struktur kepribadian tokoh ratri - USD Repository
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of struktur kepribadian tokoh ratri - USD Repository
STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH RATRI
DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA
KARYA MARIA A. SARDJONO: PERSPEKTIF SIGMUND FREUD
Skripsi
Diajukan untuk untuk menyusun tugas akhir
pada Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Elia Silvi Hendriani Christiana
174114025
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHANSkripsi ini saya persembahkan untuk eyang, Ibu Hendro Kristanto (alm)
dan kedua orang tua saya, Bapak Iwing Endar Sukarmidjan, Ibu Siti RochiyatiIsrunsamsi. Bagi penulis mereka adalah orang-orang yang mendukung,mendoakan, memberi semangat kepada penulis sehingga penulis bisa kuliah diUniversitas Sanata Dhrma Yogyakarta dan menyelesaikan tugas akhir denganbaik. Selain itu penulis juga berterimakasih kepada Tuhan karena memberikankesempatan yang luar biasa, terumata kesehatan dan kesahabatan kepada penulis.Sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan lancar.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
Aku bersyukur kepada-Mu oleh
karena kejadianku dahsyat dan ajaib
(Mazmur 139:14)
Pernah ada sesuatu yang rasanya berat sekali,
ternyata bisa dilewati juga.
Pernah ada sesuatu yang rasanya sangat hancur
dan tak akan ada jalan lagi,
ternyata semuanya masih baik-baik saja.
Kita Cuma perlu bertahan dan terus melaluinya.
Bisa jadi yang buruk hanya di pikiran saja.
(Boy Candra)
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan berterimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan yang MahaEsa karena sudah melindungi serta menyertai penulis sehingga penulis bisamenyelesaikan tugas akhir dengan baik yang berjudul “STRUKTURKEPRIBADIAN TOKOH RATRI DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBULANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SARDJONO: PERSPEKTIFSIGMUND FREUD” dengan baik dan lancar.
Skripsi ini dapat selesai juga karena bantuan orang-orang yang sudahmendukung, memberi semangat, mendoakan, dengan sabar membimbing, danmemberi nasihat yang baik kepada penulis. Selain itu juga sudah mendengarkankeluh kesah penulis dalam menyusun tugas akhir ini.
1. Penulis berterimakasih kepada kedua orang tua, dan eyang yang sudahdipanggil Tuhan. Bapak Iwing Endar Sukarmidjan, Ibu Siti RochiyatiIsrunsamsi, dan Ibu Sumirah Hendro Kristanto (alm). Adik tercinta JoshuaNimpuno Pangestu, yang sudah memberikan dukungan, doa, memberisemangat, dan membuat tawa sehingga penulis tidak bosan dan jenuh saatmembuat tugas akhir.
2. Penulis berterimakasih kepada keluarga besar Ibu Siti Rochiyati yangsudah membantu, mendukung, mendoakan, serta memberi nasihat penulisdalam menyusun tugas akhir sehingga bisa berjalan dengan baik danlancar tanpa hambatan apapun.
3. Penulis berterimakasih kepada Bapak Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum yangberkenan menjadi dosen pembimbing I penulis dalam menyelesaikan tugasakhir ini. Beliau dengan teliti, dengan sabar membimbing, memberi tahukesalahan penulis, dan memberi inspirasi penulis sehingga penulis bisamenyelesaikan tugas akhir dengan baik.
4. Penulis berterimakasih kepada Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum yangberkenan menjadi dosen pembimbing II penulis dalam menyelesaikantugas akhir ini. Beliau dengan teliti dan sabar memberi tahu kesalahanpenulis, serta memberi inspirasi penulis sehingga penulis bisamenyelesaikan tugas akhir dengan baik.
5. Penulis berterimakasih kepada dosen Program Studi Sastra Indonesia IbuS.E. Peni Adji, S.S., M.Hum, Bapak Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A,Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A, Bapak Dr. P. Ari Subagyo,M.Hum (alm), Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, Bapak Drs.B. Rahmanto, M.Hum, dan Bapak FX. Sinungharjo., S.S., M.A dan dosen-dosen yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, penulis mengucapkanterimakasih sudah memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga bisaberguna untuk penulis di hari mendatang, selama penulis kuliah diUniversitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Penulis berterimakasih kepada sahabat-sahabat penulis selama kuliahMonica Putri Perdana Kusuma, Bertha Tria Iriani yang selalu menjaditeman keluh kesah penulis, yang membantu penulis dalam menyelesaikan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tugas akhir ini, mendoakan penulis, memberi masukan, memberi nasihat,dan berbagi canda tawa dengan penulis. Penulis juga berterimakasihkepada mas Anggara Budiawan dan mas Filsa Yuangga Jala Yudha yangsudah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, memberinasihat dan mendengarkan keluh kesah penulis, dan memberi semangatpenulis. Penulis berterimakasih kepada sahabat-sahabat penulis saatpenulis sekolah Paulina Dian Prahesti, Rosalia Onni Dwi Atmi, BenedictaAryningtyas Jiwantono, Melania Rosa Maryono yang sudah memberisemangat, mendoakan, memberi nasihat, dan menemani penulis sampaipenulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Penulis berterimakasih kepada teman angkatan 2017 yang sudahmembantu penulis dalam kerja kelompok, berdiskusi, berjuang bersamasampai lulus bersama. Semoga untuk kedepannya teman-teman suksesselalu dan mendapat berkat dari Tuhan.
8. Penulis mengucapkan terimakasih kepada karyawan Universitas SanataDharma yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan urusankampus, semoga karyawan Universitas Sanata Dharma sehat selalu, sekainmaju, sukses, dan mendapat berkat dari Tuhan.
Penulis sudah berjuang sebaik mungkin menerapkan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dhrma.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini.
Akhirnya, semoga skripsi yang sudah penulis susun bisa bermanfaat untukkedepan bagi pembaca atau penulis yang akan melakukan penelitian selanjutnya,terimakasih.
Yogyakarta, 9 Januari 2021
Penulis
Elia Silvi Hendriani Christiana
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAKChristiana, Elia Silvi Hendriani. 2021. “Struktur Kepribadian Tokoh
Ratri Dalam Novel Sepercik Noda Seribu Langkah TerbawaKarya Maria. A Sardjono: Prespektif Sigmund Freud.”Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia,Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, UniversitasSanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji struktur kepribadian tokoh Ratri dalam novel SepercikNoda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono. Tujuan penelitian iniadalah mengkaji dan mengidentifikasi tokoh dan alur dalam novel Sepercik NodaSeribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono, mengkaji danmengidentifikasi tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda Seribu LangkahTerbawa karya Maria A. Sardjono menggunakan prespektif Sigmund Freud.Penelitian ini menggunakan teori struktur kepribadian.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik analisis data,menggunakan pendekatan psikologi sastra teori dari Sigmund Freud sebagai alatuntuk menganalisa. Metode penyajian hasil analisis data, metode deskriptif inidigunakan untuk menggambarkan keadaan tokoh dan fakta-fakta yang tergambardalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono.
Hasil penelitian ini adalah Ratri terjebak dalam pergaulan bebas, mabukasrama dalam pelukan Budi laki-laki yang baru saja Ratri kenal, Ratri mudah dirayu karena pikiran Ratri hanya Budi laki-laki yang tampan. Ratri memilikikeinginan untuk melanjutkan kuliah. Ratri ingin memeriksakan ke dokterkandungan, Ratri merasakan trauma dan berbagai ketakutan. Ratri telah berjanjikepada Suster Emma kalau tidak akan menggugurkan kandungannya, Ratri inginmenjaga nama baik asrama yatim piatu. Ratri tidak ingin menggugurkankandungan. Ratri selalu merawat anaknya dengan baik dan tanggung jawab, Ratrimenyesal dengan perbuatannya dan erasa bersalah. Ratri bisa memeriksakan Ririke dokter spesialis anak meski tidak mempunyai uang. Ratri sering berceritamengenai hal pribadi dengan Suster Emma.
Kata kunci : novel, struktur, dinamika kepribadian, tokoh utama.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACTChristiana, Elia Silvi Hendriani. 2021. “Ratri's Personality Structure in
the Novel Sepercik Noda Takes Steps by Maria's Work. ASardjono: Sigmund Freud's perspective. " Essay.Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program,Indonesian Literature Department, Faculty of Letters,Sanata Dharma University.
This research examines the personality structure of the character Ratri inthe novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa by Maria A. Sardjono. Thepurpose of this research is to study and identify the characters and plots in thenovel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa by Maria A. Sardjono, to study andidentify the character Ratri in the novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawaby Maria A. Sardjono using Sigmund Freud's perspective.
This research uses personality structure theory. The data collection methodused was data analysis techniques, using the theoretical literary psychologyapproach of Sigmund Freud as a tool for analysis. The method of presenting theresults of data analysis, this descriptive method is used to describe the state of thecharacters and the facts depicted in the novel Sepercik Noda Seribu LangkahTerbawa by Maria A. Sardjono.
The results of this study are that Ratri is trapped in promiscuity, dormantdrunk in the arms of Budi, a man who Ratri just met, Ratri is easy to seducebecause Ratri's mind is only a handsome boy. Ratri has the desire to continuestudying. Ratri wanted to go to a gynecologist, Ratri felt trauma and various fears.Ratri had promised Sister Emma that she would not abort her pregnancy. Ratriwanted to protect the good name of the orphanage. Ratri didn't want to have anabortion. Ratri always took good care of her child and was responsible, Ratri wassorry for her actions and felt guilty. Ratri can get Riri checked out by apediatrician even though she doesn't have money. Ratri often talked aboutpersonal matters with Sister Emma.
Keywords: novel, structure, personality dynamics, main character.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi
MOTO....................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................viii
ABSTRAK...............................................................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.5 Kajian Pustaka...........................................................................................8
1.6 Landasan Teori........................................................................................12
1.6.1 Alur..................................................................................................12
1.6.2 Tokoh utama.....................................................................................12
1.6.3 Tokoh Protagonis dan Antagonis.....................................................13
1.6.3.1 Struktur Kepribadian................................................................15
1.7 Metode Penelitian....................................................................................22
1.7.1 Paradigma dan Pendekatan..............................................................22
1.7.2 Metode Pengumpulan Data..............................................................24
1.7.3 Teknik Analisis Data........................................................................25
1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data.............................................25
1.8 Sistematika Penyajian..............................................................................25
BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SADJONO.......................................28
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1 Sinopsis Novel.........................................................................................28
2.2 Analisis Alur Novel.................................................................................32
2.2.1 Tahap awal Atau Perkenalan............................................................33
2.2.2 Tahap Tengah, Peristiwa, dan klimaks.............................................34
2.2.3 Tahap Akhir atau Penyelesaian........................................................36
2.2.4 Rangkuman Alur..............................................................................38
2.3 Tokoh.......................................................................................................39
2.3.1 Tokoh Utama....................................................................................40
2.3.1.1 Ratri..........................................................................................41
2.3.1.2 Paman Ratri..............................................................................43
2.3.2 Tokoh Tambahan..............................................................................44
2.3.2.1 Dokter Rizal..............................................................................44
2.3.2.2 Diana.........................................................................................44
2.3.2.3 Budi...........................................................................................45
2.3.2.4 Suster Emma.............................................................................47
2.3.3 Rangkuman Tokoh...........................................................................49
BAB III STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SARDJONO...........................................................................................................50
3.1 Dinamika Kepribadian............................................................................50
3.1.1 Id......................................................................................................50
3.1.2 Ego...................................................................................................53
3.1.3 Superego...........................................................................................60
3.2 Rangkuman Struktur Kepribadian Tokoh................................................70
BAB IV PENUTUP..............................................................................................63
4.1 Kesimpulan..............................................................................................63
4.2 Saran........................................................................................................64
Daftar Pustaka........................................................................................................65
LAMPIRAN...........................................................................................................65
BIOGRAFI PENULIS...........................................................................................69
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sastra berasal dari bahasa Latin Literatura (littera= huruf atau karya tulis).
Istilah itu dipakai untuk menyebut tatabahasa dan puisi. Dalam bahasa Inggris
Literature, istilah Jerman Literatur, dan istilah Prancis literature berarti segala
macam pemakaian bahasa bentuk tertulis. Kata ‘sastra’ dalam bahasa Indonesia
diturunkan dari bahasa Sansekerta (Sas-) artinya mengajar, memberi petunjuk
atau instruksi, mengarahkan; akhiran tra- menunjukkan alat atau sarana) artinya
alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Misalnya
silpasastra (buku petunjuk arsitektur), kamasastra (buku petunjuk mengenai
seni cinta). (Taum, 1997:11).
Novel adalah karya sastra, hanya alasan pembicaraan sajalah maka
perlu dibedakan antara sastra serius, yang lebih bermutu, dengan karya popular
yang biasanya terbit secara ramai-ramai dan menyebabkan jatuh mutunya,
meskipun tidak semuanya demikian (Sumardjo, 1982:13). Dalam novel
terdapat dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel Sepercik Noda
Seribu Langkah terbawa karya Maria A. Sardjono ini menggunakan unsur
intrinsik. Unsur intrinsik yang diambil penulis dalam penelitian, adalah alur
dan tokoh.
Plot memang mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya: peristiwa
demi peristiwa yang susul-menyusul namun ia lebih dari sekedar rangkaian
cerita (Nurgiyantoro, 1995,111), plot sebuah cerita tidaklah hanya sekedar
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
rangkaian peristiwa yang termuat dalam topik-topik tertentu, melainkan mencakup
beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa (Fananie, 2000:93).
Dalam sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah seperti tokoh, dan penokohan,
watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan
menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah tersebut, sebenarnya, tak menyaran
pada pengertian yang sama persis sama, atau paling tidak dalam tulisan ini akan
dipergunakan dalam pengertian yang berbeda, walau memang ada di antaranya yang
sinonim. Ada istilah yang pengertiannya menyaran pada tokoh cerita, dan pada
“teknik” pengembangannya dalam sebuah cerita. Istilah “tokoh” menunjuk pada
orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan
sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas
pribadi seseorang tokoh (Nurgiyantoro, 1995:164-165).
Maria A. Sardjono bernama asli Retno Ambarwati yang merupakan anak pertama
dari keluarga Kiswari Suryokusumo, seorang anggota ABRI, dan dilahirkan di
Semarang pada tanggal 22 April 1945 kemudian dibesarkan dan sampai kini menetap
di Jakarta. Retno Ambarwati mempunyai dua orang adik yang keduanya memakai
nama Retno, yaitu Retno Pujiastuti dan Retno Murti (Sunendar, 2016).
Maria menyelesaikan studinya pada program S2 Fakultas Filsafat, Driyarkara.
Bakatnya sebagai penulis sudah terlihat ketika masih berumur 9 tahun, ketika kelas IV
di SD Santa Ursula, Jakarta. Pada waktu itu, ia memenangi lomba puisi yang diadakan
oleh PGRI dengan judul “Melati dan Pahlawanku” . Di samping itu, ia juga sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
membuat komik kemudian disebarkan pada teman-temannya. Prestasinya bagus dalam
menulis, gurunya sering memberikan pujian. Inilah yang mendorongnya untuk bercita-
cita menjadi pengarang. Selain itu, Maria mempunyai bakat sebagai pengarang. Maria
juga pandai bercerita. Dalam usianya yang masih muda ia pernah mendalang di
hadapan para tetangga dan adik-adiknya dan mendapat sambutan yang baik (Sunendar,
2016)
Karya-karya Maria A. Sardjono, antara lain, adalah (1) “Sesejuk Belaian Angin
Gunung” (cerber), dimuat dalam majalah Sarinah, 4-17 Maret 1985, (2) “Menyemai
Harapan” (cerber) dimuat majalah Sarinah, 20 Juni-3Juli 1988 lalu diterbitkan oleh
penerbit Alam Budaya, (3) “Kuning Putih Bermata Hijau” 9cerpen) mendapat hadiah
pertama dalam sayembara majalah Femina tahun 1981, (4) Di Balik Dinding Kelabu
(novel) telah difilmkan dengan sutradara Sophan Sophian, (5) “Indahnya Cinta”
(cerpen), (6) “Tiada yang Seindah Cintaku” (cerpen), (7) “Tergoda” (cerpen), dan (8)
“Menjelang Pesta” (cerpen) dimuat dalam Mutiara (Sunendar, 2016).
Novel-novelnya yang difilmkan adalah Bukan Isteri Pilihan dibintangi Ita
Mustapa, Di Antara Dua Benua disutradarai Mochtar Singodimejo, Serapuh Kelopak
Mawar, dan Dalam Kabut dan Badai. Maria A. Sardjono mengabdikan dirinya di
organisasi sosial, antara lain di organisasi Wanita Katolik. Dia juga mengelola majalah
Suara Pondok Mawar. Dalam majalah ini ia secara rutin menulis cerpen atau cerbung.
Aktivitasnya di organisasi Wanita Katolik menjadikan Maria A. Sardjono sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
penceramah di berbagai organisasi kewanitaan tentang kehidupan keluarga (Sunendar,
2016).
Salah satu novel karya Maria A. Sardjono yang menarik untuk diteliti adalah
novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono (2017). Novel
ini menceritakan Ratri yang yatim piatu dan tinggal di panti asuhan, tetapi Ratri
seorang yang pintar dan rajin. Walaupun dia tidak mempunyai apa-apa dan hanya ada
suster panti, Ratri tidak mau merepotkan semua orang di panti tersebut. Saat Ratri
diperkosa, Ratri berusaha keluar dari panti, tidak mau merepotkan semua orang di
panti itu. Selain itu, Ratri tidak ingin jika nama baik panti itu menjadi kotor karena
dirinya. Kemudian Ratri menyewa rumah dan tinggal bersama pembantu dan anaknya.
Ratri mencari pekerjaan untuk bertahan hidup karena laki-laki yang sudah
memperkosanya tidak mau bertanggung jawab. Sampai akhirnya Riri, anak Ratri,
jatuh sakit. Ratri pun terpaksa pergi kerumah Budi, laki-laki yang sudah
memperkosanya untuk ikut membantu dan mengurus Riri yang sedang terbaring sakit
di rumah sakit. Laki-laki itu akhirnya mau dan merawat Riri. Riri pun meminta kepada
orang tuanya untuk tinggal satu rumah, karena Riri ingin memiliki keluarga yang
lengkap seperti teman-temannya, Akhirnya Ratri dan Budi pun menurutinya. Riri
senang karena mempunyai keluarga yang utuh, Riri bermain bersama kedua orang
tuanya, meminta untuk diceritakan sebelum tidur, dan harus tidur bersama kedua orang
tuanya setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Sayangnya Ratri belum terbiasa tidur dengan Budi. Bayang-bayang kejadian yang
dulu terjadi menghantuinya dan membuatnya trauma. Budi mengerti benar perasaan
Ratri, ia memberi waktu kepada Ratri untuk menenangkan perasaannya sehingga Ratri
menerimanya dan siap mengabdikan diri sebagai istri dan ibu untuk anaknya.
Hal yang menarik dari novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa adalah Ratri
seseorang yang pintar, rajin, kuat, dan bisa menghadapi masalahnya sendirian. Ratri
berjuang untuk hidup di Jakarta yang keras dan membutuhkan banyak biaya. Ratri
yang dijelek-jelekkan dan mendapat perlakuan tidak baik, tetap berusaha bertahan
hidup mencari pekerjaan yang layak.
Dari paparan tersebut, telah ditunjukkan dinamika kepribadian tokoh Ratri yang
membawa akibat bagi dirinya dan lingkungannya (Panti asuhan, Riri, Budi, dan
lainnya). Di dalam interaksi antar tokoh dan dengan lingkungannya, terbangun
dinamika yang dapat memberi dampak buruk maupun baik. Dalam novel Sepercik
Noda Seribu Langkah Terbawa, dinamika kepribadian tokoh Ratri membawa dampak
positif bagi diri pembaca. Berdasarkan aspek psikoanalisis menurut Sigmund Freud,
dinamika kepribadian merupakan akibat interaksi aspek Id, Ego, dan Superego.
Keberhasilan tokoh Ratri mengendalikan trauma dan emosinya membuatnya mampu
menerima pemerkosanya, yaitu Budi menjadi suami Ratri dan ayah untuk Riri.
Persoalan ini menarik untuk diangkat sebagai topik skripsi penelitian, karena
banyak hal dapat dipelajari dari dinamika kepribadian tokoh ini. Itulah sebabnya studi
ini mengambil topik “Dinamika Kepribadi Tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Seribu Langkah Terbawa Karya Maria A Sardjono: Perspektif Sigmund Freud”. Selain
pentingnya topik dinamika kepribadian tokoh Ratri, penelitian ini penting untuk
dilakukan karena novel ini pun belum pernah diteliti oleh siapapun dengan prespektif
apapun. Penulis akan menelitinya dengan menggunakan teori kepribadian dalam
prespektif Sigmund Freud. Novel ini bagus untuk diteliti karena menceritakan kondisi
psikologis Ratri sebagai tokoh utama dan bagaimana cara menghadapi kehidupannya.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian
sebagai berikut
1.2.1 Bagaimana tokoh dan alur dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah
Terbawa karya Maria A. Sardjono?
1.2.2 Bagaimana struktur kepribadian tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda
Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono dari perspektif Sigmund Freud?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengkaji dan mengidentifikasi tokoh dan alur dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono.
1.3.2 Mengkaji dan mengidentifikasi tokoh Ratri dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono menggunakan prespektif Sigmund Freud.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi tokoh dan penokohan serta kepribadian tokoh
dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
perspektif Sigmud Freud. Dengan demikian, manfaat teoretis dan praktis penelitian
ini, sebagai berikut.
4.1 Manfaat Teoretis
Banyak penelitian seperti ini yang bisa dijadikan contoh. Penerapan ini bermanfaat
sebagai salah satu contoh penerapan teori kepribadian Sigmund Freud.
4.2 Manfaat Praktis
Penelitian struktur kepribadian tokoh Ratri bermanfaat menambah khasanah
apresiasi dan kritik sastra terhadap novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa
karya Maria A. Sardjono. Penelitian struktur kepribadian tokoh Ratri sebagai bahan
ajar di sekolah. Bagi pembaca secara umum, penelitian ini diharapkan menambah
pengetahuan dan daya kritis kondisi psikologis manusia dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1.5 Kajian Pustaka Kajian-kajian sebelumnya yang relevan dengan studi ini antara lain dilakukan oleh
Anggoro (2018), Setiadi (2012), Rido (2017), dan Paskaria (2011). Berikut ini akan
ditinjau isi pustaka-pustaka terbut,
Anggoro (2018) dalam skripsi Antologi cerpen 9 dari Nadira karya Leila S.
Chudori: Kajian Dinamika Kepribadian dan Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh
Nadira. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan Psikoanalisis Sigmund Freud.
Sumber data penelitian ini adalah Antologi cerpen 9 dari Nadira karya Leila S.
Chidori. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka yaitu teknik
pengumpulan data dengan mengandakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literature-literature, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan. Metode penyajiannya menggunakan metode
deskriptif kualitatif yaitu analisis data berupa pemaknaan karya sastra secara
deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Nadira adalah seorang wartawan
yang kehidupannya sedang terpuruk akibat perlakuan kakaknya pada masa kecil,
ibunya meninggal dunia, dan akibat perceraiannya. (2) Akibat dari kondisi
kehidupannya itu, terjadilah dinamika kepribadian, yaitu upaya id terhindar dari
bahaya memunculkan ego akibat dari penyaluran energy psikis id. Agar ego tidak
bebas mengendalikan kepribadian Nadira muncullah superego yaitu suatu aspek
kepribadian yang bertugas mengontrol perilaku ego untuk menuju suatu tindakan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
baik. (3) Mekanisme pertahanan diri adalah reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam
upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan. Mekanisme ini
bertindak pada ego tidak bisa lagi menahan kecemasan yang datang. Pada penelitian
ini penulis menemukan dua pertahanan diri yang terjadi (a) regresi atau kembali
kesifat kekanak-kanakan dengan menangis, (b) sublimasi atau mengalihkan
kecemasan ini ketindakan yang positif.
Setiadi (2012) dalam skripsi novel 3 Cinta Pria Karya Arswendo Atmowiloto :
Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.
Sumber data penelitian ini berupa sumber data primer berupa novel 3 Cinta 1 pria
karya Arswendo Atmowiloto. Dinamika kepribadian dalam penelitian ini dianggap
sebagai salah satu bentuk dari upaya karya sastra merekam gejala kejiwaan yang
terungkap melalui perilaku tokoh-tokohnya. Oleh sebab itu, perilaku yang tercermin
dari ucapan dan perbuatan dianggap sebagai data atau fakta empiris yang menjadi
penunjuk kejiwaan sang tokoh (Siswantoro, 2005:31). Tokoh-tokoh dalam novel 3CIP
KARYA Arswendo dengan demikian dapat diasumsikan menampilkan dinamika
kepribadian sebagian dari latar belakang kejiwaan yang dipengaruhi oleh usaha tokoh-
tokoh tersebut dalam memuaskan kebutuhannya.
Rido (2017) dalam skripsinya novel Pria Terakhir karya Gusnaldi : Kajian
Psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini mengkaji kepribadian tokoh Bobi dan
Dydy, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
penceritaan, kemudian mendeskripsikan dan menganalisis dinamika kepribadian tokoh
Bobi dan Dydy, dan mengklasifikasi perilaku homoseksual kedua tokoh tersebut
dalam novel Pria Terakhir karya Gusnaldi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Psikoanalisis Sigmund Freud. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dan analisis isi. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah
mendeskripsikan dan menganalisis struktur penceritaan yang terjadi dari tokoh dan
penokohan, latar (setting) dan alur dalam novel Pria Terakhir karya Gusnaldi.
Selanjutnya, peneliti menetapkan teori psikoanalisis- Sigmund Freud, yaitu
berorientasi pada naluri (insting) dan kecemasan (anxitas). Langkah ketiga
menganalisis klasifikasi perilaku homoseksual tokoh Bobi dan Dydy. Hasilnya adalah
sebagai berikut: (1) tokoh Bobi menggunakan jenis homoseksual yang pertama, yang
benar-benar terbalik (absolutely inverted), dan (2) tokoh Dydy menggunakan jenis
homoseksual yang kedua dan ketiga, yaitu terbalik dalam dua arah (amphigenously
inverted) dan kadang-kadang memperlihatkan inversi (occasionally inverted).
Paskaria (2011) dalam skripsinya Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam
novel Pintu karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis. Penelitian ini mengangkat topic
terhadap tiga tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Tujuan penelitian (1)
menganalisis struktur novel Pintu yang meliputi alur, latar/setting, serta tokoh dan
penokohan, (2) menganalisis unsur psikologi dengan pendekatan psikoanalisis
Sigmund Freud terhadap tiga tokoh. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural
dan pendekatan psikoanalisis dengan teori struktur kepribadian khususnya mekanisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pertahanan diri Sigmund Freud. Pendekatan struktural digunakan untuk menganalisis
struktur novel dan untuk melihat gambaran atau petunjuk persoalan psikologi yang
berhubungan dengan Bowo, Erna, dan Paris. Pendekatan psikoanalisis digunakan
untuk menganalisis kepribadian Bowo, Erna dan Paris dengan kajian mekanisme
pertahanan diri yang meliputi represi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi,
formasi, regresi, agresi, serta fantasi dan stereotype. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode baca catat, analisis isi, dan penyajian deskriptif.
Hasil analisis psikologis dengan teori mekanisme pertahanan Sigmund Freud
terhadap tig tokoh yaitu, (1) Bowo menggunakan lima model mekanisme pertahanan
diri atas konfliknya sejak kecilhingga dewasa yang meliputi sikap agresi, mencari
rasionalisasi, represi, proyeksi, dan undoing. (2) Erna menggunakan dua model
mekanisme pertahanan diri ketika tidak bisa menikah dengan Bowo yang meliputi
regresi serta fantasi dan stereotype. (3) Paris menggunakan tiga model mekanisme
pertahanan diri saat bermasalah dengan orangtuanya, menjadi korban KDRT, dan
berselingkuh dengan Bowo, yang meliputi regresi, reaksi, agresi, dan undoing.
Dari tinjauan pustaka di atas, terlihat bahwa novel Sepercik Noda Seribu
Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono belum pernah dikaji dengan menggunakan
perspektif apapun. Akan tetapi kajian tentang dinamika kepribadian sudah banyak
dilakukan. Kajian-kajian tersebut dapat memperkaya penulis di dalam melakukan
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1.6 Landasan Teori Penelitian ini berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh Ratri Dalam Novel Sepercik
Noda Seribu Langkah Terbawa Karya Maria A. Sardjono prespektif Sigmund Freud
untuk membantu penelitian tersebut, peneliti akan menggunakan dari kerangka teori,
yakni Kajian Struktur dan Kajian Psikologis.
Kajian struktur (kepribadian) membahas tentang tokoh dan alur. Alur yang
digunakan peneliti adalah alur campuran. Jenis tokoh ada utama, tokoh protagonis,
tokoh antagonis, tokoh tritagonis (pembantu), tokoh deutragonis, tokoh raisoneur,
tokoh foil, tokoh utama, tokoh sentral, tokoh pembantu (tambahan), tokoh sederhana,
tokoh kompleks (bulat), tokoh tipikal, tokoh netral, tokoh statis (tidak berkembang),
tokoh berkembang.
1.6.1 Alur Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu
(pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan
kausal atau sebab-akibat (KBBI). Namun dalam pengertiannya yang lebih khusus, plot
sebuah cerita tidaklah hanya sekedar rangkaian peristiwa yang termuat dalam topik-
topik tertentu, melainkan mencakup beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa
(Fananie, 2000:93).
1.6.2 Tokoh utama Tokoh utama adalah tokoh yang yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap
halaman buku cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995:177)
1.6.3 Tokoh Protagonis dan Antagonis Menurut Altenbernd & Lewis (1996:59) tokoh protagonis adalah tokoh yang
kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh
protagonist menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-
harapan kita pembaca. Maka kita sering mengenalinya sebagai memiliki kesamaan
dengan kita, permasalahan yang dihadapinya seolah-olah juga sebagai permasalahan
kita demikian pula halnya dalam menyikapinya (Nurgiyantoro, 1995:178-179).
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti
ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari
tingkah laku manusia (Atkinson, 1996:7). Pemahaman tentang psikologi perlu
ditanamkan kepada para pembaca karena banyak hal dapat dipelajari melalui
pemahaman ini. Banyak orang percaya bahwa masing-masing individu memiliki
karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang
mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik
seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan.
Itulah yang disebut kepribadian (Santrock, 1988:435; Minderop, 2010:3-4).
Kepribadian menurut psikologi bisa mengacu pada pola karakteristik perilaku dan
pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan
pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu. Pendekatan teoritis
untuk memahami kepribadian yang mencakup kualitas nalar, psikoanalisis, pendidikan
sosial, pendidikan sosial, dan teori-teori humanistik. (Minderop, 2010:4).
Tujuan Psikologi Sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung
dalam karya sastra. Meskipun demikian, bukan berati bahwa analisis psikologis sastra
sama sekali terlepas dari kebutuhan masyarakat sesuai dengan hakikat karya sastra
memberikan pemahaman kepada masyarakat secara tidak langsung melalui
pemahaman tokoh-tokohnya (Ratna, 2009: 342).
Freud mengemukakan bahwa tujuan psikoanalisis adalah memperkuat ego,
membuatnya lebih independen dari superego, memperlebar medan persepsinya,
memperluas organisasinya sehingga ia dapat memiliki bagian-bagian yang segar dari
id. Metode-metode utama yang digunakan Freud untuk mencapai tujuan
psikoloanalisis tersebut adalah (1) penggunaan asosiasi bebas secara sistematis dan
analisis mimpi, (2) analisis resistensi, (3) analisis transfereni, dan (4) interpretasi
dengan tujuan memecahkan masalah-masalah emosional yang utama pada masa
kanak-kanak (Semiun, 2010: 16-17).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah faktor historis masa lampau
dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam
pembentukan kepribadian individu. Selanjutnya Freud membahas pembagian psikisme
manusia : id (terletak di bagian taksadar) yang merupakan reservoir pulsi dan menjadi
sumber energy psikis. Ego (terletak di antara alam sadar dan taksadar) yang bertugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan superego. Superego
(terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas
mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan
hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua (Minderop, 2016:20-21).
Freud mengibaratkan id sebagai raja atau ratu, ego sebagai perdana menteri dan
superego sebagai pendeta tertinggi. Id berlaku seperti penguasa absolut, harus
dihormati, manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri sendiri; apa yang
diinginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana menteri yang diibaratkan
memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas
dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Superego, ibaratnya seseorang pendeta
yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus
menginginkan si id yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan
bijak (Minderop, 2016:21).
1.6.3.1 Struktur Kepribadian Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi
kebutuhan dasar seperti misalnya kebutuhan: makan, seks menolak rasa sakit atau
tidak nyaman. Menurut Freud id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan
realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari
kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan. Seorag anak yang ingin
memenuhi tuntutan dan keinginan yang kuat dari suatu realitas, akan membentuk
struktur kepribadian yang baru, yaitu ego (Minderop, 2010:21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh
pada prinsip realitas sengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi
oleh realitas. Ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat
memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi dirinya sendiri.
Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugas ego memberi tempat
pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan. Dengan alas an ini, ego merupakan pemimpin utama dalam
kepribadian. Id dan ego tidak memiliki moralitas karena keduanya ini tidak mengenal
nilai baik dan buruk (Minderop, 2010:22).
Superego sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk
(conscience). Id, superego tidak mempertimbngkan realitas karena tidak bergumul
dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual dan agresivitas id dapat
terpuaskan dalam pertimbangan moral. Misalnya ego seseorang ingin melakukan
hubungan seks secara teratur agar karirnya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi
id orang tersebut menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena seks memang
nikmat. Kemudian superego timbul dan menengahi dengan anggapan merasa berdosa
dengan melakukan hubungan seks (Minderop, 2010:22-23).
Freud memang manusia sebagai suatu sistem energi yang rumit karena pengaruh
filsafat deterministik dan positivistik yang marak di abad ke-19. Menurut
pendapatnya, energi manusia dapat dibedakan dari penggunaannya, yaitu aktivitas
fisik disebut energi fisik dan aktivitas psikis disebut energi psikis. Berdasarkan teori
ini, Freud mengatakan, energi fisik dapat diubah menjadi energi psikis. Id dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
naluri-nalurinya merupakan media atau jembatan dari energi fisik dengan kepribadian
(Minderop 2010:23).
Menurut Freud, kekuasaan id mengungkapkan tujuan hakiki kehidupan organisme
individu. Hal ini tercakup dalam pemenuhan kepuasan. Id tidak mampu
mewujudnyatakan tujuan mempertahankan kehidupan atau melindungi kondisi dari
bahaya. Ini menjadi tugas ego, termasuk mencari cara memenuhi kebutuhan dan
kepuasan. Superego mengendalikan keinginan-keinginan tersebut. Menurut konsep
Freud, naluri atau instink merupakan representasi psikologis bawaan dari eksitasi
(keadaan tegang dan terangsang) akibat muncul suatu kebutuhan tubuh. Bentuk naluri
menurut Freud adalah pengurangan tegangan (tesion reduction), cirinya regresif dan
bersifat konservatif (berupaya memelihara keseimbangan) dengan memperbaiki
keadaan kekurangan. Proses naluri berulang-ulang (tenang, tegang, dan tenang)-
repetition compulsion (Minderop, 2010:24-25).
Menurut Freud, naluri yang terdapat dalam diri manusia bisa dibedakan dalam:
eros atau naluri kehidupan (life instinct) dan destructive instinct atau naluri kematian
(death instinct-Thanatos). Naluri kehidupan adalah naluribyang ditujukan pada
pemeliharaan ego. Kata instinct (naluri) bagi Freud, pengertiannya bukan semata
gambaran yang ditunjuk oleh kata itu. Instinct bagi orang Perancis memunculkan
pengertian kemahiran atau semacam penyesuaian biologis bawaan. Misalnya, pada
hewan yang memiliki naluri tertentu. Berhubung kata ini tidak mampu mencakup
dunia manusia, maka Freud menggunakan istilah lain yang disebutnya pulsi. Pulsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
seksual disebutnya libido; sedangkan pulsi non-seksual disebut alimentasi yang
berhubungan dengan hasrat makan dan minum misalnya (Minderop, 2010:26).
Menurut Hilgard et al (1975:335) naluri kematian (death instincts-Thanatos) yang
mendasari tindakan agresif dan destruktif. Walaupun berada di alam bawah sadar
menjadi kekuatan motivasi. Naluri kematian dapat menjurus pada tindakan bunuh diri
atau pengrusakan diri (self –destructive behavior) atau bersikap agresif terhadap orang
lain ( Minderop, 2010:27).
Menurut Hilgard et al (1975:499) keinginan mati (death wish) bisa ditimbulkan
oleh misalnya, kebebasan seseorang yang terhalang karena harus merawat orang cacat.
Dalam kondisi demikian, secara tidak sadar ia ingin lepas dari beban ini dengan
harapan agar si penderita ini segera meninggal dunia. Sebaliknya, ia tidak setuju
dengan keinginannya itu karena bertentangan dengan kesetiannya terhadap si sakit. Ia
sebetulnya menyangkal keinginan tersebut karena hakikat kehidupan itu sendiri,
namun tanpa disadarinya ia kerap melantunkan lagu-lagu pengiring kematian. Dalam
hal ini terjadi pertentangan antara keinginan untuk bebas dengan adanya kematian
dengan perasaan sebaliknya ia merasa khawatir bahwa keinginan tersebut dapat
mengancam dirinya (Minderop, 2010: 27-28).
Mekanisme pertahanan terjadi karena adanyya dorongan atau perasaan beralih
untuk mencari objek pengganti. Misalnya impuls agresif yang ditunjuk kepada pihak
lain yang dianggap aman untuk diserang. Menurut pandangan Freud, keinginan-
keinginan yang saling bertentangan dari struktur kepribadian menghasilkan anxitas.
Ketika ego menahan keinginan mencapai kenikmatan dari id, anxitas dari dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
terasa. Hal ini menyebar dan mengakibatkan kondisi tidak nyaman ketika ego
merasakan bahwa id dapat menyebabkan gangguan terhadap individu. Anxitas
mewaspadai ego untuk mengatasi konflik tersebut melalui mekanisme pertahanan ego,
melindungi ego seraya mengurangi anxitas yang diproduksi oleh konflik tersebut
(Santrock, 1988:438, Minderop, 2010:28,32).
Represi (Repression), mekanisme pertahanan ego yang paling kuat dan luas antara
lain, represi (repression). Tugas represi ialah mendorong keluar impuls-impuls id yang
tak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan
fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Tujuan dari semua mekanisme
ego adalah untuk menekan (repress) atau mendorong impuls-impuls yang mengancam
agar keluar dari alam sadar. Mekanisme represi pada awalnya diajukan oleh Sigmund
Freud yang kerap masuk ke ranah teori psikoanalisis. Represi sebagai upaya
menghindari perasaan anxitas (Minderop, 2010:32-33).
Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial
menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sesungguhnya suatu bentuk
pengalihan. Misalnya, seorang individu memiliki dorongan seksual yang tinggi, lalu ia
mengalihkan perasaan tidak nyaman ini ke tindakan-tindakan yang dapat diterima
secara sosial dengan menjadi seorang artis pelukis tubuh model tanpa busana
(Minderop, 2010:34).
Hilgard, et al memaparkan ketika semua kerap menghadapi situasi atau hal-hal
yang tidak diinginkan dan tidak dapat kita terima dengan melimpahkannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
alasan lain. Misalnya, kita harus bersikap kritis atau bersikap kasar terhadap orang
lain, kita menyadari bahwa sikap ini tidak pantas kita lakukan, namun sikap yang
dilakukan tersebut diberi alasan bahwa orang tersebut memang layak menerimanya.
Sikap ini kita lakukan agar kita tampak lebih baik. Mekanisme yang tidak disadari
yang melindungi kita dari pengakuan terhadap kondisi tersebut dinamakan proyeksi.
Proyeksi terjadi bila individu menutupi kekurangannya dan masalah yang dihadapi
atau pun kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain (Minderop, 2010:34).
Pengalihan (displacement) adalah pengalihan perasaan tidak senang terhadap suatu
objek ke objek lainnya yang lebih memungkinkan. Misal, adanya impuls-impuls
agresif yang dapat digantikan, sebagai kambing hitam, terhadap orang (atau objek
lainnya) yang mana objek-objek tersebut bukan sebagai sumber frustasi namun lebih
aman dijadikan sebagai sasaran (Minderop, 2010:35).
Rasionalisasi (rationalization) memiliki dua tujuan: pertama, untuk mengurangi
kekecewaan ketika kita gagal mencapai suatu tujuan; dan kedua, memberikan kita
motif yang dapat diterima atas perilaku (Hilgard, et al., 1975:443-444). Rasionalisasi
terjadi bila motif nyata dari perilaku individu tidak dapat diterima oleh ego. Motif
nyata tersebut digantikan oleh semacam motif pengganti dengan tujuan pembenaran
(Minderop, 2010:35-36).
Reaksi formasi (reaction formation) akibat impuls anxitas kerap kali diikuti oleh
kecenderungan yang berlawanan yang bertolak belakang dengan tendensi yang
ditekan: reaksi formasi. Reaksi formasi mampu mencegah seorang individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
berperilaku yang menghasilkan anxitas dan kerap kali dapat mencegahnya bersikap
antisosial (Minderop, 2010:37).
Hilgard et al memaparkan regresi terdapat dua interpretasi mengenai regresi.
Pertama, regresi yang disebut retrogressive behavior yaitu, perilaku seseorang yang
mirip anak kecil, menangis dan sangat manja agar memperoleh rasa aman dan
perhatian orang lain. Kedua, regresi yang disebut primitivation ketika seorang dewasa
bersikap sebagai orang yang tidak berbudaya dan kehilangan kontrol sehingga tidak
sungkan-sungkan berkelahi (Minderop, 2010:38).
Agresi dan apatis perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan
yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan. Agresi dapat berbentuk
langsung dan pengalihan (direct, aggression dan displaced aggression). Agresi
langsung adalah agresi yang diungkapkan secara langsung kepada seseorang atau
objek yang merupakan sumber frustasi. Bagi orang dewasa, agresi semacam ini
biasanya dalam bentuk verbal ketimbang fisikal-si korban yang tersinggung biasanya
akan merespon. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang mengalami frustasi
namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada sumber frustasi tersebut
karena tidak jelas atau tak tersentuh. Menurut Hilgard et al (1975:436) si pelaku tidak
tahu tidak tahu ke mana ia harus menyerang; sedangkan ia sangat marah dan
membutuhkan sesuatu untuk pelampiasan. Penyerangan kadang-kadang tertuju kepada
orang yang tidak bersalah atau mencari ‘kambing hitam’. Apatis adalah bentuk lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dari reaksi terhadap frustasi, yaitu sikap apatis (apathy) dengan cara menarik diri dan
bersikap seakan-akan pasrah (Minderop, 2010:38-39).
Menurut Hilgard et al(1975:438) fantasi dan stereotype, fantasi adalah ketika kita
menghadapi masalah yang demikian bertumpuk, kadang-kadang kita mencari ‘solusi’
dengan masuk ke dunia khayal, solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang realitas.
Stereotype adalah konsekuensi lain dari frustasi, yaitu perilaku seterotype-
memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus. Individu selalu mengulangi
perbuatan yang tidak bermanfaat dan tampak aneh (Minderop: 2010:39).
1.7 Metode Penelitian1.7.1 Paradigma dan Pendekatan Menurut Abraams (1953:6) sebuah penelitian harus berangkat dari paradigma
tertentu. Sebagai titik awalnya, penelitian ini menggunakan pendekatan seturut dengan
paradigma Abrams. Abrams menentukan empat unsur utama dalam kritik sastra, yaitu
karya (work), pengarang (artist), realitas (universe), dan pembaca (audience). Setiap
unsur tersebut dapat menjadi awal pendekatan kritik sastra, yang jika dirumuskan
menjadi (1) pendekatan objektif yang berfokus pada karya; (2) pendekatan ekspresif
yang berfokus pada pengarang; (3) pendekatan mimetik yang berfokus pada realitas;
dan (4) pendekatan pragmatik yang berfokus pada pembaca (Taum, 2017:3-4).
Penelitian ini secara khusus akan menggunakan pendekatan ekletik, gabungan dari
objektif, dan mimetik. Kedua bentuk pendekatan tersebut dipilih karena dekatnya latar
cerita Novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa dengan situasi nyata atau dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dikatakan sebagai karya yang realis. Pendekatan diskursif akan mampu membantu
peneliti memahami kemungkinan teks sebagai bagian dari sebuah wacana.
Dalam reposisi yang dikemukakan Taum (2017:4-6) terdapat dua tambahan
pendekatan dalam pola paradigma Abrams, yaitu pendekatan ekletik dan pendekatan
diskursif. Pendekatan ekletik adalah pendekatan yang menggabungkan beberapa
pendekatan sekaligus. Pendekatan diskursif adalah pendekatan yang berfokus pada
teks serta berupaya menggali praktik diskursif melalui teks tersebut. Kedua
pendekatan ini ditambahkan dengan anggapan bahwa ada hal-hal di luar teks yang
menjadi konteks bagi kritik sastra dan pemahaman karya sastra pada umumnya.
1.7.1.1 Pendekatan Objektif
Memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. Memandang karya
sastra yang otonom dan bebas dari pengaruh pengarang maupun pembaca (Indria,
2014).
1.7.1.2 Pendekatan Mimetik
Mimesis berasal dari bahasa Yunanni yang berarti “tiruan”. Berupaya memahami
hubungan karya sastra dengan realitas. Karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau
kehidupan. Menurut Plato, mimetik artinya karya seni dan sastra hanya tiruan dari
kenyataan. Jadi nilainya lebih rendah daripada kenyataan. Sumber lebih tinggi
daripada tiruan (Indria, 2014).
1.7.1.3 Pendekatan Ekletik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Menurut Wilford A. pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik
dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau
keseluruhan yag bermakna, yang secara folisofis, teoritis, dan atau psikologis dinilai
benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku. Pendekatan ekletik
merupakan gabungan daripada dua pendekatan lain yaitu pendekatan deduktif dan
induktif. Pendekatan ekletik bermaksud pengajaran disampaikan dengan
menggabungkan semua atau sebagian daripada ciri-ciri sesuatu kaedah ke dalam
kaedah yang baru (Enya, 2014).
1.7.2 Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini diperoleh dengan metode studi pustaka. Metode studi pustaka
dilakukan dengan membaca banyak pustaka terkait dengan penelitian. Data yang
diperlukan untuk penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yakni : sumber data primer
dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung dari novel Sepercik Noda
Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono. Sumber data sekunder diperoleh
sumber data online (internet) dan sumber data offline (pustaka). Data penelitian
dikumpulkan menggunakan metode studi pustaka, secara lebih spesifik melalui teknik
baca dan catat. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan studi penelahaan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan,
dan laporan-laporan yang ada dengan hubungannya dengan masalah yang dipecahkan
(nazir, 1988: 111). Membaca keseluruhan kajian teoritis yang berhubungan dengan
topik kajian prespektif Sigmund Freud kemudian mencatat bentuk id, ego, dan
superego.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1.7.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan menggunakan
pendekatan psikologi sastra teori dari Sigmund Freud sebagai alat untuk menganalisa
(Setyorini 2017: 14).
1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data dalam penelitian akan disajikan denggan metode deskripsi
kualitatif. Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan keadaan tokoh dan
fakta-fakta yang tergambar dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa
karya Maria A. Sardjono.
1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari empat bab. Pada bab I diuraikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka,
landasan teori, dan metode penelitian. Bab II berisi deskripsi analisis data
menggunakan pendekatan objektif mengenai tokoh, penokohan, dan alur dalam novel
Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono. Bab III berisi
deskripsi analisis data struktur kepribadian (id, ego, dan superego) tokoh utama
mengenai dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria A.
Sardjono. Bab IV merupakan bab penutup, berisi kesimpulan dan saran hasil
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 BAB IIANALISIS STRUKTUR CERITA
NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A. SARDJONO
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan struktur cerita, alur dan tokoh
karena sudah bisa menerangkan struktur kepribadian. Peneliti akan
menjelaskan tahap alur dan tokoh dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah
Terbawa Karya Maria A. Sardjono sebagai bahan penelitian. Berikut
dipaparkan pengertian alur dan tokoh sekaligus analisis kutipan.
2.1 Sinopsis Novel Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelola oleh para
biarawati. Ia diserahkan ke sana oleh seseorang yang mengakui sebagai
pamannya. Diceritakan, kedua orang tua Ratri telah meninggal dunia dalam
suatu kecelakaan dan Ratri yang saat itu berumur enam bulan, yang dikuatkan
dengan akta kelahirannya, terpaksa diserahkan ke panti asuhan sebab paman
yang bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling dunia dan tak bisa
merawatnya. Maka, sejak hari itu Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu
sampai ia dewasa. Dia tidak mempunyai saudara, sebab setelah dirinya
diserahkan ke panti asuhan, sang paman tidak pernah menjenguk Ratri. Bahkan
tidak pernah mengirim surat. Dan tidak mengirim uang. Bahwa Ratri dapat
berkuliah di ASMI, itu tidak dibiayai oleh siapa pun, melainkan oleh diri
sendiri sebagai keberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yang cerdas.
Sejak sekolah dasar nilainya selalu bagus dan hampir setiap tahun menjadi
juara kelas, sehingga begitu lulus SMA ia mendapat beasiswa atas dukungan
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dan usaha para gurunya. Namun sayang seribu sayang, ketika duduk di
semester lima, musibah itu terjadi. Seorang pemuda tampan telah membutakan
mata hatinya. Dengan kebodohan dan kepolosannya, ia telah membiarkan
dirinya jatuh ke dalam rayuan Budi, nyaris tanpa ada penolakan (Sardjono,
2017:29-30).
Menjelang akhir liburan semester, pagi-pagi ketika Ratri bermaksud ke
kamar mandi, Suster Emma yang menjabat sebagai wakil asrama,
memergokinya sedang muntah-muntah di tempat itu. Kerut dahi biarawati itu
semakin dalam. Secara sepintas saja orang pasti bisa melihat Ratri tidak dalam
kondisi fisik yang baik. Ratri merasa kesusahannya tidak bisa lagi bisa
disimpannya sendiri. Suster Emma, wakil ketua asrama yang terkenal baik hati
serta penuh pengertian dan sering menjadi tempat Ratri mencurahkan isi hati,
menyediakan diri untuk menjadi tempatnya mengadu. Mengetahui betapa
kagetnya Suster Emma, tak mungkin bagi Ratri untuk lebih lama lagi
menyembunyikan segalanya dari perempuan yang penuh pengertian itu.
Bagaimanapun juga dia harus berani bertanggung jawab atas dosa-dosa yag
telah dilakukannya. Sekarang atau nanti menceritakannya, sama saja akibatnya.
Jadi semua hal yang dialaminya di rumah Diana diceritakannya tanpa
ditutupinya barang sedikit pun. Sambil berurai air mata ia menyatakan apa
yang telah direncanakannya demi nama baik asrama. Suster Kepala menyetujui
rencana Ratri, sebab menurutnya tidak ada cara lain yang lebih baik lagi untuk
mengatasi masalah gadis itu (Sardjono, 2017:41-46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Singkat kata, Ratri telah melampaui hari-harinya yang berat dengan
selamat berkat para pengasuh asrama. Terutama Suster Emma yang sering
datang menjenguknya dengan membawakan kebutuhannya, termasuk baju-baju
bayi untuk anaknya, sampai akhirnya ia berhasil mengantongi ijazah akademik
dan berhak menjadi seorang sekretaris. Dengan gelar dan kecemerlangan
otaknya, ia berhasil pula mendapat pekerjaan di perusahaan swasta. Waktu itu
dengan gaji yang lumayan besar dan sisa uang dari Budi, ia bisa menggaji
perawat bayi sampai bayi perempuannya yang ia beri nama “Riri” berusia satu
tahun. Kalau ia mendapat bonus dari kantor atau mempunyai uang sisa berapa
pun, ia selalu mengirimkannya untuk asramanya dulu. Dia tahu persis apa yang
paling dibutuhkan. Beras, minyak goreng, gula pasir, sabun cuci, dan lain
sebagainya (Sardjono, 2017:50).
Namun kehidupan tidak selalu lancar seperti pada awalnya. Persoalan
muncul ketika atasannya di kantor banyak yang sudah tahu bahwa Ratri
seorang janda. Tentu saja itu bukan hal sebenarnya, sebab tidak mungkin ia
mengatakan bahwa Riri lahir dari diluar nikah. Memang serba sulit menjadi
perempuan muda berusia 21 tahun dengan status janda. Ada-ada saja masalah
yang muncul tanpa disangka-sangka. Padahal pengaruh hubungannya dengan
Budi telah menyebabkan Ratri bersikap dingin dan mengambil jarak terhadap
kaum pria. Meskipun tetap ramah, keramahan yang diberikan Ratri tidak
pernah istimewa. Apalagi khusus. Semua orang diperlakukan sama olehnya.
Sayangnya, tidak semua orang peka untuk menangkap keinginan Ratri.
Terutama Yudha, atasan Ratri. Sebagai bawahan tentu saja sikap Ratri lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
akrab karena memiliki keterkaitan dengan pekerjaan. Dan dia masih saja hijau
dalam hal hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sama sekali dia tidak
mengira sikap ramahnya mendapat respons yang keliru. Bukan hanya dari yang
bersangkutan saja, tetapi juga dari beberapa orang di sekitarnya (Sardjono,
2017:51-52).
Budi sudah beberapa kali mengantarkan Ratri pulang ke rumahnya untuk
mengambil beberapa keperluannya maupun keperluan Riri. Dari apa yang
dilihatnya, dia tahu hidup Ratri dan anaknya dalam kekurangan. Hatinya
tersentuh oleh rasa berdosa telah menyia-nyiakan hidup mereka. Jadi secara
spontan pertanyaan Riri dijawabnya tanpa berpikir panjang lebih dahulu.
Ketika mendengar jawaban Budi, ia terkejut. Kedua alis matanya langsung saja
tertaut. Dan kedua matanya membesar. Tetapi dia tidak ingin mengatakan apa
pun karena Riri ada di dekat mereka. Oleh sebab itu begitu Riri sakit kemudian
Riri tertidur. Ratri langsung mengajak Budi bicara. Saat ini yang jauh lebih
penting adalah memikirkan perasaan Riri. Anak itu sudah mendengar janji
Budi. Rasanya terlalu kejam kalau harapan yang mengembang di hati anak itu
akan meletus sebelum menjadi kenyataan. Sangat kejam kalau membiarkan
hasil itu terjadi. Sementara Ratri memikirkan lamaran Budi dengan sungguh-
sungguh, Budi membuka laci lemari pakaiannya di rumah untuk membaca lagi
surat yang dikirimkan perempuan itu, surat yang pernah dibacanya beberapa
tahun lalu, dan yang disimpannya baik-baik itu. Sekarang surat itu dibacanya
lagi dengan pelan-pelan, sepatah demi sepatah kata sampai pada kalimat: “Aku
tidak meminta pertanggungjawabanmu dalam bentuk apa pun, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
setidaknya kita bisa berbagi pikiran karena aku tidak mempunyai orangtua
maupun keluarga lainnya. Sejak bayi aku sudah tinggal di asrama yatim
piatu….” Budi tidak merasa perlu membaca lanjutan surat itu lagi karena dari
kalimat tersebut saja pun ia sudah semakin yakin, mantap dan bulat hati, untuk
membawa Ratri dan anaknya masuk ke dalam kehidupan pribadinya, sebagai
istri dan anaknya. Mereka tak boleh lagi hidup hanya berdua saja di dunia ini.
Kehangatan keluarga yang tak pernah mereka rasakan, akan diselimutkannya
pada keduanya. Indah keinginannya sendiri. dan itu adalah sebuah janji yang
harus di penuhinya (Sardjono, 2017:76-88).
2.2 Analisis Alur Novel Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit
orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur
fiksi yang lain. Novel yang tergolong aluran akan sangat memperhatikan
struktur plot sebagai salah satu kekuatan novel itu untuk mencapai efek estetis.
Untuk menyebut plot, secara tradisional, orang juga sering mempergunakan
istilah alur atau jalan cerita, sedangkan dalam teori-teori yang berkembang
lebih kemudian dikenal adanya istilah struktur naratif, susunan, dan juga sujet
(Nurgiyantoro, 1995:110-111). Alur akan dibagi menjadi tiga, ada tahap awal
atau tahap perkenalan, tahap tengah atau tahap pertikaian, klimaks, dan tahap
penyelesaian.
Alur dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa Karya
Maria. A Sardjono adalah alur peristiwa, konflik, dan klimaks. Seperti pada
kutipan dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.2.1 Tahap awal Atau Perkenalan Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1992:150). Berdasarkan pengertian itu,
kita dapat akan dapat membedakan kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan
peristiwa dengan yang tidak (Nurgiyantoro, 1995:117). Berikut penulis akan
memaparkan alur peristiwa dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah
Terbawa.
1. Maka meskipun dengan perasaan malu setengah mati dan
tanpa memikirkan apa akibatnya, semalam suntuk itu Ratri
tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarut dalam pelukan
hangat dan mesra yang membuatnya seperti orang mabuk.
Otaknya tak bisa diajak berpikir, karena yang ada di dalam
pikirannya hanyalah Budi yang ganteng dan tengah membelai
dan memesrainya sampai akhirnya keperawanannya pun ia
serahkan kepada laki-laki itu. Tetapi kemudian sesudah
kejadian tersebut, mereka tidak pernah menghubunginya.
Apalagi mencari keberadaannya. Lelaki yang memesonanya
itu, hanya lewat begitu saja, bagaikan angin lalu yang bertiup
sesaat lamanya. (Sardjono, 2017:33).
Dari kutipan tersebut terbukti Budi hanya mengikuti nafsunya, sehingga
Ratri yang polos, masih perawan, lugu dan belum tahu dunia pacaran. Harus
mengalami kejadian yang berat dan takut yang luar biasa selama berminggu-
minggu sejak kejadian tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.2.2 Tahap Tengah, Peristiwa, dan klimaksKonflik menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak
menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh cerita, yang jika tokoh
itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia tidak akan memilih peristiwa itu
menimpa dirinya (Fitzgerald, 1972:27). Konflik (conflict), yang notabene
adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, ia akan berupa peristiwa
fungsional, utama, atau kernel), merupakan unsur yang esensial dalam
pengembangan plot (Nurgiyantoro, 1995:122). Berikut akan penulis paparkan
alur konflik dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa.
2. Berminggu-minggu sesudah itu Ratri masih saja merasa
terpesona oleh segala hal yang dialaminya di rumah Diana.
Namun berminggu-minggu berikutnya pesona itu berubah
total menjadi ketakutan yang luar biasa. Haidnya tidak datang
dan tubuhnya cepat sekali merasa lelah. Sepolos apa pun
dirinya, langsung saja ia bisa mengaitkan keadaan dirinya itu
dengan apa yang terjadi di rumah Diana malam itu. Dengan
uang yang dipinjamnya dari Diana malam itu. Dengan uang
yang dipinjamnya dari Diana, Ratri memeriksakan dirinya ke
dokter kandungan. Dan sebagaimana yang sudah diduganya,
dia memang positif sedang mengandung (Sardjono, 2017:33-
34).Dengan rasa takut luar biasa ia menceritakan keadaannya
kepada Diana, satu-satunya orang yang mengetahui kejadian
malam itu. Tetapi alangkah kagetnya Ratri ketika mendengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pandangan Diana yang sangat bertolak belakang dengan pola
pikirnya, meskipun dalam banyak hal dia merasa cocok
bergaul dengan gadis itu. Diana dan dirinya sama-sama
berotak cemerlang. Gadis itu hangat dalam pergaulan dan
tidak pernah membeda-bedakan latar belakang teman-
temannya. Tetapi tentang pergaulannya yang bebas, Ratri baru
mengetahuinya saat kehamilannya ia keluhkan pada
sahabatnya itu (Sardjono, 2017:34).
Ratri yang masih polos, lugu, tanpa pengalaman, dan belum mengetahui
banyak mengenai dunia cinta setelah kejadian di rumah Diana akhirnya Ratri
mengalami trauma. Ratri merasa ketakutan, bulan-bulan sebelumnya Ratri haid
datang dengan lancar, tetapi setelah kejadian yang menimpa Ratri, haid tidak
datang dan tubuhnya cepat lelah. Kemudian Ratri meminjam uang kepada
Diana untuk memeriksakan dirinya. Setelah memeriksakan ke dokter, Ratri
benar memang positif hamil dan sekarang sedang mengandung. Pola pikir
Diana dan Ratri berbeda jauh, Diana yang biasa saja menanggapi hal seperti itu
dan menyuruh Ratri menggunakan alat pengaman, tetapi Ratri yang pertama
kali dengan hal seperti itu kaget dan takut. Ratri merasa takut ingin
menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Diana. Ratri dan Diana
memiliki otak yang cerdas, selain itu mereka banyak kecocokan dengan Ratri.
Diana tidak membeda-bedakan latar belakang teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2.2.3 Tahap Akhir atau PenyelesaianKonflik dan klimaks merupakan hal yang amat penting dalam struktur
plot, keduanya merupakan unsur utama plot pada karya fiksi. Konflik demi
konflik, baik internal maupun eksternal, inilah jika telah mencapai titik puncak
menyebabkan terjadinya klimaks. Klimaks menurut Stanton (1965:16), adalah
saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan kejadiannya (Nurgiyantoro, 1995:127).
Berikut penulis akan paparkan alur klimaks dalam novel Serpercik Noda
Seribu Langkah Terbawa.
3. “Itu bukan sekadar janji, Ratri. Itu suatu perkataan yang
mengandung kepastian. Ratri, karena kita sudah menyinggung
masalah itu, maka dalam kesempatan ini aku ingin
melamarmu. Berilah kesempatan padaku untuk memberi
kebahagiaan pada Riri dan menghapus semua hal yang
membuatmu menderita bersama Riri selama ini…” (Sardjono,
2017:80-81). Ratri memejamkan matanya lagi. Suara Budi begitu tegas dan
mengandung keyakinan sehingga akhirnya ia mau
mengangguk. “Baiklah… aku akan memikirkannya.”
Sementara Ratri memikirkan lamaran Budi dengan sungguh-
sungguh, Budi membuka laci lemari pakaiannya di rumah
untuk membaca lagi surat yang dikirimkan perempuan itu,
surat yang pernah dibacanya beberapa tahun yang lalu, dan
yang disimpannya baik-baik itu. Sekarang surat itu dibacanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
lagi dengan pelan-pelan, sepatah demi sepatah kata sampai
pada kalimat: “Aku tidak meminta pertanggungjawabanmu
dalam bentuk apa pun, tetapi setidaknya kita bisa berbagi
pikiran karena aku tidak mempunyai orangtua maupun
keluarga lainnya. Sejak bayi aku sudah tinggal di asrama
yatim piatu..” Budi tidak merasa perlu membaca lanjutan surat
itu lagi karena dari kalimat tersebut saja pun ia sudah semakin
yakin, mantapdan bulat hati, untuk membawa Ratri dan
anaknya masuk dalam kehidupan pribadinya, sebagai istri dan
anaknya. Mereka tak boleh lagi hidup hanya berdua saja di
dunia ini. Kehangatan keluarga yang tak pernah mereka
rasakan, akan diselimutkannya pada keduanya. Itulah
keinginannya sendiri. dan itu adalah sebuah janji yang harus
dipenuhinya (Sardjono, 2017:87:88).
Demi Riri anaknya, Budi menurutinya dan Budi melamar Ratri serta
mengajak Riri dan Ratri untuk tinggal satu rumah dengan Budi. Ratri awalnya
tidak mau menerima lamaran Budi, tetapi menggingat Riri sakit dan Ratri
merasa kasihan dengan Riri, akhirnya Ratri menerima lamaran Budi. Ratri dan
Riri belum pernah merasakan kehangatan keluarga yang utuh, terutama Ratri
yang dari kecil sudah ditinggal oleh kedua orang tua dan tinggal di asrama. Itu
juga termasuk janji Budi yang harus dipenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2.2.4 Rangkuman AlurDari hasil penelitian penulis terbukti bahwa alur yang digunakan dalam
novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa yaitu alur campuran. Ratri yang
masih gadis, polos, lugu, belum mengerti dunia cinta, dan belum pernah
merasakan pergaulan bebas. Harus mengakhiri keprawanannya akibat Budi
yang sedang mabuk pada saat pesta ulang tahun di rumah Diana. Ratri
tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarut dalam pelukan hangat dan mesra.
Setelah kejadian tersebut, mereka tidak pernah bertemu dan tidak pernah
menghubunginya. Budi juga tidak pernah menanyakan keadaan Ratri sama
sekali. Ratri kembali ke asrama, setelah berminggu-minggu dari kejadian
tersebut, Ratri tidak haid dan badannya merasa mudah lelah. Ratri merasa
ketakutan dan trauma. Ratri meminjam uang kepada Diana untuk
memeriksakan ke dokter spesialis kandungan, dan dugaan Ratri ternyata benar
bahwa Ratri hamil. Ratri yang awalnya takut menceritakan semua kejadian
tersebut kepada Diana, tetapi Ratri merasa ngeri dengan perkataan Diana,
seakan-akan Diana sudah terbiasa melakukan hal seperti itu dan
berpengalaman. Lihat tabel 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 1
Alur Cerita novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawakarya Maria A. Sardjono
No Tahap Alur IsiTahap awal atauperkenalan
Budi hanya mengikuti nafsunya,sehingga Ratri yang polos, masihperawan, lugu, dan belum tahu duniapacaran. Harus mengalami kejadianyang berat dan takut yang luar biasaselama berminggu-minggu sejakkejadian tersebut.
2. Tahap tengah, pertikaian, dan klimaks
Setelah kejadiann di rumah Dianaakhirnya Ratri mengalami trauma.Ratri mengalami ketakutan, bulan-bulan sebelumnya Ratri haid datangdengan lancar, tetapi setelah kejadianyang menimpa Ratri, haid tidakdatang dan tubuhnya cepat lelah.Kemudian Ratri meminjam uangkepada Diana untuk memeriksakandirinya. Setelah memeriksakan kedokter, Ratri benar memang positifhamil dan sekarang sedangmengandung.
3. Tahap akhir, atau penyelesaian
Demi Riri anaknya, Budi menurutinyadan Budi melamar Ratri sertamengajak Riri dan Ratri untuk tinggalsatu rumah dengan Budi. Ratriawalnya tidak mau menerima lamaranBudi, tetapi menggingat Riri sakit danRatri merasa kasihan dengan Riri,akhirnya Ratri menerima lamaranBudi.
2.3 Tokoh Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka ia
haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
perwatakan yang disandangnya (Nurgiyantoro, 1995:167). Tokoh karya fiksi
hanyalah bagian yang terikat pada keseluruhannya, keseluruhan bentuk artistik
yang menjadi salah satu tujuan penulisan fiksi itu sendiri. hal inilah,
sebenarnya, yang merupakan perbedaan paling penting antara tokoh fiksi
dengan tokoh manusia nyata, dan hal ini pulalah yang menjadi dasar
perbedaan-perbedaan yang lain (Kenny, 1996:25).
Menurut Abrams (1981:20) tokoh cerita (character) adalah orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsir
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro,
1995:165). Jenis tokoh yang penulis pilih untuk meneliti yaitu tokoh protagonis
dan antagonis seperti yang dipaparkan sebagai berikut.
2.3.1 Tokoh UtamaTokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-
novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat
ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro,
1995:176-177). Berikut akan di paparkan tokoh utama dalam novel Sepercik
Noda Sericu Langkah Terbawa karya Maria A. Sardjono .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2.3.1.1 RatriRatri sebagai gadis yang dibesarkan dan tinggal di rumah yatim piatu,
benar-benar kurang memiliki pengalaman dalam bergaul di luar asrama. Ratri
juga kurang kasih sayang dari orang tua, dari kecil orang tua Ratri sudah
meninggal. Semasa sekolah saat SD, SMP, SMA pada jam pulang sekolah Ratri
langsung pulang ke asrama, sehingga saat Ratri mahasiswa ia sudah terbiasa
dengan kebiasaan itu. Ratri menginginkan bahwa ia harus disiplin, tanggung
jawab, mempunyai kehidupan teratur, serta hidup mapan. Hal-hal tersebut
diajarkan oleh asrama kepada semua penghuni asrama. Selain itu, asrama juga
menerapkan jadwal kegiatan termasuk jadwal belajar yang ketat, kalau sudah
belajar penghuni asrama diperbolehkan menonton televisi, bermain musik
bersama-sama, atau bernyanyi bersama-sama. Asrama mengharapkan jika
kelak meninggalkan asrama mereka bisa mandiri, salah satu anak asrama yang
mandiri adalah Ratri. Ratri tidak mempunyai siapa-siapa, orang tua sudah
meninggal sejak ia bayi, paman Ratri tidak memperdulikan Ratri. Ratri
dititipkan di asrama dan sekarang menjadi perempuan yang mandiri.
1. Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelola oleh para
biarawati. Ia diserahkan ke sana oleh seseorang yang mengaku
sebagai pamannya. Katanya, kedua orang tua Ratri telah
meninggal dunia dalam suatu kecelakaan dan bayi mereka yang
saat itu berumur enam bulan, yang dikuatkan dengan akta
kelahirannya, terpaksa diserahkan ke panti asuhan sebab sang
paman yang bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dunia dan tak bisa merawatnya. Maka begitulah, sejak hari itu
Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu sampai ia dewasa
(Sardjono, 2017:29-30).2. Dia tidak mempunyai keluarga barang seorang pun, sebab setelah
dirinya diserahkan ke panti asuhan, sang paman tidak pernah
sekali pun muncul. Bahkan mengirim surat pun tidak. Apalagi
mengiriminya uang. Bahkan Ratri bisa kuliah di ASMI, itu tidak
dibiayai oleh siapa pun, melainkan oleh diri sendiri sebegai
keberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yang encer. Sejak
sekolah dasar nilainya selalu bagus dan hampir setiap tahun
menjadi juara kelas, sehingga begitu lulus SMA ia mendapat
beasiswa atas dukungan dan usaha para gurunya (Sardjono,
2017:30).
Ratri selama di asrama yatim piatu banyak berjuang untuk menjalani
hari-harinya bersama suster asrama dan menghuni asrama lainnya, walaupun
tidak memiliki orang tua, Ratri bisa mandiri dan ia tetap bisa merasakan kasih
sayang dari orang-orang disekitarnya. Ratri mendapat dukungan dari guru atas
usahanya mendapat nilai yang bagus dan mendapat juara kelas, sehingga selalu
mendapat beasiswa dari SD, SMP, dan SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2.3.1.2 Paman RatriPaman Ratri bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling dunia dan
tidak bisa merawat Ratri. Paman ratri hanya merawat Ratri sebentar, karena
sibuk bekerja, maka Ratri dititipkan panti asuhan oleh pamannya, tetapi
semenjak paman Ratri menitipkan Ratri di panti asuhan, Ratri tidak
diperdulikan oleh pamannya.
3. Katanya, kedua orangtua Ratri telah meninggal dunia dalam suatu
kecelakaan dan bayi mereka yang saat itu berumur enam bulan,
yang dikuatkan dengan akta kelahirannya, terpaksa diserahkan ke
panti asuhan sebab sang paman yang bekerja sebagai anak buah
kapal, sering berkeliling dunia dan tak bisa merawatnya. Maka
begitulah, sejak hari itu Ratri menjadi penghuni rumah yatim
piatu sampai ia dewasa (Sardjono, 2017:29-30). 4. Dia tidak mempunyai keluarga barang seorang pun, sebab setelah
dirinya diserahkan ke panti asuhan, sang paman tidak pernah
sekali pun muncul. Bahkan mengirim surat pun tidak. Apalagi
mengirimnya uang (Sardjono, 2017:30).
Semenjak Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu, paman Ratri tidak
pernah menanyakan kabar Ratri sama sekali, mengirim surat juga tidak pernah.
Ratri juga tidak pernah mendapat kiriman uang dari pamannya. Untungnya
Ratri kuliah mendapat beasiswa, sehingga Ratri bisa menyelesaikan sekolah
dan kuliahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2.3.2 Tokoh Tambahan2.3.2.1 Dokter Rizal
Dokter spesialis anak yang memeriksa Riri anak Ratri, yang terkena
demam berdarah. Dokter Rizal merasa kasihan dengan Ratri yang
memeriksakan Riri sendiri ke klinik. Dokter Rizal menangkap kecemasan di
wajah Ratri yang sebaya dengan anaknya, hati laki-laki itu meleleh.
5. “Saya hanya bisa membantu yang terkait dengan pekerjaan saya.
Anda tidak usah membayar tarif yang diperuntukkan buat saya”
katanya (Sardjono, 2017:8). 6. “Tidak usah dipikirkan” Dokter Rizal tersenyum, lega bisa
membantu ibu muda yang tidak bersuami itu. Dengan segera ia
mengulurkan surat pengantar rawat inap pada Ratri (Sardjono,
2017:9).
Dokter Rizal melihat Ratri yang tidak mempunyai cukup uang,
kemudian Dokter Rizal meminta Ratri untuk tidak perlu membayar. Dokter
Rizal merasa senang sudah membantu dan menolong Ratri yang memeriksakan
Riri kepada Dokter Rizal.
2.3.2.2 Diana Diana adalah sahabat Ratri saat kuliah, tetapi Diana dan Ratri berbeda
nasib. Diana anak orang kaya, sedangkan Ratri memiliki latar belakang yang
sederhana dan hidup di rumah yatim piatu. Orang tua Diana dua kali menjabat
sebagai duta besar di dua negara. Ratri bersahabat dengan Diana karena banyak
hal yang menurut Ratri cocok dari Diana, Ratri dan Diana mereka mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
otak yang cerdas. Diana hangat dalam pergaulan dan tidak pernah membeda-
bedakan latar belakang teman-temannya.
7. “Seharusnya ketika itu kau memakai alat pencegah kehamilan,”
kata Diana dengan perasaan prihatin. “Kau kurang berhati-hati
sih” (Sardjono, 2017:34).8. “Bagaimana kalau kandunganmu digugurkan?” usulnya
kemudian.
Setelah kejadian di rumah Diana pada saat malam pesta ulang tahun, Ratri
meminjam uang Diana untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan, dan
ternyata Ratri hamil. Kemudian Ratri menceritakan semua kepada Diana,
Diana menyalahkan Ratri karena Ratri tidak memakai pencegah kehamilan dan
Ratri tidak berhati-hati. Diana memberi saran keapada Ratri agar
menggugurkan kandungannya.
2.3.2.3 Budi Laki-laki yang memperkosa Ratri pada saat pesta ulang tahun di rumah
Diana. Menurut Budi, Ratri perempuan yang cantik, memiliki kulit yang
lembut, rambutnya harum. Budi memperlakukan Ratri seolah Ratri adalah
perempuan satu-satunya yang tercantik di dunia. Tetapi sejak kejadian di rumah
Diana, Budi tidak pernah menemui atau menghubungi Ratri. Kedua orang tua
Budi dari latar belakang berada, orang tua Budi pernah menduduki jabatan
yang tinggi di pemerintahan pada masa lalu. Budi mempunyai dua saudara.
Yang pertama, perempuan tinggal di luar negeri bersama suaminya yang
bekerja di luar negeri. Kemudian saudara laki-laki Budi meninggal dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dalam suatu kecelakaan. Orang tua Budi sakit dan akhirnya mreninggal secara
berurutan. Tetapi Budi termasuk laki-laki yang bertanggung jawab, Budi
melamar Ratri demi Riri, budi memantap dan bulat hati, untuk membawa Ratri
dan anaknya masuk ke dalam kehidupan pribadinya, sebagai istri dan anaknya.
Ratri dan Riri belum pernah merasakan kehangatan keluarga yang utuh
sebelumnya. Dan itu adalah janji yang harus dipenuhi oleh Budi.
9. “Itu bukan sekadar janji, Ratri. Itu suatu perkataan yang
mengandung kepastian. Ratri, karena kita sudah menyinggung
masalah itu, maka dalam kesempatan ini aku ingin melamarmu.
Berilah kesempatan padaku untuk memberi kebahagiaan pada Riri
dan menghapus semua hal yang membuatmu menderita bersama
Riri selama ini…” (Sardjono, 2017: 80-81). 10. “Pikirkanlah keberadaan dan masa depan Riri saja. Jangan hanya
mementingkan dirimu sendiri, Tri” (Sardjono, 2017:81).11. “Ratri…jawablah lamaranku tadi dengan suatu kepastian. Soal-
soal lainnya, biarlah ini kita tinggalkan, sebab hanya akan
membuat pembicaraan kita jadi tak lancar karena pikiran kita jadi
terbebani masa lalu” (Sardjono, 2017:85).
Budi ingin melamar Ratri karena sudah berjanji dengan Riri bahwa
tidak akan meninggalkannya, Budi juga sudah mantap ingin menjadikan Ratri
sebagai istrinya. Budi berusaha memenuhi janji Riri dan berusaha
menyenangkan Riri yang sedang sakit dan menghapus semua hal yang sudah
membuat Ratri dan Riri menderita selama ini. Budi hanya ingin memikirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
masa depan Riri, dan meminta Ratri untuk menghapuskan semua masa lalu
yang sudah pernah terjadi dan membuka lembaran baru bersama-sama.
2.3.2.4 Suster EmmaSuster yang menjabat sebagai wakil asrama, yang baik, penuh pengertian,
tempat curhat Ratri dan tempat mengadu Ratri selama Ratri di rumah yatim
piatu. Suster cemas dan khawatir dengan keadaan Ratri. 12. “Kenapa, Tri, kau sakit?” tanyanya khawatir . wakil ibu asrama
menatapnya dengan prihatin. Wajah Ratri juga tampak pucat
(Sardjono, 2017:41).13. “Tetapi kau muntah-muntah, Tri. Itu artinya ada yang tidak beres
dalam tubuhmu” (Sardjono, 2017:41).
Suster khawatir dengan keadaan Ratri, suster memergoki Ratri sedang
muntah-muntah, tetapi Ratri tidak mau berkata jujur dengan suster. Ratri
menutupi semua yang terjadi pada dirinya.
14. “Kalau begitu, kau harus ke dokter,” katanya. “Sebetulnya sudah
beberapa hari ini Suster melihat dirimu tampak lesu kurang
gairah. Tidak seperti biasanya. Dan itu bukan kebiasaanmu. Apa
yang sebenarnya kau rasakan? Ingat, ada beberapa penyakit yang
kelihatannya biasa-biasa saja, tetapi sebenarnya merupakan
penyakit yang lumayan berat. Suster tidak ingin ada yang
mengalami sakit serius di dalam asrama ini. Kalian semua harus
sehat supaya hidup dengan nyaman” (Sardjono, 2017:42).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Suster Emma mulai curiga dengan Ratri, karena Ratri sebelumnya tidak
pernah menyembunyikan apapun dari Suster Emma. Tetapi kali ini, Ratri
menyembunyikan dari Suster Emma bahwa Ratri sebenarnya sedang
mengandung. Suster Emma tidak ingin penghuni rumah asrama yatim piatu
sakit, tetapi suster ingin semua sehat agar hidup dengan nyaman dan sehat.
15. “Ya ampun, Ratri. Sebentar kau bilang sehat, sebentar lagi kau
bilang sakit, lalu tak lama kemudian kau bilang tidak sakit,” kata
ibu wakil asrama itu. “Ada apa sebenarnya, Tri? Katakanlah
kepadaku. Aku siap menjadi tempatmu mengadu. Dan tidak usah
terlalu cemas memikirkan keadaanmu kalau itu berkaitan dengan
uang. Asrama pasti akan membantumu” (Sardjono, 2017:42).
Ratri memang dekat dengan Suster Emma, dan Suster Emma juga
sudah hafal betul dengan Ratri. Suster meminta Ratri untuk menceritakan apa
yang dialaminya dengan jujur tanpa ada yang ditutupi sama sekali, suster juga
meminta Ratri agar Ratri tidak cemas untuk memikirkan keadaan yang
berkaitan dengan uang. Asrama akan membantu kalau berkaitan dengan uang,
dan Suster Emma siap mendengarkan semua keluh kesah dan cerita Ratri
semuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2.3.3 Rangkuman TokohDalam novel ini, terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh-
tokoh tersebut beserta karakter atau sifatnya dapat diramkum dalam Tabel 2berikut ini.
Tabel 2Tokoh dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa
karya Maria A. Sardjono
No Jenis Tokoh Karakter/Sifat1. Tokoh Utama
Ratri Sayang kepada Riri anaknya, pekerja keras,tidak pantang menyerah, cerdas, mandiri,disiplin, bertanggung jawab,polos, lugu.Belum mengerti tentang pergaulan bebas, danbelum mengerti tentang cinta.
Paman Ratri Jahat kepada Ratri, karena seusah Ratridititipkan rumah yatim piatu, paman Ratritidak pernah memberi kabar, mengirim surat,atau menemui Ratri. Bahkan tidak pernahmemberi uang kepada Ratri.
2. TokohTambahanDokter Rizal Dokter spesialis anak yang memeriksa Riri,
Dokter Rizal membantu Ratri dalam halkeuangan, Ratri tidak perlu membayar biayapemeriksaannya, yang penting Riri sembuh.
Diana Sahabat Ratri semasa kuliah, cerdas, orangkaya, tidak memilih-milih teman. Mauberteman dengan siapa saja tanpa memandanglatar belakang orang tersebut.
Budi Laki-laki yang sudah memperkosa Ratri,sekarang menjadi suami Ratri, dan ayah Riri.
Suster Emma Suster wakil asrama, yang baik, penuhpengertian, tempat Ratri mencurahkan isi hatidan tempat Ratri untuk mengadu.
Dalam paparan di atas, penulis membuktikan bahwa terlihat ada
persoalan psikologi yang dalam pada tokoh Ratri. Hal ini akan dipaparkan
dalam Bab III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 BAB IIISTRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA
KARYA MARIA A. SARDJONO
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan dinamika kepribadian tokoh
utama dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa Karya Maria A.
Sardjono berdasarkan kajian psikoanalisis. Berikut dipaparkan dinamika
kepribadian tokoh utama Ratri dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah
Terbawa karya Maria A. Sardjono.
3.1 Dinamika KepribadianTingkah laku menurut Freud, merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi
ketiga sistem kepribadian tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi
kepribadian adalah faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer,
analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukan
kepribadian individu (Minderop, 2010:20).
3.1.1 IdFreud menggunakan alam bawah sadar untuk menerangkan pola
tingkah laku manusia serta penyimpangan-penyimpangannya. Tesis Freud
pertama ialah bahwa alam bahwa sadar merupakan subsistem dinamis dalam
jiwa manusia yanag mengandung dorongan-dorongan naluri seksual yang
berkaitan dengan gambaran-gambaran tertentu di masa lalu (usia dini).
Dorongan-dorongan itu menuntut pemenuhan, namun adanya budaya dan
pendidikan (tuntutan norma kehidupan sosial) dorongan tersebut ditekan dan
dipadamkan. Akan tetapi, dalam bentuk tersamar dorongan-dorongan itu
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
terpenuhi melalui suatu pemuasan semu atau khayalan (fantasi) (Minderop,
2011:23). Berikut akan dipaparkan bukti yang menunjukkan mengenai Id
dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah terbawa.
1. Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelolaoleh para biarawati. Ia diserahkan ke sana olehseseorang yang mengaku sebagai pamannya. Katanya,kedua orang tua Ratri telah meninggal dunia dalamsuatu kecelakaan dan bayi mereka yang saat ituberumur enam bulan, yang dikuatkan dengan aktakelahirannya, terpaksa di serahkan ke panti asuhansebab sang paman yang bekerja sebagai anak buahkapal, sering berkeliling dunia dan tak bisamerawatnya. Maka begitulah, sejak hari itu Ratrimenjadi penghuni rumah yatim piatu sampai iadewasa. Dia tidak mempunyai siapa-siapa, sebabsetelah dirinya diserahkan ke panti asuhan, sangpaman tidak pernah sekali pun muncul. Bahkanmengirim surat pun tidak.apalagi mengiriminya uang(Sardjono, 2017:29-30).
Ratri yang ditinggal orang tua sejak Ratri berusia enam bulan,
kemudian Ratri dititipkan kepada pamannya, tetapi paman Ratri menitipkan ke
rumah panti asuhan. Karena paman Ratri bekerja sebagai anak buah kapal dan
tidak bisa merawat Ratri. Sejak Ratri dititipkan ke rumah panti asuhan paman
Ratri tidak pernah mengirim surat kepada Ratri atau mengirim uang kepada
Ratri. Bukti tersebut merupakan proses Ratri sewaktu masih kecil sampai di
titipkan pada oleh pamannya di asrama yatim piatu. Dalam kutipan di atas
terlihat adanya anggapan Id yakni kesalahan Ratri untuk terlibat dalam
pergaulan bebas.
2. Ratri gadis yang masih polos, lugu, tanpa pengalaman,dan belum mengetahui betapa mudahnya para mudamudi tergelincir ke dalam pergaulan bebas. Ia terpukauoleh Budi yang ganteng dan memiliki krepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
merayu. Maka ketika hari telah larut malam, tanpadisadarinya dia terjatuh ke dalam pelukan Budi.Meskipun usianya sudah hampir Sembilan belas tahun,dia masih begitu hijau untuk mengetahui liku-likukehidupan yang mengandung banyak godaan karenajarangnya bergaul dengan para pemuda (Sardjono,2017:32).
Ratri yang masih polos, lugu, tanpa pengalaman, dan belum mengetahui
mudahnya para muda mudi dalam pergaulan bebas, akhirnya Ratri jatuh
kedalam pergaulan bebas akibat rayuan dan pelukan Budi. Padahal Ratri tidak
mengerti soal cinta dan tidak mudah untuk tergoda. Kutipajn di atas
memperlihatkan adanya Id Ratri dalam dorongan seksual kemudian
memberikan keperawanannya kepada Budi.
3. Maka meskipun dengan perasaan malu setengah matidan tanpa memikirkan apa akibatnya, semalam suntukitu Ratri tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarutdalam pelukan hangat dan mesra yang membuatnyaseperti orang mabuk. Otaknya tak bisa diajak berpikir,karena yang ada di dalam pikirannya hanyalah Budiyang ganteng dan tengah membelai dan memesrainyasampai akhirnya keperawanannya pun ia serahkankepada laki-laki itu. Tetapi kemudian sesudah kejadiantersebut, mereka tidak pernah lagi bertemu. Budi samasekali tidak pernah menghubunginya. Apalagi mencarikeberadaannya. Lelaki yang memesonanya itu, hanyalewat begitu saja, bagaikan angina lalu yang bertiupsesaat lamanya (Sardjono, 2017:33).
Ratri yang malu dan tidak memikirkan akibatnya, Ratri akhirnya
terlarut dalam pelukan Budi yang hangat dan mesra yang membuatnya seperti
orang mabuk. Yang ada di otak Ratri hanya Budi yang tampan yang mesra
terhadap Ratri, sampai keperawanan Ratri diberikan kepada Budi. Setelah
kejadian tersebut Budi tidak pernah menghubungi, menemui, dan mencari
keberadaan Ratri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3.1.2 Ego Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai
penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan superego. Ego
terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh
pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang
dibatasi oleh realitas (Minderop, 2011:21-22). Berikut akan dipaparkan bukti
yang menunjukkan mengenai Ego dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah
terbawa.
1. Berminggu-minggu sesudah itu Ratri masih sajamerasa terpesona oleh segala hal yang dialaminya dirumah Diana. Namun berminggu-minggu berikutnyapesona itu berubah total menjadi ketakutan yang luarbiasa. Haidnya tidak datang dan tubuhnya cepat sekalimerasa lelah. Sepolos apa pun dirinya, langsung saja iabisa mengaitkan keadaan dirinya itu dengan apa yangterjadi di rumah Diana malam itu. Dengan uang yangdipinjamnya dari Diana, Ratri memeriksakan dirinyake dokter kandungan. Dan sebagaimana yang sudahdiduganya, dia memang positif sedang mengandung(Sardjono, 2017:34).
Ratri kembali ke asrama dan berkhayal mengenai kejadian di rumah
Diana. Ratri masih terpesona, tetapi minggu berikutnya pesona itu hilang dan
berubah menjadi trauma, Ratri mengalami trauma dengan kejadian tersebut
karena Ratri baru pertama kali mengalami hal tersebut. Haidnya tidak datang
dan tubuhnya cepat merasa lelah. Ratri berniat untuk meminjam uang kepada
Diana untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan. Setelah
memeriksakan ternyata Ratri sedang mengandung. Kutipan di atas
menunjukkan ego Ratri adanya dorongan untuk memeriksakan dirinya ke
dokter kandungan memenuhi tuntutan ego Ratri yang sedang ketakutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Ketakutan lain yang menjeratnya. Takut dosa, takutjiwanya melayang dalam pengganguran itu, takutrahimnya rusak sehingga tak bisa mempunyai anaklagi, dan lain sebagainya. Dan terutama, takut terhadaphati nuraninya. Ia sering merasa marah dan kecewaterhadap pamannya yang menyerahkan dirinya keasrama yatim piatu tanpa pernah menjenguknya barangsekali pun (Sardjono, 2017:36).
Selain Ratri takut karena hamil dan dia melakukan kejadian tersebut
baru pertama kali, Ratri takut dosa, jiwanya melayang, takut rahimnya rusak
sehingga tidak bisa mempunyai anak kembali. Ratri juga merasa marah kepada
pamannya karena sudah menyerahkan Ratri ke rumah panti asuhan tanpa
mengirim surat dan tanpa mengirim uang sama sekali. Sebagai gantinya Ratri
akan merawat dan menjaga anak nya dengan sepenuh hati, Ratri akan merawat
sendiri, dan tidak ada niat untuk menggugurkan sekali pun. Ego berupa
dorongan ketakutan berupa takut dosa, takut jiwanya melayang, takut kepada
hati nuraninya, takut “Kenapa kau begitu mudah menjanjikan sesuatu yang
sedemikian besarnya?” tanyanya dengan suara mengandung teguran (Sardjono,
2017:80).
3. “Tetapi, aku…. Aku merasa ini salah, Mas. Kau janganmemaksakan kehendakmu sendiri. aku sungguh sangattidak enak. Kau telah terbiasa hidup bebas. Jadi jangankarena keberadaan Riri lalu kau mengubah kehidupanmu” (Sardjono, 2017:81).
4. Ratri menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tidak,Mas. Aku tidak mau” (Sardjono, 2017:81).
Ratri menolak lamaran Budi, Ratri terus mengikuti egonya karena
masih trauma dan takut atas kejadian yang sudah pernah dia alami saat di
rumah Diana, Ratri pernah diperkosa Budi kemudian Budi tidak bertanggung
jawab atas perbuatan yang sudah Budi lakukan kepada Ratri. Budi menghilang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tidak menanyakan kabar Ratri, tidak menanyakan keberadaan Ratri juga.
Walaupun Budi memaksa Ratri dan tetap melamar Ratri, Budi tetap tidak mau
menerima Budi, Budi sudah terbiasa dengan pergaulan bebas tetapi Ratri tidak,
menurut Ratri. Budi mengubah kehidupannya karena permintaan Riri yang
sedang sakit dan ingin satu rumah dengan Budi. Ego Ratri masih kuat karena
Ratri mengalami trauma setelah di perkosa Budi saat pesta ulang tahun di
rumah Diana.
5. “Aduh…. Dokter… terima kasih,” sahut Ratri denganperasaan lebih baik. Sekarang pikirannya bisa lebihterarah pada biaya rumah sakit.” Kapan-kapan kalausaya punya uang, pasti akan saya bayar” (Sardjono,2017:8).
Ratri tidak mempunyai banyak uang untuk biaya periksa Riri anak
Ratri, kemudian dokter Rizal membantu dan menolong Ratri, dokter Rizal
merasa kasihan dan iba terhadap Ratri. Ratri yang sudah merawat dan
membawa anaknya kepada dokter Rizal, maka dokter Rizal membantu Ratri
dengan cara memeriksa Riri tanpa membayar. Perasaan Ratri sekarang lebih
baik, dan Ratri sekarang fokus untuk biaya rumah sakit, karena Riri masuk
rumah sakit dan harus dirawat. Ego Ratri terpenuhi untuk tidak membayar
biaya pemeriksaan Riri ke dokter Rizal.
6. Mendengar kata-kata Suster Emma, apa yang selamabeberapa minggu ini menjadi beban batin yangmenekan perasaannya, terasa lebih ringan.Kesusahannya tidak lagi bisa disimpannya sendiri(Sardjono: 2017:42).
Selama ini Ratri kalau ada masalah yang dirasakan dan keluh kesah
yang terjadi, Ratri selalu bercerita kepada Suster Emma. Suster Emma yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
membantu Ratri dan mendengarkan semua curhatan Ratri, tetapi untuk kali ini,
Ratri menutupi dan tidak jujur dengan Suster Emma. Suster Emma memaksa
Ratri agar Ratri jujur, Suster Emma tidak mau kalau penghuni asrama
mengalami sakit yang serius. Ego Ratri adalah Ratri lega setelah curhat dengan
Suster Emma.
7. “Tetapi apa pun itu, yang pasti saya telah menyadaribetapa besar dosa saya, betapa pula telah menyia-nyiakan masa depan saya sendiri” (Sardjono, 2017:44).
Ratri kembali mengakui kesalahannya dan menyesal apa yang telah ia
lakukan itu berdosa, selain itu Ratri sudah merusak nama baik dirinya, dan
merusak masa depannya. Dengan mudah Ratri percaya dengan rayuan laki-laki
yang baru Ratri kenal, dan Ratri mau diperkosa oleh laki-laki itu. Tetapi Suster
Emma terus memuji Ratri dan memberi Ratri semangat, agar Ratri kembali
semangat dan mempunyai kekuatan untuk menjalani hidupnya.
Pernyataan Ratri pada (Sardjono, 2017:46) Ratri akan berusaha untuk
mendapatkan uang jika beasiswa di cabut karena kondisi Ratri yang sedang
mengandung, Ratri akan berusaha mencari uang, selain itu Ratri juga masih
ada simpanan uang yang tersisa. Kalau uang simpanan Ratri tidak cukup, Ratri
akan berusaha agar tetap bisa menyelesaikan kuliah sampai lulus.
8. “Bu Yudha…. saya memang seorang janda… sayamemang perempuan yang tak berharta dan tak punyakeluarga, tetapi saya mempunyai kehormatan”(Sardjono, 2017:55).
Ratri merasa terhina dan kesal terhadap perkataan Bu Yudha, Ratri tidak
merasa bersalah, dan Ratri tidak merasa merebut Pak Yudha atau ada rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dengan Pak Yudha. semenjak Ratri mengalami trauma di masa lalunya, Ratri
tidak ada rasa dengan siapapun. Dengan Pak Yudha yang sudah menikah atau
laki-laki lain yang belum menikah, Ratri tidak pernah ada rasa. Di kantor Ratri
bersikap biasa aja, bahkan Ratri bersikap cuek. Dorongan ego Ratri adalah
Ratri merasa kesal terhadap perlakukan Bu Yudha.
Pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:46) Ratri masih ingin melanjutkan
kuliahnya, walaupun Ratri sudah melakukan kesalahan, tetapi masih ada cita-
cita untuk menyelesaikan kuliahnya sampai lulus. Karena menurut Ratri
pendidikan adalah yang utama, selain itu Ratri masih mendapat beasiswa untuk
kuliah, dan Suster Emma juga menyuruh Ratri untuk menyelesaikan kuliah,
karena Ratri sudah tinggal satu semester lagi dan rumah yatim piatu berada
dibawah naungan yayasan. Suster Emma nantinya akan menerima pertanyaan
dari kepala yayasan mengenai kuliah Ratri. Adanya ego Ratri untuk
melanjutkan kuliah karena menurut Ratri kuliah adalah hal yang utama.
Dorongan ego dari Ratri adalah Ratri ingin kuliah sampai lulus, walaupun
beasiswa dicabut nantinya, tetapi Ratri masih ingin melanjutkan kuliah.
Dari pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:48) walaupun Ratri sudah
melakukan dosa tetapi suster asrama masih memberi kesempata kepada Ratri
untuk tetap tinggal di asrama, supaya ketika anak Ratri lahir suster dan
penghuni asrama lain yang membantu mengurus anak Ratri. Sedangkan Ratri
bisa menyelesaikan kuliahnya sampai lulus. Adanya ego Ratri masih ada niat
untuk melanjutkan kuliah dan Ratri masih ada kesempatan untuk tinggal di
asrama bersama anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
9. Bahwa Ratri bisa kuliah di ASMI, itu tidak dibiayaioleh siapa pun, melainkan oleh diri sendiri sebagaikeberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yangencer. Sejak Sekolah Dasar nilainya selalu bagus danhampir setiap tahun menjadi juara kelas, sehinggabegitu lulus SMA ia mendapat beasiswa atas dukungandan usaha para gurunya (Sardjono, 2017:30).
Walaupun paman Ratri tidak mengirim uang kepada Ratri, tetapi Ratri
masih bisa sekolah sampai selesai kuliah dengan beasiswa, Ratri dianugerahi
Tuhan otak yang cerdas sehingga dari sekolah dasar sampai kuliah Ratri selalu
mendapat beasiswa. Dengan dukungan dan usaha para guru akhirnya Ratri bisa
menyelesaikan sekolah. Dari kutipan tersebut terbukti ego Ratri adalah adanya
gambaran diri Ratri dengan otak yang cerdas.
10. Ketika masih SD, SMP, dan SMA, sepulang sekolah ialangsung kembali ke asrama. Begitu pun ketika sudahmenjadi mahasiswa. Hal seperti itu sesuai dengankeinginannya sendiri karena dia memahami bahwadisiplin, tanggung jawab, kehidupan teratur, sertamapan yang diterapkan asrama merupakan sesuatuyang baik demi masa depan para penghuni asrama itusendiri. Apalagi di antara penerapan semacam ituselalu ada imbangannya di antara jadwal-jadwalbelajar yang lumayan ketat (Sardjono, 2017:30).
Sejak Ratri sekolah sampai kuliah Ratri memahami akan pentingnya
disiplin, tanggung jawab, kehidupan teratur, serta mapan. Itu semua diterapkan
dan diajarkan asrama untuk penghuni yatim yang berguna untuk masa depan.
Selain itu di asrama ada penerapan waktu untuk jam belajar yang lumayan
ketat, tujuannya agar penghuni asrama mengerti waktu dan batasan waktu. Hal
ini adalah dorongan ego Ratri berupa disiplin, tanggung jawab, kehidupan
teratur, dan mapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
11. Bahkan masih ada ruang untuk bakat-bakat seni yanglain seperti melukis, menulis, peralatan komputer,membatik, membuat penganan, dan melukis keramik.Begitu pun peralatan olahraga juga lumayan lengkap.Asrama telah mengarahkan upaya bagi anak-anak yangkebanyakan tidak mempunyai orangtua, jika kelakmeninggalkan asrama tempat mereka dibesarkan,mereka bisa mandiri. Tetapi dalam hal pergaulan antarmuda-mudi, Ratri kurang berpengalaman (Sardjono,2017:31).
Setelah belajar boleh menonton televisi atau belajar di beberapa ruang
yang ada di asrama untuk mengasah kemampuan serta bakat. Di asrama
menyediakan ruang untuk menyanyi, bermain musik, melukis, menulis, paduan
suara peralatan komputer, membatik, membuat penganan, dan melukis
keramik. Asrama mengarahkan jika penghuni rumah panti meninggalkan
asrama, diharapkan penghuni asrama bisa mandiri. Dari kutipan tersebut
terbukti bahwa Ratri memiliki peluang untuk mengembangkan bakatnya.
12. “Benar-benar tidak adil bagi yang lain kalau saya ataubayi saya nanti masih merepotkan para pengasuh diasrama ini, padahal saya tahu Suster dan penguruslainnya sangat selektif menerima tambahan penghuni,sementara saya telah menyia-nyiakannya denganberbuat dosa. Lagi pula, saya diberi uang oleh laki-lakiitu untuk mengurus diri sendiri maupun bayi sayananti,” katanya dengan air mata meluncur deras kepipinya yang lembut. “Jadi tolong doakan kami saja,Suster Kepala” (Sardjono, 2017:48).
Ratri merasa tidak enak kalau Ratri dan anaknya masih bertahan di
asrama, Ratri sudah banyak menyia-nyiakan masa mudanya dan menyia-
nyiakan kesempatan dengan berbuat dosa. Ratri memilih untuk keluar dari
asrama dan mencari rumah untuk bertahan hidup berdua dengan anaknya, Ratri
sudah di beri uang oleh Budi, laki-laki yang memperkosa nya untuk bertahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
hidup dan untuk kebutuhan Ratri dan anaknya sehari-hari. Ratri menangis
sambil meminta tolong kepada suster dan penghuni panti lainnya untuk
mendoakan dirinya dan anaknya. Adanya dorongan ego yang dimiliki oleh
Ratri karena Ratri mau untuk merawat bayinya sendiri.
3.1.3 SuperegoSuperego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego
sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk
(conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas
karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual
dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral (Minderop,
2011:22). Berikut akan dipaparkan bukti yang menunjukkan mengenai
superego dalam novel Sepercik Noda Seribu Langkah terbawa.
1. “Enam tahun yang lalu, apakah kau pernahmemikirkan keberadaannya? Uang kau berikankepadaku itu bukannkah untuk menggugurkankeberadaannya dalam kandunganku? Tetapi maaf….aku dididik sejak kecil oleh para pengasuh asramauntuk tidak pernah meniadakan nyawa orang meskipunitu masih berada di Rahim. Bahkan dosa seorang bayibahwa ia hadir di dalam Rahim ibunya. Jadi kenapahidupnya harus dilenyapkan? Seandainya aku gelapmata saat itu, bukankah tidak akan pernah ada Riri didunia ini? Jadi kutinggalkan asrama yatim piatu yangselama itu memberiku kehangatan dan rasa aman yangtidak pernah kudapatkan dari keluarga. Nah, apakahapakah itu bukan pengorbanan?” (Sardjono, 2017:82).
Setelah Budi memperkosa Ratri, Budi memberi uang kepada Ratri
tetapi melalui perantara Diana sahabat Ratri. Uang tersebut untuk
menggugurkan kandungan Ratri, tetapi Ratri tidak mau menggugurkan
kandungan itu, tetapi Ratri menggunakan uang yang diberikan Budi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
memeriksakan ke dokter spesialis kandungan. Ratri tidak pernah berfikir sama
sekali bahwa dia akan menggugurkan kandungannya sekali pun, karena dari
kecil Ratri sudah dididik untuk tidak boleh menghilangkan nyawa orang lain,
banyak pelajaran, rasa aman, dan kehangatan yang Ratri dapatkan di asrama,
tetapi tidak Ratri dapatkan di dalam keluarga. Superego yang dimiliki Ratri
adalah dorongan untuk tidak menggugurkan kandungannya.
2. “Sudahlah, Mas… katamu tadi, lupakan masa laludengan melangkahi kehidupan di hadapan kita.Percikan ingatan untuk tidak lagi mengulangikesalahan,” katanya (Sardjono, 2017:83).
Budi sudah menyesal atas perbuatan yang sudah dilakukan kepada
Ratri, Budi menangis didepan Ratri, Ratri kaget dengan Budi. Padahal Budi
yang Ratri kenal dahulu sebagai seorang pemabuk, suka berfoya-foya, tidak
pernah serius, ugal-ugalan, dan tidak pernah mau maju serta memikirkan masa
depannya. Tetapi sekarang Budi justru sebaliknya, Budi mau maju dan
memikirkan masa depan, baik masa depan bersama Ratri dan masa depan
bersama Riri anak Budi dan Ratri. Superego Ratri adalah Ratri kaget dengan
perubahan Budi yang berbeda dari dahulu yang Ratri kenal, sekarang Budi
berubah menjadi lebih baik.
3. Setelah sebelumnya berjuang untuk mendapatkendaraan di rumah sakit Ratri masih harus berjuanglagi menunggu giliran dipanggil masuk ke ruangpemeriksaan. Pasien Dokter Rizal banyak sekali. Dansekarang, setelah hari menjadi malam, barulah Ririberada di ruang pemeriksaan dan mendapat diagnosisyang pasti. Dan hasilnya, anak itu harus dirawat dirumah sakit (Sardjono, 2017:11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Demi Riri yang sedang sakit, Ratri pulang dari kantor rela membawa
Riri untuk memeriksakan kepada dokter Rizal agar Riri sembuh. Membawa
Riri ke klinik Ratri pun harus berjuang, menggendong Riri yang berat, panas,
bus yang sesak dan kaki yang menahan pegal. Sesampai nya di rumah sakit,
Ratri masih berjuang untuk antre menunggu dipanggil, karena yang menunggu
banyak dan mereka juga memeriksakan kepada dokter Rizal. Superego Ratri
adalah adanya dorongan untuk memeriksakan Riri ke dokter Rizal dokter
spesialis anak.
Dari pernyataan Ratri pada (Sardjono, 2017:42-43) Ratri mempunyai
beban batin karena masalah yang sedang menimpanya, Ratri bercerita kepada
Suster Emma, Ratri orang yang cerdas, menjadi teladan di rumah yatim piatu,
dan mendapat beasiswa dari sekolah sampai kuliah. Suster Emma awalnya
tidak percaya dan terkejut dengan cerita Ratri. Ratri adalah gadis yang dewasa,
tetapi sekarang Ratri mengandung. Superego Ratri adalah Ratri berkata jujur
dan tidak ada yang di tutupi saat bercerita dengan Suster Emma bahwa ia
sedang mengandung.
Dari pernyataan Ratri pada (Sardjono, 2017:43) Ratri menyesal atas
perbuatannya yang sudah dia lakukan saat pesta ulang tahun di rumah Diana,
sebelumnya Ratri tidak mengenal Budi, Ratri mengenal Budi saat di rumah
Diana. Ratri terlalu percaya oleh janji manis yang sudah Budi brikan
kepadanya. Ratri menganggap Budi orang yang tidak bertanggung jawab,
berfoya-foya, manja, dan kalau nilai kuliah Budi di bawah rata-rata. Maka Budi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
akan di keluarkan dari kampusnya. Dorongan superego Ratri adalah penyesalan
dari Ratri atas perbuatannya saat pesta ulang tahun di rumah Diana.
4. “Sepercik noda yang saya lakukan, seribu langkahnoda itu akan terbawa, Suster. Jadi saya…. harus relamerombak total hidup saya di luar sana” (Sardjono,2017:44).
Ratri sudah melakukan satu kesalahan, Ratri sudah melakukan satu
dosa yang besar, maka sampai kapan pun kesalahan dan dosa akan terus ada
dan tidak pernah hilang. Ratri sudah menyadari kesalahan itu, Ratri sekarang
tobat dan tidak akan melakukan kembali. Tetapi Ratri akan merubah dan rela
untuk memperbaharui hidupnya menjadi lebih baik di luar rumah asrama panti
asuhan. Ratri akan pindah dari rumah panti, dan tinggal di luar. Superego dari
Ratri adalah penyesalan hidup yang ia alami, itu adalah satu kesalahan terbesar
menurut Ratri.
5. “Tidak, Suster. Anak dalam kandungan saya ini tidakberdosa….” Suara Ratri bergelombang menahan tangis(Sardjono, 2017:45).
Pada mulanya Ratri ingin menggugurkan anak dalam kandungannya,
kemudian Suster Emma menanyakan kembali niat Ratri. Tetapi Ratri
menggingat kembali bahwa anak dalam kandungannya tidak berdosa dan tidak
bersalah, akhirnya Ratri tidak jadi menggugurkan anak dalam kandungannya.
Ratri menahan tangis karena kasihan kepada anaknya dan masih terbayang
kejadian yang sudah pernah Ratri lakukan. Superego Ratri adalah awalnya
Ratri ingin menggugurkan kandungannya, tetapi karena Ratri memikirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
bahwa kandungannya tidak bersalah dan tidak berdosa, akhirnya Ratri tidak
jadi menggugurkan kandungannya.
6. “Dia berhak melangsungkan hidupnya. Saya akanlebih berdosa lagi kalau menggugurkannya. Bukan haksaya untuk menghentikan perkembangannya….”(Sardjono, 2017:35).
Walaupun Ratri sudah melakukan kesalahan dan berbuat dosa, tetapi
Ratri tidak ingin anak yang ada dalam kandungannya digugurkan, Ratri tidak
tega dan tidak ada keinginan untuk menggugurkan bayi itu. Karena bayi yang
berada di dalam kandungan tidak berdosa dan tidak mempunyai salah apa-apa.
Ratri jua tidak mempunyai hak untuk menggugurkan atau menghentikan
perkembangannya. Ratri takut terhadap hati nuraninya, Ratri merasa bersalah
kalau menggugurkan kandungannya. Superego Ratri adalah Ratri takut
terhadap hati nuraninya dan merasa bersalah kalau menggugurkan
kandungannya.
7. “Ya, saya tahu, Suster. Kalaupun yang satu semesterberikutnya tidak ada beasiswa untuk saya, mudah-mudahan uang saya nanti masih ada untuk biayamenyelesaikannya,” kata Ratri (Sardjono, 2017:46).
Jika nanti satu semester beasiswa yang Ratri dapatkan selama Ratri
kuliah di cabut, Ratri mempunyai uang simpanan dan semoga cukup untuk
membayar kuliah Ratri. karena Ratri kuliah tinggal satu semester, kalau tidak
di selesaikan akan sia-sia. Ratri masih ada semangat untuk menyelesaikan
kuliahnya.
Pada pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:49) karena Ratri sering
merasakan kecewa, sedih, dan sakit hati saat dibuang oleh pamannya, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Ratri tidak ada niat untuk menggugurkan kandungannya. Tidak ada niatan
untuk membuang bayi yang ada dalam kandungannya. Ratri tidak ingin meniru
sifat pamannya yang sudah membuang Ratri dan menghilang tidak ada kabar
sekali pun.
Pada pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:55) Ratri kesal karena sudah
dilabrak oleh Bu Yudha di kantor yang kebetulan ada banyak orang yang
mendengar dan tahu bahwa Ratri sedang di labrak oleh Bu Yudha. Ratri
menyuruh Bu Yudha untuk melabrak Pak Yudha, karena Pak Yudha yang diam-
diam mengambil gambar Ratri. Setelah Ratri berbicara tegas dengan Bu Yudha
Ratri keluar ruangan, hari berikutnya Ratri membawa surat yang berisi surat
pengunduran diri.
8. “Suster… Suster… saya mengandung…” (Sardjono,2017:42).
Ratri akhirnya mengaku dan jujur kepada Suster Emma kalau Ratri
mengandung, Ratri awalnya tidak mau jujur dan menutupi mengenai apa yang
dia alami, tetapi kata-kata Suster Emma yang membuat Ratri tersadar dan
kemudian Ratri berkata jujur dengan Suster Emma. Suster Emma tidak
menyangka dan kaget dengan cerita Ratri. suster tidak percaya bahwa Ratri
sedang mengandung. Kutipan di atas membuktikan bahwa pembicaraan Ratri
kepada Suster Emma adalah superego, karena Ratri yang akhirnya mengaku
dan jujur kepada Suster Emma kalau Ratri hamil.
9. “ Saya bersedia keluar dari sini demi nama baikasrama ini, Suster. Bahkan saya juga bersedia keluardari kuliah,” katanya (Sardjono, 2017:43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Ratri tidak mau nama baik asrama yatim piatu menjadi tercemar dan di
kenal orang lain tidak indah seperti dahulu karena perbuatannya. Ratri juga
tidak mau kalau Suster Emma dan penghuni asrama yang lainnya ikut tercemar.
Karena Ratri bersalah, dia ingin keluar dari asrama dan akan hidup hanya
bersama Riri anaknya. Ratri juga besedia keluar dari kuliahnya dan sudah tidak
mendapat beasiswa. Kutipan di atas membuktikan adanya Superego dari Ratri
berupa suara hati dorongan yang baik untuk menjaga nama baik asrama yatim
piatu.
10. “Ya, Suster. Saya pasti akan menceritakan semuanyadan juga apa rencana-rencana saya ke depan”(Sardjono, 2017:44).
Ratri berjanji kepada Suster Emma bahwa Ratri akan menceritakan
semua yang terjadi kepada dirinya, Ratri juga akan menceritakan rencana-
rencana ke depannya kepada Suster Emma. Hanya Suster Emma yang Ratri
percaya dan mengerti keadaan Ratri. tetapi Ratri diminta untuk menyelamatkan
masa depannya, seperti kuliahnya harus Ratri selesaikan. Kutipan di atas
membuktikan adanya superego dari Ratri yakni berjanji kepada Suster Emma
bahwa Ratri akan jujur dan menceritakan semua yang dialami Ratri.
11. “Tentu saja saya bersungguh-sungguh, Suster,” Ratrimenjawab dengan suara tegas (Sardjono, 2017:49).
Ratri berjanji kepada Suster Emma bahwa Ratri tidak akan
menggugurkan anak yang ada di kandungan Ratri, Ratri akan merasa bersalah
kalau menggugurkan kandungannya. Ratri takut berdosa karena menggugurkan
kandungan, takut terbayang-bayang dalam pikiran Ratri dan tidak bisa hilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Dari kutipan di atas membuktikan adanya superego Ratri untuk tidak
menggugurkan kandungannya.
12. “Tidak seujung kuku pun saya menaruh perhatiankepada Pak Yudha. Bahkan difoto saja pun saya tidaktahu sama sekali” (Sardjono, 2017:55).
Ratri kesal kepada istri Pak Yudha, karena Ratri di tuduh merebut Pak
Yudha dari istrinya, padahal Ratri tidak pernah ada perasaan apapun.
Sebenarnya yang mempunyai perasaan kepada Ratri adalah Pak Yudha, Ratri di
kantor menjadi pusat perhatian. Pak Yudha mempunyai perasaan kepada Ratri,
karena Ratri berbeda dengan istri Pak Yudha, Ratri adalah idaman Pak Yudha.
Kutipan di atas membuktikan superego Ratri karena Ratri kesal sudah di tuduh
merebut Pak Yudha dari istrinya, Ratri memberanikan berbicara di depan Bu
Yudha karena Ratri memang tidak bersalah.
13. “Tidak, Dian. Tidak. Aku tak akan menggugurkankandunganku,” katanya begitu perang batinnyadimenangi oleh hati nuraninya (Sardjono, 2017:36).
Ratri masih memiliki hati nurani dan tidak tega kalau kandungannya
digugurkan, karena bagaimana pun juga itu adalah anak Ratri, Ratri berniat
untuk menjaga, merawat anak itu walaupun tanpa seorang papa. Ratri tidak
mau kalau bayi yang didalam kandungan mengalami hal yang sama dengan apa
yang telah Ratri alami sekarang. Ratri juga tidak mau kalau bayi itu di titipkan
ke rumah panti asuhan, Ratri akan menjaga dan merawatnya sampai bayi itu
sudah besar nanti. Superego Ratri berupa tidak mau menggugurkan
kandungannya, serta Ratri tidak ada niatan sekali pun untuk jahat terhadap bayi
yang sedang ia kandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
14. Hidup di Jakarta memang tidak mudah. Hampir dalamsegala hal. Itu diketahui betul oleh Ratri dan dia taktakut menghadapinya. Tetapi hidup sebatang karadengan seorang anak yang sepenuhnya bergantungpadanya, benar-benar tidak mudah. Dan ia mulaigamang karenanya. Hal itu telah dibuktikan dandialaminya seharian ini. Mulai dari pikiran yangbercabang-cabang selama seharian di kantor karenamencemaskan anaknya yang sakit di rumah dan hanyaditunggui pembantu yang bekerja paro waktu, sampaiakhirnya ia memutuskan untuk membawa Riri keDokter Rizal, dokter spesialis anak yang pernahbeberapa kali menangani Riri ketika anak itu harusmenjalani imunisasi (Sardjono, 2017:10).
Ratri yang hidup di Jakarta hanya berdua dengan Riri dan di bantu oleh
asisten rumah tangga untuk menjalani hidup memang tidak mudah. Ratri
berjuang hidup untuk bertahan dan untuk mengurus Riri, selain itu Riri yang
sedang masuk rumah sakit harus memerlukan biaya yang besar agar Riri di
tangani oleh dokter dan sembuh. Biaya yang Ratri tanggung juga masih
banyak, untuk sewa rumah dan hidup sehari-hari. Ratri yang hidup sebatang
kara tidak bisa mengeluh, bercerita, atau meminta bantuan kepada siapapun.
Riri juga masih bergantung dengan Ratri, pikiran Ratri banyak, terutama
memikirkan Riri yang sedang sakit dan sedang di rawat. Superego Ratri di
buktikan dengan Ratri mengalami dorongan untuk merawat anaknya.
15. Tak tega dia membawa Riri di dalam bus yang padatpenumpang. Dengan kaki dan tangan terasa pegalsemua akibat beratnya beban anak dalamgendongannya, Ratri nyaris merasa putus asa(Sardjono, 2017:11).
Ratri yang membawa Riri ke dokter untuk memeriksakan Riri dan
berjuang untuk melindungi Riri yang sedang sakit. Harus menahan pegal, sesak
nya bus akibat orang-orang yang juga ingin cepat sampai tujuan. Berat beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Riri juga Ratri tahan, agar Riri yang sedang sakit bisa diperiksa ke dokter
Rizal. Karena dokter Rizal sudah biasa menangani penyakit Riri, dokter Rizal
juga dokter spesialis anak. Ratri sempat ingin putus asa, tetapi demi Riri Ratri
berjuang dan berusaha agar Riri sembuh dari sakitnya. Superego Ratri yakni
berjuang untuk membawa Riri ke dokter spesialis anak walaupun di bus padat
penumpang.
16. “Saya sadar, betapa bodohnya saya hari itu. Benar-benar seperti orang yang dibius. Sekarang menyesalpun sama sekali tak ada gunanya” (Sardjono, 2017:43).
Ratri menyesal atas perbuatan yang dia lakukan saat malam pesta ulang
tahun di rumah Diana. Ratri mudah dirayu dan di bujuk oleh Budi, akhirnya
Ratri terkena janji manis Budi dan di perkosa oleh Budi. Ratri seolah-oleh
seperti dibius, dan lupa akan segalanya, yang Ratri ingat hanya Budi yang
tampan dan mempesona. Superego pada kutipan di atas adalah Ratri menyesal
atas perbuatan yang sudah dia lakukan.
17. “Saya sangat menyesal telah menyebabkan masalah diasrama ini. Tetapi untuk selanjutnya, sedapat mungkinsaya akan mengurus diri saya dan juga bayi yang akanlahir nanti, tanpa menyusahkan pihak asrama lagi”(Sardjono, 2017:48).
Ratri kembali menyesal terhadap dirinya karena melakukan dosa, Ratri
juga sudah membuat masalah di asrama, sekarang Ratri sadar saat berbicara
didepan suster asrama. Ratri tidak ingin nama asrama di pandang oleh orang
lain buru, Ratri akan keluar asrama dan mengurus dirinya serta anaknya saat
anak Ratri lahirnanti. Ratri tidak akan menyusahkan siapa-siapa, terutama
menyusahkan pihak asrama yang sudah baik terhadap Ratri. Superego Ratri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
adalah rasa penyesalan Ratri karena ia sudah membuat masalah di asrama
yatim piatu.
Dari pernyataan Ratri (Sardjono, 2017:49) Ratri meyakinkan Suster
Emma dan menjawab pertanyaan Suster Emma dengan tegas, bahwa Ratri
tidak akan ada niat menggugurkan kandungannya sedikit pun, walaupun Ratri
melakukan hal yang berdosa, sampai nama baiknya terlibat. Akan lebih berdosa
kalau Ratri menggugurkan kandungannya dan menghilangkan nyawa bayi itu,
bayi itu tidak berdosa dan tidak bersalah. Walaupun tidak ada papanya, tetapi
Ratri sudah niat dan berusaha untuk membesarkan bayi itu dengan sepenuh
hati. Superego Ratri adalah Ratri berjanji kepada Suster Emma bahwa Ratri
tidak akan menggugurkan kandungannya.
3.2 Rangkuman Struktur Kepribadian TokohDari hasil penelitian penulis terbukti bahwa dalam novel Sepercik Noda
Seribu Langkah Terbawa tokoh utama Ratri mengalami struktur kepribadian.
Tokoh utama Ratri dari umur enam bulan sudah dititipkan ke rumah panti
asuhan oleh pamannya karena orang tua Ratri meninggal dunia dalam
kecelakaan. Ratri dititipkan ke rumah panti asuhan karena paman Ratri bekerja
sebagai anak buah kapal dan sering keliling dunia. Oleh karena itu paman Ratri
tidak bisa merawatnya.
Ratri mengalami trauma karena sudah diperkosa oleh Budi saat pesta
ulang tahun di rumah Diana. Ratri yang masih polos, lugu, belum mengerti
masalah cinta harus jatuh ke dalam dosa karena rayuan Budi. Yang ada di otak
Ratri hanya Budi yang tampan. Setelah kejadian tersebut Ratri mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
trauma sampai haid nya tidak datang dan badan Ratri merasa cepat lelah. Ratri
meminjam uang kepada Diana untuk memeriksakan ke dokter, setelah
memeriksakan ke dokter dugaan Ratri ternyata benar, bahwa Ratri sedang
mengandung.
Ratri tidak mau menggugurkan kandungannya karena takut dosa, takut
jiwanya melayang, takut rahimnya rusak sehingga tidak bisa memiliki anak
kembali. Dan yang terpenting Ratri takut terhadap hati nuraninya. Ratri marah
dan kecewa kepada pamannya karena menyerahkan Ratri ke asrama yatim
piatu, paman Ratri juga tidak mengirim surat, tidak menjenguk, dan tidak
mengirim uang sekali pun kepada Ratri.
Ratri memiliki superego yang kuat di banding dengan ego dan id.
Walaupun Ratri pernah di rayu oleh laki-laki yang baru ia kenal, tetapi Ratri
masih memiliki semangat untuk melanjutkan kuliah sampai selesai, kalau
beasiswa di cabut, Ratri mencari uang agar tetap melanjutkan kuliah. Walaupun
Ratri mengandung tetapi Ratri masih ingat akan masa depannya. Ratri berjanji
kepada Suster Emma dan Ratri juga berkata dengan Diana kalau tidak akan
pernah ada niat untuk menggugurkan kandungan.
Struktur kepribadian Ratri dapat diungkap dalam Tabel berikut ini
Tabel 3 Struktur Kepribadian Tokoh Ratri dalam Novel Sepercik Noda Seribu
Langkah Terbawa Karya Maria A. Sardjono
No
TokohStruktur KepribadianId Ego Superego
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
1 Ratri Pergaulan bebas.
Mabuk asrama dalam
pelukan Budi laki-laki
yang baru saja Ratri
kenal.
Ratri mudah di rayu
karena pikiran Ratri
hanya Budi laki-laki
yang tampan.
Ratri memiliki
keinginan untuk
melanjutkan kuliah.
Ratri ingin
memeriksakan ke
dokter kandungan.
Ratri merasakan
trauma dan
berbagai ketakutan.
Ratri marah dan
kecewa kepada
pamannya, karena
pamannya sudah
menyerahkan Ratri
ke asrama yatim
piatu.
Ratri menolak
lamaran Budi.
Ratri telahberjanji kepadaSuster Emmakalau tidak akanmenggugurkankandungannya.Ratri inginmenjaga namabaik asramayatim piatu.Ratri tidak inginmenggugurkankandungan.
Ratri selalumerawatanaknya denganbaik dantanggung jawab.Ratri menyesaldenganperbuatannyadan erasabersalah.
Ratri bisamemeriksakanRiri ke dokterspesialis anakmeski tidakmempunyaiuang.Ratri seringberceritamengenai halpribadi denganSuster Emma.
Ratri kesalterhadapperlakukan BuYudha.
Ratri memilikiotak yangcerdas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Ratri menjalanikehidupan yangdisiplin,tanggung jawab,dan teratur.
Ratri mendapatkesempatanuntukmengembangkan bakatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian penulis pada novel Sepercik Noda Seribu Langkah
Terbawa karya Maria A. Sardjono pada tokoh utama Ratri yang masih polos,
lugu, belum mengerti mengenai soal cinta harus terjatuh kedalam dosa karena
ulah Budi. Budi yang pintar merayu Ratri, kemudian Ratri tanpa memikirkan
akibatnya tenggelam dalam ciuman Budi dan terlarut dalam pelukan hangat
dan mesra. Setelah kejadian tersebut Ratri mengalami trauma dan haidnya
tidak datang dan tubuhnya cepat sekali merasa lelah. Ratri meminjam uang
kepada Diana untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan. Akhirnya
Ratri positif sedang mengandung.
Ratri ada ketakutan lain yang menjeratnya, takut dosa, takut jiwanya
melayang, takut rahimnya rusak sehingga tidak bisa mempunyai anak kembali.
Ratri juga merasa marah dan kecewa kepada pamannya, karena paman Ratri
tidak pernah menjenguk, mengirim surat, mengirim uang kepada Ratri.
Untungnya selama Ratri sekolah sampai kuliah, Ratri mendapat beasiswa
sehingga Ratri bisa melanjutkan sekolah sampai selesai. Ratri juga mendapat
dukungan dan usaha para guru sehingga Ratri mendapat beasiswa.
Di asrama Ratri kurang memiliki pengalaman dalam pergaulan di luar
asrama. Sepulang sekolah Ratri langsung kembali ke asrama, saat Ratri
menjadi mahasiswa, Ratri langsung kembali ke asrama. Di asrama diajarkan
mengenai kedisiplinan, tanggung jawab, kehidupan teratur, serta hidup mapan
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
yang diterapkan asrama merupakan ajaran yang baik untuk semua penghuni
asrama untuk kedepannya.
Di asrama Ratri juga diajarkan untuk mengatur waktu dan jadwal,
menonton televisi setelah belajar hanya di beberapa ruang saja. Selain itu juga
bisa belajar musik, paduan suara, pembibitan seni, menulis, melukis, peralatan
komputer, membatik, membuat penganan, melukis keramik, dan peralatan olah
raga yang lengkap.
4.2 Saran
Novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa karya Maria Sardjono
mengangkat tema mengenai percintaan. Penulis tertarik meneliti novel tersebut
dengan teori psikoanalisis karena novel tersebut cocok diteliti menggunakan
teori psikoanalisis. Selain itu tokoh utama Ratri cocok untuk diteliti
menggunakan struktur kepribadian teori psikoanalisis prespektif Sigmund
Freud. Psikoanalisis Sigmund Freud menggunakan teori Id, ego, superego.
Yang menjadi penelitian tokoh utama Ratri yang diperkosa oleh Budi. Karena
itu, penulis memberi saran agar penelitian selanjutnya bisa menggunakan teori
psikoanalisis struktur kepribadian prespektif Sigmund Freud, menganalisis id,
ego, superego mengenai trauda tokoh utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 Daftar PustakaAnggoro, Nefrida Dandy Yudho. 2018. “Dinamika Kepribadian dan
Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Nadira dalam Antologi Cerpen9 dari Nadira karya Leila S. Chudori. Skripsi Program Study SastraIndonesia, Fakultas Sastra, Universitas Santa Dharma.
Ayu Sendari, Anugerah Mengenal Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif padaSebuah Tulisan Ilmiah 8 Agustus 2019.
Baligh, Muhammad Jammal. 2014. Pendekatan Ekspresif. Makalah.Universitas Wiralodra. Indramayu.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi Analisis dan Pemahaman.Bandung: Nuansa.
Enya, SI Pena. 2014. “Pendekatan Ekletik dan Analitik-Pluralistik”. (Online).http://gudangpr.blogspot.com/2014/05/pendekatan-eklektik-dan-analitik.html. Diunduh 12 November 2020, 11:16.
Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Copyright MuhammadiyahUniversity Press. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugono, Dendy, dkk. 2013. Ensiklopedia 2016 Biografi Maria A. Sardjono.Stable URL:http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Maria_A_Sardjono#:~:text=Maria%20A.%20Sardjono%20bernama%20asli,sampai%20kini%20menetap%20di%20Jakarta. Di-unduh 17 Oktober2020, 20:44.
Pujiana, Endhi, dkk. 2012. “Pendekatan Objektif dan Mimetik”. (Online).http://endhipujiana.blogspot.com/2012/09/pendekatan-objektif-dan-mimetik.html#:~:text=Pendekatan%20objektif%20yaitu%20kegiatan%20menilai,unsur%2Dunsur%20intrinsik%20karya%20sastra.&text=Pendekatan%20mimetik%20merupakan%20cara%20atau,hukum%2C%20agama%2C%20dan%20sebagainya.Diunduh 19 Oktober 2020, 11:41.
Indriani, Sri. 2015. Analisis Sastra dengan Pendekatan Pragmatik. (Online).https://lotusfeet16.wordpress.com/2015/06/18/analisis-sastra-dengan-pendekatan-pragmatik/. Diunduh 22 Oktober 2020, 22:55.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sasatra. Percetakan: Yayasan PustakaObor Indonesia Jakarta.
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Bulaksumur, Yogyakarta:Percetakan Gadjah Mada Press.
“PENDEKATAN EKLEKTIK DAN ANALITIK-PLURALISTIK” stable URL: http://gudangpr.blogspot.com/2014/05/pendekatan-eklektik-dan-analitik.html. Di unduh 22 Oktober 2020, 00.00
Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra.Jakarta : GramediaPustaka Utama.
Qutbi, dkk. 2013. Pendekatan Mimetik: diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah "Teori Sastra" pada Program Studi Pendidikan Bahasa danSastra Indonesia yang diampu oleh: Imas Juidah, M. Pd. Makalah.Universitas Wiralodra. Indramayu.
Rido, Lidia Nathalia Trysnawati. 2017. “Dinamika Kepribadian Tokoh Bobidan Dydy Dalam novel Pria Terakhir Karya Gusnaldi: KajianPsikoanalisis Sigmund Freud.” Skripsi. Yogyakarta: Program StudiSastra Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,Universitas Sanata Dharma.
Sardjono, Maria. A tahun 2017 Novel Sepercik Noda Seribu Langkah Terbawa.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Senja,omnibus 2016 Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik Novel BesertaKarakteristiknya.
Setiadi, Wendi Yustinus. 2012. “Dinamika Kepribadian Tokoh –Tokoh UtamaDalam Novel 3 Cinta 1 Pria” Karya Arswendo Atmowiloto.”Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ssatra,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sumardjo, Jakob. 1982. Novel Populer Indonesia. Yogyakarta: CV NurCahaya.
Taum, Yoseph Yapi. 2017. Kritik Sastra Diskursif: Sebuah Reposisi. Makalahdisampaikan dalam Seminar Nasional Kritik Sastra yangdiselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKemendikbud, Jakarta, 15-16 Agustus 2017.
Taum, Yoseph Yapi 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor: PercetakanMardiyuana.
Teeuw.A. 1984. Satra dan Ilmu Satra. Jakarta: Pustaka Jaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Triastuti, Paskaria. 2011. Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam novelPintu Karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis. Skripsi Strata Satu(S1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. UniversitasSanata Dharma.
Wellek dan Warren. 1989. Teori Kasusastraan. Gramedia Pustaka: Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 LAMPIRANSINOPSIS NOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA
KARYA MARIA A. SARDJONO
Ratri dibesarkan di asrama yatim piatu yang dikelola oleh para biarawati.
Ia diserahkan ke sana oleh seseorang yang mengakui sebagai pamannya.
Diceritakan, kedua orang tua Ratri telah meninggal dunia dalam suatu
kecelakaan dan Ratri yang saat itu berumur enam bulan, yang dikuatkan
dengan akta kelahirannya, terpaksa diserahkan ke panti asuhan sebab paman
yang bekerja sebagai anak buah kapal, sering berkeliling dunia dan tak bisa
merawatnya. Maka, sejak hari itu Ratri menjadi penghuni rumah yatim piatu
sampai ia dewasa. Ratri tidak mempunyai saudara, sebab setelah dirinya
diserahkan ke panti asuhan, paman Ratri tidak pernah menjenguk Ratri.
Bahkan tidak pernah mengirim surat dan tidak pernah mengirim uang. Tetapi
Ratri dapat berkuliah di ASMI, tidak dibiayai oleh siapa pun, melainkan oleh
diri sendiri sebagai keberuntungannya. Ia dianugerahi Tuhan otak yang cerdas.
Sejak sekolah dasar nilainya selalu bagus dan hampir setiap tahun menjadi
juara kelas, sehingga begitu lulus SMA ia mendapat beasiswa atas dukungan
dan usaha para gurunya. Namun sayang seribu sayang, ketika duduk di
semester lima, musibah itu terjadi. Seorang pemuda tampan telah membutakan
mata hatinya. Dengan kebodohan dan kepolosannya, ia telah membiarkan
dirinya jatuh ke dalam rayuan Budi, nyaris tanpa ada penolakan
Menjelang akhir liburan semester, pagi-pagi ketika Ratri bermaksud ke
kamar mandi, Suster Emma yang menjabat sebagai wakil asrama,
memergokinya sedang muntah-muntah di tempat itu. Kerut dahi biarawati itu
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
semakin dalam. Secara sepintas saja orang pasti bisa melihat Ratri tidak dalam
kondisi fisik yang baik. Ratri merasa kesusahannya tidak bisa lagi bisa
disimpannya sendiri. Suster Emma, wakil ketua asrama yang terkenal baik hati
serta penuh pengertian dan sering menjadi tempat Ratri mencurahkan isi hati,
menyediakan diri untuk menjadi tempatnya mengadu. Mengetahui betapa
kagetnya Suster Emma, tak mungkin bagi Ratri untuk lebih lama lagi
menyembunyikan segalanya dari perempuan yang penuh pengertian itu.
Bagaimanapun juga dia harus berani bertanggung jawab atas dosa-dosa yag
telah dilakukannya. Sekarang atau nanti menceritakannya, sama saja akibatnya.
Jadi semua hal yang dialaminya di rumah Diana diceritakannya tanpa
ditutupinya barang sedikit pun. Sambil berurai air mata ia menyatakan apa
yang telah direncanakannya demi nama baik asrama. Suster Kepala menyetujui
rencana Ratri, sebab menurutnya tidak ada cara lain yang lebih baik lagi untuk
mengatasi masalah gadis itu.
Singkat kata, Ratri telah melampaui hari-harinya yang berat dengan
selamat berkat para pengasuh asrama. Terutama Suster Emma yang sering
datang menjenguknya dengan membawakan kebutuhannya, termasuk baju-baju
bayi untuk anaknya, sampai akhirnya ia berhasil mengantongi ijazah akademik
dan berhak menjadi seorang sekretaris. Dengan gelar dan kecemerlangan
otaknya, ia berhasil pula mendapat pekerjaan di perusahaan swasta. Waktu itu
dengan gaji yang lumayan besar dan sisa uang dari Budi, ia bisa menggaji
perawat bayi sampai bayi perempuannya yang ia beri nama “Riri” berusia satu
tahun. Kalau ia mendapat bonus dari kantor atau mempunyai uang sisa berapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pun, ia selalu mengirimkannya untuk asramanya dulu. Dia tahu persis apa yang
paling dibutuhkan. Beras, minyak goreng, gula pasir, sabun cuci, dan lain
sebagainya.
Namun kehidupan tidak selalu lancar seperti pada awalnya. Persoalan
muncul ketika atasannya di kantor banyak yang sudah tahu bahwa Ratri
seorang janda. Tentu saja itu bukan hal sebenarnya, sebab tidak mungkin ia
mengatakan bahwa Riri lahir di luar nikah. Memang serba sulit menjadi
perempuan muda berusia 21 tahun dengan status janda. Ada-ada saja masalah
yang muncul tanpa disangka-sangka. Padahal pengaruh hubungannya dengan
Budi telah menyebabkan Ratri bersikap dingin dan mengambil jarak terhadap
kaum pria. Meskipun tetap ramah, keramahan yang diberikan Ratri tidak
pernah istimewa. Apalagi khusus. Semua orang diperlakukan sama olehnya.
Sayangnya, tidak semua orang peka untuk menangkap keinginan Ratri.
Terutama Yudha, atasan Ratri. Sebagai bawahan tentu saja sikap Ratri lebih
akrab karena memiliki keterkaitan dengan pekerjaan. Di samping itu, dia masih
saja hijau dalam hal hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sama sekali dia
tidak mengira sikap ramahnya mendapat respons yang keliru. Bukan hanya dari
yang bersangkutan saja, tetapi juga dari beberapa orang di sekitarnya.
Budi sudah beberapa kali mengantarkan Ratri pulang ke rumahnya untuk
mengambil beberapa keperluannya maupun keperluan Riri. Dari apa yang
dilihatnya, dia tahu hidup Ratri dan anaknya dalam kekurangan. Hatinya
tersentuh oleh rasa berdosa telah menyia-nyiakan hidup mereka. Jadi secara
spontan pertanyaan Riri dijawabnya tanpa berpikir panjang lebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Ketika mendengar jawaban Budi, Ratri terkejut. Kedua alis matanya langsung
saja tertaut, dan kedua matanya membesar. Tetapi dia tidak ingin mengatakan
apa pun karena Riri ada di dekat mereka. Oleh sebab itu begitu Riri sakit
kemudian Riri tertidur. Ratri langsung mengajak Budi bicara. Saat ini yang
jauh lebih penting adalah memikirkan perasaan Riri. Anak itu sudah
mendengar janji Budi. Rasanya terlalu kejam kalau harapan yang mengembang
di hati anak itu akan meletus sebelum menjadi kenyataan. Sangat kejam kalau
membiarkan hasil itu terjadi. Sementara Ratri memikirkan lamaran Budi
dengan sungguh-sungguh, Budi membuka laci lemari pakaiannya di rumah
untuk membaca lagi surat yang dikirimkan perempuan itu, surat yang pernah
dibacanya beberapa tahun lalu, dan yang disimpannya baik-baik itu. Sekarang
surat itu dibacanya lagi dengan pelan-pelan, sepatah demi sepatah kata sampai
pada kalimat: “Aku tidak meminta pertanggungjawabanmu dalam bentuk apa
pun, tetapi setidaknya kita bisa berbagi pikiran karena aku tidak mempunyai
orangtua maupun keluarga lainnya. Sejak bayi aku sudah tinggal di asrama
yatim piatu….” Budi tidak merasa perlu membaca lanjutan surat itu lagi karena
dari kalimat tersebut saja pun ia sudah semakin yakin, mantap dan bulat hati,
untuk membawa Ratri dan anaknya masuk ke dalam kehidupan pribadinya,
sebagai istri dan anaknya. Mereka tak boleh lagi hidup hanya berdua saja di
dunia ini. Kehangatan keluarga yang tak pernah mereka rasakan, akan
diselimutkannya pada keduanya. Indah keinginannya sendiri, dan itu adalah
sebuah janji yang harus di penuhinya (Sardjono, 2017:76-88).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
7 BIOGRAFI PENULISElia Silvi Hendriani Christiana adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Putri dari Bapak Iwing Endar Sukarmidjan, lahir di Yogyakarta 8 November 1998.Lulus dari Taman Kanak-Kanak Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun 2005.Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Pangudi LuhurYogyakarta kemudian penulis lulus pada tahun 2011. 2011 penulis melanjutkanpendidikan di Sekolah Menengah Pertama Stella Duce 2 Yogyakarta dan luluspada tahun 2014. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SekolahMenengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun 2014 dan lulus pada tahun2017.
Pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas SanataDhrma dengan mengambil Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Selamakuliah, penulis aktif di beberapa organisasi kampus. Penulis bergabung dalamUKM natas pada divisi Jaringan kerja, Dies Natalis Fakultas Sastra dalam divisipublikasi dan dokumentasi, JAKSA dalam divisi publikasi dan dokumentasisebagai ketua, menjadi bendahara dalam menyusun majalah KARSA di programstudi Sastra Indonesia.
Sebagai syarat lulus penulis menyelesaikan tugas akhir dengan membuat karyailmiah yang berjudul “DINAMIKA KEPRIBADIAN TOKOH RATRI DALAMNOVEL SEPERCIK NODA SERIBU LANGKAH TERBAWA KARYA MARIA A.SARDJONO: PERSPEKTIF SIGMUND FREUD.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI