SENTRA POLIMER - Badan Pengkajian dan Penerapan ...

44
SENTRA POLIMER - BPPT | 1

Transcript of SENTRA POLIMER - Badan Pengkajian dan Penerapan ...

SENTRA POLIMER - BPPT | 1

| SENTRA POLIMER - BPPT2

Struktur PengurusMajalah SENTRA POLIMER

Edisi 44 Tahun 2020

Pemimpin RedaksiSalman Farishi, S.Si, M.Si

Redaktur PelaksanaDavid Natanael Vicarneltor, S.T

Sekretaris Redaksi Imroatun Lathifah Isnaeni, A.P.Kb.N

Tim PeliputanAmalia Istiqomah Ariyatna, S.Kom

Muhammad Yunus, S.T

Tim EditorHeru Santoso, S.Si, M.Si

Dr. Chandra Liza Nur Sri Wahyuni, S.E, MM

Dipl. Chem. Syuhada Benni F Ramadhoni

Ir. Hendro Sat Setijotomo, M.Sc Annisa Rifathin, S.Si, M.Si

Kontributor

Asep Bustanil Aripin, S.T, M.Eng David Natanael Vicarneltor, S.T

Fitri Ayu Radini, S.T, M.T Dr. Chandra Liza

Arif Rahman Hakim, S.T

Tim Kreatif & Desain Cover Dwi Novriadi, S.T

Daud Wibisono, S.T

ISSN 1693-6132

Alamat Redaksi Balai Teknologi Polimer - BPPT

Gd. 460 Kawasan PUSPITEK SerpongTangerang Selatan, 15314 Indonesia

Telp. 021-7563360, 0811-9342325Fax. 021-7560057

Daftar Isi

SambutanKepala Balai Teknologi Polimer BPPT 2018-2020 — 1

Pengantar dari RedaksiPlastik yang (masih) Dirindukan — 2

Aplikasi Material PolimerDalam Bidang Medis dan Alat Pelindung Diri — 3

Bubble Helmet Sebagai Alternatif VentilatorUntuk Perawatan Pasien COViD-19 — 7

Polipropilena HomopolimerUntuk Flocked Swab PCR COVID-19 — 11

Pengaruh Struktur Bahan Coverall MedisTerhadap Fungsi Proteksi dari Paparan Covid-19 dan Kenyamanan Pemakaian — 14

Polimer Hidrogel dan Aplikasinya Dalam Biomedis — 19

Bijak Menggunakan Plastik...Peduli Terhadap Lingkungan — 21

Diseminasi Teknologi Dengan Cara Unik Ala MillenialsOleh Komunitas Lari BPPT — 26

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerjadi Era Pandemic COVID-19 — 31

Harapan dr. Tirta Untuk BPPT dan Kemajuan APD Lokal Indonesia di Era Pandemic COVID-19 — 34

Klinik Teknologi — 39

SENTRA POLIMER - BPPT | 1

Puji dan syukur kami haturkan kepada Yang Maha Kuasa, atas perkenannya maka Majalah SENTRA POLIMER yang sudah ada bersama kita sejak tahun 2006 kembali

hadir untuk para Pembaca khususnya Pemerhati material polimer. Media ini diharapakan dapat melengkapi alternatif yang ada sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi serta sarana komunikasi antar stakeholder serta memperluas jaringan.

Di tengah pandemi yang berkepanjangan ini, banyak sekali isu yang terkait dengan material Polimer, seperti isu kesehatan, keamanan material, kebersihan sampai dengan isu

Kepala Balai Teknologi Polimer BPPT 2018-2020Sambutan

lingkungan. Bagaimana peran Balai Teknologi Polimer (BTP) selama masa Pandemi ini? Apa kontribusi tim BTP bagi Indonesia menghadapi virus ini?

Di awal pandemi, dengan tekad berkontribusi langsung dan nyata, muncul beberapa ide yang disinergikan dengan beberapa unit kerja lain di BPPT. Kondisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat itu diberlakukan tidak menyurutkan semangat para engineer BPPT untuk membuat idenya menjadi nyata dan dimanfaatkan masyarakat. Dari beberapa kebutuhan, tim melakukan pemilihan pengembangan produk yang paling dibutuhkan dan paling cepat untuk di produksi. Beberapa grup terbentuk untuk setiap target produk yang seluruhnya dikoordinasikan di bawah TFRIC 19. TFRIC 19 atau Task Force Riset dan Inovasi untuk Covid 19 adalah gugus tugas riset dan inovasi di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN dimana BPPT ditunjuk sebagai koordinatornya. Dalam waktu yang relatif singkat, dengan sinergi antara pemerintah, lembaga litbang, universitas, mitra industri TFRIC sudah menghilirisasi produk-produk yang dibutuhkan selama masa pandemi ini, seperti : Ventilator, mobile BSL, Rapid Test RI-GHA, Face shield, Hand sanitizer, dll.

Balai Teknologi Polimer (BTP) terlibat langsung pada pengembangan Faceshield, Bubble Helmet, hingga melakukan Pengujian Alat Pelindung Diri seperti Coverall (Hazmat) dan Masker bersama Pusat Teknologi Material (PTM) dan Pusat Teknologi Farmasi dan Medika (PTFM). Kegiatan Pengujian ini penting dilakukan mengingat banyaknya APD lokal yang beredar sejak awal-awal pandemi sebagai wujud kepedulian masyarakat kepada tenaga kesehatan. Akan tetapi karena peredarannya belum diatur oleh standar tertentu maka perlu dilakukan pengujian agar APD-APD tersebut penggunannya dapat disesuaikan berdasarkan kualitas serta aman dan nyaman dikenakan oleh tenaga kesehatan. Pengujian dilakukan dengan mengoptimalisasikan alat-alat uji yang ada di BPPT khususnya di BTP. Hasil Pengujian ini dibutuhkan oleh pemegang regulasi yaitu Kementrian Kesehatan. Sementara Badan Standardiasi Nasional (BSN) tengah menyiapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk APD yang nantinya harus dipenuhi oleh seluruh produsen yang akan memproduksinya.

Dengan sinergi dan kesamaan tekad, maka permasalahan-permasalahan yang muncul selama masa pandemi bisa terselesaikan satu demi satu dalam waktu yang relatif singkat. Sangat terasa pada masa ini, bahwa Indonesia masih sangat tergantung dengan produk impor. Tantangan ini juga menjadi catatan seluruh Perekayasa di BPPT, yang punya peluang besar dalam mengembangkan inovasi produk lokal NKRI. Tetap semangat dan terus berinovasi menciptakan ekosistem Inovasi agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia dimana saja.

SALAM INOVASI

BPPT #SOLID●SMART●SPEEDBTP #BETTER●SMARTER●FASTER

Oktober 2020Ir. F.M. Erny Soekotjo, M.Sc.

| SENTRA POLIMER - BPPT2

oleh : Salman Farishi

Ada sebuah film menarik yang diproduksi Amerika pada tahun 1967, The Graduate. Film ini mengisahkan perjalanan karir dan percintaan dari seorang sarjana

lulusan ilmu kimia, Benjamin Braddock. Dalam suatu percakapan antara Benjamin (Dustin Hoffman) dan seniornya, Mr. McGuire (Walter Brooke), ada ungkapan terkenal dari McGuire kepada Ben “I want to say one word to you. Just one word: Plastics”. Ketika menangkap kebingungan dari wajah Ben yang berkata “Exactly how do you mean?” McGuire melanjutkan dengan mengatakan “There’s a great future in plastics. Think about it. Will you think about it?”

Pengantar dari Redaksi

Terdapat pesan menarik yang terungkap pada film tersebut, yaitu bahwa plastik saat itu menjadi primadona bagi masyarakat khususnya di Amerika Serikat. Bagaimana tidak? Material unik yang jenis sintetisnya ditemukan oleh Leo Hendrik Baekeland seorang ahli kimia berkebangsaan Belgia pada tahun 1909 ini memiliki konsumsi energi yang relatif kecil dalam proses produksi serta distribusinya. Sementara sebagian jenis material ini memiliki sifat mekanik yang sebanding bahkan lebih baik dari material lain seperti kayu, ceramic, bahkan berbagai logam pada ukuran volum yang sama. Mengapa bisa demikian? Tentu saja hal tersebut karena plastik memiliki berat per satuan volum (densitas) yang jauh lebih ringan dibandingkan baja, kayu, dan berbagai jenis material lainnya.

Sejak pertengahan tahun 1970-an kesadaran aktifis lingkungan mulai muncul terhadap permasalahan sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai. Puncaknya adalah pada pertengahan November tahun 2018 silam dengan ditemukannya seekor Paus Sperma mati terdampar di perairan pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dalam keadaan perut dan mulutnya dipenuhi oleh sampah plastik. Sejak saat itu dan hingga kini plastik menjadi “musuh” bersama aktifis lingkungan dan di mana-mana semakin marak kampanye anti penggunaan plastik kemasan, sedotan, dan lain sebagainya.

Layaknya sebuah film roman picisan, hubungan antara masyarakat dengan plastik seperti hubungan benci tapi rindu. Terlebih beberapa bulan belakangan ini ketika dunia menghadapi pandemi virus corona (CoVID-19). Plastik seolah kembali mengambil peranan yang penting terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia, misalnya seperti pemanfaatan plastik dalam berbagai peralatan medis, alat pelindung diri (APD) tenaga medis, dan kemasan-kemasan untuk berbagai produk yang dibeli secara daring (online).

Majalah Sentra Polimer kali ini mengangkat tema mengenai pemanfaatan material polimer atau plastik dalam bidang kesehatan. Berbagai ulasan menarik kami sajikan bagi pembaca. Seperti pemanfaatan material PVC dan PLA untuk pembuatan bubble helmet, penggunaan berbagai jenis polimer untuk APD (Alat Pelindung Diri) bagi tenaga medis, hingga manajemen penanganan sampah plastik untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Kami juga menyajikan hasil wawancara kami dengan dr. Tirta Mandira Hudhi sebagai anggota relawan gugus tugas Covid-19 dan dengan komunitas lari di BPPT yang telah melakukan diseminasi (penyebaran) teknologi Face Shield bagi tenaga medis dengan cara yang unik. Semoga tulisan-tulisan pada edisi kali ini bermanfaat dan memberikan sebuah cakrawala baru bagi kita semua. [SAF]

Selamat membaca.

Oktober 2020

Pemimpin Redaksi

Plastik yang (masih) Dirindukan

SENTRA POLIMER - BPPT | 3

Material polimer yang secara umum dikenal oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari adalah plastik dan karet. Polimer merupakan material yang sudah banyak digunakan

dalam bidang medis selain penggunaan material lainnya seperti

1. Bobot yang lebih ringan dibandingkan material lain seperti logam

2. Ketahanan terhadap bahan kimia yang tinggi

3. Biaya material yang relatif lebih murah

4. Pemrosesan lebih mudah dibandingkan dengan material lain bahkan untuk produk yang kompleks

5. Kompatibilitas yang baik terhadap struktur jaringan/sel tubuh atau disebut biocompatibility, seperti pada aplikasi drug release dan bone repair

6. Biodegradability dari material polimer untuk aplikasi tissue engineering yang baik.

Beberapa jenis polimer yang saat ini banyak digunakan untuk aplikasi bidang medis antara

Dalam Bidang Medis dan Alat Pelindung Diri

Aplikasi Material Polimer

lain; super-soft thermoplastics untuk medical orthopedic, polyalkanals, polymethacrylimide (PMI) dan beberapa polimer yang berasal dari bio-based seperti Acetylated monoglyceride derived from hydrogenated castor oil, plant polysaccharides, hydrogels dan hydrogel biocomposites (1). Namun demikian, beberapa polimer umum seperti PP, PE, polyesters, PVC, PMMA dan nitrile rubber, juga masih banyak digunakan dalam aplikasi medis khususnya untuk perangkat Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker bedah, Face Shield, pelindung mata, sarung tangan bedah, coverall medis, sepatu boot dan lainnya. Gambar 1 menunjukan contoh klasifikasi APD berdasarkan area tubuh yang membutuhkan perlindungan serta frekuensi penggunaannya dalam keseharian. Area tubuh yang membutuhkan perlindungan meliputi mata dan wajah, kepala, betis, kaki

Oleh: Asep Bustanil Aripin*

besi, aluminium, keramik dan lain-lain. Penggunaan polimer untuk bidang medis tersebut meliputi aplikasi material dalam skala makro sampai nano. Dalam skala material makro misalnya, polimer banyak digunakan sebagai komponen pada alat-alat atau laboratorium kesehatan seperti meja radiologi, ultrasonography, alat pelindung diri paramedis dan pasien serta lainnya. Sedangkan material polimer skala nano banyak digunakan untuk drug release system dan nano-medicines, bone repair, biological therapy, dan tissue engineering.(1)

Penggunaan material polimer untuk aplikasi bidang medis tidak terlepas dari beberapa keuntungan yang ada pada material tersebut antara lain:

| SENTRA POLIMER - BPPT4

tangan dan lengan, tubuh dan telinga.

Saat ini, produk APD yang dikembangkan harus memenuhi setidaknya 4 kriteria dasar yang dibutuhkan oleh penggunanya, yaitu:

1. Kenyamanan dan ergonomi menurut standar yang berlaku, contohnya ASTM F 1154 untuk chemical suit ensebles.

2. Perspektif baru terkait risiko, dimana APD merupakan resource terakhir dalam mitigasi risiko.

3. Multifungsi, APD harus dapat memenuhi kebutuhan beberapa fungsi saat pemakaian. Sebagai contoh, sarung tangan dapat melindungi dari bahaya teriris maupun panas, sekaligus tetap menjaga sensitifitas sentuhan.

4. Estetika

sudah menerbitkan dokumen terkait “Standar APD dalam manajemen penanganan COVID-19” yang menjadi cikal bakal RSNI tekstil. Dalam dokumen tersebut dijelaskan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh APD seperti:

1. Produk masker harus memiliki ketahanan penetrasi droplet dari luar, keamanan untuk pernafasan (Differential pressure <5.0 mmH2O/cm2) dan efisiensi penyaringan bakteri >98%.

2. Pelindung mata (googles dan Face shield), harus memiliki ketahanan terhadap air dan goresan, kelenturan yang baik pada frame, dan tersedianya celah udara untuk mengurangi uap air pada googles.

3. Sarung tangan pemeriksaaan / bedah, disain pada area pergelangan tangan harus rapat tanpa kerutan, powder free, material tidak boleh mengiritasi kulit.

4. Gaun dan Coverall medis, harus memenuhi

Gambar 1 Contoh Frekuensi Penggunaan APD oleh Tenaga Medis di Australia(2)

Selanjutnya terkait dengan standar material untuk produk APD bidang medis di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui direktorat jenderal kefarmasian dan alat kesehatan,

persyaratan berupa ketahanan terhadap penetrasi cairan, darah dan virus dan ketahanan terhadap aerosol, airborne dan partikel padat.

SENTRA POLIMER - BPPT | 5

skala nano dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

5. Waterproof boots, memiliki sifat non-slip dan memiiki tinggi selutut (menutupi bagian terbawah dari coverall)

Dengan berkembangnya teknologi n a n o m a t e r i a l d i b e r b a g a i bidang, maka penelitian terkait APD seperti masker sebagai respiratory protection, menjadi topik pengembangan agar mampu berkinerja untuk proses filter dalam skala nano(3). Contoh skema pengukuran efisiensi filter dalam

Gambar 2 Skema Pengukuran Tingkat Filtrasi Produk Masker

Adapun perkembangan teknologi polimer untuk drug release system meliputi pengembangan terkait dengan teknologi polymeric nanoparticles sebagai smart drug delivery system. Terdapat beberapa metoda konvensional dalam preparasi polymeric nanoparticles seperti dapat dilihat pada Gambar 3 (4).

Gambar 3 Metoda-metoda untuk Preparasi Polymeric Nanoparticles

Table 1 Beberapa Polimer untuk Aplikasi Nanoparticle Drug Release System (4)

| SENTRA POLIMER - BPPT6

Demikian artikel singkat ini dibuat, semoga dapat membuka wawasan kita untuk berkontribusi dalam penelitian, pengembangan dan manufaktur material polimer untuk aplikasi bidang medis termasuk APD di Indonesia. [ABA]

*) Leader bidang Kerjasama dan Pelayanan Jasa Teknologi Balai Teknologi Polimer BPPT

Referensi:

1) https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102501-7.00007-2

2) h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 / j .idh.2020.05.005

3) http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-444-62747-6.00019-1

4) h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 / j .nanoso.2019.100397

5) h t t p s : / / w w w. fo rb e s . c o m / s i te s /allisongasparini/2020/05/24/new-research-shows-electroceutical-fabric-eradicates-coronavirus-infectivity-on-contact/#768d00c31776, di akses pada 19 Juli 2020.

6) h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 / j .techsoc.2020.101305

Teknologi nanopartikel lain untuk aplikasi APD adalah penggunaan silver dan Zn dots untuk coating pada material fabric yang dapat digunakan sebagai produk masker atau coverall. Material tersebut diberikan aliran listrik dengan potensial yang rendah (~0.5 V) yang kemudian disebut sebagai Electroceutical material. Material ini sudah diteliti mampu menangkal pertumbuhan bakteri atau virus untuk penggunaan dalam produk APD(5).

Disamping perkembangan teknologi material, teknologi pemrosesan juga berkembang menuju metoda manufaktur yang lebih efektif dan efisien untuk produk yang diaplikasikan di bidang medis. Additive manufacturing / 3D printing dengan metoda fused filament fabrication (FFF) dan selective laser sintering (SLS), termasuk teknologi yang berkembang saat ini dalam pemrosesan produk-produk plastik untuk aplikasi bidang medis(6). Beberapa produk APD seperti Face mask juga dapat diproduksi dengan teknologi 3D printing, meskipun masih memerlukan proses evaluasi lanjutan terkait dengan keberadaan porositas pada produknya.

Gambar 4 Respiratory valves

Gambar 5 Swab test stick hasil produksi 3D printing

SENTRA POLIMER - BPPT | 7

Gejala umum dari penyakit COVID–19 adalah demam, kelelahan dan batuk kering. Gejala ini termasuk ringan dan

sekitar 80% orang akan sembuh tanpa perlakuan khusus. Namun pada beberapa orang timbul gejala lain yaitu kesulitan bernafas. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa 31 – 41 % orang yang terkonfimasi kasus COVID-19 mengalami kesulitan dalam bernafas sehingga membutuhkan penanganan medis.

Penanganan medis yang dapat dilakukan pihak rumah sakit pada pasien yang kesulitan bernafas adalah memberikan ventilasi mekanik. Berdasarkan level kesulitan bernafas pasien, terdapat dua jenis metode ventilasi mekanik yang dapat diberikan pada pasien yaitu non-invansive mechanical ventilation dan invansive mechanical ventilation. Invansive mechanical ventilation diberikan kepada pasien dengan kesulitan bernafas yang parah atau pasien yang tetap mengalami kesulitan bernafas setelah diberikan non-invansive machanical ventilation.

Invansive mechanical ventilation menggunakan mesin yang mendorong udara dan oksigen ke dalam paru–paru pasien melalui tabung yang dimasukkan kedalam saluran pernapasan. Tabung masuk melalui mulut atau hidung pasien, atau melalui bukaan yang dibuat pada tenggorokan pasien, lalu menuju paru–paru melalui saluran pernapasan. Mesin yang menggunakan metode Invansive mechanical ventilation atau intubasi endotrakeal ini di sebut ventilator. Pemakaian ventilator cenderung dihindari antara lain karena:

• Pasien tidak dapat bicara atau makan melalui mulut.

• Pasien terkadang akan melawan udara yang dihembuskan ventilator dan membuat fungsi ventilator menjadi kurang efektif sehingga dokter akan memberikan obat penenang atau obat anti nyeri agar pasien merasa lebih nyaman ketika terhubung dengan ventilator.

• Durasi perawatan pasien di ICU cukup lama sekitar 14 hari (ref 1)

Untuk Perawatan Pasien COViD-19

Bubble HelmetSebagai Alternatif Ventilator

Oleh: David Natanael Vicaneltor* dan Fitri Ayu Radini**

| SENTRA POLIMER - BPPT8

• Laju kematian pasien yang tinggi sekitar 53% (ref 1)

Non-invasive mechanical ventilation (NIV) menggunakan mesin yang mendorong udara dan oksigen melalui masker yang ditempatkan diatas hidung dan mulut, lalu tekanan udara membantu pasien untuk bernafas. Terdapat dua tipe non-invasive mechanical ventilation, yaitu CPAP (continuous positive airway pressure) dan BiPAP (bi-level positive airway pressure). Mesin NIV yang berkerja secara CPAP menggunakan tekanan udara yang sama saat proses inhalasi dan ekshalasi, sedangkan mesin BiPAP menggunakan tekanan yang lebih rendah saat proses ekshalasi sehingga memberikan kenyamanan bernafas pada pasien.

Mesin NIV metode BiPAP (NIPPV) dapat dikoneksikan pada pasien melalui masker yang menutupi hidung atau hidung dan mulut pasien. Keuntungan dari metode ini adalah 18 % pasien COVID-19 terhindar dari pemakaian ventilator. Namun pemakaian masker ini masih memiliki kekurangan diantaranya adalah :

• Iritasi pada wajah,

• Perlunya lepas – pasang masker untuk asupan nutrisi pasien,

• Kemungkinan kebocoran udara yang

tinggi dan menimbulkan penyebaran infeksi virus,

• Durasi perawatan pasien di ICU masih tinggi yaitu 8 hari (ref 1)

• Laju kematian pasien masih tergolong tinggi yaitu 49% (ref 1)

Pemakaian mesin NIPPV kepada pasien melalui helmet merupakan alternatif dari permasalahan pemakaian masker. Pemakaian helmet ini dapat meningkatkan jumlah pasien yang terhindar dari pemakaian ventilator menjadi 30%. Selain itu juga dapat menurunkan laju kematian menjadi 27% dan menurunkan durasi perawatan pasien di ICU menjadi 4 hari.

Helmet yang juga disebut sebagai bubble helmet ini terdiri dari tudung yang fleksibel dan transparan, di mana kepala pasien akan berada di dalamnya, beserta dengan collar pada bagian leher yang memiliki kemampuan kedap udara. Beberapa saluran inlet dan outlet diletakkan pada bagian tudung dan collar untuk membantu proses sirkulasi oksigen atau udara saat digunakan oleh pasien.

Bubble helmet bekerja dengan meningkatkan tekanan gas di dalam tudung sehingga membuka saluran pernapasan dan paru-paru pasien, oksigen kemudian akan mengalir menuju paru-paru dan meningkatkan kadar oksigen di dalamnya.

SENTRA POLIMER - BPPT | 9

Face Mask Bubble Helmet Endotracheal Intubation

Alat pendukung BiPAP Wall gases/ BiPAP/ Ventilator

Ventilator

P e n c e g a h a n Intubasi 18% 20-30% Mortalitas 80%

Filtrasi UdaraRendah

(Banyak udara yang bocor)

Tinggi

(Hampir tidak ada udara yang bocor)

Tinggi

(Hampir tidak ada udara yang bocor)

Laju Intubasi Tinggi (61,5%)Rendah (18,2%) Komplikasi seperti

Pneumonia, Delirium dan Gagal Ginjal

Tingkat Mortalitas di Rumah Sakit 49% 27% 53%

Toleransi Memerlukan Brake Tidak memerlukan Brake Memerlukan Sedatif

Iritasi Iritasi pada kulit wajah

Tidak ada iritasi di wajah

Iritasi ringan pada bagian leher setelah pemakaian

lama

Iritasi pada wajah dan saluran oral

Claustrophobia Sangat umum terjadi Di bawah 1% N/A

Asupan cairan dan nutrisi

Masker harus dicopot terlebih dahulu

Helmet tidak perlu dicopot

Asupan hanya melalui feeding tube

Lain-lain

Memerlukan ICU, tanpa sedatif,

memerlukan staff yang lebih sedikit,

pengujian yang lebih sedikit

Menggunakan helm CPAP tanpa ICU, tanpa sedatif, memerlukan staff yang lebih sedikit, pengujian

yang lebih sedikit

Memerlukan ICU, memerlukan sedatif, memerlukan staff

yang lebih banyak, pengujian yang banyak

Sebagai salah satu lembaga perekayasaan di Indonesia, BPPT turut berperan dalam pengembangan teknologi bubble helmet melalui Pusat Teknologi Material dan Balai Teknologi Polimer. Pengembangan bubble helmet dilakukan dengan memanfaatkan beberapa material polimer sebagai bahan

penyusunnya, seperti Polyvinyl Chloride (PVC) pada tudung dan Polylactic acid (PLA) pada bagian collar dan connector inlet/ outlet.

Proses pengembangan dimulai dengan pembuatan desain bubble helmet, dengan memperhatikan ukuran tubuh dan kepala

Tabel 1. Perbedaan antara Face Mask, Helmet dan Ventilator

| SENTRA POLIMER - BPPT10

pasien secara umum di Indonesia. Desain terdiri dari beberapa bagian yaitu, tudung, collar dan connector inlet/ outlet.

Pembuatan collar dan connector inlet/ outlet dilakukan dengan menggunakan mesin 3D printer, sehingga purwarupa yang dihasilkan memiliki tingkat keakuratan dimensi yang baik. Material PLA digunakan sebagai bahan pembentuk collar dan connector inlet/ outlet karena PLA merupakan material yang tergolong tidak beracun sehingga aman bagi manusia, selain itu PLA juga mudah diproses dan memiliki sifat yang cukup keras dan kaku.

Gambar 1. Mesin 3D printer untuk pembuatan Collar Bubble Helmet

Selanjutnya pembuatan tudung dilakukan dengan menggunakan lembaran PVC yang fleksibel dan transparan. PVC digunakan karena memiliki sifat lentur yang baik serta mampu menahan peningkatan tekanan di dalam bubble helmet saat sedang digunakan. Pola desain tudung digambar pada permukaan lembaran PVC, kemudian PVC dipotong sesuai dengan pola yang telah dibentuk. Agar lembaran PVC dapat menyerupai bentuk balon, maka dilakukan penyambungan bagian sisi-sisi lembaran PVC dengan menggunakan metode hot press.

Setelah semua bagian selesai dibuat, kemudian bubble helmet dirakit dengan memanfaatkan desain mechanical interlocking tanpa menggunakan adhesive, sehingga memudahkan para penggunanya.

Pengujian berupa uji kebocoran (leak test) juga dilakukan untuk mencegah aliran udara bocor keluar dari dalam bubble helmet saat digunakan oleh pasien Covid-19.

Gambar 2. Proses Perakitan Bubble Helmet

Gambar 3. Bubble Helmet dan Mesin Ventilator Buatan BPPT

Dengan dilakukannya pengembangan bubble helmet ini, diharapkan dapat membantu dan mendorong mitra industri BPPT untuk memproduksi bubble helmet ini secara massal sehingga dapat membantu penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. [DNV & FAR]*) Perekayasa Ahli Pertama Balai Teknologi Polimer BPPT**) Perekayasa Ahli Muda Balai Teknologi Polimer BPPTReferensi : 1. https://www.helmetbasedventilation.com/

post/infographic-comparison-bubble-helmet-hood-niv-face-mask-invasive-mechanical-ventilation

2. Brochard, L. , Mechanical ventilation: invasive versus noninvasive, DOI : 10.1183/09031936.03.00050403

SENTRA POLIMER - BPPT | 11

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (CAP) bersama dengan pelaku industri lainnya turut ambil bagian dalam Konsorsium Universitas Indonesia dalam pengembangan, produksi, dan distribusi Flocked Swab PCR COVID-19 bermerek HS 19 (Hope and Solution for COVID-19) buatan dalam negeri. Proyek ini dipicu oleh sulitnya mendapatkan Flocked Swab PCR COVID-19 dengan harga yang semakin mahal di tengah pandemi global.

Untuk Flocked Swab PCR COVID-19Polipropilena Homopolimer

Oleh : Ihsan Safari*

Komponen Konsorsium masing-masing memiliki peran tersendiri. Universitas Indonesia, melalui FTUI dan RSCM-FKUI, bertindak sebagai coordinator Konsorsium dan CAP menyediakan bahan baku Swab Stick. Sementara itu, Dynapack Asia menyediakan mold (cetakan) dan memproduksi Swab Stick Langgeng Jaya Fiberindo dan Indaci Prima menyediakan serat Nylon dan Ingress Malindo Venture melakukan flocking serat Nylon ke Swab Stick. Terakhir, Sri Tita Medika melakukan sterilisasi dan pengemasan Flocked

Konsorsium Pengembangan Flocked Swab

Swab. Adapun proses distribusi (Supply Chain Management) dibantu oleh Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

Rapid Test vs RT-PCR

Screening dan diagnostik Virus Corona merupakan bagian sangat penting dari upaya pengendalian penyebaran COVID-19. Rapid Test merupakan metoda screening untuk menyaring ODP (Orang dalam Pengawasan) dan PDP (Pasien dalam Pemantauan) melalui deteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh setelah

| SENTRA POLIMER - BPPT12

terpapar Virus Corona. Namun, konfirmasi terhadap Virus Corona diperoleh dari metoda diagnostik RT-PCR (Reverse-Transcription Polymerase Chain Reaction) yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) karena memiliki reliabilitas (akurasi, sensitivitas, spesivisitas) yang lebih tinggi dari Rapid Test.

Tahapan Uji PCR

Tes Swab PCR diawali dengan pengambilan specimen (contoh uji) biologis dari saluran pernafasan manusia, baik melalui hidung (nasofaring) maupun mulut (orofaring) dengan memakai Flocked Swab steril. Setelah bagian bawahnya dipatahkan, bagian atas Flocked Swab yang mengandung specimen biologis dimasukan ke dalam VTM (Viral Transport Media) kemudian dibawa ke Lab BSL-3 (Bio Safety Level 3). Setelah dilakukan ekstraksi RNA, maka sampel siap diuji dengan real time RT-PCR yang bekerja dengan prinsip amplifikasi DNA Virus Corona.

Tahapan Pengembangan Flocked Swab

Pengembangan produk Flocked Swab secara bersama-sama dilakukan oleh konsorsium, dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:

§Reverse engineering terhadap produk Flocked Swab yang sudah beredar di pasar, sebagai bagian dari pemilihan bahan (material selection).

§Penetapan PP sebagai bahan baku Swab Stick dan Nylon sebagai bahan baku serat

Flocked Swab.

§ Fabrikasi mold produk Swab Stick

§ Setelah mold dibuat, resin diproses dengan injection molding menjadi Swab Stick yang memiliki berat 0,54 gram/pcs

§ Serat Nylon ditempelkan ke ujung Swab Stick dengan metoda Flocking untuk mendapatkan Flocked Swab.

§ Flocked Swab disterilkan dengan ethylene oxide (ETO) dan dikemas, sehingga siap untuk dikirim ke pelanggan yang membutuhkan.

Merek HS 19 telah terdaftar pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Sterilized Nasopharynx Swab Stick HS 19 telah lolos uji fungsional dan mikrobiologis di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI dan telah mengantongi sertifikat ISO maupun SNI ISO 13485:2016 (Medical Devices QMS) dari TUV Rheinland. Produk tersebut juga telah mengantongi izin produksi dan izin edar alat kesehatan melalui Sri Tita Medika, yang merupakan salah satu anggota Konsorsium. Flocked Swab HS 19 juga telah masuk dalam Katalog Riset & Inovasi COVID-19 Kemenristek yang di-launching pada 20 Mei 2020, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.

Produksi awal Flocked Swab HS 19 telah didonasikan kepada sebagian Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan di berbagai lokasi. Produksi selanjutnya akan disumbangkan kepada BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) hingga jumlahnya mencapai 1 juta batang Flocked Swab. Dan, CAP telah menghibahkan seluruh resin PP yang dibutuhkan sebagai bahan baku utama untuk memproduksi 1 juta batang Flocked Swab tersebut. (IS)

*) Technical Service Manager PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk.

Gambar 2. Flocked Swab

SENTRA POLIMER - BPPT | 13

| SENTRA POLIMER - BPPT14

Terhadap Fungsi Proteksi dari Paparan Covid-19 dan Kenyamanan PemakaianOleh: Arif Rachman Hakim* dan Fitri Ayu Radini**

W abah penyakit novel virus corona (sekarang bernama COVID-19) telah menyebar ke lebih dari 215 negara / wilayah di seluruh dunia termasuk Indonesia. Agen penyebab COVID-19, telah secara resmi dinamakan SARS-CoV-2.

Ada bukti yang jelas tentang penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia. Penularan penyakit ini melalui tetesan cairan pernapasan yang dihasilkan ketika orang batuk, bersin, atau menghembuskan napas. SARS-CoV-2 juga ditularkan melalui sentuhan langsung pada permukaan atau benda yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata mereka sendiri. Selain itu transmisi penularan juga dapat melalui luka kulit terbuka dan penyuntikan menggunakan jarum.

Pengaruh Struktur Bahan Coverall Medis

 Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi COVID-19 adalah mereka yang berhubungan dekat dengan pasien yang terinfeksi COVID-19 atau yang merawat pasien tersebut. Tenaga kesehatan (Nakes) memiliki risiko infeksi yang jauh lebih besar dari pada populasi umum, karena kontak mereka yang tinggi dengan pasien yang terkontaminasi virus SARS-CoV-2.

Dalam rangka menghindari / meminimalkan risiko pemaparan yang tidak disengaja pada virus SARS-CoV-2, para nakes wajib mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) yang cocok di tempat kerja saat berhadapan dengan pasien yang terinfeksi COVID-19. Alat Pelindung Diri (APD) dapat mengurangi risiko dengan menutupi bagian tubuh yang terbuka. APD yang menutupi lebih banyak tubuh, seperti Coverall Medis mengarah pada perlindungan yang lebih baik. Gambar 1 menunjukkan Coverall Medis

yang dipakai pada para nakes.

Coverall Medis selain berfungsi memberikan perlindungan kepada

nakes dari transmisi virus SARS-CoV-2, juga harus memberikan kenyamanan kepada nakes ketika memakainya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kedua fungsi utama coverall medis tersebut adalah material yang dipakai dalam pembuatan

coverall medis. Coverall medis yang beredar di pasaran terbuat dari material yang berbeda – beda

sehingga menghasilkan karakteristik yang berbeda pula. Material coverall medis yang tahan terhadap penetrasi bakteri dan cairan tubuh akan memberikan fungsi perlindungan pada

nakes. Material coverall medis juga harus mempunyai daya tahan (permeabilitas) terhadap uap air dan udara yang memberikan fungsi kenyamanan sehingga tidak menyebabkan nakes kepanasan pada saat pemakaian dengan durasi yang panjang.

SENTRA POLIMER - BPPT | 15

Pengaruh Struktur Bahan Coverall Medis

Tabel 1. Kondisi uji struktur morfologi sampel coverall medis menggunakan SEM

Gambar 2. Proses pengujian struktur morfologi coverall medis menggunakan SEM. (a) proses pelapisan sampel (b) proses pengujian

Balai Teknologi Polimer, berperan dalam melakukan karakterisasi struktur morfologi material pada beberapa macam Coverall Medis dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscopy (SEM). Pengambilan sampel coverall medis dilakukan pada dua bagian yaitu bagian bahan utama dan bagian sambungan jahitan/ seal (bagian sambungan adalah bagian yang rawan untuk dimasuki virus). Tabel 1 menunjukkan parameter uji struktur morfologi material coverall medis menggunakan alat SEM. Gambar 2 menunjukkan proses pengujian morfologi

Preparasi sampel Kondisi Preparasi Parameter uji SEM

Sampel dilapis menggunakan platina agar tidak charging saat pengujian

30 mA, 55 detik 20 kV, perbesaran minimum 200x

coverall medis menggunakan alat SEM.

Berdasarkan hasil uji struktur morfologi material coverall medis menggunakan SEM, diperoleh beberapa jenis struktur morfologi dari berbagai coverall medis yang tersedia di pasaran. Jenis – jenis struktur morfologi tersebut adalah :

1. struktur anyaman (woven)

2. struktur serat acak (non woven)

3. struktur serat acak yang dilapisi permukaan berpori

4. struktur serat acak yang dilapisi permukaan tidak berpori ( monolitik)

Gambar jenis – jenis struktur morfologi pada berbagai coverall medis tersebut tercantum dalam gambar 3 – 5 di bawah ini.

Coverall medis yang terbuat dari anyaman (woven) poliester memberikan kenyamanan yang lebih rendah dibanding dengan anyaman

katun karena sifat hydrophobic/hydrophilic dari serat, ketebalan / kekakuan dari benang / bahan dan densitas dari bahan. Kelemahan lain dari struktur anyaman ini adalah rendahnya bahan terhadap ketahanan penetrasi cairan dan mikroba. Namun jika anyaman poliester diberi bahan kimia sebagai pelapis yang bersifat water-repellent akan menghasilkan coverall medis yang tahan terhadap penetrasi

| SENTRA POLIMER - BPPT16

Gambar 3. Morfologi dari (a) struktur anyaman dan (b) struktur serat acak

pada coverall medis

cairan dan mikroba tetapi berakibat pada kenyamanan pemakaian. Struktur bahan yang semakin terbuka akan meningkatkan level kenyamanan dari coverall medis. Coverall medis yang terbuat dari serat acak (non woven) poliester memberikan kenyamanan yang lebih baik dari pada anyaman (woven) karena memiliki densitas yang lebih rendah. Namun level kenyamanan masih terhalang dengan rendahnya permeabilitas udara dan uap air. Gambar 3 menunjukkan struktur morfologi serat anyaman dan serat acak pada material coverall medis.

Penelitian terus berlanjut untuk meningkatkan performa protektif dari coverall medis tanpa meninggalkan faktor kenyamanan. Salah satu pendekatan adalah melapisi dengan bahan polimer padat agar diperoleh peningkatan permeabilitas uap air. Pelapisan juga dapat dilakukan pada bahan dengan struktur anyaman atau struktur serat acak.

Pelapis yang digunakan dapat berupa polimer mikropori (baik menggunakan PTFE-based atau poliuretan-based) untuk menghasilkan pori permukaan yang lebih kecil dibanding jarak antar celah pada struktur bahan anyaman. Metode pelapis mikropori bersifat permeabel terhadap molekul uap air tapi impermeable (kedap) terhadap cairan dan molekul organik lainnya. Oleh karena itu, coverall medis dengan bahan yang dilapisi mikropori dapat menahan tetesan air yang sangat kecil sedangkan udara dan uap air masih dapat dengan mudah melewatinya sehingga memberikan kenyamanan pada pemakainya. Gambar 4 dibawah ini menunjukkan struktur morfologi coverall medis yg terbuat dari serat acak yang di lapisi permukaan berpori.

(a)

SENTRA POLIMER - BPPT | 17

(b)

Gambar 4. Morfologi dari struktur serat acak yang di lapisi permukaan berpori pada

coverall medis

Metode pelapisan permukaan yang lain adalah pelapisan bahan monolitik yang tidak mengandung lubang mikroskopis. Tujuan pelapisan ini juga untuk meningkatkan kenyamanan pada coverall medis. Dalam lapisan monolitik ini, perpindahan uap air dilakukan melalui proses difusi molekuler, di mana membran menyerap basah di satu sisi dan melepaskannya di sisi lain. Pelapis mikropori dan monolitik menciptakan karakteristik permeabel udara dan uap air yang lebih tinggi daripada bahan multi-layer. Gambar 5 dibawah ini menunjukkan coverall medis dengan bahan stuktur serat acak yang diberi lapisan monolitik.

(a)

(b)

Gambar 5. Morfologi dari struktur serat acak yang di lapisi permukaan monolitik

pada coverall medis

Struktur bahan lain yang baru dikembangkan adalah membran `perm-selective’ or `breathable ’. Struktur ini memiliki karakteristik mencegah aliran udara melalui lapisan bahan tapi memiliki permeabilitas yang tinggi terhadap uap air. Coverall medis yang menggunakan bahan dengan karakteristik ini memberikan proteksi yang efektif dari bahan berbahaya dan mikroba yang tersebar melalui udara namun juga memberikan kenyamanan pada pemakainnya. Dengan pemilihan bahan yang tepat dan penggunaan jenis lapisan yang cocok pada material coverall medis dapat memberikan perlindungan terhadap bakteri atau uap air serta memberikan kenyamanan bagi tenaga Kesehatan yang memakainya. [HKM & FAR]

*) Engineer Balai Teknologi Polimer BPPT

| SENTRA POLIMER - BPPT18

SENTRA POLIMER - BPPT | 19

Biomaterial adalah material sintesis yang dipakai untuk mengganti bagian dari sistem hidup atau untuk berfungsi secara terikat dengan jaringan hidup

(Park & Bronzino, 2003). Perkembangan biomaterial berawal lebih dari dua milenium lalu. Mengusung ide menggantikan organ manusia yang rusak dengan benda tak-hidup, Bangsa Mesir, Tiongkok dan Romawi kuno, menggunakan emas untuk perbaikan gigi. Selain itu, tercatat juga dalam sejarah penggunaan kaca untuk menggantikan bola mata dan kayu untuk kaki palsu serta implan gigi. Seiring berkembangnya teknologi, pengaplikasian biomaterial kini semakin beragam.

Berdasarkan susunan kimia dan struktur atom, biomaterial dapat diklasfikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu logam, keramik, polimer, dan komposit. Dewasa ini, biomaterial berbasis polimer banyak digunakan dalam aplikasi medis. Material polimer memiliki sifat yang beragam, diantaranya ada yang bersifat kaku, ada yang fleksibel, dapat terurai maupun permanen, resistan terhadap pelekatan protein atau justru mendorong pelekatan protein. Disebabkan sifatnya yang beragam serta kemampuan polimer untuk dibentuk menjadi berbagai macam bentuk / shape memperluas penggunaan material polimer dalam aplikasi biomedis. Namun demikian, di sisi lain penggunaan material polimer masih menimbulkan beberapa permasalahan karena sifat kekurangannya, seperti terjadinya deformasi serta degradasi yang tidak diinginkan seiring waktu pemakaian dan juga beberapa sifat mekanik yang tidak bisa menyaingi biopolimer jenis logam atau keramik.

Dalam Biomedis

Polimer Hidrogeldan Aplikasinya

Thea Athalia Candra*

Salah satu jenis material polimer yang mendapat banyak sorotan dalam aplikasi medis adalah hidrogel. Hidrogel adalah material yang dapat menyerap air dan memiliki struktur polimer dengan ikatan silang (cross-link) yang terbentuk melalui reaksi sederhana dari satu atau lebih monomer atau oleh ikatan asosiasi seperti ikatan hidrogen dan interaksi van der Waals yang kuat antar rantai (Ratner, et al. (Ed.), 1996). Salah satu aplikasi polimer hidrogel paling awal dalam biomedis adalah lensa kontak karena hidrogel

Gambar 1 Beberapa aplikasi polimer untuk biomedis

| SENTRA POLIMER - BPPT20

memiliki stabilitas mekanik dan indeks refraksi yang baik, serta permeabilitas oksigen yang tinggi (Tighe, 1976). Material hidrogel digunakan juga untuk membuat tendon artifisial, membran ginjal sintensis, tulang rawan buatan, kulit dan pita suara artifisial (Peppas, 1987).

Gambar 2. Struktur Cross-link pada material Polimer.

Sifat material polimer hidrogel yang dapat menyerap dan menahan air membuat hidrogel dimanfaatkan juga sebagai penyembuh luka. Hidrogel akan menyerap cairan luka dan patogen. Pembalut luka yang terbuat dari material hidrogel berfungsi juga untuk sebagai pelindung yang menghalangi patogen dari luar menginfeksi luka namun tetap dapat menjaga luka tetap kering karena permebilitas udaranya baik. Kini penyembuh luka dari material polimer hidrogel umum ditambahkan agen anti-bakteri dan memiliki kemampuan untuk mempercepat penutupan luka. Polimer hydrogel yang umum dimanfaatkan sebagai penyembuh luka antara lain Polietilen Glikol, Polipropilen Glikol, Alginat, dan Hidrokoloid.

Polimer hidrogel juga terkenal akan aplikasinya dalam sistem penghantaran obat (drug release system). Pertama-tama obat disisipkan ke dalam hydrogel. Hidrogel yang telah mengandung

obat tersebut dimasukan ke dalam tubuh manusia dengan cara oral, nasal, ataupun injeksi. Ketika hidrogel kontak dengan medium cair, cairan akan berpeneterasi ke dalam hidrogel hingga hidrogel tidak sanggup menampung cairan lagi. Putusnya ikatan silang polimer hydrogel membuat obat dapat keluar dan larut. Dewasa ini, hidrogel dirancang sebagai penghantar obat yang terkontrol dan spesifik untuk organ atau jaringan tertentu. Hal ini memungkinkan karena sifat polimer hidrogel yang bio-adesif dan sensitif terhadap perubahan lingkungan. Chitosan, β-Gliserofosfat, Polivinil Alkohol, dan Asam Metaakrilik adalah beberapa contoh polimer hidrogel yang digunakan dalam sistem penghantaran obat.

Hidrogel bukan hanya sebagai media tanam untuk tanaman hias atau gel penyerap super pada popok bayi. Namun lebih daripada itu, material polimer hidrogel (dan tentu saja biomaterial lainnya) memiliki potensi besar untuk peningkatan kualitas hidup umat manusia dalam aplikasinya di bidang medis. Oleh sebab itu ilmu dan teknik biomaterial masih menjadi fokus utama penelitian di seluruh dunia. Terima kasih kepada para peneliti yang sudah mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk dunia yang lebih baik.

*) Staff Quality Department PT Dharma Poliplast

Referensi:

Park, J. B., & Bronzino, J. D. 2003. Biomaterials: Principles and Applications. Boca Raton: CRC Press.

Peppas, N. A. 1987. Hydrogels in Medicine and Pharmacy. Boca Raton: CRC Press.

Ratner, B. D. et al. (Ed.). 1996. Biomaterials Science: An Introduction to Materials in Medicine. London: Academic Press.

Szycher, M. (Ed.). 1983. Biocompatible Polymers, Metals, and Composites. Lancaster, PA: Technomic.

he, B. J. (1976). The Design of Polymers for Contact Lens Applications. tish Polymer Journal, 8(3), hlm. 71-77.

SENTRA POLIMER - BPPT | 21

Mari berkenalan dengan plastik

Plastik merupakan material yang sangat bermanfaat dan bisa digunakan untuk banyak aplikasi. Plastik ada dimana-mana dalam

kehidupan sehari-hari kita. Mulai dari bangun pagi – lihat gadget – sebagian besar komponen gadget seperti casing dan cover casing, earphone, materialnya menggunakan plastik: poliuretan, silikon, poliester.. carbon fiber komposit. Masuk kamar mandi – plastik lagi... sikat gigi, shower cap, shower set, kemasan sabun dan sampo, scrubber bead di dalam sabun.. Nahh.. tahu gak kalau scrub di sabun itu dibuat dari plastik ukuran kecil yang suka disebut microbead atau karena berbahan plastik disebut mikroplastik?? Ukurannya antara 10 mikron – 1 mm.

Mikroplastik adalah plastik dalam ukuran lebih kecil dari 5 mm. Scrubber bead, salah satu contoh mikroplastik primer yaitu mikroplastik yang produk awalnya sudah berukuran kurang dari 5 mm. Mikroplastik sekunder adalah mikroplastik yang terbentuk dari produk dalam ukuran besar yang mengalami penguraian (rusak/terdegradasi) menjadi partikel dalam ukuran mikro. Mikroplastik yang menjadi isu di lingkungan laut, tidak hanya berasal dari mikroplastik sekunder yang merupakan degradasi

limbah plastik besar menjadi fragmen plastik kecil, akan tetapi juga berasal dari mikroplastik primer. Di beberapa negara yang mempunyai pengelolaan limbah yang canggih, mikroplastik primer bahkan lebih besar dari pada mikroplastik sekunder. (1)

Berangkat kerja – plastik yang ikutan bersama kita: tas, pulpen, payung, pakaian, kaos kaki, sepatu, laptop, tempat bekal. Plastik yang banyak digunakan untuk produk-produk ini dari jenis polietilen, polipropilen, poliester, dll.

Jenis plastik banyak loh.. secara umum plastik dibagi dalam 3 klasifikasi:

1. Plastik komoditi, yaitu resin plastik yang diproduksi dalam jumlah besar dengan sifat material lebih rendah dibandingkan plastik teknik, biasanya harganya tidak terlalu mahal. Contoh: Polietilen, Polipropilen, Polistiren.

2. Plastik Teknik, yaitu resin plastik dengan sifat material (termal, mekanik) lebih tinggi dibandingkan plastik komoditi. Contoh: Poli Amida, Poli Oksi Metilen, Polikarbonat...

3. Plastik High Performance, resin plastik dengan sifat material yang spesifik dan umumnya berharga mahal. Contohnya

Bijak Menggunakan Plastik... Peduli Terhadap LingkunganOleh: Chandra Liza*

| SENTRA POLIMER - BPPT22

yang paling umum adalah yang kita kenal sebagai teflon, ini merupakan plastik high performance Poli Tetra Fluoro Etilen (PTFE) dengan titih leleh yang tinggi : +/- 330oC.

Di dalam rumah dan di kantor – pipa plastik, kabel, sofa, lemari, asesoris ruangan...

Dalam kendaraan mobil – jok, persneling, kontainer tempat barang, bumper, dashboard... hampir sepertiga bagian mobil menggunakan plastik begitu juga motor. Plastik digunakan untuk kendaraan karena ringan.. Nah kalau ringan, berat kendaraan keseluruhan juga jadi lebih ringan, terus penggunaan bensin jadi lebih irit. Disini plastik membantu lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar. Saat ini bahan bakar minyak bumi merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui, sementara penggunaan yang terbanyak yaa untuk bahan bakar kendaraan, kira-kira hampir 40 % minyak bumi dipakai untuk bahan bakar kendaraan.

P l a s t i k m e m b a n t u m e n g u ra n g i penggunaan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui.

Bagaimana dengan pesawat dan kapal laut.. plastik juga banyak dipakai loh..

Ada tiga bidang yang paling banyak menggunakan material plastik: Kemasan (makanan, minuman, obat-obatan, kantong belanja, dll), Konstruksi dan Transportasi (motor, mobil, pesawat dan kapal laut).

Aplikasi plastik untuk transportasi dan konstruksi merupakan aplikasi untuk jangka panjang, sedangkan aplikasi kemasan pada umumnya untuk produk jangka pendek serta dalam jumlah yang cukup banyak. Kemasan

yang banyak menggunakan plastik adalah kemasan makanan dan minuman, serta produk kebutuhan sehari-hari. Plastik yang digunakan pada kemasan bisa terdiri dari satu jenis plastik atau kemasan dengan beberapa lapisan material plastik yang berbeda (plastik multi layer), juga kemasan yang kaku dan fleksibel.

Di samping itu, kemasan plastik banyak yang merupakan produk sekali pakai (single used). Penggunaan pengemas, terutama yang sekali pakai akan mempunyai kecenderungan sebagai timbunan sampah, sehingga perlu penanganan untuk mengelola sampahnya agar tidak menjadi timbunan yang banyak. Dalam hal ini plastik (konservatif) merupakan material yang tidak mudah terurai (rusak).

Sustainable Development Goals (SDGs), yang merupakan target global untuk melakukan aksi dalam rangka melindungi planet bumi, salah satunya adalah responsible consumtion and production (SDGs 12). Nahh.. circular economy merupakan konsep pengembangan berkelanjutan atau sustainability untuk mengurangi sampah dimana pembuatan sebuah produk dilakukan dengan disain Cradle to Grave, termasuk dalam hal ini adalah produk plastik. Cradle to grave merupakan proses evaluasi dampak pada produk terhadap lingkungan yang terjadi dilakukan sepanjang umur hidup produknya.

Salah satu teknik untuk menilai/mengukur dampak lingkungan (atau sosial) yang terjadi selama semua tahapan siklus hidup produk (dari cradle-to-grave) antara lain dengan Life Cycle Assessment (LCA).

Pengukuran ini dilakukan dengan menghitung beberapa indikator yang berpengaruh pada lingkungan antara lain:

SENTRA POLIMER - BPPT | 23

- Sumber daya yang digunakan: Banyaknya konsumsi energi dan air yang digunakan, penggunaan limbah padat sebagai sumber daya.

- Emisi ke udara : Pengaruh terhadap Pemanasan Global, Ozone Depletion, Toksisitas pada manusia

- Emisi ke air : Asidifikasi, Eutrofikasi dan Aquatic Ecotoxicity.

Pengukuran dampak lingkungan ini dilakukan dengan indikator tersebut secara keseluruhan.

Kemasan plastik sekali pakai menggunakan sumber daya energi dan air yang lebih rendah dibandingkan kemasan kertas. Dan

Gambar 1. (Sumber: Chemical & Engineering News, Volume 92 Issue 37 | pp. 12-17, Issue Date: September 15, 2014)

menghasilkan emisi gas yg lebih rendah. Untuk penggunaan 8 kali pakai kantong plastik reuseable mempunyai dampak terhadap lingkungan yang lebih rendah dibandingkan kemasan plastik sekali pakai.

Pemerintah Indonesia juga sudah menuangkan strategi dan target penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dalam bagian tiga, Perpres Nomor 97 tahun 2017. Target tersebut adalah pengurangan timbulan sampah sebesar 30 % dan penanganan timbulan sampah sebesar 70 % pada tahun 2025.

| SENTRA POLIMER - BPPT24

Mau tau ga komposisi sampah plastik di Indonesia terhadap total sampah keseluruhan?

Gambar 2. Komposisi sampah di Indonesia (sumber: Media Indonesia, Februari 2019)

Dari data di atas, komposisi sampah plastik adalah 15 % dari total timbulan sampah pada tahun 2018. Dan yang terbesar adalah sampah sisa makanan/organik: 44 %. Untuk sampah organik atau sisa makanan ini, penanganan nya antara lain dengan metoda composting (bisa dibuat kompos).

Salah satu program untuk penanganan sampah adalah program 3 R : Reduce, Reuse dan Recycle. Produk plastik dapat di daur ulang menjadi produk baru dengan kualitas lebih baik (up cycle) maupun didaur ulang untuk menjadi produk down cycle. Tidak semua jenis plastik dapat di daur ulang, plastik jenis termoplastik dapat didaur ulang sedangkan jenis termoset tidak bisa didaur ulang.

Permasalahan pada proses daur ulang plastik adalah pemilahan sampah yang saat ini belum berjalan dengan baik. Plastik mempunyai banyak jenis yang mempunyai rentang temperatur proses berbeda. Tanpa pemilahan akan menyulitkan untuk proses daur ulang.

Selain itu, beberapa pengembangan untuk mengantisipasi sampah pada plastik sudah dilakukan, antara lain pengembangan material: bioplastik, biodegradabel plastik, oxodegradabel plastik, agar plastik dapat terurai di lingkungan. Pengembangan material ini masih terus dilakukan untuk mendapatkan produk yang memenuhi standar fungsi produknya serta ramah lingkungan dengan terurai di alam. Btw, plastik jenis ini tidak semua dapat didaur ulang yaa.. karena memang dikembangkan untuk mudah terurai/rusak di alam.

Apa saja sih yang dapat mengurai atau menyebabkan plastik menjadi terurai/rusak?

Plastik dapat terurai (terdegradasi) karena:

- Sinar ultra violet (fotodegradasi),

- Bahan kimia,

- Panas (termal degradasi) pada suhu yang tinggi

- Mikroorganisme (biodegradasi)

Di Indonesia pemanfaatan limbah plastik menjadi produk sudah dilakukan, antara lain botol plastik PET yang didaur ulang menjadi botol sejenis bahkan menggunakan 100 % recycle. Juga pemanfaatan limbah Multi Layer Packaging (MLP), baik yang memanfaatkan material tertentu yang ada dalam limbah MLP tersebut (recycle) maupun memanfaatkan keseluruhan

SENTRA POLIMER - BPPT | 25

material limbah MLP (down cycle). Pemanfaat limbah ini sangat bergantung pada proses pemilahan sampah. Saat ini banyak berkembang Bank Sampah yang menjadi sarana pemilahan sampah skala rumah tangga. Untuk para milenial yang biasa menggunakan aplikasi juga sudah dikembangkan aplikasi untuk pengumpulan sampah, antara lain mySmash.

Balai Teknologi Polimer saat ini melakukan kegiatan memanfaatkan limbah kemasan multi layer yang dikompon dengan filler untuk aplikasi Wood Polymer Composite. Hasil kompon berupa pelet sudah memenuhi SNI 8145:2015. Pelet ini bisa diaplikasikan sebagai material konstruksi.

Gambar 3. Pelet WPC menggunakan limbah MLP, Balai Teknologi Polimer

Jadi.. plastik itu banyak manfaatnya loh...

mulai dari produknya yang digunakan hampir pada semua kegiatan sehari-hari kita sampai limbahnya juga bisa dimanfaatkan.

Akan tetapi kita harus bijak menggunakan plastik dan mengelola pembuangan sampahnya. Pada setiap tahap siklus hidup plastik, masih ada sejumlah besar hambatan untuk pengembangan daur ulang. Secara bersama-sama: produsen produk plastik, regulator, pengelola limbah dan konsumen semua dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan sektor daur ulang.

Demikian juga untuk plastik yang dapat terdegradasi atau mudah terurai, pengembangan jenis plastik ini dapat terus dilakukan dengan kolaborasi produsen dan lembaga-lembaga litbang untuk menghasilkan plastik mudah terurai dan ramah lingkungan.[CLH]

*) Senior Engineer Balai Teknologi Polimer BPPT

Referensi:

1. International Union for Conservation of Nature, 2017, Primary Microplastics in the Ocean: a Global Evaluation of Sources

2. Media Indonesia, 16 desember 2019, Pemerintah Dorong Pengurangan Sampah dari Sumbernya.

3. Chemical & Engineering News, September 15, 2014, Breaking The Plastic Bag Habit.

| SENTRA POLIMER - BPPT26

Pa d a a w a l - a w a l I n d o n e s i a m e n g h a d a p i v i r u s c o ro n a (Covid-19) para tenaga kesehatan kita yang menjadi benteng

pertahanan terakhir menghadapi virus ini berjuang dengan alat pelindung diri (APD) seadanya. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya keberadaan APD. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berinisiatif membentuk beberapa tim gugus tugas yang bertujuan membuat inovasi alat kesehatan dan alat pelindung diri. Diantaranya tim Engineer Fight Against Covid-19 ( E F A C ) y a n g bertugas membuat i n o v a s i F a c e Shield (Pelindung Wa j a h ) d e n g a n m e n g g a n d e n g PT Usra Tampi I n d o n e s i a sebagai rekanan produksinya.

Diseminasi TeknologiDengan Cara Unik Ala Millenials Oleh Komunitas Lari BPPTTim Peliput: Amalia Istiqomah

Menyadari kebutuhan Face Shield yang sangat mendesak dan genting pada awal-awal pandemi terjadi (Maret-Juni 2020), ditambah harga Face Shield yang ada di pasaran harganya sangat tinggi saat itu, salah satu komunitas di BPPT yaitu Komunitas Lari BPPT (BPPT Runners) berinisiatif bergerak menggalang donasi dan mendistribusikan Face Shield BPPT melalui kegiatan Lelang Lari Bersama Melawan Covid-19. Penasaran apa itu kegiatan lelang lari dan bagaimana

Gambar 1. Wawancara Ketua Lelang Lari Melawan Covid-19 BPPT Runners, Matza Gusto Andika oleh Amalia Istiqomah (Majalah Sentra Polimer)

SENTRA POLIMER - BPPT | 27

Diseminasi TeknologiDengan Cara Unik Ala Millenials

idenya mendistribusikan Face Shield dengan kegiatan ini? Berikut adalah petikan wawancara antara Balai Teknologi Polimer BPPT dengan ketua kegiatan Lelang Lari Bersama Melawan Covid-19 BPPT Runners Matza Gusto Andika yang dilakukan pada tanggal 16 Juli 2020 melalui zoom meeting. Selamat menyimak.

1. Bisa berkenalan dulu pak Andika?

Saya Matza Gusto Andika, biasa dipanggil Andika dari Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (BBTA3) - BPPT di bawah kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR), dulu namanya Laboratorium Aero Gas Dinamika dan Getaran (LAGG). Saya masuk di BPPT Tahun 2009.

2. BPPT Runners itu apa dan kapan terbentuknya?

BPPT Runners adalah komunitas lari di BPPT, mostly dari rekan-rekan BPPT yang hobi lari bergabung di sini, saling berbagi informasi dan saling menyemangati. Bertujuan menyebarkan “virus lari” ke seluruh karyawan di lingkungan BPPT agar semakin banyak karyawan BPPT yang sehat dan bergabung di BPPT Runners. Terbentuknya di awal tahun 2020, tepatnya 1 Januari 2020. Namun baru lari bareng-bareng ketika awal maret, beberapa hari sebelum diumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Inisiator komunitas ini ada Mas Salman Farishi dari Balai Teknologi

Polimer, Mas Ronald Taufiq dari Pusat Teknologi Material, dan saya sendiri.

3. EFAC singkatan dari Engineer Fight Against Covid19 ini tim apa dan perannya seperti apa?

Terkait tim EFAC sendiri, berawal dari pembicaraan di Whatsapp Grup (WAG) terkait isu covid saat baru-baru terjadi pandemik. Lalu kita mendiskusikan apa sih peran lain kita selain sebagai engineer perekayasa atau peneliti dari pada sekedar diam melihat dan menyebar berita. Harus ada solusi... Lalu muncullah banyak ide-ide yang kita tampung, kemudian kita pereteli satu-satu mulai dari Face Shield, Chamber, Mobile Hand Washer, dll. Akhirnya idenya mengerucut: kebetulan di BBTA3 mostly orang-orang yang sudah biasa desain produk. Dari sana muncul ide membuat Face Shield (FS) karya BPPT sendiri. Konsultasi dengan Bu Erny dan pak Mahendra, Direktur Pusat Teknologi Material (PTM) dan Pak Fadil selaku Kepala BBTA3, lalu kita bikin produk yang bisa didayagunakan menghadapi Covid-19 ini.

4. Keunggulan FS BPPT dibandingkan produk lain sejenis apa ya?

Awal kita create Face Shield ini ada beberapa iterasi. Ada versi 3D Printing, karena awalnya kita ingin produksi massal dengan cara 3D printing namun secara ekonomi belum cukup efektif dengan cara tersebut. Akhirnya kita

| SENTRA POLIMER - BPPT28

split menjadi dua, yang pertama adalah desain Face Shield itu nanti disebar agar komunitas 3D printing bisa unduh desainnya secara gratis dan kemudian menyebarkan untuk yang membutuhkan. Kemudian kedua untuk produksi massal dibuat mulai dari mold dan iterasinya. Kelebihan Face Shield kita ada stopper di Face Shield sehingga jadi lebih nyaman. Kemudian visornya bisa dicuci sehingga tidak hanya sekali pakai dan talinya bisa opsional. Ada yang tali ikat biasa dan ada yang menggunakan Velcro, tergantung nyamannya pakai yang mana.

5. Face Shield yang produksi massal ini, didonasikan dengan Program Lelang Lari sebagai program BPPT Runners, sebenarnya apa sih Lelang Lari? Kenapa diberi nama demikian? Dan tujuannya apa?

Sebenarnya ini bagian dari keinginan teman-teman lain yang ingin kontribusi, entah dari larinya, dari pencarian donasi, dll. Kita sebarkan semangat untuk berkontribusi bareng-bareng. BPPT Runners sebagai komunitas yang masih baru, masih muda, saya lihat solid. Semangat di BPPT Solid Smart Speed itu ada bibitnya di BPPT Runners. Dan ketika kita gulirkan di BPPT Runners, ternyata tanggapannya positif. Kemudian kita buat konsep bagaimana bisa tetap semangat walaupun lelah. Kita lari dan berkeringat, tapi tetap bisa berkontribusi. Akhirnya tercetuslah acara Lelang lari bersama BPPT Runners, berdonasi menggalang

dana untuk biaya produksi dan distribusi produk Face Shield itu sendiri, dimana FS ini sendiri karya BPPT juga, jadi sekalian kita mendesiminasikan produk yang kita punya.

6. Siapa-siapa saja yang terlibat? Apakah hanya komunitas BPPT Runners saja?

Pada awalnya peserta hanya dari BPPT, karena tujuan awalnya kita mau mensosialisasikan kegiatan lari ini, menebarkan virus-virus semangat lari, untuk menjaga imunitas, jaga kesehatan, dengan mematuhi protokol. Selain itu juga membantu teman-teman di Garda belakang yang menghadapi pasien agar mereka bekerja seaman mungkin dengan cara mendonasikan FS ini pada rekan-rekan yang lain. Pada lelang lari batch pertama, ada 24 peserta pelari dengan jarak lari sekitar 14.000 km dan di batch kedua ada 42 peserta pelari dengan jarak lari 18.000 km, dilakukan secara virtual. Dilakukan sendiri-sendiri dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Masing-masing orang memiliki target lari sendiri, untuk mencapainya bahkan ada beberapa rekan-rekan yang berlari di dalam rumah saja untuk mencapai target tersebut.

7. Apakah kegiatan ini bisa dianggap sebagai bagian dari diseminasi teknologi? Dan sejauh mana tingkat efektifitasnya?

Kegiatan ini mempunyai cakupan yang luas karena divisinya ada banyak.

SENTRA POLIMER - BPPT | 29

Pertama ada divisi distribusi yang merupakan bagian dari diseminasi karena memperkenalkan produk untuk langsung dirasakan di masyarakat, divisi penggalang dana, ada manager larinya, ada Bendahara yang mengurus keuangan, kemudian kita bikin sistem kegiatannya. Diawali dari kita menyebarkan angket ke Rumah Sakit untuk mendapatkan data kebutuhan. Dan dari sini kita kerjasama dengan ekspedisi Anteraja untuk proses distribusi di luar pulau jawa dan daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh kita. Mereka (Anteraja) membantu kita secara Cuma-cuma

8. Sudah berapa banyak FS yang di distribusikan? Dan sudah di distribusikan kemana saja?

Saat ini sedang konsolidasi data, k u r a n g l e b i h sudah 21 provinsi y a n g s u d a h k i t a j a n g k a u , dan lebih dari 14.000 FS telah terdonasikan ke beberapa Fasilitas K e s e h a t a n (Faskes) dengan bantuan beberapa penggalang dana.

Dan pada batch 2 ini kita membantu kebutuhan rekan-rekan yang Work From Office (WFO) di BPPT. Data mengenai distribusi ini dishare diwebsite, dana yang masuk kemudian jumlah yang di distribusikan dan kemana saja telah di distribusikan, petanya dapat terlihat

9. Metode pengumpulan donasinya yang dilakukan seperti apa?

Untuk batch 1 ada dua model penggalangan dana, yang pertama kita bekerja sama dengan kita bisa.com, kita bikin kanal disana. Lalu yang kedua bisa menghubungi bendahara kita untuk menyalurkan donasinya. Untuk

Gambar 2. 42 Peserta Lelang Lari Batch 2

| SENTRA POLIMER - BPPT30

tipikal penggalang d a n a d i b a t c h pertama dibagi 2, untuk penggalang dana dan donasi biasa, nah untuk penggalang dana s u d a h p u n y a t a r g e t - t a r g e t faskes, sedangkan yang donasi akan d i s a l u r k a n k e faskes yang sudah ada di data kita. Dan di batch ke-2 ada tambahan-tambahan dari rekan-rekan yang WFO dan juga dari unit kerja yang membantu dari proses produksi.

10. Dimana biasanya Informasi terkait hal donasi di update?

Di update di IG BPPT Runners, berapa capaian lari, capaian donasi, dan capaian distribusi.

11. Setelah kegiatan ini berakhir apakah selanjutnya ada rencana dari BPPT Runners atau masih ada kegiatan serupa dikemudian hari atau mungkin ada inovasi baru?

Terkait inovasi kita sedang mencoba mengembangkan FS dengan versi-versi yang baru oleh tim desain. Terkait dengan kegiatan di BPPT Runners sendiri kita ingin BPPT Runners ini unik dari komunitas-komunitas runners yang lainnya. Jadi selain berlari kita coba

untuk memperkenalkan produk-produk inovasi dari BPPT itu sendiri, dengan tujuan agar teknologi tersebut dapat didayagunakan oleh masyarakat luas. BPPT sendiri sudah menjadi lembaga Penelitian, Pengembangan, Pengkajian dan Penerapan (Litbangjirap) yang berfungsi untuk penguasaan dan pendayagunaan teknologi. Jadi bukan hanya menguasai teknologi saja, tetapi juga bisa pendayagunaan teknologi ini menjadi lebih luas. Dan ini yang akan coba di gali di BPPT Runners. Mungkin kedepannya kita bisa pro tanding terkait produk-produk yang lain atau kampanye terkait diseminasi produk BPPT. Kita coba buat kegiatan yang unik bukan hanya sekedar lari tetapi juga bisa multi aspek.

*) Teknisi Balai Teknologi Polimer BPPT

Gambar 3. Penyerahan donasi Face Shield ke beberapa Fasilitas kesehatan

SENTRA POLIMER - BPPT | 31

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan personil dan organisasi. Terdapat 5 elemen

inti dalam sistem manajemen K3 meliputi (1):

1) Kebijakan dan komitmen organisasi

2) Perencanaan untuk memenuhi kebijakan yang disusun

3) Implementasi program K3

4) P e n g u k u r a n , monitoring dan evaluasi pelaksa-naan program K3

5) Audit dan tinjau ulang kinerja pro-gram K3

Seluruh ele-men di atas merupa-kan satu kesatuan utuh yang memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya, seperti dapat dili-hat pada Gambar 1. Keterkaitan tersebut dapat berupa hubun-gan dalam hal penga-wasan (control link) atau sebatas informa-si (information link).

di Era Pandemic COVID-19

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Manajemen K3 di era pandemi COVID-19

Sebagaimana diketahui bersama, sejak awal tahun 2020 sampai dengan saat ini dunia sedang menghadapi suatu wabah virus yang disebut CoVID-19. Mengacu pada catatan WHO sampai dengan Maret 2020, fatality rate dari kasus wabah ini mencapai 3.4% (2). Dalam hal tindakan pencegahan terkait penyebaran wabah tersebut, peranan manajemen K3 yang terimplementasi dengan

baik semakin dibu-tuhkan untuk tetap menjaga kesehatan seluruh anggota or-ganisasi di tempat kerja.

Selanjutnya, ter-kait dengan laman-ya ketahanan virus CoVID-19 berada pada lingkungan sekitar, beberapa ha-sil penelitian menun-jukan kemungkinan masa ketahanan vi-rus yang berbeda-be-da. Para peneliti dari beberapa negara juga menemukan bebera-

Oleh: Asep Bustanil Aripin*

Gambar 1 Keterkaitan Key Elements dalam Sistem Manajemen K3

| SENTRA POLIMER - BPPT32

pa rekomendasi tindakan pencegahan atau pengobatan gejala yang timbul akibat infeksi virus CoVID-19, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.

Pelaksanaan prosedur proteksi ter-hadap infeksi virus CoVID-19 harus menjadi bagian penting dalam pengelolaan manaje-men K3 di tempat kerja saat ini. Beberapa hal yang harus menjadi standar baru dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat kerja antara lain:

1) Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan lingkungan kerja.

Pemilihan dan pemakaian APD yang di-anjurkan dapat mengacu pada standar APD yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

Kementerian Kesehatan.

2) Penggunaan teknologi smartphone.

Aplikasi teknologi ini dapat dilakukan

Gambar 2 Diagram skema terkait timespan virus, tindakan proteksi serta rekomendasi treatmen terkait CoVID-19 (2)

sebagai pengganti kebutuhan face-to-face discussion/meeting, konsultasi, asesmen kondisi kesehatan personil secara online, pelayanan kepada pelanggan, teleworking, dan lainnya.

3) Optimasi pelaksanaan sistem adminis-trasi secara paperless.

Mengacu pada data ketahanan masa virus dalam kertas yang dapat mencapai lebih dari 5 hari (Gambar 1), sehingga pelak-sanaan program paperless dapat menjadi program penting dalam meminimalisasi penyebaran virus di tempat kerja.

SENTRA POLIMER - BPPT | 33

4) Penerapan social/physical-distancing secara disiplin.

5) Pembersihan area kerja secara ber-kala setiap hari.

Hal ini dapat dilakukan dengan dis-infectant dan program pembersihan lainnya.

6) Penerapan panduan pencegahan dan mitigasi CoVID-19 di tempat kerja

Sebagai bagian dari kebijakan da-lam pencegahan CoVID-19 di tempat kerja, International Labour Organiza-tion (ILO) telah mengeluarkan daftar periksa tindakan dalam hal pencega-han dan mitigasi CoVID-19 (3).

Gambar 3 Efek dari Social-distancing terhadap Penurunan Angka Penyebaran (4)

Elemen penting lainnya yang terkait dengan sistem manajemen K3 adalah risk assessment and control. Dalam setiap kegia-tan/pekerjaan akan memiliki risiko yang harus dikendalikan dan dipantau agar tidak menggangu tercapainya kualitas kinerja, termasuk di dalamnya pelaksanaan program K3. Gambar 4 menunjukan Langkah-langkah dalam proses risk assessment and control.

Gambar 4 Key Stages dalam Risk Assessment and Control (1)

Demikian artikel singkat ini dibuat, semoga dapat menjadi pengingat untuk manajemen dan anggota organisasi dalam menerapkan prosedur sistem manajemen K3 di era pandemi CoVID-19 ini.*) Leader bidang Kerjasama dan Pelayanan Jasa Teknologi Balai Teknologi Polimer BPPT

Referensi:

https://www.hsa.ie/eng/publications_and_forms/publications/safety_and_health_management/work-place_safety_and_health_management.html.

https://doi.org/10.1016/j.arcmed.2020.04.020

https://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publications/WCMS_742960/lang--en/index.htm

https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.02.034

| SENTRA POLIMER - BPPT34

Dikenal sebagai seorang pengusaha, influnecer, dan sekaligus anggota relawan gugus tugas percepatan penanganan covid 19, dr.Tirta

Mandira Hudhi yang lahir di Surakarta 30 Juli 1991 lalu ini dengan rendah hati berkenan berbagi kisahnya dan informasi-informasi seputar penanganan covid 19 kepada Majalah Sentra Polimer Balai Teknologi Polimer BPPT.

Salman: Dok, sebelumnya saya ucapkan selamat datang di zoom Balai Teknologi Polimer BPPT dan terima kasih telah berkenan untuk berbagi kisah dan informasi dalam beberapa menit kedepan.

Dok, boleh tahu untuk bergabung di gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 ini sejak kapan dan peran apa yang dimainkan oleh Dokter Tirta pada gugus tugas ini?

dr. Tirta: Jadi, saya lulus menjadi dokter pada tahun 2013 dan saya membantu relawan dulu di BAS-KKN, jaman mitigasi bencana di BPPD Sleman dan Jogja, 2012. Lalu, saya ditugasi mandiri sejak Desember 2019 dan Januari ketika viral di Wuhan, saya masih ditugasi mengenai virus dan edukasi mengenai jangan semrawut, panik dan tetap meningkatkan imun. Lalu, saya donasi pertama kali pada

Maret awal untuk membantu kawan saya dan terdapat bantuan APD, lalu saya ditarik oleh kawan-kawan di BNPP lantai 6 bertemu dengan Pak Lili lalu dari situ saya jadi gugus relawan. Lalu, bulan Mei-Juni, saya ditarik langsung untuk SK nya langsung dari Pak Doni Munardo, Kepala BNPB.

Salman: Beberapa waktu lalu juga sempat bolak-balik ke BPPT ya dok

dr. Tirta: Ya, itu perintah langsung dari Pak Doni

Salman: Hal itu dilakukan dalam rangka apa Dok?

dr. Tirta: Mengamati langsung pengujian APD lokal seperti hazmat berdasarkan perintahnya Pak Doni Munardo

Salman: Seberapa penting menurut dokter tirta mengenai baju hazmat dan APD lainnya untuk dilakukan pengujian bahannya?

dr. Tirta: Kalau misalnya, APD lokal itu dari dulu hanya sebagai tukang jahitnya saja dan barang dari luar semua. Makanya yang harus kita pahami adalah penelitian lebih lanjut mengenai hazmat lokal itu sangat penting bagi Indonesia agar kita bisa berdikari dan memenuhi kebutuhan nasional kita dan justru

Harapan dr. Tirta Untuk BPPT dan Kemajuan APD Lokal Indonesia

Tim Peliput: Salman Farishidi Era Pandemic COVID-19

SENTRA POLIMER - BPPT | 35

bisa menghasilkan pendapatan Negara kalau kita bisa ekspor.

Salman: Selain jadi dokter dan relawan gugus tugas, dokter juga dikenal sebagai seorang influencer

dr. Tirta: Saya menganggap diri saya menjadi seorang entrepreneur dan dokter dari dulu. Sepertinya disebut sebagai seorang influencer kurang tepat karena saya punya banyak followers itu sampai bulan Desember 2019 itu terkait usaha saya dan dokter saya. Orang-orang menganggap saya influencer itu tahun 2020 dan saya tidak merasa menjadi seorang influencer karena saya tidak pernah merasa mendapat bayaran apapun dari Negara.

Salman: Benar, ini semua sukarelawan ya Dok. Tapi, mungkin dokter bisa menceritakan peranan sebagai seorang influencer dalam penangan COVID-19 harus seperti apa?

dr. Tirta: Menurut saya, semua orang bisa menjadi influencer karena influence itu memberi pengaruh dan influencer berarti sang pemberi pengaruh. Dimana sebenarnya kita bisa memberikan pengaruh kepada teman, keluarga kita, dan semua orang bisa menjadi influencer. Ya, maka teruskan narasi positif dan hal-hal yang berhubungan bagi sesama dan kalau punya bakal input jangan dari hoax tapi cek dan ricek dulu apakah informasi tersebut benar dan sesuai dengan kaidah dan susunan ilmiah.

Salman: Setuju banget, Dok. Sekarang di Indonesia kita sudah masuk ke tahap new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB) tapi kita tahu belakangan ini kurva corona meningkat lagi dan tidak ada tanda penurunan. Setelah melihat hal tersebut, menurut pandangan Dokter Tirta bagaimana sih kesiapan pemerintah kita dalam menghadapi AKB ini?

dr. Tirta: Tidak ada satupun negara di dunia ini yang siap menghadapi covid, mas. Kecuali pelaku utamanya yaitu China. Jadi, menurut saya wajar banget ditambah struktur negaranya maritim kepulauan, negara kita yang masih berkembang dan pendapatan kapitalnya yang masih rendah, sektor ekonomi terbesar dari Negara kita justri dari informal dan utang Negara yang masih banyak serta sistem faskes

yang tidak siap. Jadi, wajar saja kalau Negara kita tidak siap menghadapi ini semua.

Salman: Termasuk masyarakat, Dok? Bagaimana pandangan dokter kepada masyarakat dalam menghadapi corona ini

dr. Tirta: Saya tidak pernah mau menyalahkan masyarakat. Karena namanya rakyat jelata seperti kita kan tugasnya di bawah oleh pemimpin. Kan kita karakternya berbeda, gak bisa kita menyamakan orang Aceh dengan orang Surabaya atau orang Jakarta dengan orang Solo, ya tidak bisa. Orang Jakarta teredukasi lewat social media sedangkan orang Aceh atau Surabaya tidak semuanya bermain social media. Dan, covid ini dampaknya ke orang miskin, mas. Dampaknya terhadap orang miskin dan yang imunnya lemah. Kalau imunnya lemah, dia langsung sakit dan meninggal. Sedangkan orang miskin, dia mati karena kelaparan sebab tidak ada pekerjaan. Dan orang kaya akan tetap survive.

Salman: Ya, memang masyarakat dengan ekonomi rendah akan sangat berdampak secara ekonomi ya Dok. Dan mungkin sebagian masyarakat melihat mereka cuek, bagaimana dengan dokter sendiri?

dr. Tirta: Saya ke lapangan, 17 kota, mas. Tidak ada yang cuek mas dan mereka peduli terhadap kesehatannya. Tapi, kalau ditanya mas, buat makan besok apa tapi disuruh peduli terhadap covid. Pilihannya cuman 2 kan, mati karena kelaparan atau karena covid. Susah kan, mas? Nah itu pilihannya rakyat kelas bawah.

Salman: Ini ada pandangan terkait melihat situasi corona dan dampak terhadap ekonomi karena pemasukan. Sebagai seorang dokter dan wirusaha setelah melihat situasi ini dokter punya solusi atau saran seperti apa dok?

dr. Tirta: Saya sudah memberikan solusi dari Maret, mas. Saya cuman rakyat biasa. Solusi saya adalah ya anda harus menggunakan semua komponen media di seluruh Indonesia entah media cetak atau televisi untuk edukasi masyarakat dengan Bahasa masing-masing dan teruskan narasi positif. Kedua, jangan yang diangkat konflik terus. Sekarang, saya nge test, orang tidak peduli dengan donasi 45 ton tapi yang diangkat selalu konflik. Saya

| SENTRA POLIMER - BPPT36

debat dengan Jeri diangkat, tapi pernah gak diangkat narasi positifnya? Ngga. Selalu yang diangkat adalah narasi negatifnya kalau orang kita suka keributan. Komponen terutama itu kepada media, kedua adalah dimana kita bisa membiasakan solidaritas tentang penerapan Pancasila sila kedua. Jadi, kita nomor duakan lah yang namanya kepentingan pribadi tapi kedepankan lah kemanusiaan. Yang kaya bantu yang miskin, yang punya bantu yang tidak punya. Simple nya seperti itu. Tapi, nyatanya tidak ada yang mau. Semua orang sibuk dengan kepentingan masing-masing. Sibuk dengan narasinya masing-masing sehingga covid gak kelar-kelar. Faktanya, kita tidak bisa meningkatkan prioritas. Prioritas kita adalah pemulihan ekonomi pasca covid. Covid aja belum kelar, ekonominya hancur. Terus, ngapain kita mengangkat hal-hal lain yang belum jadi prioritas? Prioritas kita adalah pemulihan ekonomi pasca covid dan orang miskin yang dikasih makan. Udah itu saja.

Salman: Betul Dok. Nah, ada orang yang bilang selamatkan nyawa lebih dahulu baru ekonomi atau ekonomi lebih dulu. Kalau menurut dokter bagaimana?

dr. Tirta: Semuanya pararel. Kalau ada yang bilang selamatkan nyawa lebih dulu berarti kamu tidak pernah ke lapangan. Lapangan mu hanya mendekati orang sakit. Nah, kalau kamu ke lapangan melihat orang miskin, kamu akan bingung orang ini akan dikasih makan a p a . K i t a tuh pararel. I n d o n e s i a t i d a k b i s a d i s a m a k a n d e n g a n Negara lain. Kita Negara berkembang t a p i l u a s . Kalau amerika ser ikat i tu

Negara luas dan maju, china itu Negara luas tapi adidaya, rusia itu Negara luas tapi adidaya. Nah, kita tuh udah luas tapi sebagian masih miskin

Salman: Tapi, belakangan ada yang bilang kalau Indonesia itu sudah Negara maju, dok?

dr. Tirta: Tidak mungkin. Sekarang pikir, kita kena covid dan harus pakai APD. APD lokal aja kita tidak punya, tidak usah bernarasi yang aneh-aneh. Kalau dibilang nyawa dulu yang paling penting. Bagaimana kita mau peduli nyawa sedangkan nakes tidak memakai APD sesuai standar, itu dulu ya. Sekarang, mungkin sudah terpenuhi. Tapi, ada beberapa tempat yang masih tidak siap faskesnya. Sekarang kita fokus saja dulu bagaimana caranya kita membangun kekuatan yang kompak untuk keluar dari masa ini. Di poin kekompakan ini, kita harus kompak antara kesehatan dan ekonomi. Keduanya ini pararel. Tidak bisa pilih salah satu untuk diutamakan.

Salman: Yang telah dilakukan pemerintah saat ini menurut dokter apakah sudah usaha terbaik dan optimal?

dr. Tirta: Menurut saya, kebijakannya bagus kok. Pertanyaannya kebijakan tersebut dilakukan atau tidak oleh bawahannya. Kalau kebijakan sangat bagus seperti rapid test tapi gratis. Namun, lihat yang swasta emang bayar. Terus ada kebijakan kartu usia pra kerja dan ada kompensasi stimulus kredit

Gambar 1. dr. Tirta dan Tim bertemu dengan Direktur Pusat Teknologi Material BPPT Dr. Mahendra Anggravidya dan Kepala Balai Teknologi Polimer BPPT Ir. Fransisca Erny

Soekotjo, M.Sc di ruang Kepala Balai Teknologi Polimer Gd. 460, Kawasan Puspiptek dalam rangka mendiskusikan metode pengujian coverall (Baju hazmat).

SENTRA POLIMER - BPPT | 37

usaha rakyat. Tapi, apakah dilaksanakan oleh bawahannya? kita tidak tahu. Kebijakannya bagus tapi karena terlalu terburu-buru sehingga kesiapan pemerintah dan bawahannya belum siap. Jadi, saya tidak menyalahkan pemerintah dan masyarakat. Ini hanya soal adaptasi yang terpenting adalah kompak.

Salman: Yang penting kompak ya Dok. Nah, satu lagi dok terkait masalah vaksin. Apakah dokter optimis bahwa Indonesia akan mempunyai vaksinnya dalam waktu yang dekat?

dr. Tirta: Kalau masalah vaksin, sebagai dokter saya tidak bercita muluk-muluk. Karena, jurnalnya (novaq) saja belum keluar. Yang penting disini saya mengajukan diri sebagai relawan. Sekarang, logika saja vaksin SARSCov saja belum ketemu. Flu burung saja menjadi polemic. Biasanya untuk covid ini gak muluk-muluk. Kalau bisa, ya vaksin tahun depan. Yang penting tetap seimbang, jaga imun, olahraga teratur. Kalau sakit, konsultasikan dengan dokter lewat telemedicine kalau takut ke rumah sakit. Narasi positif tetap bekerja tapi tetap lakukan protokol. Itu saja.

Salman : Berarti , menurut dokter pencegahan itu adalah obat terbaiknya. Oke, dok ini sebagai penutup saja sebagai seorang dokter apakah memiliki pesan-pesan terhadap ASN-ASN millenial BPPT ?

dr. Tirta: Kalau untuk kawan-kawan ASN, kalian digaji dari uang rakyat. Kalau bisa kita tetap konsisten memegang amanah dari rakyat. Kalau kalian di bagian BPPT, memang sebagian orang masih belum respect karena mereka belum mengerti tentang pekerjaan kita. Tapi, tetap istiqomah karena suatu saat invent atau penemuan dari kita akan menyelamatkan bangsa kita. Kenapa Indonesia tidak kuat menangani pandemic? Karena, dari awal kita tidak bisa buat APD sendiri. APD sendiri baru dibuat saat periode bulan Mei. Seandainya dari dulu kita sudah siap mengenai APD, saya yakin nakes-nakes tidak banyak terinfeksi. Jadi, ini adalah tugas kita bersama. Peneliti, ilmuwan

dan orang-orang ilmiah itu yang akan membawa bangsa ini kedepannya. Jadi, kalau anda ASN kerja di BPPT seharusnya kalian bangga karena anda menjadi bagian salah satu penemuan yang akan mengangkat bangsa ini ke next level.

Salman: Kemarin ada face shield, BSL 2 dari BPPT. Apakah dokter memiliki pesan dan kesan mengenai hal tersebut, dok?

dr. Tirta: Bagi saya, tetap lanjutkan dan istiqomah. Karena itu yang akan mengangkat bangsa kita ke next level. Karena, bangsa ini bukan hanya tentang infrastruktur. Bangsa ini juga tentang penemuan.

Salman: Satu lagi, apa harapan dokter sebagai seorang relawan, tenaga kesehatan dan pengusaha terhadap BPPT?

dr. Tirta: Harapan saya sama seperti yang di atas saja mas.

Salman: Terima kasih banyak dokter atas waktunya semoga diberikan kesehatan, kebaikan dan sukses selalu untuk dokter. Tetap semangat sebagai seorang relawan. Jangan pernah menyerah, Dok. Terima kasih banyak sampai bertemu di lain hari.

Gambar 2. Wawancara dr. Tirta oleh Salman Farishi (Balai Teknologi Polimer BPPT) melalui

platform Zoom pada Selasa 18 Agustus

| SENTRA POLIMER - BPPT38

SENTRA POLIMER - BPPT | 39

Pada tanggal 16 Juli 2020, Balai Teknologi Polimer mengadakan Knowledge Sharing Forum melalui webinar dengan tema “Mengenal Plastik

dan Karakterisasinya”. Webinar ini diikuti oleh peserta dari Industri Plastik, Instansi Pemerintah dan Universitas. Setelah paparan dari narasumber, pada webinar ini dilakukan sesi tanya jawab. Dibawah ini kumpulan dari pertanyaan – pertanyaan peserta pada sesi tanya jawab. Bagas - PT BASF:Apa perbedaan plastik oxodegradable yang digunakan pada kantong kresek toko/swalayan dengan plastik biodegradable (contoh polylactidacid) yang tadi disinggung?Jawaban :Plastik oxodegradable adalah plastik sintesis yang diberi aditif untuk membantu mendegradasi plastik tersebut dengan bantuan sinar matahari. Sedangkan plastik biodegradable akan terurai secara alami dengan bantuan mikroba. PLA adalah salah satu polimer berbasis bahan alami (renewable). Polimer berbahan renewable ini ada yang bersifat biodegrable ada juga yang bersifat non-biodegrable. Istiqomah Amalia - TIV Banyuwangi:Apakah bahan PET ketika bergesekan dengan bahan PET lainnya dapat menimbulkan mikroplastik ditinjau dari sifatnya?Jawaban :Tergantung pada jenis PET tersebut jika berbentuk serat (seperti bahan/kain polyester), bisa saja serat lepas misalkan saat mencuci di mesin cuci, dan menjadi salah satu sumber pencemaran mikroplastik. Mohon maaf kami belum pernah membaca jurnal terkait dengan PET (non-serat) jika bergesekan bisa menimbulkan mikroplastik. Namun secara umum PET (non-serat) tidak menghasilkan mikroplastik.Erni – GPCI:Apakah hasil uji MFR/MFI bisa jadi indikator suatu plastik disebut sudah terurai dan apa bedanya dengan mikroplastik?Jawaban :Material polimer yang sudah terdegradasi akan mengalami penurunan berat molekul dan mengalami perubahan sifat alir/kekentalan

Oleh: Tim SDM & Tim Pelatihan Balai Teknologi Polimer BPPTKlinik Teknologi

(keenceran) yang dapat diukur dengan uji MFR. Jika sudah terurai menjadi molekul yang sangat kecil dan tidak tampak tidak akan bisa diukur MFR nya. Mikroplastik adalah partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 mm. Dapat berupa mikroplastik primer, yaitu produk plastik yang dibuat dengan ukuran kurang dari 5 mm atau mikroplastik sekunder yaitu fragmen plastik hasil dari degradasi plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm Slamet Riyadi:Bagaimana mendaur ulang limbah plastik untuk produk baru semisal drone atau alat-alat rumah tangga yang berkualitas dan higienis.Jawaban :Untuk membuat produk baru khusus dari plastik daur ulang harus diperhatikan standar performa produk yang akan dibuat, misalkan untuk drone – kekuatan apa saja yang diharapkan, misalnya harus tahan pecah. Untuk drone bisa digunakan material ABS daur-ulang yang didapatkan dari barang-barang elektronik bekas, untuk peralatan rumah tangga bisa menggunakan HDPE atau PP. Untuk mendapatkan produk yang berkualitas dan higienis, proses pemilahan dan pencucian plastik daur-ulang sangat penting.Hadi - Washu, USAPada aplikasinya, ada polimer yang bisa melekat dengan cat, ada juga yang tidak bisa (merembes atau tidak menempel). Kira-kira apa saja faktornya? Bagaimana pengujiannya?Jawaban :Sifat bisa dicat/tidak pada polimer tergantung pada sifat permukaan - surface wettability – dimana sifat yang menentukan adalah tegangan permukaan (surface tension) material terhadap cairan yang akan dicat. Bisa diuji dengan mengukur sudut kontak antara cairan yang diteteskan kepermukaan bahan polimer.Yusril Sabri WahyudiApakah ukuran molekul (misal ukuran nano) dari plastik juga mempengaruhi kekuatannya?Jawaban :Plastik berukuran nano, jika berat molekulnya masih belum (sedikit) terdegradasi secara teori masih memiliki kekuatan yang sama.

| SENTRA POLIMER - BPPT40

Layanan Produk Ramah Lingkungan

Upaya Penanganan Permasalahan SAMPAH PLASTIK

melalui:

Inovasi Pengujian PelahanSerfikasi

Selamatkan Lingkungan Melalui

Informasi Lebih LanjutHubungi Kami di:

BALAI TEKNOLOGI POLIMER

[email protected]

@polimer_bppt

@polimer_bppt

polimerBPPT

polimer.bppt.go.id

scan me

Daud Wibisono - ITIKetika polimer plastik di-recycle, apakah ada perubahan terhadap struktur atau sifat-sifat lainnya seperti sifat thermal & sifat mekaniknya?Jawaban :Karena polimer terdaur-ulang sudah mengalami perlakukan panas, yang mungkin sudah berulang, kemungkinan terjadi penurunan berat molekul yang berakibat pada terjadinya penurunan sifat, baik kekuatan mekanik maupun kekuatan termal. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh STP pada material PP, pada proses ke-5, material PP mulai menunjukkan penurunan sifat mekanik dan termal.

Fitri S - FreyabadiApakah yang membedakan antara plastic food grade dengan non-food grade ditinjau dari material penyusun dan karakteristiknya? Jawaban :Untuk yang food grade, harus memenuhi beberapa persyaratan, misalkan bagaimana migrasi total atau migrasi spesifik (monomer) material tersebut. Karena jika nilai migrasinya tinggi, akan berbahaya, makanan berisiko terkontaminasi bahan-bahan yang bermigrasi tersebut.

SENTRA POLIMER - BPPT | 41

| SENTRA POLIMER - BPPT42