Pengkajian Strategi Militer

125
Pengstrat (1) Strategi Clausewitz * Clausewitz dan Strategi: Kontribusi Sang Jendral dalam Studi Strategis Dalam studi strategis, nama Carl von Clausewitz menjadi amat berpengaruh, terutama di dunia Barat, setelah bukunya yang berjudul On War menjadi dasar pemikiran bagi banyak ahli strategi. Untuk memahami bagaimana pendapat Clausewitz mengenai strategi dan apa kontribusinya dalam studi strategis, kita perlu melihat terlebih dahulu latar belakang beliau. Carl Phillip Gottfried von Clausewitz (lahir 1 Juli 1780 - meninggal 16 November 1831 pada umur 51 tahun, lebih dikenal dengan nama Carl von Clausewitz) adalah seorang tentara Prusia (Jerman) dan intelektual. Ia menjabat sebagai prajurit lapangan praktis (dengan luas pengalaman tempur melawan pasukan Revolusi Perancis), sebagai perwira staf dengan politik/ militer Prusia, dan sebagai pendidik militer terkemuka. Clausewitz pertama kali memasuki pertempuran sebagai kadet pada usia 13 tahun, naik pangkat Mayor Jenderal di usia 38, menikah dengan bangsawan tinggi, Countess Marie von Bruhl, bergerak di kalangan intelektual langka di Berlin, dan menulis sebuah buku “On War” (terjemahan dari “Vom Kriege”) yang telah menjadi karya paling berpengaruh terhadap filsafat militer di dunia Barat. Buku tersebut telah 1

Transcript of Pengkajian Strategi Militer

Pengstrat (1)

Strategi Clausewitz

* Clausewitz dan Strategi: Kontribusi Sang Jendral dalam

Studi Strategis

Dalam studi strategis, nama Carl von Clausewitz menjadi

amat berpengaruh, terutama di dunia Barat, setelah bukunya

yang berjudul On War menjadi dasar pemikiran bagi banyak

ahli strategi. Untuk memahami bagaimana pendapat Clausewitz

mengenai strategi dan apa kontribusinya dalam studi

strategis, kita perlu melihat terlebih dahulu latar belakang

beliau.

Carl Phillip Gottfried von Clausewitz (lahir 1 Juli

1780 - meninggal 16 November 1831 pada umur 51 tahun, lebih

dikenal dengan nama Carl von Clausewitz) adalah seorang

tentara Prusia (Jerman) dan intelektual. Ia menjabat sebagai

prajurit lapangan praktis (dengan luas pengalaman tempur

melawan pasukan Revolusi Perancis), sebagai perwira staf

dengan politik/ militer Prusia, dan sebagai pendidik militer

terkemuka.

Clausewitz pertama kali memasuki pertempuran sebagai

kadet pada usia 13 tahun, naik pangkat Mayor Jenderal di

usia 38, menikah dengan bangsawan tinggi, Countess Marie von

Bruhl, bergerak di kalangan intelektual langka di Berlin,

dan menulis sebuah buku “On War” (terjemahan dari “Vom Kriege”)

yang telah menjadi karya paling berpengaruh terhadap

filsafat militer di dunia Barat. Buku tersebut telah

1

diterjemahkan ke hampir semua bahasa dan berpengaruh pada

strategi modern di berbagai bidang.

Setelah melihat latar belakang singkat dari Clausewitz,

kita bisa menyimpulkan bahwa, berbeda dengan Sun Zu yang

sampai saat ini latar belakangnya tidak jelas, Clausewitz

adalah seorang perwira militer aktif yang pernah bertugas di

beberapa medan tempur. Sebagai seorang perwira militer,

tentunya kita bisa berasumsi bahwa pengalamannya bertempur

dan menjadi pengambil kebijakan di arena pertempuran serta

peperangan menjadi dasar bagi pemikiran-pemikirannya

selanjutnya. Oleh karenanya, akan terlihat bahwa berbeda

dengan Sun Zu yang amat filosofis, Clausewitz dalam bukunya

terlihat lebih praktis dan mekanis, walaupun itu tidak

berarti lantas menghilangkan sisi-sisi filosofis dari

pandangan Clausewitz.

Dalam bukunya, Clausewitz mencoba mendefinisikan

perang. Ia mengatakan bahwa perang janganlah dilihat sebagai

hal yang rumit, bahwa perang sebenarnya adalah sebuah duel

antara beberapa pihak dalam skala yang ekstensif. Oleh

karenanya, perang ditujukan untuk membuat lawan mengikuti

kehendak kita. Clausewitz melihat bahwa perang adalah

penggunaan kekerasan untuk membuat lawan mengikuti kehendak

kita, dan dengan demikian kekerasan hanyalah sebuah cara

untuk memperoleh kepentingan dan melucuti senjata musuh agar

ia tidak bisa lagi melawan adalah tujuan dari sebuah perang.

2

Clausewitz mengingatkan bahwa dalam peperangan,

seseorang bisa saja mengasumsikan bahwa mereka akan, dalam

istilah Sun Zu, menang tanpa pertumpahan darah. Akan tetapi,

ini bertentangan dengan kondisi alamiah dari perang itu

sendiri. Tanpa mempertimbangkan kekerasan dan pertumpahan

darah dalam menyusun strategi perang, maka pihak yang

melakukannya telah menciptakan kekalahannya sendiri karena

justru melupakan elemen paling penting dalam peperangan.

Clausewitz menekankan adanya beberapa aksi resiprokal

yang dianggapnya selalu ada dalam perang: Yang pertama,

bahwa perang adalah tindakan kekerasan dalam batas

tertingginya dimana salah satu pihak memaksakan kehendaknya

pada pihak yang kalah. Yang kedua adalah bahwa tujuan perang

adalah mengalahkan dan melucuti lawan dari senjatanya,

karena kalau lawan tidak dikalahkan secara total, maka ia

akan bisa mengalahkan kita dikemudian hari, dan akhirnya ia

akan memaksakan kehendaknya pada kita. Yang ketiga, untuk

mengalahkan musuh, maka kita harus meningkatkan kekuatan

kita melebihi batas kemampuan bertahan musuh. Namun,

tentunya musuh kita juga berpikiran sama, dan oleh karenanya

akan terjadi perlombaan peningkatan kemampuan.

Ada beberapa poin yang juga diungkapkan oleh

Clausewitz. Salah satu hal penting yang diungkapkannya

adalah bahwa perang bukanlah kejadian yang terisolasi dari

kejadian lain. Ini akan amat erat kaitannya nanti dengan

pendapatnya bahwa perang adalah kelanjutan dari kebijakan

3

suatu pihak (adagium ke-24 Clausewitz: Perang adalah

diplomasi dengan cara lain). Pendapatnya yang lain adalah

bahwa perang tidak bisa diakhiri hanya dengan satu pukulan

instan. Yang dimaksud disini adalah bahwa kita tidak bisa

mengalahkan musuh dengan hanya sekali serang. Oleh

karenanya, penggunaan strategi nantinya akan jadi amat

penting. Poin penting lain adalah bahwa hasil dalam

peperangan tidaklah absolut, dalam arti bahwa kekalahan

maupun kemenangan bisa jadi hanyalah kejadian sementara.

Salah satu pernyataan yang kemudian menjadi amat

legendaris dari Clausewitz adalah bahwa keinginan-keinginan

politiklah yang menjadi penggerak peperangan. Clausewitz

lantas menyimpulkan bahwa semakin besar keinginan-keinginan

politik ini maka semakin besar pula intensitas perang yang

terjadi, dan begitu pula sebaliknya. Ketika ”political will” ini

melemah, maka intensitas peperangan juga berkurang. Akan

tetapi, dalam beberapa kasus, dimana keinginan politik sudah

amat besar, ternyata perang masih belum terjadi. Clausewitz

tidak melihat hal ini seperti apa yang dilihat Sun Zu

sebagai strategi untuk menang tanpa bertarung. Clausewitz

justru melihat bahwa jeda maupun gencatan senjata dalam

peperangan hanyalah aksi dari pihak-pihak yang terlibat

dalam perang untuk menunggu saat yang tepat dan momen yang

tepat pula untuk menyerang.

Strategi, oleh Clausewitz, diartikan sebagai "the

employment of the battle as the means towards the attainment of the object of

4

the War". Ini berarti strategi adalah penggunaan pertempuran

sebagai cara memperoleh tujuan-tujuan perang. Dari sini bisa

diartikan bahwa dalam pandangan Clausewitz, strategi

diartikan sebagai penyusunan cara-cara bertempur agar kita

dapat memperoleh tujuan-tujuan kita. Clausewitz menilai

bahwa dalam tataran praktis, strategi sebenarnya amat simpel

(mudah) dan tidak banyak memperhitungkan kekuatan-kekuatan

moral.

Akan tetapi, mengingat pendapat awal Clausewitz adalah

bahwa strategi amat erat kaitannya dengan politik dan

perang, yang merupakan tujuan pembentukan strategi, adalah

kelanjutan dari kebijakan-kebijakan politik, maka strategi

selalu dipengaruhi oleh unsur-unsur moral. Ia mencontohkan

bahwa dalam pembuatan strategi, yang lebih diperlukan adalah

unsur-unsur moral seperti keinginan yang kuat. Berbeda

dengan taktik yang jauh lebih praktis karena dihadapkan

langsung dengan lawan, dalam strategi yang terkait dengan

gambaran-gambaran besar maka seorang Jenderal atau Panglima

tidak harus punya kemampuan teknis yang kuat melainkan daya

berpikir dan kekuatan keinginan yang kuat. Karena kalau ia

tidak memiliki keduanya, maka ia akan terombang-ambing dan

tidak bisa memutuskan strategi mana yang akan digunakan.

Ada empat elemen strategi menurut Clausewitz. Yang

pertama adalah elemen-elemen yang berkaitan dengan moral.

Yang kedua adalah kekuatan militer dan proporsi kekuatan

ketiga angkatan bersenjata serta kekuatan organisasinya.

5

Yang ketiga adalah kegiatan operasional yang akan dilakukan

serta gerakan ataupun manuver-manuver yang biasa dilakukan.

Sedangkan yang terkahir adalah kondisi geografis dari

wilayah-wilayah tempat berperang.

Clausewitz juga menilai bahwa penghancuran total

bukanlah cara yang tepat untuk memenangkan peperangan. Ia

mencontohkan dalam kasus perang 1814, bagaimana

pengambilalihan wilayah musuh adalah salah satu cara

efektif. Jikalau saat itu salah satu pihak menghancurkan

kota musuh dengan amat destruktif, maka hilang pula nilai

kota tersebut bagi musuh dan bagi kita. Dalam pandangan para

pemikir, yang dimaksud Clausewitz disini adalah buat musuh

menyerah dengan cara menyerangnya dari sisi yang amat

ditakutinya (ini adalah teori Clausewitz yang dikenal dengan

sebutan Center of Gravity). Ketika musuh terlalu bergantung pada

sesuatu, maka serang ia pada titik itu, dan ia akan

kehilangan pegangan serta menyerah.

Ada 3 (tiga) kekuatan moral yang dipandang Clausewitz

amat penting dalam penyusunan strategi dan peperangan. Yang

pertama adalah kemampuan dari komandan perang. Namun,

Clausewitz menekankan bahwa kemampuan ini adalah bakat dan

tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karenanya, ia tidak

begitu dalam membahas masalah ini. Yang lebih penting

menurutnya adalah 2 kekuatan lainnya yaitu nilai-nilai

militer dari pasukan dan perasaan nasionalisme dari seluruh

elemen. Beberapa elemen dasar dari nilai-nilai militer

6

pasukan adalah keberanian, kemampuan teknis dari pasukan,

kemampuan untuk bertahan dalam segala situasi, dan

antusiasme dalam berperang. Namun, Clausewitz

menggarisbawahi bahwa dari semua nilai-nilai yang ada, ada

satu hal yang amat penting yaitu kebanggaan akan angkatan

bersenjata tempat mereka berada.

Salah satu kekuatan moral yang penting lainnya adalah

”boldness”. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia, ”boldness”

berarti rasa tak kenal takut dan sedikit memberontak. Dalam

hal strategi perang, Clausewitz amat menekankan pada hal

ini, walaupun ia mengingatkan bahwa rasa ”nekat” ini tidak

boleh sampai pada aksi menentang perintah atau

ketidaktaatan. Seperti yang diungkapkan Clausewitz, dalam

perang tidak ada yang lebih penting daripada loyalitas dan

ketaatan. Oleh karenanya, ia menempatkan ”boldness” ini pada

level tinggi dan hanya bisa digunakan perwira-perwira

tinggi. Seringkali kita lihat, baik dalam kejadian nyata

maupun film-film, dimana pemimpin-pemimpin tertinggi dan

komandan perang selalu melakukan sesuatu yang mengejutkan

dan berlawanan dengan kebiasaan. Dalam film Star Wars

misalnya, bagaimana seorang Luke Skywalker yang merupakan

pemimpin gerakan pemberontak berpura-pura tertangkap oleh

musuh hanya demi membebaskan rekan-rekannya atau dalam film

Lord of The Rings: The Return of the King dimana Aragorn dengan tanpa

kenal takut memasuki wilayah kematian untuk mencari pasukan

guna mengalahkan musuhnya. Clausewitz benar-benar menghargai

7

kekuatan dari rasa tak kenal takut dan nekat ini karena ia

menilai kekuatan ini adalah kekuatan para pahlawan.

Dari beberapa pandangan diatas, penulis menilai bahwa

sebenarnya strategi-strategi yang diungkapkan oleh

Clausewitz jauh lebih praktis daripada apa yang dikemukakan

Sun Zu. Ini mungkin nampak dalam pendapatnya bahwa perang

hanyalah kelanjutan dari kebijakan suatu pihak untuk

mencapai kepentingan mereka dengan cara-cara kekerasan. Dan

ia juga menilai bahwa strategi adalah penggunaan pertempuran

demi mencapai tujuan-tujuan kita. Ia juga begitu menekankan

peran dari situasi dan kondisi politik dalam mencapai

kepentingan-kepentingan peperangan. Begitu pula pendapatnya

tentang kekuatan moral, dimana salah satunya adalah rasa tak

kenal takut dan agak nekat yang menjadi nilai-nilai heroik.

Setelah melihat beberapa pandangan Clausewitz tersebut,

maka para pemikir beranggapan bahwa sumbangan Clausewitz

bagi studi strategis amatlah besar. Ini terkait dengan

kemampuannya mengaitkan perang dan strategi dengan politik.

Bila Sun Zu masih menilai bahwa perang itu sendiri adalah

tujuan, maka Clausewitz membuka jalan bagi pemikiran bahwa

perang dan strategi sebenarnya hanyalah jalan dan cara untuk

memperoleh kepentingan-kepentingan politik. Clausewitz juga

memberikan inspirasi bagi penggunaan kekuatan moral dalam

peperangan. Terkait dengan bukunya yang berjudul On War,

dalam pendahuluan dan pengantar buku tersebut, disebutkan

bahwa sumbangan Clausewitz dalam studi strategis bisa

8

disetarakan dengan sumbangan Charles Darwin bagi ilmu

biologi. Walaupun pernyataan ini masih bisa diperdebatkan,

namun mengingat saat buku tersebut ditulis belum banyak ahli

strategi yang muncul selain Sun Zu, maka bila dibandingkan

dengan Sun Zu, Clausewitz mampu membuka cakrawala baru dalam

studi strategis ini. Tidaklah mengherankan ketika pemikiran-

pemikiran Clausewitz lantas banyak diadopsi oleh ahli-ahli

strategi baik militer maupun non-militer di negara-negara

Barat.

Pengstrat (2)

Strategi Sun Zu

* Seni Berperang oleh : Sun Zu (13 bab Strategi Militer

Klasik)

1. Kalkulasi

2. Perencanaan

3. Strategi

4. Kekuatan pertahanan

5. Formasi

6. Kekuatan dan kelemahan

7. Manuver

8. Sembilan variasi

9. Mobilitas

10. Tanah lapang

11. Sembilan situasi klasik

12. Menyerang dengan api

13. Intelijen

9

* Isi Tiap Bab.

I. Kalkulasi

“Perang adalah urusan vital bagi negara; jalan menuju

kelangsungan hidup atau kehancuran. Oleh karena itu,

mempelajari perang secara seksama adalah suatu keharusan.”

* Lima hal yang harus dipertimbangkan dalam mempelajari

peperangan :

1. Alasan moral: keyakinan rakyat dan kepentingan negara

untuk tujuan bersama

2. Alam: cuaca, iklim, waktu

3. Situasi: jarak, sifat alami, kondisi fisik

4. Kepemimpinan: kebijaksanaan, kepercayaan diri,

keberanian, belas kasihan

5. Disiplin: imbalan, ancaman, hukuman, logistik

II. Perencanaan

Waktu adalah uang, hindari pertempuran yang berlarut,

bertempurlah agar cepat menang. Taktik jitu menentukan nasib

sebuah bangsa.

III. Strategi

* Perbandingan jika pasukan kita berhadapan dengan musuh :

Jika pasukan kita 10 : 1 dari musuh= kepung dan serang

Jika pasukan kita 5 : 1 dari musuh= pecahkan dan bagilah

musuh lalu serang

Jika pasukan kita 2 : 1 dari musuh= menyerang dari 2 arah

Jika pasukan kita 1 : 1 dari musuh= dahului perang

Musuh sedikit lebih besar bertahan.

10

Musuh lebih besar berkelit dari serangan.

Musuh jauh lebih besar, mundur.

* Lima cara untuk menang :

1. Tahu saat perang dan tidak berperang

2. Tahu memanfaatkan kekuatan pasukan

3. Rebut simpati dan dukungan rakyat

4. Tunggu untuk antisipasi yang belum siap

5. Perwira cakap menjadi komandan yang tanpa campur tangan

pemerintah

* Mengenal lawan dan diri sendiri :

1. Tahu kekuatan sendiri dan musuh untuk mampu masuk dalam

peperangan tanpa ancaman bahaya. (TKS & TKM: 100%)

2. Tahu kekuatan sendiri dan tak tahu kekuatan musuh

memberikan kesempatan menang hanya separonya. (TKS &

TTKM: 50%)

3. Tak tahu kekuatan sendiri dan musuh akan kalah. (TTKS &

TTKM: 0%)

IV. Kekuatan pertahanan

* Alasan menyusun strategi :

1. Kita harus berjuang keras agar tidak kalah

2. Musuh yang harus terlebih dahulu membuat kesalahan

besar baru kita mengalahkannya

3. Kita tak bisa bilang kalau kita tak akan kalah tapi

kita tak bisa memastikan musuh akan membuat kesalahan

sehingga kita meraih kemenangan, orang bisa tahu cara

11

untuk menang tapi tidak bisa memastikan akan memperoleh

kemenangan

4. Yang merasa tidak yakin menang akan bertahan

5. Yang merasa akan menang maka menyeranglah

6. Mereka yang cakap dalam bertahan seolah-olah tak tampak

oleh musuh

7. Mereka yang cakap dalam hal bertahan akan menang bila

tiba saatnya untuk menyerang

V. Formasi

* Penyergapan tiba-tiba, konfrontasi langsung:

1. Atur pasukan (organisasi) besar dan kecil

2. Komando (komunikasi) pasukan besar dan kecil

3. Pasukan besar

* Hakikat kejutan:

1. Perang adalah konfrontasi lansung

2. Pasukan yang melakukan kejutan akan menang

Serangan tiba-tiba dan kofrontasi langsung ada dalam

peperangan, kombinasi keduanya membuat suatu variasi perang.

Kesiagaan

Gerakan

VI. Kekuatan dan kelemahan

* Inisiatif :

1. Pasukan pertama mengambil posisi yang fleksibel

2. Pasukan akhir ikut perang walau dalam keadaan kelelahan

3. Perwira melakukan gertakan mental

4. Umpan untuk mencapai tujuan yang dimaksud

12

5. Gertakan ke musuh

6. Ganggu musuh

* Mengacaukan musuh :

1. Buat kegaduhan (kacaukan perhatian)

2. Serang satu arah

VII. Manuver

* Keuntungan dan kerugian dalam manuver dan mobilitas:

1. Amankan perbekalan

2. Pasukan yang lincah maju terus tanpa istirahat

3. Organisir pasukan

4. Negara netral tidak boleh masuk dalam persekutuan

5. Jangan berperang yang belum pernah kita tahu kondisinya

6. Manfaatkan orang asli wilayah sebagai pemandu arah

VIII. Sembilan variasi

1. Jangan sekali-kali mencari perlindungan disuatu wilayah

yang tidak aman

2. Jangan mengabaikan basa-basi diplomasi dalam meminta

simpati suatu negara

3. Jangan menunda suatu perjalanan pada saat suatu gerakan

justru sulit dilakukan

4. Dalam situasi penuh bahaya, rencanakan untuk meloloskan

diri secepat mungkin

5. Saat situasi sulit, bertempurlah sampai titik darah

penghabisan

13

6. Ada rute perjalanan yang harus dihindari dan dilintasi

agar dapat mengubah keadaan yang serba terbatas untuk

memberikan peluang yang besar

7. Biarkan musuh meloloskan diri sebagian walau punya

kemampuan mengejar, pikirkan serangan berikutnya

8. Untuk menghancurkan angkatan bersenjata, jangan

terperdaya dengan kemudahan merebut kota

9. Jika perintah penguasa negara tidak mendukung kemajuan

perang yang sedang berlangsung maka abaikan saja

IX. Mobilitas

* Penyebaran :

1. Ketika bergerak maju, jangan melalui punggung gunung/

bukit tapi lewat lembah

2. Naik dataran yang lebih tinggi untuk tahu posisi yang

paling menguntungkan menyerang dan bertahan

3. Jika musuh di dataran yang lebih tinggi, jangan sekali-

kali melayani/ mendahului serangan

4. Segera seberangi sungai, jadi musuh tidak ambil

kesempatan (jangan serang musuh saat musuh di sungai)

seranglah musuh saat baru menapakkan kaki di daratan

ketika separo kekuatan ada di sungai

5. Dataran lebih tinggi lebih baik daripada sungai

6. Jangan menyerang musuh dihulu sungai

7. Bila bertempur ditempat berawa, tetaplah bertahan dekat

dengan tepi rawa yang berumput

14

8. Lebih bagus lagi bila dibelakang pasukanmu terdapat

pepohonan, ini strategi untuk bertempur di daerah rawa

9. Pertempuran di tanah datar, maka letakkanlah di tanah

yang datar

X. Tanah lapang/ Medan

* Tipe tanah lapang/ medan pertempuran:

1. Mudah dilalui

2. Sulit dilalui

3. Netral: sama-sama sulit menyerang

4. Sempit

5. Berbahaya

6. Jangkaun jauh

XI. Sembilan situasi klasik

1. Biasa-biasa: berada di wilayah sendiri

2. Sederhana: wilayah musuh

3. Kritis: posisi yang sama-sama punya 2 pihak

4. Terbuka: wilayah yang dapat dimiliki 2 pihak

5. Memegang komando: untuk merebut posisi strategis,

komando semua daerah

6. Serius: di dalam wilayah musuh

7. Berbahaya: wilayah yang tidak aman dan sukar

8. Sulit: wilayah yang merupakan jalur masuk dan keluar

9. Putus asa: terpojok

XII. Menyerang dengan api

* Lima serangan ganas :

1. Bakar pasukan musuh

15

2. Rebut atau hancurkan perbekalan mereka

3. Sarana transportasi diganggu

4. Gudang senjata dihancurkan

5. Jalur perbekalan di rusak

Serang saat musim panas dan kering atau malam hari ketika

angin berhembus kencang.

XIII. Intelijen

* Jenis mata-mata :

1. Penduduk setempat lawan

2. Perwira militer dalam dewan istana

3. Mata-mata yang beralih haluan tetapi dapat dibeli

4. Mata-mata pembawa kematian: tawanan yang diinterogasi

5. Mata-mata pembawa kepastian: membawa informasi dengan

selamat

Upah yang besar bagi mata-mata

16

Pengstrat (3)

Strategi Perang Gerilya

Gerilya merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol, yaitu

guerrilla yang secara harafiah berarti perang kecil.

Gerilya adalah salah satu strategi perang yang dikenal

luas, karena banyak digunakan selama perang kemerdekaan di

Indonesia pada periode 1950-an. Jendral A.H. Nasution yang

pernah menjabat pucuk panglima Tentara Nasional Indonesia,

Angkatan Darat (TNI-AD) menuliskan di buku "Pokok-pokok

Gerilya".

Menurut kabar, buku ini masih tetap menjadi bahan acuan

untuk pendidikan gerilya dan anti-gerilya di West Point

("AKABRI" nya Amerika).

17

Kalau dilihat dari isi buku ini, sebenarnya masih

sangat layak untuk dikembangkan terus konsep dari pokok-

pokok gerilya dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat

ini. Sayangnya, buku ini hanya menjadi bagian sejarah saja,

padahal diakui atau tidak, Perang Kemerdekaan Indonesia I

dan II tidak kalah dahsyatnya dengan Perang Dunia II dari

sisi strategi militer, ekonomi, budaya, dan politik. TNI

saat ini lebih banyak mengambil konsep konsep “perang

modern” dibandingkan mengembangkan terus konsep “warisan”

pendahulunya. Tidak heran, TNI menjadi tidak kuat dan

citranya sudah jauh menurun dibandingkan dengan kondisi pada

saat Perang Kemerdekaan I dan II.

Berikut ini adalah isi dari buku karangan Jendral A.H

Nasution yang berjudul “Pokok-pokok Gerilya”.

* Pokok-Pokok Gerilya

I. Pokok-Pokok Gerilya

1. Peperangan abad ini adalah perang rakyat semesta

2. Perang Gerilya adalah perang si kecil/ si lemah melawan

si besar /si kuat

3. Perang Gerilya tidak dapat secara sendiri membawa

kemenangan terakhir,

Perang Gerilya hanya untuk memeras darah musuh, kemenangan

terakhir

hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam perang

biasa, karena hanya

tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif yang dapat

18

menaklukkan

musuh

4. Perang Gerilya biasanya adalah perang ideologi. Perang

Gerilya adalah

perang rakyat semesta

5. Akan tetapi Perang gerilya tidak berarti bahwa seluruh

rakyat

bertempur

Perang Gerilya adalah adalah perang rakyat semesta, perang

militer, politik, sosial-ekonomi dan psikologis

6. Perang Gerilya tidak boleh sembarang Gerilyaisme

7. Gerilya berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu

merawat dan

menyembunyikan gerilya, serta menyidik untuk keperluannya

8. Gudang Senjata gerilya adalah gudang senjata musuh

9. Menyimpulkan strategi dan taktik gerilya

a. Tentara regulerlah yg dapat membawa keputusan hasil

perang

b. Gerilya hanya :

Mengikat dan melelahkannya

Memeras darah keringat urat syarafnya dimana saja dia

berada

Siasat gerilya adalah mengikat musuh sebanyak mungkin,

melelahkan,

memeras darah dan keringantnya sebanyak mungkin

19

Gerilya adalah: muncul-menghilang, mondar-mandir

dimana-mana,

sehingga bagi musuh, dia tidak dapat dicari dimanapun,

tapi dapat

dirasakan menggempur dimana-mana

Siasat Gerilya: untuk memaksa musuh tersebar kemana-

mana

menjadi immobil sebanyak-banyaknya dan terpaksa

mengadakan

perbentengan yang tetap

Salah kalau organisasi pemerintah gerilya bersifat

statis

10. Syarat pokok perang gerilya ialah rakyat yang membantu,

ruangan

geografis yang cukup dan adanya perang yang lama

Perlu rakyat yang:

Kuat batinnya

Kuat ideologinya

Kuat semangat kemerdekaannya

Kuat semangat perjuangannya

Tabah menderita kesengsaraan perjuangan

11 Perang rakyat yang total memerlukan pimpinan yang total

pula, dan bukan

saja pada puncak nasional melainkan juga pada daerah-daerah

gerilya

terbawah

20

Siasat perang total:

Militer

Politik

Ekonomis

Psikologis

Sosial

12. Perang anti-gerilya harus menuju kepada memisah gerilya

dari rakyat

pangkalannya, dan karena itu lebih harus mengutamakan

gerakan politik,

psikologis dan ekonomis. Gerilya harus dilawan dengan

senjata-senjatanya

sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan

fleksibel

13. Sari-sari pengalaman Gerilya "Tentara Pembebasan Rakyat

Cina" wujud perang si kecil melawan si besar

2. Gerilya dan Perang Kita yang Akan Datang

1. Sediakan payung sebelum hujan

2. Buat 10 tahun atau lebih, gerilya adalah pokok dalam

pertahanan kita

3. Masa sekarang dan tahun-tahun yang akan datang kita masih

tetap dalam

alam anti-gerilya

Gerilya berakar dari rakyat, anti-gerilyanya haruslah

pertama-tama

menghilangkan akar-akar itu dari dalam rakyat

21

Bagaimana si anti-gerilya dapat menawan hati rakyat

kembali?

Bagaimana ia dapat menumbuhkan kepercayaan dan simpati

kembali?

Bagaimana si anti-gerilya dapat menimbulkan ideologi

yang lebih tinggi lagi?

4. Perang gerilya kita yang lalu dalam arti militer masih

tahap yang pertama

5. Kita harus selekas mungkin membangun tentara reguler yang

sebenarnya

Mao Tse Tung (Mo Zedong) “Dalam strategi kita satu

lawan sepuluh, tapi dalam

taktik sepuluh lawan satu.”

Walaupun kita lebih kecil dari musuh, namun kita

mencari sasaran-sasaran

dimana kita dengan konsentrasi sementara memperoleh

kelebihan yang mampu

menghancurkan bagian musuh yang kecil dan terputus.

6. Organisasi dan pendidikan buat perang gerilya yang akan

datang:

Tiga lapisan

Perlawanan tentara

Perlawanan partisan (gerilya rakyat)

Pertahanan rakyat sipil

7. Pimpinan dan pembangunan gerilya harus regional (sifat

"wehrkreise")

22

8. Tentara gerilya adalah pelopor perang ideologi yang

biasanya ideologi

politik

9. Sistem tentara rakyat dan gerilya

10. Penyelesaian keamanan dalam negeri adalah tugas tentara

nomor satu

buat tahun-tahun pertama

Pengstrat (4)

36 Strategi

23

Tiga Puluh Enam Strategi yang juga dikenal dengan

sebutan Tiga Pulu Enam Taktik, merupakan sajak Cina yang

mengulas taktik-taktik kemiliteran. Buku ini memuat 36

skenario perang dalam sejarah Cina pada Zaman Negara-negara

Berperang dan Zaman Tiga Negara. Tiga Puluh Enam Strategi

ini lebih banyak disampaikan sebagai cerita dari mulut ke

mulut daripada didokumentasikan secara tertulis. Meskipun

demikian, banyak penulis di Cina yang berusaha

mengompilasikan “36 Stretegi” ini dari berbagai cerita

turun-menurun.

* Strategi untuk Menang

Strategi 1: Perdaya Langit untuk melewati Samudera. Bergerak

di kegelapan dan bayang-bayang hanya akan menarik

kecurigaan. Untuk memperlemah pertahanan musuh bertindaklah

di tempat terbuka dengan menyembunyikan maksud tersembunyi

anda.

Strategi 2: Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao. Ketika

musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang

berharga yang dimilikinya. Seranglah sesuatu yang

berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk

melemahkannya secara psikologis.

Strategi 3: Pinjam tangan seseorang untuk membunuh. Serang

dengan menggunakan kekuatan pihak lain. Perdaya sekutu untuk

menyerang musuh, sogok tentara musuh menjadi pengkhianat,

atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri.

24

Strategi 4: Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga.

Rencanakan waktu dan tempat pertempuran terlebih dahulu.

Dengan cara ini, anda akan tahu kapan dan di mana

pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak.

Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia

sambil menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung,

seranglah.

Strategi 5: Merompak sebuah rumah yang terbakar. Saat musuh

mengalami konflik internal, inilah waktunya untuk menyerang.

Strategi 6: Berpura-pura menyerang dari timur dan

menyeranglah dari barat.

* Strategi Berhadapan dengan Musuh

Strategi 7: Buatlah sesuatu untuk hal kosong. Buatlah tipu

daya 2 kali. Setelah beraksi terhadap tipuan pertama dan

kedua, musuh akan ragu-ragu untuk bereaksi pada tipuan yang

ketiga. Namun tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk

menangkap musuh saat pertahanannya lemah.

Strategi 8: Secara rahasia pergunakan lintasan Chen Chang.

Serang musuh dengan dua kekuatan konvergen. Yang pertama

adalah serangan langsung dan yang kedua secara tidak

langsung dimana musuh tidak menyangka dan membagi

kekuatannya sehingga akhirnya mengalami kebingungan.

Strategi 9: Pantau api yang terbakar sepanjang sungai. Tunda

untuk memasuki wilayah pertempuran sampai seluruh pihak yang

bertikai mengalami kelelahan akibat pertempuran yang terjadi

25

antara mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh dan

habiskan.

Strategi 10: Pisau tersarung dalam senyum. Puji dan jilat

musuh anda. Ketika mendapat kepercayaan darinya, mulailah

melawan secara diam-diam.

Strategi 11: Pohon kecil berkorban untuk pohon besar. Ada

suatu keadaan dimana anda harus mengorbankan tujuan jangka

pendek untuk mendapatkan tujuan jangka panjang. Ini adalah

strategi kambing hitam dimana seseorang akan dikorbankan

untuk menyelamatkan yang lain.

Strategi 12: Mencuri kambing sepanjang perjalanan. Sementara

tetap berpegang pada rencana, anda harus cukup fleksibel

untuk mengambil keuntungan dari tiap kesempatan yang ada

sekecil apapun.

* Strategi Penyerangan

Strategi 13: Kagetkan ular dengan memukul rumput di

sekitarnya. Ketika anda tidak mengetahui rencana lawan

secara jelas, serang dan pelajari reaksi lawan.

Strategi 14: Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan

kembali jiwanya. Ambil cara yang telah dilupakan atau tidak

digunakan lagi. Hidupkan kembali sesuatu dari masa lalu

dengan memberinya tujuan baru.

Strategi 15: Permainkan harimau untuk meninggalkan

sarangnya. Jangan pernah menyerang secara langsung musuh

yang memiliki keunggulan akibat posisinya yang baik.

26

Permainkan mereka untuk meninggalkan sarangnya sehingga

mereka akan terjauh dari sumber kekuatannya.

Strategi 16: Pada saat menangkap, lepaslah satu orang.

Mangsa yang tersudut biasanya akan menyerang secara membabi

buta. Untuk mencegah hal ini, biarkan musuh percaya bahwa

masih ada kesempatan untuk bebas. Hasrat mereka untuk

menyerang akan teredam dengan keinginan untuk melarikan

diri. Ketika pada akhirnya kebebasan yang mereka inginkan

tersebut tak terbukti, moral musuh akan jatuh dan mereka

akan menyerah tanpa perlawanan.

Strategi 17: Melempar Batu Bata untuk mendapatkan Giok.

Persiapkan sebuah jebakan dan perdaya musuh anda dengan

umpan seperti kekayaan, kekuasaan, dan wanita.

Strategi 18: Kalahkan musuh dengan menangkap pemimpinnya.

Jika tentara musuh kuat tetapi dipimpin oleh komandan yang

mengandalkan uang dan ancaman, maka ambil pemimpinnya. Sisa

pasukannya akan terpecah belah atau menyerah.

* Strategi Membingungkan

Strategi 19: Jauhkan kayu bakar dari tungku masak. Ketika

berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk dihadapi

secara langsung, lemahkan musuh dengan meruntuhkan dasarnya

dan menyerang sumberdayanya.

Strategi 20: Memancing di air keruh. Sebelum menghadapi

pasukan musuh, buatlah sebuah kekacauan untuk memperlemah

persepsi dan pertimbangan mereka.

27

Strategi 21: Mepaskan kulit serangga. Ketika anda dalam

keadaan tersudut dan anda hanya memiliki kesempatan untuk

melarikan diri dan harus menyatukan kelompok, buatlah sebuah

tipuan. Sementara perhatian musuh terfokus atas muslihat

yang dilakukan, pindahkan pasukan anda secara rahasia di

belakang muka anda yang terlihat.

Strategi 22: Tutup pintu untuk menangkap pencuri. Jika anda

memiliki kesempatan untuk menangkap seluruh musuh maka

lakukanlah, sehingga dengan demikian pertempuran akan segera

berakhir. Membiarkan musuh untuk lepas akan menanam bibit

dari konflik baru.

Strategi 23: Berteman dengan negara jauh dan serang negara

tetangga. Ketika anda adalah yang terkuat di sebuah wilayah,

ancaman terbesar adalah dari terkuat kedua di wilayah

tersebut, bukan dari yang terkuat di wilayah lain.

Strategi 24: Cari lintasan aman untuk menjajah Kerajaan Guo.

Pinjam sumberdaya sekutu untuk menyerang musuh bersama.

Sesudah musuh dikalahkan, gunakan sumberdaya untuk berbalik

menyerang sekutu.

* Strategi Pendekatan

Strategi 25: Gantikan balok dengan kayu jelek. Kacaukan

formasi musuh, buatlah satu hal yang berlawanan dengan

latihan standarnya. Dengan cara ini anda telah meruntuhkan

tiang-tiang pendukung yang diperlukan oleh musuh dalam

membangun pasukan yang efektif.

28

Strategi 26: Lihat pada pohon murbei dan ganggu ulatnya.

Untuk mendisiplinkan, mengawal, dan mengingatkan suatu pihak

yang status atau posisinya di luar konfrontasi langsung;

gunakan analogi atau sindiran. Tanpa langsung menyebut nama,

pihak yang tertuduh tidak akan dapat memukul balik tanpa

keberpihakan yang jelas.

Strategi 27: Pura-pura menjadi seekor babi untuk memakan

harimau. Sembunyi di balik topeng kebodohan untuk

menciptakan kebingungan atas tujuan dan motivasi anda. Tipu

lawan anda ke dalam sikap meremehkan kemampuan anda sampai

pada akhirnya terlalu yakin akan diri sendiri sehingga

menurunkan level pertahanannya.

Strategi 28: Jauhkan tangga ketika musuh telah sampai di

atas. Biarlah musuh mengacau ke daerah anda. Kemudian putus

jalur komunikasi dan jalan untuk melarikan diri. Lalu serang

sekuat tenaga.

Strategi 29: Hias pohon dengan bunga palsu. Dengan

menggunakan muslihat dan penyamaran akan membuat sesuatu

yang tak berarti tampak berharga; tak mengancam kelihatan

berbahaya.

Strategi 30: Buat tuan rumah dan tamu bertukar tempat.

Kalahkan musuh dari dalam dengan menyusup ke dalam benteng

lawan di bawah muslihat kerjasama. Dengan cara ini anda akan

menemukan kelemahan dan kemudian saat pasukan musuh sedang

beristirahat, serang secara langsung pertahanannya.

* Strategi Kalah

29

Strategi 31: Jebakan indah. Kirim musuh anda umpan yang akan

menyebabkan perselisihan di basis pertahanannya. Jebakan ini

terutama menggunakan wanita.

Strategi 32: Kosongkan benteng. Perangkap psikologis,

benteng yang kosong akan membuat musuh berpikir bahwa

benteng tersebut penuh perangkap.

Strategi 33: Biarkan mata-mata musuh menyebarkan konflik di

wilayah pertahanannya. Gunakan mata-mata musuh untuk

menyebarkan informasi palsu.

Strategi 34: Lukai diri sendiri untuk mendapatkan

kepercayaan musuh. Berpura-pura terluka akan mengakibatkan

dua kemungkinan: musuh akan bersantai sejenak karena tidak

melihat anda sebagai ancaman serius; kedua, jalan untuk

menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab

musuh merasa aman.

Strategi 35: Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan.

Jangan pernah bergantung pada satu strategi.

Strategi 36: Larilah untuk bertempur di lain waktu. Ketika

pihak anda mengalami kekalahan, hanya ada tiga pilihan:

menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah

kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi

melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. Selama tidak

kalah, anda masih memiliki kesempatan menang!

30

Pengstrat (5)

Strategi Serangan

* Operasi Darat

* Serangan Frontal

Serangan frontal adalah serangan yang secara langsung

ditunjukkan kepada seluruh kelebaran garis depan kekuatan

militer musuh. Biasanya serangan frontal dilakukan kalau

31

penyerang menganggap memiliki kekuatan yang cukup banyak

mengungguli kekuatan musuhnya, yaitu paling sedikit tiga

kali lipat.

Dengan serangan frontal, penyerang bermaksud menggulung

kekuatan pertahanan sehingga tujuan serangan tercapai.

Contoh serangan frontal sebagai operasi darat adalah

serangan pasukan Korea Utara terhadap Korea Selatan pada

tahun 1950 yang menyulut Perang Korea.

Sekarang, pada umumnya serangan frontal tidak dilakukan

tersendiri, melainkan digabung dengan pola serangan lain.

* Serangan Melambung

Serangan melambung adalah serangan yang dilakukan

dengan menggerakkan pasukan penyerang mengitari salah satu

lambung garis pertahanan musuh, kemudian menyerangnya di

lambung tersebut sebagai titik berat serangan. Pada saat

bersamaan, ada pasukan lain yang menyerang garis depan musuh

secara ringan untuk melakukan penipuan, seakan-akan titik

berat serangan tertuju ke garis depan. Serangan dapat juga

dilakukan terhadap kedua lambung pertahanan musuh, dinamakan

serangan melambung rangkap (double envelopment).

Contoh serangan melambung adalah serangan Letnan

Jendral Erwin Rommel ketika merebut kota Tobruk di Afrika

bagian utara pada tahun 1941.

* Serangan Melingkar (Encirclement)

Serangan melingkar adalah serangan yang didahului

manuver atau gerakan ke bagian belakang pertahanan musuh dan

32

kemudian menyerangnya dari belakang. Seperti dalam serangan

melambung, ada penipuan dengan menggerakkan pasukan

seperlunya untuk menghadapi garis depan pertahanan musuh.

Contoh serangan melingkar adalah ofensif permulaan

Jerman terhadap pasukan Prancis dalam PD I.

* Serangan Penetrasi

Serangan Penetrasi adalah serangan dengan kekuatan

utama pasukan lapis baja (tank) yang menembus pertahanan

musuh dari depan pada titik tertentu, kemudian memanfaatkan

lubang dalam pertahanan itu untuk menggerakkan pasukan lapis

baja menembus garis pertahanan dengan cepat. Yang pertama

menggunakan cara serangan ini adalah Jerman dalam PD II.

* Serangan Perembesan

Serangan perembesan adalah serangan yang menggerakkan

pasukan penyerang melalui lubang-lubang (gap) pertahanan

musuh dalam kelompok-kelompok relatif kecil, kemudian

kelompok itu bergabung di tempat yang telah ditentukan di

belakang daerah pertahanan musuh dan menyerang musuh dari

belakang.

Contoh serangan perembesan adalah serangan pasukan Cina

terhadap pasukan Amerika dalam Perang Korea, ketika pasukan

Amerika di bawah pimpinan Jendral Douglas Mc Arthur berhasil

maju sepanjang jazirah Korea dan mendekati perbatasan dengan

Cina.

* Serangan Lintas Udara

33

Serangan lintas udara adalah serangan yang dilakukan

dengan menerjunkan pasukan di tempat tertentu, biasanya di

daerah belakang atau lambung pertahanan musuh, dan kemudian

menyerang sasaran-sasaran vital dalam pertahanan musuh.

Biasanya serangan lintas udara dibarengi dengan serangan

penetrasi melintasi darat yang kemudian mengadakan link-up

dengan pasukan lintas udara.

Serangan ini merupakan operasi gabungan kekuatan darat

dan udara. Angkatan udara mengangkut pasukan angkatan darat

sampai di atas daerah penerjunan, tempat pasukan darat

terjun dari pesawat angkut angkatan udara. Contoh serangan

lintas udara yang paling menonjol adalah yang dinamakan

Operation Market Garden yang dilakukan pasukan AS dan sekutunya

dalam PD II.

* Serangan Pendaratan Amfibi

Serangan pendaratan amfibi adalah serangan yang

dilakukan dengan mendaratkan pasukan di pantai wilayah musuh

untuk membangun tumpuan pantai (beachhead) sebagai pangkalan

ofensif terhadap pertahanan musuh. Serangan seperti itu

merupakan operasi bersama antara kekuatan darat dengan

dibantu kekuatan udara. Kekuatan darat dapat terdiri atas

pasukan marinir atau pasukan angkatan darat atau gabungan

marinir dan angkatan darat.

Kekuatan udara dapat terdiri atas kekuatan udara

angkatan laut atau angkatan udara atau gabungan dari dua

angkatan. Pasukan pendarat diangkut angkatan laut sampai ke

34

depan pantai pendaratan dan didaratkan dengan menggunakan

sekoci pendarat angkatan laut. Contoh paling menonjol adalah

amfibi Sekutu Barat di Pantai Normandie (Prancis Barat) yang

dinamakan Overlord Operation pada bulan Juni 1944 di bawah

pimpinan Jendral Dwight Eisenhower.

* Serangan Dalam

Serangan dalam adalah serangan gabungan kekuatan darat

dan kekuatan udara yang dilakukan dengan penembakan peluru

kendali jauh ke dalam daerah pertahanan musuh, diikuti

dengan serangan udara dan serangan pendaratan amfibi, dan

dilanjutkan dengan serangan penetrasi serta serangan lintas

udara.

Konsep serangan ini lahir ketika berkembang RMA yang

diterapkan dalam konsep untuk menghadapi kemungkinan

serangan Uni Soviet di Eropa Barat. Para pakar taktik AS

berpikir bahwa menghadapi konsep serangan darat Uni Soviet

di Eropa Barat tidak dapat dengan cara pertahanan biasa

sebab Uni Soviet berencana menyerang dalam bentuk gelombang.

Mungkin saja pertahanan AS dapat menahan serangan

gelombang pertama, tetapi lama kelamaan akan kehabisan

tenaga menghadapi gelombang ketiga atau keempat. Oleh sebab

itu, harus secara dini dilakukan serangan balasan yang

tertuju ke posisi gelombang kedua dan ketiga di daerah

belakang Uni Soviet dan menghancurkan atau melumpuhkannya.

Serangan AS ke Irak pada tahun 2003 merupakan contoh

pertama dalam sejarah yang memperaktikkan konsep serangan

35

dalam dengan memanfaatkan segala kemajuan teknologi yang

dapat digunakan. Tujuan serangan adalah mencapai sasaran

serangan secepat mungkin dengan sesedikit mungkin kehilangan

korban, terutama manusia. Dengan sendirinya, serangan juga

berusaha meniadakan kemungkinan operasi pertahanan.

* Operasi Laut

* Penguasaan Laut

Operasi di laut merupakan bagian penting dari

pernyataan dari perang atau strategi, baik itu serangan

ataupun pertahanan. Lautan diperlukan untuk dapat membawa

kekuatan perang ke daerah-daerah lain di seberang lautan.

Oleh sebab itu, setiap pihak berusaha menguasai lautan dan

untuk itu membangun armada yang besar dan kuat. Di masa

lalu, Spanyol, Belanda, dan Inggris berhasil meluaskan

daerah kekuasaan ke seberang lautan dan membangun daerah

jajahan yang membuat negaranya kaya dan sejahtera.

Itu semua tercapai karena negara-negara itu pada

zamannya berhasil membangun armada kuat yang menguasai

lautan. Kalau ada negara yang berarmada kuat, negara lain

yang hendak menguasai lautan akan membangun armadanya untuk

menantang armada negara pertama. Itulah yang mengakibatkan

terjadinya pertempuran di masa lalu.

Sekalipun sebelumnya armada Spanyol dan Belanda

terkenal kekuatannya, akhirnya pada permulaan abad ke-20

yang mendominasi lautan dunia adalah Inggris. Ketika Jerman

pada permulaan abad ke-20 hendak muncul sebagai kekuatan

36

dunia, ia pun membangun armada untuk mengakhiri dominasi

armada Inggris. Pertempuran laut terjadi dalam PD I, yaitu

Pertempuran Laut Jutland. Akan tetapi, armada Jerman tidak

berhasil merebut kemenangan dan Inggris tetap menguasai

dunia.

* Interdiksi atau Guerre de Course

Yang tidak kalah pentingnya dalam usaha penguasaan laut

adalah interdiksi atau guerre de course. Dulu, pihak yang merasa

armadanya kurang kuat untuk melawan musuh dalam pertempuran

laut melakukan interdiksi.

Itu adalah gerakan berupa raid dengan kapal perang yang

bergerak sendiri terhadap kapal-kapal dagang musuh. Yang

menjadi tujuan adalah mengganggu sejauh mungkin keleluasaan

musuh dalam penggunaan lautan. Dalam PD I, dikenal peran

kapal jelajah Jerman, Emden, yang membuat lalu lintas

Samudera Hindia tidak aman bagi Inggris.

* Blokade

Penguasaan laut di masa lalu juga memanfaatkan blokade

yang dilakukan terhadap pelabuhan-pelabuhan penting musuh.

Blokade dilakukan dengan menggunakan kapal perang yang

berjaga di depan pelabuhan atau dipasang lapangan ranjau

yang menimbulkan kekhawatiran kapal angkut musuh yang mau

masuk atau keluar pelabuhan.

Di masa kini, tindakan seperti itu masih dapat terjadi

kalau ada negara besar hendak memaksakan kemauannya terhadap

negara kecil. Sebelum menyerang Irak, AS melakukan blokade

37

untuk menjamin bahwa Irak tidak dapat mengekspor minyaknya

tanpa diketahui AS dan tidak dapat mengimpor bahan

keperluannya.

* Operasi di Udara

* Penguasaan Udara

Penguasaan udara amat penting untuk menjamin kebebasan

beroperasi, baik di darat, laut maupun udara. Oleh sebab

itu, negara yang berambisi menyerang biasanya membangun

kekuatan udara seampuh mungkin.

Kekuatan udara menyerang semua kemungkinan pihak musuh

untuk menguasai udara. Pangkalan kekuatan udara musuh

diserang dan pesawat terbang yang ada di pangkalan itu

sebanyak mungkin dihancurkan.

Pusat komando, fasilitas logistik, serta perhubungan

pun mengalami perlakuan sama. Kalau musuh berhasil

mengudarakan pesawatnya untuk melawan serangan, kekuatan

udara musuh itu harus dimusnahkan.

Yang juga menjadi sasaran serangan adalah kemampuan

musuh melakukan pertahanan udara dari darat dengan

menggunakan rudal, meriam dan mitraliur. Agar musuh tidak

mampu membangun kembali kekuatan udara yang sudah hancur,

semua industrinya juga harus diserang.

Melihat sifat dan jarak letak sasaran, serangan udara

dibedakan antara serangan udara strategis dan serangan udara

taktis. Serangan udara strategis erat hubungannya dengan

38

teori Douhet, yaitu berusaha menghancurkan kemampuan musuh

untuk berperang sehingga musuh dipaksa menyerah.

Dalam sejarah hal itu hanya sekali terjadi, yaitu

ketika Jepang menyerah dalam PD II karena pimpinan negaranya

tidak tahan melihat rakyatnya menderita akibat pengeboman

dengan bom atom. Sekalipun teori Douhet kurang didukung

kenyataan, serangan udara strategis tetap bermanfaat untuk

mengurangi kemampuan perang musuh.

Konsep strategi nuklir, yaitu penembakan rudal balistik

untuk menyerang negara musuh, baik rudal antar-benua (ICBM)

maupun jarak sedang (MRBM), termasuk dalam serangan udara

strategis. Serangan udara taktis lebih berhubungan dengan

perebutan penguasaan udara di atas daerah depan dan serangan

bantuan dekat kekuatan darat dan laut.

* Interdiksi

Dengan mencapai penguasaan udara, kekuatan udara dapat

dimanfaatkan untuk bermacam-macam fungsi, seperti

menghancurkan prasarana musuh, yaitu jembatan, pusat tenaga

listrik, dan lainnya. Juga untuk melakukan serangan terhadap

kegiatan logistik musuh dari belakang ke garis depan.

* Serangan Bantuan Dekat

Kekuatan udara juga dioperasikan untuk mendukung

operasi darat dan laut atas permintaan pasukan darat dan

kekuatan laut. Diperlukan koordinasi yang baik dan erat

antara ketiga kekuatan agar bantuan dekat dari udara datang

39

sesuai permintaan dan menyerang sasaran yang dikehendaki

pihak yang minta bantuan.

Yang amat menonjol adalah peran kekuatan udara dalam

mendukung gerakan maju pasukan tank dalam operasi darat

penetrasi. Serangan udara itu tidak hanya menghancurkan

perlawanan antitank musuh, tetapi juga amat besar dampaknya

dalam menciptakan kegaduhan dan kekacauan di daerah belakang

musuh sehingga meruntuhkan semangat perlawanannya.

Peran kekuatan udara dalam pertempuran laut juga

menonjol dengan menyerang kapal induk musuh, seperti

ditujukan dalam pertempuran laut Midway. Hal lain yang juga

besar dampaknya adalah kerjasama antara pasukan kapal selam

Jerman dengan kekuatan udaranya yang berpangkalan di darat

untuk menyerang angkutan laut Sekutu di Samudera Atlantik

dalam PD II. Tidak sedikit kapal Inggris yang tenggelam

karena serangan itu dan hampir mencekik daya tahan

masyarakat Inggris.

Pengstrat (6)

40

Strategi Pertahanan

* Bentuk Operasi Pertahanan

* Operasi di Darat

* Pertahanan Linier

Pertahanan linier adalah pertahanan satu atau dua

garis, tanpa ada kedalaman yang berarti. Bentuk pertahanan

ini boleh dikatakan sebagai yang paling sesuai dengan naluri

manusia yang ingin mempertahankan dan menyelamatkan segala

hal yang ia miliki. Biasanya dilakukan untuk memanfaatkan

kondisi medan, seperti sungai yang dalam dan cukup lebar

yang melintasi wilayah yang akan dimasuki penyerang.

Dalam bentuknya yang modern, pertahanan linier dapat

berupa pertahanan depan (forward defense) sebagaimana

direncanakan NATO dalam menghadapi kemungkinan serangan Uni

Soviet dalam Perang Dingin. Dengan menempatkan pertahanan

depan sebagai strategi pertahanan Eropa Barat, NATO menjamin

kepada rakyat Jerman bahwa wilayahnya tidak akan dikorbankan

secara mudah dan kurang bertanggung jawab.

Kelemahan bentuk pertahanan ini adalah kalau penyerang

tidak melakukan serangan pada front yang lebar, melainkan

memusatkan serangan pada satu atau dua poros untuk melakukan

penetrasi dengan kekuatan besar. Karena tidak terjadi perang

fisik antara blok Barat dan blok Komunis, kebenaran konsep

pertahanan itu tidak dapat diuji.

* Pertahanan Elastis

41

Sebagai kebalikan ekstrem dari pertahanan linier dan

pertahanan depan adalah pertahanan elastis. Dalam bentuk

pertahanan ini, sama sekali tidak disiapkan garis pertahanan

untuk menahan gerak maju penyerang. Sebaliknya, penyerang

seakan-akan dipersilakan bergerak masuk ke wilayah

pertahanan. Pihak pertahanan tahu bahwa setiap gerak maju

ada saat maksimalnya karena pasukan penyerang memerlukan

pembekalan kembali dan konsolidasi.

Diperkirakan bahwa gerak maju penyerang tidak akan

melampaui sekitar 20 kilometer. Pada saat pasukan penyerang

berhenti, pasukan pertahanan yang telah disiapkan melakukan

serangan balasan.

Bentuk pertahanan ini memerlukan kondisi geografis yang

sesuai. Hanya negara yang wilayahnya cukup luas dan dalam

yang dapat melakukan bentuk pertahanan ini. Negara seperti

Rusia dan Cina dapat melakukan bentuk pertahanan seperti

ini. Akan tetapi, itu juga memerlukan persiapan matang dalam

menjaga penduduk yang tinggal di wilayah yang seakan-akan

dikorbankan tidak patah semangat.

* Pertahanan Berlapis

Konsep pertahanan ini timbul terutama setelah

berkembang operasi serangan penetrasi dengan kekuatan tank.

Untuk mencegah penetrasi yang terjadi pada garis pertahanan

depan yang dimanfaatkan oleh pasukan tank, disusun garis

pertahanan di belakang pertahanan terdepan. Dari pertahanan

42

kedua dapat diadakan penembakan kepada pasukan musuh yang

berhasil menembus pertahanan pertama.

Setiap garis pertahanan diperkuat dengan kubu; rencana

tembakan langsung termasuk anti-tank, rencana tembakan tidak

langsung disertai penggalian parit anti-tank, pemasangan

lapang ranjau anti-tank dan anti-personel, dan pengaturan

tembakan anti-tank oleh tank yang ditempatkan dalam posisi

tergali. Disamping itu, pasukan infanteri yang berada di

tiap garis pertahanan memegang senjata rudal atau roket

anti-tank yang menambah kemampuan menahan gerak tank.

Setelah momentum serangan dapat dihentikan oleh garis

pertahanan kedua, ketiga atau manapun, pasukan pertahanan

melakukan serangan balasan dengan menggerakkan pasukan

cadangan yang disiapkan sebelumnya di daerah belakang. Dalam

bentuk pertahanan ini, kekuatan pertahanan terdiri atas

berbagai cabang kesenjataan dan tidak banyak unsur tanknya

(tank heavy).

Persoalan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

pertahanan berlapis adalah bahwa ia selalu disertai gerakan

mundur ketika pasukan pertahanan harus pindah dari lapis

satu ke yang lain.

Gerakan mundur mengandung cukup banyak kesulitan kalau

dikerjakan oleh pasukan yang kurang disiplin dan terlatih

karena dapat saja menjadi gerakan yang kacau apabila pasukan

kurang baik.

43

Hal seperti itu malah menimbulkan keadaan pertahanan

yang chaotis dan dapat terjadi demoralisasi, apalagi kalau

gerakan mundur pasukan bercampur dengan rakyat yang

mengungsi atau melarikan diri dari daerah yang diserang

musuh. Yang pertama mengembangkan pertahanan seperti ini

adalah tentara Uni Soviet ketika terjadi ofensif Jerman pada

tahun 1941 (Barbarossa Operation).

* Pertahanan Mobil

Versi lain pertahanan berlapis adalah pertahanan mobil.

Bentuk pertahanan ini biasa dilakukan oleh pertahanan yang

banyak unsur tanknya. Dalam bentuk pertahanan mobil tidak

disusun garis-garis pertahanan, melainkan “pulau-pulau

perlawanan” (islands of resistance) yang menghadapi poros gerak

maju musuh.

Musuh tidak semata-mata ditahan di garis depan,

melainkan disalurkan dengan menggunakan daya tembak dan daya

gerak yang dikeluarkan oleh pulau perlawanan. Pulau

perlawanan terdiri atas infanteri bermotor, pasukan zeni

bermotor, dan sejumlah tank.

Bersamaan dengan usaha pulau berlawanan untuk

menyalurkan gerak maju musuh juga dilakukan tembakan

altileri dengan maksud sama. Gerakan maju musuh disalurkan

sedemikian rupa agar pasukan penyerang masuk ke satu daerah

yang sudah disiapkan sebagai daerah penghancur (killing grand).

44

Kalau pasukan musuh sudah cukup banyak masuk daerah

penghancur, diadakan serangan balasan dengan pasukan tank

pihak pertahanan.

* Pertahanan Wilayah

Pertahanan wilayah adalah pertahanan yang memanfaatkan

kondisi wilayah guna menimbulkan korban sebanyak-banyaknya

pada penyerang. Dalam pertahanan wilayah, tidak mustahil

tempat-tempat tertentu dalam wilayah itu dikuasai penyerang.

Pihak yang bertahan tidak mau melakukan pertempuran

yang inisiatifnya ada pada pihak penyerang. Ia memperkirakan

bahwa pertempuran yang diprakarsai penyerang bergerak dengan

kekuatan yang lebih besar jumlahnya atau memiliki

superioritas lain. Pihak bertahan menyingkir dari medan itu

sehingga penyerang tidak mencapai tujuannya.

Sebaliknya, pihak bertahan selalu mencari peluang untuk

memukul pihak penyerang dalam pertempuran yang diprakarsai

pihak bertahan. Itu dilakukan dengan merencanakan

pengandangan terhadap kedudukan pasukan penyerang tanpa ada

tujuan menduduki seterusnya tempat itu, serangan terhadap

perbekalan pasukan penyerang, dan cara-cara lain yang dapat

menempatkan pasukan penyerang dalam posisi kurang kuat.

Dalam segala usaha pihak bertahan, faktor pendadakan

amat penting. Taktik gerilya yang bersifat pukul-menghilang

(hit and run tactics) memiliki peran penting dalam pertahanan

wilayah. Akan tetapi, kalau pihak bertahan pada satu saat

dapat mengosentrasi pasukan sehingga mencapai keunggulan

45

relatif terhadap penyerang, ia tidak segera menghilang

setelah memukul.

Ia menggunakan peluang itu untuk melakukan pertempuran

lebih lama dan menimbulkan korban lebih banyak terhadap

pihak penyerang.

* Operasi di Laut

* Penguasaan Laut

Baik pihak yang menjalankan strategi serangan maupun

strategi pertahanan berusaha menguasai lautan. Bagi yang

menjalankan pertahanan, tentu dengan maksud agar pihak

penyerang tidak dapat menggunakan lautan sebagai jalan untuk

mendekati wilayah yang dipertahankan. Demikian pula, penting

bagi pihak pertahanan bahwa ia dapat menggunakan lautan

sebagai transportasi segala macam keperluannya.

Perbedaan yang dapat dilihat antara kekuatan yang

hendak menguasai lautan sebagai pihak pertahanan dengan

kekuatan yang menyerang adalah bahwa yang mempertahankan

dapat melakukan penguasaan lautan dengan cara penolakan

(denial), sedangkan yang menyerang memerlukan penguasaan atas

lautan. Hal ini berakibat pada susunan kekuatan yang dapat

berbeda bagi yang bertahan dan yang menyerang.

Pihak yang menyerang memerlukan banyak kapal permukaan

yang dapat mengeluarkan banyak daya tembak yang ditujukan

kepada sasaran di wilayah negara musuhnya, seperti kapal

induk, tempur, dan jelajah yang semuanya dapat mengeluarkan

46

daya tembak berupa pesawat terbang, peluru kendali, dan

meriam.

Hal itu diperlukan karena penyerang memasuki wilayah

lautan yang jauh dari wilayah negaranya. Dengan kekuatan

itu, pihak penyerang bermaksud menguasai lautan seluas

mungkin, khususnya wilayah lautan yang terletak antara

negaranya sendiri dan negara yang diserang, dan dapat

menyerang sasaran di wilayah negara musuh dengan leluasa,

termasuk melakukan operasi pendaratan amfibi.

Sebaliknya, pihak pertahanan dapat menitikberatkan pada

usaha menetralisasi armada penyerang dengan menyusun

lapangan ranjau yang mempersulit manuver penyerang, terutama

di tempat-tempat yang penting bagi pertahanan. Selain itu,

pihak pertahanan menggunakan banyak kapal-kapal permukaan

pihak penyerang.

Itu adalah kapal yang relatif kecil dengan daya tembak

yang banyak dan kuat, seperti peluru kendali dan torpedo.

Gerakan laut penyerang juga dapat diganggu dengan serangan

udara yang dilakukan dari pangkalan di darat.

* Pertahanan Selat

Bagi pihak pertahanan, penting untuk dapat melakukan

pertahanan selat yang efektif. Hal ini terutama penting bagi

negara-negara yang memiliki banyak selat. Gerak armada

penyerang harus memasuki dan bergerak melintasi selat. Kalau

ada persiapan memadai, itu adalah peluang baik bagi pihak

pertahanan untuk menghancurkannya.

47

Sistem senjata yang paling penting bagi pertahanan

selat adalah peluru kendali yang telah disiapkan untuk

menembaki serta menguasai tempat tertentu di selat.

Penggunaan lapang ranjau juga penting untuk memaksa musuh

bergerak ke arah tertentu di selat itu dan kemudian diserang

dengan rudal.

* Operasi di Udara

* Pertahanan Udara

Sebagaimana dalam penguasaan lautan, baik pihak

penyerang maupun pihak pertahanan berkepentingan merebut

penguasaan udara. Disini juga ada perbedaan dalam mencapai

tujuan itu. Bagi yang melakukan pertahanan, penting untuk

dapat menolak serangan udara, baik yang dilakukan dengan

serangan peluru kendali maupun dengan pesawat terbang.

Cara utamanya adalah dengan menembak jatuh rudal musuh

sebelum jatuh di wilayah pertahanan menggunakan rudal yang

tepat, selain menembak jatuh pesawat terbang musuh

menggunakan pesawat terbang dan senjata lawan udara, baik

rudal maupun meriam dan mitraliur.

Apabila penyerang menggunakan senjata nuklir,

pertahanan terbaik adalah dengan juga menembak wilayah

penyerang dengan senjata nuklir sehingga baik yang menyerang

maupun diserang sama-sama mengalami banyak kehancuran.

AS juga mengembangkan pertahanan anti-rudal balistik,

yaitu kemampuan menembak jatuh rudal balistik yang membawa

senjata nuklir sebelum sampai di sasaran.

48

* Pembangunan Perlindungan

Salah satu aspek penting dalam pertahanan udara adalah

pembangunan perlindungan untuk dapat meniadakan atau

membatasi akibat negatif serangan udara. Perlindungan itu

terutama diperlukan untuk fasilitas atau lingkungan kerja

yang bersifat strategis, yaitu yang hasil pekerjaan atau

produksinya amat mempengaruhi kelanjutan pertahanan.

Misalnya, kantor pimpinan negara dan anggota pemerintah

lainnya, markas besar angkatan perang dan kepolisian, pusat

komunikasi, pabrik-pabrik penting bagi produksi keperluan

pertahanan, dan lainnya.

* Akan tetapi, untuk keperluan masyarakat juga diperlukan

pembangunan perlindungan karena pengeboman dan serangan

udara lainnya tidak membatasi diri pada sasaran militer.

Oleh sebab itu, perlu dibangun kompleks perlindungan di

pusat kota tempat banyak orang berbelanja. Bahkan, setiap

rumah tangga sebaiknya membangun tempat perlindungan.

Sebaiknya perlindungan merupakan pembangunan fasilitasi

di bawah tanah dengan lapisan beton di atasnya agar

pengeboman pihak penyerang tidak mengakibatkan dampak

merugikan.

Ini terutama untuk menghadapi serangan senjata nuklir

sehingga diperlukan perlindungan yang lebih kuat dan luas,

seperti yang telah dilakukan oleh Swedia dengan membangun

kompleks di bawah tanah di kota Stockholm. Di Jepang dan

Cina juga ada kompleks-kompleks luas di bawah tanah yang

49

dibangun dengan kokoh untuk dapat mengatasi akibat serangan

nuklir.

Meskipun perlindungan itu tidak dapat meniadakan

serangan udara atau serangan nuklir, tetapi dengan

memilikinya akan amat mengurangi akibat buruk serangan itu.

Pengstrat (7)

Keamanan dalam HI

* Konsep Keamanan dalam Konteks Hubungan Internasional

Definisi yang paling sering digunakan oleh penstudi HI

adalah definisi dari Barry Buzan yang dalam bukunya People,

States, and Fear mengatakan bahwa:

“Keamanan, dalam arti objektif, mengukur tidak adanya

ancaman terhadap nilai-nilai yang diperoleh, dalam arti

subjektif, tidak adanya ketakutan bahwa nilai-nilai tersebut

akan diserang" (Buzan, 1991:4).

Maka dari definisi-definisi yang telah disebutkan oleh

para penstudi HI tersebut dapat dilihat bahwa keamanan

50

merupakan ketiadaan ancaman dari nilai-nilai yang dibutuhkan

manusia dalam menjalani kehidupannya.

Sedangkan konsep ancaman terhadap keamanan sendiri

didefinisikan Ullman sebagai:

“Sebuah tindakan atau urutan peristiwa yang (1)

mengancam drastis dan lebih dari rentang waktu relatif

singkat waktu untuk menurunkan kualitas hidup penduduk

negara atau (2) mengancam signifikan untuk mempersempit

rentang pilihan kebijakan yang tersedia bagi pemerintah dari

negara, atau untuk pribadi, non-pemerintah entitas (orang,

kelompok, perusahaan) dalam negara " (Ullman, 1983:133).

Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan

dalam studi Hubungan Internasional telah mengalami

pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas pada

perang dan damai menuju perspektif non-tradisional yang

lebih mengedepankan human security dan mengandung lebih banyak

aspek. Keamanan tidak lagi terfokus pada interstate relations,

tetapi juga pada keamanan untuk masyarakat (Dalby, 2003:102-

103).

Peter Hough mengatakan bahwa definisi mengenai keamanan

masih bersifat “contested concept”, atau sebuah konsep yang

masih akan terus berkembang (Hough, 2004:15). Namun Viotti

dan Kauppi telah mendefinisikan keamanan sebagai pertahanan

dan perlindungan dasar dari suatu negara, dan konsep

keamanan ini berlaku untuk individu maupun kelompok (Viotti

dan Kauppi, 1999:56). Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

51

mendefinisikan keamanan sebagai suatu situasi yang

terlindung dari bahaya (keamanan objektif), adanya perasaan

aman (keamanan subjektif) dan bebas dari keragu-raguan.

* National Insecurity

Dalam konteks sistem internasional maka keamanan adalah

kemampuan negara dan masyarakat untuk mempertahankan

identitas kemerdekaan dan integritas fungsional mereka.

Untuk mencapai keamanan, kadang-kadang negara dan masyarakat

berada dalam kondisi harmoni atau sebaliknya. Dalam studi

hubungan internasional dan politik internasional, keamanan

merupakan konsep penting yang selalu dipergunakan dan

dipandang sebagai ciri eksklusif yang konstan dari hubungan

internasional (Buzan,1991: 2,12). Karena konsepsi keamanan

nasional ini senantiasa memiliki hubungan erat dengan

pengupayaan, pertahanan dan pengembangan kekuatan atau

kekuasaan sepanjang kaitannya dengan analis hubungan

internasional dan politik luar negeri, maka dalam

pengaplikasiannya selalu menimbulkan perdebatan sehingga

langkah ke arah konseptualisasinya tidak selalu berjalan

seiring. Power atau kekuasaan itu sendiri secara simplistis

merupakan kemampuan satu unit politik (negara) dalam

mencegah konflik dan mengatasi rintangan-rintangan (Deutsch

dalam Rosenau, 1976 :157). Secara implisit hal ini

menyimpulkan tentang terdapatnya faktor keamanan sebagai

unsur yang menstimulasi pengupayaan pencapaian dari power

itu sendiri.

52

Penyimpulan Buzan menyebutkan bahwa aspek keamanan ini

telah menjadi satu pendekatan dalam Studi Hubungan

Internasional kontemporer dengan menunjuk kepada motif utama

perilaku suatu negara, yang memiliki perbedaannya sendiri

dengan power sebagai kondisi yang dibutuhkan untuk

terciptanya perdamaian (Buzan,1991: 2).

Konteks anarki menentukan tiga kondisi utama dalam

konsep keamanan yaitu (Buzan, 1991:22) :

1, Negara merupakan objek utama dalam keamanan karena kedua-

duanya adalah kerangka aturan dan sumber tertinggi otoritas

pemerintah. Hal ini menjelaskan mengenai kebijakan utama

yaitu keamanan nasional.

2. Meskipun negara adalah objek utama keamanan tetapi

dinamika keamanan nasional memiliki hubungan yang tinggi dan

adanya interdependensi antara negara. Ketidakamanan negara

dapat atau tidak dapat mendominasi agenda keamanan nasional

tetapi ancaman eksternal akan selalu terdiri dari elemen-

elemen utama dalam masalah keamanan nasional. Oleh karena

itu, ide keamanan internasional dapat digunakan pada kondisi

sistemik yang mempengaruhi usaha negara untuk membuat negara

lain merasa lebih aman atau sebaliknya.

3. Dengan adanya kondisi anarki, arti praktis keamanan hanya

dapat dibentuk jika ada suatu hubungan persaingan dalam

lingkungan operasional yang tidak dapat dielakkan. Jika

keamanan bergantung pada hegemoni atau harmoni maka hal ini

53

tidak dapat dicapai dalam kondisi anarki. Dengan kata lain

keamanan bersifar relatif bukan absolut.

Konsep keamanan merupakan salah satu pendekatan dalam

mengkaji hubungan internasional yang lebih baik, mendalam

dan berguna dibanding dengan konsep kekuatan dan perdamaian.

Konsep keamanan ini dapat dilihat sebagai pengaruh dari

masing-masing posisi ekstrem antara kekuatan dan perdamaian

(Buzan, 1991:2-3). Analisis keamanan memerlukan suatu cara

pandang yang menempatkan negara dan sistem ke dalam sebuah

hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dimana

negara sebagian terbentuk dengan sendirinya dan sebagian

lain dibentuk oleh lingkungan anarki yang kompetitif dan

sengit. Lingkungan domestik dan dinamika internasional,

keduanya merupakan hal yang paling penting bagi analisis

keamanan karena merupakan hubungan yang kompleks di antara

keduanya (Buzan, 1991:61).

Landasan utama dalam pendekatan ini yaitu lensa

keamanan (security) yang dapat diartikan sebagai pelaksanaan

kemerdekaan atas suatu ancaman tertentu atau kemampuan suatu

negara dan masyarakatnya untuk mempertahankan identitas

kemerdekaan dan integritas fungsional mereka terhadap

kekuatan-kekuatan tertentu yang mereka anggap bermusuhan

(hostile) (Buzan, 1991:61).

Meskipun terdapat tiga tingkatan keamanan dalam problem

kehidupan manusia yaitu: keamanan individu, keamanan

nasional, dan keamanan internasional, namun pada dasarnya

54

konsep inti dari ketiga tingkatan tersebut adalah keamanan

nasional. Hal ini dikarenakan negara merupakan titik sentral

yang mendominasi regulasi hubungan maupun kondisi keamanan

di antara kedua level lainnya.

Selanjutnya keamanan (security) di sini dapat kita

bedakan dengan konsep pertahanan (defense) yang memiliki

kesamaan dari segi tujuannya, yaitu kemerdekaan atas ancaman

yang mengganggu kebebasan dalam melaksanakan kedua konsep di

atas, dimana keamanan biasanya lebih bersifat preventif dan

antisipatif dalam merespon ancaman dibandingkan pertahanan.

Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul : People

State and Fear: An Agenda for International Security Studies in Post Cold War

Era, bahwa keamanan yang dimaksud di dalam pendekatan ini

tidak sebatas pada keamanan saja, tetapi mencakup keamanan

militer, politik, ekonomi, sosial dan lingkungan, seperti

yang dipaparkan di bawah ini:

1. Keamanan militer, mencakup interaksi antar dua tingkat

dan kekuatan yaitu kemampuan defensif dan persepsi

militer mengenai intensi masing-masing pihak.

2. Keamanan politik, mencakup kesinambungan dan stabilitas

organisasi suatu negara atau sistem pemerintahan serta

ideologi yang melegitimasi kedua hal tadi.

3. Keamanan ekonomi, mencakup akses pada sumber daya

finansial maupun pasar yang diperlukan untuk

mempertahankan tingkat kesejahteraan dan kekuatan

negara.

55

4. Keamanan sosial, mencakup kemampuan untuk

mempertahankan dan menghasilkan pola-pola tradisional

dalam bidang bahasa, kultur, agama, dan identitas

nasional.

5. Keamanan lingkungan, mencakup pemeliharaan lingkungan

lokal sebagai pendukung utama kelangsungan hidup

manusianya.

Meskipun masing-masing sektor tersebut mempunyai titik-

titik vokal dalam kerangka masalah-masalah keamanan, dan

merumuskan cara-cara sendiri dalam menentukan prioritas

kebijakan utama suatu negara namun faktor-faktor itu sendiri

saling terkait dalam operasinya (Buzan, 1991:19). Masalah-

masalah keamanan yang muncul salah satunya bisa berupa

tindakan peningkatan kekuatan militer suatu negara, dan

pendekatan yang demikian apabila dilakukan secara terus

menerus pada gilirannya dapat menimbulkan apa yang disebut

dilema keamanan (Buzan, 1991:295). Dilema keamanan ini dapat

terjadi apabila peningkatan kapabilitas pertahanan dan

keamanan dipersepsikan sebagai ancaman dan petunjuk sikap

bermusuhan oleh pihak lain. Demikian suatu reaksi atas aksi

yang dilakukan suatu pihak akan menimbulkan reaksi yang baru

dari pihak lain.

Keamanan merupakan suatu fenomena yang berhubungan,

oleh karenanya seseorang tidak bisa memahami keamanan

nasional suatu negara tanpa memahami pola internasional yang

56

melekat dalam kesalingtergantungan keamanan yang ada (Buzan,

1991:187).

Menurut Barry Buzan dalam People, States and Fear: an Agenda for

International Security Studies in the Post Cold War Era bahwa penerapan

strategi keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek-

aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kerentanan) negara

tersebut. Ancaman dan kerentanan adalah dua konsep yang

berbeda namun mempunyai keterkaitan yang erat di dalam

perwujudan keamanan nasional. Suatu ancaman terhadap

keamanan nasional yang dapat dicegah akan mengurangi derajat

kerentanan suatu negara pada keamanan nasionalnya. Kedua

aspek dari keamanan nasional tersebut sangat ditentukan oleh

kapabilitas yang dimiliki negara tersebut (Buzan,1991: 112-

114).

Tidak seperti kerentanan, aspek ancaman sulit untuk

diidentifikasikan. Hal itu disebabkan karena bentuk ancaman

seringkali lahir dari persepsi aktor pembuat kebijakan dan

belum tentu secara subtantif adalah nyata (Buzan,1991: 112).

Ancaman dan kerentanan inilah yang menjadi konteks hadirnya

ketidakamanan nasional (national insecurity) (Buzan,1991: 112-

114).

Tingkat kerawanan sebuah negara berhubungan erat dengan

lemahnya sebuah bangsa dan lemahnya kekuatan yang dimiliki.

Kekuatan yang lemah (weak powers) berarti ketidakmampuan

mereka dalam menghadapi pengaruh-pengaruh sistem negara-

negara kuat di sekitar mereka, seperti negara tetangga atau

57

negara adidaya, serta ditambah dari fakta bahwa kebanyakan

diantara mereka adalah negara kecil. Negara dengan kekuatan

lemah adalah belum tentu negara lemah. Namun negara dengan

kekuatan lemah, kelemahannya diukur berdasarkan kapabilitas

militernya yang relatif inferior terhadap negara lain dalam

sistem, terutama tetangga-tetangganya dan kekuatan besar

pada saat itu (Buzan,1991: 112-114).

Weak states umumnya adalah weak power, dimana

kerentanannya mencapai tingkatan yang tertinggi. Secara

kontras dikotomi negara diatas juga menimbulkan dikotomi

negara yang lainnya dengan kriteria strong atau kuat baik

kapabilitas power-nya maupun kapabilitas ekonominya

(Buzan,1991: 112-114).

Ketidakamanan nasional merupakan fenomena yang

berkebalikan dari konteks keamanan nasional. Hal ini terjadi

ketika ancaman mulai merasuki wilayah nasional dari suatu

negara. Menurut Barry Buzan, ada lima tipe dari ancaman yang

dibagi atas aspek-aspek militer, politik, sosial, ekonomi

dan ekologi (Buzan,1991: 116-134). Ada dua bentuk ancaman

yang dihasilkan dari pengembangan instrumen militer. Yang

pertama berasal dari senjata yang dimiliki aktor itu sendiri

yang menghasilkan ancaman penghancuran, dimana lebih dikenal

dengan sebutan defense dilemma (dilema pertahanan). Kedua

adalah berasal dari senjata yang dimiliki aktor lain di

sistem yang menghasilkan bentuk ancaman kekalahan, dimana

58

nantinya disebut sebagai security dilemma (dilema keamanan)

(Buzan,1991: 271).

Dilema pertahanan terjadi apabila terjadi kontradiksi

antara pertahanan militer dan keamanan nasional. Angkatan

bersenjata dijustifikasi oleh keperluannya akan keamanan

nasional dan secara politis diasumsikan kekuatan militer

berkorelasi positif dengan keamanan nasional. Keadaan ini

juga didorong oleh kemajuan teknologi di bidang pertahanan,

salah satunya adalah teknologi nuklir yang dapat

membahayakan negara itu sendiri serta lingkungannya

(Buzan,1991: 271-291).

Dilema keamanan terjadi didasari oleh dua kondisi,

yaitu bahwa setiap negara mempunyai perilaku selalu ingin

mengejar power untuk kepentingan nasionalnya dan yang kedua

akibat perilaku tadi sistem yang tercipta menjadi anarki

dimana masing-masing negara akan berusaha mempertahankan

dirinya dari ancaman pihak lain atau dapat dikatakan

mengejar atau pencapaian keamanan. Dilema akan terjadi pada

suatu negara karena ia merasa takut akan ancaman kekalahan

dari pihak lain yang dicurigai terus mengembangkan kekuatan

militernya, sehingga suatu negara A mengembangkan kekuatan

militernya agar dapat mengimbangi negara B. Dan negara B

yang melihat perkembangan tersebut kembali mengembangkan

kekuatannya lagi sehingga kembali mengancam negara A, dan

begitu seterusnya (Buzan,1991: 294-324).

59

Penelitian atas dasar keamanan merupakan satu

pendekatan yang sangat digalakkan. Hal ini timbul dari

keinginan untuk mengurangi konflik dan menghalangi timbulnya

perang. Konsep keamanan sendiri merupakan konsep yang mulai

dikembangkan sejak awal tahun 1950-an oleh John Herz, ia

menganggap keamanan sebagai akibat dari hubungan kekuatan

antar negara.

Secara tradisional literatur-literatur mengenai

hubungan internasional berdasarkan kepada kekuatan dan

perdamaian. Para peneliti yang lebih suka melakukan

pendekatan melalui konsep kekuatan digolongkan ke dalam

realis, sedangkan peneliti yang lebih suka melakukan

pendekatan melalui konsep perdamaian digolongkan ke dalam

kaum idealis.

Pengstrat (8)

Keamanan Abad 20 dan 21

* Strategi Raya/ Besar

Grand Strategy disebut juga Strategi Raya, terdiri dari

“tujuan kerja dari semua instrumen kekuasaan tersedia bagi

komunitas keamanan.” Jadi Strategi Raya merupakan proses

dimana tujuan dapat diwujudkan.

Strategi Raya militer meliputi perhitungan sumber daya

ekonomi dan tenaga manusia. Hal ini juga mencakup sumber-

sumber moral, yang kadangkala disebut nasional. Isu-isu

strategi raya biasanya meliputi pilihan primer-sekunder

versus teater dalam perang, distribusi sumber daya di antara

60

berbagai layanan, jenis umum manufaktur persenjataan untuk

kebaikan, dan aliansi internasional terbaik yang sesuai

dengan tujuan nasional.

Ini memiliki banyak tumpang tindih dengan kebijakan

luar negeri, tetapi Strategi Raya memfokuskan pada implikasi

kebijakan militer. Beberapa telah memperluas konsep Strategi

Raya untuk menggambarkan strategi multi-tier pada umumnya,

termasuk pemikiran strategis di tingkat korporasi dan partai

politik.

Strategi Raya biasanya diarahkan oleh kepemimpinan

politik suatu negara, dengan input dari pejabat militer

paling senior. Karena ruang lingkup dan jumlah orang yang

berbeda dan kelompok-kelompok yang terlibat, grand strategy

biasanya masalah catatan publik, meskipun rincian

pelaksanaan (seperti tujuan langsung aliansi tertentu)

sering tersembunyi.

Pengembangan suatu Strategi Raya bangsa dapat

memperpanjang selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa

generasi.

* Keamanan Nasional 

Konsep keamanan nasional mengacu pada situasi atau

keadaan di mana unsur-unsur pokok yang membentuk suatu

negara seperti kedaulatan, wilayah, penduduk atau warga

negara, basis ekonomi, pemerintah dan sistem konstitusi

serta nilai-nilai hakiki yang dianutnya terjamin

61

eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi sesuai tujuannya

tanpa gangguan atau ancaman dari pihak manapun.

* Keamanan Internasional

Keamanan internasional yaitu keamanan yang dilihat

sebagai situasi dan kondisi yang ditentukan dalam interaksi

aktor-aktor internasional.

* Doktrin Strategi Keamanan Perang Dingin Abad 20

* Diplomasi Koersif 1945-1962

            Negara-negara yang menikmati superioritas

militer terhadap lawannya sering berpikir bahwa senjata

adalah instrumen diplomasi untuk tujuan mengubah perilaku

negara lain. Amerika Serikat yang merupakan negara nuklir

pertama menikmati kekuatan senjata ini sampai 1949 saat Uni

Soviet meledakkan percobaan nuklirnya.

            Compellence (Pemaksaan) melukiskan tentang

doktrin stratetgi AS saat superioritas nuklir dimilikinya.

Strategi ini membuat senjata nuklir instrumen untuk

mempengaruhi negara lain.

            Untuk meraih kemenangan politik Menlu AS John

Doster Dulles mempraktekan apa yang disebut brinkmanship yang

melukiskan keinginan untuk mengejar tujuan AS sampai hampir

batas perang dengan mengancam musuhnya menggunakan senjata

nuklir.

            Brinkmanship ini masuk akal tatkala AS menikmati

superioritas nuklir. Praktek itu bagian dari strategi AS

yang disebut massive retliation (pembalasan besar-besaran).

62

Praktek brinkmanship dan massive retaliation ini mencemaskan Uni

Soviet.

* Mutual Deterrence 1962-1983

            Pada saat superioritas nuklir AS mengalami

erosi, para pembuat kebijakan di AS mulai mempertanyakan

asumsi mereka tentang penggunaan senjata nuklir untuk

instrumen politik luar negeri. Setelah krisis rudal Kuba

tahun 1962 yang nyaris mendorong AS dan Uni Soviet ke arah

perang nuklir, Washington memikirkan kembali penggunaan

senjata berbahaya ini.

            Oleh sebab itulah kemudian berkembang pemikiran

di Washington bahwa senjata nuklir ini dialihkan dari

berpotensi dipergunakan sebagai senjata strategis menjadi

senjata pencegah serangan. Perubahan kebijakan strategis ini

dari compellence (pemaksaan) kedalam deterrence (penggetar/

pencegah) adalah cara untuk mencegah lawan menggunakan apa

yang ingin dilakukan pihak lainnya.

            Pada periode ini kedua negara adidaya mengejar

postur extended deterrence (penggetar yang diperluas). Tujuan

strategi ini adalah mencegah serangan kepada pemilik nuklir

tetapi juga sekutunya. Berkembanglah aliansi seperti terjadi

di Eropa dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

* Mutual Assured Destruction

            Para pengambil kebijakan terutama di AS menyebut

Mutual Assured Destruction (MAD) untuk menunjukkan perimbangan

strategis yang muncul selama tahun 1960-an dan awal 1970-an.

63

Secara harfiah singkata itu bisa diartikan kehancura bersama

yang disingkat mad (gila).

            Istilah itu sebenarnya merujuk pada jalan buntu

yang dialami dua negara adidaya dengan doktrin saling

mencegah dalam penyerangan. Mereka kini berpikir bahwa

keduanya bisa hancur sama-sama jika terjadi perang nuklir.

Kesadaran ini menimbulkan perasaan bahwa jika perang nuklir

terjadi tak ada yang bisa selamat.

            Dengan situasi seperti ini, perdamaian

(setidaknya stabilitas) merupakan produk kerawanan dari

kedua pihak pemilik nuklir. Jika salah satu negara diserang

maka imbalannya adalah kehancuran yang sama. Dengan demikian

tidak ada yang selamat dari perang nuklir.

            Menurut Couloumbis, MAD ini tergantung pada

kemampuan kedua negara adidaya dalam menahan serangan nuklir

pertama dan berkemampuan membalas sehingga menimbulkan

“kerusakan yang tidak bisa diterima” oleh penyerangnya.

Kalangan pakar strategis nuklir menyebutnya kemampuan

membalas itu sebagai sebagai “kemampuan serangan kedua.”

            Dengan adanya doktrin seperti ini maka,

kemampuan membalas serangan itu menjadi tumpuan sehingga

harus kuat dan mobil. Hal ini ditujukan agar senjata nuklir

bisa selamat dari serangan pertama. Sistem senjata ofensif

memainkan peran penting. Kemudian berkembanglah apa yang

disebut dengan MIRV (Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle).

Ini adalah satu jenis rudal yang bisa melepaskan sejumlah

64

hulu ledak termasuk hulu ledak tipuan. MIRV ini dapat

dipasang di rudal balistik antar benua atau rudal yang

diluncurkan dari kapal selam.

* Teori Utilisasi Nuklir (Nuclear Utilization Theory)

            Hubungan politik diantara negara adidaya

memburuk cepat pada wal 1980-an. Situasi itu mengubah kerja

sama antar dua musuh besar ini menjadi konfrontasi. Kemudian

muncul debat tentang peran dan tujuan senjata nuklir. Timbul

pula pertanyaan apakah senjata nuklir masih bisa digunakan

untuk bertahan atau mencegah serangan?

            Saat hubungan dua adidaya itu memburuk, di AS

berkembang tentang cara terbaik melindungi kepentingan

nasional melalui senjata strategis. Penganut MAD masih

melanjutkan sikapnya untuk bersama-sama hancur jika terjadi

perang nuklir. Namun kemudian muncul pula penganut teori

utilisasi nuklir atau pendekatan NUT.

            Pendekatan itu beranggapan senjata nuklir tak

hanya digunakan sebagai pencegah tetapi juga digunakan dalam

perang. Sikap ini perlu diambil, kata pendukung NUT, karena

Uni Soviet siap perang nuklir dan memenangkannya.

* Dari Ofensif ke Defensif

            Tantangan baru terhadap pemikiran strategis

berkembang tahun 1983 saat Presiden AS Ronald Reagan

mengusulkan pertahanan yang berlandaskan angkasa luar dalam

melawan rudal balistik.

65

            Secara resmi kebijakan Reagan itu disebut

Strategic Defense Initiative (SDI) atau Prakarsa Pertahana Strategis.

Kebijakan baru itu malah lebih populer disebut Star Wars.

Strategi pertahanan ini akan menggunakan teknologi canggih

untuk menghentikan laju rudal nuklir di angkasa luar

sehingga, seperti dikatakan Reagan, membuat senjata nuklir

“impoten dan ketinggalan jaman.”

* Konsep Keamanan Tradisional dan Non-Tradisional (paska

Perang Dingin-mulai 1990-an) 

Pendekatan keamanan tradisional terkait erat dengan

tradisi realisme dan neorealisme. Kaum neorealis beranggapan

objek acuan keamanan adalah negara dan struktur sistem

internasional yang bersifat anarkis, sehingga meningkatkan

kemampuan militernya untuk mengamankan kedaulatannya.

Keamanan non-tradisional mengalihkan perhatian dari

negara sebagai satu-satunya objek acuan serta

memperhitungkan aspek-aspek non militer baik dari segi

ekonomi, kesehatan, lingkungan hidup maupun hak azasi

manusia.

Isu-isu keamanan yang baru yaitu meningkatnya kejahatan

transnasional dalam bentuk perdagangan narkoba, human

traficking, penyelundupan senjata, money loundering, terorisme

dan sebagainya.

Adapun isu-isu keamanan dan perdamaian internasional

yang akan dipengaruhi oleh konstelasi politik global dan

66

preferensi kekuatan-kekuatan besar seperti yang diuraikan di

atas adalah:

1. Krisis kemanusiaan (humanitarian crisis) seperti kasus

Darfur,

2. Isu pelanggaran HAM berat (seperti Myanmar, Pantai

Gading, Irak, Israel, Bosnia dan juga Timor Leste)

3. Konflik di negara-negara dalam kategori failing states

(Somalia, Iraq)

4. Terorisme dan isu clash of civilisation

5. Konflik antar-negara, dan masalah WMD dan masalah non-

traditional security issues

* Elemen Penting dalam Konsep Keamanan 

1. keamanan tidak lagi hanya didominasi oleh komponen

militer semata.

2. keamanan merupakan produk dari kebijakan yang

dihasilkan beragam aktor (negara maupun non-negara).

3. keamanan merupakan interaksi yang bersifat

interdependen yang dihasilkan dari tataran lokal,

nasional, regional dan global (multisektor).

4. agenda keamanan juga bersifat majemuk.

* Disarmament (Perlucutan Senjata) 

Menurut Couloumbus & Wolfe (1999: 236) adalah merupakan

istilah yang cukup inklusif yang diartikan sebagai sesuatu

yang terkait erat dengan pernyataan tidak sah untuk semua

arsenal dan pembangunan-pembangunan militer, larangan

terhadap senjata-senjata tersebut demi kepentingan

67

kemanusiaan (human security) dan perang, serta

pengimplementasian perjanjian-perjanjian tertentu yang

dirancang untuk mencegah kecelakaan yang bisa menimbulkan

pecahnya peperangan.

Menurut Miller (2006: 256-267) adalah secara absolut

menghendaki adanya pemusnahan persenjataan secara global dan

pembubaran seluruh angkatan bersenjata serta menghancurkan

arsenal strategis yang dimiliki negara

* Arms Control  

Arms control berbeda dengan disarmament. Arms control

merupakan konsep yang relatif, yang menghendaki pembatasan

terhadap jenis-jenis senjata tertentu atau pengurangan

tingkat persenjataan.

Couloumbus dan Wolfe (1999: 236-237) arms control bisa

dibagi menjadi dua macam, yaitu arms reduction (pengurangan

senjata) dan arms limitation (pembatasan senjata).

* Arms Reduction (Partially Disarmament) 

Mengimplikasikan suatu kesepakatan bersama mengenai

tingkat persenjataan bagi negara-negara yang terlibat, baik

dalam skala regional maupun global. Prototipe arms reduction yang

bersifat regional seperti yang dicontohkan dalam perjanjian

Rush-Bagot 1917 antara AS dan Inggris mengenai

demiliterisasi di Great Island. Contoh lainnya, perjanjian

larangan senjata nuklir di Amerika Latin 1967, dimana 22

negara di Amerika Tengah dan Selatan berusaha melarang

senjata nuklir masuk ke negara mereka.

68

* Arms Limitation 

Mencakup berbagai jenis persetujuan internasional yang

didesain untuk membatasi peperangan dan untuk mencegah

pecahnya perang yang disebabkan oleh kecelakaan atau

kelalaian. Contoh, instalasi peralatan yang fail-safe yang

didesain untuk meledakkan rudal-rudal nuklir di udara yang

bisa ditembakkan dengan tidak sengaja, saluran telepon

langsung (hot line) agar para decision-maker kunci senantiasa bisa

mengadakan kontak langsung pada masa-masa kritis, penundaan

percobaan jenis senjata nuklir tertentu, dan perjanjian-

perjanjian antara dua atau lebih negara yang melarang

penjualan senjata serta pengalihan teknologi militer ke

negara-negara Dunia Ketiga (Couloumbus & Wolfe 1999: 237;

dan Miller 2006: 224-225, 253-263).

Arms limitation juga mencakup peraturan-peraturan hukum

internasional konvensional, yang bertujuan membatasi ruang

lingkup dan daya hancur peperangan dalam batas-batas yang

telah ditentukan doktrin kebutuhan milliter. Contoh,

Konferensi Den Haag 1907 yang melarang penembakan proyektil

dari balon-balon dan Konvensi Jenewa 1949 mengenai jaminan

perlindungan bagi tawanan perang dan prajurit yang terluka

(Wagiman 2005: 15-16).

Konfrensi umum Dewan Kerja Sama Keamanan di Asia

Pasifik (CSCAP) 2007 yang diselenggarakan di Jakarta

mencontohkan meningkatnya belanja militer di beberapa negara

di kawasan Asia Selatan.

69

Data yang diungkapkan Center for Arms Control dan Non-

Proliferation (2007) menunjukkan pengeluaran dunia untuk

militer (US$780 miliar) sangat jauh lebih besar daripada

biaya yang diinvestasikan pada bidang kesehatan dan

pendidikan. Oleh karena itu, pengendalian senjata akan

menemukan titik yang berlawanan bila dihadapkan dengan

seberapa besar anggran negara untuk keamanan, militer dan

pertahanannya.

70

Pengstrat (9)

Pertahanan AS

* Sistem Pertahanan Rudal AS

Obama telah secara formal meninggalkan sistem

pertahanan rudal yang dirancang oleh Bush. Akan tetapi

sebagai gantinya, Obama menetapkan sistem pertahanan rudal

dalam bentuk lain yang lebih kuat pada beberapa aspeknya

dari sistem Bush. Akan tetapi Obama menetapkannya tidak

lebih provokatif dari bentuk yang ditetapkan oleh Bush.

Supaya menjadi jelas deskripsinya dan pertanyaan-pertanyaan

tentang sistem pertahanan rudal AS, maka harus diperhatikan

hal-hal berikut:

1.    Sejak tahun 1950 para politisi dan para ahli Amerika

bekerja dengan berbagai sarana dan jalan untuk melindungi

Amerika dari ancaman rudal balistik antar benua Uni Soviet

(ICBMs/ Interconteniental Ballistic Missiles). Hanya saja upaya itu

71

terbatas pada Sistem Pertahanan Rudal Nasional (NMD/ National

Missile Defense) yang belakangan berkembang menjadi Sistem

Penangkal Rudal Terhadap Potensi Ancaman Serangan Nuklir

Soviet. Pada tahun 1961 upaya program itu terhenti karena

sebab teknik. Dan digantikan oleh sejumlah rencana

pertahanan. Namun aktivitas di dalam rencana-rencana itu

tidak berlangsung lama karena belum terbukti kemampuannya

dalam mencegat dan menangkal rudal balistik Soviet.

Disamping rencana-rencana itu juga sangat membebani.

Terlebih rencana-rencana itu mengalami masalah-masalah

teknologi yang utama. Akan tetapi program-program tersebut

dan program-program balasannya yang terkait dengan

persaingan rudal dan perlindungan dari serangan rudal, telah

mendorong kedua negara, Amerika dan Uni Soviet, untuk

menandatangani perjanjian pembatasan penyebaran rudal

balistik (ABMT/ Anti Ballistic Missile Treaty) pada tahun 1972. Menurut

perjanjian itu masing-masing negara bisa membangun

pertahanan rudal menghadapi bahaya rudal balistik. Namun

perjanjian itu membatasi kedua negara dengan batas geografis

dan jumlah rudal yang boleh disebarkan oleh masing-masing

dalam rangka mempertahankan dirinya. Sebagai contoh, Uni

Soviet menyebarkan sistem rudal yang dinamakan A-35 Sistem

Rudal Galosh (Galosh Missile System). Sistem itu hanya untuk

melindungi Moskow saja. Sedangkan Amerika menyebarkan sistem

pertahanan preventif di sekitar Amerika Serikat untuk

membentengi dan mempertahankannya dari rudal manapun yang

72

diluncurkan dari pangkalan manapun yang ada di bawah Sistem

Rudal Balistik Soviet (Intercontenental Ballistic Missiles).

2.    Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI/ Strategic Defense

Initiative) yang diluncurkan oleh Ronald Reagen pada tanggal 23

Maret 1973 dinilai sebagai pelanggaran terhadap perjanjian

yang ditandatangani oleh Amerika dan Uni Soviet untuk

membatasi penyebaran senjata balistik (ABM/ Anti Ballistic Missile).

Hal itu juga menjerumuskan Uni Soviet ke dalam persaingan

dengan Amerika. Persaingan itu menyebabkan terjadinya

tekanan terhadap perekonomian Uni Soviet. Tekanan itu

bersama dengan faktor-faktor lainnya menyebabkan hancurnya

Uni Soviet. Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI) atau yang

dikenal dengan Perang Bintang (Star Wars) merupakan proyek

sangat ambisius Amerika pada masa lalu yang dimaksudkan

untuk Sistem Penangkal Rudal. Program Perang Bintang

mencakup penyebaran rudal, radar, penangkal di darat, udara,

laut dan luar angkasa. Termasuk di dalamnya sejumlah Stasiun

Angkasa Untuk Perang Laser (Space Based Laser Battle Stations) dan

Nuclear Pumped X-ray Laser Satellites, sistem-sistem

penuntun super canggih dan sistem-sistem kontrol. Program

Perang Bintang (SDI) berbeda dengan program-program

sebelumnya. Program itu berbeda dengan Sistem Pertahanan

Rudal Nasional (NMD/ National Missile Defense) yang hanya untuk

melindungi Amerika Serikat saja. Akan tetapi program Perang

Bintang (SDI) juga disiapkan untuk tujuan melindungi sekutu-

sekutu Amerika di Eropa dari bahaya rudal balistik Soviet.

73

Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, program Perang

Bintang ditarik dan tentu saja aktivitas program itu pun

berhenti. Akan tetapi Sistem Partahanan Rudal Nasional (NMD/

National Missile Defense) tetap bekerja. Pada masa pemerintahan

Bill Clinton dilakukan pengembangan sistem tersebut kemudian

diaktifkan secara bertahap. Dan akhirnya menjadi perhatian

pemerintahan Amerika pada masa Bush Junior dan menjadi titik

sentral dalam menaikkan tensi hubungan Amerika-Rusia. Pada

tanggal 13 Desember 2001, Bush mengumumkan penarikan diri

dari perjanjian pembatasan penyebaran rudal balistik (ABMT/

Anti Ballistic Missiles Treaty). Peristiwa itu dinilai sebagai pertama

kalinya dalam sejarah, Amerika menarik diri dari perjanjian

internasional utama untuk persenjataan. Akibat dari

penarikan diri Amerika itu, dibentuk Lembaga Pertahanan

Rudal Amerika (MDA/ Missile Defense Agency) yang di antara

tugasnya membuat rencana ambisius untuk membangun sistem

Pertahanan Rudal Nasional (NMD/ National Missile Defense).

3.    Pada tanggal 16 Desember 2002 Bush mengeluarkan

“Pengarahan Presiden no. 23 tentang Keamanan Nasional.” Ini

merupakan rencana global membangun sistem-sistem pertahanan

terhadap rudal balistik yang siap diluncurkan. Pada hari

berikutnya Amerika secara resmi meminta kepada Inggris dan

Denmark untuk menggunakan fasilitas di kedua negara itu

sebagai bagian dari aktifitas pembangunan ulang sistem

pertahanan rudal nasional (NMD/ National Missile Defense). Bush

mengubah nama Sistem Pertahanan Rudal Nasional (NMD) menjadi

74

GMD/ Ground-based Midcourse Defense. Secara praktis Sistem

Pertahanan Rudal Nasional mencakup rencana-rencana pangkalan

luar angkasa, laut dan udara. Pada Februari 2007 Amerika

secara resmi mulai melakukan pembahasan dengan Polandia dan

Republik Ceko tentang dimulainya pembangunan pangkalan

penangkal rudal untuk mempermudah aktifitas sistem GMD.

Amerika menjustfikasi sebab dimulainya program GMD karena

terdapat negara-negara setan, seperti Korea Utara dan Iran

secara khusus, yang berupaya mengembangkan rudal-rudal jarak

jauh yang mampu mengusung hulu ledak nuklir yang mengancam

kepentingan Amerika di Eropa dan Israel. Padahal sebenarnya

aksi Amerika itu merupakan pengepungan Rusia dan

melanggengkan Rusia berada pada daerah ancaman penangkal

rudal Amerika. Rusia memahami hakikat perkara tersebut.

Rusia menilai sistem GMD sebagai ancaman mematikan terhadap

keamanan Rusia. Pada November 2008 duta besar Rusia untuk

NATO Dmitry Rogozin mengatakan “Rudal Amerika di Polandia

bisa menghujani Moskow hanya dalam waktu empat detik. Dan

untuk mengeluarkan Amerika dan membongkar kepalsuan klaim

Amerika bahwa fasilitas rudal di Polandia dan Ceko itu untuk

menangkal Iran, Rusia menawarkan kepada Amerika untuk

menyebar radarnya disamping radar Rusia di pangkalan radar

Rusia di Gabala, Azerbaijan dan itu lebih dekat ke Iran dari

pada Polandia dan Ceko, jika memang targetnya adalah Iran!”

Amerika tidak menyetujuinya karena target Amerika adalah

menancapkan pangkalan di Eropa Timur untuk mengancam Rusia.

75

Dan Amerika tidak ingin Rusia ikut berkontribusi di

pangkalannya sehingga pangkalan Amerika akan berada dalam

pengamatan Rusia, selama targetnya adalah Rusia itu sendiri.

Begitulah, Rusia memahami bahwa penangkal rudal Amerika itu

diarahkan untuk melawan Rusia, bukannya melawan ngara-negara

setan itu. Karena itu, Putin pada April 2007 telah mengancam

akan terjadinya Perang Dingin baru jika Amerika tetap

berkeras menyebarkan penangkal rudal di Eropa Tengah.

Sebagai tambahan, sebagai reaksi atas berbagai ancaman

Amerika, Putin mengancam akan menarik diri dari Perjanjian

Kekuatan Nuklir (NFT/ Nuclear Forces Treaty) yang ditandatangani

dengan Amerika pada tahun 1987. Kemudian Putin mengancam

akan menyebar rudal-rudal di perbatasan Kaliningrad di laut

Baltik yang dekat dengan Polandia. Salah seorang jenderal

Rusia berpendapat lebih jauh di mana ia mengancam akan

menghujani Polandia jika tetap berkeras menjadi bagian dari

penangkal rudal Amerika. Pada tanggal 15 Agustus 2008,

jenderal Rusia Anatoly Nogovitsyn mengatakan: “Dengan

masuknya Polandia dalam penangkal rudal, maka itu menjadikan

Polandia sebagai target. Ini saya yakin 100 %. Sungguh

Polandia telah menjadi target serangan dan penghancuran

target ini menjadi salah satu prioritas.”

4.    Sebelum Obama secara resmi mengumumkan meninggalkan

rencana penanaman rudal Amerika di Polandia dan Republik

Ceko, Obama telah menyatakan pada awal tahun 2009 bahwa ia

akan membatalkan rencana pertahanan rudal di Eropa Timur

76

demi kepentingan sistem pertahanan rudal bergerak yang

dibangun di atas kapal perang Amerika. Karena itu,

pengumuman Obama pada tanggal 17 September 2009 untuk

meninggalkan penanaman rudal Amerika itu sudah dia

perhitungkan dengan seksama. Keputusan itu datang setelah ia

meminta penilaian terhadap program Bush GMD.

5.    Sedangkan Obama meninggalkan rencana Bush yaitu sistem

GMD itu apakah benar-benar atau merupakan tipu daya untuk

meyakinkan dan menenangkan Rusia secara aman dan temporer,

maka hal itu bisa dipahami dari paparan berikut:

a.    Di dalam pidato Obama yang baru tentang rencana

tersebut, Obama mengatakan: “Saya setuju dengan sejumlah

rekomendasi dari Menteri Pertahanan dan Kepala Staf untuk

memperkuat perlindungan Amerika menghadapi kemungkinan

serangan rudal balistik. Pendekatan ini akan melahirkan

kemampuan yang lebih cepat, membangun sistem yang lebih

efisien, memberikan bentuk yang lebih defensif menghadapi

rudal, dari pada program pertahanan rudal Eropa tahun 2007.”

Obama menambahkan: “Kita berhasil membuat kemajuan besar

dalam mengembangkan rudal pertahanan kita dan khususnya

dalam mengembangkan pemancar rudal darat dan laut serta

peralatan pendukungnya. Pendekatan kita yang baru akan

memungkinkan kita untuk menggunakan teknologi baru termodern

dalam bentuk yang lebih cepat dari sistem sebelumnya. Sistem

yang baru di Eropa akan lebih kuat, lebih cerdas dan lebih

cepat melindungi militer Amerika dan sekutu-sekutunya, dari

77

sistem sebelumnya. Pendekatan baru kita akan memberikan

kemampuan yang lebih efisien dan efektif. Pendekatan baru

kita akan membangun kepercayaan dalam komitmen kita untuk

melindungi Amerika dari ancaman rudal balistik serta

menjamin dan memperkuat perlindungan sekutu-sekutu kita di

NATO.”

b.    Menteri Pertahanan Robert Gates membantah berbagai

kritik menentang keputusan Obama dengan mangatakan:

“Sebenarnya mereka yang mengatakan bahwa kita telah

mencampakkan pertahanan rudal di Eropa, bisa jadi mereka

tidak mendengarkan berita secara benar atau mereka belum

memahami konstelasi dengan sebenarnya.” Gates juga

menegaskan bahwa sistem baru itu “Memberikan kemampuan

pertahanan rudal yang lebih baik dari program-program

sebelumnya yang telah dimulai sekitar tiga puluh tahun

lalu.” Ia menambahkan “Kita memiliki kesempatan menyebarkan

sensor dan rudal pencegat di utara dan selatan Eropa (dalam

jangka waktu dekat) yang akan bisa mencegat rudal yang

datang dari Iran dan yang lainnya.”

c.    Dari pidato Obama dan Menteri Pertahanan jelaslah

bahwa keduanya tidak membicarakan tentang ditinggalkannya

sistem pertahanan GMD. Akan tetapi sebaliknya, keduanya

berbicara tentang program yang lebih kompleks. Gates

mengungkapkan rencananya untuk membangun sistem pertahanan

rudal nasional (NMD/ National Missile Defense) generasi baru. Ia

mengatakan: “Langkah berikut pada tahun 2015 kira-kira akan

78

mencakup pangkalan-pangkalan bumi yang bersifat tetap dan

fleksibel yaitu SM-3.” Begitu pula di majalah Euronet

dilansir pernyataan jenderal James Cartwright, wakil kepala

staf gabungan Amerika, tentang komentar terhadap penyebaran

rudal-rudal yang diajukan “Yang dominan adalah akan

dilakukan penyebaran radar-radar di wilayah Kaukasus, karena

itu akan lebih dekat dalam mendapatkan peringatan diri.”

6.    Dengan begitu jelaslah bahwa ditinggalkannya sistem

pertahanan GMD di Polandia dan Ceko akan bersifat sementara

untuk menyenangkan Rusia. Gates telah berlaku cerdik dengan

tidak menyebutkan dibukanya pembahasan Pentagon dengan

Polandia dan Ceko tentang dimasukkannya model darat untuk

sistem SM-3 dan peralatan lain untuk sistem tersebut.

Demikian pula Gates tidak menyebutkan pembahasan-pembahasan

seputar berita yang bocor bahwa Turki, Georgia, dan

Azerbaijan bisa masuk di dalam organisasi penyebaran rudal

Amerika. Bocoran berita itu telah membuat resah Rusia karena

itu artinya bahwa penyebaran pangkalan rudal darat telah

meluas ke kebun belakang Rusia. Hal itu ditambah lagi pidato

Obama yang baru dan menteri pertahanan Robert Gates sangat

meresahkan. Karena itu, meskipun Rusia menyambut keputusan

Obama meninggalkan sistem GMD pada tanggal 17 September

2009, dan terdapat pernyataan presiden Rusia, Dmitry

Medvedev, bahwa ia akan menarik kembali keputusannya tentang

penyebaran rudal di Kaliningrad, meski semua itu, reaksi

yang datang dari Rusia menunjukkan ketidakpuasan Rusia

79

terhadap keputusan Obama. Karena itu, juru bicara di kantor

berita Rusia menjawab pidato Obama dan menteri pertahanan

Robert Gates dengan komentar: “Seperti yang kami

perhitungkan, Barack Obama dalam pidatonya pada tanggal 24

September 2009, dia tidak akan berbicara tentang

meninggalkan atau menunda sesuatu pun. Akan tetapi ia justru

mengadopsi rencana partahanan rudal baru yang dibangun di

atas asas-asas teknologi yang sedang berkembang dan modern

yang mampu secara labih baik untuk menghadapi ancaman rudal

kontemporer. Obama mengatakan bahwa rencana tersebut lebih

memiliki kapabilitas dari rencana sebelumnya yang

menggabungkan Polandia dan Ceko.”

7.    Sedangkan apakan keunggulan Amerika secara militer

telah goyah dan kemudian kontrol Amerika di dalam konstelasi

internasional melemah, dan Amerika akhirnya memperhitungkan

peningkatan kekuatan Rusia secara militer, maka jelas bahwa

Amerika tidak lagi memiliki kontrol atas dunia sebagaimana

kontrol yang dimilikinya sebelum menginvasi Irak. Karena

Irak dan Afganistan menyedot kekuatan militer dan pendapatan

Amerika. Ditambah lagi krisis ekonomi global makin

memperparah pelemahan posisi Amerika di dunia. Akan tetapi

meski semua itu, Amerika tetap lebih unggul dalam bidang

militer dan memiliki kontrol yang lebih kuat di dalam

konstelasi internasional. Namun Amerika menghadapi sejumlah

tantangan dan persaingan dari kekuatan utama lainnya di

80

dunia. Akibat meletusnya krisis yang kami sebutkan

sebelumnya, maka tantangan dari saingannya makin dramatis.

Sedangkan tentang Rusia, dengan memanfaatkan krisis-krisis

Amerika, Rusia bisa mengambil manfaat dari kenaikan harga

minyak untuk merubah sebagian dari kekayaan ekonomi menjadi

sumber-sumber militer dan kekuatan politik. Peran Rusia bisa

diperhatikan sampai batas tertentu di Amerika Tengah,

Kaukasus, Eropa Tengah dan Asia Tengah, hingga sudah ramai

dibicarakan ungkapan “Beruang Rusia yang Bangun” untuk

mendeskripsikan kondisi Rusia sekarang. Akan tetapi, di atas

semua itu, Rusia masih sangat jauh untuk kembali seperti

masa keemasannya dahulu. Rusia masih terus menderita krisis

kelemahan struktur pada aspek-aspek politik dan ekonomi. Hal

itu menghalangi Rusia melakukan lompatan kuat di dalam

konstelasi internasional dalam jangka waktu dekat ini.

81

Pengstrat (10)

Pertahanan Cina

Kawasan Asia Timur dikenal sebagai kawasan yang

memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terutama

sebelum terjadinya krisis moneter yang melanda kawasan ini,

sehingga beberapa negara yang berada dalam kawasan Asia

Timur ini disebut juga sebagai The New Industrialized Countries

(NIE's). Akan tetapi walaupun kawasan ini sempat dilanda

krisis moneter yang bergulir menjadi krisis ekonomi yang

berkepanjangan, kembali bangkit dan mengalami pertumbuhan

ekonominya. Dibalik pesatnya pertumbuhan ekonomi dan

derasnya arus perdagangan di negara-negara kawasan Asia

Timur seperti; Jepang, Republik Rakyat Cina (RRC), Cina

Taiwan, dan Korea Selatan, ternyata negara-negara tersebut

memiliki tingkat kerawanan dalam hubungannya satu sama lain,

82

yang berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat

konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia II

dan Perang Korea, serta ketegangan yang diakibatkan oleh

kecurigaan dalam peningkatan kapabilitas militer dari

masing-masing negara tersebut.

Ternyata tidak hanya negara-negara yang disebutkan

diatas saja yang memiliki potensi konflik satu sama lain,

melainkan juga terdapat Korea Utara yang merupakan negara

Komunis yang masih mengisolasi dan membatasi interaksinya

dengan negara-negara lain, sementara dilain pihak negara ini

disinyalir tengah membangun suatu kekuatan militer dan

senjata pemusnah massal nuklir, biologi dan kimia (nubika).

Sedangkan negara lainnya yang berkepentingan untuk

menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia Timur adalah, Amerika

Serikat dan Rusia. Oleh karena itu tidak jarang terjadinya

ketegangan di kawasan ini disebabkan oleh campur tangan atau

kebijakan global dari kedua negara tersebut. Dalam

perkembangannya pada pasca Perang Dingin, Amerika Serikat

terlihat sangat mendominasi dalam merealisasikan

kepentingannya sebagai hegemon global, terutama untuk

mempertahankan status quo serta “keseimbangan” kekuatan di

Asia Timur.

Program modernisasi angkatan bersenjata RRC, selain

menimbulkan dilema keamanan bagi negara-negara di kawasan

Asia Timur, juga mengundang AS melalui sekutu-sekutunya di

kawasan ini seperti Jepang dan Taiwan untuk “mengimbangi”

83

kekuatan bersenjata Cina antara lain melalui program Theater

Missile Defensenya, dilain pihak Rusia juga mulai menggulirkan

wacana keamanan bersamanya di kawasan Asia Tengah dan Timur

melalui inisiatif Shanghai Five, yang sekarang sudah menjadi

Shanghai Six, dengan negara-negara yang terlibat seperti RRC

dan beberapa negara eks-Uni Soviet.

* Program Modernisasi Angkatan Bersenjata RRC

Program modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat RRC,

merupakan bagian dari 4 modernisasi yang dicanangkan oleh

Deng Xiaoping pada tahun 1977 yang meliputi modernisasi di

bidang militer, ekonomi, politik, dan teknologi.

Dalam bidang militer program modernisasi bermula dari

perubahan strategi dasar Tentara Pembebasan Rakyat (TPR)

yakni, strategi yang bertumpu pada perang rakyat (people's war)

“dimodifikasi” untuk dapat mengikuti “kondisi modern” yang

meliputi 3 peringkat secara teknikal, taktik, dan

operasional. Dimana dalam modernisasi tersebut, TPR mulai

meninggalkan strategi perang massal yang melibatkan sejumlah

besar personel Tentara Angkatan Darat, khususnya yang

ditujukan untuk menghadapi invasi dari luar terutama Uni

Soviet. Pada era Mao Zedong strategi people's war menjadi

tumpuan pertahanan oleh karena minimnya teknologi

persenjataan yang dimiliki oleh RRC pada waktu itu.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi RRC, terutama sejak

era kekuasaan Deng Xiaoping maka pertumbuhan tersebut secara

otomatis memberikan kontribusi terhadap pengembangan

84

industri militer RRC, yang tidak lagi bertumpu pada

pendekatan kuantitatif. Modernisasi militer ini secara

formal dikukuhkan dalam bentuk doktrin pada tahun 1985 oleh

Komite Sentral Militer yang mengadopsi proposal Deng

Xiaoping tentang modernisasi militer, yang dinamakan

“Doktrin Perang Tentara Pembebasan Rakyat; Strategi

Pertahanan Aktif dalam Era Baru.” Aktif yang dimaksud dalam

hal ini adalah dengan menahan serangan musuh diluar wilayah

kunci dari negara RRC, yang bilamana perlu diluar

perbatasan.

* Kebijakan dan Langkah Menuju Modernisasi TPR RRC

A). Dalam mengoptimalkan personel militer, Kementerian

Pertahanan RRC melaksanakan pengetatan bagi pemilihan calon

anggota TPR baru dengan tujuan meningkatkan kualitas

personil yang mampu menangani persenjataan modern mendatang,

sedangkan untuk meningkatkan profesionalisme personil,

dilaksanakan pergeseran bagi pejabat tingkat regional yang

mencapai usia pensiun, termasuk pengurangan sejumlah 500.000

personil dalam jangka waktu selama 3 tahun yang dinyatakan

oleh Presiden Jiang Zemin pada Kongres Nasional Partai

Komunis Cina (PKC) ke-15 bulan September 1997 serta

pernyataan Presiden Jiang Zemin dan pejabat tinggi

pemerintah Cina pada Kongres Rakyat Nasional ke-3 pada bulan

Maret 1998, bahwa anggaran belanja pertahanan naik sebesar

12,8% yang disesuaikan dengan inflasi yang terjadi, hal

85

tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan disiplin militer,

latihan personil dan modernisasi militer.

B). Dalam rangka reformasi ini, pemerintah RRC memutuskan

bahwa Angkatan Bersenjata, Polisi, Jaksa, lembaga-lembaga

keamanan publik dan pengadilan tidak boleh lagi terlibat

dalam bisnis. Demikian juga lembaga-lembaga partai dan

pemerintahan pada tingkat pusat diminta untuk memutuskan

hubungannya dengan semua kegiatan bisnis, sedangkan dalam

upaya mewujudkan pembangunan militernya yang kecil dengan

memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, RRC

melaksanakan berbagai reformasi kedalam tubuh TPR, baik

reformasi terhadap pengurangan jumlah personil, pembangunan

maupun modernisasi militer serta mengeluarkan kebijakan-

kebijakan baru, guna menuju sasaran yang ingin dicapai.

C). RRC yang sedang memodernisasi militernya memerlukan

lingkungan internasional yang damai dan stabil serta

menempatkan kebijakan pembangunan dan modernisasi militer

RRC adalah terbentuknya militer yang kecil namun memiliki

ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam rangka modernisasi

tersebut, RRC melakukan pengurangan personil miluter

sejumlah 500.000 dalam jangka waktu selama 3 tahun (1997-

2000) dengan rincian 19% dari AD-TPR, 11,6% dari AL-TPR dan

11% AU TPR, dimana pada tahun 1998 telah dilakukan

pengurangan sejumlah 100.000 personil, alih teknologi dan

pembelian peralatan militer dari luar serta pembangunan

dalam negeri.

86

D). Presiden Jiang Zemin yang juga sebagai Ketua Komisi

Militer Pusat dalam diskusi dengan para anggota Kongres

Rakyat Nasional (KRN) menekankan pentingnya persenjataan

teknologi tinggi guna memenangkan "Hi-tech Warfare Under New

Condition", juga dikatakan bahwa sebagian besar dana untuk

pembangunan persenjataan Angkatan Laut dan Udara TPR Cina

dan sebagian untuk kepentingan unit artileri dan infanteri.

E). Presiden Jiang Zemin yang juga sebagai Ketua Komisi

Militer Pusat dalam pertemuan dengan para delegasi militer

pada sidang KRN bulan Maret 2000 mengatakan bahwa militer

Cina harus mendorong modernisasi dan meningkatkan kesiapan

bertempur, hal ini diungkapkan berdasarkan perkiraan

perkembangan baru hegemonisme dan kekuatan politik, juga

konsentrasi terhadap perkembangan ekonomi yang harus

dikonsolidasikan dengan masalah pertahanan Nasional dan

pembangunan suatu Angkatan Bersenjata yang kuat, ditambahkan

juga oleh Wakil Kepala Staf Umum TPR, Letnan Jenderal Xiong

Guangkai bahwa pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama

daripada pembangunan militer dengan tugas mendasar adalah

berkonsentrasi pada modernisasi dan meningkatkan

kesejahteraan.

F). Presiden Jiang Zemin saat konferensi persenjataan

menyatakan bahwa unit-unit persenjataan militer nasional

untuk memodernisasi persenjataannya dengan merefleksikan

kedalam ilmu pengetahuan dan teknologi nasional, karena hal

tersebut merupakan indikator kapabilitas pertahanan dan

87

kekuatan nasional RRC, seperti halnya saat parade militer

pada perayaan hari nasional ke-50, hal itu menunjukkan

kepada dunia bahwa Cina pada kenyataannya telah memiliki

sistem pertahanan nasional yang kuat, untuk itu sektor

persenjataan perlu terus ditingkatkan melalui ilmu

pengetahuan dan teknologi serta memfokuskan perkembangan

persenjataan militer dengan teknologi tinggi.

G). Jenderal Cao Gangchuan, Kepala Persenjataan Umum TPR

dalam kunjungannya ke daerah Komando Militer Jinan

mengulangi pernyataan Presiden Jiang Zemin tentang pemikiran

masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi baru untuk diterapkan

dalam rangka modernisasi TPR, hal tersebut sebagai dasar

dari perubahan bagi persenjataan dan peralatan TPR Cina yang

sudah ketinggalan, dimana tugas utamanya adalah dengan

membangun sumber daya manusia yang berkompeten dengan

teknologi serta memiliki "sense of mission and urgency".

H). Dalam rapat kepala staf TPR Cina, Presiden Jiang Zemin

mengatakan bahwa Cina harus meningkatkan kemampuan

militernya dalam menghadapi abad ke-21, dikatakan juga bahwa

masalah keamanan dan persatuan merupakan kepentingan utama

bagi setiap bangsa, sedangkan pertahanan nasional yang kuat

dapat mendukung keamanan nasional, disamping itu juga

ditekankan bahwa strategi Angkatan Bersenjata Cina sebaiknya

betul-betul dikembangkan untuk mempersiapkan militer dalam

menghadapi perang, dimana personel merupakan faktor penting

88

dalam memenangkan pertempuran, disamping persenjataan dengan

tetap memperhatikan teori Mao Zedong dan Deng Xiaoping.

I). Dalam pertemuan para perwira tinggi TPR, Jenderal Fu

Quanyou, Kepala Staf Umum TPR Cina, dan wakilnya Jenderal

Guo Boxiong mengatakan bahwa TPR akan memformulasikan dan

meningkatkan strategi baru secara keseluruhan, guna

meningkatkan kemapuan kepemimpinan, sedangkan Panglima AU

TPR, Letnan Jenderal Liu Shunyao mengatakan akan melakukan

perubahan strategi dari peran defensif menjadi peran

defensif yang berkemampuan ofensif.

J). Dalam pidato Jenderal Chi Haotian pada resepsi

peringatan 72 tahun TPR Cina pada Juli 1999 mengatakan

antara lain, TPR Cina saat ini sedang melakukan reorganisasi

dan restrukturisasi, termasuk pelaksanaan rencana

pengurangan sejumlah 500.000 personil yang merupakan langkah

menuju pembentukan kekuatan militer yang kecil tetapi lebih

kuat dan efisien, disamping juga larangan bagi anggota TPR

dan Polisi Bersenjata Cina untuk melakukan bisnis serta ikut

berpartisipasi aktif dalam penanggulangan banjir, sedangkan

dalam membangun militernya dalam menghadapi periode baru,

TPR Cina mengambil langkah menuju pembangunan militer yang

kecil tetapi kuat dengan ciri khas Cina dengan menerapkan

strategi pembangunan militer yang tangguh seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui

pendidikan, latihan maupun pemutakhiran persenjataan dan

peralatan militer serta melakukan reorganisasi yang

89

ditujukan untuk memperkokoh kemampuan pertahanan dan

efektifitas daya tempur dimedan perang dengan teknologi

modern, terutama perang teknologi canggih.

* Kekuatan Tentara Pembebasan Rakyat RRC tahun 2008

Dari jumlah penduduk 1,3 milyar jiwa, terdiri atas :

pria 20.831.700 jiwa dan perempuan 47.054.000 jiwa yang

berumur 13-17 tahun,

pria 58.989.300 dan perempuan 55.249700 yang berumur

18-22 tahun,

pria 120.113.300 dan perempuan 111.812.200 yang berumur

23-32 tahun, sisanya adalah anak-anak dan orang tua.

Total kekuatan aktif adalah 2.930.000 orang, dimana

diperkirakan 1.500.000 personil masih dalam proses

demobilisasi. Sekitar 1.275.000 orang dari jumlah tersebut

adalah wajib militer serta 136.000 orang adalah korps

wanita. Masa dinas wajib militer bagi anggota TPR adalah 3

tahun bagi Angkatan Darat dan Marinir serta 4 tahun bagi

Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Kekuatan cadangan sekitar

1.200.000 orang dan kekuatan milisi yang terdapat di setiap

propinsi dibentuk dalam organisasi yang terawasi, Anggaran

pertahanan yang dibutuhkan TPR setiap tahun sebenarnya

diperkirakan US $ 29,8 milyar, namun untuk tahun 1996 telah

diumumkan bahwa anggaran yang turun hanya sekitar US $ 8

milyar.

Kemudian anggaran pertahanan naik 14,9 persen pada tahun

2009. Pada Tahun 2009 Pemerintah Cina menaikkan anggaran

90

militernya mencapai 480,686 miliar yuan (70,2 miliar dollar

AS), meningkat 62,482 miliar yuan dari 2008. Kemudian pada

tahun 2010 Cina akan menambahkan lagi sebesar 10% yaitu 84,9

miliar dollar di tahun 2010.

Pengstrat (11)

Pertahanan India

91

* Proyeksi Kemiliteran

Dengan anggaran sebesar US$ 13,6 miliar hanya untuk

2000/ 2001 ini, hanya US$ 1 miliar di bawah RRC (ini menurut

pengakuan India, sementara RRC mengaku anggaran militernya

jauh di bawah India) India menunjukkan kemampuannya untuk

menjadi salah satu militer yang terkuat di Asia. Pengadaan

dilakukan dengan mekanisme yang cukup kompleks dan

profesional, sekali pun sebagai akibat dari masih besarnya

ketergantungan teknologi, beberapa kasus sempat muncul.

Berikut beberapa pengadaan yang patut dicatat:

1. Angkatan Darat

Angkatan Darat dengan bangga menantikan 300 T-90

Russia, selain berbagai macam radar, UAV, howitzer dan roket

BM21 Grad M yang akan memperkuat peluncur roket lokal Arjun.

Sebagian besar amunisi dibeli dari Israel. Demikian pula

banyak proses upgrade persenjataan dilakukan dengan bantuan

Israel.

Mirip seperti di Indonesia, tapi dalam taraf yang jauh

lebih rendah, korupsi juga merupakan momok yang menghantui

militer India dalam pengadaan persenjataan, di samping tentu

saja kesalahan pengambilan keputusan. Namun berbeda dengan

Indonesia, upaya melakukan pengamanan atas kebocoran telah

dilakukan dengan meningkatkan audit sejak 1985. Contoh isu

yang beredar, bahwa implementasi MiG-29K untuk Gorshkov

adalah dipaksakan. SU-30 yang dikirim disebut hanyalah SU-27

yang di upgrade. Demikian pula versi T-90 yang akan diterima

92

India, disebutkan sebagai model eksperimental yang pada

prinsipnya hanyalah T-80 yang dilengkapi dengan mesin disel

baru.

2. Angkatan Laut

Angkatan Laut akan diperkuat dengan MiG-29K yang satu

paket dengan kapal induk Admiral Gorshkov. Banyak kritik

tentang hal ini, karena Gorshkov sebenarnya tidak dibuat

untuk mengangkut MiG-29K, bahkan lebih merupakan pengangkut

helikopter, atau maksimal Yak. Implementasi MiG-29 untuk

carrier base aircraft sendiri masih belum populer.

Pengadaan TU-22M Backfire untuk maritime aircraft cukup penting,

mengingat kategorinya sebagai pembom jarak jauh, yang

sanggup menyerang sebelum dikenali oleh radar. Ditambah

dengan TU-142M (ASW). Selain itu, empat kapal selam Kelas

Kilo akan menambah armada kapal selam India.

Yang juga perlu dicatat adalah bahwa India menyewa

beberapa peralatan militer dari Rusia. Termasuk diantaranya

adalah kapal selam nuklir seperti INS Chakra. Metode sewa

ini seharusnya juga dipertimbangkan Indonesia, daripada

membeli peralatan dalam jumlah tidak memadai dan tidak

memiliki fungsi militer.

Israel turut membantu dalam melakukan modernisasi

kapal-kapal tempur India, khususnya dalam teknologi radar

dan perlengkapan electronic warfare lainnya.

3. Angkatan Udara

93

Angkatan Udara menantikan kedatangan 50 SU-30MKI yang

disertai dengan alih teknologi. Ini menandai peningkatan

standar fighter India, sekali pun dalam implementasinya masih

bermasalah.

Pembelian 10 Mirage 2000 menunjukkan bahwa India tidak

meninggalkan teknologi Prancis. Namun karena penolakan India

atas NPT kemungkinan Prancis tidak akan memberikan teknologi

Mirage yang terakhir.

India juga telah melakukan upgrade lokal atas 125 MiG-

21 yang dimilikinya. Mempertahankan wing lama tempur ini

sangat dibutuhkan untuk menandingi superioritas jumlah jet

tempur RRC. Sedang dirundingkan kemungkinan pembelian Beriev

A-50 (Mainstay), pesawat AWACS Rusia. Perlu menjadi

pertimbangan Indonesia untuk turut membeli Beriev

dibandingkan state of art AWACS AS, khususnya karena

pertimbangan ketersediaan pasokan serta minimnya kemungkinan

berhadapan dengan Rusia (zero enggagement possibility) dalam 50

tahun ke depan.

Selain itu, 40 helikopter Mi-17-1B versi upgrade juga

sedang dinantikan pengirimannya. Heli ini dapat beroperasi

pada high altitude, sesuai dengan geografi India di perbatasan

dengan Cina dan Pakistan. Pilihan ini perlu menjadi

pertimbangan untuk operasi TNI di Irian. Juga perlu ditiru

kerjasama India-Rusia untuk membangun Il-214, pesawat kargo

militer yang berdaya tampung 82 para atau 100 penumpang atau

kapasitas 15 ton. Indonesia sangat membutuhkan jenis seperti

94

ini, karena dapat lepas dari lingkaran setan supply militer

karena ketergantungan pada pesawat kargo buatan Amerika

seperti Hercules. Cara ini sangat baik dilakukan untuk

memperoleh teknologi secara lebih cepat.

* Pasokan Kemiliteran

Militer India dipasok oleh 39 pabrik lokal dan 8 Defence

Public Sector Undertakings (DPSUs) :

1. Hindustan Aeronautics Limited (HAL). Salah satu

buatannya adalah LANCER, yaitu helikopter serang

berbeaya rendah (low cost attack heli), serta akan membuat

Intermediate Jet Trainer.

2. Bharat Electronics Limited (BEL). Ia khusus membuat

peralatan elektronik untuk mesin perang. Sangat

bermanfaat dalam menghadapi embargo, dengan membuat

unsur alternatif.

3. Bharat Earth Movers Limited (BEML), membuat peralatan

berat.

4. Mazagon Dock Ltd (MDL), membangun kapal perang sampai

6000 DWT dan kapal sipil sampai 27.000 DWT, termasuk

kapal selam, kapal rudal, fregat, corvette dan perusak.

Perusak ke-dua, INS Mysore, diresmikan penggunaannya

pada Juni 1999.

5. Goa Shipyard Limited (GSL), membuat kapal modern yang

lebih kecil. Buatan terakhirnya adalah Extra Fast Attack

Craft (Mei 1999) dan Advance Offshore Patrol Vessel (Mei 1999).

95

6. Garden Reach Ship builders and Engineers Limited

(GRSE), membuat kapal perang, serta perbaikan kapal.

7. Bharat Dynamics Limited (BDL), membuat ATGM SS11 B1

teknologi Aerospatiale Prancis, ATGM Milan teknologi

Euromissile Prancis, serta ATGM Konkurs teknologi

Rusia, serta amunisinya.

8. Mishra Dhatu Nigam Limited (Midhani), membuat bahan

khusus dan lakuranadi (superalloy) untuk kepentingan

pertahanan, energi atom, luar angkasa, kedirgantaraan,

dsb.

* Ancaman dan permusuhan

1. Pakistan

India telah empat kali berperang melawan Pakistan.

Teoritis, kekuatan militer India masih di atas Pakistan.

Demikian pula dalam hal teknologi, ekonomi, industri, sosial

dan politik. Kekuatan militer Pakistan utamanya dapat

berkembang salah satunya karena dukungan politis dari

Amerika Serikat, khususnya dalam era Perang Dingin dalam

strategi peyangga menghadapi Rusia di Afghanistan. Setelah

berakhirnya Perang Dingin, Pakistan kehilangan nilai

strategis bagi AS, dan dengan demikian AS memberlakukan

penghentian seluruh bantuan ke Pakistan sejak Oktober 1990

(Pressler Amandement).

Setelah perang India-Pakistan tahun 1965, Cina memberi

bantuan kepada Pakistan. Hal ini disebabkan karena Cina

memandang India sebagai potensi-lawan (pseoudo-enemy), karena

96

perang Cina-India tahun 1962. Namun setelah hubungan AS-

Pakistan berakhir pasca Pressler Amandement tahun 1990,

barulah Cina secara besar-besaran memberi dukungan kepada

Pakistan. Yang paling mengancam India adalah penjualan IRBM

M-9 dan M-11 dari Cina pada 1991, serta penjualan melalui

Korea Utara (Nodong I dan II). Rudal-rudal ini diganti

namanya menjadi Ghauri I, Ghauri II dan Shaneen.

Kemampuan nuklir Pakistan diperoleh dengan bantuan

teknologi dari Prancis dan kemudian Cina. Kepemilikan nuklir

ini diungkapkan dengan uji coba Ghauri pada April 1998 yang

merupakan balasan atas percobaan rudal nuklir India.

Kemampuan nuklir Pakistan dan Cina menjadi alasan bagi

India untuk mengembangkan teknologi peluncuran dari laut

sebagai proyeksi minimum detterance-nya (kemampuan serangan

balasan nuklir).

Dengan sejarah 4 kali pertempuran, potensi konflik di

Kashmir, adanya dukungan Cina serta kepemilikan rudal nuklir

balistik, Pakistan menjadi potensi-lawan nomor satu bagi

India.

2. Republik Rakyat Cina

Perang perbatasan Cina-India berakhir dengan kekalahan

tragis militer India. Hal ini mendorong India untuk

mengembangkan militernya baik konvensional maupun non-

konvensional dengan kemampuan untuk menghadapi Cina. Langkah

ke arah ini dapat dilihat misalnya dengan rencana pengadaan

97

300 TUT T-90, yang jelas dimaksudkan untuk pertahanan

menghadapi Cina.

Sekali pun keadaan pseudo-hostile antara India dan Cina

mulai mencair, serta hubungan kedua negara bertambah baik

terutama sejak kunjungan Jiang Zemin November 1996, namun

sangat jelas bahwa India masih menganggap Cina sebagai

ancaman. Entah itu dari analisis militer atau pun hanya

sebagai alasan untuk mengembangkan kekuatan militer-nya,

yang jelas proyeksi militer India ditujukan untuk menyaingi

kekuatan militer Cina.

Satu hal yang paling jelas adalah pernyataan para

petinggi India pasca percobaan nuklir Pokhran II tahun 1998,

bahwa alasan dari pengembangan militer India adalah untuk

menghadapi ancaman Cina. Tak kurang PM Atal Behari Vajpayee

dan Menteri Pertahanannya, George Fernandes memberikan

pernyataan tersebut, yang kemudian disikapi dengan kemarahan

besar dari para pejabat Cina. Sekali pun kemudian pernyataan

tersebut dibantah oleh India.

Membaiknya hubungan Cina-India kemungkinan tidak lepas

dari upaya Cina untuk menjamin keamanannya di Barat Laut,

menjelang Invasi ke Taiwan. Bukan rahasia lagi bahwa Cina

tengah mempersiapkan Invasi ke Taiwan dan mungkin juga ke

Kepulauan Cina Selatan yang merupakan bagian dari “urusan

dalam negeri” Cina. Dan keberadaan India yang bermusuhan

sangat menghalangi hal ini. Cina harus menjamin persahabatan

98

dengan India sebelum dapat membereskan “urusan dalam

negerinya.”

3. Fundamentalisme

Berbagai fundamentalisme mengancam India. Yang terbesar

di antaranya adalah fundamentalisme Islam, Tamil dan Hindu.

Ancaman fundamentalisme diwujudkan dalam bentuk kekacauan,

terorisme, serta separatisme.

Fundamentalisme Hindu berdampak pada kekacauan politik

India yang demokratis. Juga membawa konflik dengan agama-

agama lain. Kerusuhan sering terjadi saat fundamentalis yang

satu berhadapan dengan yang lain.

Fundamentalisme Tamil, berdampak besar setelah serangan

ditujukan pada para pejabat India. Serangan bom bunuh diri

yang menewaskan PM India merupakan puncak dari terorisme

fundamentalis Tamil.

Fundamentalisme Islam, datang dalam bentuk ancaman

separatisme dari dua wilayah kantong Islam di Utara dan

Selatan India. Dukungan dari Pakistan sangat mempengaruhi

gerakan fundamentalisme di India sejak lama. Pada akhir

Perang Afghanistan, India menghadapi sumber fundamentalisme

baru dari Kandahar, Afghanistan, di mana Revolusi Islam

Taliban yang Suni Wahabi malah terbukti lebih parah daripada

Revolusi Islam Iran yang Shiah. Mulai dari pembantaian kaum

Shiah di provinsi Herat dan Bamiyan, di perbatasan dengan

Iran, hingga kebijakan anti-wanita, yang membuat malu

Pakistan, sebagai sponsor utama Taliban.

99

* Ambisi India

India berambisi menjadi adidaya Asia. Ambisi ini telah

diperlihatkan sejak awal berdirinya negara tersebut. Awalnya

militer India mewujudkan hal tersebut dengan mengoperasikan

Carrier. Kemudian proyeksi militer India secara jelas menuju

perwujudan blue water navy yang modern. Langkah kearah ini

dilakukan dengan kemampuan membangun di dalam negeri kapal

perusak dan fregat yang modern, serta mengalihkan teknologi

untuk membangun kapal selam. Sewa kapal selam nuklir dari

Rusia sejak beberapa tahun yang lalu memberikan AL India

kemampuan untuk mengoperasikan kapal selam nuklir, sedang

anggaran militernya yang begitu besar memungkinkannya

membeli kapal selam nuklir sewaktu-waktu.

Sejalan dengan itu, India berharap dapat menjadi

anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan dengan demikian dapat

memiliki hak veto. Untuk mendukung harapannya tersebut India

mempersiapkan diri dalam bidang ekonomi, politik, teknologi

dan militer. Dalam keempat bidang tersebut India telah

menunjukkan kemajuan yang cukup pesat.

Untuk dapat diakui dunia, India bukan hanya mengejar

kepemilikan atas blue water navy, tetapi juga kepemilikan atas

senjata nuklir. Uji coba nuklir Cina 1964, dua tahun setelah

perang perbatasan India-Cina, menjadi alasan kuat bagi India

untuk mengejar teknologi senjata nuklir dan melakukan uji

coba serupa pada 1974. Penelitian atas senjata termonuklir

dimulai sejak 1980.

100

Ambisi India terlihat setelah negara tersebut menolak

meratifikasi perjanjian NPT (Non-Poliferation Treaty) tahun 1968

hingga sekarang. Bahkan kemudian menolak menandatangani CTBT

tahun 1996, hingga sekarang, jauh setelah Perang Dingin

berakhir.

Pada Mei 1998, India kembali melakukan uji coba nuklir,

berlawanan dengan trend pemusnahan nuklir pasca Perang

Dingin. Hal ini segera diikuti oleh Pakistan dengan uji coba

nuklir yang lebih bersifat balasan atas uji coba India. Maka

dimulailah perlombaan senjata nuklir baru secara terbuka.

India saat ini diperkirakan memiliki 60 senjata nuklir

yang dapat diluncurkan dengan rudal Agni atau Phritvi, atau

melalui pesawat. Target India selanjutnya adalah memiliki

kemampuan peluncuran rudal nuklir dari laut, baik permukaan

mau pun dari kapal selam. Ini adalah target minimum detterence

India saat ini. Enam reaktor nuklir air berat India memiliki

plutonium yang cukup untuk mempersenjatai 200 nuklir.

India tidak memiliki harapan untuk menjadi pemimpin

regional, mengingat posisi politisnya di kawasan Asia

Selatan yang dikelilingi oleh negara-negara besar yang

pseudo-hostile, seperti Pakistan, Cina dan Afghanistan. Kecuali

tentunya di wilayah Bay of Bengal yang tergabung dalam

Bimstec. Disini pun India harus berhadapan dengan Thailand.

Peran India di Maldives menunjukkan keinginan dan

kemampuan AL India untuk beroperasi jauh dari Home Sea.

Ambisi India ini akan secara langsung berhadapan dengan

101

ambisi serupa dari Cina dan Australia, dalam perlombaan

menjadi Penguasa Samudra Asia Selatan. Siapa yang akan

menjadi Penguasa Laut Selatan? Hanya waktu yang menentukan.

Pengstrat (12)

Pertahanan Jepang

* Kebijakan Pertahanan Jepang

Kebijaksanaan pertahanan Jepang setelah Perang Dunia II

jauh berbeda dari masa sebelum berperang. Itu disebabkan

102

karena Jepang kalah dalam Perang Dunia II dan kekalahan itu

tidak saja memungkinkan pihak yang menang untuk lebih

memaksakan kehendaknya kepada Jepang, tetapi di samping itu

kekalahan tersebut juga menimbulkan satu trauma kepada

rakyat Jepang yang sukar hilangnya.

Dalam proses modernisasinya Jepang berusaha memasukkan

demokrasi dalam kehidupan bangsanya. Ini dilakukan karena

Jepang mengikuti segala hal yang dilakukan bangsa-bangsa

Barat. Demokrasi merupakan salah satu ekspresi kehidupan

masyarakat Barat. Namun setelah tahun 1930-an kaum militer

Jepang berhasil menciptakan kondisi dalam negeri sedemikian

rupa sehingga demokrasi tidak dapat berlanjut. Kaum

militerlah yang memegang kekuasaan di bawah Tenno Heika.

Perkembangan itu membuat Jepang amat agresif keluar dan

itulah yang membawanya kepada politik pertahanan yang

agresif pula. Poltik pertahanan yang agresif itu

mengakibatkan Jepang sering terlibat perang, bahkan sudah

terjadi sebelum kaum militer mengusai pemerintahan. Dimulai

dengan perang terhadap Cina, yaitu pada tahun 1895 yang

menjadikan Taiwan dan beberapa bagian daratan Cina masuk

kekuasaan Jepang. Kemudian perang dengan Rusia pada tahun

1904-1905 yang kembali dimenangkan Jepang dan melebarkan

pengaruhnya ke Korea dan Manchuria.

Pada tahun 1937 Jepang berperang lagi dengan Cina untuk

meluaskan kekuasaannya di daratan Asia. Pada tahun 1941

terjun dalam perang dengan AS dan sekutu-sekutunya. Akan

103

tetapi inilah yang memberikan pengalaman yang belum pernah

dialaminya, yaitu kalah perang dan wilayahnya diduduki

tentara asing. Akibatnya adalah bahwa rakyat Jepang menjadi

amat benci kepada peperangan dan terhadap kaum militer yang

menyebabkan Jepang kalah perang.

Di pihak lain pihak yang menang melalui tentara

pendudukan AS berketetapan hati agar Jepang tidak lagi

menyerang bagsa-bangsa lain. Maka diadakan proses

demiliterisasi segera setelah tentara AS menduduki wilayah

Jepang. Itu juga menyangkut disusunnya konstitusi baru bagi

Jepang yang harus menjamin bahwa Jepang di masa depan tidak

akan lagi menjadi bangsa yang dikuasi militer dan tidak akan

mempunyai politik yang agresif. mak dimuatlah dalam

kontitusi baru itu pasal 9 yang berbunyi: “Dengan maksud

yang sungguh-sungguh untuk menciptakan perdamaian

internasional berlandaskan keadilan dan ketertiban, maka

rakyat Jepang untuk selamanya menolak perang sebagai hak

bangsa berdaulat dan menolak pula penggunaan ancaman atau

kekuatan sebagai cara untuk mengatasi persengketaan

internasional. Untuk mewujudkan maksud tersebut angkatan

darat, laut, dan udara maupaun potensi perang lainnya tidak

akan pernah diadakan. Hak berperang bagi negara tidak akan

diakui.”

Itulah sebabnya mengapa kebijaksanaan Jepang setelah

Perang Dunia II begitu berbeda dengan sebelum perang. Bahkan

104

banyak dipengaruhi oleh kehendak-kehendak bangsa lain,

khususnya AS.

Sikap rakyat Jepang setelah perang bersikap menolak

terhadap segala sesuatu yang bersangkutan dengan dunia

militer dapat dilihat dalam kehidupan masyarakatnya. Kalau

sebelum perang orang bangga bila mengenakan pakaian seragam

militer, maka setelah kalah perang rakyat sama sekali tidak

suka melihat orang berseragam militer. Maka ketika Jepang

atas desakan AS kembali membentuk kekuatan pertahanan dengan

nama Angkatan Bela Diri/ ABD (Jietai, Self-defence Forces), maka mula-

mula para anggota ABD itu tidak mau mengenakan pakaian

seragam di luar tempat kerjanya karena khawatir menimbulkan

rasa permusuhan pada rakyat.

Meskipun rakyat Jepang sejak tahun 1952 kembali sebagai

bangsa yang berdaulat sejak ditandatangani persetujuan

perdamaian di San Fransisco pada tahun 1951 dan diakhiri

status tentara pendudukan, namun dalam kenyataan politik

pemerintah Jepang hampir sepenuhnya mengikuti kehendak AS.

Maka meskipun rakyat kurang setuju dengan usaha militerisasi

itu, kehendak AS tetap berjalan. Hal itu dapat dilihat dari

partai oposisi di DPR mula-mula tidak mengakui ABD karena

dianggap bertentangan dengan pasal 9 UUD. Akan tetapi karena

partai pemerintah, yaitu LDP, selalu memegang mayoritas

suatu kehendak paratai oposisi tidak dapat mencapai

tujuannya. Baru jauh kemudian, yaitu setelah tahun 1970-an,

partai oposisi Komeito dan partai Demokrat Sosial bersedia

105

menerima ABD sebagai kenyataan. Sedangkan partai Oposisi

yang terbesar, partai Sosialis, hingga sekarang tetap tidak

mengakui ABD secara Konstitusional.

Kemajuan ekonomi yang dapat diciptakan Jepang setelah

tahun 1960-an turut memperkuat sikap rakyat untuk tidak

kembali ke militerisasi. Justru dengan kemajuan ekonominya

Jepang dapat mencapai pengaruh dan posisi di dunia

internasional, bahkan lebih luas daipada yang ingin dicapai

dengan melakukan perang sebelum Perang Dunia II. Jadi rakyat

berpikir untuk apa membentuk kekuatan militer yang mahal dan

sebaliknya mengambil resiko harus berperang lagi. Sedangkan

di kalangan rakyat Jepang lainnya yang mendukung

kebijaksanaan pertahanan yang meningkatkan kekuatan ABD dan

anggaran pertahanan hanya mereka yang tergolong ekstrim

kanan dan kaum industri yang berkepentingan untuk membangun

industri pertahanan yang lebih besar. Dalam merumuskan

kebijaksanaan pertahanan, pemerintah Jepang dipengaruhi oleh

berbagai faktor: pertama, adalah faktor ancaman yang dapat

terjadi terhadap Jepang. Dalam hal ini ancaman utama adalah

Uni Soviet yang setelah Perang Dunia II menganut politik

luar negeri yang agresif untuk mengubah dunia menjadi

kekuasaan komunis. Sejak Jepang dikalahkan oleh AS dan

sekutunya dalam Perang Dunia II dan wilayah Jepang diduduki

oleh tentara AS, maka ketergantungan Jepang kepada AS amat

besar. Adalah juga karena bantuan AS ketika dapat dengan

cepat bangkit kembali setelah kalah perang. Meskipun itu

106

bukan karena kebaikan hati AS, melainkan sepenuhnya

merupakan bagian dari kepentingan AS untuk membentuk sekutu

yang kuat di Asia. Juga untuk kepada dari kesungguhan rakyat

Jepang sendiri untuk cepat bangkit kembali dari

kesengsaraan. Jendral Douglas MacArtur, mengambil sikap

untuk menjadikan Jepang sekutu utama AS di Asia dan

membatunya untuk segera bangkit kemabali.

Karena hubungannya yang dekat dengan AS itulah maka

pada bulan juli 1950 Jepang membentuk Cadangan Polisi

Nasional dengan kekuatan 75.000 orang. Pembentukan itu

dipengaruhi oleh pecahnya perang Korea pada tahun itu.

Meskipun namanya polisi tetapi sebenarnya yang menjadi

anggota organisasi itu sebagian besar anggota tentara dan

angkatan laut Jepang lama. Organisasi yang pada tahun 1960

diberi nama Angkatan Bela Diri (Jietai, Self Defence Force).

Ketika Jepang makin kuat ekonominya, AS mendesak agar

Jepang lebih memperbesar ABD untuk memikul beban yang lebih

luas dalam kerjasama pertahanan itu. Jepang didesak untuk

menaikkan anggaran pertahanannya yang kurang dari 1 persen

dari GNP menjadi 2 sampi 2,5 persen. AS berpendapat bahwa

itu diperlukan untuk mengamankan Jepang terhadap satu invasi

Soviet dan kuat bertahan sampai pasukan AS tiba untuk

melakukan offensive pembalasan. Ketika ekonomi AS menurun,

maka AS minta kepada Jepang agar turut membiayai kehadiran

pasukan AS di wilayah Jepang. Hal itu merupakan alasan untuk

peingkatan anggaran pertahanan Jepang. Karena Jepang amat

107

berkepentingan dengan kerjasama pertahanan yang erat daengan

AS serta kehadiran pasukan AS di Asia Timur, maka semua

kehendak AS itu selalu menjadi perhatian pemerintah Jepang.

Bangsa-bangsa Asia, terutama yang mengalami peperangan

dan pendudukan oleh Jepang sebelum dan selama Perang Dunia

II, masih amat khawatir terhadap kemungkinan perkembangan

Jepang menjadi negara dengan sistem militerisme kembali.

Terutama Cina, Korea Utara, dan Korea Selatan amat vokal

dalam reaksi mereka, karena menjadi korban militerisme

Jepang yang amat kejam. Pemerintah Jepang menyadari bahwa ia

harus memperoleh kepercayaan dan kerjasama bangsa-bangsa

Asia kalau hendak memelihara dan meningkatkan posisinya

sebagi kekuatan ekonomi. Tanpa hubunngan yang cukup dekat

dengan bangsa-bangsa Asia, khususnya Asia Pasifik, konsepnya

untuk membangun Pasific Basic Community tidak mungkin terwujud.

Padahal konsep itu penting sekali bagi masa depan Jepang,

juga dilihat dari sudut politik.

* Sikap dan Pendapat Rakyat Jepang

Setelah selesainya Perang Dunia II tentara pendudukan

AS menanamkan sistem politik di Jepang yang demokratis.

Jendral Douglas MacArthur memerintahkan stafnya untuk

membuat konsepsi konstitusi baru untuk dibicarakan dengan

tokoh-tokoh politik dan pemerintahan Jepang. Pada tahun 1946

diadakan sidang DPR sistem lama yang ke-90 dan yang

terakhir. Sebab dalam sidang itu DPR menyetujui untuk

perumusan konstitusi baru. Setelah selesai dibicarakan oleh

108

Majelis Rendah maka diteruskan kepada Majelis Tinggi 24

agustus 1946 dan disetujui oleh Majelis itu pada tanggl 6

oktober 1946 dengan beberapa perubahan. Disahkan pada

tanggal 3 November 1946.

Perbedaan pokok dengan konstitusi lama adalah bahwa

yang baru memberikan wewenang lebih besar kepada Majelis

Rendah daripada kepada Majelis Tinggi. Seluruh anggota

Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dipilih langsung oleh

rakyat dan diangkat oleh pemerintah. Dalam sistem politik

Jepang ada penggunaan perhitungan suara atau “Voting”,

tetapi partai yang berkuasa jarang sekali menggoalkan satu

undang-undang melalui perhitungan suara sekalipun mempunyai

keunggulan jumlah anggota dalam DPR. Partai-partai oposisi

pada umumnya menolak legalitas Pasukan Bela Diri karena

bertentangan dengan pasal 9 UUD. Bahkan dalam Partai

Demokrat Liberal sebagai partai berkuasa, cukup banyak orang

yang juga kurang setuju dengan peningkatan ABD.

Berbagai pengaruh ini menjadi pertimbangan setiap pemerintah

Jepang dalam merumuskan kebijaksanaan pertahanan. Oleh

karena pengaruh itu cukup banyak yang bertentangan satu sama

lain, maka hasil perumusan pemerintah Jepang tidak

menimbulkan kepuasaan semua pihak.

Kebijaksanaan pertahanan Jepang dirumuskan dengan

tujuan menjamin perdamaian dan keamanan negaranya dan

mempertahankan dari invasi musuh. Untuk itu perlu diwujudkan

dan diusahakan diplomasi positif untuk memperoleh untuk

109

memperoleh lingkungan internasional yang stabil. Guna

mencapi kemampuan pertahanan nasional (National Defense Program

Outline) Jepang melakukan berbagai usaha, sesuai dengan

ketentuan UUD dan landasan kebijaksanaan pertahanan.

Jepang berpendapat bahwa pasal 9 UUD tidak mengikari

hak Jepang untuk mempertahankan diri terhadap serangan pihak

lain sebagai haknya menjadi negara dan bangsa yang

berdaulat. Oleh sebab itu pembentukan ABD tidak melanggar

UUD selama digunakan untuk pertahanan pasif, yaitu hanya

beroperasi apabila negaranya diserang oleh negara lain.

Landasan kebijakasanaan pertahanan Jepang adalah apa yang

dinamakan “Basic Policy For Nationa Defense” yang ditetapkan oleh

Dewan Pertahanan nasional dan disahkkan oleh Kabinet pada

bulan Mei 1957. Selain itu Jepang berpegangan pada tiga

prinsip non-nuklir, yaitu: tidak mempunyai senjata nuklir,

tidak membuat senjata nuklir dan tidak mengizinkan masuknya

senjata nuklir dari luar.

Untuk menjamin keamanan garis suplai Jepang yang begitu

panjang dan terbentang dari Timur Tengah hingga Jepang,

kekuatan ABD tidak mungkin memadai kalau dipakai berdiri

sendiri. Oleh sebab itu Jepang menganut sistem pengamanan

komprehensif yang terdiri dari tiga unsur utama yaitu:

Diplomasi, Bantuan Ekonomi, dan Kekuatan ABD.

Diplomasi disini harus dilakukan dengan baik terhadap

Negara-negara yang terletak sepanjang garis suplai itu agar

terjamin bahwa hubungan mereka dengan Jepang baik. Bantuan

110

ekonomi diberikan kepada negara-negara yang terletak

sepanjang garis suplai untuk mendukung usaha diplomasi dan

untuk menjamin stabilitas mereka. Kekuatan ABD merupakan

unsur yang paling kurang maknanya di antara tiga unsur itu,

karena dengan keterbatasan kekuatannya hanya dapat secara

terbatas mengatasi gangguan terhadap garis suplai, apabila

terjadi kemampuan ABD terutama tertuju kepada invasi

terhadap Jepang. Invasi dipersepsikan sebagai berikut:

1. Satu invasi pendaratan dengan kekuatan darat, laut dan

udara.

2. Serangan teritorial dengan penggunaan kekuatan laut dan

udara.

3. Ganguan terhadap hubungan laut dengan penggunaan

kekuatan laut dan udara.

4. Kombinasi dari tiga bentuk di atas.

Untuk menhadapi kemungkinan invasi itu ABD membangun

kemampuan berikut:

1. Operasi pertahanan udara

Operasi pertahanan udara dibagi dua kategori, yaitu

pertahanan udara bagi daerah penting dilihat dari sudut

politik, ekonomi, dan militer dan pertahanan udara bagi

pangkalan dan satuan ABD. Kategori pertama terutama

dilakukan oleh ABD udara, sedangkan kategori kedua oleh

pangkalan dan satuan yang bersangkutan.

2. Operasi lawan pendaratan

111

Diusahakan agar pendaratan dicegah dengan mengahacurkan

kekuatan darat musuh sebanyak-banyaknya sebelum mendarat.

Untuk itu dioperasikan ABD laut, pesawat-pesawat ABD udara

dan penembakan rudal darat ke darat dan senjata lain milik

ABD darat. Kalau musuh tetap dapat menjalankan pendaratan,

maka ABD akan melakukan pertahanan pantai di tempat

pendaratan. Bila musuh tidak dapat dihancurkan di daerah

pantai, maka pasukan pertahanan mengadakan operasi

pertahanan di daerah-daerah strategis di pedalaman sambil

menunggu mobilisasi kekuatan di daerah lain untuk kemudian

mengadakan offensif pembalasan. Pelaksanaan pertahanan ke

dalam tadi memerlukan kerjasama dan integarasi kemampuan ABD

Darat, Laut, dan Udara.

3. Operasi perlindungan Transportasi Laut.

Musuh akan menggunakan kapal selam dan kekuatan udara

untuk meyerang atau menggangu transportasi laut. disamping

itu, melihat keadaan, musuh juga dapat menggunakan kapal

permukaan dan ranjau darat. Untuk menghadapi serangan musuh

itu harus daiadakan berbagai tindakan seperti patroli,

pengawalan, pertahanan udara, pertahanan pelabuhan dan

lainnya sambil mengurangi daya serang musuh. Kapal selam dan

permukaan musuh yang berusaha melalui selat-selat penting

harus diganggu oleh ABD laut dengan melakukan patroli lawan

kapal selam dan pemasangan ranjau laut.

4. Pasukan Bela diri

112

Meskipun namanya Pasukan Bela Diri, namun dalam

kenyataan hal itu tidak beda dari angkatan bersenjata di

negara lain. ABD yang terdiri dari ABD Darat, Laut, dan

Udara terbentuk dari personil sukarela yang menjadi kekuatan

bersenjata, ditambah dengan pegawai sipil untuk pekerjaan

administrasi. Meskipun anggaran pertahanan Jepang rata-rata

1 persen atau kurang dari (sekitar US$ 3 trilyun), maka ABD

telah dapat berkembang menjadi kekuatan bersenjata yang

modern dan handal. Pada tahun 1989 kekuatan personil seluruh

ABD adalah 247.000 orang.

Peralatan dan senjata utamanya adalah: 1.200 tank

tempur yang terdiri dari 430 dari tipe-61 dan 770 tipe-74,

kendaraan tempur (APC)430 dari tipe-60 dan 210 dari tipe-73,

meriam artileri dari kaliber 105 mm 290 buah, rudal darat ke

darat (SSM) 50 buah, senjata anti-tank (ATGW) 220 tipe-64,

rudal darat udar Stinger 180 buah, Hawk 200 buah. Selain itu

ada pesawat terbang AD fixed wing 20 buah, 40 helikopter

serbu dan 370 helikopter angkut. ABD Laut mempunyai 5

pangkalan yaitu Yokosuka, Kure, Sasebo, Maizuru dan Ominato.

Sistem senjata yang dimiliki adalah: Bantuan udara dekat 3

skadron dengan 70 F-1, pemburu sergap 6 skadron dengan 120F-

15J/ DJ, 3 skadron dengan 72 f-4EJ. Penyiap udara 1 skadron

dengan 10 E-2C. Ada penilaian kualitatif yang menyatakan

bahwa ABD merupakan kekuatan bersenjata yang kelima terkuat

di dunia.

113

Senantiasa menjadi pertanyaan banyak pihak bagaimana

masa depan Jepang, khususnya dalam hal pengembangan kekuatan

pertahanannya. sebab orang berpendapat bahwa sebagai

kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, Jepang juga harus

memikul tanggung jawab internasional yang lebih besar. Itu

tidak cukup hanya melalui peran ekonomi, melainkan juga

harus diimbangi dengan peran politik.

Kita melihat bahwa kebijaksanaan pertahanan Jepang

akhirnya berada di tangan rakyatnya. Oleh sebab itu sangat

penting bagaimana pemikiran dan perasaan yang dikandung oleh

rakyat itu, karena itu akan menghasilkan maksud (intentions)

mereka. Akan tetapi rakyat Jepang juga amat dipengaruhi oleh

perkemabangan internasional, khususnya AS. Sebaliknya, apa

yang menjadi maskud yang dikandung rakyat Jepang juga besar

pengaruhnya terhadap dunia internasional. Terlebih lagi

karena Jepang merupakan kekuatan ekonomi kedua terbesar di

dunia. Maka bagi kepentiangan dunia mudah-mudahan

perkembangan pemikiran dan perasaan rakyat jepang akan tetap

positif bagi dunia.

114

Pengstrat (13)

Pertahanan Indonesia

Strategi pertahanan nasional diarahkan untuk mencapai

tiga tujuan fundamental, yaitu perlindungan teritorial,

kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Dalam konteks Indonesia,

115

upaya untuk memenuhi kepentingan pertahanan nasional di atas

harus memperhatikan, pertama, faktor geostrategis negara

baik ke dalam dan keluar. Ke dalam, yaitu untuk menciptakan

sistem pertahanan nasional yang kredibel yang didasarkan

atas konsep unified approach (pendekatan persatuan) atau a single

all-encompassing strategy (strategi satu mencakup semua) yang

meng-cover 17 ribu lebih pulau dengan luas 7.7 juta Km²

(termasuk wilayah zona ekonomi eksklusif) dengan panjang

pantai sekitar 80 ribu kilometer. Upaya bela negara bagi

negara kepulauan seperti Indonesia berarti juga

mempertahankan kedaulatan maritim dan sumber daya yang

berada di dalamnya, termasuk ZEE. Keluar, untuk menciptakan

faktor penangkal yang kuat kepada pihak eksternal, paling

tidak melalui pengembangan kemampuan surveillance (pengawasan)

dan reconnaissance (pengintaian).

Kedua, strategi pertahanan harus memperhatikan

perubahan-perubahan dunia internasional, terutama perubahan

sifat perang, sifat dan bentuk ancaman dalam dunia yang

digerakkan oleh perkembangan pesat di bidang teknologi dan

komunikasi. Perang modern tidak lagi didominasi perang

teritorial yang dilakukan dengan konsep-konsep perlawanan

bersenjata secara gerilya, melainkan merupakan perang yang

menekankan penghancuran infrastruktur vital atau center of

gravity. Perkembangan ini tidak bisa diatasi dengan

mengandalkan cara pikir konvensional yang menekankan pada

116

kemampuan kekuatan darat yang juga tidak sesuai dengan

posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

Kalaupun pemikiran-pemikiran atas dasar land-based strategy

ini masih dipertahankan, strategi ini tidak akan berjalan

efektif tanpa dukungan kekuatan udara dan laut. Terlebih,

kemajuan teknologi informasi dan persenjataan, misalnya

munculnya rudal-rudal balistik dan RMA, telah mengaburkan

batas-batas teritorial, sifat perang menjadi lebih cepat,

negara makin rawan terhadap serangan preemptif, dan menuntut

pengembangan kekuatan mobile dan efektif.

Perang teritorial dengan melakukan pendudukan atas

wilayah musuh menjadi tidak populer dan mahal baik secara

finansial dan moral. Sifat dan bentuk ancaman menjadi makin

kompleks terutama dengan memperhatikan posisi geografis

Indonesia. Indonesia akan menghadapi masalah-masalah baru

yang tidak dapat dihindarkan misalnya migrasi ilegal,

perdagangan obat bius dan obat-obat terlarang lain,

pencucian uang, pencurian ikan, perdagangan gelap yang lain,

serta teorisme internasional.

Perkembangan-perkembangan ini telah merubah pemikiran

dan perencanaan strategis yang mengarah pada kebutuhan akan

kekuatan yang terlatih dan dilengkapi dengan kemampuan untuk

bergerak cepat dalam menjalankan tugas-tugas perang dan

selain perang. Secara lebih khusus, argumen di atas adalah

untuk menegaskan perlunya perubahan paradigma tentang perang

dan perencanannya, pengorganisasian (organising), penyusunan

117

(structuring), dan komando (commanding) kekuatan militer,

terutama bagi negara-negara yang mempunyai wilayah kepulauan

sangat luas dan menyebar.

* Implikasi Bagi Doktrin dan Strategi Pertahanan

Perubahan internasional, sifat perang, bentuk dan sifat

ancaman, dan perlunya reformasi di dalam tubuh militer

Indonesia menjadi faktor penting dalam melihat apakah

doktrin dan strategi pertahanan Indonesia yang masih

bertumpu pada doktrin kekuatan darat dengan implikasi

institusional yang berwujud struktur teritorial masih

relevan untuk mencapai tujuan kebijakan pertahanan nasional?

Secara umum doktrin pertahanan adalah prinsip-prinsip

dasar yang memberikan arah bagi pengelolaan sumber daya

pertahanan untuk mencapai tujuan nasional. Prinsip-prinsip

dasar doktrin pertahanan pada level ini mencakup nilai,

etika, dan moral yang dalam khasanah kemiliteran Indonesia

disebut sebagai doktrin induk. Doktrin induk merumuskan apa

hakekat kepentingan pertahanan nasional, jati diri/

identitas militer/ tentara (who we are?), dan tugas militer/

tentara (what do we do?) secara umum. Di bawah doktrin induk

adalah doktrin dasar yang pada intinya berisi rumusan

strategi untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer

untuk mencapai tujuan pertahanan nasional. Misalnya, apakah

akan menggunakan continental strategy (strategi kontinental),

ataukah defence in depth (pertahanan mendalam) atau layered defence

(pertahanan lapisan). Doktrin ini kemudian dijabarkan ke

118

dalam postur dan struktur kekuatan (posture and force structure),

dan penggelarannya. Lapis berikutnya adalah doktrin

operasional yang merujuk pada doktrin militer yang

memberikan arah bagi penggunaan secara efektif dan efisien

kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer baik

gabungan maupun kecabangan. Pada lapis ini doktrin

operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masing-

masing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan

strategi dan operasi militer. Sedangkan doktrin paling bawah

dan operasional adalah pada tingkat taktis yang dikembangkan

langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan.

Dilihat dari kerangka di atas, bagaimana dengan sistem

pertahanan Indonesia yang didasarkan atas doktrin pertahanan

semesta (sishanta) dengan paradigma taktik perang gerilya?

Baik dilihat dari sisi sejarah maupun strategi militer,

doktrin sishanta bersifat defensif dan dipengaruhi oleh

pemikiran matra darat. Doktrin ini paling tidak ada

mengandung beberapa masalah. Pertama, bahwa doktrin ini

mengandung aspek politik yang sangat kental yaitu menyangkut

peran teritorial militer yang terwujud dalam struktur

komando teritorial. Doktrin Catur Dharma Eka Karma dan Sad Daya

Dwi Bhakti sangat sarat dengan muatan kepentingan politik yang

sama sekali tidak terkait dengan nilai, moral dan etika

tentang bagaimana seharusnya TNI menggunakan kekuatan

militer untuk menjalankan tugas dalam pertahanan negara.

Seharusnya dalam konteks nilai, etika, dan moralitas,

119

sishanta menjelaskan posisi TNI sebagai kekuatan yang tunduk

pada otoritas politik dan demokrasi secara umum, mempunyai

komitmen kuat pada upaya perdamaian baik nasional maupun

internasional, tunduk pada prinsip-prinsip ius ad bellum dan

ius in bello dalam menggunakan instrumen kekerasan untuk

menjalankan tugas seperti diatur dalam hukum humaniter dan

konvensi internasional tentang hak azasi manusia.

Kedua, sistem pertahanan semesta yang bertumpu pada

matra kekuatan darat tidak sesuai dengan posisi Indonesia

sebagai negara kepulauan. Sishanta membentuk cara pandang

mengenai taktik perang gerilya. Dilihat dari posisi geografi

Indonesia taktik ini tentu sulit dipertahankan. Lagipula,

dengan kemajuan teknologi sistem persenjataan dan perubahan

sifat perang yang tidak lagi bersifat perang teritorial,

taktik perang gerilya justru membuat pertahanan militer

Indonesia sangat terbuka terhadap serangan musuh. Perang

modern dengan tekanan pada penghancuran infrastruktur dan

fasilitas militer akan

ditentukan oleh kemajuan teknologi dan tingkat mobilitas

militer.

Bahkan sekalipun strategi perang gerilya tetap dipakai

atas dasar analisa tentang ancaman dalam negeri, strategi

ini tidak akan berhasil tanpa adanya kemampuan mobilisasi

yang ditopang oleh kekuatan laut dan udara. Seharusnya,

pengalaman perang kemerdekaan dan operasi tempur selama ini

membentuk pemikiran mengenai pengembangan kemampuan counter-

120

insurgency (perlawanan terhadap pemberontak) yang efisien dan

efektif, bukan taktik perang gerilya. Lagipula, strategi

perang gerilya sebenarnya bukan dasar pengembangan strategi

pertahanan, melainkan suatu bagian strategi dari operasi

militer perang, yang tidak dapat dilanggengkan dalam

penyebaran pasukan secara permanen di masa damai.

Ketiga, sistem pertahanan perang gerilya tidak mengarah

pada pembentukan integrated armed forces yang sangat penting bagi

negara kepulauan. Ini disebabkan karena lemahnya mobilitas

AU dan AL yang sangat diperlukan dalam mengerahkan secara

cepat pasokan logistik dan pasukan. Situasi ini menyulitkan

pengembangan operasi militer gabungan. Dominasi paradigma

taktik perang gerilya juga menyebabkan ketidakefisienan dan

ketidakefektifan dalam pengerahan sumber daya. Komando

teritorial menyerap 45% total belanja pertahanan, 69.8% dari

seluruh pasukan TNI-AD atau 51.7% dari seluruh pasukan TNI,

dan hanya 50.6% dari seluruh pasukan teritorial AD bertugas

di satuan tempur. Sementara itu dalam waktu yang sama,

operasi-operasi militer di daerah konflik masih mengandalkan

central command units yaitu Kopassus atau Kostrad.

Keempat, sishanta sebenarnya bukan monopoli Indonesia.

Singapura memiliki apa yang disebut total defence. Demikian

juga dengan negara-negara lain yang memiliki dinas wajib

militer melalui sistem konskripsi (conscription) atau

mobilisasi.

121

Melihat kompleksitas lingkungan strategis, sifat dan

bentuk ancaman, perubahan sifat perang, kemajuan teknologi,

dan faktor geografis, strategi pertahanan Indonesia

memerlukan perubahan doktrin yang mendasar. Dalam jangka

panjang, strategi pertahanan kontinental sulit dipertahankan

karena tidak mampu mencegah dan menangkal secara dini di

wilayah maritim dan kontrol wilayah udara yang sekarang ini

menjadi media beroperasinya ancaman-ancaman non-tradisional

dan transnational.

* Perubahan Doktrin TNI

Seiring tuntutan reformasi nasional, TNI sampai saat

ini terus melaksanakan reformasi internal dengan melakukan

berbagai perubahan yang signifikan termasuk diantaranya

perubahan doktrin. Berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI

nomor: Kep/ 21/ I/ 2007 tanggal 12 Januari 2007, telah

ditetapkan Doktrin TNI dari “Catur Dharma Eka Karma” menjadi “Tri

Dharma Eka Karma”. Ada sejumlah point penting perbedaan antara

Doktrin ABRI “CADEK” dan Doktrin TNI “TRIDEK” yang perlu

diketahui dan dipahami oleh segenap prajurit TNI Perbedaan

sebagai berikut :

Doktrin ABRI “Catur Dharma Eka Karma”

Doktrin TNI “Tri Dharma Eka Karma”

TNI Polri masih bergabung TNI pisah dari PolriPeran ABRI sebagai kekuatanpertahanan keamanan dansebagai kekuatan sosialpolitik.

Peran TNI sebagai alat negaradi bidang pertahanan yangdalam menjalankan tugasnyaberdasarkan kebijakan dankeputusan politik negara.

A. Fungsi ABRI sebagai Fungsi TNI sebagai kekuatan

122

kekuatan Hankam sebagaiberikut :1) Penindak dan penyanggahawal setiap ancaman musuhdari dalam maupun dari luarnegeri. 2) Pengaman, penertib, danpenyelamat masyarakat sertapenegak hukum negara.3) Pelatih dan pembimbingrakyat bagi penyelenggaraantugas Hankamneg dalammewujudkan kemampuan dankekuatan perlawanan rakyatsemesta untuk menghadapiancaman.4) Pembina kemampuan dankekuatan Hankamneg dalampembinaan Hankamneg denganmemelihara dan meningkatkankemampuan dan kekuatan Hankamdi darat, laut dan udaraserta penertiban danpenyelamatan masyarakat.B. Fungsi ABRI sebagaikekuatan sosial politik.

pertahanan sebagai berikut :A. Penangkal, kekuatan TNIharus mampu mewujudkan dayatangkal terhadap setiapbentuk ancaman militer dannon-militer dari dalam danluar negeri terhadapkedaulatan, keutuhan wilayahdan keselamatan bangsa.B. Penindak, kekuatan TNIharus mampu digerakkan untukmenghancurkan kekuatan musuhyang mengancam terhadapkedaulatan, keutuhan wilayahdan keselamatan bangsa.C. Pemulih, kekuatan TNIbersama dengan instansipemerintah membantu fungsipemerintah untukmengembalikan kondisikeamanan negara keamananakibat kekacauan perang.

Tugas pokok ABRI sebagaikekuatan Hankam adalah :A. Mengamankan,menyelamatkan, mempertahankandan melestarikan kemerdekaan,kedaulatan serta integritasbangsa dan negara.B. Mengamankan,menyelamatkan, mempertahankandan melestarikan idiologiPancasila dan UUD 1945.C. Mengamankan,menyelamatkan, mempertahankan

Tugas pokok TNI adalahmenegakkan kedaulatan negara,mempertahankan keutuhanwilayah NKRI serta melindungisegenap bangsa dan seluruhtumpah darah Indonesia dariancaman dan gangguan terhadapkeutuhan bangsa dan negara.

123

dan melestarikanpenyelenggaraan pembangunannasional dan hasil-hasilnya.Pola operasi ABRI adalah :a. Operasi pertahanan.1) Ops Penciptaan kondisi.2) Ops Konvensional3) Ops Perlawanan wilayah4) Ops Serangan balas5) Ops Pemulihan keamanan danpenyelamatan masyarakat.b. Operasi Kamdagri1) Ops Intelijen.2) Ops Teritorial3) Ops Tempur4) Ops Kamtibnas

Tugas pokok TNI dilaksanakanmelaluioperasi sebagai berikut :a. Operasi militer untukperang.1) Ops Gab TNI.2) Ops Darat.3) Ops Laut4) Ops Udara.5) Kampanye Militer6) Ops Bantuan.b. Operasi militer selainperang1) Mengatasi gerakanseparatis bersenjata.2) Mengatasi pemberontakanbersenjata.3) Mengatasi aksi terorisme.4) Mengamankan wilayahperbatasan.5) Mengamankan obyek vitalnasional yang bersifatstrategis.6) Melaksanakan tugasperdamaian dunia sesuaidengan kebijakan politik luarnegeri.7) Mengamankan Presiden danWakil Presiden RI besertakeluarganya.8) Memberdayakan wilayahpertahanan dan kekuatanpendukungnya secara dinidalam rangka sistempertahanan semesta.9) Membantu tugas

124

pemerintahan di daerah.10) Membantu KepolisianNegara Republik Indonesiadalam rangka tugas keamanandan ketertiban masyarakat.11) Mengamankan tamu negarasetingkat Kepala Negara danPerwakilan Asing.12) Membantu menanggulangiakibat bencana alam,pengungsian dan pemberianbantuan kemanusiaan.13) Membantu pencarian danpertolongan dalam kecelakaan(Search and Rescue).14) Membantu pemerintah untukpengamanan pelayaran danpenerbangan terhadappembajakan, perompakan danpenyelundupan

125