempuan tinggal di luar negeri bersama suaminya yang

bekerja di luar negeri. Kemudian saudara laki-laki Budi meninggal dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

dalam suatu kecelakaan. Orang tua Budi sakit dan akhirnya mreninggal secara

berurutan. Tetapi Budi termasuk laki-laki yang bertanggung jawab, Budi

melamar Ratri demi Riri, budi memantap dan bulat hati, untuk membawa Ratri

dan anaknya masuk ke dalam kehidupan pribadinya, sebagai istri dan anaknya.

Ratri dan Riri belum pernah merasakan kehangatan keluarga yang utuh

sebelumnya. Dan itu adalah janji yang harus dipenuhi oleh Budi.

9. “Itu bukan sekadar janji, Ratri. Itu suatu perkataan yang

mengandung kepastian. Ratri, karena kita sudah menyinggung

masalah itu, maka dalam kesempatan ini aku ingin melamarmu.

Berilah kesempatan padaku untuk memberi kebahagiaan pada Riri

dan menghapus semua hal yang membuatmu menderita bersama

Riri selama ini…” (Sardjono, 2017: 80-81). 10. “Pikirkanlah keberadaan dan masa depan Riri saja. Jangan hanya

mementingkan dirimu sendiri, Tri” (Sardjono, 2017:81).11. “Ratri…jawablah lamaranku tadi dengan suatu kepastian. Soal-

soal lainnya, biarlah ini kita tinggalkan, sebab hanya akan

membuat pembicaraan kita jadi tak lancar karena pikiran kita jadi

terbebani masa lalu” (Sardjono, 2017:85).

Budi ingin melamar Ratri karena sudah berjanji dengan Riri bahwa

tidak akan meninggalkannya, Budi juga sudah mantap ingin menjadikan Ratri

sebagai istrinya. Budi berusaha memenuhi janji Riri dan berusaha

menyenangkan Riri yang sedang sakit dan menghapus semua hal yang sudah

membuat Ratri dan Riri menderita selama ini. Budi hanya ingin memikirkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

masa depan Riri, dan meminta Ratri untuk menghapuskan semua masa lalu

yang sudah pernah terjadi dan membuka lembaran baru bersama-sama.

2.3.2.4 Suster EmmaSuster yang menjabat sebagai wakil asrama, yang baik, penuh pengertian,

tempat curhat Ratri dan tempat mengadu Ratri selama Ratri di rumah yatim

piatu. Suster cemas dan khawatir dengan keadaan Ratri. 12. “Kenapa, Tri, kau sakit?” tanyanya khawatir . wakil ibu asrama

menatapnya dengan prihatin. Wajah Ratri juga tampak pucat

(Sardjono, 2017:41).13. “Tetapi kau muntah-muntah, Tri. Itu artinya ada yang tidak beres

dalam tubuhmu” (Sardjono, 2017:41).

Suster khawatir dengan keadaan Ratri, suster memergoki Ratri sedang

muntah-muntah, tetapi Ratri tidak mau berkata jujur dengan suster. Ratri

menutupi semua yang terjadi pada dirinya.

14. “Kalau begitu, kau harus ke dokter,” katanya. “Sebetulnya sudah

beberapa hari ini Suster melihat dirimu tampak lesu kurang

gairah. Tidak seperti biasanya. Dan itu bukan kebiasaanmu. Apa

yang sebenarnya kau rasakan? Ingat, ada beberapa penyakit yang

kelihatannya biasa-biasa saja, tetapi sebenarnya merupakan

penyakit yang lumayan berat. Suster tidak ingin ada yang

mengalami sakit serius di dalam asrama ini. Kalian semua harus

sehat supaya hidup dengan nyaman” (Sardjono, 2017:42).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Suster Emma mulai curiga dengan Ratri, karena Ratri sebelumnya tidak

pernah menyembunyikan apapun dari Suster Emma. Tetapi kali ini, Ratri

menyembunyikan dari Suster Emma bahwa Ratri sebenarnya sedang

mengandung. Suster Emma tidak ingin penghuni rumah asrama yatim piatu

sakit, tetapi suster ingin semua sehat agar hidup dengan nyaman dan sehat.

15. “Ya ampun, Ratri. Sebentar kau bilang sehat, sebentar lagi kau

bilang sakit, lalu tak lama kemudian kau bilang tidak sakit,” kata

ibu wakil asrama itu. “Ada apa sebenarnya, Tri? Katakanlah

kepadaku. Aku siap menjadi tempatmu mengadu. Dan tidak usah

terlalu cemas memikirkan keadaanmu kalau itu berkaitan dengan

uang. Asrama pasti akan membantumu” (Sardjono, 2017:42).

Ratri memang dekat dengan Suster Emma, dan Suster Emma juga

sudah hafal betul dengan Ratri. Suster meminta Ratri untuk menceritakan apa

yang dialaminya dengan jujur tanpa ada yang ditutupi sama sekali, suster juga

meminta Ratri agar Ratri tidak cemas untuk memikirkan keadaan yang

berkaitan dengan uang. Asrama akan membantu kalau berkaitan dengan uang,

dan Suster Emma siap mendengarkan semua keluh kesah dan cerita Ratri

semuanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

2.3.3 Rangkuman TokohDalam novel ini, terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh-

tokoh tersebut beserta karakter atau sifatnya dapat diramkum dalam Tabel 2berikut ini.

Tabel 2Tokoh dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa

karya Maria A. Sardjono

No Jenis Tokoh Karakter/Sifat1. Tokoh Utama

Ratri Sayang kepada Riri anaknya, pekerja keras,tidak pantang menyerah, cerdas, mandiri,disiplin, bertanggung jawab,polos, lugu.Belum mengerti tentang pergaulan bebas, danbelum mengerti tentang cinta.

Paman Ratri Jahat kepada Ratri, karena seusah Ratridititipkan rumah yatim piatu, paman Ratritidak pernah memberi kabar, mengirim surat,atau menemui Ratri. Bahkan tidak pernahmemberi uang kepada Ratri.

2. TokohTambahanDokter Rizal Dokter spesialis anak yang memeriksa Riri,

Dokter Rizal membantu Ratri dalam halkeuangan, Ratri tidak perlu membayar biayapemeriksaannya, yang penting Riri sembuh.

Diana Sahabat Ratri semasa kuliah, cerdas, orangkaya, tidak memilih-milih teman. Mauberteman dengan siapa saja tanpa memandanglatar belakang orang tersebut.

Budi Laki-laki yang sudah memperkosa Ratri,sekarang menjadi suami Ratri, dan ayah Riri.

Suster Emma Suster wakil asrama, yang baik, penuhpengertian, tempat Ratri mencurahkan isi hatidan tempat Ratri untuk mengadu.

Dalam paparan di atas, penulis membuktikan bahwa terlihat ada

persoalan psikologi yang dalam pada tokoh Ratri. Hal ini akan dipaparkan

dalam Bab III.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3 BAB IIISTRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA

KARYA MARIA A. SARDJONO

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan dinamika kepribadian tokoh

utama dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa Karya Maria A.

Sardjono berdasarkan kajian psikoanalisis. Berikut dipaparkan dinamika

kepribadian tokoh utama Ratri dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah

Terbawa karya Maria A. Sardjono.

3.1 Dinamika KepribadianTingkah laku menurut Freud, merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi

ketiga sistem kepribadian tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi

kepribadian adalah faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer,

analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukan

kepribadian individu (Minderop, 2010:20).

3.1.1 IdFreud menggunakan alam bawah sadar untuk menerangkan pola

tingkah laku manusia serta penyimpangan-penyimpangannya. Tesis Freud

pertama ialah bahwa alam bahwa sadar merupakan subsistem dinamis dalam

jiwa manusia yanag mengandung dorongan-dorongan naluri seksual yang

berkaitan dengan gambaran-gambaran tertentu di masa lalu (usia dini).

Dorongan-dorongan itu menuntut pemenuhan, namun adanya budaya dan

pendidikan (tuntutan norma kehidupan sosial) dorongan tersebut ditekan dan

dipadamkan. Akan tetapi, dalam bentuk tersamar dorongan-dorongan itu

50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

terpenuhi melalui suatu pemuasan semu atau khayalan (fantasi) (Minderop,

2011:23). Berikut akan dipaparkan bukti yang menunjukkan mengenai Id

dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah terbawa.

1. Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelolaoleh para biarawati. Ia diserahkan ke sana olehseseorang yang mengaku sebagai pamannya. Katanya,kedua orang tua Ratri telah meninggal dunia dalamsuatu kecelakaan dan bayi mereka yang saat ituberumur enam bulan, yang dikuatkan dengan aktakelahirannya, terpaksa di serahkan ke panti asuhansebab sang paman yang bekerja sebagai anak buahkapal, sering berkeliling dunia dan tak bisamerawatnya. Maka begitulah, sejak hari itu Ratrimenjadi penghuni rumah yatim piatu sampai iadewasa. Dia tidak mempunyai siapa-siapa, sebabsetelah dirinya diserahkan ke panti asuhan, sangpaman tidak pernah sekali pun muncul. Bahkanmengirim surat pun tidak.apalagi mengiriminya uang(Sardjono, 2017:29-30).

Ratri yang ditinggal orang tua sejak Ratri berusia enam bulan,

kemudian Ratri dititipkan kepada pamannya, tetapi paman Ratri menitipkan ke

rumah panti asuhan. Karena paman Ratri bekerja sebagai anak buah kapal dan

tidak bisa merawat Ratri. Sejak Ratri dititipkan ke rumah panti asuhan paman

Ratri tidak pernah mengirim surat kepada Ratri atau mengirim uang kepada

Ratri. Bukti tersebut merupakan proses Ratri sewaktu masih kecil sampai di

titipkan pada oleh pamannya di asrama yatim piatu. Dalam kutipan di atas

terlihat adanya anggapan Id yakni kesalahan Ratri untuk terlibat dalam

pergaulan bebas.

2. Ratri gadis yang masih polos, lugu, tanpa pengalaman,dan belum mengetahui betapa mudahnya para mudamudi tergelincir ke dalam pergaulan bebas. Ia terpukauoleh Budi yang ganteng dan memiliki krepribadian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

merayu. Maka ketika hari telah larut malam, tanpadisadarinya dia terjatuh ke dalam pelukan Budi.Meskipun usianya sudah hampir Sembilan belas tahun,dia masih begitu hijau untuk mengetahui liku-likukehidupan yang mengandung banyak godaan karenajarangnya bergaul dengan para pemuda (Sardjono,2017:32).

Ratri yang masih polos, lugu, tanpa pengalaman, dan belum mengetahui

mudahnya para muda mudi dalam pergaulan bebas, akhirnya Ratri jatuh

kedalam pergaulan bebas akibat rayuan dan pelukan Budi. Padahal Ratri tidak

mengerti soal cinta dan tidak mudah untuk tergoda. Kutipajn di atas

memperlihatkan adanya Id Ratri dalam dorongan seksual kemudian

memberikan keperawanannya kepada Budi.

3. Maka meskipun dengan perasaan malu setengah matidan tanpa memikirkan apa akibatnya, semalam suntukitu Ratri tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarutdalam pelukan hangat dan mesra yang membuatnyaseperti orang mabuk. Otaknya tak bisa diajak berpikir,karena yang ada di dalam pikirannya hanyalah Budiyang ganteng dan tengah membelai dan memesrainyasampai akhirnya keperawanannya pun ia serahkankepada laki-laki itu. Tetapi kemudian sesudah kejadiantersebut, mereka tidak pernah lagi bertemu. Budi samasekali tidak pernah menghubunginya. Apalagi mencarikeberadaannya. Lelaki yang memesonanya itu, hanyalewat begitu saja, bagaikan angina lalu yang bertiupsesaat lamanya (Sardjono, 2017:33).

Ratri yang malu dan tidak memikirkan akibatnya, Ratri akhirnya

terlarut dalam pelukan Budi yang hangat dan mesra yang membuatnya seperti

orang mabuk. Yang ada di otak Ratri hanya Budi yang tampan yang mesra

terhadap Ratri, sampai keperawanan Ratri diberikan kepada Budi. Setelah

kejadian tersebut Budi tidak pernah menghubungi, menemui, dan mencari

keberadaan Ratri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

3.1.2 Ego Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai

penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan superego. Ego

terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh

pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang

dibatasi oleh realitas (Minderop, 2011:21-22). Berikut akan dipaparkan bukti

yang menunjukkan mengenai Ego dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah

terbawa.

1. Berminggu-minggu sesudah itu Ratri masih sajamerasa terpesona oleh segala hal yang dialaminya dirumah Diana. Namun berminggu-minggu berikutnyapesona itu berubah total menjadi ketakutan yang luarbiasa. Haidnya tidak datang dan tubuhnya cepat sekalimerasa lelah. Sepolos apa pun dirinya, langsung saja iabisa mengaitkan keadaan dirinya itu dengan apa yangterjadi di rumah Diana malam itu. Dengan uang yangdipinjamnya dari Diana, Ratri memeriksakan dirinyake dokter kandungan. Dan sebagaimana yang sudahdiduganya, dia memang positif sedang mengandung(Sardjono, 2017:34).

Ratri kembali ke asrama dan berkhayal mengenai kejadian di rumah

Diana. Ratri masih terpesona, tetapi minggu berikutnya pesona itu hilang dan

berubah menjadi trauma, Ratri mengalami trauma dengan kejadian tersebut

karena Ratri baru pertama kali mengalami hal tersebut. Haidnya tidak datang

dan tubuhnya cepat merasa lelah. Ratri berniat untuk meminjam uang kepada

Diana untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan. Setelah

memeriksakan ternyata Ratri sedang mengandung. Kutipan di atas

menunjukkan ego Ratri adanya dorongan untuk memeriksakan dirinya ke

dokter kandungan memenuhi tuntutan ego Ratri yang sedang ketakutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

2. Ketakutan lain yang menjeratnya. Takut dosa, takutjiwanya melayang dalam pengganguran itu, takutrahimnya rusak sehingga tak bisa mempunyai anaklagi, dan lain sebagainya. Dan terutama, takut terhadaphati nuraninya. Ia sering merasa marah dan kecewaterhadap pamannya yang menyerahkan dirinya keasrama yatim piatu tanpa pernah menjenguknya barangsekali pun (Sardjono, 2017:36).

Selain Ratri takut karena hamil dan dia melakukan kejadian tersebut

baru pertama kali, Ratri takut dosa, jiwanya melayang, takut rahimnya rusak

sehingga tidak bisa mempunyai anak kembali. Ratri juga merasa marah kepada

pamannya karena sudah menyerahkan Ratri ke rumah panti asuhan tanpa

mengirim surat dan tanpa mengirim uang sama sekali. Sebagai gantinya Ratri

akan merawat dan menjaga anak nya dengan sepenuh hati, Ratri akan merawat

sendiri, dan tidak ada niat untuk menggugurkan sekali pun. Ego berupa

dorongan ketakutan berupa takut dosa, takut jiwanya melayang, takut kepada

hati nuraninya, takut “Kenapa kau begitu mudah menjanjikan sesuatu yang

sedemikian besarnya?” tanyanya dengan suara mengandung teguran (Sardjono,

2017:80).

3. “Tetapi, aku…. Aku merasa ini salah, Mas. Kau janganmemaksakan kehendakmu sendiri. aku sungguh sangattidak enak. Kau telah terbiasa hidup bebas. Jadi jangankarena keberadaan Riri lalu kau mengubah kehidupanmu” (Sardjono, 2017:81).

4. Ratri menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tidak,Mas. Aku tidak mau” (Sardjono, 2017:81).

Ratri menolak lamaran Budi, Ratri terus mengikuti egonya karena

masih trauma dan takut atas kejadian yang sudah pernah dia alami saat di

rumah Diana, Ratri pernah diperkosa Budi kemudian Budi tidak bertanggung

jawab atas perbuatan yang sudah Budi lakukan kepada Ratri. Budi menghilang,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

tidak menanyakan kabar Ratri, tidak menanyakan keberadaan Ratri juga.

Walaupun Budi memaksa Ratri dan tetap melamar Ratri, Budi tetap tidak mau

menerima Budi, Budi sudah terbiasa dengan pergaulan bebas tetapi Ratri tidak,

menurut Ratri. Budi mengubah kehidupannya karena permintaan Riri yang

sedang sakit dan ingin satu rumah dengan Budi. Ego Ratri masih kuat karena

Ratri mengalami trauma setelah di perkosa Budi saat pesta ulang tahun di

rumah Diana.

5. “Aduh…. Dokter… terima kasih,” sahut Ratri denganperasaan lebih baik. Sekarang pikirannya bisa lebihterarah pada biaya rumah sakit.” Kapan-kapan kalausaya punya uang, pasti akan saya bayar” (Sardjono,2017:8).

Ratri tidak mempunyai banyak uang untuk biaya periksa Riri anak

Ratri, kemudian dokter Rizal membantu dan menolong Ratri, dokter Rizal

merasa kasihan dan iba terhadap Ratri. Ratri yang sudah merawat dan

membawa anaknya kepada dokter Rizal, maka dokter Rizal membantu Ratri

dengan cara memeriksa Riri tanpa membayar. Perasaan Ratri sekarang lebih

baik, dan Ratri sekarang fokus untuk biaya rumah sakit, karena Riri masuk

rumah sakit dan harus dirawat. Ego Ratri terpenuhi untuk tidak membayar

biaya pemeriksaan Riri ke dokter Rizal.

6. Mendengar kata-kata Suster Emma, apa yang selamabeberapa minggu ini menjadi beban batin yangmenekan perasaannya, terasa lebih ringan.Kesusahannya tidak lagi bisa disimpannya sendiri(Sardjono: 2017:42).

Selama ini Ratri kalau ada masalah yang dirasakan dan keluh kesah

yang terjadi, Ratri selalu bercerita kepada Suster Emma. Suster Emma yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

membantu Ratri dan mendengarkan semua curhatan Ratri, tetapi untuk kali ini,

Ratri menutupi dan tidak jujur dengan Suster Emma. Suster Emma memaksa

Ratri agar Ratri jujur, Suster Emma tidak mau kalau penghuni asrama

mengalami sakit yang serius. Ego Ratri adalah Ratri lega setelah curhat dengan

Suster Emma.

7. “Tetapi apa pun itu, yang pasti saya telah menyadaribetapa besar dosa saya, betapa pula telah menyia-nyiakan masa depan saya sendiri” (Sardjono, 2017:44).

Ratri kembali mengakui kesalahannya dan menyesal apa yang telah ia

lakukan itu berdosa, selain itu Ratri sudah merusak nama baik dirinya, dan

merusak masa depannya. Dengan mudah Ratri percaya dengan rayuan laki-laki

yang baru Ratri kenal, dan Ratri mau diperkosa oleh laki-laki itu. Tetapi Suster

Emma terus memuji Ratri dan memberi Ratri semangat, agar Ratri kembali

semangat dan mempunyai kekuatan untuk menjalani hidupnya.

Pernyataan Ratri pada (Sardjono, 2017:46) Ratri akan berusaha untuk

mendapatkan uang jika beasiswa di cabut karena kondisi Ratri yang sedang

mengandung, Ratri akan berusaha mencari uang, selain itu Ratri juga masih

ada simpanan uang yang tersisa. Kalau uang simpanan Ratri tidak cukup, Ratri

akan berusaha agar tetap bisa menyelesaikan kuliah sampai lulus.

8. “Bu Yudha…. saya memang seorang janda… sayamemang perempuan yang tak berharta dan tak punyakeluarga, tetapi saya mempunyai kehormatan”(Sardjono, 2017:55).

Ratri merasa terhina dan kesal terhadap perkataan Bu Yudha, Ratri tidak

merasa bersalah, dan Ratri tidak merasa merebut Pak Yudha atau ada rasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

dengan Pak Yudha. semenjak Ratri mengalami trauma di masa lalunya, Ratri

tidak ada rasa dengan siapapun. Dengan Pak Yudha yang sudah menikah atau

laki-laki lain yang belum menikah, Ratri tidak pernah ada rasa. Di kantor Ratri

bersikap biasa aja, bahkan Ratri bersikap cuek. Dorongan ego Ratri adalah

Ratri merasa kesal terhadap perlakukan Bu Yudha.

Pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:46) Ratri masih ingin melanjutkan

kuliahnya, walaupun Ratri sudah melakukan kesalahan, tetapi masih ada cita-

cita untuk menyelesaikan kuliahnya sampai lulus. Karena menurut Ratri

pendidikan adalah yang utama, selain itu Ratri masih mendapat beasiswa untuk

kuliah, dan Suster Emma juga menyuruh Ratri untuk menyelesaikan kuliah,

karena Ratri sudah tinggal satu semester lagi dan rumah yatim piatu berada

dibawah naungan yayasan. Suster Emma nantinya akan menerima pertanyaan

dari kepala yayasan mengenai kuliah Ratri. Adanya ego Ratri untuk

melanjutkan kuliah karena menurut Ratri kuliah adalah hal yang utama.

Dorongan ego dari Ratri adalah Ratri ingin kuliah sampai lulus, walaupun

beasiswa dicabut nantinya, tetapi Ratri masih ingin melanjutkan kuliah.

Dari pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:48) walaupun Ratri sudah

melakukan dosa tetapi suster asrama masih memberi kesempata kepada Ratri

untuk tetap tinggal di asrama, supaya ketika anak Ratri lahir suster dan

penghuni asrama lain yang membantu mengurus anak Ratri. Sedangkan Ratri

bisa menyelesaikan kuliahnya sampai lulus. Adanya ego Ratri masih ada niat

untuk melanjutkan kuliah dan Ratri masih ada kesempatan untuk tinggal di

asrama bersama anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

9. Bahwa Ratri bisa kuliah di ASMI, itu tidak dibiayaioleh siapa pun, melainkan oleh diri sendiri sebagaikeberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yangencer. Sejak Sekolah Dasar nilainya selalu bagus danhampir setiap tahun menjadi juara kelas, sehinggabegitu lulus SMA ia mendapat beasiswa atas dukungandan usaha para gurunya (Sardjono, 2017:30).

Walaupun paman Ratri tidak mengirim uang kepada Ratri, tetapi Ratri

masih bisa sekolah sampai selesai kuliah dengan beasiswa, Ratri dianugerahi

Tuhan otak yang cerdas sehingga dari sekolah dasar sampai kuliah Ratri selalu

mendapat beasiswa. Dengan dukungan dan usaha para guru akhirnya Ratri bisa

menyelesaikan sekolah. Dari kutipan tersebut terbukti ego Ratri adalah adanya

gambaran diri Ratri dengan otak yang cerdas.

10. Ketika masih SD, SMP, dan SMA, sepulang sekolah ialangsung kembali ke asrama. Begitu pun ketika sudahmenjadi mahasiswa. Hal seperti itu sesuai dengankeinginannya sendiri karena dia memahami bahwadisiplin, tanggung jawab, kehidupan teratur, sertamapan yang diterapkan asrama merupakan sesuatuyang baik demi masa depan para penghuni asrama itusendiri. Apalagi di antara penerapan semacam ituselalu ada imbangannya di antara jadwal-jadwalbelajar yang lumayan ketat (Sardjono, 2017:30).

Sejak Ratri sekolah sampai kuliah Ratri memahami akan pentingnya

disiplin, tanggung jawab, kehidupan teratur, serta mapan. Itu semua diterapkan

dan diajarkan asrama untuk penghuni yatim yang berguna untuk masa depan.

Selain itu di asrama ada penerapan waktu untuk jam belajar yang lumayan

ketat, tujuannya agar penghuni asrama mengerti waktu dan batasan waktu. Hal

ini adalah dorongan ego Ratri berupa disiplin, tanggung jawab, kehidupan

teratur, dan mapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

11. Bahkan masih ada ruang untuk bakat-bakat seni yanglain seperti melukis, menulis, peralatan komputer,membatik, membuat penganan, dan melukis keramik.Begitu pun peralatan olahraga juga lumayan lengkap.Asrama telah mengarahkan upaya bagi anak-anak yangkebanyakan tidak mempunyai orangtua, jika kelakmeninggalkan asrama tempat mereka dibesarkan,mereka bisa mandiri. Tetapi dalam hal pergaulan antarmuda-mudi, Ratri kurang berpengalaman (Sardjono,2017:31).

Setelah belajar boleh menonton televisi atau belajar di beberapa ruang

yang ada di asrama untuk mengasah kemampuan serta bakat. Di asrama

menyediakan ruang untuk menyanyi, bermain musik, melukis, menulis, paduan

suara peralatan komputer, membatik, membuat penganan, dan melukis

keramik. Asrama mengarahkan jika penghuni rumah panti meninggalkan

asrama, diharapkan penghuni asrama bisa mandiri. Dari kutipan tersebut

terbukti bahwa Ratri memiliki peluang untuk mengembangkan bakatnya.

12. “Benar-benar tidak adil bagi yang lain kalau saya ataubayi saya nanti masih merepotkan para pengasuh diasrama ini, padahal saya tahu Suster dan penguruslainnya sangat selektif menerima tambahan penghuni,sementara saya telah menyia-nyiakannya denganberbuat dosa. Lagi pula, saya diberi uang oleh laki-lakiitu untuk mengurus diri sendiri maupun bayi sayananti,” katanya dengan air mata meluncur deras kepipinya yang lembut. “Jadi tolong doakan kami saja,Suster Kepala” (Sardjono, 2017:48).

Ratri merasa tidak enak kalau Ratri dan anaknya masih bertahan di

asrama, Ratri sudah banyak menyia-nyiakan masa mudanya dan menyia-

nyiakan kesempatan dengan berbuat dosa. Ratri memilih untuk keluar dari

asrama dan mencari rumah untuk bertahan hidup berdua dengan anaknya, Ratri

sudah di beri uang oleh Budi, laki-laki yang memperkosa nya untuk bertahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

hidup dan untuk kebutuhan Ratri dan anaknya sehari-hari. Ratri menangis

sambil meminta tolong kepada suster dan penghuni panti lainnya untuk

mendoakan dirinya dan anaknya. Adanya dorongan ego yang dimiliki oleh

Ratri karena Ratri mau untuk merawat bayinya sendiri.

3.1.3 SuperegoSuperego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego

sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk

(conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas

karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual

dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral (Minderop,

2011:22). Berikut akan dipaparkan bukti yang menunjukkan mengenai

superego dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah terbawa.

1. “Enam tahun yang lalu, apakah kau pernahmemikirkan keberadaannya? Uang kau berikankepadaku itu bukannkah untuk menggugurkankeberadaannya dalam kandunganku? Tetapi maaf….aku dididik sejak kecil oleh para pengasuh asramauntuk tidak pernah meniadakan nyawa orang meskipunitu masih berada di Rahim. Bahkan dosa seorang bayibahwa ia hadir di dalam Rahim ibunya. Jadi kenapahidupnya harus dilenyapkan? Seandainya aku gelapmata saat itu, bukankah tidak akan pernah ada Riri didunia ini? Jadi kutinggalkan asrama yatim piatu yangselama itu memberiku kehangatan dan rasa aman yangtidak pernah kudapatkan dari keluarga. Nah, apakahapakah itu bukan pengorbanan?” (Sardjono, 2017:82).

Setelah Budi memperkosa Ratri, Budi memberi uang kepada Ratri

tetapi melalui perantara Diana sahabat Ratri. Uang tersebut untuk

menggugurkan kandungan Ratri, tetapi Ratri tidak mau menggugurkan

kandungan itu, tetapi Ratri menggunakan uang yang diberikan Budi untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

memeriksakan ke dokter spesialis kandungan. Ratri tidak pernah berfikir sama

sekali bahwa dia akan menggugurkan kandungannya sekali pun, karena dari

kecil Ratri sudah dididik untuk tidak boleh menghilangkan nyawa orang lain,

banyak pelajaran, rasa aman, dan kehangatan yang Ratri dapatkan di asrama,

tetapi tidak Ratri dapatkan di dalam keluarga. Superego yang dimiliki Ratri

adalah dorongan untuk tidak menggugurkan kandungannya.

2. “Sudahlah, Mas… katamu tadi, lupakan masa laludengan melangkahi kehidupan di hadapan kita.Percikan ingatan untuk tidak lagi mengulangikesalahan,” katanya (Sardjono, 2017:83).

Budi sudah menyesal atas perbuatan yang sudah dilakukan kepada

Ratri, Budi menangis didepan Ratri, Ratri kaget dengan Budi. Padahal Budi

yang Ratri kenal dahulu sebagai seorang pemabuk, suka berfoya-foya, tidak

pernah serius, ugal-ugalan, dan tidak pernah mau maju serta memikirkan masa

depannya. Tetapi sekarang Budi justru sebaliknya, Budi mau maju dan

memikirkan masa depan, baik masa depan bersama Ratri dan masa depan

bersama Riri anak Budi dan Ratri. Superego Ratri adalah Ratri kaget dengan

perubahan Budi yang berbeda dari dahulu yang Ratri kenal, sekarang Budi

berubah menjadi lebih baik.

3. Setelah sebelumnya berjuang untuk mendapatkendaraan di rumah sakit Ratri masih harus berjuanglagi menunggu giliran dipanggil masuk ke ruangpemeriksaan. Pasien Dokter Rizal banyak sekali. Dansekarang, setelah hari menjadi malam, barulah Ririberada di ruang pemeriksaan dan mendapat diagnosisyang pasti. Dan hasilnya, anak itu harus dirawat dirumah sakit (Sardjono, 2017:11).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Demi Riri yang sedang sakit, Ratri pulang dari kantor rela membawa

Riri untuk memeriksakan kepada dokter Rizal agar Riri sembuh. Membawa

Riri ke klinik Ratri pun harus berjuang, menggendong Riri yang berat, panas,

bus yang sesak dan kaki yang menahan pegal. Sesampai nya di rumah sakit,

Ratri masih berjuang untuk antre menunggu dipanggil, karena yang menunggu

banyak dan mereka juga memeriksakan kepada dokter Rizal. Superego Ratri

adalah adanya dorongan untuk memeriksakan Riri ke dokter Rizal dokter

spesialis anak.

Dari pernyataan Ratri pada (Sardjono, 2017:42-43) Ratri mempunyai

beban batin karena masalah yang sedang menimpanya, Ratri bercerita kepada

Suster Emma, Ratri orang yang cerdas, menjadi teladan di rumah yatim piatu,

dan mendapat beasiswa dari sekolah sampai kuliah. Suster Emma awalnya

tidak percaya dan terkejut dengan cerita Ratri. Ratri adalah gadis yang dewasa,

tetapi sekarang Ratri mengandung. Superego Ratri adalah Ratri berkata jujur

dan tidak ada yang di tutupi saat bercerita dengan Suster Emma bahwa ia

sedang mengandung.

Dari pernyataan Ratri pada (Sardjono, 2017:43) Ratri menyesal atas

perbuatannya yang sudah dia lakukan saat pesta ulang tahun di rumah Diana,

sebelumnya Ratri tidak mengenal Budi, Ratri mengenal Budi saat di rumah

Diana. Ratri terlalu percaya oleh janji manis yang sudah Budi brikan

kepadanya. Ratri menganggap Budi orang yang tidak bertanggung jawab,

berfoya-foya, manja, dan kalau nilai kuliah Budi di bawah rata-rata. Maka Budi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

akan di keluarkan dari kampusnya. Dorongan superego Ratri adalah penyesalan

dari Ratri atas perbuatannya saat pesta ulang tahun di rumah Diana.

4. “Sepercik noda yang saya lakukan, seribu langkahnoda itu akan terbawa, Suster. Jadi saya…. harus relamerombak total hidup saya di luar sana” (Sardjono,2017:44).

Ratri sudah melakukan satu kesalahan, Ratri sudah melakukan satu

dosa yang besar, maka sampai kapan pun kesalahan dan dosa akan terus ada

dan tidak pernah hilang. Ratri sudah menyadari kesalahan itu, Ratri sekarang

tobat dan tidak akan melakukan kembali. Tetapi Ratri akan merubah dan rela

untuk memperbaharui hidupnya menjadi lebih baik di luar rumah asrama panti

asuhan. Ratri akan pindah dari rumah panti, dan tinggal di luar. Superego dari

Ratri adalah penyesalan hidup yang ia alami, itu adalah satu kesalahan terbesar

menurut Ratri.

5. “Tidak, Suster. Anak dalam kandungan saya ini tidakberdosa….” Suara Ratri bergelombang menahan tangis(Sardjono, 2017:45).

Pada mulanya Ratri ingin menggugurkan anak dalam kandungannya,

kemudian Suster Emma menanyakan kembali niat Ratri. Tetapi Ratri

menggingat kembali bahwa anak dalam kandungannya tidak berdosa dan tidak

bersalah, akhirnya Ratri tidak jadi menggugurkan anak dalam kandungannya.

Ratri menahan tangis karena kasihan kepada anaknya dan masih terbayang

kejadian yang sudah pernah Ratri lakukan. Superego Ratri adalah awalnya

Ratri ingin menggugurkan kandungannya, tetapi karena Ratri memikirkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

bahwa kandungannya tidak bersalah dan tidak berdosa, akhirnya Ratri tidak

jadi menggugurkan kandungannya.

6. “Dia berhak melangsungkan hidupnya. Saya akanlebih berdosa lagi kalau menggugurkannya. Bukan haksaya untuk menghentikan perkembangannya….”(Sardjono, 2017:35).

Walaupun Ratri sudah melakukan kesalahan dan berbuat dosa, tetapi

Ratri tidak ingin anak yang ada dalam kandungannya digugurkan, Ratri tidak

tega dan tidak ada keinginan untuk menggugurkan bayi itu. Karena bayi yang

berada di dalam kandungan tidak berdosa dan tidak mempunyai salah apa-apa.

Ratri jua tidak mempunyai hak untuk menggugurkan atau menghentikan

perkembangannya. Ratri takut terhadap hati nuraninya, Ratri merasa bersalah

kalau menggugurkan kandungannya. Superego Ratri adalah Ratri takut

terhadap hati nuraninya dan merasa bersalah kalau menggugurkan

kandungannya.

7. “Ya, saya tahu, Suster. Kalaupun yang satu semesterberikutnya tidak ada beasiswa untuk saya, mudah-mudahan uang saya nanti masih ada untuk biayamenyelesaikannya,” kata Ratri (Sardjono, 2017:46).

Jika nanti satu semester beasiswa yang Ratri dapatkan selama Ratri

kuliah di cabut, Ratri mempunyai uang simpanan dan semoga cukup untuk

membayar kuliah Ratri. karena Ratri kuliah tinggal satu semester, kalau tidak

di selesaikan akan sia-sia. Ratri masih ada semangat untuk menyelesaikan

kuliahnya.

Pada pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:49) karena Ratri sering

merasakan kecewa, sedih, dan sakit hati saat dibuang oleh pamannya, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Ratri tidak ada niat untuk menggugurkan kandungannya. Tidak ada niatan

untuk membuang bayi yang ada dalam kandungannya. Ratri tidak ingin meniru

sifat pamannya yang sudah membuang Ratri dan menghilang tidak ada kabar

sekali pun.

Pada pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:55) Ratri kesal karena sudah

dilabrak oleh Bu Yudha di kantor yang kebetulan ada banyak orang yang

mendengar dan tahu bahwa Ratri sedang di labrak oleh Bu Yudha. Ratri

menyuruh Bu Yudha untuk melabrak Pak Yudha, karena Pak Yudha yang diam-

diam mengambil gambar Ratri. Setelah Ratri berbicara tegas dengan Bu Yudha

Ratri keluar ruangan, hari berikutnya Ratri membawa surat yang berisi surat

pengunduran diri.

8. “Suster… Suster… saya mengandung…” (Sardjono,2017:42).

Ratri akhirnya mengaku dan jujur kepada Suster Emma kalau Ratri

mengandung, Ratri awalnya tidak mau jujur dan menutupi mengenai apa yang

dia alami, tetapi kata-kata Suster Emma yang membuat Ratri tersadar dan

kemudian Ratri berkata jujur dengan Suster Emma. Suster Emma tidak

menyangka dan kaget dengan cerita Ratri. suster tidak percaya bahwa Ratri

sedang mengandung. Kutipan di atas membuktikan bahwa pembicaraan Ratri

kepada Suster Emma adalah superego, karena Ratri yang akhirnya mengaku

dan jujur kepada Suster Emma kalau Ratri hamil.

9. “ Saya bersedia keluar dari sini demi nama baikasrama ini, Suster. Bahkan saya juga bersedia keluardari kuliah,” katanya (Sardjono, 2017:43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Ratri tidak mau nama baik asrama yatim piatu menjadi tercemar dan di

kenal orang lain tidak indah seperti dahulu karena perbuatannya. Ratri juga

tidak mau kalau Suster Emma dan penghuni asrama yang lainnya ikut tercemar.

Karena Ratri bersalah, dia ingin keluar dari asrama dan akan hidup hanya

bersama Riri anaknya. Ratri juga besedia keluar dari kuliahnya dan sudah tidak

mendapat beasiswa. Kutipan di atas membuktikan adanya Superego dari Ratri

berupa suara hati dorongan yang baik untuk menjaga nama baik asrama yatim

piatu.

10. “Ya, Suster. Saya pasti akan menceritakan semuanyadan juga apa rencana-rencana saya ke depan”(Sardjono, 2017:44).

Ratri berjanji kepada Suster Emma bahwa Ratri akan menceritakan

semua yang terjadi kepada dirinya, Ratri juga akan menceritakan rencana-

rencana ke depannya kepada Suster Emma. Hanya Suster Emma yang Ratri

percaya dan mengerti keadaan Ratri. tetapi Ratri diminta untuk menyelamatkan

masa depannya, seperti kuliahnya harus Ratri selesaikan. Kutipan di atas

membuktikan adanya superego dari Ratri yakni berjanji kepada Suster Emma

bahwa Ratri akan jujur dan menceritakan semua yang dialami Ratri.

11. “Tentu saja saya bersungguh-sungguh, Suster,” Ratrimenjawab dengan suara tegas (Sardjono, 2017:49).

Ratri berjanji kepada Suster Emma bahwa Ratri tidak akan

menggugurkan anak yang ada di kandungan Ratri, Ratri akan merasa bersalah

kalau menggugurkan kandungannya. Ratri takut berdosa karena menggugurkan

kandungan, takut terbayang-bayang dalam pikiran Ratri dan tidak bisa hilang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Dari kutipan di atas membuktikan adanya superego Ratri untuk tidak

menggugurkan kandungannya.

12. “Tidak seujung kuku pun saya menaruh perhatiankepada Pak Yudha. Bahkan difoto saja pun saya tidaktahu sama sekali” (Sardjono, 2017:55).

Ratri kesal kepada istri Pak Yudha, karena Ratri di tuduh merebut Pak

Yudha dari istrinya, padahal Ratri tidak pernah ada perasaan apapun.

Sebenarnya yang mempunyai perasaan kepada Ratri adalah Pak Yudha, Ratri di

kantor menjadi pusat perhatian. Pak Yudha mempunyai perasaan kepada Ratri,

karena Ratri berbeda dengan istri Pak Yudha, Ratri adalah idaman Pak Yudha.

Kutipan di atas membuktikan superego Ratri karena Ratri kesal sudah di tuduh

merebut Pak Yudha dari istrinya, Ratri memberanikan berbicara di depan Bu

Yudha karena Ratri memang tidak bersalah.

13. “Tidak, Dian. Tidak. Aku tak akan menggugurkankandunganku,” katanya begitu perang batinnyadimenangi oleh hati nuraninya (Sardjono, 2017:36).

Ratri masih memiliki hati nurani dan tidak tega kalau kandungannya

digugurkan, karena bagaimana pun juga itu adalah anak Ratri, Ratri berniat

untuk menjaga, merawat anak itu walaupun tanpa seorang papa. Ratri tidak

mau kalau bayi yang didalam kandungan mengalami hal yang sama dengan apa

yang telah Ratri alami sekarang. Ratri juga tidak mau kalau bayi itu di titipkan

ke rumah panti asuhan, Ratri akan menjaga dan merawatnya sampai bayi itu

sudah besar nanti. Superego Ratri berupa tidak mau menggugurkan

kandungannya, serta Ratri tidak ada niatan sekali pun untuk jahat terhadap bayi

yang sedang ia kandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

14. Hidup di Jakarta memang tidak mudah. Hampir dalamsegala hal. Itu diketahui betul oleh Ratri dan dia taktakut menghadapinya. Tetapi hidup sebatang karadengan seorang anak yang sepenuhnya bergantungpadanya, benar-benar tidak mudah. Dan ia mulaigamang karenanya. Hal itu telah dibuktikan dandialaminya seharian ini. Mulai dari pikiran yangbercabang-cabang selama seharian di kantor karenamencemaskan anaknya yang sakit di rumah dan hanyaditunggui pembantu yang bekerja paro waktu, sampaiakhirnya ia memutuskan untuk membawa Riri keDokter Rizal, dokter spesialis anak yang pernahbeberapa kali menangani Riri ketika anak itu harusmenjalani imunisasi (Sardjono, 2017:10).

Ratri yang hidup di Jakarta hanya berdua dengan Riri dan di bantu oleh

asisten rumah tangga untuk menjalani hidup memang tidak mudah. Ratri

berjuang hidup untuk bertahan dan untuk mengurus Riri, selain itu Riri yang

sedang masuk rumah sakit harus memerlukan biaya yang besar agar Riri di

tangani oleh dokter dan sembuh. Biaya yang Ratri tanggung juga masih

banyak, untuk sewa rumah dan hidup sehari-hari. Ratri yang hidup sebatang

kara tidak bisa mengeluh, bercerita, atau meminta bantuan kepada siapapun.

Riri juga masih bergantung dengan Ratri, pikiran Ratri banyak, terutama

memikirkan Riri yang sedang sakit dan sedang di rawat. Superego Ratri di

buktikan dengan Ratri mengalami dorongan untuk merawat anaknya.

15. Tak tega dia membawa Riri di dalam bus yang padatpenumpang. Dengan kaki dan tangan terasa pegalsemua akibat beratnya beban anak dalamgendongannya, Ratri nyaris merasa putus asa(Sardjono, 2017:11).

Ratri yang membawa Riri ke dokter untuk memeriksakan Riri dan

berjuang untuk melindungi Riri yang sedang sakit. Harus menahan pegal, sesak

nya bus akibat orang-orang yang juga ingin cepat sampai tujuan. Berat beban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Riri juga Ratri tahan, agar Riri yang sedang sakit bisa diperiksa ke dokter

Rizal. Karena dokter Rizal sudah biasa menangani penyakit Riri, dokter Rizal

juga dokter spesialis anak. Ratri sempat ingin putus asa, tetapi demi Riri Ratri

berjuang dan berusaha agar Riri sembuh dari sakitnya. Superego Ratri yakni

berjuang untuk membawa Riri ke dokter spesialis anak walaupun di bus padat

penumpang.

16. “Saya sadar, betapa bodohnya saya hari itu. Benar-benar seperti orang yang dibius. Sekarang menyesalpun sama sekali tak ada gunanya” (Sardjono, 2017:43).

Ratri menyesal atas perbuatan yang dia lakukan saat malam pesta ulang

tahun di rumah Diana. Ratri mudah dirayu dan di bujuk oleh Budi, akhirnya

Ratri terkena janji manis Budi dan di perkosa oleh Budi. Ratri seolah-oleh

seperti dibius, dan lupa akan segalanya, yang Ratri ingat hanya Budi yang

tampan dan mempesona. Superego pada kutipan di atas adalah Ratri menyesal

atas perbuatan yang sudah dia lakukan.

17. “Saya sangat menyesal telah menyebabkan masalah diasrama ini. Tetapi untuk selanjutnya, sedapat mungkinsaya akan mengurus diri saya dan juga bayi yang akanlahir nanti, tanpa menyusahkan pihak asrama lagi”(Sardjono, 2017:48).

Ratri kembali menyesal terhadap dirinya karena melakukan dosa, Ratri

juga sudah membuat masalah di asrama, sekarang Ratri sadar saat berbicara

didepan suster asrama. Ratri tidak ingin nama asrama di pandang oleh orang

lain buru, Ratri akan keluar asrama dan mengurus dirinya serta anaknya saat

anak Ratri lahirnanti. Ratri tidak akan menyusahkan siapa-siapa, terutama

menyusahkan pihak asrama yang sudah baik terhadap Ratri. Superego Ratri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

adalah rasa penyesalan Ratri karena ia sudah membuat masalah di asrama

yatim piatu.

Dari pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:49) Ratri meyakinkan Suster

Emma dan menjawab pertanyaan Suster Emma dengan tegas, bahwa Ratri

tidak akan ada niat menggugurkan kandungannya sedikit pun, walaupun Ratri

melakukan hal yang berdosa, sampai nama baiknya terlibat. Akan lebih berdosa

kalau Ratri menggugurkan kandungannya dan menghilangkan nyawa bayi itu,

bayi itu tidak berdosa dan tidak bersalah. Walaupun tidak ada papanya, tetapi

Ratri sudah niat dan berusaha untuk membesarkan bayi itu dengan sepenuh

hati. Superego Ratri adalah Ratri berjanji kepada Suster Emma bahwa Ratri

tidak akan menggugurkan kandungannya.

3.2 Rangkuman Struktur Kepribadian TokohDari hasil penelitian penulis terbukti bahwa dalam novel Sepercik Noda

Seribu Langkah Terbawa tokoh utama Ratri mengalami struktur kepribadian.

Tokoh utama Ratri dari umur enam bulan sudah dititipkan ke rumah panti

asuhan oleh pamannya karena orang tua Ratri meninggal dunia dalam

kecelakaan. Ratri dititipkan ke rumah panti asuhan karena paman Ratri bekerja

sebagai anak buah kapal dan sering keliling dunia. Oleh karena itu paman Ratri

tidak bisa merawatnya.

Ratri mengalami trauma karena sudah diperkosa oleh Budi saat pesta

ulang tahun di rumah Diana. Ratri yang masih polos, lugu, belum mengerti

masalah cinta harus jatuh ke dalam dosa karena rayuan Budi. Yang ada di otak

Ratri hanya Budi yang tampan. Setelah kejadian tersebut Ratri mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

trauma sampai haid nya tidak datang dan badan Ratri merasa cepat lelah. Ratri

meminjam uang kepada Diana untuk memeriksakan ke dokter, setelah

memeriksakan ke dokter dugaan Ratri ternyata benar, bahwa Ratri sedang

mengandung.

Ratri tidak mau menggugurkan kandungannya karena takut dosa, takut

jiwanya melayang, takut rahimnya rusak sehingga tidak bisa memiliki anak

kembali. Dan yang terpenting Ratri takut terhadap hati nuraninya. Ratri marah

dan kecewa kepada pamannya karena menyerahkan Ratri ke asrama yatim

piatu, paman Ratri juga tidak mengirim surat, tidak menjenguk, dan tidak

mengirim uang sekali pun kepada Ratri.

Ratri memiliki superego yang kuat di banding dengan ego dan id.

Walaupun Ratri pernah di rayu oleh laki-laki yang baru ia kenal, tetapi Ratri

masih memiliki semangat untuk melanjutkan kuliah sampai selesai, kalau

beasiswa di cabut, Ratri mencari uang agar tetap melanjutkan kuliah. Walaupun

Ratri mengandung tetapi Ratri masih ingat akan masa depannya. Ratri berjanji

kepada Suster Emma dan Ratri juga berkata dengan Diana kalau tidak akan

pernah ada niat untuk menggugurkan kandungan.

Struktur kepribadian Ratri dapat diungkap dalam Tabel berikut ini

Tabel 3 Struktur Kepribadian Tokoh Ratri dalam Novel Sepercik Noda Seribu

Langkah Terbawa Karya Maria A. Sardjono

No

TokohStruktur KepribadianId Ego Superego

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

1 Ratri Pergaulan bebas.

Mabuk asrama dalam

pelukan Budi laki-laki

yang baru saja Ratri

kenal.

Ratri mudah di rayu

karena pikiran Ratri

hanya Budi laki-laki

yang tampan.

Ratri memiliki

keinginan untuk

melanjutkan kuliah.

Ratri ingin

memeriksakan ke

dokter kandungan.

Ratri merasakan

trauma dan

berbagai ketakutan.

Ratri marah dan

kecewa kepada

pamannya, karena

pamannya sudah

menyerahkan Ratri

ke asrama yatim

piatu.

Ratri menolak

lamaran Budi.

Ratri telahberjanji kepadaSuster Emmakalau tidak akanmenggugurkankandungannya.Ratri inginmenjaga namabaik asramayatim piatu.Ratri tidak inginmenggugurkankandungan.

Ratri selalumerawatanaknya denganbaik dantanggung jawab.Ratri menyesaldenganperbuatannyadan erasabersalah.

Ratri bisamemeriksakanRiri ke dokterspesialis anakmeski tidakmempunyaiuang.Ratri seringberceritamengenai halpribadi denganSuster Emma.

Ratri kesalterhadapperlakukan BuYudha.

Ratri memilikiotak yangcerdas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Ratri menjalanikehidupan yangdisiplin,tanggung jawab,dan teratur.

Ratri mendapatkesempatanuntukmengembangkan bakatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian penulis pada novel Sepercik Noda Seribu Langkah

Terbawa karya Maria A. Sardjono pada tokoh utama Ratri yang masih polos,

lugu, belum mengerti mengenai soal cinta harus terjatuh kedalam dosa karena

ulah Budi. Budi yang pintar merayu Ratri, kemudian Ratri tanpa memikirkan

akibatnya tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarut dalam pelukan hangat

dan mesra. Setelah kejadian tersebut Ratri mengalami trauma dan haidnya

tidak datang dan tubuhnya cepat sekali merasa lelah. Ratri meminjam uang

kepada Diana untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan. Akhirnya

Ratri positif sedang mengandung.

Ratri ada ketakutan lain yang menjeratnya, takut dosa, takut jiwanya

melayang, takut rahimnya rusak sehingga tidak bisa mempunyai anak kembali.

Ratri juga merasa marah dan kecewa kepada pamannya, karena paman Ratri

tidak pernah menjenguk, mengirim surat, mengirim uang kepada Ratri.

Untungnya selama Ratri sekolah sampai kuliah, Ratri mendapat beasiswa

sehingga Ratri bisa melanjutkan sekolah sampai selesai. Ratri juga mendapat

dukungan dan usaha para guru sehingga Ratri mendapat beasiswa.

Di asrama Ratri kurang memiliki pengalaman dalam pergaulan di luar

asrama. Sepulang sekolah Ratri langsung kembali ke asrama, saat Ratri

menjadi mahasiswa, Ratri langsung kembali ke asrama. Di asrama diajarkan

mengenai kedisiplinan, tanggung jawab, kehidupan teratur, serta hidup mapan

63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

yang diterapkan asrama merupakan ajaran yang baik untuk semua penghuni

asrama untuk kedepannya.

Di asrama Ratri juga diajarkan untuk mengatur waktu dan jadwal,

menonton televisi setelah belajar hanya di beberapa ruang saja. Selain itu juga

bisa belajar musik, paduan suara, pembibitan seni, menulis, melukis, peralatan

komputer, membatik, membuat penganan, melukis keramik, dan peralatan olah

raga yang lengkap.

4.2 Saran

Novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria Sardjono

mengangkat tema mengenai percintaan. Penulis tertarik meneliti novel tersebut

dengan teori psikoanalisis karena novel tersebut cocok diteliti menggunakan

teori psikoanalisis. Selain itu tokoh utama Ratri cocok untuk diteliti

menggunakan struktur kepribadian teori psikoanalisis prespektif Sigmund

Freud. Psikoanalisis Sigmund Freud menggunakan teori Id, ego, superego.

Yang menjadi penelitian tokoh utama Ratri yang diperkosa oleh Budi. Karena

itu, penulis memberi saran agar penelitian selanjutnya bisa menggunakan teori

psikoanalisis struktur kepribadian prespektif Sigmund Freud, menganalisis id,

ego, superego mengenai trauda tokoh utama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5 Daftar PustakaAnggoro, Nefrida Dandy Yudho. 2018. “Dinamika Kepribadian dan

Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Nadira dalam Antologi Cerpen9 dari Nadira karya Leila S. Chudori. Skripsi Program Study SastraIndonesia, Fakultas Sastra, Universitas Santa Dharma.

Ayu Sendari, Anugerah Mengenal Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif padaSebuah Tulisan Ilmiah 8 Agustus 2019.

Baligh, Muhammad Jammal. 2014. Pendekatan Ekspresif. Makalah.Universitas Wiralodra. Indramayu.

Djojosuroto, Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi Analisis dan Pemahaman.Bandung: Nuansa.

Enya, SI Pena. 2014. “Pendekatan Ekletik dan Analitik-Pluralistik”. (Online).http://gudangpr.blogspot.com/2014/05/pendekatan-eklektik-dan-analitik.html. Diunduh 12 November 2020, 11:16.

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Copyright MuhammadiyahUniversity Press. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugono, Dendy, dkk. 2013. Ensiklopedia 2016 Biografi Maria A. Sardjono.Stable URL:http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Maria_A_Sardjono#:~:text=Maria%20A.%20Sardjono%20bernama%20asli,sampai%20kini%20menetap%20di%20Jakarta. Di-unduh 17 Oktober2020, 20:44.

Pujiana, Endhi, dkk. 2012. “Pendekatan Objektif dan Mimetik”. (Online).http://endhipujiana.blogspot.com/2012/09/pendekatan-objektif-dan-mimetik.html#:~:text=Pendekatan%20objektif%20yaitu%20kegiatan%20menilai,unsur%2Dunsur%20intrinsik%20karya%20sastra.&text=Pendekatan%20mimetik%20merupakan%20cara%20atau,hukum%2C%20agama%2C%20dan%20sebagainya.Diunduh 19 Oktober 2020, 11:41.

Indriani, Sri. 2015. Analisis Sastra dengan Pendekatan Pragmatik. (Online).https://lotusfeet16.wordpress.com/2015/06/18/analisis-sastra-dengan-pendekatan-pragmatik/. Diunduh 22 Oktober 2020, 22:55.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sasatra. Percetakan: Yayasan PustakaObor Indonesia Jakarta.

65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Bulaksumur, Yogyakarta:Percetakan Gadjah Mada Press.

“PENDEKATAN EKLEKTIK DAN ANALITIK-PLURALISTIK” stable URL: http://gudangpr.blogspot.com/2014/05/pendekatan-eklektik-dan-analitik.html. Di unduh 22 Oktober 2020, 00.00

Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra.Jakarta : GramediaPustaka Utama.

Qutbi, dkk. 2013. Pendekatan Mimetik: diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah "Teori Sastra" pada Program Studi Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia yang diampu oleh: Imas Juidah, M. Pd. Makalah.Universitas Wiralodra. Indramayu.

Rido, Lidia Nathalia Trysnawati. 2017. “Dinamika Kepribadian Tokoh Bobidan Dydy Dalam novel Pria Terakhir Karya Gusnaldi: KajianPsikoanalisis Sigmund Freud.” Skripsi. Yogyakarta: Program StudiSastra Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,Universitas Sanata Dharma.

Sardjono, Maria. A tahun 2017 Novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa.

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Senja,omnibus 2016 Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik Novel BesertaKarakteristiknya.

Setiadi, Wendi Yustinus. 2012. “Dinamika Kepribadian Tokoh –Tokoh UtamaDalam Novel 3 Cinta 1 Pria” Karya Arswendo Atmowiloto.”Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ssatra,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sumardjo, Jakob. 1982. Novel Populer Indonesia. Yogyakarta: CV NurCahaya.

Taum, Yoseph Yapi. 2017. Kritik Sastra Diskursif: Sebuah Reposisi. Makalahdisampaikan dalam Seminar Nasional Kritik Sastra yangdiselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKemendikbud, Jakarta, 15-16 Agustus 2017.

Taum, Yoseph Yapi 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor: PercetakanMardiyuana.

Teeuw.A. 1984. Satra dan Ilmu Satra. Jakarta: Pustaka Jaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Triastuti, Paskaria. 2011. Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam novelPintu Karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis. Skripsi Strata Satu(S1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. UniversitasSanata Dharma.

Wellek dan Warren. 1989. Teori Kasusastraan. Gramedia Pustaka: Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6 LAMPIRANSINOPSIS NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA

KARYA MARIA A. SARDJONO

Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelola oleh para biarawati.

Ia diserahkan ke sana oleh seseorang yang mengakui sebagai pamannya.

Diceritakan, kedua orang tua Ratri telah meninggal dunia dalam suatu

kecelakaan dan Ratri yang saat itu berumur enam bulan, yang dikuatkan

dengan akta kelahirannya, terpaksa diserahkan ke panti asuhan sebab paman

yang bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling dunia dan tak bisa

merawatnya. Maka, sejak hari itu Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu

sampai ia dewasa. Ratri tidak mempunyai saudara, sebab setelah dirinya

diserahkan ke panti asuhan, paman Ratri tidak pernah menjenguk Ratri.

Bahkan tidak pernah mengirim surat dan tidak pernah mengirim uang. Tetapi

Ratri dapat berkuliah di ASMI, tidak dibiayai oleh siapa pun, melainkan oleh

diri sendiri sebagai keberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yang cerdas.

Sejak sekolah dasar nilainya selalu bagus dan hampir setiap tahun menjadi

juara kelas, sehingga begitu lulus SMA ia mendapat beasiswa atas dukungan

dan usaha para gurunya. Namun sayang seribu sayang, ketika duduk di

semester lima, musibah itu terjadi. Seorang pemuda tampan telah membutakan

mata hatinya. Dengan kebodohan dan kepolosannya, ia telah membiarkan

dirinya jatuh ke dalam rayuan Budi, nyaris tanpa ada penolakan

Menjelang akhir liburan semester, pagi-pagi ketika Ratri bermaksud ke

kamar mandi, Suster Emma yang menjabat sebagai wakil asrama,

memergokinya sedang muntah-muntah di tempat itu. Kerut dahi biarawati itu

65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

semakin dalam. Secara sepintas saja orang pasti bisa melihat Ratri tidak dalam

kondisi fisik yang baik. Ratri merasa kesusahannya tidak bisa lagi bisa

disimpannya sendiri. Suster Emma, wakil ketua asrama yang terkenal baik hati

serta penuh pengertian dan sering menjadi tempat Ratri mencurahkan isi hati,

menyediakan diri untuk menjadi tempatnya mengadu. Mengetahui betapa

kagetnya Suster Emma, tak mungkin bagi Ratri untuk lebih lama lagi

menyembunyikan segalanya dari perempuan yang penuh pengertian itu.

Bagaimanapun juga dia harus berani bertanggung jawab atas dosa-dosa yag

telah dilakukannya. Sekarang atau nanti menceritakannya, sama saja akibatnya.

Jadi semua hal yang dialaminya di rumah Diana diceritakannya tanpa

ditutupinya barang sedikit pun. Sambil berurai air mata ia menyatakan apa

yang telah direncanakannya demi nama baik asrama. Suster Kepala menyetujui

rencana Ratri, sebab menurutnya tidak ada cara lain yang lebih baik lagi untuk

mengatasi masalah gadis itu.

Singkat kata, Ratri telah melampaui hari-harinya yang berat dengan

selamat berkat para pengasuh asrama. Terutama Suster Emma yang sering

datang menjenguknya dengan membawakan kebutuhannya, termasuk baju-baju

bayi untuk anaknya, sampai akhirnya ia berhasil mengantongi ijazah akademik

dan berhak menjadi seorang sekretaris. Dengan gelar dan kecemerlangan

otaknya, ia berhasil pula mendapat pekerjaan di perusahaan swasta. Waktu itu

dengan gaji yang lumayan besar dan sisa uang dari Budi, ia bisa menggaji

perawat bayi sampai bayi perempuannya yang ia beri nama “Riri” berusia satu

tahun. Kalau ia mendapat bonus dari kantor atau mempunyai uang sisa berapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

pun, ia selalu mengirimkannya untuk asramanya dulu. Dia tahu persis apa yang

paling dibutuhkan. Beras, minyak goreng, gula pasir, sabun cuci, dan lain

sebagainya.

Namun kehidupan tidak selalu lancar seperti pada awalnya. Persoalan

muncul ketika atasannya di kantor banyak yang sudah tahu bahwa Ratri

seorang janda. Tentu saja itu bukan hal sebenarnya, sebab tidak mungkin ia

mengatakan bahwa Riri lahir di luar nikah. Memang serba sulit menjadi

perempuan muda berusia 21 tahun dengan status janda. Ada-ada saja masalah

yang muncul tanpa disangka-sangka. Padahal pengaruh hubungannya dengan

Budi telah menyebabkan Ratri bersikap dingin dan mengambil jarak terhadap

kaum pria. Meskipun tetap ramah, keramahan yang diberikan Ratri tidak

pernah istimewa. Apalagi khusus. Semua orang diperlakukan sama olehnya.

Sayangnya, tidak semua orang peka untuk menangkap keinginan Ratri.

Terutama Yudha, atasan Ratri. Sebagai bawahan tentu saja sikap Ratri lebih

akrab karena memiliki keterkaitan dengan pekerjaan. Di samping itu, dia masih

saja hijau dalam hal hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sama sekali dia

tidak mengira sikap ramahnya mendapat respons yang keliru. Bukan hanya dari

yang bersangkutan saja, tetapi juga dari beberapa orang di sekitarnya.

Budi sudah beberapa kali mengantarkan Ratri pulang ke rumahnya untuk

mengambil beberapa keperluannya maupun keperluan Riri. Dari apa yang

dilihatnya, dia tahu hidup Ratri dan anaknya dalam kekurangan. Hatinya

tersentuh oleh rasa berdosa telah menyia-nyiakan hidup mereka. Jadi secara

spontan pertanyaan Riri dijawabnya tanpa berpikir panjang lebih dahulu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Ketika mendengar jawaban Budi, Ratri terkejut. Kedua alis matanya langsung

saja tertaut, dan kedua matanya membesar. Tetapi dia tidak ingin mengatakan

apa pun karena Riri ada di dekat mereka. Oleh sebab itu begitu Riri sakit

kemudian Riri tertidur. Ratri langsung mengajak Budi bicara. Saat ini yang

jauh lebih penting adalah memikirkan perasaan Riri. Anak itu sudah

mendengar janji Budi. Rasanya terlalu kejam kalau harapan yang mengembang

di hati anak itu akan meletus sebelum menjadi kenyataan. Sangat kejam kalau

membiarkan hasil itu terjadi. Sementara Ratri memikirkan lamaran Budi

dengan sungguh-sungguh, Budi membuka laci lemari pakaiannya di rumah

untuk membaca lagi surat yang dikirimkan perempuan itu, surat yang pernah

dibacanya beberapa tahun lalu, dan yang disimpannya baik-baik itu. Sekarang

surat itu dibacanya lagi dengan pelan-pelan, sepatah demi sepatah kata sampai

pada kalimat: “Aku tidak meminta pertanggungjawabanmu dalam bentuk apa

pun, tetapi setidaknya kita bisa berbagi pikiran karena aku tidak mempunyai

orangtua maupun keluarga lainnya. Sejak bayi aku sudah tinggal di asrama

yatim piatu….” Budi tidak merasa perlu membaca lanjutan surat itu lagi karena

dari kalimat tersebut saja pun ia sudah semakin yakin, mantap dan bulat hati,

untuk membawa Ratri dan anaknya masuk ke dalam kehidupan pribadinya,

sebagai istri dan anaknya. Mereka tak boleh lagi hidup hanya berdua saja di

dunia ini. Kehangatan keluarga yang tak pernah mereka rasakan, akan

diselimutkannya pada keduanya. Indah keinginannya sendiri, dan itu adalah

sebuah janji yang harus di penuhinya (Sardjono, 2017:76-88).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

7 BIOGRAFI PENULISElia Silvi Hendriani Christiana adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Putri dari Bapak Iwing Endar Sukarmidjan, lahir di Yogyakarta 8 November 1998.Lulus dari Taman Kanak-Kanak Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun 2005.Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Pangudi LuhurYogyakarta kemudian penulis lulus pada tahun 2011. 2011 penulis melanjutkanpendidikan di Sekolah Menengah Pertama Stella Duce 2 Yogyakarta dan luluspada tahun 2014. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SekolahMenengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun 2014 dan lulus pada tahun2017.

Pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas SanataDhrma dengan mengambil Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Selamakuliah, penulis aktif di beberapa organisasi kampus. Penulis bergabung dalamUKM natas pada divisi Jaringan kerja, Dies Natalis Fakultas Sastra dalam divisipublikasi dan dokumentasi, JAKSA dalam divisi publikasi dan dokumentasisebagai ketua, menjadi bendahara dalam menyusun majalah KARSA di programstudi Sastra Indonesia.

Sebagai syarat lulus penulis menyelesaikan tugas akhir dengan membuat karyailmiah yang berjudul “DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH RATRI DALAMNOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A.SARDJONO: PERSPEKTIF SIGMUND FREUD.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI