realisasi file server di laboratorium telekomunikasi program ...
realisasi kesantunan dalam acara q&a di metro tv dan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of realisasi kesantunan dalam acara q&a di metro tv dan ...
REALISASI KESANTUNAN DALAM ACARA Q&A DI
METRO TV DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)
Disusun Oleh:
Pratiwi Kusumaningtyas A.
111140130000063
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA
Q&A DI METRO TV DAN IMPLIKASI TERHADAP
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Pratiwi Kusumaningtyas A.
NIM. 11140130000063
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Dr. Makyun Subuki, M.Hum.
NIP. 19800305 200901 1 015
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Realisasi Kesantunan dalam Acara Q&A di Metro TV dan
Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disusun oleh
Pratiwi Kusumaningtyas A. Nomor Induk Mahasiswa 11140130000063, diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal 27 Juli 2021 di hadapan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh
gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 27 Juli 2021
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Dr. Makyun Subuki, M.Hum.
NIP. 19800305 200901 1 015 12 Agustus 2021
Sekretaris Jurusan
Novi Diah Haryanti, M.Hum.
NIP. 19841126 201503 2 007 12 Agustus 2021
Penguji I
Dr. Nuryani, M.A.
NIP. 19840409 201101 1 015 12/08/2021
Penguji II
Dona Aji Kurnia Putra, M.A. NIP. 19820628 200912 2 003 12/8/2021
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan
Dr. Sururin, M.Ag.
NIP. 19710319 199803 2 001
ABSTRAK
Pratiwi Kusumaningtyas A (11140130000063). Realisasi Kesantunan
Berbahasa Dalam Acara Q&A di Metro TV dan Implikasi terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan:
Dr. Makyun Subuki, M.Hum. 2021.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan realisasi
pematuhan prinsip kesantunan berbahasa Leech pada acara gelar wicara Q&A di
Metro TV pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara
KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’
tayang tanggal 6 Oktober 2019 dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini Teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu teknik simak dan catat. Data dalam penelitian ini berupa
tuturan-tuturan para subjek yang mengandung prinsip kesantunan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan 42 data yang
mengandung pematuhan prinsip kesantunan berbahasa Leech dan terdiri dari enam
maksim kesantunan, data tersebut antara lain 13 maksim kebijaksanaan, 2 maksim
kedermawanan, 12 maksim pujian, 4 maksim kerendahan hati, 9 maksim
kesetujuan, dan 3 maksim kesimpatisan.
Implikasi penelitian ini, berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2018 kelas IX
semester 1 adalah pada pembelajaran teks tanggapan, dengan kompetensi dasar
pada pelajaran ini ialah mengungkapkan kritik, sanggahan, pujian dalam bentuk
teks tanggapan secara lisan dan/atau dengan memperhatikan struktur dan
kebahasaan. Indikator yang ingin dicapai adalah membuat teks tanggapan yang
memperhatikan unsur kebahasaan dan struktur teks tanggapan.
Kata kunci: Prinsip Kesantunan, Maksim, Q & A (Metro TV).
ABSRACT
Pratiwi Kusumaningtyas A (11140130000063). Realization of Language
Politeness Principle in the Q&A Program on Metro TV and Implications for
Learning Indonesian Language and Literature. Skripsi. Department of
Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under
the guidance of: Dr. Makyun Subuki, M. Hum. 2021.
This study aims to describe the use of the realization of compliance with the
Leech language politeness principle at the Q&A talkshow on Metro TV on the theme
‘Pasukan Gadjah Mada‘ aired on July 8,2019, ‘’Antara KPI dan Spongebob’ aired
on September29, 2019, and ‘Dicari Warganet’ aired on October 6, 2019 and its
implications for learning Indonesian Languageand Literatire. The Methode used in
this study is a descriptive methode with a qualitative approach. In this study, the
data collection technique used was the listening and note-taking technique.
The result of this study indicate that there are 42 data that contain
compliance with the Leech language politeness principle and consist of six of
politeness, the data include 13 Tact maxim, 2 generosity maxim, 12 approbation
maxim, 4 modesty maxim, 9 agreement maxim, and 3 symphaty maxim.
The implication of this research, based on the 2013 revised 2018 curriculum
for class IX semester 1 is in learning response text, with the basic competencies in
this learning being expressing criticism, refutation, praise in the form of response
text orally and/or paying attention to structure and language. The indicator to be
achieved is to make a response text that pays attation to linguistic elements and
the structure of the response text.
Keywords: Politeness Principle, Maxim, Q & A (Metro TV).
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam
Acara Gelar Wicara Q&A di Metro TV dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada program studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan rintangan yang penulis
hadapi. Tetapi berkat doa, usaha, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat mengatasi segala hambatan dan rintangan yang dihadapi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, Bapak Ngatiman dan Ibu Sugiarti yang selalu
mendoakan serta mendukung putrinya sehingga skripsi ini dapat selesai;
2. Dr. Sururin, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., ketua jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
pembimbing yang sudah dengan sabar, tulus, dan ikhlas membimbing
mahasiswanya serta sudah meluangkan waktunya.
4. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
5. Dr. Nuryani, M.A., selaku dosen penasehat akademik;
6. Segenap Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan;
vi
7. Sahabat-sahabatku, Intan, srinita, Fitriani, Sayyidatul, Ulfa, Zahra, Syifa,
dan Faizah, yang sudah banyak mendukung dan membantu penulis selama
proses penyelesaian skripsi ini;
8. Kepada seseorang yang selalu menemani dan memberi semangat penulis
selama proses pengerjaan skripsi Tri Adianto Purwonegoro beserta
keluarga;
9. Teman-teman seperbimbingan, Yusrita, Srinita, Misbah, Rahmalia, Syifa,
Qori, wulan, dan Azma, yang sudah membantu dengan ikhlas dan tulus.
Semoga ilmu dan bantuan yang kalian berikan dicatat sebagai amal shaleh
oleh Allah SWT;
10. Serta terima kasih untuk teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Satra Indonesia Angkatan 2014, khususnya kelas B.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis, serta peneliti selanjutnya.
Jakarta, Juli 2021
Pratiwi Kusumaningtyas A.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………… i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI…………………… ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT……………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
BAB I 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Pembatasan Masalah 3
D. Rumusan Masalah 3
E. Tujuan Penelitian 3
F. Manfaat Penelitan 4
BAB II 5
TEORITIS
A. Hakikat Pragmatik 5
B. Hakikat Konteks 7
C. Kesantunan……………………………………………………… 10
D. Prinsip Kesantunan 17
1. Maksim Kebijaksanaan………………………………….. 17
2. Maksim Kedermawanan…………………………………. 18
3. Maksim Pujian…………………………………………… 19
4. Maksim Keredahan Hati………………………………….. 19
5. Maksim Kesetujuan……………………………………… 20
viii
6. Maksim Kesimpatisan……………………………………. 20
E. Fitur-fitur Penanda Kesantunan…………………………………. 21
F. Penelitian Relevan 25
BAB III 27
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian……………………………………………… 27
B. Subjek dan Objek Penelitian……………………………………. 27
C. Sumber Data……………………………………………………. 28
D. Teknik Pengolahan Data………………………………………… 31
1. Teknik Pengumpulan Data……………………………….. 31
2. Teknik Analisis Data…………………………………….. 31
E. Instrumen Analisis Data 32
F. Pelaksanaan Penelitian 33
BAB IV 35
PEMBAHASAN
A Bentuk-bentuk Pematuhan Prinsip Kesantunan. 35
B. Implikasi Terhadap Pembelajara Bahasa Indonesia ...................... 84
BAB V 86
PENUTUP
A. Simpulan 86
B. Saran 87
DAFTAR PUSTAKA 88
LEMBAR UJI REFERENSI ........................................................... 91
LAMPIRAN ...................................................................................... 95
BIODATA PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berinteraksi dengan seseorang selain dibutuhkan bahasa yang baik dan
benar, dibutuhkan juga adanya rasa santun kepada orang lain. Kesantunan tidak
hanya diartikan pada sikap ketika berbicara tetapi juga bahasa yang digunakan pada
saat berinteraksi. Meskipun di setiap daerah memiliki aturan kesantunan berbeda-
beda tetapi untuk membuat interaksi itu tetap santun kita perlu memperhatikan
beberapa aturan yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh memberatkan orang lain,
bersedia mengorbankan dirinya, tidak mengejek, rendah hati, bersedia menyetujui
orang lain, dan menunjukkan rasa empati. Sama halnya dengan budaya jawa, untuk
menciptakan kesantunan kita harus memiliki rasa rendah hati (andhap-asor), empan
papan, kurmat, tenggang rasa (tepa selira), dan lain-lain. Dengan mengikuti aturan
tersebut akan membuat interaksi menjadi nyaman karena tidak menyinggung orang
lain atau membebani mereka. Misalnya ketika kita menyombongkan diri ketika
berinteraksi kemungkinan orang lain akan males mendengarnya dan tidak ingin
berbicara dengan kita lagi. Oleh karena itu, untuk merealisasikan kesantunan
tersebut kita perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti nada, gestur, mimik,
kesanggupan dalam memilih kata agar terdengar santun serta memperhatikan
konteks atau situasi yang terjadi selama berlangsungnya interaksi. Setelah
mempertimbangkan semua itu, kita akan dapat berinteraksi secara santun dengan
memilih kata apa yang harus dipakai, bagaimana cara menyampaikannya, dan
disesuaikan dengan situasi yang terjadi maupun siapa yang kita ajak bicara.
Pematuhan kesantunan ini tidak hanya diterapkan pada interaksi di
lingkungan sehari-hari tetapi juga perlu diterapkan pada acara televisi yang
menampilkan interaksi antar individu seperti acara gelar wicara. Sebab apabila
acara televisi tersebut tidak menampilkan kesantunan berbahasa ataupun santun
secara sikap saat berinteraksi maka akan menjadi contoh yang tidak baik dan sangat
mudah ditiru oleh penontonnya yang dari berbagai kalangan. Misalnya pada stasiun
2
televisi Metro TV yang memiliki acara gelar wicara yang berjudul Q&A. Program
Q&A ini berisikan tanya-jawab kepada narasumber yang dihadirkan dan
pertanyaan-pertanyaan itu berikan oleh para panelis maupun host. Meskipun
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat kritik tetapi mereka mampu untuk
memilih kata, menyampaikannya dengan cara yang benar serta memperhatikan
konteks sehingga pertanyaan itu terdengar lebih santun dan tidak terjadi
kesalahpahaman.
Gelar wicara ini merupakan program baru di Metro TV yang disarkan
pertama kali pada tanggal 27 November 2017. Acara ini disiarkan setiap hari
Minggu pukul 19.05 wib. Dipandu oleh satu Host bernama Andini Effendi, dan
memiliki beberapa panelis yang berjumlah 5-9 orang, serta beberapa narasumber
yang dihadirkan. Meskipun program baru tetapi yang menarik dari acara ini karena
tidak hanya persoalan politik dan ekonomi, diangkat pula topik yang sedang viral
dikalangan anak muda. Tidak seperti program gelar wicara lainnya yang bertugas
memberikan pertanyaan hanya host maupun panelis yang berhubungan dengan
topik, sedangkan Q&A ini panelis-panelis yang dihadirkan dari berbagai kalangan
seperti artis, seniman, komedian, seorang, ahli, mahasiswa, dan sebagainya. Maka
pertanyaan yang diberikan bisa mewakili penonton-penonton yang tidak semuanya
memahami topik yang dibahas. Selain itu, dengan kehadirannya panelis yang
beragam ini membuat suasana menjadi lebih santai, seru, dan menarik, karena
terkadang diselipkan beberapa candaan.
Penelitian ini menggunakan sistem acak untuk memilih judul yang akan
dianalisis. Pemilihan difokuskan pada bulan Juli hingga Oktober dan terdapat 14
tema yang berpotensi untuk dipilih. Dari 14 tema itu, terpilihlah tiga tema untuk
dianalisis yaitu ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI
dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang
tanggal 6 Oktober 2019.
Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif
dengan mengaplikasikan teori prinsip kesantunan Leech. Pada teori ini Leech
membaginya menjadi enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesetujuan, dan
3
maksim kesimpatian. Selain itu, penelitian ini juga akan meneliti bagaimana
bentuk-bentuk pada realisasi pematuhan prinsip kesantunan berdasarkan acara gelar
wicara Q&A di Metro TV serta implikasi terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah
penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa tidak hanya dapat
ditemukan di interaksi sehari-hari, melainkan dapat kita jumpai pula dalam
percakapan televisi, misalnya interaksi yang terjadi dalam acara gelar
wicara.
2. Realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dapat diimplikasikan
sebagai bahan ajar di kelas.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian yang akan dilakukan ini
dibatasi pada tuturan-tuturan narasumber yang merealisasikan pematuhan prinsip
kesantunan dalam acara gelar wicara Q&A di Metro TV.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa pada acara
gelar wicara Q&A di Metro TV dalam tema ‘Pasukan Gadjah Mada’
tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal
29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober
2019.
2. Bagaimana implikasi realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa
pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV dalam tema ‘Pasukan Gadjah
Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang
tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6
Oktober 2019 terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
4
Suatu penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian
tersebut, maka tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah d atas
sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan realisasi pematuhan prinsip kesantunan
berbahasa pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV pada ‘Pasukan
Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’
tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang
tanggal 6 Oktober 2019.
2. Untuk mendeskripsikan implikasi realisasi pematuhan prinsip
kesantunan berbahasa pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV pada
‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan
Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’
tayang tanggal 6 Oktober 2019 terhadap pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dalam
ilmu pragmatik, khususnya tentang prinsip kesantunan Leech.
b. Diharapkan dapat menambah referensi ilmiah mengenai penelitian
penggunaan prinsip kesantunan dalam acara gelar wicara.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Bahasa
dan Sastra Indonesia mengenai pragmatik, khususnya prinsip
kesantunan Leech.
b. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti
selanjutnya yang ingin menganalisis tentang prinsip kesantunan pada
objek yang berbeda.
5
BAB II
TEORITIS
A. Hakikat Pragmatik
Pragmatik merupakan studi yang mempelajari tentang hubungan bahasa
dengan konteks yang melatarbelakangi sebuah ujaran antara mitra tutur dan
penutur. Konteks digunakan untuk memahami makna sebuah ujaran lebih dalam.
Untuk lebih lengkapnya pengertian tentang Pragmatik, berikut pengertian dari
beberapa ahli.
Menurut George yule dalam Indah Fajar (2014:3) mengatakan bahwa
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis
dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.1 Pada pengertian ini, menyebutkan
jika Pragmatik mempelajari apa maksud yang terkandung dalam tuturan, yang
disampaikan oleh penutur. Kemudian, makna dalam tuturan ini ditafsirkan oleh
pendengar. Jadi, dapat dikatakan jika Pragmatik mempelajari bagaimana cara mitra
tutur menginterpretasikan makna sesuai yang dimaksudkan penutur karena bisa saja
penafsiran mitra tutur tersebut berbeda.
George Yule juga menambahkan bahwa Pragmatik ini merupakan studi
pencarian makna tersamar, sebab apa yang tidak dikatakan bisa menjadi bagian
yang disampaikan.2 Disebutkan seperti itu karena tidak jarang penutur yang tidak
langsung memberitahukan maksud yang diinginkan, sehingga mitra tutur harus
mencari makna selain yang disampaikan itu. Sehingga, dengan Pragmatik ini mitra
tutur dapat memahami makna yang dimaksudkan penutur ketika mereka sedang
berbicara.
Sejalan dengan pendapat George Yule, menurut Stephen C. Levinson
(1990) menyatakan bahwa pragmatik membahas segala aspek makna ucapan yang
1 George Yule (penerjemah Indah Fajar Wahyuni), Op.cit., h. 3 2 Ibid, hlm. 4
6
tidak dapat dijelaskan secara tuntas pada kebenaran kalimat yang diucapkan.3 Oleh
karena itu, mitra tutur diharuskan dapat mengetahui aspek makna yang tidak
dijelaskan itu.
Goeffrey N. Leech (1983:6) dikutip dalam Kunjana Rahardi (2016)
menyebutkan bahwa “Pragmatik sebagai suatu telaah makna dalam hubungannya
dengan aneka situasi ujaran.”4 Seperti yang sudah disebutkan bahwa mitra tutur
harus dapat memahami makna dari yang tidak diucapkan penutur, maka Leech
menjelaskan jika memahami suatu makna itu dapat dihubungkan dengan aneka
situasi tuturan.
Menurut Charles Moris (1938) pragmatik adalah language in use, studi
terhadap makna ujaran dalam situasi tertentu.5 Sama halnya dengan Leech, Charles
Moris juga mengatakan kalau makna ujaran bisa dipahami dengan situasi ujaran.
Sehingga, suatu ujaran tidak hanya diartikan berdasarkan kalimat saja tetapi juga
perlu melihat pada situasi disekitar ujaran.
Kasher (1998), pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut diintegrasikan ke dalam konteks.6
Berbeda dengan Moris dan Leech, Kasher menyebut situasi ujaran dengan konteks.
Tetapi, pengertian yang diberikan sama seperti pakar bahasa lainnya, bahwa
pragmatik menelaah bagaimana bahasa digunakan yang kemudian disesuaikan ke
dalam konteks, seperti siapa mitra tuturnya, di mana, dan dalam situasi apa.
Fromkin & Rodman (1983) dalam Tarigan (1990) mengatakan bahwa
pragmatik rujukannya bersandar pada keadaan-keadaan ucapan tersebut dan hanya
dapat dipahami bila seseorang mengenal serta memahami situasi serta kondisi
ujaran tersebut.7 Dalam Fromkin & Rodman ini, konteks dijelaskan sebagai
keadaan-keadaan yang hanya dapat dimengerti bila saling mengenal dan
3 Kunjana Rahardi, dkk, Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa,
(Jakarta: Erlangga. 2007), h. 17
Kunjana Rahardi dkk, Pragmatik., h. 17 4 Ibid, h. 17 5 T. Fatimah Djajasudarma, Wacana & Pragmatik, (Bandung: PT Refika Aditama,
2012), h. 60 6 Ida Bagus Putrayasa, Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 1 7 Kunjana Rahardi dkk, Op.cit., h. 18
7
memahami keadaan tersebut. Jadi, apabila dua orang atau lebih yang saling
mengenal tetapi tidak dapat memahami situasi dan kondisi ujaran maka tidak dapat
mengetahui makna dari maksud ujaran tersebut, begitupun sebaliknya. Sehingga,
untuk dapat memahami makna dari maksud ujaran harus memperhatikan situasi dan
kondisi ujaran serta saling mengenal.
Nuri Nurhaidah (2014:22) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yang ditentukan oleh konteks dan
situasi yang melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam komunikasi yang
merupakan dasar penentuan pemahaman maksud penggunaan tuturan oleh penutur
dan mitra tutur.8 Eksternal yang dimaksud sama seperti konteks sosial atau konteks
di luar bahasa. Faktor eksternal ini digunakan penutur dan mitra tutur sebagai dasar
untuk memahami maksud tuturan. Konteks dan situasi yang melatarbelakangi
bahasa tersebut dapat berupa pengetahuan, pengalaman, persoalan yang
dipraanggapkan, situasi, waktu, tempat, dan juga jarak hubungan keduanya.
Setelah melihat pendapat beberapa ahli, pragmatik seakan menyulitkan dan
mematahkan semangat dalam berkomunikasi karena studi ini mengharuskan kita
untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka.9 Masyarakat
akan beranggapan bahwa untuk memulai sebuah percakapan memerlukan usaha
besar. Terlebih ketika berkomunikasi dengan orang baru karena belum mengetahui
konteks serta situasi ujaran untuk memahami maksud ujaran tersebut.
B. Hakikat Konteks
Berdasarkan hakikat pragmatik di atas, dikatakan bahwa pragmatik adalah
studi yang mempelajari tentang memahami makna dari maksud tuturan berdasarkan
dengan konteks yang melatarbelakanginya. Pada subbab ini akan lebih diperjelas
pengertian konteks yang dikutip dari beberapa pendapat ahli bahasa.
Mey dalam Nadar (2013) mendefinisikan konteks sebagai “situasi
lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat
8 Nuri Nurhaidah, Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia,
(Yogyakarta: Smart Writing, 2014), h. 22 9 George Yule (penerjemah Indah Fajar Wahyuni), Op.Cit., h. 6
8
berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami.”10 Konteks tidak
hanya diartikan sebagai keadaan atau situasi ujaran tetapi bisa dikaitkan dengan
segala aspek luar bahasa yang dapat digunakan untuk memahami ujaran ketika
berinteraksi.
Malinowsky (1923) yang dikutip Verschueren (1998: 76) mengatakan,
“exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistics
context is mere figment and stand for nothing by itself, so in the reality of a spoken
living tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation”.11
(pada realita bahasa lisan atau tulis, sebuah kata tanpa konteks linguistik
hanyalah isapan jempol dan tidak berdiri sendiri, jadi dalam realita kehidupan
bahasa lisan, ujaran tersebut tidak memiliki makna kecuali dalam konteks situasi).
Dengan kata lain, ketika berkomunikasi lisan maupun tulis apabila tidak
dikaitkan dengan konteks maka ujaran itu tidak berarti apa-apa karena tidak
memiliki makna. Jadi, konteks sangat berperan penting dalam ujaran untuk
memberikan makna dan untuk dipahami penutur atau mitra tutur.
Wijana (1996: 11) mendefinisakan konteks sebagai semua latar belakang
pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan mitra tutur.12 Konteks dipahami
sebagai semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan
mitra tutur, baik yang sudah dekat maupun yang baru bertemu. Penutur dan mitra
tutur yang baru bertemu bisa berkomunikasi dengan baik apabila memiliki latar
belakang pengetahuan yang sama karena akan lebih mudah untuk memahami
makna dari maksud ujaran tersebut, walaupun hanya sebatas pengetahuan umum.
Verschueren (1998: 76) dalam Kunjana Rahardi (2016) menjelaskan bahwa
pesan untuk dapat sampai kepada mitra tutur dari penutur selain ditentukan
keberadaan konteks linguistik, juga konteks dalam pengertian luas, yang mencakup
latar belakang fisik tuturan, latar belakang sosial tuturan, dan latar belakang mental
10 F.X Nadar, Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), h. 3- 4
11 Kunjana rahardi dkk, Op.cit., h.28 12 Ibid, h. 41
9
penuturnya.13 Pada bagian lain, berkaitan dengan ini, Verschueren (1998) dalam
Kunjana Rahardi (2016) menjelaskan lebih lanjut konteks dalam pengertian luas
tersebut, bahwa penutur dan mitra tutur berkaitan dengan usia, jenis kelamin, latar
belakang pendidikannya, latar belakang kulturnya, latar belakang sosialnya, latar
belakang ekonominya, dan juga latar belakang fisik, psikis, atau mental.14
Verschueren menambahkan beberapa aspek yang termasuk ke dalam konteks yang
bisa digunakan untuk memahami makna tuturan, yaitu usia, jenis kelamin, latar
belakang Pendidikan, latar belakang kultur, latar belakang sosial, latar belakang
ekonomi, dan latar belakang fisik, psikis atau mental. Aspek-aspek ini bisa
memberikan pemahaman lebih mengenai konteks.
Leech dalam Nadar (2013) mendefinisikan “Konteks merupakan aspek-
aspek yang berhubungan dengan lingkungan, situasi, sosial dalam sebuah tuturan,
pengetahuan latar belakang, yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur
sehingga mampu menghasilkan makna tuturan”.15 Leech juga mengartikan jika
makna tuturan bisa dipahami bila melihat aspek-aspek yang berhubungan dengan
lingkungan, situasi, sosial, dan pengetahuan latar belakang yang dimiliki bersama.
Aspek-aspek tersebut yang dinamakan dengan aspek di luar bahasa yang harus
dipahami ketika berinteraksi.
Muhadjir (2017: 231) menjelaskan tentang tiga sumber pengetahuan yang
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam berkomunikasi bagi penutur dan
mitra tutur. yaitu bisa diperhitungkan dari konteks fisik, bisa diambil dari apa yang
dikatakan sebelumnya, dan bisa diambil dari latar belakang atau pengetahuan
umum.16 Penjelasan Muhadjir (2017) tentang konteks ada sedikit perbedaan dari
yang lain, ia mengatakan sumber yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
berkomunikasi salah satunya yaitu bisa diambil dari apa yang dikatakan
sebelumnya. Hal ini karena ketika berkomunikasi tidak hanya kondisi atau
peristiwa yang terjadi saat itu yang digunakan sebagai acuan tetapi ada pula
13 Kunjana rahardi Op.cit., h. 28 14 Ibid, h. 29 15 F.X. Nadar, Op. Cit., h. 53
16 Markoem, Muhadjir, Semantik dan Pragmatik, (Tangerang: Pusaka Mandiri, 2017), h.
231
10
kejadian lampau yang digunakan sehingga penutur dan mitra tutur harus
mengetahuinya untuk memahami makna tuturan tersebut.
Gagasan dari Dell Hymes (1972) dalam Sumarsono dkk. (2004) bisa
menjadi acuan dan diperhatikan ketika berbicara konteks, Hymes membaginya ke
dalam 16 komponen yang kemudian dimunculkan dalam ungkapan “SPEAKING”,
dijabarkan sebagai berikut.17
S = situation, mencakup latar (setting) dan suasana (scene).
P = participant, mencakup penutur (speaker, sender), pengirim (addressor),
pendengar (hearer, receiver, audience), penerima (addressee).
E = end (tujuan), mencakup maksud-hasil (purpose-outcome), maksud-tujuan
(purpose-goal).
A = act sequence (urutan tutur), mencakup bentuk pesan (messege form), isi
pesan (messege content).
K = key (kunci tuturan), mencakup gaya bahasa, cara menyampaikan gagasan,
formal atau non-formal.
I = instrumental, mencakup saluran (channel) seperti media yang digunakan
saat terjadinya tuturan.
N = norms, mencakup norma interaksi (norm of interaction), norm of
interpretation (norma interpretasi).
G = genre (variasi bahasa), mencakup variasi bahasa yang digunakan saat
berkomunikasi.
Dengan demikian, menurut peneliti apa yang dimaksud dengan konteks
yaitu semua aspek di luar bahasa seperti aspek situasi, usia, jenis kelamin, latar
belakang pendidikannya, latar belakang kulturnya, latar belakang sosialnya, latar
belakang ekonominya, latar belakang fisik, psikis, atau mental, latar belakang
pengetahuan yang dipahami bersama, serta aspek lainnya di luar bahasa yang bisa
dijadikan acuan untuk memahami makna dari tuturan.
C. Kesantunan
17 Kunjana rahardi, Op.cit., h. 47
11
Berdasarkan hakikat konteks di atas, aspek-aspek konteks sangat berperan
terhadap keberhasilan dalam memahami makna dari maksud tuturan saat
berinteraksi. Dengan konteks ini pula penutur dapat mempertimbangkan cara
berbicara. Terkadang apa yang ingin disampaikan akan diartikan berbeda ketika
cara penyampaiannya tidak sesuai. Jadi salah satu cara agar hubungan sosial terjalin
dengan baik dan nyaman, kita harus berbahasa yang baik dan benar serta santun.
Beberapa definisi tentang kesantunan sudah banyak dibahas oleh para ahli bahasa,
sebagai berikut.
Definisi yang diberikan oleh Grundy dalam Diemroh Ihsan (2011: 115)
mengatakan bahwa Politeness atau kesopanan menggambarkan hubungan antara
bagaimana cara pembicara mengatakan sesuatu dan penilaian pendengar atau lawan
bicaranya dikaitkan dengan cara bagaimana seyogyanya ungkapan itu
disampaikan.18 Berdasarkan definisi yang diberikan Grundy, ketika berkomunikasi
penutur harus dapat menyampaikan ujaran secara tepat sesuai dengan jenis ujaran
tersebut, karena akan berpengaruh pada santun tidaknya terhadap mitra tutur.
Misalnya ketika seseorang menyampaikan berita duka tetapi dengan penyampaian
yang terlihat bahagia, maka pendengar atau mitra tutur akan menilai penutur tidak
punya rasa empati.
Dengan adanya kesantunan akan mengurangi perselisihan dan membuat
suasana nyaman selama komunikasi berlangsung. Seperti yang dikatakan George
Yule, kesopanan adalah suatu sistem hubungan antarmanusia yang diciptakan untuk
mempermudah hubungan dengan meminimalkan potensi konflik dan perlawanan
yang melekat dalam segala kegiatan manusia.19 Kesantunan dapat meminimalkan
perselisihan sebab dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta santun,
menandakan penutur menghormati mitra tuturnya. Hal ini disebutkan oleh Baryadi
18 Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis Wacana dan Guru Bahasa, (Palembang:
Universitas Sriwijaya, 2011), h. 115 19 George Yule (penerjemah Indah Fajar Wahyuni), Pragmatik (terjemahan),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 183
12
(2003:1) mengatakan bahwa kesantunan sebagai salah satu wujud penghormatan
seseorang kepada orang lain.20
Brown and Levinson (2002: 426) mengatakan bahwa kesopanan selalu ada
di dalam masyarakat, namun penilaian seseorang sopan atau tidaknya setiap
wilayah berbeda-beda. Sebagai contoh ketika seseorang berasal dari Batak yang
masyarakatnya sudah terbiasa berbicara dengan nada keras tetap dinilai sopan,
tetapi ketika individu tersebut datang ke jawa memakai nada keras saat berbicara
akan dianggap tidak sopan. Sehingga penilaian kesopanan dalam masyarakat di
setiap wilayah tidak sama. Seperti kutipan berikut:
Politeness phenomena as ‘universal principles of human interaction’
(Gumperz’ preface to Brown and Levinson 1978/1987: xiii), although the
expression of politeness may, of course, differ from society to society and also
between groups within society.21
(Femomena kesopanan sebagai prinsip universal dari interaksi manusia,
meskipun ekspresi kesopanan tentu saja berbeda dari masyarakat ke masyarakat dan
juga antara kelompok dalam masyarakat).
Leech (1993) dalam Agung Pramujiono (2011), bahwa kesantunan
merupakan suatu strategi untuk menghindari konflik, menjaga dan
mempertahankan rasa hormat.22 Menurut Leech kesantunan membantu seseorang
menghindari konflik dan mempertahankan rasa hormat, karena dengan berbicara
secara santun, baik dan benar, peserta tutur sudah menghormati orang lain dan
meminimalkan rasa tersinggung perasaan orang lain.
Alan Cruse (2005: 131) mendefinisikan kesopanan, seperti kutipan berikut:
Politeness Insofar as linguistic behaviour is concerned, politeness is a
matter of minimising the negative effects of what one says on the feelings of others
20 Asim Gunarwan, Pragmatik: Teori Dan Kajian Nusantara, (Jakarta: Universitas
Atma Jaya, 2007), h. 260
21 S.C. Levinson, Pragmatics (dalam The Linguistics Encyclopedia, Second
Edition), (New York: Routledge, 2002), h. 426 22 Agung Pramujiono, Kongres International Masyarakat Linguistik Indonesia
(KIMLI) 2011, Bahasa dan Pembangunan Karakter Bangsa, (Bandung: UPI Press, 2011), h.
235
13
and maximising the positive effects (known as ‘negative politeness’ and ‘positive
politeness’ respectively).23
(Kesopanan menyangkut tindakan linguistik, Kesopanan adalah masalah
meminimalkan efek negatif dari apa yang dikatakan seseorang pada perasaan orang
lain dan memaksimalkan efek positif (masing-masing dikenal sebagai ‘kesantunan
negatif’ dan ‘kesantunan positif’)).
Pendapat Alan Cruse di atas mengatakan kesopanan sebagai cara mitra tutur
atau penutur untuk mengurangi efek negatif ujaran yang kurang baik ketika
berinteraksi dan juga memaksimalkan efek positif, karena peserta tutur sudah
meminimalkan perasaan tersinggung orang lain.
Geoffrey Leech (2011: 206) mendefinisikan sopan santun sebagai kegiatan
yang dilakukan oleh “diri” (penutur) dan “lain” (petutur), selain itu penutur juga
dapat menunjukkan sopan santun kepada pihak ketiga yang hadir ataupun tidak
hadir dalam situasi ujar bersangkutan.24 kesopanan diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan penutur dan mitra tutur ketika berkomunikasi. Selain itu, Leech juga
menyebutkan sopan santun kepada orang ketiga baik yang hadir secara fisik
ataupun yang hanya disebutkan oleh peserta tutur karena terkadang pihak ketiga
hadir atau dibicarakan saat berlangsungnya interaksi. Kemudian, Leech (2011: 206)
menambahkan, penting tidaknya perilaku sopan santun yang kita tunjukkan kepada
pihak ketiga beragam sekali dan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu apakah pihak
ketiga hadir atau tidak; dan apakah pihak ketiga di bawah pengaruh “diri” atau di
bawah pengaruh “lain”.25 Perilaku sopan santun peserta tutur kepada orang ketiga
yang hadir lebih penting dibandingkan kepada yang tidak hadir, sebab orang ketiga
tersebut mendengar langsung ujaran peserta tutur sehingga lebih tinggi
kemungkinannya untuk tersinggung. Sementara itu, faktor lainnya, peserta tutur
lebih perlu melakukan sopan santun kepada orang ketiga di bawah pengaruh orang
lain karena tidak terlalu mengenal.
23 Alan Cruse, A Glossary of Semantics and Pragmatics, (Edinburgh: Edinburgh
University Press, 2005), h. 131 24 Geoffrey Leech (penerjemah M.D.D. Oka), Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI Press,
2011), h. 206 25 Ibid., h. 206
14
Politeness can also be either speaker-oriented or hearer-oriented. Speaker-
oriented politeness involves not saying things about oneself that would place one
in a favourable position relative to the hearer; boasting, for instance, is for this
reason inherently impolite. Utterances which directly involve the hearer fall into
the domain of hearer-oriented politeness. Leech proposes a general ‘Politeness
Principle’: Minimise the expression of impolite beliefs.26
(Kesantunan juga bisa berorientasi pada pembicara atau berorientasi pada
pendengar. Kesantunan yang melibatkan berorientasi pada pembicara tidak
mengatakan hal-hal tentang diri sendiri yang akan menempatkan seseorang pada
keuntungan dibandingkan dengan pendengar; membual, misalnya, karena alasan ini
pada dasarnya tidak sopan. Tuturan yang secara langsung melibatkan pendengar
termasuk dalam ranah kesantunan yang berorientasi pada pendengar. Leech
mengusulkan ‘Prinsip Kesantunan’ umum: Meminimalkan ekspresi percaya diri
yang tidak sopan).
Kesantunan dibagi menjadi dua yaitu berorientasi-pembicara (penutur) atau
berorientasi-pendengar. Ujaran yang melibatkan berorientasi-pembicara tidak
boleh memuji diri sendiri atau merendahkan pendengar karena merugikan
pendengar maka dapat dikatakan ujaran pembicara tersebut tidak sopan. Sehingga,
pembicara harus meminimalkan rasa percaya diri atau memuji dirinya.
Robin Lakoff (1973) mengatakan tuturan dapat dikatakan santun bila
memenuhi tiga buah kaidah, yaitu formalitas (formality) berarti tidak terdengar
memaksa atau angkuh, ketidaktegasan (hesitancy) berarti memberi pilihan kepada
mitra tutur, dan persamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie) berarti
bertindaklah seolah-olah menjadi sama.27 Ketika berinteraksi apabila ingin
dikatakan santun, peserta tutur tidak boleh memaksa atau terkesan sombong,
memberikan pilihan karena tidak akan membuat orang lain terbebani dan
melakukannya secara suka rela, serta memberikan kesan jika kita merasakan apa
yang orang lain rasakan.
26 Alan Cruse, Op.Cit., h. 131 27 Abdul chaer, Kesantunan Berbahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2018), h. 46
15
Bruce Fraser (1978) kesantunan adalah property yang diasosiasikan dengan
tuturan dan di dalam hal ini penutur atau mitra tutur tidak melampaui haknya seperti
bertanya atau memerintah, serta memenuhi kewajibannya seperti menjawab.28
Yang dimaksud disini yaitu kesantunan merupakan bagian dari tuturan. Tuturan
dikatakan santun apabila penutur atau mitra tutur tidak bertanya atau memerintah
secara berlebihan karena ada pertanyaan yang boleh ditanyakan dan ada yang tidak
pantas ditanyakan. Serta, peserta tutur wajib untuk menjawab, jika tidak menjawab
dapat dikatakan tindakan tidak santun. Namun, apabila pertanyaan yang diberikan
tidak santun, peserta tutur berhak untuk tidak menjawab.
Brown dan Levinson (1978) mengatakan teori kesantunan berbahasa itu
berkisar atas nosi muka (face). Nosi muka ini harus dijaga, dipelihara, tidak boleh
direndahkan orang, dan sebagainya. Muka itu ada dua segi yaitu muka negatif dan
muka positif yang selanjutnya dibagi menjadi kesantunan negatif untuk menjaga
muka negatif serta kesantunan positif untuk menjaga muka positif. 29 Brown dan
Levinson sedikit berbeda mengartikan kesantunan, ia berfokus pada muka (dalam
arti kiasan) mitra tutur maupun penutur. Kemudian, Brown dan Levinson
menambahkan, muka negatif yang dimaksud Brown dan Levinson yaitu mengacu
pada citra diri peserta tutur yang berkeinginan melakukan sesuatu secara bebas.
Sedangkan, muka positif yaitu mengacu pada citra diri peserta tutur yang
berkeinginan untuk dihargai apa yang dimilikinya atau yang dilakukannya.30 Jadi,
apabila saat berinterinteraksi penutur atau mitra tutur memberi kebebasan atau
membiarkan melakukan kegiatannya maka peserta tutur sudah menjaga muka
negatif dan berbuat santun. Sementara itu, jika peserta tutur menghargai apa yang
dimiliki atau yang diyakini orang lain maka sudah menjaga muka positif dan juga
santun. Sehingga, tuturan peserta tutur yang menjaga muka negatif dan muka
negatif itu dapat dikatakan sebagai kesantunan negatif untuk menjaga muka negatif,
dan kesantunan positif untuk menjaga muka positif.
28 Abdul Chaer, Op.Cit., h. 47 29 Abdul Chaer, Op.cit, h. 49 30 Ibid, h. 49-51
16
Pranowo (2009), kesantunan sebagai bentuk pemahaman peserta tutur
terhadap pranata sosial serta pranata bahasa yang berlaku dalam masyarakat,
sehingga penutur atau mitra tutur berusaha memilih kata, menyusun kalimat,
penggunaan intonasi, dan penggunaan nada bicara, agar tidak menyinggung
perasaan orang lain.31 Jadi, peserta tutur tidak hanya memahami kaidah bahasa saja
tetapi juga menyesuaikan dengan aturan yang berlaku di masyarakat sehingga mitra
tutur dan penutur dapat berbicara secara baik dan benar serta santun, dengan cara
memilih kata, kalimat, intonasi, dan nada bicara yang sesuai agar tidak
menyinggung orang lain.
Pranowo (2005) juga menambahkan agar komunikasi terasa santun,
ditandai dengan angon rasa, adu rasa, empan papan, sifat rendah hari, sikap hormat,
dan sikap tepa selira. Dijelaskan sebagai berikut.32
1) Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat
membuat hati mitra tutur berkenan (angon ras).
2) Pertemukan perasaan anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi
komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan (adu
rasa).
3) Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur
sedang berkenan hati (empan papan).
4) Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di
hadapan mitra tutur (sifat rendah hati).
5) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan
pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat).
6) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan
kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur (sikap tepa selira).
Leech (1983), kesantunan diartikan berdasarkan prinsip kesantunan
(politeness principles), yang dijabarkan menjadi enam maksim, yaitu 1) maksim
kebijaksanaan (Tact maxim), 2) maksim kedermawanan (generosity maxim), 3)
31 Pranowo, Berbahasa secara santun, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012),
h. 31 32 Pranowo, Ibid, h. 103
17
maksim pujian (approbation maxim), 4) maksim kerendahan hati (modesty maxim),
5) maksim kesetujuan (agreement maxim), 6) maksim kesimpatian (symphaty
maxim).33 Jika Brown dan Levinson mengartikan kesantunan berkaitan dengan nosi
muka, berbeda halnya dengan Leech, ia menganggap santun tidaknya tuturan
berdasarkan prinsip kesantun yang terdiri dari beberapa maxim. Maxim-maxim ini
digunakan untuk mengukur santun tidaknya peserta tutur berdasarkan pengertian
Leech.
D. Prinsip Kesantunan
Seperti yang sudah disebutkan di depan, bahasan di dalam penelitian ini
didasarkan pada teori Leech (1938). Leech (1983), mengatakan jika kesantunan
diartikan berdasarkan prinsip kesantunan (politeness principles), yang dijabarkan
menjadi enam maksim, yaitu 1) maksim kebijaksanaan (Tact maxim), 2) maksim
kebijaksanaan (generosity maxim), 3) maksim pujian (approbation maxim), 4)
maksim kerendahan hati (modesty maxim), 5) maksim kesetujuan (agreement
maxim), 6) maksim kesimpatian (symphaty maxim).34 Maxim-maxim ini
digunakan untuk mengukur santun tidaknya peserta tutur berdasarkan pengertian
Leech. Maka pada subbab ini, dijabarkan keenam maksim tersebut, sebagai berikut.
1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan
adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip
untuk selalu mengurangi kerugian orang lain dan memaksimalkan
keuntungan orang lain dalam kegiatan bertutur. 35
Maksim kebijaksanaan pembicara harus memikirkan orang lain
terlebih dahulu daripada memikirkan dirinya sendiri. Karena dalam budaya
dan masyarakat tertentu, mengedepankan pada diri sendiri adalah tindakan
yang sangat tidak bijaksana dan merugikan orang lain. Dengan begitu kita
bisa memaksimalkan keuntungan orang lain, dan meminimalkan kerugian
orang lain.
33 Abdul Chaer, Op.cit, h. 56 34 Ibid, h.56 35 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 58
18
Menurut Nadar (2008) sikap yang bisa dilakukan penutur misalnya
menjanjikan, bersumpah, menawarkan, dan memanjatkan doa. Selain itu
pendengar atau lawan bicara dapat melakukan kepada penutur seperti
memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menyuruh,
menganjurkan, menasihatkan. 36
Jadi dimensi dalam maksim kebijaksanaan atau tact maxim adalah
orientasi pada dimensi orang lain atau others, bukan dimensi diri sendiri
atau self.
Contoh:
(a) Tuan rumah : “Silakan makan saja dulu, nak!
Tadi kami semua sudah mendahului.”
Tamu : “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”
Pada contoh di atas, tuan rumah mempersilahkan tamunya untuk makan
terlebih dahulu dengan alasan mereka sudah makan sebelum tamunya
datang. Tuan rumah lebih mementingkan tamunya daripada dirinya sendiri.
Sehingga tuan rumah dikatakan memaksimalkan keuntungan lawan
bicaranya, dan meminimalkan kerugian lawan bicaranya.
2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian diri
sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan ini berpusat pada
penutur.37 Jadi, tuturan akan menjadi santun apabila penutur merugikan
dirinya sendiri, seperti menawarkan dirinya untuk keuntungan mitra tutur.
Contoh:
(a) Anak kos A: “Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak
banyak, kok, yang kotor.
Anak kos B : “Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci
juga, kok.”
Berdasarkan contoh di atas, Anak kos A melihat cucian Anak kos B
yang banyak sehingga A merasa iba dan ingin membantu mencucikan
36 Kunjana Rahardi, Op.Cit., Ibid, h. 60 37 Geoffrey Leech (penerjemah M.D.D. Oka), Op.cit, h. 209
19
pakaian B. Namun B menolak karena merasa tidak enak. Anak kos A
dikatakan menerapkan maksim kedermawanan karena A sudah
bersikap baik dan merasa iba kepada B.
3. Maksim Pujian (Approbation Maxim)
Maksim pujian atau Approbation Maxim menurut Leech (1983)
merupakan maxim yang mengharuskan penutur untuk memaksimalkan
pujian atau penghargaan untuk lawan bicaranya, dan meminimalkan atau
menghilangkan ejekan ketika berbicara, Leech (1983). 38
Jadi, dengan maksim ini diharpkan peserta tutur tidak mengejek,
mencaci, atau merendahkan pihak satu sama lain ketika berinteraksi.
Contoh:
(a) Dosen A : “Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas
Business English.”
Dosen B : “Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali
dari sini.
Contoh di atas menjelaskan situasi percakapan antara Dosen A dan
Dosen B. Pada saat percakapan berlangsung, dosen A memberitahu
bahwa ia sudah selesai mengajar di kelas Business English memakai
bahasa inggris, lalu B mengatakan bahwa bahasa inggrisnya sangat
bagus. Percakapan itu termasuk maksim penghargaan karena B memuji
A, dengan tidak merendahkan ataupun mengejek bahasa inggrisnya.
4. Maksim Kerendahan hati (Modesty Maxim)
Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati,
peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi
pujian terhadap dirinya sendiri.39 Karena semakin banyak memuji dirinya
sendiri, atau semakin banyak mengunggulkan dirinya sendiri, maka
semakin dianggap tidak santun orang itu.
Contoh:
(a) Sekretaris A : “Dik, nanti rapatnya dibuka dengan doa dulu, ya!
38 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 62 39 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 64
20
Anda yang memimpin!”
Sekretaris B : “Ya, Mbak. Tapi, saya jelek, lho.”
Contoh di atas, dikatakan memenuhi maksim kesederhanaan karena
sekretaris A yang meminta sekretaris B untuk memimpin rapat namun
Sekretaris B menjawab dengan merendahkan dirinya. Sehingga sekretaris B
sudah mengurangi pujia untuk dirinya sendiri.
5. Maksim Kesetujuan (Agreement Maxim)
Di dalam Leech (1983) ditegaskan bahwa demi tercapainya maksim
kesetujuan, orang harus bersedia meminimalkan ketidaksetujuan antara
dirinya dengan orang lain, dirinya sendiri dengan mitra tuturnya.
sebaliknya, dia juga harus bersedia memaksimalkan kesetujuan antara
dirinya dengan pihak yang lain. Dengan perkataan lain, sesungguhnya di
antara penutur dan mitra tutur itu harus ada kesamaan upaya untuk saling
memaksimalkan kecocokan dan meminimalkan ketidakcocokan.40
Jadi, Maksim permufakatan seseorang untuk memaksimalkan
menyetujui tuturan orang lain, dan meminimalkan menyetujui tuturan
sendiri dengan orang lain. Sehingga seseorang tidak dikatakan egois ketika
berbicara dengan orang lain.
Contoh:
(a) Noni : “Nanti malam kita makan bersama ya, Yun!”
Yuyun : “Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto.”
Berdasarkan contoh di atas, Noni mengajak Yuyun untuk makan malam
bersama. Lalu Yuyun mengiyakan atau menyetujui ajakan Noni. Sikap
Yuyun yang menyetujui ajakan Noni itu sudah menerapkan maksim
permufakatan.
6. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim)
Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sampai
bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap sebagai orang yang
tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat. Kesimpatisan terhadap
40 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 63
21
pihak lain sering ditunjukkan dengan senyuman, anggukan,
gandengan tangan, dan sebagainya.41
Jadi, maksim kesimpatisan mengharuskan peserta tutur saling
bersikap simpati dan tidak sinis. Dengan rasa simpati ini peserta tutur akan
menciptakan suasana harmonis dan nyaman.
contoh
(a) Ani : “Tut, nenekku meninggal.”
Tuti : “Innalillahiwainnailaihi rojiun. Ikut berduka cita.
Contoh di atas, menggambarkan percakapan antara Ani dan Tuti
yang sudah berhubungan erat. Tuti bersimpati kepada Ani karena
neneknya meninggal. Jadi, Tuti sudah menerapkan maksim
kesimpatisan.
Dengan demikian, peserta tutur sudah dikatakan bersikap sopan dan
santun apabila memenuhi salah satu dari enam maksim kesantunan yang
disebutkan oleh Geoffrey N. Leech. Meskipun setiap wilayah memiliki
penilaian kesantunan masing-masing, tetapi ketika kita menerapkan keenam
maksim tersebut saat berinterkasi dengan orang lain dimana pun tetap dapat
dikatakan sopan dan santun.
E. Fitur-fitur Penanda Kesantunan
Faktor penentu kesantunan berbahasa dapat diidentifikasi sebagai berikut.42
1. Menggunakan tuturan tidak langsung biasanya terasa lebih santun jika
dibandingkan dengan tuturan secara langsung.
2. Pemakaian bahasa dengan kata-kata kias terasa lebih santun
dibandingkan dengan pemakaian bahasa yang lugas.
3. Ungkapan memakai gaya bahasa penghalus terasa lebih santun
dibandingkan dengan ungkapan biasa.
4. Tuturan yang dikatakan berbeda dengan yang dimaksud lebih santun
dibandingkan dengan diungkapkan secara langsung maksud yang
diinginkan.
41 Kunjana Rahardi dkk, Op.Cit., h. 65 42 Pranowo, Op.Cit., h. 79
22
5. Tuturan secara implisit biasanya lebih santun dibandingkan dengan
tuturan secara eksplisit.
Menurut Pranowo (2009) aspek yang menentukan santun tidaknya
pemakaian bahasa ditentukan oleh dua hal, yaitu bahasa verbal dan bahasa
non-verbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang berupa kata-kata atau
tuturan yang membentuk teks lisan maupun teks tulis. Bahasa non-verbal
berupa bahasa yang dinyatakan dengan tindakan, kinestik, kinestetik,
gestur, nada, intonasi, mimik, dan sebagainya.43 Penentu kesantunan
dalam bahasa verbal dapat ditentukan dalam pemilihan kata atau diksi dan
gaya bahasa. Pemillihan kata yang sesuai dengan topik yang dibicarakan,
konteks pembicaraan, mitra tutur, pesan yang akan disampaikan, bisa
membuat tuturan menjadi lebih santun. Seperti yang disebutkan oleh
Pranowo (2009), terdapat pilihan kata-kata tertentu yang dapat
mencerminkan rasa santun, antara lain.44
1. Gunakan kata “tolong” ketika ingin meminta bantuan kepada orang lain.
2. Gunakan kata “maaf” untuk mengungkapkan sesuatu yang diperkirakan
dapat menyinggung perasaan orang lain.
3. Gunakan frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan
orang lain.
4. Gunakan kata “berkenan” ketika meminta kesedian orang lain untuk
melakukan sesuatu.
5. Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai lebih
dihormati.
6. Gunakan kata “Bapak/Ibu” untuk menyebut orang kedua.
Ada pula penggunaan makna tuturan imperatif untuk menyatakan
suruhan, larangan, dan menyetujui serta menolak, ditandai dengan kata
tolong, coba, silakan, ayo, harap. Namun, untuk membuat makna tuturan
imperatif semakin santun, tuturan diungkapkan dengan tuturan deklaratif
43 Pranowo, Op.Cit., h. 15 44 Ibid, h. 104
23
dan interogatif karena biasanya mengandung bentuk ketidaklangsungan,
sehingga terasa lebih santun.45
Selain itu, ada pula penggunaan gaya bahasa sebagai salah satu penentu
santun tidaknya tuturan, sebagai berikut.46
1. Majas metafora
Majas metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan secara
langsung antara dua hal atau benda yang memiliki sifat sama dalam
bentuk kiasan, sehingga penutur mampu melukiskan atau
menggambarkan suatu objek secara kontras atau komparasi.
2. Majas personifikasi
Majas personifikasi digunakan untuk mengganti kata yang dimaksud
dengan suatu hal atau benda mati yang seolah memiliki sifat dan
karakteristik seperti manusia, agar efektif dan terasa santun karena
disampaikan secara tidak langsung. Majas ini biasanya digunakan untuk
tuturan yang berisi kritik, tetapi karena disampaikan secara tidak
langsung maka tidak terlalu menyakitkan.47
3. Majas peribahasa
Majas peribahasa digunakan untuk memperhalus tuturan yang
sebenarnya sangat keras, sehingga terdengar lebih santun. Penggunaan
majas ini terasa klise tetapi karena dipakai dalam konteks yang tepat
maka dapat meredam kemarahan.48
4. Majas perumpamaan
Majas perumpamaan merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua
hal yang berlainan, tetapi dianggap sama. Biasanya ditandai dengan
kata-kata, yaitu “seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, bagai,
bagaikan, serupa”, dan lain-lain. Majas perumpaan digunakan untuk
45 Desi Septiani, dkk, Kesantunan Imperatif Guru Bahasa Indonesia dalam
Pembelajaran di Kelas VII SMP, (e-jurnal, fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan, universitas
Lampung, 2018), h. 4 46 Pranowo, Op.Cit., h. 18-22 47 Ibid, h. 93 48 Ibid, h. 94
24
menyamarkan maksud supaya mitra tutur tidak merasa dipermalukan di
depan umum, sehingga terasa lebih santun.
5. Majas eufemisme
Majas eufemisme merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua
hal dengan pembanding yang lebih halus. Hal ini dimaksudkan untuk
mengganti uangkapan yang dipersepsikan menghina, menyinggung,
menyampaikan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi mitra tutur,
supaya diungkapkan lebih halus. Maka majas ini digunakan untuk
memperhalus penyampainan maksud yang sesungguhnya.
Selanjutnya, ada bahasa non-verbal yang ditandai dengan 1) intonasi
ketika berbicara seperti keras dan lembutnya intonasi, 2) nada bicara,
berkaitan dengan suasana hati penutur seperti nada bercanda, nada
mengejek, nada menyindir, 3) gerak-gerik anggota tubuh, seperti
gelengan kepala, acungan tangan, tersenyum, dan sebagainya, dan 4)
konteks situasi komunikasi.49
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian bahasa
supaya terdengar santun menurut Pranowo (2019), sebagai berikut.50
1. Penutur berbicara wajar dengan akal sehat
Tuturan yang santun tidak perlu dilebih-lebiihkan, berbicara secara
‘prasaja’, tidak mendikte, menggurui, dan tidak menyinggung orang
lain.
2. Penutur mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan
Tuturan menjadi santun apabila bertutur hanya berkaitan dengan
pokok masalah, tidak mencampuradukan pokok masalah yang
sedang dibicarakan dengan kepentingan lain.
3. Penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur
Tuturan dikatakan santun jika penutur selalu berprasangka baik
kepada mitra tutur.
4. Penutur bersikap terbuka dan menyampaikan kritik secara umum
49 Pranowo, Op.cit., h. 78 50 Ibid, h. 59-67
25
Tuturan akan santun jika penutur berbicara secara terbuka dan
apabila berisi kritikan, penutur tidak boleh mengkritik langsung atau
menunjuk secara khusus kepada satu individdu. Oleh karena itu,
penutur tidak harus menghindari penyampaian kritik, tetapi penutur
harus menyampaikannya secara terbuka, dan tidak ditunjukkan
secara langsung pada satu individu, maka tuturan masih terasa
santun.
5. Penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaan diri
secara lugas sambil menyindir
Tuturan tetap santun meskipun berupa sindiran jika penutur
menggunakan bentuk tuturan yang lugas, dan tidak perlu ditutup-
tutupi.
6. Penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi serius
Tuturan akan tetap santun meskipun masalah yang dibicarakan
bersifat serius, tetapi jika penutur mampu menyampaikan tuturan itu
dengan nada bercanda, baik candaan yang sifatnya agak keras dan
penuh sindiran. Sebab mitra tutur menangkap pesan yang
disampaikan, bukan kata-kata yang digunakan.
F. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya dengan mengangkat tema yang serupa. Adapun penelitian yang relevan
dengan penelitian ini, antara lain.
1. Senja Restu Alfirani, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta
tahun 2018, dengan judul “Realisasi Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam
Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VII”. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini, antara lain ditemukan tuturan penggunaan
prinsip kesantunan berbahasa dalam buku ajar Bahasa Indonesia revisi 2017
dan buku ajar Mahir Berbahasa Indonesia “MARBI” sebanyak 101 data.
Banyak ditemui dalam teks cerita fabel, perintah soal, kata-kata nasihat,
pantun, dan teks gurindam. Pertama, pada dua buku ajar bahasa Indonesia
revisi 2017. Pada buku ini, ditemukan 59 data yang mematuhi semua
26
maksim dalam prinsip kesantunan berbahasa. Kedua, pada buku ajar Mahir
Berbahasa Indonesia “MARBI”. Pada buku ini, ditemukan 42 data yang
mematuhi semua maksim dalam prinsip kesantunan berbahasa.51
Persamaan yang dilakukan penulis dengan penelitian ini yaitu sama-sama
meneliti
prinsip kesantunan berbahasa. Sedangkan, perbedaannya terletak pada
sumber datanya yaitu buku Ajar Bahasa Indonesia untuk siswa SMP kelas
VII dan tidak ada implikasinya terhadap pembelajaran.
2. Jolang Pramusinta Aji, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta
2020, dengan judul “Analisis Kesantunan Berbahasa Menurut Leech pada
Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia”. Hasil yang
didapatkan, antara lain sebanyak 16 tuturan yang mematuhi semua maksim
kesantunan dalam prinsip kesantunan berbahasa. Serta, 18 tuturan yang
mematuhi skala kesantunan.52
Persamaan dengan penelitian penulis ini yaitu sama-sama meneliti
kesantunan berbahasa. Perbedaannya dengan penelitian penulis ini yaitu
menggunakan skala kesantunan, sumber datanya pada tuturan Tokoh Nyai
Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia dan tidak ada implikasinya terhadap
pembelajaran.
51 Senja Restu Alfirani, Realisasi Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Buku Ajar
Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VII (Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammmadiyah Surakarta, 2018), h. 12 52 Jolang Pramusinta Aji, Analisis Kesantunan Berbahasa Menurut Leech pada
Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia, (Skripsi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2020), h. 20
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu alat atau prosedur berdasarkan teknik
yang dipilih dalam suatu penelitian. Fokus kajian dalam penelitian ini ialah
menganalisis realisasi pematuhan prinsip kesantunan berbahasa yang terdapat pada
acara gelar wicara Q&A di Metro Tv pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang
tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September
2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019.
Metode pada penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan
pendekatan kualitatif.
Sutedi (2011: 58) menyebutkan penelitian deskripsi yaitu penelitian yang
dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat
ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.53
Metode deskripsi digunakan karena sesuai dengan tujuan penelitian yang
ingin mendeskripsikan atau menganalisis realisasi pematuhan prinsip kesantunan
berbahasa pada acara gelar wicara Q&A di Metro TV dan implikasi terhadap
pembelajaran. Jadi, analisis data pada penelitian ini dijelaskan berupa kata-kata,
bukan angka. Sedangkan, pendekatan kualitatif digunakan karena data yang dipakai
pada penelitian ini berupa bahasa lisan.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah host, panelis, dan narasumber yang terlibat
dalam acara gelar wicara Q&A di Metro TV. Pertama, pada tema ‘Pasukan Gadjah
Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, terdapat host yang bernama Andini Effendi.
Panelis yang hadir berjumlah lima orang, yaitu 1) Ray Rangkuti (Pengamat politik),
2) Maman Suherman (Penulis/pengamat siaran), 3) Chika Jessica (Artis), 4) Mc
Denny (Komika), dan 5) Yenti Garnasih (Ketua umum masyarakat pidana dan
kriminologi). Narasumber yang dihadirkan pada tema ini, yakni 1) Edward Omar
53 Hajar Anas, Analisis Wakomono Kotoba pada Media Sosial Twitter, (Skripsi,
Fakultas Pendidikan Bahasa, universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018, hlm. 45.
28
Sharif Hiariej/Prof. Eddy (pakar hukum pidana), 2) Heru Widodo (pakar hukum
tata negara), dan 3) Dwikorita Karnawati (Kepala BMKG).
Kedua, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019,
pada tema ini yang menjadi host bernama Andini Effendi. Panelis yang dihadirkan,
yaitu 1) Maman Suherman (penulis/pengamat siaran), 2) Adriano Qalbi
(Podcaster/Aktor), 3) Dara Nasution (Inisiator petisi tolak KPI awasi konten
digital), 4) Martin Anugrah (sutradara/konten kreator), dan 5) Razak Syarif
(Youtuber/reviewer film). Narasumbernya, yaitu 1) Hardly S. F. Pariela
(Komisioner KPI pusat), 2) Nuning Rodiyah (Komisioner KPI pusat), dan 3) Irsal
Ambia (Komisioner KPI pusat).
Ketiga, pada tema ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019. Pada
tema ini dipandu oleh host yang bermana Andini Effendi. Panelis yang hadir
berjumlah lima orang, yaitu 1) Ary Kirana (Presenter/penyiar radio), 2) Budi
Setyarso (Jurnalis senior), 3) Sultan Rivandi (Ketua Dema UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta). 4) Kaemita Boediono (Presenter/aktri), 5) Eko Kuntadhi (Pegiat media
sosial) dan 6) Ruhut Sitompul (Politisi). Narasumber yang dihardirkan, yaitu 1)
Denny Siregar (Pegiat media sosial), dan Rocky Gerung (Pemikir Filsafat/pegiat
media sosial).
Objek penelitian ini berupa acara gelar wicara Q&A di Metro TV pada tema
‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’
tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6
Oktober 2019.
C. Data dan Sumber Data
Menurut Moleong (1998) sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan
yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-
benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat
dalam dokumen atau bendanya.54 Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupkan sumber data
yang didapatkan langsung dari subjek penelitian atau sumber yang dapat dipercaya,
54 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), h. 22.
29
baik hasil dari penelitian maupun pengamatan langsung. Sedangkan, sumber data
sekunder adalah sumber yang tidak didapatkan langsung dari subjek penelitian,
seperti data yang diperoleh dari dokumen grafis, foto, film, video, benda, dan lain-
lain.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,
yaitu berupa tuturan-tuturan pada subjek yang mengandung prinsip kesantunan.
Sedangkan sumber data pada penelitian ini adalah berupa percakapan antar panelis
dengan narasumber dalam acara Q&A di Metro TV dengan tema ‘Pasukan Gadjah
Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29
September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019.
Acara Q&A Metro TV ini adalah sebuah acara gelar wicara yang
ditayangkan oleh stasiun televisi Metro TV sejak 22 November 2017, yang tayang
setiap akhir pekan. Acara ini menampilkan narasumber utama yang akan menjawab
dan mengklarifikasi isu-isu tertentu dari para panelis terpilih yang duduk di
seberang narasumber. Acara Q&A ini mulanya dibawakan oleh jurnalis senior
Metro TV Andini Effendi, namun pada 9 Februari 2020, ia digantikan oleh aktris
Ariel Tatum dikarenakan Andini mengundurkan diri dari Metro TV. Pada 1 Maret
2020, Acara ini pindah jam tayang menjadi hari senin pukul 22:05 WIB. Saat ini,
penyanyi legendaris Yuni Shara menjadi pembawa acaranya.55 Acara Q&A di
Metro TV ini dapat dikatakan sebagai acara diskusi ringan yang memiliki para
panelis untuk bertanya, baik pertanyaan yang serius maupun gurauan. Suasana yang
dihadirkan pun sangat santai maka jika ada pertanyaan yang serius akan diselingi
dengan candaan untuk mencairkan suasana. Pada acara ini para panelis yang
bertugas untuk bertanya selain host kepada narasumber, berasal dari berbagai
kalangan seperti komedian, artis, pengamat politik, penulis, aktivis, konten kreator
dan sebagainya. Penelitian ini meneliti dua tema dalam satu acara Q&A Metro TV
yaitu, ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan
Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang
tanggal 6 Oktober 2019.
55 Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Q%26A_(acara_televisi)
diunduh pada tanggal 8 November 2020 pukul 2.17 WIB
30
Tema pertama, meneliti mengenai alumni-alumni UGM yang sukses
menjabat di pemerintahan di era Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Seperti dalam
sengketa Pilpres 2019, banyaknya alumni UGM yang terlibat di dalamnya. Mulai
dari hakim MK, hingga kuasa hukum pemohon dan pihak terkait. Bahkan Jokowi
yang merupakan alumni UGM menjabat sebagai Presiden. Maka dari itu,
narasumber yang didatangkan juga alumni UGM, yaitu Edward Omar Sharif
Hiariej (Prof. Eddy) dan Heru Widodo yang merupakan saksi ahli dari Jokowi-
Ma’ruf dalam sengketa Pilpres 2019, serta Dwikorita Karnawati pernah menjabat
sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada dan menjadi kepala Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika. Panelis yang datang pada saat itu pun beragam, ada dari
standup komedi, artis, ketua umum masyarakat pidana dan kriminologi, penulis,
dan pengamat politik. Oleh karena itu, pertanyaan yang diberikan juga bermacam-
macam, pertanyaan serius lebih sering diberikan dari panelis pengamat politik,
ketua umum masyarakat pidana dan kriminologi, dan penulis. Sedangkan panelis
dari standup komedi dan artis lebih sering membuat candaan yang mencairkan
suasana.
Tema kedua meneliti mengenai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang
menegur film kartun Spongebob karena menampilkan kekerasan. Sementara
banyak sinetron yang tidak mendidik, menampilkan kekerasan dan kata kasar tetapi
tidak ditegur. Sehingga terkesan KPI tidak adil dan pilih-pilih dalam menegur
tayangan televisi. Ada pula wacana yang mengatakan KPI akan mengawasi konten
digital, seperti Youtube, Viu, Netfflix, dan sebagainya, menimbulkan pro dan
kontra maka acara ini bertujuan untuk mengklarifikasi wacana tersebut dengan
menghadirkan narasumber dari KPI. Narasumber yang didatangkan dari anggota
KPI pusat, yaitu Hardly S. F. Pariela, Nuning Rodiyah dan Irsal Ambia. Panelis
yang dihadirkan juga berbeda dari tema pertama, yakni seorang konten
kreator/sutradara, podcaster/aktor, inisiator petisi tolak KPI awasi konten digital,
youtuber/reviewer film, dan penulis/pengamat siaran. Karena pada tema ini tidak
ada yang berperan sebagai pencair suasana maka tema ini terkesan lebih serius
dibandingkan tema pertama meskipun ada beberapa pertanyaan yang berisi
gurauan.
31
Tema ketiga mengenai aktivis yang suka menyuarakan pemikirannya di
media sosial terutama twitter, baik yang bersifat kritik maupun yang membela
pemerintah. Kalimat-kalimat yang dilontarkan menjadikan mereka viral, seperti
Rocky Gerung seorang dosen filsafat dan aktivis media sosial yang suka
mengatakan dungu untuk orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Ia juga
sering menggunakan diksi yang tidak umum membuat pendengarnya kebingungan.
Kemudian, ada Denny Siregar yang mengaku dirinya influencer karena sering
mengunggah postingan berita dan kritikan terhadap peristiwa yang terjadi. Panelis
yang dihadirkan pada tema ini yaitu berasal dari kalangan artis, politisi, mahasiswa,
jurnalis, dan sebagainya. Tema ini menjadi seru dan menarik karena para panelis
dibuat bingung setiap kali Rocky Gerung menyebutkan diksi yang tidak umum.
Walaupun ada ketidakcocokan diantara panelis dan Rocky Gerung, mereka mampu
mengutarakannya dengan baik dan santun, sehingga tidak ada yang tersinggung.
D. Teknik Pengolahan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Setelah mengetahui sumber data yang akan dianalisis, kemudian
dilakukan teknik pengumpupulan data. Penelitian ini menggunakan teknik
simak, dan teknik catat. Sudaryanto (2015:203) mengatakan bahwa
metode simak adalah metode yang digunakan dalam penelitian bahasa
dengan cara menyimak penggunaan bahasa pada objek yang akan
diteliti.56 Teknik simak ini digunakan karena objek yang diteliti berupa
percakapan antar panelis dan narasumber. Dengan teknik simak, penulis
menyimak dan memahami untuk memperoleh percakapan yang
merealisasikan pematuhan prinsip kesantunan. Setelah menyimak video
acara Q&A pada tema yang sudah dipilih dan ditranskrip, selanjutnya
penulis mencatat data yang mengandung realisasi pematuhan prinsip
kesantunan.
2. Teknik Analisis Data
56 Hajar Anas, Analisis Wakamono Kotoba pada Media Sosial Twitter, (skripsi,
Fakultas Pendidikan Bahasa, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018), h. 46
32
Suharsimi Arikunto (2010: 335) Analisis data adalah proses mencari
dan Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi., dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.57
Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data:
a. Mengumpulkan dan menyediakan data
Pada tahap ini, penulis memilih video acara gelar wicara Q&A di
Metro TV. Tema yang digunakan berjumlah tiga tema, yaitu
Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan
Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari
Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019. Setelah memilih tema
yang akan diteliti, kemudian percakapan antar panelis, narasumber,
dan host di dalam video tersebut ditranskrip.
data dikumpulkan dalam bentuk tuturan
b. Menyeleksi data
Pada tahap ini, percakapan yang sudah ditranskrip itu diseleksi yang
merealisasikan pematuhan kesantunan berbahasa dengan mematuhi
prinsip kesantunan Leech. Selanjutnya, dikelompokkan berdasarkan
maksim-maksimnya.
c. Penyajian data
Pada tahap ini, penulis menyajikan data berbentuk deskripsi atau
penjabaran yang dikelompokkan berdasarkan maksim kesantunan
Leech.
E. Intrumen Analisis Data
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan penulis
untuk mengumpulkan data. Menurut Bogdan & Biklen (1982) dalam Suharsimi
57 Siti humairoh, Dieksis pada Acara Gelar Wicara Mata Najwa di Trans7 Episode
Juli 2018 dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonnesia di SMP,
(skripsi, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, universitas Hidayatullah Jakarta, 2019), h. 30
33
Arikunto (2010) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti
sangat penting kedudukannya.58
Sementara, menurut Meleong (2015:168) dalam Imro’atun Nikmatuz
(2017) bahwa peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan
data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
penelitian.59
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis itu
sendiri, karena penulis yang mencari, menemukan, dan menganalisis realisasi
kesantun berbahasa pada prinsip kesantunan berdasarkan teori Leech yang dibagi
menjadi enam jenis maksim, antara lain: maksim kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim kerendahan hati, maksim pujian, maksim kesetujuan, dan
maksim kesimpatisan, yang terdapat dalam percakapan acara gelar wicara Q&A
Metro TV.
F. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari angkah-langkah yang dilakukan penulis
dalam mengerjakan penelitian. Berikut langkah-langkah pelaksanaan penelitian
yang dilakukan:
1. Mengumpulkan bahan referensi yang berisi teori kajian pragmatik dan
kesantunan berbahasa.
2. Menyimak percakapan dalam acara gelar wicara Q&A Metro TV pada
tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan
Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan ‘Dicari Warganet’
tayang tanggal 6 Oktober 2019, melalui video yang didapatkan dari
youtube.
3. Mentranskrip percakapan dalam acara tersebut.
4. Membaca dengan cermat percakapan yang sudah ditranskrip.
58 Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 24 59 Imro’atun Nikmatuz, Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Novel Cinta
Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy, (skripsi, fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017), h. 2
34
5. Mengumpulkan data berupa realisasi kesantunan dan
mengelompokkannya berdasarkan maksim-maksim kesantunan Leech.
6. Mendeskripsikan dan menganalisis data dengan teori kesantunan
berbahasa.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian ini menguraikan realisasi pematuhan prinsip kesantunan
berbahasa pada acara Q&A di Metro TV pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang
tanggal 8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September
2019, dan ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019, dan implikasinya
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Berdasarkan rumusan masalah
yang terdapat pada bab pendahuluan maka di bawah ini akan dijelaskan hasil
penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk
penjabaran dalam pembahasan dilakukan berdasarkan hasil penelitian tersebut.
A. Bentuk-bentuk Pematuhan Prinsip Kesantunan
No. Maksim-maksim jumlah Nomor Data
1. Kebijaksanaan 13 (1.1), (1.2), (1.3), (1.4), (1.5),
(1.6), (1.7), (2.1), (2.2), (3.1),
(3.3), (3.4), (3.9)
2. Kedermawanan 2 (1.8), (1.9)
3. Pujian 12 (1.10), (1.11), (1.12), (1.13),
(1.14), (1.15), (1.16), (1.17),
(2,3), (3.6), (3.7), (3.8)
4. Kerendahan Hati 4 (1.18), (1.19), (1.20), (2.4)
5. Kesetujuan 9 (1.20), (1.21), (2.22), (2.23),
(2.5), (2.6), (2.7), (3.2), (3.5)
6. Kesimpatian 3 (2.8), (2.9), (3.10)
Maksim yang sering muncul dalam ketiga tema pada video Q&A di Metro
TV adalah maksim kebijaksanaan sebanyak 13 data. Pematuhan kebanyakan
dilakukan oleh panelis karena menjaga perasaan mitra tutur dengan cara
mengurangi kerungiannya.
Berikut ini penjelasan dari tuturan-tuturan yang mematuhi prinsip
kesantunan yang terdapat video video Q&A di Metro TV, penulis akan
membaginya pertema acara.
36
Tema 1 ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli 2019
Pada tema ini pematuhan maksim yang paling dominan adalah maksim
pujian, lebih banyak dipatuhi oleh panelis kepada mitra tutur. Pematuhan maksim
yang paling sedikit adalah maksim simpati sebanyak 0 data.
(1.1)
Dwikorita : ee kalau menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee tergantung.
Jadi, era saat ini yang dibutuhkan yang berani, bahasa Jawanya
berani rekoso. Beda pejabat saat ini dengan pejabat ee 10 tahun
yang lalu i...itu beda sekali. Pejabat sekarang itu melayani...
Bang Ray : mohon maap Mba, rekoso itu?
Dwikorita : rekoso itu susah, susah. Nah jadi yang berani rekoso itu UGM.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Dwikorita sedang
menjawab pertanyaan host yang menanyakan apakah benar UGM sedang
mendominasi pejabat di pemerintahan saat ini. Namun, di tengah penjelasan
Prof. Dwikorita, Bang Ray memotong untuk bertanya.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Dwikorita sedang
menjawab pertanyaan host yang menanyakan apakah benar UGM sedang
mendominasi pejabat di pemerintahan saat ini. Namun, di tengah penjelasan
Prof. Dwikorita, Bang Ray menyela, dengan bertutur ‘mohon maap Mba,
rekoso itu?’. Tuturan Bang Ray itu bermaksud ingin menanyakan kata yang
tidak diketahui sehingga ia menyela penjelasan narasumber. Tetapi setelah
menyela, Bang Ray mengucapkan ‘mohon maap’ karena ia merasa bersalah
bertanya di tengah penjelasan dan mereka belum terlalu dekat jadi Bang Ray
takut akan menyinggung Prof. Dwikorita. Seperti yang disebutkan oleh Abdul
Chaer (97:2010) bahwa kata ‘maaf’ biasanya dilakukan penutur ataupun lawan
tutur karena merasa punya kesalahan atau telah dan akan melakukan
37
“ketidaknyamanan” pada mitra tuturnya.60 Sehingga, tuturan itu terdengar lebih
santun karena sudah meminimalkan kerugian mitra tuturnya dan tidak membuat
Prof. Dwikorita tidak nyaman, terlihat dari reaksi Prof. Dwikorita yang tidak
emosi ketika menjawab pertanyaan Bang Ray. Oleh karena itu, tuturan di atas
sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.
(1.2)
Chika : ehe. Tukang jualan voucher kalo begitu. Ee mau tanya ke dokter
Heru Doktor Doktor, tadi nerusin pertanyaan dari Bapa (Bang Ray)
katanya kan 2014 tuh ee berada di pihaknya Pak Prabowo terus
yang sekarang ee meringankan di pihak lawan. Gedean mana toh
Pak?
Denny : honornya.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Chika bertanya kepada Doktor
Heru terkait bayaran yang diberikan dari pihak Pak Prabowo dan pihak Pak
Jokowi.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Chika ingin tahu lebih besar
mana bayaran yang diberikan antara pihak Pak Prabowo dan pihak Pak Jowoki.
Tuturan di atas ‘Gedean mana toh Pak?’, terbilang cukup sensitif karena terkait
masalah uang dan akan menyinggung salah satu pihak. Namun, karena
pertanyaannya cukup sensitif dan Doktor Heru lebih tua darinya maka ia
menggunakan tuturan tidak langsung disertai nada candaan agar Doktor Heru
merasa nyaman dan tidak memberatkannya untuk menjawab. Sehingga, tuturan
itu sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.
(1.3)
Bang Ray : kalo saya sebut satu kata dan anda bisa jawab satu kata bisa
ngga ya kira-kira?
Host : hmm
60 Abdul chaer, Op.cit., h. 97
38
Kang Maman : satu kata?
Bang Ray : satu kata saya sebut, anda jawab satu kata.
Host : satu kata jawabannya. Satu kata apa satu kalimat bang?
Bang Ray : satu kata aja.
Host : satu kata.
Denny : tidak boleh lebih ya?
Bang Ray : ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya.
Eddy : siap.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray meyuruh semua
narasumber untuk menjawab dengan satu kata saat Bang Ray mengucapkan
satu kata. Lalu, narasumber menyetujui permintaan Bang Ray.
Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya kepada
narasumber apakah mereka berkenan untuk menjawab dengan satu kata saat ia
menyebutkan satu kata. Lalu, host dan panelis lain ingin memastikan kembali
apakah satu kata atau satu kalimat. Bang Ray menyebutkan lagi permintaannya
kalau narasumber hanya boleh menjawab dengan satu kata. Tuturan Bang Ray
‘ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya’ meskipun termasuk
kalimat perintah tetapi ia menggunakan nada pertanyaan sehingga mengurangi
paksaan dan memperhalus tuturan tersebut. Hal ini dilakukan karena ia akan
menyuruh para narasumber yang tidak terlalu dekat dengannya maka dengan
menggunakan nada pertanyaan, tuturan itu dapat terdengar lebih santun.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Leech yaitu memerintah dengan kalimat
berita atau kalimat tanya dipandang lebih santun dibandingan dengan kalimat
perintah.61 Kemudian, Narasumber menyetujui permintaan Bang Ray yang
ditunjukkan dengan kata ‘siap’ dengan senang hati karena tidak ada paksaan.
Jadi, tuturan ini sudah memaksimalkan keuntungan dengan mitra tutur.
61 Abdul chaer, Op.cit., h. 57
39
Dengan demikian, tuturan di atas dapat dikatakan merealisasikan santun dan
termasuk maksim kebijaksanaan.
(1.4)
Bang Ray : untuk Prof. Edi dan ee Pak Heru ya.
Heru : iya.
Bang Ray : seba khususnya Pak Heru sebagai lawyer dan sebagai yang
sering juga dimintai sebagai saksi ahli Prof. Edi ya, ketika
menerima satu permintaan itu baik sebagai Iawyer maupun
sebagai saksi ahli karna profesional atau karna memang sesuai
pikiran dan ee prinsip anda?
Heru : saya dulu ya.
Bang Ray : iya, boleh.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada
kedua narasumber. Ia mempertanyakan saat menerima klien, baik sebagai
pengacara ataupun saksi ahli, apakah sesuai dengan pikiran dan prinsip mereka
atau hanya professional saja.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada
kedua narasumber. Ia ingin menanyakan tentang keputusan mereka saat
menerima klien, baik sebagai pengacara maupun saksi ahli, apakah ditentukan
sesuai pikiran dan prinsip mereka atau hanya professional. Kemudian, Doktor
Heru ingin menjawab terlebih dahulu dengan bertutur ‘saya dulu ya’. Tuturan
Doktor Heru itu bermaksud kalau ia ingin menjawab pertama sebelum Prof.
Eddy. Meskipun tuturan itu termasuk kalimat perintah tetapi dituturkan
menggunakan nada pertanyaan, sehingga terkesan seperti Doktor Heru meminta
izin dahulu kepada Bang Ray untuk menjawab maka terdengar lebih santun.
Lalu, Bang Ray memberi izin dengan bertutur ‘iya, boleh’, tuturan itu sudah
memaksimalkan keuntungan pada Doktor Heru karena memperbolehkan untuk
menjawab pertama. Oleh karena itu, tuturan tersebut dapat dikatakan santun dan
termasuk maksim kebijaksanaan.
40
(1.5)
Bang Ray : itu maksud saya, justru karna itulah pertanyaan ini menjadi
penting karna fakta itu bisa ditafsirkan baik bisa ditafsirkan
buruk.
Eddy : iya, iya.
Bang Ray : tapi anda sendiri mau menafsirkan sesuai dengan
kepentingan klien atau anda...
Eddy : tidak
Bang Ray : menafsirkan sesuai dengan keinginan anda?
Eddy : dengan hati nurani saya...
Bang Ray : nah itu maksud saya
Eddy : dengan keyakinan saya lalu saya mengambil keputusan ini
seperti itu.
Konteks : percakapan di atas merupakan lanjutan dari pertanyaan Bang Ray
kepada Doktor Heru sebelumnya, tetapi karena kurang puas dengan jawaban
Doktor Heru jadi ia bertanya kembali di scene ini saat diberi kesempatan oleh
host. Bang Ray kembali mempertanyakan tentang pandangan atau ideologi
pengacara dalam menerima klien.
Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray kembali
mempertanyakan keputusan yang mendasari kedua narasumber saat menerima
permintaan menjadi pengacara ataupun saksi ahli dari klien, apakah karena
profesional atau sesuai prinsip. Lalu, Doktor Heru menjawab kalau ia menerima
permintaan klien sesuai klasifikasi dirinya, Bang Ray merasa kurang puas
dengan jawaban itu. Kemudian, Bang Ray bertanya kembali di kesempatan lain
kepada Prof. Eddy, dengan bertutur ‘tapi anda sendiri mau menafsirkan sesuai
dengan kepentingan klien atau anda...’ dan ‘menafsirkan sesuai dengan
keinginan anda?’ Tuturan itu bermaksud ingin mengetahui alasan pengacara
atau saksi ahli selalu berubah-ubah pandangannya, apakah ketika menerima
tawaran selalu mengikuti kepentingan klien atau sesuai keinginan dirinya,
41
dengan menanyakan kepada narasumber selaku pengacara dan saksi ahli.
Tuturan Bang Ray dituturkan dengan nada sedikit tegas dikarenakan ia berasal
dari Sumatera dan suka memantau pemilu, mengkritisi parlemen serta
memerangi korupsi, sehingga terbiasa berbicara seperti itu. Blown (1987) pada
suatu saat bahasa membentuk kebudayaan ada benarnya. Di saat yang lain,
kebudayaan menentukan bahasa juga ada benarnya.62 Meskipun begitu, tuturan
Bang Ray masih dapat dikatakan santun karena dipengaruhi oleh budaya dan
latar belakang pengalaman tersebut. Selain itu, ia memberikan pilihan kepada
Prof. Eddy sebagai bentuk meminimalkan kerugian mitra tutur, sehingga tidak
memberatkannya. Ditunjukkan pada saat Prof. Eddy menjawab pertanyaan
tersebut, ia terlihat santai dan tidak tersinggung. Oleh karena itu, tuturan Bang
Ray sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.
(1.6)
Eddy : jadi saya kira ee pertanyaan itu sangat baik dan cukup
mendasar jadi ketika ada satu kasus dan meminta saya sebagai
ahli maka yang pertama-tama saya minta adalah apa kronologi
kasusnya. Ketika saya disampaikan kronologis kasus, saya
menentukan ini pendapat saya. Pendapat saya seperti ini
apakah anda setuju ataukah tidak, apakah pendapat saya ini
bisa menguntungkan klien anda ataukah tidak kalau bisa
menguntungkan silahkan anda memakai saya tapi kalau tidak,
ya no problem.
Bang Ray : Mba Dini...
Host : baik. Oke
Bang Ray : Mba Dini...
Host : iya.
62 Pranowo, Op.cit.,h. 9
42
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya tetapi
belum gilirannya sehingga ia menginterupsi dengan memanggil nama host
sebelum host selesai berbicara.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya tetapi
belum gilirannya, sehingga ia menyela sebelum host selesai berbicara dengan
memanggil nama host. Tuturan ‘Mba Dini...’, digunakan sebagai bentuk santun
untuk menginterupsi pembicaraan sebab Bang Ray bermaksud ingin meminta
izin bertanya terlebih dahulu sebelum host mempersilakan panelis lain. Tuturan
ini terdengar lebih santun dibandingkan jika Bang Ray menyela pembicaraan
dan langsung berbicara tanpa meminta izin, karena akan menyinggung mitra
tutur dan tidak menghormati host. Sehingga, tuturan Bang Ray sudah
meminimalkan kerugian pada mitra tutur. Dengan demikian, tuturan di atas
masih cukup santun dan termasuk maksim kebijaksanaan.
(1.7)
Bang Ray : iya. Ini kan khusunya Pak Heru ya yang 2014 seinget saya
anda justru pengacara Pak Prabowo yang mendalilkan
adanya TSM.
Heru : betul.
Bang Ray : sekarang anda menjadi pengacara 01 yang menolak adanya
TSM. Jadi sebetulnya pandangan anda sendiri apa gitu. Dari
satu segi anda setuju ada TSM itu 2014 tapi 2019 ini anda
menolak adanya dugaan TSM dalam pelaksanaan Pilpres. Itu
yang saya mau katakan sebetulnya ketika kita terima kasus ini
mau membela gitu, kita membela itu karena memang
kewajiban profesional kita atau karna memang ini prinsip
yang kita yakini bener gitu?
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya kepada kedua
narasumber. Ia menanyakan berdasarkan apa ketika mereka menerima
permintaan klien, apa karena professional saja atau sesuai pikiran dan prinsip
43
mereka. Lalu, Bang Ray secara khusus menanyakan ini kepada Doktor Heru
karena ketika menjadi pengacara Pak Prabowo dan ketika menjadi pengacara
Pak Jokowi, memiliki pemikiran yang berbeda.
Analisis : percakapan di atas dituturkan berawal dari pertanyaan Bang Ray pada
kedua Narasumber, yang menanyakan berdasarkan apa mereka menerima
penawaran menjadi pengacara ataupun saksi ahli, apa karena professional atau
sesuai pikiran dan prinsip. Lalu, Bang Ray mengkhususkan pertanyaannya
untuk Doktor Heru, dengan tuturan ‘ini kan khusunya Pak Heru ya yang 2014
seinget saya anda justru pengacara Pak Prabowo yang mendalilkan adanya
TSM dan sekarang anda menjadi pengacara 01 yang menolak adanya TSM.
Jadi sebetulnya pandangan anda sendiri apa gitu. Dari satu segi anda setuju
ada TSM itu 2014 tapi 2019 ini anda menolak adanya dugaan TSM dalam
pelaksanaan Pilpres’. Bang Ray bertutur seperti itu dengan maksud ingin
mengkritik Doktor Heru yang dianggapnya tidak konsisten sebab adanya
perbedaan pendapat ketika menjadi pengacara Pak Parbowo dan Pak Jokowi,
jadi seakan pemikirannya berubah tergantung dari siapa yang menjadi kliennya.
Meskipun, dikatakan dengan nada cukup tegas tetapi tuturan itu masih
terdengar santun sebab dipengaruhi oleh latar belakang pengalamannya sebagai
seorang aktivis dan pengamat politik Indonesia.63 Jadi, ia terbiasa mengkritik
orang dengan tegas. Selain itu, Bang Ray memberikan pilihan kepada Mitra
tutur, ditunjukkan pada tuturan ‘kita membela itu karena memang kewajiban
profesional kita atau karna memang ini prinsip yang kita yakini bener gitu?’
sebagai bentuk untuk meminimalkan kerugian bagi mitra tutur supaya tidak
terkesan memojokkannya. Dilihat dari respon Doktor Heru yang tidak emosi
menandakan kalau ia tidak tersinggung atau merasa tidak nyaman, karena ia
mengetahui latar belakang Bang Ray tersebut. Dengan demikian, tuturan itu
sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.
63 Merdeka.com, https://www.merdeka.com/ray-rangkuti/ diakses pada 24 September
2020 pukul 14.27 WIB.
44
(1.8)
Eddy : ngga juga sebetulnya karna...
Chika : gini aja Prof., kita deal ajalah. Saya yang bikinin, adminnya
sayalah.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia
memilih tidak memiliki sosial media. Lalu, Chika menawarkan diri untuk
membuatkan sosial media untuk Prof. Eddy.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia
memilih tidak memiliki sosial media. Lalu, Denny mengejeknya kalau Prof.
Eddy tidak bisa bikin password atau email. Kemudian, Chika menawarkan diri
untuk membuatkan sosial media untuk Prof. Eddy, dengan bertutur ‘…Saya
yang bikinin, adminnya sayalah’. Tuturan itu bermaksud kalau Chika ingin
membuatkan Prof. Eddy sosial media dan ia adminnya, serta disampaikan
dengan nada candaan. Meskipun, hanya candaan tetapi ia tidak mengejek Prof.
Eddy. Sehingga, Chika sudah memaksimalkan kerugian kepada dirinya dengan
menawarkan diri. Dengan demikian, tuturan itu sudah merealisasikan
kesantunan dan termasuk maksim kedermawanan.
(1.9)
Ibu Yenti : kesannya gini jangan hukum tu hanya diartikan bahwa itu
seni, seni berhukum tapi tolong disampaikan untuk sebagai
edukasi saja ya baik ini tata negara maupun itu hukum pidana
yang penting berhukum. Jadi mungkin Pak Edi dijelaskan
tolong, ee kali ini saya sebagai ketua umum ya Pak Edi tolong
jelaskan, ee apa sih hukum itu mungkin dari tujuannya,
berhukum tuh bagaimana itu tolong disampaikan Pak Edi
disini.
Eddy : jadi. Ya makasih Mbak Yenti. Jadi Mas Maman ee bukan
baru saat ini sejak tahun 1600 itu Imanuel Khan sudah
45
mengatakan bahwa masih saja orang selalu mencari definisi
mengenai hukum itu sebetulnya adalah pertanyaan yang
retorik, mengapa pertanyaan yang retorik karena tidak
mungkin kita mendefinisikan hukum itu dalam suatu definisi
yang singkat padat dan jelas. Mengapa demikian, karena
hukum itu mengatur seluruh aspek kehidupan sejak seseorang
belum lahir sampai dia masuk ke dalam liang kubur itu semua
diatur oleh hukum. Oleh karna itu, kalau ditanya kepada saya
‘Apa itu hukum’, kebetulan ee Kang Maman dan Mbak Yenti
ee bersama-sama dengan Zainal Arifin Mochtar kami berdua
sedang menulis mengenai asas, kaidah dan teori hukum sekitar
500 halaman untuk dijadikan teks book untuk memahami betul
apa itu hukum. Jadi hukum itu bisa dilihat sebagai suatu norm,
hukum itu bisa dilihat sebagai suatu disiplin ilmu, hukum itu
bisa juga diidentikkan dengan keadilan, hukum itu juga bisa
dilihat sebagai aparat hukum yang bekerja dan masih ada lagi
pengertian hukum-hukum lainnya. Jadi tidak semudah itu. Ee
sementara di sisi lain di dalam konteks teori Kang Maman ada
yang disebut dengan istilah antinomi hukum. Antinomi hukum
itu adalah dua keadaan yang saling bertentangan antara satu
dengan yang lain tetapi tidak boleh saling menegasikan itulah
yang membuat sistem hukum itu menjadi dinamis dan dapat
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Ibu Yenti meminta Prof. Eddy
untuk menjelaskan pengertian dari hukum dan apa tujuan hukum. Lalu, Prof.
Eddy bersedia untuk menjelaskannya.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Ibu Yenti menyuruh Prof. Eddy
untuk menjelaskan pengertian dari hukum dan apa tujuan hukum, karena masih
banyak yang mengartikan hukum itu sebuah seni. Maka Ibu Yenti menyuruh
Prof. Eddy dengan cara meminta untuk menjelaskan lebih rinci pengertian dari
46
hukum, selaku guru besar hukum pidana di UGM, dengan bertutur ‘tolong
disampaikan untuk sebagai edukasi saja ya baik ini tata negara maupun itu
hukum pidana yang penting berhukum. Jadi mungkin Pak Edi dijelaskan tolong,
ee kali ini saya sebagai ketua umum ya Pak Edi tolong jelaskan, ee apa sih
hukum itu mungkin dari tujuannya, berhukum tuh bagaimana itu tolong
disampaikan Pak Edi disini’. Pada tuturan itu meskipun dimaksudkan untuk
menyuruh Prof. Eddy tetapi masih terdengar santun karena disampaikan dengan
cara meminta, ditandai dengan penggunaan kata ‘tolong’. Pemakaian bahasa
Indonesia yang santun ditandai dengan pemakaian bahasa verbal, seperti
perkataan ‘tolong’ pada waktu menyuruh orang lain.64 Ibu Yenti menggunakan
bahasa santun ketika minta tolong karena dirinya dan Prof. Edyy tidak terlalu
dekat serta posisi Prof. Eddy saat itu sebagai narasumber maka ia harus
menghormatinya, sehingga mengurangi rasa terpaksa mitra tutur. Kemudian,
Prof. Eddy bersedia untuk menjelaskan pengertian dari hukum, dengan bertutur
‘Ya makasih Mbak Yenti’. Tuturan itu dimaksudkan untuk menghormati Ibu
Yenti karena lebih tua darinya, sekaligus ungkapan kesediaan dirinya untuk
menjawab. Sehingga, Prof. Eddy sudah memaksimalkan kerugian untuk diri
sendiri. Dengan demikian, tuturan itu sudah merealisasikan kesantunan dan
termasuk maksim kedermawanan.
(1.10)
Denny : kalo saya melihatnya dari sisi saya sebagai orang Sunda gitu
ya ee terlihat sekarang itu semakin ee mohon maap maksudnya
kebanyakan dari dari daerah Jawa, kampusnya pun semuanya
lulusan UGM gitu. Apa saya ras saya ngeliatnya seperti tidak
ada keadilan disitu.
Host : kenapa?
Denny : saya kapan (tertawa). Jadi meliat maksudnya pandangan
Prof. Edi seperti apa?
64 Pranowo, Op.cit., h. 91
47
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Denny menyampaikan
pendapatnya kepada Prof. Eddy karena menurutnya rektor UGM lebih
didominasi oleh orang Jawa dibandingkan orang Sunda dan alumni UGM.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Denny akan bertanya kepada
narasumber. Pada tuturan di atas Denny bermaksud ingin mengatakan kalau
yang menjadi rektor UGM kebanyakan orang Jawa dan berasal dari alumni
UGM, dibandingkan dari daerah lain. Namun, karena Denny akan menyebutkan
salah satu suku yaitu suku Jawa, ia memperhalus bahasanya yang disertai nada
candaan supaya tidak menyinggung orang Jawa termasuk narasumber, terlihat
dari tuturan ee mohon maap maksudnya kebanyakan dari dari daerah Jawa,
kampusnya pun semuanya lulusan UGM gitu. Apa saya ras saya ngeliatnya
seperti tidak ada keadilan disitu. Denny juga mengucapkan kata ‘mohon maap’
yang dapat berfungsi untuk membuat tuturannya lebih terdengar santun. Seperti
yang dikatakan Pranowo kata ‘maaf’ digunakan untuk tuturan yang
diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain.65 Sehingga, Denny sudah
meminimalkan ejekan kepada mitra tutur karena apabila Denny tidak
mengucapkan ‘mohon maap’ akan terkesan ia menjelekan orang Jawa dan
alumni UGM. Dengan demikian, tuturan di atas sudah merealisasikan
kesantunan dan termasuk maksim pujian.
(1.11)
Eddy : jadi saya tau saya sebagai ee sebagai trending topik itu saya
tau dari istri saya jadi dia punya Instagram dia punya
Facebook dan media sosial, dia beri tahu saya bahwa ada
komen seperti ini dan lain sebagainya. Jadi ya saya biasa saja
begitu
Denny : luar biasa.
65 Pranowo, Op.cit., h. 104
48
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy menceritakan kalau
ia tahu dirinya menjadi trending topik di Twitter karena diberitahu istrinya.
Dirinya tidak memiliki sosial media dan ia tidak masalah dengan itu. Lalu,
Denny merasa kagum dengan Prof. Eddy tidak memiliki sosial media dan tidak
masalah dengan itu.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy menceritakan kalau
ia tahu dirinya menjadi trending topik di Twitter karena diberitahu istrinya,
sebab ia tidak memiliki sosial media. Prof. Eddy tidak masalah jika dirinya tidak
memiliki sosial media. Mendengar hal ini, Denny bertutur ‘luar biasa’. Maksud
dari tuturan itu, Denny ingin mengatakan kalau ia kagum pada Prof. Eddy
karena tidak masalah dengan tidak memiliki sosial media. Tuturan Denny itu
sudah memaksimalkan pujian kepada Prof. Eddy maka ia sudah bersikap
santun. Dengan demikian, tuturan Denny di atas sudah merealisasikan
kesantunan dan termasuk maksim pujian.
(1.12)
[Prof. Eddy bernyanyi]
Host : Terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya
lagu ini, emang bisa bahasa Spanyol?
Konteks : tuturan di atas dituturkan setelah Prof. Eddy selesai bernyanyi. Host
merasa kagum dengan kelancaran bahasa Spanyol Prof. Eddy ketika bernyanyi.
Analisis : tuturan di atas dituturkan setelah Prof. Eddy selesai bernyanyi. Host
merasa kagum dengan kelancaran bahasa Spanyol Prof. Eddy ketika bernyanyi,
dengan bertutur ‘terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya
lagu ini’. Pada tuturan itu, host memuji Prof. Eddy karena afal menyanyikan
lagu bahasa Spanyol tersebut. Tuturan host ini juga semakin santun karena ia
mengucapkan kata ‘terima kasih’ untuk menghargai dan menghormati Prof.
Eddy yang sudah bernyanyi. Sehingga, tuturan di atas sudah memaksimalkan
maksim pujian dan merealisasikan kesantunan.
49
(1.13)
Chika : gini aja Prof., kita deal ajalah. Saya yang bikinin, adminnya
sayalah .
Host : dia followersnya jutaan loh Prof.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia
tidak ingin memiliki sosial media. Lalu, Chika menawarkan dirinya untuk
membuatkan Prof. Eddy sosial media dan host menambahkan kalau Chika
mempunyai followers banyak.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau ia
tidak ingin memiliki sosial media. Lalu, Chika menawarkan dirinya untuk
membuatkan Prof. Eddy sosial media dan menjadi adminnya. Kemudian, host
menambahkan kalau Chika mempunyai followers banyak. Tuturan host ‘dia
followersnya jutaan loh Prof’, sebagai bentuk pujian kepada Chika karena
memiliki followers jutaan. Jadi, tuturan ini sudah memaksimalkan pujian
kepada mitra tutur yaitu Chika. Serta penggunaan kata ‘dia’ untuk menunjuk
Chika, masih dikatakan santun sebab umur Chika lebih muda dari host dan sikap
Chika yang suka bercanda membuat host lebih santai ketika berbicara
dengannya. Oleh karena itu, tuturan di atas dapat dikatakan merealisasikan
kesantunan dan termasuk maksim pujian.
(1.14)
Host : oke. Ini ini ternyata yang menarik juga dari pasukan Gajah
Mada yang hadir bersama kita malam hari ini kalau misalnya
Prof. Edi ini kalau kita inget pernah jadi saksi ahli yang
meringankan Basuki Cahaya Purnama kasusnya Ahok.
Kemudian juga pernah jadi saksi ahli untuk memberatkan
Jessica, Jessica inget masih inget kopi Vietnam.
[diselingi percakapan lain]
50
Host : Jessica Kumala Wongso. Oke, kemudian juga yang menjadi
menarik pernah jadi saksi meringankan Bang ed Denny
Indrayana justru pada saat itu dalam kasus Payment
Gateway. Kemudian kalau untuk Pak Heru, Pak Heru sendiri
pernah jadi penasehat hukumnya Pak Denny Indrayana
ketika di kasus yang sama. Kemudian juga ee waktu itu juga
pernah berfokus untuk pada hukum pemilu kalo Prof. lebih
fokus kepada hukum...
Eddy : pidana.
Host : pidana, begitu dan juga kalo kalo ditanya kalo misalnya Pak
Heru hobinya apa ee beribadah dan mengaji.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host sedang membicarakan
tentang pengalaman para narasumber saat menjadi pengacara ataupun saksi
ahli. Host membacakan pengalaman narasumber tetapi tidak semuanya, ia
hanya membacakan pengalaman yang menarik.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika host sedang membicarakan
tentang pengalaman para narasumber saat menjadi pengacara ataupun saksi
ahli. Host membacakan pengalaman menarik dari narasumber. Pertama host
membacakan pengalaman Prof, Eddy seperti pada tuturan ‘…Prof. Edi ini
kalau kita inget pernah jadi saksi ahli yang meringankan Basuki Cahaya
Purnama kasusnya Ahok. Kemudian juga pernah jadi saksi ahli untuk
memberatkan Jessica...’ dan ‘…pernah jadi saksi meringankan Bang ed
Denny Indrayana justru pada saat itu dalam kasus Payment Gateway…’.
Kemudian, host membacakan pengalamannya Doktor Heru ‘…Pak Heru
sendiri pernah jadi penasehat hukumnya Pak Denny Indrayana ketika di
kasus yang sama. Kemudian, juga ee waktu itu juga pernah berfokus untuk
pada hukum pemilu…’ serta ‘…kalo kalo ditanya kalo misalnya Pak Heru
hobinya apa ee beribadah dan mengaji.’ Tuturan itu disampaikan sebagai
bentuk memaksimalkan pujian kepada narasumber karena pernah menjadi
pengacara atau saksi ahli untuk masalah-masalah yang cukup besar dan
51
menarik. Sehingga, tuturan di atas dapat dikatakan termasuk maksim pujian dan
cara penyampaiannya tidak berlebihan jadi masih cukup terdengar santun.
(1.15)
Kang Maman : jadi kaya dukun ya, satu ilmu satu perguruan ngga boleh
saling.
Eddy : saya kira begitu.
Kang Maman : (tertawa).
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau
Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak
Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah
jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau
Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak
Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah
jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya. Kemudian, Kang Maman membalas jika
hal itu seperti dukun, yang satu ilmu dan perguruan tidak boleh saling
menyerang. Tuturan Kang Maman ‘jadi kaya dukun ya’ menggunakan majas
perumpamaan, yang mana bertujuan untuk menyamarkan maksud atas dasar
pertimbangan agar mitra tutur tidak merasa dipermalukan di depan umum.
Majas ini merupakan salah satu gaya bahasa yang dapat digunakan untuk
melihat santun tidaknya pemakaian bahasa.66 Tuturan Kang Maman di atas
bermaksud ingin mengejek sikap Pak Nasrulah yang tidak memberikan
pertanyaan karena satu bidang dengan Prof. Eddy tetapi dengan cara menyindir
menggunakan majas perumpamaan ini. Selain itu, dituturkan dengan nada
candaan. Sehingga, tuturan Kang Maman terdengar lebih santun dan tidak
menyinggung Prof. Eddy serta Pak Nasrulah karena meminimalkan ejekan
66 Pranowo, Op.cit., hlm. 18-20
52
terhadap mereka. Dengan demikian, tuturan Kang Maman merealisasikan
kesantunan dan termasuk maksim pujian.
(1.16)
Bang Ray : jadi ada orang yang mengatakan sebelum dia jadi lawyer si A
sebetulnya terlebih dahulu dia mau jadi lawyer si B tapi karna
si B tidak mau terima pindah ke si A gitu. Jadi orang jadi
melihatnya sebetulnya para lawyer ini punya ideologi apa
ngga si, kan kira-kira gitu tu pertanyaannya gitu.
Host : atau profesional aja
Bang Ray : bukan hanya profesional tapi lebih dari itu seperti pertanyaan
Jessica tadi kan atau hanya sekedar cari nominalnya kan
kira-kira gitu. Jadi kalo di A ngga tembus kita ke B jadi seolah-
olah ngga ada you you mau bela mana, mau bela yang apa.
Kan kira-kira gitu.
Host : iya.
Heru : itu sebenernya ngga boleh Bang, lawyer tuh ngga boleh
menawarkan diri seharusnya. Jadi lawyer tu pasif ketika ee
calon-calon klien mencari kuasa hukum yang kira-kira pas ya
kita sifatnya menunggu, ngga boleh kita menawarkan kesana
dan kesebalah gitu. Itu etikanya seperti itu jadi ketika ada
lawyer yang menawarkan kesana kemudian disana tidak
diterima kemudian kesebelah, ya itu dari kedua penawar itu
sudah salah sudah melanggar etika sebenarnya.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray mengkritik para
pengacara sebab terkesan suka berubah-ubah pandangannya. Sehingga, Bang
Ray mempertanyakan hal tersebut kepada kedua narasumber, apakah pengacara
atau saksi ahli punya ideologi atau hanya karena professional atau mencari
keuntungan saja dalam memilih klien.
53
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya pada kedua
narasumber. Ia bermaksud ingin mengetahui sekaligus mewakili pertanyaan
kebanyakan orang, alasan pengacara atau saksi ahli terkesan berubah-ubah
pandangannya. Tetapi tuturan itu tidak secara khusus ditunjukkan untuk
mengkritik Doktor Heru maupun Prof. Eddy, dibuktikan dengan tuturan ‘jadi
orang jadi melihatnya sebetulnya para lawyer ini punya ideologi apa ngga
si...’ dan ‘...atau hanya sekedar cari nominalnya kan kira-kira gitu’.
Dikatakan tidak secara khusus mengkritik narasumber karena Bang Ray
menggunakan kata ‘para lawyer’ sebagai kata ganti orang supaya terdengar
lebih halus. Dibandingkan jika menyebutkan langsung nama narasumber maka
seakan hanya mengkritik orang tersebut dan menjatuhkan harga dirinya. Selain
itu, Bang Ray juga memberikan pilihan kepada narasumber. Hal ini dilakukan
karena Bang Ray dan narasumber belum terlalu mengenal jadi ia berusaha
menggunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung mereka. Sehingga,
tuturan itu sudah meminimalkan ejekan pada mitra tutur. Seperti yang
disebutkan Pranowo, jika komunikasi yang berisi kritik secara terbuka dan
relatif keras, masih dapat dikatakan santun karena tidak ada seseorang yang
dikritik secara langsung.67 Dengan demikian, tuturan di atas merealisasikan
kesantunan dan maksim pujian.
(1.17)
Ibu Yenti : ya. Saya emang ketua umumnya masyarakat hukum pidana
dan kriminologi Indonesia dan beliau adalah ketua 3A ee tapi
saya tadi agak agak gimana ya Mbak dwikorita, Mbak ee
Prof. memang biasa melihat cuaca suasana gitu ya suasana
hati saya jadi agak galau juga bahwa UGM aja yang bisa
susah dan terbanting-banting. Saya Doktor saya dari UI dan
saya mengabadikan sudah 23 tahun di Trisakti, kami juga bisa
dibanting-banting kok Bu gitu ya.
67 Pranowo, Op.cit., h. 64
54
Konteks : tuturan di atas dituturkan ketika Ibu Yenti mengatakan pendapatnya
jika tidak hanya UGM yang bisa rekoso atau berani susah karena Ibu Yenti yang
merupakan alumni UI dan dosen di Trisakti, juga bisa berani susah.
Analisis : tuturan di atas merupakan respon dari pernyataan Prof. Dwikorita
yang mengatakan bahwa hanya UGM yang mahasiswanya bisa tahan banting
atau rekoso. Tuturan Ibu Yenti di atas bermaksud ingin mengatakan kalau
dirinya juga bisa rekoso meskipun ia alumni UI dan dosen di TRISAKTI.
Namun, Ibu Yenti tidak mengatakannya secara langsung ditandai dengan kata
‘agak’ karena apabila dikatakan secara langsung, akan terkesan memuji dirinya
sendiri. Sehingga, Ibu Yenti memperhalusnya dengan bertutur ‘saya tadi agak
agak gimana ya Mbak dwikorita, Mbak ee Prof. memang biasa melihat cuaca
suasana gitu ya suasana hati saya jadi agak galau juga bahwa UGM aja yang
bisa susah dan terbanting-banting. Saya Doktor saya dari UI dan saya
mengabadikan sudah 23 tahun di Trisakti, kami juga bisa dibanting-banting
kok Bu gitu ya’, tuturan ini lebih santun dan terdengar lebih rendah hati. Oleh
karena itu, tuturan di atas dapat dikatakan sudah merealisasikan kesantunan dan
termasuk maksim kerendahan hati karena meminimalkan pujian kepada dirinya.
(1.18)
Chika : ekhem gini bapak-bapak ibu-ibu, seperti yang orang-orang
ketahui bahwa aku ini sangat otaknya ya gitu lah ya apa
adanya gitu kan. Apa mau bilang minus (ditujukan untuk
denny). Malu-maluan (tertawa). Iya bener, kalau misalkan
Prof. aja kan ditaroh sini kaya Profesor (meletakan kacamata
di atas kepala) kalo aku ‘uh otaknya minus lu’ gitu kan. Kalo
misalkan...
Konteks : tuturan di atas dituturkan ketika Chika diberi kesempatan untuk
bertanya. Ia menceritakan keresahannya yang ingin masuk UGM tetapi
menyadari dirinya tidak terlalu pintar.
55
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Chika menceritakan
keresahannya yang ingin menjadi mahasiswa UGM karena ia ingin sukses
seperti para narasumber tetapi Chika menyadari otaknya tidak terlalu pintar.
Tuturan Chika ‘seperti yang orang-orang ketahui bahwa aku ini sangat
otaknya ya gitu lah ya apa adanya gitu kan’, sebagai bentuk memaksimalkan
ejekan kepada dirinya maka tuturan ini terdengar santun sebab Chika berusaha
untuk rendah hati, dengan mengatakan kalau dirinya tidak terlalu pintar.
Sehingga, tuturan itu sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim
kerendahan hati.
(1.19)
Host : Terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya lagu
ini, emang bisa bahasa Spanyol?
Eddy : ee sebetulnya kalau dikatakan bisa tid ee tidak juga tapi
saya pengalaman waktu di Strasbourg, Prancis dalam Short
Course tahun 2001 di Renekasang Institut kebetulan ee teman-
teman di sebelah kamar itu kebanyakan dari Spanyol dan
Meksiko, karna itu sekolah musim panas dan matahari baru
terbenam sekitar jam 12 malam jadi yang kita lakukan setelah
saya sekolah itu ya biasanya menyanyikan lagu-lagu Spanyol
jadi ee proses seperti itu tidak asing bagi saya ketika harus
belajar.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy sudah selesai
menyanyikan lagu bahasa Spanyol. Semua orang kagum dengan kelancaran
Prof. Eddy menyanyikan lagu tersebut.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy sudah selesai
menyanyikan lagu bahasa Spanyol. Semua orang merasa kagum dengan
kelancaran Prof. Eddy saat bernyanyi termasuk host. Ia menanyakan alasan
kenapa Prof. Eddy lancar menyanyikan lagu tersebut, apakah karena bisa
bahasa Spanyol. Kemudian, Prof. Eddy menjawab kalau ia tidak bisa tetapi
56
sesungguhnya ia bermaksud ingin mengatakan jika dirinya bisa sedikit
berbahasa Spanyol, ditunjukkan pada tuturan ‘ee sebetulnya kalau dikatakan
bisa tid ee tidak juga tapi saya pengalaman waktu di Strasbourg…’. Sehingga,
tuturan membantah itu digunakan sebagai bentuk halus untuk memuji dirinya
agar tidak terkesan sombong. Karena setelah membantah, ia mengucapkan kata
hubung pertentangan ‘tapi’ untuk memberi tahu kalau ia sering menyanyikan
lagu Spanyol waktu bersekolah di Perancis, jadi secara tidak langsung Prof.
Eddy ingin mengatakan jika ia bisa sedikit berbahasa Spanyol. Dengan
demikian, tuturan di atas dapat dikatakan sudah merealisasikan kesantunan dan
termasuk maksim kerendahan hati.
(1.20)
Host : anak Trisakti bagaimana ini, perwakilan Trisakti. Apakah
betul apakah bener ngga sih emang UGM ini lagi mendominasi
Bu?
Dwikorita : ee kalau menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee
tergantung. Jadi, era saat ini yang dibutuhkan yang berani,
bahasa Jawanya berani rekoso. Beda pejabat saat ini dengan
pejabat ee 10 tahun yang lalu i...itu beda sekali. Pejabat
sekarang itu melayani...
Bang Ray : mohon maap Mba, rekoso itu?
Dwikorita : rekoso itu susah, susah. Nah jadi yang berani rekoso itu
UGM.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host sedang menyebutkan nama-
nama alumni UGM yang berada di pemerintahan. Setelah itu, host mengejek
mahasiswa Trisakti yang saat itu sedang menjadi penonton, dengan
menanyakan siapa saja alumni Trisakti yang berada di pemerintahan karena
dirasa masih kalah dengan UGM. Selanjutnya, host bertanya kepada Prof.
Dwikorita, apakah UGM sedang mendominasi karena banyak alumninya yang
berada di Pemerintahan.
57
Analisis : percakapan di atas terjadi ketika host merasa pejabat di pemerintahan
sekarang sedang didominasi oleh UGM dan menyebutkan nama-namanya.
Terkait hal ini host menanyakan kebenarannya kepada Prof. Dwikorita, selaku
rektor UGM saat itu. Kemudian, Prof. Dwikorita menjawab kalau menurut
persepsinya hal itu tidak sepenuhnya benar. Tuturan Prof. Dwikorita di atas
terdengar cukup rendah hati karena ia tidak langsung membenarkan jika UGM
sedang mendominasi, ia mengawali jawabannya dengan bertutur ‘ee kalau
menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee tergantung…’. Namun, tuturan itu
tidak sepenuhnya merendah karena di kalimat selanjutnya ia mengatakan kalau
pejabat yang dibutuhkan saat ini yang berani rekoso atau berani susah dan sikap
itu dimiliki mahasiswa UGM. Jadi, sesungguhnya tuturan itu bermaksud ingin
mengatakan kalau memang benar UGM sedang mendominasi karena
mahasiswanya berani rekoso, sikap itu yang dibutuhkan pejabat di era ini.
Tuturan yang setengah merendah itu masih cukup santun karena melihat panelis
dan penonton saat itu yang bukan berasal dari UGM maka tidak akan
menyinggung mereka dan tidak terkesan sombong. Dengan demikian, tuturan
di atas merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim rendah hati.
(1.21)
Bang Ray : kalo saya sebut satu kata dan anda bisa jawab satu kata bisa
ngga ya kira-kira?
Host : hmm
Kang Maman : satu kata?
Bang Ray : satu kata saya sebut, anda jawab satu kata.
Host : satu kata jawabannya. Satu kata apa satu kalimat bang?
Bang Ray : satu kata aja.
Host : satu kata.
Denny : tidak boleh lebih ya?
Bang Ray : ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya.
Eddy : siap.
58
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray meyuruh semua
narasumber untuk menjawab dengan satu kata saat Bang Ray mengucapkan satu
kata. Lalu, narasumber menyetujui permintaan Bang Ray.
Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray bertanya kepada
narasumber apakah mereka berkenan untuk menjawab dengan satu kata saat ia
menyebutkan satu kata. Lalu, host dan panelis lain ingin memastikan kembali
apakah satu kata atau satu kalimat. Bang Ray menyebutkan lagi permintaannya
kalau narasumber hanya boleh menjawab dengan satu kata. Tuturan Bang Ray
‘ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya’ meskipun termasuk
kalimat perintah tetapi ia menggunakan nada pertanyaan sehingga mengurangi
paksaan dan memperhalus tuturan tersebut. Hal ini dilakukan karena ia akan
menyuruh para narasumber yang tidak terlalu dekat dengannya maka dengan
menggunakan nada pertanyaan, tuturan itu dapat terdengar lebih santun. Sejalan
dengan apa yang dikatakan Leech yaitu memerintah dengan kalimat berita atau
kalimat tanya dipandang lebih santun dibandingan dengan kalimat perintah.68
Kemudian, Narasumber menyetujui permintaan Bang Ray yang ditunjukkan
dengan kata ‘siap’ dengan senang hati karena tidak ada paksaan. Jadi, tuturan
ini sudah memaksimalkan kesetujuan dengan mitra tutur. Dengan demikian,
tuturan di atas dapat dikatakan meralisasikan kesantunan dan termasuk maksim
kesetujuan.
(1.22)
Kang Maman : jadi kaya dukun ya, satu ilmu satu perguruan ngga boleh
saling.
Eddy : saya kira begitu.
Kang Maman : (tertawa).
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau
Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak
68 Abdul chaer, Op.cit., hlm. 57
59
Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah
jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Prof. Eddy mengatakan kalau
Pak Nasrulah tidak mengajukan pertanyaan untuknya karena ia dan Pak
Nasrulah memiliki bidang yang sama yaitu sebagai pengajar hukum dan sudah
jelas apa yang dijelaskan oleh dirinya. Kemudian, Kang Maman membalas jika
hal itu seperti dukun, yang satu ilmu dan perguruan tidak boleh saling
menyerang. Tuturan Kang Maman ‘jadi kaya dukun ya’ menggunakan majas
perumpamaan, yang mana bertujuan untuk menyamarkan maksud atas dasar
pertimbangan agar mitra tutur tidak merasa dipermalukan di depan umum.
Majas ini merupakan salah satu gaya bahasa yang dapat digunakan untuk
melihat santun tidaknya pemakaian bahasa.69 Tuturan Kang Maman di atas
bermaksud ingin mengejek sikap Pak Nasrulah yang tidak memberikan
pertanyaan karena satu bidang dengan Prof. Eddy tetapi dengan cara menyindir
menggunakan majas perumpamaan ini. Selain itu, dituturkan dengan nada
candaan. Sehingga, tuturan Kang Maman terdengar lebih santun dan tidak
menyinggung Prof. Eddy serta Pak Nasrulah. Lalu, Prof. Eddy menjawab
dengan bertutur ‘saya kira begitu’ sebagai bentuk memaksimalkan kesetujuan
dan ia tidak tersinggung sebab Prof. Eddy menangkap pesan yang
dikomunikasikan, bukan kata-kata yang digunakan. Dengan demikian, tuturan
di atas sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kesetujuan.
(1.23)
Bang Ray : untuk Prof. Edi dan ee Pak Heru ya.
Heru : iya.
Bang Ray : seba khususnya Pak Heru sebagai lawyer dan sebagai yang
sering juga dimintai sebagai saksi ahli Prof. Edi ya, ketika
menerima satu permintaan itu baik sebagai Iawyer maupun
69 Pranowo, Op.cit., hlm. 18-20
60
sebagai saksi ahli karna profesional atau karna memang sesuai
pikiran dan ee prinsip anda?
Heru : saya dulu ya.
Bang Ray : iya, boleh.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada
kedua narasumber. Ia mempertanyakan saat menerima klien, baik sebagai
pengacara ataupun saksi ahli, apakah sesuai dengan pikiran dan prinsip mereka
atau hanya professional saja.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Bang Ray ingin bertanya pada
kedua narasumber. Ia ingin menanyakan tentang keputusan mereka saat
menerima klien, baik sebagai pengacara maupun saksi ahli, apakah ditentukan
sesuai pikiran dan prinsip mereka atau hanya professional. Kemudian, Doktor
Heru ingin menjawab terlebih dahulu dengan bertutur ‘saya dulu ya’. Tuturan
Doktor Heru itu bermaksud kalau ia ingin menjawab pertama sebelum Prof.
Eddy. Meskipun tuturan itu termasuk kalimat perintah tetapi dituturkan
menggunakan nada pertanyaan, sehingga terkesan seperti Doktor Heru
meminta izin dahulu kepada Bang Ray untuk menjawab maka terdengar lebih
santun. Lalu, Bang Ray memberi izin dengan bertutur ‘iya, boleh’, tuturan itu
sudah memaksimalkan kesetujuan pada Doktor Heru karena memperbolehkan
untuk menjawab pertama. Oleh karena itu, tuturan tersebut dapat dikatakan
santun dan termasuk maksim kesetujuan.
Data 2 ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019
Pematuhan maksim yang paling dominan adalah maksim kesetujuan dengan
jumlah 3 data. Pematuhan maksim yang paling sedikit adalah maksim
kedermawanan dengan jumlah 0. Maksim kesetujuan lebih banyak dipatuhi oleh
mitra tutur untuk menjaga perasaan penutur. Kesetujuan yang dilakukan
kebanyakan berbentuk kesetujuan setengah, karena mitra tutur sebenarnya tidak
terlalu setuju tetapi mereka tidak langusng mengatakan tidak setuju.
(2.1)
61
Hardly : jadi kalau berbicara pengaduan dibandingkan dengan temuan ee
secara quantity pengaduan lebih banyak, lebih banyak itu lebih
rame, lebih rame itu artinya bisa jadi satu program rame-rame oleh
ratusan orang atau ratusan netijen...
Martin : contohnya boleh Pak?
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Hardly sedang menjawab
pertanyaan Martin yang menanyakan berapa persen perbandingan antara
pengaduan masyarakat dengan pengawasan langsung dari KPI supaya program
tersebut dapat ditindak. Kemudian, Martin memotong penjelasan Hardly dan
meminta contoh program yang diadukan.
Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika Hardly menjawab pertanyaan
yang diberikan Martin. Hardly mengatakan kalau pengaduan lebih banyak
dibandingkan dengan pengawasan atau temuan langsung dari KPI tetapi belum
sempat Hardly menyelesaikan penjelasannya, Martin menyela dan bertutur
‘contohnya boleh Pak?’. Martin bermaksud menyuruh Hardly untuk
memberikan contohnya tetapi karena Hardly lebih tua dari dirinya maka ia
memperhalusnya dengan tuturan meminta. Sehingga, tuturan itu terdengar lebih
santun karena meminimalkan kerugian mitra tutur dan tidak terkesan memaksa
Hardly, dibandingkan jika ia menyuruh langsung. Dengan demikian, tuturan di
atas sudah merealisasikan kesantunan dan termasuk maksim kebijaksanaan.
(2.2)
Hardly : sudah boleh langsung kita jawab?
Host : boleh, silahkan.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host bertanya alasan KPI
memberikan sanksi pada program Spongebob. Lalu, Hardly bertanya untuk
meminta izin menjawab dan host menyetujuinya.
Analisis : percakapan di atas terjadi karena host menanyakan kenapa program
Spongebob yang dipilih untuk diberi sanksi oleh KPI. Sebab program
62
Spongebob yang merupakan program anak-anak tetapi justru diberi sanksi,
akibatnya banyak yang tidak setuju dengan keputusan KPI dan host
mempertanyakan hal tersebut. Namun, sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
Hardly meminta izin atau persetujuan terlebih dahulu kepada host, ditunjukkan
dengan tuturan Hardly ‘sudah boleh langsung kita jawab?’. Hal ini
dikarenakan Hardly bermaksud ingin langsung menjawab pertanyaan host
tetapi ia memperhalus penyampaian maksudnya dengan cara bertanya meminta
persetujuan. Kemudian, host menyetujui permintaan Hardly dengan bertutur
‘boleh, silahkan’ untuk memberikan izin kepada Hardly untuk langsung
menjawab. Kata ‘silahkan’ digunakan host untuk memperhalus perintah,
dengan kata lain mempersilakan atau memerintah Hardly untuk menjawab.
Sehingga, host sudah memaksimalkan keuntungan pada mitra tutur. Dengan
demikian, tuturan di atas dapat dikatakan santun dan termasuk maksim
kebijaksanaan.
(2.3)
Irsal : Perdebatannya tapi misalnya ada beberapa kasus ada anak-
anak tu yang saya tahu ya, misalnya di Aceh dia pengen ketemu
Atta Halilintar sampai ke airport, dia nyasar segala macam,
lari dari rumah kan kalo ngga salah itu...
Adri : saya dulu ngga ada Atta Halilintar juga pernah sih lari dari
rumah dan (tertawa) saya bingung gitu gimana sih tontonan
tapi.
Irsal : ya artinya..
Adri : dampak terhadap perilaku kayanya.
Irsal : artinya ginilah itukan banyak perdebatan ketika kita cerita ee
apa efek negatifnya yang secara langsung kemudian diukur kan
gitu tapi kembali bahwa ee ini Atta Halilintar misalnya atau
konten-konten digital itu kan sudah semakin marak dan ee
bukan hanya sebatas apa ya tapi sudah seb se sebagai
63
broadcaster kan artinya kalau dalam pandangan penyiaran
secara umum ini sudah masuk pada ranahnya penyiaran gitu.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Irsal menjelaskan kalau konten
Youtube Atta Halilintar memberikan pengaruh negatif bagi anak-anak, seperti
seorang anak yang lari dari rumah untuk menemui Atta Halilintar di Airport.
Lalu, Adri memberikan respon kalau dirinya juga pernah lari dari rumah
sebelum ada Atta Halilintar.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Irsal menjelaskan kalau konten
Youtube Atta Halilintar memberikan pengaruh negatif bagi anak-anak, seperti
seorang anak di Aceh yang lari dari rumah untuk menemui Atta Halilintar di
Airport. Lalu, Adri bertutur ‘saya dulu ngga ada Atta Halilintar juga pernah
sih lari dari rumah…’, tuturan Adri itu bermaksud ingin mengatakan kalau ia
tidak sependapat dengan pernyataan Isral jika konten Atta Halilintar yang
membuat seorang anak lari dari rumah, sebab sebelum ada Atta Halilintar pun
ia sudah pernah lari dari rumah. Namun, tuturan itu dituturkan secara tidak
langsung dalam bentuk sindiran disertai nada candaan sehingga masih terdengar
santun dan tidak menyinggung Irsal. Tuturan serius tetapi disampaikan dengan
nada bercanda meskipun candaannya terasa agak keras dan penuh dengan
sindiran, komunikasi itu masih tetap santun karena mitra tutur menangkap
pesan yang sampaikan, bukan kata-kata yang digunakan.70 Oleh karena itu,
tuturan itu masih dapat dikatakan sudah merealisasikan kesantunan dan
termasuk maksim pujian karena meminimalkan ejekan pada mitra tutur.
(2.4)
Kang Maman : Razak daritadi tercekat hanya karna memang takut
mendengar pernya wacana bahwa kalian akan diawasi?
akhirnya diawasi.
Nuning : Sri Asih masih boleh tampil kok (tertawa).
70 Pranowo, Op.cit., h. 67
64
Razak : Karna ee percakapan saya di Youtube cukup kasar sih untuk
anak-anak, sekarang jadi saya cukup khawatir juga akan
dibatasi secara ini aja.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika setelah Mas Hardly mengatakan
kalau platform media-media baru seperti youtube wacananya akan diawasi.
Kemudian, Kang Maman melihat Razak yang sedari tadi tidak memberikan
respon apapun, jadi ia menanyakan alasannya kepada Razak.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Kang Maman melihat Razak
tidak memberikan respon apapun setelah mendengar pernyataan Hardly kalau
wacananya platfrom media-media baru akan diawasi, entah oleh KPI atau
lembaga manapun. Sehingga Kang Maman bertanya alasan Razak tidak
memberikan respon, apakah ia takut chanel youtubenya akan diawasi.
Kemudian, Razak menjawab kalau ia sedikit khawatir karena penggunaan kata-
katanya yang cukup kasar. Tuturan Razak ‘Karna ee percakapan saya di
Youtube cukup kasar sih untuk anak-anak…’ terdengar rendah hati karena ia
tidak berusaha untuk memuji dirinya, justru mengakui kalau dirinya khawatir
chanel youtubenya diawasi karena menggunakan kata-kata yang cukup kasar
bagi anak-anak. Dengan demikian, percakapan di atas dapat dikatakan santun
dan termasuk maksim rendah hati.
(2.5)
Hardly : sudah boleh langsung kita jawab?
Host : boleh, silahkan.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika host bertanya alasan KPI
memberikan sanksi pada program Spongebob. Lalu, Hardly bertanya untuk
meminta izin menjawab dan host menyetujuinya.
Analisis : percakapan di atas terjadi karena host menanyakan kenapa program
Spongebob yang dipilih untuk diberi sanksi oleh KPI. Sebab program
Spongebob yang merupakan program anak-anak tetapi justru diberi sanksi,
65
akibatnya banyak yang tidak setuju dengan keputusan KPI dan host
mempertanyakan hal tersebut. Namun, sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
Hardly meminta izin atau persetujuan terlebih dahulu kepada host, ditunjukkan
dengan tuturan Hardly ‘sudah boleh langsung kita jawab?’. Hal ini
dikarenakan Hardly bermaksud ingin langsung menjawab pertanyaan host
tetapi ia memperhalus penyampaian maksudnya dengan cara bertanya meminta
persetujuan. Kemudian, host menyetujui permintaan Hardly dengan bertutur
‘boleh, silahkan’ untuk memberikan izin kepada Hardly untuk langsung
menjawab. Kata ‘silahkan’ digunakan host untuk memperhalus perintah,
dengan kata lain mempersilakan atau memerintah Hardly untuk menjawab.
Sehingga, host sudah memaksimalkan kesetujuan pada mitra tutur. Dengan
demikian, tuturan di atas dapat dikatakan santun dan termasuk maksim
kesetujuan.
(2.6)
Kang Maman : kalau semangat membuat kata-kata seven dirty word-nya
yang tidak boleh muncul...
Nuning : saya setuju itu Kang, setuju.
Hardly : kalo kata-kata itu Kang, saya kalo pada prinsipnya setuju
cuma mau berapa banyak kata kita masukan disitu maka
dalam pertemuan saya dengan beberapa lembaga penyiaran ee
di periode lalu di periode sebelumnya. Lalu, saya sampaikan
kata itukan berkembang terus kita tidak bisa kemudian
membatasi setiap kata-perkata tetapi kita liat lagi-lagi gambar,
visual, maupun audio yang keluar itu harus diletakan pada
konteksnya, kata itu diletakan pada konteks apa itu kita harus
liat disitu...
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Kang Maman beranggapan jika
P3SPS harus teknis karena tidak ada peraturan yang jelas terhadap kata-kata
yang dilarang atau yang boleh muncul seperti di Amerika dengan seven dirty
66
words. Kang Maman meminta KPI untuk segera merevisi P3SPS dan
narasumber setuju dengan pendapat tersebut.
Analisis : percakapan di atas terjadi ketika Kang Maman beranggapan jika
P3SPS harus teknis karena tidak ada peraturan yang jelas terhadap kata-kata
yang dilarang atau yang boleh muncul seperti di Amerika dengan seven dirty
words. Kang Maman meminta KPI untuk segera merevisi P3SP. Bu Nuning dan
Hardly setuju kalo KPI harus memiliki peraturan seperti seven dirty words.
Namun, berbeda dari Bu Nuning yang sepenuhnya setuju, sedangkan Hardly
melakukan persetujuan setengah dengan mengatakan ‘kalo kata-kata itu Kang,
saya kalo pada prinsipnya setuju cuma mau berapa banyak kata kita
masukan disitu’. Dikatakan setengah karena Hardly menyetujui adanya seven
dirty words tetapi tidak sepenuhnya setuju, ada hal yang menurutnya tidak
sependapat dengan Kang Maman, ditandai dengan penggunaan kata ‘cuma’
setelah Hardly berkata setuju. Jadi, maksud tuturan Hardly itu ingin
menyampaikan jika seven dirty word tidak terlalu efektif karena tidak hanya
kata-kata yang harus dibatasi tetapi juga dilihat dari konteks penggunaan kata
tersebut dan juga dengan melihat video atau gambarnya. Tuturan Hardly di atas
dianggap lebih santun dibandingkan dengan mengatakan ketidaksetujuan secara
langsung, sebab penutur sebisa mungkin tidak menyatakan ketidaksetujuan
dengan mitra tutur sehingga mitra tutur merasa jatuh harga dirinya.71 Oleh
karena itu, untuk menjaga harga diri mitra tutur tidak jatuh, Hardly tidak
langsung mengatakan ketidaksetujuannya. Dengan demikian, tuturan di atas
dikatakan santun dan termasuk maksim kesetujuan.
(2.7)
Martin : jangan sampe jangan sampe kita tuh mengkambinghitamkan
konten.
Hardly : ya poinnya disitu, saya setuju.
71 Pranowo, Op.Cit., hlm. 37
67
Martin : jangan sampe kita mengkambinghitamkan konten dan
melupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Hardly : yes poinnya disitu.
Martin : atau sebagai society yang bisa menegur itu.
Hardly : Mba Andini saya poinnya disitu saya setuju tapi toh harus
berlaku baik kepada media-media baru maupun kepada media
penyiaran. Jangan sampai kita hanya menyalahkan konten,
tanggung jawab kita bersama, thats point. Saya mau saya
setuju di titik itu sehingga kemudian tapi sisi lain jangan juga
lalu kita katakan TV kita awasi terus, ini media-media baru
yang juga sumber informasi massa kemudian ngga ada
pengaturan. Kita perlu pikirkan itu juga tapi lagi-lagi ini
adalah diskusi khusus.
Konteks : tuturan di atas dituturkan ketika Dara mempertanyakan orang tua
yang abai dalam mengawasi anaknya bermain Youtube sedangkan sudah ada
fitur parental, sehingga yang disalahkan konten Youtube-nya. Lalu, Martin
mengatakan kalau jangan mengkambinghitamkan konten dan Hardly setuju
dengan Martin.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Dara mempertanyakan orang tua
yang abai dalam mengawasi anaknya bermain Youtube sedangkan sudah ada
fitur parental, ia takut kalau Youtube semakin diawasi maka semakin terbatasi
pula kreativitas kreator. Lalu, Martin menambahkan kalau jangan sampai
mengkambinghitamkan konten dan lalai dalam tanggung jawabnya sebagai
orang tua. Kemudian, Hardly setuju dengan tuturan Martin, ia bertutur ‘Mba
Andini saya poinnya disitu saya setuju…’. Namun, Hardly tidak sepenuhnya
setuju karena di kalimat selanjutnya ia menambahkan kata pertentangan ‘…tapi
sisi lain...’. Jadi, maksud tuturan Hardly itu, ia ingin mengatakan kalau dirinya
setuju dengan jangan hanya menyalahkan konten dan peran tanggung jawab
orang tua tetapi media-media baru tetap harus ada peraturan dan pengawasan.
Tuturan di atas dianggap lebih santun dibandingkan dengan mengatakan
68
ketidaksetujuan secara langsung. Sebab apabila dilihat dari latar belakang
Martin seorang Youtuber dan sedikit kontra dengan adanya wacana Youtube
akan dibatasi, maka akan menyinggungnya jika Hardly langsung mengatakan
tidak setuju. Sehingga, tuturan di atas dikatakan sudah merealisasikan
kesantunan dan temasuk maksim kesetujuan.
(2.8)
Razak : iya. Mereview film dengan cara saya sendiri dan kata-katanya
emang cukup kasar sih buat buat ya buat saya sih itu.
Martin : diakui (tertawa).
Nuning : buat dia aja sudah merasa kasar.
Hardly : jadi kalo saya boleh…
Nuning : tapi saya seneng loh kalo ada pemuda konten kreator yang
punya keresahan itu artinya kan kita menjaga bangsa ini
dengan bersama-sama ‘o iya ya cukup kasar’ begitu loh, kan
gitu. Jadi ee ini kenapa kemudian oh pengawasan jangan
sampe kebablasan lah memberikan contoh-contoh yang
kemudian ya terlalu kasar, ee kontennya cuman ngeprank aja,
kadang-kadang cuman mengulik privasi-privasi ee apa publik
figure dan lain sebagainya. Ayo kita sama-sama ee…
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Razak ditanya alasan kenapa ia
tidak memberikan respon. Razak menjawab kalau ia merasa khawatir ketika
mendengar Youtube akan diawasi karena kata-katanya cukup kasar ketika
mereview film. Kemudian, Bu Nuning merespon bagus keresahan Razak itu.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Razak ditanya alasan kenapa ia
tidak memberikan respon saat Hardly mengatakan akan mengawasi Youtube.
Razak menjawab kalau ia merasa khawatir ketika jika Youtube akan diawasi
karena kata-katanya cukup kasar ketika mereview film. Kemudian, Bu Nuning
merespon bagus keresahan Razak itu. Bu Nuning bertutur ‘tapi saya seneng loh
kalo ada pemuda konten kreator yang punya keresahan itu…’, tuturan itu
sebagai maksud apresiasi Bu Nuning atas jawaban Razak yang menyadari kalau
kata-katanya cukup kasar di konten Youtube-nya. Jadi, tuturan itu sudah
69
memaksimalkan kesimpatisan pada mitra tutur. Dengan demikian, tuturan di
atas dapat dikatakan santun dan termasuk maksim simpati.
(2.9)
Dara : dan soal KPID juga di Jawa Barat ada perbedaan ee tafsir
tuh soal radio, lagu-lagu yang diputar di radio di Jawa Barat
sendiri ngga boleh gitu. Jadi maksudnya dalam tubuh KPI-nya
sendiri antara yang pusat dan yang daerah aja sudah tidak
sama ni dalam menerapkan pedoman yang sama gitu...
Hardly : ya kalo itu saya...
Dara : apalagi kalo kita me mengandalkan dengan aduan
masyarakat yang mungkin menurut saya sesuatu itu pantas
diadukan menurut Kang Maman tidak pantas diadukan kan
akan jadi sangat shaky gitu.
Hardly : ya, kalo itu saya harus merespon. Terima kasih Dara untuk
yang disampaikan tadi. Kalo ini saya meminta support dari
seluruh masyarakat Indonesia untuk terkait dengan revisi
Undang-undang penyiaran dimana akan berbicara tentang
struktur KPI sendiri agar kemudian kita lebih struktural.
Konteks : percakapan di atas dituturkan ketika Dara menyampaikan keluhannya
tentang peraturan KPI yang belum jelas. Seperti peraturan soal lagu-lagu yang
boleh diputar di radio, antara peraturan di KPID Jawa Barat dengan KPI pusat
cukup berbeda, selain itu terkait pemberian saksi pada program televisi yang
mengandalkan aduan masyarakat karena setiap orang memiliki penilaiannya
sendiri. Kemudian, Kang Maman merespon dengan baik sebagai bentuk simpati
pada keluhan Dara.
Analisis : percakapan di atas dituturkan ketika Dara menyampaikan keluhannya
tentang peraturan KPI yang belum jelas. Tidak sedikit peraturan KPI yang
masih membingungkan dan tidak cukup teknis, karena peraturan KPI pusat dan
KPID terkadang mengalami ketidaksamaan dalam menerapkan peraturan.
70
Seperti yang dikeluhkan Dara sekaligus mengkritik soal peraturan lagu-lagu
yang boleh diputar di radio Jawa Barat karena antara KPI pusat dan KPID Jawa
Barat ada perbedaan penerapan dalam pedoman yang sama yaitu P3SPS. Serta
terkait pemberian sanksi pada program televisi yang mengandalkan aduan
masyarakat, menyebabkan pro kontra karena setiap orang memiliki
penilaiannya sendiri. Kemudian, Hardly meresponnya dengan bertutur ‘ya, kalo
itu saya harus merespon. Terima kasih Dara untuk yang disampaikan tadi’.
Hardly tidak merasa kesal karena sudah dikritik. Tuturan itu sebagai respon dan
bentuk simpati Hardly atas keluhan yang dirasakan Dara karena apabila Hardly
menunjukkan rasa antipasti, akan menyinggung mitra tutur dan terkesan tidak
peduli dengan yang dirasakannya. Penggunaan kata ‘terima kasih’ juga
berfungsi untuk menghormati Dara sebagai usaha agar terdengar lebih santun
meskipun dirinya lebih tua darinya. Sehingga, Hardly sudah memaksimalkan
rasa simpati pada mitra tutur, termasuk maksim simpati dan sudah
merealisasikan kesantunan.
Tema 3 ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019
Pada tema ketiga ditemukan pematuhan maksim yang dominan yaitu
maksim kebijaksanaan dengan jumlah.4 data, pematuhan maksim ini kebanyakan
dilakukan oleh panelis dan narasumber untuk menghindari rasa tersinggung mitra
tutur sehingga penutur berusaha untuk mengurangi kerugian mitra tutur. Pematuhan
maksim yang paling sedikit yaitu maksim kedermawanan, dan maksim kerendahan
hati, dengan jumlah 0 data, karena antara panelis dan narasumber sering terjadi
perdebatan sehingga tidak terjadi pematuhan maksim ini.
(3.1)
Host : ya. Nah, Mas Budi, Mas Budi ni kan juga sebagai jurnalis senior
ngeliatnya ini ni dengan berita yang udah disebarluaskan gitu terus
kemudian dampaknya tu sebenernya ada atau nggak kalo liat Mas Budi
ni dengan kasus yang kemaren?
Budi : oke. Saya mungkin tidak akan khusus tentang ee tapi saya akan bicara
tentang buzzer sekarang ee bagi saya ee kebebasan berpendapat di
71
sosmed adalah sebuah kewajiban, sebuah hak masyarakat cuman yang
menjadi ee problem adalah ketika sekelompok orang yang terorganisasi
yang secara sistematis mensirkulasikan informasi, informasi tanda kutip
ya karna informasinya saya yakin sebagian besar tidak benar.
Host : oke. Itu termasuk Denny Siregar nggak?
Budi : saya kira mungkin bagian dari itu. Kenapa saya…
Host : bener nggak tuh Bang Denny termasuk bagian dari itu?
Denny : saya…
Budi : saya kasih argumentasi sedikit kenapa saya sebut terorganisasi. Saya
berdasarkan pada satu unggahan di seword yang pasti terkoneksi juga
dengan ee Pak Denny yang disitu ada sekelompok foto sekelompok orang
yang disitu ada satu ee istilah bahwa ada ee nanti akan kita laporkan
kepada Kakak BP-nya. Nah, itu mungkin nanti satu pertanyaan itu Kaka
pembina itu siapa?
Konteks : Percakapan di atas terjadi antara host, Budi dan Denny. Host dan Budi
berperan sebagai penutur dan Denny sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi pada
segmen ke-1. Maksud dari tuturan Budi, ia ingin mengkritik buzzer atau
sekelompok orang yang menyebarluaskan berita tanpa adanya kebenaran dan ia
sedikit mengiyakan kalau Denny termasuk dalam kelompok tersebut. Tetapi Budi
menambahkan alasannya mengenai itu, supaya Denny tidak merasa tertuduh dan
untuk menjaga perasaannya.
Analisis : Percakapan di atas terjadi ketika Budi ditanyai pendapatnya oleh host
tentang peristiwa ambulan membawa batu, Budi tidak menjawab secara khusus
tentang hal itu. Ia hanya mengkritik buzzer atau sekelompok orang yang
terorganisasi yang suka menyebarkan berita yang dianggap tidak benar. Lalu, ketika
ditanya kembali oleh host apakah Denny termasuk di dalamnya, ia mengiyakan.
Budi bertutur saya kira mungkin bagian dari itu. Kenapa saya… dalam tuturan
ini termasuk makna tuturan pernyataan tetapi Budi tidak secara langsung
mengatakan kalau Denny bagian dari kelompok buzzer karena ditandai dengan kata
‘saya kira mungkin’. Hal ini dapat memperhalus dugaannya. Budi juga
72
menambahkan saya kasih argumentasi sedikit kenapa saya sebut terorganisasi
tuturan ini Budi berusaha menjaga perasaan Denny, jadi ia memberikan alasan
kenapa bisa mengatakan Denny bagian dari kelompok tersebut. Dengan
menambahkan alasan, mencegah Budi dari tindakan menuduh Denny dan Denny
tidak merasa tersinggung. Nada yang dipakai Budi pun ketika bertutur tidak
terdengar menuduh, hanya memberikan pendapatnya saja. Mimik wajah Budi juga
tidak mengindikasikan kalau ia ingin menuduh. Dengan demikian, tuturan Budi
masih terdengar santun, dan mematuhi maksim kebijaksanaan karena tidak terlalu
menyinggung Denny.
(3.2)
Sultan : Bang Denny.
Denny : iya.
Sultan : banyak anak STM yang main twitter kok Bang. Tadi menarik ni ya kan,
lagi dicari-cari orang anak STM, gimana ni Bang Denny. Tadi Abang
bilang menghormati polisi, makanya menghapus twitter, kan gitu kira-
kira. Lalu, ya itu salah satu etika sosial media saya, emang etika dalam
paham Abang itu kaya gimana si, etika bersosial media kaya gimana coba
Bang?
Denny : ya saya tidak menyebarkan berita berita-bohong, mencoba ya. Jika
kemudian terjebak, saya mencoba minta maaf. Yang kedua, saya tidak
kasar, saya tidak pernah menorehkan kata-kata yang seperti Bang Rocky
misalnya dungu, itu nggak. Pernah adakah kata-kata kasar dalam saya
yang menyakiti hati seseorang secara fisik kalau bertarung ide, saya
membutuhkan pertarungan ide pertarungan narasi tulisan bukan
personal. Kata-kata buzzer buat saya itu adalah cara yang paling lemah
untuk menghajar seseorang ketika narasi di media sosial kalah dengan
saya, sehingga paling mudah adalah menunjuk seorang buzzer untuk
menghancurkan karakternya.
Host : dan dan Bang Denny paling nggak suka kalo dibilang buzzer?
Denny : ngga ngga ada masalah sih. Saya bilang cuman kan pendangkalan,
apa sih arti buzzer ya kan. Kalo saya lebih kepada, mungkin saya
influencer ya, tulisan saya menginfluens, buzzer itu lebih kepada
73
berupa dengungan ya kan. Banyak akun buzzer yang tidak banyak
followers, yang hanya mendengungkan saja berita-berita yang
disampaikan kepadanya. Tapi kalo saya ketika menulis, banyak orang
setuju, banyak orang tidak setuju tetapi menginfluens orang.
Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh host, Sultan, dan Denny. Host dan
Sultan berperan sebagai penutur yang bertanya kepada Denny sebagai mitra tutur.
Percakapan terjadi pada segmen ke-1, ketika host menanyakan Denny
kebenarannya kalau ia yang tidak suka disebut Buzzer. Denny menjawab jika ia
ingin disebut sebagai influencer. Maksud dari tuturan Denny, ia menyetujui secara
langsung kalau ia tidak ingin disebut buzzer dengan cara ia menjawab jika dirinya
juga merasa tidak masalah jika disebut buzzer.
Analisis : Percakapan di atas dituturkan host setelah Budi menjawab pertanyaan
Sultan. Budi mengatakan kalau ia tidak senang jika ada orang yang menjuluki orang
lain sebagai buzzer. Host kemudian bertutur dengan tuturan interogatif dengan
maksud meminta pengakuan kalau Budi juga tidak ingin disebut sebagai Buzzer.
Lalu, Budi bertutur ngga ngga ada masalah sih. Saya bilang cuman kan
pendangkalan, apa sih arti buzzer ya kan. Kalo saya lebih kepada, mungkin saya
influencer ya, tulisan saya menginfluens, buzzer itu lebih kepada berupa
dengungan ya kan… tuturan ini dimaksudkan jika Budi menyetujui dirinya tidak
ingin disebut buzzer tetapi tidak dikatakan secara langsung. Ditandai dengan
penggunaan kata ‘ngga ngga ada masalah sih’. Walaupun Budi mengatakan secara
tidak langsung tetapi ia tetap menyetujui tuturan host. Dengan demikian, tuturan
Denny mematuhi maksim kesetujuan dan terdengar santun.
(3.3)
Budi : saya boleh minta pendapatnya?
Denny : silakan.
Budi : Oke, kalau anda tidak buzzer, menurut anda buzzer itu mengganggu atau
merusak demokrasi tidak?
74
Denny : kalau kemudian buzzer memang niatnya baik, buat saya itu dibutuhkan.
Ketika kelompok-kelompok yang ingin merusak negri ini, mereka
menggunakan buzzer dengan judul-judul yang bombastis mempengaruhi
pemikiran orang terhadap negara khilafah, apa yang mau dihadapi oleh
orang-orang yang tidak mau dianggap buzzer. Saya selalu nulis fight fire
with fire.
Konteks : Percakapan di atas dituturkan antara Budi dan Denny. Budi berperan
sebagai panelis dan penutur, Denny sebagai narasumber dan mitra tutur.
Percakapan di atas terjadi pada segmen ke-1, saat Budi ingin bertanya pendapatnya.
Maksud dari tuutran Budi itu, ia ingin mengetahui pendapat Denny tentang buzzer
tetapi dengan cara meminta izin dahulu.
Analisis : Percakapan di atas terjadi karena Budi ingin mengetahui pendapat Denny
tentang buzzer. Sebelum Budi mengajukan pertanyaan, ia mengawalinya dengan
bertutur saya boleh minta pendapatnya?. Penggunaan kata ‘boleh’ dimaksudkan
untuk meminta kesedian Denny memberikan pendapatnya. Tuturan ini digunakan
sebagai bentuk santun agar tidak terkesan memaksa Denny. Jadi, Denny boleh
memilih untuk mengiyakan atau menolaknya. Nada yang digunakan saat bertutur
terdengar lembut tanpa ada paksaan. Lalu Denny mengiyakan dengan bertutur
silakan. Dilihat dari jawaban Denny tersebut yang menggunakan kata ‘silakan’,
mengandung makna perintah tetapi dituturkan dengan tuturan deklaratif. Dengan
demikian, Budi sudah mematuhi maksim kebijaksanaan dan tuturannya terdengar
santun.
(3.4)
Host : mungkin orang juga bertanya kok Bang Denny bisa dapet buktinya, itu
satu mungkin video yang pengroyokan. Soal dapet ambulans kok bisa
dapet duluan buktinya, itu sebenernya dapetnya dari mana gitu?
Budi : mungkin boleh disebut ee ditailnya ee boleh disebut. Kan itu…
Host : informannya gitu.
Budi : informannya.
75
Denny : maksudnya detailnya?
Budi : soal ambulannya mungkin, kita sebut salah satu.
Denny : ah itu biasa di lapangan, saya nggak bisa nyebutkan nama seseorang ya
di acara publik seperti ini.
Budi : karena uploadnya tu agak bersamaan dengan beberapa kelompok
yang…
Denny : kan banyak orang Pak Budi di sana. Pak Budi kan wartawan tempo
harusnya faham disana berapa orang…
Konteks : Percakapan di atas terjadi antara host, Budi dan Denny. Host dan Budi
sebagai penutur, dan Denny sebagai mitra tutur. Tuturan di atas terjadi di segmen
ke-2, saat host menanyakan bagaimana Denny bisa mendapatkan bukti video dari
peristiwa yang terjadi, sehingga ia dapat memposting lebih dulu dibandingkan
TMC Polda Metro Jaya. Budi juga mencurigai Denny memiliki kenalan yang
memberikan bukti video tersebut. Maksud dari tuturan di atas, Budi menyuruh
Denny menyebutkan siapa informannya.
Analisis : Percakapan di atas terjadi karena host merasa heran bagaimana Denny
mendapatkan bukti video dari pengeroyokan dan ambulan membawa batu. Budi
juga ingin mengetahuinya maka ia ikut menanyakan bagaimana dan siapa yang
memberikan bukti video tersebut. Budi bertutur mungkin boleh disebut ee
ditailnya ee boleh disebut. Kan itu… tuturan itu mengandung makna suruhan tetapi
tidak memaksa, ditandai dengan penggunaan kata ‘boleh’ digunakan untuk
meminta kesedian Denny menyebutkan secara detail. Nada yang digunakan pun
datar, tidak ada terdengar memaksa. Walaupun Denny masih terdengar sedikit
keberatan, dan menolak untuk menyebutkan siapa yang memberikan videonya
karena alasan menjaga privasi orang terebut. Namun, dengan tuturan Budi tersebut
cukup meredamkan emosi Denny, agar tidak semakin tersinggung dan emosi.
Dengan demikian, Budi sudah memperhalus tuturan suruhannya dan terdengar
lebih santun, serta mematuhi maksim kebijaksanaan.
(3.5)
76
Denny : gini loh. Saya tu udah banyak dibilang orang gagal nalar, gagal faham,
buzzer, syiah, liberar, dan segalanya, jadi saya anggep juga demokrasi.
Silakan ngasih ngasih ngasih pandangan bahwa saya gagal nalar karna
kan sudut pandang orang kan berbeda-beda, ya kan. Dia melihat bahwa
ini angka enam, saya melihatnya angka sembilan, mau perdebatkan apa
ya silakan, demokrasi aja mau bilang saya apapun buat saya sah-sah
saja. Tapi jangan halangi saya juga untuk mengungkapkan apa yang saya
pikirkan dong. Kita bebas, mari kita tarung narasi tetapi jangan sibuk
menyerang person seseorang.
Ruhut : Den?
Denny : iya Bang.
Ruhut : Tuhan itu sayang kepada Indonesia.
Denny : siap.
Ruhut : semenjak adanya medsos, kacau kita semua. Aku sedih juga liat kau
daritadi diadili.
Denny : (tertawa)
Ruhut : padahal yang seperti kau tapi merongrong pemerintah, ribuan. Tapi
Tuhan mengirim kau untuk menetralisir.
Denny : thank you, Bang.
Ruhut : kebakaran jenggot lah mereka. Kebaran jenggot mereka, hingga seperti
tadi pertanyaan. Aku orang nekat Den tapi kau jauh lebih nekat. Ada
berapa nyawa kau, Den. Berani kali kau Den. Kemaren kawan kau udah
diculik, udah dipukuli bonyok-bonyok. Kau siap nggak untuk itu, Den? Itu
yang pertama.
Denny : insya allah siap.
Ruhut : baik. Terima kasih Den, kau siap untuk itu. Yang kedua perdebatan
kita, saya orang hukum kenapa Denny sampe sekarang walaupun
dilaporkan beliau clear karna polisi susah mencari bukti yang kuat bahwa
dia melakukan hoaks. Sedangkan mereka kenapa menjadi bersakitan, dia
dangkal ilmunya jadi ketauan hoaks. Ah Den saran saya ya, kau tetap
berkibar, kau harus berani karna kalau tidak ada orang seperti kau, ngeri
republik ini sekarang.
77
Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Denny dan Ruhut. Ruhut sebagai
penutur dan Denny sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi pada segmen ke-3.
Maksud dari tuturan Ruhut bahwa ia ingin mengatakan terima kasih kepada Denny
karena ia berani menyuarakan pendapatnya, walaupun sering dikritik maupun
dikatakan buzzer oleh banyak orang.
Analisis : Percakapan di atas terjadi karena Ruhut merasa kalau Denny dihakimi
oleh panelis lain. Ruhut membela Denny dengan cara memujinya, ia bertutur
‘padahal yang seperti kau tapi merongrong pemerintah, ribuan. Tapi Tuhan
mengirim kau untuk menetralisir’ dan ‘Aku orang nekat Den tapi kau jauh lebih
nekat. Ada berapa nyawa kau, Den. Berani kali kau Den’ tuturan ini dituturkan
Ruhut karena sedari tadi Denny dihakimi para panelis lain dan dicurigai sebagai
buzzer karena postingannya di twitter yang dianggap hoaks. Namun, menurut
Ruhut, Denny tidak mennyebarkan hoaks dan bukan buzzer karena ia sepaham
dengannya. Ruhut sedikit menyindir orang-orang yang mengatainya dan yang
berusaha mencari kesalahan Denny, meskipun begitu ia tidak menyebut nama salah
satu pihak sehingga tidak menyinggung siapapun. Ruhut juga mengatakan ‘terima
kasih’ sebagai bentuk penghormatan atas apa yang sudah dilakukan Denny. Dengan
demikian, tuturan Ruhut sudah mematuhi maksim pujian dan termasuk santun.
(3.6)
Host : Bang Ruhut juga waktu terakhir Bang Rocky kesini masih
perdebatannya sengit banget waktu itu Bang.
Ruhut : (tertawa) Rocky ini sahabat saya dari jaman Jepang. Rocky Rok…
Rocky : (tertawa) padahal dia orang Belanda.
Ruhut : (tertawa) Rocky selalu menunjukkan se-independenannya. Kau nggak
independen. Aku memihak kepada salah satu calon, kau ke salah satu
calon.
Rocky : salah?
Host : salah atau nggak?
78
Ruhut : tidak salah tapi setelah tahunya yang menang calon aku…
Rocky : bukan salah.
Ruhut : kau makin galak.
Rocky : gini ya ee saudara Ruhut ini dia mampu untuk menghidupkan
kedunguannya dengan mengumpulkan fakta-fakta yang tidak
berhubungan gitu.
Analisis : Percakapan di atas dituturkan oleh Host, Ruhut, dan Rocky. Host dan
Ruhut sebagai panelis, Denny sebagai mitra tutur. Dituturkan pada segmen ke-4.
Ruhut mengatakan kalau Rocky sahabatnya dari zaman Jepang, maksud dari
tuturan ini hanya sebagai gurauan dan mereka bersahabat meskipun berdebat
sengit.
Analisis : Percakapan di atas dituturkan ketika host mengatakan kalau Ruhut dan
Rocky sempat berdebat sengit di episode sebelumnya. Ruhut menanggapinya
dengan bertutur Rocky ini sahabat saya dari jaman Jepang. Rocky Rok…
tuturan ini sebagai bentuk gurauan karena ia menggunakan nada candaan dan
mimik wajah yang tertawa menandakan kalau ia hanya bercanda. Begitu pula
Rocky, ia juga meresponnya dengan candaan dengan bertutur padahal dia orang
Belanda dan menyampaikannya dengan nada serta mimik wajah yang sama.
Maksud dari tuturan Ruhut itu, ia ingin mengatakan kalau dirinya dengan Rocky
merupakan teman meskipun sering berdebat dan mengatai seperti pada tuturan
selanjutnya yang dituturkan Ruhut Rocky selalu menunjukkan se-
independenannya. Kau nggak independent. Tuturan ini bertujuan untuk
mengkritik Rocky dengan cara mengatainya tetapi disampaikan menggunakan
nada candaan. Sehingga tidak ada yang tersinggung. Dengan demikian, tuturan
Ruhut mematuhi maksim pujian karena sudah mengurangi ejekan dengan candaan
dan terdengar cukup santun.
(3.7)
Ruhut : ngomong-ngomong kau daritadi ngomong kepintaran. Boleh tau ee
gelar apa aja sih yang kau apa, S1 apalagi?
79
Rocky : nggak ada, nggak ada gelar saya.
Ruhut : oh ngga ada. Oh jadi kau es lilin dong.
Rocky : tapi saya ngajar sampai S3 tu.
Ruhut : ha?
Sultan : tapi beliau ngajar sampe S3, Bang.
Ruhut : selesai nggak kau pernah. Aku mau nanya itu.
Rocky : saya pernah saya terangkan di sini, saya kuliah di lima fakultas dan
semua saya d.o. kan cuman satu saya selesaikan, saya bukan d.o. dari
fakultas, saya men-d.o. kan mereka dari fak dari kurikulum saya. Itu
bedanya.
Ruhut : (tertawa) itu namanya layu sebelum berkembang.
Rocky : mereka yang saya layukan karna saya ngga butuh lagi tu. Filsafat saya
masih masih masih luluskan itu.
Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Ruhut, Sultan, dan Rocky. Ruhut
berperan sebagai penutur, Rocky sebagai mitra tutur, sedangkan Sultan sebagai
orang ketiga yang ikut bergabung sebagai penutur. Dituturkan pada segmen ke-5.
Maksud dari tuturan Ruhut kalau ia ingin mengejek Rocky karena tidak memiliki
gelar sedangkan ia suka mengatai orang lain dungu.
Analisis : Percakapan di atas diawali dari keingintahuan Ruhut terhadap gelar yang
dimiliki Rocky karena perkataan Rocky yang selalu terkesan pintar dan mengatai
orang lain dengan sebutan dungu bila mereka tidak paham dengan omongannya.
Ruhut bertutur boleh tau ee gelar apa aja sih yang kau apa, S1 apalagi? Walaupun
Ruhut bermaksud ingin mengejek Rocky tetapi ia tetap menggunakan tuturan
santun yang ditandai dengan kata ‘boleh’ sebagai bentuk kesediannya untuk
menjawab. Setelah Rocky menjawab jika ia tidak memiliki gelar, Ruhut kembali
mengatainya oh ngga ada. Oh jadi kau es lilin dong dan itu namanya layu
sebelum berkembang tuturan ini menggunakan majas eufemisme karena bertujuan
untuk mengejek atau menghina agar lebih terdengar santun. Nada yang dipakai
80
menggunakan nada candaan dan Ruhut menyampaikannya dengan tertawa,
sehingga mengurangi rasa tersinggung pada mitra tutur. Dengan demikian, tuturan
Ruhut di atas mematuhi maksim pujian dan masih terdengar santun..
(3.8)
Budi : iya. saya akan biar imbang ya, tadi saya udah bertanya kepada Denny
Siregar sebelumnya. Saya ingin bertanya kepada ee Bang Rocky juga, tentang
sumber informasi saya akan sebut saja dalam kasus Ratna Sarumpaet gimana
ngukur sebuah informasi diverifikasi dan kemudian berpendapat ee…
Host : disebar luaskan gitu informasinya.
Budi : disebar luaskan.
Rocky : oke, saya akan terangkan sejernih-jernihnya supaya publik ngerti
kedudukan itu. Waktu kasus Ratna Sarumpaet Masuklah ke saya gambar-
gamba itu, masuk ke saya tetapi bukan saya buka karna saya ada di atas
gunung elbrus waktu itu ketinggian 5600, suhu - 20°, angin 80 Km/jam,
kalo Ruhut ada di situ jadi botak gara-gara angin itu tu. Jadi waktu
dipersoalkan.
Ruhut : dendam dia, dendam (tertawa).
Rocky :(tertawa) ini contoh aja. Waktu dipersoalkan di Polri, saya bilang
Porlinya bilang 'anda terima' memang saya terima, 'berarti anda ikut
nyebarin', bukan. Saya ikut terima tapi tidak saya buka, kenapa, saya
ganti simcard Rusia dan di Rusia itu sangat terbatas nggak kaya
Indonesia, simcardnya segitu aja. Saya masuk ke Indonesia, saya buka
baru dia masuk gambar-gambar itu. Jadi bukan saya nyebarin, terus
orang bilang terus kenapa anda berkomentar sesuatu, ya saya masih
komentar sesuatu di twitter walaupun saya ngga sebut nama saya bilang
kenapa mesti tinju ya. Terus dianggap itu adalah hoaks, kenapa nggak
cek pada Ratna. Sekarang saya terangkan Ratna itu temen baik saya,
temen, masa sih curiga temen baik gitu. Kalau begitu kenapa nggak mi ee
apa namanya ee repertum fisum repertum, kenapa saya minta hakim buat
bikin fisum repertum untuk sesuatu yang saya anggap, oke kalo dia
berbohong ya itu problem moral dia berbohong tu. Jadi nggak ada urusan
dengan saya.
81
Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Budi, host, Ruhut, dan Rocky. Budi
sebagai penutur pertama, sedangkan host dan Ruhut menjadi orang ketiga yang ikut
bergabung didalam tuturan, serta Rocky sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi
pada segmen ke-5. Rocky bermaksud ingin mengejek Ruhut dan dibalas oleh Ruhut
dengan mengejeknya kembali. Mereka teman dekat maka tidak khawatir untuk
saling mengejek.
Analisis : Percakapan di atas terjadi saat Rocky menjelaskan kalalu ia sedang
berada di atas gunung ketika menerima foto Ratna Sarumpaet. Disela-sela
penjelasan Rocky ini, ia menyelipkan candaan dengan mengejek Ruhut kalo Ruhut
ada di situ jadi botak gara-gara angin itu tu. Kemudian, Ruhut meresponnya
dengan tidak emosi justru ia membalas mengejeknya dengan bertutur dendam dia,
dendam. Tuturan ini dikatakan Ruhut karena ia mengerti maksud dari tuturan
Rocky, yang tidak benar-benar mengejek. Ruhut membalasnya dengan nada
candaan dan ditandai dengan ekspresi Ruhut yang tertawa. Mereka dengan nyaman
saling mengejek karena saling berteman sehingga tidak ada yang merasa sakit hati.
Lalu, Rocky membalasnya dan bertutur ini contoh aja sebagai klarifikasi kalau ia
serius mengejek Ruhut dengan ekspresi yang juga ikut tertawa. Oleh karena itu,
tuturan Rocky itu sudah mengurangi ejekan pada Ruhut. Dengan demikian, tuturan
Rocky termasuk mematuhi maksim pujian dan masih terdengar santun.
(3.9)
Rocky :(tertawa) ini contoh aja. Waktu dipersoalkan di Polri, saya bilang
Porlinya bilang 'anda terima' memang saya terima, 'berarti anda ikut
nyebarin', bukan. Saya ikut terima tapi tidak saya buka, kenapa, saya
ganti simcard Rusia dan di Rusia itu sangat terbatas nggak kaya
Indonesia, simcardnya segitu aja. Saya masuk ke Indonesia, saya buka
baru dia masuk gambar-gambar itu. Jadi bukan saya nyebarin, terus
orang bilang terus kenapa anda berkomentar sesuatu, ya saya masih
komentar sesuatu di twitter walaupun saya ngga sebut nama saya bilang
kenapa mesti tinju ya. Terus dianggap itu adalah hoaks, kenapa nggak
cek pada Ratna. Sekarang saya terangkan Ratna itu temen baik saya,
temen, masa sih curiga temen baik gitu. Kalau begitu kenapa nggak mi ee
apa namanya ee repertum fisum repertum, kenapa saya minta hakim buat
82
bikin fisum repertum untuk sesuatu yang saya anggap, oke kalo dia
berbohong ya itu problem moral dia berbohong tu. Jadi nggak ada urusan
dengan saya.
Budi : yang ingin saya tanyakan adalah jadi apa bedanya Bang Rocky ini
dengan buzzer yang selau di kritik oleh ee setiap hari?
Host : jadi mungkin langsung aja to the point. Apa bedanya Bang Rocky
dengan Bang Denny Siregar gitu misalnya?
Budi : iya. Dalam hal mengelola informasi bagaimana mengomentari dengan
secara cepat.
Rocky : siapa tu Denny Siregar, saya nggak tau, saya nggak kenal.
Ruhut : (tertawa).
Rocky : ya sama sekali nggak tau, serius. Saya nggak kenal.
Budi : atau dengan buzzer secara keseluruhan.
Rocky : saya tidak kenal bahasa tubuhnya bahkan bahasa otaknya pun saya
nggak tau.
Host : kalo gitu apa bedanya Bang Rocky dengan...
Rocky : saya memverifikasi sesuatu yang tidak bersifat persahabatan, kalo
sahabat you nggak boleh verifikasi. Kalo dia bohong berarti dia bukan
sahabat artinya. Kenapa saya mesti verifikasi, sahabat saya bilang besok
mau hujan ternyata nggak 'eh lu bohong, lu bohongin gua' masa gua mesti
verifikasi pernyataan seorang sahabat itu, you nggak verifikasi.
Eko : jadi problemnya, problemnya Bang itu bukan cuma hubungan sahabat,
ini peristiwa politik, ini peristiwa publik.
Rocky : iya. Itu jadi peristiwa, gini...
Eko : seperti yang anda katakan tadi bahwa soal publik itu harus dengan
rasional.
Rocky : kapan itu jadi soal publik? Ini karna temen aku bahwa dia berbohong…
Eko : sorry, saya ingin mengatakan, bahwa anda tau bahwa ketika isu Ratna
itu keluar dia akan menjadi peristiwa publik?
Rocky : siapa yang tau.
Host : nggak tau berarti?
83
Rocky : saya ada di atas gunung, saya nggak tau itu. Cuman. Gimana you...
Host : oke.
Rocky : mau saya sebut 60 kali apa.
Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Budi, Rocky, host, Ruhut dan Eko.
Budi sebagai penutur pertama, host dan Eko menjadi orang ketiga yang ikut
bergabung sebagai penutur, Ruhut sebagai orang ketiga yang tidak menjadi penutur,
serta Rocky sebagai mitra tutur. Percakapan dituturkan pada segmen ke-5.
Percakapan di atas terjadi karena Rocky mengatakan jika ia tidak tau Ratna
Sarumpaet berbohong padanya sebab ia tidak akan memverifikasi yang dikatakan
sahabat. Maka dari itu, ia langsung mengomentari berita itu tanpa mengetahui benar
atau tidak karena ia percaya dengan sahabatnya. Dengan pernyataan Rocky ini, Eko
sedikit emosi dan terjadi perdebatan. Tuturan Eko bermaksud ingin mengetahui
kenapa Rocky berani berkomentar tanpa ia verifikasi dahulu hanya karena seorang
sahabat.
Analisis : Percakapan di atas terjadi karena Rocky mengatakan ia tidak akan
memverifikasi perkataan seorang sahabat maka ketika ia mendapatkan kabar dari
Ratna Sarumpaet, dirinya langsung mengomentari postingan atau gambar yang
diberikan Ratna. Eko kemudian merasa geram dan tidak percaya yang dikatakan
Rocky, menurutnya ini beresiko karena bisa menjadi peristiwa politik. Dengan
perbedaan pendapat ini, mereka mengalami sedikit perdebatan tetapi Eko mencoba
meredamnya dengan tuturan interogatif untuk meminta pengakuan secara halus,
sorry, saya ingin mengatakan, bahwa anda tau bahwa ketika isu Ratna itu keluar
dia akan menjadi peristiwa publik? Penggunaan tuturan interogatif dimaksudkan
untuk mengurangi kesan menuduh dan meredam emosi Rocky. Kesantunan tuturan
itu ditandai pula dengan penggunaan kata ‘sorry’ setelah memotong pembicaraan
Rocky untuk meminimalkan efek rasa tersinggung.pada Rocky. Dengan demikian,
tuturan Eko sudah mematuhi maksim kebijaksanaan karena mengurangi kerugian
orang lain dan masih cukup terdengar santun.
(3.10)
84
Sultan : jadi gini, sebetulnya saya pingin bertanyan begini. Bang, Abang khawatir
nggak kalo resonansi dungu.
Rocky : tunggu tunggu, kata resonansi itu Ruhut tulis tulis resonansi itu.
(Panelis tertawa)
Sultan : ah ini yang mau saya tanyakan.
Ruhut : masih dendam.
Sultan : kata-kata dungu ini apakah resonansinya tu tidak penghakiman Bang,
ada ego intelektual? jadi saya membela coba membela Bang Ruhut ini
daritadi dihakimi terus kan kira-kira gitu.
Konteks : Percakapan di atas dituturkan oleh Sultan, Rocky, dan Ruhut. Sultan
sebagai penutur pertama, Ruhut sebagai orang ketiga yang ikut dalam tuturan
menjadi penutur, dan Rocky sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi pada segmen
ke-6. Percakapan di atas terjadi saat Sultan menanyakan tentang resonansi dungu.
Tuturan Sultan ini bertujuan untuk membela Ruhut yang sedari awal dikatai dungu
oleh Rocky.
Analisis : Percakapan di atas Sultan menanyakan tentang resonansi dungu yang
terdengar menghakimi orang lain. Sultan menanyakan hal itu karena sebagai bentuk
simpati pada Ruhut yang dikatai dungu sedari awal oleh Rocky. Sultan bertutur
kata-kata dungu ini apakah resonansinya tu tidak penghakiman Bang, ada ego
intelektual? jadi saya membela coba membela Bang Ruhut ini daritadi dihakimi
terus kan kira-kira gitu tuturan ini tuturan ini menggunakan tuturan interogatif
dengan maksud meminta pengakuan atau jawaban iya maupun tidak, untuk
memperhalus tuturan dibandingkan dengan menggunakan tuturan deklaratif. Sultan
bertutur seperti itu sebagai bentuk simpati karena merasa kasihan kepada Ruhut
yang selalu dikatai dungu. Dengan demikian, tuturan Sultan sudah mematuhhi
maksim simpati dan cukup terdengar santun.
B. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
Hubungan antara pragmatik dengan pembelajaran Bahasa Indonesia sangat
erat dirasakan. Pragmatik dapat digunakan untuk berinteraksi antar siswa maupun
85
untuk memahami teks pelajaran karena pragmatik sangat berkaitan dengan konteks,
seperti siapa yang diajak berbicara atau situasi apa saat itu, yang digunakan untuk
memahami maksud ujaran maupun untuk berbicara dengan orang lain. Siswa dapat
berinteraksi dengan lancara jika mereka memperhatikan konteks tersebut. Selain
itu, ujaran akan lebih dapat diterima jika siswa menggunakan bahasa yang santun
dan tetap mempertimbangkan konteks, sekalipun ujaran yang disampaikan berisi
kritikan. Sebab, dengan berbicara dengan santun dan baik, ia berusaha tidak
menyakiti perasaan orang lain meskipun sedang mengkritik. Namun, masih banyak
siswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan menggunakan bahasa yang
tidak santun, sehingga diperlukan adanya prinsip kesantunan sebagai pertimbangan
santun tidaknya sebuah ujaran.
Terkait dengan penelitian ini, mengenai realisasi pematuhan prinsip
kesantunan dalam acara gelar wicara, terdapat pembelajaran yang berkaitan dengan
prinsip kesantunan yaitu teks tanggapan kelas IX semester ganjil dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan kompetensi dasar pada pelajaran ini
ialah mengungkapkan kritik, sanggahan, pujian dalam bentuk teks tanggapan secara
lisan dan/atau dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan. Indikator yang
ingin dicapai adalah membuat teks tanggapan yang memperhatikan unsur
kebahasaan dan struktur teks tanggapan.
Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan menjadi salah satu bahan ajar,
yaitu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa dapat lebih
mengetahui bagaimana cara memberikan sanggahan, pujian, dan kritik, saat
pembelajaran dengan tepat menggunakan prinsip kesantunan serta memperhatikan
konteks yang terjadi saat itu. Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan atau
mengetahui tanggapan secara santun dan benar sekalipun tanggapan untuk
mengkritik, agar tidak menyakiti orang lain.
86
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis 42 data yang disajikan, maka hasil penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Acara Q&A di Metro TV pada tema ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal
8 Juli 2019, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September 2019, dan
‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019 dapat dikategorikan santun.
Karena banyak terjadi realisasi pematuhan prinsip kesantunan pada penutur dan
mitra tutur dalam acara tersebut. Sehingga, menjadikan sebuah tuturan dan
informasi diterima dengan baik dan makna tersampaikan kepada mitra tutur.
Secara teori Leech yang digunakan pada penelitian ini, didapatkan hasil
penelitian bahwa pada tema pertama ‘Pasukan Gadjah Mada’ tayang tanggal 8 Juli
2019 sebanyak 24 data yang mematuhi maksim kesantunan, yaitu 7 makism
kebijaksanaan, 2 maksim kedermawanan, 8 maksim pujian, 3 maksim kerendahan
hati, 4 maksim kesetujuan, dan 0 maksim simpati.
Tema kedua, ‘Antara KPI dan Spongebob’ tayang tanggal 29 September
2019 sebanyak 9 data yang mematuhi maksim kesantunan, yaitu 2 maksim
kebijaksanaan, 0 maksim kedermawanan, 1 maksim pujian, 1 maksim kerendahan
hati, 3 maksim kesetujuan, 2 maksim kesimpatian.
Tema ketiga, ‘Dicari Warganet’ tayang tanggal 6 Oktober 2019 sebanyak
10 data, yaitu 4 maksim kebijaksanaan, 0 maksim kedermawanan, 3 maksim pujian,
0 maksim kerendahan hati, 2 maksim kesetujuan, dan 1 maksim kesimpatian.
Pembelajaran mengenai kesantunan yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran teks tanggapan terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) di kelas IX semester 1 dengan materi yaitu teks tanggapan. Dengan
kompetensi dasar pada pelajaran ini ialah mengungkapkan kritik, sanggahan, pujian
dalam bentuk teks tanggapan secara lisan dan/atau dengan memperhatikan struktur
87
dan kebahasaan. Indikator yang ingin dicapai adalah membuat teks tanggapan yang
memperhatikan unsur kebahasaan dan struktuy teks tanggapan. Diharapkan
penelitian ini dapat diaplikasikan menjadi salah satu bahan ajar, yaitu pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa dapat lebih mengetahui bagaimana
cara memberikan sanggahan, pujian, dan kritik, saat pembelajaran dengan tepat
menggunakan prinsip kesantunan serta memperhatikan konteks yang terjadi saat
itu. Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan atau mengetahui tanggapan
secara santun dan benar sekalipun tanggapan untuk mengkritik.
B. Saran
Melalui simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran yang
membangun bagi pembaca dan khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia. Bagi
guru bahasa Indonesia, agar mampu menyampaikan materi isi teks tanggapan
dengan dikaitkan penggunaan maksim kesantunan Leech untuk berbahasa yang
santun agar tujuan pembelajaran dapat sesuai dan dicapai. Kemudian, agar peserta
didik mampu mengidentifikasi dan mengucapkan tanggapan dengan baik dan
santun. Bagi sekolah, diharapkan menyediakan sarana dan prasarana agar
menunjang keterampilan dan pembelajaran peserta didik. Serta bagi peneliti lain,
diharapkan dapat lebih baik lagi dalam menganalisis teori kesantunan pada objek
penelitiannya.
88
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Jolang Pramusinta. Analisis Kesantunan Berbahasa Menurut Leech pada
Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro dalam Novel Bumi Manusia. (Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2020.
Alfirani, Senja Restu. Realisasi Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Buku Ajar
Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VII. (Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammmadiyah Surakarta).
2018. http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/62683 . Diunduh pada 15
November 2020 pukul 20.26 WIB.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2010.
Anas, Hajar. Analisis Wakomono Kotoba pada Media Sosial Twitter. (Skripsi,
Fakultas Pendidikan Bahasa, universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2018.
Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. 2018.
Cruse, Alan. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh
University Press. 2005.
Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana & Pragmatik. Bandung: PT Refika Aditama.
2012.
Gunarwan, Asim. Pragmatik : Teori Dan Kajian Nusantara, Jakarta: Universitas
Atma Jaya. 2007.
Humairoh, Siti. Dieksis pada Acara Gelar Wicara Mata Najwa di Trans7 Episode
Juli 2018 dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonnesia di SMP. (skripsi, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.
89
Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana dan Guru Bahasa. Palembang:
Universitas Sriwijaya. 2011.
Leech, Geoffrey (penerjemah M.D.D. Oka., Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI
Press. 2011
Levinson, S.C. Pragmatics (dalam The Linguistics Encyclopedia, Second Edition).
New York: Routledge, 2002.
Merdeka.com. https://www.merdeka.com/ray-rangkuti/ diakses pada 24
September 2020 pukul 14.27 WIB.
Nadar, F.X. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013.
Nikmatuz, Imro’atun. Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Novel Cinta Suci
Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy, (skripsi, fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, universitas Nusantara PGRI Kediri. 2017.
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/12.1.01.07.0041.p
df . Diunduh pada 15 Desember pukul 22.03 WIB.
Nurhaidah, Nuri. Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia. Yogyakarta:
Smart Writing. 2014
Pramujiono, Agung. Kongres International Masyarakat Linguistik Indonesia
(KIMLI) 2011, Bahasa dan Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: UPI
Press. 2011
Pranowo. Berbahasa secara santun. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2012
Putrayasa, Ida Bagus. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.
Rahardi dkk, Kunjana. Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.
Jakarta: Erlangga. 2007
90
Septiani, Desi, dkk, Kesantunan Imperatif Guru Bahasa Indonesia dalam
Pembelajaran di Kelas VII SMP, (e-jurnal, fakultas keguruan dan ilmu
Pendidikan, universitas Lampung, 2018)
Wikipedia. Q&A (Acara Televisi).
https://id.wikipedia.org/wiki/Q%26A_(acara_televisi) diunduh pada 8
November 2020 pukul 2.17 WIB
Yule, George (penerjemah Indah Fajar Wahyuni). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2014.
91
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI
Nama : Pratiwi Kusumaningtyas A.
NIM : 11150130000063
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Acara Q&A di
Metro TV dan Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia
Dosen Pembimbing : Dr. Makyun Subuki, M.Hum
No. Refensi
Halaman
dalam
Referensi
Halaman
dalam
Skripsi
Paraf
1.
Aji, Jolang Pramusinta. Analisis Kesantunan Berbahasa
Menurut Leech pada Tuturan Tokoh Nyai Ontosoro
dalam Novel Bumi Manusia. (Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2020.
20 26
2.
Alfiani, Senja Restu. Realisasi Prinsip Kesantunan
Berbahasa dalam Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk
Siswa SMP Kelas VII. (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2018).
http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/62683 .
Diunduh pada 15 November 2020 pukul 20.26 WIB.
12 25
92
3. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010.
3, 22,
200, 272,
24,
28, 32, 33
4.
Anas, Hajar. Analisis Wakomono Kotoba pada Media Sosial
Twitter. (Skripsi, Fakultas Pendidikan Bahasa,
universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2018.
45, 46 27, 31
5. Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
2010.
47, 49,
49-51,
56, 97, 57
14, 15,
16, 37,
38, 58
6. Cruse, Alan. A Glossary of Semantics and Pragmatics.
Edinburgh: Edinburgh University Press. 2005.
131 12, 14
7. Djajasudarma, Fatimah. Wacana & Pragmatik. Bandung: PT
Refika Aditama. 2012.
60 16
8. Gunarwan, Asim. Pragmatik : Teori Dan Kajian Nusantara.
Jakarta: Universitas Atma Jaya. 2007.
260 11
9.
Humairoh, Siti. Dieksis pada Acara Gelar Wicara Mata
Najwa di Trans7 Episode Juli 2018 dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonnesia
di SMP. (skripsi, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Siti
Humairoh - Watermark.pdf (uinjkt.ac.id) diunduh pada 10 Juli
2021 pukul 20.14
30 32
10. Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana dan Guru
Bahasa,. Palembang: Universitas Sriwijaya. 2011.
115 11
93
11. Leech, Geoffrey (penerjemah M.D.D. Oka). Prinsip-Prinsip
Pragmatik,. Jakarta: UI-Press: Jakarta. 2011.
206, 209 13, 18
12.
Levinson, S.C. Pragmatics (dalam The Linguistics
Encyclopedia, Second Edition). New York: Routledge.
2002.
426 12
13. Merdeka.com. https://www.merdeka.com/ray-rangkuti/
diakses pada 24 September 2020 pukul 14.27 WIB.
1 43
14. Nadar,F.X. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2013.
3-4, 53 8, 9
15.
Nikmatuz, Imro’atun. Realisasi Kesantunan Berbahasa
dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El
Shirazy, (skripsi, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
universitas Nusantara PGRI Kediri. 2017.
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/12.
1.01.07.0041.pdf diunduh pada 18 maret 2021 pukul 15. 20
WIB.
2
33
16. Nurhaidah, Nuri. Wacana Politik Pemilihan Presiden di
Indonesia. Yogyakarta: Smart Writing. 2014.
22 7
17.
Pramujiono, Agung. Kongres International Masyarakat
Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011, Bahasa dan
Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: UPI Press.
2011.
235
12
94
18. Pranowo. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2009
31, 103,
79, 15,
104, 18-
22, 93,
94, 78,
59-67, 9,
91, 18-
20, 64,
67, 37
16, 16,
21, 22,
23, 24,
41, 46,
47, 51,
53, 59,
63, 66
19. Putrayasa, Ida Bagus. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2014.
1 6
20.
Rahardi, Kunjana Yuliana Setyaningsih, Rishe Purnama
Dewi. Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan
Berbahasa. Jakarta: Erlangga. 2007.
17, 18,
28, 47,
58, 60,
62, 64,
63, 65
6, 8, 9,
10, 17,
18, 19,
20, 21
21.
Septiani, Desi, dkk, Kesantunan Imperatif Guru Bahasa Indonesia
dalam Pembelajaran di Kelas VII SMP, (e-jurnal, fakultas
keguruan dan ilmu Pendidikan, universitas Lampung, 2018)
4 23
21.
Yule, George (penerjemah Indah Fajar Wahyuni).
Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014.
3, 4, 6,
11, 183
5, 7, 11
95
LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP NEGERI 1 MALANG
Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA
Kelas/Semester : IX/I
Materi Pokok : Teks Tanggapan
Alokasi Waktu : 6 kali pertemuan
A. Kompetensi Dasar
KI-1 :Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 :Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleran,
gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
KI-3 :Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7 Mengidentifikasi
informasi berupa
kritik, sanggahan, atau
pujian dari teks
tanggapan (lingkungan
hidup, kondisi sosial,
dan/atau keragaman
budaya, dll) yang
3.7.1 Menelaah informasi berupa kritik atau
pujian dari teks tanggapan yang didengar
dan dibaca
3.7.2 Menanggapi isi informasi dengan alasan
yang logis disertai bukti pendukung dari
teks tanggapan yang didengar dan dibaca
96
didengar dan/atau
dibaca
4.8 Menyimpulkan isi teks
tanggapan berupa
kritik, sanggahan, atau
pujian dari teks
tanggapan (lingkungan
hidup, kondisi sosial,
dan/atau keragaman
budaya, dll) yang
didengar dan dibaca
4.8.1 Menyimpulkan informasi mengenai teks
tanggapan yang didengar maupun dibaca
4.8.2 Menulis teks tanggapan berupa pujian
maupun kritik terhadap suatu teks
3.8 Menelaah struktur dan
kebahasaan dari teks
tanggapan (lingkungan
hdup, kondisi sosial,
dan/atau keragaman
budaya, dll) berupa
kritik,,sanggahan atau
pujian yang didengar
dan/atau dibaca.
3.5.1 Memahami isi teks tanggapan
3.5.2 Menentukan ciri teks tanggapan
3.5.3 Menentukan struktur teks tanggapan
3.5.4 Menentukan unsur kebahasaan teks
tanggapan
4.8 Mengungkapkan kritik,
sanggahan, atau pujian
dalam bentuk teks
tanggapan secara lisan
dan/atau tulis dengan
memperhatikan
struktur dan
kebahasaan.
4.5.1 Mengungkapkan makna,
kata/ungkapan/istilah dalam teks
tanggapan secara lisan maupun tulisan
4.5.2 Membuat teks tanggapan yang
memerhatikan unsur kebahasaan dan
struktur teks tanggapan
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
• Menelaah informasi berupa kritik atau pujian dari teks tanggapan yang
didengar dan dibaca.
• Menanggapi isi informasi dengan alasan yang logis disertai disertai bukti
pendukung dari teks tanggapan yang didengar dan dibaca.
• Menyimpulkan informasi mengenai teks tanggapan yang didengar
maupun dibaca
• Membuat peta konsep mengenai teks tanggapan berupa kritik, sanggahan,
atau pujian.
• Memahami isi teks tanggapan.
• Menentukan ciri teks tanggapan.
• Menentukan struktur teks tanggapan.
97
• Menentukan unsur kebahasaan teks tanggapan.
• Mengungkapkan makna, kata/ungkapan/istilah dalam teks tanggapan
secara lisan maupun tulisan.
• Membuat teks tanggapan yang memerhatikan unsur kebahasaan dan
struktur teks tanggapan
D. Materi Pembelajaran
Materi Pokok
1. Fakta
• Contoh video “Pameran ArtJog”
• Contoh video “TERROR Polusi Udara Jakarta”
• Contoh video “Mengenal Budaya Korea yang Kian Digemari”
• Contoh teks tanggapan “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup
Kotanya”
2. Konsep
• Pengertian teks tanggapan
• Struktur teks tanggapan
• Ciri kebahasaan teks tanggapan
3. Prinsip
• Ciri teks tanggapan
• Ciri-ciri kebahasaan teks tanggapan: kalimat kompleks, konjungsi,
dan kata rujukan.
Materi Pengayaan
1. Video “Pameran ArtJog”
2. Video “TERROR Polusi Udara Jakarta”
3. Video “Mengenal Budaya Korea yang Kian Digemari”
4. Contoh teks tanggapan “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”
Materi Remidial
( sama dengan materi pokok)
E. Pendekatan, Model dan Metode Pebelajaran
Pendekatan : Discovery Learning
Metode : latihan, tanya jawab dan penugasan
Model : Diskusi kelas, tugas mandiri, dan tugas kelompok
F. Media Pembelajaran
Media :
98
• Laptop
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
• Power point materi
• LCD Proyektor
• Papan tulis
G. Sumber Belajar
• Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2018.
Bahasa Indonesia: SMP/MTs KelasI X: Buku Siswa. Jakarta
• Contoh video “Pameran ArtJog” (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=GzU1wP6hW2w&t=103s0)
• Contoh video “TERROR Polusi Udara Jakarta” (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=IiWRRmsaOcM)
• Contoh video “Mengenal Budaya Korea yang Kian Digemari” (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=p6Y7xDNanvw)
• Contoh teks tanggapan “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”
(Sumber: https://www.jawapos.com/surabaya/08/10/2019/mal-kota-kecil-
penentu-gaya-hidup-kotanya/,)
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 (Pertama)
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta
seorang peserta didik untuk memimpin do’a)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta
didik untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran
3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang
lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran,
metode penilaian yang akan dilaksanakan yang ditayangkan
5. Guru bertanya mencari informasi tentang teks tanggapan
10 menit
99
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
6. Guru mengaitkan teks tanggapan yang diajarkan dengan
kehidupan nyata
Inti 1. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi,
ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah
pembelajaran, metode penilaian yang akan dilaksanakan
2. Peserta didik memperhatikan video “Pameran ArtJog” yang
ditayangkan
3. Peserta didik mengamati cuplikan gambar dari video
“Pameran ArtJog” yang telah ada pada PPT
4. Peserta didik mengamati gambar dan video tersebut
5. Guru memberikan pertanyaan mengenai teks tanggapan,
menanggapi informasi yang dilihat, didengar maupun
dibaca, membandingkan teks tanggapan dengan teks
ulasan untuk memancing pemaham siswa mengenai teks
tangapan
6. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan
yang diberikan guru yang terkait pengertian teks tanggapan
pada buku yang dibaca
7. Peserta didik masing-masing juga membahas dan berdiskusi
tentang perintah guru mengenai pengertian teks tanggapan,
menanggapi informasi yang dilihat, didengar maupaun
dibaca, membandingkan teks tanggapan dengan teks
ulasan
8. Peserta didik mengidentifikasi informasi yang telah didapat
dalam video “Pameran ArtJog”
9. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik untuk
masalah-masalah yang dianggap sulit oleh peserta didik
10. Guru mengarahkan peserta didik untuk menyelesaikan
permasahan dengan cermat dan teliti.
11. Peserta didik mengumpulkan informasi dengan diskusi
kelas dalam penyelesaian masalah yang diberikan terkait
teks cerita pendek yang telah dibaca
12. Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat
kesimpulan secara lengkap, komprehensif dan dibantu guru
dari materi yang yang telah dipelajari terkait informasi
yang telah didapat dari video maupaun gambar yang telah
ditayangkan
60 menit
100
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
13. Guru memberikan apresiasi atas partisipasi semua peserta
didik
Penutup 1. Guru memberikan arahan untuk materi pada pertemuan
berikutnya
2. Untuk memberi penguatan materi yang telah dipelajari,
guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait
materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di
perpustakaan atau mencari di internet.
10 menit
Penugasan :
Bentuklah kelompok yang terdiri dari 3-4 anggota dan carilah teks tanggapan, gambar,
maupaun video yang membahas lingkungan hidup, kondisi sosial, keragaman budaya dll.
Kemudian bawalah peralatan tulis (bulpoin, kertas karton, spidol warna, penggaris, gunting
dll) untuk membuat peta konsep pada pertemuan selanjutnya!
Pertemuan Ke-2
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta
seorang peserta didik untuk memimpin do’a)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta
didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan
3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan dengan materi yang berkaitan mengenai
materi sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang
lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan
metode penilaian yang akan dilaksanakan.
10 menit
Inti 1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru
mengenai pengertian teks tanggapan dan ciri teks
tanggapan
2. Guru memberikan penjelasan mengenai pengertian teks
tanggapan dan ciri teks tanggapan
3. Peserta didik dapat menulis materi yang disampaikan oleh
Guru bilamana materi tersebut tidak ada di dalam buku
paket
60 menit
101
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
4. Guru meminta peserta didik secara berkelompok untuk
mengerjakan informasi mengenai teks tanggapan
5. Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4
anggota, kemudian mulai mengerjakan informasi yang
berupa tanggapan pada suatu karya (teks, gambar maupun
video) yang telah dikerjakan secara berkelompok
6. Siswa mengaitkan materi yang diajarkan mengenai teks
tanggapan yang berupa informasi dari sebuah karya (tulis,
gambar, maupun video) yang telah dikerjakan secara
berkelompok
7. Tiap peserta dari berbagai kelompok yang mempunyai
permasalahan materi yang sama dan mempelajari,
memahami masalah secara bersama
8. Guru memberikan motivasi peserta didik dalam kelompok
untuk memberikan pertanyaan terkait masalah yang
mereka diskusikan
9. Peserta didik dalam kelompok saling bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas peta konsep
10. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok
didepan kelas.
11. Peserta didik yang tidak presentasi memperhatikan
kelompok lain yang sedang presetasi kemudian
memberikan pertanyaan, sanggahan maupun komentar
kepada kelompok yang presentasi.
12. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam
kelompok ahli untuk masalah-masalah yang dianggap sulit
oleh peserta didik
13. Guru mengarahkan peserta didik dalam kelompok untuk
menghimpun materi yang sudah dipelajari dan cermat
dalam pemecahan masalah yang diberikan
14. Peserta didik dalam kelompok masing-masing dengan
bimbingan guru untuk dapat mengaitkan, merumuskan, dan
menyimpulkan tentang materi tersebut.
15. Siswa diminta untuk memperhatikan informasi yang telah
didapat dalam karya yang telah mereka kerjakan
16. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi
yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan
102
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang
sifatnya menuntun dan menggali
2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah
dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.
3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil
refleksi yang dilakukan
4. Guru memberikan tugas mandiri sebagai pelatihan
keterampilan dalam menyelesaikan masalah bahasa
Indonesia yang berkaitan dengan struktur teks
tanggapan.
5. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,
guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait
materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di
perpustakaan atau mencari di internet.
6. Guru memberikan tugas
10 menit
Pertemuan Ke-3
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta
seorang peserta didik untuk memimpin do’a)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta
didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan
3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan dengan materi yang berkaitan mengenai
materi sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang
lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan
metode penilaian yang akan dilaksanakan.
10 menit
Inti 1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari Guru mengenai
tugas selanjutnya
2. Guru meminta peserta didik untuk membaca teks tanggapan
mengenai karya Student Hidjo pada buku paket secara
bergiliran
60 menit
103
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
3. Guru memberikan materi tambahan mengenai struktur teks
tanggapan dan kebahasaan pada teks tanggapan yang
ditulis peserta didik pada buku catatan
4. Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 2
anggota, kemudian mulai mengerjakan informasi berupa
tanggapan pada suatu informasi karya berupa pujian dan
disertai alasan
5. Siswa mengaitkan materi yang diajarkan mengenai teks
tanggapan yang berupa informasi dari sebuah karya (tulis,
gambar, maupun video) yang telah dikerjakan secara
berkelompok
6. Peserta didik dalam kelompok saling bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas
7. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam
kelompok ahli untuk masalah-masalah yang dianggap sulit
oleh peserta didik
8. Guru mengarahkan peserta didik dalam kelompok untuk
menghimpun materi yang sudah dipelajari dan cermat
dalam pemecahan masalah yang diberikan
9. Peserta didik dalam kelompok masing-masing dengan
bimbingan guru untuk dapat mengaitkan, merumuskan, dan
menyimpulkan tentang materi tersebut.
10. Siswa diminta untuk memperhatikan informasi yang telah
didapat dalam karya yang telah mereka kerjakan
11. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi
yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan
Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang sifatnya
menuntun dan menggali
2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah
dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.
3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil
refleksi yang dilakukan
4. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,
guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait
materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di
perpustakaan atau mencari di internet.
10 menit
104
Pertemuan Ke-4
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta
seorang peserta didik untuk memimpin do’a)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta
didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan
3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan dengan materi yang berkaitan mengenai
materi sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang
lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan
metode penilaian yang akan dilaksanakan.
10 menit
Inti 1. Peserta didik memperhatikan penjelasan dari Guru mengenai
hasil tugas teks tanggapan pada pertemuan sebelumnya
2. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan hasil
tugas yang telah dikerjakan sebelumnya
3. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berani
mengungkapkan hasil tugasnya
4. Guru menjelaskan mengenai ciri teks tanggapan, struktur
teks tanggapan dan ciri kebahasaan teks tanggapan
5. Peserta didik diberikan teks yang berhubungan dengan teks
tanggapan untuk dibaca dan diamati seksama
6. Peserta didik mengidentifikasi struktur teks tanggapan yang
telah dibaca dengan disertai bukti yang tertera pada teks
“Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”
7. Peserta didik menyusun struktur teks tanggapan dengan
diskusi kelas dalam penyelesaian masalah yang diberikan
terkait teks tanggapan yang telah dibaca
8. Peserta didik yang sudah mengerjakan mempresentasikan
hasil pekerjaannya didepan kelas kemudian membahas
bersama Guru
9. Siswa diminta untuk memperhatikan informasi yang telah
didapat dalam karya yang telah mereka kerjakan
10. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi
yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan
60 menit
105
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang
sifatnya menuntun dan menggali
2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah
dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.
3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil
refleksi yang dilakukan
4. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,
guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait
materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di
perpustakaan atau mencari di internet.
10 menit
Pertemuan Ke-5
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta
seorang peserta didik untuk memimpin do’a)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta
didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan
3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang
lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan
metode penilaian yang akan dilaksanakan.
10 menit
Inti 1. Peserta didik bersama guru membahas tugas sebelumnya
mengenai struktur kebahasaan teks tanggapan dari teks
“Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”
2. Peserta didik mengaitkan kata maupun kalimat yang
berkaitan dengan ciri kebahasaan dalam teks tanggapan
yang mereka pahami
3. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan
yang diberikan guru yang terkait ciri kebahasaan dalam teks
tanggapan
60 menit
106
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
4. Peserta didik melanjutkan tugas menelaah ciri kebahasaan
yang disertai buki dalam teks tanggapan yang telah dibaca
5. Peserta didik mengidentifikasi ciri kebahasaan yang telah
dibaca dengan disertai bukti yang tertera pada teks “Mal,
Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya”
6. Peserta didik menyusun ciri kebahasaan dengan diskusi
kelas dalam penyelesaian masalah yang diberikan terkait teks
yang berjudul “Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup
Kotanya” yang telah dibaca sebelumnya
7. Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaannya didepan
kelas
8. Peserta didik melakukan kegiatan tanya jawab yang
didampingi oleh guru
9. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi
yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan
Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang sifatnya
menuntun dan menggali
2. Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat
kesimpulan secara lengkap dan dibantu guru dari materi yang
yang telah dipelajari terkait pengertian teks tanggapan, ciri
teks tanggapan, struktur teks tanggapan dan ciri
kebahasaan teks tanggapan
3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil
refleksi yang dilakukan
4. Guru memberikan tugas mandiri sebagai pelatihan
keterampilan dalam menyelesaikan masalah bahasa
Indonesia yang berkaitan dengan teks tanggapan
5. Untuk memberi penguatan materi yang telah di pelajari,
guru memberikan arahan untuk mencari referensi terkait
materi yang telah dipelajari baik melalui buku-buku di
perpustakaan atau mencari di internet.
6. Guru memberikan tugas
10 menit
Penugasan:
Siswa diminta membentuk 16 kelompok yang terdiri dari 2 anggota pada setiap kelompok.
Setiap kelompok mencari 1 artikel (dari internet, koran, maupaun majalah) mengenai
fenomena yang sedang marak maupaun yang sedang ramai diperbincangkan. Tema dapat
berupa lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya, dll.
107
Pertemuan Ke-6
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan do’a sebelum belajar (meminta
seorang peserta didik untuk memimpin do’a)
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta
didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan
3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang
lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, dan
metode penilaian yang akan dilaksanakan.
10 menit
Inti 1. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan
yang diberikan guru terkait mengenai teks tanggapan
2. Peserta didik mengamati tayangan video “Mengenal Budaya
Korea yang Kian Digemari” sebagai refleksi mengenai teks
tanggapan.
3. Peserta didik diminta memberikan tanggapan berupa kritik
maupun pujian secara lisan mengenai video “Mengenal
Budaya Korea yang Kian Digemari” sesuai pertanyaan yang
ditayangkan oleh Guru
4. Peserta didik menuliskan soal dan jawaban pada pertanyaan
yang telah ditayangkan pada slide Power Point
5. Peserta didik mengaitkan materi yang diajarkan mengenai
teks tanggapan yang berupa informasi dari sebuah karya
maupun fenomena pada video “Mengenal Budaya Korea
yang Kian Digemari”
6. Peserta didik dalam kelompok saling bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas menulis teks tanggapan
7. Peserta didik dapat mempresentasikan hasil pekerjaanya
didepan kelas. Kemudian, kelompok lain dapat menanggapi
hasil pekerjaannya secara bergantian.
8. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam
kelompok mengenai masalah-masalah yang dianggap sulit
oleh peserta didik
60 menit
108
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
9. Siswa mencatat hal yang berhubungan dengan informasi
yang ia dapat dalam pembahasan mengenai teks tanggapan
Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan merespon pertanyaan guru yang
sifatnya menuntun dan menggali
2. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah
dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi.
3. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil
refleksi yang dilakukan ntuk memberi penguatan materi
yang telah di pelajari, guru memberikan arahan untuk
mencari referensi terkait materi yang telah dipelajari baik
melalui buku-buku di perpustakaan atau mencari di
internet.
10 menit
I. Evaluasi
Teknik Penilaian : a. Sikap (spiritual social)
Observasi (jurnal)
Penilaian diri
Penilaian antarteman
b. Pengetahuan
Tes tertulis
c. Keterampilan
Kinerja
Instrumen Penilaian : Terlampir
Mengetahui, Malang,
Guru Pamong Guru Praktik
Dra. Retno Istiqomah Angesti Dwi Ariyani
NIP. 19670712 200501 2 004 NIM. 160211600111
Kepala SMPN 1 Malang
110
Lampiran 1
Mal, Kota Kecil Penentu Gaya Hidup Kotanya
Ketika sebuah mal di kawasan Surabaya Barat melengkapi diri dengan fasilitas
ibadah yang tidak kalah keren dengan outlet-outlet modern lain. Ketika mal itu juga
punya museum. Maka, tidak berlebihan jika mal bisa disebut sebagai kota.
Kini fasilitas apa yang tidak ada di mal? Tidak hanya fasilitas mengurus
SIM/STNK, layanan mengurus paspor juga tersedia. Fasilitas kesehatan tidak cuma
apotek dan perawatan wajah, tetapi ada juga fasilitas praktik-praktik dokter spesialis.
Bank-bank melihat potensi ekonomi yang besar di sana. Maka, bank tidak hanya
menyediakan fasilitas ATM, tetapi secara serius membuka kantor cabang di dalamnya.
Selain travel agent, maskapai penerbangan juga membuka layanan prima di dalam
mal. Untuk ihwal kesehatan, mal menyediakan spa, tempat pijat, bahkan pusat-pusat
kebugaran yang ada sejak lama seperti gym dan sebagainya. Selain panggung-panggung
hiburan, kursus-kursus musik, nyanyi, dan tari juga merajut pelayanan prima di dalam
sistem ekonomi mal itu.
Melayani itu semua, infrastruktur mal layaknya pelayanan prasarana dan sarana
sebuah kota. Apalagi mal masa kini disatukan dengan model superblock. Bundling dengan
apartemen yang memiliki ratusan penghuni yang tidak cukup dengan perangkat
pemerintahan model RT/RW saja. Awalnya, mal tidak lebih dari konsep pasar biasa, tempat
bertemunya pembeli dan penjual. Namun, pada perkembangannya, mal lebih dari sekadar
transaksi ekonomi. Di sana juga terbuka transaksi-transaksi sosial dan kebudayaan.
Majunya ekonomi Indonesia menghadirkan tata masyarakat kelas menengah baru.
Mereka memang punya kebebasan dalam mengekspresikan diri. Generasi era mereka
cenderung lebih terbuka dalam menunjukkan gaya hidupnya. Mal menjadi tempat ideal
untuk mewadahi kebutuhan itu. Pembentukan identitas-identitas sosial mereka diwadahi
secara cerdas oleh pengelola mal. Kalau pasar tradisional menawarkan proses jual/beli
benda-benda keseharian, transaksi di mal meluas lebih dari itu.
Mal menjadi ajang pembentukan gaya hidup melalui pengekspresian kepemilikan
objek-objek dan simbol-simbol sosial. Piliang (1998) menyebut mereka membeli makna
sosial di tempat-tempat seperti department-department store besar atau pusat-pusat
kebugaran. Semua fasilitas itu sekarang diwadahi di sebuah tempat nyaman, berpendar
cahaya kemewahan, serta udara sejuk yang menghanyutkan dan membuai. Namanya mal.
Relasi sosial berkembang tidak sekadar karena pertemanan, bahkan relasi karena kesamaan
visi dalam berbagai bidang, termasuk politik. Dulu ekspresi politik disampaikan secara
terbuka di tempat-tempat umum seperti alun-alun dan taman-taman terbuka kota. Kini
keberpihakan visi dan pilihan politik, antara lain, disalurkan lewat acara semacam flash
mob yang diadakan di mal.
Pengelola mal cerdas untuk mengelola setiap momentum. Dulu yang umum adalah
menghadirkan suasana menyambut hari besar keagamaan seperti Lebaran, Natal, dan tahun
baru. Kini mereka juga meluncurkan acara-acara yang tidak biasa di Indonesia. Maka,
Halloween dan Hari Kasih Sayang menjadi umum bagi generasi muda.
111
Tidak dimungkiri bahwa mal digerakkan oleh pusaran kekuatan kapitalis. Nafsu-
nafsu konsumeristik juga dibangun dan digelorakan di sini. Penyediaan fasilitas ibadah
yang dibangun dengan sangat bagus dan berkualitas di beberapa mal semoga menjadi
bagian untuk mengimbangi nafsu dunia dan akhirat. Dan mengantar pada peningkatan
keimanan sebagai sebuah gaya hidup.
Sumber: https://www.jawapos.com/surabaya/08/10/2019/mal-kota-kecil-penentu-gaya-hidup-kotanya/
112
Lampiran Materi
A. Pengertian
Teks tanggapan adalah teks yang berisi sebuah kritikan tajam mengenai suatu hal
yang membahas kekurangan atau kesalahan suatu karya atau fenomena. Teks
tanggapan merupakan jenis teks yang digunakan untuk meringkas, menganalisis, dan
menanggapi suatu teks, yaitu dapat berupa teks sastra, artikel, berita, ataupun karya
seni pertunjukkan. Di dalam teks tanggapan terdapat pula penilaian berupa kritik dan
pujian. Kritik merupakan ungkapan ketidaksetujuan terhadap suatu hal yang
dilengkapi alasan. Kritik juga berupa tanggapan atau kecaman yang disertai alasan
yang kuat dan objektif. Alasan yang diungkapkan dalam kritik haruslah bersifat
membangun dan bukan menjatuhkan. Sedangkan pujian adalah ungkapan rasa setuju
mengenai suatu hal. Pujian dapat berupa penghargaan atau sanjungan. Tujuan dari teks
tanggapan adalah untuk memberikan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan dari
sebuah teks yang juga disertai dengan saran. Penilaian yang dilakukan haruslah
objektif, sopan, logis, dan jelas.
Lalu apa bedanya teks tanggapan dengan teks ulasan? Teks tanggapan, hasil
akhirnya adalah sebuah kritik yang membangun. Teks tanggapan sifatnya mengkritik.
Ada penilaian seperti kekurangan dan kelebihan karya/fenomena, ada perbandingan
karya satu dengan karya yang lainnya. Sedangkan teks ulasan hanya sebatas mengulas,
membahas isi sebuah karya. Teks ulasan akan menjadi resensi. Resensi adalah sebuah
teks yang memberi sebuah pertimbangan kepada pembaca mengenai sebuah
buku/majalah. Resensi berisi rangkuman dan ulasan penulis terhadap sebuah karya
yang membuat pembacanya mempertimbangkan karya tersebut akan dibaca atau
tidak. dalam teks ulasan tidak ada evaluasi. Sifatnya objektif namun tidak terdapat
kritikan di dalamnya.
B. Struktur
1. Konteks/Evaluasi
Bagian ini berisi mengenai pernyataan umum yang disampaikan penulis
mengenai karya/fenomena/konflik yang ada. Biasanya isi dari bagian ini
mengenai apa yang sedang ditanggapi, di mana, kapan, bagaimana, dan jenis
peristiwa apa yang terjadi. Apabila yang ditanggapi sebuah karya, maka isinya
bisa berupa mendeskripsikan karya tersebut, dari judul, pengarang, latar belakang,
atau insformasi umum lainnya terkait dengan karya tersebut.
2. Deskripsi
Pada bagian deskripsi, apabila yang ditanggapi sebuah fenomena maka
isinya mengenai permasalahan apa yang telah terjadi, apa dampaknya, kelebihan
dan kekurangannya, bagaimana efek dari fenomena tersebut, tafsiran-tafsiran apa
saja yang ada mengenai informasi atau pernyataan yang dapat mendukung
maupun melemahkan fenomena tersebut. Apabila yang ditanggapi adalah sebuah
karya, maka isi dari bagian ini adalah deskripsi isi karya. Cerita karya tersebut
bagaimana, menjelaskan obejeknya secara khusus.
3. Penilaian/Penegasan Ulang
113
Bagian penilaian atau penegasan ulang berisi tentang penilaian kita
sebagai penanggap suatu karya atau fenomena. Isinya dapat berupa kritik santun
dan disertai saran, bisa ditambahkan pujian. Pada bagian ini penulis menekankan
pendapatnya mengenai sebuah karya/fenomena yang ditanggapi. Dalam memberi
penilaian, penulis tidak hanya menilai dari satu sisi saja/satu sudut pandang saja.
Harus menilai dari banyak segi.
C. Aspek Kebahasaan
1. Bahasa Deskriptif
Bahasa deskriptif biasanya ada pada struktur bagian konteks/evaluasi dan
deskripsi. Bahasa deskriptif adalah bahasa yang digunakan untuk
mendeskripsikan suatu objek/karya/fenomena yang membuat kita sebagai
pembaca seakan-akan melihat, mendengar, mencium, merasakan apa yang
digambarkan oleh penulis. Kalimat deskriptif yang digunakan biasanya dapat kita
bayangkan dengan panca indra kita.
Contoh: Gerakan tari piring pada umumnya dengan meletakkan dua buah piring
di atas dua telapak tangan, lalu diayun dan dilanjutkan dengan gerakat-gerakan
tari yang cepat dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari
penari terhadap piring yang dibawanya.
2. Kalimat kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang memiliki lebih dari dua struktur
dan dua verba. Biasanya terdiri dari dua klausa atau lebih yang memiliki
hubungan bertingkat. Klausa adalah kumpulan kata yang terdiri atas subjek dan
predikat saja. Kalimat kompleks ini juga biasanya disebut kalimat majemuk
bertingkat sehingga dalam kalimat kompleks akan ada konjungsi atau kata
hubung yang menunjukkan hubungan subordinatif dalam kalimat. Konjungsi
tersebut antara lain: sebab, karena, oleh karena, hingga, sehingga, sampai, agar,
supaya, untuk, ketika, sebelum, sejak, setelah, selama, yang, sedangkan, dll.
Contoh: Rinda membaca buku ketika ibu sedang memasak.
3. Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif atau melakukan
kegiatan/sesuatu/aktivitas. Biasanya ditandai dengan awalan me- dan ber-.
Contoh: Suliyana menyanyikan lagu kesukaan ayahku.
4. Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antarkalimat atau pengubung antarkalimat adalah kata-kata
yang menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lain, satu kalimat dengan
kalimat lain. Contoh kata penghubung antarkalimat yang sering digunakan dalam
paragraf antara lain: karena itu, dengan demikian, di samping itu, dan sedangkan.
Contoh: Kesenian tari tradisional adalah simbol kekayaan budaya di Indonesia.
Dengan demikian, kelestarian kesenian tari tradisional haruslah kita jaga agar
tidak punah akibat budaya luar yang masuk ke Indonesia.
114
5. Rujukan kata
Rujukan kata adalah suatu kata yang merujuk pada kata lain yang
memperlihatkan keterikatan. Rujukan kata berhubungan dengan kata ganti,
misalnya: ini, itu, di sana, di sini, dia, mereka, tersebut, dan beliau.
Contoh: Ketika kelas 8, saya dan Aziz adalah teman sebangku. Sekarang dia
sudah pindah sekolah karena ayahnya dinas di kota lain.
D. Jenis Kalimat Tanggapan
1. Kritik
Kritik ialah suatu pernyataan kecaman atau tanggapan yang sering
diuraikan dengan uraian pertimbangan baik dan buruknya suatu
karya/fenomena/penampilan seseorang. Contoh: Orang tua hendaknya jangan
melepas anaknya begitu saja. Orang tua harus mendampingi putra putrinya
dalam menonton acara tv saat ini. Sebab banyak tayangan yang tidak patut
ditonton untuk anak-anak. Orang tua zaman sekarang juga kurang memperketat
anaknya dalam menonton apa yang ditonton.
2. Pujian
Pujian adalah suatu pernyataan pengakuan dan penghargaan yang
diutarakan untuk kebaikan atau keunggulan atau hasil yang spektakuler terhadap
sesuatu. Contoh: Novel berjudul 5 Cm karya Donny Dhirgantoro ini sangat luar
biasa. Akhir cerita yang sangat tidak disangka-sangka membuat pembacanya
tercengang dan kagum dengan cerita yang memberi surprise di setiap alurnya.
Selain itu novel ini juga sangat sesuai untuk remaja dan orang dewasa.
3. Sanggahan
Sanggahan adalah ungkapan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan terhadap
sesuatu. Contoh: Pada dasarnya saya setuju dengan usaha pemerintah
meratakan pendidikan dengan mengirim guru-guru muda ke pelosok daerah.
Namun, akan lebih bijaksana jika pemerataan tersebut tidak hanya untuk guru
muda saja tetapi juga untuk guru-guru yang sudah berpengalaman lama
mengajar.
4. Penolakan
Penolakan adalah suatu pernyataan yang menunjukkan tidak setuju,
kurang setuju, kurang sependapan, atau membantah dalam suatu hal. Contoh:
Saya sangat tidak setuju dengan pemerintah yang memberlakukan sistem zonasi
sekolah.
5. Persetujuan
Persetujuan adalah suatu pernyataan yang menunjukkan setuju dalam suatu hal.
Contoh: Saya setuju dengan pencabuutan sistem zonasi sekolah.
115
LAMPIRAN 2
TRANSKRIP
Tema : PASUKAN GADJAH MADA
Host : Andini Efendi
Panelis : 1) Ray Rangkuti (Pengamat politik)
2) Maman Suherman (Penulis/pengamat siaran)
3) Chika Jessica (Artis)
4) Mc Denny (Komika)
5) Yenti Garnasih (Ketua umum masyarakat pidana dan
kriminologi)
Narasumber : 1) Edward Omar Sharif Hiariej (Prof. Eddy) (pakar hukum pidana)
2) Heru Widodo (pakar hukum tata negara)
3) Dwikorita Karnawati (Kepala BMKG)
Host : gajah mati meninggalkan Gading dan peninggalan Gadjah Mada
yang paling berharga adalah para penerusnya yang mendapat
gemblengan di Bulaksumur, Yogyakarta. Hasil yang dapat kita
saksikan salah satunya pada sidang gugatan pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden di Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu. Nah,
dalam sidang ini memang sudah usai namun banyak cerita unik
dibalik sidang yang menguras energi publik salah satunya sidang
menjadi ajang reuni bagi lulusan Universitas Gadjah Mada, mulai
dari hakim, saksi ahli, hingga kuasa hukum. Siapa saja mereka,
inilah pasukan Gadjah Mada.
[cuplikan video sidang gugatan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di
Mahkamah Konstitusi]
Host : dan inilah Narasumber kami Profesor Doktor Edward Omar Sharif
Hiariej dan Doktor Heru Widodo. Terima kasih banyak bapak-bapak
sudah bergabung bersama kami di Q&A. Saya ke Prof. terlebih
dahulu ini sempet jadi trending topik ya, kalau saya justru waktu itu
pas ngga lagi di Indonesia ngeliatnya jadi trending topik world wide
justru ni kita lihat di sini ada ada waktu itu sempet jadi ee rame gitu
di twitter. Jadi sekarang udah jadi selebriti netizen dong?
116
Eddy : Untungnya saya tidak punya media sosial jadi saya tidak tahu
apakah saya trending topik atau apakah tidak.
Host : Justru ngga punya media sosial?
Eddy : tidak punya saya.
Host : tapi tau ngga kalo misalnya rame di medsos?
Eddy : ee Saya dengar dari istri saya dari teman-teman saya bahwa saya
apa jadi trending topik jadi saya memang tidak memiliki tidak punya
media sosial Facebook, Instagram, Twitter, tidak punya jadi saya
tidur dengan nyenyak karena saya yakin di samping pujian pasti ada
cercaan.
Host : oke. Kalo Pak Heru gimana?
Heru : biasa aja si, Mba.
Host : ada ada ngga di medsos?
Heru : Ada di medsos tapi kita ya sama seperti Prof. Edi tadi ada pro dan
kontra biasa jadi nanggepinnya ya dinamis gitu. Kita sudah
menjalankan kewajiban kita untuk apa secara akademis membantu
mencerahkan kan persoalan-persoalan perselisihan Pilpres kemarin.
Host : ada yang berubah tidak, mungkin dari Prof. dulu setelah menjadi
saksi ahli itu kemudian mungkin dari segi pertemanannya kah kan
juga berteman dengan Mas Indrayana dan ada beberapa orang lagi
dari tim kuasa hukum 02, ada yang berubah ngga setelah itu?
Eddy : sama sekali tidak, sama sekali tidak. Jadi ketika sidang itu usai kami
lalu berjabat tangan, saling berpelukan, dan foto bersama jadi sama
sekali kita tidak bawa sampai ke hati bahwa ada perbedaan pendapat
saya kira itu sesuatu yg wajar saja dalam dunia akademik karena ee
teman-teman kuasa hukum pemohon itu juga mereka selain
berprofesi sebagai pengacara juga adalah dosen ya jadi perbedaan
pendapat di dunia akademik kan suatu hal yang wajar.
Host : oke. Nah tapi gimana, kita juga penasaran awalnya tuh seperti apa
sih Prof. dan Doktor nih bisa jadi saksi ahli. Siapa Prof. waktu tu
yang minta duluan?
Eddy : jadi saya pertama kali dihubungi oleh Pak Asrul Sani, Sekjen P3 ya
itu kalo saya tidak salah inget sekitar hari Rabu tanggal 12 Juni
waktu itu ee beliau mengatakan bahwa ee Prof. Yusril kemudian ee
Bang Trimedya Panjaitan sudah menyetujui untuk ee minta saya
sebagai ahli dalam sengketa Pilpres kemudian Waktu itu saya
117
bertanya selain saya siapa lalu ee Pak Asrul Sani menyebut nama
Mas Heru Widodo.
Host : dan ee Pak Heru juga dihubungi oleh Pak Asrul?
Heru : ya, kalo beliau menghubungi saya sebelum lebaran jadi ee...
Host : lebih lama lagi justru ya.
Heru : lebih awal di...
Host : emang udah kenal lama tapi?
Heru : belum kenal sebenarnya. Jadi tim hukum TKN meminta berkenan
untuk masuk menjadi tim ee ‘oke’ saya bilang Insya Allah saya
bersedia tapi posisinya bukan sebagai kuasa hukum karena kan
sebenarnya profesi keseharian saya lebih banyak di sebagai advokat
ya, sebagai ahli nanti dengan beberapa ee ahli yang lain stand by aja
mas katanya. Ya sudah karena itu amanat kita ya untuk tujuan yang
baik saya sampaikan saya bersedia kita simpan pendapat-
pendapatnya. Terus kemudian pada suatu waktu Prof. Edi kontak
saya ‘Mas, sudah dihubungi oleh Pak Asrul’, saya bilang sudah.
Yasudah ee Prof. Edi bilang kita berdua yang akan jadi ahli dan
saya...
Host : betul ngga katanya sebelum bersa ee bersaksi itu dihubungi oleh
Pak Mahfud MD juga?
Eddy : malamnya itu kemudian Prof. Mahfud menelpon saya dan beliau
bertanya ‘Mas apa sudah dihubungi’, saya bilang sudah. Saya sudah
dihubungi besok saya akan memberikan kesaksian. Lalu kemudian
beliau bertanya ee apa yang akan saya sampaikan yang saya katakan
bahwa saya berbicara soal ee terstruktur, sistematis, dan massif.
Kemudian beliau katakan ‘oh ya saya kira itu mas lebih pantas
menjelaskan itu’ lalu beliau bercerita bahwa pada tahun 2008 ketika
beliau menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi dalam
memeriksa ee sengketa pilkada, beliau mengambil persoalan TSM
itu dengan merujuk pada doktrin-doktrin di dalam hukum pidana.
Host : ehe.
Eddy : sehingga kemudian beliau merasa bahwa saya cukup ee relevan dan
punya kapasitas untuk itu menjelaskan di hadapan Mahkamah
Konstitusi.
Host : padahal backgroundnya bukan pemilu kan lebih ke pidana?
Eddy : betul, pidana.
118
Host : kalo Prof. sendiri?
Eddy : ya, saya pidana.
Host : dan itu juga sempet di dipertanyakan juga ketika sidang itu berjalan
bukan?
Eddy : betul. Jadi sebetulnya ketika ditanya oleh ee Mas Bambang
Wijayanto waktu itu beliau katakan ee ‘coba anda tunjukkan
pengalaman anda apa di bidang kepemiluan’, ya saya waktu itu
bukannya saya tidak mau jawab tadi saya pikir pertanyaan itu tidak
substansi. Mengapa pertanyaan itu tidak substansi karena sebetulnya
kalau kita mau berbicara soal fairness ketika saya menyampaikan
tanggapan ketika saya memberikan keterangan ahli yang dalam
tanda petik menguliti gugatan kuasa hukum pemohon.
Host : ya.
Eddy : seharusnya secara fairness mereka juga merespon balik atas
tanggapan saya.
Host : baik.
Eddy : jadi ketika berbicara soal kepemiluan itu bagi saya sudah out of
context. Tetapi kalau itu ditanyakan kepada saya, saya kira ya saya
tidak bego-bego amat lah soal pemilu karna tahun 1999 pemilu
pertama kali pasca reformasi, Prof. Mahfud dan saya itu adalah
panitia pengawas pemilu.
Host : Ok, baik.
Eddy : meskipun hanya tingkat Jogja.
Host : Oke.
Eddy : kemudian tahun 2001, saya diundang oleh comission on ilection di
Filipina.
Host : jadi ada pengalaman kalo misalkan kita bahas soal pemilu begitu.
Eddy : ya, sebagai...
Host : saya mau kasih liat satu cuplikan yang juga menjadi perbincangan
di masa sidang ee di MK tersebut. Boleh kita putar, silakan.
[cuplikan video]
Host : ee ada yang ngerti ngga tadi bahasa-bahasa istilahnya temen-temen
penonton, pada bingung semuanya kan. Aku pun juga bingung Pak,
119
kenap ini kan sidang terbuka ditonton ni satu nusantara gitu nah itu
kenapa pake istilahnya tu yang mumet-mumet gitu Pak?
Eddy : begini. Jadi yang penting diketahui bahwa bahasa Latin itu adalah
bahasa dunia hukum ketika berbicara mengenai asas-asas hukum
kita tidak bisa terlepas dari bahasa latin dan itu memang harus saya
sampaikan kendat ee kemudian saya menerjemahkan atau ee
menyampaikan terjemahan dari asas-asas hukum tersebut. Sekali
lagi karna ee bahasa Latin itu adalah bahasa dunia hukum.
Host : oke, baik. Sebelum ee kita jeda, Pak Pak Heru ini bukan pertama
kalinya kan menjadi saksi ahli bareng dengan Prof. Edi bahkan juga
pernah berseberangan gitu dalam beberapa kasus.
Heru : ee kalau bareng baru pertama kali.
Host : bareng baru pertama. Baik.
Heru : iya. Bareng baru pertama kali tapi kalau mem ee dalam kes
keseharian sebagai lawyer saya sering meminta Prof. Edi menjadi
ahli, khususnya pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi.
Host : oke. Baik. Tapi nggak pernah ada berseberangan begitu jadi saksi
yang justru memberatkan lah untuk bagi kasus yang ditangani?
Heru : selama ini belum pernah.
Host : belum pernah. Ini apa emang ada gara-gara sama-sama UGM jadi
emang kompak?
Heru : secara kebetulan sebenarnya jadi tidak tidak apa namanya ee kita
meminta kehadiran ahli itu dalam suatu kasus kan melihat
kepentingannya bagaimana kalau kebetulan memang Prof. Edi
bersedia ya kita minta tapi kalau memang nggak bersedia karna ada
ada batasan tertentu kalau dalam perkara perkara yang menyangkut
tindak pidana korupsi ee dari Universitas Gadjah Mada tidak
memperkenankan atau tidak mengizinkan guru besarnya atau
dokternya menjadi ahli dalam perkara itu.
Host : tp memang ada ini juga ngga sama sama UGM gapapa lah saya jadi
lebih srek gitu?
Heru : ee mungkin itu salah satu faktor yang...
Host : salah satu faktor
Heru : yang menguatkan ya karna kan...
Host : sama-sama pasukan Gadjah Mada ya.
120
Heru : ya, sama-sama pasukan Gadjah Mada kita tau kualitasnya
bagaimana kan ya.
Host : Baik. oke. Kita akan bergabung nanti bersama para panelis setelah
jeda berikut ini. Tetaplah bersama Q&A.
[iklan]
Host : sudah bersama para panelis. Tadi kita sudah dengar ya para penulis
seperti apa sih sejarahnya ketika mereka menjadi saksi ahli di sidang
yang menyita perhatian. Kamu nonton enggak sidangnya Mac
Denny?
Denny : saya nonton sampe abis kuota. Nontonnya di youtube di live
streaming, abis kuotanya.
Host : kenapa ngga nonton di Metro TV?
Denny : kenapa? Kan malem met, oh ya kenapa ngga di Metro TV ya. O
waktu itu saya lagi di luar.
Host : oh oke.
Denny : di luar MK.
Host : oh baik, oke.
Denny : lagi nunggu tanda tangannya Prof. Edi.
Host : oke. Ini ini ternyata yang menarik juga dari pasukan Gajah Mada
yang hadir bersama kita malam hari ini kalau misalnya Prof. Edi ini
kalau kita inget pernah jadi saksi ahli yang meringankan Basuki
Cahaya Purnama kasusnya Ahok. Kemudian juga pernah jadi saksi
ahli untuk memberatkan Jessica, Jessica inget masih inget kopi
Vietnam.
Chika : Aku ga salah apa-apa.
Denny : bukan jessica kamu.
Host : Bukan Chika Jessica.
Denny : kamu mah keracunan, bukan keracunan kopi.
Host : Jessica Kumala Wongso. Oke, kemudian juga yang menjadi
menarik pernah jadi saksi meringankan Bang ed Denny Indrayana
justru pada saat itu dalam kasus Payment Gateway. Kemudian, kalau
untuk Pak Heru, Pak Heru sendiri pernah jadi penasehat hukumnya
Pak Denny Indrayana ketika di kasus yang sama. Kemudian, juga ee
121
waktu itu juga pernah berfokus untuk pada hukum pemilu kalo Prof.
lebih fokus kepada hukum...
Eddy : pidana.
Host : pidana, begitu dan juga kalo kalo ditanya kalo misalnya Pak Heru
hobinya apa ee beribadah dan mengaji.
Denny : alhamdulillah, luar biasa.
Host : alhamdulillah.
Denny : sama banget ya.
Host : sama banget kan.
Denny : sama banget.
Bang Ray : itu bukan hobi dong, kewajiban.
Host : kewajiban, bukan hobi sebenernya Pak itu faktanya.
Denny : tapi ketika kewajiban menjadi hobi dilakukan dengan senang hati
biasanya, betul ya?
Heru : betul.
Host : Bang Ray silakan.
Bang Ray : tadi disebutkan sebelum ditunjuk jadi salah satu saksi ahli dari 01
terlebih dahulu di kontak oleh Pak Mahfud ya dan Pak Mahfud
memberi gambaran bla bla bla bla. Apakah anda mau menyebutkan
sebetulnya pembelaan anda di ah bukan kesaksian anda di
Mahkamah Konstitusi itu sebetulnya pokok-pokok pikiran dari Pak
Mahfud gitu?
Eddy : jadi ee begini Bang Ray ee beliau menelpon saya setelah memang
mengetahui bahwa saya akan tampil pada ee sidang mahkamah
konstitusi tanggal 21 Juni waktu itu, beliau bertanya apa yang
hendak saya sampaikan, saya katakan soal terstruktur, sistematis,
dan masif. Beliau lalu mengatakan ee itu cocok, mengapa, karna
pada saat beliau sebagai ketua Mahkamah Konstitusi beliau
mengutus beberapa kasus TSM dalam konteks Pilkada beliau
merujuk pada ee doktrin TSM dalam hukum pidana. Mengapa beliau
merujuk pada hukum pidana karna beliau pada waktu itu adalah
salah satu penguji saya ketika saya menyelesaikan Doktor dengan
judul Asas Legalitas dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia.
Sehingga beliau mengambil ee parameter-parameter TSM yang ada
122
di dalam disertasi saya itu kemudian menjadi rujukan bagi beliau
untuk memutus TSM dalam konteks pilkada. Demikian Pak.
Host : tapi memang dikasih ngga sama ee Prof. Mahfud pada saat itu, nanti
kamu ngomongnya...
Eddy : o tidak, sama sekali tidak.
Host : gini-gini ya.
Eddy : tidak tidak, sama sekali tidak. Jadi beliau waktu itu menelpon saya
dalam rangka mensupport bahwa kalau nanti ada yang meragukan
karena latar belakang saya pidana. Justru ketika menjelaskan soal
TSM itu memang lebih pantas orang pidana yang menjelaskan itu
karena beliau mengambil konteks TSM pada tahun 2008 itu dengan
merujuk pada doktrin hukum pidana.
Bang Ray : saya keduanya kalau bisa ya.
Host : ya, silakan
Heru : ya ya
Bang Ray : untuk Prof. Edi dan ee Pak Heru ya.
Heru : iya.
Bang Ray : seba khususnya Pak Heru sebagai lawyer dan sebagai yang sering
juga dimintai sebagai saksi ahli Prof. Edi ya, ketika menerima satu
permintaan itu baik sebagai Iawyer maupun sebagai saksi ahli karna
profesional atau karna memang sesuai pikiran dan ee prinsip anda?
Heru : saya dulu ya.
Bang Ray : iya, boleh.
Host : iya, Pak Heru silakan
Heru : jadi waktu dalam kasus ini saya tanyakan dulu kira-kira sesuai
engga dengan keahlian yang saya punya karena dijawab bahwa ini
persoalan TSM yang kebetulan saya punya pengetahuan yang
mendalam tentang TSM kebetulan disertasi saya tentang
pelanggaran TSM di Mahkamah Konstitusi. Kemudian saya
nyatakan Insyaallah bersedia. Ya jadi lebih kepada faktor kualifikasi
saya kalau saya ngga mampu saya ngga berani untuk menjadi ahli,
gitu Bang Ray.
Bang Ray : iya. Ini kan khusunya Pak Heru ya yang 2014 seinget saya anda
justru pengacara Pak Prabowo yang mendalilkan adanya TSM.
123
Heru : betul.
Bang Ray : sekarang anda menjadi pengacara 01 yang menolak adanya TSM.
Jadi sebetulnya pandangan anda sendiri apa gitu. Dari satu segi anda
setuju ada TSM itu 2014 tapi 2019 ini anda menolak adanya dugaan
TSM dalam pelaksanaan Pilpres. Itu yang saya mau katakan
sebetulnya ketika kita terima kasus ini mau membela gitu, kita
membela itu karena memang kewajiban profesional kita atau karna
memang ini prinsip yang kita yakini bener gitu?
Heru : ya jadi memang ada perbedaan yang jelas antara 2014 ke belakang
dengan 2015 sampai dengan sekarang. Jadi dulu TSM itu belum
diatur dalam norma jadi ketika 2008 sampai dengan 2010, 2009
nggak ada sengketa Pemilu ya, ee 2010 sampai dengan 2014 TSM
tuh lepas dari norma sehingga semua diambil alih oleh Mahkamah.
Ketika 2015 sudah ada Undang-undang Pemilu Pemilukada serentak
TSM disebut norma nya dibagi habis menjadi wewenang Bawaslu
sama peradilan tata usaha negara termasuk juga Undang-undang
Pemilu sekarang mengambil alih Undang-undang Pemilukada ee
TSM diserahkan wewenangnya kepada Bawaslu sehingga manakala
sekarang dibawa ke Mahkamah Konstitusi itu tidak sesuai lagi
tatanannya dengan Undang-undang Pemilu serentak. Itu yang
sepanjang yang saya ketahui. Oleh karena oleh karena itu ketika dulu
2014 memang masih relevan TSM itu dibawa ke Mahkamah
Konstitusi dan putusannya 2014 Mahkamah menyatakan berwenang
mengadili pelanggaran TSM tapi kenapa tidak dikabulkan karena
tidak terbukti pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di 2014 itu
secara terstruktur, sistematis, dan masif begitu Bang. Itu memang
prinsipnya begitu.
Host : oke. Ee Bang aku kasih ke Kang Maman dulu. Silakan Kang
Maman
Kang Maman : Prof. Edi apa karna kenal semua yang ada di situ membuat Prof.
Edi tampil begitu santai begitu cair menghadapi Saldi Isra. Anda
memecahkan rekor Saldi Isra sebagai Doktor termuda beliau 2 tahun
3 bulan, anda 2 tahun 30 hari ya kalo ngga salah.
Eddy : 20 hari
Kang Maman : 20 hari. Kemudian melihat BW, anda justru menulis di Kompas
meringankan BW dalam kasus dan mengatakan BW ngga pantes
untuk dijadikan tersangka tapi tiba-tiba BW seperti mendegradasi
anda soal berapa banyak sih karya anda untuk sampai mau duduk di
situ tapi anda begitu ringan saja menghadapi nya, karena faktor
124
mengenal mereka semua atau karena ada sesuatu yang disiapkan
sebelumnya?
Eddy : ee sebetulnya kalau saya tampil santai ya dari awal saya sudah
mengatakan ketika mau menjawab pertanyaan dari kuasa hukum
pemohon saya katakan kalau kita ada perbedaan pendapat saya saya
me merifer kepada Gus Dur ya ‘kalau kita ada perbedaan pendapat
maka cukup perbedaan pendapat itu sampai di kerongkongan dan
jangan dibawa ke hati’. Jadi saya menganggap itu santai jadi saya
tidak emosional saya menganggap ringan-ringan saja pertanyaan itu
dan yang kedua memang kita sudah prediksi bahwa pertanyaan itu
akan ditanya oleh ee kuasa hukum pemohon. Disini saya harus
mengatakan dengan jujur ee Doktor Ruhut Pangaribuan, Profesor
Yusril yang sudah Malang melintang di dunia kepengacaraan itu
mempunyai sense yang luar biasa dan malam sebelumnya ketika kita
berdiskusi dengan Prof. Yusril dengan ee Doktor Ruhut Pangaribuan
pertanyaan-pertanyaan yang kita prediksikan akan disampaikan oleh
kuasa hukum pemohon dan memang terbukti, itulah yang mereka
katakan.
Host : bukan karna ada deal-dealan karna mengenal?
Eddy : sama sekali tidak, sama sekali tidak.
Host : sebelum masuk sidang gitu, eh jangan ini dong jangan galak-galak
nanti.
Eddy : ngga juga, ngga ngga. Jadi ya sebelum sidang itu kita bertemu dan
salaman, cipika-cipiki kita semuanya adalah teman, jadi tidak ada
salah paham.
Kang Maman : tapi kira-kira. Satu.
Host : iya.
Kang Maman : kira-kira karena apa Pak Nasrulah sama sekali ngga mengajukan
pertanyaan buat anda?
Eddy : mungkin karena beliau dan saya punya kor yang sama sebagai ee
pengajar hukum pidana dan saya dan beliau berpikir bahwa apa yang
saya jelaskan itu sudah sangat jelas sehingga beliau tidak perlu lagi
untuk mengajukan pertanyaan.
Kang Maman : jadi kaya dukun ya, satu ilmu satu perguruan ngga boleh saling.
Eddy : saya kira begitu.
Kang Maman : (tertawa)
125
Mc : Chika silakan.
Kang Maman : Chika tampilan kacamatanya sama dengan Prof. Edi, taruh di
kepala.
Denny : cuman kalo Prof. Edi itu Profesor kalo dia sales kacamata.
Chika : coba kalo Bapa gimana (menyuruh Denny).
Denny : ni liat. Kalau saya tu esmut.
Chika : oh kalau pake disini kaya esmut (memakai kacamata pada
umumnya)
Denny : (meletakan kacamata di atas kepala) Profesor.
Chika : oh Profesor.
Denny : ehe. (meletakan kacamata di bawah mata)
Chika : ehe. Tukang jualan voucher kalo begitu. Ee mau tanya ke dokter
heru Doktor Doktor, tadi nerusin pertanyaan dari bapa (Bang Ray)
katanya kan 2014 tuh ee berada di pihaknya Pak Prabowo terus yang
sekarang ee meringankan di pihak lawan. Gedean mana toh Pak?
Denny : honornya.
Host : gedean mana honornya gitu, tuh Pak.
Denny : matre banget si nih perempuan.
Heru : jawabannya sederhana sih, gede itu relatif.
Host : tuh.
Heru : iya. Jadi yang penting kita syukuri kan menjadi menjadi gede
rasanya gitu tapi kepuasan tentunya ee sama-sama puaslah. Dulu
ketika dipercaya menjadi kuasa tim kuasanya Pak Prabowo Hatta ya
kita kerjakan secara maksimal kan aktif di persidangan ternyata
hasilnya memang tidak sesuai harapan ya sudah kita sekarang...
Host : jadi lebih puas yang mana dong kalau gitu?
Heru : ya sama puasnya. Dulu puas...
Host : dulu kan kalah.
Heru : iya.
Host : sekarang, justru menang.
Heru : itu tidak bisa dibandingkan.
126
Host : hmm.
Heru : tidak bisa dibandingkan karena kualifikasi ketika itu memang ee
sebagai pengacara konstitusi ya dalam dalam posisi itu kita sangat
puas karena bisa mengeksplor pelanggaran-pelanggaran dengan
dengan berbagai argumentasi tapi ternyata memang tidak bisa
memenuhi unsur TSM ketika itu. Nah sekarang dalam kualifikasi
sebagai ahli tentu juga punya kepuasan yang lain karena ee dalam
posisi yang berbeda tentunya.
Host : Baik. oke. Masih banyak pertanyaan nanti dari panelis untuk kedua
narasumber kami. Tetaplah bersama Q&A Pasukan Gajah Mada.
[iklan]
Host : masih bersama pasukan Gadjah Mada, Prof. tadi kalo dari
pertanyaannya Bang Ray ketika memutuskan untuk menjadi ahli ya,
ini ngeliat kasusnya dulu atau memang secara profesional aja?
Eddy : jadi saya kira ee pertanyaan itu sangat baik dan cukup mendasar
jadi ketika ada satu kasus dan meminta saya sebagai ahli maka yang
pertama-tama saya minta adalah apa kronologi kasusnya. Ketika
saya disampaikan kronologis kasus, saya menentukan ini pendapat
saya. Pendapat saya seperti ini apakah anda setuju ataukah tidak,
apakah pendapat saya ini bisa menguntungkan klien anda ataukah
tidak kalau bisa menguntungkan silahkan anda memakai saya tapi
kalau tidak, ya no problem.
Bang Ray : Mba Dini...
Host : baik. Oke
Bang Ray : Mba Dini...
Host : iya.
Bang Ray : saya pertanyaan ini saya kira mewakili juga beberapa pertanyaan
publik ya karna sebelum ini sebetulnya ya kita melihat juga dunia
kepengacaraan ini begitu luwes gitu loh kira-kira ya seperti Pak Heru
juga.
Heru : iya.
Bang Ray : jadi ada orang yang mengatakan sebelum dia jadi lawyer si A
sebetulnya terlebih dahulu dia mau jadi lawyer si B tapi karna si B
tidak mau terima pindah ke si A gitu. Jadi orang jadi melihatnya
sebetulnya para lawyer ini punya ideologi apa ngga si, kan kira-kira
gitu tu pertanyaannya gitu.
127
Host : atau profesional aja
Bang Ray : bukan hanya profesional tapi lebih dari itu seperti pertanyaan
Jessica tadi kan atau hanya sekedar cari nominalnya kan kira-kira
gitu. Jadi kalo di A ngga tembus kita ke B jadi seolah-olah ngga ada
you you mau bela mana, mau bela yang apa. Kan kira-kira gitu.
Host : iya.
Heru : itu sebenernya ngga boleh Bang, lawyer tuh ngga boleh
menawarkan diri seharusnya. Jadi lawyer tu pasif ketika ee calon-
calon klien mencari kuasa hukum yang kira-kira pas ya kita sifatnya
menunggu, ngga boleh kita menawarkan kesana dan kesebalah gitu.
Itu etikanya seperti itu jadi ketika ada lawyer yang menawarkan
kesana kemudian disana tidak diterima kemudian kesebelah, ya itu
dari kedua penawar itu sudah salah sudah melanggar etika
sebenarnya.
Denny : kalo ngga ada yang nawar-nawarin gimana Pak, nganggur terus
dong Pak.
Eddy : begini, itu dari segi etika Bang Ray tapi saya mau menjawab dari
segi hukum ya. Law is the art of interpretation hukum itu adalah seni
berintepretasi, fakta itu netral tergantung siapa yang membacanya.
Saya selalu bercerita kepada mahasiswa saya di depan kelas, kita
tahu bahwa 1825 sampai 1830 ada seorang jawa bernama Raden
Mas Ontowiryo berkelahi dengan Jendral de Kock kalau fakta itu
ditulis dari Indonesia kita akan mengatakan Diponegoro adalah
pejuang dan de Kock adalah penjajah tapi kalo fakta itu ditulis dari
Belanda, mereka akan mengatakan de Kock itu adalah pejuang dan
Diponegoro adalah ekstrimis. Jadi itulah yang menga itulah yang
yang mendasari saya ketika ada satu kasus sebetulnya kita bisa saja
mencari alasan yang meringankan kita bisa mencari alasan yang
memberatkan tetapi kembali kepada keyakinan dan hati nurani kita.
Bang Ray : itu maksud saya, justru karna itulah pertanyaan ini menjadi penting
karna fakta itu bisa ditafsirkan baik bisa ditafsirkan buruk.
Eddy : iya, iya.
Bang Ray : tapi anda sendiri mau menafsirkan sesuai dengan kepentingan klien
atau anda...
Eddy : tidak
Bang Ray : menafsirkan sesuai dengan keinginan anda?
Eddy : dengan hati nurani saya...
128
Bang Ray : nah itu maksud saya.
Eddy : dengan keyakinan saya lalu saya mengambil keputusan ini seperti
itu.
Host : baik. Oke. Mac denny.
Denny : oh oke giliran saya, ini berat sekali tampaknya. Baik, selamat
malam semuanya untuk para penonton dan juga Prof. Edi dan.
Host : Doktor Heru.
Denny : Doktor Heru, apa kabar Pak?
Heru : sehat, alhamdulilllah.
Eddy : baik, sehat.
Denny : pertanyaan saya tidak akan berat-berat Pak walaupun sebenernya
saya juga lulusan UGM.
Chika : UGM, Universitas Gadjah Mada?
Denny : Google Map.
Chika : aku dong UGM.
Denny : sempet tadinya saya mau kesitu cuman...
Chika : aku juga ug aku UGM loh, Pak Pak Prof. Dok
Heru : iya.
Denny : ha serius lu UGM?
Chika : UGM.
Denny : kenapa begini?
Chika : masuk UGM terus disebelah kanan ada boot yang jual es kepal itu
aku kesitu.
Denny : oh lu mah UGM.
Chika : tapi kan UGM…
Denny : universitas gagal menikah, menikah.
Chika : oh makasih.
Denny : iya sama-sama. Baik...
Host : pertanyaannya.
129
Denny : baik pertanyaannya begini ee saya akan bertanya (memakai
kacamata) kaya Prof. Edi ya.
Host : itu mentang-mentang Profesor kaya gitu ya?
Denny : iya. Begini ee fakta yang saya baca di sini (kacamatanya jatuh)
waduh
Chika : ngga cocok, ngga usah sok pinter. (tertawa)
Denny : ribet amat jadi Profesor. Ee yang pertama untuk ee Prof. Edi, saya
lebih bertanya seputar keluarga aja ya Prof. Tadi bilang ee faktanya
kalo Prof Edi ini ngga punya sosmed, ngga punya facebook dan
segala macem gitu padahal Prof Edi ee Edi ini S3 ya berarti harusnya
sekolah lagi S4, S4 nya sosmed. Saya mau bertanya nya begini ee
apakah dalam bahasa latinnya ni ya dicaritakeun ku pamajikan nain
itu bahasa latinnya artinya apakah disuruh sama istri karena pernah
ke gep waktu bikin sosmed?
Chika : bahasa Sunda, bukan latin itu.
Denny : bagi saya latin.
Chika : ya mangga mangga.
Denny : karna faktanya diliat dari saya.
Host : oh boleh, boleh, bisa bisa.
Denny : atau karna prinsip karna bagi saya kalo misalnya Prof. Edi dengan
ilmu yang begitu tinggi tapi tidak mau berbagi lewat sosial media
yang memang sekarang lagi lagi in banget gitu, Prof. Edi begitu pelit
sepertinya saya kecewa sama anda. Oke, dan untuk Doktor Heru,
saya juga kecewa sama anda.
Chika : alasannya?
Denny : karena saya liat faktanya anda ini orangnya sering berdoa, wudhu,
terus juga bekerja keras tapi jalan-jalannya kok setahun sekali.
Apakah keluarga tidak kecewa? Apakah keluarga mulai berfikiran
untuk cari pengacara untuk menggugat Doktor. Boleh silakan kalo
tidak bisa ditanya saya cabut ee ininya Profesor dan Doktornya
(tertawa).
Host : silakan Prof.
Eddy : Terima kasih Mas Denny. Jadi sebetulnya karena salah juga kalau
dika dikatakan bahwa karena ketahuan istri justru istri saya itu selalu
memaksa saya supaya harus memakai sosial media. Saya baru
130
memakai instrumen yang namanya WhatsApp itu baru tahun 2017
bulan Oktober, itu pun jadi yang memberikan handphone itu adalah
istri saya yang kemudian menset segala macam di handphone itu
adalah istri saya bukan saya. Jadi saya itu komunikasi hanya dua,
telepon dan SMS. Mengapa saya tidak punya sosial media kalau saya
punya sosial media itu kan berarti pasti saya penasaran untuk
membacanya.
Denny : betul.
Eddy : dan kalau membaca itu membuang waktu lebih banyak waktu, itu
saya pakai buat membaca dan menulis jauh lebih produktif jauh
lebih efektif. Sampai detik ini saya memang tidak menggunakan
sosial media dan sepertinya insya allah saya tidak akan
menggunakan sosial media.
Denny : atau mungkin Profesor Edi tuh karna ilmunya tinggi di bidang
hukum malu, malu nggak bisa bikin password gitu bikin email?
Eddy : ngga juga sebetulnya karna...
Chika : gini aja Prof., kita deal ajalah. Saya yang bikinin, adminnya sayalah
.
Host : dia followersnya jutaan loh Prof.
Denny : dia jualan followers sebenernya.
Chika : soalnya nih Dok ee apa Prof. juga kan mumpung lagi hype banget
nih ya Prof. ya, itu buat kalangan kita tu itu aduh makanan banget
gitu.
Host : momentum gitu ya.
Denny : bahkan kelia ketika ngeliat kacamata bisa diendors kacamata Prof.
Chika : nah itu dia makanya.
Eddy : jadi saya tau saya sebagai ee sebagai trending topik itu saya tau dari
istri saya jadi dia punya Instagram dia punya Facebook dan media
sosial, dia beri tahu saya bahwa ada komen seperti ini dan lain
sebagainya. Jadi ya saya biasa saja begitu
Denny : luar biasa.
Chika : bikinlah Prof. bikin.
Host : kalau Doktor Heru gimana?
131
Heru : jadi gini ee memang kebetulan ini saya anak saya banyak anak saya
5. Nah kalau mau mengatur liburan ada yang sudah kuliah kebetulan
jadi muridnya Ibu di Trisakti ya dari fakultas hukum juga, ada yang
di Pondok Pesantren boarding jadi kita ada yang masih di ada yang
di sekolah biasa. Kita mencari jadwal libur yang sama itu susah
makanya paling di akhir tahun ee untuk bisa jalan-jalan bersama
ataupun libur lebaran kayak kemarin. Jadi itu makanya kita ambil
liburan dengan dengan keluarga itu setahun sekali begitu Mas.
Denny : sama, berarti sama saya. Cuman bedanya Kalau Doktor itu mencari
jadwal tahun sekali kalau saya mencari uang setahun sekali baru bisa
liburan Dok.
Host : Kang Maman silakan.
Kang Maman : saya menggaris bawahi soal hukum adalah seni menginterpretasi.
Apakah bapak-bapak keduanya setuju dengan pernyataan bahwa
hukum itu harus bebas dari intervensi politik sekalipun
keputusannya menggambarkan ketidakadilan?
Eddy : ya kalo kita bicara teori the pure teori of law dari Hans Kelsen maka
dia mengatakan bahwa hukum itu harus bebas dari segala anasir baik
politik ekonomi maupun ee sosial budaya tetapi kita kan tidak hidup
dalam ruang hampa jadi ada faktor-faktor yang sangat ee apa
mempengaruhi hukum termasuk didalamnya ada faktor politik,
faktor ekonomi, dan faktor sosial. Orang selalu mengatakan bahwa
politik adalah ee Panglima dengan men meng-suboordinatkan bahwa
seakan-akan hukum itu di bawah politik itu saya tidak setuju.
Mengapa, karna kalau orang mengatakan undang-undang adalah
produk politik, benar karena undang-undang itu dihasilkan oleh
parlemen dan parlemen adalah lembaga politik tetapi hukum kan
tidak hanya undang-undang ada kebiasaan, ada doktrin di situ, ada
perjanjian, dan ada apa namanya yurisprudensi yang dia tidak
terkontaminasi oleh ee politik. Oleh karena itu saya ketika
menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan ee kesaksian ahli
saya selalu menggunakan interpretasi doktriner jadi kepada
kebenaran ilmiah.
Host : baik. oke. Kita juga nanti akan menambah satu pasukan lagi
pasukan Gadjah Mada dan benar tidak sih di eranya Presiden Joko
Widodo ini banyak justru alumni-alumni dari UGM ini menduduki
puncak-puncak tertinggi gitu. Kita akan bahas setelah jeda berikut
ini, tetaplah bersama Q&A.
[Iklan]
132
Host : pamor Universitas Gadjah Mada semakin berkilau salah satu
alumninya Pak Joko Widodo menjadi presiden ke-7. Nah pada
pemilu 2009 UGM mengirimkan seorang Profesor Doktor untuk
menjadi wakil presiden di pilpres 2014 hanya sarjana udah bisa jadi
presiden. Nah tidak hanya Prof. Edi kemudian Doktor Heru yang
menjadi lulusan UGM yang hadir bersama kami di Q&A, juga ada
rektor UGM 2014-2017 sekaligus kepala BMKG Profesor Insinyur
Dwikorita Karnawati, selamat datang kembali Prof. di Q&A. Udah
tiga kali heat-trick nih Profesor di Q&A nih tapi sekarang kita
ngomongin UGM, bener ngga sih Prof. tapi sebelum kita ngomongin
soal UGM, gimana cuaca hari ini?
Dwikorita : waduh cuaca cerah.
Host : cuaca cerah ya?
Dwikorita : cuaca cerah ya karna kita masih...
Host : tapi polusinya masih banyak banget nih Prof.
Dwikorita : justru itu karena ee musim kemarau ini ya jadi tidak ada yang
mencuci udara kan hujan juga berkurang saya bicara di Jawa
khususnya di Jakarta ya karena di luar Jawa beda lagi ada yang banjir
dan jadi kita memang...
Denny : kalo di depok Prof, di depok?
Dwikorita : masih sama, masih cerah ya.
Host : bisa lengkap loh jawabannya nanti kalo sama, jangan dipancing-
pancing, Mac Denny.
Denny : kalo di perumahan saya?
Chika : tapi sepertinya ada kesalahan deh, ini kan cuaca cerah tapi kok
hatiku mendung ya Bun.
Denny : bukan hatinya mendung, otaknya mendung. Ini di dalem, ini di
dalem, ini karna lampu.
Host : oke. Nah Profesor Dwikorita seperti yang sudah diketahui
menduduki jabatan sebagai kepala BMKG begitu kem itu hanya
salah satunya, presidennya juga lulusan UGM, Gubernur Jawa
Tengah juga menjadi bagian keluarga dari UGM juga siapa lagi ni.
Dwikorita : DKI.
Host : iya betul.
Eddy : gubernur DKI Jakarta.
133
Host : DKI Jakarta, betul. Terus udah gitu pak...
Kang Maman : Pratikno.
Host : Pak Pratikno. Betul sekali. Banyak juga ya
Bang Ray : Pak Basuki.
Host : Pak Basuki, juga. Emang...
Kang Maman : lalu kapan jatahnya Ibu Yenti...
Host : anak Trisakti bagaimana ini, perwakilan Trisakti. Apakah betul
apakah bener ngga sih emang UGM ini lagi mendominasi Bu?
Dwikorita : ee kalau menurut hemat kami sebetulnya itu kan ee tergantung.
Jadi, era saat ini yang dibutuhkan yang berani, bahasa Jawanya
berani rekoso. Beda pejabat saat ini dengan pejabat ee 10 tahun yang
lalu i itu beda sekali. Pejabat sekarang itu melayani...
Bang Ray : mohon maap Mba, rekoso itu?
Dwikorita : rekoso itu susah, susah. Nah jadi yang berani rekoso itu UGM.
Host : berani tahan banting gitu maksudnya?
Dwikorita : berani tahan banting. Jadi sekarang eranya tu era yang pejabat yang
berani dibanting-banting gitu nah untuk rakyat dan itulah nilai yang
ditanamkan kepada kami sejak mahasiswa. Kami tidak akan lulus
menyandang ijazah dan gelar sebelum tinggal dua sampai tiga bulan
tidur bersama rakyat di pelosok-pelosok seluruh tanah air. Itu syarat
pelantikan.
Kang Maman : apakah apakah karna itu Prof. Edi seorang dari ahli hukum menjadi
pendukung utama ketika ibu mau jadi rektor padahal beliau seorang
geolog?
Eddy : jadi...
Dwikorita : ketauan nih rahasianya.
Eddy : memang tahun 2014 waktu itu ee Prof. Pratikno diminta oleh Pak
Jokowi sebagai mentri sekretaris negara dan lowong rektor UGM.
Berdasarkan art kita jika rektor itu ee berhenti sudah melebihi
separuh masa jabatan maka salah satu diantara 5 wakil rektor itu
yang kemudian diusulkan sebagai rektor. Waktu itu ee Pak Pratikno
ini punya 5 wakil rektor, ada ee dua wakil rektor ini dari segi usia ya
Prof. Sutar ee Prof. Suratman dan ee Prof. Budi Witnyo ini sudah
lebih dari 60, tinggal 3 tiga itu ada Prof. Iwan, Prof. Rita Dwikorita
dan ee Doktor Didi Ahyari. Doktor Didi Ahyari ini ee meskipun
134
memang persyaratan rektor UGM itu hanya Doktor tetapi ya ada
seperti suatu hukum yang tidak tertulis harus Profesor. sehingga
tinggal dua Profesor Iwan dan Profesor Dwikorita, beliau berdua ini
sangat capable dan bisa diterima cuman waktu itu pertimbangan kita
65 tahun UGM berdiri sejak 19 Desember 1949, belum pernah ada
rektor yang perempuan dan alhamdulillah beliau terpilih sebagai
rektor.
Dwikorita : aktor intelektualnya, tim suksesnya beliau.
Host : oh tim suksenya ternyata ini.
Dwikorita : iya. Beliau Sekertaris ee...
Eddy : Dewan Guru Besar.
Dwikorita : Majelis Guru Besar, dulu namanya masih Majelis Guru Besar.
Kang Maman : akankah mendukung juga anda kan ketua di himpunan masyarakat
hukum pidana dan kriminologi, akankah anda juga mengendors
ketua anda menjadi calon menteri misalnya?
Eddy : saya kira dari segi Kapasitas...
Kang Maman : yang ada di depan anda hari ini.
Eddy : dari segi kapasitas, saya kira saya tidak meragukan dan kalau
memang ada jabatan yang cocok why not.
Host : silakan pertanyaan dari Ibu Yenti.
Ibu Yenti : ya. Saya emang ketua umumnya masyarakat hukum pidana dan
kriminalogi Indonesia dan beliau adalah ketua 3A ee tapi saya tadi
agak agak gimana ya Mbak dwikorita, Mbak ee Prof. memang biasa
melihat cuaca suasana gitu ya suasana hati saya jadi agak galau juga
bahwa UGM aja yang bisa susah dan terbanting-banting. Saya
Doktor saya dari UI dan saya mengabadikan sudah 23 tahun di
Trisakti, kami juga bisa dibanting-banting kok Bu gitu ya.
Dwikorita : bisa juga
Ibu Yenti : Tolong dong...
Dwikorita : tapi bisa juga.
Ibu Yenti : Pak Jokowi dari UI dan dari TriSakti juga.
Denny : UI bukannya UGM Indonesia.
Dwikorita : oiya (tertawa).
135
Denny : beda ya?
Ibu yenti : itu bisa juga kok. Kita juga bisa kuat gitu artinya ee apa namanya
kita sama-sama gitu ya artinya tapi juga sekarang ternyata bukan
saya bela juga, sekarang saya sedang pegang ketua pansel KPK dan
saya bukan dari UGM ya jadi Pak Jokowi berarti juga percaya pada
Trisakti.
Dwikorita : sangat netral.
Host : jadi jadi trisakti ada lah nanti perwakilannya?
Ibu Yenti : ada lah yang dipandang kalo tadi pandangannya dipandang kuat
dan mau susah tuh, ada juga lah ya Bu jadi mungkin seperti itu.
Host : iya. Iya, Mac Denny.
Denny : ini ee kalo saya akan meramal Prof., saya yakin suatu saat Prof.
akan ada di bagian ee pemerintahan karna kalo dari fakta ini Prof
ternyata pernah menjadi teman sebangkunya Ibu Susi dan pernah
memberikan contekan.
Dwikorita : oh ngga.
Kang Maman : bukan pernah, sering.
Dwikorita : ngga, saya ngga pernah kasih contekan.
Denny : ini ada di sini, anda ketauan anda dihukum (tertawa).
Dwikorita : ee apa Ibu Susi itu sangat brilian bahkan saya dapat 1, ibunya jadi
kimia saya nilainya waktu itu 2 karna banyak salah beliaunya dapat
6. Jadi gimana saya kasih contekan gitu.
Host : Hmm
Denny : oh mungkin ngasih contekan cuman direvisi sama Bu Susi
(tertawa)
Dwikorita : mungkin juga (tertawa)
Denny : jadi kalo diliat dari sejarah sudah ada kedekatan dengan mentri,
jangan-jangan sudah ditelefon sama Bapak Jokowi untuk men
manjadi jab apa pejabat di pemerintahan.
Host : loh kan sudah menjabat sekarang.
Dwikorita : telefonnya beda, telefonnya kalau ada...
Ibu Yenti : menjadi mentri maksudnya.
Denny : jadi menteri maksudnya, betul.
136
Dwikorita : ditelfon sudah tapi tentang bencana bukan tentang (tertawa) jadi
tentang bagaimana menyelamatkan rakyat dan sebagainya bukan
tentang.
Denny : nyari informasi. Mungkin jadi mentri kebencanaan atau?
Dwikorita : oh ngga ada (tertawa), bencana ngga ada mentrinya, Bapak.
Denny : ada mentri bencana keluarga itu gimana tu (tertawa).
Host : siapa yang sangka kalau Professor seorang Profesor yang kita pikir
mungkin serius nggak ada di sosmed dan sebagainya, tapi ternyata
suka nyanyi dan nyanyinya lagu hits. Kita akan saksikan setelah jeda
berikut ini, tetaplah bersama kami.
[Iklan]
[Prof. Eddy bernyanyi]
Host : Terima kasih banyak, Prof. kok afal banget sih kayaknya lagu ini,
emang bisa bahasa Spanyol?
Eddy : ee sebetulnya kalau dikatakan bisa tid ee tidak juga tapi saya
pengalaman waktu di Strasbourg, Prancis dalam Short Course tahun
2001 di Renekasang Institut kebetulan ee teman-teman di sebelah
kamar itu kebanyakan dari Spanyol dan Meksiko, karna itu sekolah
musim panas dan matahari baru terbenam sekitar jam 12 malam jadi
yang kita lakukan setelah saya sekolah itu ya biasanya menyanyikan
lagu-lagu Spanyol jadi ee proses seperti itu tidak asing bagi saya
ketika harus belajar.
Host : meir bien.
Denny : dan tidak terlalu beda dengan UGM, UGM kan bahasanya jawa
‘despasito ono opo ne mo kemano’.
Host : (tertawa)
Denny : kaya jawa juga
Host : ee tapi, tapi tapi dari tadi ekspresinya yang paling juara Profesor
Dwikorita, ini opo to bahasa opoo iki.
Dwikorita : (tertawa)
Denny : biasanya Didi Kempot.
Dwikorita : kaget saya tadi. Ternyata baru tau.
Host : ternyata baru tau Prof. kalo bisa, lancar ternyata bahasa
Spanyolnya. Iya, Kang Maman silakan.
137
Kang Maman : saya mau balik lagi ke hukum, anda berpihak kadang-kadang ke A
sekarang ke B, balik lagi ke A lalu balik lagi ke B, berhadapan
dengan Denny Indrayana dan sebagainya. Sebenarnya kata kunci
dari hukum itu apa sih yang disasar tujuan dari hukum itu, termasuk
mungkin dari ibu Dwikorita sebagai bukan orang hukum?
Heru : iya. Tadi di awal Kang Maman sudah bilang hukum itu adalah seni
jadi ketika kita duduk berdiri dalam posisi sebagai professional
sebagai advokat ya ketika ada orang dateng minta dibantu sisi apa
yang bisa kita bantu kita coba explore. Jadi seperti halnya kita
melihat kemarin persidangan, itu ada gaya yang disampaikan oleh
pemohon itu dengan menggebu-gebu dengan seolah-olah itu
berlawanan dengan majelis hakim misalnya, dengan bahasa-bahasa
dan penekanan yang begitu kencang kan sampai beberapa kali Mas
Bambang sempet hampir disuruh keluar. Kalau saya stylenya engga
seperti itu jadi kalau di dalam filosofi Jawa itu orang kalau di pangku
mati ya Bu ya. Jadi kalau kita lebih bagus kalau saya menganut ee
seni berperkara yang lebih halus lebih mengambil hati hakim jadi
ketika apa ketika hakim mengatakan seperti itu kita ikuti saja tapi
nanti kita ambil celahnya kalau sudah ada kita bisa masuk. Jadi
ketika majelis memberhentikan kita ikuti, jangan kita lawan karena
filosofinya adalah kita ingin meminta kepada majelis bukan kita
ingin melawan majelis. Jadi ambil hatinya dan itu salah satu seni
meyakinkan hakim kan bagaimana kita berperkara itu meyakinkan
hakim bahwa apa yang kita dalil kan itu betul itu. Nah mentransfer
itu yang agak susah yang penuh seni gitu.
Kang Maman : nah ini yang justru saya mau mengarah ke sini, Prof. Indrayana itu
baru pertama kali ya bersidang di Mahkamah Konstitusi?
Heru : phpu ya?
Kang Maman : iya.
Heru : iya.
Kang Maman : dan dia sudah berani bikin buku strategi menang di Mahkamah
Konstitusi, anda berulang-ulang muncul di MK pernah kalah pernah
menang kenapa nggak bikin buku strategi untuk menang di
Mahkamah Konstitusi?
Heru : justru ee...
Bang Ray : strategi menang dan pengalaman kalah kan kira-kira gitu.
Kang Maman : nah iya.
138
Heru : sebenarnya saya ada buku, buku dinamika penyelesaian sengketa
pemilukada di Makamah Konstitusi itu diterbitkan oleh MK sendiri
konstitusi konstitusi press, cuman saya ngga begitu banyak
publikasikan yang jelas itu merupakan ee intisari dari disertasi dan
dari situlah sebenarnya ee teori TSM kenapa itu bisa masuk kenapa
itu tidak bisa masuk, ada semua disitu cuman ngga saya eksplor Mas.
Ibu Yenti : kesannya gini jangan hukum tu hanya diartikan bahwa itu seni, seni
berhukum tapi tolong disampaikan untuk sebagai edukasi saja ya
baik ini tata negara maupun itu hukum pidana yang penting
berhukum. Jadi mungkin Pak Edi dijelaskan tolong, ee kali ini saya
sebagai ketua umum ya Pak Edi tolong jelaskan, ee apa sih hukum
itu mungkin dari tujuannya, berhukum tuh bagaimana itu tolong
disampaikan Pak Edi disini.
Eddy : jadi. Ya makasih Mbak Yenti. Jadi Mas Maman ee bukan baru saat
ini sejak tahun 1600 itu Imanuel Khan sudah mengatakan bahwa
masih saja orang selalu mencari definisi mengenai hukum itu
sebetulnya adalah pertanyaan yang retorik, mengapa pertanyaan
yang retorik karena tidak mungkin kita mendefinisikan hukum itu
dalam suatu definisi yang singkat padat dan jelas. Mengapa
demikian, karena hukum itu mengatur seluruh aspek kehidupan
sejak seseorang belum lahir sampai dia masuk ke dalam liang kubur
itu semua diatur oleh hukum. Oleh karna itu, kalau ditanya kepada
saya ‘Apa itu hukum’, kebetulan ee Kang Maman dan Mbak Yenti
ee bersama-sama dengan Zainal Arifin Mochtar kami berdua sedang
menulis mengenai asas, kaidah dan teori hukum sekitar 500 halaman
untuk dijadikan teks book untuk memahami betul apa itu hukum.
Jadi hukum itu bisa dilihat sebagai suatu norm, hukum itu bisa
dilihat sebagai suatu disiplin ilmu, hukum itu bisa juga diidentikkan
dengan keadilan, hukum itu juga bisa dilihat sebagai aparat hukum
yang bekerja dan masih ada lagi pengertian hukum-hukum lainnya.
Jadi tidak semudah itu. Ee sementara di sisi lain di dalam konteks
teori Kang Maman ada yang disebut dengan istilah antinomi hukum.
Antinomi hukum itu adalah dua keadaan yang saling bertentangan
antara satu dengan yang lain tetapi tidak boleh saling menegasikan
itulah yang membuat sistem hukum itu menjadi dinamis dan dapat
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Bang Ray : saya sebetulnya agak tergelitik dengan Etik yang disebutkan oleh
Prof. Edi tadi kan sebagaimana kita ketahui setelah kesaksian itu ada
pernyataan salah satu lawyer dari 02 yang mengatakan bahwa anda
seperti tidak punya pendirian, kan kira-kira gitu ya. Tak tuk tak tuk
gitu tapi anda balas kemudian di luar juga, ini sudah di luar
139
persidangan. Anda balas dengan mengatakan sebaiknya yang
bersangkutan juga ingat bahwa ketika terjadi kasus saya juga yang
ikut memberi kesaksian itu. Menurut anda letak etiknya di mana ini
sekarang?
Eddy : ya sebetulnya ketika...
Bang Ray : baik versi dia maupun versi anda. Anda menjawab itu masuk
kategori etik ga?
Eddy : saya kira ketika sidang sudah selesai seharusnya hal-hal itu tidak
perlu lagi dikomentari dan ketika ee menyatakan dan tadi sudah saya
luruskan dalam kasus Ahok itu tidak demikian karena dari awal saya
adalah saksi yang netral yang dihadirkan oleh bareskrim dan saya
sudah menyatakan bahwa memang dalam konteks itu Ahok tidak
bersalah dalam keyakinan saya lalu kemudian itu diutarakan lagi
untuk mempersoalkan mengenai tekstual dan kontekstual, disitu
saya katakan defense on case. Jadi bagi saya itu sejujurnya sudah
tidak etis lagi ketika masih mengungkit hal-hal seperti itu di luar
sidang. Jadi se sehingga saya pun membalas silakan tanya saja kalau
memang saya dianggap tidak credible, saya dianggap apa namanya
plin-plan, mengapa kemudian saya diminta sebagai ahli untuk
meringankan ee kasus yang bersangkutan.
Host : baik. Oke. Ee Kita harus break terlebih dahulu, tetaplah bersama
kami.
[Iklan]
Host : oke langsung kita ke Chika, silakan Chika.
Chika : ekhem gini bapak-bapak ibu-ibu, seperti yang orang-orang ketahui
bahwa aku ini sangat otaknya ya gitu lah ya apa adanya gitu kan.
Apa mau bilang minus (ditujukan untuk denny). Malu-maluan
(tertawa). Iya bener, kalau misalkan Prof. aja kan ditaroh sini kaya
Profesor (meletakan kacamata di atas kepala) kalo aku ‘uh otaknya
minus lu’ gitu kan. Kalo misalkan...
Denny : bukan otaknya yang minus.
Chika : apa dong?
Denny : jiwa (penekanan nada bicara).
Chika : makasih. Nah aku jadi bertekad gua harus pinter gua harus sukses
seperti bapak-bapak dan ibu-ibu, apa kalau misalkan aku masuk ke
UGM jaminannya akan menjadi orang sukses seperti anda?
140
Denny : UGM tutup.
Chika : kok tutup?
Denny : bangkrut kalo km masuk.
Host : Prof. Dwikorita, silakan.
Dwikorita : baik. Jadi ee di UGM itu saya yakin di universitas yang lain pun
juga mempunyai value hanya value yang ditanamkan benar-benar
mungkin yang agak unik dibandingkan yang lain adalah kerakyatan
itu. Jadi bener-bener ditempa harus rekoso itu macem-macem tapi
rekoso kami adalah rekoso yang bener-bener harus bergelimpangan
dengan ee bergumul dengan rakyat melalui acara KKN ee...
Mbak Yenti : blusukan, blusukan ya Bu, blusukan.
Dwikorita : ee mungkin istilahnya sekarang blusukan tapi sebenernya itu udah
jamak kalo di UGM tuh kalo belum melakukan itu belum bisa lulus.
Nah sehingga tadi pertanyaannya jaminan apa untuk benar-benar
menjadi eee...
Host : bisa menjadi orang gitu.
Dwikorita : ehe orang itu ya, itulah tadi jaminannya adalah ee berani menerobos
melalui jalan yang ee barangkali tidak biasa yang tidak lazim untuk
rakyat.
Host : nah ibu kan dulu pernah jadi rektor, kalo Chika kira-kira diterima
atau ngga bu masuk ke UGM?
Denny : setidaknya buat masuk gerbang, bisa ya.
Dwikorita : selama itu memenuhi apa kriteria-kriteria kan belum kita coba juga.
Host : iya.
Dwikorita : kalo bisa memenuhi kriteria ya diterima.
Host : diterima tu.
Dwikorita : jadi poinnya sudah ada.
Chika : selain kerakyatan juga menjunjung tinggi kebudayaan kan Bu
sesuai dengan himnenya kan Bu. Tu tau.
Dwikorita : ya, ya, itu tau.
Host : udah riset.
Denny : coba nyanyiin.
141
Chika : ekhem, tau [mencoba bernyanyi] Mbak ee Prof. dibantu Prof
himnenya dikit Prof. Prof .
[Prof. Eddy, Doktor Heru, dan Prof. Dwikorita bernyanyi himne UGM]
Chika : yeay, silakan Prof. Edi dilatinkan (tertawa).
Denny : jadi, ya...
Host : langsung kepancing, langsung nyanyi loh. Mac Denny silakan.
Denny : kalo saya melihatnya dari dari sisi saya sebagai orang Sunda gitu
ya ee terlihat sekarang itu semakin ee mohon maap maksudnya
kebanyakan dari dari daerah Jawa, kampusnya pun semuanya
lulusan UGM gitu. Apa saya ras saya ngeliatnya seperti tidak ada
keadilan disitu.
Host : kenapa?
Denny : saya kapan (tertawa). Jadi meliat maksudnya pandangan Prof. Edi
seperti apa?
Eddy : ngga, ngga. Saya jawab ya. Saya mau jawab dua hal bahwa pertama
kali mengapa ee Presiden Sukarno menetapkan hari ulang tahun
UGM itu tanggal 19 Desember 1949, itu ada historinya jadi bung
karno waktu itu ingin memperlihatkan pada dunia internasional
bahwa setahun yang lalu 19 desember 1948 itu terjadi agresi militer
belanda kedua jadi Bung Karno ingin mengatakan kepada dunia
internasional setahun yang lalu kami diporak-porandakan kami
mampu berdiri tegak mendirikan suatu universitas kebangsaan dan
yang yang kedua yang ingin saya katakan saya tidak tau di
universitas lain tetapi di UGM yang pernah menjabat rektor itu
beraneka ragam.
Dwikorita : iya
Eddy : Profesor Teuku Yakub dari Aceh pernah menjabat rektor tapi
Profesor Herman Yohanes dari Rote juga pernah menjabat rektor,
Profesor Kusnadi Harjosumantri dari Sunda juga pernah menjabat
rektor.
Dwikorita : Sunda udah rektor duluan
Eddy : Profesor Sofian Efendi dari bangka menjabat rektor, Dokter Gigi
Alwi Nasir dari Padang menjabat sebagai rektor. Jadi kita sangat
nasionalis.
Dwikorita : Jawa yang terakhir malah, jawa baru saja. Saya...
142
Eddy : bahkan jarang sekali dari jawa.
Host : baru Ibu justru?
Dwikorita : ngga, sebelumnya ee Prof. Jarwadi udah jadi itu Jawa yang terakhir,
tiga terakhir. Sebelum-sebelumnya...
Bang Ray : kalo saya sebut satu kata dan anda bisa jawab satu kata, bisa ngga
ya kira-kira ya?
Host : hmm
Kang Maman : satu kata?
Bang Ray : satu kata saya sebut, anda jawab satu kata.
Host : satu kata jawabannya. Satu kata apa satu kalimat bang?
Bang Ray : satu kata aja.
Host : satu kata.
Denny : tidak boleh lebih ya.
Bang Ray : ngga boleh lebih dan anda jawab dengan satu kata ya.
Eddy : siap.
Bang Ray : saya sebut UGM?
Eddy : nasionalis
Host : Pak Heru
Heru : yes.
Host : Ibu Korita Dwikorita.
Dwikorita : kerakyatan
Host : kerakyatan. Berarti nasionalis, kerakyatan, dan.
Heru : yes.
Host : yes.
Bang Ray : satu lagi.
Host : satu lagi.
Bang Ray : Jokowi.
Eddy : yes.
Heru : maju
143
Dwikorita : kerakyatan (tertawa).
Denny : satu lagi. Jakarta
Eddy : crowded.
Heru : metropolitan
Dwikorita : ibukota. Dua kata (tertawa)
Host : malah aku kira cuaca mendung berawan cerah.
Kang Maman : kok kok ngga berfikir menyebut sesama alumninya ya, Anis
baswedan gitu.
Dwikorita : itu dua kata kan (tertawa)
Host : soalnya satu kata kan,
Kang Maman : Anis.
Host : baik. oke. Sebelum kita ke epilognya Kang Maman, saya ingin
tanya juga dari masing-masing narasumber dimulai dari Ibu
Dwikorita. Pasukan Gadjah Mada dipemerintahan Jokowi-Maaruf
Amin nantinya ini sebagaiman kalo dalam bisa dirangkai dalam satu
kalimat saja bagaimana keberadaan mereka dalam pemerintahan
kedepannya Pasukan Gadjah Mada, silakan Prof.
Dwikorita : siap berjuang untuk rakyat.
Host : Pak Heru.
Heru : iya. Sepanjang mempuni ya harus memang di diperdayakan
Host : harus diperdayakan.
Eddy : bersatu membangun bangsa.
Host : dengan demikian, kami persilakan Kang Maman Suherman untuk
epilog.
Kang Maman : sejatinya politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengelolaan hidup bersama yang berpijak pada nilai-nilai kehidupan
yang berharga di suatu masyarakat. Namun politik senyatanya tidak
berwajah tunggal, dia bisa berwajah dan berwujud binatang buas
teramat buas yang menghalalkan segala cara untuk mencapai
kekuasaan lewat kekerasan, ancaman, fitnah, kebohongan, dan juga
tumpukan uang, fulus agar mulus tetapi politik juga bisa berwajah
terang menerangi mencerahkan karena mengedepankan rasa
keadilan dan rasa kemanusiaan di dalam mengelola kehidupan
bersama. Ia hadir melawan segala bentuk perilaku koruptif, perilaku
144
intoleransi dan ketidakadilan. Politik mencerahkan ini
mengingatkan saya pada lambang UGM yang merupakan kesatuan
kumpulan sinar surya. Politik berwajah hewan buas jelas tegas tidak
boleh mengatur hukum. Politik berwajah mencerahkan bisa dan
seharusnya terus mengawal dan mengatur hukum supaya hukum
tetap berjalan sesuai hakikatnya bahwasanya kata kunci dalam
hukum bukan semata-mata penegakan hukum tetapi disebutkan tadi
oleh Profesor Edi saat menjawab pertanyaan Bu Yenti Ganarsih
yaitu kata kuncinya penegakan keadilan.
Host : Kang Maman. Terima kasih para narasumber kami yang sudah
hadir, pasukan Gadjah Mada sudah hadir di Q&A pada malam hari
ini. Kita akan kembali minggu depan di waktu yang sama.
[SELESAI]
Tema : ANTARA KPI dan SPONGEBOB
Host : Andini Effendi
145
Panelis : 1) Maman Suherman (penulis/pengamat siaran)
2) Adriano Qalbi (Podcaster/Aktor)
3) Dara Nasution (Inisiator petisi tolak KPI awasi konten digital)
4) Martin Anugrah (sutradara/konten kreator)
5) Razak Syarif (Youtuber/reviewer film)
Narasumber : 1) Hardly S. F. Pariela (Komisioner KPI pusat)
2) Nuning Rodiyah (Komisioner KPI pusat)
3) Irsal Ambia (Komisioner KPI pusat)
Host : Ada apa dengan KPI. Saya sebagai orang yang kerja di televisi free-
to-air itu kadang ngerasa banget kalau lagi di ruang editing nih takut
banget, apakah nanti materi yang akan kita siarkan itu akan disemprit
oleh KPI. Nah baru-baru ini ada 14 program yang kena teguran
Komisi Penyiaran Indonesia program ini dinilai bermuatan
kekerasan, horror, ada gerakan seksual, hingga adaungkapan kasar.
Sebenarnya niatnya baik Lembaga ini hadir agar tayangan yang
muncul berkualitas tapi saking baiknya Putri Indonesia pun ini harus
diblur atau Shizuka tau dong Shizuka Doraemon pacarnya Nobita,
nah saya biarin deh panji yang jelasin.
[video standup komedi Panji Pragiwaksono]
Host : nah shizuka ini korban, korban dari keparnoan broadcaster yang
takut banget disemprit oleh KPI sampai-sampai ni kita di sini di
Metro pernah ngeblur puting sapi puting sapi Bos ini pernah diblur
di sini dan besok-besok saking pornonya pentil ban sampai kue tete
tau dong kue tete bisa-bisa juga diblur saking parnonya karena kalau
diliat dari pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran
KPI tahun 2012 kita fokus deh di pasal 18h tentang mengeksploitasi
atau menampilkan bagian tubuh tertentu yang sebenarnya apakah ini
manusia, kartun, hewan atau apa ngga ada di situ. Nah saya itu jadi
inget temen saya waktu SMP namanya Kerel yang orangnya tuh
kalau misalnya kita temen-temennya nih lagi pada mau nyontek dia
langsung paling tereak paling kenceng ngadu ke guru, nah Orangnya
ngga asik banget. Saya tuh mikir orang KPI ngga asik banget deh
gitu kayanya saya inget si Kerel ini tapi ini memang KPI bergerak
dari aduan masyarakat. Jadi anda bisa laporin misalnya liat tayangan
di televisi yang dianggap mengganggu kemudian ditelusuri oleh KPI
dan memang sudah banyak program televisi yang dihentikan
146
sementara karena melanggar pedoman perilaku penyiaran dan
standar program siaran dari KPI. Nah coba kita bandingin dengan
Korea Selatan yang sama-sama adat Timur, di sana ada lembaga
serupa namanya Korea Communication Commision atau KCC.
Mereka beberapa kali memberikan teguran pada bintang k-pop
Seungri setelah dianggap melanggar kesetaraan gender dalam
penampilannya . KCC juga sukses menjaga Seungri tidak ada lagi di
layar televisi di Korea Selatan pasca terbukti terlibat kasus
perdagangan manusia. Jadi KCC nih lebih fokus dan juga lebih
konseptual gimana mereka kerja dan juga yang paling bagus nih
mereka sangat melindungi aspek psikologis penonton yang jadi
bahan pertimbangan tapi di sini sinetron-sinetron yang kadang
menampilkan adegan kasar kemudian memberikan contoh bullying,
memberikan inspirasi kekerasan itu masih aman dan terbukti sukses
di Indonesia. Kenapa, karena ratingnya tinggi banget Padahal
kemarin pelaku otak pembunuhan sadis mengaku terinspirasi karena
terlalu banyak nonton sinetron, menariknya lagi KPI lebih tertarik
dengan film SpongeBob. Kalian Ingatkan adegan lemparan kue di
film SpongeBob yang harus diblur karena dianggap bermuatan
kekerasan atau ketika sutradara Gundala Joko Anwar yang protes
keras karena promo filmnya ada kata (bangsat). Nah sebelum KPI
ditegur, saya akan kita akan ngeblurin ee bukan ngeblur ya kita akan
ee sensor sedikit jadi kita boleh ngomong (bangsat bangsat bangsat)
itu ngga papa karna kita akan ngedit lagi nanti sendiri. Jauh lebih
peka kita dibandingin Joko Anwar, sorry ya Joko tapi panelis jangan
ada yang ngomong (bangsat) repot nanti kita ngeditnya. Di episode
kali ini kita akan mencari tahu seberapa jauh tugas KPI yang
terbilang sukses membuat tayangan televisi menjadi lebih sehat.
Saya Andinia Efendi ini Q&A dalam episode antara KPI dan
SpongeBob. Seperti biasa kita ada panelis yang hadir bersama kami
pada malam hari ini.
[video perkenalan panelis dan narasumber]
Host : selamat datang di Q&A, ni mungkin yang rame banget dan jadi
pertanyaan banyak orang disini karna ketika menyebut SpongeBob
mereka semua ketawa dan hu. Kenapa SpongeBob sih Bapak Ibu
yang dipilih yang langsung disemprit, kenapa, apa alasannya
sebenarnya?
Hardly : sudah boleh langsung kita jawab?
Host : boleh, silahkan.
147
Hardly : jadi persoalannya memang ee P3SPS yang itu menjadi panduan
KPI itu poinnya memang paling banyak adalah perlindungan anak
dan remaja itu dulu yang pertama. Lalu kedua, SpongeBob yang
viral itu menunjukkan bahwa netizen kita maha benar tapi ternyata
tidak maha membaca artinya tidak cukup membaca apa yang ada di
dalam surat KPI itu. Surat KPI itu menegur salah satu segmen yang
namanya Rabbit invasion disegmen itu memang sangat
mengeksploitasi kekerasan artinya begini ada bapak yang
dilemparkan ke muka, ada memukul dengan palu, kekerasannya
sampai dengan derajat itu.
Host : tapi ngga keluar darah atau apa gitu kan Pak?
Hardly : ngga tapi saya akan bandingkan...
Host : kaya aduh aduh gitu.
Hardly : saya akan bandingan dengan bagaimana sikap kami kepada variety
show. Variety show saja yang kemudian memukul sesama pemain
dengan properti yang itu dari sterofom kami larang. Kenapa? ini bisa
ditiru oleh anak-anak. Kenapa ketika dilihat ‘oh kayu dipukul jadi
bahan lucu’ gitu walaupun dari sterofom. Dipukul-pukulkan itu kita
akan tegur.
Host : jadi kekhawatirannya ini akan berdampak negatif...
Hardly : yes. Lalu kenapa...
Host : pada anak-anak yang nonton?
Hardly : menjawab itu tadi kenapa kartun karna kartun itu seringkali dalam
bayangan orangtua tayangan yang jauh lebih aman bagi anak dan
orangtua biasanya lebih ikhlas melepaskan anak di depan televisi
ketika kartun dibanding...
Host : jadi ngga ada pengawasan gitu.
Hardly : ya. Dibanding...
Nuning : tanpa pendampingan.
Hardly : tanpa pendampingan dibandingkan kalau itu sinetron. Kedua,
imajinasi anak seringkali lebih berkembang ketika kartun dibanding
ketika yang melakukan kekerasan itu manusia sesungguhnya, dia
akan melihat ‘oh ini orang dewasa dan sebagainya’ ada kemudian
sensor juga dikepala dia tapi kalau itu dilakukan oleh tokoh-tokoh
yang membangun imajinasinya kecenderungannya ditiru oleh anak
Ini kemungkinan akan lebih besar, kira-kira begitu.
148
Host : oke. Karna ada kekhawatiran ee terhadap ee nanti akan ada efek
negatif terhadap anak-anak gitu. Kang Maman.
Kang Maman : boleh tahu spongebob di tayang jam?
Hardly : SpongeBob ini tayang sore.
Kang Maman : jam?
Irsal : jam remaja dan anak.
Kang Maman : karna kan kita mau bilang kalau dia ditakutkan pada anak berarti
dia tidak boleh ditayang di jam 5 sampai jam 6 menurut peraturan.
Kalau ditayangkan di luar itu tanggung jawab orangtuanya dong
kenapa membolehkan anaknya nonton di luar jam tayang anak.
Pertanyaannya di situ.
Hardly : Jadi kalau berbicara jam tayang yang Kang Maman baru sampaikan
sekaligus terima kasih Kang Maman beberapa hari lalu menjadi
narasumber sekolah P3SPS makanya bawa buku P3SPS terus tapi
begini Kang, pengaturan jam tayang itu adalah ee memberikan
kesempatan kepada Jam tayang itu harusnya di situ, begitu kan. Nah
spongebob ini kalau dilihat memang klasifikasinya adalah R remaja
artinya dia boleh tayang disemua jam remaja yang itu mendekati
semua umur begitu.
Kang Maman : jam 5 sampai jam 6?
Hardly : yess.
Nuning : jam 3 sampai jam 22.
Hardly : karna R tetapi kita tau begitu ini yang tayang kartun kecenderungan
orang itu katakan ‘oh ini tayangan buat anak gua nih silahkan deh
nonton gua tinggal kerjain yang lain’ nah dititik itu yang kemudian
kita lebih khawatir terhadap yang namanya kartun.
Host : Martin.
Martin : ya. Jadi kalau saya ngeliat ini udah ada lembaga sensor juga ya,
lembaga sensor kan bisa melihat ini terus ada adegan-adegan yang
memang harusnya disensor atau tidak. Nah kalau berarti ini ada
kecolongan dalam lembaga sensor juga dong atau tidak ada
kesinkronanisasi antara itu atau gimana?
Nuning : ee saya tidak kemudian berwenang untuk menjawab ini kecolongan
sensor atau tidak karna kalau bicara LSF tentu rujukannya adalah
undang-undang perfilman sementara kami dalam melakukan
pengawasan adalah rujukannya adalah P3SPS sehingga memang ada
149
beberapa poin-poin yang antara undang-undang perfilman, undang-
undang penyiaran, dan undang-undang ee maaf P3SPS itu sedikit
berbeda. Saya pingin menyampaikan sebenarnya ketika berbicara
visualnya Spongebob seperti apa, kalau kami menganggap secara
pribadi nih ee standar dari kartun program anak itu harusnya standar
near kekerasan, near eksploitasi kan begitu. Nah di visual
Spongebob kemudian menggambarkan di situ ada keluarga ayahnya
itu ketika mau makan di meja makan tiba-tiba banting-banting piring
‘prang prang prang’ begitu yang menurut kita banting piring, habis
banting piring kemudian mau ngasih makan anak-anaknya itu
ditemplokin ke wajahnya ‘plak plak plak’. Ini yang kemudian
sebenarnya orangtua yang kemudian mendampingi anak di rumah
kadang-kadang abai, kenapa abai ‘ah ini Spongebob ini aman ini
buat anak-anak’ dan lain sebagainya sehingga ketika kemudian ini
muncul kami pun harus bertindak...
Host : jadi ini sebenernya bukan ngga ada laporan ya Bu ya terkait dengan
film Spongebob ini memang ini inisiatif dari KPI ketika melihat itu?
Nuning : betul. Karna pengawasan kita tidak berbasis ee pengaduan
masyarakat ansi tapi kita melakukan pengawasan 24 jam.
Hardly : yang ingin saya garis bawahi bahwa KPI tidak memusuhi
Spongebob atau kartun manapun, tidak. Ini segmen itu yang
kemudian kami beri teguran, kenapa harus diberi teguran karna
kalau tidak diberi teguran maka tv akan abai lalu katakan ‘oh kalau
model begini ni berarti ngga papa’ suatu saat akan tayang lagi
dengan durasi yang lebih panjang dengan intensitas yang lebih tinggi
maka kita beri teguran supaya apa, jangan kejadian lagi tapi apakah
Spongebobnya akan kami larang ya ngga, boleh tetep jalan.
Kang Maman : Mas Hardly satu, harus duduk langsung deh dengan LSF karna
klasifikasi umurnya LSF 4 anda 5, lolos di LSF belum tentu lolos di
televisi. Orang televisi pasti stress tuh kami udah lolos di LSF tapi
di anda ngga lolos.
Nuning : bener Mas. Karna kalau di LSF itu 17 sudah masuk dewasa
sementara di KPI 18 itu baru masuk dewasa.
Host : harusnya ada sinkronisasi.
Kang Maman : harus ada sinkronisasi.
Nuning : itu memang sudah kita ee apa inisiasi untuk kemudian kita bertemu
dengan LSF sebenernya titik kompromi untuk kemudian bisa
menyamakan antara standarnya LSF dengan KPI seperti apa.
150
Host : Adri.
Adri : ee apa pernah ada keterikatan langsung gitu kekerasan yang
dilakukan oleh anak itu terinspirasi dari kartun yang menunjukkan
kekerasan juga?
Host : dijawab setelah jeda berikut ini, tetaplah bersama Q&A.
[iklan]
Host : apa mungkin langsung dijawab pertanyaannya, memang pernah ada
contoh kasus gitu memang anak-anak itu jadi melakukan tindakan
kekerasan terinspirasi dari kartun?
Irsal : iya. Ee secara umum memang anak ini kan lebih cepat
menduplikasi gitu dari apa yang dia liat kan gitu nah tugas KPI ini
kan sebenarnya menjaga ee kepentingan dan perlindungan publik
gitu bahwa memang ee ketika anak menonton ee bisa menjadi
inspirasi. Ee diketahui umum bahwa secara apa secara ee diketahui
kita semua bahwa anak itu memang kan lebih dekat kepada cara-cara
duplikasi dari apa yang dia serap dari apa yang dia tonton dan
sebagainya. Nah dalam upaya menjaga perlindungan terhadap apa
namanya dari kekerasan anak tersebut maka KPI merasa bahwa
setiap tayangan yang punya potensi kemudian untuk diduplikasi oleh
anak dalam bentuk kekerasan itu seharusnya tidak ditayangkan.
Host : jadi lebih kepada prevention kalo dari KPI-nya ini sendiri. Oke,
Dara.
Dara : ya. Saya penasaran aja sih sebenarnya dalam melototin tayangan
ini KPI ini memperhatikan konteks ngga, soalnya kan kadang ada
tindakan kekerasan yang mungkin dibalik itu adalah misalnya ini
adalah hukuman terhadap orang jahat seperti itu dalam kita melihat
teks kan kita ngga bisa tu teks per say aja Bapak-bapak dan Ibu-ibu
disini ahli komunikasi pasti tau analisis teks, source, barthes semua.
Apakah konteks itu jadi bahan pertimbangan KPI atau begitu ada
adegan kekerasan satu langsung cut langsung cut gitu, gimana
prosesnya?
Irsal : iya. Ee dalam konteks tayangan anak misalnya ee banyak film
kartun itu yang menampilkan sosok pahlawan gitu kan heroisme itu
banyak sekali film kartun seperti itu yang kemudian ketika
ditampilkan sosok pahlawan itu salah satunya melalui pertarungan,
berantemlah, tayangan kekerasan, dan sebagainya. Nah itu semua ee
bagaimanapun tetap akan memberikan ee pengaruh ee kepada si
anak gitu kan artinya itu tadi bahwa secara umum kita ketahui anak
151
ini lebih mudah meniru ketimbang ee orang-orang yang mungkin
sudah dewasa dari apa yang dia serap dan dia tonton disekeliling dia
kan seperti itu.
Host : nah kalo gitu yang kalo kasusnya promo film Gundala yang dengan
kata-kata (bangsat) ini ya Pak, ini tu sebenarnya kenapa ini
dianggapnya ee melanggar peraturan dari ini dari P3SPS ini. Apakah
karna kalo kita lihat konteks adalah (bangsat) orang yang dianggap
berperilaku jahat, harusnnya tuh ngomong apa sih gitu ketika untuk
mengganti kata (bangsat ) itu?
Hardly : ya. Saya yang pertama ingin merespon yang tadi apakah KPI
melihat konteks, pasti melihat konteks tapi saya kembalikan lagi
kalau tayangannya sebagaimana tadi dikatakan Bu Nuning konteks
baik apa yang kemudian bisa kita liat disitu Mba Dara yang seperti
Bu Nuning. Lalu dalam konteks ee lalu dalam kaitan dengan konteks
maka itu juga ketika tadi di awal pembukaan dikatakan ada
sinetronlah ini itulah yang kemudian ada kekerasan kenapa kesan
pilih kasih karna disitulah analisis konteks itu masuk gitu ya, kita
akan bisa cerita lebih panjang dari itu. Kedua, terkait dengan yang
tadi pertanyaannya Gundala, Gundala itu harus clear di forum ini di
Q&A ini kami sampaikan bahwa KPI tidak anti terhadap film
Gundala, kami support film gundala karna ini adalah menunjukan
bagaimana tokoh-tokoh atau ee superhero pahlawan produk dalam
negri gitu kan kita akan support itu. Jadi mas djoko anwar kalo
denger ini kami support karya dan kreasi Mas Djoko Anwar, itu
pertama yang harus saya sampaikan. Yang kedua, yang kami tegur
apa triller filmnya promo filmnya yang itu dibuat untuk 30 second
lalu muncullah kata-kata tadi yang itu kalo dimunculkan
sebagaimana Mba Andini...
Nuning : berulang-ulang.
Hardly : dalam pembukaannya menyebutkan dan itu tidak dilakukan sensor
pasti saya tegur juga karna itu kesannya menjadi ‘oh kata ini menjadi
kata biasa dan bisa jadi lifestyle gitu’ dititik itu pasti akan kami tegur
nah kenapa lalu promo filmnya kami tegur karna dia muncul tanpa
konteks ketika itu dalam sebuah film bisa saja kita bicara ‘oh ada
konteksnya loh’ tapi ketika ada penjahat, ada kemudian dan
sebagainya tapi ini tanpa konteks lalu muncul dan kita tahu betul
kata itu dipake untuk makian, dititik itulah kemudian KPI
memberikan tegurannya.
Kang Maman : Mas Hardly saya orang yang dari dulu menganggap P3SPS harus
teknis, ngga ada sama sekali kata-kata yang tidak dilarang yang
152
boleh yang boleh muncul atau tidak seperti di Amerika dengan seven
dirty words- nya jelas aja, tegas, langsung. Kalau direvisi sekarang
harus muncul ngga usah malu-malu untuk mengatakan itu karna
kalimat yang tadi dimunculkan Andini ‘dilarang mengeksploitasi
paha, bokong, payudara, secara closeup’ buat orang televisi paha,
bokong, payudara binatang pun jadi muncul, pernah ngga disebut
manusia...
Nuning : tapi tunggu dulu.
Kang Maman : di atasnya ada ada kalimat yang lebih menarik lagi ‘dilarang
menggambarkan hubungan seks antar binatang secara vulgar’
Nuning : jadi dibaca dulu Kang ee...
Kang Maman : kalau hubungan seks antar binatangnya halus gimana.
Nuning : ee sorry Kang di bab itu kan kemudian muncul bahwa bab atasnya
itu adalah pengaturan adegan seksual di televisi jadi ketika bicara
adegan seksual orientasinya adalah libido dan lain sebagainya.
Memang terkadang ketika kita tidak melihat konteks jadinya itu tadi
sapi diperah diblur apa di Shizuka diblur dan lain sebagainya. Ketika
kita melakukan pengawasan ini juga menjawab yang disampaikan
Dara tadi bagaimana pengawasannya KPI apakah tidak mengenal
konteks, mengenal, caranya gimana. Saya cerita dulu kita punya 130
orang untuk melakukan pengawasan terhadap 16 stasiun televisi
induk jaringan disitu kemudian ada alatnya ketika ditemukan ee
pelanggaran maka ditagging dimarkin dari markin itu mundur 1
menit, berikutnya pelanggaran selasai di markout maju 1 menit itu
bagian untuk melihat konteks. Selain itu dalam melihat konteks kita
juga melakukan analisa dan kajian, apakah ini sering dilakukan atau
berulang-ulang disalah sat di satu program siaran atau tidak, atau ini
kemudian ee ada value yang tadi taruhlah ee sinetron azab gitu ya,
azab ini kan valuenya tinggi ketika kemudian ‘oh orang yang
kemudian jahat akan mendapatkan balasan’ dan lain sebagainya. Itu
ketika kita melihat kontek whole picturenya kaya apa selalu kita
lihat, nah ketika bicara Spongebob picturenya kaya apa tadi sudah
saya ceritakan secara detail. Disitu kemudian ada pesan-pesan yang
sangat berbahaya bagi anak-anak sehingga kita harus keluarkan
sanksi untuk itu dan bicara apakah...
Dara : jadi sinetron Azab meskipun dia tidak masuk akal gitu selama
dilihat KPI ada value lalu dibiarkan gitu...
Nuning : ee tunggu dimana titik tidak masuk akalnya, kita sudah
mengevaluasi program azab memang selama ini diawal-awal kita
153
temukan ada eksploitasi jenazah dan lain sebagainya semuanya kita
panggil kita dudukan. Jenazah ini bukan menjadi bintang utama
yang kemudian harus dieksploitasi, dilempar sana sini dan lain
sebagainya. Hari ini itu bersih itu tidak ada lagi, nah ketika bicara
Kang Maman Kang ee ketika bicara paha, dada, dan bokong selalu
yang disampaikan oleh KPI adalah konteksnya apa dulu itu yang
pertama. Yang kedua, ketika temen-temen lembaga penyiaran bisa
men-direct semua visual yang ada ditelevisi maka kita sebenarnya
kalau bisa ngga usah ada blur gitu. Ketika Putri Indonesia tadi
disampaikan bisa ngga sebenarnya di-direct oleh temen-temen
lembaga penyiaran, bisa karna officialnya mereka, chek dong
wardrobe-nya kaya apa dan lain sebagainya itu bisa.
Kang Maman : kalau semangat membuat kata-kata seven dirty word-nya yang
tidak boleh muncul...
Nuning : saya setuju itu Kang, setuju.
Hardly : kalo kata-kata itu Kang, saya kalo pada prinsipnya setuju cuma mau
berapa banyak kata kita masukan disitu maka dalam pertemuan saya
dengan beberapa lembaga penyiaran ee di periode lalu di periode
sebelumnya. Lalu, saya sampaikan kata itukan berkembang terus
kita tidak bisa kemudian membatasi setiap kata-perkata tetapi kita
liat lagi-lagi gambar, visual, maupun audio yang keluar itu harus
diletakan pada konteksnya, kata itu diletakan pada konteks apa itu
kita harus liat disitu...
Kang Maman : maksud saya tidak seperti itu Mas Hardly, komisioner berganti
persepsi berganti contoh paling sederhana ada satu pasal yang keluar
dilarang mewawancarai orang dalam keadaan tidak sadar, tayangan
Uya tidak boleh muncul diperiode sebelumnya tiba-tiba diperiode
baru dia boleh muncul lagi hanya karna persepsi yang berbeda di
komisaris ee di komisioner. Bagaimana caranya supaya saya merasa
nyaman, komisioner boleh berganti aturan tetap patuh kita patuhi.
Hardly : sebenarnya poinnya bukan hanya karna komisioner berganti karna
ini proses kreatif yang berada di dalam ruang yang dinamis Kang
artinya dia tidak statis mati, bicara norma bicara bagaimana kita bisa
mengapresiasi karya seni itu berkembang. Sehingga bisa saja ketika
sebuah kebijakan dibuat oleh suatu periode, pada periode
selanjutnya dalam tanda petik digugat atau kemudian didiskusikan
ulang kita akan letakan konteksnya dimana menurut saya itu terbuka
saja. Bukan karna aturannya terlalu longgar sehingga mudah
diinterpretasi, bukan, tetapi selalu kita harus selalu terbuka dan
adaptif terhadap nilai-nilai dan norma yang berkembang selama
154
masih berada dalam koridor besar ee norma-norma yang berlaku di
Indonesia.
Host : baik, baik. Kita akan bahas lagi bagaimana kalo ada masyarakat
yang mengadu dan kemudian bisa menjadi suatu sanksi atau teguran
dan apapun itu sebenarnya seperti apa sih metodenya, setelah jeda
berikut ini tetaplah bersama kami.
[IKLAN]
Host : ada juga dari aduan masyarakat yang masuk KPI kemudian
diproses ini kita punya dari websitenya KPI di logonya untuk
pengaduannya seperti apa yang kita lihat Bapak-bapak Ibu-ibu di
sini kalo di tem kita klik pengaduan itu tu tid hanya ada tiga
pengaduan dan itu ngga pernah ganti-ganti itu-itu aja pengaduannya
si tiga ini begitu ee dan publik tuh ngga bisa ngeliat sebenarnya yang
diaduin itu apa aja sih, kita tuh ngga bisa mengakses gitu apa yang
menjadi kekhawatiran masyarakat gitu terhadap tayangan yang ada
di televisi. Kenapa gitu Pak, kok ngga ditampilin?
Irsal : iya. Ee sebenarnya kan saluran aduan bukan hanya di website ya
tapi juga bisa di media sosial kita gitu jadi sebenarnya banyak
channel yang ee apa merupakan channel buat masyarakat untuk
publik ee melaporkan aduannya. Nah aduannya itu ya ee sesuai apa
yang dikeluhkan oleh masyarakat gitu bisa ee apa tayangan
kekerasan atau yang berbau seksualitas...
Host : terus gimana cara ngolahnya ketika udah diadu?
Irsal : kemudian setelah diadu itu kan masuk ke dalam tim pengaduan ya,
tim pengaduan kemudian akan melihat ee apa namanya bentuk
pengaduannya itu tayangannya kapan kemudian seperti apa
tayangannya dan seterusnya. Kemudian itu ee akan kita beri apa
penilaian apakah itu memang ee aduan itu layak kemudian untuk
diteruskan sebagai sebuah sanksi atau memang ee pengaduan itu
tidak layak untuk dijadikan sebuah sanksi
Host : jadi ee belum ada kordinasi dengan stasiun televisi atau radio yang
terkait ketika menilai itu layak atau tidak di internal KPI?
Irsal : ya, artinya ee di KPI sendiri kan ada apa namanya mekanisme
klarifikasi dan sebagainya ya jadi ee kadang-kadang beberapa
tayangan-tayangan yang memang kita memerlukan adanya
klarifikasi misalnya dari lembaga penyiaran kita undang tuh kita
undang kita tanyain ini sebenarnya tayangannya seperti apa sih gitu.
Host : oke. Martin silakan.
155
Martin : ee saya mau tanya berapa persen kira-kira aduan ketimbang sama
dia dia dibandingkan sama yang dari ee internal pengawasan berapa
persen dan contohnya satu aja pengaduan yang memang akhirnya di
apa yang tembus akhirnya ‘oiya ini perlu kita tindak’ berapa persen
kira-kira?
Hardly : jadi kalau berbicara pengaduan dibandingkan dengan temuan ee
secara quantity pengaduan lebih banyak, lebih banyak itu lebih rame,
lebih rame itu artinya bisa jadi satu program diadukan rame-rame
oleh ratusan orang atau ratusan netijen...
Martin : contohnya boleh Pak?
Hardly : apalagi kalo bicara rasis...
Dara : ehe contohnya kaya apa tu Pak.
Martin : contohnya program apa, adegan apa.
Dara : yang paling rame banget yang paling banyak aduannya
Hardly : ya, kalo mau, saya agak ini yah agak menurut saya tidak pas kalo
menyebutkan nama programnya tapi kita tahu lah beberapa program
atau kalo masuk di ee ig KPI saja sudah bisa kelihatan kok yang
sering dikomenin program apa begitu ya, ada keliatan. Tapi yang
mau saya katakan gini tapi kalo basisnya program kalo basisnya
program lebih banyak yang ditemukan oleh pemantauan langsung
kami 24jam itu lebih banyak, lalu kemudian yang ditanyakan oleh
Andini tadi bagaimana kita mau verifikasi itu bukan banyak-
banyakan pengaduan, poinnya bukan banyak-banyakan pengaduan
poinnya dan paramet kita harus mengukur dengan parameter yang
sejak tadi dipegang oleh Kang Maman itu buku P3SPS parameternya
itu. Seribu pengaduan pun tetapi kalo ternyata setelah kita verifikasi
tidak ada potensi pelanggaran terhadap P3SPS tidak kita teruskan
tetapi satu pengaduan saja tetapi kalo itu ternyata berpotensi
melanggar P3SPS kita teruskan, itu poinnya.
Kang Maman : contoh sederhana deh mas, penampilan orang-orang dengan
orientasi seksual berbeda.
Hardly : ya.
Kang Maman : itu juga jadi kontroversi.
Hardly : ya.
Kang Maman : dilarang atau tidak?
Hardly : kenapa?
156
Kang Maman : dilarang atau tidak?
Hardly : jadi kalo posisi KPI terhadap isu kecenderungan orientasi seksual
tertentu ini berkembang lagi-lagi saya harus letakan pada norma
yang berkembang secara umum ini hari ini masih pro dan kontra
maka kebijakan yang KPI ambil sampai saat ini adalah kita tidak
pernah bisa tahu yang tampil ini mempunyai kelainan orientasi
seksual atau tidak, yang tampil ini sudah operasi seks atau tidak,
kita tidak pernah tahu.
Kang Maman : kalo dia berpakaian lawan jenis?
Hardly : dititik itu kemudian garis yang kita tarik.
Kang Maman : boleh atau tidak?
Hardly : tidak boleh, itu yang kemudian hari ini kita ambil
Kang Maman : ada dalam pasal kita?
Hardly : kenapa?
Kang Maman : ada dalam P3SPS?
Nuning : tidak ada.
Irsal : tidak ada.
Host : tidak ada.
Hardly : tidak ada, kita kita masukin memang Kang harus sampaikan secara
jujur adalah perlindungan orang tertentu karna kecenderungannya
ketika itu dilakukan itu menjadi bahan tertawaan maka kemudian
kita memanggil pasal itu. Kenapa harus melakukan itu karna ini lagi-
lagi adalah permintaan publik juga yang meminta seperti itu, itu.
Host : Dara.
Dara : ya. Daritadi kan kita berdebat ee ini kayanya ketemu ni satu
masalahnya salah satunya adalah bahwa pedoman kita hari ini
P3SPS itu ngga cukup teknis. Saya di sini langsung aja tanya sama
ee Bapak Ibu bertiga, kira-kira kapan kami bisa terima komitmen
KPI untuk merevisi P3SPS?
Irsal : ya untuk…
Dara : karna ya karna udah pernah mau mau...
Host : karna ada urgensi-nya juga.
157
Dara : iya ada urgensi-nya, kita ngga bisa dong setiap saat kita berargumen
sesuai norma sesuai ini sesuai itu karna akan sangat subjektif norma
satu masyarakat dengan masyarakat lain itu bisa beda sekali. Jadi
saya kira bahwa KPI harus merevisi segera P3SPS dan kapan karna
pada tahun 2015 sudah pernah ada draf revisi lalu ditunda lagi
ditunda lagi ditunda lagi. Apakah Bapak-bapak dan Ibu yang duduk
di sini di periode ini bisa berjanji untuk ee menyelesaikan revisi
P3SPS?
Host : silakan, kapan Pak.
Irsal : iya. Kalau ee revisi P3SPS itu emang keharusan ya artinya ini kan
sudah berapa tahun sementara dinamika di industri kreatif ini kan
berkembang begitu cepat gitu, ini terakhir sudah ee lima tahun yang
lalu nah kita menargetkan tahun depan ini sudah ada P3SPS yang
lebih adaptif dengan ee keadaan saat ini kan gitu.
Hardly : tapi yang mau saya sampaikan menambahi Dara, saya garis bawahi
tadi kata-kata norma perbedaan norma yang terjadi kita ini
masyarakatnya dari Sabang sampai Merauke, normanya mulai dari
paling kiri sampai paling kanan artinya seberapa banyak pun aturan
belum tentu bisa mengakomodasi itu. Lagi-lagi bagi saya adalah
bagaimana kemampuan KPI sebagai regulator terbuka lalu
kemudian mengkonsensuskan semua pergera semua kemudian
dinamika norma itu. Lalu kemudian dikonteksualisasikan
dikomunikasikan pada lembaga penyiaran dititik itu sebenarnya
harusnya posisi KPI itu bagi saya.
Kang Maman : termasuk posisi KPID dong Pak berarti kan?
Hardly : iya.
Nuning : betul.
Hardly : maka kemudian harus struktural dan kemudian kita perkuat gitu
Kang.
Kang Maman : karna di soal usia aja disebutnya jam 5 sampe jam 3 waktu
setempat, ketika ditayangkan di Jakarta waktu setempat di sana udah
jam dewasa, itu misalnya.
Host : iya. Hal-hal seperti itu yang ditanyakan.
Dara : dan soal KPID juga di Jawa Barat ada perbedaan ee tafsir tuh soal
radio, lagu-lagu yang diputar di radio di Jawa Barat sendiri ngga
boleh gitu. Jadi maksudnya dalam tubuh KPI-nya sendiri antara yang
158
pusat dan yang daerah aja sudah tidak sama ni dalam menerapkan
pedoman yang sama gitu...
Hardly : ya kalo itu saya...
Dara : apalagi kalo kita me mengandalkan dengan aduan masyarakat yang
mungkin menurut saya sesuatu itu pantas diadukan menurut Kang
Maman tidak pantas diadukan kan akan jadi sangat shaky gitu.
Hardly : ya, kalo itu saya harus merespon. Terima kasih Dara untuk yang
disampaikan tadi. Kalo ini saya meminta support dari seluruh
masyarakat Indonesia untuk terkait dengan revisi Undang-undang
penyiaran dimana akan berbicara tentang struktur KPI sendiri agar
kemudian kita lebih struktural.
Host : baik. Oke. Kita ee tahan dulu kita akan kembali setelah jeda berikut
ini, tetaplah bersama kami.
[IKLAN]
[Menampilkan video]
Host : oke. Jadi tersangka tadi itu justru nggak nontonnya nggak nonton
SpongeBob Bapak Ibu tapi nontonnya sinetron yang luput seakan
luput dari KPI Ini sendiri. Kenapa sih, apakah memang gak ada yang
mengadu atau memang memang luput aja?
Hardly : Jadi kalau rangkaian itu saya sebenarnya ini posisi yang seringkali
kita ee tidak fair dalam membangun sebuah argumentasi ketika tadi
kita mengambil sikap terhadap anak lalu pertanyaannya mana
kajiannya, maka pertanyaan yang saya mau tanyakan juga kepada
masyarakat ketika ada hal seperti ini tampil benarkah itu dari
sinetron atau jangan-jangan begitu saja terucap oleh dia lalu sinetron
apakah itu yang kemudian itu karna sampai hari ini dalam catatan
saya sebagai komisioner KPI tidak ada sinetron yang sangat sadistis
yang kemudian sebagaimana dilakukan oleh pelaku pembunuhan
itu, gitu. Itu yang kemudian jadi catatan ee bagi kami tapi kalaupun
itu ada sinetronnya apa misalnya tiap hari dia tonton lalu melakukan
itu tentu akan kami tindak juga sesuai dengan regulasi yang
kemudian ee dimungkinkan kami melakukan tindakan apa.
Host : tapi ngga jadi alarm gitu dia udah nyebut sinetron artinya kan
memang udah clue?
Dara : betul itu.
Nuning : pasti, pasti itu jadi alarm bagi sinetron kita.
159
Hardly : kalo yang mau saya katakan kita punya survei indeks kualitas tiap
tahun kami melakukan dua kali dan sinetron adalah tiga ranking
terbawah artinya kami selalu perhatikan itu, sinetron...
Nuning : infotainment.
Hardly : infotainment.
Nuning : variety show.
Hardly : variety show, ini adalah tiga yang selalu mendapat rapot merah
dalam survei indeks kualitas kami dan kami melakukan perhatian
khusus terhadap ee tiga kategori program tersebut.
Host : tadi yang ada kopernya itu sebenarnya anak kecil dimasukin ke
dalem koper, itu tu adegannya itu gitu. Ee kita ini ngga ngomongin
tau terinspirasi dari mana ya tapi ada adegan dalam sinetron itu anak
kecil dimasukin ke dalem koper. Jadi itu itu itu kalo misalnya orang
mau mau terinspirasi tu bisa bisa banget terjadi gitu, seperti itu.
Hardly : lalu lalu kemudian Mba Andini berikut yang kedua kalo sampe
menurut saya ada seorang ibu dewasa terinspirasi dari sinetron, saya
sebenernya begini loh khawatir juga dengan penonton kita mudah ya
terins terinspirasi dengan itu, berarti tugas KPI menjadi banyak
dong, kalo yang terinspirasi tuh anak. Menurut saya KPI berarti
harus betul-betul bekerja keras begitu ya. Tapi kalo ada orang
dewasa, khawatir juga kita...
Dara : nonton fiksi gitu kan.
Hardly : orang dewasa kan harusnya punya kemampuan menalar dan
kemudian membedakan apa yang harus dilakukan dan tidak
dilakukan.
Host : hmm. Silakan paneli ee Dara.
Dara : ya. Ee ini kan yang bikin masyarakat marah adalah sebenarnya ada
kesan KPI nih tebang pilih pada tayangan Spongebob di ee di
peringatin tapi sinetron tidak gitu dan dari data yang ada di website
KPI terjadi penurunan pemberian surat peringatan, edaran, imbauan,
dan teguran dalam lima tahun terakhir, grafiknya terus menurun.
Nah saya mau tanya ke Bapak-bapak dan Ibu disini penurunan ini
berarti kualitas tayangan kita membaik atau KPI yang ee kurang
tegas kepada stasiun televisi, yang mana?
Host : tapi ada ngga...
160
Nuning : saya bicara bicara data dulu ketika bicara kualitas siaran tahun 2015
kita mulai melakukan ee survei indeks kualitas program siaran di
televisi dan saat itu hasilnya dan perlu diketahui juga oleh Dara dan
teman-teman semuanya yang melakukan adalah ee para ahli yang itu
dari Universitas, dari tokoh masyarakat yang kemudian memang
bisa jadi representasi masyarakat untuk nonton TV. Kita ukur
kualitasnya dan di tahun 2015 hanya ada satu program siaran yang
berkualitas, kemaren terakhir di data 2019 periode pertama survei
indeks kualitas program siaran itu naik dari 8 yang menjadi objek ee
survei kita itu 50% dari seluruh yang kita survei. Artinya apa, ada
perkembangan kualitas yang sangat signifikan yang itu bukan
klaimnya KPI sendiri itu, kita ada 12 perguruan tinggi yang
kemudian membantu kita untuk kemudian melakukan upaya-upaya
perbaikan program siaran.
Kang Maman : Mba Nuning KPI juga sudah masuk pada menilai kualitas ya?
Nuning : betul.
Kang Maman : amanahnya juga sampai ke tingkat menilai kualitas?
Hardly : jadi Kang begini Kang.
Kang Maman : iya.
Hardly : artinya kalau berbicara kita kan sering kali berkata ini unfaedah,
orang bilang begitu maka kan kita harus mendorong untuk berfaedah
tapi kita tahu bahwa kualitas lagi-lagi kita tidak bisa
menyamaratakan kan begitu tetapi kita pingin mendorong kualitas
yang kita pingin sampaikan tu begini loh. Bahkan hiburan sekalipun
itu sebaiknya kemudian ada inspirasi positif yang disampaikan.
Poinnya sebenarnya yang kita katakan dengan kualitas itu, itu Kang.
Host : yang menilai kualitas ini ni bisa dijamin engga akan bias ngga tu
Pak?
Irsal : ya...
Hardly : 12 perguruan tinggi Mba di seluruh Indonesia.
Host : 12 perguruan tinggi tapi tetep aja mereka pasti punya like dan
dislike.
Irsal : ya tapi kan bicara kualitas itu tadi ee disamping kajian ilmiah tapi
kualitas secara umum itu kan dijaga dalam bingkai P3SPS tersebut.
Memang iya bahwa KPI tidak pernah menjamin kualitas sebuah
program karna kualitas itu berada di wilayah orang yang
memproduksinya gitu tetapi bagaimana kualitas itu kemudian bisa
161
disebut berkualitas atau tidak, ya artinya ketika program yang
dilaunching itu ketik ee sudah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
P3SPS maka ee itu adalah penilaian berkualitas gitu loh. Jadi...
Kang Maman : indikatornya disitu?
Irsal : dan kerangka besarnya adalah P3SPS karna KPI tidak pernah
menjamin kualitas siaran.
Kang Maman : artinya sekali lagi definisi kualitasnya KPI adalah tidak melanggar
P3SPS?
Nuning : itu definisi utama Kang.
Kang Maman : definisi utama?
Nuning : iya.
Kang Maman : tidak memasalahkan alur cerita dan sebagainya, itu urusan produksi
kan?
Hardly : tapi itu lah yang kemudian kami riset Kang,
Kang Maman : iya.
Hardly : agar kemudian dalam riset itu bisa memberi panduan, rujukan dan
kita bisa mendapatkan role model katakanlah sinetron ‘oh yang
bagus sinetron A’ mungkin bisa menjadi rujukan bagi yang lain,
disitulah kemudian konteksnya didiskusikan oleh...
Kang Maman : itu itu kalo sinetron, kalo infotainment?
Hardly : sama.
Nuning : sama.
Kang Maman : standing...
Irsal : ada tayangannya...
Kang Maman : Ngga. Standing poinnya KPI, infotainment itu dikategorikan berita
atau hiburan?
Nuning : hiburan.
Irsal : hiburan.
Kang Maman : hiburan?
Nuning : ya.
Kang Maman : kalo hiburan disensor dong.
162
Nuning : kenapa kok disensor?
Kang Maman : yang tidak boleh disensor hanya news, kalo dia hiburan harus lewat.
Nuning : LSF.
Irsal : LSF.
Kang Maman : LSF. Konsepnya kan gitu.
Hardly : ya.
Kang Maman : berarti...
Nuning : ngga dong, kalo in house kan ngga...
Kang Maman : kalo dia berita tidak disensor, kalo dia hiburan harus masuk kamar
sensor. Nah makanya saya mau nanya standing poin kita terhadap
infotainment gimana?
Hardly : ya. tapi harus kita akui...
Kang Maman : Misalnya itu.
Hardly : kita pada posisi infotainment selama ini pro dan kontra mau
ditempatkan dimana karna ketika kita mau masukan dia sebagai
hiburan ada yang katakan ‘ini karya jurnalistik’, kita mau masukan
jurnalistik kata sebagain besar...
Nuning : standarnya tidak bukan standar jurnalistik.
Irsal : bukan standar jurnalistik.
Hardly : orang jurnalistik ngga memenuhi standar makanya kita harus fair
juga Kang terhadap....
Dara : jadi galau ni galau menentukan...
Hardly : nah terhadap itu...
Dara : kriteria tayangan.
Hardly : terhadap itu lagi-lagi saya kami KPI kemudian terbuka terhadap
kemudian arahnya kemana tapi bagi saya poinnya begini, kalo kita
liat infotainment kita sekalipun hari ini bahwa ada yang masih
mengulik privasi orang sampai derajat yang sangat tidak masuk akal
dan informasi yang tidak penting tapi ada juga menurut saya sudah
netral, ada sudah inspirasi juga.
Kang Maman : yang paling menakutkan bagi saya ada peraturan dilarang meliput
perpindahan agama lalu membanding-bandingkan agama, tegas
betul kan di P3SPS itu.
163
Hardly : ya.
Kang Maman : kemarin, apa yang terjadi, masih ada liputan seperti itu kan. Artis
pindah agama pun masih dalam liputan, itu misalnya.
Host : dan itu ngga kena juga oleh KPI?
Kang Maman : saya ngga tau laporannya kena ngga kasus ini.
Nuning : jadi sejauh pengawasan yang kemudian dilakukan oleh KPI,
sebenarnya alasan perpindahan agama. Kenapa alasan. Yang
pertama, adalah jangan sampai perpindahan agama ini menjadi
komoditas program siaran. Yang kedua, jangan sampai kemudian
ada membandingkan agama yang dulu pernah ditinggal dan agama
sekarang yang akan dipeluk, itu yang kemudian kita jaga dan semua
tayangan yang ada ini tidak menyebutkan alasan sama sekali.
Memang ada kemudian pemberitaan ded dedy saya sebut ya?
Host : ya.
Nuning : Deddy Corbuzier kemudian pindah dan lain sebagainya tapi tidak
kemudian mengeksploitasi alasan perpindahan sehingga dia
menkreditkan agama yang ditinggalkan itu.
Host : baik. Baik. Oke. Kita akan kembali setelah jeda berikut ini,
bagaimana KPI wacananya katanya ingin mengawasi konten digital
juga nih. Sudah ada konten kreator yang banyak hadir bersama kami
disini sebagai panelis. Kita akan kembali setelah jeda berikut ini.
[IKLAN]
[Menampilkan video]
Host : ke Pak Hardly dulu deh nih karna Pak Hardly yang udah
memberikan statement. Sebenarnya ni wacana soal mengawasi
konten digital ini, apakah dari ketuanya saja Pak Agung Suprio atau
memang keputusan bersama temen-temen komisioner?
Hardly : jadi yang pertama harus disampaikan wacana ini bukan hanya
berasal dari KPI tapi sudah wacana yang berkembang secara luas.
Lalu kemudian Agung Suprio sebagai ketua menyampaikan ini
hanya saja yang disampaikan oleh Agung Suprio yang kemudian
saya katakan belum melalui sebuah proses karna menurut saya
wacananya terlalu jauh. Terlalu jauhnya itu apa karna Agung Suprio
mengatakan KPI akan mengawasi langsung mengatakan itu artinya
men-diclare dirinya mengawasi. Dititik itu yang menimbulkan
kegaduhan publik artinya publik lalu ‘kok KPI ngawasin emang
dasar hukumnya apa’ kan disitu dititik itu...
164
Host : iya. Tapi Mas Hardly ini setuju ngga sebenernya?
Hardlu : nah dititik itulah kemudian saya harus mengatakan Agung telah
berstatement tanpa melalui plaino tetapi kalo berbicara wacana
pengawasan media-media baru sendiri menurut saya kita
kembalikan ke publik tapi bagi saya semua media perlu ada
pengawasan menurut saya perlu ada pengawasan.
Host : termasuk youtube?
Hardly : iya. Tapi apakah kemudian KPI yang kemudian mengawasi, saya
kembalikan pada ini sebuah diskusi publik tapi kita harus pikirkan
juga yang akan dalam bayangan kita yang akan ngawasin. Kalaupun
ada sebuah lembaga yang mengawasi, lembaga ini akan kita
serahkan pada aparatus state atau lembaga negara atau lembaga
independen itu harus kita pikirkan juga tapi kedepan menurut saya
jangan jangan juga dibiarkan seakan-akan semua boleh karna kalau
bicara unfaedah ada juga loh di media-media baru yang unfaedah
kan begitu.
Host : oke. Oke. Jadi ini saya mesti kasih disclaimer dulu karna kita
sebenernya mengundang ketua KPI Pak Agung Surprio tapi ee last
minute memutuskan untuk tidak hadir karna sakit gitu karna kita
pengen banget tanya terutama soal penga pengawasan konten digital
ini. Dri.
Adri : sejauh apa dan seperinci apa ya gitu tayangan yang bakal diawasi
konten digital maksudnya yang dikonsumsi publik kan sekarang
bentuknya udah macem-macem mulai dari audio, udah ada audio
visual, bahkan status facebook pun menjadi tontonan.
Nuning : IG tv
Adri : iya betul IG tv.
Irsal : jadi memang ee KPI itu bekerja dengan alas hukum ya artinya ee
KPI bekerja dengan undang-undang penyiaran. Sampai sekarang
memang di undang-undang penyiaran itu belum ada kewenangan
KPI untuk masuk ke platform yang digital ya, artinya KPI belum
berwenang untuk masuk ke ee platform dgital sehingga belum bisa
melakukan pengawasan pada platform tersebut. Nah kenapa
kemudian ini bergulir ya salah satunya bahwa di banyak sekali
negara pengertian penyiaran itu kan sekarang meluas ya artinya
pengertian penyiaran itu meluas sampai kepada konsep konvergensi
digital. Di indonesia undang-undang penyiaran itu masih sangat
konvensional dan tradisional sehingga hanya mengatur media-media
165
yang konvensional saja sementara di negara-negara lain hampir
semuanya sudah mulai ee masuk ke wilayah yang ee digital tersebut
gitu nah ini yang kita harapkan kedepan ee juga apa ee ada kebijakan
untuk mulai masuk kesana. Nah kemudian ee bagaimana konsep
pengawasan dan seterusnya tentu ee ini platform yang berbeda-beda
kan gitu, ada platform yang ee one two many kemudian many to
many dan sebagainya tapi memang saya tegaskan bahwa KPI belum
berwenang kesana.
Host : belum berwenang. Nah Dara sebenernya juga bikin petisi ya, udah
berapa berapa ratus ribu yang ini yang mendukung...
Dara : terakhir ee...
Host : petisi yang meolak KPI untuk mengawasi konten digital ini?
Dara : 144.921 tandang tangan.
Host : oke.
Dara : jadi sebanyak itu ee masyarakat yang sebenarnya menitipkan
aspirasinya supaya KPI ngga masuk ke ranah itu jadi di sini tadi
barusan dapat penjelasan kembali dari Pak Irsal bahwa tidak akan
dalam waktu dekat ya Pak karna...
Irsal : iya, artinya ee...
Dara : masih butuh alas hukum dan lain-lain.
Irsal : kemudian gagasan itu terlontar ini kan akibat perkembangan global
memang yang di mana-mana ee konsep penyiaran itu sudah berubah
itu tidak hanya dipahami penyiaran yang konvensional saja karena
kebetulan di negara kita undang-undang yang ada itu yang masih
tradisional kan gitu sifatnya belum masuk ke...
Host : tapi ini apakah memang betul kan kita punya pasalnya ni ya kita ee
harus mau bahasnya kan dari tadi kan P3SPS ini kan dibahas terus
nih. Kalau dilihat di sini pengawasannya itu kan karna ada ee
dikatakan ada kata-kata media lainnya gitu ya, ini pasal program
siaran. Apakah karena ada media lainnya ini kemudian berpikir ‘oh
yaudah deh, saya juga mau ngecekin juga nih Netflix sama Youtube
isinya apa sih’.
Nuning : tapi harus dilanjutkan dulu.
Hardly : ada...
Nuning : coba...
166
Hardly : Ada kata-kata, coba tolong dimundurkan.
Nuning : kalo dilanjutkan itu disiarkan secara serentak kalau kemudian kita
bicara YouTube, Netflix saya sebuat aja ya.
Host : iya.
Nuning : terus Viu dan lain sebagainya tentu itu kan tidak dilaksanakan
dengan serentak. Sekarang saya bicara data lagi nih ketika bicara
konten kreator ketika bicara youtuber, saya akan bicara apakah
masyarakat resah atau tidak, kan begitu. Kalau bicara 5 subscriber
hari ini itu adalah Atta halilintar, Ria ricis, calon sarjana, ee
punyanya Raffi Nagita dan lain sebagainya.
Host : ini ee Kameo Project juga ada loh Bu channel youtubenya ni.
Nuning : oke oke saya belum..
Martin : ngga masuk lima besar dong.
Nuning : saya belum tau..
Martin : kita 100 besar.
Nuning : saya belum tau berapa subscribernya kan begitu. Nah ketika
sekarang Atta halilintar subscriber nya sudah 18 juta, saya pengen
tanya nih ke publik sejauh mana tingkat kualitas, mendidiknya
seperti apa, menghiburnya seperti apa, informatif atau tidak.
Adri : kalau publik tidak resah?
Nuning : kenapa ?
Adri : kalau publik tidak ada tidak resah dengan itu baik-baik aja?
Nuning : oke sebentar. Apakah kemudian itu resah atau tidak, konten-konten
youtube meresahkan atau tidak kan begitu, kenapa kemudian wacana
itu muncul. Nah maka kemudian perlu ada pengawasan gitu tapi
tentu pengawasan itu harus ada legal standingnya duduk berdasarkan
undang-undang apa tentu begitu yang benar harus kita dorong. Nah
ketika bicara Netflix, saya coba diskusi pengaturan Netflix, Iflix,
Viu dan lain sebagainya yang selama ini kita wacanakan. Kalau saya
menganalogikan ee seperti Spotify dan lain sebagainya, mereka ini
adalah katalog film, katalog lagu-lagu, dan lain sebagainya ketika
masyarakat mengkonsumsi sangat bisa dibatasi, tarohlah begitu tapi
yang kemudian harus menjadi standing point daripada diskusi ini
adalah yang pertama harus ada pengaturan. Pengaturannya dimana,
di tata niaga konten Netflix, Iflix, Viu dan lain sebagainya itu harus
ada badan hukumnya di Indonesia. Kenapa, untuk menjamin
167
pelayanan masyarakat Indonesia ini ketika melakukan komplain
layanan dan lain sebagainya, itu yang pertama. Yang kedua...
Host : tapi masih tanggung jawab KPI ngga tuh Bu kalo kaya gitu?
Hrdly : belum.
Nuning : belum, ini ngomong wacana kan tadi sudah Mas Hardly, Mas Irsal
sudah sampaikan bahwa ini wacana, ini belum ada kewenangan KPI
untuk melakukan pengawasan tapi kan kemudian harus didorong
cara ngawasinnya gimana, itu yang pertama ya tadi ee tata niaga
konten.
Host : iya
Nuning : yang kedua, bicara prosentase. Temen-temen ini kan konten kreator
apakah kemudian ketika nonton Netflix, Iflix, ee Prime Video, dan
lain sebagainya itu kontennya ada ngga ndak konten dari indonesia.
Maka ini harus didorong, harusnya ada regulasi...
Dara : ada ada kontennya...
Nuning : coba lihat.
Dara : movie…
Nuning : coba.
Dara : movie movie Indonesia itu udah masuk kok ke...
Nuning : saya ini saya ini pelanggannya Prime Video. Ketika bicara Prime
Video coba di searching hanya satu film Indonesia, sementara
penonton masyarakat kita yang nonton Amazon.
Dara : ya memangnya kenapa kalo kita nonton video dari luar negri.
Nuning : ndak masalah ndak masalah. Masalahnya begini temen-temen ini
harus diberikan ruang, konten kreator Indonesia ini harus diberikan
ruang untuk memasukan prodak-prodaknya bagian dari katalognya
Netflix, katalognya Iflix, dan lain sebagainya.
Adri : tapi itu hubungannya apa dengan KPI pengawasan...
Hardly : jadi gini poinnya poinnya...
Adri : mengawasi konten.
Nuning : kita kita ngga ngomong ngga ngomong KPI ya, kita ee artinya gini
ketika ini bicara wacana pengawasan Youtube, Netflix, maka
pengawasannya ini di sisi yang berbeda-beda antara Youtube antara
Netflix dan lain sebagainya itu berbeda-beda. Itu yang kemudian
168
harus kita dorong, tata niaga dan lain sebagainya, yang paling
penting ketika bicara ini adalah dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia maka mereka harus punya yang namanya STLS Surat
Tanda Lulus Sensor dari LSF agar kontennya bisa dinikmati
masyarakat Indonesia itu.
Irsal : dan satu lagi bahwa ee tentang pengaturan platform digital ini ada
potensi ekonomi yang ee hilang begitu besar kan misalnya dari ee
beroprasinya situs ee layanan-layanan tadi itu yang tidak berbadan
hukum Indonesia.
Host : tapi itu berarti kan...
Dara : iya tapi kan.
Host : masuknya tetep dong ke pajak dong Pak?
Irsal : iya artinya bahwa kesadaran bersama kan KPI me menganggap ini
sebagai kesadaran kita bersama untuk berpikir bahwa ee ada sesuatu
yang ee apa yang hilang dari potensi tersebut sehingga kalo kita bisa
sadar bisa sama-sama sejalan.
Hardly : jadi kalo kita bicara itu Mba Andini.
Host : iya.
Hardly : yang saya katakan, KPI ini mencetuskan gagasan dan wacana
mungkin posisinya Agung Suprio saat itu starting poin-nya keliru
menurut saya tetapi kita ingin katakan bahwa ini jangan dibiarkan
tanpa aturan juga kalo tanpa aturan bukan saja masyarakat secara
luas yang rugi bahkan konten kreator pun bisa jadi rugi...
Host : Martin sebagai konten kreator gimana?
Martin : ini kalo misalkan ee saya mau tanya ini jadi akan diatur diawasi itu
adalah misalkan Youtubenya atau konten kreatornya?
Hardly : jadi poinnya sebenarnya ini adalah gagasan kita agar kemudian
dipikirkan oleh pembuat undang-undang untuk membuat undang-
undangnya, itu dulu. Yang kedua, adalah semua yang terkait dengan
OTT over the top kalo tadi dikatakan dalam regulasi itu frekuensi
radio. Frekuensi radio artinya langsung kalo yang kita bicarakan
media baru itu over the top dia melalui layanan data kan gitu. Kita
belum punya regulasinya, ayo kita atur bagaimana pengawasannya
kita diskusikan juga dan ini butuh diskusi panjang. Kita liat hari ini
lah undang-undang yang diputuskan secara sepihak tiba-tiba pasti
menuai protes tapi KPI kemudian memantik itu agar kemudian kita
peduli terhadap isu ini.
169
Host : baik. Oke. Kita tahan dulu, kita akan kembali setelah jeda berikut
ini. Tetaplah bersama kami.
[IKLAN]
Host : kita masih membahas wacana untuk mengawasi konten digital ini.
Nah jadi gini yang kita pengen tahu adalah ketika tadi dikatakan ada
Atta Halilintar dan sebagainya gitu. Emang pernah ada ngga sih
kasus bahwa ini konten-kontennya si Atta nih memang memang ada
pengaruh negatifnya gitu kepada masyarakat?
Irsal : Perdebatannya tapi misalnya ada beberapa kasus ada anak-anak tu
yang saya tahu ya, misalnya di Aceh dia pengen ketemu Atta
Halilintar sampai ke airport, dia nyasar segala macam, lari dari
rumah kan kalo ngga salah itu...
Adri : saya dulu ngga ada Atta Halilintar juga pernah sih lari dari rumah
dan (tertawa) saya bingung gitu gimana sih tontonan tapi.
Irsal : ya artinya..
Adri : dampak terhadap perilaku kayanya.
Irsal : artinya ginilah itukan banyak perdebatan ketika kita cerita ee apa
efek negatifnya yang secara langsung kemudian diukur kan gitu tapi
kembali bahwa ee ini Atta Halilintar misalnya atau konten-konten
digital itu kan sudah semakin marak dan ee bukan hanya sebatas apa
ya tapi sudah seb se sebagai broadcaster kan artinya kalau dalam
pandangan penyiaran secara umum ini sudah masuk pada ranahnya
penyiaran gitu.
Host : tapi yang salah Atta-nya atau memang atau memang orangnya yang
nonton karna ngga yang kejadian kan baru satu ini Pak dari jutaan
followersnya si Atta gitu kan?
Dara : orang tua di mana posisinya pada saat itu gitu karna kan di Youtube
itu sudah ada fitur parental kontrol dan lain-lain takutnya nanti kalau
semua di batasi teman-teman kreator di sini ya terbatasi
kreativitasnya.
Martin : jangan sampe jangan sampe kita tuh mengkambinghitamkan
konten.
Hardly : ya poinnya disitu, saya setuju.
Martin : jangan sampe kita mengkambinghitamkan konten dan melupakan
tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Hardly : yes poinnya disitu.
170
Martin : atau sebagai society yang bisa menegur itu.
Hardly : Mba Andini saya poinnya disitu saya setuju tapi toh harus berlaku
baik kepada media-media baru maupun kepada media penyiaran.
Jangan sampai kita hanya menyalahkan konten, tanggung jawab kita
bersama, thats point. Saya mau saya setuju di titik itu sehingga
kemudian tapi sisi lain jangan juga lalu kita katakan tv kita awasi
terus, ini media-media baru yang juga sumber informasi massa
kemudian ngga ada pengaturan. Kita perlu pikirkan itu juga tapi lagi-
lagi ini adalah diskusi khusus.
Dara : ya tapi bukan di KPI sih sepertinya.
Hardly : oh saya tidak katakan itu KPI, Dara. Di awal.
Dara : karna KPI sudah banyak tugasnya pada saat ini...
Hardly : saya saya saya...
Dara : misalnya Pak janji...
Hardly : saya belum katakan itu janji KPI.
Dara : komitmen ee penangan apa perpanjangan izin siaran salah satu
komitmennya adalah ee menay memberikan tayangan yang lebih
aksesible untuk teman-teman yang...
Hardly : yang katakan KPI siapa.
Dara : tuna difabel dan lain-lain jadi...
Hardly : yang katakan itu harus KPI siapa.
Dara : jadi...
Hardly : Mba yang harus katakan itu KPI siapa. (nadanya naik)
Dara : ya jangan melempar wacana seb bahwa ini seolah-olah harus di KPI
gitu loh.
Hardly : siapa? Kan ngga ada. Agung Suprio? dan itu titik kritik saya artinya
saya katakan ini adalah diskusi khusus publik gitu loh. Tidak harus
KPI tapi ayo mulai kita pikirkan bahwa informasi dan hiburan, satu
ada dari televisi dan radio tapi ada media-media baru yang kita juga
harus mulai peduli dan konsen terhadap itu, itu poinnya.
Kang Maman : Razak daritadi tercekat hanya karna memang takut mendengar
pernya wacana bahwa kalian akan diawasi? akhirnya diawasi.
Nuning : Sri Asih masih boleh tampil kok (tertawa).
171
Razak : Karna ee percakapan saya di Youtube cukup kasar sih untuk anak-
anak, sekarang jadi saya cukup khawatir juga akan dibatasi secara
ini aja.
Host : padahal km mereview film gitu kan disitu?
Razak : iya. Mereview film dengan cara saya sendiri dan kata-katanya
emang cukup kasar sih buat buat ya buat saya sih itu.
Martin : diakui (tertawa)
Nuning : buat dia aja sudah merasa kasar.
Hardly : jadi kalo saya boleh…
Nuning : tapi saya seneng loh kalo ada pemuda konten kreator yang punya
keresahan itu artinya kan kita menjaga bangsa ini dengan bersama-
sama ‘o iya ya cukup kasar’ begitu loh, kan gitu. Jadi ee ini kenapa
kemudian oh pengawasan jangan sampe kebablasan lah memberikan
contoh-contoh yang kemudian ya terlalu kasar, ee kontennya cuman
ngeprank aja, kadang-kadang cuman mengulik privasi-privasi ee apa
publik figure dan lain sebagainya. Ayo kita sama-sama ee…
Host : nah dengan banyaknya kontroversi ini ni ee tentang KPI temen-
temen, saya pengen nanya kalo gitu ke temen-temen panelis masih
perlu atau ngga KPI kalaupun perlu apa yang sebenernya harus
dikuatin supaya lebih efektif kerjanya? Martin, adri.
Adri : saya ngga saya ngga perlu sensor soalnya jadi biarin aja lepas yang
perlu ada pengketatan ee kategori penonton, klasifikasi umur, sistem
yang lebih terperinci ee ga ga ngga ngga ada bedanya gitu saya
nggak percaya satu kasus tadi apa pula anak yang terinspirasi dari
sinetron atau yang ngebunuh gara-gara sinetron ya masa ngebunuh
gara-gara sinetron emang kita pernah nginterview suaminya dia
ngapain istrinya kan ngga. Maksudnya ee simplifikasi sekali gitu ee
kalau saya stance nya sih ngga.
Martin : ngga perlu ngga perlu KPI?
Adri : (menggeleng)
Host : hmm. Kalau Martin.
Martin : kalau menurut ee saya perlu cuma supaya beda aja sama dia
(tertawa) ngga ngga. Kalo menurut saya perlu, kenapa, karna perlu
ada ee rambu-rambu. Rambu-rambu saja tapi penek penindakannya
seperti apa nah itu kan ada rambu-rambu tapi ada ada yang boleh
172
kita langgar atau tidak, bukan dilanggar ya maksudnya ini kalau
misalkan ya pake balik lagi kan ada ada teguran-teguran atau apa.
Nuning : tidak membatasi kreativitas.
Martin : tidak membatasi kreativitas, betul. Maksudnya tetep ada ngga papa
kalau saya bagus tapi memang perlu ada kejelasan kalo ngga jelas
semuanya bisa tergan tergantung subjektivitas dari regulator atau
penindak dong, kan gitu.
Host : Dara gimana?
Dara : ya. Tetap perlu ada karna frekuensi publik di manapun frekuensi
publik di manapun di seluruh dunia harus diawasi dan kalau KPI
ngga ada misalnya oligarki media, bagaimana ee media berpihak
kepada salah satu misalnya dalam hal politik dan lain-lain itu
bahaya. Jadi sebenarnya KPI tetap perlu ada tapi maunya fokus aja
dengan tugas yang sudah diamanatkan sekarang dan kerjakanlah itu
dengan sebaik-baiknya kita berada di sini karna kita sayang sama
KPI sebenarnya.
Host : kamu masih takut masih takut untuk ngomong, pengennya ada atau
ngga KPI harusnya gimana?
Razak : saya rasa harus tetap ada lah, harus ada batasan dalam penyiaran.
Kang Maman : dan kamu mau diawasin oleh KPI?
Razak : ngga (tertawa).
Nuning : makanya ngga jadi anu di televisi.
Host : oke. Sekarang saatnya untuk epilog dari Kang Maman suherman
silahkan.
Kang Maman : KPI bekerja dengan alas dan payung hukum. Wewenangnya tegas
dan jelas di pasal 8 undang-undang penyiaran menyusun peraturan,
menetapkan dan mengawasi pelaksanaan P3SPS, juga memberikan
sanksi terhadap pelanggarannya serta melakukan koordinasi dan
kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat
dan tegas disebutkan disana lembaga penyiarannya adalah lembaga
penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan, juga tega sekali
tapi bukan lembaga sensor, juga tidak pernah memberi sanksi
kepada individu pengisi acara, dan yang pasti sekali lagi tadi
ditegaskan berulang-ulang oleh Pak Hardly KPI bukan Aparatus
Negara, bukan instrumen kekuasaan. Karenanya Jika menginginkan
revisi peraturan Jangan pernah melupakan dua prinsip agar kita tidak
173
kembali ke undang-undang penyiaran lama yang berbunyi penyiaran
dikuasai oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya
dilakukan oleh pemerintah tapi tetap harus dengan semangat
undang-undang penyiaran 32 2002, dasar dan fungsi pelayanan
informasi yang sehat harus berdasarkan prinsip keberagaman isi,
keberagaman suara, dan menghargai prinsip keberagaman
kepemilikan, hormati keberagaman dan berpihak kepada publik lagi.
Tidak boleh lagi ada semangat Monster Rezim simaratunggal, dialog
jangan monolog.
Host : terima kasih banyak para komisioner KPI sudah hadir bersama
kami di sini dan juga para panelis, kita akan kembali minggu depan
di waktu yang sama.
[SELESAI]
Tema : Dicari Warganet
Host : Andini Effendi
Panelis : 1) Ary Kirana (Presenter/penyiar radio),
2) Budi Setyarso (Jurnalis senior),
3) Sultan Rivandi (Ketua Dema UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
4) Kaemita Boediono (Presenter/aktri),
5) Eko Kuntadhi (Pegiat media sosial)
6) Ruhut Sitompul (Politisi).
Narasumber : 1) Denny Siregar (Pegiat media sosial),
2) Rocky Gerung (Pemikir Filsafat/pegiat media sosial)
Host : Cuitannya memancing emosi, unggahan fotonya
mengundang komen, tulisannya membuat berpikir. Denny
Siregar penulis, aktivis dunia sosial dan kini tanpa disadari
menjadi influencer. Kemarin ini Denny membuat geger lagi
dengan unggahannya soal ambulans membawa batu yang
ternyata menurut pernyataan polisi demonstran ini yang
bawa batu dan pada saat itu ada di dalam ambulans. Jagat
Maya langsung Geger sampe keluar tagar Denny Siregar
penyebar hoax. Bukan main hastagnya ini treningnya nyaris
sama kaya waktu hastag Atta Halilintar, hastag ashiap, dan
hastag Baby Fey. Kembali ke Denny, Denny ini kembali
dilaporkan ke polisi padahal kan akun TMC Metro Jaya
juga upload status ambulans bawa batu ini walaupun
174
langsung buru-buru dihapus sih setelah itu. Nah, bukan
pertama kali Denny dilaporkan, setahun yang lalu Deny
dituding menistakan agama soal video pengeroyokan
suporter Persija berisi kalimat tauhid dan dianggap
menghina rakyat Aceh karena ulasannya terkait rencana
pelegalan poligami di Aceh. Tapi kalo menurut saya ni yang
paling pemenangnya adalah Denny Siregar dicari anak
STM. Ni pasti banyak alumni STM ni di sini ni (menunjuk
penonton). Bayangin ya dulu kalo tawuran anak STM
targetnya kan nggak pernah satu orang entah itu anak SMA
melawai, atau SMA bulungan, atau SMA Panglima Polim,
nggak pernah nargetin satu individu terus dijadikan hastag
dan katanya ni siap dirujak lagi. Yang saya pengen tanya ni
di rujaknya lebih pedas dari kata-katanya Denny Siregar
atau nggak ni kalo misalnya anak-anak STM jadi pengen
ngerujak. Kita harus angkat topi ni buat Denny Siregar
karna nggak banyak loh orang yang benar-benar konsisten
untuk membela pemerintah sampai-sampai dijulukin
buzzer istana.
[tayangan video]
Host : bukan main. Tapi orang jadi mikir sebenernya ni bener-
bener voice atau jangan-jangan sebatas invoice. Nah,
diseberang Denny ada Rocky Gerung yang cuitannya nggak
kalah bikin gemes yang baca, gimana coba nggak gemes,
dikit-dikit orang tu dikatain dungu. Saking fenomenalnya
penggunaan kata dungu dalam twitttnya Rocky mencapai
252 kali dalam twitt dari 31 Januari 2018 sampai 27 Januari
2019 [penonton tepuk tangan], kok kalian pada tepuk
tangannya sih ketawa kalia kalian pada dibilang dungu
jangan-jangan ni sama Rocky Gerung. Seperti Denny,
Rocky tu bukan orang yang sungkan dalam berpendapat
bahkan siap ditantang dengan yang tidak setuju dengan
pandangannya.
[tayang video]
Host : nah, kenapa Rocky kayanya tu gemes banget sama orang-
orang yang disebut sebagai buzzer, bahkan mereka dikatain
tempurung. Ketika kami beride mengundang dua sosok ini
banyak yang bertanya, ngapain sih ngundang mereka. Nah,
175
Kami di Q&A justru ingin minta pertanggung jawaban
mereka sebagai influencer, yang mengundang untuk dicaci
dan dicintai dan selalu diburu dan dicari oleh warganet.
Inilah Q&A dalam episode dicari warganet dan seperti
biasa kita selalu ada panelis yang hadir bersama kami.
[tayangan vieo perkenalan panelis]
Host : narasumber pertama kami, kami sambut Denny Siregar.
[tayangan video perkenalan narasumber]. Terima kasih
Bang Denny, silakan duduk. Silakan duduk di kursi panas.
Tapi kayanya Bang Denny udah nggak khawatir dengan
kursi panas ini gitu. Bang Denny ni sebenernya pengen
banget diundang dari lama tapi kita lagi cari momentum dan
momentumnya itu datang ketika ada ambulan berisi batu
yang dikatakan, kita coba kita liat ni twittnya katanya TMC
Polda Metro twittnya itu jauh lebih telat dibanding twittnya
Denny Siregar akhirnya sampe Bang Denny dibilang
penyebar hoaks. Bener nggak sih Bang Denny tu
sebenernya menyebarkan berita bohong.
Denny : enggak ah.
Host : kok kok enggak tapi kok bisa duluan Bang Denny yang ini
yang ngetwitt.
Denny : hoaks itu kan berita bohong ya kan, sedangkan polisi juga
udah sudah mengklarifikasi bahwa itu bukan berita bohong,
ada tersangkanya, ada batunya, yang bohong siapa. Kalau
kemudian itu menjadi salah paham itu kan berbeda dengan
yang namanya berita bohong.
Host : tapi kenapa di ee dihapus kalo gitu twittnya?
Denny : saya menghormati polisi ketika polisi sudah minta maaf
dan berkata bahwa itu kesalahpahaman, ya saya
menghapusnya juga kalo polisi tidak minta maaf bahwa
saya ngapain juga saya menghapus, ya kan. Ini lebih kepada
etika saja saya bermedia sosial, ya kan. Tidak perlu saya
ngotot tapi tetap saja itu bukan hoaks.
Host : kok bisa Bang Denny duluan tapi, yang ngetwitt, gitu kan.
Pasti kamu yang follow juga bingung kan [menunjuk
176
panelis], kok bisa Bang Denny duluan sih yang ngetwitt
dibanding TMC Polda?
Denny : ya, pertama, saya juga mendapatkan informasi lapangan
sama dengan banyak teman lain, dan yang kedua saya itu
kan independen tidak perlu proses untuk meupload saya
punya unggahan. Beda mungkin dengan TMC Polda yang
harus ada proses birokrasi di dalamnya sehingga mereka
butuh waktu sekian menit untuk kemudian upload dan saya
rasa itu juga bukan masalah ya, orang-orang yang mengerti
bahwa standard operating prosedur di dalam unggahan
sosial di media resmi atau di akun media resmi itu pasti
melakukan hal yang sama.
Host : hm. Seperti itu. Silakan.
Kirana : aku pengen tau deh. Hai Bang.
Denny : halo mba.
Kirana : kan gini, kaya kejadian kemaren itu ketika turun ke
lapangan ada banyak sekali yang terjadi gitu. Nah, sebagai
seorang influencer yang followersnya banyak banget yang
ee apa yang ditwitt atau yang diunggah itu jadi bahan ee
bahan berita orang lain gitu. Itu mensortirnya mana yang
layak dan sepantasnya diunggah tu, gimana tuh?
Denny : Saya selalu mencoba mencari waktu sebelum kemudian
mentwitt atau mencoba mencari validitas data dulu, ya kan
dan saya memahami gimana saya mencari validitas data itu,
orang-orang siapa yang saya percayai, ya kan, karena saya
tau bahwa hoaks itu kalo kemudian kita mendapatkan satu
berita tanpa kita konfirmasi, kita bisa terjebak di sana. Dulu
saya sering terjebak, dulu tahu-tahun...
Host : jadi pernah sempet sebarin berita hoaks, pernah?
Denny : 2012-2013, saya kan sudah bermain di media sosial sejak
tahun 2009 sebenernya. Jadi saya dan saya yakin semua
orang yang pake juga pernah mengalami hal yang sama tapi
lama-lama saya kan menjadi matang bahwa harus ada
berita-berita yang saya validasi dulu benar atau tidak.
Host : ya. Nah, Mas Budi, Mas Budi ni kan juga sebagai jurnalis
senior ngeliatnya ini ni dengan berita yang udah
177
disebarluaskan, gitu terus kemudian dampaknya tu
sebenernya ada atau nggak kalo liat Mas Budi ni dengan
kasus yang kemaren?
Budi : oke. Saya mungkin tidak akan khusus tentang ee tapi saya
akan bicara tentang buzzer sekarang ee bagi saya ee
kebebasan berpendapat di sosmed adalah sebuah
kewajiban, sebuah hak masyarakat cuman yang menjadi ee
problem adalah ketika sekelompok orang yang
terorganisasi yang secara sistematis mensirkulasikan
informasi informasi tanda kutip ya karna informasinya saya
yakin sebagian besar tidak benar.
Host : oke. Itu termasuk Denny Siregar nggak?
Budi : saya kira mungkin bagian dari itu. Kenapa saya…
Host : bener nggak tuh Bang Denny termasuk bagian dari itu?
Denny : saya…
Budi : saya kasih argumentasi sedikit kenapa saya sebut
terorganisasi, saya berdasarkan pada satu unggahan di
seword yang pasti terkoneksi juga dengan ee Pak Denny
yang disitu ada sekelompok foto sekelompok orang yang
disitu ada satu ee istilah bahwa ada ee nanti akan kita
laporkan kepada Kakak BP-nya. Nah, itu mungkin nanti
satu pertanyaan itu kaka pembina itu siapa?
Host : silahkan, langsung kalo gitu ditanya kepada Bang Denny.
Denny : saya jawab ya Pak Budi ya. Yang pertama, Pak Budi sudah
mengklaim bahwa sebagian besar tidak benar bagaimana
Pak Budi bisa menilai bahwa itu sebagian besar tidak benar,
saya satu. Yang pertama ambulans, apakah ambulans itu
sebagian besar dari apa saya tulis bahwa kebenaran yang
saya bawa di dalam anggap apa dalam unggahan-unggahan
saya tu sebagian besar tidak benar hanya gara-gara satu
ambulans selesai.
Budi : yang yang kedua, adalah grup whatsapp sudah terkonfir ee
ter ee verifikasi bahwa itu adalah grup jadi-jadian yang
tidak difikir oleh anak STM dari bahasanya, dari
penggunaan fasilitas wa-nya, anak muda tu tidak
178
menggunakan wa, menggunakan line tapi oleh sekelompok
orang ini adalah grup STM.
Denny : sudah sudah ditetapkan kok tersangkanya sama polisi.
Budi : itu yang berbeda itu grup yang berbeda.
Host : berbedanya?
Budi : bukan grup itu yang jadikan tersangka…
Denny : jadi berarti harus saya. Pokoknya apapun saya harus jadi
tersangka kan itu sebenernya ee dari semua tagar yang saya
saya ada yang saya tau, saya faham bahwa ini permainan
propaganda sebenarnya bahwa Denny Siregar penyebar
hoaks supaya apa supaya orang memahami body ini disebut
false apa false apa pesan-pesan palsu kepada orang, ‘Denny
Siregar dicari anak STM’ anak STM mana yang mencari
saya bahkan saya tau anak STM tidak main twitter. Ada
yang main twitter ga? [menanyakan penonton].
Budi : saya kembali ke pertanyaan, siapa sih kaka pembina itu?
Denny : nah, ini satu lagi pada waktu pilpres bertanya dulu baik-
bai. Pada awaktu pilpres itu kita terbiasa menonton debat,
mungkin Pak Budi bersama-sama rekan-rekan dari
wartawan juga nonton debat, Bang Luhut juga pasti nonton
bersama, ya kan. Kalau kemudian kita duduk bersama-
sama menonton Jokowi debat dan kemudian kita
menarasikan sekaligus kami bahwa ini bagian daripada
kampanye, apa yang salah. Kalau kemudian seword
menarasikan bahwa di sana ada kaka Pembina presiden, itu
adalah masalah seword mungkin dia ingin berbicara secara
bombastis, mungkin dia ingin menunjukkan dirinya.
Budi : Pak Denny nggak ada hubungannya dengan seword?
Denny : saya nggak ada hubungannya. Saya bukan penulis seword.
Host : oke, baik. Sultan silakan.
Sultan : Bang Denny.
Denny : iya.
Sultan : banyak anak STM yang main twitter kok Bang. Tadi
menarik ni, ya kan, lagi ddicari-cari orang anak STM,
179
gimana ni Bang Denny. Tadi Abang bilang menghormati
polisi, makanya menghapus twitter, kan gitu kira-kira. Lalu,
ya itu salah satu etika sosial media saya, emang etika dalam
paham abang itu kaya gimana si, etika bersosial media kaya
gimana coba Bang?
Denny : ya saya tidak menyebarkan berita berita-bohong, mencoba
ya. Jika kemudian terjebak, saya mencoba minta maaf.
Yang kedua, saya tidak kasar, saya tidak pernah
menorehkan kata-kata yang seperti Bang Rocky misalnya
dungu, itu nggak. Pernah adakah kata-kata kasar dalam
saya yang menyakiti hati seseorang secara fisik kalau
bertarung ide, saya membutuhkan pertarungan ide
pertarungan narasi tulisan bukan personal. Kata-kata buzzer
buat saya itu adalah cara yang paling lemah untuk
menghajar seseorang ketika narasi di media sosial kalah
dengan saya, sehingga paling mudah adalah menunjuk
seorang buzzer untuk menghancurkan karakternya.
Host : dan dan Bang Denny paling nggak suka kalo dibilang
buzzer?
Denny : ngga ngga ada masalah sih saya bilang cuman kan
pendangkalan, apa sih arti buzzer, yak an. Kalo saya lebih
kepada, mungkin saya influencer ya, tulisan saya
menginfluens, buzzer itu lebih kepada berupa dengungan,
ya kan. Banyak akun buzzer yang tidak banyak followers,
yang hanya mendengungkan saja berita-berita yang
disampaikan kepadanya. Tapi kalo saya ketika menulis,
banyak orang setuju, banyak orang tidak setuju tetapi
menginfluens orang.
Budi : saya boleh minta pendapatnya?
Denny : silakan.
Budi : Oke, kalau anda tidak buzzer, menurut anda buzzer itu
mengganggu atau merusak demokrasi tidak?
Denny : kalau kemudian buzzer memang niatnya baik, buat saya
itu dibutuhkan. Ketika kelompok-kelompok yang ingin
merusak negri ini, mereka menggunakan buzzer dengan
judul-judul yang bombastis mempengaruhi pemikiran
orang terhadap negara khilafah, apa yang mau dihadapi
180
oleh orang-orang yang tidak mau dianggap buzzer. Saya
selalu nulis fight fire with fire.
Host : salah atau ngga tu yang dilakukan kalo oleh Mas Denny?
Budi : menurut saya buzzer membahayakan.
Host : membahayakan demokrasi?
Budi : membahayakan demokrasi.
Host : oke.
Denny : kenapa kenapa, karena ee sekarang banyak kebijakan-
kebijakan publik itu yang dibuat berdasarkan opini publik
menggunakan sosial media dan sosial media yang
didengungkan berkali-kali yang tadi disebutkan ee
mempengaruhi opini itu bisa dilakukan oleh sekelompok
orang yang berbeda-beda pihak itu sangat berbahaya karna
nanti akan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
publik bisa diambil berdasarkan sentiment yang palsu.
Host : menurut Mas Budi apa yang disampaikan oleh Mas Denny
itu bisa berpengaruh atau nggak dengan kebijakan publik?
Denny : sangat bisa, karena…
Host : sangat bisa pengaruh. Oke. Nanti biar saya ee Mas Denny
untuk menanggapi, setelah jeda berikut ini. Tetaplah
bersama kami.
[iklan]
Host : dicari warganet bersama Denny Siregar. Tadi
dianggapnya Mas Budi ee dianggap Mas Budi, Mas Denny
ini bisa mempengaruhi kebijakan publik dan berbahaya,
begitu.
Budi : bukan hanya Mas Denny ya tapi kelompok yang ngomong.
Host : tapi kalo disini ngeliat Denny berbahaya juga, Bang
Denny silakan tanggapannya.
Denny : ya saya rasa nggak sebodoh itu pemerintah ya, melihat
kemudian mencoba mencari dengungan dan kemudian
membuat keputusan di sana. Saya rasa orang-orang di
istana, di DPR tu orang-orang yang pintar, ya kan. Mereka
181
punya pengalaman dan kemudian tidak serta merta ya, apa
yang dicuitkan itu terus kemudian mengubah keputusan
kita, bahaya sekali negara kita jika begitu. Ketika orang
omongan-omongan orang seperti saya dan beberapa teman
kemudian dijadikan sebuah pembuat keputusan, Indonesia
ini rentan sekali, ya kan. Kita ini kan sebenernya hanya
mengungkapkan apa yang kita pikirkan, itu yang saya ingat
ketika saya bermain pertama kali di media sosial.
Ungkapkan apa yang dipikirkan.
Host : hm. Sebentar.
Sultan : Abang paham nggak kalo di media sosial itu tidak semua
pemahaman sama, tidak semua umur pengguna sama, tidak
semua latar belakang Pendidikan, moralnya sama. Abang
ngira nggak sih kalo twitt-twitt Abang tu sebetulnya
berbahaya…
Denny : dari mana saya dibilang bur berbahaya. Jadi kalo gitu
sekarang Mas ketika kemudian Mas bermain twitter nggak?
Sultan : oh saya main.
Denyy : main facebook nggak?
Sultan : iya.
Denny : berbahaya dong kalo gitu buat saya.
Sultan : makanya kontennya kemudian kita kritik, konten Abang
kan tadi bilang ‘apa yang menurut Bang Denny’
Denny : dimana saya berbahaya, tunjukkan satu dimana saya
berbahaya.
Host : baik. Gimana Mas Budi?
Budi : begini ya ada satu hal yang berbahayanya secara tidak
langsung. Yang pertama, perlakuan apparat hukum kita
kepada kelompok-kelompok yang pro pemerintah, tidak
sama kepada kelompok-kelompok yang kritis terhadap
pemerintah. Jadi ketika satu kelompok me yang dianggap
mengeluarkan hoaks, langsung ditindak secara hukum. Ada
juga ketika kelompoknya Mas Denny ini dengan
melakukan doxing ketika mereka mengeluarkan identitas
pribadi orang yang kemudian dibully sejagat maya, nggak
182
ada tindakan apapun dari pemerintah itu secara sistim akan
membahayakan kita karna ada semacam perlakuan tidak
sama. Nah, ini orang curiga karna kelompok-kelompoknya
Mas Denny ini diback up sama pemerintah.
Host : emang bener Bang diback up, siapa sih backer-nya?
Denny : ya saya pengen tanya aja sekarang, kasih saya satu contoh
dimana kemudian, saya akan jelaskan, satu-satu saya akan
jelaskan, dimana saya diback up oleh pemerintah. Mau
yang kasus Aceh, misalnya, ya kan. Kasus Aceh itu saya
tidak menghina, tetapi dibangunlah propaganda bahwa saya
menghina bangsa Aceh, yang saya kritik itu adalah
parlemen Aceh. Ini kan sama seperti ketika kemudian saya
mengkritik Anis Baswedan terus saya dianggap menghina
orang Jakarta. Terus dimana bukti hukumnya, lemah karna
mereka kemudian tidak mampu memasukan saya ke sel, ya
kan, diframing lah bahwa kemudian saya orang kuat, ini
kan masalah framing saja, masalah propaganda saja. Ketika
kemudian supporter, ada pengguna supporter, ya kan. Saya
tulis bahwa bagaimana bisa seseorang mengucapkan apa
kalimat allah ketika membunuh, ya kan. Wah terus
kemudian mereka semua bagaimana bisa Denny menista
agama, yak an, tidak ada video itu. Loh saya punya
buktinya tetapi ketika kemudian mereka masuk ke polisi,
mereka tidak punya bukti untuk itu, ya kan, dan saya punya
buktinya karna mereka kalah, mereka membangun framing
lagi bahwa Denny dilindungi polisi dan it uterus yang
sampe Pak Budi percaya bahwa saya kebal hukum.
Pertanyaannya adalah betulkah saya kebal hukum atau
bukti-bukti tidak cukup.
Host : mungkin orang juga bertanya kok Bang Denny bisa dapet
buktinya, itu satu mungkin video yang pengroyokan, soal
dapet ambulans kok bisa dapet duluan buktinya, itu
sebenernya dapetnya dari mana gitu.
Budi : mungkin boleh disebut ee ditailnya ee boleh disebut. Kan
itu…
Host : informannya gitu.
Budi : informannya.
183
Denny : maksudnya detailnya?
Budi : soal ambulannya mungkin kita sebut salah satu.
Denny : ah itu biasa di lapangan, saya nggak bisa nyebutkan nama
seseorang ya di acara publik seperti ini.
Budi : karena uploadnya tu agak bersamaan dengan beberapa
kelompok yang…
Denny : kan banyak orang Pak Budi di sana. Pak Budi kan
wartawan tempo harusnya faham disana berapa orang…
Budi : beda.
Denny : liat film…
Budi : beda.
Denny : liat filmnya.
Budi : beda
Denny : tidak ada satu orang disana, banyak orang. Ya siapa yang
mau saya sebut.
Budi : beda kalo jurnalis dapat tu kita verifikasi lapangan betul
tidak, anda langsung upload dan ternyata kan belakang
salah. Tadi di situ minta maaf…
Denny : saya salah dari mana.
Budi : kan menghormati polisi terus dihapus…
Denny : saya salah dari mana, ketika TMC Polda juga kemudian
mengupload. Saya salah dari mana kecuali jika mereka
tidak mengupload dan saya mengupload, loh ya. Beda kalau
kemudian polisi menghapus.
Sultan : dikatakan bahwa etika tapi Abang merasa benar.
Seharusnya kalo betul nggak usah dihapus, biarin aja.
Host : cuek aja gitu ya, seharusnya ya.
Sultan : iya. Kalo etika kan itu baik dan buruk.
Host : oke. Kita move on dari yang isu ambulan. Tadi sudah
banyak yang bahas tapi yang juga rame adalah dianggap,
ini ada salah satu twittnya Bang Denny, aku baca aja ya ini
184
pada tanggal 25 september yang menyatakan pada saat itu
lagi demo pelajar yang demo ni ‘ngeliat para pelajar yang
demo rusuh itu, gampang kemakan hoaks dan provokasi.
Kok gua jadi setuju ya ada konsep bela negara, dimana
lulusan SMA sederajat harus ikut pendidikan ala militer
seperti di beberapa negara maju. Biar dilatih jadi lelaki oleh
TNI dan ga tumbuh jadi banci’. Jadi, disini Bang Denny
sebenernya nggak percaya dengan perjuangannya mereka?
Denny : nggak.
Host : nggak percaya?
Denny : nggak percaya [ketawa].
Host : tuh nggak percaya. Hmm.
Kaemita : apa apa yang bikin Bang Denny tidak percaya?
Denny : jadi gini, ada yang ada yang berjuang tapi kalo kita lihat
kemaren itu perjuangan itu menjadi bias. Apa yang
kemudian mereka tuntut coba bahkan kata-kata kotor keluar
secara tidak setuju bahwa ini, ya okelah tidak setuju RUU
KUHP terus kemudian pelajar keluar, apa urgensinya
pelajar keluar. Pelajar itu ya belajar, apakah saya harus
membenarkan ketika pelajar itu keluar dan bilang bahwa itu
adalah hak dari para pelajar. Saya pengen tanya saya
pengen tanya pada para panelis disini, rela kalian anak-anak
kalian keluar dari sekolahnya hanya untuk demo, benarkah
mereka.
Kaemita : Bang ini sebenernya saya pertanya saya salah satu
followers Abang di Instagram, cuman pertanyaan saya tu
dari begitu banyak tulisan yang Abang tulis adalah dengan
begitu banyak sensasi media sosial yang Abang tulis,
Abang tu nggak takut mati ya [ketawa]].
Denny : nggak.
Kaemita : atau gimana sih, kayanya semuanya…
Host : dapet ancaman mungkin gitu.
Kaemita : diserang di dapet ancaman.
185
Denny : ya mungkin buat saya ketika mereka meluncurkan
propaganda, saya harus melawan propaganda mereka juga.
Host : tapi bukan dengan propaganda juga kan?
Denny : oh bukan. Jadi ada bentuk begini niatnya apa dulu, ya kan.
Ketika saya melontarkan propaganda kepada mereka, itu
untuk membela negeri ini.
Sultan : ada gagal nalar.
Host : gagal nalar, oke.
Sultan : ketika twittannya dimaksudkan untuk membela NKRI
justru semakin memperkeruh NKRI.
Host : nah, kita akan jawab ee kita akan biarkan untuk Bang
Denny menanggapi setelah jeda berikut ini. Tetaplah
bersama kami.
[iklan]
Host : ya. Pasti banyak yang emosi juga dong iya kan, pasti ada
kelompok-kelompok orang yang jadi emosi. Apaan sih
Bang Denny ni kaya gini. Emang emang itu sengaja Bang,
emang sengaja pengen nyinyirin, dalam hal ini pemimpin
DKI .
Denny : ya, saya wajar dong sebagai warga mengkritik kebijakan-
kebijakan yang saya rasa tidak sesuai, kan gitu kan. Biasa
aja kalau kemudian ada yang protes terhadap apa apa yang
saya fikirkan, ya wajar-wajar juga. Demokrasi aja buat
saya. Semua orang punya hak untuk berbicara.
Host : tapi gagal nalar ngga tuh, kalo kata tadi kata Sultan?
Denny : gini loh. Saya tu udah banyak dibilang orang gagal nalar,
gagal faham, buzzer, syiah, liberar, dan segalanya, jadi saya
anggep juga demokrasi. Silakan ngasih ngasih ngasih
pandangan bahwa saya gagal nalar karna kan sudut
pandang orang kan berbeda-beda, ya kan. Dia melihat
bahwa ini angka enam, saya melihatnya angka sembilan,
mau perdebatkan apa ya silakan, demokrasi aja mau bilang
saya apapun buat saya sah-sah saja. Tapi jangan halangi
saya juga untuk mengungkapkan apa yang saya pikirkan
186
dong. Kita bebas, mari kita tarung narasi tetapi jangan sibuk
menyerang person seseorang.
Ruhut : Den?
Denny : iya Bang.
Ruhut : Tuhan itu sayang kepada Indonesia.
Denny : siap.
Ruhut : semenjak adanya medsos, kacau kita semua. Aku sedih
juga liat kau daritadi diadili.
Denny : [tertawa]
Ruhut : padahal yang seperti kau tapi merongrong pemerintah,
ribuan. Tapi Tuhan mengirim kau untuk menetralisir.
Denny : thank you, Bang.
Ruhut : kebakaran jenggot lah mereka. Kebaran jenggot mereka.
Hingga seperti tadi pertanyaan.aku orang nekat, Den tapi
kau jauh lebih nekat. Ada berapa nyawa kau, Den. Berani
kali kau, Den. Kemaren kawan kau udah diculik, udah
dipukuli bonyok-bonyok. Kau siap nggak untuk itu, Den?
Itu yang pertama.
Denny : insya allah siap.
Ruhut : baik. Terima kasih, Den kau siap untuk itu. Yang kedua
perdebatan kita, saya orang hukum kenapa Denny sampe
sekarang walaupun dilaporkan beliau clear karna polisi
susah mencari bukti yang kuat bahwa dia melakukan hoaks.
Sedangkan mereka kenapa menjadi bersakitan, dia dangkal
ilmunya jadi ketauan hoaks. Ah Den saran saya ya, kau
tetap berkibar, kau harus berani karna kalau tidak ada orang
seperti kau, ngeri republik ini sekarang.
Budi : saya sekali lagi pada prinsip awal bahwa setiap orang
memiliki hak untuk berpendapat termasuk di sosmed jadi
saya menghormati apapun pendapat dia. Yang tidak saya
suka adalah ketika dia ee melakukan disinformasi terhadap
apapun, misalnya kaya isu Taliban, isu apa yang itu
ditunjukkan hanya kepada orang yang tidak setuju kepada
kelompoknya, itu yang pertama. Yang kedua, saya tidak
187
setuju kalau misalnya Denny di ee proses secara hukum
juga seperti juga saya tidak setuju di kelompok yang lain
diperlakukan secara hukum artinya kebebasan berpendapat
berapapun dangkalnya, berapapun kerasnya tu harus
dihormati dan mendapat tempat dan dilindungi konstitusi
kita.
Host : nah sebenernya kalo Bang Denny ini ni, bener nggak sih
Bang nggak ada bayarannya sama sekali ketika
mengemukakan pendapat?Denny : tahun 2014 ketika
membela Jokowi saya diisukan dibayar, ketika membela
Ahok saya juga dibilang dibayar, sampai saya bilang
dibayar dimana, saya nyumbang Ahok. Sekarang 2019 saya
juga dibilang dibayar, bedanya apa 2014, 2016, 2019 tetap
isunya saya dibayar, ya kan. Nggak usah dibayar saya udah
kaya sekarang kaya Bang Ruhut [tertawa].
Kirana : tapi dapet titipan konten ngga Bang dari siapapun itu ya,
bahas yang ini dong atau ee kesini dong arahnya, pernah
nggak?
Denny : oh pernah. Saya diminta saya pernah diminta seseorang
untuk menghancurkan nama seseorang dan perusahaannya,
bayarannya tidak main-main. Saya tinggal bilang, apa saya
pelacur ketika saya menerima satu projek untuk
menghancurkan nama seseorang berarti kedepan apa yang
saya berikan itu sama sekali sudah tidak murni. Saya bisa
kaya dengan begitu saya bisa kaya dengan begitu, tolong
dicatat apakah saya mau kaya, tidak. Saya merdeka, itu aja.
kaemita : Bang Denny ee tadi Bang Denny bilang dari 2014
membela Jokowi, Ahok, dan lain-lain. Nah, sebagai
seseorang yang pernah saya baca di bukunya ee mengagumi
Keluwesan Jokowi, Bang Denny sendiri kira-kira berani
nggak si memberikan cuitannya akhirnya mengkritisi Pak
Jokowi supaya di periode yang kedua ini bisa menjadi
Jokowi yang orisinil gitu?
Denny : oh pernah saya kritik dan mungkin ini juga akan jadi PR
Pak Jokowi kedepannya. Saya bilang program Pak Jokowi
bagus, komunikasinya buruk sehingga muncul orang-orang
seperti saya dan teman-teman di media sosial yang
mencoba mengkomunikasikan kepada orang luas dengan
188
bahasa-bahasa orang awam. Ini karna apa karna
komunikasi pemerintahan Pak Jokowi yang sangat sangat
buruk, semua ingin mencari panggung dan semua tidak
fokus kepada untuk menjaga narasi-narasi Pak Jokowi
supaya difahami oleh orang awam. Itu menjadi tugas saya
tanpa saya harus mengkritik, ini seharusnya juga sudah
menjadi pemikiran-pemikiran orang-orang yang ada di
sekitarnya Pak Jokowi.
Sultan : memang niatan Bang Denny bagus tapi sama juga
komunikasinya buruk karena saya mencermati ada dampak
sosial yang pada akhirnya memperkeruh, Bang.
Denny : saya tidak bisa menyenangkan semua orang.
Sultan : tapi Abang itu bisa membuat marah semua orang.
Denny : Sebentar. Apa yang saya ungkapkan adalah tanggung
jawab saya pribadi untuk menuliskan. Tapi bukan tanggung
jawab saya untuk semua orang memahami apa yang saya
tuliskan. Kalo kemudian orang-orang seperti Mas Sultan
merasa bahwa saya memperkeruh tapi coba ada orang juga
bilang bahwa saya berbicara yang benar, sudut pandang
mana saya paka. twitt saya pertama itu tentang spiritual
Tuhan dalam secangkir kopi judulnya dan setiap kali saya
menulis tentang spiritual orang-orang tetep marah sama
saya. Pertanyaannya mereka marah ini karna twitt saya atau
karna benci sama saya. Jadikan ukuran mana yang saya
pakai ketika kemudian orang sudah benci sama saya apapun
yang saya tulis meskipun saya bicara tentang Tuhan,
mereka pasti akan tidak suka dan marah. Apakah standar itu
yang mau dipakai Mas Sekarang sebagai saya membuat
kerusuhan.
Sultan : ketika tidak berimbang mengkritiknya, antara mengkritik
Jokowi dan mengkritik Pak Anis, ah ini mah loyalis aja
sebetulnya.
Host : betulkah Bang hanya sekedar loya loyalis aja?
Denny : kalo saya loyalis, saya dari kemaren-kemaren sudah
masuk politik, masuk.
Host : nggak dapet jabatan apa gitu Bang?
189
Denny : ya terus pentingnya apa saya dapet jabatan. Saya pengen
tanya, apakah kemudian ketika saya berbicara sesuatu
mengharapkan sesuatu. Sampai banyak orang bilang
kepada saya kapan Bang dapet kursi komisaris, saya saya
tuli saya saya tulis begitu dangkal pikiranmu ketika
kemudian kamu mengeluarkan apa yang kamu pikirkan dan
kau berharap sebuah jabatan
kirana : emang keresahan Abang sebenarnya apa ni sekarang?
Denny : radikal, itu aja.
kaemita : tapi kalo misalnya di ee ditawarkan jabatan gimana Bang?
Host : terima nggak?
Denny : jabatan seperti apa. Saya tu bukan orang-orang yang apa
yang ada di satu menejemen apalagi pemerintahan, saya
orangnya independent, saya seniman. Bagaimana orang
seniman seperti saya ada di sebuah jabatan yang
membutuhkan birokrasi, malah mungkin saya akan
mengkritiknya daripada begitu mending saya tolak mentah-
mentah.
Host : nah, ee setelah ini setelah Bang Denny karna selesai disini
akan ada Rocky Gerung tapi bang Deni kita juga
menawarkan untuk bisa bertanya dengan ee Mas Rocky
Gerung tapi kenapa nggak mau Bang Denny?
Denny : Saya?
Host : untuk jadi bertanya kepada Bang Rocky Gerung.
Denny : nggak mau ah, nanti karena narasinya selalu dungu dungu
dungu, ya kan. Jadi dari pada saya berbicara dengan orang
selalu narasi dungu mendingan saya pergi aja.
kirana : Abang bisa duduk di sini, ngapain cabut.
Denny : [tertawa] nggak, karna pasti jawabannya pasti dungu.
Sultan : harusnya diskusi dulu Bang, baru saya bisa nilai.
Host : oke. Baik. Terima kasih banyak Bang Denny Siregar
sudah hadir bersama kami di sini, kita akan kembali lagi
sesaat lagi.
190
[iklan]
Host : kembali di Q&A dicari warganet, juga ada tambahan
panelis untuk segmen kali ini
[tayangan video perkenalan panelis]
Host : dan inilah narasumber kami yang kedua, kami sambut
Rocky Gerung.
[tayangan video perkenalan narasumber]
Host : apa kabar? Silakan duduk. Masih inget dong sama Bang
Roki. Siapa yang nggak pernah lupa. Silakan duduk, Pak.
Kita sajikan informasi terkait dengan Roki Gerung.
[tayangan video informasi terkait Rocky Gerung]
Host : selamat datang kembali di Q&A Bang Roki Gerung.
Keliatannya sekarang lebih happy nih nggak tahu kenapa
Bang Roki tapi kok masih aja nyebut orang dungu sih Bang.
Rocky : saya kira Andini ni mengumpulkan seluruh kesalahan saya
di Q&A [tertawa]. Yang salah cumin satu Ruhut.
Host : ada jejak digitalnya, masih ngomongin dungu dan bahkan
ngatain buzzer tu tempurung. Maksudnya apa sih Bang?
Rocky : saya menyebut itu semua Saya menyebut itu semua bukan
sebagai evaluasi terhadap seseorang atau sejumlah orang
tapi saya menggambarkan faktanya aja, masih ada
kedunguan, masih ada buzzer dungu, ada buzzer cerdas
juga. Ini tu bukan evaluasi bukan evaluasi tu, itu itu
deskripsi aja.
Host : deskripsi aja. Jadi nggak nggak menuju ke satu kelompok
tertentu kah?
Rocky : ketika ada reaksi baru saya paham. O itu yang dimaksud
bahkan saya paham setelah mereka bereaksi.
Host : Bang Ruhut juga waktu terakhir Bang Rocky kesini masih
perdebatannya sengit banget waktu itu Bang.
Ruhut : [tertawa] Roki ini sahabat saya dari jaman Jepang. Roki
Rok…
Rocky : [tertawa] padahal dia orang Belanda.
191
Ruhut : [tertawa] Roki selalu menunjukkan se-independenannya.
Kau nggak independen. Aku memihak kepada salah satu
calon, kau ke salah satu calon.
Rocky : salah?
Host : salah atau nggak?
Ruhut : tidak salah tapi setelah tahunya yang menang calon aku…
Rocky : bukan salah.
Ruhut : kau makin galak.
Rocky : gini ya ee saudara Ruhut ini dia mampu untuk
menghidupkan kedunguannya dengan mengumpulkan
fakta-fakta yang tidak berhubungan, gitu.
Sultan : keluar lagi Bang, dungunya ni Bang.
Rocky : ya. Saya beroposisi pada Jokowi, Prabowo beroposisi
pada Jokowi pada waktu itu. Lalu, Ruhut ambil kesimpulan
saya pro Prabowo karena oposisi, kenapa tidak sebaliknya
Prabowo yang pro saya. Prabowo beroposisi dengan motif
kekuasaan, saya beroposisi dengan motif kedunguan. Beda
itu.
Host : yuk kita fokus yang terjadi sekarang ini, sekarang makin
galak begitu.
Ruhut : makin galak.
Host : makin galak mengkritisinya, kenapa Bang Roki?
Rocky : saya nggak makin galak. Saya mau tajamkan kritizem itu
supaya orang bisa lihat sesuatu yang disembunyikan. Saya
melakukan interupsi, politik itu adalah interupsi supaya ada
ruang untuk menghasilkan argumentasi, saya interupsi.
Orang bilang kritik, bukan. Itu menginterupsi kemapanan,
menginterupsi kedunguan. Itu yang saya lakukan. Masih
harus semakin tajem interupsi…
host : udah sesuai SOP dalam bermedia sosial belum ni, kalo
Bang Roki?
192
Sultan : kalo kemudian kedunguan yang terus diucapkan, apa Bang
alat ukurnya dan cara deteksinya supaya untuk mengenali
itu?
Rocky : gampang sekali. Logical fallacy itu setiap kali Presiden
bicara, ada ketidakruntunan logika. Setiap kali Mentri
bicara ada, begitu pun partai, itu yang saya kritik. Saya
nggak kritik orangnya, saya kritik nalarnya, residinya, itu.
Ini dari awal saya terangkan itu, you ngga bisa, itu
Namanya fallacys.
Budi : seberapa jauh Bang Roki ni bisa mengaku tetep
independent, imparsial karna kita membutuhkan orang-
orang yang parsial dan ya ya mengkritik memang orang
yang patut dikritik?
Rocky : saya terangkan ya, independent artinya berdiri di kaki
sendiri bukan netral kalau anda netral disuruh netral, anda
tidak independen. Saya memilih independen karena
kehendak saya. Kan itu poinnya, ya kan. Jadinya
independen artinya jangan berpihak, oh itu bodoh namanya
itu. Jangan berpihak artinya dia diperintahkan untuk jangan
berpihak. Independen nggak dia, coba. Kalo saya jawab
Ruhut, buka google aja.
Budi : oke. Saya mungkin tajamkan sedikit ya. Apakah Bang
Roki bisa bersikap kritis gara-gara, saya sebut saja Pak
AHY, Pak SBY. Apakah bisa melakukan kritik tajam kalo
mereka punya kekuasaan? Dan...
Rocky : apalagi kalau kalau belum punya, saya kritik gitu. SBY itu
temen diskusi saya dan saya kritik terus sama juga AHY
karna ada kesetaraan argumentasi, kan itu soalnya kan.
Sultan : ada yang bertanya-tanya, ah Bang Roki ini katanya
intelektual tapi sentimen yang dikedepankan terus benci-
benci Jokowi. Gimana itu Bang?
Rocky : saya nggak pernah benci Jokowi, saya nggak ada urusan
pribadi. Benci itu urusan pribadi. Orang yang benci itu
mentalnya rusak, orang yang benci saya juga mentalnya
rusak.
Sultan : wah Bang, rusak Bang [tertawa].
193
Rocky : kenapa mesti itu diargumentasi. Bukan sentimen. Projus
sentiment, kendalikan sentimen. Itu rumus politik.
Budi : iya. Saya ee terus terang…
Host : jadi kepikiran karna dungunya ya.
Budi : bukan. Saya kadang-kadang agak kesulitan menemukan
substansialnya, saya saya lebih ee akhirnya orang terdistrak
dengan gaya bahasa, dengan ee kosakata sementara saya
banyak problem yang melayangkan kritis tapi tidak
disampaikan ee misalnya dalam hal politik ee anda tidak
masuk kesitu karna memang lebih mementingkan kemasan-
kemasan kata-kata.
Host : jadi maksudnya kenapa nggak to the point aja, gitu. kenapa
harus mengemasnya…
Budi : ya itu. Sehingga publik tidak terdistrak dengan
kedunguan, ke…
Rocky : oke. You...
Host : oke, Bang Roki ditahan dulu kita harus break dan dijawab
setelah jeda pariwara berikut ini.
[iklan]
Host : Bang Roki kemasannya itu dianggap tu terlalu mungkin
terlalu ketinggian, gitu ya. Jadi maksudnya tu nggak sampe,
jadi yang nyampe kata dungu-dungunya aja
Rocky : oke. Ya gini ya. Dalam seminggu ini saya ceramah umum
kurang lebih sepuluh universitas dan semua kuliah
akademis metodologi tap ikan nggak ada pers disitu kan,
kan anda nggak tau apa yang saya terangkan di situ kan.
Kemaren di hutan kayu saya terangkan teori filsafat
kontemporer, 2 jam nonstop tapi pasti Ruhut nggak bakal
datang karna nggak bakal ngerti soal kaya gituan, itu itu
poinnya kan.
Ruhut : [tertawa]
Rocky : sekarang misalnya ni, kata boneka yang orang anggap saya
membonekakan Pak Jokowi. Boneka itu, coba dalam
bahasa inggris itu ada material dan materiel. Boneka itu
194
saya maksudkan sebagai material substain bukan
barangnya yang material. Bahasa Indonesia nggak punya
kemampuan menerjemahkan dua itu. Jadi anda tersinggung
seolah itu boneka ansif fisically boneka, bukan.
Eko : yang menarik dari Rocky ini selalu mencari definisi-
definisi di luar definisi hukum…
Rocky : karna definisi yang disediakan oleh negara itu...
Eko : kitab suci definisinya itu apa sehingga berdebat itu ketika
definisinya tu menggunakan definisi umum. Bukan dengan
ketika anda menggambarkan definisi sendiri kemudian
publik memprotes dan anda punya definisi sendiri, itu
masalahnya.
Rocky : oke, sekarang you buka thesaurus sekarang bisa nggak you
bedakan antara material dan materiel, itu bahasa inggrisnya
begitu. Dibedakan. Di sini…
Eko : anda bicara pada publik Indonesia yang memahami
boneka sebagaimana definisi Indonesia.
Rocky : ya salah sendiri. Kenapa nggak diajarkan…
Eko : anda yang salah sebagai seorang komunikator, bukan
publiknya.
Host : apakah karna karna bahasanya ketinggian mungkin, Mas
Ek o?
Eko : nggak. Ketika Rocky sebagai komunikator berbahasa
dengan definisinya sendiri berbeda dengan ee definisi yang
dipahami publik. Yang salah komunikatornya, bukan
orangnya.
Rocky : saya sengaja memang, memang saya sengaja untuk
mengincar komunikasi itu…
Eko : ketika orang tidak sependapat dengan anda…
Host : supaya, sengaja supaya karna apa Bang Roki?
Eko : problemnya ketika orang tidak sependapat dengan Roki…
195
Rocky : supaya kita terangsang berpikir mencari row dari konse
itu…
Eko : ketika orang nggak sependapat dengan Roki, Roki akan
mengatakan dungu.
Rocky : memang dungu.
Eko : problemnya adalah definisi yang diciptakan, berbeda
dengan orang lain.
Rocky : bukan. Gini ya…
kirana : Abang, pertama aku udah ikhlas kok dibilang dungu
[tertawa]. Abis itu yang kedua, anggep aja aku kaya lagi
mahasiswa yang dikelasnya Abang. Aku pengen nanya, tadi
Abang bilang Abang ingin menciptakan sebuah ruang
untuk berargumentasi gitu, supaya pemerintah dengan
kebijakan-kebijakannya, dengan keputusan-keputusannya.
Itu dipertanyakan kembali apakah ini benar,apakah ini baik
untuk ee masyarakat di Indonesia. Apakah itu berarti ee
keputusan kebijakan pemerintah busuk semua atau cuma
sekedar untuk supaya menjadi ee supaya kebijakannya
lebih baik lagi?
Rocky : gini ya kalau Pemerintah bikin kebijakan yang baik, saya
ngga akan bully karna saya gaji dia untuk bikin yang baik
begitu ada bau busuk, saya ketok palanya tu dengan satire
tu. ‘Eh lu gua gaji lu bikin kebijakan yang buruk ‘ itu aja
kan. Masa kita kasih sebut ‘yen’ padahal yang tugas ‘yang’
kan gila tu.
kirana : untung aku bukan mahasiswanya Abang.
Ruhut : demikianlah tadi raja dungu, kepada kite dungu-dungu
[tertawa].
Rocky : [tertawa].
Host : Kae silakan Kae.
Kae : Bang, sebagai salah satu followers saya tuh mau tanya,
bisa nggak sih Abang tu mungkin menulis sesuatu itu yang
kalau tadi Abang bilang ee Abang menulis itu supaya orang
juga terangsang untuk belajar untuk lebih memahami kata-
kata sesuai dengan definisinya Abang. Nah, mungkin bisa
196
nggak sih kalau Abang menulis tu yang memang kata-
katanya secara umum bisa dimengerti definisinya gitu loh,
nggak nggak nggak hanya sesuai dengan definisinya Abang
aja?
Rocky : bisa. Bisa. tapi kita tidak bertumbuh sebagai sebagai
intelektual sebagai warga negara karna kita batasi kosa
kata, kita lampaui itu. Nah, kita ada di dalam keadaan
beberapa kali saya menyaksikan kesalahan orang untuk
mengerti konsep karna nggak mau masuk di dalam
pengertian yang lebih dasar yang konsepsional, di dalam
jurnalisme itu namanya ee malapropism. Nah, saya pake
lagi istilah ya, cari ya, Ruhut ya, tulis itu. Malapropism, apa
itu malapropism. Gini, satu waktu ada tokoh pada sidang di
DPR MPR, lalu si tokoh ini yang harusnya memberi
keputusan tidak ada di tempat, maka gunakan telfon ‘Pak
apa penanda kita‘ tokoh itu pake bahasa Inggris, dia bilang
‘all outs’ artinya tempur habis-habisnya. Yang terima
informasi itu pikir ‘all out’ artinya ‘walk out’ keluar semua.
Itu karna ndak ngerti konsep kan. Itu mesti kita perbaiki
saudara Ruhut, khususnya dan teman-teman
Sultan : berarti berarti memang cuitan Abang di twitter satu cuitan
dimaknai tiga SKS mestinya ya Bang.
Rocky : kalo buat Ruhut saya korting korting, gua kasih tujuh SKS
lah biar dia cepet d.o.
Ruhut : ngomong-ngomong kau daritadi ngomong kepintaran.
Boleh tau ee gelar apa aja sih yang kau apa, S1 apalagi?
Rocky : nggak ada, nggak ada gelar saya.
Ruhut : oh ngga ada. Oh jadi kau es lilin dong.
Rocky : tapi saya ngajar sampai S3 tu.
Ruhut : ha?
Sultan : tapi beliau ngajar sampe S3, Bang.
Ruhut : selesai nggak kau pernah. Aku mau nanya itu.
Rocky : saya pernah saya terangkan di sini, saya kuliah di lima
fakultas dan semua saya d.o. kan cuman satu saya
197
selesaikan, saya bukan d.o. dari fakultas, saya men-d.o. kan
mereka dari fak dari kurikulum saya. Itu bedanya.
Ruhut : [tertawa] itu namanya layu sebelum berkembang.
Rocky : mereka yang saya layukan karna saya ngga butuh lagi tu.
Filsafat saya masih masih masih luluskan itu.
Host : kayanya kayanya Mas Eko nggak percaya nih, mukanya
nih.
Eko : saya kalau diskusi sama Rocky ni agak membingungkan
karna pasti apa yang kita fikirkan tentang apa yang
didiskusikan berbeda dengan apa yang Rocky fikirin. Jadi
pertama kita berfikir apa yang Roki fikirin dulu definisnya
berbeda, kalo definisinya berbeda sehingga orang bersepsi
lain sebetulnya bukan orangnya yang bodoh. Jadi roki tidak
berhak untuk mengatakan orang dungu hanya karna
persepsi Roki tentang sesuatu defini berbeda dengan yg
lain.
Rocky : gini ya. Kalo orang itu saya anggap memang tidak
layak untuk mengerti suatu konsep saya bantuin tapi konsep
sekualitas kalian itu terutama Ruhut yang seharusnya
paham istilah-istilah dasar itu ngga ngerti, apa yang mau
saya sebut, pinter ngga mungkin, setengah pinter ngga
mungkin, seperempat pinter nggak mungkin, ya dungu.
(Panelis tertawa)
Host : gimana Mas Eko? Nggak mungkin setengah, nggak
mungkin seperempat
Ruhut : ya saya kan udah katakan, kita semua di sini termasuk
yang nonton yang mendengar orang dungu karna yang lagi
ngomong raja dungu (tertawa).
Host : sakit hati nggak Bang kalo dibilang raja dungu?
Rocky : saya tu enggak pernah sakit hati pada urusan publik
bahkan bila Ruhut bilang nanti ada orang saya minta maaf
terhadap ee fitnah segala macem. Saya bilang saya nggak
anggap itu fitnah, saya anggap itu kedunguan, kedunguan
nggak perlu dimaafkan karna itu melekat di kepalanya jadi
diperbaiki di kepala.
198
Host : Mas Budi.
Budi : iya. saya akan biar imbang ya, tadi saya udah bertanya
kepada Denny Siregar sebelumnya. Saya ingin bertanya
kepada Bang Ruhut ee Bang Rocky juga, tentang sumber
informasi saya akan sebut saja dalam kasus Ratna
Sarumpaet gimana ngukur sebuah informasi diverifikasi
dan kemudian berpendapat ee
Host : disebar luaskan gitu informasinya.
Budi : disebar luaskan.
Rocky : oke, saya akan terangkan sejernih-jernihnya supaya
publik ngerti kedudukan itu. Waktu kasus Ratna Sarumpaet
Masuklah ke saya gambar-gamba itu, masuk ke saya tetapi
bukan saya buka karna saya ada di atas gunung elbrus
waktu itu ketinggian 5600, suhu - 20°, angin 80 KM/jam,
kalo Ruhut ada di situ jadi botak gara-gara angin itu tu. Jadi
waktu dipersoalkan.
Ruhut : dendam dia, dendam (tertawa).
Rocky :(tertawa) ini contoh aja. Waktu dipersoalkan di Polri, saya
bilang Porlinya bilang 'anda terima' memang saya terima,
'berarti anda ikut nyebarin', bukan. Saya ikut terima tapi
tidak saya buka, kenapa, saya ganti simcard Rusia dan di
Rusia itu sangat terbatas nggak kaya Indonesia, simcardnya
segitu aja. Saya masuk ke Indonesia, saya buka baru dia
masuk gambar-gambar itu. Jadi bukan saya nyebarin, terus
orang bilang terus kenapa anda berkomentar sesuatu, ya
saya masih komentar sesuatu di twitter walaupun saya ngga
sebut nama saya bilang kenapa mesti tinju ya. Terus
dianggap itu adalah hoaks, kenapa nggak cek pada Ratna.
Sekarang saya terangkan Ratna itu temen baik saya, temen,
masa sih curiga temen baik gitu. Kalau begitu kenapa nggak
mi ee apa namanya ee repertum fisum repertum, kenapa
saya minta hakim buat bikin fisum repertum untuk sesuatu
yang saya anggap, oke kalo dia berbohong ya itu problem
moral dia berbohong tu. Jadi nggak ada urusan dengan saya.
Budi : yang ingin saya tanyakan adalah jadi apa bedanya Bang
Roki ini dengan buzzer yang selau di kritik oleh ee setiap
hari?
199
Host : jadi mungkin langsung aja to the point. Apa bedanya Bang
Roki dengan Bang Denny Siregar gitu misalnya?
Budi : iya. Dalam hal mengelola informasi bagaimana
mengomentari dengan secara cepat.
Rocky : siapa tu Denny Siregar, saya nggak tau, saya nggak kenal.
Ruhut : (tertawa).
Rocky : ya sama sekali nggak tau, serius. Saya nggak kenal.
Budi : atau dengan buzzer secara keseluruhan.
Rocky : saya tidak kenal bahasa tubuhnya bahkan bahasa otaknya
pun saya nggak tau.
Host : kalo gitu apa bedanya Bang Roki dengan...
Rocky : saya memverifikasi sesuatu yg tidak bersifat
persahabatan, kalo sahabat you nggak boleh verifikasi.
Kalo dia bohong berarti dia bukan sahabat artinya. Kenapa
saya mesti verifikasi, sahabat saya bilang besok mau hujan
ternyata nggak 'eh lu bohong, lu bohongin gua' masa gua
mesti verifikasi pernyataan seorang sahabat itu, you nggak
verifikasi.
Eko : jadi problemnya, problemnya Bang itu bukan cuma
hubungan sahabat, ini peristiwa politik, ini peristiwa
publik.
Rocky : iya. Itu jadi peristiwa, ginii...
Eko : seperti yang anda katakan tadi bahwa soal publik itu harus
dengan rasional.
Rocky : kapan itu jadi soal publik? Ini karna temen aku bahwa dia
berbohong.
Eko : sorry saya ingin mengatakan bahwa anda tau bahwa
ketika isu Ratna itu keluar dia akan menjadi peristiwa
publik.
Rocky : siapa yang tau.
Host : nggak tau berarti?
Rocky : saya ada di atas gunung, saya nggak tau itu. Cuman. Gimana you...
200
Host : oke.
Rocky : mau saya sebut 60 kali apa.
Host : oke. Ditahan dulu diahan dulu. Kita karna banyak banget
pertanyaan kan, kita akan kembali lagi setelah jeda berikut
ini. Tetaplah bersama kami.
(Iklan)
Host : dicari warganet. Kali ini bersama Rocky Gerung, waktu
itu Rocky Gerung waktu di Q&A pertama kali ada
pertanyaan yang belum terjawab ni. Coba kita liat
pertanyaannya apa sih sebenernya.
Rocky : wah Q&A dendam banget nyimpen pertanyaan.
(Tayangan video)
Host : siapa Bang yang lebih pintar sebenernya menurut Bang
Roki?
Rocky : ah ini akibatnya kalau pertanyaan itu ditunda sampai hari
ini.
Host : karna berubah jawabannya?
Rocky : berubah pasti. Karna waktu itu belum ada anak STM kalo
sekarang yang paling pinter anak STM. STM itu jadi
koagulan. Tau nggak istilah koagulan?
Host : tolong bahasa kita Bang.
Rocky : gini ya, ini kalo ini berserakan, kaya minyak berserakan
nanti ada zat ditaruh di situ, dia ngumpul ni, dia narik zat
yang lain tu, namanya koagulan. Membuat jadi agula jadi
agulasi itu. Nah, STM ini adalah koagulan. Ruhut ditulis
supaya gampang di.
Ruhut : (tertawa) marah ni ye
Rocky : jadi STM ini jadi koagulan dari seluruh kecerdasan
oposisi. Jadi kalo ditanya siapa yang paling cerdas diantara
mereka itu, ya anak STM karna dia mampu untuk
mendefinisikan situasi hanya dengan melihat cover majalah
Tempo, dia udah ngerti semiotik dari kecurangan dan
segala macam. Mereka nggak perlu baca tempo. Nanti ada
201
mentri bilang 'kamu baca tempo anak STM' kami nggak
perlu baca Tempo, kami tau apa artinya pinokio itu. Itu
kecerdasan publik ada disitu tu.
Host : oke. Sultan, kamu fakultas apa? Bukan teknik?
Sultan : Fisip.
Host : oh oke Fisip. Jadi kamu belum terlalu pinter karna kamu
bukan anak teknik ya.
Sultan : (tertawa).
Rocky : oh saya pernah belajar saya pernah jadi mahasiswa
fakultas teknik jadi saya ngerti soal soal begituan.
Host : saya juga Fisip jadi nggak nggak kayanya nggak setara
gitu loh pikirannya. Silakan Sultan.
Sultan : jadi gini, sebetulnya saya pingin bertanyan begini. Bang,
Abang khawatir nggak kalo resonansi dungu.
Rocky : tunggu tunggu, kata resonansi itu Ruhut tulis tulis
resonansi itu.
(Panelis tertawa)
Sultan : ah ini yang mau saya tanyakan.
Ruhut : masih dendam.
Sultan : kata-kata dungu ini apakah resonansinya tu tidak
penghakiman Bang? Ada ego intelektual jadi saya membela
coba membela Bang Ruhut ini daritadi dihakimi terus kan
kira-kira gitu.
Rocky : oke. Jadi anda berupaya untuk membela dia sambil
menjadi devil advocate saya, avocatus diapoli. Tau artinya
avocatus diapoli, itu bahasa hukum bro, nggak nggak
pernah punya punya ee kompilasi...
Ruhut : ngomong aja saya saya kebetulan lawyer papan atas jadi
jangan kau ajari ikan berenang. Ngomong aja, ayo silakan.
Ngomong aja.
Rocky : ada lawyer paling tinggi dalam taraf intelektual namanya
Richard Posner, dia menulis buku tentang economic and
analysis of law jadi acuan seluruh dunia, tiga belas kali
202
terbit dan dia adalah hakim agung di Amerika Serikat. Itu
ucapan diucapkan juga oleh beliau jadi kalau anda nggak
ngerti Richard Posner kau bilang lawyer papan atas, bagi
Richar Posner itu anda papan yang paling dangkal.
Ruhut : anak saya umur empat belas tahun bacaannya lebih hebat
dari kau ya Roki, jadi nggak usah bangga kau. Siapa kau.
Ini ada kaca, ngaca ngaca, ah ngaca ya. Biar pinter kau
Roki. Kau nggak pernah ngaca jadi kau ngomong
sembarangan saja. Terima kasih Roki.
Hos t : ini bukan soal pribadi ini bukan soal pribadi, di sini kita
tapi kita pinginnya ni kenapa ni dia justru nggak nyambung
gitu kalo ngomongnya sama kita kan. Silakan Sultan.
Sultan : iya. Kita harus berlarilah Bang jangan persoalan-persoalan
pribadi karna begitu Bang yang saya khawatirkan justru ada
acara yang dipakai oleh banyak intelektual kemudian...
Rocky : gina ya, saya nangkep poinnya itu. Di Perancis diajarkan
tentang listening, logical fallacys dari umur SMP sehingga
mereka bisa berbantah-bantahan dengan anggota MPR.
Sultan : bukan serang pribadi bukan serang-serangan pribadi ya
Bang.
Rocky : bukan serangan pribadi. Jadi sistem pendidikan kita mau
menghindari ketajaman argumentasi seolah-olah
menganggap kalo tajem argumentasi itu tidak sopan.
Sekarang saya terangkan, sopan santun itu adalah bahasa
tubuh, pikiran tidak memerlukan sopan santun. Pikiran
yang disopan santunkan dalam politik itu artinya
kemunafikan.
Host : Bang ee Mas Budi, langsung aja Mas, singkat.
Budi : iya. Pertama, Pak ee Roki sekarang menjadi idola baru di
kelompok yang bahkan di kelompok-kelompok agama.
Host : di warganet lah in general.
Budi : sama-sama bahaya dengan ee politik rezim, politik
disebutnya buzzer yang sangat ee yang agak berbahaya
juga. Nah, ini sekali lagi saya bedanya dimana, sekarang
203
anda menikmati ee menjadi selebriti di kelompok-
kelompok yang ee.
Rocky : oke saya terangkan. Saya tidak nikmati, posisi saya
terhadap prulalisme terhadap religi nggak berubah. Saya
lama di turki, di di di sarang yang disebut sarang teroris
segala macem tu. Dia bertengkar dengan saya dengan
argumen bahkan temen-temen anda semua yang liberal itu
yang sekarang bertengkar dengan sentimen. Jadi freaming
itu memperlihatkan bahwa kita sebetulnya menginginkan
segrekasi itu terjadi karna agama, nggak. Saya ingin
pisahkan bukan orang suci dan orang kafir, saya ingin
pisahkan orang dungu dan orang berfikir.
Host : oke. Kalo gitu sekarang pertanyaan terakhir sebelum ee
epilog nih. Bang Roki ni kalo saya liat di twittnya itu juga
masih nyebut bom kan udah lewat kita pemilu, udah selesai.
Rocky : oke udah lewat. Pemilunya udah lewat bahkan presiden
udah bilang jangan sebut lg kampanye segala macem tapi
faktanya masih ada. Bong itu sinonim dari kedunguan
Host : sinonim dari kedunguan. Catet itu.
Eko : mendefinisikan sendiri kan?
Rocky : apa?
Eko : itu apa yang anda definisikan sendiri kan?
Rocky : saya definisikan itu dan akan dicatat kemudian akan
masuk ke dalam kamus bahasa Indonesia berikut.
(Panelis tertawa)
Host : oke. Kita dengarkan epilog Kang Maman yang kali ini
akan dibacakan oleh Ari Kirana.
Kirana : Koalisi oposisi dua sisi dari koin demokrasi menjadi
corong penyambung dan pembesar suara pendukung Setia
pemuja mati-matian adalah hal saja. Menjadi Oplosan
menjadi lawan bukan kawan dalam perhelatan perpolitikan
pun hal yang biasa saja tinggal tanya yang mengemuka,
kebenarankah yang dituangkan, kebenarankah yang
diperjuangkan atau semata dengungan keriuhan. Terus
teriakan apapun agar lebih viral dan trending ditimbang
204
kebenaran, Voice atau noise, voice atau invoice.
Mampukah kita melepaskan segala kelekatan terhadap
kepentingan diri, baik di posisi sejalan ataupun berlawanan,
pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh Nurani masing-
masing. Nurani yang mungkin saja sejalan dengan ajaran.
Jangan mau dibayar untuk jadi bodoh. Jadilah cahaya yang
menerangi, yang menerangkan, memperkaya wawasan dan
memberdayakan. Sebagai penutup jangan biarkan
kebisingan pendapat orang lain mematikan dan
menenggelamkan nurani dan batin.
Rocky : cakep.
Host : terima kasih banyak Rocky Gerung dan tadi sudah ada
Denny Sirega yang bergabung bersama kami dan terima
kasih kepada para panelis dan kita sekarang boleh berfoto.
Kita akan kembali setelah kita nggak akan kembali, kita
akan kembali minggu depan di waktu yang sama, saking
serunya soalnya. Sampai bertemu minggu depan.
(selesai)
PROFIL PENULIS
Pratiwi Kusumaningtyas A., lahir di Jakarta pada 25 April 1996. Anak kedua dari
empat bersaudara dari Bapak Ngatiman dan Ibu Sugiarti. Penulis pernah bersekolah
di SDN 07 Pagi Grogol Selatan dan pindah ke SDN 03 Pagi Pesanggrahan Selatan
hingga tamat sekolah dasar pada tahun 2008. Kemudian, penulis diterima di SMP
Negeri 235 Jakarta. Setelah lulus pada tahun 2011, penulis melanjutkan ke SMA
swasta Kartika X-1 Jakarta, mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan
menamatkan pada tahun 2014. Setelah menyelesaikan SMA, penulis melanjutkan
ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 dengan
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.