realisasi kesantunan dalam acara q&a di metro tv dan ...

216
REALISASI KESANTUNAN DALAM ACARA Q&A DI METRO TV DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun Oleh: Pratiwi Kusumaningtyas A. 111140130000063 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

Transcript of realisasi kesantunan dalam acara q&a di metro tv dan ...

REALISASI KESANTUNAN DALAM ACARA Q&A DI

METRO TV DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.)

Disusun Oleh:

Pratiwi Kusumaningtyas A.

111140130000063

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

LEMBAR PENGESAHAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA

Q&A DI METRO TV DAN IMPLIKASI TERHADAP

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Pratiwi Kusumaningtyas A.

NIM. 11140130000063

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Dr. Makyun Subuki, M.Hum.

NIP. 19800305 200901 1 015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Realisasi Kesantunan dalam Acara Q&A di Metro TV dan

Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disusun oleh

Pratiwi Kusumaningtyas A. Nomor Induk Mahasiswa 11140130000063, diajukan

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada

tanggal 27 Juli 2021 di hadapan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh

gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 27 Juli 2021

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Makyun Subuki, M.Hum.

NIP. 19800305 200901 1 015 12 Agustus 2021

Sekretaris Jurusan

Novi Diah Haryanti, M.Hum.

NIP. 19841126 201503 2 007 12 Agustus 2021

Penguji I

Dr. Nuryani, M.A.

NIP. 19840409 201101 1 015 12/08/2021

Penguji II

Dona Aji Kurnia Putra, M.A. NIP. 19820628 200912 2 003 12/8/2021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan

Dr. Sururin, M.Ag.

NIP. 19710319 199803 2 001

ABSTRAK

Pratiwi Kusumaningtyas A (11140130000063). Realisasi Kesantunan

Berbahasa Dalam Acara Q&A di Metro TV dan Implikasi terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Skripsi. Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan:

Dr. Makyun Subuki, M.Hum. 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan realisasi

pematuhan prinsip kesantunan berbahasa Leech pada acara gelar wicara Q&A di

Metro TV pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara

KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’

tayang tanggal 6 Oktober 2019 dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini Teknik pengumpulan

data yang digunakan yaitu teknik simak dan catat. Data dalam penelitian ini berupa

tuturan-tuturan para subjek yang mengandung prinsip kesantunan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan 42 data yang

mengandung pematuhan prinsip kesantunan berbahasa Leech dan terdiri dari enam

maksim kesantunan, data tersebut antara lain 13 maksim kebijaksanaan, 2 maksim

kedermawanan, 12 maksim pujian, 4 maksim kerendahan hati, 9 maksim

kesetujuan, dan 3 maksim kesimpatisan.

Implikasi penelitian ini, berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2018 kelas IX

semester 1 adalah pada pembelajaran teks tanggapan, dengan kompetensi dasar

pada pelajaran ini ialah mengungkapkan kritik, sanggahan, pujian dalam bentuk

teks tanggapan secara lisan dan/atau dengan memperhatikan struktur dan

kebahasaan. Indikator yang ingin dicapai adalah membuat teks tanggapan yang

memperhatikan unsur kebahasaan dan struktur teks tanggapan.

Kata kunci: Prinsip Kesantunan, Maksim, Q & A (Metro TV).

ABSRACT

Pratiwi Kusumaningtyas A (11140130000063). Realization of Language

Politeness Principle in the Q&A Program on Metro TV and Implications for

Learning Indonesian Language and Literature. Skripsi. Department of

Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and

Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under

the guidance of: Dr. Makyun Subuki, M. Hum. 2021.

This study aims to describe the use of the realization of compliance with the

Leech language politeness principle at the Q&A talkshow on Metro TV on the theme

‘Pasukan Gadjah Mada‘ aired on July 8,2019, ‘’Antara KPI dan Spongebob’ aired

on September29, 2019, and ‘Dicari Warganet’ aired on October 6, 2019 and its

implications for learning Indonesian Languageand Literatire. The Methode used in

this study is a descriptive methode with a qualitative approach. In this study, the

data collection technique used was the listening and note-taking technique.

The result of this study indicate that there are 42 data that contain

compliance with the Leech language politeness principle and consist of six of

politeness, the data include 13 Tact maxim, 2 generosity maxim, 12 approbation

maxim, 4 modesty maxim, 9 agreement maxim, and 3 symphaty maxim.

The implication of this research, based on the 2013 revised 2018 curriculum

for class IX semester 1 is in learning response text, with the basic competencies in

this learning being expressing criticism, refutation, praise in the form of response

text orally and/or paying attention to structure and language. The indicator to be

achieved is to make a response text that pays attation to linguistic elements and

the structure of the response text.

Keywords: Politeness Principle, Maxim, Q & A (Metro TV).

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam

Acara Gelar Wicara Q&A di Metro TV dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada program studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan rintangan yang penulis

hadapi. Tetapi berkat doa, usaha, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak,

akhirnya penulis dapat mengatasi segala hambatan dan rintangan yang dihadapi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Bapak Ngatiman dan Ibu Sugiarti yang selalu

mendoakan serta mendukung putrinya sehingga skripsi ini dapat selesai;

2. Dr. Sururin, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., ketua jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen

pembimbing yang sudah dengan sabar, tulus, dan ikhlas membimbing

mahasiswanya serta sudah meluangkan waktunya.

4. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

5. Dr. Nuryani, M.A., selaku dosen penasehat akademik;

6. Segenap Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan;

vi

7. Sahabat-sahabatku, Intan, srinita, Fitriani, Sayyidatul, Ulfa, Zahra, Syifa,

dan Faizah, yang sudah banyak mendukung dan membantu penulis selama

proses penyelesaian skripsi ini;

8. Kepada seseorang yang selalu menemani dan memberi semangat penulis

selama proses pengerjaan skripsi Tri Adianto Purwonegoro beserta

keluarga;

9. Teman-teman seperbimbingan, Yusrita, Srinita, Misbah, Rahmalia, Syifa,

Qori, wulan, dan Azma, yang sudah membantu dengan ikhlas dan tulus.

Semoga ilmu dan bantuan yang kalian berikan dicatat sebagai amal shaleh

oleh Allah SWT;

10. Serta terima kasih untuk teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan

Satra Indonesia Angkatan 2014, khususnya kelas B.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis, serta peneliti selanjutnya.

Jakarta, Juli 2021

Pratiwi Kusumaningtyas A.

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………… i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI…………………… ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT……………………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

BAB I 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Pembatasan Masalah 3

D. Rumusan Masalah 3

E. Tujuan Penelitian 3

F. Manfaat Penelitan 4

BAB II 5

TEORITIS

A. Hakikat Pragmatik 5

B. Hakikat Konteks 7

C. Kesantunan……………………………………………………… 10

D. Prinsip Kesantunan 17

1. Maksim Kebijaksanaan………………………………….. 17

2. Maksim Kedermawanan…………………………………. 18

3. Maksim Pujian…………………………………………… 19

4. Maksim Keredahan Hati………………………………….. 19

5. Maksim Kesetujuan……………………………………… 20

viii

6. Maksim Kesimpatisan……………………………………. 20

E. Fitur-fitur Penanda Kesantunan…………………………………. 21

F. Penelitian Relevan 25

BAB III 27

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian……………………………………………… 27

B. Subjek dan Objek Penelitian……………………………………. 27

C. Sumber Data……………………………………………………. 28

D. Teknik Pengolahan Data………………………………………… 31

1. Teknik Pengumpulan Data……………………………….. 31

2. Teknik Analisis Data…………………………………….. 31

E. Instrumen Analisis Data 32

F. Pelaksanaan Penelitian 33

BAB IV 35

PEMBAHASAN

A Bentuk-bentuk Pematuhan Prinsip Kesantunan. 35

B. Implikasi Terhadap Pembelajara Bahasa Indonesia ...................... 84

BAB V 86

PENUTUP

A. Simpulan 86

B. Saran 87

DAFTAR PUSTAKA 88

LEMBAR UJI REFERENSI ........................................................... 91

LAMPIRAN ...................................................................................... 95

BIODATA PENULIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berinteraksi dengan seseorang selain dibutuhkan bahasa yang baik dan

benar, dibutuhkan juga adanya rasa santun kepada orang lain. Kesantunan tidak

hanya diartikan pada sikap ketika berbicara tetapi juga bahasa yang digunakan pada

saat berinteraksi. Meskipun di setiap daerah memiliki aturan kesantunan berbeda-

beda tetapi untuk membuat interaksi itu tetap santun kita perlu memperhatikan

beberapa aturan yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh memberatkan orang lain,

bersedia mengorbankan dirinya, tidak mengejek, rendah hati, bersedia menyetujui

orang lain, dan menunjukkan rasa empati. Sama halnya dengan budaya jawa, untuk

menciptakan kesantunan kita harus memiliki rasa rendah hati (andhap-asor), empan

papan, kurmat, tenggang rasa (tepa selira), dan lain-lain. Dengan mengikuti aturan

tersebut akan membuat interaksi menjadi nyaman karena tidak menyinggung orang

lain atau membebani mereka. Misalnya ketika kita menyombongkan diri ketika

berinteraksi kemungkinan orang lain akan males mendengarnya dan tidak ingin

berbicara dengan kita lagi. Oleh karena itu, untuk merealisasikan kesantunan

tersebut kita perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti nada, gestur, mimik,

kesanggupan dalam memilih kata agar terdengar santun serta memperhatikan

konteks atau situasi yang terjadi selama berlangsungnya interaksi. Setelah

mempertimbangkan semua itu, kita akan dapat berinteraksi secara santun dengan

memilih kata apa yang harus dipakai, bagaimana cara menyampaikannya, dan

disesuaikan dengan situasi yang terjadi maupun siapa yang kita ajak bicara.

Pematuhan kesantunan ini tidak hanya diterapkan pada interaksi di

lingkungan sehari-hari tetapi juga perlu diterapkan pada acara televisi yang

menampilkan interaksi antar individu seperti acara gelar wicara. Sebab apabila

acara televisi tersebut tidak menampilkan kesantunan berbahasa ataupun santun

secara sikap saat berinteraksi maka akan menjadi contoh yang tidak baik dan sangat

mudah ditiru oleh penontonnya yang dari berbagai kalangan. Misalnya pada stasiun

2

televisi Metro TV yang memiliki acara gelar wicara yang berjudul Q&A. Program

Q&A ini berisikan tanya-jawab kepada narasumber yang dihadirkan dan

pertanyaan-pertanyaan itu berikan oleh para panelis maupun host. Meskipun

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat kritik tetapi mereka mampu untuk

memilih kata, menyampaikannya dengan cara yang benar serta memperhatikan

konteks sehingga pertanyaan itu terdengar lebih santun dan tidak terjadi

kesalahpahaman.

Gelar wicara ini merupakan program baru di Metro TV yang disarkan

pertama kali pada tanggal 27 November 2017. Acara ini disiarkan setiap hari

Minggu pukul 19.05 wib. Dipandu oleh satu Host bernama Andini Effendi, dan

memiliki beberapa panelis yang berjumlah 5-9 orang, serta beberapa narasumber

yang dihadirkan. Meskipun program baru tetapi yang menarik dari acara ini karena

tidak hanya persoalan politik dan ekonomi, diangkat pula topik yang sedang viral

dikalangan anak muda. Tidak seperti program gelar wicara lainnya yang bertugas

memberikan pertanyaan hanya host maupun panelis yang berhubungan dengan

topik, sedangkan Q&A ini panelis-panelis yang dihadirkan dari berbagai kalangan

seperti artis, seniman, komedian, seorang, ahli, mahasiswa, dan sebagainya. Maka

pertanyaan yang diberikan bisa mewakili penonton-penonton yang tidak semuanya

memahami topik yang dibahas. Selain itu, dengan kehadirannya panelis yang

beragam ini membuat suasana menjadi lebih santai, seru, dan menarik, karena

terkadang diselipkan beberapa candaan.

Penelitian ini menggunakan sistem acak untuk memilih judul yang akan

dianalisis. Pemilihan difokuskan pada bulan Juli hingga Oktober dan terdapat 14

tema yang berpotensi untuk dipilih. Dari 14 tema itu, terpilihlah tiga tema untuk

dianalisis yaitu ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI

dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang

tanggal 6 Oktober 2019.

Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif

dengan mengaplikasikan teori prinsip kesantunan Leech. Pada teori ini Leech

membaginya menjadi enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim

kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesetujuan, dan

3

maksim kesimpatian. Selain itu, penelitian ini juga akan meneliti bagaimana

bentuk-bentuk pada realisasi pematuhan prinsip kesantunan berdasarkan acara gelar

wicara Q&A di Metro TV serta implikasi terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah

penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa tidak hanya dapat

ditemukan di interaksi sehari-hari, melainkan dapat kita jumpai pula dalam

percakapan televisi, misalnya interaksi yang terjadi dalam acara gelar

wicara.

2. Realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dapat diimplikasikan

sebagai bahan ajar di kelas.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian yang akan dilakukan ini

dibatasi pada tuturan-tuturan narasumber yang merealisasikan pematuhan prinsip

kesantunan dalam acara gelar wicara Q&A di Metro TV.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa pada acara

gelar wicara Q&A di Metro TV dalam tema ‘Pasukan Gadjah Mada’

tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal

29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober

2019.

2. Bagaimana implikasi realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa

pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV dalam tema ‘Pasukan Gadjah

Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang

tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6

Oktober 2019 terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

4

Suatu penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian

tersebut, maka tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah d atas

sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan realisasi pematuhan prinsip kesantunan

berbahasa pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV pada ‘Pasukan

Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’

tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang

tanggal 6 Oktober 2019.

2. Untuk mendeskripsikan implikasi realisasi pematuhan prinsip

kesantunan berbahasa pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV pada

‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan

Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’

tayang tanggal 6 Oktober 2019 terhadap pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dalam

ilmu pragmatik, khususnya tentang prinsip kesantunan Leech.

b. Diharapkan dapat menambah referensi ilmiah mengenai penelitian

penggunaan prinsip kesantunan dalam acara gelar wicara.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Bahasa

dan Sastra Indonesia mengenai pragmatik, khususnya prinsip

kesantunan Leech.

b. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti

selanjutnya yang ingin menganalisis tentang prinsip kesantunan pada

objek yang berbeda.

5

BAB II

TEORITIS

A. Hakikat Pragmatik

Pragmatik merupakan studi yang mempelajari tentang hubungan bahasa

dengan konteks yang melatarbelakangi sebuah ujaran antara mitra tutur dan

penutur. Konteks digunakan untuk memahami makna sebuah ujaran lebih dalam.

Untuk lebih lengkapnya pengertian tentang Pragmatik, berikut pengertian dari

beberapa ahli.

Menurut George yule dalam Indah Fajar (2014:3) mengatakan bahwa

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis

dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.1 Pada pengertian ini, menyebutkan

jika Pragmatik mempelajari apa maksud yang terkandung dalam tuturan, yang

disampaikan oleh penutur. Kemudian, makna dalam tuturan ini ditafsirkan oleh

pendengar. Jadi, dapat dikatakan jika Pragmatik mempelajari bagaimana cara mitra

tutur menginterpretasikan makna sesuai yang dimaksudkan penutur karena bisa saja

penafsiran mitra tutur tersebut berbeda.

George Yule juga menambahkan bahwa Pragmatik ini merupakan studi

pencarian makna tersamar, sebab apa yang tidak dikatakan bisa menjadi bagian

yang disampaikan.2 Disebutkan seperti itu karena tidak jarang penutur yang tidak

langsung memberitahukan maksud yang diinginkan, sehingga mitra tutur harus

mencari makna selain yang disampaikan itu. Sehingga, dengan Pragmatik ini mitra

tutur dapat memahami makna yang dimaksudkan penutur ketika mereka sedang

berbicara.

Sejalan dengan pendapat George Yule, menurut Stephen C. Levinson

(1990) menyatakan bahwa pragmatik membahas segala aspek makna ucapan yang

1 George Yule (penerjemah Indah Fajar Wahyuni), Op.cit., h. 3 2 Ibid, hlm. 4

6

tidak dapat dijelaskan secara tuntas pada kebenaran kalimat yang diucapkan.3 Oleh

karena itu, mitra tutur diharuskan dapat mengetahui aspek makna yang tidak

dijelaskan itu.

Goeffrey N. Leech (1983:6) dikutip dalam Kunjana Rahardi (2016)

menyebutkan bahwa “Pragmatik sebagai suatu telaah makna dalam hubungannya

dengan aneka situasi ujaran.”4 Seperti yang sudah disebutkan bahwa mitra tutur

harus dapat memahami makna dari yang tidak diucapkan penutur, maka Leech

menjelaskan jika memahami suatu makna itu dapat dihubungkan dengan aneka

situasi tuturan.

Menurut Charles Moris (1938) pragmatik adalah language in use, studi

terhadap makna ujaran dalam situasi tertentu.5 Sama halnya dengan Leech, Charles

Moris juga mengatakan kalau makna ujaran bisa dipahami dengan situasi ujaran.

Sehingga, suatu ujaran tidak hanya diartikan berdasarkan kalimat saja tetapi juga

perlu melihat pada situasi disekitar ujaran.

Kasher (1998), pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut diintegrasikan ke dalam konteks.6

Berbeda dengan Moris dan Leech, Kasher menyebut situasi ujaran dengan konteks.

Tetapi, pengertian yang diberikan sama seperti pakar bahasa lainnya, bahwa

pragmatik menelaah bagaimana bahasa digunakan yang kemudian disesuaikan ke

dalam konteks, seperti siapa mitra tuturnya, di mana, dan dalam situasi apa.

Fromkin & Rodman (1983) dalam Tarigan (1990) mengatakan bahwa

pragmatik rujukannya bersandar pada keadaan-keadaan ucapan tersebut dan hanya

dapat dipahami bila seseorang mengenal serta memahami situasi serta kondisi

ujaran tersebut.7 Dalam Fromkin & Rodman ini, konteks dijelaskan sebagai

keadaan-keadaan yang hanya dapat dimengerti bila saling mengenal dan

3 Kunjana Rahardi, dkk, Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa,

(Jakarta: Erlangga. 2007), h. 17

Kunjana Rahardi dkk, Pragmatik., h. 17 4 Ibid, h. 17 5 T. Fatimah Djajasudarma, Wacana & Pragmatik, (Bandung: PT Refika Aditama,

2012), h. 60 6 Ida Bagus Putrayasa, Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 1 7 Kunjana Rahardi dkk, Op.cit., h. 18

7

memahami keadaan tersebut. Jadi, apabila dua orang atau lebih yang saling

mengenal tetapi tidak dapat memahami situasi dan kondisi ujaran maka tidak dapat

mengetahui makna dari maksud ujaran tersebut, begitupun sebaliknya. Sehingga,

untuk dapat memahami makna dari maksud ujaran harus memperhatikan situasi dan

kondisi ujaran serta saling mengenal.

Nuri Nurhaidah (2014:22) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yang ditentukan oleh konteks dan

situasi yang melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam komunikasi yang

merupakan dasar penentuan pemahaman maksud penggunaan tuturan oleh penutur

dan mitra tutur.8 Eksternal yang dimaksud sama seperti konteks sosial atau konteks

di luar bahasa. Faktor eksternal ini digunakan penutur dan mitra tutur sebagai dasar

untuk memahami maksud tuturan. Konteks dan situasi yang melatarbelakangi

bahasa tersebut dapat berupa pengetahuan, pengalaman, persoalan yang

dipraanggapkan, situasi, waktu, tempat, dan juga jarak hubungan keduanya.

Setelah melihat pendapat beberapa ahli, pragmatik seakan menyulitkan dan

mematahkan semangat dalam berkomunikasi karena studi ini mengharuskan kita

untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka.9 Masyarakat

akan beranggapan bahwa untuk memulai sebuah percakapan memerlukan usaha

besar. Terlebih ketika berkomunikasi dengan orang baru karena belum mengetahui

konteks serta situasi ujaran untuk memahami maksud ujaran tersebut.

B. Hakikat Konteks

Berdasarkan hakikat pragmatik di atas, dikatakan bahwa pragmatik adalah

studi yang mempelajari tentang memahami makna dari maksud tuturan berdasarkan

dengan konteks yang melatarbelakanginya. Pada subbab ini akan lebih diperjelas

pengertian konteks yang dikutip dari beberapa pendapat ahli bahasa.

Mey dalam Nadar (2013) mendefinisikan konteks sebagai “situasi

lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat

8 Nuri Nurhaidah, Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia,

(Yogyakarta: Smart Writing, 2014), h. 22 9 George Yule (penerjemah Indah Fajar Wahyuni), Op.Cit., h. 6

8

berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami.”10 Konteks tidak

hanya diartikan sebagai keadaan atau situasi ujaran tetapi bisa dikaitkan dengan

segala aspek luar bahasa yang dapat digunakan untuk memahami ujaran ketika

berinteraksi.

Malinowsky (1923) yang dikutip Verschueren (1998: 76) mengatakan,

“exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistics

context is mere figment and stand for nothing by itself, so in the reality of a spoken

living tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation”.11

(pada realita bahasa lisan atau tulis, sebuah kata tanpa konteks linguistik

hanyalah isapan jempol dan tidak berdiri sendiri, jadi dalam realita kehidupan

bahasa lisan, ujaran tersebut tidak memiliki makna kecuali dalam konteks situasi).

Dengan kata lain, ketika berkomunikasi lisan maupun tulis apabila tidak

dikaitkan dengan konteks maka ujaran itu tidak berarti apa-apa karena tidak

memiliki makna. Jadi, konteks sangat berperan penting dalam ujaran untuk

memberikan makna dan untuk dipahami penutur atau mitra tutur.

Wijana (1996: 11) mendefinisakan konteks sebagai semua latar belakang

pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan mitra tutur.12 Konteks dipahami

sebagai semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan

mitra tutur, baik yang sudah dekat maupun yang baru bertemu. Penutur dan mitra

tutur yang baru bertemu bisa berkomunikasi dengan baik apabila memiliki latar

belakang pengetahuan yang sama karena akan lebih mudah untuk memahami

makna dari maksud ujaran tersebut, walaupun hanya sebatas pengetahuan umum.

Verschueren (1998: 76) dalam Kunjana Rahardi (2016) menjelaskan bahwa

pesan untuk dapat sampai kepada mitra tutur dari penutur selain ditentukan

keberadaan konteks linguistik, juga konteks dalam pengertian luas, yang mencakup

latar belakang fisik tuturan, latar belakang sosial tuturan, dan latar belakang mental

10 F.X Nadar, Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2013), h. 3- 4

11 Kunjana rahardi dkk, Op.cit., h.28 12 Ibid, h. 41

9

penuturnya.13 Pada bagian lain, berkaitan dengan ini, Verschueren (1998) dalam

Kunjana Rahardi (2016) menjelaskan lebih lanjut konteks dalam pengertian luas

tersebut, bahwa penutur dan mitra tutur berkaitan dengan usia, jenis kelamin, latar

belakang pendidikannya, latar belakang kulturnya, latar belakang sosialnya, latar

belakang ekonominya, dan juga latar belakang fisik, psikis, atau mental.14

Verschueren menambahkan beberapa aspek yang termasuk ke dalam konteks yang

bisa digunakan untuk memahami makna tuturan, yaitu usia, jenis kelamin, latar

belakang Pendidikan, latar belakang kultur, latar belakang sosial, latar belakang

ekonomi, dan latar belakang fisik, psikis atau mental. Aspek-aspek ini bisa

memberikan pemahaman lebih mengenai konteks.

Leech dalam Nadar (2013) mendefinisikan “Konteks merupakan aspek-

aspek yang berhubungan dengan lingkungan, situasi, sosial dalam sebuah tuturan,

pengetahuan latar belakang, yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur

sehingga mampu menghasilkan makna tuturan”.15 Leech juga mengartikan jika

makna tuturan bisa dipahami bila melihat aspek-aspek yang berhubungan dengan

lingkungan, situasi, sosial, dan pengetahuan latar belakang yang dimiliki bersama.

Aspek-aspek tersebut yang dinamakan dengan aspek di luar bahasa yang harus

dipahami ketika berinteraksi.

Muhadjir (2017: 231) menjelaskan tentang tiga sumber pengetahuan yang

dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam berkomunikasi bagi penutur dan

mitra tutur. yaitu bisa diperhitungkan dari konteks fisik, bisa diambil dari apa yang

dikatakan sebelumnya, dan bisa diambil dari latar belakang atau pengetahuan

umum.16 Penjelasan Muhadjir (2017) tentang konteks ada sedikit perbedaan dari

yang lain, ia mengatakan sumber yang dapat dijadikan pertimbangan dalam

berkomunikasi salah satunya yaitu bisa diambil dari apa yang dikatakan

sebelumnya. Hal ini karena ketika berkomunikasi tidak hanya kondisi atau

peristiwa yang terjadi saat itu yang digunakan sebagai acuan tetapi ada pula

13 Kunjana rahardi Op.cit., h. 28 14 Ibid, h. 29 15 F.X. Nadar, Op. Cit., h. 53

16 Markoem, Muhadjir, Semantik dan Pragmatik, (Tangerang: Pusaka Mandiri, 2017), h.

231

10

kejadian lampau yang digunakan sehingga penutur dan mitra tutur harus

mengetahuinya untuk memahami makna tuturan tersebut.

Gagasan dari Dell Hymes (1972) dalam Sumarsono dkk. (2004) bisa

menjadi acuan dan diperhatikan ketika berbicara konteks, Hymes membaginya ke

dalam 16 komponen yang kemudian dimunculkan dalam ungkapan “SPEAKING”,

dijabarkan sebagai berikut.17

S = situation, mencakup latar (setting) dan suasana (scene).

P = participant, mencakup penutur (speaker, sender), pengirim (addressor),

pendengar (hearer, receiver, audience), penerima (addressee).

E = end (tujuan), mencakup maksud-hasil (purpose-outcome), maksud-tujuan

(purpose-goal).

A = act sequence (urutan tutur), mencakup bentuk pesan (messege form), isi

pesan (messege content).

K = key (kunci tuturan), mencakup gaya bahasa, cara menyampaikan gagasan,

formal atau non-formal.

I = instrumental, mencakup saluran (channel) seperti media yang digunakan

saat terjadinya tuturan.

N = norms, mencakup norma interaksi (norm of interaction), norm of

interpretation (norma interpretasi).

G = genre (variasi bahasa), mencakup variasi bahasa yang digunakan saat

berkomunikasi.

Dengan demikian, menurut peneliti apa yang dimaksud dengan konteks

yaitu semua aspek di luar bahasa seperti aspek situasi, usia, jenis kelamin, latar

belakang pendidikannya, latar belakang kulturnya, latar belakang sosialnya, latar

belakang ekonominya, latar belakang fisik, psikis, atau mental, latar belakang

pengetahuan yang dipahami bersama, serta aspek lainnya di luar bahasa yang bisa

dijadikan acuan untuk memahami makna dari tuturan.

C. Kesantunan

17 Kunjana rahardi, Op.cit., h. 47

11

Berdasarkan hakikat konteks di atas, aspek-aspek konteks sangat berperan

terhadap keberhasilan dalam memahami makna dari maksud tuturan saat

berinteraksi. Dengan konteks ini pula penutur dapat mempertimbangkan cara

berbicara. Terkadang apa yang ingin disampaikan akan diartikan berbeda ketika

cara penyampaiannya tidak sesuai. Jadi salah satu cara agar hubungan sosial terjalin

dengan baik dan nyaman, kita harus berbahasa yang baik dan benar serta santun.

Beberapa definisi tentang kesantunan sudah banyak dibahas oleh para ahli bahasa,

sebagai berikut.

Definisi yang diberikan oleh Grundy dalam Diemroh Ihsan (2011: 115)

mengatakan bahwa Politeness atau kesopanan menggambarkan hubungan antara

bagaimana cara pembicara mengatakan sesuatu dan penilaian pendengar atau lawan

bicaranya dikaitkan dengan cara bagaimana seyogyanya ungkapan itu

disampaikan.18 Berdasarkan definisi yang diberikan Grundy, ketika berkomunikasi

penutur harus dapat menyampaikan ujaran secara tepat sesuai dengan jenis ujaran

tersebut, karena akan berpengaruh pada santun tidaknya terhadap mitra tutur.

Misalnya ketika seseorang menyampaikan berita duka tetapi dengan penyampaian

yang terlihat bahagia, maka pendengar atau mitra tutur akan menilai penutur tidak

punya rasa empati.

Dengan adanya kesantunan akan mengurangi perselisihan dan membuat

suasana nyaman selama komunikasi berlangsung. Seperti yang dikatakan George

Yule, kesopanan adalah suatu sistem hubungan antarmanusia yang diciptakan untuk

mempermudah hubungan dengan meminimalkan potensi konflik dan perlawanan

yang melekat dalam segala kegiatan manusia.19 Kesantunan dapat meminimalkan

perselisihan sebab dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta santun,

menandakan penutur menghormati mitra tuturnya. Hal ini disebutkan oleh Baryadi

18 Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis Wacana dan Guru Bahasa, (Palembang:

Universitas Sriwijaya, 2011), h. 115 19 George Yule (penerjemah Indah Fajar Wahyuni), Pragmatik (terjemahan),

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 183

12

(2003:1) mengatakan bahwa kesantunan sebagai salah satu wujud penghormatan

seseorang kepada orang lain.20

Brown and Levinson (2002: 426) mengatakan bahwa kesopanan selalu ada

di dalam masyarakat, namun penilaian seseorang sopan atau tidaknya setiap

wilayah berbeda-beda. Sebagai contoh ketika seseorang berasal dari Batak yang

masyarakatnya sudah terbiasa berbicara dengan nada keras tetap dinilai sopan,

tetapi ketika individu tersebut datang ke jawa memakai nada keras saat berbicara

akan dianggap tidak sopan. Sehingga penilaian kesopanan dalam masyarakat di

setiap wilayah tidak sama. Seperti kutipan berikut:

Politeness phenomena as ‘universal principles of human interaction’

(Gumperz’ preface to Brown and Levinson 1978/1987: xiii), although the

expression of politeness may, of course, differ from society to society and also

between groups within society.21

(Femomena kesopanan sebagai prinsip universal dari interaksi manusia,

meskipun ekspresi kesopanan tentu saja berbeda dari masyarakat ke masyarakat dan

juga antara kelompok dalam masyarakat).

Leech (1993) dalam Agung Pramujiono (2011), bahwa kesantunan

merupakan suatu strategi untuk menghindari konflik, menjaga dan

mempertahankan rasa hormat.22 Menurut Leech kesantunan membantu seseorang

menghindari konflik dan mempertahankan rasa hormat, karena dengan berbicara

secara santun, baik dan benar, peserta tutur sudah menghormati orang lain dan

meminimalkan rasa tersinggung perasaan orang lain.

Alan Cruse (2005: 131) mendefinisikan kesopanan, seperti kutipan berikut:

Politeness Insofar as linguistic behaviour is concerned, politeness is a

matter of minimising the negative effects of what one says on the feelings of others

20 Asim Gunarwan, Pragmatik: Teori Dan Kajian Nusantara, (Jakarta: Universitas

Atma Jaya, 2007), h. 260

21 S.C. Levinson, Pragmatics (dalam The Linguistics Encyclopedia, Second

Edition), (New York: Routledge, 2002), h. 426 22 Agung Pramujiono, Kongres International Masyarakat Linguistik Indonesia

(KIMLI) 2011, Bahasa dan Pembangunan Karakter Bangsa, (Bandung: UPI Press, 2011), h.

235

13

and maximising the positive effects (known as ‘negative politeness’ and ‘positive

politeness’ respectively).23

(Kesopanan menyangkut tindakan linguistik, Kesopanan adalah masalah

meminimalkan efek negatif dari apa yang dikatakan seseorang pada perasaan orang

lain dan memaksimalkan efek positif (masing-masing dikenal sebagai ‘kesantunan

negatif’ dan ‘kesantunan positif’)).

Pendapat Alan Cruse di atas mengatakan kesopanan sebagai cara mitra tutur

atau penutur untuk mengurangi efek negatif ujaran yang kurang baik ketika

berinteraksi dan juga memaksimalkan efek positif, karena peserta tutur sudah

meminimalkan perasaan tersinggung orang lain.

Geoffrey Leech (2011: 206) mendefinisikan sopan santun sebagai kegiatan

yang dilakukan oleh “diri” (penutur) dan “lain” (petutur), selain itu penutur juga

dapat menunjukkan sopan santun kepada pihak ketiga yang hadir ataupun tidak

hadir dalam situasi ujar bersangkutan.24 kesopanan diartikan sebagai kegiatan yang

dilakukan penutur dan mitra tutur ketika berkomunikasi. Selain itu, Leech juga

menyebutkan sopan santun kepada orang ketiga baik yang hadir secara fisik

ataupun yang hanya disebutkan oleh peserta tutur karena terkadang pihak ketiga

hadir atau dibicarakan saat berlangsungnya interaksi. Kemudian, Leech (2011: 206)

menambahkan, penting tidaknya perilaku sopan santun yang kita tunjukkan kepada

pihak ketiga beragam sekali dan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu apakah pihak

ketiga hadir atau tidak; dan apakah pihak ketiga di bawah pengaruh “diri” atau di

bawah pengaruh “lain”.25 Perilaku sopan santun peserta tutur kepada orang ketiga

yang hadir lebih penting dibandingkan kepada yang tidak hadir, sebab orang ketiga

tersebut mendengar langsung ujaran peserta tutur sehingga lebih tinggi

kemungkinannya untuk tersinggung. Sementara itu, faktor lainnya, peserta tutur

lebih perlu melakukan sopan santun kepada orang ketiga di bawah pengaruh orang

lain karena tidak terlalu mengenal.

23 Alan Cruse, A Glossary of Semantics and Pragmatics, (Edinburgh: Edinburgh

University Press, 2005), h. 131 24 Geoffrey Leech (penerjemah M.D.D. Oka), Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI Press,

2011), h. 206 25 Ibid., h. 206

14

Politeness can also be either speaker-oriented or hearer-oriented. Speaker-

oriented politeness involves not saying things about oneself that would place one

in a favourable position relative to the hearer; boasting, for instance, is for this

reason inherently impolite. Utterances which directly involve the hearer fall into

the domain of hearer-oriented politeness. Leech proposes a general ‘Politeness

Principle’: Minimise the expression of impolite beliefs.26

(Kesantunan juga bisa berorientasi pada pembicara atau berorientasi pada

pendengar. Kesantunan yang melibatkan berorientasi pada pembicara tidak

mengatakan hal-hal tentang diri sendiri yang akan menempatkan seseorang pada

keuntungan dibandingkan dengan pendengar; membual, misalnya, karena alasan ini

pada dasarnya tidak sopan. Tuturan yang secara langsung melibatkan pendengar

termasuk dalam ranah kesantunan yang berorientasi pada pendengar. Leech

mengusulkan ‘Prinsip Kesantunan’ umum: Meminimalkan ekspresi percaya diri

yang tidak sopan).

Kesantunan dibagi menjadi dua yaitu berorientasi-pembicara (penutur) atau

berorientasi-pendengar. Ujaran yang melibatkan berorientasi-pembicara tidak

boleh memuji diri sendiri atau merendahkan pendengar karena merugikan

pendengar maka dapat dikatakan ujaran pembicara tersebut tidak sopan. Sehingga,

pembicara harus meminimalkan rasa percaya diri atau memuji dirinya.

Robin Lakoff (1973) mengatakan tuturan dapat dikatakan santun bila

memenuhi tiga buah kaidah, yaitu formalitas (formality) berarti tidak terdengar

memaksa atau angkuh, ketidaktegasan (hesitancy) berarti memberi pilihan kepada

mitra tutur, dan persamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie) berarti

bertindaklah seolah-olah menjadi sama.27 Ketika berinteraksi apabila ingin

dikatakan santun, peserta tutur tidak boleh memaksa atau terkesan sombong,

memberikan pilihan karena tidak akan membuat orang lain terbebani dan

melakukannya secara suka rela, serta memberikan kesan jika kita merasakan apa

yang orang lain rasakan.

26 Alan Cruse, Op.Cit., h. 131 27 Abdul chaer, Kesantunan Berbahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2018), h. 46

15

Bruce Fraser (1978) kesantunan adalah property yang diasosiasikan dengan

tuturan dan di dalam hal ini penutur atau mitra tutur tidak melampaui haknya seperti

bertanya atau memerintah, serta memenuhi kewajibannya seperti menjawab.28

Yang dimaksud disini yaitu kesantunan merupakan bagian dari tuturan. Tuturan

dikatakan santun apabila penutur atau mitra tutur tidak bertanya atau memerintah

secara berlebihan karena ada pertanyaan yang boleh ditanyakan dan ada yang tidak

pantas ditanyakan. Serta, peserta tutur wajib untuk menjawab, jika tidak menjawab

dapat dikatakan tindakan tidak santun. Namun, apabila pertanyaan yang diberikan

tidak santun, peserta tutur berhak untuk tidak menjawab.

Brown dan Levinson (1978) mengatakan teori kesantunan berbahasa itu

berkisar atas nosi muka (face). Nosi muka ini harus dijaga, dipelihara, tidak boleh

direndahkan orang, dan sebagainya. Muka itu ada dua segi yaitu muka negatif dan

muka positif yang selanjutnya dibagi menjadi kesantunan negatif untuk menjaga

muka negatif serta kesantunan positif untuk menjaga muka positif. 29 Brown dan

Levinson sedikit berbeda mengartikan kesantunan, ia berfokus pada muka (dalam

arti kiasan) mitra tutur maupun penutur. Kemudian, Brown dan Levinson

menambahkan, muka negatif yang dimaksud Brown dan Levinson yaitu mengacu

pada citra diri peserta tutur yang berkeinginan melakukan sesuatu secara bebas.

Sedangkan, muka positif yaitu mengacu pada citra diri peserta tutur yang

berkeinginan untuk dihargai apa yang dimilikinya atau yang dilakukannya.30 Jadi,

apabila saat berinterinteraksi penutur atau mitra tutur memberi kebebasan atau

membiarkan melakukan kegiatannya maka peserta tutur sudah menjaga muka

negatif dan berbuat santun. Sementara itu, jika peserta tutur menghargai apa yang

dimiliki atau yang diyakini orang lain maka sudah menjaga muka positif dan juga

santun. Sehingga, tuturan peserta tutur yang menjaga muka negatif dan muka

negatif itu dapat dikatakan sebagai kesantunan negatif untuk menjaga muka negatif,

dan kesantunan positif untuk menjaga muka positif.

28 Abdul Chaer, Op.Cit., h. 47 29 Abdul Chaer, Op.cit, h. 49 30 Ibid, h. 49-51

16

Pranowo (2009), kesantunan sebagai bentuk pemahaman peserta tutur

terhadap pranata sosial serta pranata bahasa yang berlaku dalam masyarakat,

sehingga penutur atau mitra tutur berusaha memilih kata, menyusun kalimat,

penggunaan intonasi, dan penggunaan nada bicara, agar tidak menyinggung

perasaan orang lain.31 Jadi, peserta tutur tidak hanya memahami kaidah bahasa saja

tetapi juga menyesuaikan dengan aturan yang berlaku di masyarakat sehingga mitra

tutur dan penutur dapat berbicara secara baik dan benar serta santun, dengan cara

memilih kata, kalimat, intonasi, dan nada bicara yang sesuai agar tidak

menyinggung orang lain.

Pranowo (2005) juga menambahkan agar komunikasi terasa santun,

ditandai dengan angon rasa, adu rasa, empan papan, sifat rendah hari, sikap hormat,

dan sikap tepa selira. Dijelaskan sebagai berikut.32

1) Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat

membuat hati mitra tutur berkenan (angon ras).

2) Pertemukan perasaan anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi

komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan (adu

rasa).

3) Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur

sedang berkenan hati (empan papan).

4) Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di

hadapan mitra tutur (sifat rendah hati).

5) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan

pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat).

6) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan

kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur (sikap tepa selira).

Leech (1983), kesantunan diartikan berdasarkan prinsip kesantunan

(politeness principles), yang dijabarkan menjadi enam maksim, yaitu 1) maksim

kebijaksanaan (Tact maxim), 2) maksim kedermawanan (generosity maxim), 3)

31 Pranowo, Berbahasa secara santun, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012),

h. 31 32 Pranowo, Ibid, h. 103

17

maksim pujian (approbation maxim), 4) maksim kerendahan hati (modesty maxim),

5) maksim kesetujuan (agreement maxim), 6) maksim kesimpatian (symphaty

maxim).33 Jika Brown dan Levinson mengartikan kesantunan berkaitan dengan nosi

muka, berbeda halnya dengan Leech, ia menganggap santun tidaknya tuturan

berdasarkan prinsip kesantun yang terdiri dari beberapa maxim. Maxim-maxim ini

digunakan untuk mengukur santun tidaknya peserta tutur berdasarkan pengertian

Leech.

D. Prinsip Kesantunan

Seperti yang sudah disebutkan di depan, bahasan di dalam penelitian ini

didasarkan pada teori Leech (1938). Leech (1983), mengatakan jika kesantunan

diartikan berdasarkan prinsip kesantunan (politeness principles), yang dijabarkan

menjadi enam maksim, yaitu 1) maksim kebijaksanaan (Tact maxim), 2) maksim

kebijaksanaan (generosity maxim), 3) maksim pujian (approbation maxim), 4)

maksim kerendahan hati (modesty maxim), 5) maksim kesetujuan (agreement

maxim), 6) maksim kesimpatian (symphaty maxim).34 Maxim-maxim ini

digunakan untuk mengukur santun tidaknya peserta tutur berdasarkan pengertian

Leech. Maka pada subbab ini, dijabarkan keenam maksim tersebut, sebagai berikut.

1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan

adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip

untuk selalu mengurangi kerugian orang lain dan memaksimalkan

keuntungan orang lain dalam kegiatan bertutur. 35

Maksim kebijaksanaan pembicara harus memikirkan orang lain

terlebih dahulu daripada memikirkan dirinya sendiri. Karena dalam budaya

dan masyarakat tertentu, mengedepankan pada diri sendiri adalah tindakan

yang sangat tidak bijaksana dan merugikan orang lain. Dengan begitu kita

bisa memaksimalkan keuntungan orang lain, dan meminimalkan kerugian

orang lain.

33 Abdul Chaer, Op.cit, h. 56 34 Ibid, h.56 35 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 58

18

Menurut Nadar (2008) sikap yang bisa dilakukan penutur misalnya

menjanjikan, bersumpah, menawarkan, dan memanjatkan doa. Selain itu

pendengar atau lawan bicara dapat melakukan kepada penutur seperti

memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menyuruh,

menganjurkan, menasihatkan. 36

Jadi dimensi dalam maksim kebijaksanaan atau tact maxim adalah

orientasi pada dimensi orang lain atau others, bukan dimensi diri sendiri

atau self.

Contoh:

(a) Tuan rumah : “Silakan makan saja dulu, nak!

Tadi kami semua sudah mendahului.”

Tamu : “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”

Pada contoh di atas, tuan rumah mempersilahkan tamunya untuk makan

terlebih dahulu dengan alasan mereka sudah makan sebelum tamunya

datang. Tuan rumah lebih mementingkan tamunya daripada dirinya sendiri.

Sehingga tuan rumah dikatakan memaksimalkan keuntungan lawan

bicaranya, dan meminimalkan kerugian lawan bicaranya.

2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)

Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian diri

sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan ini berpusat pada

penutur.37 Jadi, tuturan akan menjadi santun apabila penutur merugikan

dirinya sendiri, seperti menawarkan dirinya untuk keuntungan mitra tutur.

Contoh:

(a) Anak kos A: “Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak

banyak, kok, yang kotor.

Anak kos B : “Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci

juga, kok.”

Berdasarkan contoh di atas, Anak kos A melihat cucian Anak kos B

yang banyak sehingga A merasa iba dan ingin membantu mencucikan

36 Kunjana Rahardi, Op.Cit., Ibid, h. 60 37 Geoffrey Leech (penerjemah M.D.D. Oka), Op.cit, h. 209

19

pakaian B. Namun B menolak karena merasa tidak enak. Anak kos A

dikatakan menerapkan maksim kedermawanan karena A sudah

bersikap baik dan merasa iba kepada B.

3. Maksim Pujian (Approbation Maxim)

Maksim pujian atau Approbation Maxim menurut Leech (1983)

merupakan maxim yang mengharuskan penutur untuk memaksimalkan

pujian atau penghargaan untuk lawan bicaranya, dan meminimalkan atau

menghilangkan ejekan ketika berbicara, Leech (1983). 38

Jadi, dengan maksim ini diharpkan peserta tutur tidak mengejek,

mencaci, atau merendahkan pihak satu sama lain ketika berinteraksi.

Contoh:

(a) Dosen A : “Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas

Business English.”

Dosen B : “Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali

dari sini.

Contoh di atas menjelaskan situasi percakapan antara Dosen A dan

Dosen B. Pada saat percakapan berlangsung, dosen A memberitahu

bahwa ia sudah selesai mengajar di kelas Business English memakai

bahasa inggris, lalu B mengatakan bahwa bahasa inggrisnya sangat

bagus. Percakapan itu termasuk maksim penghargaan karena B memuji

A, dengan tidak merendahkan ataupun mengejek bahasa inggrisnya.

4. Maksim Kerendahan hati (Modesty Maxim)

Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati,

peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi

pujian terhadap dirinya sendiri.39 Karena semakin banyak memuji dirinya

sendiri, atau semakin banyak mengunggulkan dirinya sendiri, maka

semakin dianggap tidak santun orang itu.

Contoh:

(a) Sekretaris A : “Dik, nanti rapatnya dibuka dengan doa dulu, ya!

38 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 62 39 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 64

20

Anda yang memimpin!”

Sekretaris B : “Ya, Mbak. Tapi, saya jelek, lho.”

Contoh di atas, dikatakan memenuhi maksim kesederhanaan karena

sekretaris A yang meminta sekretaris B untuk memimpin rapat namun

Sekretaris B menjawab dengan merendahkan dirinya. Sehingga sekretaris B

sudah mengurangi pujia untuk dirinya sendiri.

5. Maksim Kesetujuan (Agreement Maxim)

Di dalam Leech (1983) ditegaskan bahwa demi tercapainya maksim

kesetujuan, orang harus bersedia meminimalkan ketidaksetujuan antara

dirinya dengan orang lain, dirinya sendiri dengan mitra tuturnya.

sebaliknya, dia juga harus bersedia memaksimalkan kesetujuan antara

dirinya dengan pihak yang lain. Dengan perkataan lain, sesungguhnya di

antara penutur dan mitra tutur itu harus ada kesamaan upaya untuk saling

memaksimalkan kecocokan dan meminimalkan ketidakcocokan.40

Jadi, Maksim permufakatan seseorang untuk memaksimalkan

menyetujui tuturan orang lain, dan meminimalkan menyetujui tuturan

sendiri dengan orang lain. Sehingga seseorang tidak dikatakan egois ketika

berbicara dengan orang lain.

Contoh:

(a) Noni : “Nanti malam kita makan bersama ya, Yun!”

Yuyun : “Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto.”

Berdasarkan contoh di atas, Noni mengajak Yuyun untuk makan malam

bersama. Lalu Yuyun mengiyakan atau menyetujui ajakan Noni. Sikap

Yuyun yang menyetujui ajakan Noni itu sudah menerapkan maksim

permufakatan.

6. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim)

Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sampai

bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap sebagai orang yang

tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat. Kesimpatisan terhadap

40 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 63

21

pihak lain sering ditunjukkan dengan senyuman, anggukan,

gandengan tangan, dan sebagainya.41

Jadi, maksim kesimpatisan mengharuskan peserta tutur saling

bersikap simpati dan tidak sinis. Dengan rasa simpati ini peserta tutur akan

menciptakan suasana harmonis dan nyaman.

contoh

(a) Ani : “Tut, nenekku meninggal.”

Tuti : “Innalillahiwainnailaihi rojiun. Ikut berduka cita.

Contoh di atas, menggambarkan percakapan antara Ani dan Tuti

yang sudah berhubungan erat. Tuti bersimpati kepada Ani karena

neneknya meninggal. Jadi, Tuti sudah menerapkan maksim

kesimpatisan.

Dengan demikian, peserta tutur sudah dikatakan bersikap sopan dan

santun apabila memenuhi salah satu dari enam maksim kesantunan yang

disebutkan oleh Geoffrey N. Leech. Meskipun setiap wilayah memiliki

penilaian kesantunan masing-masing, tetapi ketika kita menerapkan keenam

maksim tersebut saat berinterkasi dengan orang lain dimana pun tetap dapat

dikatakan sopan dan santun.

E. Fitur-fitur Penanda Kesantunan

Faktor penentu kesantunan berbahasa dapat diidentifikasi sebagai berikut.42

1. Menggunakan tuturan tidak langsung biasanya terasa lebih santun jika

dibandingkan dengan tuturan secara langsung.

2. Pemakaian bahasa dengan kata-kata kias terasa lebih santun

dibandingkan dengan pemakaian bahasa yang lugas.

3. Ungkapan memakai gaya bahasa penghalus terasa lebih santun

dibandingkan dengan ungkapan biasa.

4. Tuturan yang dikatakan berbeda dengan yang dimaksud lebih santun

dibandingkan dengan diungkapkan secara langsung maksud yang

diinginkan.

41 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 65 42 Pranowo, Op.Cit., h. 79

22

5. Tuturan secara implisit biasanya lebih santun dibandingkan dengan

tuturan secara eksplisit.

Menurut Pranowo (2009) aspek yang menentukan santun tidaknya

pemakaian bahasa ditentukan oleh dua hal, yaitu bahasa verbal dan bahasa

non-verbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang berupa kata-kata atau

tuturan yang membentuk teks lisan maupun teks tulis. Bahasa non-verbal

berupa bahasa yang dinyatakan dengan tindakan, kinestik, kinestetik,

gestur, nada, intonasi, mimik, dan sebagainya.43 Penentu kesantunan

dalam bahasa verbal dapat ditentukan dalam pemilihan kata atau diksi dan

gaya bahasa. Pemillihan kata yang sesuai dengan topik yang dibicarakan,

konteks pembicaraan, mitra tutur, pesan yang akan disampaikan, bisa

membuat tuturan menjadi lebih santun. Seperti yang disebutkan oleh

Pranowo (2009), terdapat pilihan kata-kata tertentu yang dapat

mencerminkan rasa santun, antara lain.44

1. Gunakan kata “tolong” ketika ingin meminta bantuan kepada orang lain.

2. Gunakan kata “maaf” untuk mengungkapkan sesuatu yang diperkirakan

dapat menyinggung perasaan orang lain.

3. Gunakan frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan

orang lain.

4. Gunakan kata “berkenan” ketika meminta kesedian orang lain untuk

melakukan sesuatu.

5. Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai lebih

dihormati.

6. Gunakan kata “Bapak/Ibu” untuk menyebut orang kedua.

Ada pula penggunaan makna tuturan imperatif untuk menyatakan

suruhan, larangan, dan menyetujui serta menolak, ditandai dengan kata

tolong, coba, silakan, ayo, harap. Namun, untuk membuat makna tuturan

imperatif semakin santun, tuturan diungkapkan dengan tuturan deklaratif

43 Pranowo, Op.Cit., h. 15 44 Ibid, h. 104

23

dan interogatif karena biasanya mengandung bentuk ketidaklangsungan,

sehingga terasa lebih santun.45

Selain itu, ada pula penggunaan gaya bahasa sebagai salah satu penentu

santun tidaknya tuturan, sebagai berikut.46

1. Majas metafora

Majas metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan secara

langsung antara dua hal atau benda yang memiliki sifat sama dalam

bentuk kiasan, sehingga penutur mampu melukiskan atau

menggambarkan suatu objek secara kontras atau komparasi.

2. Majas personifikasi

Majas personifikasi digunakan untuk mengganti kata yang dimaksud

dengan suatu hal atau benda mati yang seolah memiliki sifat dan

karakteristik seperti manusia, agar efektif dan terasa santun karena

disampaikan secara tidak langsung. Majas ini biasanya digunakan untuk

tuturan yang berisi kritik, tetapi karena disampaikan secara tidak

langsung maka tidak terlalu menyakitkan.47

3. Majas peribahasa

Majas peribahasa digunakan untuk memperhalus tuturan yang

sebenarnya sangat keras, sehingga terdengar lebih santun. Penggunaan

majas ini terasa klise tetapi karena dipakai dalam konteks yang tepat

maka dapat meredam kemarahan.48

4. Majas perumpamaan

Majas perumpamaan merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua

hal yang berlainan, tetapi dianggap sama. Biasanya ditandai dengan

kata-kata, yaitu “seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, bagai,

bagaikan, serupa”, dan lain-lain. Majas perumpaan digunakan untuk

45 Desi Septiani, dkk, Kesantunan Imperatif Guru Bahasa Indonesia dalam

Pembelajaran di Kelas VII SMP, (e-jurnal, fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan, universitas

Lampung, 2018), h. 4 46 Pranowo, Op.Cit., h. 18-22 47 Ibid, h. 93 48 Ibid, h. 94

24

menyamarkan maksud supaya mitra tutur tidak merasa dipermalukan di

depan umum, sehingga terasa lebih santun.

5. Majas eufemisme

Majas eufemisme merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua

hal dengan pembanding yang lebih halus. Hal ini dimaksudkan untuk

mengganti uangkapan yang dipersepsikan menghina, menyinggung,

menyampaikan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi mitra tutur,

supaya diungkapkan lebih halus. Maka majas ini digunakan untuk

memperhalus penyampainan maksud yang sesungguhnya.

Selanjutnya, ada bahasa non-verbal yang ditandai dengan 1) intonasi

ketika berbicara seperti keras dan lembutnya intonasi, 2) nada bicara,

berkaitan dengan suasana hati penutur seperti nada bercanda, nada

mengejek, nada menyindir, 3) gerak-gerik anggota tubuh, seperti

gelengan kepala, acungan tangan, tersenyum, dan sebagainya, dan 4)

konteks situasi komunikasi.49

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian bahasa

supaya terdengar santun menurut Pranowo (2019), sebagai berikut.50

1. Penutur berbicara wajar dengan akal sehat

Tuturan yang santun tidak perlu dilebih-lebiihkan, berbicara secara

‘prasaja’, tidak mendikte, menggurui, dan tidak menyinggung orang

lain.

2. Penutur mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan

Tuturan menjadi santun apabila bertutur hanya berkaitan dengan

pokok masalah, tidak mencampuradukan pokok masalah yang

sedang dibicarakan dengan kepentingan lain.

3. Penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur

Tuturan dikatakan santun jika penutur selalu berprasangka baik

kepada mitra tutur.

4. Penutur bersikap terbuka dan menyampaikan kritik secara umum

49 Pranowo, Op.cit., h. 78 50 Ibid, h. 59-67

25

Tuturan akan santun jika penutur berbicara secara terbuka dan

apabila berisi kritikan, penutur tidak boleh mengkritik langsung atau

menunjuk secara khusus kepada satu individdu. Oleh karena itu,

penutur tidak harus menghindari penyampaian kritik, tetapi penutur

harus menyampaikannya secara terbuka, dan tidak ditunjukkan

secara langsung pada satu individu, maka tuturan masih terasa

santun.

5. Penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaan diri

secara lugas sambil menyindir

Tuturan tetap santun meskipun berupa sindiran jika penutur

menggunakan bentuk tuturan yang lugas, dan tidak perlu ditutup-

tutupi.

6. Penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi serius

Tuturan akan tetap santun meskipun masalah yang dibicarakan

bersifat serius, tetapi jika penutur mampu menyampaikan tuturan itu

dengan nada bercanda, baik candaan yang sifatnya agak keras dan

penuh sindiran. Sebab mitra tutur menangkap pesan yang

disampaikan, bukan kata-kata yang digunakan.

F. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya dengan mengangkat tema yang serupa. Adapun penelitian yang relevan

dengan penelitian ini, antara lain.

1. Senja Restu Alfirani, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta

tahun 2018, dengan judul “Realisasi Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam

Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VII”. Hasil yang

didapatkan dari penelitian ini, antara lain ditemukan tuturan penggunaan

prinsip kesantunan berbahasa dalam buku ajar Bahasa Indonesia revisi 2017

dan buku ajar Mahir Berbahasa Indonesia “MARBI” sebanyak 101 data.

Banyak ditemui dalam teks cerita fabel, perintah soal, kata-kata nasihat,

pantun, dan teks gurindam. Pertama, pada dua buku ajar bahasa Indonesia

revisi 2017. Pada buku ini, ditemukan 59 data yang mematuhi semua

26

maksim dalam prinsip kesantunan berbahasa. Kedua, pada buku ajar Mahir

Berbahasa Indonesia “MARBI”. Pada buku ini, ditemukan 42 data yang

mematuhi semua maksim dalam prinsip kesantunan berbahasa.51

Persamaan yang dilakukan penulis dengan penelitian ini yaitu sama-sama

meneliti

prinsip kesantunan berbahasa. Sedangkan, perbedaannya terletak pada

sumber datanya yaitu buku Ajar Bahasa Indonesia untuk siswa SMP kelas

VII dan tidak ada implikasinya terhadap pembelajaran.

2. Jolang Pramusinta Aji, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta

2020, dengan judul “Analisis Kesantunan Berbahasa Menurut Leech pada

Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia”. Hasil yang

didapatkan, antara lain sebanyak 16 tuturan yang mematuhi semua maksim

kesantunan dalam prinsip kesantunan berbahasa. Serta, 18 tuturan yang

mematuhi skala kesantunan.52

Persamaan dengan penelitian penulis ini yaitu sama-sama meneliti

kesantunan berbahasa. Perbedaannya dengan penelitian penulis ini yaitu

menggunakan skala kesantunan, sumber datanya pada tuturan Tokoh Nyai

Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia dan tidak ada implikasinya terhadap

pembelajaran.

51 Senja Restu Alfirani, Realisasi Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Buku Ajar

Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VII (Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammmadiyah Surakarta, 2018), h. 12 52 Jolang Pramusinta Aji, Analisis Kesantunan Berbahasa Menurut Leech pada

Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia, (Skripsi, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2020), h. 20

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu alat atau prosedur berdasarkan teknik

yang dipilih dalam suatu penelitian. Fokus kajian dalam penelitian ini ialah

menganalisis realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa yang terdapat pada

acara gelar wicara Q&A di Metro Tv pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang

tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September

2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019.

Metode pada penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan

pendekatan kualitatif.

Sutedi (2011: 58) menyebutkan penelitian deskripsi yaitu penelitian yang

dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat

ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.53

Metode deskripsi digunakan karena sesuai dengan tujuan penelitian yang

ingin mendeskripsikan atau menganalisis realisasi pematuhan prinsip kesantunan

berbahasa pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV dan implikasi terhadap

pembelajaran. Jadi, analisis data pada penelitian ini dijelaskan berupa kata-kata,

bukan angka. Sedangkan, pendekatan kualitatif digunakan karena data yang dipakai

pada penelitian ini berupa bahasa lisan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah host, panelis, dan narasumber yang terlibat

dalam acara gelar wicara Q&A di Metro TV. Pertama, pada tema ‘Pasukan Gadjah

Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, terdapat host yang bernama Andini Effendi.

Panelis yang hadir berjumlah lima orang, yaitu 1) Ray Rangkuti (Pengamat politik),

2) Maman Suherman (Penulis/pengamat siaran), 3) Chika Jessica (Artis), 4) Mc

Denny (Komika), dan 5) Yenti Garnasih (Ketua umum masyarakat pidana dan

kriminologi). Narasumber yang dihadirkan pada tema ini, yakni 1) Edward Omar

53 Hajar Anas, Analisis Wakomono Kotoba pada Media Sosial Twitter, (Skripsi,

Fakultas Pendidikan Bahasa, universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018, hlm. 45.

28

Sharif Hiariej/Prof. Eddy (pakar hukum pidana), 2) Heru Widodo (pakar hukum

tata negara), dan 3) Dwikorita Karnawati (Kepala BMKG).

Kedua, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019,

pada tema ini yang menjadi host bernama Andini Effendi. Panelis yang dihadirkan,

yaitu 1) Maman Suherman (penulis/pengamat siaran), 2) Adriano Qalbi

(Podcaster/Aktor), 3) Dara Nasution (Inisiator petisi tolak KPI awasi konten

digital), 4) Martin Anugrah (sutradara/konten kreator), dan 5) Razak Syarif

(Youtuber/reviewer film). Narasumbernya, yaitu 1) Hardly S. F. Pariela

(Komisioner KPI pusat), 2) Nuning Rodiyah (Komisioner KPI pusat), dan 3) Irsal

Ambia (Komisioner KPI pusat).

Ketiga, pada tema ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019. Pada

tema ini dipandu oleh host yang bermana Andini Effendi. Panelis yang hadir

berjumlah lima orang, yaitu 1) Ary Kirana (Presenter/penyiar radio), 2) Budi

Setyarso (Jurnalis senior), 3) Sultan Rivandi (Ketua Dema UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta). 4) Kaemita Boediono (Presenter/aktri), 5) Eko Kuntadhi (Pegiat media

sosial) dan 6) Ruhut Sitompul (Politisi). Narasumber yang dihardirkan, yaitu 1)

Denny Siregar (Pegiat media sosial), dan Rocky Gerung (Pemikir Filsafat/pegiat

media sosial).

Objek penelitian ini berupa acara gelar wicara Q&A di Metro TV pada tema

‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’

tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6

Oktober 2019.

C. Data dan Sumber Data

Menurut Moleong (1998) sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan

yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-

benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat

dalam dokumen atau bendanya.54 Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupkan sumber data

yang didapatkan langsung dari subjek penelitian atau sumber yang dapat dipercaya,

54 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010), h. 22.

29

baik hasil dari penelitian maupun pengamatan langsung. Sedangkan, sumber data

sekunder adalah sumber yang tidak didapatkan langsung dari subjek penelitian,

seperti data yang diperoleh dari dokumen grafis, foto, film, video, benda, dan lain-

lain.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,

yaitu berupa tuturan-tuturan pada subjek yang mengandung prinsip kesantunan.

Sedangkan sumber data pada penelitian ini adalah berupa percakapan antar panelis

dengan narasumber dalam acara Q&A di Metro TV dengan tema ‘Pasukan Gadjah

Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29

September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019.

Acara Q&A Metro TV ini adalah sebuah acara gelar wicara yang

ditayangkan oleh stasiun televisi Metro TV sejak 22 November 2017, yang tayang

setiap akhir pekan. Acara ini menampilkan narasumber utama yang akan menjawab

dan mengklarifikasi isu-isu tertentu dari para panelis terpilih yang duduk di

seberang narasumber. Acara Q&A ini mulanya dibawakan oleh jurnalis senior

Metro TV Andini Effendi, namun pada 9 Februari 2020, ia digantikan oleh aktris

Ariel Tatum dikarenakan Andini mengundurkan diri dari Metro TV. Pada 1 Maret

2020, Acara ini pindah jam tayang menjadi hari senin pukul 22:05 WIB. Saat ini,

penyanyi legendaris Yuni Shara menjadi pembawa acaranya.55 Acara Q&A di

Metro TV ini dapat dikatakan sebagai acara diskusi ringan yang memiliki para

panelis untuk bertanya, baik pertanyaan yang serius maupun gurauan. Suasana yang

dihadirkan pun sangat santai maka jika ada pertanyaan yang serius akan diselingi

dengan candaan untuk mencairkan suasana. Pada acara ini para panelis yang

bertugas untuk bertanya selain host kepada narasumber, berasal dari berbagai

kalangan seperti komedian, artis, pengamat politik, penulis, aktivis, konten kreator

dan sebagainya. Penelitian ini meneliti dua tema dalam satu acara Q&A Metro TV

yaitu, ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan

Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang

tanggal 6 Oktober 2019.

55 Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Q%26A_(acara_televisi)

diunduh pada tanggal 8 November 2020 pukul 2.17 WIB

30

Tema pertama, meneliti mengenai alumni-alumni UGM yang sukses

menjabat di pemerintahan di era Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Seperti dalam

sengketa Pilpres 2019, banyaknya alumni UGM yang terlibat di dalamnya. Mulai

dari hakim MK, hingga kuasa hukum pemohon dan pihak terkait. Bahkan Jokowi

yang merupakan alumni UGM menjabat sebagai Presiden. Maka dari itu,

narasumber yang didatangkan juga alumni UGM, yaitu Edward Omar Sharif

Hiariej (Prof. Eddy) dan Heru Widodo yang merupakan saksi ahli dari Jokowi-

Ma’ruf dalam sengketa Pilpres 2019, serta Dwikorita Karnawati pernah menjabat

sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada dan menjadi kepala Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika. Panelis yang datang pada saat itu pun beragam, ada dari

standup komedi, artis, ketua umum masyarakat pidana dan kriminologi, penulis,

dan pengamat politik. Oleh karena itu, pertanyaan yang diberikan juga bermacam-

macam, pertanyaan serius lebih sering diberikan dari panelis pengamat politik,

ketua umum masyarakat pidana dan kriminologi, dan penulis. Sedangkan panelis

dari standup komedi dan artis lebih sering membuat candaan yang mencairkan

suasana.

Tema kedua meneliti mengenai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang

menegur film kartun Spongebob karena menampilkan kekerasan. Sementara

banyak sinetron yang tidak mendidik, menampilkan kekerasan dan kata kasar tetapi

tidak ditegur. Sehingga terkesan KPI tidak adil dan pilih-pilih dalam menegur

tayangan televisi. Ada pula wacana yang mengatakan KPI akan mengawasi konten

digital, seperti Youtube, Viu, Netfflix, dan sebagainya, menimbulkan pro dan

kontra maka acara ini bertujuan untuk mengklarifikasi wacana tersebut dengan

menghadirkan narasumber dari KPI. Narasumber yang didatangkan dari anggota

KPI pusat, yaitu Hardly S. F. Pariela, Nuning Rodiyah dan Irsal Ambia. Panelis

yang dihadirkan juga berbeda dari tema pertama, yakni seorang konten

kreator/sutradara, podcaster/aktor, inisiator petisi tolak KPI awasi konten digital,

youtuber/reviewer film, dan penulis/pengamat siaran. Karena pada tema ini tidak

ada yang berperan sebagai pencair suasana maka tema ini terkesan lebih serius

dibandingkan tema pertama meskipun ada beberapa pertanyaan yang berisi

gurauan.

31

Tema ketiga mengenai aktivis yang suka menyuarakan pemikirannya di

media sosial terutama twitter, baik yang bersifat kritik maupun yang membela

pemerintah. Kalimat-kalimat yang dilontarkan menjadikan mereka viral, seperti

Rocky Gerung seorang dosen filsafat dan aktivis media sosial yang suka

mengatakan dungu untuk orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Ia juga

sering menggunakan diksi yang tidak umum membuat pendengarnya kebingungan.

Kemudian, ada Denny Siregar yang mengaku dirinya influencer karena sering

mengunggah postingan berita dan kritikan terhadap peristiwa yang terjadi. Panelis

yang dihadirkan pada tema ini yaitu berasal dari kalangan artis, politisi, mahasiswa,

jurnalis, dan sebagainya. Tema ini menjadi seru dan menarik karena para panelis

dibuat bingung setiap kali Rocky Gerung menyebutkan diksi yang tidak umum.

Walaupun ada ketidakcocokan diantara panelis dan Rocky Gerung, mereka mampu

mengutarakannya dengan baik dan santun, sehingga tidak ada yang tersinggung.

D. Teknik Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Setelah mengetahui sumber data yang akan dianalisis, kemudian

dilakukan teknik pengumpupulan data. Penelitian ini menggunakan teknik

simak, dan teknik catat. Sudaryanto (2015:203) mengatakan bahwa

metode simak adalah metode yang digunakan dalam penelitian bahasa

dengan cara menyimak penggunaan bahasa pada objek yang akan

diteliti.56 Teknik simak ini digunakan karena objek yang diteliti berupa

percakapan antar panelis dan narasumber. Dengan teknik simak, penulis

menyimak dan memahami untuk memperoleh percakapan yang

merealisasikan pematuhan prinsip kesantunan. Setelah menyimak video

acara Q&A pada tema yang sudah dipilih dan ditranskrip, selanjutnya

penulis mencatat data yang mengandung realisasi pematuhan prinsip

kesantunan.

2. Teknik Analisis Data

56 Hajar Anas, Analisis Wakamono Kotoba pada Media Sosial Twitter, (skripsi,

Fakultas Pendidikan Bahasa, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018), h. 46

32

Suharsimi Arikunto (2010: 335) Analisis data adalah proses mencari

dan Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi., dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.57

Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data:

a. Mengumpulkan dan menyediakan data

Pada tahap ini, penulis memilih video acara gelar wicara Q&A di

Metro TV. Tema yang digunakan berjumlah tiga tema, yaitu

Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan

Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari

Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019. Setelah memilih tema

yang akan diteliti, kemudian percakapan antar panelis, narasumber,

dan host di dalam video tersebut ditranskrip.

data dikumpulkan dalam bentuk tuturan

b. Menyeleksi data

Pada tahap ini, percakapan yang sudah ditranskrip itu diseleksi yang

merealisasikan pematuhan kesantunan berbahasa dengan mematuhi

prinsip kesantunan Leech. Selanjutnya, dikelompokkan berdasarkan

maksim-maksimnya.

c. Penyajian data

Pada tahap ini, penulis menyajikan data berbentuk deskripsi atau

penjabaran yang dikelompokkan berdasarkan maksim kesantunan

Leech.

E. Intrumen Analisis Data

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan penulis

untuk mengumpulkan data. Menurut Bogdan & Biklen (1982) dalam Suharsimi

57 Siti humairoh, Dieksis pada Acara Gelar Wicara Mata Najwa di Trans7 Episode

Juli 2018 dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonnesia di SMP,

(skripsi, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, universitas Hidayatullah Jakarta, 2019), h. 30

33

Arikunto (2010) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti

sangat penting kedudukannya.58

Sementara, menurut Meleong (2015:168) dalam Imro’atun Nikmatuz

(2017) bahwa peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan

data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil

penelitian.59

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis itu

sendiri, karena penulis yang mencari, menemukan, dan menganalisis realisasi

kesantun berbahasa pada prinsip kesantunan berdasarkan teori Leech yang dibagi

menjadi enam jenis maksim, antara lain: maksim kebijaksanaan, maksim

kedermawanan, maksim kerendahan hati, maksim pujian, maksim kesetujuan, dan

maksim kesimpatisan, yang terdapat dalam percakapan acara gelar wicara Q&A

Metro TV.

F. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari angkah-langkah yang dilakukan penulis

dalam mengerjakan penelitian. Berikut langkah-langkah pelaksanaan penelitian

yang dilakukan:

1. Mengumpulkan bahan referensi yang berisi teori kajian pragmatik dan

kesantunan berbahasa.

2. Menyimak percakapan dalam acara gelar wicara Q&A Metro TV pada

tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan

Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’

tayang tanggal 6 Oktober 2019, melalui video yang didapatkan dari

youtube.

3. Mentranskrip percakapan dalam acara tersebut.

4. Membaca dengan cermat percakapan yang sudah ditranskrip.

58 Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 24 59 Imro’atun Nikmatuz, Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Novel Cinta

Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy, (skripsi, fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017), h. 2

34

5. Mengumpulkan data berupa realisasi kesantunan dan

mengelompokkannya berdasarkan maksim-maksim kesantunan Leech.

6. Mendeskripsikan dan menganalisis data dengan teori kesantunan

berbahasa.

35

BAB IV

PEMBAHASAN

Penelitian ini menguraikan realisasi pematuhan prinsip kesantunan

berbahasa pada acara Q&A di Metro TV pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang

tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September

2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019, dan implikasinya

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Berdasarkan rumusan masalah

yang terdapat pada bab pendahuluan maka di bawah ini akan dijelaskan hasil

penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk

penjabaran dalam pembahasan dilakukan berdasarkan hasil penelitian tersebut.

A. Bentuk-bentuk Pematuhan Prinsip Kesantunan

No. Maksim-maksim jumlah Nomor Data

1. Kebijaksanaan 13 (1.1), (1.2), (1.3), (1.4), (1.5),

(1.6), (1.7), (2.1), (2.2), (3.1),

(3.3), (3.4), (3.9)

2. Kedermawanan 2 (1.8), (1.9)

3. Pujian 12 (1.10), (1.11), (1.12), (1.13),

(1.14), (1.15), (1.16), (1.17),

(2,3), (3.6), (3.7), (3.8)

4. Kerendahan Hati 4 (1.18), (1.19), (1.20), (2.4)

5. Kesetujuan 9 (1.20), (1.21), (2.22), (2.23),

(2.5), (2.6), (2.7), (3.2), (3.5)

6. Kesimpatian 3 (2.8), (2.9), (3.10)

Maksim yang sering muncul dalam ketiga tema pada video Q&A di Metro

TV adalah maksim kebijaksanaan sebanyak 13 data. Pematuhan kebanyakan

dilakukan oleh panelis karena menjaga perasaan mitra tutur dengan cara

mengurangi kerungiannya.

Berikut ini penjelasan dari tuturan-tuturan yang mematuhi prinsip

kesantunan yang terdapat video video Q&A di Metro TV, penulis akan

membaginya pertema acara.

36

Tema 1 ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019

Pada tema ini pematuhan maksim yang paling dominan adalah maksim

pujian, lebih banyak dipatuhi oleh panelis kepada mitra tutur. Pematuhan maksim

yang paling sedikit adalah maksim simpati sebanyak 0 data.

(1.1)

Dwikorita : ee kalau menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee tergantung.

Jadi, era saat ini yang dibutuhkan yang berani, bahasa Jawanya

berani rekoso. Beda pejabat saat ini dengan pejabat ee 10 tahun

yang lalu i...itu beda sekali. Pejabat sekarang itu melayani...

Bang Ray : mohon maap Mba, rekoso itu?

Dwikorita : rekoso itu susah, susah. Nah jadi yang berani rekoso itu UGM.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Dwikorita sedang

menjawab pertanyaan host yang menanyakan apakah benar UGM sedang

mendominasi pejabat di pemerintahan saat ini. Namun, di tengah penjelasan

Prof. Dwikorita, Bang Ray memotong untuk bertanya.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Dwikorita sedang

menjawab pertanyaan host yang menanyakan apakah benar UGM sedang

mendominasi pejabat di pemerintahan saat ini. Namun, di tengah penjelasan

Prof. Dwikorita, Bang Ray menyela, dengan bertutur ‘mohon maap Mba,

rekoso itu?’. Tuturan Bang Ray itu bermaksud ingin menanyakan kata yang

tidak diketahui sehingga ia menyela penjelasan narasumber. Tetapi setelah

menyela, Bang Ray mengucapkan ‘mohon maap’ karena ia merasa bersalah

bertanya di tengah penjelasan dan mereka belum terlalu dekat jadi Bang Ray

takut akan menyinggung Prof. Dwikorita. Seperti yang disebutkan oleh Abdul

Chaer (97:2010) bahwa kata ‘maaf’ biasanya dilakukan penutur ataupun lawan

tutur karena merasa punya kesalahan atau telah dan akan melakukan

37

“ketidaknyamanan” pada mitra tuturnya.60 Sehingga, tuturan itu terdengar lebih

santun karena sudah meminimalkan kerugian mitra tuturnya dan tidak membuat

Prof. Dwikorita tidak nyaman, terlihat dari reaksi Prof. Dwikorita yang tidak

emosi ketika menjawab pertanyaan Bang Ray. Oleh karena itu, tuturan di atas

sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.

(1.2)

Chika : ehe. Tukang jualan voucher kalo begitu. Ee mau tanya ke dokter

Heru Doktor Doktor, tadi nerusin pertanyaan dari Bapa (Bang Ray)

katanya kan 2014 tuh ee berada di pihaknya Pak Prabowo terus

yang sekarang ee meringankan di pihak lawan. Gedean mana toh

Pak?

Denny : honornya.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Chika bertanya kepada Doktor

Heru terkait bayaran yang diberikan dari pihak Pak Prabowo dan pihak Pak

Jokowi.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Chika ingin tahu lebih besar

mana bayaran yang diberikan antara pihak Pak Prabowo dan pihak Pak Jowoki.

Tuturan di atas ‘Gedean mana toh Pak?’, terbilang cukup sensitif karena terkait

masalah uang dan akan menyinggung salah satu pihak. Namun, karena

pertanyaannya cukup sensitif dan Doktor Heru lebih tua darinya maka ia

menggunakan tuturan tidak langsung disertai nada candaan agar Doktor Heru

merasa nyaman dan tidak memberatkannya untuk menjawab. Sehingga, tuturan

itu sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.

(1.3)

Bang Ray : kalo saya sebut satu kata dan anda bisa jawab satu kata bisa

ngga ya kira-kira?

Host : hmm

60 Abdul chaer, Op.cit., h. 97

38

Kang Maman : satu kata?

Bang Ray : satu kata saya sebut, anda jawab satu kata.

Host : satu kata jawabannya. Satu kata apa satu kalimat bang?

Bang Ray : satu kata aja.

Host : satu kata.

Denny : tidak boleh lebih ya?

Bang Ray : ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya.

Eddy : siap.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray meyuruh semua

narasumber untuk menjawab dengan satu kata saat Bang Ray mengucapkan

satu kata. Lalu, narasumber menyetujui permintaan Bang Ray.

Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya kepada

narasumber apakah mereka berkenan untuk menjawab dengan satu kata saat ia

menyebutkan satu kata. Lalu, host dan panelis lain ingin memastikan kembali

apakah satu kata atau satu kalimat. Bang Ray menyebutkan lagi permintaannya

kalau narasumber hanya boleh menjawab dengan satu kata. Tuturan Bang Ray

‘ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya’ meskipun termasuk

kalimat perintah tetapi ia menggunakan nada pertanyaan sehingga mengurangi

paksaan dan memperhalus tuturan tersebut. Hal ini dilakukan karena ia akan

menyuruh para narasumber yang tidak terlalu dekat dengannya maka dengan

menggunakan nada pertanyaan, tuturan itu dapat terdengar lebih santun.

Sejalan dengan apa yang dikatakan Leech yaitu memerintah dengan kalimat

berita atau kalimat tanya dipandang lebih santun dibandingan dengan kalimat

perintah.61 Kemudian, Narasumber menyetujui permintaan Bang Ray yang

ditunjukkan dengan kata ‘siap’ dengan senang hati karena tidak ada paksaan.

Jadi, tuturan ini sudah memaksimalkan keuntungan dengan mitra tutur.

61 Abdul chaer, Op.cit., h. 57

39

Dengan demikian, tuturan di atas dapat dikatakan merealisasikan santun dan

termasuk maksim kebijaksanaan.

(1.4)

Bang Ray : untuk Prof. Edi dan ee Pak Heru ya.

Heru : iya.

Bang Ray : seba khususnya Pak Heru sebagai lawyer dan sebagai yang

sering juga dimintai sebagai saksi ahli Prof. Edi ya, ketika

menerima satu permintaan itu baik sebagai Iawyer maupun

sebagai saksi ahli karna profesional atau karna memang sesuai

pikiran dan ee prinsip anda?

Heru : saya dulu ya.

Bang Ray : iya, boleh.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada

kedua narasumber. Ia mempertanyakan saat menerima klien, baik sebagai

pengacara ataupun saksi ahli, apakah sesuai dengan pikiran dan prinsip mereka

atau hanya professional saja.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada

kedua narasumber. Ia ingin menanyakan tentang keputusan mereka saat

menerima klien, baik sebagai pengacara maupun saksi ahli, apakah ditentukan

sesuai pikiran dan prinsip mereka atau hanya professional. Kemudian, Doktor

Heru ingin menjawab terlebih dahulu dengan bertutur ‘saya dulu ya’. Tuturan

Doktor Heru itu bermaksud kalau ia ingin menjawab pertama sebelum Prof.

Eddy. Meskipun tuturan itu termasuk kalimat perintah tetapi dituturkan

menggunakan nada pertanyaan, sehingga terkesan seperti Doktor Heru meminta

izin dahulu kepada Bang Ray untuk menjawab maka terdengar lebih santun.

Lalu, Bang Ray memberi izin dengan bertutur ‘iya, boleh’, tuturan itu sudah

memaksimalkan keuntungan pada Doktor Heru karena memperbolehkan untuk

menjawab pertama. Oleh karena itu, tuturan tersebut dapat dikatakan santun dan

termasuk maksim kebijaksanaan.

40

(1.5)

Bang Ray : itu maksud saya, justru karna itulah pertanyaan ini menjadi

penting karna fakta itu bisa ditafsirkan baik bisa ditafsirkan

buruk.

Eddy : iya, iya.

Bang Ray : tapi anda sendiri mau menafsirkan sesuai dengan

kepentingan klien atau anda...

Eddy : tidak

Bang Ray : menafsirkan sesuai dengan keinginan anda?

Eddy : dengan hati nurani saya...

Bang Ray : nah itu maksud saya

Eddy : dengan keyakinan saya lalu saya mengambil keputusan ini

seperti itu.

Konteks : percakapan di atas merupakan lanjutan dari pertanyaan Bang Ray

kepada Doktor Heru sebelumnya, tetapi karena kurang puas dengan jawaban

Doktor Heru jadi ia bertanya kembali di scene ini saat diberi kesempatan oleh

host. Bang Ray kembali mempertanyakan tentang pandangan atau ideologi

pengacara dalam menerima klien.

Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray kembali

mempertanyakan keputusan yang mendasari kedua narasumber saat menerima

permintaan menjadi pengacara ataupun saksi ahli dari klien, apakah karena

profesional atau sesuai prinsip. Lalu, Doktor Heru menjawab kalau ia menerima

permintaan klien sesuai klasifikasi dirinya, Bang Ray merasa kurang puas

dengan jawaban itu. Kemudian, Bang Ray bertanya kembali di kesempatan lain

kepada Prof. Eddy, dengan bertutur ‘tapi anda sendiri mau menafsirkan sesuai

dengan kepentingan klien atau anda...’ dan ‘menafsirkan sesuai dengan

keinginan anda?’ Tuturan itu bermaksud ingin mengetahui alasan pengacara

atau saksi ahli selalu berubah-ubah pandangannya, apakah ketika menerima

tawaran selalu mengikuti kepentingan klien atau sesuai keinginan dirinya,

41

dengan menanyakan kepada narasumber selaku pengacara dan saksi ahli.

Tuturan Bang Ray dituturkan dengan nada sedikit tegas dikarenakan ia berasal

dari Sumatera dan suka memantau pemilu, mengkritisi parlemen serta

memerangi korupsi, sehingga terbiasa berbicara seperti itu. Blown (1987) pada

suatu saat bahasa membentuk kebudayaan ada benarnya. Di saat yang lain,

kebudayaan menentukan bahasa juga ada benarnya.62 Meskipun begitu, tuturan

Bang Ray masih dapat dikatakan santun karena dipengaruhi oleh budaya dan

latar belakang pengalaman tersebut. Selain itu, ia memberikan pilihan kepada

Prof. Eddy sebagai bentuk meminimalkan kerugian mitra tutur, sehingga tidak

memberatkannya. Ditunjukkan pada saat Prof. Eddy menjawab pertanyaan

tersebut, ia terlihat santai dan tidak tersinggung. Oleh karena itu, tuturan Bang

Ray sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.

(1.6)

Eddy : jadi saya kira ee pertanyaan itu sangat baik dan cukup

mendasar jadi ketika ada satu kasus dan meminta saya sebagai

ahli maka yang pertama-tama saya minta adalah apa kronologi

kasusnya. Ketika saya disampaikan kronologis kasus, saya

menentukan ini pendapat saya. Pendapat saya seperti ini

apakah anda setuju ataukah tidak, apakah pendapat saya ini

bisa menguntungkan klien anda ataukah tidak kalau bisa

menguntungkan silahkan anda memakai saya tapi kalau tidak,

ya no problem.

Bang Ray : Mba Dini...

Host : baik. Oke

Bang Ray : Mba Dini...

Host : iya.

62 Pranowo, Op.cit.,h. 9

42

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya tetapi

belum gilirannya sehingga ia menginterupsi dengan memanggil nama host

sebelum host selesai berbicara.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya tetapi

belum gilirannya, sehingga ia menyela sebelum host selesai berbicara dengan

memanggil nama host. Tuturan ‘Mba Dini...’, digunakan sebagai bentuk santun

untuk menginterupsi pembicaraan sebab Bang Ray bermaksud ingin meminta

izin bertanya terlebih dahulu sebelum host mempersilakan panelis lain. Tuturan

ini terdengar lebih santun dibandingkan jika Bang Ray menyela pembicaraan

dan langsung berbicara tanpa meminta izin, karena akan menyinggung mitra

tutur dan tidak menghormati host. Sehingga, tuturan Bang Ray sudah

meminimalkan kerugian pada mitra tutur. Dengan demikian, tuturan di atas

masih cukup santun dan termasuk maksim kebijaksanaan.

(1.7)

Bang Ray : iya. Ini kan khusunya Pak Heru ya yang 2014 seinget saya

anda justru pengacara Pak Prabowo yang mendalilkan

adanya TSM.

Heru : betul.

Bang Ray : sekarang anda menjadi pengacara 01 yang menolak adanya

TSM. Jadi sebetulnya pandangan anda sendiri apa gitu. Dari

satu segi anda setuju ada TSM itu 2014 tapi 2019 ini anda

menolak adanya dugaan TSM dalam pelaksanaan Pilpres. Itu

yang saya mau katakan sebetulnya ketika kita terima kasus ini

mau membela gitu, kita membela itu karena memang

kewajiban profesional kita atau karna memang ini prinsip

yang kita yakini bener gitu?

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya kepada kedua

narasumber. Ia menanyakan berdasarkan apa ketika mereka menerima

permintaan klien, apa karena professional saja atau sesuai pikiran dan prinsip

43

mereka. Lalu, Bang Ray secara khusus menanyakan ini kepada Doktor Heru

karena ketika menjadi pengacara Pak Prabowo dan ketika menjadi pengacara

Pak Jokowi, memiliki pemikiran yang berbeda.

Analisis : percakapan di atas dituturkan berawal dari pertanyaan Bang Ray pada

kedua Narasumber, yang menanyakan berdasarkan apa mereka menerima

penawaran menjadi pengacara ataupun saksi ahli, apa karena professional atau

sesuai pikiran dan prinsip. Lalu, Bang Ray mengkhususkan pertanyaannya

untuk Doktor Heru, dengan tuturan ‘ini kan khusunya Pak Heru ya yang 2014

seinget saya anda justru pengacara Pak Prabowo yang mendalilkan adanya

TSM dan sekarang anda menjadi pengacara 01 yang menolak adanya TSM.

Jadi sebetulnya pandangan anda sendiri apa gitu. Dari satu segi anda setuju

ada TSM itu 2014 tapi 2019 ini anda menolak adanya dugaan TSM dalam

pelaksanaan Pilpres’. Bang Ray bertutur seperti itu dengan maksud ingin

mengkritik Doktor Heru yang dianggapnya tidak konsisten sebab adanya

perbedaan pendapat ketika menjadi pengacara Pak Parbowo dan Pak Jokowi,

jadi seakan pemikirannya berubah tergantung dari siapa yang menjadi kliennya.

Meskipun, dikatakan dengan nada cukup tegas tetapi tuturan itu masih

terdengar santun sebab dipengaruhi oleh latar belakang pengalamannya sebagai

seorang aktivis dan pengamat politik Indonesia.63 Jadi, ia terbiasa mengkritik

orang dengan tegas. Selain itu, Bang Ray memberikan pilihan kepada Mitra

tutur, ditunjukkan pada tuturan ‘kita membela itu karena memang kewajiban

profesional kita atau karna memang ini prinsip yang kita yakini bener gitu?’

sebagai bentuk untuk meminimalkan kerugian bagi mitra tutur supaya tidak

terkesan memojokkannya. Dilihat dari respon Doktor Heru yang tidak emosi

menandakan kalau ia tidak tersinggung atau merasa tidak nyaman, karena ia

mengetahui latar belakang Bang Ray tersebut. Dengan demikian, tuturan itu

sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.

63 Merdeka.com, https://www.merdeka.com/ray-rangkuti/ diakses pada 24 September

2020 pukul 14.27 WIB.

44

(1.8)

Eddy : ngga juga sebetulnya karna...

Chika : gini aja Prof., kita deal ajalah. Saya yang bikinin, adminnya

sayalah.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia

memilih tidak memiliki sosial media. Lalu, Chika menawarkan diri untuk

membuatkan sosial media untuk Prof. Eddy.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia

memilih tidak memiliki sosial media. Lalu, Denny mengejeknya kalau Prof.

Eddy tidak bisa bikin password atau email. Kemudian, Chika menawarkan diri

untuk membuatkan sosial media untuk Prof. Eddy, dengan bertutur ‘…Saya

yang bikinin, adminnya sayalah’. Tuturan itu bermaksud kalau Chika ingin

membuatkan Prof. Eddy sosial media dan ia adminnya, serta disampaikan

dengan nada candaan. Meskipun, hanya candaan tetapi ia tidak mengejek Prof.

Eddy. Sehingga, Chika sudah memaksimalkan kerugian kepada dirinya dengan

menawarkan diri. Dengan demikian, tuturan itu sudah merealisasikan

kesantunan dan termasuk maksim kedermawanan.

(1.9)

Ibu Yenti : kesannya gini jangan hukum tu hanya diartikan bahwa itu

seni, seni berhukum tapi tolong disampaikan untuk sebagai

edukasi saja ya baik ini tata negara maupun itu hukum pidana

yang penting berhukum. Jadi mungkin Pak Edi dijelaskan

tolong, ee kali ini saya sebagai ketua umum ya Pak Edi tolong

jelaskan, ee apa sih hukum itu mungkin dari tujuannya,

berhukum tuh bagaimana itu tolong disampaikan Pak Edi

disini.

Eddy : jadi. Ya makasih Mbak Yenti. Jadi Mas Maman ee bukan

baru saat ini sejak tahun 1600 itu Imanuel Khan sudah

45

mengatakan bahwa masih saja orang selalu mencari definisi

mengenai hukum itu sebetulnya adalah pertanyaan yang

retorik, mengapa pertanyaan yang retorik karena tidak

mungkin kita mendefinisikan hukum itu dalam suatu definisi

yang singkat padat dan jelas. Mengapa demikian, karena

hukum itu mengatur seluruh aspek kehidupan sejak seseorang

belum lahir sampai dia masuk ke dalam liang kubur itu semua

diatur oleh hukum. Oleh karna itu, kalau ditanya kepada saya

‘Apa itu hukum’, kebetulan ee Kang Maman dan Mbak Yenti

ee bersama-sama dengan Zainal Arifin Mochtar kami berdua

sedang menulis mengenai asas, kaidah dan teori hukum sekitar

500 halaman untuk dijadikan teks book untuk memahami betul

apa itu hukum. Jadi hukum itu bisa dilihat sebagai suatu norm,

hukum itu bisa dilihat sebagai suatu disiplin ilmu, hukum itu

bisa juga diidentikkan dengan keadilan, hukum itu juga bisa

dilihat sebagai aparat hukum yang bekerja dan masih ada lagi

pengertian hukum-hukum lainnya. Jadi tidak semudah itu. Ee

sementara di sisi lain di dalam konteks teori Kang Maman ada

yang disebut dengan istilah antinomi hukum. Antinomi hukum

itu adalah dua keadaan yang saling bertentangan antara satu

dengan yang lain tetapi tidak boleh saling menegasikan itulah

yang membuat sistem hukum itu menjadi dinamis dan dapat

disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Ibu Yenti meminta Prof. Eddy

untuk menjelaskan pengertian dari hukum dan apa tujuan hukum. Lalu, Prof.

Eddy bersedia untuk menjelaskannya.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Ibu Yenti menyuruh Prof. Eddy

untuk menjelaskan pengertian dari hukum dan apa tujuan hukum, karena masih

banyak yang mengartikan hukum itu sebuah seni. Maka Ibu Yenti menyuruh

Prof. Eddy dengan cara meminta untuk menjelaskan lebih rinci pengertian dari

46

hukum, selaku guru besar hukum pidana di UGM, dengan bertutur ‘tolong

disampaikan untuk sebagai edukasi saja ya baik ini tata negara maupun itu

hukum pidana yang penting berhukum. Jadi mungkin Pak Edi dijelaskan tolong,

ee kali ini saya sebagai ketua umum ya Pak Edi tolong jelaskan, ee apa sih

hukum itu mungkin dari tujuannya, berhukum tuh bagaimana itu tolong

disampaikan Pak Edi disini’. Pada tuturan itu meskipun dimaksudkan untuk

menyuruh Prof. Eddy tetapi masih terdengar santun karena disampaikan dengan

cara meminta, ditandai dengan penggunaan kata ‘tolong’. Pemakaian bahasa

Indonesia yang santun ditandai dengan pemakaian bahasa verbal, seperti

perkataan ‘tolong’ pada waktu menyuruh orang lain.64 Ibu Yenti menggunakan

bahasa santun ketika minta tolong karena dirinya dan Prof. Edyy tidak terlalu

dekat serta posisi Prof. Eddy saat itu sebagai narasumber maka ia harus

menghormatinya, sehingga mengurangi rasa terpaksa mitra tutur. Kemudian,

Prof. Eddy bersedia untuk menjelaskan pengertian dari hukum, dengan bertutur

‘Ya makasih Mbak Yenti’. Tuturan itu dimaksudkan untuk menghormati Ibu

Yenti karena lebih tua darinya, sekaligus ungkapan kesediaan dirinya untuk

menjawab. Sehingga, Prof. Eddy sudah memaksimalkan kerugian untuk diri

sendiri. Dengan demikian, tuturan itu sudah merealisasikan kesantunan dan

termasuk maksim kedermawanan.

(1.10)

Denny : kalo saya melihatnya dari sisi saya sebagai orang Sunda gitu

ya ee terlihat sekarang itu semakin ee mohon maap maksudnya

kebanyakan dari dari daerah Jawa, kampusnya pun semuanya

lulusan UGM gitu. Apa saya ras saya ngeliatnya seperti tidak

ada keadilan disitu.

Host : kenapa?

Denny : saya kapan (tertawa). Jadi meliat maksudnya pandangan

Prof. Edi seperti apa?

64 Pranowo, Op.cit., h. 91

47

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Denny menyampaikan

pendapatnya kepada Prof. Eddy karena menurutnya rektor UGM lebih

didominasi oleh orang Jawa dibandingkan orang Sunda dan alumni UGM.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Denny akan bertanya kepada

narasumber. Pada tuturan di atas Denny bermaksud ingin mengatakan kalau

yang menjadi rektor UGM kebanyakan orang Jawa dan berasal dari alumni

UGM, dibandingkan dari daerah lain. Namun, karena Denny akan menyebutkan

salah satu suku yaitu suku Jawa, ia memperhalus bahasanya yang disertai nada

candaan supaya tidak menyinggung orang Jawa termasuk narasumber, terlihat

dari tuturan ee mohon maap maksudnya kebanyakan dari dari daerah Jawa,

kampusnya pun semuanya lulusan UGM gitu. Apa saya ras saya ngeliatnya

seperti tidak ada keadilan disitu. Denny juga mengucapkan kata ‘mohon maap’

yang dapat berfungsi untuk membuat tuturannya lebih terdengar santun. Seperti

yang dikatakan Pranowo kata ‘maaf’ digunakan untuk tuturan yang

diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain.65 Sehingga, Denny sudah

meminimalkan ejekan kepada mitra tutur karena apabila Denny tidak

mengucapkan ‘mohon maap’ akan terkesan ia menjelekan orang Jawa dan

alumni UGM. Dengan demikian, tuturan di atas sudah merealisasikan

kesantunan dan termasuk maksim pujian.

(1.11)

Eddy : jadi saya tau saya sebagai ee sebagai trending topik itu saya

tau dari istri saya jadi dia punya Instagram dia punya

Facebook dan media sosial, dia beri tahu saya bahwa ada

komen seperti ini dan lain sebagainya. Jadi ya saya biasa saja

begitu

Denny : luar biasa.

65 Pranowo, Op.cit., h. 104

48

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy menceritakan kalau

ia tahu dirinya menjadi trending topik di Twitter karena diberitahu istrinya.

Dirinya tidak memiliki sosial media dan ia tidak masalah dengan itu. Lalu,

Denny merasa kagum dengan Prof. Eddy tidak memiliki sosial media dan tidak

masalah dengan itu.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy menceritakan kalau

ia tahu dirinya menjadi trending topik di Twitter karena diberitahu istrinya,

sebab ia tidak memiliki sosial media. Prof. Eddy tidak masalah jika dirinya tidak

memiliki sosial media. Mendengar hal ini, Denny bertutur ‘luar biasa’. Maksud

dari tuturan itu, Denny ingin mengatakan kalau ia kagum pada Prof. Eddy

karena tidak masalah dengan tidak memiliki sosial media. Tuturan Denny itu

sudah memaksimalkan pujian kepada Prof. Eddy maka ia sudah bersikap

santun. Dengan demikian, tuturan Denny di atas sudah merealisasikan

kesantunan dan termasuk maksim pujian.

(1.12)

[Prof. Eddy bernyanyi]

Host : Terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya

lagu ini, emang bisa bahasa Spanyol?

Konteks : tuturan di atas dituturkan setelah Prof. Eddy selesai bernyanyi. Host

merasa kagum dengan kelancaran bahasa Spanyol Prof. Eddy ketika bernyanyi.

Analisis : tuturan di atas dituturkan setelah Prof. Eddy selesai bernyanyi. Host

merasa kagum dengan kelancaran bahasa Spanyol Prof. Eddy ketika bernyanyi,

dengan bertutur ‘terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya

lagu ini’. Pada tuturan itu, host memuji Prof. Eddy karena afal menyanyikan

lagu bahasa Spanyol tersebut. Tuturan host ini juga semakin santun karena ia

mengucapkan kata ‘terima kasih’ untuk menghargai dan menghormati Prof.

Eddy yang sudah bernyanyi. Sehingga, tuturan di atas sudah memaksimalkan

maksim pujian dan merealisasikan kesantunan.

49

(1.13)

Chika : gini aja Prof., kita deal ajalah. Saya yang bikinin, adminnya

sayalah .

Host : dia followersnya jutaan loh Prof.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia

tidak ingin memiliki sosial media. Lalu, Chika menawarkan dirinya untuk

membuatkan Prof. Eddy sosial media dan host menambahkan kalau Chika

mempunyai followers banyak.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia

tidak ingin memiliki sosial media. Lalu, Chika menawarkan dirinya untuk

membuatkan Prof. Eddy sosial media dan menjadi adminnya. Kemudian, host

menambahkan kalau Chika mempunyai followers banyak. Tuturan host ‘dia

followersnya jutaan loh Prof’, sebagai bentuk pujian kepada Chika karena

memiliki followers jutaan. Jadi, tuturan ini sudah memaksimalkan pujian

kepada mitra tutur yaitu Chika. Serta penggunaan kata ‘dia’ untuk menunjuk

Chika, masih dikatakan santun sebab umur Chika lebih muda dari host dan sikap

Chika yang suka bercanda membuat host lebih santai ketika berbicara

dengannya. Oleh karena itu, tuturan di atas dapat dikatakan merealisasikan

kesantunan dan termasuk maksim pujian.

(1.14)

Host : oke. Ini ini ternyata yang menarik juga dari pasukan Gajah

Mada yang hadir bersama kita malam hari ini kalau misalnya

Prof. Edi ini kalau kita inget pernah jadi saksi ahli yang

meringankan Basuki Cahaya Purnama kasusnya Ahok.

Kemudian juga pernah jadi saksi ahli untuk memberatkan

Jessica, Jessica inget masih inget kopi Vietnam.

[diselingi percakapan lain]

50

Host : Jessica Kumala Wongso. Oke, kemudian juga yang menjadi

menarik pernah jadi saksi meringankan Bang ed Denny

Indrayana justru pada saat itu dalam kasus Payment

Gateway. Kemudian kalau untuk Pak Heru, Pak Heru sendiri

pernah jadi penasehat hukumnya Pak Denny Indrayana

ketika di kasus yang sama. Kemudian juga ee waktu itu juga

pernah berfokus untuk pada hukum pemilu kalo Prof. lebih

fokus kepada hukum...

Eddy : pidana.

Host : pidana, begitu dan juga kalo kalo ditanya kalo misalnya Pak

Heru hobinya apa ee beribadah dan mengaji.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host sedang membicarakan

tentang pengalaman para narasumber saat menjadi pengacara ataupun saksi

ahli. Host membacakan pengalaman narasumber tetapi tidak semuanya, ia

hanya membacakan pengalaman yang menarik.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika host sedang membicarakan

tentang pengalaman para narasumber saat menjadi pengacara ataupun saksi

ahli. Host membacakan pengalaman menarik dari narasumber. Pertama host

membacakan pengalaman Prof, Eddy seperti pada tuturan ‘…Prof. Edi ini

kalau kita inget pernah jadi saksi ahli yang meringankan Basuki Cahaya

Purnama kasusnya Ahok. Kemudian juga pernah jadi saksi ahli untuk

memberatkan Jessica...’ dan ‘…pernah jadi saksi meringankan Bang ed

Denny Indrayana justru pada saat itu dalam kasus Payment Gateway…’.

Kemudian, host membacakan pengalamannya Doktor Heru ‘…Pak Heru

sendiri pernah jadi penasehat hukumnya Pak Denny Indrayana ketika di

kasus yang sama. Kemudian, juga ee waktu itu juga pernah berfokus untuk

pada hukum pemilu…’ serta ‘…kalo kalo ditanya kalo misalnya Pak Heru

hobinya apa ee beribadah dan mengaji.’ Tuturan itu disampaikan sebagai

bentuk memaksimalkan pujian kepada narasumber karena pernah menjadi

pengacara atau saksi ahli untuk masalah-masalah yang cukup besar dan

51

menarik. Sehingga, tuturan di atas dapat dikatakan termasuk maksim pujian dan

cara penyampaiannya tidak berlebihan jadi masih cukup terdengar santun.

(1.15)

Kang Maman : jadi kaya dukun ya, satu ilmu satu perguruan ngga boleh

saling.

Eddy : saya kira begitu.

Kang Maman : (tertawa).

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau

Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak

Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah

jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau

Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak

Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah

jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya. Kemudian, Kang Maman membalas jika

hal itu seperti dukun, yang satu ilmu dan perguruan tidak boleh saling

menyerang. Tuturan Kang Maman ‘jadi kaya dukun ya’ menggunakan majas

perumpamaan, yang mana bertujuan untuk menyamarkan maksud atas dasar

pertimbangan agar mitra tutur tidak merasa dipermalukan di depan umum.

Majas ini merupakan salah satu gaya bahasa yang dapat digunakan untuk

melihat santun tidaknya pemakaian bahasa.66 Tuturan Kang Maman di atas

bermaksud ingin mengejek sikap Pak Nasrulah yang tidak memberikan

pertanyaan karena satu bidang dengan Prof. Eddy tetapi dengan cara menyindir

menggunakan majas perumpamaan ini. Selain itu, dituturkan dengan nada

candaan. Sehingga, tuturan Kang Maman terdengar lebih santun dan tidak

menyinggung Prof. Eddy serta Pak Nasrulah karena meminimalkan ejekan

66 Pranowo, Op.cit., hlm. 18-20

52

terhadap mereka. Dengan demikian, tuturan Kang Maman merealisasikan

kesantunan dan termasuk maksim pujian.

(1.16)

Bang Ray : jadi ada orang yang mengatakan sebelum dia jadi lawyer si A

sebetulnya terlebih dahulu dia mau jadi lawyer si B tapi karna

si B tidak mau terima pindah ke si A gitu. Jadi orang jadi

melihatnya sebetulnya para lawyer ini punya ideologi apa

ngga si, kan kira-kira gitu tu pertanyaannya gitu.

Host : atau profesional aja

Bang Ray : bukan hanya profesional tapi lebih dari itu seperti pertanyaan

Jessica tadi kan atau hanya sekedar cari nominalnya kan

kira-kira gitu. Jadi kalo di A ngga tembus kita ke B jadi seolah-

olah ngga ada you you mau bela mana, mau bela yang apa.

Kan kira-kira gitu.

Host : iya.

Heru : itu sebenernya ngga boleh Bang, lawyer tuh ngga boleh

menawarkan diri seharusnya. Jadi lawyer tu pasif ketika ee

calon-calon klien mencari kuasa hukum yang kira-kira pas ya

kita sifatnya menunggu, ngga boleh kita menawarkan kesana

dan kesebalah gitu. Itu etikanya seperti itu jadi ketika ada

lawyer yang menawarkan kesana kemudian disana tidak

diterima kemudian kesebelah, ya itu dari kedua penawar itu

sudah salah sudah melanggar etika sebenarnya.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray mengkritik para

pengacara sebab terkesan suka berubah-ubah pandangannya. Sehingga, Bang

Ray mempertanyakan hal tersebut kepada kedua narasumber, apakah pengacara

atau saksi ahli punya ideologi atau hanya karena professional atau mencari

keuntungan saja dalam memilih klien.

53

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya pada kedua

narasumber. Ia bermaksud ingin mengetahui sekaligus mewakili pertanyaan

kebanyakan orang, alasan pengacara atau saksi ahli terkesan berubah-ubah

pandangannya. Tetapi tuturan itu tidak secara khusus ditunjukkan untuk

mengkritik Doktor Heru maupun Prof. Eddy, dibuktikan dengan tuturan ‘jadi

orang jadi melihatnya sebetulnya para lawyer ini punya ideologi apa ngga

si...’ dan ‘...atau hanya sekedar cari nominalnya kan kira-kira gitu’.

Dikatakan tidak secara khusus mengkritik narasumber karena Bang Ray

menggunakan kata ‘para lawyer’ sebagai kata ganti orang supaya terdengar

lebih halus. Dibandingkan jika menyebutkan langsung nama narasumber maka

seakan hanya mengkritik orang tersebut dan menjatuhkan harga dirinya. Selain

itu, Bang Ray juga memberikan pilihan kepada narasumber. Hal ini dilakukan

karena Bang Ray dan narasumber belum terlalu mengenal jadi ia berusaha

menggunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung mereka. Sehingga,

tuturan itu sudah meminimalkan ejekan pada mitra tutur. Seperti yang

disebutkan Pranowo, jika komunikasi yang berisi kritik secara terbuka dan

relatif keras, masih dapat dikatakan santun karena tidak ada seseorang yang

dikritik secara langsung.67 Dengan demikian, tuturan di atas merealisasikan

kesantunan dan maksim pujian.

(1.17)

Ibu Yenti : ya. Saya emang ketua umumnya masyarakat hukum pidana

dan kriminologi Indonesia dan beliau adalah ketua 3A ee tapi

saya tadi agak agak gimana ya Mbak dwikorita, Mbak ee

Prof. memang biasa melihat cuaca suasana gitu ya suasana

hati saya jadi agak galau juga bahwa UGM aja yang bisa

susah dan terbanting-banting. Saya Doktor saya dari UI dan

saya mengabadikan sudah 23 tahun di Trisakti, kami juga bisa

dibanting-banting kok Bu gitu ya.

67 Pranowo, Op.cit., h. 64

54

Konteks : tuturan di atas dituturkan ketika Ibu Yenti mengatakan pendapatnya

jika tidak hanya UGM yang bisa rekoso atau berani susah karena Ibu Yenti yang

merupakan alumni UI dan dosen di Trisakti, juga bisa berani susah.

Analisis : tuturan di atas merupakan respon dari pernyataan Prof. Dwikorita

yang mengatakan bahwa hanya UGM yang mahasiswanya bisa tahan banting

atau rekoso. Tuturan Ibu Yenti di atas bermaksud ingin mengatakan kalau

dirinya juga bisa rekoso meskipun ia alumni UI dan dosen di TRISAKTI.

Namun, Ibu Yenti tidak mengatakannya secara langsung ditandai dengan kata

‘agak’ karena apabila dikatakan secara langsung, akan terkesan memuji dirinya

sendiri. Sehingga, Ibu Yenti memperhalusnya dengan bertutur ‘saya tadi agak

agak gimana ya Mbak dwikorita, Mbak ee Prof. memang biasa melihat cuaca

suasana gitu ya suasana hati saya jadi agak galau juga bahwa UGM aja yang

bisa susah dan terbanting-banting. Saya Doktor saya dari UI dan saya

mengabadikan sudah 23 tahun di Trisakti, kami juga bisa dibanting-banting

kok Bu gitu ya’, tuturan ini lebih santun dan terdengar lebih rendah hati. Oleh

karena itu, tuturan di atas dapat dikatakan sudah merealisasikan kesantunan dan

termasuk maksim kerendahan hati karena meminimalkan pujian kepada dirinya.

(1.18)

Chika : ekhem gini bapak-bapak ibu-ibu, seperti yang orang-orang

ketahui bahwa aku ini sangat otaknya ya gitu lah ya apa

adanya gitu kan. Apa mau bilang minus (ditujukan untuk

denny). Malu-maluan (tertawa). Iya bener, kalau misalkan

Prof. aja kan ditaroh sini kaya Profesor (meletakan kacamata

di atas kepala) kalo aku ‘uh otaknya minus lu’ gitu kan. Kalo

misalkan...

Konteks : tuturan di atas dituturkan ketika Chika diberi kesempatan untuk

bertanya. Ia menceritakan keresahannya yang ingin masuk UGM tetapi

menyadari dirinya tidak terlalu pintar.

55

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Chika menceritakan

keresahannya yang ingin menjadi mahasiswa UGM karena ia ingin sukses

seperti para narasumber tetapi Chika menyadari otaknya tidak terlalu pintar.

Tuturan Chika ‘seperti yang orang-orang ketahui bahwa aku ini sangat

otaknya ya gitu lah ya apa adanya gitu kan’, sebagai bentuk memaksimalkan

ejekan kepada dirinya maka tuturan ini terdengar santun sebab Chika berusaha

untuk rendah hati, dengan mengatakan kalau dirinya tidak terlalu pintar.

Sehingga, tuturan itu sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim

kerendahan hati.

(1.19)

Host : Terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya lagu

ini, emang bisa bahasa Spanyol?

Eddy : ee sebetulnya kalau dikatakan bisa tid ee tidak juga tapi

saya pengalaman waktu di Strasbourg, Prancis dalam Short

Course tahun 2001 di Renekasang Institut kebetulan ee teman-

teman di sebelah kamar itu kebanyakan dari Spanyol dan

Meksiko, karna itu sekolah musim panas dan matahari baru

terbenam sekitar jam 12 malam jadi yang kita lakukan setelah

saya sekolah itu ya biasanya menyanyikan lagu-lagu Spanyol

jadi ee proses seperti itu tidak asing bagi saya ketika harus

belajar.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy sudah selesai

menyanyikan lagu bahasa Spanyol. Semua orang kagum dengan kelancaran

Prof. Eddy menyanyikan lagu tersebut.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy sudah selesai

menyanyikan lagu bahasa Spanyol. Semua orang merasa kagum dengan

kelancaran Prof. Eddy saat bernyanyi termasuk host. Ia menanyakan alasan

kenapa Prof. Eddy lancar menyanyikan lagu tersebut, apakah karena bisa

bahasa Spanyol. Kemudian, Prof. Eddy menjawab kalau ia tidak bisa tetapi

56

sesungguhnya ia bermaksud ingin mengatakan jika dirinya bisa sedikit

berbahasa Spanyol, ditunjukkan pada tuturan ‘ee sebetulnya kalau dikatakan

bisa tid ee tidak juga tapi saya pengalaman waktu di Strasbourg…’. Sehingga,

tuturan membantah itu digunakan sebagai bentuk halus untuk memuji dirinya

agar tidak terkesan sombong. Karena setelah membantah, ia mengucapkan kata

hubung pertentangan ‘tapi’ untuk memberi tahu kalau ia sering menyanyikan

lagu Spanyol waktu bersekolah di Perancis, jadi secara tidak langsung Prof.

Eddy ingin mengatakan jika ia bisa sedikit berbahasa Spanyol. Dengan

demikian, tuturan di atas dapat dikatakan sudah merealisasikan kesantunan dan

termasuk maksim kerendahan hati.

(1.20)

Host : anak Trisakti bagaimana ini, perwakilan Trisakti. Apakah

betul apakah bener ngga sih emang UGM ini lagi mendominasi

Bu?

Dwikorita : ee kalau menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee

tergantung. Jadi, era saat ini yang dibutuhkan yang berani,

bahasa Jawanya berani rekoso. Beda pejabat saat ini dengan

pejabat ee 10 tahun yang lalu i...itu beda sekali. Pejabat

sekarang itu melayani...

Bang Ray : mohon maap Mba, rekoso itu?

Dwikorita : rekoso itu susah, susah. Nah jadi yang berani rekoso itu

UGM.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host sedang menyebutkan nama-

nama alumni UGM yang berada di pemerintahan. Setelah itu, host mengejek

mahasiswa Trisakti yang saat itu sedang menjadi penonton, dengan

menanyakan siapa saja alumni Trisakti yang berada di pemerintahan karena

dirasa masih kalah dengan UGM. Selanjutnya, host bertanya kepada Prof.

Dwikorita, apakah UGM sedang mendominasi karena banyak alumninya yang

berada di Pemerintahan.

57

Analisis : percakapan di atas terjadi ketika host merasa pejabat di pemerintahan

sekarang sedang didominasi oleh UGM dan menyebutkan nama-namanya.

Terkait hal ini host menanyakan kebenarannya kepada Prof. Dwikorita, selaku

rektor UGM saat itu. Kemudian, Prof. Dwikorita menjawab kalau menurut

persepsinya hal itu tidak sepenuhnya benar. Tuturan Prof. Dwikorita di atas

terdengar cukup rendah hati karena ia tidak langsung membenarkan jika UGM

sedang mendominasi, ia mengawali jawabannya dengan bertutur ‘ee kalau

menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee tergantung…’. Namun, tuturan itu

tidak sepenuhnya merendah karena di kalimat selanjutnya ia mengatakan kalau

pejabat yang dibutuhkan saat ini yang berani rekoso atau berani susah dan sikap

itu dimiliki mahasiswa UGM. Jadi, sesungguhnya tuturan itu bermaksud ingin

mengatakan kalau memang benar UGM sedang mendominasi karena

mahasiswanya berani rekoso, sikap itu yang dibutuhkan pejabat di era ini.

Tuturan yang setengah merendah itu masih cukup santun karena melihat panelis

dan penonton saat itu yang bukan berasal dari UGM maka tidak akan

menyinggung mereka dan tidak terkesan sombong. Dengan demikian, tuturan

di atas merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim rendah hati.

(1.21)

Bang Ray : kalo saya sebut satu kata dan anda bisa jawab satu kata bisa

ngga ya kira-kira?

Host : hmm

Kang Maman : satu kata?

Bang Ray : satu kata saya sebut, anda jawab satu kata.

Host : satu kata jawabannya. Satu kata apa satu kalimat bang?

Bang Ray : satu kata aja.

Host : satu kata.

Denny : tidak boleh lebih ya?

Bang Ray : ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya.

Eddy : siap.

58

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray meyuruh semua

narasumber untuk menjawab dengan satu kata saat Bang Ray mengucapkan satu

kata. Lalu, narasumber menyetujui permintaan Bang Ray.

Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya kepada

narasumber apakah mereka berkenan untuk menjawab dengan satu kata saat ia

menyebutkan satu kata. Lalu, host dan panelis lain ingin memastikan kembali

apakah satu kata atau satu kalimat. Bang Ray menyebutkan lagi permintaannya

kalau narasumber hanya boleh menjawab dengan satu kata. Tuturan Bang Ray

‘ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya’ meskipun termasuk

kalimat perintah tetapi ia menggunakan nada pertanyaan sehingga mengurangi

paksaan dan memperhalus tuturan tersebut. Hal ini dilakukan karena ia akan

menyuruh para narasumber yang tidak terlalu dekat dengannya maka dengan

menggunakan nada pertanyaan, tuturan itu dapat terdengar lebih santun. Sejalan

dengan apa yang dikatakan Leech yaitu memerintah dengan kalimat berita atau

kalimat tanya dipandang lebih santun dibandingan dengan kalimat perintah.68

Kemudian, Narasumber menyetujui permintaan Bang Ray yang ditunjukkan

dengan kata ‘siap’ dengan senang hati karena tidak ada paksaan. Jadi, tuturan

ini sudah memaksimalkan kesetujuan dengan mitra tutur. Dengan demikian,

tuturan di atas dapat dikatakan meralisasikan kesantunan dan termasuk maksim

kesetujuan.

(1.22)

Kang Maman : jadi kaya dukun ya, satu ilmu satu perguruan ngga boleh

saling.

Eddy : saya kira begitu.

Kang Maman : (tertawa).

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau

Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak

68 Abdul chaer, Op.cit., hlm. 57

59

Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah

jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau

Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak

Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah

jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya. Kemudian, Kang Maman membalas jika

hal itu seperti dukun, yang satu ilmu dan perguruan tidak boleh saling

menyerang. Tuturan Kang Maman ‘jadi kaya dukun ya’ menggunakan majas

perumpamaan, yang mana bertujuan untuk menyamarkan maksud atas dasar

pertimbangan agar mitra tutur tidak merasa dipermalukan di depan umum.

Majas ini merupakan salah satu gaya bahasa yang dapat digunakan untuk

melihat santun tidaknya pemakaian bahasa.69 Tuturan Kang Maman di atas

bermaksud ingin mengejek sikap Pak Nasrulah yang tidak memberikan

pertanyaan karena satu bidang dengan Prof. Eddy tetapi dengan cara menyindir

menggunakan majas perumpamaan ini. Selain itu, dituturkan dengan nada

candaan. Sehingga, tuturan Kang Maman terdengar lebih santun dan tidak

menyinggung Prof. Eddy serta Pak Nasrulah. Lalu, Prof. Eddy menjawab

dengan bertutur ‘saya kira begitu’ sebagai bentuk memaksimalkan kesetujuan

dan ia tidak tersinggung sebab Prof. Eddy menangkap pesan yang

dikomunikasikan, bukan kata-kata yang digunakan. Dengan demikian, tuturan

di atas sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kesetujuan.

(1.23)

Bang Ray : untuk Prof. Edi dan ee Pak Heru ya.

Heru : iya.

Bang Ray : seba khususnya Pak Heru sebagai lawyer dan sebagai yang

sering juga dimintai sebagai saksi ahli Prof. Edi ya, ketika

menerima satu permintaan itu baik sebagai Iawyer maupun

69 Pranowo, Op.cit., hlm. 18-20

60

sebagai saksi ahli karna profesional atau karna memang sesuai

pikiran dan ee prinsip anda?

Heru : saya dulu ya.

Bang Ray : iya, boleh.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada

kedua narasumber. Ia mempertanyakan saat menerima klien, baik sebagai

pengacara ataupun saksi ahli, apakah sesuai dengan pikiran dan prinsip mereka

atau hanya professional saja.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada

kedua narasumber. Ia ingin menanyakan tentang keputusan mereka saat

menerima klien, baik sebagai pengacara maupun saksi ahli, apakah ditentukan

sesuai pikiran dan prinsip mereka atau hanya professional. Kemudian, Doktor

Heru ingin menjawab terlebih dahulu dengan bertutur ‘saya dulu ya’. Tuturan

Doktor Heru itu bermaksud kalau ia ingin menjawab pertama sebelum Prof.

Eddy. Meskipun tuturan itu termasuk kalimat perintah tetapi dituturkan

menggunakan nada pertanyaan, sehingga terkesan seperti Doktor Heru

meminta izin dahulu kepada Bang Ray untuk menjawab maka terdengar lebih

santun. Lalu, Bang Ray memberi izin dengan bertutur ‘iya, boleh’, tuturan itu

sudah memaksimalkan kesetujuan pada Doktor Heru karena memperbolehkan

untuk menjawab pertama. Oleh karena itu, tuturan tersebut dapat dikatakan

santun dan termasuk maksim kesetujuan.

Data 2 ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019

Pematuhan maksim yang paling dominan adalah maksim kesetujuan dengan

jumlah 3 data. Pematuhan maksim yang paling sedikit adalah maksim

kedermawanan dengan jumlah 0. Maksim kesetujuan lebih banyak dipatuhi oleh

mitra tutur untuk menjaga perasaan penutur. Kesetujuan yang dilakukan

kebanyakan berbentuk kesetujuan setengah, karena mitra tutur sebenarnya tidak

terlalu setuju tetapi mereka tidak langusng mengatakan tidak setuju.

(2.1)

61

Hardly : jadi kalau berbicara pengaduan dibandingkan dengan temuan ee

secara quantity pengaduan lebih banyak, lebih banyak itu lebih

rame, lebih rame itu artinya bisa jadi satu program rame-rame oleh

ratusan orang atau ratusan netijen...

Martin : contohnya boleh Pak?

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Hardly sedang menjawab

pertanyaan Martin yang menanyakan berapa persen perbandingan antara

pengaduan masyarakat dengan pengawasan langsung dari KPI supaya program

tersebut dapat ditindak. Kemudian, Martin memotong penjelasan Hardly dan

meminta contoh program yang diadukan.

Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Hardly menjawab pertanyaan

yang diberikan Martin. Hardly mengatakan kalau pengaduan lebih banyak

dibandingkan dengan pengawasan atau temuan langsung dari KPI tetapi belum

sempat Hardly menyelesaikan penjelasannya, Martin menyela dan bertutur

‘contohnya boleh Pak?’. Martin bermaksud menyuruh Hardly untuk

memberikan contohnya tetapi karena Hardly lebih tua dari dirinya maka ia

memperhalusnya dengan tuturan meminta. Sehingga, tuturan itu terdengar lebih

santun karena meminimalkan kerugian mitra tutur dan tidak terkesan memaksa

Hardly, dibandingkan jika ia menyuruh langsung. Dengan demikian, tuturan di

atas sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.

(2.2)

Hardly : sudah boleh langsung kita jawab?

Host : boleh, silahkan.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host bertanya alasan KPI

memberikan sanksi pada program Spongebob. Lalu, Hardly bertanya untuk

meminta izin menjawab dan host menyetujuinya.

Analisis : percakapan di atas terjadi karena host menanyakan kenapa program

Spongebob yang dipilih untuk diberi sanksi oleh KPI. Sebab program

62

Spongebob yang merupakan program anak-anak tetapi justru diberi sanksi,

akibatnya banyak yang tidak setuju dengan keputusan KPI dan host

mempertanyakan hal tersebut. Namun, sebelum menjawab pertanyaan tersebut,

Hardly meminta izin atau persetujuan terlebih dahulu kepada host, ditunjukkan

dengan tuturan Hardly ‘sudah boleh langsung kita jawab?’. Hal ini

dikarenakan Hardly bermaksud ingin langsung menjawab pertanyaan host

tetapi ia memperhalus penyampaian maksudnya dengan cara bertanya meminta

persetujuan. Kemudian, host menyetujui permintaan Hardly dengan bertutur

‘boleh, silahkan’ untuk memberikan izin kepada Hardly untuk langsung

menjawab. Kata ‘silahkan’ digunakan host untuk memperhalus perintah,

dengan kata lain mempersilakan atau memerintah Hardly untuk menjawab.

Sehingga, host sudah memaksimalkan keuntungan pada mitra tutur. Dengan

demikian, tuturan di atas dapat dikatakan santun dan termasuk maksim

kebijaksanaan.

(2.3)

Irsal : Perdebatannya tapi misalnya ada beberapa kasus ada anak-

anak tu yang saya tahu ya, misalnya di Aceh dia pengen ketemu

Atta Halilintar sampai ke airport, dia nyasar segala macam,

lari dari rumah kan kalo ngga salah itu...

Adri : saya dulu ngga ada Atta Halilintar juga pernah sih lari dari

rumah dan (tertawa) saya bingung gitu gimana sih tontonan

tapi.

Irsal : ya artinya..

Adri : dampak terhadap perilaku kayanya.

Irsal : artinya ginilah itukan banyak perdebatan ketika kita cerita ee

apa efek negatifnya yang secara langsung kemudian diukur kan

gitu tapi kembali bahwa ee ini Atta Halilintar misalnya atau

konten-konten digital itu kan sudah semakin marak dan ee

bukan hanya sebatas apa ya tapi sudah seb se sebagai

63

broadcaster kan artinya kalau dalam pandangan penyiaran

secara umum ini sudah masuk pada ranahnya penyiaran gitu.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Irsal menjelaskan kalau konten

Youtube Atta Halilintar memberikan pengaruh negatif bagi anak-anak, seperti

seorang anak yang lari dari rumah untuk menemui Atta Halilintar di Airport.

Lalu, Adri memberikan respon kalau dirinya juga pernah lari dari rumah

sebelum ada Atta Halilintar.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Irsal menjelaskan kalau konten

Youtube Atta Halilintar memberikan pengaruh negatif bagi anak-anak, seperti

seorang anak di Aceh yang lari dari rumah untuk menemui Atta Halilintar di

Airport. Lalu, Adri bertutur ‘saya dulu ngga ada Atta Halilintar juga pernah

sih lari dari rumah…’, tuturan Adri itu bermaksud ingin mengatakan kalau ia

tidak sependapat dengan pernyataan Isral jika konten Atta Halilintar yang

membuat seorang anak lari dari rumah, sebab sebelum ada Atta Halilintar pun

ia sudah pernah lari dari rumah. Namun, tuturan itu dituturkan secara tidak

langsung dalam bentuk sindiran disertai nada candaan sehingga masih terdengar

santun dan tidak menyinggung Irsal. Tuturan serius tetapi disampaikan dengan

nada bercanda meskipun candaannya terasa agak keras dan penuh dengan

sindiran, komunikasi itu masih tetap santun karena mitra tutur menangkap

pesan yang sampaikan, bukan kata-kata yang digunakan.70 Oleh karena itu,

tuturan itu masih dapat dikatakan sudah merealisasikan kesantunan dan

termasuk maksim pujian karena meminimalkan ejekan pada mitra tutur.

(2.4)

Kang Maman : Razak daritadi tercekat hanya karna memang takut

mendengar pernya wacana bahwa kalian akan diawasi?

akhirnya diawasi.

Nuning : Sri Asih masih boleh tampil kok (tertawa).

70 Pranowo, Op.cit., h. 67

64

Razak : Karna ee percakapan saya di Youtube cukup kasar sih untuk

anak-anak, sekarang jadi saya cukup khawatir juga akan

dibatasi secara ini aja.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika setelah Mas Hardly mengatakan

kalau platform media-media baru seperti youtube wacananya akan diawasi.

Kemudian, Kang Maman melihat Razak yang sedari tadi tidak memberikan

respon apapun, jadi ia menanyakan alasannya kepada Razak.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Kang Maman melihat Razak

tidak memberikan respon apapun setelah mendengar pernyataan Hardly kalau

wacananya platfrom media-media baru akan diawasi, entah oleh KPI atau

lembaga manapun. Sehingga Kang Maman bertanya alasan Razak tidak

memberikan respon, apakah ia takut chanel youtubenya akan diawasi.

Kemudian, Razak menjawab kalau ia sedikit khawatir karena penggunaan kata-

katanya yang cukup kasar. Tuturan Razak ‘Karna ee percakapan saya di

Youtube cukup kasar sih untuk anak-anak…’ terdengar rendah hati karena ia

tidak berusaha untuk memuji dirinya, justru mengakui kalau dirinya khawatir

chanel youtubenya diawasi karena menggunakan kata-kata yang cukup kasar

bagi anak-anak. Dengan demikian, percakapan di atas dapat dikatakan santun

dan termasuk maksim rendah hati.

(2.5)

Hardly : sudah boleh langsung kita jawab?

Host : boleh, silahkan.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host bertanya alasan KPI

memberikan sanksi pada program Spongebob. Lalu, Hardly bertanya untuk

meminta izin menjawab dan host menyetujuinya.

Analisis : percakapan di atas terjadi karena host menanyakan kenapa program

Spongebob yang dipilih untuk diberi sanksi oleh KPI. Sebab program

Spongebob yang merupakan program anak-anak tetapi justru diberi sanksi,

65

akibatnya banyak yang tidak setuju dengan keputusan KPI dan host

mempertanyakan hal tersebut. Namun, sebelum menjawab pertanyaan tersebut,

Hardly meminta izin atau persetujuan terlebih dahulu kepada host, ditunjukkan

dengan tuturan Hardly ‘sudah boleh langsung kita jawab?’. Hal ini

dikarenakan Hardly bermaksud ingin langsung menjawab pertanyaan host

tetapi ia memperhalus penyampaian maksudnya dengan cara bertanya meminta

persetujuan. Kemudian, host menyetujui permintaan Hardly dengan bertutur

‘boleh, silahkan’ untuk memberikan izin kepada Hardly untuk langsung

menjawab. Kata ‘silahkan’ digunakan host untuk memperhalus perintah,

dengan kata lain mempersilakan atau memerintah Hardly untuk menjawab.

Sehingga, host sudah memaksimalkan kesetujuan pada mitra tutur. Dengan

demikian, tuturan di atas dapat dikatakan santun dan termasuk maksim

kesetujuan.

(2.6)

Kang Maman : kalau semangat membuat kata-kata seven dirty word-nya

yang tidak boleh muncul...

Nuning : saya setuju itu Kang, setuju.

Hardly : kalo kata-kata itu Kang, saya kalo pada prinsipnya setuju

cuma mau berapa banyak kata kita masukan disitu maka

dalam pertemuan saya dengan beberapa lembaga penyiaran ee

di periode lalu di periode sebelumnya. Lalu, saya sampaikan

kata itukan berkembang terus kita tidak bisa kemudian

membatasi setiap kata-perkata tetapi kita liat lagi-lagi gambar,

visual, maupun audio yang keluar itu harus diletakan pada

konteksnya, kata itu diletakan pada konteks apa itu kita harus

liat disitu...

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Kang Maman beranggapan jika

P3SPS harus teknis karena tidak ada peraturan yang jelas terhadap kata-kata

yang dilarang atau yang boleh muncul seperti di Amerika dengan seven dirty

66

words. Kang Maman meminta KPI untuk segera merevisi P3SPS dan

narasumber setuju dengan pendapat tersebut.

Analisis : percakapan di atas terjadi ketika Kang Maman beranggapan jika

P3SPS harus teknis karena tidak ada peraturan yang jelas terhadap kata-kata

yang dilarang atau yang boleh muncul seperti di Amerika dengan seven dirty

words. Kang Maman meminta KPI untuk segera merevisi P3SP. Bu Nuning dan

Hardly setuju kalo KPI harus memiliki peraturan seperti seven dirty words.

Namun, berbeda dari Bu Nuning yang sepenuhnya setuju, sedangkan Hardly

melakukan persetujuan setengah dengan mengatakan ‘kalo kata-kata itu Kang,

saya kalo pada prinsipnya setuju cuma mau berapa banyak kata kita

masukan disitu’. Dikatakan setengah karena Hardly menyetujui adanya seven

dirty words tetapi tidak sepenuhnya setuju, ada hal yang menurutnya tidak

sependapat dengan Kang Maman, ditandai dengan penggunaan kata ‘cuma’

setelah Hardly berkata setuju. Jadi, maksud tuturan Hardly itu ingin

menyampaikan jika seven dirty word tidak terlalu efektif karena tidak hanya

kata-kata yang harus dibatasi tetapi juga dilihat dari konteks penggunaan kata

tersebut dan juga dengan melihat video atau gambarnya. Tuturan Hardly di atas

dianggap lebih santun dibandingkan dengan mengatakan ketidaksetujuan secara

langsung, sebab penutur sebisa mungkin tidak menyatakan ketidaksetujuan

dengan mitra tutur sehingga mitra tutur merasa jatuh harga dirinya.71 Oleh

karena itu, untuk menjaga harga diri mitra tutur tidak jatuh, Hardly tidak

langsung mengatakan ketidaksetujuannya. Dengan demikian, tuturan di atas

dikatakan santun dan termasuk maksim kesetujuan.

(2.7)

Martin : jangan sampe jangan sampe kita tuh mengkambinghitamkan

konten.

Hardly : ya poinnya disitu, saya setuju.

71 Pranowo, Op.Cit., hlm. 37

67

Martin : jangan sampe kita mengkambinghitamkan konten dan

melupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua.

Hardly : yes poinnya disitu.

Martin : atau sebagai society yang bisa menegur itu.

Hardly : Mba Andini saya poinnya disitu saya setuju tapi toh harus

berlaku baik kepada media-media baru maupun kepada media

penyiaran. Jangan sampai kita hanya menyalahkan konten,

tanggung jawab kita bersama, thats point. Saya mau saya

setuju di titik itu sehingga kemudian tapi sisi lain jangan juga

lalu kita katakan TV kita awasi terus, ini media-media baru

yang juga sumber informasi massa kemudian ngga ada

pengaturan. Kita perlu pikirkan itu juga tapi lagi-lagi ini

adalah diskusi khusus.

Konteks : tuturan di atas dituturkan ketika Dara mempertanyakan orang tua

yang abai dalam mengawasi anaknya bermain Youtube sedangkan sudah ada

fitur parental, sehingga yang disalahkan konten Youtube-nya. Lalu, Martin

mengatakan kalau jangan mengkambinghitamkan konten dan Hardly setuju

dengan Martin.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Dara mempertanyakan orang tua

yang abai dalam mengawasi anaknya bermain Youtube sedangkan sudah ada

fitur parental, ia takut kalau Youtube semakin diawasi maka semakin terbatasi

pula kreativitas kreator. Lalu, Martin menambahkan kalau jangan sampai

mengkambinghitamkan konten dan lalai dalam tanggung jawabnya sebagai

orang tua. Kemudian, Hardly setuju dengan tuturan Martin, ia bertutur ‘Mba

Andini saya poinnya disitu saya setuju…’. Namun, Hardly tidak sepenuhnya

setuju karena di kalimat selanjutnya ia menambahkan kata pertentangan ‘…tapi

sisi lain...’. Jadi, maksud tuturan Hardly itu, ia ingin mengatakan kalau dirinya

setuju dengan jangan hanya menyalahkan konten dan peran tanggung jawab

orang tua tetapi media-media baru tetap harus ada peraturan dan pengawasan.

Tuturan di atas dianggap lebih santun dibandingkan dengan mengatakan

68

ketidaksetujuan secara langsung. Sebab apabila dilihat dari latar belakang

Martin seorang Youtuber dan sedikit kontra dengan adanya wacana Youtube

akan dibatasi, maka akan menyinggungnya jika Hardly langsung mengatakan

tidak setuju. Sehingga, tuturan di atas dikatakan sudah merealisasikan

kesantunan dan temasuk maksim kesetujuan.

(2.8)

Razak : iya. Mereview film dengan cara saya sendiri dan kata-katanya

emang cukup kasar sih buat buat ya buat saya sih itu.

Martin : diakui (tertawa).

Nuning : buat dia aja sudah merasa kasar.

Hardly : jadi kalo saya boleh…

Nuning : tapi saya seneng loh kalo ada pemuda konten kreator yang

punya keresahan itu artinya kan kita menjaga bangsa ini

dengan bersama-sama ‘o iya ya cukup kasar’ begitu loh, kan

gitu. Jadi ee ini kenapa kemudian oh pengawasan jangan

sampe kebablasan lah memberikan contoh-contoh yang

kemudian ya terlalu kasar, ee kontennya cuman ngeprank aja,

kadang-kadang cuman mengulik privasi-privasi ee apa publik

figure dan lain sebagainya. Ayo kita sama-sama ee…

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Razak ditanya alasan kenapa ia

tidak memberikan respon. Razak menjawab kalau ia merasa khawatir ketika

mendengar Youtube akan diawasi karena kata-katanya cukup kasar ketika

mereview film. Kemudian, Bu Nuning merespon bagus keresahan Razak itu.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Razak ditanya alasan kenapa ia

tidak memberikan respon saat Hardly mengatakan akan mengawasi Youtube.

Razak menjawab kalau ia merasa khawatir ketika jika Youtube akan diawasi

karena kata-katanya cukup kasar ketika mereview film. Kemudian, Bu Nuning

merespon bagus keresahan Razak itu. Bu Nuning bertutur ‘tapi saya seneng loh

kalo ada pemuda konten kreator yang punya keresahan itu…’, tuturan itu

sebagai maksud apresiasi Bu Nuning atas jawaban Razak yang menyadari kalau

kata-katanya cukup kasar di konten Youtube-nya. Jadi, tuturan itu sudah

69

memaksimalkan kesimpatisan pada mitra tutur. Dengan demikian, tuturan di

atas dapat dikatakan santun dan termasuk maksim simpati.

(2.9)

Dara : dan soal KPID juga di Jawa Barat ada perbedaan ee tafsir

tuh soal radio, lagu-lagu yang diputar di radio di Jawa Barat

sendiri ngga boleh gitu. Jadi maksudnya dalam tubuh KPI-nya

sendiri antara yang pusat dan yang daerah aja sudah tidak

sama ni dalam menerapkan pedoman yang sama gitu...

Hardly : ya kalo itu saya...

Dara : apalagi kalo kita me mengandalkan dengan aduan

masyarakat yang mungkin menurut saya sesuatu itu pantas

diadukan menurut Kang Maman tidak pantas diadukan kan

akan jadi sangat shaky gitu.

Hardly : ya, kalo itu saya harus merespon. Terima kasih Dara untuk

yang disampaikan tadi. Kalo ini saya meminta support dari

seluruh masyarakat Indonesia untuk terkait dengan revisi

Undang-undang penyiaran dimana akan berbicara tentang

struktur KPI sendiri agar kemudian kita lebih struktural.

Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Dara menyampaikan keluhannya

tentang peraturan KPI yang belum jelas. Seperti peraturan soal lagu-lagu yang

boleh diputar di radio, antara peraturan di KPID Jawa Barat dengan KPI pusat

cukup berbeda, selain itu terkait pemberian saksi pada program televisi yang

mengandalkan aduan masyarakat karena setiap orang memiliki penilaiannya

sendiri. Kemudian, Kang Maman merespon dengan baik sebagai bentuk simpati

pada keluhan Dara.

Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Dara menyampaikan keluhannya

tentang peraturan KPI yang belum jelas. Tidak sedikit peraturan KPI yang

masih membingungkan dan tidak cukup teknis, karena peraturan KPI pusat dan

KPID terkadang mengalami ketidaksamaan dalam menerapkan peraturan.

70

Seperti yang dikeluhkan Dara sekaligus mengkritik soal peraturan lagu-lagu

yang boleh diputar di radio Jawa Barat karena antara KPI pusat dan KPID Jawa

Barat ada perbedaan penerapan dalam pedoman yang sama yaitu P3SPS. Serta

terkait pemberian sanksi pada program televisi yang mengandalkan aduan

masyarakat, menyebabkan pro kontra karena setiap orang memiliki

penilaiannya sendiri. Kemudian, Hardly meresponnya dengan bertutur ‘ya, kalo

itu saya harus merespon. Terima kasih Dara untuk yang disampaikan tadi’.

Hardly tidak merasa kesal karena sudah dikritik. Tuturan itu sebagai respon dan

bentuk simpati Hardly atas keluhan yang dirasakan Dara karena apabila Hardly

menunjukkan rasa antipasti, akan menyinggung mitra tutur dan terkesan tidak

peduli dengan yang dirasakannya. Penggunaan kata ‘terima kasih’ juga

berfungsi untuk menghormati Dara sebagai usaha agar terdengar lebih santun

meskipun dirinya lebih tua darinya. Sehingga, Hardly sudah memaksimalkan

rasa simpati pada mitra tutur, termasuk maksim simpati dan sudah

merealisasikan kesantunan.

Tema 3 ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019

Pada tema ketiga ditemukan pematuhan maksim yang dominan yaitu

maksim kebijaksanaan dengan jumlah.4 data, pematuhan maksim ini kebanyakan

dilakukan oleh panelis dan narasumber untuk menghindari rasa tersinggung mitra

tutur sehingga penutur berusaha untuk mengurangi kerugian mitra tutur. Pematuhan

maksim yang paling sedikit yaitu maksim kedermawanan, dan maksim kerendahan

hati, dengan jumlah 0 data, karena antara panelis dan narasumber sering terjadi

perdebatan sehingga tidak terjadi pematuhan maksim ini.

(3.1)

Host : ya. Nah, Mas Budi, Mas Budi ni kan juga sebagai jurnalis senior

ngeliatnya ini ni dengan berita yang udah disebarluaskan gitu terus

kemudian dampaknya tu sebenernya ada atau nggak kalo liat Mas Budi

ni dengan kasus yang kemaren?

Budi : oke. Saya mungkin tidak akan khusus tentang ee tapi saya akan bicara

tentang buzzer sekarang ee bagi saya ee kebebasan berpendapat di

71

sosmed adalah sebuah kewajiban, sebuah hak masyarakat cuman yang

menjadi ee problem adalah ketika sekelompok orang yang terorganisasi

yang secara sistematis mensirkulasikan informasi, informasi tanda kutip

ya karna informasinya saya yakin sebagian besar tidak benar.

Host : oke. Itu termasuk Denny Siregar nggak?

Budi : saya kira mungkin bagian dari itu. Kenapa saya…

Host : bener nggak tuh Bang Denny termasuk bagian dari itu?

Denny : saya…

Budi : saya kasih argumentasi sedikit kenapa saya sebut terorganisasi. Saya

berdasarkan pada satu unggahan di seword yang pasti terkoneksi juga

dengan ee Pak Denny yang disitu ada sekelompok foto sekelompok orang

yang disitu ada satu ee istilah bahwa ada ee nanti akan kita laporkan

kepada Kakak BP-nya. Nah, itu mungkin nanti satu pertanyaan itu Kaka

pembina itu siapa?

Konteks : Percakapan di atas terjadi antara host, Budi dan Denny. Host dan Budi

berperan sebagai penutur dan Denny sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi pada

segmen ke-1. Maksud dari tuturan Budi, ia ingin mengkritik buzzer atau

sekelompok orang yang menyebarluaskan berita tanpa adanya kebenaran dan ia

sedikit mengiyakan kalau Denny termasuk dalam kelompok tersebut. Tetapi Budi

menambahkan alasannya mengenai itu, supaya Denny tidak merasa tertuduh dan

untuk menjaga perasaannya.

Analisis : Percakapan di atas terjadi ketika Budi ditanyai pendapatnya oleh host

tentang peristiwa ambulan membawa batu, Budi tidak menjawab secara khusus

tentang hal itu. Ia hanya mengkritik buzzer atau sekelompok orang yang

terorganisasi yang suka menyebarkan berita yang dianggap tidak benar. Lalu, ketika

ditanya kembali oleh host apakah Denny termasuk di dalamnya, ia mengiyakan.

Budi bertutur saya kira mungkin bagian dari itu. Kenapa saya… dalam tuturan

ini termasuk makna tuturan pernyataan tetapi Budi tidak secara langsung

mengatakan kalau Denny bagian dari kelompok buzzer karena ditandai dengan kata

‘saya kira mungkin’. Hal ini dapat memperhalus dugaannya. Budi juga

72

menambahkan saya kasih argumentasi sedikit kenapa saya sebut terorganisasi

tuturan ini Budi berusaha menjaga perasaan Denny, jadi ia memberikan alasan

kenapa bisa mengatakan Denny bagian dari kelompok tersebut. Dengan

menambahkan alasan, mencegah Budi dari tindakan menuduh Denny dan Denny

tidak merasa tersinggung. Nada yang dipakai Budi pun ketika bertutur tidak

terdengar menuduh, hanya memberikan pendapatnya saja. Mimik wajah Budi juga

tidak mengindikasikan kalau ia ingin menuduh. Dengan demikian, tuturan Budi

masih terdengar santun, dan mematuhi maksim kebijaksanaan karena tidak terlalu

menyinggung Denny.

(3.2)

Sultan : Bang Denny.

Denny : iya.

Sultan : banyak anak STM yang main twitter kok Bang. Tadi menarik ni ya kan,

lagi dicari-cari orang anak STM, gimana ni Bang Denny. Tadi Abang

bilang menghormati polisi, makanya menghapus twitter, kan gitu kira-

kira. Lalu, ya itu salah satu etika sosial media saya, emang etika dalam

paham Abang itu kaya gimana si, etika bersosial media kaya gimana coba

Bang?

Denny : ya saya tidak menyebarkan berita berita-bohong, mencoba ya. Jika

kemudian terjebak, saya mencoba minta maaf. Yang kedua, saya tidak

kasar, saya tidak pernah menorehkan kata-kata yang seperti Bang Rocky

misalnya dungu, itu nggak. Pernah adakah kata-kata kasar dalam saya

yang menyakiti hati seseorang secara fisik kalau bertarung ide, saya

membutuhkan pertarungan ide pertarungan narasi tulisan bukan

personal. Kata-kata buzzer buat saya itu adalah cara yang paling lemah

untuk menghajar seseorang ketika narasi di media sosial kalah dengan

saya, sehingga paling mudah adalah menunjuk seorang buzzer untuk

menghancurkan karakternya.

Host : dan dan Bang Denny paling nggak suka kalo dibilang buzzer?

Denny : ngga ngga ada masalah sih. Saya bilang cuman kan pendangkalan,

apa sih arti buzzer ya kan. Kalo saya lebih kepada, mungkin saya

influencer ya, tulisan saya menginfluens, buzzer itu lebih kepada

73

berupa dengungan ya kan. Banyak akun buzzer yang tidak banyak

followers, yang hanya mendengungkan saja berita-berita yang

disampaikan kepadanya. Tapi kalo saya ketika menulis, banyak orang

setuju, banyak orang tidak setuju tetapi menginfluens orang.

Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh host, Sultan, dan Denny. Host dan

Sultan berperan sebagai penutur yang bertanya kepada Denny sebagai mitra tutur.

Percakapan terjadi pada segmen ke-1, ketika host menanyakan Denny

kebenarannya kalau ia yang tidak suka disebut Buzzer. Denny menjawab jika ia

ingin disebut sebagai influencer. Maksud dari tuturan Denny, ia menyetujui secara

langsung kalau ia tidak ingin disebut buzzer dengan cara ia menjawab jika dirinya

juga merasa tidak masalah jika disebut buzzer.

Analisis : Percakapan di atas dituturkan host setelah Budi menjawab pertanyaan

Sultan. Budi mengatakan kalau ia tidak senang jika ada orang yang menjuluki orang

lain sebagai buzzer. Host kemudian bertutur dengan tuturan interogatif dengan

maksud meminta pengakuan kalau Budi juga tidak ingin disebut sebagai Buzzer.

Lalu, Budi bertutur ngga ngga ada masalah sih. Saya bilang cuman kan

pendangkalan, apa sih arti buzzer ya kan. Kalo saya lebih kepada, mungkin saya

influencer ya, tulisan saya menginfluens, buzzer itu lebih kepada berupa

dengungan ya kan… tuturan ini dimaksudkan jika Budi menyetujui dirinya tidak

ingin disebut buzzer tetapi tidak dikatakan secara langsung. Ditandai dengan

penggunaan kata ‘ngga ngga ada masalah sih’. Walaupun Budi mengatakan secara

tidak langsung tetapi ia tetap menyetujui tuturan host. Dengan demikian, tuturan

Denny mematuhi maksim kesetujuan dan terdengar santun.

(3.3)

Budi : saya boleh minta pendapatnya?

Denny : silakan.

Budi : Oke, kalau anda tidak buzzer, menurut anda buzzer itu mengganggu atau

merusak demokrasi tidak?

74

Denny : kalau kemudian buzzer memang niatnya baik, buat saya itu dibutuhkan.

Ketika kelompok-kelompok yang ingin merusak negri ini, mereka

menggunakan buzzer dengan judul-judul yang bombastis mempengaruhi

pemikiran orang terhadap negara khilafah, apa yang mau dihadapi oleh

orang-orang yang tidak mau dianggap buzzer. Saya selalu nulis fight fire

with fire.

Konteks : Percakapan di atas dituturkan antara Budi dan Denny. Budi berperan

sebagai panelis dan penutur, Denny sebagai narasumber dan mitra tutur.

Percakapan di atas terjadi pada segmen ke-1, saat Budi ingin bertanya pendapatnya.

Maksud dari tuutran Budi itu, ia ingin mengetahui pendapat Denny tentang buzzer

tetapi dengan cara meminta izin dahulu.

Analisis : Percakapan di atas terjadi karena Budi ingin mengetahui pendapat Denny

tentang buzzer. Sebelum Budi mengajukan pertanyaan, ia mengawalinya dengan

bertutur saya boleh minta pendapatnya?. Penggunaan kata ‘boleh’ dimaksudkan

untuk meminta kesedian Denny memberikan pendapatnya. Tuturan ini digunakan

sebagai bentuk santun agar tidak terkesan memaksa Denny. Jadi, Denny boleh

memilih untuk mengiyakan atau menolaknya. Nada yang digunakan saat bertutur

terdengar lembut tanpa ada paksaan. Lalu Denny mengiyakan dengan bertutur

silakan. Dilihat dari jawaban Denny tersebut yang menggunakan kata ‘silakan’,

mengandung makna perintah tetapi dituturkan dengan tuturan deklaratif. Dengan

demikian, Budi sudah mematuhi maksim kebijaksanaan dan tuturannya terdengar

santun.

(3.4)

Host : mungkin orang juga bertanya kok Bang Denny bisa dapet buktinya, itu

satu mungkin video yang pengroyokan. Soal dapet ambulans kok bisa

dapet duluan buktinya, itu sebenernya dapetnya dari mana gitu?

Budi : mungkin boleh disebut ee ditailnya ee boleh disebut. Kan itu…

Host : informannya gitu.

Budi : informannya.

75

Denny : maksudnya detailnya?

Budi : soal ambulannya mungkin, kita sebut salah satu.

Denny : ah itu biasa di lapangan, saya nggak bisa nyebutkan nama seseorang ya

di acara publik seperti ini.

Budi : karena uploadnya tu agak bersamaan dengan beberapa kelompok

yang…

Denny : kan banyak orang Pak Budi di sana. Pak Budi kan wartawan tempo

harusnya faham disana berapa orang…

Konteks : Percakapan di atas terjadi antara host, Budi dan Denny. Host dan Budi

sebagai penutur, dan Denny sebagai mitra tutur. Tuturan di atas terjadi di segmen

ke-2, saat host menanyakan bagaimana Denny bisa mendapatkan bukti video dari

peristiwa yang terjadi, sehingga ia dapat memposting lebih dulu dibandingkan

TMC Polda Metro Jaya. Budi juga mencurigai Denny memiliki kenalan yang

memberikan bukti video tersebut. Maksud dari tuturan di atas, Budi menyuruh

Denny menyebutkan siapa informannya.

Analisis : Percakapan di atas terjadi karena host merasa heran bagaimana Denny

mendapatkan bukti video dari pengeroyokan dan ambulan membawa batu. Budi

juga ingin mengetahuinya maka ia ikut menanyakan bagaimana dan siapa yang

memberikan bukti video tersebut. Budi bertutur mungkin boleh disebut ee

ditailnya ee boleh disebut. Kan itu… tuturan itu mengandung makna suruhan tetapi

tidak memaksa, ditandai dengan penggunaan kata ‘boleh’ digunakan untuk

meminta kesedian Denny menyebutkan secara detail. Nada yang digunakan pun

datar, tidak ada terdengar memaksa. Walaupun Denny masih terdengar sedikit

keberatan, dan menolak untuk menyebutkan siapa yang memberikan videonya

karena alasan menjaga privasi orang terebut. Namun, dengan tuturan Budi tersebut

cukup meredamkan emosi Denny, agar tidak semakin tersinggung dan emosi.

Dengan demikian, Budi sudah memperhalus tuturan suruhannya dan terdengar

lebih santun, serta mematuhi maksim kebijaksanaan.

(3.5)

76

Denny : gini loh. Saya tu udah banyak dibilang orang gagal nalar, gagal faham,

buzzer, syiah, liberar, dan segalanya, jadi saya anggep juga demokrasi.

Silakan ngasih ngasih ngasih pandangan bahwa saya gagal nalar karna

kan sudut pandang orang kan berbeda-beda, ya kan. Dia melihat bahwa

ini angka enam, saya melihatnya angka sembilan, mau perdebatkan apa

ya silakan, demokrasi aja mau bilang saya apapun buat saya sah-sah

saja. Tapi jangan halangi saya juga untuk mengungkapkan apa yang saya

pikirkan dong. Kita bebas, mari kita tarung narasi tetapi jangan sibuk

menyerang person seseorang.

Ruhut : Den?

Denny : iya Bang.

Ruhut : Tuhan itu sayang kepada Indonesia.

Denny : siap.

Ruhut : semenjak adanya medsos, kacau kita semua. Aku sedih juga liat kau

daritadi diadili.

Denny : (tertawa)

Ruhut : padahal yang seperti kau tapi merongrong pemerintah, ribuan. Tapi

Tuhan mengirim kau untuk menetralisir.

Denny : thank you, Bang.

Ruhut : kebakaran jenggot lah mereka. Kebaran jenggot mereka, hingga seperti

tadi pertanyaan. Aku orang nekat Den tapi kau jauh lebih nekat. Ada

berapa nyawa kau, Den. Berani kali kau Den. Kemaren kawan kau udah

diculik, udah dipukuli bonyok-bonyok. Kau siap nggak untuk itu, Den? Itu

yang pertama.

Denny : insya allah siap.

Ruhut : baik. Terima kasih Den, kau siap untuk itu. Yang kedua perdebatan

kita, saya orang hukum kenapa Denny sampe sekarang walaupun

dilaporkan beliau clear karna polisi susah mencari bukti yang kuat bahwa

dia melakukan hoaks. Sedangkan mereka kenapa menjadi bersakitan, dia

dangkal ilmunya jadi ketauan hoaks. Ah Den saran saya ya, kau tetap

berkibar, kau harus berani karna kalau tidak ada orang seperti kau, ngeri

republik ini sekarang.

77

Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Denny dan Ruhut. Ruhut sebagai

penutur dan Denny sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi pada segmen ke-3.

Maksud dari tuturan Ruhut bahwa ia ingin mengatakan terima kasih kepada Denny

karena ia berani menyuarakan pendapatnya, walaupun sering dikritik maupun

dikatakan buzzer oleh banyak orang.

Analisis : Percakapan di atas terjadi karena Ruhut merasa kalau Denny dihakimi

oleh panelis lain. Ruhut membela Denny dengan cara memujinya, ia bertutur

‘padahal yang seperti kau tapi merongrong pemerintah, ribuan. Tapi Tuhan

mengirim kau untuk menetralisir’ dan ‘Aku orang nekat Den tapi kau jauh lebih

nekat. Ada berapa nyawa kau, Den. Berani kali kau Den’ tuturan ini dituturkan

Ruhut karena sedari tadi Denny dihakimi para panelis lain dan dicurigai sebagai

buzzer karena postingannya di twitter yang dianggap hoaks. Namun, menurut

Ruhut, Denny tidak mennyebarkan hoaks dan bukan buzzer karena ia sepaham

dengannya. Ruhut sedikit menyindir orang-orang yang mengatainya dan yang

berusaha mencari kesalahan Denny, meskipun begitu ia tidak menyebut nama salah

satu pihak sehingga tidak menyinggung siapapun. Ruhut juga mengatakan ‘terima

kasih’ sebagai bentuk penghormatan atas apa yang sudah dilakukan Denny. Dengan

demikian, tuturan Ruhut sudah mematuhi maksim pujian dan termasuk santun.

(3.6)

Host : Bang Ruhut juga waktu terakhir Bang Rocky kesini masih

perdebatannya sengit banget waktu itu Bang.

Ruhut : (tertawa) Rocky ini sahabat saya dari jaman Jepang. Rocky Rok…

Rocky : (tertawa) padahal dia orang Belanda.

Ruhut : (tertawa) Rocky selalu menunjukkan se-independenannya. Kau nggak

independen. Aku memihak kepada salah satu calon, kau ke salah satu

calon.

Rocky : salah?

Host : salah atau nggak?

78

Ruhut : tidak salah tapi setelah tahunya yang menang calon aku…

Rocky : bukan salah.

Ruhut : kau makin galak.

Rocky : gini ya ee saudara Ruhut ini dia mampu untuk menghidupkan

kedunguannya dengan mengumpulkan fakta-fakta yang tidak

berhubungan gitu.

Analisis : Percakapan di atas dituturkan oleh Host, Ruhut, dan Rocky. Host dan

Ruhut sebagai panelis, Denny sebagai mitra tutur. Dituturkan pada segmen ke-4.

Ruhut mengatakan kalau Rocky sahabatnya dari zaman Jepang, maksud dari

tuturan ini hanya sebagai gurauan dan mereka bersahabat meskipun berdebat

sengit.

Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika host mengatakan kalau Ruhut dan

Rocky sempat berdebat sengit di episode sebelumnya. Ruhut menanggapinya

dengan bertutur Rocky ini sahabat saya dari jaman Jepang. Rocky Rok…

tuturan ini sebagai bentuk gurauan karena ia menggunakan nada candaan dan

mimik wajah yang tertawa menandakan kalau ia hanya bercanda. Begitu pula

Rocky, ia juga meresponnya dengan candaan dengan bertutur padahal dia orang

Belanda dan menyampaikannya dengan nada serta mimik wajah yang sama.

Maksud dari tuturan Ruhut itu, ia ingin mengatakan kalau dirinya dengan Rocky

merupakan teman meskipun sering berdebat dan mengatai seperti pada tuturan

selanjutnya yang dituturkan Ruhut Rocky selalu menunjukkan se-

independenannya. Kau nggak independent. Tuturan ini bertujuan untuk

mengkritik Rocky dengan cara mengatainya tetapi disampaikan menggunakan

nada candaan. Sehingga tidak ada yang tersinggung. Dengan demikian, tuturan

Ruhut mematuhi maksim pujian karena sudah mengurangi ejekan dengan candaan

dan terdengar cukup santun.

(3.7)

Ruhut : ngomong-ngomong kau daritadi ngomong kepintaran. Boleh tau ee

gelar apa aja sih yang kau apa, S1 apalagi?

79

Rocky : nggak ada, nggak ada gelar saya.

Ruhut : oh ngga ada. Oh jadi kau es lilin dong.

Rocky : tapi saya ngajar sampai S3 tu.

Ruhut : ha?

Sultan : tapi beliau ngajar sampe S3, Bang.

Ruhut : selesai nggak kau pernah. Aku mau nanya itu.

Rocky : saya pernah saya terangkan di sini, saya kuliah di lima fakultas dan

semua saya d.o. kan cuman satu saya selesaikan, saya bukan d.o. dari

fakultas, saya men-d.o. kan mereka dari fak dari kurikulum saya. Itu

bedanya.

Ruhut : (tertawa) itu namanya layu sebelum berkembang.

Rocky : mereka yang saya layukan karna saya ngga butuh lagi tu. Filsafat saya

masih masih masih luluskan itu.

Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Ruhut, Sultan, dan Rocky. Ruhut

berperan sebagai penutur, Rocky sebagai mitra tutur, sedangkan Sultan sebagai

orang ketiga yang ikut bergabung sebagai penutur. Dituturkan pada segmen ke-5.

Maksud dari tuturan Ruhut kalau ia ingin mengejek Rocky karena tidak memiliki

gelar sedangkan ia suka mengatai orang lain dungu.

Analisis : Percakapan di atas diawali dari keingintahuan Ruhut terhadap gelar yang

dimiliki Rocky karena perkataan Rocky yang selalu terkesan pintar dan mengatai

orang lain dengan sebutan dungu bila mereka tidak paham dengan omongannya.

Ruhut bertutur boleh tau ee gelar apa aja sih yang kau apa, S1 apalagi? Walaupun

Ruhut bermaksud ingin mengejek Rocky tetapi ia tetap menggunakan tuturan

santun yang ditandai dengan kata ‘boleh’ sebagai bentuk kesediannya untuk

menjawab. Setelah Rocky menjawab jika ia tidak memiliki gelar, Ruhut kembali

mengatainya oh ngga ada. Oh jadi kau es lilin dong dan itu namanya layu

sebelum berkembang tuturan ini menggunakan majas eufemisme karena bertujuan

untuk mengejek atau menghina agar lebih terdengar santun. Nada yang dipakai

80

menggunakan nada candaan dan Ruhut menyampaikannya dengan tertawa,

sehingga mengurangi rasa tersinggung pada mitra tutur. Dengan demikian, tuturan

Ruhut di atas mematuhi maksim pujian dan masih terdengar santun..

(3.8)

Budi : iya. saya akan biar imbang ya, tadi saya udah bertanya kepada Denny

Siregar sebelumnya. Saya ingin bertanya kepada ee Bang Rocky juga, tentang

sumber informasi saya akan sebut saja dalam kasus Ratna Sarumpaet gimana

ngukur sebuah informasi diverifikasi dan kemudian berpendapat ee…

Host : disebar luaskan gitu informasinya.

Budi : disebar luaskan.

Rocky : oke, saya akan terangkan sejernih-jernihnya supaya publik ngerti

kedudukan itu. Waktu kasus Ratna Sarumpaet Masuklah ke saya gambar-

gamba itu, masuk ke saya tetapi bukan saya buka karna saya ada di atas

gunung elbrus waktu itu ketinggian 5600, suhu - 20°, angin 80 Km/jam,

kalo Ruhut ada di situ jadi botak gara-gara angin itu tu. Jadi waktu

dipersoalkan.

Ruhut : dendam dia, dendam (tertawa).

Rocky :(tertawa) ini contoh aja. Waktu dipersoalkan di Polri, saya bilang

Porlinya bilang 'anda terima' memang saya terima, 'berarti anda ikut

nyebarin', bukan. Saya ikut terima tapi tidak saya buka, kenapa, saya

ganti simcard Rusia dan di Rusia itu sangat terbatas nggak kaya

Indonesia, simcardnya segitu aja. Saya masuk ke Indonesia, saya buka

baru dia masuk gambar-gambar itu. Jadi bukan saya nyebarin, terus

orang bilang terus kenapa anda berkomentar sesuatu, ya saya masih

komentar sesuatu di twitter walaupun saya ngga sebut nama saya bilang

kenapa mesti tinju ya. Terus dianggap itu adalah hoaks, kenapa nggak

cek pada Ratna. Sekarang saya terangkan Ratna itu temen baik saya,

temen, masa sih curiga temen baik gitu. Kalau begitu kenapa nggak mi ee

apa namanya ee repertum fisum repertum, kenapa saya minta hakim buat

bikin fisum repertum untuk sesuatu yang saya anggap, oke kalo dia

berbohong ya itu problem moral dia berbohong tu. Jadi nggak ada urusan

dengan saya.

81

Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Budi, host, Ruhut, dan Rocky. Budi

sebagai penutur pertama, sedangkan host dan Ruhut menjadi orang ketiga yang ikut

bergabung didalam tuturan, serta Rocky sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi

pada segmen ke-5. Rocky bermaksud ingin mengejek Ruhut dan dibalas oleh Ruhut

dengan mengejeknya kembali. Mereka teman dekat maka tidak khawatir untuk

saling mengejek.

Analisis : Percakapan di atas terjadi saat Rocky menjelaskan kalalu ia sedang

berada di atas gunung ketika menerima foto Ratna Sarumpaet. Disela-sela

penjelasan Rocky ini, ia menyelipkan candaan dengan mengejek Ruhut kalo Ruhut

ada di situ jadi botak gara-gara angin itu tu. Kemudian, Ruhut meresponnya

dengan tidak emosi justru ia membalas mengejeknya dengan bertutur dendam dia,

dendam. Tuturan ini dikatakan Ruhut karena ia mengerti maksud dari tuturan

Rocky, yang tidak benar-benar mengejek. Ruhut membalasnya dengan nada

candaan dan ditandai dengan ekspresi Ruhut yang tertawa. Mereka dengan nyaman

saling mengejek karena saling berteman sehingga tidak ada yang merasa sakit hati.

Lalu, Rocky membalasnya dan bertutur ini contoh aja sebagai klarifikasi kalau ia

serius mengejek Ruhut dengan ekspresi yang juga ikut tertawa. Oleh karena itu,

tuturan Rocky itu sudah mengurangi ejekan pada Ruhut. Dengan demikian, tuturan

Rocky termasuk mematuhi maksim pujian dan masih terdengar santun.

(3.9)

Rocky :(tertawa) ini contoh aja. Waktu dipersoalkan di Polri, saya bilang

Porlinya bilang 'anda terima' memang saya terima, 'berarti anda ikut

nyebarin', bukan. Saya ikut terima tapi tidak saya buka, kenapa, saya

ganti simcard Rusia dan di Rusia itu sangat terbatas nggak kaya

Indonesia, simcardnya segitu aja. Saya masuk ke Indonesia, saya buka

baru dia masuk gambar-gambar itu. Jadi bukan saya nyebarin, terus

orang bilang terus kenapa anda berkomentar sesuatu, ya saya masih

komentar sesuatu di twitter walaupun saya ngga sebut nama saya bilang

kenapa mesti tinju ya. Terus dianggap itu adalah hoaks, kenapa nggak

cek pada Ratna. Sekarang saya terangkan Ratna itu temen baik saya,

temen, masa sih curiga temen baik gitu. Kalau begitu kenapa nggak mi ee

apa namanya ee repertum fisum repertum, kenapa saya minta hakim buat

82

bikin fisum repertum untuk sesuatu yang saya anggap, oke kalo dia

berbohong ya itu problem moral dia berbohong tu. Jadi nggak ada urusan

dengan saya.

Budi : yang ingin saya tanyakan adalah jadi apa bedanya Bang Rocky ini

dengan buzzer yang selau di kritik oleh ee setiap hari?

Host : jadi mungkin langsung aja to the point. Apa bedanya Bang Rocky

dengan Bang Denny Siregar gitu misalnya?

Budi : iya. Dalam hal mengelola informasi bagaimana mengomentari dengan

secara cepat.

Rocky : siapa tu Denny Siregar, saya nggak tau, saya nggak kenal.

Ruhut : (tertawa).

Rocky : ya sama sekali nggak tau, serius. Saya nggak kenal.

Budi : atau dengan buzzer secara keseluruhan.

Rocky : saya tidak kenal bahasa tubuhnya bahkan bahasa otaknya pun saya

nggak tau.

Host : kalo gitu apa bedanya Bang Rocky dengan...

Rocky : saya memverifikasi sesuatu yang tidak bersifat persahabatan, kalo

sahabat you nggak boleh verifikasi. Kalo dia bohong berarti dia bukan

sahabat artinya. Kenapa saya mesti verifikasi, sahabat saya bilang besok

mau hujan ternyata nggak 'eh lu bohong, lu bohongin gua' masa gua mesti

verifikasi pernyataan seorang sahabat itu, you nggak verifikasi.

Eko : jadi problemnya, problemnya Bang itu bukan cuma hubungan sahabat,

ini peristiwa politik, ini peristiwa publik.

Rocky : iya. Itu jadi peristiwa, gini...

Eko : seperti yang anda katakan tadi bahwa soal publik itu harus dengan

rasional.

Rocky : kapan itu jadi soal publik? Ini karna temen aku bahwa dia berbohong…

Eko : sorry, saya ingin mengatakan, bahwa anda tau bahwa ketika isu Ratna

itu keluar dia akan menjadi peristiwa publik?

Rocky : siapa yang tau.

Host : nggak tau berarti?

83

Rocky : saya ada di atas gunung, saya nggak tau itu. Cuman. Gimana you...

Host : oke.

Rocky : mau saya sebut 60 kali apa.

Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Budi, Rocky, host, Ruhut dan Eko.

Budi sebagai penutur pertama, host dan Eko menjadi orang ketiga yang ikut

bergabung sebagai penutur, Ruhut sebagai orang ketiga yang tidak menjadi penutur,

serta Rocky sebagai mitra tutur. Percakapan dituturkan pada segmen ke-5.

Percakapan di atas terjadi karena Rocky mengatakan jika ia tidak tau Ratna

Sarumpaet berbohong padanya sebab ia tidak akan memverifikasi yang dikatakan

sahabat. Maka dari itu, ia langsung mengomentari berita itu tanpa mengetahui benar

atau tidak karena ia percaya dengan sahabatnya. Dengan pernyataan Rocky ini, Eko

sedikit emosi dan terjadi perdebatan. Tuturan Eko bermaksud ingin mengetahui

kenapa Rocky berani berkomentar tanpa ia verifikasi dahulu hanya karena seorang

sahabat.

Analisis : Percakapan di atas terjadi karena Rocky mengatakan ia tidak akan

memverifikasi perkataan seorang sahabat maka ketika ia mendapatkan kabar dari

Ratna Sarumpaet, dirinya langsung mengomentari postingan atau gambar yang

diberikan Ratna. Eko kemudian merasa geram dan tidak percaya yang dikatakan

Rocky, menurutnya ini beresiko karena bisa menjadi peristiwa politik. Dengan

perbedaan pendapat ini, mereka mengalami sedikit perdebatan tetapi Eko mencoba

meredamnya dengan tuturan interogatif untuk meminta pengakuan secara halus,

sorry, saya ingin mengatakan, bahwa anda tau bahwa ketika isu Ratna itu keluar

dia akan menjadi peristiwa publik? Penggunaan tuturan interogatif dimaksudkan

untuk mengurangi kesan menuduh dan meredam emosi Rocky. Kesantunan tuturan

itu ditandai pula dengan penggunaan kata ‘sorry’ setelah memotong pembicaraan

Rocky untuk meminimalkan efek rasa tersinggung.pada Rocky. Dengan demikian,

tuturan Eko sudah mematuhi maksim kebijaksanaan karena mengurangi kerugian

orang lain dan masih cukup terdengar santun.

(3.10)

84

Sultan : jadi gini, sebetulnya saya pingin bertanyan begini. Bang, Abang khawatir

nggak kalo resonansi dungu.

Rocky : tunggu tunggu, kata resonansi itu Ruhut tulis tulis resonansi itu.

(Panelis tertawa)

Sultan : ah ini yang mau saya tanyakan.

Ruhut : masih dendam.

Sultan : kata-kata dungu ini apakah resonansinya tu tidak penghakiman Bang,

ada ego intelektual? jadi saya membela coba membela Bang Ruhut ini

daritadi dihakimi terus kan kira-kira gitu.

Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Sultan, Rocky, dan Ruhut. Sultan

sebagai penutur pertama, Ruhut sebagai orang ketiga yang ikut dalam tuturan

menjadi penutur, dan Rocky sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi pada segmen

ke-6. Percakapan di atas terjadi saat Sultan menanyakan tentang resonansi dungu.

Tuturan Sultan ini bertujuan untuk membela Ruhut yang sedari awal dikatai dungu

oleh Rocky.

Analisis : Percakapan di atas Sultan menanyakan tentang resonansi dungu yang

terdengar menghakimi orang lain. Sultan menanyakan hal itu karena sebagai bentuk

simpati pada Ruhut yang dikatai dungu sedari awal oleh Rocky. Sultan bertutur

kata-kata dungu ini apakah resonansinya tu tidak penghakiman Bang, ada ego

intelektual? jadi saya membela coba membela Bang Ruhut ini daritadi dihakimi

terus kan kira-kira gitu tuturan ini tuturan ini menggunakan tuturan interogatif

dengan maksud meminta pengakuan atau jawaban iya maupun tidak, untuk

memperhalus tuturan dibandingkan dengan menggunakan tuturan deklaratif. Sultan

bertutur seperti itu sebagai bentuk simpati karena merasa kasihan kepada Ruhut

yang selalu dikatai dungu. Dengan demikian, tuturan Sultan sudah mematuhhi

maksim simpati dan cukup terdengar santun.

B. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

Hubungan antara pragmatik dengan pembelajaran Bahasa Indonesia sangat

erat dirasakan. Pragmatik dapat digunakan untuk berinteraksi antar siswa maupun

85

untuk memahami teks pelajaran karena pragmatik sangat berkaitan dengan konteks,

seperti siapa yang diajak berbicara atau situasi apa saat itu, yang digunakan untuk

memahami maksud ujaran maupun untuk berbicara dengan orang lain. Siswa dapat

berinteraksi dengan lancara jika mereka memperhatikan konteks tersebut. Selain

itu, ujaran akan lebih dapat diterima jika siswa menggunakan bahasa yang santun

dan tetap mempertimbangkan konteks, sekalipun ujaran yang disampaikan berisi

kritikan. Sebab, dengan berbicara dengan santun dan baik, ia berusaha tidak

menyakiti perasaan orang lain meskipun sedang mengkritik. Namun, masih banyak

siswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan menggunakan bahasa yang

tidak santun, sehingga diperlukan adanya prinsip kesantunan sebagai pertimbangan

santun tidaknya sebuah ujaran.

Terkait dengan penelitian ini, mengenai realisasi pematuhan prinsip

kesantunan dalam acara gelar wicara, terdapat pembelajaran yang berkaitan dengan

prinsip kesantunan yaitu teks tanggapan kelas IX semester ganjil dalam mata

pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan kompetensi dasar pada pelajaran ini

ialah mengungkapkan kritik, sanggahan, pujian dalam bentuk teks tanggapan secara

lisan dan/atau dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan. Indikator yang

ingin dicapai adalah membuat teks tanggapan yang memperhatikan unsur

kebahasaan dan struktur teks tanggapan.

Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan menjadi salah satu bahan ajar,

yaitu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa dapat lebih

mengetahui bagaimana cara memberikan sanggahan, pujian, dan kritik, saat

pembelajaran dengan tepat menggunakan prinsip kesantunan serta memperhatikan

konteks yang terjadi saat itu. Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan atau

mengetahui tanggapan secara santun dan benar sekalipun tanggapan untuk

mengkritik, agar tidak menyakiti orang lain.

86

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis 42 data yang disajikan, maka hasil penelitian ini

dapat disimpulkan sebagai berikut:

Acara Q&A di Metro TV pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal

8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan

‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019 dapat dikategorikan santun.

Karena banyak terjadi realisasi pematuhan prinsip kesantunan pada penutur dan

mitra tutur dalam acara tersebut. Sehingga, menjadikan sebuah tuturan dan

informasi diterima dengan baik dan makna tersampaikan kepada mitra tutur.

Secara teori Leech yang digunakan pada penelitian ini, didapatkan hasil

penelitian bahwa pada tema pertama ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli

2019 sebanyak 24 data yang mematuhi maksim kesantunan, yaitu 7 makism

kebijaksanaan, 2 maksim kedermawanan, 8 maksim pujian, 3 maksim kerendahan

hati, 4 maksim kesetujuan, dan 0 maksim simpati.

Tema kedua, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September

2019 sebanyak 9 data yang mematuhi maksim kesantunan, yaitu 2 maksim

kebijaksanaan, 0 maksim kedermawanan, 1 maksim pujian, 1 maksim kerendahan

hati, 3 maksim kesetujuan, 2 maksim kesimpatian.

Tema ketiga, ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019 sebanyak

10 data, yaitu 4 maksim kebijaksanaan, 0 maksim kedermawanan, 3 maksim pujian,

0 maksim kerendahan hati, 2 maksim kesetujuan, dan 1 maksim kesimpatian.

Pembelajaran mengenai kesantunan yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran teks tanggapan terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) di kelas IX semester 1 dengan materi yaitu teks tanggapan. Dengan

kompetensi dasar pada pelajaran ini ialah mengungkapkan kritik, sanggahan, pujian

dalam bentuk teks tanggapan secara lisan dan/atau dengan memperhatikan struktur

87

dan kebahasaan. Indikator yang ingin dicapai adalah membuat teks tanggapan yang

memperhatikan unsur kebahasaan dan struktuy teks tanggapan. Diharapkan

penelitian ini dapat diaplikasikan menjadi salah satu bahan ajar, yaitu pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa dapat lebih mengetahui bagaimana

cara memberikan sanggahan, pujian, dan kritik, saat pembelajaran dengan tepat

menggunakan prinsip kesantunan serta memperhatikan konteks yang terjadi saat

itu. Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan atau mengetahui tanggapan

secara santun dan benar sekalipun tanggapan untuk mengkritik.

B. Saran

Melalui simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran yang

membangun bagi pembaca dan khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia. Bagi

guru bahasa Indonesia, agar mampu menyampaikan materi isi teks tanggapan

dengan dikaitkan penggunaan maksim kesantunan Leech untuk berbahasa yang

santun agar tujuan pembelajaran dapat sesuai dan dicapai. Kemudian, agar peserta

didik mampu mengidentifikasi dan mengucapkan tanggapan dengan baik dan

santun. Bagi sekolah, diharapkan menyediakan sarana dan prasarana agar

menunjang keterampilan dan pembelajaran peserta didik. Serta bagi peneliti lain,

diharapkan dapat lebih baik lagi dalam menganalisis teori kesantunan pada objek

penelitiannya.

88

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Jolang Pramusinta. Analisis Kesantunan Berbahasa Menurut Leech pada

Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia. (Skripsi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta. 2020.

Alfirani, Senja Restu. Realisasi Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Buku Ajar

Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VII. (Skripsi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammmadiyah Surakarta).

2018. http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/62683 . Diunduh pada 15

November 2020 pukul 20.26 WIB.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta. 2010.

Anas, Hajar. Analisis Wakomono Kotoba pada Media Sosial Twitter. (Skripsi,

Fakultas Pendidikan Bahasa, universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2018.

Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. 2018.

Cruse, Alan. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh

University Press. 2005.

Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana & Pragmatik. Bandung: PT Refika Aditama.

2012.

Gunarwan, Asim. Pragmatik : Teori Dan Kajian Nusantara, Jakarta: Universitas

Atma Jaya. 2007.

Humairoh, Siti. Dieksis pada Acara Gelar Wicara Mata Najwa di Trans7 Episode

Juli 2018 dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonnesia di SMP. (skripsi, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.

89

Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana dan Guru Bahasa. Palembang:

Universitas Sriwijaya. 2011.

Leech, Geoffrey (penerjemah M.D.D. Oka., Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI

Press. 2011

Levinson, S.C. Pragmatics (dalam The Linguistics Encyclopedia, Second Edition).

New York: Routledge, 2002.

Merdeka.com. https://www.merdeka.com/ray-rangkuti/ diakses pada 24

September 2020 pukul 14.27 WIB.

Nadar, F.X. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013.

Nikmatuz, Imro’atun. Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Novel Cinta Suci

Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy, (skripsi, fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, universitas Nusantara PGRI Kediri. 2017.

http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/12.1.01.07.0041.p

df . Diunduh pada 15 Desember pukul 22.03 WIB.

Nurhaidah, Nuri. Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia. Yogyakarta:

Smart Writing. 2014

Pramujiono, Agung. Kongres International Masyarakat Linguistik Indonesia

(KIMLI) 2011, Bahasa dan Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: UPI

Press. 2011

Pranowo. Berbahasa secara santun. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2012

Putrayasa, Ida Bagus. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.

Rahardi dkk, Kunjana. Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.

Jakarta: Erlangga. 2007

90

Septiani, Desi, dkk, Kesantunan Imperatif Guru Bahasa Indonesia dalam

Pembelajaran di Kelas VII SMP, (e-jurnal, fakultas keguruan dan ilmu

Pendidikan, universitas Lampung, 2018)

Wikipedia. Q&A (Acara Televisi).

https://id.wikipedia.org/wiki/Q%26A_(acara_televisi) diunduh pada 8

November 2020 pukul 2.17 WIB

Yule, George (penerjemah Indah Fajar Wahyuni). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2014.

91

LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI

Nama : Pratiwi Kusumaningtyas A.

NIM : 11150130000063

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Acara Q&A di

Metro TV dan Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia

Dosen Pembimbing : Dr. Makyun Subuki, M.Hum

No. Refensi

Halaman

dalam

Referensi

Halaman

dalam

Skripsi

Paraf

1.

Aji, Jolang Pramusinta. Analisis Kesantunan Berbahasa

Menurut Leech pada Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro

dalam Novel Bumi Manusia. (Skripsi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta. 2020.

20 26

2.

Alfiani, Senja Restu. Realisasi Prinsip Kesantunan

Berbahasa dalam Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk

Siswa SMP Kelas VII. (Skripsi, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2018).

http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/62683 .

Diunduh pada 15 November 2020 pukul 20.26 WIB.

12 25

92

3. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010.

3, 22,

200, 272,

24,

28, 32, 33

4.

Anas, Hajar. Analisis Wakomono Kotoba pada Media Sosial

Twitter. (Skripsi, Fakultas Pendidikan Bahasa,

universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2018.

45, 46 27, 31

5. Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

2010.

47, 49,

49-51,

56, 97, 57

14, 15,

16, 37,

38, 58

6. Cruse, Alan. A Glossary of Semantics and Pragmatics.

Edinburgh: Edinburgh University Press. 2005.

131 12, 14

7. Djajasudarma, Fatimah. Wacana & Pragmatik. Bandung: PT

Refika Aditama. 2012.

60 16

8. Gunarwan, Asim. Pragmatik : Teori Dan Kajian Nusantara.

Jakarta: Universitas Atma Jaya. 2007.

260 11

9.

Humairoh, Siti. Dieksis pada Acara Gelar Wicara Mata

Najwa di Trans7 Episode Juli 2018 dan Implikasinya

Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonnesia

di SMP. (skripsi, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Siti

Humairoh - Watermark.pdf (uinjkt.ac.id) diunduh pada 10 Juli

2021 pukul 20.14

30 32

10. Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana dan Guru

Bahasa,. Palembang: Universitas Sriwijaya. 2011.

115 11

93

11. Leech, Geoffrey (penerjemah M.D.D. Oka). Prinsip-Prinsip

Pragmatik,. Jakarta: UI-Press: Jakarta. 2011.

206, 209 13, 18

12.

Levinson, S.C. Pragmatics (dalam The Linguistics

Encyclopedia, Second Edition). New York: Routledge.

2002.

426 12

13. Merdeka.com. https://www.merdeka.com/ray-rangkuti/

diakses pada 24 September 2020 pukul 14.27 WIB.

1 43

14. Nadar,F.X. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:

Graha Ilmu. 2013.

3-4, 53 8, 9

15.

Nikmatuz, Imro’atun. Realisasi Kesantunan Berbahasa

dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El

Shirazy, (skripsi, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

universitas Nusantara PGRI Kediri. 2017.

http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/12.

1.01.07.0041.pdf diunduh pada 18 maret 2021 pukul 15. 20

WIB.

2

33

16. Nurhaidah, Nuri. Wacana Politik Pemilihan Presiden di

Indonesia. Yogyakarta: Smart Writing. 2014.

22 7

17.

Pramujiono, Agung. Kongres International Masyarakat

Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011, Bahasa dan

Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: UPI Press.

2011.

235

12

94

18. Pranowo. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2009

31, 103,

79, 15,

104, 18-

22, 93,

94, 78,

59-67, 9,

91, 18-

20, 64,

67, 37

16, 16,

21, 22,

23, 24,

41, 46,

47, 51,

53, 59,

63, 66

19. Putrayasa, Ida Bagus. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2014.

1 6

20.

Rahardi, Kunjana Yuliana Setyaningsih, Rishe Purnama

Dewi. Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan

Berbahasa. Jakarta: Erlangga. 2007.

17, 18,

28, 47,

58, 60,

62, 64,

63, 65

6, 8, 9,

10, 17,

18, 19,

20, 21

21.

Septiani, Desi, dkk, Kesantunan Imperatif Guru Bahasa Indonesia

dalam Pembelajaran di Kelas VII SMP, (e-jurnal, fakultas

keguruan dan ilmu Pendidikan, universitas Lampung, 2018)

4 23

21.

Yule, George (penerjemah Indah Fajar Wahyuni).

Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014.

3, 4, 6,

11, 183

5, 7, 11

95

LAMPIRAN 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP NEGERI 1 MALANG

Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA

Kelas/Semester : IX/I

Materi Pokok : Teks Tanggapan

Alokasi Waktu : 6 kali pertemuan

A. Kompetensi Dasar

KI-1 :Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI-2 :Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(toleran,

gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya

KI-3 :Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan

rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah

abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber

lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.7 Mengidentifikasi

informasi berupa

kritik, sanggahan, atau

pujian dari teks

tanggapan (lingkungan

hidup, kondisi sosial,

dan/atau keragaman

budaya, dll) yang

3.7.1 Menelaah informasi berupa kritik atau

pujian dari teks tanggapan yang didengar

dan dibaca

3.7.2 Menanggapi isi informasi dengan alasan

yang logis disertai bukti pendukung dari

teks tanggapan yang didengar dan dibaca

96

didengar dan/atau

dibaca

4.8 Menyimpulkan isi teks

tanggapan berupa

kritik, sanggahan, atau

pujian dari teks

tanggapan (lingkungan

hidup, kondisi sosial,

dan/atau keragaman

budaya, dll) yang

didengar dan dibaca

4.8.1 Menyimpulkan informasi mengenai teks

tanggapan yang didengar maupun dibaca

4.8.2 Menulis teks tanggapan berupa pujian

maupun kritik terhadap suatu teks

3.8 Menelaah struktur dan

kebahasaan dari teks

tanggapan (lingkungan

hdup, kondisi sosial,

dan/atau keragaman

budaya, dll) berupa

kritik,,sanggahan atau

pujian yang didengar

dan/atau dibaca.

3.5.1 Memahami isi teks tanggapan

3.5.2 Menentukan ciri teks tanggapan

3.5.3 Menentukan struktur teks tanggapan

3.5.4 Menentukan unsur kebahasaan teks

tanggapan

4.8 Mengungkapkan kritik,

sanggahan, atau pujian

dalam bentuk teks

tanggapan secara lisan

dan/atau tulis dengan

memperhatikan

struktur dan

kebahasaan.

4.5.1 Mengungkapkan makna,

kata/ungkapan/istilah dalam teks

tanggapan secara lisan maupun tulisan

4.5.2 Membuat teks tanggapan yang

memerhatikan unsur kebahasaan dan

struktur teks tanggapan

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

• Menelaah informasi berupa kritik atau pujian dari teks tanggapan yang

didengar dan dibaca.

• Menanggapi isi informasi dengan alasan yang logis disertai disertai bukti

pendukung dari teks tanggapan yang didengar dan dibaca.

• Menyimpulkan informasi mengenai teks tanggapan yang didengar

maupun dibaca

• Membuat peta konsep mengenai teks tanggapan berupa kritik, sanggahan,

atau pujian.

• Memahami isi teks tanggapan.

• Menentukan ciri teks tanggapan.

• Menentukan struktur teks tanggapan.

97

• Menentukan unsur kebahasaan teks tanggapan.

• Mengungkapkan makna, kata/ungkapan/istilah dalam teks tanggapan

secara lisan maupun tulisan.

• Membuat teks tanggapan yang memerhatikan unsur kebahasaan dan

struktur teks tanggapan

D. Materi Pembelajaran

Materi Pokok

1. Fakta

• Contoh video “Pameran ArtJog”

• Contoh video “TERROR Polusi Udara Jakarta”

• Contoh video “Mengenal Budaya Korea yang Kian Digemari”

• Contoh teks tanggapan “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup

Kotanya”

2. Konsep

• Pengertian teks tanggapan

• Struktur teks tanggapan

• Ciri kebahasaan teks tanggapan

3. Prinsip

• Ciri teks tanggapan

• Ciri-ciri kebahasaan teks tanggapan: kalimat kompleks, konjungsi,

dan kata rujukan.

Materi Pengayaan

1. Video “Pameran ArtJog”

2. Video “TERROR Polusi Udara Jakarta”

3. Video “Mengenal Budaya Korea yang Kian Digemari”

4. Contoh teks tanggapan “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”

Materi Remidial

( sama dengan materi pokok)

E. Pendekatan, Model dan Metode Pebelajaran

Pendekatan : Discovery Learning

Metode : latihan, tanya jawab dan penugasan

Model : Diskusi kelas, tugas mandiri, dan tugas kelompok

F. Media Pembelajaran

Media :

98

• Laptop

• Worksheet atau lembar kerja (siswa)

• Lembar penilaian

• Power point materi

• LCD Proyektor

• Papan tulis

G. Sumber Belajar

• Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2018.

Bahasa Indonesia: SMP/MTs KelasI X: Buku Siswa. Jakarta

• Contoh video “Pameran ArtJog” (Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=GzU1wP6hW2w&t=103s0)

• Contoh video “TERROR Polusi Udara Jakarta” (Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=IiWRRmsaOcM)

• Contoh video “Mengenal Budaya Korea yang Kian Digemari” (Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=p6Y7xDNanvw)

• Contoh teks tanggapan “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”

(Sumber: https://www.jawapos.com/surabaya/08/10/2019/mal-kota-kecil-

penentu-gaya-hidup-kotanya/,)

H. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan 1 (Pertama)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta

seorang peserta didik untuk memimpin do’a)

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta

didik untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran

3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang

akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan

dengan materi sebelumnya.

4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang

lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran,

metode penilaian yang akan dilaksanakan yang ditayangkan

5. Guru bertanya mencari informasi tentang teks tanggapan

10 menit

99

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

6. Guru mengaitkan teks tanggapan yang diajarkan dengan

kehidupan nyata

Inti 1. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi,

ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah

pembelajaran, metode penilaian yang akan dilaksanakan

2. Peserta didik memperhatikan video “Pameran ArtJog” yang

ditayangkan

3. Peserta didik mengamati cuplikan gambar dari video

“Pameran ArtJog” yang telah ada pada PPT

4. Peserta didik mengamati gambar dan video tersebut

5. Guru memberikan pertanyaan mengenai teks tanggapan,

menanggapi informasi yang dilihat, didengar maupun

dibaca, membandingkan teks tanggapan dengan teks

ulasan untuk memancing pemaham siswa mengenai teks

tangapan

6. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan

yang diberikan guru yang terkait pengertian teks tanggapan

pada buku yang dibaca

7. Peserta didik masing-masing juga membahas dan berdiskusi

tentang perintah guru mengenai pengertian teks tanggapan,

menanggapi informasi yang dilihat, didengar maupaun

dibaca, membandingkan teks tanggapan dengan teks

ulasan

8. Peserta didik mengidentifikasi informasi yang telah didapat

dalam video “Pameran ArtJog”

9. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik untuk

masalah-masalah yang dianggap sulit oleh peserta didik

10. Guru mengarahkan peserta didik untuk menyelesaikan

permasahan dengan cermat dan teliti.

11. Peserta didik mengumpulkan informasi dengan diskusi

kelas dalam penyelesaian masalah yang diberikan terkait

teks cerita pendek yang telah dibaca

12. Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat

kesimpulan secara lengkap, komprehensif dan dibantu guru

dari materi yang yang telah dipelajari terkait informasi

yang telah didapat dari video maupaun gambar yang telah

ditayangkan

60 menit

100

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

13. Guru memberikan apresiasi atas partisipasi semua peserta

didik

Penutup 1. Guru memberikan arahan untuk materi pada pertemuan

berikutnya

2. Untuk memberi penguatan materi yang telah dipelajari,

guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait

materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di

perpustakaan atau mencari di internet.

10 menit

Penugasan :

Bentuklah kelompok yang terdiri dari 3-4 anggota dan carilah teks tanggapan, gambar,

maupaun video yang membahas lingkungan hidup, kondisi sosial, keragaman budaya dll.

Kemudian bawalah peralatan tulis (bulpoin, kertas karton, spidol warna, penggaris, gunting

dll) untuk membuat peta konsep pada pertemuan selanjutnya!

Pertemuan Ke-2

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta

seorang peserta didik untuk memimpin do’a)

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta

didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang

diperlukan

3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang

akan dilaksanakan dengan materi yang berkaitan mengenai

materi sebelumnya.

4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang

lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan

metode penilaian yang akan dilaksanakan.

10 menit

Inti 1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru

mengenai pengertian teks tanggapan dan ciri teks

tanggapan

2. Guru memberikan penjelasan mengenai pengertian teks

tanggapan dan ciri teks tanggapan

3. Peserta didik dapat menulis materi yang disampaikan oleh

Guru bilamana materi tersebut tidak ada di dalam buku

paket

60 menit

101

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

4. Guru meminta peserta didik secara berkelompok untuk

mengerjakan informasi mengenai teks tanggapan

5. Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4

anggota, kemudian mulai mengerjakan informasi yang

berupa tanggapan pada suatu karya (teks, gambar maupun

video) yang telah dikerjakan secara berkelompok

6. Siswa mengaitkan materi yang diajarkan mengenai teks

tanggapan yang berupa informasi dari sebuah karya (tulis,

gambar, maupun video) yang telah dikerjakan secara

berkelompok

7. Tiap peserta dari berbagai kelompok yang mempunyai

permasalahan materi yang sama dan mempelajari,

memahami masalah secara bersama

8. Guru memberikan motivasi peserta didik dalam kelompok

untuk memberikan pertanyaan terkait masalah yang

mereka diskusikan

9. Peserta didik dalam kelompok saling bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas peta konsep

10. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok

didepan kelas.

11. Peserta didik yang tidak presentasi memperhatikan

kelompok lain yang sedang presetasi kemudian

memberikan pertanyaan, sanggahan maupun komentar

kepada kelompok yang presentasi.

12. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam

kelompok ahli untuk masalah-masalah yang dianggap sulit

oleh peserta didik

13. Guru mengarahkan peserta didik dalam kelompok untuk

menghimpun materi yang sudah dipelajari dan cermat

dalam pemecahan masalah yang diberikan

14. Peserta didik dalam kelompok masing-masing dengan

bimbingan guru untuk dapat mengaitkan, merumuskan, dan

menyimpulkan tentang materi tersebut.

15. Siswa diminta untuk memperhatikan informasi yang telah

didapat dalam karya yang telah mereka kerjakan

16. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi

yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan

102

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah

dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang

sifatnya menuntun dan menggali

2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah

dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.

3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil

refleksi yang dilakukan

4. Guru memberikan tugas mandiri sebagai pelatihan

keterampilan dalam menyelesaikan masalah bahasa

Indonesia yang berkaitan dengan struktur teks

tanggapan.

5. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,

guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait

materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di

perpustakaan atau mencari di internet.

6. Guru memberikan tugas

10 menit

Pertemuan Ke-3

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta

seorang peserta didik untuk memimpin do’a)

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta

didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang

diperlukan

3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang

akan dilaksanakan dengan materi yang berkaitan mengenai

materi sebelumnya.

4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang

lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan

metode penilaian yang akan dilaksanakan.

10 menit

Inti 1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari Guru mengenai

tugas selanjutnya

2. Guru meminta peserta didik untuk membaca teks tanggapan

mengenai karya Student Hidjo pada buku paket secara

bergiliran

60 menit

103

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

3. Guru memberikan materi tambahan mengenai struktur teks

tanggapan dan kebahasaan pada teks tanggapan yang

ditulis peserta didik pada buku catatan

4. Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 2

anggota, kemudian mulai mengerjakan informasi berupa

tanggapan pada suatu informasi karya berupa pujian dan

disertai alasan

5. Siswa mengaitkan materi yang diajarkan mengenai teks

tanggapan yang berupa informasi dari sebuah karya (tulis,

gambar, maupun video) yang telah dikerjakan secara

berkelompok

6. Peserta didik dalam kelompok saling bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas

7. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam

kelompok ahli untuk masalah-masalah yang dianggap sulit

oleh peserta didik

8. Guru mengarahkan peserta didik dalam kelompok untuk

menghimpun materi yang sudah dipelajari dan cermat

dalam pemecahan masalah yang diberikan

9. Peserta didik dalam kelompok masing-masing dengan

bimbingan guru untuk dapat mengaitkan, merumuskan, dan

menyimpulkan tentang materi tersebut.

10. Siswa diminta untuk memperhatikan informasi yang telah

didapat dalam karya yang telah mereka kerjakan

11. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi

yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan

Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah

dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang sifatnya

menuntun dan menggali

2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah

dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.

3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil

refleksi yang dilakukan

4. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,

guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait

materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di

perpustakaan atau mencari di internet.

10 menit

104

Pertemuan Ke-4

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta

seorang peserta didik untuk memimpin do’a)

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta

didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang

diperlukan

3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang

akan dilaksanakan dengan materi yang berkaitan mengenai

materi sebelumnya.

4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang

lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan

metode penilaian yang akan dilaksanakan.

10 menit

Inti 1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari Guru mengenai

hasil tugas teks tanggapan pada pertemuan sebelumnya

2. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan hasil

tugas yang telah dikerjakan sebelumnya

3. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berani

mengungkapkan hasil tugasnya

4. Guru menjelaskan mengenai ciri teks tanggapan, struktur

teks tanggapan dan ciri kebahasaan teks tanggapan

5. Peserta didik diberikan teks yang berhubungan dengan teks

tanggapan untuk dibaca dan diamati seksama

6. Peserta didik mengidentifikasi struktur teks tanggapan yang

telah dibaca dengan disertai bukti yang tertera pada teks

“Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”

7. Peserta didik menyusun struktur teks tanggapan dengan

diskusi kelas dalam penyelesaian masalah yang diberikan

terkait teks tanggapan yang telah dibaca

8. Peserta didik yang sudah mengerjakan mempresentasikan

hasil pekerjaannya didepan kelas kemudian membahas

bersama Guru

9. Siswa diminta untuk memperhatikan informasi yang telah

didapat dalam karya yang telah mereka kerjakan

10. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi

yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan

60 menit

105

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah

dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang

sifatnya menuntun dan menggali

2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah

dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.

3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil

refleksi yang dilakukan

4. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,

guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait

materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di

perpustakaan atau mencari di internet.

10 menit

Pertemuan Ke-5

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta

seorang peserta didik untuk memimpin do’a)

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta

didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang

diperlukan

3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang

akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan

dengan materi sebelumnya.

4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang

lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan

metode penilaian yang akan dilaksanakan.

10 menit

Inti 1. Peserta didik bersama guru membahas tugas sebelumnya

mengenai struktur kebahasaan teks tanggapan dari teks

“Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”

2. Peserta didik mengaitkan kata maupun kalimat yang

berkaitan dengan ciri kebahasaan dalam teks tanggapan

yang mereka pahami

3. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan

yang diberikan guru yang terkait ciri kebahasaan dalam teks

tanggapan

60 menit

106

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

4. Peserta didik melanjutkan tugas menelaah ciri kebahasaan

yang disertai buki dalam teks tanggapan yang telah dibaca

5. Peserta didik mengidentifikasi ciri kebahasaan yang telah

dibaca dengan disertai bukti yang tertera pada teks “Mal,

Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”

6. Peserta didik menyusun ciri kebahasaan dengan diskusi

kelas dalam penyelesaian masalah yang diberikan terkait teks

yang berjudul “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup

Kotanya” yang telah dibaca sebelumnya

7. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaannya didepan

kelas

8. Peserta didik melakukan kegiatan tanya jawab yang

didampingi oleh guru

9. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi

yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan

Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah

dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang sifatnya

menuntun dan menggali

2. Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat

kesimpulan secara lengkap dan dibantu guru dari materi yang

yang telah dipelajari terkait pengertian teks tanggapan, ciri

teks tanggapan, struktur teks tanggapan dan ciri

kebahasaan teks tanggapan

3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil

refleksi yang dilakukan

4. Guru memberikan tugas mandiri sebagai pelatihan

keterampilan dalam menyelesaikan masalah bahasa

Indonesia yang berkaitan dengan teks tanggapan

5. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,

guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait

materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di

perpustakaan atau mencari di internet.

6. Guru memberikan tugas

10 menit

Penugasan:

Siswa diminta membentuk 16 kelompok yang terdiri dari 2 anggota pada setiap kelompok.

Setiap kelompok mencari 1 artikel (dari internet, koran, maupaun majalah) mengenai

fenomena yang sedang marak maupaun yang sedang ramai diperbincangkan. Tema dapat

berupa lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya, dll.

107

Pertemuan Ke-6

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta

seorang peserta didik untuk memimpin do’a)

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta

didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang

diperlukan

3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang

akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan

dengan materi sebelumnya.

4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang

lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan

metode penilaian yang akan dilaksanakan.

10 menit

Inti 1. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan

yang diberikan guru terkait mengenai teks tanggapan

2. Peserta didik mengamati tayangan video “Mengenal Budaya

Korea yang Kian Digemari” sebagai refleksi mengenai teks

tanggapan.

3. Peserta didik diminta memberikan tanggapan berupa kritik

maupun pujian secara lisan mengenai video “Mengenal

Budaya Korea yang Kian Digemari” sesuai pertanyaan yang

ditayangkan oleh Guru

4. Peserta didik menuliskan soal dan jawaban pada pertanyaan

yang telah ditayangkan pada slide Power Point

5. Peserta didik mengaitkan materi yang diajarkan mengenai

teks tanggapan yang berupa informasi dari sebuah karya

maupun fenomena pada video “Mengenal Budaya Korea

yang Kian Digemari”

6. Peserta didik dalam kelompok saling bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas menulis teks tanggapan

7. Peserta didik dapat mempresentasikan hasil pekerjaanya

didepan kelas. Kemudian, kelompok lain dapat menanggapi

hasil pekerjaannya secara bergantian.

8. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam

kelompok mengenai masalah-masalah yang dianggap sulit

oleh peserta didik

60 menit

108

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

waktu

9. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi

yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan

Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah

dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang

sifatnya menuntun dan menggali

2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah

dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.

3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil

refleksi yang dilakukan ntuk memberi penguatan materi

yang telah di pelajari, guru memberikan arahan untuk

mencari referensi terkait materi yang telah dipelajari baik

melalui buku-buku di perpustakaan atau mencari di

internet.

10 menit

I. Evaluasi

Teknik Penilaian : a. Sikap (spiritual social)

Observasi (jurnal)

Penilaian diri

Penilaian antarteman

b. Pengetahuan

Tes tertulis

c. Keterampilan

Kinerja

Instrumen Penilaian : Terlampir

Mengetahui, Malang,

Guru Pamong Guru Praktik

Dra. Retno Istiqomah Angesti Dwi Ariyani

NIP. 19670712 200501 2 004 NIM. 160211600111

Kepala SMPN 1 Malang

109

Drs. Budi Santoso, M.M.

NIP. 19610207 198403 1 010

110

Lampiran 1

Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya

Ketika sebuah mal di kawasan Surabaya Barat melengkapi diri dengan fasilitas

ibadah yang tidak kalah keren dengan outlet-outlet modern lain. Ketika mal itu juga

punya museum. Maka, tidak berlebihan jika mal bisa disebut sebagai kota.

Kini fasilitas apa yang tidak ada di mal? Tidak hanya fasilitas mengurus

SIM/STNK, layanan mengurus paspor juga tersedia. Fasilitas kesehatan tidak cuma

apotek dan perawatan wajah, tetapi ada juga fasilitas praktik-praktik dokter spesialis.

Bank-bank melihat potensi ekonomi yang besar di sana. Maka, bank tidak hanya

menyediakan fasilitas ATM, tetapi secara serius membuka kantor cabang di dalamnya.

Selain travel agent, maskapai penerbangan juga membuka layanan prima di dalam

mal. Untuk ihwal kesehatan, mal menyediakan spa, tempat pijat, bahkan pusat-pusat

kebugaran yang ada sejak lama seperti gym dan sebagainya. Selain panggung-panggung

hiburan, kursus-kursus musik, nyanyi, dan tari juga merajut pelayanan prima di dalam

sistem ekonomi mal itu.

Melayani itu semua, infrastruktur mal layaknya pelayanan prasarana dan sarana

sebuah kota. Apalagi mal masa kini disatukan dengan model superblock. Bundling dengan

apartemen yang memiliki ratusan penghuni yang tidak cukup dengan perangkat

pemerintahan model RT/RW saja. Awalnya, mal tidak lebih dari konsep pasar biasa, tempat

bertemunya pembeli dan penjual. Namun, pada perkembangannya, mal lebih dari sekadar

transaksi ekonomi. Di sana juga terbuka transaksi-transaksi sosial dan kebudayaan.

Majunya ekonomi Indonesia menghadirkan tata masyarakat kelas menengah baru.

Mereka memang punya kebebasan dalam mengekspresikan diri. Generasi era mereka

cenderung lebih terbuka dalam menunjukkan gaya hidupnya. Mal menjadi tempat ideal

untuk mewadahi kebutuhan itu. Pembentukan identitas-identitas sosial mereka diwadahi

secara cerdas oleh pengelola mal. Kalau pasar tradisional menawarkan proses jual/beli

benda-benda keseharian, transaksi di mal meluas lebih dari itu.

Mal menjadi ajang pembentukan gaya hidup melalui pengekspresian kepemilikan

objek-objek dan simbol-simbol sosial. Piliang (1998) menyebut mereka membeli makna

sosial di tempat-tempat seperti department-department store besar atau pusat-pusat

kebugaran. Semua fasilitas itu sekarang diwadahi di sebuah tempat nyaman, berpendar

cahaya kemewahan, serta udara sejuk yang menghanyutkan dan membuai. Namanya mal.

Relasi sosial berkembang tidak sekadar karena pertemanan, bahkan relasi karena kesamaan

visi dalam berbagai bidang, termasuk politik. Dulu ekspresi politik disampaikan secara

terbuka di tempat-tempat umum seperti alun-alun dan taman-taman terbuka kota. Kini

keberpihakan visi dan pilihan politik, antara lain, disalurkan lewat acara semacam flash

mob yang diadakan di mal.

Pengelola mal cerdas untuk mengelola setiap momentum. Dulu yang umum adalah

menghadirkan suasana menyambut hari besar keagamaan seperti Lebaran, Natal, dan tahun

baru. Kini mereka juga meluncurkan acara-acara yang tidak biasa di Indonesia. Maka,

Halloween dan Hari Kasih Sayang menjadi umum bagi generasi muda.

111

Tidak dimungkiri bahwa mal digerakkan oleh pusaran kekuatan kapitalis. Nafsu-

nafsu konsumeristik juga dibangun dan digelorakan di sini. Penyediaan fasilitas ibadah

yang dibangun dengan sangat bagus dan berkualitas di beberapa mal semoga menjadi

bagian untuk mengimbangi nafsu dunia dan akhirat. Dan mengantar pada peningkatan

keimanan sebagai sebuah gaya hidup.

Sumber: https://www.jawapos.com/surabaya/08/10/2019/mal-kota-kecil-penentu-gaya-hidup-kotanya/

112

Lampiran Materi

A. Pengertian

Teks tanggapan adalah teks yang berisi sebuah kritikan tajam mengenai suatu hal

yang membahas kekurangan atau kesalahan suatu karya atau fenomena. Teks

tanggapan merupakan jenis teks yang digunakan untuk meringkas, menganalisis, dan

menanggapi suatu teks, yaitu dapat berupa teks sastra, artikel, berita, ataupun karya

seni pertunjukkan. Di dalam teks tanggapan terdapat pula penilaian berupa kritik dan

pujian. Kritik merupakan ungkapan ketidaksetujuan terhadap suatu hal yang

dilengkapi alasan. Kritik juga berupa tanggapan atau kecaman yang disertai alasan

yang kuat dan objektif. Alasan yang diungkapkan dalam kritik haruslah bersifat

membangun dan bukan menjatuhkan. Sedangkan pujian adalah ungkapan rasa setuju

mengenai suatu hal. Pujian dapat berupa penghargaan atau sanjungan. Tujuan dari teks

tanggapan adalah untuk memberikan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan dari

sebuah teks yang juga disertai dengan saran. Penilaian yang dilakukan haruslah

objektif, sopan, logis, dan jelas.

Lalu apa bedanya teks tanggapan dengan teks ulasan? Teks tanggapan, hasil

akhirnya adalah sebuah kritik yang membangun. Teks tanggapan sifatnya mengkritik.

Ada penilaian seperti kekurangan dan kelebihan karya/fenomena, ada perbandingan

karya satu dengan karya yang lainnya. Sedangkan teks ulasan hanya sebatas mengulas,

membahas isi sebuah karya. Teks ulasan akan menjadi resensi. Resensi adalah sebuah

teks yang memberi sebuah pertimbangan kepada pembaca mengenai sebuah

buku/majalah. Resensi berisi rangkuman dan ulasan penulis terhadap sebuah karya

yang membuat pembacanya mempertimbangkan karya tersebut akan dibaca atau

tidak. dalam teks ulasan tidak ada evaluasi. Sifatnya objektif namun tidak terdapat

kritikan di dalamnya.

B. Struktur

1. Konteks/Evaluasi

Bagian ini berisi mengenai pernyataan umum yang disampaikan penulis

mengenai karya/fenomena/konflik yang ada. Biasanya isi dari bagian ini

mengenai apa yang sedang ditanggapi, di mana, kapan, bagaimana, dan jenis

peristiwa apa yang terjadi. Apabila yang ditanggapi sebuah karya, maka isinya

bisa berupa mendeskripsikan karya tersebut, dari judul, pengarang, latar belakang,

atau insformasi umum lainnya terkait dengan karya tersebut.

2. Deskripsi

Pada bagian deskripsi, apabila yang ditanggapi sebuah fenomena maka

isinya mengenai permasalahan apa yang telah terjadi, apa dampaknya, kelebihan

dan kekurangannya, bagaimana efek dari fenomena tersebut, tafsiran-tafsiran apa

saja yang ada mengenai informasi atau pernyataan yang dapat mendukung

maupun melemahkan fenomena tersebut. Apabila yang ditanggapi adalah sebuah

karya, maka isi dari bagian ini adalah deskripsi isi karya. Cerita karya tersebut

bagaimana, menjelaskan obejeknya secara khusus.

3. Penilaian/Penegasan Ulang

113

Bagian penilaian atau penegasan ulang berisi tentang penilaian kita

sebagai penanggap suatu karya atau fenomena. Isinya dapat berupa kritik santun

dan disertai saran, bisa ditambahkan pujian. Pada bagian ini penulis menekankan

pendapatnya mengenai sebuah karya/fenomena yang ditanggapi. Dalam memberi

penilaian, penulis tidak hanya menilai dari satu sisi saja/satu sudut pandang saja.

Harus menilai dari banyak segi.

C. Aspek Kebahasaan

1. Bahasa Deskriptif

Bahasa deskriptif biasanya ada pada struktur bagian konteks/evaluasi dan

deskripsi. Bahasa deskriptif adalah bahasa yang digunakan untuk

mendeskripsikan suatu objek/karya/fenomena yang membuat kita sebagai

pembaca seakan-akan melihat, mendengar, mencium, merasakan apa yang

digambarkan oleh penulis. Kalimat deskriptif yang digunakan biasanya dapat kita

bayangkan dengan panca indra kita.

Contoh: Gerakan tari piring pada umumnya dengan meletakkan dua buah piring

di atas dua telapak tangan, lalu diayun dan dilanjutkan dengan gerakat-gerakan

tari yang cepat dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari

penari terhadap piring yang dibawanya.

2. Kalimat kompleks

Kalimat kompleks adalah kalimat yang memiliki lebih dari dua struktur

dan dua verba. Biasanya terdiri dari dua klausa atau lebih yang memiliki

hubungan bertingkat. Klausa adalah kumpulan kata yang terdiri atas subjek dan

predikat saja. Kalimat kompleks ini juga biasanya disebut kalimat majemuk

bertingkat sehingga dalam kalimat kompleks akan ada konjungsi atau kata

hubung yang menunjukkan hubungan subordinatif dalam kalimat. Konjungsi

tersebut antara lain: sebab, karena, oleh karena, hingga, sehingga, sampai, agar,

supaya, untuk, ketika, sebelum, sejak, setelah, selama, yang, sedangkan, dll.

Contoh: Rinda membaca buku ketika ibu sedang memasak.

3. Kalimat aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif atau melakukan

kegiatan/sesuatu/aktivitas. Biasanya ditandai dengan awalan me- dan ber-.

Contoh: Suliyana menyanyikan lagu kesukaan ayahku.

4. Konjungsi antarkalimat

Konjungsi antarkalimat atau pengubung antarkalimat adalah kata-kata

yang menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lain, satu kalimat dengan

kalimat lain. Contoh kata penghubung antarkalimat yang sering digunakan dalam

paragraf antara lain: karena itu, dengan demikian, di samping itu, dan sedangkan.

Contoh: Kesenian tari tradisional adalah simbol kekayaan budaya di Indonesia.

Dengan demikian, kelestarian kesenian tari tradisional haruslah kita jaga agar

tidak punah akibat budaya luar yang masuk ke Indonesia.

114

5. Rujukan kata

Rujukan kata adalah suatu kata yang merujuk pada kata lain yang

memperlihatkan keterikatan. Rujukan kata berhubungan dengan kata ganti,

misalnya: ini, itu, di sana, di sini, dia, mereka, tersebut, dan beliau.

Contoh: Ketika kelas 8, saya dan Aziz adalah teman sebangku. Sekarang dia

sudah pindah sekolah karena ayahnya dinas di kota lain.

D. Jenis Kalimat Tanggapan

1. Kritik

Kritik ialah suatu pernyataan kecaman atau tanggapan yang sering

diuraikan dengan uraian pertimbangan baik dan buruknya suatu

karya/fenomena/penampilan seseorang. Contoh: Orang tua hendaknya jangan

melepas anaknya begitu saja. Orang tua harus mendampingi putra putrinya

dalam menonton acara tv saat ini. Sebab banyak tayangan yang tidak patut

ditonton untuk anak-anak. Orang tua zaman sekarang juga kurang memperketat

anaknya dalam menonton apa yang ditonton.

2. Pujian

Pujian adalah suatu pernyataan pengakuan dan penghargaan yang

diutarakan untuk kebaikan atau keunggulan atau hasil yang spektakuler terhadap

sesuatu. Contoh: Novel berjudul 5 Cm karya Donny Dhirgantoro ini sangat luar

biasa. Akhir cerita yang sangat tidak disangka-sangka membuat pembacanya

tercengang dan kagum dengan cerita yang memberi surprise di setiap alurnya.

Selain itu novel ini juga sangat sesuai untuk remaja dan orang dewasa.

3. Sanggahan

Sanggahan adalah ungkapan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan terhadap

sesuatu. Contoh: Pada dasarnya saya setuju dengan usaha pemerintah

meratakan pendidikan dengan mengirim guru-guru muda ke pelosok daerah.

Namun, akan lebih bijaksana jika pemerataan tersebut tidak hanya untuk guru

muda saja tetapi juga untuk guru-guru yang sudah berpengalaman lama

mengajar.

4. Penolakan

Penolakan adalah suatu pernyataan yang menunjukkan tidak setuju,

kurang setuju, kurang sependapan, atau membantah dalam suatu hal. Contoh:

Saya sangat tidak setuju dengan pemerintah yang memberlakukan sistem zonasi

sekolah.

5. Persetujuan

Persetujuan adalah suatu pernyataan yang menunjukkan setuju dalam suatu hal.

Contoh: Saya setuju dengan pencabuutan sistem zonasi sekolah.

115

LAMPIRAN 2

TRANSKRIP

Tema : PASUKAN GADJAH MADA

Host : Andini Efendi

Panelis : 1) Ray Rangkuti (Pengamat politik)

2) Maman Suherman (Penulis/pengamat siaran)

3) Chika Jessica (Artis)

4) Mc Denny (Komika)

5) Yenti Garnasih (Ketua umum masyarakat pidana dan

kriminologi)

Narasumber : 1) Edward Omar Sharif Hiariej (Prof. Eddy) (pakar hukum pidana)

2) Heru Widodo (pakar hukum tata negara)

3) Dwikorita Karnawati (Kepala BMKG)

Host : gajah mati meninggalkan Gading dan peninggalan Gadjah Mada

yang paling berharga adalah para penerusnya yang mendapat

gemblengan di Bulaksumur, Yogyakarta. Hasil yang dapat kita

saksikan salah satunya pada sidang gugatan pemilihan Presiden dan

Wakil Presiden di Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu. Nah,

dalam sidang ini memang sudah usai namun banyak cerita unik

dibalik sidang yang menguras energi publik salah satunya sidang

menjadi ajang reuni bagi lulusan Universitas Gadjah Mada, mulai

dari hakim, saksi ahli, hingga kuasa hukum. Siapa saja mereka,

inilah pasukan Gadjah Mada.

[cuplikan video sidang gugatan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di

Mahkamah Konstitusi]

Host : dan inilah Narasumber kami Profesor Doktor Edward Omar Sharif

Hiariej dan Doktor Heru Widodo. Terima kasih banyak bapak-bapak

sudah bergabung bersama kami di Q&A. Saya ke Prof. terlebih

dahulu ini sempet jadi trending topik ya, kalau saya justru waktu itu

pas ngga lagi di Indonesia ngeliatnya jadi trending topik world wide

justru ni kita lihat di sini ada ada waktu itu sempet jadi ee rame gitu

di twitter. Jadi sekarang udah jadi selebriti netizen dong?

116

Eddy : Untungnya saya tidak punya media sosial jadi saya tidak tahu

apakah saya trending topik atau apakah tidak.

Host : Justru ngga punya media sosial?

Eddy : tidak punya saya.

Host : tapi tau ngga kalo misalnya rame di medsos?

Eddy : ee Saya dengar dari istri saya dari teman-teman saya bahwa saya

apa jadi trending topik jadi saya memang tidak memiliki tidak punya

media sosial Facebook, Instagram, Twitter, tidak punya jadi saya

tidur dengan nyenyak karena saya yakin di samping pujian pasti ada

cercaan.

Host : oke. Kalo Pak Heru gimana?

Heru : biasa aja si, Mba.

Host : ada ada ngga di medsos?

Heru : Ada di medsos tapi kita ya sama seperti Prof. Edi tadi ada pro dan

kontra biasa jadi nanggepinnya ya dinamis gitu. Kita sudah

menjalankan kewajiban kita untuk apa secara akademis membantu

mencerahkan kan persoalan-persoalan perselisihan Pilpres kemarin.

Host : ada yang berubah tidak, mungkin dari Prof. dulu setelah menjadi

saksi ahli itu kemudian mungkin dari segi pertemanannya kah kan

juga berteman dengan Mas Indrayana dan ada beberapa orang lagi

dari tim kuasa hukum 02, ada yang berubah ngga setelah itu?

Eddy : sama sekali tidak, sama sekali tidak. Jadi ketika sidang itu usai kami

lalu berjabat tangan, saling berpelukan, dan foto bersama jadi sama

sekali kita tidak bawa sampai ke hati bahwa ada perbedaan pendapat

saya kira itu sesuatu yg wajar saja dalam dunia akademik karena ee

teman-teman kuasa hukum pemohon itu juga mereka selain

berprofesi sebagai pengacara juga adalah dosen ya jadi perbedaan

pendapat di dunia akademik kan suatu hal yang wajar.

Host : oke. Nah tapi gimana, kita juga penasaran awalnya tuh seperti apa

sih Prof. dan Doktor nih bisa jadi saksi ahli. Siapa Prof. waktu tu

yang minta duluan?

Eddy : jadi saya pertama kali dihubungi oleh Pak Asrul Sani, Sekjen P3 ya

itu kalo saya tidak salah inget sekitar hari Rabu tanggal 12 Juni

waktu itu ee beliau mengatakan bahwa ee Prof. Yusril kemudian ee

Bang Trimedya Panjaitan sudah menyetujui untuk ee minta saya

sebagai ahli dalam sengketa Pilpres kemudian Waktu itu saya

117

bertanya selain saya siapa lalu ee Pak Asrul Sani menyebut nama

Mas Heru Widodo.

Host : dan ee Pak Heru juga dihubungi oleh Pak Asrul?

Heru : ya, kalo beliau menghubungi saya sebelum lebaran jadi ee...

Host : lebih lama lagi justru ya.

Heru : lebih awal di...

Host : emang udah kenal lama tapi?

Heru : belum kenal sebenarnya. Jadi tim hukum TKN meminta berkenan

untuk masuk menjadi tim ee ‘oke’ saya bilang Insya Allah saya

bersedia tapi posisinya bukan sebagai kuasa hukum karena kan

sebenarnya profesi keseharian saya lebih banyak di sebagai advokat

ya, sebagai ahli nanti dengan beberapa ee ahli yang lain stand by aja

mas katanya. Ya sudah karena itu amanat kita ya untuk tujuan yang

baik saya sampaikan saya bersedia kita simpan pendapat-

pendapatnya. Terus kemudian pada suatu waktu Prof. Edi kontak

saya ‘Mas, sudah dihubungi oleh Pak Asrul’, saya bilang sudah.

Yasudah ee Prof. Edi bilang kita berdua yang akan jadi ahli dan

saya...

Host : betul ngga katanya sebelum bersa ee bersaksi itu dihubungi oleh

Pak Mahfud MD juga?

Eddy : malamnya itu kemudian Prof. Mahfud menelpon saya dan beliau

bertanya ‘Mas apa sudah dihubungi’, saya bilang sudah. Saya sudah

dihubungi besok saya akan memberikan kesaksian. Lalu kemudian

beliau bertanya ee apa yang akan saya sampaikan yang saya katakan

bahwa saya berbicara soal ee terstruktur, sistematis, dan massif.

Kemudian beliau katakan ‘oh ya saya kira itu mas lebih pantas

menjelaskan itu’ lalu beliau bercerita bahwa pada tahun 2008 ketika

beliau menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi dalam

memeriksa ee sengketa pilkada, beliau mengambil persoalan TSM

itu dengan merujuk pada doktrin-doktrin di dalam hukum pidana.

Host : ehe.

Eddy : sehingga kemudian beliau merasa bahwa saya cukup ee relevan dan

punya kapasitas untuk itu menjelaskan di hadapan Mahkamah

Konstitusi.

Host : padahal backgroundnya bukan pemilu kan lebih ke pidana?

Eddy : betul, pidana.

118

Host : kalo Prof. sendiri?

Eddy : ya, saya pidana.

Host : dan itu juga sempet di dipertanyakan juga ketika sidang itu berjalan

bukan?

Eddy : betul. Jadi sebetulnya ketika ditanya oleh ee Mas Bambang

Wijayanto waktu itu beliau katakan ee ‘coba anda tunjukkan

pengalaman anda apa di bidang kepemiluan’, ya saya waktu itu

bukannya saya tidak mau jawab tadi saya pikir pertanyaan itu tidak

substansi. Mengapa pertanyaan itu tidak substansi karena sebetulnya

kalau kita mau berbicara soal fairness ketika saya menyampaikan

tanggapan ketika saya memberikan keterangan ahli yang dalam

tanda petik menguliti gugatan kuasa hukum pemohon.

Host : ya.

Eddy : seharusnya secara fairness mereka juga merespon balik atas

tanggapan saya.

Host : baik.

Eddy : jadi ketika berbicara soal kepemiluan itu bagi saya sudah out of

context. Tetapi kalau itu ditanyakan kepada saya, saya kira ya saya

tidak bego-bego amat lah soal pemilu karna tahun 1999 pemilu

pertama kali pasca reformasi, Prof. Mahfud dan saya itu adalah

panitia pengawas pemilu.

Host : Ok, baik.

Eddy : meskipun hanya tingkat Jogja.

Host : Oke.

Eddy : kemudian tahun 2001, saya diundang oleh comission on ilection di

Filipina.

Host : jadi ada pengalaman kalo misalkan kita bahas soal pemilu begitu.

Eddy : ya, sebagai...

Host : saya mau kasih liat satu cuplikan yang juga menjadi perbincangan

di masa sidang ee di MK tersebut. Boleh kita putar, silakan.

[cuplikan video]

Host : ee ada yang ngerti ngga tadi bahasa-bahasa istilahnya temen-temen

penonton, pada bingung semuanya kan. Aku pun juga bingung Pak,

119

kenap ini kan sidang terbuka ditonton ni satu nusantara gitu nah itu

kenapa pake istilahnya tu yang mumet-mumet gitu Pak?

Eddy : begini. Jadi yang penting diketahui bahwa bahasa Latin itu adalah

bahasa dunia hukum ketika berbicara mengenai asas-asas hukum

kita tidak bisa terlepas dari bahasa latin dan itu memang harus saya

sampaikan kendat ee kemudian saya menerjemahkan atau ee

menyampaikan terjemahan dari asas-asas hukum tersebut. Sekali

lagi karna ee bahasa Latin itu adalah bahasa dunia hukum.

Host : oke, baik. Sebelum ee kita jeda, Pak Pak Heru ini bukan pertama

kalinya kan menjadi saksi ahli bareng dengan Prof. Edi bahkan juga

pernah berseberangan gitu dalam beberapa kasus.

Heru : ee kalau bareng baru pertama kali.

Host : bareng baru pertama. Baik.

Heru : iya. Bareng baru pertama kali tapi kalau mem ee dalam kes

keseharian sebagai lawyer saya sering meminta Prof. Edi menjadi

ahli, khususnya pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi.

Host : oke. Baik. Tapi nggak pernah ada berseberangan begitu jadi saksi

yang justru memberatkan lah untuk bagi kasus yang ditangani?

Heru : selama ini belum pernah.

Host : belum pernah. Ini apa emang ada gara-gara sama-sama UGM jadi

emang kompak?

Heru : secara kebetulan sebenarnya jadi tidak tidak apa namanya ee kita

meminta kehadiran ahli itu dalam suatu kasus kan melihat

kepentingannya bagaimana kalau kebetulan memang Prof. Edi

bersedia ya kita minta tapi kalau memang nggak bersedia karna ada

ada batasan tertentu kalau dalam perkara perkara yang menyangkut

tindak pidana korupsi ee dari Universitas Gadjah Mada tidak

memperkenankan atau tidak mengizinkan guru besarnya atau

dokternya menjadi ahli dalam perkara itu.

Host : tp memang ada ini juga ngga sama sama UGM gapapa lah saya jadi

lebih srek gitu?

Heru : ee mungkin itu salah satu faktor yang...

Host : salah satu faktor

Heru : yang menguatkan ya karna kan...

Host : sama-sama pasukan Gadjah Mada ya.

120

Heru : ya, sama-sama pasukan Gadjah Mada kita tau kualitasnya

bagaimana kan ya.

Host : Baik. oke. Kita akan bergabung nanti bersama para panelis setelah

jeda berikut ini. Tetaplah bersama Q&A.

[iklan]

Host : sudah bersama para panelis. Tadi kita sudah dengar ya para penulis

seperti apa sih sejarahnya ketika mereka menjadi saksi ahli di sidang

yang menyita perhatian. Kamu nonton enggak sidangnya Mac

Denny?

Denny : saya nonton sampe abis kuota. Nontonnya di youtube di live

streaming, abis kuotanya.

Host : kenapa ngga nonton di Metro TV?

Denny : kenapa? Kan malem met, oh ya kenapa ngga di Metro TV ya. O

waktu itu saya lagi di luar.

Host : oh oke.

Denny : di luar MK.

Host : oh baik, oke.

Denny : lagi nunggu tanda tangannya Prof. Edi.

Host : oke. Ini ini ternyata yang menarik juga dari pasukan Gajah Mada

yang hadir bersama kita malam hari ini kalau misalnya Prof. Edi ini

kalau kita inget pernah jadi saksi ahli yang meringankan Basuki

Cahaya Purnama kasusnya Ahok. Kemudian juga pernah jadi saksi

ahli untuk memberatkan Jessica, Jessica inget masih inget kopi

Vietnam.

Chika : Aku ga salah apa-apa.

Denny : bukan jessica kamu.

Host : Bukan Chika Jessica.

Denny : kamu mah keracunan, bukan keracunan kopi.

Host : Jessica Kumala Wongso. Oke, kemudian juga yang menjadi

menarik pernah jadi saksi meringankan Bang ed Denny Indrayana

justru pada saat itu dalam kasus Payment Gateway. Kemudian, kalau

untuk Pak Heru, Pak Heru sendiri pernah jadi penasehat hukumnya

Pak Denny Indrayana ketika di kasus yang sama. Kemudian, juga ee

121

waktu itu juga pernah berfokus untuk pada hukum pemilu kalo Prof.

lebih fokus kepada hukum...

Eddy : pidana.

Host : pidana, begitu dan juga kalo kalo ditanya kalo misalnya Pak Heru

hobinya apa ee beribadah dan mengaji.

Denny : alhamdulillah, luar biasa.

Host : alhamdulillah.

Denny : sama banget ya.

Host : sama banget kan.

Denny : sama banget.

Bang Ray : itu bukan hobi dong, kewajiban.

Host : kewajiban, bukan hobi sebenernya Pak itu faktanya.

Denny : tapi ketika kewajiban menjadi hobi dilakukan dengan senang hati

biasanya, betul ya?

Heru : betul.

Host : Bang Ray silakan.

Bang Ray : tadi disebutkan sebelum ditunjuk jadi salah satu saksi ahli dari 01

terlebih dahulu di kontak oleh Pak Mahfud ya dan Pak Mahfud

memberi gambaran bla bla bla bla. Apakah anda mau menyebutkan

sebetulnya pembelaan anda di ah bukan kesaksian anda di

Mahkamah Konstitusi itu sebetulnya pokok-pokok pikiran dari Pak

Mahfud gitu?

Eddy : jadi ee begini Bang Ray ee beliau menelpon saya setelah memang

mengetahui bahwa saya akan tampil pada ee sidang mahkamah

konstitusi tanggal 21 Juni waktu itu, beliau bertanya apa yang

hendak saya sampaikan, saya katakan soal terstruktur, sistematis,

dan masif. Beliau lalu mengatakan ee itu cocok, mengapa, karna

pada saat beliau sebagai ketua Mahkamah Konstitusi beliau

mengutus beberapa kasus TSM dalam konteks Pilkada beliau

merujuk pada ee doktrin TSM dalam hukum pidana. Mengapa beliau

merujuk pada hukum pidana karna beliau pada waktu itu adalah

salah satu penguji saya ketika saya menyelesaikan Doktor dengan

judul Asas Legalitas dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia.

Sehingga beliau mengambil ee parameter-parameter TSM yang ada

122

di dalam disertasi saya itu kemudian menjadi rujukan bagi beliau

untuk memutus TSM dalam konteks pilkada. Demikian Pak.

Host : tapi memang dikasih ngga sama ee Prof. Mahfud pada saat itu, nanti

kamu ngomongnya...

Eddy : o tidak, sama sekali tidak.

Host : gini-gini ya.

Eddy : tidak tidak, sama sekali tidak. Jadi beliau waktu itu menelpon saya

dalam rangka mensupport bahwa kalau nanti ada yang meragukan

karena latar belakang saya pidana. Justru ketika menjelaskan soal

TSM itu memang lebih pantas orang pidana yang menjelaskan itu

karena beliau mengambil konteks TSM pada tahun 2008 itu dengan

merujuk pada doktrin hukum pidana.

Bang Ray : saya keduanya kalau bisa ya.

Host : ya, silakan

Heru : ya ya

Bang Ray : untuk Prof. Edi dan ee Pak Heru ya.

Heru : iya.

Bang Ray : seba khususnya Pak Heru sebagai lawyer dan sebagai yang sering

juga dimintai sebagai saksi ahli Prof. Edi ya, ketika menerima satu

permintaan itu baik sebagai Iawyer maupun sebagai saksi ahli karna

profesional atau karna memang sesuai pikiran dan ee prinsip anda?

Heru : saya dulu ya.

Bang Ray : iya, boleh.

Host : iya, Pak Heru silakan

Heru : jadi waktu dalam kasus ini saya tanyakan dulu kira-kira sesuai

engga dengan keahlian yang saya punya karena dijawab bahwa ini

persoalan TSM yang kebetulan saya punya pengetahuan yang

mendalam tentang TSM kebetulan disertasi saya tentang

pelanggaran TSM di Mahkamah Konstitusi. Kemudian saya

nyatakan Insyaallah bersedia. Ya jadi lebih kepada faktor kualifikasi

saya kalau saya ngga mampu saya ngga berani untuk menjadi ahli,

gitu Bang Ray.

Bang Ray : iya. Ini kan khusunya Pak Heru ya yang 2014 seinget saya anda

justru pengacara Pak Prabowo yang mendalilkan adanya TSM.

123

Heru : betul.

Bang Ray : sekarang anda menjadi pengacara 01 yang menolak adanya TSM.

Jadi sebetulnya pandangan anda sendiri apa gitu. Dari satu segi anda

setuju ada TSM itu 2014 tapi 2019 ini anda menolak adanya dugaan

TSM dalam pelaksanaan Pilpres. Itu yang saya mau katakan

sebetulnya ketika kita terima kasus ini mau membela gitu, kita

membela itu karena memang kewajiban profesional kita atau karna

memang ini prinsip yang kita yakini bener gitu?

Heru : ya jadi memang ada perbedaan yang jelas antara 2014 ke belakang

dengan 2015 sampai dengan sekarang. Jadi dulu TSM itu belum

diatur dalam norma jadi ketika 2008 sampai dengan 2010, 2009

nggak ada sengketa Pemilu ya, ee 2010 sampai dengan 2014 TSM

tuh lepas dari norma sehingga semua diambil alih oleh Mahkamah.

Ketika 2015 sudah ada Undang-undang Pemilu Pemilukada serentak

TSM disebut norma nya dibagi habis menjadi wewenang Bawaslu

sama peradilan tata usaha negara termasuk juga Undang-undang

Pemilu sekarang mengambil alih Undang-undang Pemilukada ee

TSM diserahkan wewenangnya kepada Bawaslu sehingga manakala

sekarang dibawa ke Mahkamah Konstitusi itu tidak sesuai lagi

tatanannya dengan Undang-undang Pemilu serentak. Itu yang

sepanjang yang saya ketahui. Oleh karena oleh karena itu ketika dulu

2014 memang masih relevan TSM itu dibawa ke Mahkamah

Konstitusi dan putusannya 2014 Mahkamah menyatakan berwenang

mengadili pelanggaran TSM tapi kenapa tidak dikabulkan karena

tidak terbukti pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di 2014 itu

secara terstruktur, sistematis, dan masif begitu Bang. Itu memang

prinsipnya begitu.

Host : oke. Ee Bang aku kasih ke Kang Maman dulu. Silakan Kang

Maman

Kang Maman : Prof. Edi apa karna kenal semua yang ada di situ membuat Prof.

Edi tampil begitu santai begitu cair menghadapi Saldi Isra. Anda

memecahkan rekor Saldi Isra sebagai Doktor termuda beliau 2 tahun

3 bulan, anda 2 tahun 30 hari ya kalo ngga salah.

Eddy : 20 hari

Kang Maman : 20 hari. Kemudian melihat BW, anda justru menulis di Kompas

meringankan BW dalam kasus dan mengatakan BW ngga pantes

untuk dijadikan tersangka tapi tiba-tiba BW seperti mendegradasi

anda soal berapa banyak sih karya anda untuk sampai mau duduk di

situ tapi anda begitu ringan saja menghadapi nya, karena faktor

124

mengenal mereka semua atau karena ada sesuatu yang disiapkan

sebelumnya?

Eddy : ee sebetulnya kalau saya tampil santai ya dari awal saya sudah

mengatakan ketika mau menjawab pertanyaan dari kuasa hukum

pemohon saya katakan kalau kita ada perbedaan pendapat saya saya

me merifer kepada Gus Dur ya ‘kalau kita ada perbedaan pendapat

maka cukup perbedaan pendapat itu sampai di kerongkongan dan

jangan dibawa ke hati’. Jadi saya menganggap itu santai jadi saya

tidak emosional saya menganggap ringan-ringan saja pertanyaan itu

dan yang kedua memang kita sudah prediksi bahwa pertanyaan itu

akan ditanya oleh ee kuasa hukum pemohon. Disini saya harus

mengatakan dengan jujur ee Doktor Ruhut Pangaribuan, Profesor

Yusril yang sudah Malang melintang di dunia kepengacaraan itu

mempunyai sense yang luar biasa dan malam sebelumnya ketika kita

berdiskusi dengan Prof. Yusril dengan ee Doktor Ruhut Pangaribuan

pertanyaan-pertanyaan yang kita prediksikan akan disampaikan oleh

kuasa hukum pemohon dan memang terbukti, itulah yang mereka

katakan.

Host : bukan karna ada deal-dealan karna mengenal?

Eddy : sama sekali tidak, sama sekali tidak.

Host : sebelum masuk sidang gitu, eh jangan ini dong jangan galak-galak

nanti.

Eddy : ngga juga, ngga ngga. Jadi ya sebelum sidang itu kita bertemu dan

salaman, cipika-cipiki kita semuanya adalah teman, jadi tidak ada

salah paham.

Kang Maman : tapi kira-kira. Satu.

Host : iya.

Kang Maman : kira-kira karena apa Pak Nasrulah sama sekali ngga mengajukan

pertanyaan buat anda?

Eddy : mungkin karena beliau dan saya punya kor yang sama sebagai ee

pengajar hukum pidana dan saya dan beliau berpikir bahwa apa yang

saya jelaskan itu sudah sangat jelas sehingga beliau tidak perlu lagi

untuk mengajukan pertanyaan.

Kang Maman : jadi kaya dukun ya, satu ilmu satu perguruan ngga boleh saling.

Eddy : saya kira begitu.

Kang Maman : (tertawa)

125

Mc : Chika silakan.

Kang Maman : Chika tampilan kacamatanya sama dengan Prof. Edi, taruh di

kepala.

Denny : cuman kalo Prof. Edi itu Profesor kalo dia sales kacamata.

Chika : coba kalo Bapa gimana (menyuruh Denny).

Denny : ni liat. Kalau saya tu esmut.

Chika : oh kalau pake disini kaya esmut (memakai kacamata pada

umumnya)

Denny : (meletakan kacamata di atas kepala) Profesor.

Chika : oh Profesor.

Denny : ehe. (meletakan kacamata di bawah mata)

Chika : ehe. Tukang jualan voucher kalo begitu. Ee mau tanya ke dokter

heru Doktor Doktor, tadi nerusin pertanyaan dari bapa (Bang Ray)

katanya kan 2014 tuh ee berada di pihaknya Pak Prabowo terus yang

sekarang ee meringankan di pihak lawan. Gedean mana toh Pak?

Denny : honornya.

Host : gedean mana honornya gitu, tuh Pak.

Denny : matre banget si nih perempuan.

Heru : jawabannya sederhana sih, gede itu relatif.

Host : tuh.

Heru : iya. Jadi yang penting kita syukuri kan menjadi menjadi gede

rasanya gitu tapi kepuasan tentunya ee sama-sama puaslah. Dulu

ketika dipercaya menjadi kuasa tim kuasanya Pak Prabowo Hatta ya

kita kerjakan secara maksimal kan aktif di persidangan ternyata

hasilnya memang tidak sesuai harapan ya sudah kita sekarang...

Host : jadi lebih puas yang mana dong kalau gitu?

Heru : ya sama puasnya. Dulu puas...

Host : dulu kan kalah.

Heru : iya.

Host : sekarang, justru menang.

Heru : itu tidak bisa dibandingkan.

126

Host : hmm.

Heru : tidak bisa dibandingkan karena kualifikasi ketika itu memang ee

sebagai pengacara konstitusi ya dalam dalam posisi itu kita sangat

puas karena bisa mengeksplor pelanggaran-pelanggaran dengan

dengan berbagai argumentasi tapi ternyata memang tidak bisa

memenuhi unsur TSM ketika itu. Nah sekarang dalam kualifikasi

sebagai ahli tentu juga punya kepuasan yang lain karena ee dalam

posisi yang berbeda tentunya.

Host : Baik. oke. Masih banyak pertanyaan nanti dari panelis untuk kedua

narasumber kami. Tetaplah bersama Q&A Pasukan Gajah Mada.

[iklan]

Host : masih bersama pasukan Gadjah Mada, Prof. tadi kalo dari

pertanyaannya Bang Ray ketika memutuskan untuk menjadi ahli ya,

ini ngeliat kasusnya dulu atau memang secara profesional aja?

Eddy : jadi saya kira ee pertanyaan itu sangat baik dan cukup mendasar

jadi ketika ada satu kasus dan meminta saya sebagai ahli maka yang

pertama-tama saya minta adalah apa kronologi kasusnya. Ketika

saya disampaikan kronologis kasus, saya menentukan ini pendapat

saya. Pendapat saya seperti ini apakah anda setuju ataukah tidak,

apakah pendapat saya ini bisa menguntungkan klien anda ataukah

tidak kalau bisa menguntungkan silahkan anda memakai saya tapi

kalau tidak, ya no problem.

Bang Ray : Mba Dini...

Host : baik. Oke

Bang Ray : Mba Dini...

Host : iya.

Bang Ray : saya pertanyaan ini saya kira mewakili juga beberapa pertanyaan

publik ya karna sebelum ini sebetulnya ya kita melihat juga dunia

kepengacaraan ini begitu luwes gitu loh kira-kira ya seperti Pak Heru

juga.

Heru : iya.

Bang Ray : jadi ada orang yang mengatakan sebelum dia jadi lawyer si A

sebetulnya terlebih dahulu dia mau jadi lawyer si B tapi karna si B

tidak mau terima pindah ke si A gitu. Jadi orang jadi melihatnya

sebetulnya para lawyer ini punya ideologi apa ngga si, kan kira-kira

gitu tu pertanyaannya gitu.

127

Host : atau profesional aja

Bang Ray : bukan hanya profesional tapi lebih dari itu seperti pertanyaan

Jessica tadi kan atau hanya sekedar cari nominalnya kan kira-kira

gitu. Jadi kalo di A ngga tembus kita ke B jadi seolah-olah ngga ada

you you mau bela mana, mau bela yang apa. Kan kira-kira gitu.

Host : iya.

Heru : itu sebenernya ngga boleh Bang, lawyer tuh ngga boleh

menawarkan diri seharusnya. Jadi lawyer tu pasif ketika ee calon-

calon klien mencari kuasa hukum yang kira-kira pas ya kita sifatnya

menunggu, ngga boleh kita menawarkan kesana dan kesebalah gitu.

Itu etikanya seperti itu jadi ketika ada lawyer yang menawarkan

kesana kemudian disana tidak diterima kemudian kesebelah, ya itu

dari kedua penawar itu sudah salah sudah melanggar etika

sebenarnya.

Denny : kalo ngga ada yang nawar-nawarin gimana Pak, nganggur terus

dong Pak.

Eddy : begini, itu dari segi etika Bang Ray tapi saya mau menjawab dari

segi hukum ya. Law is the art of interpretation hukum itu adalah seni

berintepretasi, fakta itu netral tergantung siapa yang membacanya.

Saya selalu bercerita kepada mahasiswa saya di depan kelas, kita

tahu bahwa 1825 sampai 1830 ada seorang jawa bernama Raden

Mas Ontowiryo berkelahi dengan Jendral de Kock kalau fakta itu

ditulis dari Indonesia kita akan mengatakan Diponegoro adalah

pejuang dan de Kock adalah penjajah tapi kalo fakta itu ditulis dari

Belanda, mereka akan mengatakan de Kock itu adalah pejuang dan

Diponegoro adalah ekstrimis. Jadi itulah yang menga itulah yang

yang mendasari saya ketika ada satu kasus sebetulnya kita bisa saja

mencari alasan yang meringankan kita bisa mencari alasan yang

memberatkan tetapi kembali kepada keyakinan dan hati nurani kita.

Bang Ray : itu maksud saya, justru karna itulah pertanyaan ini menjadi penting

karna fakta itu bisa ditafsirkan baik bisa ditafsirkan buruk.

Eddy : iya, iya.

Bang Ray : tapi anda sendiri mau menafsirkan sesuai dengan kepentingan klien

atau anda...

Eddy : tidak

Bang Ray : menafsirkan sesuai dengan keinginan anda?

Eddy : dengan hati nurani saya...

128

Bang Ray : nah itu maksud saya.

Eddy : dengan keyakinan saya lalu saya mengambil keputusan ini seperti

itu.

Host : baik. Oke. Mac denny.

Denny : oh oke giliran saya, ini berat sekali tampaknya. Baik, selamat

malam semuanya untuk para penonton dan juga Prof. Edi dan.

Host : Doktor Heru.

Denny : Doktor Heru, apa kabar Pak?

Heru : sehat, alhamdulilllah.

Eddy : baik, sehat.

Denny : pertanyaan saya tidak akan berat-berat Pak walaupun sebenernya

saya juga lulusan UGM.

Chika : UGM, Universitas Gadjah Mada?

Denny : Google Map.

Chika : aku dong UGM.

Denny : sempet tadinya saya mau kesitu cuman...

Chika : aku juga ug aku UGM loh, Pak Pak Prof. Dok

Heru : iya.

Denny : ha serius lu UGM?

Chika : UGM.

Denny : kenapa begini?

Chika : masuk UGM terus disebelah kanan ada boot yang jual es kepal itu

aku kesitu.

Denny : oh lu mah UGM.

Chika : tapi kan UGM…

Denny : universitas gagal menikah, menikah.

Chika : oh makasih.

Denny : iya sama-sama. Baik...

Host : pertanyaannya.

129

Denny : baik pertanyaannya begini ee saya akan bertanya (memakai

kacamata) kaya Prof. Edi ya.

Host : itu mentang-mentang Profesor kaya gitu ya?

Denny : iya. Begini ee fakta yang saya baca di sini (kacamatanya jatuh)

waduh

Chika : ngga cocok, ngga usah sok pinter. (tertawa)

Denny : ribet amat jadi Profesor. Ee yang pertama untuk ee Prof. Edi, saya

lebih bertanya seputar keluarga aja ya Prof. Tadi bilang ee faktanya

kalo Prof Edi ini ngga punya sosmed, ngga punya facebook dan

segala macem gitu padahal Prof Edi ee Edi ini S3 ya berarti harusnya

sekolah lagi S4, S4 nya sosmed. Saya mau bertanya nya begini ee

apakah dalam bahasa latinnya ni ya dicaritakeun ku pamajikan nain

itu bahasa latinnya artinya apakah disuruh sama istri karena pernah

ke gep waktu bikin sosmed?

Chika : bahasa Sunda, bukan latin itu.

Denny : bagi saya latin.

Chika : ya mangga mangga.

Denny : karna faktanya diliat dari saya.

Host : oh boleh, boleh, bisa bisa.

Denny : atau karna prinsip karna bagi saya kalo misalnya Prof. Edi dengan

ilmu yang begitu tinggi tapi tidak mau berbagi lewat sosial media

yang memang sekarang lagi lagi in banget gitu, Prof. Edi begitu pelit

sepertinya saya kecewa sama anda. Oke, dan untuk Doktor Heru,

saya juga kecewa sama anda.

Chika : alasannya?

Denny : karena saya liat faktanya anda ini orangnya sering berdoa, wudhu,

terus juga bekerja keras tapi jalan-jalannya kok setahun sekali.

Apakah keluarga tidak kecewa? Apakah keluarga mulai berfikiran

untuk cari pengacara untuk menggugat Doktor. Boleh silakan kalo

tidak bisa ditanya saya cabut ee ininya Profesor dan Doktornya

(tertawa).

Host : silakan Prof.

Eddy : Terima kasih Mas Denny. Jadi sebetulnya karena salah juga kalau

dika dikatakan bahwa karena ketahuan istri justru istri saya itu selalu

memaksa saya supaya harus memakai sosial media. Saya baru

130

memakai instrumen yang namanya WhatsApp itu baru tahun 2017

bulan Oktober, itu pun jadi yang memberikan handphone itu adalah

istri saya yang kemudian menset segala macam di handphone itu

adalah istri saya bukan saya. Jadi saya itu komunikasi hanya dua,

telepon dan SMS. Mengapa saya tidak punya sosial media kalau saya

punya sosial media itu kan berarti pasti saya penasaran untuk

membacanya.

Denny : betul.

Eddy : dan kalau membaca itu membuang waktu lebih banyak waktu, itu

saya pakai buat membaca dan menulis jauh lebih produktif jauh

lebih efektif. Sampai detik ini saya memang tidak menggunakan

sosial media dan sepertinya insya allah saya tidak akan

menggunakan sosial media.

Denny : atau mungkin Profesor Edi tuh karna ilmunya tinggi di bidang

hukum malu, malu nggak bisa bikin password gitu bikin email?

Eddy : ngga juga sebetulnya karna...

Chika : gini aja Prof., kita deal ajalah. Saya yang bikinin, adminnya sayalah

.

Host : dia followersnya jutaan loh Prof.

Denny : dia jualan followers sebenernya.

Chika : soalnya nih Dok ee apa Prof. juga kan mumpung lagi hype banget

nih ya Prof. ya, itu buat kalangan kita tu itu aduh makanan banget

gitu.

Host : momentum gitu ya.

Denny : bahkan kelia ketika ngeliat kacamata bisa diendors kacamata Prof.

Chika : nah itu dia makanya.

Eddy : jadi saya tau saya sebagai ee sebagai trending topik itu saya tau dari

istri saya jadi dia punya Instagram dia punya Facebook dan media

sosial, dia beri tahu saya bahwa ada komen seperti ini dan lain

sebagainya. Jadi ya saya biasa saja begitu

Denny : luar biasa.

Chika : bikinlah Prof. bikin.

Host : kalau Doktor Heru gimana?

131

Heru : jadi gini ee memang kebetulan ini saya anak saya banyak anak saya

5. Nah kalau mau mengatur liburan ada yang sudah kuliah kebetulan

jadi muridnya Ibu di Trisakti ya dari fakultas hukum juga, ada yang

di Pondok Pesantren boarding jadi kita ada yang masih di ada yang

di sekolah biasa. Kita mencari jadwal libur yang sama itu susah

makanya paling di akhir tahun ee untuk bisa jalan-jalan bersama

ataupun libur lebaran kayak kemarin. Jadi itu makanya kita ambil

liburan dengan dengan keluarga itu setahun sekali begitu Mas.

Denny : sama, berarti sama saya. Cuman bedanya Kalau Doktor itu mencari

jadwal tahun sekali kalau saya mencari uang setahun sekali baru bisa

liburan Dok.

Host : Kang Maman silakan.

Kang Maman : saya menggaris bawahi soal hukum adalah seni menginterpretasi.

Apakah bapak-bapak keduanya setuju dengan pernyataan bahwa

hukum itu harus bebas dari intervensi politik sekalipun

keputusannya menggambarkan ketidakadilan?

Eddy : ya kalo kita bicara teori the pure teori of law dari Hans Kelsen maka

dia mengatakan bahwa hukum itu harus bebas dari segala anasir baik

politik ekonomi maupun ee sosial budaya tetapi kita kan tidak hidup

dalam ruang hampa jadi ada faktor-faktor yang sangat ee apa

mempengaruhi hukum termasuk didalamnya ada faktor politik,

faktor ekonomi, dan faktor sosial. Orang selalu mengatakan bahwa

politik adalah ee Panglima dengan men meng-suboordinatkan bahwa

seakan-akan hukum itu di bawah politik itu saya tidak setuju.

Mengapa, karna kalau orang mengatakan undang-undang adalah

produk politik, benar karena undang-undang itu dihasilkan oleh

parlemen dan parlemen adalah lembaga politik tetapi hukum kan

tidak hanya undang-undang ada kebiasaan, ada doktrin di situ, ada

perjanjian, dan ada apa namanya yurisprudensi yang dia tidak

terkontaminasi oleh ee politik. Oleh karena itu saya ketika

menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan ee kesaksian ahli

saya selalu menggunakan interpretasi doktriner jadi kepada

kebenaran ilmiah.

Host : baik. oke. Kita juga nanti akan menambah satu pasukan lagi

pasukan Gadjah Mada dan benar tidak sih di eranya Presiden Joko

Widodo ini banyak justru alumni-alumni dari UGM ini menduduki

puncak-puncak tertinggi gitu. Kita akan bahas setelah jeda berikut

ini, tetaplah bersama Q&A.

[Iklan]

132

Host : pamor Universitas Gadjah Mada semakin berkilau salah satu

alumninya Pak Joko Widodo menjadi presiden ke-7. Nah pada

pemilu 2009 UGM mengirimkan seorang Profesor Doktor untuk

menjadi wakil presiden di pilpres 2014 hanya sarjana udah bisa jadi

presiden. Nah tidak hanya Prof. Edi kemudian Doktor Heru yang

menjadi lulusan UGM yang hadir bersama kami di Q&A, juga ada

rektor UGM 2014-2017 sekaligus kepala BMKG Profesor Insinyur

Dwikorita Karnawati, selamat datang kembali Prof. di Q&A. Udah

tiga kali heat-trick nih Profesor di Q&A nih tapi sekarang kita

ngomongin UGM, bener ngga sih Prof. tapi sebelum kita ngomongin

soal UGM, gimana cuaca hari ini?

Dwikorita : waduh cuaca cerah.

Host : cuaca cerah ya?

Dwikorita : cuaca cerah ya karna kita masih...

Host : tapi polusinya masih banyak banget nih Prof.

Dwikorita : justru itu karena ee musim kemarau ini ya jadi tidak ada yang

mencuci udara kan hujan juga berkurang saya bicara di Jawa

khususnya di Jakarta ya karena di luar Jawa beda lagi ada yang banjir

dan jadi kita memang...

Denny : kalo di depok Prof, di depok?

Dwikorita : masih sama, masih cerah ya.

Host : bisa lengkap loh jawabannya nanti kalo sama, jangan dipancing-

pancing, Mac Denny.

Denny : kalo di perumahan saya?

Chika : tapi sepertinya ada kesalahan deh, ini kan cuaca cerah tapi kok

hatiku mendung ya Bun.

Denny : bukan hatinya mendung, otaknya mendung. Ini di dalem, ini di

dalem, ini karna lampu.

Host : oke. Nah Profesor Dwikorita seperti yang sudah diketahui

menduduki jabatan sebagai kepala BMKG begitu kem itu hanya

salah satunya, presidennya juga lulusan UGM, Gubernur Jawa

Tengah juga menjadi bagian keluarga dari UGM juga siapa lagi ni.

Dwikorita : DKI.

Host : iya betul.

Eddy : gubernur DKI Jakarta.

133

Host : DKI Jakarta, betul. Terus udah gitu pak...

Kang Maman : Pratikno.

Host : Pak Pratikno. Betul sekali. Banyak juga ya

Bang Ray : Pak Basuki.

Host : Pak Basuki, juga. Emang...

Kang Maman : lalu kapan jatahnya Ibu Yenti...

Host : anak Trisakti bagaimana ini, perwakilan Trisakti. Apakah betul

apakah bener ngga sih emang UGM ini lagi mendominasi Bu?

Dwikorita : ee kalau menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee tergantung.

Jadi, era saat ini yang dibutuhkan yang berani, bahasa Jawanya

berani rekoso. Beda pejabat saat ini dengan pejabat ee 10 tahun yang

lalu i itu beda sekali. Pejabat sekarang itu melayani...

Bang Ray : mohon maap Mba, rekoso itu?

Dwikorita : rekoso itu susah, susah. Nah jadi yang berani rekoso itu UGM.

Host : berani tahan banting gitu maksudnya?

Dwikorita : berani tahan banting. Jadi sekarang eranya tu era yang pejabat yang

berani dibanting-banting gitu nah untuk rakyat dan itulah nilai yang

ditanamkan kepada kami sejak mahasiswa. Kami tidak akan lulus

menyandang ijazah dan gelar sebelum tinggal dua sampai tiga bulan

tidur bersama rakyat di pelosok-pelosok seluruh tanah air. Itu syarat

pelantikan.

Kang Maman : apakah apakah karna itu Prof. Edi seorang dari ahli hukum menjadi

pendukung utama ketika ibu mau jadi rektor padahal beliau seorang

geolog?

Eddy : jadi...

Dwikorita : ketauan nih rahasianya.

Eddy : memang tahun 2014 waktu itu ee Prof. Pratikno diminta oleh Pak

Jokowi sebagai mentri sekretaris negara dan lowong rektor UGM.

Berdasarkan art kita jika rektor itu ee berhenti sudah melebihi

separuh masa jabatan maka salah satu diantara 5 wakil rektor itu

yang kemudian diusulkan sebagai rektor. Waktu itu ee Pak Pratikno

ini punya 5 wakil rektor, ada ee dua wakil rektor ini dari segi usia ya

Prof. Sutar ee Prof. Suratman dan ee Prof. Budi Witnyo ini sudah

lebih dari 60, tinggal 3 tiga itu ada Prof. Iwan, Prof. Rita Dwikorita

dan ee Doktor Didi Ahyari. Doktor Didi Ahyari ini ee meskipun

134

memang persyaratan rektor UGM itu hanya Doktor tetapi ya ada

seperti suatu hukum yang tidak tertulis harus Profesor. sehingga

tinggal dua Profesor Iwan dan Profesor Dwikorita, beliau berdua ini

sangat capable dan bisa diterima cuman waktu itu pertimbangan kita

65 tahun UGM berdiri sejak 19 Desember 1949, belum pernah ada

rektor yang perempuan dan alhamdulillah beliau terpilih sebagai

rektor.

Dwikorita : aktor intelektualnya, tim suksesnya beliau.

Host : oh tim suksenya ternyata ini.

Dwikorita : iya. Beliau Sekertaris ee...

Eddy : Dewan Guru Besar.

Dwikorita : Majelis Guru Besar, dulu namanya masih Majelis Guru Besar.

Kang Maman : akankah mendukung juga anda kan ketua di himpunan masyarakat

hukum pidana dan kriminologi, akankah anda juga mengendors

ketua anda menjadi calon menteri misalnya?

Eddy : saya kira dari segi Kapasitas...

Kang Maman : yang ada di depan anda hari ini.

Eddy : dari segi kapasitas, saya kira saya tidak meragukan dan kalau

memang ada jabatan yang cocok why not.

Host : silakan pertanyaan dari Ibu Yenti.

Ibu Yenti : ya. Saya emang ketua umumnya masyarakat hukum pidana dan

kriminalogi Indonesia dan beliau adalah ketua 3A ee tapi saya tadi

agak agak gimana ya Mbak dwikorita, Mbak ee Prof. memang biasa

melihat cuaca suasana gitu ya suasana hati saya jadi agak galau juga

bahwa UGM aja yang bisa susah dan terbanting-banting. Saya

Doktor saya dari UI dan saya mengabadikan sudah 23 tahun di

Trisakti, kami juga bisa dibanting-banting kok Bu gitu ya.

Dwikorita : bisa juga

Ibu Yenti : Tolong dong...

Dwikorita : tapi bisa juga.

Ibu Yenti : Pak Jokowi dari UI dan dari TriSakti juga.

Denny : UI bukannya UGM Indonesia.

Dwikorita : oiya (tertawa).

135

Denny : beda ya?

Ibu yenti : itu bisa juga kok. Kita juga bisa kuat gitu artinya ee apa namanya

kita sama-sama gitu ya artinya tapi juga sekarang ternyata bukan

saya bela juga, sekarang saya sedang pegang ketua pansel KPK dan

saya bukan dari UGM ya jadi Pak Jokowi berarti juga percaya pada

Trisakti.

Dwikorita : sangat netral.

Host : jadi jadi trisakti ada lah nanti perwakilannya?

Ibu Yenti : ada lah yang dipandang kalo tadi pandangannya dipandang kuat

dan mau susah tuh, ada juga lah ya Bu jadi mungkin seperti itu.

Host : iya. Iya, Mac Denny.

Denny : ini ee kalo saya akan meramal Prof., saya yakin suatu saat Prof.

akan ada di bagian ee pemerintahan karna kalo dari fakta ini Prof

ternyata pernah menjadi teman sebangkunya Ibu Susi dan pernah

memberikan contekan.

Dwikorita : oh ngga.

Kang Maman : bukan pernah, sering.

Dwikorita : ngga, saya ngga pernah kasih contekan.

Denny : ini ada di sini, anda ketauan anda dihukum (tertawa).

Dwikorita : ee apa Ibu Susi itu sangat brilian bahkan saya dapat 1, ibunya jadi

kimia saya nilainya waktu itu 2 karna banyak salah beliaunya dapat

6. Jadi gimana saya kasih contekan gitu.

Host : Hmm

Denny : oh mungkin ngasih contekan cuman direvisi sama Bu Susi

(tertawa)

Dwikorita : mungkin juga (tertawa)

Denny : jadi kalo diliat dari sejarah sudah ada kedekatan dengan mentri,

jangan-jangan sudah ditelefon sama Bapak Jokowi untuk men

manjadi jab apa pejabat di pemerintahan.

Host : loh kan sudah menjabat sekarang.

Dwikorita : telefonnya beda, telefonnya kalau ada...

Ibu Yenti : menjadi mentri maksudnya.

Denny : jadi menteri maksudnya, betul.

136

Dwikorita : ditelfon sudah tapi tentang bencana bukan tentang (tertawa) jadi

tentang bagaimana menyelamatkan rakyat dan sebagainya bukan

tentang.

Denny : nyari informasi. Mungkin jadi mentri kebencanaan atau?

Dwikorita : oh ngga ada (tertawa), bencana ngga ada mentrinya, Bapak.

Denny : ada mentri bencana keluarga itu gimana tu (tertawa).

Host : siapa yang sangka kalau Professor seorang Profesor yang kita pikir

mungkin serius nggak ada di sosmed dan sebagainya, tapi ternyata

suka nyanyi dan nyanyinya lagu hits. Kita akan saksikan setelah jeda

berikut ini, tetaplah bersama kami.

[Iklan]

[Prof. Eddy bernyanyi]

Host : Terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya lagu ini,

emang bisa bahasa Spanyol?

Eddy : ee sebetulnya kalau dikatakan bisa tid ee tidak juga tapi saya

pengalaman waktu di Strasbourg, Prancis dalam Short Course tahun

2001 di Renekasang Institut kebetulan ee teman-teman di sebelah

kamar itu kebanyakan dari Spanyol dan Meksiko, karna itu sekolah

musim panas dan matahari baru terbenam sekitar jam 12 malam jadi

yang kita lakukan setelah saya sekolah itu ya biasanya menyanyikan

lagu-lagu Spanyol jadi ee proses seperti itu tidak asing bagi saya

ketika harus belajar.

Host : meir bien.

Denny : dan tidak terlalu beda dengan UGM, UGM kan bahasanya jawa

‘despasito ono opo ne mo kemano’.

Host : (tertawa)

Denny : kaya jawa juga

Host : ee tapi, tapi tapi dari tadi ekspresinya yang paling juara Profesor

Dwikorita, ini opo to bahasa opoo iki.

Dwikorita : (tertawa)

Denny : biasanya Didi Kempot.

Dwikorita : kaget saya tadi. Ternyata baru tau.

Host : ternyata baru tau Prof. kalo bisa, lancar ternyata bahasa

Spanyolnya. Iya, Kang Maman silakan.

137

Kang Maman : saya mau balik lagi ke hukum, anda berpihak kadang-kadang ke A

sekarang ke B, balik lagi ke A lalu balik lagi ke B, berhadapan

dengan Denny Indrayana dan sebagainya. Sebenarnya kata kunci

dari hukum itu apa sih yang disasar tujuan dari hukum itu, termasuk

mungkin dari ibu Dwikorita sebagai bukan orang hukum?

Heru : iya. Tadi di awal Kang Maman sudah bilang hukum itu adalah seni

jadi ketika kita duduk berdiri dalam posisi sebagai professional

sebagai advokat ya ketika ada orang dateng minta dibantu sisi apa

yang bisa kita bantu kita coba explore. Jadi seperti halnya kita

melihat kemarin persidangan, itu ada gaya yang disampaikan oleh

pemohon itu dengan menggebu-gebu dengan seolah-olah itu

berlawanan dengan majelis hakim misalnya, dengan bahasa-bahasa

dan penekanan yang begitu kencang kan sampai beberapa kali Mas

Bambang sempet hampir disuruh keluar. Kalau saya stylenya engga

seperti itu jadi kalau di dalam filosofi Jawa itu orang kalau di pangku

mati ya Bu ya. Jadi kalau kita lebih bagus kalau saya menganut ee

seni berperkara yang lebih halus lebih mengambil hati hakim jadi

ketika apa ketika hakim mengatakan seperti itu kita ikuti saja tapi

nanti kita ambil celahnya kalau sudah ada kita bisa masuk. Jadi

ketika majelis memberhentikan kita ikuti, jangan kita lawan karena

filosofinya adalah kita ingin meminta kepada majelis bukan kita

ingin melawan majelis. Jadi ambil hatinya dan itu salah satu seni

meyakinkan hakim kan bagaimana kita berperkara itu meyakinkan

hakim bahwa apa yang kita dalil kan itu betul itu. Nah mentransfer

itu yang agak susah yang penuh seni gitu.

Kang Maman : nah ini yang justru saya mau mengarah ke sini, Prof. Indrayana itu

baru pertama kali ya bersidang di Mahkamah Konstitusi?

Heru : phpu ya?

Kang Maman : iya.

Heru : iya.

Kang Maman : dan dia sudah berani bikin buku strategi menang di Mahkamah

Konstitusi, anda berulang-ulang muncul di MK pernah kalah pernah

menang kenapa nggak bikin buku strategi untuk menang di

Mahkamah Konstitusi?

Heru : justru ee...

Bang Ray : strategi menang dan pengalaman kalah kan kira-kira gitu.

Kang Maman : nah iya.

138

Heru : sebenarnya saya ada buku, buku dinamika penyelesaian sengketa

pemilukada di Makamah Konstitusi itu diterbitkan oleh MK sendiri

konstitusi konstitusi press, cuman saya ngga begitu banyak

publikasikan yang jelas itu merupakan ee intisari dari disertasi dan

dari situlah sebenarnya ee teori TSM kenapa itu bisa masuk kenapa

itu tidak bisa masuk, ada semua disitu cuman ngga saya eksplor Mas.

Ibu Yenti : kesannya gini jangan hukum tu hanya diartikan bahwa itu seni, seni

berhukum tapi tolong disampaikan untuk sebagai edukasi saja ya

baik ini tata negara maupun itu hukum pidana yang penting

berhukum. Jadi mungkin Pak Edi dijelaskan tolong, ee kali ini saya

sebagai ketua umum ya Pak Edi tolong jelaskan, ee apa sih hukum

itu mungkin dari tujuannya, berhukum tuh bagaimana itu tolong

disampaikan Pak Edi disini.

Eddy : jadi. Ya makasih Mbak Yenti. Jadi Mas Maman ee bukan baru saat

ini sejak tahun 1600 itu Imanuel Khan sudah mengatakan bahwa

masih saja orang selalu mencari definisi mengenai hukum itu

sebetulnya adalah pertanyaan yang retorik, mengapa pertanyaan

yang retorik karena tidak mungkin kita mendefinisikan hukum itu

dalam suatu definisi yang singkat padat dan jelas. Mengapa

demikian, karena hukum itu mengatur seluruh aspek kehidupan

sejak seseorang belum lahir sampai dia masuk ke dalam liang kubur

itu semua diatur oleh hukum. Oleh karna itu, kalau ditanya kepada

saya ‘Apa itu hukum’, kebetulan ee Kang Maman dan Mbak Yenti

ee bersama-sama dengan Zainal Arifin Mochtar kami berdua sedang

menulis mengenai asas, kaidah dan teori hukum sekitar 500 halaman

untuk dijadikan teks book untuk memahami betul apa itu hukum.

Jadi hukum itu bisa dilihat sebagai suatu norm, hukum itu bisa

dilihat sebagai suatu disiplin ilmu, hukum itu bisa juga diidentikkan

dengan keadilan, hukum itu juga bisa dilihat sebagai aparat hukum

yang bekerja dan masih ada lagi pengertian hukum-hukum lainnya.

Jadi tidak semudah itu. Ee sementara di sisi lain di dalam konteks

teori Kang Maman ada yang disebut dengan istilah antinomi hukum.

Antinomi hukum itu adalah dua keadaan yang saling bertentangan

antara satu dengan yang lain tetapi tidak boleh saling menegasikan

itulah yang membuat sistem hukum itu menjadi dinamis dan dapat

disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Bang Ray : saya sebetulnya agak tergelitik dengan Etik yang disebutkan oleh

Prof. Edi tadi kan sebagaimana kita ketahui setelah kesaksian itu ada

pernyataan salah satu lawyer dari 02 yang mengatakan bahwa anda

seperti tidak punya pendirian, kan kira-kira gitu ya. Tak tuk tak tuk

gitu tapi anda balas kemudian di luar juga, ini sudah di luar

139

persidangan. Anda balas dengan mengatakan sebaiknya yang

bersangkutan juga ingat bahwa ketika terjadi kasus saya juga yang

ikut memberi kesaksian itu. Menurut anda letak etiknya di mana ini

sekarang?

Eddy : ya sebetulnya ketika...

Bang Ray : baik versi dia maupun versi anda. Anda menjawab itu masuk

kategori etik ga?

Eddy : saya kira ketika sidang sudah selesai seharusnya hal-hal itu tidak

perlu lagi dikomentari dan ketika ee menyatakan dan tadi sudah saya

luruskan dalam kasus Ahok itu tidak demikian karena dari awal saya

adalah saksi yang netral yang dihadirkan oleh bareskrim dan saya

sudah menyatakan bahwa memang dalam konteks itu Ahok tidak

bersalah dalam keyakinan saya lalu kemudian itu diutarakan lagi

untuk mempersoalkan mengenai tekstual dan kontekstual, disitu

saya katakan defense on case. Jadi bagi saya itu sejujurnya sudah

tidak etis lagi ketika masih mengungkit hal-hal seperti itu di luar

sidang. Jadi se sehingga saya pun membalas silakan tanya saja kalau

memang saya dianggap tidak credible, saya dianggap apa namanya

plin-plan, mengapa kemudian saya diminta sebagai ahli untuk

meringankan ee kasus yang bersangkutan.

Host : baik. Oke. Ee Kita harus break terlebih dahulu, tetaplah bersama

kami.

[Iklan]

Host : oke langsung kita ke Chika, silakan Chika.

Chika : ekhem gini bapak-bapak ibu-ibu, seperti yang orang-orang ketahui

bahwa aku ini sangat otaknya ya gitu lah ya apa adanya gitu kan.

Apa mau bilang minus (ditujukan untuk denny). Malu-maluan

(tertawa). Iya bener, kalau misalkan Prof. aja kan ditaroh sini kaya

Profesor (meletakan kacamata di atas kepala) kalo aku ‘uh otaknya

minus lu’ gitu kan. Kalo misalkan...

Denny : bukan otaknya yang minus.

Chika : apa dong?

Denny : jiwa (penekanan nada bicara).

Chika : makasih. Nah aku jadi bertekad gua harus pinter gua harus sukses

seperti bapak-bapak dan ibu-ibu, apa kalau misalkan aku masuk ke

UGM jaminannya akan menjadi orang sukses seperti anda?

140

Denny : UGM tutup.

Chika : kok tutup?

Denny : bangkrut kalo km masuk.

Host : Prof. Dwikorita, silakan.

Dwikorita : baik. Jadi ee di UGM itu saya yakin di universitas yang lain pun

juga mempunyai value hanya value yang ditanamkan benar-benar

mungkin yang agak unik dibandingkan yang lain adalah kerakyatan

itu. Jadi bener-bener ditempa harus rekoso itu macem-macem tapi

rekoso kami adalah rekoso yang bener-bener harus bergelimpangan

dengan ee bergumul dengan rakyat melalui acara KKN ee...

Mbak Yenti : blusukan, blusukan ya Bu, blusukan.

Dwikorita : ee mungkin istilahnya sekarang blusukan tapi sebenernya itu udah

jamak kalo di UGM tuh kalo belum melakukan itu belum bisa lulus.

Nah sehingga tadi pertanyaannya jaminan apa untuk benar-benar

menjadi eee...

Host : bisa menjadi orang gitu.

Dwikorita : ehe orang itu ya, itulah tadi jaminannya adalah ee berani menerobos

melalui jalan yang ee barangkali tidak biasa yang tidak lazim untuk

rakyat.

Host : nah ibu kan dulu pernah jadi rektor, kalo Chika kira-kira diterima

atau ngga bu masuk ke UGM?

Denny : setidaknya buat masuk gerbang, bisa ya.

Dwikorita : selama itu memenuhi apa kriteria-kriteria kan belum kita coba juga.

Host : iya.

Dwikorita : kalo bisa memenuhi kriteria ya diterima.

Host : diterima tu.

Dwikorita : jadi poinnya sudah ada.

Chika : selain kerakyatan juga menjunjung tinggi kebudayaan kan Bu

sesuai dengan himnenya kan Bu. Tu tau.

Dwikorita : ya, ya, itu tau.

Host : udah riset.

Denny : coba nyanyiin.

141

Chika : ekhem, tau [mencoba bernyanyi] Mbak ee Prof. dibantu Prof

himnenya dikit Prof. Prof .

[Prof. Eddy, Doktor Heru, dan Prof. Dwikorita bernyanyi himne UGM]

Chika : yeay, silakan Prof. Edi dilatinkan (tertawa).

Denny : jadi, ya...

Host : langsung kepancing, langsung nyanyi loh. Mac Denny silakan.

Denny : kalo saya melihatnya dari dari sisi saya sebagai orang Sunda gitu

ya ee terlihat sekarang itu semakin ee mohon maap maksudnya

kebanyakan dari dari daerah Jawa, kampusnya pun semuanya

lulusan UGM gitu. Apa saya ras saya ngeliatnya seperti tidak ada

keadilan disitu.

Host : kenapa?

Denny : saya kapan (tertawa). Jadi meliat maksudnya pandangan Prof. Edi

seperti apa?

Eddy : ngga, ngga. Saya jawab ya. Saya mau jawab dua hal bahwa pertama

kali mengapa ee Presiden Sukarno menetapkan hari ulang tahun

UGM itu tanggal 19 Desember 1949, itu ada historinya jadi bung

karno waktu itu ingin memperlihatkan pada dunia internasional

bahwa setahun yang lalu 19 desember 1948 itu terjadi agresi militer

belanda kedua jadi Bung Karno ingin mengatakan kepada dunia

internasional setahun yang lalu kami diporak-porandakan kami

mampu berdiri tegak mendirikan suatu universitas kebangsaan dan

yang yang kedua yang ingin saya katakan saya tidak tau di

universitas lain tetapi di UGM yang pernah menjabat rektor itu

beraneka ragam.

Dwikorita : iya

Eddy : Profesor Teuku Yakub dari Aceh pernah menjabat rektor tapi

Profesor Herman Yohanes dari Rote juga pernah menjabat rektor,

Profesor Kusnadi Harjosumantri dari Sunda juga pernah menjabat

rektor.

Dwikorita : Sunda udah rektor duluan

Eddy : Profesor Sofian Efendi dari bangka menjabat rektor, Dokter Gigi

Alwi Nasir dari Padang menjabat sebagai rektor. Jadi kita sangat

nasionalis.

Dwikorita : Jawa yang terakhir malah, jawa baru saja. Saya...

142

Eddy : bahkan jarang sekali dari jawa.

Host : baru Ibu justru?

Dwikorita : ngga, sebelumnya ee Prof. Jarwadi udah jadi itu Jawa yang terakhir,

tiga terakhir. Sebelum-sebelumnya...

Bang Ray : kalo saya sebut satu kata dan anda bisa jawab satu kata, bisa ngga

ya kira-kira ya?

Host : hmm

Kang Maman : satu kata?

Bang Ray : satu kata saya sebut, anda jawab satu kata.

Host : satu kata jawabannya. Satu kata apa satu kalimat bang?

Bang Ray : satu kata aja.

Host : satu kata.

Denny : tidak boleh lebih ya.

Bang Ray : ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya.

Eddy : siap.

Bang Ray : saya sebut UGM?

Eddy : nasionalis

Host : Pak Heru

Heru : yes.

Host : Ibu Korita Dwikorita.

Dwikorita : kerakyatan

Host : kerakyatan. Berarti nasionalis, kerakyatan, dan.

Heru : yes.

Host : yes.

Bang Ray : satu lagi.

Host : satu lagi.

Bang Ray : Jokowi.

Eddy : yes.

Heru : maju

143

Dwikorita : kerakyatan (tertawa).

Denny : satu lagi. Jakarta

Eddy : crowded.

Heru : metropolitan

Dwikorita : ibukota. Dua kata (tertawa)

Host : malah aku kira cuaca mendung berawan cerah.

Kang Maman : kok kok ngga berfikir menyebut sesama alumninya ya, Anis

baswedan gitu.

Dwikorita : itu dua kata kan (tertawa)

Host : soalnya satu kata kan,

Kang Maman : Anis.

Host : baik. oke. Sebelum kita ke epilognya Kang Maman, saya ingin

tanya juga dari masing-masing narasumber dimulai dari Ibu

Dwikorita. Pasukan Gadjah Mada dipemerintahan Jokowi-Maaruf

Amin nantinya ini sebagaiman kalo dalam bisa dirangkai dalam satu

kalimat saja bagaimana keberadaan mereka dalam pemerintahan

kedepannya Pasukan Gadjah Mada, silakan Prof.

Dwikorita : siap berjuang untuk rakyat.

Host : Pak Heru.

Heru : iya. Sepanjang mempuni ya harus memang di diperdayakan

Host : harus diperdayakan.

Eddy : bersatu membangun bangsa.

Host : dengan demikian, kami persilakan Kang Maman Suherman untuk

epilog.

Kang Maman : sejatinya politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

pengelolaan hidup bersama yang berpijak pada nilai-nilai kehidupan

yang berharga di suatu masyarakat. Namun politik senyatanya tidak

berwajah tunggal, dia bisa berwajah dan berwujud binatang buas

teramat buas yang menghalalkan segala cara untuk mencapai

kekuasaan lewat kekerasan, ancaman, fitnah, kebohongan, dan juga

tumpukan uang, fulus agar mulus tetapi politik juga bisa berwajah

terang menerangi mencerahkan karena mengedepankan rasa

keadilan dan rasa kemanusiaan di dalam mengelola kehidupan

bersama. Ia hadir melawan segala bentuk perilaku koruptif, perilaku

144

intoleransi dan ketidakadilan. Politik mencerahkan ini

mengingatkan saya pada lambang UGM yang merupakan kesatuan

kumpulan sinar surya. Politik berwajah hewan buas jelas tegas tidak

boleh mengatur hukum. Politik berwajah mencerahkan bisa dan

seharusnya terus mengawal dan mengatur hukum supaya hukum

tetap berjalan sesuai hakikatnya bahwasanya kata kunci dalam

hukum bukan semata-mata penegakan hukum tetapi disebutkan tadi

oleh Profesor Edi saat menjawab pertanyaan Bu Yenti Ganarsih

yaitu kata kuncinya penegakan keadilan.

Host : Kang Maman. Terima kasih para narasumber kami yang sudah

hadir, pasukan Gadjah Mada sudah hadir di Q&A pada malam hari

ini. Kita akan kembali minggu depan di waktu yang sama.

[SELESAI]

Tema : ANTARA KPI dan SPONGEBOB

Host : Andini Effendi

145

Panelis : 1) Maman Suherman (penulis/pengamat siaran)

2) Adriano Qalbi (Podcaster/Aktor)

3) Dara Nasution (Inisiator petisi tolak KPI awasi konten digital)

4) Martin Anugrah (sutradara/konten kreator)

5) Razak Syarif (Youtuber/reviewer film)

Narasumber : 1) Hardly S. F. Pariela (Komisioner KPI pusat)

2) Nuning Rodiyah (Komisioner KPI pusat)

3) Irsal Ambia (Komisioner KPI pusat)

Host : Ada apa dengan KPI. Saya sebagai orang yang kerja di televisi free-

to-air itu kadang ngerasa banget kalau lagi di ruang editing nih takut

banget, apakah nanti materi yang akan kita siarkan itu akan disemprit

oleh KPI. Nah baru-baru ini ada 14 program yang kena teguran

Komisi Penyiaran Indonesia program ini dinilai bermuatan

kekerasan, horror, ada gerakan seksual, hingga adaungkapan kasar.

Sebenarnya niatnya baik Lembaga ini hadir agar tayangan yang

muncul berkualitas tapi saking baiknya Putri Indonesia pun ini harus

diblur atau Shizuka tau dong Shizuka Doraemon pacarnya Nobita,

nah saya biarin deh panji yang jelasin.

[video standup komedi Panji Pragiwaksono]

Host : nah shizuka ini korban, korban dari keparnoan broadcaster yang

takut banget disemprit oleh KPI sampai-sampai ni kita di sini di

Metro pernah ngeblur puting sapi puting sapi Bos ini pernah diblur

di sini dan besok-besok saking pornonya pentil ban sampai kue tete

tau dong kue tete bisa-bisa juga diblur saking parnonya karena kalau

diliat dari pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran

KPI tahun 2012 kita fokus deh di pasal 18h tentang mengeksploitasi

atau menampilkan bagian tubuh tertentu yang sebenarnya apakah ini

manusia, kartun, hewan atau apa ngga ada di situ. Nah saya itu jadi

inget temen saya waktu SMP namanya Kerel yang orangnya tuh

kalau misalnya kita temen-temennya nih lagi pada mau nyontek dia

langsung paling tereak paling kenceng ngadu ke guru, nah Orangnya

ngga asik banget. Saya tuh mikir orang KPI ngga asik banget deh

gitu kayanya saya inget si Kerel ini tapi ini memang KPI bergerak

dari aduan masyarakat. Jadi anda bisa laporin misalnya liat tayangan

di televisi yang dianggap mengganggu kemudian ditelusuri oleh KPI

dan memang sudah banyak program televisi yang dihentikan

146

sementara karena melanggar pedoman perilaku penyiaran dan

standar program siaran dari KPI. Nah coba kita bandingin dengan

Korea Selatan yang sama-sama adat Timur, di sana ada lembaga

serupa namanya Korea Communication Commision atau KCC.

Mereka beberapa kali memberikan teguran pada bintang k-pop

Seungri setelah dianggap melanggar kesetaraan gender dalam

penampilannya . KCC juga sukses menjaga Seungri tidak ada lagi di

layar televisi di Korea Selatan pasca terbukti terlibat kasus

perdagangan manusia. Jadi KCC nih lebih fokus dan juga lebih

konseptual gimana mereka kerja dan juga yang paling bagus nih

mereka sangat melindungi aspek psikologis penonton yang jadi

bahan pertimbangan tapi di sini sinetron-sinetron yang kadang

menampilkan adegan kasar kemudian memberikan contoh bullying,

memberikan inspirasi kekerasan itu masih aman dan terbukti sukses

di Indonesia. Kenapa, karena ratingnya tinggi banget Padahal

kemarin pelaku otak pembunuhan sadis mengaku terinspirasi karena

terlalu banyak nonton sinetron, menariknya lagi KPI lebih tertarik

dengan film SpongeBob. Kalian Ingatkan adegan lemparan kue di

film SpongeBob yang harus diblur karena dianggap bermuatan

kekerasan atau ketika sutradara Gundala Joko Anwar yang protes

keras karena promo filmnya ada kata (bangsat). Nah sebelum KPI

ditegur, saya akan kita akan ngeblurin ee bukan ngeblur ya kita akan

ee sensor sedikit jadi kita boleh ngomong (bangsat bangsat bangsat)

itu ngga papa karna kita akan ngedit lagi nanti sendiri. Jauh lebih

peka kita dibandingin Joko Anwar, sorry ya Joko tapi panelis jangan

ada yang ngomong (bangsat) repot nanti kita ngeditnya. Di episode

kali ini kita akan mencari tahu seberapa jauh tugas KPI yang

terbilang sukses membuat tayangan televisi menjadi lebih sehat.

Saya Andinia Efendi ini Q&A dalam episode antara KPI dan

SpongeBob. Seperti biasa kita ada panelis yang hadir bersama kami

pada malam hari ini.

[video perkenalan panelis dan narasumber]

Host : selamat datang di Q&A, ni mungkin yang rame banget dan jadi

pertanyaan banyak orang disini karna ketika menyebut SpongeBob

mereka semua ketawa dan hu. Kenapa SpongeBob sih Bapak Ibu

yang dipilih yang langsung disemprit, kenapa, apa alasannya

sebenarnya?

Hardly : sudah boleh langsung kita jawab?

Host : boleh, silahkan.

147

Hardly : jadi persoalannya memang ee P3SPS yang itu menjadi panduan

KPI itu poinnya memang paling banyak adalah perlindungan anak

dan remaja itu dulu yang pertama. Lalu kedua, SpongeBob yang

viral itu menunjukkan bahwa netizen kita maha benar tapi ternyata

tidak maha membaca artinya tidak cukup membaca apa yang ada di

dalam surat KPI itu. Surat KPI itu menegur salah satu segmen yang

namanya Rabbit invasion disegmen itu memang sangat

mengeksploitasi kekerasan artinya begini ada bapak yang

dilemparkan ke muka, ada memukul dengan palu, kekerasannya

sampai dengan derajat itu.

Host : tapi ngga keluar darah atau apa gitu kan Pak?

Hardly : ngga tapi saya akan bandingkan...

Host : kaya aduh aduh gitu.

Hardly : saya akan bandingan dengan bagaimana sikap kami kepada variety

show. Variety show saja yang kemudian memukul sesama pemain

dengan properti yang itu dari sterofom kami larang. Kenapa? ini bisa

ditiru oleh anak-anak. Kenapa ketika dilihat ‘oh kayu dipukul jadi

bahan lucu’ gitu walaupun dari sterofom. Dipukul-pukulkan itu kita

akan tegur.

Host : jadi kekhawatirannya ini akan berdampak negatif...

Hardly : yes. Lalu kenapa...

Host : pada anak-anak yang nonton?

Hardly : menjawab itu tadi kenapa kartun karna kartun itu seringkali dalam

bayangan orangtua tayangan yang jauh lebih aman bagi anak dan

orangtua biasanya lebih ikhlas melepaskan anak di depan televisi

ketika kartun dibanding...

Host : jadi ngga ada pengawasan gitu.

Hardly : ya. Dibanding...

Nuning : tanpa pendampingan.

Hardly : tanpa pendampingan dibandingkan kalau itu sinetron. Kedua,

imajinasi anak seringkali lebih berkembang ketika kartun dibanding

ketika yang melakukan kekerasan itu manusia sesungguhnya, dia

akan melihat ‘oh ini orang dewasa dan sebagainya’ ada kemudian

sensor juga dikepala dia tapi kalau itu dilakukan oleh tokoh-tokoh

yang membangun imajinasinya kecenderungannya ditiru oleh anak

Ini kemungkinan akan lebih besar, kira-kira begitu.

148

Host : oke. Karna ada kekhawatiran ee terhadap ee nanti akan ada efek

negatif terhadap anak-anak gitu. Kang Maman.

Kang Maman : boleh tahu spongebob di tayang jam?

Hardly : SpongeBob ini tayang sore.

Kang Maman : jam?

Irsal : jam remaja dan anak.

Kang Maman : karna kan kita mau bilang kalau dia ditakutkan pada anak berarti

dia tidak boleh ditayang di jam 5 sampai jam 6 menurut peraturan.

Kalau ditayangkan di luar itu tanggung jawab orangtuanya dong

kenapa membolehkan anaknya nonton di luar jam tayang anak.

Pertanyaannya di situ.

Hardly : Jadi kalau berbicara jam tayang yang Kang Maman baru sampaikan

sekaligus terima kasih Kang Maman beberapa hari lalu menjadi

narasumber sekolah P3SPS makanya bawa buku P3SPS terus tapi

begini Kang, pengaturan jam tayang itu adalah ee memberikan

kesempatan kepada Jam tayang itu harusnya di situ, begitu kan. Nah

spongebob ini kalau dilihat memang klasifikasinya adalah R remaja

artinya dia boleh tayang disemua jam remaja yang itu mendekati

semua umur begitu.

Kang Maman : jam 5 sampai jam 6?

Hardly : yess.

Nuning : jam 3 sampai jam 22.

Hardly : karna R tetapi kita tau begitu ini yang tayang kartun kecenderungan

orang itu katakan ‘oh ini tayangan buat anak gua nih silahkan deh

nonton gua tinggal kerjain yang lain’ nah dititik itu yang kemudian

kita lebih khawatir terhadap yang namanya kartun.

Host : Martin.

Martin : ya. Jadi kalau saya ngeliat ini udah ada lembaga sensor juga ya,

lembaga sensor kan bisa melihat ini terus ada adegan-adegan yang

memang harusnya disensor atau tidak. Nah kalau berarti ini ada

kecolongan dalam lembaga sensor juga dong atau tidak ada

kesinkronanisasi antara itu atau gimana?

Nuning : ee saya tidak kemudian berwenang untuk menjawab ini kecolongan

sensor atau tidak karna kalau bicara LSF tentu rujukannya adalah

undang-undang perfilman sementara kami dalam melakukan

pengawasan adalah rujukannya adalah P3SPS sehingga memang ada

149

beberapa poin-poin yang antara undang-undang perfilman, undang-

undang penyiaran, dan undang-undang ee maaf P3SPS itu sedikit

berbeda. Saya pingin menyampaikan sebenarnya ketika berbicara

visualnya Spongebob seperti apa, kalau kami menganggap secara

pribadi nih ee standar dari kartun program anak itu harusnya standar

near kekerasan, near eksploitasi kan begitu. Nah di visual

Spongebob kemudian menggambarkan di situ ada keluarga ayahnya

itu ketika mau makan di meja makan tiba-tiba banting-banting piring

‘prang prang prang’ begitu yang menurut kita banting piring, habis

banting piring kemudian mau ngasih makan anak-anaknya itu

ditemplokin ke wajahnya ‘plak plak plak’. Ini yang kemudian

sebenarnya orangtua yang kemudian mendampingi anak di rumah

kadang-kadang abai, kenapa abai ‘ah ini Spongebob ini aman ini

buat anak-anak’ dan lain sebagainya sehingga ketika kemudian ini

muncul kami pun harus bertindak...

Host : jadi ini sebenernya bukan ngga ada laporan ya Bu ya terkait dengan

film Spongebob ini memang ini inisiatif dari KPI ketika melihat itu?

Nuning : betul. Karna pengawasan kita tidak berbasis ee pengaduan

masyarakat ansi tapi kita melakukan pengawasan 24 jam.

Hardly : yang ingin saya garis bawahi bahwa KPI tidak memusuhi

Spongebob atau kartun manapun, tidak. Ini segmen itu yang

kemudian kami beri teguran, kenapa harus diberi teguran karna

kalau tidak diberi teguran maka tv akan abai lalu katakan ‘oh kalau

model begini ni berarti ngga papa’ suatu saat akan tayang lagi

dengan durasi yang lebih panjang dengan intensitas yang lebih tinggi

maka kita beri teguran supaya apa, jangan kejadian lagi tapi apakah

Spongebobnya akan kami larang ya ngga, boleh tetep jalan.

Kang Maman : Mas Hardly satu, harus duduk langsung deh dengan LSF karna

klasifikasi umurnya LSF 4 anda 5, lolos di LSF belum tentu lolos di

televisi. Orang televisi pasti stress tuh kami udah lolos di LSF tapi

di anda ngga lolos.

Nuning : bener Mas. Karna kalau di LSF itu 17 sudah masuk dewasa

sementara di KPI 18 itu baru masuk dewasa.

Host : harusnya ada sinkronisasi.

Kang Maman : harus ada sinkronisasi.

Nuning : itu memang sudah kita ee apa inisiasi untuk kemudian kita bertemu

dengan LSF sebenernya titik kompromi untuk kemudian bisa

menyamakan antara standarnya LSF dengan KPI seperti apa.

150

Host : Adri.

Adri : ee apa pernah ada keterikatan langsung gitu kekerasan yang

dilakukan oleh anak itu terinspirasi dari kartun yang menunjukkan

kekerasan juga?

Host : dijawab setelah jeda berikut ini, tetaplah bersama Q&A.

[iklan]

Host : apa mungkin langsung dijawab pertanyaannya, memang pernah ada

contoh kasus gitu memang anak-anak itu jadi melakukan tindakan

kekerasan terinspirasi dari kartun?

Irsal : iya. Ee secara umum memang anak ini kan lebih cepat

menduplikasi gitu dari apa yang dia liat kan gitu nah tugas KPI ini

kan sebenarnya menjaga ee kepentingan dan perlindungan publik

gitu bahwa memang ee ketika anak menonton ee bisa menjadi

inspirasi. Ee diketahui umum bahwa secara apa secara ee diketahui

kita semua bahwa anak itu memang kan lebih dekat kepada cara-cara

duplikasi dari apa yang dia serap dari apa yang dia tonton dan

sebagainya. Nah dalam upaya menjaga perlindungan terhadap apa

namanya dari kekerasan anak tersebut maka KPI merasa bahwa

setiap tayangan yang punya potensi kemudian untuk diduplikasi oleh

anak dalam bentuk kekerasan itu seharusnya tidak ditayangkan.

Host : jadi lebih kepada prevention kalo dari KPI-nya ini sendiri. Oke,

Dara.

Dara : ya. Saya penasaran aja sih sebenarnya dalam melototin tayangan

ini KPI ini memperhatikan konteks ngga, soalnya kan kadang ada

tindakan kekerasan yang mungkin dibalik itu adalah misalnya ini

adalah hukuman terhadap orang jahat seperti itu dalam kita melihat

teks kan kita ngga bisa tu teks per say aja Bapak-bapak dan Ibu-ibu

disini ahli komunikasi pasti tau analisis teks, source, barthes semua.

Apakah konteks itu jadi bahan pertimbangan KPI atau begitu ada

adegan kekerasan satu langsung cut langsung cut gitu, gimana

prosesnya?

Irsal : iya. Ee dalam konteks tayangan anak misalnya ee banyak film

kartun itu yang menampilkan sosok pahlawan gitu kan heroisme itu

banyak sekali film kartun seperti itu yang kemudian ketika

ditampilkan sosok pahlawan itu salah satunya melalui pertarungan,

berantemlah, tayangan kekerasan, dan sebagainya. Nah itu semua ee

bagaimanapun tetap akan memberikan ee pengaruh ee kepada si

anak gitu kan artinya itu tadi bahwa secara umum kita ketahui anak

151

ini lebih mudah meniru ketimbang ee orang-orang yang mungkin

sudah dewasa dari apa yang dia serap dan dia tonton disekeliling dia

kan seperti itu.

Host : nah kalo gitu yang kalo kasusnya promo film Gundala yang dengan

kata-kata (bangsat) ini ya Pak, ini tu sebenarnya kenapa ini

dianggapnya ee melanggar peraturan dari ini dari P3SPS ini. Apakah

karna kalo kita lihat konteks adalah (bangsat) orang yang dianggap

berperilaku jahat, harusnnya tuh ngomong apa sih gitu ketika untuk

mengganti kata (bangsat ) itu?

Hardly : ya. Saya yang pertama ingin merespon yang tadi apakah KPI

melihat konteks, pasti melihat konteks tapi saya kembalikan lagi

kalau tayangannya sebagaimana tadi dikatakan Bu Nuning konteks

baik apa yang kemudian bisa kita liat disitu Mba Dara yang seperti

Bu Nuning. Lalu dalam konteks ee lalu dalam kaitan dengan konteks

maka itu juga ketika tadi di awal pembukaan dikatakan ada

sinetronlah ini itulah yang kemudian ada kekerasan kenapa kesan

pilih kasih karna disitulah analisis konteks itu masuk gitu ya, kita

akan bisa cerita lebih panjang dari itu. Kedua, terkait dengan yang

tadi pertanyaannya Gundala, Gundala itu harus clear di forum ini di

Q&A ini kami sampaikan bahwa KPI tidak anti terhadap film

Gundala, kami support film gundala karna ini adalah menunjukan

bagaimana tokoh-tokoh atau ee superhero pahlawan produk dalam

negri gitu kan kita akan support itu. Jadi mas djoko anwar kalo

denger ini kami support karya dan kreasi Mas Djoko Anwar, itu

pertama yang harus saya sampaikan. Yang kedua, yang kami tegur

apa triller filmnya promo filmnya yang itu dibuat untuk 30 second

lalu muncullah kata-kata tadi yang itu kalo dimunculkan

sebagaimana Mba Andini...

Nuning : berulang-ulang.

Hardly : dalam pembukaannya menyebutkan dan itu tidak dilakukan sensor

pasti saya tegur juga karna itu kesannya menjadi ‘oh kata ini menjadi

kata biasa dan bisa jadi lifestyle gitu’ dititik itu pasti akan kami tegur

nah kenapa lalu promo filmnya kami tegur karna dia muncul tanpa

konteks ketika itu dalam sebuah film bisa saja kita bicara ‘oh ada

konteksnya loh’ tapi ketika ada penjahat, ada kemudian dan

sebagainya tapi ini tanpa konteks lalu muncul dan kita tahu betul

kata itu dipake untuk makian, dititik itulah kemudian KPI

memberikan tegurannya.

Kang Maman : Mas Hardly saya orang yang dari dulu menganggap P3SPS harus

teknis, ngga ada sama sekali kata-kata yang tidak dilarang yang

152

boleh yang boleh muncul atau tidak seperti di Amerika dengan seven

dirty words- nya jelas aja, tegas, langsung. Kalau direvisi sekarang

harus muncul ngga usah malu-malu untuk mengatakan itu karna

kalimat yang tadi dimunculkan Andini ‘dilarang mengeksploitasi

paha, bokong, payudara, secara closeup’ buat orang televisi paha,

bokong, payudara binatang pun jadi muncul, pernah ngga disebut

manusia...

Nuning : tapi tunggu dulu.

Kang Maman : di atasnya ada ada kalimat yang lebih menarik lagi ‘dilarang

menggambarkan hubungan seks antar binatang secara vulgar’

Nuning : jadi dibaca dulu Kang ee...

Kang Maman : kalau hubungan seks antar binatangnya halus gimana.

Nuning : ee sorry Kang di bab itu kan kemudian muncul bahwa bab atasnya

itu adalah pengaturan adegan seksual di televisi jadi ketika bicara

adegan seksual orientasinya adalah libido dan lain sebagainya.

Memang terkadang ketika kita tidak melihat konteks jadinya itu tadi

sapi diperah diblur apa di Shizuka diblur dan lain sebagainya. Ketika

kita melakukan pengawasan ini juga menjawab yang disampaikan

Dara tadi bagaimana pengawasannya KPI apakah tidak mengenal

konteks, mengenal, caranya gimana. Saya cerita dulu kita punya 130

orang untuk melakukan pengawasan terhadap 16 stasiun televisi

induk jaringan disitu kemudian ada alatnya ketika ditemukan ee

pelanggaran maka ditagging dimarkin dari markin itu mundur 1

menit, berikutnya pelanggaran selasai di markout maju 1 menit itu

bagian untuk melihat konteks. Selain itu dalam melihat konteks kita

juga melakukan analisa dan kajian, apakah ini sering dilakukan atau

berulang-ulang disalah sat di satu program siaran atau tidak, atau ini

kemudian ee ada value yang tadi taruhlah ee sinetron azab gitu ya,

azab ini kan valuenya tinggi ketika kemudian ‘oh orang yang

kemudian jahat akan mendapatkan balasan’ dan lain sebagainya. Itu

ketika kita melihat kontek whole picturenya kaya apa selalu kita

lihat, nah ketika bicara Spongebob picturenya kaya apa tadi sudah

saya ceritakan secara detail. Disitu kemudian ada pesan-pesan yang

sangat berbahaya bagi anak-anak sehingga kita harus keluarkan

sanksi untuk itu dan bicara apakah...

Dara : jadi sinetron Azab meskipun dia tidak masuk akal gitu selama

dilihat KPI ada value lalu dibiarkan gitu...

Nuning : ee tunggu dimana titik tidak masuk akalnya, kita sudah

mengevaluasi program azab memang selama ini diawal-awal kita

153

temukan ada eksploitasi jenazah dan lain sebagainya semuanya kita

panggil kita dudukan. Jenazah ini bukan menjadi bintang utama

yang kemudian harus dieksploitasi, dilempar sana sini dan lain

sebagainya. Hari ini itu bersih itu tidak ada lagi, nah ketika bicara

Kang Maman Kang ee ketika bicara paha, dada, dan bokong selalu

yang disampaikan oleh KPI adalah konteksnya apa dulu itu yang

pertama. Yang kedua, ketika temen-temen lembaga penyiaran bisa

men-direct semua visual yang ada ditelevisi maka kita sebenarnya

kalau bisa ngga usah ada blur gitu. Ketika Putri Indonesia tadi

disampaikan bisa ngga sebenarnya di-direct oleh temen-temen

lembaga penyiaran, bisa karna officialnya mereka, chek dong

wardrobe-nya kaya apa dan lain sebagainya itu bisa.

Kang Maman : kalau semangat membuat kata-kata seven dirty word-nya yang

tidak boleh muncul...

Nuning : saya setuju itu Kang, setuju.

Hardly : kalo kata-kata itu Kang, saya kalo pada prinsipnya setuju cuma mau

berapa banyak kata kita masukan disitu maka dalam pertemuan saya

dengan beberapa lembaga penyiaran ee di periode lalu di periode

sebelumnya. Lalu, saya sampaikan kata itukan berkembang terus

kita tidak bisa kemudian membatasi setiap kata-perkata tetapi kita

liat lagi-lagi gambar, visual, maupun audio yang keluar itu harus

diletakan pada konteksnya, kata itu diletakan pada konteks apa itu

kita harus liat disitu...

Kang Maman : maksud saya tidak seperti itu Mas Hardly, komisioner berganti

persepsi berganti contoh paling sederhana ada satu pasal yang keluar

dilarang mewawancarai orang dalam keadaan tidak sadar, tayangan

Uya tidak boleh muncul diperiode sebelumnya tiba-tiba diperiode

baru dia boleh muncul lagi hanya karna persepsi yang berbeda di

komisaris ee di komisioner. Bagaimana caranya supaya saya merasa

nyaman, komisioner boleh berganti aturan tetap patuh kita patuhi.

Hardly : sebenarnya poinnya bukan hanya karna komisioner berganti karna

ini proses kreatif yang berada di dalam ruang yang dinamis Kang

artinya dia tidak statis mati, bicara norma bicara bagaimana kita bisa

mengapresiasi karya seni itu berkembang. Sehingga bisa saja ketika

sebuah kebijakan dibuat oleh suatu periode, pada periode

selanjutnya dalam tanda petik digugat atau kemudian didiskusikan

ulang kita akan letakan konteksnya dimana menurut saya itu terbuka

saja. Bukan karna aturannya terlalu longgar sehingga mudah

diinterpretasi, bukan, tetapi selalu kita harus selalu terbuka dan

adaptif terhadap nilai-nilai dan norma yang berkembang selama

154

masih berada dalam koridor besar ee norma-norma yang berlaku di

Indonesia.

Host : baik, baik. Kita akan bahas lagi bagaimana kalo ada masyarakat

yang mengadu dan kemudian bisa menjadi suatu sanksi atau teguran

dan apapun itu sebenarnya seperti apa sih metodenya, setelah jeda

berikut ini tetaplah bersama kami.

[IKLAN]

Host : ada juga dari aduan masyarakat yang masuk KPI kemudian

diproses ini kita punya dari websitenya KPI di logonya untuk

pengaduannya seperti apa yang kita lihat Bapak-bapak Ibu-ibu di

sini kalo di tem kita klik pengaduan itu tu tid hanya ada tiga

pengaduan dan itu ngga pernah ganti-ganti itu-itu aja pengaduannya

si tiga ini begitu ee dan publik tuh ngga bisa ngeliat sebenarnya yang

diaduin itu apa aja sih, kita tuh ngga bisa mengakses gitu apa yang

menjadi kekhawatiran masyarakat gitu terhadap tayangan yang ada

di televisi. Kenapa gitu Pak, kok ngga ditampilin?

Irsal : iya. Ee sebenarnya kan saluran aduan bukan hanya di website ya

tapi juga bisa di media sosial kita gitu jadi sebenarnya banyak

channel yang ee apa merupakan channel buat masyarakat untuk

publik ee melaporkan aduannya. Nah aduannya itu ya ee sesuai apa

yang dikeluhkan oleh masyarakat gitu bisa ee apa tayangan

kekerasan atau yang berbau seksualitas...

Host : terus gimana cara ngolahnya ketika udah diadu?

Irsal : kemudian setelah diadu itu kan masuk ke dalam tim pengaduan ya,

tim pengaduan kemudian akan melihat ee apa namanya bentuk

pengaduannya itu tayangannya kapan kemudian seperti apa

tayangannya dan seterusnya. Kemudian itu ee akan kita beri apa

penilaian apakah itu memang ee aduan itu layak kemudian untuk

diteruskan sebagai sebuah sanksi atau memang ee pengaduan itu

tidak layak untuk dijadikan sebuah sanksi

Host : jadi ee belum ada kordinasi dengan stasiun televisi atau radio yang

terkait ketika menilai itu layak atau tidak di internal KPI?

Irsal : ya, artinya ee di KPI sendiri kan ada apa namanya mekanisme

klarifikasi dan sebagainya ya jadi ee kadang-kadang beberapa

tayangan-tayangan yang memang kita memerlukan adanya

klarifikasi misalnya dari lembaga penyiaran kita undang tuh kita

undang kita tanyain ini sebenarnya tayangannya seperti apa sih gitu.

Host : oke. Martin silakan.

155

Martin : ee saya mau tanya berapa persen kira-kira aduan ketimbang sama

dia dia dibandingkan sama yang dari ee internal pengawasan berapa

persen dan contohnya satu aja pengaduan yang memang akhirnya di

apa yang tembus akhirnya ‘oiya ini perlu kita tindak’ berapa persen

kira-kira?

Hardly : jadi kalau berbicara pengaduan dibandingkan dengan temuan ee

secara quantity pengaduan lebih banyak, lebih banyak itu lebih rame,

lebih rame itu artinya bisa jadi satu program diadukan rame-rame

oleh ratusan orang atau ratusan netijen...

Martin : contohnya boleh Pak?

Hardly : apalagi kalo bicara rasis...

Dara : ehe contohnya kaya apa tu Pak.

Martin : contohnya program apa, adegan apa.

Dara : yang paling rame banget yang paling banyak aduannya

Hardly : ya, kalo mau, saya agak ini yah agak menurut saya tidak pas kalo

menyebutkan nama programnya tapi kita tahu lah beberapa program

atau kalo masuk di ee ig KPI saja sudah bisa kelihatan kok yang

sering dikomenin program apa begitu ya, ada keliatan. Tapi yang

mau saya katakan gini tapi kalo basisnya program kalo basisnya

program lebih banyak yang ditemukan oleh pemantauan langsung

kami 24jam itu lebih banyak, lalu kemudian yang ditanyakan oleh

Andini tadi bagaimana kita mau verifikasi itu bukan banyak-

banyakan pengaduan, poinnya bukan banyak-banyakan pengaduan

poinnya dan paramet kita harus mengukur dengan parameter yang

sejak tadi dipegang oleh Kang Maman itu buku P3SPS parameternya

itu. Seribu pengaduan pun tetapi kalo ternyata setelah kita verifikasi

tidak ada potensi pelanggaran terhadap P3SPS tidak kita teruskan

tetapi satu pengaduan saja tetapi kalo itu ternyata berpotensi

melanggar P3SPS kita teruskan, itu poinnya.

Kang Maman : contoh sederhana deh mas, penampilan orang-orang dengan

orientasi seksual berbeda.

Hardly : ya.

Kang Maman : itu juga jadi kontroversi.

Hardly : ya.

Kang Maman : dilarang atau tidak?

Hardly : kenapa?

156

Kang Maman : dilarang atau tidak?

Hardly : jadi kalo posisi KPI terhadap isu kecenderungan orientasi seksual

tertentu ini berkembang lagi-lagi saya harus letakan pada norma

yang berkembang secara umum ini hari ini masih pro dan kontra

maka kebijakan yang KPI ambil sampai saat ini adalah kita tidak

pernah bisa tahu yang tampil ini mempunyai kelainan orientasi

seksual atau tidak, yang tampil ini sudah operasi seks atau tidak,

kita tidak pernah tahu.

Kang Maman : kalo dia berpakaian lawan jenis?

Hardly : dititik itu kemudian garis yang kita tarik.

Kang Maman : boleh atau tidak?

Hardly : tidak boleh, itu yang kemudian hari ini kita ambil

Kang Maman : ada dalam pasal kita?

Hardly : kenapa?

Kang Maman : ada dalam P3SPS?

Nuning : tidak ada.

Irsal : tidak ada.

Host : tidak ada.

Hardly : tidak ada, kita kita masukin memang Kang harus sampaikan secara

jujur adalah perlindungan orang tertentu karna kecenderungannya

ketika itu dilakukan itu menjadi bahan tertawaan maka kemudian

kita memanggil pasal itu. Kenapa harus melakukan itu karna ini lagi-

lagi adalah permintaan publik juga yang meminta seperti itu, itu.

Host : Dara.

Dara : ya. Daritadi kan kita berdebat ee ini kayanya ketemu ni satu

masalahnya salah satunya adalah bahwa pedoman kita hari ini

P3SPS itu ngga cukup teknis. Saya di sini langsung aja tanya sama

ee Bapak Ibu bertiga, kira-kira kapan kami bisa terima komitmen

KPI untuk merevisi P3SPS?

Irsal : ya untuk…

Dara : karna ya karna udah pernah mau mau...

Host : karna ada urgensi-nya juga.

157

Dara : iya ada urgensi-nya, kita ngga bisa dong setiap saat kita berargumen

sesuai norma sesuai ini sesuai itu karna akan sangat subjektif norma

satu masyarakat dengan masyarakat lain itu bisa beda sekali. Jadi

saya kira bahwa KPI harus merevisi segera P3SPS dan kapan karna

pada tahun 2015 sudah pernah ada draf revisi lalu ditunda lagi

ditunda lagi ditunda lagi. Apakah Bapak-bapak dan Ibu yang duduk

di sini di periode ini bisa berjanji untuk ee menyelesaikan revisi

P3SPS?

Host : silakan, kapan Pak.

Irsal : iya. Kalau ee revisi P3SPS itu emang keharusan ya artinya ini kan

sudah berapa tahun sementara dinamika di industri kreatif ini kan

berkembang begitu cepat gitu, ini terakhir sudah ee lima tahun yang

lalu nah kita menargetkan tahun depan ini sudah ada P3SPS yang

lebih adaptif dengan ee keadaan saat ini kan gitu.

Hardly : tapi yang mau saya sampaikan menambahi Dara, saya garis bawahi

tadi kata-kata norma perbedaan norma yang terjadi kita ini

masyarakatnya dari Sabang sampai Merauke, normanya mulai dari

paling kiri sampai paling kanan artinya seberapa banyak pun aturan

belum tentu bisa mengakomodasi itu. Lagi-lagi bagi saya adalah

bagaimana kemampuan KPI sebagai regulator terbuka lalu

kemudian mengkonsensuskan semua pergera semua kemudian

dinamika norma itu. Lalu kemudian dikonteksualisasikan

dikomunikasikan pada lembaga penyiaran dititik itu sebenarnya

harusnya posisi KPI itu bagi saya.

Kang Maman : termasuk posisi KPID dong Pak berarti kan?

Hardly : iya.

Nuning : betul.

Hardly : maka kemudian harus struktural dan kemudian kita perkuat gitu

Kang.

Kang Maman : karna di soal usia aja disebutnya jam 5 sampe jam 3 waktu

setempat, ketika ditayangkan di Jakarta waktu setempat di sana udah

jam dewasa, itu misalnya.

Host : iya. Hal-hal seperti itu yang ditanyakan.

Dara : dan soal KPID juga di Jawa Barat ada perbedaan ee tafsir tuh soal

radio, lagu-lagu yang diputar di radio di Jawa Barat sendiri ngga

boleh gitu. Jadi maksudnya dalam tubuh KPI-nya sendiri antara yang

158

pusat dan yang daerah aja sudah tidak sama ni dalam menerapkan

pedoman yang sama gitu...

Hardly : ya kalo itu saya...

Dara : apalagi kalo kita me mengandalkan dengan aduan masyarakat yang

mungkin menurut saya sesuatu itu pantas diadukan menurut Kang

Maman tidak pantas diadukan kan akan jadi sangat shaky gitu.

Hardly : ya, kalo itu saya harus merespon. Terima kasih Dara untuk yang

disampaikan tadi. Kalo ini saya meminta support dari seluruh

masyarakat Indonesia untuk terkait dengan revisi Undang-undang

penyiaran dimana akan berbicara tentang struktur KPI sendiri agar

kemudian kita lebih struktural.

Host : baik. Oke. Kita ee tahan dulu kita akan kembali setelah jeda berikut

ini, tetaplah bersama kami.

[IKLAN]

[Menampilkan video]

Host : oke. Jadi tersangka tadi itu justru nggak nontonnya nggak nonton

SpongeBob Bapak Ibu tapi nontonnya sinetron yang luput seakan

luput dari KPI Ini sendiri. Kenapa sih, apakah memang gak ada yang

mengadu atau memang memang luput aja?

Hardly : Jadi kalau rangkaian itu saya sebenarnya ini posisi yang seringkali

kita ee tidak fair dalam membangun sebuah argumentasi ketika tadi

kita mengambil sikap terhadap anak lalu pertanyaannya mana

kajiannya, maka pertanyaan yang saya mau tanyakan juga kepada

masyarakat ketika ada hal seperti ini tampil benarkah itu dari

sinetron atau jangan-jangan begitu saja terucap oleh dia lalu sinetron

apakah itu yang kemudian itu karna sampai hari ini dalam catatan

saya sebagai komisioner KPI tidak ada sinetron yang sangat sadistis

yang kemudian sebagaimana dilakukan oleh pelaku pembunuhan

itu, gitu. Itu yang kemudian jadi catatan ee bagi kami tapi kalaupun

itu ada sinetronnya apa misalnya tiap hari dia tonton lalu melakukan

itu tentu akan kami tindak juga sesuai dengan regulasi yang

kemudian ee dimungkinkan kami melakukan tindakan apa.

Host : tapi ngga jadi alarm gitu dia udah nyebut sinetron artinya kan

memang udah clue?

Dara : betul itu.

Nuning : pasti, pasti itu jadi alarm bagi sinetron kita.

159

Hardly : kalo yang mau saya katakan kita punya survei indeks kualitas tiap

tahun kami melakukan dua kali dan sinetron adalah tiga ranking

terbawah artinya kami selalu perhatikan itu, sinetron...

Nuning : infotainment.

Hardly : infotainment.

Nuning : variety show.

Hardly : variety show, ini adalah tiga yang selalu mendapat rapot merah

dalam survei indeks kualitas kami dan kami melakukan perhatian

khusus terhadap ee tiga kategori program tersebut.

Host : tadi yang ada kopernya itu sebenarnya anak kecil dimasukin ke

dalem koper, itu tu adegannya itu gitu. Ee kita ini ngga ngomongin

tau terinspirasi dari mana ya tapi ada adegan dalam sinetron itu anak

kecil dimasukin ke dalem koper. Jadi itu itu itu kalo misalnya orang

mau mau terinspirasi tu bisa bisa banget terjadi gitu, seperti itu.

Hardly : lalu lalu kemudian Mba Andini berikut yang kedua kalo sampe

menurut saya ada seorang ibu dewasa terinspirasi dari sinetron, saya

sebenernya begini loh khawatir juga dengan penonton kita mudah ya

terins terinspirasi dengan itu, berarti tugas KPI menjadi banyak

dong, kalo yang terinspirasi tuh anak. Menurut saya KPI berarti

harus betul-betul bekerja keras begitu ya. Tapi kalo ada orang

dewasa, khawatir juga kita...

Dara : nonton fiksi gitu kan.

Hardly : orang dewasa kan harusnya punya kemampuan menalar dan

kemudian membedakan apa yang harus dilakukan dan tidak

dilakukan.

Host : hmm. Silakan paneli ee Dara.

Dara : ya. Ee ini kan yang bikin masyarakat marah adalah sebenarnya ada

kesan KPI nih tebang pilih pada tayangan Spongebob di ee di

peringatin tapi sinetron tidak gitu dan dari data yang ada di website

KPI terjadi penurunan pemberian surat peringatan, edaran, imbauan,

dan teguran dalam lima tahun terakhir, grafiknya terus menurun.

Nah saya mau tanya ke Bapak-bapak dan Ibu disini penurunan ini

berarti kualitas tayangan kita membaik atau KPI yang ee kurang

tegas kepada stasiun televisi, yang mana?

Host : tapi ada ngga...

160

Nuning : saya bicara bicara data dulu ketika bicara kualitas siaran tahun 2015

kita mulai melakukan ee survei indeks kualitas program siaran di

televisi dan saat itu hasilnya dan perlu diketahui juga oleh Dara dan

teman-teman semuanya yang melakukan adalah ee para ahli yang itu

dari Universitas, dari tokoh masyarakat yang kemudian memang

bisa jadi representasi masyarakat untuk nonton TV. Kita ukur

kualitasnya dan di tahun 2015 hanya ada satu program siaran yang

berkualitas, kemaren terakhir di data 2019 periode pertama survei

indeks kualitas program siaran itu naik dari 8 yang menjadi objek ee

survei kita itu 50% dari seluruh yang kita survei. Artinya apa, ada

perkembangan kualitas yang sangat signifikan yang itu bukan

klaimnya KPI sendiri itu, kita ada 12 perguruan tinggi yang

kemudian membantu kita untuk kemudian melakukan upaya-upaya

perbaikan program siaran.

Kang Maman : Mba Nuning KPI juga sudah masuk pada menilai kualitas ya?

Nuning : betul.

Kang Maman : amanahnya juga sampai ke tingkat menilai kualitas?

Hardly : jadi Kang begini Kang.

Kang Maman : iya.

Hardly : artinya kalau berbicara kita kan sering kali berkata ini unfaedah,

orang bilang begitu maka kan kita harus mendorong untuk berfaedah

tapi kita tahu bahwa kualitas lagi-lagi kita tidak bisa

menyamaratakan kan begitu tetapi kita pingin mendorong kualitas

yang kita pingin sampaikan tu begini loh. Bahkan hiburan sekalipun

itu sebaiknya kemudian ada inspirasi positif yang disampaikan.

Poinnya sebenarnya yang kita katakan dengan kualitas itu, itu Kang.

Host : yang menilai kualitas ini ni bisa dijamin engga akan bias ngga tu

Pak?

Irsal : ya...

Hardly : 12 perguruan tinggi Mba di seluruh Indonesia.

Host : 12 perguruan tinggi tapi tetep aja mereka pasti punya like dan

dislike.

Irsal : ya tapi kan bicara kualitas itu tadi ee disamping kajian ilmiah tapi

kualitas secara umum itu kan dijaga dalam bingkai P3SPS tersebut.

Memang iya bahwa KPI tidak pernah menjamin kualitas sebuah

program karna kualitas itu berada di wilayah orang yang

memproduksinya gitu tetapi bagaimana kualitas itu kemudian bisa

161

disebut berkualitas atau tidak, ya artinya ketika program yang

dilaunching itu ketik ee sudah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar

P3SPS maka ee itu adalah penilaian berkualitas gitu loh. Jadi...

Kang Maman : indikatornya disitu?

Irsal : dan kerangka besarnya adalah P3SPS karna KPI tidak pernah

menjamin kualitas siaran.

Kang Maman : artinya sekali lagi definisi kualitasnya KPI adalah tidak melanggar

P3SPS?

Nuning : itu definisi utama Kang.

Kang Maman : definisi utama?

Nuning : iya.

Kang Maman : tidak memasalahkan alur cerita dan sebagainya, itu urusan produksi

kan?

Hardly : tapi itu lah yang kemudian kami riset Kang,

Kang Maman : iya.

Hardly : agar kemudian dalam riset itu bisa memberi panduan, rujukan dan

kita bisa mendapatkan role model katakanlah sinetron ‘oh yang

bagus sinetron A’ mungkin bisa menjadi rujukan bagi yang lain,

disitulah kemudian konteksnya didiskusikan oleh...

Kang Maman : itu itu kalo sinetron, kalo infotainment?

Hardly : sama.

Nuning : sama.

Kang Maman : standing...

Irsal : ada tayangannya...

Kang Maman : Ngga. Standing poinnya KPI, infotainment itu dikategorikan berita

atau hiburan?

Nuning : hiburan.

Irsal : hiburan.

Kang Maman : hiburan?

Nuning : ya.

Kang Maman : kalo hiburan disensor dong.

162

Nuning : kenapa kok disensor?

Kang Maman : yang tidak boleh disensor hanya news, kalo dia hiburan harus lewat.

Nuning : LSF.

Irsal : LSF.

Kang Maman : LSF. Konsepnya kan gitu.

Hardly : ya.

Kang Maman : berarti...

Nuning : ngga dong, kalo in house kan ngga...

Kang Maman : kalo dia berita tidak disensor, kalo dia hiburan harus masuk kamar

sensor. Nah makanya saya mau nanya standing poin kita terhadap

infotainment gimana?

Hardly : ya. tapi harus kita akui...

Kang Maman : Misalnya itu.

Hardly : kita pada posisi infotainment selama ini pro dan kontra mau

ditempatkan dimana karna ketika kita mau masukan dia sebagai

hiburan ada yang katakan ‘ini karya jurnalistik’, kita mau masukan

jurnalistik kata sebagain besar...

Nuning : standarnya tidak bukan standar jurnalistik.

Irsal : bukan standar jurnalistik.

Hardly : orang jurnalistik ngga memenuhi standar makanya kita harus fair

juga Kang terhadap....

Dara : jadi galau ni galau menentukan...

Hardly : nah terhadap itu...

Dara : kriteria tayangan.

Hardly : terhadap itu lagi-lagi saya kami KPI kemudian terbuka terhadap

kemudian arahnya kemana tapi bagi saya poinnya begini, kalo kita

liat infotainment kita sekalipun hari ini bahwa ada yang masih

mengulik privasi orang sampai derajat yang sangat tidak masuk akal

dan informasi yang tidak penting tapi ada juga menurut saya sudah

netral, ada sudah inspirasi juga.

Kang Maman : yang paling menakutkan bagi saya ada peraturan dilarang meliput

perpindahan agama lalu membanding-bandingkan agama, tegas

betul kan di P3SPS itu.

163

Hardly : ya.

Kang Maman : kemarin, apa yang terjadi, masih ada liputan seperti itu kan. Artis

pindah agama pun masih dalam liputan, itu misalnya.

Host : dan itu ngga kena juga oleh KPI?

Kang Maman : saya ngga tau laporannya kena ngga kasus ini.

Nuning : jadi sejauh pengawasan yang kemudian dilakukan oleh KPI,

sebenarnya alasan perpindahan agama. Kenapa alasan. Yang

pertama, adalah jangan sampai perpindahan agama ini menjadi

komoditas program siaran. Yang kedua, jangan sampai kemudian

ada membandingkan agama yang dulu pernah ditinggal dan agama

sekarang yang akan dipeluk, itu yang kemudian kita jaga dan semua

tayangan yang ada ini tidak menyebutkan alasan sama sekali.

Memang ada kemudian pemberitaan ded dedy saya sebut ya?

Host : ya.

Nuning : Deddy Corbuzier kemudian pindah dan lain sebagainya tapi tidak

kemudian mengeksploitasi alasan perpindahan sehingga dia

menkreditkan agama yang ditinggalkan itu.

Host : baik. Baik. Oke. Kita akan kembali setelah jeda berikut ini,

bagaimana KPI wacananya katanya ingin mengawasi konten digital

juga nih. Sudah ada konten kreator yang banyak hadir bersama kami

disini sebagai panelis. Kita akan kembali setelah jeda berikut ini.

[IKLAN]

[Menampilkan video]

Host : ke Pak Hardly dulu deh nih karna Pak Hardly yang udah

memberikan statement. Sebenarnya ni wacana soal mengawasi

konten digital ini, apakah dari ketuanya saja Pak Agung Suprio atau

memang keputusan bersama temen-temen komisioner?

Hardly : jadi yang pertama harus disampaikan wacana ini bukan hanya

berasal dari KPI tapi sudah wacana yang berkembang secara luas.

Lalu kemudian Agung Suprio sebagai ketua menyampaikan ini

hanya saja yang disampaikan oleh Agung Suprio yang kemudian

saya katakan belum melalui sebuah proses karna menurut saya

wacananya terlalu jauh. Terlalu jauhnya itu apa karna Agung Suprio

mengatakan KPI akan mengawasi langsung mengatakan itu artinya

men-diclare dirinya mengawasi. Dititik itu yang menimbulkan

kegaduhan publik artinya publik lalu ‘kok KPI ngawasin emang

dasar hukumnya apa’ kan disitu dititik itu...

164

Host : iya. Tapi Mas Hardly ini setuju ngga sebenernya?

Hardlu : nah dititik itulah kemudian saya harus mengatakan Agung telah

berstatement tanpa melalui plaino tetapi kalo berbicara wacana

pengawasan media-media baru sendiri menurut saya kita

kembalikan ke publik tapi bagi saya semua media perlu ada

pengawasan menurut saya perlu ada pengawasan.

Host : termasuk youtube?

Hardly : iya. Tapi apakah kemudian KPI yang kemudian mengawasi, saya

kembalikan pada ini sebuah diskusi publik tapi kita harus pikirkan

juga yang akan dalam bayangan kita yang akan ngawasin. Kalaupun

ada sebuah lembaga yang mengawasi, lembaga ini akan kita

serahkan pada aparatus state atau lembaga negara atau lembaga

independen itu harus kita pikirkan juga tapi kedepan menurut saya

jangan jangan juga dibiarkan seakan-akan semua boleh karna kalau

bicara unfaedah ada juga loh di media-media baru yang unfaedah

kan begitu.

Host : oke. Oke. Jadi ini saya mesti kasih disclaimer dulu karna kita

sebenernya mengundang ketua KPI Pak Agung Surprio tapi ee last

minute memutuskan untuk tidak hadir karna sakit gitu karna kita

pengen banget tanya terutama soal penga pengawasan konten digital

ini. Dri.

Adri : sejauh apa dan seperinci apa ya gitu tayangan yang bakal diawasi

konten digital maksudnya yang dikonsumsi publik kan sekarang

bentuknya udah macem-macem mulai dari audio, udah ada audio

visual, bahkan status facebook pun menjadi tontonan.

Nuning : IG tv

Adri : iya betul IG tv.

Irsal : jadi memang ee KPI itu bekerja dengan alas hukum ya artinya ee

KPI bekerja dengan undang-undang penyiaran. Sampai sekarang

memang di undang-undang penyiaran itu belum ada kewenangan

KPI untuk masuk ke platform yang digital ya, artinya KPI belum

berwenang untuk masuk ke ee platform dgital sehingga belum bisa

melakukan pengawasan pada platform tersebut. Nah kenapa

kemudian ini bergulir ya salah satunya bahwa di banyak sekali

negara pengertian penyiaran itu kan sekarang meluas ya artinya

pengertian penyiaran itu meluas sampai kepada konsep konvergensi

digital. Di indonesia undang-undang penyiaran itu masih sangat

konvensional dan tradisional sehingga hanya mengatur media-media

165

yang konvensional saja sementara di negara-negara lain hampir

semuanya sudah mulai ee masuk ke wilayah yang ee digital tersebut

gitu nah ini yang kita harapkan kedepan ee juga apa ee ada kebijakan

untuk mulai masuk kesana. Nah kemudian ee bagaimana konsep

pengawasan dan seterusnya tentu ee ini platform yang berbeda-beda

kan gitu, ada platform yang ee one two many kemudian many to

many dan sebagainya tapi memang saya tegaskan bahwa KPI belum

berwenang kesana.

Host : belum berwenang. Nah Dara sebenernya juga bikin petisi ya, udah

berapa berapa ratus ribu yang ini yang mendukung...

Dara : terakhir ee...

Host : petisi yang meolak KPI untuk mengawasi konten digital ini?

Dara : 144.921 tandang tangan.

Host : oke.

Dara : jadi sebanyak itu ee masyarakat yang sebenarnya menitipkan

aspirasinya supaya KPI ngga masuk ke ranah itu jadi di sini tadi

barusan dapat penjelasan kembali dari Pak Irsal bahwa tidak akan

dalam waktu dekat ya Pak karna...

Irsal : iya, artinya ee...

Dara : masih butuh alas hukum dan lain-lain.

Irsal : kemudian gagasan itu terlontar ini kan akibat perkembangan global

memang yang di mana-mana ee konsep penyiaran itu sudah berubah

itu tidak hanya dipahami penyiaran yang konvensional saja karena

kebetulan di negara kita undang-undang yang ada itu yang masih

tradisional kan gitu sifatnya belum masuk ke...

Host : tapi ini apakah memang betul kan kita punya pasalnya ni ya kita ee

harus mau bahasnya kan dari tadi kan P3SPS ini kan dibahas terus

nih. Kalau dilihat di sini pengawasannya itu kan karna ada ee

dikatakan ada kata-kata media lainnya gitu ya, ini pasal program

siaran. Apakah karena ada media lainnya ini kemudian berpikir ‘oh

yaudah deh, saya juga mau ngecekin juga nih Netflix sama Youtube

isinya apa sih’.

Nuning : tapi harus dilanjutkan dulu.

Hardly : ada...

Nuning : coba...

166

Hardly : Ada kata-kata, coba tolong dimundurkan.

Nuning : kalo dilanjutkan itu disiarkan secara serentak kalau kemudian kita

bicara YouTube, Netflix saya sebuat aja ya.

Host : iya.

Nuning : terus Viu dan lain sebagainya tentu itu kan tidak dilaksanakan

dengan serentak. Sekarang saya bicara data lagi nih ketika bicara

konten kreator ketika bicara youtuber, saya akan bicara apakah

masyarakat resah atau tidak, kan begitu. Kalau bicara 5 subscriber

hari ini itu adalah Atta halilintar, Ria ricis, calon sarjana, ee

punyanya Raffi Nagita dan lain sebagainya.

Host : ini ee Kameo Project juga ada loh Bu channel youtubenya ni.

Nuning : oke oke saya belum..

Martin : ngga masuk lima besar dong.

Nuning : saya belum tau..

Martin : kita 100 besar.

Nuning : saya belum tau berapa subscribernya kan begitu. Nah ketika

sekarang Atta halilintar subscriber nya sudah 18 juta, saya pengen

tanya nih ke publik sejauh mana tingkat kualitas, mendidiknya

seperti apa, menghiburnya seperti apa, informatif atau tidak.

Adri : kalau publik tidak resah?

Nuning : kenapa ?

Adri : kalau publik tidak ada tidak resah dengan itu baik-baik aja?

Nuning : oke sebentar. Apakah kemudian itu resah atau tidak, konten-konten

youtube meresahkan atau tidak kan begitu, kenapa kemudian wacana

itu muncul. Nah maka kemudian perlu ada pengawasan gitu tapi

tentu pengawasan itu harus ada legal standingnya duduk berdasarkan

undang-undang apa tentu begitu yang benar harus kita dorong. Nah

ketika bicara Netflix, saya coba diskusi pengaturan Netflix, Iflix,

Viu dan lain sebagainya yang selama ini kita wacanakan. Kalau saya

menganalogikan ee seperti Spotify dan lain sebagainya, mereka ini

adalah katalog film, katalog lagu-lagu, dan lain sebagainya ketika

masyarakat mengkonsumsi sangat bisa dibatasi, tarohlah begitu tapi

yang kemudian harus menjadi standing point daripada diskusi ini

adalah yang pertama harus ada pengaturan. Pengaturannya dimana,

di tata niaga konten Netflix, Iflix, Viu dan lain sebagainya itu harus

ada badan hukumnya di Indonesia. Kenapa, untuk menjamin

167

pelayanan masyarakat Indonesia ini ketika melakukan komplain

layanan dan lain sebagainya, itu yang pertama. Yang kedua...

Host : tapi masih tanggung jawab KPI ngga tuh Bu kalo kaya gitu?

Hrdly : belum.

Nuning : belum, ini ngomong wacana kan tadi sudah Mas Hardly, Mas Irsal

sudah sampaikan bahwa ini wacana, ini belum ada kewenangan KPI

untuk melakukan pengawasan tapi kan kemudian harus didorong

cara ngawasinnya gimana, itu yang pertama ya tadi ee tata niaga

konten.

Host : iya

Nuning : yang kedua, bicara prosentase. Temen-temen ini kan konten kreator

apakah kemudian ketika nonton Netflix, Iflix, ee Prime Video, dan

lain sebagainya itu kontennya ada ngga ndak konten dari indonesia.

Maka ini harus didorong, harusnya ada regulasi...

Dara : ada ada kontennya...

Nuning : coba lihat.

Dara : movie…

Nuning : coba.

Dara : movie movie Indonesia itu udah masuk kok ke...

Nuning : saya ini saya ini pelanggannya Prime Video. Ketika bicara Prime

Video coba di searching hanya satu film Indonesia, sementara

penonton masyarakat kita yang nonton Amazon.

Dara : ya memangnya kenapa kalo kita nonton video dari luar negri.

Nuning : ndak masalah ndak masalah. Masalahnya begini temen-temen ini

harus diberikan ruang, konten kreator Indonesia ini harus diberikan

ruang untuk memasukan prodak-prodaknya bagian dari katalognya

Netflix, katalognya Iflix, dan lain sebagainya.

Adri : tapi itu hubungannya apa dengan KPI pengawasan...

Hardly : jadi gini poinnya poinnya...

Adri : mengawasi konten.

Nuning : kita kita ngga ngomong ngga ngomong KPI ya, kita ee artinya gini

ketika ini bicara wacana pengawasan Youtube, Netflix, maka

pengawasannya ini di sisi yang berbeda-beda antara Youtube antara

Netflix dan lain sebagainya itu berbeda-beda. Itu yang kemudian

168

harus kita dorong, tata niaga dan lain sebagainya, yang paling

penting ketika bicara ini adalah dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia maka mereka harus punya yang namanya STLS Surat

Tanda Lulus Sensor dari LSF agar kontennya bisa dinikmati

masyarakat Indonesia itu.

Irsal : dan satu lagi bahwa ee tentang pengaturan platform digital ini ada

potensi ekonomi yang ee hilang begitu besar kan misalnya dari ee

beroprasinya situs ee layanan-layanan tadi itu yang tidak berbadan

hukum Indonesia.

Host : tapi itu berarti kan...

Dara : iya tapi kan.

Host : masuknya tetep dong ke pajak dong Pak?

Irsal : iya artinya bahwa kesadaran bersama kan KPI me menganggap ini

sebagai kesadaran kita bersama untuk berpikir bahwa ee ada sesuatu

yang ee apa yang hilang dari potensi tersebut sehingga kalo kita bisa

sadar bisa sama-sama sejalan.

Hardly : jadi kalo kita bicara itu Mba Andini.

Host : iya.

Hardly : yang saya katakan, KPI ini mencetuskan gagasan dan wacana

mungkin posisinya Agung Suprio saat itu starting poin-nya keliru

menurut saya tetapi kita ingin katakan bahwa ini jangan dibiarkan

tanpa aturan juga kalo tanpa aturan bukan saja masyarakat secara

luas yang rugi bahkan konten kreator pun bisa jadi rugi...

Host : Martin sebagai konten kreator gimana?

Martin : ini kalo misalkan ee saya mau tanya ini jadi akan diatur diawasi itu

adalah misalkan Youtubenya atau konten kreatornya?

Hardly : jadi poinnya sebenarnya ini adalah gagasan kita agar kemudian

dipikirkan oleh pembuat undang-undang untuk membuat undang-

undangnya, itu dulu. Yang kedua, adalah semua yang terkait dengan

OTT over the top kalo tadi dikatakan dalam regulasi itu frekuensi

radio. Frekuensi radio artinya langsung kalo yang kita bicarakan

media baru itu over the top dia melalui layanan data kan gitu. Kita

belum punya regulasinya, ayo kita atur bagaimana pengawasannya

kita diskusikan juga dan ini butuh diskusi panjang. Kita liat hari ini

lah undang-undang yang diputuskan secara sepihak tiba-tiba pasti

menuai protes tapi KPI kemudian memantik itu agar kemudian kita

peduli terhadap isu ini.

169

Host : baik. Oke. Kita tahan dulu, kita akan kembali setelah jeda berikut

ini. Tetaplah bersama kami.

[IKLAN]

Host : kita masih membahas wacana untuk mengawasi konten digital ini.

Nah jadi gini yang kita pengen tahu adalah ketika tadi dikatakan ada

Atta Halilintar dan sebagainya gitu. Emang pernah ada ngga sih

kasus bahwa ini konten-kontennya si Atta nih memang memang ada

pengaruh negatifnya gitu kepada masyarakat?

Irsal : Perdebatannya tapi misalnya ada beberapa kasus ada anak-anak tu

yang saya tahu ya, misalnya di Aceh dia pengen ketemu Atta

Halilintar sampai ke airport, dia nyasar segala macam, lari dari

rumah kan kalo ngga salah itu...

Adri : saya dulu ngga ada Atta Halilintar juga pernah sih lari dari rumah

dan (tertawa) saya bingung gitu gimana sih tontonan tapi.

Irsal : ya artinya..

Adri : dampak terhadap perilaku kayanya.

Irsal : artinya ginilah itukan banyak perdebatan ketika kita cerita ee apa

efek negatifnya yang secara langsung kemudian diukur kan gitu tapi

kembali bahwa ee ini Atta Halilintar misalnya atau konten-konten

digital itu kan sudah semakin marak dan ee bukan hanya sebatas apa

ya tapi sudah seb se sebagai broadcaster kan artinya kalau dalam

pandangan penyiaran secara umum ini sudah masuk pada ranahnya

penyiaran gitu.

Host : tapi yang salah Atta-nya atau memang atau memang orangnya yang

nonton karna ngga yang kejadian kan baru satu ini Pak dari jutaan

followersnya si Atta gitu kan?

Dara : orang tua di mana posisinya pada saat itu gitu karna kan di Youtube

itu sudah ada fitur parental kontrol dan lain-lain takutnya nanti kalau

semua di batasi teman-teman kreator di sini ya terbatasi

kreativitasnya.

Martin : jangan sampe jangan sampe kita tuh mengkambinghitamkan

konten.

Hardly : ya poinnya disitu, saya setuju.

Martin : jangan sampe kita mengkambinghitamkan konten dan melupakan

tanggung jawab kita sebagai orang tua.

Hardly : yes poinnya disitu.

170

Martin : atau sebagai society yang bisa menegur itu.

Hardly : Mba Andini saya poinnya disitu saya setuju tapi toh harus berlaku

baik kepada media-media baru maupun kepada media penyiaran.

Jangan sampai kita hanya menyalahkan konten, tanggung jawab kita

bersama, thats point. Saya mau saya setuju di titik itu sehingga

kemudian tapi sisi lain jangan juga lalu kita katakan tv kita awasi

terus, ini media-media baru yang juga sumber informasi massa

kemudian ngga ada pengaturan. Kita perlu pikirkan itu juga tapi lagi-

lagi ini adalah diskusi khusus.

Dara : ya tapi bukan di KPI sih sepertinya.

Hardly : oh saya tidak katakan itu KPI, Dara. Di awal.

Dara : karna KPI sudah banyak tugasnya pada saat ini...

Hardly : saya saya saya...

Dara : misalnya Pak janji...

Hardly : saya belum katakan itu janji KPI.

Dara : komitmen ee penangan apa perpanjangan izin siaran salah satu

komitmennya adalah ee menay memberikan tayangan yang lebih

aksesible untuk teman-teman yang...

Hardly : yang katakan KPI siapa.

Dara : tuna difabel dan lain-lain jadi...

Hardly : yang katakan itu harus KPI siapa.

Dara : jadi...

Hardly : Mba yang harus katakan itu KPI siapa. (nadanya naik)

Dara : ya jangan melempar wacana seb bahwa ini seolah-olah harus di KPI

gitu loh.

Hardly : siapa? Kan ngga ada. Agung Suprio? dan itu titik kritik saya artinya

saya katakan ini adalah diskusi khusus publik gitu loh. Tidak harus

KPI tapi ayo mulai kita pikirkan bahwa informasi dan hiburan, satu

ada dari televisi dan radio tapi ada media-media baru yang kita juga

harus mulai peduli dan konsen terhadap itu, itu poinnya.

Kang Maman : Razak daritadi tercekat hanya karna memang takut mendengar

pernya wacana bahwa kalian akan diawasi? akhirnya diawasi.

Nuning : Sri Asih masih boleh tampil kok (tertawa).

171

Razak : Karna ee percakapan saya di Youtube cukup kasar sih untuk anak-

anak, sekarang jadi saya cukup khawatir juga akan dibatasi secara

ini aja.

Host : padahal km mereview film gitu kan disitu?

Razak : iya. Mereview film dengan cara saya sendiri dan kata-katanya

emang cukup kasar sih buat buat ya buat saya sih itu.

Martin : diakui (tertawa)

Nuning : buat dia aja sudah merasa kasar.

Hardly : jadi kalo saya boleh…

Nuning : tapi saya seneng loh kalo ada pemuda konten kreator yang punya

keresahan itu artinya kan kita menjaga bangsa ini dengan bersama-

sama ‘o iya ya cukup kasar’ begitu loh, kan gitu. Jadi ee ini kenapa

kemudian oh pengawasan jangan sampe kebablasan lah memberikan

contoh-contoh yang kemudian ya terlalu kasar, ee kontennya cuman

ngeprank aja, kadang-kadang cuman mengulik privasi-privasi ee apa

publik figure dan lain sebagainya. Ayo kita sama-sama ee…

Host : nah dengan banyaknya kontroversi ini ni ee tentang KPI temen-

temen, saya pengen nanya kalo gitu ke temen-temen panelis masih

perlu atau ngga KPI kalaupun perlu apa yang sebenernya harus

dikuatin supaya lebih efektif kerjanya? Martin, adri.

Adri : saya ngga saya ngga perlu sensor soalnya jadi biarin aja lepas yang

perlu ada pengketatan ee kategori penonton, klasifikasi umur, sistem

yang lebih terperinci ee ga ga ngga ngga ada bedanya gitu saya

nggak percaya satu kasus tadi apa pula anak yang terinspirasi dari

sinetron atau yang ngebunuh gara-gara sinetron ya masa ngebunuh

gara-gara sinetron emang kita pernah nginterview suaminya dia

ngapain istrinya kan ngga. Maksudnya ee simplifikasi sekali gitu ee

kalau saya stance nya sih ngga.

Martin : ngga perlu ngga perlu KPI?

Adri : (menggeleng)

Host : hmm. Kalau Martin.

Martin : kalau menurut ee saya perlu cuma supaya beda aja sama dia

(tertawa) ngga ngga. Kalo menurut saya perlu, kenapa, karna perlu

ada ee rambu-rambu. Rambu-rambu saja tapi penek penindakannya

seperti apa nah itu kan ada rambu-rambu tapi ada ada yang boleh

172

kita langgar atau tidak, bukan dilanggar ya maksudnya ini kalau

misalkan ya pake balik lagi kan ada ada teguran-teguran atau apa.

Nuning : tidak membatasi kreativitas.

Martin : tidak membatasi kreativitas, betul. Maksudnya tetep ada ngga papa

kalau saya bagus tapi memang perlu ada kejelasan kalo ngga jelas

semuanya bisa tergan tergantung subjektivitas dari regulator atau

penindak dong, kan gitu.

Host : Dara gimana?

Dara : ya. Tetap perlu ada karna frekuensi publik di manapun frekuensi

publik di manapun di seluruh dunia harus diawasi dan kalau KPI

ngga ada misalnya oligarki media, bagaimana ee media berpihak

kepada salah satu misalnya dalam hal politik dan lain-lain itu

bahaya. Jadi sebenarnya KPI tetap perlu ada tapi maunya fokus aja

dengan tugas yang sudah diamanatkan sekarang dan kerjakanlah itu

dengan sebaik-baiknya kita berada di sini karna kita sayang sama

KPI sebenarnya.

Host : kamu masih takut masih takut untuk ngomong, pengennya ada atau

ngga KPI harusnya gimana?

Razak : saya rasa harus tetap ada lah, harus ada batasan dalam penyiaran.

Kang Maman : dan kamu mau diawasin oleh KPI?

Razak : ngga (tertawa).

Nuning : makanya ngga jadi anu di televisi.

Host : oke. Sekarang saatnya untuk epilog dari Kang Maman suherman

silahkan.

Kang Maman : KPI bekerja dengan alas dan payung hukum. Wewenangnya tegas

dan jelas di pasal 8 undang-undang penyiaran menyusun peraturan,

menetapkan dan mengawasi pelaksanaan P3SPS, juga memberikan

sanksi terhadap pelanggarannya serta melakukan koordinasi dan

kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat

dan tegas disebutkan disana lembaga penyiarannya adalah lembaga

penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran

komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan, juga tega sekali

tapi bukan lembaga sensor, juga tidak pernah memberi sanksi

kepada individu pengisi acara, dan yang pasti sekali lagi tadi

ditegaskan berulang-ulang oleh Pak Hardly KPI bukan Aparatus

Negara, bukan instrumen kekuasaan. Karenanya Jika menginginkan

revisi peraturan Jangan pernah melupakan dua prinsip agar kita tidak

173

kembali ke undang-undang penyiaran lama yang berbunyi penyiaran

dikuasai oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya

dilakukan oleh pemerintah tapi tetap harus dengan semangat

undang-undang penyiaran 32 2002, dasar dan fungsi pelayanan

informasi yang sehat harus berdasarkan prinsip keberagaman isi,

keberagaman suara, dan menghargai prinsip keberagaman

kepemilikan, hormati keberagaman dan berpihak kepada publik lagi.

Tidak boleh lagi ada semangat Monster Rezim simaratunggal, dialog

jangan monolog.

Host : terima kasih banyak para komisioner KPI sudah hadir bersama

kami di sini dan juga para panelis, kita akan kembali minggu depan

di waktu yang sama.

[SELESAI]

Tema : Dicari Warganet

Host : Andini Effendi

Panelis : 1) Ary Kirana (Presenter/penyiar radio),

2) Budi Setyarso (Jurnalis senior),

3) Sultan Rivandi (Ketua Dema UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

4) Kaemita Boediono (Presenter/aktri),

5) Eko Kuntadhi (Pegiat media sosial)

6) Ruhut Sitompul (Politisi).

Narasumber : 1) Denny Siregar (Pegiat media sosial),

2) Rocky Gerung (Pemikir Filsafat/pegiat media sosial)

Host : Cuitannya memancing emosi, unggahan fotonya

mengundang komen, tulisannya membuat berpikir. Denny

Siregar penulis, aktivis dunia sosial dan kini tanpa disadari

menjadi influencer. Kemarin ini Denny membuat geger lagi

dengan unggahannya soal ambulans membawa batu yang

ternyata menurut pernyataan polisi demonstran ini yang

bawa batu dan pada saat itu ada di dalam ambulans. Jagat

Maya langsung Geger sampe keluar tagar Denny Siregar

penyebar hoax. Bukan main hastagnya ini treningnya nyaris

sama kaya waktu hastag Atta Halilintar, hastag ashiap, dan

hastag Baby Fey. Kembali ke Denny, Denny ini kembali

dilaporkan ke polisi padahal kan akun TMC Metro Jaya

juga upload status ambulans bawa batu ini walaupun

174

langsung buru-buru dihapus sih setelah itu. Nah, bukan

pertama kali Denny dilaporkan, setahun yang lalu Deny

dituding menistakan agama soal video pengeroyokan

suporter Persija berisi kalimat tauhid dan dianggap

menghina rakyat Aceh karena ulasannya terkait rencana

pelegalan poligami di Aceh. Tapi kalo menurut saya ni yang

paling pemenangnya adalah Denny Siregar dicari anak

STM. Ni pasti banyak alumni STM ni di sini ni (menunjuk

penonton). Bayangin ya dulu kalo tawuran anak STM

targetnya kan nggak pernah satu orang entah itu anak SMA

melawai, atau SMA bulungan, atau SMA Panglima Polim,

nggak pernah nargetin satu individu terus dijadikan hastag

dan katanya ni siap dirujak lagi. Yang saya pengen tanya ni

di rujaknya lebih pedas dari kata-katanya Denny Siregar

atau nggak ni kalo misalnya anak-anak STM jadi pengen

ngerujak. Kita harus angkat topi ni buat Denny Siregar

karna nggak banyak loh orang yang benar-benar konsisten

untuk membela pemerintah sampai-sampai dijulukin

buzzer istana.

[tayangan video]

Host : bukan main. Tapi orang jadi mikir sebenernya ni bener-

bener voice atau jangan-jangan sebatas invoice. Nah,

diseberang Denny ada Rocky Gerung yang cuitannya nggak

kalah bikin gemes yang baca, gimana coba nggak gemes,

dikit-dikit orang tu dikatain dungu. Saking fenomenalnya

penggunaan kata dungu dalam twitttnya Rocky mencapai

252 kali dalam twitt dari 31 Januari 2018 sampai 27 Januari

2019 [penonton tepuk tangan], kok kalian pada tepuk

tangannya sih ketawa kalia kalian pada dibilang dungu

jangan-jangan ni sama Rocky Gerung. Seperti Denny,

Rocky tu bukan orang yang sungkan dalam berpendapat

bahkan siap ditantang dengan yang tidak setuju dengan

pandangannya.

[tayang video]

Host : nah, kenapa Rocky kayanya tu gemes banget sama orang-

orang yang disebut sebagai buzzer, bahkan mereka dikatain

tempurung. Ketika kami beride mengundang dua sosok ini

banyak yang bertanya, ngapain sih ngundang mereka. Nah,

175

Kami di Q&A justru ingin minta pertanggung jawaban

mereka sebagai influencer, yang mengundang untuk dicaci

dan dicintai dan selalu diburu dan dicari oleh warganet.

Inilah Q&A dalam episode dicari warganet dan seperti

biasa kita selalu ada panelis yang hadir bersama kami.

[tayangan vieo perkenalan panelis]

Host : narasumber pertama kami, kami sambut Denny Siregar.

[tayangan video perkenalan narasumber]. Terima kasih

Bang Denny, silakan duduk. Silakan duduk di kursi panas.

Tapi kayanya Bang Denny udah nggak khawatir dengan

kursi panas ini gitu. Bang Denny ni sebenernya pengen

banget diundang dari lama tapi kita lagi cari momentum dan

momentumnya itu datang ketika ada ambulan berisi batu

yang dikatakan, kita coba kita liat ni twittnya katanya TMC

Polda Metro twittnya itu jauh lebih telat dibanding twittnya

Denny Siregar akhirnya sampe Bang Denny dibilang

penyebar hoaks. Bener nggak sih Bang Denny tu

sebenernya menyebarkan berita bohong.

Denny : enggak ah.

Host : kok kok enggak tapi kok bisa duluan Bang Denny yang ini

yang ngetwitt.

Denny : hoaks itu kan berita bohong ya kan, sedangkan polisi juga

udah sudah mengklarifikasi bahwa itu bukan berita bohong,

ada tersangkanya, ada batunya, yang bohong siapa. Kalau

kemudian itu menjadi salah paham itu kan berbeda dengan

yang namanya berita bohong.

Host : tapi kenapa di ee dihapus kalo gitu twittnya?

Denny : saya menghormati polisi ketika polisi sudah minta maaf

dan berkata bahwa itu kesalahpahaman, ya saya

menghapusnya juga kalo polisi tidak minta maaf bahwa

saya ngapain juga saya menghapus, ya kan. Ini lebih kepada

etika saja saya bermedia sosial, ya kan. Tidak perlu saya

ngotot tapi tetap saja itu bukan hoaks.

Host : kok bisa Bang Denny duluan tapi, yang ngetwitt, gitu kan.

Pasti kamu yang follow juga bingung kan [menunjuk

176

panelis], kok bisa Bang Denny duluan sih yang ngetwitt

dibanding TMC Polda?

Denny : ya, pertama, saya juga mendapatkan informasi lapangan

sama dengan banyak teman lain, dan yang kedua saya itu

kan independen tidak perlu proses untuk meupload saya

punya unggahan. Beda mungkin dengan TMC Polda yang

harus ada proses birokrasi di dalamnya sehingga mereka

butuh waktu sekian menit untuk kemudian upload dan saya

rasa itu juga bukan masalah ya, orang-orang yang mengerti

bahwa standard operating prosedur di dalam unggahan

sosial di media resmi atau di akun media resmi itu pasti

melakukan hal yang sama.

Host : hm. Seperti itu. Silakan.

Kirana : aku pengen tau deh. Hai Bang.

Denny : halo mba.

Kirana : kan gini, kaya kejadian kemaren itu ketika turun ke

lapangan ada banyak sekali yang terjadi gitu. Nah, sebagai

seorang influencer yang followersnya banyak banget yang

ee apa yang ditwitt atau yang diunggah itu jadi bahan ee

bahan berita orang lain gitu. Itu mensortirnya mana yang

layak dan sepantasnya diunggah tu, gimana tuh?

Denny : Saya selalu mencoba mencari waktu sebelum kemudian

mentwitt atau mencoba mencari validitas data dulu, ya kan

dan saya memahami gimana saya mencari validitas data itu,

orang-orang siapa yang saya percayai, ya kan, karena saya

tau bahwa hoaks itu kalo kemudian kita mendapatkan satu

berita tanpa kita konfirmasi, kita bisa terjebak di sana. Dulu

saya sering terjebak, dulu tahu-tahun...

Host : jadi pernah sempet sebarin berita hoaks, pernah?

Denny : 2012-2013, saya kan sudah bermain di media sosial sejak

tahun 2009 sebenernya. Jadi saya dan saya yakin semua

orang yang pake juga pernah mengalami hal yang sama tapi

lama-lama saya kan menjadi matang bahwa harus ada

berita-berita yang saya validasi dulu benar atau tidak.

Host : ya. Nah, Mas Budi, Mas Budi ni kan juga sebagai jurnalis

senior ngeliatnya ini ni dengan berita yang udah

177

disebarluaskan, gitu terus kemudian dampaknya tu

sebenernya ada atau nggak kalo liat Mas Budi ni dengan

kasus yang kemaren?

Budi : oke. Saya mungkin tidak akan khusus tentang ee tapi saya

akan bicara tentang buzzer sekarang ee bagi saya ee

kebebasan berpendapat di sosmed adalah sebuah

kewajiban, sebuah hak masyarakat cuman yang menjadi ee

problem adalah ketika sekelompok orang yang

terorganisasi yang secara sistematis mensirkulasikan

informasi informasi tanda kutip ya karna informasinya saya

yakin sebagian besar tidak benar.

Host : oke. Itu termasuk Denny Siregar nggak?

Budi : saya kira mungkin bagian dari itu. Kenapa saya…

Host : bener nggak tuh Bang Denny termasuk bagian dari itu?

Denny : saya…

Budi : saya kasih argumentasi sedikit kenapa saya sebut

terorganisasi, saya berdasarkan pada satu unggahan di

seword yang pasti terkoneksi juga dengan ee Pak Denny

yang disitu ada sekelompok foto sekelompok orang yang

disitu ada satu ee istilah bahwa ada ee nanti akan kita

laporkan kepada Kakak BP-nya. Nah, itu mungkin nanti

satu pertanyaan itu kaka pembina itu siapa?

Host : silahkan, langsung kalo gitu ditanya kepada Bang Denny.

Denny : saya jawab ya Pak Budi ya. Yang pertama, Pak Budi sudah

mengklaim bahwa sebagian besar tidak benar bagaimana

Pak Budi bisa menilai bahwa itu sebagian besar tidak benar,

saya satu. Yang pertama ambulans, apakah ambulans itu

sebagian besar dari apa saya tulis bahwa kebenaran yang

saya bawa di dalam anggap apa dalam unggahan-unggahan

saya tu sebagian besar tidak benar hanya gara-gara satu

ambulans selesai.

Budi : yang yang kedua, adalah grup whatsapp sudah terkonfir ee

ter ee verifikasi bahwa itu adalah grup jadi-jadian yang

tidak difikir oleh anak STM dari bahasanya, dari

penggunaan fasilitas wa-nya, anak muda tu tidak

178

menggunakan wa, menggunakan line tapi oleh sekelompok

orang ini adalah grup STM.

Denny : sudah sudah ditetapkan kok tersangkanya sama polisi.

Budi : itu yang berbeda itu grup yang berbeda.

Host : berbedanya?

Budi : bukan grup itu yang jadikan tersangka…

Denny : jadi berarti harus saya. Pokoknya apapun saya harus jadi

tersangka kan itu sebenernya ee dari semua tagar yang saya

saya ada yang saya tau, saya faham bahwa ini permainan

propaganda sebenarnya bahwa Denny Siregar penyebar

hoaks supaya apa supaya orang memahami body ini disebut

false apa false apa pesan-pesan palsu kepada orang, ‘Denny

Siregar dicari anak STM’ anak STM mana yang mencari

saya bahkan saya tau anak STM tidak main twitter. Ada

yang main twitter ga? [menanyakan penonton].

Budi : saya kembali ke pertanyaan, siapa sih kaka pembina itu?

Denny : nah, ini satu lagi pada waktu pilpres bertanya dulu baik-

bai. Pada awaktu pilpres itu kita terbiasa menonton debat,

mungkin Pak Budi bersama-sama rekan-rekan dari

wartawan juga nonton debat, Bang Luhut juga pasti nonton

bersama, ya kan. Kalau kemudian kita duduk bersama-

sama menonton Jokowi debat dan kemudian kita

menarasikan sekaligus kami bahwa ini bagian daripada

kampanye, apa yang salah. Kalau kemudian seword

menarasikan bahwa di sana ada kaka Pembina presiden, itu

adalah masalah seword mungkin dia ingin berbicara secara

bombastis, mungkin dia ingin menunjukkan dirinya.

Budi : Pak Denny nggak ada hubungannya dengan seword?

Denny : saya nggak ada hubungannya. Saya bukan penulis seword.

Host : oke, baik. Sultan silakan.

Sultan : Bang Denny.

Denny : iya.

Sultan : banyak anak STM yang main twitter kok Bang. Tadi

menarik ni, ya kan, lagi ddicari-cari orang anak STM,

179

gimana ni Bang Denny. Tadi Abang bilang menghormati

polisi, makanya menghapus twitter, kan gitu kira-kira. Lalu,

ya itu salah satu etika sosial media saya, emang etika dalam

paham abang itu kaya gimana si, etika bersosial media kaya

gimana coba Bang?

Denny : ya saya tidak menyebarkan berita berita-bohong, mencoba

ya. Jika kemudian terjebak, saya mencoba minta maaf.

Yang kedua, saya tidak kasar, saya tidak pernah

menorehkan kata-kata yang seperti Bang Rocky misalnya

dungu, itu nggak. Pernah adakah kata-kata kasar dalam

saya yang menyakiti hati seseorang secara fisik kalau

bertarung ide, saya membutuhkan pertarungan ide

pertarungan narasi tulisan bukan personal. Kata-kata buzzer

buat saya itu adalah cara yang paling lemah untuk

menghajar seseorang ketika narasi di media sosial kalah

dengan saya, sehingga paling mudah adalah menunjuk

seorang buzzer untuk menghancurkan karakternya.

Host : dan dan Bang Denny paling nggak suka kalo dibilang

buzzer?

Denny : ngga ngga ada masalah sih saya bilang cuman kan

pendangkalan, apa sih arti buzzer, yak an. Kalo saya lebih

kepada, mungkin saya influencer ya, tulisan saya

menginfluens, buzzer itu lebih kepada berupa dengungan,

ya kan. Banyak akun buzzer yang tidak banyak followers,

yang hanya mendengungkan saja berita-berita yang

disampaikan kepadanya. Tapi kalo saya ketika menulis,

banyak orang setuju, banyak orang tidak setuju tetapi

menginfluens orang.

Budi : saya boleh minta pendapatnya?

Denny : silakan.

Budi : Oke, kalau anda tidak buzzer, menurut anda buzzer itu

mengganggu atau merusak demokrasi tidak?

Denny : kalau kemudian buzzer memang niatnya baik, buat saya

itu dibutuhkan. Ketika kelompok-kelompok yang ingin

merusak negri ini, mereka menggunakan buzzer dengan

judul-judul yang bombastis mempengaruhi pemikiran

orang terhadap negara khilafah, apa yang mau dihadapi

180

oleh orang-orang yang tidak mau dianggap buzzer. Saya

selalu nulis fight fire with fire.

Host : salah atau ngga tu yang dilakukan kalo oleh Mas Denny?

Budi : menurut saya buzzer membahayakan.

Host : membahayakan demokrasi?

Budi : membahayakan demokrasi.

Host : oke.

Denny : kenapa kenapa, karena ee sekarang banyak kebijakan-

kebijakan publik itu yang dibuat berdasarkan opini publik

menggunakan sosial media dan sosial media yang

didengungkan berkali-kali yang tadi disebutkan ee

mempengaruhi opini itu bisa dilakukan oleh sekelompok

orang yang berbeda-beda pihak itu sangat berbahaya karna

nanti akan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan

publik bisa diambil berdasarkan sentiment yang palsu.

Host : menurut Mas Budi apa yang disampaikan oleh Mas Denny

itu bisa berpengaruh atau nggak dengan kebijakan publik?

Denny : sangat bisa, karena…

Host : sangat bisa pengaruh. Oke. Nanti biar saya ee Mas Denny

untuk menanggapi, setelah jeda berikut ini. Tetaplah

bersama kami.

[iklan]

Host : dicari warganet bersama Denny Siregar. Tadi

dianggapnya Mas Budi ee dianggap Mas Budi, Mas Denny

ini bisa mempengaruhi kebijakan publik dan berbahaya,

begitu.

Budi : bukan hanya Mas Denny ya tapi kelompok yang ngomong.

Host : tapi kalo disini ngeliat Denny berbahaya juga, Bang

Denny silakan tanggapannya.

Denny : ya saya rasa nggak sebodoh itu pemerintah ya, melihat

kemudian mencoba mencari dengungan dan kemudian

membuat keputusan di sana. Saya rasa orang-orang di

istana, di DPR tu orang-orang yang pintar, ya kan. Mereka

181

punya pengalaman dan kemudian tidak serta merta ya, apa

yang dicuitkan itu terus kemudian mengubah keputusan

kita, bahaya sekali negara kita jika begitu. Ketika orang

omongan-omongan orang seperti saya dan beberapa teman

kemudian dijadikan sebuah pembuat keputusan, Indonesia

ini rentan sekali, ya kan. Kita ini kan sebenernya hanya

mengungkapkan apa yang kita pikirkan, itu yang saya ingat

ketika saya bermain pertama kali di media sosial.

Ungkapkan apa yang dipikirkan.

Host : hm. Sebentar.

Sultan : Abang paham nggak kalo di media sosial itu tidak semua

pemahaman sama, tidak semua umur pengguna sama, tidak

semua latar belakang Pendidikan, moralnya sama. Abang

ngira nggak sih kalo twitt-twitt Abang tu sebetulnya

berbahaya…

Denny : dari mana saya dibilang bur berbahaya. Jadi kalo gitu

sekarang Mas ketika kemudian Mas bermain twitter nggak?

Sultan : oh saya main.

Denyy : main facebook nggak?

Sultan : iya.

Denny : berbahaya dong kalo gitu buat saya.

Sultan : makanya kontennya kemudian kita kritik, konten Abang

kan tadi bilang ‘apa yang menurut Bang Denny’

Denny : dimana saya berbahaya, tunjukkan satu dimana saya

berbahaya.

Host : baik. Gimana Mas Budi?

Budi : begini ya ada satu hal yang berbahayanya secara tidak

langsung. Yang pertama, perlakuan apparat hukum kita

kepada kelompok-kelompok yang pro pemerintah, tidak

sama kepada kelompok-kelompok yang kritis terhadap

pemerintah. Jadi ketika satu kelompok me yang dianggap

mengeluarkan hoaks, langsung ditindak secara hukum. Ada

juga ketika kelompoknya Mas Denny ini dengan

melakukan doxing ketika mereka mengeluarkan identitas

pribadi orang yang kemudian dibully sejagat maya, nggak

182

ada tindakan apapun dari pemerintah itu secara sistim akan

membahayakan kita karna ada semacam perlakuan tidak

sama. Nah, ini orang curiga karna kelompok-kelompoknya

Mas Denny ini diback up sama pemerintah.

Host : emang bener Bang diback up, siapa sih backer-nya?

Denny : ya saya pengen tanya aja sekarang, kasih saya satu contoh

dimana kemudian, saya akan jelaskan, satu-satu saya akan

jelaskan, dimana saya diback up oleh pemerintah. Mau

yang kasus Aceh, misalnya, ya kan. Kasus Aceh itu saya

tidak menghina, tetapi dibangunlah propaganda bahwa saya

menghina bangsa Aceh, yang saya kritik itu adalah

parlemen Aceh. Ini kan sama seperti ketika kemudian saya

mengkritik Anis Baswedan terus saya dianggap menghina

orang Jakarta. Terus dimana bukti hukumnya, lemah karna

mereka kemudian tidak mampu memasukan saya ke sel, ya

kan, diframing lah bahwa kemudian saya orang kuat, ini

kan masalah framing saja, masalah propaganda saja. Ketika

kemudian supporter, ada pengguna supporter, ya kan. Saya

tulis bahwa bagaimana bisa seseorang mengucapkan apa

kalimat allah ketika membunuh, ya kan. Wah terus

kemudian mereka semua bagaimana bisa Denny menista

agama, yak an, tidak ada video itu. Loh saya punya

buktinya tetapi ketika kemudian mereka masuk ke polisi,

mereka tidak punya bukti untuk itu, ya kan, dan saya punya

buktinya karna mereka kalah, mereka membangun framing

lagi bahwa Denny dilindungi polisi dan it uterus yang

sampe Pak Budi percaya bahwa saya kebal hukum.

Pertanyaannya adalah betulkah saya kebal hukum atau

bukti-bukti tidak cukup.

Host : mungkin orang juga bertanya kok Bang Denny bisa dapet

buktinya, itu satu mungkin video yang pengroyokan, soal

dapet ambulans kok bisa dapet duluan buktinya, itu

sebenernya dapetnya dari mana gitu.

Budi : mungkin boleh disebut ee ditailnya ee boleh disebut. Kan

itu…

Host : informannya gitu.

Budi : informannya.

183

Denny : maksudnya detailnya?

Budi : soal ambulannya mungkin kita sebut salah satu.

Denny : ah itu biasa di lapangan, saya nggak bisa nyebutkan nama

seseorang ya di acara publik seperti ini.

Budi : karena uploadnya tu agak bersamaan dengan beberapa

kelompok yang…

Denny : kan banyak orang Pak Budi di sana. Pak Budi kan

wartawan tempo harusnya faham disana berapa orang…

Budi : beda.

Denny : liat film…

Budi : beda.

Denny : liat filmnya.

Budi : beda

Denny : tidak ada satu orang disana, banyak orang. Ya siapa yang

mau saya sebut.

Budi : beda kalo jurnalis dapat tu kita verifikasi lapangan betul

tidak, anda langsung upload dan ternyata kan belakang

salah. Tadi di situ minta maaf…

Denny : saya salah dari mana.

Budi : kan menghormati polisi terus dihapus…

Denny : saya salah dari mana, ketika TMC Polda juga kemudian

mengupload. Saya salah dari mana kecuali jika mereka

tidak mengupload dan saya mengupload, loh ya. Beda kalau

kemudian polisi menghapus.

Sultan : dikatakan bahwa etika tapi Abang merasa benar.

Seharusnya kalo betul nggak usah dihapus, biarin aja.

Host : cuek aja gitu ya, seharusnya ya.

Sultan : iya. Kalo etika kan itu baik dan buruk.

Host : oke. Kita move on dari yang isu ambulan. Tadi sudah

banyak yang bahas tapi yang juga rame adalah dianggap,

ini ada salah satu twittnya Bang Denny, aku baca aja ya ini

184

pada tanggal 25 september yang menyatakan pada saat itu

lagi demo pelajar yang demo ni ‘ngeliat para pelajar yang

demo rusuh itu, gampang kemakan hoaks dan provokasi.

Kok gua jadi setuju ya ada konsep bela negara, dimana

lulusan SMA sederajat harus ikut pendidikan ala militer

seperti di beberapa negara maju. Biar dilatih jadi lelaki oleh

TNI dan ga tumbuh jadi banci’. Jadi, disini Bang Denny

sebenernya nggak percaya dengan perjuangannya mereka?

Denny : nggak.

Host : nggak percaya?

Denny : nggak percaya [ketawa].

Host : tuh nggak percaya. Hmm.

Kaemita : apa apa yang bikin Bang Denny tidak percaya?

Denny : jadi gini, ada yang ada yang berjuang tapi kalo kita lihat

kemaren itu perjuangan itu menjadi bias. Apa yang

kemudian mereka tuntut coba bahkan kata-kata kotor keluar

secara tidak setuju bahwa ini, ya okelah tidak setuju RUU

KUHP terus kemudian pelajar keluar, apa urgensinya

pelajar keluar. Pelajar itu ya belajar, apakah saya harus

membenarkan ketika pelajar itu keluar dan bilang bahwa itu

adalah hak dari para pelajar. Saya pengen tanya saya

pengen tanya pada para panelis disini, rela kalian anak-anak

kalian keluar dari sekolahnya hanya untuk demo, benarkah

mereka.

Kaemita : Bang ini sebenernya saya pertanya saya salah satu

followers Abang di Instagram, cuman pertanyaan saya tu

dari begitu banyak tulisan yang Abang tulis adalah dengan

begitu banyak sensasi media sosial yang Abang tulis,

Abang tu nggak takut mati ya [ketawa]].

Denny : nggak.

Kaemita : atau gimana sih, kayanya semuanya…

Host : dapet ancaman mungkin gitu.

Kaemita : diserang di dapet ancaman.

185

Denny : ya mungkin buat saya ketika mereka meluncurkan

propaganda, saya harus melawan propaganda mereka juga.

Host : tapi bukan dengan propaganda juga kan?

Denny : oh bukan. Jadi ada bentuk begini niatnya apa dulu, ya kan.

Ketika saya melontarkan propaganda kepada mereka, itu

untuk membela negeri ini.

Sultan : ada gagal nalar.

Host : gagal nalar, oke.

Sultan : ketika twittannya dimaksudkan untuk membela NKRI

justru semakin memperkeruh NKRI.

Host : nah, kita akan jawab ee kita akan biarkan untuk Bang

Denny menanggapi setelah jeda berikut ini. Tetaplah

bersama kami.

[iklan]

Host : ya. Pasti banyak yang emosi juga dong iya kan, pasti ada

kelompok-kelompok orang yang jadi emosi. Apaan sih

Bang Denny ni kaya gini. Emang emang itu sengaja Bang,

emang sengaja pengen nyinyirin, dalam hal ini pemimpin

DKI .

Denny : ya, saya wajar dong sebagai warga mengkritik kebijakan-

kebijakan yang saya rasa tidak sesuai, kan gitu kan. Biasa

aja kalau kemudian ada yang protes terhadap apa apa yang

saya fikirkan, ya wajar-wajar juga. Demokrasi aja buat

saya. Semua orang punya hak untuk berbicara.

Host : tapi gagal nalar ngga tuh, kalo kata tadi kata Sultan?

Denny : gini loh. Saya tu udah banyak dibilang orang gagal nalar,

gagal faham, buzzer, syiah, liberar, dan segalanya, jadi saya

anggep juga demokrasi. Silakan ngasih ngasih ngasih

pandangan bahwa saya gagal nalar karna kan sudut

pandang orang kan berbeda-beda, ya kan. Dia melihat

bahwa ini angka enam, saya melihatnya angka sembilan,

mau perdebatkan apa ya silakan, demokrasi aja mau bilang

saya apapun buat saya sah-sah saja. Tapi jangan halangi

saya juga untuk mengungkapkan apa yang saya pikirkan

186

dong. Kita bebas, mari kita tarung narasi tetapi jangan sibuk

menyerang person seseorang.

Ruhut : Den?

Denny : iya Bang.

Ruhut : Tuhan itu sayang kepada Indonesia.

Denny : siap.

Ruhut : semenjak adanya medsos, kacau kita semua. Aku sedih

juga liat kau daritadi diadili.

Denny : [tertawa]

Ruhut : padahal yang seperti kau tapi merongrong pemerintah,

ribuan. Tapi Tuhan mengirim kau untuk menetralisir.

Denny : thank you, Bang.

Ruhut : kebakaran jenggot lah mereka. Kebaran jenggot mereka.

Hingga seperti tadi pertanyaan.aku orang nekat, Den tapi

kau jauh lebih nekat. Ada berapa nyawa kau, Den. Berani

kali kau, Den. Kemaren kawan kau udah diculik, udah

dipukuli bonyok-bonyok. Kau siap nggak untuk itu, Den?

Itu yang pertama.

Denny : insya allah siap.

Ruhut : baik. Terima kasih, Den kau siap untuk itu. Yang kedua

perdebatan kita, saya orang hukum kenapa Denny sampe

sekarang walaupun dilaporkan beliau clear karna polisi

susah mencari bukti yang kuat bahwa dia melakukan hoaks.

Sedangkan mereka kenapa menjadi bersakitan, dia dangkal

ilmunya jadi ketauan hoaks. Ah Den saran saya ya, kau

tetap berkibar, kau harus berani karna kalau tidak ada orang

seperti kau, ngeri republik ini sekarang.

Budi : saya sekali lagi pada prinsip awal bahwa setiap orang

memiliki hak untuk berpendapat termasuk di sosmed jadi

saya menghormati apapun pendapat dia. Yang tidak saya

suka adalah ketika dia ee melakukan disinformasi terhadap

apapun, misalnya kaya isu Taliban, isu apa yang itu

ditunjukkan hanya kepada orang yang tidak setuju kepada

kelompoknya, itu yang pertama. Yang kedua, saya tidak

187

setuju kalau misalnya Denny di ee proses secara hukum

juga seperti juga saya tidak setuju di kelompok yang lain

diperlakukan secara hukum artinya kebebasan berpendapat

berapapun dangkalnya, berapapun kerasnya tu harus

dihormati dan mendapat tempat dan dilindungi konstitusi

kita.

Host : nah sebenernya kalo Bang Denny ini ni, bener nggak sih

Bang nggak ada bayarannya sama sekali ketika

mengemukakan pendapat?Denny : tahun 2014 ketika

membela Jokowi saya diisukan dibayar, ketika membela

Ahok saya juga dibilang dibayar, sampai saya bilang

dibayar dimana, saya nyumbang Ahok. Sekarang 2019 saya

juga dibilang dibayar, bedanya apa 2014, 2016, 2019 tetap

isunya saya dibayar, ya kan. Nggak usah dibayar saya udah

kaya sekarang kaya Bang Ruhut [tertawa].

Kirana : tapi dapet titipan konten ngga Bang dari siapapun itu ya,

bahas yang ini dong atau ee kesini dong arahnya, pernah

nggak?

Denny : oh pernah. Saya diminta saya pernah diminta seseorang

untuk menghancurkan nama seseorang dan perusahaannya,

bayarannya tidak main-main. Saya tinggal bilang, apa saya

pelacur ketika saya menerima satu projek untuk

menghancurkan nama seseorang berarti kedepan apa yang

saya berikan itu sama sekali sudah tidak murni. Saya bisa

kaya dengan begitu saya bisa kaya dengan begitu, tolong

dicatat apakah saya mau kaya, tidak. Saya merdeka, itu aja.

kaemita : Bang Denny ee tadi Bang Denny bilang dari 2014

membela Jokowi, Ahok, dan lain-lain. Nah, sebagai

seseorang yang pernah saya baca di bukunya ee mengagumi

Keluwesan Jokowi, Bang Denny sendiri kira-kira berani

nggak si memberikan cuitannya akhirnya mengkritisi Pak

Jokowi supaya di periode yang kedua ini bisa menjadi

Jokowi yang orisinil gitu?

Denny : oh pernah saya kritik dan mungkin ini juga akan jadi PR

Pak Jokowi kedepannya. Saya bilang program Pak Jokowi

bagus, komunikasinya buruk sehingga muncul orang-orang

seperti saya dan teman-teman di media sosial yang

mencoba mengkomunikasikan kepada orang luas dengan

188

bahasa-bahasa orang awam. Ini karna apa karna

komunikasi pemerintahan Pak Jokowi yang sangat sangat

buruk, semua ingin mencari panggung dan semua tidak

fokus kepada untuk menjaga narasi-narasi Pak Jokowi

supaya difahami oleh orang awam. Itu menjadi tugas saya

tanpa saya harus mengkritik, ini seharusnya juga sudah

menjadi pemikiran-pemikiran orang-orang yang ada di

sekitarnya Pak Jokowi.

Sultan : memang niatan Bang Denny bagus tapi sama juga

komunikasinya buruk karena saya mencermati ada dampak

sosial yang pada akhirnya memperkeruh, Bang.

Denny : saya tidak bisa menyenangkan semua orang.

Sultan : tapi Abang itu bisa membuat marah semua orang.

Denny : Sebentar. Apa yang saya ungkapkan adalah tanggung

jawab saya pribadi untuk menuliskan. Tapi bukan tanggung

jawab saya untuk semua orang memahami apa yang saya

tuliskan. Kalo kemudian orang-orang seperti Mas Sultan

merasa bahwa saya memperkeruh tapi coba ada orang juga

bilang bahwa saya berbicara yang benar, sudut pandang

mana saya paka. twitt saya pertama itu tentang spiritual

Tuhan dalam secangkir kopi judulnya dan setiap kali saya

menulis tentang spiritual orang-orang tetep marah sama

saya. Pertanyaannya mereka marah ini karna twitt saya atau

karna benci sama saya. Jadikan ukuran mana yang saya

pakai ketika kemudian orang sudah benci sama saya apapun

yang saya tulis meskipun saya bicara tentang Tuhan,

mereka pasti akan tidak suka dan marah. Apakah standar itu

yang mau dipakai Mas Sekarang sebagai saya membuat

kerusuhan.

Sultan : ketika tidak berimbang mengkritiknya, antara mengkritik

Jokowi dan mengkritik Pak Anis, ah ini mah loyalis aja

sebetulnya.

Host : betulkah Bang hanya sekedar loya loyalis aja?

Denny : kalo saya loyalis, saya dari kemaren-kemaren sudah

masuk politik, masuk.

Host : nggak dapet jabatan apa gitu Bang?

189

Denny : ya terus pentingnya apa saya dapet jabatan. Saya pengen

tanya, apakah kemudian ketika saya berbicara sesuatu

mengharapkan sesuatu. Sampai banyak orang bilang

kepada saya kapan Bang dapet kursi komisaris, saya saya

tuli saya saya tulis begitu dangkal pikiranmu ketika

kemudian kamu mengeluarkan apa yang kamu pikirkan dan

kau berharap sebuah jabatan

kirana : emang keresahan Abang sebenarnya apa ni sekarang?

Denny : radikal, itu aja.

kaemita : tapi kalo misalnya di ee ditawarkan jabatan gimana Bang?

Host : terima nggak?

Denny : jabatan seperti apa. Saya tu bukan orang-orang yang apa

yang ada di satu menejemen apalagi pemerintahan, saya

orangnya independent, saya seniman. Bagaimana orang

seniman seperti saya ada di sebuah jabatan yang

membutuhkan birokrasi, malah mungkin saya akan

mengkritiknya daripada begitu mending saya tolak mentah-

mentah.

Host : nah, ee setelah ini setelah Bang Denny karna selesai disini

akan ada Rocky Gerung tapi bang Deni kita juga

menawarkan untuk bisa bertanya dengan ee Mas Rocky

Gerung tapi kenapa nggak mau Bang Denny?

Denny : Saya?

Host : untuk jadi bertanya kepada Bang Rocky Gerung.

Denny : nggak mau ah, nanti karena narasinya selalu dungu dungu

dungu, ya kan. Jadi dari pada saya berbicara dengan orang

selalu narasi dungu mendingan saya pergi aja.

kirana : Abang bisa duduk di sini, ngapain cabut.

Denny : [tertawa] nggak, karna pasti jawabannya pasti dungu.

Sultan : harusnya diskusi dulu Bang, baru saya bisa nilai.

Host : oke. Baik. Terima kasih banyak Bang Denny Siregar

sudah hadir bersama kami di sini, kita akan kembali lagi

sesaat lagi.

190

[iklan]

Host : kembali di Q&A dicari warganet, juga ada tambahan

panelis untuk segmen kali ini

[tayangan video perkenalan panelis]

Host : dan inilah narasumber kami yang kedua, kami sambut

Rocky Gerung.

[tayangan video perkenalan narasumber]

Host : apa kabar? Silakan duduk. Masih inget dong sama Bang

Roki. Siapa yang nggak pernah lupa. Silakan duduk, Pak.

Kita sajikan informasi terkait dengan Roki Gerung.

[tayangan video informasi terkait Rocky Gerung]

Host : selamat datang kembali di Q&A Bang Roki Gerung.

Keliatannya sekarang lebih happy nih nggak tahu kenapa

Bang Roki tapi kok masih aja nyebut orang dungu sih Bang.

Rocky : saya kira Andini ni mengumpulkan seluruh kesalahan saya

di Q&A [tertawa]. Yang salah cumin satu Ruhut.

Host : ada jejak digitalnya, masih ngomongin dungu dan bahkan

ngatain buzzer tu tempurung. Maksudnya apa sih Bang?

Rocky : saya menyebut itu semua Saya menyebut itu semua bukan

sebagai evaluasi terhadap seseorang atau sejumlah orang

tapi saya menggambarkan faktanya aja, masih ada

kedunguan, masih ada buzzer dungu, ada buzzer cerdas

juga. Ini tu bukan evaluasi bukan evaluasi tu, itu itu

deskripsi aja.

Host : deskripsi aja. Jadi nggak nggak menuju ke satu kelompok

tertentu kah?

Rocky : ketika ada reaksi baru saya paham. O itu yang dimaksud

bahkan saya paham setelah mereka bereaksi.

Host : Bang Ruhut juga waktu terakhir Bang Rocky kesini masih

perdebatannya sengit banget waktu itu Bang.

Ruhut : [tertawa] Roki ini sahabat saya dari jaman Jepang. Roki

Rok…

Rocky : [tertawa] padahal dia orang Belanda.

191

Ruhut : [tertawa] Roki selalu menunjukkan se-independenannya.

Kau nggak independen. Aku memihak kepada salah satu

calon, kau ke salah satu calon.

Rocky : salah?

Host : salah atau nggak?

Ruhut : tidak salah tapi setelah tahunya yang menang calon aku…

Rocky : bukan salah.

Ruhut : kau makin galak.

Rocky : gini ya ee saudara Ruhut ini dia mampu untuk

menghidupkan kedunguannya dengan mengumpulkan

fakta-fakta yang tidak berhubungan, gitu.

Sultan : keluar lagi Bang, dungunya ni Bang.

Rocky : ya. Saya beroposisi pada Jokowi, Prabowo beroposisi

pada Jokowi pada waktu itu. Lalu, Ruhut ambil kesimpulan

saya pro Prabowo karena oposisi, kenapa tidak sebaliknya

Prabowo yang pro saya. Prabowo beroposisi dengan motif

kekuasaan, saya beroposisi dengan motif kedunguan. Beda

itu.

Host : yuk kita fokus yang terjadi sekarang ini, sekarang makin

galak begitu.

Ruhut : makin galak.

Host : makin galak mengkritisinya, kenapa Bang Roki?

Rocky : saya nggak makin galak. Saya mau tajamkan kritizem itu

supaya orang bisa lihat sesuatu yang disembunyikan. Saya

melakukan interupsi, politik itu adalah interupsi supaya ada

ruang untuk menghasilkan argumentasi, saya interupsi.

Orang bilang kritik, bukan. Itu menginterupsi kemapanan,

menginterupsi kedunguan. Itu yang saya lakukan. Masih

harus semakin tajem interupsi…

host : udah sesuai SOP dalam bermedia sosial belum ni, kalo

Bang Roki?

192

Sultan : kalo kemudian kedunguan yang terus diucapkan, apa Bang

alat ukurnya dan cara deteksinya supaya untuk mengenali

itu?

Rocky : gampang sekali. Logical fallacy itu setiap kali Presiden

bicara, ada ketidakruntunan logika. Setiap kali Mentri

bicara ada, begitu pun partai, itu yang saya kritik. Saya

nggak kritik orangnya, saya kritik nalarnya, residinya, itu.

Ini dari awal saya terangkan itu, you ngga bisa, itu

Namanya fallacys.

Budi : seberapa jauh Bang Roki ni bisa mengaku tetep

independent, imparsial karna kita membutuhkan orang-

orang yang parsial dan ya ya mengkritik memang orang

yang patut dikritik?

Rocky : saya terangkan ya, independent artinya berdiri di kaki

sendiri bukan netral kalau anda netral disuruh netral, anda

tidak independen. Saya memilih independen karena

kehendak saya. Kan itu poinnya, ya kan. Jadinya

independen artinya jangan berpihak, oh itu bodoh namanya

itu. Jangan berpihak artinya dia diperintahkan untuk jangan

berpihak. Independen nggak dia, coba. Kalo saya jawab

Ruhut, buka google aja.

Budi : oke. Saya mungkin tajamkan sedikit ya. Apakah Bang

Roki bisa bersikap kritis gara-gara, saya sebut saja Pak

AHY, Pak SBY. Apakah bisa melakukan kritik tajam kalo

mereka punya kekuasaan? Dan...

Rocky : apalagi kalau kalau belum punya, saya kritik gitu. SBY itu

temen diskusi saya dan saya kritik terus sama juga AHY

karna ada kesetaraan argumentasi, kan itu soalnya kan.

Sultan : ada yang bertanya-tanya, ah Bang Roki ini katanya

intelektual tapi sentimen yang dikedepankan terus benci-

benci Jokowi. Gimana itu Bang?

Rocky : saya nggak pernah benci Jokowi, saya nggak ada urusan

pribadi. Benci itu urusan pribadi. Orang yang benci itu

mentalnya rusak, orang yang benci saya juga mentalnya

rusak.

Sultan : wah Bang, rusak Bang [tertawa].

193

Rocky : kenapa mesti itu diargumentasi. Bukan sentimen. Projus

sentiment, kendalikan sentimen. Itu rumus politik.

Budi : iya. Saya ee terus terang…

Host : jadi kepikiran karna dungunya ya.

Budi : bukan. Saya kadang-kadang agak kesulitan menemukan

substansialnya, saya saya lebih ee akhirnya orang terdistrak

dengan gaya bahasa, dengan ee kosakata sementara saya

banyak problem yang melayangkan kritis tapi tidak

disampaikan ee misalnya dalam hal politik ee anda tidak

masuk kesitu karna memang lebih mementingkan kemasan-

kemasan kata-kata.

Host : jadi maksudnya kenapa nggak to the point aja, gitu. kenapa

harus mengemasnya…

Budi : ya itu. Sehingga publik tidak terdistrak dengan

kedunguan, ke…

Rocky : oke. You...

Host : oke, Bang Roki ditahan dulu kita harus break dan dijawab

setelah jeda pariwara berikut ini.

[iklan]

Host : Bang Roki kemasannya itu dianggap tu terlalu mungkin

terlalu ketinggian, gitu ya. Jadi maksudnya tu nggak sampe,

jadi yang nyampe kata dungu-dungunya aja

Rocky : oke. Ya gini ya. Dalam seminggu ini saya ceramah umum

kurang lebih sepuluh universitas dan semua kuliah

akademis metodologi tap ikan nggak ada pers disitu kan,

kan anda nggak tau apa yang saya terangkan di situ kan.

Kemaren di hutan kayu saya terangkan teori filsafat

kontemporer, 2 jam nonstop tapi pasti Ruhut nggak bakal

datang karna nggak bakal ngerti soal kaya gituan, itu itu

poinnya kan.

Ruhut : [tertawa]

Rocky : sekarang misalnya ni, kata boneka yang orang anggap saya

membonekakan Pak Jokowi. Boneka itu, coba dalam

bahasa inggris itu ada material dan materiel. Boneka itu

194

saya maksudkan sebagai material substain bukan

barangnya yang material. Bahasa Indonesia nggak punya

kemampuan menerjemahkan dua itu. Jadi anda tersinggung

seolah itu boneka ansif fisically boneka, bukan.

Eko : yang menarik dari Rocky ini selalu mencari definisi-

definisi di luar definisi hukum…

Rocky : karna definisi yang disediakan oleh negara itu...

Eko : kitab suci definisinya itu apa sehingga berdebat itu ketika

definisinya tu menggunakan definisi umum. Bukan dengan

ketika anda menggambarkan definisi sendiri kemudian

publik memprotes dan anda punya definisi sendiri, itu

masalahnya.

Rocky : oke, sekarang you buka thesaurus sekarang bisa nggak you

bedakan antara material dan materiel, itu bahasa inggrisnya

begitu. Dibedakan. Di sini…

Eko : anda bicara pada publik Indonesia yang memahami

boneka sebagaimana definisi Indonesia.

Rocky : ya salah sendiri. Kenapa nggak diajarkan…

Eko : anda yang salah sebagai seorang komunikator, bukan

publiknya.

Host : apakah karna karna bahasanya ketinggian mungkin, Mas

Ek o?

Eko : nggak. Ketika Rocky sebagai komunikator berbahasa

dengan definisinya sendiri berbeda dengan ee definisi yang

dipahami publik. Yang salah komunikatornya, bukan

orangnya.

Rocky : saya sengaja memang, memang saya sengaja untuk

mengincar komunikasi itu…

Eko : ketika orang tidak sependapat dengan anda…

Host : supaya, sengaja supaya karna apa Bang Roki?

Eko : problemnya ketika orang tidak sependapat dengan Roki…

195

Rocky : supaya kita terangsang berpikir mencari row dari konse

itu…

Eko : ketika orang nggak sependapat dengan Roki, Roki akan

mengatakan dungu.

Rocky : memang dungu.

Eko : problemnya adalah definisi yang diciptakan, berbeda

dengan orang lain.

Rocky : bukan. Gini ya…

kirana : Abang, pertama aku udah ikhlas kok dibilang dungu

[tertawa]. Abis itu yang kedua, anggep aja aku kaya lagi

mahasiswa yang dikelasnya Abang. Aku pengen nanya, tadi

Abang bilang Abang ingin menciptakan sebuah ruang

untuk berargumentasi gitu, supaya pemerintah dengan

kebijakan-kebijakannya, dengan keputusan-keputusannya.

Itu dipertanyakan kembali apakah ini benar,apakah ini baik

untuk ee masyarakat di Indonesia. Apakah itu berarti ee

keputusan kebijakan pemerintah busuk semua atau cuma

sekedar untuk supaya menjadi ee supaya kebijakannya

lebih baik lagi?

Rocky : gini ya kalau Pemerintah bikin kebijakan yang baik, saya

ngga akan bully karna saya gaji dia untuk bikin yang baik

begitu ada bau busuk, saya ketok palanya tu dengan satire

tu. ‘Eh lu gua gaji lu bikin kebijakan yang buruk ‘ itu aja

kan. Masa kita kasih sebut ‘yen’ padahal yang tugas ‘yang’

kan gila tu.

kirana : untung aku bukan mahasiswanya Abang.

Ruhut : demikianlah tadi raja dungu, kepada kite dungu-dungu

[tertawa].

Rocky : [tertawa].

Host : Kae silakan Kae.

Kae : Bang, sebagai salah satu followers saya tuh mau tanya,

bisa nggak sih Abang tu mungkin menulis sesuatu itu yang

kalau tadi Abang bilang ee Abang menulis itu supaya orang

juga terangsang untuk belajar untuk lebih memahami kata-

kata sesuai dengan definisinya Abang. Nah, mungkin bisa

196

nggak sih kalau Abang menulis tu yang memang kata-

katanya secara umum bisa dimengerti definisinya gitu loh,

nggak nggak nggak hanya sesuai dengan definisinya Abang

aja?

Rocky : bisa. Bisa. tapi kita tidak bertumbuh sebagai sebagai

intelektual sebagai warga negara karna kita batasi kosa

kata, kita lampaui itu. Nah, kita ada di dalam keadaan

beberapa kali saya menyaksikan kesalahan orang untuk

mengerti konsep karna nggak mau masuk di dalam

pengertian yang lebih dasar yang konsepsional, di dalam

jurnalisme itu namanya ee malapropism. Nah, saya pake

lagi istilah ya, cari ya, Ruhut ya, tulis itu. Malapropism, apa

itu malapropism. Gini, satu waktu ada tokoh pada sidang di

DPR MPR, lalu si tokoh ini yang harusnya memberi

keputusan tidak ada di tempat, maka gunakan telfon ‘Pak

apa penanda kita‘ tokoh itu pake bahasa Inggris, dia bilang

‘all outs’ artinya tempur habis-habisnya. Yang terima

informasi itu pikir ‘all out’ artinya ‘walk out’ keluar semua.

Itu karna ndak ngerti konsep kan. Itu mesti kita perbaiki

saudara Ruhut, khususnya dan teman-teman

Sultan : berarti berarti memang cuitan Abang di twitter satu cuitan

dimaknai tiga SKS mestinya ya Bang.

Rocky : kalo buat Ruhut saya korting korting, gua kasih tujuh SKS

lah biar dia cepet d.o.

Ruhut : ngomong-ngomong kau daritadi ngomong kepintaran.

Boleh tau ee gelar apa aja sih yang kau apa, S1 apalagi?

Rocky : nggak ada, nggak ada gelar saya.

Ruhut : oh ngga ada. Oh jadi kau es lilin dong.

Rocky : tapi saya ngajar sampai S3 tu.

Ruhut : ha?

Sultan : tapi beliau ngajar sampe S3, Bang.

Ruhut : selesai nggak kau pernah. Aku mau nanya itu.

Rocky : saya pernah saya terangkan di sini, saya kuliah di lima

fakultas dan semua saya d.o. kan cuman satu saya

197

selesaikan, saya bukan d.o. dari fakultas, saya men-d.o. kan

mereka dari fak dari kurikulum saya. Itu bedanya.

Ruhut : [tertawa] itu namanya layu sebelum berkembang.

Rocky : mereka yang saya layukan karna saya ngga butuh lagi tu.

Filsafat saya masih masih masih luluskan itu.

Host : kayanya kayanya Mas Eko nggak percaya nih, mukanya

nih.

Eko : saya kalau diskusi sama Rocky ni agak membingungkan

karna pasti apa yang kita fikirkan tentang apa yang

didiskusikan berbeda dengan apa yang Rocky fikirin. Jadi

pertama kita berfikir apa yang Roki fikirin dulu definisnya

berbeda, kalo definisinya berbeda sehingga orang bersepsi

lain sebetulnya bukan orangnya yang bodoh. Jadi roki tidak

berhak untuk mengatakan orang dungu hanya karna

persepsi Roki tentang sesuatu defini berbeda dengan yg

lain.

Rocky : gini ya. Kalo orang itu saya anggap memang tidak

layak untuk mengerti suatu konsep saya bantuin tapi konsep

sekualitas kalian itu terutama Ruhut yang seharusnya

paham istilah-istilah dasar itu ngga ngerti, apa yang mau

saya sebut, pinter ngga mungkin, setengah pinter ngga

mungkin, seperempat pinter nggak mungkin, ya dungu.

(Panelis tertawa)

Host : gimana Mas Eko? Nggak mungkin setengah, nggak

mungkin seperempat

Ruhut : ya saya kan udah katakan, kita semua di sini termasuk

yang nonton yang mendengar orang dungu karna yang lagi

ngomong raja dungu (tertawa).

Host : sakit hati nggak Bang kalo dibilang raja dungu?

Rocky : saya tu enggak pernah sakit hati pada urusan publik

bahkan bila Ruhut bilang nanti ada orang saya minta maaf

terhadap ee fitnah segala macem. Saya bilang saya nggak

anggap itu fitnah, saya anggap itu kedunguan, kedunguan

nggak perlu dimaafkan karna itu melekat di kepalanya jadi

diperbaiki di kepala.

198

Host : Mas Budi.

Budi : iya. saya akan biar imbang ya, tadi saya udah bertanya

kepada Denny Siregar sebelumnya. Saya ingin bertanya

kepada Bang Ruhut ee Bang Rocky juga, tentang sumber

informasi saya akan sebut saja dalam kasus Ratna

Sarumpaet gimana ngukur sebuah informasi diverifikasi

dan kemudian berpendapat ee

Host : disebar luaskan gitu informasinya.

Budi : disebar luaskan.

Rocky : oke, saya akan terangkan sejernih-jernihnya supaya

publik ngerti kedudukan itu. Waktu kasus Ratna Sarumpaet

Masuklah ke saya gambar-gamba itu, masuk ke saya tetapi

bukan saya buka karna saya ada di atas gunung elbrus

waktu itu ketinggian 5600, suhu - 20°, angin 80 KM/jam,

kalo Ruhut ada di situ jadi botak gara-gara angin itu tu. Jadi

waktu dipersoalkan.

Ruhut : dendam dia, dendam (tertawa).

Rocky :(tertawa) ini contoh aja. Waktu dipersoalkan di Polri, saya

bilang Porlinya bilang 'anda terima' memang saya terima,

'berarti anda ikut nyebarin', bukan. Saya ikut terima tapi

tidak saya buka, kenapa, saya ganti simcard Rusia dan di

Rusia itu sangat terbatas nggak kaya Indonesia, simcardnya

segitu aja. Saya masuk ke Indonesia, saya buka baru dia

masuk gambar-gambar itu. Jadi bukan saya nyebarin, terus

orang bilang terus kenapa anda berkomentar sesuatu, ya

saya masih komentar sesuatu di twitter walaupun saya ngga

sebut nama saya bilang kenapa mesti tinju ya. Terus

dianggap itu adalah hoaks, kenapa nggak cek pada Ratna.

Sekarang saya terangkan Ratna itu temen baik saya, temen,

masa sih curiga temen baik gitu. Kalau begitu kenapa nggak

mi ee apa namanya ee repertum fisum repertum, kenapa

saya minta hakim buat bikin fisum repertum untuk sesuatu

yang saya anggap, oke kalo dia berbohong ya itu problem

moral dia berbohong tu. Jadi nggak ada urusan dengan saya.

Budi : yang ingin saya tanyakan adalah jadi apa bedanya Bang

Roki ini dengan buzzer yang selau di kritik oleh ee setiap

hari?

199

Host : jadi mungkin langsung aja to the point. Apa bedanya Bang

Roki dengan Bang Denny Siregar gitu misalnya?

Budi : iya. Dalam hal mengelola informasi bagaimana

mengomentari dengan secara cepat.

Rocky : siapa tu Denny Siregar, saya nggak tau, saya nggak kenal.

Ruhut : (tertawa).

Rocky : ya sama sekali nggak tau, serius. Saya nggak kenal.

Budi : atau dengan buzzer secara keseluruhan.

Rocky : saya tidak kenal bahasa tubuhnya bahkan bahasa otaknya

pun saya nggak tau.

Host : kalo gitu apa bedanya Bang Roki dengan...

Rocky : saya memverifikasi sesuatu yg tidak bersifat

persahabatan, kalo sahabat you nggak boleh verifikasi.

Kalo dia bohong berarti dia bukan sahabat artinya. Kenapa

saya mesti verifikasi, sahabat saya bilang besok mau hujan

ternyata nggak 'eh lu bohong, lu bohongin gua' masa gua

mesti verifikasi pernyataan seorang sahabat itu, you nggak

verifikasi.

Eko : jadi problemnya, problemnya Bang itu bukan cuma

hubungan sahabat, ini peristiwa politik, ini peristiwa

publik.

Rocky : iya. Itu jadi peristiwa, ginii...

Eko : seperti yang anda katakan tadi bahwa soal publik itu harus

dengan rasional.

Rocky : kapan itu jadi soal publik? Ini karna temen aku bahwa dia

berbohong.

Eko : sorry saya ingin mengatakan bahwa anda tau bahwa

ketika isu Ratna itu keluar dia akan menjadi peristiwa

publik.

Rocky : siapa yang tau.

Host : nggak tau berarti?

Rocky : saya ada di atas gunung, saya nggak tau itu. Cuman. Gimana you...

200

Host : oke.

Rocky : mau saya sebut 60 kali apa.

Host : oke. Ditahan dulu diahan dulu. Kita karna banyak banget

pertanyaan kan, kita akan kembali lagi setelah jeda berikut

ini. Tetaplah bersama kami.

(Iklan)

Host : dicari warganet. Kali ini bersama Rocky Gerung, waktu

itu Rocky Gerung waktu di Q&A pertama kali ada

pertanyaan yang belum terjawab ni. Coba kita liat

pertanyaannya apa sih sebenernya.

Rocky : wah Q&A dendam banget nyimpen pertanyaan.

(Tayangan video)

Host : siapa Bang yang lebih pintar sebenernya menurut Bang

Roki?

Rocky : ah ini akibatnya kalau pertanyaan itu ditunda sampai hari

ini.

Host : karna berubah jawabannya?

Rocky : berubah pasti. Karna waktu itu belum ada anak STM kalo

sekarang yang paling pinter anak STM. STM itu jadi

koagulan. Tau nggak istilah koagulan?

Host : tolong bahasa kita Bang.

Rocky : gini ya, ini kalo ini berserakan, kaya minyak berserakan

nanti ada zat ditaruh di situ, dia ngumpul ni, dia narik zat

yang lain tu, namanya koagulan. Membuat jadi agula jadi

agulasi itu. Nah, STM ini adalah koagulan. Ruhut ditulis

supaya gampang di.

Ruhut : (tertawa) marah ni ye

Rocky : jadi STM ini jadi koagulan dari seluruh kecerdasan

oposisi. Jadi kalo ditanya siapa yang paling cerdas diantara

mereka itu, ya anak STM karna dia mampu untuk

mendefinisikan situasi hanya dengan melihat cover majalah

Tempo, dia udah ngerti semiotik dari kecurangan dan

segala macam. Mereka nggak perlu baca tempo. Nanti ada

201

mentri bilang 'kamu baca tempo anak STM' kami nggak

perlu baca Tempo, kami tau apa artinya pinokio itu. Itu

kecerdasan publik ada disitu tu.

Host : oke. Sultan, kamu fakultas apa? Bukan teknik?

Sultan : Fisip.

Host : oh oke Fisip. Jadi kamu belum terlalu pinter karna kamu

bukan anak teknik ya.

Sultan : (tertawa).

Rocky : oh saya pernah belajar saya pernah jadi mahasiswa

fakultas teknik jadi saya ngerti soal soal begituan.

Host : saya juga Fisip jadi nggak nggak kayanya nggak setara

gitu loh pikirannya. Silakan Sultan.

Sultan : jadi gini, sebetulnya saya pingin bertanyan begini. Bang,

Abang khawatir nggak kalo resonansi dungu.

Rocky : tunggu tunggu, kata resonansi itu Ruhut tulis tulis

resonansi itu.

(Panelis tertawa)

Sultan : ah ini yang mau saya tanyakan.

Ruhut : masih dendam.

Sultan : kata-kata dungu ini apakah resonansinya tu tidak

penghakiman Bang? Ada ego intelektual jadi saya membela

coba membela Bang Ruhut ini daritadi dihakimi terus kan

kira-kira gitu.

Rocky : oke. Jadi anda berupaya untuk membela dia sambil

menjadi devil advocate saya, avocatus diapoli. Tau artinya

avocatus diapoli, itu bahasa hukum bro, nggak nggak

pernah punya punya ee kompilasi...

Ruhut : ngomong aja saya saya kebetulan lawyer papan atas jadi

jangan kau ajari ikan berenang. Ngomong aja, ayo silakan.

Ngomong aja.

Rocky : ada lawyer paling tinggi dalam taraf intelektual namanya

Richard Posner, dia menulis buku tentang economic and

analysis of law jadi acuan seluruh dunia, tiga belas kali

202

terbit dan dia adalah hakim agung di Amerika Serikat. Itu

ucapan diucapkan juga oleh beliau jadi kalau anda nggak

ngerti Richard Posner kau bilang lawyer papan atas, bagi

Richar Posner itu anda papan yang paling dangkal.

Ruhut : anak saya umur empat belas tahun bacaannya lebih hebat

dari kau ya Roki, jadi nggak usah bangga kau. Siapa kau.

Ini ada kaca, ngaca ngaca, ah ngaca ya. Biar pinter kau

Roki. Kau nggak pernah ngaca jadi kau ngomong

sembarangan saja. Terima kasih Roki.

Hos t : ini bukan soal pribadi ini bukan soal pribadi, di sini kita

tapi kita pinginnya ni kenapa ni dia justru nggak nyambung

gitu kalo ngomongnya sama kita kan. Silakan Sultan.

Sultan : iya. Kita harus berlarilah Bang jangan persoalan-persoalan

pribadi karna begitu Bang yang saya khawatirkan justru ada

acara yang dipakai oleh banyak intelektual kemudian...

Rocky : gina ya, saya nangkep poinnya itu. Di Perancis diajarkan

tentang listening, logical fallacys dari umur SMP sehingga

mereka bisa berbantah-bantahan dengan anggota MPR.

Sultan : bukan serang pribadi bukan serang-serangan pribadi ya

Bang.

Rocky : bukan serangan pribadi. Jadi sistem pendidikan kita mau

menghindari ketajaman argumentasi seolah-olah

menganggap kalo tajem argumentasi itu tidak sopan.

Sekarang saya terangkan, sopan santun itu adalah bahasa

tubuh, pikiran tidak memerlukan sopan santun. Pikiran

yang disopan santunkan dalam politik itu artinya

kemunafikan.

Host : Bang ee Mas Budi, langsung aja Mas, singkat.

Budi : iya. Pertama, Pak ee Roki sekarang menjadi idola baru di

kelompok yang bahkan di kelompok-kelompok agama.

Host : di warganet lah in general.

Budi : sama-sama bahaya dengan ee politik rezim, politik

disebutnya buzzer yang sangat ee yang agak berbahaya

juga. Nah, ini sekali lagi saya bedanya dimana, sekarang

203

anda menikmati ee menjadi selebriti di kelompok-

kelompok yang ee.

Rocky : oke saya terangkan. Saya tidak nikmati, posisi saya

terhadap prulalisme terhadap religi nggak berubah. Saya

lama di turki, di di di sarang yang disebut sarang teroris

segala macem tu. Dia bertengkar dengan saya dengan

argumen bahkan temen-temen anda semua yang liberal itu

yang sekarang bertengkar dengan sentimen. Jadi freaming

itu memperlihatkan bahwa kita sebetulnya menginginkan

segrekasi itu terjadi karna agama, nggak. Saya ingin

pisahkan bukan orang suci dan orang kafir, saya ingin

pisahkan orang dungu dan orang berfikir.

Host : oke. Kalo gitu sekarang pertanyaan terakhir sebelum ee

epilog nih. Bang Roki ni kalo saya liat di twittnya itu juga

masih nyebut bom kan udah lewat kita pemilu, udah selesai.

Rocky : oke udah lewat. Pemilunya udah lewat bahkan presiden

udah bilang jangan sebut lg kampanye segala macem tapi

faktanya masih ada. Bong itu sinonim dari kedunguan

Host : sinonim dari kedunguan. Catet itu.

Eko : mendefinisikan sendiri kan?

Rocky : apa?

Eko : itu apa yang anda definisikan sendiri kan?

Rocky : saya definisikan itu dan akan dicatat kemudian akan

masuk ke dalam kamus bahasa Indonesia berikut.

(Panelis tertawa)

Host : oke. Kita dengarkan epilog Kang Maman yang kali ini

akan dibacakan oleh Ari Kirana.

Kirana : Koalisi oposisi dua sisi dari koin demokrasi menjadi

corong penyambung dan pembesar suara pendukung Setia

pemuja mati-matian adalah hal saja. Menjadi Oplosan

menjadi lawan bukan kawan dalam perhelatan perpolitikan

pun hal yang biasa saja tinggal tanya yang mengemuka,

kebenarankah yang dituangkan, kebenarankah yang

diperjuangkan atau semata dengungan keriuhan. Terus

teriakan apapun agar lebih viral dan trending ditimbang

204

kebenaran, Voice atau noise, voice atau invoice.

Mampukah kita melepaskan segala kelekatan terhadap

kepentingan diri, baik di posisi sejalan ataupun berlawanan,

pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh Nurani masing-

masing. Nurani yang mungkin saja sejalan dengan ajaran.

Jangan mau dibayar untuk jadi bodoh. Jadilah cahaya yang

menerangi, yang menerangkan, memperkaya wawasan dan

memberdayakan. Sebagai penutup jangan biarkan

kebisingan pendapat orang lain mematikan dan

menenggelamkan nurani dan batin.

Rocky : cakep.

Host : terima kasih banyak Rocky Gerung dan tadi sudah ada

Denny Sirega yang bergabung bersama kami dan terima

kasih kepada para panelis dan kita sekarang boleh berfoto.

Kita akan kembali setelah kita nggak akan kembali, kita

akan kembali minggu depan di waktu yang sama, saking

serunya soalnya. Sampai bertemu minggu depan.

(selesai)

PROFIL PENULIS

Pratiwi Kusumaningtyas A., lahir di Jakarta pada 25 April 1996. Anak kedua dari

empat bersaudara dari Bapak Ngatiman dan Ibu Sugiarti. Penulis pernah bersekolah

di SDN 07 Pagi Grogol Selatan dan pindah ke SDN 03 Pagi Pesanggrahan Selatan

hingga tamat sekolah dasar pada tahun 2008. Kemudian, penulis diterima di SMP

Negeri 235 Jakarta. Setelah lulus pada tahun 2011, penulis melanjutkan ke SMA

swasta Kartika X-1 Jakarta, mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan

menamatkan pada tahun 2014. Setelah menyelesaikan SMA, penulis melanjutkan

ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 dengan

jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

205

206