Pengkajian Strategi Militer
Transcript of Pengkajian Strategi Militer
Pengstrat (1)
Strategi Clausewitz
* Clausewitz dan Strategi: Kontribusi Sang Jendral dalam
Studi Strategis
Dalam studi strategis, nama Carl von Clausewitz menjadi
amat berpengaruh, terutama di dunia Barat, setelah bukunya
yang berjudul On War menjadi dasar pemikiran bagi banyak
ahli strategi. Untuk memahami bagaimana pendapat Clausewitz
mengenai strategi dan apa kontribusinya dalam studi
strategis, kita perlu melihat terlebih dahulu latar belakang
beliau.
Carl Phillip Gottfried von Clausewitz (lahir 1 Juli
1780 - meninggal 16 November 1831 pada umur 51 tahun, lebih
dikenal dengan nama Carl von Clausewitz) adalah seorang
tentara Prusia (Jerman) dan intelektual. Ia menjabat sebagai
prajurit lapangan praktis (dengan luas pengalaman tempur
melawan pasukan Revolusi Perancis), sebagai perwira staf
dengan politik/ militer Prusia, dan sebagai pendidik militer
terkemuka.
Clausewitz pertama kali memasuki pertempuran sebagai
kadet pada usia 13 tahun, naik pangkat Mayor Jenderal di
usia 38, menikah dengan bangsawan tinggi, Countess Marie von
Bruhl, bergerak di kalangan intelektual langka di Berlin,
dan menulis sebuah buku “On War” (terjemahan dari “Vom Kriege”)
yang telah menjadi karya paling berpengaruh terhadap
filsafat militer di dunia Barat. Buku tersebut telah
1
diterjemahkan ke hampir semua bahasa dan berpengaruh pada
strategi modern di berbagai bidang.
Setelah melihat latar belakang singkat dari Clausewitz,
kita bisa menyimpulkan bahwa, berbeda dengan Sun Zu yang
sampai saat ini latar belakangnya tidak jelas, Clausewitz
adalah seorang perwira militer aktif yang pernah bertugas di
beberapa medan tempur. Sebagai seorang perwira militer,
tentunya kita bisa berasumsi bahwa pengalamannya bertempur
dan menjadi pengambil kebijakan di arena pertempuran serta
peperangan menjadi dasar bagi pemikiran-pemikirannya
selanjutnya. Oleh karenanya, akan terlihat bahwa berbeda
dengan Sun Zu yang amat filosofis, Clausewitz dalam bukunya
terlihat lebih praktis dan mekanis, walaupun itu tidak
berarti lantas menghilangkan sisi-sisi filosofis dari
pandangan Clausewitz.
Dalam bukunya, Clausewitz mencoba mendefinisikan
perang. Ia mengatakan bahwa perang janganlah dilihat sebagai
hal yang rumit, bahwa perang sebenarnya adalah sebuah duel
antara beberapa pihak dalam skala yang ekstensif. Oleh
karenanya, perang ditujukan untuk membuat lawan mengikuti
kehendak kita. Clausewitz melihat bahwa perang adalah
penggunaan kekerasan untuk membuat lawan mengikuti kehendak
kita, dan dengan demikian kekerasan hanyalah sebuah cara
untuk memperoleh kepentingan dan melucuti senjata musuh agar
ia tidak bisa lagi melawan adalah tujuan dari sebuah perang.
2
Clausewitz mengingatkan bahwa dalam peperangan,
seseorang bisa saja mengasumsikan bahwa mereka akan, dalam
istilah Sun Zu, menang tanpa pertumpahan darah. Akan tetapi,
ini bertentangan dengan kondisi alamiah dari perang itu
sendiri. Tanpa mempertimbangkan kekerasan dan pertumpahan
darah dalam menyusun strategi perang, maka pihak yang
melakukannya telah menciptakan kekalahannya sendiri karena
justru melupakan elemen paling penting dalam peperangan.
Clausewitz menekankan adanya beberapa aksi resiprokal
yang dianggapnya selalu ada dalam perang: Yang pertama,
bahwa perang adalah tindakan kekerasan dalam batas
tertingginya dimana salah satu pihak memaksakan kehendaknya
pada pihak yang kalah. Yang kedua adalah bahwa tujuan perang
adalah mengalahkan dan melucuti lawan dari senjatanya,
karena kalau lawan tidak dikalahkan secara total, maka ia
akan bisa mengalahkan kita dikemudian hari, dan akhirnya ia
akan memaksakan kehendaknya pada kita. Yang ketiga, untuk
mengalahkan musuh, maka kita harus meningkatkan kekuatan
kita melebihi batas kemampuan bertahan musuh. Namun,
tentunya musuh kita juga berpikiran sama, dan oleh karenanya
akan terjadi perlombaan peningkatan kemampuan.
Ada beberapa poin yang juga diungkapkan oleh
Clausewitz. Salah satu hal penting yang diungkapkannya
adalah bahwa perang bukanlah kejadian yang terisolasi dari
kejadian lain. Ini akan amat erat kaitannya nanti dengan
pendapatnya bahwa perang adalah kelanjutan dari kebijakan
3
suatu pihak (adagium ke-24 Clausewitz: Perang adalah
diplomasi dengan cara lain). Pendapatnya yang lain adalah
bahwa perang tidak bisa diakhiri hanya dengan satu pukulan
instan. Yang dimaksud disini adalah bahwa kita tidak bisa
mengalahkan musuh dengan hanya sekali serang. Oleh
karenanya, penggunaan strategi nantinya akan jadi amat
penting. Poin penting lain adalah bahwa hasil dalam
peperangan tidaklah absolut, dalam arti bahwa kekalahan
maupun kemenangan bisa jadi hanyalah kejadian sementara.
Salah satu pernyataan yang kemudian menjadi amat
legendaris dari Clausewitz adalah bahwa keinginan-keinginan
politiklah yang menjadi penggerak peperangan. Clausewitz
lantas menyimpulkan bahwa semakin besar keinginan-keinginan
politik ini maka semakin besar pula intensitas perang yang
terjadi, dan begitu pula sebaliknya. Ketika ”political will” ini
melemah, maka intensitas peperangan juga berkurang. Akan
tetapi, dalam beberapa kasus, dimana keinginan politik sudah
amat besar, ternyata perang masih belum terjadi. Clausewitz
tidak melihat hal ini seperti apa yang dilihat Sun Zu
sebagai strategi untuk menang tanpa bertarung. Clausewitz
justru melihat bahwa jeda maupun gencatan senjata dalam
peperangan hanyalah aksi dari pihak-pihak yang terlibat
dalam perang untuk menunggu saat yang tepat dan momen yang
tepat pula untuk menyerang.
Strategi, oleh Clausewitz, diartikan sebagai "the
employment of the battle as the means towards the attainment of the object of
4
the War". Ini berarti strategi adalah penggunaan pertempuran
sebagai cara memperoleh tujuan-tujuan perang. Dari sini bisa
diartikan bahwa dalam pandangan Clausewitz, strategi
diartikan sebagai penyusunan cara-cara bertempur agar kita
dapat memperoleh tujuan-tujuan kita. Clausewitz menilai
bahwa dalam tataran praktis, strategi sebenarnya amat simpel
(mudah) dan tidak banyak memperhitungkan kekuatan-kekuatan
moral.
Akan tetapi, mengingat pendapat awal Clausewitz adalah
bahwa strategi amat erat kaitannya dengan politik dan
perang, yang merupakan tujuan pembentukan strategi, adalah
kelanjutan dari kebijakan-kebijakan politik, maka strategi
selalu dipengaruhi oleh unsur-unsur moral. Ia mencontohkan
bahwa dalam pembuatan strategi, yang lebih diperlukan adalah
unsur-unsur moral seperti keinginan yang kuat. Berbeda
dengan taktik yang jauh lebih praktis karena dihadapkan
langsung dengan lawan, dalam strategi yang terkait dengan
gambaran-gambaran besar maka seorang Jenderal atau Panglima
tidak harus punya kemampuan teknis yang kuat melainkan daya
berpikir dan kekuatan keinginan yang kuat. Karena kalau ia
tidak memiliki keduanya, maka ia akan terombang-ambing dan
tidak bisa memutuskan strategi mana yang akan digunakan.
Ada empat elemen strategi menurut Clausewitz. Yang
pertama adalah elemen-elemen yang berkaitan dengan moral.
Yang kedua adalah kekuatan militer dan proporsi kekuatan
ketiga angkatan bersenjata serta kekuatan organisasinya.
5
Yang ketiga adalah kegiatan operasional yang akan dilakukan
serta gerakan ataupun manuver-manuver yang biasa dilakukan.
Sedangkan yang terkahir adalah kondisi geografis dari
wilayah-wilayah tempat berperang.
Clausewitz juga menilai bahwa penghancuran total
bukanlah cara yang tepat untuk memenangkan peperangan. Ia
mencontohkan dalam kasus perang 1814, bagaimana
pengambilalihan wilayah musuh adalah salah satu cara
efektif. Jikalau saat itu salah satu pihak menghancurkan
kota musuh dengan amat destruktif, maka hilang pula nilai
kota tersebut bagi musuh dan bagi kita. Dalam pandangan para
pemikir, yang dimaksud Clausewitz disini adalah buat musuh
menyerah dengan cara menyerangnya dari sisi yang amat
ditakutinya (ini adalah teori Clausewitz yang dikenal dengan
sebutan Center of Gravity). Ketika musuh terlalu bergantung pada
sesuatu, maka serang ia pada titik itu, dan ia akan
kehilangan pegangan serta menyerah.
Ada 3 (tiga) kekuatan moral yang dipandang Clausewitz
amat penting dalam penyusunan strategi dan peperangan. Yang
pertama adalah kemampuan dari komandan perang. Namun,
Clausewitz menekankan bahwa kemampuan ini adalah bakat dan
tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karenanya, ia tidak
begitu dalam membahas masalah ini. Yang lebih penting
menurutnya adalah 2 kekuatan lainnya yaitu nilai-nilai
militer dari pasukan dan perasaan nasionalisme dari seluruh
elemen. Beberapa elemen dasar dari nilai-nilai militer
6
pasukan adalah keberanian, kemampuan teknis dari pasukan,
kemampuan untuk bertahan dalam segala situasi, dan
antusiasme dalam berperang. Namun, Clausewitz
menggarisbawahi bahwa dari semua nilai-nilai yang ada, ada
satu hal yang amat penting yaitu kebanggaan akan angkatan
bersenjata tempat mereka berada.
Salah satu kekuatan moral yang penting lainnya adalah
”boldness”. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia, ”boldness”
berarti rasa tak kenal takut dan sedikit memberontak. Dalam
hal strategi perang, Clausewitz amat menekankan pada hal
ini, walaupun ia mengingatkan bahwa rasa ”nekat” ini tidak
boleh sampai pada aksi menentang perintah atau
ketidaktaatan. Seperti yang diungkapkan Clausewitz, dalam
perang tidak ada yang lebih penting daripada loyalitas dan
ketaatan. Oleh karenanya, ia menempatkan ”boldness” ini pada
level tinggi dan hanya bisa digunakan perwira-perwira
tinggi. Seringkali kita lihat, baik dalam kejadian nyata
maupun film-film, dimana pemimpin-pemimpin tertinggi dan
komandan perang selalu melakukan sesuatu yang mengejutkan
dan berlawanan dengan kebiasaan. Dalam film Star Wars
misalnya, bagaimana seorang Luke Skywalker yang merupakan
pemimpin gerakan pemberontak berpura-pura tertangkap oleh
musuh hanya demi membebaskan rekan-rekannya atau dalam film
Lord of The Rings: The Return of the King dimana Aragorn dengan tanpa
kenal takut memasuki wilayah kematian untuk mencari pasukan
guna mengalahkan musuhnya. Clausewitz benar-benar menghargai
7
kekuatan dari rasa tak kenal takut dan nekat ini karena ia
menilai kekuatan ini adalah kekuatan para pahlawan.
Dari beberapa pandangan diatas, penulis menilai bahwa
sebenarnya strategi-strategi yang diungkapkan oleh
Clausewitz jauh lebih praktis daripada apa yang dikemukakan
Sun Zu. Ini mungkin nampak dalam pendapatnya bahwa perang
hanyalah kelanjutan dari kebijakan suatu pihak untuk
mencapai kepentingan mereka dengan cara-cara kekerasan. Dan
ia juga menilai bahwa strategi adalah penggunaan pertempuran
demi mencapai tujuan-tujuan kita. Ia juga begitu menekankan
peran dari situasi dan kondisi politik dalam mencapai
kepentingan-kepentingan peperangan. Begitu pula pendapatnya
tentang kekuatan moral, dimana salah satunya adalah rasa tak
kenal takut dan agak nekat yang menjadi nilai-nilai heroik.
Setelah melihat beberapa pandangan Clausewitz tersebut,
maka para pemikir beranggapan bahwa sumbangan Clausewitz
bagi studi strategis amatlah besar. Ini terkait dengan
kemampuannya mengaitkan perang dan strategi dengan politik.
Bila Sun Zu masih menilai bahwa perang itu sendiri adalah
tujuan, maka Clausewitz membuka jalan bagi pemikiran bahwa
perang dan strategi sebenarnya hanyalah jalan dan cara untuk
memperoleh kepentingan-kepentingan politik. Clausewitz juga
memberikan inspirasi bagi penggunaan kekuatan moral dalam
peperangan. Terkait dengan bukunya yang berjudul On War,
dalam pendahuluan dan pengantar buku tersebut, disebutkan
bahwa sumbangan Clausewitz dalam studi strategis bisa
8
disetarakan dengan sumbangan Charles Darwin bagi ilmu
biologi. Walaupun pernyataan ini masih bisa diperdebatkan,
namun mengingat saat buku tersebut ditulis belum banyak ahli
strategi yang muncul selain Sun Zu, maka bila dibandingkan
dengan Sun Zu, Clausewitz mampu membuka cakrawala baru dalam
studi strategis ini. Tidaklah mengherankan ketika pemikiran-
pemikiran Clausewitz lantas banyak diadopsi oleh ahli-ahli
strategi baik militer maupun non-militer di negara-negara
Barat.
Pengstrat (2)
Strategi Sun Zu
* Seni Berperang oleh : Sun Zu (13 bab Strategi Militer
Klasik)
1. Kalkulasi
2. Perencanaan
3. Strategi
4. Kekuatan pertahanan
5. Formasi
6. Kekuatan dan kelemahan
7. Manuver
8. Sembilan variasi
9. Mobilitas
10. Tanah lapang
11. Sembilan situasi klasik
12. Menyerang dengan api
13. Intelijen
9
* Isi Tiap Bab.
I. Kalkulasi
“Perang adalah urusan vital bagi negara; jalan menuju
kelangsungan hidup atau kehancuran. Oleh karena itu,
mempelajari perang secara seksama adalah suatu keharusan.”
* Lima hal yang harus dipertimbangkan dalam mempelajari
peperangan :
1. Alasan moral: keyakinan rakyat dan kepentingan negara
untuk tujuan bersama
2. Alam: cuaca, iklim, waktu
3. Situasi: jarak, sifat alami, kondisi fisik
4. Kepemimpinan: kebijaksanaan, kepercayaan diri,
keberanian, belas kasihan
5. Disiplin: imbalan, ancaman, hukuman, logistik
II. Perencanaan
Waktu adalah uang, hindari pertempuran yang berlarut,
bertempurlah agar cepat menang. Taktik jitu menentukan nasib
sebuah bangsa.
III. Strategi
* Perbandingan jika pasukan kita berhadapan dengan musuh :
Jika pasukan kita 10 : 1 dari musuh= kepung dan serang
Jika pasukan kita 5 : 1 dari musuh= pecahkan dan bagilah
musuh lalu serang
Jika pasukan kita 2 : 1 dari musuh= menyerang dari 2 arah
Jika pasukan kita 1 : 1 dari musuh= dahului perang
Musuh sedikit lebih besar bertahan.
10
Musuh lebih besar berkelit dari serangan.
Musuh jauh lebih besar, mundur.
* Lima cara untuk menang :
1. Tahu saat perang dan tidak berperang
2. Tahu memanfaatkan kekuatan pasukan
3. Rebut simpati dan dukungan rakyat
4. Tunggu untuk antisipasi yang belum siap
5. Perwira cakap menjadi komandan yang tanpa campur tangan
pemerintah
* Mengenal lawan dan diri sendiri :
1. Tahu kekuatan sendiri dan musuh untuk mampu masuk dalam
peperangan tanpa ancaman bahaya. (TKS & TKM: 100%)
2. Tahu kekuatan sendiri dan tak tahu kekuatan musuh
memberikan kesempatan menang hanya separonya. (TKS &
TTKM: 50%)
3. Tak tahu kekuatan sendiri dan musuh akan kalah. (TTKS &
TTKM: 0%)
IV. Kekuatan pertahanan
* Alasan menyusun strategi :
1. Kita harus berjuang keras agar tidak kalah
2. Musuh yang harus terlebih dahulu membuat kesalahan
besar baru kita mengalahkannya
3. Kita tak bisa bilang kalau kita tak akan kalah tapi
kita tak bisa memastikan musuh akan membuat kesalahan
sehingga kita meraih kemenangan, orang bisa tahu cara
11
untuk menang tapi tidak bisa memastikan akan memperoleh
kemenangan
4. Yang merasa tidak yakin menang akan bertahan
5. Yang merasa akan menang maka menyeranglah
6. Mereka yang cakap dalam bertahan seolah-olah tak tampak
oleh musuh
7. Mereka yang cakap dalam hal bertahan akan menang bila
tiba saatnya untuk menyerang
V. Formasi
* Penyergapan tiba-tiba, konfrontasi langsung:
1. Atur pasukan (organisasi) besar dan kecil
2. Komando (komunikasi) pasukan besar dan kecil
3. Pasukan besar
* Hakikat kejutan:
1. Perang adalah konfrontasi lansung
2. Pasukan yang melakukan kejutan akan menang
Serangan tiba-tiba dan kofrontasi langsung ada dalam
peperangan, kombinasi keduanya membuat suatu variasi perang.
Kesiagaan
Gerakan
VI. Kekuatan dan kelemahan
* Inisiatif :
1. Pasukan pertama mengambil posisi yang fleksibel
2. Pasukan akhir ikut perang walau dalam keadaan kelelahan
3. Perwira melakukan gertakan mental
4. Umpan untuk mencapai tujuan yang dimaksud
12
5. Gertakan ke musuh
6. Ganggu musuh
* Mengacaukan musuh :
1. Buat kegaduhan (kacaukan perhatian)
2. Serang satu arah
VII. Manuver
* Keuntungan dan kerugian dalam manuver dan mobilitas:
1. Amankan perbekalan
2. Pasukan yang lincah maju terus tanpa istirahat
3. Organisir pasukan
4. Negara netral tidak boleh masuk dalam persekutuan
5. Jangan berperang yang belum pernah kita tahu kondisinya
6. Manfaatkan orang asli wilayah sebagai pemandu arah
VIII. Sembilan variasi
1. Jangan sekali-kali mencari perlindungan disuatu wilayah
yang tidak aman
2. Jangan mengabaikan basa-basi diplomasi dalam meminta
simpati suatu negara
3. Jangan menunda suatu perjalanan pada saat suatu gerakan
justru sulit dilakukan
4. Dalam situasi penuh bahaya, rencanakan untuk meloloskan
diri secepat mungkin
5. Saat situasi sulit, bertempurlah sampai titik darah
penghabisan
13
6. Ada rute perjalanan yang harus dihindari dan dilintasi
agar dapat mengubah keadaan yang serba terbatas untuk
memberikan peluang yang besar
7. Biarkan musuh meloloskan diri sebagian walau punya
kemampuan mengejar, pikirkan serangan berikutnya
8. Untuk menghancurkan angkatan bersenjata, jangan
terperdaya dengan kemudahan merebut kota
9. Jika perintah penguasa negara tidak mendukung kemajuan
perang yang sedang berlangsung maka abaikan saja
IX. Mobilitas
* Penyebaran :
1. Ketika bergerak maju, jangan melalui punggung gunung/
bukit tapi lewat lembah
2. Naik dataran yang lebih tinggi untuk tahu posisi yang
paling menguntungkan menyerang dan bertahan
3. Jika musuh di dataran yang lebih tinggi, jangan sekali-
kali melayani/ mendahului serangan
4. Segera seberangi sungai, jadi musuh tidak ambil
kesempatan (jangan serang musuh saat musuh di sungai)
seranglah musuh saat baru menapakkan kaki di daratan
ketika separo kekuatan ada di sungai
5. Dataran lebih tinggi lebih baik daripada sungai
6. Jangan menyerang musuh dihulu sungai
7. Bila bertempur ditempat berawa, tetaplah bertahan dekat
dengan tepi rawa yang berumput
14
8. Lebih bagus lagi bila dibelakang pasukanmu terdapat
pepohonan, ini strategi untuk bertempur di daerah rawa
9. Pertempuran di tanah datar, maka letakkanlah di tanah
yang datar
X. Tanah lapang/ Medan
* Tipe tanah lapang/ medan pertempuran:
1. Mudah dilalui
2. Sulit dilalui
3. Netral: sama-sama sulit menyerang
4. Sempit
5. Berbahaya
6. Jangkaun jauh
XI. Sembilan situasi klasik
1. Biasa-biasa: berada di wilayah sendiri
2. Sederhana: wilayah musuh
3. Kritis: posisi yang sama-sama punya 2 pihak
4. Terbuka: wilayah yang dapat dimiliki 2 pihak
5. Memegang komando: untuk merebut posisi strategis,
komando semua daerah
6. Serius: di dalam wilayah musuh
7. Berbahaya: wilayah yang tidak aman dan sukar
8. Sulit: wilayah yang merupakan jalur masuk dan keluar
9. Putus asa: terpojok
XII. Menyerang dengan api
* Lima serangan ganas :
1. Bakar pasukan musuh
15
2. Rebut atau hancurkan perbekalan mereka
3. Sarana transportasi diganggu
4. Gudang senjata dihancurkan
5. Jalur perbekalan di rusak
Serang saat musim panas dan kering atau malam hari ketika
angin berhembus kencang.
XIII. Intelijen
* Jenis mata-mata :
1. Penduduk setempat lawan
2. Perwira militer dalam dewan istana
3. Mata-mata yang beralih haluan tetapi dapat dibeli
4. Mata-mata pembawa kematian: tawanan yang diinterogasi
5. Mata-mata pembawa kepastian: membawa informasi dengan
selamat
Upah yang besar bagi mata-mata
16
Pengstrat (3)
Strategi Perang Gerilya
Gerilya merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol, yaitu
guerrilla yang secara harafiah berarti perang kecil.
Gerilya adalah salah satu strategi perang yang dikenal
luas, karena banyak digunakan selama perang kemerdekaan di
Indonesia pada periode 1950-an. Jendral A.H. Nasution yang
pernah menjabat pucuk panglima Tentara Nasional Indonesia,
Angkatan Darat (TNI-AD) menuliskan di buku "Pokok-pokok
Gerilya".
Menurut kabar, buku ini masih tetap menjadi bahan acuan
untuk pendidikan gerilya dan anti-gerilya di West Point
("AKABRI" nya Amerika).
17
Kalau dilihat dari isi buku ini, sebenarnya masih
sangat layak untuk dikembangkan terus konsep dari pokok-
pokok gerilya dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat
ini. Sayangnya, buku ini hanya menjadi bagian sejarah saja,
padahal diakui atau tidak, Perang Kemerdekaan Indonesia I
dan II tidak kalah dahsyatnya dengan Perang Dunia II dari
sisi strategi militer, ekonomi, budaya, dan politik. TNI
saat ini lebih banyak mengambil konsep konsep “perang
modern” dibandingkan mengembangkan terus konsep “warisan”
pendahulunya. Tidak heran, TNI menjadi tidak kuat dan
citranya sudah jauh menurun dibandingkan dengan kondisi pada
saat Perang Kemerdekaan I dan II.
Berikut ini adalah isi dari buku karangan Jendral A.H
Nasution yang berjudul “Pokok-pokok Gerilya”.
* Pokok-Pokok Gerilya
I. Pokok-Pokok Gerilya
1. Peperangan abad ini adalah perang rakyat semesta
2. Perang Gerilya adalah perang si kecil/ si lemah melawan
si besar /si kuat
3. Perang Gerilya tidak dapat secara sendiri membawa
kemenangan terakhir,
Perang Gerilya hanya untuk memeras darah musuh, kemenangan
terakhir
hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam perang
biasa, karena hanya
tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif yang dapat
18
menaklukkan
musuh
4. Perang Gerilya biasanya adalah perang ideologi. Perang
Gerilya adalah
perang rakyat semesta
5. Akan tetapi Perang gerilya tidak berarti bahwa seluruh
rakyat
bertempur
Perang Gerilya adalah adalah perang rakyat semesta, perang
militer, politik, sosial-ekonomi dan psikologis
6. Perang Gerilya tidak boleh sembarang Gerilyaisme
7. Gerilya berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu
merawat dan
menyembunyikan gerilya, serta menyidik untuk keperluannya
8. Gudang Senjata gerilya adalah gudang senjata musuh
9. Menyimpulkan strategi dan taktik gerilya
a. Tentara regulerlah yg dapat membawa keputusan hasil
perang
b. Gerilya hanya :
Mengikat dan melelahkannya
Memeras darah keringat urat syarafnya dimana saja dia
berada
Siasat gerilya adalah mengikat musuh sebanyak mungkin,
melelahkan,
memeras darah dan keringantnya sebanyak mungkin
19
Gerilya adalah: muncul-menghilang, mondar-mandir
dimana-mana,
sehingga bagi musuh, dia tidak dapat dicari dimanapun,
tapi dapat
dirasakan menggempur dimana-mana
Siasat Gerilya: untuk memaksa musuh tersebar kemana-
mana
menjadi immobil sebanyak-banyaknya dan terpaksa
mengadakan
perbentengan yang tetap
Salah kalau organisasi pemerintah gerilya bersifat
statis
10. Syarat pokok perang gerilya ialah rakyat yang membantu,
ruangan
geografis yang cukup dan adanya perang yang lama
Perlu rakyat yang:
Kuat batinnya
Kuat ideologinya
Kuat semangat kemerdekaannya
Kuat semangat perjuangannya
Tabah menderita kesengsaraan perjuangan
11 Perang rakyat yang total memerlukan pimpinan yang total
pula, dan bukan
saja pada puncak nasional melainkan juga pada daerah-daerah
gerilya
terbawah
20
Siasat perang total:
Militer
Politik
Ekonomis
Psikologis
Sosial
12. Perang anti-gerilya harus menuju kepada memisah gerilya
dari rakyat
pangkalannya, dan karena itu lebih harus mengutamakan
gerakan politik,
psikologis dan ekonomis. Gerilya harus dilawan dengan
senjata-senjatanya
sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan
fleksibel
13. Sari-sari pengalaman Gerilya "Tentara Pembebasan Rakyat
Cina" wujud perang si kecil melawan si besar
2. Gerilya dan Perang Kita yang Akan Datang
1. Sediakan payung sebelum hujan
2. Buat 10 tahun atau lebih, gerilya adalah pokok dalam
pertahanan kita
3. Masa sekarang dan tahun-tahun yang akan datang kita masih
tetap dalam
alam anti-gerilya
Gerilya berakar dari rakyat, anti-gerilyanya haruslah
pertama-tama
menghilangkan akar-akar itu dari dalam rakyat
21
Bagaimana si anti-gerilya dapat menawan hati rakyat
kembali?
Bagaimana ia dapat menumbuhkan kepercayaan dan simpati
kembali?
Bagaimana si anti-gerilya dapat menimbulkan ideologi
yang lebih tinggi lagi?
4. Perang gerilya kita yang lalu dalam arti militer masih
tahap yang pertama
5. Kita harus selekas mungkin membangun tentara reguler yang
sebenarnya
Mao Tse Tung (Mo Zedong) “Dalam strategi kita satu
lawan sepuluh, tapi dalam
taktik sepuluh lawan satu.”
Walaupun kita lebih kecil dari musuh, namun kita
mencari sasaran-sasaran
dimana kita dengan konsentrasi sementara memperoleh
kelebihan yang mampu
menghancurkan bagian musuh yang kecil dan terputus.
6. Organisasi dan pendidikan buat perang gerilya yang akan
datang:
Tiga lapisan
Perlawanan tentara
Perlawanan partisan (gerilya rakyat)
Pertahanan rakyat sipil
7. Pimpinan dan pembangunan gerilya harus regional (sifat
"wehrkreise")
22
8. Tentara gerilya adalah pelopor perang ideologi yang
biasanya ideologi
politik
9. Sistem tentara rakyat dan gerilya
10. Penyelesaian keamanan dalam negeri adalah tugas tentara
nomor satu
buat tahun-tahun pertama
Pengstrat (4)
36 Strategi
23
Tiga Puluh Enam Strategi yang juga dikenal dengan
sebutan Tiga Pulu Enam Taktik, merupakan sajak Cina yang
mengulas taktik-taktik kemiliteran. Buku ini memuat 36
skenario perang dalam sejarah Cina pada Zaman Negara-negara
Berperang dan Zaman Tiga Negara. Tiga Puluh Enam Strategi
ini lebih banyak disampaikan sebagai cerita dari mulut ke
mulut daripada didokumentasikan secara tertulis. Meskipun
demikian, banyak penulis di Cina yang berusaha
mengompilasikan “36 Stretegi” ini dari berbagai cerita
turun-menurun.
* Strategi untuk Menang
Strategi 1: Perdaya Langit untuk melewati Samudera. Bergerak
di kegelapan dan bayang-bayang hanya akan menarik
kecurigaan. Untuk memperlemah pertahanan musuh bertindaklah
di tempat terbuka dengan menyembunyikan maksud tersembunyi
anda.
Strategi 2: Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao. Ketika
musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang
berharga yang dimilikinya. Seranglah sesuatu yang
berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk
melemahkannya secara psikologis.
Strategi 3: Pinjam tangan seseorang untuk membunuh. Serang
dengan menggunakan kekuatan pihak lain. Perdaya sekutu untuk
menyerang musuh, sogok tentara musuh menjadi pengkhianat,
atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri.
24
Strategi 4: Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga.
Rencanakan waktu dan tempat pertempuran terlebih dahulu.
Dengan cara ini, anda akan tahu kapan dan di mana
pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak.
Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia
sambil menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung,
seranglah.
Strategi 5: Merompak sebuah rumah yang terbakar. Saat musuh
mengalami konflik internal, inilah waktunya untuk menyerang.
Strategi 6: Berpura-pura menyerang dari timur dan
menyeranglah dari barat.
* Strategi Berhadapan dengan Musuh
Strategi 7: Buatlah sesuatu untuk hal kosong. Buatlah tipu
daya 2 kali. Setelah beraksi terhadap tipuan pertama dan
kedua, musuh akan ragu-ragu untuk bereaksi pada tipuan yang
ketiga. Namun tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk
menangkap musuh saat pertahanannya lemah.
Strategi 8: Secara rahasia pergunakan lintasan Chen Chang.
Serang musuh dengan dua kekuatan konvergen. Yang pertama
adalah serangan langsung dan yang kedua secara tidak
langsung dimana musuh tidak menyangka dan membagi
kekuatannya sehingga akhirnya mengalami kebingungan.
Strategi 9: Pantau api yang terbakar sepanjang sungai. Tunda
untuk memasuki wilayah pertempuran sampai seluruh pihak yang
bertikai mengalami kelelahan akibat pertempuran yang terjadi
25
antara mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh dan
habiskan.
Strategi 10: Pisau tersarung dalam senyum. Puji dan jilat
musuh anda. Ketika mendapat kepercayaan darinya, mulailah
melawan secara diam-diam.
Strategi 11: Pohon kecil berkorban untuk pohon besar. Ada
suatu keadaan dimana anda harus mengorbankan tujuan jangka
pendek untuk mendapatkan tujuan jangka panjang. Ini adalah
strategi kambing hitam dimana seseorang akan dikorbankan
untuk menyelamatkan yang lain.
Strategi 12: Mencuri kambing sepanjang perjalanan. Sementara
tetap berpegang pada rencana, anda harus cukup fleksibel
untuk mengambil keuntungan dari tiap kesempatan yang ada
sekecil apapun.
* Strategi Penyerangan
Strategi 13: Kagetkan ular dengan memukul rumput di
sekitarnya. Ketika anda tidak mengetahui rencana lawan
secara jelas, serang dan pelajari reaksi lawan.
Strategi 14: Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan
kembali jiwanya. Ambil cara yang telah dilupakan atau tidak
digunakan lagi. Hidupkan kembali sesuatu dari masa lalu
dengan memberinya tujuan baru.
Strategi 15: Permainkan harimau untuk meninggalkan
sarangnya. Jangan pernah menyerang secara langsung musuh
yang memiliki keunggulan akibat posisinya yang baik.
26
Permainkan mereka untuk meninggalkan sarangnya sehingga
mereka akan terjauh dari sumber kekuatannya.
Strategi 16: Pada saat menangkap, lepaslah satu orang.
Mangsa yang tersudut biasanya akan menyerang secara membabi
buta. Untuk mencegah hal ini, biarkan musuh percaya bahwa
masih ada kesempatan untuk bebas. Hasrat mereka untuk
menyerang akan teredam dengan keinginan untuk melarikan
diri. Ketika pada akhirnya kebebasan yang mereka inginkan
tersebut tak terbukti, moral musuh akan jatuh dan mereka
akan menyerah tanpa perlawanan.
Strategi 17: Melempar Batu Bata untuk mendapatkan Giok.
Persiapkan sebuah jebakan dan perdaya musuh anda dengan
umpan seperti kekayaan, kekuasaan, dan wanita.
Strategi 18: Kalahkan musuh dengan menangkap pemimpinnya.
Jika tentara musuh kuat tetapi dipimpin oleh komandan yang
mengandalkan uang dan ancaman, maka ambil pemimpinnya. Sisa
pasukannya akan terpecah belah atau menyerah.
* Strategi Membingungkan
Strategi 19: Jauhkan kayu bakar dari tungku masak. Ketika
berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk dihadapi
secara langsung, lemahkan musuh dengan meruntuhkan dasarnya
dan menyerang sumberdayanya.
Strategi 20: Memancing di air keruh. Sebelum menghadapi
pasukan musuh, buatlah sebuah kekacauan untuk memperlemah
persepsi dan pertimbangan mereka.
27
Strategi 21: Mepaskan kulit serangga. Ketika anda dalam
keadaan tersudut dan anda hanya memiliki kesempatan untuk
melarikan diri dan harus menyatukan kelompok, buatlah sebuah
tipuan. Sementara perhatian musuh terfokus atas muslihat
yang dilakukan, pindahkan pasukan anda secara rahasia di
belakang muka anda yang terlihat.
Strategi 22: Tutup pintu untuk menangkap pencuri. Jika anda
memiliki kesempatan untuk menangkap seluruh musuh maka
lakukanlah, sehingga dengan demikian pertempuran akan segera
berakhir. Membiarkan musuh untuk lepas akan menanam bibit
dari konflik baru.
Strategi 23: Berteman dengan negara jauh dan serang negara
tetangga. Ketika anda adalah yang terkuat di sebuah wilayah,
ancaman terbesar adalah dari terkuat kedua di wilayah
tersebut, bukan dari yang terkuat di wilayah lain.
Strategi 24: Cari lintasan aman untuk menjajah Kerajaan Guo.
Pinjam sumberdaya sekutu untuk menyerang musuh bersama.
Sesudah musuh dikalahkan, gunakan sumberdaya untuk berbalik
menyerang sekutu.
* Strategi Pendekatan
Strategi 25: Gantikan balok dengan kayu jelek. Kacaukan
formasi musuh, buatlah satu hal yang berlawanan dengan
latihan standarnya. Dengan cara ini anda telah meruntuhkan
tiang-tiang pendukung yang diperlukan oleh musuh dalam
membangun pasukan yang efektif.
28
Strategi 26: Lihat pada pohon murbei dan ganggu ulatnya.
Untuk mendisiplinkan, mengawal, dan mengingatkan suatu pihak
yang status atau posisinya di luar konfrontasi langsung;
gunakan analogi atau sindiran. Tanpa langsung menyebut nama,
pihak yang tertuduh tidak akan dapat memukul balik tanpa
keberpihakan yang jelas.
Strategi 27: Pura-pura menjadi seekor babi untuk memakan
harimau. Sembunyi di balik topeng kebodohan untuk
menciptakan kebingungan atas tujuan dan motivasi anda. Tipu
lawan anda ke dalam sikap meremehkan kemampuan anda sampai
pada akhirnya terlalu yakin akan diri sendiri sehingga
menurunkan level pertahanannya.
Strategi 28: Jauhkan tangga ketika musuh telah sampai di
atas. Biarlah musuh mengacau ke daerah anda. Kemudian putus
jalur komunikasi dan jalan untuk melarikan diri. Lalu serang
sekuat tenaga.
Strategi 29: Hias pohon dengan bunga palsu. Dengan
menggunakan muslihat dan penyamaran akan membuat sesuatu
yang tak berarti tampak berharga; tak mengancam kelihatan
berbahaya.
Strategi 30: Buat tuan rumah dan tamu bertukar tempat.
Kalahkan musuh dari dalam dengan menyusup ke dalam benteng
lawan di bawah muslihat kerjasama. Dengan cara ini anda akan
menemukan kelemahan dan kemudian saat pasukan musuh sedang
beristirahat, serang secara langsung pertahanannya.
* Strategi Kalah
29
Strategi 31: Jebakan indah. Kirim musuh anda umpan yang akan
menyebabkan perselisihan di basis pertahanannya. Jebakan ini
terutama menggunakan wanita.
Strategi 32: Kosongkan benteng. Perangkap psikologis,
benteng yang kosong akan membuat musuh berpikir bahwa
benteng tersebut penuh perangkap.
Strategi 33: Biarkan mata-mata musuh menyebarkan konflik di
wilayah pertahanannya. Gunakan mata-mata musuh untuk
menyebarkan informasi palsu.
Strategi 34: Lukai diri sendiri untuk mendapatkan
kepercayaan musuh. Berpura-pura terluka akan mengakibatkan
dua kemungkinan: musuh akan bersantai sejenak karena tidak
melihat anda sebagai ancaman serius; kedua, jalan untuk
menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab
musuh merasa aman.
Strategi 35: Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan.
Jangan pernah bergantung pada satu strategi.
Strategi 36: Larilah untuk bertempur di lain waktu. Ketika
pihak anda mengalami kekalahan, hanya ada tiga pilihan:
menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah
kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi
melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. Selama tidak
kalah, anda masih memiliki kesempatan menang!
30
Pengstrat (5)
Strategi Serangan
* Operasi Darat
* Serangan Frontal
Serangan frontal adalah serangan yang secara langsung
ditunjukkan kepada seluruh kelebaran garis depan kekuatan
militer musuh. Biasanya serangan frontal dilakukan kalau
31
penyerang menganggap memiliki kekuatan yang cukup banyak
mengungguli kekuatan musuhnya, yaitu paling sedikit tiga
kali lipat.
Dengan serangan frontal, penyerang bermaksud menggulung
kekuatan pertahanan sehingga tujuan serangan tercapai.
Contoh serangan frontal sebagai operasi darat adalah
serangan pasukan Korea Utara terhadap Korea Selatan pada
tahun 1950 yang menyulut Perang Korea.
Sekarang, pada umumnya serangan frontal tidak dilakukan
tersendiri, melainkan digabung dengan pola serangan lain.
* Serangan Melambung
Serangan melambung adalah serangan yang dilakukan
dengan menggerakkan pasukan penyerang mengitari salah satu
lambung garis pertahanan musuh, kemudian menyerangnya di
lambung tersebut sebagai titik berat serangan. Pada saat
bersamaan, ada pasukan lain yang menyerang garis depan musuh
secara ringan untuk melakukan penipuan, seakan-akan titik
berat serangan tertuju ke garis depan. Serangan dapat juga
dilakukan terhadap kedua lambung pertahanan musuh, dinamakan
serangan melambung rangkap (double envelopment).
Contoh serangan melambung adalah serangan Letnan
Jendral Erwin Rommel ketika merebut kota Tobruk di Afrika
bagian utara pada tahun 1941.
* Serangan Melingkar (Encirclement)
Serangan melingkar adalah serangan yang didahului
manuver atau gerakan ke bagian belakang pertahanan musuh dan
32
kemudian menyerangnya dari belakang. Seperti dalam serangan
melambung, ada penipuan dengan menggerakkan pasukan
seperlunya untuk menghadapi garis depan pertahanan musuh.
Contoh serangan melingkar adalah ofensif permulaan
Jerman terhadap pasukan Prancis dalam PD I.
* Serangan Penetrasi
Serangan Penetrasi adalah serangan dengan kekuatan
utama pasukan lapis baja (tank) yang menembus pertahanan
musuh dari depan pada titik tertentu, kemudian memanfaatkan
lubang dalam pertahanan itu untuk menggerakkan pasukan lapis
baja menembus garis pertahanan dengan cepat. Yang pertama
menggunakan cara serangan ini adalah Jerman dalam PD II.
* Serangan Perembesan
Serangan perembesan adalah serangan yang menggerakkan
pasukan penyerang melalui lubang-lubang (gap) pertahanan
musuh dalam kelompok-kelompok relatif kecil, kemudian
kelompok itu bergabung di tempat yang telah ditentukan di
belakang daerah pertahanan musuh dan menyerang musuh dari
belakang.
Contoh serangan perembesan adalah serangan pasukan Cina
terhadap pasukan Amerika dalam Perang Korea, ketika pasukan
Amerika di bawah pimpinan Jendral Douglas Mc Arthur berhasil
maju sepanjang jazirah Korea dan mendekati perbatasan dengan
Cina.
* Serangan Lintas Udara
33
Serangan lintas udara adalah serangan yang dilakukan
dengan menerjunkan pasukan di tempat tertentu, biasanya di
daerah belakang atau lambung pertahanan musuh, dan kemudian
menyerang sasaran-sasaran vital dalam pertahanan musuh.
Biasanya serangan lintas udara dibarengi dengan serangan
penetrasi melintasi darat yang kemudian mengadakan link-up
dengan pasukan lintas udara.
Serangan ini merupakan operasi gabungan kekuatan darat
dan udara. Angkatan udara mengangkut pasukan angkatan darat
sampai di atas daerah penerjunan, tempat pasukan darat
terjun dari pesawat angkut angkatan udara. Contoh serangan
lintas udara yang paling menonjol adalah yang dinamakan
Operation Market Garden yang dilakukan pasukan AS dan sekutunya
dalam PD II.
* Serangan Pendaratan Amfibi
Serangan pendaratan amfibi adalah serangan yang
dilakukan dengan mendaratkan pasukan di pantai wilayah musuh
untuk membangun tumpuan pantai (beachhead) sebagai pangkalan
ofensif terhadap pertahanan musuh. Serangan seperti itu
merupakan operasi bersama antara kekuatan darat dengan
dibantu kekuatan udara. Kekuatan darat dapat terdiri atas
pasukan marinir atau pasukan angkatan darat atau gabungan
marinir dan angkatan darat.
Kekuatan udara dapat terdiri atas kekuatan udara
angkatan laut atau angkatan udara atau gabungan dari dua
angkatan. Pasukan pendarat diangkut angkatan laut sampai ke
34
depan pantai pendaratan dan didaratkan dengan menggunakan
sekoci pendarat angkatan laut. Contoh paling menonjol adalah
amfibi Sekutu Barat di Pantai Normandie (Prancis Barat) yang
dinamakan Overlord Operation pada bulan Juni 1944 di bawah
pimpinan Jendral Dwight Eisenhower.
* Serangan Dalam
Serangan dalam adalah serangan gabungan kekuatan darat
dan kekuatan udara yang dilakukan dengan penembakan peluru
kendali jauh ke dalam daerah pertahanan musuh, diikuti
dengan serangan udara dan serangan pendaratan amfibi, dan
dilanjutkan dengan serangan penetrasi serta serangan lintas
udara.
Konsep serangan ini lahir ketika berkembang RMA yang
diterapkan dalam konsep untuk menghadapi kemungkinan
serangan Uni Soviet di Eropa Barat. Para pakar taktik AS
berpikir bahwa menghadapi konsep serangan darat Uni Soviet
di Eropa Barat tidak dapat dengan cara pertahanan biasa
sebab Uni Soviet berencana menyerang dalam bentuk gelombang.
Mungkin saja pertahanan AS dapat menahan serangan
gelombang pertama, tetapi lama kelamaan akan kehabisan
tenaga menghadapi gelombang ketiga atau keempat. Oleh sebab
itu, harus secara dini dilakukan serangan balasan yang
tertuju ke posisi gelombang kedua dan ketiga di daerah
belakang Uni Soviet dan menghancurkan atau melumpuhkannya.
Serangan AS ke Irak pada tahun 2003 merupakan contoh
pertama dalam sejarah yang memperaktikkan konsep serangan
35
dalam dengan memanfaatkan segala kemajuan teknologi yang
dapat digunakan. Tujuan serangan adalah mencapai sasaran
serangan secepat mungkin dengan sesedikit mungkin kehilangan
korban, terutama manusia. Dengan sendirinya, serangan juga
berusaha meniadakan kemungkinan operasi pertahanan.
* Operasi Laut
* Penguasaan Laut
Operasi di laut merupakan bagian penting dari
pernyataan dari perang atau strategi, baik itu serangan
ataupun pertahanan. Lautan diperlukan untuk dapat membawa
kekuatan perang ke daerah-daerah lain di seberang lautan.
Oleh sebab itu, setiap pihak berusaha menguasai lautan dan
untuk itu membangun armada yang besar dan kuat. Di masa
lalu, Spanyol, Belanda, dan Inggris berhasil meluaskan
daerah kekuasaan ke seberang lautan dan membangun daerah
jajahan yang membuat negaranya kaya dan sejahtera.
Itu semua tercapai karena negara-negara itu pada
zamannya berhasil membangun armada kuat yang menguasai
lautan. Kalau ada negara yang berarmada kuat, negara lain
yang hendak menguasai lautan akan membangun armadanya untuk
menantang armada negara pertama. Itulah yang mengakibatkan
terjadinya pertempuran di masa lalu.
Sekalipun sebelumnya armada Spanyol dan Belanda
terkenal kekuatannya, akhirnya pada permulaan abad ke-20
yang mendominasi lautan dunia adalah Inggris. Ketika Jerman
pada permulaan abad ke-20 hendak muncul sebagai kekuatan
36
dunia, ia pun membangun armada untuk mengakhiri dominasi
armada Inggris. Pertempuran laut terjadi dalam PD I, yaitu
Pertempuran Laut Jutland. Akan tetapi, armada Jerman tidak
berhasil merebut kemenangan dan Inggris tetap menguasai
dunia.
* Interdiksi atau Guerre de Course
Yang tidak kalah pentingnya dalam usaha penguasaan laut
adalah interdiksi atau guerre de course. Dulu, pihak yang merasa
armadanya kurang kuat untuk melawan musuh dalam pertempuran
laut melakukan interdiksi.
Itu adalah gerakan berupa raid dengan kapal perang yang
bergerak sendiri terhadap kapal-kapal dagang musuh. Yang
menjadi tujuan adalah mengganggu sejauh mungkin keleluasaan
musuh dalam penggunaan lautan. Dalam PD I, dikenal peran
kapal jelajah Jerman, Emden, yang membuat lalu lintas
Samudera Hindia tidak aman bagi Inggris.
* Blokade
Penguasaan laut di masa lalu juga memanfaatkan blokade
yang dilakukan terhadap pelabuhan-pelabuhan penting musuh.
Blokade dilakukan dengan menggunakan kapal perang yang
berjaga di depan pelabuhan atau dipasang lapangan ranjau
yang menimbulkan kekhawatiran kapal angkut musuh yang mau
masuk atau keluar pelabuhan.
Di masa kini, tindakan seperti itu masih dapat terjadi
kalau ada negara besar hendak memaksakan kemauannya terhadap
negara kecil. Sebelum menyerang Irak, AS melakukan blokade
37
untuk menjamin bahwa Irak tidak dapat mengekspor minyaknya
tanpa diketahui AS dan tidak dapat mengimpor bahan
keperluannya.
* Operasi di Udara
* Penguasaan Udara
Penguasaan udara amat penting untuk menjamin kebebasan
beroperasi, baik di darat, laut maupun udara. Oleh sebab
itu, negara yang berambisi menyerang biasanya membangun
kekuatan udara seampuh mungkin.
Kekuatan udara menyerang semua kemungkinan pihak musuh
untuk menguasai udara. Pangkalan kekuatan udara musuh
diserang dan pesawat terbang yang ada di pangkalan itu
sebanyak mungkin dihancurkan.
Pusat komando, fasilitas logistik, serta perhubungan
pun mengalami perlakuan sama. Kalau musuh berhasil
mengudarakan pesawatnya untuk melawan serangan, kekuatan
udara musuh itu harus dimusnahkan.
Yang juga menjadi sasaran serangan adalah kemampuan
musuh melakukan pertahanan udara dari darat dengan
menggunakan rudal, meriam dan mitraliur. Agar musuh tidak
mampu membangun kembali kekuatan udara yang sudah hancur,
semua industrinya juga harus diserang.
Melihat sifat dan jarak letak sasaran, serangan udara
dibedakan antara serangan udara strategis dan serangan udara
taktis. Serangan udara strategis erat hubungannya dengan
38
teori Douhet, yaitu berusaha menghancurkan kemampuan musuh
untuk berperang sehingga musuh dipaksa menyerah.
Dalam sejarah hal itu hanya sekali terjadi, yaitu
ketika Jepang menyerah dalam PD II karena pimpinan negaranya
tidak tahan melihat rakyatnya menderita akibat pengeboman
dengan bom atom. Sekalipun teori Douhet kurang didukung
kenyataan, serangan udara strategis tetap bermanfaat untuk
mengurangi kemampuan perang musuh.
Konsep strategi nuklir, yaitu penembakan rudal balistik
untuk menyerang negara musuh, baik rudal antar-benua (ICBM)
maupun jarak sedang (MRBM), termasuk dalam serangan udara
strategis. Serangan udara taktis lebih berhubungan dengan
perebutan penguasaan udara di atas daerah depan dan serangan
bantuan dekat kekuatan darat dan laut.
* Interdiksi
Dengan mencapai penguasaan udara, kekuatan udara dapat
dimanfaatkan untuk bermacam-macam fungsi, seperti
menghancurkan prasarana musuh, yaitu jembatan, pusat tenaga
listrik, dan lainnya. Juga untuk melakukan serangan terhadap
kegiatan logistik musuh dari belakang ke garis depan.
* Serangan Bantuan Dekat
Kekuatan udara juga dioperasikan untuk mendukung
operasi darat dan laut atas permintaan pasukan darat dan
kekuatan laut. Diperlukan koordinasi yang baik dan erat
antara ketiga kekuatan agar bantuan dekat dari udara datang
39
sesuai permintaan dan menyerang sasaran yang dikehendaki
pihak yang minta bantuan.
Yang amat menonjol adalah peran kekuatan udara dalam
mendukung gerakan maju pasukan tank dalam operasi darat
penetrasi. Serangan udara itu tidak hanya menghancurkan
perlawanan antitank musuh, tetapi juga amat besar dampaknya
dalam menciptakan kegaduhan dan kekacauan di daerah belakang
musuh sehingga meruntuhkan semangat perlawanannya.
Peran kekuatan udara dalam pertempuran laut juga
menonjol dengan menyerang kapal induk musuh, seperti
ditujukan dalam pertempuran laut Midway. Hal lain yang juga
besar dampaknya adalah kerjasama antara pasukan kapal selam
Jerman dengan kekuatan udaranya yang berpangkalan di darat
untuk menyerang angkutan laut Sekutu di Samudera Atlantik
dalam PD II. Tidak sedikit kapal Inggris yang tenggelam
karena serangan itu dan hampir mencekik daya tahan
masyarakat Inggris.
Pengstrat (6)
40
Strategi Pertahanan
* Bentuk Operasi Pertahanan
* Operasi di Darat
* Pertahanan Linier
Pertahanan linier adalah pertahanan satu atau dua
garis, tanpa ada kedalaman yang berarti. Bentuk pertahanan
ini boleh dikatakan sebagai yang paling sesuai dengan naluri
manusia yang ingin mempertahankan dan menyelamatkan segala
hal yang ia miliki. Biasanya dilakukan untuk memanfaatkan
kondisi medan, seperti sungai yang dalam dan cukup lebar
yang melintasi wilayah yang akan dimasuki penyerang.
Dalam bentuknya yang modern, pertahanan linier dapat
berupa pertahanan depan (forward defense) sebagaimana
direncanakan NATO dalam menghadapi kemungkinan serangan Uni
Soviet dalam Perang Dingin. Dengan menempatkan pertahanan
depan sebagai strategi pertahanan Eropa Barat, NATO menjamin
kepada rakyat Jerman bahwa wilayahnya tidak akan dikorbankan
secara mudah dan kurang bertanggung jawab.
Kelemahan bentuk pertahanan ini adalah kalau penyerang
tidak melakukan serangan pada front yang lebar, melainkan
memusatkan serangan pada satu atau dua poros untuk melakukan
penetrasi dengan kekuatan besar. Karena tidak terjadi perang
fisik antara blok Barat dan blok Komunis, kebenaran konsep
pertahanan itu tidak dapat diuji.
* Pertahanan Elastis
41
Sebagai kebalikan ekstrem dari pertahanan linier dan
pertahanan depan adalah pertahanan elastis. Dalam bentuk
pertahanan ini, sama sekali tidak disiapkan garis pertahanan
untuk menahan gerak maju penyerang. Sebaliknya, penyerang
seakan-akan dipersilakan bergerak masuk ke wilayah
pertahanan. Pihak pertahanan tahu bahwa setiap gerak maju
ada saat maksimalnya karena pasukan penyerang memerlukan
pembekalan kembali dan konsolidasi.
Diperkirakan bahwa gerak maju penyerang tidak akan
melampaui sekitar 20 kilometer. Pada saat pasukan penyerang
berhenti, pasukan pertahanan yang telah disiapkan melakukan
serangan balasan.
Bentuk pertahanan ini memerlukan kondisi geografis yang
sesuai. Hanya negara yang wilayahnya cukup luas dan dalam
yang dapat melakukan bentuk pertahanan ini. Negara seperti
Rusia dan Cina dapat melakukan bentuk pertahanan seperti
ini. Akan tetapi, itu juga memerlukan persiapan matang dalam
menjaga penduduk yang tinggal di wilayah yang seakan-akan
dikorbankan tidak patah semangat.
* Pertahanan Berlapis
Konsep pertahanan ini timbul terutama setelah
berkembang operasi serangan penetrasi dengan kekuatan tank.
Untuk mencegah penetrasi yang terjadi pada garis pertahanan
depan yang dimanfaatkan oleh pasukan tank, disusun garis
pertahanan di belakang pertahanan terdepan. Dari pertahanan
42
kedua dapat diadakan penembakan kepada pasukan musuh yang
berhasil menembus pertahanan pertama.
Setiap garis pertahanan diperkuat dengan kubu; rencana
tembakan langsung termasuk anti-tank, rencana tembakan tidak
langsung disertai penggalian parit anti-tank, pemasangan
lapang ranjau anti-tank dan anti-personel, dan pengaturan
tembakan anti-tank oleh tank yang ditempatkan dalam posisi
tergali. Disamping itu, pasukan infanteri yang berada di
tiap garis pertahanan memegang senjata rudal atau roket
anti-tank yang menambah kemampuan menahan gerak tank.
Setelah momentum serangan dapat dihentikan oleh garis
pertahanan kedua, ketiga atau manapun, pasukan pertahanan
melakukan serangan balasan dengan menggerakkan pasukan
cadangan yang disiapkan sebelumnya di daerah belakang. Dalam
bentuk pertahanan ini, kekuatan pertahanan terdiri atas
berbagai cabang kesenjataan dan tidak banyak unsur tanknya
(tank heavy).
Persoalan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pertahanan berlapis adalah bahwa ia selalu disertai gerakan
mundur ketika pasukan pertahanan harus pindah dari lapis
satu ke yang lain.
Gerakan mundur mengandung cukup banyak kesulitan kalau
dikerjakan oleh pasukan yang kurang disiplin dan terlatih
karena dapat saja menjadi gerakan yang kacau apabila pasukan
kurang baik.
43
Hal seperti itu malah menimbulkan keadaan pertahanan
yang chaotis dan dapat terjadi demoralisasi, apalagi kalau
gerakan mundur pasukan bercampur dengan rakyat yang
mengungsi atau melarikan diri dari daerah yang diserang
musuh. Yang pertama mengembangkan pertahanan seperti ini
adalah tentara Uni Soviet ketika terjadi ofensif Jerman pada
tahun 1941 (Barbarossa Operation).
* Pertahanan Mobil
Versi lain pertahanan berlapis adalah pertahanan mobil.
Bentuk pertahanan ini biasa dilakukan oleh pertahanan yang
banyak unsur tanknya. Dalam bentuk pertahanan mobil tidak
disusun garis-garis pertahanan, melainkan “pulau-pulau
perlawanan” (islands of resistance) yang menghadapi poros gerak
maju musuh.
Musuh tidak semata-mata ditahan di garis depan,
melainkan disalurkan dengan menggunakan daya tembak dan daya
gerak yang dikeluarkan oleh pulau perlawanan. Pulau
perlawanan terdiri atas infanteri bermotor, pasukan zeni
bermotor, dan sejumlah tank.
Bersamaan dengan usaha pulau berlawanan untuk
menyalurkan gerak maju musuh juga dilakukan tembakan
altileri dengan maksud sama. Gerakan maju musuh disalurkan
sedemikian rupa agar pasukan penyerang masuk ke satu daerah
yang sudah disiapkan sebagai daerah penghancur (killing grand).
44
Kalau pasukan musuh sudah cukup banyak masuk daerah
penghancur, diadakan serangan balasan dengan pasukan tank
pihak pertahanan.
* Pertahanan Wilayah
Pertahanan wilayah adalah pertahanan yang memanfaatkan
kondisi wilayah guna menimbulkan korban sebanyak-banyaknya
pada penyerang. Dalam pertahanan wilayah, tidak mustahil
tempat-tempat tertentu dalam wilayah itu dikuasai penyerang.
Pihak yang bertahan tidak mau melakukan pertempuran
yang inisiatifnya ada pada pihak penyerang. Ia memperkirakan
bahwa pertempuran yang diprakarsai penyerang bergerak dengan
kekuatan yang lebih besar jumlahnya atau memiliki
superioritas lain. Pihak bertahan menyingkir dari medan itu
sehingga penyerang tidak mencapai tujuannya.
Sebaliknya, pihak bertahan selalu mencari peluang untuk
memukul pihak penyerang dalam pertempuran yang diprakarsai
pihak bertahan. Itu dilakukan dengan merencanakan
pengandangan terhadap kedudukan pasukan penyerang tanpa ada
tujuan menduduki seterusnya tempat itu, serangan terhadap
perbekalan pasukan penyerang, dan cara-cara lain yang dapat
menempatkan pasukan penyerang dalam posisi kurang kuat.
Dalam segala usaha pihak bertahan, faktor pendadakan
amat penting. Taktik gerilya yang bersifat pukul-menghilang
(hit and run tactics) memiliki peran penting dalam pertahanan
wilayah. Akan tetapi, kalau pihak bertahan pada satu saat
dapat mengosentrasi pasukan sehingga mencapai keunggulan
45
relatif terhadap penyerang, ia tidak segera menghilang
setelah memukul.
Ia menggunakan peluang itu untuk melakukan pertempuran
lebih lama dan menimbulkan korban lebih banyak terhadap
pihak penyerang.
* Operasi di Laut
* Penguasaan Laut
Baik pihak yang menjalankan strategi serangan maupun
strategi pertahanan berusaha menguasai lautan. Bagi yang
menjalankan pertahanan, tentu dengan maksud agar pihak
penyerang tidak dapat menggunakan lautan sebagai jalan untuk
mendekati wilayah yang dipertahankan. Demikian pula, penting
bagi pihak pertahanan bahwa ia dapat menggunakan lautan
sebagai transportasi segala macam keperluannya.
Perbedaan yang dapat dilihat antara kekuatan yang
hendak menguasai lautan sebagai pihak pertahanan dengan
kekuatan yang menyerang adalah bahwa yang mempertahankan
dapat melakukan penguasaan lautan dengan cara penolakan
(denial), sedangkan yang menyerang memerlukan penguasaan atas
lautan. Hal ini berakibat pada susunan kekuatan yang dapat
berbeda bagi yang bertahan dan yang menyerang.
Pihak yang menyerang memerlukan banyak kapal permukaan
yang dapat mengeluarkan banyak daya tembak yang ditujukan
kepada sasaran di wilayah negara musuhnya, seperti kapal
induk, tempur, dan jelajah yang semuanya dapat mengeluarkan
46
daya tembak berupa pesawat terbang, peluru kendali, dan
meriam.
Hal itu diperlukan karena penyerang memasuki wilayah
lautan yang jauh dari wilayah negaranya. Dengan kekuatan
itu, pihak penyerang bermaksud menguasai lautan seluas
mungkin, khususnya wilayah lautan yang terletak antara
negaranya sendiri dan negara yang diserang, dan dapat
menyerang sasaran di wilayah negara musuh dengan leluasa,
termasuk melakukan operasi pendaratan amfibi.
Sebaliknya, pihak pertahanan dapat menitikberatkan pada
usaha menetralisasi armada penyerang dengan menyusun
lapangan ranjau yang mempersulit manuver penyerang, terutama
di tempat-tempat yang penting bagi pertahanan. Selain itu,
pihak pertahanan menggunakan banyak kapal-kapal permukaan
pihak penyerang.
Itu adalah kapal yang relatif kecil dengan daya tembak
yang banyak dan kuat, seperti peluru kendali dan torpedo.
Gerakan laut penyerang juga dapat diganggu dengan serangan
udara yang dilakukan dari pangkalan di darat.
* Pertahanan Selat
Bagi pihak pertahanan, penting untuk dapat melakukan
pertahanan selat yang efektif. Hal ini terutama penting bagi
negara-negara yang memiliki banyak selat. Gerak armada
penyerang harus memasuki dan bergerak melintasi selat. Kalau
ada persiapan memadai, itu adalah peluang baik bagi pihak
pertahanan untuk menghancurkannya.
47
Sistem senjata yang paling penting bagi pertahanan
selat adalah peluru kendali yang telah disiapkan untuk
menembaki serta menguasai tempat tertentu di selat.
Penggunaan lapang ranjau juga penting untuk memaksa musuh
bergerak ke arah tertentu di selat itu dan kemudian diserang
dengan rudal.
* Operasi di Udara
* Pertahanan Udara
Sebagaimana dalam penguasaan lautan, baik pihak
penyerang maupun pihak pertahanan berkepentingan merebut
penguasaan udara. Disini juga ada perbedaan dalam mencapai
tujuan itu. Bagi yang melakukan pertahanan, penting untuk
dapat menolak serangan udara, baik yang dilakukan dengan
serangan peluru kendali maupun dengan pesawat terbang.
Cara utamanya adalah dengan menembak jatuh rudal musuh
sebelum jatuh di wilayah pertahanan menggunakan rudal yang
tepat, selain menembak jatuh pesawat terbang musuh
menggunakan pesawat terbang dan senjata lawan udara, baik
rudal maupun meriam dan mitraliur.
Apabila penyerang menggunakan senjata nuklir,
pertahanan terbaik adalah dengan juga menembak wilayah
penyerang dengan senjata nuklir sehingga baik yang menyerang
maupun diserang sama-sama mengalami banyak kehancuran.
AS juga mengembangkan pertahanan anti-rudal balistik,
yaitu kemampuan menembak jatuh rudal balistik yang membawa
senjata nuklir sebelum sampai di sasaran.
48
* Pembangunan Perlindungan
Salah satu aspek penting dalam pertahanan udara adalah
pembangunan perlindungan untuk dapat meniadakan atau
membatasi akibat negatif serangan udara. Perlindungan itu
terutama diperlukan untuk fasilitas atau lingkungan kerja
yang bersifat strategis, yaitu yang hasil pekerjaan atau
produksinya amat mempengaruhi kelanjutan pertahanan.
Misalnya, kantor pimpinan negara dan anggota pemerintah
lainnya, markas besar angkatan perang dan kepolisian, pusat
komunikasi, pabrik-pabrik penting bagi produksi keperluan
pertahanan, dan lainnya.
* Akan tetapi, untuk keperluan masyarakat juga diperlukan
pembangunan perlindungan karena pengeboman dan serangan
udara lainnya tidak membatasi diri pada sasaran militer.
Oleh sebab itu, perlu dibangun kompleks perlindungan di
pusat kota tempat banyak orang berbelanja. Bahkan, setiap
rumah tangga sebaiknya membangun tempat perlindungan.
Sebaiknya perlindungan merupakan pembangunan fasilitasi
di bawah tanah dengan lapisan beton di atasnya agar
pengeboman pihak penyerang tidak mengakibatkan dampak
merugikan.
Ini terutama untuk menghadapi serangan senjata nuklir
sehingga diperlukan perlindungan yang lebih kuat dan luas,
seperti yang telah dilakukan oleh Swedia dengan membangun
kompleks di bawah tanah di kota Stockholm. Di Jepang dan
Cina juga ada kompleks-kompleks luas di bawah tanah yang
49
dibangun dengan kokoh untuk dapat mengatasi akibat serangan
nuklir.
Meskipun perlindungan itu tidak dapat meniadakan
serangan udara atau serangan nuklir, tetapi dengan
memilikinya akan amat mengurangi akibat buruk serangan itu.
Pengstrat (7)
Keamanan dalam HI
* Konsep Keamanan dalam Konteks Hubungan Internasional
Definisi yang paling sering digunakan oleh penstudi HI
adalah definisi dari Barry Buzan yang dalam bukunya People,
States, and Fear mengatakan bahwa:
“Keamanan, dalam arti objektif, mengukur tidak adanya
ancaman terhadap nilai-nilai yang diperoleh, dalam arti
subjektif, tidak adanya ketakutan bahwa nilai-nilai tersebut
akan diserang" (Buzan, 1991:4).
Maka dari definisi-definisi yang telah disebutkan oleh
para penstudi HI tersebut dapat dilihat bahwa keamanan
50
merupakan ketiadaan ancaman dari nilai-nilai yang dibutuhkan
manusia dalam menjalani kehidupannya.
Sedangkan konsep ancaman terhadap keamanan sendiri
didefinisikan Ullman sebagai:
“Sebuah tindakan atau urutan peristiwa yang (1)
mengancam drastis dan lebih dari rentang waktu relatif
singkat waktu untuk menurunkan kualitas hidup penduduk
negara atau (2) mengancam signifikan untuk mempersempit
rentang pilihan kebijakan yang tersedia bagi pemerintah dari
negara, atau untuk pribadi, non-pemerintah entitas (orang,
kelompok, perusahaan) dalam negara " (Ullman, 1983:133).
Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan
dalam studi Hubungan Internasional telah mengalami
pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas pada
perang dan damai menuju perspektif non-tradisional yang
lebih mengedepankan human security dan mengandung lebih banyak
aspek. Keamanan tidak lagi terfokus pada interstate relations,
tetapi juga pada keamanan untuk masyarakat (Dalby, 2003:102-
103).
Peter Hough mengatakan bahwa definisi mengenai keamanan
masih bersifat “contested concept”, atau sebuah konsep yang
masih akan terus berkembang (Hough, 2004:15). Namun Viotti
dan Kauppi telah mendefinisikan keamanan sebagai pertahanan
dan perlindungan dasar dari suatu negara, dan konsep
keamanan ini berlaku untuk individu maupun kelompok (Viotti
dan Kauppi, 1999:56). Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
51
mendefinisikan keamanan sebagai suatu situasi yang
terlindung dari bahaya (keamanan objektif), adanya perasaan
aman (keamanan subjektif) dan bebas dari keragu-raguan.
* National Insecurity
Dalam konteks sistem internasional maka keamanan adalah
kemampuan negara dan masyarakat untuk mempertahankan
identitas kemerdekaan dan integritas fungsional mereka.
Untuk mencapai keamanan, kadang-kadang negara dan masyarakat
berada dalam kondisi harmoni atau sebaliknya. Dalam studi
hubungan internasional dan politik internasional, keamanan
merupakan konsep penting yang selalu dipergunakan dan
dipandang sebagai ciri eksklusif yang konstan dari hubungan
internasional (Buzan,1991: 2,12). Karena konsepsi keamanan
nasional ini senantiasa memiliki hubungan erat dengan
pengupayaan, pertahanan dan pengembangan kekuatan atau
kekuasaan sepanjang kaitannya dengan analis hubungan
internasional dan politik luar negeri, maka dalam
pengaplikasiannya selalu menimbulkan perdebatan sehingga
langkah ke arah konseptualisasinya tidak selalu berjalan
seiring. Power atau kekuasaan itu sendiri secara simplistis
merupakan kemampuan satu unit politik (negara) dalam
mencegah konflik dan mengatasi rintangan-rintangan (Deutsch
dalam Rosenau, 1976 :157). Secara implisit hal ini
menyimpulkan tentang terdapatnya faktor keamanan sebagai
unsur yang menstimulasi pengupayaan pencapaian dari power
itu sendiri.
52
Penyimpulan Buzan menyebutkan bahwa aspek keamanan ini
telah menjadi satu pendekatan dalam Studi Hubungan
Internasional kontemporer dengan menunjuk kepada motif utama
perilaku suatu negara, yang memiliki perbedaannya sendiri
dengan power sebagai kondisi yang dibutuhkan untuk
terciptanya perdamaian (Buzan,1991: 2).
Konteks anarki menentukan tiga kondisi utama dalam
konsep keamanan yaitu (Buzan, 1991:22) :
1, Negara merupakan objek utama dalam keamanan karena kedua-
duanya adalah kerangka aturan dan sumber tertinggi otoritas
pemerintah. Hal ini menjelaskan mengenai kebijakan utama
yaitu keamanan nasional.
2. Meskipun negara adalah objek utama keamanan tetapi
dinamika keamanan nasional memiliki hubungan yang tinggi dan
adanya interdependensi antara negara. Ketidakamanan negara
dapat atau tidak dapat mendominasi agenda keamanan nasional
tetapi ancaman eksternal akan selalu terdiri dari elemen-
elemen utama dalam masalah keamanan nasional. Oleh karena
itu, ide keamanan internasional dapat digunakan pada kondisi
sistemik yang mempengaruhi usaha negara untuk membuat negara
lain merasa lebih aman atau sebaliknya.
3. Dengan adanya kondisi anarki, arti praktis keamanan hanya
dapat dibentuk jika ada suatu hubungan persaingan dalam
lingkungan operasional yang tidak dapat dielakkan. Jika
keamanan bergantung pada hegemoni atau harmoni maka hal ini
53
tidak dapat dicapai dalam kondisi anarki. Dengan kata lain
keamanan bersifar relatif bukan absolut.
Konsep keamanan merupakan salah satu pendekatan dalam
mengkaji hubungan internasional yang lebih baik, mendalam
dan berguna dibanding dengan konsep kekuatan dan perdamaian.
Konsep keamanan ini dapat dilihat sebagai pengaruh dari
masing-masing posisi ekstrem antara kekuatan dan perdamaian
(Buzan, 1991:2-3). Analisis keamanan memerlukan suatu cara
pandang yang menempatkan negara dan sistem ke dalam sebuah
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dimana
negara sebagian terbentuk dengan sendirinya dan sebagian
lain dibentuk oleh lingkungan anarki yang kompetitif dan
sengit. Lingkungan domestik dan dinamika internasional,
keduanya merupakan hal yang paling penting bagi analisis
keamanan karena merupakan hubungan yang kompleks di antara
keduanya (Buzan, 1991:61).
Landasan utama dalam pendekatan ini yaitu lensa
keamanan (security) yang dapat diartikan sebagai pelaksanaan
kemerdekaan atas suatu ancaman tertentu atau kemampuan suatu
negara dan masyarakatnya untuk mempertahankan identitas
kemerdekaan dan integritas fungsional mereka terhadap
kekuatan-kekuatan tertentu yang mereka anggap bermusuhan
(hostile) (Buzan, 1991:61).
Meskipun terdapat tiga tingkatan keamanan dalam problem
kehidupan manusia yaitu: keamanan individu, keamanan
nasional, dan keamanan internasional, namun pada dasarnya
54
konsep inti dari ketiga tingkatan tersebut adalah keamanan
nasional. Hal ini dikarenakan negara merupakan titik sentral
yang mendominasi regulasi hubungan maupun kondisi keamanan
di antara kedua level lainnya.
Selanjutnya keamanan (security) di sini dapat kita
bedakan dengan konsep pertahanan (defense) yang memiliki
kesamaan dari segi tujuannya, yaitu kemerdekaan atas ancaman
yang mengganggu kebebasan dalam melaksanakan kedua konsep di
atas, dimana keamanan biasanya lebih bersifat preventif dan
antisipatif dalam merespon ancaman dibandingkan pertahanan.
Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul : People
State and Fear: An Agenda for International Security Studies in Post Cold War
Era, bahwa keamanan yang dimaksud di dalam pendekatan ini
tidak sebatas pada keamanan saja, tetapi mencakup keamanan
militer, politik, ekonomi, sosial dan lingkungan, seperti
yang dipaparkan di bawah ini:
1. Keamanan militer, mencakup interaksi antar dua tingkat
dan kekuatan yaitu kemampuan defensif dan persepsi
militer mengenai intensi masing-masing pihak.
2. Keamanan politik, mencakup kesinambungan dan stabilitas
organisasi suatu negara atau sistem pemerintahan serta
ideologi yang melegitimasi kedua hal tadi.
3. Keamanan ekonomi, mencakup akses pada sumber daya
finansial maupun pasar yang diperlukan untuk
mempertahankan tingkat kesejahteraan dan kekuatan
negara.
55
4. Keamanan sosial, mencakup kemampuan untuk
mempertahankan dan menghasilkan pola-pola tradisional
dalam bidang bahasa, kultur, agama, dan identitas
nasional.
5. Keamanan lingkungan, mencakup pemeliharaan lingkungan
lokal sebagai pendukung utama kelangsungan hidup
manusianya.
Meskipun masing-masing sektor tersebut mempunyai titik-
titik vokal dalam kerangka masalah-masalah keamanan, dan
merumuskan cara-cara sendiri dalam menentukan prioritas
kebijakan utama suatu negara namun faktor-faktor itu sendiri
saling terkait dalam operasinya (Buzan, 1991:19). Masalah-
masalah keamanan yang muncul salah satunya bisa berupa
tindakan peningkatan kekuatan militer suatu negara, dan
pendekatan yang demikian apabila dilakukan secara terus
menerus pada gilirannya dapat menimbulkan apa yang disebut
dilema keamanan (Buzan, 1991:295). Dilema keamanan ini dapat
terjadi apabila peningkatan kapabilitas pertahanan dan
keamanan dipersepsikan sebagai ancaman dan petunjuk sikap
bermusuhan oleh pihak lain. Demikian suatu reaksi atas aksi
yang dilakukan suatu pihak akan menimbulkan reaksi yang baru
dari pihak lain.
Keamanan merupakan suatu fenomena yang berhubungan,
oleh karenanya seseorang tidak bisa memahami keamanan
nasional suatu negara tanpa memahami pola internasional yang
56
melekat dalam kesalingtergantungan keamanan yang ada (Buzan,
1991:187).
Menurut Barry Buzan dalam People, States and Fear: an Agenda for
International Security Studies in the Post Cold War Era bahwa penerapan
strategi keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek-
aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kerentanan) negara
tersebut. Ancaman dan kerentanan adalah dua konsep yang
berbeda namun mempunyai keterkaitan yang erat di dalam
perwujudan keamanan nasional. Suatu ancaman terhadap
keamanan nasional yang dapat dicegah akan mengurangi derajat
kerentanan suatu negara pada keamanan nasionalnya. Kedua
aspek dari keamanan nasional tersebut sangat ditentukan oleh
kapabilitas yang dimiliki negara tersebut (Buzan,1991: 112-
114).
Tidak seperti kerentanan, aspek ancaman sulit untuk
diidentifikasikan. Hal itu disebabkan karena bentuk ancaman
seringkali lahir dari persepsi aktor pembuat kebijakan dan
belum tentu secara subtantif adalah nyata (Buzan,1991: 112).
Ancaman dan kerentanan inilah yang menjadi konteks hadirnya
ketidakamanan nasional (national insecurity) (Buzan,1991: 112-
114).
Tingkat kerawanan sebuah negara berhubungan erat dengan
lemahnya sebuah bangsa dan lemahnya kekuatan yang dimiliki.
Kekuatan yang lemah (weak powers) berarti ketidakmampuan
mereka dalam menghadapi pengaruh-pengaruh sistem negara-
negara kuat di sekitar mereka, seperti negara tetangga atau
57
negara adidaya, serta ditambah dari fakta bahwa kebanyakan
diantara mereka adalah negara kecil. Negara dengan kekuatan
lemah adalah belum tentu negara lemah. Namun negara dengan
kekuatan lemah, kelemahannya diukur berdasarkan kapabilitas
militernya yang relatif inferior terhadap negara lain dalam
sistem, terutama tetangga-tetangganya dan kekuatan besar
pada saat itu (Buzan,1991: 112-114).
Weak states umumnya adalah weak power, dimana
kerentanannya mencapai tingkatan yang tertinggi. Secara
kontras dikotomi negara diatas juga menimbulkan dikotomi
negara yang lainnya dengan kriteria strong atau kuat baik
kapabilitas power-nya maupun kapabilitas ekonominya
(Buzan,1991: 112-114).
Ketidakamanan nasional merupakan fenomena yang
berkebalikan dari konteks keamanan nasional. Hal ini terjadi
ketika ancaman mulai merasuki wilayah nasional dari suatu
negara. Menurut Barry Buzan, ada lima tipe dari ancaman yang
dibagi atas aspek-aspek militer, politik, sosial, ekonomi
dan ekologi (Buzan,1991: 116-134). Ada dua bentuk ancaman
yang dihasilkan dari pengembangan instrumen militer. Yang
pertama berasal dari senjata yang dimiliki aktor itu sendiri
yang menghasilkan ancaman penghancuran, dimana lebih dikenal
dengan sebutan defense dilemma (dilema pertahanan). Kedua
adalah berasal dari senjata yang dimiliki aktor lain di
sistem yang menghasilkan bentuk ancaman kekalahan, dimana
58
nantinya disebut sebagai security dilemma (dilema keamanan)
(Buzan,1991: 271).
Dilema pertahanan terjadi apabila terjadi kontradiksi
antara pertahanan militer dan keamanan nasional. Angkatan
bersenjata dijustifikasi oleh keperluannya akan keamanan
nasional dan secara politis diasumsikan kekuatan militer
berkorelasi positif dengan keamanan nasional. Keadaan ini
juga didorong oleh kemajuan teknologi di bidang pertahanan,
salah satunya adalah teknologi nuklir yang dapat
membahayakan negara itu sendiri serta lingkungannya
(Buzan,1991: 271-291).
Dilema keamanan terjadi didasari oleh dua kondisi,
yaitu bahwa setiap negara mempunyai perilaku selalu ingin
mengejar power untuk kepentingan nasionalnya dan yang kedua
akibat perilaku tadi sistem yang tercipta menjadi anarki
dimana masing-masing negara akan berusaha mempertahankan
dirinya dari ancaman pihak lain atau dapat dikatakan
mengejar atau pencapaian keamanan. Dilema akan terjadi pada
suatu negara karena ia merasa takut akan ancaman kekalahan
dari pihak lain yang dicurigai terus mengembangkan kekuatan
militernya, sehingga suatu negara A mengembangkan kekuatan
militernya agar dapat mengimbangi negara B. Dan negara B
yang melihat perkembangan tersebut kembali mengembangkan
kekuatannya lagi sehingga kembali mengancam negara A, dan
begitu seterusnya (Buzan,1991: 294-324).
59
Penelitian atas dasar keamanan merupakan satu
pendekatan yang sangat digalakkan. Hal ini timbul dari
keinginan untuk mengurangi konflik dan menghalangi timbulnya
perang. Konsep keamanan sendiri merupakan konsep yang mulai
dikembangkan sejak awal tahun 1950-an oleh John Herz, ia
menganggap keamanan sebagai akibat dari hubungan kekuatan
antar negara.
Secara tradisional literatur-literatur mengenai
hubungan internasional berdasarkan kepada kekuatan dan
perdamaian. Para peneliti yang lebih suka melakukan
pendekatan melalui konsep kekuatan digolongkan ke dalam
realis, sedangkan peneliti yang lebih suka melakukan
pendekatan melalui konsep perdamaian digolongkan ke dalam
kaum idealis.
Pengstrat (8)
Keamanan Abad 20 dan 21
* Strategi Raya/ Besar
Grand Strategy disebut juga Strategi Raya, terdiri dari
“tujuan kerja dari semua instrumen kekuasaan tersedia bagi
komunitas keamanan.” Jadi Strategi Raya merupakan proses
dimana tujuan dapat diwujudkan.
Strategi Raya militer meliputi perhitungan sumber daya
ekonomi dan tenaga manusia. Hal ini juga mencakup sumber-
sumber moral, yang kadangkala disebut nasional. Isu-isu
strategi raya biasanya meliputi pilihan primer-sekunder
versus teater dalam perang, distribusi sumber daya di antara
60
berbagai layanan, jenis umum manufaktur persenjataan untuk
kebaikan, dan aliansi internasional terbaik yang sesuai
dengan tujuan nasional.
Ini memiliki banyak tumpang tindih dengan kebijakan
luar negeri, tetapi Strategi Raya memfokuskan pada implikasi
kebijakan militer. Beberapa telah memperluas konsep Strategi
Raya untuk menggambarkan strategi multi-tier pada umumnya,
termasuk pemikiran strategis di tingkat korporasi dan partai
politik.
Strategi Raya biasanya diarahkan oleh kepemimpinan
politik suatu negara, dengan input dari pejabat militer
paling senior. Karena ruang lingkup dan jumlah orang yang
berbeda dan kelompok-kelompok yang terlibat, grand strategy
biasanya masalah catatan publik, meskipun rincian
pelaksanaan (seperti tujuan langsung aliansi tertentu)
sering tersembunyi.
Pengembangan suatu Strategi Raya bangsa dapat
memperpanjang selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa
generasi.
* Keamanan Nasional
Konsep keamanan nasional mengacu pada situasi atau
keadaan di mana unsur-unsur pokok yang membentuk suatu
negara seperti kedaulatan, wilayah, penduduk atau warga
negara, basis ekonomi, pemerintah dan sistem konstitusi
serta nilai-nilai hakiki yang dianutnya terjamin
61
eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi sesuai tujuannya
tanpa gangguan atau ancaman dari pihak manapun.
* Keamanan Internasional
Keamanan internasional yaitu keamanan yang dilihat
sebagai situasi dan kondisi yang ditentukan dalam interaksi
aktor-aktor internasional.
* Doktrin Strategi Keamanan Perang Dingin Abad 20
* Diplomasi Koersif 1945-1962
Negara-negara yang menikmati superioritas
militer terhadap lawannya sering berpikir bahwa senjata
adalah instrumen diplomasi untuk tujuan mengubah perilaku
negara lain. Amerika Serikat yang merupakan negara nuklir
pertama menikmati kekuatan senjata ini sampai 1949 saat Uni
Soviet meledakkan percobaan nuklirnya.
Compellence (Pemaksaan) melukiskan tentang
doktrin stratetgi AS saat superioritas nuklir dimilikinya.
Strategi ini membuat senjata nuklir instrumen untuk
mempengaruhi negara lain.
Untuk meraih kemenangan politik Menlu AS John
Doster Dulles mempraktekan apa yang disebut brinkmanship yang
melukiskan keinginan untuk mengejar tujuan AS sampai hampir
batas perang dengan mengancam musuhnya menggunakan senjata
nuklir.
Brinkmanship ini masuk akal tatkala AS menikmati
superioritas nuklir. Praktek itu bagian dari strategi AS
yang disebut massive retliation (pembalasan besar-besaran).
62
Praktek brinkmanship dan massive retaliation ini mencemaskan Uni
Soviet.
* Mutual Deterrence 1962-1983
Pada saat superioritas nuklir AS mengalami
erosi, para pembuat kebijakan di AS mulai mempertanyakan
asumsi mereka tentang penggunaan senjata nuklir untuk
instrumen politik luar negeri. Setelah krisis rudal Kuba
tahun 1962 yang nyaris mendorong AS dan Uni Soviet ke arah
perang nuklir, Washington memikirkan kembali penggunaan
senjata berbahaya ini.
Oleh sebab itulah kemudian berkembang pemikiran
di Washington bahwa senjata nuklir ini dialihkan dari
berpotensi dipergunakan sebagai senjata strategis menjadi
senjata pencegah serangan. Perubahan kebijakan strategis ini
dari compellence (pemaksaan) kedalam deterrence (penggetar/
pencegah) adalah cara untuk mencegah lawan menggunakan apa
yang ingin dilakukan pihak lainnya.
Pada periode ini kedua negara adidaya mengejar
postur extended deterrence (penggetar yang diperluas). Tujuan
strategi ini adalah mencegah serangan kepada pemilik nuklir
tetapi juga sekutunya. Berkembanglah aliansi seperti terjadi
di Eropa dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
* Mutual Assured Destruction
Para pengambil kebijakan terutama di AS menyebut
Mutual Assured Destruction (MAD) untuk menunjukkan perimbangan
strategis yang muncul selama tahun 1960-an dan awal 1970-an.
63
Secara harfiah singkata itu bisa diartikan kehancura bersama
yang disingkat mad (gila).
Istilah itu sebenarnya merujuk pada jalan buntu
yang dialami dua negara adidaya dengan doktrin saling
mencegah dalam penyerangan. Mereka kini berpikir bahwa
keduanya bisa hancur sama-sama jika terjadi perang nuklir.
Kesadaran ini menimbulkan perasaan bahwa jika perang nuklir
terjadi tak ada yang bisa selamat.
Dengan situasi seperti ini, perdamaian
(setidaknya stabilitas) merupakan produk kerawanan dari
kedua pihak pemilik nuklir. Jika salah satu negara diserang
maka imbalannya adalah kehancuran yang sama. Dengan demikian
tidak ada yang selamat dari perang nuklir.
Menurut Couloumbis, MAD ini tergantung pada
kemampuan kedua negara adidaya dalam menahan serangan nuklir
pertama dan berkemampuan membalas sehingga menimbulkan
“kerusakan yang tidak bisa diterima” oleh penyerangnya.
Kalangan pakar strategis nuklir menyebutnya kemampuan
membalas itu sebagai sebagai “kemampuan serangan kedua.”
Dengan adanya doktrin seperti ini maka,
kemampuan membalas serangan itu menjadi tumpuan sehingga
harus kuat dan mobil. Hal ini ditujukan agar senjata nuklir
bisa selamat dari serangan pertama. Sistem senjata ofensif
memainkan peran penting. Kemudian berkembanglah apa yang
disebut dengan MIRV (Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle).
Ini adalah satu jenis rudal yang bisa melepaskan sejumlah
64
hulu ledak termasuk hulu ledak tipuan. MIRV ini dapat
dipasang di rudal balistik antar benua atau rudal yang
diluncurkan dari kapal selam.
* Teori Utilisasi Nuklir (Nuclear Utilization Theory)
Hubungan politik diantara negara adidaya
memburuk cepat pada wal 1980-an. Situasi itu mengubah kerja
sama antar dua musuh besar ini menjadi konfrontasi. Kemudian
muncul debat tentang peran dan tujuan senjata nuklir. Timbul
pula pertanyaan apakah senjata nuklir masih bisa digunakan
untuk bertahan atau mencegah serangan?
Saat hubungan dua adidaya itu memburuk, di AS
berkembang tentang cara terbaik melindungi kepentingan
nasional melalui senjata strategis. Penganut MAD masih
melanjutkan sikapnya untuk bersama-sama hancur jika terjadi
perang nuklir. Namun kemudian muncul pula penganut teori
utilisasi nuklir atau pendekatan NUT.
Pendekatan itu beranggapan senjata nuklir tak
hanya digunakan sebagai pencegah tetapi juga digunakan dalam
perang. Sikap ini perlu diambil, kata pendukung NUT, karena
Uni Soviet siap perang nuklir dan memenangkannya.
* Dari Ofensif ke Defensif
Tantangan baru terhadap pemikiran strategis
berkembang tahun 1983 saat Presiden AS Ronald Reagan
mengusulkan pertahanan yang berlandaskan angkasa luar dalam
melawan rudal balistik.
65
Secara resmi kebijakan Reagan itu disebut
Strategic Defense Initiative (SDI) atau Prakarsa Pertahana Strategis.
Kebijakan baru itu malah lebih populer disebut Star Wars.
Strategi pertahanan ini akan menggunakan teknologi canggih
untuk menghentikan laju rudal nuklir di angkasa luar
sehingga, seperti dikatakan Reagan, membuat senjata nuklir
“impoten dan ketinggalan jaman.”
* Konsep Keamanan Tradisional dan Non-Tradisional (paska
Perang Dingin-mulai 1990-an)
Pendekatan keamanan tradisional terkait erat dengan
tradisi realisme dan neorealisme. Kaum neorealis beranggapan
objek acuan keamanan adalah negara dan struktur sistem
internasional yang bersifat anarkis, sehingga meningkatkan
kemampuan militernya untuk mengamankan kedaulatannya.
Keamanan non-tradisional mengalihkan perhatian dari
negara sebagai satu-satunya objek acuan serta
memperhitungkan aspek-aspek non militer baik dari segi
ekonomi, kesehatan, lingkungan hidup maupun hak azasi
manusia.
Isu-isu keamanan yang baru yaitu meningkatnya kejahatan
transnasional dalam bentuk perdagangan narkoba, human
traficking, penyelundupan senjata, money loundering, terorisme
dan sebagainya.
Adapun isu-isu keamanan dan perdamaian internasional
yang akan dipengaruhi oleh konstelasi politik global dan
66
preferensi kekuatan-kekuatan besar seperti yang diuraikan di
atas adalah:
1. Krisis kemanusiaan (humanitarian crisis) seperti kasus
Darfur,
2. Isu pelanggaran HAM berat (seperti Myanmar, Pantai
Gading, Irak, Israel, Bosnia dan juga Timor Leste)
3. Konflik di negara-negara dalam kategori failing states
(Somalia, Iraq)
4. Terorisme dan isu clash of civilisation
5. Konflik antar-negara, dan masalah WMD dan masalah non-
traditional security issues
* Elemen Penting dalam Konsep Keamanan
1. keamanan tidak lagi hanya didominasi oleh komponen
militer semata.
2. keamanan merupakan produk dari kebijakan yang
dihasilkan beragam aktor (negara maupun non-negara).
3. keamanan merupakan interaksi yang bersifat
interdependen yang dihasilkan dari tataran lokal,
nasional, regional dan global (multisektor).
4. agenda keamanan juga bersifat majemuk.
* Disarmament (Perlucutan Senjata)
Menurut Couloumbus & Wolfe (1999: 236) adalah merupakan
istilah yang cukup inklusif yang diartikan sebagai sesuatu
yang terkait erat dengan pernyataan tidak sah untuk semua
arsenal dan pembangunan-pembangunan militer, larangan
terhadap senjata-senjata tersebut demi kepentingan
67
kemanusiaan (human security) dan perang, serta
pengimplementasian perjanjian-perjanjian tertentu yang
dirancang untuk mencegah kecelakaan yang bisa menimbulkan
pecahnya peperangan.
Menurut Miller (2006: 256-267) adalah secara absolut
menghendaki adanya pemusnahan persenjataan secara global dan
pembubaran seluruh angkatan bersenjata serta menghancurkan
arsenal strategis yang dimiliki negara
* Arms Control
Arms control berbeda dengan disarmament. Arms control
merupakan konsep yang relatif, yang menghendaki pembatasan
terhadap jenis-jenis senjata tertentu atau pengurangan
tingkat persenjataan.
Couloumbus dan Wolfe (1999: 236-237) arms control bisa
dibagi menjadi dua macam, yaitu arms reduction (pengurangan
senjata) dan arms limitation (pembatasan senjata).
* Arms Reduction (Partially Disarmament)
Mengimplikasikan suatu kesepakatan bersama mengenai
tingkat persenjataan bagi negara-negara yang terlibat, baik
dalam skala regional maupun global. Prototipe arms reduction yang
bersifat regional seperti yang dicontohkan dalam perjanjian
Rush-Bagot 1917 antara AS dan Inggris mengenai
demiliterisasi di Great Island. Contoh lainnya, perjanjian
larangan senjata nuklir di Amerika Latin 1967, dimana 22
negara di Amerika Tengah dan Selatan berusaha melarang
senjata nuklir masuk ke negara mereka.
68
* Arms Limitation
Mencakup berbagai jenis persetujuan internasional yang
didesain untuk membatasi peperangan dan untuk mencegah
pecahnya perang yang disebabkan oleh kecelakaan atau
kelalaian. Contoh, instalasi peralatan yang fail-safe yang
didesain untuk meledakkan rudal-rudal nuklir di udara yang
bisa ditembakkan dengan tidak sengaja, saluran telepon
langsung (hot line) agar para decision-maker kunci senantiasa bisa
mengadakan kontak langsung pada masa-masa kritis, penundaan
percobaan jenis senjata nuklir tertentu, dan perjanjian-
perjanjian antara dua atau lebih negara yang melarang
penjualan senjata serta pengalihan teknologi militer ke
negara-negara Dunia Ketiga (Couloumbus & Wolfe 1999: 237;
dan Miller 2006: 224-225, 253-263).
Arms limitation juga mencakup peraturan-peraturan hukum
internasional konvensional, yang bertujuan membatasi ruang
lingkup dan daya hancur peperangan dalam batas-batas yang
telah ditentukan doktrin kebutuhan milliter. Contoh,
Konferensi Den Haag 1907 yang melarang penembakan proyektil
dari balon-balon dan Konvensi Jenewa 1949 mengenai jaminan
perlindungan bagi tawanan perang dan prajurit yang terluka
(Wagiman 2005: 15-16).
Konfrensi umum Dewan Kerja Sama Keamanan di Asia
Pasifik (CSCAP) 2007 yang diselenggarakan di Jakarta
mencontohkan meningkatnya belanja militer di beberapa negara
di kawasan Asia Selatan.
69
Data yang diungkapkan Center for Arms Control dan Non-
Proliferation (2007) menunjukkan pengeluaran dunia untuk
militer (US$780 miliar) sangat jauh lebih besar daripada
biaya yang diinvestasikan pada bidang kesehatan dan
pendidikan. Oleh karena itu, pengendalian senjata akan
menemukan titik yang berlawanan bila dihadapkan dengan
seberapa besar anggran negara untuk keamanan, militer dan
pertahanannya.
70
Pengstrat (9)
Pertahanan AS
* Sistem Pertahanan Rudal AS
Obama telah secara formal meninggalkan sistem
pertahanan rudal yang dirancang oleh Bush. Akan tetapi
sebagai gantinya, Obama menetapkan sistem pertahanan rudal
dalam bentuk lain yang lebih kuat pada beberapa aspeknya
dari sistem Bush. Akan tetapi Obama menetapkannya tidak
lebih provokatif dari bentuk yang ditetapkan oleh Bush.
Supaya menjadi jelas deskripsinya dan pertanyaan-pertanyaan
tentang sistem pertahanan rudal AS, maka harus diperhatikan
hal-hal berikut:
1. Sejak tahun 1950 para politisi dan para ahli Amerika
bekerja dengan berbagai sarana dan jalan untuk melindungi
Amerika dari ancaman rudal balistik antar benua Uni Soviet
(ICBMs/ Interconteniental Ballistic Missiles). Hanya saja upaya itu
71
terbatas pada Sistem Pertahanan Rudal Nasional (NMD/ National
Missile Defense) yang belakangan berkembang menjadi Sistem
Penangkal Rudal Terhadap Potensi Ancaman Serangan Nuklir
Soviet. Pada tahun 1961 upaya program itu terhenti karena
sebab teknik. Dan digantikan oleh sejumlah rencana
pertahanan. Namun aktivitas di dalam rencana-rencana itu
tidak berlangsung lama karena belum terbukti kemampuannya
dalam mencegat dan menangkal rudal balistik Soviet.
Disamping rencana-rencana itu juga sangat membebani.
Terlebih rencana-rencana itu mengalami masalah-masalah
teknologi yang utama. Akan tetapi program-program tersebut
dan program-program balasannya yang terkait dengan
persaingan rudal dan perlindungan dari serangan rudal, telah
mendorong kedua negara, Amerika dan Uni Soviet, untuk
menandatangani perjanjian pembatasan penyebaran rudal
balistik (ABMT/ Anti Ballistic Missile Treaty) pada tahun 1972. Menurut
perjanjian itu masing-masing negara bisa membangun
pertahanan rudal menghadapi bahaya rudal balistik. Namun
perjanjian itu membatasi kedua negara dengan batas geografis
dan jumlah rudal yang boleh disebarkan oleh masing-masing
dalam rangka mempertahankan dirinya. Sebagai contoh, Uni
Soviet menyebarkan sistem rudal yang dinamakan A-35 Sistem
Rudal Galosh (Galosh Missile System). Sistem itu hanya untuk
melindungi Moskow saja. Sedangkan Amerika menyebarkan sistem
pertahanan preventif di sekitar Amerika Serikat untuk
membentengi dan mempertahankannya dari rudal manapun yang
72
diluncurkan dari pangkalan manapun yang ada di bawah Sistem
Rudal Balistik Soviet (Intercontenental Ballistic Missiles).
2. Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI/ Strategic Defense
Initiative) yang diluncurkan oleh Ronald Reagen pada tanggal 23
Maret 1973 dinilai sebagai pelanggaran terhadap perjanjian
yang ditandatangani oleh Amerika dan Uni Soviet untuk
membatasi penyebaran senjata balistik (ABM/ Anti Ballistic Missile).
Hal itu juga menjerumuskan Uni Soviet ke dalam persaingan
dengan Amerika. Persaingan itu menyebabkan terjadinya
tekanan terhadap perekonomian Uni Soviet. Tekanan itu
bersama dengan faktor-faktor lainnya menyebabkan hancurnya
Uni Soviet. Inisiatif Pertahanan Strategis (SDI) atau yang
dikenal dengan Perang Bintang (Star Wars) merupakan proyek
sangat ambisius Amerika pada masa lalu yang dimaksudkan
untuk Sistem Penangkal Rudal. Program Perang Bintang
mencakup penyebaran rudal, radar, penangkal di darat, udara,
laut dan luar angkasa. Termasuk di dalamnya sejumlah Stasiun
Angkasa Untuk Perang Laser (Space Based Laser Battle Stations) dan
Nuclear Pumped X-ray Laser Satellites, sistem-sistem
penuntun super canggih dan sistem-sistem kontrol. Program
Perang Bintang (SDI) berbeda dengan program-program
sebelumnya. Program itu berbeda dengan Sistem Pertahanan
Rudal Nasional (NMD/ National Missile Defense) yang hanya untuk
melindungi Amerika Serikat saja. Akan tetapi program Perang
Bintang (SDI) juga disiapkan untuk tujuan melindungi sekutu-
sekutu Amerika di Eropa dari bahaya rudal balistik Soviet.
73
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, program Perang
Bintang ditarik dan tentu saja aktivitas program itu pun
berhenti. Akan tetapi Sistem Partahanan Rudal Nasional (NMD/
National Missile Defense) tetap bekerja. Pada masa pemerintahan
Bill Clinton dilakukan pengembangan sistem tersebut kemudian
diaktifkan secara bertahap. Dan akhirnya menjadi perhatian
pemerintahan Amerika pada masa Bush Junior dan menjadi titik
sentral dalam menaikkan tensi hubungan Amerika-Rusia. Pada
tanggal 13 Desember 2001, Bush mengumumkan penarikan diri
dari perjanjian pembatasan penyebaran rudal balistik (ABMT/
Anti Ballistic Missiles Treaty). Peristiwa itu dinilai sebagai pertama
kalinya dalam sejarah, Amerika menarik diri dari perjanjian
internasional utama untuk persenjataan. Akibat dari
penarikan diri Amerika itu, dibentuk Lembaga Pertahanan
Rudal Amerika (MDA/ Missile Defense Agency) yang di antara
tugasnya membuat rencana ambisius untuk membangun sistem
Pertahanan Rudal Nasional (NMD/ National Missile Defense).
3. Pada tanggal 16 Desember 2002 Bush mengeluarkan
“Pengarahan Presiden no. 23 tentang Keamanan Nasional.” Ini
merupakan rencana global membangun sistem-sistem pertahanan
terhadap rudal balistik yang siap diluncurkan. Pada hari
berikutnya Amerika secara resmi meminta kepada Inggris dan
Denmark untuk menggunakan fasilitas di kedua negara itu
sebagai bagian dari aktifitas pembangunan ulang sistem
pertahanan rudal nasional (NMD/ National Missile Defense). Bush
mengubah nama Sistem Pertahanan Rudal Nasional (NMD) menjadi
74
GMD/ Ground-based Midcourse Defense. Secara praktis Sistem
Pertahanan Rudal Nasional mencakup rencana-rencana pangkalan
luar angkasa, laut dan udara. Pada Februari 2007 Amerika
secara resmi mulai melakukan pembahasan dengan Polandia dan
Republik Ceko tentang dimulainya pembangunan pangkalan
penangkal rudal untuk mempermudah aktifitas sistem GMD.
Amerika menjustfikasi sebab dimulainya program GMD karena
terdapat negara-negara setan, seperti Korea Utara dan Iran
secara khusus, yang berupaya mengembangkan rudal-rudal jarak
jauh yang mampu mengusung hulu ledak nuklir yang mengancam
kepentingan Amerika di Eropa dan Israel. Padahal sebenarnya
aksi Amerika itu merupakan pengepungan Rusia dan
melanggengkan Rusia berada pada daerah ancaman penangkal
rudal Amerika. Rusia memahami hakikat perkara tersebut.
Rusia menilai sistem GMD sebagai ancaman mematikan terhadap
keamanan Rusia. Pada November 2008 duta besar Rusia untuk
NATO Dmitry Rogozin mengatakan “Rudal Amerika di Polandia
bisa menghujani Moskow hanya dalam waktu empat detik. Dan
untuk mengeluarkan Amerika dan membongkar kepalsuan klaim
Amerika bahwa fasilitas rudal di Polandia dan Ceko itu untuk
menangkal Iran, Rusia menawarkan kepada Amerika untuk
menyebar radarnya disamping radar Rusia di pangkalan radar
Rusia di Gabala, Azerbaijan dan itu lebih dekat ke Iran dari
pada Polandia dan Ceko, jika memang targetnya adalah Iran!”
Amerika tidak menyetujuinya karena target Amerika adalah
menancapkan pangkalan di Eropa Timur untuk mengancam Rusia.
75
Dan Amerika tidak ingin Rusia ikut berkontribusi di
pangkalannya sehingga pangkalan Amerika akan berada dalam
pengamatan Rusia, selama targetnya adalah Rusia itu sendiri.
Begitulah, Rusia memahami bahwa penangkal rudal Amerika itu
diarahkan untuk melawan Rusia, bukannya melawan ngara-negara
setan itu. Karena itu, Putin pada April 2007 telah mengancam
akan terjadinya Perang Dingin baru jika Amerika tetap
berkeras menyebarkan penangkal rudal di Eropa Tengah.
Sebagai tambahan, sebagai reaksi atas berbagai ancaman
Amerika, Putin mengancam akan menarik diri dari Perjanjian
Kekuatan Nuklir (NFT/ Nuclear Forces Treaty) yang ditandatangani
dengan Amerika pada tahun 1987. Kemudian Putin mengancam
akan menyebar rudal-rudal di perbatasan Kaliningrad di laut
Baltik yang dekat dengan Polandia. Salah seorang jenderal
Rusia berpendapat lebih jauh di mana ia mengancam akan
menghujani Polandia jika tetap berkeras menjadi bagian dari
penangkal rudal Amerika. Pada tanggal 15 Agustus 2008,
jenderal Rusia Anatoly Nogovitsyn mengatakan: “Dengan
masuknya Polandia dalam penangkal rudal, maka itu menjadikan
Polandia sebagai target. Ini saya yakin 100 %. Sungguh
Polandia telah menjadi target serangan dan penghancuran
target ini menjadi salah satu prioritas.”
4. Sebelum Obama secara resmi mengumumkan meninggalkan
rencana penanaman rudal Amerika di Polandia dan Republik
Ceko, Obama telah menyatakan pada awal tahun 2009 bahwa ia
akan membatalkan rencana pertahanan rudal di Eropa Timur
76
demi kepentingan sistem pertahanan rudal bergerak yang
dibangun di atas kapal perang Amerika. Karena itu,
pengumuman Obama pada tanggal 17 September 2009 untuk
meninggalkan penanaman rudal Amerika itu sudah dia
perhitungkan dengan seksama. Keputusan itu datang setelah ia
meminta penilaian terhadap program Bush GMD.
5. Sedangkan Obama meninggalkan rencana Bush yaitu sistem
GMD itu apakah benar-benar atau merupakan tipu daya untuk
meyakinkan dan menenangkan Rusia secara aman dan temporer,
maka hal itu bisa dipahami dari paparan berikut:
a. Di dalam pidato Obama yang baru tentang rencana
tersebut, Obama mengatakan: “Saya setuju dengan sejumlah
rekomendasi dari Menteri Pertahanan dan Kepala Staf untuk
memperkuat perlindungan Amerika menghadapi kemungkinan
serangan rudal balistik. Pendekatan ini akan melahirkan
kemampuan yang lebih cepat, membangun sistem yang lebih
efisien, memberikan bentuk yang lebih defensif menghadapi
rudal, dari pada program pertahanan rudal Eropa tahun 2007.”
Obama menambahkan: “Kita berhasil membuat kemajuan besar
dalam mengembangkan rudal pertahanan kita dan khususnya
dalam mengembangkan pemancar rudal darat dan laut serta
peralatan pendukungnya. Pendekatan kita yang baru akan
memungkinkan kita untuk menggunakan teknologi baru termodern
dalam bentuk yang lebih cepat dari sistem sebelumnya. Sistem
yang baru di Eropa akan lebih kuat, lebih cerdas dan lebih
cepat melindungi militer Amerika dan sekutu-sekutunya, dari
77
sistem sebelumnya. Pendekatan baru kita akan memberikan
kemampuan yang lebih efisien dan efektif. Pendekatan baru
kita akan membangun kepercayaan dalam komitmen kita untuk
melindungi Amerika dari ancaman rudal balistik serta
menjamin dan memperkuat perlindungan sekutu-sekutu kita di
NATO.”
b. Menteri Pertahanan Robert Gates membantah berbagai
kritik menentang keputusan Obama dengan mangatakan:
“Sebenarnya mereka yang mengatakan bahwa kita telah
mencampakkan pertahanan rudal di Eropa, bisa jadi mereka
tidak mendengarkan berita secara benar atau mereka belum
memahami konstelasi dengan sebenarnya.” Gates juga
menegaskan bahwa sistem baru itu “Memberikan kemampuan
pertahanan rudal yang lebih baik dari program-program
sebelumnya yang telah dimulai sekitar tiga puluh tahun
lalu.” Ia menambahkan “Kita memiliki kesempatan menyebarkan
sensor dan rudal pencegat di utara dan selatan Eropa (dalam
jangka waktu dekat) yang akan bisa mencegat rudal yang
datang dari Iran dan yang lainnya.”
c. Dari pidato Obama dan Menteri Pertahanan jelaslah
bahwa keduanya tidak membicarakan tentang ditinggalkannya
sistem pertahanan GMD. Akan tetapi sebaliknya, keduanya
berbicara tentang program yang lebih kompleks. Gates
mengungkapkan rencananya untuk membangun sistem pertahanan
rudal nasional (NMD/ National Missile Defense) generasi baru. Ia
mengatakan: “Langkah berikut pada tahun 2015 kira-kira akan
78
mencakup pangkalan-pangkalan bumi yang bersifat tetap dan
fleksibel yaitu SM-3.” Begitu pula di majalah Euronet
dilansir pernyataan jenderal James Cartwright, wakil kepala
staf gabungan Amerika, tentang komentar terhadap penyebaran
rudal-rudal yang diajukan “Yang dominan adalah akan
dilakukan penyebaran radar-radar di wilayah Kaukasus, karena
itu akan lebih dekat dalam mendapatkan peringatan diri.”
6. Dengan begitu jelaslah bahwa ditinggalkannya sistem
pertahanan GMD di Polandia dan Ceko akan bersifat sementara
untuk menyenangkan Rusia. Gates telah berlaku cerdik dengan
tidak menyebutkan dibukanya pembahasan Pentagon dengan
Polandia dan Ceko tentang dimasukkannya model darat untuk
sistem SM-3 dan peralatan lain untuk sistem tersebut.
Demikian pula Gates tidak menyebutkan pembahasan-pembahasan
seputar berita yang bocor bahwa Turki, Georgia, dan
Azerbaijan bisa masuk di dalam organisasi penyebaran rudal
Amerika. Bocoran berita itu telah membuat resah Rusia karena
itu artinya bahwa penyebaran pangkalan rudal darat telah
meluas ke kebun belakang Rusia. Hal itu ditambah lagi pidato
Obama yang baru dan menteri pertahanan Robert Gates sangat
meresahkan. Karena itu, meskipun Rusia menyambut keputusan
Obama meninggalkan sistem GMD pada tanggal 17 September
2009, dan terdapat pernyataan presiden Rusia, Dmitry
Medvedev, bahwa ia akan menarik kembali keputusannya tentang
penyebaran rudal di Kaliningrad, meski semua itu, reaksi
yang datang dari Rusia menunjukkan ketidakpuasan Rusia
79
terhadap keputusan Obama. Karena itu, juru bicara di kantor
berita Rusia menjawab pidato Obama dan menteri pertahanan
Robert Gates dengan komentar: “Seperti yang kami
perhitungkan, Barack Obama dalam pidatonya pada tanggal 24
September 2009, dia tidak akan berbicara tentang
meninggalkan atau menunda sesuatu pun. Akan tetapi ia justru
mengadopsi rencana partahanan rudal baru yang dibangun di
atas asas-asas teknologi yang sedang berkembang dan modern
yang mampu secara labih baik untuk menghadapi ancaman rudal
kontemporer. Obama mengatakan bahwa rencana tersebut lebih
memiliki kapabilitas dari rencana sebelumnya yang
menggabungkan Polandia dan Ceko.”
7. Sedangkan apakan keunggulan Amerika secara militer
telah goyah dan kemudian kontrol Amerika di dalam konstelasi
internasional melemah, dan Amerika akhirnya memperhitungkan
peningkatan kekuatan Rusia secara militer, maka jelas bahwa
Amerika tidak lagi memiliki kontrol atas dunia sebagaimana
kontrol yang dimilikinya sebelum menginvasi Irak. Karena
Irak dan Afganistan menyedot kekuatan militer dan pendapatan
Amerika. Ditambah lagi krisis ekonomi global makin
memperparah pelemahan posisi Amerika di dunia. Akan tetapi
meski semua itu, Amerika tetap lebih unggul dalam bidang
militer dan memiliki kontrol yang lebih kuat di dalam
konstelasi internasional. Namun Amerika menghadapi sejumlah
tantangan dan persaingan dari kekuatan utama lainnya di
80
dunia. Akibat meletusnya krisis yang kami sebutkan
sebelumnya, maka tantangan dari saingannya makin dramatis.
Sedangkan tentang Rusia, dengan memanfaatkan krisis-krisis
Amerika, Rusia bisa mengambil manfaat dari kenaikan harga
minyak untuk merubah sebagian dari kekayaan ekonomi menjadi
sumber-sumber militer dan kekuatan politik. Peran Rusia bisa
diperhatikan sampai batas tertentu di Amerika Tengah,
Kaukasus, Eropa Tengah dan Asia Tengah, hingga sudah ramai
dibicarakan ungkapan “Beruang Rusia yang Bangun” untuk
mendeskripsikan kondisi Rusia sekarang. Akan tetapi, di atas
semua itu, Rusia masih sangat jauh untuk kembali seperti
masa keemasannya dahulu. Rusia masih terus menderita krisis
kelemahan struktur pada aspek-aspek politik dan ekonomi. Hal
itu menghalangi Rusia melakukan lompatan kuat di dalam
konstelasi internasional dalam jangka waktu dekat ini.
81
Pengstrat (10)
Pertahanan Cina
Kawasan Asia Timur dikenal sebagai kawasan yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terutama
sebelum terjadinya krisis moneter yang melanda kawasan ini,
sehingga beberapa negara yang berada dalam kawasan Asia
Timur ini disebut juga sebagai The New Industrialized Countries
(NIE's). Akan tetapi walaupun kawasan ini sempat dilanda
krisis moneter yang bergulir menjadi krisis ekonomi yang
berkepanjangan, kembali bangkit dan mengalami pertumbuhan
ekonominya. Dibalik pesatnya pertumbuhan ekonomi dan
derasnya arus perdagangan di negara-negara kawasan Asia
Timur seperti; Jepang, Republik Rakyat Cina (RRC), Cina
Taiwan, dan Korea Selatan, ternyata negara-negara tersebut
memiliki tingkat kerawanan dalam hubungannya satu sama lain,
82
yang berupa masalah sengketa teritorial, ketegangan akibat
konflik warisan sejarah masa lalu seperti Perang Dunia II
dan Perang Korea, serta ketegangan yang diakibatkan oleh
kecurigaan dalam peningkatan kapabilitas militer dari
masing-masing negara tersebut.
Ternyata tidak hanya negara-negara yang disebutkan
diatas saja yang memiliki potensi konflik satu sama lain,
melainkan juga terdapat Korea Utara yang merupakan negara
Komunis yang masih mengisolasi dan membatasi interaksinya
dengan negara-negara lain, sementara dilain pihak negara ini
disinyalir tengah membangun suatu kekuatan militer dan
senjata pemusnah massal nuklir, biologi dan kimia (nubika).
Sedangkan negara lainnya yang berkepentingan untuk
menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia Timur adalah, Amerika
Serikat dan Rusia. Oleh karena itu tidak jarang terjadinya
ketegangan di kawasan ini disebabkan oleh campur tangan atau
kebijakan global dari kedua negara tersebut. Dalam
perkembangannya pada pasca Perang Dingin, Amerika Serikat
terlihat sangat mendominasi dalam merealisasikan
kepentingannya sebagai hegemon global, terutama untuk
mempertahankan status quo serta “keseimbangan” kekuatan di
Asia Timur.
Program modernisasi angkatan bersenjata RRC, selain
menimbulkan dilema keamanan bagi negara-negara di kawasan
Asia Timur, juga mengundang AS melalui sekutu-sekutunya di
kawasan ini seperti Jepang dan Taiwan untuk “mengimbangi”
83
kekuatan bersenjata Cina antara lain melalui program Theater
Missile Defensenya, dilain pihak Rusia juga mulai menggulirkan
wacana keamanan bersamanya di kawasan Asia Tengah dan Timur
melalui inisiatif Shanghai Five, yang sekarang sudah menjadi
Shanghai Six, dengan negara-negara yang terlibat seperti RRC
dan beberapa negara eks-Uni Soviet.
* Program Modernisasi Angkatan Bersenjata RRC
Program modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat RRC,
merupakan bagian dari 4 modernisasi yang dicanangkan oleh
Deng Xiaoping pada tahun 1977 yang meliputi modernisasi di
bidang militer, ekonomi, politik, dan teknologi.
Dalam bidang militer program modernisasi bermula dari
perubahan strategi dasar Tentara Pembebasan Rakyat (TPR)
yakni, strategi yang bertumpu pada perang rakyat (people's war)
“dimodifikasi” untuk dapat mengikuti “kondisi modern” yang
meliputi 3 peringkat secara teknikal, taktik, dan
operasional. Dimana dalam modernisasi tersebut, TPR mulai
meninggalkan strategi perang massal yang melibatkan sejumlah
besar personel Tentara Angkatan Darat, khususnya yang
ditujukan untuk menghadapi invasi dari luar terutama Uni
Soviet. Pada era Mao Zedong strategi people's war menjadi
tumpuan pertahanan oleh karena minimnya teknologi
persenjataan yang dimiliki oleh RRC pada waktu itu.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi RRC, terutama sejak
era kekuasaan Deng Xiaoping maka pertumbuhan tersebut secara
otomatis memberikan kontribusi terhadap pengembangan
84
industri militer RRC, yang tidak lagi bertumpu pada
pendekatan kuantitatif. Modernisasi militer ini secara
formal dikukuhkan dalam bentuk doktrin pada tahun 1985 oleh
Komite Sentral Militer yang mengadopsi proposal Deng
Xiaoping tentang modernisasi militer, yang dinamakan
“Doktrin Perang Tentara Pembebasan Rakyat; Strategi
Pertahanan Aktif dalam Era Baru.” Aktif yang dimaksud dalam
hal ini adalah dengan menahan serangan musuh diluar wilayah
kunci dari negara RRC, yang bilamana perlu diluar
perbatasan.
* Kebijakan dan Langkah Menuju Modernisasi TPR RRC
A). Dalam mengoptimalkan personel militer, Kementerian
Pertahanan RRC melaksanakan pengetatan bagi pemilihan calon
anggota TPR baru dengan tujuan meningkatkan kualitas
personil yang mampu menangani persenjataan modern mendatang,
sedangkan untuk meningkatkan profesionalisme personil,
dilaksanakan pergeseran bagi pejabat tingkat regional yang
mencapai usia pensiun, termasuk pengurangan sejumlah 500.000
personil dalam jangka waktu selama 3 tahun yang dinyatakan
oleh Presiden Jiang Zemin pada Kongres Nasional Partai
Komunis Cina (PKC) ke-15 bulan September 1997 serta
pernyataan Presiden Jiang Zemin dan pejabat tinggi
pemerintah Cina pada Kongres Rakyat Nasional ke-3 pada bulan
Maret 1998, bahwa anggaran belanja pertahanan naik sebesar
12,8% yang disesuaikan dengan inflasi yang terjadi, hal
85
tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan disiplin militer,
latihan personil dan modernisasi militer.
B). Dalam rangka reformasi ini, pemerintah RRC memutuskan
bahwa Angkatan Bersenjata, Polisi, Jaksa, lembaga-lembaga
keamanan publik dan pengadilan tidak boleh lagi terlibat
dalam bisnis. Demikian juga lembaga-lembaga partai dan
pemerintahan pada tingkat pusat diminta untuk memutuskan
hubungannya dengan semua kegiatan bisnis, sedangkan dalam
upaya mewujudkan pembangunan militernya yang kecil dengan
memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, RRC
melaksanakan berbagai reformasi kedalam tubuh TPR, baik
reformasi terhadap pengurangan jumlah personil, pembangunan
maupun modernisasi militer serta mengeluarkan kebijakan-
kebijakan baru, guna menuju sasaran yang ingin dicapai.
C). RRC yang sedang memodernisasi militernya memerlukan
lingkungan internasional yang damai dan stabil serta
menempatkan kebijakan pembangunan dan modernisasi militer
RRC adalah terbentuknya militer yang kecil namun memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam rangka modernisasi
tersebut, RRC melakukan pengurangan personil miluter
sejumlah 500.000 dalam jangka waktu selama 3 tahun (1997-
2000) dengan rincian 19% dari AD-TPR, 11,6% dari AL-TPR dan
11% AU TPR, dimana pada tahun 1998 telah dilakukan
pengurangan sejumlah 100.000 personil, alih teknologi dan
pembelian peralatan militer dari luar serta pembangunan
dalam negeri.
86
D). Presiden Jiang Zemin yang juga sebagai Ketua Komisi
Militer Pusat dalam diskusi dengan para anggota Kongres
Rakyat Nasional (KRN) menekankan pentingnya persenjataan
teknologi tinggi guna memenangkan "Hi-tech Warfare Under New
Condition", juga dikatakan bahwa sebagian besar dana untuk
pembangunan persenjataan Angkatan Laut dan Udara TPR Cina
dan sebagian untuk kepentingan unit artileri dan infanteri.
E). Presiden Jiang Zemin yang juga sebagai Ketua Komisi
Militer Pusat dalam pertemuan dengan para delegasi militer
pada sidang KRN bulan Maret 2000 mengatakan bahwa militer
Cina harus mendorong modernisasi dan meningkatkan kesiapan
bertempur, hal ini diungkapkan berdasarkan perkiraan
perkembangan baru hegemonisme dan kekuatan politik, juga
konsentrasi terhadap perkembangan ekonomi yang harus
dikonsolidasikan dengan masalah pertahanan Nasional dan
pembangunan suatu Angkatan Bersenjata yang kuat, ditambahkan
juga oleh Wakil Kepala Staf Umum TPR, Letnan Jenderal Xiong
Guangkai bahwa pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama
daripada pembangunan militer dengan tugas mendasar adalah
berkonsentrasi pada modernisasi dan meningkatkan
kesejahteraan.
F). Presiden Jiang Zemin saat konferensi persenjataan
menyatakan bahwa unit-unit persenjataan militer nasional
untuk memodernisasi persenjataannya dengan merefleksikan
kedalam ilmu pengetahuan dan teknologi nasional, karena hal
tersebut merupakan indikator kapabilitas pertahanan dan
87
kekuatan nasional RRC, seperti halnya saat parade militer
pada perayaan hari nasional ke-50, hal itu menunjukkan
kepada dunia bahwa Cina pada kenyataannya telah memiliki
sistem pertahanan nasional yang kuat, untuk itu sektor
persenjataan perlu terus ditingkatkan melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memfokuskan perkembangan
persenjataan militer dengan teknologi tinggi.
G). Jenderal Cao Gangchuan, Kepala Persenjataan Umum TPR
dalam kunjungannya ke daerah Komando Militer Jinan
mengulangi pernyataan Presiden Jiang Zemin tentang pemikiran
masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi baru untuk diterapkan
dalam rangka modernisasi TPR, hal tersebut sebagai dasar
dari perubahan bagi persenjataan dan peralatan TPR Cina yang
sudah ketinggalan, dimana tugas utamanya adalah dengan
membangun sumber daya manusia yang berkompeten dengan
teknologi serta memiliki "sense of mission and urgency".
H). Dalam rapat kepala staf TPR Cina, Presiden Jiang Zemin
mengatakan bahwa Cina harus meningkatkan kemampuan
militernya dalam menghadapi abad ke-21, dikatakan juga bahwa
masalah keamanan dan persatuan merupakan kepentingan utama
bagi setiap bangsa, sedangkan pertahanan nasional yang kuat
dapat mendukung keamanan nasional, disamping itu juga
ditekankan bahwa strategi Angkatan Bersenjata Cina sebaiknya
betul-betul dikembangkan untuk mempersiapkan militer dalam
menghadapi perang, dimana personel merupakan faktor penting
88
dalam memenangkan pertempuran, disamping persenjataan dengan
tetap memperhatikan teori Mao Zedong dan Deng Xiaoping.
I). Dalam pertemuan para perwira tinggi TPR, Jenderal Fu
Quanyou, Kepala Staf Umum TPR Cina, dan wakilnya Jenderal
Guo Boxiong mengatakan bahwa TPR akan memformulasikan dan
meningkatkan strategi baru secara keseluruhan, guna
meningkatkan kemapuan kepemimpinan, sedangkan Panglima AU
TPR, Letnan Jenderal Liu Shunyao mengatakan akan melakukan
perubahan strategi dari peran defensif menjadi peran
defensif yang berkemampuan ofensif.
J). Dalam pidato Jenderal Chi Haotian pada resepsi
peringatan 72 tahun TPR Cina pada Juli 1999 mengatakan
antara lain, TPR Cina saat ini sedang melakukan reorganisasi
dan restrukturisasi, termasuk pelaksanaan rencana
pengurangan sejumlah 500.000 personil yang merupakan langkah
menuju pembentukan kekuatan militer yang kecil tetapi lebih
kuat dan efisien, disamping juga larangan bagi anggota TPR
dan Polisi Bersenjata Cina untuk melakukan bisnis serta ikut
berpartisipasi aktif dalam penanggulangan banjir, sedangkan
dalam membangun militernya dalam menghadapi periode baru,
TPR Cina mengambil langkah menuju pembangunan militer yang
kecil tetapi kuat dengan ciri khas Cina dengan menerapkan
strategi pembangunan militer yang tangguh seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui
pendidikan, latihan maupun pemutakhiran persenjataan dan
peralatan militer serta melakukan reorganisasi yang
89
ditujukan untuk memperkokoh kemampuan pertahanan dan
efektifitas daya tempur dimedan perang dengan teknologi
modern, terutama perang teknologi canggih.
* Kekuatan Tentara Pembebasan Rakyat RRC tahun 2008
Dari jumlah penduduk 1,3 milyar jiwa, terdiri atas :
pria 20.831.700 jiwa dan perempuan 47.054.000 jiwa yang
berumur 13-17 tahun,
pria 58.989.300 dan perempuan 55.249700 yang berumur
18-22 tahun,
pria 120.113.300 dan perempuan 111.812.200 yang berumur
23-32 tahun, sisanya adalah anak-anak dan orang tua.
Total kekuatan aktif adalah 2.930.000 orang, dimana
diperkirakan 1.500.000 personil masih dalam proses
demobilisasi. Sekitar 1.275.000 orang dari jumlah tersebut
adalah wajib militer serta 136.000 orang adalah korps
wanita. Masa dinas wajib militer bagi anggota TPR adalah 3
tahun bagi Angkatan Darat dan Marinir serta 4 tahun bagi
Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Kekuatan cadangan sekitar
1.200.000 orang dan kekuatan milisi yang terdapat di setiap
propinsi dibentuk dalam organisasi yang terawasi, Anggaran
pertahanan yang dibutuhkan TPR setiap tahun sebenarnya
diperkirakan US $ 29,8 milyar, namun untuk tahun 1996 telah
diumumkan bahwa anggaran yang turun hanya sekitar US $ 8
milyar.
Kemudian anggaran pertahanan naik 14,9 persen pada tahun
2009. Pada Tahun 2009 Pemerintah Cina menaikkan anggaran
90
militernya mencapai 480,686 miliar yuan (70,2 miliar dollar
AS), meningkat 62,482 miliar yuan dari 2008. Kemudian pada
tahun 2010 Cina akan menambahkan lagi sebesar 10% yaitu 84,9
miliar dollar di tahun 2010.
Pengstrat (11)
Pertahanan India
91
* Proyeksi Kemiliteran
Dengan anggaran sebesar US$ 13,6 miliar hanya untuk
2000/ 2001 ini, hanya US$ 1 miliar di bawah RRC (ini menurut
pengakuan India, sementara RRC mengaku anggaran militernya
jauh di bawah India) India menunjukkan kemampuannya untuk
menjadi salah satu militer yang terkuat di Asia. Pengadaan
dilakukan dengan mekanisme yang cukup kompleks dan
profesional, sekali pun sebagai akibat dari masih besarnya
ketergantungan teknologi, beberapa kasus sempat muncul.
Berikut beberapa pengadaan yang patut dicatat:
1. Angkatan Darat
Angkatan Darat dengan bangga menantikan 300 T-90
Russia, selain berbagai macam radar, UAV, howitzer dan roket
BM21 Grad M yang akan memperkuat peluncur roket lokal Arjun.
Sebagian besar amunisi dibeli dari Israel. Demikian pula
banyak proses upgrade persenjataan dilakukan dengan bantuan
Israel.
Mirip seperti di Indonesia, tapi dalam taraf yang jauh
lebih rendah, korupsi juga merupakan momok yang menghantui
militer India dalam pengadaan persenjataan, di samping tentu
saja kesalahan pengambilan keputusan. Namun berbeda dengan
Indonesia, upaya melakukan pengamanan atas kebocoran telah
dilakukan dengan meningkatkan audit sejak 1985. Contoh isu
yang beredar, bahwa implementasi MiG-29K untuk Gorshkov
adalah dipaksakan. SU-30 yang dikirim disebut hanyalah SU-27
yang di upgrade. Demikian pula versi T-90 yang akan diterima
92
India, disebutkan sebagai model eksperimental yang pada
prinsipnya hanyalah T-80 yang dilengkapi dengan mesin disel
baru.
2. Angkatan Laut
Angkatan Laut akan diperkuat dengan MiG-29K yang satu
paket dengan kapal induk Admiral Gorshkov. Banyak kritik
tentang hal ini, karena Gorshkov sebenarnya tidak dibuat
untuk mengangkut MiG-29K, bahkan lebih merupakan pengangkut
helikopter, atau maksimal Yak. Implementasi MiG-29 untuk
carrier base aircraft sendiri masih belum populer.
Pengadaan TU-22M Backfire untuk maritime aircraft cukup penting,
mengingat kategorinya sebagai pembom jarak jauh, yang
sanggup menyerang sebelum dikenali oleh radar. Ditambah
dengan TU-142M (ASW). Selain itu, empat kapal selam Kelas
Kilo akan menambah armada kapal selam India.
Yang juga perlu dicatat adalah bahwa India menyewa
beberapa peralatan militer dari Rusia. Termasuk diantaranya
adalah kapal selam nuklir seperti INS Chakra. Metode sewa
ini seharusnya juga dipertimbangkan Indonesia, daripada
membeli peralatan dalam jumlah tidak memadai dan tidak
memiliki fungsi militer.
Israel turut membantu dalam melakukan modernisasi
kapal-kapal tempur India, khususnya dalam teknologi radar
dan perlengkapan electronic warfare lainnya.
3. Angkatan Udara
93
Angkatan Udara menantikan kedatangan 50 SU-30MKI yang
disertai dengan alih teknologi. Ini menandai peningkatan
standar fighter India, sekali pun dalam implementasinya masih
bermasalah.
Pembelian 10 Mirage 2000 menunjukkan bahwa India tidak
meninggalkan teknologi Prancis. Namun karena penolakan India
atas NPT kemungkinan Prancis tidak akan memberikan teknologi
Mirage yang terakhir.
India juga telah melakukan upgrade lokal atas 125 MiG-
21 yang dimilikinya. Mempertahankan wing lama tempur ini
sangat dibutuhkan untuk menandingi superioritas jumlah jet
tempur RRC. Sedang dirundingkan kemungkinan pembelian Beriev
A-50 (Mainstay), pesawat AWACS Rusia. Perlu menjadi
pertimbangan Indonesia untuk turut membeli Beriev
dibandingkan state of art AWACS AS, khususnya karena
pertimbangan ketersediaan pasokan serta minimnya kemungkinan
berhadapan dengan Rusia (zero enggagement possibility) dalam 50
tahun ke depan.
Selain itu, 40 helikopter Mi-17-1B versi upgrade juga
sedang dinantikan pengirimannya. Heli ini dapat beroperasi
pada high altitude, sesuai dengan geografi India di perbatasan
dengan Cina dan Pakistan. Pilihan ini perlu menjadi
pertimbangan untuk operasi TNI di Irian. Juga perlu ditiru
kerjasama India-Rusia untuk membangun Il-214, pesawat kargo
militer yang berdaya tampung 82 para atau 100 penumpang atau
kapasitas 15 ton. Indonesia sangat membutuhkan jenis seperti
94
ini, karena dapat lepas dari lingkaran setan supply militer
karena ketergantungan pada pesawat kargo buatan Amerika
seperti Hercules. Cara ini sangat baik dilakukan untuk
memperoleh teknologi secara lebih cepat.
* Pasokan Kemiliteran
Militer India dipasok oleh 39 pabrik lokal dan 8 Defence
Public Sector Undertakings (DPSUs) :
1. Hindustan Aeronautics Limited (HAL). Salah satu
buatannya adalah LANCER, yaitu helikopter serang
berbeaya rendah (low cost attack heli), serta akan membuat
Intermediate Jet Trainer.
2. Bharat Electronics Limited (BEL). Ia khusus membuat
peralatan elektronik untuk mesin perang. Sangat
bermanfaat dalam menghadapi embargo, dengan membuat
unsur alternatif.
3. Bharat Earth Movers Limited (BEML), membuat peralatan
berat.
4. Mazagon Dock Ltd (MDL), membangun kapal perang sampai
6000 DWT dan kapal sipil sampai 27.000 DWT, termasuk
kapal selam, kapal rudal, fregat, corvette dan perusak.
Perusak ke-dua, INS Mysore, diresmikan penggunaannya
pada Juni 1999.
5. Goa Shipyard Limited (GSL), membuat kapal modern yang
lebih kecil. Buatan terakhirnya adalah Extra Fast Attack
Craft (Mei 1999) dan Advance Offshore Patrol Vessel (Mei 1999).
95
6. Garden Reach Ship builders and Engineers Limited
(GRSE), membuat kapal perang, serta perbaikan kapal.
7. Bharat Dynamics Limited (BDL), membuat ATGM SS11 B1
teknologi Aerospatiale Prancis, ATGM Milan teknologi
Euromissile Prancis, serta ATGM Konkurs teknologi
Rusia, serta amunisinya.
8. Mishra Dhatu Nigam Limited (Midhani), membuat bahan
khusus dan lakuranadi (superalloy) untuk kepentingan
pertahanan, energi atom, luar angkasa, kedirgantaraan,
dsb.
* Ancaman dan permusuhan
1. Pakistan
India telah empat kali berperang melawan Pakistan.
Teoritis, kekuatan militer India masih di atas Pakistan.
Demikian pula dalam hal teknologi, ekonomi, industri, sosial
dan politik. Kekuatan militer Pakistan utamanya dapat
berkembang salah satunya karena dukungan politis dari
Amerika Serikat, khususnya dalam era Perang Dingin dalam
strategi peyangga menghadapi Rusia di Afghanistan. Setelah
berakhirnya Perang Dingin, Pakistan kehilangan nilai
strategis bagi AS, dan dengan demikian AS memberlakukan
penghentian seluruh bantuan ke Pakistan sejak Oktober 1990
(Pressler Amandement).
Setelah perang India-Pakistan tahun 1965, Cina memberi
bantuan kepada Pakistan. Hal ini disebabkan karena Cina
memandang India sebagai potensi-lawan (pseoudo-enemy), karena
96
perang Cina-India tahun 1962. Namun setelah hubungan AS-
Pakistan berakhir pasca Pressler Amandement tahun 1990,
barulah Cina secara besar-besaran memberi dukungan kepada
Pakistan. Yang paling mengancam India adalah penjualan IRBM
M-9 dan M-11 dari Cina pada 1991, serta penjualan melalui
Korea Utara (Nodong I dan II). Rudal-rudal ini diganti
namanya menjadi Ghauri I, Ghauri II dan Shaneen.
Kemampuan nuklir Pakistan diperoleh dengan bantuan
teknologi dari Prancis dan kemudian Cina. Kepemilikan nuklir
ini diungkapkan dengan uji coba Ghauri pada April 1998 yang
merupakan balasan atas percobaan rudal nuklir India.
Kemampuan nuklir Pakistan dan Cina menjadi alasan bagi
India untuk mengembangkan teknologi peluncuran dari laut
sebagai proyeksi minimum detterance-nya (kemampuan serangan
balasan nuklir).
Dengan sejarah 4 kali pertempuran, potensi konflik di
Kashmir, adanya dukungan Cina serta kepemilikan rudal nuklir
balistik, Pakistan menjadi potensi-lawan nomor satu bagi
India.
2. Republik Rakyat Cina
Perang perbatasan Cina-India berakhir dengan kekalahan
tragis militer India. Hal ini mendorong India untuk
mengembangkan militernya baik konvensional maupun non-
konvensional dengan kemampuan untuk menghadapi Cina. Langkah
ke arah ini dapat dilihat misalnya dengan rencana pengadaan
97
300 TUT T-90, yang jelas dimaksudkan untuk pertahanan
menghadapi Cina.
Sekali pun keadaan pseudo-hostile antara India dan Cina
mulai mencair, serta hubungan kedua negara bertambah baik
terutama sejak kunjungan Jiang Zemin November 1996, namun
sangat jelas bahwa India masih menganggap Cina sebagai
ancaman. Entah itu dari analisis militer atau pun hanya
sebagai alasan untuk mengembangkan kekuatan militer-nya,
yang jelas proyeksi militer India ditujukan untuk menyaingi
kekuatan militer Cina.
Satu hal yang paling jelas adalah pernyataan para
petinggi India pasca percobaan nuklir Pokhran II tahun 1998,
bahwa alasan dari pengembangan militer India adalah untuk
menghadapi ancaman Cina. Tak kurang PM Atal Behari Vajpayee
dan Menteri Pertahanannya, George Fernandes memberikan
pernyataan tersebut, yang kemudian disikapi dengan kemarahan
besar dari para pejabat Cina. Sekali pun kemudian pernyataan
tersebut dibantah oleh India.
Membaiknya hubungan Cina-India kemungkinan tidak lepas
dari upaya Cina untuk menjamin keamanannya di Barat Laut,
menjelang Invasi ke Taiwan. Bukan rahasia lagi bahwa Cina
tengah mempersiapkan Invasi ke Taiwan dan mungkin juga ke
Kepulauan Cina Selatan yang merupakan bagian dari “urusan
dalam negeri” Cina. Dan keberadaan India yang bermusuhan
sangat menghalangi hal ini. Cina harus menjamin persahabatan
98
dengan India sebelum dapat membereskan “urusan dalam
negerinya.”
3. Fundamentalisme
Berbagai fundamentalisme mengancam India. Yang terbesar
di antaranya adalah fundamentalisme Islam, Tamil dan Hindu.
Ancaman fundamentalisme diwujudkan dalam bentuk kekacauan,
terorisme, serta separatisme.
Fundamentalisme Hindu berdampak pada kekacauan politik
India yang demokratis. Juga membawa konflik dengan agama-
agama lain. Kerusuhan sering terjadi saat fundamentalis yang
satu berhadapan dengan yang lain.
Fundamentalisme Tamil, berdampak besar setelah serangan
ditujukan pada para pejabat India. Serangan bom bunuh diri
yang menewaskan PM India merupakan puncak dari terorisme
fundamentalis Tamil.
Fundamentalisme Islam, datang dalam bentuk ancaman
separatisme dari dua wilayah kantong Islam di Utara dan
Selatan India. Dukungan dari Pakistan sangat mempengaruhi
gerakan fundamentalisme di India sejak lama. Pada akhir
Perang Afghanistan, India menghadapi sumber fundamentalisme
baru dari Kandahar, Afghanistan, di mana Revolusi Islam
Taliban yang Suni Wahabi malah terbukti lebih parah daripada
Revolusi Islam Iran yang Shiah. Mulai dari pembantaian kaum
Shiah di provinsi Herat dan Bamiyan, di perbatasan dengan
Iran, hingga kebijakan anti-wanita, yang membuat malu
Pakistan, sebagai sponsor utama Taliban.
99
* Ambisi India
India berambisi menjadi adidaya Asia. Ambisi ini telah
diperlihatkan sejak awal berdirinya negara tersebut. Awalnya
militer India mewujudkan hal tersebut dengan mengoperasikan
Carrier. Kemudian proyeksi militer India secara jelas menuju
perwujudan blue water navy yang modern. Langkah kearah ini
dilakukan dengan kemampuan membangun di dalam negeri kapal
perusak dan fregat yang modern, serta mengalihkan teknologi
untuk membangun kapal selam. Sewa kapal selam nuklir dari
Rusia sejak beberapa tahun yang lalu memberikan AL India
kemampuan untuk mengoperasikan kapal selam nuklir, sedang
anggaran militernya yang begitu besar memungkinkannya
membeli kapal selam nuklir sewaktu-waktu.
Sejalan dengan itu, India berharap dapat menjadi
anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan dengan demikian dapat
memiliki hak veto. Untuk mendukung harapannya tersebut India
mempersiapkan diri dalam bidang ekonomi, politik, teknologi
dan militer. Dalam keempat bidang tersebut India telah
menunjukkan kemajuan yang cukup pesat.
Untuk dapat diakui dunia, India bukan hanya mengejar
kepemilikan atas blue water navy, tetapi juga kepemilikan atas
senjata nuklir. Uji coba nuklir Cina 1964, dua tahun setelah
perang perbatasan India-Cina, menjadi alasan kuat bagi India
untuk mengejar teknologi senjata nuklir dan melakukan uji
coba serupa pada 1974. Penelitian atas senjata termonuklir
dimulai sejak 1980.
100
Ambisi India terlihat setelah negara tersebut menolak
meratifikasi perjanjian NPT (Non-Poliferation Treaty) tahun 1968
hingga sekarang. Bahkan kemudian menolak menandatangani CTBT
tahun 1996, hingga sekarang, jauh setelah Perang Dingin
berakhir.
Pada Mei 1998, India kembali melakukan uji coba nuklir,
berlawanan dengan trend pemusnahan nuklir pasca Perang
Dingin. Hal ini segera diikuti oleh Pakistan dengan uji coba
nuklir yang lebih bersifat balasan atas uji coba India. Maka
dimulailah perlombaan senjata nuklir baru secara terbuka.
India saat ini diperkirakan memiliki 60 senjata nuklir
yang dapat diluncurkan dengan rudal Agni atau Phritvi, atau
melalui pesawat. Target India selanjutnya adalah memiliki
kemampuan peluncuran rudal nuklir dari laut, baik permukaan
mau pun dari kapal selam. Ini adalah target minimum detterence
India saat ini. Enam reaktor nuklir air berat India memiliki
plutonium yang cukup untuk mempersenjatai 200 nuklir.
India tidak memiliki harapan untuk menjadi pemimpin
regional, mengingat posisi politisnya di kawasan Asia
Selatan yang dikelilingi oleh negara-negara besar yang
pseudo-hostile, seperti Pakistan, Cina dan Afghanistan. Kecuali
tentunya di wilayah Bay of Bengal yang tergabung dalam
Bimstec. Disini pun India harus berhadapan dengan Thailand.
Peran India di Maldives menunjukkan keinginan dan
kemampuan AL India untuk beroperasi jauh dari Home Sea.
Ambisi India ini akan secara langsung berhadapan dengan
101
ambisi serupa dari Cina dan Australia, dalam perlombaan
menjadi Penguasa Samudra Asia Selatan. Siapa yang akan
menjadi Penguasa Laut Selatan? Hanya waktu yang menentukan.
Pengstrat (12)
Pertahanan Jepang
* Kebijakan Pertahanan Jepang
Kebijaksanaan pertahanan Jepang setelah Perang Dunia II
jauh berbeda dari masa sebelum berperang. Itu disebabkan
102
karena Jepang kalah dalam Perang Dunia II dan kekalahan itu
tidak saja memungkinkan pihak yang menang untuk lebih
memaksakan kehendaknya kepada Jepang, tetapi di samping itu
kekalahan tersebut juga menimbulkan satu trauma kepada
rakyat Jepang yang sukar hilangnya.
Dalam proses modernisasinya Jepang berusaha memasukkan
demokrasi dalam kehidupan bangsanya. Ini dilakukan karena
Jepang mengikuti segala hal yang dilakukan bangsa-bangsa
Barat. Demokrasi merupakan salah satu ekspresi kehidupan
masyarakat Barat. Namun setelah tahun 1930-an kaum militer
Jepang berhasil menciptakan kondisi dalam negeri sedemikian
rupa sehingga demokrasi tidak dapat berlanjut. Kaum
militerlah yang memegang kekuasaan di bawah Tenno Heika.
Perkembangan itu membuat Jepang amat agresif keluar dan
itulah yang membawanya kepada politik pertahanan yang
agresif pula. Poltik pertahanan yang agresif itu
mengakibatkan Jepang sering terlibat perang, bahkan sudah
terjadi sebelum kaum militer mengusai pemerintahan. Dimulai
dengan perang terhadap Cina, yaitu pada tahun 1895 yang
menjadikan Taiwan dan beberapa bagian daratan Cina masuk
kekuasaan Jepang. Kemudian perang dengan Rusia pada tahun
1904-1905 yang kembali dimenangkan Jepang dan melebarkan
pengaruhnya ke Korea dan Manchuria.
Pada tahun 1937 Jepang berperang lagi dengan Cina untuk
meluaskan kekuasaannya di daratan Asia. Pada tahun 1941
terjun dalam perang dengan AS dan sekutu-sekutunya. Akan
103
tetapi inilah yang memberikan pengalaman yang belum pernah
dialaminya, yaitu kalah perang dan wilayahnya diduduki
tentara asing. Akibatnya adalah bahwa rakyat Jepang menjadi
amat benci kepada peperangan dan terhadap kaum militer yang
menyebabkan Jepang kalah perang.
Di pihak lain pihak yang menang melalui tentara
pendudukan AS berketetapan hati agar Jepang tidak lagi
menyerang bagsa-bangsa lain. Maka diadakan proses
demiliterisasi segera setelah tentara AS menduduki wilayah
Jepang. Itu juga menyangkut disusunnya konstitusi baru bagi
Jepang yang harus menjamin bahwa Jepang di masa depan tidak
akan lagi menjadi bangsa yang dikuasi militer dan tidak akan
mempunyai politik yang agresif. mak dimuatlah dalam
kontitusi baru itu pasal 9 yang berbunyi: “Dengan maksud
yang sungguh-sungguh untuk menciptakan perdamaian
internasional berlandaskan keadilan dan ketertiban, maka
rakyat Jepang untuk selamanya menolak perang sebagai hak
bangsa berdaulat dan menolak pula penggunaan ancaman atau
kekuatan sebagai cara untuk mengatasi persengketaan
internasional. Untuk mewujudkan maksud tersebut angkatan
darat, laut, dan udara maupaun potensi perang lainnya tidak
akan pernah diadakan. Hak berperang bagi negara tidak akan
diakui.”
Itulah sebabnya mengapa kebijaksanaan Jepang setelah
Perang Dunia II begitu berbeda dengan sebelum perang. Bahkan
104
banyak dipengaruhi oleh kehendak-kehendak bangsa lain,
khususnya AS.
Sikap rakyat Jepang setelah perang bersikap menolak
terhadap segala sesuatu yang bersangkutan dengan dunia
militer dapat dilihat dalam kehidupan masyarakatnya. Kalau
sebelum perang orang bangga bila mengenakan pakaian seragam
militer, maka setelah kalah perang rakyat sama sekali tidak
suka melihat orang berseragam militer. Maka ketika Jepang
atas desakan AS kembali membentuk kekuatan pertahanan dengan
nama Angkatan Bela Diri/ ABD (Jietai, Self-defence Forces), maka mula-
mula para anggota ABD itu tidak mau mengenakan pakaian
seragam di luar tempat kerjanya karena khawatir menimbulkan
rasa permusuhan pada rakyat.
Meskipun rakyat Jepang sejak tahun 1952 kembali sebagai
bangsa yang berdaulat sejak ditandatangani persetujuan
perdamaian di San Fransisco pada tahun 1951 dan diakhiri
status tentara pendudukan, namun dalam kenyataan politik
pemerintah Jepang hampir sepenuhnya mengikuti kehendak AS.
Maka meskipun rakyat kurang setuju dengan usaha militerisasi
itu, kehendak AS tetap berjalan. Hal itu dapat dilihat dari
partai oposisi di DPR mula-mula tidak mengakui ABD karena
dianggap bertentangan dengan pasal 9 UUD. Akan tetapi karena
partai pemerintah, yaitu LDP, selalu memegang mayoritas
suatu kehendak paratai oposisi tidak dapat mencapai
tujuannya. Baru jauh kemudian, yaitu setelah tahun 1970-an,
partai oposisi Komeito dan partai Demokrat Sosial bersedia
105
menerima ABD sebagai kenyataan. Sedangkan partai Oposisi
yang terbesar, partai Sosialis, hingga sekarang tetap tidak
mengakui ABD secara Konstitusional.
Kemajuan ekonomi yang dapat diciptakan Jepang setelah
tahun 1960-an turut memperkuat sikap rakyat untuk tidak
kembali ke militerisasi. Justru dengan kemajuan ekonominya
Jepang dapat mencapai pengaruh dan posisi di dunia
internasional, bahkan lebih luas daipada yang ingin dicapai
dengan melakukan perang sebelum Perang Dunia II. Jadi rakyat
berpikir untuk apa membentuk kekuatan militer yang mahal dan
sebaliknya mengambil resiko harus berperang lagi. Sedangkan
di kalangan rakyat Jepang lainnya yang mendukung
kebijaksanaan pertahanan yang meningkatkan kekuatan ABD dan
anggaran pertahanan hanya mereka yang tergolong ekstrim
kanan dan kaum industri yang berkepentingan untuk membangun
industri pertahanan yang lebih besar. Dalam merumuskan
kebijaksanaan pertahanan, pemerintah Jepang dipengaruhi oleh
berbagai faktor: pertama, adalah faktor ancaman yang dapat
terjadi terhadap Jepang. Dalam hal ini ancaman utama adalah
Uni Soviet yang setelah Perang Dunia II menganut politik
luar negeri yang agresif untuk mengubah dunia menjadi
kekuasaan komunis. Sejak Jepang dikalahkan oleh AS dan
sekutunya dalam Perang Dunia II dan wilayah Jepang diduduki
oleh tentara AS, maka ketergantungan Jepang kepada AS amat
besar. Adalah juga karena bantuan AS ketika dapat dengan
cepat bangkit kembali setelah kalah perang. Meskipun itu
106
bukan karena kebaikan hati AS, melainkan sepenuhnya
merupakan bagian dari kepentingan AS untuk membentuk sekutu
yang kuat di Asia. Juga untuk kepada dari kesungguhan rakyat
Jepang sendiri untuk cepat bangkit kembali dari
kesengsaraan. Jendral Douglas MacArtur, mengambil sikap
untuk menjadikan Jepang sekutu utama AS di Asia dan
membatunya untuk segera bangkit kemabali.
Karena hubungannya yang dekat dengan AS itulah maka
pada bulan juli 1950 Jepang membentuk Cadangan Polisi
Nasional dengan kekuatan 75.000 orang. Pembentukan itu
dipengaruhi oleh pecahnya perang Korea pada tahun itu.
Meskipun namanya polisi tetapi sebenarnya yang menjadi
anggota organisasi itu sebagian besar anggota tentara dan
angkatan laut Jepang lama. Organisasi yang pada tahun 1960
diberi nama Angkatan Bela Diri (Jietai, Self Defence Force).
Ketika Jepang makin kuat ekonominya, AS mendesak agar
Jepang lebih memperbesar ABD untuk memikul beban yang lebih
luas dalam kerjasama pertahanan itu. Jepang didesak untuk
menaikkan anggaran pertahanannya yang kurang dari 1 persen
dari GNP menjadi 2 sampi 2,5 persen. AS berpendapat bahwa
itu diperlukan untuk mengamankan Jepang terhadap satu invasi
Soviet dan kuat bertahan sampai pasukan AS tiba untuk
melakukan offensive pembalasan. Ketika ekonomi AS menurun,
maka AS minta kepada Jepang agar turut membiayai kehadiran
pasukan AS di wilayah Jepang. Hal itu merupakan alasan untuk
peingkatan anggaran pertahanan Jepang. Karena Jepang amat
107
berkepentingan dengan kerjasama pertahanan yang erat daengan
AS serta kehadiran pasukan AS di Asia Timur, maka semua
kehendak AS itu selalu menjadi perhatian pemerintah Jepang.
Bangsa-bangsa Asia, terutama yang mengalami peperangan
dan pendudukan oleh Jepang sebelum dan selama Perang Dunia
II, masih amat khawatir terhadap kemungkinan perkembangan
Jepang menjadi negara dengan sistem militerisme kembali.
Terutama Cina, Korea Utara, dan Korea Selatan amat vokal
dalam reaksi mereka, karena menjadi korban militerisme
Jepang yang amat kejam. Pemerintah Jepang menyadari bahwa ia
harus memperoleh kepercayaan dan kerjasama bangsa-bangsa
Asia kalau hendak memelihara dan meningkatkan posisinya
sebagi kekuatan ekonomi. Tanpa hubunngan yang cukup dekat
dengan bangsa-bangsa Asia, khususnya Asia Pasifik, konsepnya
untuk membangun Pasific Basic Community tidak mungkin terwujud.
Padahal konsep itu penting sekali bagi masa depan Jepang,
juga dilihat dari sudut politik.
* Sikap dan Pendapat Rakyat Jepang
Setelah selesainya Perang Dunia II tentara pendudukan
AS menanamkan sistem politik di Jepang yang demokratis.
Jendral Douglas MacArthur memerintahkan stafnya untuk
membuat konsepsi konstitusi baru untuk dibicarakan dengan
tokoh-tokoh politik dan pemerintahan Jepang. Pada tahun 1946
diadakan sidang DPR sistem lama yang ke-90 dan yang
terakhir. Sebab dalam sidang itu DPR menyetujui untuk
perumusan konstitusi baru. Setelah selesai dibicarakan oleh
108
Majelis Rendah maka diteruskan kepada Majelis Tinggi 24
agustus 1946 dan disetujui oleh Majelis itu pada tanggl 6
oktober 1946 dengan beberapa perubahan. Disahkan pada
tanggal 3 November 1946.
Perbedaan pokok dengan konstitusi lama adalah bahwa
yang baru memberikan wewenang lebih besar kepada Majelis
Rendah daripada kepada Majelis Tinggi. Seluruh anggota
Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dipilih langsung oleh
rakyat dan diangkat oleh pemerintah. Dalam sistem politik
Jepang ada penggunaan perhitungan suara atau “Voting”,
tetapi partai yang berkuasa jarang sekali menggoalkan satu
undang-undang melalui perhitungan suara sekalipun mempunyai
keunggulan jumlah anggota dalam DPR. Partai-partai oposisi
pada umumnya menolak legalitas Pasukan Bela Diri karena
bertentangan dengan pasal 9 UUD. Bahkan dalam Partai
Demokrat Liberal sebagai partai berkuasa, cukup banyak orang
yang juga kurang setuju dengan peningkatan ABD.
Berbagai pengaruh ini menjadi pertimbangan setiap pemerintah
Jepang dalam merumuskan kebijaksanaan pertahanan. Oleh
karena pengaruh itu cukup banyak yang bertentangan satu sama
lain, maka hasil perumusan pemerintah Jepang tidak
menimbulkan kepuasaan semua pihak.
Kebijaksanaan pertahanan Jepang dirumuskan dengan
tujuan menjamin perdamaian dan keamanan negaranya dan
mempertahankan dari invasi musuh. Untuk itu perlu diwujudkan
dan diusahakan diplomasi positif untuk memperoleh untuk
109
memperoleh lingkungan internasional yang stabil. Guna
mencapi kemampuan pertahanan nasional (National Defense Program
Outline) Jepang melakukan berbagai usaha, sesuai dengan
ketentuan UUD dan landasan kebijaksanaan pertahanan.
Jepang berpendapat bahwa pasal 9 UUD tidak mengikari
hak Jepang untuk mempertahankan diri terhadap serangan pihak
lain sebagai haknya menjadi negara dan bangsa yang
berdaulat. Oleh sebab itu pembentukan ABD tidak melanggar
UUD selama digunakan untuk pertahanan pasif, yaitu hanya
beroperasi apabila negaranya diserang oleh negara lain.
Landasan kebijakasanaan pertahanan Jepang adalah apa yang
dinamakan “Basic Policy For Nationa Defense” yang ditetapkan oleh
Dewan Pertahanan nasional dan disahkkan oleh Kabinet pada
bulan Mei 1957. Selain itu Jepang berpegangan pada tiga
prinsip non-nuklir, yaitu: tidak mempunyai senjata nuklir,
tidak membuat senjata nuklir dan tidak mengizinkan masuknya
senjata nuklir dari luar.
Untuk menjamin keamanan garis suplai Jepang yang begitu
panjang dan terbentang dari Timur Tengah hingga Jepang,
kekuatan ABD tidak mungkin memadai kalau dipakai berdiri
sendiri. Oleh sebab itu Jepang menganut sistem pengamanan
komprehensif yang terdiri dari tiga unsur utama yaitu:
Diplomasi, Bantuan Ekonomi, dan Kekuatan ABD.
Diplomasi disini harus dilakukan dengan baik terhadap
Negara-negara yang terletak sepanjang garis suplai itu agar
terjamin bahwa hubungan mereka dengan Jepang baik. Bantuan
110
ekonomi diberikan kepada negara-negara yang terletak
sepanjang garis suplai untuk mendukung usaha diplomasi dan
untuk menjamin stabilitas mereka. Kekuatan ABD merupakan
unsur yang paling kurang maknanya di antara tiga unsur itu,
karena dengan keterbatasan kekuatannya hanya dapat secara
terbatas mengatasi gangguan terhadap garis suplai, apabila
terjadi kemampuan ABD terutama tertuju kepada invasi
terhadap Jepang. Invasi dipersepsikan sebagai berikut:
1. Satu invasi pendaratan dengan kekuatan darat, laut dan
udara.
2. Serangan teritorial dengan penggunaan kekuatan laut dan
udara.
3. Ganguan terhadap hubungan laut dengan penggunaan
kekuatan laut dan udara.
4. Kombinasi dari tiga bentuk di atas.
Untuk menhadapi kemungkinan invasi itu ABD membangun
kemampuan berikut:
1. Operasi pertahanan udara
Operasi pertahanan udara dibagi dua kategori, yaitu
pertahanan udara bagi daerah penting dilihat dari sudut
politik, ekonomi, dan militer dan pertahanan udara bagi
pangkalan dan satuan ABD. Kategori pertama terutama
dilakukan oleh ABD udara, sedangkan kategori kedua oleh
pangkalan dan satuan yang bersangkutan.
2. Operasi lawan pendaratan
111
Diusahakan agar pendaratan dicegah dengan mengahacurkan
kekuatan darat musuh sebanyak-banyaknya sebelum mendarat.
Untuk itu dioperasikan ABD laut, pesawat-pesawat ABD udara
dan penembakan rudal darat ke darat dan senjata lain milik
ABD darat. Kalau musuh tetap dapat menjalankan pendaratan,
maka ABD akan melakukan pertahanan pantai di tempat
pendaratan. Bila musuh tidak dapat dihancurkan di daerah
pantai, maka pasukan pertahanan mengadakan operasi
pertahanan di daerah-daerah strategis di pedalaman sambil
menunggu mobilisasi kekuatan di daerah lain untuk kemudian
mengadakan offensif pembalasan. Pelaksanaan pertahanan ke
dalam tadi memerlukan kerjasama dan integarasi kemampuan ABD
Darat, Laut, dan Udara.
3. Operasi perlindungan Transportasi Laut.
Musuh akan menggunakan kapal selam dan kekuatan udara
untuk meyerang atau menggangu transportasi laut. disamping
itu, melihat keadaan, musuh juga dapat menggunakan kapal
permukaan dan ranjau darat. Untuk menghadapi serangan musuh
itu harus daiadakan berbagai tindakan seperti patroli,
pengawalan, pertahanan udara, pertahanan pelabuhan dan
lainnya sambil mengurangi daya serang musuh. Kapal selam dan
permukaan musuh yang berusaha melalui selat-selat penting
harus diganggu oleh ABD laut dengan melakukan patroli lawan
kapal selam dan pemasangan ranjau laut.
4. Pasukan Bela diri
112
Meskipun namanya Pasukan Bela Diri, namun dalam
kenyataan hal itu tidak beda dari angkatan bersenjata di
negara lain. ABD yang terdiri dari ABD Darat, Laut, dan
Udara terbentuk dari personil sukarela yang menjadi kekuatan
bersenjata, ditambah dengan pegawai sipil untuk pekerjaan
administrasi. Meskipun anggaran pertahanan Jepang rata-rata
1 persen atau kurang dari (sekitar US$ 3 trilyun), maka ABD
telah dapat berkembang menjadi kekuatan bersenjata yang
modern dan handal. Pada tahun 1989 kekuatan personil seluruh
ABD adalah 247.000 orang.
Peralatan dan senjata utamanya adalah: 1.200 tank
tempur yang terdiri dari 430 dari tipe-61 dan 770 tipe-74,
kendaraan tempur (APC)430 dari tipe-60 dan 210 dari tipe-73,
meriam artileri dari kaliber 105 mm 290 buah, rudal darat ke
darat (SSM) 50 buah, senjata anti-tank (ATGW) 220 tipe-64,
rudal darat udar Stinger 180 buah, Hawk 200 buah. Selain itu
ada pesawat terbang AD fixed wing 20 buah, 40 helikopter
serbu dan 370 helikopter angkut. ABD Laut mempunyai 5
pangkalan yaitu Yokosuka, Kure, Sasebo, Maizuru dan Ominato.
Sistem senjata yang dimiliki adalah: Bantuan udara dekat 3
skadron dengan 70 F-1, pemburu sergap 6 skadron dengan 120F-
15J/ DJ, 3 skadron dengan 72 f-4EJ. Penyiap udara 1 skadron
dengan 10 E-2C. Ada penilaian kualitatif yang menyatakan
bahwa ABD merupakan kekuatan bersenjata yang kelima terkuat
di dunia.
113
Senantiasa menjadi pertanyaan banyak pihak bagaimana
masa depan Jepang, khususnya dalam hal pengembangan kekuatan
pertahanannya. sebab orang berpendapat bahwa sebagai
kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, Jepang juga harus
memikul tanggung jawab internasional yang lebih besar. Itu
tidak cukup hanya melalui peran ekonomi, melainkan juga
harus diimbangi dengan peran politik.
Kita melihat bahwa kebijaksanaan pertahanan Jepang
akhirnya berada di tangan rakyatnya. Oleh sebab itu sangat
penting bagaimana pemikiran dan perasaan yang dikandung oleh
rakyat itu, karena itu akan menghasilkan maksud (intentions)
mereka. Akan tetapi rakyat Jepang juga amat dipengaruhi oleh
perkemabangan internasional, khususnya AS. Sebaliknya, apa
yang menjadi maskud yang dikandung rakyat Jepang juga besar
pengaruhnya terhadap dunia internasional. Terlebih lagi
karena Jepang merupakan kekuatan ekonomi kedua terbesar di
dunia. Maka bagi kepentiangan dunia mudah-mudahan
perkembangan pemikiran dan perasaan rakyat jepang akan tetap
positif bagi dunia.
114
Pengstrat (13)
Pertahanan Indonesia
Strategi pertahanan nasional diarahkan untuk mencapai
tiga tujuan fundamental, yaitu perlindungan teritorial,
kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Dalam konteks Indonesia,
115
upaya untuk memenuhi kepentingan pertahanan nasional di atas
harus memperhatikan, pertama, faktor geostrategis negara
baik ke dalam dan keluar. Ke dalam, yaitu untuk menciptakan
sistem pertahanan nasional yang kredibel yang didasarkan
atas konsep unified approach (pendekatan persatuan) atau a single
all-encompassing strategy (strategi satu mencakup semua) yang
meng-cover 17 ribu lebih pulau dengan luas 7.7 juta Km²
(termasuk wilayah zona ekonomi eksklusif) dengan panjang
pantai sekitar 80 ribu kilometer. Upaya bela negara bagi
negara kepulauan seperti Indonesia berarti juga
mempertahankan kedaulatan maritim dan sumber daya yang
berada di dalamnya, termasuk ZEE. Keluar, untuk menciptakan
faktor penangkal yang kuat kepada pihak eksternal, paling
tidak melalui pengembangan kemampuan surveillance (pengawasan)
dan reconnaissance (pengintaian).
Kedua, strategi pertahanan harus memperhatikan
perubahan-perubahan dunia internasional, terutama perubahan
sifat perang, sifat dan bentuk ancaman dalam dunia yang
digerakkan oleh perkembangan pesat di bidang teknologi dan
komunikasi. Perang modern tidak lagi didominasi perang
teritorial yang dilakukan dengan konsep-konsep perlawanan
bersenjata secara gerilya, melainkan merupakan perang yang
menekankan penghancuran infrastruktur vital atau center of
gravity. Perkembangan ini tidak bisa diatasi dengan
mengandalkan cara pikir konvensional yang menekankan pada
116
kemampuan kekuatan darat yang juga tidak sesuai dengan
posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
Kalaupun pemikiran-pemikiran atas dasar land-based strategy
ini masih dipertahankan, strategi ini tidak akan berjalan
efektif tanpa dukungan kekuatan udara dan laut. Terlebih,
kemajuan teknologi informasi dan persenjataan, misalnya
munculnya rudal-rudal balistik dan RMA, telah mengaburkan
batas-batas teritorial, sifat perang menjadi lebih cepat,
negara makin rawan terhadap serangan preemptif, dan menuntut
pengembangan kekuatan mobile dan efektif.
Perang teritorial dengan melakukan pendudukan atas
wilayah musuh menjadi tidak populer dan mahal baik secara
finansial dan moral. Sifat dan bentuk ancaman menjadi makin
kompleks terutama dengan memperhatikan posisi geografis
Indonesia. Indonesia akan menghadapi masalah-masalah baru
yang tidak dapat dihindarkan misalnya migrasi ilegal,
perdagangan obat bius dan obat-obat terlarang lain,
pencucian uang, pencurian ikan, perdagangan gelap yang lain,
serta teorisme internasional.
Perkembangan-perkembangan ini telah merubah pemikiran
dan perencanaan strategis yang mengarah pada kebutuhan akan
kekuatan yang terlatih dan dilengkapi dengan kemampuan untuk
bergerak cepat dalam menjalankan tugas-tugas perang dan
selain perang. Secara lebih khusus, argumen di atas adalah
untuk menegaskan perlunya perubahan paradigma tentang perang
dan perencanannya, pengorganisasian (organising), penyusunan
117
(structuring), dan komando (commanding) kekuatan militer,
terutama bagi negara-negara yang mempunyai wilayah kepulauan
sangat luas dan menyebar.
* Implikasi Bagi Doktrin dan Strategi Pertahanan
Perubahan internasional, sifat perang, bentuk dan sifat
ancaman, dan perlunya reformasi di dalam tubuh militer
Indonesia menjadi faktor penting dalam melihat apakah
doktrin dan strategi pertahanan Indonesia yang masih
bertumpu pada doktrin kekuatan darat dengan implikasi
institusional yang berwujud struktur teritorial masih
relevan untuk mencapai tujuan kebijakan pertahanan nasional?
Secara umum doktrin pertahanan adalah prinsip-prinsip
dasar yang memberikan arah bagi pengelolaan sumber daya
pertahanan untuk mencapai tujuan nasional. Prinsip-prinsip
dasar doktrin pertahanan pada level ini mencakup nilai,
etika, dan moral yang dalam khasanah kemiliteran Indonesia
disebut sebagai doktrin induk. Doktrin induk merumuskan apa
hakekat kepentingan pertahanan nasional, jati diri/
identitas militer/ tentara (who we are?), dan tugas militer/
tentara (what do we do?) secara umum. Di bawah doktrin induk
adalah doktrin dasar yang pada intinya berisi rumusan
strategi untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer
untuk mencapai tujuan pertahanan nasional. Misalnya, apakah
akan menggunakan continental strategy (strategi kontinental),
ataukah defence in depth (pertahanan mendalam) atau layered defence
(pertahanan lapisan). Doktrin ini kemudian dijabarkan ke
118
dalam postur dan struktur kekuatan (posture and force structure),
dan penggelarannya. Lapis berikutnya adalah doktrin
operasional yang merujuk pada doktrin militer yang
memberikan arah bagi penggunaan secara efektif dan efisien
kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer baik
gabungan maupun kecabangan. Pada lapis ini doktrin
operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masing-
masing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan
strategi dan operasi militer. Sedangkan doktrin paling bawah
dan operasional adalah pada tingkat taktis yang dikembangkan
langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan.
Dilihat dari kerangka di atas, bagaimana dengan sistem
pertahanan Indonesia yang didasarkan atas doktrin pertahanan
semesta (sishanta) dengan paradigma taktik perang gerilya?
Baik dilihat dari sisi sejarah maupun strategi militer,
doktrin sishanta bersifat defensif dan dipengaruhi oleh
pemikiran matra darat. Doktrin ini paling tidak ada
mengandung beberapa masalah. Pertama, bahwa doktrin ini
mengandung aspek politik yang sangat kental yaitu menyangkut
peran teritorial militer yang terwujud dalam struktur
komando teritorial. Doktrin Catur Dharma Eka Karma dan Sad Daya
Dwi Bhakti sangat sarat dengan muatan kepentingan politik yang
sama sekali tidak terkait dengan nilai, moral dan etika
tentang bagaimana seharusnya TNI menggunakan kekuatan
militer untuk menjalankan tugas dalam pertahanan negara.
Seharusnya dalam konteks nilai, etika, dan moralitas,
119
sishanta menjelaskan posisi TNI sebagai kekuatan yang tunduk
pada otoritas politik dan demokrasi secara umum, mempunyai
komitmen kuat pada upaya perdamaian baik nasional maupun
internasional, tunduk pada prinsip-prinsip ius ad bellum dan
ius in bello dalam menggunakan instrumen kekerasan untuk
menjalankan tugas seperti diatur dalam hukum humaniter dan
konvensi internasional tentang hak azasi manusia.
Kedua, sistem pertahanan semesta yang bertumpu pada
matra kekuatan darat tidak sesuai dengan posisi Indonesia
sebagai negara kepulauan. Sishanta membentuk cara pandang
mengenai taktik perang gerilya. Dilihat dari posisi geografi
Indonesia taktik ini tentu sulit dipertahankan. Lagipula,
dengan kemajuan teknologi sistem persenjataan dan perubahan
sifat perang yang tidak lagi bersifat perang teritorial,
taktik perang gerilya justru membuat pertahanan militer
Indonesia sangat terbuka terhadap serangan musuh. Perang
modern dengan tekanan pada penghancuran infrastruktur dan
fasilitas militer akan
ditentukan oleh kemajuan teknologi dan tingkat mobilitas
militer.
Bahkan sekalipun strategi perang gerilya tetap dipakai
atas dasar analisa tentang ancaman dalam negeri, strategi
ini tidak akan berhasil tanpa adanya kemampuan mobilisasi
yang ditopang oleh kekuatan laut dan udara. Seharusnya,
pengalaman perang kemerdekaan dan operasi tempur selama ini
membentuk pemikiran mengenai pengembangan kemampuan counter-
120
insurgency (perlawanan terhadap pemberontak) yang efisien dan
efektif, bukan taktik perang gerilya. Lagipula, strategi
perang gerilya sebenarnya bukan dasar pengembangan strategi
pertahanan, melainkan suatu bagian strategi dari operasi
militer perang, yang tidak dapat dilanggengkan dalam
penyebaran pasukan secara permanen di masa damai.
Ketiga, sistem pertahanan perang gerilya tidak mengarah
pada pembentukan integrated armed forces yang sangat penting bagi
negara kepulauan. Ini disebabkan karena lemahnya mobilitas
AU dan AL yang sangat diperlukan dalam mengerahkan secara
cepat pasokan logistik dan pasukan. Situasi ini menyulitkan
pengembangan operasi militer gabungan. Dominasi paradigma
taktik perang gerilya juga menyebabkan ketidakefisienan dan
ketidakefektifan dalam pengerahan sumber daya. Komando
teritorial menyerap 45% total belanja pertahanan, 69.8% dari
seluruh pasukan TNI-AD atau 51.7% dari seluruh pasukan TNI,
dan hanya 50.6% dari seluruh pasukan teritorial AD bertugas
di satuan tempur. Sementara itu dalam waktu yang sama,
operasi-operasi militer di daerah konflik masih mengandalkan
central command units yaitu Kopassus atau Kostrad.
Keempat, sishanta sebenarnya bukan monopoli Indonesia.
Singapura memiliki apa yang disebut total defence. Demikian
juga dengan negara-negara lain yang memiliki dinas wajib
militer melalui sistem konskripsi (conscription) atau
mobilisasi.
121
Melihat kompleksitas lingkungan strategis, sifat dan
bentuk ancaman, perubahan sifat perang, kemajuan teknologi,
dan faktor geografis, strategi pertahanan Indonesia
memerlukan perubahan doktrin yang mendasar. Dalam jangka
panjang, strategi pertahanan kontinental sulit dipertahankan
karena tidak mampu mencegah dan menangkal secara dini di
wilayah maritim dan kontrol wilayah udara yang sekarang ini
menjadi media beroperasinya ancaman-ancaman non-tradisional
dan transnational.
* Perubahan Doktrin TNI
Seiring tuntutan reformasi nasional, TNI sampai saat
ini terus melaksanakan reformasi internal dengan melakukan
berbagai perubahan yang signifikan termasuk diantaranya
perubahan doktrin. Berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI
nomor: Kep/ 21/ I/ 2007 tanggal 12 Januari 2007, telah
ditetapkan Doktrin TNI dari “Catur Dharma Eka Karma” menjadi “Tri
Dharma Eka Karma”. Ada sejumlah point penting perbedaan antara
Doktrin ABRI “CADEK” dan Doktrin TNI “TRIDEK” yang perlu
diketahui dan dipahami oleh segenap prajurit TNI Perbedaan
sebagai berikut :
Doktrin ABRI “Catur Dharma Eka Karma”
Doktrin TNI “Tri Dharma Eka Karma”
TNI Polri masih bergabung TNI pisah dari PolriPeran ABRI sebagai kekuatanpertahanan keamanan dansebagai kekuatan sosialpolitik.
Peran TNI sebagai alat negaradi bidang pertahanan yangdalam menjalankan tugasnyaberdasarkan kebijakan dankeputusan politik negara.
A. Fungsi ABRI sebagai Fungsi TNI sebagai kekuatan
122
kekuatan Hankam sebagaiberikut :1) Penindak dan penyanggahawal setiap ancaman musuhdari dalam maupun dari luarnegeri. 2) Pengaman, penertib, danpenyelamat masyarakat sertapenegak hukum negara.3) Pelatih dan pembimbingrakyat bagi penyelenggaraantugas Hankamneg dalammewujudkan kemampuan dankekuatan perlawanan rakyatsemesta untuk menghadapiancaman.4) Pembina kemampuan dankekuatan Hankamneg dalampembinaan Hankamneg denganmemelihara dan meningkatkankemampuan dan kekuatan Hankamdi darat, laut dan udaraserta penertiban danpenyelamatan masyarakat.B. Fungsi ABRI sebagaikekuatan sosial politik.
pertahanan sebagai berikut :A. Penangkal, kekuatan TNIharus mampu mewujudkan dayatangkal terhadap setiapbentuk ancaman militer dannon-militer dari dalam danluar negeri terhadapkedaulatan, keutuhan wilayahdan keselamatan bangsa.B. Penindak, kekuatan TNIharus mampu digerakkan untukmenghancurkan kekuatan musuhyang mengancam terhadapkedaulatan, keutuhan wilayahdan keselamatan bangsa.C. Pemulih, kekuatan TNIbersama dengan instansipemerintah membantu fungsipemerintah untukmengembalikan kondisikeamanan negara keamananakibat kekacauan perang.
Tugas pokok ABRI sebagaikekuatan Hankam adalah :A. Mengamankan,menyelamatkan, mempertahankandan melestarikan kemerdekaan,kedaulatan serta integritasbangsa dan negara.B. Mengamankan,menyelamatkan, mempertahankandan melestarikan idiologiPancasila dan UUD 1945.C. Mengamankan,menyelamatkan, mempertahankan
Tugas pokok TNI adalahmenegakkan kedaulatan negara,mempertahankan keutuhanwilayah NKRI serta melindungisegenap bangsa dan seluruhtumpah darah Indonesia dariancaman dan gangguan terhadapkeutuhan bangsa dan negara.
123
dan melestarikanpenyelenggaraan pembangunannasional dan hasil-hasilnya.Pola operasi ABRI adalah :a. Operasi pertahanan.1) Ops Penciptaan kondisi.2) Ops Konvensional3) Ops Perlawanan wilayah4) Ops Serangan balas5) Ops Pemulihan keamanan danpenyelamatan masyarakat.b. Operasi Kamdagri1) Ops Intelijen.2) Ops Teritorial3) Ops Tempur4) Ops Kamtibnas
Tugas pokok TNI dilaksanakanmelaluioperasi sebagai berikut :a. Operasi militer untukperang.1) Ops Gab TNI.2) Ops Darat.3) Ops Laut4) Ops Udara.5) Kampanye Militer6) Ops Bantuan.b. Operasi militer selainperang1) Mengatasi gerakanseparatis bersenjata.2) Mengatasi pemberontakanbersenjata.3) Mengatasi aksi terorisme.4) Mengamankan wilayahperbatasan.5) Mengamankan obyek vitalnasional yang bersifatstrategis.6) Melaksanakan tugasperdamaian dunia sesuaidengan kebijakan politik luarnegeri.7) Mengamankan Presiden danWakil Presiden RI besertakeluarganya.8) Memberdayakan wilayahpertahanan dan kekuatanpendukungnya secara dinidalam rangka sistempertahanan semesta.9) Membantu tugas
124
pemerintahan di daerah.10) Membantu KepolisianNegara Republik Indonesiadalam rangka tugas keamanandan ketertiban masyarakat.11) Mengamankan tamu negarasetingkat Kepala Negara danPerwakilan Asing.12) Membantu menanggulangiakibat bencana alam,pengungsian dan pemberianbantuan kemanusiaan.13) Membantu pencarian danpertolongan dalam kecelakaan(Search and Rescue).14) Membantu pemerintah untukpengamanan pelayaran danpenerbangan terhadappembajakan, perompakan danpenyelundupan
125